BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Siska Iskandar
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Akrilik Resin akrilik merupakan turunan etilen dan mengandung gugus vinil dalam rumus strukturalnya. Resin akrilik yang digunakan dalam kedokteran gigi adalah ester dari asam akrilat (CH 2 = CHCHOOH) dan asam methacrylalic (CH 2 = C(CH 3 )COOH). Resin akrilik banyak digunakan dalam kedokteran gigi untuk berbagai kebutuhan, baik untuk pembuatan basis gigitiruan, peralatan ortodonsia dan pedodonsia serta peralatan maksilofasial. Resin akrilik ini memiliki beberapa keunggulan yaitu estesis, warna dan tekstur mirip gingiva sehingga estetik di dalam mulut, daya serap air relatif rendah dan perubahan dimensi kecil, dan dalam proses manipulasinya mudah dilakukan karena tidak memerlukan peralatan rumit. 1,22 Resin akrilik yang digunakan sebagai basis gigitiruan terdiri atas tiga tipe yaitu, resin akrilik aktivasi panas (heat cured), resin akrilik aktivasi kimia (self cured), dan resin akrilik aktivasi sinar (light cured). Resin akrilik yang paling sering digunakan dalam pembuatan basis protesa adalah reasin akrilik yang diaktivasi oleh panas Resin Akrilik Heat Cured Resin akrilik polimerisasi panas adalah resin akrilik jenis poli(metil) metakrilat yang memerlukan panas untuk polimerisasi bahan-bahannya dengan menggunakan pemanasan air di dalam waterbath atau menggunakan oven gelombang mikro. 1 Beberapa sifat resin akrilik polimerisasi panas sebagai basis gigitiruan antara lain: 1. Konduktivitas Termal Konduktivitas termal merupakan pengukuran termofisika untuk mengetahui seberapa baik panas disalurkan dari suatu bahan ke bahan lain atau jaringan. PMMA mempunyai konduktivitas termal yang sangat rendah yaitu sekitar 6 x 10-4 cal.g -1.cm -2, sehingga bahan ini baik digunakan sebagai basis gigitiruan. 23
2 2. Pengerutan Polimerisasi Selama polimerisasi monomer metil metakrilat membentuk poli(metil metakrilat), kepadatan massa bahan berubah dari 0.94 menjadi 1.19 g/cm 3. Akibatnya terjadi penyusutan atau pengerutan volumetrik dari adonan polimer monomer. Namun jika bahan dimanipulasi dengan tepat, maka pengerutan akan terdistribusi secara menyeluruh ke semua permukaan sehingga tidak mempengaruhi kecekatan pada pembuatan basis gigitiruan Penyerapan Air Poli(metil metakrilat) mampu menyerap air sebesar 0.69 mg/cm 2 dan dapat menimbulkan efek yang nyata pada sifat mekanis dan dimensi polimer. Akibat penyerapan air, resin akrilik mengalami ekspansi linier sebesar 0.23% setiap 1-2 % kenaikan berat air yang direabsorbsi. 1,23 4. Solubilitas Solubilitas merupakan kelarutan suatu bahan pada suatu cairan, demikian juga resin akrilik akan larut dalam berbagai pelarut dan sejumlah kecil monomer dilepaskan, namun tidak larut dalam air dan cairan rongga mulut. 1,23 5. Porositas Porositas ditandai dengan adanya gelembung-gelembung kecil atau poreus pada permukaan dan dibawah permukaan akrilik yang dapat mempengaruhi sifat fisik, estetik, dan kebersihan protesa sehingga rentan terhadap mikroorganisme rongga mulut. Porositas terjadi akibat beberapa hal diantaranya pengadukan yang tidak tepat antara komponen bubuk dan cairan, penguapan monomer yang tidak bereaksi dan polimer berat molekulnya rendah, bila temperatur resin mencapai atau melebihi titik didih bahan tersebut. Timbulnya porositas dapat diminimalkan dengan cara melakukan perbandingan polimer dengan monomer yang tepat dan dengan pengadukan yang optimal, sehingga homogenitas adonan dapat dicapai dan konsistensinya baik. 1,23 6. Crazing Crazing merupakan goresan atau retakan mikro yang terlihat menimbul pada permukaan basis protesa. Crazing pada resin transparan menimbulkan penampilan
3 berkabut atau tidak terang dan pada resin berwarna, crazing menimbulkan gambaran putih. Crazing ini merupakan predisposisi terhadap patahnya basis protesa. Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya crazing antara lain kelarutan resin yang kurang homogen sehingga terjadi pemisahan mekanik dari rantai-rantai polimernya pada saat ada tekanan tarik atau tensile stress. Penyebab lain terjadi akibat hasil aksi pelarut, umumnya berasal dari kontak dengan cairan seperti etil alkohol atau bahan yang mengandung asam asetat dalam waktu yang lama. 1, Komposisi Resin Akrilik Heat cured Resin akrilik polimerisasi panas terdiri dari likuid (monomer) dan bubuk (polimer) yaitu, sebagai berikut : 22,23 a. Likuid (monomer) - Metil metakrilat sebagai polimer plasticizes - Dibutil phatalat sebagai plasticizer - Glikol dimetakrilat (1-2%) sebagai agen cross linking atau memacu ikatan silang penting pada sifat fisik polimer sehingga lebih keras dan tahan terhadap pelarut. - Hydroquinon (0.006%) sebagai Inhibitor preventing setting atau penstabil untuk mencegah terjadinya proses polimerisasi selama penyimpanan. b. Bubuk (Polimer) - Poli(metil metakrilat) dan co-polimer 5% - Benzoil peroksida sebagai initiator - Gabungan merkuri sulfit dan cadmium sulfit sebagai pigmen - Zink atau titanium oxide sebagai Opacifiers atau bahan membuat terlihat padat - Dibutil pthalat sebagai plasticizer - Partikel organik dan inorganik, seperti serat kaca, zirkonium silikat sebagai estetik untuk resin akrilik heat cured.
