PRESENTASI PROYEK AKHIR D-IV TPLP TEKNIK SIPIL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRESENTASI PROYEK AKHIR D-IV TPLP TEKNIK SIPIL"

Transkripsi

1 PRESENTASI PROYEK AKHIR D-IV TPLP TEKNIK SIPIL ANALISIS RENCANA PEMANFAATAN LAHAN REKLAMASI PANTAI CEMPA E UNTUK PANGKALAN PENDARATAN IKAN DI KECAMATAN SOREANG KELURAHAN WATTANG SOREANG PAREPARE SULAWESI SELATAN disampaikan oleh : ANDI SUBHAN.N NRP Program Studi D-IV TPLP Teknik Sipil

2 LATAR BELAKANG Ditinjau dari segi letak geografis, Kota Parepare terletak dijalur transportasi yang menghubungkan antara kota-kota yang ada dibagian Utara, bagian Timur, dan kota-kota yang ada dibagian Selatan. Disisi lain, Kota Parepare merupakan daerah akumulasi dan distributor barang-barang ke dan dari wilayah hinterland dan forelandnya sehinggah ditinjau dari aspek aksesibilitas dan potensi pasar maka Kota Parepare memiliki aksesibilitas yang relative tinggi. Dalam kaitannya dengan tingkat optimalisasi pemanfaatan dan distribusi hasil perikanan, Kota Parepare telah berfungsi sebagai tempat berlabuh atau tempat pendaratan bagi kapal-kapal perikanan yang lokasi fishing ground-nya terletak di Selat Makassar. Sayang sekali, sampai sekarang ini Kota Parepare belum memiliki Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang cukup representative bagi pengembangan kegiatan tersebut.

3 Batasan Masalah / Ruang Lingkup Mengingat luasnya aspek permasalahn dalam meninjau kelayakan pemanfaatan lahan reklamasi untuk aktifitas Pangkalan Pendaratan Iklan (PPI) maka dibatasi pada aspek : Kelayakan yang ditinjau adalah aspek teknis dan aspek ekonomis. Kelayakan aspek teknis mengacu pada keputusan Menteri Kelautan dan perikanan Nomor : KEP. 10/MEN/2004 Tentang Pelabuhan Perikanan. Kelayakan aspek ekonomis menggunakan metode NPV dan IRR.

4 Tahap Identifikasi Masalah METODOLOGI Survey Lokasi Tahap Pengumpulan Data Studi Literatur 1. Pelabuhan Perikanan 2. Analisis Kelayakan A.Teknis - Kondisi Teknis Pelabuhan - Kriteria Kelayakan Teknis - Analisis Kelayakan Teknis. B.Ekonomis - Analisis Komponen - Biaya Operasional - Analisis Komponen Pendapatan - NPV, IRR 1. Identifikasi kondisi fisik lokasi penelitian. 2. Identifikasi sosial ekonomi dan Kependudukan Kota Parepare 3. Identifikasi potensi sumberdaya perikanan Kota Parepare dan sekitarnya. 4. Identifikasi komponen biaya operasional Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Parepare. 5. Identifikasi komponen pendapatan dalam pengoperasian Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Parepare Tahap Analisa Data Penulisan Laporan Akhir Tahap Kesimpulan dan Saran

5 GAMBARAN WILAYAH STUDI

6 LOKASI WILAYAH STUDI PETA KELURAHAN WATTANG SOREANG Gambar Peta Topografi Lokasi PPI LOKASI PPI Gambar Lokasi Pembangunan PPI Gambar. Peta Lokasi Penelitian

7 Tabel 5.2 Identifikasi Isu Pokok pada tahap-tahap pelaksanaan pembangunan TAHAP KEGIATAN BERDAMPAK DAMPAK POTENSIAL DAMPAK PENTING HIPOTESIS ISU POKOK Prakonstruksi > Survey Topografi, bathymetri & > Perubahan sikap & persepsi > Persepsi masyarakat > Persepsi masyarakat hidroseanologi masyarakat > Sosilisasi Konstruksi > Mobilisasi tenaga kerja > Peningkatan kesempatan kerja > Peningkatan pendapatan > Peningkatan pendapatan > Mobilisasi peralatan berat & usaha penduduk penduduk > Mobilisasi material timbunan > Penurunan kualitas udara & > Penurunan kesehatan masyarakat > Penurunan kesehatan masyarakat > Pengerukan dasar laut untuk peningkatan kebisingan > Pengurangan flora dan fauna > Perubahan ekosistem dermaga > Kerusakan jalan & penurunan > Penurunan laju kendaraan > Penurunan kualitas udara & > Reklamasi pantai kenyamanan > Penurunan kualitas udara & peningkatan kebisingan > Pembangunan PPI > Pengurangan spesies burung peningkatan kebisingan > Demobilisasi langka > Gangguan ekosistem magrove & biota laut > Penurunan kualitas air laut & sifat fisik tanah Pasca Konstruksi > Operasional PPI > Penurunan kualitas udara & > Penurunan kualitas udara & > Peningkatan pendapatan > Pemeliharaan peningkatan kebisingan peningkatan kebisingan penduduk > Perubahan tata guna lahan & > Perubahan budaya masyarakat > Penurunan kualitas udara & tanah > Peningkatan pendapatan peningkatan kebisingan > Peningkatan aktivitas ekonomi, penduduk lapangan kerja > Gangguan keamanan & ketertiban

8 Tabel 5.3 Matriks AMDAL PU untuk dampak penting dan besar pada tahap-tahap pelaksanaan pembangunan Tahap Kegiatan Komponen Kegiatan Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak Sumber Dampak Subkomponen Parameter Prakonstruksi Survei topografi, bathymetri Persepsi masyarakat Perubahan persepsi Ketidakjelasan informasi dan hidro-oseanografi masyarakat tentang proyek Konstruksi Mobilisasi peralatan berat Flora dan fauna pesisir Pengurangan populasi Getaran dan suara peralatan burung langka Mobilisasi bahan timbunan Transportasi laut Kecelakaan kapal Pergerakan kapal pengangkut bahan timbunan Transportasi darat Terjadinya tambahan Pergerakan truk-truk pengangkut gabungan kerusakan jalan material Flora dan fauna pesisir Pengurangan populasi Getaran dan suara peralatan burung langka Pengerukan dasar laut Kualitas air laut Kekeruhan Pemberaian bahan timbunan untuk pembuatan dermaga dari kapal pengangkut Biota air laut Keaneka ragaman hayati Pemberaian akibat pengerukan dan lolosan bahan dari dumping site Reklamasi Flora dan fauna pesisir Kerapatan & kepadatan ekosistemperubahan stabilitas pantai yang mangrove serta keberadaan core diakibatkan oleh kegiatan area burung pantai (sempadatan reklamasi pantai > 100 m) Biota air laut Keanekaragaman biota Kekeruhan yang ditimbulkan (phytoplanton dari aktivitas reklamasi Kualitas air laut Kekeruhan Tersuspensinya material urug yang berukuran kecil saat reklamasi Angkutan sedimen Kedalaman perairan dangkal Reklamasi perairan Kualitas air tawar Tinggi air sungai terhadap Kenaikan elevasi permukaan air mercu tanggul laut secara berangsur-angsur oleh kegiatan reklamasi akan menaikkan air sungai akibat back water Pembangunan PPI Kualitas udara Kadar debu, Nox dan tingkat Emisi kendaraan dan lalu lintas kebisingan kendaraan Transportasi darat Kapasitas jalan hampir dilampaui Pergerakan truk-truk pengangkut volum e lalu lintas m aterial Transportasi darat Terjadinya tambahan Pergerakan truk-truk pengangkut gabungan kerusakan jalan material

9 Tahap Kegiatan Komponen Kegiatan Komponen Lingkungan yang Terkena Dampak Sumber Dampak Tolak Ukur Dampak Subkomponen Parameter Pola usaha & pendapatan Turunya produktifitas Gangguan kesehatan karena Meningkatnya penyakit masyarakat perubahan kualitas udara infeksi dan indikator kesehatan lain Pascakonstruksi Operasional PPI Tata guna ruang Kesesuain pembangunan di Aktivitas dan layanan dari PPI Kesesuaian fungsi lahan dan sekitar lokasi kegiatan dengan mendorongf pemanfaatan ruang pembangunan dengan RTRW RTRW yang ada & lahan yang berlaku Kuantitas air tawar Meluapnya air ke atas tebing/ Kenaikan elevasi permukaan air Bertambah tinggi genangan luas tanggul sungai dan mengenai laut karena adanya bangunan daerah genangan dan waktu lahan di kiri dan kanan akibat PPI menimbulkan efek backwater genangan efek backwater pada sungai Angkutan sedimen Kedalaman perairan dangkal Reklamasi perairan Perahu nelayan kapal industri kayu tidak bisa lewat Transportasi laut Penurunan keselamatan Kapal-kapal pengangkut Tidak ada kecelakaan pelayaran Pembangunan PPI Kualitas udara Kadar debu, Nox dan tingkat Emisi kendaraan dan lalu lintas Debu < 0,26 Mg/m³ kebisingan kendaraan Nox < 0,05 ppm Transportasi darat Kapasitas jalan hampir dilampaui Pergerakan truk-truk pengangkut DS > 0,7 volume lalu lintas material Ketenagakerjaan Penyerapan tenag kerja dan Aktivitas bisnis di sekitar Sarapan angkatan kerja ketersediaan lowongan kerja wilayah PPI Pertumbuhan ekonomi Variasi kegiatan ekonomi Akjtivitas dan layanan dari PPI Keragaman kegiatan mendorong ekonomi warga ekonomi Demografi Rata-rata kepadatan Jumlah penduduk akan meningkat Rata-rata kepadatan di sekitar PPI penduduk akibat aktivitas ekonomi dari PPI Lembaga/ikatan sosial Pergeseran dalam adat Banyak pendatang dari Perubahan pola kehidupan istiadat wilayah lain berdasarkan intesitas interaksi Keamanan Meningkatnya kriminalitas Naiknya aktivitas di sekitar PPI Statistika kriminalitas serta banyaknya pendatang Kesehatan dan keselamatan Meningkatnya kecelakaan Kegiatan kerja di sekitar Statistika kecelakaan dan kerja kerja wilayah PPI keselamatan kerja

10 Tabel 5.4 Rencana pengelolaan dampak pada tahap-tahap pelaksanaan pembangunan Tahap Kegiatan Komponen Kegiatan Dampak Yang Dikelola Upaya Pengelolaan Pelaksana Subkomponen Bentuk Dampak Pelaksana Pengawas Pendanaan Prakonstruksi Survei topografi, bathymetri Persepsi masyarakat Perubahan persepsi Sosilisasi tentang tujuan dan rencana pembangunan PT. Pelindo IV BAPEDAL PT. Pelindo IV dan hidro-oseanografi masyarakat, serta pelibatan masyarakat secara partisipatoris BAPEDAL SulSEL BAPEDAL dalam penetapan ganti rugi serta pemberian nsentif SulSEL Pemkot Parepare SulSEL untuk keperluan umum Konstruksi Mobilisasi Peralatan berat Flora dan Fauna pesisir Pengurangan populasi Pembuangan hasil material pengerukan dengan barkas PT. Pelindo IV BAPEDAL PT. Pelindo IV burung langka (barge) dan penggunaan teknologi cutter-suction dalam BAPEDAL SulSEL BAPEDAL pengerukan SulSEL Pemkot Parepare SulSEL Mobilisasi bahan timbunan Transportasi laut Kecelakaan kapal Pemasangan rambu-rambu navigasi laut, penyediaan kapal PT. Pelindo IV BAPEDAL PT. Pelindo IV pandu untuk operasional kapal pengangkut material timbunan BAPEDAL SulSel, dan BAPEDAL dan pemberisahan wilayah yang dilewati kapal-kapal tersebut SulSEL Dephub Dirjen SulSEL setelah pekerjaan selesai laut Transportasi Darat Terjadinya tambahan Penetapan tonase maksimun gardan dari dumptruk yang PT. Pelindo IV Dinas Hub SulSel PT. Pelindo IV gabungan kerusakan jalan beroperasi sesuai dengan kelas dan perkerasan BAPEDAL BAPEDAL jalan SulSEL SulSEL Flora dan fauna pesisir Pengurangan populasi Pembuangan hasil material pengerukan dengan barkas PT. Pelindo IV BAPEDAL PT. Pelindo IV burung langka (barge) dan penggunaan teknologi cutter-suction dalam SulSEL pengerukan Pengerukan dasar laut Kualitas air laut Kekeruhan Mengurangi kekeruhan dengan membuang material hasil PT. Pelindo IV Dinas Hub SulSel PT. Pelindo IV untuk PPI pengerukan dengan barkas (barge) dan penggunaan dan Dinas Peng. memanfaatkan pemompaan lansung limbah kerukan SulSel melalui teknologi pengerukan cutter-suction Biota air laut Keaneka ragaman hayati Pembuangan hasil material pengerukan dengan barkas PT. Pelindo IV Dinas Hub SulSel PT. Pelindo IV (barge) dan penggunaan teknologi cutter-suction dalam DLLAJR SulSel, pengerukan Reklamasi Flora dan fauna pesisir Kerapatan & kepadatan ekosistem Pembatasan aktivitas proyek pada garis sempadan pantai, PT. Pelindo IV DLLAJR SulSel, PT. Pelindo IV mangrove serta keberadaan core mempertahankan luasan minimun 3 hektar sebagai core Pemkot Parepare area burung pantai (sempadatan area burung pantai serta bantaran magrove pantai > 100 m) Biota air laut Keanekaragaman biota Mengurangi kekeruhan dengan membuang material hasil PT. Pelindo IV Pemkot Parepare PT. Pelindo IV (phytoplankton) pengerukan dengan barkas (barge) dan penggunaan memanfaatkan pemompaan lansung limbah kerukan melalui teknologi pengerukan cutter-suction

11 Tahap Kegiatan Komponen Kegiatan Dampak Yang Dikelola Upaya Pengelolaan Pelaksana Subkomponen Bentuk Dampak Pelaksana Pengawas Pendanaan Kualitas air laut Kekeruhan Pengambilan air laut dan dianalisa di laboratorium PT. Pelindo IV BAPEDAL PT. Pelindo IV setaip bulan sekali selama masa pelaksanaan BAPEDAL SulSEL BAPEDAL SulSEL Pemkot Parepare SulSEL Angkutan sedimen Kedalaman perairan dangkal Melakukan pengukuran kedalaman air laut dengan metode PT. Pelindo IV Dinas Hub SulSel PT. Pelindo IV sounding dan jika sulit, dilakukan dengan bak ukur 3 bulan sekali selama proses konstruksi Kualitas air tawar Tinggi air sungai terhadap Pencatatan data tentang kenaikan tinggi muka air banjir, PT. Pelindo IV Dinas Hub SulSel PT. Pelindo IV mercu tanggul luas genangan, lama waktu banjir dan Dinas Peng. SulSel Pembangunan PPI Kualitas udara Kadar debu, Nox dan tingkat Pengambilan contoh udara dan di analisa di laboratorium PT. Pelindo IV Dinas Hub SulSel PT. Pelindo IV kebisingan dilakukan 3 bulan sekali DLLAJR SulSel, selama masa konstruksi Transportasi darat Kapasitas jalan hampir dilampaui Perhitungan beban lalu lintas metode observasi setiap 3 PT. Pelindo IV DLLAJR SulSel, PT. Pelindo IV volume lalu lintas bulan selama masa pelaksanaan pekerjaan Pemkot Parepare Transportasi darat Terjadinya tambahan Pengamatan kerusakan jalan dengan metode observasi PT. Pelindo IV Pemkot Parepare PT. Pelindo IV gabungan kerusakan jalan selama masa pelaksanaan pekerjaan Pola usaha & pendapatan Turunya produktifitas Mengajak masrakat menjadi tenaga kerja proyek dan PT. Pelindo IV Pemkot Parepare PT. Pelindo IV masyarakat mengadakan pelatihan keterampilan tenaga kerja Pascakonstruksi Operasional PPI Tata guna ruang Kesesuain pembangunan di Melakukan pengendalian pemanfaatan ruang PT. Pelindo IV Pemkot Parepare PT. Pelindo IV sekitar lokasi kegiatan dengan melalui intrumentasi ketetapan hukum RTRW yang ada Kuantitas air tawar Meluapnya air ke atas tebing/ Memantau kebocoran tanggul, pintu air PT. Pelindo IV Dinas Peng.SulSel PT. Pelindo IV tanggul sungai dan mengenai dapat dioperasikan dengan baik Pemkot Parepare lahan di kiri dan kanan akibat efek backwater Angkutan sedimen Kedalaman perairan dangkal Melakukan pengukuran kedalaman air laut dan pengukuran PT. Pelindo IV Dinas Hub SulSel PT. Pelindo IV pasang surut khusus alur untuk perahu nelayan dan kapal dan Dinas Peng. barang disekitar tanjung dilakukan dengan sounding dan SulSel untuk pemantauan dilakukan dengan menggunakn bak pengukuran

12 Tahap Kegiatan Komponen Kegiatan Dampak Yang Dikelola Upaya Pengelolaan Pelaksana Subkomponen Bentuk Dampak Pelaksana Pengawas Pendanaan Transportasi laut Penurunan keselamatan Perhitungan jumlah kecelakaan dan melaksanakan PT. Pelindo IV Dinas Hub SulSel PT. Pelindo IV pelayaran pemantauan terhadap penerapan keselamatan dan, pelayaran laut Dirjen laut Dephub Pembangunan PPI Kualitas udara Kadar debu, Nox dan tingkat Memperbaiki jalan yang rusak, pengaturan jadwal pengangkutan PT. Pelindo IV Dinas Hub SulSel PT. Pelindo IV kebisingan barang, pembatasan kendaraan dan cek fisik untuk kendaraan dan, pengangkut DLLAJR SulSel, Transportasi darat Kapasitas jalan hampir dilampaui Penjadualan truk serta pengendalian muatan PT. Pelindo IV DLLAJR SulSel, PT. Pelindo IV volume lalu lintas Pemkot Parepare Ketenagakerjaan Penyerapan tenag kerja dan Menyiapkan tenaga kerja setempat agar memenuhi kualitas PT. Pelindo IV Pemkot Parepare PT. Pelindo IV ketersediaan lowongan kerja yang diperlukan, bersikap produktif untuk rekrumen kerja, menyediakan bursa yang transparan dan konpetitif, mempromosikan usaha-usaha dilingkup PPI selain tindakan mengembangkan partisipasi masyarakat setempat dalam kegiatan PPI Pertumbuhan ekonomi Variasi kegiatan ekonomi Menfasilitasi aktifitas usaha perekonomian di sekitar PPI, PT. Pelindo IV BAPEDAL PT. Pelindo IV mendorong kegiatan-kegiatan perniagaan disekitar kawasan Pemkot Parepare SulSEL Pemkot Parepare, menyediakan pelatihan dan community develoment Demografi Rata-rata kepadatan Mendorong tertib administrasi kependudukan bagi pekerja di PPI PT. Pelindo IV BAPEDAL PT. Pelindo IV penduduk, mendukung usaha-usaha pengendalian masyarakat oleh Pemkot Parepare SulSEL Pemkot Parepare aparat pemerintah Lembaga/ikatan sosial Pergeseran dalam adat Memfasilitasi kegiatan sosial di sekitar PPI melalui tokoh PT. Pelindo IV LSM, dan PT. Pelindo IV istiadat masyarakat atau LSM, setidaknya setahun sekali Pemkot Parepare Keamanan Meningkatnya kriminalitas Mengendalikan tenaga pengamanan di wilayah PPI, PT. Pelindo IV Polda SulSel PT. Pelindo IV mengendalikan proses keamanan melalui koordinasi dengan Pemkot Parepare Pemkot Parepare kepolisian dan aparat pemerintah Kesehatan dan keselamatanmeningkatnya kecelakaan Pembatasan jam kerja sesuai aturan, penegndalian shif, PT. Pelindo IV Disnaker SulSel PT. Pelindo IV kerja kerja pemakaian alat keselamatan kerja, penyediaan poliklinik Pemkot Parepare Pemkot Parepare Pemkot Parepare dan fasilitas perawatan darurat

