GAMBARAN FACTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN FACTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN"

Transkripsi

1 GAMBARAN FACTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Esti Yuandari 1, Bagus Rahmat Santoso 1, Anggi Permatasari* 1 STIKES Sari Mulia Banjarmasin *Korespondensi Penulis. Telp: , anggipermatasari92@yahoo.com ABSTRAK Latar Belakang: Gizi di masyarakat difokuskan pada status gizi balita karena banyak anak-anak belum memiliki gizi yang baik. Masalah kurang gizi pada balita dapat disebabkan oleh penyakit infeksi, pengetahuan, pola asuh anak yang kurang tepat, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Tujuan: Mengetahui gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita di Puskesmas Pekauman Banjarmasin Metode: Jenis penelitian analitik, dengan rancangan penelitian diskriptif. Pengambilan sampel berjumlah 94 responden yaitu ibu yang memiliki balita di Puskesmas Pekauman Banjarmasin. Data sekunder berupa status gizi balita diperoleh dari buku register sedangkan data primer diperoleh dari kuisioner. Pengolahan dan analisis data melalui 5 tahap yaitu editing, coding, tabulasi, entri data, analisis data. Hasil: Sebagian besar balita status gizinya baik, pernah sakit, pendapatan Rp , memiliki tingkat pendidikan dasar, tingkat pengetahuan ibu cukup, serta pola asuh baik. Simpulan: balita dengan status gizi baik didapatkan dari ibu yang memiliki pola asuh dan pengetahuan yang baik mengenai gizi balita, sedangkan status gizi kurang disebabkan karena penyakit infeksi, serta pola asuh ibu yang kurang Kata kunci: Status gizi, kesehatan, pendapatan, pendidikan, pengetahuan, pola asuh. 217

2 PENDAHULUAN Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025 adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, terutama status gizi pada balita yaitu dengan menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita dari 26% pada tahun 2005 menjadi 9,5% pada tahun 2025 (Bappenas, 2007). Gizi merupakan pondasi kesehatan dalam masyarakat karena masalah gizi juga merupakan salah satu faktor penyebab angka kematian yang terjadi pada balita. Balita yang mengalami kurang gizi sangat rentan gizi baik terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga memunggkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara optimal. Sedangkan dikatakan status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial (Almatsier, 2006). Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat dalam bidang kesehatan. Penilaian status gizi yang paling terkena penyakit-penyakit infeksi, seperti mudah untuk dilakukan adalah dengan diare dan infeksi saluran akut terutama pneumonia. Perbaikan gizi di masyarakat difokuskan pada status gizi balita karena jutaan anak-anak belum memiliki gizi yang baik, sehingga kelak akan berdampak kepada kemampuan si anak untuk bersaing di dunia internasional yang semakin menuntut kemampuan otak yang sangat dipengaruhi oleh kecukupan gizi terutama masa balita. Makanan yang dikonsumsi akan berpengaruh terhadap status gizi baik itu status gizi baik, gizi cukup, gizi kurang dan gizi lebih. Status pengukuran antropometri, yaitu pengukuran yang paling sering digunakan sebagai metode penilaian status gizi secara langsung untuk menilai dua masalah status gizi, yaitu: (1) kekurangan energi protein (KEP) khususnya pada anak-anak dan ibu hamil, (2) obesitas pada semua kelompok umur (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2013). Terdapat empat klasifikasi dalam status gizi dengan indeks berat badan menurut umur (BB/U) diantaranya gizi buruk, gizi 218

3 kurang, gizi normal dan gizi lebih. (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2007). Menurut data dari Riskesdas dalam laporan komunikasi data gizi dan KIA terintegrasi tahun 2013 di Indonesia dari balita terdapat (19,6%) balita dengan gizi sedang dan gizi buruk (Kementrian Kesehatan RI, 2015). Di Provinsi Kalimantan selatan angka kejadian balita dengan gizi kurang di tahun 2013 sebesar (27,4%) balita dari balita (Kementrian Kesehatan RI, 2015). Di kota Banjarmasin pada tahun 2015 dari balita terdapat 4170 (8,28%) balita dengan status gizi kurang. Faktor penyebab dari masalah kurang gizi pada balita dapat disebabkan karena asupan makan yang kurang, balita terkena penyakit infeksi, ketahanan pangan keluarga, pola pengasuhan anak yang kurang tepat, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan (Waryana, 2010). Pengetahuan gizi dan pola asuh penting peranannya dalam menentukan asupan dan pola asuh akan berpengaruh terhadap perilaku dalam memilih makanan yang akan berdampak kepada asupan gizi balita karena jika pengetahuan gizi dan pola asuh baik maka akan memenuhi kebutuhan zat gizi agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal (Adriani, 2013). Berdasarkan data Puskesmas Pekauman Banjarmasin pada tahun 2014 terdapat balita dengan 21 balita disana mengalami gizi kurang dan pada tahun 2015 balita yang mengalami gizi kurang meningkat menjadi 38 balita dari balita. Kurang gizi pada balita akan berpengaruh pada perkembangan fisik dan mental anak. Pada masa balita perlu mendapatkan perlakuan serius dari orang tua, karena kekurangan gizi pada masa ini akan menyebabkan kerusakan yang irreversible (tidak dapat dipulihkan). Ukuran tubuh yang pendek merupakan salah satu indikator kekurangan gizi yang berkepanjangan pada balita. Kekurangan gizi lebih fatal akan berdampak pada perkembangan otak (Proverawati, 2009). makanan. Karena tingkat pengetahuan gizi 219

