STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) TAHUN 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) TAHUN 2016"

Transkripsi

1 Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) TAHUN 216 Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur Pokja Sanitasi Kabupaten Banyuwangi PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI Jl. Jenderal A. Yani Nomor 1 Banyuwangi Jawa Timur Telp () / Fax. () , bupati@banyuwangikab.go.id http// BANYUWANGI

2 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah berkenan melimpahkan berkah serta karunianya kepada kita semua, sehingga Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Banyuwangi tahun 216 dapat diselesaikan. Dokumen ini merupakan pemutakhiran dari Dokumen Buku Putih Sanitasi (BPS), SSK Kabupaten Banyuwangi Tahun 212 dan Memorandum Program Sanitasi (MP S) Tahun 21 dan merupakan bagian dari Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) yang diga lang oleh Pemerintah Pusat dalam rangka mempercepat pembangunan sektor sanitasi Nasional dan pemenuhan pencapaian target Universal Access 219. Dokumen ini utamanya berisi Strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran yang akan dicapai sebagai komitmen pembangunan sektor sanitasi yang berkelanjutan dalam rangka Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP), yang secara teknis telah disusun berdasarkan hasil studi dan sinkronisasi dengan semua dokumen perencanaan lain yang terkait sanitasi, analisis kelembagaan, kemampuan keuangan daerah dan data pendukung lainnya yang berkaitan dengan rencana implementasi. Dengan telah tersusunnya Program dan Anggaran sektor sanitasi untuk Jangka Menengah diharapkan perencanaan tahunan dapat dilakukan lebih optimal dan matang. Dokumen ini bersifat terbuka dan akan selalu diperbaharui berdasarkan pencapaian kesepakatan pendanaan ataupun sesuai dengan kemajuan yang telah dicapai. Pemerintah bersama pemangku kepentingan Kabupaten dengan ini menyatakan komitmen penuh dalam mendukung program pengembangan sanitasi Jangka Menengah ini, serta berupaya mendorong pelaksanaan kebijakan pengembangan sanitasi yang lebih efektif, partisipatif dan berkelanjutan. Dengan adanya Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Banyuwangi ini, disamping akan makin mendorong komitmen Pemerintah Kabupaten dalam menyusun program investasi bidang sanitasi juga diharapkan dapat memberikan penguatan dalam prosedur dan komitmen dukungan pendanaan dari

3 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan lingkungan eksternal Pemerintah Kabupaten, baik dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Pemerintah Pusat, Bantuan Luar Negeri, Masyarakat atau Kerjasama dengan Swasta serta semua pihak yang peduli terhadap pengembangan sektor sanitasi Semoga dokumen ini dapat dilaksanakan dengan komitmen penuh dan optimal serta bermanfaat bagi semua pihak. Amin Banyuwangi, Desember 216 Plt. SEKRETARIS DAERAH Selaku KETUA POKJA SANITASI KABUPATEN BANYUWANGI ttd Drs. DJADJAT SUDRADJAT, M.Si NIP

4 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Banyuwangi merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun yang berkaitan dengan perencanaan sektor sanitasi dan merupakan bagian dari Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) yang digalang oleh Pemerintah Pusat dalam rangka mempercepat pembangunan sektor sanitasi Nasional dan untuk pencapaian Universal Access di tahun 219 yang telah dicanangkan oleh Pemerintah Pusat dalam RPJMN Dengan adanya Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Banyuwangi ini, mendorong komitmen Pemerintah Kabupaten dalam menyusun program investasi bidang sanitasi dan juga memberikan penguatan dalam prosedur dan komitmen dukungan pendanaan dari lingkungan eksternal Pemerintah Kabupaten, baik dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Pemerintah Pusat, Bantuan Luar Negeri, Masyarakat atau Kerjasama dengan Swasta serta semua pihak yang peduli terhadap pengembangan sektor sanitasi. Berdasarkan garis batas koordinatnya, posisi Kabupaten Banyuwangi terletak diantara Lintang Selatan dan Bujur Timur. Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung timur pulau jawa atau di ujung timur Provinsi Jawa Timur, berbatasan langsung dengan Selat Bali. Luas Wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah 5.782,5 km2 atau Ha, yang merupakan daerah kawasan hutan sekitar 1,72%, persawahan sekitar 11,44%, perkebunan sekitar 14,21%, permukiman sekitar 22,4%. Adapun sisanya sekitar 2,6 % dipergunakan untuk berbagai manfaat fasilitas umum dan fasilitas sosial seperti jalan, ruang terbuka hijau, ladang, tambak dan lainlainnya. Kabupaten Banyuwngi terdiri dari 24 kecamatan dengan 217 desa/kelurahan, serta meliputi 76 dusun, RW sebanyak dan terdapat RT. Jumlah penduduk Kabupaten Banyuwangi tahun 216 sebesar jiwa (dari hasil proyeksi Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuwangi). Jumlah penduduk yang paling banyak adalah di Kecamatan Muncar dengan jumlah jiwa, sedangkan jumlah penduduk paling rendah adalah di Kecamatan Giri yaitu jiwa. A. Area berisiko dan permasalahan mendesak sanitasi di Kabupaten Banyuwangi Air limbah Domestik ** Terdapat resiko sangat tinggi pada wilayah (tiga) desa/kelurahan di (tiga) Kecamatan dan resiko tinggi pada 9 (tiga puluh sembilan) desa/kelurahan di 19 (sembilan belas) Kecamatan. Aspek Teknis 1. Jumlah KK tahun ini adalah KK. Jumlah kepemilikan jamban di Kabupaten Banyuwangi(Study EHRA 216) adalah 79% atau KK dengan rincian 75% jamban pribadi dan 4% MCK/WC umum. BABS: Sebanyak 21 % KK atau setara dengan KK (Studi EHRA, 216) 2. Jumlah kepemilikan septic tank dan pipa sewer = 64% (1.266 KK) Artinya dari KK yang memiliki jamban pribadi dan MCK ada 7.49 KK yang tidak mempunyai septictank (Studi EHRA, 216). Sekitar 8% KK tidak pernah mengosongkan tangki septik (Studi EHRA, 216) 4. Hanya ada 1 truk penyedot tinja milik pemda, pembuangan tinja ke IPLT, sungai atau ke tanah. Aspek Non Teknis 1. Belum mempunyai masterplan air limbah skala Kabupaten 1

5 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Dana APBD untuk air limbah terlalu kecil. Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari masyarakat dan swasta 4. Implementasi regulasi tentang larangan BABS belum maksimal 5. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pengolahan limbah domestik 6. Masih kurangnya kegiatan komunikasi terkait pengelolaan air limbah. Persampahan **Terdapat resiko sangat tinggi pada wilayah 2 (dua) desa/kelurahan di 2 (dua) Kecamatan dan resiko tinggi pada 24 (dua puluh empat) desa/kelurahan di 1 (tiga belas) Kecamatan. Aspek Teknis 1. Masih adanya kebiasaan masyarakat yang mengelola sampah sembarangan, yaitu dibakar (57%), dibuang ke sungai/laut/danau (1%), lain2 (16%), yang benar dikumpulkan Ke TPS/kolektor hanya 14% (Studi EHRA, 216). 2. Cakupan layanan persampahan masih rendah, 1 Kec dari 24 kec yang ada di kabupaten Banyuwangi atau sekitar % (Instrumen Profil Sanitasi, 216). Peran serta masyarakat dalam pengolahan sampah masih rendah 4. TPS R baru ada yaitu di Kel. Penganjuran dan Kel. Sumberejo (Kec. Banyuwangi) dan Desa Tembokrejo (kec. Muncar) 5. Kurang memadainya transportasi dan peralatan 6. Kurang memadainya jumlah dan kapasitas SDM pengelola sampah 7. TPA Bulusan sudah overload, sehingga perlu segera dibangun TPA baru atau perluasan lahan TPA Bulusan 8. TPA Bulusan masih dikelola dengan sistem Control Landfill Aspek Non Teknis 1. Makin besarnya timbulan sampah, belum maksimalnya usaha pengurangan sampah dari sumbernya 2. Sudah ada perda tentang pengelolaan persampahan tapi belum optimal Drainase Perkotaan ** Terdapat resiko sangat tinggi pada wilayah 1 (satu) desa di 1 (satu) Kecamatan dan resiko tinggi pada (tiga) desa/kelurahan di (tiga) Kecamatan. Aspek Teknis 1. Rumah tangga yang pernah mengalami banjir/genangan 7% (Sudi EHRA,216) 2. Kepemilikan SPAL, yang tidak meiliki SPAL sebesar 27% (Studi EHRA 216). Kapasitas saluran drainase eksisting yang tidak mencukupi. 4. Saluran grey water masih tercampur dengan saluran drainase. 5. Sungai sebagai muara akhir dari saluran mengalami pendangkalan Aspek Non Teknis 1. Perilaku masyarakat yang buang sampah di saluran drainase dan di sungai 2. Partisipasi masyarakat untuk ikut menjaga dan merawat saluran rendah. Adanya masyarakat yang memanfaatkan lahan pinggir drainase untuk pemukiman 4. Masterplan drainase yang ada, masih skala kawasan saja. B. Cakupan Layanan Eksisting dan Rencana Pengembangan Sanitasi Kabupaten Banyuwangi Kondisi eksisting sanitasi Kabupaten Banyuwangi baik air limbah, persampahan, drainase secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut : Air Limbah Domestik Kondisi eksisting cakupan layanan air limbah domestik di kabupaten Banyuwangi; BABS 27,89%, pengelolaan air limbah setempat (onsite) 72,7%, Ipal Komunal,4% dan rencana pengembangan dan target cakupan layanan pada jangka menengah (221) menjadi BABS %, 2

6 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan pengelolaan air limbah setempat (onsite) 76,22%, Sistem Komunal 11,25% dan sistem pengolahan air limbah terpusat (offsite) 12,5%. Persampahan Kondisi eksisting cakupan layanan persampahan di kabupaten Banyuwangi; prosentase sampah terangkut ke TPA sebesar %, R sebesar % dan dikelola mandiri oleh masyarakat atau belum terlayani 64%. Rencanapengembangan dan target cakupan layanan pada jangka menengah (221) menjadi prosentase sampah yang terangkut sebesar 5%, prosentase sampah tereduksi melalui R 2% dan prosentase sampah dikelola mandiri oleh masyarakat disumbernya sebesar 2% serta prosentase sampah tidak terkelola sebesar %. Drainase Perkotaan Kondisi eksisting luas genangan di kabupaten Banyuwangi tersebar di 2 desa/kelurahan dengan luas genangan eksisting 526,72 ha, tetapi yang sudah masuk dalam SK Bupati no.188/482/kep/429.11/214 adalah di Kecamatan Banyuwangi (Kel. Lateng/ Kepatihan /Kampung Mandar) dengan luas 9,7 ha, yang akan menjadi ha pada jangka menengah (221). C. Strategi Pengembangan sanitasi di Kabupaten Banyuwangi Air Limbah Domestik 1. Menyusun peraturan daerah dan dokumen terkait pengelolaan air limbah domestik 2. Meningkatkan pengetahuan. masyarakat umum terkait pengelolaan air limbah domestik. 4. Menyediakan fasilitas pengolahan limbah komunal yang layak bagi masyarakat kurang mampu 5. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang tangki septik yang memenuhi syarat kesehatan 6. Menyiapkan stimulus atau insentif rehabilitasi tangki septik rumah tangga serta penyambungan ke fasilitas pengolahan air limbah 7. Meningkatkan kualitas cubluk menjadi sarana jamban atau septic tank yang layak 8. Menyediakan dan mengoptimalkan fasilitas pengolahan air limbah setempat/ komunal/ kawasan/ perkotaan untuk area beresiko yang ditetapkan. 9. Menyiapkan readiness criteria untuk menambah jumlah infrastruktur pengolahan air limbah dari sumber dana APBN/CSR 1.Meningkatkan fungsi dan manfaat IPLT Persampahan 1. Menyediakan dan mengoptimalkan fasilitas pengolahan persampahan terutama pada area beresiko tinggi 2. Memberikan penyuluhan dan pemahaman masyarakat tentang pengolahan persampahan. Menyediakan sarana dan prasarana pengolahan persampahan yang layak dan memadai 4. Mengembangkan sistem pengolahan sampah R 5. Menjalin kerja sama dengan pihak swasta dalam pengelolaan CSR untuk persampahan 6. Memberikan insentif terhadap kegiatan pengolahan sampah setempat 7. Mengadakan pelatihan SDM pengelola persampahan 8. Menyiapkan readiness criteria untuk menambah jumlah infrastruktur pengelolaan persampahan dari sumber dana APBN/CSR Drainase Perkotaan 1. Menyusun masterplan drainase skala kabupaten 2. Melaksanakan pendataan dan tabulasi data daerah yang rawan genangan. Melaksanakan sosialisasi, kampanye dan rekomendasi tentang pengelolaan dan pemanfaatan drainase

7 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Melaksanakan pembangunan sektor drainase yang berorientasi pada drainase mandiri 5. Melaksanakan operasional, pemeliharaan, pengendalian dan monitoring sektor drainase 6. Menyiapkan readiness criteria untuk menambah jumlah infrastruktur drainase dari sumber dana APBN/CSR D. Indikasi Pendanaan Sanitasi Kabupaten Banyuwangi Dari daftar usulan program kegiatan sanitasi Kabupaten Banyuwangi tahun (lampiran 4 dokumen SSK Kabupaten Banyuwangi 216). Rekapitulasi kebutuhan anggaran air limbah domestik sebesar Rp. 2,25 milyar, persampahan sebesar Rp. 65,779 milyar dan drainase sebesar Rp. 18,75 milyar. Sehingga total kebutuhan sanitasi Kabupaten Banyuwangi sebesar Rp. 17,89 milyar, kalau dibandingkan dengan perkiraan APBD murni/komitmen terdapat gap sebesar Rp. 54,244 milyar. Kebutuhan anggaran sanitasi untuk 5 tahun dari sumber anggaran pemerintah sebesar Rp. 271,729 milyar, dan non pemerintah sebesar Rp. 45,6 milyar. Sumber anggaran pemerintah terdiri dari sumber pendanaan APBD Kab. sebesar Rp. 82,72 milyar; APBD Prov sebesar Rp. 1,4 milyar; APBN sebesar Rp. 172, milyar dan DAK sebesar Rp. 15,276 milyar. Sedangkan untuk sumber anggaran non pemerintah terdiri dari pendanaan partisipasi swasta/csr sebesar Rp. 21,5 milyar dan pendanaan partisipasi masyarakat sebesar Rp. 24,1 milyar. E. Monitoring dan Evaluasi Berdasarkan hal diatas bahwa strategi monitoring dan evaluasi memiliki peranan yang penting. Tujuan utama strategi Monev ini adalah menetapkan kerangka kerja untuk mengukur dan memperbaharui kondisi dasar sanitasi, juga memantau dampak, hasil dan keluaran dari kegiatan sektor sanitasi kabupaten, untuk memastikan bahwa tujuan dan sasaran sanitasi, rencana pengembangan dan target tertentu sanitasi kabupaten, serta kepatuhan pada standar pelayanan minimum yang ada sudah dilaksanakan secara efektif. Strategi monev akan dijadikan pedoman dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pembangunan sanitasi sesuai Strategi Sanitasi Kabupaten Banyuwangi. Bahwa monitoring evaluasi implementasi SSK sektor air limbah domestik, persampahan, dan drainase perkotaan dilakukan oleh DPUCKTR, BLH dan Dinkes, pengumpul data dan dokumentasi, adalah Bappeda dan SKPD pelaksana kegiatan, sedangkan penanggung jawab adalah Bappeda selaku sekretariat dan pokja sanitasi Kabupaten Banyuwangi. Laporan hasil kegiatan monitoring dan evaluasi diberikan kepada Bupati Banyuwangi. 4

8 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan KATA PENGANTAR... i RINGKASAN EKSEKUTIF... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii BAB I PENDAHULUAN... I1 1.1.LATAR BELAKANG... I1 1.2.METODOLOGI PENYUSUNAN... I4 1..DASAR HUKUM... I1 1.4.SISTEMATIKA PENULISAN... I15 BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI... II1 2.1.GAMBARAN WILAYAH... II1 2.2.KEMAJUAN PELAKSANAAN SSK... II2 2..PROFIL SANITASI SAAT INI... II AREA BERISIKO DAN PERMASALAHAN MENDESAK SANITASI... II51 BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI...III1.1. VISI DAN MISI SANITASI...III1.2. PENTAHAPAN PENGEMBANGAN SANITASI...III.2.1 Tahapan Pengembangan Sanitasi...III.2.2 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Sanitasi...III12.2. Skenario Pencapaian Sasaran...III14.. KEMAMPUAN PENDANAAN SANITASI DAERAH...III17 BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI... IV AIR LIMBAH DOMESTIK... IV PERSAMPAHAN... IV4 4.. DRAINASE PERKOTAAN... IV7 BAB V PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI... V RINGKASAN... V KEBUTUHAN BIAYA PENGEMBANGAN SANITASI DENGAN SUMBER PENDANAAN PEMERINTAH... V2 5.. KEBUTUHAN BIAYA PENGEMBANGAN SANITASI DENGAN SUMBER PENDANAAN NON PEMERINTAH... V ANTISIPASI FUNDING GAP... V5 BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK... VI1

9 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan LAMPIRAN: LAMPIRAN 1: HASIL KAJIAN ASPEK NON TEKNIS DAN LEMBAR KERJA AREA BERISIKO LAMPIRAN 1.1: STRUKTUR ORGANISASI DAERAH DAN KEUANGAN DAERAH LAMPIRAN 1.2: LEMBAR KERJA ANALISIS AREA BERISIKO MENGGUNAKAN INSTRUMEN PROFIL SANITASI LAMPIRAN 1.: RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL STUDI EHRA DAN KAJIAN LAINNYA 1..1 Ringkasan Eksekutif Studi EHRA 1..2 Ringkasan Eksekutif Kajian Peran Swasta dalam Penyediaan Layanan Sanitasi 1.. Ringkasan Eksekutif Kajian Kelembagaan dan Kebijakan 1..4 Ringkasan Eksekutif Kajian Komunikasi dan Media 1..5 Ringkasan Eksekutif Kajian Peranserta Masyarakat 1..6 Ringkasan Eksekutif Kajian Sanitasi Sekolah LAMPIRAN 2: HASIL ANALISA SWOT LAMPIRAN : TABEL KERANGKA KERJA LOGIS LAMPIRAN 4: HASIL PEMBAHASAN PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN LAMPIRAN 5: DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN LAMPIRAN 6: DAFTAR PERUSAHAAN PENYELENGGARA CSR YANG POTENSIAL LAMPIRAN 7: KESIAPAN IMPLEMENTASI LAMPIRAN 8: RENCANA KERJA TAHUNAN

10 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Tabel 2.1 Nama dan Luas Wilayah per Kecamatan serta Jumlah Desa/Kelurahan... II Tabel 2.2 Luas Administrasi dan Luas Wilayah Terbangun Saat Ini... II4 Tabel 2. Jumlah Penduduk dan KK Saat Ini dan Proyeksinya untuk 5 tahun... II6 Tabel 2.4 Tingkat Pertumbuhan Penduduk & Kepadatan Saat Ini dan Proyeksinya untuk 5 tahun... II7 Tabel 2.5 Banyaknya Fasilitas Pendidikan Menurut Kecamatan... II8 Tabel 2.6 Banyaknya Fasilitas Kesehatan Menurut Kecamatan... II9 Tabel 2.7 Jumlah Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Banyuwangi... II1 Tabel 2.8 PDRB ADHB dan ADHK Kab. Banyuwangi II11 Tabel 2.9 Inflasi Kab. Banyuwangi II11 Tabel 2.1 Arahan RTRW Kabupaten Banyuwangi untuk Bidang Cipta Karya... II16 Tabel 2.11 Deleniasi Batas Wilayah Kota Kabupaten Banyuwangi... II19 Tabel 2.12 Kemajuan Pelaksanaan SSK untuk Air Limbah Domestik... II22 Tabel 2.1 Kemajuan Pelaksanaan SSK untuk Persampahan... II2 Tabel 2.14 Kemajuan Pelaksanaan SSK untuk Drainase Perkotaan... II24 Tabel Area Berisiko Air Limbah Berdasarkan Hasil Studi EHRA... II27 Tabel 2.16 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik... II28 Tabel 2.17 Cakupan Layanan Air Limbah Domestik saat ini di Kabupaten Banyuwangi.. II1 Tabel 2.18 Kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik... II29 Tabel Area Berisiko Persampahan Berdasarkan Hasil Studi EHRA... II5 Tabel 2.2 Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan persampahan... II6 Tabel 2.21 Timbulan sampah per Kecamatan... II8 Tabel 2.22 Kondisi Sarana Prasarana Persampahan... II9 Tabel 2.2 Area Berisiko Drainase Berdasarkan Hasil Studi EHRA... II46 Tabel 2.24 Tabel Lokasi Genangan dan Perkiraan Luas Genangan... II48 Tabel 2.25 Kondisi Sarana dan Prasarana Drainase Perkotaan Kab. Banyuwangi... II5 Tabel 2.26 Area Berisiko Sanitasi Air Limbah Domestik... II5 Tabel 2.27 Pemasalahan Mendesak Air Limbah Domestik... II54 Tabel 2.28 Area Berisiko Sanitasi Persampahan... II55 Tabel 2.29 Pemasalahan Utama Persampahan... II56 Tabel 2. Area Berisiko Sanitasi Drainase... II58 Tabel 2.1 Pemasalahan Mendesak Drainase... II59 Tabel.1 Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten Banyuwangi...III2 Tabel.2 Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Banyuwangi...III6 Tabel. Tahapan Pengembangan Persampahan Kabupaten Banyuwangi...III1 Tabel.4 Tahapan Pengembangan Drainase Perkotaan Kabupaten Banyuwangi...III12 Tabel.5 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Air Limbah...III1 Tabel.6 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Persampahan...III1 Tabel.7 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Drainase...III14 Tabel.8. Skenario Pencapaian Sasaran Sanitasi...III14 ii

11 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Tabel.9 Perkiraan Besaran Pendanaan Sanitasi ke Depan...III17 Tabel.1 Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kabupaten Banyuwangi untuk Sanitasi...III18 Tabel.11 Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kab. Banyuwangi untuk Operasional/Pemeliharaan dan Investasi Sanitasi...III19 Tabel.12 Perkiraan Besaran Pendanaan APBD Kabupaten Banyuwangi untuk Kebutuhan Operasional/Pemeliharaan Aset Sanitasi Terbangun hingga Tahun 22...III2 Tabel.1 Perkiraan Kemampuan APBD Kabupaten Banyuwangi dalam Mendanai Program/Kegiatan SSK...III21 Tabel 4.1 Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Air Limbah...IV2 Tabel 4.2 Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Persampahan...IV4 Tabel 4. Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Drainase...IV7 Tabel 5.1. Rekapitulasi Indikasi Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi untuk 5 tahun... V1 Tabel 5.2. Rekapitulasi Indikasi Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi untuk 5 tahun per Sumber Anggaran... V2 Tabel 5.. Rekapitulasi dengan Sumber Pendanaan APBD Kab... V2 Tabel 5.4. Rekapitulasi dengan Sumber Pendanaan APBD Provinsi... V Tabel 5.5 Rekapitulasi dengan Sumber Pendanaan APBN... V Tabel 5.6. Rekapitulasi Pendanaan Sanitasi Partisipasi Swasta/CSR... V4 Tabel 5.7. Rekapitulasi Pendanaan Sanitasi Partisipasi Masyarakat... V4 Tabel 5.8. Funding Gap... V5 Tabel 6.1 Capaian Strategis Air limbah 1...VI Tabel 6.2 Capaian Strategis Air Limbah 2...VI4 Tabel 6. Capaian Strategis Air limbah...vi5 Tabel 6.4 Capaian Strategis Air limbah 4...VI6 Tabel 6.5. Capaian Kegiatan Air Limbah Domestik 1...VI7 Tabel 6.6. Capaian Kegiatan Air Limbah Domestik 2...VI7 Tabel 6.7. Capaian Kegiatan Air Limbah Domestik...VI8 Tabel 6.8. Capaian Kegiatan Air Limbah Domestik 4...VI8 Tabel 6.9 Evaluasi Air Limbah Domestik 1...VI9 Tabel 6.1.Evaluasi Air Limbah Domestik 2...VI9 Tabel 6.11.Evaluasi Air Limbah Domestik...VI1 Tabel 6.12.Evaluasi Air Limbah Domestik 4...VI1 Tabel 6.1 Pelaporan Monev Implementasi SSK Sektor Air Limbah Domestik...VI11 Tabel Capaian Strategis Persampahan 1...VI12 Tabel Capaian Strategis Persampahan 2...VI1 Tabel Capaian Strategis Persampahan...VI1 Tabel Capaian Strategis Persampahan 4...VI14 Tabel Capaian Strategis Persampahan 5...VI15 Tabel Capaian Kegiatan Persampahan 1...VI16 iii

12 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Tabel 6.2. Capaian Kegiatan Persampahan 2...VI17 Tabel Capaian Kegiatan Persampahan...VI17 Tabel Capaian Kegiatan Persampahan 4...VI17 Tabel 6.2. Capaian Kegiatan Persampahan 5...VI18 Tabel Evaluasi Persampahan 1...VI19 Tabel Evaluasi Persampahan 2...VI19 Tabel Evaluasi Persampahan...VI2 Tabel Evaluasi Persampahan 4...VI2 Tabel Evaluasi Persampahan 5...VI21 Tabel Pelaporan Monev Implementasi SSK Sektor Persampahan...VI22 Tabel 6.. Capaian Strategis Drainase 1...VI2 Tabel 6.1. Capaian Strategis Drainase 2...VI2 Tabel 6.2. Capaian Kegiatan Drainase 1...VI24 Tabel 6.. Capaian Kegiatan Drainase 2...VI24 Tabel 6.4. Evaluasi Drainase 1...VI25 Tabel 6.5. Evaluasi Drainase 2...VI25 Tabel 6.6. Pelaporan Monev Implementasi SSK Sektor Drainase...VI26 iv

13 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Gambar 2.1 Peta Wilayah Kajian SSK Kabupaten Banyuwangi... II2 Gambar 2.2 PDRB per Kapita Kab. Banyuwangi II11 Gambar 2. Pertumbuhan Ekonomi Kab. Banyuwangi II12 Gambar 2.4 Rencana Struktur Ruang Kabupaten Banyuwangi... II17 Gambar 2.5 Rencana Pola Ruang Kabupaten Banyuwangi... II18 Gambar 2.6 Presentase Tempat BAB... II25 Gambar 2.7 Tempat penyaluran akhir tinja... II26 Gambar 2.8 Tangki septik terakhir dikosongkan... II26 Gambar 2.9 Layanan pengosongan tangki septik... II27 Gambar 2.1. Tanki septik suspek aman dan tidak aman... II27 Gambar 2.11 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik... II28 Gambar Peta cakupan akses dan sistem layanan air limbah domestik... II2 Gambar 2.1. Penanganan sampah rumah tangga... II Gambar Perilaku Praktik Pemilahan Sampah Rumah Tangga... II4 Gambar 2.15 Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan persampahan... II5 Gambar 2.16 Peta cakupan akses dan sistem layanan persampahan... II41 Gambar 2.17 Presentase Rumah Tangga yang Pernah Mengalami Banjir... II42 Gambar 2.18 Presentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin... II42 Gambar 2.19 Lama banjir merendam lingkungan... II4 Gambar 2.2 Lokasi Genangan di Sekitar Rumah... II4 Gambar 2.21 Kepemilikan drainase/spal... II4 Gambar Peta Lokasi Genangan Kabupaten Banyuwangi... II47 Gambar 2.2. Peta Area Beresiko Air Limbah... II52 Gambar 2.2. Peta Area Beresiko Persampahan... II57 Gambar Peta Area Beresiko Drainase... II6 Gambar.1. Zona dan Sistem Air Limbah Domestik...III5 Gambar.2. Zona dan Sistem Persampahan...III9 Gambar.2. Zona dan Sistem Drainase...III16 v

14 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Latar Belakang. Sanitasi yang baik dan layak merupakan salah satu faktor penunjang kesehatan masyarakat, akan tetapi belum seluruh stakeholder memberikan perhatian yang memadai terhadap sanitasi, baik dari kalangan pemerintah sendiri, maupun dari kalangan dunia usaha dan masyarakat, akibatnya sektor sanitasi menjadi sektor yang termasuk tertinggal jika dibandingkan dengan sektor lain di Indonesia. Berdasarkan data yang dirilis oleh UNDP dalam Asia Pacific MDGs Report 21, disampaikan bahwa akses sanitasi layak di Indonesia baru menempati angka ke 8 dari 1 negara di Asia Tenggara dan termasuk dalam kategori terlambat. Kondisi ini merupakan salah satu alasan bagi Pemerintah untuk secara nasional melaksanakan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) adalah program untuk meningkatkan dan mempercepat perencanaan dan investasi sektor sanitasi yang dilaksanakan selama periode pertama (first cycle) dan periode kedua (second cycle) Pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah mengikuti PPSP pada periode pertama yang telah menghasilkan Buku Putih Sanitasi (BPS) dan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) pada tahun 212, kemudian Memorandum Program Sanitasi (MPS) pada tahun 21. Memasuki periode kedua PPSP, pemerintah Kabupaten Banyuwangi turut serta dalam penyusunan pemutakhiran SSK pada tahun 216 ini. Dokumen SSK Pemutakhiran merupakan gabungan dari dokumen BPS, SSK dan MPS yang disusun pada periode pertama yang dimutakhirkan melalui Program PPSP Tahap II, kab/kota yang dokumen BPS, SSK dan MPS sudah habis habis masa berlakunya akan dilakukan updating/review kembali agar dapat segera diimplementasikan. Adapun dokumen perencanaan yang telah direview tersebut dinamai SSK Pemutakhiran dan disusun dalam 1 (satu) tahun anggaran saja. Strategi Sanitasi Kabupaten Banyuwangi adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat I1

15 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan kabupaten/kota yang dimaksudkan untuk memberikan arah yang jelas, tegas dan menyeluruh bagi pembangunan sanitasi Kabupaten Banyuwangi dengan tujuan agar pembangunan sanitasi dapat berlangsung secara sistematis, terintegrasi, dan berkelanjutan. Pengembangan layanan sanitasi kota harus didasari oleh suatu rencana pembangunan sanitasi jangka menengah (5 tahun) yang komp rehensif dan bersifat strategis. Rencana jangka menengah sanitasi yang juga disebut Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) itu memang dibutuhkan mengingat k abupaten/kota di Indonesia akan memerlukan waktu bertahuntahun ( multi years) untuk memiliki layanan sanitasi yang memenuhi prinsip layanan sanitasi menyeluruh. Strategi Sanitasi Kabupaten juga dibutuhkan sebagai pengikat Satuan Kerja Perangkat Daerah (SK PD) dan para pelaku pembangunan sanitasi lainnya untuk dapat terus bersinergi mengembangkan layanan sanitasi kotanya. Setelah disepakati, Strategi Sanitasi Kabupaten akan diterjemahkan ke dalam rencana tindak tahunan ( annual action plan). Isinya, informasi lebih rinci dari berbagai usulan kegiatan (program atau proyek) pengembangan layanan sanitasi kabupaten yang disusun sesuai tahun rencana pelaksanaannya. Setelah pelaksanaan program PPSP periode pertama (21 214), sudah bisa dirasakan adanya percepatan pembangunan sanitasi hal ini bisa dilihat dari capaian akses sanitasi sampai tahun 215 di tingkat nasional adalah 62,14 % (Air Limbah); 86,7% (Persampahan) dan 57,9% (Drainase). Provinsi Jawa Timur status pencapaian akses sanitasi tahun 215 sebesar 6,48%, sedangkan untuk kabupaten Banyuwangi baru mencapai 54,82%. Memasuki tahun 215, Pemerintah Indonesia telah memasuki periode RPJMN baru yang menetapkan target baru yaitu 1% ( universal access) di akhir tahun 219, yaitu 1 1 yang berupa 1% pemenuhan layanan air bersih/minum, % kawasan kumuh dan 1% layanan sanitasi dasar. Dalam upaya untuk mencapai target tersebut dirasakan pentingnya Kabupaten Banyuwangi memiliki dokumen strategi sanitasi yang berkelanjutan. Untuk itu Pokja Sanitasi Kabupaten Banyuwangi melalui Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman tahap kedua melakukan Pemutakhiran SSK pada tahun 216 ini. Pemutakhiran ini perlu dilakukan mengingat beberapa kondisi di bawah ini: I2

16 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Periode pelaksanaan yang tercantum dalam dokumen SSK telah melampaui masa berlaku atau telah kadaluarsa, yaitu lebih dari 5 tahun. Peningkatan kualitas dokumen dari SSK sebelumnya yang disebabkan oleh ketidaklengkapan data maupun akibat adanya keraguan atas validitas data yang digunakan. Adanya kebutuhan untuk mempercepat implementasi terutama terkait dengan pencapaian target Universal Access di tahun 219. Keterkaitan dokumen SSK dengan RTRW dan RPJMD adalah bahwa dokumen SSK mendukung dan mengacu pada visi dan misi pembangunan yang tertuang dalam RTRW dan RPJMD sebagaimana terlihat pada Gambar 1.1. SSK pemutakhiran Kabupaten Banyuwangi menjadi dokumen yang mengacu pada dokumen perencanaan yang disusun sebelumnya seperti RTRW (Tahun 21222), RISPAM (212) dan Masterplan Persampahan (21 5). Pemerintah Kabupaten Banyuwangi saat ini sedang menyusun RPJMD karena pergantian Kepala Daerah, sehingga diharapkan dokumen SSK pemutakhiran khusus sektor sanitasi bisa memberi masukan umpan balik (feedback) dan melengkapi penyusunan RPJMD Kabupaten Banyuwangi untuk periode Tahun Dokumen SSK pemutakhiran juga bisa menjadi salah satu acuan dalam penyusunan dokumen perencanaan lain seperti Renstra SKPD, Renja SKPD dan RPI2JM untuk sektor sanitasi. Gambar 1.1. Kedudukan Dokumen SSK dg Dok. Perencanaan lainnya Sumber: Pedoman Penyusunan SSK 216 I

17 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Posisi dokumen SSK : SSK sebagai input untuk dokumen RPJMD, RTRW, Perda BG, RPI2JM (jika SSK sudah ada sebelum dokumen perencanaan lainnya) SSK mengacu kepada dokumen RPJMD, RTRW, Perda BG, RPI2JM (jika dokumen perencanaan lainnya sudah ada sebelum SSK) Perlu sinkronisasi antara SSK dengan dokumen lainnya 1.2. Metodologi penyusunan Dokumen Pemutakhiran SSK Kabupaten Banyuwangi disusun berdasarkan karakteristik daerah dan melibatkan sebanyak mungkin pelaku dari berbagai unsur dengan tetap melibatkan peran serta masyarakat dan peraturan perundangundangan yang berlaku. Kegiatan awal yang dilaksanakan dalam tahapan penyusunan dokumen ini berupa Kick of Meeting (KoM) Pokja Sanitasi, output dari kegiatan tersebut adalah rencana kerja, jadwal, dan data sekunder yang diperlukan dalam penyusunan dokumen Pemutakhiran SSK Kabupaten Banyuwangi. Dalam penyusunan dokumen Pemutakhiran SSK terdapat 5 (lima) proses utama yang harus dilaksanakan. Proses kegiatan penyusunan dokumen Pemutakhiran SSK Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat pada gambar 1.2 berikut: Gambar 1.2. Gambar Proses penyusunan Pemutakhiran SSK Sumber :Pedoman Penyusunan Pemutakhiran SSK 216 I4

18 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Dokumen Pemutakhiran SSK pada dasarnya adalah dokumen in 1 yang terdiri atas pemutakhiran dokumen BPS, SSK dan MPS terdahulu (telah disusun sebelumnya) dengan bantuan Instrumen (MS Excel) untuk dapat mempercepat proses, baik dalam analisa penentuan zona dan sistem sanitasi sampai perencanaan sanitasi. Proses pemutakhiran SSK (dokumen in 1) yang dimaksud terdiri dari langkah langkah yang dapat diuraikan sebagai berikut: A. Pada Proses Pemutakhiran Buku Putih Sanitasi (Kondisi sanitasi kabupaten saat ini) 1. Pengumpulan Data Proses pengumpulan data yang dilakukan menggunakan berbagai teknik antara lain : a. Desk Study (kajian literatur, data sekunder) Datadata yang yang dibutuhkan adalah: literatur terdahulu (Laporan studi EHRA 212, BPS, SSK 212 dan MPS 21), dokumen perencananan Kabupaten (Dokumen RTRW, RPI2JM, RISPAM, Masterplan Persampahan, renja/renstra SKPD) atau sumber data lainnya ( website TKPK (Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, Banyuwangi/Kecamatan Dalam Angka) dan lainlain. b. Field Research (observasi dan wawancara responden), FGD (Focus Group Discussion) untuk data primer (kegiatan studi EHRA dan kajiankajian) Kajiankajian yang dilakukan adalah: Kajian peran swasta dalam penyediaan layanan sanitasi Kajian peran swasta dalam penyediaan layanan sanitasi ( Sanitation Supply Assessment) merupakan sebuah studi yang digunakan untuk mengetahui dengan jelas peta dan potensi penyedia layanan sanitasi yang ada di Kabupaten. Konsolidasi data kelembagaan terkait sanitasi Langkah ini digunakan untuk mendapatkan gambaran atau peta kondisi kelembagaan sanitasi di Kabupaten. Pemetaan ini membantu Kabupaten menilai kekuatan, kelemahan, potensi pengembangan,dan kebutuhan penguatan kelembagaan dan kebijakan guna menghasilkan suatu kerangka layanan sanitasi yang memihak masyarakat miskin, efektif, terkoordinasi dan berkelanjutan Pemetaan keuangan dan perekonomian daerah Peta keuangan dan perekonomian daerah menggambarkan kekuatan keuangan I5

19 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan dan perekonomian daerah dalam mendukung pendanaan pembangunan sanitasi di masa depan, kecenderungan dalam pembiayaan pembangunan, dan prioritas anggaran selama 5 tahun. Informasi ini diperlukan sebagai salah satu dasar utama penyusunan strategi terkait aspek keuangan. Kajian komunikasi dan media Kajian komunikasi dan media diperlukan untuk menyusun strategi kampanye dan komunikasi Kabupaten. Kegiatan ini juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana advokasi program pembangunan sanitasi di Kabupaten untuk pemangku kepentingan (stakeholder) kunci. Kajian peran swasta masyarakat Kajian ini adalah sebuah penilaian kebutuhan masyarakat tentang sanitasi yang dilakukan secara partisipatif. Selain dapat memberikan input kepada StrategiSanitasi Kabupaten, kajian untuk juga bermanfaat untuk, (i) meningkatkan kesadaran masyarakat, lakilakidan perempuan, serta pemerintah tentang kondisi dan permasalahan sanitasi, (ii) mengidentifikasi kebutuhan masyarakat, laki laki dan perempuan, kaya dan miskin, yang disertai dengan kemauan untuk berkontribusi dalam pelaksanaan program sanitasi, dan (iii) mengidentifikasi kelurahan Kajian sanitasi sekolah Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi sarana sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat sekolah di fasilitas pendidikan dasar (SD/MI). 2. Analisis Data Analisa data dilakukan setelah data sekunder maupun data primer terkumpul dan disusun dalam bentuk resume ringkasan eksekutif, yaitu hasil studi EHRA dan kajiankajian. Melakukan Analisa data dengan menggunakan instrument profil sanitasi dengan terlebih dahulu memasukkan data umum dan selanjutnya datadata sekunder meliputi: Nama desa/kel dan kecamatan seluruh kabupaten Banyuwangi Informasi umum kabupaten Data air bersih I6

20 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Data air limbah Data persampahan Data drainase Kemudian memasukan data analisa hasil studi EHRA untuk Index Resiko Sanitasi (IRS) dan mengisikan Skor Persepsi SKPD dari pokja sanitasi terkait. Dan selanjutnya melakukan pembobotan EXPOSURE (%) yaitu pembobotan untuk data sekunder, primer (IRS EHRA) dan persepsi SKPD untuk sektor air limbah, persampahan dan drainase, dan pembobotan IMPACT (%) yaitu pembobotan untuk jumlah penduduk, kepadatan penduduk, angka kemiskinan dan fungsi urban rural dari hasil kesepakat pokja maka diperoleh skor resiko sanitasi dan akan dilakukan penyesuaian oleh pokja jika diperlukan. Hasil akhir instrument profil sanitasi adalah zona dan sistem sanitasi untuk sektor air limbah, persampahan dan drainase. Setelah itu akan muncul data input planning tool yang dipakai pada instrument perencanaan sanitasi (MS EXCEL) persampahan dan drainase. untuk air limbah, B. Pada Proses Pemutakhiran SSK (Strategi Sanitasi Kota) 1. Menuliskan dan menggambarkan diagram aliran sistem sanitasi Kabupaten Banyuwangi dalam DSS (Diagram Sistem Sanitasi) untuk air limbah, persampahan dan drainase berdasarkan alirannya (mulai dari user interface sampai pada daur ulang/ pengolahan akhir), yang selanjutnya membandingkan dengan sistem ideal seharusnya yang layak untuk lingkungan dimanakah ada permasalahan sanitasi berdasarakan DSS tersebut. 2. Menyusun Kerangka kerja logis (KKL) sanitasi untuk air limbah, persampahan dan drainase. KKL terdiri atas 8 kolom diantaranya: permasalahan mendesak sanitasi, Isuisu strategis sanitasi, tujuan yang ingin dicapai yang dikaitkan dengan visi, misi sanitasi (dimana visi misi tersebut harus sejalan dengan visi misi kabupaten yang tercantum dalam RPJMD kabupaten), sasaran (hasil yang diharapkan dari suatu tujuan yang SMART), indikator (capaian Sasaran pembangunan sanitasi yang telah disepakati), Strategi (dari hasil dari SWOT berdasarkan isuisu strategis), dan terakhir adalah Indikasi program dan kegiatan. Dimana prosesnya dapat I7

21 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan disampaikan dengan langkahlangkah berikut : o Dari hasil permasalahan yang ditemukan dalam DDS masukan dalam kolom permasalahan mendesak di KKL o Mengumpulkan isuisu strategis sanitasi yang ada saat ini membuat scoring berdasarkan analisa SWOT, dari kesepakatan pokja hasil skor tertinggi dalam analisa swot masukan isiisu strategis dalam kolom KKL o Menyusun visi misi sanitasi yang sejalan dengan visimisi kabupaten yang tercantum pada dokumen perencanaan RPJMD, kemudian menyepakti tujuan sanitasi yang diharapkan baik air limbah, persampahan dan drainase, tujuan berdasarkan target RPJMN (universal acces), selanjutnya memasukkan tujuan sanitasi dalam kolom KKL. o Pada Kolom sasaran menuliskan hasil yang diharapkan dari suatu tujuan. Dengan memformulasikan sasaran secara spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan dan berjangka waktu (SMART). o Selanjutnya menuliskan indikator capaian Sasaran pembangunan sanitasi yang telah disepakati pokja sanitasi. o Selanjutnya pada kolom strategi berdasarkan analisa SWOT hasil scoring pembobotan pada hasil nilai pengurangan kekuatan kelebihan pada kemampuan internal kabupaten (Sumbu X) serta hasil nilai pengurangan peluang dan ancaman pada eksternal (sumbu Y) maka akan dihasilkan posisi sanitasi kabupaten yang digunakan untuk menentukan strategi sanitasi. o Dan terakhir menuliskan indikasi program dan kegiatan utama sanitasi yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan sanitasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Program kegiatan yang disusun ini harus selaras dengan hasil dari Instrumen Perencanaan baik air limbah, persampahan dan drainase. (Instrumen Perencanaan sebagai kontrol program kegiatan yang dihasilkan dalam KKL). Memasukan hasil indikasi program dan kegiatan dari hasil KKL dan yang sudah selaras dengan hasil dalam Instrumen Perencanaan sanitasi baik air limbah, persampahan dan drainase ke dalam tabel program kegiatan dan pendanaan. I8

22 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan C. Pada Proses Pemutakhiran MPS (Memorandum Program Sanitasi) Dokumen Memorandum Program Sanitasi merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, baik sinkronisasi dan koordinasi pada tingkat kabupaten, Provinsi maupun Kementerian/Lembaga untuk periode Jangka Menengah. Dari sisi penganggaran, dokumen ini juga memuat rancangan dan komitmen pendanaan untuk implementasinya, baik komitmen alokasi penganggaran pada tingkat kabupaten, Provinsi, Pusat maupun dari sumber pendanaan lainnya. Untuk sumber penganggaran dari sektor Pemerintah, keseluruhan komitmen dalam dokumen ini akan menjadi acuan dalam tindak lanjut melalui proses penganggaran formal tahunan. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain : Pemrograman telah mempertimbangkan komitmen bersama antara kemampuan APBD Pemda dan pendanaan Pemerintah Pusat maupun partisipasi dari sektor pendana lain yang peduli sanitasi. Program dan Anggaran untuk 5 tahun ke depan sudah diketahui, sehingga perencanaan lebih optimal dan matang. Memorandum program investasi kabupaten/kota merupakan rekapitulasi dari semua dokumen perencanaan sanitasi dan telah disusun dengan mempertimbangkan kemampuan kabupaten dari aspek teknis, biaya dan waktu. Memorandum program investasi dilengkapi dengan kesepakatan pendanaan yang diwujudkan melalui persetujuan dan tanda tangan dari Bupati / Gubernur selaku kepala daerah. Program investasi sektor Sanitasi telah disusun berdasarkan prioritas untuk memenuhi sasaran dan rencana pembangunan kabupaten. Proses penyusunan rencana program investasi telah ditekankan aspek keterpaduan antara pengembangan wilayah/ kawasan dengan pengembangan sektor bidang yang terkait kesanitasian, yang mencakup: Koordinasi Pengaturan, Integrasi Perencanaan, dan Sinkronisasi Program berdasarkan Skala Prioritas tertentu atau yang ditetapkan yang paling sesuai dalam rangka menjawab tantangan pembangunan. I9

23 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Begitupun untuk Proses pemutakhiran MPS adalah sama dengan MPS sebelumnya, yang mana hasil akhir dalam kegiatannya adalah kesepakatan pendanaan program kegiatan sanitasi baik pendanaan indikasi dari pemerintah, Swasta (sumb ersumber pendanaan potensial) dan masyarakat. Pada indikasi pendanaan pemerintah melakukan pembahasan pada SKPD Terkait, dengan berbekal dari program kegiatan yang telah tersusun dari hasil KKL yang sudah selaras dengan instrumen perencanaa dan dimasukkan dalam tabel program kegiatan dan pendanaan sanitasi, selanjutnya pokja melakukan kegiatan sinkronisasi konsolidasi pendanaan dengan melakukan kegiatan antara lain: 1. Internalisasi adalah kegiatan konsolidasi dan sinkronisasi program kegiatan dan pendanaan di tingkat kabupaten/kota. 2. Eksternalisasi adalah kegiatan konsolidasi dan sinkronisasi program kegiatan dan pendanaan di tingkat provinsi dan pusat melalui kegiatan Lokakarya. 1.. Dasar Hukum Landasan hukum yang digunakan dalam kegiatan Penyusunan Dokumen SSK Pemutakhiran Kab. Banyuwangi, Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun 216 adalah sebagai berikut: I. UndangUndang 1. UU No. 11 Tahun 1974 Tentang Irigasi 2. UU No. 25 Tahun 24 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. UU No. 17 Tahun 27 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) UU No. 26 Tahun 27 tentang Penataan Ruang 5. UU No. 18 Tahun 28 tentang Pengelolaan Sampah 6. UU No. 25 Tahun 29 tentang Pelayanan Publik 7. UU No. 6 Tahun 29 tentang Kesehatan 8. UU No. 2 Tahun 29 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 9. UU No. 1 Tahun 211 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman 1.UU No. 2 Tahun 214 tentang Pemerintahan Daerah I1

24 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan II. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 1. PP No. 2 Tahun 199 Tentang Pengendalian Pencemaran Air. 2. PP No. 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.. PP No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. 4. PP No. 82 Tahun 21 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 5. PP No. 65 Tahun 25 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan SPM. 6. PP No. 42 Tahun 28 tentang PSDA 7. PP No. 8 Tahun 211 tentang Sungai. 8. PP No. 27 Tahun 212 tentang Ijin Lingkungan. 9. PP No. 81 Tahun 212 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. 1. PP No. 122 Tahun 215 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. III. Peraturan Presiden Republik Indonesia 1. Perpres No. 29 Tahun 29 tentang Pemberian Jaminan dan Subsidi Bunga Oleh Pemerintah Pusat Dalam Rangka Percepatan Penyediaan Air Minum. 2. Perpres No. 185 Tahun 214 tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi.. Perpres No. 2 Tahun 215 tentang RPJMN Perpres No. 12 Tahun 215 tentang Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 215 Nomor 1). IV. Keputusan Presiden Republik Indonesia 1. Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 2 Tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. 2. Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 22 Tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 21 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air I11

25 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan V. Peraturan Menteri Republik Indonesia 1. Permenkes No. 416/1992 Tentang Persyaratan dan Pengawasan Kualitas Air. 2. Permenkes No. 472/1996 Tentang Pengamanan bahan berbahaya bagi kesehatan.. Permen PU No. 494/PRT/M/25 tentang Kebijakan Nasional Strategi Pengembangan (KNSP) Perumahan dan Permukiman. 4. Permen LH No. 11/26 tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL 5. Permen PU No. 2/PRT/M/26 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan (KSNP) Sistem Penyediaan Air Minum. 6. Permen PU No. 21/PRT/M/26 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan (KSNPSPP) Sistem Pengelolaan Persampahan. 7. Permen PU No. 1/PRT/M/28 tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang PU Wajib dilengkapi dengan UPL dan UKL. 8. Permen PU No. 16/PRT/M/28 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman. 9. Permen LH No. 1/21 tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air. 1. Permen LH No. 1/212 Tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse dan Recycle melalui Bank Sampah. 11. Permen PU No. 19/PRT/M/212 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Sekitar TPA Sampah. 12. Permen PU No. /PRT/M/21 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. 1. Permen PU No. 1/PRT/M/214 tentang SPM Bidang PU dan Penataan Ruang. 14. Permen PU No. 12/214 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan. 15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 1.1/PRT/M/215 tentang Renstra Kementerian PUPR. I12

26 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Permen Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi No. 1/215 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak AsalUsul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa. 17. Permendagri No. 18/216 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 217. VI. Keputusan Menteri Republik Indonesia 1. Kepmen LH No. 5/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih. 2. Kepmen Kesehatan No. 876 Tahun 21 Tentang Pedoman Teknis ADKL (Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan).. Kepmen LH No. 112 Tahun 2 tentang Baku Mutu air Limbah Domestik. 4. Kepmen LH No. 114 Tahun 2 tentang Penetapan Kelas Air. 5. Kepmen Kesehatan No. 288/Menkes/SK/III/2 Tentang Penyehatan Sarana dan bangunan umum. 6. Kepmen Kesehatan No. 125/Menkes/Per/X/24 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA). 7. Kepmen Kesehatan No. 852/MENKES/SK/IX/28 Tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). VII. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur 1. Perda Jatim No. 8 Tahun 28 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di Provinsi Jawa Timur. 2. Perda Jatim No. 4 Tahun 21 tentang Pengelolaan Sampah Regional.. Perda Jatim No. Tahun 214 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun Perda Jatim No. 1 Tahun 215 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 216. I1

27 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan VIII. Peraturan dan Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Timur 1. Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 61 tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Rumah Sakit. 2. Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 29 Tahun 2 tentang Tata Cara Permohonan Izin Pembuangan Limbah Cair ke SumberSumber Air di Provinsi Jawa Timur.. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 21 tentang Baku Mutu Air Limbah bagi Industri dan kegiatan lainnya (Baku Mutu Air Limbah Domestik, dll). 4. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 6 Tahun 215 tentang Pedoman Kerja dan Pelaksanaan Tugas Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 7 Tahun 215 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/2/KPTS/1/216 tentang Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah Provinsi Jawa Timur. 7. Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/42/KPTS/1/216 tentang Kelompok Kerja Sanitasi dan Air Minum Provinsi Jawa Timur Tahun 216. IX. Perda dan Keputusan Bupati Banyuwangi 1. Perda Kab. Banyuwangi No. 21/1989 tentang Pembuangan & Pengangkutan Sampah. 2. Perda Kab. Banyuwangi No. /211 Tentang Pengendalian Pencemaran Air.. Perda Kab. Banyuwangi No. 4/211 Tentang Penerapan Amdal, UKL/UPL bagi Usaha dan/atau Kegiatan. 4. Perda Kab. Banyuwangi No. 12/211 Tentang Retribusi Jasa Umum. 5. Perda Kab. Banyuwangi No. 15/211 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun Perda Kab. Banyuwangi No. 8/212 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun I14

28 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Perda Kab. Banyuwangi No. 9/21 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. 8. SK Bupati Banyuwangi Nomor 188/286/KEP/429.11/212 tentang Pokja Sanitasi Kabupaten Banyuwangi 9. SK Bupati Banyuwangi Nomor 188/482/KEP/429.11/214 tentang Kawasan Kumuh Perkotaan di Kabupaten Banyuwangi 1.4. Sistematika Penulisan Dokumen ini terdiri dari 6 bab dengan isi sebagai berikut: Bab 1 Bab II Bab III Bab IV Bab V Bab VI Berisi Pendahuluan. Terdiri dari Latar belakang, metodologi, dasar hukum dan sistematika penulisan Berisi Profil Sanitasi saat ini yang terdiri dari Gambaran Umum wilayah, Kemajuan Pelaksanaan SSK, Profil Sanitasi saat ini, serta Area Beresiko dan Permasalahanan Mendesak Sanitasi Berisi Kerangka Pengembangan Sanitasi yang terdiri dari Visi dan misi Sanitasi, Pentahapan Pengembangan Sanitasi (Tahapan, Tujuan dan Sasaran, dan Skenario Pencapaian), serta Kemampuan Pendanaan Sanitasi Daerah Berisi Strategi Pengembangan Sanitasi yang akan membahas Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik, Pengelolaan Persampahan, Drainase Perkotaan Berisi Program, Kegiatan dan Indikasi Pendanaan Sanitasi. Terdiri dari Ringkasan, Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi Dengan Sumber Pendanaan Pemerintah, Kebutuhan Biaya Pengembangan Sanitasi Dengan Sumber Pendanaan Non Pemerintah, Serta Antisipasi Funding Gap Berisi Monitoring dan Evaluasi Capaian SSK I15

29 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Gambaran Wilayah Geografis dan Administratif Wilayah Banyuwangi adalah The Sun Rise of Java, karena lokasinya yang berada di paling ujung timur pulau Jawa. Banyuwangi memiliki tiga obyek wisata internasional karena daya tariknya yang cukup eksotis, yaitu Pantai Plengkung, Kawah Ijen dan Pantai Sukamade, yang terkenal dengan Diamond Triangle. Berdasarkan garis batas koordinatnya, posisi Kabupaten Banyuwangi terletak diantara Lintang Selatan dan Bujur Timur.Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung timur pulau jawa atau di ujung timur Provinsi Jawa Timur, berbatasan langsung dengan Selat Bali. Luas Wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah 5.782,5 km2 atau Ha, yang merupakan daerah kawasan hutan sekitar 1,72%, persawahan sekitar 11,44%, perkebunan sekitar 14,21%, permukiman sekitar 22,4%. Adapun sisanya sekitar 2,6 % dipergunakan untuk berbagai manfaat fasilitas umum dan fasilitas sosial seperti jalan, ruang terbuka hijau, ladang, tambak dan lainlainnya. Selain penggunaan luas daerah yang demikian itu, Kabupaten Banyuwangi memiliki panjang garis pantai sekitar 175,8 km, serta serta pulaupulau kecil sebanyak 1 buah. Seluruh wilayah tersebut telah memberikan manfaat besar bagi kemajuan ekonomi. Kabupaten Banyuwangi memiliki batasbatas administratif sebagai berikut : Sebelah utara : Kabupaten Situbondo Sebelah timur : Selat Bali Sebelah selatan : Samudera Indonesia Sebelah barat : Kab. Jember dan Bondowoso Wilayah kajian SSK Pemutakhiran Kabupaten Banyuwangi tahun 216 dapat dilihat pada Peta yang disajikan pada Gambar 2.1. yang meliputi seluruh wilayah administrasi Kabupaten Banyuwngi yang terdiri dari 24 kecamatan dengan 217 desa/kelurahan, serta meliputi 76 dusun, RW sebanyak dan terdapat RT. Wilayah kajian dijelaskan juga secara detail pada Tabel 2.1 Nama dan Luas Wilayah per Kecamatan serta Jumlah Des/Kelurahan. II1

30 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Sumber : RTRW Kab. Banyuwangi Gambar 2.1 Peta Wilayah Kajian SSK Kabupaten Banyuwangi II2

31 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Tabel 2.1 Nama dan Luas Wilayah per Kecamatan serta Jumlah Desa/Kelurahan No Kecamatan 1 Pesanggaran 2 Siliragung Bangorejo 4 Purwoharjo 5 Tegaldlimo 6 Muncar 7 Cluring 8 Gambiran 9 Tegalsari 1 Glenmore 11 Kalibaru 12 Genteng 1 Srono 14 Rogojampi 15 Kabat 16 Singojuruh 17 Sempu 18 Songgon 19 Glagah 2 Licin 21 Banyuwangi 22 Giri 2 Kalipuro 24 Wongsorejo Jumlah Desa/ Kelurahan 5/ 5/ 7/ 8/ 9/ 1 / 9/ 6/ 6/ 7/ 6/ 5/ 1 / 18 / 16 / 11 / 7/ 9/ 8/2 8/ / 18 2/4 5/4 12 / 189/28 Dusun/ Lingkungan RW 15 / 17 / 22 / 29 / 26 / 28 / / 25 / 17 / 8 / 2 / 28 / 4 / 77 / 6 / 52 / / 49 / 25/9 7/ / 45 1/12 19/14 / 76/ Luas RT Kecamatan (Ha) % Luas 1,9% 1,6% 2,4%,5% 2,2% 2,5% 1,7% 1,2% 1,1% 7,% 7,% 1,4% 1,7% 1,8% 1,9% 1,%,% 5,2% 1,% 2,9%,5%,4% 5,4% 8,% 1,% Sumber : Bagian Pemerintahan Setda Kabupaten Banyuwangi dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuwangi Kecamatan yang paling luas wilayahnya adalah Kecamatan Tegaldlimo dengan luas Ha atau 2,2% dari luas wilayah seluruh kabupaten Banyuwangi. Sedangkan kecamatan Giri paling kecil luas wilayahnya yaitu 2.11 Ha atau hanya,4% dari seluruh wilayah kebupaten Banyuwangi. Kepadatan penduduk yang sebenarnya adalah jumlah jiwa yang bertempat tinggal di wilayah area terbangun, yang hanya meliputi Ha atau 4,81 % dari luas wilayah administratif kabupaten Banyuwangi. II

32 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Tabel 2. 2 Luas Administrasi dan Luas Wilayah Terbangun Saat Ini Jumlah No Nama Kecamatan Desa/ Kelurahan 1 Pesanggaran 2 Siliragung Bangorejo 4 Purwoharjo 5 Tegaldlimo 6 Muncar 7 Cluring 8 Gambiran 9 Tegalsari 1 Glenmore 11 Kalibaru 12 Genteng 1 Srono 14 Rogojampi 15 Kabat 16 Singojuruh 17 Sempu 18 Songgon 19 Glagah 2 Licin 21 Banyuwangi 22 Giri 2 Kalipuro 24 Wongsorejo Jumlah/Total Luas Wilayah Administrasi (%) thd total (Ha) administrasi ,88% ,65% ,8% 2.,46% ,19% ,5% ,69% ,15% ,1% ,% ,% ,42% ,74% 1.2 1,77% ,86% ,4% 17.48,2%.184 5,22% ,% ,9%.1,52% 2.11,7% 1. 5,6% ,4% ,% Terbangun (%) thd total (Ha) administrasi 1.688,29% 1.446,25% 2.157,7% 1.684,29% 1.821,1% 1.767,1% 1.91,24% 1.19,2% 1.261,22% 1.22,21% 84,15% 1.46,25% 1.564,27% 871,15% 489,8% 75,6% 1.74,% 748,1% 44,6%,5% 87,14% 224,4% 94,16% 1.44,2% ,81% Sumber : RTRW, Banyuwangi Dalam Angka 215 (BPS) dan analisa pokja Sanitasi Kabupaten Banyuwangi. II4

33 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Geohidrologi Beberapa sungai besar maupun kecil yang melintas Kabupaten Banyuwangi mulai bagian utara ke selatan sehingga merupakan daerah yang cocok pertanian lahan basah, yaitu meliputi : 1. Sungai Bajulmati (2 km), melewati Kecamatan Wongsorejo. 2. Sungai Selogiri (6,17 km), melewati Kecamatan Kalipuro.. Sungai Ketapang (1,26 km), melewati Kecamatan Kalipuro. 4. Sungai Sukowidi (15,826 km), melewati Kecamatan Kalipuro. 5. Sungai Bendo (15,826 km), melewati Kecamatan Glagah. 6. Sungai Sobo (1,818 km), melewati Kecamatan Banyuwangi dan Glagah. 7. Sungai Pakis (7,4 km), melewati Kecamatan Banyuwangi. 8. Sungai Tambong (24,47 km), melewati Kecamatan Glagah dan Kabat. 9. Sungai Binau (21,279 km), melewati Kecamatan Rogojampi. 1. Sungai Bomo (7,417 km), melewati Kecamatan Rogojampi. Sungai ini merupakan perbatasan antara Kecamatan Rogojampi dengan Kecamatan Srono dan Muncar. 11. Sungai Setail (7,5 km), melewati Kecamatan Gambiran, Purwoharjo dan Muncar. 12. Sungai Porolinggo (,7 km), melewati Kecamatan Genteng. 1. Sungai Kalibarumanis (18 km), melewati Kecamatan Kalibaru dan Glenmore. 14. Sungai Wagud (14,6 km), melewati Kecamatan Genteng, Cluring dan Muncar. 15. Sungai Karangtambak (25 km), melewati Kecamatan Pesanggaran. 16. Sungai Bango (18 km), melewati Kecamatan Bangorejo dan Pesanggaran. 17. Sungai Baru (8,7 km), melewati Kecamatan Kalibaru dan Pesanggaran Kependudukan Dengan mengetahui aspek penduduk yang terdiri dari jumlah penduduk, kepadatan dan pertumbuhan penduduk, maka prakiraan jumlah dan pertumbuhan penduduk, prakiraan kebutuhan fasilitas dan utilitas penduduk dapat diketahui. Sumber utama data kependudukan adalah Sensus Penduduk yang dilaksanakan terakhir pada tahun 21, jumlah penduduk Kabupaten Banyuwangi tahun 216 sebesar jiwa (dari hasil proyeksi Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuwangi). Kepadatan penduduk Kabupaten Banyuwangi pada tahun 216 sebesar 71 jiwa/ha area terbangun. Kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Kabat (142 jiwa/ha) dan kepadatan terendah berada di Kecamatan Bangorejo (28 jiwa/ha). Data kependudukan selengkapnya untuk saat ini dan proyeksinya 5 tahun ke depan, dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel. 2.4 berikut ini. II5

34 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Tabel 2. Jumlah Penduduk dan KK Saat Ini dan Proyeksinya untuk 5 tahun Kode No Wila Nama Kecamatan yah PURWOHARJO BANGOREJO 5 4 TEGALDLIMO TEGALSARI GAMBIRAN 1 8 GLENMORE 11 9 KALIBARU 12 1 GENTENG 1 11 SRONO ROGOJAMPI 15 1 KABAT SINGOJURUH SEMPU SONGGON GLAGAH LICIN Total KK Perdesaan WONGSOREJO Perkotaan KALIPURO BANYUWANGI GIRI Jiwa MUNCAR 7 6 CLURING KK Sumber: Data & Proyeksi BPS, analisa Pokja Kab. Banyuwangi, 216 II Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK PESANGGARAN Jiwa 221 KK KK 22 Total Tahun Jiwa 2 11 SILIRAGUNG Jiwa Wilayah Perkotaan Tahun Jiwa KK Jiwa KK Jumlah Penduduk (jiwa) Wilayah Perdesaan Tahun Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK KK Jiwa KK

35 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Tabel 2.4 Tingkat Pertumbuhan Penduduk & Kepadatan Saat Ini dan Proyeksinya untuk 5 tahun No Kode Wila yah Nama Kecamatan PESANGGARAN SILIRAGUNG BANGOREJO PURWOHARJO TEGALDLIMO MUNCAR CLURING GAMBIRAN TEGALSARI GLENMORE KALIBARU GENTENG SRONO ROGOJAMPI KABAT SINGOJURUH SEMPU SONGGON GLAGAH LICIN BANYUWANGI GIRI KALIPURO WONGSOREJO 216,17,17,16,11,18,44,21,1,1,24,46,29,25,29,45,4,14,5,4,42,,54 1,58,68 Tingkat Pertumbuhan (%) Tahun ,24,24,24,24,24,24,24,24,2,2,2,2,18,18,18,18,25,25,25,25,5,49,49,49,29,28,28,28,8,8,8,8,8,8,8,8,1,1,1,1,5,52,52,52,6,6,6,6,2,2,2,2,6,6,6,6,52,52,51,51,11,11,11,11,22,22,22,21,5,5,5,5,49,48,48,48,49,49,48,48,7,7,7,7,6,6,59,59 1,56 1,54 1,52 1,49,74,7,7,72 221,24,24,2,18,25,49,28,7,7,1,52,6,1,6,51,11,21,5,48,48,6,59 1,47,72 Sumber: RTRW, Data & Proyeksi BPS, analisa Pokja Kab. Banyuwangi, 216 II7 Kepadatan Penduduk (orang/ha luas terbangun) Tahun

36 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Pendidikan Kebutuhan hidup yang paling penting bagi setiap orang berupa pendidikan, kesehatan dan kemampuan untuk memenuhi kebu tuhan hidupnya dengan baik. Apabila ketiga kebutuhan yang dimaksud dapat terpenuhi, maka dapat terwujud kesejahteraan bagi masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya kualitas sumber daya manusia, hidup sehat berumurpanjang serta meningkatnya pendapatan dan juga daya beli masyarakat itu sendiri. Program pendidikan dasar atau sering disebut dengan Program Wajib Belajar Sembilan Tahun, secara kelembagaan di Kabupaten Banyuwangi dapat dikategorikan memadai, karena seluruh kecamatan di Kabupaten Banyuwangi sudah mempunyai SD & SLTP. Bahkan minimal ada satu SLTP berstatus negeri. Tabel 2.5 Banyaknya Fasilitas Pendidikan Menurut Kecamatan Kecamatan Jumlah Sekolah TK SD MI SMP MTs SMA SMK MA Pesanggaran Siliragung Bangorejo Purwoharjo Tegaldlimo Muncar Cluring Gambiran Tegalsari Glenmore Kalibaru Genteng Srono Rogojampi Kabat Singojuruh Sempu Songgon Glagah Banyuwangi Giri Kalipuro Wongsorejo JUMLAH : Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Banyuwangi, Licin II8

37 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Kesehatan Padatahun 216 Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mempunyai fasilitas kesehatan berupa Lembaga Rumah Sakit, Puskesmas serta Puskesmas Keliling dengan jumlah dan keberadaannya sudah relatif mencukupi terhadap jumlah dan persebaran penduduk. Kecuali yang perlu mendapat perhatian dibeberapa kecamatan yang terletak di kawasan selatan Kabupaten Banyuwangi perlu didirikan fasilitas kesehatan yang berupa Rumah Sakit. Dikawasan ini untuk bisa mengakses fasilitas kesehatan yang berupa rumah sakit mempunyai kendala jarak yang relatif jauh. Puskesmas Rawat Inap terdekat masih dengan peralatan yang terbatas. Tabel 2.6 Banyaknya Fasilitas Kesehatan Menurut Kecamatan Sumber : Banyuwangi Dalam Angka, 215 II9

38 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Sosial Masyarakat Di Kabupaten Banyuwangi, masalah kemiskinan masih cukup mendominasi. Angka kemiskinan di Kabupaten Banyuwangi memang mengalami penurunan. Tetapi, jumlah penduduk yang terkatagori miskin masih cukup besar. Tabel 2.7: Jumlah Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Banyuwangi No Kecamatan Pesanggaran Siliragung Bangorejo Purwoharjo Tegaldlimo Muncar Cluring Gambiran Tegalsari Glenmore Kalibaru Genteng Srono Rogojampi Kabat Singojuruh Sempu Songgon Glagah Licin Banyuwangi Giri Kalipuro Wongsorejo Jumlah/Total Jumlah Keluarga Miskin (KK) Sumber : TKPK (Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan), Banyuwangikab.go.id, Perekonomian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui perkembangan perekonomian di suatu daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada periode saat ini, sedang PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. II1

39 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Tabel 2.8 PDRB ADHB dan ADHK Kab. Banyuwangi Tabel 2.9 Inflasi Kab. Banyuwangi Tabel 2.8 menunjukkan peningkatan produk domestik regional bruto (PDRB) daerah. Diakhir 211 PDRB ADHB Banyuwangi Rp 6,95 triliun, jumlah itu terus meningkat Rp 42,11 triliun pada akhir 212, meningkat Rp 47,24 triliun pada akhir 21 dan naik lagi menjadi Rp 5,7 triliun di akhir 214. Sedangkan capaian PDRB ADHK di akhir 211 sebesar Rp 4,72 triliun, meningkat Rp 7,24 triliun di akhir tahun 212, meningkat Rp 9,65 triliun di akhir 21 dan naik lagi menjadi 41,99 di akhir 214. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada periode saat ini, sedang PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. Tabel 2.9 menunjukkan bahwa Banyuwangi pada tahun 215 mengalami inflasi sebesar 2,15%, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 6,59% maupun dibandingkan dengan inflasi Jawa Timur dan Nasional sebesar,8% dan,5%. Gbr. 2.2 PDRB per Kapita Kab. Banyuwangi Capaian indikator PDRB per kapita Kabupaten Banyuwangi mengalami peningkatan setiap tahunnya, tahun 211 sebesar Rp 2,58 juta, tahun 212 sebesar Rp 26,74 juta, tahun 21 meningkat menjadi Rp 29,85 juta dan tahun 214 meningkat menjadi Rp,61 juta. II11

40 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Gbr. 2. Pertumbuhan Ekonomi Kab. Banyuwangi Meskipun PDRB Perkapita mengalami kenaikan setiap tahunnya, Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Banyuwangi justru fluktuatif dan cenderung menurun, tahun 211 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi sebesar 6,95%, mengalami peningkatan pada tahun 212 menjadi 7,24%,di tahun 21 mengalami penurunan menjadi sebesar 6,48%, di tahun 214 capaian pertumbuhan ekonomi sebesar 5,91% dan tahun 215 naik kembali menjadi sebesar 6,1% Kelembagaan Pemerintah Daerah Guna mewujudkan competent dan professional aparatur pemerintah daerah (good governance and clean government), guna peningkatan kualitas pelayanan publik dan sebagai pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 27 tentang Organisasi Perangkat Daerah dan seiring dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 27 tentang Kewenangan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten /Kota, telah ditetapkan Susunan Organisasi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam Peraturan Daerah Kab. Banyuwangi Nomor 6 Tahun 211 dengan susunan sebagai berikut : Struktur organisasi pemerintah daerah Kabupaten Banyuwangi 1. Sekretaris Daerah 2. Asisten Pemerintahan a. Bagian Hukum Sub Bagian Peraturan PerundangUndangan Sub Bagian Bantuan Hukum Sub Bagian Dokumentasi Dan Informasi Hukum b. Bagian Pemerintahan Sub Bagian Pemerintahan Umum Sub Bagian Pemerintahan Desa Sub Bagian Kerjasama Pemerintahan II12

41 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan c. Bagian Organisasi Sub Bagian Kelembagaan Sub Bagian Tata Laksana Sub Bagian Kinerja. Asisten Administrasi Perekonomian dan Pembangunan a. Bagian Perekonomian b. Bagian Kesejahteraan Masyarakat c. Bagian Humas, 4. Asisten Administrasi umum a. Bagian Perlengkapan b. Bagian Umum c. Bagian Protokol DinasDinas/Badan/Kantor 1. Dinas Pendidikan, 2. Dinas Pemuda dan Olah Raga. Dinas Pertanian, Kehutanan, Perkebunan 4. Dinas Peternakan 5. Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang 6. Dinas Pekerjaan Umum Pengairan 7. Dinas Kebersihan dan Pertamanan 8. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pertambangan 9. Dinas Koperasi dan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, Menengah) 1. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika 11. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi 12. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 1. Dinas Kelautan dan Perikanan 14. Dinas Kesehatan 15. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipi 16. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah 17. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 18. Badan Kepegawaian dan Diklat 19. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik 2. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Daerah 21. Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB 22. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu 2. Badan Lingkungan Hidup 24. Kantor Ketahanan Pangan 25. Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi 26. Rumah Sakit Umum Daerah II1

42 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Tata Ruang Wilayah Berdasarkan amanat UndangUndang No. 26 Tahun 27 tentang Penataan Ruang, Kabupaten Banyuwangi wajib menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuwangi yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 8 Tahun 212 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuwangi. Strategi pengembangan untuk pengarahan struktur permukiman pusat perkotaan secara berhirarki dilakukan melalui : 1. Meningkatkan peran perkotaan Banyuwangi sebagai Pusat Kegiatan Wilayah dan peningkatan peran ibu kota kecamatan/pusatpusat pelanyanan untuk menunjang kegiatan skala Lokal. a) PKW Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah kawasan perkotaan yang menjadi pusat pertumbuhan dan pelayanan satu atau beberapa kabupaten. Wilayah yang akan dikembangkan sebagai PKW adakah Kawasan Perkotaan Banyuwangi. b) PKL Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah kawasan perkotaan yang menjadi pusat regional skala kabupaten dan menjadi kutub pertumbuhan utama pada beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. Wilayah yang dikembangkan sebagai PKL adalah: kawasan perkotaan Genteng, Ronggojampi dan Muncar. c) PKLp Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) adalah kawasan perkotaan yang nantinya akan dikembangkan sebagai pusat pelayanan untuk beberapa kecamatan. Wilayah yang dikembangkan sebagai PKLp adalah: Kalipuro, Wongsorejo dan Bangorejo d) PPK Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa. Wilayah yang dikembangkan sebagai PPK Kalibaru, Singojuruh, Srono, Pesanggaran, Purwoharjo, Tegaldlimo, Cluring, Glenmore, Kabat, Sempu, Songgon, Glagah, Wongsorejo, Giri, Tegalsari, Licin dan Siliragung. 2. Mengembangkan Cluster Wilayah di Kabupaten Banyuwangi berdasarkan potensi dan arahan pengembangan, yaitu : a) Cluster Banyuwangi Utara yang meliputi Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Giri, Licin, dan Glagah. Pusat pelayanan dan pertumbuhan di cluster ini adalah Kota Banyuwangi. Fungsi Kegiatan : Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan Perikanan Peternakan II14

43 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan b) Cluster Banyuwangi Tengah Timur yang meliputi Kecamatan Songgon, Kabat, Singojuruh, Srono, Muncar, dan Cluring, dengan Kecamatan Rogojampi sebagai pusat pelayanan dan pertumbuhan. Fungsi Kegiatan : Pertanian tanaman pangan Perikanan Peternakan Perkebunan Industri Pendidikan Kawasan Lindung Bandar Udara c) Cluster Banyuwangi Tengah Barat yang meliputi Kecamatan Kalibaru, Glenmore, Tegalsari, dan Gambiran dengan Kecamatan Genteng sebagai pusat pelayanan dan pertumbuhan. Fungsi Kegiatan : Pertanian tanaman pangan Peternakan Perkebunan Pariwisata Industri Kecil Kawasan Lindung d) Cluster Banyuwangi Selatan yang meliputi Kecamatan Pesanggaran, Siliragung, dan Tegaldlimo, dengan Kecamatan Bangorejo sebagai pusat pelayanan dan pertumbuhan. Fungsi Kegiatan : Pertanian tanaman pangan Perikanan Perkebunan Pariwisata Industri Kecil Kawasan Lindung. Mendorong pertumbuhan wilayah ke arah Selatan dan Barat Kabupaten Banyuwangi. Dalam penyusunan dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK), beberapa yang perlu diperhatikan dari RTRW Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut: a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Banyuwangi (KSK) yang didasari sudut kepentingan: i. Pertahanan keamanan ii. Ekonomi II15

44 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Lingkungan hidup i v. Sosial budaya v. Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi b. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup: i. Arahan pengembangan pola ruang: ii. Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya iii. Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH. iv. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, Rusunawa, maupun Agropolitan. c. Ketentuan zonasi bagi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta Karya yang harus diperhatikan mencakup ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung, kawasan budidaya, sistem perkotaan, dan jaringan prasarana. d. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya i ii. Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) diperlukan sebagai dasar pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya. Pada pembangunan infrastruktur skala kawasan, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya diarahkan pada lokasi KSK, dan diharapkan keterpaduan pembangunan dapat terwujud. Tabel 2.1 memaparkan identifikasi arahan RTRW Kabupaten Banyuwangi untuk Bidang Cipta Karya. Tabel 2.1 Arahan RTRW Kabupaten Banyuwangi untuk Bidang Cipta Karya ARAHAN POLA RUANG Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya (Kawasan Peruntukan Hutan Produksi, Kawasan Hutan Rakyat, Kawasan Peruntukan Pertanian, Kawasan Peruntukan Perkebunan, Kawasan Peruntukan Peternakan, Kawasan Peruntukan Perikanan, Kawasan Peruntukan Pertambangan, Kawasan Peruntukan Industri, Kawasan Peruntukan Pariwisata, Kawasan Peruntukan Permukiman, Kawasan Eksploitasi Sumberdaya Air dan Mineral, Kawasan Ruang Terbuka Hijau) Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung (Kawasan yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya, Kawasan Perlindungan Setempat, Kawasan Pelestarian Alam dan Cagar Budaya, Kawasan Rawan Bencana Alam) Sumber : RTRW Kabupaten Banyuwangi ARAHAN STRUKTUR RUANG Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Energi Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Sumberdaya Air, SumberSumber Air Baku dan jaringan Air Baku Wilayah, Sistem Jaringan Irigasi, sungai danau, waduk, DAS/Wilayah Sungai dan lainnya Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Lingkungan (Rencana Sistem Persampahan, Rencana Sistem Sanitasi Lingkungan, Rencana Sistem Pengembangan Kebutuhan Air Bersih) II16

45 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Sumber : RTRW Kabupaten Banyuwangi Gambar 2.4 Rencana Struktur Ruang Kabupaten Banyuwangi II17

46 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Sumber : RTRW Kab. Banyuwangi Gambar 2.5 Rencana Pola Ruang Kabupaten Banyuwangi II18

47 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal. Batas wilayah kota di Kabupaten Banyuwangi masih mengacu pada Perda No 12 Tahun 1988 tentang Batas Wilayah Kota yang terdiri dari 18 kecamatan. Sejak Tahun 25, wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Banyuwangi bertambah dari 21 kecamatan menjadi 24 kecamatan. Oleh karena itu, perlu dilakukan peninjauan kembali terhadap perda batas wilayah kota yang ada saat ini. Pada Tabel 2.11 di bawah ini, disajikan desadesa yang diperkirakan masuk dalam batas wilayah kota. Namun demikian batas wilayah kota sebaiknya tidak menggunakan batas administrasi tetapi batas fisik. Rekomendasi di bawah ini didasarkan pada kondisi lahan terbangun, tingkat perkembangan maupun jumlah penduduk. Tabel 2.11 Deleniasi Batas Wilayah Kota Kabupaten Banyuwangi NO KECAMATAN WILAYAH PERKOTAAN 1 2 Pesanggaran Bangorejo Pesanggaran, Sumbermulyo, Bangorejo, Sukorejo, Sambirejo, Kebundalem, Ringintelu Bulurejo, Purwoharjo, Purwoharjo 4 Tegaldlimo 5 Muncar 6 Cluring Tampo, Benculuk, Cluring 7 Gambiran Jajag, Wringinagung 8 Glenmore 9 Kalibaru Karangharjo, Sepanjang, Tegalharjo Kalibaru Kulon, Kalibaru Wetan 1 Genteng 11 Srono Kendalrejo, Kedungasri, Kedungwungu, Tegaldlimo, Wringinpitu, Kedunggebang Kedungrejo, Tembokrejo, Blambangan Kembiritan, Gentengwetan, Genteng Kulon, Setail Kebaman, Sukonatar WILAYAH PEDESAAN Sumberagung, Sarongan, Kandangan Temurejo, Sambemulyo, Ringintelu Grajagan, Sumbersari, Glagahagung, Karetan, Sidorejo, Kradenan Purwoasri, Purwoagung, Kalipait Sumberberas, Sumbersewu, Tapanrejo, Wringinputih, Tambakrejo, Kedungringin, Kumendung Sembulung, Plampangrejo, Kaliploso, Tamanagung, Sraten, Sarimulyo Purwodadi, Wringinrejo, Gambiran, Yosomulyo Tulungrejo, Sumbergondo, Bumiharjo, Margomulyo Kebunrejo, Kalibarumanis, Banyuanyar, Kajarharjo Kaligondo Sumbersari, Kepundungan, Bangorejo, Rejoagung, Wonosobo, Sukomaju, Parijatah Wetan, Parijatah Kulon II19

48 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan NO KECAMATAN WILAYAH PERKOTAAN WILAYAH PEDESAAN Rogojampi, Pengantigan, Lemahbangdewo, Kedaleman, Kaotan, Karangbendo, Gitik Labanasem, Pakistaji, Kedayunan, Kabat Watukebo, Blimbingsari, Bubuk, Aliyan, Gladag, Mangir, Gintangan, Kaligung, Bomo, Karangrejo, Patoman, Bareng, Bunder, Gombolirang, Benelan Lor, Badean, Sukojati, Pondoknongko, Dadapan, Macanputih, Tambong, Pendarungan, Kalirejo Gambor, Lemahbang Kulon, Kemiren, Sumberbaru 12 Rogojampi 1 Kabat 14 Singojuruh 15 Sempu Singojuruh, Alas Malang, Benelan Kidul, Singolatren, Padang, Cantuk, Gumirih Sempu, Gendoh 16 Songgon Songgon, Parangharjo 17 Glagah 18 Banyuwangi 19 Giri 2 Kalipuro Glagah, Olehsari, Rejosari, Kemiren Pakis, Sumberejo, Sobo, Kebalenan, Tamanbaru, Penganjuran, Tukangkayu, Kertosari, Karangrejo, Kepatihan, Panderejo, Singonegaran, Temenggungan, Kampung Melayu, Kampung Mandar, Lateng, Singotrunan, Pengantigan Boyolangu, Majopanggung, Penataban, Giri Kalipuro, Klatak, Ketapang 21 Wongsorejo Alas Buluh, Wongsorejo 22 Tegalsari Dasri, Tamansari 2 Licin Licin Siliragung Kesilir, Siliragung, Buluagung Sumber : RTRW Kab. Banyuwangi Jambewangi, Karangsari, Temuguruh, Temuasri, Tegalarum Bedewang, Balak, Bangunsari, Sragi, Sumberarum, Sumberbulu, Bayu Paspan, Tamansuruh, Kenjo, Bakungan, Banjarsari, Kampunganyar Jambesari, Grogol Bulusari, Pesucen, Telemung, Kelir, Ketapang, Gombengsari, Bulusan Bangsring, Bengkak, Alasrejo, Sumberkencono, Sidowangi, Sidodadi, Bajulmati, Watukebo, Sumberanyar, Bimorejo Karangdoro, Karangmulyo, Tegalsari, Tegalrejo Pakel, Kiuncing, Segobang, Jelun, Gumuk, Banjar, Tamansari Barurejo, Seneporejo Kemajuan Pelaksanaan SSK Pelaksanaan SSK periode sebelumnya perlu dilakukan evaluasi atau pemantauan kembali agar diketahui seberapa besar perubahan kemajuan pelaksanaannya. Subsektor sanitasi yang menjadi fokus evaluasi kemajuan antara lain II2

49 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan air limbah domestik, persampahan, dan drainase. Tujuan dan sasaran SSK tetap mengacu pada SSK periode sebelumnya. Kemajuan pelaksanaan SSK dilihat dari indikator data dasar periode sebelumnya disandingkan dengan data dasar SSK saat ini. Sehingga diperoleh suatu perbandingan data dasar untuk menentukan indikator keberhasilan program yang telah berjalan. Kemajuan pelaksanaan masingmasing subsektor tersebut adalah sebagai berikut : Air Limbah Domestik Tujuan pengelolaan air limbah pada SSK periode sebelumnya adalah Mewujudkan pengembangan air limbah domestik yang berkualitas melalui penyediaan sarana dan prasarana air limbah, melalui optimalisasi peran serta masyarakat yang berwawasan lingkungan. Sasaran pengelolaan air limbah berdasarkan SSK periode sebelumnya adalah : 1. Menyusun Masterplan Sistem Pengelolaan Air Limbah pada tahun Meningkatnya cakupan kepemilikan jamban keluarga dengan penggunaan tangki septik dari 5,85% menjadi 6% pada akhir tahun 217. Melaksanakan rehabilitasi dan pembangunan IPAL Puskesmas (rawat inap) sebesar 1% pada tahun Meningkatnya jumlah dan cakupan layanan pengelolaan air limbah secara komunal dari 1,18% menjadi 15% di wilayah padat kumuh miskin kabupaten di akhir tahun Tersedia dan berfungsinya IPAL Komunal untuk industri rumah tangga sebanyak menjadi unit pada akhir tahun Meningkatkan sarana sanitasi sekolah di semua tingkatan pada tahun 217 Limbah rumah tangga adalah seluruh limbah, baik berbentuk cair, gas akibat pembakaran maupun padat, akibat aktivitas seharihari dalam kehidupan rumah tangga. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 17/Menkes/Per/VIII/77 Bab I pasal 1 butir j, menyebutkan bahwa buangan rumah tangga adalah buangan yang berasal bukan dari industri, melainkan berasal dari rumah tangga, kantor, hotel, restoran, tempat ibadah, tempat hiburan, pasar dan pertokoan serta rumah sakit. Sedangkan limbah domestik mencakup seluruh limbah rumah tangga yang dibuang ke dalam saluran/daerah pembuangan, termasuk limbah sejumlah besar industri kecil yang sulit diidentifikasi dan dihitung secara terpisah. II21

50 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Tabel 2.12 Kemajuan Pelaksanaan SSK untuk Air Limbah Domestik Tujuan (1) Mewujudkan pengembangan air limbah domestik yang berkualitas melalui penyediaan sarana dan prasarana air limbah, melalui optimalisasi peran serta masyarakat yang berwawasan lingkungan. SSK Sasaran (2) Menyusun Masterplan Sistem Pengelolaan Air Limbah pada tahun 214 Meningkatnya cakupan kepemilikan jamban keluarga dengan penggunaan tangki septik dari 5,85% menjadi 6% pada akhir tahun 217 Melaksanakan rehabilitasi dan pembangunan IPAL Puskesmas (rawat inap) sebesar 1% pada tahun 217 Meningkatnya jumlah dan cakupan layanan pengelolaan air limbah secara komunal dari 1,18% menjadi 15% di wilayah padat kumuh miskin kabupaten di akhir tahun 217 Tersedia dan berfungsinya IPAL Komunal untuk industri rumah tangga menjadi unit pada akhir tahun 217 Meningkatkan sarana sanitasi sekolah di semua tingkatan pada tahun 217 Data dasar* () Kab. Banyuwangi belum memiliki Masterplan Air Limbah Data Dinkes, akses JSP= 5,85% SSK (saat ini) Status saat ini (4) Usulan Program T.A. 217 Data Dinkes, akses JSP = 57,66 % (per Maret 216 ) Jumlah Puskesmas Rawat Inap = 16 Jumlah Puskesmas Rawat Inap = 16 Jumlah IPAL = Jumlah IPAL = 1 DAK SLBM= 16 lokasi Belum ada IPAL, Sanimas= lokasi komunal berupa MCK+ Dana APBD=1 lokasi DAK BLH 216=2 lokasi 1,18% ( > 15%) IPAL Industri Tahu/tempe ada unit (tahun 212) IPAL Industri Tahu/tempe ada 5 unit (tahun 21) DAK BLH 216 : Belum ada IPAL di Pembangunan IPAL sekolah sekolah Adiwiyata Sumber : Analisa Pokja Sanitasi Kabupaten Banyuwangi Persampahan Tujuan pengelolaan persampahan pada SSK periode sebelumnya adalah Mewujudkan lingkungan yang sehat, nyaman dan bersih di Kabupaten Banyuwangi melalui peningkatan kualitas dan kuantitas pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat yang berwawasan lingkungan. Sasaran pengelolaan persampahan berdasarkan SSK periode sebelumnya adalah : II22

51 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Menyusun Masterplan pengelolaan persampahan pada tahun Meningkatnya cakupan layanan pengelolaan persampahan dari 15,51% menjadi 4% pada tahun 217. Terwujudnya pengurangan sampah sebesar 25% di Tahun 217 melalui program R Penanganan masalah persampahan pada kenyataannya dari tahun ke tahun selalu meningkat volumenya namun disisi lain sarana dan prasarana yang ada masih dirasakan kurang. Daerahdaerah yang berpotensi sebagai penghasil sampah seperti pasar, terminal, dan pemukiman padat penduduk merupakan prioritas utama Dinas Kebersihan dan Pertamanan pada saat ini. Oleh karena itu perlu ditingkatkan kampanye mengenai R di masyarakat, sehingga penanganan sampah domestik dapat dimaksimalkan di tingkat rumah tangga sehingga mengurangi timbulan/volume sampah yang masuk ke TPA dan pencemaran lingkungan hunian karena pembuangan sampah. Inisiatif yang dilakukan SKPD dalam meningkatkan kualitas pelayanan dalam penangan sampah : dibentuknya dasawisma di setiap kelurahan untuk memilah sampah, dibentuknya THL (Tenaga Harian Lepas) sebagai pesapon jalan, dibentuknya bank sampah, dilakukan penyuluhanpenyuluhan di desa, sekolahsekolah dan ibuibu PKK dan lainlain. Tabel 2.1 Kemajuan Pelaksanaan SSK untuk Persampahan Tujuan (1) Mewujudkan lingkungan yang sehat, nyaman dan bersih di Kabupaten Banyuwangi melalui peningkatan kualitas dan kuantitas pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat yang berwawasan lingkungan SSK Sasaran (2) Menyusun Masterplan pengelolaan persampahan pada tahun 214 Meningkatnya cakupan layanan pengelolaan persampahan dari 15,51% menjadi 4% pada tahun 217 Terwujudnya pengurangan sampah sebesar 25% di Tahun 217 melalui program R Data dasar* () Kab. Banyuwangi belum memiliki Masterplan Persampahan SSK (saat ini) Status saat ini (4) Memiliki Masterplan Persampahan (PTMP 215) Cakupan Layanan 15,51% Cakupan Layanan 4,5% (per Maret 216 ) Belum ada fasilitas TPS R TPS R (214, 215, 216) Sumber : Analisa Pokja Sanitasi Kabupaten Banyuwangi Drainase Perkotaan Tujuan pengelolaan sistem drainase perkotaan pada SSK periode sebelumnya adalah Meningkatkan Iingkungan yang sehat dan bersih di Kabupaten Banyuwangi melalui penyediaan sarana dan prasarana drainase. Sasaran pengelolaan drainase perkotaan berdasarkan SSK periode sebelumnya adalah : II2

52 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Tersedianya 2 dokumen perencanaan sistem drainase kabupaten yang terintegrasi di akhir tahun Terciptanya lingkungan yang bebas banjir dan genangan air pada tahun 217 dengan memprioritaskan penanganan di wilayah permukiman. Sistem drainase di Kota Banyuwangi sudah cukup tersedia pada ruas jalan utama di kota maupun di unit lingkungan permukiman dan juga didukung oleh beberapa sungai besar yang melintasi kawasan perkotaan yaitu Sungai Elo, Sungai Sobo dan beberapa anak sungai yang berfungsi sebagai pemutusan atau saluran pembuang dari jaringan drainase perkotaan. Pada kenyatannya dilapangan daerah banjir/genangan air di beberapa lokasi yang cukup luas, hal ini menunjukkan bahwa sistem jaringan drainase di Kota Banyuwangi masih belum berfungsi secara maksimal. Tabel 2.14 Kemajuan Pelaksanaan SSK untuk Drainase Perkotaan SSK Tujuan Sasaran (1) (2) Meningkatkan Tersedianya 2 dokumen Iingkungan yang sehat perencanaan sistem dan bersih di Kabupaten drainase kabupaten yang Banyuwangi melalui terintegrasi di akhir tahun penyediaan sarana dan 214 prasarana drainase Terciptanya lingkungan yang bebas banjir dan genangan air pada tahun 217 dengan memprioritaskan penanganan di wilayah permukiman Data dasar* () Memiliki 1 dok perencanaan sistem drainase (Kota Banyuwangi) SSK (saat ini) Status saat ini (4) Memiliki 4 dok perencanaan sistem drainase (Kota Banyuwangi, Genteng, Rogojampi, Ketapang) Studi Ehra 212:,7% mengalami banjir sekali dalam setahun. Studi Ehra 216: 2% mengalami banjir sekali dalam setahun. Sumber : Analisa Pokja Sanitasi Kabupaten Banyuwangi 2. Profil Sanitasi Saat Ini 2..1 Air Limbah Domestik Laporan Akses Kemajuan (stbmindonesia.org), akses jamban di Kabupaten Banyuwangi mencapai 7,67% dari jumlah rumah tangga yang ada, meskipun demikian adanya kebiasaan sebagian masyarakat yang memanfaatkan sungai sebagai tempat mandi, cuci dan kakus, menjadi permasalahan yang harus segera ditangani untuk menghindari permasalahan lingkungan nantinya. Secara umum yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan sistem air limbah domestik adalah diantaranya tempat yang dituju untuk membuang kotoran (Buang Air II24

53 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Besar). Praktik Buang Air Besar (BAB) di tempat yang tidak memadai adalah salah satu faktor resiko turunnya status kesehatan masyarakat. Selain mencemari tanah, praktik semacam itu dapat pula mencemari air tanah sebagai sumber air minum. Yang dimaksud tidak memadai di sini adalah tempat pembuangan tinja di tempat yang tidak selayaknya yaitu di selokan, sungai atau kebun, tetapi juga sarana seperti jamban yang tidak nyaman dan tidak mempunyai saluran pembuangan dan tempat penampungannya yang tidak kedap air dan berjarak terlalu dekat dengan sumber air. Hal ini merupakan bagian dari sitem air limbah (black water) karena mencakup fasilitas jamban yang tersedia, penggunaan, pemeliharaan dan kondisinya. Karena informasi tentang jenis jamban rumah tangga didapatkan melalui wawancara, maka terbuka kemungkinan adanya salah persepsi tentang jenis jamban yang dimiliki, khususnya bila dikaitkan dengan sarana penyimpanan atau pengolahan. Responden seringkali mengklaim bahwa yang dimiliki adalah tangki septik, padahal yang dimaksud adalah tangki yang kedap air atau cubluk yang tidak kedap air dan dapat merembes ke tanah sehingga akan mencemari air tanah. Maka dari itu, berdasarkan studi EHRA diajukan beberapa pertanyaan yang mengindikasikan keamanan tangki septik yang dimiliki responden yang berhubungan dengan lama waktu pengurasan tangki, mulai kapan tangki septik itu dibangun dan pernah/tidaknya mengosongkan/menguras tangki septik tersebut. Berdasarkan hasil study EHRA 216 dapat diketahui persentase pembuangan air kotor/ limbah tinja manusia dan lumpur tinja di Kabupaten Banyuwangi sesuai dengan Gambar 2.6 Presentase Tempat BAB Dari Gambar 2.6 diatas dapat diketahui bahwa kondisi umum di Kabupaten Banyuwangi masyarakatnya sudah membuang kotorannya di jamban pribadi sebanyak 75%, namun masih ada sebagian kecil yang BAB di tempat terbuka seperti di WC helikopter di empang/kolam, sungai, kebun maupun parit. Ada juga anggota keluarga dewasa yang BAB di tempat lainnya. Setelah ditelusuri, yang BAB di tempat lainnya ini adalah orang orang dewasa yang BAB di jamban namun masih milik orang lain / tetangga dan bukan merupakan MCK Umum (Numpang jamban milik orang lain). II25

54 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Gambar 2.7 Tempat penyaluran akhir tinja Dari Gambar 2.7 diatas diketahui bahwa sebagian besar masyarakat Kabupaten Banyuwangi sudah mengelola buangan akhir kotorannya secara baik yaitu di tangki septik sebanyak 62%. Yang menyalurkan pembuangan di cubluk sebanyak 11% responden dan 18% tidak tahu. Tetapi masih ada sebagian kecil yang belum mengelola buangan akhir tinjanya dengan baik yaitu dengan dibuang di saluran drainase, pipa sewer, sungai, dan kolam kebun. Gambar 2.8 Tangki septik terakhir dikosongkan Tangki septik yang sudah dibangun masyarakat Kabupaten Banyuwangi masih jarang yang sudah terisi sampai penuh, hal ini terbukti dari jawaban kuesioner waktu terakhir pengosongan tangki septik responden yang mana kebanyakan responden menjawab tidak pernah mengosongkan tangki septiknya yaitu sebanyak 8% dari responden yang mempunyai septik tank. Sedangkan lainnya pernah mengosongkan septik tank yaitu selama 12 bulan lalu, 15 tahun lalu, >5 1 tahun lalu, > 1 tahun lalu, dan tidak tahu berapa lama waktu pengosongan septik tank yang ia miliki. Sedangkan untuk layanan pengosongan tangki septik, ada sebagian responden yang sudah pernah mengosongkan tangki septiknya namun banyak yang tidak tahu siapa yang mengosongkan/menguras tangki septik ini. Ada juga responden yang membayar tukang untuk mengosongkan tangki septiknya yaitu sebanyak 12% II26

55 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan responden, mengosongkan sendiri 9% responden dan yang menggunakan layanan sedot tinja 12% responden (gambar 2.9). Gambar 2.9 Layanan pengosongan tangki septik Gambar 2.1. Tanki septik suspek aman dan tidak aman Berdasarkan Gambar 2.1 di Kabupaten Banyuwangi persentase tangki septik yang aman adalah 45,5% sedangkan sisanya tangki septik tidak aman sebesar 54,5%. Tabel Area Berisiko Air Limbah Berdasarkan Hasil Studi EHRA n 2.1 Tangki septik suspek aman 2.2 Pencemaran karena pembuangan isi tangki septik 2. Pencemaran karena SPAL Tidak aman Suspek aman Total % Tidak, aman Ya, aman Tidak aman Ya, aman II27

56 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Hasil studi EHRA seperti pada Tabel 2.15, area beresiko air limbah di Kabupaten Banyuwangi dari segi tangki septik suspek tidak aman sebesar 45,5%, pencemaran karena pembuangan isi tangki septik tidak aman sebesar 88,1%, dan pencemaran karena SPAL sebesar 52,% Sistem dan Infrastruktur Sistem air limbah eksisting yang ada di Kabupaten Banyuwangi serta jenis infrastruktur yang telah dibangun disajikan dalam bentuk gambar DSS dan tabulasi berikut ini. Dari gambar 2.11/tabel 2.16 ini dapat dilihat bahwa masih ada aliran air limbah yang mencemari lingkungan, yaitu Aliran air limbah AL 46 karena air limbah tidak melalui pemrosesan terlebih dahulu sebelum masuk ke bidang resap/air tanah/badan air, diantaranya pembuangan black water di sungai, WC helicopter, di tanah/kebun, sungai/laut dan sebagainya. Ada juga yang sudah memiliki jamban pribadi, tetapi melalui perpipaan, blackwater langsung dibuang ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu, jadi masih termasuk kategori buang air besar sembarangan (BABs). Tabel 2.16 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik Pengumpulan dan Daur Ulang dan Penampungan / Pengangkutan (Semi) Pengolahan Input User Interface /Pembuangan Penampungan /Pengaliran Akhir Terpusat akhir Awal Jamban pribadi Tangki Septik Truk Tinja IPLT Black Water: MCK Umum Tangki Septik Truk Tinja IPLT Jamban pribadi Perpipaan IPAL Komunal Grey Jamban pribadi Cubluk Tanah/Kebun Water: Jamban pribadi sungai WC Helikopter Sungai/laut Sumber : Dinas PU BCT, DKP (216) Kode/Nama Aliran Aliran Limbah AL1 Aliran Limbah AL2 Aliran Limbah AL Aliran Limbah AL4 Aliran Limbah AL5 Aliran Limbah AL6 Sedangkan data layanan air limbah domestik disajikan pada Tabel 2.17 dan Peta cakupan akses dan sistem layanan air limbah domestik disajikan pada Gambar II28

57 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Sumber : Dinas PU BCT, DKP (216) Gambar 2.11 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik II29

58 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Dari tabel Cakupan Layanan Air Limbah Domestik saat ini, yang juga dapat dilihat pada gambar 2.12 terlihat bahwa di kabupaten Banyuwangi sampai saat ini belum ada kecamatan yang sudah ODF (Open Defecation Free) atau bebas BABS, walaupun sudah ada deklarasi ODF di tingkat desa/kelurahan. Total KK yang BABS sebanyak 1.77 KK, sedangkan pemakaian jamban didominasi oleh jamban pribadi dengan tangki septik selain itu juga sudah memanfaatkan sistem offsite yang berupa IPAL komunal yang berada di wilayah perkotaan. Kondisi sarana dan prasarana air limbah domestik dapat dilihat pada Tabel 2.18, dapat diketahui bahwa sebagian besar kondisi prasarana dan sarana pengelolaan air limbah domestik berfungsi dengan baik. Jumlah MCK++ dari program DakSLBM ada 9 dan berfungsi dengan baik. Jumlah IPAL komunal ada 4 unit dan semuanya berfungsi dengan baik. Kabupaten Banyuwangi juga sudah mempunyai IPLT yang dibangun pada tahun 1991 dengan kapasitas m/hari, berfungsi tetapi kurang maksimal, sehingga perlu dilakukan optimalisasi IPLT. Tabel 2.18 Kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik No Jenis (i) (ii) Satuan (iii) Kondisi Jumlah/ Kapasitas Berfungsi (iv) (v) Tidak berfungsi (vi) 9 2 Keterangan (vii) SPAL Setempat (Sistem Onsite) 1 Berbasis komunal MCK Komunal unit 2. Truk Tinja unit IPLT : kapasitas M/hari SPAL Terpusat (Sistem Offsite) 1 2 Berbasis komunal Tangki septik komunal unit >1KK IPAL Komunal unit 4 IPAL Kawasan/Terpusat kapasitas sistem Sumber : Dinas PU BCT, DKP (216) M/hari DAKSLBM Sanimas, 1 APBD II

59 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Tabel 2.17 Cakupan Layanan Air Limbah Domestik saat ini di Kabupaten Banyuwangi Akses Layak (KK) OnSite Jumlah No Nama Kecamatan Penduduk (KK) (i) OffSite Akses Dasar (KK) Tangki Tangki Septik Septik IPAL IPAL MCK*** IPAL Kota Individual Komunal Komunal Kawasan belum (>1KK) aman** (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) (xi) PESANGGARAN SILIRAGUNG BANGOREJO PURWOHARJO TEGALDLIMO MUNCAR CLURING GAMBIRAN TEGALSARI GLENMORE KALIBARU GENTENG SRONO ROGOJAMPI KABAT SINGOJURUH SEMPU SONGGON GLAGAH LICIN BANYUWANGI GIRI KALIPURO WONGSOREJO Sumber : danpokja analisa Pokja Sanitasi Kab.Banyuwangi, 216 Sumber : dan analisa Sanitasi Kab.Banyuwangi, 216 Tangki Tangki Septik Septik Komunal Individual (< 1KK) II1 Cubluk (xii) BABs (KK)* (xiii)

60 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan IPLT (Kel. Kertosari) Sumber : Analisa Pokja Sanitasi, 216 Gambar Peta cakupan akses dan sistem layanan air limbah domestik II2

61 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Kelembagaan dan Peraturan Kegiatan pengelolaan dan pengendalian air limbah baik yang ditimbulkan oleh kegiatan industri maupun kegiatan rumah tangga di Kabupaten Banyuwangi merupakan tanggung jawab dari Pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang dikelola oleh Badan Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan dan Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga & Cipta Karya Kabupaten Banyuwangi, namun kerjasama tetap diperlukan dengan instansi lain seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda). Pengelolaan air limbah domestik khususnya lumpur tinja di Kabupaten Banyuwangi dilakukan oleh Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT) yang berada di bawah naungan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Banyuwangi. Mekanisme kerja dalam penanganan Air Limbah sesuai dengan Tupoksi masingmasing yaitu Kajian dan Studi (BAPPEDA); Pelaksanaan Fisik (DPU BCT, DKP, BLH) dan Sosialisasi PHBS/STBM (Dinas Kesehatan). Aspek peraturan merupakan kebijakan yang dijadikan dasar hukum dalam pengelolaan air limbah. Landasan hukum pengelolaan air limbah di Kabupaten Banyuwangi menggunakan peraturan pemerintah pusat/daerah yaitu : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 21 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; 2. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Permenkes No. tahun 214 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat 4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/28 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman; 5. Permenkes No. 416/1992 Tentang Persyaratan dan Pengawasan Kualitas Air 6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 852/MENKES/SK/IX/28 Tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) 7. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik 8. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 21 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik 9. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 8 Tahun 28 tentang Pengelolaan Kualitas Air & Pengendalian Pencemaran Air di Provinsi Jawa Timur; 1. Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 61 tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Rumah Sakit; 11. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor Tahun 211 tentang Pengendalian Pencemaran Air. II

62 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Persampahan Di Kabupaten Banyuwangi, permasalahan persampahan merupakan salah satu prioritas yang harus dicermati dalam pembangunan. Persampahan merupakan permasalahan yang kompleks dimana untuk dapat mengatasinya, maka diperlukan suatu penanganan secara menyeluruh serta harus terus diupayakan suatu koordinasi terkait antar satuan kerja. Untuk penanganan permasalahan persampahan yang ada di wilayah administratif Kabupaten Banyuwangi merupakan tanggungjawab dari Pemerintah dalam hal ini melalui Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP). Masyarakat terlibat aktif pada penyuluhanpenyuluhan di desa, sekolahsekolah dan ibuibu PKK. Selain itu terdapat pula, program dasawisma di setiap kelurahan untuk memilah sampah dan bank sampah. Sistem pewadahan sampah menggunakan tong sampah, ban bekas, pasangan bata, keranjang sampah, bak sampah drum yang disediakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan, pengelola pasar, dan masyarakat. Sampah dari sumber sampah biasanya ditampung menggunakan bak sampah, kemudian dikumpulkan dengan sarana gerobak untuk dibuang ke TPS. Pengumpulan dikoordinir oleh organisasi masyarakat setempat misal RT/RW, maupun hanya mengangkut sampah dipinggir jalan untuk langsung dibuang ke TPA. Pengomposan dilakukan untuk mengurangi volume sampah organik yang masuk ke TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) di TPS dan DEPO. Pemrosesan akhir di TPA yang masih aktif dipakai adalah TPA Bulusan di Kelurahan Kalipuro seluas 1,5Ha. Hasil studi EHRA 216 pengelolaan sampah rumah tangga di Kabupaten Banyuwangi disajikan pada Gambar 2.1. Cara pengelolaan sampah di Kabupaten Banyuwangi yang tidak memadai sebesar 76% (dibakar 57%, dibuang ke sungai/kali 1%, dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup tanah 6%), sedangkan yang memadai sebesar 24% (dikumpulkan/dibuang ke TPS 1%, dibuang ke lahan kosong/dibiarkan membusuk 6%, dibuang ke dalam lubang dan ditutup tanah %, sisanya dikumpulkan kolektor informal yang mendaur ulang sebanyak 2%.) Gambar 2.1. Penanganan sampah rumah tangga II4

63 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Gambar Perilaku Praktik Pemilahan Sampah Rumah Tangga Perilaku pemilahan sampah oleh rumah tangga di Kabupaten Banyuwangi ditunjukkan pada Gambar 2.14, sebanyak 22,2% melakukan pemilahan sampah sedangkan 77,8% tidak melakukan pemilahan sampah sebelum dilakukan pengolahan lebih lanjut. Tabel Area Berisiko Persampahan Berdasarkan Hasil Studi EHRA.1 Pengelolaan sampah.2 Frekuensi pengangkutan sampah. Ketepatan waktu pengangkutan sampah.4 Pengolahan sampah setempat Tidak memadai Ya, memadai Tidak memadai Ya, memadai Tidak tepat waktu Ya, tepat waktu Tidak diolah Ya, diolah Kode Kelurahan/Desa n % Hasil studi EHRA seperti pada Tabel 2.19, area beresiko persampahan di Kabupaten Banyuwangi dari segi pengelolaan sampah tidak memadai sebesar 85,%, frekuensi pengangkutan sampah tidak memadai sebesar 4,8%, ketidaktepatan waktu pengangkutan sampah sebesar 7,5% dan tidak melakukan pengolahan sampah setempat sebesar 82,2%. Sistem dan Infrastruktur Sistem persampahan yang ada di Kabupaten Banyuwangi serta jenis dan jumlah infrastruktur yang telah dibangun disajikan dalam bentuk Gambar DSS (Gambar 2.15), dan Tabel 2.2 Timbulan Sampah per kecamatan (Tabel 2.21) dan infrastruktur II5

64 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan pengelolaan persampahan (Tabel 2.22). Tabel 2.2: Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan persampahan Input User Interface Sampah an organik Tempat sampah Pengumpulan Setempat Dasa wisma/sekolah Motor sampah Gerobak sampah Sampah tercampur Gerobak Jalan/taman Sampah Pasar Sumber : BLH, DKP (216) Tempat sampah Penampunga n setempat/ Penampunga n Awal Pengang kutan Pengolahan Antara/Akhir Pembuangan/Pem rosesan Akhir/ Daur Ulang Kode/ Nama Aliran Motor sampah Bank Sampah PS1 TPS R TPA PS2 Dump truck Container Arm roll TPA/Komposting PS6 Container Arm roll TPA/Komposting PS7 TPS TPA PS Ditimbun/dibakar Saluran/sungai PS4 PS5 Dari Tabel 2.2/Gambar 2.15 diketahui bahwa pengelolaan sampah di Kabupaten Banyuwangi sudah cukup baik, seperti terlihat pada aliran sampah PS 1,2,,6 dan 7 melalui kegiatan dasawisma/sekolah maupun TPS R; sedangkan untuk aliran sampah PS 4 dan 5 masih tidak memenuhi syarat. Tidak semua desa/kecamatan mempunyai jumlah sarana dan prasarana pengelolaan sampah yang memadai sehingga masih ada masyarakat yang membuang sampah sembarangan seperti ke saluran/sungai, dibakar, ditimbun ke tanah kosong dan ke pinggir jalan, hal ini dapat menimbulkan pencemaran tanah, air dan udara hal ini banyak dilakukan di perdesaan yang lahannya masih luas, walaupun demikian perlu dilakukan sosialisasi dan penyadaran masyarakat untuk mengelola sampahnya dengan baik supaya tidak mencemari lingkungan. Dari data Timbulan sampah per Kecamatan pada Tabel 2.21 berikut ini diketahui bahwa pengelolaan sampah di Kabupaten Banyuwangi masih perlu ditingkatkan lagi, karena dari Total timbulan sampah sebesar.59,6 m/hari, hanya sekitar 2,4% yang terangkut ke TPA yaitu sebesar 741,4 m/hari. Setelah dikurangi pengelolaan sampah mandiri di sumber (48%) dan proses R baik di ibuibu dasawisma maupun bank sampah, maka sampah yang tidak terproses sebesar 88 m/hari atau 25%. Dari 24 kecamatan yang ada di seluruh kabupaten Banyuwangi, hanya kecamatan Banyuwangi saja, yang terdiri dari 18 kelurahan, yang cakupan layanan persampahannya mencapai 1% sehingga tidak ada sampah yang tidak terproses (%). II6

65 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Sumber : BLH, DKP (216) Gambar 2.15 Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan persampahan II7

66 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Tabel 2.21: Timbulan sampah per Kecamatan Timbulan Sampah Jumlah Sampah Dikelola Mandiri Sampah Terproses R No Nama Kecamatan Penduduk di Sumber (Jiwa) (%) (i) (ii) PESANGGARAN SILIRAGUNG BANGOREJO PURWOHARJO TEGALDLIMO MUNCAR CLURING GAMBIRAN TEGALSARI GLENMORE KALIBARU GENTENG SRONO ROGOJAMPI KABAT SINGOJURUH SEMPU SONGGON GLAGAH LICIN BANYUWANGI GIRI KALIPURO WONGSOREJO Jumlah / Rata2 : (iii) (iv) 7% 8% 7% 8% 7% 1% 6% 5% 8% 7% 7% 2% 55% % 5% 7% 7% 7% % 8% % 1% 4% 6% 48% Sampah Terangkut ke TPA (m/hari) (%) (m/hari) (%) (m/hari) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) 72,7 75,8 88,8 11,5 91,5 28, 9, 62,9 79,5 14,2 9, 5,8 12,9 59,6 72,9 67, 16, 74,2 22,1 48, 6,2 7,8 98, ,1 1% 1% 1% 2% 1% 1%,25% 28, 14,6 7,4 6,2 17,7 7,8 5% % 5% 25% 4% 1% 5% 8% 7% 4% 2,4% 19,8 7,7 89,4 46,8 79,4 14,6 6,8 182,5 4,5 7,8 741,4 Sampah Tidak Terproses (%) (x) % 2% % 2% % % 4% 2% 2% % % % 2% % % % % % 1% 2% % 1% 1% 4% 25% (m/hari) (xi) Total (%) (xii) 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% 1% (m/hari) (xiii) 1,8 94,8 126,9 18,2 1,7 279,7 149,9 125,8 99, 148,9 12,9 178,8 187, 198,5 145,7 95,8 151,9 16,1 7,6 6,4 228,1 62,2 177,1 16,6.59,6 Sumber : DKP, Analisa Pokja Sanitasi 216 Sedangkan untuk kondisi sarana dan prasarana persampahan di kabupaten Banyuwangi, bahwa peralatan pengumpulan sampah setempat, TPS, pengangkutan sampah, pengolah sampah dan alat berat di TPA dalam keadaan baik. Jumlah container 8 unit, tranfer depo 9 unit, dalam kedaan baik, dapat dilihat selengkapnya di tabel 2.22 berikut ini. Walaupun secara kualitatif kondisi sarana prasarana yang ada saat ini cukup baik, tetapi dari segi kuantitatif masih sangat kurang, terutama karena Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Bulusan sudah overload, saat ini sudah dilakukan pembebasan lahan di sekitar TPA Bulusan untuk memperluas lahan TPA. II8

67 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Tabel 2.22 Kondisi Sarana Prasarana Persampahan Sistem No. Pengelolaan/ Sub Sistem (i) (ii) 1. Pengumpulan Setempat 2. Tempat Penampungan Sementara (TPS). Pengangkutan 4. Pengolahan 5. TPA Prasarana dan Sarana (iii) a. Gerobak sampah b. Becak sampah c. Gerobak Motor a. Bak Biasa b. Kontainer c. Tranfer Depo d. SPA a. Dump Truck b. Arm Roll Truck c. Truk Bak Kayu d. Mobil Pick Up a. TPS R b. Bank Sampah c. Rumah Kompos d. Incenerator 1. Pembuangan Akhir a. Alat berat b. Luas area TPA Satuan (iv) unit unit unit unit Unit Unit unit unit unit unit unit unit Unit Unit unit buah buah buah Ha Ha Ha Kapasitas per unit Jumlah Ritasi /hari Baik (v).96 m (vi) 177 (vii) 2 (viii) Baik 1 m 924m 8 m 724 m 6 m 6 m 6 m 2 m Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Kondisi Rusak Ringan (ix) Rusak Berat (x) Ket. (xi) Untuk limbah medis Baik Baik Baik Baik II9 Bulldozer Well Loader Excavator (1 Kec.)TPA Bulusan (4 Kec.)TPA Psr hewan Rgj (1 Kec.)TPA glowong, Gambiran

68 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan No. Sistem Pengelolaan/ Sub Sistem Prasarana dan Sarana 2. Pengendalian pencemaran di TPA a. Lapisan kedap air b. Perpipaan pengumpul lindi c. Instalasi pengolahan lindi Satuan Kapasitas per unit Jumlah Ritasi /hari Baik Kondisi Rusak Ringan Rusak Berat Ket. ada/tdk ada/tdk baik baik ada ada ada/tdk baik ada d. Buffer zone ada/tdk e. pipa gas metan f. Sumur monitoring g. Drainase air hujan h. composter. Sarana penunjang a. Jalan masuk b. Kantor c. Pos jaga d. Bengkel, garasi, cuci kendaraan e. Jembatan timbang ada/tdk ada/tdk ada/tdk buah ada/tdk ada/tdk ada/tdk ada/tdk ada/tdk Baik Baik baik baik baik baik baik Baik Rusak Ringan ada ada ada ada ada ada ada ada ada Tdk ada Sumber : DKP Kab. Banyuwangi, 215 II4

69 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Hasil Pemetaan Persampahan: Sistem A : Pengelolaan sampah mandiri Sistem B : Layanan langsung dan penyapuan jalan Sistem C : Layanan tidak langsung (RTTPSTPA) Sistem D : Sistem R Sumber : Analisa Pokja Sanitasi (216) Gambar 2.16 Peta cakupan akses dan sistem layanan persampahan Untuk cakupan akses dan sistem layanan persampahan pada gambar 2.16, dapat diketahui bahwa cakupan layanan yang mencapai 1% hanya di Kecamatan Banyuwangi. Selain kecamatan Banyuwangi, total hanya 1 kecamatan yang sampahnya dilayani oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) dan diangkut ke TPA Bulusan. TPS R sudah terbangun 2 unit di Kelurahan Penganjuran (Kecamatan Banyuwangi) dan Desa Tembokrejo (Kecamatan Muncar). II41

70 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Kelembagaan dan Peraturan Dalam suatu sistim pengelolaan sampah, aspek kelembagaan/ organisasi sangat penting agar sistim bisa berjalan dengan baik. Struktur organisasi harus dapat memperlihatkan secara jelas alur koordinasi baik secara vertikal maupun horizontal, kewenangan dalam penggunaan anggaran, dan tata laksana kerja harus memuat jelas fungsi dan tugas masingmasing personil. Di Kabupaten Banyuwangi, permasalahan persampahan merupakan salah satu prioritas yang harus dicermati dalam pembangunan. Persampahan merupakan permasalahan yang kompleks dimana untuk dapat mengatasinya, maka diperlukan suatu penanganan secara menyeluruh serta harus terus diupayakan suatu koordinasi terkait antar satuan kerja. Untuk penanganan permasalahan persampahan yang ada di wilayah administratif Kabupaten Banyuwangi merupakan tanggungjawab dari Pemerintah dalam hal ini melalui Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP), namun kerjasama tetap diperlukan dengan instansi lain seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kabupaten Banyuwangi baru terbentuk pada tanggal 5 September 211, karena sebelumnya masalah persampahan menjadi tugas dari bidang Kebersihan di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Banyuwangi. Mekanisme kerja dalam penanganan persampahan mencakup kegiatan Pengawasan, Bimbingan Teknis dan Penegakan Hukum, sesuai dengan Tupoksi masingmasing SKPD. Dinas Kebersihan dan Pertamanan mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kebersihan dan pertamanan, pencegahan dan penanggulangan kebakaran serta penerangan jalan. Dinas Kebersihan dan Pertamanan mempunyai fungsi: 1) Perumusan kebijakan teknis di bidang kebersihan dan pertamanan; 2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang kebersihan dan pertamanan; ) Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kebersihan dan pertamanan; 4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. Aspek peraturan merupakan kebijakan yang dijadikan dasar hukum dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Banyuwangi menggunakan peraturan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yaitu : 1. UndangUndang Nomor 1 Tahun 211 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman; 2. UndangUndang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 28 tentang Persampahan. II42

71 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 81 Tahun 212 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga; Permen PU No. /PRT/M/21 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga Permen PU No. 19/PRT/M/212 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Sekitar TPA Sampah Permen LH No. 1 Tahun 212 Tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse dan Recycle melalui Bank Sampah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/26 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan Keputusan Menteri Kesehatan No. 829/MENKES/1999 Tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No 4 Tahun 21 tentang Sampah Regional Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 9 Tahun 21 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 12 Tahun 211 Tentang Retribusi Jasa Umum Peraturan Bupati Banyuwangi, Nomor 46 Tahun 211, tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Banyuwangi; Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi, Nomor 21 Tahun 1989, tentang Pembuangan dan Pengangkutan Sampah dalam Kabupaten; 2.. Drainase Perkotaan Pada saat ini, kabupaten Banyuwangi belum memiliki Masterplan Drainase yang meliputi seluruh wilayah Kabupaten, yang ada adalah Masterplan Kota Banyuwangi 26, Masterplan. Kota Banyuwangi berada pada ketinggian tanah antara 1 meter diatas permukaan laut dan kemiringan tanahnya antara 2% 15%. Ditinjau dari kondisi fisik permukaan tanah Kota Banyuwangi kondisi daratannya bervariasi yaitu datar, landai dan bergelombang. Secara umum kondisi drainase di Kabupaten Banyuwangi terutama pada saluran drainase terbuka. Kondisinya banyak mengalami penurunan kualitas seperti terjadinya penumpukan sedimen lumpur atau sampah. Keadaan ini sangat mengkhawatirkan bagi penduduk dan pengguna jalan apabila terjadi genangan air akibat peningkatan intensitas curah hujan II4

72 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Sistem drainase yang diamati dalam EHRA di Kabupaten Banyuwangi adalah pemaparan kondisi saluran air dan kejadian banjir yang dialami rumah tangga responden di Kabupaten Banyuwangi. Hal ini penting diperhatikan karena saluran air yang tidak memadai beresiko memberi dampak berbagai penyakit. Saluran yang dimaksud dalam EHRA ini adalah saluran di sekitar rumah tangga yang digunakan untuk menyalurkan air bekas buangan penggunaan aktivitas rumah tangga (cuci piring, mencuci). Komponen yang diamati dari bagian saluran drainase ini adalah : apakah terdapat tumpukan sampah dalam saluran, lancar dan tidaknya aliran airnya. Gambar 2.17 Presentase Rumah Tangga yang Pernah Mengalami Banjir Dari Gambar 2.17 diatas diperoleh gambaran sebagian besar wilayah di Kabupaten Banyuwangi yaitu 844 responden atau 9% tidak pernah terkena banjir. Gambar 2.18 Presentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin Dari Gambar 2.18 diatas diperoleh gambaran sebagian besar wilayah di Kabupaten Banyuwangi yaitu 75% yang tidak mengalami banjir rutin. II44

73 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Gambar 2.19 Lama banjir merendam lingkungan Lama kejadian banjir di Kabupaten Banyuwangi sebagaimana terlihat Gambar 2.19, lama banjir yang lebih dari satu hari sebanyak 7%, dan 26% mengalami banjir antara 1 jam. Gambar 2.2 Lokasi Genangan di Sekitar Rumah Lokasi yang menjadi genangan akibat banjir di sekitar rumah di Kabupaten Banyuwangi sebagaimana terlihat Gambar 2.2 sebagian besar terjadi di halaman rumah yaitu sebesar 55%, dan sisanya di dekat dapur 1%, di dekat bak penampungan 12%, di kamar mandi 1% dan sisanya tidak mengetahui lokasi genangan saat terjadi banjir. Gambar 2.21 Kepemilikan drainase/spal Dari Gambar 2.21 diatas dapat diperoleh gambaran bahwa rumah tangga yang mempunyai drainase di Kabupaten Banyuwangi sebanyak sebesar 7 % dan rumah II45

74 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan tangga yang tidak mempunyai SPAL sebanyak atau sebesar 27%. Gambar di atas juga menunjukkan hasil pengamatan bahwa akibat yang ditimbulkan dari tidak adanya SPAL salah satunya adalah muncul genangan air di beberapa tempat. Tabel 2.2. Area Berisiko Drainase Berdasarkan Hasil Studi EHRA Total n % 4.1 Adanya genangan air Ada genangan air (banjir) Tidak ada genangan air Hasil studi EHRA seperti pada Tabel 2.2, area beresiko drainase di Kabupaten Banyuwangi dari segi adanya genangan air (banjir) hanya sebesar 12,8%, sedangkan 87,2% tidak ada genangan air. Lokasi Genangan dan Perkiraan Luas Genangan Kondisi yang mempengaruhi sumber daya air Kota Banyuwangi adalah Dataran Tinggi Ijen yang terdiri dari beberapa gunung tinggi, yang terletak di sebelah Utara dan Barat Laut Kota Banyuwangi. Hampir semua sungai yang mengalir kearah Kabupaten Banyuwangi berasal dari pegunungan tersebut. Jarak antara dataran tinggi Ijen yang tidak begitu jauh dari kota Banyuwangi, mengakibatkan sungaisungai tersebut mempunyai kemiringan yang tinggi. Dampak secara umum adalah debit banjir yang terjadi akan sangat besar dengan kecepatan aliran air yang besar pula. Sebaliknya, muara sungaisungai tersebut terletak di Selat Bali. Aliran sungai dipengaruhi oleh fluktuasi Muka Air Laut, sehingga aliran air tidak bisa bebas mengalir dengan sempurna. Dari kondisi yang ada pada saat ini, kondisi jaringan drainase di Kota Banyuwangi sudah cukup tersedia pada ruas jalan utama di kota maupun di unit lingkungan permukiman dan juga didukung oleh beberapa sungai besar yang melintasi kawasan perkotaan yaitu Sungai Kali Elo, Sungai Sobo dan beberapa anak sungai yang berfungsi sebagai pemutusan atau saluran pembuang dari jaringan drainase perkotaan. Pada kenyatannya dilapangan daerah banjir/genangan air di beberapa lokasi yang cukup luas, hal ini menunjukkan bahwa sistem jaringan drainase di Kota Banyuwangi masih belum berfungsi secara maksimal. Di kota Banyuwangi sudah terdapat saluran pematusan yaitu saluran primer, saluran sekunder, dan saluran tersier. II46

75 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Sumber : Data Program Kotaku, Analisa Pokja Sanitasi (216) Gambar Peta Lokasi Genangan Kabupaten Banyuwangi Dari tabel 2.24 dapat diketahui bahwa luas genangan terbesar ada di desa Sumberberas, Kecamatan Muncar yaitu 1,19 Ha. Di Kecamatan Genteng, luas genangan terbesar ada di desa Kembiritan yaitu 42, Ha., Kecamatan Kalibaru ada di desa Kebonrejo yaitu 16,4 Ha dan di Kecamatan Banyuwangi ada di Kelurahan Kepatihan 4,77 Ha. Penyebab genangan terutama karena tersumbatnya saluran drainase, dan limpasan air hujan. II47

76 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Pada Tabel 2.24 dapat dilihat beberapa lokasi genangan yang terdapat di wilayah Kabupaten Banyuwangi, yang meliputi Kecamatan Banyuwangi, Kecamatan Muncar, Kecamatan Kalibaru dan Kecamatan Genteng. Tabel 2.24 Tabel Lokasi Genangan dan Perkiraan Luas Genangan Wilayah Genangan No Lokasi Genangan Luas (Ha) Ketinggian Lama (M) (jam/ hari) Infrastruktur* Frekuensi (kali/ tahun) 1 Kel. Lateng,99 > 1x 2 Kel. Kampung mandar,97 > 1x Kel.Kepatihan 4,77 > 1x 4 Kel.Panderejo 1,92 > 1x 5 Kel. Karangrejo,6 > 1x 6 Kel.Kertosari 1,1 > 1x 7 Kel.Sumberrejo 1,26 > 1x 8 Desa Banyuanyar,82 > 1x 9 Desa Genteng kulon 8,62 > 1x 1 Desa Genteng Wetan 1,4 > 1x 11 Desa Kebonrejo 16,4 > 1x 12 Desa Kembiritan 42, > 1x 8 > 1x 14 Desa Kedungrejo 1,59 > 1x 15 Desa Kedungringin 1,77 > 1x 16 Desa Sumberberas 1,19 > 1x 17 Desa Sumbersewu 1,5 > 1x 18 Desa Tapanrejo 9,49 > 1x 19 Desa Tembokrejo 4,5 > 1x 2 Desa Wringinputih 72,95 > 1x 1 Desa Blambangan Total: Penyebab*** Saluran tersumbat, limpasan air hujan Saluran tersumbat, limpasan air hujan, Saluran tersumbat, limpasan air hujan Saluran tersumbat, limpasan air hujan Saluran tersumbat, limpasan air hujan Saluran tersumbat, limpasan air hujan Saluran tersumbat, limpasan air hujan Saluran tersumbat, limpasan air hujan Saluran tersumbat, limpasan air hujan Saluran tersumbat, limpasan air hujan Saluran tersumbat, limpasan air hujan Saluran tersumbat, limpasan air hujan Saluran tersumbat, limpasan air hujan Saluran tersumbat, limpasan air hujan Saluran tersumbat, limpasan air hujan Saluran tersumbat, limpasan air hujan Saluran tersumbat, limpasan air hujan Saluran tersumbat, limpasan air hujan Saluran tersumbat, limpasan air hujan Saluran tersumbat, limpasan air hujan Jenis Panjang saluran (m) Panjang saluran (m) Panjang saluran (m) Panjang saluran (m) Panjang saluran (m) Panjang saluran (m) Panjang saluran (m) Panjang saluran (m) Panjang saluran (m) Panjang saluran (m) Panjang saluran (m) Panjang saluran (m) Panjang saluran (m) Panjang saluran (m) Panjang saluran (m) Panjang saluran (m) Panjang saluran (m) Panjang saluran (m) Panjang saluran (m) Panjang saluran (m) 526,72 Keterang an** II48

77 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Keterangan : *) Infrastruktur dapat terdiri dari saluran drainase (primer dan sekunder) ataupun bangunan pelengkap. Infrastruktur yang terdapat di dalam kawasan genangan. **) Dapat berupa informasi terkait panjang saluran, kapasitas pompa, luas kolam retensi dll yang terdapat di dalam kawasan genangan ***) Merupakan indikasi penyebab dari timbulnya genangan. Indikasi penyebab dapat berasal dari dalam kawasan atau dapat berasal dari luar kawasan namun masih dalam satu sistem drainase. Sistem dan Infrastruktur Dalam Studi Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Kabupaten Banyuwangi Tahun 212 disebutkan bahwa langkah langkah yang perlu dilakukan dalam pengembangan sistem drainase di kawasan Kabupaten Banyuwangi adalah: 1. Pembangunan dan peningkatan saluran drainase kawasan perkotaan Kabupaten pada kawasan permukiman, kawasan perumahan dan kawasan sekitar pasar tradisonal. 2. Pembangunan dan peningkatan saluran drainase kanan kiri jalan pada ruas jalan nasional, provinsi dan kabupaten. Normalisasi saluran primer 4. Normalisasi saluran sekunder yang berada di kawasan perkotaan 5. Perlu adanya koordinasi dengan wilayah sekitar kawasan rencana untuk pembuatan sistem drainase yang terpadu untuk menghindari timbulnya genangan air atau banjir di daerah hilir. 6. Menetapkan garis sempadan yang jelas untuk setiap sungai dan waduk/dam: 7. Sungai besar sekitar 5 1 meter di kiri dan kanan berupa jalur hijau. 8. Sungai kecil sekitar 5 15 meter di kiri dan kanan berupa jalur hijau. 9. Sungai yang terdapat di kawasan sendiri dengan sempadan 5 1 meter berupa jalur hijau atau jalan inspeksi. 1. Penertiban dan pengendalian sungai agar tidak dijadikan tempat pembuangan sampah oleh penduduk, sehingga tidak terjadi pendangkalan dan penyempitan sungai. 11. Pembuatan jaringan drainase baru di setiap jaringan jalan, di samping tetap mempertahankan sungaisungai yang ada sebagai saluran primer dan sekunder. 12. Peningkatan dan penambahan fasilitas Sistem drainase yang ada terdiri dari : 1. Saluransaluran pematusan primer untuk mengalirkan banjir terutama di wilayah genangan air (Kecamatan Banyuwangi dan Kecamatan Giri) dan juga yang berasal dari Luar Kabupaten Banyuwangi diarahkan ke laut. 14. Pengumpulan limpasan dari area perkotaan melalui saluransaluran tersier, sekunder, dan primer dibantu oleh pompapompa drainase pada daerah yang tidak memungkinkan adanya aliran secara gravitasi. 15. Tanggul laut dengan pintupintu laut untuk mencegah arus balik di saluran pematusan primer selama pasang tinggi (di daerah pantai timur) II49

78 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Serangkaian saluransaluran irigasi primer dan sekunder dari bangunan pengatur. Saat ini saluransaluran ini memiliki fungsi ganda di musim hujan dengan menerima aliran dari saluran pematusan. 17. Pengembangan Sistem drainase internal untuk melindungi kawasan perkotaan yang rendah dari banjir lokal, yaitu dengan membangun rumahrumah pompa pematusan. Sistem Drainase di wilayah Kota Banyuwangi, bermuara pada sungai yang melintasi wilayah perkotaan, yaitu Sungai Bagong, Sungai Sobo dan Sungai Elo, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.25 Kondisi Sarana dan Prasarana Drainase Perkotaan Kab. Banyuwangi Jenis Prasarana /Sarana (ii) Saluran Primer Sungai Bagong Saluran Sekunder Jl.Kolonel Sugiono Saluran Sekunder Jl. MT. Haryono Bangunan Pelengkap Rumah Pompa Pintu Air Kolam retensi Trash rack/ saringan sampah Saluran Primer Sungai Bagong Saluran Sekunder Jl. S. Parman Saluran Sekunder Jl. Adi Sucipto Saluran Sekunder Jl. A. Yani Saluran Sekunder Jl. Sudirman Saluran Sekunder Jl. Basuki Rahmad Saluran Sekunder Jl. Yos Sudarso Bangunan Pelengkap Rumah Pompa Pintu Air Kolam retensi Trash rack/ saringan sampah Saluran Primer Sungai Sobo Saluran Sekunder Jl. Brawijaya Saluran Sekunder Jl. Gajah mada Saluran Sekunder Jl. Hayam Wuruk Saluran Sekunder Jl. Raden Wijaya Saluran Sekunder Jl. Joyoboyo Bangunan Pelengkap Rumah Pompa Pintu Air Kolam retensi Trash rack/ saringan sampah Saluran Primer Sungai Elo Saluran Sekunder Jl. Pisang Saluran Sekunder Jl. Ke arah Kel. Giri Saluran Sekunder Jl. Karangente Saluran Sekunder Jl. Ke arah Kel.Klatak Bangunan Pelengkap Rumah Pompa Pintu Air Kolam retensi Trash rack/ saringan sampah Satuan (iii) 15.6 m...m...m Bentuk Penampang Saluran* Dimensi B** Kondisi Tdk H*** Berfungsi berfungsi (iv) (v) (vi),8 ya,8 ya Frekuensi Pemeliharaan (kali/tahun) (vii) segi empat segiempat segiempat,5,5... unit... unit... unit... unit 15.6 m...m...m...m...m...m...m segiempat segiempat segiempat segiempat segiempat segiempat segiempat,8,7,8,7,8,7 1, 1, 1, 1, 1, 1, ya ya ya ya ya ya 1x 1x 1x 1x 1x 1x... unit... unit... unit... unit m...m...m...m...m...m segiempat segiempat segiempat segiempat segiempat segiempat,8,8,8,8,8,8 1, 1, 1, 1, 1, 1, ya ya ya ya ya ya 1x 1x 1x 1x 1x 1x... unit... unit... unit... unit.252 m...m...m...m...m segiempat segiempat segiempat segiempat segiempat,5,5,5,5,5,8,8,8,8,8 ya ya ya ya ya 1x 1x 1x 1x 1x unit unit unit unit Keterangan: *Bentuk penampang saluran: segi empat atau trapesium **B:: lebar dasar saluran ***H: tinggi saluran Sumber : DKP, Analisa Pokja Sanitasi Banyuwangi II5 1x 1x

79 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Kelembagaan dan Peraturan Unsur kelembagaan dan peraturan merupakan unsur yang penting dalam pengelolaan sistem drainase. Unsur kelembagaan menyangkut siapa saja pihak yang terlibat dalam pengelolaan sistem drainase. Lembaga yang terlibat dalam pengelolaan sistem drainase hanya dari instansi pemerintah. Lembaga yang terkait dengan pengelolaan drainase di Kabupaten Banyuwangi adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan dan Dinas PU Binamarga Ciptakarya dan tata Ruang. Instansi pemerintah memiliki peranan penting dalam menentukan kebijakan dan program pengembangan drainase. Landasan hukum dari pengelolaan drainase di Kabupaten Banyuwangi adalah : 1. UU No. 1 Tahun 211 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman 2. UU No. 11 Tahun 1974 Tentang Irigasi. Keputusan Presiden No. 8 Tahun 22 Tentang Perubahan atas Keputusan Presiden No. 12 Tahun 21 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air 4. Permen PU No. 12/PRT/M/214 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan 5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 5/MENLH/7/1995 Tentang Program Kali Bersih. 6. SK Bupati Banyuwangi Nomor 188/482/KEP/429.11/214 tentang Kawasan Kumuh Perkotaan di Kabupaten Banyuwangi 2.4. Area Beresiko dan Permasalahan Mendesak Area Beresiko dan Permasalahan Air Limbah Dari hasil perhitungan pada instrumen profil sanitasi diperoleh area beresiko sanitasi air limbah domestik dengan menggabungkan hasil Indeks resiko sanitasi (EHRA), persepsi SKPD dan data sekunder. Proporsi yang disepakati oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Banyuwangi untuk menentukan area beresiko air limbah domestik sebagai berikut : Data Sekunder 15% Study EHRA 7% Persepsi SKPD 15% Untuk lebih jelasnya area beresiko sanitasi sub sektor air limbah disajikan dalam bentuk gambar 2.2 dan tabel Klasifikasi area beresiko air limbah yang ditampilkan pada tabel di bawah ini adalah klasifikasi area beresiko tinggi (skor ) dan sangat tinggi (skor 4). Klasifikasi skor 1 dan skor 2 tidak dimasukkan karena masuk dalam kategori rendah dan sangat rendah atau dapat dikatakan bukan merupakan area beresiko. Berikut ini adalah area beresiko sanitasi untuk subsektor air limbah. II51

80 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Gambar 2.2. Peta Area Beresiko Air Limbah II52

81 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Tabel Area Berisiko Sanitasi Air Limbah Domestik NO. AREA BERESIKO WILAYAH PRIORITAS AIR LIMBAH BENCULUK LABANASEM GUMIRIH KECAMATAN CLURING KECAMATAN KABAT KECAMATAN SINGOJURUH SUMBERMULYO SAMBIREJO KEBONDALEM KENDALREJO KEDUNGREJO TEMBOKREJO TAMPO CLURING JAJAG DASRI KARANGHARJO SEPANJANG KALIBARU KULON KALIBARU WETAN SETAIL GENTENG KULON GENTENG WETAN KEMBIRITAN KEBAMAN PARIJATAH KULON ALIYAN ROGOJAMPI KAOTAN KARANG BENDO BENELAN KIDUL SINGOLATREN PADANG CANTUK SUMBER BARU SEMPU TEMUASRI GENDOH KECAMATAN PESANGGARAN KECAMATAN BANGOREJO BEDEWANG OLEHSARI KEMIREN LICIN KARANGREJO KAMPUNGMANDAR KETAPANG KECAMATAN SONGGON KECAMATAN GLAGAH Sumber : Instrumen Profil Sanitasi, 216 KECAMATAN TEGALDLIMO KECAMATAN MUNCAR KECAMATAN CLURING KECAMATAN GAMBIRAN KECAMATAN TEGALSARI KECAMATAN GLENMORE KECAMATAN KALIBARU KECAMATAN GENTENG KECAMATAN SRONO KECAMATAN ROGOJAMPI KECAMATAN SINGOJURUH KECAMATAN SEMPU KECAMATAN LICIN KECAMATAN BANYUWANGI KECAMATAN KALIPURO Dari gambar 2.2 dan Tabel 2.26 dapat diketahui bahwa area beresiko sangat tinggi berada di desa/kecamatan, yaitu desa Benculuk (kec. Cluring), desa Labanasem (Kec. Kabat) dan desa Gumirih (kec. Singojuruh). Sedangkan area beresiko tinggi berada di 9 desa/kel yang tersebar di 19 kecamatan yang berbeda. Untuk permasalahan mendesak air limbah domestik dapat dilihat pada Tabel II5

82 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Tabel 2.27 : Pemasalahan Mendesak Air Limbah Domestik No. Permasalahan Mendesak Aspek Teknis Jumlah KK tahun ini adalah KK. Jumlah kepemilikan jamban di Kabupaten Banyuwangi(Study EHRA 216) adalah 79% atau KK dengan rincian 75% jamban pribadi dan 4% MCK/WC umum. BABS: Sebanyak 21 % KK atau setara dengan KK (Studi EHRA, 216) Jumlah kepemilikan septic tank dan pipa sewer = 64% (1.266 KK) Artinya dari KK yang memiliki jamban pribadi dan MCK ada 7.49 KK yang tidak mempunyai septictank (Studi EHRA, 216) Sekitar 8% KK tidak pernah mengosongkan tangki septik (Studi EHRA, 216) Hanya ada 1 truk penyedot tinja milik pemda, pembuangan tinja ke IPLT, sungai atau ke tanah Kurangnya IPAL Komunal di wilayah perdesaan IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja) belum berfungsi secara optimal Aspek Non Teknis Belum mempunyai masterplan air limbah skala Kabupaten Dana APBD untuk air limbah terlalu kecil Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari masyarakat dan swasta Implementasi regulasi tentang larangan BABS belum maksimal Kurangnya kesadaran masyarakat akan pengolahan limbah domestik Masih kurangnya kegiatan komunikasi terkait pengelolaan air limbah. Sumber : Studi EHRA dan Analisa Pokja Sanitasi Banyuwangi 216 Dari tabel 2.27 di atas, permasalahan mendesak air limbah domestik, nampak bahwa masih banyak masyarakat yang melakukan praktek BABS dan jumlah kepemilikan septik tank yang hanya 64% dan pengurasan tangki septic hanya 17%. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pengolahan limbah domestik, hal ini karena masih banyaknya perilaku masyarakat yang masih BAB sembarangan baik itu di sungai, di kebun, laut dan sebagainya. Masih kurangnya kegiatan komunikasi terkait pengelolaan air limbah sehingga masih ada masyarakat yang membuang air limbah rumah tangga ke saluran drainase. Area Beresiko dan Permasalahan Persampahan Dari hasil perhitungan pada instrumen profil sanitasi diperoleh area beresiko sanitasi persampahan dengan menggabungkan hasil Indeks resiko sanitasi (EHRA), persepsi SKPD dan data sekunder. Proporsi yang disepakati oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Banyuwangi untuk menentukan area beresiko persampahan sebagai berikut : Data Sekunder 15%, Study EHRA 7% dan Persepsi SKPD 15% II54

83 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Untuk lebih jelasnya area beresiko sanitasi sektor persampahan disajikan dalam bentuk gambar 2.24 dan tabel Klasifikasi area beresiko Persampahan yang ditampilkan pada tabel di bawah ini adalah klasifikasi area beresiko tinggi (skor ) dan sangat tinggi (skor 4). Klasifikasi skor 1 dan skor 2 tidak dimasukkan karena masuk dalam kategori rendah dan sangat rendah atau dapat dikatakan bukan merupakan area beresiko. Berikut ini adalah area beresiko sanitasi untuk subsektor Persampahan. Tabel Area Berisiko Sanitasi Persampahan NO. AREA BERESIKO WILAYAH PRIORITAS PERSAMPAHAN 1 4 BENCULUK KECAMATAN CLURING 2 4 ALASBULU KECAMATAN WONGSOREJO 1 KANDANGAN KECAMATAN PESANGGARAN 2 PESANGGARAN SUKOREJO KECAMATAN BANGOREJO 4 TEGALDLIMO KECAMATAN TEGALDLIMO 5 KEDUNGREJO KECAMATAN MUNCAR 6 TEMBOKREJO 7 KARANGHARJO 8 TEGALHARJO 9 MARGOMULYO 1 KALIBARU WETAN KECAMATAN KALIBARU 11 SETAIL KECAMATAN GENTENG 12 GENTENG WETAN 1 KEMBIRITAN 14 KAOTAN KECAMATAN ROGOJAMPI 15 LABANASEM KECAMATAN KABAT 16 KEDAYUNAN 17 KABAT 18 PADANG 19 CANTUK 2 GUMIRIH 21 SEMPU KECAMATAN SEMPU 22 PARANGHARJO KECAMATAN SONGGON 2 WONGSOREJO KECAMATAN WONGSOREJO KECAMATAN GLENMORE KECAMATAN SINGOJURUH 24 SUMBERANYAR Sumber : Instrumen Profil Sanitasi, 216 Dari gambar 2.24 dan tabel 2.28 area beresiko persampahan disepakati bahwa area beresiko 4 (sangat tinggi) adalah desa Benculuk (kec.cluring) dan desa Alasbulu (kec.wongsorejo). Sedangkan area beresiko (tinggi) ada 24 desa/ kelurahan yang II55

84 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan tersebar di 16 kecamatan yang berbeda. Berdasarkan hasil analisis dan kesepakatan Tim Pokja Sanitasi, permasalahan dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Banyuwangi adalah: Tabel 2.29 : Permasalahan Utama Persampahan No. ** Aspek Teknis Permasalahan Mendesak Masih adanya kebiasaan masyarakat yang mengelola sampah sembarangan, yaitu dibakar (57%), dibuang ke sungai/laut/danau (1%), lain2 (16%), yang benar dikumpulkan Ke TPS/kolektor hanya 14% (Studi EHRA, 216). Cakupan layanan persampahan masih rendah, 1 Kec dari 24 kec yang ada di kabupaten Banyuwangi atau sekitar % (Instrumen Profil Sanitasi, 216) Peran serta masyarakat dalam pengolahan sampah masih rendah TPS R baru ada yaitu di Kel. Penganjuran dan Kel. Sumberejo (Kec. Banyuwangi) dan Desa Tembokrejo (kec. Muncar) Kurang memadainya transportasi dan peralatan 6. Kurang memadainya jumlah dan kapasitas SDM pengelola sampah 7. TPA Bulusan sudah overload, sehingga perlu segera dibangun TPA baru atau perluasan lahan TPA Bulusan 8. TPA Bulusan masih dikelola dengan sistem Control Landfill ** Aspek Non Teknis Makin besarnya timbulan sampah, belum maksimalnya usaha pengurangan sampah dari sumbernya Sudah ada perda tentang pengelolaan persampahan tapi belum optimal Sumber : Study EHRA 216, Analisa Pokja Sanitasi Dari tabel 2.29 dapat diketahui bahwa cakupan layanan persampahan baru mencapai % dari seluruh desa yang ada di Kabupaten Banyuwangi. Kesadaran masyarakat maish rendah / banyak yang buang sampah sembarangan menjadi salah satu indikator rendahnya cakupan layanan persampahan. Keberadaan TPA Bulusan sudah overload, sehingga perlu segera dibangun TPA baru atau perluasan lahan TPA Bulusan. II56

85 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Gambar 2.2. Peta Area Beresiko Persampahan II57

86 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Area Beresiko dan Permasalahan Drainase Dari hasil perhitungan pada instrumen profil sanitasi diperoleh area beresiko sanitasi subsektor Drainase dengan menggabungkan hasil Indeks resiko sanitasi (EHRA), persepsi SKPD dan data sekunder. Proporsi yang disepakati oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Banyuwangi untuk menentukan area beresiko drainase sebagai berikut : Data Sekunder 15% Study EHRA 7% Persepsi SKPD 15% Untuk lebih jelasnya area beresiko sanitasi subsektor Drainase disajikan dalam bentuk gambar 2.24 dan tabel 2.. Klasifikasi area beresiko Drainase yang ditampilkan pada tabel di bawah ini adalah klasifikasi area beresiko tinggi (skor ) dan sangat tinggi (skor 4). Klasifikasi skor 1 dan skor 2 tidak dimasukkan karena masuk dalam kategori rendah dan sangat rendah atau dapat dikatakan bukan merupakan area beresiko. Berikut ini adalah area beresiko sanitasi untuk subsektor Drainase. Tabel 2. Area Berisiko Sanitasi Drainase NO. 1 AREA BERESIKO WILAYAH PRIORITAS DRAINASE 4 KECAMATAN KABAT LABANASEM 1 KECAMATAN MUNCAR BLAMBANGAN 2 KECAMATAN KALIBARU KALIBARU WETAN KECAMATAN BANYUWANGI KAMPUNGMANDAR Sumber : Instrumen Profil Sanitasi, 216 Dari tabel area beresiko drainase lingkungan disepakati bahwa area beresiko 4 (sangat tinggi) ada 1 desa yaitu desa Labanasem di kecamatan Kabat. Sedangkan area beresiko (tinggi) ada desa/kelurahan yaitu Desa Blambangan (Kecamatan Muncar), Desa Kalibaru Wetan (Kecamatan Kalibaru) dan Kelurahan Kampung Mandar (Kecamatan Banyuwangi) II58

87 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Untuk permasalahan mendesak drainase lingkungan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.1 : Permasalahan Mendesak Drainase No. ** Aspek Teknis Permasalahan Mendesak 1. Rumah tangga yang pernah mengalami banjir/genangan 7% (Sudi EHRA,216) 2. Kepemilikan SPAL, yang tidak meiliki SPAL sebesar 27% (Studi EHRA 216). Kapasitas sauranl drainase eksisting yang tidak mencukupi. 4. Saluran grey water masih tercampur dengan saluran drainase. 5. Sungai sebagai muara akhir dari saluran mengalami pendangkalan ** Aspek Non Teknis 1. Perilaku masyarakat yang buang sampah di saluran drainase dan di sungai 2. Partisipasi masyarakat untuk ikut menjaga dan merawat saluran rendah. Adanya masyarakat yang memanfaatkan lahan pinggir drainase untuk pemukiman 4. Masterplan drainase yang ada, masih skala kawasan saja. Sumber : Study EHRA 216, Analisa Pokja Sanitasi Dari tabel 2.1 dapat diketahui bahwa beberapa permasalahan mendesak drainase lingkungan di Kabupaten Banyuwangi adalah kejadian banjir/genangan di Kabupaten Banyuwangi terdapat di beberapa tempat saja sehingga mayoritas dapat dikatakan tidak pernah mengalami banjir (9%) (studi EHRA 216). Grey water masih bercampur dengan saluran drainase bahkan dibanyak tempat dijumpai pembuangan black water juga ke saluran drainase, belum ada sumur resapan, Drainase tertutup trotoar (kontrol sulit bila terjadi sumbatan), Kapasitas saluran drainase yang tidak mencukupi sehingga masih ada drainase yang tidak mampu menampung kapasitas air hingga terjadi limpahan ke luar. II59

88 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Gambar Peta Area Beresiko Drainase Kabupaten Banyuwangi II6

89 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan VISI DAN MISI SANITASI Visi dan misi pembangunan Kabupaten Banyuwangi merupakan sarana bagaimana suatu gambaran masa depan daerah dapat dikomunikasikan dan disepakati. Visi dan misi pembangunan jangka menengah daerah adalah kesepakatan seluruh pelaku pembangunan tentang apa wujud Kabupaten Banyuwangi dalam 5 (lima) tahun ke depan serta bagaimana mencapainya. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Banyuwangi menetapkan visi yang menggambarkan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai (desired future) dalam masa 5 (lima) tahun sesuai misi yang diemban. Misi merupakan rumusan umum mengenai upayaupaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Misi menunjukkan beberapa upaya utama pembangunan yang perlu dilaksanakan untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan. Visi pembangunan daerah Kabupaten Banyuwangi untuk periode RPJMD sesuai dengan visi kepala daerah terpilih adalah : Terwujudnya Masyarakat Banyuwangi Yang Semakin Sejahtera, Mandiri, Dan Berakhlak Mulia Melalui Peningkatan Perekonomian Dan Kualitas Sumber Daya Manusia. Memperhatikan visi tersebut serta perubahan paradigma dan kondisi yang akan dihadapi pada masa yang akan datang, diharapkan Kabupaten Banyuwangi dapat lebih berperan dalam perubahan yang terjadi di lingkup regional, nasional maupun global. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Banyuwangi tahun berorientasi pada pembangunan dan peningkatan kompetensi segenap sumber daya yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi dalam segala bidang, guna menyiapkan kesejahteraan melalui peningkatan perekonomian Kabupaten Banyuwangi. Dalam kaitannya dengan pembangunan sektor sanitasi, Kabupaten Banyuwangi telah merumuskan visi dan misi sanitasi demi sinergitas perencanaan dan pembangunan sanitasi sehingga dapat terealisasi secara berkelanjutan. Visi dan misi sanitasi dalam tabel berikut ini, merupakan penerjemahan dari visi dan misi Kabupaten Banyuwangi sebagaimana tercantum dalam RPJMD, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel.1. III1

90 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Visi Kabupaten Banyuwangi Tabel.1 Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten Banyuwangi Misi Kabupaten Banyuwangi Visi Sanitasi Kabupaten Banyuwangi Misi Sanitasi Kabupaten Banyuwangi Terwujudnya Masyarakat Banyuwangi Yang Semakin Sejahtera, Mandiri, Dan Berakhlak Mulia Melalui Peningkatan Perekonomia n Dan Kualitas Sumber Daya Manusia 1. Mewujudkan aksesibilitas dan kualitas pelayanan bidang pendidikan, kesehatan dan kebutuhan dasar lainnya; 2. Mewujudkan daya saing ekonomi daerah melalui pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan berbasis potensi sumberdaya alam dan kearifan lokal;. Meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur fisik, ekonomi, dan sosial; 4. Optimalisasi sumberdaya daerah berbasis pemberdayaan masyarakat, pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan; 5. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance) serta layanan publik yang berkualitas berbasis Teknologi Informasi; Terwujudnya Masyarakat Banyuwangi Yang Sehat, Sejahtera Dan Berakhlak Mulia Melalui Peningkatan Layanan Sanitasi Yang Berkelanjutan Dan Berwawasan Lingkungan. Misi Air Limbah : 1. Membangun sinergi kelembagaan dan manajemen pengelolaan air limbah yang berkualitas 2. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pengelolaan air limbah rumah tangga yang berwawasan lingkungan. Meningkatkan peran serta masyarakat dan kerja sama pihak swasta untuk mewujudkan pengelolaan air limbah yang mandiri, berwawasan lingkungan, dan berkelanjutan. Misi Persampahan: 1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pengelolaan Persampahan yang berwawasan lingkungan 2. Meningkatkan pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat melalui program R. Misi Drainase: Meningkatkan Fungsi, Kualitas dan Kuantitas Sarana dan Prasarana Drainase dengan Mempertimbangkan Aspek Lingkungan. Sumber : RPJMD Kabupaten Banyuwangi dan Analisa Pokja Sanitasi, 216 III2

91 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Dari tabel.1 terlihat bahwa misi sanitasi Kabupaten Banyuwngi terdiri dari misi air limbah, 2 misi persampahan dan 1 misi drainase. Misi sanitasi tersebut untuk mewujudkan visi sanitasi kabupaten Banyuwangi..2 Pentahapan Pengembangan Sanitasi Strategi layanan sanitasi pada dasarnya adalah untuk mewujudkan Tujuan dan Sasaran pembangunan sanitasi yang bermuara pada pencapaian Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten Banyuwangi. Kabupaten Banyuwangi merumuskan strategi layanan sanitasi didasarkan pada isuisu utama/strategis yang dihadapi pada saat ini. Untuk mengetahui pentahapan pengembangan sanitasi, terlebih dahulu dilakukan analisa dengan menggunakan instrumen yang sudah ditentukan dari pusat yaitu instrument profil sanitasi. Analisa tersebut menggunakan data mengenai kondisi extrim / daerah genangan, kondisi CBD saat ini dan akan datang (sesuai RTR W), prioritas berdasarkan tingkat area beresiko, tingkat layanan sanitasi, fungsi perkotaan, luas wilayah terbangun dan estimasi kepadatan penduduk 5 th kedepan. Hasil input data pada Instrumen profil sanitasi telah dapat diketahui sistem dan zona sanitasi setiap desa/kelurahan Tahapan Pengembangan Sanitasi A. Tahapan Pengembangan Air Limbah Penentuan wilayah prioritas pengembangan sistem pengelolaan air limbah telah dilakukan di dalam SSK Kabupaten Banyuwangi ini. Beberapa kriteria yang digunakan dalam penentuan prioritas tersebut, yaitu: luas area terbangun, proyeksi kepadatan penduduk dari luas area terbangun, fungsi perkotaan, fungsi CBD, kondisi daerah genangan banjir, tingkat layanan sanitasi, dan prioritas berdasarkan tingkat area beresiko kesehatan lingkungan. Berdasarkan kriteria tersebut melalui instrumen profil sanitasi dihasilkan perencanaan pengembangan sistem air limbah dalam di Kabupaten Banyuwangi dalam perencanaan 5 tahun ke depan. Sistem perencanaan pengembangan air limbah domestik dapat dilakukan dengan 4 (empat) sistem yaitu : a. Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL) Setempat Individual b. Sistem Pengelolaan Air Limbah secara komunal c. Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL) Terpusat Skala Kawasan III

92 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan d. Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat skala kota (offsite system). Dari sistem pengelolaan air limbah tersebut selanjutnya dapat dibuatkan suatu peta yang menggambarkan kebutuhan sistem, Peta tersebut terbagi dalam beberapa zonasi, dimana zona tersebut sekaligus merupakan dasar bagi kota dalam merencanakan pengembangan jangka panjang pengelolaan air limbah Kabupaten Banyuwangi, yang ujungnya adalah pengelolaan air limbah terpusat (off site sistem). Di dalam SSK ini telah dilakukan penentuan wilayah prioritas pengembangan sistem pengelolaan air limbah (apakah on site maupun off site) secara umum. Beberapa kriteria telah digunakan dalam penentuan prioritas tersebut, yaitu: kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah (perkotaan atau perdesaan), karakteristik tata guna lahan/center of Business Development (CBD) (komersial atau rumah tangga), serta resiko kesehatan lingkungan. Rencana pengembangan tersebut diilustrasikan sebagai berikut: Zona 1, merupakan area dengan tingkat resiko yang kecil yang dapat diatasi dalam jangka pendek dengan pilihan sanitasi setempat dengan skala rumah tangga (setempat individual). Tahapan penanganannya dengan kegiatan utama untuk perubahan perilaku dan pemicuan. Zona ini mencakup 77 desa di 21 kecamatan, yaitu kecamatan Pesanggaran, Siliragung, Bangorejo, Purwoharjo, Tegaldlimo, Muncar, Cluring, Gambiran, Tegalsari, Glenmore, Kalibaru, Genteng, Srono, Rogojampi, Singojuruh, Sempu, Songgon, Glagah, Licin, Kalipuro dan Wongsorejo. Dalam peta zonasi sub sector air limbah diberi warna Biru. Zona 2, merupakan area dengan tingkat resiko menengah yang dapat diatasi dalam jangka pendek dengan perubahan perilaku dilakukan dengan programprogram pemicuan (CLTS) dan oleh karena merupakan daerah padat penduduk maka pemilihan sistemnya adalah sistem komunal. Zona ini mencakup 69 desa/kelurahan yang tersebar di 19 kecamatan yaitu kecamatan Pesanggaran, Siliragung, Bangorejo, Purwoharjo, Gambiran, Tegalsari, Glenmore, Kalibaru, Srono, Rogojampi, Kabat, Singojuruh, Sempu, Songgon, Glagah, Licin, Giri, Kalipuro dan Wongsorejo. Dalam peta zonasi sub sector air limbah ini diberi warna Hijau. Zona, merupakan area dengan tingkat resiko tinggi yang dapat diatasi dalam jangka panjang dengan perubahan perilaku dilakukan dengan programprogram pemicuan (CLTS) dan oleh karena merupakan daerah pada penduduk kawasan padat III4

93 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Gambar.1. Zona dan Sistem Air Limbah Domestik III5

94 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan maka pemilihan sistemnya adalah SPAL Terpusat Skala Kawasan. Zona ini mencakup 64 desa/kelurahan yang tersebar di 12 kecamatan, yaitu Tegaldlimo, Muncar, Cluring, Genteng, Srono, Rogojampi, Kabat, Singojuruh, Glagah, Banyuwangi, Giri, Kalipuro. Dalam peta zonasi sub sector air limbah ini diberi warna kuning. Zona 4, merupakan area dengan tingkat resiko sangat tinggi karena merupakan kawasan padat, CBD serta kondisi topografi kurang menguntungkan. Dalam jangka panjang harus diatasi dengan pilihan sistem SPAL Terpusat Skala Perkotaan. Zona ini mencakup 7 desa/kelurahan di 2 kecamatan yaitu Banyuwangi dan Giri. Dalam peta zonasi sub sektor limbah diberi warna merah. Tahapan pengembangan air limbah domestik didapatkan dari data dasar cakupan layanan eksisting saat ini. Kemudian ditentukan target pengembangan cakupan layanan air limbah domestik. Target cakupan layanan air limbah dibuat secara bertahap yaitu jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Tahapan pengembangan air limbah domestik Kabupaten Banyuwangi sesuai dengan hasil perhitungan Instrumen Perencanaan Air Limbah, dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel.2 Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Banyuwangi Sumber : Intrumen Perencanaan Sanitasi, 216 III6

95 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Keterangan: *) Cakupan layanan adalah persentase penduduk terlayani oleh sistem dimaksud atas total penduduk. Untuk cakupan layanan eksisting (kolom c) silakan mengacu pada data yang telah dimasukkan dalam Instrumen Profil Sanitasi. **) Buang air besar di kebun, kolam, sawah, sungai dll. ***) Termasuk di dalamnya adalah jamban yang tidak memiliki fasilitas pengolahan (dibuang langsung ke lingkungan). Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa masyarakat di kabupaten Banyuwangi yang BABS saat ini sebesar 27,89% dan secara bertahap akan berkurang menjadi 11,8% pada jangka pendek. Pada jangka menengah masyarakat yang BABS diharapkan sudah tidak ada lagi % sampai jangka panjang tetap % atau tidak ada masyarakat yang BABS. Pada tahap jangka pendek masyarakat yang BABS di pedesaan akan disediakan MCK/MCK++ dan IPAL Komunal. Masyarakat yang menggunakan layanan cubluk akan ditingkatkan kualitasnya menjadi tangki septik dan sistem konumal. Pada jangka menengah pengguna cubluk diharapkan sudah tidak ada lagi dan pengguna sistem tangki septik dan IPAL komunal meningkat. B. Tahapan Pengembangan Persampahan Persampahan merupakan isu penting di lingkungan perkotaan yang terus menerus dihadapi sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk dan peningkatan aktivitas pembangunan. Dalam skala Kabupaten Banyuwangi sampah ditangani oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan dengan pengangkutan secara komunal yaitu dimana sampah dari tiap rumah tangga diangkut oleh petugas kebersihan ke TPS (Tempat Pemprosesan Sementara) dengan gerobak, dari TPS lalu diteruskan diangkut ke TPA (Tempat Pemprosesan Akhir) di Desa Bulusan oleh truktruk sampah. Dalam skala kabupaten atau di wilayah pedesaan, sistem pembuangan sampah dilakukan secara swadaya oleh masyarakat dengan menimbun sampah di pekarangan rumah masingmasing. Sampah dalam kawasan dikumpulkan oleh masingmasing rumah (daerah terbangun) dan sampah tersebut banyak yang dibakar oleh penduduk. Di pedesaan dan beberapa lingkungan permukiman terdapat sistem persampahan yang dikelola oleh tenaga persampahan yang kelola mandiri oleh masyarakat setempat. Sistem ini disebut dengan istilah rayoneering, yang merupakan upaya masyarakat untuk dapat III7

96 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan mengelola persampahannya secara mandiri. Di beberapa lingkungan permukiman, tenaga pengumpul sampah dan sarana prasarana persampahan diupayakan oleh masyarakat hingga lokasi transer depo, yang selanjutnya diangkut oleh truk sampah ke TPA. Adapun sarana pendukung jaringan persampahan yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi yang masih dalam kondisi baik (8%). Dengan klasifikasi daerah berdasarkan tingkat kepadatan suatu wilayah, dapat dianalisa pengembangan sistem pengelolaan persampahan dalam empat kategori sistem seperti digambarkan sebagai berikut ini : a. Sistem pengangkutan sampah langsung b. Sistem pengangkutan sampah tidak langsung c. Sistem pengelolaan sampah mandiri oleh masyarakat d. Sistem pengelolaan sampah R (reduce, reuse, dan recycle) Kriteria utama dalam penetapan prioritas pelayananan pengangkutan sampah saat ini yaitu kepadatan penduduk, fungsi perkotaan, fungsi CBD, dan prioritas berdasarkan area beresiko persampahan. Hasil dari zoning persampahan Kabupaten Banyuwangi terdapat 4 fitur zona persampahan sebagai berikut : 1. Zona 1, merupakan zona dengan karakteristik area berkepadatan penduduk rendah (< 25 orang/ha), yang mencakup 7 desa/kelurahan di 4 kecamatan yaitu Tegaldlimo, Bangorejo, Siliragung dan Pesanggaran. Dalam peta diberi warna biru. 2. Zona 2 dengan kepadatan sedang, 25 1 orang/ha, mencakup 75 desa/kelurahan di 2 kecamatan yaitu Pesanggaran, Siliragung, Bangorejo, Purwoharjo, Muncar, Cluring, Gambiran, Tegalsari, Glenmore, Kalibaru, Genteng, Srono, Rogojampi, Singojuruh, Sempu, Glagah, Songgon, Licin, Kalipuro, Wongsorejo. Dalam peta diberi warna hijau.. Zona merupakan zona prioritas dengan kepadatan 25 1 orang/ha dan bukan urban. Terdapat 81 desa/kelurahan yang tersebar di 2 kecamatan yaitu kecamatan Pesanggaran, Siliragung, Bangorejo, Purwoharjo, Tegaldlimo, Cluring, Tegalsari, Glenmore, Kalibaru, Srono, Rogojampi, Kabat, Singojuruh, Sempu, Songgon, Glagah, Licin, Giri, Kalipuro dan Wongsorejo. Dalam peta diberi warna kuning. 4. Zona 4 merupakan zona prioritas dengan karakteristik kepadatan penduduk >1 orang/ha, merupakan daerah CBD. Zona ini mencakup 54 desa/kelurahan di 1 III8

97 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Gambar.2. Zona dan Sistem Persampahan III9

98 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan kecamatan, yaitu kecamatan Muncar, Gambiran, Genteng, Srono, Rogojampi, Kabat, Glagah, Banyuwangi, Giri dan Kalipuro. Dalam peta diberi warna merah. Tahapan pengembangan pengelolaan persampahan sesuai dengan hasil analisa Instrumen Perencanaan Persampahan adalah sebagai berikut. No Tabel. Tahapan Pengembangan Persampahan Kabupaten Banyuwangi Sistem Cakupan layanan eksisting (%) Jangka pendek Cakupan layanan (%) Jangka menengah Jangka panjang (a) (b) (c) (d) (e) (f) 1 2 Prosentase sampah terangkut ke TPA Prosentase sampah tereduksi melalui R Prosentase sampah dikelola mandiri oleh masyarakat di sumber % 5% 5% 7% % 5% 2% 2% 9% 7% 2% 5% 4 Prosentase sampah tidak terolah 25% 2% % % Sumber : Analisa Pokja Sanitasi, 216 Total: 1% 1% 1% 1% Keterangan: 1) Cakupan layanan dapat didekati dengan prosentase sampah yang terkumpul dan terangkut atau jumlah penduduk yang mendapatkan layanan dibagi total penduduk administratif. 2) Dikelola mandiri oleh masyarakat atau belum terlayani adalah wilayah yang belum mendapatkan pelayanan sampah yang terlembaga sehingga pengelolaan sampah masih dilakukan sendiri oleh masyarakat (dikubur, dibakar dll) maupun dikelola oleh KSM atau kelurahan. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase sampah yang terangkut ke TPA di di kabupaten Banyuwangi hanya sebesar %. Secara bertahap akan bertambah menjadi 5% pada jangka pendek dan 5% pada jangka menengah hingga jangka panjang menjadi 7%. Sebagian besar memang sampah dikelola secara mandiri (dikubur, dibakar dll) oleh masyarakat sebesar 9%. Pengelolaan sampah secara mandiri oleh masyarakat diharapkan berkurang menjadi 5% pada jangka panjang. Pada kondisi eksisting, pengelolaan sampah dengan sistem R ( reuse, reduce, dan recycle) hanya sekitar %. Pengelolaan sampah dengan sistem R diharapkan meningkat menjadi 5% pada jangka pendek, 15 % jangka menengah dan 25% pada jangka panjang. III1

99 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan C. Tahapan Pengembangan Drainase Perkotaan Dari kondisi yang ada pada saat ini, kondisi jaringan drainase di Kota Banyuwangi sudah cukup tersedia pada ruas jalan utama di kota maupun di unit lingkungan permukiman dan juga didukung oleh beberapa sungai besar yang melintasi kawasan perkotaan yaitu Sungai Elo, Sungai Sobo dan beberapa anak sungai yang berfungsi sebagai pemutusan atau saluran pembuang dari jaringan drainase perkotaan. Pada kenyatannya dilapangan daerah banjir/genangan air di beberapa lokasi yang cukup luas, hal ini menunjukkan bahwa sistem jaringan drainase di Kota Banyuwangi masih belum berfungsi secara maksimal. Di kota Banyuwangi sudah terdapat saluran pematusan yaitu saluran primer, saluran sekunder, dan saluran tersier Hasil analisa instrumen profil sanitasi, maka di dapat sistem pengembangan Drainase dan dapat disajikan dalam bentuk peta seperti pada Gambar.5 dan dapat diilustrasikan sebagai berikut: Zona 1, merupakan area yang merupakan kawasan padat/kumuh dan merupakan ruas jalan utama, yang harus diatasi dalam jangka pendek, mencakup 7 kelurahan, yaitu Kelurahan Lateng, Kampung Mandar, Kepatihan, Panderejo, Karangrejo, Kertosari dan Sumberrejo yang semuanya berada di kecamatan Banyuwangi. Zona 2, merupakan area dengan tingkat risiko yang relatif kecil yang dapat diatasi dalam jangka menengah dan jangka panjang, mencakup 1 desa yaitu Desa Banyuanyar, Genteng Kulon, Genteng Wetan, Kebonrejo, Kembiritan, Blambangan, Kedungrejo, Kedungringin, Sumberberas, Sumbersewu, Tapanrejo, Tembokrejo, Wringinputih, yang tersebar di 4 Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. Lokasi genangan air sebagian besar berada di Kecamatan Banyuwangi. Rencana penanganan genangan air dilakukan secara bertahap mulai dari jangka pendek (1 2 tahun), jangka menengah (5 tahun) hingga jangka panjang (1 15 tahun). Tahapan pengembangan drainase di Kabupaten Banyuwangi disajikan pada tabel di bawah ini. III11

100 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Tabel.4 Tahapan Pengembangan Drainase Perkotaan Kabupaten Banyuwangi No Titik Genangan di Area Permukiman Luas genangan eksisting di Area Permukiman (Ha) Pengurangan luas genangan Jangka pendek Jangka Jangka menengah panjang (a) (b) (c) (d) (e) (f) 1 Kel. Lateng,99,59 2 Kel. Kampung mandar,97 2,8 Kel.Kepatihan 4,77 2,86 4 Kel.Panderejo 1,92 1,15 5 Kel. Karangrejo,6,6 6 Kel.Kertosari 1,1,61 7 Kel.Sumberrejo 1,26,76 8 Desa Banyuanyar,82,6,19 9 Desa Genteng kulon 8,62 8,19,4 1 Desa Genteng Wetan 1,4 9,82,52 11 Desa Kebonrejo 16,4 15,52,82 12 Desa Kembiritan 42, 9,9 2,1 1 Desa Blambangan 8, 7,6,4 14 Desa Kedungrejo 1,59 1,51,8 15 Desa Kedungringin 1,77 1,68,9 16 Desa Sumberberas 1,19 14,6 16,56 17 Desa Sumbersewu 1,5 1,45,8 18 Desa Tapanrejo 9,49 9,2,47 19 Desa Tembokrejo 4,5 4,,2 2 Desa Wringinputih 72,95 69,,65 Total 526,72 495, 25,61 Sumber : Analisa Pokja Sanitasi, 216 Di kabupaten Banyuwangi terdapat 2 desa/kel yang mengalami genangan air atau banjir. Wilayahwilayah kecamatan tersebut mengalami genangan karena Saluran tersumbat, limpasan air hujan, atau pasang surut air laut. Wilayah yang paling luas terkena dampak banjir adalah desa Sumberberas, kecamatan Muncar yaitu 1,19 Ha. Dalam jangka pendek dan menengah prioritas penanganan di wilayah perkotaan (kecamatan Banyuwangi). Pada jangka panjang diharapkan seluruh wilayah kabupaten Banyuwangi sudah terbebas dari genangan..2.2 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Sanitasi Tujuan dan sasaran pembangunan sanitasi Kabupaten Banyuwangi adalah bagian penjabaran dari visi dan misi sanitasi Kabupaten Banyuwangi. Tujuan merupakan halhal III12

101 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan yang perlu dilakukan untuk mencapai visi, melaksanakan misi serta mengatasi permasalahan mendesak sanitasi. Sasaran merupakan hasil yang diharapkan dari suatu tujuan yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan berjangka waktu. Tujuan dan sasaran pembangunan sanitasi terbagi menjadi sub sektor air limbah, persampahan, dan drainase lingkungan sebagaimana dijelaskan pada tabel berikut : Mewujudkan pengembangan air limbah domestik yang berkualitas melalui penyediaan sarana dan prasarana air limbah, melalui optimalisasi peran serta masyarakat yang berwawasan lingkungan Tabel.5 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Air Limbah Tujuan Sasaran Data Dasar Tersusunnya dokumen Belum ada dokumen perencanaan air limbah domestik perencanaan masterplan air skala kabupaten pada tahun 218 limbah skala kabupaten Sumber: Analisa Pokja Sanitasi, 216 Tersedianya akses ke fasilitas pengolahan air limbah yang layak dan memadai bagi 6% ( KK) pada tahun 221 Menurunnya BABS dari 27,89% (15.28 KK) menjadi % pada tahun 221 Terwujudnya sistem pengolahan air limbah skala komunal/kawasan yang melayani 4 desa/kelurahan (beresiko,4) pada tahun 221 Meningkatnya fungsi dan manfaat IPLT. Data Studi EHRA 216 Data Instrumen Profil SSK 4 Desa/kel dengan tingkat resiko sanitasi,4 Data EHRA 216: 8% KK tidak pernah mengosongkan tangki septik Dari Tabel.5 dapat diketahui bahwa sasaran pembangunan air limbah adalah Tersusunnya dokumen perencanaan air limbah domestik skala kabupaten pada tahun 218, Menurunnya BABS dari 27,89% menjadi % pada tahun 221, Terwujudnya sistem pengolahan air limbah skala komunal/kawasan yang melayani 4 desa/kelurahan (beresiko,4) pada tahun 221 dan Meningkatnya fungsi dan manfaat IPLT. Tabel.6 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Persampahan Tujuan Sasaran Data Dasar Meningkatkan efekifitas pengelolaann persampahan di seluruh kabupaten Banyuwangi, terutama pada 26 desa /kel area beresiko tinggi pada tahun 221 Mewujudkan lingkungan yang sehat, nyaman dan bersih di Kabupaten Banyuwangi melalui peningkatan kualitas dan kuantitas pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat yang berwawasan lingkungan Sumber: Analisa Pokja Sanitasi, 216 Tersedianya lahan dan bangunan TPA Bulusan yang sudah diperluas untuk meningkatkan cakupan pelayanan sampah di tahun Desa/kel dengan tingkat resiko sanitasi,4 III1

102 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Sasaran pembangunan persampahan seperti diuraikan dalam Tabel.6 adalah Terbentuknya pengelolaan sampah pada 26 desa/kel area beresiko tinggi pada tahun 221, dan Tersedianya lahan dan bangunan TPA Bulusan yang sudah diperluas untuk meningkatkan cakupan pelayanan sampah di tahun 221. Tabel.7 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Drainase Tujuan Sasaran Data Dasar Tersedianya dokumen perencanaan sistem drainase kabupaten yang terintegrasi di akhir tahun 221 Mewujudkan Iingkungan yang sehat dan bebas genangan /banjir di Kabupaten Banyuwangi melalui penyediaan sarana dan prasarana drainase Sumber: Analisa Pokja Sanitasi, 216 Meningkatnya kuantitas dan kualitas saluran drainase dan berkurangnya luas area genangan menjadi % pada tahun 221 Belum ada dokumen masterplan drainase skala kabupaten Kurang tersedianya saluran drainase sesuai kebutuhan Sesuai Tabel.7, sasaran pembangunan drainase adalah berkurangnya luas area genangan di wilayah perkotaan menjadi % pada tahun 221, dan Meningkatnya kuantitas dan kualitas saluran drainase pada tahun Skenario Pencapaian Sasaran Sesuai dengan hasil analisa instrumen perencanaan sanitasi, skenario pencapaian sasaran sanitasi di Kabupaten Banyuwangi tidak beda jauh dengan tahapan pengembangan sanitasi yang dijelaskan sebelumnya. Namun, untuk skenario ini adalah rencana peningkatan akses dalam jangka menengah selama 5 tahun. Skenario pencapaian ini lebih detail menjelaskan tahapan pengembangan setiap tahun sebagai dasar dalam penyusunan kebutuhan pendanaan sanitasi. Skenario pencapaian sasaran sanitai ditampilkan pada tabel berikut ini : Tabel.8. Skenario Pencapaian Sasaran Sanitasi Komponen Tahun Air limbah domestik 54% 72% 8% 88,5% 92,5% 96% 1% 2. Persampahan 15,5% % 6% 4% 4% 47% 5%. Drainase Perkotaan (Luas genangan) 1% 1% 8% 6% 4% 2% % Sumber : Analisa Pokja Sanitasi 216 III14

103 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Skenario pencapaian sasaran sanitasi kabupaten Banyuwangi, sesuai dengan Tabel.8, Air limbah domestik meningkat aksesnya secara bertahap menjadi 1% pada tahun 221, akses Persampahan di tingkat kabupaten ditargetkan sebesar 5% pada tahun 221 walaupun untuk pelayanan di wilayah kota Banyuwangi bisa mencapai 1%. Untuk drainase, area genangan di perkotaan diharapkan sudah tidak ada lagi (%) pada tahun 221. Skenario pencapaian sasaran sanitasi terhadap akses pelayanan air limbah domestik pada tahun 216, akses pelayanan terhadap air limbah domestik sebesar 72% (data instrumen profil sanitasi). Selama 5 tahun ke depan, pelayanan air limbah domestik yang layak diskenariokan mencapai akses 1%. Kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai target tersebut adalah pembangunan fisik MCK++, IPAL Komunal/kawasan, dan tangki septik individual/komunal. Selain itu juga didukung dengan program Stop BABS dengan menggalakkan kegiatan pemicuan dan penyuluhan menciptakan lingkungan sehat. Akses pelayanan persampahan pada kondisi eksisting tahun 216 sebesar %. Pelayanan persampahan yang dimaksud adalah pelayanan pengangkutan sampah hingga ke TPA dan pengolahan sampah dengan sistem R. Selama 5 tahun ke depan, akses pelayanan persampahan ditargetkan selalu mengalami peningkatan sekitar 45% per tahun. Pada tahun 221, akses pelayanan persampahan ditargetkan telah mencapai 5%, walaupun untuk pelayanan di wilayah kota Banyuwangi bisa mencapai 1%. Untuk meningkatkan pelayanan persampahan ini diperlukan usaha dan kerja keras pemerintah dan stakeholders terkait. Skenario sasaran sektor drainase yang akan dicapai adalah penurunan luas area genangan. Kemudian pada tahun 216 ini, luas genangan air di perkotaan (di wilayah kumuh: kel. Lateng, Kampung Mandar dan Kepatihan) sebesar 1,9 hektar. Area genangan di perkotaan diharapkan sudah tidak ada lagi (%) pada tahun 221. Luas genangan ditargetkan selalu menurun pada tahuntahun mendatang sehingga pada jangka panjang diprediksikan tidak ada lagi genangan air di seluruh wilayah kabupaten Banyuwangi. III15

104 Strategi Sanitasi Kab. Banyuwangi (SSK) Tahun 216 Periode Pelaksanaan Gambar.2. Zona dan Sistem Drainase III16

1.1. Latar Belakang. SSK Pemutakhiran Kab. Banyuwangi 2016 I-1

1.1. Latar Belakang. SSK Pemutakhiran Kab. Banyuwangi 2016 I-1 1.1. Latar Belakang. Sanitasi yang baik dan layak merupakan salah satu faktor penunjang kesehatan masyarakat, akan tetapi belum seluruh stakeholder memberikan perhatian yang memadai terhadap sanitasi,

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG Bab 1 Sektor sanitasi merupakan sektor yang termasuk tertinggal jika dibandingkan dengan sektor lain. Berdasarkan data yang dirilis oleh UNDP dan Asia Pacific MDGs Report 2010, disampaikan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hingga saat ini akses masyarakat terhadap layanan sanitasi permukiman (air limbah domestik, sampah rumah tangga dan drainase lingkungan) di Indonesia masih relatif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Bab 1 1.1. Latar Belakang Penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi seluruh lapisan masyarakat, khususnya bagi masyarakat berpendapatan rendah dan bertempat tinggal di kawasan padat dan

Lebih terperinci

Universal Access cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka. 1.1 Latar Belakang

Universal Access cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka. 1.1 Latar Belakang . Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1 Bab 1 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah dewasa ini semakin meningkat, namun tidak diimbangi secara optimal dengan penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2015 Kabupaten Gunungkidul melakukan pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK). Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Gunungkidul dilakukan karena usia

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI RINGKASAN EKSEKUTIF Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (Program PPSP) merupakan program yang dimaksudkan untuk mengarusutamakan pembangunan sanitasi dalam pembangunan, sehingga sanitasi

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N B A B I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi sanitasi di Kabupaten Bojonegoro yang telah digambarkan dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bojonegoro mencakup sektor air limbah, persampahan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Kabupaten Kendal melalui Pokja AMPL Kabupaten Kendal berupaya untuk meningkatkan kondisi sanitasi yang lebih baik melalui program Percepatan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan yang erat dengan kemiskinan, tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, perilaku hidup bersih dan sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) merupakan dokumen perencanaan jangka menengah (5 tahun) yang memberikan arah bagi pengembangan sanitasi di Kabupaten Cilacap karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan pertumbuhan perekonomian Kota Yogyakarta yang semakin baik menjadikan Kota Yogyakarta sebagai kota yang memiliki daya tarik bagi para pencari kerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Access) akses sanitasi layak di akhir tahun Dalam upaya untuk mencapai target 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Access) akses sanitasi layak di akhir tahun Dalam upaya untuk mencapai target 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Strategi pengembangan sanitasi yang dituangkan di dalam dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) ini merupakan suatu dokumen perencanaan jangka menengah (5 Tahun)

Lebih terperinci

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Kutai Timur

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Kutai Timur Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Kutai Timur 2015-2019 Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan, tingkat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK PEMUTAKHIRAN 2016 POKJA SANITASI KOTA TOMOHON. of Sanitation (IYOS) pada tahun 2008, yang menghasilkan komitmen pemerintah dalam

BAB I PENDAHULUAN SSK PEMUTAKHIRAN 2016 POKJA SANITASI KOTA TOMOHON. of Sanitation (IYOS) pada tahun 2008, yang menghasilkan komitmen pemerintah dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Santasi yang baik dan layak merupakan salah satu faktor penunjang kesehatan masyarakat, akan tetapi belum seluruh stakeholder memberikan perhatian memadai terhadap

Lebih terperinci

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab ini akan dibahas mengenai strategi pengembangan sanitasi di Kota Bandung, didasarkan pada analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) yang telah dilakukan.

Lebih terperinci

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Klungkung Bab 1 Pendahuluan

Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Klungkung Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup serta kondisi lingkungan yang dapat memberikan kenyamanan

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Empat Lawang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Strategi Sanitasi Kabupaten Empat Lawang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perilaku hidup bersih dan sehat setiap masyarakat adalah cermin kualitas hidup manusia. Sudah merupakan keharusan dan tanggung jawab baik pemerintah maupun masyarakat

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Bandung Barat adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi

1.1 Latar Belakang. Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Bandung Barat adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi 1.1 Latar Belakang Tahun 2016 Kabupaten Bandung Barat melakukan pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK). Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Bandung Barat dilakukan untuk peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi dan kesehatan manusia adalah dua hal yang saling terkait dan saling mempengaruhi satu dangan yang lainnya. Sanitasi yang tidak memadahi adalah penyebab utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Republik Indonesia telah memberlakukan kebijakan pembangunan sanitasi sebagai bagian dari strategi nasional bidang sanitasi dan higienitas untuk diterapkan

Lebih terperinci

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup serta kondisi lingkungan yang dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi eksisting sanitasi di perkotaan masih sangat memprihatinkan karena secara pembangunan sanitasi tak mampu mengejar pertambahan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

Guna menghasilkan strategi sanitasi Kabupaten sebagaimana tersebut di

Guna menghasilkan strategi sanitasi Kabupaten sebagaimana tersebut di PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Sukoharjo adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KABUPATEN CIAMIS BAB I

STRATEGI SANITASI KABUPATEN CIAMIS BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan kemiskinan. Sanitasi yang tidak memadai atau kurang baik di Kabupaten Ciamis berdampak

Lebih terperinci

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan pembangunan kota yang terus berkembang dan pertumbuhan populasi penduduk dengan berbagai aktifitasnya yang terus meningkat dengan pesat menyebabkan pemenuhan

Lebih terperinci

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) PEMERINTAH KOTA PADANGSIDIMPUAN Bab 1 ENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memorandum Program Sanitasi (MPS) merupakan tahap ke 4 dari 6 (enam) tahapan program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Setelah penyelesaian dokumen

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1 Visi Misi Sanitasi Visi dan misi Kota Tomohon yang akan di capai yang terkandung dalam RPJMD dan disesuaikan dengan visi dan misi sanitasi yang terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan bidang sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, sehingga perhatian dan alokasi pendanaan pun cenderung kurang memadai. Disamping

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. Strategi Sanitasi Kabupaten Sleman 2015 I-1

Bab 1 Pendahuluan. Strategi Sanitasi Kabupaten Sleman 2015 I-1 Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Takdir geografis Kabupaten Sleman yang merupakan bagian dari ekologi gunung api aktif Gunung Merapi, dari puncak hingga dataran lereng kaki, menjadikan keseluruhan

Lebih terperinci

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun .1 Visi dan Misi Sanitasi Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Program dan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, baik

Lebih terperinci

2.1 Visi Misi Sanitasi

2.1 Visi Misi Sanitasi Penyiapan kerangka pembangunan sanitasi adalah merupakan milestone kedua dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) dimana didalamnya terdapat sebuah tahapan yaitu formulasi visi misi. Berdasarkan Permendagri

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam rangka merumuskan visi misi sanitasi Kabupaten Lampung Tengah perlu adanya gambaran Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah sebagai

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI STRATEGI SANITASI KABUPATEN 2013-2017 BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI Monitoring evaluasi merupakan pengendalian yakni bagian tidak terpisahkan dari upaya mewujudkan tujuan yang akan dicapai. Monitoring

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN TASIKMALAYA PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) KABUPATEN TASIKMALAYA 2013

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN TASIKMALAYA PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) KABUPATEN TASIKMALAYA 2013 CATATAN KEGIATAN PERTEMUAN POKJA SANITASI KABUPATEN TASIKMALAYA PPSP TAHUN ANGGARAN 2013 Nama Kegiatan Lokasi Kegiatan : Kick off Meeting PPSP : Aula Wiratanubaya, Bappeda Kab. Tasikmalaya Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017 Sub Sektor Air Limbah Domestik A. Teknis a. User Interface Review Air Limbah Buang Air Besar Sembarangan (BABS), pencemaran septic tank septic tank tidak memenuhi syarat, Acuan utama Air Limbah untuk semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millennium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara

Lebih terperinci

NOTULENSI KICK OF MEETING PROGRAM PPSP TAHUN 2016

NOTULENSI KICK OF MEETING PROGRAM PPSP TAHUN 2016 NOTULENSI KICK OF MEETING PROGRAM PPSP TAHUN 2016 Dokumen ini memuat notulensi pertemuan awal Pemutakhiran SSK Program PPSP Kabupaten Bandung yang diselenggarakan pada tanggal 23 Mei 2016 P o k j a S a

Lebih terperinci

Mewujudkan Kota Padang sebagai Kota Pendidikan, Perdagangan dan Pariwisata Yang Sejahtera, Religius dan Berbudaya

Mewujudkan Kota Padang sebagai Kota Pendidikan, Perdagangan dan Pariwisata Yang Sejahtera, Religius dan Berbudaya Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, visi dan misi pembangunan jangka menengah adalah visi dan misi kepala daerah

Lebih terperinci

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Mei Ir. Sri Hartoyo Dipl.SE, ME Direktur Jenderal Cipta Karya. Kata Pengantar

KATA PENGANTAR. Jakarta, Mei Ir. Sri Hartoyo Dipl.SE, ME Direktur Jenderal Cipta Karya. Kata Pengantar KATA PENGANTAR Dalam rangka terwujudnya implementasi pembangunan sanitasi yang sistematis dan tepat sasaran, dibutuhkan perencanaan yang baik dan berkualitas. Melalui Program Percepatan Pembangunan Sanitasi

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan bidang Sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, terlihat di Indonesia berada di posisi bawah karena pemahaman penduduknya mengenai pentingnya Sanitasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat untuk mencapai salah satu target dalam Millenium Development Goals (MDGs), yaitu menurunnya jumlah penduduk yang

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kemiskinan dan kekumuhan suatu Kota/Kabupaten. Kondisi sanitasi yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Fakfak telah mengalami perkembangan yang cukup pesat di 10 tahun terakhir ini. Perkembangan ini dapat dilihat dari meningkatnya pertambahan penduduk Kabupaten

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) Kabupaten Kepulauan Meranti adalah pembangunan sanitasi yang ditetapkan untuk memecahkan permasalahan sanitasi seperti yang tertera

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan BAB I

BAB I. Pendahuluan BAB I 2015 2019 Pendahuluan 1 1.1 Latar Belakang Universal Access adalah komitmen pemerintah untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar air minum dan sanitasi masyarakat Indonesia. Melalui kerja sama lintas sektor

Lebih terperinci

I Pendahuluan

I Pendahuluan 1.1. Pendahuluan Secara umum sanitasi didefinisikan sebagai usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat. Sedangkan pengertian yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1 BAB I PENDAHULUAN 2.1 LATAR BELAKANG Rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan layanan

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Bab IV ini merupakan inti dari Strategi Pengambangan Sanitasi Kota Tebing Tinggi tahun 2016-2020 yang akan memaparkan antara lain tujuan, sasaran, tahapan pencapaian

Lebih terperinci

Pendahuluan 1. BAB I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Pendahuluan 1. BAB I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG Pendahuluan 1 BAB I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG Selama ini pembangunan di sektor sanitasi dan pengelolannya kurang mendapatkan perhatian dan prioritas di berbagai daerah di Indonesia, dimana baru 51

Lebih terperinci

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aspek adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sesungguhnya masih menjadi isu strategis di Indonesia. Tidak hanya di tingkat masyarakat, namun juga pada sisi para pengambil

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 3 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kerangka pengembangan sanitasi yang mencakup tiga sub sector yairu air limbah, sampah dan drainase. Dalam pembahasan bab ini mencakup

Lebih terperinci

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi Lampiran 2: Hasil analisis SWOT Tabel Skor untuk menentukan isu strategis dari isu-isu yang diidentifikasi (teknis dan non-teknis) untuk sektor Air Limbah di Kabupaten Lombok Barat sebagai berikut : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luas wilayah Republik Indonesia dengan sebaran pulau, jumlah masyarakat permukiman dengan kendala pencapaian lingkungan sehat saat ini menjadi sasaran pembangunan pemerintah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 3 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 3 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kerangka pengembangan sanitasi yang mencakup tiga sub sector yaitu air limbah, sampah dan drainase. Dalam pembahasan bab ini mencakup

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman. ( Refisi 2012 ) I.1

Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman. ( Refisi 2012 ) I.1 1.1. Latar Belakang. Dalam kontek Program Pembangunan Sektor Sanitasi Indonesia (ISSDP), sanitasi didefinisikan sebagai tindakan memastikan pembuangan tinja, sullage dan limbah padat agar lingkungan rumah

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik ditingkat rumah tangga maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Srategi Sanitasi Kabupaten Karanganyar 2012 I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Srategi Sanitasi Kabupaten Karanganyar 2012 I LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi sanitasi kota (SSK) Kabupaten Karanganyar adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Target Millenium Development Goals (MDGs) menempatkan manusia sebagai fokus utama pembangunan yang mencakup semua komponen kegiatan yang tujuan akhirnya ialah kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB IV. Strategi Pengembangan Sanitasi

BAB IV. Strategi Pengembangan Sanitasi BAB IV Strategi Pengembangan Sanitasi Program pengembangan sanitasi untuk jangka pendek dan menengah untuk sektor air limbah domestik, persampahan dan drainase di Kabupaten Aceh Jaya merupakan rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Berdasarkan pengalaman masa lalu pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kab. Bima berjalan secara lamban, belum terintegrasi dalam suatu perencanaan komprehensipif dan

Lebih terperinci

L-3. Kerangka Kerja Logis TABEL KKL. Pemutakhiran SSK Kabupaten Batang L3-1

L-3. Kerangka Kerja Logis TABEL KKL. Pemutakhiran SSK Kabupaten Batang L3-1 L-3 Kerangka Kerja Logis TABEL KKL Pemutakhiran SSK Kabupaten Batang L3-1 TABEL KKL SUBSEKTOR KEGIATAN AIR LIMBAH IPLT masih dalam proses optimalisasi BABs masih 34,36% Cakupan layanan sarana prasarana

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI DI KAB. BULELENG

BAB V PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI DI KAB. BULELENG BAB V PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI DI KAB. BULELENG 5.. Ringkasan Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan

Lebih terperinci

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN Bagian ini memuat daftar program dan kegiatan yang menjadi prioritas sanitasi Tahun 0 06 ini disusun sesuai dengan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran dari masing-masing

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

NOTULEN KICK OFF MEETING PROGRAM PPSP KABUPATEN JEMBRANA

NOTULEN KICK OFF MEETING PROGRAM PPSP KABUPATEN JEMBRANA NOTULEN KICK OFF MEETING PROGRAM PPSP KABUPATEN JEMBRANA Hari/Tanggal : Jumat / 2 Mei2014 Tempat : Ruang Rapat Bappeda dan PM Kabupaten Jembrana Jl. Mayor Sugianyar No.3 Negara Pimpinan rapat : I Ketut

Lebih terperinci

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan 1. Meningkatnya pembangunan Tersedianya Tersedianya Penyusunan Masterplan Penyusunan Masterplan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi karena lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi : tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan, dan tidak berkelanjutan,

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1 Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam organisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyusunan Dokumen Memorandum Program Sanitasi (MPS) merupakan tindaklanjut dari penyusunan Dokumen Buku Putih (BPS) dan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Aceh

Lebih terperinci

BAB V. STRATEGI MONEV

BAB V. STRATEGI MONEV BAB V. STRATEGI MONEV Strategi monitoring dan evaluasi merupakan rencana pemantauan dan evaluasi kegiatan pembangunan sanitasi di Kabupaten Pacitan. Kegiatan yang dipantau merupakan kegiatan yang direncanakan

Lebih terperinci

Dokumen Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Melawi BAB I PENDAHULUAN

Dokumen Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Melawi BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah

3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Salah satu sasaran pengelolaan pembangunan air limbah domestik Kota Tangerang yang akan dicapai pada akhir perencanaan ini adalah akses 100% terlayani (universal akses)

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab Latar Belakang

Pendahuluan. Bab Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang sebagai salah satu pusat pertumbuhan di wilayah metropolitan Jabodetabek, yang berada di wilayah barat DKI Jakarta, telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun

Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun BAB IV PROGRAM DAN KEGIATAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Program merupakan tindak lanjut dari strategi pelaksanaan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, dan sebagai rencana tindak

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB IV STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI 4.1 Air Limbah Domestik Penetapan tujuan, sasaran dan strategi pengembangan air limbah domestik dilakukan berdasarkan misi pengembangan sanitasi yang diturunkan

Lebih terperinci

MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK

MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK BAB VI MONITORING DAN EVALUASI CAPAIAN SSK 6.1 Strategi Monitoring dan Evaluasi Kabupaten Banyumas Pada Bab sebelumnya yakni Bab Strategi dan Rencana Program

Lebih terperinci

RENCANA IMPLEMENTASI BAB Kondisi Kesiapan Pelaksanaan

RENCANA IMPLEMENTASI BAB Kondisi Kesiapan Pelaksanaan RENCANA IMPLEMENTASI.1. Kondisi Kesiapan Pelaksanaan Bagian akhir dari Dokumen Memorandum Program sanitasi yakni pada Bab V yang membahas tentang rencana impelementasi kegiatatan Sarana fisik dan program

Lebih terperinci