Membangun Kode Golay (24, 12, 8) dengan Matriks Generator dan Menggunakan Aturan Kontruksi. Ikhsan Rizki K 1 dan Bambang Irawanto 2

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Membangun Kode Golay (24, 12, 8) dengan Matriks Generator dan Menggunakan Aturan Kontruksi. Ikhsan Rizki K 1 dan Bambang Irawanto 2"

Transkripsi

1 Membanun Kode olay (2, 2, 8) denan Matriks enerator Menunakan Aturan Kontruksi Iksan Rizki K Bamban Irawanto 2, 2 Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jln Prof H Soedarto, SH, Tembalan, Semaran Abstract : Te binary (2, 2, 8) extended olay code can be constructed trou te direct sum operation wit involve two product codes Tis metod form te enerator matrix framework of te (2, 2, 8) olay code tat is based on te so-called Turyn or a + x b + x a + b + x construction, were a,b C and x C C and C is te (8,, ) linear block codes C can be otten by applyin construction rules to et te enerator matrix of C Wit C and C and by applyin te enerator matrix framework of te (2 2, 8) olay code et te binary (2, 2, 8) extended olay code Keyword :Block codes, direct sum, olay Code, product codes PENDAHULUAN Kode olay biner (2, 2, 8) dinotasikan C 2, adala kode yan dibentuk dari kode olay biner (23, 2, 7) denan menamba sebua bit pemeriksa [2] Kode olay (2, 2, 8) dapat menoreksi 3 error mendeteksi error Menurut [2], C 2 dapat dibanun denan menunakan komponen kode denan panan dimensi yan lebi kecil Berdasarkan [7], C 2 dibanun sebaai direct sum dari dua product kode denan melibatkan komponen kode yaitu : sebua (3, 2, 2) Sinle Parity Ceck Code, sebua kode penulanan (3,, 3), dua bua kode blok linier (8,, ) Tela diketaui [2], kontruksi dalam metode ini menerapkan keranka a + x b + x a + b + x denan menunakan dua kode blok linier (8,, ) Dalam tulisan ini, satu dari dua kode linier (8,, ) yan diunakan didapat denan memberikan keranka matriks enerator yan elemenelemennya memenui aturan kontruksi denan menunakan kode (8,, ) yan asli sebaai acuannya Pemberian aturan kontruksi disini menasilkan 2 kode linier (8,, ) yan baru sama seperti [2], 2 kode tersebut ekuivalen (mempunyai distribusi bobot yan sama) tetapi mewakili subruan kode yan berbeda denan kode (8,, ) yan asli Denan memberi kode (8,, ), bersamaan denan satu dari 2 kode (8,, ) yan diasilkan, dalam semua kasus menantar untuk membanun kode olay (2, 2, 8) Perlu dicatat kode (8,, ) yan asli yan diunakan sebaai acuan mencari kode (8,, ) yan baru adala kode yan sistematis, sekan kode (8,, ) baru yan diasilkan bukan kode yan sistematis 2 MATRIKS ENERATOR Seperti asil yan suda dikemukakan dalam urnal sebelumnya [2], keranka matriks enerator dari C 2 adala asil dari direct sum 2 product kode C(2, 8, 8) yan dibentuk ole kode blok linier C (8,, ) C 2 (3, 2, 2) Sinle Parity Ceck Code product kode C (2,, 2) yan dibentuk ole C (8,, ) yan baru kode penulanan C 2 (3,, 3) Matriks enerator dari C diberikan ole : 2,dimana adala matriks enerator dari kode C berukuran 8, mewakili matriks 7

2 Iksan Rizki K Bamban Irawanto (Membanun Kode olay (2, 2, 8) denan matriks enerator ) nol 8 [2], matriks enerator dari C diberikan ole : 2 ( ) dimana adala matriks enerator dari C berukuran 8 [2] diperole denan menerapkan aturan kontruksi Menurut [2], matriks enerator dari C kemudian diberikan ole : Seina sebaai : kode () C dapat dinyatakan C C C {(c + c 2 ): c C,c 2 C 2 } denan dimensi : dim( C ) dim(c) + dim( C ) Berdasarkan pers () diatas bawa C adala sebua C (n, k) yaitu kode Linier C (2, 2) Setiap kodekata dalam mempunyai bentuk : c a + x b + x a + b + x dimana a, b C x C yan merupakan kasus dari Turyn construction [7] Jarak minimum kode C berantun pada struktur kode C kode C yan diwakili ole matriks enerator Sama seperti [2], C adala kode linier (8,, ) yan sistematis, seina matriks enerator dari kode C dapat dinyatakan : (I P) (2) dimana I adala matrik identitas P adala sub matrik parity dari Elemen dari P dapat dinyatakan sebaai vektor baris, yaitu : P (P, P 2, P 3, P ) T dimana P i, i, 2, 3, adala pilian tunal (uniquely) dari impunan S : S{( ), ( ), ( ), ( )} dalam suatu urutan [7] Denan demikian akan membentuk kode blok linier C (8,, ) denan distribusi bobot kodenya : {N(), N(), N }, dimana N(x) menyatakan banyaknya kodekata denan bobot x [7] 3 ATURAN KONTRUKSI Selain melalui kriteria permutasi [2], ua dapat diperole denan Aturan Kontruksi yan diasilkan dalam aturan kontruksi bukan merupakan kode yan sistematis seina bentuk matriks eneratornya tidak ditemukan matriks identitas Denan demikian kode ini akan mempunyai 2 kodekata 8-tuple denan bobot denan bentuk () () Peumlaan kodekatakodekata yan diasilkan ole arus menasilkan kodekata dalam Sekan penumlaan dua kodekata diatas denan sebaran kodekata denan bobot dalam dapat menasilkan kodekata 8-tuple denan bobot 2 atau 6 Conto 3 Diambil a ( ) b ( ), a, b sebaran x () a + x () + () () b + x ( ) + () () Dua kodekata tersebut bukan merupakan kodekata dalam, karena tidak mempunyai kodekata denan bobot 2 atau 6 Distribusi bobot dari adala {N(), N(), N } [7] Denan demikian kodekata denan bobot dalam kecuali 2 diatas arus merupakan kodekata 2-and-2 Definisi 32 [7] Kodekata 2-and-2 adala kodekata 8-tuple denan bobot 8

3 Jurnal Matematika Vol 3, No, April 2:7- mempunyai tepat 2 elemen bukan nol dalam setiap setena dari 8-tuplenya Conto 32 {( ), ( ), ( ), ( )} adala impunan kodekata 2-and-2, sekan {( ), ( ), ( ), ( )} bukan impunan kodekata 2-and-2 Denan kondisi tersebut dapat disusun 2 keranka matriks enerator kita sebut saa matriks enerator yan baru, Struktur dari dirancan kusus aar dapat diunakan untuk membanun C 2 Jadi diperlukan suatu aturan tertentu untuk memenui semua kondisi diatas Berdasarkan pada kondisi demikian dua matriks enerator dari kode diatas dirancan dalam bentuk : ( L) ( R),,, ( L) ( R),2,2,2 w8 w 8 w 8 ( L) ( R),,, ( L) ( R),2,2,2 (3) w8 w 8 w 8 dimana : kodekata 8-tuple denan bobot mempunyai elemen bukan nol pada setena dari 8-tuple tersebut, yaitu () atau () : kodekata 8-tuple denan bobot 8 w8 : kodekata 2-and-2 (l 7, 8 m ( l), m, 2) ( L) : setena baian kiri dari ( l ), m ( R) ( l ), m ( l), m : setena baian kanan dari ( l), m Penumlaan antara 2 kodekata 2-and-2 atau (l), + (l), 2 diatas arus menasilkan kodekata 2-and-2 Jadi kontruksi ( 7), m arus menikuti aturan dibawa ( 8), m ini : Diberikan ( L) ( L) x, ( L),2, y, ( L),2 dimana x y adala suatu -tuple denan bobot 2 denan x y x y dimana u adala komplemen dari u ( R) 2 Diberikan untuk l 7, 8 ( l), m m, 2 arus memenui : ( R), m m, 2 ( R) ( l), ( R), m ( R) ( R), m ( R) ( l), untuk ( R), m untuk ( R) l 7, 8 3 Diasumsikan bawa elemen bukan nol dari x y adala posisi i nya, dimana i,, i, {,2,3,} Kondisikondisi berikut ini arus ua dipenui ( R) ( l), ( Pi + P ) ( Pi + P ) untuk l 7, 8 ( R) ( l), ( R) ( R) ( Pi + P ) ( l ),2 ( Pi + P ) untuk l 7, 8 disini P u ( u ) adala baris dari P dalam yan diberikan dalam persamaan (2) Lemma 33 Dua kode yan diasilkan ole yan dibanun berdasarkan (3) denan menunakan aturan kontruksi adala kode linier (8,, ) Bukti : Pembuktiaan disini denan membuktikan 2 kode tersebut menasilkan kodekata denan bobot, denan distribusi bobot : {N(), N(), N } Aturan kontruksi menamin baris dari Karena (l), atau bebas linier (l),2 adala kodekata 2-9

4 Iksan Rizki K Bamban Irawanto (Membanun Kode olay (2, 2, 8) denan matriks enerator ) and-2 menurut Aturan 2 maka + denan (l 7, 8) semuanya (l), (l),2 menasilkan 8-tuple denan bobot atau kodekata 2-and-2 Denan menunakan 3 aturan, semua kombinasi linier dari 2, 3, baris dari atau akan menasilkan kodekata denan bobot denan umla Jumla baris dari denan bobot sebanyak 3 (N() 3) seina umla keseluruannya sebanyak 3 + Dari kodekata denan bobot, terdapat 2 kodekata denan bentuk () () dikarenakan struktur kusus dari yan terdiri dari w 8, sebaai sisanya adala 2 kata kode 2-and-2 Jadi kode yan diasilkan ole keranka matriks enerator adala kode linier (8,, ) Lemma 3 Semua kodekata denan bobot dari C yan diasilkan ole denan C yan diasilkan ole ) semuanya berbeda ( Bukti : C adala kode (8,, ) yan sistematis seina terdiri sebua matrik identitas, denan demikian tidak memiliki kata kode () () Kombinasi linier yan melibatkan 2 vektor baris dari akan menasilkan kodekata denan bobot denan bentuk 2-and-2 Banyaknya kodekata ini adala 6 2 Berdasarkan pers (2), 6 kodekata 2- and-2 dari dapat diperliatkan sebaai : cw ( P 2 ) cw ( P 3 ) cw 2 ( P 3 ) cw 5 ( P 2 ) cw 3 ( P ) cw 6 ( P 23 ) denan P, P + P untuk i, i i P i, P P diberikan ole pers (2) Karena C mempunyai satu kodekata w 8, dapat menunukkan bawa : 3, P,2, P2, P,3, P2,3 P, P Artinya bawa 6 kodekata diatas membentuk 3 pasan kodekata yan salin melenkapi, yaitu: cw cw, cw5 cw2, cw6 cw3 Seina tinal membuktikan 3 pasan kodekata diatas berbeda denan 2 kodekata 2-and-2 dari atau 2 kodekata 2-and-2 dari atau diasilkan dari kombinasi linier 2, 3, baris serta baris pertama kedua dalam atau, seina 2 kodekata tersebut dapat dibai dalam 3 kelompok : (i) (ii) a, a, a, a b, b, b, b (iii) a + b, ( a + b), ( a + b), ( a + b) denan a b berturut-turut mewakili untuk l 7, 8 u (l), (l),2 u + dimana u U { a, b,( a + b) } v v + () dimana v V U { a, b,( a + b) } Misalkan menanap setena baian kiri dari a (a L ( L) ) atau ( ) () ( l), sama denan setena baian kiri dari cw setena baian kiri dari b (b L ) ( L) atau ( ) () sama denan setena baian kiri dari cw2 untuk (l 7, 8), seina arus membuktikan bawa setena baian kanan dari a (a R ) atau ( R) ( ) tidak sama denan setena baian ( l), kanan dari cw setena baian kanan dari b (b R ( R) ) atau ( ) tidak sama denan setena baian kanan dari cw2 _ L R a a + () (a a ) _ L R b b + () (b b )

5 Jurnal Matematika Vol 3, No, April 2:7- Menurut aturan no 3 menunukkan bawa : a R ( R) ( Pi + P ) P, 2, R a b R ( l ), _ R a ( R) ( l), ( Pi + P ) P, 2, ( R) ( Pi + P ) P, 3, _ R b ( R) ( l ),2 R b ( Pi + P ) P, 3 seina a, a, b, b berbeda denan ( cw,, cw 6 ) Kesimpulan yan sama berlaku untuk a, a, b, b, karena misalnya s t tentunya s t Untuk kelompok yan terakir, yaitu : ( L) ( L) ) L) ( a + b) a + b () + () () ( L) ( a + b) ( ( L) a + b) + () ( L) ( a + b) () sama denan setena baian kiri dari cw6, seina arus membuktikan bawa setena baian kanan dari ( a + b) atau + ( R) ( l), tidak sama denan setena ( R) baian kanan dari cw6 atau P2, 3 setena baian kanan dari ( R) ( l), + ( R) ( l ),2 ( a + b) atau tidak sama denan setena baian kanan dari cw6 atau P 2, 3 Menurut aturan no 3 menunukkan bawa : R ( R) ( R) ( a + b) ( l), + ( Pi + P ) + ( Pi + P ) P, 2 + P, 3 P 2, 3 a b R ( + ) ( R) ( l), ( R) ( l ),2 + ( Pi + P ) + Pi + P ) P, 2 + P, 3 P 2, 3 ( Jadi ( a + b) ( a + b) berbeda denan ( cw,, cw 6 ) Kesimpulan yan sama ua berlaku untuk ( a + b) ( a + b) Denan demikian 2 kodekata 2- and-2 dari atau berbeda denan 6 kata kode 2-and-2 dari, seina semua kodekata denan bobot dari berbeda denan atau Teorema 35 [7] Kode C dibanun ole pers (), denan diberikan pada pers (2) yan diberikan ole pers (3) yan memenui aturan kontruksi adala kode linier (2, 2, 8) yaitu kode olay (2, 2, 8) Bukti : Karena kode C C keduanya linier maka penumlaan dari kode tersebut ua linier Kode C elas merupakan kode linier karena C adala penumlaan lansun dari C C Denan asil yan diberikan ole pers (), kode C adala kode linier (2, 2) Sekaran anya butu untuk membuktikan arak minimum dari kode C adala 8 Jarak minimum dari suatu kode linier sama denan bobot minimumnya Bobot minimum C berantun pada struktur C C Struktur dari kodekata C, c ( a + x, b + x, a + b + x) dimana e C, untuk e {a, b, a+b} x C Bobot kodekata c, wt (c wt(a + x) + wt(b + x) + wt( a + b + x ) dimana wt(e + x) wt(e) + wt(x) - wt( e x) Bobot kedua kodekata C C adala,, atau 8 Untuk wt(e) wt(x), berdasarkan lemma 2 didapat wt( e x) 3, seina wt(e + x) 2 Ada banyak kasus dalam mencari bobot dari kodekata c, kita akan membai menadi 2 baian : Baian yan pertama wt(e) wt(x) denan a b Pada baian ini mempunyai 2 sub-kasus, yaitu : ika wt(a + x) 2 wt(b + x) 2, maka kondisi wt(a + b) menakibatkan wt( a + b x) 2 )

6 Iksan Rizki K Bamban Irawanto (Membanun Kode olay (2, 2, 8) denan matriks enerator ) seina memastikan bawa wt( a + b + x ) 2 ika wt(a + x) 2 wt(b + x) atau sebaliknya, maka kondisi wt(a + b) menakibatkan wt( a + b x) 3 atau seina wt( a + b + x ) 2 atau 6 Dalam setiap sub-kasus dapat disimpulkan bawa wt(e + x) 2 seina kondisi wt(e + x) 2 memenui kondisi untuk wt( c ) 8 Baian yan kedua adala kondisi wt(e) wt(x) selain kondisi pada baian diatas Pada baian ini mempunyai 3 sub-kasus, yaitu : ika wt(a) wt(b) wt(x), menakibatkan a b x seina wt ( a + b), didapat wt(a+b + x) atau 8 Karena wt( a x) atau 8 maka wt(a+ x) Jadi didapat wt(e + x) atau 8 seina memenui wt( c ) 8 2 ika wt(e) wt(x), sub-kasus ini mempunyai 3 kemunkinan, yaitu: i ika wt(e) maka wt(x) atau 8 seina wt( e x) Jadi wt(e + x) atau 8 ii ika wt(e) maka wt(x) atau 8 seina wt( e x) atau Jadi wt(e + x) iii ika wt(e) 8 maka wt(x) atau seina wt( e x) atau Jadi wt(e + x) 8 atau Dari ketia kemunkinan didapat wt(e + x) atau 8 seina memenui 2 wt( c ) 8 3 wt(e) wt(x) denan e { a, b} a b Kondisi wt( e x) 3 berakibat wt(e + x) 2 Karena kondisi a b menakibatkan wt(a + b + x), adi kondisi wt(e + x) 2 memenui wt( c ) 8 Dari kedua baian diatas dapat disimpulkan wt( c ) 8, seina bobot minimum dari kode C adala 8 Denan demikian kode C adala sebua kode linier (2, 2, 8) yaitu kode olay (2, 2, 8) Conto 36 Diberikan sebaai matrik eneraor dari kode sistematik (8,, ), yaitu : Dan didapat : ( ) P ( ) P2 T P (P, P2, P3, P ) ( ) P 3 ( ) P Lanka lanka mendapatkan : Menentukan ( L) ( L),Misalkan kita ambil x () y (), adi : ( L) ( L) x (), ( 7),, ( L) ( L) ( 7),2,2 y Menentukan ( R) () ( R) Berdasarkan Aturan 3 bawa : ( R) + P () + () ( 7), P2 () ( R) ( 7), P2 + P () + () () Maka ( R), terdapat kodekata yan munkin, yaitu : (), (), (), () ( R) Misalkan diambil (), berdasarkan Aturan 2, ( R) ( R) (), ( R),, ( R), () berdasarkan Aturan 3 : ( R) + P () + () ( 8), P2 () ( R) ( 8), P2 + P () + () (),

7 Jurnal Matematika Vol 3, No, April 2:7- adi tinal mempunyai 2 ( R), kodekata yan munkin, yaitu () () ( R) Misalkan diambil (), Berdasarkan Aturan 2 : ( R) ( R) (),2 ( R),2, ( R), () berdasarkan Aturan 3 : ( R) + P () + () ( 7),2 P3 () ( R) ( 7),2 + P () + () (), adi P3 tinal mempunyai 2 kodekata ( R),2 yan munkin, yaitu () () ( R) Misalkan diambil () Berdasarkan Aturan 2 : ( R),2 ( R),2,2 () ( R),2 () berdasarkan Aturan 3 : ( R) + P () + () ( 8),2 P3 ( R),2 () ( R) ( 8),2 P3 + P () + () (), adi tinal mempunyai 2 ( R),2 kodekata yan munkin, yaitu () () ( R) Misalkan diambil (),2 Seina akirnya didapatkan : ( L) ( R),,, ( L) ( R),2,2,2 w8 w 8 w 8 (8 ) w (8 ),, 2 8 ( ( w L ) ( 8 ), L ) ( 8 ), 2 ( R ) ( 8 ), ( R ) ( 8 ), 2 8 w 8 Denan menunakan keranka matriks enerator yan diberikan ole pers (), C 2 kemudian dibanun denan menunakan diatas satu dari 2 yan diasilkan diatas KESIMPULAN Kode olay (2, 2, 8) dapat dibanun denan sebaai asil dari direct sum 2 komponen kode denan melibatkan komponen kode denan menerapkan bentuk dari kontruksi Turyn atau a + x b + x a + b + x dimana a,b C x C, disini C C adala dua kode blok linier (8,, ) C sendiri dapat diasilkan denan memberikan keranka matriks enerator yan elemen-elemennya memenui aturan kontruksi denan menunakan kode (8,, ) yan asli sebaai acuannya Disini ada 2 C baru yan berbeda tetapi semuanya ekuivalen denan C yan asli Jadi denan menunakan matriks enerator satu dari 2 yan diasilkan akan membanun keranka matriks enerator kode olay (2, 2, 8) Matriks enerator kode olay (2, 2,8) dibanun ole pers () denan menunakan pada conto 3 3

8 Iksan Rizki K Bamban Irawanto (Membanun Kode olay (2, 2, 8) denan matriks enerator ) Ĝ 5 DAFTAR PUSTAKA [] Baneree, Adris, (25), Some Important Linear Block Codes, ttp://omeiitkacin/~adris/ee32/ Lectures/lecture6pdf [2] Irawanto, B, Rizki, I, (28), Membanun Kode olay (2, 2, 8) denan Matriks enerator Menunakan Kriteria Permutasi, JSM VOL 7,No 2 April 28 FMIPA Universitas Diponeoro [3] Milenkovic, Olica, (27), Codin Teory, Urbana-Campain, ttp://courseseceuiucedu/ece556/fal l27/lectures/lecture3pdf [] Vanstone, SA & Oorscot, P C, (989), An Introduction to Error Correctin Codes wit Apllications, London, Kluwer Academic Plubliser [5] Witcomb, Louis L, Notes on Kronecker Product, te Jon Hopskin University ttp://uoqians:sun2662@frasers fuca/ome/uoqians/pub_tml/kron_ pdf [6] Writ, Francis J, (2), Linear Alebra I Lecture Notes, ttp://centaurmatsqmulacuk/lin_ Al_I/Lectures_2/Lectures_2pdf [7] X-H Pen & P Farrel, (25), On Construction of te (2, 2, 8) olay Codes, Birminam

KONSTRUKSI LEXICOGRAPHIC UNTUK MEMBANGUN KODE HAMMING (7, 4, 3)

KONSTRUKSI LEXICOGRAPHIC UNTUK MEMBANGUN KODE HAMMING (7, 4, 3) KONSTRUKSI LEXICOGRAPHIC UNTUK MEMBANGUN KODE HAMMING (7, 4, 3) Aurora Nur Aini, Bambang Irawanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. Soedarto, S. H, Semarang 5275 Abstract. Hamming code can correct

Lebih terperinci

untuk i = 0, 1, 2,..., n

untuk i = 0, 1, 2,..., n RANGKUMAN KULIAH-2 ANALISIS NUMERIK INTERPOLASI POLINOMIAL DAN TURUNAN NUMERIK 1. Interpolasi linear a. Interpolasi Polinomial Lagrange Suatu fungsi f dapat di interpolasikan ke dalam bentuk interpolasi

Lebih terperinci

Sumber gambar: https://kartopo.weebly.com/blog/kursi-kantor-dan-caramerawatnya

Sumber gambar: https://kartopo.weebly.com/blog/kursi-kantor-dan-caramerawatnya Modul darin 4.4.3. Setena Putaran Istila setena putaran serin kita denar, denan unkapan yan sedikit berbeda. Misalkan berputar setena saja, berputar setena, setena berputar. Na, berputar serin jua diunkapan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Sebagai acuan penulisan penelitian ini diperlukan beberapa pengertian dan teori yang berkaitan dengan pembahasan. Dalam sub bab ini akan diberikan beberapa landasan teori berupa pengertian,

Lebih terperinci

KODE LEXICOGRAPHIC UNTUK MEMBANGUN KODE HAMMING (7, 4, 3) DAN PERLUASAN KODE GOLAY BINER (24, 12, 8)

KODE LEXICOGRAPHIC UNTUK MEMBANGUN KODE HAMMING (7, 4, 3) DAN PERLUASAN KODE GOLAY BINER (24, 12, 8) KODE LEXICOGRAPHIC UNTUK MEMBANGUN KODE HAMMING (7, 4, 3) DAN PERLUASAN KODE GOLAY BINER (24, 12, 8) SKRIPSI Oleh : AURORA NUR AINI J2A 005 009 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

MAKALAH GEOMETRI TRANSFORMASI TENTANG GESERAN (TRANSLASI)

MAKALAH GEOMETRI TRANSFORMASI TENTANG GESERAN (TRANSLASI) MAKALAH EOMETRI TRANSFORMASI TENTAN ESERAN (TRANSLASI) I SUSUN OLEH : KELOMPOK VI (ENAM) 1. IIN MARLINA Npm. 4006082 2. SITI RUSNAWATI Npm. 4006082 3. ARYENTI Npm. 4006087 4. IWA SUSILA Npm. 40066119 5.

Lebih terperinci

Tugas Teori Persandian. Step-by-Step Decoding

Tugas Teori Persandian. Step-by-Step Decoding Tugas Teori Persandian Step-by-Step Decoding Kelompok VI Okto Mukhotim 0830544029 Evy Damayanti 0830544036 Rerir Roddi A 083054404 Setiawan Hidayat 0830544046 MATEMATIKA SWADANA 2008 FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

GESERAN (TRANSLASI) S = M M. Dalam Bab ini akan dibahas. hasil kali dua pencerminan pada dua garis yang sejajar.

GESERAN (TRANSLASI) S = M M. Dalam Bab ini akan dibahas. hasil kali dua pencerminan pada dua garis yang sejajar. GESERN TRNSLSI Ketentuan dan Sifat-sifat Dalam Bab setena putaran, bawa setena putaran dapat ditulis sebaai asil kali dua pencerminan, aitu kalau sebua titik an diketaui dan dan dua aris an teak lurus

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA Latar Belakan PENDAHULUAN Sistem penenalan biometrik menunakan karakteristik fisiolois yan dimiliki manusia sebaai dasar dari penenalannya. arakteristik fisiolois manusia yan diunakan sebaai dasar penenalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teori pendeteksian error dan pengoreksi sandi adalah cabang dari teknik mesin dan matematika yang berhubungan dengan transmisi dan storage yang dapat dipercaya. Dalam

Lebih terperinci

BAB 6 RANGKAIAN KUTUB EMPAT

BAB 6 RANGKAIAN KUTUB EMPAT BAB 6 ANGKAAN KUTUB EMPAT 6. Pendauluan Sepasan terminal an dilalui ole arus (menuju atau meninalkan terminal disebut sebaai rankaian kutub dua (misalna pada resistor, induktor dan kapasitor). Gambar 6.

Lebih terperinci

Makalah Teori Persandian

Makalah Teori Persandian Makalah Teori Persandian Dosen Pengampu : Dr. Agus Maman Abadi Oleh : Septiana Nurohmah (08305141002) Ayu Luhur Yusdiana Y (08305141028) Muhammad Alex Sandra (08305141036) David Arianto (08305141037) Beni

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan menenai teori teori yan berhubunan denan penelitian sehina dapat dijadikan sebaai landasan berfikir dalam melakukan penelitian dan akan mempermudah dalam

Lebih terperinci

HASIL KALI TRANSFORMASI

HASIL KALI TRANSFORMASI Definisi : Andaikan F dan G dua transformasi, denan F : V V G : V V HASIL KALI TRANSFORMASI Maka komposisi dari F dan G yan ditulis sebaai Go F didefinisikan sebaai: (Go F) (P) = G[F(P)], P V Teorema :

Lebih terperinci

GEOMETRI DALAM RUANG DIMENSI TIGA

GEOMETRI DALAM RUANG DIMENSI TIGA OMI LM UN IMNSI I (l. rismanto, M.Sc.) I. UUN II, IS, N IN. II, IS N IN itik merupakan unsur ruan yan palin sederana, tidak didefinisikan, tetapi setiap pembaca diarapkan dapat memaaminya. Yan dimaksud

Lebih terperinci

BAB III METODE STRATIFIED RANDOM SAMPLING

BAB III METODE STRATIFIED RANDOM SAMPLING BAB III METODE STRATIFIED RADOM SAMPIG 3.1 Pengertian Stratified Random Sampling Dalam bukunya Elementary Sampling Teory, Taro Yamane menuliskan Te process of breaking down te population into rata, selecting

Lebih terperinci

4. TURUNAN. MA1114 Kalkulus I 1

4. TURUNAN. MA1114 Kalkulus I 1 4. TURUNAN MA4 Kalkulus I 4. Konsep Turunan 4.. Turunan di satu titik Pendauluan dua masala dalam satu tema a. Garis Sinun Kemirinan tali busur PQ adala : m PQ Jika à, maka tali busur PQ akan beruba menjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimen kuantitati dengan desain posttest control group design yakni menempatkan subyek penelitian kedalam

Lebih terperinci

19, 2. didefinisikan sebagai bilangan yang dapat ditulis dengan b

19, 2. didefinisikan sebagai bilangan yang dapat ditulis dengan b PENDAHULUAN. Sistem Bilangan Real Untuk mempelajari kalkulus perlu memaami baasan tentang system bilangan real karena kalkulus didasarkan pada system bilangan real dan sifatsifatnya. Sistem bilangan yang

Lebih terperinci

BAB III STRATIFIED CLUSTER SAMPLING

BAB III STRATIFIED CLUSTER SAMPLING BAB III STRATIFIED CUSTER SAMPING 3.1 Pengertian Stratified Cluster Sampling Proses memprediksi asil quick count sangat dipengarui ole pemilian sampel yang dilakukan dengan metode sampling tertentu. Sampel

Lebih terperinci

Proses Decoding Kode Reed Muller Orde Pertama Menggunakan Transformasi Hadamard

Proses Decoding Kode Reed Muller Orde Pertama Menggunakan Transformasi Hadamard Vol 3, No 2, 22-27 7-22, Januari 207 22 Proses Decoding Kode Reed Muller Orde Pertama Menggunakan Transformasi Hadamard Andi Kresna Jaya Abstract The first order Reed Muller, that is written R(,r), is

Lebih terperinci

MAKALAH OLEH KELOMPOK II

MAKALAH OLEH KELOMPOK II MKLH OLEH KELOMOK II NM : 1. MRIS (4007059) 2. NOV LUKIT (4007215). SYMSURI (4007194) 4. SUDRYNTI (4007055) 5. CMELLI (4007062) ROGRM STUDI : ENDIDIKN MTEMTIK MT KULIH : GEOMETRI TRNSFORMSI DOSEN ENGMU

Lebih terperinci

Regularitas Operator Potensial Layer Tunggal

Regularitas Operator Potensial Layer Tunggal JMS Vol. No., al. 8-5, April 997 egularitas Operator Potensial Layer Tunggal Wono Setya Budi Jurusan Matematika, FMIPA Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesa 0 Bandunng, 403 Abstrak egulitas operator =

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan media telephone, handphone,

BAB I PENDAHULUAN. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan media telephone, handphone, BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Sekarang ini teknologi untuk berkomunikasi sangatlah mudah. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan media telephone, handphone, internet, dan berbagai macam peralatan

Lebih terperinci

SUATU CONTOH INVERSE PROBLEMS YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM TORRICELLI

SUATU CONTOH INVERSE PROBLEMS YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM TORRICELLI Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 009 SUATU CONTOH INVERSE PROBLEMS YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM TORRICELLI Suciati

Lebih terperinci

Aplikasi Sistem Neuro-Fuzzy untuk Pengenalan Kata

Aplikasi Sistem Neuro-Fuzzy untuk Pengenalan Kata Aplikasi Sistem Neuro-Fuzzy untuk Pengenalan Kata Yoanes TDS, Tiang, Suntono Candra Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra e-mail: yotds@petra.ac.id, tiang@petra.ac.id

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. definisi mengenai grup, ring, dan lapangan serta teori-teori pengkodean yang

BAB II KAJIAN TEORI. definisi mengenai grup, ring, dan lapangan serta teori-teori pengkodean yang BAB II KAJIAN TEORI Pada Bab II ini berisi kajian teori. Di bab ini akan dijelaskan beberapa definisi mengenai grup, ring, dan lapangan serta teori-teori pengkodean yang mendasari teori kode BCH. A. Grup

Lebih terperinci

PEMODELAN BANGUNAN UNTUK SIMULASI RESPONS STRUKTUR AKIBAT BEBAN DINAMIK

PEMODELAN BANGUNAN UNTUK SIMULASI RESPONS STRUKTUR AKIBAT BEBAN DINAMIK PEMODELAN BANGUNAN UNTUK SIMULASI RESPONS STRUKTUR AKIBAT BEBAN DINAMIK Sukoyo Jurusan Teknik Sipil Politeknik Neeri Semaran Jln. Prof. H.Soedarto, S.H. Tembalan, Semaran 575 Telp. ()777 Email : sipil.polines@yaoo.co.id

Lebih terperinci

KONSTRUKSI BARISAN HITUNG SERAGAM SEIMBANG BERBASIS BARISAN TRANSISI KODE GRAY

KONSTRUKSI BARISAN HITUNG SERAGAM SEIMBANG BERBASIS BARISAN TRANSISI KODE GRAY Jurnal Wahana Matematika Sains, Volume 10, Nomor 1, April 2016 34 KONSTRUKSI BARISAN HITUNG SERAGAM SEIMBANG BERBASIS BARISAN TRANSISI KODE GRAY N. D. Sintiari, I. N. Suparta, D. Waluyo Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

Matematika ITB Tahun 1975

Matematika ITB Tahun 1975 Matematika ITB Taun 975 ITB-75-0 + 5 6 tidak tau ITB-75-0 Nilai-nilai yang memenui ketidaksamaan kuadrat 5 7 0 atau atau 0 < ITB-75-0 Persamaan garis yang melalui A(,) dan tegak lurus garis + y = 0 + y

Lebih terperinci

Pengkajian Metode Extended Runge Kutta dan Penerapannya pada Persamaan Diferensial Biasa

Pengkajian Metode Extended Runge Kutta dan Penerapannya pada Persamaan Diferensial Biasa JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (215 2337-352 (231-928X Print A-25 Pengkajian Metode Extended Runge Kutta dan Penerapannya pada Persamaan Diferensial Biasa Singgi Tawin Muammad, Erna Apriliani,

Lebih terperinci

Oleh : K a r y a t i Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta Abstract

Oleh : K a r y a t i Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta   Abstract Siat Pasanan Adjoin Relati Terhadap Bentuk Bilinear Oleh : K a r y a t i Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA, Universitas Neeri Yoyakarta Email: yatiuny@yahoocom Abstract Let X and Y be vector spaces over

Lebih terperinci

( ) terdapat sedemikian sehingga

( ) terdapat sedemikian sehingga LATIHAN.. Misalan A R, : A R, c R adala titi cluster dari A (c, ). Maa pernyataan beriut equivalen : a. lim b. Barisan ( ) yan onveren e c seina dan >., maa barisan ( ) onveren e. Buti : lim ( ) Berarti

Lebih terperinci

MAKALAH GEOMETRI TRANSFORMASI

MAKALAH GEOMETRI TRANSFORMASI KLH GEOETRI TRNFORI TERI ETENGH UTRN IUUN OLEH : Nama : Listiana aputri Rini uji stuti Ridu Novriansya ewi usiana uprayitno rsi roram tudi : end atematia osen enampu : Fadli, i,d EKOLH TINGGI KEGURUN N

Lebih terperinci

Profil LKS IPA SMP Berorientasi Active Learning dengan Strategi Belajar Mengajukan Pertanyaan

Profil LKS IPA SMP Berorientasi Active Learning dengan Strategi Belajar Mengajukan Pertanyaan Profil LKS IPA SMP Berorientasi Active Learning dengan Strategi Belajar Mengajukan Pertanyaan Iin Indawati, Tjandrakirana, Rinie Pratiwi Puspitawati Jurusan Biologi-FMIPA Universitas Negeri Surabaya Jalan

Lebih terperinci

Sifat Pasangan Adjoin Relatif Terhadap Bentuk Bilinear 1

Sifat Pasangan Adjoin Relatif Terhadap Bentuk Bilinear 1 Siat Pasanan Adjoin Relati Terhadap entuk ilinear 1 K a r y a t i Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA, Universitas Neeri Yoyakarta Email: yatiuny@yahoo.com Abstract Let X and Y be vector spaces over a

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta Bahan Ajar: BAB POKOK BAHASAN I MODUL ATAS RING Direncanakan

Lebih terperinci

METODE MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN POISSON DUA DIMENSI DENGAN METODE BEDA HINGGA ABSTRACT

METODE MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN POISSON DUA DIMENSI DENGAN METODE BEDA HINGGA ABSTRACT METODE MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN POISSON DUA DIMENSI DENGAN METODE BEDA HINGGA M. Taufik 1, Samsudua 2, Zulkarnain 2 1 Maasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika Fakultas

Lebih terperinci

ISOMETRI DAN HASIL KALI TRANSFORMASI

ISOMETRI DAN HASIL KALI TRANSFORMASI ISOETRI DN HSIL KLI TRNSFORSI DI SUSUN OLEH : KELOPOK II. ri neraini 4007 ). Elftria 40070 ). aryana 400744 ) 4. Sudar si 400705 ) 5. Ibnu Harlis Firmansa 40070 ) 4. Samini 40076 ) PROGR STUDY PENDIDIKN

Lebih terperinci

KB. 2 INTERAKSI PARTIKEL DENGAN MEDAN LISTRIK

KB. 2 INTERAKSI PARTIKEL DENGAN MEDAN LISTRIK KB. INTERAKSI PARTIKEL DENGAN MEDAN LISTRIK.1 Efek Stark. Jika sebua atom yang berelektorn satu ditempatkan di dalam sebua medan listrik (+ sebesar 1. volt/cm) maka kita akan mengamati terjadinya pemisaan

Lebih terperinci

TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Linear Block Code

TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Linear Block Code TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Linear Block Code S1 Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro Universitas Telkom Oleh: Linda Meylani Agus D. Prasetyo Tujuan Pembelajaran Memahami fungsi dan parameter

Lebih terperinci

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan. 2. Grup Definisi 1.3 Suatu grup < G, > adalah himpunan tak-kosong G bersama-sama dengan operasi biner pada G sehingga memenuhi aksioma- aksioma berikut: a. operasi biner bersifat asosiatif, yaitu a, b,

Lebih terperinci

Beberapa Permasalahan pada Teori Gelombang Linier. Syawaluddin Hutahean 1) Hang Tuah 2) Widiadnyana Merati 2) Leo Wiryanto 2)

Beberapa Permasalahan pada Teori Gelombang Linier. Syawaluddin Hutahean 1) Hang Tuah 2) Widiadnyana Merati 2) Leo Wiryanto 2) Hutaean, Vol. No. dkk. Januari 005 urnal EKNIK SIPIL Beberapa Permasalaan pada eori Gelomban Linier Syawaluddin Hutaean ) Han ua ) Widiadnyana Merati ) Leo Wiryanto ) Abstrak Makala ini meninatkan kembali

Lebih terperinci

Pembentukan -aljabar Komutatif dan Implikatif dari Sebuah Lapangan. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang

Pembentukan -aljabar Komutatif dan Implikatif dari Sebuah Lapangan. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H. Tembalang Semarang Pembentukan -aljabar Komutatif dan Implikatif dari Sebuah Lapangan Mujib Nashikha 1, Suryoto, S.Si, M.Si 2, Farikhin, M.Si, Ph.D 3 1,2,3 Program Studi Matematika FSM Universitas Diponegoro Jl. Prof. H.

Lebih terperinci

Turunan Fungsi. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan ; Penggunaan Turunan untuk Menentukan Karakteristik Suatu Fungsi

Turunan Fungsi. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan ; Penggunaan Turunan untuk Menentukan Karakteristik Suatu Fungsi 8 Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan ; Penggunaan Turunan untuk Menentukan Karakteristik Suatu Fungsi ; Model Matematika dari Masala yang Berkaitan dengan ; Ekstrim Fungsi Model Matematika dari Masala

Lebih terperinci

Seri : Modul Diskusi Fakultas Ilmu Komputer. FAKULTAS ILMU KOMPUTER Sistem Komputer & Sistem Informasi HANDOUT : KALKULUS DASAR

Seri : Modul Diskusi Fakultas Ilmu Komputer. FAKULTAS ILMU KOMPUTER Sistem Komputer & Sistem Informasi HANDOUT : KALKULUS DASAR Seri : Modul Diskusi Fakultas Ilmu Komputer FAKULTAS ILMU KOMPUTER Sistem Komputer & Sistem Informasi HANDOUT : KALKULUS DASAR Ole : Tony Hartono Bagio 00 KALKULUS DASAR Tony Hartono Bagio KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

GEOMETRI PROYEKTIF PG(2, p n ) UNTUK MEMBENTUK RANCANGAN BLOK TIDAK LENGKAP SEIMBANG SIMETRIS. Jln. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang

GEOMETRI PROYEKTIF PG(2, p n ) UNTUK MEMBENTUK RANCANGAN BLOK TIDAK LENGKAP SEIMBANG SIMETRIS. Jln. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang urnal atematika Vol, No3, Desemer 8: -5, ISSN: 4-858 GEOERI PROYEKIF PG(, p n ) UNUK EBENUK RANCANGAN BOK IDAK ENGKAP SEIBANG SIERIS Yuni Hidayati dan Bamang Irawanto, urusan atematika FIPA Uniersitas

Lebih terperinci

Program Studi S1 Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Universitas Telkom

Program Studi S1 Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Universitas Telkom PERENCANAAN KEBIJAKAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE CONTINUOUS REVIEW (s,s) DAN METODE CONTINUOUS REVIEW (s,q) UNTUK MEMINIMASI TOTAL BIAYA PERSEDIAAN PADA PT. XYZ Selvia Dayanti 1, Ari

Lebih terperinci

TURUNAN (DIFERENSIAL) Oleh: Mega Inayati Rif ah, S.T., M.Sc. Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

TURUNAN (DIFERENSIAL) Oleh: Mega Inayati Rif ah, S.T., M.Sc. Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta TURUNAN DIFERENSIAL Ole: Mega Inayati Ri a, S.T., M.Sc. Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta TURUNAN Turunan suatu ungsi berkaitan dengan perubaan ungsi yang disebabkan adanya perubaan kecil dari

Lebih terperinci

JURNAL. Oleh: ELVYN LELYANA ROSI MARANTIKA Dibimbing oleh : 1. Dian Devita Yohanie, M. Pd 2. Ika Santia, M. Pd

JURNAL. Oleh: ELVYN LELYANA ROSI MARANTIKA Dibimbing oleh : 1. Dian Devita Yohanie, M. Pd 2. Ika Santia, M. Pd JURNAL PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN RESPON SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KUMON PADA MATERI PEMBAGIAN BENTUK ALJABAR KELAS VIII SMP NEGERI 8 KOTA KEDIRI PADA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 THE

Lebih terperinci

h maks = tinggi maksimum X maks = Jauh maksimum

h maks = tinggi maksimum X maks = Jauh maksimum GEK PELUU eori Sinkat : Y y 0 y o sin α o maks α x o cos α maks Gerak parabola terdiri dari dua komponen erak yaitu :. Gerak orisontal berupa GL. Gerak vertikal berupa GL.Gerak orisontal (seara sumbu-x)

Lebih terperinci

4 SIFAT-SIFAT STATISTIK DARI REGRESI KONTINUM

4 SIFAT-SIFAT STATISTIK DARI REGRESI KONTINUM 4 SIFA-SIFA SAISIK DAI EGESI KONINUM Abstrak Matriks pembobot W pada egresi Kontinum diperole dengan memaksimumkan fungsi kriteria umum ternata menimbulkan masala dari aspek statistika. Prinsip dari fungsi

Lebih terperinci

PENETAPAN MODEL BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI KOTA PEMATANGSIANTAR

PENETAPAN MODEL BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI KOTA PEMATANGSIANTAR PENETAPAN MODEL BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI KOTA PEMATANGSIANTAR Muammad Efrizal Lubis 1 (Dosen FT USI / Dinas PU Pengairan Kab. Simalungun) Novdin M Sianturi 2 (Dosen FT USI)

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MAKALAH EORI PERSANDIAN Syndrome Decoding Untuk Kode Linear Disusun oleh: KELOMPOK 5 Dzaki Zaki Amali 08305144016 Agung Wicaksono 08305144017 Mas Roat 08305144019 Putri Kartika Sari 08305144022 Muhammad

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 997

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 997 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 997 USULAN KEBIJAKAN PERSEDIAAN PRODUK KATEGORI KAWAT TEMBAGA UNTUK MEMINIMASI STOCK OUT DENGAN PENDEKATAN METODE CONTINUOUS REVIEW

Lebih terperinci

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan MA101 MATEMATIKA A Hendra Gunawan Semester II 016/017 4 Maret 017 Kulia ang Lalu 1.1 Fungsi dua atau lebi peuba 1. Turunan Parsial 1.3 Limit dan Kekontinuan 1.4 Turunan ungsi dua peuba 1.5 Turunan berara

Lebih terperinci

Penyelesaian Model Matematika Masalah yang Berkaitan dengan Ekstrim Fungsi dan Penafsirannya

Penyelesaian Model Matematika Masalah yang Berkaitan dengan Ekstrim Fungsi dan Penafsirannya . Tentukan nilai maksimum dan minimum pada interval tertutup [, 5] untuk fungsi f(x) x + 9 x. 4. Suatu kolam ikan dipagari kawat berduri, pagar kawat yang tersedia panjangnya 400 m dan kolam berbentuk

Lebih terperinci

Imtiyaz, et al, Analisis Nomor P-IRT pada Label Pangan Produksi IRTP di Kecamatan...

Imtiyaz, et al, Analisis Nomor P-IRT pada Label Pangan Produksi IRTP di Kecamatan... Analisis Nomor P-IRT pada Label Pangan Produksi IRTP di Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember (Analysis of P-IRT Number on Te Food Label IRTP Production in Kaliwates District Jember Regency) Andi Hilman

Lebih terperinci

Sandi Blok. Risanuri Hidayat Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi FT UGM

Sandi Blok. Risanuri Hidayat Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi FT UGM Sandi Blok Risanuri Hidayat Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi FT UGM Sandi Blok disebut juga sebagai sandi (n, k) sandi. Sebuah blok k bit informasi disandikan menjadi blok n bit. Tetapi sebelum

Lebih terperinci

Analisis Fungsional. Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Analisis Fungsional. Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Analisis Fungsional Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Lingkup Materi Ruang Metrik dan Ruang Topologi Kelengkapan Ruang Banach Ruang Hilbert

Lebih terperinci

AKAR PERSAMAAN Roots of Equations

AKAR PERSAMAAN Roots of Equations AKAR PERSAMAAN Roots o Equations Akar Persamaan 2 Acuan Capra, S.C., Canale R.P., 1990, Numerical Metods or Engineers, 2nd Ed., McGraw-Hill Book Co., New York. n Capter 4 dan 5, lm. 117-170. 3 Persamaan

Lebih terperinci

Matematika Lanjut 2 SISTIM INFORMASI FENI ANDRIANI

Matematika Lanjut 2 SISTIM INFORMASI FENI ANDRIANI Matematika Lanjut SISTIM INFORMASI FENI ANDRIANI . SOLUSI PERSAMAAN NON LINIER Metode Biseksi Fungsi kontinu pada [a,b] Akarnya = p & p [a,b] Untuk setiap iterasi akan membagi interval yang memuat = p

Lebih terperinci

Differensiasi Numerik

Differensiasi Numerik Dierensiasi Numerik Yuliana Setiowati Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 2007 1 Topik DIFFERENSIASI NUMERIK Mengapa perlu Metode Numerik? Dierensiasi dg MetNum Metode Selisi Maju Metode Selisi Tengaan

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Formulasi masalah Misalkan C [ n,k,d ] adalah kode linear biner yang mempunyai panjang n, berdimensi k dan jarak minimum d. kode C dikatakan baik jika n kecil, k besar

Lebih terperinci

02-Pemecahan Persamaan Linier (1)

02-Pemecahan Persamaan Linier (1) -Pemecahan Persamaan Linier () Dosen: Anny Yuniarti, M.Comp.Sc Gasal - Anny Agenda Bagian : Vektor dan Persamaan Linier Bagian : Teori Dasar Eliminasi Bagian 3: Eliminasi Menggunakan Matriks Bagian 4:

Lebih terperinci

Setiap mahasiswa yang pernah mengambil kuliah kalkulus tentu masih ingat dengan turunan fungsi yang didefenisikan sebagai

Setiap mahasiswa yang pernah mengambil kuliah kalkulus tentu masih ingat dengan turunan fungsi yang didefenisikan sebagai Bab 7 Turunan Numerik Lebi banyak lagi yang terdapat di langit dan di bumi, Horatio, daripada yang kau mimpikan di dalam ilosoimu. (Hamlet) Setiap maasiswa yang perna mengambil kulia kalkulus tentu masi

Lebih terperinci

MENENTUKAN INVERS DRAZIN DARI MATRIKS SINGULAR

MENENTUKAN INVERS DRAZIN DARI MATRIKS SINGULAR MENENTUKAN INVERS DRAZIN DARI MATRIKS SINGULAR SKRIPSI Oleh : Liniswatil Khasanah J2A006031 PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Matriks 1 Pengertian Matriks Definisi 21 Matriks adalah kumpulan bilangan bilangan yang disusun secara khusus dalam bentuk baris kolom sehingga membentuk empat persegi panjang

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL COOPERATIVE SCRIPT

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL COOPERATIVE SCRIPT Seminar Nasional Universitas PGRI Yogyakarta 01 UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL COOPERATIVE SCRIPT Sutarma 1), Jon Sabari ) 1) Pascasarjana, Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

KOMPRESI CITRA MENGGUNAKAN TRANSFORMASI WAVELET. Jurusan Teknik Informatika ( ) 2) Dosen Jurusan Teknik Komputer 3)

KOMPRESI CITRA MENGGUNAKAN TRANSFORMASI WAVELET. Jurusan Teknik Informatika ( ) 2) Dosen Jurusan Teknik Komputer 3) KOMPRESI CITRA MENGGUNAKAN TRANSFORMASI WAVELET Yuyun Wayuni Abasi, Yeffry Handoko Putra, Mira Kania Sabaria ) Jurusan Teknik Informatika (999) ) Dosen Jurusan Teknik Komputer ) Dosen Jurusan Teknik Informatika

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA 1. : Menggunakan Konsep Limit Fungsi Dan Turunan Dalam Pemecahan Masalah

LEMBAR KERJA SISWA 1. : Menggunakan Konsep Limit Fungsi Dan Turunan Dalam Pemecahan Masalah BAB V T U R U N A N 1. Menentukan Laju Perubaan Nilai Fungsi. Menggunakan Aturan Turunan Fungsi Aljabar 3. Menggunakan Rumus Turunan Fungsi Aljabar 4. Menentukan Persamaan Garis Singgung Kurva 5. Fungsi

Lebih terperinci

Y.D. Sumanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP. Abstrak

Y.D. Sumanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP. Abstrak JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 2, 93-100, Agustus 2001, ISSN : 1410-8518 ELEMEN PEMBANGUN DALAM SEMIGRUP - Y.D. Sumanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Abstrak Misalkan M himpunan tak kosong

Lebih terperinci

Galeri Soal. Dirangkum Oleh: Anang Wibowo, S.Pd

Galeri Soal. Dirangkum Oleh: Anang Wibowo, S.Pd Galeri Soal Dirangkum Ole: Anang Wibowo, SPd April Semoga sedikit conto soal-soal ini dapat membantu siswa dalam mempelajari Matematika kususnya Bab Limit Kami mengusaakan agar soal-soal yang kami baas

Lebih terperinci

SISTEM LINEAR DALAM ALJABAR MAKS-PLUS

SISTEM LINEAR DALAM ALJABAR MAKS-PLUS PROSIDING ISBN : 978-979-16353-9-4 SISTEM LINEAR DALAM ALJABAR MAKS-PLUS Anita Nur Muslimah 1, Siswanto 2, Purnami Widyaningsih 3 A-1 Jurusan Matematika FMIPA UNS 1 anitanurmuslimah@yahoo.co.id, 2 sis.mipauns@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH. Bambang Irawanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP. Abstact. Keywords : extension fields, elemen algebra

SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH. Bambang Irawanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP. Abstact. Keywords : extension fields, elemen algebra JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol 4 No 2, 65-70, Agustus 2001, ISSN : 1410-8518 SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH Bambang Irawanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Abstact Field is integral domain and is a

Lebih terperinci

BAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN

BAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN BAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN Pada bab 1 ini akan dibahas definisi kode, khususnya kode linier atas dan pencacah bobot Hammingnya. Di samping itu, akan dijelaskanan invarian, ring invarian dan

Lebih terperinci

Encoding dan Decoding Kode BCH (Bose Chaudhuri Hocquenghem) Untuk Transmisi Data

Encoding dan Decoding Kode BCH (Bose Chaudhuri Hocquenghem) Untuk Transmisi Data SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Encoding dan Decoding Kode BCH (Bose Chaudhuri Hocquenghem) Untuk Transmisi Data A-3 Luthfiana Arista 1, Atmini Dhoruri 2, Dwi Lestari 3 1,

Lebih terperinci

Prof.Dr. Budi Murtiyasa Muhammadiyah University of Surakarta

Prof.Dr. Budi Murtiyasa Muhammadiyah University of Surakarta BASIS DAN DIMENSI Prof.Dr. Budi Murtiyasa Muhammadiyah University of Surakarta Basis dan Dimensi Ruang vektor V dikatakan mempunyai dimensi terhingga n (ditulis dim V = n) jika ada vektor-vektor e, e,,

Lebih terperinci

Aljabar Linier Sistem koordinat, dimensi ruang vektor dan rank

Aljabar Linier Sistem koordinat, dimensi ruang vektor dan rank Aljabar Linier Sistem koordinat, dimensi ruang vektor dan rank khozin mu tamar 9 Oktober 2014 PERTEMUAN-4 : SISTEM KOORDINAT, DIMEN- SI RUANG VEKTOR DAN RANK 1. Sistem koordinat (a) Ketunggalan scalar

Lebih terperinci

MATEMATIKA INFORMATIKA 2 TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS GUNADARMA FENI ANDRIANI

MATEMATIKA INFORMATIKA 2 TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS GUNADARMA FENI ANDRIANI MATEMATIKA INFORMATIKA 2 TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS GUNADARMA FENI ANDRIANI SAP (1) Buku : Suryadi H.S. 1991, Pengantar Aljabar dan Geometri analitik Vektor Definisi, Notasi, dan Operasi Vektor Susunan

Lebih terperinci

dimana c'= (Sf!)),Gr: (gfh.

dimana c'= (Sf!)),Gr: (gfh. 'Jurnal Sains & Matemetika (JSM) Volume 17 Nomor 2 April2009.r$.sN 0854-067s Artikel Penelitian: 75-81 MEMBANGUN KODE GOLAY {24, t2, 8) DENGAhI MATRTKS GENERATOR DAI\[ MENGGI]NAKAI\T KRITERIA PERMUTASI

Lebih terperinci

BAB III INTEGRASI NUMERIK

BAB III INTEGRASI NUMERIK Bab BAB III INTEGRASI NUMERIK Integrasi numerik mengambil peranan penting dalam masala sains dan teknik. Hal ini menginat di dalam bidang sains sering ditemukan ungkapan-ungkapam integral matematis yang

Lebih terperinci

65 Soal dengan Pembahasan, 315 Soal Latihan

65 Soal dengan Pembahasan, 315 Soal Latihan Galeri Soal Soal dengan Pembaasan, Soal Latian Dirangkum Ole: Anang Wibowo, SPd April MatikZone s Series Email : matikzone@gmailcom Blog : HP : 8 8 8 Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Dilarang mengkutip

Lebih terperinci

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Formulasi Masalah Sejauh ini telah diperkenalkan bahwa terdapat tiga parameter yang terkait dengan konstruksi suatu kode, yaitu panjang, dimensi, dan jarak minimum. Jika C adalah

Lebih terperinci

REALISASI ERROR-CORRECTING BCH CODE MENGGUNAKAN PERANGKAT ENKODER BERBASIS ATMEGA8535 DAN DEKODER MENGGUNAKAN PROGRAM DELPHI

REALISASI ERROR-CORRECTING BCH CODE MENGGUNAKAN PERANGKAT ENKODER BERBASIS ATMEGA8535 DAN DEKODER MENGGUNAKAN PROGRAM DELPHI REALISASI ERROR-CORRECTING BCH CODE MENGGUNAKAN PERANGKAT ENKODER BERBASIS ATMEGA8535 DAN DEKODER MENGGUNAKAN PROGRAM DELPHI Disusun Oleh : Reshandaru Puri Pambudi 0522038 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

K-ALJABAR. Iswati dan Suryoto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. H. Soedarto, S.H, Semarang 50275

K-ALJABAR. Iswati dan Suryoto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl. Prof. H. Soedarto, S.H, Semarang 50275 K-ALJABAR Iswati Suryoto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP Jl Prof H Soedarto, SH, Semarang 50275 ABSTRAK -aljabar adalah suatu struktur aljabar yang dibangun atas suatu grup sehingga sifat-sifat yang berlaku

Lebih terperinci

Gambar 1. Gradien garis singgung grafik f

Gambar 1. Gradien garis singgung grafik f D. URAIAN MATERI 1. Definisi dan Rumus-rumus Turunan Fungsi a. Definisi Turunan Sala satu masala yang mendasari munculnya kajian tentang turunan adala gradien garis singgung. Peratikan Gambar 1. f(c +

Lebih terperinci

Kode Sumber dan Kode Kanal

Kode Sumber dan Kode Kanal Kode Sumber dan Kode Kanal Sulistyaningsih, 05912-SIE Jurusan Teknik Elektro Teknologi Informasi FT UGM, Yogyakarta 8.2 Kode Awalan Untuk sebuah kode sumber menjadi praktis digunakan, kode harus dapat

Lebih terperinci

IV STUDI KASUS. 3.2 Model Optimisasi Sistem Konvensional Model optimisasi sistem kogenerasi dapat diformulasikan sebagai berikut: Min:

IV STUDI KASUS. 3.2 Model Optimisasi Sistem Konvensional Model optimisasi sistem kogenerasi dapat diformulasikan sebagai berikut: Min: 12 3.2 Model Optimisasi Sistem Konvensional Model optimisasi sistem kogenerasi dapat diformulasikan sebagai berikut: Min: m = 1 [ P_ GRID EF _ GRID ] m + H_ B EF_ BOILER = 1 Tujuan dari fungsi objektif

Lebih terperinci

Nilai Eigen dan Vektor Eigen Universal Matriks Interval Atas Aljabar Max-Plus

Nilai Eigen dan Vektor Eigen Universal Matriks Interval Atas Aljabar Max-Plus Nilai Eigen dan Vektor Eigen Universal Matriks Interval Atas Aljabar Max-Plus Fitri Aryani 1, Tri Novita Sari 2 Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Suska Riau e-mail: khodijah_fitri@uin-suska.ac.id

Lebih terperinci

Lecture 1: Concept of Game Theory A. Pendahuluan bidang perdagangan (bisnis), olahraga, peperangan (pertahanan), dan politik

Lecture 1: Concept of Game Theory A. Pendahuluan bidang perdagangan (bisnis), olahraga, peperangan (pertahanan), dan politik Lecture 1: Concept of Game Theory A. Pendahuluan Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai kegiatan-kegiatan yang bersifat kom-petitif yang diwarnai dengan suatu keadaan persaingan (konflik). Persaingan

Lebih terperinci

BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi

BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT 3.1 Operator linear Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi real yaitu suatu fungsi dari ruang vektor ke ruang vektor. Ruang

Lebih terperinci

NEUTROSOFIK MODUL DAN SIFAT-SIFATNYA. Jl. Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang 50275

NEUTROSOFIK MODUL DAN SIFAT-SIFATNYA. Jl. Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang 50275 NEUTROSOFIK MODUL DAN SIFAT-SIFATNYA Suryoto 1, Bambang Irawanto 2, Nikken Prima Puspita 3 1,2,3 Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang 5275 1 suryoto_math@undip.ac.id

Lebih terperinci

MATRIKS JORDAN DAN APLIKASINYA PADA SISTEM LINIER WAKTU DISKRIT. Soleha, Dian Winda Setyawati Jurusan Matematika, FMIPA Institut Teknologi Surabaya

MATRIKS JORDAN DAN APLIKASINYA PADA SISTEM LINIER WAKTU DISKRIT. Soleha, Dian Winda Setyawati Jurusan Matematika, FMIPA Institut Teknologi Surabaya MATRIKS JORDAN DAN APLIKASINYA PADA SISTEM LINIER WAKTU DISKRIT Soleha, Dian Winda Setyawati Jurusan Matematika, FMIPA Institut Teknologi Surabaya Abstract. Matrix is diagonalizable (similar with matrix

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN Mata Kuliah : Aljabar Linear Kode / SKS : TIF-5xxx / 3 SKS Dosen : - Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini berisi Sistem persamaan Linier dan Matriks, Determinan, Vektor

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. PT Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Jakarta adalah salah satu industri

BAB IV HASIL PENELITIAN. PT Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Jakarta adalah salah satu industri BAB IV HASIL PENELITIAN PT Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Jakarta adala sala satu industri pembuatan obat obatan terkemuka di Indonesia dibawa naungan BUMN. Dalam proses produksinya PT Kimia Farma (Persero)

Lebih terperinci

Limit Fungsi. Limit Fungsi di Suatu Titik dan di Tak Hingga ; Sifat Limit Fungsi untuk Menghitung Bentuk Tak Tentu ; Fungsi Aljabar dan Trigonometri

Limit Fungsi. Limit Fungsi di Suatu Titik dan di Tak Hingga ; Sifat Limit Fungsi untuk Menghitung Bentuk Tak Tentu ; Fungsi Aljabar dan Trigonometri 7 Limit Fungsi Limit Fungsi di Suatu Titik dan di Tak Hingga ; Sifat Limit Fungsi untuk Mengitung Bentuk Tak Tentu ; Fungsi Aljabar dan Trigonometri Cobala kamu mengambil kembang gula-kembang gula dalam

Lebih terperinci

Kata Kunci: Persediaan, Analisis ABC, Overstock, Continous Review (s,s), Continous Review (s,q) ABSTRACT

Kata Kunci: Persediaan, Analisis ABC, Overstock, Continous Review (s,s), Continous Review (s,q) ABSTRACT PERANCANGAN KEBIJAKAN PERSEDIAAN PRODUK KATEGORI CHEMICAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBABILISTIK CONTINOUS REVIEW (s,s) DAN CONTINOUS REVIEW (s,q) UNTUK MEMINIMASI TOTAL BIAYA PERSEDIAAN DI PT XYZ Dimas

Lebih terperinci

Operasi Eliminasi Gauss. Eliminasi Gauss adalah suatu cara mengoperasikan nilai-nilai di dalam

Operasi Eliminasi Gauss. Eliminasi Gauss adalah suatu cara mengoperasikan nilai-nilai di dalam Operasi Eliminasi Gauss Eliminasi Gauss adalah suatu cara mengoperasikan nilai-nilai di dalam matriks sehingga menjadi matriks yang lebih sederhana (ditemukan oleh Carl Friedrich Gauss). Caranya adalah

Lebih terperinci

Sifat Dan Karakteristik Kode Reed Solomon Beserta Aplikasinya Pada Steganography

Sifat Dan Karakteristik Kode Reed Solomon Beserta Aplikasinya Pada Steganography SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Sifat Dan Karakteristik Kode Reed Solomon Beserta Aplikasinya Pada Steganography A-4 Nurma Widiastuti, Dwi Lestari, Atmini Dhoruri Fakultas

Lebih terperinci