BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Ruwatan Potong Rambut Gimbal di Dieng

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Ruwatan Potong Rambut Gimbal di Dieng"

Transkripsi

1 BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Ruwatan Potong Rambut Gimbal di Dieng Bagi masyarakat Indonesia, ritual budaya merupakan salah satu warisan leluhur yang masih dilakukan hingga saat ini. Ritual budaya tersebut mempunyai cara, maksud dan tujuan yang berbeda-beda antara kelompok masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya dalam pelaksanaannya. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan lingkungan tempat tinggal, adat serta tradisi yang diwariskan secara turun temurun. Ruwatan potong rambut gimbal adalah salah satu ritual budaya yang masih dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat Dieng, Kabupaten Wonosobo. Gambar 7. Penonton menyaksikan prosesi ruwatan 1. Ruwatan Potong Rambut Gimbal Dieng berasal dari bahasa kawi, Di memiliki arti tempat atau gunung dan hyang yang berarti dewa, sehingga Dieng dapat diartikan sebagai tempat tinggi yang menjadi persemayaman para dewa. Di wilayah ini terjadi fenomena unik yaitu rambut gimbal yang tumbuh di kalangan anak-anak Wonosobo atau Dieng yang muncul bukan dari bawaan lahir atau sejak lahir. 29

2 30 Rambut gimbal ini muncul kurang lebih ketika anak tersebut beranjak dua tahun. Kemunculan tumbuh rambut gimbal datang secara tiba-tiba yakni ditandai dengan sakit panas dan esok harinya tiba-tiba rambutnya telah melekat satu dengan lainnya atau menjadi gimbal. Meskipun telah dikeramas, rambut yang telah gimbal tersebut tidak kembali seperti semula dan harus dilakukan upacara ruwatan agar rambut mereka tumbuh normal kembali. Anak-anak rambut gimbal ini memiliki jenis rambut gimbal yang beraneka ragam yaitu: a. Gimbal Pari, rambut gimbal yang tumbuh memanjang membentuk ikatan kecil-kecil menyerupai bentuk padi. b. Gimbal Jatha, rambut gimbal yang memiliki sekumpulan rambut gimbal yang besar besar tetapi tidak lekat menjadi satu. c. Gimbal Wedhus, merupakan rambut gimbal yang menyerupai bulu domba. Fenomena rambut gimbal itu menurut kepercayaan masyarakat setempat berhubungan dengan asal-usul terbentuknya Kabupaten Wonosobo yang salah satu bagian wilayahnya berupa Dataran Tinggi Dieng. Pada zaman dahulu dipercaya ada seorang sesepuh yang bernama Kyai Kolodete yang telah berhasil membuka dan membangun kawasan Wonosobo untuk pertama kalinya. Kyai Kolodete adalah seorang tumenggung dari kerajaan Medang Kamuliang, yaitu kerajaan yang berdiri sebelum kerajaan Majapahit dan sesudah kerajaan Kediri. Kyai Kolodete dipercaya memiliki kekuatan spiritual. Beliau dipercaya oleh Ratu Laut Selatan untuk menjaga Dataran Tinggi Dieng. Salah satu ciri khas dari Kyai Kolodete ini adalah rambutnya yang gimbal atau

3 31 dalam istilah lokal disebut gimbal atau masyarakat sekitar lebih sering menyebutnya gimbal. Ada beberapa versi tentang asal-usul munculnya anak-anak rambut gimbal di Dieng. Versi yang pertama ialah zaman dahulu kala rambut gimbal dipercaya sebagai titipan Kyai Kolodete. Kyai Kolodete merupakan salah satu tokoh yang membuka atau babad alas Wonosobo dan Kyai Kolodete juga berambut gimbal. Konon Kyai Kolodete sangat menyukai dan menyayangi anak-anak kecil, beliau pun menitipkan rambut gimbal beliau kepada anakanak di Wonosobo. Kyai Kolodete berpesan bahwa anak-anak yang memiliki rambut gimbal merupakan keturunannya dan pesan beliau untuk tidak menyiasiakan mereka karena anak ini sangatlah istimewa. Versi kedua menceritakan bahwa Kyai Kolodete merupakan seorang pejuang yang memiliki rambut gimbal. Konon rambut gimbal yang dimiliki Kyai Kolodete sangatlah panjang hingga sampai telapak kaki. Rambut gimbal beliau dianggap mengganggu saat perang tiba sehingga dititipkan kepada anak-anak yang disayanginya. Kyai Kolodete telah mewariskan atau menitipkan rambut gimbal beliau kepada anak cucunya yang berada di Dataran Tinggi Dieng. Roh Kyai Kolodete kemudian menjadi penguasa di daerah pegunungan Dieng. Versi lain yang tak berkaitan dengan Kyai Kolodete adalah rambut gimbal merupakan kutukan dari Raja Kidang Garungan yang merasa ditipu oleh Putri Shinta Dewi. Versi ini berkaitan dengan legenda terjadinya kawah Sikidang. Raja Kidang Garungan ingin meminang Putri Shinta Dewi yang cantik jelita. Namun Sang Putri tidak ingin menerima lamaran raja tersebut

4 32 karena Raja Kidang Garungan tak berkepala manusia melainkan berkepala kijang. Untuk menolaknya, Putri Shinta Dewi mengajukan syarat agar dibuatkan sumur untuk wilayah kekuasaannya yang tengah dilanda kekeringan dalam satu hari. Persyaratan tersebut disetujui oleh sang Raja. Putri Shinta Dewi yang tak mau mengakui kesaktian raja tersebut dan harus menikahinya jika persyaratannnya terpenuhi, ia pun mengubur hidup-hidup saat Raja Kidang Garungan menggali sumur. Raja tak terima ditipu begitu saja, ia mengutuk seluruh keturunan Putri Shinta Dewi akan berambut gimbal. Dalam kesehariannya, anak-anak yang berambut gimbal di Dataran Tinggi Dieng tidaklah berperilaku berbeda dari anak-anak lainnya yang berambut normal, hanya saja mereka terkadang terlihat lebih aktif dan kuat. Perkelahian antara sesama anak berambut gimbal pun sering terjadi, misalnya dalam perebutan mainan. Jika ditanya mengenai perasaan mereka memiliki rambut yang berbeda dari kebanyakan orang pada umumnya, mereka menganggap hal itu biasa saja. Hal itu disebabkan karena mereka masih kanak-kanak sehingga belum mengerti dan belum memikirkan masalah penampilan. Kepercayaan masyarakat Dieng bahwa anak berambut gimbal merupakan titisan Kyai Kolodete membuat mereka memberikan perlakuan yang berbeda terhadap anak-anak gimbal. Mereka menganggap bahwa kedudukan anak gimbal lebih tinggi dari anak sebayanya yang lain karena anak gimbal dipercaya dapat memberikan berkah bagi keluarga dan lingkungan di sekitarnya. Bahkan, ada sebagian warga yang meyakini bahwa adanya anak berambut gimbal dapat membuat hasil panen petani melimpah dan dagangan

