BAB I PENDAHULUAN. menerus dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. menerus dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan suatu pencerminan kehendak yang terus menerus dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata serta dalam rangka mengembangkan kehidupan masyarakat dan penyelengaraan Negara yang maju dan demokratis berdasarkan pada Pancasila dan UUD Hal ini tentu saja tidak terlepas dari pembangunan di bidang ekonomi yang mandiri dan andal dengan semakin meratanya kemakmuran rakyat, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta stabilitas nasional yang mantap. Undang-Undang No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) yang menggantikan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) menjadi dasar dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) yang tertuang dalam UU No.17 Tahun 2007 tentang RJPN dalam menjaga rencana pembangunan nasional yang berkelanjutan yang menganut paradigma visioner. Krisis pada tahun 1997 mendorong Indonesia berusaha bergerak menuju pemulihan. Pemerintah telah melakukan berbagai cara untuk mengembalikan 1 C.S.T.Kansil dan Christine S.T Kansil, Pokok-Pokok Hukum Pasar Modal, (Jakarta:Pustaka Sinar Harapan, 2002), hlm.37.

2 perekonomian Indonesia, terutama pemulihan di bidang hukum perekonomian akan memberikan perlindungan dan kepastian hukum yang akan menciptakan stabilitas ekonomi. Stabilitas perekonomian adalah prasyarat dasar untuk tercapainya peningkatan kesejahteraan rakyat melalui pertumbuhan yang tinggi dan peningkatan kualitas pertumbuhan. Stabilitas perekonomian sangat penting untuk memberikan kepastian berusaha bagi para pelaku ekonomi. 2 Pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional suatu negara diperlukan pembiayaan baik dari pemerintah maupun dari masyarakat (swasta). Kebutuhan pembiayaan pembangunan ekonomi sangatlah besar dan akan semakin besar seiring dengan waktu, sehingga diperlukan peran serta masyarakat (swasta) untuk membantu pemerintah dalam melakukan pembangunan di bidang ekonomi. Pasar modal sebagai salah satu lembaga keuangan mempunyai peranan penting. Pasar modal yang sarat dengan aspek hukum dapat memberikan perlindungan dan kepastian hukum. Dengan adanya perangkat hukum pasar modal yang memberikan perlindungan dan kepastian hukum dapat mendorong masyarakat (swasta) turut aktif dalam pembangunan nasional khususnya di bidang pembangunan ekonomi. 3 2 Peraturan Presiden RI No.7 Tahun 2005 Tentang Rancangan Pembangunan Menengah Nasional , Bagian IV Irsan Nasaruddin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal, (Jakarta : Kencana,2004),hal.25.

3 Sejalan dengan perkembangan dan peningkatan pembangunan nasional dalam rangka era globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas, tentunya Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang diundangkan pada tanggal 10 November 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 3608) yang selanjutnya disebut UUPM memberikan definisi Pasar Modal dalam Pasal 1 ayat (13) sebagai sumber pembiayaan dan wahana investasi yang melakukan kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. 4 Dalam pengertian klasik pasar modal (capital market) diartikan sebagai suatu usaha perdagangan surat-surat berharga, seperti saham, sertifikat saham dan obligasi, atau efek-efek pada umumnya. 5 Tempat atau sarana yang dipakai untuk memperdagangkan surat berharga tersebut disebut bursa. Dalam praktik perdagangan efek, seperti yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat, perdagangan efek merupakan kegiatan perusahaan-perusahaan swasta yang usahanya semakin berkembang. Motif utamanya adalah penumpukan modal bagi perusahaan untuk lebih memajukan usahanya dengan jalan menjual saham-saham 4 Pasal 1 (ayat 13) Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. 5 Nindyo Pramono, Bunga Rampai Hukum Bisnis Aktual, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006), hlm.13.

4 perusahaan kepada para investor pemilik uang lebih, baik perorangan maupun lembaga. Dari rumusan tersebut pasar modal mempunyai peranan yang strategis bagi perekonomian suatu Negara. Fungsi pasar modal adalah: 6 1. Pasar modal berfungsi sebagai alternatif sumber penghimpunan dana selain system perbankan yang selama ini merupakan media penghimpunan dana secara konvensional. Pasar modal memungkinkan perusahaan menerbitkan surat berharga (sekuritas) baik surat tanda utang (obligasi atau bonds) maupun surat tanda kepemilikan (saham), dan dengan memanfaatkan dana dari pasar modal, perusahaan dapat terhindar dari debt to equity ratio yang terlalu tinggi. 2. Pasar modal memberikan kesempatan kepada para pemodal untuk membentuk portofolio investasi (mengombinasikan dana pada berbagai kemungkinan binvestasi) dengan mengharapkan keuntungan yang lebih dan sanggup menanggung sejumlah resiko tertentu yang mungkin terjadi. Investasi di pasar modal lebih fleksibel dimana setiap pemodal dapat melakkan pemindahan dananya dari suatu perusahaan ke perusahaan lainnya atau dari satu industri ke industri lainnya sesuai dengan perkiraan atau keuntungan yang diharapkan, seperti dividen atau capital gain dan preferensi mereka atau resiko dari saham-saham tersebut. 6 Cornelius Simanjuntak dan Natalie Mulia, Merger Perusahaan Publik, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2006), hlm.13.

5 3. Dalam melakukan penghitungan dana, perusahaan membutuhkan biaya yang relatif kecil jika diperoleh melalui penjualan saham dibandingkan dengan melakukan pinjaman kepada bank. 4. Beban pemerintah dalam memobilisasi dana masyarakat utnuk membantu perusahaan swasta tumbuh dan berkembang akan berkurang manakala pihak swasta banyak melalukan listing di bursa untuk pencairan dana guna kelangsungan atau ekspansi usahanya dan keterikatan untuk listing di bursa tersebut akan menjadi nyata apabila transaction cost di bursa rendah (low rate) dan adanya jaminan transparansi. Pasar modal sebagai sumber pembiayaan dan wahana investasi harus dioptimalisasikan karena dapat menciptakan stabilitas sosial dan ekonomi. Hal ini terjadi karena : 1. Pasar modal menggunakan prinsip full disclosure yang menuntut perusahaan yang sudah go publik membuka informasi tentang dirinya sendiri secara transparan; 2. Dengan semakin banyaknya perusahaan yang masuk ke pasar modal, berarti memberikan kesempatan kepada investor kecil untuk ikut memiliki perusahaan lewat pembelian saham;