13 Tabel 5.5 Rencana pemantauan dampak pada tahap-tahap pelaksanaan pembangunan Tahap Kegiatan Komponen Kegiatan Dampak Yang Dikelola Metode Pemantauan Pelaksana Subkomponen Bentuk Dampak Pelaksana Pengawas Pendanaan Prakonstruksi Survei topografi, bathymetri Persepsi masyarakat Perubahan persepsi Observasi lansung kepada masyarakat, dengan PT. Pelindo IV BAPEDAL PT. Pelindo IV dan hidro-oseanografi masyarakat kuesioner atau wawancara selama parkonstruksi Pemkot Parepare SulSEL Pemkot Parepare Konstruksi Mobilisasi Peralatan berat Flora dan Fauna pesisir Pengurangan populasi Perhitungan volume lalu lintas setiap 3 bulan PT. Pelindo IV Dinas Hub PT. Pelindo IV burung langka selama masa pelaksanaan pekerjaan SulSel, dan Admin. Pelabuhan Mobilisasi bahan timbunan Transportasi laut Kecelakaan kapal Perhitungan jumlah kecelakaan selama masa PT. Pelindo IV BAPEDAL PT. Pelindo IV pelaksanaan pekerjaan SulSel, dan Dephub Dirjen laut Transportasi Darat Terjadinya tambahan Pengamatan kerusakan jalan dengan metode observasi PT. Pelindo IV Pemkot Parepare PT. Pelindo IV gabungan kerusakan jalan selama masa pelaksanaan pekerjaan BAPEDAL BAPEDAL SulSEL SulSEL Flora dan fauna pesisir Pengurangan populasi Pembuangan hasil material pengerukan dengan barkas PT. Pelindo IV BAPEDAL PT. Pelindo IV burung langka (barge) dan penggunaan teknologi cutter-suction dalam SulSEL pengerukan Pengerukan dasar laut Kualitas air laut Kekeruhan Pemantauan kualitas air laut dengan metode PT. Pelindo IV Pemkot Parepare PT. Pelindo IV untuk PPI turbidity meter, setiap bulan semasa pelaksanan BAPEDAL BAPEDAL pekerjaan SulSEL SulSEL Biota air laut Keaneka ragaman hayati Perhitungan dan pengamatan komunitas fauna dan PT. Pelindo IV BAPEDAL PT. Pelindo IV kerapatan flora setiap 3 bulan selama masa pelaksanaan BAPEDAL SulSEL BAPEDAL pekerjaan SulSEL SulSEL Reklamasi Flora dan fauna pesisir Kerapatan & kepadatan ekosistem Perhitungan dan pengamatan komunitas fauna dan PT. Pelindo IV DLLAJR SulSel, PT. Pelindo IV mangrove serta keberadaan core kerapatan flora setiap 3 bulan selama masa pelaksanaan Pemkot Parepare area burung pantai (sempadatan pekerjaan pantai > 100 m) Biota air laut Keanekaragaman biota sampling biota air laut (phytoplanton) dengan net PT. Pelindo IV BAPEDAL PT. Pelindo IV (phytoplankton) plankton dan dianalisa di laboratorium BAPEDAL SulSEL BAPEDAL SulSEL Pemkot Parepare SulSEL

14 Tahap Kegiatan Komponen Kegiatan Dampak Yang Dikelola Metode Pemantauan Pelaksana Subkomponen Bentuk Dampak Pelaksana Pengawas Pendanaan Kualitas air laut Kekeruhan Mengurangi kekeruhan dengan membuang material hasil PT. Pelindo IV BAPEDAL PT. Pelindo IV pengerukan dengan barkas (barge) dan penggunaan BAPEDAL SulSEL BAPEDAL memanfaatkan pemompaan lansung limbah kerukan SulSEL Pemkot Parepare SulSEL melalui teknologi pengerukan cutter-suction Angkutan sedimen Kedalaman perairan dangkal Pengerukan pada sedimen dimuara sungai dengan alat PT. Pelindo IV BAPEDAL PT. Pelindo IV sungai dengan alat keruk apung(amphibious-cahmpehell) BAPEDAL SulSEL BAPEDAL untuk memperlancar aliran sungai SulSEL Pemkot Parepare SulSEL Kualitas air tawar Tinggi air sungai terhadap Pembuatan tanggul pada bagian sungai dengan alat PT. Pelindo IV Dinas Hub SulSel PT. Pelindo IV mercu tanggul apung (amphibious-cahmpehell) untuk memperlancar dan Dinas Peng. aliran sungai SulSel Pembangunan PPI Kualitas udara Kadar debu, Nox dan tingkat Penggunaan masker di lokasi proyek dan pembatasan PT. Pelindo IV Dinas Hub SulSel PT. Pelindo IV kebisingan lokasi proyek dengan pagar, penetapan usia kendaraan DLLAJR SulSel, yang beroperasi untuk mengangkut material tidak lebih dari 10 tahun guna pengendalian emisi gas buangan Transportasi darat Kapasitas jalan hampir dilampaui Penetapan jam operasional untuk kendaraan proyek PT. Pelindo IV DLLAJR SulSel, PT. Pelindo IV volume lalu lintas dengan memperhatikan arah lalu lintas Pemkot Parepare Transportasi darat Terjadinya tambahan Penetapan tonase maksimun gardan dari dumptruk yang PT. Pelindo IV Dinas Hub SulSel PT. Pelindo IV gabungan kerusakan jalan beroperasi sesuai dengan kelas dan perkerasan jalan Pola usaha & pendapatan Turunya produktifitas Penyediaan layanan kesehatan melalui puskesmas di PT. Pelindo IV Pemkot Parepare PT. Pelindo IV masyarakat kecamatan dalam wilayah yang terkena dampak Pascakonstruksi Operasional PPI Tata guna ruang Kesesuain pembangunan di Memperketat pemberian IMB agar pemanfaatan ruang dan PT. Pelindo IV Pemkot Parepare PT. Pelindo IV sekitar lokasi kegiatan dengan lahan dapat sesuai RTRW, serta pemberian sanksi pada RTRW yang ada pelanggar Kuantitas air tawar Meluapnya air ke atas tebing/ Pembuatan tanggul pada bagian sungai yang lebih rendah PT. Pelindo IV Dinas Peng.SulSel PT. Pelindo IV tanggul sungai dan mengenai dan pemasangan pompa untuk kondisi darurat bila terjadi Pemkot Parepare lahan di kiri dan kanan akibat banjir akibat kenaikan air laut efek backwater Angkutan sedimen Kedalaman perairan dangkal Pemeliharaan tanggul, pembuatan tanggul baru pada bagian PT. Pelindo IV Dinas Hub SulSel PT. Pelindo IV sungai yang lebih rendah, serta pengerukan pada sedimentasi dan Dinas Peng. di muara sungai alat apung (amphibious-cahmpehell) untuk SulSel memperlancar aliran air dari sungai

15 Tahap Kegiatan Komponen Kegiatan Dampak Yang Dikelola Metode Pemantauan Pelaksana Subkomponen Bentuk Dampak Pelaksana Pengawas Pendanaan Transportasi laut Penurunan keselamatan Untuk memperlancar lalu lintas para nelayan dibuat suatu jalur PT. Pelindo IV Dinas Hub SulSel PT. Pelindo IV pelayaran depan PPI yang dikeruk setahun sekali. Memasang rambu dan Dirjen laut Dephub. sesuai IMO, mencari alternatif pengganti labuh jangkar, pemindahan pelampung dan pelampung suar, informasi perambuan, penyediaan bantuan navigasi dan pengembangan ermegency respone Pembangunan PPI Kualitas udara Kadar debu, Nox dan tingkat Pengambilan contoh udara dan di analisa di laboratorium PT. Pelindo IV BAPEDAL PT. Pelindo IV kebisingan dilakukan 3 bulan sekali SulSEL Transportasi darat Kapasitas jalan hampir dilampaui Perhitungan volume lalu lintas setiap 3 bulan selama masa PT. Pelindo IV DLLAJR SulSel, PT. Pelindo IV volume lalu lintas pelaksanaan pekerjaan Pemkot Parepare Ketenagakerjaan Penyerapan tenag kerja dan Memantau peluang kerja dan serapan kekaryaan dari tingkat PT. Pelindo IV Disnaker SulSel PT. Pelindo IV ketersediaan lowongan kerja kabupaten dan kota Pemkot Parepare Pemkot Parepare Pemkot Parepare Pertumbuhan ekonomi Variasi kegiatan ekonomi Memantau pertumbuhan ekonomi melalui PDRB kabupaten PT. Pelindo IV Pemkot Parepare PT. Pelindo IV dan kota Demografi Rata-rata kepadatan Memantau kependudukan setiap tahun melalui kantor PT. Pelindo IV BAPEDAL PT. Pelindo IV penduduk kecamatan Pemkot Parepare SulSEL Pemkot Parepare Lembaga/ikatan sosial Pergeseran dalam adat Mengadakan pertemuan dengan warga setiap setahun PT. Pelindo IV LSM, Pemkot Parepare PT. Pelindo IV istiadat sekali Keamanan Meningkatnya kriminalitas Memantau perkembagna kriminalitas melalui data primer dari PT. Pelindo IV Polda SulSel PT. Pelindo IV satuan pengaman PPI dan pos sektor polisi di sekeliling Pemkot Parepare Pemkot Parepare wilayah PPI setiap 6 bulan sekali Kesehatan dan keselamatan Meningkatnya kecelakaan Memantantau perkembangan kesehatan masyarakat melalui PT. Pelindo IV Disnaker SulSel PT. Pelindo IV kerja kerja data primer dari Puskesmas dan Rumah Sakit di sekeliling Pemkot Parepare Pemkot Parepare Pemkot Parepare wilayah PPI setiap 6 bulan sekali

16 ANALISA KELAYAKAN TEKNIS Tabel 5.1 Matriks penilaian criteria kelayakan teknis PPI NO KRITERIA EVALUASI KETERANGAN 1 Daerah Penangkapan (fishing ground) relatif dekat Layak 6-12 mil dari Pantai 2 Pasar Konsumen Relatif Dekat Layak 100 meter dari Pasar 3 Ketersediaan Areal Daratan dan Perairan Untuk Lokasi dan Kurang layak 0-1 meter pada saat pengembangan PPI kedalam air surut 4 Jalur masuk Keluar Perairan Aman Dari Pengaruh Pasang Layak 4-5 meter kedalaman surut air pasang 5 Terdapat Unsur Pelindung Dari Pengaruh Fisik Perairan Layak 25 meter dari Teluk Terhadap Pelabuhan Parepare 6 Minimalisasi Biaya Untuk Mendapatkan Kedalaman Alur Layak 4 meter saat air dan Kolam Pelabuhan pasang surut 7 Lokasi PPI Cukup Menarik Untuk Permukiman Nelayan dan Kurang layak Belum teraturnya permu Industri Perikanan kiman disekitar lokasi PPI 8 Memperkecil Biaya Pemeliharaan Kedalam Alur dan Kurang layak Sedimentasi disekitar alur Kolam dan kolam relatif kecil 9 Kondisi dasar laut maupun tanah daratan cukup ideal untuk Layak kedalaman tanah kasar pelaksanaan konstruksi dermaga maupun Areal perairan 6,5-13 m fasilitas-fasilitas darat. kedalaman tanah kasar

17 ANALISA KELAYAKAN EKONOMIS Lampiran 5. Perhitungan Biaya-biaya pada pengoperasian PPI Parepare Biaya Operasional Biaya Biaya tahun Biaya gaji Biaya Listrik Biaya Telepon Biaya Air Biaya Es Biaya BBM Biaya Oli Biaya Garam Pemeliharaan Total , , , ,00 33,840, , , , , , , , , ,00 34,291, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,00

18 ANALISA KELAYAKAN EKONOMIS Lampiran 6. Perhitungan Pendapatan PPI Parepare Komponen Pendapatan Total tahun retribusi ikan jasa es jasa BBM jasa oli jasa garam tambat labuh pas masuk ,654,750, ,224, ,828,720, ,001,721, ,018, ,680, ,164, ,478,278, ,703,500, ,720, ,424,947, ,062,487, ,487, ,815, ,164, ,225,122, ,751,500, ,209, ,039,242, ,123,254, ,887, ,045, ,164, ,965,138, ,800,250, ,706, ,635,470, ,185,861, ,356, ,180, ,164, ,713,824, ,848,250, ,195, ,152,575, ,248,469, ,756, ,505, ,164, ,384,750, ,897,000, ,691, ,711,025, ,062,487, ,225, ,735, ,164, ,854,164, ,945,750, ,118, ,302,325, ,062,487, ,693, ,155, ,164, ,532,529, ,993,750, ,677, ,877,200, ,062,487, ,093, ,480, ,164, ,198,688, ,042,500, ,173, ,468,500, ,062,487, ,562, ,900, ,164, ,883,123, ,090,500, ,662, ,076,225, ,062,487, ,962, ,415, ,164, ,584,252, ,139,500, ,159, ,152,345, ,062,487, ,431, ,930, ,164, ,754,853, ,188,000, ,665, ,820,842, ,062,487, ,900, ,019,445, ,164, ,517,340, ,236,000, ,144, ,507,407, ,062,487, ,300, ,061,055, ,164, ,298,394, ,284,750, ,640, ,507,407, ,062,487, ,768, ,103,760, ,164, ,394,815, ,332,750, ,129, ,916,672, ,062,487, ,168, ,146,465, ,164, ,899,673, ,381,500, ,626, ,621,305, ,926,104, ,637, ,189,170, ,164, ,564,343, ,430,250, ,122, ,494,550, ,999,760, ,106, ,232,970, ,164, ,608,759, ,478,250, ,611, ,167,975, ,073,416, ,506, ,277,865, ,164, ,453,624, ,527,600, ,108, ,841,400, ,224,411, ,975, ,322,760, ,164, ,377,254, ,575,000, ,597, ,514,825, ,299,908, ,375, ,367,655, ,164, ,223,360, ,623,750, ,093, ,204,675, ,377,247, ,843, ,413,645, ,164, ,090,254,900.00

19 ANALISA KELAYAKAN INVESTASI Tabel 5.3 Analisa Kelayakan Investasi dengan metode NPV dan IRR Manfaat (M) M - B Faktor nilai sekarang (M - B) x F tahun Biaya (Rp) (Rp) (Rp) 10% (Rp) ,249,000, ,249,000, ,249,000, ,922,066, ,425,951, ,503,884, ,367,167, ,250,384, ,929,705, ,679,320, ,387,868, ,578,702, ,316,940, ,066,555, ,552,633, ,916,906, ,715,324, ,136,621, ,459,341, ,255,110, ,113,708, ,196,801, ,364,040, ,603,201, ,523,240, ,268,130, ,280,300, ,951,292, ,932,773, ,329,572, ,195,438, ,309,269, ,353,455, ,402,163, ,120,626, ,667,247, ,774,137, ,464,867, ,045,344, ,035,110, ,205,968, ,538,721, ,786, ,402,974, ,637,798, ,602,687, ,226, ,770,838, ,069,629, ,666,654, ,678, ,148,588, ,512,609, ,741,770, ,193, ,536,225, ,966,737, ,818,148, ,106, ,913,975, ,409,717, ,873,491, ,891, ,311,499, ,874,994, ,961,018, ,403, ,709,022, ,340,271, ,028,772, ,226, ,106,545, ,805,549, ,096,526, ,937, ,523,841, ,293,124, ,186,578, ,031, ,931,251, ,769,550, ,245,708, ,453, ,348,548, ,257,125, ,325,874, ,427, NPV 3,742,125, IRR 12.73%

20 ANALISA KELAYAKAN INVESTASI Grafik Sensivitas NPV atas Perubahan Biaya Investasi , , ,00 3, , , invest - 10% invest invest + 10% Perubahan Biaya Investasi

21 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil analisa kelayakan yang dilakukan terhadap pembangunan PPI Parepare, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Dari 9 (sembilan) kriteria kelayakan teknis lokasi pelabuhan perikanan (PPI) Parepare adalah: - Daerah penangkapan (fishing ground) relatif dekat (6 12 mil dari pantai), - Pasar relatif dekat (100 meter dari pasar yang ada), - Ketersediaan areal daratan dan perairan untuk lokasi pengembangan PPI (0 1 meter pada saat kedalaman air surut), - Jalur masuk keluar perairan aman dari pengaruh pasang surut (4 5 meter pada saat kedalaman air pasang), - Terdapat unsur pelindung dari pengaruh fisik perairan terhadap pelabuhan (25 mil dari Teluk Parepare), - Menimalisasi biaya untuk mendapatkan kedalaman alur dan kolam pelabuhan (4 meter saat air pasang surut), - Lokasi PPI cukup menarik untuk permukiman nelayan dan industri perikanan (Belum teraturnya permukiman di sekitar lokasi PPI), - Memperkecil biaya pemeliharaan kedalaman alur dan kolam(sedimentasi di sekitar alur dan kolam relatif kecil), dan

22 KESIMPULAN DAN SARAN - Kondisi dasar laut maupun tanah daratan cukup ideal untuk pelaksanaan konstruksi dermaga maupun fasilitas fasilitas darat (Kedalaman tanah kasar areal perairan 6,5 13 m kedalaman tanah kasar). Dan telah memenuhi 6 (enam) kriteria yaitu: - Daerah penangkapan (fishing ground) relatif dekat(6 12 mil dari pantai). - Pasar konsumen relatif dekat (100 meter dari pasar yang ada). - Jalur masuk keluar perairan aman dari pengaruh pasang surut (4 5 meter pada saat kedalaman air pasang). - Terdapat unsur pelindung dari pengaruh fisik perairan terhadap pelabuhan (25 mil dari Teluk Parepare). - Menimalisasi biaya untuk mendapatkan kedalaman alur dan kolam pelabuhan (4 meter saat air pasang surut). - Kondisi dasar laut maupun tanah daratan cukup ideal untuk pelaksanaan konstruksi dermaga maupun fasilitas fasilitas darat (Kedalaman tanah kasar areal perairan 6,5 13 m kedalaman tanah kasar). Sehingga dengan demikian lokasi PPI Parepare dinyatakan layak secara teknis.

23 KESIMPULAN DAN SARAN 2. Analisis dengan metode NPV (Net Present Value) menunjukkan nilai NPV pada tingkat suku bunga 10% positif yaitu Rp ,- dan nilai IRR= 12,735% atau lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, sehingga secara finansial, investasi terhadap penggunaan areal reklamasi untuk kegiatan PPI di Parepare dinyatakan layak Saran 1. Disamping analisis kelayakan aspek teknis dan aspek ekonomi, pembangunan pelabuhan perikanan juga membutuhkan analisis kelayakan pada aspek lain seperti aspek sosial, lingkungan dan lain-lain. 2. Demi sempurnanya penulisan tugas akhir ini diharapkan adanya penelitian lain yang membahas tentang kelayakan aspek yang lain. 3. Dalam penulisan tugas akhir ini terdapat kekurangan terutama mengenai urgensi dari referensi atau data analisis yang digunakan. Oleh karena itu sangat diharapkan adanya perbaikan terhadap kelemahan-kelemahan yang mungkin terjadi.

24 TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa kelayakan yang dilakukan terhadap pembangunan PPI Parepare, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari 9 (sembilan) kriteria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Indonesia merupakan negara kepulauan dengan potensi luas perairan 3,1 juta km 2, terdiri dari 17.508 pulau dengan panjang garis pantai ± 81.000 km. (Dishidros,1992).

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA 5.1. KESIMPULAN Kawasan Strategis Pantai Utara yang merupakan Kawasan Strategis Provinsi DKI Jakarta sesuai

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN LINGKUNGAN

BAB 3 TINJAUAN LINGKUNGAN BAB 3 TINJAUAN LINGKUNGAN A. KARAKTERISTIK LINGKUNGAN DI SEKITAR LOKASI PROYEK 1. Teluk Kendari Kota Kendari memiliki area perairan teluk yang cukup luas. Kawasan teluk Kendari yang berada di ibu kota

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan mengenai pengerukan dan reklamasi sebagaimana diatur dalam Pasal 102 dan Pasal 107 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun

Lebih terperinci

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL PEMRAKARSA NAMA DOKUMEN PT. ASIATIC PERSADA Kegiatan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Pengolahannya NO. PERSETUJUAN & TANGGAL Komisi Penilai AMDAL Propinsi Jambi Nomor:274/2003,

Lebih terperinci

Reklamasi Rawa. Manajemen Rawa

Reklamasi Rawa. Manajemen Rawa Reklamasi Rawa Manajemen Rawa Reklamasi lahan adalah proses pembentukan lahan baru di pesisir atau bantaran sungai. tujuan utama reklamasi adalah menjadikan kawasan berair yang rusak atau tak berguna menjadi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2012 TENTANG REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2012 TENTANG REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2012 TENTANG REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih dari 3.700 pulau dengan luas daratan ± 1.900. 000 km 2 dan lautan ± 3.270.000 km 2.Garis

Lebih terperinci

Pelabuhan secara umum adalah daerah yang terlindung

Pelabuhan secara umum adalah daerah yang terlindung 2. TINJAUAN PUSTAKA Pelabuhan secara umum adalah daerah yang terlindung dari badai atau ombak sehingga kapal dapat berputar (turning basin), bersandar atau membuang sauh sedemikian rupa sehingga bongkar

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan telah diatur ketentuan

Lebih terperinci

REKLAMASI PANTAI DI PULAU KARIMUN JAWA

REKLAMASI PANTAI DI PULAU KARIMUN JAWA LAPORAN PRAKTIKUM REKLAMASI PANTAI (LAPANG) REKLAMASI PANTAI DI PULAU KARIMUN JAWA Dilaksanakan dan disusun untuk dapat mengikuti ujian praktikum (responsi) mata kuliah Reklamasi Pantai Disusun Oleh :

Lebih terperinci

Jangka Waktu/ Lokasi. Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan. Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus

Jangka Waktu/ Lokasi. Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan. Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus Lampiran 1b. Matriks Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) Bagian Hilir (Tahap: Prakonstruksi, Konstruksi, Operasi dan Pasca Operasi) 1. KUALITAS UDARA Kualitas udara (SO 2, CO,dan debu)

Lebih terperinci

DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW)

DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW) DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW) DOKUMEN AMDAL Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL) Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Rencana

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP. Peraturan Menteri Negara LH Nomor 308 Tahun 2005

KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP. Peraturan Menteri Negara LH Nomor 308 Tahun 2005 Peraturan Menteri Negara LH Nomor 308 Tahun 2005 KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP Kegiatan Pembangunan Pelabuhan Penyebrangan Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Lebih terperinci

P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Perhubungan Darat 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) 1. Penyusunan dan penetapan rencana umum jaringan transportasi jalan daerah. 2.

Lebih terperinci

P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN P. BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Perhubungan Darat 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) 1. Penyusunan dan penetapan rencana umum jaringan transportasi jalan 2. Pemberian

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun No.573, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. Pertanahan. Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Penataan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

Jangka Waktu/ Lokasi. Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan. Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus

Jangka Waktu/ Lokasi. Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan. Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus Tabel 8.2. Matriks Rencana Kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) Bagian Hilir (Tahap: Prakonstruksi, Konstruksi, Operasi dan Pasca Operasi) Jenis Parameter Indikator 1. KUALITAS UDARA Kualitas

Lebih terperinci

OPTIMALISASI DERMAGA PELABUHAN BAJOE KABUPATEN BONE

OPTIMALISASI DERMAGA PELABUHAN BAJOE KABUPATEN BONE PROSIDING 20 13 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK OPTIMALISASI DERMAGA PELABUHAN BAJOE KABUPATEN BONE Jurusan Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Tamalanrea

Lebih terperinci

BIDANG PERHUBUNGAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN KABUPATEN 1. Perhubungan Darat. 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ)

BIDANG PERHUBUNGAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN KABUPATEN 1. Perhubungan Darat. 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) - 35-7. BIDANG PERHUBUNGAN 1. Perhubungan Darat 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) 1. Penyusunan dan penetapan rencana umum jaringan transportasi jalan kabupaten 2. Pemberian izin penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2012 TENTANG REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2012 TENTANG REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2012 TENTANG REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 8 Tahun 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAMASI UNTUK KAWASAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN BARU (KPPB) DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 2.1 Geografis dan Administratif Sebagai salah satu wilayah Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Kendal memiliki karakteristik daerah yang cukup

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 1.

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 1. LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 70-1996 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 127, 2001 Perhubungan.Pelabuhan.Otonomi Daerah.Pemerintah Daerah.Tarif Pelayanan. (Penjelasan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pelabuhan merupakan salah satu jaringan transportasi yang menghubungkan transportasi laut dengan transportasi darat. Luas lautan meliputi kira-kira 70 persen dari luas

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

RENCANA REKLAMASI PULAU F

RENCANA REKLAMASI PULAU F Gedung Thamrin City, Lantai 1, BT 12-15-16 Jalan Thamrin Boulevard, Kebon Melati Tanah Abang, Jakarta 10340 Indonesia RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (RPL)

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 Tahun 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan

Lebih terperinci

UKL DAN UPL TPA SAMPAH TALANGAGUNG KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG

UKL DAN UPL TPA SAMPAH TALANGAGUNG KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan pada dasarnya adalah usaha untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dengan jalan memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam yang dimiliki, namun disisi

Lebih terperinci

E. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1. Uraian Kegiatan

E. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1. Uraian Kegiatan KERANGKA ACUAN KERJA PENYUSUNAN DOKUMEN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL UPL) RENCANA PEMBANGUNAN PELABUHAN A. LATAR BELAKANG Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami banjir. 2. Memahami gelombang pasang.

Lebih terperinci

Tabel Hasil Proses Pelingkupan

Tabel Hasil Proses Pelingkupan Tabel 2.50. Hasil Proses No. menimbulkan A. Tahap Pra 1. Sosialisasi Permen 17 tahun 2012 tentang Keterlibatan Masyarakat Dalam ProsesAMDAL dan Izin Lingkungan terkena Sosial Budaya Munculnya sikap Evaluasi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kawasan Pantai Utara Surabaya merupakan wilayah pesisir yang memiliki karakteristik topografi rendah sehingga berpotensi terhadap bencana banjir rob. Banjir rob ini menyebabkan

Lebih terperinci

G. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PERHUBUNGAN

G. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PERHUBUNGAN LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 G. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PERHUBUNGAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Perhubungan Darat 1. Lalu Lintas

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 05 TAHUN 2014 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN

Lebih terperinci

PERSEN TASE (%) Dinas Kelautan dan Perikanan ,81 JUMLAH ,81

PERSEN TASE (%) Dinas Kelautan dan Perikanan ,81 JUMLAH ,81 05. A. KEBIJAKAN PROGRAM Arah kebijakan program pada Urusan Pilihan Kelautan dan Perikanan diarahkan pada Peningkatan Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan secara Optimal, dengan tetap menjaga

Lebih terperinci

Kebijakan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Kebijakan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kebijakan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Oleh: Dr,Ir. Subandono Diposaptono, MEng Direktur Perencanaan Ruang Laut Hp. 081585659073 Disampaikan Pada : FGD Reklamasi FB ITB Bandung, 28

Lebih terperinci

BAB V EVALUASI KINERJA PELABUHAN

BAB V EVALUASI KINERJA PELABUHAN 168 BAB V 5.1. Tinjauan Umum. Untuk dapat melaksanakan Perencanaan dan Perancangan Pelabuhan Perikanan Morodemak, Kabupaten Demak dengan baik maka diperlukan evaluasi yang mendalam atas kondisi Pelabuhan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 09/PRT/M/2010 Tentang PEDOMAN PENGAMANAN PANTAI MENTERI PEKERJAAN UMUM,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 09/PRT/M/2010 Tentang PEDOMAN PENGAMANAN PANTAI MENTERI PEKERJAAN UMUM, MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 09/PRT/M/2010 Tentang PEDOMAN PENGAMANAN PANTAI MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang : a. bahwa pantai merupakan garis pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dibandingkan daratan, oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP. BAB VI PenUTUP

BAB 6 PENUTUP. BAB VI PenUTUP BAB VI PenUTUP Pembahasan survey hidrografi dan pelaksanaan pengerukan secara keseluruhan mulai dari : penjelasan lingkup pekerjaan pengerukan, pengumpulan dan pengolahan data survey hidrografi, pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam suatu wilayah pesisir terdapat beragam sistem lingkungan (ekosistem). Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove, terumbu karang,

Lebih terperinci

PERENCANAAN WATANG BACUKI

PERENCANAAN WATANG BACUKI PERENCANAAN WATANG BACUKI Isu Prioritas Isu-isu utama 1. Isu Sumber Daya Alam dan Lingkungan 2. Isu Sosial-Budaya gender Sub-sub isu a. Potensi sumberdaya alam yang tersedia belum dimanfaatkan secara optimal

Lebih terperinci

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Menurut Suprihayono (2007) wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan laut,

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BAB II KONDISI UMUM LOKASI 6 BAB II KONDISI UMUM LOKASI 2.1 GAMBARAN UMUM Lokasi wilayah studi terletak di wilayah Semarang Barat antara 06 57 18-07 00 54 Lintang Selatan dan 110 20 42-110 23 06 Bujur Timur. Wilayah kajian merupakan

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN,

KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN, PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP Jl. Jaksa Agung Suprapto No.41 Lamongan Kode Pos 62251 Telp. (0322) 321 323 Fax (0322) 321 324 E-mail blh@lamongankab.go.id website www.lamongankab.go.id

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR : 45 TAHUN : 2001 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN DI KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran, telah diatur

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Kerja. Penyusunan AMDAL Pelabuhan Penyeberangan Desa Ketam Putih

Kerangka Acuan Kerja. Penyusunan AMDAL Pelabuhan Penyeberangan Desa Ketam Putih Kerangka Acuan Kerja Penyusunan AMDAL Pelabuhan Penyeberangan Desa Ketam Putih I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Bandar Udara. Pembangunan. Pelestarian. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5295) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sungai sebagai sumber air sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

Bab iv Pelaksanaan dan proses pekerjaan Pengerukan

Bab iv Pelaksanaan dan proses pekerjaan Pengerukan Bab iv Pelaksanaan dan proses pekerjaan Pengerukan Di dalam bab ini terdapat dua hal yang akan dibahas, yaitu pelaksanaan dan proses pekerjaan pengerukan. Secara umum, pelaksanaan pengerukan antara lain

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2011 2031 I. UMUM Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas yang meliputi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 88 I. PENDAHULUAN Kawasan pesisir memerlukan perlindungan dan pengelolaan yang tepat dan terarah. Keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup menjadi tujuan akhir yang berkelanjutan. Telah

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 70 TAHUN 1996 (70/1996) Tanggal : 4 DESEMBER 1996 (JAKARTA) Sumber : LN 1996/107; TLN PRESIDEN

Lebih terperinci

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan DIPRESENTASIKAN OLEH : 1. MAGDALENA ERMIYANTI SINAGA (10600125) 2. MARSAHALA R SITUMORANG (10600248) 3. SANTI LESTARI HASIBUAN (10600145) 4. SUSI MARIA TAMPUBOLON

Lebih terperinci

MENATA WILAYAH PESISIR, PULAU KECIL, DAN TANAH REKLAMASI

MENATA WILAYAH PESISIR, PULAU KECIL, DAN TANAH REKLAMASI e FIAT JUSTITIA MS & PARTNERS LAW OFFICE NEWSLETTER 10 September 2016 www.msp-lawoffice.com MENATA WILAYAH PESISIR, PULAU KECIL, DAN TANAH REKLAMASI Kajian terhadap Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

VII. TATA LETAK PABRIK

VII. TATA LETAK PABRIK VII. TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik Lokasi pabrik sangat mempengaruhi kemajuan dan kelangsungan dari suatu industri. Lokasi pabrik akan berpengaruh secara langsung terhadap kelangsungan hidup pabrik

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta sebagai ibukota negara dan pusat pemerintahan sejak abad ke- 17 telah menjadi kota Bandar, karena memiliki posisi sangat strategis secara geopolitik dan geostrategis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pesisir adalah wilayah bertemunya daratan dan laut, dengan dua karakteristik yang berbeda. Bergabungnya kedua karakteristik tersebut membuat kawasan pesisir memiliki

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG PENGAMANAN PANTAI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG PENGAMANAN PANTAI PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG PENGAMANAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir bukan merupakan pemisah antara perairan lautan dengan daratan, melainkan tempat bertemunya daratan dan perairan lautan, dimana didarat masih dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG KEPELABUHANAN DI KOTA PANGKALPINANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG KEPELABUHANAN DI KOTA PANGKALPINANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 09 TAHUN 2005 TENTANG KEPELABUHANAN DI KOTA PANGKALPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Saefullah NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Saefullah NIP KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas selesainya penyusunan KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta dengan baik. Kegiatan ini adalah kelanjutan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR TABEL Daftar Tabel... i BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan. l 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah

Lebih terperinci

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991)

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991) PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991) Tanggal: 14 JUNI 1991 (JAKARTA) Sumber: LN 1991/44; TLN NO. 3445 Tentang: SUNGAI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pasal 41 Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004

Lebih terperinci

- 3 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

- 3 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PERATURAN WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN INFRASTRUKTUR CCDP-IFAD KELURAHAN PESISIR KOTA PAREPARE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 55 Tahun 2002. Tentang

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 55 Tahun 2002. Tentang Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 55 Tahun 2002 Tentang PENGELOLAAN PELABUHAN KHUSUS MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. Bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhan telah

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN UMUM Kegiatan kenavigasian mempunyai peranan penting dalam mengupayakan keselamatan berlayar guna mendukung

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 44, 1991 (PERHUBUNGAN. PERTANIAN. Perikanan. Prasarana. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

KELURAHAN BAROMBONG KATA PENGANTAR

KELURAHAN BAROMBONG KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya hingga Laporan Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu (Integrated Coatal Managemen-ICM)

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI BARITO UTARAA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG DI SUNGAI BARITO DALAM WILAYAH KABUPATEN BARITO UTARA

BUPATI BARITO UTARAA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG DI SUNGAI BARITO DALAM WILAYAH KABUPATEN BARITO UTARA BUPATI BARITO UTARAA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN KAWASAN TAMBAT, LABUH KAPAL LAUT DAN RAKIT KAYU DI SUNGAI BARITO DALAM WILAYAH KABUPATEN BARITO UTARA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTEK LAPANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)

LAPORAN LENGKAP PRAKTEK LAPANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) LAPORAN LENGKAP PRAKTEK LAPANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan pada Mata Kuliah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) OLEH: KELOMPOK I HERI

Lebih terperinci

Gambar 2.1.Komponen Drainase Sistem Polder yang Ideal

Gambar 2.1.Komponen Drainase Sistem Polder yang Ideal DRAINASE POLDER Drainase sistem polder berfungsi untuk mengatasi banjir yang diakibatkan genangan yang ditimbulkan oleh besarnya kapasitas air yang masuk ke suatu daerah melebihi kapasitas keluar dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Wilayah pesisir kota Bandar Lampung merupakan suatu wilayah yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Wilayah pesisir kota Bandar Lampung merupakan suatu wilayah yang mempunyai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah pesisir kota Bandar Lampung merupakan suatu wilayah yang mempunyai potensi sumber daya alam yang beraneka ragam, yang membentang di sepanjang Teluk Lampung dengan

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya kelautan dan perikanan adalah salah satu sumber daya alam yang merupakan aset negara dan dapat memberikan sumbangan yang berharga bagi kesejahteraan suatu

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA BANJARMASIN WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN, PENGATURAN PEMANFAATAN SEMPADAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN,

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KOTA SURABAYA

Lebih terperinci

PENATAAN KAWASAN PULAU, PANTAI, PESISIR, DAN PELABUHAN

PENATAAN KAWASAN PULAU, PANTAI, PESISIR, DAN PELABUHAN WALIKOTA MAKASSAR PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAAN KAWASAN PULAU, PANTAI, PESISIR, DAN PELABUHAN BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KOTA MAKASSAR TAHUN 2004 LEMBARAN DAERAH

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI BANGKA TENGAH BUPATI BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Pedoman dan penetapan tata cara penyusunan dan penetapan rencana umum jaringan transportasi jalan.

Pedoman dan penetapan tata cara penyusunan dan penetapan rencana umum jaringan transportasi jalan. G. PEMBAGIAN URUSAN BIDANG PERHUBUNGAN - 135-1. Perhubungan Darat 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) 1. Pedoman dan penetapan tata cara penyusunan dan penetapan rencana umum jaringan transportasi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Penyusunan ANDAL, RKL dan RPL kegiatan ini mengacu Peraturan Menteri Negara Lingkungan

KATA PENGANTAR. Penyusunan ANDAL, RKL dan RPL kegiatan ini mengacu Peraturan Menteri Negara Lingkungan KATA PENGANTAR Penekanan tentang pentingnya pembangunan berwawasan lingkungan tercantum dalam Undang-Undang No. 23 tahun1997 mengenai Pengelolaan Lingkungan Hidup dan peraturan pelaksanaannya dituangkan

Lebih terperinci

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURANDAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURANDAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURANDAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAKASSAR, Menimbang

Lebih terperinci