Lokakarya Fungsional Non Peneli gram sehingga daya hidup anak menjadi rendah. Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya mortalitas antara lain :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Lokakarya Fungsional Non Peneli gram sehingga daya hidup anak menjadi rendah. Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya mortalitas antara lain :"

Transkripsi

1 Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1997 TEKNIK FOSTERING SEBAGAI TINDAKAN ALTERNATIF DALAM USAHA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS INDUK KELINCI R. Denny Pumama Balai Penelitian Temak Ciawi, P.O. Box 221-, Bogor PENDAHULUAN Salah satu potensi ternak kelinci sebagai temak peliharaan adalah kecepatan dalam berkembang biak, karena pada umur 5-7 bulan sudah dapat dikawinkan dengan masa buntingnya hanya hari. Selain itu litter size yang dilahirkan 4 ekor sampai 12 ekor, sedangkan 14 hari_ setelah beranak dapat dikawin ulang (Nugroho, 1982). Hal ini berkaitan erat dengan sifat ovulasi ternak kelinci yang tidak spontan atau "induce ovulation" yakni ovulasinya dapat terjadi melalui salah satu rangsangan ovulasi, hormonal, thermis-mekanis, visual diantara ternak betina dan jantan sekandang. Dengan demikian dimungkinkan untuk dikembangkan program reproduksi cepat dalam upaya meningkatkan produktivitas kelinci betina selama masa umur produksi (Sastrodihardjo dkk., 1991). Secara teoritis,maka seekor induk kelinci dapat beranak 8 sampai 10 kali per tahun (Farrel dan Raharjo, 1984) berarti setiap 42 hari induk kelinci beranak dan dari uraian di atas kita tinggal menghitung berapa pendapatan setahun dari usaha peternakan kelinci (sebagai analisa finansial). Namun keberhasilan pola usaha peternakan, ditentukan antara lain oleh produktivitas ternak yang dipelihara (produksi induk). Tolok ukur produksi induk dapat ditampilkan dalam bentuk litter size, bobot lahir, laju pertumbuhan, bobot sapih dan daya hidup (Rismaniah dkk., 1991). Akan tetapi problem yang dihadapi pada petemakan kelinci adalah tingginya mortalitas anak sebelum disapih, sampai satu bulan setelah penyapihan. Tingkat mortalitas sampai 20% pada anak kelinci sebelum penyapihan dengan pola pemeliharaan secara intensif masih tergolong wajar (Cheeke dkk., 1987) dan bila lebih dari 20%, secara keseluruhan menjadikan rendahnya produktivitas induk kelinci. Pola reproduksi cepat yang diaplikasikan pada kelinci Rex dengan mengunakan ransum standar (NRC, 1977) yang mempunyai kandungan protein 17% dan energi tercerna (DE) 2500 kkal/kg berdampak menurunnya produksi susu induk yang sedang laktasi dan lebih lanjut mortalitas anak kelinci menjadi tinggi berkisar antara 26,3 sampai 59% (Dharsana dkk., 1993). Tingginya mortalitas menjadikan litter size sapih rendah yaitu antara 2 ekor untuk kelinci Rex hitam dan 4,1 ekor untuk kelinci Rex abu-abu (Sastrodihardjo dkk., 1994). Selain itu mempunyai masalah dengan rendahnya bobot sapih anak yang hanya mencapai

2 Lokakarya Fungsional Non Peneli gram sehingga daya hidup anak menjadi rendah. Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya mortalitas antara lain : rendahnya berat lahir, kani-balisme, tertundanya kelahiran, terkena infeksi listeriosis dan salmonelosis, rendahnya mothering ability yang ditandai dengan induk tidak mau menyusui anaknya/ produksi susu induk yang rendah, litter size yang terlalu banyak dan terbatasnya puting susu induk (Schlolaut, 1985 ). Untuk meningkatkan produktivitas induk kelinci kita harus berusaha menurunkan mortalitas anak, baik sewaktu masih dalam kotak beranak ataupun setelah penyapihan. Beberapa usaha yang dapat dilakukan dalam menurunkan mortalitas anak adalah sebagai berikut 1. Melakukan pemilihan bibit kelinci dengan cara melakukan seleksi pada anak sapihan yaitu pengkaderan anak-anak sapihan yang berasal dari induk yang mempunyai kemampuan reproduksi cukup baik dengan sifat-sifat yang baik terutama dalam hal mengasuh anak, dengan produksi susu yang tinggi. Namun usaha yang telah dilakukan belum menampakan hasil yang menggembirakan, masalahnya anak-anak sapihan yang akan kita kader untuk dijadikan induk, berguguran sebelum mencapai umur dewasa. 2. Memperbaiki nutrisi induk yang sedang laktasi, yaitu dengan menaikan komponen protein dan energi tercerna (DE) yang benar-benar sesuai untuk kebutuhan induk. Untuk itu dibutuhkan penelitian lebih lanjut. Upaya perbaikan nutrisi induk laktasi yaitu menaikan protein menjadi 22% dan energi tercema (DE) 2750 kkal/kg yang dikombinasikan dengan menerapkan tehnik fostering pada kelinci Rex temyata berdampak positif dimana ditandai dengan penurunan mortalitas anak menjadi 14-27% dan terjadi peningkatan bobot sapih anak menjadi gram dengan litter size sapih rata-rata 5,5 ekor (Sartika dkk., 1996). Optimalisasi pemanfaatan pakan dengan nilai gizi yang tinggi terjadi mulai minggu ketiga pada saat anak kelinci mulai mengkonsumsi makanan padat, sehingga dapat memacu pertumbuhan anak. 3. Menerapkan teknik fostering sebagai upaya tehnis. Teknik fostering adalah tindakan menitipkan anak kelinci ke induk lain sebagai induk asuh yang disebabkan oleh sesuatu hal, dalam upaya menyelamatkan anak kelinci guna meningkatkan produktivitas induk. Teknik ini merupakan suatu alternatif yang dapat ditempuh dan penerapannya sangat luas sesuai kondisi yang memerlukan, dan bersifat teknis. Adapun maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menginformasikan kepada partisipan yang mempunyai masalah dalam budidaya kelinci terutama sekali berkaitan dengan mortalitas anak yang tinggi. Dengan menerapkan teknik fostering sebagai altematif diharapkan permasalahan tersebut dapat diatasi. 55

