Tradisi Nyadran sebagai Komunikai Ritual
|
|
- Verawati Halim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Abstrak Tradisi Nyadran sebagai Komunikai Ritual (Studi Kasus di Desa Sonoageng, Kabupaten Nganjuk) Siti Noer Tyas Tuti Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Brawijaya Tradisi merupakan suatu adat atau kebiasaan yang diwariskan oleh nenek moyang dan dilakukan secara turun temurun. Salah satu bentuk tradisi di Indonesia adalah upacara tradisional. Nyadran adalah salah satu bentuk upacara tradisional yang ada di Pulau Jawa. Tradisi Nyadran merupakan peninggalan penganut peninggalan Hindu yang dipadukan sentuhan ajaran Islam didalamnya. Tradisi nyadran adalah salah satu bentuk Komunikasi Ritual dikalangan masyarakat Jawa, Karena dalam nyadran masyarakat melakukan ritual nyekar (ziarah makam) yang dipercaya mampu menghubungkan kepada Sang pencipta dan para leluhur desa. Dalam nyadran terdapat ritual sebagai perwujudan rasa syukur kepada Sang Pencipta. Kata Kunci : Tradisi, Nyadran, Komunikasi ritual Pendahuluan Suatu tradisi merupakan pewarisan serangkaian kebiasaan dan nilai-nilai yang diwariskan dari suatu generasi kepada generasi berikutnya (Isyanti, 2007). Nilai-nilai yang diwariskan berupa nilai-nilai yang oleh masyarakat pendukungnya masih dianggap baik, serta relevan dengan kebutuhan kelompok (Isyanti, 2007). Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), tradisi adalah adat kebiasaan turun-temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan di masyarakat, tradisi juga merupakan penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar. Tradisi tidak bisa dilepaskan dari unsur budaya karena mengandung unsur budaya yang terus dilestarikan (Hutagaol, 2013). Kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 2000). Salah satu bentuk tradisi dikalangan masyarakat Indonesia adalah upacara tradisional. Upacara tradisional merupakan warisan budaya leluhur yang dipandang sebagai usaha manusia untuk dapat berhubungan dengan Sang Pencipta dan arwah para leluhur. Upacara tradisional atau upacara adat dikalangan masyarakat merupakan salah satu bentuk komunikasi ritual. Salah satu bentuk upacara adat yang ada di Indonesia terutama di Pulau Jawa adalah Tradisi Nyadran. Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Brawijaya 1
2 Kata nyadran juga memiliki pengertian lain yaitu slametan ing sasi Ruwah nylameti para leluwur (kang lumrah ana ing kuburan utawa papan sing kramat ngiras reresik tuwin ngirim kembang) selamatan di bulan Ruwah menghormati para leluhur (biasanya di makam atau tempat yang keramat sekaligus membersihkan dan mengirim bunga) (Mumfanganti, 2007). Tradisi Nyadran di bulan (Jawa) Ruwah atau yang lazim disebut Sadranan atau ada juga yang menyebut sebagai ruwahan merupakan suatu tradisi yang sudah kental didalam kehidupan sosial masyarakat Jawa (Handayani, 1995). Handayani juga menjelaskan bahwa Tradisi Nyadran ini ada yang mengatakan merupakan peninggalan penganut peninggalan Hindu yang kemudian diberi sentuhan ajaran Islam didalamnya. Hal ini berkaitan erat dengan penyebaran Islam yang dilakukan oleh Wali Sanga di Pulau Jawa dengan menggunakan pendekatan persuasif tanpa menghapus tradisi dan kesenian yang ada namun memberikan sentuhan baru. Menurut Poerwadarminto (1937 dalam Nur, 2013) kata nyadran memiliki arti selamatan (sesaji) ing papan sing kramat. Bagi masyarakat Jawa, kegiatan tahunan yang bernama nyadran atau sadranan merupakan ungkapan refleksi sosial keagamaan. Dalam hal ini penulis mengambil Tradisi Nyadran di Desa Sono Ageng Kecamatan Prambon Kabupaten Nganjuk sebagai salah satu contoh tradisi Nyadran yang ada di Pulau Jawa. Tradisi Nyadran di Sono Ageng di kenal sebagai Tradisi Nyadran terbesar di wilayah Jawa Timur yang rutin diadakan setiap tahun tepatnya kamis Legi malam Jumat Kliwon 1. Tradisi ini sebagi wujud rasa syukur masyarakat atas rizki dan keselamatan yang diberikan Sang Pencipta. Tradisi tersebut dipercaya mampu mendatangkan berkah bagi masyarakat terutama kalangan pedagang dan petani. Pengunjung dalam Tradisi Nyadran di desa Sono Ageng tidak hanya masyarakat sekitar desa Sono Ageng saja, namun masyakat daerah atau kota lain juga meramaikan acara tersebut. Tradisi nyadran di desa Sono Ageng juga disebut sebagai bersih desa, sedekah bumi dan pesta rakyat paska panen raya. Terdapat rentetan ritual yang dilakukan masyarakat diantaranya adalah kirab dan ziarah ke makam danyang desa Sono Ageng. Masyarakat menyebutnya sebagai orang yang mbau rekso 1 Menurut juru kunci (Mbah Bayan Podo), pengambilan Kamis legi malam jum at Pahing merupakan warisan dari nenek moyang yang telah bertahun-yahun melaksanakannya. Berdasarkan keterangan bahwa pada hari tersebut merupakan hari Mbah Sahid (danyang) meninggal dunia. Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Brawijaya 2
3 (menjaga) dan mbabat alas (pendiri desa Sono Ageng). Selain itu, dalam tradisi ini digunakan sebagai sarana berkumpulnya sanak saudara yang jauh dan sedekah masyarakat. Tradisi nyadran sendiri menjadi menarik karena seiring perkembangan jaman yang membawa perubahan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju, masyarakat masih mampu untuk memegang teguh tradisi nyadran yang dimiliki dan menjaga nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi nyadran tersebut. Landasan Teori Komunikasi sebagai Ritual Dalam kaitannya terhadap tradisi, komunikasi merupakan unsur budaya yang berfungsi untuk menjalin hubungan antar manusia dan yang digunakan secara turun temurun (Hutagaol, 2013). James W. Carey (1992) seorang ahli komunikasi mengembangkan komunikasi dalam perspektif budaya dan melihat komunikasi berkaitan dengan upaya untuk membangun komunitas (maintain community). Menurut Carey, komunikasi lekat dengan kata sharing (saling berbagi), partisipasi, asosiasi, pengikut,dan kepemilikan akan keyakinan bersama. Praktik-praktik komunikasi yang dilakukan manusia pada dasarnya ditujukan untuk menjalin interaksi. Carey juga menjelaskan bahwa proses komunikasi pada konteks ritual juga tidak sekedar mengirim dan menerima pesan, akan tetapi ditujukan untuk menjaga dan memelihara nilai dan norma yang telah dibentuk sejak lama. Dapat diambil kesimpulan bahwa komunikasi dalam konsep ritual memandang komunikasi sebagai milik bersama yang digunakan untuk memelihara suatu nilai dan norma tertentu dalam masyarakat. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian tradisi Nyadran di Desa Sono Ageng, Kecamatan Prambon, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriftif kualitatif adalah (Moleong, 2010) penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pengumpulan data dilakukan dengan tiga metode. Pertama, Focus Group Discussion (FGD). Focus Group Discussion atau FGD (kelompok diskusi terfokus) adalah metode riset di mana periset memilih orang-orang yang dianggap mewakili sejumlah publik atau populasi yang berbeda (Kriyantono, 2012).Kedua, metode wawancara mendalam Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Brawijaya 3
4 (depth interview). Metode wawancara mendalam adalah metode riset di mana periset melakukan kegiatan wawancara tatap muka secara mendalam dan terusmenerus (lebih dari satu kali) untuk menggali informasi dari responden (Kriyantono, 2012). Ketiga, metode observasi. Metode observasi adalah metode di mana periset mengamati langsung objek yang diteliti (Kriyantono, 2012). Pembahasan Prosesi Ritual Nyadran Tiga hari sebelum menjelang pelaksanaan nyadran warga Sonoageng mengadakan nyekar dan tradisi manganan (kondangan). Nyekar berasal dari kata sekar yang berarti kembang/bunga, dapat dikatakan bahwa nyekar adalah sebagai satu bentuk tradisi ziarah kubur dengan membawa bunga kemudian ditaburkan pada makam yang ditujukan kepada nenek moyang dan arwah leluhur. Ziarah makam merupakan satu dari sekian tradisi yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Jawa (Mumfanganti, 2007). Tradisi nyekar atau ziarah kubur ini ditujukan kepada Mbah Sahid dan leluhur masyarakat desa Sonoageng yang lain. Dalam melakukan ziarah kubur, masyarakat membawa sesaji dan ubarampe (pelengkap). Setelah ritual ziarah kubur dilanjutkan dengan manganan (kondangan) di komplek makam. Isi sesaji antara lain berupa makanan yang dimasukkan ke dalam takir (tempat makanan yang terbuat dari daun pisang), ingkung (ayam panggang), nasi lauk pauk dalam wadah yang besar yang disebut lengkong (terbuat dari pohon pisang yang dirangkai dengan serutan bambu dan dibentuk persegi. Menurut masyarakat setempat, isi sesaji berupa makanan merupakan perwujudan rasa syukur keluarga atas nikmat yang telah dianugerahkan oleh Sang Pencipta. Banyak pandangan mengenai maksud dari sesaji yang disuguhkan antara lain : sesaji disedekahkan kepada pengunjung di makam dengan harapan para leluhur di alam kubur dapat merasakan nikmatnya makanan yang dimakan bersama-sama, dan ada anggapan bahwa sesaji berupa makanan sebagai sedekah dan pahala dari sedekah dapat sampai pada leluhur. Menurut adat yang berlaku semua warga yang terlahir dari keluarga dari desa Sonoageng secara bergantian melakukan prosesi nyekar dan manganan komplek makam. Selain itu tradisi manganan (slametan) juga dilaksanakan dirumah masyarakat masing-masing.tradisi manganan dirumah dilaksanakan karena dalam acara nyadran sendiri menjadi sarana berkumpulnya sanak saudara yang jauh. Terdapat kepercayaan masyarakat Sonoageng bahwa di Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Brawijaya 4
5 barang siapa yang tidak melakukan nyadran, maka ketidak beruntungan akan menimpa keluarga yang berangkutan. Setelah prosesi nyekar dan manganan dilanjutkan dengan prosesi awal nyadran yang jatuh pada hari Kamis Legi yang diawali dengan warga membersihkan makam dan mempersiapkan sesaji. Dalam prosesi nyadran dimulai dengan membuat kue apem, ketan, dan kolak yang kemudian digunakan untuk munjung/ater-ater (dibagikan) kepada sanak saudara yang lebih tua, antar tetangga dan sebagai ubarampe. Hal tersebut dilakukan sebagai ungkapan solidaritas diakalangan masyarakat Desa Sonoageng. Dilanjutkan prosesi kirab/arak-arakan yang dimui pada pukul13.00 WIB. Dalam prosesi ini baik laki-laki maupun perempuan memakai pakaian adat Jawa. Dalam acara kirab selalu dihadiri oleh Bupati Nganjuk, sesepuh adat desa Sonoageng, pemuda dan pemudi desa, ibu-ibu dan bapak-bapak masyarakat Desa Sonoageng. Dalam kirab masyarakat mengarak sesaji mulai dari balai desa menuju makam Mbah Sahid dengan berjalan kaki. Sesaji tersebut antara lain berupa berupa tumpeng (ayam bakar dan lauk pauk lengakap), gunungan hasil bumi berupa padi, jagung,ketela, aneka buah dan aneka sayuran serta gunungn yang berisi alat-alat dapur. Dalam prosesi ini disamping kanan dan kiri jalan banyak penonton atau pengunjung yang datang untuk menyaksikan kirab dari berbagai daerah. Pada saat sampai dimakam, sesaji yang dibawa diletakkan dibawah pohon beringin besar yang terletak sebelah tenggara makam Mbah Sahid. Masyarakat percaya bahwa sesaji tersebut mampu membawa berkah dan keberuntungan yang berupa kemudahan usaha dagang, panen melimpah, sehat badan, mudah jodoh, ketenangan dan kerukuanan antar warga masyarakat. Ketika peletakkan sesaji, dengan antusias masyarakat yang tidak menjadi peserta kirab saling berebut sesaji. Sesaji yang menurut susunan acara diperebutkan sesudah pembukaan, namun diperebutkan lebih awal. Didalam makam yang berbentuk joglo, panitia nyadran, pemangku adat desa, pejabat, ibu-ibu dan para pemuda duduk bersila dengan formasi segi empat mengelilingi makam Mbah Sahid. Kemudian dilanjutkan dengan rentetan acara yaitu: pembukaan, prakata dari pemangku adat, pembacaan sejarah Mbah Sahid dan Desa Sonoageng, pembacaan tujuan prosesi nyadran, sambutan kepala desa, sambutan Bupati Nganjuk,t abur bungan dan doa. Semua prosesi Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Brawijaya 5
6 dilakukan dengan menggunakan bahasa Jawa Kromo kecuali doa yang dibacakan dengan menggunakan Bahasa Arab. Setelah prosesi kirab selesai disusul dengan tanggapan (tontonan) pada malam hari hingga dini hari. Banyak jenis tontonan yang digelar, antara lain wayang krucil, wayang kulit, dan jaranan. Pada acara puncak nyadran yaitu malam Jumat Kliwon banyak pedangang dan pengunjung yang datang dari berbagai daerah. Selain memberikan keuntungan bagi para pedagang, banyaknya pengunjung yang datang pada nyadran tersebut membawa keuntungan tersendiri bagi masyarakat desa Sonoageng. Dalam hal ini masyarakat mempunyai peluang usaha untuk membuka parkir dan berjualan sehingga mampu meraup keuntungan. Nilai-nilai dalam Tradisi Nyadran Menurut Isyanti (2007) dalam sebuaah tradisi ada nilai yang terkandung di dalamnya yaitu nilai gotong royong, nilai persatuan dan kesatuan, nilai musyawarah, nilai pengendalian sosial dan nilai kearifan lokal. Sedangkan penerapan nilai-nilai tersebut dalam tradisi nyadran di Desa Sonoageng, antara lain : pertama, nilai gotong royong, dalam tradisi nyadran tersebut terlihat dalam penyelanggaraan mulai dari awal persiapan hingga akhir acara dilaksanakan bersama-sama oleh masyarakat. Mulai dari persiapan menghimpun dana untuk nyadran diadakan iuran tiap rukun tetangga dalam satu bulan sekali, dan hasilnya digunakan bersama-sama untuk acara nyadran dari awal, nanggap, hingga akhir. Para pemuda desa dan orang tua saling bekerjasama untuk terselenggarakannya nyadran dengan lancar dan baik. Kedua, nilai Persatuan dan Kesatuan yang tercermin pada saat pembagian sedekah makanan dan makan bersama baik pada makam dan dirumah masyarakat masing-masing. Ketiga, nilai musyawarah yang ditunjukkan dalam tradisi nyadran diselenggarakan dibentuk panitia nyadran dan dilakukan musyawarah bersama antar warga masyarakat. Musyawarah ini biasanya disebut dengan rembug desa. Keempat, nilai pengendalian sosial, dalam tradisi nyadran Sonoageng masyarakat memberikan ucapan sekaligus perwujudan rasa syukur kepada Sang Pencipta dan dengan nyadran masyarakat mampu untuk mempertahankan dan menjaga tradisi leluhur. Kelima, nilai kearifan lokal yang ditunjukkan antara lain pada saat kirab massyarakat mengarak sesaji, membacakan sejarah desa dan Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Brawijaya 6
7 kemudian melakukan ziarah kubur. Sesaji yang dibawa untuk diperebutkan masyarakat yang datang pada saat kirab. Dengan demikian tidak hanya masyarakat Sonoageng saja yang menikmati nyadran, namun semua masyarakat dan semua golongan dapat menikmati tradisi nyadran. Kesimpulan Tradisi nyadran merupakan tradisi masyarakat Jawa yang awalnya dari masyarakat dengan kepercayaan Hindu. Seiring berkembangnya jaman dan masuknya ajaran Islam di Pulau Jawa yang disebarkan oleh Wali Sanga, tradisi nyadran mendapat sentuhan Islam didalamnya. Tradisi nyadran diadakan dibulan Ruwah sebelum bulan puasa. Di Desa Sonoageng Kabupaten Nganjuk, tradisi nyadran juga dilaksanakan di bulan Ruwah tepatnya hari Kamis Legi malam Jumat Kliwon. Tradisi nyadran merupakan salah satu bentuk komunikasi ritual yang dipercaya mampu menghubungkan kepada Sang Pencipta dan para leluhur. Dalam tradisi ini terdapat nilai-nilai yang dapat diambil yaitu nilai gotong royong, persatuan dan kesatuan, pengendalian sosial, musyawarah dan nilai kearifan lokal. Kelima nilai tersebut tercermin dalam kegiatan sebelum nyadran dimulai hingga nyadran selesai. Tidak hanya masyarakatb Sonoageng saja yang menikmati tradisi nyadran Sonoageng, namun masyarakat umum diberbagai wilayah dari semua golongan dapat menikmati tradisi nyadran tersebut Daftar Pustaka Ana, P. A. (t.thn.). Komunikasi Ritual Natoni Masyarakat Adat Boti Dalam di Nusa Tenggara Timur. Carey, J. W. (1992). Communication as Culture Essays on Media and Society. New York: Routledge. Handayani, T. (1995). Tradisi Nyadran dan Perubahan. Hutagaol, R. (2013). Penerapan Tradisi Batak Toba di Yogyakarta. Skripsi. Isyanti. (2007). Tradisi Merti Bumi Suatu Refleksi Masyarakat Agraris. Jantra : Jurnal Sejarah dan Budaya, Koentjaraningrat. (2000). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Kriyantono, R. (2012). Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Moleong, L. J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mumfanganti, T. (2007). Tradisi Ziarah Makam Leluhur Pada Masyarakat Jawa. Jantra : Jurnal Sejarah dan Budaya, Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Brawijaya 7
8 Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Brawijaya 8
PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO
PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi
BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebudayaan terjadi melalui proses belajar dari lingkungan alam maupun
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan terjadi melalui proses belajar dari lingkungan alam maupun lingkungan sosial artinyahubungan antara manusia dengan lingkungan dihubungkan dengan tradisi masyarakat
Lebih terperinciBAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA JERUKLEGI. Jeruklegi Kabupaten Cilacap. Desa tersebut berbatasan dengan:
24 BAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA JERUKLEGI A. Keadaan Desa Jeruklegi Desa jeruklegi merupakan salah satu wilayah di Kecamatan Desa tersebut berbatasan dengan: - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. maupun dilestarikan. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan salah satu kekayaan yang Indonesia miliki, kebudayaan yang beranekaragam ini merupakan aset negara yang harus tetap dipertahankan maupun dilestarikan.
Lebih terperinciBENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN
BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN Oleh : Ade Reza Palevi program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa aderezahidayat@yahoo.co.id ABSTRAK
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Saparan di Kaliwungu Kendal BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Pelaksanaan Tradisi Saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal Pelaksanaan tradisi Saparan
Lebih terperinciKajian Folklor dalam Upacara Nyadran di Pesarean Simbah Lowo Ijo di Desa Semagung Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo
Kajian Folklor dalam Upacara Nyadran di Pesarean Simbah Lowo Ijo di Desa Semagung Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo Oleh : Ahmad Muhlasin program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa a_muhlasin@ymail.com
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara
digilib.uns.ac.id 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upacara tradisional merupakan salah satu wujud peninggalan kebudayaan dan pada dasarnya upacara tradisional disebarkan secara lisan. Upacara
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI NYADRAN DI DESA PAGUMENGANMAS KEC. KARANGDADAP KAB. PEKALONGAN
60 BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI NYADRAN DI DESA PAGUMENGANMAS KEC. KARANGDADAP KAB. PEKALONGAN A. Analisis Pelaksanaan Tradisi Nyadran di desa Pagumenganmas Tradisi Nyadran
Lebih terperinciKajian Folklor dalam Tradisi Nyadran di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang
Kajian Folklor dalam Tradisi Nyadran di Desa Ketundan Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Oleh : Muhamad Arif Susanto Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa MuhamadArif347@yahoo.co.id Abstrak:
Lebih terperinciPERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI SURAN DI MAKAM GEDIBRAH DESA TAMBAK AGUNG KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI SURAN DI MAKAM GEDIBRAH DESA TAMBAK AGUNG KECAMATAN KLIRONG KABUPATEN KEBUMEN Oleh: Tanti Wahyuningsih program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa wahyutanti546@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masuknya berbagai agama sebelum kedatangan Islam di pulau Jawa berpengaruh besar pada adat istiadat, tata cara hidup, maupun praktik keagamaan sehari-hari orang Jawa.
Lebih terperinciBAB IV TANGGAPAN MASYARAKAT PEZIARAH
BAB IV TANGGAPAN MASYARAKAT PEZIARAH A. Pandangan terhadap Ziarah. Pada masa awal Islam, Rasulullah SAW memang melarang umat Islam untuk melakukan ziarah kubur. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga aqidah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya dengan
Lebih terperinciBAB III HASIL PENELITIAN
Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Saparan di Kaliwungu Kendal BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis dan Demografi Wilayah Kaliwungu Kabupaten Kendal terletak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning bangsa (kebudayaan itu menjadi cermin besar yang menggambarkan peradaban suatu bangsa). Hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat manusia secara keseluruhan. Ajaran Islam dapat berpengaruh bagi umat manusia dalam segala
Lebih terperinciASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PELAKSANAAN TRADISI MERON (Studi Kasus di desa Sukolilo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati) NASKAH PUBLIKASI
ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PELAKSANAAN TRADISI MERON (Studi Kasus di desa Sukolilo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati) NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: NILAM FAHRIDA A 220080068 FAKULTAS KEGURUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kajian mengenai partisipasi masyarakat dalam perayaan tradisi masih menjadi topik yang menarik untuk dikaji, mengingat saat ini kehidupan masyarakat sudah dilanda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dinamakan mampu berbuat hamemayu hayuning bawana (Suwardi Endraswara,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah bagian dari suatu ekosistem yang harus diperhatikan eksistensinya. Manusia harus menciptakan lingkungan budayanya menjadi enak dan nyaman. Orang yang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Upacara tradisional merupakan wujud dari suatu kebudayaan. Kebudayaan adalah
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Pelaksanaan Tradisi Legeno-nan di Desa Kwayangan Upacara tradisional merupakan wujud dari suatu kebudayaan. Kebudayaan adalah warisan sosial yang akan diteruskan
Lebih terperinciANALISIS NILAI-NILAI DALAM TRADISI BARITAN SEBAGAI PERINGATAN MALAM SATU SYURO DI DESA WATES KABUPATEN BLITAR
ANALISIS NILAI-NILAI DALAM TRADISI BARITAN SEBAGAI PERINGATAN MALAM SATU SYURO DI DESA WATES KABUPATEN BLITAR Wahyuningtias (Mahasiswa Prodi PGSD Universitas Jember, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berisi mengenai simpulan yang dikemukakan penulis sebagai analisis hasil temuan dalam permasalahan yang di kaji.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk, beribu-ribu suku bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Keanekaragaman
Lebih terperinciKajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen
Kajian Folklor Tradisi Nglamar Mayit di Desa Sawangan, Kecamatan Alian, Kabupaten Kebumen Oleh: Heira Febriana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Febrianahera@gmail.com Abstrak: Penelitian
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ageng Sine Yogi, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan wilayah yang memiliki keanekaragaman kebudayaan dan masyarakat multikultural. Setiap wilayah memiliki corak dan kekhasannya masing-masing,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan semakin berkembangnya cara berfikir masyarakat pada masa sekarang ini. Ternyata tak jarang juga dapat menyebabkan berubahnya pola pikir masyarakat
Lebih terperinciLAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN
LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN NAMA : AHMAD ARIFIN NIM : 140711603936 OFFERING : C Tugas untuk memenuhi persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu budaya penting bagi masyarakat Islam Jawa, baik yang masih berdomisili di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi menyambut bulan Suro merupakan hal yang sudah menjadi salah satu budaya penting bagi masyarakat Islam Jawa, baik yang masih berdomisili di Jawa maupun yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat, dan tradisi yang dapat dijadikan sebagai objek wisata. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang
Lebih terperinciASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM TRADISI RASULAN (Studi Kasus di Dukuh Ngadipiro Desa Grajegan Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo)
ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM TRADISI RASULAN (Studi Kasus di Dukuh Ngadipiro Desa Grajegan Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: RINASARI A 220080085 PROGRAM
Lebih terperinciMITOS PESAREAN MBAH DAMARWULAN DALAM TRADISI SELAMETAN SURAN DI DESA SUTOGATEN KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO
MITOS PESAREAN MBAH DAMARWULAN DALAM TRADISI SELAMETAN SURAN DI DESA SUTOGATEN KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Siti Nurfaridah program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa flowersfaragil@yahoo.co.id
Lebih terperinciKajian Folklor dalam Tradisi Guyang Jaran di Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo
Kajian Folklor dalam Tradisi Guyang Jaran di Desa Karangrejo Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo Oleh: Ade Ayu Mawarni Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa adeayumawarni@yahoo.com Abstrak: Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Simon Kemoni yang dikutip oleh Esten (2001: 22) globalisasi dalam bentuk yang alami akan meninggikan berbagai budaya dan nilai-nilai budaya. Globalisasi
Lebih terperinciBAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam
40 BAB III PENYAJIAN DATA A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam masyarakat Pujud Data yang disajikan adalah data yang diperoleh dari lapangan yang dihimpun melalui observasi,
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI DATA PENELITIAN DI DESA JATI KECAMATAN SOKO KABUPATEN TUBAN
BAB III DESKRIPSI DATA PENELITIAN DI DESA JATI KECAMATAN SOKO KABUPATEN TUBAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Letak Geografis Desa Jati terletak diatas permukaan laut 56 M, memiliki luas wilayah 600
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian Ziarah merupakan istilah yang tidak asing di masyarakat. Ziarah adalah salah satu bentuk kegiatan berdoa yang identitik dengan hal yang berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Penelitian oleh Ahmad Fauzi yang berjudul Pemahaman Masyarakat Tentang
A. Penelitian Relevan BAB II KAJIAN PUSTAKA Penelitian ini memiliki relevansi dengan penelitian sebelumnya yaitu: a. Penelitian oleh Ahmad Fauzi yang berjudul Pemahaman Masyarakat Tentang Tradisi Fida
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi dan budaya yang berbeda. Ini menjadi variasi budaya yang memperkaya kekayaan budaya bangsa Indonesia. Budaya merupakan
Lebih terperinciSabda Volume 12, Nomor 1, Juni 2017 ISSN E-ISSN TRADISI SAMBATAN DAN NYADRAN DI DUSUN SURUHAN
Sabda Volume 12, Nomor 1, Juni 2017 ISSN 1410 7910 E-ISSN 2549-1628 TRADISI SAMBATAN DAN NYADRAN DI DUSUN SURUHAN Choerul Anam Magister Ilmu Susastra Universitas Diponegoro Semarang Abstract The people
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah sebagai simbol kedaerahan yang juga merupakan kekayaan nasional memiliki arti penting
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci : Budaya, Feature, Nusantaraku, Produser, Rasulan. xii + 82 halaman; 17 gambar; 10 tabel Daftar acuan: 14 ( )
ABSTRAK Indonesia memiliki banyak kebudayaan, tradisi, dan adat istiadat yang tidak banyak diketahui oleh generasi muda. Budaya dan tradisi yang dipercaya turun temurun dan merupakan identitas bangsa harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tradisi merupakan perbuatan yang dilakukan berulang-ulang dalam bentuk yang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Tradisi Nyadran 1.1. Pengertian Tradisi Nyadran Tradisi merupakan perbuatan yang dilakukan berulang-ulang dalam bentuk yang sama. 4 Dalam Kamus Bahasa
Lebih terperinciNGOPI SEPULUH EWU. Ide festival ini terinspirasi dari kebiasaan minum kopi warga Kemiren, yakni tradisi ngopi bareng.
BARONG IDER BUMI Anda mungkin lebih mengenal Barong sebagai pertunjukan tari dari Bali. Dalam mitologi Bali, Barong adalah perlambang kebaikan, roh pelindung. Musuhnya ialah Rangda si tukang sihir jahat.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. keluarga serta orang lain atau anggota masyarakat yang lain. Salah satu tradisi
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Terdapat beberapa tradisi Jawa yang sampai sekarang masih dilaksanakan oleh masyarakat Ndalem Mangkubumen. Tradisi tersebut berkaitan dengan daur hidup dan wujud hubungan yang
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
IMPLEMENTASI NILAI GOTONG-ROYONG DAN SOLIDARITAS SOSIAL DALAM MASYARAKAT (Studi Kasus pada Kegiatan Malam Pasian di Desa Ketileng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan dapat menimbulkan rasa solidaritas terhadap lingkungan sekitar. Tradisi ritual dalam
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Ronggeng Kaleran Dalam Upacara Adat Nyuguh di Kampung Adat Kuta Ciamis dapat disimpulkan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. media bagi bangsa Indonesia untuk mempelajari kejayaan masa lalu. Hal ini menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sangat kaya dengan limpahan budaya yang bernilai tinggi, beraneka ragam dan unik. Budaya yang menyatu membentuk suatu kearifan manusia dalam mengolah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan kesimpulan dan saran sebagai berikut: A. KESIMPULAN 1. Kesimpulan umum Budaya tolak bala masih tetap dipertahankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan budaya. Hal ini menyebabkan daerah yang satu dengan daerah yang lain memiliki kebudayaan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain dikarenakan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA
BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Tahapan selanjutnya adalah proses penganalisaan terhadap data dan fakta yang di temukan, kemudian di implementasikan berupa hasil temuan penelitian untuk diolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan bangsanya. Sebagai bangsa yang heterogen, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa,
Lebih terperinciOleh : Siti Masriyah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
Perubahan Cara Pandang Masyarakat Terhadap Mitos dalam Tradisi Bersih Makam Ki Hajar Welaran di Gunung Paras Desa Karangsambung Kecamatan Karangsambung Kabupaten Kebumen Oleh : Siti Masriyah Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, berinteraksi, bermasyarakat dan menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. macam suku bangsa termasuk agamapun banyak aliran yang berkembang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu kenyataan bahwa masyarakat Indonesia memiliki berbagai macam adat dan kebudayaan yang berbeda, karena masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa
Lebih terperinciBAB IV TANGGAPAN MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP PEZIARAH DAN MOTIVASI PEZIARAH KE MAKAM KH. ALI MAS UD. A. Tanggapan Masyarakat dari Sisi Positif
BAB IV TANGGAPAN MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP PEZIARAH DAN MOTIVASI PEZIARAH KE MAKAM KH. ALI MAS UD A. Tanggapan Masyarakat dari Sisi Positif 1. Faktor Ekonomi Peziarah yang datang ke komplek makam Ali
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. selamatan dan hajatan. Dalam pelaksanaan hajatan dan selamatan tersebut
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kehidupan masyarakat Jawa di Dusun Jatirejo tidak dapat dilepaskan dari serangkaian kegiatan upacara yang berkaitan dengan siklus daur hidup, dimana dalam siklus daur hidup
Lebih terperinciTRADISI NYADRAN DI DESA GROGOLAN, KEC. NOGOSARI, KAB. BOYOLALI
Tradisi Nyadran Biasanya menjelang bulan Ramadhan, masyarakat di beberapa wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta akan melakukan sebuah tradisi tahunan peninggalan dari nenek moyang, yaitu Tradisi Nyadran atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan
Lebih terperinciProsesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo
Prosesi Dan Makna Simbolik Upacara Tradisi Wiwit Padi di Desa Silendung Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo Oleh: Murti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Murti_tinah@yahoo.com.id Abstrak:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masyarakat Jember merupakan percampuran dari berbagai suku. Pada umumnya masyarakat Jember disebut dengan masyarakat Pandhalungan. 1 Wilayah kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara ikut serta dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan banyaknya pulau tersebut Indonesia memiliki beragam budaya yang sangat banyak sekali. Perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang diungkapkan dalam bentuk cara bertindak, berbicara, berfikir, dan hidup. Daerah kebudayaan Kalimantan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam wilayah yang sangat luas, hukum adat tumbuh, dianut, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam wilayah yang sangat luas, hukum adat tumbuh, dianut, dan dipertahankan sebagian peraturan penjaga tata tertib sosial dan tata tertib hukum diantara manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari pulau-pulau dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari pulau-pulau dan penduduk yang padat. Sebagaimana dalam Wikipedia (2012) bahwa Indonesia adalah negara kepulauan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tradisi di dalam masyarakat. Sebuah siklus kehidupan yang tidak akan pernah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peninggalan kebudayaan tidak sama halnya dengan warisan, yang secara sengaja diwariskan dan jelas pula kepada siapa diwariskan. Kebudayaan merupakan suatu rekaman kehidupan
Lebih terperinciBAB IV. Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan. 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan
BAB IV Makna Slametan Bagi Jemaat GKJW Magetan 4.1 Pemahaman jemaat GKJW Magetan melakukan slametan Jika kita kembali melihat kehidupan jemaat GKJW Magetan tentang kebudayaan slametan mau tidak mau gereja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jenis pekerjaan, pendidikan maupun tingkat ekonominya. Adapun budaya yang di. memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin mendesak.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang terdiri dari banyak suku, bangsa, adat istiadat, agama, bahasa, budaya, dan golongan atas dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tari Putri Asrini, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panjalu merupakan sebuah kecamatan yang terletak di Ciamis Utara. Secara geografis Panjalu mempunyai luas wilayah sebesar 50,60 Km² dengan jumlah penduduk 46.991
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki banyak obyek wisata unggulan seperti makam Yosodipuro, wisata alam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kawasan Wisata Pengging kabupaten Boyolali merupakan kawasan yang memiliki banyak obyek wisata unggulan seperti makam Yosodipuro, wisata alam tirta Pengging.
