Sejarah Berdirinya Masyumi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sejarah Berdirinya Masyumi"

Transkripsi

1 Sejarah Berdirinya Masyumi Sejarah Berdirinya Masyumi Latar Belakang Berdirinya Partai Masyumi Tanggal 21 september 1937 atas kesadaran pemimpinpemimpin Organisasi Islam, mereka menyatukan diri dalam suatu federasi yang disebut Majelis Islam A la Indonesia yang disingkat dengan MIAI, sebagaimana dikatakan Ahmad Syafii Maarif (1995:17) dalam bukunya Islam dan Kenegaraan sebagai berikut Majelis Islam A la Indonesia (MIAI) lahir atas inisiatif K.H. Mas Mansur dari Muhamadiyah, K.H.M. Dahlan dan K.H. Wahab Hasbullah dari, Nahdatul Ulama, Wondoamisseno dari Serikat Islam dan tokoh organisasi Islam lainnya separti Persatuan Ulama dan Al-irsyad, berdasarkan kutipan tersebut dapat dipahami bahwa pendirian MIAI adalah inisiatif dari para pemimpin organisasi-organisasi Islam untuk menyatukan diri dalam satu organisasi Islam. Tanpa ada campur tangan dari pihak penjajah. Pada bulan Oktober 1943 pihak Jepang membentuk organisasi baru untuk mengendalikan Islam. Sebagaimana dikatakan M.C. Ricklefs (1995:304), dalam bukunya, Sejarah Indonesia Modern mengatakan MIAI dibubarkan dan digantikan oleh Masyumi (Majlis Syuro Muslimin Indonesia). Sejalan dengan itu dalam bukunya Bulan Sabit dan Matahari J, Benda (1980:185) juga mengatakan diciptakannya organisasi baru tersebut (Masyumi) yang diberi status hukum langsung pada hari didirikannya, tak ayal lagi merupakan kemenangan politik Jepang terhadap Islam. Jadi dari apa yang diungkapkan di atas pembubaran MIAI yang kemudian digantikan dengan Masyumi adalah salah satu politik Jepang untuk mengendalikan umat Islam di Indonesia, Selanjutnya setelah resmi Masyumi sebagai pengganti MIAI, kepemimpinan Masyumi diserahkan kepada tokoh Muhamadiyah dan NU sebagaimana dikemukakan M.C. Ricklefs (1995:309) dalam

2 bukunya Sejarah Indonesia Modern mengatakan kepemimpinan Masyumi diserahkan kepada tokoh-tokoh Muhamadiyah dan NU. Pendiri NU, Hasjim Asjari, dijadikan sebagai ketuanya, namun ia tetap tinggal di pesantren nya di Jombang dan menjadi ketua efektipnya adalah putranya, Kyai Haji Wachid Hasjim. Masyumi pada masa Jepang ini berbeda dengan pendirian MIAI. Pembentukan MIAI bebas dari campur tangan penjajah, sedangkan pembentukan Masyumi dalam pergerakan tetap diawasi oleh Jepang sampai akhir pendudukannya di Indonesia. Pada bulan September 1945 berkumpullah tokoh-tokoh Islam Indonesia seperti Agus Salim, Abi Kusno, M. Natsir, Wali Alfatah Sukiman dan Gafar Ismail untuk mengadakan musyawarah merencanakan pembentukan partai. Ide untuk menyatukan seluruh potensi masyarakat Indonesia diperkuat oleh Maklumat Pemerintah No. X tanggal 3 Nopember Tokoh-tokoh Islam menyambut baik anjuran pemeritah tersebut, maka pada tanggal 7 dan 8 Nopember 1945 diselenggarakan suatu kongres umat Islam Indonesia di Yogyakarta. Salah satu keputusan kongres tersebut adalah dibentuknya suatu partai politik yang dapat menyalurkan aspirasi politik umat Islam Indonesia yang sekaligus merupakan satu-satunya partai politik yang mewakili golongn Islam di Indonesia. Partai ini disepakati oleh peserta kongres dengan nama Partai Politik Islam Majlis Syuro Mulimin Indonesia dan untuk selanjutnya disebut Masyumi saja (Mukadimah Anggaran Dasar Masyumi,1945). Masyumi ini tidak sama dengan masa Masyumi Jepang karena ia dijadikan oleh umat Islam sendiri tanpa campur tangan pihak luar. Adapun pemakaian nama Masyumi hanya semata-mata hasil Musyawarah bulan Nopember (Ma arif, 198:110). Berdasarkan kenyataan pada waktu itu, Masyumi pada awal kemerdekaan merupakan suatu partai politik sedangkan Masyumi pada masa pemerintahan Jepang bukan partai politik tetapi aktifitas politiknya sudah nampak.

3 b. Aktivitas Masyumi Dalam Perjuangan Politik (Diplomasi) di Era Revolusi Fisik Dalam UUD 1945 telah diatur Presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintah. Hal ini berjalan pada tiga bulan pertama Republik Indonesia berdiri. Presiden Soekarno pada bulan Agustus 1945 membentuk kabinet pertama Republik Indonesia. kabinet tersebut digantikan oleh kabinet Syahrir yang disetujui oleh presiden dan KNIP pada tanggal 14 Nopember Pembentukan kabinet syarir dimagsudkan untuk membersihkan kalangan pemerintah dari orang-orang yang telah bekerja sama dengan Jepang ( Brosur, Syahrir, Perjuangn Kita ). Dengan demikian telah terjadi suatu perubahan sistem pemerintahan Presidentil ke sistem pemerintahan parlementer. Sehubungan dengan diubahnya sistem pemerintahan, Partai Islam Masyumi tidak setuju dengan perubahan sistem tersebut. Sebagai mana diungkapkan ( Noer,1987:154) Partai Islam Masyumi kecewa dengan perubahan sistem pemerintahan ini karena menurut mereka sistem presidentil akan lebih menjamin kestabilitasan Pemerintahan. Masyumi tidak hanya menolak pergantian sistem pemeritahan, tetapi juga menyatakan tidak percaya pada kabinet yang ingin menyelesaikan pertikaian dengan Belanda melalui perundingan. Masyumi menganggap pemerintah tidak dapat memahami perubahan dratis mental Indonesia yang dulu lemah tidak berdaya, sekarang penuh semangat perjuangan (Militan). Ketidakpercayaan Masyumi kepada kabinet Syharir akhirnya menimbulkan tuntutan perubahan kabinet Syahrir serta tuntutan suatu kabinet koalisi. Dalam hal ini Maysumi satu kubu dengan Persatuan Perjuangan yang dipimpin oleh Tan Malaka. Partaipartai lainnya setuju dengan apa yang dikemukakan oleh Masyumi tentang pergantian sistem kabinet serta tuntutan kabinet koalisi, misalnya keputusan yang diambil oleh kongres PNI tanggal januari Dan juga disokong oleh Persatuan Perjuangan tanggal 20 Pebuari Tekanan tekanan koalisi ini berhasil juga akibatnya, kabinet Syahrir dibubarkan sebagaimana diungkapkan Sebagai mana

4 diungkapkan ( Noer,1987:154) Syahrir mengembalikan mandatnya kepada Presiden Soekarno pada tanggal 28 Pebuari 1946 di Solo (Noer, 1987: 157). Tanggal 12 maret 1946 diumumkan kabinet baru di bawah pimpinan kabinet Syahrir (Syahrir II), dalam kabinet ini, Tercatat empat tokoh Masyumi masuk kedalam kabinet ini. Mereka adalah Arudji Kartawinata, (Menteri Muda Pertahanan), Syapruddin Prawiranegara (Menteri Muda Keuangan), M. Natsir (Menteri Penerangan), dan Mohammad Rasyidi (Mentri Keuangan). Mereka duduk dalam satu kabinet sebagai perorangan dan bukan sebagai wakil-wakil Partai. Masyumi sebagai partai meneruskan sikap oposisinya terhadap kabinet tersebut. Peristiwa 3 juli 1946 dalam suatu usaha perebutan kekuasaan, karena keadaan darurat kabinet Syahrir dibubarkan dan semua kekuasaan kembali lagi pada Presiden. Pada tanggal 2 oktober 1946 keadaan berangsur jernih kekuasaan pemerintah diserahkan kembali oleh Presiden kabinet yang lagi-lagi dipimpin oleh Syahrir. Dalam kabinet ini ada enam orang anggota Masyumi, yaitu Mohammad Roem (Mentri Muda Dalam Negeri), Mohammad Natsir (Menteri Penerangan), Jusuf Wibisono (Menteri Muda Kemakmuran), Sjafruddin Prawinegara (Menteri Keuangan), Fathurrahman (Menteri Agama), dan Wahid Hasjim (Menteri Negara). Seperti halnya kabinetkabinet sebelumnya partisipasi mereka bersipat perorangan, bukan atas nama partai karena merasa bertanggung jawab terhadap Republik. Dalam perundingan Linggarjati Syahrir ditunjuk sebagai wakil Indonesia dan Dr. H. j. Van Mook dari Belanda. Perundingan ini mempertemukan secara resmi antara Indonesia dan Belanda dalam usaha menyelesaikan persengketaan antara dua Negara tersebut. Perundingan ini dimulai pada tanggal 10 Nopember Pemerintah Indonesia menjalankan politik Diplomasi dengan tujuan pengakuan terhadap kedaulatan Indonesia dari pihak Belanda. Pada tanggal 15 Nopember 1946 dicapai kata sepakat dalam perundingan tersebut.

5 Ketika hasil perundingan Linggarjati diajukan kepada Komite Nasional Pusat (KNIP) yang berlangsung di Malang untuk disyahkan, dalam sidang terjadi debat yang cukup seru antara pihak yang menentang dengan pihak yang mendukung pemerintah. Pihak Masyumi dengan tegas menentangnya. Masyumi berpendapat bahwa hasil perundingan Linggarjati tidak menguntungkan bagi perjuangan Negara atas dasar kemerdekaan seratus persen, karena Belanda dalam perundingan tersebut hanya mengakui De Facto Republik atas Sumatra, Jawa dan Madura. Untuk mengatasi pertentangan pendapat itu dikeluarkan peraturan Presiden No.6/1946 tentang penambahan anggota KNIP. Peraturan Presiden tersebut ditentang keras oleh Masyumi dan PNI, demikian pula Badan Pekerja KNIP menentang peraturan itu. Peraturan itu tetap berlaku dan dilaksanakan penambahan anggota KNIP. Yunan Nasution dalam badruzzaman Busyairi sebagai mana dituliskan Busyari dalam bukunya Catatan Perjuangan H.M. Yunan Nasution mengatakan Bahwa perubahan keanggotaan KNIP sudah lama direncanakan. Rancangan pemerintah adalah anggota KNIP pilihan dari daerah seratus sepuluh orang, enam puluh orang wakil partai politik dan 10 orang diangkat presiden (Busyairi, 1985: 199). Dari apa yang dikemukakan di atas, bahwa penambahan anggota KNIP memang sudah lama di rencanakan oleh pemerintah pada waktu itu, sehingga walaupun ditentang oleh Masyumi, PNI dan dari anggota KNIP sendiri, peraturan Presiden No. 6/1946 tentang penambahan anggota KNIP tetap dilaksanakan. Perkembanagan perkembangan politik bekembang dengan cepat, yang memerlukan adanya segera satu KNIP yang dianggap lebih sempurna dari yang sudah-sudah, maka dengan menggunakan hak prerogratif. Presiden mengeluarkan hak pregrogratif, presiden mengeluarkan dekrit No.6/1946 dimana diatur penambahan anggota KNIP. Menurut dekrit tersebut, jumlah anggota-anggota yang ditambah dengan perwakilan dari partai-partai, golongan-golongan dan daerah-daerah sebagai berikut : Masyumi 60 kursi, PNI 45, Partai

6 Sosialis 35, PBI 35, Golongan Buruh 40, Golongan Tani 40, Parkindo 8, PKRI 4, selain itu perwakilan dari daerah ditambah pula. Demikian seluruh anggota KNIP akan berjumlah lebih kurang 500 anggota. Dengan penambahan itu, pemerintah berhasil mendapat dukungan cukup suara didalam sidang KNIP untuk meratifikasi persetujuan Linggarjati. Pada tanggal 25 maret 1947 naskah perjanjian Linggarjati ditandatangani oleh Delegasi Indonesia dan Belanda di Jakarta. Kemunduran diplomasi yang jauh dari tuntutan semula telah merusak dukungan terhadap kabinet Syahrir, Ia dipaksa mengundurkan diri pada akhir Juni Dalam bukunya (Noer,1987:169) mengungkapkan Masyumi benar-benar menolak kebijaksanaan kabinet Syahrir, apalagi setelah lebih banyak konsesi diberikan kepada pihak Belanda. Pendirian yang sama dari banyak partai lain menyebabkab Syahrir menyerahkan mandatnya tanggal 27 Juni Kabinet berikutnya adalah kabinet Syarifuddin. Pembentukan kabinet ini merupakan arti tersendiri bagi Masyumi, karena menyebabkan perpecahan Masyumi. Pada tanggal 30 Juni 1947 presiden memberikan mandat kepada Amir Syrifuddin (Sosialis), Sukiman (Masyumi) dan A.K.Gani (PNI) serta Setiadjid (Buruh) untuk membentuk suatu kabinet koalisi. Tetapi usaha ini gagal karena tuntutan Masyumi terhadap kursi Perdana Menteri, Menteri Pertahanan dan Menteri Luar Negeri tidak dikabulkan. Akhirnya tanggal 2 Juli 1947 presiden menunjuk Amir Syahrifuddin, A.K. Gani serta Setiadjit sebagai Formatur kabinet. Mereka berhasil membentuk kabinet koalisi dengan Amir Syahrifuddin sebagai Perdana Menteri. Kursi Menteri Pertahanan juga diduduki oleh Amir Syarifuddin. Sedangkan dari golongan Islam yang duduk dalam kabinet adalah anggota PSSI. Golongan Islam diwakili oleh PSSI yang didirikan kembali untuk mewakili golongan Islam dalam Kabinet (Noer, 1987:170) yang berarti PSSI keluar dari anggota istimewa Masyumi. Tanggal 13 Nopember 1947 tokoh-tokoh Masyumi bersedia duduk dalam kabinet Amir Syarifuddin. karena merasa bertanggung

7 jawab atas perjuangan Republik Indonesia menghadapi Belanda. Dalam bukunya Deliar Noer mengatakan: karena merasa bertanggung jawab atas perjuangan Republik Indonesia menghadapi Belanda, pada tanggal 13 November tokoh-tokoh Masyumi bersedia duduk dalam kabinet Amir Syarifuddin maka Syamsuddin dari Masyumi mengagantikan A.K. Gani dari PNI sebagai wakil Perdana Menteri I (PM I) dan A.K. Gani menjadi wakil Perdana Menteri IV, Setiadjid (Partai Buruh) menjadi wakil Perdana Menteri III, K.H. Masykur menjadi Menteri Agama mengagantikan K.H.A. Asya ari (PSII), Kasman Singodimejo (Masyumi) menjabat wakil Menteri Kehakiman. Maka sejak itu kabinet Amir Syarifuddin mendapat dukungan penuh dari Masyumi ( Noer, 1987:175). Perundingan Linggarjati diingkari Belanda dengan melancarkan Agresi Militer Pertama sehingga persengketaan Indonesia-Belanda kembali bergejolak. Untuk upaya penyelesaianya, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) turun tangan untuk membentuk Komisi Jasa Baik atau Komisi Tiga Negara (KTN) guna mempertemukan Indonesia Belanda dalam meja perundingan. Usaha Komisi Tiga Negara (KTN) yang diwakili Amerika (Frank Graham), Australia (Richard Kirbi) dan Belgia (Paul Van Zeeland) berhasil membawa Indonesia Belanda dalam Perundingan Renville (8 Desember 1947). Dalam perundingan ini Amir Syarifuddin menjadi wakil dari Indonesia. Sebagaimana diungkapkan (Ricklef, 1985:339) sebagai berikut: Dalam perundingan Renville Delegasi Indonesia diwakili oleh Amir Syarifuddin dan Belanda diwakili oleh Abdul Kadir Widjiyatmidjo. Situasi saat itu tidak menguntungkan bagi Indonesia karena kemajuan yang dicapai oleh Belanda dan dukungan Sekutu terhadap Belanda, sehingga Belanda lebih leluasa mengambil tindakan di Republik Indonesia (Ricklef, 1985:339). Posisi Amir Syarifuddin sangat berat apalagi setelah disodorkan ultimatum Belanda mengenai 12 prinsip-prinsip politik dan 6 pasal tambahan dari KTN. Bagi Amir Syahrifuddin tidak ada pilihan lain, kecuali mengikuti kehendak Belanda, dan akhirnya menandatangani Persetujuan Renville pada tanggal 17 Januari 1948 (Noer,1987:175).

8 Tindakan Amir menandatangani Perjanjian Renville menimbulkan krisis hebat. Dan sikap Partai Masyumi yang dikeluarkan oleh Majlis Syuro (Lembaga Legeslatifnya) menetapkan sikap menolak, karena sejarah mencatat Renville lebih rendah nilainya dibandingkan Linggarjati dan katanya pihak Indonesia terlalu banyak memberikan konsesi terhadap Belanda. Dalam bukunya Deliar Noer mengatakan : Penolakan Masyumi terhadap persetujuan Renville didasarkan pada dua alasan. Pertama, isi persetujuan lebih menguntungkan pihak Belanda. Kedua, Sikap ketua delegasi Indonesia ( yaitu Perdana Menteri Amir Syarifuddin ) yang tidak menolak tuntutan Belanda didalam perundingan padahal penolakan ini sudah merupakan keputusan kabinet(noer, 1987:175). Jadi dari apa yang dikatakan di atas, Masyumi menolak dengan tegas perjanjian Renville tersebut dikarnakan perjanjian itu lebih menguntungkan pihak Belanda dari pada pihak Indonesia dan menganggap Amir Syarifuddin sebagai delegasi dari Indonesia tidak tegas dalam pelaksanaan perjanjian itu. Dalam sidang yang diadakan pada tanggal 18 januari 1948 Dewan Partai Nasional Indonesia menuntut supaya kabinet Amir Syarifuddin dibubarkan. Akhirnya kabinet Amir yang hanya didukung oleh sayap kiri tidak berhasil menguasai keadaan, maka tanggal 23 Januari 1948 Amir menyerahkan mandatnya kembali kepada Presiden. Sebagai pengganti Amir Syarifuddin, Presiden menunjuk wakil Presiden Mohammad Hatta untuk membentuk suatu kabinet Presidentil darurat ( ) yang bukan bertanggung jawab kepada KNIP melainkan Soekarno sebagai Presiden. Para anggota kabinetnya berasal dari golongan tengah terutama terdiri dari orang-orang Masyumi, PNI dan tokoh yang tidak berpartai. Dalam kabinet ini Hatta menawarkan kedudukan Tiga Menteri portofolio untuk sayap kiri namun mereka meminta paling sedikit empat kursi Menteri, termasuk jabatan Menteri Pertahanan yang akan dipegang oleh Amir Syarifuddin. Sikap Masyumi menolaknya dengan tegas karena Amir selama memegang jabatan tersebut pada kabinet terdahulu telah

9 menggunakan anggaran untuk memperkuat golongannya dikalaangan Militer. Karena permintaan mereka ditolak maka Amir Syarifuddin menyatakan sikap oposisi terhadap Kabinet Hatta. M.C. Ricklefs, dalam bukunya, Sejarah Indonesia Modern mengatakan dalam kabinet Hatta, Amir Syarifuddin dan sayap kiri menjadi oposisi (Riclef, 1985:340) maka pada tanggal 29 Januari 1948 telah terbentuk Kabinet Republik Indonesia ke-6 tanpa sayap kiri (Deliar Noer 1987:176). Keterlibatan Masyumi yang sangat penting dalam tulisan ini adalah menyangkut peran partai tersebut, sekurang-kurangnya tokohtokohnya dalam menyelesaikan Revolusi, terutama dari masa aksi militer Belanda ke-2 yang dilancarkan pada tanggal 19 Desember Dalam aksi militer Belanda ke-2 yang dilancarkan pada tanggal 19 Desember 1948 dengan menduduki Yogyakarta dan berhasil menawan Presiden dan Wakil Presiden serta beberapa penjabat tinggi lainnya. Mengenai penawanan Presiden dan Wakil Presiden tersebut, Drs. Supartono Widyosismoyo dalam bukunya Sejarah Nasional Indonesia dan Dunia menyatakan Presiden Soekarno diterbangkan ke Prapat dan Moh. Hatta ke Bangka (Widyosismoyo,1991: 58). Syafruddin Prawiranegara telah memprakasai pembentukan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatra tengah. Dalam wawancara Deliar Noer dengan Syafruddin ia mengatakan ia tidak menerima intruksi apapun dalam hal ini dari pemerintah pusat di Yogyakarta, baik sebelum maupun sesudah serangan Belanda. Pemeritah pusat sebenarnya memberinya mandat untuk mendirikan pemeritah darurat itu tetapi ini tidak pernah ia terima (Noer,1985: ) Dari apa yang dikataakan di atas pemerintahan darurat yang dibentuk oleh Syafruddin adalah prakarsanya sendiri, karena ia tidak menerima intruksi apapun dari Pemeritah pusat di Yogyakarta baik sebelum maupun sesudah serangan Belanda, walaupun Pemerintah

10 pusat sendiri memberinya Mandat untuk mendirikan Pemerintahan darurat itu. Tetapi intruksi mandat itu tidak pernah ia terima, Dengan adanya PDRI mempunyai arti penting bagi keberadaan Indonesia di dunia Internasional serta memicu semangat pejuangpejuan RI, sebagaimana dikemukakan oleh Badruzzaman Busyari dalam H. Endang Syaifuddin Anshary dalam bukunya Pak Natsir 80 Tahun sebagai berikut : Dari kontak yang dilakukan PDRI, memungkinkan dunia luar makin mengetahui keadaan Indonesia yang sebenarnya, sehingga merangsang lahirnya Inter Asian Conference di New Delhi yang membicarakan berbagai hal tentang perjuangan Indonesia menghadapi agresi Belanda. Dan pada gilirannya merangsang badan Internasional PBB turun tangan, menengahinnya. Sementara itu, rakyat dan lasykar-lasykar perjuangan bersama Pak Dirman terus memacu perjuangan lewat gerilya, mempertahankan dan merebut kembali wilayah RI yang telah diduduki Belanda (Anshari., 1988 : 159). Dari apa yang dikemukakan di atas dibentuknya PDRI telah menggemparkan dunia Internasional, sehingga dunia Internasional tahu bagaiman keadaan Indonesia yang sebenarnya dan merangsang badan Internasional PBB untuk turun tangan menengahinya serta memicu semangat pejuang-pejuang RI untuk mempertahankan dan merebut kembali wilayah RI. Aksi militer ke-2 diselesaikan dengan perundingan resmi Indonesia dan Belanda dimulai tanggal 14 April 1949 dengan pengawasan dari PBB yang diwakili oleh Unitet Nations Commission For Indonesia (UNCI). Delegasi Indonesia diketuai oleh M. Roem, seorang tokoh Masyumi yang menjadi Menteri Dalam Negeri pada kabinet M. Hatta., M. Natsir juga turut dalam delegasi Indonesia sebagai penasehat. Sedangkan ketua delegasi Belanda J.H. Van Royen. Persetujuan dicapai pada tanggal 9 Mei Hasil persetujuan tersebut antara lain Yogyakarta diserahkan kembali kepangkuan RI, gencatan senjata Indonesia Balanda dan pembebasan tawanan para pemimpin Indonesia.

11 Persetujuan Roem-Royen membuka jalan bagi pulihnya kekuasaan dan kedaulatan RI, dan demikian memungkinkan diselenggarakan Konfrensi Meja Bundar (KMB), yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. KMB dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus sampai 2 Nopember 1949 di Den Haag. Dalam KMB, Hatta memimpin delegasi RI dan M. Roem menjadi wakil ketua. Hasil persetujuan yang terpenting dalam KMB ini adalah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda. Kedaulatan Indonesia diserahkan oleh pihak Belanda kepada Indonesia pada tanggal 29 Desember 1949 di Den Haag. c. Aktivitas Masyumi Dalam Perjuangan Fisik Masyumi sebagai Partai Politik Islam tidak hanya berjuang dalam soal politik dan system kenegaraan semata tetapi berjuang dalam hal revolusi fisik. partai politik Masyumi mengambil inisiatif untuk menata kembali barisan perjuangan Islam seperti Hizbullah dan Sabilillah. kedua lasykar itu merupakan pusat komando perjuangan Masyumi dalam membela negara. Pembentukan barisan perjuangan Hizbullah dan Sabilillah adalah menjawab hasil keputusan Muktamar Masyumi pertama tahun Sebagai mana dikatakan H. Endang Syaifuddin Anshari dalam bukunya Pak Natsir 80 Tahun mengungkapkan Hizbullah dan Sabilillah merupakan lasykar-lasykar yang cukup disegani dan dalam berjuang selalu bergandengan dengan BKR-TKR ( 1988:158). Dari ungkapan di atas, Masyumi tidak hanya berjuang dalam pemerintahan saja, tetapi dalam perjuangan fisik Masyumi menurunkan lasykar-laskarnya untuk membantu BKR-TKR dalam mengangkat senjata melawan penjajah. d. Masa Revolusi Fisik Pemerintahan masa revolusi fisik adalah masa yang penting bagi sejarah bangsa Indonesia dimana pada masa ini rakyat Indonesia berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia baik dengan cara diplomasi maupun dengan berjuang mengangkat senjata. Menurut pendapat Bambang Sarwiji (2006:471) dalam Kamus

12 Pelajar Bahasa Indonesia mengatakan Revolusi ialah pengubahan sistem pengurusan negara dan biasanya melalui kekerasan atau peperangan. Jadi dari ungkapan di atas, revolusi telah terjadi untuk mengubah Indonesia dari negara jajahan menjadi negara yang merdeka penuh, baik dengan cara diplomasi maupun dengan peperangan. Partai Islam Masyumi selama priode revolusi telah berbuat banyak untuk bangsa dan negara serta umat Islam Indonesia khususnya. Dalam meja perundingan, peranan Partai Islam Masyumi menjadi sangat berarti, tidak semua perundingan itu dapat diterima oleh Partai Masyumi, seperti perundingan Linggarjati yang hasilnya tidak menguntungkan bagi usaha mempertahankan kemerdekaan. Dari itu masyumi menolak tegas ketika perundingan itu mau diratifikasi, juga sikap tegas Masyumi terhadap perjanjian Renville yang dinilainya lebih rendah dari perundingan Linggarjati. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Dr. Soekiman Wirjosendjojo dalam A. Syfii Ma arif, sebagai mana yang di kutif Syafii Ma arif (1988:33) dalam bukunya Islam dan Kenegaraan sebagai berikut : Dalam hubungan ini tidaklah disangsikan lagi bahwa masyumi merupakan kekuatan yang telah mempertahankan kemurniaan citacita kemerdekaan, tidak dapat dibelokkan oleh mereka, yang memegang tampuk pimpinana negara pada jalan-jalan yang menimpa dari tuntutan jiwa patriot bangsa Indoneia, telah menolak perjanjian Linggarjati dan Renville yang dipelopori oleh mereka yang sekarang (1945) ini membanggakan dan menamakan diri golongn revolusioner - progresif. Dari ungkapan di atas, jelaslah bahwa Masyumi sebagai partai politik mempunyai jasa yang besar terhadap republik, selain itu juga Masyumi merupakan partai yang cukup banyak berjuang dalam menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan republik. B. Hasil Penelitian yang Relevan M. Hermawan Eriadi 2006 Mahasiswa Pasca Sarjana Ilmu Politik UI dalam Artikelnya yang berjudul Kiprah dan Jejak Politik

13 Masyumi ( yang mana menceritakan tentang berdirinya, tujuan dan kiprahnya dalam pembentukan kabinet pemerintahan masa revolusi fisikseperti diuraikan sebagai berikut : 1. Masyumi didirikan dalam Kongres Umat Islam Indonesia di Yogyakarta pada tanggal 7-8 November Kongres ini dihadiri oleh sekitar lima ratus utusan organisasi sosial keagamaan yang mewakili hampir semua organisasi Islam yang ada, dari masa sebelum perang serta masa pendudukan Jepang. Kongres memutuskan untuk medirikan majelis syuro pusat bagi umat Islam Indonesia yang dianggap sebagai satu-satunya partai politik bagi umat Islam, yang secara resmi bernama Partai Politik Islam Indonesia MASYUMI. Dengan Kongres Umat Islam Indonesia ini, pembentukan Masyumi bukan merupakan keputusan beberapa tokoh saja, tapi merupakan keputusan seluruh umat Islam Indonesia. 2. Selain mempersatukan umat Islam Indonesia, alasan lain yang menjadi pertimbangan didirikannya Masyumi adalah agar Islam memiliki peranan yang signifikan ditengah arus perubahan dan persaingan di Indonesia saat itu. Tujuan didirikannya Masyumi, sebagaimana yang terdapat dalam anggaran Dasar Masyumi tahun 1945, memiliki dua tujuan. Pertama, menegakkan kedaulatan negara republik Indonesia dan agama Islam.Kedua, melaksanakan cita-cita Islam dalam urusan kenegaraan. 3. Dalam masalah kenegaraan, Masyumi memperjuangkan terbentuknya negara hukum menurut Islam dengan bentuk Republik. Negara hendaklah menjamin keselamatan jiwa dan benda tiap orang dan kebebasan bergama. Masjumi lebih menyukai terbentuknya kabinet presidensial dengan tanggung jawab kepala negara kepada Dewan Perwakilan Rakyat. DPR sebaiknya terdiri dan dua badan: dewan berdasar pemilihan umum dengan perwakilan berimbang, dan senat sebagai wakil daerah yang juga berdasar pemilihan umum. Hakhak asasi manusia hendaknya dijamin dalam UUD. Hak-hak politik, sosial, dan ekonomi kaum wanita sederajat dengan kaum pria.

14

TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( )

TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( ) TUGAS KELOMPOK REPUBLIK INDONESIA SERIKAT (1949-1950) DOSEN PEMBIMBING : ARI WIBOWO,M.Pd Disusun Oleh : Rizma Alifatin (176) Kurnia Widyastanti (189) Riana Asti F (213) M. Nurul Saeful (201) Kelas : A5-14

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( )

REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ( ) REPUBLIK INDONESIA SERIKAT (1949-1950) Disusun Oleh : Rizma Alifatin (14144600176) Kurnia Widyastanti (14144600189) Riana Asti F (14144600213) M. Nurul Saeful (14144600201) Sejarah Singkat RIS Pada tanggal

Lebih terperinci

B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA

B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA B A B III KEADAAN AWAL MERDEKA A. Sidang PPKI 18 19 Agustus 1945 Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 hanya menyatakan Indonesia sudah merdeka dalam artian tidak mengakui lagi bangsa

Lebih terperinci

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN 1945-1949 K E L O M P O K 1 A Z I Z A T U L M A R A T I ( 1 4 1 4 4 6 0 0 2 0 0 ) D E V I A N A S E T Y A N I N G S I H ( 1 4 1 4 4 6 0 0 2 1 2 ) N U R U L F I T R I A

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang diucapkan oleh Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia merupakan tonggak sejarah berdirinya

Lebih terperinci

BAB XIII KONFERENSI MEJA BUNDAR (KMB)

BAB XIII KONFERENSI MEJA BUNDAR (KMB) BAB XIII KONFERENSI MEJA BUNDAR (KMB) D alam Bab sebelumnya telah dibahas upaya Indonesia mempertahankan kemerdekaan dan penyelesaikan permasalahan dengan Belanda melalui perjanjian-perjanjian yang disepakati

Lebih terperinci

PERISTIWA SETELAH PROKLAMASI

PERISTIWA SETELAH PROKLAMASI PERISTIWA SETELAH PROKLAMASI Setelah Belanda mundur dan meninggalkan Indonesia, ada beberapa hal yang terjadi: Belanda menyingkir ke Australia. Belanda membentuk dua buah organisasi Sekutu, yaitu AFNEI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.

Lebih terperinci

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN A ZIZATUL MAR ATI ( )

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN A ZIZATUL MAR ATI ( ) PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN 1945-1949 KELOMPOK 1 A ZIZATUL MAR ATI (14144600200) DEVIANA SETYANINGSIH ( 1 4144600212) NURUL FITRIA ( 1 4144600175) A JI SARASWANTO ( 14144600 ) Kembalinya Belanda

Lebih terperinci

BAB XII PERJANJIAN ROEM-ROYEN

BAB XII PERJANJIAN ROEM-ROYEN BAB XII PERJANJIAN ROEM-ROYEN Pada Bab sebelumnya telah dibahas mengenai Serangan Umum 1 Maret yang dilaksanakan oleh TNI sebagai pembuktian masih adanya kekuatan Militer Indonesia kepada pihak Belanda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 bukanlah peristiwa yang terjadi begitu saja. Peristiwa tersebut adalah sebuah akumulasi sebuah perjuangan

Lebih terperinci

Dari pernyataan di atas, pernyataan yang merupakan hasil dari siding PPKI adalah.

Dari pernyataan di atas, pernyataan yang merupakan hasil dari siding PPKI adalah. Nama kelompok : Achmad Rafli Achmad Tegar Alfian Pratama Lulu Fajar F Nurul Vita C Kelas : XII TP2 1. Perhatikan penyataan-pernyataan berikut. 1. Mengesahkan dan menetapkan UUD 1945 sebagai dasar konstitusi

Lebih terperinci

SEMESTER 1 KELAS XII SMA/MA/SMK/MAK KURIKULUM KTSP 2006 & K-13

SEMESTER 1 KELAS XII SMA/MA/SMK/MAK KURIKULUM KTSP 2006 & K-13 Kurikulum 2006/2013 Kelas XII Sejarah PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DI BERBAGAI DAERAH II SEMESTER 1 KELAS XII SMA/MA/SMK/MAK KURIKULUM KTSP 2006 & K-13 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Menganalisis

Lebih terperinci

Materi Sejarah Kelas XII IPS

Materi Sejarah Kelas XII IPS 2. Perjanjian Roem Royen Perjanjian Roem-Royen merupakan perundingan yang membuka jalan ke arah terlaksananya.konferensi Meja Bundar yang menjadi cikal bakal terwujudnya Negara Kesatuan Repulik Indonesia

Lebih terperinci

BAB II PEMBENTUKAN KABINET HATTA I. Periode revolusi fisik tahun 1945 sampai 1950 dalam Pemerintah Republik

BAB II PEMBENTUKAN KABINET HATTA I. Periode revolusi fisik tahun 1945 sampai 1950 dalam Pemerintah Republik BAB II PEMBENTUKAN KABINET HATTA I A. Kondisi Politik Sebelum Kabinet Hatta I Periode revolusi fisik tahun 1945 sampai 1950 dalam Pemerintah Republik Indonesia identik dengan jatuh bangunnya kabinet. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang-Undang Dasar 1945 Pembukaan alinea pertama Bahwa sesungguhnya

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang-Undang Dasar 1945 Pembukaan alinea pertama Bahwa sesungguhnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap bangsa di dunia memiliki hak yaitu mendapatkan kemerdekaan, seperti didalam Undang-Undang Dasar 1945 Pembukaan alinea pertama Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan

Lebih terperinci

SEJARAH PERKEMBANGAN UUD

SEJARAH PERKEMBANGAN UUD SEJARAH PERKEMBANGAN UUD [18 Agustus 1945 dan Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959] Dr. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga 2017 Pokok Bahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada awal abad ke-20, sewaktu mulai timbul akan kesadaran dan paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan pembuka jalan bagi

Lebih terperinci

PASANG SURUT PERAN POLITIK MASYUMI DALAM PEMERINTAHAN ( ) Insan Fahmi Siregar. Abstract PENDAHULUAN

PASANG SURUT PERAN POLITIK MASYUMI DALAM PEMERINTAHAN ( ) Insan Fahmi Siregar. Abstract PENDAHULUAN PASANG SURUT PERAN POLITIK MASYUMI DALAM PEMERINTAHAN (1945-1960) Insan Fahmi Siregar Abstract liberal democracy era, Masyumi members had seats in parliament and the party supplied prime ministers Key

Lebih terperinci

BAB 5 PERJUANGAN BERSENJATA DAN DIPLOMASI MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA

BAB 5 PERJUANGAN BERSENJATA DAN DIPLOMASI MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA Page1 BAB 5 PERJUANGAN BERSENJATA DAN DIPLOMASI MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA I. Perjuangan Bersenjata Setelah Perang Pasifik, Indonesia ditangani oleh Pasukan Sekutu yang bernama Allied Forces

Lebih terperinci

sherila putri melinda

sherila putri melinda sherila putri melinda Beranda Profil Rabu, 13 Maret 2013 DEMOKRASI YANG PERNAH BERLAKU DI INDONESIA DEMOKRASI YANG PERNAH BERLAKU DI INDONESIA Demokrasi berasal dari kata DEMOS yang artinya RAKYAT dan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1959 TENTANG FRONT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1959 TENTANG FRONT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1959 TENTANG FRONT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa perlu diadakan suatu gerakan rakyat, yang bersendikan demokrasi terpimpin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan Revolusi merupakan perlawanan penjajah terhadap Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan Revolusi merupakan perlawanan penjajah terhadap Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Revolusi adalah pergolakan politik, sosial ekonomi dan kebudayaan yang membawa perubahan terhadap keadaan sebelum terjadinya Revolusi. Tujuan sebuah revolusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung merupakan sebuah kota yang terletak di Propinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu bagian wilayah di Negara Indonesia. Kota ini dalam sejarahnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus

I. PENDAHULUAN. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1 I. PENDAHULUAN A.Latar BelakangMasalah Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 banyak sekali permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia.Sebagai negara yang baru merdeka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, bebas dan jujur.tetapi pemilihan umum 1955 menghasilkan

Lebih terperinci

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PERTEMUAN KE 5 OLEH: TRIYONO, SS. MM. STTNAS YOGYAKARTA 9 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan Jepang. Kemudian dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan (Dokuritsu Zyunbi Iinkai)

Lebih terperinci

1. Menjelaskaan kekuasaan dalam pelaksanaan konsitusi.

1. Menjelaskaan kekuasaan dalam pelaksanaan konsitusi. 1. Menjelaskaan kekuasaan dalam pelaksanaan konsitusi. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia adalah lembaga (tinggi) negara yang baru yang sederajat dan sama tinggi kedudukannya dengan Mahkamah Agung

Lebih terperinci

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Asas kerakyatan mengandung arti bahwa kedaulatan ada pada rakyat. Segala hukum (recht, peraturan perundang-undangan)

Lebih terperinci

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA Modul ke: Fakultas FAKULTAS TEKNIK PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA ERA KEMERDEKAAN BAHAN TAYANG MODUL 3B SEMESTER GASAL 2016 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Program Studi Teknik

Lebih terperinci

SD kelas 5 - ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BAB 9. KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIALATIHAN SOAL BAB 9. Dwi tunggal. Tri Tunggal. Catur Tunggal.

SD kelas 5 - ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BAB 9. KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIALATIHAN SOAL BAB 9. Dwi tunggal. Tri Tunggal. Catur Tunggal. SD kelas 5 - ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BAB 9. KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIALATIHAN SOAL BAB 9 1. Soekarno dan Mohammad Hatta disebut tokoh Dwi tunggal Tri Tunggal Catur Tunggal Panca Tunggal Jika menyebut

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah : Program : Ilmu Pengetahuan Sosial Mata Pelajaran : Sejarah Kelas/Semester : XII/1 Standar : 1. Menganalisis Perjuangan sejak Proklamasi hingga Lahirnya 1.1. Menganalisis

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN. Pemikiran politik modern di Indonesia mulai sejak bangkitnya nasionalisme tahun

1.PENDAHULUAN. Pemikiran politik modern di Indonesia mulai sejak bangkitnya nasionalisme tahun 1 1.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemikiran politik modern di Indonesia mulai sejak bangkitnya nasionalisme tahun 1900 yang diawali dengan munculnya sekelompok mahasiswa yang membentuk perkumpulan

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL SEJARAH Perjuangan Bangsa ( waktu : 30 menit )

LATIHAN SOAL SEJARAH Perjuangan Bangsa ( waktu : 30 menit ) Langkah untuk mendapatkan kunci jawaban dan pembahasan download di Latihan Soal CPNS Sejarah (Perjuangan Bangsa Kode D) ferryandriyanto, S. Pd. 1. Kekecewaan Kahar Muzakar karena keinginannya menggabungkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjuangan bangsa Indonesia untuk menciptakan keadilan bagi masyarakatnya sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun 1950-1959 di Indonesia berlaku

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit )

LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit ) LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit ) 1. Lembaga tinggi negara yang terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD adalah a. DPR c. DPD e. MK f. MA 2. Yang bukan Tugas MPR adalah a. Melantik Presiden

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika hubungan sipil dan militer pada masa Demokrasi Liberal (1950-

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika hubungan sipil dan militer pada masa Demokrasi Liberal (1950- BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan. Dinamika hubungan sipil dan militer pada masa Demokrasi Liberal (1950-1959) sangat menarik untuk dikaji. Militer adalah organ yang penting yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun BAB V KESIMPULAN Sri Sultan Hamengkubuwono IX naik tahta menggantikan ayahnya pada tanggal 18 Maret 1940. Sebelum diangkat menjadi penguasa di Kasultanan Yogyakarta, beliau bernama Gusti Raden Mas (GRM)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR ISI DAFTAR PUSTAKA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 BAB II ISI... 4 2.1 Pengertian Sistem Pemerintahan... 2.2 Sistem Pemerintahan Indonesia 1945 s.d.1949...

Lebih terperinci

AKHIR PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA DAN PEMERINTAHAN BARU BANGSA INDONESIA ENCEP SUPRIATNA

AKHIR PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA DAN PEMERINTAHAN BARU BANGSA INDONESIA ENCEP SUPRIATNA AKHIR PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA DAN PEMERINTAHAN BARU BANGSA INDONESIA ENCEP SUPRIATNA PASCA KEMERDEKAAN Tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidang untuk pertama kalinya dengan keputusan: Mengesahkan

Lebih terperinci

BAB IV DAMPAK PENGGUNAAN DIPLOMASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK INDONESIA BELANDA. A. Peran Dunia Internasional dalam Diplomasi

BAB IV DAMPAK PENGGUNAAN DIPLOMASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK INDONESIA BELANDA. A. Peran Dunia Internasional dalam Diplomasi BAB IV DAMPAK PENGGUNAAN DIPLOMASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK INDONESIA BELANDA A. Peran Dunia Internasional dalam Diplomasi Perundingan yang dilakukan pemimpin Republik Indonesia bertujuan untuk menciptakan

Lebih terperinci

Sistem Pemerintahan Negara Indonesia semenjak 1945

Sistem Pemerintahan Negara Indonesia semenjak 1945 Sistem Pemerintahan Negara Indonesia semenjak 1945 Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu kestabilan negara itu. Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan separatisme

Lebih terperinci

Kata pengantar. Daftar Isi. Halaman Judul...(i) Kata pengantar... (ii) Daftar Isi... (iii) BAB I

Kata pengantar. Daftar Isi. Halaman Judul...(i) Kata pengantar... (ii) Daftar Isi... (iii) BAB I Makalah Sejarah Kata pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang sudah berikan rahmat dan karunianya pada kami hingga kami sukses merampungkan makalah ini yang alhamdulillah pas pada

Lebih terperinci

BAB XIV PENGAKUAN KEDAULATAN INDONESIA OLEH BELANDA

BAB XIV PENGAKUAN KEDAULATAN INDONESIA OLEH BELANDA BAB XIV PENGAKUAN KEDAULATAN INDONESIA OLEH BELANDA Pada Bab terakhir ini akan dibahas mengenai pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh Belanda yang merupakan hasil Konferensi Meja Bundar yang dilaksanakan

Lebih terperinci

e. Senat diharuskan ada, sedangkan DPR akan terdiri dari gabungan DPR RIS dan Badan Pekerja KNIP;

e. Senat diharuskan ada, sedangkan DPR akan terdiri dari gabungan DPR RIS dan Badan Pekerja KNIP; UUDS 1950 A. Sejarah Lahirnya Undang-Undang Sementara 1950 (UUDS) Negara Republik Indonesia Serikat yang berdiri pada 27 Desember 1949 dengan adanya Konferensi Meja Bundar, tidak dapat bertahan lama di

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pemikiran dua tokoh tersebut, tidak bisa kita lepaskan dari kehidupan masa lalunya yang

BAB V KESIMPULAN. pemikiran dua tokoh tersebut, tidak bisa kita lepaskan dari kehidupan masa lalunya yang BAB V KESIMPULAN Sutan Sjahrir dan Tan Malaka merupakan dua contoh tokoh nasional yang memberikan segenap tenaga dan pikirannya pada masa kemerdekaan. Kajian terhadap pemikiran dua tokoh tersebut, tidak

Lebih terperinci

Denhaag - Belanda 23 Agustus - 2 Nopember 1949

Denhaag - Belanda 23 Agustus - 2 Nopember 1949 Konferensi Meja Bundar Denhaag - Belanda 23 Agustus - 2 Nopember KMB ="Konferensi Meja Bundar" Konferensi Meja Bundar adalah sebuah pertemuan antara pemerintah Republik Indonesia dan Belanda yang dilaksanakan

Lebih terperinci

PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI

PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI www.bimbinganalumniui.com 1. Setelah kabinet Amir Syarifuddin jatuh, atas persetujuan presiden KNIP memilih Hatta sebagai Perdana Menteri. Jatuhnya Amir Syarifuddin membuat kelompok kiri kehilangan basis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dan

BAB V KESIMPULAN. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dan BAB V KESIMPULAN Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan suatu bukti perwujudan dari tekad dan kehendak Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

SEJARAH PANITIA SEMBILAN DAN SEJARAH PIAGAM JAKARTA

SEJARAH PANITIA SEMBILAN DAN SEJARAH PIAGAM JAKARTA SEJARAH PANITIA SEMBILAN DAN SEJARAH PIAGAM JAKARTA Nama : Chikita Putri M. Kelas : 8A Panitia Sembilan Panitia Sembilan dibentuk pada 1 Juni 1945. Panitia Sembilan ini adalah panitia yang beranggotakan

Lebih terperinci

BAB II AGRESI MILITER BELANDA DI BANTEN

BAB II AGRESI MILITER BELANDA DI BANTEN BAB II AGRESI MILITER BELANDA DI BANTEN A. Latar Belakang Terjadinya Agresi Militer Belanda I Pada tanggal 17 Agustus 1945 kemerdekaan Republik Indonesia telah diproklamirkan. Perseteruan antara pihak

Lebih terperinci

A. Pengertian Orde Lama

A. Pengertian Orde Lama A. Pengertian Orde Lama Orde lama adalah sebuah sebutan yang ditujukan bagi Indonesia di bawah kepemimpinan presiden Soekarno. Soekarno memerintah Indonesia dimulai sejak tahun 1945-1968. Pada periode

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka, Kerangka Fikir dan Paradigma

Tinjauan Pustaka, Kerangka Fikir dan Paradigma 10 II. Tinjauan Pustaka, Kerangka Fikir dan Paradigma A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Peranan Peranan merupakan aspek dinamis dari suatu status (kedudukan). Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya

Lebih terperinci

Soal soal Sejarah perbedaan pendapat golongan tua dan muda tentang proklamasi aman dari ancaman Pemerintah Jepang

Soal soal Sejarah perbedaan pendapat golongan tua dan muda tentang proklamasi aman dari ancaman Pemerintah Jepang Soal soal Sejarah 1. Sebab terjadinya Peristiwa Rengasdengklok adalah.... a. pertentangan Soekarno dan M. Hatta b. pertentangan Soekarno dengan Jepang c. Jepang menghalangi proklamasi d. Rengasdengklok

Lebih terperinci

SMP. 1. Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara 2. Susunan ketatanegaraan suatu negara 3. Pembagian & pembatasan tugas ketatanegaraan

SMP. 1. Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara 2. Susunan ketatanegaraan suatu negara 3. Pembagian & pembatasan tugas ketatanegaraan JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) KONSTITUSI YANG PERNAH BERLAKU A. Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia Konstitusi (Constitution) diartikan

Lebih terperinci

DINAMIKA PARTAI MASYUMI PADA MASA REVOLUSI FISIK ( ) Alfi Hafidh Ishaqro* Abstrak

DINAMIKA PARTAI MASYUMI PADA MASA REVOLUSI FISIK ( ) Alfi Hafidh Ishaqro* Abstrak DINAMIKA PARTAI MASYUMI PADA MASA REVOLUSI FISIK ( 1945 1949 ) Alfi Hafidh Ishaqro* Abstrak Masa pendudukan Jepang menjadi tahap yang fundamental bagi kelahiran Partai Masjumi. Pemerintahan militer Jepang,

Lebih terperinci

* Alfi Hafidh Ishaqro adalah Peneliti Politik Islam, sedang menyelesaikan studi di Ilmu Sejarah Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang

* Alfi Hafidh Ishaqro adalah Peneliti Politik Islam, sedang menyelesaikan studi di Ilmu Sejarah Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang DINAMIKA PARTAI MASYUMI PADA MASA 27 DINAMIKA PARTAI MASYUMI PADA MASA REVOLUSI FISIK (1945 1949) Alfi Hafidh Ishaqro* Abstrak Masa pendudukan Jepang menjadi tahap yang fundamental bagi kelahiran Partai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. diartikan sebagai rancangan atau buram surat, ide (usul) atau pengertian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. diartikan sebagai rancangan atau buram surat, ide (usul) atau pengertian yang 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Konsepsi Presiden Soekarno Secara etimologis, konsepsi berasal dari perkataan konsep, sedangkan konsep diartikan sebagai rancangan atau buram surat,

Lebih terperinci

MR. SJAFRUDDIN PRAWIRANEGARA ( ) Sang Penyelamat Eksistensi Negara Proklamasi Republik Indonesia

MR. SJAFRUDDIN PRAWIRANEGARA ( ) Sang Penyelamat Eksistensi Negara Proklamasi Republik Indonesia MR. SJAFRUDDIN PRAWIRANEGARA (1911 1989) Sang Penyelamat Eksistensi Negara Proklamasi Republik Indonesia MAKALAH Disampaikan dalam Seminar Nasional Pengusulan Mr. Sjafruddin Prawiranegara sebagai Pahlawan

Lebih terperinci

KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN

KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN Nama : DIMAS DWI PUTRA Kelas : XII MIPA 3 SMAN 1 SUKATANI 2017/3018 Gagalnya usaha untuk kembali ke UUD 1945 dengan melalui Konstituante dan rentetan peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas

BAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi masa yang berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas dari incaran negara

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Islam tidak hanya sebagai sebuah agama yang hanya mengatur ibadah ritual tetapi

I PENDAHULUAN. Islam tidak hanya sebagai sebuah agama yang hanya mengatur ibadah ritual tetapi 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam tidak hanya sebagai sebuah agama yang hanya mengatur ibadah ritual tetapi Islam merupakan sebuah ideologi yang melahirkan aturan-aturan yang mengatur kehidupan manusia

Lebih terperinci

PERANAN TNI-AD DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN SKRIPSI

PERANAN TNI-AD DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN SKRIPSI PERANAN TNI-AD DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945-1950 SKRIPSI Oleh Aprilia Nur Hasanah NIM 070210302089 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ditandai dengan menyerahnya Jerman kepada

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ditandai dengan menyerahnya Jerman kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Berakhirnya Perang Dunia II ditandai dengan menyerahnya Jerman kepada Sekutu di Eropa dan menyerahnya Jepang kepada Sekutu tanggal 15 Agustus 1945.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan peri-keadilan (MPR RI, 2012: 2).

I. PENDAHULUAN. dan peri-keadilan (MPR RI, 2012: 2). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemerdekaan merupakan hak setiap bangsa untuk terlepas dan terbebas dari tekanan bangsa lain. Hal ini senada dengan isi pembukaan UUD 1945. Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian, dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan dan politik memiliki definisinya masing-masing. Secara sederhana

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan dan politik memiliki definisinya masing-masing. Secara sederhana 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kebijakan Politik Kebijakan dan politik memiliki definisinya masing-masing. Secara sederhana Solichin Abdul Wahab menyatakan bahwa pada hakikatnya kebijakan terdiri atas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kesempatan lebih luas bagi kaum wanita untuk lebih berkiprah maju

I. PENDAHULUAN. memberikan kesempatan lebih luas bagi kaum wanita untuk lebih berkiprah maju 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan babak baru bagi perjuangan rakyat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1) Muhammad TWH, Drs.H. Peristiwa Sejarah di Sumatera Utara,(2011:85)

BAB I PENDAHULUAN. 1) Muhammad TWH, Drs.H. Peristiwa Sejarah di Sumatera Utara,(2011:85) BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, Belanda bermaksud mengembalikan kekuasaanya. Upaya ini ditunjukan melalui jalur diplomasi di Perserikatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Perjuangan Pengertian perjuangan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan, yang dilakukan dengan menempuh

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai

BAB V KESIMPULAN. Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai BAB V KESIMPULAN Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai masa penjajahan Belanda merupakan hal yang sangat kompleks. Tan Malaka sedikit memberikan gambaran mengenai kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan terlupakan oleh masyarakat kota Madiun, terutama bagi umat Islam di Madiun. Pada bulan September tahun

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL BAB 3 DEMOKRASI LIBERAL

LATIHAN SOAL BAB 3 DEMOKRASI LIBERAL LATIHAN SOAL BAB 3 DEMOKRASI LIBERAL 1. Sejak kembali menjadi Negara kesatuan, Indonesia masuk pada era demokrasi parlementer. Jalannya pemerintahan pada masa ini tetap tidak stabil karena a. Para menteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mula-mula kedatangan tentara Jepang disambut gembira dan diterima

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mula-mula kedatangan tentara Jepang disambut gembira dan diterima 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mula-mula kedatangan tentara Jepang disambut gembira dan diterima dengan tangan terbuka oleh rakyat Indonesia yang memang sudah sangat merindukan kemerdekaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil Perjanjian Komisi Meja Bundar antara Indonesia dengan Belanda pada tahun 1949 masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV TANGGAPAN DAN TINDAKAN KOMUNITAS ARAB DALAM MENYIKAPI ADANYA PARTAI ARAB INDONESIA

BAB IV TANGGAPAN DAN TINDAKAN KOMUNITAS ARAB DALAM MENYIKAPI ADANYA PARTAI ARAB INDONESIA BAB IV TANGGAPAN DAN TINDAKAN KOMUNITAS ARAB DALAM MENYIKAPI ADANYA PARTAI ARAB INDONESIA A. Reaksi Pro dan Kontra Pengakuan nasionalisme Indonesia keturunan Arab pada paruh pertama abad ke-20 tidak hanya

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PEMERINTAHAN INDONESIA

BAB III PROFIL PEMERINTAHAN INDONESIA 23 BAB III PROFIL PEMERINTAHAN INDONESIA A. Masa Tahun 1945-1949 Masa Tahun 1945-1949 sebagai masa berlakunya UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945. UUD 1945 menghendaki sistem pemerintahan

Lebih terperinci

SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SHINTA HAPPY YUSTIARI, S.AP, MPA

SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SHINTA HAPPY YUSTIARI, S.AP, MPA SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SHINTA HAPPY YUSTIARI, S.AP, MPA SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SUMBER PENELITIAN SEJARAH DOKUMEN / ARSIP BENDA / PRASASTI PELAKU SEJARAH SISTEM PRA KEMERDEKAAN PENJAJAHAN

Lebih terperinci

SYARAT-SYARAT DAN PENYEDERHANAAN KEPARTAIAN (Penetapan Presiden Nomor 7 Tahun 1959 Tanggal 31 Desember 1959) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SYARAT-SYARAT DAN PENYEDERHANAAN KEPARTAIAN (Penetapan Presiden Nomor 7 Tahun 1959 Tanggal 31 Desember 1959) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SYARAT-SYARAT DAN PENYEDERHANAAN KEPARTAIAN (Penetapan Presiden Nomor 7 Tahun 1959 Tanggal 31 Desember 1959) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa berhubung dengan keadaan ketatanegaraan di Indonesia,

Lebih terperinci

Pemilu Belum siapnya pemerintah baru, termasuk dalam penyusunan perangkat UU Pemilu;

Pemilu Belum siapnya pemerintah baru, termasuk dalam penyusunan perangkat UU Pemilu; Pemilu 1955. Ini merupakan pemilu yang pertama dalam sejarah bangsa Indonesia. Waktu itu Republik Indonesia berusia 10 tahun. Kalau dikatakan pemilu merupakan syarat minimal bagi adanya demokrasi, apakah

Lebih terperinci

Mam MAKALAH ISLAM. Kementerian Agama Pilar Konstitusi Negara

Mam MAKALAH ISLAM. Kementerian Agama Pilar Konstitusi Negara Mam MAKALAH ISLAM Kementerian Agama Pilar Konstitusi Negara 20, September 2014 Makalah Islam Kementerian Agama Pilar Konstitusi Negara M. Fuad Nasar Pemerhati Sejarah, Wakil Sekretaris BAZNAS Polemik seputar

Lebih terperinci

MODUL KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA AWAL KEMERDEKAAN SAMPAI ORDE LAMA MATERI : KEHIDUPAN POLITIK MASA AWAL KEMERDEKAAN SAMPAI ORDE LAMA

MODUL KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA AWAL KEMERDEKAAN SAMPAI ORDE LAMA MATERI : KEHIDUPAN POLITIK MASA AWAL KEMERDEKAAN SAMPAI ORDE LAMA MODUL KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA AWAL KEMERDEKAAN SAMPAI ORDE LAMA MATERI : KEHIDUPAN POLITIK MASA AWAL KEMERDEKAAN SAMPAI ORDE LAMA Fredy Hermanto, S. Pd., M.Pd. PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset,

Lebih terperinci

BAB III KARIR POLITIK MUHAMMAD NATSIR. A. Organisasi Pemuda sebagai Jembatan Kedewasaan Organisasi Natsir

BAB III KARIR POLITIK MUHAMMAD NATSIR. A. Organisasi Pemuda sebagai Jembatan Kedewasaan Organisasi Natsir BAB III KARIR POLITIK MUHAMMAD NATSIR A. Organisasi Pemuda sebagai Jembatan Kedewasaan Organisasi Natsir Muhammad Natsir dikenal sebagai pahlawan nasional dalam memajukan bangsa ini, khususnya umat Islam.

Lebih terperinci

SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PARTAI MASYUMI ( )

SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PARTAI MASYUMI ( ) SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PARTAI MASYUMI (1945-1960) Oleh: Insan Fahmi Siregar Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang (UNNES) Jawa Tengah Abstract The Masyumi Party

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG LAHIRNYA DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959

LATAR BELAKANG LAHIRNYA DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959 LATAR BELAKANG LAHIRNYA DEKRIT PRESIDEN 5 JULI 1959 A. Latar Belakang 1. Kehidupan politik yang lebih sering dikarenakan sering jatuh bangunnya kabinet dan persaingan partai politik yang semakin menajam.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V, penulis memaparkan kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian secara keseluruhan yang dilakukan dengan cara studi literatur yang data-datanya diperoleh

Lebih terperinci

Rangkuman Materi Ajar PKn Kelas 6 MATERI AJAR

Rangkuman Materi Ajar PKn Kelas 6 MATERI AJAR Rangkuman Materi Ajar PKn Kelas 6 MATERI AJAR Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas/Semester : VI / I Alokasi Waktu : 6 x 35 Menit Standar Kompetensi 1. Menghargai nilai-nilai juang dalam proses

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Malaka membuat jalur perdagangan beralih ke pesisir barat Sumatra.

BAB V KESIMPULAN. Malaka membuat jalur perdagangan beralih ke pesisir barat Sumatra. BAB V KESIMPULAN Sumatra Barat punya peran penting dalam terbukanya jalur dagang dan pelayaran di pesisir barat Sumatra. Berakhirnya kejayaan perdagangan di Selat Malaka membuat jalur perdagangan beralih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disingkat UUD 1945 1 telah mengalami perubahan sebanyak empat kali, yakni Perubahan Pertama pada tahun 1999, Perubahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, Belanda masih merasa mempunyai kekuasaan atas Hindia Belanda yaitu negara bekas

PENDAHULUAN Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, Belanda masih merasa mempunyai kekuasaan atas Hindia Belanda yaitu negara bekas PENDAHULUAN Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, Belanda masih merasa mempunyai kekuasaan atas Hindia Belanda yaitu negara bekas jajahan masih di bawah kekuasaan Kerajaan Belanda. Setelah

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI KABINET HATTA I DALAM MENJALANKAN PEMERINTAHAN UNTUK MENDAPATKAN PENGAKUAN INTERNASIONAL

BAB IV STRATEGI KABINET HATTA I DALAM MENJALANKAN PEMERINTAHAN UNTUK MENDAPATKAN PENGAKUAN INTERNASIONAL BAB IV STRATEGI KABINET HATTA I DALAM MENJALANKAN PEMERINTAHAN UNTUK MENDAPATKAN PENGAKUAN INTERNASIONAL A. Hasil Program Kerja Kabinet Hatta I Masa kerja Kabinet Hatta I dimulai pada tanggal 29 Januari

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, Jakarta, 7 November 2012 Rabu, 07 November 2012

Sambutan Presiden RI pada Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, Jakarta, 7 November 2012 Rabu, 07 November 2012 Sambutan Presiden RI pada Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, Jakarta, 7 November 2012 Rabu, 07 November 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA UPACARA PENGANUGERAHAN GELAR PAHLAWAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. begitu saja, terdapat suatu proses sebagai pemenuhan unsur - unsur pembentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. begitu saja, terdapat suatu proses sebagai pemenuhan unsur - unsur pembentukan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teori terjadinya suatu negara mengatakan bahwa suatu negara tidak terjadi begitu saja, terdapat suatu proses sebagai pemenuhan unsur - unsur pembentukan negara.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil pembahasan yang telah dipaparkan pada Bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa Bandung pada periode revolusi fisik tahun 1945-1948 merupakan waktu

Lebih terperinci

BAB X RUNTUHNYA KABINET AMIR SYARIFUDDIN DAN MOH. HATTA

BAB X RUNTUHNYA KABINET AMIR SYARIFUDDIN DAN MOH. HATTA BAB X RUNTUHNYA KABINET AMIR SYARIFUDDIN DAN MOH. HATTA Bab ke 10 ini akan membahas mengenai runtuhnya Kabinet Amir Syarifuddin dan Moh. Hatta. Kabinet Amir Syarifuddin dan Kabinet Moh, Hatta merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

Lebih terperinci

MASA REPUBLIK INDONESIA SERIKAT

MASA REPUBLIK INDONESIA SERIKAT MASA REPUBLIK INDONESIA SERIKAT Nama Kelompok 1. Anisa Khafida (14144600207) 2. Rahardhika Adhi Negara (14144600182) 3. Zafitria Syahadatin (14144600195) a) Strategi perjuangan bangsa Indonesia secara

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. ayah kandungnya baru dia ketahui setelah ia lulus sekolah AMS (Algemene

BAB VI KESIMPULAN. ayah kandungnya baru dia ketahui setelah ia lulus sekolah AMS (Algemene BAB VI KESIMPULAN Wilopo lahir di Purworejo pada 21 Oktober 1909. Wilopo merupakan anak angkat dari Prawirodiharjo. Ayah kandung Wilopo adalah orang yang selama ini dikenal sebagai pamannya yaitu Soedjono

Lebih terperinci