3 Lokakarya Fungsional Non Penelifi 1997 DASAR PEMIKIRAN Dalam manajemen perkawinan kelinci yang terencana, kita mengawinkan beberapa ekor induk dalam satu kelompok dimana diharapkan induk-induk kelinci tersebut akan beranak secara bersamaan. Padahal potensi induk dalam reproduksi sangat bervariatif terutama' dalam litter size lahir dimana ada yang beranak kurang dari 4 ekor anak tetapi ada juga yang lebih dari 8'ekor bahkan sampai 12 ekor. Dari penelitian juga menunjukkan semakin banyak anak yang disapih terdapat kecenderungan,memiliki bobot sapih yang Iebih rendah dan demikian pula sebaliknya (Raharjo dkk., 1993). Oleh karena ity dengan membatasi jumlah anak yang diasuh induk, diharapkan anak akan mendapatkan air susu yang optimal, clan idealnya jumlah dalam pengasuhan anak adalah 7 sampai 8 ekor sesuai dengan jumlah puting susu yang dimiliki induk. Untuk-itu kita dapat melakukan "fostering" yaitu memindahkan anak dari induk yang mempunyai litter size banyak kepada induk yang mempunyai litter size sedikit, sehingga produksi optimum dapat dicapai.. KONDISI-KONDISI YANG MEMBUTUHKAN TINDAKAN FOSTERING Fostering juga diperlukan pada kejadian seekor induk mati pada waktu beranak, sedangkan anak-anaknya masih hidup dan kondisinya baik. Maka untuk menyelamatkan anak tersebut dapat kita foster ke induk yang lain. Dapat juga tindakan fostering dilakukan bila mana kondisi induk kurang baik misalnya tidak mengeluarkan air susu atau si induk memiliki sifat kanibal sedangkan kemampuan reproduksinya sangat baik. Jadi dengan demikian penerapan tehnik ini cukup luas dan merupakan tindakan alternatif yang dapat ditempuh dalam menekan mortalitas anak yang tentunya disesuaikan dengan kondisi yang ada. SYARAT DALAM MELAKUKAN FOSTERING Untuk dapat dilakukan tindakan fostering usahakan untuk mengawinkan induk kelinci secara serempak beberapa ekor induk sehingga diharapkan akan beranak dalam waktu bersamaan. Perbedaan umur anak yang akan difoster dengan anak yang akan menerima fosteran usahakan jangan berbeda terlalu jauh (1 hari-3 hari). Kondisi induk yang akan menerima fosteran harus baik dan sehat dengan produksi air susu yang mencukupi untuk jumlah anak. Induk yang akan menerima fosteran harus memiliki sifat-sifat keibuan dalam mengasuh anaknya. 56

4 Lokakarya Fungsional Non Penelitl 1997 Kondisi anak yang akan difoster harus sehat dengan suhu tubuh yang masih hangat, dan mau menyusu. CARA MELAKUKAN FOSTERING Bila anak yang akan difoster telah kita pilih sesuai persyaratan dan induk penerima fosteran telah kita tetapkan sesuai dengan persyaratan maka anak dapat kita masukan ke dalam kotak beranak, tetapi sebelumnya kita harus menenangkan dahulu induk penerima. Untuk mengelabui penciuman induk, sebelum anak dimasukan terlebih dahulu digosok-gosokan ke tubuh induk atau dapat juga memoleskan bau-bauan lain seperti minyak kayu putih. Kemudian masukan anak kelinci dengan hati-hati dan satukan dengan anak yang ada dalam kotak beranak. Setelah anak kelinci kita masukan untuk beberapa waktu harus kita awasi sampai benar-benar aman dan tidak terjadi penolakan oleh induk penerima fosteran. Bila terjadi penolakan, anak kelinci harus cepat diambil kembali karena kalau dibiarkan biasanya anak yang ada dalam kotak beranak akan dikanibal. Bila tidak terjadi penolakan maka dapat kita tinggalkan untuk selanjutnya besok pagi kita periksa kondisinya, bila keesokannya anak kelinci yang kita foster disusui maka fostering dianggap berhasil. HASIL PENGAMATAN TERHADAP TEKNIK FOSTERING Tingkat keberhasilan Tolok ukur keberhasilan tindakan fostering ditandai dengan menurunnya mortalitas anak kelinci secara tajam balk sebelum penyapihan ataupun sesudah penyapihan. Dari hasil penelitian pada kelinci "Hybrid Zika" menunjukan mortalitas anak sampai dengan penyapihan hanya sebesar 10%, dimana mortalitas terbanyak terjadi pada minggu-minggu pertama kelahiran (Sartika dan Zimmermann, 1994), hal ini dapat dilihat dalam Tabel 1. Selain itu laju pertambahan bobot anak sampaipenyapihan yang cukup balk. Pada litter size sapih terjadi peningkatan yang cukup besar disertai kualitas anak sapihan yang balk dengan rata-rata bobot sapih cukup tinggi. Sedangkan hasil penelitian pada kelinci Rex mortalitas berkisar antara 14-27% (Sartika dkk., 1996) dan ini menunjukan suatu perbaikan dibandingkan sebelum dilakukan upaya "Fostering", akan tetapi data yang ditampilkan 57

5 Lokakarya Fungsional Non Penelrti 1997 kurang jelas apakah penurunan mortalitas ini terjadi akibat pengaruh fostering atau akibat perbaikan kualitas pakan induk gestasi dan Iaktasi. Tabel 1. Mortalitas anak kelinci sampai dengan sapih Parameter Sumber : Sartika (1994) Tabel 2. Berat anak kelinci umur 1, 2, 3 dan 4 minggu (sapih) Sumber : Sartika (1994) Litter Size (LS) I.(8ekor) II.(9ekor) III. (10 ekor) Jumlah LS awal (ekor) Jumlah LS sapih (ekor) Mortalitas (0-4 minggu)(%) 10,4 15,7 15,0 Mortalitas (0-1 minggu)(%) 4,8 7,5 7,5 Mortalitas (1-2 minggu)(%) 1,7 1,5 2,7 Mortalitas (2-3 minggu)(%) 3,1 3,2 1,8 Mortalitas (3-4 minggu)(%) 1,2 4,4 3,8 Parameter Litter Size (LS) I.(8 ekor) II.(9 ekor) lll.(10 ekor) Berat umur 1 minggu (g) 169,1 166,7 159,5 Berat umur 2 minggu (g) 283,0 278,8 271,4 Berat umur 3 minggu (g) 429,1 394,2 354,3 Berat umur 4 minggu (g) 683,5 643,1 597,3 Untuk kelinci Rex penelitian khusus mengenai fostering belum dilakukan, akan tetapi tindakan alternatif ini telah dilakukan di kandang percobaan Ciawi dan hasilnya secara kualitatif dan kuantitatif telah dapat menurunkan mortalitas anak. Anak kelinci sapihan yang sehat dengan bobot sapihan yang optimal dapat menstimulir kekebalan anak sapihan, sehingga daya hidup menjadi Iebih tinggi dalam melalui masa-masa yang sensitif dan kritis pada bulan pertama penyapihan. Dengan kekebalan tubuh yang baik, anak kelinci sapihan menjadi lebih tahan terhadap segala perubahan yang terjadi, baik perubahan pakan ataupun perubahan cuaca lingkungan. Dari pengamatan di lapangan, rata-rata pertambahan berat badan mingguan setelah penyapihan cukup balk. 58