5 33 para pedagang menjadi laku keras. Tak mengherankan jika setiap permintaan dan ucapan dari si anak gimbal dinilai seperti ucapan leluhur yang harus selalu dituruti. Jika tidak dituruti, petaka bisa menimpa keluarga, bahkan dampaknya bisa meluas ke warga sekitarnya. Selain itu, anak gimbal juga dipercaya memiliki kemampuan untuk melakukan kontak batin dengan makhluk halus. Di satu sisi, anak gimbal memang dipercaya dapat memberikan berkah. Namun, di sisi lain kehadiran anak gimbal juga menyebabkan keresahan tersendiri bagi keluarganya sebab jika si anak gimbal tetap memiliki rambut gimbal sampai mereka remaja, petaka akan datang dan mencelakai si anak gimbal. Anak gimbal tersebut dapat berubah menjadi gila, atau bahkan meninggal dunia. Namun sayangnya, prosesi pemotongan rambut gimbal ini tidak dapat sertamerta dilaksanakan. Pemotongan rambut gimbal harus merupakan keinginan pribadi dari si anak berambut gimbal. Jadi, meskipun pihak keluarga mencoba memotong rambut gimbal anaknya berkali-kali tanpa ada keinginan dari si anak, rambut gimbal si anak tersebut akan tetap tumbuh. Bahkan hal itu dapat menyebabkan anak tersebut menjadi sakit. Hal itulah yang menimbulkan kerisauan tersendiri bagi keluarga si anak gimbal. 2. Eksistensi Ruwatan Potong Rambut Gimbal di Dieng Saat Ini Masyarakat Jawa memang tak lepas dari tradisi warisan leluhur, salah satunya adalah tradisi ruwatan anak-anak Dieng yang berambut gimbal atau gembel (sebutan untuk anak berambut gimbal oleh warga sekitar Dieng) dengan penuh kasih sayang dan harus mengembalikan rambut yang dianggap sebagai titipan dari leluhur Dieng. Tradisi ini tentu masih dijaga oleh warga

6 34 Dieng dengan mengadakan ruwatan bilamana sang anak gimbal tersebut meminta untuk diruwat. Upacara adat ini menjadi salah satu event tahunan dalam Dieng Culture Festival. DCF merupakan sebuah gagasan dari pelaku wisata kawasan Dieng yang tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata Dieng Pandawa, acara tersebut menggabungkan konsep budaya dengan wahana wisata alam. Diselenggarakan pertama kali pada tahun 2010 atas kerjasama dari Equator Sinergi Indonesia, Pokdarwis Dieng Pandawa dan Dieng Ecotourism. Sebelum adanya event Dieng Culture Festival sudah ada acara serupa yakni Pekan Budaya Dieng yang diadakan oleh masyarakat dan pemuda Dieng. Ketika memasuki tahun ke-3 Pekan Budaya, bersamaan dengan berdirinya Kelompok Sadar Wisata dan masyarakat merubah nama event tersebut menjadi Dieng Culture Festival. POKDARWIS Dieng Pandawa adalah sebuah wadah komunitas atau kelompok pemuda, pemudi, dan pelaku sadar wisata yang berasal dari kawasan Dieng, termasuk di antaranya dari pelaku homestay, tour guide, UKM, kerajinan, agrowisata, keamanan serta pemasaran. Adapun tujuan dari POKDARWIS Dieng Pandawa yaitu mengenalkan pada masyarakat tentang pentingnya sadar wisata dan juga sebagai bentuk dukungan pengembangan pariwisata Dieng serta melestarikan peninggalan budaya leluhur yang ada di sekitarnya. 3. Komponen Ritual Ruwatan Potong Rambut Gimbal a. Peralatan yang Digunakan dalam Prosesi Ruwatan Peralatan yang dipergunakan dalam prosesi ruwatan potong rambut gimbal terdiri dari:

7 35 1) Dupa, dalam tradisi ruwatan dupa tidak boleh ketinggalan, dupa digunakan untuk berdoa. 2) Gentong air, gayung, bunga (kembang setaman) yang dipergunakan untuk memandikan peserta ruwatan. 3) Gunting digunakan untuk memotong rambut gimbal. 4) Mangkok berisi air dan bunga untuk tempat rambut yang sudah dipotong. 5) Tujuh lembar kain putih yang melambangkan kesucian peserta ruwatan. 6) Dua puluh satu uang logam yang melambangkan rejeki bagi peserta ruwatan. 7) Cincin emas sebagai lambang kekuatan dan keagungan. 8) Jajan pasar seperti jadah, jenang, bubur merah, bubur putih, wajik, buah-buahan. b. Pakaian yang Digunakan untuk Prosesi Ritual Ruwatan Potong Rambut Gimbal 1) Kain Jarik Kain Jarik yang dipakai biasanya adalah kain batik dengan motif lereng, kain bermotif lereng ini melambangkan keagungan dan kewibawaan, sehingga peserta yang mengikuti prosesi terlihat lebih agung dan berwibawa. 2) Baju Atasan Peserta pria memakai baju beskap hitam atau warna lain tetapi polos tanpa motif dan blangkon. Peserta wanita memakai kain kebaya

8 36 dengan warna bebas. Warna-warna yang beragam ini melambangkan keanekaragaman budaya dan suku bangsa. 3) Pakaian Putih Pakaian warna putih ini dipilih sebagai lambang kesucian dan kebersihan hati peserta ruwatan. 4. Makna Ruwatan Rambut Gimbal di Desa Dieng Fenomena rambut gimbal sudah ada sejak dahulu kala dan secara turun temurun tradisi ruwatan potong rambut gimbal masih dilakukan hingga sekarang. Keadaan tersebut menandakan bahwa makna ruwatan potong rambut gimbal masih dimengerti dan dipercayai oleh masyarakat Dieng. Pemahaman masyarakat Dieng tentang makna simbolik ruwatan potong rambut gimbal tersebut melalui sebuah proses komunikasi kultural dengan memanfaatkan atau menggunakan media cerita. Bagi masyarakat Dieng fenomena rambut gimbal sering menjadi bahan cerita, terkadang menjadi obrolan yang menarik bagi mereka dengan menggunakan bahasa asli mereka. Implikasi dari cerita dan obrolan tersebut yang menjadikan masyarakat Dieng secara keseluruhan mengerti akan makna simbolik ruwatan potong rambut gimbal. Tidak hanya mengerti tentang makna di balik ruwatan itu saja tetapi juga tata cara dan bagaimana harus menangani anak berambut gimbal harus mereka pahami. Bagi mereka yang mempunyai anak yang berambut gimbal, tata cara tersebut harus dipelajari. Dalam hal ini tata cara aturan mengenai rambut gimbal dapat diperoleh dari tokoh- tokoh pemangku adat dan sesepuh Desa lewat momen ngendong. Jadi ngendong bagi pemangku adat merupakan cara

9 37 untuk mengkomunikasikan makna simbolik ruwatan potong rambut gimbal, juga merupakan media pembelajaran bagi mereka yang memiliki anak berambut gimbal. Pemaknaan masyarakat Dieng terhadap ritual potong rambut gimbal tidak sertamerta dilakukan oleh masyarakat atau lembaga kultural setempat, tapi melalui proses yang cukup panjang. Proses pemaknaan dan pola ini jelas membutuhkan interaksi masyarakat dengan kultural lingkungannya. Karena itu beberapa aspek atau faktor yang ada dalam kehidupan masyarakat Dieng sangat berperan. Makna yang timbul dimasyarakat bisa berawal dan diawali dari latar budaya yang mereka miliki. Budaya ruwatan potong rambut gimbal yang hingga sekarang masih dilakukan merupakan indikasi bahwa masyarakat Dieng yang masih memegang teguh tradisi-tradisi nenek moyang mereka, meskipun seiring dengan berkembangnya jaman proses dan tata caranya memengalami pergeseran namun esensi dari ruwatan tersebut tetap sama. Di sisi lain, latar agama masyarakat tidak bertentangan dengan ruwatan potong rambut gimbal. Mayoritas agama di Dieng masih tergolong Islam kejawen, yang justru masih kental dengan adat istiadat dan mitos-mitos serta kearifan lokal. Selain itu tingkat pendidikan yang relatif rendah membentuk pola pikir masyarakat cenderaung terpengaruh oleh kebudayaan yang ada. Dari hasil interaksi beberapa elemen yang ada di masyarakat Dieng tersebut terciptalah makna simbolik ruwatan potong rambut gimbal sehingga disepakati untuk mengadakan kegiatan ritual, lewat upacara adat, setiap

10 38 pemotongan rambut Gimbal. Keadaan tersebut menjadikan sebuah kelompok kultur masyarakat di Dieng. Bagi masyarakat Dieng, upacara ruwatan ini memiliki makna yang sangat sakral dalam kehidupan mereka. Ketenangan hati mereka akan tercapai jika anak mereka yang memiliki rambut gimbal telah diruwat dan dipotong rambut gimbalnya. Mereka sangat yakin dan percaya sekali bahwa setelah anaknya yang berambut gimbal diruwat dan dipotong rambutnya yang gimbal maka si anak tersebut akan terbebas dari apa yang dititipkan oleh Kyai Kolodete. 3. Urutan Prosesi Ruwatan Rambut Gimbal Sebelum anak gimbal memasuki masa remaja, rambut gimbal yang dimilikinya harus dipotong guna menghindari petaka yang mungkin terjadi. Namun, pemotongan rambut gimbal ini hanya bisa dilaksanakan apabila si anak sendiri yang memintanya dan pelaksanaannya biasanya dilakukan melalui sebuah upacara adat yang disebut ruwatan. Ruwatan, dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia (1990), berarti upacara untuk membebaskan orang dari nasib buruk yang akan menimpa. Ruwatan ini biasanya dipimpin oleh sesepuh desa atau orang yang dianggap memiliki ilmu magis yang berasal dari desa tersebut. Upacara ruwatan rambut gimbal di Dieng itu bertujuan untuk memohon kepada Tuhan agar malapetaka yang menimpa anak berambut gimbal dihilangkan serta agar anak tersebut terbebas dari pengaruh kesaktian roh Kyai Kolodete sehingga rambut gimbal si anak dapat berubah kembali normal.

11 39 Gambar 8. Prosesi ruwatan Sama seperti halnya upacara adat yang lain, ruwatan potong rambut gimbal memiliki tahapan-tahapan tersendiri. Proses upacara ini dijabarkan sebagai berikut: a. Kirab Anak-anak gimbal yang akan diruwat wajib di-kirab (melakukan pawai) yang dimulai dari rumah pemangku adat di desa Dieng Kulon menuju ke komplek candi pandawa (Arjuna) sejauh satu kilometer. Kirab dilakukan dengan berjalan kaki bersama-sama rombongan orang yang membawa sesaji tasyakuran. Sepanjang kirab itu berlangsung para penonton pun ikut mengikuti sampai lokasi peruwatan. b. Keramas Sesampainya di pemberhentian pertama, anak-anak gimbal tersebut lehernya dikalungi selendang (kain mori) putih oleh pemangku adat. Kemudian anak-anak itu langsung dicuci rambutnya. Upacara pencucian

12 40 rambut dengan air sumur dan kembang tujuh rupa ini dipimpin oleh pemangku adat. Sang pemangku adat memimpinnya dengan mantramantra khusus dan doa agama islam yang dibawakan dengan bahasa Jawa. c. Penyambutan di Panggung Hiburan Setelah melewati tahap pencucian rambut, para anak gimbal dibawa ke panggung hiburan yang letaknya tak jauh dari sendang sedayu. Anak gimbal beserta ribuan penonton akan dihibur oleh pertunjukan kesenian seperti Ampyak-Ampyak Pringgondhani, dan tarian-tarian tradisional khas Dieng. d. Pemotongan Rambut Gimbal Setelah melewati tiga tahap sebelumnya akhirnya masuklah pada inti acara. Pemotongan rambut anak gimbal dilakukan tepat di depan candi Arjuna. Di depan candi telah berjajar berbagai sesaji dan barang yang diminta oleh anak gimbal tersebut. Prosesi ini masih dipimpin oleh pemangku adat, tetapi siapa saja boleh memotong rambut gimbal dari anak tersebut. Turis asing sekalipun pernah memotong rambut gimbal dari salah seorang anak yang diruwat. e. Larung Rambut gimbal yang sudah dipotong tadi kemudian dibungkus dengan kain mori berwarna putih. Potongan rambut gimbal ini dilarung di Telaga Warna. Tahapan yang terakhir kali ini merupakan sebuah pilihan. Melarung atau menghanyutkan rambut gimbal ke sebuah telaga bukanlah hal yang wajib untuk dilakukan. Masing-masing keluarga memiliki hak untuk itu. Makna dari pelarungan tersebut adalah mengembalikan apa

13 41 yang telah diberikan oleh alam. Semua yang diberikan kemudian dikembalikan. 4. Simbol Instrumen Ruwatan Potong Rambut Gimbal a. Tumpeng Robyong Tumpeng Robyong adalah tumpeng putih yang harus ada ketika ritual ruwatan potong rambut gimbal, bentuknya sama seperti tumpeng pada umumnya yaitu berbentuk kerucut, ditaruh di atas tampah yang ujung atas tumpeng terdapat telur ayam utuh. Bawang merah utuh, cabai merah, aneka buah seperti tomat, salak, dan apel semuanya ditusuk seperti sate menggunakan bilah dari bambu yang tertancap melingkar di sekelilingnya. Makna Tumpeng robyong menurut masyarakat Dieng adalah bahwa hidup ini senantiasa dikelilingi berbagai sifat-sifat kehidupan siluman, agar lepas dari gangguan itu harus dibuat sesaji agar terlepas dari cengkeraman siluman dan kembali berkembang secara wajar. b. Jajan Pasar Jajan pasar adalah berbagai jenis makanan kecil yang biasa dijual di pasarpasar seperti jenang, onde-onde, dan apem. Makna dari jajan pasar adalah diharapkan setelah diruwat bisa lebih dewasa tidak lagi seperti anak kecil, tetapi dapat hidup mandiri dapat menjadi teladan. c. Bakaran Menyan Saat prosesi ruwatan tepatnya sebelum membaca doa menyan dibakar. Asap pembakaran menyan tersebut bermaksud agar doa yang diminta bisa sampai kepada Tuhan yang Maha Kuasa.

14 42 d. Larungan Rambut Gimbal Larungan adalah pembuangan rambut gimbal ke sungai Serayu yang ada di Dieng, sungai tersebut mengalir sampai laut selatan. Pelarungan potongan rambut gimbal ke sungai menyimbolkan pengembalian bala (kesialan) yang dibawa si anak kepada para dewa dan Nyi Roro Kidul. B. Koloni sebagai Penerbit Buku Komik Tentang Upacara Ruwatan Rambut Gimbal di Dieng Koloni yang memiliki kepanjangan Komik Lokal Indonesia ini merupakan salah satu penerbit komik lokal bagian dari PT Gramedia Utama yang telah menerbitkan komik lokal sejak tahun Pada tahun 2007 penerbit ini vakum tidak merilis komik lokal tanpa alasan tertentu, kemudian kembali aktif merilis komik anak bangsa di tahun Koloni berlokasi di Gedung Kompas Gramedia lantai 3 Jalan Palmerah Barat Jakarta Pusat. 1. Ketentuan Publikasi Koloni kembali membuka kesempatan kerjasama dengan pekomik lokal melalui jalur penerbitan cetak dan digital. Untuk jalur penerbitan cetak, jenis komik yang lebih besar kemungkinan untuk diterima adalah: a. Komik Religi b. Komik Edukasi c. Komik Pengembangan Diri d. Komik Curhat e. Komik Perjalanan (Travelling)

15 43 Tak hanya komik yang berdasarkan kisah nyata, Koloni juga menerima komik fiksi dan mencari jenis komik sebagai berikut: a. Komedi b. Slice of Life atau kehidupan sehari-hari Setelah pemuatan naskah selesai, Koloni menyarankan naskah untuk dikirimkan dalam bentuk CD/DVD dengan kelengkapan sebagai berikut: a. Logline, Sinopsis (singkat padat) b. Hasil final komik Anda, minimal 1 bab pertama (dalam bentuk Hi-res JPG, ukuran 112 x 176 atau 132 x 200 mm, western binding). Untuk distribusi digital, kami menerima komik berwarna. c. Data Diri: Nama lengkap sesuai KTP/kartu NPWP, alamat sesuai kartu NPWP/KTP, nomor rekening bank & nama sesuai buku tabungan, alamat , nomor telepon yang bisa dihubungi. Kemudian naskah komik tersebut dikirimkan ke redaksi Koloni dengan alamat: Redaksi komik Koloni Gedung Kompas Gramedia lantai 3 Jalan Palmerah Barat Jakarta Pusat Royalti Koloni menggunakan sistem royalti, dalam artian Koloni akan membayarkan sejumlah uang dari estimasi jumlah eksemplar komik yang berhasil diserap pasar (Minimum Guaranteed Royalty System). Sistem ini persis sama dengan kerjasama yang dilakukan dengan penerbit dari luar negeri.

16 44 C. Target Market dan Target Audience Berdasarkan data yang dikumpulkan, maka target market dan target audience dapat dijabarkan ke dalam poin-poin berikut: 1. Demografis a) Jenis Kelamin : remaja laki-laki dan perempuan b) Usia : tahun c) Pendidikan : SMP hingga perguruan tinggi 2. Psikografis Minat membaca buku untuk remaja di Indonesia masihlah rendah, terlebih untuk remaja yang tidak dibiasakan membaca buku sedari kecil. Mereka cenderung memilih buku yang tampak menarik kovernya atau lebih banyak berisi gambar seperti komik. Remaja Indonesia lebih memilih komik bergenre komedi kehidupan sehari-hari, romansa dan aksi. Untuk saat ini, komik jepang atau yang disebut manga masih menjadi pilihan pertama mereka meskipun ketertarikan pada komik lokal mulai meningkat. 3. Hasil Pengumpulan Data Untuk mengetahui pengetahuan, minat dan pandangan masyarakat mengenai komik, dibutuhkan data dengan cara menyebarkan angket terbuka kepada masyarakat secara online. Angket disebarkan melalui website bernama surveymonkey,com. Dasar dari penyebaran angket ini adalah untuk mengetahui pola perilaku para target audience sehingga dapat dibuat media yang tepat untuk menerapkan komunikasi mengenai produk yang bersangkutan kepada target audience yang dituju. Berikut pertanyaanpertanyaan yang diajukan dalam survei:

17 45 a. Usia 2% 29% 69% tahun tahun >24 tahun b. Jenis kelamin 58% 42% Laki-laki Perempuan c. Seringkah anda membaca komik? 20% 9% 71% Ya Tidak Jarang

18 46 d. Seringkah anda membaca komik lokal? 16% 9% Ya Tidak 75% e. Media apa yang anda gunakan untuk membaca komik? 46% 20% 26% Buku Komik Web Comic Koran/Majalah Semuanya 8% f. Selama ini, anda meminjam atau membeli buku komik? 36% Meminjam 54% Membeli Keduanya 10%

19 47 g. Genre komik yang sering anda baca 3% 12% 9% 14% 16% 12% 34% fantasy romance comedy slice of life mystery aksi lainnya h. Apa yang anda cari dari membaca komik? 52% 25% 23% Gambar Alur cerita keduanya i. Menurut anda, style apa yang menarik untuk komik? 0% 18% Jepang Amerika Eropa 82%

20 j. Apakah anda mengenal tentang ruwatan potong rambut gimbal di Dieng? 48 32% Ya Tidak 68% D. Kompetitor/Komparasi 1. Garudayana Gambar 9. Garudayana oleh Is Yuniarto Komik lokal karya Is Yuniarto yang rilis di tahun 2009 dan diterbitkan oleh Koloni. Garudayana mengangkat tema wayang yang merupakan cerita yang biasanya didasarkan pada epos Ramayana atau Mahabarata dengan

21 49 karakter utamanya yaitu Kirana. Kisahnya sendiri mengenai petualangan Kinara sang seorang pencari harta karun yang pada suatu hari menemukan telur Garuda di situs kuno Lembah Para Batara. Namun ternyata situs tersebut adalah tempat persembunyian seekor Ashura Api yang sedang menantikan menetasnya telur Garuda untuk dimangsa. Tokoh pewayangan yang senantiasa muncul lainnya adalah Gatotkaca. Komik ini ditargetkan untuk anak usia remaja baik laki-laki maupun perempuan untuk mengenalkan cerita pewayangan dengan gaya pop manga. Garudayana didistribusikan ke seluruh Indonesia. Promosi yang dilakukan dimulai dari launching buku, melalui website dan media sosial. Gambar 10.Garudayana oleh Is Yuniarto

22 50 2. Merdeka di Sunda Kelapa Komik karya salah satu anak bangsa yang diterbitkan oleh Koloni pada tahun Ockto Baringbing, Seta dan Bayu mengangkat tentang sejarah perjuangan Indonesia melawan penjajah. Merdeka di Sunda Kelapa mengisahkan tentang Dani dan teman sekelompok tugas sekolahnya mengunjungi tugu proklamasi. Mereka lagi-lagi mendapatkan pengalaman tak biasa, terbawa ke masa lalu dan ikut berjuang bersama para pahlawan nasional demi bisa kembali ke dunia nyata. Dalam buku komik Merdeka di Bukit Selarong, Dani dan teman-temannya membantu Pangeran Dipenogoro. Kini ia dan yang lain turut bertarung bersama Fatahillah melawan penjajah Portugis. Gambar 11. Merdeka di Sunda Kelapa karya Ockto Baringbing, Seta, Bayu (sumber: m&c website) Komik ini ditargetkan untuk pembaca remaja yang menyukai sejarah ataupun untuk mempelajari tentang perjuangan pahlawan nasional. Merdeka di Sunda Kelapa didistribusikan ke seluruh Indonesia. Promosi yang dilakukan melalui website dan jejaring sosial.

23 51 E. Analisa SWOT Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan game Pusaka Nusantara maka digunakan analisis SWOT. Analisis SWOT adalah suatu metode perancangan yang digunakan untuk mengevalusi empat segi kekuatan (strenght), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman(threat). Berikut penjabarannya: 1. Kekuatan (strenght) Kekuatan dari komik ruwatan potong rambut gimbal terletak pada konsep cerita yang mengangkat tema budaya Indonesia terlebih fokus pada salah satu adat istiadatnya. Saat ini belum banyak komikus lokal yang menciptakan komik dengan tema tersebut. 2. Kelemahan (weakness) Hanya terfokus pada salah satu kegiatan tradisi lokal membuat komik ini sulit memasukkan unsur kebudayaan lain. Terlebih lagi genre yang diangkat adalah kehidupan sehari-hari yang belum tentu menarik untuk sebagian pembaca. 3. Peluang (opportunity) Minimnya komik Indonesia yang mengangkat tema tentang budaya Indonesia serta minat pembaca terhadap komik lokal yang mulai tumbuh menjadikan kekuatan bagi komik ruwatan rambut gimbal di Dieng. 4. Ancaman (threat) Semakin banyaknya komikus lokal yang membuat komik dengan tema budaya dan penyajiannya lebih menarik menjadi ancaman utama bagi komik ini.

24 Dari paparan tersebut maka muncullah analisa data melalui Analisa 52 SWOT. Analisa Ruwatan Potong Garudayana Merdeka di Sunda Rambut Gimbal di Kelapa Dieng Strenght Weakness Opportunity Threat Belum ada komik yang mengangkat tema ini Mengenalkan salah satu budaya Indonesia Hanya mengangkat tentang ruwatan rambut gimbal Genre slice of life Minimnya komik yang menceritakan adat-istiadat Indonesia Semakin banyaknya komikus lokal yang memulai menciptakan komikkomik yang mengangkat tema yang lebih menarik Mengangkat tema pewayangan yang dianggap membosankan oleh anak muda saat ini Salah satu komik lokal yang menghidupkan kembali produksi komik lokal Komik bersambung yang tidak memiliki jadwal terbit tetap membuat pembaca menunggu kelanjutannya Mulai banyaknya pembaca manga yang menanti karya komikus lokal menjadi kesempatan komik ini untuk lebih banyak pembaca Jika muncul komik tema wayang yang lebih menarik dari Garudayana, maka tak heran jika peminatnya mulai beralih ke komik lain Mengangkat tema perjuangan Indonesia yang dapat menjadi pembelajaran bagi pelajar Indonesia Kurang stabilnya gambar komikus membuat komik ini terlihat tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh Minimnya komik lokal tentang perjuangan pahlawan yang melibatkan tokoh dari masa depan Jika muncul tema perjuangan yang lebih menarik dari sisi visual maupun storytelling, maka peminatnya dapat beralih ke komik lain

MAKNA SIMBOLIK RUWATAN CUKUR RAMBUT GEMBEL DI DESA DIENG KEJAJAR WONOSOBO

MAKNA SIMBOLIK RUWATAN CUKUR RAMBUT GEMBEL DI DESA DIENG KEJAJAR WONOSOBO Abstrak MAKNA SIMBOLIK RUWATAN CUKUR RAMBUT GEMBEL DI DESA DIENG KEJAJAR WONOSOBO Oleh : Moh. Choirul Arif Andin Fathurrahman Rambut Gimbal dalam masyarakat Dieng Wonosobo adalah bentuk fisik yang unik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman juga telah membawa perubahan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman juga telah membawa perubahan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman juga telah membawa perubahan pada kebudayaan-kebudayaan yang ada disuatu daerah. Kebudayaankebudayaan yang dulu dipegang teguh oleh para leluhur

Lebih terperinci

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMIK RUWATAN POTONG RAMBUT GIMBAL DI DIENG

PERANCANGAN KOMIK RUWATAN POTONG RAMBUT GIMBAL DI DIENG PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR PERANCANGAN KOMIK RUWATAN POTONG RAMBUT GIMBAL DI DIENG Disusun Guna Melengkapi dan Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Seni Rupa Program Studi Desain Komunikasi Visual

Lebih terperinci

NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI

NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN

LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN LAPORAN OBSERVASI SETING LOKAL UPACARA ADAT DISTRIKAN DANAU RANU GRATI DESA RANUKLINDUNGAN KECAMATAN GRATI KABUPATEN PASURUAN NAMA : AHMAD ARIFIN NIM : 140711603936 OFFERING : C Tugas untuk memenuhi persyaratan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Ronggeng Kaleran Dalam Upacara Adat Nyuguh di Kampung Adat Kuta Ciamis dapat disimpulkan sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang 115 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. B. Kesimpulan Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang diwariskan oleh para leluhur kepada masyarakat kampung adat cireundeu. Kesenian Angklung

Lebih terperinci

23. URUSAN KEBUDAYAAN

23. URUSAN KEBUDAYAAN 23. URUSAN KEBUDAYAAN Pemerintah daerah memiliki peran yang cukup strategis dalam melestarikan dan mengembangkan nilai- nilai budaya yang ada di masyarakat. Dengan berkembangnya teknologi informasi dan

Lebih terperinci

DIENG CULTURE FESTIVAL

DIENG CULTURE FESTIVAL DIENG CULTURE FESTIVAL : Kegiatan festival budaya yang akrab disebut DCF ini diselengggarakan setiap tahun dengan ritual adat pemotongan anak berambut gimbal yang menjadi legenda di Dieng. Tak hanya itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi merupakan tempat tinggal seluruh makhluk di dunia. Makhluk hidup di bumi memiliki berbagai macam bentuk dan jenis yang dipengaruhi oleh tempat tinggal masing-masing

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Produk 2.1.1 Buku Dongeng / Cerita Rakyat Indonesia Berdasarkan pada kajian dari wikipedia bahasa Indonesia dijelaskan bahwa Definisi Dongeng adalah suatu kisah yang diangkat

Lebih terperinci

TRADISI RUWATAN ANAK GIMBAL DI DIENG Eki Satria Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta

TRADISI RUWATAN ANAK GIMBAL DI DIENG Eki Satria Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta TRADISI RUWATAN ANAK GIMBAL DI DIENG Eki Satria Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta ABSTRAK Saat ini rambut gimbal merupakan salah satu tren gaya rambut semata. Namun siapa sangka dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keanekaragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam masyarakatnya yang majemuk, tentunya masyarakat Indonesia juga memiliki

Lebih terperinci

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN Oleh : Ade Reza Palevi program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa aderezahidayat@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya tertentu. Sebuah pernyataan tentang kesenian Jawa, kesenian Bali, dan kesenian flores, semuanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beraneka ragam suku budaya dan kebudayaan sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beraneka ragam suku budaya dan kebudayaan sangat erat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki beraneka ragam suku budaya dan kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Sayangnya seiring dengan kemajuan teknologi pada jaman sekarang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan budaya. Hal ini menyebabkan daerah yang satu dengan daerah yang lain memiliki kebudayaan

Lebih terperinci

EDITORIAL. Kontak Redaksi

EDITORIAL. Kontak Redaksi Features EDITORIAL Yang Kedua, Dieng, Telaga Warna Rambut Gembel Dieng 7 1 Candi Arjuna Bukan baru lagi ketika kelir zine ini ada untuk yang kedua kalinya berupa e-book atau e-zine ini. Dalam e-zine sebelumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam suku, yang memiliki seni budaya, dan adat istiadat, seperti tarian tradisional. Keragaman yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang mempunyai keanekaragaman budaya dan komunitas masyarakat yang unik seperti ras, suku, agama, dan etnis. Kebudayaan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data 2.1.1 Literatur Data yang informasi yang dipakai untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari beberapa sumber, antara lain: 1. Buku Permainan Tradisional

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

RUWATAN. leh: Media Ade Lestari

RUWATAN. leh: Media Ade Lestari RUWATAN leh: Media Ade Lestari Agaknya akan turun hujan, langit yang semula terang berubah menjadi perkamen hitam. Arloji di tangan Analise menunjukkan pukul lima sore. Sementara gesekkan roda kereta dengan

Lebih terperinci

PERANCANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR LEGENDA GUNUNG ARJUNAUNTUK ANAK SEKOLAH DASAR ARTIKEL SKRIPSI. Oleh : DIAN RATRI WIJAYANTI

PERANCANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR LEGENDA GUNUNG ARJUNAUNTUK ANAK SEKOLAH DASAR ARTIKEL SKRIPSI. Oleh : DIAN RATRI WIJAYANTI PERANCANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR LEGENDA GUNUNG ARJUNAUNTUK ANAK SEKOLAH DASAR ARTIKEL SKRIPSI Oleh : DIAN RATRI WIJAYANTI 309253416928 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk, beribu-ribu suku bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat dikenal sebagai Kota Parahyangan/Tatar Sunda, yang berarti tempat para Rahyang/Hyang bersemayam. Menurut cerita cerita masyarakat kuno, Tatar Parahyangan

Lebih terperinci

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Identifikasi Komik Dora dan Sembada

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Identifikasi Komik Dora dan Sembada BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Identifikasi Komik Dora dan Sembada 1. Gambaran Umum Buku Komik Komik Indonesia telah bangun dari tidur panjang dan mencoba bangkit kembali. Hal ini ditandai dengan munculnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang untuk memberikan salah satu rasa syukur kepada sang kuasa atas

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang untuk memberikan salah satu rasa syukur kepada sang kuasa atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upacara adat merupakan salah satu kebudayaan yang di turunkan oleh nenek moyang untuk memberikan salah satu rasa syukur kepada sang kuasa atas apa yang telah di berikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Berelson dan Gary A. Steiner (1964) dalam Wiryanto (2004:7) Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata telah menjadi sektor industri yang sangat pesat dewasa ini, pariwisata sangat berpengaruh besar di dunia sebagai salah satu penyumbang atau membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan topeng sebagai ciri khasnya. Tari topeng Betawi awalnya dipentaskan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan topeng sebagai ciri khasnya. Tari topeng Betawi awalnya dipentaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari Topeng Betawi adalah salah satu tarian adat masyarakat betawi yang menggunakan topeng sebagai ciri khasnya. Tari topeng Betawi awalnya dipentaskan secara berkeliling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa, memiliki nilai-nilai dan prinsip-prinsip luhur yang harus di junjung tinggi keberadaannya. Nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan kesimpulan dan saran sebagai berikut: A. KESIMPULAN 1. Kesimpulan umum Budaya tolak bala masih tetap dipertahankan

Lebih terperinci

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan Strategi adalah siasat yang direncanakan dengan sebaik mungkin sehingga dalam sebuah pembuatan sesuatu akan berjalan dengan baik

Lebih terperinci

2014 GENDERANG BARATAYUDHA VISUALISASI NOVEL PEWAYANGAN KE DALAM BENTUK KOMIK SEBAGAI MEDIA PENYAMPAIAN CERITA PEWAYANGAN

2014 GENDERANG BARATAYUDHA VISUALISASI NOVEL PEWAYANGAN KE DALAM BENTUK KOMIK SEBAGAI MEDIA PENYAMPAIAN CERITA PEWAYANGAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jauh sebelum kita mengenal tulisan berupa huruf dan abjad yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari ini, manusia zaman Pra-Sejarah telah mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siapa yang tidak mengenal fashion di dunia ini. Sejak lahir fashion atau mode sudah ada dalam diri setiap insan. Mode berbusana atau fashion pada dasarnya tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Kata komik berasal dari bahasa Inggris comic yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan. Kata komik berasal dari bahasa Inggris comic yang merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komik adalah media bercerita melalui gambar-gambar yang disusun sedemikian rupa membentuk narasi. Dalam perkembangannya, komik sempat reaksi keras dari pemerintah

Lebih terperinci

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat Sunda Ciamis mempunyai kesenian yang khas dalam segi tarian yaitu tarian Ronggeng Gunung. Ronggeng Gunung merupakan sebuah bentuk kesenian tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman dan kekayaan akan budaya yang telah dikenal luas baik oleh masyarakat baik dalam maupun luar negeri, sehingga menjadikan Indonesia

Lebih terperinci

Cara Buang Sial Menggunakan Energi Aura & Ruawatan

Cara Buang Sial Menggunakan Energi Aura & Ruawatan Hai Sahabat semuanya, Senang sekali saya masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk bisa berbagi informasi kepada Anda. Oke kali saya secara khusus akan membahas tentang tema yang sangat penting untuk Anda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah sebagai simbol kedaerahan yang juga merupakan kekayaan nasional memiliki arti penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kesatuan yang memiliki beranekaragam kebudayaan. Budaya Indonesia yang beraneka ragam merupakan kekayaan yang perlu dilestarikan dan dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman budaya yang melimpah. Kebudayaan ini diwariskan turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Semua etnis memiliki budaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggiana Puspa Dewi, 2014 Ayo, Menari Jaipong Dengan Nyi Iteung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggiana Puspa Dewi, 2014 Ayo, Menari Jaipong Dengan Nyi Iteung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki kebudayaan yang melimpah dari Sabang hingga Merauke. Keanekaragaman etnis di Indonesia menjadi sumber terbentuknya musik dan tari daerah;

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB II DATA DAN ANALISA BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Data dan Literatur 2.1.1 Pengertian Cerita Rakyat Berdasarkan definisi Folklore dari Wikipedia.org, (2012) cerita rakyat merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti rok, dress, atau pun celana saja, tetapi sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Keunikan yang dimiliki Indonesia tak hanya merupakan negara yang terdiri dari ribuan pulau, namun juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan arus informasi yang menyajikan kebudayaan barat sudah mulai banyak. Sehingga masyarakat pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kajian mengenai partisipasi masyarakat dalam perayaan tradisi masih menjadi topik yang menarik untuk dikaji, mengingat saat ini kehidupan masyarakat sudah dilanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berlatar belakang sejarah Kota Sumedang dan wilayah Sumedang, yang berawal dari kerajaan Sumedang Larang yang didirikan oleh Praburesi Tajimalela (kurang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan di negara manapun di dunia ini. Kebudayaan apapun dapat

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan di negara manapun di dunia ini. Kebudayaan apapun dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi tidak ada lagi sekat yang membatasi ruang kebudayaan di negara manapun di dunia ini. Kebudayaan apapun dapat dengan mudah di konsumsi dan di adaptasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan berkembang sebagai suatu hal yang diterima oleh setiap anggota masyarakat bersangkutan, yang dipegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara kita adalah Negara yang memiliki beragam kebudayaan daerah dengan ciri khas masing-masing. Bangsa Indonesia telah memiliki semboyan Bhineka Tunggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat mempersatukan dan mempertahankan spiritualitas hingga nilai-nilai moral yang menjadi ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya dengan

Lebih terperinci

Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen

Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen Oleh: Tri Raharjo Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa trie.joejoe@gmail.com Abstrak : Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Analisa Kecukupan Data Berdasarkan data yang penulis peroleh mengenai Topik Penulisan seminar ini yaitu Perancangan Komik Digital data-data tersebut telah mencakup seluruh unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya.

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya. BAB 2 DATA DAN ANALISIS 2.1. Legenda Hanoman 2.1.1 Perang Wanara dan Raksasa Setelah lakon Hanoman Obong. Hanoman kembali bersama Sri Rama dan Laskmana beserta ribuan pasukan wanara untuk menyerang Alengka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan berkembangnya zaman, fungsi busana mengalami sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan manusia, setiap pasangan tentu ingin melanjutkan hubungannya ke jenjang pernikahan.

Lebih terperinci

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa Daftar Informan No Nama Umur Pekerjaan Alamat 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai Negeri Sipil, tokoh adat Desa Senakin 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa Senakin 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau pola kelakuan yang bersumber pada sistem kepercayaan sehingga pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi dan budaya yang berbeda. Ini menjadi variasi budaya yang memperkaya kekayaan budaya bangsa Indonesia. Budaya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa yang masingmasing memiliki kekhasan atau keunikan tersendiri.kekhasan dan keunikan itulah yang pada dasarnya

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Budaya, Feature, Nusantaraku, Produser, Rasulan. xii + 82 halaman; 17 gambar; 10 tabel Daftar acuan: 14 ( )

ABSTRAK. Kata Kunci : Budaya, Feature, Nusantaraku, Produser, Rasulan. xii + 82 halaman; 17 gambar; 10 tabel Daftar acuan: 14 ( ) ABSTRAK Indonesia memiliki banyak kebudayaan, tradisi, dan adat istiadat yang tidak banyak diketahui oleh generasi muda. Budaya dan tradisi yang dipercaya turun temurun dan merupakan identitas bangsa harus

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI KOMUNIKASI DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI KOMUNIKASI DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI KOMUNIKASI DAN KONSEP VISUAL 3.1. Tujuan Komunikasi Dalam melakukan sebuah proses pembuatan / pengkaryaan sebuah karya akhir, agar karya tersebut ataupun informasi yang ingin disampaikan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping Revitalisasi Kota Tua Jakarta pembahasan yang didasarkan pemikiran yang menggunakan semiotika signifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebudayaan sebagai warisan leluhur yang dimiliki oleh masyarakat setempat, hal ini memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Jepang terdapat bermacam-macam budaya, salah satunya adalah olahraga. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap suatu olahraga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara mempunyai kebudayaan yang beraneka ragam. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai adat dan kebiasaan masing-masing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PERANAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DALAM PERANCANGAN VISUAL GAME THE LEGEND OF PRAMBANAN"/Permana Adi Wijaya

BAB I PENDAHULUAN. PERANAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DALAM PERANCANGAN VISUAL GAME THE LEGEND OF PRAMBANAN/Permana Adi Wijaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki ratusan peninggalan benda bersejarah yang berbedabeda. Masing masing daerah memiliki benda yang bersejarah tersendiri yang dapat diangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suku Minangkabau kita kenal sebagai sebuah suku yang mayoritas masyarakatnya berasal dari wilayah Provinsi Sumatera Barat. Orang Minangkabau juga sangat menonjol

Lebih terperinci

MOTIVASI MELAKUKAN RITUAL ADAT SEBARAN APEM KEONG MAS DI PENGGING, BANYUDONO, BOYOLALI

MOTIVASI MELAKUKAN RITUAL ADAT SEBARAN APEM KEONG MAS DI PENGGING, BANYUDONO, BOYOLALI MOTIVASI MELAKUKAN RITUAL ADAT SEBARAN APEM KEONG MAS DI PENGGING, BANYUDONO, BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

Kajian Folklor Tradisi Larungan di Desa Pagubugan Kulon Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap

Kajian Folklor Tradisi Larungan di Desa Pagubugan Kulon Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap Kajian Folklor Tradisi Larungan di Desa Pagubugan Kulon Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap Oleh: Sutarmi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa sutarmiyasa@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan 305 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan yang terkait dengan keberadaan seni lukis

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1. Sumber Data Sumber data dan informasi yang digunakan untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini diperoleh dari : 2.1.1 Literatur Pencarian data literatur dilakukan dengan mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan buku Ensiklopedi Jakarta Culture and Heritage (Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan buku Ensiklopedi Jakarta Culture and Heritage (Pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan buku Ensiklopedi Jakarta Culture and Heritage (Pemerintah Provinsi Daerah Ibukota Jakarta Dinas Kebudayaan dan Permusiuman, 2005:335), kesenian Topeng

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : Muhammad Akram SIP., MPS

Dosen Pembimbing : Muhammad Akram SIP., MPS Pantai Glayem, Indramayu Nama : Ariyanto Npm : 18811968 Dosen Pembimbing : Muhammad Akram SIP., MPS LATAR BELAKANG Indramayu (Mayoritas Nelayan) Tradisi Nadran Akulturasi Budaya (Hindu-Budha dengan Islam)

Lebih terperinci

TRADISI SEDHEKAH LAUT DI DESA KARANG DUWUR KECAMATAN AYAH KABUPATEN KEBUMEN ( ANALISIS MAKNA DAN FUNGSI)

TRADISI SEDHEKAH LAUT DI DESA KARANG DUWUR KECAMATAN AYAH KABUPATEN KEBUMEN ( ANALISIS MAKNA DAN FUNGSI) TRADISI SEDHEKAH LAUT DI DESA KARANG DUWUR KECAMATAN AYAH KABUPATEN KEBUMEN ( ANALISIS MAKNA DAN FUNGSI) Oleh: Yuli Ernawati program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Yuli.erna13@yahoo.com Abstrak:Rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selain sebagai negara dengan jumlah pulau terbanyak di dunia, Indonesia juga merupakan negara dengan jumlah suku bangsa terbanyak di dunia, yaitu terdapat lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang bermakna, bukan sekedar dalam kata-kata, ia meliputi kepercayaan, nilai-nilai dan norma,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya dan kehidupan manusia merupakan satu kesatuan. Budaya dan manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk memahami hakikat kehidupan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia lekat dengan cerita rakyat. Salah satu cerita rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia lekat dengan cerita rakyat. Salah satu cerita rakyat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia lekat dengan cerita rakyat. Salah satu cerita rakyat yang populer di Indonesia adalah legenda. Cerita rakyat atau legenda merupakan cerita pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI BONEKA TAMBANG MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI BONEKA TAMBANG MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL BAB II PERANCANGAN MEDIA INFORMASI BONEKA TAMBANG MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL I I. 1 Sejarah Boneka Boneka merupakan salah satu mainan tradisional yang paling tua, karena boneka sudah ada pada Zaman Yunani,

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Sumber data yang digunakan untuk membantu dan mendukung Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Wawancara Wawancara dilakukan dengan beberapa sumber dari dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Setiap provinsi di Indonesia memiliki cerita rakyat yang berbeda-beda. Sebagai salah satu dari keragaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia, cerita rakyat tentu patut

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian Rakyat Ebleg Kebumen, dapat diambil kesimpulan berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian sebagai

Lebih terperinci