PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DITINJAU DARI KONVENSI ILO NO 111 TENTANG DISKRIMINASI DALAM KERJA ARTIKEL/JURNAL

Transkripsi

1 PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DITINJAU DARI KONVENSI ILO NO 111 TENTANG DISKRIMINASI DALAM KERJA ARTIKEL/JURNAL Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum oleh : FERDYAN AGUSTA NPM : PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM TENTANG HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG

2 2

3 PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DITINJAU DARI KONVENSI ILO NO 111 TENTANG DISKRIMINASI DALAM KERJA Ferdyan Agusta 1,Poniar Warsono 1, Deswita Rosra 1 1 Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta ferdyan_agusta@yahoo.co.id ABSTRACT Work to a foreign country is one of solving the unemployment problem that exists today as well as to improve the economic welfare of the people and their families. Indonesian workers who are working to a foreign country called migrant workers, it is necessary to pay attention to protection, labor protection to be set nationally and internationally, is the international organization that regulates the labor problem is the International Labour Organization or the International Labour Organization (ILO). The formulation of the problem in this research are: 1) how labor protection arrangements in terms of ILO Convention 111 on discrimination in the workplace?, 2) how the government's efforts in providing protection to workers who work abroad?. In order to obtain completion problems above writer used normative legal research is research conducted or directed on the written rules or also called secondary data, which consists of primary legal materials, legal materials and secondary legal materials tertiary data in qualitative analysis. Based on the results of the study to prevent employment discrimination against the International Labour Organisation ILO Convention No. 111 made concerning Discrimination in Respect of Employment and Occupation, and in providing protection to workers who work overseas governments make arrangements nationally and internationally and the government must provide protection which is based on the fundamental rights of state and government efforts is to provide preventive and repressive measures, enact legislation and ratify conventions governing labor. Keywords: Protection, Labor Indonesia, ILO Conventions, Discrimination A. Latar Belakang 1. Pendahuluan Menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) telah dianggap sebagai langkah yang tepat untuk mencari penghidupan yang lebih baik oleh masyarakat Indonesia. Pahlawan devisa itulah sebutan untuk Tenaga Kerja Indonesia yang mencari nafkah di luar negeri. Namun tampaknya sebutan tersebut hanya enak di dengar tapi belum sepadan dengan apa yang telah mereka lakukan untuk negeri ini, masih banyak perlakuan buruk yang mereka dapatkan baik itu di negara tempat mereka bekerja maupun di negeri sendiri. Sungguh begitu menyedihkan ketika membaca, melihat dan mendengarkan berita mengenai siksaan yang dialami TKI terutama Tenaga Kerja Wanita (TKW). Meski hanya sedikit yang dapat pulang 1

4 dengan keadaan utuh seperti waktu berangkat ke negara tujuan kerja mereka, bagi yang tidak beruntung akan pulang dalam dalam keadaan yang mengkhawatirkan bahkan ada yang pulang tinggal nama. Dalam Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 27 ayat (2) menetapkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dari Pasal tersebut jelas dikehendaki agar semua warga negara yang mau dan mampu bekerja supaya diberikan pekerjaan, sekaligus dengan pekerjaan tersebut agar mereka dapat hidup layak sebagai manusia yang mempunyai hak-hak yang dilindungi oleh hukum. (Zaeni Asyhadie, 2007) Pengiriman TKI berhubungan erat dengan perlindungan hak-hak TKI. Untuk itu diharapkan Pemerintah Indonesia perlu melakukan usahausaha dalam menjamin dan memberikan perlindungan terhadap TKI yang bekerja di luar negeri, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 28-g ayat 2 berbunyi setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik. Serta dunia juga memberikan perlindungan kepada setiap manusia sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 6 Deklarasi hak-hak asasi manusia yang berbunyi Setiap orang berhak diakui sama menurut hukum dan berhak akan perlindungan hukum yang sama tanpa adanya deskriminasi. Tetapi dari hasil pengamatan peneliti melalui media massa sering terjadi pelecehan terhadap hak-hak TKI seperti gaji yang tidak dibayar, TKI menerima pelecehan seksual, dan menerima kekerasan baik secara psikis maupun secara mental yang dapat menimbulkan kecacatan hingga mengakibatkan kematian atas diri TKI tersebut. Seperti kejadian yang di alami TKI Sumiati di Saudi Arabia,pada tanggal 8 November 2010 di bawa ke Rumah Sakit King Fahad setelah mengalami penyiksaan dari majikannya,kondisi TKI malang tersebut sangat memprihatinkan dan sangat lemah yang dimana kedua kakinya nyaris lumpuh,kulit tubuh dan kepalanya terkelupas,jari tengah retak,alis matanya rusak, yang lebih parah,bibir bagian atasnya hilang. Kejadian di tahun 2010, 20 orang yang berasal dari berbagai kota yang 2