6 Lokakarya Fungsional Non Penelitii 1997 Keberhasilan "Fostering" sangat tergantung pada secepat mungkin anak kelinci dipindahkan dan diusahakan kepada induk yang mempunyai anak sama berat dengan anak yang difoster (Maertens dkk., 1988), dan tentunya dalam pelaksanaannya harus mengikuti persyaratan yang diperlukan. Usaha pemaksaan dalam melalukan tindakan "Fostering" sebaiknya jangan kita lakukan apabila kondisinya memang tidak memungkinkan. BEBERAPA KEGAGALAN DALAM FOSTERING Kegagalan dalam fostering Iebih bersifat human error yaitu kesalahan dari opertor sendiri yang cenderung memaksakan tindakan fostering, padahal kondisinya tidak memungkinkan, misalnya anak yang diasuh induk sudah kebanyakan, tetapi kita masih menambahkan jumlah anak. Dapat juga pada keadaan kondisi induk tidak baik, tetapi kita fosterkan juga demikian pula dengan kondisi anak yang Iemah. Tindakan fostering yang demikian bersifat untung-untungan, jika hasilnya gagal sudah terprediksikan dad awal. KESIMPULAN Dalam upaya meningkatkan produktivitas induk kelinci kita harus berusaha menurunkan mortalitas anak kelinci baik sebelum disapih ataupun setelah penyapihan. Beberapa usaha yang dapat dilakukan adalah dengan melalui seleksi dalam memilih calon induk ataupun dengan upaya perbaikan gizi pakan ternak. Sedangkan menerapkan tehnik fostering merupakan alternatif yang dapat dilakukan, dan merupakan suatu upaya teknis. Dengan mengkombinasikan ketiga cara di atas dalam usaha menekan mortalitas anak, hasil yang diperoleh akan Iebih maksimal sehingga diharapkan terjadi peningkatan produktivitas-induk kelinci dan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan peternak. Penerapan tehnik fostering, selain untuk memeratakan jumlah anak kelinci yang diasuh oleh induk juga dapat digunakan pada kondisi memaksa misalnya induknya mati, tidak ada air susunya atau pada kejadian seekor induk mempunyai sifat kanibal. Jadi penerapannya cukup luas tergantung kondisi yang membutuhkan. Keberhasilan fostering sangat tergantung pada secepat mungkin anak kelinci difosterkan, karena mortalitas tertinggi terjadi pada awal minggu kelahiran. Untuk mendapatkan hasil yang Iebih baik, sebaiknya usaha pemaksaan dalam melakukan "Fostering" harus kita hindari. 5 9

7 Lokakarya Fungsional Non Pene/iti 1997 SARAN Dalam menerapkan tehnik fostering, disarankan induk yang akan menerima fosteran merupakan breed kelinci dengan postur yang besar, karena biasanya kelinci jenis ini mampu memproduksi susu yang banyak seperti jenis New Zealand White, Flams dan lain-lain. Dalam usaha petemakan kelinci yang mengembangkan breed kelinci yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi seperti kelinci Rex, kelinci Satin dan lain-lain dimana mempunyai potensi sebagai penghasil kulit bulu (Fur) yang sangat baik dan mahal harganya, alangkah baik jika dipelihara juga breed kelinci lain yang secara ekonomis kurang berharga seperti New Zealand dan Flamis Giant dimana dapat dijadikan sebagai induk foster bagi kelinci yang bemilai ekonomis dalam usaha peningkatan produktivitas induk. DAFTAR BACAAN B. Sarwono. Betemak Kelinci Unggul. Penerbit PT Penebar Swadaya Anggota IKAPI Cheeke, P.R., N.M. Patton, S.D. Lukefahr and J.I. Mc Nitt Rabbit Production. 6 ed The Interstate Printers and Publisher Danville, Illinois. Dharsana R., Y.C. Raharjo dan S. Sastrodihardjo Peningkatan kualitas kulit bulu kelinci Rex melalui seleksi (Lanjutan) di dataran rendah. Laporan Akhir Balitnak. Farrell, D.J. and Y.C. Raharjo Potensi temak kelinci sebagai penghasil daging. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Bogor. Maertens, L., A. Vermeulen and G. De Groote Effect of post partum breeding and pre-weaning litter management on the performances of hybrid Does. 4 th World Rabbit Congress, Proceedings, Budapest- Hungary. Nugroho Beternak Kelinci Secara Modern. Jilid I. Penerbit Eka Offset Semarang. NRC Nutrient Requirement Of Rabbits. The National Recearch Council. National Academic of siences. Washington D.C. Rismaniah, Is., Amsar, Soerdjadi dan A. Setyaningrum Penampilan produksi hasil persilangan kelinci Rex dengan Kelinci lokal. Fakultas Petemakan UNSOED, Purwokerto. Raharjo, Y.C., F.X. Wijana, dan T. Sartika Pengaruh jarak kawin setelah beranak terhadap performans reprodussi kelinci Rex. Ilmu dan Petemakan. 6 0

