PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN 372/SJ-IND/PER/6/2006 TENTANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN 372/SJ-IND/PER/6/2006 TENTANG"

Transkripsi

1 PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN NOMOR : 372/SJ-IND/PER/6/2006 TENTANG PETUNJUK TEKNIS DAN TATA CARA PENILAIAN SENDIRI CAPAIAN TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI SEKRETARIS JENDERAL DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 8 ayat (7) dan Pasal 19 Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 11/M-IND/PER/3/2006 tentang Pedoman Teknis Penggunaan Produksi Dalam Negeri, perlu ditetapkan Petunjuk Teknis dan Tata Cara Penilaian Sendiri Capaian Tingkat Komponen Dalam Negeri; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a perlu dikeluarkan Peraturan Sekretaris Jenderal; Mengingat : Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274); Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3330) ; Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesi Tahun 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4405); Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4406); Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006; Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 20/P Tahun 2005; Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

2 Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2005; Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2005; Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER/3/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian; Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 11/M-IND/PER/3/2006 tentang Pedoman Teknis Penggunaan Produksi Dalam Negeri. MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN TATA CARA PENILAIAN SENDIRI CAPAIAN TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI Pasal 1 Memberlakukan Petunjuk Teknis dan Tata Cara Penilaian Sendiri Capaian Tingkat Komponen Dalam Negeri, sebagaimana tercantum pada Lampiran Peraturan Sekretaris Jenderal ini sebagai pedoman dalam melakukan Penilaian Sendiri Capaian Tingkat Komponen Dalam Negeri dan penyampainnya kepada Departemen Perindustrian dan atau Panitia Penggadaan Barang/Jasa (Pengguna Barang /Jasa). Pasal 2 Cara penghitungan Capaian Tingkat Komponen Dalam Negeri harus sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 11/M- IND/PER/3/2006 tentang Pedoman Teknis Penggunaan Produksi Dalam Negeri dan Petunjuk Teknis dan Tata Cara Penilaian Sendiri Capaian Tingkat Komponen Dalam Negeri, sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Sekretaris Jenderal ini. Pasal 3 Dengan dikeluarkannya Peraturan Sekretaris Jenderal ini, maka besaran capaian TKDN yang pernah diterbitkan sebelumnya dinyatakan tetap berlaku, sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 11/M-IND/PER/3/2006 tentang Pedoman Teknis Penggunaan Produksi Dalam Negeri dan Petunjuk Teknis dan Tata Cara Penilaian Sendiri Capaian Tingkat Komponen Dalam Negeri dan Peraturan Sekretaris Jenderal ini. Pasal 4

3 Peraturan Sekretaris Jenderal ini berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Sekretaris Jenderal ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 8 Juni 2006 SEKRETARIS JENDERAL AGUS TJAHAJANA

4 LAMPIRAN PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN NOMOR : 372/SJ-IND/PER/6/2006 TANGGAL : 8 JUNI 2006 PETUNJUK TEKNIS DAN TATA CARA PENILAIAN SENDIRI CAPAIAN TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI (TKDN) I. BAB I : PENDAHULUAN II. BAB II : DEFINISI III. BAB III : PETUNJUK UMUM IV. BAB IV : PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR ISIAN PERHITUNGAN CAPAIAN TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI (TKDN) 1. Petunjuk Penilaian Bobot Manfaat Perusahaan (BMP) 2. Petunjuk Penilaian Capaian Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk Barang 3. Petunjuk Penilaian Capaian Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk Jasa 4. Petunjuk Penilaian Capaian Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk Gabungan Barang dan atau Jasa V. BAB V : TATA CARA PENYAMPAIAN PENILAIAN SENDIRI CAPAIAN TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI (TKDN) VI. BAB VI : LAIN-LAIN VII. LAMPIRAN : 1. Lampiran 1 terdiri dari: a. Lampiran 1.1, Formulir 4.1.1: (a) Formulir Isian (b) Contoh yang sudah diisi b. Lampiran 1.2, Formulir 4.1.2: (a) Formulir Isian (b) Contoh yang sudah diisi c. Lampiran 1.3, Formulir 4.1.3: (a) Formulir Isian (b) Contoh yang sudah diisi d. Lampiran 1.4, Formulir 4.1.4: (a) Formulir Isian

5 (b) Contoh yang sudah diisi e. Lampiran 1.5, Formulir 4.1.5: (a) Formulir Isian (b) Contoh yang sudah diisi 2. Lampiran 2 terdiri dari: a. Lampiran 2.1, Formulir : (a) Formulir Isian (b) Contoh yang sudah diisi b. Lampiran 2.2, Formulir : (a) Formulir Isian (b) Contoh yang sudah diisi c. Lampiran 2.3, Formulir : (a) Formulir Isian (b) Contoh yang sudah diisi d. Lampiran 2.4, Formulir : (a) Formulir Isian (b) Contoh yang sudah diisi e. Lampiran 2.5, Formulir : (a) Formulir Isian (b) Contoh yang sudah diisi f. Lampiran 2.6, Formulir : (a) Formulir Isian (b) Contoh yang sudah diisi g. Lampiran 2.7, Formulir : (a) Formulir Isian (b) Contoh yang sudah diisi h. Lampiran 2.8, Formulir : (a) Formulir Isian (b) Contoh yang sudah diisi i. Lampiran 2.9, Formulir : (a) Formulir Isian (b) Contoh yang sudah diisi j. Lampiran 2.10 : Diagram Data/Dokumen Pendukung yang perlu dipersiapkan untuk Penelitian Capaian TKDN Barang 3. Lampiran 3 terdiri dari: a. Lampiran 3.1, Formulir : (a) Formulir Isian (b) Contoh yang sudah diisi b. Lampiran 3.2, Formulir : (a) Formulir Isian (b) Contoh yang sudah diisi c. Lampiran 3.3, Formulir : (a) Formulir Isian (b) Contoh yang sudah diisi d. Lampiran 3.4, Formulir : (a) Formulir Isian (b) Contoh yang sudah diisi e. Lampiran 3.5, Formulir : (a) Formulir Isian (b) Contoh yang sudah diisi 4. Lampiran 4 terdiri dari: a. Lampiran 4.1, Formulir : (a) Formulir Isian (b) Contoh yang sudah diisi

6 b. Lampiran 4.2, Formulir : (a) Formulir Isian (b) Contoh yang sudah diisi c. Lampiran 4.3, Formulir : (a) Formulir Isian (b) Contoh yang sudah diisi d. Lampiran 4.4, Formulir : (a) Formulir Isian (b) Contoh yang sudah diisi e. Lampiran 4.5, Formulir : (a) Formulir Isian (b) Contoh yang sudah diisi f. Lampiran 4.6, Formulir : (a) Formulir Isian (b) Contoh yang sudah diisi g. Lampiran 4.7, Formulir : (a) Formulir Isian (b) Contoh yang sudah diisi h. Lampiran 4.8, Formulir : (a) Formulir Isian (b) Contoh yang sudah diisi 5. Lampiran 5 terdiri dari: a. Lampiran 5.1 : (a) Format Isian (b) Contoh format yang sudah diisi b. Lampiran 5.2 : (a) Format Isian (b) Contoh format yang sudah diisi 6. Lampiran 6 terdiri dari: a. Lampiran 6.1 b. Lampiran 6.2 c. Lampiran 6.3 SEKRETARIS JENDERAL AGUS TJAHAJANA

7 BAB I PENDAHULUAN Untuk memudahkan penyedia barang/jasa dalam menyampaikan capaian TKDN melalui cara penilaian sendiri, perlu disusun sebuah petunjuk tatacara. Petunjuk ini disusun secara rinci untuk keperluan dimaksud dengan susunan bahasan menurut bagian-bagian sebagai berikut: 1. Definisi, yaitu bagian yang menguraikan tentang pengertian-pengertian serta istilah-istilah yang diperlukan berkaitan dengan perhitungan penilaian sendiri capaian TKDN 2. Petunjuk Umum, yaitu bagian yang menguraikan tentang berbagai aturan yang harus dipenuhi oleh penyedia barang/jasa dalam rangka penyampaian penilaian sendiri capaian TKDN 3. Petunjuk Pengisian Formulir Isian Perhitungan Capaian TKDN; yaitu bagian yang menguraikan tentang jenis formulir dan tatacara pengisiannya. 4. Tatacara penilaian sendiri, yaitu bagian yang menggambarkan proses penyampaian hasil penilaian sendiri capaian TKDN kepada Departemen Perindustrian dan Panitia Pengadaan Barang/Jasa (Pengguna Barang/Jasa), serta proses verifikasi serta klarifikasi dari capaian TKDN tersebut. 5. Langkah-langkah Teknis Persiapan bagi Panitia Pengadaan Barang/Jasa (Pengguna Barang/Jasa), yaitu bagian yang menggambarkan tahapan-tahapan yang perlu dilaksanakan oleh Panitia Pengadaan Barang/Jasa (Pengguna Barang/Jasa) untuk memaksimalkan penggunaan produk dalam negeri, seperti yang diamanatkan oleh Keputusan Presiden RI No. 80 Tahun 2003, melalui capaian TKDN

8 BAB II DEFINISI Dalam Pedoman ini yang dimaksud dengan: 1. Produksi dalam negeri adalah barang/jasa termasuk rancang bangun dan perekayasaan yang diproduksi atau dikerjakan oleh perusahaan yang berinvestasi dan berproduksi di Indonesia, yang dalam proses produksi atau pengerjaannya dimungkinkan penggunaaan bahan baku/komponen impor. 2. Tingkat komponen dalam negeri (TKDN) adalah besarnya komponen dalam negeri pada barang, jasa dan gabungan barang dan jasa. 3. Penilaian TKDN adalah kegiatan untuk melakukan penilaian dari perkiraan, pendapat mengenai besarnya tingkat komponen komponen dalam negeri atas suatu produk baik berupa barang, jasa ataupun gabungan barang dan jasa melalui analisis terhadap fakta-fakta yang objektif dan relevan serta menggunakan metode dan obyek penilaian yang telah ditentukan. 4. Komponen dalam negeri untuk barang dinilai dari besarnya penggunaan bahan baku, rancang bangun dan perekayasaan yang mengandung unsur manufaktur, fabrikasi, perakitan dan penyelesaian akhir yang dilaksanakan di dalam negeri. 5. Komponen dalam negeri untuk jasa dinilai dari besarnya jasa yang dilakukan di dalam negeri dengan menggunakan tenaga ahli dan perangkat lunak dari dalam negeri. 6. Komponen dalam negeri untuk gabungan barang dan jasa dinilai dari besarnya penggunaan bahan baku, rancang bangun dan perekayasaan yang mengandung unsur manufaktur, fabrikasi, perakitan, penyelesaian pekerjaan serta jasa yang dilakukan di dalam negeri dengan menggunakan jasa tenaga ahli dan perangkat lunak dari dalam negeri. 7. Manfaat perusahaan terhadap perekonomian nasional yang dinyatakan dengan Nilai Bobot Manfaat Perusahaan (Nilai BMP) adalah nilai penghargaan kepada perusahaan karena berinvestasi di Indonesia, memberdayakan usaha kecil termasuk koperasi kecil melalui kemitraan, memelihara kesehatan, keselamatan kerja (K3) dan lingkungan (OHSAS 18000/Seri ISO 14000), memberdayakan lingkungan (community development), serta memberikan fasilitas pelayanan purna jual.

