Kepada Yth. Dengan hormat,
|
|
- Ratna Yulia Dharmawijaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Kepada Yth. Dengan hormat, Berikut ini, saya sampaikan artikel psikologi remaja dengan judul, MEMAHAMI PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK Artikel ini kiranya dapat dimuat Pada Website Sebagai informasi saya sampaikan biodata saya sebagai berikut : Nama : Yudi, S.Pt Tempat Tanggal Lahir : Tg. Binga Belitung Babel, 23 Februari 1980 Pendidikan Terakhir : S-1 Peternakan Pekerjaan : Operator Rental Komputer dan Aktif Menulis Artikel Peternakan dan Psikologi Apabila Redaksi berkenan memuat tulisan tersebut, dapat memberitahu pada tlp atau ke alamat ini. Kami sertakan Rekening Bank BNI 46 Cabang Unpad Bandung a.n. Yudi No Atas dimuatnya tulisan ini sebelumnya diucapkan terima kasih. Hormat saya. Yudi, S.Pt
2 MEMAHAMI PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK 1. Pengantar Oleh: Yudi, S.Pt Remaja, adalah kata pertama yang di tulis dalam artikel ini. Tentu saja semua orang tahu remaja. Yang pasti kata remaja bukanlah istilah baru, semua orang pernah berada di dalamnya, yaitu tahapan usia produktif (usia perkembangan) untuk mewujudkan tingkah laku sosial yang baik. Karena usia remaja adalah usia yang sangat mendominasi tingkahlaku sosial (pergaulan) sehingga semua orang tahu siapa remaja itu. Tentunya yang membuat orang akan selalu mengingat anak tersebut (remaja) karena tingkah lakunya. Bagaimana menurut kita? Mungkinkah sisi kehidupan remaja sangat menarik sekali untuk dijadikan objek pembicaraan kali ini. Saya pikir, sebaiknya kita bicarakan hal tersebut sebagai sebuah pencerminan dan ajang untuk mengingat kembali masa-masa remaja kita dulu. Remaja atau istilah yang diberikan pada tahapan anak usia 12 tahun sampai dengan 16 tahun (remaja tahap awal) dan usia 17 tahun sampai dengan 21 tahun (remaja tahap akhir). Dipastikan tahap awal adalah bagian sangat prioritas sekali. Biasanya kecemasan orang tua terjadi tidak hanya saja pada saat mengandung, melahirkan (kondisi anak normal atau abnormal), termasuk perhatian terhadap pertumbuhannya. Pertumbuhan yang dimaksud adalah mental, tingkah laku dan banyak lagi yang menyangkut tumbuh kembang sang anak. Sampai pada usia remaja, menjadi bagian terpenting untuk diperhatikan oleh orang tua. Mengapa demikian? Karena usia remaja memiliki sisi sosial yang sangat berbeda dari tingkatan-tingkatan umur lainnya. Termasuk pola pergaulan yang dianut dalam kehidupannya. Mereka mulai berupaya untuk mencari atau menentukan karakteristik yang ada dalam diri. Tidak jarang mereka memiliki keinginan untuk menonjolkan sedikit kemampuan menarik yang menurut lingkungannya itu sangat membuat mereka merasa bangga. Namun tidak sedikit pula dari remajaremaja tersebut memilih, lebih baik lingkungan yang berperan besar dalam pembentukan karakter pribadi mereka daripada harus diatur oleh orangtua. 2. Masalah Bila kita kembalikan kondisi seperti tersebut terutama pada orang tua. Bagaimana sebenarnya posisi orang tua pada saat itu? Kalau kita merasa sudah menjadi orang tua, berarti harus mengerti secara serius bagaimana kondisi
3 perilaku sang anak. Pertanyaan barupun akan muncul lagi, apakah kita salah satu dari jutaan orang tua yang baik terhadap anak? Tentu hanya pribadi kita sendiri yang tahu dan mengerti bagaimana seharusnya jawaban yang diberikan, dan siapa kita sebenarnya!!!. Hal ini bukan berarti penulis mau, memberikan kritikan terhadap orang tua sebagai salah satu faktor lingkungan yang mendorong timbulnya kesempatan anak ingin berbuat diluar harapan (negatif acts). Bukan pula penulis berada dipihak anak (remaja bermasalah atau tidak). Keyakinanku hanya satu bahwa orang tua yang lebih mengetahui, mengerti dan memahami betul karakter anak remaja kesayangannya secara baik. Hal ini, tentu saja tidak melupakan keinginan si anak, dan memberikan perhatian guna mendorong mereka untuk terus berkreasi dan bertingkahlaku (bersosialisasi) secara baik. dengan rekan ataupun orang-orang yang lebih dewasa dari si anak. Namun tidak tertutup kemungkinan sebagian orang ada yang akan mengatakan wajar-wajar saja, orang tuanya juga seperti itu. Memang rumit bila harus mencoba untuk memposisikan karakter anak remaja sebagaimana adanya, apalagi bila didalamnya ada orang kesayangan mereka yang masih melakukan hal sama persis dengan yang anak remaja lain lakukan. Apakah mereka ini sudah tergolong kedalam usia remaja? Kalau anda mengatakan sudah, artinya saat ini juga semua ketidakwajaran dalam diri anda harus berubah. Bila belum maka yang dikatakan pada nurani kita bahwa aku harus bersiap-siap. Itu adalah awal dari cerita yang akan digarap menjadi berbagai macam jenis pertanyaan yang ada dalam tulisan ini. Kalau memang belum waktunya, usahakan tidak mengatakan dan menjawabnya sekarang, tapi coba pejamkan mata anda sejenak, bayangkan apa yang sedang anda pikirkan, rasakan saat ini juga, dan cobalah simpan kedalam hati kemudian berikan kesempatan pada otak untuk berpikir secara seimbang. Apa yang anda rasakan? Apa yang anda rasakan ketika bayi yang ada dalam pelukan memanggil ayah ataupun ibunya untuk pertama kali, namun saat ini semuanya telah berubah menjadi anak remaja yang nyata dan berada tepat dihadapan anda?. Menghindari titipan yang ada di hadapan kita bukanlah cara yang tepat untuk dilakukan, karena anak remaja kesayangan kita adalah wujud nyata dari kepribadian orangtuanya, yaitu kita sendiri. Pelajarilah karakter anak remaja kesayangan dengan baik, dan penuh kelugasan. Setiap waktu mereka akan tampak lain dari hari kemarin, untuk itu jadikan pengamatan anda terhadap mereka merupakan satu dari banyak hal yang harus anda berikan. 3. Solusi Memahami Pembentukan Karakter Anak Rasanya sangat memungkinkan sekali bila mencoba untuk menyampaikan contoh sederhana dalam pembentukan karakter dan memotivasi
4 diri sang anak. Peniruan yang dilakukan secara individual merupakan suatu upaya yang mengarahkan kepada pembentukan karakter. Tentu saja tidak terlepas dari keinginannya menirukan salah satu karakter lingkungan yang menurut sang anak adalah bagus dan menjanjikan masa depan. Saya pikir tidak ada salahnya bila mereka memiliki kekuatan untuk melakukan sesuatu yang mereka anggap baik dan bila mereka merasa mampu sekali menerimanya. Bukan berarti orangtua harus selalu lepas tangan dan menyetujui keinginan anak, tapi kalau memang pilihan anak adalah sangat menguntungkan, apalagi tidak mengarah pada timbulnya implikasi pada kehidupan pribadinya. Hal tersebut bukan masalah besar, sejauh orangtua masih mempercayai pilihan anak remaja kesayangannya. "Sari kenapa kok kamu pake bajunya begitu?" tegur Sita sang ibu yang berumur 36 tahun, ketika melihat aktivitas sang anak di kamarnya. Kerjaan ini dilakukan oleh anak perempuannya yang baru berusia 10 tahun. Sisi terlihat sedang bersolek di depan cermin, ia menggunakan pakaian ala Christina Aguilerra, itu lho bintang pop yang acapkali memperlihatkan bagian perutnya di setiap kali show maupun tampilan dalam videonya. Jawaban anak sangat membuat Sita merasa tidak nyaman untuk mendengarnya Kan sekarang ini lagi ngetren Ma! Memang kamu lagi menirukan siapa? Masa mama tidak mengenali penampilanku sekarang seperti siapa? Mamakan suka nonton TV, pastinya-kan penampilanku saat ini kayak Christina, kata-kata celetukan yang keluar dari mulut Sari. Meskipun terulas senyum di wajah Sita, namun rasa cemas juga terbersit, apakah tingkah Sari sesuai dengan usianya, padahal saat ini dia baru saja menginjak umur 10 tahun. Ketakutan diri Sita menjadi sangat tidak mungkin terluapkan pada waktu itu. Sita mempertanyakan, apakah benar ini adalah anakku, yang kukenal 10 tahun yang lalu? Dercak kagumku ketika melahirkan dia, tapi kenyataannya saat ini dia sudah mulai menunjukkan satu tingkatan gaya hidup yang semakin sulit untuk di komentari lagi. Terasa bertambah berat beban yang dipikul saat ini, ketika Sita melihat tingkahlaku anak kesayangan sudah mulai memberikan keseimbangan baru bagi gaya hidupnya kini. Pada dasarnya usia 8 tahun sampai dengan 12 tahun disebut sebagai masa tween challenge (masa antara). Atau seringkali orang mengatakannya sebagai jembatan penghubung antara masa kanak-kanak, yaitu usia 5 tahun sampai dengan 8 tahun dan usia 8 tahun sampai dengan 12 tahun. Menurut seorang ahli Psikolog perkembangan anak asal universitas Harvard, Amerika, Dr. Kutner Ph.D, mengatakan terdapat perbedaan lingkungan sosial antara anak usia 5 tahun sampai dengan 8 tahun dan dengan anak usia 8 tahun sampai dengan 12 tahun. Mulai usia 10 atau 11 tahun, pertemanan anak diwarnai dengan saling berbagi nilai dan persepsi mengenai dunianya. Salah satu cara mereka mendapatkan informasi.
5 Tak ayal lagi, ini adalah bagian yang menjadi gap mempengaruhi persepsinya terhadap orangtua mereka. Bagaimana seharusnya orang tua mendidik mereka dalam tingkatan umur yang berbeda?. Memang kondisi ini membuat tanda-tanya-besar dalam mendidik anak seusia tween challenge, karena banyak prinsip-prinsip hidup baru dalam karir mereka menjadi sulit untuk dimengerti oleh orangtua. Hanya keprihatinan saja yang selalu terlimpahkan bila melihat kondisi sang anak. Sebetulnya ini sangat membuat orangtua merasa bingung, siapa yang akan lebih dipercaya oleh anak. Mungkin saja yang ada dalam kepala kita adalah mereka tidak akan pernah mengakui bahwa pendapat orangtuanya yang disodorkan pada mereka bukan pilihan baik bagi kemajuan tingkatan umur anak usia tween challenge dan betul-betul harus mereka jalankan. Sebenarnya banyak cara untuk melakukan pendekatan-pendekatan terbaik agar mereka merasa yakin, sehingga dimata mereka orang tuanya benarbenar sangat baik terhadap aktivitas yang telah menjadi pilihan, yaitu menciptakan persepsi baru mengenai dunianya. Kutner menjelaskan, orangtua memerlukan pendekatan ekstra pada anak usia ini karena adanya perubahan psikis dan kemampuan berpikir. Menjadi bagian pengkondisian yang sulit ditembus karena banyak lapisan-lapisan tipis nan-gelap dibalik semua perubahan psikis tersebut. Sebelumnya, anak hanya akan melihat sesuatu secara hitam-putih saja, namun di usia akhir pendidikan dasar, saat ini mereka mulai mengenal abuabu, artinya mereka tak hanya berpikir dari dua sisi saja tapi telah mampu menganalisa dan menilai implikasi ringan dari banyak sisi. Perubahanperubahan seperti ini memberikan kesempatan dalam diri anak secara perlahanlahan menjadikan pribadi yang mandiri dan mampu memecahkan masalahnya sendiri melalui berbagai analisa kebenaran yang ada dari dalam dirinya. Tentu saja analisa yang terlontar ke luar dari dalam mulut mereka bukanlah analisa sempurna seperti yang ada dalam bayangan kita, namun seiring waktu semua itu akan tercipta sendiri dengan tidak mungkin dapat diprediksi dalam waktu singkat. Namun analisa yang telah mereka lontarkan adalah awal dari kemengertian dan kemampuan anak memahami apa yang seharusnya dilakukan bagi kemajuan perkembangan intelektual pribadinya. Kekhawatiran yang sifatnya sangat membuat orang tua terus dihantui oleh rasa ketakutan, sehingga menganggap anak di masa kini tidak lagi patuh dan antusias terhadap hal-hal yang diajarkan orangtua atau dapat dikatakan cenderung tidak perduli bahkan sampai pada tidak memperhatikan apa yang disarankan oleh orang tua. Sehingga orangtua seakan-akan menciptakan lapisan tipis gelap yang sulit ditembus oleh si anak. Sepertinya kekhawatiran tersebut tidak akan selamanya terjadi (sebuah pengharapan). Keperdulian orang tua saat ini, tentu saja lebih diprioritaskan pada seberapa besar persentase kebutuhan-kebutuhan ekstra-ilmu untuk
6 membimbing anak, termasuk dalam mempersiapkan ilmu yang dibutuhkan pada saat waktunya tiba, terutama pada saat anak memasuki masa pubertas. Pengamatan dan penyelidikan terhadap aktivitas anak menjadi salah satu faktor pendukung untuk menemukan bagaimana sebenarnya sifat sang anak, sekaligus mengetahui apa yang menjadi kekurangan dalam aktivitasnya. Anak mungkin akan terlihat sangat acuh sekali pada perkataan orangtua, tapi tidak perlu bingung memaksakan agar mereka harus mau mendengarkan apa yang kita katakan, karena sebenarnya mereka mendengarkan kita. Walau dipercaya ada sebagian dari mereka memang berpikiran seperti itu, tapi tidak semuanya benar. Malah mereka sering mencoba menjiwir mulut mereka dan menirukan sebagian dari apa yang dikatakan oleh orang tuanya. Ada penilaian-penilaian strategis bagi mereka bila ingin mengakui bahwa semua yang dikatakan orangtua adalah benar. Mereka menilai masukan dari orangtua menjadi sangat murah sekali, membuat mereka merasa bosan bila harus mengakui bahwa semua itu adalah benar. Untuk itu strategi apa yang harus dilakukan oleh orang tua sebagai salah satu upaya untuk mengendalikan masalah kebosanan sang anak terhadap wejangan dari orangtua. Apakah orangtua hanya diharuskan mengamati saja, tanpa perlu adanya sedikit arahan dan nasehat yang tentu saja membuat mereka akan merasa diperhatikan oleh orang tuanya. Tetapi di sisi lain apakah itu adalah salah satu cara yang efektif untuk dilakukan pada anak remaja kesayangan? Diperkirakan sebagian kecil dari komunitas anak remaja saat ini jarang berani terbuka untuk menceritakan segala hal kepada orangtuanya, tapi tidak semuanya, ada juga yang tidak mengadopsi karakter seperti itu. Menurut Kutner dari hasil pengamatannya dia berpendapat bahwa biasanya anak tidak terbuka ketika membicarakan tentang kehidupan sosialnya, seperti teman sepermainannya dan seks. Menurut mereka itu semua terlalu pribadi sekali, selain itu adapula yang menganggap tabu bila hal tersebut diceritakan pada orang lain. Kondisi yang sangat menyulitkan apabila masih menganggap hal itu tidak nyata dan semakin jauh dari ketidaknyataan. Anak mengalami sensasi yang berbeda dalam kehidupannya, seperti anak mulai tertarik dengan lawan jenis atau perubahan-perubahan biologis yang dialami. Hendaknya sebagai orangtua jangan langsung meremehkannya. Sebelum anak nyaman membicarakan hal-hal tersebut sebaiknya ajaklah anak terlebih dulu untuk membicarakan hal-hal yang lebih sederhana, seperti dampak negatif obat-obatan, kekerasan, dan semacamnya. Itu adalah langkah awal untuk menarik anak agar memiliki kesadaran sendiri untuk terbuka pada kita, kemudian yakinlah tanpa disadari anak akan menceritakannya. Kondisi ini seringkali terjadi. Sebagai orangtua yang baik tentu saja akan memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah tersebut, atau bahkan
7 mungkin bagaimana cara masing-masing dalam mengatasi permasalahan ketidakterbukaan anak pada orangtua. Memang adakalanya sangat diharapkan berbagi pengalaman dengan orangtua lain yang masih sangat membutuhkan pengalaman-pengalaman dari kita yang sudah berpengalaman. Sebaiknya orangtua memiliki kehati-hatian terhadap anak, karena anak di masa kini menjadi lebih sensitif. Sehingga dibutuhkan trik untuk mendekati anak (kita harus mencari waktu yang tepat dan sela waktu yang memungkinkan untuk mengajak mereka percaya pada kita). Sebaiknya kita bisa memanfaatkan saat-saat santai sebagai pilihan waktu yang pas untuk menjalin komunikasi, misalnya saat anak perempuan kita membantu memotong sayuran di dapur atau saat anak kita sedang mencuci piring. Aktivitas santai ini sepertinya dapat menjadi pilihan yang sangat baik untuk melakukan pendekatan lebih dalam atas semua kebutuhan personal anak. Begitu juga dengan anak lelaki, ada baiknya kalau coba minta suami ikut berperan dengan membicarakan hal-hal yang bersifat maskulin atau sekedar menanyakan pendapatnya, dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan waktu mencuci mobil bersama atau memperbaiki sepeda atau mungkin juga pada saat bersantai nonton TV. Akan menjadi sangat mudah bagi kita bila semua itu dianggap sebagai salah satu cara yang tepat untuk di lakukan. Manfaatkan waktu tersebut secara optimal untuk mendengarkan cerita dan pendapat anak mulai dari hal-hal sederhana, tak hanya itu saja, coba kita kenali juga emosi si anak. Upayakan menghindari munculnya kebiasaan kita yang langsung berinterupsi jika ada hal-hal yang tidak sesuai dengan pemikiran kita, biarkan anak menyelesaikan kalimatnya. Begitu pula seharusnya yang dilakukan oleh anak, sehingga orangtua punya kesempatan memberikan pemikiran dan penilaian dari sudut pandang yang berbeda. Seperti kasus yang dialami Sita ketika melihat Sari bergaya ala Christina Aguilerra, jangan langsung menghakimi anak, namun arahkan ke hal-hal positifnya. Kita akan mengetahui kapan waktunya mereka mengerti. Sebetulnya ada sedikit kendala yang sangat mengganggu pikiranku saat ini, yaitu apakah pengkondisian semacam penyelesaian di atas tepat untuk kita samakan dengan kehidupan anak-anak yang ada di kampung. Tentu saja tidak sama, hanya saja dasar pengajaran terhadap anak itu sebenarnya bisa diterapkan menurut aturan keluarga masingmasing. Hanya ada satu pemikiran yang sangat-sangat mengena. Menurutku, kondisi ini tidak mungkin akan cocok dengan iklim pengajaran yang seharusnya dilakukan oleh para orangtua di kampung. Karena kecenderungan kehidupan ekonomi yang terjadi membuat para orangtua di kampung tidak mungkin merekondisikan hubungan kehidupan keluarganya sebagai bagian bermasalah. Namun tidak salah pula bila ada sebagian dari mereka ingin mengadopsi bahwa kemajuan zaman adalah salah satu bagian mutlak yang harus mereka alami.
8 Adakalanya perubahan zaman tersebut membuat mereka ikut tersisipi oleh pola-pola kehidupan masyarakat kota. Dimana masyarakat kota yang lebih dulu mengenal perubahan-perubahan dalam gaya hidup. Lantas mungkinkah gaya hidup masyarakat kota menjadi salah satu keharusan bagi mereka. Tentu saja gaya hidup tersebut membuat kehidupan mereka relatif sangat membutuhkan konsultan psikologis dalam mengatasi setiap transisi gaya hidup sebagai implikasi menyulitkan bagi masyarakat kota. Akan lain sekali dengan gaya hidup orang kampung bahwa mendidik anak pada dasarnya bukanlah suatu beban mental, karena mereka cenderung mengikuti alur dan waktu yang memang harus mereka lalui. Jadi kemampuan bertahan anak akan jauh lebih mampu mengkondisikan dirinya ketika mendapatkan suatu masalah besar dalam hidupnya. Bertingkahlaku dan berani berbuat adalah salah satu bentuk kerja para orang kampung. Kadang-kadang kehidupan mereka jarang sekali dijadikan suatu konflik keluarga, karena rasa toleransi masih mendominasi diantaranya. Begitulah tradisi yang melekat dalam gaya hidup orang kampung. Beranikan diri kita untuk menjelaskan semua kreativitas yang telah diperlihatkan oleh sang anak, dan beritahukan kepada mereka maksud penciptaan kreativitas yang mendominasi pemikirannya. Katakan pula bahwa menjadi seorang bintang terkenal itu memerlukan usaha keras untuk mencapainya, seperti berlatih koreografi dan vokal setiap hari. Dengan sedikit penjelasan saja, seperti di atas sebenarnya akan sangat membuat mereka harus memandang keinginan mereka tersebut adalah bukan sekedar pilihan semata, tetapi semua yang ada dalam pemikiran dan bayangan mereka akan semakin berarti. Berikutnya memang mereka akan merasa kebingungan setelah mendengar masukan dari kita, namun itu adalah salah satu cara untuk mereka berani menentukan pilihan yang sebenarnya atau menyesuaikan diri dengan karakter yang seharusnya benar-benar pas dengan mereka. Ketahuilah bahwa mereka butuh sekali pencarian jejak dan jati diri secara serius. Dapat anda baca pada kilasan di bawah ini. Jangan lupa pula bahwa sebagai orangtua, kita harus memegang erat anak kesayangan yang sekarang sedang dalam genggaman tangan kita, tapi tidak akan selamanya, karena genggaman tangan yang orangtua tancapkan ke dalam diri anak ada saatnya untuk dilepaskan. Yakinlah bahwa karena seiring waktu pegangan dan ikatan itu pasti dan harus kita lepaskan. Yang ada dalam pikiran kita saat ini, adalah...? Tanyakan saja dalam diri kita, apa gerangan pegangan yang harus dilepaskan bila sudah waktunya untuk dilepaskan!!!!
Cinta Kedua. Majalah Parents Desember Sepenggal kisah tentang kekuatiran untuk jatuh cinta lagi.
Cinta Kedua. Majalah Parents Desember 2011 Sepenggal kisah tentang kekuatiran untuk jatuh cinta lagi. Artikel ini dimuat di majalah Parents edisi Desember 2011. Bisa dikatakan saya beruntung. Majalah ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis
Lebih terperinciAku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan.
1st Spring Hujan lagi. Padahal ini hari Minggu dan tak ada yang berharap kalau hari ini akan hujan. Memang tidak besar, tapi cukup untuk membuat seluruh pakaianku basah. Aku baru saja keluar dari supermarket
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan
BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia diciptakan pastilah memiliki sebuah keluarga, baik keluarga kecil maupun keluarga besar dan keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang mana
Lebih terperinciPendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida
Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida Manusia dilahirkan dalam keadaan yang sepenuhnya tidak berdaya dan harus menggantungkan diri pada orang lain. Seorang anak memerlukan waktu
Lebih terperinciwww.rajaebookgratis.com. "Ih, Udah Gede Kok Nggak Punya Malu!" Rasa malu merupakan salah satu nilai moral yang patut diajarkan pada anak. Perasaan ini tidak ada kaitannya dengan sifat pemalu. Bagaimana
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana pada masa ini akan terjadi perubahan fisik, mental, dan psikososial yang cepat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu akan melewati beberapa
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu akan melewati beberapa tahap perkembangan. Keseluruhan tahap perkembangan itu merupakan proses yang berkesinambungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat
Lebih terperinciBAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE
BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE Komunikasi menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia, setiap hari manusia menghabiskan sebagian besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai
Lebih terperinciPROFESSIONAL IMAGE. Etiket dalam pergaulan (2): Berbicara di depan Umum, etiket wawancara. Syerli Haryati, S.S. M.Ikom. Modul ke: Fakultas FIKOM
Modul ke: PROFESSIONAL IMAGE Etiket dalam pergaulan (2): Berbicara di depan Umum, etiket wawancara Fakultas FIKOM Syerli Haryati, S.S. M.Ikom Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Pendahuluan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional mengharapkan upaya pendidikan formal di sekolah mampu membentuk pribadi peserta didik menjadi manusia yang sehat dan produktif. Pribadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia membutuhkan manusia berkompeten untuk mengolah kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri, disiplin, jujur, berani,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat
BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Pada dasarnya komunikasi interpersonal digunakan pada keseharian umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat berkomunikasi di sekolah
Lebih terperinciBAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN
BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN A. Perbandingan Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia pendidikan, kini orangtua semakin memiliki banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk mendaftarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Wirawan dalam Panudju dan Ida (1999:83) mengungkapkan bahwa masa remaja
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Wirawan dalam Panudju dan Ida (1999:83) mengungkapkan bahwa masa remaja adalah suatu masa yang pasti dialami oleh semua orang. Pada tahapan ini seorang remaja adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi
Lebih terperinciGambaran konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Pendahuluan
1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang melibatkan berbagai perubahan, baik dalam hal fisik, kognitif, psikologis, spiritual,
Lebih terperinci134 Perpustakaan Unika LAMPIRAN
LAMPIRAN 134 135 LAMPIRAN A OBSERVASI DAN WAWANCARA 136 PEDOMAN OBSERVASI i. Kesan Umum : Kondisi Fisik dan Penampilan Subyek ii. Perilaku yang cenderung ditampilkan iii. Kegiatan Sehari-hari iv. Lingkungan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak (baik yang dilahirkan ataupun diadopsi). Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelegensi atau akademiknya saja, tapi juga ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya.
Lebih terperinciBE SMART PARENTS PARENTING 911 #01
BE SMART PARENTS PARENTING 911 #01 Coffee Morning Global Sevilla School Jakarta, 22 January, 2016 Rr. Rahajeng Ikawahyu Indrawati M.Si. Psikolog Anak dibentuk oleh gabungan antara biologis dan lingkungan.
Lebih terperinciHuman Relations. Faktor Manusia dalam Human Relations (Learning how to Learn)-Lanjutan. Ervan Ismail. S.Sos., M.Si. Modul ke: Fakultas FIKOM
Modul ke: Human Relations Faktor Manusia dalam Human Relations (Learning how to Learn)-Lanjutan Fakultas FIKOM Ervan Ismail. S.Sos., M.Si. Program Studi Public Relations http://www.mercubuana.ac.id Isi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Individu akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya dan ketergantungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi pada saat individu beranjak dari masa anak-anak menuju perkembangan ke masa dewasa, sehingga remaja merupakan masa peralihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia banyak mengalami masalah-masalah kompleks dalam kehidupannya yang sebenarnya berasal dari diri sendiri, sehingga tanpa sadar manusia menciptakan mata
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS S k r i p s i Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG Rheza Yustar Afif Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soeadarto, SH, Kampus Undip Tembalang,
Lebih terperinciKETIKA ANAK BERTANYA TENTANG SEKS
KETIKA ANAK BERTANYA TENTANG SEKS Oleh ; Sri Maslihah Bunda, darimana asalnya aku? Bagaimana adik bayi keluar dari perut Bunda? Mengapa orang di tv tadi berciuman?. Apa yang harus kita katakan ketika si
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju. dewasa. Dimana pada masa ini banyak terjadi berbagai macam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perjalanan hidup manusia pasti akan mengalami suatu masa yang disebut dengan masa remaja. Masa remaja merupakan suatu masa dimana individu mengalami perubahan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG
BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG A. Analisis tentang Upaya Guru PAI dalam Membina Moral Siswa SMP Negeri 1 Kandeman Batang Sekolah adalah lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut
Lebih terperinciHUBUNGAN MINAT MEMBACA KOMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA SMA S K R I P S I
HUBUNGAN MINAT MEMBACA KOMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA SMA S K R I P S I Disusun Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh: MD. ARDIANSYAH F
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan dapat menjadi caloncalon intelektual. Mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan dan keinginan, misalnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari tidak akan terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip definisi Gillian dan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola asuh merupakan interaksi yang diberikan oleh orang tua dalam berinteraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia 6 tahun. Secara alamiah perkembangan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi
HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 RUSTAM ROSIDI F100 040 101 Diajukan oleh: FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap perkembangan yang harus dilewati. Perkembangan tersebut dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak yang memberi dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah satunya adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa transisi antara masa anak-anak dan dewasa, di mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas, dan terjadi
Lebih terperinciModul ke: Produksi Berita TV. Wawancara Dalam Berita TV. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting.
Modul ke: 09 Syaifuddin, Fakultas Ilmu Komunikasi Produksi Berita TV Wawancara Dalam Berita TV S.Sos, M.Si Program Studi Broadcasting http://www.mercubuana.ac.id Wawancara dalam Berita TV Wawancara dalam
Lebih terperinciBAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan
BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
Lebih terperinciMengenal Pensil sebagai Media Gambar
Mengenal Pensil sebagai Media Gambar Pensil adalah salah satu media gambar yang murah, mudah ditemukan, mudah digunakan dan bisa dibawa kemana saja. Anda tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk membelinya,
Lebih terperincicommit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang
6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang paling penting pada seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang
Lebih terperinciKONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS
KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan
Lebih terperinciSTAYING TRUE TO YOUR MORAL COMPASS
MORAL INTELLIGENCE Nilai, filosofi, dan kumpulan kecerdasan moral memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap bisnis. Hal tersebut merupakan dasar dari visi, tujuan, dan budaya organisasi. Tantangan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN
BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN A. Analisis Tujuan Pendidikan Akhlak Anak dalam Keluarga Nelayan di Desa Pecakaran Kec. Wonokerto.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mereka tinggali sekarang ini contohnya dari segi sosial, budaya, ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan pemuda di Denpasar yang berasal dari daerah lain atau kota lain yang biasa dikatakan dengan anak pendatang, sangat berbeda dengan daerah yang mereka tinggali
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Proses Pendekatan Persuasif pada Pembelajaran Seni Tari di SMP
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Proses Pendekatan Persuasif pada Pembelajaran Seni Tari di SMP Negeri 1 Lembang SMP Negeri 1 Lembang yang sudah terakreditasi A ini beralamat di Jl. Raya
Lebih terperinciPERLU, SOSIALISASI PACARAN SEHAT
Artikel PERLU, SOSIALISASI PACARAN SEHAT Oleh: Drs. Mardiya Undang-Undang No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyatakan bahwa penyelenggaraan program Keluarga Berencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Hurlock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. dengan identitas ego (ego identity) (Bischof, 1983). Ini terjadi karena masa remaja
Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Masa remaja seringkali dikenal dengan masa mencari jati diri, oleh Erickson disebut dengan identitas ego (ego identity) (Bischof, 1983). Ini terjadi karena masa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Komunikasi 1. Definisi Komunikasi Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communication, yang akar katanya adalah communis, tetapi
Lebih terperinciLaporan Penulisan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN Laporan 1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Perkembangann zaman menimbulkan kesulitan dalam setiap segi kehidupan manusia, termasuk perekonomian. Kesulitan ekonomi mengakibatkan biaya
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI TENTANG LOKASI, KONSELOR, KLIEN DAN MASALAH
BAB III DESKRIPSI TENTANG LOKASI, KONSELOR, KLIEN DAN MASALAH A. Deskripsi Lokasi Nama sekolah yang penulis teliti di SMK YPM 4 Taman - Sidoarjo di dalam lembaga sekolah tersebut ada dua program keahlian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi untuk bertahan dan melanjutkan tugas dalam setiap tahap perkembangannya. Remaja tidak terlepas dari tahapan demi
Lebih terperinciResensi Buku Larry King Seni Berbicara: kepada siapa saja, kapan saja, di mana saja (Rahasia-rahasia Komunikasi yang Baik)
Resensi Buku Larry King Seni Berbicara: kepada siapa saja, kapan saja, di mana saja (Rahasia-rahasia Komunikasi yang Baik) Bab 1: Bicara Satu Lawan Satu Sebesar apapun bakat alami kita, sehebat apapun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergaulan adalah salah satu kebutuhan manusia, sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain, dan hubungan antar manusia dibina melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan untuk terbawa arus adalah remaja. Remaja memiliki karakteristik tersendiri yang unik, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pola Asuh Orangtua a. Pengertian Dalam Kamus Bahasa Indonesia pola memiliki arti cara kerja, sistem dan model, dan asuh memiliki arti menjaga atau merawat dan
Lebih terperinciKOMPILASI 25 CONTOH JAWABAN PERTANYAAN TES WAWANCARA KERJA (JOB INTERVIEW)
KOMPILASI 25 CONTOH JAWABAN PERTANYAAN TES WAWANCARA KERJA (JOB INTERVIEW) 1. Beritahukan kami tentang diri Anda? Biasanya ini merupakan pertanyaan pembuka wawancara kerja, karena itu jangan menghabiskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tahap remaja melibatkan suatu proses yang menjangkau suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahap remaja melibatkan suatu proses yang menjangkau suatu periode penting dalam kehidupan seseorang. Namun, terdapat perbedaan antara individu satu dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah upaya multi dimensional untuk mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus disertai peningkatan harkat
Lebih terperinci3 VIRUS POSITIF UNTUK MEMPERBAIKI BISNIS
Quote of The Day 12 Desember 2017 3 VIRUS POSITIF UNTUK MEMPERBAIKI BISNIS Kabar serangan siber yang melanda 125.000 sistem komputer di seluruh dunia pada Jumat (12/05) lalu mendadak viral. Akibat serangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Nusantara yang berjumlah 166 karyawan. Berikut karakteristik responden. Tabel 1.Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Way Seputih Bumi Nusantara yang berjumlah 166 karyawan. Berikut karakteristik responden penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan anak selalu ada kebutuhan untuk dikasihi dan merasakan bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya. Keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa
15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Di usia remaja antara 10-13 tahun hingga 18-22 tahun (Santrock, 1998), secara
Lebih terperinciTahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia
Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia Rentang Perkembangan Manusia UMBY 1. Neonatus (lahir 28 hari) Pada tahap ini, perkembangan neonatus sangat memungkinkan untuk dikembangkan sesuai keinginan. 2. Bayi (1
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari masalah belajar. Pada dasarnya, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP BIMBINGAN BELAJAR BAGI ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI DESA SASTRODIRJAN KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN
BAB IV ANALISIS PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP BIMBINGAN BELAJAR BAGI ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI DESA SASTRODIRJAN KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis Persepsi Orang Tua terhadap Bimbingan
Lebih terperinciTINGKATKAN PERCAYA DIRI
Profesi Trainer 6 TINGKATKAN PERCAYA DIRI RASA GUGUP - Kita selalu ingin buang air kecil ketika akan menjadi pembicara didepan forum? - Keringat dingin menjalar di tubuh kita? - Telapak tangan terasa basah?
Lebih terperinciBAB VII CERITA AKHIR PENDAMPINGAN. kuncinya yakni dibutuhkan kerjasama dan saling tolong-menolong antara satu
82 BAB VII CERITA AKHIR PENDAMPINGAN Di dalam setiap perjalanan pasti semua menghadapi suatu permasalahan dan dalam sebuah kehidupan semua akan selalu ada rintangan yang harus benarbenar kita lewati. Dan
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA
2 BAB 2 DATA DAN ANALISA Produk utama yang akan dibuat berbentuk sebuah game interaktif untuk anak anak. Game tersebut mengajarkan sekaligus mendidik anak anak mulai dari usia 7-9 tahun mengenai sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.
Lebih terperinciBAB II. Tinjauan Pustaka
BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori
Lebih terperinciPenyesuaian Diri Menantu Perempuan Mean empirik: 49,67 SD Empirik: 6,026 SD: 6/5 x : 7,2312
Penyesuaian Diri Menantu Perempuan Mean empirik: 49,67 SD Empirik: 6,026 SD: 6/5 x 6.026 : 7,2312 Perhitungan: M+ 0.5 SD = 49,67 + 0.5 (7,2312) = 53,2856 M+1,5 SD = 49,67 + 1,5 (7,2312) = 60,5168 M+2,5
Lebih terperincierotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap individu menginginkan kehidupan yang bahagia dan tubuh yang ideal. Harapan ini adalah harapan semua wanita di dunia, tetapi kenyataannya tidak semua wanita memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Permasalahan moral banyak dibicarakan pada akhir abad 20 dan abad 21 ini. Dari hasil mengamati dan membaca fenomena yang akhir-akhir ini terjadi banyak peristiwa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Idealnya, di dalam sebuah keluarga yang lengkap haruslah ada ayah, ibu dan juga anak. Namun, pada kenyataannya, saat ini banyak sekali orang tua yang menjadi orangtua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus
16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru dimana secara sosiologis, remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak terjadi kasus kekerasan baik fisik maupun non fisik yang melibatkan remaja sebagai pelaku ataupun korban. Kekerasan yang sering terjadi adalah
Lebih terperinci