8 Lokakerya Fungsional Non Penelr Sastrodihardjo, S., Y.C. Raharjo, R. Dharsana, T. Murtisari, dan T. Sartika Peningkatan kualitas bulu kelinci Rex melalui seleksi di daerah Ciawi dan dataran tinggi Pandansari. Laporan Akhir Balitnak. Sastrodihardjo, S., lim Budiman dan Effendi Agus Marmono Produktivitas semen dari berbagai bangsa kelinci pada ejakulasi berbeda. Prosiding Seminar Peternakan menyambut 25 Tahun Fakultas Peternakan UNSOED P urwokerto. Sartika,T., A. Habibie, D. Purnama, I.W. Pasek Pengaruh Macam Pakan Dengan Tingkat Protein dan Energi Yang Tinggi Terhadap Produktivitas Kelinci Rex. Prosiding Temu Ilmiah Hasil-Hasil Penelitian Peternakan Aplikasi Hasil Penelitian Untuk Industri Petemakan Rakyat. Sartika, T. dan E. Zimmermann Pengaruh Fostering Terhadap Tingkat Mortalitas Dan Pertumbuhan Anak Kelinci Sebelum Sapih. Prosiding Seminar Nasional Sains Dan Teknologi Peternakan. Pengolahan dan Komunikasi Hasil-Hasil. Schololaut, W Production Techniques in : A Compendium Of Rabbit Production Appropriate For Conditions In Developing Countries. GTZ Germany. 6 1

KARAKTERISTIK REPRODUKSI KELINCI REX, SATIN DAN REZA

KARAKTERISTIK REPRODUKSI KELINCI REX, SATIN DAN REZA KARAKTERISTIK REPRODUKSI KELINCI REX, SATIN DAN REZA (Reproduction Characteristics of Rex, Satin and Reza Rabbit) B. BRAHMANTIYO 1, Y.C. RAHARJO 1, N.D. SAVITRI 2 dan M. DULDJAMAN 2 1 Balai Penelitian

Lebih terperinci

KEGAGALAN REPRODUKSI PADA TERNAK KELINCI

KEGAGALAN REPRODUKSI PADA TERNAK KELINCI Tema Teknis Fangsional :`'on PenelHt 2002 KEGAGALAN REPRODUKSI PADA TERNAK KELINCI LWAYAN PASEK SUMADIA DAN R.DENNY PURNAMA Balai Penelitian Ternak,Po.Box 221 Bogor 16002 Usaha Pemerintah dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelinci New Zealand White Kelinci New Zealand White (NZW) merupakan kelinci hasil persilangan dari Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai

Lebih terperinci

Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2005 Metode pengukuran karakteristik Reproduksi (selang beranak, lama bunting, jumlah anak

Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2005 Metode pengukuran karakteristik Reproduksi (selang beranak, lama bunting, jumlah anak Prosiding'femu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2005 METODE PENGUKURAN KARAKTERISTIK TERNAK KELINCI DEDI MUSLIH, WAYAN PASEK DAN ROSUARTINI Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box. 221 Bogor

Lebih terperinci

Dari hasil Lokasi Pengamatan : dilakukan terletak wilayah Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Selatan Sebelah Barat Kabupaten Pekalongan adalah daerah

Dari hasil Lokasi Pengamatan : dilakukan terletak wilayah Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Selatan Sebelah Barat Kabupaten Pekalongan adalah daerah INVENTARISASI DAN KARAKTERISASI KELINCI DI DAERAH DIENG - JAWA TENGAH ROSSUARTINI DAN I WAYAN PASEK SUMADIA Balai Penelitian Ternak Ciawi, P O Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Salah satu kegiatan plasma nutfah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. percobaan, penghasil bulu, pupuk kandang, kulit maupun hias (fancy) dan

PENDAHULUAN. percobaan, penghasil bulu, pupuk kandang, kulit maupun hias (fancy) dan I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak kelinci mempunyai beberapa keunggulan sebagai hewan percobaan, penghasil bulu, pupuk kandang, kulit maupun hias (fancy) dan penghasil daging. Selain itu kelinci

Lebih terperinci

PERFORMA PRODUKSI KELINCI DI KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH

PERFORMA PRODUKSI KELINCI DI KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH PERFORMA PRODUKSI KELINCI DI KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH (Performance of Rabbit Production at Magelang District, Central Java) B. BRAHMANTIYO 1, Y.C. RAHARJO 2, S.S. MANSJOER 2 dan H. MARTOJO 2 1 Balai

Lebih terperinci

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya TERNAK KELINCI Peluang usaha ternak kelinci cukup menjanjikan karena kelinci termasuk hewan yang gampang dijinakkan, mudah beradaptasi dan cepat berkembangbiak. Secara umum terdapat dua kelompok kelinci,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci domestik (Orytologus cuniculus) yang ada saat ini berasal dari kelinci liar dari Eropa dan Afrika Utara. Beberapa bangsa kelinci ditemukan diabad 16 yang menyebar di Perancis

Lebih terperinci

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VIII VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui peranan ternak babi dalam usaha penyediaan daging. Mengetahui sifat-sifat karakteristik

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI KUALITAS KULIT MENTAH KELINCI REX

FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI KUALITAS KULIT MENTAH KELINCI REX FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI KUALITAS KULIT MENTAH KELINCI REX ROSSUARTINI DAN R. DENNY PURNAMA Balai Penelitian Ternak PO Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Hasil penyamakan pada kulit bulu (fur)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada kebanyakan hanya untuk menghasilkan hewan kesayangan dan materi

BAB I PENDAHULUAN. ada kebanyakan hanya untuk menghasilkan hewan kesayangan dan materi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelinci sebagai salah satu sumber protein hewani pada saat ini di Indonesia belum dapat diterima sepenuhnya oleh masyarakat, sehingga budidaya kelinci yang ada saat

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN STRUKTUR SELBEBERAPAJENIS BULU KELINCI SECARA SPESIFIK

PEMERIKSAAN STRUKTUR SELBEBERAPAJENIS BULU KELINCI SECARA SPESIFIK PEMERIKSAAN STRUKTUR SELBEBERAPAJENIS BULU KELINCI SECARA SPESIFIK Rossuartini dan I Wayan Pasek Balai Penelitian Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 RINGKASAN Penentuan struktur sel bulu kelinci

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS AYAM LOKAL YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF

PRODUKTIVITAS AYAM LOKAL YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF PRODUKTIVITAS AYAM LOKAL YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF HETI RESNAWATI dan IDA A.K. BINTANG Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor ABSTRAK Pengembangan ternak ayam lokal sebagai penghasil daging

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI REPRODUKSI TERNAK DOMBA DI TINGKAT PETAN TERNAK

UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI REPRODUKSI TERNAK DOMBA DI TINGKAT PETAN TERNAK UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI REPRODUKSI TERNAK DOMBA DI TINGKAT PETAN TERNAK HASTONO Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 ABSTRAK Salah satu upaya peningkatan sefisensi reproduksi ternak domba