6 3. Perusahaan yang masuk ke pasar modal itu member keuntungan baik secara politis atau ekonomis. 7 Visi pasar modal Indonesia dalam Master Plan Pasar Modal yang merupakan kelanjutan dari cetak biru pasar modal Indonesia adalah mewujudkan pasar modal yang mampu menjadi penggerak ekonomi yang tangguh dan berdaya saing global. Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, perlu adanya sasaran dan strategi pencapaiannya yaitu memperkuat pengawasan modal dengan strategi penerapan metode pengawasan berbasis risiko. Salah satu metode pengawasan tersebut berupa pengawasan terhadap prinsip keterbukaan informasi (full disclosure) kewajiban perusahaan publik atau emiten dalam penyampaian laporan keuangan berkala. Salah satu bentuk keterbukaan yang wajib dipenuhi oleh Emiten atau perusahaan publik dalam industri pasar modal adalah pengungkapan informasi berupa pelaporan yang bersifat berkala, yaitu penyajian laporan keuangan perusahaan. Dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut UUPT) bahwa laporan keuangan merupakan suatu alat pertanggungjawaban pengelolaan perusahaan oleh pengurus perusahaan (direksi atau komisaris). Sebagai alat pertanggungjawaban, laporan keuangan wajib disampaikan kepada pemilik. Namun dengan semakin besar keterlibatan 7 I Putu Gede Ary Suta, Menuju Pasar Modal Modern, (Jakarta : Yayasan Sad Satria Bakti, 2000), hlm.19.

7 pihak lain, maka laporan keuangan menjadi bagian penting informasi kepada pihak lain non pemilik, seperti kreditur, supplier, pemerintah, karyawan, investor (pada perusahaan publik) 8. Ketentuan yang mengatur kewajiban membuat laporan keuangan selain dalam Undang-Undang, biasanya ditetapkan dalam akta pendirian perusahaan. Oleh karena itu, jenis badan usaha apapun wajib menyusun dan menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan pasal-pasal dalam akta pendiriannya. Selain untuk tujuan di atas, laporan keuangan juga dapat menurunkan information asymetry yaitu kondisi informasi yang dimiliki oleh satu pihak lebih banyak dibandingkan dengan pihak lainnya. Informasi tentang perusahaan yang dimiliki oleh direksi lebih banyak dibandingkan dengan informasi yang dimiliki pemilik (investor atau kreditor), sehingga dengan adanya laporan keuangan, informasi akan tersebar secara merata antara pengelola dan pemilik perusahaan. Dari sisi investor, laporan keuangan perusahaan juga merupakan aspek penting. Dengan mengetahui pengelolaaan keuangan perusahaan, investor akan mempunyai informasi yang lebih baik dalam pengambilan keputusan investasi. 9 Dengan melihat banyaknya kasus penyampaian laporan keuangan yang menyesatkan yang dilakukan oleh Direksi yang terjadi di Indonesia sebagai penyimpangan terhadap prinsip keterbukaan di pasar modal dan guna 8 Darsono dan Ashari, Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan, (Yogyakarta : Penerbit ANDI, 2005), hlm.7. 9 Ibid.

8 memberikan perlindungan kepada pihak lain seperti pemilik, investor, kreditur, supplier, karyawan, pemerintah akibat adanya laporan keuangan yang menyesatkan tersebut, maka penulis mencoba untuk memaparkannya melalui penulisan skripsi ini yang berjudul Pertanggungjawaban Direksi Dalam Penyampaian Laporan Keuangan Yang Menyesatkan / Misleadingstatement ; Suatu Analisis Terhadap UU No.40/2007 Tentang Perseroan Terbatas Dan UU No.8/1995 Tentang Pasar Modal. B. Perumusan Masalah Dari uraian yang telah disampaikan dalam latar belakang di atas, maka permasalahan pokok yang mendasari skripsi ini adalah : 1. Bagaimana kewajiban dan tanggungjawab direksi dalam penyampaian laporan keuangan Perseroan Terbatas Terbuka (PT. Tbk)? 2. Bagaimana pengaturan standar laporan keuangan dalam Perseroan Terbatas Terbuka (PT. Tbk)? 3. Bagaimana tanggungjawab direksi terhadap penyampaian laporan keuangan yang menyesatkan dalam Perseroan Terbatas Terbuka (PT. Tbk)? C. Tujuan dan Manfaat Penulisan Setiap pekerjaan atau kegiatan memiliki tujuan sasaran yang hendak di capai dari kegiatan tersebut, agar kegiatan tersebut dapat dilakukan secara maksimal.

9 Tujuan dari pembuatan skripsi ini adalah : 1. Untuk mengetahui kewajiban dan tanggungjawab direksi dalam penyampaian laporan keuangan dalam Perseroan Terbatas Terbuka (PT. Tbk). 2. Untuk mengetahui pengaturan mengenai standar laporan keuangan dalam Perseroan Terbatas Terbuka (PT. Tbk). 3. Untuk mengetahui pertanggungjawaban direksi terhadap penyampaian laporan keuangan yang menyesatkan dalam Perseroan Terbatas Terbuka (PT. Tbk). Manfaat penulisan yang diharapkan dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Secara Teoritis Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan Hukum Pasar Modal pada khususnya. 2. Secara Praktis Pembahasan ini diharapkan dapat menjadi tambahan materi bagi para pembacanya, baik umum maupun para akademisi serta memberikan informasi bagi pihak-pihak yang terkait dalam penyampaian laporan keuangan yang memenuhi prinsip keterbukaan dalam perusahaan publik dan misleadingstatement yang dapat terjadi dalam penyampaian laporan keuangan Perseroan Terbatas yang diwajibkan kepada Direksi.

