BAB III METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian Jenis metode penelitian yang digunakan adalah bersifat kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian kualitatif digunakan untuk mencari studi-studi literatur terkait dan membandingkannya dengan hasil lapangan yang ada dengan cara wawancara dan observasi. Sinulingga (2011) membagi metode penelitian menjadi 5 jenis, yaitu penelitian historis (historical research), penelitian deskriptif (descriptive research), penelitian eksperimen (experimental research), penelitian tindakan (action research), dan grounded research. Berdasarkan jenis-jenis penelitian tersebut, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu mendeskripsikan hasil pengamatan di lapangan ke dalam kata-kata. Tema permasalan pada penelitian ini adalah tema inkuiri (the inquiry theme), dimana penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban berupa perubahan fisik apa saja dalam hunian sebagai bentuk wujud adaptasi penghuni dengan lingkungannya yang baru Variabel Penelitian Ada 2 cara pengumpulan data pada penelitian ini yaitu: 1. Pengumpulan Data Primer Data primer pada penelitian ini adalah data-data fisik yang diperoleh secara langsung oleh peneliti, seperti kondisi fisik hunian, kebutuhan ruang, pemanfaatan ruang, serta aktivitas dan hobi penghuni, Untuk penelitian ini, sumber data primer diambil dari pengamatan secara langsung dan wawancara. 2. Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung yang berfungsi mendukung data primer untuk menyelesaikan permasalahan penelitian. Sumber data berasal dari jurnal-jurnal, dokumen, laporan historis, dan sumber referensi lainnya. 22

2 23 Tabel Metoda Penentuan Variabel NO SUMBER VARIABEL INDIKATOR SUMBER DATA TEKNIK PENGUMPULAN DATA 1. Lutfiah (2010) Perubahan Bentuk dan Fungsi Hunian pada Rumah Susun Paska Penghunian, Jurnal ruang Vol.2 nomor 2 (September 2010). Modifikasi ruang Ada/tidaknya ruang yang berubah, apa alasannya Pengamatan, Pertanyaan Observasi, wawancara 2. Os hara Omar, Erdayu, dkk (2010), Adapting by Altering: Spatial Modifications of Terraced Houses in The Klang Valley Area, Asian Journal of Enviroment Behaviour Studies Vol.1 no.3 (September 2010). 3. Purwaningsih, Ernawati (2011), Penyesuaian Diri Penghuni Rumah Susun Terhadap Lingkungan Tempat Tinggal, Jurnal MGI Vol.25 No.2 September 2011 (hal ) Modifikasi ruang Profil penghuni Hubungan sosial antar- penghuni Faktor Sosial Penghuni Ada/tidaknya ruang yang berubah, apa alasannya Aktivitas sehari-hari di dalam rumah, Hobi penghuni yang memengaruhi bentuk fisik ruang Sering/tidak sering berinteraksi, Aktifitas sosial/budaya Kebutuhan akan ruang Pengamatan, Pertanyaan Pertanyaan Pertanyaan Peraturan berlaku, Pertanyaan Observasi, Wawancara Kuisioner, wawancara Kuisioner Studi Literatur, Kuisioner Modifikasi ruang Ada/tidaknya ruang yang berubah, apa alasannya Pengamatan, Pertanyaan Observasi, wawancara

3 Populasi dan Sampel Menurut Sugiyono (2008), populasi adalah suatu wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek atau objek yang memiliki suatu kesamaan dalam karakter dan kualitas, yang nantinya akan digunakan peneliti untuk dipelajari dan ditarik menjadi sebuah kesimpulan. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti tersebut. Teknik dari pengambilan sampel pada penelitian ini adalah menggunakan purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik untuk penentuan sampel penelitian dengan menggunakan beberapa syarat penentuan sebagai pertimbangan yang tujuannya adalah agar data yang diperoleh lebih representatif, dimana sampel dipilih oleh peneliti atas dasar ciri khusus yang dimiliki sampel yaitu memiliki banyak perubahan-perubahan pada rumahnya ditinjau dari aktivitas ekonomi, hobi, serta sosial Tahapan dalam menentukan sampel menggunakan teknik ini adalah: 1. Melakukan survey awal untuk menentukan jumlah penghuni yang mengalami perubahan pada rumahnya dan perubahan tersebut dikelompokkan dalam kategori Ekonomi, Hobi, dan Sosial. Dan didapat jumlah populasinya untuk kategori Ekonomi adalah 27 penghuni, Hobi 21 penghuni, dan Sosial 53 penghuni. 2. Dari masing-masing kategori diambil 10% untuk dijadikan sampel sehingga jumlah sampelnya masing-masing menjadi 3 penghuni untuk kategori

4 25 Ekonomi, 2 penghuni untuk kategori Hobi, dan 5 penghuni untuk kategori Sosial. 3.4.Metoda Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan salah satu aspek yang berperan dalam kelancaran dan keberhasilan dalam suatu penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data informasi yang dapat dijadikan jawaban untuk permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Wawancara Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung kepada responden. Adapun wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak terstruktur, dimana arah pertanyaannya lebih terbuka untuk mendapatkan banyak informasi dan bersifat tidak kaku. Penelilitan ini menggunakan wawancara sebagai cara untuk mendapatkan data primer. Data primer pada penelitian ini adalah data-data fisik yang diperoleh secara langsung oleh peneliti, yaitu: Profil penghuni Aktivitas Ekonomi penghuni Hobi penghuni yang memengaruhi Aktivitas sosial/budaya penghuni Hubungan interaksi antar-tetangga Perubahan/modifikasi pada rumah Kebutuhan akan ruang

5 26 2. Observasi Kegiatan observasi atau pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data fisik hunian seperti modifikasi ruang, dan penambahan-penambahan lainnya pada rumah yang nantinya berguna dalam analisis data. 3. Dokumentasi Kegiatan dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan data-data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung yang berfungsi mendukung data primer untuk menyelesaikan permasalahan penelitian, yaitu: Data populasi perumahan (jumlah penghuni) Peraturan dalam perumahan 3.5. Kawasan Penelitian Penelitian ini dilakukan di perumahan dinas TNI AD Gaperta Medan yang berlokasi di Jl.Gaperta 1 Medan. Perumahan ini merupakan perumahan dinas untuk profesi TNI-AD.

6 27 Gambar 3.1. Peta Lokasi Perumahan Dinas TNI-AD Gaperta Sumber: Google Earth (2017) 3.6.Metoda Analisa Data Setelah data primer dan sekunder terkumpul, maka selanjutnya dilakukan analisa data. Analisa data dilakukan dengan mengurutkan dan mengelompokkan terlebih dahulu data yang didapat dari hasil wawancara dalam sebuah pola sesuai kategorinya. Data-data yang sudah dikelompokkan kemudian akan dianalisa sesuai dengan teori-teori terkait dan hasilnya akan disampaikan dalam bentuk teks disertai dengan dokumentasi foto.

7 28 Adapun tahapan dalam menganalisa data adalah: 1. Reduksi data Reduksi data yang dimaksud adalah menyeleksi data-data dari hasil wawancara dan pengamatan yang akan berguna dalam penelitian dan kemudian mengurutkan data dalam beberapa kategori untuk memudahkan analisa data. Pengelompokan data tersebut adalah berdasarkan hasil adaptasi kondisi fisik rumah penghuni. 3. Penyajian data Setelah data direduksi, maka selanjutnya akan dilakukan penyajian dan analisa data. Penyajian data dilakukan untuk memudahkan dalam membaca hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan sebelumnya. Penyajian data dilakukan dengan cara menyajikan perubahan perubahan yang terjadi sebagai proses adaptasi penghuni dan disertai dengan teks naratif yang merupakan hasil analisa data dengan menggunakan teori-teori terkait. 3. Penarikan kesimpulan saran. Analisa data diakhiri dengan penarikan kesimpulan penelitian disertai dengan

8 Kerangka Penelitian Adaptasi Penghuni Dengan Lingkungannya di Perumahan Dinas Terencana (Studi Kasus: Perumahan TNI AD Gaperta) STUDI PENDAHULUAN Studi Literatur Penentuan Variabel Hubungan interaksi Perilaku Profil Perubahan/modi antar-tetangga Penghuni penghuni fikasi pada rumah Pemilihan sampel (purposive sampling) PENGUMPULAN DATA Wawancara Observasi Lapangan Data Proses Adaptasi Penghuni PENGOLAHAN DATA Tabulasi Hasil Wawancara Analisa Data (Berdasarkan Teori) Kesimpulan & Saran

9 30 BAB IV TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Kawasan Kajian Penelitian ini dilakukan di perumahan dinas TNI AD Gaperta Medan yang berlokasi di Jl.Gaperta 1 Medan. Perumahan dinas ini berada di kecamatan Medan Helvetia. Gambar 4.1. Denah Lokasi Perumahan Gaperta Sumber: Google Earth 4.2. Lokasi Perumahan di Kota Medan Nama Perumahan : Perumahan Dinas TNI-AD Gapaerta Alamat Perumahan : Jl.Gaperta 1 Medan Medan Helvetia, Medan, Sumatera Utara, Indonesia 30

10 Profil Perumahan Perumahan ini merupakan perumahan dinas terencana untuk profesi TNI- AD. Perumahan ini memiliki 12 blok perumahan yang dimulai dari Gaperta 1 hingga Gaperta 13. Setiap blok perumahan ini memiliki tipe hunian yang berbeda, yaitu tipe 90 dengan nama G-90, tipe 70 dengan nama H-70, dan tipe 45 dengan nama K-45. Rincian blok perumahan dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4.1. Tipologi Perumahan Dinas Gaperta TIPE HUNIAN GAPERTA G-90 II III H-70 I VI VII VIII IX XIII IV K-45 V X-A X-B XI-A XI-B XII-A XII-B Gambar 4.2. Siteplan Perumahan Gaperta Sumber: Google Earth

11 32 Perumahan dinas Gaperta memiliki beberapa peraturan umum yang diatur dalam peraturan perumahan, seperti: 1. Penghuni dilarang untuk mengubah sebagian atau seluruh rumah dinas tanpa izin tertulis dari Pangdam I/BB. 2. Jika menambah bangunan maka prajurit TNI AD dilarang membongkar bentuk bangunan yang sudah ada dengan alasan apapun. 3. Menyerahkan sebagian atau seluruh rumah dinas kepada prajurit TNI AD lainnya maupun kepada pihak lain di luar institusi TNI AD tanpa izin tertulis dari Pangdam I/BB. 4. Mengalihkan/over VB atau ganti kunci kepada prajurit TNI AD lainnya atau kepada pihak-pihak lainnya. 5. Menggunakan rumah dinas sebagai tempat usaha seperti Factory Outlet, toko, showroom, kos-kosan dan sebagainya. 6. Menyalahgunakan rumah dinas untuk hal-hal yang dilarang seperti tempat transaksi dan pemakaian narkoba, prostitusi, perjudian, dan untuk kepentingan politik.

