MANDUL SEBAGAI ALASAN IZIN POLIGAMI (Analisa putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan Nomor 0023/Pdt.G/2014/PA.JS)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANDUL SEBAGAI ALASAN IZIN POLIGAMI (Analisa putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan Nomor 0023/Pdt.G/2014/PA.JS)"

Transkripsi

1 MANDUL SEBAGAI ALASAN IZIN POLIGAMI (Analisa putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan Nomor 0023/Pdt.G/2014/PA.JS) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh : ROBIA TUL ADAWIYAH NIM : PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ( A H W A L S Y A K H S I Y Y A H ) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2015 M

2

3

4

5 ABSTRAK Robi atul Adawiyah. NIM Mandul Sebagai Alasan Izin Poligami (Analisa Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan Nomor 0023/Pdt.G/2014). Konsentrasi Peradilan Agama Program Studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436 H / 2015 M. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui yang dimaksud mandul sebagai alasan suami boleh berpoligami adalah mandul sejak awal perkawinan ataukah juga dipertengahan perkawinan istri tidak bisa memiliki keturunan lagi dan dinyatakan mandul, alasan Hakim memberikan izin poligami dalam perkara nomor 0023/Pdt.G/2014/PA.JS, dan mengetahui putusan ini sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan Yuridis Normatif, dengan jenis penelitian kualitatif dan penelitian kepustakaan. Dengan sumber data yang diambil dari data primer berupa putusan, dan wawancara hakim dan data sekunder diperoleh dengan mengadakan studi kepustakaan atas dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diajukan. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara menganalisa isi putusan dan hasil wawancara yang ditranskip ke dalam tulisan. Hasil penelitian, mandul yang menjadi alasan suami boleh berpoligami yaitu sejak awal perkawinan, namun pada kenyataan hakim memberikan izin poligami kepada suami setelah istri melahirkan keturunan. Hal ini sesuai dengan alasan hakim memberikan izin poligami pada perkara nomor 0023/Pdt.G/2014/PA.JS dengan alasan istri trauma untuk melahirkan setelah dinyatakan mengidap penyakit kista dan miom. Putusan ini sudah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Kata Kunci Pembimbing : Poligami, Mandul, Analisis Kualitatif : Dr. Ali Wafa, S.Ag., M.Ag. Daftar Pustaka : v

6 KATA PENGANTAR Segala puji syukur kehadirat Alla SWT yang telah memberikan hidayah serta taufik- Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, bagi keluarga, para sahabat, dan seluruh umatnya yang taat akan ajarannya hingga akhir zaman. Skripsi ini penulis persembahkan kepada orang tua yaitu Ayahanda (Alm) Mohammad Ali Saida dan Ibunda Noinih yang selalu memberikan dorongan, bimbingan kasih sayang, dan doa tanpa lelah dan bosan. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan kasih sayang-nya kepada mereka. Allahummagfirlii Waliwaalidayya Warhamhuma Kama Rabbayani shagiira. Dalam penulisan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis temukan, namun syukur alhamdulillah berkat rahmat dan ridha-nya, kesungguhan serta dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya sehingga pada akhir skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada : 1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. H. Abdul Halim, M.Ag., dan Arip Purkon, M.A., Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Ahwal al-syakhshiyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. vi

7 3. Dr. Moh. Ali Wafa, S.Ag., M.Ag., Dosen Pembimbing Skripsi yang telah berkorban meluangkan waktu dan perhatiannya serta membantu dan membimbing penulis dalam memberikan pengarahan dan petunjuk tata cara penulisan skripsi. 4. Dr. Hj. Mesraini, M.Ag., Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis. 5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen serta staf pengajar pada lingkungan Prodi Ahwal al- Syakhsiyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis selama duduk di bangku perkuliahan. 6. Pimpinan Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staf yang telah memberikan penulis fasilitas untuk menggandakan studi perpustakaan 7. Ketua pengadilan Agama Jakarta Selatan beserta staf yang telah meluangkan waktunya sehingga memudahkan penulis menyelesaikan skripsi ini. 8. Drs. Nasrul, M.A., dan Bapak Drs. Sohel, S.H., Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan dan Pengadilan Agama Bandung yang telah meluangkan waktunya untuk penulis wawancarai guna mempermudah penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Kepada kakak-kakak dan adik-adikku yang senantiasa ada dan berupaya membantu penulis dalam menempuh kuliah baik berupa semangat, candatawa, serta waktu. Terimakasih untuk selalu memberikan semangat dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. vii

8 10. Terimakasih untuk sahabat terbaik, Nia Octaviani,Nur Adzimah,Nurul Khomsah terimakasih atas dukungan dan semangatnya kepada penulis dari awal perkuliahan hingga penulis menulis skripsi dan dapat menyelesaikan skripsi ini. 11. Terimakasih kepada Keluarga Besar Ahwal al-syakhshiyah (KBPA) dan Keluarga Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 12. Terimakasih kepada teman-teman seperjuangan Peradilan Agama A dan B 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah menjadi teman seperjuangan penulis dari awal masuk kuliah hingga penulis menulis skripsi dan dapat menyelesaikan skripsi. Terimakasih untuk canda tawa, semangat dan doa kalian semua. 13. Terimakasih untuk kakak senior Ulfah Fauziah Hidayati S.Sy dan Istiya Rahayu DP S.PdI, dan adik junior Alawiyah Rahmah yang selalu memberikan semangat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. Terima kasih atas dukunga dan motivasinya, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Aamiin Jakarta, 05 Oktober 2015 Robiatul Adawiyah viii

9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.... i PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI... iii LEMBARPERNYATAAN.... iii ABSTRAK.... iv KATA PENGANTAR.... v DAFTAR ISI.... x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 7 D. Study Review Terdahulu... 8 E. Metode Penelitian... 9 F. Sistematika Penulisan BAB II POLIGAMI DAN MANDUL DALAM HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG DI INDONESIA A. Poligami dalam Hukum Islam Pengertian Poligami Dasar Hukum Poligami Syarat-Syarat Poligami B. Poligami dalam PerUndang-Undangan di Indonesia x

10 1. Pengertian Poligami Dasar Hukum Poligami Syarat-Syarat Poligami Tata Cara Poligami C. Mandul Pengertian Mandul Faktor-Faktor Terjadinya Kemandulan BAB III PROFIL PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN A. Sejarah Pengadilan Agama Jakarta Selatan B. Jumlah Perkara yang Ditangani Pengadilan Agama Jakarta Selatan C. Bentuk Putusan yang Sudah di Keluarkan BAB IV MANDUL SEBAGAI ALASAN IZIN POLIGAMI NOMOR PERKARA 0023/Pdt.G/2014/PA.JS A. Deskripsi Tentang Perkara Izin Poligami Nomor 0023/Pdt.G/2014/PA.JS B. Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Izin Poligami dalam Perkara Nomor 0023/Pdt.G/2014/PA.JS C. Putusan Perkara Nomor 0023/Pdt.G/2014/PA.JS ditinjau dari Hukum Islam dan Hukum Positif D. Analisis Penulis BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Penutup xi

11 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN xii

12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan ialah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1 Perkawinan adalah salah satu kebutuhan dasar yang menyentuh di bidang kehidupan manusia. Perkawinan merupakan suatu tahap awal akan lahirnya kehidupan baru dalam membangun kehidupan cita-cita bersama yang disebut rumah tangga. Perkawinan menurut Hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau miitsaaqon gholiidzahan untuk menaati perintah Allah SWT dan melaksanakannya sebagai ibadah. 2 Pada dasarnya seorang suami hanya boleh mempunyai seorang istri. Seorang suami yang ingin beristri lebih dari seorang dapat diperbolehkan apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan. 3 Poligami merupakan salah satu persoalan dalam perkawinan yang paling banyak dibicarakan sekaligus kontroversial. Satu sisi poligami ditolak dengan berbagai macam argumentasi baik yang bersifat normatif, psikologis bahkan selalu dikaitkan dengan ketidakadilan jender. Pada sisi lain poligami dikampanyekan karena dianggap memiliki sandaran normatif 1 Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. 2 Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam. 3 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h

13 2 yang tegas dan dipandang sebagai salah satu alternatif untuk menyelesaikan fenomena selingkuh dan prostitusi. 4 Ahli-ahli sejarah dan para ilmuwan antropologi mengemukakan bahwa poligami dalam bentuknya yang beragam telah ada dalam tahap-tahap awal dari sejarah manusia, dan bahwasanya poligami muncul pertama kali sebagai akibat dari perbudakan perempuan dan sikap kaum yang kuat dan kaya yang menjadikan perempuan untuk bersenang-senang, sebagai pelayan dan sebagai simbol kebesaran dan kemegahan. 5 Tidak ada catatan bahwa agama-agama terdahulu melarang poligami, sejak Nabi Ibrahim AS bahkan hal itu dibolehkan secara hukum dan dipraktekkan dalam kehidupan keagamaan. Demikian pula dalam bangsa Arab, poligami adalah sesuatu yang dibolehkan tanpa syarat dan tanpa ikatan, bahkan mereka mempraktekkannya dalam batasan yang tak terhingga. 6 Hakikatnya agama Islam menghalalkan pologami, seperti yang terjadi pada masa Nabi dimana Nabi Muhammad SAW memiliki lebih dari seorang istri. Akan tetapi kebanyakan dari wanita-wanita tersebut adalah janda-janda yang ditinggal mati oleh suaminya pada saat perang. Seperti halnya di Indonesia, sudah diatur mengenai kebolehan poligami yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun Amiur Nurrudin, Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No 1/1974 sampai KHI, (Jakarta: Kencana, 2006), h Karam Hilmi Farhat, Poligami dalam Pandangan Islam, Nasrani & Yahudi, (Jakarta: Darul Haq, 2007), h Karam Hilmi Farhat, Poligami dalam Pandangan Islam, h.6.

14 3 tentang Perkawinan. Kebolehan poligami di dalam Undang-Undang Perkawinan sebenarnya hanyalah pengecualian dan untuk itu pasal-pasalnya mencantumkan alasan-alasan yang membolehkan tersebut. Dengan adanya pasal-pasal yang membolehkan untuk berpoligami kendatipun dengan alasan-alasan tertentu, jelaslah bahwa asas yang dianut oleh Undang- Undang Perkawinan sebenarnya bukan asas monogami mutlak melainkan disebut dengan asas monogami terbuka. 7 Dapat dipahami sebagai bentuk ketidaktegasan asas itu sendiri, sehingga tidak dapat secara mutlak dapat dikatakan sebagai asas, melainkan hanya visi dalam perkawinan yang dapat berubah karena berubahnya situasi dan kondisi. 8 Dalam pasal 4 Undang-Undang Perkawinan dinyatakan bahwa, seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang apabila ; a. Istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri b. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan c. Istri tidak dapat melahirkan keturunan. Disamping dengan alasan diatas yang harus dipenuhi agar dapat memperoleh izin untuk beristri dari seorang, maka dijelaskan dalam Pasal 5 Undang-Undang Perkawinan mengenai syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suami yang akan memiliki istri lebih dari seorang. Syarat-syarat tersebut diberlakukan dengan ketat karena adanya kekhawatiran poligami dilakukan hanya untuk mengahalalkan perselingkuhan atau hanya 1975), h Yahya harahap, Hukum Perkawinan Nasional, (Medan: Zahir Trading Co Medan, 8 Beni Ahmad Saebani, Fiqih Munakahat 2 (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h, 168.

15 4 melegalkan hubungan cinta kepada perempuan lain yang kemudian dijadikan istri kedua, ketiga, keempat. Ketatnya persyaratan poligami jelas menunjukkan bahwa hak-hak wanita masih ditegakkan. 9 Seorang suami yang hendak poligami harus mendapatkan persetujuan dari istri kemudian mengajukan permohonan untuk mendapatkan izin dari Pengadilan Agama. Dapat diketahui bahwa di Indonesia menerapkan sistem yang moderat, diantara melarang poligami dan membolehkan sepenuhnya poligami, dengan menetapkan pembatasan secara ketat. 10 Meskipun sangat kecil kemungkinannya mendapatkan keikhlasan dari seorang istri untuk menikah lagi tapi bukan berarti hal tersebut tidak mungkin terjadi. Seorang istri bisa saja mengijinkan suaminya poligami dengan menerima segala resiko dalam perkawinan poligami itu sendiri, karena adanya hal-hal yang melatarbelakangi. Salah satu contoh kasus, suami akan melakukan poligami karena istri tidak bisa memberikan keturunan lagi. Disebabkan istri mengidap penyakit kista dan miom yang mengakibatkan istri trauma untuk memiliki keturunan lagi. Sebelum mengidap penyakit tersebut istri sudah memberikan keturunan kepada suami dengan melahirkan dua (2) orang anak. Akan tetapi suami masih menginginkan untuk memiliki keturunan lagi. Maka dalam keadaan seperti ini, mau tidak mau istri harus memberikan izin kepada suami untuk 9 Asghar Ali Engineer, Hak-Hak Perempuan Dalam Islam, terj. Farid Wajidi dan Farhan Cicik, (Yogyakarta: LSPPA, 2000), h Ahmad Tholabi Kharlie & Asep Syarifuddin Hidayat, Hukum Keluarga di Dunia Islam Kontemporer, (Lembaga Penelitian UIN Jakarta: 2011), h. 269.

16 5 menikah kembali karena adanya kekhawatiran suami akan melakukan perzinaan. Dari kasus diatas, timbul pertanyaan, apakah pantas disaat istri sedang terkena penyakit kista dan miom, karena penyakit ini istri trauma untuk melahirkan lagi, dengan keadaan seperti ini dimana istri sangat membutuhkan perhatian dan dukungan dari orang-orang terdekatnya terlebih dari suami, akan tetapi pada kenyataannya istri harus merelakan suami menikah lagi dengan perempuan lain dan kasih sayangnya pun akan terbagi dengan perempuan lain. Jika tidak terjadi poligami, bagaimana dampaknya terhadap keluarga. Apakah penyakit yang diderita oleh istri sama halnya dengan mandul, sedangkan penyakit kista dan miom bukan penyakit yang mematikan dan bisa disembuhkan dengan adanya dorongan semangat dari orang-orang terdekat terutama suami, dan trauma yang dialami oleh istri dapat dijadikan alasan dalam permohonan Ijin Poligami di Pengadilan Agama. Uraian diatas adalah sedikit gambaran dari kasus permohonan izin poligami di Pengadilan Agama Jakarta Selatan Nomor 0023/Pdt.G/2014 terhadap permohonan yang diajukan oleh Ahmad kepada Istrinya dengan alasan istrinya mengidap penyakit kista dan miom, istri trauma untuk memiliki keturunan sedangkan suami masih menginginkan untuk memiliki keturunan. Untuk itu penulis merasa perlu melakukan analisa putusan terhadap putusan tersebut. Apakah dalam hal ini mandul yang dimaksud oleh Undang-Undang adalah sejak awal perkawinan istri sudah dinyatakan

17 6 mandul atau di pertengahan perkawinan istri tidak bisa memiliki keturunan lagi dan dinyatakaan mandul. Dengan demikian penulis melakukan penelitian dengan judul : MANDUL SEBAGAI ALASAN IZIN POLIGAMI (Analisa putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan nomor 0023/Pdt.G/2013/PA.JS) B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Agar pembahasan skripsi ini tidak keluar dari pokok pembahasan disamping keterbatasan penulis miliki maka penulis akan melakukan pembatasan masalah hanya pada izin poligami dengan alasan istri memiliki penyakit kista dan miom, trauma untuk memiliki keturunan lagi dan study kasus terhadap putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan Nomor 0023/Pdt.G/2014 tentang permohonan izin poligami. 2. Perumusan Masalah Menurut peraturan perundang-undangan di Indonesia, Pengadilan Agama memberikan izin kepada suami yang akan beristri lebih dari seorang apabila salah satunya istri tidak memiliki keturunan, akan tetapi pada kenyataan Pengadilan Agama memberikan izin kepada suami untuk berpoligami setelah istri memiliki keturunan kemudian dinyatakan memiliki penyakit kista, dan trauma untuk memiliki keturunan lagi. Agar penulisan ini terarah, penulis mengajukan beberapa pertanyaan yang mengajukan

18 7 perumusan masalah yang akan menjadi topik pembicaraan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Apakah mandul yang dimaksud sebagai alasan suami boleh berpoligami adalah mandul sejak awal perkawinan ataukah juga dipertengahan perkawinan istri tidak bisa memiliki keturunan lagi dan dinyatakan mandul? 2. Apa alasan Hakim memberikan Ijin Poligami dalam perkara Nomor 0023/Pdt.G/2014/PA.JS? 3. Apakah dalam putusan nomor 0023/Pdt.g/2014/PA.JS ini sudah sesuai dengan Undang-Undang Perkawinan yang berlaku di Indonesia? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui istri dapat dinyatakan mandul ketika awal perkawinan atau di pertengahan perkawinan setelah istri melahirkan keturunan. 2. Untuk mengetahui alasan Hakim memberikan Izin Pologami dalam perkara Nomor 0023/Pdt.G/2013/PA.JS. 3. Untuk mengetahui putusan Nomor 0023/Pdt.G/2013 sudah sesuai dengan Undang-Undang Perkawinan yang berlaku di Indonesia. Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Secara akademik, menambah ilmu pengetahuan dibidang hukum perdata serta mengembangkan ilmu dibidang syariah, khususnya dalam bidang

19 8 perkawinan dan mengetahui dasar hukum dan pertimbangan hakim dalam memutus perkara pemberian ijin poligami. 2. Secara praktis, agar masyarakat mengetahui gambaran pengaturan poligami dalam hukum Islam dan perundang-undangan di Indonesia. D. Study Review Terdahulu 1. Paramita Sekar Putri, Trauma Istri sebagai Alasan Poligami (Analisa Putusan Perkara Nomor 476/Pdt.G/2008/PA.Cikarang). Dalam skripsi ini memaparkan tentang alasan suami melakukan poligami karena istri trauma setelah melahirkan putra ketiga. Dalam skripsi ini juga menjelaskan faktor yang menyebabkan istri trauma pasca kelahiran, dampak trauma istri dalam perkawinan. Sedangkan dalam skripsi yang penulis tulis ini menjelaskan tentang alasan suami melakukan poligami disebabkan istri memiliki penyakit kista dan miom yang mengakibatkan istri trauma untuk memiliki keturunan lagi. 2. Idi sugandi, Dampak Positif Poligami Dalam Persfektif Hukum Islam (Studi Kasus Desa Saninten Kecamatan Kadu Hejo Kabupaten Pandeglang). Dalam skripsi ini memparkan tentang dampak positif poligami yang terjadi di desa Saninten, dalam skripsi ini hanya melihat poligami itu dari hukum Islam saja tidak mengkaitkan dengan Hukum yang berlaku di Indonesia. Sedangkan dalam skripsi yang penulis tulis ini mengambil dua (2) hukum yang ada yaitu Hukum Islam dan Hukum yang berlaku di Indonesia.

20 9 3. Ahmad Nafi i, Konsep Adil dalam Izin Poligami (Analisis Yurisprudensi Putusan Pengadilan Agama Bekasi Perkara Nomor 205/Pdt.G/2008/PA.Bks). Dalam skripsi ini memaparkan tentang konsep adil mnurut Hukum Islam, Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 dan KHI, serta pendapat Ulama tentang Ta ddud al-zaujah. Sedangkan dalam skripsi yang penulis tulis tidak memaparkan konsep adil, karena penulis hanya menjelaskan tentang istri yang mempunyai penyakit kista, miom (mandul) yang membuat istri trauma untuk memiliki keturunan lagi. E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah: a. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang dilakukan dengan melakukan analisa dengan cara menguraikan dan mendeskripsikan isi dari putusan yang penulis dapatkan tersebut. b. Penelitian Kepustakaan (Library Pustaka), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengkaji, menganalisa serta merumuskan buku-buku, literature dan lainnya yang ada relevansinnya dengan judul skripsi ini ), h Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

21 10 2. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan Yuridis Normatif yaitu pendekatan yang di dasarkan pada perundang-undangan dan Yuridis Empiris yaitu pendekatan terhadap pengalaman yang terjadi di dalam masyarakat. Dalam hal ini, apa yang di praktikkan di Pengadilan Agama Jakarta Selatan. 3. Sumber Data a. Data Primer 1. Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang sudah berkekuatan hukum tetap dengan nomor perkara 0023/Pdt.G/2013/PA.JS. 2. Wawancara terhadap Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang menyelesaikan perkara nomor 0023/Pdt.G/2013/PA.JS. b. Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan mengadakan studi kepustakaan atas dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diajukan. 12 Dokumen-dokumen yang dimaksud adalah Al-Qur an, Hadits, buku-buku ilmiah, Undang-Undang Perkawinan, Undang-Undang Pengadilan, Kompilasi Hukum Islam serta peraturan yang lainnya yang dapat mendukung skripsi ini. 12 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI, 1984), h. 12.

22 11 4. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara : a. Menganalisa putusan ijin poligami dengan alasan istri mempunyai penyakit kista atau miom, dan trauma untuk memiliki keturunan Nomor Perkara 0023/Pdt.G/2013/PA.JS b. Interview atau wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu pewawancara mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan itu. 13 interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan adalah sebauah dialog yang dilakukan oleh pewawancara atau interviewer untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara dengan informan yakni hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang menyelesaikan perkara nomor 0023/Pdt.G/2013/PA.JS. 5. Analisis Data Analisis data merupakan suatu proses pelacakan dan pengaturan secara sistematik transkip wawancara, catatan lapangan, bahan-bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahanbahan tersebut agar dapat dipresentasikan temuannya kepada orang lain. Adapun analisis data yang digunakan adalah analisa kualitatif yaitu menganalisa dengan cara menguraikan dan mendeskripsikan h Lexy J Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),

23 12 putusan izin poligami dengan alasan istri mengidap penyakit kista dan miom, taruam untuk memiliki keturunan lagi dan menghubungkan hasil wawancara, catatan lapangan, bahan-bahan lain sehingga didapatkan satu kesimpulan yang objektif, logis, konsisten, dan sistematis sesuai dengan data penulis dalam penelitian ini. F. Sistematika Penulisan Untuk memperoleh gambaran secara umum mengenai apa yang akan dibahas pada skripsi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut: Bab Pertama, adalah pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review study terdahulu, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab kedua, adalah memaparkan tentang poligami, mandul, hukum Islam dan Undang-undang di Indonesia yang mencakup poligami dalam hukum Islam, poligami dalam PerUndang-Undang di Indonesia, mandul. Bab ketiga, adalah memaparkan tentang profil Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang mencakup tentang sejarah singkat Pengadilan, dasar hukum pembentukan Pengadilan, tugas pokok dan fungsi. Bab keempat, adalah menguraikan tentang mandul, izin poligami, dan Undang-Undang pada bab ini penulis akan menyampaikan deskripsi tentang perkara permohonan izin poligami, pertimbangan Hakim memberikan izin poligami dalam perkara Nomor 0023/Pdt.G./2014/PA.JS, putusan perkara

24 13 Nomor 0023/Pdt.G/2014/PA.JS ditinjau dari Hukum Islam dan Hukum Positif, analisis penulis. Bab kelima, adalah penutup. Dalam bab ini berisi kesimpulan dari bab-bab terdahulu dan uraian singkat mengenai poko-pokok analisis dan permasalahan yang ada, serta saran-saran yang dianggap perlu.

25 BAB II POLIGAMI DAN MANDUL DALAM HUKUM ISLAM DAN UNDANG- UNDANG DI INDONESIA A. Poligami dalam Hukum Islam a. Pengertian Poligami Poligami memiliki akar sejarah yang cukup panjang, sepanjang sejarah peradaban manusia itu sendiri. Poligami ialah mengawini beberapa lawan jenisnya di waktu yang bersamaan. Berpoligami berarti menjalankan (melakukan) poligami. Poligami sama dengan poligini, yaitu mengawini bebrapa wanita dalam waktu yang sama. 1 Dalam bahasa Arab, poligami disebut dengan ta did al-zawjah yang artinya berbilangnya pasangan. Islam datang menghapus segala bentuk perkawinan yang ada. Islam hanya membenarkan perkawinan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang keduanya tidak terhalang menikah secara syar i, bukan mahram yang didahului dengan proses meminang kepada orang tua (wali) perempuan, membayar mahar, ada ijab-kabul. Pada prinsipnya Islam tidak membenarkan semua perkawinan yang di dalamnya terdapat unsur-unsur kezaliman, kekerasan, ketidakadilan, pelecehan, pemaksaan, ketidakpastian, dan penindasan. 2 1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1998), cet. ke-1, h Yayan Sopyan, Islam Negara Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum Nasional, (Jakarta: RMBooks, 2012), h

26 15 Islam datang sebagai agama yang rahmatan lil alamin di mana Islam mendudukkan perempuan sederajat dengan laki-laki, hanya tinggi rendahnya takwa yang membedakannya. Poligami yang sudah menjadi tradisi masyarakat Arab pada waktu itu mulai dibatasi, yakni dari yang tadinya tidak terbatas menjadi terbatas maksimal empat (4) orang. Hal ini dibuktikan dari sejarah ketika para sahabat yang saat masuk Islam memiliki istri lebih dari empat, kemudian Nabi meminta mereka untuk mempertahankan 4 orang saja dan sisanya diceraikan, di antara mereka adalah Naufal ibn Mu awiyyah, Qais ibn Tsabit, dan Ghailan ibn Salamah. Dalam syariat Islam, poligami dibenarkan atau dibolehkan dengan syarat suami berlaku adil terhadap istri-istrinya. 3 Untuk menjaga tindakan yang semena-mena, Islam memberikan syarat berlaku adil dalam melakukan poligami. Syarat ini merupakan syarat yang cukup berat dimana tidak sembarang laki-laki bisa melakukannya. Dalam Hukum Islam poligami sebagai suatu proses kepemimpinan seorang laki-laki atau suami dalam rumah tangganya. Apabila seorang suami yang poligami tidak mampu melaksanakan prinsip keadilan dalam rumah tangga, ia tidak mungkin dapat melaksanakan keadilan jika menjadi pemimpin di masyarakat. 2011), h Beni Ahmad Saebani & Syamsul Falah, Hukum Perdata Islam, (Bandung: Pustaka Setia

27 16 b. Dasar Hukum Poligami Sebagaimana hukum perkawinan yang bisa memiliki banyak bentuk, maka begitu juga dengan poligami. Hukumnya ditentukan oleh kondisi seseorang, bahkan bukan kondisi dirinya tetapi juga menyangkut kondisi dan perasaan orang lain. Dalam hal ini bisa saja istrinya atau keluarga istrinya. 4 Allah SWT membolehkan berpoligami sampai empat orang istri dengan syarat berlaku adil kepada mereka. Yaitu adil dalam melayani istri. Jika tidak bisa berlaku adil maka cukup satu istri saja (monogami), 5 berdasarkan Firman Allah SWT Q.S. An-Nisa:3 : و ا ن خ فت م ا لا ت ق س طوا ف ي ا لي ت ام ى ف ان ك ح وا م ا طاب لك م م ن ال ن س اء م ث ن ى و ثلا ث و ر ب اع ف ا ن خ فت م ا لا ت ع د لوا ف و اح د ة ا و م ا م ل كت ا ي م ان ك م ذل ك ا د ن ى ا لا ت ع ول وا( النساء ( ۳ Artinya :Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya (Q.S. An-Nisa; 3) Ayat tersebut diturunkan segera setelah perang Uhud usai (3 H/628 M), ketika itu laki-laki muslim banyak berguguran di medan perang. Tujuannya adalah untuk melindungi kaum perempuan dan anak-anak yatim yang ditinggal wafat oleh suami dan ayah yang merawat mereka serta memelihara mereka dari perbuatan yang tidak diinginkan. Pada saat itu para 4 Yayan Sopyan, Islam Negara, h Abdul Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, (Bogor: Kencana, 2003), cet.ke-1, h.129.

28 17 pengasuh anak yatim mengawini anak-anak yang mereka asuh bukan karena menyayangi atau mencintai anak yatim tersebut, melainkan hanya tertarik pada kecantikan atau harta mereka, inilah yng memicu para pengasuh anak yatim tidak dapat berlaku adil kepada mereka (anak yatim). Maka itulah Allah SWT membolehkan untuk mengawini mereka, tetapi jika merasa takut akan menelantarkan mereka dan tidak sanggup memelihara harta anak yatim tersebut, maka dibolehkan mencari perempuan lain untuk dikawini sampai empat orang. 6 Sementara itu, Quraish Shihab menafsirkan ayat 3 Surah An-Nisa tersebut sebagai berikut : Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap perempuan yatim dan kamu percaya diri akan berlaku adil terhadap perempuan-perempuan selain yang yatim itu, maka kawinilah apa yang kamu senangi sesuai selera kamu dan halal dari perempuan-perempuan yang lain itu. Kalau perlu, kamu menggabung dalam saat yang sama dua, tiga, empat, tetapi jangan lebih, lalu jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil dalam hal harta dan perlakuan lahiriyah, maka kawini seorang saja, atau kawinilah budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu, yakni menikahi selain anak yatim yang mengakibatkan ketidakadilan, dan mencukupkan satu orang istri adalah lebih dekat kepada tidak berbuat h Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Voeve, 1999), Jilid 1, cet.ke-3,

29 18 aniaya, yakni lebih mengantarkan kamu kepada keadilan atau kepada tidak memiliki banyak anak yang harus kamu tanggung biaya hidup mereka. 7 Pembatasan kepada empat orang adalah suatu keadilan dan moderat serta melindungi para istri dari kezaliman yang dapat terjadi kepada akibat melebihinya jumlah istri dari empat orang. Ini berbeda dengan adat orang Arab pada masa jahiliyah serta bangsa-bangsa di masa yang lampau yang tidak membatasi jumlah istri, serta pengacuhan terhadap sebagian mereka. Pembolehan ini menjelaskan perkara pengecualian yang jarang. Oleh sebab itu, pembolehan ini tidak berarti bahwa setiap orang muslim harus kawin lebih dari satu orang perempuan. 8 Selanjutnya pada Surat An-Nisa ayat 129 Allah berfirman : و ل ن ت س ت ط يع وا ا ن ت ع د لوا ب ي ن ال ن س اء و لو ح ر ص ت م فلا ت م يل وا ك ل ال م ي ل فت ذر وه ا كال م ع ل قة و ا ن ت ص ل ح وا و ت ت ق وا ف ا ن ال ل ه ك ا ن غف ور ا ر ح يم ا النسا ء ۱۲۹ ( Artinya: Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri- istri (mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Q.S. An- Nisa: 129) ) 7 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur an, Vol 2, (Jakarta: Lentera Hati, 2000), h Wahbah Zuhaili, Penerjemah : Abdul Hayyie al-kattani, dkk, Penyunting : Arif Muhajir, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jilid 9, (Jakarta: Gema Insani, 2011, cet ke-1), h. 162.

30 19 Ayat ini menegaskan bahwa para suami sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil, yakni tidak dapat mewujudkan dalam hati kamu secara terus menerus keadilan dalam hal cinta di antara istri-istri kamu walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena cinta di antara istri-istri kamu walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena cinta di luar kemampuan manusia untuk mengaturnya. 9 Dalam penafsiran Asghar Ali Engineer, yang dikutip oleh Amiur betapa al-qur an begitu berat untuk menerima poligami, tetapi hal itu tidak bias diterima dalam situasi yang ada maka al-qur an membolehkan laki-laki kawin hingga empat orang istri, dengan syarat harus adil. 10 Landasan hukum tentang kebolehan poligami selain terdapat di dalam Al-Qur an, juga terdapat dalam hadis Nabi yang salah satunya mengenai batasan jumlah isteri yaitu hanya boleh empat orang saja. عن سا لم عن ابيه رضي االله عنهما ان غيلا ن بن سلمة الثقفي اسلم و عنده عشر نسو ة فقا ل له النبي صلى االله عليه وسلم ا مسك ار بعا و فا رق و سا ي ر هن Artinya : Dari Salim ayahnya r.a. bahwasanya Ghailan binti Salamah masuk Islam sedang ia mempunyai sepuluh orang isteri dan mereka pun masuk Islam bersamanya maka Nabi SAW. menyuruh agar ia memilih empat orang dari isteri-isterinya. (H.R. Ahmad dan Turmudzi) 9 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, h Amiur Nuruddin & Azhar Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fiqih. UU No 1/1974 sampai KHI, (Jakarta: Kencana 2004), h

31 20 Hadits diatas pada dasarnya hanya menjelaskan tentang batas kebolehan beristeri lebih dari seorang dan larangan berpoligami antara seorang wanita dengan bibinya dari jalur ayah dan seorang bibinya dari jalur ibu. Akan tetapi jika kita telaah lebih jauh bahwa hadits diatas merupakan penjelasan lebih lanjut dari ayat Al-Qur an yang menjelaskan tentang poligami. 11 c. Syarat-Syarat Poligami Syariat Islam memperbolehkan poligami dengan batasan sampai empat orang dan mewajibkan berlaku adil kepada mereka, baik urusan pangan, pakaian, tempat tinggal, serta lainnya yang bersifat kebendaan tanpa membedakan istri yang kaya dengan yang miskin, istri yang berasal dari keturunan tinggi dengan yang rendah dari golongan bawah. 12 Sebagaimana dalam Firman Allah Swt Q.S. An-Nisa: 3 و ا ن خ فت م ا لا ت ق س طوا ف ي ا لي ت ام ى ف ان ك ح وا م ا طاب لك م م ن ال ن س اء م ث ن ى و ثلا ث و ر ب اع ف ا ن خ فت م ا لا ت ع د لوا ف و اح د ة ا و م ا م ل كت ا ي م ان ك م ذل ك ا د ن ى ا لا ت ع ول وا( النساء ( ۳ Artinya :Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. 11 Arud Badrudin, Pembatalan Perkawinan Karena Poligami Liar (Analisis Yurisprudensi Perkara Nomor 461/Pdt.G/1995/PA.Smd), (Skripsi S1Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h H.M.A. Tihami & Sohari Sahrani, Fiqih Munakahat Kajian Fiqih Nikah Lengkap, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 361.

32 21 Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. (Q.S. An-Nisa : 3) Ayat diatas menggunakan kata (تقسطوا) tuqshitu dan لوا) (تعد ta dilu yang keduanya diterjemahkan adil. Ada ulama yang mempersamakan maknanya dan ada juga yang membedakannya dengan berkata bahwa tuqshitu adalah berlaku adil antara dua oang atau lebih, keadilan yang menjadikan keduanya senang. Sedang adil adalah berlaku baik terhadap orang lain maupun diri sendiri, tapi keadilan itu bisa saja tidak menyenangkan salah satu pihak. 13 Ayat tersebut merupakan ayat yang memberikan pilihan kepada kaum laki-laki untuk menikahi yatim dengan rasa takut tidak berlaku adil karena keyatimannya atau menikahi perempuan yang disenangi hingga jumlahnya empat istri. Akan tetapi, jika dihantui oleh rasa takut tidak berlaku adil, lebih baik menikah dengan seorang perempuan atau hamba sahaya, karena hal itu menjauhkan diri dari berbuat aniaya. 14 Berbeda dengan pandangan fikih, poligami yang dalam kitab;kitab fikih disebut dengan ta addud al-jauzat, sebenarnya tidak lagi menjadi persoalan. Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan, bahwa ulama sepakat tentang kebolehan poligami, kendatipun dengan persyaratan yang bermacam-macam. As-Sarakhsi menyatakan, kebolehan poligami dan mensyaratkan pelakunya harus berlaku adil. Al-Kasani menyatakan lelaki 13 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, h Beni Ahmad, Fiqih Munakahat 2, h. 155.

33 22 yang berpoligami wajib berlaku adil terhadap isteri-isterinya. As-Syafii juga mensyaratkan keadilan di antara para isteri, dan menurutnya keadilan ini hanya menyangkut urusan fisik, misalnya mengunjungi isteri di malam atau siang hari. 15 Para Ulama dan Fuqaha telah menetapkan syarat poligami, yaitu : a) Suami harus memiliki kemampuan dan kekayaan yang cukup untuk membiayai berbagai kebutuhan, dengan bertambahnya isteri yang dinikahi. b) Suami harus memperlakukan semua isteri dengan adil. Setiap isteri diperlakukan sama dalam memenuhi hak perkawinan mereka serta hak-hak lainnya. 16 Menurut syariat Islam syarat-syarat yang harus diperhatikan dan dilaksanakan untuk melakukan poligami adalah sebagai berikut : a) Bila seorang laki-laki yang sudah beristeri seorang, masih mampu baik jasmani dan rohani dan dikhawatirkan akan terjadi penyelewengan terhadap perempuan lain, disebabkan nafsunya yang kuat (hipersex), sedangkan isterinya seorang yang tidak mampu untuk melayani suami, maka suami boleh menambah isterinya. b) Bila isteri mandul sedang ia tidak mau diceraikan karena kemandulannya itu. c) Bila seorang isteri itu sakit yang tidak dapat disembuhkan, sehingga isteri tidak memungkinkan untuk melakukan jima dengan suaminya. 15 Amiur Nuruddin & Azhar Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 98. cet. ke-1, h Abdur Rahman, Perkawinan dalam Syariat Islam, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992),

34 23 d) Jikalau jumlah kaum wanita lebih banyak daripada kaum pria, seperti di daerah yang sering terjadi konflik atau peperangan, dimana kaum pria banyak yang meninggal. e) Bila isteri melahirkan anak perempuan semuanya dan tidak ada anak lakilaki. 17 Berkaitan dengan masalah ini, Rasyid Ridha mengatakan, Islam memandang poligami lebih banyak membawa madharat daripada manfaatnya, karena manusia itu menurut fitrahnya (human nature) mempunyai watak cemburu, iri hati, dan suka mengeluh. Watak-watak tersebut akan mudah timbul dengan kadar tinggi, jika hidup dalam kehidupan keluarga yang poligamis. 18 Jika suami khawatir berbuat zalim dan tidak mampu memenuhi semua hak mereka, maka ia haram melakukan poligami. Bila ia hanya sanggup memenuhi hak-hak istrinya tiga orang, maka ia haram menikahi istri untuk yang keempatnya. Bila ia sanggup memenuhi hak hak istrinya dua orang, maka ia haram menikahi istri untuk yang ketiganya, dan begitu seterusnya. 19 Seorang pemikir Islam kontemporer, Muhammad Shahrur sepakat dengan adanya poligami dengan persyaratan yang senada dengan ini. Syahrur mempersyaratkan dua hal, pertama, bahwa isteri kedua, ketiga, 17 Amir Taat Nasution, Rahasia Perkawinan dalam Islam, (Jakarta: PT Pedoman Ilmu Jaya, 1994), cet. ke-3, h Abdul Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, h Abdul Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, h. 132.

35 24 keempat adalah para janda yang memiliki anak yatim. Kedua, harus terdapat rasa khawatir tidak dapat berlaku adil kepada anak yatim. Lebih lanjut menegaskan bahwa konteks ayat poligami ini harus difahami dalam kaitannya dengan pemahaman sosial kemasyarakatan, bukan konsep biologis (senggama), dan berkisar pada masalah anak-anak yatim dan berbuat baik kepadanya serta berlaku adil terhadapnya. 20 Salah satu persyaratan diperbolehkannya melakukan poligami adalah dapat berlaku adil terhadap para isteri. Secara etimologis adil berarti tidak berat sebelah, tidak memihak, atau menyamakan antara satu dengan yang lainnya. 21 Keadilan yang menjadi patokan dibolehkannya poligami, tanpa keadilan tersebut maka lebih baik monogami dan bertahanlah dengan budak-budak. Untuk mengangkat harkat martabat perempuan, Allah SWT mewajibkan kepada semua laki-laki yang berpoligami untuk berlaku adil. Tidak dibenarkan menzalimi istri dengan hanya cenderung pada salah satu istri saja, hal demikian karena pada dasarnya hak perempuan sesungguhnya adalah tidak dimadu, akan tetapi poligami adalah untuk menghindarkan kaum laki-laki melakukan perzinaan dan melatih menjadi pemimpin yang adil dalam kehidupan dan pengelolaan keluarga dan rumah tangganya Yayan Sopyan, Islam Negara, h Yayan Sopyan, Islam Negara, h Mustofa Hasan, Pengantar Hukum Keluarga, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h.

36 25 B. Poligami dalam Undang-Undang di Indonesia a. Pengertian Poligami Poligami berasal bahasa Yunani. Kata ini merupakan penggalan dari dua kata yakni poli atau polus yang artinya banyak, dan gamein atau gamos yang artinya kawin atau perkawinan. Jika digabungkan akan berarti suatu perkawinan yang banyak. Ada istilah lain yang maknanya mendekati makna poligami yaitu poligini. Kata ini berasal dari poli atau polus artinya banyak, dan gini atau gene artinya istri, jadi poligini beristri banyak. Secara terminologi, poligami artinya banyak istri. Kata Poligami berlaku bagi suami yang menikah dengan lebih dari seorang perempuan. Istilah poligami digunakan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 atau KUHP, sebagaimana terdapat pada Pasal Secara konsepsional, istilah poligami diartikan sebagai perkawinan yang dilakukan oleh suami atau istri untuk mendapatkan pasangan hidup lebih dari seorang. Oleh karena itu, poliandri merupakan salah satu jenis dari poligami. apabila pernikahan dilakukan oleh seorang suami terhadap perempuan lebih dari seorang, atau suami yang istrinya lebih dari seorang, disebut dengan poligini. Karena dalam Undang-Undang Nomor1 Tahun 1974 dan KHI bahkan dalam PP Nomor 9 Tahun 1975 tidak dikenal dengan istilah poligini Beni Ahmad Saebani & Syamsul Falah, Hukum Perdata Isam, h Beni Ahmad Saebani & Syamsul Falah, Hukum Perdata Islam, h. 117

37 26 b. Dasar Hukum Poligami Semangat Undang-Undang Perkawinan adalah meminimalisasi marjinalisasi perempuan dalam ruang lingkup perkawinan. Upaya untuk melindungi perempuan dan anak-anak mereka secara hukum sudah nyata, namun walaupun demikian, ada beberapa kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki. Layaknya sebuah Undang-Undang, Undang-Undang Perkawinan di Indonesia berdasarkan atas asas monogami, namun tetap dibuka kemungkinan untuk poligami dengan alasan dan syarat tertentu. Klausul kebolehan poligami di dalam Undang-Undang Perkawinan sebenarnya hanyalah pengecualian dan untuk itu pasal-pasalnya mencantumkan alasanalasan yang membolehkan poligami. 25 Sebelumnya, poligami juga diatur dalam Burgelijk Wetboek (BW). Dalam Pasal 27 BW disebutkan bahwa, Dalam waktu yang sama seorang laki-laki hanya dibolehkan mempunyai satu orang perempuan sebagai istrinya, seorang perempuan hanya satu orang laki-laki sebagai suaminya. Prinsip monogami ini dikuatkan dengan sanksi KUHAP yang menyatakan bahwa perkawinan (setelah satu kali) menghalangi sahnya perkawinan berikutnya Amiur Nuruddin & Azhar Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h h Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013),

38 27 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil, tujuan dibuatnya Peraturan Pemerintah ini adalah dinyatakan dalam konsideran pertimbangan poin b yakni Pegawai Negeri Sipil adalah unsur aparatur negara, abdinegara dan abdi masyarakat yang harus menjadi teladan yang baikbagi masyarakat dalam tingkah laku, tindakan dan ketaatan kepadaperaturan perundangundangan yang berlaku, termasuk menyelenggarakan kehidupan berkeluarga. 27 Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 berbunyi : 1. Pegawai Negeri Sipil pria yang akan beristri lebih dari seorang, wajib memperoleh izin lebih dahulu dari Pejabat; 2. Pegawai Negeri Sipil wanita tidak diizinkan untuk menjadi istri kedua/ketiga/keempat. 3. Permintaan izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan secara tertulis; 4. Dalam surat permintaan izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), harus dicantumkan alasan yang lengkap yang mendasari permintaan izin untuk beristri lebih dari seorang Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 jo Peraturan Pemeritah Nomor 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil. 28 Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 jo Peraturan Pemeritah Nomor 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil.

39 28 Dalam surat permintaan ijin sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 harus diantumkan alasan yang lengkap yang mendasari permintaan ijin untuk beristeri lebih dari seorang atau untuk menjadi isteri kedua/ketiga/keempat. Permintaan ijin harus diajukan menurut saluran hirarki. Dalam menjabarkan masalah poligami, KHI lebih cenderung sebagai tafsir dan bayan bagi Undang-Undang Perkawinana, yakni poligami sebagai dispensasi dari monogam dengan beberapa persyaratan. Permasalahan poligami tercantum dalam Bab IX dari pasal 55 sampai dengan pasal 59. c. Syarat-Syarat Poligami Dalam PerUndang-Undangan di Indonesia, syarat poligami sangat ketat. Izin poligami hanya dapat diberikan bila memenuhi sekurangkurangnya salah satu syarat alternatif dan tiga syarat kumulatif. Syarat alternatif meliputi, yaitu (a) istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri, (b) istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan, atau (c) istri tidak dapat melahirkan keturunan. Syarat kumulatif, yaitu syarat kumulatif, (a) ada persetujuan tertulis dari istri-istri, (b) adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup istri dan anak-anak mereka, dan (c) ada jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri dan anak-anaknya Kompilasi Hukum Islam, Pasal

40 29 Pasal 5 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 memberikan persyaratan terhadap seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang sebagai berikut : 1) Untuk dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan Agama sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) Undang-Undang ini harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : (a) adanya persetujuan dari isteri/isteri-isteri (b) adanya kepastian bahawa suami mampu menjamin keperluan-keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anak mereka (c) adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anak mereka. 2) Persetujuan yang dimaksud dalam padaayat (1) huruf a pasal ini tidak diperlukan bagi seorang suami apabila isteri/isteri-isterinya tidak mungkin dimintai persetujuan dan tidak dapat menjadi pihak dalam perjanjian, atau apabila tidak ada kabar dari isterinya selama sekurangkurangnya 2 (dua) tahun, atau karena sebab-sebab lainnya yang perlu mendapat penilaian dari hakim Pengadilan Agama. 30 Keadilan yang dimaksud oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, terutama pada Pasal 5 adalah keadilan dari segi materi. Keadilan materi dalam bentuk pembagian nafkah yang dapat diukur secara matematis, sedangkan keadilan dalam bentuk batiniah sulit untuk diukur karena menyangkut masalah perasaan atau hati, yang mengetahuinya hanya suami yang berpoligami dan istri yang merasakannya karena dipoligami. h Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006),

41 30 d. Tata Cara Poligami Mengenai prosedur atau tata cara poligami yang resmi diatur oleh Islam memang tidak ada ketentuan secara pasti, namun di Indonesia, dengan Kompilasi Hukum Islamnya, telah mengatur hal tersebut. 31 Ada dua hal yang harus diberikan penegasan yakni pertama, poligami hanya bisa dilakukan apabila memperoleh izin dari pengadilan. Kedua, pengadilan hanya akan mengeluarkan izin apabila poligami itu dikehendaki oleh pihakpihak yang bersangkutan. Dan yang disebut pihak-pihak yang bersangkutan adalah isteri pertama, isteri kedua, dan atau seterusnya, dan suami. 32 Pelaksanaan tidak boleh dilakukan secara liar, pengadilanlah satu-satunya lembaga yang memberikan dispensasi poligami. Oleh sebab itu Pasal 3 ayat 2 Undang-Undang Perkawinan menyatakan: Pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan Dengan ayat ini jelas sekali Undang-Undang Perkawinan telah melibatkan Pengadilan Agama sebagai institusi yang cukup penting untuk mengabsahkan kebolehan poligami bagi seorang. Di dalam penjelasan pasal 3 ayat 2 dinyatakan : Pengadilan dalam memberikan putusan selain memeriksa apakah syarat tersebut pasal 4 dan 5 telah dipenuhi harus 31 H.M.A. Tihami & Sohari Sahrani, Fiqih Munakahat, h Yayan Sopyan, Islam Negara, h. 162.

42 31 mengingat pula apakah ketentuan-ketentuan hukum perkawinan dari calon suami mengizinkan adanya poligami. 33 Berkenaan dengan pasal 4 di atas setidaknya menunjukkan ada 3 alasan yang dijadikan dasar mengajukan permohonan poligami a. Istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai istri; b. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan; c. Tidak dapat melahirkan keturunan. Tampaknya alasan-alasan ini bernuansa fisik kecuali alasan yang ketiga. Terkesan seorang suami tidak memperoleh kepuasaan yang maksimal dari istrinya, maka alternatifnya poligami. seperti yang termuat dalam pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Perkawinan, syarat-syarat yang di penuhi bagi seorang suami yang ingin melakukan poligami ialah : 1. Adanya persetujuan istri; 2. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup istriistri dan anak-anak mereka; 3. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri dan anakanak mereka. Menyangkut prosedur melaksanakan poligami aturannya dapat dilihat di dalam PP No 9 Tahun Pada pasal 40 dinyatakan apabila seorang suami bermaksud untuk beristeri lebih dari seorang maka ia wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada Pengadilan Amiur Nuruddin & Azhar Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 163.

43 32 Sedangkan tugas Pengadilan diatur dalam Pasal 41 PP No 9 Tahun 1975 sebagai berikut : Pengadilan kemudian memeriksa mengenai : a. Ada atau tidaknya alasan yang memungkinkn seorang suami kawin lagi; b. Ada atau tidaknya persetujuan dari istri, baik persetujuan lisan maupun tertulis, apabila persetujuan merupakan persetujuan lisan, persetujuan itu harus diucapkan di depan sidang Pengadilan. c. Ada atau tidak adanya kemampuan suami untuk menjamin keperluan hidup istri-istri dan anak-anak, dengan memperlihatkan : 1. Surat keterangan mengenai penghasilan suami yang di tanda tangani oleh bendahara tempat bekerja; 2. Surat keterangan pajak penghasilan; 3. Surat keterangan lain yang dapat di terima oleh Pengadilan. d. Ada atau tidak adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anak mereka dengan persyaratan atau janji dari suami yang di buat dalam bentuk yang di tetapkan untuk itu. 35 Berikutnya dijelaskan pada Pasal 42 keharusan Pengadilan memanggil para istri untuk memberikan penjelasan atau kesaksian. Di dalam pasal ini juga dijelaskan bahwa Pengadilan diberi waktu 30 hari untuk memeriksa permohonan poligami setalah diajukan oleh suami lengkap dengan persyaratan. 34 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Pasal Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Pasal 41.

44 33 Kemudian, dalam hal istri tidak mau memberikan persetujuan kepada suaminya untuk beristri lebih dari seorang, berdasarkan salah satu alasan tersebut diatas, maka pengadilan Agama dapat menetapkan pemberian izin setelah memeriksa dan mendengar istri yang bersangkutan di persidangan Pengadilan Agama dan terhadap penetapan ini, istri atau suami dapat mengajukan banding atau kasasi. 36 Apabila keputusan hakim yang mempunyai kekuatan hukum tetap, izin Pengadilan tidak diperoleh maka menurut Pasal 44 PP Nomor 9 Tahun 1975, Pegawai Pencatat dilarang untuk melakukan pencatatan perkawinan seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang sebelum adanya izin Pengadilan. 37 Ketentuan hukum yang mengatur tentang pelaksanaan poligami mengikat semua pihak, pihak yang akan melangsungkan poligami dan pegawai pencatat perkawinan. Apabila mereka melakukan pelanggaran terhadap ketentuan pasal-pasal di atas dikenakan sanksi pidana. KHI memuat masalah poligami ini pada bagian IX dengan judul, Beristri Lebih dari Satu Orang, yang di ungkap dari pasal 55 sampai 59. Pada pasal 55 dinyatakan : 1. Beristri lebih dari seorang pada waktu bersamaan, terbatas hanya sampai empat orang istri; 2. Syarat utama beristri lebih dari satu orang, suami harus mampu berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya; 36 H.M.A. Tihami & Sohari Sahrani, Fiqih Munakahat, h Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam, h.49.

45 34 3. Apabila syarat utama yang disebut pada ayat (2) tidak mungkin di penuhi, suami dilarang beristri lebih dari satu orang. Lebih lanjut dari KHI pasal 56 dijelaskan 1. Suami yang hendak beristri lebih dari satu orang harus mendapat izin dari Pengadilan Agama; 2. Pengajuan permohonan izin dimaksudkan pada ayat 1 dilakukan menurut tata cara sebagaimana diatur dalam bab VIII PP No. 9 Tahun 1975; 3. Perkawinan yang dilakukan istri kedua, ketiga, keempat tanpa izin dari Pengadilan Agama, tidak mempunyai kekuatan hukum tetap. 38 Dari pasal-pasal di atas, KHI sepertinya tidak berbeda dengan Undang-Undang Perkawinan bahkan dengan semangat Fiqih. Kendatipun pada dasarnya UUP dan KHI menganut asas monogami, namun sebenarnya peluang yang diberikan untuk poligami juga terbuka lebar. Dikatakan demikian, kontribusi UUP dan KHI hanya sebatas tata cara prosedur poligami. 39 Pada pasal 57 dijelaskan : Pengadilan Agama hanya memberi izin kepada suami yang akan beristri lebih dari seorang apabila : 1. Istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai istri; 2. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan; 3. Istri tidak dapat melahirkan keturunan. 38 Kompilasi Hukum Islam, Pasal Amiur Nuruddin & Azhar Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 166.

46 35 Tampak pada pasal 57 KHI diatas, Pengadilan Agama hanya memberikan izin kepada suami yang akan beristri lebih dari seorang apabila terdapat alasan-alasan sebagaimana disebutkan dalam pasal 4 Undang- Undang Perkawinan. Jadi pada dasarnya Pengadilan hanya memberi izin kepada seorang suami untuk beristri lebih dari satu apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Dalam perspektif metedologis, pengaturan ketentuan hukum mengenai poligami yang boleh dilakukan atas kehendak yang bersangkutan melalui izin Pengadilan Agama, setelah dibuktikan izin istri atau istri-istri, dimaksudkan untuk merealisasikan kemaslahatan. Yaitu terwujudnya citacita dan tujuan perkawinan rumah tangga, yang kekal dan abadi diridhai Allah SWT berdasarkan cinta dan kasih sayang. Karena itu segala persoalan yang mungkin akan menjadi penghalang bagi terwujudnya tujuan perkawinan tersebut harus dihilangkan atau setidaknya dikurangi. Ini sejalan dengan kaidah : درءالمفاسد مقدم على جلب المصلح Menghindari madharat (kerusakan) harus didahulukan daripada mengambil manfaat (kemaslahatan). 40 C. Mandul 2013), h Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

47 36 a. Pengertian Mandul Menurut Ensiklopedia Indonesia, pengertian Sterilitet (kemandulan) adalah terdapat baik pada laki-laki maupun pada perempuan. Biasanya disebabkan pada kelainan alat kelamin. Ada kelainan bawaan dan ada kelainan yang timbul di kemudian hari. 41 Infertilitas (mandul) adalah kegagalan pasangan untuk hamil setelah satu tahun memiliki hubungan seksual yang teratur tanpa kontrasepsi. Infertilitas bisa primer atau sekunder. Infertilitas primer adalah istilah yang menggambarkan pasangan yang belum pernah hamil, sedangkan infertilitas sekunder mengacu pada pasangan yang telah mencapai kehamilan di masa lalu tapi tidak mampu mendapatkannya lagi. Ada beberapa perbedaan dalam evaluasi dan pengobatan, karena secara teoritis, pasangan yang sebelumnya mencapai kehamilan memiliki semua komponen dasar dari sistem reproduksi mereka yang utuh. Hal ini menyiratkan kemungkinan jauh lebih besar bahwa salah satu atau kedua pasangan baru mengembangkan masalah yang menyebabkan infertilitas mereka saat ini. 42 Mandul terbagi dua yaitu mandul primer dan mandul sekunder. Mandul primer yaitu istri belum hamil walaupun bersenggama tanpa usaha kontrasepsi dan dihadapkan pada kemungkinan kehamilan selama dua belas 41 Tim Penyusun, Ensiklopedia Indonesia, h diakses pada tanggal 21 oktober 2015 pukul

48 37 (12) bulan. Mandul sekunder yaitu istri pernah hamil, namun kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama tanpa usaha kontrasepsi dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama dua belas (12) bulan. 43 Menurut ilmu kedokteran, presentase kemungkinan terjadinya kehamilan adalah 3,27% hamil dalam satu bulan pertama, 57,0% dalam tiga bulan, 72,1% dalam 6 bulan, 85,4% dalam 12 bulan, dan 93,4% dalam waktu 24 bulan. Dan waktu median yang diperlukan untuk menghasilkan kehamilan ialah 2.3 bulan sampai 2,8 bulan. Ini berarti, semakin lama pasangan itu kawin tanpa kehamilan, makin turun kejadian kehamilannya. Oleh karena itu, kebanyakan dokter baru menganggap ada masalah kemandulan jika pasangan yang ingin punya anak itu dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan lebih dari 12 bulan. 44 b. Faktor-Faktor Terjadinya Kemandulan Faktor terjadinya kemandulan pada wanita adalah : a. Penyakit kista Kista adalah penyakit tumor jinak yang terbungkus oleh selaput semacam jaringan di organ reproduksi perempuan yang paling sering ditemui. Bentuknya kistik, berupa cairan kental, dan ada pula yang yang 43 diakses pada tanggal 7 April 2015 pukul Hanifa Wiknjosastro dkk, Ilmu Kandungan, (Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1999), h. 498.

49 38 berbentuk anggur. Kista juga ada yang berisi udara, cairan, nanah, ataupun bahan-bahan lainnya. 45 Berdasarkan tingkat keganasannya, kista terbagi menjadi dua, yaitu non-neoplastik dan neoplastik. Kista non-neoplastik sifatnya jinak dan biasanya akan mengempis sendiri setelah 2 hingga 3 bulan. Sementara kista neoplastik umumnya harus dioperasi, namun hal itu pun tergantung pada ukuran dan sifatnya. 46 Pada penderita kista yang sudah parah akan menimbulkan kemandulan. Hal ini disebabkan karena ketidakmampuan menalurkan sel telur dengan baik. Selain itu, ada beberapa masalah lain yang menyebabkan wanita sulit mendapatkan keturunan seperti adanya kegagalan yang disebabkan karena pengangkatan kista yang dilakukan berulang-ulang. Operasi berulang-ulang akan menyebabkan ovarium rusak dan adanya infeksi pada folikel yang tidak matang. 47 b. Penyakit Miom (mioma uteri) Miom adalah pertumbuhan di dalam atau di sekitar uterus (rahim) yang tidak bersifat kanker atau ganas. Miom dikenal juga dengan nama nama mioma, uteri fibroid, atau leiomioma. Miom berasal dari sel otot 45 diakses pada tanggal 11 September 2015 pukul di akses pada tanggal 13 September 2015 pukul

50 39 rahim yang mulai tumbuh secara abnormal. Pertumbuhan inilah yag akhinya membentuk tumor jinak. 48 Pengaruh miom pada kehamilan dan persalinan, mengakibatkan halhal sebagai berikut : 1. Mengurangi kemungkinan wanita menjadi hamil, terutama pada mioma uteri submukosum; 2. Kemungkinan abortus bertambah; 3. Kelainanan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma yang besar dan letak subserus; 4. Menghalang-halangi lahirnya bayi, terutama pada mioma yang letaknya di serviks; 5. Inersia uteri dan atonia uteri, terutama pada mioma yang letaknya di dalam dinding rahim atau apabila terdapat banyak mioma; 6. Mempersulit lepasnya placenta, terutama pada mioma submukus dan intramural. 49 Sekitar 75% wanita pernah memiliki miom, terkadng kondisi ini tidak diketahui oleh sebagian yang mengalami karena tidak muncul gejala. Gejala yang muncul akibat miom adalah : 1. Masa menstruasi menyakitkan atau berlebih; 2. Rasa sakit atau nyeri pada bagian perut atau punggung bawah; di akses pada tanggal 13 September 2015 pukul 49 Hanifa Wiknjosastro dkk, Ilmu Kandungan, h. 421.

51 40 3. Keguguran, mengalami kemandulan, atau bermasalah pada masa kehamilan. 50 Faktor terjadinya kemandulan pada pria adalah : a. Adanya efek pada spermatogenesis yang menyebabkan kelainan. Kelainan bentuk sperma atau jumlah sperma terlalu sedikit sehingga tidak dapat menembus ovum b. Motilitas sperma yang mungkin terganggu akibat infeksi dan pembentukan jaringan parut di testis, epididimis, vas deferen, atau uretra c. Infeksi sistematik misalnya parotitis, dapat menyebabkan pembengkakan testis, dan kerusakan tubulus seminiferus d. Sumbatan pembuluh darah yang memperdarahi testis dapat menyebabkan hipoksia dan kegagalan sperma untuk tumbuh dan bertahan hidup e. Adanya otoantibodi yang dibentuk terhadap sperma, ini akan mengurangi jumlah dan kualitas sperma diakses pada tanggal 13 September 2015 pukul

52 BAB III PROFIL PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN A. Sejarah Pengadilan Agama Jakarta Selatan Pengadilan Agama Jakarta Selatan sebagai salah satu instansi yang melaksanakan tugasnya, memiliki dasar hukum dan landasan kerja sebagai berikut: 1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 24; 2. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009, tentang Kekuasaan Kehakiman; 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974; 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989, tentang Peradilan Agama; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975; Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975; 6. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 69 Tahun 1963, tentang Pembentukan Pengadilan Agama Jakarta Selatan; 7. Peraturan-peraturan lain yang berhubungan dengan Tata Kerja dan Wewenang Pengadilan Agama. 1 Pengadilan Agama Jakarta Selatan dibentuk berdasarkan surat keputusan Menteri Agama RI Nomor 69 Tahun Pada mulanya 1 di akses pada tanggal 21 Oktober 2015 pukul

53 42 Pengadilan Agama di wilayah DKI Jakarta hanya terdapat tiga kantor yang dinamakan Kantor Cabang, yaitu: 1. Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Utara; 2. Kantor Pengadilan Agama Jakarta Tengah; 3. Pengadilan Agama Istimewa Jakarta Raya sebagai induk. 2 Semua Pengadilan Agama tersebut di atas termasuk Wilayah Hukum Cabang Mahkamah Islam Tinggi Surakarta. Kemudian setelah berdirinya Cabang Mahkamah Islam TInggi Bandung berdasarkan surat keputusan Menteri Agama Nomor 71 Tahun 1976 tanggal 16 Desember 1976, semua Pengadilan Agama di Propinsi Jawa Barat termasuk Pengadilan Agama yang berada di Daerah Ibu Kota Jakarta Raya berada dalam Wilayah Hukum Mahkamah Islam Tinggi Cabang Bandung. Dalam perkembangan selanjutnya istilah Mahkamah Islam Tinggi menjadi Pengadilan Tinggi Agama (PTA). 3 Berdasarkan surat keputusan Menteri Agama RI Nomor 61 Tahun 1985, Pengadilan Tinggi Agama Surakata dipindah ke Jakarta, akan tetapi realisasinya baru terlaksana pada tanggal 30 Oktober 1987 dan secara otomatis Wilayah Hukum Pengadilan Agama di wilayah DKI Jakarta adalah menjadi Wilayah Hukum Pengadilan Tinggi Agama Jakarta. Terbentuknya kantor Pengadilan Agama Jakarta Selatan merupakan jawaban dari

54 43 perkembangan masyarakat Jakarta, yang ketika itu pada tahun 1967 merupakan cabang di Pengadilan Agama Istimewa Jakarta Raya yang berkantor di jalan Otista Raya Jakarta Timur. 4 Sebutan pada waktu itu adalah cabang Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Kantor cabang Pengadilan Agama Jakarta Selatan dibentuk sesuai dengan banyaknya jumlah penduduk dan bertambahnya pemahaman penduduk serta tuntutan masyarakat Jakarta Selatan yang wilayahnya cukup luas. Keadaan kantor ketika itu masih dalam keadaan darurat yaitu menempati gedung bekas kantor Kecamatan Pasar Minggu di suatu gang kecil yang sampai saat ini dikenal dengan gang Pengadilan Agama Pasar Minggu Jakarta Selatan, pimpinan kantor dipegang oleh H. Polana. 5 Penanganan kasus-kasus hanya berkisar perceraian, kalaupun ada tentang warisan, masuk kepada komparisi. Itu pun dimulai pada tahun 1969, kerjasama dengan Pengadilan Negeri yang ketika itu dipimpin oleh Bismar Siregar, S.H. Sebelum tahun 1969, pernah pula membuat fatwa waris, akan tetapi hal itu ditentang oleh pihak keamanan karena bertentangan dengan kewenangannya sehingga sempat beberapa orang termasuk Hasan Mughni ditahan karena Penetapan Fatwa Waris. Oleh karenanya, sejak saat itu Fatwa Waris ditambah dengan kalimat "jika ada harta peninggalan"

55 44 Pada tahun 1976, gedung kantor cabang Pengadilan Agama Jakarta Selatan pindah ke blok D Kebayoran Baru Jakarta Selatan dengan menempati serambi Masjid Syarief Hidayatullah dan sebutan kantor cabang pun dihilangkan menjadi Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Kemudian diangkat pula beberapa hakim honorer yang di antaranya adalah H. Ichtijanto, S.A., S.H. Penunjukan tempat tersebut atas inisiatif kepala Kandepag Jakarta Selatan yang waktu itu dijabat pula oleh Drs. H. Muhdi Yasin. Seiring dengan perkembangan tersebut, diangkat pula 8 karyawan untuk menangani tugas-tugas kepaniteraan yaitu, Ilyas Hasbullah, Hasan Jauhari, Sukandi, Saimin, Tuwon Haryanto, Fathullah AN., Hasan Mughni, dan Imron. Keadaan penempatan kantor di serambi Masjid tersebut, bertahan hingga tahun Selanjutnya pada akhir April 2010, gedung baru Pengadilan Agama Jakarta Selatan diresmikan oleh Ketua Mahkamah Agung RI. Kemudian pada awal Mei 2010, diadakan tasyakuran dan sekaligus dimulainya aktifitas perkantoran di gedung baru tersebut. Pada saat itu Ketua Pengadilan Agama Jakarta Selatan dijabat oleh Drs. H. Ahsin A. Hamid, S.H. Sejak menempati gedung baru yang cukup megah dan representatif tersebut, di Pengadilan Agama Jakarta Selatan dilakukan pembenahan dalam segala hal, baik dalam hal pelayanan terhadap pencari keadilan maupun dalam hal peningkatan TI (Teknologi Informasi) yang sudah semakin canggih disertai dengan aplikasi-aplikasi yang menunjang 7

56 45 pelaksanaan tugas pokok, seperti aplikasi SIADPA (Sistem Informasi Administrasi Perkara Pengadilan Agama) yang sudah berjalan, sistem informasi mandiri dengan layar sentuh (touchscreen), serta situs web " 8 V I S I MEWUJUDKAN PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN YANG AGUNG M I S I 1. MENINGKATKAN PROFESIONALISME HAKIM DAN SELURUH APARAT PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN 2. MEWUJUDKAN MANAJEMEN PERKARA YANG MODERN 8

57 46 3. MENINGKATKAN KUALITAS SISTEM PEMBERKASAN, MINUTASI, BANDING, KASASI, DAN PENINJAUAN KEMBALI 4. MENINGKATKAN KAJIAN SYARI AH HUKUM ACARA DAN MATERIIL YANG BERKENAAN DENGAN KEWENANGAN PERADILAN AGAMA 5. MEWUJUDKAN PELAYANAN PRIMA BAGI PARA PENCARI KEADILAN BAGAN STRUKTUR PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN (SE.MA.RI.NO.5/1996) Struktur organisasi Pengadilan Agama Jakarta Selatan mengacu pada Undang- Undang nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama, Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung nomor KMA/004/II/92 tentang organisasi dan Tata Kerja Kepaniteraan Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama dan KMA Nomor 5 tahun 1996 tentang Struktur Organisasi Peradilan.

58 47 B. Jumlah Perkara Yang di Tangani Pengadilan Agama Jakarta Selatan 1. Jumlah Perkara yang masuk di Pengadilan Agama Jakarta Selatan pada tahun 2014 No. Jenis Perkara Total 1. Penunjukan Orang Lain sebagai Wali 0 Perkara 2. Pencabutan Kekuasaan Wali 0 Perkara 3. Perwalian 24 Perkara 4. Pencabutan Kekuasaan Orang Tua 0 Perkara 5. Pengesahan Anak 0 Perkara 6. Hak Hak Bekas Istri 0 Perkara 7. Nafkah Anak oleh Ibu 0 Perkara

59 48 8. Penguasaan Anak 41 Perkara 9. Harta Bersama 29 Perkara 10. Cerai Gugat 2613 Perkara 11. Cerai Talak 966 Perkara 12. Kelalaian Atas Kewajiban 0 Perkara 13. Pembatalan Perkawinan 4 Perkara 14. Penolakan Perkawinan oleh PPN 0 Perkara 15. Pencegahan Perkawinan 1 Perkara 16. Izin Poligami 13 Perkara 17. Ganti Rugi Terhadap Wali 0 Perkara 18. Asal Usul Anak 5 Perkara 19. Penetapan Kawin Campur 0 Perkara 20. Isbat Nikah 153 Perkara 21. Izin Kawin 0 Perkara 22. Dispensasi Kawin 13 Perkara 23. Wali Adhal 17 Perkara 24. Pengangkatan Anak 0 Perkara 25. Ekonomi Syariah 2 Perkara 26. Kewarisan 31 Perkara 27. Wasiat 0 Perkara 28. Hibah 3 Perkara 29. Wakaf 0 Perkara 30. Zakat/Infak/Shadaqah 0 Perkara 31. P3HP 140 Perkara 32. Lain-Lain 8 Perkara Jumlah Total 4063 Perkara

60 49 2. Jumlah perkara yang masuk di Pengadilan Agama Jakarta Selatan pada tahun 2015 No. Jenis Perkara Total 1. Penunjukan Orang Lain sebagai Wali 0 Perkara 2. Pencabutan Kekuasaan Wali 0 Perkara 3. Perwalian 34 Perkara 4. Pencabutan Kekuasaan Orang Tua 0 Perkara 5. Pengesahan Anak 0 Perkara 6. Hak Hak Bekas Istri 0 Perkara 7. Nafkah Anak oleh Ibu 0 Perkara 8. Penguasaan Anak 35 Perkara 9. Harta Bersama 19 Perkara 10. Cerai Gugat 1954 Perkara 11. Cerai Talak 675 Perkara 12. Kelalaian Atas Kewajiban 0 Perkara 13. Pembatalan Perkawinan 3 Perkara 14. Penolakan Perkawinan oleh PPN 0 Perkara 15. Pencegahan Perkawinan 1 Perkara 16. Izin Poligami 18 Perkara 17. Ganti Rugi Terhadap Wali 0 Perkara 18. Asal Usul Anak 5 Perkara 19. Penetapan Kawin Campur 0 Perkara 20. Isbat Nikah 175 Perkara 21. Izin Kawin 0 Perkara 22. Dispensasi Kawin 14 Perkara 23. Wali Adhal 9 Perkara 24. Pengangkatan Anak 0 Perkara 25. Ekonomi Syariah 3 Perkara

61 Kewarisan 34 Perkara 27. Wasiat 0 Perkara 28. Hibah 4 Perkara 29. Wakaf 1 Perkara 30. Zakat/Infak/Shadaqah 0 Perkara 31. P3HP 111 Perkara 32. Lain-Lain 16 Perkara Jumlah Total 3111 Perkara Dari data di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa jumlah perkara yang masuk di Pengadilan Agama Jakarta Selatan pada tahun 2014 adalah 4063 perkara, dan jumlah perkara yang paling banyak masuk adalah Cerai Gugat dengan jumlah 2613 perkara. Untuk perkara Izin Poligami yang masuk pada tahun 2014 yaitu 13 perkara. Pada tahun 2015, jumlah perkara yang masuk di Pengadilan Agama Jakarta Selatan sampai bulan Oktober ini adalah 3111 perkara, dan jumlah perkara yang paling banyak masuk adalah Cerai Gugat dengan jumlah 1954 perkara. Untuk perkara Izin Poligami yang masuk pada tahun 2015 yaitu 18 perkara. Pada tahun ini perkara Izin Poligami meningkat 5 perkara dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2014.

62 51 C. Bentuk Putusan yang Sudah di Keluarkan Pengadilan Agama Jakarta Selatan PUTUSAN Nomor XX/Pdt.G/2014/PA JS. BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama dalam persidangan Majelis telah menjatuhkan putusan sebagaimana tertera di bawah ini dalam perkara :--- PEMOHON, umur 45 tahun, agama Islam, pekerjaan Wiraswasta, tempat kediaman di , Jakata Selatan, sebagai Pemohon; melawan TERMOHON, umur 42 tahun, agama Islam, pekerjaan Mengurus Rumah Tangga, tempat kediaman di , Jakata Selatan, sebagai Termohon; Pengadilan Agama tersebut; Setelah membaca dan mempelajari berkas perkara; Setelah mendengar keterangan Pemohon, Termohon dan memeriksa alatalat bukti; DUDUK PERKARA Menimbang, bahwa Pemohon dengan surat permohonannya tertanggal 03 Januari 2014 yang telah terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Agama Jakarta Selatan Nomor XX/Pdt.G/2014/PA JS. mengemukakan hal-hal

63 52 sebagai berikut : Bahwa, pada tanggal 08 Januari 2007 Pemohon dengan Termohon melangsungkan pernikahan yang dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Kramat Jati Jakarta Selatan sebagaimana Kutipan Akta Nikah Nomor: 107/107/I/2007 tanggal 8 Januari 2007 ; Bahwa, pernikahan Pemohon dengan Termohon sudah dikarunia dua orang anak yang masing-masing bernama ; ) ANAK I DARI PEMOHON DAN TERMOHON, Perempuan, lahir di Jakarta,pada tanggal 07 Mei 1995 ; ) ANAK II DARI PEMOHON DAN TERMOHON, laki-laki, lahir di Jakarta, pada tanggal 18 Desember 1998 ; Bahwa, rumah tangga Pemohon dengan Termohon berjalan rukun dan harmonis dan saat ini bertempat tinggal di , Jakata Selatan; Bahwa, Pemohon hendak menikah lagi (poligami) dengan seorang perempuan yang bernama, Nama : CALON ISTRI II Lahir/Umur : Jakarta, 12 Agustus Agama: Islam Pekerjaan : Karyawati Swasta Alamat : , Jakarta Selatan, sebagai dan selanjutnya disebut -- Calon Istri Kedua Pemohon. 5. Bahwa, pernikahan antara Pemohon dengan calon istri kedua Pemohon tersebut akan dilangsungkan dan dicatatkan menurut ketentuan hukum yang berlaku karena di antara Pemohon dan calon istri kedua Pemohon tersebut telah tumbuh rasa saling cinta dan saling percaya serta hendak

64 53 membangun rumah tangga sebagaimana ketentuan hukum yang berlaku dan karenanya Pemohon khawatir akan terjadi perbuatan yang dilarang oleh norma agama apabila Pemohon tidak menikah dengan calon istri kedua Pemohon tersebut; Bahwa, Pemohon mampu memenuhi kebutuhan hidup isteri-isteri Pemohon beserta anak-anak dikarenakan Pemohon memiliki pekerjaan yang mapan yaitu ; Pemohon sebagai Direktur Operasional pada PT. X dan memunyai gaji pokok yang tetap setiap bulannya sebesar Rp ,- (lima puluh lima juta rupiah) di luar tunjangan-tunjangan dan penghasilan lainnya; Pemohon sebagai Direktur Utama pada PT. Z dan memunyai gaji pokok yang tetap setiap bulannya sebesar Rp ,- (sepuluh juta rupiah) di luar tunjangan-tunjangan dan penghasilan lainnya; Bahwa, selain itu dalam perkawinan antara Pemohon dengan Termohon juga telah memiliki harta bersama yaitu: Sebidang tanah berserta bangunannya dengan luas 160 M2 dan bangunan 300 M2 yang terletak di , Jakarta Selatan atas nama Ahmad; Sebidang tanah berserta bangunannya dengan luas 500 M2 dan bangunan 300 M2 yang terletak di , Jakarta Selatan atas nama Retno Kadarsih Soedjak, dimana sekarang sedang dalam proses Pergantian Nama hak Milik atas nama Retno Kadarsih Soedjak menjadi TERMOHON; Satu unit mobil Hunday Tucson, buatan tahun 2013, No. Polisi B XXXX SJF atas nama Ahmad ; Satu unit mobil Honda Jazz, buatan tahun 2013, No. Polisi B XXX ETY atas nama ANAK I DARI PEMOHON DAN TERMOHON;

65 54 5. Satu unit sepeda motor merk Yamaha Sold tahun 2011, Nomor Polisi: B XXX SBL atas nama Ahmad ; Satu unit sepeda motor merk Yamaha Sold tahun 2009, Nomor Polisi: B XXXX SRB atas nama Ety Suprihatin ; Satu unit sepeda motor merk Aprilia tahun 2013 ; Bahwa, Pemohon sanggup berlaku adil terhadap isteri-isteri Pemohon; Bahwa, Termohon telah menyatakan menyetujui Pemohon untuk menikah lagi dengan calon isteri kedua Pemohon tersebut; Bahwa, Calon isteri kedua Pemohon menyatakan tidak akan mengganggu-gugat harta benda yang sudah ada selama ini dan akan tetap utuh sebagai harta bersama perkawinan antara Pemohon dengan Termohon; Bahwa, antara Pemohon dengan calon isteri kedua Pemohon tidak ada larangan melakukan perkawinan baik menurut syariat Islam maupun peraturan perundangundangan yang berlaku, in casu: Calon isteri kedua Pemohon dengan Termohon bukan saudara dan bukan sesusuan, begitupun antara Pemohon dengan calon isteri kedua Pemohon; Calon isteri kedua Pemohon adalah perempuan dewasa berstatus belum menikah dan telah berumur 21 tahun serta tidak terikat pertunangan dengan laki-laki lain; Wali nikah calon isteri kedua Pemohon yang bernama bapak WALI NIKAH (kakak kandung) bersedia untuk menikahkan Pemohon dengan calon isteri kedua Pemohon; Bahwa, Pemohon sanggup membayar seluruh biaya yang timbul dalam perkara ini Berdasarkan dalil-dalil di atas karenanya Pemohon mohon agar Ketua Pengadilan Agama Jakarta Selatan segera memanggil pihak-pihak dalam perkara ini, selanjutnya memeriksa dan mengadili perkara ini dengan menjatuhkan putusan dengan amar sebagai berikut:

66 55 PRIMAIR 1. Mengabulkan Pemohonan Pemohon; Menetapkan memberi izin kepada Pemohon (PEMOHON) untuk menikah lagi yang kedua dengan seorang perempuan yang bernama CALON ISTRI II; Menetapkan harta bersama antara Pemohon dan Termohon adalah: Sebidang tanah berserta bangunannya dengan luas 160 M2 dan bangunan 300 M2 yang terletak di , Jakarta Selatan atas nama Ahmad ; Sebidang tanah berserta bangunannya dengan luas 500 M2 dan bangunan 300 M2 yang terletak di ,Jakarta Selatan atas nama Retno Kadarsih Soedjak, dimana sekarang sedang dalam proses Pergantian Nama hak Milik atas nama Retno Kadarsih Soedjak menjadi TERMOHON; Satu unit mobil Hunday Tucson, buatan tahun 2013, No. Polisi B XXXX SJF atas nama Ahmad ; Satu unit mobil Honda Jazz, buatan tahun 2013, No. Polisi B XXX ETY atas nama ANAK I DARI PEMOHON DAN TERMOHON; Unit sepeda motor merk Yamaha Sold tahun 2011, Nomor Polisi: B XXX SBL atas nama Ahmad ; Satu unit sepeda motor merk Yamaha Sold tahun 2009, Nomor Polisi: B XXXX SRB atas nama Ety Suprihatin ; Satu unit sepeda motor merk Aprilia tahun 2013 ; Membebankan biaya perkara kepada Pemohon; SUBSIDAIR Atau apabila Majelis Hakim berpendapat lain mohon Putusan yang seadiladilnya Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditetapkan, Pemohon dan Termohon telah hadir kepersidangan, begitu juga dengan calon isteri Pemohon juga telah dihadirkan kepersidangan

67 56 Menimbang, bahwa majelis hakim telah berusaha mengingatkan pemohon akan konsekuensi poligami, akan tetapi pemohon sanggup untuk menanggung segala resikonya, namun Pemohon tetap dengan keinginannya untuk berpoligami Menimbang, bahwa kemudian dibacakanlah permohonan pemohon yang isinya tetap dipertahankan oleh pemohon, namun ada sedikit perobahan bahwa alasan Pemohon untuk berpoligami karena Pemohon masih menginginkan anak, sedangkan Termohon tidak bisa lagi melahirkan karena habis operasi kista dan miom dan Termohon trauma untuk melahirkan lagi Menimbang, bahwa atas permohonan pemohon tersebut, termohon telah memberikan jawaban secara lisan bahwa benar apa yang disampaikan oleh Pemohon, sehingga Termohon tidak keberatan Pemohon untuk menikah lagi Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil permohonannya, Pemohon telah mengajukan bukti bukti sebagai berikut : A. Bukti Surat; a. Fotokopi Kutipan Akta Nikah dari Kantor Urusan Agama Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Nomor : 472/12/VIII/1994 Tanggal 08 Agustus 1994 bermaterai cukup dan dicocokkan dengan aslinya ternyata sesuai dengan aslinya, kemudian oleh Ketua Majelis dibubuhi tanggal dan diberi kode P.1; b. Fotokopi Akta Pernyataan dan Persetujuan Nomor: 56 Tanggal 20 Desember 2013 dari Notaris Ilmiawan Dekrit, SH.MH bermaterai cukup dan dicocokkan dengan aslinya ternyata sesuai dengan aslinya kemudian oleh Ketua Majelis dibubuhi tanggal dan diberi kode P.2; c. Fotokopi Kartu Keluarga an. Pemohon (Ahmad) yang dikeluarkan Kelurahan Cipete Utara Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan, Nomor: tanggal 21 Maret 2011 bermaterai cukup dan dicocokkan dengan aslinya ternyata sesuai dengan aslinya

68 57 kemudian oleh Ketua Majelis dibubuhi tanggal dan diberi kode P.3; d. Fotokopi Sertifikat Hak Milik, yang dikeluarkan Badan Pertanahan Nasional, dengan Nomor: atas nama Ahmad. Bermaterai cukup dan dicocokkan dengan aslinya ternyata sesuai dengan aslinya kemudian oleh Ketua Majelis dibubuhi tanggal dan diberi kode P.4; e. Fotokopi Buku Tanah yang dikeluarkan Departemen Dalam Negeri, Nomor Hak: M.1670/Ciganjur. Bermaterai cukup dan dicocokkan dengan aslinya ternyata sesuai dengan aslinya kemudian oleh Ketua Majelis dibubuhi tanggal dan diberi kode P.5; f. Fotokopi STNK kendaraan roda empat atas nama Ahmad, bermaterai cukup dan dicocokkan dengan aslinya ternyata sesuai dengan aslinya kemudian oleh Ketua Majelis dibubuhi tanggal dan diberi kode P.6; g. Fotokopi STNK Honda Jazz atas nama Ety, bermaterai cukup dan dicocokkan dengan aslinya ternyata sesuai dengan aslinya kemudian oleh Ketua Majelis dibubuhi tanggal dan diberi kode P.7; h. Fotokopi BPKB atas nama Ir. Nizarman Aminuddin, SH.MSi. bermaterai cukup dan dicocokkan dengan aslinya ternyata sesuai dengan aslinya kemudian oleh Ketua Majelis diberi kode P.8; i. Fotokopi Surat Keterangan Penghasilan Pemohon yang dikeluarkan PT. X. Bermaterai cukup dan dicocokkan dengan aslinya ternyata sesuai dengan aslinya kemudian oleh Ketua Majelis diberi kodep.9; j. Fotokopi Surat Keterangan Penghasilan Pemohon yang dikeluarkan PT. Z. Bermaterai cukup dan dicocokkan dengan aslinya ternyata sesuai dengan aslinya kemudian oleh Ketua Majelis diberi kode P.10; k. Fotokopi STNK sepeda motor Yamaha atas nama Ahmad dengan No Polisi B XXX SBL, bermaterai cukup dan dicocokkan dengan aslinya

69 58 ternyata sesuai dengan aslinya kemudian oleh Ketua Majelis dibubuhi tanggal dan diberi kode P.11; l. Fotokopi STNK sepeda motor Yamaha atas nama Ety Suprihatin dengan No Polisi B 6582 SRB, bermaterai cukup dan dicocokkan dengan aslinya ternyata sesuai dengan aslinya kemudian oleh Ketua Majelis dibubuhi tanggal dan diberi kode P.12; B. Saksi-saksi : 1. SAKSI I, umur 41 tahun, agama Islam, pekerjaan karyawan swasta, tempat kediaman di Jakarta Selatan;, dibawah sumpahnya memberikan keterangan sebagai berikut: Bahwa saksi kenal dengan Pemohon dan Termohon, saksi adalah saudara sepupu dari Termohon, saksi mengetahui pernikahan Pemohon dan Termohon, Mereka menikah pada tahun Bahwa Pemohon dan Termohon sudah mempunyai 2 orang anak Bahwa setahu saksi selama ini rumah tangga Pemohon dan Termohon baik-baik saja dan rukun harmonis Bahwa sepengetahuan saksi Pemohon ingin mengajukan permohonan ijin poligami dengan seorang perempuan yang bernama CALON ISTRI II, Tidak ada hubungan saudara. Sebelumnya calon isteri Pemohon adalah karyawan di perusahaan milik Pemohon Bahwa saksi mengetahuinya, karena Saat itu Pemohon dan Termohon sudah datang kerumah orang tua calon isterinya untuk melamar dan sudah diterima oleh keluarga besar calon isteri kedua Pemohon

70 59 Bahwa Pemohon mempunyai 2 perusahaan yang saat ini sedang berkembang maju dan Pemohon adalah direkturnya. Dan menurut saksi Pemohon sanggup untuk menafkahi 2 orang isteri.; SAKSI II, umur 31 tahun, agama Islam, pekerjaan ibu rumah tangga, tempat kediaman Jakarta Selatan;, dibawah sumpahnya memberikan keterangan sebagai berikut: Bahwa saksi kenal dengan Pemohon dan Termohon,Saksi adalah kakak kandung dari calon isteri kedua Pemohon, saksi mengetahui Pemohon ingin mengurus ijin poligami, Pemohon bermaksud ingin menikah lagi dengan seorang perempuan yang bernama CALON ISTRI II Bahwa saksi tahu Pemohon ingin menikah dengan CALON ISTRI II sekitar 1 tahun lalu. Pada bulan Agustus 2013 Pemohon ditemani oleh Termohon sudah melamar CALON ISTRI II dan lamarannya diterima oleh CALON ISTRI IIbeserta keluarga besarnya Bahwa antara Pemohon dengan calon isterinya Tidak ada hubungan saudara, Sebelumnya calon isteri Pemohon adalah karyawati diperusahaan milik Pemohon. Disanalah Pemohon bertemu dengan calon isteri keduanya. Sampai akhirnya Pemohon berniat untuk menikahi calon isteri keduanya tersebut Bahwa Pemohon mempunyai 2 perusahaan, dan sepengetahuan saksi Pemohon sanggup untuk menafkahi 2 orang isteri Bahwa hubungan Termohon dengan calon isteri Pemohon sangat baik bahkan Termohon sendiri yang datang kerumah untuk meminta CALON ISTRI II menjadi isteri dari Pemohon Menimbang, bahwa kemudian Pemohon dan Termohon telah mengajukan kesimpulan yang pada pokoknya Pemohon tetap ingin berpoligami sedangkan Termohon mengizinkan dan tidak keberatan Pemohon menikah lagi asal dengan calon isteri Pemohon tersebut

71 60 PERTIMBANGAN HUKUM Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan Pemohon sebagaimana telah diuraikan di atas; Menimbang, bahwa majelis telah menasehati pemohon tentang konsekuensi poligami bahkan telah dilakukan mediasi diluar persidangan akan tetapi tidak berhasil Menimbang, bahwa dalil-dalil permohonan pemohon dapat disimpulkan bahwa pemohon ingin menikah lagi dengan seorang perempuan yang bernama CALON ISTRI II dengan alasan bahwa Pemohon masih menginginkan anak karena anak Pemohon baru dua, sementara Termohon pasca operasi kista sudah trauma untuk melahirkan, lagi pula Pemohon telah menjalin hubungan dengan calon isteri Pemohon dan takut terjerumus keperbuatan zina Menimbang, bahwa pada pokoknya dalil-dalil tersebut telah diakui dan dibenarkan oleh termohon Menimbang, bahwa yang menjadi pokok masalah dalam perkara ini adalah apakah permohonan pemohon untuk berpoligami ini telah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh hukum dan peraturan perundang undangan?----- Menimbang, bahwa untuk meneguhkan dalil-dalilnya, pemohon telah mengajukan bukti P.1 sampai dengan P.12 dan saksi-saksi yang bernama 1. SAKSI I dan 2.SAKSI II Menimbang, bahwa surat bukti P.1 dimana bukti tersebut telah dicocokkan dengan aslinya dan telah bermaterai cukup. Oleh karena itu majelis hakim mengkwalifisir bahwa surat tersebut merupakan bukti autentik adanya hubungan hukum antara pemohon dan termohon yang hingga kini masih terikat ikatan suami isteri Menimbang, bahwa bukti P2, sampai dengan P.12 merupakan bukti yang ada kaitannya dengan permohonan pemohon, baik bukti tentang persyaratan berpoligami maupun bukti tentang kepemilikan harta yang telah diperoleh selama Pemohon dan Termohon menikah maka majelis dapat

72 61 menilai sebagai bukti yang kuat dan patut dipertimbangkan sebagai bukti Menimbang, bahwa saksi-saksi yang diajukan oleh pemohon telah memenuhi syarat formil dan materil yang ditetapkan oleh hukum dan keterangannya yang satu dengan yang lainnya saling bersesuaian yang intinya bahwa pemohon dan termohon suami isteri hingga kini, pemohon dan calon isterinya tidak mempunyai hubungan keluarga atau sedarah yang mengharamkannya untuk menikah. Sepengetahuan saksi pemohon sanggup untuk memenuhi kebutuhan hidup para isterinya dan dapat berlaku adil Menimbang, bahwa berdasarkan pengakuan termohon dihubungkan dengan keterangan saksi-saksi dan bukti-bukti P.1 sampai dengan P.12, majelis hakim menemukan fakta-fakta sebagai berikut : Bahwa Pemohon dan termohon masih terikat dalam ikatanperkawinan sebagai suami isteri yang sah Bahwa, pemohon hendak menikah lagi dengan perempuan yang bernama CALON ISTRI II Bahwa, termohon merestui pemohon menikah lagi Bahwa, pemohon dan calon isteri pemohon tidak ada hubungan keluarga atau sedarah yang mengharamkannya untuk menikah Bahwa, pemohon cukup mampu dalam membiayai kehidupan kedua isterinya kelak karena Pemohon mempunyai penghasilan yang lebih dari cukup Menimbang, bahwa melihat kemampuan secara material dimana pemohon bekerja di dua perusahan dan mempunyai penghasilan perbulannya di PT Z sebesar lebih kurang Rp ,- ( sepuluh juta rupiah), dan di PT X setiap bulan sebesar Rp ,- ( lima puluh lima juta rupiah ), pemohon telah menyatakan bersedia berlaku adil dalam menggauli kedua isterinya, maka dari kenyataan yang demikian majelis hakim berpendapat bahwa permohonan pemohon telah memenuhi syaratsyarat sebagaimana dimaksud oleh Pasal 5 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan jo. Pasal 41 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun

73 jo. Pasal 57 Kompilasi Hukum Islam, sehingga permohonan pemohon untuk menikah lagi dengan wanita bernama CALON ISTRI II dapat dipertimbangkan Menimbang, bahwa apabila permohonan Pemohon tidak dikabulkan maka akan membuat mudharat bagi kedua pihak, karena sesuai dengan kaedah fiqhiyyah yang artinya : Menolak mafsadat untuk menjaga kemaslahatan itu lebih diutamakan ---- Menimbang, bahwa permohonan Pemohon tersebut sesuai pula dengan Firman Allah SWT. dalam surah An -Nisa, ayat 3: Artinya: Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan pertimbangan tersebut maka permohonan Pemohon untuk melakukan poligami dapat dikabulkan.-- Menimbang, bahwa sesuai bukti P-4, P-5, P-6, P-7,P-8, P-11 dan P-12 berupa bukti bukti tentang harta bersama Pemohon dan Termohon, dan Pemohon telah menyanggupi bahwa harta tersebut tidak akan bercampur dengan harta yang akan diperoleh apbila nanti Pemohon menikah lagi Menimbang, bahwa perkara ini termasuk dalam bidang perkawinan, maka berdasarkan Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan diubah lagi dengan Undang undang No. 50 tahun 2009 tentang Peradilan Agama biaya perkara dibebankan kepada pemohon Mengingat segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan hukum syara yang berkenaan dengan perkara ini M E N G A D I L I 1. Mengabulkan permohonan Pemohon; Memberi izin kepada Pemohon untuk menikah yang kedua (poligami) dengan seorang perempuan yang bernama CALON ISTRI II; Menetapkan harta berupa:

74 sebidang tanah beserta bangunannya dengan luas 160 M2 dan bangunan 300 M2 yang terletak di Jakarta Selatan atas nama Ahmad; sebidang tanah beserta bangunannya dengan luas 500 M2 dan bangunan 300 M2 yang terletak di Jakarta Selatan atas nama Retno Kadarsih Soedjak, dimana sekarang sedang dalam proses Pergantian Nama hak milik atas nama Retno Kadarsih Soedjak menjadi TERMOHON; Satu unit mobil Hyundai Tucson buatan tahun 2013 No. Polisi B XXXX SJF atas nama Ahmad; Satu unit mobil Honda Jazz buatan tahun 2013 No. Polisi B XXX ETY atas nama ANAK I DARI PEMOHON DAN TERMOHON; Satu unit sepeda motor merk Yamaha Sold tahun 2011, No. Polisi B XXX SBL atas nama Ahmad; Satu unit sepeda motor merk Yamaha Sold tahun 2009, No. Polisi B 6582 SRB atas nama Ety Suprihatin; Satu unit sepeda motor merk Aprilia tahun 2013; adalah harta bersama antara Pemohon dengan Termohon; Membebankan kepada Pemohon untuk membayar biaya perkara ini sejumlah Rp ,- (tiga ratus enam belas ribu rupiah); Demikian diputuskan dalam permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan pada hari Kamis, tanggal 13 Februari 2014 Masehi bertepatan dengan tanggal 13 Rabiul Tsani 1435 Hijriyah, oleh Drs. Nasrul, M.A. sebagai Ketua Majelis, Dra. Hj. Tuti Ulwiyah, M.H. dan Drs. Sohel, S.H., masing-masing sebagai hakim anggota, putusan mana diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum oleh Ketua Majelis dengan dihadiri oleh hakim-hakim anggota tersebut dan dengan dibantu oleh Siti Makbullah, S.H., sebagai panitera pengganti dengan dihadiri oleh Pemohon dan Termohon;

75 64 Hakim Anggota, ttd Dra. Hj. Tuti Ulwiyah, M.H. Ketua Majelis, ttd Drs. Nasrul, M.A. Hakim Anggota, ttd Drs. Sohel, S.H. Panitera Pengganti, ttd Siti Makbullah, S.H. Perincian biaya : 1. Biaya Pendaftaran : Rp Biaya Administrasi : Rp Biaya Panggilan : Rp Biaya Redaksi : Rp Biaya Materai : Rp J u m l a h : Rp ( tiga ratus enam belas ribu rupiah) Untuk salinan sesuai aslinya Pengadilan Agama Jakarta Selatan Panitera, H.Ahmad Majid,S.H.M.H.

76 BAB IV MANDUL, IZIN POLIGAMI, DAN UNDANG-UNDANG A. Deskripsi Perkara Izin Poligami 0023/Pdt.G/2014/PA.JS Ahmad bin Saliya, umur 45 tahun sebagai Pemohon. Ety Suprihatin binti M. Tauhid, umur 42 tahun sebagai Termohon. Bahwa pemohon dengan surat permohonannya tertanggal 03 Januari 2014 yang telah terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Agama Jakarta Selatan Nomor 0023/Pdt.G/2014/PA.JS. Pada tanggal 08 Januari 2007 Pemohon dengan Termohon melangsungkan pernikahan yang dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Kramat Jati Jakarta Selatan dengan kutipan Akta Nikah Nomor 107/107/I/2007. Pernikahan Pemohon dan Termohon sudah dikaruniai dua orang anak yang masing-masing bernama, Clara Firstya Afivadila, Perempuan, yang lahir di Jakarta pada tanggal 07 Mei 1995, dan Clarence Daffa Ananta, Laki-laki, yang lahir di Jakarta pada tanggal 18 Desember Rumah tangga Pemohon dengan Termohon berjalan rukun dan harmonis dan saat ini tinggal di Jalan M. Kahfi I No. 26 Rt 04/02 Gang Damai I, Kelurahan Ciganjur, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Pemohon hendak menikah lagi (poligami) dengan seorang perempuan bernama Annisya binti Djaenalih, umur 23 tahun. Pernikahan antara Pemohon dengan calon istri kedua Pemohon tersebut akan dilangsungkan 65

77 66 dan dicatatkan menurut ketentuan hukum yang berlaku, karena diantara Pemohon dengan calon istri kedua Pemohon tersebut telah tumbuh rasa saling cinta dan saling percaya serta hendak membangun rumah tangga sebagaimana ketentuan hukum yang berlaku dan karenanya Pemohon khawatir akan menjadi perbuatan yang dilarang oleh norma agama. Apabila Pemohon tidak menikah dengan calon istri kedua Pemohon tersebut. Pemohon mampu memenuhi kebutuhan hidup istri-istri Pemohon beserta anak-anak dikarenakan Pemohon memiliki pekerjaan yang mapan. Selain itu dalam perkawinan antara Pemohon dengan Termohon juga telah memiliki harta bersama. Pemohon sanggup berlaku adil terhadap istri-istri Pemohon. Termohon telah menyatakan menyetujui Pemohon untuk menikah lagi dengan calon istri kedua Pemohon. Calon istri kedua Pemohon menyatakan tidak akan menganggu gugat harta benda yang sudah ada selama ini dan akan tetap utuh sebagai harta bersama perkawinan antara Pemohon dengan Termohon tersebut. Antara Pemohon dengan calon istri Pemohon tidak ada larangan melakukan perkawinan baik menurut syariat Islam maupun peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan dalil-dalil di atas karenanya Pemohon mohon agar Ketua Pengadilan Agama Jakarta Selatan segera memanggil pihak-pihak dalam perkara ini, selanjutnya memeriksa dan mengadili perkara ini dengan menjatuhkan amar putusan sebagai berikut:

78 67 P RIMAIR Mengabulkan permohonan Pemohon Menetapkan memberikan izin kepada Pemohon untuk menikah lagi yang kedua dengan seorang perempuan bernama Annisya binti Djaenalih Menetapkan harta bersama antara Pemohon dan Termohon Membebankan biaya perkara kepada Pemohon SUBSIDAIR Atau apabila Majelis Hakim berpendapat lain mohon Putusan seadiladilnya. B. Pertimbangan Hakim memberikan Izin Poligami dalam perkara nomor 0023/Pdt.G/2014/PA.JS Menimbang bahwa majelis hakim telah menasehati Pemohon tentang konsekuensi poligami bahkan telah dilakukan mediasi di luar persidangan akan tetapi tidak berhasil. Bahwa dalil-dalil permohonan Pemohon dapat disimpulkan bahwa Pemohon ingin menikah lagi dengan seorang perempuan yang bernama Annisa Binti Djaenalih dengan alsan bahwa Pemohon masih menginginkan anak karena anak Pemohon baru dua, sementara Termohon pasca operasi kista sudah trauma melahirkan, lagi pula Pemohon telah menjalin hubungan dengan calon isteri Pemohon dan takut terjerumus ke perbuatan zina.

79 68 Bahwa yang menjadi pokok masalah dalam perkara ini adalah apakah permohonan Pemohon untuk berpoligami ini telah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh hukum dan peraturan perundang-undangan? Bahwa untuk meneguhkan dalil-dalilnya, Pemohon telah mengajukan bukti P.1 sampai dengan P.12 dan saksi-saksinya yang bernama 1. Amin Santoso bin Alwi dan 2. Fitriyani binti Djaenalih. Bahwa surat bukti P.1 dimana bukti tersebut telah dicocokkan dengan yang aslinya dan telah bermaterai cukup. Oleh karena itu majelis hakim mengkualifisir bahwa surat tersebut merupakan bukti autentik adanya hubungan hukum antara Pemohon dengan Termohon yang kini masih terikat ikatan suami isteri. Bahwa P.2 sampai dengan P.12 merupakan bukti yang ada kaitannya dengan permohonan Pemohon, baik bukti tentang persyaratan berpoligami maupun bukti tentang kepemilikan harta yang telah diperoleh selama Pemohon dan Termohon menikah maka majelis hakim dapat menilai sebagai bukti yang kuat dan patut dipertimbangkan sebagai berikut. Bahwa saksi-saksi yang diajukan oleh Pemohon telah memenuhi syarat formil dan materiil yang ditetapkan oleh hukum dan keterangannya yang satu dengan yang lainnya saling bersesuaian yang intinya bahwa Pemohon dan Termohon suami isteri hingga kini, Pemohon dan calon isterinya tidak memiliki hubungan keluarga atau sedarah yang mengharamkannya untuk menikah. Sepengetahuan saksi Pemohon sanggup untuk memenuhi kebutuhan hidup para isterinya dan dapat berlaku adil.

80 69 Bahwa melihat kemampuan secara material di mana Pemohon bekerja di dua perusahaan dan mempunyai penghasilan perbulannya di PT Pancamulia Esa Andalan Mandiri sebesar lebih kurang Rp , (sepuluh juta rupiah), dan di PT Tripatra Esa Andalan Mandiri setiap bulan sebesar Rp , (lima puluh lima juta rupiah), Pemohon telah menyatakan bersedia berlaku adil dalam menggauli kedua isterinya, maka dari kenyataan yang demikian majelis hakim berpendapat bahwa permohonan Pemohon telah memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud Pasal 5 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan jo. Pasal 41 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo. Pasal 57 Kompilasi Hukum Islam, sehingga permohonan Pemohon untuk menikah lagi dengan wanita yang bernama Annisa binti Djaenalih dapat dipertimbangkan. Bahwa apabila permohonan Pemohon tidak dikabulkan maka akan membuat mudharat bagi kedua belah pihak, karena sesuai dengan kaedah fiqhiyyah yang artinya Menolak mafsadat untuk menjaga kemaslahatan lebih diutamakan. Bahwa permohonan Pemohon tersebut sesuai pula dengan Firman Allah SWT dalam surah An-Nisa, ayat 3 yang artinya Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu tidak akan dapat berlaku adil maka (kawinilah) seorang saja. Bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka permohonan Pemohon untuk melakukan poligami dapat dikabulkan. Bahwa sesuai bukti P-4, P-5, P-6, P-7, P-8, P-11 dan P-12 berupa bukti tentang

81 70 harta bersama Pemohon dan Termohon, dan Pemohon telah menyanggupi bahwa harta tersebut tidak akan bercampur dengan harta yang diperoleh apabila nanti Pemohon menikah lagi. Bahwa perkara ini termasuk dalam bidang perkawinan, maka berdasarkan Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan diubah lagi dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama biaya perkara dibebankan kepada Pemohon. C. Putusan perkara nomor 0023/Pdt.G/2014/PA.JS ditinjau dari Hukum Islam dan Hukum Positif. 1. Ditinjau dari hukum Islam a. Menurut Al-Qur an Di tinjau dari Hukum Islam, putusan perkara nomor 0023/Pdt.G/2014/PA.JS sesuai dengan firman Allah dalam Surah An- Nissa : 3 : و ا ن خ ف ت م ا لا ت قس ط وا ف ي ا لي ت ام ى ف ان ك ح وا م ا طاب ل ك م م ث ن ى و ثلا ث و ر ب اع ف ا ن خ فت م ا لا ت ع د ل وا فو اح د ة ا و م ا م ل ك ت ا ي م ان ك م ذل ك ا د ن ى ا لا ت ع و لوا( النساء ( ۳ م ن ال ن س ا ء Artinya : Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. (Q.S. An- Nisa: 3)

82 71 Ayat tersebut merupakan ayat yang memberikan pilihan kepada kaum laki-laki untuk menikahi yatim dengan rasa takut tidak berlaku adil karena keyatimannya atau menikahi perempuan yang disenangi hingga jumlahnya empat istri. Akan tetapi, jika dihantui oleh rasa takut tidak berlaku adil, lebih baik menikah dengan seorang perempuan atau hamba sahaya, karena hal itu menjauhkan diri dari berbuat aniaya. Pandangan normatif al-qur an yang selanjutnya diadopsi oleh ulama-ulama fikih setidaknya menjelaskan dua persyaratan yang harus dimiliki suami. Pertama, seorang laki-laki yang akan berpoligami harus memiliki kemampuan dana yang cukup untuk membiayai berbagai keperluan dengan bertambahnya istri yang dinikahi. Kedua, seorang suami harus memperlakukan semua istrinya dengan adil. Tiap istri harus diperlakukan sama dalam memenuhi hak perkawinan serta hak-hak lain b. Menurut Qawaid Fiqhiyah Putusan perkara nomor 0023/Pdt.G/2014/PA.JS ini di tinjau dari kaidah fiqhiyyah sesuai dengan kaidah berikut: درءالمفاسد مقدم على جلب المصلح Artinya : menolak mafsadat untuk menjaga kemaslahatan itu lebih di utamakan. Penjelasan dari kaidah di atasa yaitu, bahwa pembentukan hukum itu tidak dimaksudkan, kecuali merealisir kemaslahatan ummat manusia.

83 72 Artinya mendatangkan keuntungan bagi mereka dan menolak madharat serta menghilangkan kesulitan daripadanya Di tinjau dalam Hukum Positif a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Pada pasal 5 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 di jelaskan bahwa syarat bagi suami yang ingin beristri lebih dari seorang yaitu, dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan Agama sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) Undang-Undang ini harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : (a) adanya persetujuan dari isteri/isteri-isteri (b) adanya kepastian bahawa suami mampu menjamin keperluan-keperluan hidup isteri-isteri dan anak-anak mereka (c) adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anak mereka. Persetujuan yang dimaksud dalam pada ayat (1) huruf a pasal ini tidak diperlukan bagi seorang suami apabila isteri/isteri-isterinya tidak mungkin dimintai persetujuan dan tidak dapat menjadi pihak dalam perjanjian, atau apabila tidak ada kabar dari isterinya selama sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun, atau karena sebab-sebab lainnya yang perlu mendapat penilaian dari hakim Pengadilan Agama. 2 Keadilan yang dimaksud oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, terutama pada Pasal 5 adalah keadilan dari segi materi. Keadilan materi dalam bentuk pembagian nafkah yang dapat diukur secara matematis, sedangkan keadilan dalam bentuk batiniah 1 Abdul Wahab Khallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996), cet ke-6, h Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h.47.

84 73 sulit untuk diukur karena menyangkut masalah perasaan atau hati, yang mengetahuinya hanya suami yang berpoligami dan istri yang merasakannya karena dipoligami D. Analisis Penulis. Poligami berlaku bagi suami yang ingin menikah dengan lebih dari seorang perempuan. Alasan terjadinya poligami yaitu, istri tidak dapat menjalankan kewajiban, istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan, dan istri tidak dapat melahirkan keturunan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan Drs. Nasrul, M.A. dan Drs. Sohel, S.H. selaku Majelis Hakim yang memutuskan perkara nomor 0023/Pdt.G/2014/PA.JS, yang memberikan izin poligami dengan alasan istri mengidap penyakit kista dan miom. Majelis Hakim berpendapat bahwa dengan divonisnya istri pertama mengidap penyakit kista dan miom maka istri pertama tidak bisa melayani suaminya lagi, sehingga tidak tercapainya tujuan perkawinan. Majelis hakim memahami mandul, yaitu sejak awal perkawinan istri dinyatakan mandul, tetapi apabila di tengah perkawinan istri dinyatakan mandul maka suami diperbolehkan untuk melakukan poligami. Hal ini sesuai dengan Peraturan Perundang- undangan. Jika istri sudah tidak bisa lagi melayani suami maka, suami diperbolehkan untuk melakukan poligami. 3 3 Hasil wawancara dengan Hakim Drs. Sohel, S.H. pada tanggal 25 Agustus 2015 di Pengadilan Agama Bandung

85 74 Alasan hakim memberikan Izin Poligami dalam perkara ini, karena istri trauma untuk melahirkan setelah dinyatakan mengidap penyakit kista dan miom, maka tidak tercapainya tujuan perkawinan. Karena istri yang dinyatakan mengidap penyakit kista dan miom akan merasakan kesakitan. Dalam hal pembuktian Hakim, mengatakan bahwa Hakim tidak dapat menentukan masalah istri mengidap kista dan miom kecuali harus ada bukti surat lampiran dokter yang menyatakan bahwa istri tersebut memang benarbenar mengidap penyakit kista dan miom sehingga menyebabkan tidak bisa memiiki keturunan lagi. 4 Surat keterangan dari dokter tersebut sudah tidak dibutuhkan lagi ketika sang istri sudah mengakui langsung bahwa memang benar dirinya mengidap penyakit kista dan miom terlepas itu jujur atau bohong. 5 Majelis Hakim menilai bahwa putusan ini sudah sesuai dengan Peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, karena tidak dilakukannya Banding, Kasasi, Peninjauan Kembali oleh para pihak. 6 Melihat fakta terjadi di persidangan dengan adanya pengakuan dan keterangan dari para saksi, maka sudah sesuai dengan Peraturan Perundangundangan. 7 4 Hasil wawancara dengan Hakim Drs. Nasrul. M.A. pada tanggal 25 Juli 2015 di Pengadilan Agama Jakarta Selatan. 5 Hasil wawancara dengan Hakim Drs. Sohel, S.H. pada tanggal 25 Agustus 2015 di Pengadilan Agama Bandung. 6 Hasil wawancara dengan Hakim Drs. Sohel, S.H. pada tanggal 25 Agustus 2015 di Pengadilan Agama Bandung. 7 Hasil wawancara dengan Hakim Drs. Nasrul, M.A. pada tanggal 25 Juli 2015 di Pengadilan Agama Jakarta Selatan.

86 75 Penulis kurang setuju dengan penetapan Majelis Hakim yang mengabulkan perkara ini. Penulis beralasan bahwasanya yang di sebut mandul oleh ilmu kedokteran adalah ketidakmampuan secara biologis dari seorang laki-laki atau seorang perempuan untuk menghasilkan keturunan. Dalam arti lain kemandulan adalah sebuah istilah yang dapat juga diartikan sebagai kegagalan, tidak berhasil, atau tidak dapat membentuk. Pada kasus ini, istri dinyatakan mandul setelah istri melahirkan keturunan, dan dinyatakan mengidap penyakit kista dan miom. Penyakit yang diidap oleh istri bukanlah penyakit yang mematikan dan bisa disembuhkan dengan adanya dorongan semangat dari orang-orang terdekat terutama dari suami. Dalam hal ini, persyaratan yang ditetapkan oleh Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 pasal 4 sangat diskriminatif. Kelemahan istri baik fisik maupun non fisik dijadikan alasan kebolehan suami untuk menikah lagi. Seolah-olah istri hanya di anggap sebagai pelayan suami saja yang apabila sudah tidak dapat digunakan, maka suami dapat mencari wanita lain untuk dapat melayaninya sesuai keinginannya. Dalam hal alasan hakim memberikan izin poligami, penulis tidak sependapat dengan Hakim, karena tujuan perkawinan bukan hanya untuk berhubungan badan saja, melainkan untuk mencapai keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah Ar- Rum ayat 21 : و م ن ا ي ات ه ا ن خ ل ق ل كم م ن ا ن ف س كم ا ز و اج ا ل ت س كن وا ا لي ه ا و ج ع ل ب ي ن كم م و د ة و ر ح م ة ا ن ف ي ذل ك لا ي ات ل قو م ي ت ف ك ر و ن(الروم : ٢١ (

87 76 Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir (Q.S. Ar-Rum: 21) Sakinah, yang dimaksud adalah ketenangan dan ketentraman jiwa yang tidak hanya di dasari oleh naluri seksual saja, akan tetapi dorongan kebutuhan jiwanya untuk mendapatkan ketenangan. Mawaddah yang dimaksud adalah menyintai, yang artinya sebagai cinta plus. Supaya cinta yang ditanamkan dalam sebuah ikatan perkawinan tidak akan pudar sampai mati. Karena diharapkan bahwa pasangan suami istri yang melaksanakan perkawinan itu langgeng seumur hidup, tidak ada yang memisahkan kecuali kematian. Rahmah adalah kasih sayang, kasih sayang dapat menghasilkan kesabaran, murah hati, ramah, tidak angkuh, tidak mencari keuntungan sendiri, dan tidak pendendam. Dalam kehidupan rumah tangga, suami istri tidak luput dari kelemahan sehingga suami istri harus saling melengkapi, dan saling menyayangi. 8 Penulis melihat dampak yang terjadi apabila suami melakukan poligami, maka dampaknya tidak hanya kepada istri yang mengidap penyakit kista dan miom akan tetapi berdampak pula kepada anak-anaknya. Yaitu berkurangnya perhatian ayah terhadap anak-anak. Karena dalam hal ini, perlindungan anak perlu diperhatikan untuk masa depannya kelak. 2011), h Huzaemah Yahido Tanggo, Fikih Perempuan Kontemporer, (Bogor : Ghalia Indonesia,

88 77 Dalam hal pembuktian, penulis kurang setuju dengan Majelis Hakim yang berpendapat bahwa bukti surat dokter sudah tidak dibutuhkan lagi, karena Termohon sudah mengakui mengidap penyakit kista dan miom di dalam persidangan. Karna menurut penulis, pembuktian merupakan tahap yang menentukan dalam proses perkara, karena dari hasil pembuktian dapat diketahui benar atau tidaknya suatu gugatan atau bantahan. 9 Memang benar sang istri sudah mengakui jika dirinya telah mengidap penyakit kista dan miom, tetapi alangkah lebih validnya jika memang ada surat keterangan dari dokter, sehingga Majelis Hakim mengetahui jika memang alasan Pemohon mengajukan permohonan poligami memang benar dan pantas untuk dikabulkan. Penulis sependapat dengan Majelis Hakim bahwa putusan ini sudah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan karena para pihak tidak melakukan Banding, Kasasi, Peninjauan Kembali. 9 Bambang Sugeng, dan Sujayadi, Hukum Acara Perdata dan Dokumentasi Litigasi Perkara Perdata, (Jakarta : Kencana, 2011), h.65.

89 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah penulis uraikan pada bab terdahulu, maka pada bab ini penulis akan menguraikan beberapa kesimpulan, yaitu : Mandul yang dipahami oleh Majelis Hakim yaitu sejak awal perkawinan istri sudah dinyatakan mandul. Akan tetapi apabila di tengah perjalanan perkawinan istri dinyatakan mandul, walaupun sudah melahirkan keturunan, suami diperbolehkan untuk menikah lagi. Menurut ilmu kedokteran, mandul terbagi 2 macam yaitu mandul primer dan sukender. Mandul primer yaitu istri belum hamil walaupun bersenggama tanpa usaha kontrasepsi dan dihadapkan pada kemungkinan kehamilan selama dua belas (12) bulan. Sedangkan mandul sekunder yaitu istri pernah hamil, namun kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama tanpa usaha kontrasepsi dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama dua belas (12) bulan. Adapun alasan Hakim memberikan Izin Poligami pada perkara Nomor 0023/Pdt.G/2014/PA.JS yaitu, karena istri trauma untuk melahirkan kembali setelah dinyatakan mengidap penyakit kista dan miom, suami masih menginginkan anak, agar suami dan calon istri kedua tidak terjerumus ke dalam perbuatan zina. Alasan ini sesuai dengan syarat yang ditetapkan oleh 78

90 79 Pasal 4 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Dimana salah satu syaratnya istri tidak dapat menjalankan kewajiban. Putusan ini sudah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Dengan melihat fakta persidangan yang terjadi di persidangan dengan adanya pengakuan dari istri dan keterangan dari para saksi, serta tidak adanya Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali yang dilakukan oleh para pihak. B. SARAN Tujuan perkawinan adalah untuk menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah, yang hampir mustahil diwujudkan dalam keluarga yang berpoligami. Mengenai permasalahan poligami dengan alasan istri mengidap penyakit kista dan miom. Berkaitan dengan karya tulis ini, penulis dapat memberkan beberapa saran diantaranya: 1. Kepada pemerintah, untuk lebih tegas kembali dalam memberlakukan Undang-Undang Perkawinan, dalam hal ini mengenai masalah Izin Poligami. 2. Kepada Hakim, agar lebih teliti lagi dalam menangani dan memutuskan perkara Izin Poligami, supaya tidak ada penyalahgunaan kebolehan berpoligami. 3. Kepada pelaku poligami, agar lebih memikirkan kembali dampak yang terjadi akibat poligami, supaya tidak ada pihak yang merasa tersakiti

91 DAFTAR PUSTAKA Buku-Buku Ali, Zainuddin. Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika Badrudin, Arud. Pembatalan Perkawinan Karena Poligami Liar (Analisis Yurisprudensi Perkara Nomor 461/Pdt.G/1995/PA.Smd), (Skripsi S1Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010 Djalil, Basiq. Peradilan Agama di Indonesia, Jakarta: Kencana, Fajri, Muhammad. Izin PPoligami Akibat Istri Hamil di Luar Nikah (Analisis Komparatif Putusan No : 1723/Pdt.G/2013/PA.Mlg dan Putusan No : 50/Pdt.G/2013/PA.Tlm), (Skripsi S1Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014 Farida, Anik. Menimbang Dalil Poligami Antara Teks, Konteks & Praktek, Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta Farhat, Karam Hilmi. Poligami dalam Pandangan Islam, Nasrani & Yahudi, Jakarta: Darul Haq Ghazaly, Abdul Rahman. Fiqih Munakahat, Bogor: Kencana Harahap, Yahya. Hukum Perkawinan Nasional, Medan: Zahir Trading Co Medan, Hasan, Mustofa. Pengantar Hukum Keluarga, Bandung: CV Pustaka Setia Khallaf, Abdul Wahab. Kaidah-kaidah Hukum Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Kharlie, Ahmad Tholabi. Hukum Keluarga Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika Asep Syarifuddin Hidayat. Hukum Keluarga di Dunia Islam Kontemporer, Lembaga Penelitian UIN Jakarta:2011. Moeleng, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya

92 81 Mujahidin, Ahmad. Pembaharuan Hukum Acara Peradilan Agama, Bogor: Ghalia Indonesia, Nasution, Amir Taat. Rahasia Perkawinan dalam Islam, Jakarta: PT Pedoman Ilmu Jaya, Nurlaela, Eva Siti Mandul Sebagai Alasan Perceraian (Analisa Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan.) Skripsi S1Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2009 Nuruddin, Amiur dan Azhar Akmal Tarigan. Hukum Perdata Islam di Indonesia studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No 1/1974 sampai KHI, Jakarta: Kencana Rasyid, Chatib & Syaifuddin. Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Praktik Pada Pengadilan Agama, Yogyakarta: UUI Press, Rofiq, Ahmad. Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Rozi, Muhammad. Efektifitas Mediasi dalam Menyelesaikan Perkara Perceraian di Pengadilan Agama Jakarta Selatan, Skripsi S1Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Saebani, Beni Ahmad. Fiqih Munakahat 2, Bandung: Pustaka Setia Syamsul Falah. Hukum Perdata Islam di Indonesia, Bandung: CV Pustaka Setia, Salmiati, Cerai Gugat Wanita Karier (Analisis Putusan Nomor : 1002/Pdt.G/2010/PA.JS), Skripsi S1Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Shihab, Muhammad Quraish. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Quran Vol.2, Jakarta : Lentera Hati Soekanto, Soejono. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Sopyan, Yayan. Islam Negara Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum Nasional, Jakarta: RMBooks Sugeng, Bambang dan Sujayadi. Hukum Acara Perdata dan Dokumentasi Litigasi Perkara Perdata, Jakarta : Kencana, 2011.

93 82 Sunggono, Bambang. Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada Sy, Mushtofa. Kepaniteraan Peradilan Agama, Jakarta: Kencana Tihami, H.M.A. dan Sohari Sahrani. Fiqih Munakahat Kajian Fiqih Nikah Lengkap, Jakarta: Rajawali Press Tim Penyusun, Ensiklopedia Indonesia Tanggo, Huzaemah Tahido. Masail Fiqhiyah Kajian Hukum Islam Kontemporer, Bandung: Angkasa Bandung Fikih Perempuan Kontemporer, Bogor : Ghalia Indonesia, Wiknjosastro, Hanifa dkk. Ilmu Kandungan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Zuhaili, Wahbah. Penerjemah : Abdul Hayyie al-kattani, dkk, Penyunting : Arif Muhajir, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jilid 9, Jakarta: Gema Insani, 2011, cet ke-1 Undang-Undang Internet Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Pekawinan. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 1 Tahun Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 jo Peraturan Pemeritah Nomor 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil Kompilasi Hukum Islam

94

95

96

97

98

99 HASIL WAWANCARA Nama : Drs. Nasrul, M.A. Jabatan : Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan Tanggal : 24 Juli 2015 Keterangan : T = Tanya J = Jawab 1. T : Pada perkara permohonan Izin Poligami yang masuk di Pengadilan Agama Jakarta Selatan, hal-hal apa saja yang memicu suami ingin memiliki istri lebih dari seorang? J : Banyak yah kalau apa saja perkara yang masuk di Pengadilan Agama Jakarta, ada yang tidak memiliki keturunan, istri yang sakit yang tidak melayani suami juga ada. 2. T : Apakah seluruh permohonan poligami yang terdaftar di Pengadilan Agama Jakarta Selatan dapat dikabulkan oleh hakim? J : Tidak juga, tergantung dengan alasannya. Kalau alasannya sesuai dengan Undang-Undang dapat dikabulkan. Ada juga yang mengajukan izin poligami tapi tidak beralasan ya ditolak oleh hakim. Ada saja alasan ya karena alasan mempunyai kemampuan uang cukup, akhirnya menikah lagi. Akan tetapi alasan seperti yang dicantumkan di PP Nomor 9 Tahun 1975, sudah terpenuhi persyaratannya untuk poligami. Tentu kita akan menolak, sepanjang suami yang akan berpoligami belum memiliki hubungan yang lebih jauh dengan perempuan lain. Tetapi apabila suami yang akan berpoligami sudah memiliki hubungan yang lebih jauh lagi,

100 maka hakim melihat dari kemudharatannya, dan itu sesuai dengan Perundang-undangan terkadang dikabulkan juga T : Apakah dalam penyelesaian permohonan izin poligami bapak/ibu hakim pernah menolak permohonan tersebut, dan apa alasannya? J : Pernah, apabila permohonan izin poligami tidak sesuai dengan Perundang-undangan. Contoh seperti, istri sudah memiliki anak dan masih bisa memberikan keturunan kepada suami. Maka tidak ada alasan untuk bisa berpoligami. 3. T : Dalam hal istri mengidap penyakit kista dan miom, apakah istri dapat dinyatakan mandul dan suami diperbolehkan untuk melakukan poligami? J : kalau untuk masalah istri mengidap penyakit kista dan miom, hakim tidak dapat menentukan itu. Itu harus ada rekam mediknya dari dokter, yang menyatakan bahwa istri mengidap penyakit kista dan miom, dan kalau menurut ilmu kesehatan penyakit ini tidak bisa memiliki keturunan lagi. Kalau para pihak melampirkan surat keterangan dokter, yaitu termasuk alasan yang sesuai dengan Perundang-undangan, yaitu dengan alasan istri tidak bisa melahirkan keturunan lagi. 4. T : Dalam hal pembuktian Pemohon dan Termohon tidak menyertakan surat keterangan dokter yang menyatakan bahwa Termohon mengidap penyakit kista dan miom, Bagaimana hakim memastikan bahwa Termohon dinyatakan mengidap penyakit kista dan miom? J : kalau tidak ada surat keterangan dokter yang menyatakan istri mengidap penyakit kista dan miom, mungkin ada pengakuan dari

101 Termohon yang menyatakan bahwa memang istri mengidap penyakit kista dan miom. Bisa saja kalau tidak ada surat keterangan dokter, tetapi suami mengatakan bahwa istrinya mengidap penyakit kista dan miom, istri yang dimintai persetujuan untuk berpoligami ia membenarkan seperti itu. Mungkin di tambah lagi saksi-saksi yang mendengar pengakuan dari Termohon. 5. T : Apa yang menjadi pertimbangan hakim dalam memutuskan permohonan izin poligami Nomor 0023 Pdt.G/PA.JS dengan alasan istri mengidap penyakit kista dan miom? J : pertimbangannya yaitu melihat resiko dari penyakit Termohon apabila Termohon hamil kembali, beresiko tinggi ketika melahirkannya. Dan trauma Termohon untuk memiliki keturunan kembali, walaupun Pemohon dan Termohon tidak memiliki rencana untuk memiliki keturunan lagi, tetapi kan sudah trauma. 6. T : Apakah putusan Nomor 0023/Pdt.G/2013/PA.JS ini sudah sesuai dengan Undang-Undang Perkawinan yang berlaku di Indonesia? J : sesuai karena istri tidak bisa melayani lagi. Ada ketentuan seperti di dalam Perundang-undangan. Kalau faktanya seperti itu di persidangan adanya pengakuan atau keterangan dokter, berarti masuk ke Pasal ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Pasal 57 Kompilasi Hukum Islam yaitu istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai seorang istri, istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan, istri tidak dapat melahirkan keturunan.

102 Salah satunya yaitu istri tidak bisa melahirkan keturunan lagi. Dan juga apabila di awal perkawinan istri mengidap penyakit kista dan miom, akan beresiko tinggi untuk melahirkan keturunan, maka dalam hal ini sudah sesuai dengan Perundang-undangan. Jakarta, 25 Juli 2015 Hakim Drs. NASRUL, M.A.

103 HASIL WAWANCARA Nama : Drs. Sohel, S.H. Jabatan : Hakim Pengadilan Agama Bandung Tanggal : 25 Agustus 2015 Keterangan : T = Tanya J = Jawab 1. T : Apa yang menjadi alasan Hakim memberikan Izin Poligami pada perkara nomor 0023/Pdt.G/2014/PA.JS? J : Izin poligami itu, pada dasarnya diperbolehkan. Dengan syarat berlaku adil, itu ketentuan syar i. Sedangkan yang dibuat Pemerintah itu untuk kemaslahatan. Agar poligami tidak dilakukan sembarangan, maka diaturlah syarat poligami. Syarat itu dikaitkan dengan tujuan perkawinan itu sendiri. Hakim melihat karena istri sudah mengidap penyakit kista, yang notabanenya akan menyakiti istri. Orang yang memiliki penyakit kista secara medis merasakan kesakitan. Tentu tujuan perkawinan tidak akan tercapai. Nah kesana larinya kenapa alasan poligami ini dikabulkan. Filosofis hukumnya seperti itu. 2. T : Mandul yang dipahami oleh hakim seperti apa, apakah ketika istri tidak dapat memiliki keturunan atau ketika istri dinyatakan mandul karena kecelakaan setelah memiliki keturunan? J : Kalau saya memhahami mandul itu dari awal perkawinan. Artinya tidak memungkinan untuk memiliki keturunan. Tapi yang

104 harus dipahami syarat-syarat yang dibuat oleh Undang-Undang adalah syarat alternatif. Artinya syarat itu tetap dengan kaitan tujuan perkawinan. Apa yang diatur oleh Pemerintah seperti cacat fisik, mandul sebetulnya berkaitan dengan tujuan perkawinan itu sendiri. Syarat itu berlaku apabila istri tidak menyetujui adanya poligami, apabila istri menyetujui adanya poligami maka syarat itu dikesampingkan. 3. T : Dalam hal pembuktian, Termohon tidak menyertakan bukti surat keterangan dokter yang menyatakan bahwa Termohon mengidap penyakit kista dan miom, bagaimana hakim memastikan bahwa Termohon dinyatakan mengidap penyakit kista dan miom? J : Pengakuan dari Termohon yang mengakui mengidap penyakit kista dan miom, karena pengakuan Termohon merupakan alat bukti yang sempurna. Jadi tidak usah dibuktikan dengan surat keterangan dokter. Tapi apabila Termohon tidak mengakui mengidap penyakit kista dan miom. Hal ini sesuai dengan 311 RBg, 184 HIR sesuatu yang diakui merupakan alat bukti yang sempurna. Jadi sebetulnya saksipun tidak perlu, hanya sekedar pendukung saja. Karna syaratnya sudah terpenuhi. Alat bukti diperlukan apabila para pihak membantah, kalau para pihak mengakui maka alat bukti tidak diperlukan lagi. Terlepas Termohon berbohong atau tidak itu urusan Termohon. Yang dicari oleh Hakim adalah kebenaran formiil bukan kebenaran materiil

105

106 Foto ketika wawancara dengan Hakim Drs. Nasrul, M.A., di ruang hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan pada tanggal 25 Juli 2015 Foto ketika wawancara dengan Hakim Drs. Sohel. S.H., di ruang hakim Pengadilan Agama Bandung pada tanggal 25 Agustus 2015.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006 BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DALAM BUKU II SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006 A. Analisis Hukum Terhadap Landasan Penetapan Harta Bersama Dalam Permohonan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. poligami dalam bentuknya yang beragam telah ada dalam tahap-tahap awal dari

BAB I PENDAHULUAN. poligami dalam bentuknya yang beragam telah ada dalam tahap-tahap awal dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Poligami memiliki akar sejarah yang panjang dalam perjalanan peradaban manusia, poligami merupakan permasalahan dalam perkawinan yang paling banyak diperdebatkan

Lebih terperinci

BAB IV. Analisis Hukum Positif Terhadap Pandangan Tokoh Masyarakat. Tentang Praktik Poligami Di Bulak Banteng Wetan Kecamatan. Kenjeran Kota Surabaya.

BAB IV. Analisis Hukum Positif Terhadap Pandangan Tokoh Masyarakat. Tentang Praktik Poligami Di Bulak Banteng Wetan Kecamatan. Kenjeran Kota Surabaya. BAB IV Analisis Hukum Positif Terhadap Pandangan Tokoh Masyarakat Tentang Praktik Poligami Di Bulak Banteng Wetan Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya. A. Analisis Praktik Poligami di Bulak Banteng Wetan Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuknya yang terkecil, hidup bersama itu dimulai dengan adanya sebuah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. bentuknya yang terkecil, hidup bersama itu dimulai dengan adanya sebuah keluarga. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak dilahirkan ke dunia manusia sudah mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya dalam suatu pergaulan hidup. Di dalam bentuknya yang terkecil,

Lebih terperinci

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6 BAB I PENDAHULUAN Dalam kehidupan, manusia tidak dapat hidup dengan mengandalkan dirinya sendiri. Setiap orang membutuhkan manusia lain untuk menjalani kehidupannya dalam semua hal, termasuk dalam pengembangbiakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Poligami merupakan masalah yang kontroversial dalam Islam. Para ulama ortodoks

BAB I PENDAHULUAN. Poligami merupakan masalah yang kontroversial dalam Islam. Para ulama ortodoks BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Poligami merupakan masalah yang kontroversial dalam Islam. Para ulama ortodoks berpendapat bahwa poligami adalah bagian dari syariat Islam dan karenanya pria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Allah SWT menjadikan perkawinan sebagai salah satu asas hidup yang utama dalam pergaulan atau masyarakat yang sempurna bahkan Allah SWT menjadikan perkawinan sebagai

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ANAK LAKI-LAKI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

PENDIDIKAN ANAK LAKI-LAKI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM PENDIDIKAN ANAK LAKI-LAKI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana S-1 Oleh : ARIF HIDAYANTO 0806010018 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk memecahkan persoalan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk memecahkan persoalan suatu bangsa, A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan upaya untuk memecahkan persoalan suatu bangsa, karena tujuan pendidikan suatu bangsa erat hubungannya dengan usaha mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda

BAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SIDOARJO TENTANG PERMOHONAN IZIN POLIGAMI (PEMBUKTIAN KEKURANGMAMPUAN ISTERI MELAYANI SUAMI) A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara terhormat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI PERKARA PUTUSAN NOMOR 1708/pdt.G/2014/PA.bjn. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri M dalam Putusan Nomor:

Lebih terperinci

IZIN POLIGAMI AKIBAT TERJADI PERZINAAN SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DI PENGADILAN AGAMA YOGYAKARTA

IZIN POLIGAMI AKIBAT TERJADI PERZINAAN SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DI PENGADILAN AGAMA YOGYAKARTA 3 IZIN POLIGAMI AKIBAT TERJADI PERZINAAN SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DI PENGADILAN AGAMA YOGYAKARTA Oleh : Alip No. Mhs : 03410369 Program Studi : Ilmu Hukum UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Lebih terperinci

BAB IV. Setelah mempelajari putusan Pengadilan Agama Sidoarjo No. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda tentang izin poligami, penulis dapat

BAB IV. Setelah mempelajari putusan Pengadilan Agama Sidoarjo No. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda tentang izin poligami, penulis dapat BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERTIMBANGAN DAN DASAR HUKUM IZIN POLIGAMI DALAM PUTUSAN MAJELIS HAKIM DI PENGADILAN AGAMA SIDOARJO NO. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda A. Analisis Yuridis Pertimbangan Dan Dasar

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang Pemberian Izin Poligami Dalam Putusan No. 913/Pdt.P/2003/PA. Mlg

BAB IV. A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang Pemberian Izin Poligami Dalam Putusan No. 913/Pdt.P/2003/PA. Mlg BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PEMBERIAN IZIN POLIGAMI TANPA ADANYA SYARAT ALTERNATIF PADA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA KOTA MALANG NO. 913/Pdt.P/2003/PA.Mlg A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang

Lebih terperinci

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA Pertanyaan Dari: Ny. Fiametta di Bengkulu (disidangkan pada Jum at 25 Zulhijjah 1428 H / 4 Januari 2008 M dan 9 Muharram 1429 H /

Lebih terperinci

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu?

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu? "kemal pasa", k_pasa03@yahoo.com Pertanyaan : Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu? Jawaban : Tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa hidup berpasang-pasangan, hidup. sebagaimana firman-nya dalam surat Az-zariyat ayat 49 :

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa hidup berpasang-pasangan, hidup. sebagaimana firman-nya dalam surat Az-zariyat ayat 49 : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa hidup berpasang-pasangan, hidup berjodoh-jodoh adalah naluri segala makhluk Allah, termasuk manusia, sebagaimana firman-nya dalam surat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PERKAWINAN DI BAWAH UMUR TANPA DISPENSASI KAWIN PENGADILAN AGAMA

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PERKAWINAN DI BAWAH UMUR TANPA DISPENSASI KAWIN PENGADILAN AGAMA 59 BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PERKAWINAN DI BAWAH UMUR TANPA DISPENSASI KAWIN PENGADILAN AGAMA A. Analisis Hukum Terhadap Pelaksanaan Perkawinan di bawah Umur Tanpa Dispensasi Kawin Perkawinan ialah

Lebih terperinci

POLIGAMI YANG BERDASARKAN ADVICE DOKTER. (Studi Kasus Putusan Nomor 409/Pdt.G/2006/PA.Mgt) S K R I P S I

POLIGAMI YANG BERDASARKAN ADVICE DOKTER. (Studi Kasus Putusan Nomor 409/Pdt.G/2006/PA.Mgt) S K R I P S I POLIGAMI YANG BERDASARKAN ADVICE DOKTER (Studi Kasus Putusan Nomor 409/Pdt.G/2006/PA.Mgt) S K R I P S I Diajukan untuk melengkapi sebagian syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana program Strata satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalammenjadikan dan menciptakan alam ini. Perkawinan bersifat umum,

BAB I PENDAHULUAN. dalammenjadikan dan menciptakan alam ini. Perkawinan bersifat umum, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu ketentuan dari ketentuan-ketentuan Allah di dalammenjadikan dan menciptakan alam ini. Perkawinan bersifat umum, menyeluruh, berlaku

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. poligami yang diputus oleh Pengadilan Agama Yogyakarta selama tahun 2010

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. poligami yang diputus oleh Pengadilan Agama Yogyakarta selama tahun 2010 51 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kasus Posisi Sebelum menjelaskan mengenai kasus posisi pada putusan perkara Nomor 321/Pdt.G/2011/PA.Yk., penulis akan memaparkan jumlah perkara poligami yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menciptakan segala sesuatunya di dunia ini dengan berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah diciptakan-nya

Lebih terperinci

KAJIAN YURIDIS TERHADAP PERKAWINAN KEDUA SEORANG ISTRI YANG DITINGGAL SUAMI MENJADI TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) KE LUAR NEGERI

KAJIAN YURIDIS TERHADAP PERKAWINAN KEDUA SEORANG ISTRI YANG DITINGGAL SUAMI MENJADI TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) KE LUAR NEGERI KAJIAN YURIDIS TERHADAP PERKAWINAN KEDUA SEORANG ISTRI YANG DITINGGAL SUAMI MENJADI TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) KE LUAR NEGERI 1) TITIN APRIANI, 2) RAMLI, 3) MUHAMMAD AFZAL 1),2) Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM POLIGAMI MENURUT HUKUM ISLAM DAN UU NO. 1 TAHUN 1974 DAN PEMBUKTIAN

BAB II TINJAUAN UMUM POLIGAMI MENURUT HUKUM ISLAM DAN UU NO. 1 TAHUN 1974 DAN PEMBUKTIAN BAB II TINJAUAN UMUM POLIGAMI MENURUT HUKUM ISLAM DAN UU NO. 1 TAHUN 1974 DAN PEMBUKTIAN A. Tinjauan Umum Poligami 1. Pengertian Poligami Poligami adalah salah satu sistem perkawinan dari bermacam-macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Bab III Pasal 49 sampai dengan 53 Undang-Undang Nomor 7 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Bab III Pasal 49 sampai dengan 53 Undang-Undang Nomor 7 Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Bab III Pasal 49 sampai dengan 53 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama dijelaskan tentang kewenangan dan kekuasaan mengadili yang menjadi

Lebih terperinci

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TIDAK DITETAPKANNYA NAFKAH IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK (STUDI ATAS PUTUSAN NOMOR 2542/PDT.G/2015/PA.LMG) A. Pertimbangan Hukum Hakim yang Tidak Menetapkan Nafkah

Lebih terperinci

A. Analisis Tradisi Standarisasi Penetapan Mahar Dalam Pernikahan Gadis dan. 1. Analisis prosesi tradisi standarisasi penetapan mahar

A. Analisis Tradisi Standarisasi Penetapan Mahar Dalam Pernikahan Gadis dan. 1. Analisis prosesi tradisi standarisasi penetapan mahar 49 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI STANDARISASI PENETAPAN MAHAR DALAM PERNIKAHAN GADIS DAN JANDA DI DESA GUA-GUA KECAMATAN RAAS KABUPATEN SUMENEP A. Analisis Tradisi Standarisasi Penetapan

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 105 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG PEMELIHARAAN ANAK YANG BELUM/SUDAH MUMAYYIZ

STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 105 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG PEMELIHARAAN ANAK YANG BELUM/SUDAH MUMAYYIZ STUDI ANALISIS TERHADAP PASAL 105 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG PEMELIHARAAN ANAK YANG BELUM/SUDAH MUMAYYIZ SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang memiliki kedudukan mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling berhubungan antara satu dengan

Lebih terperinci

MODEL KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN IBADAH UMRAH PADA PT AN-NAMIRA ALMA MULIA KOTA SEMARANG

MODEL KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN IBADAH UMRAH PADA PT AN-NAMIRA ALMA MULIA KOTA SEMARANG MODEL KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN IBADAH UMRAH PADA PT AN-NAMIRA ALMA MULIA KOTA SEMARANG Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Sosial Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia melainkan seluruh makhluk ciptaan-nya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan

BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan 67 BAB IV ANALISIS A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan Verstek pada Perkara Nomor: 1884/Pdt.G/VERZET/2012/PA.Kab.Mlg Terhadap formulasi putusan penulis mengacu pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang berbeda yaitu laki-laki dan perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa Allah Swt. menciptakan manusia agar

Lebih terperinci

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI YANG HARAM UNTUK DINIKAHI حفظه هللا Ustadz Kholid Syamhudi, Lc Publication : 1437 H_2016 M RINGHASAN FIKIH ISLAM: Yang Haram Untuk Dinikahi حفظه هللا Oleh : Ustadz Kholid Syamhudi Disalin dari web Beliau

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang Alasan-Alasan Izin Poligami Di Pengadilan Agama Pasuruan Fitrah yang diciptakan Allah atas manusia mengharuskan

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor 0026/Pdt.P/2013/PA Slk

P E N E T A P A N Nomor 0026/Pdt.P/2013/PA Slk P E N E T A P A N Nomor 0026/Pdt.P/2013/PA Slk BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Solok yang memeriksa dan mengadili perkara pada tingkat pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Perkawinan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan bukan saja terjadi di kalangan manusia,

Lebih terperinci

Hukum Poligami. Syaikh Abdul Aziz bin Baz -rahimahullah- Terjemah : Muhammad Iqbal A. Gazali Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad

Hukum Poligami. Syaikh Abdul Aziz bin Baz -rahimahullah- Terjemah : Muhammad Iqbal A. Gazali Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad Hukum Poligami تعد لز جا [ Indonesia Indonesian ند نيn ] Syaikh Abdul Aziz bin Baz -rahimahullah- Terjemah : Muhammad Iqbal A. Gazali Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad 2010-1431 1 تعد لز جا» باللغة لا ند

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DENGAN SIKAP BIRRUL WALIDAIN REMAJA DI DUSUN WONOREJO BANYUWANGI BANDONGAN MAGELANG

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DENGAN SIKAP BIRRUL WALIDAIN REMAJA DI DUSUN WONOREJO BANYUWANGI BANDONGAN MAGELANG HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DENGAN SIKAP BIRRUL WALIDAIN REMAJA DI DUSUN WONOREJO BANYUWANGI BANDONGAN MAGELANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN 1 2 TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN (Studi Penelitian di Pengadilan Agama Kota Gorontalo) Nurul Afry Djakaria

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor 20/Pdt.P/2013/PA Slk

P E N E T A P A N Nomor 20/Pdt.P/2013/PA Slk P E N E T A P A N Nomor 20/Pdt.P/2013/PA Slk BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Solok yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

PROGRAM ILMU SYARIAH KONSENTRASI HUKUM KELUARGA ISLAM

PROGRAM ILMU SYARIAH KONSENTRASI HUKUM KELUARGA ISLAM HUKUM KEWARISAN MENURUT IMAM SYAFI'I DAN HAZAIRIN (Studi Perbandingan Dalam Kasus Ahli Waris Pengganti Dan Relevansinya Dengan KHI) TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana Universitas Negeri Islam Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah suatu cara yang dipilih

Lebih terperinci

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r:

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r: Penetapan Awal Bulan dan Jumlah Saksi Yang Dibutuhkan hilal? Bagaimana penetapan masuknya bulan Ramadhan dan bagaimana mengetahui Dengan nama Allah I Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang merupakan ketentuan yang mengatur pelaksanaan perkawinan yang ada di Indonesia telah memberikan landasan

Lebih terperinci

BAB II POLIGAMI DALAM ISLAM

BAB II POLIGAMI DALAM ISLAM 15 BAB II POLIGAMI DALAM ISLAM A. Pengertian Poligami Pengertian poligami secara etimologi poligami terdiri dari dua kata yaitu Poli yaitu banyak dan Gami artinya isteri. Jadi poligami itu beristeri banyak.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SAMPANG. NOMOR: 455/Pdt.G/2013.PA.Spg.

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SAMPANG. NOMOR: 455/Pdt.G/2013.PA.Spg. BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SAMPANG NOMOR: 455/Pdt.G/2013.PA.Spg. A. Analisis Hukum Terhadap Deskripsi Putusan Nomor: 455/Pdt.G/2013/PA.Spg Mengenai Perceraian Akibat Suami

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh seorang pria dengan seorang wanita, yang memeluk agama dan kepercayaan yang berbeda antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kompilasi Hukum Islam, CV. Nuansa Aulia, 2013, hlm. 2. 2

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kompilasi Hukum Islam, CV. Nuansa Aulia, 2013, hlm. 2. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan aspek penting dalam Islam. Suatu pernikahan yang sakinah, mawaddah, dan rahmah, tentunya harus berusaha dipersiapkan segala sesuatu yang

Lebih terperinci

polus yang artinya banyak, dan gamein atau gamous, yang berarti kawin atau perkawinan.

polus yang artinya banyak, dan gamein atau gamous, yang berarti kawin atau perkawinan. BAB II KONSEP POLIGAMI BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INDONESIA A. Konsep Poligami 1. Pengertian Poligami Menurut bahasa poligami berasal dari bahasa yunani yaitu gabungan kata poli atau polus yang artinya

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PASAL 9 UU NO. 36 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PASAL 9 UU NO. 36 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGHASILAN TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PASAL 9 UU NO. 36 TAHUN 2008 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Syari ah (S.Sy)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP DISSENTING OPINION DALAM PUTUSAN PERKARA CERAI GUGAT (Studi Putusan Nomor 0164/Pdt.G/2014/PA.Mlg)

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP DISSENTING OPINION DALAM PUTUSAN PERKARA CERAI GUGAT (Studi Putusan Nomor 0164/Pdt.G/2014/PA.Mlg) BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP DISSENTING OPINION DALAM PUTUSAN PERKARA CERAI GUGAT (Studi Putusan Nomor 0164/Pdt.G/2014/PA.Mlg) A. Analisis Terhadap Deskripsi Dissenting Opinion Dalam Putusan Perkara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mensyariatkan perkawinan sebagai realisasi kemaslahatan primer, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. mensyariatkan perkawinan sebagai realisasi kemaslahatan primer, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama Islam yang diturunkan oleh Allah SWT. sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam, yang mengatur segala sendi kehidupan manusia di alam semesta ini, diantara aturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Islam mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT dan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Islam mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT dan hubungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Hukum Islam mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT dan hubungan sesama manusia. Salah satu hubungan sesama manusia adalah melalui perkawinan, yaitu perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan satu sama lain, mencintai, menghasilkan keturunan serta hidup

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan satu sama lain, mencintai, menghasilkan keturunan serta hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT menciptakan laki-laki dan perempuan sehingga mereka dapat berhubungan satu sama lain, mencintai, menghasilkan keturunan serta hidup dalam kedamaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tuntutan kebutuhan yang makin maju dan sejahtera, tuntutan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tuntutan kebutuhan yang makin maju dan sejahtera, tuntutan tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai mahluk individu, memiliki emosi yang memerlukan perhatian, kasih sayang, harga diri, pengakuan dan tanggapan emosional dari manusia lainnya dalam kebersamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diabadikan dalam Islam untuk selama-lamanya. Pernikahan secara terminologi adalah sebagaimana yang dikemukakan

BAB I PENDAHULUAN. dan diabadikan dalam Islam untuk selama-lamanya. Pernikahan secara terminologi adalah sebagaimana yang dikemukakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menciptakan makhluk hidup berpasang-pasangan seperti laki-laki dan perempuan, tapi manusia tidak samadengan makhluk lain nya, yang selalu bebas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM A. Persetujuan Majelis Hakim Dalam Memberikan Ijin Poligami Pada Putusan No. 1821/Pdt.G/2013/Pa.SDA Seorang suami dapat melakukan poligami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhluk pribadi sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhluk pribadi sekaligus 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk Tuhan adalah makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial, susila, dan religius. Sifat kodrati manusia sebagai makhluk pribadi, sosial, susila,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMAKAIAN JILBAB TERHADAP PERILAKU SISWI KELAS XI SMA NEGERI 1 JATISRONO WONOGIRI

PENGARUH PEMAKAIAN JILBAB TERHADAP PERILAKU SISWI KELAS XI SMA NEGERI 1 JATISRONO WONOGIRI PENGARUH PEMAKAIAN JILBAB TERHADAP PERILAKU SISWI KELAS XI SMA NEGERI 1 JATISRONO WONOGIRI SKRIPSI Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM SURAT AL-FATIHAH

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM SURAT AL-FATIHAH NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM SURAT AL-FATIHAH SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Dalam Ilmu Tarbiyah Oleh: ANNA FATIHA NIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Quran dinyatakan bahwa hidup berpasang-pasangan, hidup berjodoh-jodohan adalah naluri segala makhluk Allah, termasuk manusia. 1 Dalam surat Adz-Dzariyat ayat

Lebih terperinci

TINJAUAN TEORITIS ASAS MONOGAMI TIDAK MUTLAK DALAM PERKAWINAN. Dahlan Hasyim *

TINJAUAN TEORITIS ASAS MONOGAMI TIDAK MUTLAK DALAM PERKAWINAN. Dahlan Hasyim * Terakreditasi Berdasarkan Keputusan Dirjen Dikti Depdiknas Nomor : 23a/DIKTI/Kep./2004 Tgl 4 Juni 2004 TINJAUAN TEORITIS ASAS MONOGAMI TIDAK MUTLAK DALAM PERKAWINAN Dahlan Hasyim * Abstrak Perkawinan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasanya ialah watha

BAB I PENDAHULUAN. menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasanya ialah watha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan menurut istilah ilmu fiqih dipakai perkataan nikah dan perkataan ziwaj, nikah menurut bahasa mempunyai arti sebenarnya ( hakikat ) dan arti kiasan

Lebih terperinci

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac. DAMPAK PEMBATALAN PERKAWINAN AKIBAT WALI YANG TIDAK SEBENARNYA TERHADAP ANAK DAN HARTA BERSAMA MENURUT HAKIM PENGADILAN AGAMA KEDIRI (Zakiyatus Soimah) BAB I Salah satu wujud kebesaran Allah SWT bagi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan menciptakan suatu keluarga atau rumah tangga yang rukun, melaksanakannya merupakan ibadah.

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan menciptakan suatu keluarga atau rumah tangga yang rukun, melaksanakannya merupakan ibadah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia di dunia ini, yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan) secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang

Lebih terperinci

POLIGAMI TANPA PERSETUJUAN ISTRI (Studi Komparasi Metode Ijtihad antara Hasbullah Bakri dengan Pasal 5 UU NO.1/1974 Jo.

POLIGAMI TANPA PERSETUJUAN ISTRI (Studi Komparasi Metode Ijtihad antara Hasbullah Bakri dengan Pasal 5 UU NO.1/1974 Jo. POLIGAMI TANPA PERSETUJUAN ISTRI (Studi Komparasi Metode Ijtihad antara Hasbullah Bakri dengan Pasal 5 UU NO.1/1974 Jo. Pasal 58 KHI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 284

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 284 Tafsir Depag RI : QS 002 - Al Baqarah 284 ل ل ه م ا ف ي الس م او ات و م ا ف ي ال ا ر ض و ا ن ت ب د وا م ا ف ي ا ن ف س ك م ا و ت خ ف وه ي ح اس ب ك م ب ه الل ه ف ي غ ف ر ل م ن ي ش اء و ي ع ذ ب م ن ي ش اء

Lebih terperinci

rukhs}oh (keringanan), solusi dan darurat.

rukhs}oh (keringanan), solusi dan darurat. BAB IV TELAAH PANDANGAN TOKOH AGAMA DI KECAMATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP TERHADAP POLIGAMI KYAI HAJI MASYHURAT A. Analisis Hukum Islam Terhadap Pandangan Tokoh Agama di Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu, harus lah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai azas pertama

BAB I PENDAHULUAN. itu, harus lah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai azas pertama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sah untuk membina rumah tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul amanah dan tanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selain sebagai makhluk individu, manusia juga disebut sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan sangat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan sangat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan sangat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun kelompok dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara

Lebih terperinci

PERNIKAHAN DENGAN NIAT TALAK. (Studi Pernikahan di Desa Gajah Kecamatan Gajah Kabupaten Demak) SKRIPSI

PERNIKAHAN DENGAN NIAT TALAK. (Studi Pernikahan di Desa Gajah Kecamatan Gajah Kabupaten Demak) SKRIPSI PERNIKAHAN DENGAN NIAT TALAK (Studi Pernikahan di Desa Gajah Kecamatan Gajah Kabupaten Demak) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata S1 Dalam Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Terhadap Modernisasi Mahar Nikah di KUA Jambangan Surabaya

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Terhadap Modernisasi Mahar Nikah di KUA Jambangan Surabaya BAB IV ANALISIS A. Analisis Terhadap Modernisasi Mahar Nikah di KUA Jambangan Surabaya Mahar merupakan kewajiban oleh suami terhadap istri yang harus diberikan baik dalam atau setelah dilakukan akad nikah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam UUD RI Tahun 1945 pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, dan ayat 3 menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik

BAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia di dunia ini yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik antara satu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan ibadah dan mendekatkan diri dengan Allah SWT sebagai

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan ibadah dan mendekatkan diri dengan Allah SWT sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah memiliki peranan dalam kehidupan, selain sebagai hamba, juga manusia sebagai kholifah. Peran sebagai hamba diwujudkan dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG CERAI TALAK

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG CERAI TALAK 20 BAB II LANDASAN TEORI TENTANG CERAI TALAK A. Landasan Teori Tentang Perceraian 1. Pengertian Perceraian Perkawinan merupakan suatu sunnah Rasul SAW, yang bertujuan untuk membentuk keluarga sakinah mawaddah

Lebih terperinci

KONSEP MENUTUP AURAT DALAM AL-QUR AN SURAT AL-NŪR AYAT DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM

KONSEP MENUTUP AURAT DALAM AL-QUR AN SURAT AL-NŪR AYAT DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM KONSEP MENUTUP AURAT DALAM AL-QUR AN SURAT AL-NŪR AYAT 30-31 DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS KRITIS KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA MENURUT PROF. DR. ZAKIAH DARADJAT DALAM BUKU PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA DAN SEKOLAH SKRIPSI

ANALISIS KRITIS KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA MENURUT PROF. DR. ZAKIAH DARADJAT DALAM BUKU PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA DAN SEKOLAH SKRIPSI ANALISIS KRITIS KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA MENURUT PROF. DR. ZAKIAH DARADJAT DALAM BUKU PENDIDIKAN ISLAM DALAM KELUARGA DAN SEKOLAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI SHALAT KEPADA SISWA SMAN DI KOTA BANJARMASIN

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI SHALAT KEPADA SISWA SMAN DI KOTA BANJARMASIN PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI SHALAT KEPADA SISWA SMAN DI KOTA BANJARMASIN TESIS Oleh: FADLIYANUR NIM. 1202520950 INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ANTASARI PASCASARJANA

Lebih terperinci

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 285

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 285 Tafsir Depag RI : QS 002 - Al Baqarah 285 آم ن الر س ول ب م ا ا ن ز ل ا ل ي ه م ن ر ب ه و ال م و م ن ون ك ل آم ن ب الل ه و م ل اي ك ت ه و ك ت ب ه و ر س ل ه ل ا ن ف ر ق ب ي ن ا ح د م ن ر س ل ه و ق ال وا

Lebih terperinci

AHMAD GAZALI NIM

AHMAD GAZALI NIM ANALISIS KRITIS TERHADAP GAGASAN PADA PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2009 DAN DOKUMEN KURIKULUM MUATAN LOKAL PENDIDIKAN AL- QUR AN TESIS Oleh AHMAD GAZALI NIM.1102110799 INSTITUT

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK Praktik sewa menyewa pohon yang terjadi di Desa Mayong merupakan suatu perjanjian yang sudah lama dilakukan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu hal yang tidak dapat dihindari adalah setiap orang tentu akan meninggal, baik ia seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN NO. 0051/Pdt.P/PA.Gs/2010 TENTANG WALI ADLAL KARENA PERCERAIAN KEDUA ORANG TUA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN NO. 0051/Pdt.P/PA.Gs/2010 TENTANG WALI ADLAL KARENA PERCERAIAN KEDUA ORANG TUA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN NO 0051/Pdt.P/PA.Gs/2010 TENTANG WALI ADLAL KARENA PERCERAIAN KEDUA ORANG TUA A. Pertimbangan Hukum Hakim Dalam Menetapkan Perkara Wali Adlal Dalam hukum Islam,

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PROBLEMATIKA ZIARAH KUBUR BAGI WANITA. (Studi kasus pada Makam Sultan Hadlirin Mantingan Tahunan Jepara)

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PROBLEMATIKA ZIARAH KUBUR BAGI WANITA. (Studi kasus pada Makam Sultan Hadlirin Mantingan Tahunan Jepara) TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PROBLEMATIKA ZIARAH KUBUR BAGI WANITA (Studi kasus pada Makam Sultan Hadlirin Mantingan Tahunan Jepara) SKRIPSI Dibuat guna memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh

Lebih terperinci

UPAYA GURU AQIDAH AKHLAK DALAM MENDISIPLINKAN SISWA DI MAN 2 MODEL BANJARMASIN OLEH ANNISA DAMAYANTI

UPAYA GURU AQIDAH AKHLAK DALAM MENDISIPLINKAN SISWA DI MAN 2 MODEL BANJARMASIN OLEH ANNISA DAMAYANTI UPAYA GURU AQIDAH AKHLAK DALAM MENDISIPLINKAN SISWA DI MAN 2 MODEL BANJARMASIN OLEH ANNISA DAMAYANTI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2016 M/1437 H UPAYA GURU AQIDAH AKHLAK DALAM MENDISIPLINKAN

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG KEWAJIBAN ISTERI MENAFKAHI SUAMI DI DESA SARI GALUH KEC. TAPUNG KAB. KAMPAR PEKANBARU SKRIPSI

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG KEWAJIBAN ISTERI MENAFKAHI SUAMI DI DESA SARI GALUH KEC. TAPUNG KAB. KAMPAR PEKANBARU SKRIPSI TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG KEWAJIBAN ISTERI MENAFKAHI SUAMI DI DESA SARI GALUH KEC. TAPUNG KAB. KAMPAR PEKANBARU SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP ALASAN-ALASAN MENGAJUKAN IZIN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR PEMERINTAHAN KABUPATEN GRESIK

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP ALASAN-ALASAN MENGAJUKAN IZIN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR PEMERINTAHAN KABUPATEN GRESIK BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP ALASAN-ALASAN MENGAJUKAN IZIN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR PEMERINTAHAN KABUPATEN GRESIK A. Alasan-alasan Pengajuan Izin Perceraian Pegawai Negeri

Lebih terperinci

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN 2.1 Pengertian Perkawinan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

Lebih terperinci

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH HUKUM NIKAH BEDA AGAMA

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH HUKUM NIKAH BEDA AGAMA FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH HUKUM NIKAH BEDA AGAMA Pertanyaan Dari: Hamba Allah, di Jawa Tengah, nama dan alamat diketahui redaksi (Disidangkan pada hari Jum at, 20 Syakban 1432 H / 22 Juli 2011 M) Pertanyaan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini dikarenakan pada hakikatnya kehidupan setiap manusia diawali dengan perjanjian dengan-nya untuk

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENDEKATAN SALINGTEMAS PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DI SDN KEBUN BUNGA 5 KOTA BANJARMASIN OLEH SALMAN FAUZI

PELAKSANAAN PENDEKATAN SALINGTEMAS PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DI SDN KEBUN BUNGA 5 KOTA BANJARMASIN OLEH SALMAN FAUZI PELAKSANAAN PENDEKATAN SALINGTEMAS PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DI SDN KEBUN BUNGA 5 KOTA BANJARMASIN OLEH SALMAN FAUZI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2016 M/1437 H i

Lebih terperinci

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang, Pendahuluan Perkawinan merupakan institusi yang sangat penting dalam masyarakat. Di dalam agama islam sendiri perkawinan merupakan sunnah Nabi Muhammad Saw, dimana bagi setiap umatnya dituntut untuk mengikutinya.

Lebih terperinci

Nomor Putusan : 089/Pdt.G/2010/PA.GM Para pihak : Pemohon Vs Termohon Tahun : 2010 Tanggal diputus : 26 Mei 2010

Nomor Putusan : 089/Pdt.G/2010/PA.GM Para pihak : Pemohon Vs Termohon Tahun : 2010 Tanggal diputus : 26 Mei 2010 Nomor Putusan : 089/Pdt.G/2010/PA.GM Para pihak : Pemohon Vs Termohon Tahun : 2010 Tanggal diputus : 26 Mei 2010 Tanggal dibacakan putusan : 26 Mei 2010 Amar : Dikabulkan Kata Kunci : Polygami Jenis Lembaga

Lebih terperinci

PENETAPAN /Pdt.P/2014/PA.Ppg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN /Pdt.P/2014/PA.Ppg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA NOMOR : PENETAPAN /Pdt.P/2014/PA.Ppg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasir Pengaraian yang mengadili perkara Dispensasi Kawin pada tingkat pertama,

Lebih terperinci

BAB IV. Agama Bojonegoro yang menangani Perceraian Karena Pendengaran. Suami Terganggu, harus mempunyai pertimbangan-pertimbangan yang

BAB IV. Agama Bojonegoro yang menangani Perceraian Karena Pendengaran. Suami Terganggu, harus mempunyai pertimbangan-pertimbangan yang BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA BOJONEGORO NOMOR. 2865/Pdt.G/2013/PA.Bjn. TENTANG CERAI GUGAT KARENA PENDENGARAN SUAMI TERGANGGU A. Analisis Terhadap Dasar Hukum Hakim Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita yang dikaruniai sebuah naluri. Naluri

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita yang dikaruniai sebuah naluri. Naluri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tuhan Yang Maha Esa menciptakan manusia berlainan jenis yaitu seorang pria dan seorang wanita yang dikaruniai sebuah naluri. Naluri tersebut diantaranya

Lebih terperinci