4 BAHAN METODE Berdasarkan tabel 1 menunjukkan Jenis penelitian yang penelitian survei analitik. dilakukan yaitu Survey analitik karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin terdapat 54 responden (57,45%) adalah berjenis kelamin laki-laki dan 40 adalah survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. (Notoatmodjo, 2010) Rancangan penelitian yang akan dilakukan yaitu rancangan penelitian diskriptif. Rancangan penelitian deskriptif bertujuan untuk menerangkan atau menggambarkan masalah penelitian yang terjadi berdasarkan karakteristik tempat, waktu, umur, jenis kelamin, sosial, ekonomi, pekerjaan, status perkawinan, cara hidup (pola hidup) dan lain-lain (Hidayat, 2012). Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang membawa anak balita berkunjung ke Puskesmas Pekauman Banjarmasin, dengan jumlah sampel 94 orang. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Karakteristik Responden Tabel 1 Karakteristik Responden No Kategori Frekuensi Persentase (%) 1 2 Laki-laki Perempuan responden (42,55%) berjenis kelamin perempuan. Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur No Umur Frekuensi Persentase 1 1 tahun tahun tahun tahun tahun Berdasarkan tabel 2 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan umur terdapat balita umur 1 tahun sebanyak 17 balita (18%), balita umur 2 tahun sebanyak 30 balita (32%), balita umur 3 tahun sebanyak 20 balita (21%), balita umur 4 tahun sebanyak 12 balita (13%), sedangkan balita umur 5 tahun sebanyak 15 balita (16%). a. Status gizi balita berdasarkan indeks BB/U Tabel 3 Status Gizi Balita No. Status Gizi Frekuensi Persentase (%) 1 Gizi kurang Gizi baik Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukkan status gizi balita yang memiliki status gizi baik sebanyak

5 responden (86%), sedangkan balita yang memiliki status gizi kurang terdapat 13 responden (14%). b. Status Kesehatan Balita Tabel 4 Status Kesehatan Balita No. Status Kesehatan Frekuensi Persentase (%) 1 Pernah sakit infeksi Tidak pernah sakit infeksi Berdasarkan tabel 4 diatas menunjukkan status kesehatan balita pernah sakit infeksi sebanyak 55 balita (59%), sedangkan status kesehatan balita tidak pernah sakit infeksi sebanyak 39 balita (41%). c. Tingkat Pendapatan Tabel 5 Tingkat Pendapatan Keluarga No. Tingkat Pendapatan Frekuensi Persentase (%) 1 Pendapatan <Rp Pendapatan Rp Berdasarkan tabel 5 diatas menunjukkan tingkat pendapatan keluarga <Rp sebanyak 34 d. Tingkat Pendidikan Tabel 6 Tingkat Pendidikan Ibu No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%) 1 Pendidikan dasar Pendidikan menengah Pendidikan atas 1 1 Berdasarkan tabel 6 diatas menunjukkan tingkat pendidikan dasar 52 responden (55%), tingkat pendidikan menengah 41 responden (44%), sedangkan ibu yang memiliki tingkat pendidikan atas sebanyak 1 responden (1%). e. Pengetahuan gizi ibu Tabel 7 Pengetahuan Ibu No. Pengetahuan Ibu Frekuensi Persentase (%) 1 Kurang Cukup Baik Berdasarkan tabel 7 diatas menunjukkan tingkat pengetahuan ibu cukup sebanyak 55 responden (59%), sedangkan tingkat pengetahuan gizi baik sebanyak 39 responden (41%). responden (36%), sedangkan keluarga f. Pola Asuh Ibu yang memiliki pendapatan Rp sebanyak 60 responden (64%). Tabel 8 Pola Asuh Ibu No. Pola asuh ibu Frekuensi Persentase (%) 1 Kurang Cukup Baik

6 Berdasarkan tabel 8 diatas menunjukkan pola asuh kurang sebanyak 3 responden (3%), pola asuh cukup sebanyak 21 responden (22%), sedangkan ibu yang memiliki pola asuh baik sebanyak 70 responden (75%). Balita memiliki kebutuhan gizi yang berbeda dari orang dewasa. Balita memerlukan lebih banyak nutrisi yang harus terpenuhi untuk menjaga keseimbangan gizi tubuh seperti karbohidrat, vitamin dan mineral yang terdapat pada buah dan sayur, protein, lemak gula terutama yang mengandung PEMBAHASAN 1. Status gizi balita berdasarkan indeks BB/U Pengukuran status gizi balita dengan menggunakan indeks BB/U berguna untuk mendeteksi secara dini balita dengan status gizi kurang. Hasil analisis status gizi balita berdasarkan indeks BB/U menunjukkan bahwa sebagian besar balita di Puskesmas Pekauman Banjarmasin memiliki status gizi baik, dimana balita sudah mendapatkan kecukupan gizi dari pola asuh ibu yang membiasakan memberi anaknya makanan yang mengandung vitamin seperti sayur dan buah-buahan omega 3 dan 6 yang penting untuk perkembangan otak, serta susu (Proverawati, 2009). Di Puskesmas Pekauman Banjarmasin terdapat balita dengan status gizi kurang sebanyak 13 responden dan sebagian besar balita yang mengalami gizi kurang adalah balita dengan usia 2 tahun. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti balita yang mengalami kurang gizi kondisi tubuhnya tidak terlalu terlihat berbeda dengan balita dengan gizi baik, hal ini dikarenakan balita yang mengalami kurang gizi berdasarkan indeks BB/U memiliki berat badan kurang dari -2SD serta lauk pauk sehingga anak dapat namun tidak terlalu jauh dari indeks BB/U tumbuh secara optimal dan berat badannya bertambah sesuai dengan umur. normal. Berdasarkan dari analisis hasil penelitian balita dengan status gizi kurang 222

7 terjadi karena kurangnya pola asuh ibu, terutama dalam praktik pemberian makan makanan yang bergizi pada anaknya, seperti kurangnya memberikan sayur dan buah-buahan, tetapi ibu cenderung memberikan anaknya makan makanan instan serta nasi dan lauk saja. Anak yang mengalami gizi kurang selain dari pola asuh ibu juga dapat terjadi pada anak yang sering terkena penyakit infeksi. seperti flu singapur dan demam. Anak yang sakit nafsu makannya akan berkurang sehingga sangat susah untuk makan, dengan keadaan ini akan mengakibatkan anak kekurangan zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh sehingga tumbuh kembang anak menjadi tidak optimal. Hasil penelitian ini didukung oleh Departemen Gizi dan Kesehatan berkuarang yang akhirnya menyebabkan kurang gizi. Menurut Almatsier (2006), akibat yang ditimbulkan dari kurang gizi yaitu: (1) Pertumbuhan, dalam hal ini anak-anak tidak tumbuh menurut potensinya. Protein digunakan sebagai zat pembakar, sehingga otot-otot menjadi lembek dan rambut mudah rontok. (2) Produksi tenaga, kekurangan energi yang berasal dari makanan, menyebabkan seseorang kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas. (3) Pertahanan tubuh, system imunitas dan anti body yang berkurang, sehingga anak mudah terkena penyakit infeksi seperti pilek, batuk, dan diare. (4) Struktur dan fungsi otak, kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental, dengan demikian Masyarakat (2014) yang mengatakan kemampuan berpikir. (5) Perilaku, baik bahwa aspek kesehatan yang berpengaruh besar terhadap status gizi adalah penyakit infeksi. Penyakit infeksi dapat anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gizi menunjukkan perilaku tidak tenang. Mereka mudah tersinggung, menyebabkan kurangnya nafsu makan cengeng dan apatis. sehingga asupan makanan menjadi 223

8 2. Status kesehatan balita Penyakit infeksi adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroorganisme patogen didalam tubuh. Infeksi dapat menyebabkan seseorang mengalami status gizi kurang karena respon peradangan, mengurangi absorpsi makanan yang disebabkan oleh kerusakan usus, meningkatnya zat-zat gizi akibat peningkatan metabolisme serta kehilangan zat-zat endogen yang disebabkan oleh kehilangan bahan makanan (diare/muntah) (Adriani, 2014). Hasil penelitian di Puskesmas Pekauman Banjarmasin menunjukkan bahwa dalam kurun waktu satu bulan sebelum peneliti melakukan penelitian sebagian besar balita pernah terkena sakit infeksi seperti flu singgapure, demam, dan ISPA. Balita yang mengalami penyakit infeksi sebanyak 55 balita, dan hanya terdapat 13 balita yang mengalami status gizi kurang. Hal ini dikarenakan balita yang mengalami status gizi kurang sering mengalami muntah dan diare sehingga nafsu makan balita menurun dan berat badannya tidak sesuai dengan indeks BB/U. Sebaliknya sebagian besar balita yang pernah sakit infeksi memiliki status gizi baik, karena pola asuh ibu dalam merawat balita sakit seperti ibu memberikan perawatan kusus dan memberikan vitamin tambahan serta tetap memberikan asupan makanan yang bergizi. Hasil penelitian ini sependapat dengan Witjanarka dalam Adriani (2014) yang mengatakan bahwa penyebab utama gizi buruk ialah penyakit infeksi bawaan anak seperti diare, campak, ISPA, dan rendahnya asupan gizi akibat kurangnya ketersediaan pangan di tingkat rumahtangga atau karena pola asuh yang salah. 3. Tingkat pendapatan Pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan. Sebagian besar responden memiliki pendapatan Rp , 224

9 dengan rata-rata pendapatan keluarga lebih dominan dari penghasilan ayah. Kebanyakan kepala keluarga memiliki pekerjaan sebagai buruh harian lepas, dimana penghasilan di dapatkan seminggu sekali bahkan ada yang penghasilannya dihitung perhari. Selain dari ayah pendapatan keluarga juga didapat dari pekerjaan ibu seperti ibu yang berjualan makanan ringan dan menjaga warnet. Di Puskesmas Pekauman keluarga dengan pendapatan Rp memiliki status gizi baik karena keluarga dengan pendapatan Rp dapat memenuhi kebutuhan untuk membeli buah dan sayur yang beraneka ragam. Jenis sayur dan buah yang beraneka ragam mengandung zat gizi yang berbedabeda sehingga kebutuhan gizi balita dapat terpenuhi, akan tetapi tidak menutup kemungkinan jika keluarga yang memiliki pendapatan Rp memiliki balita dengan gizi kurang dikarenakan anak sering terkena penyakit infeksi seperti ISPA, diare, demam dan flu singapur. Keluarga yang memiliki pendapatan <Rp sebagian besar memiliki status gizi baik, walaupun pendapatan ibu <Rp tetapi ibu bisa mencukupi kebutuhan nutrisi anaknya seperti sering membiasakan anaknya memakan sayur dan tidak mengizinkan anaknya jajan sembarangan, sedangkan keluarga dengan pendapatan <Rp yang memiliki balita dengan status gizi kurang dikarenakan seringnya balita terkena penyakit infeksi seperti ISPA, diare, serta flu singapur, selain itu pola asuh ibu juga dapat menyebabkan balita mengalami gizi kurang. 4. Tingkat pendidikan Berdasarkan analisis hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan dasar yakni Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengan Pertama (SMP) yakni sebanyak 52 responden. Banyaknya responden dengan tingkat pendidikan dasar dikarenakan ibu tidak memiliki biaya untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, selain itu 225

10 alasan lain ibu putus sekolah karena mengalah dengan saudara-saudaranya. Menurut Soethiningsih dalam Adriani (2015), pendidikan orang tua merupakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan hasil identifikasi tingkat pengetahuan ibu di Puskesmas Pekauman Banjarmasin salah satu faktor penting dalam tumbuh sebagian besar ibu memiliki tingkat kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar. Di Puskesmas Pekauman Banjarmasin sebagian besar ibu memiliki tingkat pendidikan dasar tetapi ibu juga memiliki balita dengan status gizi baik. Hal ini dikarenakan walupun ibu memiliki tingkat pendidikan yang rendah tetapi ibu sering mengikuti penyuluhan dan konseling yang diadakan oleh Puskesmas dan Posyandu dilakukan oleh tenaga kesehatan mengenai gizi balita sehingga banyak ibu telah memperhatikan kecukupan gizi anaknya. Hal ini dikarenakan ibu menyadari pentingnya asupan nutrisi yang cukup bagi balita untuk menunjang tumbuh kembangnya. 5. Tingkat pengetahuan ibu Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengetahuan yang cukup yaitu 55 orang. Tingkat pengetahuan sangat menentukan status gizi balita. Ibu yang memiliki pengetahuan gizi yang baik tentunya akan berusaha memenuhi kebutuhan gizi keluarganya. Sebagian besar ibu yang menjadi responden penelitian memiliki tingkat pengetahuan gizi yang cukup, karena ibu sering mengikuti kegiatan penyuluhan yang diadakan oleh puskesmas serta mendapatkan konseling mengenai asupan gizi yang terbaik untuk balita. Ibu menyadari bahwa asupan makanan bergizi diperlukan oleh balita sehingga ibu menyediakan makanan yang memiliki kandungan zat gizi yang meliputi karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin dan mineral. Ibu yang memiliki pengetahuan yang cukup juga akan menghindari memberikan makanan yang 226

11 tidak mengandung zat gizi pada anaknya seperti makanan instan dan snack. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu memiliki pengetahuan yang cukup karena ibu masih ada yang belum mengetahui jika bayi yang berumur 0 6 bulan belum bisa diberikan makanan, serta ibu tidak mengetahui bahwa kolostrum (susu awal) yang berwarna kekuning-kuningan dan lebih kental baik diberikan pada bayi. Pengetahuan ibu yang kurang mengenai pemberian makanan pada bayi 0-6 bulan dan pemberian kolostrum karena dari faktor keluarga yang ikut berperan dalam mengasuh anaknya dimana ibu selalu mengikuti yang dianjurkan oleh orangtuanya yang dianggap lebih berpengalaman dalam mengasuh anak, sehingga ibu sulit menerima pendidikan kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan melalui penyuluhan dan konseling. 6. Pola asuh ibu Berdasarkan analisis hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pola asuh cukup yakni 70 responden, sedangkan 21 responden memiliki pola asuh cukup, dan 3 responden memiliki pola asuh kurang. Di Puskesmas Pekauman Banjarmasin sebagian besar responden adalah ibu rumah tangga sehingga anak diasuh sendiri oleh ibu. Karena anak diasuh sendiri oleh ibu sehingga pemberian makan lebih teratur, dan ibu juga lebih mengetahui porsi makan, makanan yang dimakan serta makanan yang disukai anaknya. selain itu ibu yang mengasuh sendiri anaknya akan lebih kreatif dalam mengolah bahan makanan seperti sayuran yang cenderung tidak disukai oleh anak, selain itu ibu juga dapat membiasakan anak makan sayur dan buah serta memakan makanan olahan rumah sehingga anak tidak jajan sembarangan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rona Firma Putri (2015), menyatakan bahwa pola asuh sangat mempengaruhi status gizi balita, pola asuh yang baik meliputi memberikan perhatian yang penuh serta kasih sayang terhadap 227

