BAB III METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Kabupaten Serdang Bedagai ditentukan secara purposive (sengaja), sebab pada tabel 4. membuktikan bahwa Kabupaten Serdang Bedagai termasuk salah satu sentra produksi yang produktivitasnya tertinggi. Menurut Supriana (2016) purposive adalah metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria atau tujuan tertentu (disengaja). Tabel 4. Perkembangan Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Ubi kayu Menurut Kabupaten Sentra Tahun URAIAN Produksi (Ton) Simalungun Serdang Bedagai Deli Serdang Lainnya Sumatera Utara Luas Panen (Ha) Simalungun Serdang Bedagai Deli Serdang Lainnya Sumatera Utara Produktivitas (Ton/ Ha) Simalungun 30,590 30,823 33,617 Serdang Bedagai 37,453 36,121 39,747 Deli Serdang 35,536 35,866 32,241 Lainnya 25,245 28,742 29,811 Sumatera Utara 32,206 32,888 33,854 Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2016

2 Tabel 5. Luas Areal, Produksi Ubi kayu, dan Produktivitas Ubi Kayu, Menurut Kecamatan Tahun 2015 Kecamatan Luas Panen Produksi Produktivitas (Ha) (Ton) (Ton/ Ha) Kotarih ,20 Silinda Bintang Bayu ,78 Dolok Masihul ,16 Serbajadi ,30 Sipispis ,50 Dolok Merawan ,50 Tebing Tinggi ,40 Tebing ,39 Syahbandar Bandar Khalipah ,40 Tanjung Beringin ,10 Sei Rampah ,89 Sei Bamban ,51 Teluk Mengkudu ,10 Perbaungan ,40 Pegajahan ,80 Pantai Cermin ,40 Serdang Bedagai Sumber : Badan Pusat Statistik Serdang Bedagai, 2016 Kecamatan Pegajahan merupakan salah satu sentra produksi ubi kayu terbesar di Kabupaten Serdang Bedagai setelah Kecamatan Dolok Masihul, Kecamatan Pegajahan di pilih karena masih banyak petani ubi kayu di Kecamatan Pegajahan yang belum menggunakan pupuk sehingga produktivitas Kecamatan Pegajahan lebih kecil di banding Kecamatan Dolok Masihul. Desa Suka Sari merupakan salah satu desa di Kecamatan Pegajahan yang 80% kepala keluarga bermatapencaharian sebagai petani ubi kayu. 3.2 Metode Penetapan Sampel Berdasarkan hasil pra survey, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani ubi kayu yang berjumlah 920 orang di Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai. Untuk menentukan jumlah petani yang

3 akan dijadikan sampel maka metode penentuan sampel menggunakan Rumus Slovin, (Supriana, 2016), dengan persamaan sebagai berikut: Dimana: n : jumlah sampel N : jumlah populasi e : batas toleransi kesalahan (error tolerance) 10 % (0,10) Jumlah populasi petani ubi kayu adalah 920 petani dengan batas toleransi 10% (0,10), maka jumlah sampel petani ubi kayu yang diambil adalah: n = 920 = 90,196 petani (0,10) 2 Penarikan sampel 91 dari 920 populasi dilakukan dengan metode pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling), metode ini memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih dan pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiono, 2008). 3.3 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari hasil wawancara dengan responden (petani) didaerah penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder dapat diperoleh dari instansi atau lembaga terkait dengan penelitian

4 yang dilakukan, seperti Badan Pusat Statistik, Balai Penyuluhan Pertanian dan instansi lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. 3.4 Metode Analisis Data Hipotesis (1) dianalisis dengan model fungsi produksi frontier. Model ini digunakan untuk menghubungkan antara input dengan output dalam proses produksi dan untuk mengetahui tingkat keefisienan suatu faktor produksi adalah fungsi produksi frontier seperti yang dipakai oleh Coelli, et al sebagai berikut : LnY = b0 + b1lnx1 + e Adapun pengertian dari setiap variabel fungsi produksi dalam usaha tani ubi kayu seperti Tabel 6. berikut ini : Tabel 6. Definisi Variabel Fungsi Produksi Usaha Tani Ubi kayu Variabel Kode Variabel Skala Pengukur Dependen Y Output Kg Independen X1 Pupuk Kg Bo Intersept Sumber : (Coelli, 1992) Efisiensi Teknis Penelitian ini menggunakan stochastic frontier dengan metode pendugaan Maximum Likelihood (MLE). Variabel independen penduga fungsi produksi ini yaitu: Pupuk (X1). Karakter uji efisiensi teknis berdasarkan alat uji frontier adalah, semakin mendekati 1 maka data dianggap semakin efisien secara teknik. Adapun formulasi nilai efisiensi teknis setiap petani dapat dicari dengan menggunakan perbandingan fungsi produksi aktual yang dicapai petani dengan fungsi produksi frontier (Coelli et. al. 2005) sebagai berikut TEi = yi

5 yi * Dimana : TEi yi yi * = Efisiensi teknis petani ke-i = Jumlah produksi aktual petani ke-i (Kg) = Jumlah produksi potensial petani ke-i (Kg) Nilai efisiensi teknis (TE) berkisar antara 0 sampai sama dengan 1 (0 < TE 1). Jika nilai TE yang mendekati 1 maka penggunaan pupuk semakin efisien, namun apabila nilai TE mendekati 0, maka penggunaan pupuk dikatakan semakin inefisien (tidak efisien) secara teknik ( Ningsih. dkk, 2014). Efisiensi Harga Menurut Soekartawi (1990) apabila fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi Cobb-Douglas, maka: Y = AXb Atau Ln Y = Ln A + blnx Maka kondisi produksi marginal adalah: Y / X = b (Koefisien parameter elastisitas) Dalam fungsi produksi Cobb-Douglas, maka b disebut dengan koefisien regresi yang sekaligus menggambarkan elastisitas produksi. Dengan demikian, maka nilai produksi marginal (NPM) faktor produksi X, dapat ditulis sebagai berikut:

6 NPM = bypy X Dimana: b Y Py X = elastisitas produksi (ubi kayu) = produksi (ubi kayu) = harga produksi (harga ubi kayu) = jumlah pupuk NPM = nilai produktivitas marginal Secara ekonomi ada satu syarat lagi yang perlu dipenuhi yaitu pilihan yang berkaitan dengan harga input atau Px dan harga output atau PY. Jumlah input disebut X dan jumlah output disebut Y, jumlah keuntungan disebut B, sehingga dapat dituliskan : B = (Y. Py) (X. PX) Agar B mencapai maksimum, turunan pertama harus disamakan dengan nol, dengan asumsi PX dan PY konstan. Turunan pertamanya adalah nol. dimana : db = Py. dy - PX dx dx Py. MP = PX VMP = PX VMP = 1 PX VMP Px Py X = Value Marginal Product = harga input = harga output = jumlah input

7 Y = jumlah output db, dx = turunan B dan X dy, dx = turunan Y dan X Dalam banyak kenyataan NPMx tidak selalu sama dengan Px. Yang sering terjadi adalah sebagai berikut: a. (NPMx / Px) > 1 ; artinya penggunaan input X belum efisien, untuk mencapai efisien input X perlu ditambah. b. (NPMx / Px) < 1 ; artinya penggunaan input X tidak efisien, untuk mencapai efisien input X perlu dikurangi. c. ((NPMx / Px) = 1 ; artinya penggunaan input X sudah efisien, dan diperoleh keuntungan maksimal (Soekartawi, 1990). Efisiensi Ekonomi Efisiensi Ekonomi merupakan produk dari efisiensi teknis dan efisiensi harga (Susantun, 2000). Efisiensi ekonomi adalah hasil kali antara efisiensi teknis dengan efisiensi harga/alokatif dari seluruh faktor input dan dapat tercapai apabila kedua efisiensi tercapai, yaitu efisiensi teknis dan efisiensi harga/alokatif (Soekartawi, 1990). Jadi, efisiensi ekonomi dapat tercapai bila kedua efisiensi tersebut tercapai, sehingga dapat dituliskan menjadi: EE = ET. EH Dimana: EE : Efisiensi Ekonomi ET : Efisiensi Teknis EH : Efisiensi Harga

8 Dengan kriteria penilaian yaitu, jika : 1. EE = 1, maka penggunaan faktor produksi sudah efisien 2. EE >1, maka penggunaan faktor produksi belum efisien 3. EE< 1, maka penggunaan faktor produksi tidak efisien (Soekartawi, 1990). Hipotesis (2) dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan model regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor (biaya pupuk, harga ubi kayu, pengalaman petani, dan pendapatan) terhadap jumlah penggunaan pupuk. Pengolahan data digunakan dengan menggunakan alat bantu software spss 20. Setelah data diolah menggunakan spss 20, maka dilakukan interpretasi hasil. Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan maka fungsi Cobbdouglas yang bersifat non-linier diubah menjadi bentuk linier dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut (Soekartawi, 1990). Sehingga menjadi bentuk sebagai berikut: LnY = lnb0+b1lnx1+ b2lnx2+ b3lnx3+ e Keterangan : Y b0 x1 x2 x3 x4 e Ln = jumlah pupuk = intercept = biaya pupuk = harga ubi = pengalaman petani = pendapatan = kesalahan pendugaan = logaritma natural

9 Persamaan regresi dianalisis untuk menjelaskan hubungan sebab akibat dari faktor-faktor produksi terhadap output yang dihasilkan. Nilai yang diperoleh dari analisis regresi yaitu besarnya nilai t-hitung F-hitung dan koefisien determinan (R2). Nilai t-hitung digunakan untuk menguji secara statistik apakah koefisien regresi dari masing-masing variable bebas (Xn) yang dipakai secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap parameter tidak bebas (Y). pengujian secara statistik adalah sebagai berikut: 1. Uji Determinan (R 2 ) Koefisien determinasi R 2 merupakan suatu nilai statistik yang dihitung dari data sampel. Koefisien ini menunjukkan persentase variasi seluruh variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh perubahan variabel bebas (explanatory variables). Koefisien ini merupakan suatu ukuran sejauh mana variabel bebas dapat merubah variabel terikat dalam suatu hubungan (Supriana, 2013). 2. Uji t-hitung Uji t adalah uji secara parsial pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat. Taraf signifikansi (α) yang digunakan dalam ilmu sosial adalah 5% (Firdaus, 2011). Hipotesis: Ho : Tidak ada pengaruh yang nyata antara biaya pupuk (X1) terhadap variabel penggunaan pupuk (Y) H1 : Ada pengaruh yang nyata antara biaya pupuk (X1) terhadap variabel penggunaan pupuk (Y)

10 Uji statistik digunakan adalah uji statistik-t t-hitung = bi-bi Sbi t-tabel = tα/2(n-p) Keterangan: bi Sbi Bi n p = koefisien regresi ke-i = standar deviasi koefisien regresi ke-i = parameter ke-i yang dihipotesiskan = banyaknya pasangan data = jumlah parameter regresi Kriteria uji : 1. Berdasarkan Perbandingan Nilai t- hitung dan t- tabel - t-hitung > t-tabel α/2 (n-p), maka H0 diterima dan H1 ditolak. - t-hitung t-tabel α/2 (n-p), maka H0 ditolak dan H1 diterima. 2. Berdasarkan Nilai Signifikansi (α = 0,05) - Jika nilai signifikansi > α, maka H0 diterima dan H1 ditolak. -Jika nilai Signifikansi α, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Jika signifikansi > α maka parameter yang diuji atau faktor-faktor pengaruh biaya pupuk (X1) berpengaruh nyata terhadap jumlah pupuk (Y), sebaliknya jika signifikansi α, maka faktor-faktor pengaruh biaya pupuk (X1) tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah pupuk (Y).

11 3. Uji F-hitung Nilai F-hitung digunakan untuk mengetahui apakah variabel yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap veriabel tidak bebas (Supriana, 2013). Pengujian F-hitung adalah sebagai berikut: Hipotesis : H0 : Tidak ada pengaruh yang nyata secara serempak antara biaya pupuk, harga ubi kayu, dan pengalaman bertani terhadap jumlah pupuk. H1 : Ada pengaruh yang nyata secara serempak antara biaya pupuk, harga ubi kayu, dan pengalaman bertani terhadap jumlah pupuk. Uji statistik yang digunakan adalah uji F, yaitu: Keterangan: R2 k n = koefisien determinan = jumlah variabel termasuk intersept = jumlah pengamatan Kriteria uji : 1. Berdasarkan Perbandingan Nilai F-hitung dan F-tabel - F-hitung > F-tabel α/2 (n-p), maka H0 diterima dan H1 ditolak. - F-hitung F-tabel α/2 (n-p), maka H0 ditolak dan H1 diterima. 2. Berdasarkan Nilai Signifikansi (α = 0,05)

12 - Jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima dan H1 ditolak. - Jika nilai Signifikansi α maka H0 ditolak dan H1 diterima. Apabila Signifikansi < α maka H0 ditolak maka ada pengaruh yang nyata secara serempak antara biaya pupuk, harga ubi kayu, dan pengalaman bertani terhadap penggunaan pupuk. Dan sebaliknya bila Signifikansi H0 diterima maka tidak ada pengaruh yang nyata secara serempak antara biaya pupuk, harga ubi kayu, dan pengalaman bertani terhadap jumlah pupuk. 4. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas Pengujian normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang digunakan telah terdistribusi secara normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov, dengan melihat nilai signifikansi. Sig.KS > 0,05 = Data berdistribusi normal Sig.KS 0,05 = Data tidak berdistribusi normal Uji Kolmogorov Smirnov digunakan untuk menguji null hipotesis suatu sampel atas suatu distribusi tertentu (Firdaus, 2011). 2) Heteroskedastisitas Dalam persamaan regresi berganda perlu juga diuji mengenai sama atau tidak varians dari residual dari observasi yang satu dengan observasi yang lain. Jika residualnya mempunyai varians yang sama disebut terjadi homokedastisitas, dan jika variansnya tidak sama atau berbeda disebut terjadi heterokedastisitas. Persamaan regresi yang baik adalah jika tidak terjadi heterokedastisitas (Sunyoto, 2002).

13 Penelitian ini menggunakan uji Glejser sebagai penguji heterokedastisitas, dengan melihat nilai signifikansi. Sig. > 0,05 = Homokedastisitas (tidak terjadi masalah heterokedastisitas) Sig. 0,05 = Heterokedastisitas 3) Uji Multikolinieritas Uji asumsi klasik jenis ini diterapkan untuk analisis regresi berganda yang terdiri atas dua atau lebih variabel bebas atau independent variable, dimana akan diukur tingkat asosiasi (keeratan) hubungan/pengaruh antar variabel bebas tersebut melalui besaran koefisien korelasi (R). Dikatakan terjadi multikolinieritas jika koefisien korelasi antar variabel bebas lebih besar dari 0,60 (pendapat lain : 0,50 dan 0,90). Dikatakan tidak terjadi multikolinieritas jika kefisien korelasi antar variabel bebas lebih kecil atau sama dengan 0,60 (r 0,60) (Sunyoto, 2002). Atau dapat dilihat dari Kriteria nilai uji yang digunakan berikut ini, yaitu : Jika nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka model tidak mengalami multikolinieritas. Jika nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10, maka model mengalami multikolinieritas. 3.5 Definisi dan Batasan Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam menafsirkan penelitian ini, maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut : Definisi Adapun definisi dalam penelitian ini adalah :

14 1. Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi. 2. Usahatani ubi kayu ialah kegiatan yang dilakukan seseorang di dalam pembudidayakan tanaman ubi kayu dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan. 3. Fungsi produksi menggambarkan hubungan antara input dan output. Sehingga faktor produksi pupuk dapat diartikan sebagai faktor yang mempengaruhi total produksi. 4. Fungsi produksi linier adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel yang berpangkat satu, dimana variabel yang satu disebut dengan variabel dependen, yang dijelaskan (Y) dan yang lain disebut variabel independen, yang menjelaskan (X). 5. Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan output (hasil antara keuntungan dengan sumber-sumber yang dipergunakan). 6. Efisiensi teknis merupakan proses pengubahan input menjadi output, kombinasi antara kapasitas dan kemampuan unit kegiatan ekonomi untuk memproduksi sampai tingkat output maksimum dari input dan teknologi. Efisiensi teknis dikatakan tercapai apabila Average Product berada di titik maksimum. 7. Efisiensi harga merupakan kemampuan dan kesediaan unit ekonomi untuk beroperasi pada tingkat nilai produk marjinal (Marginal Value Product) sama dengan biaya marjinal (Marginal Cost).

15 8. Efisiensi ekonomi manakala petani mampu meningkatkan produksinya dengan harga faktor produksi yang dapat ditekan, tetapi dapat menjual produksinya dengan harga yang tinggi. 9. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk merupakan kemungkinan alasan petani menggunakan pupuk pada tanaman ubi kayu dan sesuai dengan teori fungsi permintaan. 10. Harga ubi kayu ialah harga jual ubi kayu yang berlaku di daerah penelitian dalam Rupiah. 11. Biaya pupuk ialah jumlah seluruh harga input pupuk yang dipakai petani ubi kayu di daerah penelitian dalam Rupiah. 12. Pengalaman petani ialah kejadian yang pernah dialami petani ubi kayu ketika dalam proses budidaya ubi kayu di daerah penelitian. 13. Pupuk pada penelitian ini ialah pupuk kimia dan pupuk organik yang digunakan petani ubi kayu. 15. Dosis (dose ; dosage) merupakan takaran obat, pupuk, pestisida, dsb; menyatakan banyaknya bahan (dalam kilogram) persatuan bobot badan atau satuan luas lahan, yang akan menghasilkan efek yang optimal. 16. Kesesuaian penggunaan pupuk merupakan ketika penggunaan pupuk seharusnya sama dengan penggunaan pupuk oleh petani ubi kayu Batasan Operasional Adapun batasan operasional dalam penelitian ini adalah: 1. Daerah penelitian di Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. 2. Waktu penelitian tahun 2017.

16 3. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah petani ubi kayu di Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Deskripsi Daerah Penelitian Letak Geografis, Batas, dan Luas Wilayah Penelitian ini dilakukan di Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai. Desa Suka Sari adalah salah satu desa dari 13 desa di Kecamatan Pegajahan. Desa Suka Sari merupakan salah satu desa tertinggi penghasil ubi kayu di Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai. Desa Suka Sari berada pada ketinggian antara 20-30m di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata 29 o C-30 o C. Luas wilayah Desa Suka Sari adalah sebesar Ha dan berjarak ± 5 Km arah selatan dari Kantor Camat Pegajahan, 25 Km dari Kota Kabupaten, 50 Km dari Kota Provinsi. Adapun batas-batas wilayah Desa Suka Sari adalah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pegajahan Kecamatan Pegajahan Sebelah Timur berbatasan dengan Rambung Sialang Kecamatan Sei Rampah Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bah Sidua-dua Kecamatan Serbajadi Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bingkat/ Desa T. Putus Kecamatan Pegajahan Tata Guna Lahan Desa Suka Sari yang terdiri dari 9 (sembilan) dusun dengan luas wilayah ± Ha dengan perincian pola penggunaan tanah sebagai berikut:

17 Tanah Pemukiman Tanah Ladang Tanah Perkebunan : 390 Ha : 358 Ha : 400 Ha Tanah Fasilitas Umum : 2 Ha Keadaan Penduduk 1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Jumlah penduduk Desa Suka Sari berdasarkan data berjumlah jiwa dengan kepala keluarga sebanyak KK. Hal ini dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1. Laki-Laki ,8 2. Perempuan ,2 Jumlah Sumber: Data Monografi Desa Suka Sari, 2016 Tabel 7. menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki yaitu sebanyak jiwa dengan persentase 51,2% sedangkan laki-laki sebanyak jiwa dengan persentase 48,8%. 2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama Penduduk Desa Suka Sari pada umumnya menganut agama islam,dan hanya sebagian kecil yang menganut agama kristen dan budha. Hal ini dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama No. Agama Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1. Islam Kristen 148 3,6 3. Budha 7 0,2 Jumlah Sumber: Data Monografi Desa Suka Sari, 2016

18 Tabel 8. menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di desa Suka Sari adalah Islam sebanyak jiwa dengan persentase 96,1% sedangkan penduduk yang beragama Kristen sebanyak 148 jiwa dengan persentase 3,6% dan penduduk yang beragama Budha sebanyak 7 jiwa dengan persentase sebanyak 0,2% Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakasn salah satu faktor penting yang mempengaruhi kemajuan dan perkembangan suatu desa. Semakin baik sarana dan prasarana yang tersedia maka akan semakin cepat laju perkembangan desa tersebut. Berikut adalah distribusi sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Suka Sari yang di jelaskan pada tabel 9. Tabel 9. Distribusi Sarana dan Prasarana No. Sarana dan Prasarana Jumlah 1. Paud 3 2. SD-Madrasah ibtidayah 3 3. SLTP 1 4. SLTA 1 5. SMK 1 6. Puskesmas 1 7. Posyandu 3 8. Mesjid 4 9. Musholla Gereja 2 Jumlah 28 Sumber: Data Monografi Desa, 2016 Tabel 9. menunjukkan bahwa desa Suka Sari memiliki 9 unit sarana pendidikan yang terdiri dari 3 unit Paud, 3 unit SD-Madrasah ibtidayah, 1 unit SLTP, 1 unit SLTA dan 1 unit SMK. Desa Suka Sari memiliki 4 unit sarana kesehatan yang terdiri dari 1 unit Puskesmas dan 3 unit Posyandu. Desa Suka Sari juga memiliki 15 unit sarana tempat peribadatan yang terdiri dari 4 unit Mesjid, 9 unit Musholla dan 2 unit Gereja Karakteristik Petani Sampel

19 Petani sampel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah petani ubi kayu yang berdomisili di Desa Suka Sari, Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdang Bedagai. Jumlah responden yang diambil yaitu sebanyak 92 Orang. Adapun karakteristik petani sampel adalah sebagai berikut : Karakteristik Petani Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin 10. berikut: Adapun jenis kelamin sampel di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel Tabel 10. Karakteristik Petani Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1. Laki-Laki 62 67,4 2. Perempuan 30 32,6 Jumlah Sumber: Data Primer Tabel 10. menunjukkan bahwa secara umum dari 92 orang sampel di daerah penelitian, petani sampel yang berjenis kelamin yang paling dominan adalah laki-laki yaitu sebesar 62 orang dengan persentase 67,4%. Sedangkan petani sampel yang berjenis kelamin perempuan adalah sebesar 30 orang dengan persentase 32,6% Karakteristik Petani Sampel Berdasarkan Umur berikut: Adapun umur sampel di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Karakteristik Petani Sampel Berdasarkan Umur No. Umur Jumlah (Jiwa) Persentase (%) , > ,0 34,8 31,5 18,5 1,1 Jumlah Sumber: Data Primer

20 Tabel 11. menunjukkan bahwa bahwa secara umum dari 92 orang petani sampel di daerah penelitian, jumlah petani sampel terbesar berada pada interval umur tahun yaitu sebanyak 32 orang dengan persentase 34,8%, sedangkan yang terkecil berada pada interval tahun dan >70 tahun yaitu sebanyak 1 orang dengan persentase 1,1% Karakteristik Petani Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan Adapun tingkat pendidikan sampel di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 12. berikut: Tabel 12. Karakteristik Petani Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1. Tidak Sekolah 8 8, SD SMP SMA ,9 15,2,2 Jumlah Sumber: Data Primer Tabel 12. menunjukkan bahwa bahwa secara umum dari 92 orang petani sampel di daerah penelitian, jumlah petani sampel terbesar berdasarkan tingkat pendidikan berada pada tingkat SD sebanyak 45 orang dengan persentase 48,9%, tingkat pendidikan SMA sebanyak 25 orang dengan persentase sebesar,2%, tingkat pendidikan SMP sebanyak 14 orang dengan persentase 15,2% dan jumlah terkecil berada pada tingkat pendidikan petani yang tidak bersekolah yaitu sebanayak 8 orang dengan persentase 8,7%.

21 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Efisiensi Teknis, Efisiensi Harga, dan Efisiensi Ekonomi Penggunaan Pupuk Pada Usahatani Ubi Kayu Efisiensi diartikan sebagai upaya untuk menggunakan input sekecilkecilnya untuk memperoleh produksi yang sebesar-besarnya. Penggunaan input secara optimal sangat dituntut dalam melakukan kegiatan usahatani, yakni dengan cara mengalokasikan sumber daya yang terbatas namun mampu memberikan hasil yang optimal. Ubi Kayu (Manihot esculenta) merupakan salah satu tanaman pangan yang dapat memberikan keuntungan yang cukup besar bagi petani jika dikelola dengan baik. Agar memperoleh keuntungan maksimal maka perlu dilakukan penggunaan pupuk yang efisien sebagai penunjang pertumbuhannya. Untuk menghitung efisiensi penggunaan pupuk pada usahatani ubi kayu dibutuhkan data mengenai jumlah pupuk, biaya pupuk, produksi ubi kayu, dan harga ubi kayu per hektar dalam satu musim tanam. Pada tabel 13. disajikan data mengenai jumlah pupuk, biaya pupuk, produksi ubi kayu, dan harga ubi kayu berdasarkan informasi 91 sampel.

22 Tabel 13. Jumlah Pupuk, Biaya Pupuk, Produksi Ubi Kayu, Harga Ubi Kayu, dan Penerimaan Usahatani Ubi Kayu / Ha / Musim Tanam Jumlah Biaya Produksi Harga No Penerimaan Pupuk Pupuk Ubi Kayu Ubi Kayu Sampel (Rp) (Kg) X (Rp) (Kg) Y (Rp)

23 Tabel 13. Lanjutan

24 Sumber: Data Primer, Efisiensi Teknis Nilai efisiensi teknis dapat diketahui dari pengolahan data dengan bantuan Software Frontier Version 4.1 dengan input data yang digunakan adalah jumlah produksi ubi kayu setiap sampel dan jumlah pupuk yang digunakan setiap sampel per hektar. Jika nilai efisiensi teknis sama dengan satu maka penggunaan pupuk sudah efisien dan jika nilai efisiensi teknis kurang dari satu maka penggunaan pupuk tidak efisien. Tabel 14. berikut adalah adalah hasil olahan data efisiensi teknis setiap sampel:

25 Tabel 14. Efisiensi Teknis Penggunaan Pupuk Pada Usahatani Ubi Kayu No Efisiensi Sampel Teknis Keterangan Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien

26 Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tabel 14. Lanjutan Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Rata Tidak Efisien

27 Rata Sumber: Data Primer Diolah, 2017 Berdasarkan hasil estimasi menggunakan Software Frontier 4.1 diperoleh nilai rata-rata efisiensi teknis penggunaan pupuk sebesar 0,90. Nilai efisiensi tersebut menunjukkan bahwa rata-rata petani sampel dapat mencapai 90% dari produksi potensial yang diperoleh dengan penggunaan pupuknya. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk oleh petani ubi kayu hampir mendekati efisien secara teknis. Hal ini dikarenakan 0,90 < 1 (mendekati 1) dan terdapat peluang sebesar 10% untuk mencapai efisiensi secara teknis. Meskipun secara teknis, hasil uji Frontier 0,90 hampir mendekati 1 (efisien). Namun hasil tersebut masih dibawah 1 dan masih termasuk daerah inefisien. Butuh 0,10 lagi untuk mencapai efisiensi secara teknis, maka penggunaan pupuk harus dikurangi Efisiensi Harga Nilai efisiensi harga dapat diketahui dari pengolahan data dengan bantuan Software Frontier Version 4.1 dengan input data yang digunakan adalah biaya pupuk setiap sampel dan penerimaan setiap sampel per hektar. Jika nilai efisiensi harga sama dengan satu maka penggunaan pupuk sudah efisien dan jika nilai efisiensi harga kurang dari satu maka penggunaan pupuk tidak efisien. Tabel 15. berikut adalah hasil olahan data efisiensi harga setiap sampel:

28 Tabel 15. Efisiensi Harga Penggunaan Pupuk Pada Usahatani Ubi Kayu No Sampel Efisiensi Harga Keterangan Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien

29 Tidak Efisien Tidak Efisien Tabel 15. Lanjutan Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Tidak Efisien Rata- Rata Tidak Efisien Sumber: Data Primer Diolah, 2017

30 Berdasarkan hasil estimasi menggunakan Software Frontier 4.1 diperoleh nilai rata-rata efisiensi harga sebesar 0,11. Dimana 0,11 < 1 yang artinya penggunaan pupuk pada tanaman ubi kayu tidak efisien secara harga. Dilihat dari hasil penelitian sebanyak 91 sampel, semua sampel tidak mencapai efisiensi secara harga. Hal ini dikarenakan efisiensi harga dipengarui oleh harga pada waktu tertentu. Efisiensi harga akan tercapai jika harga mengalami peningkatan. Pada saat penelitian dilakukan, harga ubi kayu sedang mengalami penurunan Efisiensi Ekonomi Efisiensi ekonomi adalah hasil kali antara efisiensi teknis dengan efisiensi harga, efisiensi ekonomi dapat tercapai bila kedua efisiensi tersebut tercapai, sehingga dapat dituliskan menjadi: EE = ET. EH Dimana: EE : Efisiensi Ekonomi ET : Efisiensi Teknis EH : Efisiensi Harga Dengan kriteria penilaian yaitu, jika : 1. EE = 1, maka penggunaan faktor produksi sudah efisien 2. EE >1, maka penggunaan faktor produksi belum efisien 3. EE< 1, maka penggunaan faktor produksi tidak efisien Efisiensi ekonomi adalah hasil kali antara efisiensi teknis dengan efisiensi harga. Dari perhitungan efisiensi ekonomi, maka diperoleh hasil efisiensi ekonomi penggunaan pupuk pada tanaman ubi kayu pada tabel 16. sebagai berikut:

31 Tabel 16. Efisiensi Ekonomi Penggunaan Pupuk Pada Usahatani Ubi Kayu No Efisiensi Efisiensi Efisiensi Sampel Teknis Harga Ekonomi Keterangan 1 0, , , Tidak Efisien 2 0, , , Tidak Efisien 3 0, , , Tidak Efisien 4 0, , , Tidak Efisien 5 0, , , Tidak Efisien 6 0, , , Tidak Efisien 7 0, , , Tidak Efisien 8 0, , , Tidak Efisien 9 0, , , Tidak Efisien 10 0, , , Tidak Efisien 11 0, , , Tidak Efisien 12 0, , , Tidak Efisien 13 0, , , Tidak Efisien 14 0, , , Tidak Efisien 15 0, , , Tidak Efisien 16 0, , , Tidak Efisien 17 0, , , Tidak Efisien 18 0, , , Tidak Efisien 19 0, , , Tidak Efisien 20 0, , , Tidak Efisien 21 0, , , Tidak Efisien 22 0, , , Tidak Efisien 23 0, , , Tidak Efisien 24 0, , , Tidak Efisien 25 0, , , Tidak Efisien 26 0, , , Tidak Efisien 0, , , Tidak Efisien 28 0, , , Tidak Efisien 29 0, , , Tidak Efisien 30 0, , , Tidak Efisien 31 0, , , Tidak Efisien 32 0, , , Tidak Efisien 33 0, , , Tidak Efisien 34 0, , , Tidak Efisien 35 0, , , Tidak Efisien 36 0, , , Tidak Efisien 37 0, , , Tidak Efisien 38 0, , , Tidak Efisien 39 0, , , Tidak Efisien 40 0, , , Tidak Efisien 41 0, , , Tidak Efisien 42 0, , , Tidak Efisien 43 0, , , Tidak Efisien 44 0, , , Tidak Efisien 45 0, , , Tidak Efisien 46 0, , , Tidak Efisien 47 0, , , Tidak Efisien

32 Tabel 16. Lanjutan 48 0, , , Tidak Efisien 49 0, , , Tidak Efisien 50 0, , , Tidak Efisien 51 0, , , Tidak Efisien 52 0, , , Tidak Efisien 53 0, , , Tidak Efisien 54 0, , , Tidak Efisien 55 0, , , Tidak Efisien 56 0, , , Tidak Efisien 57 0, , , Tidak Efisien 58 0, , , Tidak Efisien 59 0, , , Tidak Efisien 60 0, , , Tidak Efisien 61 0, , , Tidak Efisien 62 0, , , Tidak Efisien 63 0, , , Tidak Efisien 64 0, , , Tidak Efisien 65 0, , , Tidak Efisien 66 0, , , Tidak Efisien 67 0, , , Tidak Efisien 68 0, , , Tidak Efisien 69 0, , , Tidak Efisien 70 0, , , Tidak Efisien 71 0, , , Tidak Efisien 72 0, , , Tidak Efisien 73 0, , , Tidak Efisien 74 0, , , Tidak Efisien 75 0, , , Tidak Efisien 76 0, , , Tidak Efisien 77 0, , , Tidak Efisien 78 0, , , Tidak Efisien 79 0, , , Tidak Efisien 80 0, , , Tidak Efisien 81 0, , , Tidak Efisien 82 0, , , Tidak Efisien 83 0, , , Tidak Efisien 84 0, , , Tidak Efisien 85 0, , , Tidak Efisien 86 0, , , Tidak Efisien 87 0, , , Tidak Efisien 88 0, , , Tidak Efisien 89 0, , , Tidak Efisien 90 0, , , Tidak Efisien 91 0, , , Tidak Efisien Rata- Rata 0, , , Tidak Efisien Sumber : Data Primer Diolah, 2017

33 Dari perhitungan yang telah dilakukan pada tabel 16. maka diperoleh ratarata nilai efisiensi ekonomi sebesar 0,09. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk pada usahatani ubi kayu di daerah penelitian tidak efisien secara ekonomi karena 0,09 < 1. Artinya, penggunaan pupuk pada tanaman ubi kayu harus dikurangi agar efisiensi secara ekonomi dapat tercapai. Dengan demikian, hipotesis (1) yang menyatakan bahwa penggunaan pupuk pada usahatani ubi kayu tidak efisien baik secara teknis, harga, maupun ekonomi diterima kebenarannya Penggunaan Pupuk yang Optimal Berdasarkan Teori The Law Of Diminishing Returns (LDR) The Law of Diminishing Returns (Hukum Kenaikan Hasil Berkurang), Hukum ini menyatakan bahwa apabila penggunaan satu macam input ditambah sedang input-input yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan tadi mula-mula naik, tetapi kemudian seterusnya menurun jika input tersebut terus ditambahkan. Petani ubi kayu meningkatkan penggunaan jumlah pupuk dengan harapan akan meningkatkan hasil produksi ubi kayunya. Sesuai dengan Teori The Low Of Diminishing Retuns, jika jumlah pupuk ditambahkan pada waktu tertentu produksi akan mengalami peningkatan. Namun jika penambahan jumlah pupuk dilakukan secara terus-menerus sampai batas maksimal maka produksi tidak akan bertambah, tetapi sebaliknya produksi yang dihasilkan akan semakin berkurang. Untuk mengetahui tingkat penggunaan pupuk yang optimal (EP=1) maka disajikan data jumlah pupuk, produksi ubi kayu, AP, MP pada tabel 17. sebagai berikut:

34 Tabel 17. Jumlah Pupuk, Produksi Ubi Kayu, AP, MP, dan EP penggunaan pupuk Pada Usahatani Ubi Kayu/Ha Jumlah Pupuk (Kg) X Produksi Ubi Kayu (Kg) Y Ln X Ln Y AP MP EP , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,063-3, , , , , , , , , ,673-7, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,021 1, , ,47

35 Tabel 17. Lanjutan , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,288 10, , , , , , , , , , , , , , , , , ,360 19, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,00

36 Tabel 17. Lanjutan , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,368-2, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,187-3, , , , , , ,39 Sumber : Data Primer Diolah, 2017

37 Produksi Ubi Kayu (Kg/Ha) Produksi Ubi Kayu 200,00 150,00 100,00 50,00 0,00 MP AP -50,00-100,00-150,00 Gambar 4. Kurva Penggunaan Pupuk Pada Tanaman Ubi Kayu Produksi ubi kayu tertinggi adalah ketika jumlah pupuk yang digunakan 150 Kg/Ha, namun pada jumlah pupuk 156 Kg/Ha produksi kembali menurun.

38 Pada saat jumlah pupuk 192 Kg/Ha produksi ubi kayu meningkat kembali, dan kembali menurun pada saat jumlah pupuk 250 Kg/Ha. Sebagian besar petani ubi kayu yang diteliti, tidak menggunakan pupuk secara optimal sehingga penggunaan jumlah pupuk harus dikurangi. Dari tabel 17 dapat kita lihat bahwa hanya 2 orang sampel yang menggunakan pupuk secara optimal sedangkan 1 sampel menggunakan pupuk di bawah optimal yaitu 125kg/ha dan 88 orsng sampel menggunakan pupuk di atas jumlah pupuk optimal. Hal ini berarti, penambahan jumlah pupuk yang dilakukan oleh petani ubi kayu tidak mempengaruhi peningkatan jumlah produksi yang diperoleh atau penambahan output produksi kecil. Pengurangan jumlah pupuk yang berlebihan tersebut merupakan salah satu alternatif untuk menekan biaya (cost) yang dianggap tidak terlalu memberikan dampak besar bagi peningkatan jumlah produksi. Sehingga dana yang diperoleh dari pengoptimalan pupuk dapat dialokasikan untuk biaya pengadaan faktor produksi lain. Penggunaan pupuk secara optimal berdasarkan data tersebut dapat dilihat ketika Avarage Product (AP) sama dengan Marginal Product (MP) atau ketika AP bersinggungan dengan MP. Salah satu cara untuk melihat titik optimal ialah dengan melihat dan membandingkan nilai Elastisitas Produksinya (EP). Dimana, apabila nilai EP hampir mendekati 1 (0 Ep <1), maka nilai tersebut berada pada daerah efisien. Pada tabel 17. dapat kita lihat bahwa titik optimal penggunaan jumlah pupuk berada pada saat penggunaan jumlah pupuk sebesar 150 kg/ha dengan produksi sebesar Kg/ha. Artinya jika penggunaan pupuk diatas 150 Kg/Ha, maka penggunaan pupuk tidak optimal serta perlu dilakukan

METODE PENELITIAN. akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yang

METODE PENELITIAN. akurat mengenai faktor-faktor, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yang III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif. Analisis deskriptif yaitu metode penelitian dengan memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis adalah metode penelitian yang berpusat pada pemecahan masalah masalah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan Kabupaten

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Menurut Travers (1978) dalam Umar menjelaskan bahwa metode ini bertujuan

METODE PENELITIAN. Menurut Travers (1978) dalam Umar menjelaskan bahwa metode ini bertujuan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Deskriptif. Menurut Travers (1978) dalam Umar menjelaskan bahwa metode ini bertujuan untuk mengggambarkan sifat sesuatu

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak 24 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian yang diamati yaitu pengaruh aplikasi teknologi pakan, kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Komoditas pertanian erat kaitannya dengan tingkat produktivitas dan efisiensi yang rendah. Kedua ukuran tersebut dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU 30 ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU (Manihot esculenta) DI DESA PUNGGELAN KECAMATAN PUNGGELAN KABUPATEN BANJARNEGARA Supriyatno 1), Pujiharto 2), dan Sulistyani

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tembakau merupakan bahan baku utama pada industri rokok. Usahatani

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tembakau merupakan bahan baku utama pada industri rokok. Usahatani 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usahatani tembakau dinilai memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena komoditas tembakau merupakan bahan baku utama pada industri rokok. Usahatani tembakau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. didukung oleh kondisi alam dan iklim tropis di Indonesia. Adanya perubahan pola

BAB III METODE PENELITIAN. didukung oleh kondisi alam dan iklim tropis di Indonesia. Adanya perubahan pola 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Jamur tiram (pleorotus ostreatus) merupakan salah satu komoditi penting yang bernilai ekonomis. Jamur tiram dapat menjadi salah satu komoditi potensial

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Produktivitas usahatani padi dapat mengalami peningkatan maupun penurunan jumlah produksi. Hal tersebut biasanya disebabkan oleh penggunaan faktor produksi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI UBI KAYU

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI UBI KAYU ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI UBI KAYU Gibson F. Ginting, Hiras M.L. Tobing dan Thomson Sebayang 085372067505, franseda19@rocketmail.com Abstrak Tujuan dari penelitian ini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Merode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu suatu penelitian yang merumuskan diri pada pemecahan masalah yang ada

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU 8.1. Pendugaan dan Pengujian Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi dapat dimodelkan ke

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI LOKASI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

IDENTIFIKASI LOKASI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH Bab 3 IDENTIFIKASI LOKASI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH 3.1 Indikator dan Skoring 3.1.1 Indikator Daerah Berpendapatan Rendah Daerah berpendapatan rendah dalam kajian ini adalah daerah bila dilihat dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah 25 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah yang dipilih sebagai tempat penelitian mengenai Analisis Usahatani Kelapa

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK OLEH PETANI PADA TANAMAN UBI KAYU

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK OLEH PETANI PADA TANAMAN UBI KAYU ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK OLEH PETANI PADA TANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta) (Studi Kasus : Desa Sukasari, Kec. Pegajahan, Kab. Serdang Bedagai) SKRIPSI OLEH: FUTTY AUDINA MATONDANG 130304042

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi Lintang Utara,

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi Lintang Utara, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai 3.1.1 Letak Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 2 0 57 Lintang Utara, 3 0 16 Lintang Selatan, 98 0 33 Bujur Timur,

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CABAI BESAR (Capsicum annum L.) DI DESA PETUNGSEWU, KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CABAI BESAR (Capsicum annum L.) DI DESA PETUNGSEWU, KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG P R O S I D I N G 345 ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CABAI BESAR (Capsicum annum L.) DI DESA PETUNGSEWU, KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG Bagus Andriatno Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti negara yang mengandalkan sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun sebagai penopang pembangunan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah 25 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah yang dipilih sebagai tempat penelitian mengenai Analisis Sistem Integrasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) di Desa Sukanalu, Kecamatan Barusjahe, Kabupaten Karo dikarenakan desa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 33 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Penelitian analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar petani sebagai indikator kesejahteraan petani padi di Kabupaten Sragen menggunakan metode

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat yaitu Desa Purwasari. Pemilihan Kabupaten Bogor dipilih secara

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tugu Kelapa Dua Kecamatan Cimanggis Kota Depok dengan memilih Kelompok Tani Maju Bersama sebagai responden.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini berlokasi di Desa Sungai Ular Kecamatan Secanggang

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini berlokasi di Desa Sungai Ular Kecamatan Secanggang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini berlokasi di Desa Sungai Ular Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih, dan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara

Lebih terperinci

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya I. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, artinya adalah metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive method), yaitu di Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik. Alasan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan kecamatan Cigombong ini dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI 6.1 Analisis Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dijelaskan ke dalam fungsi produksi. Kondisi di lapangan menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tingkat Produksi Kedelai Peluang peningkatan produksi kedelai di dalam negeri masih terbuka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Fungsi Produksi Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi terhadap jumlah output yang dihasilkan. Kegiatan produksi bertujuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan 37 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan Semadam dan Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara Propinsi Aceh Dimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kopi Robusta. Faktor-faktor produksi yang diduga mempengaruhi produksi kopi

BAB III METODE PENELITIAN. kopi Robusta. Faktor-faktor produksi yang diduga mempengaruhi produksi kopi 15 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Produksi kopi Robusta erat hubungannya dengan faktor-faktor produksi kopi Robusta. Faktor-faktor produksi yang diduga mempengaruhi produksi kopi Robusta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan, mata pencaharian mereka adalah usaha pertanian. Umumnya mereka berniat meningkatkan

Lebih terperinci

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH Bab 5 KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH 5.1 Hasil Kajian Daerah Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki wilayah

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Saung Mirwan. Pemilihan PT Saung Mirwan dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM.

ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM. ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM. 09104830090 ABSTRAK Dari luas perairan umum 8.719 hektar memiliki potensi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN 4.1 Analisis Profil Responden 4.1.1 Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran secara umum data yang telah dikumpulkan dalam penelitian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995-

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995- BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series dengan periode waktu selama 21 tahun yaitu 1995-2015.

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 26 A. Metode Penelitian 1. Sasaran Penelitian BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA Sasaran penelitian adalah para petani berstatus pemilik maupun penyewa yang mengusahakan tanaman padi semi organik

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH 56 Intan Alkamalia 1, Mawardati 2, dan Setia Budi 2 email: kamallia91@gmail.com ABSTRAK Perkebunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penelitian yang memusatkan pemecahan masalahnya melukiskan suatu objek

III. METODE PENELITIAN. penelitian yang memusatkan pemecahan masalahnya melukiskan suatu objek III. METODE PENELITIAN Metode ialah sebuah cara atau jalan, dimana metode menyangkut cara kerja ataupun memahami objek yang menjadi sasaran ilmu. Metode penelitian yang digunakan ialah metode deskriptif.

Lebih terperinci

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI MENTIMUN DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI MENTIMUN DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI MENTIMUN DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI ANDRI JUSTIANUS SIMATUPANG NPM ABSTRAK Mentimun merupakan sayuran yang banyak digemari

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 24 BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.. Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Asembagus dan Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Propinsi Jawa Timur. Pemilihan kecamatan dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian 1. Objek Penelitian Lokasi penelitian ini adalah lima Kecamatan di Kabupaten Pati Bagian Selatan. Adapun kelima Kecamatan tersebut adalah Kecamatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGIPENELITIAN Metode Penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu

III. METODOLOGIPENELITIAN Metode Penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu III. METODOLOGIPENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu dengan cara melakukan pengamatan langsung di lapangan. Pengumpulan data atau informasi

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA Rosalina Berliani, Dyah Mardiningsih, Siwi Gayatri Program Studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek adalah lokasi atau bisa saja produk yang digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Objek adalah lokasi atau bisa saja produk yang digunakan untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/Subjek Penelitian Objek adalah lokasi atau bisa saja produk yang digunakan untuk penelitian. Sedangkan menurut Sugiyono (2012) adalah target populasi yang memiliki karakteristik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Ubi Kayu Ubi kayu atau singkong merupakan salah satu sumber karbohidrat yang berasal dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN 3.1 SEJARAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Keinginan untuk dimekarkannya Kabupaten Deli Serdang sebenarnya telah cukup lama muncul di kalangan masyarakat Kabupaten Deli Serdang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian adalah daerah tempat akan diadakannya penelitian yang mendukung dalam penulisan penelitian itu sendiri. Dalam hal ini yang akan dijadikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bahwa kabupaten ini adalah sentra produksi padi di Provinsi Sumatera Utara.

III. METODE PENELITIAN. bahwa kabupaten ini adalah sentra produksi padi di Provinsi Sumatera Utara. 45 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian yaitu di Kabupaten Deli Serdang, dengan pertimbangan bahwa kabupaten ini adalah sentra produksi padi di Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Direksi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero), Jalan Sei Batanghari, Medan, Sumatera Utara. Waktu penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah petani garam yang memproduksi garam di Kecamatan Batangan Kabupaten Pati. Penilitian ini menggunakan sampel sebanyak 75 petani

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Brondong dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Brondong di Jalan Raya Brondong

BAB III METODE PENELITIAN. Brondong dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Brondong di Jalan Raya Brondong BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang dilakukan adalah di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Brondong di Jalan Raya Brondong No. 17

Lebih terperinci

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi usahatani paprika hidroponik di lokasi penelitian adalah model fungsi Cobb-Douglas dengan pendekatan Stochastic Production

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian ditentukan secara secara sengaja (purposive sampling), yaitu Desa Parbuluan I Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi, dengan pertimbangan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN Pengumpulan data primer penelitian dilakukan di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pelaksanaan kegiatan Kajian Pengembangan Sarana Transportasi Pedesaan

PENDAHULUAN. Pelaksanaan kegiatan Kajian Pengembangan Sarana Transportasi Pedesaan BAB I PENDAHULUAN Pelaksanaan kegiatan Kajian Pengembangan Sarana Transportasi Pedesaan dan Permasalahan telah memasuki tahap akhir dimana setelah penyusunan Laporan Pendahuluan dan Laporan Kompilasi Data,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Sukasari Kaler yang berada di wilayah Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODEPENELITIAN

BAB III METODEPENELITIAN BAB III METODEPENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Produksi merupakan suatu proses transformasi input menjadi output. Input dalam usahatani bawang merah adalah lahan, bibit, tenaga kerja, pupuk organik,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. satu variable dengan variable yang lain atau dengan istilah lain adalah

BAB III METODE PENELITIAN. satu variable dengan variable yang lain atau dengan istilah lain adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah pedagang pasar tradisional Wates kabupaten Kulon Progo. Penelitian ini ditunjukkan untuk menjelaskan kedudukan- kedudukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Petani dalam melakukan kegiatan usahatani membutuhkan benih padi sebagai salah satu input faktor produksi yang memiliki peran penting. Permintaan terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Permintaan Beras di Kabupaten Kudus. Faktor-Faktor Permintaan Beras. Analisis Permintaan Beras

BAB III METODE PENELITIAN. Permintaan Beras di Kabupaten Kudus. Faktor-Faktor Permintaan Beras. Analisis Permintaan Beras 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Permintaan Beras di Kabupaten Kudus Faktor-Faktor Permintaan Beras Harga barang itu sendiri Harga barang lain Jumlah penduduk Pendapatan penduduk Selera

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian di tentukan secara sengaja (purposive) berdasarkan

BAB III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian di tentukan secara sengaja (purposive) berdasarkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian di tentukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan tertentu. Penelitian ini dilakukan di Desa Pematang Setrak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digambarkan lewat angka simbol, kode dan lain-lain. Data itu perlu dikelompokkelompokkan

BAB III METODE PENELITIAN. digambarkan lewat angka simbol, kode dan lain-lain. Data itu perlu dikelompokkelompokkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis data dan Sumber Data 3.1.1. Jenis Data Secara umum, data juga dapat diartikan sebagai suatu fakta yang digambarkan lewat angka simbol, kode dan lain-lain. Data itu perlu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Subyek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah petani bawang merah di Desa Tirtohargo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Petani

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan atas wilayah

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK BERSUBSIDI PADA TANAMAN PADI SAWAH. (Studi Kasus: Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK BERSUBSIDI PADA TANAMAN PADI SAWAH. (Studi Kasus: Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai) ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK BERSUBSIDI PADA TANAMAN PADI SAWAH (Studi Kasus: Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai) Joan Octrani Siallagan, Diana Chalil, M. Jufri Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam mengatasi krisis yang sedang terjadi.

Lebih terperinci

ANALISIS OPTIMALISASI PENGGUNAAN INPUT PADA USAHA BUDIDAYA PERIKANAN

ANALISIS OPTIMALISASI PENGGUNAAN INPUT PADA USAHA BUDIDAYA PERIKANAN ANALISIS OPTIMALISASI PENGGUNAAN INPUT PADA USAHA BUDIDAYA PERIKANAN (Studi Kasus : Kota Tanjung Balai) Debbie Febrina Manurung, * Thomson Sebayang ** Dan Hasman Hasyim ** *) Alumni Program Studi Agribisnis

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1. ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi ABSTRAK Tanaman pangan yang berkembang di Kabupaten Bekasi adalah padi, jagung, ubi kayu,

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI DAN OPTIMASI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN PUPUK KIMIA OLEH PETANI PADA TANAMAN CABAI MERAH

ANALISIS EFISIENSI DAN OPTIMASI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN PUPUK KIMIA OLEH PETANI PADA TANAMAN CABAI MERAH 1 ANALISIS EFISIENSI DAN OPTIMASI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN PUPUK KIMIA OLEH PETANI PADA TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum Annum L) DI KABUPATEN SIMALUNGUN (Studi kasus : Desa Urung

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV. Trias Farm yang berlokasi di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Tabel 5.1 Hasil Uji Validitas. Variable Corrcted item total R tabel Keterangan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Tabel 5.1 Hasil Uji Validitas. Variable Corrcted item total R tabel Keterangan 61 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Data 1. Uji Validitas Uji validitas bertujuan untuk menguji tingkat keandalan dan kesahihan alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Tabel 5.1 Hasil Uji

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis memerlukan data-data yang lengkap serta cara menganalisis yang

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis memerlukan data-data yang lengkap serta cara menganalisis yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis memerlukan data-data yang lengkap serta cara menganalisis yang benar dan akurat dengan menggunakan metode sebagai berikut: 1. Objek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jagung di kecamatan Tigabinanga, penulis menggunakan teori yang sederhana sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jagung di kecamatan Tigabinanga, penulis menggunakan teori yang sederhana sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Teori yang digunakan untuk mengurai perumusan masalah pendapatan petani jagung di kecamatan Tigabinanga, penulis menggunakan teori yang sederhana sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Responden Sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa responden yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa pada Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pulau Pasaran terletak di kota Bandar Lampung berada pada RT 09 dan RT 10

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pulau Pasaran terletak di kota Bandar Lampung berada pada RT 09 dan RT 10 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian Pulau Pasaran terletak di kota Bandar Lampung berada pada RT 09 dan RT 10 kelurahan Kota Karang dan Kecamatan Teluk Betung Timur. Pada Tahun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. belajar kimia SMA Negeri 1 Jogonalan Kabupaten Klaten.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. belajar kimia SMA Negeri 1 Jogonalan Kabupaten Klaten. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Diskripsi Data Diskripsi hasil penelitian ini didasarkan pada skor dari kuesioner yang digunakan untuk mengetahui pengaruh motivasi dan iklim

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Kabupaten Tapanuli Selatan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Kabupaten Tapanuli Selatan yang BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Kabupaten Tapanuli Selatan yang mempunyai jumlah peternak sapi IB dan non IB di tiga Kecamatan yaitu Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari 49 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. Objek penelitian merupakan sumber diperolehnya data dari

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan

Lebih terperinci

Gatak Gatak Gatak Kartasura Kartasura Baki

Gatak Gatak Gatak Kartasura Kartasura Baki III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis yaitu metode yang mempunyai ciri memusatkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/Subyek Penelitian 1. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Purwodadi Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan. Lokasi ini sengaja dipilih karena

Lebih terperinci