BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR 2.1. LANDASAN TEORI ASPEK LEGALITAS Aspek legalitas yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain : a. Undang Undang No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan b. PP 43 tahun 1992 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan c. Keputusan Menteri Perhubungan No. 66 tahun 1993 tentang Fasilitas Parkir Untuk Umum Untuk lebih jelasnya lagi mengenai pasal pasal di dalam aspek legalitas diatas, pasal pasal yang terkait langsung dengan penelitian yang dilakukan antara lain : 1. Undang Undang No.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan a) Pasal 43 Undang -Undang No. 22 tahun 2009 (1) Penyediaan fasilitas Parkir untuk umum hanya dapat diselenggarakan di luar Ruang Milik Jalan sesuai dengan izin yang diberikan. (2) Penyelenggaraan fasilitas Parkir di luar Ruang Milik Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh II-1

2 perseorangan warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia berupa: (a) usaha khusus perparkiran; atau (b) penunjang usaha pokok. (3) Fasilitas Parkir di dalam Ruang Milik Jalan hanya dapat diselenggarakan di tempat tertentu pada Jalan kabupaten, Jalan desa, atau Jalan kota yang harus dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas, dan/atau Marka Jalan. b) Pasal 44 Undang-Undang No. 22 tahun 2009 (1) Penetapan lokasi dan pembangunan fasilitas Parkir untuk umum dilakukan oleh Pemerintah Daerah dengan memperhatikan: a) rencana umum tata ruang; b) analisis dampak lalu lintas; dan c) kemudahan bagi Pengguna Jasa (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pengguna Jasa fasilitas Parkir, perizinan, persyaratan, dan tata cara penyelenggaraan fasilitas dan Parkir untuk umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 diatur dengan Peraturan Pemerintah. 2. Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan a) Pasal 47 PP No. 41 Tahun 1993 (1) Fasilitas parkir untuk umum di luar badan jalan dapat berupa taman parkir dan atau gedung parkir. II-2

3 (2) Penetapan lokasi fasilitas parkir untuk umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh Menteri. (3) Penetapan lokasi dan pembangunan fasilitas parkir untuk umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan dengan memperhatikan : (a) rencana umum tata ruang daerah; (b) keselamatan dan kelancaran lalu lintas; (c) kelestarian lingkungan; (d) kemudahan bagi pengguna jasa. Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan lokasi, pembangunan dan persyaratan teknis fasilitas parkir untuk umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Keputusan Menteri. b) Pasal 48 PP No. 41 Tahun 1993 Penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum dilakukan oleh : (a) pemerintah; (b) badan hukum Indonesia; (c) warga negara Indonesia. c) Pasal 49 PP No. 41 Tahun 1993 (1) Penyelenggaraan fasilitas parkir yang dilaksanakan oleh Badan hukum atau warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 huruf b dan huruf c, harus dengan izin. (2) Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan oleh Menteri. II-3

4 d) Pasal 50 PP No. 41 Tahun 1993 (1) Penyelenggara fasilitas parkir untuk umum dapat memungut biaya terhadap penggunaan fasilitas yang diusahakan. (2) Besarnya biaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Menteri. (3) Penyelenggara fasilitas parkir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47, wajib menjaga ketertiban, keamanan, kelancaran lalu lintas dan kelestarian lingkungan. 3. Pasal Keputusan Menteri Perhubungan No. 66 tahun 1993 tentang Fasilitas Parkir Untuk Umum a) 1 KM No. 66 tahun 1993 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara; 2. Fasilitas Parkir di luar badan jalan adalah fasilitas parkir kendaraan yang dibuat khusus yang dapat berupa taman parkir dan/atau gedung parkir; 3. Fasilitas Parkir untuk umum adalah fasilitas parkir di luar badan jalan berupa gedung parkir atau taman parkir yang diusahakan sebagai kegiatan usaha yang berdiri sendiri dengan menyediakan jasa pelayanan parkir untuk umum. b) Pasal 2 KM No. 66 tahun 1993 Penetapan lokasi dan pembangunan fasilitas parkir untuk umum dilakukan dengan memperhatikan : II-4

5 (a) Rencana Umum Tata Ruang Daerah (RUTRD); (b) Keselamatan dan kelancaran lalu lintas; (c) Kelestarian lingkungan; (d) Kemudahan bagi pengguna jasa. c) Pasal 3 KM No. 66 tahun 1993 Lokasi fasilitas parkir untuk umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, ditetapkan oleh : (a) Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II atas usul Kepala Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Daerah Tingkat II, untuk fasilitas parkir untuk umum yang terletak di wilayah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II; (b) Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I Propinsi Riau atas usul Kepala Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Daerah Tingkat I Propinsi Riau, untuk fasilitas parkir untuk umum yang terletak di wilayah Kotamadya Administratif Batam; (c) Gubernur/Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta atas usul Kepala Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Daerah Khusus Ibukota Jakarta, untuk fasilitas parkir untuk umum yang terletak di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta d) Pasal 4 KM No. 66 tahun 1993 (1) Pembangunan fasilitas parkir untuk umum harus memenuhi persyaratan : (a) dapat menjamin keselamatan dan kelancaran lalu lintas; II-5

6 (b) mudah dijangkau oleh pengguna jasa; (c) apabila berupa gedung parkir, harus memenuhi persyaratan konstruksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku; (d) apabila berupa taman parkir, harus memiliki batas-batas tertentu; (e) dalam gedung parkir atau taman parkir diatur sirkulasi dan posisi parkir kendaraan yang dinyatakan dengan rambu lalu lintas atau marka jalan; (f) setiap lokasi yang digunakan untuk parkir kendaraan diberi tanda berupa huruf, atau angka yang memberikan kemudahan bagi pengguna jasa untuk menemukan kendaraannya. (2) Fasilitas parkir untuk umum dinyatakan dengan rambu yang menyatakan tempat parkir. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembangunan fasilitas parkir untuk umum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat. e) Pasal 5 KM No. 66 tahun 1993 Penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum dapat dilakukan oleh pemerintah, badan hukum Indonesia atau warga negara Indonesia. f) Pasal 6 KM No. 66 tahun 1993 Penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, meliputi : (a) pembangunan; (b) pengoperasian; dan (c) pemeliharaan. II-6

7 g) Pasal 7 KM No. 66 tahun 1993 (a) Untuk menyelenggarakan fasilitas parkir untuk umum, badan hukum Indonesia dan warga negara Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, harus memiliki izin penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum. (b) Izin penyelenggaraan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diberikan oleh: (c) Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II, untuk fasilitas parkir untuk umum yang terletak di wilayah Kabupaten/ Kotamadya Daerah Tingkat II; (d) Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I Propinsi Riau untuk fasilitas parkir untuk umum di wilayah Kotamadya Administratif Batam; (e) Gubernur/Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk fasilitas parkir untuk umum yang terletak di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta h) Pasal 8 KM No. 66 tahun 1993 Untuk memperoleh izin penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1), harus memenuhi persyaratan : (a) memiliki nomor pokok wajib pajak; (b) memiliki akte pendirian perusahaan untuk pemohon yang berbentuk badan hukum Indonesia atau tanda jati diri untuk pemohon warga negara Indonesia; II-7

8 (c) memiliki surat izin tempat usaha (SITU); (d) memiliki atau menguasai areal tanah yang luasnya sesuai dengan rencana kapasitas parkir kendaraan yang akan disediakan. i) Pasal 9 KM No. 66 tahun 1993 (1) Permohonan izin penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum diajukan kepada pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, dengan melampirkan bukti pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8. (2) Persetujuan atau penolakan atas permohonan izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus diberikan selambat-lambatnya 14 hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap. (3) Apabila permohonan ditolak wajib diberikan penolakan secara tertulis dengan memuat alasan penolakan. j) Pasal 10 KM No. 66 tahun 1993 Pembangunan fasilitas parkir untuk umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. k) Pasal 11 KM No. 66 tahun 1993 (a) Penyelenggara fasilitas parkir untuk umum yang telah memperoleh izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1), dapat memungut biaya terhadap penggunaan fasilitas parkir yang diusahakannya. II-8

9 (b) Satuan biaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat dihitung berdasarkan penggunaan fasilitas parkir per jam, per hari atau perjanjian penggunaan dalam jangka waktu tertentu. (c) Besarnya biaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan Daerah yang bersangkutan. l) Pasal 12 KM No. 66 tahun 1993 Penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum yang telah memperoleh izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1), wajib : (a) memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam izin penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum; (b) menjaga keamanan, ketertiban dan kelancaran dalam kawasan fasilitas parkir untuk umum; (c) melaporkan kepada pemberi izin apabila dilakukan perubahan penanggung jawab. m) Pasal 13 KM No. 66 tahun 1993 (1) Izin penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum dapat dicabut apabila : (a) pemegang izin melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12; (b) dalam penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum mengakibatkan pencemaran lingkungan. II-9

10 (2) Pencabutan izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui proses peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 1 (satu) bulan. (3) Apabila peringatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak diindahkan, dilanjutkan dengan pembekuan izin untuk jangka waktu 1 (satu) bulan. (4) Jika pembekuan izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) habis jangka waktunya dan tidak ada usaha perbaikan, izin dicabut. n) Pasal 14 KM No. 66 tahun 1993 (1) Direktur Jenderal Perhubungan Darat melaksanakan pembinaan dan pengawasan teknis terhadap penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum. (2) Pembinaan teknis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi : (a) penentuan pedoman teknis; (b) pemberian bimbingan teknis yang meliputi peningkatan kemampuan dan keterampilan teknis. (3) Pengawasan teknis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), meliputi kegiatan pemantauan dan penilaian atas penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum. 4. Peraturan Gubernur Provinsi DKI. Jakarta Nomor 179 Tahun 2013 tentang Tarif Layanan Parkir a) Pasal 9 Pergub Provinsi DKI Nomor 179 Tahun 2013 Struktur dan besarnya tarif layanan terhadap pelayanan perparkiran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah : II-10

11 (a). Tarif layanan pemakaian tempat parkir di Ruang Milik Jalan No. Uraian Tarif I. Golongan Jalan KPP II. II. III. Jenis Kendaraan : a. Sedan, Jeep, Minibus, Pickup dan sejenisnya b. Bus,Truk dan sejenisnya c. Sepeda Motor d. Sepeda Golongan Jalan A Jenis Kendaraan : a. Sedan, Jeep, Minibus, Pickup dan sejenisnya b. Bus,Truk dan sejenisnya c. Sepeda Motor d. Sepeda Golongan Jalan A Jenis Kendaraan : a. Sedan, Jeep, Minibus, Pickup dan sejenisnya b. Bus,Truk dan sejenisnya c. Sepeda Motor d. Sepeda Golongan Jalan B Jenis Kendaraan : a. Sedan, Jeep, Minibus, Pickup dan sejenisnya b. Bus,Truk dan sejenisnya c. Sepeda Motor d. Sepeda Rp s.d. Rp.8.000/jam, < 1 jam dihitung 1 jam; Rp s.d. Rp /jam, < 1 jam dihitung 1 jam; Rp s.d. Rp.4.000/jam, < 1 jam dihitung 1 jam; Rp untuk satu kali parkir Rp s.d. Rp.6.000/jam, < 1 jam dihitung 1 jam; Rp s.d. Rp /jam, < 1 jam dihitung 1 jam; Rp s.d. Rp.3.000/jam, < 1 jam dihitung 1 jam; Rp untuk satu kali parkir Rp s.d. Rp.6.000/jam, < 1 jam dihitung 1 jam; Rp s.d. Rp /jam, < 1 jam dihitung 1 jam; Rp s.d. Rp.3.000/jam, < 1 jam dihitung 1 jam; Rp untuk satu kali parkir Rp s.d. Rp.4.000/jam, < 1 jam dihitung 1 jam; Rp s.d. Rp /jam, < 1 jam dihitung 1 jam; Rp /jam, < 1 jam dihitung 1 jam; Rp untuk satu kali parkir II-11

12 (b). Tarif jasa layanan pemakaian Lingkungan/Pelataran/Gedung Parkir (1) Tarif jasa layanan pemakaian Lingkungan Parkir No. Uraian Tarif Sedan, Jeep, Minibus, Pickup dan sejenisnya Bus,Truk dan sejenisnya Sepeda Motor Sepeda Rp s.d. Rp.5.000/jam untuk jam pertama Rp s.d. Rp untuk setiap jam berikutnya kurang dari satu jam dihitung satu jam Rp s.d. Rp.7.000/jam untuk jam pertama Rp untuk setiap jam berikutnya kurang dari satu jam dihitung satu jam Rp s.d. Rp.2.000/jam, Rp untuk satu kali parkir (2) Tarif jasa layanan Pemakaian Pelataran Parkir No. Uraian Tarif Sedan, Jeep, Minibus, Pickup dan sejenisnya Bus,Truk dan sejenisnya Sepeda Motor Sepeda Rp s.d. Rp.5.000/jam untuk jam pertama Rp s.d. Rp untuk setiap jam berikutnya kurang dari satu jam dihitung satu jam Rp s.d. Rp.7.000/jam untuk jam pertama Rp untuk setiap jam berikutnya kurang dari satu jam dihitung satu jam Rp s.d. Rp.2.000/jam, Rp untuk satu kali parkir II-12

13 (3) Tarif jasa layanan Pemakaian Gedung Parkir No. Uraian Tarif Sedan, Jeep, Minibus, Pickup dan sejenisnya Bus,Truk dan sejenisnya Sepeda Motor Sepeda Rp s.d. Rp.5.000/jam untuk jam pertama Rp s.d. Rp untuk setiap jam berikutnya kurang dari satu jam dihitung satu jam Rp s.d. Rp.7.000/jam untuk jam pertama Rp untuk setiap jam berikutnya kurang dari satu jam dihitung satu jam Rp s.d. Rp.2.000/jam, Rp untuk satu kali parkir (c). Tarif layanan penitipan kendaraan dan Fasilitas Park and Ride (1) Penitipan Kendaraan No. Uraian Tarif Sedan, Jeep, Minibus, Pickup dan sejenisnya Bus,Truk dan sejenisnya Sepeda Motor Sepeda Rp (empat puluh lima ribu rupiah) per hari Rp (delapan puluh lima ribu rupiah) per hari Rp (dua puluh lima ribu rupiah) per hari Rp (sepuluh ribu rupiah) per hari II-13

14 (2) Park and Ride BAB II- TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR No. Uraian Tarif 1. Kendaraan Roda Empat atau Rp (lima ribu rupiah) Lebih untuk satu kali parkir Kendaraan Roda Dua Sepeda Rp (lima ribu rupiah) untuk satu kali parkir Rp (seribu rupiah) untuk satu kali parkir ASPEK TEORITIS a. Batasan Pengertian Untuk mempermudah dalam pemahaman istilah yang ada pada Skripsi ini, maka pengertian istilah istilah yang digunakan yaitu sebagai berikut: 1) Parkir Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara (KM No.66 tahun 1993) 2) Fasilitas Parkir di Luar Badan Jalan Fasilitas Parkir di luar badan jalan adalah fasilitas parkir kendaraan yang dibuat khusus yang dapat berupa taman parkir dan/atau gedung parkir. (KM No.66 tahun 1993) II-14

15 3) Fasilitas Parkir untuk umum Fasilitas Parkir untuk umum adalah fasilitas parkir di luar badan jalan berupa gedung parkir atau taman parkir yang diusahakan sebagai kegiatan usaha yang berdiri sendiri dengan menyediakan jasa pelayanan parkir untuk umum. (KM No.66 tahun 1993) 4) Satuan Ruang Parkir (SRP) Satuan Ruang Parkir (SRP) adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan kendaraan ( mobil penumpang, bus/truk, atau sepeda motor), termasuk ruang bebas dan lebar buka pintu. Untuk hal hal tertentu bila tanpa perjelasan, SRP adalah SRP untuk mobil penumpang. (Menuju Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang Tertib) 5) Jalur Sirkulasi Jalur Sirkulasi adalah tempat yang digunakan untuk pergerakan kendaraan yang masuk dan keluar fasilitas parkir. (Menuju Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang Tertib) 6) Jalur Gang Jalur gang merupakan jalur antara dua deretan ruang parkir yang berdekatan. (Menuju Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang Tertib) II-15

16 7) Kawasan parkir Kawasan parkir adalah atau areal yang mamanfaatkan badan jalan sebagai fasilitas parkir dan pengendalian parkir melalui pintu masuk.(menuju Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang Tertib) 8) Volume parkir Volume Parkir adalah jumlah seluruh kendaraan yang parkir per satuan waktu tertentu (jam/hari). 9) Durasi Parkir Durasi Parkir adalah lamanya suatu kendaraan parkir pada suatu lokasi. 10) Akumulasi Parkir Akumulasi Parkir adalah total jumlah kendaraan yang parkir di suatu daerah pada saat tertentu. 11) Angka Pergantian Parkir (turn Over) Turn Over adalah besarnya penggunaan ruang parkir dihitung dengaan jumlah kendaraan yang parkir dibagi jumlah total ruang parkir. II-16

17 12) Indeks Parkir Indeks Parkir adalah besarnya penggunaan ruang parkir dihitung dengaan jumlah kendaraan yang parkir dibagi jumlah akumulasi parkir tertinggi pada period waktu tertentu. 13) Tingkat Penggunaan ( Occupancy Rate ) Tingkat Penggunaan adalah nilai yang diperoleh dari akumulasi kendaraan pada selang waktu tertentu dibagi dengan ruang parkir yang tersedia dikalikan dengan 100%. 14) Kapasitas Parkir Kapasitas Parkir adalah banyaknya kendaraan yang dapat dilayani oleh suatu lahan parkir selama waktu pelayanan. 15) Kebijakan Tarif parkir Bagaimana menetapkan tarif parkir yang paling tepat, tidak terlalu murah ataupun terlalu mahal. Dengan menggunakan pendekatan ekonomi dapat diterapkan tarif parkir yang paking optimal. b. Analisis Kinerja Parkir Kinerja parkir dapat diketahui melalui penghitungan karakteristik parkir.adapun penghitungan karekteristik parkir tersebut didapat dari rumus dibawah ini. II-17

18 1) Akumulasi Parkir Jumlah kendaraan yang diparkir dapat diakumulasikan dengan menggunakan rumus : Akumulasi Qin Qout Qs...(2.1) Sumber : Modul Karakteristik Lalin Keterangan : Qin Qout Qs : kendaraan yang masuk lokasi parkir : kendaraan yang keluar lokasi parkir : kendaraan yang telah berada di lokasi parkir sebelum pengamatan dilakukan 2) Durasi Parkir Rentang waktu parkir dari sebuah kendaraan ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Durasi Tin Tout...(2.2) Keterangan : Tin Tout : waktu saat kendaraan masuk lokasi parkir : waktu saat kendaraan keluar lokasi parkir 3) Pergantian Parkir (turn over) Tingkat penggunaan parkir ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Turn Over Petak Qp Parkir Tersedia...(2.3) Keterangan : Qp = Kendaraan yang parkir per periode waktu tertentu II-18

19 (misal jam s/d ) 4) Indeks Parkir Ukuran indeks parkir ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus : IP Akumulasi Qp parkir tertinggi...(2.4) 5) Rata rata Durasi Parkir Nilai rata rata durasi parkir dari semua kendaraan dapat dihitung dengan menggunakan : ( d1 d2... dn) D n Keterangan :...(2.5) d1... dn = Durasi kendaraan ke 1 s/d ke n n = Jumlah kendaraan yang parkir 6) Jumlah Ruang Parkir Jumlah ruang parkir dihitung dengan menggunakan : Qp Z IP Keterangan :...(2.6) Qp D = kendaraan yang parkir per periode waktu tertentu = Rata rata durasi parkir (jam) II-19

20 c. Penentuan Satuan Ruang Parkir Tipe Jalan 1) Penentuan Satuan Ruang Parkir Menurut Tipe Jalan Penentuan Satuan Parkir diklasifikasikan menurut klasifikasi jalan lokasi parkir berada. Untuk lebih jelasnya lagi mengenai satuan ruang parkir menurut klasifikasi jalan dapat dilihat pada tabel III.1 berikut : Tabel 2.1 Penentuan SRP menurut Klasifikasi Jalan Kecepatan Min (Km/Jam) Lebar Badan Jalan (m) Lokasi Parkir Kendaraan Lokasi Berhenti Kendaraan Lebar Perkerasan Arteri Primer 60 8,00 Tidak Diijinkan Tidak Diijinkan 2 x 7 m 2 x 3 m Arteri Sekunder 2 x 7 m 30 8,00 Dibatasi Dibatasi 2 x 3 m Kolektor Primer 40 7,00 Dibatasi Dibatasi 2 x 6,5m 2 x 2,5m Kolektor Sekunder 20 7,00 Dibatasi Dibatasi 2 x 6,5m 2 x 2,5m Lokal Primer 20 6,00 2 x 3 m Lokal Sekunder 10 5,00 2 x 2,5 m Sumber : Modul Analisis Kebutuhan Parkir 2) Penentuan Satuan Ruang Parkir Menurut Jenis Bukaan Pintu Dilihat dari jenis bukaan pintu pada mobil pribadi, maka satuan ruang parkir dapat ditentukan sesuai dengan yang ada pada tabel dibawah ini: II-20

21 Tabel 2.2 Penentuan SRP menurut Jenis Bukaan Pintu Pengguna dan/atau Peruntukkan Fasilitas Jenis Bukaan Pintu Parkir Golongan Pintu depan/belakang terbuka 55cm Pintu depan/belakang terbuka 75cm Pintu depan terbuka + manuver kursi roda Karyawan/ Pekerja kantor Tamu/pengunjung perkantoran, perdagangan, pemerintahan, universitas. Pengunjung tempat olahraga, pusat hiburan/rekreasi,hotel, swalayan,bioskop,rumah sakit Orang cacat I II III Sumber : Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir,Dit.BSLLAK. Penentuan Satuan Ruang Parkir (dalam m 2 ) Menurut Jenis Kendaraan, Satuan ruang parkir dapat dinyatakan dalam satuan m 2 dan dapat dibedakan lagi menurut jenis kendaraanya seperti yang dapat dilihat pada tabel III.3 berikut: Tabel 2.3 Penentuan SRP (dalam m 2 ) per Jenis Kendaraan No. Jenis Kendaraan SRP dalam m 2 a. Mobil Penumpang Gol.I 2,30 x 5,00 1 b. Mobil Penumpang Gol.II 2,50 x 5,00 c. Mobil Penumpang Gol.III 3,00 x 5,00 2 Bus / Truk 3,40 x 12,50 3 Sepeda Motor 0,75 x 2,00 Sumber: Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir,Dit.BSLLAK. II-21

22 7) SRP untuk masing masing kendaraan Nilai Satuan Ruang Parkir (SRP) untuk tiap kendaraan dan tipenya masing masing dapat dilihat pada tabel III.4 dibawah ini : Tabel 2.4 SRP masing masing jenis kendaraan Jenis Kendaraan Type Satuan Ruang Parkir B =1,70 a1 = 0,10 Bp = B + O + R Gol.I O =0,55 L = 4,70 Lp = L + a1 +a2 Mobil Penumpang Bus/Truk Gol.II Gol.III Kecil Sedang Besar R =0,05 a2 = 0,30 Bp = 2,30Lp = 5,00 B =1,70 a1 = 0,10 O =0,75 L = 4,70 R =0,05 a2 = 0,30 Bp = 2,50Lp = 5,00 B =1,70 a1 = 0,10 O =0,80 L = 4,70 R =0,05 a2 = 0,30 Bp = 3,00Lp = 5,00 B =1,70 a1 = 0,10 Bp = B + O + R O =0,80 L = 4,70 Lp = L + a1 +a2 R =0,30 a2 = 0,20 Bp = 2,80Lp = 5,00 B =2,00 a1 = 0,20 O =0,80 L = 8,00 R =0,40 a2 = 0,20 Bp = 3,20Lp = 8,40 B =2,50 a1 = 0,30 O =0,80 L = 12,00 R =0,50 a2 = 0,20 Bp = 3,80Lp = 12,50 II-22

23 Sepeda Motor B =0,70 a1 = 0,20 L = 1,75 R =0,10 a2 = 0,05 Bp = 2,00 Sumber: Modul Analisis Kebutuhan Parkir Ukuran SRP untuk Mobil penumpang yang sesuai untuk pusat perbelanjaan adalah 2,5 m x 5 m. Ukuran tersebut sudah disesuaikan dengan jarak bukaan pintu serta jarak bebas depan dan belakan mobil penumpang. Berikut ini Gambar mengenai satuan Ruang Parkir mobil penumpang : 2,5 meter 5 meter Gambar 2.1 Satuan Ruang Parkir Untuk Mobil Penumpang ( Dalam cm ) Keterangan : B L O = Lebar Kendaraan = panjang Kendaraan = Lebar Bukaan Pintu II-23

24 a1/a2= jarak bebas depan/ belakang BAB II- TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR R = Jarak bebas samping BP = Lebar minimum SRP LP = Panjang minimun SRP c. Standar Kebutuhan Ruang Parkir Standar kebutuhan luas area kegaitan parkir berbeda antara yang satu dengan yang lain, tergantung kepada beberapa hal antara lain pelayanan, tarif yang diberlakukan, ketersediaan ruang parkir, tingkat pemilikan kendaraan bermotor, tingkat pendapatan masyarakat. Berdasarkan hasil analisis Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, kegiatan dan standar-standar kebutuhan parkir adalah sebagai berikut : Tabel 2.5 Standar Kebutuhan Parkir untuk Berbagai Kegiatan Pusat Perdagangan Luas Area Total (100M 2 ) Kebutuhan (SRP) Pusat Perkantoran Jumlah Karyawan Kebutuhan Administras i (SRP) Kebutuhan Pelayanan Umum (SRP) Sumber: Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir,Dit.BSLLAK. II-24

25 d. Desain Parkir Badan Jalan (On Street) 1. Penentuan Sudut Parkir Badan Jalan Beberapa hal yang menjadi perimbagan secara umum dalam pemilihan desain parkir badan adalah sebagai berikut : 1) lebar jalan ; 2) volume lalu lintas pada jalan bersangkutan; 3) karakteristik kecepatan; 4) dimensi kendaraan; dan 5) sifat peruntukkan lahan sekitarnya dan peranan jalan yang bersangkutan. Dalam penentuan sudut parkir pada suatu badan jalan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Dimana perbedaan tersebut dikarenakan oleh fungsi jalan dan arah gerak lalu lintas pada jalan yang bersangkutan. Sudut parkir untuk jalan lokal primer serta gerak lalu lintasnya adalah satu arah dapat dideskripsikan pada tabel berikut : Sudut Parkir ( 0 ) Lebar Ruang Parkir 2,3 2,5 2,5 2,5 2,5 Tabel 2. 6 Sudut Parkir Untuk Jalan Lokal Primer Kriteria Parkir Satu Lajur Dua Lajur Ruang Parkir Efektif 2,3 4,5 5,1 5,3 5,0 Ruang Manuver 3,0 2,9 3,7 4,6 5,8 D +M 5,3 7,4 8,8 9,9 10,8 D +M - J *) 2,8 4,9 6,3 7,4 8,3 Lebar Jalan Efektif 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 Lebar Total Jalan 5,3 7,4 8,8 9,9 10,8 Lebar Jalan Efektif 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 Lebar Total Jalan 7,8 9,9 11,3 12,4 13,3 II-25

26 *) = J ( lebar pengurangan ruang manuver sebesar 2,5 meter) Keterangan : A = lebar ruang parkir (m) D = ruang parkir efektif (m) M = ruang manuver (m) J = lebar pengurangan ruang manuver (m) W = lebar total jalan L = lebar jalan efektif Gambar 2.2 Ruang Parkir Badan Jalan e. Desain Gedung Parkir (Off Street) 1) Kriteria Parkir di Gedung Beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam pengembangan parkir di gedung parkir, yaitu : tersedia tata guna lahan ; memenuhi persyaratam konstukis dan perundang-undangan yang berlaku II-26

27 memberikan kemudahan bagi pengguna jasa 2) Tata Letak Gedung Parkir Tata letak gedung parkir dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a) Lantai datar dengan jalur landai luar (external ramp) Daerah parkir terbagi dalam beberapa lantar rata (datar) yang dihubungkan dengan ramp. b) Lantai terpisah Gedung parkir dengan bentuk lantai terpisah dan berlantai banyak dengan ramp yang ke atas digunakan untuk kendaraan yang masuk dan ramp yang tirim digunakan untuk kendaraan yang keluar. Ramp berada pada pintu keluar, kendaran yang masuk melewati semua ruang parkir sampai menemukan tempat yang dapat dimanfaatkan. Pengaturan gunting seperti ityu memiliki kapasitas dinamik yang rendah karena jarak pandang kendaraan yang datang agak sempit. c) Lantai gedung yang berfungsi sebagai ramp Kendaran yang masuk dan parkir pada gang sekaligus sebagai ramp. Ramp tersebut berbentuk dua arah. d) Tinggi minimal ruang bebas lantai gedung parkir adalah 2,50 meter. II-27

28 Gambar 2. 3 Berbagai bentuk gedung parkir bertingkat 3) Tanjakan Ramp Besarnya tanjakan maksimum pada ramp naik gedung parkir adalah 15 persen, walaupun tanjakan sebesar maksimum 20 persen dapat diterapkan. Bila ramp ini juga digunakan oleh pejalan kaki untuk naik dan turun, sebaiknya digunakan tanjakan tidak lebih dari 10 persen. Grafik dibawah ini menunjukkan panjang ramp yang dibutuhkan untuk mencapai lantai diatasnya, sedangkan untuk parkir pada bidang miring, besarnya tanjakan bidang miring maksimum 4 persen. II-28

29 Gambar 2. 4 Hubungan antara besarnya tanjakan dengan panjang ramp 4) Tanjakan Peralihan Untuk mengantisipasi benturan antara anjuran depan atauy belakang kendaraan terhadap lantai datar pada ujung ramp ataupun pada bagian diantara sumbu kendaraan diberikan tanjakan peralihan/trasisi seperti ditunjukkan pada gambar berikut : Gambar 2. 5 Tanjakan peralihan untuk menghindari benturan antara anjuran kendaraan dengan lantai pada awal atau akhir ramp II-29

30 5) Radius dan Lebar Ramp Untuk ramp satu arah cukup disediakan lebar jalur sebesar 3,5 meter dan untuk dua arah sbesar 6,5 meterdan bila dipisah dengan suatu pemisah/separator maka lebar setiap arah adalah 3,5 meter. Radius minimum ramp yang berbentuk lingkaran hetikal adalah 9,7 meter, raidus yang disarnakan adalah 10,5 sampai 11,5 meter. Sedangkan lebar lajur pada ramp hetikal adalah antara 4,2 sampai 5,4 meter. Gambar 2. 6 Dimensi Ramp Helikal 6) Penahan Roda Agar kendaraan yang akan diparkir tidak membentur dinding gedung parkir maka pada ruang parkir biasanya disediakan penghambat roda baik berbentuk betonan ataupun pipa logam. sehingga pengemudi tifak perlu takut membentur dinding pada saat memasuki ruang parkir. Gambar berikut menunjukkan penahan roda dari beton. II-30

31 Gambar 2. 7 Penahan Roda (pada parkir sudut) Jarak antar penahan roda dengan dinding tergantung kepada sudut parkir dan panjang anjuran belakang ataupun ajuran depan. Grafik dibawah ini menunjukkan jarak anatara penahan roda dengan dinding. Gambar 2.8 Kaitan antara sudut parkir dengan jarak muka penahan roda ke dinding, jarak akan lebih panjang kalau kendaraan masuk ke ruang parkir mundur. II-31

32 7) Sirkulasi Antar Lantai Pergerakan kendaraan antar lantai harus dilakukan sedemikian sehingga meminimalisir konflik yang terjadi. Konflik berpotongan sebaiknya dihindarkan. Gambar-gambar berikut menunjukkan berbagai variasi sirkulasi kendaraan yang akan naik ataupun yang akan turun. Gambar 2.9 Pola sirkulasi digedung parkir ramp menerus II-32

33 Gambar Pola sirkulasi digedung parkir ramp menerus berlawanan Gambar Pola sirkulasi digedung parkir lantai stager Gambar 2.12 Pola sirkulasi digedung parkir lantai stager tiga susun II-33

34 Gambar Pola sirkulasi digedung parkir lantai miring f. Metode Menentukan Kebutuhan Parkir 1) Metode Berdasarkan Kepemilikan Kendaraan Metode ini mengansumsikan adanya hubungan antara luas lahan parkir dengan jumlah kendaraan yang tercatat di pusat kota. Semakin meningkat jumlah penduduk, maka kebutuhan lahan parkir akan semakin meningkat karena kepemilikan kendaraan meningkat. 2) Metode Berdasarkan Luas Lantai Bangunan Metode ini mengansumsikan bahwa kebutuhan luas lahan parkir sangat terkait dengan jumlah kegiatan yang dinyatakan dalam besaran luas lantai bangunan dimana kegiatan tersebut dilakukan, misalnya : perbelanjaan, perkantoran, dan lain lain. 3) Metode Berdasarkan Selisih Terbesar Antara Kedatangan Dan Keberangkatan Kendaraan Kebutuhan lahan tidak akan pernah sama pada suatu tempat dengan tempat lainnya dari parkir didapatkan dengan menghitung akumulasi terbesar pada suatu selang waktu pengamatan. Akumulasi parkir adalah jumlah kendaraan parkir pada suatu II-34

35 tempat pada selang waktu tertentu, dimana jumlah kendaraan parkir waktu ke waktu STUDI TERDAHULU Dalam penelitian ini penulis memaparkan dua penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti tentang analisis kebutuhan parkir offstreet. Fety Arisandi (2011) dalam skripsinya yang berjudul "Evaluasi Kebutuhan Parkir dan Analisa Tarif Parkir Pusat pebelanjaan Summarecon Serpong " memaparkan evaluasi kebutuhan parkir dalam gedung eksisting di Pusat Perbelanjaan Summarecon Serpong dengan melalukan survey yang berkaitan dengan fasilitas parkir dan data parkir kendaraan. Analisis yang dilakukan adalah penentuan kebutuhan parkir, peramalan kebutuhan parkir 4 tahun mendatang dan analisis regresi hubungan pengaruh kebutuhan parkir dengan jumlah penduduk di Kota Tangerang., serta nilai tarif parkir yang didapat per hari dari parkir mobil kombinasi tarif progresif dan tarif maksimal serta parkir motor tarif flat. Dari hasil analisis didapat, akumulasi parkir terbesar terjadi pada hari Minggu, serta berdasarkan hasil analisis regresi linier didapat persamaan regresi mobil y=738,88+0,00389x dan R 2 = 1 atau kebutuhan parkir mobil 4 tahun mendatang (2015) sebesar rata-rata kendaraan per hari,dan persamaan regresi motor sebesar y=3965,65+0, x dan R 2 = 1 atau kebutuhan parkir motor 4 tahun mendatang (2015) sebesar rata-rata kendaraan per hari. II-35

36 Sri Sugeng Hariyadi (2010) dalam skripsinya yang berjudul "Analisis Sistem Perparkiran Cilandak Town Square Jakarta" memaparkan analisa data jumlah kendaraan yang keluar dan masuk pelataran Cilandak Town Square. Survey dilaksanakan pada hari kerja. Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan, didapat jumlah kebutuhan ruang parkir dalam satu hari, dan berdasarkan kesimpulan ditambahkan akses pejalan kaki dalam pelataran parkir Cilandak Town Square. Sedangkan analisa yang dilakukan pada skripsi ini adalah analisa parkir eksisting berdasarkan kondisi eksisting parkir di badan jalan (on street) dengan menggunakan data primer hasil survey, bukan berdasarkan analisa data parkir yang ada mellui sistem parkir di dalam gedung (off-street) KERANGKA BERFIKIR Pada tahap ini, akan digambarkan secara langsung mengenai tahap tahap penelitian mulai dari pengumpulan data, pengolahan data, sampai dengan analisis data untuk memecahkan rumusan masalah yang ada. Tahapan tahapan tersebut kemudian digambarkan dalam bagan alir berikut : II-36

37 Mulai Kajian Pustaka Identifikasi Masalah Pengumpulan Data Data Sekunder : 1. Peta Tata Guna Lahan 2. Peta Jaringan Jalan 3. Data Invent Parkir Data Primer : 1. Survey Patroli Parkir 2. Survey Wawancara Analisa Data Model Permintaan Parkir Permintaan Turn Over Parkir Perkiraan Kendaraan Parkir pada Tarif yang Berbeda Analisa Kebutuhan Parkir Off-Street Selesai Gambar 2.14 Flowchart Bagan Alir Penelitian II-37

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 66 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PARKIR UNTUK UMUM MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 66 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PARKIR UNTUK UMUM MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 66 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PARKIR UNTUK UMUM MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana

Lebih terperinci

Parkir Suatu keadaan dimana kendaraan tidak bergerak dalam jangka waktu tertentu (tidak bersifat sementara) PP No.43 thn 1993.

Parkir Suatu keadaan dimana kendaraan tidak bergerak dalam jangka waktu tertentu (tidak bersifat sementara) PP No.43 thn 1993. Parkir Suatu keadaan dimana kendaraan tidak bergerak dalam jangka waktu tertentu (tidak bersifat sementara) PP No.43 thn 1993. IDENTIFIKASI MASALAH PARKIR Berdasarkan jenis moda angkutan Parkir Kendaraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Kendaraan tidak mungkin bergerak terus-menerus, akan ada waktunya kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau biasa

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan Parkir

Analisis Kebutuhan Parkir Definisi Analisis Kebutuhan Suatu keadaan dimana kendaraan tidak bergerak dalam jangka waktu tertentu (tidak bersifat sementara) PP No.43 thn 1993. IDENTIFIKASI MASALAH PARKIR Berdasarkan jenis moda angkutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkir Parkir adalah tempat yang ditentukan sebagai tempat pemberhentian kendaraan dalam jangka waktu yang lama atau sebentar tergantung kendaraan dan kebutuhan.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LAPORAN TUGAS AKHIR

DAFTAR ISI LAPORAN TUGAS AKHIR DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR ISTILAH... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Menurut UU no.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, parkir adalah keadaan kendaraan berhenti atau tidak bergerak untuk beberapa saat dan ditinggalkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Parkir merupakan tempat menempatkan dengan memberhentikan kendaraan

TINJAUAN PUSTAKA. Parkir merupakan tempat menempatkan dengan memberhentikan kendaraan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Parkir Parkir merupakan tempat menempatkan dengan memberhentikan kendaraan angkutan / barang (bermotor maupun tidak bermotor) pada suatu tempat dalam jangka waktu tertentu (Taju,1996).

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. memperkirakan kebutuhan parkir di masa yang akan datang.

BAB III LANDASAN TEORI. memperkirakan kebutuhan parkir di masa yang akan datang. BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Studi Parkir Studi ini dilaksanakan dengan maksud agar memperoleh informasi tentang fasilitas ruang parkir yang ada. Adapun informasi yang diperoleh berupa karakteristik-karekteristik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Parkir adalah menghentikan mobil beberapa saat lamanya (Departemen

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Parkir adalah menghentikan mobil beberapa saat lamanya (Departemen BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Parkir Beberapa pengertian tentang parkir antara lain : 1. Parkir adalah menghentikan mobil beberapa saat lamanya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991). 2. Parkir

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Satuan Ruang Parkir (SRP) Satuan ruang parkir disingkat SRP adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan kendaraan dalam hal ini mobil penumpang, bus/truk, atau sepeda motor,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Parkir adalah menghentikan mobil beberapa saat lamanya. Pendidikan dan Kebudayaan, 1991). Parkir adalah tempat pemberhentian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Parkir adalah menghentikan mobil beberapa saat lamanya. Pendidikan dan Kebudayaan, 1991). Parkir adalah tempat pemberhentian 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Parkir Parkir adalah menghentikan mobil beberapa saat lamanya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991). Parkir adalah tempat pemberhentian kendaraan dalam jangka waktu yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Menurut Departemen Jendral Perhubungan Darat (1998), Satuan ruang

BAB III LANDASAN TEORI. Menurut Departemen Jendral Perhubungan Darat (1998), Satuan ruang BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Satuan Ruang Parkir Menurut Departemen Jendral Perhubungan Darat (1998), Satuan ruang parkir adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan suatu kendaraan (mobil penumpang, bus/truk,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Satuan Ruang Parkir (SRP) Satuan Ruang Parkir (SRP) adalah ukuran luas efektif untuk meletakan kendaraan (mobil penumpang, bus / truk, sepeda motor), termasuk ruang bebas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkir dan Pedestrian Menurut Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (1996) yang menyatakan bahwa parkir adalah suatu

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN FASILITAS PARKIR

PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN FASILITAS PARKIR PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN FASILITAS PARKIR DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT -- ii KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : 272/HK.105/DRJD/96 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. durasi parkir, akumulasi parkir, angka pergantian parkir (turnover), dan indeks parkir. 3.2. Penentuan Kebutuhan Ruang Parkir

BAB III LANDASAN TEORI. durasi parkir, akumulasi parkir, angka pergantian parkir (turnover), dan indeks parkir. 3.2. Penentuan Kebutuhan Ruang Parkir BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Uraian Umum Maksud dari pelaksanaan studi inventarisasi ruang parkir yaitu untuk mengetahui fasilitas ruang parkir yang tersedia. Dalam studi tersebut dapat diperoleh informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Parkir Kata parkir berasal dari kata park yang berarti taman. Menurut kamus bahasa Indonesia, parkir diartikan sebagai tempat menyimpan. (Menurut Hobbs 1995, dalam Cahyono

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Parkir Berdasarkan dari definisi-definisi parkir maka dapat ditarik kesimpulan bahwa parkir adalah suatu keadaan tidak bergerak suatu kendaraan bermotor atau tidak bermotor yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Satuan Ruang Parkir 2.1.1. Dimensi Ruang Suatu Satuan Ruang Parkir (SRP) adalah tempat untuk satu kendaraan. Dimensi ruang parkir menurut Direktorat Jenderal Perhubungan Darat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Studi Parkir Studi parkir dilaksanakan untuk dapat mengetahui informasi tentang lahan parkir yang sudah ada. Selain itu, studi ini juga dilakukan untuk dapat memperoleh karakteristik-karakteristik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkir Menurut Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (1996) yang menyatakan bahwa parkir adalah suatu keadaan tidak

Lebih terperinci

Dalam pedoman teknis penyelenggaraan fasilitas parkir (Ditjen Hubdat,

Dalam pedoman teknis penyelenggaraan fasilitas parkir (Ditjen Hubdat, BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Ketentuan Umum Dalam pedoman teknis penyelenggaraan fasilitas parkir (Ditjen Hubdat, 1996), terdapat beberapa pengertian tentang parkir sebagai berikut ini. 1. Parkir adaiah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik masing-masing kendaraan dengan disain dan lokasi parkir. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik masing-masing kendaraan dengan disain dan lokasi parkir. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Umum Setiap perjalanan yang menggunakan kendaraan diawali dan diakhiri di tempat parkir. Kebutuhan tempat parkir untuk kendaraan, baik kendaraan pribadi, angkutan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Karakteristik Parkir Dalam buku Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas (Hoobs, 1995). Beberapa parameter karakteristik parkir yang harus diketahui meliputi: 1. Durasi parkir Merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Parkir Parkir adalah tempat pemberhentian kendaraan dalam jangka waktu pendek atau lama, sesuai dengan kebutuhan pengendara. Parkir merupakan salah satu unsur prasarana

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA PARKIR DI RSU HAJI SURABAYA

EVALUASI KINERJA PARKIR DI RSU HAJI SURABAYA EVALUASI KINERJA PARKIR DI RSU HAJI SURABAYA Joko Suprianto 1,Sri Wiwoho Mudjanarko 2 1 Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Narotama josun_umb@yahoo.com 2 Dosen Teknik Sipil Universitas Narotama sriwiwoho.ubraw@gmail.com

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG PARKIR MAHASISWA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

PERENCANAAN GEDUNG PARKIR MAHASISWA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG PERENCANAAN GEDUNG PARKIR MAHASISWA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL oleh DICKEY ANGGARA 15001058

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998). Parkir merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998). Parkir merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara sedang berhenti dengan pengemudi tidak meninggalkan kendaraannya (Direktorat Jendral

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Parkir ialah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Parkir ialah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Parkir Parkir ialah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara karena ditinggalkan oleh pengemudinya. Fasilitas parkir dibangun bersamaan dengan pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Parkir Kata parkir berasal dari kata park yang berarti taman. Menurut kamus bahasa Indonesia, parkir diartikan sebagai tempat menyimpan. Menurut Hobbs (1995), parkir

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Parkir Parkir adalah lalu lintas berhenti yang ditinggal pengemudi saat mencapai suatu tempat tujuan dengan jangka waktu tertentu. Perilaku pengendara kendaraan bermotor memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sementara (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1996, 1). Pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. sementara (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1996, 1). Pengertian 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Parkir Parkir adalah keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang bersifat sementara (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1996, 1). Pengertian lain parkir yaitu suatu keadaan

Lebih terperinci

TINJAUAN KAPASITAS PARKIR TERHADAP VOLUME PARKIR PADA AREAL DINAS BINA MARGA DAN CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT.

TINJAUAN KAPASITAS PARKIR TERHADAP VOLUME PARKIR PADA AREAL DINAS BINA MARGA DAN CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT. TINJAUAN KAPASITAS PARKIR TERHADAP VOLUME PARKIR PADA AREAL DINAS BINA MARGA DAN CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT Suatu Tugas Akhir Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Yang Diperlukan untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI PUSTAKA. 2.1 Landasan Teori

BAB 2 STUDI PUSTAKA. 2.1 Landasan Teori BAB 2 STUDI PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Parkir merupakan salah satu bagian dari sistem transportasi dan juga merupakan suatu kebutuhan. Oleh karena itu perlu suatu penataan dan pemenuhan fasilitas pakir

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Parkir Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara karena ditinggalkan oleh pengemudinya (Nawawi, Sherly Novita Sari, 2015). Secara hukum dilarang

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN KEBUTUHAN PARKIR DI KABUPATEN JEMBRANA (Studi Kasus Parkir Tepi Jalan Pasar Umum Negara) TUGAS AKHIR BAB II

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN KEBUTUHAN PARKIR DI KABUPATEN JEMBRANA (Studi Kasus Parkir Tepi Jalan Pasar Umum Negara) TUGAS AKHIR BAB II ANALISIS KARAKTERISTIK DAN KEBUTUHAN PARKIR DI KABUPATEN JEMBRANA (Studi Kasus Parkir Tepi Jalan Pasar Umum Negara) TUGAS AKHIR BAB II TINJAUAN PUSTAKA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Mata Kuliah Manajemen Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM

Mata Kuliah Manajemen Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM Manajemen Parkir Mata Kuliah Manajemen Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM Pendahuluan Parkir mutlak diperlukan bagi pengendara, namun belum terpikirkan dengan baik Padahal : 1.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahwa fasilitas parkir menjadi bagian yang sangat penting dari sistem transportasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahwa fasilitas parkir menjadi bagian yang sangat penting dari sistem transportasi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Kendaraan yang bergerak suatu saat akan berhenti dan pada saat berhenti dibutuhkan tempat untuk memarkir kendaraan tersebut. Dari hubungan ini memperjelas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkir Berdasarkan Keputusan Dirjen Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DJRD/96 Tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir menyebutkan parkir adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan menjelaskan mengenai pengertian umum yang berhubungan dengan parkir, cara dan jenis parkir, pengaturan parkir, metode-metode parkir, kebijakan parkir, serta standar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perparkiran Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara karena ditinggalkan oleh pengemudinya. Secara hukum dilarang untuk parkir di tengah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga,

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga, BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Klasifikasi Kendaraan Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga, yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara. Sementara itu fasilitas parkir di luar badan jalan (off street parking)

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. karakteristik-karakteristik parkir seperti kebutuhan parkir, volume parkir, durasi

BAB III LANDASAN TEORI. karakteristik-karakteristik parkir seperti kebutuhan parkir, volume parkir, durasi BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Studi Parkir Studi ini dilaksanakan dengan maksud agar memperoleh informasi tentang fasilitas ruang parkir yang ada. Adapun informasi yang diperoleh berupa karakteristik-karakteristik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkir Jika melihat lalu lintas tidak lepas dari kendaraan yang berjalan dan kendaraan yang berhenti, dapat diketahui bahwa kendaraan tidak mungkin bergerak terus

Lebih terperinci

ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN PARKIR MOBIL DI UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN PARKIR MOBIL DI UNIVERSITAS KRISTEN PETRA ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN PARKIR MOBIL DI UNIVERSITAS KRISTEN PETRA Petrick Yoshuel 1, Rudy Setiawan 2 ABSTRAK : Sebuah universitas seharusnya memiliki fasilitas kampus yang baik yang dapat menunjang

Lebih terperinci

3. Fasilitas parkir adalah lokasi yang ditentukan sebagai tempat

3. Fasilitas parkir adalah lokasi yang ditentukan sebagai tempat BAB in LANDASAN TEORI 3.1 Ketentuan Umum Dalam Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir [3], terdapat beberapa pengertian tentang parkir sebagai berikut ini: 1. Parkir adalah kendaraan tidak bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tanjungpinang merupakan ibukota Provinsi Kepulauan Riau dengan fungsi sebagai pusat pelayanan administrasi dan pemerintahan provinsi, pusat pendidikan, perdagangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Parkir Parkir adalah keadaan tidak bergeraknya suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara, termasuk dalam pengertian parkir adalah setiap kendaraan yang berhenti pada tempat-tempat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Definisi Parkir Parkir berasal dari kata park yang berarti taman. Menurut undangundang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan anggkutan Jalan pada pasal 1 ayang (15), parkir

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Terminal 2.1.1. Definisi Terminal Terminal adalah suatu fasilitas yang sangat kompleks serta banyak kegiatan tertentu yang dilakukan disana, terkadang secara bersamaan dan terkadang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Lalu lintas berjalan menuju suatu tempat tujuan dan setelah mencapai tempat tersebut kendaraan harus diparkir, sementara pengendaranya melakukan berbagai urusan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penyusunan laporan tugas akhir ini dilakukan berdasarkan perancangan parkir untuk meminimalkan durasi parkir dan meningkatkan kapasitas kinerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu tempat dalam jangka waktu tertentu (Taju, 1996). jalan (On Street Parking) dan parkir dipelataran (Off Street Parking),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu tempat dalam jangka waktu tertentu (Taju, 1996). jalan (On Street Parking) dan parkir dipelataran (Off Street Parking), BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Parkir adalah tempat menempatkan dengan memberhentikan kendaraan angkutan/barang (bermotor maupun tidak bermotor) pada suatu tempat dalam jangka waktu tertentu

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN FASILITAS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN FASILITAS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN FASILITAS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa melihat kondisi lalu lintas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara sedang berhenti dengan pengemudi tidak meninggalkan kendaraannya (Direktorat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Parkir Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara karena ditnggal oleh pengemudinya. Menurut Hobbs (1995), parkir diartikan sebagai

Lebih terperinci

KEBUTUHAN KAPASITAS LAHAN PARKIR ANGKUTAN PUPUK PT.PUPUK SRIWIJAYA PALEMBANG

KEBUTUHAN KAPASITAS LAHAN PARKIR ANGKUTAN PUPUK PT.PUPUK SRIWIJAYA PALEMBANG KEBUTUHAN KAPASITAS LAHAN PARKIR ANGKUTAN PUPUK PT.PUPUK SRIWIJAYA PALEMBANG Noto Royan Dosen Fakultas Teknik UM Palembang Abstrak PT.PUSRI merupakan salah satu intansi Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS PARKIR KENDARAAN PADA RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH METRO

ANALISIS KAPASITAS PARKIR KENDARAAN PADA RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH METRO ANALISIS KAPASITAS PARKIR KENDARAAN PADA RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH METRO Agus Surandono 1, Ardinal Putra Ariya 2 Jurusan Teknik Sipil Universitas Jl. Ki Hajar Dewantara 15 A Metro, Lampung. Email:

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN FASILITAS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN FASILITAS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN FASILITAS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan parkir

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. yang ada dapat terpakai secara optimal dalam melayani kendaraan yang

BAB IV ANALISA DATA. yang ada dapat terpakai secara optimal dalam melayani kendaraan yang BAB IV ANALISA DATA 4. 1 Analisis Kondisi Geometri 4.1.1 Denah dan Dimensi Parkir Denah parkir merupakan salah satu faktor perencanaan suatu fasilitas parkir. Dalam denah inilah dapat diatur sedemikian

Lebih terperinci

kendaraan (mobil penumpang, bus\truk, sepeda motor ). Termasuk ruang bebas dan

kendaraan (mobil penumpang, bus\truk, sepeda motor ). Termasuk ruang bebas dan BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Satuan Ruang Parkir Satuan ruang parkir (SRP) adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan kendaraan (mobil penumpang, bus\truk, sepeda motor ). Termasuk ruang bebas dan lebar

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMUDAHAN MANUVER PARKIR (STUDI KASUS UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMUDAHAN MANUVER PARKIR (STUDI KASUS UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA) Konferensi Nasional Teknik Sipil 2 (KoNTekS 2) Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta, 6 7 Juni 2008 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMUDAHAN MANUVER PARKIR (STUDI KASUS UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Menurut Direktur Jendral Darat (1998), keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara, sedang berhenti adalah keadaan tidak bergerak suatu

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Studi Parkir Studi parkir adalah sebuah studi tentang parkir yang dilakukan dengan maksud untuk mengenali kekurangan-kekurangan yang ada dalam fasilitas parkir tersebut, yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998). menginginkan kendaraannya parkir ditempat, dimana tempat tersebut mudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998). menginginkan kendaraannya parkir ditempat, dimana tempat tersebut mudah 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara. Sedangkan defenisi berhenti adalah kendaraan tidak bergerak suatu kendaraan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Metode Perbandingan Metode yang digunakan untuk memprediksi kebutuhan ruang parkir adalah dengan menggunakan pembanding terhadap kegiatan sejenis. Untuk kegiatan pembanding,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI III.1. DEFINISI PARKIR Parkir adalah keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang bersifat sementara (Direktorat Perhubungan Darat, 1998). Lalu lintas berjalan menuju suatu tempat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Parkir Kendaraan yang bergerak suatu saat akan berhenti dan pada saat berhenti dibutuhkan tempat untuk memarkir kendaraan tersebut. Dari hubungan ini memperjelas

Lebih terperinci

Kata kunci : terminal parkir elektronik, karakteristik parkir, kelayakan finansial

Kata kunci : terminal parkir elektronik, karakteristik parkir, kelayakan finansial ABSTRAK Parkir adalah tempat khusus bagi kendaraan untuk berhenti demi keselamatan. Jika parkir terlalu jauh dari tujuan maka orang akan beralih ke tempat lain. Masalah parkir telah menimbulkan persoalan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 11 (Sebelas)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 11 (Sebelas) SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 11 (Sebelas) A. Tujuan Instruksional 1. Umum Mahasiswa dapat memahami

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 18 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Metodologi penelitian adalah bagaimana cara peneliti bekeja guna memperoleh data yang dibutuhkan yang akan digunakan selanjutnya untuk dianalisa sehingga memperoleh

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 31 TAHUN 1995 TENTANG TERMINAL TRANSPORTASI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN Menimbang: a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil survey dan analisis parkir yang telah dilakukan pada pusat

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil survey dan analisis parkir yang telah dilakukan pada pusat BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil survey dan analisis parkir yang telah dilakukan pada pusat perbelanjaan Mega Bekasi Hypermarket, maka diperoleh hasil sebagai berikut: A. Analisis kondisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Kendaraan yang bergerak suatu saat akan berhenti dan pada saat berhenti dibutuhkan tempat untuk memarkir kendaraan tersebut. Dari hubungan ini memperjelas

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori. setiap tempat baik di rumah maupun tempat tempat tujan manusia melakukan

BAB II. Landasan Teori. setiap tempat baik di rumah maupun tempat tempat tujan manusia melakukan BAB II Landasan Teori 2.1. Pengertian Parkir Dalam setiap perjalanan yang menggunakan kendaraan maka akan diawali dan diakhiri pada tempat parkir, maka sarana untuk perparkiran akan tersebar pada setiap

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 5 TAHUN 2011 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 5 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DAYA TAMPUNG KAWASAN PARKIR BANK SUMSEL BABEL JAKABARING DI KOTA PALEMBANG

PERHITUNGAN DAYA TAMPUNG KAWASAN PARKIR BANK SUMSEL BABEL JAKABARING DI KOTA PALEMBANG PERHITUNGAN DAYA TAMPUNG KAWASAN PARKIR BANK SUMSEL BABEL JAKABARING DI KOTA PALEMBANG Noto Royan Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas MuhammadiyahPalembang INTISARI Parkir

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Menimbang Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PARKIR DI LUAR BADAN JALAN DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

INTISARI. Kata kunci : Volume parkir, kapasitas parkir, Kebutuhan Ruang Parkir(KRP).

INTISARI. Kata kunci : Volume parkir, kapasitas parkir, Kebutuhan Ruang Parkir(KRP). Naskah Seminar 1 EVALUASI KEBUTUHAN RUANG PARKIR SEPEDA MOTOR DAN MOBIL (Studi kasus : Areal Parkir Asri Medical Center Yogyakarta) ( Arif Rahman Sutejo 2, Wahyu Widodo 3, Anita Rahmawati 4 ) INTISARI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Parkir Parkir adalah keadaan tidak bergeraknya suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara, termasuk dalam pengertian parkir adalah setiap kendaraan yang berhenti pada tempat-tempat

Lebih terperinci

JURNAL TUGAS AKHIR ANALISIS PERENCANAAN GEDUNG PARKIR PADA KAWASAN PERDAGANGAN SOMBA OPU DI JALAN PATTIMURA KOTA MAKASSAR DISUSUN OLEH :

JURNAL TUGAS AKHIR ANALISIS PERENCANAAN GEDUNG PARKIR PADA KAWASAN PERDAGANGAN SOMBA OPU DI JALAN PATTIMURA KOTA MAKASSAR DISUSUN OLEH : JURNAL TUGAS AKHIR ANALISIS PERENCANAAN GEDUNG PARKIR PADA KAWASAN PERDAGANGAN SOMBA OPU DI JALAN PATTIMURA KOTA MAKASSAR DISUSUN OLEH : MUHAMMAD RAMADHAN D111 11 283 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL JURUSAN

Lebih terperinci

Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street parking menjadi Off-street parking (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri)

Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street parking menjadi Off-street parking (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri) 1 Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street parking menjadi Off-street parking (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri) Deka Agrapradhana, Ir. Ervina Ahyudanari ME, Ph.D. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG BIAYA PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG BIAYA PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG BIAYA PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka tertib administrasi

Lebih terperinci

2018, No Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 881) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pekerjaan U

2018, No Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 881) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pekerjaan U No.328, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. Penetapan Kelas Jalan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMO 05/PRT/M/2018 TENTANG PENETAPAN KELAS JALAN BERDASARKAN FUNGSI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengertian yang berkaitan dengan parkir, diantaranya yaitu : atau tidak tetap disebut parkir.

BAB II LANDASAN TEORI. pengertian yang berkaitan dengan parkir, diantaranya yaitu : atau tidak tetap disebut parkir. 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Parkir 1. Tinjauan Umum Perparkiran Menurut Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, terdapat beberapa pengertian yang berkaitan dengan parkir, diantaranya yaitu : a. Keadaan tidak

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Sistem Pola Parkir Secara konseptual pola parkir di badan jalan 1. Pola Parkir pada Satu Sisi Pola parkir ini di tetapkan apabila ketersediaan lebar jalan sempit. Pola parkir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berwujud (intangible) seperti reparasi, akomodasi, transportasi, asuransi, tempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berwujud (intangible) seperti reparasi, akomodasi, transportasi, asuransi, tempat 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Operasi Jasa Jasa merupakan kegiatan ekonomi yang menghasilkan produk yang tidak berwujud (intangible) seperti reparasi, akomodasi, transportasi, asuransi, tempat

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK 113/HK.207/DRJD/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK 113/HK.207/DRJD/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK 113/HK.207/DRJD/2010 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS YANG BERSIFAT PERINTAH, LARANGAN, PETUNJUK DAN PERINGATAN PADA SIMPANG SUSUN STA 15 + 400 JALAN

Lebih terperinci

ANALISA RUANG PARKIR KENDARAAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JENDERAL AHMAD YANI KOTA METRO

ANALISA RUANG PARKIR KENDARAAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JENDERAL AHMAD YANI KOTA METRO ANALISA RUANG PARKIR KENDARAAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JENDERAL AHMAD YANI KOTA METRO Leni Sriharyani 1,a*, Wahyu Pambudi 2,b Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hajar Dewantara

Lebih terperinci

Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street Parking Menjadi Offstreet. (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri)

Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street Parking Menjadi Offstreet. (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri) JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street Parking Menjadi Offstreet Parking (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri)

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa untuk tertib dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 5.1.1 Karakteristik Parkir Karakteristik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jendral Perhubungan Darat (1996), ada beberapa pengertian tentang perparkiran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jendral Perhubungan Darat (1996), ada beberapa pengertian tentang perparkiran. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Umum Dalam Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir, Direktorat Jendral Perhubungan Darat (1996), ada beberapa pengertian tentang perparkiran. a. Parkir adalah

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL SURAT PERNYATAAN LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL SURAT PERNYATAAN LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL SURAT PERNYATAAN... i LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTARGAMBAR... viii DAFTARNOTASI... ix BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

KAJIAN STANDARISASI KEBUTUHAN SATUAN RUANG PARKIR (SRP) UNTUK APARTEMEN DI SURABAYA

KAJIAN STANDARISASI KEBUTUHAN SATUAN RUANG PARKIR (SRP) UNTUK APARTEMEN DI SURABAYA KAJIAN STANDARISASI KEBUTUHAN SATUAN RUANG PARKIR (SRP) UNTUK APARTEMEN DI SURABAYA Anik Budiati Fakultas Teknik Universitas Bhayangkara Surabaya Nurul Imamah Fakultas Ekonomi Universitas Bhayangkara Surabaya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci