BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah seluruh debitur se-kecamatan Getasan yang bernaung dibawah KUD Getasan yang beralamat di Jl. Raya Salatiga-Kopeng Km.03,tepatnya di Dusun Pendingan Desa Sumogawe Kecamatan Getasan. Daftar debitur (penerima kredit sapi perah) yang bernaung dibawah KUD Getasan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.1 Penerima kredit sapi perah KUD Getasan Kategori Kredit Jumlah orang Prosentase Macet 37 orang 25 Lancar 111 orang 75 Total 148 orang 100 Sumber : Buku data kredit sapi perah GKSI Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa debitur yang bernaung dibawah KUD Getasan berjumlah 148 orang, terdiri dari 37 debitur mengalami kredit macet dan 111 lainnya lancar. Penerima kredit berdasarkan daerah dapat dilihat dalam tabel 4.2 berikut ini: 24

2 Tabel 4.2 Rincian penerima kredit sapi perah KUD Getasan berdasarkan asal daerah penerima kredit sapi perah Desa Jumlah Debitur Macet Debitur Lancar Jumlah % Jumlah % Nogosaren ,43% 23 15,54% Ngrawan ,03% 7 4,73% Jogonayan 7 1 0,68% 6 4,05% Mangihan 6 1 0,68% 5 3,38% Cengklok 8 1 0,68% 7 4,73% Kenteng 6 1 0,68% 5 3,38% Pringapus ,70% 9 6,08% Piji ,03% 8 5,41% Pendingan 8 3 2,03% 5 3,38% Sumogawe ,70% 9 6,08% Ngemplak 8 2 1,35% 6 4,05% Ndangklik 8 1 0,68% 7 4,73% Seturun 9 1 0,68% 8 5,41% Ndares 7 1 0,68% 6 4,05% Jumlah ,00% ,00% Sumber : Buku data kredit sapi perah GKSI Tabel 4.2 menunjukan desa atau wilayah dimana jumlah debitur macet, dan terdapat debitur lancar jumlah penerima kredit sapi terbayak adalah di Desa Nogosaren yang jumlahnya 34, debitur, dimana terdapat 11 debitur yang macet dan 23 debitur lancar. Jumlah debitur yang paling sedikit adalah daerah Mangihan dan Kenteng ada 6 debitur dengan masing-masing 1debitur macet dan 5 debitur lancar. 25

3 2. Visi - Misi KUD Getasan KUD Getasan adalah salah satu koperasi yang ada di kecamatan Getasan tepatnya di Desa Sumogawe Kabupaten Semarang. KUD Getasan berdiri pada tahun 1972 dengan memiliki satu unit usaha yang dikelola dan dikembangkan. Seiring dengan perkembangan zaman KUD Getasan berkembang dengan memiliki tujuh Unit Usaha. Usaha Persusuan merupakan unit usaha yang paling besar. Perkembangan KUD Getasan tidak lepas dari visi misi yang dimiliki KUD Getasan. Visi-Misi KUD Getasan dapat dilihat sebagai berikut : Visi dan Misi KUD Getasan a) Visi Menjadi pilar perekonomian nasional Taat azaz Mewujudkan masyarakat adil dan makmur b) Misi Menjadikan Induk KUD dan jaringannya sebagai pelaku usaha taat azaz, sehingga memiliki kemampuan adaptasi. Mengembangkan usaha berbasis karakteristik wilayah. Meningkatkan kesejahteraan 26

4 Struktur Organisasi KUD Getasan Secara Keseluruhan Rapat anggota Pembinaan Depkop Badan Pengawas Pengurus Penyuluh Ketua Wakil ketua Bendahara Sekretaris Pembantu Juru Buku Manager Kasir Persusuan Rekening S / P KSP Listrik Listrik Gangguan IB PMT Gambar 4.1 Struktur organisasi KUD Getasan Gambar 4.1 merupakan struktur organisasi KUD Getasan yang bergerak diberbagai bidang. Sumber : KUD Getasan Tugas masing- masing bagian : 1) Rapat anggota tahunan Rapat anggota tahunan merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam kehidupan koperasi dan kebijakan koperasi diputuskan dalam rapat anggota : 27

5 a. Menetapkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. b. Menetapkan keputusan dan melaksanakan keputusan rapat anggota. c. Memilih, mengangkat, memberhentikan pengurus dan badan pemeriksa / penasehat. d. Menetapkan rencana kerja, anggaran belanja, pengesahan neraca, dan kebijakan pengurus dalam bidang organisasi. 2) Badan Pengawas Anggota badan pemeriksa harus dari anggota kopersi itu sendiri masa jabatan badan pengawas maksimal lima tahun. Tugas badan pengawas yaitu : a. Melakukan pemeriksaan terhadap tata kehidupan koperasi termasuk organisasi serta kebijakan pengurus. b. Membuat laporan tertulis terhadap hasil pemeriksaan. c. Sewaktu-waktu mengadakan pemeriksaan terhadap catatan tentang harta kekayaan kopersi dan kebenaran pembukuan. 3) Pengurus Pengurus terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris dan bendahara. a. Ketua dan wakil ketua mempunyai tugas yang sama yaitu: 1) Memimpin, mengkoordinator, mengawasi tugas pengurus lainnya dan manajer / karyawan. 2) Memimpin rapat anggota / rapat anggota tahunan, atas nama pengurus memberikan laporan pertanggung jawaban kepada rapat anggota / rapat anggota tahunan tersebut. 28

6 3) Memimpin rapat pengurus dengan manajer / badan pengawas. 4) Memberikan keputusan terkhir dalam kepengurusan koperasi dengan memperhatikan usul atau saran atau pertimbangan dari fungsi dibawahnya, seperti sekretaris, bendahara dan manajer. 5) Memisahkan semua surat-surat yang meliputi kegiatan organisasi keluar atau kedalam dan dilakukan bersama dengan fungsionaris lainnya. b. Sekretaris bertugas : 1) Menyiapkan data dan informasi dalam penyusunan rencana kerja dan rencana pendapatan belanja. 2) Melakukan kegiatan kesekretariatan. 3) Bertanggung jawab atas kemampuan arsip-arsip baik yang menyangkut keuangan maupun surat-surat lain. 4) Memelihara tata kerja, merencanakan peraturan khusus serta ketentuan lain. 5) Bertanggung jawab dibidang administrasi atau tugas umum pada ketua. 6) Mengadakan hubungan kerja dengan bendahara atau manajer dalam hal yang saling berkaitan. c. Bendahara bertugas : 1) Merencanakan atau meyusun anggaran pendapatan dan belanja koperasi. 29

7 2) Mencari dana atau permodalan baik dari dalam atau luar serta mengatur penggunaannya, sesuai dengan anggarannya. 3) Memelihara semua harta kekayaan kopersi. 4) Mempersiapkan informasi dibidangnya dalam rangka rapat anggota maupun penjabat sesuai ketentuan. d. Badan Penyuluh Sebagai wakil Departemen Koperasi tingkat II yang memberikan penyuluhan dan bimbingan empat kali dalam setahun bagi kelancaran operasi KUD. e. Manajer Manajer KUD bertugas merencanakan apa yang akan dilaksanakan untuk masa yang akan datang demi tercapainya tujuan, menentukan bidang-bidang pekerjaan dan batas kekuasaan, mengerakkan pelaksanaan operasi KUD, melaksanakan pengawasan terhadap semua karyawan. Manajer adalah orang yang paling menentukan berhasil atau tidaknya usaha KUD. 4) Bidang-bidang Usaha Koperasi KUD Getasan sebagai lembaga perekonomian pedesaan harus mampu meningkatkan produktivitas, kaum petani. Seiring dengan semakin berkembangnya dan meningkatnya kebutuhan para anggota, maka KUD Getasan memperluas bidang usahanya yang dikelola hingga saat ini bidang usaha yang dikelola KUD Getasan adalah : 30

8 a. Unit Persususuan Sebagai KUD koperasi bersedia menerima hasil susu perah dari petani peternak sapi. Dari KUD ada beberapa orang yang bekerja mengambil susu dari desa untuk dibawa ke KUD dan kemudian disetorkan ke CV Citra Nasional yang berada di Dusun Pendigan dan sebagian disetorkan ke GKSI yang berada di Boyolali. b. Unit Rekening Listrik Banyaknya anggota yang menggunakan jasa listrik maka pengurus berinisiatif untuk dapat membantu dalam pembayaran rekening listrik. c. Unit Simpan Pinjam (S / P) Sesuai dengan kebutuhan anggota dan kelompok tani, KUD Getasan mengadakan unit simpan pinjam. Masyarakat yang dilayani dalam unit ini hanya masyarakat yang mempunyai penghasilan dari susu, sebagai jaminannya susu tersebut harus disetor ke KUD Getasan. d. Unit Kredit Sapi Perah (KSP) Begitu besarnya minat penduduk terhadap budidaya sapi perah, maka KUD Getasan memberikan pinjaman KSP dari GKSI sebanyak 148 ekor sapi. Bagi masyarakat yang meminjam sapi perah harus memberikan uang muka sebesar Rp ,00 dan melengkapi persyaratan dan dengan perjanjian hasil susunya sebagai angsuran untuk disetorkan ke KUD Getasan. e. Unit Gangguan 31

9 KUD Getasan melayani 24 jam terhadap pemeliharaan jaringan dan pelayanan gangguan listrik. Apabila masyarakat dikecamatan Getasan mengalami masalah gangguan listrik maka dapat mendatangi KUD dan petigas KUD pada unit gangguan listrik akan melayaninya. f. Unit Inseminasi Buatan (IB) KUD Getasan juga melayani inseminasi buatan untuk beternak sapi dengan cara sapi diberi suntikan hamil, sehingga perkembangan sapi sangat pesat.kud berkerjasama dengan GKSI dalam menyediakan inseminasi buatan kemudian KUD menjualnya kepada masyarakat. g. Unit Pakan Ternak KUD Getasan juga menyediakan pakan ternak yang dikelola oleh KUD sendiri melalui unit pakan ternak yang telah disediakan untuk di jual kepada para masyarakat. 32

10 1) Struktur Organisasi KUD Bidang Persusuan Ketua Joko Hariyanto Wakil Mulyono H.P Bendahara Suko Hartono Sekretaris Sri Utami.S P. Umum Suwar Gambar 4.2 Bagan Struktur Organisasi Bidang Persusuan Gambar 4.2 merupakan struktur organisasi KUD Getasan yang bergerak dibidang persususuan yang merupakan obyek penelitian. 3. Kredit Macet di KUD Getasan Sebagai lembaga yang bergerak dibidang persusuan KUD Getasan memberikan kredit sapi perah (KSP) kepada para debitur di wilayah Kecamatan Getasan yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat Getasan dan sekitarnya mengingat sebagian besar masyarakat Getasan bermata pencaharian sebagai petani. Data dibawah ini dapat dilihat penerima kredit sapi perah KUD Getasan. 33

11 Tabel 4.3 Pendapat yang menyatakan Harga Susu Sebagai Penyebab Kredit Macet di KUD Getasan. 1 Setuju 7 18,92 2 Tidak setuju 30 81,08 Tabel 4.3 menunjukan bahwa 7 Responden dari 37 Responden menyatakan tidak mempermasalahkan harga beli produk susu dengan presentase 18,92 % begitu juga dengan 30 responden lainnya yang menyatakan setuju dengan presentase 81,08 % KUD Getasan melalui kredit sapi perah (KSP) memberikan kredit sapi perah kepada para debitur, awalnya debitur mengangsur sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Setelah beberapa bulan ke depan para debitur penerima kredit sapi tersebut mulai tersendat-sendat dalam mengangsurnya bahkan ada yang tidak mengangsur. KUD Getasan sebagai pihak yang dirugikan mencoba untuk mencari tahu, ternyata ditemukan adanya penyimpangan dalam melakukan angsuran yang disebabkan para debitur memilih tempat penjualan lain dengan alasan karena harga susu dilembaga lain lebih menguntungkan. Hal ini dapat dilihat dijawaban 30 responden dari 37 responden yang menjawabnya. 34

12 Tabel 4.4 Pendapat Penerima Kredit Sapi Perah Pada KUD Getasan yang Mengemukakan Bahwa Harga Susu di Lembaga Lain Lebih Bisa Memenuhi Kebutuhan. 1 Tidak setuju ,43 2 Setuju ,57 Tabel 4.4 menunjukan bahwa 12 Responden dari 37 Responden menyatakan tidak mempermasalahkan harga beli produk susu dengan presentase 32,43 % begitu juga dengan 25 responden lainnya yang menyatakan setuju dengan presentase 67,57%. KUD Getasan awalnya dalam memberikan kredit sapi perah disambut baik oleh para peternak dengan harapan untuk bisa mensejahterakan para peternak sapi diwilayah Getasan dan sekitarnya. Debitur dalam melakukan kredit sapi perah mengangsur melalui susu yang disetorkan ke KUD Geatasan sedangkan dari pihak KUD akan memotong hasil pembayaran susu sebagai angsurannya. Hal tersebut pada awalnya bisa berjalan beberapa bulan saja, karena para debitur merasa harga jual dari hasil penjualan susu tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan dan Debitur merasa harga penjualan dilembaga lain lebih bisa memenuhi kebutuhannya. Hal ini dapat dilihat dijawaban 25 responden dari 37 responden yang menjawabnya. 35

13 Tabel 4.5 Pendapat Penerima Kredit Sapi Perah Pada KUD Getasan yang Mengemukakan Bahwa Harga Beli KUD Getasan yang Tidak Sesuai. 1 Tidak setuju. 4 10,81 2 Setuju ,19 Tabel 4.5 menunjukan bahwa 4 Responden dari 37 Responden menyatakan tidak mempermasalahkan harga beli produk susu dengan presentase 10,81 % begitu juga dengan 33 responden lainnya yang menyatakan setuju dengan presentase 89,19%. Awalnya dalam melakukan kredit sapi perah para debitur mengangsur melalui susu yang disetorkan ke KUD Geatasan sedangkan dari pihak KUD akan memotong hasil pembayaran susu sebagai angsurannya. Haltersebut pada awalnya bisa berjalan beberapa bulan saja, karena para debitur merasa harga jual dari hasil penjualan susu tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan debitur. Hal ini dapat dilihat dijawaban 33 responden dari 37 responden yang menginginkan kenaikan harga sebagai pembayaran produk susu. Karena dengan harga yang relatif rendah para debitur masih jauh dari kata cukup untuk memenuhi kebutuhannya. 36

14 Tabel 4.6 Pendapat penerima Kredit Sapi Perah Pada KUD Getasan Dengan Penyebab Persaingan Harga. 1 Tidak setuju ,65 2 Setuju ,35 3 Tabel 4.6 menunjukan bahwa 18 Responden dari 37 Responden menyatakan tidak mempermasalahkan harga beli produk susu dengan presentase 48,65% begitu juga dengan 25 responden lainnya yang menyatakan setuju dengan presentase 51,35%. Banyaknya petani di wilayah Kecamatan Getasan yang mengantungkan hidupnya sebagai peternak sapi perah menimbulkan banyak pengusaha diwilayah Kecamatan Getasan yang membuka atau mendirikan lembaga persususan atau pengepul susu dari para peternak sapi. Imbasnya adalah terjadi persaingan harga diwilayah Getasan antara KUD pemberi kredit dengan lembaga lain yang bergerak dibidang persusuan yang ada diwilayah Kecamatan Getasan ternyata 19 dari 34 responden menyatakn bahwa harga jual lembaga persusuan lain lebih tinggi dibandingkan KUD Getasan. 37

15 Tabel 4.7 Pendapat penerima Kredit Sapi Perah Pada KUD Getasan yang menyatakan Kualitas Susu Sebagai Penyebab Kredit Macet. 1 Tidak setuju. 4 10,81 2 Setuju ,19 Tabel 4.7 menunjukan bahwa 4 Responden dari 37 Responden menyatakan tidak setuju dengan pengetesan produk susu dengan presentase 10,81 % begitu juga dengan 33 responden lainnya yang menyatakan setuju dengan presentase 89,19%. KUD dalam melakukan pembelian susu juga harus memperhatikan kualitas dari hasil susu tersebut. Sebelum menerima susu, pihak KUD melakukan pengujian kualitas susu sapi dengan menggunakan alat pengetesan guna mengetahui kualitas susu tersebut. Pengetesan perlu dilakukan karena sering terjadi kecurangan yang dilakukan oleh pihak petani yang menambahkan air ke susu yang menjadikan susu tersebut menjadi tidak murni dan berpengaruh pada kualitas susu yang akan berpengaruh pula terhadap harga. Dapat dilihat dari 37 responden 33 diantaranya menyatakan setuju. 38

16 Tabel. 4.8 Pendapat penerima Kredit Sapi Perah Pada KUD Getasan Dengan Alasan Harga Pakan yang Semakin Tinggi. 1 Tidak setuju ,13 2 Setuju ,87 Tabel 4.8 menunjukan bahwa 13 Responden dari 37 Responden menyatakan naiknya harga pakan tidak mempengaruhi dengan presentase 35,13 % begitu juga dengan 33 responden lainnya yang menyatakan setuju dengan presentase 64,87%. Sebagian besar masyarakat Kecamatan Getasan adalah petani yang juga sebagai peternak sapi. Bertani dan berternak sebagai mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berternak sapi tidaklah mudah karena harus memberi makan sapi dengan kondisi yang seperti sekarang harga yang terus meningkat. Begitu juga dengan harga pakan sangat berpengaruh terhadap penghasilan hal ini dapat dilihat 24 dari 37 responden menyatakan hal tersebut. 39

17 Tabel 4.9 Pendapat penerima Kredit Sapi Perah Pada KUD Getasan Yang Menyatakan Harga Pakan yang Bervariasi Menurut kualitas Sebagai Penyebab Kredit Macet. 1 Setuju Tabel 4.9 menunjukan bahwa 37 Responden dari 37 Responden menyatakan bahwa harga pakan yang bervariasi sangatlah berpengaruh terhadap kualitas susu karena kualitas pakan tersebut berbeda-beda tidak mempengaruhi dengan presentase 100 %. Wilayah Kecamatan Getasan yang sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dan peternak sapi. Sapipeliharaan sama juga dengan makluk hidup lain yang butuh makan dan minum untuk bisa bertahan hidup dan untuk bisa menghasilkan produk susu. Para peternak sapi disamping harus memenuhi kebutuhan sehari-hari juga harus memberi pakan pada sapi peliharaannya. Harga pakan pun bervarisi ada yang murah, sedang, dan mahal dan semua pakan sangatlah berpengaruh terhadap kwalitas produk susu yang dihasilkan hal ini bisa dilihat dari 37 responden yang menyatakan kwalitas pakan berpengaruh terhadap kwalitas produk susu. 40

18 Tabel 4.10 Pendapat Penerima Kredit Sapi Perah Pada KUD Getasan Yang Menyebabkan Para Debitur Dalam Memilih Tempat Penjualan Lain Sebagai Penyebab Kredit Macet. 1 Tidak Setuju ,65 2 Setuju ,35 Tabel 4.10 menunjukan bahwa 18 Responden dari 37 Responden menyatakan tidak terpengaruh dengan alasan diatas dengan presentase 48,65 % begitu juga dengan 25 responden lainnya yang menyatakan setuju dengan presentase 51,35%. Kredit sapi perah diwilayah Kecamatan Getasan pada awalnya disambut baik oleh para debitur karena sebagian besar masyarakat Getasan tersebut bermata pencaharian sebagai petaani sekaligus peternak sapi. Kredit sapi tersebut tidak diangsur dengan uang melainkan menggunakan susu sapi perah sebagai angsurannya. Awalnya para debitur tersebut mengangsur dengan tertib akan tetapi setelah berjalan beberapa bulan dan debitur merasa harga pakan yang semakin tinggi dan harga susu di KUD pemberi kredit lebih rendah dibandingkan dengan lembaga lain yang juga sebagai pengepul susu maka dari itu para debitur memilih tempat penjualan susu lain yang harganya lebih tinggi. Dari 37 responden 19 diantaranya menyatakan alasan tersebut. 41

19 Tabel 4.11 Pendapat penerima Kredit Sapi Perah Pada KUD Getasan Yang Menyebabkan Para Debitur Dalam Memilih Tempat Pembelian Pakan Sapi Sebagai Penyebab Kredit Macet.. 1 Tidak Setuju ,43 2 Setuju ,57 Tabel 4.11 menunjukan bahwa 12 Responden dari 37 Responden menyatakan tidak mengambil pakan di KUD Getasan dengan alasan harganya sama dengan pakan yang dijual diluar KUD dengan presentase 32,43 % begitu juga dengan 25 responden lainnya yang menyatakan mengambil pakan dari KUD Getasan dengan presentase 67,57%. KUD Getasan tidak hanya membeli produk susu akan tetapi juga menyediakan pakan sapi yang dikelola oleh KUD Getasan itu sendiri melaui bidang pakan sapi atau yang disebut unit pakan sapi. Unit pakan sapi tersebut menyediakan berbagai jenis pakan sapi yang disediakan untuk melayani peternak sapi yang ada diwilayah Getasan dan sekitarnya. KUD Getasan melayani masyarakat dengan memasok pakan tersebut kepada para peternak dengan harapan akan mempermudah peternak dalam membeli pakan akan tetapi tidak semua peternak sapi diwilayah Getasan ini mengambil pakan sapi dari KUD tersebut, dari 37 responden hanya 25 yang mengambil pakan sapi dari KUD Getasan. 42

20 Tabel 4.12 Pendapat penerima Kredit Sapi Perah Pada KUD Getasan Yang Menyebabkan Harga Pembelian Pakan Sapi Sebagai Penyebab Kredit Macet. 1 Setuju ,35 2 Tidak setuju ,65 Tabel 4.12 menunjukan bahwa 19 Responden dari 37 Responden menyatakan tidak terpengaruh dengan alasan diatas dengan presentase 51,3 % begitu juga dengan 18 responden lainnya yang menyatakan setuju dengan presentase 48,6%. Seiring dengan kondisi yang seperti sekarang ini harga semua kebutuhan yang semakin tinggi. Harga kebutuhan yang semakin tinggi juga berpengaruh terhadap harga pakan sapi yang dipasok dari KUD Getasaan. Sebagai lembaga yang melayani masyarakat terutama peternak sapi KUD Getasan memberikan harga yang mungkin bisa dijangkau oleh peternak sapi diwilayah Getasan dan sekitarnya dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, dari 37 reponden hanya 18 diantaranya menyatakan setuju. 43

21 Tabel 4.13 Pendapat Penerima Kredit Sapi Perah Pada KUD Getasan Yang Menyebabkan Harga Kebutuhan yang Semakin Tinggi dan Harga Beli Produk Susu KUD Getasan yang Masih Di Bawah Lembaga Persusuan Lain yang Ada Di Wilayah Getasan Sebagai Penyebab Kredit Macet. 1 Tidak setuju ,02 2 Setuju ,98 Tabel 4.13 menunjukan bahwa 10 Responden dari 37 Responden menyatakan tidak terpengaruh dengan alasan diatas dengan presentase 27,02 % begitu juga dengan 27 responden lainnya yang menyatakan setuju dengan presentase 72,98% Kondisi ekonomi yang seperti sekarang ini banyak orang yang mengeluh lantaran harga kebutuhan yang semakin tinggi sedangkan sulitnya mencari pekerjaan guna memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dampak tersebut juga dirasakan para peternak sapi yang ada diwilayah Getasan dan sekitarnya yang merasa hasil penjualan susu kepada KUD pemberi kredit yang dirasa masih jauh dari kata cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari terutama untuk perawatan sapi. Peternak sapi beralasan untuk memilih tempat penjualan susu lain yang harganya lebih tinggi. Dari 37 responden 27 diantaranya menyatakan alasan tersebut. 44

22 Tabel 4.14 Pendapat Penerima Kredit Sapi Perah Pada KUD Getasan Yang Menyebabkan Kebutuhan Akan Lebih Terpenuhi Apabila Memilih Menjual Susu Di Lembaga Lain Sebagai Penyebab Kredit Macet. 1 Tidak setuju ,35 2 Setuju ,65 Tabel 4.14 menunjukan bahwa 19 Responden dari 37 Responden menyatakan tidak terpengaruh dengan alasan diatas dengan presentase 51,35 % begitu juga dengan 18 responden lainnya yang menyatakan setuju dengan presentase 48,65 % Kondisi yang seperti sekarang ini harga semua kebutuhan yang semakin tinggi memaksa para debitur untuk bisa mencari keuntungan yang lebih besar dengan harga kebutuhan yang semakin tinggi para debitur lebih memilih menjual hasil produk susu kepada lembag lain yang dirasa lebih bisa memenuhi kebutuhan setelah menjual susu ke lembaga lain tersebut. Hal ini dapat dilihat dijawaban 18 responden dari 37 responden yang menjawabnya 45

23 Tabel 4.15 Pendapat Penerima Kredit Sapi Perah Pada KUD Getasan Yang Menyebabkan Pembayaran Susu Di KUD Getasan Tidak Cukup Untuk Menenuhi Kebutuhan Sehari-hari Sebagai Penyebab Kredit Macet. 1 Tidak setuju ,64 2 Setuju ,35 Tabel 4.15 menunjukan bahwa 18 Responden dari 37 Responden menyatakan tidak terpengaruh dengan alasan diatas dengan presentase 48,64 % begitu juga dengan 19 responden lainnya yang menyatakan setuju dengan presentase 51,35 %. Manusia sebagai makluk hidup yang membutuhkan makan,minum, serta kebutuhan hidup yang lain tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bekerja dan adanya campurtangan orang lain. Hal ini juga yang dilakukan oleh para peternak sapi yang ada diwilayah Getasan yang mencoba untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan beternak sapi perah. Sebagai peternak sapi perah tentu para peternak mengharap hasil dari beternak sapi dan susu sapi tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Akan tetapi para debitur merasa hasil pembayaran dari KUD lain lebih tinggi dan lebih bisa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dari 37 responden 19 diantaranya menyatakan alasan tersebut. 46

24 Tabel 4.16 Pendapat penerima Kredit Sapi Perah Pada KUD Getasan Yang Menyebabkan Lembaga Persusuan Lain Lebih Menguntungkan Sebagai Penyebab Kredit Macet. 1 Tidak setuju. 9 24,32 2 Setuju ,68 Tabel 4.16 menunjukan bahwa 9 Responden dari 37 Responden menyatakan tidak terpengaruh dengan alasan diatas dengan presentase 24,32 % begitu juga dengan 28 responden lainnya yang menyatakan setuju dengan presentase 75,68 %. KUD Getasan sebagai koperasi yang ada diwilayah Kecamatan Getasanseharusnya bisa mensejahterakan masyarakat terutama para petani peternak sapi perah yang ada diwilayah kecamatan Getasan. Akan tetapi kenyataan yang ada dari 37 responden 28 diantaranya menyatakan bahwa para peternak sapi lebih memilih lembaga lain yang sama-sama bergerak dibidang persusuan yang tidak memberikan kredit sapi untuk menyetorkan hasil susu sapi dengan alasan lembaga yang lain tersebut lebih menguntungkan dibandingkan KUD yang memberikan kredit sapi. 47

25 Tabel 4.17 Pendapat Penerima Kredit Sapi Perah Pada KUD Getasan Yang Menyebabkan Harga Kebutuhan Pokok yang Di Sediakan KUD Sama Dengan Harga yang Di Tawarkan Di Luar KUD Sebagai Penyebab Kredit Macet. 1 Tidak setuju ,35 2 Setuju ,65 Tabel 4.17 menunjukan bahwa 19 Responden dari 37 Responden menyatakan tidak terpengaruh dengan alasan diatas dengan presentase 51,35 % begitu juga dengan 18 responden lainnya yang menyatakan setuju dengan presentase 48,65 %. KUD Getasan yang ada diwilayah Kecamatan Getasan tidak hanya bergerak dalam satu bidang saja. KUD Getasan juga mempunyai beberapa bidang yang bisa membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokok. Awalnya hal tersebut disambut baik oleh para nasabah peternak sapi dengan harapan harga kebutuhan tersebut lebih rendah dari harga penjual lain diluar KUD Getasan. Akan tetapi dalam kenyataannya 18 responden dari 37 responden yang ada menyatakan bahwa harga kebutuhan pokok yang disediakan KUD Getasan sama dengan harga kebutuhan yang dijual oleh penjual lain diluar KUD Getasan. 48

26 Tabel 4.18 Pendapat Penerima Kredit Sapi Perah Pada KUD Getasan Yang Menyebabkan Harga Peralatan yang Semakin Tinggi Berpengaruh Terhadap Pemilihan Tempat Penjualan Sebagai Penyebab Kredit Macet. 1 Tidak setuju ,79 2 Setuju. 6 16,21 Tabel 4.18 menunjukan bahwa 31 Responden dari 37 Responden menyatakan tidak terpengaruh dengan alasan diatas dengan presentase 83,79 % begitu juga dengan 18 responden lainnya yang menyatakan setuju dengan presentase 16,21 %. KUD Getasan yang sebagian besarnya masyarakatnya petani dan peternak memberikan kredit sapi kepada para petani dan peternak sapi dengan harapan untuk bisa mengembangkan potensi persusuan dan untuk mensejahterakan masayarakat Kecamatan Getasan. Seiring dengan itu para petani peternak sapi merasa hasil pembayaran yang sudah dipotong dengan angsuran sapi tersebut tidak sesuai dengan harga - harga pada umumnya yang diberikan oleh KUD lain. Petani peternak sapi mengungkapkan bahwa beternak sapi juga harus menggunakan peralatan sapi. Sedangkan harga peralatan yang semakin tinggi membuat para petani untuk memilih tempat penjualan susu lain yang harganya lebih tinggi. Hal ini yang menjadi alasan 6 responden dari 37 responden yang ada. 49

27 Tabel 4.19 Pendapat penerima Kredit Sapi Perah Pada KUD Getasan Yang Menyebabkan Peralatan Tidak Mempengaruh Terhadap Kualitas Susu yang Di Hasilkan Sebagai Penyebab Kredit Macet.. 1 Setuju ,43 2 Tidak setuju ,57 Tabel 4.19 menunjukan bahwa 12 Responden dari 37 Responden menyatakan tidak terpengaruh dengan alasan diatas dengan presentase 32,43 % begitu juga dengan 25 responden lainnya yang menyatakan setuju dengan presentase 67,57 %. Peralatan dalam peternakan sapi sangatlah penting karena peralatan adalah sarana sebagai alat untuk melakukan peternakan sapi. Peralatan juga bisa mempengauruhi produksi susu tetapi juga bisa tidak karena dengan peralatan yang tersedia lengkap, tetapi makanan dan minuman sapinya tidak diteratur akan sama saja. Dari 37 responden yang ada 25 diantaranya memilih alasan bahwa peralatan tidak akan mempengaruhi hasil produksi susu. 50

28 Tabel 4.20 Pendapat Penerima Kredit Sapi Perah Pada KUD Getasan Yang Menyebabkan Peralatan yang Berpengaruh Terhadap Penghasilan Sebagai Penyebab Kredit Macet. 1 Setuju ,43 2 Tidak setuju ,57 Tabel 4.20 menunjukan bahwa 12 Responden dari 37 Responden menyatakan tidak terpengaruh dengan alasan diatas dengan presentase 32,43 % begitu juga dengan 25 responden lainnya yang menyatakan setuju dengan presentase 67,57 %. Peternak sapi dalam berternak sapi harus melakukan beberapa persiapan dan peralatannya. Sebagai peternak sapi perah para petani peternak sapi harus menyiapkan tempat untuk menaruh sapi tersebut dan juga peralatan untuk beternak sapi. Dalam melakukan peternakan sapi perah tempat yang bersih sagatlah penting guna menjaga kwalitas produk susu. Begitu juga peralatan yang juga penting untuk perawatan sapi akan tetapi harga peralatan sekarang ini sagat tinggi. Akan tetapi dari 37 peternak sapi 25 diantaranya mengungkapkan bahwa harga peralatan tidak mempengaruhi penghasilannya. 51

29 Tabel 4.21 Pendapat penerima Kredit Sapi Perah Pada KUD Getasan Yang Menyebabkan Peralatan yang Berpengaruh Terhadap Kualitas Produk susu Sebagai Penyebab Kredit Macet. 1 Setuju ,43 2 Tidak setuju ,57 Tabel 4.21 menunjukan bahwa 12 Responden dari 37 Responden menyatakan tidak terpengaruh dengan alasan diatas dengan presentase 32,43 % begitu juga dengan 25 responden lainnya yang menyatakan setuju dengan presentase 67,57 %. Kwalitas susu sapi menjadi hal utama yang harus diperhatikan oleh peternak sapi dalam melakukan peternakan sapi perah kwalitas susu. Kwalitas susu sapi tersebut tidak berpengaruh pada pengunaan peralatan yang digunakan oleh para peternak karena peralatan hanyalah sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan sapi dan tidak bisa mempengaruhi kwalitas susunya. Dari 37 responden 25 diantaranya menyatakan alasan tersebut. 52

30 Tabel 4.22 Pendapat penerima Kredit Sapi Perah Pada KUD Getasan Yang Menyebabkan Harga Peralatan yang Lebih Terjangkau Membuat Para Debitur Memilih Lembag Lain Untuk Menyetorkan Produk Susu Sebagai Penyebab Kredit Macet. 1 Tidak setuju. 9 24,32 2 Setuju , Tabel 4.22 menunjukan bahwa 9 Responden dari 37 Responden menyatakan tidak terpengaruh dengan alasan diatas dengan presentase 24,32 % begitu juga dengan 28 responden lainnya yang menyatakan setuju dengan presentase 75,68 %. Peralatan yang digunakan sebagai pelengkap dalam peternakan sapi biasanya disediakan langsung oleh KUD, Peralatan tersebut biasanya disediakan KUD dengan harga yang terjakau guna memenuhi kebutuhan para peternak sapi. Akan tetapi para debitur mempunyai alasan lain mengapa para debitur penerima kredit sapi lebih memilih KUD lain dibandingkan KUD pemberi kredit. Dari 37 responden 28 diantaranya menyatakan alasan karena disamping harga beli produk susu lembaga lain lebih tinggi dari KUD pemberi kredit lembaga lain juga menyediakan peralatan yang harganya lebih terjangkau. 53

31 Tabel 4.23 Penerima Kredit Sapi Perah KUD Getasan yang Mengalami Kredit Macet Dengan Tingkat yang Paling Banyak. No Rekapitulasi : Jumlah Jumlah Keterangan Setuju tidak setuju item pertanyaan 1 Harga susu Harga kebutuhan Harga pakan Harga peralatan Jumlah B. Pembahasan. 1. Pelaksanaan Kredit di KUD Getasan Awal permulaan terjadinya kredit adalah Gabungan Koperasi Seluruh Indonesia (GKSI) yang berada di Boyolali melalui KUD Getasan sebagai koperasi yang berada ditingkat Kecamatan Getasan memberikan kredit sapi perah. Pemberian kredit tersebut awalnya disambut baik oleh para masyarakat Getasan dan sekitarnya karena dengan adanya kredit sapi perah tersebut masyarakat berharap bisa meningkatkan taraf hidupnya. Akan tetapi dalm prakteknya KUD Getasan sudah mengalami sistem seleksi yang tidak sesuai dengan ketentuan yang dibuktikan dengan adanya pemberian kredit kepada orang-orang yang dekat dengan pengurus saja. Sistem seleksi yang salah tersebut banyak masalah yang timbul dalam pemberian kredit sapi perah tersebut masalah yang timbul adalah dari 148 debitur 54

32 penerima kredit terdapat 37 debitur yang mengalami kreedit macet. Salah satu penyebabnya adalah sepeti yang sudah dikemukakan diatas bahwa terjadi sistem seleksi yang salah dari pihak KUD. Penyebab lainnya adalah kegagalan peternakan karena sapi sakit-sakitan dan bahkan mati. Para peternak sapi perah atau debitur mengatakan bahwa banyaknya sapi yang sakit bahkan sampai ada yang mati.halini membuat para debitur tidak bisa mengangsur kredit sapi karena debitur tersebut tidak punya susu sebagai angsurannya. Sebagai KUD pengepul susu KUD Getasan dinilai kurang mampu bersaing dengan KUD lain dalam hal harga beli produk susu. Para peternak sapi menilai harga beli produk susu yang di KUD Getasan lebih rendah dibandingkan KUD lain yang berada diwilayah Kecamtan Getasan. Halini yang membuat para peternak sapi perah melakukan pembangkangan. 2. Kredit Macet di KUD Getasan KUD Getasan memberikan kredit dalam bentuk sapi perah terhadap masyarakat Kecamatan Getasan dan sekitarnya yang berjumlah 148 debitur. Tujuan KUD memberikan kredit adalah untuk meningkatkan produksi susu di KUD Getasan yang selama ini mengalami penurunan. Akan tetapi dalam prakteknya dari 148 debitur penerima kredit tersebut terdapat 37 kasus kredit macet yang terjadi di KUD Getasan. KUD Getasan sebagai pihak yang telah dirugikan sudah mencoba untuk menangani kredit sapi yang mengalami kemacetan tersebut.penanganan kredit sapi yang mengalami kemacetan terbatas pada penagihan terhadap debitur oleh pihak KUD Getasan. Karena tidak ada barang bukti, maka tindakan penyitaan dilakukan terhadap barang yang dikreditkan yang berupa sapi. Sebagai pihak yang sudah dirugikan atas 55

33 terjadinya kredit sapi yang macet. Para debitur yang mengalami kredit macet tersebut bukan tanpa alasan para debitur tersebut mempunyai alasan mengapa kredit tetrsebut bisa mengalami kemacetan. Ada beberapa penyebab kredit macet dikalangan para debitur penerima kredit sapi perah tersebut diantaranya kegagalan peternakan karena sapi sakit-sakitan dan bahkan mati, adanya pembangkangan yang dilakukan oleh peternak karena harga beli susu sapi oleh KUD Getasan dibawah pembeli susu sapi yang lain. Debitur sebagai pihak yang mempunyai tanggung jawab terhadap kredit tersebut tidak bisa semata-mata menjadi pihak yang disalahkan atas terjadinya kredit tersebut. Pihak KUD sebagai pemberi kredit juga mempunyai andil dalam terjadinya kredit macet ini karena pihak KUD juga kurang selektif dalam memilih para calon debitur penerima kredit sapi. Hal ini dibuktikan dengan adanya pemberian kredit kepada orang-orang yang dekat dengan pengurus saja yang belum tentu orang tersebut bisa melakukan peternakan dikarenakan orang tersebut belum pernah beternak sapi. 3. Beralihnya Nasabah KUD Getasan Sebagai Akibat dari Kredit Macet Pada awalnya KUD Getasan adalah KUD terbesar yang terdapat di Kecamatan Getasan. Halini dibuktikan dengan banyaknya produksi susu yang dihasilkan dari KUD Getasan yang dapat menampung susu sebanyak liter setiap harinya dari para peloper yang ada. Namun saat ini seiring dengan munculnya koperasi/ usaha lain yang bergerak dibidang persusuan KUD Getasan mengalami penurunan produksi susu yang hanya bisa membeli liter setiap harinya. Para nasabah tersebut mulai beralih ke KUD lain yang terdapat di Kecamatan 56

34 Getasan ini. Beralihnya para nasabah yang termasuk para debitur penerima kredit sapi KUD Getasan menjadikan kredit tersebut mengalami kemacetan dikarenakan kredit yang semulanya diangsur dengan pembayaran susu menjadi macet yang disebabkan pihak KUD tidak bisa memotong angsuran melalui pembayaran produk susu karena para debitur memilih untuk menjual produk susunya ke KUD lain yang sama bergerak dibidang persusuan. Berdasarkan wawancara yang sudah peneliti lakukan ada beberapa faktor yang menyebabkan para debitur penerima kredit sapi perah beralih ke KUD lain faktor-faktor yang menyebabkan para debitur penerima kredit sapi perah beralih ke KUD lain adalah : Harga susu adalah penyebab utama karena harga susu diinstansi atau lembaga pemberi kredit relatif rendah sedangkan harga susu diinstansi atau lembaga lain yang juga bergerak dibidang persusuan lebih tinggi, hal tersebut dipertimbangkan oleh para petani peternak sapi untuk melakukan penjualan produk susu. Harga pakan yang semakin tinggi menyebabkan para debitur penerima kredit sapi perah beralih ke instansi atau lembaga lain yang bergerak dibidang persusuan mengingat harga susu yang lebih tinggi dan harga pakan yang semakin naik menyebabkan para petani peternak sapi harus bisa selektif dalam memilih tempat penjualan susu Harga kebutuhan pokok yang semakin tinggi menyebabkan debitur beralih ke instansi atau lembaga lain yang bergerak dibidang persususuan karena para debitur merasa hasil pembayaran dari instansi atau lembaga pemberi kredit jauh dari kata cukup, para debitur juga mengakui memang di instansi atau lembaga yang lain (KUD 57

35 lain) yang sekarang ini juga belum bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari akan tetapi dihitung-hitung lebih menguntungkan dibandingkan instansi atau lembaga pemberi kredit. Harga peralatan yang semakin tinggi juga dapat dikatakan sebagai penyebab beralihnya para debitur keinstansi atau lembaga lain yang bergerak dibidang persususuan karena peralatan adalah sebagai penunjang dalam proses berternak sapi sedangkan peternak sapi menghitung harga produk susu diinstansi atau lembaga pemberi kredit lebih rendah dibandingkan diinstansi atau lembaga lainya yang bergerak dibidang persusuan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti di Getasan ditemukan faktor-faktor yang dipertimbangkan debitur dalam memilih tempat penjualan susu diwilayah Kecamatan Getasan dan sekitarnya adalah sebagai berikut : a. Harga susu b. Harga pakan c. Harga kebutuhan d. Harga peralatan Hal ini didukung oleh salah satu pendapat darila Adela istanto yang mengatakan bahwa Harga susu sapi menjadi salah satu hal yang paling penting dalam pemasaran susu sapi. 1 1 Adela istanto (2012), Peran Pengumpul,Pengecer,Standar mutu dan Harga dalam Pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang,hal:99 58

A. Hasil hasil wawancara

A. Hasil hasil wawancara A. Hasil hasil wawancara 1. Hasil wawancara Kreditur Kreditur membenarkan bahwa telah terjadi kredit macet di KUD Getasan Kredit macet terjadi karena Kegagalan peternakan sapi yang dikarenakan sapi tersebut

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN DEBITUR PENERIMA KREDIT SAPI PERAH KUD GETASAN TAHUN DALAM MEMILIH TEMPAT PENJUALAN SUSU

FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN DEBITUR PENERIMA KREDIT SAPI PERAH KUD GETASAN TAHUN DALAM MEMILIH TEMPAT PENJUALAN SUSU FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN DEBITUR PENERIMA KREDIT SAPI PERAH KUD GETASAN TAHUN 2000-2011 DALAM MEMILIH TEMPAT PENJUALAN SUSU SKRIPSI Disusun dan diajukan kepada Program Studi Pendidikan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. tersebut bisa dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Terlampir

BAB IV GAMBARAN UMUM. tersebut bisa dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Terlampir BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Obyek Penelitian Koperasi di Kabupaten Bantul dari tahun 2011 2015 perkembangannya cenderung berfluktuatif dari segi jumlah, modal sendiri, modal luar, volume usaha

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Koperasi Secara Umum. 1. Pengertian Koperasi. Pengertian koperasi secara umum, yang dimaksud dengan kopersi adalah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Koperasi Secara Umum. 1. Pengertian Koperasi. Pengertian koperasi secara umum, yang dimaksud dengan kopersi adalah BAB II KAJIAN TEORI A. Koperasi Secara Umum 1. Pengertian Koperasi Pengertian koperasi secara umum, yang dimaksud dengan kopersi adalah Koperasi adalah suatu badan usaha yang merupakan organisasi ekonomi

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. A. Sejarah Berdirinya Koperasi Simpan Pinjam Sahabat Surya Tegowanu

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. A. Sejarah Berdirinya Koperasi Simpan Pinjam Sahabat Surya Tegowanu BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Berdirinya Koperasi Simpan Pinjam Sahabat Surya Tegowanu Koperasi Simpan Pinjam Sahabat Surya Tegowanu yang berkedudukan di Jln. Gatot Subroto No.99 Tegoawanu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Berbadan Hukum No. 013/ BH/ KDK / IV/ Tanggal ( PAD ) : 09 April

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Berbadan Hukum No. 013/ BH/ KDK / IV/ Tanggal ( PAD ) : 09 April BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Koperasi Tani Koperasi Tani Sumber Manis Kota Mojokerto berdiri pada tahun 2007 yang Berbadan Hukum No. 013/ BH/ KDK. 13.32/ IV/ 1999. Tanggal ( PAD ) : 09 April

Lebih terperinci

VII. SISTEM PENGELOLAAN USAHA TERNAK SAPI MANDIRI CISURUPAN. 7.1 Struktur Organisasi dan Pengambilan Keputusan

VII. SISTEM PENGELOLAAN USAHA TERNAK SAPI MANDIRI CISURUPAN. 7.1 Struktur Organisasi dan Pengambilan Keputusan VII. SISTEM PENGELOLAAN USAHA TERNAK SAPI MANDIRI CISURUPAN PERAH KUD 7.1 Struktur Organisasi dan Pengambilan Keputusan 7.1.1 Struktur Organisasi KUD Mandiri Cisurupan Dalam menjalankan usahanya manajemen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Sejarah Singkat Koperasi Rukun Sejahtera

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Sejarah Singkat Koperasi Rukun Sejahtera BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Koperasi Rukun Sejahtera Koperasi Rukun Sejahtera BPSTW didirikan pada tanggal 11 April 1998 berdasarkan akta pendirian

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN Gambaran Umum KSP Kasih Sentosa Kota Surakarta. Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Kasih Sentosa kota Surakarta di

BAB III PEMBAHASAN Gambaran Umum KSP Kasih Sentosa Kota Surakarta. Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Kasih Sentosa kota Surakarta di BAB III PEMBAHASAN 3.1. Gambaran Umum KSP Kasih Sentosa Kota Surakarta Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Kasih Sentosa kota Surakarta di dirikan pada 11 Desember 2006. KSP memiliki badan hukum 188.4/360/BH/112006.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian berbasis peternakan merupakan bagian pembangunan nasional yang sangat penting, karena salah satu tujuan pembangunan peternakan adalah meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOPERASI. A. Sejarah berdirinya Koperasi Dharma Bhakti Samudra. Balai Pendidikan dan Latihan Pelayaran (BPLP) Semarang pada

BAB III GAMBARAN UMUM KOPERASI. A. Sejarah berdirinya Koperasi Dharma Bhakti Samudra. Balai Pendidikan dan Latihan Pelayaran (BPLP) Semarang pada BAB III GAMBARAN UMUM KOPERASI A. Sejarah berdirinya Koperasi Dharma Bhakti Samudra Balai Pendidikan dan Latihan Pelayaran (BPLP) Semarang pada tanggal 8 juli 1982 telah mendirikan suatu organisasi yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KOPERASI. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan

BAB IV GAMBARAN UMUM KOPERASI. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan BAB IV GAMBARAN UMUM KOPERASI 4.1 Sejarah Singkat Koperasi Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsipkoperasi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM ORGANISASI

BAB IV GAMBARAN UMUM ORGANISASI 53 BAB IV GAMBARAN UMUM ORGANISASI 4.1 Sejarah Perkembangan KPSBU Jabar Bangsa Belanda mulai memperkenalkan sapi perah kepada masyarakat Lembang sekitar tahun 1800-an. Seiring dengan berjalannya waktu,

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Koperasi Karyawan (Kopkar) Cipta Sejahtera PDAM Tirta Moedal Kota

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Koperasi Karyawan (Kopkar) Cipta Sejahtera PDAM Tirta Moedal Kota BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1.Sejarah Singkat Koperasi Karyawan (Kopkar) Cipta Sejahtera PDAM Tirta Moedal Kota Semarang didirikan pada 10 Juli 2001 dan beranggotakan seluruh karyawan PDAM Tirta

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK PENELITIAN

BAB 3 OBJEK PENELITIAN BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1 Sejarah Singkat Koperasi Pegawai Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS) adalah Koperasi Pegawai RI UPT-Laboratorium Uji Konstruksi (KOSUPALUK) didirikan di Tangerang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. KPSBU (Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara) Jawa Barat, yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. KPSBU (Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara) Jawa Barat, yang 71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Profil Perusahaan a. Sejarah KPSBU Jawa Barat KPSBU (Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara) Jawa Barat, yang berdiri sejak 8 Agustus

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi merupakan salah satu pilar pembangunan ekonomi Indonesia yang berperan dalam pengembangan sektor pertanian. Koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional mempunyai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Umum Koperasi Karyawan Perguruan Tinggi Swasta ABC

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Umum Koperasi Karyawan Perguruan Tinggi Swasta ABC BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Umum Koperasi Karyawan Perguruan Tinggi Swasta ABC Koperasi Karyawan Perguruan Tinggi Swasta ABC adalah badan usaha yang berbentuk koperasi pegawai yang beranggotakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PERUSAHAAN. Koperasi Karya Mandiri Air Molek merupakan koperasi serba usaha (KSU) yang didirikan

BAB II GAMBARAN PERUSAHAAN. Koperasi Karya Mandiri Air Molek merupakan koperasi serba usaha (KSU) yang didirikan BAB II GAMBARAN PERUSAHAAN A. Sejarah berdirinya Koperasi Karya Mandiri Air Molek Koperasi Karya Mandiri Air Molek merupakan koperasi serba usaha (KSU) yang didirikan untuk membangun dunia usaha melalui

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. 15 Januari 2010, dengan Akta Pendirian Koperasi No. 44 dan mendapat

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. 15 Januari 2010, dengan Akta Pendirian Koperasi No. 44 dan mendapat BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Koperasi 3.1.1 Sejarah Singkat Koperasi Koperasi Buana Indonesia adalah Koperasi yang berikrar pada tanggal 15 Januari 2010, dengan Akta Pendirian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KOPERASI. pedesaan yang beranggotakan orang-orang atau suatu badan hukum koperasi yang

BAB IV GAMBARAN UMUM KOPERASI. pedesaan yang beranggotakan orang-orang atau suatu badan hukum koperasi yang BAB IV GAMBARAN UMUM KOPERASI IV.1 Sejarah Singkat Koperasi KUD Wisma Tani merupakan suatu wadah kegiatan perekonomian pedesaan yang beranggotakan orang-orang atau suatu badan hukum koperasi yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya seperti modal untuk membangun usaha, untuk. membesarkan usaha, untuk membangun rumah atau untuk mencukupi

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya seperti modal untuk membangun usaha, untuk. membesarkan usaha, untuk membangun rumah atau untuk mencukupi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Seiring berkembangnya perekonomian suatu negara, maka akan semakin banyak lembaga keuangan yang berdiri. Lembaga keuangan ini sangat berpengaruh besar terhadap

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara 6 II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Teori dan Tujuan Koperasi di Indonesia Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara bahasa berarti bekerja bersama dengan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Purworejo, berdiri pada tanggal 25 Mei 1960 di desa Cangkrep Kabupaten

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Purworejo, berdiri pada tanggal 25 Mei 1960 di desa Cangkrep Kabupaten 36 BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan KPRI Guyub Rukun Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo, berdiri pada tanggal 25 Mei 1960 di desa Cangkrep Kabupaten

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. peternak, khususnya bagi yang berminat meningkatkan skala usahanya. Salah satu

PENDAHULUAN. peternak, khususnya bagi yang berminat meningkatkan skala usahanya. Salah satu I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pemberian kredit pada saat ini telah banyak dilakukan oleh berbagai lembaga keuangan yang ada di Indonesia. Jenis kredit yang diberikan pun sudah menyesuaikan dengan berbagai

Lebih terperinci

OLEH ASISTEN DEPUTI TATALAKSANA KOPERASI DAN UKM DEPUTI BIDANG KELEMBAGAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM Bogor, 28 Januari 2016

OLEH ASISTEN DEPUTI TATALAKSANA KOPERASI DAN UKM DEPUTI BIDANG KELEMBAGAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM Bogor, 28 Januari 2016 OLEH ASISTEN DEPUTI TATALAKSANA KOPERASI DAN UKM DEPUTI BIDANG KELEMBAGAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM Bogor, 28 Januari 2016 1 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Koperasi adalah badan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 44 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya KPRI Sadar kecamatan Purwoasri Kediri Sekitar tahun 70-an guru-guru, kepala SD, penjaga, dan pegawai di lingkungan kantor

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI YANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Latar Belakang Koperasi PT PLN Persero Penyalur dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali atau yang disingkat dengan nama KPK PLN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Karakteristik Wilayah dan Sosial Ekonomi Masyarakat Letak dan Kondisi Geografis Lokasi Penelitian

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Karakteristik Wilayah dan Sosial Ekonomi Masyarakat Letak dan Kondisi Geografis Lokasi Penelitian V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Karakteristik Wilayah dan Sosial Ekonomi Masyarakat 5.1.1 Letak dan Kondisi Geografis Lokasi Penelitian Kecamatan Cisurupan terletak kurang lebih 18 Km dari Ibu Kota Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KUD PUSPA MEKAR

V. GAMBARAN UMUM KUD PUSPA MEKAR V. GAMBARAN UMUM KUD PUSPA MEKAR 5.1. Sejarah dan Perkembangan KUD Puspa Mekar Strategi pembangunan ekonomi nasional difokuskan pada pembangunan kerakyatan, dimana pengusaha kecil dan menengah maupun koperasi

Lebih terperinci

BAB IV Hasil Dan Pembahasan

BAB IV Hasil Dan Pembahasan 4.1. Hasil Penelitian BAB IV Hasil Dan Pembahasan 4.1.1. Peternakan Sapi Pedaging di Dusun Getasan Kecamatan Getasan merupakan salah satu kecamatan dari sembilan belas kecamatan yang ada di Kabupaten Semarang.

Lebih terperinci

Lampiran I: Foto-Foto KUD GRABAG. Gb 1.1 Gerbang masuk kantor KUD GRABAG (Sumber : dokumen pribadi)

Lampiran I: Foto-Foto KUD GRABAG. Gb 1.1 Gerbang masuk kantor KUD GRABAG (Sumber : dokumen pribadi) LAMPIRAN 71 Lampiran I: Foto-Foto KUD GRABAG Gb 1.1 Gerbang masuk kantor KUD GRABAG (Sumber : dokumen pribadi) 72 Gb 1. 2. Halaman Depan Kantor KUD GRABAG (Sumber : dokumen pribadi) Gb 1.3.Bagan Struktur

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang Mengingat : a. bahwa Desa memiliki hak asal usul

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PROMOSI PRODUK SIM A (SIMPANAN ANAK-ANAK) DI BMT CITRA KEUANGAN SYARIAH COMAL

BAB III STRATEGI PROMOSI PRODUK SIM A (SIMPANAN ANAK-ANAK) DI BMT CITRA KEUANGAN SYARIAH COMAL 42 BAB III STRATEGI PROMOSI PRODUK SIM A (SIMPANAN ANAK-ANAK) DI BMT CITRA KEUANGAN SYARIAH COMAL A. BMT Citra Keuangan Syariah Comal 1. Sejarah Berdirinya Dengan tujuan untuk membangun ekonomi masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM. 2.1 Sejarah Berdirinya KPRI Dwija Jaya Singorojo

BAB II GAMBARAN UMUM. 2.1 Sejarah Berdirinya KPRI Dwija Jaya Singorojo BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Sejarah Berdirinya KPRI Dwija Jaya Singorojo Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Dwija Jaya Singorojo terbentuk dari sebuah rapat kecil perkumpulan beberapa Guru sekolah

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 618 TAHUN 2010 T E N T A N G PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DANA INVESTASI DAERAH NON PERMANEN UNTUK

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.24, 2016 KEUANGAN OJK. BPR. Badan Kredit Desa. Transformasi. Status. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5847) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Koperasi Simpan Pinjam Karya Mulia. hanya mempunyai anggota sebanyak 44 orang.

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Koperasi Simpan Pinjam Karya Mulia. hanya mempunyai anggota sebanyak 44 orang. BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Koperasi Simpan Pinjam Karya Mulia Koperasi Simpan Pinjam Karya Mulia ini pada awalnya merupakan unit usaha yang ada pada Simpan Pinjam Karya Mulia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Berbagai perkembangan yang terjadi dalam sektor perekonomian di Indonesia tidak terlepas dari peranan lembaga keuangan baik itu Lembaga Keuangna Bank

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Berdiri KUD Marga Bhakti

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Berdiri KUD Marga Bhakti 13 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Berdiri KUD Marga Bhakti Dalam rangka meningkatkan produksi dan kehidupan rakyat didaerah pedesaan, pemerintah menganjurkan pembentukan Koperasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Sejarah Perusahaan Koperasi Pegawai RI RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung yang diperkuat dengan SK Direktur No: 1177/D/PERS/1976 tanggal

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KOPERASI. IV.1. Sejarah Singkat KUD Muara Mahat Sejahtera. bedomisili dan berkantor di Desa Muara Mahat Baru Kecamatan Tapung

BAB IV GAMBARAN UMUM KOPERASI. IV.1. Sejarah Singkat KUD Muara Mahat Sejahtera. bedomisili dan berkantor di Desa Muara Mahat Baru Kecamatan Tapung 44 BAB IV GAMBARAN UMUM KOPERASI IV.1. Sejarah Singkat KUD Muara Mahat Sejahtera Koperasi Unit Desa (KUD) Muara Mahat Sejahtera merupakan suatu wadah bagi setiap masyarakat didesa Muara Mahat Baru. Koperasi

Lebih terperinci

BAB II HASIL SURVEY. 2.1 Gambaran Umum Koperasi Karyawan Temprina Sejahtera Mandiri

BAB II HASIL SURVEY. 2.1 Gambaran Umum Koperasi Karyawan Temprina Sejahtera Mandiri BAB II HASIL SURVEY 2.1 Gambaran Umum Koperasi Karyawan Temprina Sejahtera Mandiri Koperasi Karyawan ( Kopkar ) adalah suatu sarana untuk pemersatu sekaligus meningkatkan kesejahteraan karyawan. Koperasi

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMINJAMAN DANA KOPERASI SIMPAN PINJAM KOPUSMA. : Ezra Catherine NPM : Pembimbing : Dr. Teddy Oswari

PROSEDUR PEMINJAMAN DANA KOPERASI SIMPAN PINJAM KOPUSMA. : Ezra Catherine NPM : Pembimbing : Dr. Teddy Oswari PROSEDUR PEMINJAMAN DANA KOPERASI SIMPAN PINJAM KOPUSMA Nama : Ezra Catherine NPM : 42210461 Pembimbing : Dr. Teddy Oswari Pendahuluan Latar belakang 1. Kemajuan zaman dan teknologi yang semakin maju mendorong

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsektor pertanian terdiri dari sektor tanaman pangan, sektor perkebunan, sektor kehutanan, sektor perikanan dan sektor peternakan. Sektor peternakan sebagai salah satu

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : BUPATI BENGKAYANG, bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang bertindak sebagai sumber permodalan dan perantara keuangan dengan menyediakan mekanisme transaksi

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang

Lebih terperinci

mampu menjadi mitra usaha yang terbaik bagi anggotanya.

mampu menjadi mitra usaha yang terbaik bagi anggotanya. royong, dan sebagai Koperasi Simpan Pinjam, maka KSP Harta Sentosa tetap fokus kepada kebijakan penggurus KSP Harta Sentosa Kota Salatiga. 2. Visi dan Misi Koperasi a. Visi KSP Harta Sentosa. Visi KSP

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK PENGALIHAN BENDA JAMINAN MILIK ANGGOTA UNTUK JAMINAN HUTANG PIHAK KETIGA YANG DILAKUKAN OLEH KOPERASI SERBA USAHA DUA TIGA

BAB III PRAKTIK PENGALIHAN BENDA JAMINAN MILIK ANGGOTA UNTUK JAMINAN HUTANG PIHAK KETIGA YANG DILAKUKAN OLEH KOPERASI SERBA USAHA DUA TIGA BAB III PRAKTIK PENGALIHAN BENDA JAMINAN MILIK ANGGOTA UNTUK JAMINAN HUTANG PIHAK KETIGA YANG DILAKUKAN OLEH KOPERASI SERBA USAHA DUA TIGA A. Pelaksanaan Simpan Pinjam yang Dilakukan oleh Pihak Koperasi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PENGURUS Nomor : 01/KEP/Kop / / 2013 Tentang : Peraturan Khusus Usaha Simpan Pinjam Koperasi

KEPUTUSAN PENGURUS Nomor : 01/KEP/Kop / / 2013 Tentang : Peraturan Khusus Usaha Simpan Pinjam Koperasi KOPERASI... Badan Hukum No. : Alamat :... KEPUTUSAN PENGURUS Nomor : 01/KEP/Kop / / 2013 Tentang : Peraturan Khusus Usaha Simpan Pinjam Koperasi 1. Menimbang : a. Perlu terus dikembangkan unit simpan pinjam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia, banyak berdirinya berbagai jenis perusahaan mulai dari berskala kecil hingga berskala besar baik

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 12 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 12 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 12 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN

Lebih terperinci

Samarinda, 29 Februari 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Samarinda, 29 Februari 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN Samarinda, 29 Februari 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN PENDAHULUAN Peraturan Menteri Keuangan Nomor 241/PMK.05/2011 tanggal 27

Lebih terperinci

BAB I. KETENTUAN UMUM

BAB I. KETENTUAN UMUM BAB I. KETENTUAN UMUM 1 1 Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PENGUATAN PEMODALAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL POLA BERGULIR

PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PENGUATAN PEMODALAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL POLA BERGULIR PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PENGUATAN PEMODALAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL POLA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa koperasi, usaha

Lebih terperinci

BAB II PROFIL KOPERASI SERBA USAHA WIRA KARYA LESTARI SMK HKBP. A. Sejarah Ringkas Koperasi Serba Usaha Wira Karya Lestari SMK

BAB II PROFIL KOPERASI SERBA USAHA WIRA KARYA LESTARI SMK HKBP. A. Sejarah Ringkas Koperasi Serba Usaha Wira Karya Lestari SMK BAB II PROFIL KOPERASI SERBA USAHA WIRA KARYA LESTARI SMK HKBP A. Sejarah Ringkas Koperasi Serba Usaha Wira Karya Lestari SMK HKBP Koperasi ini bernama Koperasi Serba Usaha Wira Karya Lestari SMK HKBP

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 13 /Per/M.KUKM/VII/2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PROGRAM SEKURITISASI ASET KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN

BAB III OBJEK PENELITIAN BAB III OBJEK PENELITIAN III.1. Sejarah Singkat Koperasi ini bernama Koperasi Patra yang berkedudukan di Jakarta Selatan tepatnya di Jalan Jenderal Gatot Soebroto Kav.32-34. Koperasi Patra didirikan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan memiliki lembaga keuangan yang kuat dan modern. Dimana

BAB I PENDAHULUAN. dengan memiliki lembaga keuangan yang kuat dan modern. Dimana BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara, lembaga keuangan berperan aktif dalam membantu pertumbuhan ekonomi. Salah satu hal yang menunjukkan bahwa sebuah Negara telah memiliki kemajuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Satuan pengamatan dan Satuan analisis. Sedangkan yang menjadi satuan analisis adalah sistem pengendalian kredit.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Satuan pengamatan dan Satuan analisis. Sedangkan yang menjadi satuan analisis adalah sistem pengendalian kredit. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Berdasarkan desainnya, penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Metode penelitian digunakan untuk menjawab masalah penelitian yang dijabarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi mempunyai peranan yang sangat penting sebagai pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi mempunyai peranan yang sangat penting sebagai pelaku 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Koperasi mempunyai peranan yang sangat penting sebagai pelaku ekonomi, pasal 33 ayat 1 UUD 1945 menetapkan bahwa Perekonomian disusun sebagai usaha bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Dalam rangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional, merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOPERASI KARYAWAN BEHAESTEX GRESIK BAB I NAMA, WAKTU, TEMPAT KEDUDUKAN DAN DAERAH KERJA. Pasal 1

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOPERASI KARYAWAN BEHAESTEX GRESIK BAB I NAMA, WAKTU, TEMPAT KEDUDUKAN DAN DAERAH KERJA. Pasal 1 ANGGARAN RUMAH TANGGA KOPERASI KARYAWAN BEHAESTEX GRESIK BAB I NAMA, WAKTU, TEMPAT KEDUDUKAN DAN DAERAH KERJA Pasal 1 Koperasi Karyawan BEHAESTEX ini selanjutnya dalam Anggaran Rumah Tangga ini disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat mendukung berkembangnya sektor pertanian dan peternakan.

BAB I PENDAHULUAN. sangat mendukung berkembangnya sektor pertanian dan peternakan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Dimana sebagai negara agraris, memiliki letak geografis serta iklim yang sangat mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. No.3053/BH/PAD/KWK.10/VI/1998 koperasi ini bernama Koperasi Pegawai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. No.3053/BH/PAD/KWK.10/VI/1998 koperasi ini bernama Koperasi Pegawai BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan Koperasi pos berdiri sejak tahun 1968, koperasi ini anggotanya terdiri dari karyawan karyawan pos. Kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan, alat penggerak pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari pembangunan. Bank sebagai

Lebih terperinci

KUWU LIMPAS KECAMATAN PATROL KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DESA LIMPAS NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

KUWU LIMPAS KECAMATAN PATROL KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DESA LIMPAS NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG KUWU LIMPAS KECAMATAN PATROL KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DESA LIMPAS NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUWU LIMPAS,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KOPERASI KARYAWAN SEI GALUH. A. Sejarah Singkat Berdirinya Koperasi Karyawan Sei Galuh

BAB II GAMBARAN UMUM KOPERASI KARYAWAN SEI GALUH. A. Sejarah Singkat Berdirinya Koperasi Karyawan Sei Galuh 10 BAB II GAMBARAN UMUM KOPERASI KARYAWAN SEI GALUH A. Sejarah Singkat Berdirinya Koperasi Karyawan Sei Galuh Koperasi di lingkungan perusahaan PT.Perkebunan Nusantara V yang bernama Koperasi Karyawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang baik tetapi juga pada bentuk produk yang ditawarkan. Upaya bank untuk menarik

BAB I PENDAHULUAN. yang baik tetapi juga pada bentuk produk yang ditawarkan. Upaya bank untuk menarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia perbankan masa sekarang ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal tersebut dapat dilihat dengan banyaknya bank baru di Indonesia, sehingga persaingan

Lebih terperinci

Abstrak. Kualitas Pelayanan, Kemampuan Pengurus, Partisipasi Anggota, Sisa Hasil Usaha (SHU).

Abstrak. Kualitas Pelayanan, Kemampuan Pengurus, Partisipasi Anggota, Sisa Hasil Usaha (SHU). Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Serba Usaha (KSU) di Kecamatan Denpasar Selatan Nama : I Gede Andika Miarta NIM : 1306105118 Abstrak Koperasi merupakan salah satu

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDesa) MITRA LESTARI DESA ABUMBUN JAYA KECAMATAN SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR

ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDesa) MITRA LESTARI DESA ABUMBUN JAYA KECAMATAN SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDesa) MITRA LESTARI DESA ABUMBUN JAYA KECAMATAN SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR BAB I UMUM Pasal 1 Anggaran Rumah Tangga (ART) BUMDesa MITRA LESTARI

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN BLITAR

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa untuk pelaksanaan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN USAHA KECIL DENGAN PENYEDIAAN DANA BERGULIR PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT JL. Desa NO : 11 DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR

PEMERINTAH DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT JL. Desa NO : 11 DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR PERATURAN DESA BATUJAJAR BARAT NOMOR 02 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) TAHUN 2017 PEMERINTAH DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI

KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR: 131 /PMK.05/2009 TENTANG KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan hasil putusan Rapat Koordinator

Lebih terperinci

FAQ LEMBAGA PENGELOLA MODAL USAHA KELAUTAN DAN PERIKANAN

FAQ LEMBAGA PENGELOLA MODAL USAHA KELAUTAN DAN PERIKANAN FAQ LEMBAGA PENGELOLA MODAL USAHA KELAUTAN DAN PERIKANAN 1. Apa itu BLU LPMUKP? BLU LPMUKP adalah Badan Layanan Umum Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan 2. Apa Pengertian BLU? BLU adalah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG. PEDOMAN PENDIRIAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG. PEDOMAN PENDIRIAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENDIRIAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU TAHUN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam suatu penelitian perlu ditentukan guna menjawab persoalan penelitian, oleh sebab itu hendaknya metode penulisan dipilih dengan memperhatikan kesesuaian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dwiguna yang dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging dan susu.

I PENDAHULUAN. dwiguna yang dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging dan susu. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang membantu dalam pemenuhan gizi masyarakat di Indonesia. Produk peternakan berupa daging, susu, telur serta bahan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung Tahun 2017 2 BUPATI

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN HOLDING COMPANY PERSEROAN TERBATAS BHUMI PANDANARAN SEJAHTERA (PERSERODA) KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ownload/regulasi/kepmen/ukm05kepmen, 10 Januari 2013.

BAB I PENDAHULUAN. ownload/regulasi/kepmen/ukm05kepmen, 10 Januari 2013. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan kualitas sumber daya manusia dan persaingan dalam memperoleh pekerjaan di Indonesia menuntut tiap orang untuk berusaha menciptakan lapangan pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman dahulu manusia telah menggunakan susu sebagai bahan pangan. Manusia mengambil susu dari hewan yang memiliki kelenjar susu seperti sapi, kuda dan domba. Masyarakat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Sejarah Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat Hal yang melatarbelakangi pembentukan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) adalah adanya permasalahan

Lebih terperinci

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR SAMISAKE

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR SAMISAKE SALINAN WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR SAMISAKE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN DESA SIDOREJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG. PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA ( BUMDes ) TAHUN ANGGARAN 2016

PERATURAN DESA SIDOREJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG. PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA ( BUMDes ) TAHUN ANGGARAN 2016 PERATURAN DESA SIDOREJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DESA ( BUMDes ) TAHUN ANGGARAN 2016 DESA SIDOREJO KECAMATAN PURWOHARJO KABUPATEN BANYUWANGI 1 PEMERINTAH DESA SIDOREJO KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. koperasi agar lebih sejahtera dengan berdasarkan asas kekeluargaan. Hal ini juga

BAB I PENDAHULUAN. koperasi agar lebih sejahtera dengan berdasarkan asas kekeluargaan. Hal ini juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum koperasi merupakan suatu badan usaha bersama yang bergerak dalam bidang perekonomian, beranggotakan secara sukarela dan atas dasar persamaan hak, berkewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini bank memiliki peranan yang strategis dalam menunjang roda perekonomian. Bank sebagai lembaga keuangan, merupakan wadah yang menghimpun dana dari

Lebih terperinci

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGELOLAAN DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk, Kantor Cabang

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk, Kantor Cabang BAB II PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Sejarah PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk, Kantor Cabang Putri Hijau Medan Bank Tabungan Pensiunan Nasional disingkat Bank BTPN terlahir dari pemikiran 7 (tujuh) orang

Lebih terperinci

BAB III PROFIL BMT MATRA PEKALONGAN. A. Latar Belakang Berdirinya BMT Matra Pekalongan

BAB III PROFIL BMT MATRA PEKALONGAN. A. Latar Belakang Berdirinya BMT Matra Pekalongan BAB III PROFIL BMT MATRA PEKALONGAN A. Latar Belakang Berdirinya BMT Matra Pekalongan Suatu kemajuan yang cukup menggembirakan menjelang abad XX terjadi kebangkitan umat Islam dalam segala aspek terutama

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perusahaan besar ataupun kecil yang bergerak disegalah bidang bersaing untuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perusahaan besar ataupun kecil yang bergerak disegalah bidang bersaing untuk BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Perekonomian di indonesia telah mengalami kemajuan begitu pesat dengan dijadikanya perusahaan perusahaan besar ataupun kecil yang bergerak disegalah bidang bersaing

Lebih terperinci

2017, No Menengah Republik Indonesia tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 15/PER/M.KUKM/IX/2015

2017, No Menengah Republik Indonesia tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 15/PER/M.KUKM/IX/2015 No.257, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KUKM. USP oleh Koperasi. Perubahan. PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 /PER/M.KUKM/ II /2017 TENTANG

Lebih terperinci