9 8. Daftar inventarisasi barang/jasa produksi dalam negeri adalah daftar barang/jasa produksi dalam negeri yang diterbitkan secara berkala oleh Departemen Perindustrian. 9. Klarifikasi adalah kegiatan meminta penjelasan lebih lanjut oleh Panitia Pengadaan barang/jasa (Pengguna barang/jasa) kepada penyedia barang/jasa tentang TKDN yang dinyatakan sendiri. 10. Verifikasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh Departemen Perindustrian atau Panitia Pengadaan barang/jasa (Pengguna barang/jasa) untuk melakukan pencocokan capaian TKDN yang dinyatakan sendiri oleh penyedia barang/jasa dengan data-data yang diambil atau dikumpulkan dari kegiatan usaha Penyedia barang/jasa 11. Panitia Pengadaan barang/jasa adalah tim yang diangkat oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran/Dewan Gubernur BI/Pimpinan BHMN/Direksi BUMN/Direksi BUMD, untuk melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa. 12. Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang kegiatan usahanya menyediakan barang, jasa dan gabungan barang dan jasa. 13. Produsen adalah badan usaha atau orang perseorangan yang kegiatan usahanya menghasilkan barang, jasa dan gabungan barang dan jasa. 14. Unsur-unsur informasi perhitungan TKDN adalah rincian biaya untuk memproduksi barang, jasa serta gabungan barang dan jasa yang digunakan sebagai dasar perhitungan Capaian TKDN, yang terdiri atas: a. Untuk perhitungan TKDN Barang, unsur-unsurnya adalah : 1) Bahan (material) Langsung/Tidak Langsung 2) Tenaga Kerja Langsung 3) Biaya Tidak Langsung Pabrik (Factory Overhead) b. Untuk perhitungan TKDN Jasa, unsur-unsurnya adalah : 1) Manajemen Proyek (Project Management) 2) Perekayasaan (Engineering) 3) Alat Kerja/Fasilitas Kerja 4) Konstruksi 5) Fabrikasi 6) Jasa Umum c. Untuk perhitungan TKDN Gabungan Barang dan Jasa, unsur-unsurnya adalah :

10 1) Bahan (material) Langsung/Tidak Langsung 2) Peralatan 3) Manajemen Proyek (Project Management) 4) Perekayasaan (Engineering) 5) Alat Kerja/Fasilitas Kerja 6) Konstruksi 7) Fabrikasi 8) Jasa Umum

11 BAB III PETUNJUK UMUM Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyerahan hasil perhitungan sendiri capaian TKDN barang, jasa atau gabungan barang dan jasa adalah sebagai berikut: 1. Produsen wajib menyampaikan formulir isian capaian TKDN dengan benar, lengkap dan jelas. 2. Formulir TKDN Barang (manufakturing) dipergunakan apabila barang yang dihitung TKDN-nya akan disuplai kepada pihak Pengguna Barang yang bersangkutan. 3. Formulir TKDN Jasa dipergunakan apabila pada proses pengadaan jasa yang dihitung, hanya dimanfaatkan selama proses penyelesaian pekerjaan saja, perangkat lunak (dapat terdiri dari barang dan jasa) yang dipergunakan dikembalikan kepada penyedia jasa yang bersangkutan. 4. Formulir TKDN Gabungan Barang dan atau Jasa digunakan apabila pada proses pengadaan mengandung unsur barang dan jasa, atau pada proses pengadaan barang yang multi produk saja. 5. Formulir-formulir isian capaian TKDN ditandatangani oleh direksi atau yang mewakilinya sepanjang dilampiri dengan surat kuasa khusus. 6. Data capaian TKDN dianggap tidak disampaikan apabila formulir-formulir yang bersangkutan tidak ditandatangani atau tidak sepenuhnya dilampiri dengan keterangan dan atau dokumen penunjangnya yang sah. 7. Data yang diberikan oleh produsen barang, jasa atau gabungan barang dan jasa merupakan biaya produksi untuk menghasilkan 1 (satu) satuan unit dari barang, jasa atau gabungan barang dan jasa. 8. Pemeriksaan komponen dalam negeri dilakukan dimulai dari produsen barang, jasa atau gabungan barang dan jasa (tingkat kesatu) sampai dengan vendor tingkat kesatu dari produsen (tingkat kedua). 9. Apabila tingkat kedua bukan produsen, pemeriksaan komponen dalam negeri ditelusuri sampai penghasil barangnya. 10. Apabila produsen pada tingkat kedua ini tidak bersedia untuk memberikan data produknya, maka produk yang dihasilkannya tidak bisa dinyatakan sebagai komponen dalam negeri untuk tingkat kesatu.

12 11. Produsen wajib memberikan keterangan dengan benar berkenaan dengan proses verifikasi yang dilakukan oleh Panitia Pengadaan barang/jasa (Pengguna barang/jasa) atau surveyor independen yang ditunjuk pemerintah. 12. Selain mengisi formulir yang telah disediakan, perusahaan juga diharuskan memberikan spesifikasi teknis dari barang yang dihasilkan serta waktu kerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit barang dan atau jasa yang dihasilkannya. 13. Dalam pengajuannya perusahaan harus menyertakan diagram alir proses produksi bagi tiap-tiap produk yang dihasilkan dan struktur organisasi pabrik yang bersangkutan. 14. Metode penilaian capaian Bobot Manfaat Perusahaan (BMP), TKDN Barang, jasa atau gabungan barang dan jasa dalam negeri terhadap penyedia barang/jasa dalam negeri dengan cara : a. Penyedia barang dan jasa melakukan penilaian sendiri; dan b. Hasil dari penilaian sendiri dimaksud diverifikasi oleh surveyor independen yang ditunjuk oleh Pemerintah.

13 BAB IV PETUNJUK PENGISIAN SENDIRI FORMULIR ISIAN PERHITUNGAN CAPAIAN TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI (TKDN) A. Petunjuk dalam Penilaian Bobot Manfaat Perusahaan (BMP) 1. Lingkup Penilaian Pemberdayaan Usaha Kecil termasuk Koperasi Kecil melalui Kemitraan. OHSAS / Seri ISO Pemberdayaan Lingkungan (Community Development). Fasilitas Pelayanan Purna Jual. 2. Definisi, Kriteria dan Persyaratan a. Pemberdayaan Usaha Kecil termasuk Koperasi Kecil melalui Kemitraan adalah jumlah pengeluaran yang dibelanjakan perusahaan untuk memberdayakan usaha kecil termasuk koperasi kecil pada tahun fiskal pajak terakhir. Untuk Pemberdayaan Usaha Kecil termasuk Koperasi Kecil melalui Kemitraan kriterianya adalah apabila jumlah pengeluaran yang dibelanjakan mencapai satu milyar rupiah mendapatkan nilai 5%, dan setiap kelipatan satu milyar rupiah mendapat tambahan 5%, dengan bobot maksimum 30%. b. OHSAS (setara SMK3 Depnaker) / Seri ISO adalah jenis-jenis sertifikat yang dimiliki perusahaan, yang dikeluarkan badan/instansi pemerintah maupun badan internasional yang terakreditasi. Untuk jenis OHSAS (setara SMK3 Depnaker)/Seri ISO kriterianya adalah: 1) apabila kedua sertifikat tersebut diatas dimiliki maka diperoleh nilai bobot maksimum 20%; 2) apabila hanya memilki sertifikat OHSAS (setara SMK3 Depnaker), nilai bobot yang diperoleh adalah 30% dari nilai bobot maksimum; dan 3) apabila hanya memilki ISO 14000, nilai bobot yang diperoleh adalah 70% dari nilai bobot maksimum tersebut. c. Pemberdayaan Lingkungan (Community Development) adalah jumlah pengeluaran yang dikeluarkan perusahaan pada satu tahun fiskal pajak

14 terakhir yang digunakan untuk membantu lingkungan perusahaan, misalnya untuk membantu membangun tempat ibadah, sumbangan bencana alam, dan sebagainya. Untuk Pemberdayaan Lingkungan kriterianya adalah apabila investasi mencapai dua milyar rupiah mendapatkan nilai bobot 3%, dan setiap kelipatan dua milyar rupiah mendapat tambahan 3% dengan bobot maksimum 30%; d. Fasilitas Pelayanan Purna Jual adalah biaya investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam bentuk tanah, bangunan, peralatan, alat bantu, kendaraan pemeliharaan, biaya pendidikan mekanik, dan sebagainya dengan bukti-bukti yang sah yang dikeluarkan sejak perusahaan berdiri. Untuk Fasilitas Pelayanan Purna Jual kriterianya adalah apabila investasi mencapai satu milyar mendapatkan nilai bobot 5%, dan setiap kelipatan satu Milyar mendapat tambahan 5% dengan bobot maksimum 20%. e. Nilai untuk Pemberdayaan Usaha Kecil termasuk Koperasi Kecil melalui kemitraan dan Pemberdayaan Lingkungan sekitar dihitung berdasarkan kegiatan pada satu tahun fiskal pajak terakhir sebelum dilakukan verifikasi. Sedangkan untuk Fasilitas Pelayanan Purna Jual merupakan akumulasi sampai dengan tahun terakhir dari verifikasi. 3. Jenis-jenis Formulir Isian untuk Penilaian Bobot Manfaat Perusahaan (BMP), terdiri atas: a. Formulir 4.1.1, Formulir Isian Pemberdayaan Usaha Kecil termasuk Koperasi Kecil melalui kemitraan. b. Formulir 4.1.2, Formulir Isian OHSAS 18000/Seri ISO c. Formulir 4.1.3, Formulir Isian Pemberdayaan Lingkungan. d. Formulir 4.1.4, Formulir Isian Fasilitas Pelayanan Purna Jual. e. Formulir 4.1.5, Formulir Isian Rekapitulasi Perhitungan Penentuan Nilai Bobot Manfaat Perusahaan (Nilai BMP). Formulir-formulir isian dimaksud dapat dilihat pada Lampiran 1.1, Lampiran 1.2, Lampiran 1.3, Lampiran 1.4 dan Lampiran Petunjuk Cara Pengisian a. Petunjuk pengisian Formulir tentang Pemberdayaan Usaha Kecil termasuk Koperasi Kecil melalui Kemitraan