Lebih terperinci

Teniu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 ditunda sampai pada siklus pertumbuhan bulu berikutnya, sehingga akan menambah biaya pemelihara

Teniu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 ditunda sampai pada siklus pertumbuhan bulu berikutnya, sehingga akan menambah biaya pemelihara T'emu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 EVALUASI KARKAS DAN KULIT BULU (FUR) KELINCI REX JANTAN PADA BERBAGAI UMUR POTONG R.DENNY PURNAMA Balai Penelitian Ternak, Po.Box 221 Bogor 16002

Lebih terperinci

SKRIPSI TRESNA SARI PROGRAM STUD1 ILMU NUTFUSI DAN MAKAWAN TERNAK

SKRIPSI TRESNA SARI PROGRAM STUD1 ILMU NUTFUSI DAN MAKAWAN TERNAK i 0 b('/ PEMANFAATAN RANSUM AMPAS TEH (Cnnzrllin sinensis) YANG DITAMBAHKAN SENG (Zn) LEVEL BERBEDA TERHADAP REPRODUKSI DAN KONSUMSI KELINCI BETINA PADA SETIAP STATUS FISIOLOGI SKRIPSI TRESNA SARI PROGRAM

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN KACANG KEDELAI ( Glycine max ) DALAM PAKAN TERHADAP POTENSI REPRODUKSI KELINCI BETINA NEW ZEALAND WHITE MENJELANG DIKAWINKAN

PENGARUH PENAMBAHAN KACANG KEDELAI ( Glycine max ) DALAM PAKAN TERHADAP POTENSI REPRODUKSI KELINCI BETINA NEW ZEALAND WHITE MENJELANG DIKAWINKAN PENGARUH PENAMBAHAN KACANG KEDELAI ( Glycine max ) DALAM PAKAN TERHADAP POTENSI REPRODUKSI KELINCI BETINA NEW ZEALAND WHITE MENJELANG DIKAWINKAN S.M. Hadi Saputra, Sri Minarti, dan M.Junus Jurusan Produksi

Lebih terperinci

Lokakarya Fungsional Non Peneli8 Cisarua/Ciseureuh-Puncak( m dpl),pandansari Berebes(1350 m dpl) dan Suren Gede-Wonosobo(1350 m dpl). Dalam ran

Lokakarya Fungsional Non Peneli8 Cisarua/Ciseureuh-Puncak( m dpl),pandansari Berebes(1350 m dpl) dan Suren Gede-Wonosobo(1350 m dpl). Dalam ran KENDALA PENGEMBANGAN KELINCI REX DI SULAWESI SELATAN R. Deny Pumama Balai Penelitian Ternak Ciawi PENDAHULUAN Keengganan petemak untuk memelihara kelinci, terjadi akibat kendala pemasaran (Sastrodihardjo

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai oleh masyarakat. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau konsumen lebih banyak memilih

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Kelinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Kelinci TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kelinci Kelinci (Oryctologus cuniculus) diklasifikasikan dengan dunia Animalia, filum Chordata, kelas Mammalia, ordo Legomorpha, famili Leporidae,genus Oryctologus dan spesies

Lebih terperinci

OPTIMALISASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TERNAK AYAM LOKAL PENGHASIL DAGING DAN TELUR

OPTIMALISASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TERNAK AYAM LOKAL PENGHASIL DAGING DAN TELUR Seminar Nasional Peternakan clan Veteriner 2000 OPTIMALISASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TERNAK AYAM LOKAL PENGHASIL DAGING DAN TELUR HETI RESNAWATI', A.G. NATAAMIJAYA', UKA KUSNADO, HELMY HAMID 2, SOFYAN iskandar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5 TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci domestik (Oryctolagus cuniculus) merupakan keturunan dari kelinci liar Eropa yang berasal dari negara sekitar Laut Mediterania dan dibawa ke Inggris pada awal abad 12 (NRC,

Lebih terperinci

TINGKAT KEPADATAN GIZI RANSUM TERHADAP KERAGAAN ITIK PETELUR LOKAL

TINGKAT KEPADATAN GIZI RANSUM TERHADAP KERAGAAN ITIK PETELUR LOKAL Seminar Nasional Peternakan dan Peteriner 1999 TINGKAT KEPADATAN GIZI RANSUM TERHADAP KERAGAAN ITIK PETELUR LOKAL ME. TOGATOROP, Y.C. RAHARDJO, dan BROTO WIBOWO Balai Penelitian Terrtak, P.O. Box 221,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya wabah flu burung pada unggas, tidak mustahil untuk memenuhi kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya wabah flu burung pada unggas, tidak mustahil untuk memenuhi kebutuhan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Ternak Kelinci Konsumsi daging kelinci di Indonesia dimasa mendatang diprediksikan akan meningkat. Hal tersebut disebabkan meningkatnya jumlah penduduk dan berkurangnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari Amerika (Masanto dan Agus, 2013). Kelinci New Zealand White memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari Amerika (Masanto dan Agus, 2013). Kelinci New Zealand White memiliki 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelinci New Zealand White Kelinci New Zealand White (NZW) bukan berasal dari New Zealand, tetapi dari Amerika (Masanto dan Agus, 2013). Kelinci New Zealand White memiliki

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (Sumber : Damron, 2003)

TINJAUAN PUSTAKA. (Sumber : Damron, 2003) TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kelinci Kelinci merupakan hewan yang mempunyai potensi sebagai penghasil daging yang baik. Hewan ini merupakan herbivore non ruminansia yang mempunyai sistem lambung sederhana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan bangsa kambing hasil persilangan kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil persilangan pejantan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat 8 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat di Balai Pembibitan dan Budidaya Ternak Non Ruminansia (BPBTNR) Provinsi Jawa Tengah di Kota Surakarta.

Lebih terperinci

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja (kandang B) pada bulan Mei sampai dengan bulan November 2010. Analisis sampel dilakukan

Lebih terperinci

PENETAPAN INTERVAL INSEMINASI BUATAN (IB) PADA AYAM BURAS

PENETAPAN INTERVAL INSEMINASI BUATAN (IB) PADA AYAM BURAS PENETAPAN INTERVAL INSEMINASI BUATAN (IB) PADA AYAM BURAS KADIRAN, R.DENNY PURNAMA DAN SUHARTO Balai Penelitian Ternak Bogor,Po.Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Suatu pengamatan mengenai periode fertil spermatozoa

Lebih terperinci

PERFORMANS PRODUKSI DAN REPRODUKSI TERNAK BABI LOKAL DI KODYA KUPANG

PERFORMANS PRODUKSI DAN REPRODUKSI TERNAK BABI LOKAL DI KODYA KUPANG Redempta Wea, Performans Produksi dan Reproduksi 21 PERFORMANS PRODUKSI DAN REPRODUKSI TERNAK BABI LOKAL DI KODYA KUPANG Redempta Wea Program Studi Produksi Ternak Politeknik Pertanian Negeri Kupang Jl.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk mencapai swasembada protein asal ternak khususnya swasembada daging pada tahun 2005, maka produkksi ternak kambing

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAN ANALISIS EKONOMI USAHA TERNAK KELINCI DI PEDESAAN

PEMANFAATAN DAN ANALISIS EKONOMI USAHA TERNAK KELINCI DI PEDESAAN PEMANFAATAN DAN ANALISIS EKONOMI USAHA TERNAK KELINCI DI PEDESAAN BROTO WIBOWO, SUMANTO dan E. JUARINI Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 ABSTRAK Pengembangan ternak kelinci sudah dimulai

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Perah Fries Holland (FH) Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum Subphylum Class Sub class Infra class

Lebih terperinci

TATALAKSANA PEMBERIAN PAKAN UNTUK MENUNJANG AGRIBISNIS TERNAK KELINCI

TATALAKSANA PEMBERIAN PAKAN UNTUK MENUNJANG AGRIBISNIS TERNAK KELINCI TATALAKSANA PEMBERIAN PAKAN UNTUK MENUNJANG AGRIBISNIS TERNAK KELINCI DEDI MUSLIH, I WAYAN PASEK, ROSSUARTINI dan BRAM BRAHMANTIYO Balai Penelitian Ternak, PO Box. 221, Bogor 16002 ABSTRAK Kelinci merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah Ayam kampung semula I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok nusantara. Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung sudah bukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kingdom: Animalia, Famili: Leporidae, Subfamili: Leporine, Ordo:

TINJAUAN PUSTAKA. Kingdom: Animalia, Famili: Leporidae, Subfamili: Leporine, Ordo: TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Ternak Kelinci Kingdom: Animalia, Famili: Leporidae, Subfamili: Leporine, Ordo: Lagomorpha, Genus: 1.Lepus (22 species)=genuine Hare, 2.Orictolagus (1 species)=o. Cuniculus/European

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Sapi adalah salah satu hewan yang sejak jaman dulu produknya sudah dimanfaatkan oleh manusia seperti daging dan susu untuk dikonsumsi, dimanfaatkan untuk membajak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012. I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Peternakan puyuh di Indonesia saat ini cukup berkembang, hal ini karena semakin banyaknya usaha peternakan puyuh baik sebagai usaha sampingan maupun usaha utama untuk memenuhi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Bagian Kelinci, Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, yaitu pada bulan Agustus 2012 sampai

Lebih terperinci

PERAN TERNAK KELINCI DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT UNTUK MENGATASI KERAWANAN GIZI

PERAN TERNAK KELINCI DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT UNTUK MENGATASI KERAWANAN GIZI PERAN TERNAK KELINCI DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT UNTUK MENGATASI KERAWANAN GIZI I. WAYAN PASEK SUMADIA DAN R.DENNY PURNAMA Balai Penelitian Ternak,Po.Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Ketidak berdayaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Kambing Peranakan Etawah Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo Ruminansia, Famili Bovidae, dan Genus Capra atau Hemitragus (Devendra dan Burns,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan sudah sangat umum dibudidayakan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing Kacang Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang cukup banyak dan tersebar luas di wilayah pedesaan. Menurut Murtidjo (1993), kambing Kacang memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Kambing Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah dikenal secara luas di Indonesia. Ternak kambing memiliki potensi produktivitas yang cukup

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk, kebutuhan pangan semakin meningkat pula. Pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat jenisnya beragam, salah satunya pemenuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

DINAMIKA POPULASI DAN PRODUKTIVITAS KERBAU DI JAWA : STUDI KASUS DI KABUPATEN SERANG

DINAMIKA POPULASI DAN PRODUKTIVITAS KERBAU DI JAWA : STUDI KASUS DI KABUPATEN SERANG Seminar Nasional Peternakan clan Veteriner 2000 DINAMIKA POPULASI DAN PRODUKTIVITAS KERBAU DI JAWA : STUDI KASUS DI KABUPATEN SERANG Kate kunck Populasi, produktivitas, kerbau R.H. MAToNDANG dan A.R. SiPEGAR

Lebih terperinci

KIAT PENINGKATAN PRODUKTIVITAS AYAM BURAS

KIAT PENINGKATAN PRODUKTIVITAS AYAM BURAS Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2001 KIAT PENINGKATAN PRODUKTIVITAS AYAM BURAS BAMBANG KUSHARTONO Balai Penelitian Ternak, PO BOX221, Bogor 16002 RINGKASAN Ayam buras merupakan salah satu sumber protein

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian 4.1.1. Sejarah UPTD BPPTD Margawati Garut Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba atau disingkat UPTD BPPTD yaitu

Lebih terperinci

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK POTONG MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK POTONG MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT P a g e 1 MAKALAH MANAJEMEN TERNAK POTONG MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT TERNAK DOMBA POTONG EKOR GEMUK (DEG) DAN DOMBA EKOR TIPIS (DET )DI INDONESIA UNTUK SIFAT PRODUKSI DAGING MELALUI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsumsi Pakan Konsumsi pakan puyuh adalah jumlah ransum yang dikonsumsi oleh puyuh dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat energi dan palabilitas

Lebih terperinci

PERFORMANCE REPRODUCTION OF RABBIT IN BUMIAJI SUB-DISTRICT BATU CITY

PERFORMANCE REPRODUCTION OF RABBIT IN BUMIAJI SUB-DISTRICT BATU CITY PERFORMANCE REPRODUCTION OF RABBIT IN BUMIAJI SUB-DISTRICT BATU CITY Achmad Zulfikar Fauzi 1), Sri Minarti 2) and Nur Cholis 2) 1. Student at Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya, Malang.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK REPRODUKSI PADA KELINCI REX, SATIN, DAN REZA AKIBAT SELEKSI BERDASARKAN TOTAL BOBOT SAPIH SKRIPSI NIKEN DEWI SAVITRI

KARAKTERISTIK REPRODUKSI PADA KELINCI REX, SATIN, DAN REZA AKIBAT SELEKSI BERDASARKAN TOTAL BOBOT SAPIH SKRIPSI NIKEN DEWI SAVITRI KARAKTERISTIK REPRODUKSI PADA KELINCI REX, SATIN, DAN REZA AKIBAT SELEKSI BERDASARKAN TOTAL BOBOT SAPIH SKRIPSI NIKEN DEWI SAVITRI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil 9 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Peternakan Sapi Perah Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil susu. Susu didefinisikan sebagai sekresi fisiologis dari kelenjar ambing. di antara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan bagian penting dari sektor pertanian dalam sistem pangan nasional. Industri peternakan memiliki peran sebagai penyedia komoditas pangan hewani. Sapi

Lebih terperinci

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui sistem produksi ternak kerbau sungai Mengetahui sistem produksi ternak kerbau lumpur Tujuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. P2 * hari hari hari

HASIL DAN PEMBAHASAN. P2 * hari hari hari HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Pra Sapih Konsumsi pakan dihitung berdasarkan banyaknya pakan yang dikonsumsi setiap harinya. Pakan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan ternak tersebut. Pakan

Lebih terperinci

5 KINERJA REPRODUKSI

5 KINERJA REPRODUKSI 5 KINERJA REPRODUKSI Pendahuluan Dengan meningkatnya permintaan terhadap daging tikus ekor putih sejalan dengan laju pertambahan penduduk, yang diikuti pula dengan makin berkurangnya kawasan hutan yang

Lebih terperinci

KEMAJUAN SELEKSI BOBOT LAHIR DAN BOBOT SAPIH KELINCI (Oryctolagus cuniculus) REX DAN SATIN SKRIPSI DWI VENTRI DAMAYANTI

KEMAJUAN SELEKSI BOBOT LAHIR DAN BOBOT SAPIH KELINCI (Oryctolagus cuniculus) REX DAN SATIN SKRIPSI DWI VENTRI DAMAYANTI KEMAJUAN SELEKSI BOBOT LAHIR DAN BOBOT SAPIH KELINCI (Oryctolagus cuniculus) REX DAN SATIN SKRIPSI DWI VENTRI DAMAYANTI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi susu sangat menentukan bagi perkembangan industri susu sapi perah nasional. Susu segar yang dihasilkan oleh sapi perah di dalam negeri sampai saat ini baru memenuhi

Lebih terperinci

RINGKASAN PENDAHULUAN

RINGKASAN PENDAHULUAN POTENSI SUSU KAMBING SEBAGAI OBAT DAN SUMBER PROTEIN HEWANI UNTUK MENINGKATKAN GIZI PETANI ATMIYATI Balai Penelitian Terak, P.O. Box 221, Bogor 16002 RINGKASAN Pengembangan budidaya ternak kambing sangat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Kandang Penelitian Rataan suhu kandang pada pagi, siang, dan sore hari selama penelitian secara berturut-turut adalah 25,53; 30,41; dan 27,67 C. Suhu kandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak membutuhkan modal dan tidak memerlukan lahan yang luas serta sebagai

BAB I PENDAHULUAN. banyak membutuhkan modal dan tidak memerlukan lahan yang luas serta sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelinci sebagai salah satu komoditas ternak mudah berkembangbiak, tidak banyak membutuhkan modal dan tidak memerlukan lahan yang luas serta sebagai hewan kesayangan

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsumsi ransum Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu. Ransum yang dikonsumsi oleh ternak digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi

Lebih terperinci

VI. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

VI. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VI VI. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui peranan ternak babi dalam usaha penyediaan daging. Mengetahui sifat-sifat karakteristik

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH RESTORAN UNTUK RANSUM AYAM BURAS

PEMANFAATAN LIMBAH RESTORAN UNTUK RANSUM AYAM BURAS PEMANFAATAN LIMBAH RESTORAN UNTUK RANSUM AYAM BURAS Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAKARTA 2000 PEMANFAATAN LIMBAH RESTORAN UNTUK RANSUM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada peningkatan pendapatan, taraf hidup, dan tingkat pendidikan masyarakat yang pada akhirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat sebagai sumber protein hewani karena hampir 100% dapat dicerna.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelinci New Zealand White Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk. (2015) kelinci dapat mengubah dan memanfaatkan bahan pakan kualitas rendah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat pedesaan pada umumnya bermatapencaharian sebagai petani, selain usaha pertaniannya, usaha peternakan pun banyak dikelola oleh masyarakat pedesaan salah satunya

Lebih terperinci

FLUKTUASI BOBOT HIDUP KAMBING KACANG INDUK YANG DIKAWINKAN DENGAN PEJANTAN BOER DARI KAWIN SAMPAI ANAK LEPAS SAPIH

FLUKTUASI BOBOT HIDUP KAMBING KACANG INDUK YANG DIKAWINKAN DENGAN PEJANTAN BOER DARI KAWIN SAMPAI ANAK LEPAS SAPIH FLUKTUASI BOBOT HIDUP KAMBING KACANG INDUK YANG DIKAWINKAN DENGAN PEJANTAN BOER DARI KAWIN SAMPAI ANAK LEPAS SAPIH (Live Weight Fluctuation of Doe Crossed with Boer from Mating until Weaning Period) FITRA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Kelinci Kelinci dan Kerabatnya

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Kelinci Kelinci dan Kerabatnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Kelinci 2.1.1. Kelinci dan Kerabatnya Di Indonesia terdapat kelinci lokal yang menjadi ciri khas kelinci asli Indonesia, yaitu kelinci Jawa (Lepus negricollis) diperkirakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus. Sapi potong adalah sapi yang dibudidayakan untuk diambil dagingnya atau dikonsumsi. Sapi

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMELIHARAAN

MANAJEMEN PEMELIHARAAN MANAJEMEN PEMELIHARAAN PERKANDANGAN KANDANG TERNAK LEBIH NYAMAN MEMUDAHKAN TATALAKSANA PEMELIHARAAN LEBIH EFISIEN KANDANG - KONTRUKSI KANDANG SESUAI - MANAJEMEN KESEHATAN BAIK - KONTRUKSI KANDANG TIDAK

Lebih terperinci

LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK Nama : Wahid Muhammad N Nim : 10.01.2733 Kelas : D3 TI 2A SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA I ABSTRAK Pengembangan usaha ternak