10 D. Keaslian Penulisan Skripsi yang berjudul Pertanggungjawaban Direksi Dalam Penyampaian Laporan Keuangan Yang Menyesatkan/Misleadingstatement ; Suatu Analisis Terhadap UU No.40/2007 Tentang Perseroan Terbatas Dan UU No.8/1995 Tentang Pasar Modal ini adalah merupakan hasil karya sendiri. Dari hasil peninjauan kepustakaan pada Fakultas Hukum. Pertanggungjawaban Direksi Dalam Penyampaian Laporan Keuangan Yang Menyesatkan/Misleadingstatement ; Suatu Analisis Terhadap UU No.40/2007 Tentang Perseroan Terbatas Dan UU No.8/1995 Tentang Pasar Modal yang dibuat menjadi judul dalam skripsi di Fakultas Hukum tidak terdapat judul yang sama seperti judul skripsi yang Penulis buat. Dan pokok permasalahan yang diangkat penulis sebagai judul dalam penulisan skripsi ini belum pernah dibahas dalam skripsi-skripsi yang ada sebelumnya. Oleh karena itu, keaslian penulisan karya tulis ini terjamin dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. E. Tinjauan Kepustakaan Pasar modal berperan sebagai indikator perekonomian secara makro yang tercermin dari modal yang terakumulasi sebagai unsur pendanaan yang diperlukan bagi pembangunan nasional. Salah satu sasaran dalam pembangunan nasional adalah pembangunan ekonomi. Agenda pembangunan nasional dituangkan dalam Rencana

11 Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJMN). Visi dan misi RPJMN tahun adalah terwujudnya perekonomian yang mampu memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan berkelanjutan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera. Salah satu agenda RPJMN dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah upaya menolong pertumbuhan ekonomi yang ditempuh dengan menciptakan lingkungan usaha yang sehat untuk meningkatkan peran serta masyarakat. Salah satu wadah penyalur investasi masyarakat adalah kegiatan pasar modal, seperti tercantum dalam Bab XXXIV RPJMN tentang Kerangka Sumber Pembiayaan), yaitu: kebutuhan investasi tersebut dibiayai terutama dari tabungan dalam negeri, baik pemerintah maupun masyarakat. Dana-dana masyarakat tersebut selain langsung diinvestasikan sendiri juga disalurkan antara lain melalui perbankan, pasar modal, atau lembaga keuangan lainnya seperti asuransi dan dana pensiun. 10 Emiten atau perusahaan publik merupakan salah satu pelaku yang mempunyai peran penting dalam aktivitas pasar modal. Emiten atau Perusahaan Publik adalah perseroan terbatas yang telah melakukan penawaran umum (go public) sahamnnya kepada masyarakat luas dan tercatat di bursa efek (publicly listed). Penawaran Umum menyebabkan perubahan status dari perseroan terbatas tertutup menjadi perseroan terbatas terbuka/perusahaan publik. Penawaran Umum menyebabkan juga 10 Pasar Modal Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Dalam Perkembangan Perusahaan,diakses pada tanggal 15 Mei 2010.

12 menyebabkan timbulnya kewajiban bagi emiten atau perusahaan publik untuk memenuhi prinsip-prinsip di pasar modal. Implementasi elemen-elemen dari Good Corporate Governance (selanjutnya disebut GCG) dijadikan pemenuhan prinsip-prinsip dalam pasar modal yang wajib dilaksanakan perusahaan publik. Prinsip-prinsip tersebut terdiri dari: a. Fairness (keadilan). Menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham, termasuk hak-hak pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing, serta menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor. b. Transparency (transparansi). Mewajibkan adanya suatu informasi terbuka, tepat waktu, serta jelas, dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan, dan kepemilikan perusahaan. c. Accountability (akuntabilitas). Menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham, sebagaimana yang diawasi oleh Dewan Komisaris. d. Responsibility (pertanggungjawaban).

13 Memastikan dipatuhinya peraturan serta ketentuan yang berlaku sebagai cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial. 11 Penyampaian informasi secara terbuka kepada publik merupakan prinsip keterbukaan (disebut transparansi) yang dianut dalam UUPM. Berdasarkan Pasal 1 ayat 25 UUPM, transparansi dalam pasar modal berarti keharusan Emiten, Perusahaan Publik, dan pihak lain yang tunduk kepada UUPM untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap efek yang dimaksud atau harga dari efek tersebut. Informasi atau fakta material adalah informasi ataupun fakta penting yang relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga efek pada bursa dan atau keputusan pemodal/calon pemodal atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi ataupun fakta tersebut. Keterbukaan atau disclosure merupakan komponen utama dan terpenting di dalam industri pasar modal setiap negara. Keterbukaan bukan saja merupakan kewajiban bagi emiten atau perusahaan publik yang akan dan telah melakukan penawaran umum, tetapi juga merupakan hak investor. Karena hanya dengan keterbukaan inilah perlindungan terhadap investor dapat dilakukan, dan oleh 11 M.Yahya Harahap,Hukum Perseroan Terbatas,,(Jakarta:Sinar Grafika,2009),hal.33.

14 karenanya merupakan kewajiban yang mutlak harus dilaksanakan oleh perusahaan publik. 12 Keterbukaan informasi diatur dalam Bab X UUPM mengenai Pelaporan dan Keterbukaan Informasi. Emiten, perusahaan publik, atau pihak lain yang terkait wajib menyampaikan informasi penting yang berkaitan dengan tindakan atau efek perusahaan tersebut pada waktu yang tepat kepada masyarakat dalam bentuk laporan berkala dan laporan peristiwa penting (Pasal 86 ayat 1 UUPM). Pasal-pasal lain yang mendukung prinsip keterbukaan adalah Pasal 40, Pasal 77, Pasal 78, Pasal 79, Pasal 80, Pasal 81, Pasal 84, Pasal 86, dan Pasal 87 UUPM. Sedangkan peraturan Bapepam-LK yang mendukung penerapan prinsip transparansi antara lain tercantum dalam: 1. Peraturan No.VII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan. 2. Peraturan No. X.K.2 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Berkala. 3. Peraturan No. X.K.5 tentang Keterbukaan Informasi bagi Emiten atau Perusahaan-Perusahaaan yang Dimohonkan Pailit. 4. Peraturan IX.H.1 tentang Pengambil Alihan Perusahaan Terbuka. 5. Peraturan No. IX.F.1 tentang Penawaran Tender. 12 Hamud M.Balfas, Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta:Tatanusa, 2006), hlm.166.

15 6. Peraturan No. X.K.4 tentang Laporan Realisasi Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum. 7. Peraturan No. IX.E.1 tentang Benturan Kepentingan Transparansi Tertentu. 8. Peraturan No. X.K.1 tentang Keterbukaan Informasi yang Harus Segera Diumumkan kepada publik. 9. Peraturan No. IX.I.1 tentang Rencana dan Pelaksana Rapat Umum Pemegang Saham. 10. Peraturan No.IX.C.3 tentang Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Propektus dalam Rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). Penerapan GCG di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia/BEI) tercermin dengan adanya peraturan yang mengharuskan perusahaan publik memiliki komisaris independen, komite audit, dan sekretaris perusahaan. Bursa Efek Indonesia juga mewajibkan adanya laporan keuangan untuk tiap kwartal selain laporan tahunan dan tengah tahunan yang diharuskan Bapepam-LK. 13 Usaha lainnya untuk melindungi pemodal dan untuk meningkatkan kualitas keterbukaan, Bapepam-LK telah mengeluarkan peraturan No. VIII.G.11 yang mewajibkan adanya sertifikasi oleh direksi atas laporan keuangan Emiten. Maksud dari peraturan ini adalah, direksi wajib membuat surat pernyataan bahwa isi laporan 13 Ibid.

16 keuangan adalah benar/tidak menyesatkan. Dalam peraturan Bapepam-LK kewajiban ini tidak hanya berlaku untuk laporan tahunan saja tapi juga atas laporan tengah tahunan yang wajib disampaikan kepada Bapepam-LK. 14 Bahkan peraturan pencatatan disebut BEI, untuk laporan keuangan mewajibkan Emiten yang terdaftar di BEI untuk tidak hanya memberikan laporan keuangan tahunan dan tengah tahunan, tetapi juga mengharuskan laporan keuangan untuk tiap kwartal. Pasal 86 ayat 1 huruf a UUPM mewajibkan Emiten yang Pernyataan Pendaftarannya telah menjadi efektif atau Perusahaan Publik wajib menyampaikan laporan secara berkala kepada Bapepam dan mengumumkan laporan tersebut kepada masyarakat, laporan berkala tersebut berupa, Laporan Keuangan Tahunan (LKT), Laporan Keuangan Tengah Tahunan (LKTT) dan juga laporan tiap kwartalan. Peraturan Bapepam dalam memenuhi prinsip keterbukaan informasi mengenai laporan keuangan terdapat pada Peraturan Bapepam No.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan. Keterbukaan informasi yang disampaikan juga harus secara lengkap dan akurat. Informasi dikatakan lengkap bila informasi yang disampaikan utuh (full disclosure), tidak ada yang tertinggal atau disembunyikan, disamarkan, atau tidak menyampaikan apa-apa atas fakta material. Informasi dikatakan akurat jika informasi yang 14 Hamud Balfas, op cit, hlm.240.

17 disampaikan tersebut mengandung kebenaran dan ketetapan dan tidak mengandung misleading information. 15 Misleading information adalah suatu penyimpangan prinsip keterbukaan di pasar modal berupa pemberian informasi yang tidak benar atau menyesatkan. Misleading information adalah tidak memberikan secara utuh informasi atau gambaran yang mencerminkan tentang fakta sebenarnya yang harus diungkapkan. 16 Pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di pasar modal merupakan hal yang rawan yang dapat dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat di pasar modal. Pelanggaran di pasar modal merupakan pelanggaran yang sifatnya teknis administratif. Ada tiga pola pelanggaran yang lazim terjadi yaitu: a. Pelanggaran yang dilakukan secara individual; b. Pelanggaran yang dilakukan secara berkelompok; c. Pelanggaran yang dilakukan langsung atau berdasarkan perintah pengaruh pihak lain. 17 Pihak-pihak yang berpotensi melakukan pelanggaran adalah emiten atau perusahaan publik dan pihak-pihak yang mempunyai potensi strategis di dalam perusahaan seperti direksi, komisaris, dan pemegang saham utama. Pihak lain yang 15 Nindyo Pramono,Op.cit.hal Frans Satrio wicaksono, Tanggung Jawab Pemegang Saham Direksi dan Komisaris, (Jakarta:Visimedia,2009),hal Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm.273.

18 berpotensi adalah para professional di bidang pasar modal, seperti penasihat investasi, manajer investasi, akuntan, konsultan hukum, penilai, dan notaris. Pelanggaran di bidang pasar modal dapat dibagi ke dalam kedua kelompok dilihat dari sifat administratif. Mulai dari Pasal 25 sampai Pasal 89 UUPM berkaitan dengan kewajiban menyampaikan laporan atau dokumen tertentu kepada Bapepam- LK dan atau masyarakat. Pelanggaran jenis kedua adalah pelanggaran yang bersifat teknis, yaitu menyangkut masalah perizinan, persetujuan, dan pendaftaran di Bapepam-LK. Dalam UUPM pelanggran yang bersifat teknis tersebut dibagi dalam dua jenis yaitu pelanggaran dan kejahatan. 18 Akibat yang ditimbulkan dari pelanggaran di bidang pasar modal dapat menimbulkan pengaruh yang sifatnya meluas. Kerugian tidak hanya terbatas dialami oleh investor atau pialang yang terlibat langsung dalam suatu transaksi, melainkan dapat meluas dan berlanjut ke perusahaan yang efeknya diperdagangkan. Jika pelanggaran tersebut terus terjadi tanpa adanya penanggulangan secara hukum, maka pasar modal bisa mendapatkan pengaruh negatif. Akibatnya investor tidak akan tertarik berinvestasi dan yang sudah di dalam akan menarik keluar dana investasinya dari pasar modal. 18 Ibid.

19 F. Metode Penulisan Bobot keilmuan yang terdapat dalam karya tulis termasuk skripsi ini dipengaruhi oleh keakuratan data yang diperoleh untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam melengkapi bahan-bahan bagi penulisan skripsi ini, maka diadakan penelitian dalam rangka pengumpulan data. Adapun metode yang digunakan oleh penulis dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan dengan permasalahan yang diangkat didalamya. Dengan demikian, penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian hukum normatif yang didasarkan pada bahan hukum primer dan sekunder, yaitu penelitian yang mengacu kepada normanorma yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan. 19 Dalam hal ini peraturan yang digunakan adalah UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. 2. Data dan Sumber Data Data yang digunakan sebagai bahan analisis penulisan skripsi ini adalah data sekunder. Data sekunder, dalam hal ini dapat dibagi dalam 3 bagian yaitu : a. Bahan Hukum Primer, yaitu segala bentuk peraturan perundang-undangan yang terkait dengan permasalahan yang dibahas. Seperti Undang-Undang 19 Soeryono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum,(Jakarta : UI Press,1984),hlm.20.

20 Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Peraturan-peraturan dalam Bapepam-LK Peraturan Nomor VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab Direksi Atas Laporan Keuangan, Peraturan Nomor X.E.1 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Berkala Oleh Perusahaan Efek, serta peraturan-peraturan lain yang berhubungan dengan tanggung jawab direksi dalam Perseroan dan penyampaian Laporan Keuangan. b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu buku-buku hasil penelitian dan atau karya ilmiah serta bahan-bahan dari internet yang relevan terhadap permasalahan yang diteliti. c. Badan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan/ atau bahan hukum sekunder, yaitu kamus hukum, ensiklopedi, majalah, media massa dan internet. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dipergunakan di dalam penelitian ini adalah dengan cara penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan literatur dengan sumber data berupa bahan hukum primer dan ataupun bahan hukum sekunder yang ada hubungannya dengan permasalahan yang dibahas di dalam skripsi ini. 4. Analisis Data

21 Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk dalam tipe penelitian hukum normatif. Pengolahan data pada hakekatnya merupakan kegiatan untuk melakukan analisis terhadap permasalahan yang akan dibahas. Analisis data dilakukan dengan : 1. Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan yang diteliti; 2. Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep, pasal atau doktrin yang ada; dan 3. Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif-kualitatif. 20 G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam skripsi ini dibagi dalam V (lima) Bab, yang masing-masing bab tersebut memiliki beberapa sub bab tersendiri, yang secara garis besarnya dapat diuraikan sebagai berikut : Bab I PENDAHULUAN Dalam Bab ini diuraikan secara umum tentang keadaan-keadaan yang berhubungan dengan objek penulisan seperti latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, sistematika penulisan. 20 Burhan Anshori,S.H.Metode Penelitian Hukum,Rineka cipta:jakarta,2007,hal.123.

22 Bab II KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI DALAM PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN DALAM PERSEROAN TERBATAS Bab ini menguraikan tentang kewajiban direksi dalam penyampaian laporan keuangan berdasarkan peraturan perundang-undangan, kewajiban direksi dalam Perseroan Terbatas berdasarkan prinsip itikad baik (fiduciary duty), serta tanggung jawab hukum direksi dalam Perseroan Terbatas. Bab III STANDARD LAPORAN KEUANGAN DALAM PERSEROAN TERBATAS TERBUKA (PT. Tbk) Bab ini menguraikan tentang pengaturan standar laporan keuangan dalam Perseroan Terbatas Terbuka (PT. Tbk), prinsip keterbukaan dalam penyampaian laporan keuangan, dan kewajiban penerapan GCG dalam mekanisme laporan keuangan. Bab IV TANGGUNG JAWAB DIREKSI TERHADAP PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN YANG MENYESATKAN (MISLEADING STATEMENT) DALAM PERSEROAN TERBATAS TERBUKA (PT. Tbk) Bab ini berisi mengenai tanggung jawab direksi dalam penyampaian laporan keuangan yang menyesatkan, pengecualian terhadap direksi yang

23 melakukan penyampaian laporan keuangan yang menyesatkan, sanksi terhadap direksi atas penyampaian laporan keuangan yang menyesatkan, serta perlindungan hukum terhadap pihak-pihak yang dirugikan dengan adanya Misleading Statement penyampaian laporan keuangan yang menyesatkan oleh direksi. Bab V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi ini yang akan memuat kesimpulan dan saran-saran.

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan memperoleh dan meningkatkan kesejahteraan. 1 Mengingat prospek

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan memperoleh dan meningkatkan kesejahteraan. 1 Mengingat prospek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu sumber pembiayaan perusahaan secara jangka panjang. Keberadaan institusi ini bukan hanya sebagai wahana sumber pembiayaan saja, tetapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asril Sitompul, Pasar Modal Penawaran Umum Dan Permasalahannya, (Bandung: PT. Citra Adhitya Bakti,2000), hal. 1.

BAB 1 PENDAHULUAN. Asril Sitompul, Pasar Modal Penawaran Umum Dan Permasalahannya, (Bandung: PT. Citra Adhitya Bakti,2000), hal. 1. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada jaman yang semakin modern dewasa ini isu globalisasi memang tidak dapat dihindarkan lagi, isu ini terus berkembang dan dampaknya pada perkembangan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek

BAB I PENDAHULUAN. Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan UU Pasar Modal Nomor 8 tahun 1995 Pasal 1 butir 13, Pasar Modal didefinisikan sebagai Kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adil dan merata serta dalam rangka mengembangkan kehidupan masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. adil dan merata serta dalam rangka mengembangkan kehidupan masyarakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pembangunan nasional adalah suatu pencerminan kehendak yang terus menerus dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan

Lebih terperinci

Analisis Penerapan Prinsip Keterbukaan Di Pasar Modal Dalam Kaitannya Dengan Pengelolaan Perusahaan Yang Baik

Analisis Penerapan Prinsip Keterbukaan Di Pasar Modal Dalam Kaitannya Dengan Pengelolaan Perusahaan Yang Baik Analisis Penerapan Prinsip Keterbukaan Di Pasar Modal Dalam Kaitannya Dengan Pengelolaan Perusahaan Yang Baik Oleh: Raffles, S.H., M.H. 1 Abstrak Keterbukaan dalam pasar modal mempunyai makna bahwa menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Tinjauan yuridis terhadap..., Aryanti Artisari, FT UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Globalisasi telah mendorong pergerakan ekonomi dunia berkembang semakin cepat di setiap negara. Meskipun pada tahun 1998 Indonesia mengalami krisis multidimensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan penerbit (issuer) atau yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan penerbit (issuer) atau yang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Investasi digolongkan menjadi dua jenis yaitu investasi kepemilikan (saham) dan surat hutang (obligasi). Investor dalam membuat keputusan investasi membutuhkan

Lebih terperinci

UU No. 8/1995 : Pasar Modal

UU No. 8/1995 : Pasar Modal UU No. 8/1995 : Pasar Modal BAB1 KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1 Afiliasi adalah: hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat a. kedua, baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari: a. Untuk mencapai keuntungan yang maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. b.

Lebih terperinci

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan ) Piagam Direksi PT Link Net Tbk ( Perseroan ) BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti organ Perseroan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dunia usaha yang semakin berkembang dengan pesatnya pada setiap perusahaan baik yang bergerak dibidang jasa, perdagangan, maupun manufaktur selalu berhadapan dengan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UU R.I No.8/1995 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak alasan perusahaan melakukan penawaran umum baik dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak alasan perusahaan melakukan penawaran umum baik dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak alasan perusahaan melakukan penawaran umum baik dengan menjual saham atau surat hutang kepada masyarakat. Alasan yang tak mungkin disangkal perusahaan melakukan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya suatu masyarakat adil dan makmur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bagi Manajer maupun Stakeholder. Sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bagi Manajer maupun Stakeholder. Sehingga pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan salah satu informasi yang didapatkan dari suatu perusahaan. Laporan keuangan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan bagi Manajer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Good Corpossrate Governance (GCG) adalah suatu istilah yang sudah tidak asing lagi. Dengan keadaan saat ini, khususnya dalam dunia perekonomian, pengelolaan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digariskan. Audit internal modern menyediakan jasa- jasa yang mencakup

BAB I PENDAHULUAN. digariskan. Audit internal modern menyediakan jasa- jasa yang mencakup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pelaksanaan pengendalian internal di suatu perusahaan dapat dilakukan secara langsung oleh anggota perusahaan dan dapat pula dilakukan oleh suatu departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan

BAB I PENDAHULUAN. Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-39/PM/1997 TENTANG DOKUMEN YANG TERBUKA UNTUK UMUM KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL,

KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-39/PM/1997 TENTANG DOKUMEN YANG TERBUKA UNTUK UMUM KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL NOMOR KEP-39/PM/1997 TENTANG DOKUMEN YANG TERBUKA UNTUK UMUM KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL, Peraturan Nomor II.A.1 Menimbang : bahwa dengan berlakunya Undang-undang

Lebih terperinci

PENGGABUNGAN USAHA PERUSAHAAN PUBLIK

PENGGABUNGAN USAHA PERUSAHAAN PUBLIK PENGGABUNGAN USAHA PERUSAHAAN PUBLIK Oleh: R. MUHAMMAD TAUFIQ KURNIADIHARDJA Dosen Fakultas Hukum Universitas Indonusa Esa Unggul ABSTRAK Penggabungan usaha (merger) adalah perbuatan hukum yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain melalui perbankan, lembaga pembiayan, dan pasar modal. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. lain melalui perbankan, lembaga pembiayan, dan pasar modal. Pasar modal 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional suatu negara membutuhkan pembiayaan baik dari pemerintah maupun masyarakat. Penerimaan pemerintah untuk membiayai

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR II.A.1: DOKUMEN YANG TERBUKA UNTUK UMUM

PERATURAN NOMOR II.A.1: DOKUMEN YANG TERBUKA UNTUK UMUM PERATURAN NOMOR II.A.1: DOKUMEN YANG TERBUKA UNTUK UMUM 1. Dokumen yang terbuka untuk umum tersedia di Pusat Referensi Pasar Modal, sebagai berikut: a. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995, Peraturan Pemerintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis dan ekonomi di era globalisasi saat ini sudah berkembang semakin pesat, sehingga mengakibatkan persaingan dalam dunia usaha menjadi semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pasar Modal merupakan salah satu sumber pembiayaan perusahaan jangka panjang. Keberadaan institusi ini bukan hanya sebagai wahana sumber pembiayaan saja,

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.../20...

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.../20... OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK..../20... TENTANG SITUS WEB EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional adalah terciptanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan keadaan saat ini, khususnya dalam dunia ekonomi, pengelolaan perusahaan (corporate governance) telah dianggap penting sebagaimana pemerintahan negara.

Lebih terperinci

Kewajiban pelaporan, baik secara berkala maupun insidentil Kewajiban melakukan keterbukaan informasi dalam rangka aksi korporasi

Kewajiban pelaporan, baik secara berkala maupun insidentil Kewajiban melakukan keterbukaan informasi dalam rangka aksi korporasi KETERBUKAAN INFORMASI DI PASAR MODAL OLEH: DJUSTINI SEPTIANA BAPEPAM-LK Jakarta 14 Juli 2011 1 Aspek Keterbukaan Informasi Kewajiban pelaporan, baik secara berkala maupun insidentil Kewajiban melakukan

Lebih terperinci

-2- yang melaksanakan fungsi pengelolaan obligasi Pemerintah Daerah yang berbeda dengan Emiten korporasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyusunan

-2- yang melaksanakan fungsi pengelolaan obligasi Pemerintah Daerah yang berbeda dengan Emiten korporasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyusunan TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN OJK. Emiten. Penerbit. Obligasi Daerah. Sukuk Daerah. Prospektus. Laporan dan Pengumuman. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 284)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan seperti manajemen, investor, kreditor, pemerintah, dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan seperti manajemen, investor, kreditor, pemerintah, dan lain-lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan mempunyai peran penting dalam proses pengukuran dan penilaian kinerja perusahaan serta bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Banyak pihak-pihak yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak 1 A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Penerapan corporate governance pada industri perbankan memerlukan perhatian tersendiri, karena karakter dan kompleksitas industri perbankan berbeda dengan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/9/PBI/2017 TENTANG PENERBITAN DAN TRANSAKSI SURAT BERHARGA KOMERSIAL DI PASAR UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/9/PBI/2017 TENTANG PENERBITAN DAN TRANSAKSI SURAT BERHARGA KOMERSIAL DI PASAR UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/9/PBI/2017 TENTANG PENERBITAN DAN TRANSAKSI SURAT BERHARGA KOMERSIAL DI PASAR UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rendahnya penerapan corporate governance merupakan salah satu hal yang memperparah terjadinya krisis di Indonesia pada pertangahan tahun 1997. Hal ini ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien agar bisa bersaing dengan perusahaan lain di dalam negeri

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien agar bisa bersaing dengan perusahaan lain di dalam negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan ekonomi era globalisasi saat ini, indonesia mengalami perkembangan ekonomi dengan cepat dan kondisi perekonomian nasional yang semakin membaik

Lebih terperinci

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas.

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH UMUM Seiring dengan perkembangan industri perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Pasar Modal mempunyai peran. termasuk pemodal kecil dan menengah. 1

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Pasar Modal mempunyai peran. termasuk pemodal kecil dan menengah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar Modal bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan, dan stabilitas ekonomi nasional ke arah peningkatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Adapun Teori yang dapat mendukung berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti: 1. Teori Keagenan(Agency Theory) Teori Keagenan (Agency Theory) merupakan teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. perusahaan (Sijabat, 2007). Setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. perusahaan (Sijabat, 2007). Setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Saat ini good corporate governance (GCG) telah menjadi salah satu pilar dalam sistem ekonomi pasar. Ia berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan

Lebih terperinci

PT Pelayaran Tempuran Emas Tbk

PT Pelayaran Tempuran Emas Tbk Pedoman Direksi (Piagam Direksi) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Ketentuan Umum Direksi adalah organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengelolaan pengurusan Perseroan, sesuai dengan visi,

Lebih terperinci

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 12Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Indonesia merupakan negara berkembang yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Dengan tingginya pertumbuhan ekonomi di Indonesia membuat para investor

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-134/BL/2006 TENTANG KEWAJIBAN PENYAMPAIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat meningkatkan posisi keuangan perusahan disamping untuk. Perusahaan melakukan penjualan saham ataupun mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat meningkatkan posisi keuangan perusahan disamping untuk. Perusahaan melakukan penjualan saham ataupun mengeluarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Go Public merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan tambahan dana dalam rangka pengembangan dana yang diperoleh oleh perusahaan

Lebih terperinci

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi BAB I: PENDAHULUAN Pasal 1 D e f i n i s i 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi maupun

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Direksi

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Direksi PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Direksi BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi maupun

Lebih terperinci

PASAR MODAL PERTEMUAN

PASAR MODAL PERTEMUAN PASAR MODAL PERTEMUAN 11 MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN ANDRI HELMI M, S.E., M.M. LOGO FINANCIAL MARKET FINANCIAL MARKET MONEY MARKET CAPITAL MARKET Mengenal Pasar Modal Mempertemukan pihak yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pembangunan di masa mendatang akan semakin besar. Kebutuhan ini tidak akan dapat dibiayai oleh pemerintah saja melalui

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pembangunan di masa mendatang akan semakin besar. Kebutuhan ini tidak akan dapat dibiayai oleh pemerintah saja melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembangunan ekonomi nasional suatu negara, diperlukan pembiayaan baik dari pemerintah maupun dari masyarakat. Kebutuhan pembiayaan pembangunan di masa mendatang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dana pensiun dapat dilihat dari tingkat pencapaian tujuan nya.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dana pensiun dapat dilihat dari tingkat pencapaian tujuan nya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dana pensiun merupakan suatu hal yang sangat diinginkan oleh para pekerja dan keluarganya sebagai jaminan di masa pensiun nanti. Setiap dana pensiun secara

Lebih terperinci

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN. BAB I KETEN

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN. BAB I KETEN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.980, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Tata Kelola. Perusahaan Perasuransian. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemisahan antara pengelola perusahaan (pihak manajemen atau

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemisahan antara pengelola perusahaan (pihak manajemen atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini pemisahan antara pengelola perusahaan (pihak manajemen atau agent) dengan pemilik perusahaan (pemegang saham atau principal) seringkali terjadi

Lebih terperinci

Semula istilah Pasar adalah menunjukkan tempat di mana penjual dan pembeli berkumpul untuk saling bertukar barang. Ahli ekonomi menggunakan istilah

Semula istilah Pasar adalah menunjukkan tempat di mana penjual dan pembeli berkumpul untuk saling bertukar barang. Ahli ekonomi menggunakan istilah Pasar & Pasar Modal Semula istilah Pasar adalah menunjukkan tempat di mana penjual dan pembeli berkumpul untuk saling bertukar barang. Ahli ekonomi menggunakan istilah Pasar untuk menunjuk pada sejumlah

Lebih terperinci

BAB II FUNGSI PENGAWASAN BAPEPAM-LK DALAM UNDANG-UNDANG PASAR MODAL NO. 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL

BAB II FUNGSI PENGAWASAN BAPEPAM-LK DALAM UNDANG-UNDANG PASAR MODAL NO. 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL BAB II FUNGSI PENGAWASAN BAPEPAM-LK DALAM UNDANG-UNDANG PASAR MODAL NO. 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL A. Struktur Organisasi Bapepam dan Lembaga Keuangan. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No.

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No. KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No. COM/001/01/1215 Tanggal Efektif 1 Desember 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi, perusahaan dapat memperoleh dana untuk memperluas usahanya, salah satunya dengan mendaftarkan perusahaan pada pasar modal. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transparan. Oleh karena itu, baik perusahaan publik maupun tertutup harus memandang good

BAB I PENDAHULUAN. transparan. Oleh karena itu, baik perusahaan publik maupun tertutup harus memandang good BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Good corporate governance merupakan sebuah konsep yang menekankan pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar, akurat, dan tepat waktu. Selain

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL [LN 1995/64, TLN 3608]

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL [LN 1995/64, TLN 3608] UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL [LN 1995/64, TLN 3608] BAB XV KETENTUAN PIDANA Pasal 103 (1) Setiap Pihak yang melakukan kegiatan di Pasar Modal tanpa izin, persetujuan, atau pendaftaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, tuntutan terhadap paradigma Good Governance dalam seluruh kegiatan tidak dapat dielakan lagi. Istilah Good Governance sendiri

Lebih terperinci

2 Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan proses uji kemampuan dan kepatutan terhadap calon pemilik dan calon pengelola perbankan syariah melalui pe

2 Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan proses uji kemampuan dan kepatutan terhadap calon pemilik dan calon pengelola perbankan syariah melalui pe TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 136) PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 6 /PBI/2012 TENTANG UJI KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar yang baik bagi investor-investor luar maupun dalam negeri. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pasar yang baik bagi investor-investor luar maupun dalam negeri. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang berpotensi menjadi pasar yang baik bagi investor-investor luar maupun dalam negeri. Hal ini disebabkan karena tingkat

Lebih terperinci

-2- dengan tetap mengedepankan kualitas keterbukaan informasi, beberapa penyederhanaan terutama informasi yang sifatnya historis diperlukan dengan tuj

-2- dengan tetap mengedepankan kualitas keterbukaan informasi, beberapa penyederhanaan terutama informasi yang sifatnya historis diperlukan dengan tuj TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN OJK. Prospektus. Efek Bersifat Utang. Bentuk dan Isi. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 46) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.../20...