4 2.4 Sifat Mekanik Sifat mekanik adalah salah satu sifat terpenting, karena sifat mekanik menyatakan kemampuan suatu bahan untuk menerima beban tanpa menimbulkan kerusakan pada bahan tersebut. Sifat-sifat mekanik tersebut yaitu, kekuatan (strength), kekerasan (hardness), kekakuan (stifness), dan kelelahan (fatique). 25 Kekuatan (strength) menyatakan kemampuan bahan untuk menerima beban tanpa menyebabkan bahan menjadi patah. Kekuatan ada beberapa macam yaitu kekuatan tarik ditentukan dengan menggunakan bahan dengan uji kekuatan tarik satu sumbu. Kekuatan fatik merupakan patahnya bahan yang disebabkan beban berulang melebihi ambang batas bahan. Kekuatan impak merupakan energi yang diperlukan untuk mematahkan suatu bahan dengan gaya bentur. Kekuatan transversal merupakan kekuatan bahan terhadap beban, tekanan, dorongan secara beraturan dan berhenti ketika bahan patah. 1,14, Proses Polimerisasi Resin Akrilik Heat Cured Polimerisasi adalah proses bereaksinya molekul monomer bersama dalam reaksi kimia untuk membentuk rantai polimer, resin akrilik ketika berpolimerisasi akan menjadi padat. Polimerisasi heat cured umumnya mengandung benzoil peroksida, bila dipanaskan diatas 60 0 C maka molekul-molekul benzoil peroksida terpisah-pisah untuk menghasilkan spesies dengan muatan listrik netral dan mengandung elektron tidak berpasangan atau radikal bebas. Masing-masing radikal bebas dengan cepat bereaksi dengan molekul monomer yang ada untuk merangsang polimerisasi rantai bertumbuh. Karena produk reaksi juga memiliki elektron tidak berpasangan, molekul tersebut tetap aktif secara kimia. Sebagai akibatnya, molekul monomer tambahan menjadi terikat dengan rantai polimer individualnya. Proses ini terjadi dengan cepat dan diakhiri oleh penyatuan dua rantai bertumbuh atau disebut dengan kombinasi dan perpindahan satu ion hidrogen dari satu rantai ke rantai yang lain disebut ketidakseimbangan. 2,21 Reaksi polimerisasi aktivasi panas sebagai berikut. 22
5 Powder (Polimer) + Liquid (monomer) + Heat (eksternal) Polimer + Heat (reaksi) Pada hasil siklus polimerisasi yang baik mencakup pemprosesan resin 70 o C selama 2 jam dan kemudian meningkat temperatur air rendaman sampai 100 o C dan diproses selama 30 menit lebih. 3,5,26 Setelah siklus polimerisasi yang dilakukan selesai, kuvet harus didinginkan perlahan dengan cara mengangkat kuvet dari rendaman air dan dibiarkan mendingin sampai mencapai temperatur ruang atau selama 30 menit Resin Akrilik Heat Cured dengan Penambahan Penguat Polimetilmetakrilat (PMMA) merupakan komponen yang sering digunakan sebagai basis gigi tiruan karena memiliki keuntungan dari segi perbaikannya yang mudah, biaya yang relatif terjangkau, memiliki konduktivitas termal yang baik, mudah di proses dan stabil pada lingkungan rongga mulut. 16,20 Namun material ini sering terjadi fraktur karena kelelahan atau terjadi karena adanya creck maupun akibat kontak dengan bahan lain. 20 Beberapa tahun belakangan ini produk resin akrilik telah berkembang sehingga masalah tersebut dapat diatasi dengan cara memodifikasi resin akrilik. 2,12 Metode yang dapat memperkuat PMMA yaitu dengan menambahkan berbagai penguat, dengan penambahan penguat logam atau dengan penambahan serat ke dalam polimetil metakrilat. 2,12, Penambahan Penguat Logam Penggunaan logam untuk ditambahkan ke dalam basis gigitiruan telah dilaporkan dapat mempengaruhi daya tahan resin akrilik terhadap fraktur. Beberapa bentuk logam yang dapat ditambahkan yaitu antara lain bentuk kawat, batang, lembaran dan plat. Sifat 26, 27 penguatan oleh logam dipengaruhi oleh ketebalan dan posisinya pada resin Penambahan Serat Penelitian mengenai pengaruh bahan penguat serat terhadap sifat mekanis polimer telah dilakukan. Dari beberapa hasil penelitian telah menyatakan bahwa dengan
6 penambahan serat dapat meningkatkan sifat mekanis resin akrilik basis gigitiruan. 12,14 Beberapa serat yang dapat ditambahkan untuk memperkuat polimer basis gigitiruan yaitu serat nilon, serat karbon, serat aramid, serat ultra-high molecular weight polyethylene (UHMWP) dan serat kaca. 2,12,23 Bahan-bahan penguat yang ditambahkan pada resin akrilik umumnya mempunyai kelemahan masing-masing, namun yang diterima secara klinis yaitu penambahan serat kaca atau glass fiber. Bahan penguat serat kaca ini memiliki ikatan yang baik dengan resin akrilik dan estetik juga baik. 18,26, Serat Kaca Serat kaca (glass fiber) merupakan material berbentuk serabut-serabut yang sangat halus yang mengandung bahan kaca. Sediaan serat kaca dapat berupa potongan kecil, batang, dan anyaman dan masing-masing serat kaca tersebut menghasilkan kekuatan mekanis yang berbeda-beda terhadap resin akrilik Bentuk Serat Kaca A. Bentuk Batang Serat kaca bentuk batang terbuat dari serat kaca continous unidirectional yang memiliki diameter 3-25 μm. Serat kaca batang yang ditambahkan ke dalam resin akrilik polimerisasi panas dapat menyebabkan perubahan dimensi yang signifikan karena penyerapan serat dengan resin yang tidak adekuat. 14
7 Gambar 1: Serat kaca bentuk batang 28 B. Bentuk Anyaman Serat kaca bentuk anyaman atau woven memiliki ketebalan 0,005 mm dan setelah dilebur dalam polimer ketebalan menjadi 0,006 mm. Daya serap serat kaca bentuk anyaman terhadap akrilik sangat baik sehingga sangat memperkuat resin akrilik polimerisasi panas. 12,27 Gambar 2: Serat kaca bentuk anyaman 29 C. Bentuk Potongan Kecil Serat kaca potongan kecil sudah banyak digunakan dalam bidang kedokteran gigi sebagai bahan penguat resin akrilik. Serat kaca potongan kecil ini memiliki beberapa
8 kelebihan dari serat bentuk lain yaitu mudah untuk dimanipulasi dalam memasukkan ke dalam adonan akrilik, kemudahan penggunaannya dalam klinik, dan mudah untuk dipoles. Serat kaca ini dapat dipotong-potong dengan berbagai ukuran antara lain 3 mm, 4 mm, 6mm dan 8 mm. 12,27,30 Pada hasil penelitian Kanie dkk (2000) semakin kecil potongan serat kaca maka semakin merata penyebaran serat kaca pada plat resin akrilik dan kekuatan impak semakin meningkat. 12,30 Gambar 3: Serat kaca bentuk potongan kecil Kekuatan Impak Kekuatan impak merupakan energi yang diperlukan untuk mematahkan suatu bahan dengan gaya benturan, sehingga resin akrilik sebagai basis protesa harus memiliki kekuatan impak yang tinggi untuk mencegah terjadinya patahan. 25 Penambahan plasticizer dapat meningkatkan kekuatan impak, namun beberapa penambahan tersebut dapat penurunkan sifat kekerasan, proporsional limit, modulus elastis dan compressive strength. Idealnya kekuatan impak harus cukup tinggi dan tidak mengorbankan sifatsifat lainnya. Kekuatan impak yang direkomendasikan untuk resin basis protesa berkisar 0,98 sampai 1,27 J. 1 Kekuatan impak didapat menggunakan sampel dengan ukuran tertentu diletakkan pada alat penguji kekuatan impak dengan lengan pemukul yang dapat diayun. Pemukul tersebut kemudian diayun dan membentur sampel hingga patah, selanjutnya energi yang diserap akan tertera pada alat penguji sehingga dapat dicatat dan dilakukan perhitungan
9 kekuatan impak sampel tersebut. Perhitungan kekuatan impak ini menggunakan rumus energi serap yaitu. 25 K = J / A Keterangan : K = Kekuatan Impak (J/mm 2 ) J = Energi yang diserap (Joule) A = Luas penampang batang uji (mm 2 ) Pada pengujian kekuatan impak ada dua cara pengujian yang dapat digunakan yaitu metode charpy dan metode izod. Pada metode izod sampel dijepit secara vertikal pada salah satu ujungnya, kemudian pemukul diayunkan dari ketinggian tertentu dan akan memukul ujung yang lain. Sedangkan pada metode charpy sampel diletakkan dengan posisi horizontal dan ujung-ujungnya ditahan oleh penahan yang bergerak 40 mm, Pemukul diayunkan dari arah belakang. Untuk penelitian ini metode yang digunakan adalah charpy impact test dengan alat Amslerotto Walpret Werke GMBH Germany Saus Tomat Saus tomat adalah salah satu bentuk olahan yang dihasilkan dari campuran bubur tomat atau pasta tomat atau padatan tomat yang diperoleh dari tomat yang masak dan sering dipergunakan sebagai bahan penyedap makanan. Saus tomat telah berkembang luas di Indonesia baik yang bermerek terkenal atau yang tidak jelas mereknya Komposisi Saus Tomat Saus tomat diolah dengan berbagai campuran bumbu-bumbu, dengan atau tanpa penambahan bahan lain dan bahan tambahan pangan yang diijinkan. 8
10 Komposisi saus tomat antara lain 8,32,33 - Tomat yang sudah masak merupakan bahan utama dalam pembuatan saus tomat - Bumbu-bumbu yang terdiri dari (merica, bawang putih, kayu manis, bunga pala, garam dan gula) sebagai pemantap cita rasa dari saus tomat - Bahan pengental merupakan bahan yang diperlukan untuk membuat sari buah tomat menjadi kental pada saat pemanasan. Bahan pengental terdiri dari pengental alami seperti buah pepaya ataupun gelatin dan pengental buatan yaitu CMC (Carboxy methyl Cellulosa). - Bahan tambahan lain atau pengawet seperti asam benzoat (C6H5COOH) yaitu garamnya natrium benzoat (C6H5CO2) sebagai penghambat pertumbuhan bakteri dan asam sorbat sebagai penghambat jamur. - Pengatur Keasaman yaitu asam asetat berfungsi untuk memberikan rasa asam, mengintensifkan penerimaan rasa-rasa lain dan juga menjaga agar ph saus tomat menjadi tetap. Pada pembuatan saus tomat untuk bahan-bahan alaminya seperti tomat, merica, cengkeh, bawang putih, kayu manis, dan garam jumlah dalam pencampuran disesuaikan seberapa besar hasil yang diinginkan, akan tetapi untuk bahan-bahan tambahan seperti asam asetat, natrium benzoat, asam sorbat, dan carboxil celulosa harus sesusai dengan standar ADI (Assceptable Daily Intake) yang diatur oleh Menteri Kesehatan republik Indonesia No. 722/Menkes/Per/IX/88, ini merupakan batasan agar tidak menimbulkan resiko. 32,34 Berdasarkan FPO syarat standar saus tomat yaitu 25% dari total bahan padatnya atau campuran bahan alaminya, 1% dari asam asetat dan mg/kg asam benzoat Asam Benzoat Asam benzoat (C 6 H 5 CO2) adalah padatan kristal berwarna putih dan merupakan asam karboksilat aromatik yang paling sederhana. Asam benzoat bersifat mudah menguap pada suhu hangat dan mudah menguap dalam uap air. Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan dalam eter. Asam benzoat merupakan asam lemah yang