12 33 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Berdasarkan Ekonomi Profil Penghuni 1. Penghuni K-136 Penghuni rumah nomor K-136 adalah bernama Avrizal Sibarani dengan jumlah penghuninya adalah 5 orang terdiri dari ayah, ibu, dan 3 orang anak perempuan. Dari segi religi dan suku, penghuni menganut agama Kristen dan suku Batak. Penghuni sudah tinggal di rumah ini selama 15 tahun dan merupakan penghuni pertama. Perubahan yang terjadi pada rumah ini terletak pada area luar dan dalam seperti yang terlihat pada denah berikut: Gambar 5.1. denah awal Gambar 5.2. denah akhir 33

13 34 Pada rumah K-136, penghuni melakukan adaptasi dengan cara reaksi dengan menambahkan warung di depan teras rumah. Penambahan warung ini dilakukan dengan alasan untuk membantu perekonomian keluarga dan sebagai aktivitas tambahan istri yang hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Penambahan ini juga berhubungan dengan lama penghuni tinggal di rumah tersebut, yaitu 15 tahun, yang membuat penghuni akhirnya mulai berpikir untuk mencari aktivitas tambahan selain sebagai ibu rumah tangga. Ditinjau dari peraturan yang berlaku, penghuni sudah menaatinya. Penghuni sudah mendapatkan izin untuk berjualan di depan rumah. Penambahan warung ini juga dibuat tidak bersifat bangunan permanen agar tidak menutupi bentuk bangunan semula. Penghuni hanya menggunakan sekat kayu sebagai setting. Warung terletak di area depan rumah dan mengambil luas area teras rumah. Proses adaptasi penghuni dapat dilihat pada skema berikut: Perumahan Penghuni Persepsi: Istri ingin membantu perkeonomian keluarga dengan bekerja di rumah Di luar batas optimal Stres s Coping behaviour Adaptasi dengan cara reaksi Menambah area berjualan di teras dengan menggunakan sekat kayu Penambahan Transformasi Fisik Gambar 5.3. Skema Proses Adaptasi Sumber: Dokumentasi Pribadi

14 35 Gambar 5.4. Foto Suasana Sumber: Dokumentasi Pribadi 2. Penghuni K-21 Penghuni rumah nomor K-21 adalah bernama Hadi Sudirman dengan jumlah penghuninya adalah 4 orang terdiri dari ayah, ibu, dan 2 orang anak perempuan. Dari segi religi dan suku, penghuni menganut agama Islam dan suku Jawa. Penghuni sudah tinggal di rumah ini selama 2 tahun. Perubahan yang terjadi pada rumah ini terletak pada area luar dan dalam seperti yang terlihat pada denah berikut:

15 36 Gambar 5.5. denah awal Gambar 5.6. denah akhir Pada rumah K-21, penghuni melakukan adaptasi dengan cara penyesuaian dengan cara memanfaatkan teras depan sebagai area berjualan ketika pagi hingga sore hari. Penghuni tinggal di rumah ini selama 2 tahun namun sudah mulai mencari kegiatan ekonomi tambahan di rumahnya. Penambahan warung ini dilakukan dengan alasan untuk membantu perekonomian keluarga dan sebagai aktivitas tambahan istri yang hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga.

16 37 Ditinjau dari peraturan yang berlaku, penghuni sudah menaatinya. Penghuni sudah mendapatkan izin untuk berjualan di depan rumah. Penghuni juga tidak membangun bangunan permanen di depan rumah, namun penambahan warung ini dilakukan dengan cara meletakan stainless steel dagangan di teras rumah. Jadi, penghuni akan menggunakan teras rumah untuk berjualan dari pagi hingga sore hari dan ketika sore hari stainless steel akan disimpan di dalam rumah. Proses adaptasi penghuni dapat dilihat pada skema berikut: Perumahan Penghuni Persepsi: Istri ingin membantu perkeonomian keluarga dengan bekerja di rumah Di luar batas optimal Stres s Coping behaviour Adaptasi dengan cara penyesuaian Memanfaatkan area depan dengan cara meletakkan stainless steel untuk berjualan ketika siang hingga sore dan ketika malam area tersebut berfungsi kembali menjadi area parkir kendaraan Transformasi Fisik Gambar 5.7. Skema Proses Adaptasi Sumber: Dokumentasi Pribadi

17 38 Gambar 5.8. Foto Suasana Sumber: Dokumentasi Pribadi 3. Penghuni K-85 Penghuni rumah nomor K-85 adalah bernama adalah bernama Joko Susilo dengan jumlah penghuninya adalah 4 orang terdiri dari ayah, ibu, 1 anak laki-laki dan 1 anak perempuan. Dari segi religi dan suku, penghuni menganut agama Islam dan suku Jawa. Penghuni sudah tinggal di rumah ini selama 14 tahun dan merupakan penghuni pertama. Perubahan yang terjadi pada rumah ini terletak pada area luar dan dalam seperti yang terlihat pada denah berikut:

18 39 Gambar 5.9. denah awal Gambar denah akhir Dan proses adaptasi dari aktivitas ekonomi dapat dilihat pada penghuni K- 85. Penghuni mulai membangun warung pada saat 7 tahun menghuni rumah tersebut dengan alasan ingin membantu perekonomian keluarga dan kegiatan istri yang minim yang memungkinkan untuk berjualan di rumah. Ditinjau dari peraturan yang berlaku, penghuni sudah menaatinya. Penghuni melakukan adaptasi dengan cara reaksi dengan cara menambahkan warung pada bagian samping rumah. Penambahan warung ini meskipun bersifat permanen namun sudah sesuai aturan yaitu tidak berada di area depan rumah. Posisi rumah yang berada di sudut menjadikan lahan rumah memiliki lebar lebih banyak dibandingkan dengan rumah penghuni yang lain. Hal ini yang menjadi alasan penghuni untuk dapat membangun bangunan permanen ke samping selebar

19 40 2m. Penghuni juga sudah mendapat izin untuk berjualan di rumahnya tersebut. Proses adaptasi penghuni dapat dilihat pada skema berikut: Perumahan Penghuni Persepsi: Istri ingin membantu perkeonomian keluarga dengan bekerja di rumah Di luar batas optimal Stres s Coping behaviour Menambah bangunan permanen di sebelah rumah sebagai warung untuk berjualan Penambahan Adaptasi dengan cara reaksi Transformasi Fisik Gambar Skema Proses Adaptasi Sumber: Dokumentasi Pribadi Gambar Foto Suasana Sumber: Dokumentasi Pribadi

20 Proses Adaptasi pada Denah Rumah Ditinjau dari faktor sosial penghuni, yaitu berupa jumlah anggota keluarga serta kebutuhan-kebutuhan akan ruang, maka didapat hasil analisa proses adaptasi penghuni sebagai berikut: 1. Penghuni K-136 Perumahan Kebutuhan akan ruang: Penghuni 1. Kamar 2. Kamar mandi 3. Dapur 4. Ruang Keluarga 5. Parkir kendaraan 6. Jemuran(area servis) Diluar batas optimal Stress Coping behaviour RUANG PROSES ADAPTASI PENYEBAB Kamar Dengan cara reaksi Dengan cara Menambah di bagian belakang Menyatukan Penghuni merasa membutuhkan kamar tambahan untuk anak sulungnya yang sudah mulai beranjak remaja dan membutuhkan kamar terpisah dari kedua adiknya.

21 42 penyesuaian Kamar Mandi Dengan cara reaksi Menambah di bagian belakang Penghuni merasa tidak cukup hanya memiliki 1 kamar mandi saja dengan penghuni yang berjumlah 5 orang. Dapur Dengan cara reaksi Membongkar dapur lama dan memindahkan ke area belakang Penghuni merasa dapur awal terlalu dekat dengan kamar tidur sehingga menimbulkan kekhawatiran jika terjadi kecelakaan dapur seperti tabung gas meledak, misalnya. Parkir kendaraan Dengan cara reaksi Mengurangi area teras Penghuni membutuhkan area untuk memarkirkan kendaraan mobilnya. Area servis Dengan cara reaksi Menambah di bagian samping Penghuni membutuhkan area untuk mencuci dan menjemur pakaian. Ruang Keluarga Dengan cara reaksi Menambah di bagian belakang Penghuni menginginkan ruang keluarga yang lebih privat letaknya di belakang sehingga terpisah dari ruang tamu. Gambar Skema Proses Adaptasi Terdapat banyak proses adaptasi yang terjadi pada rumah penghuni K-136. Banyaknya proses adaptasi dipengaruhi oleh lamanya waktu penghuni tinggal di rumah tersebut sehingga kebutuhannya juga semakin bertambah setiap waktu, seperti kebutuhan anak sulungnya yang sudah semakin remaja dan membutuhkan kamar terpisah dari kedua adiknya. Banyaknya proses adaptasi juga

22 43 dipengaruhi oleh status penghuni yang merupakan penghuni pertama rumah tersebut. Penghuni menganggap denah awal rumah tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga perlu memerlukan banyak perubahan. Dilihat dari perubahannya, penghuni tidak melanggar peraturan yang ada pada rumah dinas. Penghuni sudah mendapatkan izin tertulis untuk melakukan perubahan pada rumahnya. Perubahan yang dilakukan juga berada di area belakang rumah dan tidak menutupi bentuk bangunan semula. 2. Penghuni K-21 Tidak terdapat banyak proses adaptasi yang terjadi pada rumah penghuni K-21. Proses adaptasi yang sedikit dikarenakan penghuni masih tinggal di rumah tersebut selama 2 tahun. Penghuni juga bukan penghuni pertama. Penghuni sebelumnya sudah melakukan modifikasi sehingga rumah dengan denah yang sekarang sudah cukup memenuhi kebutuhan keluarga, seperti misalnya ruang keluarga yang sudah tersedia di area belakang rumah. Ditinjau dari peraturan yang berlaku, perubahan yang dilakukan penghuni sudah taat aturan. Penghuni sudah mendapatkan izin tertulis untuk melakukan perubahan pada rumahnya dan perubahan yang dilakukan juga ke area belakang rumah, tidak menutupi bentuk bangunan semula. Proses adaptasi penghuni dapat dilihat pada skema berikut:

23 44 Kebutuhan akan ruang: Perumahan 1.Kamar mandi 2. Ruang keluarga 3.Jemuran (area servis) Di dalam batas optimal Homeostatis Penghuni Kebutuhan akan ruang: 1. Kamar 2. Dapur 3. Gudang Diluar batas optimal Stress Coping behaviour RUANG PROSES ADAPTASI PENYEBAB Kamar Dengan cara penyesuaian Menggabungkan kedua anak yang lainnya menjadi satu kamar. Penghuni merasa tidak memerlukan dua tempat tidur terpisah untuk kedua anaknya yang berjenis kelamin sama. Dapur Dengan cara penyesuaian Memanfaatkan kamar yang semula berada di bagian belakang Penghuni merasa dapur yang ada terlalu sempit untuk memasak dan memanfaatkan kamar karena sudah tidak dibutuhkan lagi Gudang Dengan cara penyesuaian Memanfaatkan ruangan dapur awal Dapur lama dialihfungsi menjadi gudang untuk menyimpan barang-barang. Gambar Skema Proses Adaptasi

24 45 3. Penghuni K-85 Perumahan Kebutuhan akan ruang: Penghuni 1. Kamar 2. Kamar mandi 3. Dapur 4. Ruang Keluarga 5. Parkir kendaraan 6. Jemuran(area servis) Diluar batas optimal Stress Coping behaviour RUANG PROSES ADAPTASI PENYEBAB Kamar Dengan cara reaksi Menambah di bagian belakang Penghuni membutuhkan kamar tambahan untuk memisahkan anaknya yang berbeda jenis kelamin. Kamar Mandi Dengan cara reaksi Menambah di bagian belakang Penghuni merasa kamar mandi yang ada terlalu sempit. Dapur Dengan cara reaksi Menambah di bagian belakang Penghuni merasa dapur yang ada terlalu sempit untuk memasak dan tidak bisa untuk meletakkan meja makan. Jemuran (area servis) Dengan cara penyesuaian Memanfaatkan teras rumah Penghuni merasa area depan rumah sudah cukup untuk dimanfaatkan sebagai area menjemur.

25 46 Ruang Keluarga Dengan cara reaksi Menambah di bagian belakang Penghuni menginginkan ruang keluarga yang lebih privat letaknya di belakang sehingga terpisah dari ruang tamu. Parkir kendaraan Dengan cara penyesuaian Menambahkan di area depan rumah Penghuni membutuhkan area untuk memarkirkan kendaraan mobilnya. Gambar Skema Proses Adaptasi Terdapat banyak proses adaptasi yang terjadi pada rumah penghuni K-85. Banyaknya proses adaptasi dipengaruhi oleh lama penghuni tinggal di rumah tersebut, yaitu 14 tahun, sehingga kebutuhannya semakin bertambah. Selain itu, penghuni merupakan penghuni pertama rumah tersebut. Penghuni menganggap denah awal rumah tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan seiring waktu, penghuni melakukan banyak modifikasi pada rumahnya karena mulai menganggap rumah dinas tersebut sebagai rumah pribadi. Ditinjau dari peraturan yang berlaku, perubahan yang dilakukan penghuni sudah taat aturan. Penghuni sudah mendapatkan izin tertulis untuk melakukan perubahan pada rumahnya dan perubahan yang dilakukan juga ke area belakang dan samping rumah, tidak menutupi bentuk bangunan semula.

26 Kesimpulan Proses Adaptasi Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil wawancara yang telah diuraikan di atas, maka didapatkan hasil kesimpulan bahwa proses adaptasi yang paling banyak terjadi berdasarkan ekonomi adalah adaptasi dengan melakukan reaksi dengan cara menambah. Hal ini lebih banyak jika dibandingkan dengan yang melakukan adaptasi dengan cara penyesuaian. Penghuni cenderung melakukan penambahan tersebut di area depan rumah mereka. Alasannya adalah karena lahan yang masih dapat dimanfaatkan untuk menunjang aktivitas ekonomi dan hobi adalah lahan depan rumah, sedangkan lahan belakang rumah sudah dimanfaatkan untuk area penambahan ruangan yang lain. Ditinjau dari lama menghuni, penghuni yang melakukan proses adaptasi ini mayoritas adalah penghuni yang sudah lama tinggal di rumah tersebut. Ditinjau dari peraturan perumahan yang tidak memperbolehkan penghuni untuk melakukan perubahan permanen yang bisa menutupi bentuk asli rumah, penghuni sudah menaatinya. Dalam contoh membuka warung, penghuni hanya memberi sekat untuk membentuk setting fisik dan ada juga yang hanya menjejerkan stainless steel yang bisa digeser kapan saja. Keterangan frekuensi proses adaptasi penghuni berdasarkan ekonomi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.1. Jumlah Frekuensi Proses Adaptasi Penghuni Ruangan Jumlah penghuni Adaptasi secara reaksi Adaptasi secara penyesuaian Aktivitas Ekonomi 3 2 1

27 Berdasarkan Hobi Perilaku Penghuni 1. Penghuni G-25 Penghuni rumah nomor G-25 adalah bernama Eli Aster Sitompul dengan jumlah penghuninya adalah 4 orang terdiri dari ayah, ibu, dan 2 anak perempuan. Dari segi religi dan suku, penghuni menganut agama Kristen dan suku Batak. Penghuni sudah tinggal di rumah ini selama 1 tahun. Perubahan yang terjadi pada rumah ini terletak pada area luar dan dalam seperti yang terlihat pada denah berikut: Gambar denah awal Gambar denah akhir Penghuni G-25 memiliki hobi untuk memelihara ikan sehingga proses adaptasi yang terjadi dalam hal ini adalah dengan cara reaksi dengan menambah kolam ikan yang sudah permanen di area depan teras. Penghuni mengatakan penambahan kolam ikan tidak memakan banyak waktu sehingga penghuni

28 49 melakukan penambahan tersebut meskipun baru saja tinggal di rumah tersebut selama 1 tahun. Proses adaptasi penghuni dapat dilihat dalam skema berikut: Perumahan Penghuni Persepsi: Penghuni bisa menyalurkan hobi memelihara ikan di rumah Di luar batas optimal Stres s. Coping behaviour Adaptasi dengan cara reaksi Menambah kolam ikan permanen di depan rumah Penambahan Transformasi Fisik Gambar Skema Proses Adaptasi Sumber: Dokumentasi Pribadi Gambar Denah Proses Adaptasi Berlangsung Sumber: Dokumentasi Pribadi

29 50 Gambar 5.20 Foto Suasana Sumber: Dokumentasi Pribadi 2. Penghuni K-90 Penghuni rumah nomor K-90 adalah bernama Eko Sugianto dengan jumlah penghuninya adalah 5 orang terdiri dari ayah, ibu, nenek, 1 anak laki-laki, dan 1 anak perempuan. Dari segi religi dan suku, penghuni menganut agama Islam dan suku Jawa. Penghuni sudah tinggal di rumah ini selama 5 tahun. Perubahan yang terjadi pada rumah ini terletak pada area luar dan dalam seperti yang terlihat pada denah berikut:

30 51 Gambar denah awal Gambar denah akhir Pada rumah K-90, penghuni yang sudah tinggal di rumah tersebut selama 5 tahun, melakukan adaptasi dengan cara reaksi dengan menambah taman kecil di area depan teras. Alasan penambahan ini dilakukan adalah karena penghuni mempunyai hobi menanam bunga. Di area taman ini penghuni juga meletakkan ayunan sebagai tempat duduk pengganti teras jika ada tamu yang berkunjung. Proses adaptasi penghuni dapat dilihat dalam skema berikut:

31 52 Perumahan Penghuni Persepsi: Penghuni bisa menyalurkan hobi menanam bunga di rumah Di luar batas optimal Stres s Coping behaviour Adaptasi dengan cara reaksi 1. Menambah taman kecil di area depan teras 2. Meletakkan ayunan sebagai tempat duduk pengganti teras Penambahan Transformasi Fisik Gambar Skema Proses Adaptasi Sumber: Dokumentasi Pribadi Gambar Denah Proses Adaptasi Berlangsung Sumber: Dokumentasi Pribadi

32 53 Gambar Foto Suasana Sumber: Dokumentasi Pribadi Proses Adaptasi pada Denah Rumah Ditinjau dari faktor sosial penghuni, yaitu berupa jumlah anggota keluarga serta kebutuhan-kebutuhan akan ruang, maka didapat hasil analisa proses adaptasi penghuni sebagai berikut:

33 54 1. Penghuni G-25 Kebutuhan akan ruang: Perumahan 1.Dapur 2. Ruang makan 3. Kamar mandi 4. Ruang keluarga Di dalam batas optimal Homeostatis Penghuni Kebutuhan akan ruang: 1. Kamar 2. Gudang 3. Jemuran (area servis) Diluar batas optimal Stress Coping behaviour RUANG PROSES ADAPTASI PENYEBAB Kamar Reaksi Mengurangi/merobohkan tembok 2 kamar yang bersebelahan untuk mendapatkan 1 ruang kamar dengan ukuran besar. Gudang Penyesuaian Memanfaatkan satu kamar lagi yang tidak terpakai. Penghuni ingin mendapatkan luas kamar yang besar sehingga kedua anaknya yang masih berumur 5 dan 7 tahun dapat tidur di kamar tersebut juga. Kamar lama yang tidak terpakai dialihfungsi menjadi gudang untuk menyimpan barang-barang.

34 55 Area servis Penyesuaian Menambah di area depan rumah Penghuni merasa area depan rumah sudah cukup untuk dimanfaatkan sebagai area menjemur. Gambar Skema Proses Adaptasi Tidak terdapat banyak proses adaptasi yang terjadi pada rumah penghuni G-25. Proses adaptasi yang sedikit dikarenakan penghuni masih tinggal di rumah tersebut selama 1 tahun. Selain itu, penghuni sebelumnya juga sudah melakukan modifikasi sehingga rumah dengan denah yang sekarang dianggap sudah cukup memenuhi kebutuhan keluarga. Ditinjau dari peraturan yang berlaku, perubahan yang dilakukan penghuni sudah taat aturan. Penghuni sudah mendapatkan izin tertulis untuk melakukan perubahan pada rumahnya dan perubahan yang dilakukan tidak menutupi bentuk bangunan semula.

35 56 2. Penghuni K-90 Perumahan Penghuni Kebutuhan akan ruang: 1.Kamar mandi 2. Dapur Di dalam batas optimal Kebutuhan akan ruang: Homeostatis 1. Kamar 2. Ruang makan 3. Jemuran (area servis) 4. Parkir kendaraan Diluar batas optimal Stress Coping behaviour RUANG PROSES ADAPTASI PENYEBAB Kamar Penyesuaian Menyatukan anak perempuan dengan neneknya menggunakan satu kamar. Ruang Makan Penyesuaian Memanfaatkan ruang keluarga yang berada di area belakang Penghuni merasa sudah cukup jika nenek dan anak perempuan menggunakan satu kamar saja tanpa terpisah. Penghuni merasa dapur awal terlalu sempit untuk memasak. Area servis Penyesuaian Menambahkan di area belakang rumah Penghuni membutuhkan area untuk menjemur pakaian.

36 57 Parkir kendaraan Penyesuaian Menambahkan di area depan rumah Penghuni membutuhkan area untuk memarkirkan kendaraan mobilnya. Gambar Skema Proses Adaptasi Terdapat banyak proses adaptasi yang terjadi pada rumah penghuni K-90. Selain karena penghuni sudah 5 tahun tinggal di rumah tersebut, proses adaptasi yang banyak juga terjadi karena jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut cukup banyak, yaitu sebanyak 5 orang sehingga kebutuhan akan ruang juga lebih kompleks jika dibandingkan dengan penghuni yang lain. Selain itu, penghuni sebelumnya juga sudah melakukan modifikasi sehingga rumah dengan denah yang sekarang dianggap sudah cukup memenuhi kebutuhan keluarga. Ditinjau dari peraturan yang berlaku, perubahan yang dilakukan penghuni sudah taat aturan. Penghuni sudah mendapatkan izin tertulis untuk melakukan perubahan pada rumahnya dan perubahan yang dilakukan tidak menutupi bentuk bangunan semula.

37 Kesimpulan Proses Adaptasi Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil wawancara yang telah diuraikan di atas, maka didapatkan hasil kesimpulan bahwa proses adaptasi yang paling banyak terjadi berdasarkan hobi adalah adaptasi seluruhnya dengan melakukan reaksi dengan cara menambah. Penghuni cenderung melakukan penambahan tersebut di area depan rumah mereka. Alasannya adalah karena lahan yang masih dapat dimanfaatkan untuk menunjang aktivitas hobi adalah lahan depan rumah, sedangkan lahan belakang rumah sudah dimanfaatkan untuk area penambahan ruangan yang lain. Ditinjau dari lama menghuni, penghuni yang melakukan proses adaptasi ini seluruhnya adalah penghuni baru. Ditinjau dari peraturan perumahan yang tidak memperbolehkan penghuni untuk melakukan perubahan permanen yang bisa menutupi bentuk asli rumah, penghuni sudah menaatinya. Keterangan frekuensi proses adaptasi penghuni berdasarkan hobi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.2. Jumlah Frekuensi Proses Adaptasi Penghuni Ruangan Jumlah penghuni Adaptasi secara reaksi Adaptasi secara penyesuaian Hobi 2 2 0

38 Berdasarkan Sosial Hubungan Sosial Antar-penghuni 1. Penghuni K-27 Penghuni rumah nomor K-27 adalah bernama Timbul E.Z. Tobing dengan jumlah penghuninya adalah 5 orang terdiri dari ayah, ibu, dan 2 anak perempuan, dan 1 keponakan perempuan. Dari segi religi dan suku, penghuni menganut agama Kristen dan suku Batak. Penghuni sudah tinggal di rumah ini selama 3 tahun. Perubahan yang terjadi pada rumah ini terletak pada area luar dan dalam seperti yang terlihat pada denah berikut: Gambar denah awal Gambar denah akhir Ditinjau dari hubungan sosial antar-penghuni, penghuni mengatakan kenal dan sering berinteraksi dengan para tetangganya, walaupun tidak ada kegiatan sosial di perumahan yang diikuti penghuni. Ditinjau dari segi peraturan, penghuni sudah menaatinya. Penghuni sudah

39 60 mendapatkan izin tertulis dalam melakukan penambahan ini. Adanya hubungan sosial antarpenghuni menimbulkan proses adaptasi penghuni sebagai berikut: Perumahan Penghuni Persepsi: Rumah memiliki tempat untuk berinteraksi dengan penghuni lainnya di depan teras Di luar batas optimal Stres s Coping behaviour Adaptasi dengan cara reaksi Menambahkan bangku permanen di depan teras Penambahan Transformasi Fisik Gambar Skema Proses Adaptasi Sumber: Dokumentasi Pribadi Gambar Denah Proses Adaptasi Berlangsung Sumber: Dokumentasi Pribadi

40 61 2. Penghuni K-81 Penghuni rumah nomor K-81 adalah bernama Marudi Simamora dengan jumlah penghuninya adalah 3 orang terdiri dari ayah, ibu, dan 1 anak perempuan. Dari segi religi dan suku, penghuni menganut agama Islam dan suku Batak. Penghuni sudah tinggal di rumah ini selama 5 tahun. Perubahan yang terjadi pada rumah ini terletak pada area luar dan dalam seperti yang terlihat pada denah berikut: Gambar denah awal Gambar denah akhir Ditinjau dari hubungan sosial antar-penghuni, penghuni mengatakan kenal dan sering berinteraksi dengan para tetangganya. Kegiatan sosial yang diikuti penghuni di perumahan tersebut adalah wirit yang diadakan setiap hari Jumat. Ditinjau dari segi peraturan, penghuni sudah menaatinya. Penghuni sudah mendapatkan izin tertulis dalam melakukan penambahan

41 62 ini. Adanya hubungan sosial antar-penghuni menimbulkan proses adaptasi penghuni sebagai berikut: Penghuni Penghuni Persepsi: Rumah sempit untuk dijadikan tempat menyelenggarakan kegiatan sosial/ibadah Di luar batas optimal Stres s Coping behaviour 1. Menambah luas teras rumah 2. Menambah 2 bangku di depan teras sebagai tempat berinteraksi warga Penambahan Adaptasi dengan cara reaksi Transformasi Fisik Gambar Skema Proses Adaptasi Sumber: Dokumentasi Pribadi Gambar Denah Proses Adaptasi Berlangsung Sumber: Dokumentasi Pribadi

42 63 3. Penghuni K-107 Penghuni rumah nomor K-107 adalah bernama Amran dengan jumlah penghuninya adalah 4 orang terdiri dari ayah, ibu, 1 anak laki-laki, dan 1 anak perempuan. Dari segi religi dan suku, penghuni menganut agama Islam dan suku Minang. Penghuni sudah tinggal di rumah ini selama 3 tahun. Perubahan yang terjadi pada rumah ini terletak pada area luar dan dalam seperti yang terlihat pada denah berikut: Gambar denah awal Gambar denah akhir Ditinjau dari hubungan sosial antar-penghuni, penghuni mengatakan kenal dan sering berinteraksi dengan para tetangganya. Kegiatan sosial yang diikuti penghuni di perumahan tersebut adalah wirit yang diadakan setiap hari Jumat. Ditinjau dari segi peraturan, penghuni sudah menaatinya. Penghuni sudah mendapatkan izin tertulis dalam melakukan penambahan

43 64 ini. Adanya hubungan sosial antar-penghuni menimbulkan proses adaptasi penghuni sebagai berikut: Perumahan Penghuni Persepsi: Rumah sempit untuk dijadikan tempat menyelenggarakan kegiatan sosial/ibadah Di luar batas optimal Stres s Coping behaviour Adaptasi dengan cara reaksi 1. Menambah luas teras rumah 2. Menambah bangku permanen di depan pagar Penambahan Transformasi Fisik Gambar Skema Proses Adaptasi Sumber: Dokumentasi Pribadi Gambar Denah Proses Adaptasi Berlangsung Sumber: Dokumentasi Pribadi

44 65 4. Penghuni K-174 Penghuni rumah nomor K-174 adalah bernama Pintro Hutasoit dengan jumlah penghuninya adalah 5 orang terdiri dari ayah, ibu, dan 3 anak perempuan. Dari segi religi dan suku, penghuni menganut agama Kristen dan suku Batak. Penghuni sudah tinggal di rumah ini selama 15 tahun dan merupakan penghuni pertama. Perubahan yang terjadi pada rumah ini terletak pada area luar dan dalam seperti yang terlihat pada denah berikut: Gambar denah awal Gambar denah akhir Ditinjau dari hubungan sosial antar-penghuni, penghuni mengatakan kenal dan sering berinteraksi dengan para tetangganya, walaupun tidak ada kegiatan sosial di perumahan yang diikuti penghuni. Penghuni K-174 melakukan adaptasi Reaksi dengan cara menambahkan

45 66 bangku permanen di depan teras. Penghuni sudah tinggal di rumah selama 15 tahun sehingga tidak merasa keberatan untuk mengeluarkan dana pribadi untuk hal ini. Alasan penambahan ini dilakukan untuk mendapatkan area duduk yang lebar dan penghuni menjadi tidak perlu khawatir meskipun akan terkena air hujan. Ditinjau dari segi peraturan, penghuni sudah menaatinya. Penghuni sudah mendapatkan izin tertulis dalam melakukan penambahan ini. Proses adaptasi dapat dilihat pada skema berikut: Perumahan Penghuni Persepsi: Rumah sempit untuk dijadikan tempat menyelenggarakan kegiatan sosial/ibadah Di luar batas optimal Stres s Coping behaviour Adaptasi dengan cara reaksi Menambahkan bangku permanen di depan teras Penambahan Transformasi Fisik Gambar Skema Proses Adaptasi Sumber: Dokumentasi Pribadi Gambar Denah Proses Adaptasi Berlangsung Sumber: Dokumentasi Pribadi

46 67 5. Penghuni K-177 Penghuni rumah nomor K-177 adalah bernama Ahmad Erwin dengan jumlah penghuninya adalah 6 orang terdiri dari ayah, ibu, nenek dan 3 anak perempuan. Dari segi religi dan suku, penghuni menganut agama Islam dan suku Jawa. Penghuni sudah tinggal di rumah ini selama 10 tahun dan merupakan penghuni pertama. Perubahan yang terjadi pada rumah ini terletak pada area luar dan dalam seperti yang terlihat pada denah berikut: Gambar denah awal Gambar denah akhir Ditinjau dari hubungan sosial antar-penghuni, penghuni mengatakan kenal dan sering berinteraksi dengan para tetangganya. Penghuni K-177 melakukan adaptasi reaksi dengan menambahkan teras permanen lengkap dengan mejanya, di depan teras rumah. Alasan ini berhubungan dengan lama penghuni tinggal di rumah tersebut sudah cukup lama, yaitu 10

47 68 tahun, sehingga penghuni sudah merasa akrab dengan penghuni di sekitar dan ingin berinisiatif untuk membuat area duduk di rumahnya agar bisa menjadi tempat berkumpul yang bisa dimanfaatkan para penghuni lainnya saat sore hari. Kegiatan sosial yang diikuti penghuni di perumahan tersebut adalah wirit yang diadakan setiap hari Jumat. Ditinjau dari segi peraturan, penghuni sudah menaatinya. Penghuni sudah mendapatkan izin tertulis dalam melakukan penambahan ini. Adanya hubungan sosial antar-penghuni menimbulkan proses adaptasi penghuni sebagai berikut: Perumahan Penghuni Persepsi: Rumah memiliki tempat untuk berinteraksi dengan penghuni lainnya di depan teras Di luar batas optimal Stres s Coping behaviour Adaptasi dengan cara reaksi Menambahkan teras permanen Penambahan Transformasi Fisik Gambar Skema Proses Adaptasi Sumber: Dokumentasi Pribadi

48 69 Gambar Denah Proses Adaptasi Berlangsung Sumber: Dokumentasi Pribadi Proses Adaptasi pada Denah Rumah Ditinjau dari faktor sosial penghuni, yaitu berupa jumlah anggota keluarga serta kebutuhan-kebutuhan akan ruang, maka didapat hasil analisa proses adaptasi penghuni sebagai berikut:

49 70 1. Penghuni K-27 Kebutuhan akan ruang: Perumahan 1.Kamar mandi 2. Area servis 3. Dapur Di dalam batas optimal Homeostatis Penghuni Kebutuhan akan ruang: 1. Kamar 2. Gudang 3. Area servis 4. Ruang keluarga 5. Parkir kendaraan Diluar batas optimal Stress Coping behaviour RUANG PROSES ADAPTASI PENYEBAB Kamar Reaksi Menambahkan kamar pada area belakang Penghuni ingin mendapatkan kamar tambahan untuk keponakan perempuannya yang akan tinggal juga di rumah ini. Parkir kendaraan Penyesuaian Mengurangi area teras Penghuni membutuhkan area untuk memarkirkan kendaraan mobilnya.

50 71 Ruang Keluarga Penyesuaian Memanfaatkan area yang sebelumnya adalah ruang makan Gudang Penyesuaian Memanfaatkan area yang sebelumnya adalah kamar dan sudah tidak dibutuhkan lagi Area servis Penyesuaian Menambahkan area area servis di area bagian belakang rumah Penghuni lebih membutuhkan ruang keluarga yang lebih privat Ruangan lama dialihfungsi menjadi gudang untuk menyimpan barang-barang seperti lemari. Penghuni membutuhkan area untuk menjemur pakaian. Gambar Skema Proses Adaptasi Terdapat banyak proses adaptasi yang terjadi pada rumah penghuni K-27 meskipun penghuni baru tinggal di rumah tersebut selama 3 tahun. Proses adaptasi yang banyak dikarenakan jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut cukup banyak, yaitu sebanyak 5 orang sehingga kebutuhan akan ruang juga lebih kompleks jika dibandingkan dengan penghuni yang lain. Dilihat dari perubahannya, penghuni tidak melanggar peraturan yang ada pada rumah dinas. Penghuni sudah mendapatkan izin tertulis untuk melakukan perubahan pada rumahnya dan untuk berjualan di depan rumah. Perubahan yang dilakukan juga berada di area belakang rumah dan tidak menutupi bentuk bangunan semula.