5 bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Singapura melarikan diri dari rumah majikan mereka dan meminta perlindungan ke kedutaan besar RI di Singapura karena dianiaya, dan mendapat ancaman pemerkosaan. Kejadian pada tahun 2012,3 TKI Indonesia asal Pancor Kopong, Pringgasela Selatan, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, di tembak mati oleh polisi Malaysia dan organ tubuh mereka dipreteli yang diduga untuk di jual pada sindikat gelap yang menjual organ tubuh manusia Tenaga kerja sebagai pihak yang lemah maka harus dilindungi dengan peraturan-peraturan yang pada hakikatnya dapat melindungi hak-hak tenaga kerja serta melindungi tenaga kerja akibat dari kecelakaan dan keselamatan kerja ditempat tenaga kerja baik dilindungi oleh negara dimana tenaga kerja bekerja dan negara Indonesia sebagai negara yang mengirim tenaga kerja. Secara nasional masalah tenaga kerja diatas diatur dalam Undangundang No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan terdiri dari 18 Bab dan 191 pasal, dalam undang-undang ini pengertian ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja sedangkan tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Sementara secara internasional masalah ketenagakerjaan diatur dalam Konvensi Perburuhan Internasional atau yang disebut juga dengan Konvensi ILO, terutama Konvensi ILO No. 111 mengenai Diskriminasi Dalam Pekerjaan dan Jabatan. Disetujui pada tanggal 25 Juni 1958 setelah Konferensi Perburuhan Internasional melakukan sidangnya yang ke empat puluh empat stelah menimbang lebih lanjut bahwa diskriminasi merupakan pelanggaran hak yang dinyatakan dalam Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia. Indonesia telah menjadi anggota ILO semenjak tanggal 12 Juli 1950 dengan pernyataan negara Indonesia melalui Letter of Aplication oleh Perdana Menteri Indonesia Serikat DR. Muhammad Hatta. ( Setia Tunggal Hadi, 2000 ) Berdasarkan uraian latar belakang di atas yang ditinjau dari berbagai aspek penulis tertarik mengkaji 3

6 mengenai pengaturan perlindungan tenaga kerja ditinjau dari Konvensi ILO No 111 tentang diskriminasi dalam kerja dan upaya pemerintah dalam memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja di luar negeri. 2. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan hukum normatif. Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak lansung dari obyeknya, tetapi melalui sumber lain baik secara lisan maupun tulisan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumen. Data yang telah terkumpul dianalisis secara kualitatif, yaitu mengelompokkan data menurut aspek-aspek yang diteliti sehingga menjelaskan uraian-uraian secara logis dan tercapai tujuan dan terjawabnya permasalahan dalam penulisan skripsi ini. B. Hasil dan Pembahasan 1. Pengaturan Perlindungan Tenaga Kerja Ditinjau Dari Konvensi ILO No 111 tentang Diskriminasi Dalam Kerja. Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa memiliki hak asasi atau hak dasar sejak dilahirkan, sehingga tidak ada manusia atau pihak lain yang dapat merampas hak tersebut, salah satu bentuk hak asasi adalah persamaan kesempatan, dan perlakuan dalam pekerjaan dan jabatan. Tapi pada saat ini sudah sangat banyak terjadi diskriminasi terhadap wanita dalam kerja maupun jabatan, maka Organisasi Perburuhan Internasional melakukan sidang pada tanggal 4 juni 1958 yang bertempat di Jenewa, memutuskan untuk menyetujui usulusul tertentu tentang diskriminasi dibidang pekerjaan dan jabatan yang merupakan soal keempat dalam acara sidang. Diskriminasi adalah perlakuan yang sifatnya membeda-bedakan antara sesama warga negara karena pengaruh keturunan, suku, warna kulit dan agama. Diskriminasi merupakan bentuk ketidakadilan, ketidakadilan tersebut terwujud dalam pembedaan perlakuan hukum terhadap sesama warga negara, berdasarkan warna kulit, golongan, suku, etnis, agama, jenis kelamin ( gender ) dan sebagainya. Diskriminasi dalam praktik dapat terjadi secara eksplisit ataupun secara terselubung, peraturan perundangundangan yang membeda-bedakan warga negara merupakan bentuk diskriminasi yang terbuka, namun yang banyak adalah yang terselebung dalam 4

7 bentuk pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang berbedabeda terhadap warga negara yang ada akhirnya melahirkan ketidakadilan. Diskriminasi pada dasarnya adalah penolakan atas HAM dan kebebasan dasar. Dalam Pasal 1 butir 3 UU No. 39 Tahun 1998 tentang HAM disebutkan pengertian diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang lansung ataupun tidak langsung didasarkan pada perbedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status social, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan, atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan HAM dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, social, budaya, dan aspek sosial lainnya. Pengertian yang luas tersebut memperlihatkan bahwa spektrum diskriminasi dapat terjadi dalam berbagai bentuk pada setiap bidang kehidupan secara langsung maupun tidak langsung. Diskriminasi tersebut dapat bersumber dari peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah yang mengandung unsurunsur diskriminasi, atau dapat pula berakar pada nilai-nilai budaya, penafsiran agama, serta struktur sosial dan ekonomi yang membenarkan terjadinya diskriminasi. Pengaturan perlindungan tenaga kerja dari tindakan diskriminasi secara internasional terdapat pada Konvensi ILO No 111 mengenai Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan yang pada akhirnya diratifikasi oleh negara Republik Indonesia pada tahun 1999 dengan Undang-undang No. 21 Tahun 1999 tentang Pengesahan Konvensi ILO No. 111 mengenai Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan. Alasan Indonesia meratifikasi Konvensi ILO No 111 adalah : a. Pancasila sebagai falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai sumber dan landasan hukum nasional, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagaimana tercermin dalam sila-sila Pancasila khususnya, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Untuk itu bangsa Indonesia bertekad untuk mencegah, 5

8 melarang, menghapuskan segala bentuk diskriminasi dalam pekerjaan dan jabatan sesuai dengan ketentuan konvensi ini. b. Dalam rangka pengamalan Pancasila dan pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945, Indonesia telah menetapkan peraturan perundang-undangan yang mengatur pencegahan dan pelarangan segala bentuk diskriminasi dalam pekerjaan dan jabatan. c. Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia melalui Ketetapan Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia menugasi Presiden dan DPR untuk meratifikasi berbagai instrument PBB yang berkaitan dengan Hak Asasi Manusia. Indonesia telah meratifikasi Konvensi PBB tanggal 18 Desember 1979 tentang Penghapusan segala bentuk Diskriminasi terhadap wanita dengan Undang-undang No 7 Tahun 1984 dan menandatangani Keputusan Pertemuan Tingkat Tinggi mengenai Pembangunan Sosial di Kopenhagen Tahun 1995 yang menjadi pendorong meratifikasi tujuh Konvensi ILO yang memuat hak-hak dasar pekerja, termasuk Konvensi Nomor 111 Tahun 1958 mengenai Diskriminasi Dalam Pekerjaan dan Jabatan. d. ILO dalam Sidang Umumnya yang ke 86 di Jenewa bulan Juni 1998 menyepakati Deklarasi setiap bentuk diskriminasi dalam pekerjaan dan jabatan e. Pengesahan Konvensi ini menunjukkan kesungguhan Indonesia memajukan, dan melindungi hak-hak dasar pekerja khususnya hak mendapatkan persamaan kesempatan dan perlakuan dalam pekerjaan dan jabatan. Hal ini akan lebih meningkatkan citra positif Indonesia, memantapkan kepercayaan masyarakat internasional. Pokok pokok yang terkandung dalam Konvensi ILO No 111 adalah : 6

9 1. Negara anggota ILO yang mengesahkan konvensi ini wajib melarang setiap bentuk diskriminasi dalam pekerjaan dan jabatan yang didasarkan atas ras, warna kulit, jenis kelamin, agama, pandangan politik, kebangsaan atau asal usul keturunan. 2. Negara anggota ILO yang mengesahkan konvensi ini wajib mengambil langkahlangkah kerjasama dalam peningkatan pentaatan pelaksanaannya, peraturan perundang undangan dan administrasi, penyesuaian kebijaksanaan,pengawasan, pendidikan dan pelatihan. 3. Negara anggota ILO yang mengesahkan Konvensi ini wajib melaporkannya. Anggota yang memberlakukan Konvensi ini wajib mengumumkan, membuat kebijakan nasional yang bertujuan untuk memajukan dengan cara yang sesuai dengan keadaan dan kebiasaan nasional, persamaan penempatan, dan perlakuan dalam pekerjaan dan jabatan dengan tujuan untuk meniadakan diskriminasi. 2. Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah dalam melindungi tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri Perlindungan adalah suatu bentuk pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk memberikan rasa aman baik fisik maupun mental, kepada korban dan saksi dari ancaman, gangguan, teror dan kekerasan dari pihak manapun, yang diberikan pada tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan atau pemeriksaan disidang pengadilan. ( Departemen Hukum dan Ham R.I ) Perlindungan TKI menurut Undang-undang No 3 Tahun 2013 Pasal 1 adalah Segala upaya untuk melindungi calon TKI/TKI dalam mewujudkan terjaminnya pemenuhan hak-haknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan baik sebelum, selama, maupun sesudah bekerja. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke yang terdiri dari berbagai suku, adat istiadat, kebudayaan dan tata hukum dalam penyelesaian masalah yang berbeda setiap daerahnya, berbeda namun dapat dipersatukan oleh tata Pemerintahan Republik Indonesia dimana pemerintah 7

10 tersebut sangat memperhatikan dan melindungi setiap warga negara sehingga dapat mencegah terjadinya perpecahan dalam masyarakatnya Negara Indonesia sangat konsisten dalam melindungi rakyatnya sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Republik Indonesia berbunyi melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan didalam pasal-pasal Undang- Undang Dasar juga mengatur tentang perlindungan warga negara yang diberikan oleh negara. Negara Indonesia melindungi rakyatnya baik yang berada didalam negeri maupun yang berada di luar negeri. Dalam melindungi rakyat Indonesia yang berada di luar negeri maka Pemerintah Indonesia mengadakan kerja sama dan perjanjian internasional serta menempatkan perwakilannya di negara tersebut. Perwakilan negara Indonesia yang berada di luar negeri ini yang berkewajiban dalam melindungi dan membantu pemecahan masalah yang dialami oleh rakyat Indonesia (TKI) yang berada di luar. Menurut Andi Indrarti Arief dalam bukunya Perlindungan hukum terhadap tenaga kerja dalam sistem ekonomi di Indonesia disebutkan bahwa perlindungan hukum berarti perlindungan yang diberikan melalui hukum terhadap status (kedudukan) ataupun hak, misalnya hak memilih, hak dipilih, hak berusaha atau hak khusus warga negara sebagai penduduk, rakyat dan sebagainya. Pada Pasal 1 angka 4 Undangundang Nomor 39 tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri menyebutkan pengertian daripada perlindungan TKI adalah segala upaya untuk melindungi kepentingan calon TKI dalam mewujudkan terjaminnya pemenuhan hak-haknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan, baik sebelum, selama, maupun sesudah kerja. Dalam keputusan Menteri Negara Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : KEP-104 A/MEN/2002 tentang Penempatan Tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri menyatakan bahwa perlindungan TKI adalah Lembaga perlindungan dan pembelaan terhadap hak serta kepentingan TKI yang wajib dipenuhi oleh PJTKI melalui kerjasama dengan Konsultan Hukum dan atau Lembaga Asuransi di Luar Negeri. Sebagaimana diketahui bahwa pengiriman TKI keluar negeri pada 8

11 hakikatnya disamping merupakan ekspor jasa penghasil devisa juga sekaligus sebagai perluasan untuk mendapat kesempatan kerja dalam rangka meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja itu sendiri, Untuk itu sudah merupakan kewajiban pemerintah dan para pelaku bisnis dibidang tenaga kerja untuk menyelenggarakan dengan efisien dan memberikan kemudahan perlindungan baik didalam negeri maupun di luar negeri dengan memperhatikan harkat dan martabat serta nama baik bangsa dan negara. Pelaksanaan perlindungan kepada TKI pada dasarnya bertumpu pada tindakan preventif den represif yang dilakukan oleh perwakilan R.I bekerjasama dengan instasi terkait setempat seperti Kementrian Luar Negeri, Kementrian Dalam Negeri, Kepolisian, Dinas Intelijen, dan imgrasi setempat. Bentuk upaya terbaru yang dilakukan pemerintah dalam memberikan perlindungan terhadap Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri adalah dengan dibentuknya Undangundang Nomor 3 Tahun 2013 yang terdiri dari VI Bab dan 43 Pasal, didalam undang-undang tersebut terdapat cara memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja serta badan hukum yang bertanggung jawab terhadap tenaga kerja tersebut. Upaya tersebut adalah : a. Memberikan pembinaan adalah kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik dalam rangka memberikan dan meningkatkan perlindungan TKI di luar negeri. b. Memberikan asuransi TKI adalah suatu bentuk perlindungan terhadap TKI dalam bentuk santunan berupa uang sebagai akibat resiko yang dialami TKI sebelum, selama, dan sesudah bekerja di luar negeri c. Memberikan pembekalan akhir pemberangkatan yang disebut PAP adalah kegiatan pemberian pembekalan atau informasi kepada calon TKI yang akan berangkat bekerja ke luar negeri agar calon TKI mempunyai kesiapan mental dan pengetahuan untuk bekerja ke luar negeri, memahami hak dan kewajibannya, dan juga dapat mengatasi masalah yang akan dihadapi. d. Membentuk Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri yang selanjutnya disebut Perwakilan 9

12 Diplomatik dan Perwakilan Konsuler Republik Indonesia e. MembentukAtase Ketenagakerjaan adalah Pegawai Negeri Sipil pada kementerian yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan yang ditempatkan pada Perwakilan Diplomatik tertentu yang proses penugasannya berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan untuk melaksanakan tugas di bidang ketenagakerjaan. f. Membentuk Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut BNP2TKI. Upaya lain yang dilakukan oleh pemerintah dalam memberikan perlindungan kepada Tenaga Kerja Indonesia adalah : 1. Memberikan calon TKI perlindungan pada pra penempatan, adalah : a) Perlindungan administratif, b) Perlindungan teknis. 2. Memberikan perlindungan pada masa penempatan yang dimulai sejak TKI tiba di bandara/pelabuhan negara tujuan penempatan, selama bekerja, sampai kembali ke bandara debarkasi Indonesia. 3. Memberikan perlindungan purna penempatan, diberikan dalam bentuk : a) Memberikan kemudahan atau fasilitas kepulangan TKI b) Fasilitasi pengurusan klaim asuransi c) Pemantauan kepulangan TKI sampai ke daerah asal d) Fasilitasi TKI bermasalah berupa fasilitasi hak-hak TKI e) Penanganan TKI sakit berupa fasilitasi perawatan kesehatan. Adapun instansi-instansi yang terkait dengan pemberian perlindungan kepada TKI di dalam maupun di luar negeri adalah : a. Departemen Luar Negeri R.I b. Kantor Menko Polkam R.I dan Kantor Menko Kesra R.I c. Departemen Dalam Negeri R.I, khususnya Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, dan Pemerintah Kota d. Departemen kehakiman, dan HAM R.I, khususnya Direktorat Jendral Imigrasi dan Kantor Imihrasi di daerah. 10

13 e. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I, Dinas Tenaga Kerja dan Mobilitas Penduduk Provinsi, Kabupaten dan Kota. f. Departemen Sosial R.I, Dinas Sosial Provinsi, Kabupaten dan Kota g. Markas besar Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kepolisian daerah h. Asosiasi Perusahaan Pengerah Tenaga Kerja. i. Instasi terkait lainnya yang dianggap berkompeten. Dalam rangka optimalisasi perlindungan TKI yang bermasalah di luar negeri, suatu perjanjian bilateral memang sangat diperlukan, karena dapat dijadikan dasar bagi langkahlangkah intervensi yang lebih dalam dan lebih luas dari Perwakilan R.I untuk menyelesaikan masalah TKI Masalah penempatan dan perlindungan TKI ke luar negeri menyangkut juga hubungan antar negara, maka sudah sewajarnya apabila kewenangan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri merupakan kewenangan pemerintah. Namun pemerintah tidak dapat bertindak sendiri, karena itu perlu melibatkan pemerintah Provinsi maupun kabupaten/kota serta institusi swasta. Di lain pihak karena masalah penempatan dan perlindungan Tenaga Kerja Indonesia lansung berhubungan dengan masalah nyawa dan kehormatan yang sangat asasi bagi manusia, maka institusi swasta yang terkait tentunya haruslah mereka yang mampubaik dari aspek komitmen, profesionalisme maupun secara ekonomis, dapat menjamin hak-hak asasi manusia warga negara yang bekerja di luar negeri agar tetap terlindungi. Dalam rangka memberikan perlindungan bagi calon Tenaga Kerja Indonesia/Tenaga Kerja Indonesia, pemerataan kesempatan kerja dan/atau untuk kepentingan ketersediaan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan nasional, Pemerintah dapat menghentikan dan/atau melarang penempatan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri untuk negara tertentu atau penempatan Tenaga Kerja Indonesia pada jabatan/pekerjaan tertentu di luar negeri. C. Simpulan 1. Diskriminasi merupakan masalah umum yang terjadi dalam dunia kerja, mengenai diskriminasi dalam dunia kerja yang didasarkan atas ras, warna kulit, 11

14 jenis kelamin, agama, kebangsaan, pengaturan perlindungannya di atur secara nasional dan secara internasional melalui Konvensi ILO No 111 mengenai Diskriminasi Dalam Pekerjaan dan Jabatan yang di ratifikasi oleh Negara Indonesia melalui Undang-undang No 21 Tahun 1999 tentang pengesahan Konvensi ILO No Upaya perlindungan yang dilakukan pemerintah adalah pemerintah memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja yang bekerja diluar negeri sesuai dengan hak mendasar dari negara, upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan memberikan perlindungan preventif dan perlindungan represif, serta pengaturan lain sesuai dengan mekanismenya, perlindungan tersebut diberikan pada masa pra penempatan, masa penempatan dan purna penempatan. DAFTAR PUSTAKA Asyhadie, Zaeni, 2007, Hukum Kerja Hukum ketenagakerjaan bidang hubungan kerja, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Strake, J.G, 2004, Pengantar Hukum Internasional Edisi Kesepuluh Jilid 1 Penerjemah Iriana Djajaatmadja, Sinar Grafika, Jakarta. Regulasi Konvensi ILO Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1999 tentang pengesahan Konvensi ILO No 111 mengenai Diskriminasi Dalam Pekerjaan dan Jabatan Undang-Undang No 3 Tahun 2013 Tentang Perlindungan Tenaga Indonesia Di Luar Negeri. Sumber Lain Badan penelitian dan pengembangan Ham Departemen Hukum dan Ham R.I, Kamus Umum Hak Asasi Manusia, Jakarta, hal 71 Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja, 10 Januari 2005 Penghapusan diskriminasi dalam berbagai bentuk, 2011/10. 12