BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Sragen

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Sragen"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id 69 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Sragen 1. Letak Geografis dan Administratif Lokasi penelitian dilaksanakan di Kabupaten Sragen, Provinsi Jawat Tengah. Kabupaten Sragen merupakan salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis Kabupaten Sragen terletak pada garis lintang antara 7.15 dan 7.30 Lintang Selatan serta dan Bujur Timur 106. Wilayah Kabupaten Sragen bisa dipetakan menjadi wilayah Utara dan wilayah selatan Bengawan Solo. Wilayah utara berupa perbukitan, bagian dari sistem Pegunungan Kendeng. Sedangkan di wilayah selatan berupa pegunungan, lereng dari Gunung Lawu. Batas-batas Kabupaten Sragen adalah sebagai berikut: a. Sebelah Utara : Kabupaten Grobogan b. Sebelah Selatan : Kabupaten Karanganyar c. Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali d. Sebelah Timur : Kabupaten Ngawi (Propinsi Jawa Timur) Kabupaten Sragen berada 30 km di sebelah timur Kota Surakarta, sementara jarak ke ibukota provinsi ( Kota Semarang ) sejauh 130 km. Secara administratif, Kabupaten Sragen dibagi menjadi 20 kecamatan dan 208 desa/kelurahan. Untuk mengetahui pembagian wilayah administrasi Kabupaten Sragen dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini : 106 Sragen dalam Angka Tahun commit 2013, to Badan user Perencanaan Pembangunan Daerah dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen, Tahun 2014.

2 digilib.uns.ac.id 70 Tabel 1. Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Sragen Tahun 2014 No. Kecamatan Jumlah desa/kelurahan 1. Kalijambe Plupuh Masaran Kedawung Sambirejo 9 6. Gondang 9 7. Sambungmacan 9 8. Ngrampal 8 9. Karangmalang Sragen Sidoharjo Tanon Gemolong Miri Sumberlawang Mondokan Sukodono Gesi Tangen Jenar 7 Jumlah 208 Sumber : Buku Sragen dalam Angka Tahun 2014 Berdasarkan tabel di atas, dapat kita ketahui bahwa kecamatan dengan desa/kelurahan terbanyak adalah Kecamatan Plupuh dan Kecamatan Tanon yaitu, sebanyak 16 desa / kelurahan. Sedangkan kecamatan dengan desa / kelurahan paling sedikit adalah Kecamatan Gesi, Kecamatan Tangen dan Kecamatan Jenar yaitu dengan 7 desa / kelurahan. 2. Luas Wilayah Luas wilayah Kabupaten Sragen tercatat seluas 941,55 km 2. Dari luas tersebut seluas Ha (42,68%) merupakan lahan sawah dan

3 digilib.uns.ac.id Ha (57,32 %) merupakan lahan bukan sawah. Luas lahan sawah dan tanah kering di Kabupaten Sragen antara lain tercantum dalam tabel dibawah ini: Tabel 2. Luas Lahan Sawah dan Tanah Kering di Kabupaten Sragen Tahun 2014 Luas (Ha) Pertanian No. Kecamatan Non Jumlah Sawah Bukan Pertanian Sawah 1. Kalijambe Plupuh Masaran Kedawung Sambirejo Gondang Sambungmacan Ngrampal Karangmalang Sragen Sidoharjo Tanon Gemolong Miri Sumberlawang Mondokan Sukodono Gesi Tangen Jenar Jumlah Sumber : Buku Sragen dalam Angka Tahun 2014 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar lahan di wilayah Kabupaten Sragen dipergunakan untuk lahan sawah dengan luas Ha atau sekitar 46, 68%.

4 digilib.uns.ac.id 72 Sedangkan luas wilayah Kabupaten Sragen dirinci menurut penggunaan dapat dilihat dalam Tabel 3 sebagai berikut: Tabel 3. Luas Wilayah Kabupaten Sragen Dirinci Menurut Penggunaan Tahun 2014 No. Jenis Tanah Luas (Ha) Persentase (%) A Lahan Pertanian ,10 1. Lahan Sawah ,68 a. Irigasi ,54 b. Tadah Hujan ,14 c. Rawa Pasang Surut d. Rawa Lebak e. Lain-lain Lahan Pertanian Bukan ,42 Sawah a. Tegal/Kebun ,29 b. Ladang/Huma c. Perkebunan ,70 d. Ditanami Pohon/Hutan ,57 Rakyat e. Padang Penggembalaan/Padang Rumput 12 0,01 f. Sementara Tidak Diusahakan g. Lainnya (Tambak, ,84 Kolam, Empang, Hutan Negara dll) B Lahan Bukan Pertanian ,90 Jalan, Permukiman, ,90 Perkantoran, Sungai dll Jumlah Sumber : Buku Sragen dalam Angka Tahun 2014 Berdasarkan tabel 3 tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan tanah di wilayah Kabupaten Sragen didominasi oleh sawah irigasi yaitu seluas commit Ha atau to sekitar user 27,54%.

5 digilib.uns.ac.id Infrastruktur Untuk meningkatkan usaha pembangunan maka dituntut peningkatan pembangunan jalan sehingga memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar arus lalu lintas. Begitu juga dengan yang terjadi di Kabupaten Sragen. Panjang jalan di Kabupaten Sragen mencapai sepanjang 1.097,13 Km. Panjang jalan tersebut terbagi menjadi jalan Negara Km, jalan propinsi 72,55 Km dan jalan kabupaten 992,20 Km. 4. Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten Sragen Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten Sragen secara umum dijabarkan dalam bentuk Peraturan Daerah. Peraturan Daerah yang mengatur tentang Tata Ruang di wilayah Kabupaten Sragen dijabarkan dalam Perda Nomor 11 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sragen Tahun Berdasarkan Pasal 11 Perda Nomor 11 Tahun 2011, pembangunan infrastruktur jalan merupakan salah satu prioritas pembangunan yang dilaksanakan di wilayah Kabupaten Sragen. Salah satu infrastruktur jalan tersebut adalah pembangunan jaringan jalan nasional. Pasal 12 Perda Nomor 11 Tahun 2011 menyebutkan bahwa pembangunan jaringan jalan nasional diantaranya meliputi jaringan jalan bebas hambatan (jalan Tol). Rencana jaringan jalan bebas hambatan tersebut dilaksanakan berupa pembangunan jalan bebas hambatan ruas jalan Solo-Mantingan, yang meliputi : 1) Kecamatan Masaran; 2) Kecamatan Sidoharjo; 3) Kecamatan Sragen; 4) Kecamatan Ngrampal; 5) Kecamatan Gondang; 6) Kecamatan Sambungmacan.

6 digilib.uns.ac.id Keagrarian Berdasarkan data dari Kantor Pertanahan Kabupaten Sragen, jumlah data tentang pensertipikatan tanah di wilayah Kabupaten Sragen adalah sebagai berikut: 1) Jumlah Bidang yang Sudah Bersertipikat : bidang (55,83 %) 2) Jumlah Bidang yang Belum Bersertipikat : bidang (44,17 %) Sedangkan jika dilihat dari jumlah permohonan sertipikat yang didaftarkan ke Kantor Pertanahan Kabupaten Sragen dapat dilihat dalam Tabel 4 sebgaai berikut: Tabel 4. Banyaknya Permohonan Sertipikat Di Kantor Pertanahan Kabupaten Sragen No. Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Jumlah Sumber : Kantor Pertanahan Kabupaten Sragen, 2014

7 digilib.uns.ac.id 75 B. Gambaran Umum Pelaksanaan Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Jalan Tol di Wilayah Kabupaten Sragen 1. Dasar Penyelenggaraaan Pengadaan Tanah Pada tanggal 14 Agustus 2012 pemerintah menetapkan dan memberlakukan undang-undang Nomor 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Undang-undang tersebut digunakan sebagai dasar penyelenggaraan dari setiap pengadaan tanah yang dilaksanakan di Indonesia. Dalam Pasal 58 dari Undangundang ini disebutkan bahwa: 1) Proses Pengadaan Tanah yang sedang dilaksanakan sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor Tahun 2012 diselesaikan berdasarkan ketentuan Perpres Nomor 36 Tahun 2005 juncto Perpres Nomor 65 Tahun 2006; 2) Sisa tanah yang belum selesai pengadaannya dalam proses Pengadaan Tanah, pengadaannya diselesaikan berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun Sebagai tindak lanjut dari UU Nomor 2 tahun 2012 ini maka pada tanggal 07 Agustus 2012 pemerintah kembali mengesahkan Perpres Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Dalam Pasal 123 ayat (1) disebutkan bahwa proses pengadaan tanah yang sedang dilaksanakan sebelum berlakunya Perpres Nomor 71 Tahun 2012 diselesaikan berdasarkan ketentuan dalam Perpres Nomor 36 Tahun 2005 juncto Perpres Nomor 65 Tahun Selanjutnya dalam dalam ayat (3) dalam pasal yang sama juga disebutkan proses pengadaan tanah yang sedang dilaksanakan diselesaikan paling lama sampai dengan 31 Desember Akan tetapi dalam hal proses pengadaan tanah masih terdapat sisa tanah yang belum selesai sampai dengan tanggal 31 Desember 2014, pengadaannya diselesaikan berdasar tahapan berdasarkan ketentuan