15 No. Data Nama Mitra Penjelasan Contoh Pengisian Kolom No.(2) Kolom No. (3) 3. Kolom No. (4) 4. Sel No. (A1) 5. Kolom No. (5), Sel No. (A2) 6. Kolom No. (6) Sel No. (A3) Nama Badan Usaha Kecil/ Koperasi Jenis Usaha Biaya Biaya Bobot Sub Total Nilai BMP (%) Badan Usaha Kecil/Koperasi yang diberdayakan oleh penyedia barang dan jasa melalui kemitraan Jenis Usaha yang dilakukan melalui Kemitraan dengan Penyedia Barang dan Jasa Biaya/belanja yang dikeluarkan Penyedia Barang dan Jasa untuk kegiatan kemitraan dengan Usaha Kecil Penjumlahan biaya/belanja yang dikeluarkan penyedia barang dan jasa Kriteria: sampai dengan Rp 1 Milyar, nilainya 5% Setiap kelipatan Rp 1 Milyar, naik 5% Perkalian antara Sel No. (A2) dikalikan dengan 15% Contoh: Koperasi Maju Bersama Contoh: Transportasi Ditulis dengan angka, misal Rp Ditulis dengan angka, misal Rp Data Berasal dari Kolom No. (5) dengan ketentuan jika penjumlahan Kolom No. (4) atau Sel A1 mencapai Rp. 1 Milyar, maka bobot yang diperoleh 5% Ditulis dengan Persentase Untuk contoh ini 5% X 15% = 0,75% b. Petunjuk pengisian Formulir tentang OHSAS / Seri ISO No. Data Nama Penjelasan Contoh Pengisian Kolom No. (2) Kolom No. (3) Jenis Sertifikasi Dokumen Sertifikasi yang sah yang dikeluarkan sebagai bukti telah menerapkan OHSAS 18000/ISO Pilihan tergantung dari dokumen sertifikat yang dimiliki penyedia barang dan jasa Contoh: ISO Contoh: Ada (dan dilengkapi dengan dokumen)

16 No. Data Nama Penjelasan Contoh Pengisian Kolom Bobot No. (4) Kriterianya: Tidak ada, nilainya 0% Ada, untuk OHSAS nilainya 30% Ada, untuk ISO nilainya 70% Karena sertifikat ISO 14000, maka nilainya 70% dari 20% Dalam contoh ini 70% X 20% = 14% 4. Kolom No. (5) 5. Sel No. (B1) % Nilai BMP Perkalian antara Kolom No. (4) dikalikan dengan 15% Sub Total Nilai BMP Penjumlahan Nilai BMP dari sertifikat-sertifikat yang dimiliki Ditulis dengan persentase Untuk contoh ini 14% X 15% = 2,1% Ditulis dengan persentase Untuk contoh ini 2,1% c. Petunjuk pengisian Formulir tentang Pemberdayaan Lingkungan No. Data Nama Penjelasan Contoh Pengisian Kolom Contoh: No. (2) Kolom No. (3) Kolom No. (4) Sel No. (C3) Kolom No. (5) Sel No. (C2) Jenis Biaya yang dikeluarkan untuk Pemberdayaan Lingkungan Lokasi Biaya Biaya Bobot Jenis Kegiatan dari pemberdayaan masyarakat dilingkungan perusahaan yang bersangkutan Tempat kegiatan pada Kolom No. (2) dilakukan Besarnya biaya yang dikeluarkan Penyedia Barang dan Jasa Penjumlahan besarnya biaya yang dikeluarkan penyedia barang dan jasa Kriterianya: Investasi sampai dengan Rp 2 Milyar, nilainya 3% Setiap kelipatan Rp 2 Milyar, naik 3% Memperbaiki jalan umum lingkungan sekitar tempat usaha/pabrik Contoh: Bogor Ditulis dengan angka, misal Rp Ditulis dengan angka, misal Rp Data Berasal dari Kolom No. (4) dengan ketentuan jika penjumlahan pada Kolom No. (4) mencapai 2 milyar maka bobotnya adalah 3%

17 No. Data Nama Penjelasan Contoh Pengisian % Sub Total Ditulis dengan Nilai BMP (%) Persentase Kolom No. (6) Sel No. (C1) Perkalian antara Kolom No. (4) dikalikan dengan 15% Untuk contoh ini 3% X 15% = 0,45% d. Petunjuk pengisian Formulir tentang Fasilitas Pelayanan Purna Jual No. Data Nama Penjelasan Contoh Pengisian 1. Kolom Contoh : No (2) 2. Kolom No (3) 3. Kolom No (4) 4. Sel No (D1) Jenis Pengeluaran Investasi Tahun pengeluaran Biaya Biaya Jenis investasi agar layanan bisa berfungsi dengan prima Disebutkan tahun pembelanjaan Modal yang dikeluarkan Penyedia Barang dan Jasa Penjumlahan dari Modal yang dikeluarkan Penyedia Barang dan Jasa Alat uji kinerja (performance) Contoh : 2005 Ditulis dengan angka, misal Rp Ditulis dengan angka, misal Rp Kolom No (5) Sel No (D2) 6. Kolom No (6) Sel No (D3) Bobot Kriterianya : Investasi sampai dengan Rp 1 Milyar, nilainya 5% Setiap kelipatan Rp 1 Milyar, naik 5% % Nilai BMP Perkalian antara Kolom No. (4) dikalikan dengan 15% Data Berasal dari Kolom No. (4) dengan ketentuan jika penjumlahan Kolom No. (4) mencapai Rp. 1 Milyar, maka bobot yang diperoleh 5%. Ditulis dengan Persentase Untuk contoh ini 5% X 15% = 0,75% e. Petunjuk Pengisian Formulir tentang Penilaian Bobot Manfaat Perusahaan (Nilai BMP) No. Data Penjelasan Contoh 1. 1 Nama Penyedia Barang dan Jasa PT Indonesia Maju 2. 2 Alamat Penyedia Barang dan Jasa Pulau Seribu

18 No. Data Penjelasan Contoh 3. Sel No. (A) Merupakan nilai persentase untuk Pemberdayaan Usaha Kecil Termasuk Koperasi Kecil melalui : Formulir Sel No. (A3) 4. Sel No. (B) 5. Sel No. (C) 6. Sel No. (D) 7. Sel No. (E) Kemitraan Merupakan nilai persentase untuk OHSAS 18000/ISO Series Merupakan nilai persentase untuk Pemberdayaan Lingkungan Merupakan nilai persentase untuk Fasilitas Layanan Purna Jual Merupakan Penjumlahan nilai persentase dari Sel No. (A) sampai Sel No. (E) Formulir Sel No. (B3) Formulir Sel No. (C3) Formulir Sel No. (D3) Formulir Sel No. (A) + Sel No. (B) + Sel No. (C) + Sel No. (D) B. Petunjuk dalam Penilaian Capaian Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk Barang 1. Lingkup Penilaian a. Bahan Material Langsung/Tidak Langsung b. Tenaga Kerja Langsung c. Biaya Tidak Langsung Pabrik 2. Definisi, Kriteria dan Persyaratan Bahan Material Langsung/Tidak Langsung adalah material yang digunakan untuk menghasilkan 1 (satu) satuan produk, misalnya kayu, amplas, cat, dan sebagainya pada pembuatan sebuah kursi. Tenaga Kerja Langsung adalah biaya tenaga kerja yang digunakan untuk mengubah bahan langsung menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, misalnya gaji operator, gaji mandor, dan sebagainya. Biaya Tidak Langsung Pabrik (Factory Overhead) adalah biaya-biaya dari tenaga kerja tidak langsung, mesin/alat kerja/fasilitas kerja dan semua biaya pabrikasi lainnya yang biayanya tidak dapat dibebankan langsung ke dalam produk tertentu. Biaya tenaga kerja tidak langsung, misalnya gaji supervisor pabrik, gaji kepala/manajer pabrik, gaji manajer penjamin mutu, dan sebagainya.

19 Biaya Mesin/Alat Kerja/Fasilitas Kerja baik yang disewa atau yang dimiliki sendiri, misalnya penyusutan untuk mesin potong, penyusutan untuk mesin las, biaya sewa mesin kompresor untuk sebulan, dan sebagainya. Untuk tenaga kerja yang dipergunakan dalam kegiatan produksi yang bersangkutan, kriteria untuk dikategorikan sebagai unsur Komponen Dalam Negeri (KDN) atau Komponen Luar Negeri (KLN) ditentukan berdasarkan Kewarganegaraan. Untuk material/peralatan yang berfungsi sebagai bahan baku dari kegiatan produksi yang bersangkutan, kriteria untuk dikategorikan sebagai unsur KDN dan KLN ditentukan berdasarkan negara asal. Untuk mesin/alat kerja/fasilitas kerja adalah yang berkaitan dengan investasi yang dipergunakan dalam kegiatan produksi yang bersangkutan, kriteria untuk dikategorikan sebagai unsur KDN atau KLN ditentukan berdasarkan kepemilikan dari mesin/alat kerja/fasilitas kerja tersebut. Alat kerja/fasilitas kerja yang diproduksi di dalam negeri, dimiliki oleh penyedia barang/jasa dalam negeri, dinilai 100% komponen dalam negeri. Alat kerja/fasilitas kerja yang diproduksi dalam negeri, dimiliki oleh penyedia barang/jasa luar negeri, dinilai 75% komponen dalam negeri. Alat kerja/fasilitas kerja yang diproduksi dalam negeri, dimiliki oleh penyedia barang/jasa kerjasama antara perusahaan dalam negeri dan perusahaan luar negeri, dinilai 75% komponen dalam negeri, ditambah dengan 25% proporsional terhadap komposisi (perbandingan) saham perusahaan dalam negeri. Alat kerja/fasilitas kerja yang diproduksi luar negeri, dimiliki oleh penyedia barang/jasa dalam negeri, dinilai 100% komponen dalam negeri. Alat kerja/fasilitas kerja yang diproduksi luar negeri, dimiliki oleh penyedia barang/jasa luar negeri, dinilai 0% komponen dalam negeri. Alat kerja/fasilitas kerja yang diproduksi luar negeri, dimiliki oleh penyedia barang/jasa kerjasama antara perusahaan dalam negeri dan perusahaan luar negeri, persentase komponen dalam negerinya dinilai secara proporsional terhadap komposisi (perbandingan) saham perusahaan dalam negeri. Dokumen-dokumen bukti kepemilikan yang menyertai butir diatas dapat berupa Akte Notaris, Buku Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB), dan sebagainya.

20 Apabila pada saat verifikasi tidak dapat memberikan bukti kepemilikan alat kerja/fasilitas kerja, maka alat kerja/fasilitas kerja yang bersangkutan dinyatakan sebagai komponen luar negeri. Obyek penilaian capaian TKDN Barang adalah biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku (material) langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya tidak langsung pabrik (Factory Overhead). Penelusuran penilaian untuk capaian TKDN Barang harus sampai pada produsen tingkat 2, dan untuk produsen tingkat 3 apabila pabriknya berlokasi di Indonesia dinyatakan TKDNnya 100%. Produsen Tingkat 1 (satu) adalah penyedia barang dan jasa yang langsung memproduksi produk akhir (barang). Produsen Tingkat 2 (dua) adalah penyedia barang (bahan baku, bahan setengah jadi, komponen dan sebagainya) untuk produk akhir yang diproduksi produsen tingkat I. Biaya bahan (material) langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya tidak langsung pabrik dihitung sampai di lokasi pengerjaan (pabrik/workshop) untuk produk barang yang bersangkutan. 3. Jenis-jenis formulir Isian untuk Penilaian Besaran Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Barang terdiri atas: a. Formulir 4.2.1, Formulir Isian Tingkat Komponen Dalam Negeri untuk Bahan Baku (bahan baku langsung/tidak langsung). b. Formulir 4.2.2, Formulir Isian Tingkat Komponen Dalam Negeri untuk Bahan Baku (untuk Jasa-jasa Terkait). c. Formulir 4.2.3, Formulir Isian Tingkat Komponen Dalam Negeri untuk Tenaga Kerja Langsung. d. Formulir 4.2.4, Formulir Isian Tingkat Komponen Dalam Negeri untuk Tenaga Kerja Langsung (untuk jasa-jasa terkait). e. Formulir 4.2.5, Formulir Isian Tingkat Komponen Dalam Negeri untuk Biaya tidak Langsung Pabrik (tenaga kerja tidak langsung / manajemen). f. Formulir 4.2.6, Formulir Isian Tingkat Komponen Dalam Negeri untuk Biaya tidak Langsung Pabrik (untuk mesin / Alat Kerja/Fasilitas Kerja yang dimiliki sendiri).

21 g. Formulir 4.2.7, Formulir Isian Tingkat Komponen Dalam Negeri untuk Biaya tidak Langsung Pabrik (untuk mesin / Alat Kerja/Fasilitas Kerja yang disewa). h. Formulir 4.2.8, Formulir Isian Tingkat Komponen Dalam Negeri untuk Biaya tidak Langsung Pabrik (untuk jsa-jasa terkait). i. Formulir 4.2.9, Rekapitulasi Formulir Isian Penilaian sendiri Besaran Tingkat Komponen Dalam Negeri Barang dan Jasa Produksi Dalam Negeri (Barang) Formulir-formulir dimaksud dapat dilihat pada Lampiran 2.1, Lampiran 2.2, Lampiran 2.3, Lampiran 2.4, Lampiran 2.5, Lampiran 2.6, Lampiran 2.7, Lampiran 2.8, dan Lampiran Cara Pengisian a. Cara Pengisian Formulir tentang Perincian Penilaian Tingkat Komponen Dalam Negeri untuk Bahan Baku (bahan baku langsung/tidak langsung) No Data Nama Penjelasan Contoh Pengisian Kolom Nama Material Material yang digunakan Proses penguliran No. (1) untuk menghasilkan 1 (satu) 1. Pipa satuan produk 2. Gemuk yang dinilai Proses pengelasan Elektroda Pelat Pipa Kolom No. (2) Kolom No. (3) 4. Kolom No. (4) 5. Kolom No. (5) Spesifikasi Satuan bahan baku Negara Asal Pemasok (Produsen Tingkat 2) Data teknis dari setiap material terpakai yang disebutkan pada Kolom No. (1) Satuan bahan baku terpakai yang disebutkan pada Kolom No. (1) Negara asal material terpakai yang disebutkan pada Kolom No. (1) Nama perusahaan yang memproduksi material terpakai yang disebutkan pada Kolom No. (1) Contoh: E 7010 A 516 Gr. 70 API 5L, Diameter : 12, Tebal 0.5. Contoh: kg unit liter Contoh: Singapura Jepang Contoh: PT. Sumber Maju

22 No Data Nama Penjelasan Contoh Pengisian PT. Kiat Maju 6. Kolom No. (6) 7. Kolom No. (7) 8. Kolom No. (8) Harga per 1 (satu) satuan material Jumlah pemakaian material untuk 1 (satu) satuan produk Biaya per 1 (satu) satuan produk Harga per 1 (satu) satuan material yang disebutkan pada Kolom No. (1) Kriteria suatu komponen dikategorikan sebagai unsur KDN atau KLN berdasarkan negara asal Jumlah pemakaian material untuk 1 (satu) satuan produk yang akan dinilai TKDN-nya Untuk material yang tidak diketahui secara langsung jumlahnya dalam 1 (satu) satuan produk akhir maka dapat menggunakan data masa lalu penggunaan rataratanya untuk 1 (satu) satuan produk akhir Contoh : Pemakaian gemuk data masa lalu adalah 1 gram/ unit, sehingga menunjukkan bahwa pemakaian gemuk untuk 1 (satu) tahun sebelumnya adalah : gram dengan jumlah produk yang dihasilkan adalah unit. Jadi jumlah rata-rata pemakaian gemuk pada 1 (satu) unit : gram = 1 gram/unit unit Perkalian harga per 1 (satu) satuan material Kolom No. (6) dengan jumlah pemakaian material untuk 1 (satu) satuan produk yang akan dinilai TKDN-nya Kolom No. (7) untuk semua material terpakai yang disebutkan pada Kolom No. (1) 9. Sel No. Penjumlahan Kolom No. (8)

23 No Data Nama Penjelasan Contoh Pengisian (9A) untuk bagian KDN Data ini adalah biaya produksi per 1 (satu) satuan produk yang berasal dari material terpakai yang digunakan dengan status Komponen Dalam Negeri (KDN) 10 Sel No. (9B) 11 Sel No. (9C) Penjumlahan Kolom No. (8) untuk bagian KLN Data ini adalah biaya produksi per 1 (satu) satuan produk yang berasal dari material terpakai yang digunakan dengan status Komponen Luar Negeri (KLN) Penjumlahan Kolom No. (8) untuk Total Data ini adalah biaya produksi total per 1 (satu) satuan produk untuk bahan baku (bahan baku langsung dan tidak langsung) b. Cara pengisian Formulir tentang Perincian Penilaian Tingkat Komponen Dalam Negeri untuk Bahan Baku (untuk jasa-jasa terkait) No Data Nama Penjelasan Contoh Pengisian Kolom Nama Jasa No. (1) Kolom No. (2) Kolom No. (3) Kolom No. (4) Pemasok / produsen tingkat 2 Jumlah Biaya pengurusan per bulan Jasa yang digunakan langsung di setiap produksi yang penggunaannya khusus untuk produk yang dinilai TKDNnya Nama perusahaan / badan hukum yang mengerjakan jasa yang disebutkan pada Kolom No. (1) Jumlah paket jasa yang disebutkan pada Kolom No. (1) Biaya pengurusan perbulan dari paket jasa-jasa terkait, yang disebutkan pada Biaya Pengiriman bahan baku. Asuransi Bahan Baku PT Jujur Maju Ditulis dengan angka, misal 1 Ditulis dengan angka nominal, misal Rp

24 No Data Nama Penjelasan Contoh Pengisian Kolom No. (1) Kolom Total biaya per Perkalian jumlah No. (5) bulan pengurusan dengan biaya Setiap Sel pada pengurusan perbulan Kolom No. (3) dikali dengan setiap Sel pada Kolom No. (4) Kolom No. (6) Kolom No. (7) Sel No. (8A) Sel No. (8B) Sel No. (8C) Sel No. (9) Sel No. (10A) Sel No. (10B) Sel No. (10C) Alokasi penggunaan untuk produk yang dinilai Total biaya per bulan yang dialokasikan untuk produk yang dinilai Biaya pengurusan per bulan dari jasa-jasa terkait yang disebutkan pada Kolom No. (1) Perkalian total biaya perbulan dengan alokasi penggunaan perbulan Penjumlahan Kolom No. (7) untuk bagian KDN Penjumlahan Kolom No. (7) untuk bagian KLN Penjumlahan Kolom No. (7) untuk total Kapasitas normal perbulan untuk produk yang dinilai TKDNnya Biaya produksi per 1 (satu) satuan produk yang berasal dari fungsi yang melakukan kegiatan produksi, yang penggunaannya hanya khusus menangani produk yang dinilai TKDN-nya sebagai Komponen Dalam Negeri (KDN) Biaya produksi per 1 (satu) satuan produk yang berasal dari fungsi yang melakukan kegiatan produksi, yang penggunaannya hanya khusus menangani produk yang dinilai TKDN-nya sebagai Komponen Luar Negeri (KLN) Biaya produksi per 1 (satu) satuan produk yang berasal Ditulis dengan angka persen, misal 100 % Setiap Sel pada Kolom No. (5) dikali dengan setiap Sel pada Kolom No. (6) Ditulis dengan angka Nominal, misal 100 Secara matematis Sel No. (8A) Sel No. (9) Secara matematis Sel No. (8B) Sel No. (9) Secara matematis Sel No. (8C)

25 No Data Nama Penjelasan Contoh Pengisian dari fungsi yang melakukan kegiatan produksi, yang penggunaannya hanya khusus menangani produk yang dinilai TKDN-nya. Sel No. (9) c. Cara pengisian Formulir tentang Perincian Penilaian Tingkat Komponen Dalam Negeri untuk Tenaga Kerja Langsung No Data Nama Penjelasan Contoh Pengisian Kolom No. (1) Jabatan Kolom No. (2) Kolom No. (3) Kolom No. (4) Kolom No. (5) Kolom No. (6) Kualifikasi Kewarganegaraan Jumlah Gaji per bulan Total biaya per bulan Jabatan yang ada di setiap fungsi yang melakukan kegiatan produksi yang waktu kerjanya hanya khusus menangani produk yang dinilai TKDN-nya Kriteria / spesifikasi khusus yang ditetapkan perusahaan untuk menduduki jabatan pada Kolom (1) Asal negara dari tenaga kerja yang disebut dalam Kolom No.(1) Jumlah tenaga kerja yang menduduki jabatan pada Kolom No. (1) ditempatkan pada Kolom sesuai KDN atau KLN, kewarganegaraannya WNI sebagai KDN dan WNA sebagai KLN Gaji tenaga kerja yang disebut dalam Kolom No. (1) Perkalian jumlah orang dengan gaji per bulan Proses penguliran Operator Foreman Proses pengelasan Operator Foreman Kualifikasi Operator Mesin Las adalah STM Mesin, Pengalaman 5 thn Indonesia Operator Mesin Las adalah 1 (satu) orang WNI maka pada Kolom KDN diisi 1 (satu) Ditulis dengan angka nominal, misal Rp Setiap Sel pada Kolom No. (4) dikali dengan setiap Sel pada Kolom No. (5)

26 No Data Nama Penjelasan Contoh Pengisian Kolom No. (7) Kolom No. (8) Sel No. (9A) Sel No. (9B) Sel No. (9C) Sel No. (10) Sel No. (11A) Sel No. (11B) Sel No. (11C) Alokasi pengawasan Total biaya perbulan yg di alokasikan Alokasi terhadap biaya pengawasan dari tenaga kerja yang disebut dalam Kolom No. (1) Biaya perbulan yang dialokasikan untuk produk yang dinilai untuk tenaga kerja langsung yang disebutkan dalam Kolom No. (1) Penjumlahan Kolom No. (8) untuk bagian KDN Penjumlahan Kolom No. (8) untuk bagian KLN Penjumlahan Kolom No. (8) untuk total Kapasitas Normal untuk produk yang dinilai TKDNnya Biaya produksi per 1 (satu) satuan produk yang berasal dari fungsi yang melakukan kegiatan produksi yang waktu kerjanya hanya khusus menangani produk yang dinilai TKDN-nya sebagai Komponen Dalam Negeri (KDN) Biaya produksi per 1 (satu) satuan produk yang berasal dari fungsi yang melakukan kegiatan produksi yang waktu kerjanya hanya khusus mena-ngani produk yang dinilai TKDN-nya sebagai Komponen Luar Negeri (KLN) Biaya produksi per 1 (satu) satuan produk yang berasal dari fungsi yang melakukan kegiatan produksi yang waktu Ditulis dengan angka persen misal 100 % Setiap Sel pada Kolom No. (6) dikali dengan setiap Sel pada Kolom No.(7) Secara matematis Sel No. (9A) Sel No. (10) Secara matematis Sel No. (9B) Sel No. (10) Secara matematis Sel No.(9C) Sel No. (10)

27 No Data Nama Penjelasan Contoh Pengisian kerjanya hanya khusus menangani produk yang dinilai TKDN-nya d. Cara pengisian Formulir tentang Perincian Penilaian Tingkat Komponen Dalam Negeri untuk Tenaga Kerja Langsung (untuk jasa-jasa terkait) No Data Nama Penjelasan Contoh Pengisian Kolom Nama Jasa No. (1) Kolom No. (2) Kolom No. (3) Kolom No. (4) Kolom No. (5) Kolom No. (6) Kolom No. (7) Pemasok/ Produsen tingkat 2 Jumlah Biaya pengurusan per bulan Total biaya per bulan Alokasi penggunaan untuk produk yang dinilai Total biaya per bulan yang dialokasikan Jasa yang digunakan langsung di setiap proses produksi yang penggunaannya khusus untuk produk yang dinilai TKDN-nya Nama perusahaan/badan hukum pemilik jasa atau produsen yang disebutkan pada Kolom No. (1) Jumlah jasa atau produk yang disebutkan pada Kolom No. (1) Biaya pengurusan per bulan dari tenaga kerja untuk jasa-jasa terkait yang disebutkan pada Kolom No. (1) Perkalian jumlah pengurusan dengan biaya pengurusan perbulan Alokasi biaya pengurusan per bulan untuk jasa-jasa terkait yang disebutkan pada Kolom No. (1) Perkalian total biaya perbulan dengan alokasi penggunaan perbulan Misal: sarung tangan untuk operator pakaian seragam operator PT Jujur Maju Ditulis dengan angka, misal 1 Ditulis dengan angka nominal, misal Rp Setiap Sel pada Kolom No. (3) dikali dengan setiap Sel pada Kolom No. (4) Ditulis dengan angka persen, misal 100 %, apabila biaya tersebut hanya satu jenis jasa terkait saja Setiap Sel pada Kolom No. (5) dikali dengan setiap Sel pada Kolom No. (6)

28 No Data Nama Penjelasan Contoh Pengisian Sel No. (8A) Sel No. (8B) Sel No. (8C) Sel No. (9) Sel No. (10A) Sel No. (10B) Sel No. (10C) Penjumlahan Kolom No. (7) untuk bagian KDN Penjumlahan Kolom No. (7) untuk bagian KLN Penjumlahan Kolom No. (7) untuk total Kapasitas produksi perbulan untuk produk yang dinilai TKDN-nya Biaya produksi per 1 (satu) satuan produk yang berasal fungsi yang melakukan kegiatan produksi yang waktu kerjanya hanya khusus menangani produk yang dinilai TKDN-nya sebagai Komponen Dalam Negeri (KDN) Biaya produksi per 1 (satu) satuan produk yang berasal fungsi yang melakukan kegiatan produksi yang waktu kerjanya hanya khusus menangani produk yang dinilai TKDN-nya sebagai Komponen Luar Negeri (KLN) Biaya produksi per 1 (satu) satuan produk yang berasal fungsi yang melakukan kegiatan produksi yang waktu kerjanya hanya khusus menangani produk yang dinilai TKDN-nya Secara matematis Sel No. (8A) Sel No. (9) Secara matematis Sel No. (8B) Sel No. (9) Secara matematis Sel No. (8C) Sel No. (9) e. Cara pengisian Formulir tentang Perincian Penilaian Tingkat Komponen Dalam Negeri untuk Biaya Tidak Langsung Pabrik (tenaga kerja tidak langsung/manajemen) No Data Nama Penjelasan Contoh Pengisian Kolom Jabatan No. (1) Jabatan yang ada pada fungsi yang melakukan kegiatan Manajer produksi Supervisor produksi

29 No Data Nama Penjelasan Contoh Pengisian produksi yang waktu kerjanya dibagi untuk menangani beberapa produk Kolom No. (2) Kolom No. (3) Kolom No. (4) Kolom No. (5) Kolom No. (6) Kolom No. (7) Kolom No. (8) Kualifikasi Kewarganegaraan Jumlah Gaji per bulan Total biaya per bulan Alokasi pengawasan untuk produk ybs Total biaya perbulan yang dialokasikan untuk produk yang dinilai Kriteria / spesifikasi khusus yang ditetapkan perusahaan untuk menduduki jabatan pada Kolom No. (1) Asal negara dari tenaga kerja yang disebut dalam Kolom No. (1) Jumlah tenaga kerja yang menduduki jabatan pada Kolom No. 1 (satu) ditempatkan pada Kolom, sesuai kewarganegaraannya WNI sebagai KDN dan WNA sebagai KLN Gaji tenaga kerja yang bersifat tetap yang diterima setiap bulan Perkalian jumlah orang dengan gaji per bulan Persentase waktu yang digunakan untuk menangani produk yang dinilai TKDN-nya untuk setiap jabatan yang disebutkan pada Kolom No. (1) Perkalian total biaya per bulan pada Kolom No. (6) dengan alokasi pada Kolom No. (7) untuk setiap jabatan yang disebutkan pada Kolom No. (1) Kualifikasi Supervisor Produksi adalah D3 Teknik Mesin, Pengalaman 5 thn Indonesia (didasarkan pada KTP, pasport) Supervisor produksi adalah 1 (satu) orang WNI maka pada Kolom KDN diisi 1 (satu) Ditulis dengan angka nominal misal Rp Setiap Sel pada Kolom No. (4) dikali setiap Sel pada Kolom No. (5) Ditulis dengan angka persen, misal 100%, apabila pengawasan yang dilakukan hanya pada satu jenis produk.

30 No Data Nama Penjelasan Contoh Pengisian Sel No. (9A) Sel No. (9B) Sel No. (9C) Penjumlahan Kolom No. (8) untuk bagian KDN Penjumlahan Kolom No. (8) untuk bagian KLN Penjumlahan Kolom No. (8) untuk total Sel No. (10) Sel No. (11A) Sel No. (11B) Sel No. (11C) Kapasitas normal perbulan untuk produk yang dinilai TKDN-nya Biaya produksi per 1 (satu) satuan produk yang berasal dari fungsi yang melakukan kegiatan produksi yang waktu kerjanya dibagi untuk menangani beberapa produk sebagai Komponen Dalam Negeri (KDN) Biaya produksi per 1 (satu) satuan produk yang berasal dari fungsi yang melakukan kegiatan produksi yang waktu kerjanya dibagi untuk menangani beberapa produk sebagai Komponen Luar Negeri (KLN) Biaya produksi per 1 (satu) satuan produk yang berasal dari fungsi yang melakukan kegiatan produksi yang waktu kerjanya dibagi untuk menangani beberapa produk Secara matematis Sel (9A) Sel (10) Secara matematis Sel (9B) Sel (10) Secara matematis Sel (9C) Sel (10) f. Cara pengisian Formulir tentang Perincian Penilaian Tingkat Komponen Dalam Negeri untuk Biaya Tidak Langsung Pabrik (untuk mesin /alat kerja yang dimiliki sendiri)

31 No Data Nama Penjelasan Contoh Pengisian 1. Kolom Nama Mesin No. (1) mesin/alat kerja/fasilitas kerja yang digunakan langsung di setiap proses produksi dengan status milik sendiri. Proses penguliran Lathe Machine Threading Gauge 2. Kolom No. (2) 3. Kolom No. (3) 4. Kolom No. (4) 5. Kolom No. (5) 6. Kolom No. (6) Spesifikasi Jumlah (unit) Biaya depresiasi per bulan Total Biaya perbulan Alokasi penggunaan untuk produk yang dinilai Data teknis dari setiap mesin/alat kerja/fasilitas kerja yang disebutkan pada Kolom No. (1) Jumlah alat kerja/fasilitas kerja yang disebutkan pada Kolom No. (1) Biaya depresiasi per bulan dari mesin/alat kerja/ fasilitas kerja yang disebutkan pada Kolom No. (1) Biaya depresiasi mesin/alat kerja/fasilitas kerja Kolom No. (4) dikalikan dengan jumlahnya pada Kolom No. (3) Persentase penggunaan mesin/alat kerja/fasilitas kerja yang disebutkan pada Kolom No. (1) untuk produk yang dinilai TKDNnya Proses pengelasan Welding machine Ultasonic Test Menggunakan metode penyusutan garis lurus, yaitu harga pembelian dibagi umur ekonomis (misalnya dalam satuan tahun) dibagi 12 bulan atau sesuai dengan metode yang digunakan oleh perusahaan Untuk mengalokasikan diperlukan suatu basis. Contoh : Apabila produk mempunyai satuan yang sama misal : unit maka kapasitas Normalnya dapat dijadikan sebagai

32 No Data Nama Penjelasan Contoh Pengisian basis. Pabrik PT ABC mempunyai produk AA dan BB dengan kapasitas normal AA = 100 unit sedangkan BB = 400 unit, maka alokasi mesin yang digunakan bersama untuk produk AA = 100 x 100% =20% Kolom No. (7) 8. Sel No. (8A) 9. Sel No. (8B) 10. Sel No. (8C) 11. Sel No. (9) 12. Sel No. (10A) 13. Sel No. (10B) Total biaya per bulan yang di alokasikan Total biaya perbulan Kolom No. (5) dikalikan dengan alokasinya pada Kolom No. (6) untuk setiap mesin/alat Kerja/Fasilitas Kerja yang disebutkan di Kolom No. (1) Penjumlahan Kolom No. (7) untuk bagian KDN Penjumlahan Kolom No. (7) untuk bagian KLN Penjumlahan Kolom No. (7) untuk total biaya perbulan untuk produk yang dinilai Kapasitas normal per bulan untuk produk yang dinilai TKDN-nya Biaya produksi per 1 (satu) satuan produk yang berasal dari mesin/alat kerja/ fasilitas kerja yang digunakan langsung di setiap proses produksi sebagai Komponen Dalam Negeri (KDN) Biaya produksi per 1 (satu) satuan produk yang berasal dari mesin/alat kerja/ fasilitas kerja yang digunakan langsung di setiap proses produksi Secara matematis Sel No. (8A) Sel No. (9) Secara matematis Sel No. (8B) Sel No. (9)

33 No Data Nama Penjelasan Contoh Pengisian sebagai Komponen Luar Negeri (KLN) 14. Sel No. (10C) Biaya produksi per 1 (satu) satuan produk yang berasal dari mesin/alat kerja/ fasilitas kerja yang digunakan langsung di setiap proses produksi dengan status milik sendiri Secara matematis Sel No. (8C) Sel No. (9) g. Cara pengisian Formulir tentang Perincian Penilaian Tingkat Komponen Dalam Negeri untuk Biaya Tidak Langsung Pabrik (untuk mesin /alat kerja/fasilitas kerja yang di sewa) No Data Nama Penjelasan Contoh Pengisian Kolom Nama Mesin No. (1) Kolom No. (2) Kolom No. (3) Kolom No. (4) Kolom No. (5) Spesifikasi Pemasok/ Produsen tingkat 2 Jumlah Biaya sewa per bulan Mesin/alat kerja/fasilitas kerja yang digunakan langsung di setiap proses produksi yang penggunaannya khusus untuk produk yang dinilai TKDN-nya dengan status sewa Data teknis dari setiap mesin/alat kerja/fasilitas kerja yang disebutkan pada Kolom No. (1) Nama perusahaan/badan hukum pemilik peralatan yang disebutkan pada Kolom No. (1) Jumlah mesin/alat kerja/fasilitas kerja yang disebutkan pada Kolom No. (1) Biaya sewa per bulan dari Mesin /Alat Kerja/Fasilitas Kerja yang disebutkan pada Kolom No. (1) Proses penguliran Lathe Machine Threading Gauge Proses pengelasan Welding machine Ultasonic Test PT Jujur Maju Lathe Machine disewa dari sebuah perusahaan penyewaan Amerika sejumlah 2 (dua) unit maka pada Kolom KLN ditulis : 2 Ditulis dengan angka nominal, misal : Rp

34 No Data Nama Penjelasan Contoh Pengisian Kolom Total biaya Perkalian jumlah mesin No. (6) per bulan dengan biaya sewa per Setiap Sel pada bulan Kolom No. (4) dikali setiap Sel pada Kolom No. (5) Kolom No. (7) Kolom No. (8) Sel No. (9A) Sel No. (9B) Sel No. (9C) Sel No. (10) Sel No. (11A) Sel No. (11B) Sel No. (11C) Alokasi penggunaan Total biaya per bulan yang dialokasi Alokasi penggunaan mesin untuk produk yang dinilai Perkalian alokasi mesin dengan total biaya sewa per bulan Penjumlahan Kolom No. (8) untuk bagian KDN Penjumlahan Kolom No. (8) untuk bagian KLN Penjumlahan Kolom No. (8) untuk total Kapasitas Normal perbulan untuk produk yang dinilai TKDN-nya Biaya produksi per 1 (satu) satuan produk yang berasal dari mesin/alat kerja/fasilitas kerja yang digunakan langsung di setiap proses produksi yang penggunaannya khusus untuk produk yang dinilai TKDN-nya dengan status sewa sebagai Komponen Dalam Negeri (KDN) Biaya produksi per 1 (satu) satuan produk yang berasal dari mesin/alat kerja/fasilitas kerja yang digunakan langsung di setiap proses produksi yang penggunaannya khusus untuk produk yang dinilai TKDN-nya dengan status sewa sebagai Komponen Luar Negeri (KLN) Biaya produksi per 1 (satu) satuan produk yang berasal Ditulis dengan angka persen, misal 100 % Setiap Sel pada Kolom No. (6) dikali setiap Sel pada Kolom No. (7) Secara matematis Sel No. (9A) Sel No. (8) Secara matematis Sel No. (9B) Sel No. (8) Secara matematis

35 No Data Nama Penjelasan Contoh Pengisian dari mesin/alat kerja/fasilitas Sel No. (9C) kerja yang digunakan Sel No. (8) langsung di setiap proses produksi yang penggunaannya khusus untuk produk yang dinilai TKDN-nya dengan status sewa h. Cara pengisian Formulir tentang Perincian Penilaian Tingkat Komponen Dalam Negeri untuk Biaya Tidak Langsung Pabrik (untuk jasa-jasa terkait) No Data Nama Penjelasan Contoh Pengisian 1. Kolom Nama Jasa Jasa yang digunakan Jasa Catering untuk No. (1) langsung di setiap proses karyawan dipabrik produksi. 2. Kolom No. (2) 3. Kolom No. (3) 4. Kolom No. (4) 5. Kolom No. (5) 6. Kolom No. (6) Pemasok / Produsen tingkat 2 Jumlah Biaya Pengurus per bulan Total biaya per bulan Alokasi penggunaan untuk produk yang dinilai Nama perusahaan / badan hukum pemilik jasa yang disebutkan pada Kolom No. (1) Jumlah Jasa yang disebutkan pada Kolom No. (1) Biaya pengurusan perbulan dari jasa yang disebutkan pada Kolom No. (1) Perkalian jumlah jasa dengan biaya pengurusan per bulan Persentase penggunaan jasa yang disebutkan pada Kolom No. (1) untuk produk yang dinilai TKDN-nya PT Jujur Maju Ditulis dengan angka nominal misal : Rp Setiap Sel pada Kolom No. (3) dikali dengan setiap Sel pada Kolom No. (4) Untuk mengalokasikan diperlukan suatu basis. Contoh : Apabila produk mempunyai satuan yang sama misal : unit maka kapasitas normalnya dapat dijadikan sebagai basis. Pabrik PT ABC mempunyai produk AA dan BB dengan kapasitas

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/M-IND/PER/2/2011 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PENGHITUNGAN TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1270, 2014 KEMENPERIND. Perhitungan. Tingkat Komponen Dalam Negeri. Industri elektronik. Telematika. Ketentuan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PERHITUNGAN TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI UNTUK PERANGKAT TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

ASSURE YOUR CONFIDENCE

ASSURE YOUR CONFIDENCE ASSURE YOUR CONFIDENCE Keputusan Presiden nomor 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir oleh Peraturan Presiden nomor

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Produk Dalam Negeri. Barang/Jasa Pemerintah.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Produk Dalam Negeri. Barang/Jasa Pemerintah. No.104, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Produk Dalam Negeri. Barang/Jasa Pemerintah. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 49/M-IND/PER/5/2009 TENTANG

Lebih terperinci

11. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER/ 3/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian;

11. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER/ 3/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perindustrian; 2 Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor : 49/M-IND/PER/5/2009 4. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. 1. LAMPIRAN I : Format Rekapitulasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Barang

DAFTAR LAMPIRAN. 1. LAMPIRAN I : Format Rekapitulasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Barang LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI ------------------------------------------------------------------------------------------------------- DAFTAR LAMPIRAN 1. LAMPIRAN I : Format Rekapitulasi Tingkat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 11/M-IND/PER/3/2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN PRODUKSI DALAM NEGERI

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 11/M-IND/PER/3/2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN PRODUKSI DALAM NEGERI PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 11/M-IND/PER/3/2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN PRODUKSI DALAM NEGERI MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 10/M-IND/PER/2/2006

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 10/M-IND/PER/2/2006 PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 10/M-IND/PER/2/2006 TENTANG PENGGUNAAN MESIN PRODUKSI DALAM NEGERI DALAM RANGKA PEMANFAATAN FASILITAS KERINGANAN BEA MASUK ATAS IMPOR BARANG DAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.46, 2014 KEMENPERIN. Produk Dalam Negeri. Barang /Jasa. Pemerintah. APBD. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/M-IND/PER/1/2014 TENTANG

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 41/PER/M.KOMINFO/10/2009 TENTANG TATA CARA PENILAIAN PENCAPAIAN TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 244, Tambahan Le

2 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 244, Tambahan Le No.1262, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Nilai Tingkat. Komponen Dalam Negeri. Elektronika. Telematika. Penghitungan. Tata Cara. Ketentuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

Lampiran I Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Perhitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Dalam Rangka Investasi

Lampiran I Peraturan Menteri Perindustrian R.I. Perhitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Dalam Rangka Investasi - 5 - Barang Lampiran I Peraturan Menteri Perindustrian R.I Perhitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Dalam Rangka Investasi Nilai Investasi ( US$ ) TKDN Uraian Pekerjaan TOTAL % KDN LN DN US$ %

Lebih terperinci

PERHITUNGAN TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI (TKDN) PADA PERANGKAT BWA PT.SURVEYOR INDONESIA

PERHITUNGAN TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI (TKDN) PADA PERANGKAT BWA PT.SURVEYOR INDONESIA PERHITUNGAN TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI (TKDN) PADA PERANGKAT BWA PT.SURVEYOR INDONESIA o KEPPRES NO. 80/2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah, serta perubahannya

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBERIAN TANDA SAH CAPAIAN TKDN DAN BMP HASIL VERIFIKASI

TATA CARA PEMBERIAN TANDA SAH CAPAIAN TKDN DAN BMP HASIL VERIFIKASI 24 LAMPIRAN I PERATURAN REPUBLIK INDONESIA TATA CARA PEMBERIAN TANDA SAH CAPAIAN TKDN DAN BMP HASIL VERIFIKASI A. Penandatanganan Tanda Sah 1. Capaian TKDN dan/atau BMP yang telah diverifikasi oleh Surveyor

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.45, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Produk Dalam Negeri. Barang Jasa. Pemerintah. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/M-IND/PER/1/2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN PENDAYAGUNAAN PRODUKSI DALAM NEGERI & USAHA KECIL DAN DENGAN DANA PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI

PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN PENDAYAGUNAAN PRODUKSI DALAM NEGERI & USAHA KECIL DAN DENGAN DANA PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI PERATURAN PRESIDEN RI NOMOR 54 TAHUN 2010 beserta perubahannya PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN PENDAYAGUNAAN PRODUKSI DALAM

Lebih terperinci

MATERI 6 PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN PENDAYAGUNAAN PRODUKSI DALAM NEGERI & USAHA KECIL DAN DENGAN DANA PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI

MATERI 6 PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN PENDAYAGUNAAN PRODUKSI DALAM NEGERI & USAHA KECIL DAN DENGAN DANA PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI MATERI 6 PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN PENDAYAGUNAAN PRODUKSI DALAM NEGERI & USAHA KECIL DAN DENGAN DANA PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI PERATURAN PRESIDEN RI NOMOR 54 TAHUN 2010 beserta perubahannya 1 DAFTAR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 37/M-IND/PER/6/2006 TENTANG PENGEMBANGAN JASA KONSULTANSI INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (IKM)

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 37/M-IND/PER/6/2006 TENTANG PENGEMBANGAN JASA KONSULTANSI INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (IKM) PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 37/M-IND/PER/6/2006 TENTANG PENGEMBANGAN JASA KONSULTANSI INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (IKM) MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENINGKATAN PENGGUNAAN PRODUK DALAM NEGERI (P3DN)

KEBIJAKAN PENINGKATAN PENGGUNAAN PRODUK DALAM NEGERI (P3DN) KEBIJAKAN PENINGKATAN PENGGUNAAN PRODUK DALAM NEGERI (P3DN) Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (Ditjen. IUBTT) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Jakarta, 13 Desember 2012 PENINGKATAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR 14 /PER/M.KOMINFO/ 09 /2010 TENTANG TATA CARA PENILAIAN PENCAPAIAN TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI BELANJA OPERASIONAL (OPERATIONAL EXPENDITURE/OPEX) PADA

Lebih terperinci

Batu, 28 Juli

Batu, 28 Juli Batu, 28 Juli 2017 1 AGENDA I. REGULASI & KEBIJAKAN TKDN II. KONSEP PERHITUNGAN TKDN III. PERHITUNGAN TKDN BARANG IV. PERHITUNGAN TKDN JASA V. PERHITUNGAN TKDN GABUNGAN BARANG/JASA VI. VERIFIKASI TKDN

Lebih terperinci

SOSIALISASI LAPORAN PENCAPAIAN TKDN

SOSIALISASI LAPORAN PENCAPAIAN TKDN SOSIALISASI LAPORAN PENCAPAIAN TKDN 10 Agustus 2017 www.medcoenergi.com Delivering Value MATERI 1. LANDASAN HUKUM 2. KEBIJAKAN TKDN 3. DEFINISI TKDN 4. KONSEP DASAR PERHITUNGAN TKDN 5. PERHITUNGAN TKDN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Ketenagalistrikan. Infrastruktur. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Ketenagalistrikan. Infrastruktur. Pedoman. No.8, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Ketenagalistrikan. Infrastruktur. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 04/M-IND/PER/1/2009 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 27/M-IND/PER/5/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 27/M-IND/PER/5/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 27/M-IND/PER/5/2008 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA VERIFIKASI INDUSTRI BAGI INDUSTRI YANG MEMANFAATKAN FASILITAS KERINGANAN DAN ATAU PEMBEBASAN

Lebih terperinci

MODUL 9 PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN PENDAYAGUNAAN PRODUKSI DALAM NEGERI DAN USAHA KECIL PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN DANA PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI

MODUL 9 PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN PENDAYAGUNAAN PRODUKSI DALAM NEGERI DAN USAHA KECIL PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN DANA PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI MODUL 9 PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN PENDAYAGUNAAN PRODUKSI DALAM NEGERI DAN USAHA KECIL PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN DANA PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI PELATIHAN TINGKAT DASAR PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Diklat Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah TUJUAN PELATIHAN PENDAYAGUNAAN USAHA KECIL

DAFTAR ISI. Diklat Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah TUJUAN PELATIHAN PENDAYAGUNAAN USAHA KECIL PBJ Dengan Pendayagunaan dalam Negeri & Usaha Kecil dan Dengan Dana Pinjaman/Hibah Luar Negeri Diklat Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Kementerian Keuangan Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Pusdiklat

Lebih terperinci

5. PERHITUNGAN TKDN GAB. BARANG & JASA

5. PERHITUNGAN TKDN GAB. BARANG & JASA 5. PERHITUNGAN TKDN GAB. BARANG & JASA Barang A Biaya Material Biaya Tenaga Kerja Biaya Overhead Pabrik Barang B Biaya Material Biaya Tenaga Kerja Biaya Overhead Pabrik Instalasi Konstruksi Commissioning

Lebih terperinci

DRAFT RANCANGAN CARA PERHITUNGAN NILAI TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI (TKDN) PONSEL DAN BASE STATION

DRAFT RANCANGAN CARA PERHITUNGAN NILAI TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI (TKDN) PONSEL DAN BASE STATION DRAFT RANCANGAN CARA PERHITUNGAN NILAI TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI () PONSEL DAN BASE STATION I. TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI () HARDWARE A. Roadmap Hardware 2015 12% - 15% 2016 2017 2018 2019 SKD SKD

Lebih terperinci

SATUAN KERJA KHUSUS PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI (SKKMIGAS) Penguatan Kapasitas Nasional Dalam PTK 007 Rev 04

SATUAN KERJA KHUSUS PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI (SKKMIGAS) Penguatan Kapasitas Nasional Dalam PTK 007 Rev 04 SATUAN KERJA KHUSUS PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI (SKKMIGAS) Penguatan Kapasitas Nasional Dalam PTK 007 Rev 04 Dasar Hukum Dasar Hukum Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR : 32/M-IND/PER/6/2006 T E N T A N G

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR : 32/M-IND/PER/6/2006 T E N T A N G PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR : 32/M-IND/PER/6/2006 T E N T A N G PEMBENTUKAN TIM PENINGKATAN PENGGUNAAN PRODUKSI DALAM NEGERI DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN MENTERI PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

Pekanbaru, Maret 2018

Pekanbaru, Maret 2018 Pekanbaru, 15 16 Maret 2018 1 AGENDA I. REGULASI & KEBIJAKAN TKDN II. KONSEP PERHITUNGAN TKDN III. PERHITUNGAN TKDN BARANG IV. PERHITUNGAN TKDN JASA V. PERHITUNGAN TKDN GABUNGAN BARANG/JASA VI. VERIFIKASI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR : 31/M-IND/PER/6/2006 T E N T A N G

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR : 31/M-IND/PER/6/2006 T E N T A N G PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR : 31/M-IND/PER/6/2006 T E N T A N G PEDOMAN PEMBENTUKAN TIM PENINGKATAN PENGGUNAAN PRODUKSI DALAM NEGERI MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

I. REGULASI & KEBIJAKAN TKDN II. KONSEP PERHITUNGAN TKDN III. PERHITUNGAN TKDN BARANG IV. PERHITUNGAN TKDN JASA

I. REGULASI & KEBIJAKAN TKDN II. KONSEP PERHITUNGAN TKDN III. PERHITUNGAN TKDN BARANG IV. PERHITUNGAN TKDN JASA AGENDA I. REGULASI & KEBIJAKAN TKDN II. KONSEP PERHITUNGAN TKDN III. PERHITUNGAN TKDN BARANG IV. PERHITUNGAN TKDN JASA V. PERHITUNGAN TKDN GABUNGAN BARANG/JASA VI. VERIFIKASI TKDN 1. REGULASI & KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Restrukturisasi. Mesin. Tekstil. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Restrukturisasi. Mesin. Tekstil. Pencabutan. No.394, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Restrukturisasi. Mesin. Tekstil. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 141/M-IND/PER/10/2009 TENTANG

Lebih terperinci

AGENDA I. REGULASI & KEBIJAKAN TKDN II. KONSEP PERHITUNGAN TKDN III. TKDN BARANG IV. TKDN JASA V. TKDN GABUNGAN BARANG/JASA VI.

AGENDA I. REGULASI & KEBIJAKAN TKDN II. KONSEP PERHITUNGAN TKDN III. TKDN BARANG IV. TKDN JASA V. TKDN GABUNGAN BARANG/JASA VI. 1 AGENDA I. REGULASI & KEBIJAKAN TKDN II. KONSEP PERHITUNGAN TKDN III. TKDN BARANG IV. TKDN JASA V. TKDN GABUNGAN BARANG/JASA VI. VERIFIKASI TKDN 1. REGULASI & KEBIJAKAN TKDN UU dan PP Undang-undang No.

Lebih terperinci

DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA

DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA SKPA : Nama Pekerjaan : Lokasi : Kegiatan : Tahun Anggaran : No. Uraian Pekerjaan Satuan Volume Analisa Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp) I. PEKERJAAN PERSIAPAN 1 Pembersihan

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional Tahun (Lembaran Negara Repub

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional Tahun (Lembaran Negara Repub BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.460, 2017 KEMENPERIN. Pembangunan Industri Gula. Fasilitas Memperoleh Bahan Baku PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/M-IND/PER/3/2017 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.207,2012 PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/M-IND/PER/2/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR 123/M-IND/PER/11/2010

Lebih terperinci

tercantum dalam halaman judul Dokumen Pemilihan] Proyek/Satuan Kerja Departemen/Lembaga/Pemda Tahun Anggaran

tercantum dalam halaman judul Dokumen Pemilihan] Proyek/Satuan Kerja Departemen/Lembaga/Pemda Tahun Anggaran DOKUMEN KUALIFIKASI Pengadaan [identitas pengadaan/kegiatan sebagaimana tercantum dalam halaman judul Dokumen Pemilihan] Proyek/Satuan Kerja Departemen/Lembaga/Pemda Tahun Anggaran Dokumen Kualifikasi

Lebih terperinci

5. Keputusan Presiden Nomor 6/M Tahun 2011 tentang Pengangkatan Pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian Perdagangan;

5. Keputusan Presiden Nomor 6/M Tahun 2011 tentang Pengangkatan Pejabat Eselon I di lingkungan Kementerian Perdagangan; Peraturan Kepala Badan Pengawas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 79, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4735); 4. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 123/M-IND/PER/11/2010 TENTANG PROGRAM REVITALISASI DAN PENUMBUHAN INDUSTRI MELALUI RESTRUKTURISASI MESIN/PERALATAN INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.363, 2017 KEMENPERIN. Penandasahan Rencana Impor Barang dan Verifikasi Industri. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/M-IND/PER/3/2017 TENTANG

Lebih terperinci

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun No. 304, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Penunjang Minyak dan Gas Bumi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2018 TENTANG KEGIATAN

Lebih terperinci

2017, No Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492); 2. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2015 tentang Kemente

2017, No Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492); 2. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2015 tentang Kemente No.275, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Penggunaan Produk Dalam Negeri. Pedoman. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05/M-IND/PER/2/2017 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

TENAGA KERJA BIAYA TIDAK LANGSUNG PABRIK BAHAN BAKU/MATERIAL. Biaya dihitung sampai di lokasi pabrik/workshop BATASAN BIAYA

TENAGA KERJA BIAYA TIDAK LANGSUNG PABRIK BAHAN BAKU/MATERIAL. Biaya dihitung sampai di lokasi pabrik/workshop BATASAN BIAYA TENAGA KERJA BAHAN BAKU/MATERIAL BIAYA TIDAK LANGSUNG PABRIK BATASAN BIAYA Biaya dihitung sampai di lokasi pabrik/workshop PENELUSURAN TKDN BARANG PENELUSURAN TKDN BARANG Perhitungan TKDN barang dilakukan

Lebih terperinci

VI. RENCANA MANAJEMEN DAN ORGANISASI

VI. RENCANA MANAJEMEN DAN ORGANISASI VI. RENCANA MANAJEMEN DAN ORGANISASI 6.1. Aspek Legalitas Suatu industri yang didirikan perlu mendapatkan legalitas dari pihak yang terkait, dalam hal ini adalah pemerintah. Hal ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1169, 2013 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Lembaga Penilaian Kesesuaian. SNI. Pendingin Ruangan. Lemari Pendingin. Mesin Cuci. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 72/M-IND/PER/7/2011 TENTANG PENUNJUKAN LEMBAGA PENILAIAN KESESUAIAN DALAM RANGKA PEMBERLAKUAN DAN PENGAWASAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI)

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMENPERINDUSTRIAN. SURVEYOR. Verifikasi. Penunjukan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMENPERINDUSTRIAN. SURVEYOR. Verifikasi. Penunjukan. No.18, 2008 BERITA NEGARA DEPARTEMENPERINDUSTRIAN. SURVEYOR. Verifikasi. Penunjukan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR : 44/M-IND/PER/7/2008 TENTANG PENUNJUKAN/PENETAPAN SURVEYOR SEBAGAI PELAKSANA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1220, 2013 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Lembaga Penilaian Kesesuaian. SNI. Mainan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52/M-IND/PER/10/2013 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Layanan. Pos Universal. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Layanan. Pos Universal. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA No.980, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Layanan. Pos Universal. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 107/M-IND/ PER/11/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian (Berita N

2016, No Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 107/M-IND/ PER/11/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian (Berita N BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1089, 2016 KEMENPERIN. Tenaga Kerja. Nilai Investasi. Besaran Jumlah. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64/M-IND/PER/7/2016 TENTANG BESARAN JUMLAH

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 205/Kpts/OT.210/3/2003 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 205/Kpts/OT.210/3/2003 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 205/Kpts/OT.210/3/2003 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENGUJIAN DAN PEMBERIAN SERTIFIKAT ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa alat dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G STANDARDISASI, PEMBINAAN DAN PENGAWASAN STANDAR NASIONAL INDONESIA BIDANG INDUSTRI MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Impor Barang. Modal. Ketentuan. Tata Cara. Penerbitan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Impor Barang. Modal. Ketentuan. Tata Cara. Penerbitan. No.19, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Impor Barang. Modal. Ketentuan. Tata Cara. Penerbitan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 18/M-IND/PER/2/2009

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG PENERBITAN IZIN LOKASI DAN PERSETUJUAN PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.160, 2010 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Pengadaan Barang/Jasa. Elektronik.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.160, 2010 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Pengadaan Barang/Jasa. Elektronik. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.160, 2010 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Pengadaan Barang/Jasa. Elektronik. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 05 TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 05 TAHUN 2010 PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK (E-PROCUREMENT) DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LAMPIRAN BA AANWIJZING Nomor: BA.4/AAN/FURNITUR/IV/BMKG-2011

LAMPIRAN BA AANWIJZING Nomor: BA.4/AAN/FURNITUR/IV/BMKG-2011 5 6 0 LAMIRAN BA AANWIJZING Nomor: BA4/AAN/FURNITUR/IV/BMKG-20 Jawaban ertanyaan Tertulis T Elite ermai Metal Works Daftar ertanyaan: 2 3 A p a d a s a r y a n g d i g u n a k a n o l e h p a n i t i a

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 38/PMK.02/2011 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN HASIL OPTIMALISASI ANGGARAN BELANJA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN 2010 PADA TAHUN ANGGARAN 2011 DAN PEMOTONGAN PAGU

Lebih terperinci

2 Industri Kecil dan Industri Menengah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia T

2 Industri Kecil dan Industri Menengah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.316, 2014 KEMENPERIN. Restrukturisasi. Mesin. Peralatan. Industri Kecil. Menengah. Program. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/M-IND/PER/3/2014

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/M-IND/PER/2/2011 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN REKOMENDASI ATAS IMPOR BARANG MODAL BUKAN BARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PELELANGAN (AANWIJZING) Nomor : 05/Pan/Dok-Gernas/V/2011

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PELELANGAN (AANWIJZING) Nomor : 05/Pan/Dok-Gernas/V/2011 PEMERINTAH DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH DINAS PERKEBUNAN JLN. R.A. KARTINI No. 25, TELP. ( 0451) 421862-454562, FAX (0451) 421862 PALU Kode Pos 94112 BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PELELANGAN (AANWIJZING)

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.895, 2013 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Kendaraan Bermotor. Hemat Energi. Terjangkau. Pengembangan. Produksi. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/M-IND/PER/7/2013

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 05/PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN PEMBERIAN IZIN PERWAKILAN BADAN USAHA JASA KONSTRUKSI ASING

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 05/PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN PEMBERIAN IZIN PERWAKILAN BADAN USAHA JASA KONSTRUKSI ASING PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 05/PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN PEMBERIAN IZIN PERWAKILAN BADAN USAHA JASA KONSTRUKSI ASING KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 05/PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN PEMBERIAN IZIN PERWAKILAN BADAN USAHA JASA KONSTRUKSI ASING

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 05/PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN PEMBERIAN IZIN PERWAKILAN BADAN USAHA JASA KONSTRUKSI ASING PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 05/PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN PEMBERIAN IZIN PERWAKILAN BADAN USAHA JASA KONSTRUKSI ASING KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

Addendum. Dokumen Pengadaan Secara Elektronik

Addendum. Dokumen Pengadaan Secara Elektronik PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN dan KOPERASI Kompleks Perkantoran Jln.Siborongborong-Doloksanggul Telp.Fax(0633)-31115 Doloksanggul Addendum Dokumen Pengadaan Secara

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 / PRT / M / 2011 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN PEMBERIAN IZIN PERWAKILAN BADAN USAHA JASA KONSTRUKSI ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambaha

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambaha No.1235, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERIN. Industri Kendaraan Bermotor Roda Empat atau Lebih. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34/M-IND/PER/9/2017 TENTANG INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kebijakan Perusahaan Dalam Menghitung Penyusutan. 1. Dasar Penyusutan Masing Masing Aktiva dan Metode Penyusutan Yang Digunakan Oleh Perusahaan Setiap aktiva yang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 33/M-IND/Kep/1/2012 TENTANG TIM PERTIMBANGAN PELAYANAN INFORMASI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 33/M-IND/Kep/1/2012 TENTANG TIM PERTIMBANGAN PELAYANAN INFORMASI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 33/M-IND/Kep/1/2012 TENTANG 31 MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 33/M-IND/Kep/1/2012

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TARAKAN UNIT LAYANAN PEMILIHAN

PEMERINTAH KOTA TARAKAN UNIT LAYANAN PEMILIHAN Paket Kegiatan Metode Pemilihan Metode Dokumen Metode Kualifikasi Metode Evaluasi Kualifikasi PEMERINTAH KOTA TARAKAN UNIT LAYANAN PEMILIHAN JALAN KALIMANTAN NOMOR 1 KOTA TARAKAN BERITA ACARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menteri Perindustrian Republik Indonesia KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA DISKUSI TERBATAS DENGAN TEMA TINGKAT KANDUNGAN DALAM NEGERI (TKDN) DALAM PROYEK-PROYEK INFRASTRUKTUR JAKARTA, 12 MEI

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN LUAR NEGERI NOMOR : 11/DAGLU/PER/7/2008 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN LUAR NEGERI NOMOR : 11/DAGLU/PER/7/2008 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL LUAR NEGERI NOMOR : 11/DAGLU/PER/7/2008 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN VERIFIKASI TERHADAP PERUSAHAAN YANG TELAH MENDAPAT PENGAKUAN SEBAGAI EKSPORTIR TERDAFTAR PRODUK INDUSTRI

Lebih terperinci

Sumber : 2. Standar Biaya Masukan adalah satuan biaya berupa harga satuan, tarif, dan indeks yang digunakan untuk men

Sumber :  2. Standar Biaya Masukan adalah satuan biaya berupa harga satuan, tarif, dan indeks yang digunakan untuk men Sumber : http://ekolumajang.wordpress.com MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 84/PMK.02/2011 TENTANG STANDAR BIAYA TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

nl[eeiwri ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

nl[eeiwri ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA nl[eeiwri ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2018 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUNJANG MINYAK DAN GAS BUM1

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.506,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN FISIK PEMANFAATAN ENERGI BARU DAN ENERGI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.65, 2008 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. MESIN. Pelinting. Sigaret. Pengawasan. Penggunaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.65, 2008 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. MESIN. Pelinting. Sigaret. Pengawasan. Penggunaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.65, 2008 DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. MESIN. Pelinting. Sigaret. Pengawasan. Penggunaan. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 72/M-IND/PER/10/ TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.118, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Penyelenggaraan. Pengusahaan. Angkutan Multimoda. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 8 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 107/PMK.011/2011 TENTANG BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN GUNA PEMBUATAN KOMPONEN KENDARAAN BERMOTOR UNTUK TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

l\tfenteri Perindustrian Republik Indonesia

l\tfenteri Perindustrian Republik Indonesia l\tfenteri Perindustrian Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 48ft1-IND/PSR/4/2010 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN PRODUK DALAM NEGERI UNTUK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

Lebih terperinci

Lampiran I PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.24/Menhut-II/2009 TANGGAL : 1 April 2009

Lampiran I PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.24/Menhut-II/2009 TANGGAL : 1 April 2009 Lampiran I PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.24/Menhut-II/2009 TANGGAL : 1 April 2009 Format Surat Permohonan Nomor :.., Lampiran : Perihal : Pendaftaran ulang IUI-PHHK Kepada Yth....*) di... Dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG \IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi merupakan salah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG PUNGUTAN DAN SUMBANGAN BIAYA PENDIDIKAN PADA SATUAN PENDIDIKAN DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.836, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Penghargaan. Sanksi. Pelaksanaan Anggaran Belanja. Kementerian. Lembaga. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Subsidi Pupuk. Tata Cara.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Subsidi Pupuk. Tata Cara. No.287, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Subsidi Pupuk. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN ANGGARAN,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk lebih memberikan kemudahan dan

Lebih terperinci

ADENDUM DOKUMEN PENGADAAN Nomor : 03.05/BAP.Litbang/P2B2-Dgl/ 2011 Tanggal : 14 Nopember 2011

ADENDUM DOKUMEN PENGADAAN Nomor : 03.05/BAP.Litbang/P2B2-Dgl/ 2011 Tanggal : 14 Nopember 2011 ADENDUM DOKUMEN PENGADAAN Nomor : 03.05/BAP.Litbang/P2B2-Dgl/ 2011 Tanggal : 14 Nopember 2011 Dokumen Pemilihan Penyedia Jasa Nomor Dokumen Pengadaan BAB I UMUM Penjelasan ; A Dokumen Pengadaan B Istilah

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA. S U R A T E D A R A N Nomor : 03/SE/M/2005

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA. S U R A T E D A R A N Nomor : 03/SE/M/2005 MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Kepada Yth. Para Pejabat Eselon I di lingkungan Departemen Pekerjaan Umum di- J A K A R T A. S U R A T E D A R A N Nomor : 03/SE/M/2005 Perihal : Penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN 1 (satu) bulan ~ paling lama Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di bidang Industri sebagaimana

Lebih terperinci

2 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesi

2 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesi No.106, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Barang Jasa. Penyedia. Proses Pemilihan. Persyaratan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 11 TAHUN 2015 TENTANG PERSYARATAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PRT/M/2014 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN PEMBERIAN IZIN PERWAKILAN BADAN USAHA JASA KONSTRUKSI ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Jl. Medan Merdeka Utara No. 3-4 Jakarta Pusat

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Jl. Medan Merdeka Utara No. 3-4 Jakarta Pusat MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Jl. Medan Merdeka Utara No. 3-4 Jakarta Pusat BERITA ACARA HASIL PELELANGAN (BAHP) Nomor : 007/PPTM/VIII/2012 Paket Pekerjaan : Pembangunan Pengadilan Terpadu Manado HPS

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR TAHUN 2006 TENTANG

PENJELASAN ATAS RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR TAHUN 2006 TENTANG PENJELASAN ATAS RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SAMARINDA I. PENJELASAN UMUM Dalam kenyataannya urusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau lebih popular dengan singkatan UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan pekerjaan.

Lebih terperinci

PAKET PENGADAAN PIPA PVC RRJ S-12,5 DIAMETER 100 MM

PAKET PENGADAAN PIPA PVC RRJ S-12,5 DIAMETER 100 MM BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN (AANWIJZING) DAN ADDENDUM DOKUMEN PEMILIHAN PAKET PENGADAAN PIPA PVC RRJ S-12,5 DIAMETER 100 MM PADA SKPD TATA RUANG DAN CIPTA KARYA KABUPATEN ROKAN HULU Nomor : 2.1.2/RISALAH-POKJA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/PRT/M/2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI BADAN USAHA JASA KONSTRUKSI PENANAMAN MODAL ASING

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci