Pain Relief/Bebas Nyeri pada Neonatus

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pain Relief/Bebas Nyeri pada Neonatus"

Transkripsi

1 Pain Relief/Bebas Nyeri pada Neonatus Sangat sulit dipercaya bahwa butuh waktu yang lama untuk komunitas kedokteran untuk meyadari bahwa neonates juga merasakan nyeri. Sudah merpakan hak dasar untuk setiap individu, tanpa memandang umur atau ukuran, untuk bebas nyeri. Nyeri pada neonatus yang baru lahir merupakan fenomena yang ada dimana-mana. Semua bayi baru lahir, bahkan yang normal, akan mengalami nyeri iatrogenic pada hari pertama kelahiran, dimulai dari injeksi vitamin K, pengambilan sampel darah untuk kadar gula, bilirubin atau pemantauan metabolic sebelum keluar dari rumah sakit. Neonatus yang dirawat di Unit Perawatan Intensif Neonatus (NICU) secara konstan terpapar dengan nyeri, ketidaknyamanan atau stimulus yang berbahaya dengan intensitas yang berbeda untuk berbagai alasan. Hal ini termasuk prosedur bedah, tusukan jarum untuk pengambilan daarah dan kanulasi. Situasi menyakitkan mungkin bersifat sementara atau kronis seperti dalam kasus necrotizing enterocolitis dan ventilasi berkepanjangan. Bahkan tindakan yang tampaknya tidak berbahaya seperti mengganti popok, pengukuran berat badan harian dan melepas pita perekat dapat memberi rangsangan yang tidak nyaman atau berbahaya. Semua peristiwa ini, terutama pada bayi prematur secara individu atau secara kumulatif, yang mengakibatkan hasil yang merugikan seperti kematian, dampak neurologis yang buruk, somatisasi abnormal dan respon terhadap nyeri di kemudian hari. Mitos nyeri neonatal Evaluasi nyeri dianggap sulit pada neonatus oleh karena nyeri telah dianggap sebagai fenomena subjektif. Studi awal pengembangan neurologis menyimpulkan bahwa tanggapan neonatal terhadap rangsangan yang menyakitkan didekortikasi secara alami dan bahwa persepsi atau lokalisasi nyeri tidak ada. Selanjutnya, karena neonatus mungkin tidak memiliki memori pengalaman menyakitkan, mereka tidak mampu menafsirkan rasa sakit dengan cara yang sama dengan orang dewasa. Secara teoritis, terdapat pendapat bahwa ambang tinggi rangsangan untuk nyeri mungkin adaptif untuk melindungi bayi dari rasa sakit saat melahirkan. Pandangan tradisional ini telah menyebabkan keyakinan luas dalam komunitas medis bahwa neonatus atau janin tidak bisa merasa sakit.

2 Definisi Nyeri: International Association of the Study of Pain (IASP) mendefinisikan bahwa rasa sakit adalah "pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dengan kerusakan". Menurut IASP, nyeri selalu subjektif. Setiap individu belajar penerapan kata melalui pengalaman yang berhubungan dengan cedera pada awal kehidupan "Namun, definisi nyeri oleh IASP tidak berlaku untuk manusia yang tidak mampu diri melaporkan nyeri misalnya bayi baru lahir dan bayi yang lebih tua umurnya. Anand dan rekan kerjanya menyatakan bahwa "hubungan antara merasakan nyeri dan melaporkan rasa nyeri sangat tergantung pada konteks". Sejak tahun 1980-an telah menjadi semakin jelas bahwa janin dan bayi baru lahir merasakan dan merespon rasa sakit. Jika rasa sakit yang berkepanjangan atau berulang-ulang, sistem nyeri yang sedang berkembang dapat berubah secara permanen, sehingga dapat mengubah proses pada tingkat spinal dan supraspinal. Selama beberapa tahun terakhir, bukti dari kedua penelitian klinis dan praklinis telah menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir lebih sensitif terhadap rasa sakit daripada bayi yang lebih tua umurnya, anak-anak, dan dewasa. Untuk bayi baru lahir yang sehat, pengalaman nyeri terbatas tusukan tumit atau pungsi vena untuk pemeriksaan metabolik atau injeksi intramuskular vitamin K atau vaksin. Untuk bayi prematur atau neonates yang sakit, memiliki pengalaman nyeri yang sangat berbeda. Mereka mendapatkan rangsangan nyeri berulang oleh karena prosedur, kerusakan jaringan luas yang dihasilkan dari operasi, atau invasi dari selang endotrakeal yang diberikan untuk ventilasi mekanis. Dengan demikian, pada saat bayi cukup bulan yang sehat belajar mengenai lingkungan dan bayi prematur bayi tumbuh di lingkungan Rahim yang terlindungi, sekitar 8% dari neonatus merasa nyeri dan jika tidak ditangani, akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan normal bayi. Beberapa sumber dari bukti klinis dan eksperimental mendukung kebutuhan untuk menyediakan analgesia/anestesi yang cukup untuk bayi yang baru lahir yang menjalani prosedur invasif (kesehatan, bedah, diagnostik, dan terapi) atau kondisi terkait dengan komponen nyeri yang signifikan (misalnya, kulit terbakar, necrotizing enterocolitis). Nosisepsi: didefinisikan sebagai kemampuan untuk merasakan sakit yang disebabkan oleh stimulasi nociceptor. Nosiseptor adalah reseptor nyeri pada organ somatik dan

3 visceral yang dapat mendeteksi perubahan mekanis, termal atau kimia di atas ambang batas yang ditetapkan. Setelah dirangsang, nociceptor mengirimkan sinyal di sepanjang tulang belakang ke otak. Nosisepsi memicu berbagai tanggapan otonom dan juga dapat mengakibatkan pengalaman subjektif dari rasa sakit pada manusia yang sadar. Ini terdiri dari empat tahap; transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi. Dalam literatur, istilah yang berkaitan dengan rasa sakit dan nosisepsi digunakan secara bergantian dan dalam ulasan ini kedua akan dianggap sama. Perkembangan nosisepsi pada janin dan bayi baru lahir: Jalur saraf untuk nosisepsi seperti yang ditunjukkan di atas dapat dilacak pada bayi baru lahir dan kepadatan serat nyeri di kulit mirip dengan orang dewasa. Mikroskop elektron dan studi immunocytochemical menunjukkan bahwa perkembangan berbagai jenis sel pada dorsal horn (bersama dengan susunan laminar, interkoneksi synaptic, dan vesikula neurotransmitter tertentu) dimulai sebelum 13 sampai 14 minggu kehamilan dan selesai setelah 30 minggu. Kurangnya mielinisasi telah digunakan sebagai indeks dari immaturitas dan sering dikutip sebagai alasan untuk neonatus tidak mampu merasakan sakit. Tetapi bahkan dalam saraf perifer orang dewasa, impuls nosiseptif dihantarkan melalui serat unmyelinated (C-polimodal) dan serat tipis mielin (A-delta). Selain itu, jalur nyeri ke tulang belakang, batang otak dan thalamus benar-benar bermielin setelah 30 minggu; sedangkan serat nyeri thalamo-kortikal pada lengan posterior kapsula interna dan corona radiata internal bermielin setelah 37 minggu. Bayi berumur 25 minggu pasca usia menstruasi (PMA) telah terbukti memiliki respon kortikal terhadap rangsangan berbahaya. studi spektroskopi inframerah pada bayi prematur minggu kehamilan menjalani stimulasi taktil, rangsangan non-berbahaya dan menyakitkan (pungsi vena) menemukan bahwa aktivasi kortikal somatosensori terjadi bilateral setelah stimulasi unilateral. Ini menunjukkan bahwa neonatus memiliki koneksi saraf yang diperlukan untuk mengalami komponen afektif nyeri. Neurotransmitter nyeri Berbagai zat telah diidentifikasi untuk transmisi dan kontrol nyeri tetapi substansi P adalah salah satu yang terbaik yang diselidiki pada bayi dimana kadar yang signifikan

4 dapat ditunjukkan. Opioid endogen dilepaskan pada janin manusia saat lahir dan dalam menanggapi distress pada janin dan bayi. Perubahan selama nyeri Fisiologis: Perubahan denyut jantung, oksigenasi dan palmar yang berkeringat telah diamati pada neonatus yang menjalani prosedur klinis yang menyakitkan. Besarnya perubahan denyut jantung terkait dengan intensitas dan durasi stimulus dan temperamen individu bayi. Fluktuasi besar dalam oksigenasi ke atas dan bawah yang "aman" berkisar 50 sampai 100 mm Hg telah diamati selama prosedur bedah pada neonatus. Intubasi trakea pada bayi premature yang terjaga dan neonates cukup bulan disebabkan oleh hipoksemia signifikan bersama-sama dengan peningkatan tekanan darah arteri dan tekanan intrakranial. Peningkatan tekanan intrakranial dengan intubasi dihapuskan pada neonatus prematur yang dibius. Selain itu, respon kardiovaskular bayi pada suction trakea dihapuskan oleh opiat-induced analgesia. Hormonal dan metabolik: Aktivitas renin plasma meningkat setelah pungsi vena pada neonatus cukup bulan. Pada neonatus prematur yang menerima terapi ventilasi, fisioterapi dada dan suction endotrakeal menunjukkan peningkatan besar pada epinefrin dan norepinefrin plasma; respon ini menurun pada bayi yang dibius. Pada neonatus yang menjalani sirkumsisi tanpa anestesi, kadar kortisol plasma meningkat tajam selama dan setelah prosedur. Neonatus prematur dan cukup bulan yang yang menjalani operasi di bawah anestesi minimal ditandai dengan pelepasan katekolamin, hormon pertumbuhan, glukagon, kortisol, aldosteron, dan kortikosteroid lainnya, serta penekanan sekresi insulin. Hasil ini menunjukkan bahwa rangsangan nociceptive selama operasi dilakukan dengan anestesi minimal bertanggung jawab atas respon stres besar neonatus. Konsekuensi dari rasa sakit Medis: Nyeri dapat menjadi buruk terutama saat keadaan fisiologi menjadi hipoksia, hiperkarbia, asidosis, hiperglikemia atau gangguan pernapasan. Bayi yang medaptkan

5 analgesia peri-operatif yang baik menunjukkan keadaan stabil dan pemulihan lebih cepat. Perkembangan saraf: Bayi prematur <1000g yang telah terkena rangsangan berbahaya berulang kurang responsif terhadap rangsangan yang menyakitkan pada usia 18 bulan, tetapi pada 10 tahun angka nyeri medis yang lebih tinggi daripada rekan-rekan mereka dengan berat badan normal. Prinsip-prinsip umum dalam pencegahan dan pengelolaan nyeri pada bayi baru lahir: 1. Komponen neuroanaotmi dan sistem neuroendokrin cukup berkembang untuk memungkinkan transmisi rangsangan yang menyakitkan pada neonatus. 2. Nyeri pada bayi baru lahir sering tidak diakui dan terobati. Neonatus merasa sakit, dan analgesia harus ditentukan selama perawatan medis. 3. Jika prosedur memberikan rangsang nyeri orang dewasa maka harus dipertimbangkan hal yang sama pada bayi baru lahir, bahkan jika mereka prematur. 4. Dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih tua, bayi yang baru lahir dapat mengalami sensitivitas yang lebih besar terhadap rasa sakit dan lebih rentan terhadap efek jangka panjang untuk stimulasi yang menyakitkan. 5. Perawatan nyeri yang memadai berhubungan dengan penurunan komplikasi klinis dan penurunan angka kematian. 6. Sedasi tidak memberikan rasa sakit dan dapat menutupi respon neonatus terhadap nyeri. 7. Kurangnya respon perilaku (termasuk menangis dan gerakan) tidak selalu menunjukkan kurangnya rasa sakit. 8. Keparahan nyeri dan efek analgesia dapat dinilai pada neonatus. Perawatan kesehatan professional memiliki tanggung jawab untuk menyediakan pendekatan sistematis untuk manajemen nyeri termasuk penilaian, pencegahan dan pengobatan nyeri pada neonatus. 9. Pengobatan harus mencakup penggunaan yang tepat dari intervensi lingkungan, perilaku dan farmakologis. 10. Lingkungan harus kondusif untuk kesejahteraan neonatus dan keluarga. 11. Edukasi dan validasi kompetensi dalam penilaian nyeri dan manajemen untuk semua dokter dan perawat neonatal, adalah tanggung jawab profesional dari unit klinis.

6 1. Kontrol nyeri neonatal: Semua unit neonatal wajib memiliki program kontrol nyeri neonatal yang menekankan hal berikut. Memberikan penilaian rutin untuk mendeteksi rasa sakit neonatal 2. Mengurangi jumlah prosedur yang menyakitkan 3. Mencegah atau mengobati nyeri akut dari prosedur invasif 4. Mengantisipasi dan mengobati nyeri pasca operasi bedah 5. Mencegah rasa sakit dan stres berkepanjangan atau berulang selama perawatan intensif neonatal Penilaian skala nyeri: Lima tanda penting Memilih alat yang paling tepat untuk mengevaluasi nyeri neonatal adalah penting untuk manajemen. Dokumentasi sakit juga penting karena bisa ada variasi dalam persepsi nyeri pada bayi antara berbagai pengasuh. Banyak alat scoring nyeri dan beberapa yang digunakan umumnya ditunjukkan pada Tabel 1. Manajemen nyeri pada neonatus Beberapa kelas obat telah dievaluasi untuk pencegahan dan pengelolaan nyeri neonatal dan stres, termasuk analgesik opioid, anestetik lokal, anestesi umum, sedatif, hipnotik,

7 obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID), dan sukrosa (Tabel 2). Meskipun banyak penelitian telah dilakukan dengan obat-obat ini, banyak pertanyaan yang masih belum terjawab sehingga mencegah penggunaan optimal dari obat ini dalam praktek klinis. Nyeri pada neonatus dapat dikelola dengan intervensi farmakologis dan nonfarmakologis. Menggunakan analgesik untuk meredakan nyeri prosedural jangka pendek pada bayi baru lahir dipertanyakan karena efektivitas rendah obat ini dan potensi efek samping. Strategi pereda nyeri non-farmakologis yang nyaman, murah, dapat digunakan tanpa resep, dan juga ditoleransi dengan baik oleh bayi. Nyeri prosedural pada bayi baru lahir dapat dicegah dengan intervensi non-farmakologis, seperti nonnutritive sucking (NNS) swaddling, tucking [30], sukrosa oral, minum ASI langsung dan kontak kulit-ke-kulit kontak.

8 Pendekatan perilaku: Perencanaan yang baik akan menghindarkan dari pengambilan sampel darah yang berlebihan dan tidak. Perawatan harus dilakukan untuk menghindarkan dari perawatan rutin dengan adanya penusukan jarum. Bayi harus ditutupi dengan baik dan sebaiknya dipegang oleh ibu. Jika situasi memungkinkan, prosedur harus dilakukan selama atau setelah menyusui. Mata harus terlindung dari sorotan lampu prosedur. Setelah prosedur harus diadakan dan menghibur bayi sampai semua isyarat nyeri telah menghilang. Prosedur pain relief:

9 1. Non-nutritive sucking: Dot yang dicelupkan ke dalam cairan sukrosa dan diberikan kepada bayi untuk menggabungkan sinergisme dari non-nutritive sucking dengan analgesia sukrosa. 2. Menyusui: Bayi dalam posisi yang nyaman di lengan dan menyusui ibu menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik dalam durasi menangis selama dan setelah imunisasi. Ini memiliki potensi untuk digunakan pada bayi dengan baik terutama di klinik imunisasi. 3. Swaddling/Lampin: atau facilitative tucking bayi memastikan kelancaran pelaksanaan prosedur tapi ini hanya layak pada bayi tertentu dan juga tergantung pada prosedur. Pengambilan darah dari ekstremitas akan memberikan keuntungan dengan tucking. 4. Kangaroo care: Gray dkk menemukan bahwa sekitar menit dari perawatan kanguru menurunkan insiden menangis, meringis, dan denyut jantung selama prosedur heel-stick. Johnston dkk menunjukkan bahwa perawatan kanguru secara signifikan mengurangi respon nyeri akut neonatus prematur pada umur minggu dan minggu kehamilan. 5. Sukrosa oral; Sukrosa oral dan cairan lain yang manis telah digunakan untuk memberikan rasa tenang dan mengurangi rasa sakit pada bayi pada abad terakhir ini, dan bahkan sebelum waktu ini. Pada tahun 1991 Blass melaporkan bahwa 2 ml sukrosa 12% dibandingkan dengan air 2 ml secara signifikan mengurangi waktu menangis selama tusukan tumit dan sirkumsisi. Mekanisme yang mendasari efek analgesik dari cairan manis dianggap karena pelepasa opioid endogen. Efek menenangkan yang terbukti karena rasa manis, dan tidak tergantung volume, karena volume kecil dari 0,2 ml sukrosa sama-sama seefektif volume yang lebih besar dari 0,6 ml dan 1,0 ml. Efek dari puncak rasa manis terjadi dua menit setelah pemberian, dan bertahan selama sekitar 5-8 menit dan tergantung pada kontak dengan lidah, dan tidak menelannya langsung melalui selang nasogastrik. Meskipun sejumlah besar studi mekanisme rasa manis dan perlindungan nyeri tidak jelas. Pedoman penggunaan sukrosa oral pada neonatus Indikasi untuk penggunaan: Nyeri prosedural jangka pendek

10 1. akses intravena, 2. injeksi IM, 3. Pelepasan plester, 4. Pungksi Lumbar, 5. Penjahitan minor, 6. Pengambilan sampel darah arteri dan vena, 7. Suction (cth hidung), 8. kateterisasi urin, 9. Suprapubik tap, 10. Insersi NG / OG, 11. Penggantian balutan luka, 12. Imunisasi, 13. Pemeriksaan ROP, 14. Insersi/pelepasan chest tube. Prinsip: 1. Cairan sukrosa 24% bila masuk di mulut, menginduksi produksi opioid endogen memberikan analgesia untuk prosedur minor 2. Jangan menggunakan lebih dari 3 dosis selama prosedur tunggal 3. Jangan gunakan untuk bayi yang membutuhkan penghilang rasa sakit yang sedang berlangsung (misalnya pasca operasi), karena bayi ini akan membutuhkan acetaminophen atau opioid seperti fentanil atau morfin. 4. Penting untuk menyadari bahwa meskipun bayi masih menangis dan menunjukkan tanda-tanda sakit ketika 24% air sukrosa digunakan, penelitian telah secara konsisten menunjukkan bahwa sensasi rasa sakit dan efek negatifnya akan berkurang. 5. Efek analgesik dari air sukrosa 24% tampaknya kurang efektif setelah 46 minggu pasca usia konseptual. Dosis: HANYA Pemberian oral / dosis Bayi yang diintubasi: 0.1ml Bayi <1000 gram: 0.1ml Bayi <= 28 minggu kehamilan: 0.1ml Bayi >= gram: ml Bayi >= 2000 gram: ml Prosedur: 1. Menggunakan jarum suntik steril 1 ml atau pipet, mengambil dosis yang diinginkan, tempatkan ujung jarum suntik/pipet ke dalam mulut bayi ke bagian anterior lidah dan mengeluarkan cairan perlahan, memungkinkan bayi untuk menikmati manisnya. 2. Tunggu 2 menit dan kemudian melakukan intervensi 3. Untuk bayi yang membutuhkan dosis sukrosa sesekali, perawat dapat memberikan dosis langsung dari wadah (dibuang ketika prosedur selesai).

11 4. Jika memberi lebih dari 0.1ml, mungkin sebaiknya untuk memberikan sebagian dari dosis 2 menit sebelum prosedur, dan kemudian sisa dosis sedikit demi sedikit, selama seluruh prosedur. Kontraindikasi: Penggunaan cairan sukrosa 24% merupakan kontraindikasi pada bayi berikut: 1. Bayi berisiko tinggi untuk NEC; a. Bayi sesak napas, b. Bayi dengan penyakit jantung bawaan yang tidak bisa makan sendiri, c. Bayi dengan intoleransi makan, d. Bayi tanpa bising usus 2. Bayi dengan atresia esofagus atau fistula trakea esophagus 3. Bayi yang dibius atau obat nyeri lain yang beresiko aspirasi 4. Bayi post-op yang harus menghindari produksi air liur berlebihan 5. Bayi dengan fase aktif PPHN Dokumentasi: 1. Dokumen keperawatan / jumlah obat dan # dari dosis yang digunakan. 2. Menilai skor nyeri dengan menggunakan skala yang sesuai sebelum, selama, dan setelah mendokumentasikan prosedur pada flowsheet keperawatan. 3. Dosis berulang dapat diberikan selama prosedur tunggal sesuai dengan skor nyeri, tidak melebihi 3 dosis. Seiring penggunaan berbagai teknik non-farmakologi mencapai efektivitas klinis yang lebih besar dari salah satu dari teknik ini untuk digunakan sendiri Anestesi lokal Infiltrasi kulit lidokain atau anestesi lokal lainnya menangani rasa sakit dari prosedur perlukaan kulit seperti pungsi lumbal, insersi ICD penyisipan, selama sekitar menit. EMLA cream (campuran eutektik dari anestesi lokal) telah digunakan untuk sirkumsisi tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa obat tersebut efektif tetapi kalah dengan nervus block dorsal penis Kerugiannya berupa butuh waktu lama untuk onset kerja. Untuk prosedur elektig yang direncanakan misalnya pungsi lumbal, sirkumsisi, garis intravena, jalur arteri, di mana lebih dari 60 menit waktu yang tersedia, krim EMLA sangat membantu. Menariknya, krim EMLA tidak berguna untuk nyeri pada tusukan tumit tusukan. Anestesi tetes mata dikombinasi dengan sukrosa oral yang telah dicoba untuk mengurangi rasa sakit selama skrining retinopati prematuritas (ROP).

12 Anestesi regional Teknik ini dapat digunakan secara tepat misalnya nervus blok dorsal penis untuk sirkumsisi jika ada pengetahuan yang cukup tentang teknik dan dosis berbagai obat. Pain relief peri-operatif Jutaan bayi yang baru lahir menjalani operasi untuk berbagai kondisi di seluruh dunia setiap tahun. Intervensi nyeri harus direncanakan untuk periode intra-operatif dan pascaoperasi. Kelompok obat potensial termasuk opioid dan antagonis opioid, sedatif/hipnotik, anestesi uap, anestesi lokal, atau NSAID, dan ada kesempatan untuk menggabungkan beberapa jenis intervensi analgesik Analgesik opioid Morfin: ini berguna untuk nyeri akut yang sedang sampai parah, untuk sedasi praoperasi, dan selama anestesi. Morfin dan metabolitnya dibersihkan oleh ginjal dan sebagian oleh ekskresi empedu. Obat ini diberikan biasanya dengan infus kontinu 10-30μg / kg / jam pada neonatus berventilasi untuk nyeri perioperatif nyeri. Neonatus, terutama preterms lebih sensitif terhadap opioid dan beresiko untuk apnea, hipotensi dan retensi urin. Fentanyl: Ovat ini adalah opioid sintetik yang kali lebih kuat dari morfin. Efek samping utama adalah apnea, bradikardia dan kaku dinding dada. Pada neonatus berventilasi baik morfin dan fentanil infus menghasilkan bukti pain relief fisiologis tetapi dapat memperpanjang ventilasi. Lainnya: remifentanil dan alfentanyl telah digunakan untuk prosedur singkat seperti intubasi trakea atau insersi central line namun data safety kurang pada neonatus. Analgesik non-opioid Acetaminophen: (parasetamol) sering diresepkan untuk pengelolaan nyeri ringan sampai sedang untuk nyeri prosedural atau pasca operasi. Data nyeri pada bayi yang baru lahir pada umumnya negatif tetapi efektif pada usia 3-6 bulan dan lebih tua. Plasma clearance acetaminophen lebih lambat pada neonatus dan karenanya harus diberikan dalam dosis 10-15mg / kg secara oral atau 20-25mg / kg rektal setiap 6-8 jam.

13 KESIMPULAN Meskipun data yang ditunjukkan pada kompleks perilaku, fisiologis, dan biokimia dari neonatus dan hasil klinis jangka pendek dan jangka panjang yang merugikan dari paparan nyeri berulang, penggunaan klinis dari tindakan control nyeri pada neonatus yang menjalani prosedur invasif tetap sporadis dan suboptimal.

BAB I PENDAHULUAN. masa bayi ini sangat rawan karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar

BAB I PENDAHULUAN. masa bayi ini sangat rawan karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian sebagai berikut : A. Latar Belakang Kelahiran seorang bayi merupakan peristiwa yang

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fisiologi Nyeri Guide to Physical Therapist Practice menyatakan nyeri adalah sensasi yang mengganggu yang disebabkan penderitaan atau sakit. 3 Sejak awal tahun 1980, pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang The International Association for The Study of Pain menggambarkan rasa sakit sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan dihubungkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Balita merupakan anak dengan usia dibawah lima tahun (Depkes RI 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Balita merupakan anak dengan usia dibawah lima tahun (Depkes RI 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Balita merupakan anak dengan usia dibawah lima tahun (Depkes RI 2009). Periode tersebut merupakan periode penting selama fase tumbuh dan kembang anak. Pada masa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penanganan nyeri adalah hak dasar manusia tanpa memandang jenis kelamin dan usia. Telah diketahui bahwa transmisi dan persepsi nyeri timbul dan berfungsi sejak kehamilan

Lebih terperinci

1.1PENGERTIAN NYERI 1.2 MEKANISME NYERI

1.1PENGERTIAN NYERI 1.2 MEKANISME NYERI 1.1PENGERTIAN NYERI Nyeri merupakan sensasi yang terlokalisasi berupa ketidaknyamanan, kesedihan dan penderitaan yang dihasilkan oleh stimulasi pada akhiran saraf tertentu. Nyeri terjadi sebagai mekanisme

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang. akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang. akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. emosional atau mengalami cemas akan mengalami rasa nyeri yang hebat setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. emosional atau mengalami cemas akan mengalami rasa nyeri yang hebat setelah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri yang tidak ditangani dengan baik akan mengganggu mobilisasi pasien pasca operasi yang dapat berakibat terjadinya tromboemboli, iskemi miokard, dan aritmia.

Lebih terperinci

Clinical Science Session Pain

Clinical Science Session Pain Clinical Science Session Pain Disusun oleh : Nurlina Wardhani 1301-1214-0658 William Reinaldi 1301-1214-0503 Preseptor : Arnengsih, dr., Sp.KFR BAGIAN ILMU KESEHATAN FISIK DAN REHABILITASI FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB I 1PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I 1PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Universitas Sumatera Utara BAB I 1PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Nyeri merupakan masalah yang paling sering menyebabkan pasien mencari perawatan ke rumah sakit. Nyeri tidak melakukan diskriminasi terhadap manusia, nyeri tidak membeda-bedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intensive Care Unit (ICU) menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010 adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri (instalasi di bawah direktur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masa bayi ini sangat rawan karena memerlukan penyesuian fisiologi agar diluar

BAB 1 PENDAHULUAN. masa bayi ini sangat rawan karena memerlukan penyesuian fisiologi agar diluar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kelahiran seorang bayi merupakan peristiwa yang menggembirakan namun pada masa bayi ini sangat rawan karena memerlukan penyesuian fisiologi agar diluar kandungan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang ahli anestesi. Suatu studi yang dilakukan oleh Pogatzki dkk, 2003

BAB I PENDAHULUAN. seorang ahli anestesi. Suatu studi yang dilakukan oleh Pogatzki dkk, 2003 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penatalaksanaan nyeri akut pascaoperasi merupakan salah satu tantangan seorang ahli anestesi. Suatu studi yang dilakukan oleh Pogatzki dkk, 2003 melaporkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menstimulasi pengeluaran CRH (Corticotropin Realising Hormone) yang

BAB I PENDAHULUAN. menstimulasi pengeluaran CRH (Corticotropin Realising Hormone) yang digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reaksi tubuh terhadap pembedahan dapat merupakan reaksi yang ringan atau berat, lokal, atau menyeluruh. Reaksi yang menyeluruh ini melibatkan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. The International Association for the Study of Pain (IASP) mendefenisikan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. The International Association for the Study of Pain (IASP) mendefenisikan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi nyeri The International Association for the Study of Pain (IASP) mendefenisikan nyeri sebagai pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sedini mungkin sejak anak masih didalam kandungan. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sedini mungkin sejak anak masih didalam kandungan. Upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya pembangunan masyarakat seutuhnya antara lain melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin sejak anak masih

Lebih terperinci

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM Annisa Sekar 1210221051 PEMBIMBING : dr.daris H.SP, An PETIDIN Merupakan obat agonis opioid sintetik yang menyerupai morfin yang dapat mengaktifkan reseptor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proliferatif, dan fase remodeling. Proses-proses tersebut akan dipengaruhi oleh faktor

BAB I PENDAHULUAN. proliferatif, dan fase remodeling. Proses-proses tersebut akan dipengaruhi oleh faktor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tubuh memiliki mekanisme untuk merespon bagian yang mengalami luka. Respon terhadap luka ini terdiri dari proses homeostasis, fase inflamasi, fase proliferatif, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak yang berkualitas agar dapat melanjutkan cita-cita bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak yang berkualitas agar dapat melanjutkan cita-cita bangsa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai bangsa yang sedang berkembang, Indonesia sangat memerlukan anak-anak yang berkualitas agar dapat melanjutkan cita-cita bangsa dan pembangunan kelak di kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anestesiologi. 3. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. anestesiologi. 3. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nyeri pascabedah masih merupakan masalah utama bagi penderita karena setelah obat anestesi hilang efeknya, penderita akan merasakan sakit. Saat ini nyeri masih menjadi

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 3 Permasalahan Neonatus-Berat Badan lahir rendah. Catatan untuk fasilitator.

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 3 Permasalahan Neonatus-Berat Badan lahir rendah. Catatan untuk fasilitator. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 3 Permasalahan Neonatus-Berat Badan lahir rendah Catatan untuk fasilitator Rangkuman kasus Maya, 19 tahun yang hamil pertama kali (primi gravida), dibawa ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002). Nyeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia

BAB I PENDAHULUAN. Masa neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 hari atau satu bulan,dimana pada masa ini terjadi proses pematangan organ, penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modalitas sensorik tetapi adalah suatu pengalaman 1. The

BAB I PENDAHULUAN. modalitas sensorik tetapi adalah suatu pengalaman 1. The BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya Nyeri bukan hanya suatu modalitas

Lebih terperinci

NYERI. Nyeri akut umumnya cepat dalam onset, bervariasi dalam intensitas dari ringan sampai parah

NYERI. Nyeri akut umumnya cepat dalam onset, bervariasi dalam intensitas dari ringan sampai parah NYERI Asosiasi Internasional untuk Studi Nyeri (IASP) (2007) menyatakan nyeri yang mungkin disertai dengan sensorik dan emosional pengalaman sebagai akibat dari aktual atau potensial kerusakan jaringan.

Lebih terperinci

BAB 1 1. PENDAHULUAN

BAB 1 1. PENDAHULUAN BAB 1 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penanganan nyeri paska bedah yang efektif adalah penting untuk perawatan pasien yang mendapat tindakan pembedahan. Penanganan nyeri yang efektif dengan efek samping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pindah ke ruang perawatan atau langsung dirawat di ruang intensif. Fase

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pindah ke ruang perawatan atau langsung dirawat di ruang intensif. Fase 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap prosedur pembedahan harus menjalani anestesi dan melalui tahap pasca bedah, maka setiap pasien yang selesai menjalani operasi dengan anestesi umum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1mm/KgBB + tramadol. Dalam hal ini, masing-masing data akan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1mm/KgBB + tramadol. Dalam hal ini, masing-masing data akan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Penelitian Deskripsi data menyajikan data yang terkumpul dari penelitian, yang terdiri dari data rasa nyeri yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai oleh perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kasus-kasus pembedahan seperti tindakan operasi segera atau elektif

BAB I PENDAHULUAN. Pada kasus-kasus pembedahan seperti tindakan operasi segera atau elektif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kasus-kasus pembedahan seperti tindakan operasi segera atau elektif memiliki komplikasi dan risiko pasca operasi yang dapat dinilai secara objektif. Nyeri post

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Fraktur merupakan kondisi ketika tulang mendapat tekanan yang melebihi kekuatan dari tulang tersebut sehingga menyebabkan terjadinya patah tulang (Atlas of pathophysiology,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa dekade terakhir ini, namun demikian perkembangan pada

BAB I PENDAHULUAN. beberapa dekade terakhir ini, namun demikian perkembangan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang International Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri sebagai sensasi yang tidak mengenakkan dan biasanya diikuti oleh pengalaman emosi tertentu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Informed consent 2.1.1 Definisi Informed consent Informed consent adalah suatu persetujuan mengenai akan dilakukannya tindakan kedokteran oleh dokter terhadap pasiennya. Persetujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saraf pusat tanpa menghilangkan kesadaran. 2,3 Parasetamol umumnya digunakan

BAB I PENDAHULUAN. saraf pusat tanpa menghilangkan kesadaran. 2,3 Parasetamol umumnya digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, parasetamol sebagai antipiretik dan analgesik telah digunakan secara luas karena tersedia sebagai golongan obat bebas dan harganya yang relatif murah.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelahiran prematur merupakan masalah kesehatan perinatal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelahiran prematur merupakan masalah kesehatan perinatal yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelahiran prematur merupakan masalah kesehatan perinatal yang penting di seluruh dunia khususnya pada negara berkembang terutama di Afrika dan Asia Selatan serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1,2. Nyeri apabila tidak diatasi akan berdampak

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1,2. Nyeri apabila tidak diatasi akan berdampak BAB 1 PENDAHULUAN 11 LATAR BELAKANG Nyeri paska bedah masih merupakan masalah utama bagi penderita karena setelah obat anestesi hilang efeknya, penderita akan merasakan sakit Nyeri bersifat subjektif,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membuatya semakin parah. Ambang batas nyeri yang dapat ditoleransi seseorang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membuatya semakin parah. Ambang batas nyeri yang dapat ditoleransi seseorang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analgetika adalah zat yang bisa mengurangi rasa nyeri tanpa mengurangi kesadaran (Tjay dan Rahardja, 2015). Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang mengganggu,

Lebih terperinci

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh para wanita di Hong Kong dan negara-negara lain di dunia. Setiap tahunnya, ada lebih dari 3.500 kasus kanker payudara baru

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Anestesi Spinal a. Definisi Anestesi spinal adalah suatu cara memasukan obat anestesi lokal ke ruang intratekal untuk menghasilkan atau menimbulkan hilangnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Nyeri paska bedah masih merupakan masalah utama bagi penderita karena setelah obat anestesi hilang efeknya, penderita akan merasakan sakit. Nyeri bersifat subjektif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik karena ada kerusakan jaringan aktual maupun tidak. Nyeri pada

BAB I PENDAHULUAN. baik karena ada kerusakan jaringan aktual maupun tidak. Nyeri pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri adalah pengalaman subjektif yang umum terjadi pada anakanak, baik karena ada kerusakan jaringan aktual maupun tidak. Nyeri pada anak-anak sulit untuk diidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah mekanisme protektif untuk menimbulkan kesadaran terhadap kenyataan bahwa sedang atau akan terjadi kerusakan jaringan (Sherwood, 2014). Selain itu, nyeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Sayatan atau luka yang dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Sayatan atau luka yang dihasilkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani dan pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh seorang ibu berupa pengeluaran hasil konsepsi yang hidup didalam uterus melalui vagina ke dunia luar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia,

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar adalah suatu kerusakan integritas pada kulit atau kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia, radiasi dan arus listrik. Berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. lakukan pada bayi yang digunakan untuk pemeriksaan darah. Bayi kurang bulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. lakukan pada bayi yang digunakan untuk pemeriksaan darah. Bayi kurang bulan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengambilan darah kapiler lewat tumit bayi adalah prosedur yang biasa di lakukan pada bayi yang digunakan untuk pemeriksaan darah. Bayi kurang bulan cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen neoplasma primer dan metastasis neoplasma pada otak. 1 Tindakan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen neoplasma primer dan metastasis neoplasma pada otak. 1 Tindakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kraniotomi merupakan tindakan bedah yang paling sering dilakukan pada manajemen neoplasma primer dan metastasis neoplasma pada otak. 1 Tindakan bedah tersebut bertujuan

Lebih terperinci

PENGARUH ANALGESIA AKUPUNTUR FREKUENSI KOMBINASI TERHADAP ONSET NYERI PASIEN PASCA OPERASI KRURIS TERTUTUP

PENGARUH ANALGESIA AKUPUNTUR FREKUENSI KOMBINASI TERHADAP ONSET NYERI PASIEN PASCA OPERASI KRURIS TERTUTUP PENGARUH ANALGESIA AKUPUNTUR FREKUENSI KOMBINASI TERHADAP ONSET NYERI PASIEN PASCA OPERASI KRURIS TERTUTUP SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh derajat Sarjana Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Nyeri sering dilukiskan

BAB I PENDAHULUAN. disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Nyeri sering dilukiskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut The International Association for the Study of Pain (IASP), nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang disertai

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Hormon tiroid disintesis dan disekresi oleh kelenjar tiroid, sintesis dan sekresi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Hormon tiroid disintesis dan disekresi oleh kelenjar tiroid, sintesis dan sekresi BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hormon tirod Hormon tiroid disintesis dan disekresi oleh kelenjar tiroid, sintesis dan sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid ini diregulasi oleh hipotalamus dan hipofisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diabetes, penyakit lupus, atau mengalami infeksi. Prematuritas dan berat lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diabetes, penyakit lupus, atau mengalami infeksi. Prematuritas dan berat lahir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bayi yang dilahirkan sebelum masa gestasi 38 minggu dianggap sebagai bayi prematur. Ada banyak alasan yang menyebabkan kelahiran prematur, beberapa faktor seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2010) dikutip dalam Andarmoyo (2013) menyatakan bahwa nyeri merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (2010) dikutip dalam Andarmoyo (2013) menyatakan bahwa nyeri merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri merupakan bentuk ketidaknyamanan yang bersifat sangat individual dan tidak dapat dibagi dengan orang lain. Tamsuri (2007) mendefenisikan nyeri sebagai suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersih, tidak mudah lecet/iritasi, terhindar dari ejakulasi dini) (Harsono, et al.,

BAB I PENDAHULUAN. bersih, tidak mudah lecet/iritasi, terhindar dari ejakulasi dini) (Harsono, et al., BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirkumsisi atau yang dikenal pula dengan khitan sering dilakukan oleh masyarakat bukan hanya alasan agama, tetapi pula alasan kesehatan. Secara medispun dikatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita dan lain pihak merupakan suatu siksaan. Definisi menurut The International

BAB I PENDAHULUAN. kita dan lain pihak merupakan suatu siksaan. Definisi menurut The International BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Rasa nyeri merupakan masalah unik, disatu pihak bersifat melindugi badan kita dan lain pihak merupakan suatu siksaan. Definisi menurut The International Association

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPRES HANGAT DI SUPRA PUBIK TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD BATANG

PENGARUH KOMPRES HANGAT DI SUPRA PUBIK TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD BATANG PENGARUH KOMPRES HANGAT DI SUPRA PUBIK TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD BATANG Skripsi ARI WIJAYANTO NIM : 11.0758.S TAUFIK NIM : 11.0787. S PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mungkin bagi bayi untuk menggambarkan pengalaman nyerinya, namun

BAB I PENDAHULUAN. mungkin bagi bayi untuk menggambarkan pengalaman nyerinya, namun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri merupakan pengalaman kortikal subjektif. Walaupun tidak mungkin bagi bayi untuk menggambarkan pengalaman nyerinya, namun terkait bukti baik dari respon fisiologik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka harapan hidup penduduk di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2007, Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat jumlah penduduk Indonesia sebanyak

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri terhadap prosedur pemasangan infus dan membandingkan antara teori yang sudah ada dengan kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan (labor) merupakan suatu proses fisiologis yang dimulai saat munculnya kontraksi uterus yang teratur, yang akan mengakibatkan pembukaan jalan lahir, hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu proses yang alami dan normal. Selama hamil seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun psikologis. Perubahan-perubahan

Lebih terperinci

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral Obat Diabetes Farmakologi Terapi Insulin dan Hipoglikemik Oral Obat Diabetes Farmakologi Terapi Insulin dan Hipoglikemik Oral. Pengertian farmakologi sendiri adalah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Nyeri didefinisikan oleh International Association for Study of Pain (IASP) sebagai suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

PENILAIAN NYERI DAN SEDASI PADA BAYI DAN ANAK

PENILAIAN NYERI DAN SEDASI PADA BAYI DAN ANAK Palembang 2014 PEDIATRI GAWAT DARURAT PENILAIAN NYERI DAN SEDASI PADA BAYI DAN ANAK UKK Pediatri Gawat Darurat Ikatan Dokter Anak Indonesia TUJUAN 1. Mengetahui skor penilaian nyeri dan sedasi pada bayi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecemasan yang tidak terjamin atas prosedur perawatan. 2 Menurut penelitian, 1

BAB I PENDAHULUAN. kecemasan yang tidak terjamin atas prosedur perawatan. 2 Menurut penelitian, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan merupakan keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan perasaan atau keadaan khawatir dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Meningkatkan derajat kesehatan yang adil dan merata seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Meningkatkan derajat kesehatan yang adil dan merata seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Meningkatkan derajat kesehatan yang adil dan merata seperti ditingkatkan melalui sikap respontif dan efektif dalam melakukan suatu tindakan untuk memberi kenyamanan

Lebih terperinci

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya .1 PRINSIP PENGOBATAN

Lebih terperinci

SURAT PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN

SURAT PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN RM 02.05.04.0114 Dokter Pelaksana Tindakan Penerima Informasi Penerima Informasi / Pemberi Penolakan * SURAT PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN PEMBERIAN INFORMASI JENIS INFORMASI ISI INFORMASI TANDA ( ) 1

Lebih terperinci

Pedoman Pelayanan Anastesi

Pedoman Pelayanan Anastesi Pedoman Pelayanan Anastesi RSUD UMBU RARA MEHA WAINGAPU PEMERINTAH KABUPATEN SUMBA TIMUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UMBU RARA MEHA Jln. Adam Malik No. 54 Telp. (0387) 61302 Fax. 62551 W A I N G A P U 8 7

Lebih terperinci

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL Pendahuluan Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang

Lebih terperinci

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Apakah diabetes tipe 1 itu? Pada orang dengan diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat membuat insulin. Hormon ini penting membantu sel-sel tubuh mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaringan aktual dan potensial yang menyebabkan seseorang mencari. perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. jaringan aktual dan potensial yang menyebabkan seseorang mencari. perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang dirasakan mengganggu dan menyakitkan, sebagai akibat adanya kerusakan jaringan aktual dan potensial yang

Lebih terperinci

Dr. Ade Susanti, SpAn Bagian anestesiologi RSD Raden Mattaher JAMBI

Dr. Ade Susanti, SpAn Bagian anestesiologi RSD Raden Mattaher JAMBI Dr. Ade Susanti, SpAn Bagian anestesiologi RSD Raden Mattaher JAMBI Mempunyai kekhususan karena : Keadaan umum pasien sangat bervariasi (normal sehat menderita penyakit dasar berat) Kelainan bedah yang

Lebih terperinci

Pengertian Nyeri. Suatu gejala dalam merasakan subyek dan pengalaman emosional

Pengertian Nyeri. Suatu gejala dalam merasakan subyek dan pengalaman emosional Pengertian Nyeri. Suatu gejala dalam merasakan subyek dan pengalaman emosional termasuk suatu komponen sensori, komponen diskriminatri, responrespon yang mengantarkan atau reaksi-reaksi yang ditimbulkan

Lebih terperinci

2. proses pada perjalanan nyeri yang paling berperan dalam terjadinya nyeri pada pasien ini adalah

2. proses pada perjalanan nyeri yang paling berperan dalam terjadinya nyeri pada pasien ini adalah Seorang pasien, laki2 57 th, dtg ke poliklinik dengan keluhan nyeri pd daerah lutu yang dialami sejak setahun yang lalu, kadang membengkak, nyeri terus menerus, terutama bila berjalan agak jauh. Riwayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu Kebidanan merupakan proses persalinan dimana janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Popularitas anestesi lokal yang semakin meluas dan meningkat dalam bidang kedokteran gigi merupakan cerminan dari efisiensi, kenyamanan dan adanya kontraindikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 dan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih memerlukan perhatian yang serius. 1 Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan

Lebih terperinci

Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut

Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut Konsep kenyamanan Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut didukung oleh Kolcaba yang mengatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kompres 1. Kompres hangat Adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan kantung berisi air hangat yang menimbulkan rasa hangat pada bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada. gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada. gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular adalah sistem organ pertama yang berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuat sayatan serta diakhiri dengan penutupan dan penjahitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dokter menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. dokter menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang 15 Bibliography : 35 (2002-2013) BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembedahan atau operasi merupakan tindakan pengobatan yang dilakukan oleh dokter menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai perkembangan penyakit yang bersifat degeneratif.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai perkembangan penyakit yang bersifat degeneratif. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi alam dan masyarakat saat ini sangat kompleks sehingga banyak masalah kesehatan yang muncul. Saat ini masyarakat modern banyak mengalami berbagai perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan teori dan proses asuhan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 7-9 Agustus 2014 di Ruang Prabu Kresna

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di Wilayah Kerja Puskesmas Karangdadap Kabupaten Pekalongan, ada beberapa hal yang ingin penulis uraikan, dan membahas asuhan

Lebih terperinci

Daftar Diagnosis Keperawatan Berdasarkan Standar Diagnosasis Keperawatan Indonesia (SDKI)

Daftar Diagnosis Keperawatan Berdasarkan Standar Diagnosasis Keperawatan Indonesia (SDKI) Daftar Diagnosis Keperawatan Berdasarkan Standar Diagnosasis Keperawatan Indonesia (SDKI) Gustinerz.com Desember 2016 Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) telah menerbitkan secara resmi Standar

Lebih terperinci

Pengantar Farmakologi

Pengantar Farmakologi Pengantar Farmakologi Kuntarti, S.Kp, M.Biomed 1 PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com 4 Istilah Dasar Obat Farmakologi Farmakologi klinik Terapeutik farmakoterapeutik

Lebih terperinci

MAKALAH KEPERAWATAN PALIATIF MANAJEMEN NYERI

MAKALAH KEPERAWATAN PALIATIF MANAJEMEN NYERI MAKALAH KEPERAWATAN PALIATIF MANAJEMEN NYERI DISUSUN OLEH KELOMPOK VI: SYAHRURAMADHOAN SUMARNI PUTRI NADYA ALKHAERANI NURUL HIKMAH NURZAKIA ARIFANY OKTAVIA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencabutan gigi. Berdasarkan penelitian Nair MA, ditemukan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. pencabutan gigi. Berdasarkan penelitian Nair MA, ditemukan prevalensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bedah mulut merupakan salah satu bidang dalam ilmu kedokteran gigi. Dalam bidang kedokteran gigi gejala kecemasan sering ditemukan pada pasien tindakan pencabutan gigi.

Lebih terperinci

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9 Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap

Lebih terperinci

Obat Penyakit Diabetes Metformin Biguanide

Obat Penyakit Diabetes Metformin Biguanide Obat Penyakit Metformin Biguanide Obat Penyakit Metformin Biguanide. Obat diabetes ini bekerja dengan meningkatkan sensitivitas insulin, baik pada jaringan hati maupun perifer. Peningkatan sensitivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN gram pada waktu lahir (Liewellyn dan Jones, 2001). Gejala klinisnya

BAB I PENDAHULUAN gram pada waktu lahir (Liewellyn dan Jones, 2001). Gejala klinisnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) rentan terhadap masalah kesehatan. BBLR adalah bayi yang memiliki berat badan lahir kurang dari 2500 gram pada waktu lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan gelisah dengan sesuatu yang dialaminya (Candido et al. 2014).

BAB I PENDAHULUAN. dan gelisah dengan sesuatu yang dialaminya (Candido et al. 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cemas adalah fenomena dimana seseorang merasa tegang, takut dan gelisah dengan sesuatu yang dialaminya (Candido et al. 2014). Kecemasan dental adalah masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. Keadaan psikis sangat mempengaruhi nyeri, misalnya emosi

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asuhan intrapartum merupakan asuhan yang diberikan kepada ibu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asuhan intrapartum merupakan asuhan yang diberikan kepada ibu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuhan intrapartum merupakan asuhan yang diberikan kepada ibu yang mempengaruhi angka kesakitan dan kematian ibu dan juga bayi baru lahir, karena dengan dilakukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar fisiologis yang merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia dapat bertahan hidup. Juga menurut Maslow

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Darah Karbohidrat merupakan sumber utama glukosa yang dapat diterima dalam bentuk makanan oleh tubuh yang kemudian akan dibentuk menjadi glukosa. Karbohidrat yang dicerna

Lebih terperinci