Lebih terperinciTradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen
Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen Oleh: Tri Raharjo Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa trie.joejoe@gmail.com Abstrak : Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, letak Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. Indonesia yang terkenal dengan banyak pulau
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. apa saja yang diperoleh dari hasil penyajian data tersebut, peneliti
BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Merujuk pada hasil penyajian data yang peneliti sajikan pada sub bab sebelumnya, saat ini secara mendetail dan sistematis dapat kami sampaikan temuantemuan apa
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh tentang upaya pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai Sembahyang Rebut kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman di segala aspek kehidupan. Keanekaragaman tersebut terlihat dari beragamnya kebudayaan
Lebih terperinciCERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR)
CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR) Oleh: Dyah Susanti program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa shanti.kece@yahoo.com Abstrak:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.
BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka
Lebih terperinciPERGESERAN MAKNA SENI TARI PRAJURITAN DESA TEGALREJO KECAMATAN ARGOMULYO
PERGESERAN MAKNA SENI TARI PRAJURITAN DESA TEGALREJO KECAMATAN ARGOMULYO 1 Dwiyan Novriawan, 2 Drs. Tri Widiarto, M.Pd. E-mail : 1 novriawan.dwiyan@gmail.com, 2 tri.widiarto@staff.uksw.edu ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan mekanisme untuk mensosialisasikan normanorma
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan mekanisme untuk mensosialisasikan normanorma budaya masyarakat, baik secara horisontal, dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya, ataupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tradisi merupakan aktivitas yang diturunkan secara terus-menerus dan mengandung nilai-nilai luhur. Aktivitas yang terdapat dalam tradisi secara turuntemurun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial senantiasa berhubungan dengan nilai-nilai budaya baik melalui nilai-nilai adat, peraturan
Lebih terperinci2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai suku bangsa tentunya kaya akan budaya dan tradisi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Situasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TRADISI BUNCENG UMAT KONGHUCU DI TITD. sekitar klenteng dalam menanggapi pelaksanaan tradisi sedekah bumi.
BAB IV ANALISIS TRADISI BUNCENG UMAT KONGHUCU DI TITD Bab ini akan memberikan penjelasan tentang prosesi pelaksanaan tradisi bunceng (sedekah bumi), respon masyarakat serta berbagai pendapat masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi Wilayah. 1. Geografis. a. Letak Desa. Banjarejo adalah salah satu desa yang terdapat di kecamatan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Wilayah 1. Geografis a. Letak Desa Banjarejo adalah salah satu desa yang terdapat di kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul. Memiliki luas 71,61 km 2 dan jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa kebudayaan merupakan ukuran dalam hidup dan tingkah laku manusia. Kebudayaan tercakup hal-hal bagaimana tanggapan
Lebih terperinciMERTI DUSUN DI DUSUN GINTUNGAN
MERTI DUSUN DI DUSUN GINTUNGAN Disusun untuk memenuhi tugas Wawasan Budaya Nusantara (MKK00162) Program Studi Televisi dan Film Jurusan Seni Media Rekam Oleh : WINDA SETYA MARDIANI NIM.14148128 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan dalam masyarakat tidak begitu saja ada dengan sendirinya. Kebudayaan itu sendiri merupakan sebuah hasil dari cipta, rasa dan karsa manusia yang diperoleh melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Setiap suku biasanya memiliki tradisi yang menjadi keunikan tersendiri yang menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia memiliki beribu-ribu pulau di dalamnya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia memiliki beribu-ribu pulau di dalamnya. Banyaknya pulau-pulau di Indonesia menghadirkan suku dan budaya yang memiliki adat istiadat yang berbeda disetiap
Lebih terperinci