11 mengalami disosiasi tergantung pada ph mediumnya. Molekul yang tidak terdisosiasi mempunyai efektivitas sebagai pengawet makanan. 33 Asam benzoat merupakan bahan tambahan pangan yang bertujuan untuk mencegah atau mengahambat fermentasi, pengasaman, penguraian dan perusakan lainnya terhadap pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme. 8 Jenis asam benzoat yang digunakan dalam saus tomat adalah natrium benzoat, penggunaan natrium benzoat dalam saus untuk mencegah pertumbuhan khamir dan bakteri terutama untuk makanan yang telah dibuka dari kemasannya Asam Asetat Asam asetat atau asam cuka (CH 3 COOH) adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah yang hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H + dan CH3COO -. Asam asetat dalam industri makanan digunakan sebagai pengatur keasaman. 33 Asam asetat pekat bersifat korosif, korosif adalah sifat suatu substansi yang dapat menyebabkan benda lain hancur atau memperoleh dampak negatif. 31 Asam asetat encer tidak berbahaya, namun asam asetat melebihi batas yang ditetapkan oleh SNI tidak menimbulkan efek yaitu untuk saus tomat 0,8% 1% b/b Hubungan Saus Tomat Terhadap Prostodontik Bahan-bahan tambahan yang ada dalam saus tomat ditinjau dari segi prostodontiknya dapat mempengaruhi resin akrilik bagi pemakai gigitiruan. resin akrilik atau poli(metal metakrilat) dapat mengalami perubahan sifat mekanik dan dimensi polimernya. Perubahan tersebut terjadi disebabkan karena faktor intrinsik dan ekstrinsik, faktor intrinsik yaitu terjadinya polimerisasi yang kurang sempurna dan adanya sifat menyerap cairan. Faktor ektrinsik antara lain diet dan kebersihan rongga mulut. 5,1 Menurut Alrafidin (2008) resin akrilik di rendam dalam larutan asam asetat, asam sitrat, dan asam laktat menghasilkan perubahan warna. Hal ini terjadi akibat penyerapan akrilik terhadap larutan asam yang mempengaruhi degradasi polimetil metakrilat. 5
12 Selain mengalami perubahan warna akibat asam juga dapat mengurangi kekuatan impak resin akrilik. Asam asetat yang terkandung dalam saus tersebut mengandung ion [H3O - ] yang bersifat asam dan korosif, bila berkontak dangan resin akrilik akan bereaksi dengan gugus ester dari polimetil metakrilat resin akrilik. 6,33 Reaksi ini akan menyebabkan ikatan rantai polimer resin akrilik terganggu, terjadi pemisahan rantai resin akrilik dan akhirnya menimbulkan crazing atau retakan mikro, akibat reaksi tersebut sifat fisik resin akrilik menurun dan kekuatan impaknya berkurang. 1
13 2.9 Kerangka Teori Resin Akrilik Swapolimerisasi Polimerisasi Panas Polimerisasi Sinar Modifikasi untuk Menambah Kekuatan Karbon Penambahan Penguat Logam Penambahan Serat Aramid Polietilen Batang Perendaman Dalam Saus Tomat Resin Akrilik Polimerisasi Panas + Serat Kaca Potongan kecil Kaca Potongan Kecil Anyaman Asam Asetat dan Asam Benzoat Penyerapan Air dan Solubilitas Asam Asetat dan Asam Benzoat Bersifat Korosif dan Dapat Berikatan dengan Ester Resin Akrilik Sifat Mekanis Transversal Impak Fatik Tensile
14 2.10 Kerangka Konse Resin Akrilik Polimerisasi Panas Perendaman dalam Saus Tomat Resin Akrilik Polimerisasi Panas dengan Penambahan Serat Kaca Potongan Kecil Asam Asetat dan Asam Benzoat Sifat Penyerapan Air dan Solubilitas Asam Asetat dan Asam Benzoat Bersifat korosif dan Dapat Berikatan dengan Ester dari Resin Akrilik Kekuatan Impak
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lunak dan sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Daya tahan, penampilan dan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Basis Gigitiruan 2.1.1 Pengertian Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak dan sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Daya tahan,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Akrilik Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus strukturnya. Resin akrilik yang dipakai di kedokteran gigi adalah jenis ester terdiri
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Resin akrilik polimerisasi panas adalah salah satu bahan basis gigitiruan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Akrilik Polimerisasi Panas Resin akrilik polimerisasi panas adalah salah satu bahan basis gigitiruan polimer yang proses polimerisasinya dengan pengaplikasian panas. Energi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Berbagai macam bahan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan 2.1.1 Pengertian Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Berbagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menggantikan struktur rongga mulut atau sebagian wajah yang hilang. 2, 3
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Resin akrilik digunakan di bidang kedokteran gigi mulai tahun 1946. Sebanyak 98% dari semua basis gigi tiruan dibuat dari polimer atau kopolimer metil metakrilat. Polimer
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Akrilik 2.1.1 Pengertian Resin akrilik adalah bahan termoplastik yang padat, keras dan transparan, dimana bahan ini mengandung resin poli(metil metakrilat). Resin akrilik
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Akrilik 2.1.1 Pengertian Resin akrilik merupakan suatu polimer dalam kedokteran gigi yang mempunyai peranan sangat penting dalam pembuatan gigitiruan lepasan, reparasi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. polimerisasinya dengan pemanasan. Energi termal yang diperlukan untuk
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Akrilik Polimerisasi Panas Resin akrilik polimerisasi panas adalah resin jenis poli(metil) metakrilat yang polimerisasinya dengan pemanasan. Energi termal yang diperlukan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Akrilik Resin akrilik adalah derivatif dari etilen dan mengandung gugus vinynl dalam rumus strukturnya. Resin akrilik yang digunakan dalam kedokteran gigi adalah golongan
Lebih terperinciMAKALAH DISKUSIINTEGRASI MODUL 3.11 SEMINAR BAHAN KEDOKTERAN GIGI
E MAKALAH DISKUSIINTEGRASI MODUL 3.11 SEMINAR BAHAN KEDOKTERAN GIGI Disusun oleh: KELOMPOK E (040001500082) IgaEldita (040001500093) Jonathan Morgan (040001500083) Imammuddin (040001500094) Josephine Kartika
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. jaringan lunak dan juga sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Pada dasarnya,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak dan juga sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Pada dasarnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberadaannya dalam fungsi pengunyahan, berbicara, maupun segi estetik.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang sangat penting keberadaannya dalam fungsi pengunyahan, berbicara, maupun segi estetik. Dalam berbagai keadaan dan alasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keadaan ini dapat meningkatkan resiko kehilangan gigi. Kehilangan gigi dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia seseorang akan terus bertambah seiring dengan berjalannya waktu, keadaan ini dapat meningkatkan resiko kehilangan gigi. Kehilangan gigi dapat mempengaruhi perubahan-perubahan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Akrilik Polimerisasi Panas Resin akrilik polimerisasi panas merupakan pilihan bahan basis gigi tiruan pada saat ini dan diperkenalkan di bidang kedokteran gigi sejak
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Akrilik Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus strukturnya. Resin akrilik yang dipakai di kedokteran gigi adalah jenis ester yang
Lebih terperinciKlasifikasi. Polimerisasi panas. Polimerisasi kimia. Waterbath Manipulasi microwave. Metil metakrilat. Cross lingking agent. Inhibitor hydroquinon
43 Lampiran 1. Kerangka Teori Resin akrilik Pengertian Klasifikasi Polimerisasi kimia Polimerisasi panas Polimerisasi sinar Komposisi Waterbath Manipulasi microwave Metil metakrilat Kelebihan dan kekurangan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Akrilik Resin akrilik merupakan resin sintetis yang paling banyak digunakan di kedokteran gigi. Resin akrilik terdiri dari powder dan liquid yang dicampurkan. Powder mengandung
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gigi Tiruan Gigi tiruan lengkap dapat didefinisikan sebagai protesa gigi lepasan yang dimaksudkan untuk menggantikan permukaan pengunyahan dan struktur-struktur yang menyertainya
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan 2.1.1 Pengertian Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Basis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang hilang serta jaringan sekitarnya (Zweemer, 1993). Penggunaan gigi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gigi tiruan merupakan suatu alat yang dibuat untuk menggantikan gigigigi yang hilang serta jaringan sekitarnya (Zweemer, 1993). Penggunaan gigi tiruan dapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan 2.1.1 Pengertian Basis gigitiruan merupakan bagian yang menggantikan tulang alveolar yang sudah hilang dan berfungsi mendukung elemen gigitiruan. 1,2,20 Basis
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Basis Gigi Tiruan 2.1.1. Pengertian Basis gigi tiruan adalah bagian gigi tiruan yang bersandar pada jaringan lunak rongga mulut, terutama pada bagian yang mengalami kehilangan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Berbagai macam bahan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan 2.1.1 Pengertian Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Berbagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan basis gigi tiruan dalam dunia kedokteran gigi merupakan suatu hal yang sangat umum kita dengar, bahkan ada yang kita gunakan. Basis gigi tiruan merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan basis gigi tiruan yang ideal memiliki karakteristik tidak iritan, toksik,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan basis gigi tiruan yang ideal memiliki karakteristik tidak iritan, toksik, terpengaruh oleh cairan oral, dan mengalami perubahan dimensi selama proses pembuatan dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. di atas. 3 Bahan yang paling umum digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan adalah
di atas. 3 Bahan yang paling umum digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigitiruan adalah alat untuk menggantikan permukaan pengunyahan dan struktur-struktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara dengan penduduk yang memiliki kasus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan penduduk yang memiliki kasus kehilangan gigi terjadi pada kelompok usia 45-54 tahun sebesar 1,8%, pada usia 55-64 tahun sebesar 5,9%,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dengan partikel bahan pengisi. Kelemahan sistem resin epoksi, seperti lamanya
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Komposit Istilah bahan komposit dapat didefinisikan sebagai gabungan dua atau lebih bahan berbeda dengan sifat-sifat yang unggul atau lebih baik dari bahan itu sendiri.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perawatan restorasi gigi ada dua macam, yaitu restorasi langsung dan restorasi tidak langsung. Restorasi langsung adalah restorasi gigi yang dapat dibuat langsung
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin Semen ionomer kaca telah digunakan secara luas dibidang kedokteran gigi. Sejak diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun 1971. Ionomer
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirup 2.1.1 Defenisi Sirup Sirup adalah larutan pekat dari gula yang ditambah obat dan merupakan larutan jernih berasa manis. Dapat ditambah gliserol, sorbitol atau polialkohol
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Saus Cabai Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang diperoleh dari bahan utama cabai (Capsicum sp) yang matang dan baik, dengan atau tanpa penambahan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 1. Penyusun:
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 1 Topik : Manipulasi Resin Akrilik Aktivasi Panas (Heat Cured) Grup : A2a Tgl. Pratikum : Selasa, 20 Maret 2012 Pembimbing : Sri Yogyarti,drg., MS Penyusun: 1. Ivan Indra
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Resin Komposit Istilah komposit adalah kombinasi dua bahan atau lebih yang memiliki sifat berbeda untuk mendapatkan sifat yang lebih baik 7. Contoh bahan komposit alamiah adalah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan Berbagai bahan telah digunakan dalam pembuatan basis gigitiruan seperti kayu, tulang, gading, keramik, logam, dan berbagai polimer. 26 Perkembangan yang pesat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polimer 2.1.1 Pengertian Polimer merupakan unit material yang dibentuk oleh rantai molekul yang dibuat dari satuan yang lebih kecil yang disebut monomer. Nama ini diturunkan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan 2.1.1 Pengertian Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang berada di antara gigi dan rahang serta merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan sehingga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perkembangan yang bervariasi dari wajah, rahang, gigi, dan abnormalitas dentofasial
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan yang bervariasi dari wajah, rahang, gigi, dan abnormalitas dentofasial serta
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. di beberapa variasi dan bentuk yang terbagi atas 3 yaitu 2 : 1. Powder-Liquid.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Akrilik Akrilik merupakan derivat dari etilen dan mengandung grup vinyl (-C=C-) dalam formula strukturalnya 2,5,6. Akrilik resin atau resin akrilik telah tersedia di beberapa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minuman Sari Buah 1. Definisi Minuman sari buah adalah minuman ringan yang dibuat dari sari buah dan air minum dengan atau tanpa penambahan gula dan bahan tambahan makanan yang
Lebih terperinciBAB 2 RESIN KOMPOSIT. yang dihasilkan dari restorasi resin komposit, sebuah restorasi yang paling digemari
BAB 2 RESIN KOMPOSIT Pencapaian estetik dan tidak dipakainya merkuri merupakan karakteristik yang dihasilkan dari restorasi resin komposit, sebuah restorasi yang paling digemari dan terkenal diantara para
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Resin akrilik terutama Polymethyl-methacrylate (PMMA) sangat sering
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Resin akrilik terutama Polymethyl-methacrylate (PMMA) sangat sering digunakan sebagai basis gigitiruan di bidang kedokteran gigi. Resin akrilik dipakai karena bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Resin termoplastik merupakan material yang telahdigunakan pada kedokteran gigi selama lebih dari 50 tahun.resin termoplastik dapat secara berulang dilelehkan melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan protesa yang menggantikan gigi yang hilang. Pembuatan gigi tiruan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kebutuhan masyarakat terhadap perawatan kesehatan gigi dan mulut semakin meningkat, salah satunya adalah pembuatan gigi tiruan. Gigi tiruan merupakan protesa
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Komposit Resin komposit merupakan tumpatan sewarna gigi yang merupakan gabungan atau kombinasi dua atau lebih bahan kimia yang berbeda dengan sifat- sifat unggul atau lebih
Lebih terperinciTEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK
TEKNIK PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN KEMASAN KERTAS DAN PLASTIK Kertas Kasar Kertas Lunak Daya kedap terhadap air, gas, dan kelembaban rendah Dilapisi alufo Dilaminasi plastik Kemasan Primer Diresapi lilin,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan 2.1.1 Pengertian Basis gigitiruan merupakan bagian gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak mulut, terutama pada daerah kehilangan gigi. Basis gigitiruan
Lebih terperinci4. Hasil dan Pembahasan
4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. atas 65 tahun. Gigi tiruan yang paling banyak digunakan adalah jenis gigi tiruan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada tahun 2007, jumlah pemakai gigi tiruan di Indonesia mencapai 4,5% dari jumlah penduduk dan mayoritas digunakan oleh penduduk yang berusia di atas 65 tahun.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari gigi dan mencegah kerusakan selanjutnya (Tylman, 1970).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gigi tiruan cekat adalah suatu gigi tiruan sebagian yang dilekatkan secara tetap pada satu atau lebih gigi penyangga untuk mengganti satu atau lebih gigi yang hilang.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI ), saus sambal
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saus Sambal Saus Sambal merupakan salah satu jenis pangan pelengkap yang sangat populer di kalangan masyarakat. Berdasarkan (SNI 0129762006), saus sambal didefinisikan sebagai
Lebih terperinciBAB 2 POLIMER, CIRI-CIRI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI. (mer). Akhiran mer mewakili unit struktural kimiawi berulang yang paling sederhana dari
A 2 POLIMER, CIRI-CIRI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI Istilah polymer menggambarkan satu molekul yang terdiri dari banyak (poli) bagian (mer). Akhiran mer mewakili unit struktural kimiawi berulang yang paling
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Berbagai bahan yang digunakan diawal pembuatan basis gigitiruan di
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Basis Gigitiruan Resin Berbagai bahan yang digunakan diawal pembuatan basis gigitiruan di antaranya adalah kayu, tulang, ivory, keramik, metal, aloi dan bermacam polimer
Lebih terperinciCOMPRESSIVE STRENGTH RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PENAMBAHAN SERAT KACA 1 % DENGAN METODE BERBEDA
COMPRESSIVE STRENGTH RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PENAMBAHAN SERAT KACA 1 % DENGAN METODE BERBEDA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran
Lebih terperinciPENGOLAHAN BUAH-BUAHAN
1 DAFTAR ISI I. Kata Pengantar II. Daftar Isi III. Pendahuluan...1 IV. Bahan Tambahan 1. Pemanis...1 2. Asam Sitrat...1 3. Pewarna...1 4. Pengawet...2 5. Penstabil...2 V. Bentuk Olahan 1. Dodol...2 2.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bahan Cetak Elastomer Bahan cetak elastomer merupakan bahan cetak elastik yang menyerupai karet. Bahan ini dikelompokkan sebagai karet sintetik. Suatu pengerasan elastomer
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis dari monomer stiren melalui reaksi polimerisasi adisi dengan inisiator benzoil peroksida. Pada sintesis polistiren ini, terjadi tahap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan minuman sari buah atau nektar, produk roti, susu, permen, selai dan jeli
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. stabil dan mudah dipoles (Nirwana, 2005). Sebagai bahan basis gigi tiruan, resin
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Resin akrilik saat ini masih merupakan pilihan untuk pembuatan basis gigi tiruan lepasan karena harganya relatif murah, mudah direparasi, proses pembuatannya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan
25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di Indonesia memungkinkan jenis buah-buahan tumbuh dan berkembang. Salah satunya adalah alpukat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hasil perkebunan yang cukup banyak, salah satunya hasil perkebunan ubi kayu yang mencapai 26.421.770 ton/tahun (BPS, 2014). Pemanfaatan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.
18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate
Lebih terperinciSELAI PEPAYA. Selai adalah bahan dengan konsistensi gel atau semi gel yang dibuat dari bubur buah. Selai digunakan sebagai bahan pembuat roti dan kue.
SELAI PEPAYA 1. PENDAHULUAN Selai adalah bahan dengan konsistensi gel atau semi gel yang dibuat dari bubur buah. Selai digunakan sebagai bahan pembuat roti dan kue. Konsistensi gel atau semi gel pada selai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gigi tiruan lepasan adalah protesis yang menggantikan sebagian ataupun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gigi tiruan lepasan adalah protesis yang menggantikan sebagian ataupun seluruh gigi asli yang hilang dan jaringan di sekitarnya. Tujuan dari pembuatan gigi tiruan
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratories.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratories. 3.2 Desain Penelitian Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Post test with control
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah logam. Seiring dengan jaman yang semakin maju, kebutuhan akan logam menjadi semakin tinggi.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal 700 sebelum masehi, desain gigitiruan telah dibuat dengan menggunakan gading dan tulang. Hal ini membuktikan bahwa gigitiruan telah ada sejak ribuan tahun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan bersih menjadi tujuan utamanya. Bleaching merupakan salah satu perawatan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan perkembangan zaman, keinginan pasien untuk meningkatkan estetika semakin tinggi. Bagi kebanyakan orang, gigi yang putih dan bersih menjadi
Lebih terperinciC3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa
A. Pengertian Sabun Sabun adalah garam alkali dari asam-asam lemak telah dikenal secara umum oleh masyarakat karena merupakan keperluan penting di dalam rumah tangga sebagai alat pembersih dan pencuci.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama restorasi pada daerah yang tidak mendapat tekanan besar (Zoergibel dan Illie, 2012). Terlepas dari
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan
Lebih terperinciI. Pendahuluan. A. Latar Belakang. terhadap restorasi estetik semakin banyak. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk
18 I. Pendahuluan A. Latar Belakang Perkembangan bidang kedokteran gigi bukan hanya mencakup tindakan preventif, kuratif dan promotif, melainkan juga estetik, menyebabkan kebutuhan terhadap restorasi estetik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Resin akrilik merupakan bahan yang paling banyak digunakan di Kedokteran
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Resin akrilik merupakan bahan yang paling banyak digunakan di Kedokteran Gigi terutama dalam pembuatan basis gigi tiruan. Salah satu jenis resin akrilik yang sering
Lebih terperinciBAB 2 RESIN KOMPOSIT SEBAGAI BAHAN TAMBALAN. seperti bubuk quartz untuk membentuk struktur komposit.
BAB 2 RESIN KOMPOSIT SEBAGAI BAHAN TAMBALAN Resin komposit merupakan resin akrilik yang telah ditambah dengan bahan lain seperti bubuk quartz untuk membentuk struktur komposit. 2.1 Komposisi Resin Komposit
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KOMPOSISI SAMPEL PENGUJIAN Pada penelitian ini, komposisi sampel pengujian dibagi dalam 5 grup. Pada Tabel 4.1 di bawah ini tertera kode sampel pengujian untuk tiap grup
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Resin akrilik polimerisasi panas berbahan polimetil metakrilat masih
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Resin akrilik polimerisasi panas berbahan polimetil metakrilat masih digunakan sebagai bahan basis gigi tiruan dibidang kedokteran gigi karena resin akrilik mempunyai sifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ini, penelitian tentang bahan polimer sedang berkembang. Hal ini dikarenakan bahan polimer memiliki beberapa sifat yang lebih unggul jika dibandingkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam bidang kedokteran gigi semakin beragam dan pesat. Terdapat berbagai jenis
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berjalannya waktu, perkembangan dan kemajuan teknologi serta bahan dalam bidang kedokteran gigi semakin beragam dan pesat. Terdapat berbagai jenis bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu bagian kesehatan umum adalah kesehatan gigi dan mulut yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bagian kesehatan umum adalah kesehatan gigi dan mulut yang merupakan hal penting bagi lansia (Bianco and Rubo, 2010). Menurut John Mt, et al. (2004) dan Ahmad
Lebih terperinciPROSES PRODUKSI ALKOHOL MELALUI FERMENTASI BUAH
Laboratorium Teknologi Bioproses Semester IV 2013/2014 LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI ALKOHOL MELALUI FERMENTASI BUAH Pembimbing : Dr. Pirman Kelompok : I Tgl. Praktikum : 21 Mei 2013 Nama : Muh. Rezki
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. jaringan lunak mulut (McCabe & Walls, 2008). Mayoritas basis gigi tiruan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Resin Akrilik Bahan basis gigi tiruan yang ideal harus mampu menyamai jaringan lunak mulut (McCabe & Walls, 2008). Mayoritas basis gigi tiruan dibuat menggunakan
Lebih terperinci4.2. Kadar Abu Kadar Metoksil dan Poligalakturonat
Kualitas pektin dapat dilihat dari efektivitas proses ekstraksi dan kemampuannya membentuk gel pada saat direhidrasi. Pektin dapat membentuk gel dengan baik apabila pektin tersebut memiliki berat molekul,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Total Fenolat Senyawa fenolat merupakan metabolit sekunder yang banyak ditemukan pada tumbuh-tumbuhan, termasuk pada rempah-rempah. Kandungan total fenolat dendeng sapi yang
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
32 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian pada penelitian ini merupakan jenis eksperimental laboratoris dengan desain post test group only control. 3.2 Sampel dan Besar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asam asetat dalam ilmu kimia disebut juga acetid acid atau acidum aceticum,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Asam Asetat 1. Definisi Asam asetat dalam ilmu kimia disebut juga acetid acid atau acidum aceticum, akan tetapi di kalangan masyarakat asam asetat biasa disebut
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
6 HASIL DAN PEMBAHASAN Karboksimetil selulosa (CMC) merupakan salah satu turunan selulosa yang disebut eter selulosa (Nevell dan Zeronian 1985). CMC dapat larut di dalam air dingin dan air panas dan menghasilkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Keadaan Lokasi Pengambilan Sampel Sampel yang digunakan adalah sampel bermerek dan tidak bermerek yang diambil dibeberapa tempat pasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuanpenemuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuanpenemuan baru diberbagai bidang tak terkecuali bidang kedokteran gigi. Terobosan baru senantiasa dilakukan
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN
22 BAB 5 HASIL PENELITIAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kebocoran mikro pada tumpatan GIC Fuji IX, GIC Fuji II, dan GIC Fuji II LC. Kebocoran mikro tersebut dapat terdeteksi dengan terlihatnya
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) SIKMR merupakan modifikasi dari semen ionomer kaca dan monomer resin sehingga bahan ini memiliki sifat fisis yang lebih baik dari
Lebih terperinciPrinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri
Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri PENANGANAN Jenis Kerusakan Bahan Pangan Kerusakan mikrobiologis Kerusakan mekanis Kerusakan fisik Kerusakan biologis Kerusakan kimia Kerusakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri
Lebih terperinciPEMBAHASAN. I. Definisi
PEMBAHASAN I. Definisi Gel menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995), merupakan sistem semi padat, terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,
Lebih terperinciTEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN
Page1 TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan salah satu komoditi sayuran buah yang sangat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigitiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigitiruan yang menggantikan satu gigi atau lebih dan didukung oleh gigi dan atau jaringan di bawahnya, serta dapat dibuka
Lebih terperinciTEKNOLOGI PENGOLAHAN CABE MERAH. Oleh: Gusti Setiavani, STP
TEKNOLOGI PENGOLAHAN CABE MERAH Oleh: Gusti Setiavani, STP Cabe merah (Capsicum annum, L) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memepunyai nilai ekonomis cukup tinggi. Cabe merah tersebut banyak
Lebih terperinciMANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN
MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30 %, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (RelyX) dan semen ionomer kaca tipe 1 tipe 1 terhadap restorasi veneer
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian mengenai perbedaan kekuatan tarik antara semen resin (RelyX) dan semen ionomer kaca tipe 1 tipe 1 terhadap restorasi veneer indirek
Lebih terperinci