BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Transkripsi

1 40 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan Umum Perusahaan Gambaran Umum Perusahaan PT XYZ merupakan salah satu cabang perusahaan internasional yang memproduksi produk-produk Fast Moving Consumer Goods. Pada saat ini produk perusahaan telah hadir di hampir 180 negara di seluruh dunia. Produkproduk yang di produksi antara lain: produk kecantikan, rambut dan pribadi, produk perawatan bayi, wanita dan keluarga, produk perawatan rumah dan pakaian dan produk kesehatan. Dalam pengadaan produknya di Indonesia, PT XYZ didukung oleh pemasok yang berlokasi di luar Indonesia. Saat ini, pemasok yang mendukung tersebar di delapan negara dengan lokasi pengiriman gudang perusahaan di tiga daerah di Indonesia. Mengacu pada aktivitas rantai pasok perusahaan, dapat disimpulkan bahwa keseluruhan rantai pasok perusahaan bergantung terhadap kelancaran proses impor produk-produk yang ditangani oleh perusahaan. Pada perusahaan yang beroperasi secara global, jangka waktu untuk aktivitas impor mereka dihampir semua negara mengalami masa pengiriman ratarata berkisar 40 hari, sejak produk di kirim dari negara asal sampai produk

2 41 tersebut tiba di gudang perusahaan. Lamanya masa pengiriman tersebut, membuat perusahaan harus memikirkan cara untuk memperpendek waktu pengiriman. Hal ini juga menjadi perhatian khusus PT XYZ, khususnya departemen cross border logistik, yang memang mempunyai tugas untuk mengelola aktivitas impor perusahaan. Lamanya masa pengiriman produk pada PT XYZ, dipengaruhi oleh lokasi pemasok dan letak gudang yang berbeda, yang berdampak terhadap kinerja divisi logistik perusahaan. Fokus utama perusahaan adalah efisiensi waktu dan biaya logistik. Aktivitas logistik perusahaan, dimulai ketika departemen Cross Border Logistics (CBL) menerima pemberitahuan impor dari pemasok dan berakhir ketika produk tersebut sudah sampai di gudang perusahaan. Ada empat aktivitas utama yang menjadi tanggung jawab departemen Cross Border, yaitu: a. Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yaitu pemberitahuan oleh pemberitahu atas barang yang diimpor berdasarkan dokumen pelengkap pabean sesuai prinsip self asessment. Perusahaan menetapkan lead time lima hari sejak Actual Time Arrival sampai pembayaran PIB. b. Customs Clearance (kepabeanan) yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar daerah pabean serta pemungutan bea masuk dan bea keluar. Batas waktu kepabeanan yang ditetapkan oleh perusahaan

3 42 adalah lima hari, sejak dari PIB sampai bea cukai mengeluarkan Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB). c. Port to DC yaitu aktivitas pengangkutan (transportasi) barang dari pelabuhan ke gudang perusahaan. Batas waktu untuk aktivitas ini tiga hari setelah SPPB. d. GR (Goods Receipt) yaitu bukti penerimaan barang di gudang perusahaan yang dibuktikan dengan melakukan Goods Receipt di sistem. Batas waktu untuk aktivitas ini satu hari. Sepanjang aktivitas logistik tersebut diatas, terdapat beberapa pihak yang terlibat, yaitu: 1. Pemasok, 2. Warehouse/DC pemasok, 3. CBL Team pemasok, 4. Surveyor ekspor 5. Kepabeanan ekspor, 6. Shipping liner, 7. CBL Team PT XYZ, 8. BPOM, Departemen Kesehatan, Surveyor Impor 9. Kepabeanan impor, dan 10. Warehouse/DC. Banyaknya pihak yang terlibat dalam aktivitas logistik perusahaan, menjadi tantangan bagi departemen Cross Border Logistics untuk dapat mengelola semua

4 43 pihak yang terlibat tersebut agar dapat bekerja sesuai dengan target yang ditetapkan perusahaan Struktur Organisasi Merupakan sistem yang mengatur masalah penetapan dan pembagian pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan serta menetapkan hubungan antara unsur-unsur organisasi sehingga diperoleh suatu bentuk kerjasama yang efektif untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh perusahaan. Dalam Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa departemen Cross Border Logistics berada di bawah Divisi Physical Distribution dalam Supply Chain PT XYZ. Gambar 4.1 Struktur Organisasi dan Managemen Perusahaan

5 Tenaga Kerja dan Waktu Kerja PT XYZ mempekerjakan karyawan yang terdiri dari tenaga lokal yang direkrut dan beberapa daerah di Jabodetabek. Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Hari kerja PT XYZ adalah hari senin sampai jumat. Untuk sabtu dan minggu libur. Jika memerlukan lembur perusahaan melakukan kebijakan hanya terjadi pada hari sabtu dan minggu tidak sampai malam hari. Jam kerja PT XYZ dalam satu hari kerja yaitu pukul sampai pukul dengan jam istirahat selama satu jam Pengumpulan Data Data-data yang dibutuhkan pada pengukuran produktivitas OMAX meliputi: 1. Data jumlah karyawan 2. Data absen karyawan 3. Data jumlah jam kerja karyawan 4. Data jumlah kontainer yang di impor 5. Data jumlah container dengan transportasi dan kepabeanan tepat waktu 6. Data biaya pengeluaran untuk proses transportasi dan kepabeanan

6 45 Data pada nomor 1 sampai dengan 6 tersebut dikelompokan menjadi dua kelompok, yang pertama adalah data - data untuk periode dasar, yang mana data periode dasar tersebut diambil dari periode tahun dan digunakan untuk membentuk performasi standar awal pada matriks sasaran (OMAX), sedangkan data - data yang akan dilakukan pengukuran produktivitas adalah data tahun Data tenaga kerja Data tenaga kerja yang digunakan yaitu data total staff/karyawan dan jumlah absensi tenaga kerja di departemen Cross Border Logistics dari tahun Data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 Tabel 4.1 Data jumlah tenaga kerja dan jumlah absen tenaga kerja Periode Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Tenaga Kerja Absen Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September October November Desember

7 Data Waktu Tenaga Kerja Data jam tenaga kerja merupakan total jam kerja yang digunakan operator/tenaga kerja selama 1 (satu) bulan. Data yang digunakan yaitu data jam tenaga kerja pada tahun Tabel 4.2 Data waktu tenaga kerja Periode Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September October November Desember Waktu Tenaga Kerja (jam) Sumber : (Data Perusahaan)

8 Data Jumlah Kontainer yang Diimpor Dalam kegiatannya output dari departemen Cross Border Logistics adalah banyaknya kontainer yang di impor dan dikirimkan ke Gudang/DC dengan tepat waktu(lead time kurang dari 14 hari). Data yang di pergunakan adalah sebagai berikut: Tabel 4.3 Data jumlah kontainer yang di impor dan jumlah kontainer yang tepat waktu Periode Jumlah kontainer Impor (total) Jumlah kontainer Impor tepat waktu Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September October November Desember Sumber : (Data Perusahaan)

9 Data Biaya Pengeluaran Untuk Proses Transportasi dan Kepabeanan Biaya total yang diperlukan untuk pemrosesan kepabeanan dan ransportasi dari pelabuhan ke gudang/dc, biaya ini sudah termasuk juga biaya storage, biaya denda, biaya surveyor, biaya jasa broker, biaya delivery, biaya THC dll. Data yang di pergunakan adalah sebagai berikut: Tabel 4.4 Data biaya impor untuk transportasi dan kepabeanan Periode Biaya Import (dlm USD) Januari 830, , ,784 Februari 601, , ,260 Maret 635, , ,309 April 654, , ,545 Mei 551, , ,092 Juni 425, , ,454 Juli 347, ,602 57,983 Agustus 363, , ,343 September 638, , ,023 October 441, , ,566 November 517, , ,598 Desember 638, ,753 92,483 Sumber : (Data Perusahaan)

10 Pengolahan Data Pada penerapan pengukuran produktivitas OMAX ini, Penulis membagi menjadi dua tahapan yaitu tahap pembuatan standar matriks OMAX dan tahap pengoperasian matriks OMAX : Tahap Pembuatan Standar Matrix OMAX Pada tahap ini merupakan tahap awal dalam melakukan pengukuran produktivitas dengan metode OMAX. Pada tahap ini akan menentukan standar matrix yang digunakan untuk melakukan pengukuran. Dalam menentukan standar matriks terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan yaitu menentukan kriteria/rasio, perhitungan rasio, nilai sasaran pencapaian 3, 10, dan 0, menentukan sasaran jangka pendek, dan menentukan bobot tiap kriteria/rasio yang diukur. 1. Menentukan Kriteria Dan Perhitungan Dalam menetapkan kriteria ini ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, antara lain : Diharapkan dapat mengarahkan perhatian dengan langkah yang lebih baik, bila kriteria jumlahnya sedikit. kriteria yang tidak diperlukan hanya merupakan pemborosan dalam hal ini diperlukan analisis yang cukup baik, apakah kriteria akan dikombinasikan atau dihilangkan. Menitik beratkan pada pengukuran yang sedang dijalankan. Biasanya kriteria dalam matriks menggunakan rasio yang telah dipantau oleh perusahaan, dalam manganalisis kriteria yang mungkin diperlukan, ada

11 50 beberapa kategori yang perlu diperhatikan, yaitu Efisiensi, Efektivitas, dan Inferensial. Adapun kriteria - kriteria saat ini yang paling dominan mempengaruhi tingkat produktivitas antara lain: a) Kriteria Efisiensi, menunjukan bagaimana penggunaan sumber daya perusahaan, seperti tenaga kerja, energi, biaya atau material yang sehemat mungkin. Adapun yang termasuk pada kriteria ini antara lain : 2 = 4 =. b) Kriteria Efektivitas, menunjukan bagaimana perusahaan mencapai hasil bila dilihat dari sudut waktu, akurasi dan kualitasnya, yang termasuk pada kriteria ini antara lain : 3= c) Kriteria Inferensial, menunjukan suatu kriteria yang tidak secara langsung mempengaruhi produktivitas tetapi bila diikut sertakan dalam matrix dapat membantu memperhitungkan variabel yang mempengaruhi faktor faktor mayor, yang termasuk pada kriteria ini antara lain: 1 =

12 51 Setelah menentukan jenis jenis kriteria/rasio produktivitas yang akan diukur, maka langkah selanjutnya melakukan perhitungan kriteria/rasio produktivitas tersebut. Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui nilai dari tiap tiap rasio yang telah ditentukan. Nilai - nilai rasio tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.5 Perhitungan produktivitas tahun 2014 Orang Jam Unit USD TKA/JTK JKI/WTK JKT/JKI BI/JKI Periode (2014) JTK TKA WTK JKI JKT BI Januari % % 1,103 Februari % % 1,407 Maret % % 1,018 April % % 859 Mei % % 794 Juni % % 697 Juli % % 647 Agustus % % 719 September % % 914 October % % 744 November % % 716 Desember % % 806 Ket: JTK TKA : Jumlah Tenaga Kerja (orang) : Tenaga Kerja Absen (orang) WTK : Waktu Tenaga Kerja (jam)

13 52 JKI JKT BI : Jumlah kontainer Impor (unit) : Jumlah kontainer tepat waktu (unit) : Biaya Impor (dalam US dollar) Tabel 4.6 Perhitungan produktivitas tahun 2015 Orang Jam Unit USD TKA/JTK JKI/WTK JKT/JKI BI/JKI Periode (2015) JTK TKA WTK JKI JKT BI Januari % % 733 Februari % % 1,225 Maret % % 673 April % % 693 Mei % % 696 Juni % % 678 Juli % % 782 Agustus % % 674 September % % 522 October % % 616 November % % 553 Desember % % 661 Ket: JTK TKA : Jumlah Tenaga Kerja (orang) : Tenaga Kerja Absen (orang) WTK : Waktu Tenaga Kerja (jam) JKI : Jumlah kontainer Impor (unit)

14 53 JKT BI : Jumlah kontainer tepat waktu (unit) : Biaya Impor (dalam US dollar) 2. Menentukan Nilai Standar Awal (Skor 3) dan Nilai Terendah (Skor 0) Setelah kriteria - kriteria ditentukan maka matriks sasaran (Objective Matrix) mulai dapat dibentuk, mulai dari tingkat standarnya (skor 3) dijadikan tahap awal yang menunjukan rata - rata nilai rasio dari setiap kriteria pada tahun Sedangkan untuk skor 0 adalah merupakan nilai terburuk dari rasio/kriteria yang pernah dicapai pada periode tahun Berikut ini adalah tabel nilai standar awal dan nilai terendah : Tabel 4.7 Nilai Standar Awal, Sasaran Akhir, dan Nilai Terendah RASIO Nilai Standar Awal (Skor 3) Nilai Terendah (Skor 0 ) 55.78% 80.00% unit / jam unit / jam 52% 17% USD 789 / unit USD 1406 / unit 3. Menetapkan Sasaran Akhir (Skor 10) Sasaran akhir atau target yang ingin dicapai adalah berdasarkan kebijakan dan kemampuan dari perusahaan PT XYZ. Berikut adalah target target yang dimaksud :

15 54 1 Target yang diinginkan perusahaan adalah 35%, karena semakin sedikit jumlah tenaga kerja yang absen semakin cepat dan efisien dalam melakukan kegiatan kerja dan semakin banyak container yang bisa di-release. 2 Sasaran yang diinginkan PT. XYZ untuk rasio 2 adalah adanya perbaikan waktu pemakaian tenaga kerja sebesar 80% dari rata - rata rasio tahun Sasaran yang diinginkan PT. XYZ adalah 98.5% dari total kontainer dengan waktu proses kepabeanan dan transportasi dari pelabuhan ke DC dibawah 14 hari. 4 Sasaran yang diinginkan PT. XYZ adalah adanya penurunan biaya logistic per container menjadi 500 US Dollar. Berikut dapat dilihat nilai target/sasaran akhir dari masing masing rasio produktivitas, pada tabel dibawah ini: Tabel 4.8 Hasil Rekapitulasi Target Akhir Tiap Tiap RASIO Nilai Target Akhir (Skor 10) 1 35% unit / jam % 4 USD 500 / unit

16 55 4. Menetapkan Sasaran Jangka Pendek Setelah nilai standar awal (skor 3), sasaran akhir (skor 10) dan nilai terendah (skor 0) ditentukan, maka selanjutnya menentukan nilai/sasaran jangka pendek. Nilai ini kemudian diisikan antara skor/level 3 sampai level tingkat 10 dan level 0 sampai level 3 pada bagan standar matriks (OMAX). Adapun langkah langkah dalam menentukan nilai sasaran ini adalah sebagai berikut : 1 Kenaikan pada level/skor 1 dan 2 dilakukan dengan cara interpolasi, yaitu : Sedangkan kenaikan pada level/skor 4 sampai 9 dilakukan pula dengan cara interpolasi yaitu : Sehingga nilai-nilai setiap level/skor adalah sebagai berikut : Skor 1 :80% - 8% = 72% Skor 2 :72% - 8% = 64% Skor 4 : 56% - 3% = 53% Skor 5 : 53% - 3% = 50% Skor 6 : 50% - 3% = 47% Skor 7 : 47% - 3% = 44% Skor 8 : 44% - 3% = 41% Skor 9 : 41% - 3% = 38% 2 Kenaikan pada level/skor 1 dan 2 dilakukan dengan cara interpolasi, yaitu :

17 56 Sedangkan kenaikan pada level/skor 4 sampai 9 dilakukan pula dengan cara yang sama yaitu : Sehingga nilai-nilai setiap level/skor adalah sebagai berikut : Skor 1 : = Skor 2 : = Skor 4 : = Skor 5 : = Skor 6 : = Skor 7 : = Skor 8 : = Skor 9 : = Kenaikan pada level/skor 1 dan 2 dilakukan dengan cara interpolasi yaitu : Sedangkan kenaikan pada level/skor 4 sampai 9 dilakukan pula dengan cara yang sama yaitu : Sehingga nilai-nilai setiap level/skor adalah sebagai berikut : Skor 1 : 17% % = 28.66% Skor 2 : 28.66% % = 40.32% Skor 4 : 52% % = 58.64% Skor 5 : 58.64% % = 65.28% Skor 6 : 65.28% % = 71.92% Skor 7 : 71.92% % = 78.56% Skor 8 : 78.56% % = 85.20% Skor 9 : 85.2% % = 91.84% 4 Kenaikan pada level/skor 1 dan 2 dilakukan dengan cara interpolasi yaitu :

18 57 Sedangkan kenaikan pada level/skor 4 sampai 9 dilakukan pula dengan cara yang sama yaitu : Sehingga nilai-nilai setiap level/skor adalah sebagai berikut : Skor 1 : = Skor 2 : = Skor 4 : = Skor 5 : = Skor 6 : = Skor 7 : = Skor 8 : = Skor 9 : = Menetapkan Derajat Kepentingan (Bobot) Dalam menentukan derajat kepentingan/bobot, Penulis melakukan diskusi dan wawancara dengan Manager Cross Border Logistic untuk menentukan rasio dan penilaian bobot kepentingan terhadap rasio-rasio produktivitas. Dari data hasil diskusi tersebut didapat nilai bobot gabungan yang sesuai. Nilai bobot ini yang nanti digunakan dalam melakukan pengukuran produktivitas. Tabel 4.9 Hasil Penilaian Produktivitas Jumlah

19 58 Tabel 4.10 Perhitungan Produktivitas Gabungan Bobot Jumlah Setelah dilakukan perhitungan rasio gabungan, selanjutnya dilakukan pengujian konsistensi untuk mengetahui konsistensi nilai gabungan tersebut. Berikut ini adalah pengujian konsistensi pada kriteria/rasio gabungan : Uji Konsistensi : Weighted Sum Vector (WSG)-> dilakukan dengan perkalian matrix X 0.14 = Consistency vector (CV)= Nilai WSG/Nilai Bobot Wi 0.83 / / = 0.56 / / λ max (Principal Eigen Value) = Consistency Vector / Jumlah elemen perbandingan berpasangan

20 59 Consistency Index (CI) Consistency Ratio (CR 10%) n RI Tabel 4.11 Hasil Rekapitulasi Bobot pada tiap tiap rasio untuk tahun 2016 Bobot Prioritas

21 60 Langkah langkah dalam pembuatan standar matriks OMAX telah dilakukan diatas, dengan demikian telah didapat standar matrix untuk melakukan pengoperasian matriks OMAX. Standar matriks OMAX tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Satuan Nilai Aktual Target Skor Aktual Tabel 4.12 Standar Matriks OMAX PT. XYZ 1 (%) 2 (Unit/jam) 3 (%) Bobot Skor Nilai Produktivitas 4 ($ /unit) Score Keterangan Sangat Baik Baik Sedang Sangat

22 Tahap Pengoperasian Matrix Tahap pengoperasian matriks OMAX adalah dimana dilakukan pengukuran/ penilaian produktivitas terhadap tiap - tiap nilai rasio produktivitas XYZ pada bulan Januari 2016 sampai dengan bulan Desember Untuk mendapat nilai rasio produktivitas yang akan diukur, perlu dilakukan perhitungan rasio terlebih dahulu pada tahun Perhitungan rasio tersebut masih sama seperti perhitungan sebelumnya, pada pembuatan standar matriks. Adapun perhitungan rasio produktivitas dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4.13 Perhitungan produktivitas tahun 2016 Orang Jam Unit USD TKA/JTK JKI/WTK JKT/JKI BI/JKI Periode (2016) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September October November Desember JTK TKA WTK JKI JKT BI % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % 495

23 62 Ket: JTK TKA : Jumlah Tenaga Kerja (orang) : Tenaga Kerja Absen (orang) WTK : Waktu Tenaga Kerja (jam) JKI JKT BI : Jumlah kontainer Impor (unit) : Jumlah kontainer tepat waktu (unit) : Biaya Impor (dalam US dollar) Tabel 4.14 Perhitungan Produktivitas OMAX PT. XYZ Bulan Januari Tahun 2016 Satuan 1 (%) 2 (Unit/jam) 3 (%) 4 ($ /unit) Score Keterangan Nilai Aktual Target Sangat Baik Baik Skor Aktual Sedang Sangat Bobot Skor Nilai Produktivitas Indikator Pencapaian Saat ini Sebelum

24 63 Tabel 4.15 Perhitungan Produktivitas OMAX PT. XYZ Bulan Februari Tahun ($ Satuan (Unit/jam) (%) (%) /unit) Nilai Aktual Score Keterangan Target Sangat Baik Skor Aktual Bobot Skor Nilai Produktivitas Baik Sedang Sangat Indikator Pencapaian Saat ini Sebelum

25 64 Tabel 4.16 Perhitungan Produktivitas OMAX PT. XYZ Bulan Maret Tahun ($ Satuan (Unit/jam) (%) (%) /unit) Nilai Aktual Score Keterangan Target Sangat Baik Skor Aktual Baik Sedang Bobot Skor Nilai Produktivitas Sangat Indikator Pencapaian Saat ini Sebelum

26 65 Tabel 4.17 Perhitungan Produktivitas OMAX PT. XYZ Bulan April Tahun ($ Satuan (Unit/jam) Score Keterangan (%) (%) /unit) Nilai Aktual Target Sangat Baik Baik Skor Aktual Sedang Bobot Skor Nilai Produktivitas Sangat Indikator Pencapaian Saat ini Sebelum

27 66 Tabel 4.18 Perhitungan Produktivitas OMAX PT. XYZ Bulan Mei Tahun ($ Satuan (Unit/jam) Score Keterangan (%) (%) /unit) Nilai Aktual Target Sangat Baik Baik Skor Aktual Sedang Bobot Skor Nilai Produktivitas Sangat Indikator Pencapaian Saat ini Sebelum

28 67 Tabel 4.19 Perhitungan Produktivitas OMAX PT. XYZ Bulan Juni Tahun ($ Satuan (Unit/jam) Score Keterangan (%) (%) /unit) Nilai Aktual Target Sangat Baik Baik Skor Aktual Sedang Bobot Skor Nilai Produktivitas Sangat Indikator Pencapaian Saat ini Sebelum

29 68 Tabel 4.20 Perhitungan Produktivitas OMAX PT. XYZ Bulan Juli Tahun ($ Satuan (Unit/jam) Score Keterangan (%) (%) /unit) Nilai Aktual Target Sangat Baik Baik Skor Aktual Sedang Bobot Skor Nilai Produktivitas Sangat Indikator Pencapaian Saat ini Sebelum

30 69 Tabel 4.21 Perhitungan Produktivitas OMAX PT. XYZ Bulan Agustus Tahun ($ Satuan (Unit/jam) Score Keterangan (%) (%) /unit) Nilai Aktual Target Sangat Baik Baik Skor Aktual Sedang Sangat Bobot Skor Nilai Produktivitas Indikator Pencapaian Saat ini Sebelum

31 70 Tabel 4.22 Perhitungan Produktivitas OMAX PT. XYZ Bulan September Tahun ($ Satuan (Unit/jam) Score Keterangan (%) (%) /unit) Nilai Aktual Target Sangat Baik Baik Skor Aktual Sedang Sangat Bobot Skor Nilai Produktivitas Indikator Pencapaian Saat ini Sebelum

32 71 Tabel 4.23 Perhitungan Produktivitas OMAX PT. XYZ Bulan Oktober Tahun ($ Satuan (Unit/jam) Score Keterangan (%) (%) /unit) Nilai Aktual Target Sangat Baik Baik Skor Aktual Sedang Sangat Bobot Skor Nilai Produktivitas Indikator Pencapaian Saat ini Sebelum

33 72 Tabel 4.24 Perhitungan Produktivitas OMAX PT. XYZ Bulan November Tahun ($ Satuan (Unit/jam) (%) (%) /unit) Score Keterangan Nilai Aktual Target Sangat Baik Baik Skor Aktual Sedang Sangat Bobot Skor Nilai Produktivitas Indikator Pencapaian Saat ini Sebelum

34 73 Tabel 4.25 Perhitungan Produktivitas OMAX PT. XYZ Bulan Desember Tahun ($ Satuan (Unit/jam) (%) (%) /unit) Nilai Aktual Score Keterangan Target Skor Aktual Bobot Skor Nilai Produktivitas Sangat Baik Baik Sedang Sangat Indikator Pencapaian Saat ini Sebelum

35 74 Tabel 4.26 Rekapitulasi Nilai Indikator Pencapaian Tahun 2016 Indikator Pencapaian Periode Sebelum saat ini Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September October November Desember Gambar 4.2 Diagram Indikator Produktivitas PT. XYZ Tahun 2016

BAB V ANALISA HASIL. mengetahui kondisi perusahaan dari waktu ke waktu selama pengukuran

BAB V ANALISA HASIL. mengetahui kondisi perusahaan dari waktu ke waktu selama pengukuran 75 BAB V ANALISA HASIL Pengumpulan dan pengolahan data telah dilakukan dan disajikan pada bab 4 (empat), selanjutnya hasilnya akan dianalisa untuk mengetahui interprestasi untuk setiap kriteria yang dinilai

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DATA 4.1 GambaranUmumPerusahaan 4.1.1 Profil Perusahaan PT. XYZ adalah suatu perusahaan manufactur pembuatan resin paper dan textile. Berdasarkan filosofi manajemen kepuasan pelangan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENILITIAN

BAB III METODOLOGI PENILITIAN BAB III METODOLOGI PENILITIAN 3.1 Metode Penilitian Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Masalah Metodologi penelitian adalah salah satu cara dalam penelitian yang menjabarkan tentang seluruh isi penelitian dari teknik pengumpulan data sampai pada

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 35 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kriteria Produktivitas dan Indikator Kinerja Kriteria-kriteria yang akan diukur meliputi kriteria efisiensi, kriteria efektivitas, dan kriteria inferensial. Kriteria efisiensi

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.3 Pengumpulan Data

3 METODOLOGI. 3.3 Pengumpulan Data 20 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juli - September 2011 di Dok Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Balai Teknologi Penangkapan Ikan (UPT BTPI), Muara Angke, Jakarta.

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAN ANALISIS PRODUKTIVITAS LINI PRODUKSI PT.XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX ABSTRAK

PENGUKURAN DAN ANALISIS PRODUKTIVITAS LINI PRODUKSI PT.XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX ABSTRAK PENGUKURAN DAN ANALISIS PRODUKTIVITAS LINI PRODUKSI PT.XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX Riani Nurdin, Yasrin Zabidi Jurusan Teknik Industri, Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto (STTA) Jl.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. King Manufacture merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri manufaktur mold & dies. Adapun strategi yang digunakan oleh perusahaan untuk meresponi permintaan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN BAB V ANALISA PEMBAHASAN Pengumpulan dan pengolahan data telah dilakukan dan disajikan pada bab sebelumnya yaitu bab EMPAT, selanjutnya hasilnya akan dianalisis dan diinterpretasikan untuk setiap kriteria

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. data yang diperoleh pada bab ini akan digunakan untuk mengukur nilai indikator

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. data yang diperoleh pada bab ini akan digunakan untuk mengukur nilai indikator BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Dalam bab ini penulis mengumpulkan dan mengolah data untuk mengukur nilai produktivitas dari aktivitas pemeliharaan gedung di PT. XYZ. Dimana data data yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Tahapan AHP 5.1.1 Kuesioner Tahap Pertama Dari hasil kalkulasi pada Tabel 4.6, dapat dilihat bahwa rasio 2 yaitu perbandingan antara total produk yang dihasilkan

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah 3.1. Flowchart Pemecahan Masalah Penelitian ini disajikan dalam langkah-langkah seperti yang terdapat pada gambar dibawah ini. Penyajian secara sistematis dibuat agar

Lebih terperinci

USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PADA PT. PERKEBUNAN LEMBAH BHAKTI ACEH SINGKIL

USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PADA PT. PERKEBUNAN LEMBAH BHAKTI ACEH SINGKIL USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PADA PT. PERKEBUNAN LEMBAH BHAKTI ACEH SINGKIL Anwar 1, Syarifuddin 2, Sri Deza Kurnia Devi 3 Mahasiswa Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAN ANALISA PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) DI PTPN IV UNIT USAHA SAWIT LANGKAT

PENGUKURAN DAN ANALISA PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) DI PTPN IV UNIT USAHA SAWIT LANGKAT PENGUKURAN DAN ANALISA PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) DI PTPN IV UNIT USAHA SAWIT LANGKAT TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Bridgestone Tire Indonesia, merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang bergerak dalam bidang pembuatan produk ban. Agar perusahaan tetap bersaing dengan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

Pengukuran Produktivitas Proses Produksi Stand Assy Main dengan Metode OMAX di PT. IP Karawang

Pengukuran Produktivitas Proses Produksi Stand Assy Main dengan Metode OMAX di PT. IP Karawang Petunjuk Sitasi: Herwanto, D., & Ardiatma, D. W. (2017). engukuran tivitas Proses si Stand Assy Main dengan Metode OMAX di PT. IP Karawang. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. F21-27). Malang: Jurusan

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 40 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kriteria Produktivitas dan Indikator Kinerja Pengukuran dengan model OMAX (Objective Matrix) menggabungkan kriteria-kriteria produktivitas galangan ke dalam suatu bentuk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategi pengembangan sumber daya manusia. Sumber daya manusia atau yang sering

BAB I PENDAHULUAN. strategi pengembangan sumber daya manusia. Sumber daya manusia atau yang sering 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu perusahaan, umumnya pengembangan level organisasi, disatukan dalam bagian strategi pengembangan sumber daya manusia. Sumber daya manusia atau yang sering disebut

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX PADA BAGIAN PRODUKSI PABRIK KELAPA SAWIT GEDONG BIARA PT MOPOLI RAYA TUGAS SARJANA

ANALISIS PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX PADA BAGIAN PRODUKSI PABRIK KELAPA SAWIT GEDONG BIARA PT MOPOLI RAYA TUGAS SARJANA ANALISIS PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX PADA BAGIAN PRODUKSI PABRIK KELAPA SAWIT GEDONG BIARA PT MOPOLI RAYA TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian secara sistematik, sehingga akan memudahkan dalam pelaksanaan penelitian. 3.1 Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Di dalam dunia logistik, pendistribusian barang sudah menjadi bagian penting dan sangat diperhatikan. Distribusi merupakan langkah untuk memindahkan dan memasarkan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 54 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Identifikasi Struktur Hierarki PT. POWERPLAST memiliki kira-kira 100 supplier pilihan untuk menunjang proses produksinya mulai dari bahan baku, yakni

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DATA BAB III PENGUMPULAN DATA Data yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini merupakan data yang berasal dari perusahaan 3 rd party Logistics yang menangani kegiatan pergudangan untuk shipment ekspor

Lebih terperinci

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN)

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN) PEDEKT LITYCL HIERRCHY PROCESS (HP) DLM PEETU URUT PEGERJ PES PELGG (STUDI KSUS: PT TEMBG MULI SEM) urlailah Badariah, Iveline nne Marie, Linda Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

Produktivitas dipengaruhi oleh efisiensi, efektivitas dan kualitas. Bersama dengan inovasi dan kualitas kerja, produktivitas menentukan kinerja

Produktivitas dipengaruhi oleh efisiensi, efektivitas dan kualitas. Bersama dengan inovasi dan kualitas kerja, produktivitas menentukan kinerja Produktivitas dipengaruhi oleh efisiensi, efektivitas dan kualitas. Bersama dengan inovasi dan kualitas kerja, produktivitas menentukan kinerja organisasi total, yaitu kemampuan memperoleh keuntungan Tanpa

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN DENGAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX)

PENGUKURAN KINERJA PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN DENGAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PENGUKURAN KINERJA PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN DENGAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PENDAHULUAN Sirajuddin, Putiri Bhuana Katili, Koko Cahyana Jaya Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sultan

Lebih terperinci

P - 44/BC/2009 DAFTAR KODE STANDAR INTERNASIONAL YANG DIGUNAKAN UNTUK PENGISIAN PEMBERITAHUAN PABEAN

P - 44/BC/2009 DAFTAR KODE STANDAR INTERNASIONAL YANG DIGUNAKAN UNTUK PENGISIAN PEMBERITAHUAN PABEAN P - 44/BC/2009 DAFTAR KODE STANDAR INTERNASIONAL YANG DIGUNAKAN UNTUK PENGISIAN PEMBERITAHUAN PABEAN Contributed by Administrator Monday, 23 November 2009 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN MAGANG

BAB III PELAKSANAAN MAGANG BAB III PELAKSANAAN MAGANG 3.1 Pengenalan Lingkungan Magang Penulis memulai praktek pelaksanaan kerja atau magang pada PT. Selogiri Sampurna, selama satu bulan yang dimulai dari tanggal 1 November 2011

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alur Penelitian Berikut ini adalah diagram alur yang digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian. Mulai Menentukan Objek Penelitian Identifikasi Masalah

Lebih terperinci

Analisis Hirarki Proses Vendor Pengembang System Informasi. STIE Indonesia

Analisis Hirarki Proses Vendor Pengembang System Informasi. STIE Indonesia Analisis Hirarki Proses Vendor Pengembang System Informasi STIE Indonesia Memilih Vendor Pengembang SIAK STIE Indonesia Kapabilitas Perusahaan Kelengkapan modul Harga yang ditawarkan Garansi dan Perawatan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. Gambar 2 Peta lokasi penelitian

3 METODOLOGI. Gambar 2 Peta lokasi penelitian 22 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengumpulan data di lapangan dilakukan pada bulan Januari 2012 sampai dengan Maret 2012. Lokasi pengambilan data dilaksanakan di galangan kapal Koperasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Metode Penelitian Metodologi penelitian merupakan gambaran proses atau tahapan-tahapan penelitian yang harus ditetapkan terlebih dahulu sehingga menjadi suatu kerangka

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS PENINGKATAN KAPASITAS MESIN PENUNJANG DENGAN KONSEP 7 WASTE LEAN THINKING STUDI KASUS PT. NSBI CILEGON

STUDI KELAYAKAN BISNIS PENINGKATAN KAPASITAS MESIN PENUNJANG DENGAN KONSEP 7 WASTE LEAN THINKING STUDI KASUS PT. NSBI CILEGON Journal Industrial Manufacturing Vol. 2, No. 2, Juli 2017, pp.92-96 P-ISSN: 2502-4582, E-ISSN: 2580-3794 STUDI KELAYAKAN BISNIS PENINGKATAN KAPASITAS MESIN PENUNJANG DENGAN KONSEP 7 WASTE LEAN THINKING

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Assesment Supplier PT. XYZ. Berdasarkan data yang sudah disajikan pada bab sebelumnya, maka

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Assesment Supplier PT. XYZ. Berdasarkan data yang sudah disajikan pada bab sebelumnya, maka BAB V ANALISA HASIL 5.1 Assesment Supplier PT. XYZ Berdasarkan data yang sudah disajikan pada bab sebelumnya, maka metode yang dilakukan oleh PT. XYZ dalam assessment supplier dengan cara pembobotan pada

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Langkah pengumpulan dan pengolahan data telah selesai dilakukan dan telah disajikan dalam bab sebelumnya yaitu bab 4 (empat), maka proses selanjutnya adalah proses analisa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Citarum Raya Ruko f.1 Semarang. Perusahaan ini bergerak dalam bidang

BAB III METODE PENELITIAN. Citarum Raya Ruko f.1 Semarang. Perusahaan ini bergerak dalam bidang 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek dan Lokasi Penelitian Obyek pada penelitian ini adalah CV. Simatrik yang berlokasi di jalan Citarum Raya Ruko f.1 Semarang. Perusahaan ini bergerak dalam bidang perakitan

Lebih terperinci

1 BAB II LANDASAN TEORI

1 BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kajian literatur induktif dan deduktif. Kajian induktif adalah kajian yang dilakukan untuk memperoleh informasi dari penelitian - penelitian

Lebih terperinci

ekspor impor Kepabeanan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Tanjung Perak

ekspor impor Kepabeanan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Tanjung Perak ekspor impor Kepabeanan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Tanjung Perak UU nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 17 Tahun 2006 Kapebeanan

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah 3.1. Flowchart Penelitian Agar penelitian ini berjalan dengan sistematis, maka sebelumnya peneliti membuat perencanaan tentang langkah-langkah pemecahan masalah yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek penelitian ini adalah strategi pengadaan bahan baku agroindustri ubi jalar di PT Galih Estetika Indonesia Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Lebih terperinci

EASE OF DOING BUSINESS TRADING ACROSS BORDER

EASE OF DOING BUSINESS TRADING ACROSS BORDER EASE OF DOING BUSINESS TRADING ACROSS BORDER SOSIALISASI PERBAIKAN KEMUDAHAN BERUSAHA 2017 CROWNE PLAZA HOTEL JAKARTA, 22 MARET 2016 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI GAMBARAN UMUM

Lebih terperinci

Depo Petikemas Pengawasan Pabean (DP3) (Oleh : Syaiful Anwar / Widyaiswara Utama)

Depo Petikemas Pengawasan Pabean (DP3) (Oleh : Syaiful Anwar / Widyaiswara Utama) Depo Petikemas Pengawasan Pabean (DP3) (Oleh : Syaiful Anwar / Widyaiswara Utama) Ringkasan Depo Peti Kemas Pengawasan Pabean (DP3) adalah salah satu bentuk Fasilitas Lembaga Kepabeanan yang berfungsi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 40/M-DAG/PER/9/2009 TENTANG VERIFIKASI ATAU PENELUSURAN TEKNIS IMPOR KACA LEMBARAN

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 40/M-DAG/PER/9/2009 TENTANG VERIFIKASI ATAU PENELUSURAN TEKNIS IMPOR KACA LEMBARAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 40/M-DAG/PER/9/2009 TENTANG VERIFIKASI ATAU PENELUSURAN TEKNIS IMPOR KACA LEMBARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI TENTANG NOMOR: P- 41/BC/2010

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI TENTANG NOMOR: P- 41/BC/2010 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: P- 41/BC/2010 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang Perusahaan petikemas di dalam menjalankan usahanya mempunyai tujuan untuk mengeliminasi inefisiensi atau pemborosan.

I.1 Latar Belakang Perusahaan petikemas di dalam menjalankan usahanya mempunyai tujuan untuk mengeliminasi inefisiensi atau pemborosan. Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Perusahaan petikemas di dalam menjalankan usahanya mempunyai tujuan untuk mengeliminasi inefisiensi atau pemborosan. Usaha mengurangi inefisiensi dalam proses bisnis

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 2.1.1.Sejarah Singkat Perusahaan PT. DMR adalah salah satu dari anak perusahaan PT. SSU. PT. SSU adalah perusahaan yang bergerak dibidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Asia dan Australia), jelas ini memberikan keuntungan bagi negara indonesia

BAB I PENDAHULUAN. (Asia dan Australia), jelas ini memberikan keuntungan bagi negara indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia dari sudut pandang geografis terletak di daerah katulistiwa, terletak diantara dua samudra (Hindia dan Pasifik) dan dua benua (Asia dan Australia),

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Matrix Input AHP. 1. Kriteria Berdasarkan Fokus Peningkatan Kualitas Proses Layanan Pasang Baru

Lampiran 1. Data Matrix Input AHP. 1. Kriteria Berdasarkan Fokus Peningkatan Kualitas Proses Layanan Pasang Baru Lampiran 1. Data Matrix Input AHP 1. Kriteria Berdasarkan Fokus Peningkatan Kualitas Proses Layanan Pasang Baru 97 2. Alternatif Untuk Kriteria Kualitas Harapan Konsumen 98 99 100 3. Alternatif Untuk Kriteria

Lebih terperinci

, No.1551 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdag

, No.1551 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdag BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1551 2015 KEMENDAG. Impor. Tekstil. Produk Tekstil. Ketentuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85/M-DAG/PER/10/2015 TENTANG KETENTUAN

Lebih terperinci

Pengertian Metode AHP

Pengertian Metode AHP Pengertian Metode AHP Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan PT GHINA ANUGERAH LESTARI merupakan salah satu perusahaan jasa transportasi (Freight Forwarder) di Jakarta yang melayani jasa pengiriman barang

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat PT. Itochu Logistics Indonesia Itochu Logistics Indonesia dibentuk pada tahun 2002, menyediakan solusi logistik sepenuhnya untuk pelanggan dan mengurus

Lebih terperinci

PENGANTAR KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR

PENGANTAR KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR PENGANTAR KEPABEANAN DI BIDANG IMPOR Direktorat Teknis Kepabeanan DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI FUNGSI IMPLEMENTASI DJBC 1 Revenue Collector Mengoptimalkan penerimaan negara melalui penerimaan Bea

Lebih terperinci

Logistic Cost and Service

Logistic Cost and Service BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Logistik merupakan sebuah benua besar yang belum di jelajahi dari bisnis (Drucker, 1962). Kebanyakan dari perusahaan dan akademisi sekarang memiliki beberapa departemen

Lebih terperinci

Penerapan Metode Multi Attribute Decision Making) MADM- (Weighted Product) WP dalam Pemilihan Supplier di PT. XYZ

Penerapan Metode Multi Attribute Decision Making) MADM- (Weighted Product) WP dalam Pemilihan Supplier di PT. XYZ Penerapan Metode Multi Attribute Decision Making) MADM- (Weighted Product) WP dalam Pemilihan Supplier di PT. XYZ Suhartanto 1, Putiri Bhuana Katili 2, Hadi Setiawan 3 1,2,3 Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 87 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengumpulan data 4.1.1. Data kriteria evaluasi dan pemilihan supplier Dari hasil wawancara, brainstorming dengan pihak perusahaan dan studi pustaka ditetapkan beberapa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Perusahaan PT Mitra Kargo Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa pelayanan dan pengurusan atas kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perdagangan pasar bebas ASEAN (Assosiation of Southeast. Asian Nation) dalam skema MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perdagangan pasar bebas ASEAN (Assosiation of Southeast. Asian Nation) dalam skema MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional yang semakin meningkat dengan adanya kegiatan perdagangan pasar bebas ASEAN (Assosiation of Southeast Asian Nation) dalam skema MEA (Masyarakat

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #4

Pembahasan Materi #4 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Kompetisi Waktu Alasan Perhitungan Waktu Siklus Hidup Produk Waktu Sebagai Strategi Konsep dan Cara Pandang Lead Time Manajemen Pipeline Logistik Added Cost

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner penentuan sasaran KUESIONER PENENTUAN SASARAN

Lampiran 1 Kuesioner penentuan sasaran KUESIONER PENENTUAN SASARAN LAMPIRAN 66 Lampiran 1 Kuesioner penentuan sasaran KUESIONER PENENTUAN SASARAN Kuesioner lanjutan untuk keperluan : Penelitian dalam mengukur tingkat produktivitas dari variable-variabel yang berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. personal yang membedakan setiap individu dan perubahan self-efficacy dapat

BAB I PENDAHULUAN. personal yang membedakan setiap individu dan perubahan self-efficacy dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tutuk Ari (2009) mengatakan self-efficacy dapat dikatakan sebagai faktor personal yang membedakan setiap individu dan perubahan self-efficacy dapat menyebabkan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Sumber Mulia Lestari merupakan salah satu perusahaan garmen di Indonesia yang memproduksi sweater baik untuk dewasa maupun untuk anakanak.perusahaan ini memiliki beberapa supplier yang memiliki

Lebih terperinci

Pelayanan Kepabeanan Terhadap Barang Ekspor Fasilitas Kepabeanan dan Tidak Dipungut Cukai Pada Regulated Agent (RA)

Pelayanan Kepabeanan Terhadap Barang Ekspor Fasilitas Kepabeanan dan Tidak Dipungut Cukai Pada Regulated Agent (RA) Pelayanan Kepabeanan Terhadap Barang Ekspor Fasilitas Kepabeanan dan Tidak Dipungut Cukai Pada Regulated Agent (RA) Kuala Namu, 21 September 2016 Latar Belakang & Ruang Lingkup 1 Latar Belakang Adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup pesat pada awal abad 20-an. Perkembangan yang cukup pesat ini

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup pesat pada awal abad 20-an. Perkembangan yang cukup pesat ini 1 BAB I PENDAHULUAN ` A. Latar Belakang Perkembangan dunia perdagangan internasional menunjukkan perkembangan yang cukup pesat pada awal abad 20-an. Perkembangan yang cukup pesat ini diimbangi kemajuan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK CV Duta Warna adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa percetakan, dimana pemenuhan kebutuhan bahan baku kertas bergantung kepada supplier. Saat ini perusahaan memiliki 5 supplier bahan baku

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS LAMPUNG FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS FORMULIR

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS LAMPUNG FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS FORMULIR Mata Kuliah : Bea Cukai dan Impor SKS : 3 Semester : 5 Kode MK : EBA512060 Prodi : Diploma III Perpajakan Deskripsi Singkat: Mata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa/i Program Studi DIII

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vendor Dalam arti harfiahnya, vendor adalah penjual. Namun vendor memiliki artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam industri yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Adanya perbedaan kekayaan alam serta sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Adanya perbedaan kekayaan alam serta sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern, perdagangan lokal maupun internasional mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Setiap negara memiliki kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN Sejarah Singkat PT. Lentera Buana Jaya. PT. Lentera Buana Jaya adalah perusahaan yang bergerak di bidang

BAB III OBJEK PENELITIAN Sejarah Singkat PT. Lentera Buana Jaya. PT. Lentera Buana Jaya adalah perusahaan yang bergerak di bidang BAB III OBJEK PENELITIAN 3.1 Tinjauan Tentang PT. Lentera Buana Jaya 3.1.1 Sejarah Singkat PT. Lentera Buana Jaya PT. Lentera Buana Jaya adalah perusahaan yang bergerak di bidang Freight Forwarder yang

Lebih terperinci

EVALUASI EFISIENSI, EFEKTIVITAS, DAN PRODUKTIVITAS PEMBUATAN POLIS PADA PT AJ CENTRAL ASIA RAYA DENGAN METODE LINE BALANCING SKRIPSI

EVALUASI EFISIENSI, EFEKTIVITAS, DAN PRODUKTIVITAS PEMBUATAN POLIS PADA PT AJ CENTRAL ASIA RAYA DENGAN METODE LINE BALANCING SKRIPSI EVALUASI EFISIENSI, EFEKTIVITAS, DAN PRODUKTIVITAS PEMBUATAN POLIS PADA PT AJ CENTRAL ASIA RAYA DENGAN METODE LINE BALANCING SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini dijelaskan tentang tampilan hasil dari sistem pendukung keputusan penentuan kenaikan kelas pada SMA Ar Rahman dengan sistem yang dibangun dapat

Lebih terperinci

Pembenahan Pasokan Daging Sapi Melalui Sistem Logistik Nasional Senin, 10 Juni 2013

Pembenahan Pasokan Daging Sapi Melalui Sistem Logistik Nasional Senin, 10 Juni 2013 Pembenahan Pasokan Daging Sapi Melalui Sistem Logistik Nasional Senin, 10 Juni 2013 Indonesia memiliki potensi sapi potong yang cukup besar. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) hasil Sensus Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi perekonomian negara kita dalam meningkatkan proses

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi perekonomian negara kita dalam meningkatkan proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan perdagangan internasional di seluruh negara di dunia, serta masuknya Indonesia dalam perdagangan dunia yang bebas dan mengarah

Lebih terperinci

KONSEP INTEGRATED PORT. SAPTONO R. IRIANTO DIREKTUR KOMERSIAL PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero)

KONSEP INTEGRATED PORT. SAPTONO R. IRIANTO DIREKTUR KOMERSIAL PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) KONSEP INTEGRATED PORT SAPTONO R. IRIANTO DIREKTUR KOMERSIAL PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) Profil IPC IPC Corporate Vision : Menjadi Pengelola Pelabuhan Kelas Dunia yang Unggul Dalam Operasional

Lebih terperinci

STUDI PENGURANGAN DWELLING TIME PETIKEMAS IMPOR DENGAN PENDEKATAN SIMULASI (STUDI KASUS : TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA)

STUDI PENGURANGAN DWELLING TIME PETIKEMAS IMPOR DENGAN PENDEKATAN SIMULASI (STUDI KASUS : TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA) STUDI PENGURANGAN DWELLING TIME PETIKEMAS IMPOR DENGAN PENDEKATAN SIMULASI (STUDI KASUS : TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA) Fajar Prasetya Rizkikurniadi, Murdjito Program Studi Transportasi Laut Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Tinjauan Umum. 1. Sejarah Perusahaan. PT Puninar Jaya didirikan pada tahun 1969 sebagai perusahaan

BAB IV PEMBAHASAN. A. Tinjauan Umum. 1. Sejarah Perusahaan. PT Puninar Jaya didirikan pada tahun 1969 sebagai perusahaan BAB IV PEMBAHASAN A. Tinjauan Umum 1. Sejarah Perusahaan PT Puninar Jaya didirikan pada tahun 1969 sebagai perusahaan Customs Brokerage. Puninar membantu pelanggan clearance cargo mereka untuk kegiatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/M-DAG/PER/1/2007 TENTANG VERIFIKASI ATAU PENELUSURAN TEKNIS IMPOR KERAMIK

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/M-DAG/PER/1/2007 TENTANG VERIFIKASI ATAU PENELUSURAN TEKNIS IMPOR KERAMIK Menimbang : a. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/M-DAG/PER/1/2007 TENTANG VERIFIKASI ATAU PENELUSURAN TEKNIS IMPOR KERAMIK MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2014)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2014) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian. Seperti yang terdapat pada Gambar 1.1, dari 110.804.042

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Waktu merupakan salah satu inti dari masalah logistik. Bagi pelanggan waktu adalah layanan yang dibutuhkan, sedangkan bagi penjual barang waktu adalah biaya. Sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari survey yang dilakukan Accenture pada tahun 2010 terhadap sejumlah eksekutif perusahaan, sebanyak 89% menyatakan bahwa manajemen rantai pasok (Supply Chain Management,

Lebih terperinci

Pusat Logistik Berikat. untuk komoditas kapas di Cikarang

Pusat Logistik Berikat. untuk komoditas kapas di Cikarang Pusat Logistik Berikat untuk komoditas kapas di Cikarang Update Feb 2016 Dasar Hukum Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 2015 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Tempat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Tampilan Hasil Penulis merancang program sistem pendukung keputusan pemberian cuti pegawai dengan metode AHP dengan menggunakan bahasa pemogram Microsoft Visual Basic.Net

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya laju pembangunan yang sedang. dilaksanakan pemerintah Indonesia dewasa ini, perkembangan teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya laju pembangunan yang sedang. dilaksanakan pemerintah Indonesia dewasa ini, perkembangan teknologi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya laju pembangunan yang sedang dilaksanakan pemerintah Indonesia dewasa ini, perkembangan teknologi, informasi, dan transportasi yang

Lebih terperinci

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP A Yani Ranius Universitas Bina Darama, Jl. A. Yani No 12 Palembang, ay_ranius@yahoo.com ABSTRAK Sistem

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Saat ini dunia perindustrian berkembang semakin pesat dan mengakibatkan persaingan antar perusahaan yang semakin ketat. Kondisi ini menuntut dihasilkannya produk atau jasa yang lebih baik, lebih

Lebih terperinci

TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT disusun oleh : NANANG PURNOMO 11.21.0616 S1 TI-TRANSFER JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2012

Lebih terperinci

PANDANGAN DWELLING TIME BERDASARKAN PRE-CLEARANCE, CUSTOMS CLEARANCE DAN POST CLEARANCE

PANDANGAN DWELLING TIME BERDASARKAN PRE-CLEARANCE, CUSTOMS CLEARANCE DAN POST CLEARANCE PANDANGAN DWELLING TIME BERDASARKAN PRE-CLEARANCE, CUSTOMS CLEARANCE DAN POST CLEARANCE Oleh: Rudy Sangian Senior Consultant at Supply Chain Indonesia Dwelling time masih menjadi permasalahan yang harus

Lebih terperinci

PENDEKATAN MODEL OBJECTIVE MATRIX-AHP UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA PELAYANAN PADA KANTOR KELURAHAN

PENDEKATAN MODEL OBJECTIVE MATRIX-AHP UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA PELAYANAN PADA KANTOR KELURAHAN PENDEKATAN MODEL OBJECTIVE MATRIX-AHP UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA PELAYANAN PADA KANTOR KELURAHAN Rina Fiati 1) 1) Teknik Informatika UMK Jl Gondang Manis Bae Kudus Email : rfiati003@yahoo.com

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Dwelling Time, Kelengkapan Administrasi, Kepemimpinan Pemerintahan

ABSTRAK. Kata kunci: Dwelling Time, Kelengkapan Administrasi, Kepemimpinan Pemerintahan Judul : Pengaruh Kelengkapan Administrasi dan Kategori Importir Terhadap Dwelling Time di Pelabuhan Tanjung Priok Nama : Fidiniyucky Arbaningrum Kusuma NIM : 1306105033 ABSTRAK Dwelling Time adalah waktu

Lebih terperinci

TUGAS BESAR RISET OPERASI

TUGAS BESAR RISET OPERASI TUGAS BESAR RISET OPERASI Dosen Pengampu : Ika Atsari Dewi, STP, MP Disusun oleh : GRICO M. SIMANGUNSONG 567 NIMAS DWI RAHMA S 5 AHMAD FUADI 5 JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan berkompetisi antar perusahaan industri kini semakin tinggi, sehingga setiap perusahaan dituntut untuk selalu memperbaiki kinerja sistem industri yang

Lebih terperinci

Kebijakan Bea dan Cukai Menghadapi ASEAN Economic Community 2015

Kebijakan Bea dan Cukai Menghadapi ASEAN Economic Community 2015 Kebijakan Bea dan Cukai Menghadapi ASEAN Economic Community 05 Seminar Nasional Peluang dan Tantangan Profesi Ekspor dan Impor Dalam Menghadapi Asean Economic Community (AEC) 05 Jakarta, Maret 04 Mandat,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT Dafa Mulia sebagai objek pembahasan bergerak dibidang Ekspedisi

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT Dafa Mulia sebagai objek pembahasan bergerak dibidang Ekspedisi 23 BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1.Sejarah singkat Perusahaan PT Dafa Mulia sebagai objek pembahasan bergerak dibidang Ekspedisi Muatan Kapal Laut/Udara (EMKL/U), forwarder, Pengusaha Pengurusan Jasa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran PT NIC merupakan perusahaan yang memproduksi roti tawar spesial (RTS). Permintaan RTS menunjukkan bahwa dari tahun 2009 ke tahun 2010 meningkat sebanyak

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1. Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Dalam pelaksanaan kerja praktek pada PT.SAMUDERA INDONESIA cabang bandung Jawa Barat penulis ditempatkan di bagian pemasaran dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan dalam dunia industri sangat ketat, khususnya dalam industri sepatu, hanya perusahaan yang memiliki sistem distribusi dan produksi yang baik

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2018 TENTANG KETENTUAN IMPOR SEMEN CLINKER DAN SEMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2018 TENTANG KETENTUAN IMPOR SEMEN CLINKER DAN SEMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2018 TENTANG KETENTUAN IMPOR SEMEN CLINKER DAN SEMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Logistik

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Logistik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Logistik Distribusi fisik dan efektivitas logistik memiliki dampak yang besar pada kepuasan dan biaya perusahaan. Manajemen logistik penting dalam rantai pasokan, tujuan dari

Lebih terperinci

Gambar 18. Denah Lokasi PT Momenta Agrikultura, Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang

Gambar 18. Denah Lokasi PT Momenta Agrikultura, Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang 107 Lampiran 1. Denah Wilayah Desa Kayuambon Gambar 17. Denah Wilayah Desa Kayuambon Gambar 18. Denah Lokasi PT Momenta Agrikultura, Desa Kayuambon, Kecamatan Lembang 108 Lampiran 1. Denah Wilayah Desa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Internet telah mengalami perkembangan yang luar biasa di berbagai penjuru

BAB 1 PENDAHULUAN. Internet telah mengalami perkembangan yang luar biasa di berbagai penjuru BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Internet telah mengalami perkembangan yang luar biasa di berbagai penjuru dunia. Pengguna internet telah berlipat ganda dari hari ke hari seperti lompatan kuantum dalam

Lebih terperinci