51 72 2. Penghuni K-81 Kebutuhan akan ruang: Perumahan 1.Kamar 2. Dapur 3. Ruang makan 4. Jemuran Di dalam batas optimal Homeostatis Penghuni Kebutuhan akan ruang: 1. Kamar mandi 2. Jemuran (area servis) Diluar batas optimal Stress Coping behaviour RUANG PROSES ADAPTASI PENYEBAB Kamar Mandi Reaksi Menambahkan kamar mandi pada area belakang Area servis Reaksi Menambahkan di area belakang rumah Penghuni ingin mendapatkan kamar mandi tambahan. Penghuni membutuhkan area untuk menjemur pakaian. Gambar Skema Proses Adaptasi

52 73 Tidak terdapat banyak proses adaptasi yang terjadi pada rumah penghuni K-81 meskipun penghuni sudah cukup lama tinggal di rumah tersebut, yaitu selama 5 tahun. Proses adaptasi yang sedikit dikarenakan beberapa hal seperti jumlah anggota keluarga yang hanya 3 orang sehingga kebutuhannya tidak kompleks dan kebutuhan tersebut juga sudah dapat terpenuhi oleh hasil modifikasi yang dilakukan penghuni sebelumnya. Ditinjau dari peraturan yang berlaku, perubahan yang dilakukan penghuni saat ini sudah taat aturan. Penghuni sudah mendapatkan izin tertulis untuk melakukan perubahan pada rumahnya dan perubahan yang dilakukan tidak menutupi bentuk bangunan semula.

53 74 3. Penghuni K-107 Perumahan Kebutuhan akan ruang: 1.Kamar 2. Kamar mandi Di dalam batas optimal Homeostatis Penghuni Kebutuhan akan ruang: 1. Dapur 2. Gudang Diluar batas optimal Stress Coping behaviour RUANG PROSES ADAPTASI PENYEBAB Dapur Reaksi Memanfaatkan area yang semula merupakan ruang keluarga Gudang Penyesuaian Memanfaatkan area yang semula merupakan dapur dan yang sudah tidak terpakai lagi Penghuni merasa dapur yang ada sangatlah sempit untuk memasak dan tidak dapat digunakan sebagai ruang makan sekaligus Dapur lama dialihfungsi menjadi gudang untuk menyimpan barang-barang. Gambar Skema Proses Adaptasi

54 75 Tidak terdapat banyak proses adaptasi yang terjadi pada rumah penghuni K-107. Proses adaptasi yang sedikit dikarenakan beberapa hal seperti usia penghuni tinggal di rumah tersebut cukup sebentar yaitu 3 tahun, jumlah anggota keluarga yang hanya 4 orang sehingga kebutuhannya semakin sedikit, dan kebutuhan tersebut juga sudah dapat terpenuhi oleh hasil modifikasi yang dilakukan penghuni sebelumnya. Ditinjau dari peraturan yang berlaku, perubahan yang dilakukan penghuni saat ini sudah taat aturan. Penghuni sudah mendapatkan izin tertulis untuk melakukan perubahan pada rumahnya dan perubahan yang dilakukan tidak menutupi bentuk bangunan semula.

55 76 4. Penghuni K-174 Perumahan Kebutuhan akan ruang: 1.Kamar mandi Di dalam batas optimal Homeostatis Penghuni Kebutuhan akan ruang: 1. Kamar 2. Dapur 3. Jemuran (area servis) 4. Gudang Diluar batas optimal Stress Coping behaviour RUANG PROSES ADAPTASI PENYEBAB Kamar Reaksi Menambahkan di area belakang Penghuni ingin mendapatkan kamar terpisah untuk 1 anak perempuannya yang sudah beranjak dewasa. Penyesuaian Menyatukan kedua anak perempuan yang lain. Penghuni merasa sudah cukup jika kedua anak perempuannya yang lain menggunakan satu kamar. Dapur Reaksi Menambahkan area dapur di bagian belakang Penghuni merasa dapur semula terlalu sempit sehingga penghuni membuat dapur dengan ukuran lebih luas agar dapat dijadikan sebagai ruang makan sekaligus.

56 77 Area servis Reaksi Menambahkan area area servis sekaligus area servis untuk mencuci pakaian di bagian belakang rumah Penghuni membutuhkan area khusus untuk mencuci dan menjemur pakaian. Gudang Penyesuaian Memanfaatkan dapur awal Dapur lama dialihfungsi menjadi gudang untuk menyimpan barang-barang. Gambar Skema Proses Adaptasi Terdapat banyak proses adaptasi yang terjadi pada rumah penghuni K-174. Hal ini dikarenakan penghuni sudah 15 tahun tinggal di rumah ini sehingga kebutuhannya sudah semakin bertambah dan jumlah anggota keluarga yang banyak yaitu 5 orang. Banyaknya proses adaptasi juga dipengaruhi oleh status penghuni yang merupakan penghuni pertama rumah tersebut. Penghuni menganggap denah awal rumah tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga perlu memerlukan banyak perubahan. Ditinjau dari peraturan yang berlaku, perubahan yang dilakukan penghuni saat ini sudah taat aturan. Penghuni sudah mendapatkan izin tertulis untuk melakukan perubahan pada rumahnya dan perubahan yang dilakukan tidak menutupi bentuk bangunan semula

57 78 5. Penghuni K-177 Perumahan Kebutuhan akan ruang: 1.Kamar mandi 2. Parkir kendaraan Di dalam batas optimal Homeostatis Penghuni Kebutuhan akan ruang: 1. Kamar 2. Dapur 3. Ruang Keluarga 4. Jemuran (area servis) Diluar batas optimal Stress Coping behaviour RUANG PROSES ADAPTASI PENYEBAB Kamar Reaksi Menambahkan kamar di area belakang Penghuni ingin mendapatkan kamar tambahan untuk nenek Penyesuaian Menyatukan kedua anaknya di satu kamar yang lain. Penghuni merasa sudah cukup jika kedua anak perempuannya yang lain menggunakan satu kamar. Dapur Reaksi Menambahkan dapur di area Penghuni merasa dapur semula terlalu sempit sehingga penghuni membuat dapur dengan ukuran lebih luas agar

58 79 belakang Area servis Reaksi Menambahkan area jemur sekaligus area servis untuk mencuci pakaian di area belakang rumah. dapat dijadikan sebagai ruang makan sekaligus. Penghuni membutuhkan area khusus untuk mencuci dan menjemur pakaian Ruang Keluarga Reaksi Menambah di bagian belakang Penghuni memiliki anggapan bahwa ruang keluar harus berada di belakang dan terpisah dari ruang tamu. Gambar Skema Proses Adaptasi Terdapat banyak proses adaptasi yang terjadi pada rumah penghuni K-177. Proses adaptasi yang banyak dikarenakan jumlah anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut juga cukup banyak, yaitu sebanyak 5 orang sehingga kebutuhan akan ruang juga lebih kompleks jika dibandingkan dengan penghuni yang lain. Banyaknya proses adaptasi juga dipengaruhi oleh lama penghuni yang sudah tinggal 10 tahun di rumah tersebut sehingga kebutuhannya juga semakin bertambah dan karena penghuni merupakan penghuni pertama. Penghuni menganggap denah awal rumah tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga perlu memerlukan banyak perubahan.

59 80 Dilihat dari perubahannya, penghuni tidak melanggar peraturan yang ada pada rumah dinas. Penghuni sudah mendapatkan izin tertulis untuk melakukan perubahan pada rumahnya dan untuk berjualan di depan rumah Kesimpulan Proses Adaptasi Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil wawancara yang telah diuraikan di atas, maka didapatkan hasil kesimpulan bahwa proses adaptasi yang terjadi dari sisi hubungan sosial antar-penghuni, seluruhnya adalah adaptasi dengan melakukan reaksi dengan cara menambah atau memperluas teras. Penghuni yang melakukan adaptasi ini mayoritas adalah penghuni yang sudah lama tinggal di rumah dinas tersebut. Hal ini berkaitan karena semakin lama penghuni tinggal di rumah tersebut, penghuni semakin menganggap rumah tersebut sebagai rumah pribadi dan tidak masalah untuk mengeluarkan dana tambahan untuk melakukan modifikasi tersebut. Penghuni yang mengikuti aktivitas sosial pada perumahan cenderung memiliki teras yang lebar dengan alasan agar bisa dimanfaatkan jika kegiatan sosial tersebut diadakan di rumahnya. Dalam hal ini tidak ada yang melakukan adaptasi dengan cara penyesuaian. Keterangan frekuensi proses adaptasi penghuni berdasarkan sosial dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 5.3. Jumlah Frekuensi Proses Adaptasi Penghuni Ruangan Jumlah penghuni Adaptasi secara reaksi Adaptasi secara penyesuaian Hobi 5 5 0

60 81 Ditinjau dari denah rumah penghuni dan berdasarkan hasil pengamatan dan hasil wawancara yang telah diuraikan di atas, maka didapatkan hasil kesimpulan bahwa proses adaptasi yang paling banyak terjadi pada penghuni adalah adaptasi dengan melakukan reaksi dengan cara menambah. Hal ini lebih banyak jika dibandingkan dengan yang melakukan adaptasi dengan cara penyesuaian. Dari segi kebutuhan-kebutuhan akan ruang, penghuni cenderung beradaptasi dengan langsung menambahkan bangunan permanen di area belakang rumah yang lahannya masih bisa dimanfaatkan. Adapun jenis ruangan yang terbentuk dari proses adaptasi adalah kamar, kamar mandi, dapur, ruang makan, ruang keluarga, area servis, parkir kendaraan, dan gudang. Proses adaptasi yang paling banyak terjadi adalah berupa penambahan jumlah kamar tidur dan area menjemur. 8 dari 10 penghuni menambah jumlah kamar pada rumahnya dengan alasan kamar yang tersedia tidak cukup untuk menampung jumlah penghuni yang banyak sehingga salah satu cara mengatasinya adalah dengan membangun kamar tambahan. Namun, ada juga penghuni yang melakukan adaptasi dengan penyesuaian dengan cara menggabungkan beberapa penghuni menjadi satu kamar. Hal ini biasa terjadi jika penghuni memiliki anak yang masih kecil ataupun berjenis kelamin sama.

61 82 Gambar Kamar Kemudian, proses adaptasi yang paling banyak berikutnya terjadi pada area servis. Berdasarkan kebutuhan ini, penghuni cenderung beradaptasi dengan melakukan reaksi dengan cara menambahkan area servis tersebut di belakang rumah. Hal ini dikatakan karena banyak para penghuni menganggap bahwa daerah mencuci atau menjemur pakaian (area servis) paling tepat jika berada di area belakang rumah. Terdapat juga penghuni yang melakukan penyesuaian dengan cara memanfaatkan area depan maupun di belakang rumah. Gambar Area Servis

62 83 Selanjutnya, proses adaptasi terbanyak terjadi pada dapur. Penghuni melakukan adaptasi dengan cara reaksi dalam hal ini. Menambahkan langsung dapur pada bagian belakang rumah menjadi proses adaptasi yang dilakukan mayoritas penghuni. Alasan penambahan ini karena dapur yang tersedia cukup sempit untuk memasak ataupun digunakan sebagai ruang makan. Gambar Dapur Proses adaptasi terbanyak selanjutnya adalah dengan penyesuaian sehingga mendapatkan ruangan gudang. Penghuni beradaptasi dengan cara memanfaatkan ruangan kosong untuk dialihfungsikan menjadi gudang penyimpanan barang. Ruang yang dimanfaatkan antara lain adalah dapur atau kamar mandi yang sudah tidak dipakai lagi atau kamar yang tidak diperlukan. Tidak ada penghuni yang dengan sengaja menambahkan ruangan gudang, namun dengan alasan memanfaatkan ruangan yang ada, beberapa penghuni akhirnya memiliki gudang pada rumahnya.

63 84 Gambar Gudang Selanjutnya adalah ruang keluarga dan area parkir kendaraan. Proses adaptasi untuk mendapatkan area parkir kendaraan adalah dengan mengurangi area teras yang dianggap tidak dibutuhkan penghuni dan kemudian dijadikan untuk tempat parkir kendaraan. Ini hanya terjadi pada penghuni yang memiliki kendaraan mobil di rumahnya. Gambar Parkiran Mobil

64 85 Dan untuk ruang keluarga, proses adaptasi yang terjadi adalah dengan cara reaksi dengan menambahkan ruang keluarga pada bagian belakang. Alasan penambahan ini beragam, ada yang karena menginginkan ruang keluarga terpisah dari ruang tamu dan ada juga yang karena ingin mendapatkan ruang makan sekaligus sehingga letaknya berdekatan dengan dapur. Gambar Ruang Keluarga Selanjutnya, proses adaptasi terbanyak terjadi pada kamar mandi. Penghuni seluruhnya melakukan adaptasi dengan cara reaksi dalam hal ini. Alasan penambahan ini adalah karena kamar mandi yang tersedia dianggap sangat sempit sehingga penghuni melakukan adaptasi dengan menambah jumlah kamar mandi ataupun mengubah ukurannya agar semakin luas.

65 86 Gambar Kamar Mandi Dan yang terakhir, proses adaptasi yang paling sedikit terjadi adalah dengan cara reaksi dengan cara menambahkan ruang makan. Penambahan ruang makan terjadi untuk penghuni yang menginginkan terletaknya meja makan dan karena tidak cukup jika harus diletakkan pada dapur awal yang ukurannya dianggap sempit, sehingga pada akhirnya mereka menambahkan ruang makan dekat dengan area dapur. Gambar Ruang Makan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Perumahan adalah sebagai berikut: Pengertian Dinas adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Perumahan adalah sebagai berikut: Pengertian Dinas adalah sebagai berikut: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Perumahan Dinas TNI-AD Pengertian Perumahan adalah sebagai berikut: Menurut Undang-undang nomor 4 tahun 1992, pengertian rumah adalah bangunan yang dijadikan sebagai tempat

Lebih terperinci

Perubahan Pola Tata Ruang Unit Hunian pada Rusunawa Bayuangga di Kota Probolinggo

Perubahan Pola Tata Ruang Unit Hunian pada Rusunawa Bayuangga di Kota Probolinggo Perubahan Pola Tata Ruang Unit Hunian pada Rusunawa Bayuangga di Kota Probolinggo Damianus Andrian 1 dan Chairil Budiarto 2 1 Mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Adaptasi Perilaku dan Modifikasi sebagai Proses Menciptakan Hunian Ideal Bagi Penghuni Perumahan Massal

Adaptasi Perilaku dan Modifikasi sebagai Proses Menciptakan Hunian Ideal Bagi Penghuni Perumahan Massal TEMU ILMIAH IPLBI 2014 Adaptasi Perilaku dan Modifikasi sebagai Proses Menciptakan Hunian Ideal Bagi Penghuni Perumahan Massal Feni Kurniati (1), Hanson E. Kusuma (2) (1) Program Studi Magister Arsitekur,

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian tentang perilaku warga di rumah tinggal di kawasan pantai Purus kota Padang, maka telah di dapatkan jawaban tentang bagaimana orang

Lebih terperinci

BAB V. DUSUN SINGGAHAN (Unit Amatan 1) berbeda-beda dan membentuk ruang-ruang historis, dimana batas-batas

BAB V. DUSUN SINGGAHAN (Unit Amatan 1) berbeda-beda dan membentuk ruang-ruang historis, dimana batas-batas BAB V DUSUN SINGGAHAN (Unit Amatan 1) 5.1 Gambaran Umum Dusun Singgahan 5.1.1 Ruang Historis Perkembangan yang terjadi pada tiap dusun dikampung inggris berbeda-beda dan membentuk ruang-ruang historis,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi...1. Daftar Gambar...4. Daftar tabel...7. Kata Pengantar...8. Bab I: Pendahuluan...9

DAFTAR ISI. Daftar Isi...1. Daftar Gambar...4. Daftar tabel...7. Kata Pengantar...8. Bab I: Pendahuluan...9 DAFTAR ISI Daftar Isi...1 Daftar Gambar...4 Daftar tabel...7 Kata Pengantar...8 Bab I: Pendahuluan...9 1.1. Latar Belakang... 9 1.2. Rumusan Masalah... 10 1.3. Tujuan Penelitian... 10 1.4. Batasan dan

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

Tropical. Family Home LIVING. For Perfect Bathroom. One Package of Lighting, Decoration and Architecture. Harmonious Home Office HOME LIVING

Tropical. Family Home LIVING. For Perfect Bathroom. One Package of Lighting, Decoration and Architecture. Harmonious Home Office HOME LIVING Rp. 45.000,- (luar Jawa Rp. 50.000,-) HOME LIVING EDISI 26 / Style, Trend & Inspirations Harmonious Home Office One Package of Lighting, Decoration and Architecture For Perfect Bathroom Tropical Family

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Karakteristik penghuni yang mempengaruhi penataan interior rumah susun

BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Karakteristik penghuni yang mempengaruhi penataan interior rumah susun BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian diketahui telah terjadi suatu pola perubahan pada unit hunian rumah susun sewa Sombo. Perubahan terjadi terutama pada penataan ruang hunian yang

Lebih terperinci

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga

Lebih terperinci

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN

KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN Jurnal Ilmiah Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh: PIPIET GAYATRI SUKARNO 0910651009 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Gambar 4. Blok Plan Asrama UI. Sumber : Survei. Untuk kamar AC diletakkan pada lantai 1 agar mudah dalam

Gambar 4. Blok Plan Asrama UI. Sumber : Survei. Untuk kamar AC diletakkan pada lantai 1 agar mudah dalam Gambar 4. Blok Plan Asrama UI Sumber : Survei Untuk kamar AC diletakkan pada lantai 1 agar mudah dalam perawatan atau maintenance AC tersebut. Kamar untuk yang memakai AC merupakan kamar yang paling besar

Lebih terperinci

EVALUASI BENTUK LAY OUT UNIT HUNIAN PADA RUSUN HARUM TEBET JAKARTA

EVALUASI BENTUK LAY OUT UNIT HUNIAN PADA RUSUN HARUM TEBET JAKARTA EVALUASI BENTUK LAY OUT UNIT HUNIAN PADA RUSUN HARUM TEBET JAKARTA Susy Irma Adisurya Program Studi Desain Interior Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Trisakti E-mail: susyirma@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Menurut Sugiyono (2004) metode penelitian adalah suatu cara-cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan suatu data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan,

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Ada beberapa fasilitas fisik di kamar tidur 1 yang belum ergonomis, yaitu tempat tidur ukuran double, meja rias, kursi rias dan console table. 2. Fasilitas

Lebih terperinci

BAB VI. DUSUN MANGUNREJO (Unit Amatan 2) berbeda-beda dan membentuk ruang-ruang historis, dimana batas-batas

BAB VI. DUSUN MANGUNREJO (Unit Amatan 2) berbeda-beda dan membentuk ruang-ruang historis, dimana batas-batas BAB VI DUSUN MANGUNREJO (Unit Amatan 2) 6.1 Gambaran Umum Dusun Mangunrejo 6.1.1 Ruang Historis Perkembangan yang terjadi pada tiap dusun dikampung inggris berbeda-beda dan membentuk ruang-ruang historis,

Lebih terperinci

LAMPIRAN A KUISIONER

LAMPIRAN A KUISIONER 0 LAMPIRAN A KUISIONER A-1 LAMPIRAN A KUISIONER Metode penentuan sampling yang digunakan dalam kajian ini adalah menggunakan non probability sampling, dimana metode ini lebih tepat digunakan dalam kajian

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN USAHA RUMAH KOST DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN USAHA RUMAH KOST DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU, PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN USAHA RUMAH KOST DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU, Menimbang : a. bahwa dengan perkembangan Kota Banjarbaru yang

Lebih terperinci

kompetensi dasar Peta Konsep bagian tempat atau bangunan Kata Kunci

kompetensi dasar Peta Konsep bagian tempat atau bangunan Kata Kunci Lingkungan Alam dan Buatan Bab kompetensi dasar Membuat denah dan peta linkungan rumah dan sekolah 3 Denah Peta Konsep Denah bagian tempat atau bangunan dan Peta Peta Penampakan bumi atau wilayah rumah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki BAB V KONSEP 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pencapaian Pejalan Kaki Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki Sisi timur dan selatan tapak terdapat jalan utama dan sekunder, untuk memudahkan

Lebih terperinci

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1 0.15 8.60 2.88 Pada area lantai,1 ruang parkir di perluas dari yang sebelumnya karena faktor jumlah kendaraan pada asrama yang cukup banyak. Terdapat selasar yang difungsikan sebagai ruang tangga umum

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan metode statistik deskriptif. Penelitian kuantitatif merupakan jenis penelitian yang berlandaskan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pasar Oeba selain sebagai layanan jasa komersial juga sebagai kawasan permukiman penduduk. Kondisi pasar masih menghadapi beberapa permasalahan antara lain : sampah

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena

BAB II METODE PENELITIAN. metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena BAB II METODE PENELITIAN II.1 Bentuk Penelitian Bentuk yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sebagaimana dikatakan Nawawi (1990:64) bahwa metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha dunia pendidikan semakin hari semakin meningkat yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. usaha dunia pendidikan semakin hari semakin meningkat yang mengakibatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingginya laju pembangunan ilmu pengetahuan mengakibatkan aktivitas usaha dunia pendidikan semakin hari semakin meningkat yang mengakibatkan semakin tingginya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV didapatkan temuan-temuan mengenai interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas yang membentuk karakter urban

Lebih terperinci

ADAPTASI SPASIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DABAG SLEMAN YOGYAKARTA

ADAPTASI SPASIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DABAG SLEMAN YOGYAKARTA 647 ADAPTASI SPASIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DABAG SLEMAN YOGYAKARTA SPATIAL ADAPTATION OF RESIDENT IN DABAG SIMPLE FLATS SLEMAN YOGYAKARTA Oleh: Muhamad Arif Afandi, Pendidikan Seni Rupa,

Lebih terperinci

Renny Melina. dan bersosialisasi antara keluarga dapat terganggu dengan adanya kehadiran pekerja dan kegiatan bekerja di dalamnya.

Renny Melina. dan bersosialisasi antara keluarga dapat terganggu dengan adanya kehadiran pekerja dan kegiatan bekerja di dalamnya. Rumah + Laundry : Strategi Privasi pada Ruang Tinggal dan Bekerja Renny Melina sebagai tempat beristirahat dan bersosialisasi di antara anggota keluarga. Ketika rumah tinggal juga dijadikan sekaligus sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu Magang

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu Magang 12 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu Magang Kegiatan magang berlangsung sekitar tiga bulan (Tabel 1) dimulai pada bulan Februari dan berakhir pada bulan Mei Tabel 1 Kegiatan dan Alokasi Waktu Magang Jenis Kegiatan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU Maharani Puspitasari 1, Antariksa 2, Wulan Astrini 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. b. Usia : 51 tahun. d. Pekerjaan KK : Buruh lepas (sablonan) e. Alamat : Sambiroto 11 RT 05 RW 07

BAB III TINJAUAN KASUS. b. Usia : 51 tahun. d. Pekerjaan KK : Buruh lepas (sablonan) e. Alamat : Sambiroto 11 RT 05 RW 07 BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian (30 juni 2010) 1. Data Umum a. Nama KK : Tn. S b. Usia : 51 tahun c. Pendidikan : SD d. Pekerjaan KK : Buruh lepas (sablonan) e. Alamat : Sambiroto 11 RT 05 RW 07 f.

Lebih terperinci

POLA RUANG DALAM RUMAH PANGGONG DI KAMPUNG BONTANG KUALA

POLA RUANG DALAM RUMAH PANGGONG DI KAMPUNG BONTANG KUALA POLA RUANG DALAM RUMAH PANGGONG DI KAMPUNG BONTANG KUALA Yazid Dwi Putra Noerhadi 1, Antariksa 2, dan Abraham Mohammad Ridjal 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMBANGUNAN KOTA SEKOLAH PASCA SARJANA FAKULTAS TEKNIK

MANAJEMEN PEMBANGUNAN KOTA SEKOLAH PASCA SARJANA FAKULTAS TEKNIK MANAJEMEN PEMBANGUNAN KOTA SEKOLAH PASCA SARJANA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA JUDUL PENELITIAN EVALUASI PASCA HUNI PERUMNAS MANDALA MEDAN PENELITI RAIMUNDUS PAKPAHAN 087020021/AR PEMBIMBING

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari konstruksi keterkaitan kategori-kategori yang didapat didapatkan temuantemuan : 1. Bentuk a. Lokasi jumlah dapur 1. Pemakaian dapur aktif 2 selalu memisahkan

Lebih terperinci

31 kegiatan yang menyebabkan kerusakan di hulu DAS dan juga melihat bagaimana pemangku kepentingan tersebut melakukan upaya penyelamatan hulu DAS Cita

31 kegiatan yang menyebabkan kerusakan di hulu DAS dan juga melihat bagaimana pemangku kepentingan tersebut melakukan upaya penyelamatan hulu DAS Cita 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penentuan tempat dilatarbelakangi oleh tujuan penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data untuk memperoleh pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tebing Tinggi adalah adalah satu dari tujuh kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara, yang berjarak sekitar 78 kilometer dari Kota Medan. Kota Tebing Tinggi terletak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Metode yang diterapkan pada peneliti ini yaitu metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Studi kasus adalah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹.

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Untuk mengetahui maksud dari judul diatas, maka perlu diuraikan arti masing masing kata : Klaten : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. yang berada di Desa Bantul, Kecamatan Bantul pada bulan Januari 2017 sampai

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. yang berada di Desa Bantul, Kecamatan Bantul pada bulan Januari 2017 sampai III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Taman Kota dan Jalur Hijau Jalan yang berada di Desa Bantul, Kecamatan Bantul pada bulan Januari 2017 sampai

Lebih terperinci

JUDUL TESIS KONSEP PERANCANGAN RUMAH SUSUN BAGI PEDAGANG PASAR STUDI KASUS : PASAR OEBA, KELURAHN FATUBESI, KOTA KUPANG

JUDUL TESIS KONSEP PERANCANGAN RUMAH SUSUN BAGI PEDAGANG PASAR STUDI KASUS : PASAR OEBA, KELURAHN FATUBESI, KOTA KUPANG JUDUL TESIS KONSEP PERANCANGAN RUMAH SUSUN BAGI PEDAGANG PASAR STUDI KASUS : PASAR OEBA, KELURAHN FATUBESI, KOTA KUPANG LATAR BELAKANG PENDAHULUAN : a) Hunian merupakan kebutuhan dasar manusia, dan hak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 127 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bagian ini merupakan akhir dari seluruh tahapan studi yang telah dilakukan. Bab ini berisi temuan dan kesimpulan studi yang menjelaskan secara umum mengenai ketersediaan

Lebih terperinci

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang

Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang Sirkulasi Bangunan Rumah Tinggal Kampung Kauman Kota Malang Rosawati Saputri 1, Antariksa 2, Lisa Dwi Wulandari 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

BAB III: TAHAP FINALISASI METODE PENELITIAN

BAB III: TAHAP FINALISASI METODE PENELITIAN BAB III: TAHAP FINALISASI METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Pendekatan dengan menggunakan metode komparatif mengenai ergonomi sebagai landasan dalam penelitian yang telah banyak dilakukan oleh beberapa

Lebih terperinci

dengan penuh hormat. rumah. mata.

dengan penuh hormat. rumah. mata. Kegiatan Norma-norma di Masyarakat Perhatikan cerita berikut baik-baik. Alin dan Keluarganya Alin sekarang duduk di kelas III. Ia tinggal bersama kedua orangtuanya. Keluarga Alin hidup dengan disiplin.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian yang dilakukan penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yakni penelitian yang menghasilkan data

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMAKASIH... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian...

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PERMUKIMAN TUMBUH DIATAS LAHAN BENCANA LUMPUR LAPINDO

BAB IV ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PERMUKIMAN TUMBUH DIATAS LAHAN BENCANA LUMPUR LAPINDO BAB IV ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PERMUKIMAN TUMBUH DIATAS LAHAN BENCANA LUMPUR LAPINDO Analisis konsep perencanaan merupakan proses dalam menentukan apa saja yang akan dirumuskan sebagai konsep

Lebih terperinci

: MEMBANGUN BARU, MENAMBAH, RENOVASI, BALIK NAMA

: MEMBANGUN BARU, MENAMBAH, RENOVASI, BALIK NAMA Perihal : Permohonan Surat Izin Mendirikan Bangunan Pangkajene Sidenreng,.................... Kepada Yth. Bupati Sidenreng Rappang Cq, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Yang bertandatangan

Lebih terperinci

PROGRAM RUANG. 1. Bagian Depan Kelompok Elemen Unsur Kegiatan Bagian Komersial Kios Perdagangan barang-barang kebutuhan sehari-hari

PROGRAM RUANG. 1. Bagian Depan Kelompok Elemen Unsur Kegiatan Bagian Komersial Kios Perdagangan barang-barang kebutuhan sehari-hari PROGRAM RUANG A. Jenis 1. Bagian Depan Kelompok Elemen Unsur Kegiatan Bagian Komersial Kios Perdagangan barang-barang kebutuhan sehari-hari Toilet Pengrajin tempe dan tahu Buang air kecil dan besar Produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai mahluk sosial, manusia akan senantiasa berinteraksi dengan mahluk lain sehingga aktivitas-aktivitas sosial mereka dapat terpenuhi. Interaksi sosial yang menjadi

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 4 BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 1.1 Faktor Tapak dan Lingkungan Proyek Kasus proyek yang dibahas disini adalah kasus proyek C, yaitu pengembangan rancangan arsitektural model permukiman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan mulai Agustus 2014 sampai dengan Desember 2014. Observasi lapangan dilakukan di Kampus I dan II Universitas

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Micky Mouse merupakan salah satu bentuk industri pengecer toko (store retailing), tepatnya termasuk ke dalam jenis Toko Serba Ada (Departement Stores) yaitu toko yang menjual berbagai lini produk,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. Pengertian Tema 3.1.1. Green Architecture (Arsitektur Hijau) Banyak orang memiliki pemahaman berbeda-beda tentang Green Architecture, ada yang beranggapan besaran volume bangunan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. Kegiatan yang terjadi di dalam asrama dibagi berdasarkan pengelompokan jenis. kegiatan yang dilakukan oleh pengguna asrama, yaitu :

BAB IV ANALISA. Kegiatan yang terjadi di dalam asrama dibagi berdasarkan pengelompokan jenis. kegiatan yang dilakukan oleh pengguna asrama, yaitu : BAB IV ANALISA IV.1. Aspek Non Fisik IV.1.1 Analisa Kegiatan Kegiatan yang terjadi di dalam asrama dibagi berdasarkan pengelompokan jenis kegiatan yang dilakukan oleh pengguna asrama, yaitu : a) Kelompok

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang ini merupakan suatu wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, serta film untuk anak-anak. Selain sebagai

Lebih terperinci

SITEPLAN & BLOKPLAN. (Berdasarkan Kelompok Kegiatan)

SITEPLAN & BLOKPLAN. (Berdasarkan Kelompok Kegiatan) SITEPLAN & BLOKPLAN (Berdasarkan Kelompok Kegiatan) BLOKPLAN 9 0 6 KETERANGAN 5 4 5 7 2. PINTU MASUK KENDARAAN 2. PINTU MASUK/KELUAR PEJALAN KAKI 3. PINTU KELUAR KENDARAAN 4. LAPANGAN 5. AREA PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari, karena kedua hal tersebut adalah kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari, karena kedua hal tersebut adalah kebutuhan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Terkait Objek Perancangan Setiap manusia sangat membutuhkan kebutuhan sandang dan pangan dalam kehidupan sehari-hari, karena kedua hal tersebut

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ISTRI YANG BEKERJA DI LUAR RUMAH DI DESA TANGGUL KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO

BAB III DESKRIPSI ISTRI YANG BEKERJA DI LUAR RUMAH DI DESA TANGGUL KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO BAB III DESKRIPSI ISTRI YANG BEKERJA DI LUAR RUMAH DI DESA TANGGUL KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO A. Gambaran Umum Desa Tanggul Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo Desa Tanggul merupakan desa yang

Lebih terperinci

PERATURAN-PERATURAN DAN TATA TERTIB WARGA ATAU PENGHUNI CLUSTER DELUXE THE CIBUBUR

PERATURAN-PERATURAN DAN TATA TERTIB WARGA ATAU PENGHUNI CLUSTER DELUXE THE CIBUBUR PERATURAN-PERATURAN DAN TATA TERTIB WARGA ATAU PENGHUNI CLUSTER DELUXE THE ADDRESS @ CIBUBUR 1. Umum 1.1. Setiap warga harus menggunakan hunian sesuai dengan peruntukannya/fungsinya yang telah disetujui

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PEMANFAATAN RUANG PUBLIK DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN KOPASSUS DI CIJANTUNG

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PEMANFAATAN RUANG PUBLIK DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN KOPASSUS DI CIJANTUNG HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PEMANFAATAN RUANG PUBLIK DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PENGHUNI RUMAH SUSUN KOPASSUS DI CIJANTUNG S K RI P S I Untuk Memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan pesatnya perkembangan kota, membutuhkan sarana dan prasarana untuk menunjang berbagai aktivitas masyarakat kota. Meningkatnya aktivitas

Lebih terperinci

Abstrak. i Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. i Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui strategi penanggulangan stres pada perawat instalasi bedah sentral/ operasi kamar (OK) di rumah sakit X Bandung. Pemilihan sampel menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan perkotaan yang begitu cepat, memberikan dampak terhadap pemanfaatan ruang kota oleh masyarakat yang tidak mengacu pada tata ruang kota yang

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga 19 BAB IV KONDISI UMUM 4.1. Letak, Batas, dan Luas Tapak TPU Tanah Kusir merupakan pemakaman umum yang dikelola oleh Suku Dinas Pemakaman Jakarta Selatan di bawah Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta.

