BAB IV REKONSTRUKSI EKOTEOLOGI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV REKONSTRUKSI EKOTEOLOGI"

Transkripsi

1 BAB IV REKONSTRUKSI EKOTEOLOGI 4.1 Pendahuluan Pada bab sebelumnya, penulis telah menafsir dan membahas teks Kolose 1: Hasil penafsiran dan pembahasan tersebut menghasilkan pemikiran mengenai keutamaan Kristus terhadap masa depan ciptaan yang dibuktikan melalui kedudukan dan peran-nya dalam kosmos yakni pada pra-eksistensi, kemanusiaan, kesetaraan dengan Allah Bapa dan Roh Kudus, pencipta, penebus serta pendamai segala sesuatu. Pemahaman-pemahan yang berdasar pada Kolose 1:15-23 akan digunakan untuk merekonstruksi wacana ekoteologi. Rekonstruksi ini penting guna melahirkan pemikiran baru yang berdampak pada perubahan cara pandang dan perilaku. Penulis pun akan menjelaskan tentang wacana ekoteologi pada masa kekinian dan kehadiran wacana tersebut dalam konteks Indonesia. 4.2 Wacana Ekoteologi Masa Kini Ekoteologi melihat seluruh ciptaan Allah sebagai suatu sistem yang saling terkait 1 dan penekanannya terletak pada relasi yang harmonis antara Allah, manusia dan alam semesta. Relasi yang baik antara manusia dengan ciptaan lain digambarkan dalam relasi lingkaran yakni setiap ciptaan saling berhubungan dan tidak mendominasi 1 Haskarlianus Pasang, Mengasihi Lingkungan: Bagaimana Orang Kristen, Keluarga dan Gereja Mempraktikkan Kebenaran Firman Tuhan untuk Menjadi Jawaban atas Krisis Ekologi dan Perubahan Iklim di Bumi Indonesia (Jakarta: Literatur Perkantas, 2011),

2 satu dengan yang lain. Ekoteologi tetap mengakui peran penting manusia dalam kehidupan planet bumi, namun menolak klaim mengenai peran dominasi manusia. 2 Ekoteolog melukiskan kembali kisah penciptaan dan menolak pandangan tradisional yang melihat penciptaan dimulai dari tingkatan yang paling sederhana menuju tingkatan yang paling sempurna karena pandangan tersebut menempatkan manusia pada kedudukan yang tertinggi. 3 Wacana ekoteologi pada masa kini masih diwarnai oleh perdebatanperdebatan mengenai alasan terjadinya krisis ekologi yang dikaitkan dengan peristiwaperistiwa alam baik itu bencana alam, dampak perubahan iklim, kelangkaan sumber daya alam, pengrusakan hutan, penggunaaan teknologi yang tidak ramah lingkungan, dan lain sebagainya serta bagaimana teologi menjawab dan bertindak menangani permasalahan-permasalahan lingkungan tersebut. Hal yang harus diakui bahwa krisis ekologi yang terjadi pada saat ini menyadarkan sebagian pemikir Kristen mengenai masalah lingkungan hidup sebagai bagian dari tugas agama. Para pemikir tersebut mulai mengkaji ulang pandangan agama yang telah berabad-abad lalu hanya terfokus pada keselamatan manusia yakni keselamatan untuk jiwa setelah kematian. 4 Kritikan pedas bagi kekristenan oleh Lynn White dalam artikel yang berjudul The Historical Roots of Our Ecological Crisis juga memberikan pengaruh besar bagi para teolog dengan tuduhan bahwa kekristenan menanggung beban besar 2 David G. Hallman, Beyond North/South Dialogue dalam David G. Hallman, Ed., Ecotheology: Voices From South and North (Maryknoll, NY: Orbis Books, 1994), 6. 3 Andalas, Lahir, Martin Harun, Alkitab dan Ekologi, dalam Forum Biblika-Jurnal Ilmiah Populer No. 14 (Jakarta: Lembaga Indonesia, 2001), 2. 56

3 dari rasa bersalah atas krisis ekologi 5 atau dengan kata lain, orang Kristen adalah biang keladi dari dieksploitasinya alam secara semena-mena dengan berdasar pada Kejadian 1:28, mengakibatkan banyaknya pemikiran-pemikiran baru yang muncul baik sifatnya mendukung maupun menentang tuduhan tersebut. Pengkajian ulang, pernyataan ataupun jawabab-jawaban yang disampaikan oleh para teolog pada hakekatnya bertujuan untuk membangun suatu pandangan dan pola perilaku yang mampu diterapkan dalam pemulihan ekologi. Sikap para teolog untuk merubah cara pandang lama yang antroposentrisme menjadi cara pandang yang ekoteologi agar menghasilkan suatu keutuhan ciptaan memang hal yang susah sehingga tidak terlepas dari perdebatan ataupun tantangan-tantangan yang ada di tingkat global maupun lokal. Saya berpendapat ada beberapa hal penting yang terdapat dalam bingkai pemikiran ekoteologi masa kini, yakni pertama, pengaruh filsafat dalam pemikiran barat yang memperkenalkan dualisme dalam perkembangan teologi gereja mengakibatkan ketimpangan relasi antara manusia dan alam. Ajaran tersebut membedakan dunia dan sorga ataupun jasmani dan rohani yang mempengaruhi konsep keselamatan, eskatologi, dan lain sebagainya. Kedua, ajaran yang menempatkan Allah di tempat yang sulit dijangkau yakni di Sorga, mengajarkan bahwa hal yang terpenting adalah di Sorga, bukan di dunia sehingga manusia dapat bersikap acuh tak acuh bahkan tidak peduli terhadap dunia ini. Ketiga, ilmu dan teknologi tidak salah, manusia-lah yang salah karena memakai ilmu dan teknologi dengan tujuan untuk 5 Pendapat Lynn White dikutip oleh Laurel Kearns, The Context of Eco-Theology dalam Gareth Jones, Ed., The Blackwell Companion to Modern Theology,

4 kepentingan diri sendiri tanpa memperhatikan dampaknya pada alam. Keempat, intepretasi keliru terhadap teks Alkitab tanpa melihat konteks dari teks, terkhususnya dalam mandat Kej 1:28 yang dijadikan dasar atau justifikasi dari tindakan dominasi manusia terhadap alam bahkan sesamanya. Kelima, perlunya pertobatan ekologi. Andrew Shepherd menjelaskan bahwa pertobatan ekologi adalah pertobatan dengan cara mengakui bahwa kabar baik yang dinyatakan oleh Kristus berlaku juga bagi seluruh ciptaan dan disertai dengan perubahan cara hidup yakni gaya hidup yang sederhana dan berkelanjutan. Keenam, hubungan antar ciptaan adalah mitra sejajar dengan tugas manusia sebagai penatalayan, pengelola alam semesta ini dengan meneladani Kristus. Ketujuh, perlu adanya kepekaan yang kuat terhadap lingkungan di samping iman yang kuat. Bukan hanya berdoa untuk kelestarian alam tanpa tindakan tetapi perlu adanya tindakan yang selaras dengan doa. Ekoteologi semakin mengalami perkembangan yang pesat dengan corak yang bermacam-macam. Ekoteologi bukan hanya mencakup kaum Kristen namun mencakup keanekaragaman suara, telinga dan wajah dari berbagai pihak pada berbagai disiplin ilmu. Ini suatu pemikiran yang baik sekaligus tantangan yang harus dihadapi. Tantangan ekoteologi bukan hanya berupa permasalahan global tetapi juga masalah internal antar berbagai pihak dalam penanaman sikap kepeduliaan, menjaga, merawat dan memelihara ciptaan lain. Perspektif ekoteologi juga dihubungkan dengan feminisme yang melahirkan cara pandang ekofeminisme yang melihat bahwa bumi ini sengsara bukan hanya karena sikap manusia yang eksploitatif desktruktif tetap juga karena pandangan 58

5 androsentris dengan penempatan laki-laki sebagai puncak hierarki yang menjadi tolak ukur segala sesuatu. 4.3 Wacana Ekoteologi dalam Konteks di Indonesia Dalam konteks Indonesia, ekoteologi meupakan wacana yang tepat karena persoalan ekologi sangat yang relevan untuk dibicarakan di Indonesia. Betapa tidak, Indonesia yang kaya akan sumber daya alam tidak mampu mensejahterahkan rakyatnya. Ini suatu fakta yang menggelitik dan menjadi bukti bahwa bangsa Indonesia telah berada pada situasi yang tidak sesuai dengan cita-cita kemerdekaan yang tertera dalam ideologi pancasila maupun UUD 45. Banjir bandang, angin puting beliung, lumpur lapindo, kegagalan panen, kekeringan, kelangkaan air bersih, kondisi laut dan terumbu karang yang semakin memburuk setiap harinya serta terjadinya kerusakan alam yang lain, mempresentasikan keserakahan sebagian umat manusia yang tamak akan kekuasaan, kekayaan atau keuntungan pribadi sehingga menjadikan lingkungan hidup sebagai objek eksploitasi serta rusaknya rantai ekosistem bumi dengan beberapa faktor, antara lain: penebangan hutan secara illegal maupun legal, penggunaan sumber daya energi yang tidak dapat diperbaharui secara semena-mena, perumbuhan industri dan korporasi global yang mengeruk sumber daya alam, pertumbuhan dan kepadatan penduduk yang tak terkendali serta gaya hidup manusia yang konsumtif dan materialistis mengantarkan bumi Indonesia pada ambang kepunahaan. Laporan Green Peace menyebutkan bahwa kerusakan hutan di Indonesia adalah kerusakan hutan tertinggi di dunia dengan musnahnya 72 persen hutan Indonesia serta tercatat dalam 59

6 Guinnes Book of World Records sebagai negara dengan kerusakan hutan tercepat di dunia. 6 Sungguh suatu realita hidup yang ironis. Manusia pada dasarnya sadar bahwa konsumsi sumber daya alam tanpa prosedur dan berlebihan akan berdampak negatif, yaitu rusaknya lingkungan, akan tetapi kesadaran tersebut tereduksi oleh nafsu eksploitatif dan paradigma patriakhi yang berpandangan bahwa alam harus dimanfaatkan oleh manusia. Suatu paradigma yang telah mengakar, sehingga tidakan-tindakan yang merusak tersebut seolah benar dan malah tidak jarang dicarikan justifikasi dari berbagai sumber, termasuk agama. Menurut Mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Nabiel Makarim kesadaran masyarakat Indonesia cukup baik, kelembagaan kelestarian lingkungan sudah ada di tingkat pusat maupun daerah, peraturan tentang pelestarian lingkungan hidup sudah memadai, namun sampai sekarang kegiatan eksploitasi dan perusakan hutan masih berlangsung. 7 Persoalan ekologi bukan hanya ulah pribadi atau sekelompok orang tertentu, pemerintah juga dituding sebagai pihak yang bertanggungjawab karena pemerintah dinilai lemah dalam upaya penegakkan hukum, padahal dasar hukum perlindungan lingkungan yang ada di Indonesia telah tercantum dalam UUD 45, Pasal 33 8 dan UU 6 Imam Mustofa, Urgensi Eko-Teologi, diunduh dari pada tanggal 10 November Nick Doren, Ekoteologi menurut Dennis Edwards, dalam pada tanggal 10 November (ayat 1) Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. (ayat 4) Perekonomian Nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi keadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Jangan hanya membaca ayat 1 dari pasal 33 UUD 45 tanpa melihat ayat 4 ataupun UU LH No. 32 Tahun 2009 karena makna yang didapat akan bersifat antroposentris bahkan hierarkis dengan negara di tempat pertama, rakyat ditempatkan pada kedudukan kedua dan yang terbawah adalah alam. 60

7 LH No. 32 Tahun Kerusakan ekologi Indonesia menuntut upaya perbaikan dari setiap warga negara, baik secara pribadi maupun secara kelompok, melalui lembaga pemerintahan maupun lembaga swadaya untuk segera memikirkan solusi jangka pendek dan panjang yang berguna bagi pertobatan ekologi. Pada bidang teologi, teologi keselamatan yang antroposentrik sangat kuat kehadirannya dalam gereja-gereja di Indonesia. Pengaruh teologi ini khususnya oleh Luther dan Calvin 10 benar-benar tertanam dalam ajaran kekristenan sampai hari ini, Pengajaran dalam gereja selalu menekankan bahwa Kristus datang untuk menebus manusia. Fokus interpretasi Yohanes 3:16 oleh sebagian besar para pemimpin gereja terletak pada keselamatan manusia bukan keselamatan dunia. Teologi penciptaan yang bias antroposentrisme serta dualisme hierarkis juga dianut oleh gereja-gereja di Indonesia. Manusia 11 dianggap sebagai pusat ciptaan. Teologi penciptaan ini cenderung berpikir bahwa manusia adalah ciptaan yang paling istimewa dan berhak mengusai ciptaan-ciptaan lain. Manusia berelasi dengan ciptaan lain secara piramidal. Mereka tidak hanya menemukan diri mereka berbeda, tetapi juga terpisah dari ciptaan-ciptaan lain. Manusia menganggap diri sebagai tuan atas ciptaan-ciptaan lainnya. Manusia menganggap diri sebagai tuan dan merasa mendapatkan penugasan istimewa dari Allah untuk menguasai dan menaklukan 9 mengatur dan melaksanakan proteksi atau perlindungan terhadap sumber daya alam yaitu udara, tanah, air, pesisir dan laut, keanekaragaman hayati, pedesaan, perkotaan, lingkungan sosial agar tidak mengalami kerusakan dan atau pencemaran. 10 Luther dan Calvin berpandangan sangat antroposentrik, walaupun tidak ekstrem seperti Origenes. Luther memandang alam bukan sebagai saksi kemuliaan Allah, sedangkan Calvin melihat alam hanyalah latar belakang dari drama penyelamatan manusia. 11 Kata manusia hanya menunjuk pada kaum laki-laki dalam perspektif teologi penciptaan yang bias antroposentrisme dan patriakhi. 61

8 ciptaan lain. Mereka dapat mempergunakan atau mengeksploitasi ciptaan lain demi keberlangsungan hidup. Ekoteologi sendiri telah menjadi salah satu tugas dari Persekutuan Gerejawi Indonesia (PGI). Tugas ini dinyatakan dalam buku Lima Dokumen Keesaan Gereja 12 dan buku Tahun Rahmat dan Pemerdekaan: Perenungan Perjalanan Lima Puluh Tahun Republik Indonesia 13. Dalam pertama, PGI berusaha melibatkan seluruh gereja untuk berperan aktif dalam memberitakan injil kepada seluruh makhluk dalam bentuk tanggung jawab terhadap keutuhan ciptaan dengan menwujudnyatakan tindakantindakan pemeliharaan dan pelestarian lingkungan hidup sedangkan dalam buku yang kedua, PGI menegaskan telah sadar mendukung dan ingin mengembangkan perspektif ekoteologi dalam kehidupan sehari-hari. Pada hemat penulis, ekoteologi dalam konteks Indonesia masih berusaha untuk mengubah paradigma antroposentrisme, dualisme hierarki dan pemahaman bahwa bencana adalah hukuman Tuhan sehingga manusia hanya pasrah menerima musibah yang terjadi. 4.4 Sumbangsih Penafsiran Kolose 1:15-23 terhadap Wacana Ekoteologi Teks Kolose 1:15-23 berbicara mengenai dimensi transendental dari kosmik Kristus, yang meliputi kedudukan dan peran Kristus dalam kosmos. Seluruh karya Kristus bernilai ekologi dan sejalan dengan wacana ekoteologi. Karya-Nya bukan 12 Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, Lima Dokumen Keesaan Gereja Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (LDKG-PGI): Keputusan Sidang Raya XII PGI, Jayapura Oktober 1994 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), Pada empat Artikel yang ditulis oleh Dr. Th. Kobong, Karel Phil Erari, Emmanuel Gerrit Singgih dan Kasumbogo Untung. 62

9 hanya dalam proses inkarnasi dan penebusan serta pendamaian umat manusia dari dosa tetapi juga dalam pra-eksistensi-nya sebagai pencipta segala sesuatu Keutamaan Krisus terhadap Masa Depan Ciptaan dalam Wacana Ekoteologi Keutamaan Kristus dalam pra-eksistensi dan kemanusiaan-nya, kesetaraan- Nya dengan Allah Bapa dan Roh Kudus, kedudukan-nya dalam karya penciptaan dan karya penebusan serta pendamaian yang bersifat kosmik memberikan suatu harapan akan masa depan ciptaan yang berimplikasi pada pola relasi yang setara antar ciptaan. Penafsiran terhadap Kolose 1:15-23 menyatakan bahwa Kristus berkaitan dengan segala ciptaan bukan sejak proses inkarnasi dan penebusan tetapi sejak awal, sebelum segala sesuatu dijadikan. Hubungan tersebut dijelaskan dalam konsep kosmik Kristus dalam gambaran kepala tubuh. Keterkaitan antara Kristus dan ciptaan mewujudnyatakan peristiwa Inkarnasi. Allah yang dalam kekekalan-nya telah berencana sejak semula untuk menebus, mendamaikan serta memulihkan keutuhan ciptaan. Ini tujuan dari kedatangan dan pemberitaan Kristus mengenai Kerajaan Allah. Karya penebusan dan pendamaian-nya menjadi awal transformasi dari relasi yang baru antara ciptaan dan Allah serta antar ciptaan. Ini sesuai dengan wacana ekoteologi, karena merupakan cara pandang yang menentang relasi antroposentrisme dan atau yang bias dualisme hierarki serta samasama mengakui bahwa seluruh ciptaan saling bergantung dan berpusat pada Allah di dalam Kristus. 63

10 Keutamaan Kristus dalam wacana ekoteologi menghadirkan pemahaman bahwa masa ini adalah masa transisi menuju masa depan ciptaan. Pemulihan ekologi akan terjadi dan itu didahului oleh pertobatan ekologi, sehingga tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu. Kristus sebagai kepala ciptaan telah mengumpulkan semua ciptaan yang berbeda-beda fungsinya untuk bersatu dan saling membangun, menjaga dan memelihara. Paradigma ini meyakini bahwa Kristus adalah teladan semua ciptaan tanpa terkecuali. Saya berpendapat bahwa mengaitkan atau menjelaskan wacana ekoteologi dalam pemahaman iman akan Kristus sangat penting untuk membantu penghayatan dan kepeduliaan pada ekologi yang berakar pada iman akan Kristus dan ini adalah bagian dari tanggung jawab menjadi pengikut Kristus, suatu jalan pemuridan Kristen. Kepeduliaan kepada ekologi bagi para pengikut Kristus bukanlah perintah atau paksaan tetapi sesuatu yang lahir dari iman akan Kristus Etika Kristosentris-Holisme dalam Kolose 1:15-23 Kacamata baru sangat diperlukan untuk membaca teks Alkitab dalam sentuhan ekoteologi. Kacamata tersebut ialah paradigma berpikir atau berteologi yang meniadakan relasi hierarkis dan menyatakan keutuhan ciptaan melalui karya Kristus, namun paradigma tersebut akan lebih bernilai jika dapat diterapkan dalam kehidupan. Paradigma keutamaan Kristus dalam wacana ekoteologi hasil penafsiran Kolose 1:15-23 melahirkan suatu pola berelasi yang baru antara Allah dan ciptaan maupun antar ciptaan. Pola atau etika ini, saya sebut sebagai kristosentris-holisme. 64

11 Ini berarti bahwa teks Kolose 1:15-23 seharusnya dibaca dalam paradigma ekoteologi yang ber-etika kristosentris-holisme. Etika adalah uraian tentang bagaimana seseorang seharusnya hidup atau berkelakuan dengan mencerminkan kebenaran, keadilan dan kasih kepada sesamanya. 14 Holisme adalah paham yang memandang bahwa seluruh ciptaan adalah bagian yang utuh dan bukan merupakan kesatuan yang terpisah-pisah. Holisme berasal dari kata Yunani o[loj yang berarti semua, keseluruhan, lengkap. Etika kristosentris-holisme merupakan etika yang menjadikan Kristus sebagai teladan bagi ciptaan dan melihat ciptaan sebagai bagian yang utuh dan tidak terpisah, setara dan saling bergantung, dengan tanggungjawab manusia sebagai penatalayanan. Etika ini menghargai nilai dari semua ciptaan, tetapi juga melihat tempat tanggung jawab manusia dan semuanya tidak dapat terpisah dari Kristus. Seluruh ciptaan merupakan suatu keutuhan dengan peran yang berbeda-beda dan dikepalai oleh Kristus. Kenosis berasal dari kata Yunani keno,w yang berarti menghilangkan kekuasaan (deprive of power), mengesampingkan apa yang memiliki. Paham holisme telah mencakup kenosis karena keutuhan ciptaan dapat terjadi jika manusia mampu meneladani Kristus, yaitu teladan pengosongan diri Kristus. Pada paradigma baru ini, manusia berperan sebagai penatalayan yang memelihara, mengelola dan menjaga alam. Saya tidak sependapat dengan pernyataan yang menilai bahwa peran ini masih bias antroposentrisme karena setiap ciptaan dalam tubuh Kristus memiliki peran yang berbeda-beda, begitu pun dengan 14 Borrong, Etika,

12 manusia. Peran penatalayan ini bukan dalam relasi hierarki tetapi relasi yang sejajar dalam hubungan kesalingbergantungan sebagai bagian dari tubuh Kristus. Teks Kolose 1:15-23 menekankan kristosentris daripada teosentris. Peranan dan kedudukan Kristus mewarnai keseluruhan teks daripada pembahasan mengenai Allah Tritunggal, walaupun keberadaan Kristus tidak bisa dilepaskan dari keberadaan Sang Bapa dan Roh Kudus. Allah Tritunggal berperan dalam ciptaan, namun keutamaan Kristus yang hadir dalam pra-eksistensi, kesetaraan-nya dengan Sang Bapa dan Roh Kudus, kedudukan-nya dalam karya penciptaan, kemanusiaan- Nya serta karya-nya dalam penebusan dan pendamaian menjadi alasan dari penulis untuk menekankan kepada jemaat di Kolose agar tidak dipengaruhi oleh ajaranajaran sesat. Ini berarti, Kristus dijadikan sebagai dorongan tingkah-laku jemaat. Kristus menjadi dasar beretika. Kuasa dan kasih yang dipraktekkan serta seluruh perbuatan dan perkataan Kristus membuka makna dan maksud karya Allah baik dalam peristiwa penciptaan, penebusan maupun setelah kenaikan Kristus ke Sorga. Keselamatan yang telah dikerjakan oleh Kristus bagi seluruh ciptaan adalah prasyarat yang mengakibatkan pertobatan yang harus dilakukan oleh manusia, yaitu berbalik dari tindakan yang dilarang oleh Allah dan melakukan apa yang Ia kehendaki. Pertobatan yang dimaksud oleh teks Kolose 1:15-23 adalah perubahan cara pandang atau perilaku yang mengakibatkan penderitaan dengan perlakuan semena-mena terhadap ciptaan lain, memilah-milah ciptaan yang baik dan yang buruk, memposisikan diri unggul dari ciptaan lain, dan lain sebagainya. Pertobatan dari ajaran sesat. Pertobatan yang menghasilkan perilaku yang benar untuk menuju pada masa depan ciptaan yang sempurna dalam Kristus, suatu pertobatan ekologi. 66

13 Sikap yang benar tercantum dalam konsep kepala tubuh atau kosmik Kristus yang secara jelas dinyatakan dalam etika kristosentris-holisme. Tidak ada yang teristimewa atau teramat baik karena seluruh ciptaan adalah baik adanya dan perlakuan manusia terhadap ciptaan lain haruslah meneladani Kristus dengan kesadaran bahwa semua keberadaan, semua ciptaan tidak terpisah-pisah namun disatukan oleh Kristus dan saling berhubungan. Ekoteologi yang ber-etika kristosentris-holisme sudah sepantasnya diperjuangkan untuk menggantikan teologi-teologi, terkhususnya di Indonesia yang tidak melihat perempuan-laki-laki-alam sebagai ciptaan yang sejajar dan tidak melihat alam sebagai bagian yang telah ditebus serta diciptakan baik adanya sebagai perwujudan dari kemuliaan dan kebesaran Allah sehingga dapat dieksploitasi dengan semena-mena. Paradigma ekoteologi yang ber-etika kristosentris-holisme melihat kaum laki-laki-perempuan-alam sebagai ciptaan yang saling bergantung dan berpusat pada Kristus. Keberadaan ciptaan yang satu ditentukan oleh keberadaan ciptaan lain. Tanpa kesalingbergantungan ini, tidak ada kehidupan di muka bumi Kristologi Kosmik bukan Kristologi Eksklusif Paradigma ekoteologi yang ber-etika kristosentris-holisme ternyata memiliki kelemahan, karena dapat dipahami dalam elemen pemikiran kristologi yang eksklusif. Kristologi yang eksklusif yakni kristologi yang menekankan keutamaan Kristus sebagai Anak Tunggal Allah dan keselamatan hanya terjadi melalui Kristus, di luar kekristenan, di luar Kristus tidak ada kebenaran mutlak dan tidak ada keselamatan. 67

14 Pemahaman tersebut dapat berkembang karena teks dipahami hanya diperuntukkan bagi para pengikut Kristus. Masa depan ciptaan hanya ada di dalam Kristus dan Kristus menjadi dasar beretika yang tepat. Koridor pemikiran ini kurang tepat karena walaupun Kristus yang menjadi pokok pembahasan teks, teks menekankan ke-universal-an kedudukan Kristus bagi segala sesuatu, bagi semua ciptaan. Teks Kolose 1:15-23 membawa nilai kesetaraan, persamaan dan pembebasan untuk semua ciptaan tanpa terkecuali. Paradigma ekoteologi yang ber-etika kristosentris-holisme lebih tepat dipahami sebagai kristologi kosmik karena teks menekankan mengenai kedudukan dan peran Kristus dalam kosmos. Ini berarti kehadiran Kristus tidak dapat dibatasi oleh agama dan budaya tertentu. Kristus hadir dalam kosmos dan Ia bertindak sebagai kepala atas seluruh ciptaan yang adalah tubuh. Pemikiran tersebut menjelaskan bahwa paradigma ekoteologi yang ber-etika kristosentris-holisme adalah paradigma yang dapat diterapkan dalam agama dan kebudayaan yang lain. 4.5 Kesimpulan Saat ini, ekoteologi merupakan wacana yang ramai diperbincangkan oleh berbagai pihak. Wacana ini bukan hanya berkaitan dengan kekristenan tetapi juga berkaitan dengan agama-agama lain dalam lingkup pembahasan yang beranekaragam karena ekoteologi hanya dapat berhasil diterapkan apabila disesuaikan dan dipahami dalam konteks ekoteologi tersebut diwacanakan. Sebagian besar masyarakat dunia menggunakan pendekatan etis tradisional yang memahami bahwa nilai ciptaan tergantung pada manusia. Keberadaan ciptaan 68

15 lain hadir untuk memenuhi kebutuhan manusia sehingga manusia perlu bertanggungjawab terhadap alam. Ciptaan lain tidak memiliki tempat dalam karya penebusan dan pendamaian Kristus. Ciptaan lain tidak dijelaskan dalam konsep kepala tubuh karena konsep ini hanya menjelaskan hubungan antara Kristus dan jemaat yang menunjuk pada manusia. Ketimpangan relasi antar ciptaan ini menyatakan bahwa pendekatan etis tradisional yakni antroposentrisme tidak dapat menolong sebagai dasar ber-etika karena manusia selalu menganggap dirinya sebagai tuan atau ciptaan yang paling istimewa. Kenyataan antroposentrisme semakin diperparah oleh relasi yang tidak seimbang antara laki-laki dan perempuan. Perilaku mendominasi, semena-mena terhadap perempuan disamakan dengan materi atau alam sebagai sesuatu yang pasif, bernafsu rendah dan kotor. Siklus haid dianggap najis dan perempuan yang datang bulan kadang-kadang ditolak ikut serta dalam perjamuan kudus, seperti yang nampak dalam agama-agama lain. Pendekatan antroposentrisme yang bias dualisme hierarkis dikoreksi dalam wawasan ekoteologi yang ber-etika kristosentris-holisme. Pemikiran yang layak menjadi dasar berteologi pada konteks masa kini. Pada pemikiran ini Kristus menjadi dasar dalam ber-etika dan terdapat penghargaan terhadap semua ciptaan dalam hubungan kemitraan yang sejajar sambil melihat tempat tanggung jawab manusia yakni sebagai penatalayan yang mengurus dan mengelola alam secara bertanggungjawab. Pandangan terhadap Kristus yang berdasar pada Kolose 1:15-23 membentuk cara pandang dan perilaku antar ciptaaan. 69

BAB V PENUTUP. 4.1 Pendahuluan. Penulis telah mengkaji dan menemukan jawaban dari hubungan keutamaan

BAB V PENUTUP. 4.1 Pendahuluan. Penulis telah mengkaji dan menemukan jawaban dari hubungan keutamaan BAB V PENUTUP 4.1 Pendahuluan Penulis telah mengkaji dan menemukan jawaban dari hubungan keutamaan Kristus terhadap masa depan ciptaan dalam Kolose 1:15-23 serta kontribusinya bagi rekonstruksi ekoteologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran lingkungan hidup yang disebabkan oleh ulah dan perilaku manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran lingkungan hidup yang disebabkan oleh ulah dan perilaku manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah A. Sonny Keraf mengemukakan bahwa ada dua kategori dari bencana yaitu bencana alam dan bencana lingkungan hidup. Sebagian dikategorikan sebagai bencana alam

Lebih terperinci

Spiritualitas Lingkungan Hidup: Respon Iman Kristen Terhadap Krisis Ekologi 1

Spiritualitas Lingkungan Hidup: Respon Iman Kristen Terhadap Krisis Ekologi 1 Respon Agama Kristen terhadap Kerusakan Lingkungan Spiritualitas Lingkungan Hidup: Respon Iman Kristen Terhadap Krisis Ekologi 1 Pdt. Irene Ludji, MAR Allah menulis FirmanNya tidak hanya di Alkitab. Tapi

Lebih terperinci

PENGAKUAN IMAN RASULI. Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi

PENGAKUAN IMAN RASULI. Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi PENGAKUAN IMAN RASULI Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi Dan kepada Yesus Kristus, AnakNya yang tunggal,tuhan kita Yang dikandung daripada Roh Kudus, lahir dari anak

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitab (24-26)

Pertanyaan Alkitab (24-26) Pertanyaan Alkitab (24-26) Bagaimanakah orang Kristen Bisa Menentukan Dia Tidak Jatuh Dari Iman/Berpaling Dari Tuhan? Menurut Alkitab seorang Kristen bisa jatuh dari kasih karunia, imannya bisa hilang.

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran gereja sakramen disebut sebagai salah satu alat pemelihara keselamatan bagi umat Kristiani. Menurut gereja-gereja reformasi hanya ada dua sakramen,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pembicaraan tentang alam atau sekitarnya sudah dibicarakan banyak orang baik itu dalam artikel, skripsi dan begitu banyak sekali buku yang membahas tentang

Lebih terperinci

UKDW. Bab I PENDAHULUAN

UKDW. Bab I PENDAHULUAN Bab I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Perusakan lingkungan hidup di planet bumi yang paling nyata adalah pengeksploitasian sumber daya alam berupa pembabatan hutan, baik untuk tujuan perluasan

Lebih terperinci

Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean

Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean Dalam hidup ini mungkinkah kita sebagai anak-anak Tuhan memiliki kebanggaan-kebanggaan yang tidak bernilai kekal? Mungkinkah orang Kristen

Lebih terperinci

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

The State of Incarnation : Humiliation (KEHINAAN KRISTUS)

The State of Incarnation : Humiliation (KEHINAAN KRISTUS) The State of Incarnation : Humiliation (KEHINAAN KRISTUS) Rudi Zalukhu, M.Th BGA : Filipi 2:1-1111 Ke: 1 2 3 APA YANG KUBACA? (Observasi: Tokoh, Peristiwa) APA YANG KUDAPAT? (Penafsiran: Pelajaran, Janji,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Memberitakan Injil dalam wacana kekristenanan dipandang sebagai tugas dan tanggung jawab melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Pemahaman

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Jenjang Pendidikan : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kurikulum : 2006 Jumlah Kisi-Kisi : 60 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 NO KOMPETENSI DASAR

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan KISI-KISI PENULISAN SOAL Jenis Sekolah : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kurikulum : 2006 Alokasi Waktu : 120 Menit Jumlah soal : 40 + 5 Bentuk Soal : Pilihan Ganda dan Uraian

Lebih terperinci

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB. Kasih Allah Untuk Orang Berdosa

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB. Kasih Allah Untuk Orang Berdosa MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB Kasih Allah Untuk Orang Berdosa Hari ini kita mau belajar tentang kasih Allah. Untuk menghargai kasih Allah kepada kita, kita harus pertama-tama

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.

Lebih terperinci

Gereja Menyediakan Persekutuan

Gereja Menyediakan Persekutuan Gereja Menyediakan Persekutuan Pada suatu Minggu pagi sebelum kebaktian Perjamuan Tuhan, lima orang yang akan diterima sebagaianggota gereja berdiri di depan pendeta dan sekelompok diaken. Salah seorang

Lebih terperinci

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. 03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna,

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Katolik

Pendidikan Agama Katolik Modul ke: 14Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Katolik MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN Program Studi Psikologi Drs. Sugeng Baskoro, M.M PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DALAM REFLEKSI IMAN KRISTIANI Untuk apa kita diciptakan?

Lebih terperinci

TATA IBADAH PENUTUPAN KEGIATAN BULAN PELKES 25 Juni 2017

TATA IBADAH PENUTUPAN KEGIATAN BULAN PELKES 25 Juni 2017 Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Jemaat GIDEON Kelapadua Depok TATA IBADAH PENUTUPAN KEGIATAN BULAN PELKES 25 Juni 2017 h a l, 1 PERSIAPAN Doa pribadi warga jemaat Pengenalan lagu-lagu

Lebih terperinci

Misiologi David Bosch

Misiologi David Bosch Misiologi David Bosch Definisi Sementara Misi. 1. Iman Kristen bersifat misioner, atau menyangkali dirinya sendiri. Berpegang pada suatu penyingkapan yang besar dari kebenaran puncak yang dipercayai penting

Lebih terperinci

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN I Allah Tritunggal Kami percaya kepada satu Allah yang tidak terbatas, yang keberadaan-nya kekal, Pencipta dan Penopang alam semesta yang berdaulat; bahwa

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

BAB 4 RELEVANSI PEMURIDAN YANG SEDERAJAT BAGI KEHIDUPAN BERGEREJA DI INDONESIA

BAB 4 RELEVANSI PEMURIDAN YANG SEDERAJAT BAGI KEHIDUPAN BERGEREJA DI INDONESIA BAB 4 RELEVANSI PEMURIDAN YANG SEDERAJAT BAGI KEHIDUPAN BERGEREJA DI INDONESIA PENDAHULUAN Telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa setiap orang baik laki-laki dan perempuan dipanggil untuk bergabung dalam

Lebih terperinci

Seri Iman Kristen (7/10)

Seri Iman Kristen (7/10) Seri Iman Kristen (7/10) Nama Kursus : DASAR-DASAR IMAN KRISTEN Nama Pelajaran : Kelahiran Baru Kode Pelajaran : DIK-P07 Pelajaran 07 - KELAHIRAN BARU DAFTAR ISI Teks Alkitab Ayat Kunci 1. Definisi 2.

Lebih terperinci

RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order

RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order HARI 1 JEJAK-JEJAK PEMURIDAN DALAM SURAT 1-2 TIMOTIUS Pendahuluan Surat 1-2 Timotius dikenal sebagai bagian dari kategori Surat Penggembalaan. Latar belakang

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #12 oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #12 oleh Chris McCann Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #12 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #12 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dalam bagian ini, akan di buat kesimpulan dari pembahasan bab 1 sampai. dengan bab 4 serta saran-saran. 5.1.

BAB V PENUTUP. Dalam bagian ini, akan di buat kesimpulan dari pembahasan bab 1 sampai. dengan bab 4 serta saran-saran. 5.1. BAB V PENUTUP Dalam bagian ini, akan di buat kesimpulan dari pembahasan bab 1 sampai dengan bab 4 serta saran-saran. 5.1. Kesimpulan Teologi pluralisme agama memang simpatik karena ingin membangun teologi

Lebih terperinci

Alkitab. Persiapan untuk Penelaahan

Alkitab. Persiapan untuk Penelaahan Persiapan untuk Penelaahan Alkitab Sekarang setelah kita membicarakan alasan-alasan untuk penelaahan Alkitab dan dengan singkat menguraikan tentang Alkitab, kita perlu membicarakan bagaimana menelaah Alkitab.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah menelusuri pernyataan Yesus dalam Yohanes 14: 6 kata Yesus kepadanya,

BAB V PENUTUP. Setelah menelusuri pernyataan Yesus dalam Yohanes 14: 6 kata Yesus kepadanya, BAB V PENUTUP 5. 1 Kesimpulan Setelah menelusuri pernyataan Yesus dalam Yohanes 14: 6 kata Yesus kepadanya, Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa kalau tidak

Lebih terperinci

Penelaahan Tiap Kitab Secara Tersendiri

Penelaahan Tiap Kitab Secara Tersendiri Penelaahan Tiap Kitab Secara Tersendiri Mungkin kelihatannya lebih mudah untuk mengandalkan beberapa ayat Alkitab yang kita gemari untuk membimbing dan menguatkan kita secara rohani. Akan tetapi, kita

Lebih terperinci

Injil Dari Dosa menuju Keselamatan

Injil Dari Dosa menuju Keselamatan Injil Dari Dosa menuju Keselamatan Seluruh pesan Alkitab dirangkum dengan indah di dalam dua ayat saja: Karena begitu besar kasih Yahuwah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin Gereja dengan Suatu Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang-orang yang dikenakan Disiplin

Lebih terperinci

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) 10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi

Lebih terperinci

FINDING YOUR LIFE PURPOSE #3 - MENEMUKAN TUJUAN HIDUPMU #3 GROWING IN THE FAMILY OF GOD BERTUMBUH DALAM KELUARGA ALLAH

FINDING YOUR LIFE PURPOSE #3 - MENEMUKAN TUJUAN HIDUPMU #3 GROWING IN THE FAMILY OF GOD BERTUMBUH DALAM KELUARGA ALLAH FINDING YOUR LIFE PURPOSE #3 - MENEMUKAN TUJUAN HIDUPMU #3 GROWING IN THE FAMILY OF GOD BERTUMBUH DALAM KELUARGA ALLAH PEMBUKAAN: Hari ini saya ingin melanjutkan bagian berikutnya dalam seri khotbah Menemukan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1. Gereja Oikumenikal dan Evangelikal. Data statistik keagamaan Kristen Protestan tahun 1992, memperlihatkan bahwa ada sekitar 700 organisasi 1 Kristen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penginjilan merupakan salah satu dimensi yang esensial dari misi Kristen. Gereja bertanggungjawab untuk mewartakan injil ke seluruh dunia, untuk memberitakan

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL

PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN SOSIAL Lenda Dabora Sagala STT Simpson Ungaran Abstrak Menghadapi perubahan sosial, Pendidikan Agama Kristen berperan dengan meresponi perubahan

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Kristen Protestan

Pendidikan Agama Kristen Protestan Modul ke: 04Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Kristen Protestan GEREJA SESUDAH ZAMAN PARA RASUL (2) Program Studi Psikologi Drs. Sugeng Baskoro,M.M. A. Latar Belakang Dalam kepercayaan Iman Kristen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada di tengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS Membandingkan bingkai pemikiran Nabeel Jabbour tentang gereja

BAB IV ANALISIS Membandingkan bingkai pemikiran Nabeel Jabbour tentang gereja BAB IV ANALISIS 4.1. Membandingkan bingkai pemikiran Nabeel Jabbour tentang gereja tidak Kasat Mata dengan John Calvin tentang Gereja yang tidak Kelihatan dalam persamaan dan perbedaannya. Nabeel Jabbour

Lebih terperinci

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB GEREJA YANG YESUS DIRIKAN

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB GEREJA YANG YESUS DIRIKAN MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB GEREJA YANG YESUS DIRIKAN Dari Kisah 2 kita tahu bahwa ketika seseorang dibaptis, Tuhan menambahkan dia kepada gereja-nya. Nas lain yang mengajarkan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kehidupan bergereja (berjemaat) tidak dapat dilepaskan dari realita persekutuan yang terjalin di dalamnya. Dalam relasi persekutuan tersebut, maka setiap anggota

Lebih terperinci

Etika lingkungan dapat diartikan sebagai dasar moralitas yang memberikan pedoman bagi individu atau masyarakat dalam berperilaku atau memilih

Etika lingkungan dapat diartikan sebagai dasar moralitas yang memberikan pedoman bagi individu atau masyarakat dalam berperilaku atau memilih ix U Tinjauan Mata Kuliah ntuk menjaga agar setiap kegiatan yang menyangkut lingkungan dipertimbangkan secara cermat sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga, diperlukan etika lingkungan. Etika lingkungan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Papua terkenal dengan pulau yang memiliki banyak suku, baik suku asli Papua maupun suku-suku yang datang dan hidup di Papua. Beberapa suku-suku asli Papua

Lebih terperinci

KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN

KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN 2012 2013 Sekolah : Bentuk soal : PG Mata Pelajaran : Agama Katolik Alokasi wkatu : 120 Menit Kurikulum acuan : KTSP Penyusun : Lukas Sungkowo, SPd Standar Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci

RESENSI BUKU Keselamatan Milik Allah Kami - bagi milik

RESENSI BUKU Keselamatan Milik Allah Kami - bagi milik RESENSI BUKU Judul : Keselamatan Milik Allah Kami Penulis : Christopher Wright Penerbit : Surabaya: Literatur Perkantas Jawa Timur Tahun : 2011 Halaman : 225 halaman Dalam buku ini Christopher Wright berupaya

Lebih terperinci

Mengapa memberitakan Injil? Kis.14:15-18 Ev. Jimmy Pardede, M.A.

Mengapa memberitakan Injil? Kis.14:15-18 Ev. Jimmy Pardede, M.A. Mengapa memberitakan Injil? Kis.14:15-18 Ev. Jimmy Pardede, M.A. Hari ini kita akan melihat mengapa kita harus memberitakan Injil Tuhan? Mengapa harus repot-repot mengadakan kebaktian penginjilan atau

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima

Lebih terperinci

Berdiri. 2. NYANYIAN JEMAAT Alangkah Baik dan Indahnya KMM 81:1-3. (prosesi Alkitab simbol Firman Allah yang siap untuk diberitakan)

Berdiri. 2. NYANYIAN JEMAAT Alangkah Baik dan Indahnya KMM 81:1-3. (prosesi Alkitab simbol Firman Allah yang siap untuk diberitakan) PERSIAPAN a. Saat Teduh b. Sebelum ibadah dimulai, organis/pianis memainkan lagu-lagu gerejawi. c. Lonceng berbunyi. d. Penyalaan Lilin Kristus dan Pembacaan Pokok-pokok Warta Jemaat Berdiri 1. MAZMUR

Lebih terperinci

BAHAN PENDALAMAN ALKITAB PERSEKUTUAN PEREMPUAN GKPA TAHUN 2018

BAHAN PENDALAMAN ALKITAB PERSEKUTUAN PEREMPUAN GKPA TAHUN 2018 BAHAN PENDALAMAN ALKITAB PERSEKUTUAN PEREMPUAN GKPA TAHUN MING- 07 Januari 14 Januari 21 Januari 28 Januari 04 Februari Keluaran 3:10-15 Mazmur 8:1-10 Yohanes 21:1-11 1Samuel 9:1-10 Markus 5:22-34 Mengenal

Lebih terperinci

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak PENDAHULUAN Allah tertarik pada anak-anak. Haruskah gereja berusaha untuk menjangkau anak-anak? Apakah Allah menyuruh kita bertanggung jawab terhadap anak-anak?

Lebih terperinci

Baca artikel ini,diskusikan kemudian buat rangkuman.

Baca artikel ini,diskusikan kemudian buat rangkuman. Baca artikel ini,diskusikan kemudian buat rangkuman. 1. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan deep ecology? 2. Bagaimana menerapkan konsep ini dalam kehidupan sehari-hari? 3. Apa peran pemerintah dalam konsep

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk memperoleh data lapangan guna penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif sangat mengandalkan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki kekayaan hutan tropis yang luas. Kekayaan hutan tropis yang luas tersebut membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

KRISTUS TURUN DALAM KERAJAAN MAUT

KRISTUS TURUN DALAM KERAJAAN MAUT KRISTUS TURUN DALAM KERAJAAN MAUT Oleh: Ev. Wiwi Suwanto (1997) Penulis adalah Alumnus Sekolah Tinggi Teologi Reformed Injili Indonesia Ungkapan "Kristus turun dalam kerajaan maut" tidak terdapat di dalam

Lebih terperinci

Etika Lingkungan dan Politik Lingkungan

Etika Lingkungan dan Politik Lingkungan Etika Lingkungan dan Politik Lingkungan Onrizal Oktober 2008 Daftar Isi Pendahuluan Teori Etika Teori Etika Lingkungan Etika Lingkungan dan Politik Lingkungan 1 Pendahuluan Berbagai kasus lingkungan hidup

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Jemaat merupakan bidang yang baru dalam kekristenan, baik Protestan maupun Katolik dan masuk ke dalam ranah teologi praktis, di mana terjadi adanya perpindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Paulus merupakan seorang tokoh Alkitab yang mempunyai peranan cukup penting dalam sejarah kekristenan. Tulisan-tulisan (surat-surat) Paulus bisa dikatakan

Lebih terperinci

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran 2008 2009 L E M B A R S O A L Mata pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas : 8 Hari / tanggal : Waktu : 60 menit PETUNJUK UMUM : 1. Tulislah nama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah persekutuan umat Tuhan Allah yang baru. Ungkapan ini erat hubungannya dengan konsep tentang gereja adalah tubuh Kristus. Dalam konsep ini

Lebih terperinci

BAB XII MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi.

BAB XII MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi. BAB XII Modul ke: 13 MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN Fakultas MKCU Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. www.mercubuana.ac.id Program Studi Psikologi MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN Terima Kasih A. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan 21-23 Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Orang-orang yang percaya kepada Kristus terpecah-belah menjadi ratusan gereja. Merek agama Kristen sama

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penulis Markus mengawali tulisannya dengan kalimat inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah (Mrk 1:1). Kalimat ini memunculkan kesan bahwa

Lebih terperinci

IKUTLAH AKU. Melayani dunia, Bagian 5. Dr. David Platt

IKUTLAH AKU. Melayani dunia, Bagian 5. Dr. David Platt IKUTLAH AKU Melayani dunia, Bagian 5 Dr. David Platt Kalau anda membawa Alkitab, saya mengajak anda untuk membuka kembali Injil Yohanes pasal 17. Saat kita mempelajari bagian dari seri ini mengenai menjadikan

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima Yesus Kristus menjadi Juruselamat pribadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kebebasan merupakan hal yang menarik bagi hampir semua orang. Di Indonesia, kebebasan merupakan bagian dari hak setiap individu, oleh karena itu setiap

Lebih terperinci

Pelayanan Mengajar Bersifat Khusus

Pelayanan Mengajar Bersifat Khusus Pelayanan Mengajar Bersifat Khusus Dalam pelajaran dua kita melihat pentingnya mengajar, baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru. Sejarah pengajaran dalam Alkitab merupakan pedoman bagi

Lebih terperinci

Seri Kedewasaan Kristen (6/6)

Seri Kedewasaan Kristen (6/6) Seri Kedewasaan Kristen (6/6) Nama Kursus : ORANG KRISTEN YANG BERTANGGUNG JAWAB (OKB) Nama Pelajaran : Bertanggung Jawab dalam Hal Bersaksi dan Memuridkan Orang Lain Kode Pelajaran : OKB-T06 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP 5.1. KESIMPULAN. Teologi feminis dibangun berdasarkan keprihatinan terhadap kaum perempuan.

BAB 5 PENUTUP 5.1. KESIMPULAN. Teologi feminis dibangun berdasarkan keprihatinan terhadap kaum perempuan. BAB 5 PENUTUP 5.1. KESIMPULAN Teologi feminis dibangun berdasarkan keprihatinan terhadap kaum perempuan. Beberapa ahli yang bekecimpung di dalam gerakan teologi feminis mendefenisikan teologi feminis yang

Lebih terperinci

MENJAWAB SAKSI YEHUWA: YESUS ADALAH ALLAH (Bagian 3)

MENJAWAB SAKSI YEHUWA: YESUS ADALAH ALLAH (Bagian 3) MENJAWAB SAKSI YEHUWA: YESUS ADALAH ALLAH (Bagian 3) Oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div. Alkitab menggunakan kata Yunani yang sama pada diri Yesus di Yohanes 1:14,18 dengan diri Ishak (anak Abraham) di Ibrani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Nabeel Jabbour menepis pemahaman tentang gereja hanya sebatas bangunan, gedung dan persekutuan yang institusional. Berangkat dari pengalaman hidup Nabeel Jabbour selama

Lebih terperinci

PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus.

PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus. PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) Berbeda dengan mereka yang sekarang mengubah pengaturan Yesus, Kisah 2 memberi contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus. Cerita Awalnya Dalam Kisah 2 Petrus

Lebih terperinci

Hari Pertama Kerajaan Kristus Bagi Gereja-Nya Bagi Dunia Kita Hari Kedua Doakan Yang Menyatukan Bagi Gereja-Nya Bagi Dunia Kita Hari Ketiga

Hari Pertama Kerajaan Kristus Bagi Gereja-Nya Bagi Dunia Kita Hari Kedua Doakan Yang Menyatukan Bagi Gereja-Nya Bagi Dunia Kita Hari Ketiga Hari Pertama Kamis, 25 Mei 2006 Kerajaan Kristus...dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah. Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem,

Lebih terperinci

Surat 1 Yohanes 5 (Bagian 79) Wednesday, October 21, 2015

Surat 1 Yohanes 5 (Bagian 79) Wednesday, October 21, 2015 Surat 1 Yohanes 5 (Bagian 79) Wednesday, October 21, 2015 Prolog Kita sudah mendengar tentang kehidupan Kristus di dalam keadaan manusia daging, tetapi daging yang tidak berdosa, sementara kita adalah

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Gereja yang ada dan hadir dalam dunia bersifat misioner sebagaimana Allah pada hakikatnya misioner. Yang dimaksud dengan misioner adalah gereja mengalami bahwa dirinya

Lebih terperinci

Imago Dei : Biblical Teaching From New Testament with its Fall, and its Redemptive-Historical Focus. Rudi Zalukhu, M.Th

Imago Dei : Biblical Teaching From New Testament with its Fall, and its Redemptive-Historical Focus. Rudi Zalukhu, M.Th Imago Dei : Biblical Teaching From New Testament with its Fall, and its Redemptive-Historical Focus Rudi Zalukhu, M.Th BGA : Mark. 2:13-17 Ke: 1 2 3 APA YANG KUBACA? (Observasi: Tokoh, Peristiwa) APA YANG

Lebih terperinci

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Nama-namanya Peraturannya Tugasnya Masa depannya

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Nama-namanya Peraturannya Tugasnya Masa depannya Gereja Ada gedung-gedung dan katedral indah, pos penginjilan dan bangunan sederhana yang memakai nama "Gereja". Bangunan-bangunan itu mempunyai menara, salib, dan lonceng yang mempunyai caranya sendiri

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. Latar Belakang Masalah a) Gambaran GKP Dan Konteksnya Secara Umum Gereja Kristen Pasundan atau disingkat GKP melaksanakan panggilan dan pelayanannya di wilayah Jawa

Lebih terperinci

HADIAH YANG BELUM DIBUKA

HADIAH YANG BELUM DIBUKA HADIAH YANG BELUM DIBUKA Pengantar Apakah Anda senang menerima hadiah? Kebanyakan perempuan senang menerimanya. Beberapa orang tidak dapat menahan kegembiraannya; mereka merobek bungkusnya secepat-cepatnya.

Lebih terperinci

6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Dasar (SD)

6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Dasar (SD) 6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan

Lebih terperinci

UKDW. Bab I Pendahuluan

UKDW. Bab I Pendahuluan Bab I Pendahuluan I. A. Latar Belakang Perbedaan merupakan hal yang selalu dapat kita temukan hampir di setiap aspek kehidupan. Beberapa perbedaan yang seringkali ditemukan misalnya perbedaan suku bangsa,

Lebih terperinci

KEPASTIAN KESELAMATAN DALAM YESUS KRISTUS ADOPSI PERSEKUTUAN PENDALAMAN AMANAT AGUNG

KEPASTIAN KESELAMATAN DALAM YESUS KRISTUS ADOPSI PERSEKUTUAN PENDALAMAN AMANAT AGUNG KEPASTIAN KESELAMATAN DALAM YESUS KRISTUS ADOPSI PERSEKUTUAN PENDALAMAN AMANAT AGUNG Pernahkah Anda melihat betapa sukacitanya sepasang suami istri saat mendapatkan anak mereka yang telah lama hilang?

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: BAB V PENUTUP Pada bagian ini penulisan akan dibagi menjadi dua bagian yaitu kesimpulan dan saran. 5.1.KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Gereja adalah persekutuan orang percaya

Lebih terperinci

KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA. (Pertanyaan dan Jawaban)

KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA. (Pertanyaan dan Jawaban) KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA (Pertanyaan dan Jawaban) 1 TUHAN, MANUSIA DAN DOSA * Q. 1 Siapakah yang membuat anda? A. Tuhan yang membuat kita. Kejadian 1:26,27; Kejadian 2:7 Q. 2 Apa lagi

Lebih terperinci

Kebenaran Yahushua: Satu-satunya Harapan Bagi Orang Berdosa

Kebenaran Yahushua: Satu-satunya Harapan Bagi Orang Berdosa Kebenaran Yahushua: Satu-satunya Harapan Bagi Orang Berdosa Salah satu ayat yang paling serius di dalam Alkitab adalah ketika Yahushua mengucapkan: Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat

Lebih terperinci

BAHAN SHARING KEMAH. Oktober VISI & MISI GPdI MAHANAIM - TEGAL. Membangun Keluarga Kristen yang mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama

BAHAN SHARING KEMAH. Oktober VISI & MISI GPdI MAHANAIM - TEGAL. Membangun Keluarga Kristen yang mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama VISI & MISI GPdI MAHANAIM - TEGAL VISI : Membangun Keluarga Kristen yang mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama MISI : Menjangkau jiwa dengan Injil, membina hingga dewasa didalam Kristus dan melayani

Lebih terperinci

Penelaahan yang Bersifat Ibadah

Penelaahan yang Bersifat Ibadah Penelaahan yang Bersifat Ibadah Penelaahan yang bersifat ibadah adalah sangat pribadi. Tujuannya ialah mendekatkan saudara dengan Allah. Penelaahan itu akan menghubungkan saudara dengan kebenaran rohani

Lebih terperinci

Ikutilah Yesus! Pelayanan Orang Kristen. Bagian. Sastra Hidup Indonesia

Ikutilah Yesus! Pelayanan Orang Kristen. Bagian. Sastra Hidup Indonesia Pertanyaan-pertanyaan Pelajaran Ikutilah Yesus! Sastra Hidup Indonesia 5 Bagian Pelayanan Orang Kristen Edisi yang Pertama 2013 (C01) Penerbit: Editor: Sastra Hidup Indonesia, http://www.sastra-hidup.net

Lebih terperinci

pemanasan global. Kita dibuat gerah dengan bumi yang semakin tidak

pemanasan global. Kita dibuat gerah dengan bumi yang semakin tidak Zaman sekarang memang susah. Ini fakta yang dialami semua orang. Di Indonesia maupun belahan dunia mana pun mengalami hal yang sama. Jeritan kesusahan menggema di seantero jagad raya. Berita demonstrasi

Lebih terperinci

Roh Kudus: Hadirat Yahuwah

Roh Kudus: Hadirat Yahuwah Roh Kudus: Hadirat Yahuwah Ini adalah sebuah tragedi karena salah satu kebenaran yang paling berkuasa dari Alkitab juga menjadi salah satu kebenaran yang paling sedikit diketahui. Kebenaran yang indah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan

BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah serius yang sedang diperhadapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Kemiskinan mempunyai banyak segi dan dimensi mulai dari yang bersifat

Lebih terperinci

25. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SD

25. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SD 25. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SD KELAS: I 1. menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya 1.1 menerima dan mensyukuri dirinya sebagai ciptaan 1.2 menerima dan

Lebih terperinci

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA NAMA : FELIX PRASTYO NIM : 11.12.6219 KELOMPOK : J PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus BAB V Penutup 5.1 Kesimpulan dan Refleksi Upacara slametan sebagai salah satu tradisi yang dilaksanakan jemaat GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus sebagai juruslamat

Lebih terperinci

MENGHADAP TUHAN. Prosesi Alkitab

MENGHADAP TUHAN. Prosesi Alkitab 1 PERSIAPAN - Doa pribadi warga jemaat - Prokantor mengajarkan jemaat menyanyikan lagu-lagu baru - Para pelayan berdoa di konsistori UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. : Presbiter Bertugas mengucapkan selamat

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan. a. Tanah dalam kehidupan manusia.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan. a. Tanah dalam kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan. a. Tanah dalam kehidupan manusia. Keberadaan tanah tidak terlepas dari manusia, demikian juga sebaliknya keberadaan manusia juga tidak terlepas dari tanah.

Lebih terperinci