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN ANAK KAMBING KOSTA SELAMA PERIODE PRASAPIH PADA INDUK YANG BERUMUR LEBIH DARI 4 TAHUN

PERTUMBUHAN ANAK KAMBING KOSTA SELAMA PERIODE PRASAPIH PADA INDUK YANG BERUMUR LEBIH DARI 4 TAHUN Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008 PERTUMBUHAN ANAK KAMBING KOSTA SELAMA PERIODE PRASAPIH PADA INDUK YANG BERUMUR LEBIH DARI 4 TAHUN (The Growth Performance of Kosta Kids During Preweaning

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak cukup tinggi, nutrisi yang terkandung dalam lim

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak cukup tinggi, nutrisi yang terkandung dalam lim POTENSI LIMBAH SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN ALTERNATIF PADA AYAM NUNUKAN PERIODE PRODUKSI IMAM SULISTIYONO dan NUR RIZQI BARIROH Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur JI. Pangeran M.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutfah (Batubara dkk., 2014). Sebagian dari peternak menjadikan kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutfah (Batubara dkk., 2014). Sebagian dari peternak menjadikan kambing 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ternak Kambing Kambing adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh peternakan rakyat dan merupakan salah satu komoditas kekayaan plasma nutfah (Batubara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil persilangan antara Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Wonosobo Domba Wonosobo merupakan domba hasil persilangan antara domba Texel yang didatangkan pada tahun 1957 dengan Domba Ekor Tipis dan atau Domba Ekor Gemuk yang secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci merupakan ternak mamalia yang mempunyai banyak kegunaan. Kelinci dipelihara sebagai penghasil daging, wool, fur, hewan penelitian, hewan tontonan, dan hewan kesenangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Potensi Kelinci

TINJAUAN PUSTAKA. Potensi Kelinci TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kelinci Kelinci memiliki kelebihan yaitu laju pertumbuhan yang cepat, potensi reproduksi yang tinggi, dan memiliki kemampuan dalam mencerna pakan hijauan karena memiliki sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. kebutuhan sehingga sebagian masih harus diimpor (Suryana, 2009). Pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. kebutuhan sehingga sebagian masih harus diimpor (Suryana, 2009). Pemenuhan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging di Indonesia. Daging sapi merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dibutuhkan konsumen, namun sampai

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi perah Sapi perah (Bos sp.) merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI REPRODUKSI KAMBING KACANG DI WILAYAH PESISIR KEPULAUAN WANGI-WANGI, KABUPATEN WAKATOBI

ANALISIS POTENSI REPRODUKSI KAMBING KACANG DI WILAYAH PESISIR KEPULAUAN WANGI-WANGI, KABUPATEN WAKATOBI ANALISIS POTENSI REPRODUKSI KAMBING KACANG DI WILAYAH PESISIR KEPULAUAN WANGI-WANGI, KABUPATEN WAKATOBI Nuriadin 1, Takdir Saili 2, La Ode Ba a 2 1 Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo 2

Lebih terperinci

Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal

Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal EVALUASI PERFORMANS AYAM MERAWANG PHASE PERTUMBUHAN (12 MINGGU) PADA KANDANG SISTEM KAWAT DAN SISTEM LITTER DENGAN BERBAGAI IMBANGAN ENERGI PROTEIN DIDALAM RANSUM TUTI WIDJASTUTI dan DANI GARNIDA Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kambing merupakan salah satu ternak yang banyak dipelihara dan dikembang

I. PENDAHULUAN. Kambing merupakan salah satu ternak yang banyak dipelihara dan dikembang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kambing merupakan salah satu ternak yang banyak dipelihara dan dikembang kan oleh peternak di Lampung. Populasi kambing di Lampung cukup melimpah, tercatat pada

Lebih terperinci

Korelasi antara bobot badan induk dengan litter size, bobot lahir dan mortalitas anak kelinci New Zealand White

Korelasi antara bobot badan induk dengan litter size, bobot lahir dan mortalitas anak kelinci New Zealand White Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (2): 42-48 ISSN : 0852-3681 E-ISSN : 2443-0765 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Korelasi antara bobot badan induk dengan litter size, bobot lahir dan mortalitas

Lebih terperinci

UMUR SAPIH OPTIMAL PADA SAPI POTONG

UMUR SAPIH OPTIMAL PADA SAPI POTONG UMUR SAPIH OPTIMAL PADA SAPI POTONG Dalam industri sapi potong, manajemen pemeliharaan pedet merupakan salahsatu bagian dari proses penciptaan bibit sapi yang bermutu. Diperlukan penanganan yang tepat

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI TERNAK KELINCI PADA POLA PEMELIHARAAN PETERNAK SKALA MENENGAH DAN KECIL DI KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS USAHATANI TERNAK KELINCI PADA POLA PEMELIHARAAN PETERNAK SKALA MENENGAH DAN KECIL DI KALIMANTAN TIMUR ANALISIS USAHATANI TERNAK KELINCI PADA POLA PEMELIHARAAN PETERNAK SKALA MENENGAH DAN KECIL DI KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur Jl. Pangeran M. Noor

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Definisi Puyuh ( Coturnix Coturnix Japonica) Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan terus berkembang hingga ke penjuru dunia, dikenal dengan

Lebih terperinci

REPRODUKSI AWAL KAMBING KACANG DAN BOERKA-1 DI LOKA PENELITIAN KAMBING POTONG

REPRODUKSI AWAL KAMBING KACANG DAN BOERKA-1 DI LOKA PENELITIAN KAMBING POTONG REPRODUKSI AWAL KAMBING KACANG DAN BOERKA-1 DI LOKA PENELITIAN KAMBING POTONG (First Reproduction Kacang and Boerka-1 goats at Research Institute for Goat Production Sei Putih) FERA MAHMILIA, M. DOLOKSARIBU,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek. Burung ini merupakan burung liar

Lebih terperinci

Program : Karya Alternatif Mahasiswa. Tahun : Cara Pemberian Pakan a. Pakan untuk induk diberikan 3 kali, yaitu:

Program : Karya Alternatif Mahasiswa. Tahun : Cara Pemberian Pakan a. Pakan untuk induk diberikan 3 kali, yaitu: ternak yang jelas-jelas tidak produktif, berpenyakit, pertumbuhan lambat atau kerdil, dan cacat fisik serta sulit dikawinkan. 5. Tata Laksanan Pemberian Pakan a. Bahan, Bahan pakan yang diberikan pada

Lebih terperinci