8 digilib.uns.ac.id 76 dalam Perpres Nomor 71 Tahun Proses pengadaan tanah tersebut meliputi pengadaan tanah: 1) Telah dituangkan dalam dokumen perencanaan/ proposal pembangunan; 2) Telah dianggarkan pada tahun anggaran yang sedang berjalan; 3) Telah diterbitkan penetapan lokasi; 4) Telah terlaksana pelepasan hak; dan/atau 5) Ganti kerugian telah dititipkan di pengadilan negeri. Sejalan dengan isi pasal 123 dari Perpres Nomor 71 Tahun 2012, maka pada tanggal 15 September 2014 Pemerintah kembali mengesahkan Perpres Nomor 99 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas Perpres Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Pada pasal 123A dari Perpres ini disebutkan bahwa proses pengadaan tanah yang belum selesai sampai dengan tanggal 31 Desember 2014 tetapi telah mencapai 75% dari luas kebutuhan tanah, dapat diperpanjang proses pengadaannya sampai dengan tanggal 31 Desember Pelaksanaan proyek pembangunan jalan Tol Solo-Mantingan merupakan proyek berkelanjutan yang dikerjakan tiap tahun mulai tahun 2007 sampai dengan tercapainya target pembebasan tanah sesuai masterplan pembangunan dan SK Penetapan Lokasi. Berdasarkan data yang diperoleh penulis dari Panitia Pengadaan Tanah bahwa proses pembayaran ganti rugi untuk pembangunan jalan tol Solo-Mantingan telah mencapai 90% dari total progress bidang tanah yang akan dibebaskan. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa pengadaan tanah untuk pembangunan jalan Tol Solo-Mantingan di wilayah Kabupaten Sragen dilaksanakan berdasarkan peraturan sebelumnya yaitu Perpres 65 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan commit Tanahto bagi user Pelaksanaan Pembangunan untuk

9 digilib.uns.ac.id 77 Kepentingan Umum dan juga peraturan pelaksananya yaitu Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun 2007 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. 2. Tahapan-Tahapan Pengadaan Tanah Untuk menunjang pembangunan yang semakin kompleks, diperlukan jaringan transportasi yang memadai, sehingga pembangunan dapat merata ke semua daerah di seluruh Indonesia. Salah satu jaringan transportasi tersebut adalah Jalan Tol Solo-Mantingan di wilayah Kabupaten Sragen. Pembangunan jalan tol Solo-Mantingan dimaksudkan sebagai upaya untuk memperlancar arus lalu lintas dari jalur Solo menuju Mantingan ataupun sebaliknya yang begitu padat. Pembangunan jalan tol Solo-Mantingan juga dimaksudkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di bidang pertanian, perkebunan dan perdagangan. Pengadaan tanah untuk jalan Tol Solo-Mantingan dimulai sejak tanggal 20 Juni 2007, yaitu sejak disetujuinya penetapan lokasi berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor : 620/17/2007 tanggal 20 Juni 2007 tentang Persetujuan Penetapan Lokasi Pembangunan Ruas Jalan Tol Solo-Ngawi di Wilayah Provinsi Jawa Tengah. Secara umum tahapan-tahapan untuk pembangunan jalan Tol Solo-Mantingan adalah sebagai berikut: a. Persetujuan Penetapan Lokasi Pembangunan Jalan Tol Solo- Mantingan Permohonan penetapan lokasi pembangunan Jalan Tol Solo- Mantingan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

10 digilib.uns.ac.id 78 1) Pemohon, dalam hal ini Direktur Jendera Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum mengajukan Surat Permohonan Penetapan Lokasi Pembangunan (SP2LP) Jalan Tol Solo- Mantingan kepada Gubernur Jawa Tengah melalui surat Nomor UM.0103-Db/112 tanggal 22 Pebruari 2007 perihal Permohonan Surat Persetujuan Penetapan Lokasi Pembangunan (SP2LP) Ruas Jalan Tol Solo-Ngawi yang Berada di Wilayah Provinsi Jawa Tengah. 2) Pemohon melengkapi permohonan ijin lokasi dengan keterangan mengenai : a) Lokasi Tanah yang Diperlukan Lokasi tanah yang dijadikan obyek pengadaan tanah jalan Tol Solo-Mantingan wilayah Kabupaten Sragen direncanakan akan melintasi 21 Desa/Kelurahan yang tersebar dalam 6 Kecamatan. Trase jalan Tol Solo- Mantingan yang melewati Kabupaten Sragen dapat dilihat dalam Tabel 5 sebagai berikut:

11 digilib.uns.ac.id 79 Tabel 5. Trase Jalan Tol yang Melintasi Kabupaten Sragen No. Kecamatan Desa/Kelurahan 1. Kecamatan Masaran a. Desa Sidodadi b. Desa Karangmalang c. Desa Jati d. Desa Pringanom e. Desa Masaran f. Desa Krikilan 2. Kecamatan Sidoharjo a. Desa Purwosuman b. Desa Duyungan c. Desa Jetak d. Desa Sidoharjo e. Desa Singopadu f. Desa Pandak 3. Kecamatan Sragen a. Kelurahan Karang Tengah b. Desa Tangkil 4. Kecamatan Ngrampal a. Desa Bandung b. Desa Pilangsari c. Desa Kebonromo 5. Kecamatan Gondang a. Desa Bumiaji 6. Kecamatan Sambungmacan a. Desa Toyogo b. Desa Banyurip c. Desa Gringging Sumber : Panitia Pengadaan Tanah Jalan Tol Solo-Mantingan Kabupaten Sragen, 2014 Dari Tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa trase jalan Tol yang melintasi wilayah Kabupaten Sragen paling banyak melintas di Kecamatan Masaran dan Kecamatan Sidoharjo, yang masing-masing sebanyak 6 (enam)

12 digilib.uns.ac.id 80 Desa/Kelurahan. Sedangkan paling sedikit wilayah yang dilintasi trase jalan tol adalah Kecamatan Gondang. b) Luas Tanah yang Dibutuhkan Kebutuhan tanah yang dibutuhkan untuk pembangunan jalan Tol Solo-Mantingan tersebut adalah seluas kurang lebih 2,229,961 m2 dengan panjang lintasan sepanjang 29, 9 KM. Data kebutuhan luas tanah yang terkena proyek pengadaan tanah jalan Tol Solo-Mantingan Wilayah Kabupaten Sragen per desa dapat dilihat dalam Tabel 6 Sebagai berikut:

13 digilib.uns.ac.id 81 Tabel 6. Kebutuhan Tanah untuk Pembangunan Jalan Tol Solo-Mantingan Wilayah Kabupaten Sragen No. Kecamatan Desa Luas Tanah (M2) Panjang Lintasa n (KM) 1. Masaran Sidodadi ,9 Karangmalang ,2 Jati ,4 Pringanom ,6 Masaran ,4 Krikilan ,2 2. Sidoharjo Purwosuman 184,569 2,4 Duyungan ,2 Jetak ,2 Sidoharjo ,8 Singopadu ,8 Pandak ,0 3. Sragen Karang Tengah ,6 Tangkil ,4 4. Ngrampal Bandung ,2 Pilangsari ,0 Kebonromo ,4 5. Gondang Bumiaji ,6 6. Sambungmacan Toyogo ,6 Banyurip ,2 Gringging ,8 Jumlah ,9 Sumber : Panitia Pengadaan Tanah Jalan Tol Solo-Mantingan Kabupaten Sragen, 2014

14 digilib.uns.ac.id 82 Pembangunan Jalan Tol Solo-Mantingan merupakan alternatif untuk mengurangi kepadatan dan kemacetan lalu lintas yang menghubungkan Kabupaten Boyolali Kabupaten Karanganyar Kabupaten Sragen yang merpakan bagian dari rencana pembangunan jalan Tol Trans Jawa. c) Rencana Penggunaan Tanah pada Saat Permohonan diajukan Rencana penggunaan tanah tersebut adalah untuk pembangunan fasilitas umum berupa jalan bebas hambatan atau jalan tol rute Solo-Ngawi. d) Uraian Rencana Proyek yang Akan Dibangun Disertai Keterangan Mengenai Aspek Pembayaran dan Lamanya Pelaksanaan Pembangunan Tanah yang dimohonkan akan digunakan untuk pembangunan Jalan Tol Solo-Ngawi. Tujuan dari pembangunan Jalan Tol Solo-Ngawi ini untuk mengurangi kepadatan dan kemacetan lalu lintas yang menghubungkan Kabupaten Boyolali-Kabupaten Karanganyar-Kabupaten Sragen yang merupakan bagian dari rencana pembangunan jalan tol Trans Jawa. Pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tol Solo- Mantingan ini dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Biaya yang berasal dari APBN tersebut terdiri dari biaya untuk : pengukuran dan pemetaan tanah; pemberian ganti rugi kepada pemilik; Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten/Kota, Provinsi, dan/atau Nasional; Lembaga Penilai Harga Tanah/Tim Penilai Harga Tanah; Pengurusan hak atas tanah sampai

15 digilib.uns.ac.id 83 dengan penerbitan sertipikat; penitipan ganti rugi apabila diperlukan; pemisahan dari sisa bagian tanah pemilik; dalam rangka pembinaan, koordinasi, konsultasi, evaluasi, supervisi, dan penyelesaian masalah; dan lainnya yang diperlukan dalam menunjang pelaksanaan tugas Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten. Dalam kaitannya dengan besaran honor Panitia Pengadaan Tanah maka Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Sragen berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 58/PMK.02/2008 tentang Biaya Panitia Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yang menyebutkan bahwa biaya Panitia Pengadaan Tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum adalah biaya operasional yang disediakan untuk Panitia Pengadaan Tanah dalam rangka membantu pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum. Biaya operasional tersebut disediakan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) satuan kerja yang memerlukan pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum. Besaran biaya operasional P2T ditentukan paling tinggi 4% (empat perseratus) untuk ganti rugi sampai dengan atau setara Rp ,00 (lima miliar rupiah) dan selanjutnya dengan prosentase menurun. Besaran biaya tersebut didasarkan pada perhitungan ganti rugi yang ditetapkan oleh P2T. 3) Gubernur Jawa Tengah setelah menerima permohonan tersebut kemudian memerintahkan kepada Kepala Kantor Wilayah BPN Propinsi Jawa commit Tengah to untuk user mengadakan Koordinasi dengan

16 digilib.uns.ac.id 84 Ketua BAPPEDA Propinsi Jawa Tengah atau Dinas Tata Kota dan Instansi terkait untuk bersama-sama melakukan penelitian mengenai kesesuaian peruntukkan tanah yang dimohon dengan Rencana Tata Ruang Wilayah atau Perencanaan Ruang Wilayah dan Kota. Dalam Pasal 12 Peraturan Daerah Kabupaten Sragen Nomor 11 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sragen Tahun disebutkan pemerintah berencana membangun jaringan jalan bebas hambatan. Rencana pembangunan jaringan jalan bebas hambatan tersebut berupa pembangunan ruas jalan Solo-Mantingan yang melintasi Kecamatan Masaran, Kecamatan Sidoharjo, Kecamatan Sragen, Kecamatan Ngrampal, Kecamatan Gondang serta Kecamatan Sambungmacan. Dengan demikian, rencana pembangunan jalan tol sudah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sragen. 4) Berdasarkan permohonan dan pertimbangan-pertimbangan tersebut, Gubernur Jawa Tengah menetapkan Keputusan Gubernur Nomor 620/17/2007, tanggal 20 Juni 2007 tentang Persetujuan Penetapan Lokasi Pembangunan Ruas Jalan Tol Solo-Ngawi di Wilayah Provinsi Jawa Tengah. Dalam SP2LP tersebut menyetujui penetapan lokasi pembangunan jalan Tol dengan syarat dan ketentuan: a) Pemohon wajib mengajukan permohonan pengadaan tanah kepada Panitia Pengadaan Tanah Provinsi Jawa Tengah untuk kepentingan umum sesuai Peraturan Perundang- Undangan; b) Perolehan hak atas tanah melalui pengadaan tanah agar dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku dan apabila di lokasi tersebut commit terdapat to user tanah dan atau bangunan milik

17 digilib.uns.ac.id 85 Instansi Pemerintah agar diselesaikan pelepasan assetnya sesuai peraturan perundang-undangan. c) Apabila perolehan hak atas tanah telah selesai dilaksanakan wajib segera mengajukan permohonan hak, sampai memperoleh sertipikat Hak Atas Tanah atas nama instansi induknya sesuai ketentuan yang berlaku; d) Dalam pelaksanaan pembangunan fisik sedapat mungkin melibatkan tenaga kerja dari masyarakat yang terkena pembangunan. Dalam pelaksanaannya Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 620/17/2007, tanggal 20 Juni 2007 tentang Persetujuan Penetapan Lokasi Pembangunan Ruas Jalan Tol Solo-Ngawi di Wilayah Provinsi Jawa Tengah dianggap sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan, oleh karena itu pada tanggal 23 Desember 2008 Gubernur Jawa Tengah mencabut Surat Keputusan Nomor 620/17/2007 dan menggantinya dengan Surat Keputusan dari Gubernur Jawa Tengah Nomor 620/25/2008 tentang Persetujuan Penetapan Lokasi Pembangunan Jalan Tol Trans Jawa di Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 6 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007 disebutkan bahwa keputusan penetapan lokasi pengadaan tanah diberikan untuk jangka waktu : a) Satu tahun, bagi pengadaan tanah yang memerlukan tanah seluas sampai dengan 25 (dua puluh lima) hektar; b) Dua tahun, bagi pengadaan tanah yang memerlukan tanah seluas lebih dari 25 (dua puluh lima) hektar sampai dengan 50 (lima puluh) hektar;

18 digilib.uns.ac.id 86 c) Tiga tahun bagi pengadaan tanah yang memerlukan tanah seluas dari 50 (lima puluh) hektar. Pelaksanaan pembangunan Jalan Tol Solo-Ngawi membutuhkan tanah sepanjang ± 56,10 km dengan areal seluas ± 369 Ha. Sedangkan panjang lintasan pembangunan ruas jalan Tol Solo-Mantingan sepanjang 29,9 Km dengan areal tanah seluas m2 atau sekitar ± 222 Ha. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 6 Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun 2007 maka pembangunan jalan Tol Solo- Mantingan perlu dilakukan perpanjangan ijin penetapan lokasi. Perpanjangan ijin penetapan lokasi pembangunan jalan Tol Solo-Mantingan dilaksanakan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor : 620/1/2012 tanggal 10 Januari 2012 tentang Perpanjangan Persetujuan Penetapan Lokasi Pembangunan Jalan Tol Trans Jawa di Provinsi Jawa Tengah. Keputusan perpanjangan ijin penetapan lokasi ini berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember Menurut Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis, Apabila tanah telah ditetapkan sebagai lokasi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum berdasarkan surat Keputusan penetapan lokasi yang ditetapkan oleh Bupati/walikota atau Gubernur, maka bagi siapa saja yang ingin melakukan pembelian tanah diatas tanah tersebut, terlebih dahulu harus mendapat persetujuan tertulis dari bupati/walikota atau Gubernur sesuai kewenangannya. 107 b. Pembentukan Panitia Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Jalan Tol Solo-Mantingan Wilayah Kabupaten Sragen 107 Muhammad Yamin Lubis commit dan Abdul to user Rahim Lubis, Pencabutan hak, pembebasan dan pengadaan tanah,,mandar Madju Bandung, 2011, hal. 68.

19 digilib.uns.ac.id 87 Pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilakukan dengan bantuan Panitia Pengadaan Tanah. Dalam Pasal 6 ayat (1) Perpres Nomor 65 Tahun 2006 disebutkan bahwa pengadaan tanah untuk kepentingan umum di wilayah kabupaten/kota dilakukan dengan bantuan panitia pengadaan tanah kabupaten/kota yang dibentuk oleh Bupati/Walikota. Selanjutnya dalam ayat (5) dalam pasal yang sama disebutkan juga bahwa susunan keanggotaan panitia pengadaan tanah terdiri atas unsur perangkat daerah terkait dan unsur Badan Pertanahan Nasional. Mengacu pada Pasal 6 Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006, maka pengadaan tanah untuk kepentingan umum di Wilayah Kabupaten Sragen dilakukan dengan bantuan Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Sragen yang dibentuk oleh Bupati Sragen. Menurut Sudaryo Soimin, bahwa panitia pengadaan tanah bukan merupakan panitia yang sifatnya tetap, ia hanya merupakan panitia yang bersifat khusus artinya kalau pembebasan tanah itu selesai, panitia hanya untuk pembebasan tanah tertentu saja. 108 Dalam Pasal 14 Peraturan Kepala BPN Nomor Tahun 2007 juga disebutkan bahwa keanggotaan Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten/Kota paling banyak 9 (sembilan) orang dengan susunan: 1) Sekretaris Daerah sebagai Ketua merangkap Anggota; 2) Pejabat dari unsur perangkat daerah setingkat eselon II sebagai Wakil Ketua merangkap Anggota; 3) Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota atau pejabat yang ditunjuk sebagai Sekretaris merangkap Anggota; dan 4) Kepala Dinas/Kantor/Badan di Kabupate/Kota yang terkait dengan pelaksanaan pengadaan tanah atau pejabat yang ditunjuk sebagai Anggota. Hal Sudaryo Soimin, Status Hak commit Dan Pembebasan to user Tanah, Sinar Grafika, Jakarta, 1994.

20 digilib.uns.ac.id 88 Bedasarkan ketentuan diatas maka susunan Panitia Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Jalan Tol Solo-Mantingan di Wilayah Kabupaten Sragen untuk pertama kalinya ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan dari Bupati Sragen Nomor 590/137/02/2007 tanggal 10 Agustus 2007 tentang Pembentukan Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Sragen. Seiring dengan perkembangan waktu dimana setiap tahun terjadi mutasi jabatan struktural di wilayah Kabupaten Sragen, maka susunan panitia pengadaan tanah Kabupaten Sragen juga mengalami perubahan. Terakhir susunan panitia pengadaan tanah ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati Sragen Nomor 590/128/002/2013 tanggal 08 April 2013 tentang Pembentukan Panitia Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan Jalan Tol Ruas Solo-Mantingan di Kabupaten Sragen Tahun Anggaran Susunan Panitia Panitia Pengadaan Tanah tersebut adalah sebagaimana digambarkan dalam Tabel 7 sebagai berikut:

21 digilib.uns.ac.id 89 Tabel 7. Susunan Panitia Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Jalan Tol Solo-Mantingan di Wilayah Kabupaten Sragen No. Jabatan Pokok Jabatan dalam Panitia 1. Sekretaris Daerah Ketua merangkap anggota 2. Asisten Administrasi Wakil Ketua merangkap Pemerintahan anggota 3. Kepala Kantor Pertanahan Sekretaris merangkap Anggota 4. Kepala Dinas Pekerjaan Anggota Umum 5. Kepala Dinas Pertanian Anggota 6. Kepala Bagian Hukum Anggota 7. Kepala Bagian Pemerintahan Anggota dan Pertanahan 8. Camat Setempat Anggota 9. Lurah/Kepala Desa Setempat Anggota Sumber : Kantor Pertanahan Kabupaten Sragen, 2014 Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Sragen Nomor 590/128/002/2013 tanggal 08 April 2013 tentang Pembentukan Panitia Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan Jalan Tol Ruas Solo-Mantingan di Kabupaten Sragen Tahun Anggaran 2013, tugas Panitia Pengadaan Tanah di wilayah Kabupaten Sragen adalah sebagai berikut: 1) Mengadakan penelitian dan inventarisasi atas tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda lain yang ada kaitannya dengan tanah yang haknya akan dilepaskan atau diserahkan; 2) Mengadakan penelitian mengenai status hukum tanah yang haknya akan dilepaskan atau diserahkan, dan dokumen yang mendukungnya;

22 digilib.uns.ac.id 90 3) Menaksir dan mengusulkan besarnya ganti rugi atas tanah yang haknya akan dilepaskan atau diserahkan; 4) Memberikan penjelasan atau penyuluhan kepada masyarakat yang terkena rencana pembangunan dan/atau pemegang hak atas tanah mengenai rencana dan tujuan pengadaan tanah tersebut dalam bentuk konsultasi publik baik melalui tatap muka, media cetak maupun media elektronik agar dapat diketahui oleh seluruh masyarakat yang terkena rencana pembangunan dan/atau pemegang hak atas tanah; 5) Mengadakan musyawarah dengan para pemegang hak atas tanah dan instansi Pemerintah dan/atau pemerintah daerah yang memerlukan tanah dalam rangka menetapkan bentuk dan/atau besarnya ganti rugi; 6) Menyaksikan pelaksanaan penyerahan ganti rugi kepada para pemegang hak atas tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda lain yang ada di atas tanah; 7) Membuat berita acara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah; 8) Mengadministrasikan dan mendokumentasikan semua berkas pengadaan tanah dan menyerahkan kepada pihak yang berkompeten. Panitia pengadaan tanah harus melaksanakan tugasnya secara maksimal untuk meminimalisasi permasalahan dan mengurangi penolakan ganti rugi keputusan panitia tentang besarnya nilai ganti rugi dan bentuk ganti rugi harga tanah. 109 Dalam hal ini Abdurrahman menyatakan, tugas panitia yang terpenting adalah mengadakan penelitian dan inventarisasi atas tanah, tanaman, bangunan, tanaman dan benda-benda lain yang ada kaitannya dengan tanah yang hak atasnya akan dilepaskan atau diserahkan, sebab jika inventarisasi tidak sesuai dengan keadaan hukum (reachttoestand), 109 Ibid, hal. 86.

23 digilib.uns.ac.id 91 maka akibatnya akan menimbulkan keruwetan hukum. 110 Konsekuensinya yaitu adanya pemegang hak atas tanah yang keberatan dan menolak kinerja panitia karena terjadinya tumpang tindih nama pemilik pada satu lokasi yang sama, luas tanah yang kurang atau macam hak atas tanah atau status penguasaan tanah yang keliru ditetapkan. c. Pembentukan Lembaga Penilai Harga Tanah Keberadaan Lembaga/Tim Penilai Harga Tanah, yang diatur dalam Perpres Nomor 65 Tahun 2006, sebagai lembaga yang bersifat independen dan profesional, tidak lain untuk melindungi Pemegang Hak Atas Tanah dari kebijakan pemerintah yang sewaktu-waktu akan bertindak sewenang-wenang. Tugas dan kewenangan Tim Penilai tergambar jelas dalam Pasal 28 Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun 2007 yang menegaskan Tim Penilai Harga Tanah melakukan penilaian harga tanah berdasarkan pada nilai nyata/sebenarnya dengan memperhatikan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) tahun berjalan yang tercantum pada Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan (SPPT) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan dapat berpedoman pada variabel-variabel tertentu antara lain lokasi dan letak tanah, status tanah, peruntukan tanah dan faktor lainnya yang mempengaruhi harga tanah. Selanjutnya penilaian tersebut diserahkan kepada Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Sragen untuk dipergunakan sebagai dasar musyawarah antara instansi pemerintah yang memerlukan tanah dengan pemegang hak. Tim Penilai Tanah haruslah bersifat independen dan profesional dalam melaksanakan tugas menilai harga tanah yang akan digunakan sebagai sarana pembangunan untuk kepentingan umum. Hal ini 110 Abdurrahman, Masalah Pencabutan Hak Atas Tanah dan Pembebasan Tanah di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991 hal. 94

24 digilib.uns.ac.id 92 dimaksudkan agar penilaian harga tanah benar-benar dapat dipertanggungjawabkan sehingga hak-hak masyarakat yang tanahnya akan diambil alih dapat terlindungi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Memiliki izin praktik penilaian dari Menteri Keuangan menjadi syarat berikutnya, mengingat profesi jasa penilai selama ini wajib mendapatkan izin praktik dari Menteri Keuangan. Sedangkan lisensi dari BPN dimaksudkan agar Penilai Pertanahan merupakan penilai yang menguasai permasalahan penilaian pertanahan, mengingat izin praktik yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan merupakan izin praktik jasa penilai publik yang di dalamnya mengatur juga pemberian izin Penilai bidang jasa properti yang ruang lingkupnya antara lain meliputi jasa penilaian terhadap tanah dan bangunan beserta kelengkapannya, serta pengembangan. Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 125/PMK.01/2008 tentang Jasa Penilai Publik, Penilai Publik adalah penilai yang telah memperoleh izin dari Menteri untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan ini atau penilai eksternal sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan di bidang kekayaan negara dan lelang. Sedangkan penilaian itu sendiri merupakan proses pekerjaan untuk memberikan estimasi dan pendapat atas nilai ekonomis suatu obyek penilaian pada saat tertentu sesuai dengan Standar Penilaian Indonesia. 111 Lembaga Penilai Harga Tanah untuk proyek pembangunan pengadaan tanah jalan tol Solo-Mantingan di wilayah Kabupaten Sragen ditentukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum yang dilaksanakan oleh PT. Wadantra Nilaitama. 111 Pasal 1 angka 2 dan 3 PMK No. 125/PMK.01/2008 tentang Jasa Penilai Publik.

25 digilib.uns.ac.id 93 Hasil penilaian Tim Penilai Harga Tanah diserahkan kepada Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Sragen, untuk dipergunakan sebagai dasar musyawarah antara instansi pemerintah yang memerlukan tanah dengan para memilik. d. Pelaksanaan Pengadaan Tanah Jalan Tol Solo-Mantingan Pengadaan tanah jalan tol Solo-Mantingan di wilayah Kabupaten Sragen dilaksanakan berdasarkan Keputusan dari Gubernur Jawa Tengah Nomor 620/17/2007, tanggal 20 Juni 2007 tentang Persetujuan Penetapan Lokasi Pembangunan Ruas Jalan Tol Solo-Ngawi di Wilayah Provinsi Jawa Tengah. Pembangunan jalan tol ini membutuhkan lahan seluas m2 atau sekitar 222 Ha dengan panjang lintasan jalan yang dilalui sepanjang 29,9 Km. Sedangkan jumlah bidang tanah yang dibebaskan yg terkena proyek pengadaan tanah jalan tol adalah sebanyak bidang tanah. Proses pembayaran ganti rugi ini dilakukan sejak tahun 2008 sampai dengan sekarang dimana progress pembayarannya dilakukan setiap tahun. Progress pengadaan tanah jalan tol Solo-Mantingan setiap tahun dapat dilihat dalam Tabel 8 sebagai berikut:

26 digilib.uns.ac.id 94 Tabel 8. Progress Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Jalan Tol Solo-Mantingan No. Tahun Jumlah Bidang Luas (m2) (s/d Okt) Jumlah Sumber : Panitia Pengadaan Tanah Jalan Tol Solo-Mantingan Kabupaten Sragen, 2014 Berdasarkan Tabel 8 diatas dapat diketahui bahwa progress pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tol paling banyak dilaksanakan di tahun 2011 sebanyak 758 bidang tanah dan seluas m2. Status dan penggunaan tanah dari bidang tanah yang dibebaskan tersebut bervariasi. Status dan penggunaan tanah tersebut dapat dilihat dalam tabel 9 sebagai berikut:

27 digilib.uns.ac.id 95 Tabel 9. Kebutuhan Tanah dirinci Berdasarkan Jenis Penggunaan Tanah Status Tanah Kebutuhan Tanah No. sebelum UGR (Rp. Bidang Luas (Ha) dibebaskan M) 1. Jalan dan ,89 Saluran Desa 2. Tanah Kas Desa ,77 3. Jalan dan ,26 Saluran 4. Tanah ,42 Masyarakat 5. Tanah Wakaf ,05 6. Tanah BUMD ,01 Jumlah Sumber: Panitia Pengadaan Tanah Jalan Tol Solo-Mantingan Kabupaten Sragen, 2014 C. Pelaksanaan Pemberian Ganti Rugi Terhadap Tanah Kas Desa yang Terkena Proyek Pengadaan Tanah Jalan Tol Solo-Mantingan di Wilayah Kabupaten Sragen Pengadaan tanah untuk pembangunan jalan Tol Solo-Mantingan yang melintasi Kabupaten Sragen dilaksanakan mulai tahun 2007 sejak dikeluarkannya Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 620/17/2007, tanggal 20 Juni 2007 tentang Persetujuan Penetapan Lokasi Pembangunan Ruas Jalan Tol Solo-Ngawi di Wilayah Provinsi Jawa Tengah. Proyek pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tol Solo-Mantingan tidak hanya melibatkan tanah hak saja tetapi tanah kas desa juga banyak yang terkena obyek pembebasan. Berdasarkan data yang diperoleh penulis dari Panitia Pengadaan Tanah Jalan Tol Solo-Mantingan Kabupaten Sragen jumlah bidang tanah kas desa yang terkena pembebasan tanah adalah sebanyak 102 bidang tanah dengan luasan seluas 18 Ha. Penggunaan tanah

28 digilib.uns.ac.id 96 sebelumnya sangat bervariasi. Ada yang digunakan untuk lapangan, bangunan sekolah, makam, tanah lungguh perangkat desa. Status dari tanah kas desa tersebut ada yang sudah bersertipikat dengan status tanah hak pakai dan ada juga yang masih belum bersertipikat. Proses pembayaran ganti rugi terhadap tanah kas desa tentu berbeda dengan tanah hak pada umumnya. Jika tanah hak yang dimiliki oleh masyarakat proses pembayaran ganti ruginya hanya melibatkan warga dengan pihak yang membutuhkan tanah. Sedangkan dalam pembayaran ganti rugi tanah kas desa harus mendapat rekomendasi dari Gubernur Jawa Tengah melalui mekanisme pelepasan hak. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 15 PMDN Nomor 4 Tahun 2007 disebutkan bahwa tanah kas desa tidak diperbolehkan dilakukan pelepasan hak kepemilikan kepada pihak lain, kecuali diperlukan untuk kepentingan umum. Pelepasan hak kepemilikan tersebut dilakukan setelah mendapat ganti rugi sesuai harga yang menguntungkan desa dengan memperhatikan harga pasar dan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Penggantian ganti rugi berupa uang harus digunakan untuk membeli tanah lain yang lebih baik dan berlokasi di Desa setempat. Pelepasan hak kepemilikan tanah desa ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. Keputusan Kepala Desa tersebut diterbitkan setelah mendapat persetujuan BPD dan mendapat ijin tertulis dari Bupati/Walikota dan Gubernur. Sesuai dengan peraturan diatas maka pelepasan terhadap tanah kas desa baru bisa dilakukan setelah mendapat ganti rugi sesuai dengan harga yang menguntungkan desa yang akan digunakan untuk membeli tanah lain yang lebih baik (baik berdasarkan tingkat kesuburan, letak maupun luasannya) yang berlokasi di desa setempat. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bpk. Wahyu Dwi Hari Prasetyo selaku anggota Panitia Pengadaan Tanah, langkah-langkah pembayaran ganti rugi tanah kas desa adalah sebagai berikut: 1. Inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah

29 digilib.uns.ac.id 97 Kegiatan inventarisasi ini dilakukan oleh Panitia Pengadaan Tanah yang meliputi bidang tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah yang haknya akan dilepaskan atau diserahkan. Identifikasi dan inventarisasi yang dilakukan oleh Panitia Pengadaan Tanah meliputi: a) Penunjukan batas; b) Pengukuran bidang tanah dan/atau bangunan; c) Pemetaan bidang tanah dan/atau bangunan dan keliling batas bidang tanah; d) Penetapan batas-batas bidang tanah dan/atau bangunan; e) Pendataan penggunaan dan pemanfaatan tanah; f) Pendataan status tanah dan/atau bangunan; g) Pendataan penguasaan dan pemilikan tanah dan/atau bangunan dan/atau tanaman; h) Pendataan bukti-bukti penguasaan dan pemilikan tanah dan/atau bangunan dan/atau tanaman; dan Hasil inventarisasi ini ditetapkan dengan Surat Keputusan dari Ketua Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Sragen Nomor 590/04/P2T/2009 tentang Pengumuman Hasil Identifikasi dan Inventarisasi atas Penguasaan, Penggunaan dan Pemilikan Tanah, Bangunan dan Tanaman yang Terkena Pembangunan Jalan Tol Solo-Mantingan. Dari hasil inventarisasi yang dilakukan oleh Panitia Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Jalan Tol Solo-Mantingan tersebut jumlah tanah kas desa di Wilayah Kabupaten Sragen yang terkena proyek pengadaan tanah adalah sejumlah 102 bidang tanah yang tersebar di 18 (delapan belas) Desa yang tercakup dalam 6 (enam) kecamatan. Hasil identifikasi dan inventarisasi dari Pantia Pengadaan Tanah terhadap tanah kas desa dapat dilihat dalam Tabel 10 sebagai berikut:

30 digilib.uns.ac.id 98 Tabel 10. Hasil Identifikasi dan Inventarisasi terhadap Tanah Kas Desa Yang Terkena Proyek Pengadaan Tanah untuk Jalan Tol No. Kecamatan Desa Jumlah Bidang 1. Masaran 1. Sidodadi 1 2. Karangmalang 6 3. Jati Pringanom 8 5. Masaran 5 6. Krikilan 2 2. Sidoharjo 1. Purwosuman 8 2. Duyungan 4 3. Jetak 4 4. Singopadu 7 5. Pandak 1 3. Sragen 1. Tangkil 9 4. Ngrampal 1. Bandung 2 2. Kebonromo Gondang 1. Bumiaji 3 6. Sambungmacan 1. Toyogo 2 2. Banyurip 6 3. Gringging 7 Jumlah 102 Sumber: Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Sragen, 2014 Selanjutnya setelah selesai dilakukan inventarisasi, Panitia menaksir harga tanah dan melakukan penjelasan serta penyuluhan dengan cara tatap muka langsung dengan masyarakat pemilik tanah tentang rencana dan tujuan Pemerintah melakukan pengadaan tanah untuk kepentingan umum. Dalam hal penyuluhan diterima oleh masyarakat, dilanjutkan dengan kegiatan pengadaan tanah, jika tidak diterima, panitia melakukan penyuluhan kembali dengan acuan : a) Tetap tidak diterima oleh masyarakat, sedang lokasinya dapat dipindahkan, diajukan alternatif lokasi lain. b) Tetap tidak diterima oleh masyarakat, sedang lokasinya tidak dapat dipindahkan kelokasi commit lain, to user maka Panitia Pengadaan tanah

31 digilib.uns.ac.id 99 mengusulkan pada walikota untuk melakukan pencabutan hak atas tanah sesuai ketentuan Undang-undang nomor 20 Tahun Penilaian Ganti Kerugian Penilaian harga tanah dilakukan oleh Tim Penilai Harga Tanah atau Lembaga Penilai Harga Tanah. Penilaian harga tanah didasarkan pada Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) atau nilai nyata/sebenarnya dengan memperhatikan NJOP tahun berjalan, dan juga berpedoman pada variabelvariabel sebagai berikut : a) lokasi dan letak tanah; b) status tanah; c) peruntukan tanah; d) kesesuaian penggunaan tanah dengan rencana tata ruang wilayah atau perencanaan ruang wilayah atau kota yang telah ada; e) sarana dan prasarana yang tersedia; dan f) faktor lainnya yang mempengaruhi harga tanah. Sedangkan Penilaian harga bangunan dan/atau tanaman dan/atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah dilakukan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sragen serta Dinas Pertanian Kabupaten Sragen Penilaian besarnya harga ganti kerugian ditetapkan oleh Tim Penilai Tanah yang sudah ditetapkan oleh Bupati Sragen. Hasil dari penilaian ganti kerugian ini meliputi ganti rugi terhadap tanah, bangunan, tanaman dan lain-lain yang bisa dinilai dengan uang. Hasil penilaian dari Tim Penilai Tanah inilah yang menjadi dasar musyawarah untuk menetapkan besarnya harga ganti rugi yang akan ditetapkan oleh Panitia Pengadaan Tanah. Penetapan harga ganti rugi dikelompok-kelompokkan berdasarkan kelas dari masing-masing tanah. Hasil klasifikasi/pengelompokan dari Tim Penilai Tanah dibedakan atas Kelompok Sawah dan Kelompok Pekarangan. 112 Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis, op.cit, hal. 70.

32 digilib.uns.ac.id 100 Hasil penilaian dari Tim Penilai diserahkan kepada Panitia Pengadaan Tanah untuk dipergunakan sebagai dasar musyawarah antara Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Jalan Bebas Hambatan dan Jalan Kota selaku instansi pemerintah yang memerlukan tanah dengan para memilik tanah. 3. Musyawarah penetapan Ganti Kerugian Pelaksanaan musyawarah penetapan harga dihadiri oleh Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten Sragen, Pejabat Pembuat Komitmen Pengadaan Tanah Pembangunan Jalan Tol Solo-Mantingan serta wakil dari para pemilik tanah, bangunan dan tanaman yang tanahnya terkena pembangunan Jalan Tol. Musyawarah diawali dengan penyuluhan kepada pemegang hak atas tanah, bangunan dan/atau tanaman yang terkena Pembangunan Jalan Tol Solo-Mantingan di Kabupaten Sragen. Musyawarah ini dilaksanakan untuk menetapkan bentuk dan besarnya ganti kerugian. Panitia mengundang Instansi Pemerintah yang memerlukan tanah (Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Jalan Bebas Hambatan dan Jalan Kota yang diwakili fdari Dinas Bina Marga Propinsi Jawa Tengah) dan pemegang hak yang bersangkutan untuk mengadakan musyawarah. Panitia pengadaan tanah harus melibatkan seluruh pemegang hak atas tanah dalam proses musyawarah untuk mendapatkan kesepakatan bersama dalam penentuan ganti rugi hak atas tanah, tentunya untuk mencermati maksud Pasal 5 Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun Dimana panitia pengadaan tanah harus mengundang semua pemegang hak atas tanah dengan tidak membedakan antara satu dengan lain. Prinsip musyawarah sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (10) Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005, yaitu saling mendengar, saling memberi dan saling menerima pendapat serta keinginan untuk mencapai

33 digilib.uns.ac.id 101 kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi atas dasar kesukarelaan dan kesetaraan antara pihak yang mempunyai tanah dengan pihak yang memerlukan tanah. 113 Musyawarah ini harus dilakukan secara bebas tanpa adanya suatu tekanan, dan kesepakatan harus adanya kerelaan dan persesuaian kehendak dari masing-masing pihak atau dengan kata lain melepaskan hak atas tanah secara sukarela dengan mendapat ganti rugi yang layak. Musyawarah antara kedua belah pihak yang berkepentingan yang dipimpin oleh Wakil Ketua Panitia tersebut, dihadiri langsung oleh pemegang hak atas tanah. Berdasar keterangan dari para narasumber, bahwa pemilik tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah secara langsung mengikuti musyawarah dengan Instansi Pemerintah (Dinas Bina Marga Propinsi Jawa Tengah). Musyawarah dilangsungkan di tempat yang telah ditentukan Panitia. Dalam hal ini dipilih lokasi yang mudah dijangkau oleh warga masyarakat pemegang hak yang bersangkutan. Tempat tersebut antara lain : Balai Desa/Kelurahan serta Kantor Kecamatan. Musyawarah dilakukan dengan pemegang hak atas tanah yang didahului dengan menandatangani daftar hadir, mendengar penjelasan, dan diminta persetujuan untuk melepaskan hak atas tanahnya dengan harga ganti rugi yang telah ditetapkan. Kedudukan para pihak yang bermusyawarah adalah sama / sejajar. Setiap pihak diberikan kesempatan yang sama untuk mengajukan usul / pendapat. Sehingga musyawarah berlangsung secara kekeluargaan. Menurut keterangan dari narasumber bahwa pemegang hak diberi kesempatan secara bebas untuk mengemukakan pikiran dan pendapat berupa pertanyaan, usul dan saran mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian. 113 Lihat Pasal 1 ayat (10) Peraturan commit Presiden to user Nomor 36 Tahun 2005, berkaitan dengan Prinsip musyawarah yang harus dilakukan Panitia pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum

34 digilib.uns.ac.id 102 Penetapan bentuk dan besarnya ganti kerugian yang dilakukan dengan musyawarah berdasarkan Pasal 8 butir 1 Perpres Nomor 36 Tahun 2005 Juncto Perpres Nomor 65 Tahun Musyawarah merupakan hal yang utama dalam pelaksanaan pengadaan tanah, apabila musyawarah telah menghasilkan kesepakatan maka Panitia Pengadaan Tanah mengeluarkan keputusan tentang bentuk dan besarnya ganti kerugian. Jika belum terjadi kesepakatan maka diadakan musyawarah lagi hingga tercapai kesepakatan. Pelaksanaan musyawarah untuk pembangunan jalan tol tidak dilakukan sekaligus tapi dilakukan secara bertahap sampai tercapainya kesepakatan harga ganti rugi antara pemilik tanah dengan pihak yang membutuhkan tanah. Pelaksanaan musyawarah penetapan ganti kerugian untuk tanah kas desa yang terkena pengadaan tanah jalan tol diwakili oleh Kepala Desa serta Kepala Urusan Perencanaan dan Keuangan. Apabila musyawarah tidak memperoleh kesepakatan tentang ganti rugi, maka penyelesaiannya panitia pengadaan tanah mengeluarkan keputusan mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian. Atas putusan panitia ini dapat diajukan banding, dengan mengajukan keberatan kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan Gubernur akan mengukuhkan atau mengubah keputusan Panitia Pengadaan Tanah. Apa yang dilakukan oleh gubernur ini sebenarnya bukan merupakan proses banding tetapi hanya untuk memberikan penyelesaian yang sebaik-baiknya dalam kedudukannya sebagai Penguasa Tunggal di Daerah. Musyawarah yang dilakukan meliputi nilai ganti rugi harga tanah atau bentuk ganti rugi tanah dan benda-benda lain yang ada di atasnya untuk mengkaji penetapan uang ganti rugi dan dengan mempedomani harga patokan yang berlaku umum dan mempertimbangkan harga tanah yang wajar sepanjang menyangkut musyawarah. Menurut Boedi Harsono pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan tersebut dilakukan dengan memperhatikan commit to peran user tanah dalam kehidupan manusia

35 digilib.uns.ac.id 103 dan prinsip penghormatan terhadap hak yang sah atas tanah tersebut diwujudkan dengan ketentuan, bahwa pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum dilakukan melalui musyawarah. 114 Pembebasan hak atas tanah wajib disertai dengan pemberian ganti kerugian dan harus berpedoman pada Peraturan yang berlaku serta dalam penentuan bentuk dan besarnya ganti kerugian harus diusahakan dengan asas musyawarah antara pihak yang bersangkutan dengan mempertimbangkan/memperhatikan harga dasar setempat yang ditetapkan secara berkala oleh Panitia. 115 Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten/Kota menetapkan tempat dan tanggal musyawarah, dengan mengundang instansi pemerintah yang memerlukan tanah dan para pemilik tanah untuk musyawarah mengenai rencana pembangunan untuk kepentingan umum dilokasi tersebut, dan mengenai bentuk dan/ atau besarnya ganti rugi. Demikian disebutkan oleh pasal 31 ayat 1 Peraturan Ka. BPN No. 3 Tahun2007. Musyawarah bentuk dan/atau besarnya ganti rugi berpedoman pada : a). kesepakatan para pihak, b). hasil penilaian dari sebagaimana dimaksud dalam pasal 30, dan c). tenggang waktu penyelesaian proyek. Jika ketentuan pasal 31 angka 3 Peraturan Kepala BPN tersebut dicermati, ternyata musyawarah dalam menentukan bentuk dan/atau besarnya ganti rugi, pedoman yang utama adalah kesepakatan, sehingga kesepakatan menjadi unsur yang essensial dalam mekanisme musyawarah. Maria Soemardjono mengatakan ganti rugi atas dasar musyawarah mengandung makna Bahwa dalam musyawarah tersebut harus diberlakukan asas kesejajaran antara pemerintah dengan pemilik tanah dan harus dihindari adanya tekanan-tekanan berupa apa pun dalam pertemuan maupun di luar pertemuan, jika tidak maka kesepakatan yang dicapai 114 Boedi Harsono, Op.Cit, Hal Syafruddin Kalo, Pengadaan commit Tanah to Bagi user Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, pustaka bangsa press, Jakarta, 2004, hal. 24.

36 digilib.uns.ac.id 104 adalah kesepakatan dalam keadaan terpaksa dan kesepakatan demikian bukanlah kesepakatan. 116 Maria Sumardjono menyebutkan persyaratan yang diperlukan untuk tercapainya musyawarah secara sukarela dan bebas adalah: 117 a) Ketersediaan informasi yang jelas dan menyeluruh tentang kegiatan tersebut (dampak dan manfaat, bentuk dan besarnya ganti rugi, rencana pemukiman kembali bila diperlukan, rencana pemulihan pendapatan dan bantuan-bantuan lain, dll). b) Suasana yang kondusif untuk melaksanakan musyawarah. c) Keterwakilan para pihak. d) Kemampuan para pihak untuk melakukan negosiasi. e) Jaminan bahwa tidak ada tipuan, paksaan, atau kekerasan dalam proses musyawarah. Selanjutnya musyawarah rencana pembangunan untuk kepentingan umum suatu lokasi sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 31 ayat 1 huruf a, dianggap telah tercapai kesepakatan apabila paling sedikit 75% dari luas tanah yang diperlukan untuk pembangunan telah diperoleh, atau jumlah pemilik telah menyetujui bentuk dan/atau besarnya ganti rugi. 118 Pasal 36 Peraturan Ka. BPN No. 3 Tahun 2007 menjelaskan Pemilik tanah yang belum bersepakat mengenai bentuk dan/atau besarnya ganti rugi, dan jumlahnya 25% dari jumlah pemilik/luas tanah, Panitia Pengadaan Tanah Kabupaten/Kota mengupayakan musyawarah kembali sampai tercapai kesepakatan bentuk dan/atau besarnya ganti rugi. 116 Maria Soemardjono, Dalam Kasus-kasus Pengadaan Tanah dalam Putusan Pengadilan, SuatuTinjauan Yuridis, Mahkamah Agung RI, 1996, Hal Maria Soemardjono, Op.Cit, Hal Pasal 34 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007.

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 36 TAHUN 2005

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA D A F T A R I S I DAFTAR ISI... i DAFTAR DIAGRAM... ii DAFTAR LAMPIRAN...iii Bab I. KETENTUAN UMUM... I - 1 A. Dasar Hukum...I - 1 B. Tujuan...I

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 36 TAHUN 2005

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

DIKLAT PENGADAAN TANAH KATA PENGANTAR

DIKLAT PENGADAAN TANAH KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan Modul Diklat Pengadaan Tanah. Modul ini disusun agar peserta diklat dapat mempelajari

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN DALAM MENGANTISIPASI ALIH FUNGSI TANAH AKIBAT PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN

PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN DALAM MENGANTISIPASI ALIH FUNGSI TANAH AKIBAT PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN DALAM MENGANTISIPASI ALIH FUNGSI TANAH AKIBAT PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN Rahayu Subekti; Winarno Budyatmojo Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret E-mail : rahayusubekti@yahoo.co.id;

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR : 18 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22,2012 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 084 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 084 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 084 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT WALI KOTA DEPOK PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG

PROVINSI JAWA BARAT WALI KOTA DEPOK PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN PROVINSI JAWA BARAT WALI KOTA DEPOK PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM SKALA KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN DALAM MENGANTISIPASI ALIH FUNGSI TANAH AKIBAT PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN

PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN DALAM MENGANTISIPASI ALIH FUNGSI TANAH AKIBAT PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN DALAM MENGANTISIPASI ALIH FUNGSI TANAH AKIBAT PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN Rahayu Subekti; Winarno Budyatmojo Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret E-mail : rahayusubekti@yahoo.co.id;

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGATURAN DAN TATA CARA PENETAPAN

Lebih terperinci

PUSAT HUKUM DAN HUMAS BPN RI

PUSAT HUKUM DAN HUMAS BPN RI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 111 ayat (2) Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan daerah yang memiliki sumber daya alam yang terbatas. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. dan daerah yang memiliki sumber daya alam yang terbatas. Kemiskinan digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu masalah yang dihadapi oleh sebagian besar penduduk di Indonesia. Hampir semua daerah mempunyai permasalahan tentang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan. No.377, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.33/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN

Lebih terperinci

PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM

PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM Tanah adalah salah satu harta yang sangat berharga di muka bumi ini, yang dalam sepanjang sejarah peradaban umat manusia tak henti-hentinya memberikan problemaproblema

Lebih terperinci

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN SRAGEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 33/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 33/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 33/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 02/PRT/M/2009

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 02/PRT/M/2009 MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 02/PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENETAPAN STATUS PENGGUNAAN, PEMANFAATAN, PENGHAPUSAN DAN PEMINDAHTANGANAN BARANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.587, 2013 BADAN PERTANAHAN NASIONAL. Tanah. Pelaksanaan. Petunjuk Teknis. PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2012

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2012 SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG BIAYA OPERASIONAL DAN BIAYA PENDUKUNG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI

Lebih terperinci

MODUL 5 : PENGADAAN TANAH DIBAWAH 5 HA

MODUL 5 : PENGADAAN TANAH DIBAWAH 5 HA MODUL 5 : PENGADAAN TANAH DIBAWAH 5 HA Diklat Perencanaan dan Persiapan Pengadaan Tanah KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Lebih terperinci

ARTICLE PELEPASAN HAK ATAS TANAH DALAM PEMBANGUNAN JALAN MALALAK KABUPATEN AGAM. (Studi Kasus Pada Proyek Pembangunan Jalan Malalak

ARTICLE PELEPASAN HAK ATAS TANAH DALAM PEMBANGUNAN JALAN MALALAK KABUPATEN AGAM. (Studi Kasus Pada Proyek Pembangunan Jalan Malalak ARTICLE PELEPASAN HAK ATAS TANAH DALAM PEMBANGUNAN JALAN MALALAK KABUPATEN AGAM (Studi Kasus Pada Proyek Pembangunan Jalan Malalak Di Kabupaten Agam) Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG MEKANISME PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR PELAKSANAAN (SOP) PENYUSUNAN RENCANA INVENTARISASI PENGADAAN TANAH

STANDAR PROSEDUR PELAKSANAAN (SOP) PENYUSUNAN RENCANA INVENTARISASI PENGADAAN TANAH STANDAR PROSEDUR PELAKSANAAN (SOP) PENYUSUNAN RENCANA INVENTARISASI PENGADAAN TANAH DOKUMEN : DJBM/SMM/PP/18 TANGGAL : 19 Juli 2012 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM STANDAR PROSEDUR PELAKSANAAN (SOP) No. Dokumen

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran

2015, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran No.647, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR. Izin Lokasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 5TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak bertambah akan tetapi justru makin berkurang. Dampaknya untuk

BAB I PENDAHULUAN. tidak bertambah akan tetapi justru makin berkurang. Dampaknya untuk 15 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Masalah pertanahan merupakan salah satu persoalan pokok dalam pembangunan nasional kita. Kebutuhan akan tanah dari waktu ke waktu semakin meningkat sejalan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR. P.47/Menhut -II/2010 TENTANG PANITIA TATA BATAS KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR. P.47/Menhut -II/2010 TENTANG PANITIA TATA BATAS KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR. P.47/Menhut -II/2010 TENTANG PANITIA TATA BATAS KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.27, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pengadaan Tanah. Pembangunan. APBN. Biaya. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PMK.02/2013 TENTANG BIAYA OPERASIONAL

Lebih terperinci

PROVINS! JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 1UO TAHUN 2016 TENT ANG

PROVINS! JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 1UO TAHUN 2016 TENT ANG WALIKOTA MOJOKERTO PROVINS! JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 1UO TAHUN 2016 TENT ANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM YANG LUASNYA TIDAK LEBIH

Lebih terperinci

RGS Mitra 1 of 5 NO NORMA STANDAR MEKANISME KETATALAKSANAAN KUALITAS PRODUK KUALITAS SDM

RGS Mitra 1 of 5 NO NORMA STANDAR MEKANISME KETATALAKSANAAN KUALITAS PRODUK KUALITAS SDM RGS Mitra 1 of 5 B. PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN PEMBANGUNAN NO NORMA STANDAR MEKANISME KETATALAKSANAAN KUALITAS PRODUK KUALITAS SDM 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 148 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 71

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 148 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 71 PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 148 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 148 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 3 TAHUN 1987 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMBERIAN HAK ATAS TANAH UNTUK KEPERLUAN PERUSAHAAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN MENTERI DALAM

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS

Lebih terperinci

Draft 0 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. /Menhut -II/2014 TENTANG PANITIA TATA BATAS KAWASAN HUTAN

Draft 0 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. /Menhut -II/2014 TENTANG PANITIA TATA BATAS KAWASAN HUTAN Draft 0 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. /Menhut -II/2014 TENTANG PANITIA TATA BATAS KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 1993 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 1993 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 1993 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional,

Lebih terperinci

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2017 TENTANG PENYELESAIAN PENGUASAAN TANAH DALAM KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2017 TENTANG PENYELESAIAN PENGUASAAN TANAH DALAM KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2017 TENTANG PENYELESAIAN PENGUASAAN TANAH DALAM KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN LOKASI DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN LOKASI DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN LOKASI DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa sejalan dengan dinamika pembangunan,

Lebih terperinci

RINGKASAN RANCANGAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN RANCANGAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN Lampiran IIa Raperda APBD TA. 2012 Nomor : - Tanggal : 11 Januari 2012 PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN RINGKASAN RANCANGAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 KODE 1.01.01 Dinas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 18 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PENGALIHAN ALUR SUNGAI DAN/ATAU PEMANFAATAN RUAS BEKAS SUNGAI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 18 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PENGALIHAN ALUR SUNGAI DAN/ATAU PEMANFAATAN RUAS BEKAS SUNGAI PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 18 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PENGALIHAN ALUR SUNGAI DAN/ATAU PEMANFAATAN RUAS BEKAS SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang :

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.179, 2017 KEMEN-ATR/BPN. Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematika Lengkap. Perubahan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG PENERBITAN IZIN LOKASI DAN PERSETUJUAN PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DIKLAT MANAJEMEN PROYEK. Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum

DIKLAT MANAJEMEN PROYEK. Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum DIKLAT MANAJEMEN PROYEK Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum muntibdg@yahoo.com PUSDIKLAT KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Drs. Muntiyono, ST.,MM.,MT. Widyaiswara Utama NIP : 19520619 197602 1 001 Balai Diklat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan kunci bagi segalah hal bagi masyarakat desa kebanyakan, pembangunan seringkali diartikan sebagai kemajuan yang dicapai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PRT/M/2015 TENTANG PENGALIHAN ALUR SUNGAI DAN/ATAU PEMANFAATAN RUAS BEKAS SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR KEPUTUSAN WALIKOTA BATU NOMOR: /62/KEP/ /2015 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR KEPUTUSAN WALIKOTA BATU NOMOR: /62/KEP/ /2015 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR KEPUTUSAN WALIKOTA BATU NOMOR: 188.45/62/KEP/422.012/2015 TENTANG PEMBENTUKAN TIM PENGADAAN TANAH/BANGUNAN, SEKRETARIAT, DAN SATUAN TUGAS PEMERINTAH KOTA BATU

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI DALAM RANGKA PENINJAUAN INFRASTRUKTUR DAN TRANSPORTASI DI KABUPATEN SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI DALAM RANGKA PENINJAUAN INFRASTRUKTUR DAN TRANSPORTASI DI KABUPATEN SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI V DPR RI DALAM RANGKA PENINJAUAN INFRASTRUKTUR DAN TRANSPORTASI DI KABUPATEN SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH TANGGAL 20 22 FEBRUARI 2017 KOMISI V DPR-RI JAKARTA, 2017

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN/ATAU PENGGABUNGAN DESA/ KELURAHAN SERTA PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1879, 2014 KEMENHUB. Pelabuhan. Terminal. Khusus. Kepentingan Sendiri. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 73 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL JALAN PATTIMURA NO. 20 KEBAYORAN BARU JAKARTA TELP. (021) , FAX (021)

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL JALAN PATTIMURA NO. 20 KEBAYORAN BARU JAKARTA TELP. (021) , FAX (021) DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL JALAN PATTIMURA NO. 20 KEBAYORAN BARU JAKARTA 11210 TELP. (021) 724-7524, FAX (021) 726-0856 Nomor : KU.01.01-SJ/695 Jakarta, 30 Desember 2005 Lampiran :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada seseorang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Definisi hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada seseorang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hak Atas Tanah Definisi hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada seseorang yang mempunyai hak untuk mempergunakan atau mengambil manfaat atas tanah tersebut.

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PMK.02/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PMK.02/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PMK.02/2013 TENTANG BIAYA OPERASIONAL DAN BIAYA PENDUKUNG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Maia P U T U S A N Nomor 58 PK/Pid.Sus/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara pidana khusus pada pemeriksaan Peninjauan Kembali

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI GROBOGAN, Menimbang

Lebih terperinci

SKEMA PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

SKEMA PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM SKEMA PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM DISELENGGARAKAN MELALUI 4 TAHAPAN, YAITU: I. TAHAP PERENCANAAN PENGADAAN Instansi yang memerlukan tanah

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.207, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Hak Guna Air. Hak Guna Pakai. Hak Guna Usaha. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5578) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM SKALA KECIL BAGI PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG - 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN KELURAHAN SERTA PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEKAYAAN DESA BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEKAYAAN DESA BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEKAYAAN DESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan Pasal 16 Peraturan Menteri Dalam Negeri

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK KEGIATAN PERTAMBANGAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PROVINSI SULAWESI UTARA KEPUTUSAN BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA NOMOR 194 TAHUN 2014

PROVINSI SULAWESI UTARA KEPUTUSAN BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA NOMOR 194 TAHUN 2014 - 1 - NOMOR 194 TAHUN 2014 T E N T A N G PEMBENTUKAN PANITIA PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI BOLAANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.222, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Verifikasi. Akreditasi. Lembaga Bantuan Hukum. Organisasi Kemasyarakatan.

BERITA NEGARA. No.222, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Verifikasi. Akreditasi. Lembaga Bantuan Hukum. Organisasi Kemasyarakatan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.222, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Verifikasi. Akreditasi. Lembaga Bantuan Hukum. Organisasi Kemasyarakatan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

Lebih terperinci

Reformasi Peraturan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

Reformasi Peraturan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Reformasi Peraturan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 dan Peraturan Pendukung Lainnya Oleh M. Noor Marzuki Direktur Pengadaan Tanah Wilayah I Badan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PRT/M/2015 TENTANG KOMISI IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PRT/M/2015 TENTANG KOMISI IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PRT/M/2015 TENTANG KOMISI IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dengan Keputusan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.28/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.28/Menhut-II/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.28/Menhut-II/2014 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P. 33/MENHUT-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN HUTAN

Lebih terperinci

BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BADAN PERTANAHAN NASIONAL BADAN PERTANAHAN NASIONAL KEPUTUSAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 18 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMBERIAN HAK ATAS TANAH UNTUK KEPERLUAN PERUSAHAAN KAWASAN INDUSTRI KEPALA BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

KAJIAN ATAS DASAR HUKUM PENGADAAN TANAH BANJIR KANAL TIMUR TA 2008 DAN Landasan hukum pelaksanaan pengadaan tanah Banjir Kanal Timur (BKT)

KAJIAN ATAS DASAR HUKUM PENGADAAN TANAH BANJIR KANAL TIMUR TA 2008 DAN Landasan hukum pelaksanaan pengadaan tanah Banjir Kanal Timur (BKT) KAJIAN ATAS DASAR HUKUM PENGADAAN TANAH BANJIR KANAL TIMUR TA 2008 DAN 2009 1. Latar Belakang Landasan hukum pelaksanaan pengadaan tanah Banjir Kanal Timur (BKT) yaitu Peraturan Kepala BPN No.3 Tahun 2007

Lebih terperinci

2 kenyataannya masih ada, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria; c. bahwa ha

2 kenyataannya masih ada, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria; c. bahwa ha BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.742, 2015 KEMEN. ATR. Tata Cara Hak Komunal Tanah. Hukum Adat. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2014

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2014 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERSIAPAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 41 TAHUN 2014 T E N T A N G PENGELOLAAN KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI DALAM USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI INSTANSI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar

BAB III DESKRIPSI INSTANSI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar BAB III DESKRIPSI INSTANSI A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karanganyar Kantor Pelayanan Pajak dan selanjutnya disingkat KPP Pratama Karanganyar adalah intansi vertical Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU KEPUTUSAN WALIKOTA BATU NOMOR: 180/35/KEP/ /2013 TENTANG

WALIKOTA BATU KEPUTUSAN WALIKOTA BATU NOMOR: 180/35/KEP/ /2013 TENTANG WALIKOTA BATU KEPUTUSAN WALIKOTA BATU NOMOR: 180/35/KEP/422.012/2013 TENTANG PEMBENTUKAN PANITIA PERENCANAAN DAN PERSIAPAN PENGADAAN TANAH UNTUK RUANG TERBUKA HIJAU KOTA BATU TAHUN ANGGARAN 2013 WALIKOTA

Lebih terperinci

PENGENALAN WILAYAH POTENSI DAN PERMASALAHAN KEC. SAMBIREJO DAN KEC. GESI

PENGENALAN WILAYAH POTENSI DAN PERMASALAHAN KEC. SAMBIREJO DAN KEC. GESI Pembekalan KKN Universitas Veteran Bangun Nusantara PENGENALAN WILAYAH POTENSI DAN PERMASALAHAN KEC. SAMBIREJO DAN KEC. GESI Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan Tahun 2017

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG HAK GUNA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG HAK GUNA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG HAK GUNA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10 Undang-Undang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.51/Menhut-II/2014. TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PERPANJANGAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU DALAM HUTAN ALAM PADA HUTAN PRODUKSI DENGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 112 TAHUN 2015 SERI E.104 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 112 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 112 TAHUN 2015 SERI E.104 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 112 TAHUN 2015 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 112 TAHUN 2015 SERI E.104 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 112 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANA PENDELEGASIAN PELAKSANAAN PERSIAPAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN TANAH KAS DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.207, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Hak Guna Air. Hak Guna Pakai. Hak Guna Usaha. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5578) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa dengan adanya

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1994 TENTANG

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1994 TENTANG MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1994 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG HAK GUNA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG HAK GUNA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG HAK GUNA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan

Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan I. Dasar Hukum a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK PENINGKATAN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN

Lebih terperinci