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.../20... -1- OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK..../20... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN NOMOR IX.I.6 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS EMITEN

Lebih terperinci

NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kinerja suatu perusahaan. Laporan keuangan merupakan informasi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. kinerja suatu perusahaan. Laporan keuangan merupakan informasi yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu bagian dari siklus akuntansi, dimana pada laporan keuangan memberikan suatu informasi yang berisi tentang hasil dari kinerja suatu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UU R.I No.8/1995 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang sahamnya. Namun terkadang

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM I. UMUM Perkembangan industri perbankan yang sangat pesat umumnya disertai dengan semakin

Lebih terperinci

Analisis Pengungkapan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Indeks Pefindo25 (SME Index) Tahun

Analisis Pengungkapan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Indeks Pefindo25 (SME Index) Tahun Analisis Pengungkapan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Indeks Pefindo25 (SME Index) Tahun 2011-2013 Diana Alfrita (dianaalfrita1204@gmail.com) Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Corporate governance sampai saat ini memiliki peranan yang sangat penting di dalam menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen. Menurut Forum for Corporate

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan informasi yang pesat telah menyebabkan investasi mengalami perubahan untuk menyesuaikan dengan kondisi dan keadaan yang terjadi. Investasi

Lebih terperinci

BAB III KEPUTUSAN KETUA BAPEPAM DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-314/BL/2007 TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH

BAB III KEPUTUSAN KETUA BAPEPAM DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-314/BL/2007 TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH BAB III KEPUTUSAN KETUA BAPEPAM DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-314/BL/2007 TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH A. Bapepam dan Lembaga Keuangan 1. Sejarah penggabungan Bapepam dan Lembaga

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris 1 BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Definisi 1. Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ) berarti Organ Perusahaan yang memiliki wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam agenda pembangunan nasional Tahun , secara politis dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam agenda pembangunan nasional Tahun , secara politis dikatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam agenda pembangunan nasional Tahun 2004 2009, secara politis dikatakan bahwa kondisi perbankan dan lembaga keuangan lainya belum mantap. Lemahnya pengaturan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau memaksimalkan kekayaan pemegang saham

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT Matahari Department Store Tbk ( Perseroan )

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT Matahari Department Store Tbk ( Perseroan ) PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT Matahari Department Store Tbk ( Perseroan ) Daftar Isi 1. Landasan Hukum 2. Fungsi Dewan Komisaris 3. Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang 4. Pelaporan dan

Lebih terperinci

PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN

PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN Dalam rangka menerapkan asas asas Tata Kelola Perseroan yang Baik ( Good Corporate Governance ), yakni: transparansi ( transparency ), akuntabilitas ( accountability

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang telah menerapkan corporate governance dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang telah menerapkan corporate governance dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan yang telah menerapkan corporate governance dengan baik, seharusnya telah memenuhi prinsip-prinsip good corporate governance (GCG) yaitu fairness,

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG LAPORAN DAN PENGUMUMAN EMITEN PENERBIT OBLIGASI DAERAH DAN/ATAU SUKUK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya ditandai dengan meningkatnya inflasi, dimana terjadi kenaikan harga barang dan jasa secara terus

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.36, 2017 KEUANGAN OJK. Investasi Kolektif. Multi Aset. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6024) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan terbaru membuktikan bahwa manajemen tidak cukup hanya memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien. Diperlukan instrumen

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. (Commanditaire Vennootschap atau CV), Firma dan Persekutuan Perdata. Dalam

BAB. I PENDAHULUAN. (Commanditaire Vennootschap atau CV), Firma dan Persekutuan Perdata. Dalam BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan di Indonesia mempunyai peranan yang cukup strategis dalam setiap kegiatan ekonomi di Indonesia, khususnya dalam melakukan kegiatan usaha dalam bidang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Anotasi. Naskah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan antara arah dan kinerja perusahaan (Monks & Minow,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan antara arah dan kinerja perusahaan (Monks & Minow, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Corporate Governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai pihak dalam perusahaan yang menentukan antara arah dan kinerja perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan dan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.

Lebih terperinci

Kamus Pasar Modal Indonesia. Kamus Pasar Modal Indonesia

Kamus Pasar Modal Indonesia. Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal Indonesia Kamus Pasar Modal A Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan keadaan saat ini, khususnya dalam dunia ekonomi, pengelolaan perusahaan (corporate governance) telah dianggap penting sebagaimana pemerintahan negara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. GCG berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan didirikannya perusahaan memiliki beberapa tujuan, tujuan pertama adalah untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar besarnnya, tujuan kedua adalah untuk

Lebih terperinci

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 74 /POJK.04/2016 TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN TERBUKA

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 74 /POJK.04/2016 TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN TERBUKA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 74 /POJK.04/2016 TENTANG PENGGABUNGAN USAHA ATAU PELEBURAN USAHA PERUSAHAAN TERBUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesejahteraan suatu penduduk dapat tercapai apabila di dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesejahteraan suatu penduduk dapat tercapai apabila di dalam suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesejahteraan suatu penduduk dapat tercapai apabila di dalam suatu negara tersebut terdapat pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah secara terusmenerus baik

Lebih terperinci

PT MULTI INDOCITRA Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT

PT MULTI INDOCITRA Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT PT MULTI INDOCITRA Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT Jakarta, April 2013 PT MULTI INDOCITRA Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT DAFTAR ISI Halaman 1. PENDAHULUAN 1 a. Profil Perusahaan 1 b. Latar Belakang 1-2 2. PIAGAM KOMITE

Lebih terperinci

Kamus Istilah Pasar Modal

Kamus Istilah Pasar Modal Sumber : www.bapepam.go.id Kamus Istilah Pasar Modal Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2 hubungan antara Pihak dengan

Lebih terperinci

Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal;

Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; Kamus Pasar Modal Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal; 2 hubungan antara Pihak dengan pegawai, direktur, atau komisaris

Lebih terperinci

BAB I 1. PENDAHULUAN

BAB I 1. PENDAHULUAN BAB I 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis pasar modal di Indonesia saat ini sudah meningkat pesat sejalan dengan perkembangan investasi yang tinggi, di masa mendatang bisnis

Lebih terperinci

Pedoman Tata Kelola Yang Baik (Good Governance) BPJS Ketenagakerjaan. Good Governance is Commitment and Integrity

Pedoman Tata Kelola Yang Baik (Good Governance) BPJS Ketenagakerjaan. Good Governance is Commitment and Integrity Pedoman Tata Kelola Yang Baik (Good Governance) BPJS Ketenagakerjaan Good Governance is Commitment and Integrity Definisi Tata Kelola Yang Baik (Good Governance) BPJS Ketenagakerjaan Sistem Proses Struktur

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci