Tabel 2 Aktivitas fagositosis sel PMN ayam broiler umur 3 minggu dan 6 minggu Kelompok perlakuan Aktivitas fagositosis (%) umur 6 minggu
|
|
- Ratna Setiabudi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HASIL DAN PEMBAHASAN Aktivitas Fagositosis Sel PMN Ayam Broiler Aktivitas fagositosis diperoleh dengan menghitung jumlah sel PMN yang aktif memfagosit bakteri dari 100 sel PMN dan dikalikan 100%. Hasil pengamatan aktivitas fagositosis (%) sel PMN ayam broiler yang dilakukan pada umur 3 minggu dan 6 ~ninggu ditampilkan dalam Tabel 2. Tabel 2 Aktivitas fagositosis sel PMN ayam broiler umur 3 minggu dan 6 minggu Kelompok perlakuan Aktivitas fagositosis (%) Umur 3 minggu umur 6 minggu RO * 13.44" * 4.51" R " * 13.12" R * 10.20" 71.67* 11.93" R * 6.13= " R " * 15.31" Keterangan : Superscript yang sama pada kolom (a) dan baris (x,y) yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0.05). RO (pakan kontrol); RI (Pakan basal + serbuk bawang putih 2,5% + serbuk kunyit 1,5%); R2 (Pakan basal 4- serbuk bawang putih 2,5% + ZnO 120 ppm); R3 (Pakan basal + serbuk kunyit 1,5% + ZnO 120 ppm); R4 (Pakan basal + serbuk bawang putih 2,5% + serbuk kunyit 1,5% + ZnO 120 ppm) Aktivitas fagositosis sel PMN ayam broiler tidak berbeda nyata antar kelo~npok perlakuan pakan dan antar tunur ayam (P>0.05). Aktivitas fagositosis pada urnur 3 minggu kelompok kontrol (RO) sekitar * 13.44% sedangkan pada kelo~npok perlakuan (Rl, R2, R3, dan R4) aktivitas fagositosisnya berkisar antara 72.8% hingga 93.2%. Di antara perlakuan tersebut, nilai aktivitas fagositosis yang cenderung lebih tinggi ditunjukkan ole11 kelompok perlakuan dengan penanlbahan bawang putill dan kunyit (RI). Ketika ayam berumur 6 minggu, kelompok perlakuan pakan dengan penambahan kunyit dan ZnO (R3) memiliki aktivitas fagositosis yang cenderung lebih baik ( %). Aktivitas fagositosis pada kelo~npok kontrol (RO) menunjukkan ~lilai yang ce~~derung lebih rendah (66.33* 4.51%) dibandingkan dengan seluruh perlakuan. Hasil penganatan memperlihatkan bahwa kombinasi antara kunyit, bawang putib dan Zn (Rl, R2, R3, R4) cenderung me~nperlibatkan aktivitas fagositosis yang lebih tinggi dibanding kontrol, walaupun tidak berbeda secara signifikan (P>0.05).
2 Sampel darah ayam broiler urnur 3 minggu menunjukkan aktivitas fagositosis yang lebih tinggi dibandingkan pada saat berumur 6 minggu. Aktivitas fagositosis sel PMN pada seluruh kelompok perlakuan ini mengalami penman saat berumur 6 minggu secara tidak signifkan (P>0.05). Perbedaan aktivitas fagositosis ini dapat disebabkan oleh faktor tunu ayam yang mempengaruhi tingkat stress sewaktu dipanen. Menurut Zulkifli et al. (2000) ayam yang berumur 42 hari akan lebih mudah mengalami stress dibdikan dengan ayam umur 21 hari. Penyebab terjadinya stress antara lain tidak tersedianya pakan dan air minunl, gangguan sosial, keramaian, kepadatan berlebihan, gerakan, getaran, dan perubahan suhu yang ekstrim (Zulkifli et al. 2000). Kondisi stress akan memicu pelepasan ACTH dari hipofise anterior secara signifikan, menyebabkan peningkatan sekresi kortisol dari kelenjar adrenal. Peningkatan kortisol dalam tubuh akan menurunkan migrasi leukosit menuju daerah yang mengalami peradangan dan menurunkan fagositosis. Selain itu kortisol juga menekan sistem imunitas melalui penghambatan produksi eosinofil dan limfosit, terutama limfosit T (Guyton & Hall 1996). Harmon (1998) menyatakan bahwa pemberian preparat kortikosteroid kepada ayam akan menyebabkan limfopenia dan peningkatan jumlah heterofil dalam sirkulasi. Heterofilia yang disebabkan oleh respon terhadap kortikosteroid ini disebut dengan heterofilia stress (Duncan & Prasse 1979). Menurut Millet et al. (2007) terdapat korelasi antara kondisi stress yang dialami b u g saat penangkapan dan penanganan terhadap kemampuan bakterisidal oleh leukosit. Berkurangnya kemampuan leukosit dalam membunuh bakteri saat hewan mengalami stress ini dapat disebabkan oleh berkurangnya kemampuan fagositosis sel PMN. Vaksinasi New Castle Disease 0) yang dilakukan sebelum pengambilan darah pada umur 3 minggu juga dapat menimbulkan stress pada ayam. Vaksinasi merupakan salah satu penyebab stress yang umum terjadi pada ayam broiler (Rosales 1994). Berdasarkan hasil pemeriksaan diferensial leukosit, terjadi kondisi heterofilia pada ayam broiler berumur 3 minggu dan 6 minggu (Harahap 2008). Menurut Duncan dan Prasse (1979), selain respon stress, heterofilia dapat disebabkan oleh faktor epinefrin dan respon peradangan. Heterofilia yang diinduksi oleh epinefrin (heterofilia fisiologis atau pseudoheterofilia) disebabkan
3 oleh pergerakan heterofil dari pool marginal ke pool sirkulasi tanpa disertai pergerakan dari sumsum tulang sehingga tidak dijumpai heterofil muda dalam darah. Respon ini bersifat sementara dan bertahan selama menit setelah pelepasan epinefrin. Respon ini muncul sebagai akibat ketakutan, gerakan badan dan respon yang berlebihan, penanganan yang kasar, lingkungan yang asing, takikardia, hipertensi, seizure, dan prosespartus. Heterofilia yang disebabkan oleh epineliin banyak terjadi pada hewan muda (Meyer & Harvey 2004). Heterofilia juga timbul sebagai respon tubuh akibat peradangan seperti infeksi bakteri, virus, fungi, parasit, nekrosa, benda asing, dan endotoksin. Tingginya jumlah heterofil ini disertai dengan adanya heterofil muda dalam sirkulasi (Duncan & Prasse 1979). Rata-rata aktivitas fagositosis sel PMN ayam broiler setiap perlakuan pakan tanpa memperhatikan umur berkisar antara 64.13% hingga 91.12%. Nilai rata-rata aktivitas fagositosis kelompok kontrol (71.67 i 7.54%) cenderung lebih rendah dibandingkan dengan kelompok R1 (79.33 i 11.79%), R2 (77.33 i 8.01%), R3 (84.67 i 2.36%), maupun R4 (81.83 i 7.78%). Rataan aktivitas fagositosis setiap perlakuan pakan ditampilkan pada Gambar 7. RO R1 R2 R3 R4 kelompok perlakuan Gambar 7 Nilai rataan aktivitas fagositosis sel PMN Nilai rata-rata aktivitas fagositosis yang cendemg lebih tu~ggi di antara seluruh perlakuan ditunjukkan pada kelompok dengan penambahan serbuk kunyit 1,596 dan ZnO 120 ppm (R3). Nilai rataan aktivitas fagositosis perlakuan R3 ini
4 lebih tinggi daripada aktivitas fagositosis kelompok kontrol dengan persentase sebesar 15.35%. Penambahan kunyit dalam pakan mampu membantu meningkatkan kemampuan fagositosis karena adanya efek antimikroba pada kunyit. Hal ini dibuktikan pada penelitian Ismunanto (2005) yang meneliti pengaruh perendaman karkas ayam broiler dengan larutan kunyit. Perendaman tersebut berpengamh nyata terhadap penman bakteri koliform dibandingkan perlakuan kontrol. Hal ini disebabkan oleh kandungan pigmen kurkuminoid kunyit yang merupakan senyawa fenolik yang bersifat bakterisidal. Senyawa fenolik tersebut dapat melisiskan mikroba, menginduksi kebocoran metabolit esensial yang dibutuhkan mikroba, mentsak permeabilitas sel, dan merusak sistem kerja enzim (Pridle & Wright 1971 dalam Ismunanto 2005). Ibs dan Rink (2003) menyatakan bahwa Zn yang diberikan secara in vitro sebanyak 500 pmoul dapat menginduksi neutrofil dan aktivitas kemotaktik leukosit polimorfonuklear secara langsung. Kapasitas Fagositosis Sel PMN Ayam Broiler Pada penelitian ini dilakukan pengamatan kapasitas fagositosis sel PMN ayam broiler berumur 3 minggu dm1 6 minggu. Kapasitas fagositosis merupakan kemampuan 50 sel PMN dalam fagositosis bakteri. Hasil pengamatan kapasitas fagositosis ditampilkan dalam Tabel 3. Tabel 3 Kapasitas fagositosis sel PMN ayam broiler umur 3 minggu dan 6 minggu Kelompok perlakuan Kapasitas fagositosis (bakteril50 sel) Umur 3 minggu Umur 6 minggu RO * 45.55" * 23.67ay R * 47.44% % 93.22" R * 27.68" * 39.69" R % % 85.69% R * 26.50m * 21.94" Keterangan : Superscript yang sama pada kolom (a) dm baris (x,y) yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0.05). konhol); R1 (Pakan basal + serbuk bawang putih 2,5% + serbuk kunyit 1,5%); R2 (Pakan basal + serbuk bawang putih 2,5% + ZnO 120 ppm); R3 (Pakan basal + serbuk kunyit 1,5% + ZnO 120 ppm); R4 (Pakan basal + serbuk bawnng put31 2,594 + serbuk Avnyit 1,5% + ZnO 120 ppm)
5 Kapasitas fagositosis antar kelonlpok perlakuan pakan pada ayam broiler berumur 3 minggu dan 6 minggu tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (P>0.05). Pada saat ayam berumur 3 minggu, kapasitas fagositosis kelompok kontrol (RO) adalah * bakteril50 sel. Kapasitas fagositosis pada kelompok perlakuan (Rl, R2, R3, R4) memiliki nilai kisaran sebesar 178 sampai bakterif50 sel. Di antara seld perlakuan tersebut, kapasitas fagositosis umur 3 minggu cenderung lebih baik ditunjukkan oleh perlakuan pakan dengan penambahan bawang putih dan ZnO (R2). Penambahan kunyit dan ZnO (R3) dan kombinasi ketiganya (R4) menunjukkan kapasitas fagositosis yang cenderung lebih rendah dibanding kelompok kontrol. Nilai kapasitas fagositosis sel PMN ayam broiler berumur 6 minggu berkisar antara sampai bakteril50 sel. Kapasitas fagositosis umur 6 minggu pada kelompok dengan penambahan bawang putih dan kunyit (Rl) cenderung lebih baik dari kelompok perlakuan lainnya. Kapasitas fagositosis pada kelompok yang ditambah kunyit, bawang putih, dan ZnO (R4) cenderung lebih rendah daripada kelompok kontrol yang memiliki kapasitas fagositosis sebesar * bakteril50 sel. Kapasitas fagositosis ayam broiler umur 6 minggu menunjukkan peningkatan dari umur 3 minggu. Kelompok kontrol menunjukkan peningkatan kapasitas fagositosis yang signifikan (P<0.05) sementara kapasitas fagositosis kelompok perlakuan (R1, R2, R3, R4) menunjukkan peningkatan yang tidak signifikan (P20.05). Peningkatan kapasitas fagositosis yang signifikan pada kelompok kontrol menunjukkan bahwa pertambahan umur ayam mampu mempengd peningkatan kemampuan fagositosis sel PMN. Rendahnya kapasitas fagositosis pada umur 3 minggu disebabkan oleh belum matangnya sistem kekebaian hewan muda secara fungsional, sehingga sel PMN belum dapat berfungsi secara optimal dalam fagositosis bakteri. Menurut Lowenthal et al. (1994), kurang matangnya sistem kekebalan ayan pada 1-2 minggu awal setelah menetas dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah sel matang yang fungsional atau karena adanya supresi terhadap sel fungsional tersebut. Apabila pada periode ini tidak diantisipasi, maka akan menyebabkan kekerdilan pada ayam atau bahkan mengalami kematian sehingga menurunkan produktivitas. Tingkat kerentanan terhadap penyakit ini akan menurun dengan bertambahnya
6 umur ayam. Tizard (2004) menyatakan bahwa ayam memiliki kekebalan pasif berupa antibodi maternal yang akan bertahan hingga umur hari setelah menetas dan mengalami penman secara bertahap. Menurut Ask et al. (2006) antibodi maternal tidak mempengaruhi tingkat kerentanan individu terhadap kolibasilosis, tingkat kerentanan ini justru berasosiasi dengan perubahan hormon tiroid dalam ha1 metabolisme tubuh atau dengan respon antibodi spesifik terhadap E. coli pada tiap individu. Selain pengaruh antibodi maternal terhadap status kekebalan, perbedaan imunitas pada umur muda dan dewasa dapat disebabkan oleh adanya tingkat perubahan fisiologis tubuh sesuai dengan tingkat umur. Menurut Agar (2003), tingkat pertumbuhan dibagi menjadi empat tingkat yaitu fase tumbuh (youtwgvowth), fase remaja Quvenile/adolescent), fase dewasa (adult), dan fase tua (post-maturiiy/geriatric). Hewan muda memerlukan protein dan kalsium yang lebih tinggi untuk membantu proses pertumbuhan sedangkan pada hewan dewasa kebutuhan aka1 protein dan kalsium relatif lebih rendah meskipun keduanya memerlukan energi yang relatif sama (Scanes 2004). Pemberian pakan pada fase dewasa tidak begitu berpengaruh dibandingkan dengan fase muda. Hal ini disebabkan oleh kestabilan status fisiologis hewan dewasa. Sehingga apabila hewan muda diberi pakan yang hang berkualitas maka akan menyebabkan perkembangan tulang dan otot yang kurang optimal, pertumbuhan terganggu, dan gangguan imunitas. Rata-rata nilai kapasitas fagositosis sel PMN ayam broiler tanpa memperhatikan umur berkisar antara hingga bakteril50 sel. Nilai rata-rata kapasitas fagositosis kelompok kontrol ( bakterif50 sel) cenderung lebih rendah dibandingkan dengan kelompok R1 ( bakteril50 sel) dan R2 ( bakteri150 sel) tetapi cenderung lebih tinggi dibandingkan kelolnpok R3 ( it bakteril50 sel) dan R4 ( bakter250 sel). Nilai rata-rata kapasitas fagositosis setiap perlakuan pakan tanpa memperhatikan umur ditampilkan pada Gambar 8.
7 RO R1 R2 R3 R4 kelompok perlakuan Gambar 8 Nilai rataan kapasitas fagositosis sel PMN Kapasitas fagositosis yang cenderung lebih tinggi di antara seluruh kelompok ditunjukkan oleh perlakuan dengan penambahan bawang putih 2.5% dan ZnO 120 ppm (R2). Rata-rata nilai kapasitas fagositosis kelompok R2 ini ( * bakteril50 sel) lebih tinggi dari kelompok kontrol (323 i bakteril50 sel). Penambahan kunyit 1.5%, bawang putih 2.5%, dan ZnO 120 ppm (R4) memperlihatkan kapasitas fagositosis yang cenderung lebih rendah di antara seluruh perlakuan yaitu sebesar i bakted50 sel. Penambahan bawang putih ke dalam pakan dapat meningkatkan imunitas ayam pedaging. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilaporkan oleh Suharti (2004), yang menlbuktikan bahwa serbuk bawang putih yang ditambahkan dalam pakan sebesar 2.5% dapat menurunkan koloni bakteri S. typhimurium dan meningkatkan kadar y-globulin. Suplementasi Zn terbukti dapat meningkatkan kapasitas fagositosis. Kapasitas fagositosis yang diarnati pada kambing peranakan etawah pada periode sekitar partus yang diberi Zn menunjukkan hasil yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol (Widhyari 2005). Peningkatan ini disebabkan oleh kemampuan Zn dalam membantu meningkatkan produksi sitokin, interleukin (IL)-1, dan IL-2. Sitokin berfungsi sebagai modulator dalam sistem imun dan keberadaan Zn dapat mempengaruhi sistem ini. Selain mempengaruhi kerja sitokin, Zn juga dapat
8 menginduksi neutrofil dan menginduksi aktivitas kemotaktik leukosit polimorfonuklear secara langsung (Ibs & Rink 2003). Gambaran sel PMN yang sedang memfagosit dan tidak memfagosit bakteri E. coli ditampilkan pada Garnbar 9 dan 10. Gambar 9 Sel PMN yang tidak memfagosit bakteri E. coli berbesaran objektif 100x) Gambar 10 Sel PMN yang sedang memfagosit bakteri E. coli (perbesaran objektif 100x)
9 Dalam penelitian ini penambahan kunyit, bawang putih, dan Zn belum dapat meningkatkan aktivitas dan kapasitas fagositosis sel PMN ayam broiler secara signifikan. Hal ini disebabkan oleh adanya kemun&nan penurunan efektivitas serbuk kunyit, bawang putih, dan ZnO apabila diberikan secara bersamaan ataupun karena pemberian secara oral bersama pakan. Menurut Nagpurkar et al. (1998), konsumsi serbuk bawang putih yang tidak dilapisi (non enteric-coated) menyebabkan alliin diubah menjadi allicin dalam lambung. Perubalian ini terjadi pada kondisi keasaman lambung (ph) yang berada di atas 1-3, jika tidak rnencapai ph tersebut maka enzim alliinase menjadi inaktif sehingga fungsi bawang putih menjadi kurang efektif. Senyawa pelapis ini mampu melindungi sediaan dari keasaman lambung sehingga sediaan akan diabsorbsi secara maksimal di usus halus. Contoh senyawa pelapis ini antara lain asam lemak, senyawa lilin (wax), shellac (resin), dan plastik (polimer)(anonim 2008e). Faktor hormonal juga dapat mempengaruhi fimgsi Zn. Zink yang diberikan bersamaan dengan kondisi imunosupresi atau pemberian preparat kortikosteroid akan menyebabkan efek persaingan dalam sistem imunitas sehingga efek Zn yang diharapkan tidak mencapai maksimal. Pemberian Zn dan herbal yang berfungsi sebagai imunostimulan hams dihindari pada pasien dengan gangguan autoimunitas (autoimmune disorders) atau pasien yang menjalani terapi imunosupresi (Miller 1998).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Leukosit Pada Tikus Putih Leukosit atau disebut dengan sel darah putih merupakan sel darah yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh dan merespon kekebalan tubuh
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
10 kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan sisa zat warna lalu dikeringkan. Selanjutnya, DPX mountant diteteskan pada preparat ulas darah tersebut, ditutup dengan cover glass dan didiamkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kerbau lumpur betina, diperoleh jumlah rataan dan simpangan baku dari total leukosit, masing-masing jenis leukosit, serta rasio neutrofil/limfosit
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total Data hasil penghitungan jumlah leukosit total, diferensial leukosit, dan rasio neutrofil/limfosit (N/L) pada empat ekor kerbau lumpur betina yang dihitung
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba
Lebih terperinciMENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS
MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin pesat secara tidak langsung telah menyebabkan terjadinya pergeseran pola hidup di masyarakat. Kemajuan teknologi dan industri secara
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Temperatur Tubuh Peningkatan temperatur tubuh dapat dijadikan indikator terjadinya peradangan di dalam tubuh atau demam. Menurut Kelly (1984), temperatur normal tubuh sapi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tubuh manusia secara fisiologis memiliki sistim pertahanan utama untuk melawan radikal bebas, yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim. Antioksidan enzimatik bekerja
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan protein hewani dapat
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan protein hewani menjadi hal penting yang harus diperhatikan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan protein hewani dapat dipenuhi dari produk peternakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengaruh dari formula ekstrak herbal terhadap sistem imunitas tubuh ayam dapat diperoleh dengan melihat aktivitas dan kapasitas makrofag peritoneum ayam yang telah ditantang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari sampai waktu panen domba. Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah pemeriksaan suhu tubuh,
Lebih terperinciMekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang
Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar
Lebih terperinciserta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam tubuh manusia, sistem imun sangat memegang peranan penting dalam pertahanan tubuh terhadap berbagai antigen (benda asing) dengan memberantas benda asing tersebut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Profil Ayam Kedu dan Status Nutrisi Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di Kabupaten Temanggung. Ayam Kedu merupakan ayam lokal Indonesia yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Gejala Klinis Pengamatan gejala klinis pada benih ikan mas yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila meliputi kelainan fisik ikan, uji refleks, dan respon
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
18 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah LeukositTotal Leukosit merupakan unit darah yang aktif dari sistem pertahanan tubuh dalam menghadapi serangan agen-agen patogen, zat racun, dan menyingkirkan sel-sel rusak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus
13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus Jaringan limfoid sangat berperan penting untuk pertahanan terhadap mikroorganisme. Ayam broiler memiliki jaringan limfoid primer (timus dan bursa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ayam petelur adalah ayam yang mempunyai sifat unggul dalam produksi telur atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur yaitu
Lebih terperinciPENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Broiler merupakan unggas penghasil daging sebagai sumber protein hewani yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat. Permintaan daging
Lebih terperinciPEMBAEIASAN. leukosit, jenis leukosit, nilai indeks fagositik serta adanya perbedaan tingkat
PEMBAEIASAN Penambahan Spirulina platensis dalam pakan ikan sebanyak 296, 4% dan 6% baik secara kontinyu maupun diskontinyu dapat meningkatkan respon kekebalan ikan patin. Peningkatan ini dapat dilihat
Lebih terperinciDi seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini studi tentang hubungan antara makanan dan kesehatan memerlukan metode yang mampu memperkirakan asupan makanan biasa. Pada penelitian terdahulu, berbagai upaya
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepadatan Ayam Petelur Fase Grower Ayam petelur adalah ayam yang efisien sebagai penghasil telur (Wiharto, 2002). Keberhasilan pengelolaan usaha ayam ras petelur sangat ditentukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus mengalami peningkatan sehingga permintaan makanan yang memiliki nilai gizi baik akan meningkat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem imun berfungsi dalam mempertahankan kondisi tubuh terhadap benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus, fungus dan parasit. Sistem
Lebih terperinciGambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit) Ikan Lele Dumbo Pada penelitian ini dihitung jumlah sel darah putih ikan lele dumbo untuk mengetahui pengaruh vitamin dalam meningkatkan
Lebih terperinciHASIL PEMBAHASAN. Jumlah Sisa Ayam Hidup Pada Hari Ke-
15 HASIL PEMBAHASAN Uji Tantang Ayam Broiler Terhadap Virus Avian Influenza Seluruh kelompok perlakuan terhadap ayam dan juga kontrol baik kontrol tervaksin maupun kontrol tanpa perlakuan diuji tantang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus mengalami peningkatan sehingga permintaan akan ketersediaan makanan yang memiliki nilai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. inflamasi. Hormon steroid dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu glukokortikoid
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kortikosteroid adalah derivat hormon steroid yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Hormon ini memiliki peranan penting seperti mengontrol respon inflamasi. Hormon
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator dibanding respons imun yang didapat. Inflamasi dapat diartikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ayam pedaging atau yang sering disebut sebagai ayam broiler (ayam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ayam pedaging atau yang sering disebut sebagai ayam broiler (ayam buras) merupakan salah satu hewan ternak yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia dalam pemenuhan
Lebih terperinciSISTEM PERTAHANAN TUBUH
SISTEM PERTAHANAN TUBUH Sistem Pertahanan Tubuh Sistem Pertahanan Tubuh Non spesifik Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik Jenis Kekebalan Tubuh Disfungsi sitem kekebalan tubuh Eksternal Internal Struktur Sistem
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan terhadap diferensiasi leukosit mencit (Mus musculus) yang diinfeksi P. berghei, setelah diberi infusa akar tanaman kayu kuning (C. fenestratum) sebagai berikut
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tiga jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,
Lebih terperinciSISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII
SISTEM IMUN Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM KEKEBALAN TUBUH Imunologi : Ilmu yang mempelajari cara tubuh melindungi diri dari gangguan fisik, kimiawi, dan biologis. . SISTEM IMUN INNATE : Respon
Lebih terperinciPEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol
30 PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol Sel somatik merupakan kumpulan sel yang terdiri atas kelompok sel leukosit dan runtuhan sel epitel. Sel somatik dapat ditemukan dalam
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah sel tumor limfoid pada lamina propria Hasil pengamatan terhadap jumlah sel tumor limfoid pada lamina propria vili usus yang diperoleh dari setiap kelompok percobaan telah dihitung
Lebih terperinciPENDAHULUAN. relatif singkat, hanya 4 sampai 6 minggu sudah bisa dipanen. Populasi ayam
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam broiler merupakan ayam ras pedaging yang waktu pemeliharaannya relatif singkat, hanya 4 sampai 6 minggu sudah bisa dipanen. Populasi ayam broiler perlu ditingkatkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. adanya perubahan kondisi kesehatan ikan baik akibat faktor infeksi
digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Darah Gambaran darah merupakan salah satu parameter yang menjadi indikasi adanya perubahan kondisi kesehatan ikan baik akibat faktor infeksi (mikroorganisme)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. banyak diminati di kalangan masyarakat, hal ini disebabkan rasa
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keberadaan daging unggas khususnya daging ayam broiler sudah banyak diminati di kalangan masyarakat, hal ini disebabkan rasa dagingnya yang dapat diterima semua kalangan,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius
19 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Histopatologi Bursa Fabricius Hasil pengamatan histopatologi bursa Fabricius yang diberi formula ekstrak tanaman obat memperlihatkan beberapa perubahan umum seperti adanya
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Neutrofil pada Mencit Jantan Berdasarkan Tabel 2, rata-rata persentase neutrofil ketiga perlakuan infusa A. annua L. dari hari ke-2 sampai hari ke-8 setelah infeksi cenderung lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan, manusia menghabiskan sebagian besar waktu sadar mereka (kurang lebih 85-90%) untuk beraktivitas (Gibney et al., 2009). Menurut World Health
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Parasitemia Hasil penelitian menunjukan bahwa semua rute inokulasi baik melalui membran korioalantois maupun kantung alantois dapat menginfeksi semua telur tertunas (TET). Namun terdapat
Lebih terperinciImmunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age
Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Dr. Nia Kurniati, SpA (K) Manusia mempunyai sistem pertahanan tubuh yang kompleks terhadap benda asing. Berbagai barrier diciptakan oleh
Lebih terperinciHAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Jumlah Leukosit Data perhitungan terhadap jumlah leukosit pada tikus yang diberikan dari perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 6. Rata-rata leukosit pada tikus dari perlakuan
Lebih terperinciSISTEM PEREDARAN DARAH
SISTEM PEREDARAN DARAH Tujuan Pembelajaran Menjelaskan komponen-komponen darah manusia Menjelaskan fungsi darah pada manusia Menjelaskan prinsip dasar-dasar penggolongan darah Menjelaskan golongan darah
Lebih terperinciSISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)
SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Kampung Super
31 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Kampung Super Data nilai rataan bobot bagian edible Ayam Kampung Super yang diberi perlakuan tepung pasak bumi dicantumkan
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah
BAB VI PEMBAHASAN Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gathot Gathot merupakan hasil fermentasi secara alami pada ketela pohon. Ketela pohon tersebut memerlukan suasana lembab untuk ditumbuhi jamur secara alami. Secara umum,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata persentase diferensiasi leukosit pasien anjing di RSH-IPB Momo. Kronis 1-8.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Gambaran Umum Berikut ini disajikan tabel hasil pemeriksaan differensial leukosit pada pasien RSH-IPB. Secara umum dapat dikatakan bahwa gambaran leukosit pada semua pasien cenderung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) merupakan lele varian baru.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lele merupakan salah satu jenis ikan unggulan budidaya ikan air tawar. Lele masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) merupakan lele varian baru. Lele masamo diperoleh
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. perendam daging ayam broiler terhadap awal kebusukan disajikan pada Tabel 6.
1 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Terhadap Awal Kebusukan Daging Ayam Broiler Hasil penelitian pengaruh berbagai konsentrasi daun salam sebagai perendam daging ayam broiler terhadap awal kebusukan
Lebih terperinciTHERMOREGULATION SYSTEM ON POULTRY
THERMOREGULATION SYSTEM ON POULTRY Oleh : Suhardi, S.Pt.,MP Pembibitan Ternak Unggas AYAM KURANG TOLERAN TERHADAP PERUBAHAN SUHU LINGKUNGAN, SEHINGGA LEBIH SULIT MELAKUKAN ADAPTASI TERHADAP PERUBAHAN SUHU
Lebih terperinciPENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Itik Cihateup merupakan salah satu unggas air, yaitu jenis unggas yang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik Cihateup merupakan salah satu unggas air, yaitu jenis unggas yang sebagian besar waktunya dihabiskan di air. Kemampuan termoregulasi itik menjadi rendah karena tidak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Cekaman Panas Selama Pemeliharaan Salama 6 minggu pemeliharaan, ayam broiler diberi tambahan sumber penerangan dan panas berupa lampu bohlam berdaya 60 watt yang dipasang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking merupakan itik tipe pedaging yang termasuk dalam kategori unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem pemeliharaan itik Peking
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mencit terinfeksi E. coli setelah pemberian tiga jenis teripang ditunjukkan pada
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Data hasil penelitian jumlah netrofil yang menginvasi cairan intraperitoneal mencit terinfeksi E. coli setelah pemberian tiga jenis teripang ditunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan adanya kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal dan gangguan metabolisme karbohidrat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanpa disadari, setiap hari semua orang membutuhkan makanan untuk dapat bertahan hidup karena makanan merupakan sumber utama penghasil energi yang dapat digunakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis seboroik merupakan suatu kelainan kulit papuloskuamosa kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang banyak mengandung kelenjar
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Jumlah Konsumsi Pakan Perbedaan pemberian dosis vitamin C mempengaruhi jumlah konsumsi pakan (P
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar glukosa, kolesterol, dan trigliserida pada monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) pada setiap tahapan adaptasi, aklimasi, dan postaklimasi dapat dilihat pada Tabel 2.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Persentase Parasit Darah Hasil pengamatan preparat ulas darah pada enam ekor kuda yang berada di Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR FKH IPB) dapat dilihat sebagai berikut
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui
41 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Uji LD-50 Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui kepadatan bakteri yang akan digunakan pada tahap uji in vitro dan uji in vivo. Hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolitis Ulserativa (ulcerative colitis / KU) merupakan suatu penyakit menahun, dimana kolon mengalami peradangan dan luka, yang menyebabkan diare berdarah, kram perut
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Ransum Ransum penelitian disusun berdasarkan rekomendasi Leeson dan Summers (2005) dan dibagi dalam dua periode, yakni periode starter (0-18 hari) dan periode finisher (19-35
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray].
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bahan alam berkhasiat obat yang banyak diteliti manfaatnya adalah tanaman kembang bulan [Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray]. Tanaman kembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perlukaan merupakan rusaknya jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan suhu,
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Itik mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memiliki banyak
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memiliki banyak kelebihan dibandingkan ternak unggas yang lain, diantaranya adalah lebih tahan terhadap penyakit, memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah. Demam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Demam tifoid adalah penyakit sistemik akut akibat infeksi Salmonella typhi. Demam tifoid masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting di Indonesia, penyakit
Lebih terperinciSISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS
SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di zaman modern sekarang ini banyak hal yang memang dibuat untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitasnya, termasuk makanan instan yang siap saji. Kemudahan
Lebih terperinciTEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN
TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN Sistem Imun merupakan semua mekanisme pertahanan yang dapat dimobilisasi oleh tubuh untuk memerangi berbagai ancaman invasi asing. Kulit merupakan
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul Pengaruh tingkat energi protein dalam ransum terhadap total protein darah ayam Sentul dapat dilihat pada Tabel 6.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas sistem imun sangat diperlukan sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap ancaman,
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Sentul. Tabel 4. Bobot Edible Ayam Sentul pada Masing-Masing Perlakuan
27 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Sentul Data nilai rataan bobot bagian edible ayam sentul yang diberi perlakuan tepung kulit manggis dicantumkan pada Tabel
Lebih terperinciIMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR KOLAM BUATAN ABSTRAK
e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume IV No 2 Februari 2016 ISSN: 2302-3600 IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan cekaman panas yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi
1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan cekaman panas yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi dapat merupakan masalah serius pada pengembangan ayam broiler di daerah tropis. Suhu rata-rata
Lebih terperinciSISTEM IMUNITAS MANUSIA SMA REGINA PACIS JAKARTA
1 SISTEM IMUNITAS MANUSIA SMA REGINA PACIS JAKARTA Ms. Evy Anggraeny Imunitas Sistem Imunitas Respon Imunitas 2 Yaitu sistem pertahanan terhadap suatu penyakit atau serangan infeksi dari mikroorganisme/substansi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Keberadaan antibodi sebagai respon terhadap vaksinasi dapat dideteksi melalui pengujian dengan teknik ELISA. Metode ELISA yang digunakan adalah metode tidak langsung. ELISA
Lebih terperinciPENDAHULUAN. amino esensial yang lengkap dan dalam perbandingan jumlah yang baik. Daging broiler
PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Daging broiler merupakan komoditas yang banyak diperdagangkan dan sangat diminati oleh konsumen karena merupakan sumber protein hewani yang memiliki kandungan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu tantangan paling berat di bidang peternakan adalah pencegahan penyakit. Daya tahan tubuh ternak merupakan benteng utama untuk mencegah terjangkitnya penyakit. Daya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan telur terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Untuk memenuhi
Lebih terperinciLANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii PERNYATAAN... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v INTISARI... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. optimal salah satunya itik. Itik sebagai hewan homoeotherm, itik memerlukan
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unggas merupakan salah satu hewan yang tergolong homoeoterm berdasarkan adaptasinya terhadap perubahan suhu tubuh dan perubahan suhu lingkungan. Setiap jenis unggas memiliki
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.
50 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kadar Hemoglobin Itik Cihateup Data hasil pengamatan kadar hemoglobin itik cihateup fase grower yang diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Broiler atau ayam pedaging merupakan ternak yang efisien dalam
PENDAHULUAN Latar Belakang Broiler atau ayam pedaging merupakan ternak yang efisien dalam menghasilkan daging. Daging ayam merupakan jenis daging yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memuliabiakkan secara teratur ayam pembibit berbeda yang masing-masing
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ayam didapatkan secara genetis dengan cara memuliabiakkan secara teratur ayam pembibit berbeda yang masing-masing memiliki keunggulan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obat tradisional telah lama digunakan diseluruh dunia dan menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara maju dan 80% dari penduduk
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Kondisi ini akan lebih diperparah lagi akibat penjualan. pengawetan untuk menekan pertumbuhan bakteri.
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam broiler merupakan bahan makanan bergizi tinggi, memiliki rasa dan aroma enak, tekstur lunak serta harga yang relatif murah dibandingkan dengan daging dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Jawa Tengah (Purwanti et al., 2014). Lele dumbo merupakan jenis persilangan lele
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) adalah salah satu komoditas ikan air tawar yang bernilai ekonomis tinggi dan dapat dipelihara pada padat penebaran tinggi. Ikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolostrum sapi adalah susu hasil sekresi dari kelenjar ambing induk sapi betina selama 1-7 hari setelah proses kelahiran anak sapi (Gopal dan Gill, 2000). Kolostrum
Lebih terperinciSistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus
Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ limfatik sekunder Limpa Nodus limfa Tonsil SISTEM PERTAHANAN TUBUH MANUSIA Fungsi Sistem Imun penangkal benda asing yang masuk
Lebih terperinciTabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Pemeliharaan Ikan Maskoki (Carassius auratus) Pengambilan sampel ikan maskoki dilakukan di tiga tempat berbeda di daerah bogor, yaitu Pasar Anyar Bogor Tengah, Batu Tulis Bogor
Lebih terperinci