BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Desa Kunden di Kabupaten Blora

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Desa Kunden di Kabupaten Blora"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Desa Kunden di Kabupaten Blora 1. Letak Geografis Desa Kunden adalah suatu kelurahan yang berada di kabupaten Blora. Letak yang strategis dekat dengan alun-alun Blora, pasar, masjid, dan rumah Bupati, membuat Desa Kunden semakin ramai oleh lalu lalang kendaraan seperti halnya angkutan umum dan ojek yang setiap harinya beroperasi. Transportasi menuju Desa Kunden sangat lancar, karena berbagai transportasi dalam berbagai jenis dapat diakses. Ada pun desa-desa yang berbatasan dengan desa Kunden, antara lain yaitu: Arah Utara Selatan Barat Timur Desa Desa Temurejo Kelurahan Mlangsen/ Jetis Kelurahan Kauman Kelurahan Tempelan Tanah di Desa Kunden adalah tanah subur, terbukti dengan warna tanah yang coklat kehitaman dan air tidak pernah kering serta merupakan daerah persawahan. Penghasilan masyarakat mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai petani. Luas seluruh tanah yang ada di Desa Kunden adalah hektar, yaitu: 21

2 a. 42, 24 hektar merupakan lahan persawahan. b. 18, 08 hektar merupakan tegalan. c. 41, 03 hektar merupakan lahan pemukiman. d. 18, 40 hektar lain-lain 2. Kependudukan Berdasarkan letak geografisnya Desa Kunden memiliki luas daerah 130,03 HA, jumlah penduduk 4217 jiwa, terdiri dari 2054 laki-laki dan 2163 perempuan, yang memiliki ketinggian dari permukaan laut sekitar 30/ 250 M. Berikut keterangan desa menurut kelompok umur: Tabel 1 Jumlah Penduduk No Usia Penduduk Jumlah thn thn ke-atas 80 Jumlah pendidikan penduduk Desa Kunden tergolong tinggi, hal ini terlihat karena banyak warga lulusan sarjana atau perguruan tinggi. Tabel II Taraf Pendidikan No Sekolah Jumlah 1 TK - 2 SD SMP/ SLTP SMA/ SLTA Akademi/ D1 D

3 6 Sarjana Pascasarjana 15 8 Pondok pesantren - 9 Pendidikan Agama - 10 Sekolah Luar Biasa - 11 Kursus Ketrampilan - Lembaga Pendidikan di Desa Kunden terdapat 3 SD/MI, 1 SLTP/MTS dan 2 SLTA/MAN namun untuk pendidikan TK di Desa Kunden tidak tersedia, sehingga untuk pendidikan TK warga Kunden harus pergi keluar desa misalnya Desa Karang Jati, Jetis dan sebagainya untuk menyekolahkan putraputrinya. Geografis Desa Kunden yang merupakan daerah persawahan menjadikan sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani. Mata pencaharian penduduk tampak dalam tabel berikut: Tabel III Mata Pencaharian No Jenis Pekerjaan Jumlah 1 Petani Buruh tani 18 3 Buruh industri - 4 Buruh bangunan Pedagang PNS ABRI 25 8 Swasta

4 9 Pensiunan Nelayan - 11 Jasa Sistem mata pencaharian dan ekonomi Mata pencaharian pokok masyarakat kelurahan Kunden adalah swasta. Selain itu ada juga yang bermata pencaharian sebagai Pegawai Negri, anggota ABRI, pensiunan, petani, buruh bangunan, pedagang dan lain sebagainya. Namun ada juga yang bekerja merangkap, misalnya disamping bekerja sebagai Pegawai Negri juga bekerja sebagai petani. Keadaan ini berkaitan dengan letak tempat tinggal mereka. Penduduk masyarakat kelurahan kunden paling banyak berkerja pada bidang swasta, PNS dan ABRI karena tingkat pendidikan masyarakat Kunden tergolong tinggi sehingga banyak masyarakat berkerja di perusahaan dan instansi pemerintah. Mata pencarian berikutnya adalah petani, buruh tani, dan pedagang yang ada di Desa Kunden karena keadaan geografis Desa Kunden yang mendukung seperti tanah subur, terbukti dengan warna tanah yang coklat kehitaman dan air tidak pernah kering serta merupakan daerah persawahan serta lahan pertanian dan perkebunan yang luas. B. Kesenian Barongan 1. Sejarah Umum Kesenian Barongan Barongan merupakan kesenian rakyat asli Blora, di mana masyarakat Blora mempunyai semangat hidup seperti nilai-nilai positif yang terkandung dalam kesenian Barongan. Kesenian Barongan Blora menceritakan tentang dua 24

5 sosok sakti yang bernama Gembong Amijoyo dan Joko Lodro. Cerita yang diangkat dalam Barongan menjadi ciri khas dari Barongan Blora. Gembong Amijoyo merupakan sosok sakti yang dapat merubah diri menjadi harimau raksasa, di dalam cerita Barongan sering disebut Barongan. Gembong Amijoyo bertugas menjaga alas jati wengker. Menurut para pengamat kesenian, Alas Jati Wengker terletak di Blora, karena pengertian dari Alas jati wengker adalah hutan jati terbaik di dunia. Blora adalah daerah yang memiliki kekayaan alam berupa hutan jati terbaik di dunia, maka dari pengamatan ahli kesenian tersebut dapat disimpulkan bahwa Alas jati wengker adalah hutan jati yang berada di Blora yang sudah ada sebelum Kota Blora terbentuk. Hasil pengamatan tentang Alas jati wengker dapat menjadi bukti bahwa kesenian Barongan merupakan kesenian asli yang sudah terjadi sebelum kota Blora terbentuk dan diwujudkan menjadi suatu bentuk kesenian oleh masyarakat Blora sebagai ciri khas kota Blora. Joko Lodro adalah orang sakti yang bisa merubah wujud diri menjadi sosok raksasa, didalam cerita Barongan sering disebut Gendruwon. Joko Lodro ditugaskan menjaga kerajaan Janggala yang berada Kediri dan dipimpin seorang raja yaitu Panji Asmara Bangun. Gembong Amijoyo memiliki prinsip aku bakalan njogo alas wengker sak isine (saya akan menjaga seluruh isi hutan jati wengker). Gembong Amijoyo memiliki kakak seperguruan bernama Joko Lodro yang tinggal di kerajaan. Cerita Panji, Panji Asmara Bangun mempunyai keinginan untuk melamar Dewi Sekartaji. Untuk melamar Dewi Sekartaji, jalan yang paling cepat adalah melewati 25

6 alas jati wengker, kemudian Panji mengutus Patih Pujangga Anom yang dalam cerita Barongan menjadi Bujangganong berserta pasukan berkuda yang dalam cerita Barongan digambarkan menjadi Jaranan. Pasukan berkuda membawa pengikut yang di dalam cerita Barongan disebut Nayantaka dan Gainah, kemudian Bujangganong dengan pengawalan pasukan berkuda yang diikuti Nayantaka dan Gainah dalam cerita Barongan diwujudkan sebagai Pentulan pergi memasuki alas jati wengker. Setelah memasuki alas jati wengker, Bujangganong dan pasukan berkuda bertemu dengan Gembong Amijoyo, sesuai dengan sumpah tugasnya Gembong Amijoyo melarang Bujangganong berserta pengawalnya untuk memasuki alas jati wengker, karena apabila Bujangganong berserta pengawalnya melewati alas jati wengker, maka kekayaan alam berserta alas jati wengker akan habis. Karena tidak diperbolehkan Gembong Amijoyo untuk melewati alas jati wengker, kemudian terjadilah perkelahian antara Gembong Amijoyo dengan Bujangganong. Dalam perkelahian tersebut, Bujanggangong mengalami kekalahan. Nayantoko dan Gainah mengingatkan Gembong Amijoyo bahwa ia memiliki kakak seperguruan yang bertugas di kerajaan Janggala bernama Joko Lodro. Setelah mengalami kekalahan, para pengawal Bujangganong kembali ke kerajaan untuk memberitahukan peristiwa yang telah terjadi kepada Bujangganong kepada Panji Asmara Bangun. Mengingat bahwa Joko Lodro adalah kakak seperguruan Gembong Amijoyo, Panji memberikan perintah kepada Joko Lodro untuk menemui Gembong Amijoyo di alas jati wengker. 26

7 Setibanya di alas jati wengker, Joko Lodro dan Gembong Amijoyo bertemu. Kedua bersaudara tersebut memiliki tugas masing-masing, Joko Lodro bertugas untuk kerajaan Janggala sedangkan Gembong Amijoyo bertugas menjaga alas jati wengker. Pertikaian antara kakak adik tidak dapat dihindari, karena mereka bertanggung jawab atas tugas masing-masing. Dalam pertikaian tersebut, Gembong Amijoyo mengalami kekalahan, berkat kesaktian yang ia miliki Gembong Amijoyo tetap bertahan hidup. Gembong Amijoyo berbicara dengan Joko Lodro, Mas, yen ono sing isa ngalahke aku, rombonganmu iso nglewati alas iki kanggo nglamar Dewi Sekartaji, nanging alas iki bakal rusak ( Mas, apabila ada yang bisa mengalahkan aku, rombonganmu dapat melewati hutan ini untuk melamar Dewi Sekartaji, tetapi hutan ini akan mengalami kerusakan). Perkataan Gembong Amijoyo kepada Joko Lodro terbukti. Pada saat ini, Hutan jati yang berada di Blora mengalami kepunahan karena kayu jati digunakan untuk memenuhi kebutuhan pihak dari luar Blora, seperti pembuatan perabotan rumah tangga. Jika melihat cerita Gembong Amijoyo dan Joko Lodro, mereka berdua bersaudara dan mengalami pertikaian karena Joko Lodro memilih berpihak kepada kerajaan Jenggala, Panji Asmara Bangun daripada saudara seperguruan Joko Lodro, yaitu Gembong Amijoyo. Masyarakat Blora mengenal tarian Barongan secara turun-temurun. Sebelum masa penjajahan Belanda, sekitar abad XVI pada saat itu Blora berada di bawah kekuasaan kerajaan Jipang, masyarakat berusaha untuk menceritakan kembali pertikaian antara Gembong Amijoyo dan Joko Lodro dalam wujud seni tari. Tarian Barongan menceritakan alur peristiwa pertikaian antara Gembong 27

8 Amijoyo, Bujangganong dan Joko Lodro yang diceritakan dalam cerita Panji. Tarian yang diciptakan masyarakat berdasarkan urut-urutan kejadian pertikaian, yang dimulai dengan perkenalan tokoh Gembong Amijoyo dan Joko Lodro, pertemuan dan pertikaian antara Gembong Amijoyo dengan Bujangganong, kembalinya pengawal Bujangganong (Jaranan dan Penthul) ke kerajaan, dan pertikaian antara Gembong Amijoyo dengan Joko Lodro yang berakhir dengan kekalahan yang dialami Gembong Amijoyo. Gerak tari Barongan cenderung gerakan yang bersemangat, tidak terikat dengan iringan musik karena menggambarkan pertikaian yang bersifat spontanitas. Pesan moral yang disampaikan Gembong Amijoyo apabila ada yang bisa mengalahkan aku (Gembong Amijoyo), rombonganmu dapat melewati hutan ini, tetapi hutan ini akan mengalami kerusakan.. Joko Lodro membawa rombongan yang berasal dari luar daerah alas jati wengker. Pesan tersebut dapat diartikan bahwa diperlukanya generasi penerus yang berasal dari Blora untuk menjaga dan merawat kekayaan alam yang dimiliki Blora sehingga kelestarian hutan jati Blora dapat terjaga. Dewasa ini, perkataan yang diucapkan Gembong Amijoyo terwujud, karena kualitas kayu jati Blora sangat baik, mengakibatkan masyarakat menjual kayu jati kepada pembeli yang berasal dari daerah lain sehingga hutan jati mulai kehilangan kekayaanya. Kesenian barongan kesenian khas Blora, dari 295 desa di Blora, terdapat 625 paguyuban kesenian barongan. Artinya, setiap desa paling tidak memiliki dua kelompok kesenian barongan. Beberapa tradisi di masyarakat melibatkan kesenian Barongan, seperti contoh tradisi lamporan, ritual tolak bala yang berasal 28

9 dari Desa Kunden, mengharuskan keterlibatan barongan karena masyarakat menganggap Singo Barong sebagai pengusir tolak bala. Dengan demikian, kesenian Barongan adalah kesenian yang sangat populer dan sangat lekat dengan kehidupan masyarakat pedesaan di Blora. Masyarakat beranggapan bahwa Barongan adalah kesenian yang mewakili sifatsifat kerakyatan masyarakat Blora, seperti kekeluargaan, kesederhanaan, tegas, kekompakan, dan keberanian yang didasarkan pada kebenaran. 2. Sejarah Khusus Grup Barongan Guntur Seto Kesenian Barongan merupakan kesenian asli kota Blora, sehingga kesenian Barongan sangat populer di kalangan masyarakat Blora, terutama masyarakat desa Kunden. Desa Kunden memiliki dua kelompok kesenian Barongan yaitu kelompok Barongan Sekarjoyo dan Kelompok Barongan Guntur Seto. Akan tetapi, kelompok Barongan Sekarjoyo mengalami kepunahan karena pertunjukan yang kurang menarik, serta pemimpin kelompok yang sudah lanjut usia dan tidak ada penerus yang bersedia melanjutkan kelompok kesenian Barongan Sekarjoyo tersebut. Saat ini desa Kunden hanya memiliki kelompok kesenian Barongan yang tetap bertahan menghadapi perkembangan jaman. Kelompok kesenian tersebut adalah Barongan Guntur Seto yang dipimpin oleh Adi Wibowo atau sering disapa Didik. Adi Wibowo adalah laki-laki kelahiran Blora, 2 April 1971 yang memiliki impian untuk dapat membentuk grup Barongan karena ia sejak kecil telah mencintai seni tradisional ini. Saat ia melanjutkan studi di STIKOM 29

10 Surabaya, di sana ia banyak berkenalan dengan pekerja buruh (proyek) yang ternyata tidak sedikit diantaranya merupakan seniman Reog. Ia pun kemudian berpikir, Kenapa Barongan Blora tidak bisa sebesar Reog?". Pertemuan dengan para pekerja buruh itu selalu mengusik pikirannya. Ia pun memiliki keinginan dan impian bahwa suatu saat akan membawa Barongan Blora pentas di Ponorogo di negeri para seniman Reog. (Sumber :Hasil wawancara Adi Wibowo) Sepulang dari Surabaya, selepas lulus kuliah pada tahun 1999, Didik mendirikan group Barongan di Kunden dengan mendapatkan dorongan dari sang Ibu yang memberikan dukungan sejak awal. Namun demikian, perjuangan Didik dalam mewujudkan keinginan untuk mengembangkan grup Barongannya mengalami hambatan dalam merekrut pemain Barongan, tetapi tidak menghalangi semangatnya dalam mencari pemain dengan mendatangi setiap rumah yang ada di sekitar tempat tinggalnya untuk mengajak bergabung menjadi pemain di grup Barongannya. Ada beberapa macam tanggapan keluarga yang diajak bergabung, baik pendapat yang bersifat positif dan negative. Tetapi, Didik pada saat itu mendapatkan banyak pendapat negatif dari keluarga yang akan diajak bergabung, antara lain penolakan keluarga melihat anaknya ikut Barongan karena keluarga menganggap Barongan salah satu kesenian tidak mendidik dan di dalam atraksi Barongan mengandung unsur kekerasan dan tidak masuk akal. (Sumber : hasil wawancara Adi Wibowo) Kemudian, Didik berfikir bagaimana kelompok Barongannya bisa maju dan bisa diterima oleh masyarakat. Didik mengikuti pelatihan dengan 30

11 mendatangkan teman-teman dari akademik yang berprofesi sebagai dosen di STSI Surakarta yang berasal dari Blora. Disitulah Didik mendapatkan pembekalan dan wawasan agar dapat mengembangkan kesenian Barongan, cara yang ditempuh oleh Didik yaitu dengan mengikuti even-even dengan biaya sendiri, setiap ada even mendaftarkan grup Barongannya di perlombaanperlombaan di Solo dan Jogjakarta dengan tujuan agar Barongannya mempunyai pengalaman. Zaman dulu sumber daya manusia masih sangat rendah, ketika Didik kerjasama dengan ISI Surakarta akhirnya Didik ditawarkan untuk merekrut mahasiswi ISI Surakarta yang asli Blora untuk masuk dalam grup Barongannya. Dari hasil wawancara, disaat itulah orangorang berpendapat bahwa kok mau wanita-wanita cantik ikut jaranan dalam Barongan, sehingga animo masyarakat Blora bertambah saat pementasan Barongan. (Sumber :Hasil Wawancara Adi Wibowo) Hasil dari latihan tanpa kenal lelah yang dijalaninya, ia dan grup yang didirikannya pun mulai dikenal dan mendapatkan kesempatan manggung di berbagai pagelaran dan forum. Kelompok Barongan yang didirikannya pun ikut menorehkan tinta emas mulai tahun 2003, antara lain menjadi bintang tamu pada Festival Reog Nasional (2003), pentas di Taman Mini Indonesia Indah (2003) dan yang takkan pernah terlupakan adalah terpilihnya menjadi juara II dalam International Etnic Culture Festival (IECF) di Monumen Serangan Oemoem Yogyakarta dan dinobatkan sebagai salah satu penyaji terbaik dalam Borobudur International Festival (2003), tampil di Bengawan Solo Fair (2004). (Sumber : Ensiklopedia Blora alam, budaya dan manusia) 31

12 Kesenian tradisional Barongan di Desa Kunden dapat bertahan di tengah perkembangan kesenian modern karena mempunyai beberapa faktor pendukung dalam upaya pelestariannya. Para seniman dalam upaya pelestarian kesenian Barongan di Desa Kunden melakukan peningkatan kualitas penampilan, meningkatkan sumber daya manusia, menyuguhkan atraksi-atraksi baru, menambahkan alat-alat musik modern dan lagu-lagu baru yang sesuai dengan permintaan penonton tanpa mengurangi unsur tradisional di dalamnya. Para seniman tersebut juga menambah frekuensi pertunjukan, menjaga kondisi dan kestabilan para pemain, mendisiplinkan anggota-anggota kelompok Barongan dan memperluas jangkauan wilayah pertunjukan. (Sumber : Hasil wawancara Adi Wibowo) Pemerintah Kabupaten Blora memberikan perhatian khusus dalam upaya pelestarian kesenian Barongan dengan mengadakan deklarasi kesenian Barongan ke dalam Parade seni budaya Jawa Tengah. Masyarakat yang menjadi pendukung dalam upaya pelestarian kesenian Barongan juga menunjukkan peranannya dengan mengedarkan rekaman pertunjukan berupa kaset CD yang dijual dilapak-lapak pasar. (Sumber : Hasil wawancara) Upaya-upaya yang dilakukan untuk menjaga kelestarian kesenian Barongan yaitu diharapkan memberi dorongan kepada masyarakat untuk dapat memiliki rasa tanggung jawab dan mengambil pembelajaran serta memahami arti penting dari kesenian Barongan. Seniman diharapkan tetap professional dan selalu melestarikan kesenian Barongan sebagai kesenian tradisional yang tidak 32

13 kalah populernya dengan kesenian modern. (Sumber : Hasil Wawancara Adi Wibowo) 3. Bentuk Kesenian Barongan Bentuk kesenian Barongan merupakan bentuk dari seni tari. Seni tari menghasilkan bentuk getaran-getaran yang indah, apabila anggota tubuh seperti tangan, kaki, kepala, badan dan anggota tubuh lainnya yang ditata dan dirangkai menjadi satu kesatuan gerak yang utuh dan harmonis. Gerak pada pertunjukan Barongan merupakan gerak yang sederhana, maksud dari sederhana dalam kesenian ini adalah gerakan spontanitas dari pembarong atau penari Barongan sesuai dengan iringan tanpa ada patokan gerakanya namun mengandung kedinamisan. (Kussunartini,dkk.2009:113) Dahulu pertunjukan Barongan diikuti oleh penari laki-laki saja, tetapi seiring berjalannya waktu penari barongan diikuti oleh penari laki-laki dan perempuan yang berusia antara lima belas sampai empat puluh lima tahun. Adapun jumlah penari Barongan adalah tiga belas penari yang dibagi menjadi beberapa peran dalam pertunjukan Barongan. Peran dalam pertunjukan Barongan tersebut adalah peran sebagai Barongan yang dimainkan dua penari laki-laki, Bujangganong dimainkan satu penari laki-laki, Jaranan dimainkan enam penari perempuan, Gendruwon dimainkan oleh satu penari laki-laki, Joko Lodro dimainkan oleh satu penari laki-laki, Ngayantoko dan Untub dimainkan oleh dua orang penari laki-laki. Unsur-unsur kesenian dalam pertunjukan Barongan terdiri dari lima unsur yaitu gerak tari, iringan, tata rias, busana, dan tata letak pertunjukan 33

14 a. Gerak Tari Seni tari menghasilkan bentuk getaran-getaran yang indah, apabila anggota tubuh seperti tangan, kaki, kepala, badan dan lain sebagainya ditata dirangkaikan menjadi satu kesatuan gerak yang utuh dan harmonis. Bertalian dengan uraian di atas, berikut ini dijelaskan secara teoritis dengan unsur-unsur sikap dan gerak, serta pengorganisasian gerak secara hirarkis guna memahami bentuk penyajian tari. Tubuh sebagai instrumen menghasilkan gerak dimana unsur gerak tersebut merupakan elemen dasar dari tari dan berfungsi sebagai penunjang dalam menghasilkan motif yaitu suatu satuan terkecil dari tari. Untuk mempermudah dalam menganalisis maka tubuh sebagai instrumen dari gerak tari, dipilih menjadi tiga bagian. Adapun unsur gerak yang dimaksud adalah (1.) Gerak Kepala, (2.) Gerak Tangan, (3.) Gerak Badan. Seni tari sebagai bagian dari seni apabila dianalisis secara teliti akan tampak di dalamnya elemen-elemen yang sangat penting, yaitu gerakan dan ritme ( Soedarsono, 1999:18). Namun di dalam penyajian suatu tari, tidak cukup hanya gerak dan ritme saja, melainkan masih banyak unsur-unsur yang harus dipertimbangkan agar suatu tarian dapat menarik. Unsur-unsur tersebut antara lain: gerak, musik iringan, tata pentas, tata rias, tata busana. Gerak pada pertunjukan Barongan merupakan gerak yang sederhana, maksud dari sederhana dalam kesenian ini adalah gerak spontanitas dari pembarong/penari Barongan sesuai dengan iringan tanpa ada patokan gerakannya namun mengandung kedinamisan. (Kussunartini,dkk.2009:113) 34

15 Gerak dalam kesenian Barongan tidak menggunakan patokan-patokan yang baku, para penari melakukan gerak yang sederhana yaitu gerakan kepala dengan menoleh ke kanan dan ke kiri ( yaitu kepala bergerak ke samping kanan dan kiri yang digerakan oleh kedua/ tangan pemain bagian kepala), mengangguk yaitu kepala bergerak ke atas dan ke bawah yang digerakan oleh kedua tangan pemain bagian kepala ke arah atas dan bawah. Gerak kakinya berjalan yaitu gerakan kedua kaki melangkah secara bergantian, kaki pemain depan berjalan diikuti oleh pemain belakang kemudian gerak kuda-kuda yaitu gerakan kaki merendah dengan posisi mengangkang atau kaki membuka. Gerakan badan, rebahan yaitu gerakan tubuh merendah atau merebahkan diri hinga menyentuh tanah yang dilakukan oleh kedua pemain dari jongkok hingga duduk secara bersama-sama, kemudian gerakan belok yaitu tubuh meliuk ke kanan atau ke kiri yang dilakukan oleh pemain bagian kepala yang bergerak dengan kedua kakinya ke kanan dan kiri kemudian diikuti oleh pemain bagian ekor secara bergantian. sedangkan Joko Lodro/ Gendruwon dan penthul hanya bergerak seperti orang ngibing yaitu mengangkat kedua tngan sebahu dan digerakkan secara improvisasi oleh penari sedangkan kaki hanya diangkat kemudian menapak secara bergantian seperti orang berjalan. (Kussunartini,dkk.2009:125) b. Iringan Iringan dalam pertunjukan kesenian Barongan sangat berperan penting, hal tersebut disebabkan karena gerakan Barongan lebih bersifat spontanitas mengikuti iringan musiknya. Iringan musik tari Barongan nampak lebih 35

16 hidup, karena iringan musik barongan mudah sekali dikenal oleh masyarakat, hal ini karena notasinya berpola ritme yang diulang-ulang secara teratur.(kussunartini,dkk.2009:127) Pada umumnya kesenian tradisional kerakyatan mempunyai iringan yang sederhana. Demikian pula pada seni pertunjukan Barongan, di dalam pertunjukannya menggunakan beberapa instrumen gamelan walaupun hanya sedikit, seperti kendang, gedhuk, bonang, saron, demung dan kempul dan penambahan instrumen modern yaitu berupa drum, terompet, kendang besar dan keyboard serta gendhing-gendhing Jawa. Mengenai alat pengiring tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Kendang alat musik yang terbuat dari kayu bulat diberi lubang dan dtutupi dengan kulit binatang pada ujungnya, berfungsi sebagai variasi nuansa irama serta pengatur irama lagu. 2. Kempul laras slendro (bernada lima) yaitu jenis instrument musik yang terbuat dari besi berbentuk bulat menonjol pada bagian tengahnya, membunyikan dengan cara memukul bagian tengahnya yang menonjol, berfungsi sebagai variasi gendhing atau lagu. 3. Bonang baring laras slendro (5 dan 6) adalah alat musik tetabuhan keras terbuat dari besi / perunggu, teknik memukulnya dengan memukul bagian tengahnya yang menonjol dengan alat pemukul khusus. 4. Demung alat yang terbuat dari besi/perunggu dan rancaknya terbuat dari kayu. 36

17 5. Terompet alat yang terbuat dari kayu/bambu dan tempurung. 6. Saron alat yang terbuat dari besi/perunggu dan rancaknya dari kayu. 7. Gedhuk alat ini terbuat dari kayu dan kulit. Adakalanya dalam beberapa pementasan dipadukan dengan alat musik modern yaitu keyboard dan Drum. c. Tata Rias Unsur ketiga dari pertunjukan adalah tata rias. Tata rias dilakukan terhadap penari untuk mengubah, melengkapi, atau membentuk suatu penampilan dengan segala sesuatu yang dipakai mulai rambut sampai ujung kaki. Tata rias meliputi rias wajah, rias rambut, dan rias pakaian atau busana. Tata rias baik wajah, rambut, pakaian atau busana dengan membentuk wajah, rambut dan penampilan dengan menggunakan pakaian sebagaimana karakter tari. Kostum kesenian tradisional memang harus dipertahankan. Namun demikian, apabila terdapat bagian yang kurang menguntungkan dari segi pertunjukan, dapat dihilangkan sehingga enak dipakai dan sedap dilihat penonton. Pada kostum tarian tradisional yang harus dipertahankan adalah keluhuran dan warna simbolik ( Soedarsono, 1999 : 56). d. Busana Tata busana dalam seni pertunjukan kesenian Barongan yang di gunakan pemain adalah busana yang sangat sederhana, yaitu hanya menggunakan baju hitam lengan panjang tanpa krah dan celana panjang hitam komprang. Beberapa kostum yang seringkali digunakan oleh setiap pemeran antara lain : 37

18 1. Pawang Busana pawang dalam kesenian Barongan terdiri dari ikat kepala, celana panjang berwarna hitam, kaos lengan panjang, rompi berwarna hitam dengan dilengkapi kain yang diikatkan pada pinggang serta membawa pecut. 2. Barongan ( Singa Barong) Memakai properti topeng kepala yang terbuat dari kayu pada bagian luarnya dilapisi dengan kulit harimau dan pada bagian kepalanya diberi rambut dari ijuk yang ditata dengan maksud supaya lebih menyeramkan sebagai badan atau tubuh terbuat dari kain kadut yang kuat dan tebal, pada bagian ujung kain dikaitkan erat-erat dengan topeng kepala Barongan, sedangkan ekornya terbuat dari ekor sapi yang sudah dikeringkan dan digulung dengan kain dan diikat pada badan tubuh Barongan bagian belakang. 3. Joko Lodro ( Gendruwon ) Topeng Joko Lodro berwarna hitam dan bagian kepala berambut yang terbuat dari ijuk menjuntai ke belakang menutupi kepala penari yang memerankan. Topeng yang berwarna hitam dengan bagian mata topeng berwarna putih dan rambut terbuat dari ijuk membuat Joko Lodro terlihat menyeramkan. 4. Bujangganong/ Pujangga Anom Mengenakan topeng Bujangganong yang berwarna merah, hidungnya panjang, serta rambutnya terbuat dari ijuk yang menjuntai. 38

19 Topeng dengan warna merah menggambarkan muka yang menyeramkan. 5. Nayantaka dan Untub ( Penthul ) Nayantaka memakai topeng warna hitam mata sipit, bergigi dua dan sebatas pada bibir atas, sedangkan Untub memakai topeng berwarna separo merah separo putih, bergigi dua juga sebatas pada bibir atas. Nayantaka dengan topeng warna hitam mata sipit, bergigi dua menggambarkan seorang perampok yang kejam dan menyeramkan tetapi juga lucu dan agak bodoh, sedangkan Untub dengan topeng berwarna separo merah separo putih bergigi dua menggambarkan seorang perampok yang mempunyai muka dua yaitu terkadang terlihat kejam/ menyeramkan dan terkadang terlihat bodoh dan lucu. 6. Jaranan Penari Jaranan memakai pakaian penari yang terdiri dari kaos berwarna putih,celana pendek selutut dengan dihiasi kain jarit, iket, stagen (untuk mengencangkan perut), slemar (slendang), roket (hiasan yang melekat di leher), dan kepala di ikat dengan kain berwarna hitam. e. Tata Letak Pertunjukan Tata letak atau tata pentas merupakan bagian dari arena pertunjukan yang ditata sedemikian rupa sebagai tempat pertunjukan berlangsung. Tata letak berkaitan dengan bagaimana penataan suatu pentas, sehingga menimbulkan kesan yang sesuai dengan tari yang sedang dipentaskan. Pertunjukan Barongan tidak hanya berada di atas panggung saja, melainkan pertunjukan 39

20 Barongan juga bisa berada di tempat yang luas supaya penari bisa bergerak leluasa. 4. Prosesi Seni Pertunjukan Barongan Kesenian Barongan memiliki urutan penyajian, namun sebelum kesenian Barongan dipentaskan, terlebih dahulu dilaksanakan ritual upacara. Tujuan diadakan upacara yaitu untuk meminta ijin atau meminta perlindungan kepada Tuhan dan Dayang daerah tersebut agar pelaksanaan kesenian Barongan ini dapat berjalan lancar tanpa ada ganguan roh jahat. (Sumber: wawancara) Urutan pertunjukan kesenian Barongan sejak awal pelaksanaan upacara adat sampai pementasan kesenian Barongan adalah sebagai berikut: a. Upacara Ritual Tujuan dari upacara yaitu untuk meminta izin atau meminta perlindungan kepada Tuhan dan untuk memanggil Dayang daerah tersebut agar pelaksanaan kesenian Barongan ini dapat berjalan lancar tanpa ada gangguan roh-roh jahat. Sebab dalam pertunjukan Barongan ini menggunakan alat-alat musik tradisional dan alat musik modern dimana dalam membunyikan alat-alat musik ini merupakan hal yang sangat sakral karena memanggil roh-roh jadi jika kita membunyikan alat musik tersebut harus bertutur sapa untuk meminta ijin dan meminta keselamatan agar tidak diganggu. Komunikasi dengan Dayang senantiasa memerlukan sarana perantara yang disebut Pawang. Proses pelaksanaan upacara ritual dilakukan dengan menyampaikan doa yang dilakukan oleh Pawang (pemimpin doa) di depan sesaji yang sudah disiapkan. Adapun sesaji yang dipersembahkan kepada Dayang yaitu berupa 40

21 makanan, seperti dupa, kelapa hijau, kembang macan kerah, dawet, dan tumpeng. Sesaji tersebut diletakan di arena pertunjukkan. Seluruh pemain yang terlibat dalam kesenian Barongan juga ikut berdoa yang dipimpin oleh pawang, suasana pada saat pembacaan doa terasa hening. Berikut doa yang dibacakan oleh pawang ( pemimpin doa) yaitu Nini Durgo Manik Maya ratu pengayotan sing nunggoni anak putumu kabeh paringana slamet. Artinya, Nini Durgo Manik Maya ratu pengayotan yang menjaga anak cucumu semua berikan keslametan. Seusai doa, Pawang memercikkan air kelapa yang sudah didoakan kepada pemain dan penonton agar pemain dan penontonnya diberi keslametan. b. Lambang dan Makna Sesaji 1. Dupa, untuk memanggil Dayang 2. Kelapa hijau, agar pemainnya selamat 3. Kembang macan kerah, 4. Dawet, agar pemain dengan masyarakat semakin rekat dan tanggapannya semakin banyak 5. Tumpeng, melambangkan permohonan ijin akan diadakan pesta yang besar. Permohonan ini ditujukan kepada para penguasa dunia roh. 6. Ayam panggang, tingkah laku manusia dibatasi dengan norma yang berlaku dalam masyarakat 41

22 c. Urut-urutan Seni Pertunjukan Urut-urutan pertunjukan seni Barongan sesuai dengan cerita Gembong Amijoyo dengan Joko Lodro yang ada didalam cerita Panji Asmara Bangun dalam melamar Dewi Sekartaji. Dalam pertunjukan Barongan, pertama yang ditampilkan adalah Barongan. Barongan ini memperkenalkan Gembong Amijoyo yang menjaga alas jati wengker. Dalam tari Barongan dilakukan oleh satu atau dua orang dalam sebuah kostum Barongan. Kostum Barongan merupakan sebuah boneka replica dari sosok harimau yang terbuat dari kayu ello yang merupakan kayu khas Blora yang kuat dan kokoh. Setelah ditampilkan tarian Barongan, selanjutnya yang dipertunjukan adalah tarian Bujangganong. Tarian Bujangganong ini menggambarkan perjalananan Patih Pujangga Anom yang diutus Panji Asmara Bangun untuk menemui Gembong Amijoyo di alas jati wengker. Tarian Bujangganong adalah sebuah tarian yang dilakukan penari laki-laki yang memerankan Patih Pujangga Anom yang merupakan sosok ksatria yang lincah, sakti, jenaka, trampil, cerdas dan ramah. Bujangganong menjadi pelengkap dan sebagai sosok jenaka yang menghibur penonton, bertingkah kocak dan ditambahkan gerakan akrobatik. Patih Pujangga Anom dalam perjalanan ke alas jati wengker membawa pengawal pasukan berkuda dan dua pengikut setianya yaitu Nayantaka dan Gainah. Pada pertunjukan Barongan, pasukan berkuda adalah tari jaranan atau jathilan yang dimainkan oleh penari wanita yang berani. Jaranan atau jathilan ini adalah tarian yang terkesan sangat lincah dan energik. 42

23 Nayantaka dan Gainah pada kesenian Barongan digambarkan sebagai Penthul. Penthul dalam pertunjukan Barongan muncul dalam Guyon Maton yang dimainkan pada akhir pertunjukan sebagai penyegar acara yang biasanya membuat gerakan-gerakan lucu atau adegan lelucon. d. Waktu Pertunjukan Tidak ada aturan yang baku mengenai waktu pertunjukan, dalam hal ini semua tergantung kepada orang yang mengundang tampilnya kesenian Barongan dengan pimpinan dari kelompok Barongan. Biasanya pertunjukan kesenian Barongan dipentaskan pada saat acara hajatan sunatan, acara perkawinan, festival, acara hari jadi kota Blora. Pertunjukan kesenian barongan ini dilaksanakan pada malam hari dimulai dari jam sampai pukul tergantung kompromi antara pimpinan Barongan dengan si pengundang. Kesenian Barongan dilaksanakan pada pukul tergantung dari permintaan tuan rumah untuk memulai pementasannya selain itu persiapan dari team Barongan yang mulai dari persiapan alat-alat musik, pemasangan dari cek sound serta persiapan dari penari Barongan mulai dari persiapan pakaian sampai menggunakan make-up. Namun juga dapat dipentaskan pada siang hari pukul sampai selesai. Bahkan juga bisa tergantung oleh tingkat antusiasme dari para penonton, apabila antusiasme penonton sangat baik dan pertunjukan tersebut banyak dikerumuni masyarakat biasanya waktu pentasnya bertambah panjang, akan tetapi apabila antusiasme masyarakat kurang maka pertunjukan dapat segera diakhiri. 43

24 5. Nilai Positif Kesenian Barongan Kesenian Barongan di Desa Kunden mempunyai nilai positif terhadap masyarakat desa Kunden. Nilai- nilai tersebut antara lain : a. Nilai Moral Dalam seni Barongan tercermin sifat-sifat kerakyatan masyarakat yaitu seperti sifat kekeluargaan, kesederhanaan, kompak, dan keberanian yang dilandasi kebenaran. Contoh yang terdapat di masyarakat Kunden adalah kebiasaan masyarakat yang saling membantu antar warga lain yang membutuhkan pertolongan tanpa ada perintah sebelumnya. Contoh lainnya adalah sikap tegas dalam menghadapi permasalahan, warga Kunden tidak mudah mempercayai perkataan orang lain sebelum mereka mengetahui kebenaran dari perkatan tersebut. b. Nilai Estetika Sarana mengekspresikan kemampuan dalam bidang kesenian tradisional yaitu kesenian Barongan.. Gerak tari yang terkandung dalam tarian Barongan tidak hanya menampilkan suatu gerakan yang energik saja, tapi juga mempunyai makna-makna yang positif lainnya seperti bertanggung jawab kepada tugas yang diberikan, seperti Gembong Amijoyo dan Joko Lodro yang bersaudara bersedia terlibat pertikaian demi tanggung jawab pada tugas yang diberikan kepadanya. c. Nilai Budaya Mengingatkan masyarakat desa Kunden untuk terus melestarikan kesenian Barongan yang telah diwariskan supaya kesenian Barongan tidak hilang 44

25 seiring perkembangan zaman. Masyarakat Kunden tetap melestarikan dan mengembangkan kesenian Barongan yang menjadi kesenian khas kota mereka. Kesenian Barongan dikembangkan sesuai perubahan jaman supaya tidak hilang seiring perkembangan jaman. Seperti Kelompok kesenian Barongan Guntur Seto yang mengembangkan kesenian Barongan sehingga bisa mendapatkan juara dan tampil di luar daerah bahkan mendapatkan juara dalam International Etnic Culture Ferstival. d. Nilai Pendidikan atau Edukasi Dalam kesenian Barongan terdapat nilai pendidikan yang lebih digunakan dalam kehidupan masyarakat seperti sikap kekeluargaan, kekompakan, keberanian yang dilandasi dengan kebenaran. Dengan adanya pementasan Barongan ini menjadi salah satu alat yang dapat digunakan untuk menyampaikan agar masyarakat kunden dapat hidup berdampingan secara harmonis serta sebagai alat untuk melestarikan kesenian Barongan yang merupakan kebudayaan khas daerah. 45

SEJARAH KESENIAN BARONGAN DI DESA KUNDEN KECAMATAN BLORA

SEJARAH KESENIAN BARONGAN DI DESA KUNDEN KECAMATAN BLORA SEJARAH KESENIAN BARONGAN DI DESA KUNDEN KECAMATAN BLORA Har Intyan Bintartiwi, Tri Widiarto, Wahyu Purwiyastuti Pendidikan Sejarah-FKIP Universitas Kristen Satya Wacana ABSTRACT Barongan is art that comes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkaitan dengan pengungkapan rasa keindahan. Menurut kodratnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkaitan dengan pengungkapan rasa keindahan. Menurut kodratnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan salah satu perwujudan kebudayaan yang mempunyai peranan penting bagi masyarakat. Kesenian merupakan salah satu jenis kebutuhan manusia yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hasil kreativitas manusia yang sangat kompleks. Di dalamnya berisi struktur-struktur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hasil kreativitas manusia yang sangat kompleks. Di dalamnya berisi struktur-struktur BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebudayaan Kebudayaan mencakup pengertian yang sangat luas. Kebudayaan merupakan hasil kreativitas manusia yang sangat kompleks. Di dalamnya berisi struktur-struktur yang saling

Lebih terperinci

1. Abstrak. 2. Peluang bisnis. Nama ; MUKHLISON HAKIM

1. Abstrak. 2. Peluang bisnis. Nama ; MUKHLISON HAKIM Nama ; MUKHLISON HAKIM 1. Abstrak Pusat kebudayaan reog ponorogo merupakan sebuah tempat yang digunakan untuk memamerkan,melatih dalam rangka melestarikan kebudayaan reog ponorogo adapun fasilitas yang

Lebih terperinci

Pandangan Masyarakat Islam di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang terhadap Kesenian Sintren

Pandangan Masyarakat Islam di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang terhadap Kesenian Sintren Pandangan Masyarakat Islam di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang terhadap Kesenian Sintren Oleh : Zuliatun Ni mah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa zuliatunikmah@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dengan banyak suku dan budaya yang berbeda menjadikan Indonesia sebagai bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman budayanya itu tercermin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini banyak kebudayaan yang sudah mulai ditinggalkan, baik kebudayaan daerah dan luar negeri. Karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara kita adalah Negara yang memiliki beragam kebudayaan daerah dengan ciri khas masing-masing. Bangsa Indonesia telah memiliki semboyan Bhineka Tunggal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Rancangan kostum pada tokoh Rampak Kera dalam The Futuristic of

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Rancangan kostum pada tokoh Rampak Kera dalam The Futuristic of BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pergelaran Ramayana dengan tema futuristic merupakan sebuah pertunjukan tradisional yang diubah kedalam tema yang lebih modern. Setelah menyusun Laporan Proyek

Lebih terperinci

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta Gambar 2. sesaji dalam pementasan topeng Lengger (dok. Ela : Giyanti, 2015) Bentuk penyajian pertunjukan topeng Lengger dalam sebuah rangkaian upacara adat berbeda dengan sajian pertunjukan ketika dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Ponorogo yang terletak di sisi tenggara Provinsi Jawa Timur yakni

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Ponorogo yang terletak di sisi tenggara Provinsi Jawa Timur yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan khasanah budaya, salah satunya di Kabupaten Ponorogo yang terletak di sisi tenggara Provinsi Jawa Timur yakni kesenian Reyog

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan kebudayaan adalah hasil dari karya manusia. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,

Lebih terperinci

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL 2.1. Seni dan Tari 2.1.1. Pengertian Seni Seni dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 915) didefinisikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu dilihat dari segi

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Sumber data yang digunakan untuk membantu dan mendukung Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Wawancara Wawancara dilakukan dengan beberapa sumber dari dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi merupakan tempat tinggal seluruh makhluk di dunia. Makhluk hidup di bumi memiliki berbagai macam bentuk dan jenis yang dipengaruhi oleh tempat tinggal masing-masing

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di Jawa Barat memiliki jenis yang beragam. Keanekaragaman jenis kesenian tradisional itu dalam perkembangannya

Lebih terperinci

TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB

TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB ARTIKEL OLEH: AJENG RATRI PRATIWI 105252479205 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA JURUSAN SENI DAN DESAIN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KESENIAN REOG PONOROGO

PERKEMBANGAN KESENIAN REOG PONOROGO BAB II PERKEMBANGAN KESENIAN REOG PONOROGO 2.1. Kesenian Reog Ponorogo Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) Kesenian yang memiliki kata dasar seni dan memiliki arti kesanggupan akal untuk menciptakan

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemasan Sisingaan Pada Grup Setia Wargi Muda Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Kemasan Sisingaan Pada Grup Setia Wargi Muda Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jawa Barat atau yang lebih dikenal dengan etnis Sunda sangat kaya dengan berbagai jenis kesenian. Kesenian itu sendiri lahir dari jiwa manusia dan gambaran masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata seni adalah sebuah kata yang semua orang dipastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara Etimologi istilah seni berasal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN A. Landasan Teori 1. Kebudayaan Banyak orang mengartikan kebudayaan dalam arti yang terbatas yaitu pikiran, karya, dan semua hasil karya manusia yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Tapanuli Tengah dikenal dengan sebutan Negeri Wisata Sejuta Pesona. Julukan ini diberikan kepada Kabupaten Tapanuli Tengah dikarenakan dibeberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ondel-Ondel merupakan sebuah kesenian yang berasal dari suku Betawi yang telah hadir dari zaman dahulu. Ondel-ondel berbentuk boneka besar dengan rangka anyaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang fungsional, estetis dan indah, sehingga ia dapat dinikmati dengan panca inderanya yaitu

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping Revitalisasi Kota Tua Jakarta pembahasan yang didasarkan pemikiran yang menggunakan semiotika signifikasi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. perkawinan Masyarakat Arab di Kota Medan kesimpulan sebagai berikut. a. Upacara Pernikahan Masyarakat Arab di Medan

BAB V PENUTUP. perkawinan Masyarakat Arab di Kota Medan kesimpulan sebagai berikut. a. Upacara Pernikahan Masyarakat Arab di Medan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian terhadap Bentuk Tari Zahifa pada upacara perkawinan Masyarakat Arab di Kota Medan kesimpulan sebagai berikut. a. Upacara Pernikahan Masyarakat Arab di

Lebih terperinci

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN Oleh: Ari Rahmawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa rahmawatiarie21@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan terikat oleh suatu rasa identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permainan modern seperti game on line dan play station. Dongeng dapat

BAB I PENDAHULUAN. permainan modern seperti game on line dan play station. Dongeng dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni budaya merupakan salah satu warisan dari leluhur atau nenek moyang yang menjadi keanekaragaman suatu tradisi dan dimiliki oleh suatu daerah. Seiring dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan arus informasi yang menyajikan kebudayaan barat sudah mulai banyak. Sehingga masyarakat pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu jenis kebutuhan manusia yang berkaitan dengan pengungkapan rasa keindahan. Menurut kodratnya manusia adalah makhluk yang sepanjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu. Tari juga merupakan ekspresi jiwa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang 115 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. B. Kesimpulan Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang diwariskan oleh para leluhur kepada masyarakat kampung adat cireundeu. Kesenian Angklung

Lebih terperinci

TARI KIPAS MEGA DALAM RANGKA PAMERAN BATIK DI BENTARA BUDAYA YOGYAKARTA 18 JULI 2009 OLEH : WENTI NURYANI

TARI KIPAS MEGA DALAM RANGKA PAMERAN BATIK DI BENTARA BUDAYA YOGYAKARTA 18 JULI 2009 OLEH : WENTI NURYANI TARI KIPAS MEGA DALAM RANGKA PAMERAN BATIK DI BENTARA BUDAYA YOGYAKARTA 18 JULI 2009 OLEH : WENTI NURYANI A. PENDAHULUAN Ketika jaman terus berkembang karena kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan masyarakat Jawa yang bermigrasi ke Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan masyarakat Jawa yang bermigrasi ke Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertunjukan kuda lumping berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur yang akhirnya menyebar keseluruh Indonesia termasuk di propinsi Sumatera Utara. Perkembangan pertunjukan

Lebih terperinci

dari pengalaman tertentu dalam karya seninya melainkan formasi pengalaman emosional yang bukan dari pikiranya semata. 2.

dari pengalaman tertentu dalam karya seninya melainkan formasi pengalaman emosional yang bukan dari pikiranya semata. 2. A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Musik sebagai bagian dari kebudayaan suatu bangsa, merupakan ungkapan serta ekspresi perasaan bagi pemainnya. Kebudayaan juga merupakan cerminan nilai-nilai personal,

Lebih terperinci

TARIAN JHARAN KENCAK. Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kabupaten Lumajang Provinsi Jawa Timur

TARIAN JHARAN KENCAK. Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kabupaten Lumajang Provinsi Jawa Timur Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kabupaten Lumajang Provinsi Jawa Timur TARIAN JHARAN KENCAK Pusat Data dan Statistik DAFTAR ISI A. Pendahuluan B. Pengertian Warisan Budaya Tak Benda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Banyak orang merasa bingung mengisi hari libur mereka yang hanya berlangsung sehari atau dua hari seperti libur pada sabtu dan

Lebih terperinci

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA Produksi ISI Denpasar pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXXI di Depan Banjar Kayumas Denpasar Tahun 2009 OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn INSTITUT

Lebih terperinci

GAMBAR 3 TATA RIAS WAJAH PENARI PRIA DAN WANITA

GAMBAR 3 TATA RIAS WAJAH PENARI PRIA DAN WANITA GAMBAR 3 TATA RIAS WAJAH PENARI PRIA DAN WANITA Analisa Penyajian, Properti, dan iringan musik Garapan Goresan Ilusi Kiriman Ngurah Krisna Murti, Mahasiswa PS Seni Tari. ISI Denpasar Analisa Penyajian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditemui hal-hal

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditemui hal-hal BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditemui hal-hal berkenaan dengan bentuk, simbol serta sekilas tentang pertunjukan dari topeng Bangbarongan Ujungberung

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH BAGIAN DARI TESIS

ARTIKEL ILMIAH BAGIAN DARI TESIS ARTIKEL ILMIAH BAGIAN DARI TESIS BENTUK DAN FUNGSI TARI KUDA LUMPING DALAM RITUAL UPACARA KHITANANN PADA MASYARAKAT SUKU JAWA DI DESA CIALAM JAYA KECAMATAN KONDA KABUPATEN KONAWE SELATAN Marinem¹, Zalili

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

Lebih terperinci

WARISAN BUDAYA TAK BENDA KAB. MERANGIN, JAMBI TARI SAYAK & TARI PISANG

WARISAN BUDAYA TAK BENDA KAB. MERANGIN, JAMBI TARI SAYAK & TARI PISANG Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan (PDSPK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016 WARISAN BUDAYA TAK BENDA KAB. MERANGIN, JAMBI TARI SAYAK & TARI PISANG DAFTAR ISI A. Pendahuluan B.

Lebih terperinci

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1. Strategi Komunikasi Memberikan pengetahuan kepada masyarakat umum tentang kesenian Reog Ponorogo. Agar masyarakat lebih mengenal lebih jauh tentang kesenian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya tertentu. Sebuah pernyataan tentang kesenian Jawa, kesenian Bali, dan kesenian flores, semuanya

Lebih terperinci

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan salah satu bagian dari kebudayaan yang mempunyai ciri khas dan bersifat kompleks, sebuah kebudayaan yang lahir di dalam suatu lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sumedang memang dikenal memiliki beraneka ragam kesenian tradisional berupa seni pertunjukan yang biasa dilaksanakan dalam upacara adat daerah, upacara selamatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan istilah seniman. Pada umumnya, seorang seniman dalam menuangkan idenya menjadi sebuah karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Media tradisional dikenal juga sebagai media rakyat, atau dalam arti sempitnya disebut sebagai kesenian rakyat. Coseteng dan Nemenzo (Jahi 2003: 29) mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata telah menjadi sektor industri yang sangat pesat dewasa ini, pariwisata sangat berpengaruh besar di dunia sebagai salah satu penyumbang atau membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan dan lain sebagainya yang

BAB I PENDAHULUAN. tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan dan lain sebagainya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ludruk merupakan suatu drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang di gelarkan disebuah panggung dengan mengambil cerita tentang kehidupan

Lebih terperinci

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk LAMPIRAN Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk 85 KERANGKA MATERI VIDEO PEMBELAJARAN MUSIK TRADISIONAL NUSANTARA Materi Pengertian Musik Tradisional Nusantara Lagu Tradisional Nusantara Penggolongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masuknya pengaruh Islam merupakan pelabuhan yang penting di pesisir utara

BAB I PENDAHULUAN. masuknya pengaruh Islam merupakan pelabuhan yang penting di pesisir utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cirebon merupakan perpaduan kota budaya, kota niaga dan kota wisata di pesisir pantai utara. Sebagai daerah pesisir, Cirebon sejak sebelum dan sesudah masuknya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan berkembangnya zaman, fungsi busana mengalami sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang kulit purwa. Kesenian wayang kulit purwa hampir terdapat di seluruh Pulau Jawa.

Lebih terperinci

PESAN MORAL YANG TERKANDUNG DALAM KESENIAN REOG PONOROGO. sejarah dan legenda yang dipentaskan dengan drama dan tarian yang

PESAN MORAL YANG TERKANDUNG DALAM KESENIAN REOG PONOROGO. sejarah dan legenda yang dipentaskan dengan drama dan tarian yang BAB II PESAN MORAL YANG TERKANDUNG DALAM KESENIAN REOG PONOROGO 2.1. Kesenian Reog Ponorogo Kesenian Reog Ponorogo adalah kesenian dalam bentuk sendratari. Sendratari adalah salah satu bentuk seni yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan buku Ensiklopedi Jakarta Culture and Heritage (Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan buku Ensiklopedi Jakarta Culture and Heritage (Pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan buku Ensiklopedi Jakarta Culture and Heritage (Pemerintah Provinsi Daerah Ibukota Jakarta Dinas Kebudayaan dan Permusiuman, 2005:335), kesenian Topeng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

Gambar 3 Tata Rias Wajah Penari Pria dan Wanita

Gambar 3 Tata Rias Wajah Penari Pria dan Wanita Analisa Penyajian, Properti, dan iringan musik Garapan Goresan Ilusi Kiriman Ngurah Krisna Murti, Mahasiswa PS Seni Tari. ISI Denpasar Analisa Penyajian Penyajian suatu garapan tari diperlukan cara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pertama ini akan diuraikan secara berturut-turut : (1) latar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pertama ini akan diuraikan secara berturut-turut : (1) latar 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pertama ini akan diuraikan secara berturut-turut : (1) latar belakang penelitian, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) ruang lingkup penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Bali secara umum memiliki peran di dalam keberlangsungan serta pengembangan suatu kesenian apapun jenis dan bentuk kesenian tersebut. Hal itu disebabkan karena

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUA. budaya etnis Tionghoa, yakni Budaya Seni Tari Barongsai. Judul Tayangan : Liukan Barongsai

BAB I PEDAHULUA. budaya etnis Tionghoa, yakni Budaya Seni Tari Barongsai. Judul Tayangan : Liukan Barongsai BAB I PEDAHULUA 1.1 Topik dan/atau Judul Tayangan Topik yang dipilih oleh penulis adalah tentang melestarikan salah satu budaya etnis Tionghoa, yakni Budaya Seni Tari Barongsai. Judul Tayangan : Liukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah suatu peristiwa sosial yang mempunyai tenaga kuat sebagai sarana kontribusi antara seniman dan penghayatnya, ia dapat mengingatnya, menyarankan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ludruk merupakan seni kesenian tradisional khas daerah Jawa Timur. Ludruk digolongkan sebagai kesenian rakyat setengah lisan yang diekspresikan dalam bentuk gerak dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepanjang sejarahnya, Jepang telah menyerap banyak gagasan dari negaranegara lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan kebudayaan. Jepang

Lebih terperinci

Belajar Memahami Drama

Belajar Memahami Drama 8 Belajar Memahami Drama Menonton drama adalah kegiatan yang menyenangkan. Selain mendapat hiburan, kamu akan mendapat banyak pelajaran yang berharga. Untuk memahami sebuah drama, kamu dapat memulainya

Lebih terperinci

Ebeg. Compiled as pptx by Fajar Fitrianto

Ebeg. Compiled as pptx by Fajar Fitrianto Ebeg Ebeg merupakan bentuk kesenian tari daerah Banyumas yang menggunakan boneka kuda yang terbuat dari anyaman bambu dan kepalanya diberi ijuk sebagai rambut. Compiled as pptx by Fajar Fitrianto Ebeg

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK DAN NILAI PERTUNJUKAN JARAN KEPANG TURANGGA SATRIA BUDAYA DI DESA SOMONGARI KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO

ANALISIS BENTUK DAN NILAI PERTUNJUKAN JARAN KEPANG TURANGGA SATRIA BUDAYA DI DESA SOMONGARI KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO ANALISIS BENTUK DAN NILAI PERTUNJUKAN JARAN KEPANG TURANGGA SATRIA BUDAYA DI DESA SOMONGARI KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO Oleh : Yusi Agustina program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau terdiri dari etnik - etnik yang memiliki kesenian

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau terdiri dari etnik - etnik yang memiliki kesenian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Riau terdiri dari etnik - etnik yang memiliki kesenian yang sangat beragam. Salah satu diantaranya adalah Kabupaten Kuantan Singingi. Kabupaten ini

Lebih terperinci

2015 TARI MAKALANGAN DI SANGGAR SAKATA ANTAPANI BANDUNG

2015 TARI MAKALANGAN DI SANGGAR SAKATA ANTAPANI BANDUNG A. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Seni merupakan hal yang tidak lepas dari kehidupan manusia dan bagian dari kebudayaan yang diciptakan dari hubungan manusia dalam lingkungan sosialnya, seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumedang merupakan kota yang kaya akan kebudayaan, khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sumedang merupakan kota yang kaya akan kebudayaan, khususnya dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumedang merupakan kota yang kaya akan kebudayaan, khususnya dalam bidang kesenian daerah. Hampir dapat dipastikan bahwa setiap daerah di Sumedang memiliki ragam kesenian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bercerita memang mengasyikkan untuk semua orang. Kegiatan bercerita dapat dijadikan sebagai wahana untuk membangun karakter seseorang terutama anak kecil. Bercerita

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH INOVASI GANONGAN PADA KESENIAN REOG PONOROGO MELALUI KEGIATAN MAGANG KEWIRAUSAHAAN. Oleh : HERI WIJAYANTO, ST, MM NIP.

ARTIKEL ILMIAH INOVASI GANONGAN PADA KESENIAN REOG PONOROGO MELALUI KEGIATAN MAGANG KEWIRAUSAHAAN. Oleh : HERI WIJAYANTO, ST, MM NIP. ARTIKEL ILMIAH INOVASI GANONGAN PADA KESENIAN REOG PONOROGO MELALUI KEGIATAN MAGANG KEWIRAUSAHAAN Oleh : HERI WIJAYANTO, ST, MM NIP. 132 315 058 Dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran atau moral atau bahkan sindiran (James Danandjaja, 1984:83).

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran atau moral atau bahkan sindiran (James Danandjaja, 1984:83). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zaman sekarang ini dongeng seakan hanya tinggal kenangan indah yang membekas dibenak kita pada masa kecil dahulu. Berbagai kesibukan yang menyita banyak waktu

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan bangsa dengan warisan kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan aset tidak ternilai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. properti, tata rias, facepainting, body painting, penataan rambut Ratu Jahat. dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. properti, tata rias, facepainting, body painting, penataan rambut Ratu Jahat. dapat disimpulkan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam kostum dan aksesoris, properti, tata rias, facepainting, body painting, penataan rambut Ratu Jahat dapat disimpulkan sebagai

Lebih terperinci

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat Sunda Ciamis mempunyai kesenian yang khas dalam segi tarian yaitu tarian Ronggeng Gunung. Ronggeng Gunung merupakan sebuah bentuk kesenian tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ujian mata kuliah Proyek Akhir yang bertema The Futuristic Of. Ramayana. Yang bertujuan untuk memperkenalkan suatu budaya

BAB I PENDAHULUAN. ujian mata kuliah Proyek Akhir yang bertema The Futuristic Of. Ramayana. Yang bertujuan untuk memperkenalkan suatu budaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Pagelaran Tata Rias dan Kecantikan ini menyelenggarakan ujian mata kuliah Proyek Akhir yang bertema The Futuristic Of Ramayana. Yang bertujuan untuk memperkenalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perwujudan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu dalam rangka membentuk generasi bangsa yang memiliki karakter dengan kualitas akhlak mulia, kreatif,

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

TATA RIAS DAN BUSANA TARI PADMA MUSTIKANING KRIDA

TATA RIAS DAN BUSANA TARI PADMA MUSTIKANING KRIDA 1 TATA RIAS DAN BUSANA TARI PADMA MUSTIKANING KRIDA DALAM RANGKA PERESMIAN GEDUNG OLAH RAGA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PADA TANGGAL 22 JANUARI 2008 Disusun oleh: Titik Putraningsih JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan berkembang sebagai suatu hal yang diterima oleh setiap anggota masyarakat bersangkutan, yang dipegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penelitian ini mengambil judul Perancangan Buku Referensi Karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penelitian ini mengambil judul Perancangan Buku Referensi Karakteristik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini mengambil judul Perancangan Buku Referensi Karakteristik Tata Rias Tari Surabaya Dengan Teknik Fotografi Sebagai Sarana Informasi Masyarakat

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN. 4. Bagaimana prosesi upacara sebelum kesenian Jonggan dilaksanakan?

DAFTAR PERTANYAAN. 4. Bagaimana prosesi upacara sebelum kesenian Jonggan dilaksanakan? Lampiran 1 63 Lampiran 2 DAFTAR PERTANYAAN 1. Bagaimana sejarah kesenian Jonggan! 2. Mengapa disebut dengan Jonggan? 3. Apa fungsi kesenian Jonggan? 4. Bagaimana prosesi upacara sebelum kesenian Jonggan

Lebih terperinci

Pelestarian Kesenian Kuda Lumping oleh Paguyuban Sumber Sari di Desa Pandansari Kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen

Pelestarian Kesenian Kuda Lumping oleh Paguyuban Sumber Sari di Desa Pandansari Kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen Pelestarian Kesenian Kuda Lumping oleh Paguyuban Sumber Sari di Desa Pandansari Kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen Oleh: Fransiskus Indra Udhi Prabowo Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Udi_fransiskus@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Ronggeng Kaleran Dalam Upacara Adat Nyuguh di Kampung Adat Kuta Ciamis dapat disimpulkan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN VISUAL PADA KOSTUM DAN GERAK TARI KESENIAN SURAK IBRA

BAB IV KAJIAN VISUAL PADA KOSTUM DAN GERAK TARI KESENIAN SURAK IBRA BAB IV KAJIAN VISUAL PADA KOSTUM DAN GERAK TARI KESENIAN SURAK IBRA 4.1. Kajian Visual pada Kostum Kesenian Surak Ibra Pada kesenian Surak Ibra di Kampung Sindangsari, Desa Cinunuk terdapat kostum yang

Lebih terperinci

3. Karakteristik tari

3. Karakteristik tari 3. Karakteristik tari Pada sub bab satu telah dijelaskan jenis tari dan sub bab dua dijelaskan tentang fungsi tari. Berdasarkan penjelasan dari dua sub bab tersebut, Anda tentunya telah memperoleh gambaran

Lebih terperinci

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan manusia yang sedang berkembang menuju pribadi yang mandiri untuk membangun dirinya sendiri maupun masyarakatnya.

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan dengan berbagai suku bangsa dan budaya yang beraneka ragam. Budaya maupun kesenian di setiap daerah tentunya berbeda beda.

Lebih terperinci