12 anak, memberikan waktu yang cukup pada anak untuk memperhatikan asupan gizinya sehingga status gizi anak menjadi lebih baik. Hasil yang didapatkan dari kuisioner pola asuh didapatkan ibu yang memiliki UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih peneliti sampaikan kepada ketua STIKEs Sari Mulia yang telah memberikan dukungan dan kepala puskesmas Pekauman Banjarmasin yang telah memfasilitasi penelitian pola asuh kurang dikarenakan ibu tidak membiasakan anaknya makan sayur dan buah, membiarkan anaknya makan makanan cepat saji, serta ibu tidak memberikan vitamin tambahan untuk anaknya. Adapun akibat yang dapat ditimbulkan jika ibu memiliki pola asuh terutama dalam praktik pemberian makan akan mempengaruhi asupan makanan yang bergizi sehingga balita akan mengalami gizi kurang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Munawaroh (2015) yang menyatakan bahwa semakin baik pola asuh yang diberikan maka semakin baik pula status gizi balita dan sebaliknya apabila ibu memberikan pola asuh yang kurang baik dalam pemberian makan pada balita maka status gizi balita juga akan DAFTAR PUSTAKA Adriani, Merryana dan Wirjatmadi, Bambang Gizi dan Kesehatan Balita Peranan Micr Zink PadaPertumbuhan Balita. Jakarta:Prenadamedia Group. Almatsier,S Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Bappenas Rencana pembangunan jangka panjang. [internet]. Tersedia dalam: [diakses 2 Mei 2016]. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers. Hidayat, A Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba medika. Kementrian Kesehatan RI Pusat data dan informasi. [internet]. Tersedia dalam: [diakses 10 Februari 2016]. Notoatmodjo, S Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. terganggu. 228

13 Proverawati, A dan Siti Asfuah Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika. Rona Firmana. P, Delmi Sulastri, Yuniar Lestari Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak balita di wilayah kerja puskesmas naggalo padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 1(4). Siti Munawaroh Pola asuh mempengaruhi status gizi balita. Jurnal Keperawatan. 1(6). Waryana Gizi Reproduksi. Bantul Yogyakarta: Pustaka Rihama. 229

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah keseimbangan antara pemasukan zat gizi dari bahan makanan yang dimakan dengan bertambahnya pertumbuhan aktifitas dan metabolisme dalam tubuh. Status

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya status gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah kekurangan energi protein seperti merasmus, kwarsiorkor, dan stunting. Kekurangan energi protein

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 1-3 TAHUN DI PADUKUHAN PUCANGANOM DESA WEDOMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 1-3 TAHUN DI PADUKUHAN PUCANGANOM DESA WEDOMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 1-3 TAHUN DI PADUKUHAN PUCANGANOM DESA WEDOMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Desi Suciarti 201410104150 PROGRAM STUDI BIDAN

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMENUHAN GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS 1-6 DI SD MOJOROTO II KOTA KEDIRI

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMENUHAN GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS 1-6 DI SD MOJOROTO II KOTA KEDIRI TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMENUHAN GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS 1-6 DI SD MOJOROTO II KOTA KEDIRI Endah Tri Wijayanti 1) 1 Prodi DIII Keperawatan, Universitas Nusantara PGRI Kediri Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM berkualitas, faktor gizi memegang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014 Klemens STIKes Prima Jambi Korespondensi penulis :kornelis.klemens@gmail.com

Lebih terperinci

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA PAPRINGAN KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian dari membangun manusia seutuhnya yang diawali dengan pembinaan kesehatan anak mulai sejak dini. Pembinaan kesehatan anak sejak awal

Lebih terperinci

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober Sri Sudarsih 1, Pipit Bayu Wijayanti 2 *)

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober Sri Sudarsih 1, Pipit Bayu Wijayanti 2 *) HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 36-60 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GONDANG KECAMATAN GONDANG KABUPATEN MOJOKERTO Sri Sudarsih 1, Pipit Bayu Wijayanti 2 *) Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan anak. Menurut Hidayat (2008), zat

Lebih terperinci

GAMBARAN PERKEMBANGAN BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KABUPATEN JOMBANG

GAMBARAN PERKEMBANGAN BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KABUPATEN JOMBANG GAMBARAN PERKEMBANGAN BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KABUPATEN JOMBANG GROWTH OF LESS NUTRITION AT BALITA AT CUKIR HEALTH PRIMERY JOMBANG Rini Hayu L 1, Amalia R 2, Effy Kurniati 3

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indikator derajat kesehatan masyarakat di Indonesia salah satunya di lihat dari angka kematian dan kesakitan balita. Masa balita merupakan kelompok yang rawan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan antara asupan makanan dan penggunaan zat gizi. Bila tubuh

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan antara asupan makanan dan penggunaan zat gizi. Bila tubuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang di akibatkan oleh keseimbangan antara asupan makanan dan penggunaan zat gizi. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat 20 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola menu empat sehat lima sempurna adalah pola menu seimbang yang bila disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Pola menu ini diperkenalkan

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG ISPA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG ISPA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG ISPA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Arina Futtuwah An-nisa *, Elvine Ivana Kabuhung 1, Bagus Rahmat Santoso 2 1 Akademi Kebidanan Sari Mulia Banjarmasin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena 17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi pada anak masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu dari tiga anak di dunia meninggal setiap tahun akibat buruknya kualitas gizi. Salah

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU

HUBUNGAN SIKAP IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU HUBUNGAN SIKAP IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU Mika Oktarina Program Studi D III Kebidanan STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu Status gizi adalah ekspresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi buruk, gizi kurang, dan gizi lebih.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian status gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Jika keseimbangan tadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Lembaga Pangan Dunia (LPD) dalam penelitiannya pada awal tahun 2008 menyebutkan jumlah penderita gizi buruk dan rawan pangan di Indonesia mencapai angka 13 juta.

Lebih terperinci

PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI PENGGUNA ASI EKSLUSIF DENGAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI PENGGUNA ASI EKSLUSIF DENGAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI PENGGUNA ASI EKSLUSIF DENGAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN Desilestia Dwi Salmarini¹, Elvine Ivana Kabuhung², Reni Ovilla Yulianti 1 1 Akademi

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN POLA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 6-24 BULAN PADA SALAH SATU DESA DI WILAYAH LAMPUNG TIMUR Damayanti*, Siti Fatonah* *Alumni Jurusan Keperawatan Poltekkes

Lebih terperinci

HUBUNGAN RIWAYAT ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 7-36 BULAN DI WILAYAH PUSKESMAS GONDOKUSUMAN I TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN RIWAYAT ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 7-36 BULAN DI WILAYAH PUSKESMAS GONDOKUSUMAN I TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN RIWAYAT ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 7-36 BULAN DI WILAYAH PUSKESMAS GONDOKUSUMAN I TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: RIZKA LAILIA RAMADHANI 201410104305 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Balita merupakan anak kurang dari lima tahun sehingga bayi usia anak dibawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun, karena faal (kerja alat tubuh semestinya)

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN Raudatul Jannah *, Anggrita Sari 1, Mohdari 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI KURANG BURUK PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AIR DINGIN KOTA PADANG TAHUN 2013

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI KURANG BURUK PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AIR DINGIN KOTA PADANG TAHUN 2013 FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI KURANG BURUK PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AIR DINGIN KOTA PADANG TAHUN 203 Zulfita, Putri Nelly Syofiah* ABSTRAK gizi atau gizi buruk merupakan penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. medis maupun pelayanan kesehatan saja (Supariasa dkk, 2012). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. medis maupun pelayanan kesehatan saja (Supariasa dkk, 2012). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh banyak faktor, sehingga penanggulangannya tidak cukup dengan pendekatan medis maupun pelayanan

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurang Energi Protein (KEP) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Keadaan ini banyak diderita oleh kelompok balita yang merupakan generasi penerus bangsa.

Lebih terperinci

Gambaran Dukungan Keluarga Terhadap Kunjungan Masa Nifas

Gambaran Dukungan Keluarga Terhadap Kunjungan Masa Nifas GAMBARAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KUNJUNGAN MASA NIFAS DI PUSKESMAS PEKAUMANBANJARMASIN Kiki Yennita Uthami *, Fitri Yuliana 1, Istiqomah 2 1 STIKES Sari Mulia Banjarmasin 2 AKBID Sari Mulia Banjarmasin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajad kesehatan yang setinggi-tingginya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya. Manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak yang sehat akan mengalami pertumbuhan yang normal dan wajar, yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya. Manusia terutama pada masa kanak-kanak, mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan dan pedesaan berdasarkan kriteria klasifikasi wilayah. desa/kelurahan (Badan Pusat Statistik {BPS}, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan dan pedesaan berdasarkan kriteria klasifikasi wilayah. desa/kelurahan (Badan Pusat Statistik {BPS}, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistem pemerintahan di Indonesia beragam dan bertingkat mulai dari daerah pedesaan hingga perkotaan. Suatu daerah digolongkan dalam daerah perkotaan dan pedesaan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah kematian anak usia bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang khususnya Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok adalah salah satu perilaku hidup yang tidak sehat yang dapat merugikan dan sangat mengganggu bagi diri sendiri maupun orang lain disekelilingnya khususnya bagi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilannya dalam Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status gizi adalah ekspresi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bayi dibawah lima tahun adalah kelompok yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit (Probowo, 2012). Salah satu penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gizi Kurang Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kualitas hidup manusia dimulai sedini mungkin sejak masih bayi. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Developments Program), Indonesia menempati urutan ke 111

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Developments Program), Indonesia menempati urutan ke 111 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator penentu keberhasilan tingginya tingkat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi dan balita. Berdasarkan peringkat Human Development Index

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang. Status gizi berhubungan dengan kecerdasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak balita adalah anak yang berusia dibawah 5 tahun. Balita usia 1-5

BAB I PENDAHULUAN. Anak balita adalah anak yang berusia dibawah 5 tahun. Balita usia 1-5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak balita adalah anak yang berusia dibawah 5 tahun. Balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI IBU DENGAN PENGELUARAN KOLOSTRUM PADA IBU NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PATEBON 01 KABUPATEN KENDAL ABSTRAK

HUBUNGAN STATUS GIZI IBU DENGAN PENGELUARAN KOLOSTRUM PADA IBU NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PATEBON 01 KABUPATEN KENDAL ABSTRAK HUBUNGAN STATUS GIZI IBU DENGAN PENGELUARAN KOLOSTRUM PADA IBU NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PATEBON 01 KABUPATEN KENDAL Shinta Ayu Nani, Masruroh ABSTRAK Kolostrum mulai diproduksi oleh tubuh saat kehamilan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang anak karena anak sedang dalam masa tumbuh sehingga segala kebutuhan anak berbeda dengan kebutuhan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 adalah mengumpulkan. dan menganalisis data indikator MDG s kesehatan dan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 adalah mengumpulkan. dan menganalisis data indikator MDG s kesehatan dan faktor yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 adalah mengumpulkan dan menganalisis data indikator MDG s kesehatan dan faktor yang mempengaruhinya. Beberapa indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dalam tiga dekade ini telah cukup berhasil meningkatkan derajat kesehatan. Namun demikian derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas tinggi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Balita dengan berat badan BGM menjadi indikator awal bahwa balita tersebut mengalami masalah gizi. Balita merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013 HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN 1* Marinawati, 2 Rosmeri Bukit 1 STIKes Prima Prodi D III Kebidanan 2 Akademi Kebidanan Dharma Husada Pekan Baru *Korespondensi penulis

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan masalah gizi di Indonesia saat ini semakin kompleks. Masalah gizi yang sedang dihadapi Indonesia adalah masalah gizi ganda yaitu keadaan balita yang

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KECAMATAN PEKALONGAN LAMPUNG TIMUR Tumiur Sormin* *Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang Anak balita merupakan kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang tua menginginkan mempunyai anak yang sehat, cerdas, sholeh, berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan mempunyai generasi

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG NUTRISI YANG DAPAT MENINGKATKAN PRODUKSI ASI DI BPS EDI SURYANINGRUM GODEAN SLEMAN YOGYAKARTA

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG NUTRISI YANG DAPAT MENINGKATKAN PRODUKSI ASI DI BPS EDI SURYANINGRUM GODEAN SLEMAN YOGYAKARTA 38 Media Ilmu Kesehatan Vol. 5, No., Agustus 06 TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG NUTRISI YANG DAPAT MENINGKATKAN PRODUKSI ASI DI BPS EDI SURYANINGRUM GODEAN SLEMAN YOGYAKARTA Lisa Novita Sari, Eva

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses tumbuh kembang balita. Balita pendek memiliki dampak negatif yang akan berlangsung dalam kehidupan selanjutnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya paling besar mengalami masalah gizi. Secara umum di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya paling besar mengalami masalah gizi. Secara umum di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak balita ditinjau dari sudut masalah kesehatan dan gizi termasuk kelompok umur 1-5 tahun yang rawan gizi dan penyakit, kelompok yang jumlahnya paling besar mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi lebih dan masalah gizi kurang merupakan masalah yang dihadapi oleh Indonesia saat ini. Obesitas merupakan sinyal pertama dari munculnya kelompok penyakit-penyakit

Lebih terperinci

PENGETAHUAN IBU DALAM PEMENUHAN GIZI TERHADAP TUMBUH KEMBANG BALITA DI PUSKESMAS LAK-LAK KUTACANE ACEH TENGGARA

PENGETAHUAN IBU DALAM PEMENUHAN GIZI TERHADAP TUMBUH KEMBANG BALITA DI PUSKESMAS LAK-LAK KUTACANE ACEH TENGGARA PENGETAHUAN IBU DALAM PEMENUHAN GIZI TERHADAP TUMBUH KEMBANG BALITA DI PUSKESMAS LAK-LAK KUTACANE ACEH TENGGARA Elfi Manya Sari *, Reni Asmara Ariga ** * Mahasiswa Fakustas Keperawatan USU ** Dosen Departemen

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR Istiqamah 1, Sitti Khadijah 2, Nurul Maulida 2 1 Prodi DIV Bidan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang, gizi baik, dan gizi lebih (William, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kurang, gizi baik, dan gizi lebih (William, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Makanan yang diberikan sehari-hari harus mengandung zat gizi sesuai kebutuhan, sehingga menunjang pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam siklus hidup manusia gizi memegang peranan penting. Kekurangan gizi pada anak balita akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hasil analisis data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas 2005) menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan gizi kurang pada anak usia sekolah yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi Direktorat Gizi Masyarakat adalah terwujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Untuk dapat mencapai masyarakat yang sehat, perlu ditanamkan pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi kurang menjadi salah satu masalah gizi utama di Indonesia sehingga pemerintah menekankan Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA AWAL KEHAMILAN DENGAN BERAT BADAN LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI JINGAH ABSTRAK

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA AWAL KEHAMILAN DENGAN BERAT BADAN LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI JINGAH ABSTRAK HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA AWAL KEHAMILAN DENGAN BERAT BADAN LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI JINGAH Anggrita Sari 1, Syahriani Nor 2, Desy Farmedika 1 1 Akademi Kebidanan Sari Mulia Banjarmasin,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Jumlah dan Cara penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Jumlah dan Cara penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Penelitian mengenai hubungan antara kepatuhan konsumsi biskuit yang diperkaya protein tepung ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dengan status gizi dan morbiditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering menderita kekurangan gizi, juga merupakan salah satu masalah gizi

BAB I PENDAHULUAN. sering menderita kekurangan gizi, juga merupakan salah satu masalah gizi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dibawah 5 tahun adalah masa kritis dengan pertumbuhan cepat baik pertumbuhan fisik dan otak yang merupakan kelompok paling sering menderita kekurangan gizi,

Lebih terperinci

GAMBARAN STATUS GIZI BALITA UMUR 3-5 TAHUN DI DESA PUTON KECAMATAN DIWEK KABUPATEN JOMBANG

GAMBARAN STATUS GIZI BALITA UMUR 3-5 TAHUN DI DESA PUTON KECAMATAN DIWEK KABUPATEN JOMBANG ABSTRAK GAMBARAN STATUS GIZI BALITA UMUR 3-5 TAHUN DI DESA PUTON KECAMATAN DIWEK KABUPATEN JOMBANG (The Description of Nutritional Status for 0-5 Years in Puton Village Jombang) Luki Indrawan, Mumpuni

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari variabel

Lebih terperinci

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Emmi Silitonga* Lufthiani** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA BATURETNO KECAMATAN BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA BATURETNO KECAMATAN BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA BATURETNO KECAMATAN BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Persyaratan Mendapatkan Gelar

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA Erni Yuliastuti Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan Kebidanan email : yuliastutierni @ymail.com Abstrak Latar Belakang : Infeksi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEKERJAAN IBU BALITA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU PRIMA SEJAHTERA DESA PANDEAN KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009

HUBUNGAN PEKERJAAN IBU BALITA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU PRIMA SEJAHTERA DESA PANDEAN KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009 HUBUNGAN PEKERJAAN IBU BALITA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU PRIMA SEJAHTERA DESA PANDEAN KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009 ABSTRAK Etik Sulistyorini, SST 1 Tri Rahayu 2 Masalah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa menjadi suatu peluang yang menguntungkan bagi Indonesia bila diikuti dengan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak dibawah lima tahun atau balita adalah anak berada pada rentang usia nol sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang sangat

Lebih terperinci

2. Tanggal Lahir : Umur : bulan. 4. Nama Ayah :. Umur : tahun. 5. Nama Ibu :. Umur : tahun

2. Tanggal Lahir : Umur : bulan. 4. Nama Ayah :. Umur : tahun. 5. Nama Ibu :. Umur : tahun KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BAWAH DUA TAHUN (BADUTA) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SABOKINGKING KOTA PALEMBANG (RESPONDEN ADALAH IBU) Tanggal pengumpulan data : / / Enumerator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menerapkan pola hidup sehat merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Hidup dengan cara sehat sangat baik untuk kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jangka Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi 20%, maupun target

BAB I PENDAHULUAN. Jangka Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi 20%, maupun target BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia prevalensi balita gizi buruk adalah 4,9% dan gizi kurang sebesar 13,0% atau secara nasional prevalensi balita gizi buruk dan gizi kurang adalah sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, yang disebabkan oleh agen infeksius yang dapat menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan (Anonim, 2008). Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan (Anonim, 2008). Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi status gizi anak yaitu konsumsi makanan yang kurang dan penyakit penyerta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga

BAB 1 : PENDAHULUAN. saja. Penyebab timbulnya masalah gizi disebabkan oleh beberapa faktor sehingga BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangan nya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja.

Lebih terperinci

NURJANNAH NIM

NURJANNAH NIM FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA PICKY EATER (SULIT MAKAN) PADA ANAK BALITA DI TK NEGERI PEMBINA KECAMATAN SIMPANG TIGA KABUPATEN PIDIE KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari orang tua. Perhatian harus diberikan pada pertumbuhan dan perkembangan balita, status gizi sampai pada

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anonim. (2009). Solusi Alternatf Tanggulangi Gizi Buruk di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA. Anonim. (2009). Solusi Alternatf Tanggulangi Gizi Buruk di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2009). Solusi Alternatf Tanggulangi Gizi Buruk di Indonesia. http://www.lempu.co.id Arismen. 2004. Gizi dalam daur kehidupan. Jakarta : Gramedia Pustaka. Dr. Juke R. Siregar.2004.

Lebih terperinci

Jumlah dan Teknik Pemilihan Sampel

Jumlah dan Teknik Pemilihan Sampel Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini menggunakan desain case control bersifat Retrospective bertujuan menilai hubungan paparan penyakit cara menentukan sekelompok kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Kusuma, 2011). Umumnya, masa remaja sering diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dan Kusuma, 2011). Umumnya, masa remaja sering diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang paling sulit untuk dilalui oleh individu, masa yang paling kritis bagi perkembangan pada tahap kehidupan selanjutnya untuk menuju pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI KURANG PADA BALITA TERHADAP KEJADIAN GIZI KURANG DI DESA PENUSUPAN TAHUN 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI KURANG PADA BALITA TERHADAP KEJADIAN GIZI KURANG DI DESA PENUSUPAN TAHUN 2013 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI KURANG PADA BALITA TERHADAP KEJADIAN GIZI KURANG DI DESA PENUSUPAN TAHUN 2013 Nur Afita Rahmawati 1, Novi Anding Suciati 2, Istichomah 3 Program Studi D III

Lebih terperinci

STUDI PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI DESA KOTARAYA BARAT

STUDI PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI DESA KOTARAYA BARAT STUDI PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI DESA KOTARAYA BARAT Bernadeth Rante Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palu Abstrak : Masalah gizi semula dianggap

Lebih terperinci