Lebih terperinci

BAB V K O N S E P P E R A N C A N G A N

BAB V K O N S E P P E R A N C A N G A N BAB V K O N S E P P E R A N C A N G A N V.1 Perancangan Siteplan Siteplan massa bangunan berorientasi kepada pantai Selat Sunda dan Gunung Krakatau. Pada siteplan ini jalan utama untuk memasuki kawasan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PENDEKATAN ARSITEKTUR PANTI ASUHAN TERPADU DI KOTA SEMARANG

BAB III ANALISA PENDEKATAN ARSITEKTUR PANTI ASUHAN TERPADU DI KOTA SEMARANG BAB III ANALISA PENDEKATAN ARSITEKTUR PANTI ASUHAN TERPADU DI KOTA SEMARANG 3.1 Analisa Pendekatan Arsitektur 3.1.1 Studi Aktivitas a. Pengelompokan Aktivitas Terdapat beberapa aktivitas yang terdapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif deskriptif. (Dalam literatur Moleong, 2009) menurut Bogdan dan

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif deskriptif. (Dalam literatur Moleong, 2009) menurut Bogdan dan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode yang diterapkan pada penelitian ini yaitu dengan metode kualitatif deskriptif. (Dalam literatur Moleong, 2009) menurut Bogdan dan Taylor,

Lebih terperinci

BAB IV PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP PENATAAN PASAR TRADISIONAL

BAB IV PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP PENATAAN PASAR TRADISIONAL BAB IV PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP PENATAAN PASAR TRADISIONAL Pada bab sebelumnya telah dibahas mengenai kriteria dan indikator kinerja yang diperlukan untuk dapat mendeskripsikan kondisi

Lebih terperinci

DENAH LINGKUNGAN RUMAH DAN SEKOLAH

DENAH LINGKUNGAN RUMAH DAN SEKOLAH DENAH LINGKUNGAN RUMAH DAN SEKOLAH Bab 2 Peta Konsep Denah Lingkungan Rumah Denah Lingkungan Sekolah Mempelajari tentang Cara Membuat Denah dan Peta Lingkungan Rumah Cara Membuat Denah dan Peta Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan desa diarahkan untuk mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya dari masyarakat perdesaaan agar mampu lebih berperan secara aktif dalam pembangunan desa.

Lebih terperinci

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM Tirta Ujung merupakan mata air alami di Desa Ujung yang dibendung menjadi kolam, yang kemudian digunakan warga setempat untuk melakukan ritual

Lebih terperinci

ketertiban biasakanlah mematuhi tata tertib tata tertib melatih sikap disiplin sejak kecil kita disiplin sudah besar jadi orang berguna

ketertiban biasakanlah mematuhi tata tertib tata tertib melatih sikap disiplin sejak kecil kita disiplin sudah besar jadi orang berguna tema 5 ketertiban gambar 5.1 masuk kelas dengan tertib biasakanlah mematuhi tata tertib tata tertib melatih sikap disiplin sejak kecil kita disiplin sudah besar jadi orang berguna kamu harus mampu setelah

Lebih terperinci

Di Rusun Mereka "Dimanja", di Perahu Mereka Menderita...

Di Rusun Mereka Dimanja, di Perahu Mereka Menderita... Di Rusun Mereka "Dimanja", di Perahu Mereka Menderita... http://megapolitan.kompas.com/read/2016/04/21/10481831/di.rusun.mereka.dimanja.di.perahu.mereka.menderita KOMPAS/RADITYA HELABUMIRumah Susun Rawa

Lebih terperinci

BAB III METODE PERENCANAAN

BAB III METODE PERENCANAAN BAB III METODE PERENCANAAN 1.1 Wilayah Perencanaan Perencanan TPST ini berlokasi di Kelurahan Pemurus Dalam yang terletak di Kecamatan Banjarmasin Selatan, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia.

Lebih terperinci

STRATEGI PENYELESAIAN RUMAH TINGGAL ISLAMI BERLAHAN SEMPIT DI KAMPUNG CEMANI (Desain Kreatif Perumahan Berbasis Keterbatasan)

STRATEGI PENYELESAIAN RUMAH TINGGAL ISLAMI BERLAHAN SEMPIT DI KAMPUNG CEMANI (Desain Kreatif Perumahan Berbasis Keterbatasan) STRATEGI PENYELESAIAN RUMAH TINGGAL ISLAMI BERLAHAN SEMPIT DI KAMPUNG CEMANI (Desain Kreatif Perumahan Berbasis Keterbatasan) Muhammad Haedar Anas 1, Yusuf Eko Utomo 2 dan Qomarun 3 1,2,3 Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga tempat kediaman yang dapat memenuhi syarat-syarat kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. juga tempat kediaman yang dapat memenuhi syarat-syarat kehidupan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut (Mulyani dan Frick, 2006) rumah tinggal yang biasa disebut dengan tempat tinggal bukan sekedar sebuah bangunan (structural), namun juga tempat kediaman yang

Lebih terperinci

GENDER DALAM TERITORI

GENDER DALAM TERITORI GENDER DALAM TERITORI Oleh Dina Fatimah Abstrak. Teritori merupakan suatu wujud pembagian wilayah kekuasaan. Teritori sangat berkaitan dengan pemahaman akan keruangan. Pada manusia, teritorialitas ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Mulai. Inventarisasi permasalahan dan kebutuhan data. Survei

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Mulai. Inventarisasi permasalahan dan kebutuhan data. Survei BAB III METODOLOGI Pembahasan metodologi meliputi uraian tahapan pelaksanaan studi dan uraian analisa yang digunakan. Adapun tahapan yang dilakukan dalam studi ini meliputi tahap Inventarisasi permasalahan

Lebih terperinci

KONSEP PENGOLAHAN DESAIN RUMAH TUMBUH. Nursyarif Agusniansyah 1, Kurnia Widiastuti 2

KONSEP PENGOLAHAN DESAIN RUMAH TUMBUH. Nursyarif Agusniansyah 1, Kurnia Widiastuti 2 ISSN : 0853-2877 Konsep MODUL Pengolahan vol 16 NO Desain 1 Januari Rumah Juni Tumbuh 2016 KONSEP PENGOLAHAN DESAIN RUMAH TUMBUH Nursyarif Agusniansyah 1, Kurnia Widiastuti 2 1) Dosen Prodi Arsitektur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di daerah kota-kota besar di Indonesia contohnya kota Medan. Hal seperti ini sering terjadi pada

Lebih terperinci

Fadilah et al., Pendapatan Wanita...

Fadilah et al., Pendapatan Wanita... 1 Pendapatan Wanita yang Berprofesi Sebagai Guru Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Pokok Keluarga (Studi Kasus Pada Guru PNS Wanita di Desa Nogosari Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember Tahun 2013) Fike Hikmatul

Lebih terperinci

BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH

BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH BAB II IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH 2.1 Permasalahan Keluarga Berbicara tentang permasalahan keluarga, setiap keluarga pastilah memiliki permasalahan tersendiri dalam membina rumah tangga. Tidak

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis 185 BAB VI HASIL PERANCANGAN Bab enam ini akan menjelaskan tentang desain akhir perancangan apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis tapak dan objek. 6.1 Tata Massa

Lebih terperinci

LAMPIRAN 3 ANGKET KUESIONER RUMAH KOS IDAMAN MAHASISWA

LAMPIRAN 3 ANGKET KUESIONER RUMAH KOS IDAMAN MAHASISWA 154 LAMPIRAN 3 ANGKET KUESIONER RUMAH KOS IDAMAN MAHASISWA A. Identitas Responden Pendidikan Jenis Kelamin : P / W : S1 / S2 / S3 / Pendapatan per Bulan : Rp. 2.000.000

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Semakin berkurangnya lahan di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung untuk membuat rumah-rumah tinggal, menjadikan beberapa perusahaan mendirikan alternatif hunian lain seperti apartemen.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk semakin hari semakin meningkat. Semakin meningkatnya jumlah penduduk maka semakin meningkat pula kebutuhan air bersih. Peningkatan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA BAB II: TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Student Housing Student housing atau asrama mahasiswa didefinisikan sebagai suatu fasilitas tempat penginapan yang ditunjukan untuk anggota suatu kelompok, umumnya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Makan Waroeng Steak & Shake

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Makan Waroeng Steak & Shake 31 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Rumah Makan Waroeng Steak & Shake 4.1.1 Sejarah Rumah Makan Waroeng Steak and Shake Rumah Makan Waroeng Steak & Shake didirikan oleh pasangan suami-istri

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. ini dilakukan sebagai pendekatan dalam desain Rumah Susun yang

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. ini dilakukan sebagai pendekatan dalam desain Rumah Susun yang BAB IV ANALISIS PERANCANGAN Perancangan Rumah Susun Sederhana Sewa bagi pekerja ini terdiri dari analisis tapak, analisis fungsi, analisis pengguna, analisis aktivitas, analisis ruang, analisis utilitas

Lebih terperinci

Bentuk dan Konstruksi Bangunan Rumah Nelayan Rumput Laut, Kabupaten Bantaeng

Bentuk dan Konstruksi Bangunan Rumah Nelayan Rumput Laut, Kabupaten Bantaeng TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Bentuk dan Konstruksi Bangunan Rumah Nelayan Rumput Laut, Kabupaten Bantaeng Pratiwi Mushar (1), Victor Sampebulu (1) tiwiarch19@gmail.com (1) Labo bahan, struktur dan kontruksi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 17 TAHUN : 1996 SERI : B NO : 3 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 17 TAHUN : 1996 SERI : B NO : 3 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 17 TAHUN : 1996 SERI : B NO : 3 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR 5 TAHUN 1996 TENTANG USAHA PEMONDOKAN DI KOTAMADYA

Lebih terperinci

Perubahan Konsep Dapur Hunian Akibat Kebutuhan Pengguna pada Perumahan (Studi Kasus: Perumahan Vila Bukit Tidar Malang)

Perubahan Konsep Dapur Hunian Akibat Kebutuhan Pengguna pada Perumahan (Studi Kasus: Perumahan Vila Bukit Tidar Malang) Perubahan Konsep Dapur Hunian Akibat Kebutuhan Pengguna pada Perumahan (Studi Kasus: Perumahan Vila Bukit Tidar Malang) Umamah Al Batul 1 dan Rinawati P. Handajani 2 1 Mahasiswi Jurusan Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci