BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo merupakan salah satu sekolah yang ada di Kota Gorontalo beralamat Jalan Farid Liputo Kel. Bugis. SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya berdiri Tahun 198 dan diresmikan pada tanggal 17 juli 003 terletak di Kelurahan Bugis Kecamatan Dumbo Raya dengan luas areal M dan berada di bawah naungan Dinas Pendidikan Nasional. Dalam proses pembelajaran di SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo, para Siswa umumnya sangat aktif mengikuti berbagai kegiatan intra dan ekstrakurikuler. Kerjasama dan saling mendukung antar siswa sangat tinggi dalam berbagai kegiatan, seperti penyelesaian tugas-tugas/pr dari Guru, tugas-tugas kelompok maupun lomba berbagai bidang dalam kegiatan ekstrakurikuler. Lingkungan sekitar sekolah juga cukup mendekati kebisingan, gangguan dan pengaruh-pengaruh langsung dan suatu situasi sosial yang kurang menguntungkan. Perhatian masyarakat terhadap keamanan dan ketertiban sekolah dapat dikatakan cukup tinggi dilihat dari masyarakat ikut berpartisipasi mengawasi kemungkingan terjadi gangguan terhadap sekolah, terutama di malam hari.

2 7. Visi Misi Sekolah Dasar Negeri No.59 Dumbo Raya Dalam suatu lembaga pendidikan pastilah memiliki tujuan yang ingin dicapai dalam menjalankan proses pendidikannya, hal ini tertuang pada visi dan misi sekolah. Sekolah Dasar Negeri No.59 Dumbo Raya ini bertujuan untuk membina peserta didik agar berkualitas, kreatif dan berguna bagi bangsa Negara dan masyarakat. Adapun Visi Misi Sekolah Dasar Negeri 59 Dumbo Raya sebagai berikut: a. Visi Menjadi sekolah terpercaya di masyarakat untuk mencerdaskan bangsa dalam rangka mensukseskan wajib belajar. b. Misi 1. Menanamkan keyakinan / akidah melalui pengamalan ajaran Agama. Menyiapkan generasi unggul yang memiliki poytensi dibidang,imtaq dan IPTEK 3. Membentuk sumber daya manusia yang kreatif,inovatif sesuai dengan perkembangan zaman. 4. Membangun citra sekolah sebagai mitra terpercayai masyarakat. 3. Keadaan Guru Kemampuan Guru tentunya berkaitan erat dengan potensi diri yang dimiliki, baik secara fisik maupun psikis yang dilihat dari segi kemampuan profesional yaitu terdiri dari kemampuan intelektual, sikap dan prestasinya dalam bekerja. Kemampuan profesional ini bisa ditunjukan dengan kemampuan guru dalam menguasai

3 8 pengetahuan tentang materi yang diajarkan termasuk upaya untuk selalu memperkaya dan meremajakan pengetahuannya tersebut. Kemampuan yang dimiliki oleh seorang Guru sangat ditentukan oleh pengalaman dan pendidikan yang diperoleh, oleh sebab itu seorang guru harus memiliki tingkat pendidikan yang disyaratkan. Hal ini akan membantu dalam peningkatan kualitas kinerja Guru di sekolah, sehingga dapat menjalankan tugas mulia sebagai seorang Guru. Tabel 1 : Keadaan Guru SDN No. 59 Dumbo Raya Kec. Dumbo Raya Kota Gorontalo TP. 013/014 No Status/Jabatan Jumlah Personil yang lulus sertifikasi Jumlah Tahun 1 Kepala Sekolah 1 01 Guru PNS 7 009,010,011,01 3 Guru Sukwan/Honda Sumber Data: Profil SDN No. 59 Dumbo Raya Kota Gorontalo, 013 Berdasarkan tampilan tabel di atas, menunjukkan bahwa Guru di SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo Tahun 013/014 berjumlah 9 orang Guru yang terdiri Berdasarkan golongan terdapat 08 orang Guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) mulai dari golongan IV/a hingga golongan II/b. Sementara 1 orang lainnya berstatus sebagai honor daerah. 4. Keadaan Siswa Keadaan Siswa dalam suatu sekolah merupakan hal yang terpenting dari seluruh program dan kegiatan pembelajaran yang hendak dilakukan. Adapun keadaan

4 9 Siswa di SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo TP. 013/014 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel : Keadaan siswa SDN No. 59 Dumbo Raya Kec. Dumbo Raya Kota Gorontalo TP. 013/014 Tahun Pelajaran No Kelas Jumlah Rombel Jumlah Rombel 1 I 7 49 II III 3 4 IV V VI Jumlah Sumber Data: Profil SDN No. 59 Dumbo Raya Kota Gorontalo, 013 Berdasarkan tampilan tabel di atas, menunjukkan bahwa jumlah Siswa di SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo pada Tahun 013/014 secara keseluruhan dari kelas I sampai dengan kelas VI berjumlah 3000 orang siswa. 5. Keadaan Kurikulum Pengelolaan proses belajar sangat berkaitan dengan bagaimana kemampuan Guru dalam mengelola elemen-elemen yang berkaitan dengan proses belajar, di dalam kelas terdapat sejumlah Siswa yang mempunyai latar belakang kehidupan dan pengalaman yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain, perbedaan ini tentunya akan mempengaruhi proses belajar Siswa itu sendiri, sebagai seorang Guru hendaknya dapat melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

5 30 SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo telah menggunakan kurikulum 00 yakni KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dari kelas I sampai dengan kelas VI untuk semua mata pelajaran. Kurikulum SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo sudah diberlakukan sejak Tahun 00 dan masih digunakan dan dikembangkan hingga saat ini. Adapun struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini: Tabel 3 : Struktur Kurikulum SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo TP. 013/014 Komponen A. Mata Pelajaran 1. PAI. Pendidikan Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Matematika 5. Ilmu Pengetahuan Alam. Ilmu Pengetahuan Sosial 7. Seni Budaya Keterampilan 8. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan B. Muatan Lokal 1. Bahasa Inggris Kelas dan Alokasi Waktu I II III IV V VI. Budi Daya Tanaman Jumlah *) Ekuivalen Jam Pelajaran Sumber Data: KTSP SDN No. 59 Dumbo Raya Kota Gorontalo, 013 Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa struktur kurikulum di SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo terdiri dari 08 Mata Pelajaran, dan 01 Muatan Lokal. Selanjutnya muatan kurikulum SDN No. 59 Dumbo

6 31 Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo terdiri atas: mata pelajaran yang mengacu pada standar isi dengan keputusan Mendiknas No. tahun 00, maka mata pelajaran yang wajib dikembangkan di SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo meliputi: 1) PAI, ) Pendidikan Kewarganegaraan, 3) Bahasa Indonesia, 4) Matematika, 5) Ilmu Pengetahuan Alam, ) Ilmu Pengetahuan Sosial, 7) Seni Budaya, 8) Pendidikan Jasmani olahraga dan Kesehatan. Selanjutnya muatan lokal, muatan lokal di SDN No.59 Dumbo Raya Kota Gorontalo meliputi: Budi Daya Tanaman.. Keadaan Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana pendidikan adalah fasilitas atau perlengkapan yang dibutuhkan dan berfungsi untuk membantu, memberi kemudahan dalam pelaksanaan pendidikan. Sarana pendidikan sebagai semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Sementara prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo sebagaimana tampak dalam tabel berikut ini.

7 3 Tabel 4 : Keadaan sarana prasarana di SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo TP. 013/014 Kondisi Fasilitas Sekolah Kondisi Fasilitas No. Jumlah Jenis Fasilitas Baik Rusak Rusak Yang Ada Ringan Berat 1 Meja Siswa Kursi Siswa Meja Guru Kursi Guru Lemari Komputer Printer Ruang Belajar Ruang Kepala Sekolah Ruang Dewan Guru KM/WC Sumber Data: Profil SDN No. 59 Dumbo Raya Kota Gorontalo, 013 Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa sarana dan prasarana dan fasilitas yang dimiliki SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo dapat dikatakan cukup baik bila dibandingkan dengan lembaga pendidikan lainnya. Keadaan sarana dan prasarana SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo secara umum dapat penulis kemukakan bahwa gedung yang ditempati saat ini pada dasarnya baik untuk digunakan dalam rangka melaksanakan proses pembelajaran. Di samping faktor gedung SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo juga dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas lain yang menunjang pelaksanaan pembelajaran. Fasilitas-fasilitas dimaksud antara lain seperti sarana penunjang pendidikan, fasilitas olaraga, ruang guru dan ruang tata usaha, kamar

8 33 mandi/wc dan tempat cuci tangan, semuanya dalam kondisi memadai. Sementara untuk ruang kantor pimpinan, ruang UKS dan ruang perpustakaan masih perlu pengembangan. Namun sampai saat ini SDN No. 59 Dumbo Raya Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo masih dapat melangsungkan proses belajar mengajar dengan baik. 4. Hasil Penelitian Pada bagian ini penulis akan menyajikan data yang diperoleh dari hasil penelitian melalui penyebaran angket (butir-butir pertanyaan disajikan pada lampiran 1). Dalam pengambilan kembali angket yang telah disebar ternyata 3 orang responden dapat mengembalikan seluruh angket tersebut dan menjawab semua butir pertanyaan terkait faktor-faktor penyebab perilaku menyontek pada siswa kelas III SDN 59 Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo sebagai berikut: 1. Faktor Diri Siswa Bagi seorang siswa dunianya adalah sekolah, dan tugas-tugas siswa yang utama adalah tugas sekolah. Gambaran dan penilaian siswa tentang keadaan diri sendiri pada saat sekarang dan keinginan di masa mendatang akan mempengaruhi cara siswa melaksanakan tugas-tugas sekolah. Ragu-ragu akan akan mempengaruhi perilaku siswa dan berperan dalam menentukan cara yang dilakukan siswa dalam usaha meraih prestasi begitu pula ragu dalam menjawab soal.

9 34 Hasil Penelitian penyebab perilaku menyontek pada siswa dengan indikator faktor siswa ditampilkan pada hasil analisis angket pada tabel-tabel berikut ini: a. Siswa masih ragu dalam mengerjakan soal yang diberikan guru. Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut : Tabel 4.1: Siswa Ragu dalam mengerjakan soal yang diberikan guru Kategori Frekuensi Presentase (%) Ya Tidak.5 Jumlah % Sumber: Data Primer Melalui Angket No.butir 1, Desember 013. Data pada tabel 4.1 di atas menggambarkan bahwa sebesar 93.75% responden menyatakan siswa ragu dalam mengerjakan soal yang diberikan guru, 19.35% responden menyatakan sering,.5% responden menyatakan siswa ragu dalam mengerjakan soal yang diberikan guru. Gambaran jawaban responden tersebut menunjukkan bahwa factor siswa merupakan penyebab siswa menyontek di SDN No. 59 Dumbo Raya masalah siswa ragu dalam mengerjakan soal yang diberikan guru. Konsep diri yang positif dapat membantu seseorang untuk meningkatkan kepercayaan terhadap dirinya sehingga dapat memotivasi seseorang untuk dapat menjadi lebih baik lagi dan tidak ragu-ragu dalam mengerjakan soal ulangan.

10 35 b. Siswa menyontek karena takut terhadap tekanan dari berbagai pihak untuk mendapatkan nilai yang bagus Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada tabel 4. berikut: Tabel 4. : Siswa menyontek karena takut terhadap tekanan dari berbagai pihak untuk mendapatkan nilai yang bagus. Kategori Frekuensi Presentase (%) Ya Tidak Jumlah % Sumber: Data Primer Melalui Angket No.butir, Desember 013. Data pada tabel 4. di atas menggambarkan bahwa sebesar 84.37% responden menyatakan siswa menyontek karena takut terhadap tekanan dari berbagai pihak untuk mendapatkan nilai yang bagus, 15.% responden menyatakan siswa tidak terdapat tekanan dari berbagai pihak khususnya guru. Gambaran jawaban responden faktor guru merupakan penyebab siswa menyontek, tekanan untuk mendapatkan nilai tinggi dalam ulangan atau ujian semester merupakan factor utama.. Faktor Guru Guru dapat mendorong perilaku peserta didik yang sesuai dengan mempergunakan penguatan positif (memberikan penghargaan) dan penguatan negatif (menarik hukuman). Guru dapat mengurangi perilaku peserta didik yang menyontek dengan mempergunakan hukuman (memberi rangsangan ang tidak menyenangkan). Penghentian (menahan penghargaan yang diharapkan), dan penarikan (menarik

11 3 penghargaan dari peserta didik. Hal yang perlu diingat bahwa konsekuensikonsekuensi itu memberikan pengaruh kepada perilaku peserta didik sesuai dengan prinsip perilaku yang telah terbentuk. Jika guru menghargai perilaku yang menyontek, perilaku tersebut cenderung diteruskan. Jika guru menghukum perilaku menyontek, perilaku tersebut cenderung tidak diteruskan. Hasil penelitian penyebab perilaku menyontek pada siswa dengan indikator faktor guru ditampilkan pada hasil angket pada tabel-tabel berikut ini : a. Siswa menyontek karena proses kegiatan mengajar tidak dimengerti oleh siswa. Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut: Tabel 4.3: Siswa menyontek karena proses kegiatan mengajar tidak dimengerti oleh siswa. Kategori Frekuensi Presentase (%) Ya 8.75 Tidak Jumlah % Sumber: Data Primer Melalui Angket No.butir 3, Desember 013. Data pada tabel 4.3 di atas menggambarkan bahwa sebesar 8.75% responden menyatakan siswa menyontek karena proses kegiatan mengajar tidak dimengerti oleh siswa, 31.5% responden menyatakan siswa dalam kegiatan mengajar mengerti penjelasan guru. Gambaran jawaban responden tersebut menunjukkan penyebab siswa menyontek karena proses kegiatan mengajar tidak dimengerti oleh siswa. Hal ini tentunya merupakan refleksi bagi guru dalam kegiatan belajar mengajar.

12 37 b. Soal yang diberikan oleh guru selalu berorientasi pada hafalan. Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut: Tabel 4.4: Soal yang diberikan oleh guru selalu berorientasi pada hafalan. Kategori Frekuensi Presentase (%) Ya Tidak Jumlah % Sumber: Data Primer Melalui Angket No.butir 4, Desember 013. Data pada tabel 4.4 di atas menggambarkan bahwa sebesar 9.87% responden menyatakan siswa menyontek karena soal yang diberikan oleh guru selalu berorientasi pada hafalan, 3.1% responden menyatakan siswa tidak. Gambaran jawaban responden tersebut menunjukkan penyebab siswa menyontek karena proses kegiatan mengajar yang diberikan oleh guru umumnya bersifat hafalan. Hal ini tentunya merupakan refleksi bagi guru dalam kegiatan belajar mengajar 3. Faktor Orang Tua atau Keluarga Orangtua harus dapat menciptakan suatu keadaan dimana siswa berkembang dalam suasana ramah, jujur dan kerjasama yang diperlihatkan masing-masing anggota keluarga dalam hidup mereka setiap hari, sebaliknya sulit untuk menumbuhkan sikap-sikap yang baik pada siswa dikemudian hari, bilamana siswa tumbuh dan berkembang dalam suasana dimana siswa hidup dalam pertikaian, pertengkaran antara sesama anggota keluarga. Menurut Ngalim (00) Sifat-sifat dan watak adalah

13 38 hasil interaksi antara pembawaan keturunan dan lingkungan. Dalam pembentukan kepribadian siswa, lingkungan keluarga yang banyak berperan. Di lingkungan keluarganya siswa belajar, bagaimana bertingkah laku, berbicara, berbuat berdasarkan disiplin. Dalam semua hal ini, yang menjadi teladan utama bagi siswa adalah orang tuanya. Hasil penelitian penyebab perilaku menyontek pada siswa dengan indikator faktor orang tua atau keluarga ditampilkan pada hasil angket pada tabel-tabel berikut ini : a. Orang tua dalam memaksakan agar siswa mendapat nilai yang tinggi lebih dari para siswa lainnya Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5: Orang tua dalam memaksakan agar siswa mendapat nilai yang tinggi lebih dari para siswa lainnya. Kategori Frekuensi Presentase (%) Ya Tidak Jumlah % Sumber: Data Primer Melalui Angket No.butir 5, Desember 013. Data pada tabel 4.5 di atas menggambarkan bahwa sebesar 87.5% responden menyatakan orang tua dalam memaksakan agar siswa mendapat nilai yang tinggi lebih dari para siswa lainnya, 1.5% responden menyatakan Orang tua tidak memaksakan agar siswa mendapat nilai yang tinggi lebih dari para siswa lainnya.

14 39 Gambaran jawaban responden tersebut menunjukkan bahwa factor orangtua dan keluarga dalam hal penyebab siswa menyontek dilator belakangi oleh paksaan agar siswa memperoleh nilai tinggi dalam pelajaran. b. Para orang tua lebih mementingkan hasil yang diperoleh siswa daripada proses bagaimana siswa tersebut memperoleh hasil tersebut Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada tabel 4. berikut: Tabel 4.: Para orang tua lebih mementingkan hasil yang diperoleh siswa daripada proses bagaimana siswa tersebut memperoleh hasil tersebut. Kategori Frekuensi Presentase (%) Ya Tidak Jumlah % Sumber: Data Primer Melalui Angket No.butir, Desember 013. Data pada tabel 4. di atas menggambarkan bahwa sebesar 5.5 responden yang menyatakan para orang tua lebih mementingkan hasil yang diperoleh siswa daripada proses bagaimana siswa tersebut memperoleh hasil tersebut, 43.75% responden menyatakan Para orang tua tidak mementingkan hasil yang diperoleh siswa daripada proses bagaimana siswa tersebut memperoleh hasil tersebut. Gambaran jawaban responden tersebut menunjukkan bahwa factor penyebab siswa menyontek tidak menunjukkan para orang tua lebih mementingkan hasil yang diperoleh siswa daripada proses bagaimana siswa tersebut memperoleh hasil tersebut.

15 40 c. Orang tua tidak membimbing siswa belajar di rumah Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut: Tabel 4.7: Orang tua tidak membimbing siswa belajar di rumah Kategori Frekuensi Presentase (%) Ya Tidak 0.5 Jumlah % Sumber: Data Primer Melalui Angket No.butir 7, Desember 013. Data pada tabel 4.7 di atas menggambarkan bahwa sebesar tidak ada responden menyatakan selalu, 37.5% responden menyatakan orang tua tidak membimbing siswa belajar di rumah.5% responden Orang tua selalu membimbing siswa belajar di rumah.. Gambaran jawaban responden tersebut menunjukkan bahwa Orang tua selalu membimbing siswa belajar di rumah baik mengerjakan Pekerjaan rumah maupun mengawasi siswa belajar. 4. Faktor Sistem Pendidikan Muatan materi dalam kurikulum yang ada sering terjadi tumpang tindih antara satu jenjang ke jenjang lainnya yang akhitnya menyebabkan para peserta didik menganggap mudah setiap materi yang diberikan. Hal itu bukan menjadikan para peserta didik menjadi dapat menguasai materi melainkan menjasikan peserta didik menjasi bodoh karena kebosanan. Walaupun secara sepintas seorang individu menunjukkan persamaannya dengan individu-individu lainnya, tapi secara lebih

16 41 mendetail dapat dikatakan hampir tidak ada dua individu yang identik atau tepat sama. Hasil penelitian faktor sistem pendidikan yang telah dihasilkan ditampilkan pada hasil analisis angket pada tabel-tabel berikut ini : a. Materi pelajaran yang tidak sesuai dan sering berganti menyebabkan siswa menyontek Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut: Tabel 4.8: Materi pelajaran yang tidak sesuai dan sering berganti menyebabkan siswa menyontek. Kategori Frekuensi Presentase (%) Ya Tidak Jumlah % Sumber: Data Primer Melalui Angket No.butir 8, Desember 013. Data pada tabel 4.8 di atas menggambarkan bahwa sebesar 71.87% responden menyatakan Materi pelajaran yang tidak sesuai dan sering berganti menyebabkan siswa menyontek, 8.1% responden menyatakan materi pelajaran yang tidak sesuai dan sering berganti menyebabkan siswa menyontek. Gambaran jawaban responden tersebut menunjukkan bahwa faktor sistem pendidikan turut menjadi sebab siswa menyontek yaitu materi pelajaran yang tidak sesuai dan sering berganti menyebabkan siswa menyontek.

17 4 b. Buku materi pembelajaran yang sering berubah menyebabkan siswa menyontek. Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut: Tabel 4.9: Buku materi pembelajaran yang sering berubah menyebabkan siswa menyontek. Kategori Frekuensi Presentase (%) Ya Tidak Jumlah % Sumber: Data Primer Melalui Angket No.butir 9, Desember 013. Data pada tabel 4.9 di atas menggambarkan bahwa sebesar 84.37% responden menyatakan buku materi pembelajaran yang sering berubah menyebabkan siswa menyontek. 15.3% responden menyatakan buku materi pembelajaran yang sering berubah menyebabkan siswa menyontek. Gambaran jawaban responden tersebut menunjukkan bahwa buku yang menjadi sumber belajar siswa sering mengalami perubahan sehingga soal yang disusun guru pun diambil dari buku lainnya. Hal ini menyebabkan siswa menyontek. c. Muatan dalam kurikulum yang ada sering terjadi tumpang tindih antara satu jenjang ke jenjang lainnya menyebabkan siswa menyontek Hasil penelitian deskriptor ini dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut:

18 43 Tabel 4.10: Muatan dalam kurikulum yang ada sering terjadi tumpang tindih antara satu jenjang ke jenjang lainnya menyebabkan siswa menyontek. Kategori Frekuensi Presentase (%) Ya Tidak.5 Jumlah % Sumber: Data Primer Melalui Angket No.butir 10, Desember 013. Data pada tabel 4.10 di atas menggambarkan bahwa sebesar 93.75% responden menyatakan muatan dalam kurikulum yang ada sering terjadi tumpang tindih antara satu jenjang ke jenjang lainnya menyebabkan siswa menyontek,.5% responden menyatakan muatan dalam kurikulum yang ada sering terjadi tumpang tindih tidak mempengaruhi siswa menyontek. Gambaran jawaban responden tersebut menunjukkan faktor sistem pendidikan berkenaan dengan Muatan dalam kurikulum yang ada sering terjadi tumpang tindih antara satu jenjang ke jenjang lainnya menyebabkan siswa menyontek 4. Pembahasan Perilaku menyontek masih banyak dilakukan dalam dunia pendidikan Indonesia. Perilaku menyontek terjadi karena masyarakat memiliki pandangan bahwa prestasi belajar tercermin dari pencapaian nilai yang tinggi, sehingga membuat siswa terpaku untuk memperoleh nilai tinggi dengan cara apa pun Masyarakat cenderung semakin permisif sehingga menyebabkan perilaku menyontek semakin sulit dihilangkan.

19 44 Faktor siswa merupakan penyebab siswa menyontek di SDN No. 59 Dumbo Raya yaitu masalah siswa masih ragu dalam mengerjakan soal yang diberikan guru. Konsep diri yang positif dapat membantu seseorang untuk meningkatkan kepercayaan terhadap dirinya sehingga dapat memotivasi seseorang untuk dapat menjadi lebih baik lagi. Penyebab siswa menyontek karena proses kegiatan mengajar tidak dimengerti oleh siswa. Hal ini tentunya merupakan refleksi bagi guru dalam kegiatan belajar mengajar. Usia siswa sekolah dasar kelas III juga menjadi faktor penyebab siswa menyontek, menurut teori piaget bahwa perkembangan moral siswa pada usia ini memandang bahwa bahwa bila suatu aturan yang dilanggar, hukuman akan segera dijatuhkan, sehingga tuntutan orangtua harus mendapatkan nilai tinggi selalu membayangi siswa bila mendapatkan nilai rendah pasti akan mendapatkan hukuman. Hal inilah yang menjadi penyebab siswa menyontek. Perkembangan moral dan sosial pada siswa usia Sekolah Dasar. Pertama sekali siswa belajar mengikuti aturan-aturan yang ada tanpa tahu alasan mengapa harus mengikuti aturan-0aturan tersebut.dalam mempelajari moral,ada 4 elemen penting,yaitu peran hukum,tata karma dan aturan,peran kata hati,peran perasaan malu serta peran interaksi sosial.keempat elemen ini penting dalam perkembangan moral; seorang siswa. Perkembangan moral tidak bias dilepaskan dari lingkungan.ketika kecil lingkungan keluargalah yang berperan,namun begitu memasuki usia sekolah konsep moral mulai berkembang,siswa mengikuti aturanaturan yang ada disertai adanya alasan-alasan tertentu.misalnya,agar disukai teman

20 45 sebaya atau orang disekelililngnya siswa mengikuti aturan-aturan yang diharapkan lingkungannya. Dalam perkembangan moral,disiplin mempunyai peran penting. Melalui disiplin siswa beljar berperilaku sesuai dengan kelompok sosialnya. siswa pun belajar perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima dalm masyarakat. Dalam menanamkan disiplin, hukuman dan penghargaan mempunyai andil. Hukuman akan diberikan jika terjadi pelanggaran disiplin, siswa pun belajr memahami mengapa perilakunya salah dan siswa tidak akan mengulangi perilaku tersebut. Demikian pula dengan penghargaan, adanya penghargaan siswa akan belajar mengulangi perilaku yang diterima lingkungannya. pemberian hukuman dan penghargaan atau penanaman disiplin haruslah secara konsisten. Faktor orangtua dan keluarga dalam hal penyebab siswa menyontek dilator belakangi oleh paksaan agar siswa memperoleh nilai tinggi dalam pelajaran. Faktor sistem pendidikan berkenaan dengan Muatan dalam kurikulum yang ada sering terjadi tumpang tindih antara satu jenjang ke jenjang lainnya menyebabkan siswa menyontek. Buku yang menjadi sumber belajar siswa sering mengalami perubahan sehingga soal yang disusun guru pun diambil dari buku lainnya. Hal ini menyebabkan siswa menyontek.

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MENYONTEK SISWA KELAS III SDN 59 KECAMATAN DUMBO RAYA KOTA GORONTALO

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MENYONTEK SISWA KELAS III SDN 59 KECAMATAN DUMBO RAYA KOTA GORONTALO JURNAL ILMIAH DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MENYONTEK SISWA KELAS III SDN 59 KECAMATAN DUMBO RAYA KOTA GORONTALO Wenny Hulukati, Rustam Husain, dan Yusni Tahir 1 ABSTRAK Permasalahan dalam

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM SMP NEGERI 1 TRAGAH BANGKALAN. A. Sejarah Singkat SMP Negeri 1 Tragah Bangkalan.

BAB III GAMBARAN UMUM SMP NEGERI 1 TRAGAH BANGKALAN. A. Sejarah Singkat SMP Negeri 1 Tragah Bangkalan. BAB III GAMBARAN UMUM SMP NEGERI 1 TRAGAH BANGKALAN A. Sejarah Singkat SMP Negeri 1 Tragah Bangkalan. Sebelum dikemukakan sejarah berdirinya SMP N 1 Tragah Bangkalan, terlebih dahulu penulis kemukakan

Lebih terperinci

PROFIL TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL PEJAGOAN PEJAGOAN KABUPATEN KEBUMEN

PROFIL TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL PEJAGOAN PEJAGOAN KABUPATEN KEBUMEN PROFIL TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL PEJAGOAN KECAMATAN PEJAGOAN KABUPATEN KEBUMEN TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL PEJAGOAN Alamat: Jl. Renville RT. 02 RW. 05 Kecamatan Pejagoan Kabupaten Kebumen Email: tk.aisyiyah.pjg@gmail.com

Lebih terperinci

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di antaranya adalah masalah belajar. Permasalahan belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Dewasa ini, pendidikan merupakan salah satu aspek utama sasaran pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah menengah atas cenderung bersifat monoton dan tidak menghasilkan banyak kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan manusia untuk merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan penting dalam proses

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Materi Minimal dan Tingkat Kompetensi Minimal, untuk Mencapai Kompetensi Lulusan Minimal Memuat : 1. Kerangka Dasar Kurikulum

Lebih terperinci

PROFIL / KEADAAN SEKOLAH UPTD SMAN 1 KARANGREJO - TULUNGAGUNG. 1. Nama Sekolah : UPTD SMA Negeri 1 Karangrejo

PROFIL / KEADAAN SEKOLAH UPTD SMAN 1 KARANGREJO - TULUNGAGUNG. 1. Nama Sekolah : UPTD SMA Negeri 1 Karangrejo LAMPIRAN II PROFIL / KEADAAN SEKOLAH UPTD SMAN 1 KARANGREJO - TULUNGAGUNG A. Data Sekolah 1. Nama Sekolah : UPTD SMA Negeri 1 Karangrejo Status : Negeri 2. Alamat Sekolah : Jalan Raya Karangrejo Sendang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian SDNI Kabila

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian SDNI Kabila BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian SDNI Kabila SDN 1 Kabila merupakan salah satu sekolah yang ada di wilayah Kecamatan Kabila, yang dipimpin

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Sekolah Dasar Negeri 2 Waringinsari Timur merupakan satu dari 4 sekolah yang

BAB IV GAMBARAN UMUM. Sekolah Dasar Negeri 2 Waringinsari Timur merupakan satu dari 4 sekolah yang BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Profil SD Negeri 2 Waringinsari Timur 4.1.1 Sejarah SD Negeri 2 Waringinsari Timur Sekolah Dasar Negeri 2 Waringinsari Timur merupakan satu dari 4 sekolah yang berada dipekon Waringinsari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian. I. PENDAHULUAN Pada bab 1 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL) DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL) Pengertian Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL) DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL) Pengertian Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009 INSTRUMEN AKREDITASI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs) 1. Periksalah kelengkapan Perangkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan suatu bangsa, karena melalui pendidikan inilah dapat tercipta generasi yang cerdas, berwawasan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pojok Harjobinangun Pakem dengan batas wilayah sebagai berikut,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pojok Harjobinangun Pakem dengan batas wilayah sebagai berikut, BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah SMP Negeri 3 Pakem SMP Negeri 3 Pakem merupakan sekolah yang terletak di dusun Pojok Harjobinangun Pakem dengan batas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Sumber Daya Manusia yang memiliki standar mutu profesional tertentu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten A. Deskripsi Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa

Lebih terperinci

PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TINGKAT PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2007

PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TINGKAT PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2007 PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TINGKAT PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2007 Materi : WAWASAN KEPENDIDIKAN Hari/Tanggal : - Waktu : Pukul : - Tingkat/Jenjang : KEPALA SMA/SMK/MA Petunjuk pengerjaan: - Berilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. negara bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea 4 dinyatakan bahwa negara bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan tujuan tersebut, setiap

Lebih terperinci

PROFIL TK PGRI KEBAGORAN KECAMATAN PEJAGOAN KABUPATEN KEBUMEN. TK PGRI KEBAGORAN Alamat: Desa Kebagoran Kecamatan Pejagoan Kabupaten Kebumen

PROFIL TK PGRI KEBAGORAN KECAMATAN PEJAGOAN KABUPATEN KEBUMEN. TK PGRI KEBAGORAN Alamat: Desa Kebagoran Kecamatan Pejagoan Kabupaten Kebumen PROFIL TK PGRI KEBAGORAN KECAMATAN PEJAGOAN KABUPATEN KEBUMEN TK PGRI KEBAGORAN Alamat: Desa Kebagoran Kecamatan Pejagoan Kabupaten Kebumen UPT DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA UNIT KECAMATAN PEJAGOAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal-hal berikut. Pertama, guru dapat menumbuhkan rasa memiliki, mencintai,

BAB I PENDAHULUAN. hal-hal berikut. Pertama, guru dapat menumbuhkan rasa memiliki, mencintai, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa Indonesia di SD memiliki nilai penting pada jenjang pendidikan dengan pengajaran Bahasa Indonesia dilaksanakan secara berencana dan terarah.

Lebih terperinci

BAB IV UPAYA KETELADAN GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA DI MI MUHAMMADIYAH KARANGASEM UTARA BATANG TAHUN 2010

BAB IV UPAYA KETELADAN GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA DI MI MUHAMMADIYAH KARANGASEM UTARA BATANG TAHUN 2010 BAB IV UPAYA KETELADAN GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA DI MI MUHAMMADIYAH KARANGASEM UTARA BATANG TAHUN 2 A. Deskripsi Kondisi Awal Kedisiplinan Siswa di MI Muhammadiyah Karangasem Utara Batang.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 1 Gorontalo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri 1 Gorontalo BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Negeri Gorontalo SMA Negeri Gorontalo adalah Sekolah Menengah Atas yang pertama berdiri di Grorontalo.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan diawali dengan mendeskripsikan lokasi penelitian, faktor-faktor penyebab

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan diawali dengan mendeskripsikan lokasi penelitian, faktor-faktor penyebab BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang telah dilakukan melalui teknik analisa yang telah ditentukan pada bab sebelumnya. Hasil penelitian

Lebih terperinci

VISI, MISI DAN TUJUAN

VISI, MISI DAN TUJUAN VISI, MISI DAN TUJUAN A. V I S I Terwujudnya kinerja sekolah yang optimal sehingga melahirkan siswasiswa yang beriman dan bertaqwa, memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai bekal untuk hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

FORMAT OBSERVASI KONDISI SEKOLAH

FORMAT OBSERVASI KONDISI SEKOLAH NAMA SEKOLAH : SMA N 1 KASIHAN NAMA MHS : Nurul Ratriasih ALAMAT SEKOLAH : Jalan C. Simanjuntak 60, Yogyakarta 55223 NOMOR MHS : 10314244030 FAK/JUR/PRODI : FMIPA/Pendidikan Kimia No Aspek yang diamati

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Manajemen pembelajaran adalah sebuah proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan pembelajaran sehingga akan didapatkan sistem pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM SD N 21 SUNGAI KENTEN BANYUASIN. A. Sejarah Singkat Berdirinya SD N 21 Sungai Kenten Banyuasin

BAB III GAMBARAN UMUM SD N 21 SUNGAI KENTEN BANYUASIN. A. Sejarah Singkat Berdirinya SD N 21 Sungai Kenten Banyuasin 66 BAB III GAMBARAN UMUM SD N 21 SUNGAI KENTEN BANYUASIN A. Sejarah Singkat Berdirinya SD N 21 Sungai Kenten Banyuasin SD Negeri 21 Sungai Kenten merupakan lembaga pendidikan formal di bawah naungan Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Nama dan Sejarah Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Nama dan Sejarah Perusahaan 1 I PENDHULUN 1.1 Nama dan Sejarah Perusahaan SD Indriasana Palembang yang beralamat di jalan angau No 1271 Palembang didirikan pada tanggal 19 gustus 1973 dengan jumlah murid pertama kali sebanyak 24

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sekolah dasar merupakan bagian dari pendidikan nasional yang mempunyai peranan sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, memberikan

Lebih terperinci

Farida Nurhasanah. Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011

Farida Nurhasanah. Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011 Farida Nurhasanah Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011 PERMEN NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR ISI Materi minimal dan Tingkat kompetensi minimal untuk mencapai Kompetensi Lulusan Minimal 2 Memuat

Lebih terperinci

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT 9 BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT 2.1 Standar Pengelolaan Pendidikan Berdasarkan Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Era globalisasi ini, melihat realitas masyarakat baik kaum muda maupun tua banyak melakukan perilaku menyimpang dan keluar dari koridor yang ada, baik negara, adat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB III KEADAAN MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAJIRIN PALEMBANG. A. Sejarah Berdiri Madrasah Ibtidaiyah Muhajirin Palembang

BAB III KEADAAN MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAJIRIN PALEMBANG. A. Sejarah Berdiri Madrasah Ibtidaiyah Muhajirin Palembang BAB III KEADAAN MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAJIRIN PALEMBANG A. Sejarah Berdiri Madrasah Ibtidaiyah Muhajirin Palembang Madrasah Ibtidaiyah Muhajirin Palembang didirikan oleh Bapak Ahmad Ramson, B.Sc pada tahun

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL) DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL) Pengertian Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran, merupakan kegiatan yang sangat penting, kegiatan yang utama dari seluruh kegiatan yang ada di sekolah. Sekolah adalah lembaga yang diberikan wewenang

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dalam penulisan skripsi ini penulis merasa perlu untuk mengungkapkan gambaran umum lokasi penelitian yang isinya antara lain: Sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia dalam memperoleh bekal dalam kehidupan. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Pendidikan mengatur siswa untuk menjadi manusia seutuhnya. Mampu menjadi makhluk yang secara individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara adil dan makmur, maka diperlukan suatu pendidikan. Hal ini. ditegaskan pada pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. secara adil dan makmur, maka diperlukan suatu pendidikan. Hal ini. ditegaskan pada pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guna mewujudkan cita-cita kehidupan berbangsa seluruh Indonesia secara adil dan makmur, maka diperlukan suatu pendidikan. Hal ini ditegaskan pada pembukaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pusat sumber belajar untuk siswa Sekolah Dasar (SD). SDN ini terletak sangat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pusat sumber belajar untuk siswa Sekolah Dasar (SD). SDN ini terletak sangat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian SDN Se Kecamatan Bokan Kepulauan merupakan salah satu lembaga atau pusat sumber belajar untuk siswa Sekolah Dasar (SD). SDN ini terletak

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN

BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN BAB III KAJIAN OBJEK PENELITIAN A. Sejarah dan Perkembangan SMP 28 Semarang SMP 28 Semarang berdiri tahun 1985 dengan lokasi sekolah berada di ujung barat wilayah Kota Semarang, tepatnya di kelurahan Mangkangkulon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Obyek Penelitian Sekolah Dasar Negeri Pagerharjo 02 terletak di Desa Pagerharjo Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati yang dipimpin oleh seorang Kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan Indonesia merupakan inti utama untuk menunjang pengembangan sumber daya manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Negeri Paju Ponorogo

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Sejarah berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Negeri Paju Ponorogo BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Negeri Paju Ponorogo Madrasah Ibtidaiyah Negeri Paju berdiri pada tahun 1997. Modal utama Madrasah ini

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. kehidupan. Pengertian pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No.

I PENDAHULUAN. kehidupan. Pengertian pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No. 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan. Sebuah efek langsung pendidikan adalah mendapat pengetahuan. Pendidikan memberikan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS PERUSAHAAN

BAB 3 ANALISIS PERUSAHAAN BAB 3 ANALISIS PERUSAHAAN 3.1 Data Perusahaan Westin School adalah sekolah yang mengajarkan siswa dari Kelompok Bermain sampai Sekolah Menengah Atas pelajaran dengan kurikulum pemerintah dan Singapura.Sekolah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT 15 BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT 2.1 Standar Pengelolaan Pendidikan Standar pengelolaan pendidikan oleh satuan pendidikan menengah di wilayah kota Jakarta Barat berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT 10 BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI DI WILAYAH KOTA JAKARTA BARAT 2.1 Standar Pengelolaan Pendidikan Standar pengelolaan pendidikan oleh satuan pendidikan menengah di wilayah kota Jakarta Barat berdasarkan

Lebih terperinci

I. STANDAR ISI. hal. 1/61. Instrumen Akreditasi SMP/MTs

I. STANDAR ISI. hal. 1/61. Instrumen Akreditasi SMP/MTs I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCAPAI VISI DAN MISI SEKOLAH DI SD NEGERI 03 PODODADI KARANGANYAR PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCAPAI VISI DAN MISI SEKOLAH DI SD NEGERI 03 PODODADI KARANGANYAR PEKALONGAN BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCAPAI VISI DAN MISI SEKOLAH DI SD NEGERI 03 PODODADI KARANGANYAR PEKALONGAN Pada bab ini, peneliti akan menganalisis terhadap upaya kepala sekolah

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. BAB 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut Piaget, remaja usia 11-20 tahun berada dalam tahap pemikiran formal operasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses belajar (pendidikan) adalah proses yang dimana seseorang diajarkan untuk bersikap setia dan taat juga pikirannya dibina dan dikembangkan. Pendidikan adalah

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENELITIAN QUESIONER (ANGKET) PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PILKADA BUPATI

INSTRUMEN PENELITIAN QUESIONER (ANGKET) PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PILKADA BUPATI INSTRUMEN PENELITIAN QUESIONER (ANGKET) PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PILKADA BUPATI PONOROGO 2015 (STUDI KASUS SISWA-SISWI SMA NEGERI 1 PONOROGO) A. Bentuk-bentuk partisipasi politik pemilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting dalam kehidupan karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah

Lebih terperinci

1. Profil SMP Muhammadiyah 2 Depok. SMP Muhammadiyah 2 Depok terletak di Jalan Swadaya IV, Karangasem, Condong Catur, Depok, Sleman.

1. Profil SMP Muhammadiyah 2 Depok. SMP Muhammadiyah 2 Depok terletak di Jalan Swadaya IV, Karangasem, Condong Catur, Depok, Sleman. BAB I PENDAHULUAN Mahasiswa adalah calon guru, maka sudah selayaknya mahasiswa memiliki seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang memadai dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Berangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak dilahirkan dengan bakat dan minat yang berbeda-beda. Bakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak dilahirkan dengan bakat dan minat yang berbeda-beda. Bakat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sudah banyak sekali progam-progam yang di canangkan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Jika kita runtut mulai dari wajib belajar 9

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Hasil Belajar Matematika, Model Kooperatif dengan Penerapan Teknik Nominal Group.

ABSTRAK. Kata Kunci: Hasil Belajar Matematika, Model Kooperatif dengan Penerapan Teknik Nominal Group. ABSTRAK JAFISA TOMI 2014. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Tentang Operasi Hitung Menggunakan Model Kooperatif dengan Penerapan Teknik Nominal Group DiKelas V SDN 115/III Tanjung Genting, Skripsi.

Lebih terperinci

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP.

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

RESPONDEN KEPALA SEKOLAH

RESPONDEN KEPALA SEKOLAH Bapak/Ibu/Sdr Kepala Sekolah yang terhormat, RESPONDEN KEPALA SEKOLAH Dengan ini pekenankanlah saya Wisnu Subagyo mahasiswa Pasca Sarjana Magister Manajemen Pedidikan UKSW mohon kebaikan hati Bapak/Ibu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena itu dibutuhkan sistem pendidikan dan manajemen sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN. karena itu dibutuhkan sistem pendidikan dan manajemen sekolah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa, secara

Lebih terperinci

PROPOSAL PERMOHONAN PENGURUKAN HALAMAN SEKOLAH TAHUN ANGGARAN 2018

PROPOSAL PERMOHONAN PENGURUKAN HALAMAN SEKOLAH TAHUN ANGGARAN 2018 PROPOSA PERMOHONAN PENGURUKAN HAAMAN SEKOAH TAHUN ANGGARAN 2018 PEMERINTAH KABUPATEN PASER DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SDN 020 PASIR BEENGKONG TAHUN 2018 PEMERINTAH KABUPATEN PASER DINAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

VARIASI PENATAAN KELAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV SD N 02 LEMAHBANG KECAMATAN JUMAPOLO

VARIASI PENATAAN KELAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV SD N 02 LEMAHBANG KECAMATAN JUMAPOLO VARIASI PENATAAN KELAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV SD N 02 LEMAHBANG KECAMATAN JUMAPOLO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga DIY

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga DIY BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga DIY 4.1.1. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Dinas Pendidikan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIASAAN DISIPLIN DI SEKOLAH DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III SD SE-GUGUS 4 KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

HUBUNGAN KEBIASAAN DISIPLIN DI SEKOLAH DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III SD SE-GUGUS 4 KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG HUBUNGAN KEBIASAAN DISIPLIN DI SEKOLAH DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III SD SE-GUGUS 4 KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG Indra Cahyani Universitas Negeri Malang E-mail: indracahyani377@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG KRITERIA DAN PERANGKAT AKREDITASI SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KURIKULUM TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PROGRAM KERJA WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KURIKULUM TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PROGRAM KERJA WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KURIKULUM TAHUN PELAJARAN 2015/2016 A. Latar Belakang Sesuai dengan Undang-Undang Sisdiknas Nomor : 20 Tahun 2003 mengamanatkan bahwa : Pendidikan adalah usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah ada salah satu mata pelajaran pokok yang wajib dipelajari oleh siswa yaitu matematika. Matematika merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kalinya/dimulainya pembangunan pada tahun 1997 dan mulai beroperasi pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kalinya/dimulainya pembangunan pada tahun 1997 dan mulai beroperasi pada BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Lokasi Penelitian Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Suwawa berdiri pertama kalinya/dimulainya pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dulamayo Barat. Pada saat itu sebagai pimpinan sekolah adalah Bapak Usman Harun.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dulamayo Barat. Pada saat itu sebagai pimpinan sekolah adalah Bapak Usman Harun. 37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SDN 1 Dulamayo Barat Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. SDN 1 Dulamayo Barat berlokasi

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi. PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI FAKTOR PENDAPATAN DAN PERHATIAN ORANG TUA SERTA MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL. A. Pelaksanaan KTSP Mata Pelajaran PAI Kelas VI di SD Negeri Wates

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL. A. Pelaksanaan KTSP Mata Pelajaran PAI Kelas VI di SD Negeri Wates BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL A. Pelaksanaan KTSP Mata Pelajaran PAI Kelas VI di SD Negeri Wates Wonotunggal Batang 1. Perencanaan Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A. PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PROFESIONALITAS GURU DAN MOTIVASI UNTUK MENJADI GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN YANG PROFESIONAL TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FKIP

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SATUAN PENDIDIKAN (SKL-SP)

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SATUAN PENDIDIKAN (SKL-SP) LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 TANGGAL 23 MEI 2006 STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SATUAN PENDIDIKAN (SKL-SP) Standar Kompetensi Lulusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan BAB I PENDAHULUHUAN A. Latar Belakang Masalah UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

INSTRUMEN KULIAH KERJA LAPANGAN-I (MAGANG I) Semester Ganjil 2016/2017 A. BUDAYA MADRASAH/SEKOLAH. : Observasi/wawancara/dokumentasi

INSTRUMEN KULIAH KERJA LAPANGAN-I (MAGANG I) Semester Ganjil 2016/2017 A. BUDAYA MADRASAH/SEKOLAH. : Observasi/wawancara/dokumentasi INSTRUMEN KULIAH KERJA LAPANGAN-I (MAGANG I) Semester Ganjil 2016/2017 A. BUDAYA MADRASAH/SEKOLAH Nama : NIM Instansi : : Teknik : Observasi/wawancara/dokumentasi No Pernyataan Ya Tidak Deskripsi 1 Visi,misi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut dapat

Lebih terperinci

PEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Sumarni

PEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Sumarni Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6, No. 2, April 2016 ISSN 0854-2172 PEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN SD Negeri 02 Wuluh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan data yang diambil penulis dilapangan menunjukkan keadaan serta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan data yang diambil penulis dilapangan menunjukkan keadaan serta BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Deskripsi hasil penelitian Berdasarkan data yang diambil penulis dilapangan menunjukkan keadaan serta gambaran sekolah di SMP Negeri 8 Paguyaman Kabupaten Boalemo

Lebih terperinci

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. SMK Dewi Sartika terletak di Jl. Tanjung Duren Barat 1 Komplek Green

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. SMK Dewi Sartika terletak di Jl. Tanjung Duren Barat 1 Komplek Green Bab III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum 3.1.1 Tinjauan Tentang SMK Dewi Sartika SMK Dewi Sartika terletak di Jl. Tanjung Duren Barat 1 Komplek Green Ville blok AY no.1 Jakarta Barat. Situasi SMK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang kehidupan. Hal ini menuntut adanya

Lebih terperinci

Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman

Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman A. PROFIL SEKOLAH Sekolah Taman Kanak-Kanak Dasar Model (TK dan SD Model) Kabupaten Sleman merupakan salah satu Sekolah unggulan

Lebih terperinci