Siapa di Belakang Ide Praperadilankan KPK?
|
|
- Sugiarto Iskandar
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Siapa di Belakang Ide Praperadilankan KPK? OPINI 07 February :08 (Harian Kompas, Sabtu, 7 Februari 2015) Kenapa Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka tindak pidana menyuruh orang lain memberi kesaksian palsu oleh polisi? Kenapa Ketua KPK Abraham Samad dan Wakil Ketua KPK Adnan Pandu Praja dijadikan target berikutnya, tetapi kenapa juga meskipin surat perintah penyidikan (sprindik) sudah diterbitkan, keduanya belum ditetapkan sebagai tersangka oleh polisi? Meskipun menurut penjelasan Kabareskrim Komisaris Jenderal Budi Waseso, sprindik di kepolisian tidak otomatis yang bersangkutan harus dijadikan tersangka. Sampai hari ini status Abraham dan Pandu masih sebagai terlapor. Apa pula kaitannya dengan upaya hukum praperadilan yang dilakukan oleh Budi Gunawan, padahal jelas-jelas status tersangka menurut hukum adalah kewenangan penyidik yang bukan termasuk obyek praperadilan sebagaimana ditetapkan oleh Pasal 77 KUHAP? Sangat sulit untuk percaya bahw semua hal yang disebutkan di atas sama sekali tidak ada kaitannya dengan ditetapkannya calon tunggal Kapolri Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai tersangka oleh KPK. Serangan balik dan balas dendam oleh polisi kepada KPK? Sudah pasti. Tetapi apakah hanya itu kaitannya? Jawabannya bisa lebih dari itu. Semua yang disebutkan di atas merupakan bagian dari skenario yang lebih luas daripada sekadar balas dendam Polri kepada KPK. Skenario inilah yang melatarbelakangi pihak yang bersikeras supaya Budi Gunawan tetap dilantik oleh 1
2 Presiden Jokowi. Pihak itu adalah tokoh-tokoh politik besar yang membekingi Budi Gunawan, dan berhasil mendesak Presiden Jokowi untuk menjadikannya sebagai calon tunggal Kapolri. Mereka menguras pikiran dan akal, bagaimana caranya agar Budi Gunawan yang sudah terlanjur dijadikan tersangka oleh KPK, bisa dibebaskan dari status tersebut, sehingga tiada kendala untuk dilantik sebagai Kapolri. Win-win Solution Kendala terbesar dari terlanjurnya Budi Gunawan dijadikan tersangka oleh KPK adalah di KPK tidak mengenal Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) sebagaimana di kepolisian dan kejaksaan. Sekali seseorang ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK, maka tiada jalan lain selain harus berlanjut ke pengadilan, dan tentu saja targetnya harus menang. Itulah sebabnya KPK sangat hati-hati dan ketat dalam proses menentukan apakah seseorang layak ditetapkan sebagai tersangka ataukah tidak. Di KPK, seseorang yang ditetapkan sebagai tersangka akan selalu diikuti dengan penahanan terhadap yang bersangkutan, setelah itu berlanjut ke proses peradilan, statusnya berubah menjadi terdakwa. Ia akan disidang sebagai terdakwa oleh Pengadilan Tindak PIdana Korupsi (Tipikor). Selama ini, reputasi KPK adalah selalu menang di Pengadilan Tipikor, tak pernah ada terdakwa koruptor KPK yang dibebaskan hakim karena tak terbukti korupsi. Lalu, bagaimana caranya untuk melepaskan status tersangka Budi Gunawan dari KPK ini? Tokoh-tokoh pembeking Budi Gunawan tetap harus menjadi Kapolri, dan Budi Gunawan sendiri, pun memeras otak dan akal untuk mengakali hukum demi maksud tersebut. Hasilnya adalah ide mempraperadilankan penetapan tersangka Budi Gunawan oleh KPK itu. Ide yang segera dilaksanakan, sebagaimana kita saksikan sekarang ini. Inilah satu-satunya cara untuk melepaskan status tersangka Budi Gunawan itu. Jadi, mereka pasti akan habis-habisan untuk memenangkannya, meskipun secara hukum lemah, karena penetapan seseorang tersangka itu sesungguhnya bukan obyek dari praperadilan itu. Jadi, apakah akan ada rekayasa hukum di babak praperadilan ini? Bagaimana dengan rekam jejak buruk hakim tunggal yang akan mengadili gugatan praperadilan ini, yaitu Sarpin Rizaldi? Adakah kaitannya dengan ditunjuknya Sarpin sebagai hakim di sidang praperadilan ini? Sidang praperadilan itu sudah dibuka pada Senin, 2 Februari lalu, di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, tetapi karena ketidakhadiran pihak tergugat (KPK), maka Hakim Sarpin Rizaldi yang memimpin sidang tersebut menunda sidangnya sampai Senin depan, 9 Februari Pada hari itulah, nasib Budi Gunawan ditentukan, karena berdasarkan apa 2
3 yang diputuskan hakim sidang praperadilan itu, merupakan harapan terakhir kubu Budi Gunawan yang masih mengharapkan jabatan Kapolri tersebut. Jika putusan hakim adalah mengabulkan gugatan praperadilan Budi Gunawan, maka berarti Budi Gunawan menjadi bersih dari status tersangka KPK, sehingga terbuka kembali peluang Presiden Jokowi melantiknya sebagai Kapolri. Setidaknya itulah harapan terakhir yang diharapkan oleh para tokoh pembeking Budi Gunawan dalam menyusun skenario praperadilan itu. Tetapi, apakah memang secara hukum bisa demikian? Bisa atau tidak demikian, hanya cara mempraperadilkan KPK itulah satu-satunya cara yang bisa ditempuh kubu Budi Gunawan, untuk membebaskan Budi dari status tersangkanya itu. Hasil dari sidang praperadilan ini jugalah yang bisa jadi akan menentukan pula nasib dari Bambang Widjojanto, Abraham Samad, dan Adnan Pandu Praja, juga Zulkarnain. Jika lewat praperadilan kubu Budi Gunawan berhasil membebaskan Budi dari status tersangkanya (menang gugatan), maka polisi akan menerbitkan SP3 buat ketiga pimpinan KPK itu. Terhadap Bambang akan terbit SP3 dengan alasan bukti-buktinya kurang kuat, sedangkan terhadap Abraham dan Pandu, alasannya tidak ditemukan alasan hukum yang cukup untuk bisa melanjutkan penyidikan laporan masyarakat terhadap mereka. Itulah skenario win-win solution yang sebenarnya dikehendaki oleh tokoh-tokoh pembeking Budi Gunawan. Jadi, di sini yang ditawarkan para pembeking Budi Gunawan adalah semacam barter antara polisi dengan KPK, dengan anggapan bahwa antara kasus Budi Gunawan dengan kasus Bambang Widjojanto, demikian pula dengan para pimpinan KPK lainnya adalah setara. Mereka beranggapan jika Bambang Widjojanto dianggap dikriminalisasikan oleh polisi, maka demikian pula sesungguhnya Budi Gunawan dikriminalisasi oleh KPK, karena status tersangka itu diumumkan KPK hanya sehari setelah Jokowi mengumumkan Budi sebagai calon tunggal Kapolri. Jokowi Melawan Jika skenario win-win solution itu bisa berjalan baik, maka Bambang Widjojanto dan para koleganya sesama pimpinan KPK boleh kembali dengan bebas ke KPK, dan Budi Gunawan bisa dilantik sebagai Kapolri oleh Presiden Jokowi. Itulah sebabnya alasan sebenarnya Jokowi menyatakan baru akan mengambil keputusan tentang Budi Gunawan setelah ada putusan praperadilan terhadap kasus Budi Gunawan. Ketika sidang praperadilan itu ditunda sampai Senin depan (9/2), Jokowi pun mengikutinya, menunda 3
4 keputusannya terhadap Budi Gunawan. Padahal, seharusnya hal ini sepenuhnya menjadi hak prerogatif Presiden, tidak tergantung dan tidak perlu menunggu hasil sidang praperadilan itu. Sikap Jokowi menunggu hasil sidang praperadilan Budi Gunawan sebelum mengambil keputusan terhadapnya itu, menunjukkan bahwa betapa kuatnya pengaruh para tokoh politik besar di balik kekuasaan Jokowi sebagai Presiden Republik Indonesia ini. Tetapi, apakah Jokowi akan menuruti sepenuhnya sampai pada akhir kisah ini? Sebetulnya Jokowi sudah mengirim sinyal perlawanannya! Dia memang menuruti saja apa maunya para tokoh politik besar pembeking Budi Gunawan itu sampai pada menunda keputusan terhadap Budi Gunawan, menunggu hasil sidang praperadilan tersebut. Tetapi, pada akhirnya juga Jokowi akan memutuskan apa yang menurutnya adalah yang paling tepat dan benar, yaitu membatalkan pencalonan dan pelantikan Budi Gunawan sebagai Kapolri, apa pun hasil sidang praperadilan tersebut. Syukur alhamdulilah jika putusan hakim adalah menolak gugatan praperadilan itu, sehingga memperkuat dasar pembatalan pencalonan dan pelantikan Budi Gunawan itu. Rabu, 4 Februari sore yang lalu, para pimpinan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) termasuk Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana Negara. Mereka inilah yang saya maksudkan ketika beberapa kali menyebutkan tokoh-tokoh politik besar pembeking Budi Gunawan. Seusai pertemuan itu, Jokowi menelepon Ketua Tim Sembilan, Buya Syafii Maarif, mengutarakan apa yang akan diputuskan terhadap Budi Gunawan, yaitu membatalkan pencalonan dan pelantikannya sebagai Kapolri. Alasan utama dari keputusan itu, kata Jokowi, sebagaimana diutarakan oleh Syafii adalah menyangkut moralitas publik. Syafii mengaku dihubungi Jokowi via telepon pada pukul 19:15. Saat itu Syafii mengira telah ada komunikasi yang membaik antara Jokowi dengan Megawati. Saya kira cair setelah adik dan kakak itu ketemu, Mega kalau panggil Presiden kan adik Jokowi, kata dia. Makanya, saat itu Syafii bertanya ke Jokowi, Pak Presiden, gimana sudah mencair? Di luar dugaan Jokowi menjawab, Cair apanya, ini malah kacau. Tapi saya tidak akan melantik BG (Budi Gunawan)! (Tempo.co). Hari Kamis, 6 Februari kemarin, di Metro TV sore, Ketua Kompolnas, Adrianus Meliala juga mengutarakan hal yang sama. Dia bilang, sebenarnya, beberapa hari sebelumnya, 4
5 Jokowi sudah mengutarakan kepada Komplonas bahwa dia tak akan melantik Budi Gunawan. Saat itu Komplonas memilih diam tak mempublikasikan pernyataan Jokowi itu, tetapi karena Syafii sudah mengumumkannya, maka dia mengaku juga bahwa hal yang sama sudah disampaikan Jokowi kepada Kompolnas. Tampaknya hal inilah yang menjadi perdebatan hebat dalam pertemuan antara Jokowi dengan para tokoh KIH, termasuk Megawati pada Rabu, 4 Februari 2015, yang digambarkan Jokowi kepada Syafii dengan kata-kata: Ini tambah kacau itu. Para tokoh pembeking Budi Gunawan itu terus mendesak Jokowi untuk melantik Budi Gunawan, apalagi jika hasil sidang praperadilan itu memenangkan Budi Gunawan. Tetapi, rupanya Jokowi tetap bersikeras untuk tak melantik, apa pun putusan sidang praperadilan itu. Alasannya utamanya adalah menyangkut moralitas publik. Jokowi mulai menunjukkan perlawanannya, sekaligus membuktikan dia bukan petugas partai, tetapi petugas rakyat. Ketika Majalah Tempo bertanya kepada Jokowi, apakah benar ada partai politik yang memaksa kehendaknya kepadanya, dengan diplomatis Jokowi menjawab: Lho, saya justru ngomong, Jangan memaksakan. Mudah-mudahan dia tetap berani dan konsisten dengan sikapnya ini. Otak Skenario Siapa sebetulnya otak dari skenario upaya membersihkan Budi Gunawan dari status tersangka sebagaimana diulas di atas itu? Salah satunya kemungkinan besar adalah Wakil Presiden Jusuf Kalla. Ketika Budi Gunawan hendak menggugat praperadilkan KPK atas status tersangkanya, Jusuf Kalla adalah salah satu tokoh yang paling awal menyerukan dukungannya. Dia juga yang paling gencar menyatakan bahwa Presiden akan menggunakan hasil sidang praperadilan itu sebagai bahan pertimbangannya memutuskan nasib Budi Gunawan, apakah tetap dilantik atau tidak, sebagai Kapolri. Ketika diwawancara Majalah Tempo, Jusuf Kalla pulalah yang menyatakan ide tentang solusi win-win solution sebagaimana saya sebutkan di atas. Menurut Jusuf Kalla, sebagaimana ditulis Tempo, Bambang Widjojanto disebut dikriminalisasi polisi, demikian juga Budi Gunawan dikriminalisasi KPK. Maka itu solusinya adalah solusi win-win solution lewat mekanisme praperadilan. Bambang akan dihentikan penyidikannya, demikian juga Budi Gunawan. Sama-sama enaknya. Bambang kembali menjadi manusia bebas, kembali ke KPK, dan Budi Gunawan kembali bersih sehingga bisa dilantik oleh Presiden Jokowi sebagai Kapolri (Majalah Tempo, 2-8 Februari 2015). 5
6 Logika apa yang dipakai oleh Jusuf Kalla ini? Bagaimana bisa menyetarakan kasus Budi Gunawan dengan Bambang Widjojanto dan para pimpinan KPK lainnya? Ia pula yang menjadi orang pertama dari pemerintah yang membela sikap Budi Gunawan yang mankir dari panggilan KPK, dengan alasan proses praperadilan masih berlangsung. Oleh karena itu, katanya, wajar Budi Gunawan menunggu dulu keputusan hakim praperadilan, baru memutuskan memenuhi panggilan KPK ataukah tidak. Suatu pernyataan yang bertentangan dengan perintah Presiden Jokowi yang menyerukan baik polisi, maupun KPk harus menghormati proses hukum yang sedang berlangsung, termasuk memenuhi panggilan penyidik KPK atau polisi. Desakan dan pembelaan yang begitu terang-benderang dari para tokoh pembeking Budi Gunawan seperti ini tentu juga dibicarakan dipertemuan mereka dengan Jokowi, pada 4 Februari lalu itu, oleh karena itulah Jokowi curhat kepada Syafii Maarif, dengan mengatakan pertemuan itu malah membuat (tambah) kacau. Tampaknya, kasus Budi Gunawan ini telah membuat hubungan antara Jokowi dengan para pembeking Budi Gunawan ini memburuk. Indikasinya, pernyataan Jokowi bahwa dia tak akan melantik Budi Gunawan, tidak disampaikan kepada mereka, melainkan kepada Syaii Maarif sebagai Ketua Tim Sembilan, dan kepada Kompolnas. Ketika Presiden Jokowi berangkat ke Malaysia untuk kunjungankenegaraan, pada Jumat, 6 Februari kemarin pun, tidak tampak Jusuf Kalla mengantarnya di Bandara Halim Perdana Kusuma. Ketika Tempo mengkonfrimasikan informasi yang menyatakan Jusuf Kalla mendesaknya untuk melantik Budi Gunawan karena sudah disetujui DPR, Jokowi menjawab: Berpendapat kan boleh, tetapi keputusan kan di saya. Semoga Jokowi segera kembali ke karakter aslinya, berani dan tegas dalam bersikap, sekalipun harus berhadapan dengan para tokoh yang berjasa membawanya ke kursi Presiden, dan selama ini mendukungnya (yang ternyata dengan pamrik politik yang jahat). Sebesar apa pun jasa partai kepadanya, jika didesak untuk membalas budi dengan melakukan suatu perbuatan tercela, harus mutlak ditolak. Bagaimana pun Jokowi harus ingat: Yang memilihnya sehingga bisa menjadi Presiden itu adalah rakyat! Dan, Konstitusi Negara menegaskan seseorang dipilih menjadi Presiden adalah demi pengabdiannya kepada bangsa dan negaranya, bukan mengabdi kepada partai politik, sebesar apapun jasa mereka kepadanya, apalagi mau menanggapnya masih sebagai petugas partai. 6
7 Semua kezaliman itu harus dilawan! *** 7
Jokowi Diuji, KPK Diamputasi Selasa, 17 Pebruari 2015
Jokowi Diuji, KPK Diamputasi Selasa, 17 Pebruari 2015 Presiden Joko Widodo menghadapi ujian mahadahsyat setelah permohonan Komisaris Jenderal Budi Gunawan dikabulkan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Lebih terperinciJURNAL BRIEF AKSI KOALISI MASYARAKAT SIPIL ANTIKORUPSI INDONESIA FEBRUARI 2015
JURNAL BRIEF AKSI KOALISI MASYARAKAT SIPIL ANTIKORUPSI INDONESIA FEBRUARI 2015 Pada tanggal 15 Januari 2015 beberapa kelompok aktifis yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil dan Relawan Salam Dua
Lebih terperinciKPK vs Budi Gunawan.
KPK vs Budi Gunawan http://www.gatra.com/fokus-berita/131582-denny-indrayana-kpk-vs-budi-gunawan.html 29 January 2015 09:49 Denny Indrayana (ANTARA/Rosa Panggabean) Jakarta, GATRAnews - Hukum itu memperjuangkan
Lebih terperinciMemahami Kebingungan Jokowi. Written by Mudjia Rahardjo Tuesday, 10 February :50 -
Pasca 100 hari pertama usia pemerintahannya sejak dilantik pada 20 Oktober 2014 lalu, Jokowi benar-benar dihadapkan pada persoalan yang sangat pelik dan dilematis. Semua berawal dari pencalonan Komjen
Lebih terperinciPresiden, DPR, dan BPK.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG KPK adalah lembaga negara yang dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. KPK bersifat independen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pada awal pemerintahan Jokowi di tahun 2015, muncul konflik antara KPK dan Polri. Hal ini berawal dari
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pada awal pemerintahan Jokowi di tahun 2015, muncul konflik antara KPK dan Polri. Hal ini berawal dari penetapan status tersangka calon tunggal Kapolri Budi
Lebih terperinciJokowi dan Parpol Koalisi yang Merongrong
Jokowi dan Parpol Koalisi yang Merongrong http://nasional.kompas.com/read/2015/01/24/15073121/jokowi.dan.parpol.koalisi.yang.merongrong Sabtu, 24 Januari 2015 15:07 WIB KOMPAS.com/SABRINA ASRIL Ketua Umum
Lebih terperinciJokowi dan Skenario Kapolri Selasa, 20 Januari 2015
Jokowi dan Kapolri Selasa, 20 Januari 2015 Ketuk palu keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) atas pro dan kontra pengangkatan Komisaris Jenderal (Komjen) Budi Gunawan telah kita ketahui bersama. Pengangkatan
Lebih terperinciKondisi Hukum SETELAH KASUS BG LSI DENNY JA FEBRUARI 2015
Kondisi Hukum SETELAH KASUS BG LSI DENNY JA FEBRUARI 2015 Setelah Kasus BG Pencalonan Budi Gunawan (BG) sebagai Kapolri merupakan salah satu isu paling menarik dan paling menyita perhatian publik dalam
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ruben (1984, h. 189) mengungkapkan Mass media such as newspaper,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Media merupakan sarana untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Dimana media massa berperan sebagai penyaji realita dalam kehidupan masyarakat.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kekuasaan manapun (Pasal 3 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002). Sebagai lembaga
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) merupakan suatu lembaga negara yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperincib. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
Lebih terperinciSurat Terbuka untuk Ketua DPR Setya Novanto
Surat Terbuka untuk Ketua DPR Setya Novanto Mencermati jalannya persidangan Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR yang menyidangkan Ketua DPR Setya Novanto 15 Desember 2015 18:20 Paulus Mujiran OPINI dibaca:
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manapun (Pasal 3 Undang -Undang Nomor 30 Tahun 2002). Sebagai lembaga independen,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) merupakan suatu lembaga negara yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun
Lebih terperinciRANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM KOMISI III DPR RI DENGAN IR.HASTO KRISTYANTO, MM DAN ZAINAL TAHIR
RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM KOMISI III DPR RI DENGAN IR.HASTO KRISTYANTO, MM DAN ZAINAL TAHIR ----------------------------------------------------------------------------------
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajuan permohonan perkara praperadilan tentang tidak sahnya penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam sidang praperadilan sebagaimana
Lebih terperinciPernyataan Pers MAHKAMAH AGUNG HARUS PERIKSA HAKIM CEPI
Pernyataan Pers MAHKAMAH AGUNG HARUS PERIKSA HAKIM CEPI Hakim Cepi Iskandar, pada Jumat 29 Oktober 2017 lalu menjatuhkan putusan yang mengabulkan permohonan Praperadilan yang diajukan oleh Setya Novanto,
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 40/PUU-XIII/2015 Pemberhentian Sementara Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi
RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 40/PUU-XIII/2015 Pemberhentian Sementara Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi I. PEMOHON Dr. Bambang Widjojanto, sebagai Pemohon. KUASA HUKUM Nursyahbani Katjasungkana,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pakar hukum maupun pakar politik adalah permasalahan KPK melawan Polri.
BAB I PENDAHULUAN Permasalahan politik hukum Indonesia yang paling banyak dibicarakan para pakar hukum maupun pakar politik adalah permasalahan KPK melawan Polri. Permasalahan tersebut muncul kembali pada
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
Lebih terperinciBAB V ANALISIS. A. Analisis mengenai Pertimbangan Hakim Yang Mengabulkan Praperadilan Dalam
BAB V ANALISIS A. Analisis mengenai Pertimbangan Hakim Yang Mengabulkan Praperadilan Dalam Perkara No. 97/PID.PRAP/PN.JKT.SEL Setelah keluarnya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 21/PUU-XII/2014, maka penetapan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
Lebih terperinciBAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran Kasus Korupsi Simulator SIM Konflik kewenangan sebagaimana yang terjadi antara KPK dan POLRI bermula dari kasus dugaan korupsi simulator SIM di Korlantas
Lebih terperinciINDONESIA CORRUPTION WATCH 1 Oktober 2013
LAMPIRAN PASAL-PASAL RUU KUHAP PELUMPUH KPK Pasal 3 Pasal 44 Bagian Kedua Penahanan Pasal 58 (1) Ruang lingkup berlakunya Undang-Undang ini adalah untuk melaksanakan tata cara peradilan dalam lingkungan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Korupsi di Indonesia kini sudah kronis dan mengakar dalam setiap sendi kehidupan.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Korupsi di Indonesia kini sudah kronis dan mengakar dalam setiap sendi kehidupan. Perkembangannya dari tahun ke tahun semakin meningkat, hal ini dapat dilihat dari sudut
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id
Lebih terperinciPENUTUP. Komisi Pemberantasan Korupsi Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia dapat. Korupsi (KPK) sebagai lembaga negara independen dalam sistem
BAB V PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Analisis Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: A. Kesimpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Komisi ini didirikan berdasarkan kepada Undang-Undang Republik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komisi Pemberantasan Korupsi adalah komisi di Indonesia yang dibentuk pada tahun 2003 untuk mengatasi, menanggulangi dan memberantas korupsi di Indonesia. Komisi
Lebih terperinciDoorstop Presiden RI Usai Peresmian Pembukaan Rakornas Penanganan Narkoba, Jakarta, tgl. 4 Feb 2015 Rabu, 04 Pebruari 2015
Doorstop Presiden RI Usai Peresmian Pembukaan Rakornas Penanganan Narkoba, Jakarta, tgl. 4 Feb 2015 Rabu, 04 Pebruari 2015 DOORSTOP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA USAI PERESMIAN PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Bahan TIMUS 23-06-04 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan
Lebih terperinciProsiding Ilmu Hukum ISSN: X
Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Analisis Yuridis Putusan Hakim Praperadilan Mengenai Penetapan Status Tersangka Menurut Pasal 77 Kuhap Jo Putusan Mahkamah Konstitusi No. 21/PUU-VIII/2014 tentang Perluasan
Lebih terperinciMAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 67/PUU-XII/2014
MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 67/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana [Pasal 77 huruf a] terhadap
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPimpinan, Anggota Dewan, dan hadirin yang kami hormati,
-------------------------------- LAPORAN KOMISI III DPR RI TERHADAP HASIL PEMBAHASAN DAN PERSETUJUAN MENGENAI PENGANGKATAN KAPOLRI (UJI KELAYAKAN CALON KAPOLRI) PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI Kamis, 16 April
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
Lebih terperinciSiapa Wagub Ahok?
Siapa Wagub Ahok? http://politik.kompasiana.com/2014/11/29/justru-boy-sadikin-lah-yang-pertama-kali-menolak-ahok-689241.html Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. MI/Sumaryanto (Metrotvnews.com)
Lebih terperinciPengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, di Kantor Presiden, tanggal 1 April 2014 Selasa, 01 April 2014
Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, di Kantor Presiden, tanggal 1 April 2014 Selasa, 01 April 2014 PENGANTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG KABINET PARIPURNA DI KANTOR PRESIDEN,
Lebih terperinciHeadline Berita Hari Ini Periode: 24/10/2014 Tanggal terbit: 24/10/2014
Headline Berita Hari Ini Periode: 24/10/2014 Tanggal terbit: 24/10/2014 Sebaran Bidang. Bidang Polhukam diangkat pada 19 headline dan menjadi bidang paling banyak yang diangkat. Bidang lain yang diangkat
Lebih terperinci2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA
BAB V KESIMPULAN Media massa di Indonesia berkembang seiring dengan bergantinya pemerintahan. Kebijakan pemerintah turut mempengaruhi kinerja para penggiat media massa (jurnalis) dalam menjalankan tugas
Lebih terperinciMatahari Kembar Kapolri? LSI DENNY JA Januari 2015
Matahari Kembar Kapolri? LSI DENNY JA Januari 2015 Matahari kembar Kapolri? Mayoritas publik (63.50%) khawatir munculnya matahari kembar di kepolisian. Matahari pertama adalah Plt Kapolri yang dijabat
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN kemudian Presiden mensahkan menjadi undang-undang pada tanggal. 31 Desember 1981 dengan nama Kitab Undang-undang Hukum Acara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Hukum Acara Pidana disahkan oleh sidang paripurna Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada tanggal 23 September 1981 kemudian Presiden mensahkan menjadi
Lebih terperinciANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI
ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DAFTAR ANOTASI Halaman 1. Sejak hari Selasa, tanggal 12 April
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 52/PUU-XIV/2016 Penambahan Kewenangan Mahkamah Kontitusi untuk Mengadili Perkara Constitutional Complaint
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 52/PUU-XIV/2016 Penambahan Kewenangan Mahkamah Kontitusi untuk Mengadili Perkara Constitutional Complaint I. PEMOHON Sri Royani II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil
Lebih terperinciANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI
ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DAFTAR ANOTASI Halaman 1. Sejak Rabu,
Lebih terperinci*14671 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 2004 (4/2004) TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Copyright (C) 2000 BPHN UU 4/2004, KEKUASAAN KEHAKIMAN *14671 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 2004 (4/2004) TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah
Lebih terperinciSBY-Megawati bersalaman di Istana,
SBY-Megawati bersalaman di Istana, akhir dari persoalan 'dendam politik'? Heyder AffanWartawan BBC Indonesia 18 Agustus 2017 http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-40960383 Hak atas fotoanung ANINDHITO/BIRO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahirnya Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomer 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciMAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 102/PUU-XI/2013
MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 102/PUU-XI/2013 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana [Pasal 77 huruf a Pasal
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1985 (ADMINISTRASI. KEHAKIMAN. LEMBAGA NEGARA. Mahkamah Agung. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciMAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 40/PUU-XIII/2015
MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 40/PUU-XIII/2015 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Lebih terperinciMAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 92/PUU-XV/2017
rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 92/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinci- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2. Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5493
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG- UNDANG NOMOR 24
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DISTRIBUSI II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu alat
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang
Lebih terperinciMengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 22 ayat (2) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang...
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG- UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang
Lebih terperinciR. Herlambang P. Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga 2014
R. Herlambang P. Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga 2014 Memahami jenis-jenis aturan produk hukum eksekutif Memahami substansi dan mekanisme pembentukannya Kasus-kasus
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (yang telah disahkan dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 18 Juli 2006) RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciPENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Modul E-Learning 3 PENEGAKAN HUKUM Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4.1 Kewenangan KPK Segala kewenangan yang
Lebih terperinciRANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN
RANCANGAN LAPORAN SINGKAT FIT AND PROPER TEST KOMISI III DPR-RI TERHADAP CALON PIMPINAN KPK ------------------------------------- (BIDANG HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN) Tahun Sidang :
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 102/PUU-XIII/2015 Pemaknaan Permohonan Pra Peradilan
RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 102/PUU-XIII/2015 Pemaknaan Permohonan Pra Peradilan I. PEMOHON - Drs. Rusli Sibua, M.Si. ------------------------------- selanjutnya disebut Pemohon. Kuasa Hukum: -
Lebih terperinciPROSEDUR TINDAKAN KEPOLISIAN TERHADAP PEJABAT NEGARA. Oleh INDARTO BARESKRIM
PROSEDUR TINDAKAN KEPOLISIAN TERHADAP PEJABAT NEGARA Oleh INDARTO BARESKRIM DASAR 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. 2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002
Lebih terperinciBAB II PRAPERADILAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA. A. Sejarah Praperadilan dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia
BAB II PRAPERADILAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA A. Sejarah Praperadilan dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
Lebih terperinciPENGUMUMAN RESHUFFLE KABINET TERBATAS
PENGUMUMAN RESHUFFLE KABINET TERBATAS (Transkripsi Keterangan Pers Presiden Republik Indonesia Mengenai Pengumuman Reshuffle Kabinet Terbatas Istana Merdeka, 7 Mei 2007) Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah
Lebih terperinciPERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK RAKYAT CHINA MENGENAI BANTUAN HUKUM TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA
PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK RAKYAT CHINA MENGENAI BANTUAN HUKUM TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA Republik Indonesia dan Republik Rakyat China (dalam hal ini disebut sebagai "Para
Lebih terperinciBAB III PENERAPAN ASAS OPORTUNITAS DALAM PERKARA TINDAK PIDANA BAMBANG WIDJOJANTO
BAB III PENERAPAN ASAS OPORTUNITAS DALAM PERKARA TINDAK PIDANA BAMBANG WIDJOJANTO A. Penerapan Asas Oportunitas Dari perspektif sistem peradilan pidana Indonesia, asas oportunitas diartikan sebagai asas
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 1947 TENTANG PERATURAN PERADILAN ULANGAN DI JAWA DAN MADURA. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 1947 TENTANG PERATURAN PERADILAN ULANGAN DI JAWA DAN MADURA. PRESIDEN, Menimbang Mengingat : bahwa peraturan peradilan ulangan, yang sekarang di Jawa dan Madura masih berlaku
Lebih terperinciBAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak
BAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi Tidak pidana korupsi di Indonesia saat ini menjadi kejahatan
Lebih terperinciKPK juga hampir KO di Era SBY
KPK juga hampir KO di Era SBY Presiden SBY pernah sangat kesal kepada KPK lalu mediskriditkan KPK melalui pernyataan-nya pada bulan Juni 2009: Terkait KPK, saya wanti-wanti benar. Power must not go uncheck.
Lebih terperinciMAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 40/PUU-XIV/2016 PERKARA NOMOR 43/PUU-XIV/2016
MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 40/PUU-XIV/2016 PERKARA NOMOR 43/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik
Lebih terperinciRESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 016/PUU-IV/2006 Perbaikan 11 September 2006
RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 016/PUU-IV/2006 Perbaikan 11 September 2006 I. PARA PEMOHON Prof. DR. Nazaruddin Sjamsuddin sebagai Ketua KPU PEMOHON I Prof. DR. Ramlan Surbakti, M.A., sebagai Wakil Ketua
Lebih terperinciUPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H
1 UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H A. LATAR BELAKANG Pemerintah sangat menjunjung tinggi perlindungan hukum bagi setiap warga negaranya, sehingga diperlukan pemantapan-pemantapan
Lebih terperinciMAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIV/2016
MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciRANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN
RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK) -------------------------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa salah satu alat
Lebih terperinciSetelah Pesta Usai. Kubu Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono lebih memilih menyerahkan masalah DPT ini pada KPU untuk diambil langkah penyelesaiannya.
Setelah Pesta Usai Pemilihan Umum Presiden 2009 secara resmi berakhir, ditandai dengan pengumuman dan penetapan hasil rekapitulasi suara pada Sabtu (25/7) lalu di Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jalan
Lebih terperinci