TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PROSES MASUKNYA GADGET ILEGAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG KEPABEANAN DI KOTA BALIKPAPAN

Transkripsi

1 JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 4 (2014) Copyright 2014 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PROSES MASUKNYA GADGET ILEGAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG KEPABEANAN DI KOTA BALIKPAPAN Abstrak Reza Giovani 1 (rezagiovanireza@gmail.com) Emilda Kuspraningrum 2 (emilda@fhunmul.ac.id) Erna Susanti 3 (r_nas77@rocketmail.com) Perkembangan perdagangan internasional, baik yang menyangkut kegiatan ekspor atau impor mengalami kemajuan yang sangat pesat. Pesatnya kemajuan di bidang tersebut ternyata menuntut diadakannya suatu sistem dan prosedur kepabeanan yang lebih efektif dan efisien serta mampu meningkatkan kelancaran arus barang dan dokumen. Permasalahan yang diteliti adalah penegakan hukum gadget ilegal berdasarkan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan Di Kota Balikpapan yang masih diduga ada keterlibatan oknum dari kantor Direktorat Jendral bea dan Cukai Kota Balikpapan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum empiris dengan menggunakan pendekatan penelitian yaitu pendekatan Legal-Live Case Study. Pengumpulan data dilakukan dengan penelitian lapangan yaitu melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang bersangkutan dan penelitian kepustakaan. Data-data yang terkumpul kemudian akan dianalisis dalam bentuk deskripsi kalimat yang teratur, sistematis dan logis. Petugas Dinas Bea dan Cukai harusnya lebih memperhatikan dan mengawasi arus lalu lintas barang di daerah pabean maupun daerah perbatasan sebagaimana telah diatur dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan. Serta pihak Dinas bea dan Cukai dapat menegakan hukum dengan cara memberikan sanksi sesuai dengan ketentuan pidana undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan. Kata Kunci : Ekspor Impor, Penegakan hukum,dinas Bea dan Cukai Kota Balikpapan. 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 2 Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 3 Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman

2

3 JUDICIAL REVIEW FOR GADGETS ILLEGAL ENTRY PROCESS UNDER THE LAW NUMBER 17 OF 2006 ON CUSTOMS IN THE CITY OF BALIKPAPAN. Abstract Reza Giovani 4 (rezagiovanireza@gmail.com) Emilda Kuspraningrum 5 (emilda@fhunmul.ac.id) Erna Susanti 6 (r_nas77@rocketmail.com) The development of international trade, both concerning the export or import is progressing very rapidly. The rapid advances in the field turned out to demand the holding of a system and customs procedures more effective and efficient and able to improve the flow of goods and documents. Problems studied law enforcement gadget is illegal under Law No. 17 Year 2006 on Customs In Balikpapan City is still suspected involvement of officers from the office of the Directorate General of the Customs and Excise Service in Balikpapan City. This research uses empirical legal research using a Legal-Live Case Study research approach.data collection was done with field research that is doing interviews to the parties concerned and the research literature. The data collected will then be analyzed in terms of the description of regular expressions, systematic and logical. Customs and Excise Service officers should pay more attention to and supervise the flow of goods in the customs and border areas as stipulated in Law No. 17 Year 2006 on Customs. As well as the Customs and Excise Department to enforce the law by providing criminal sanctions in accordance with the provisions of Law No. 17 Year 2006 on Customs. Keywords : Export Import, law enforcement, the Department of Customs and Excise Balikpapan City. 4 Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 5 Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 6 Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman

4 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 4 Pendahuluan Perubahan bentuk masyarakat menjadi suatu masyarakat informasi memicu perkembangan teknologi informasi yang menciptakan perangkat teknologi yang kian canggih dan informasi yang berkualitas. Untuk mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, Indonesia harus mengembangkan teknologi, akses pasar, keterkaitan strategis antara produsen dan konsumen yang dapat meningkatkan produktifitas dan daya saing. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menggerakan mobilitas pasar melalui kecanggihan alat elektronik khususnya gadget. Maraknya peredaran gadget ilegal di Kota Balikpapan, juga dipengaruhi oleh masyarakat Kota Balikpapan sendiri yang lebih memilih membeli gadget ilegal dengan harga yang jauh lebih murah daripada gadget resmi yang harganya jauh lebih mahal. Karakteristik masyarakat Kota Balikpapan yang tidak produktif dan cenderung konsumeris menjadikan Kota Balikpapan berpotensi dalam peredaran gadget ilegal yang sejatinya merugikan kas negara hingga Rp (Seratus Miliar Rupiah) dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir. 7 Faktor ekonomi masyarakat dan karakter konsumeris menjadi masyarakat Kota Balikpapan lebih memilih membeli gadget ilegal daripada gadget resmi. Direktorat Jendral Bea dan Cukai sebagai pihak yang mengawasi lalu lintas barang yang keluar atau masuk daerah pabean dan melakukan pemungutan terhadap Bea Masuk, Cukai, Pajak Dalam Rangka Impor serta mengawasi barangbarang yang dilarang dan dibatasi sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan 7 Badan Pusat Statistik, 2012, Balikpapan 2

5 Tinjauan Yuridis Terhadap Proses (Reza Giovani) oleh Pemerintah dan yang tidak kalah pentingnya adalah Bea dan Cukai bertanggung jawab atas kelancaran lalu lintas barang tersebut serta Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi yang bertanggung jawab atas beredarnya barang ilegal tersebut. Penyebab masuknya barang elektronik seperti gadget ilegal di Kota Balikpapan disinyalir adanya permainan oknum Dinas Pabean dan Bea Cukai dalam perizinan ataupun pemeriksaan barang masuk. Salah satu yang harus diperhatikan dalam kegiatan keluar masuk barang adalah sektor pelabuhan, tanggung jawab pengawasan dari Dinas Pabean dan Bea Cukai. Dalam sektor pelabuhan yang banyak ditemukan pelaku-pelaku yang memperdagangkan barang-barang khususnya gadget sebelum masuk kekantor Pabean, sehingga semakin marak beredarnya gadget ilegal, sudah tidak sesuai dengan aturan-aturan yuridis yang ada. Telah diketahui bahwa gadget ilegal tidak memiliki dokumen-dokumen yang lengkap atau terkadang cacat terhadap fisik barang. Dalam hal biaya masuk dan perizinan barang terdapat pajak yang harus dibayarkan sehingga menjadi Pendapatan Asli Daerah Kota Balikpapan. Bea masuk barang impor merupakan hal yang penting dalam membantu keuangan daerah Kota Balikpapan sebagai penunjang pembangunan daerah. Merupakan suatu kerugian besar apabila masuk dan beredarnya gadget ilegal ini tidak segera ditindak melalui proses hukum. Dalam penindakan proses hukumnya yang paling penting juga upaya pencegahan agar kegiatan ilegal seperti ini tidak terjadi berulang-ulang. 3

6 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 4 Pembahasan 1. Proses Masuknya Gadget Ilegal Di Kota Balikpapan Maraknya gadget ilegal yang masuk di Kota Balikpapan memiliki modus yang berkembang dan selalu berubah-ubah. Pelaku yang menyelundupkan gadget illegal tersebut bisa saja melakukan hal-hal yang diluar dugaan. Jika melihat prosedur dan tahapan dalam proses impor atau masuknya barang ke wilayah Republik Indonesia yang termuat dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang kepabeanan, rasanya tidak mungkin bila barang ilegal bisa diselundupkan di Wilayah Republik Indonesia. Tahapan dan dilalui terhadap barang impor yang masuk ke Indonesia, yang termuat dalam Pasal 4A ayat Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, menjelaskan bahwa pengawasan dan pengangkutan dalam daerah pabean dilakukan oleh instansi teknis terkait yang membidangi bidang perdagangan. Dalam Pasal 6A ayat (1) berbunyi: Orang yang melakukan pemenuhan kewajiban pabean wajib melakukan registrasi ke Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk mendapatkan nomor identitas dalam rangka akses kepabeanan. Dalam Pasal 7A Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan, mengatur tentang pengangkutan barang impor yang akan masuk dan pemberitahuan akan rencana kedatangan sarana pengangkut ke kantor tujuan pabean. Kedatangan sarana pengangkutnya pun harus sesuai jadwal pada kantor pabean yang dituju, jika diduga kedatangannya tidak sesuai jadwal karena ada kendala atau hambatan, maka harus ada 4

7 Tinjauan Yuridis Terhadap Proses (Reza Giovani) pemberitahuan terlebih dahulu pada kantor pabean yang dituju. Dalam kondisi apapun pemberitahuan harus tetap dilaksanakan agar dapat berjalan lancar pada tahapan berikutnya yaitu pembongkaran. Kemudian pada Pasal 8A Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan, jika pembongkaran tidak sesuai jadwal maka akan dikenakan sanksi administratif. Setelah pembongkaran maka akan dilakukan pemeriksaan, seperti pemeriksaan dokumen, izin, kesesuaian jenis barang yang di impor dan jumlah barang yang diimpor. Jika muatan dan dokumen resminya tidak sesuai maka merupakan suatu perbuatan melawan hukum. Kemudian pada Pasal 10A Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan, menjelaskan tentang penimbunan atau pembongkaran sementara, dimana dapat dilakukan pembongkaran sementara dengan memindahkan muatan barang impor ke sarana pengangkut lainnya jika dalam keadaan darurat dan telah melapor pada pejabat Dinas Bea dan Cukai setempat yang kemudian dapat dibuktikan keadaan darurat tersebut. Penegakan terhadap barang ilegal adalah terdapat pada Pasal 53 ayat (3) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan, yang berbunyi Semua barang yang dilarang atau dibatasi yang tidak memenuhi syarat untuk diekspor atau diimpor, jika telah diberitahukan dengan Pemberitahuan Pabean, atas permintaan importir atau eksportir dapat: a. Dibatalkan ekspornya; b. diekspor kembali; atau c. dimusnahkan di bawah pengawasan Pejabat Bea dan Cukai. Kemudian pada Pasal 53 ayat (4) menjelaskan bahwa barang yang dilarang atau dibatasi untuk diimpor atau 5

8 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 4 diekspor yang tidak diberitahukan atau diberitahukan secara tidak benar dinyatakan sebagai barang yang dikuasai negara. Menurut Bapak Ir. Muhtar Sidiq adapun masuknya gadget ilegal di Kota Balikpapan ada beragam cara, menurutnya cara yang paling sering ialah dari oknum Dinas Pabean yang masih diduga adanya keterlibatan dengan para pelaku penyelundupan gadget ilegal, ada yang dengan cara menerima kerjasama dengan para pelaku penyelundupan dan pengurangan barang yang akan dimusnahkan. 8 Letak geografis Indonesia yang dekat dan berbatasan langsung dengan Malaysia dan Singapura menjadikan Indonesia tujuan impor gadget ilegal dari negara tetangga tersebut. Letak Provinsi Kalimantan Timur bagian utara yang berbatasan langsung dengan Malaysia menjadi pertimbangan negara tersebut untuk memilih Indonesia sebagai negara tujuan penyelundupan gadget ilegal. Selain Malaysia negara tetangga Singapura juga merupakan negara yang sering menyelundupkan gadget ilegal ke Indonesia karena letak geografisnya berdekatan. Selain dipengaruhi letak geografis tersebut, menurut penulis ada alasan sosiologis dan ekonomis yang mempengaruhi masuknya gadget ilegal di Kota Balikpapan semakin tumbuh subur. Sifat dan karakter dari masyarakat yang lebih memilih barang ilegal dengan kualitas sama seperti barang resmi namun harga lebih murah karena tidak kena pajak bea masuk merupakan alasan lain mengapa Kota Balikpapan dijadikan pasar peredaran gadget ilegal. 8 Ibid, 6

9 Tinjauan Yuridis Terhadap Proses (Reza Giovani) 2. Upaya Penegakan Hukum Yang dilakukan Oleh Dinas Pabean Bea dan Cukai Kota Balikpapan Upaya rutin yang dilakukan Dinas Pabean Bea dan Cukai Kota Balikpapan adalah melakukan patroli-patroli di lautan maupun daratan atau daerah pabean di titik-titik bagian perbatasan terhadap pelaku-pelaku yang diduga mengangkut barang ilegal. Patroli rutin dilakukan karena modus operandi yang selalu berubah dan semakin berkembang, seperti pertukaran barang saat masih dilautan antara kapal pengangkut dengan kapal lainnya. Dalam hal ini patroli, bea cukai dapat berkoordinasi dengan kepolisian ataupun pihak-pihak lain yang dapat membantu. Kegiatan pengawasan adalah hal yang penting dalam upaya penegakan hukum, jika pengawasannya lemah maka masuknya gadget ilegal di Kota Balikpapan akan semakin berkembang. Jika saja pengawasan yang di lakukan secara intensif dan efektif sebenarnya masuknya gadget ilegal dapat ditekan bahkan malah dapat diberantas. Selain patroli, hal yang penting juga adalah pada saat pemeriksaan dokumen atau surat-surat resmi gadget ilegal yang diselundupkan. Penyelundupan gadget ilegal yang tidak memiliki dokumen atau surat resmi bisa saja lolos dari pemeriksaan bea cukai, yang menandakan lemahnya pengawasan. Ini yang menyebabkan gadget ilegal dengan mudah masuk ke Kota Balikpapan. Upaya penegakan hukum juga dilakukan dengan ketentuan pidana, hal ini termuat dalam Pasal 102 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan yang berbunyi: setiap orang yang mengangkut 7

10 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 4 barang impor tidak tercantum dalam manifes, membongkar barang impor di luar kawasan pabean atau tempat lain tanpa izin kepala kantor pabean, membongkar barang impor yang tidak tercantum dalam pemberitahuan pabean, membongkar atau menimbun barang impor yang masih dalam pengawasan pabean di tempat selain tempat tujuan yang ditentukan, menyembunyikan barang impor secara melawan hukum, mengeluarkan barang impor yang belum diselesaikan kewajiban pabeannya dari kawasan pabean atau dari tempat penimbunan berikat atau dari tempat lain di bawah pengawasan pabean tanpa persetujuan pejabat bea dan cukai yang mengakibatkan tidak terpenuhinya pungutan negara berdasarkan Undangundang ini, mengangkut barang impor dari tempat penimbunan sementara atau tempat penimbunan berikat yang tidak sampai ke kantor pabean tujuan dan tidak dapat membuktikan bahwa hal tersebut di luar kemampuannya, dengan sengaja memberitahukan jenis dan/atau jumlah barang impor dalam pemberitahuan pabean secara salah, dipidana karena melakukan penyelundupan di bidang impor dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp ,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp ,00 (lima miliar rupiah). Ada pula pemberian dokumen palsu kepada petugas pemeriksa bea cukai pada saat pemeriksaan dokumen, yaitu barang yang dikirim tidak sesuai dengan yang datang. Hal itu termuat dalam Pasal 103 huruf (d) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan yang berbunyi: 8

11 Tinjauan Yuridis Terhadap Proses (Reza Giovani) setiap orang yang menyerahkan pemberitahuan pabean dan/atau dokumen pelengkap pabean yang palsu atau dipalsukan, dipidana dengan penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp ,00 (seratus juta rupiah) dan maksimal Rp ,00 (lima miliar rupiah). Kemudian upaya penegakan hukum bagi pengusaha pengurus jasa kepabeanan termuat dalam Pasal 107 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan yang berbunyi: Pengusaha pengurus jasa kepabeanan yang melakukan pengurusan Pemberitahuan Pabean atas kuasa yang diterimanya dari importir atau eksportir, apabila melakukan perbuatan yang diancam dengan pidana berdasarkan Undang-undang ini, ancaman tersebut berlaku juga terhadapnya. Adapun upaya bagi oknum petugas Dinas Pabean yang terlibat dalam penyelundupan barang diatur dalam Pasal 113A Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan yang berbunyi: Sikap dan perilaku pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai terikat pada kode etik yang menjadi pedoman pelaksanaan tugas sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini, Pelanggaran terhadap kode etik oleh pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai diselesaikan oleh Komisi Kode Etik. Kemudian pada Pasal 113A Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan yang berbunyi: Apabila pejabat bea dan cukai dalam menghitung atau menetapkan bea masuk atau bea keluar tidak sesuai dengan Undang- Undang ini sehingga mengakibatkan belum terpenuhinya pungutan negara, 9

12 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 4 pejabat bea dan cukai dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada Pasal 113C Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan juga disebutkan bahwa dalam hal terdapat indikasi tindak pidana kepabeanan yang menyangkut pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Menteri dapat menugasi unit pemeriksa internal di lingkungan Departemen Keuangan untuk melakukan pemeriksaan pegawai guna menemukan bukti permulaan. Selain itu upaya yang dilakukan ialah penyitaan dan pemusnahan barang bukti berupa barang-barang ilegal yang tidak memenuhi syarat melalui daerah pabean, pemusnahan ini hanya berupa upaya dari Dinas Pabean Bea dan Cukai untuk menekan beredarnya gadget ilegal di Kota Balikpapan. Pemusnahan dilakukan Dinas Pabean Bea dan Cukai dihadiri oleh Kepala Direktorat Jendral Bea dan Cukai Kantor Wilayah, Kepala Polsek Setempat dan instansi-instansi yang terkait. Adapun upaya preventif ialah sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat tentang ketentuan pidana barang-barang ilegal, menerangkan bahwa menggunakan barang ilegal itu sangat merugikan keuangan negara. Upaya preventif ini juga bisa dilakukan kepada petugas Dinas Pabean Bea dan Cukai menerangkan tentang Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan agar seluruh petugas mengerti ketentuan pidana sehingga menjadikan petugas yang lebih profesional dan teladan bagi petugas yang bersih dan berwibawa. 10

13 Tinjauan Yuridis Terhadap Proses (Reza Giovani) Beberapa kewenangan Dinas Bea dan Cukai di bidang Pengawasan dalam upaya pencegahan barang-barang ilegal, sebagai berikut: 1. Melakukan patroli-patroli, yang mana modus operandi penyelundupan barang elektronik ilegal seperti gadget ilegal tersebut juga terjadi dengan cara pemindahan barang-barang; patroli dilaut-laut yang menjadi batas negara dengan cara memeriksa kapal-kapal yang mencurigakan dan diduga membawa barang-barang ilegal. 2. Melakukan operasi-operasi intelijen sebanyak 2 (dua) kali dalam 1 (satu) bulan dan tergantung dari putusan ataupun perintah atasan; Operasi intelijen atau razia mendadak di daerah kawasan pabean terhadap para petugas dan barang-barang yang datang. 3. Melakukan penghimpunan data-data base ekspor impor dan sarana pengangkutan; pendataan seluruh barang yang diekspor dan diimpor agar memudahkan petugas untuk mendata barang-barang tersebut. 4. Melakukan pengawasan terhadap negara pemasok barang impor; 5. Melakukan kerjasama atau koordinasi dengan polisi maupun pihak-pihak terkait; 6. Melakukan pemeriksaan barang impor atau ekspor setelah pemberitahuan pabean diserahkan. 11

14 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 4 Penutup A. KESIMPULAN Dari uraian pembahasan di atas, maka dapat diartikan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Masuknya gadget ilegal di Kota Balikpapan ternyata tidak sesuai dengan mekanisme dan prosedur yang berlaku dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan karena masih diduga adanya keterlibatan oknum dari Dinas Pabean Bea dan Cukai Kota Balikpapan yang bermain tentang hal pemeriksaan sehingga bisa lolos. Sementara letak geografis Kota Balikpapan yang berdekatan dengan negara tetangga, yaitu Malaysia dan Singapura menjadikan Kota Balikpapan sebagai pasar yang potensial bagi masuknya gadget ilegal karena sifat dan karakter masyarakat yang konsumtif, tidak taat hukum dan faktor ekonomi masyarakat Kota Balikpapan yang kelas menengah kebawah lebih memilih gadget ilegal daripada gadget resmi. Faktor sosiologis seperti masyarakat, sarana/ fasilitas pendukung dan penegakan hukum merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dan bersinergi dalam tumbuh dan berkembangnya karakter masyarakat hukum; 2. Upaya hukum yang dilakukan oleh Dinas Pabean Bea dan Cukai yaitu pembinaan seperti: monitoring dan teguran tertulis dan atau pengawasan seperti: Inspeksi mendadak (sidak) dan upaya represif yang dapat dilakukan adalah penyitaan gadget ilegal serta pemusnahan gadget ilegal tersebut. Upaya penegakan hukum bagi pelanggaran dalam mengimpor atau mengekspor barangtermuat dalam Pasal

15 Tinjauan Yuridis Terhadap Proses (Reza Giovani) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan yang berbunyi: Barang siapa yang mengimpor atau mengekspor barang tanpa mengindahkan ketentuan Undang-undang ini dipidana karena melakukan penyelundupan dengan pidana penjara paling lama delapan tahun dan denda paling banyak Rp ,00 (lima ratus juta rupiah). B. SARAN Saran yang dapat ditawarkan peneliti untuk menindak lanjuti kesimpulan sebagai berikut: 1. Seharusnya Dinas Pabean Bea dan Cukai dapat mengetahui dan menindak tegas oknum yang bermain dalam proses masuknya gadget ilegal ke Kota Balikpapan, karena mereka adalah aparatur negara yang seharusnya tidak merugikan keuangan negara atau daerah dan dalam faktor sosiologis dapat merubah karakter masyarakat yang sadar hukum dan meningkatkan kualitas aparat penegak hukum agar terciptanya penegakan hukum yang adil, dalam faktor sarana/ fasilitas pendukung adalah pendekatan pendidikan yang harus ditingkatkan agar terbentuk mental-mental masyarakat yang sadar hukum walaupun masih kurang mapan ditinjau dari sisi kelas ekonominya. Dalam faktor geografis pemerintah dapat melakukan upaya preventif, yaitu dengan melakukan patroli-patroli di sekitar perbatasan terhadap apapun yang dianggap mencurigakan dan pemerintah mensosialisasikan Undang-undang 13

16 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 4 Nomor 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan, agar masyarakat menjadi masyarakat yang mengerti dan taat hukum sehingga tidak memakai gadget impor ilegal dan mengubah karakter masyarakat dan konsumtif agar menjadi lebih produktif; 2. Seharusnya upaya penegakan hukum yang dilakukan Dinas Pabean bea dan Cukai Kota Balikpapan terhadap masuknya gadget ilegal di Kota Balikpapan lebih kepada upaya preventif atau pencegahan, jadi yang dilakukan lebih kepada tindakan. Namun apabila masuknya gadget ilegal sudah tidak terkendali dan berdampak luas, maka dapat dilakukan upaya represif seperti penyitaan, pemusnahan dan tindakan terhadap oknum-oknum yang melanggar peraturan. Daftar Pustaka A. Buku Amir M.S, 1993, Ekspor Impor Teori Dan Penerapannya, PT. Pustaka Binaman Pressindo, Cetakan Keempat, Jakarta; Assidiqie Jimly, 2009, Supremasi Hukum Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta; Gautama Sudargo, 2010, Hukum Dagang Internasional, PT. Alumni, Cetakan Kesatu, Bandung; Kansil C.S.T., 2008, Penegakan Hukum, PT. Gramedia, Jakarta; Kelsen Hans, 2011, Teori Umum tentang Hukum dan Negara, Cetakan Ketujuh, Nusa Media, Bandung; Soekanto Soerjono, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, UI Pres, Jakarta;, 2007, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Grafindo Persada, Jakarta Sutedi Adrian, 2012, Aspek Hukum Kepabeanan, Sinar Grafika, Jakarta; Triwulan Tutik Titik, 2010, Pengantar Hukum Tata Usaha Negara Indonesia, Cetakan pertama, Penerbit Prestasi Pustaka Raya, Jakarta 14

17 B. Peraturan Perundang-Undangan Tinjauan Yuridis Terhadap Proses (Reza Giovani) Kitab Undang-undang Hukum Dagang; Kitab Undang-undang Hukum Sipil; Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 Tentang Kepabeanan; Peraturan Menteri Perdagangan No. 82/M.DAG/PER/12/2012 tentang Ketentuan Impor Telepon Seluler, Komputer Genggam dan Komputer Tablet. C. Dokumen Hukum, Hasil Penelitian, Tesis, Disertasi Badan Pusat Statistik, Data Barang Impor Di Balikpapan Tahun 2012, Balikpapan. D. Artikel Jurnal Ilmiah, Artikel Koran, Artikel Internet dan Makalah Seminar Artikel Wikipedia Teori Keunggulan Mutlak Diunduh dari diakses hari Kamis Tanggal 26 Desember 2013 Pukul 12:00 WITA Artikel Hukum Online diakses hari Kamis Tanggal 26 Desember 2013 Pukul 12:45 WITA Artikel Ilmiah Pengertian Hukum Dagang Diunduh dari diakses hari Kamis Tanggal 26 Desember 2013 Pukul 13:30 WITA 15