BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis"

Transkripsi

1 167 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis Kemampuan komunikasi matematis terdiri dari tiga kata yaitu kemampuan, komunikasi dan matematis. Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI, 2003), kemampuan adalah kesanggupan, komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita yang dilakukan oleh dua orang tau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami dan matematis adalah hal yang bersangkutan dengan matematika atau bersifat matematika. Jadi, kemampuan komunikasi matematis adalah kesanggupan seseorang dalam menyampaikan pesan sehingga pesan tersebut dapat dipahami dan pesan tersebut bersifat matematika atau bersangkutan dengan matematika. Secara umum komunikasi (Susanto, 2013) dapat diartikan sebagai suatu cara menyampaikan pesan ke penerima pesan untuk memberitahu suatu pendapat atau perilaku baik secara konvensional atau tidak konvensional. Secara konvensional yaitu dalam bentuk lisan dan secara tidak konvensional melalui media, seperti : koran, majalah, dll. Makna lain dari komunikasi sendiri adalah berbagi, bertukar pendapat atau ide dan gagsaan, perasaan, informasi dan sebagainya. 6

2 Everett M Rogers (Majid, 2013), mendefinisikan bahwa komunikasi merupakan suatu proses pengalihan ide dari sumber kepada penerima dengan maksud mengubah tingkah lakunya. Dalam penyampaian ide tersebut, proses pengalihan infomasi seseorang tersebut dengan yang lainnya berbeda-beda. Penyampaian ide tersebut dapat dinyatakan secara jelas, maupun implisit dengan simbol-simbol, notasi-notasi ataupun lambang-lambang yang memerlukan interprestasi yang lebih dalam. Komunikasi matematis adalah suatu proses penting untuk mempelajari matematika karena melalui komunikasi siswa dapat memperjelas, memperluas dan memahami ide-ide matematis (Ontario Ministry of Education, 2010).Sejalan dengan yang diungkapkan Yudhanegara dan Lestari (2015: 83) kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam mengungkapkan suatu gagasan/ide matematis, baik secara lisan maupun tulisan serta dalam memahami dan menerima gagasan/ide matematis orang lain dilakukan secara cermat, analitis, kritis, dan evaluatif untuk memperkuat pemahaman. Kegiatan-kegiatan dalam proses berkomunikasi hendaknya perlu diperhatikan sehingga siswa dapat secara optimal mengembangkan kemampuan komunikasi matematis. Apek penting tersebut yaitu koneksi, represntasi, membaca, menulis, mendengar. Susanto (2013) menuturkan lebih lanjut kelima aspek tersebut dalam komunikasi yaitu:

3 a. Representasi (representing) adalah suatu bentuk transformasi dari suatu gagasan atau dalam penyelesaian masalah dari suatu bagan, grafik atau tabel kedalam simbol atau kata-kata. b. Mendengar (listening), siswa dapat menangkap maksud serta mampu memberikan respon apabila ia mendengar secara seksama ide-ide yang diutarakan oleh temannya. c. Membaca (reading), merupakan sebuah kemampuan yang kompleks, dimana didalamnya terdapat aspek mengingat, memahami, membandingkan, menemukan, menganalisis, mngorganisasikan, dan akhirnya menjelaskan atri yang terkandung dari apa yang ia baca. d. Diskusi (discussing), merupakan kegiatan bertukar pikiran mengenai suatu masalah. Diskusi merupakan langkah lebih lanjut dari membaca dan mendengar. Siswa akan mampu berdiskusi menyampaikan ide-idenya ataupun mengevaluasi hasil ide dari temannya dengan baik apabila ia telah mampu membaca dan mendengar sebagai prasyarat diskusi. e. Menulis (writing) adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengungkapkan dan merefleksikan ide ataupun ide ataupun gagasan yang dituangkan melalui tulisan. Menurut Umar (2012) upaya yang dapat dilakukan agar kemampuan komunikasi matematis siswa dapat berkembang, yaitu : (a) pemberian sebuah soal yang berbentuk open-ended task, dengan menggunakan tipe soal seperti ini memungkinkan siswa untuk menunjukan proses dan

4 mejelaskan alasan pengerjaannya (Cai,1996), (b) melalui model pembelajaran cooperative learning, (Nodding dalam Baroody, 1993; Artzt, 1996), (c) dan melalui penggunaan metode proyek (Wanda, 1997). Beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam mengekspresikan ide-ide dan pemahaman matematika secara tulisan maupun lisan menggunakan bilangan, simbol, gambar, maupun grafik serta kemampuan siswa dalam memberikan suatu argumentasi untuk memecahkan masalah secara cermat, analitis, kritis, dan evaluatif untuk memperkuat pemahaman. Guna mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa, perlu adanya indikator untuk mengukurnya. Sesuai dengan definisi kemampuan komuikasi matematis, maka indikator kemampuan komunikasi matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Menyatakan simbol, benda nyata, gambar, maupun grafik kedalam ide matematika. b. Menyatakan dan mengilustrasikan dari ide matematika kedalam bentuk simbol, benda nyata, gambar, maupun grafik. c. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika. 2. Model Kooperatif Tipe Structured Numbered Heads (SNH) Model kooperratif tipe Structured Numbered Heads (SNH) adalah suatu pembelajaran yang membagi siswa dalam beberapa kelompok

5 untuk menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan/tugas yang diberikan guru kepada siswa secara terstruktur. Dalam SNH, siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dalam hubungan dengan rekan-rekan kelompoknya. Model kooperatif SNH ini turunan atau modifikasi dari model kooperatif tipe NHT(Numbered Head Together) yang dipopulerkan oleh Spencer Kagan(Lie, 2008:60). Menurut Lie (2008:60) langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur yaitu: a. Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapatkan nomor. b. Setiap siswa dalam kelompok mempunyai tugas masing-masing sesuai nomornya. Misalnya, siswa denagn nomor 1 bertugas membacakan soal dengan benar dan mengumpulkan data yang mungkin berhubungan dengan penyelesaian soal. Siswa nomor 2 bertugas mencari penyelesaian soal dan siswa dengan nomor 3 mencatat dan melaporkan hasil dari kerja kelompoknya. c. Jika diperlukan, untuk soal-soal yang lebih sulit, guru juga bisa mengadakan kerjasama antar kelompok. Siswa bisa keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama kelompok yang lain yang bernomor sama untuk saling membantu atau mencocokan hasil kerja mereka. Model pembelajaran SNH merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dengan membagi peran siswa dalam

6 kelompok menjadi tiga peran, yaitu pencatat, pemecah masalah, dan penyampai hasil diskusi. Tipe ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam penugasan materi, walaupun setiap siswa memiliki tugasnya masing-masing. Langkah-langkah pembelajaran model kooperatif tipe SNH sebagai berikut (Huda, 2013): a. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa dengan karakteristik heterogen. b. Masing-masing siswa dalam kelompok mendapatkan nomor urut. c. Guru menjelaskan peraturan dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Dalam mengerjakan tugas berdasarkan nomor urutnya. Misalnya, siswa nomor urut 1 bertugas membacakan soal dengan benar dan mengumpulkan data dan mengumpulkan data yang ada kaitanya dengan penyelesaian soal, siswa nomor urut 2 bertugas mencari penyelesaian soal, dan siswa dengan nomor 3 mencatat dan melaporkan hasil kerja kelompok. d. Guru membagikan tugas kelompok kepada setiap kelompok. e. Penyampaian hasil diskusi dan tanggapan dari kelompok lain. Berdasarkan uraian di atas, maka pengertian Structured Numbered Heads adalah tipe pembelajaran yang membagi peran siswa dalam kelompok belajar dengan memberikan penugasan tugas pada setiap nomor yang didapatkan siswa, dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

7 a. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-4 orang siswa secara heterogen. b. Masing-masing siswa dalam kelompok mendapatkan nomor urut. c. Guru menjelaskan peraturan dalam proses berdiskusi. Dalam mengerjakan tugas berdasarkan nomor urutnya. Misalnya, siswa nomor urut 1 bertugas membacakan soal dengan benar dan mengumpulkan data yang ada kaitanya dengan penyelesaian soal, siswa nomor urut 2 bertugas mencari penyelesaian soal, dan siswa dengan nomor 3 mencatat dan melaporkan hasil kerja kelompok. d. Pemberian LKK (Lembar kerja kelompok) kepada setiap kelompok. e. Beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan kelompok lain yang tidak presentasi memberikan tanggapan. 3. Model Lasswell Communication Menurut Per (2009) model Lasswell Communication merupakan model yang cukup tua dan salah satu model yang dianggap sebagai salah satu model komunikasi yang paling awal dan paling berpengaruh tandas Shoemaker,dkk(Wenxiu, 2015). Namun, walaupun model ini sudah cukup tua model ini diakui cukup baik. Model Lasswell lebih difokuskan pada apa yang dikomunikasikan dan pada proses komunikasi. Menurut Lasswell (Lasswell,1948) cara yang terbaik dalam menerangkan proses komunikasi melalui menjawab pernyataan: Who, Says What, In Which Channel, To Whom, and Whit What Effect.

8 Analsis dari kelima unsur Lasswel tersebut adalah : a. Who? (siapa/sumber) Sumber atau komunikator adalah pelaku untama/pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu komunikasi. Model komunikasi ini dalam proses pembelajaran who? (siapa?) disini adalah guru. b. Says what?(pesan) Apa yang akan disampaikan/ dikomunikasikan kepada penerima (komunikan), dari sumber (komunikator) atau isi informasi. Merupakan seperangkat simbol verbal atau non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan/maksud dari sumber. Maksudnya aadalah materi yang disampaikan oleh guru kepada peserta didik. c. In which channel? (saluran/media) Media/alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator(sumber) kepada komunikan (penerima). In whit channel disini adalah media yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi kepada peserta didik. d. To whom? (untuk siapa/penerima) Orang/kelompok yang menerima pesan dari sumber. Peserta didiklah yang berperan sebagai penerima pesan.

9 e. With what effect?(dampak/efek) Dampak/efek yang terjadi pada komunikan (penerima) setelah menerima pesan dari sumber, seperti perubahan sikap, bertambahnya pengetahuan dll. With what effect yaitu pengaruh yang ditimbulkan oleh guru kepada peserta didik setelah menyampaikan materi yang disampaikan. Yaitu dengan mengevaluasi hasil belajar yang telah disampaikan dengan pemberian soal kuis. Sedangkan menurut Per (2009) unsur-unsur pada model Lasswell sebagai berikut : Tabel 2.1 Unsur-Unsur Model Lasswell Menurut Per(2009) Who? Says what? In the what channel? To Whom? With effect? what Communicator Messages Channel Receiver Effect Berikut penjelasan unsur-unsur dari tabel diatas : Tabel 2.2 Penjelasan Unsur-Unsur Lasswell Menurut Per(2009) Komponen Arti Siapa Komunikator atau pengirim atau sumber pesan Mengatakan apa Isi dari pesan Dimanakah saluran Media yang digunakan untuk mengkomunikasikan Kepada siapa Penerima pesan atau penonton Dengan efek apa Umpan dari penerima ke pengirim.

10 4. Model Kooperatif tipe Structured Numbered Heads (SNH) dengan strategi Lasswell Communication Structured Numbered Heads (SNH) merupakan model kooperatif yang dimodifikasi dari Numbered Head Together (NHT). Dalam SNH, siswa dituntut untuk belajar melaksanakan tanggungjawab pribadinya dalam hubungan dengan rekan-rekan kelompoknya (Lie, 2008: 60). Sejalan dengan yang diungkapkan Jannah, dkk (2013) menyatakan bahwa model pembelajaran SNH merupakan suatu model pembelajaran yang membuat siswa tidak hanya bergantung dengan teman kelompok dalam meyelesaikan tugasnya. Model kooperatif tipe SNH strategi Lasswell Communication merupakan model pembelajaran dengan menggunakan langkah-langkah SNH dengan dikombinasi menggunakan unsur-unsur dari Lasswell Communication, adapun tahap-tahap SNH strategi Lasswell Communication adalah sebagai berikut : a. Guru melakukan apersepsi. b. Guru menyampaikan pokok bahasan yang akan dipelajari. c. Guru membagi siswa kedalam kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 siswa sesuai dengan tugasnya masing-masing. Dengan aturan siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor urut 1-4. Penugasan diberikan kepada siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangakai. Misalnya: siswa nomor satu bertugas membaca soal dengan benar dan mengumpulkan data yang mungkin berhubungan

11 dengan penyelesaian soal. Siswa nomor 2 bertugas mencari penyelesaian soal. Siswa nomor 3 mencatat dan melaporkan hasil kerja kelompok. d. Guru membagikan alat peraga dan LKK (Lembar Kerja Kelompok) pada setiap kelompok. e. Siswa mendiskusikan LKK yang telah disediakan pada kelompok kecilnya. f. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. g. Perwakilan dari beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas dan bagi kelompok yang tidak presentasi memberikan pertanyaan atau pendapat terhadap kelompok pemresentasi. Aturan dalam mempresentasikan adalah memanggil nomor. Siswa dengan nomor yang bersangkutan melapokan hasil diskusi. h. Guru mengkonfirmasi jawaban siswa dan memberikan penguatan atas jawaban siswa. i. Siswa membuat kesimpulan dengan bahasa mereka sendiri. j. Guru memberikan sebuah kuis kepada siswa untuk mengetahui dampak/efek dari pembelajaran yang sudah dilakukan. Perbedaan yang terlihat dari pembelajaran SNH dengan SNH berstrategi Lasswell Communication adalah adanya kegiatan guru menyampaikan pokok bahasan yang dipelajari, penyediaan alat peraga, guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka

12 mengerjakan tugas mereka, siswa membuat kesimpulan dengan bahasa mereka sendiri dan pemberikan sebuah kuis kepada siswa untuk mengetahui dampak/efek dari pembelajaran yang sudah dilakukan. B. Penelitian Relevan 1. Berdasasarkan penelitian yang dilakukan oleh Khoidah (2013), siswa sebelum terkena tindakan hanya 14,7% yang mempunyai keberanian presentasi didepan kelas. Namun, ketika peneliti menerapkan model Lasswel siswa berangsur-angsur mengalami kenaikan. Berdasarkan tindakan siklus I, siswa yangberani presentasi di depan kelas sebanyak 50% dan pada siklus ke II, siswa yang berani presentasi didepan kelas sebanyak 76,47%. Presentasi didepan kelas merupakan bagian dari indikator kemampuan komunikasi matematis siswa. 2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Shalikhah (2015) bahwa model SNH dengan pendekatan saintifik memberikan prestasi belajar lebih baik dari pada model NHT maupun model klasikal dengan pendekatan saintifik. 3. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suhaedi (2012), bahwa dengan mengaitkan permasalahan suatu kejadian atau peristiwa nyata akan membuat siswa dapat melatih kemampuan komunikasinya. Hal ini karena permasalahan nyata membuat siswa terbiasa untuk bebas berpikir dan berani berpendapat, sehingga siswa dapat berdiskusi dan melakukan refleksi serta dapat memperbaiki pemahaman yang dimilikinya.

13 4. Penelitian ini dilakukan oleh Husna, dkk (2013), bahwa secara sigifikan kemampuan komunikasi matematis siswa menggunakan model TPS lebih baik dibandingkan menggunakan pembelajaran konvensional, ditinjau dari keseluruhan siswa dan peringkat siswa. 5. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Darkasyi, dkk(2014) bahwa, peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan penerapan pendekatan quantum learing lebih baik dari pada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Pembelajaran ini memungkinkan terjadinya interaksi positif berupa pertanyaan-pertanyaan pemicu bagi tumbuhnya kemauan dan kemampuan berkomunikasi siswa sehingga memungkinkan siswa dapat berkomunikasi dengan baik. C. Kerangka Pikir Model kooperatif tipe Structured Numbered Heads (SNH) adalah tipe pembelajaran yang membagi peran siswa dalam kelompok belajar dengan memberikan penugasan tugas pada setiap nomor yang didapatkan siswa. Strategi Lasswell Communication merupakan strategi yang memuat lima unsur yaitu Who, Says What, In Which Channel, To Whom, and With What Effect. Penerapan SNH akan lebih baik jika dibantu dengan Lasswel dan diyakini perpaduan antara pebelajaran kooperatif dengan kelima unsur tersebut dapat meningkatkan komunikasi matematis siswa. Yang pertama, SNH adalah pembelajaran kooperatif dengan pembentukan kelompok kecil dan kegiatan berdiskusi serta presentasi pada

14 model ini dapat menjadikan siswa secara aktif memberikan gagasan-gagasan yang dimiliki siswa. Model SNH adalah model yang menuntut setiap anggota kelompok bekerja dan menjadikan kegiatan perkelompokan berjalan dengan baik tanpa ada satu pun yang pasif. Siswa dapat berinteraksi satu sama lain karena terjadi kegiatan mendengarkan, berdiskusi dan menulis. Kegiatan mendengar terjadi ketika salah satu siswa bertugas membaca soal dengan benar dan pada saat proses berkelompok. Berdiskusi terjadi ketika siswa mendiskusikan dari hasil penugasan masing-masing siswa dan menulis adalah bagian dimana siswa bertugas mencatat hasil kerja kelompok. Menulis juga dilakukan setelah diskusi besar yaitu siswa membuat kesimpulan dengan bahasa mereka sendiri karena terdapatnya unsur Lasswel yaitu whit what effect. Kedua, pemberian tugas secara kelompok (LKK) dan media atau alat peraga yang akan digunakan pada proses pembelajaran. Penggunaan alat peraga diharapkan bisa menjadi sarana pendukung untuk mempermudah siswa dalam menyelesaiakan soal-soal yang terdapat pada LKK. Soal LKK yang digunakan adalah soal berbentuk uraian. Media/alat peraga diharapkan membantu menjembatani atau untuk memodelkan dari benda nyata kedalam bahasa, simbol, ide atau model matematika. Soal uraian dan penggunaan proyek merupakan bagian dari upaya yang dapat dilakukan agar kemampuan komunikasi matematis siswa dapat berkembang. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika merupakan salah suatu penerapan dari materi. Ketika siswa menggunakan

15 alat peraga, siswa akan lebih mudah menyelesaiakan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Alat peraga merupakan contoh yang nyata, dan merupakan gambaran dari bentuk yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, ketika siswa dihadapkan pada soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa akan lebih mudah memahaminya dan menyelesaikannya dengan baik. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe SNH dengan strategi Lasswell Communication yang dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan kemampuan komunikasi matematis siswa. D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan dan kerangka pikir yang telah dipaparkan sebelumnya, maka kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe SNH dengan strategi Lasswell Communication dikatakan berpengaruh jika, lebih baik dari pada kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Komunikasi matematis merupakan salah satu kemampuan terpenting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Komunikasi matematis merupakan salah satu kemampuan terpenting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi matematis merupakan salah satu kemampuan terpenting dalam pembelajaran matematika. Seperti terlihat pada tujuan pembelajaran matematika dalam permen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. dapat memperjelas suatu pemahaman. Melalui komunikasi, ide-ide

BAB II KAJIAN TEORITIK. dapat memperjelas suatu pemahaman. Melalui komunikasi, ide-ide BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Komunikasi Matematis Komunikasi merupakan salah satu kemampuan penting dalam pendidikan matematika sebab komunikasi merupakan cara berbagi ide

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Komunikasi Matematis BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Deskripsi Konseptual a. Kemampuan Komunikasi Matematis Komunikasi secara umum diartikan sebagai suatu cara untuk menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pelajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA (Bandung: Tarsito, 2006),

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pelajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA (Bandung: Tarsito, 2006), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika dipelajari disetiap jenjang pendidikan, dengan matematika diharapkan siswa dapat memecahkan masalah kehidupan sehari-hari karena matematika merupakan

Lebih terperinci

tuntut menyelesaikan permasalahan secara mandiri dan dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, terjadi proses

tuntut menyelesaikan permasalahan secara mandiri dan dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, terjadi proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan alat untuk mengkomunikasikan berbagai ide, gagasan, dan pendapat secara jelas (Sutama, 2014: 142). Matematika tidak hanya sebagai ilmu,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. NCTM (2000) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan

BAB II KAJIAN TEORITIK. NCTM (2000) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan 5 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Komunikasi Matematis NCTM (2000) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan suatu cara dalam berbagi ide-ide dan memperjelas suatu pemahaman. Within (Umar, 2012)

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas VIID SMP Negeri 14 Surakarta tahun pelajaran 2013/2014 pada pokok bahasan aritmatika sosial,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dialami oleh guru.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dialami oleh guru. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Dasar 2.1 Pembelajaran Think Talk Write Dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dialami oleh guru. Untuk mengatasi berbagai masalah dalam pembelajaran, maka perlu adanya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam kamus bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Komunikasi matematis Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) disebutkan bahwa komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau atau berita antara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. menyampaikan sesuatu seperti menjelaskan konsep dan prinsip kepada siswa.

II. KAJIAN PUSTAKA. menyampaikan sesuatu seperti menjelaskan konsep dan prinsip kepada siswa. II. KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Dalam konteks sekolah dewasa ini, pembelajaran bukan sekedar kegiatan menyampaikan sesuatu seperti menjelaskan konsep dan prinsip kepada siswa. Menghafal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan IPTEK sekarang ini telah memudahkan kita untuk berkomunikasi dan memperoleh berbagai informasi dengan cepat dari berbagai belahan dunia. Sejalan dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Komunikasi Matematis Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara

Lebih terperinci

BANGUN RUANG SISI DATAR ANALISIS KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN

BANGUN RUANG SISI DATAR ANALISIS KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN BANGUN RUANG SISI DATAR ANALISIS KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN Diayu Nugrahaini Putri Prasetya, Teguh Wibowo Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo Email:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. baik secara langsung (lisan) maupun tak langsung melalui media.

TINJAUAN PUSTAKA. baik secara langsung (lisan) maupun tak langsung melalui media. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Secara umum, komunikasi merupakan suatu cara untuk menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan untuk memberitahukan pendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam suatu pembelajaran terdapat dua aktivitas inti yaitu belajar dan mengajar. Menurut Hermawan, dkk. (2007: 22), Belajar merupakan proses perubahan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu lembaga pendidikan keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Rusmono (2014:10) menyatakan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Komunikasi Matematis Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti sama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam dunia pendidikan, karena dalam pelaksanaannya pelajaran matematika diberikan di semua

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Felder (1994: 5) menjelaskan bahwa dalam strategi TAPPS siswa mengerjakan

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Felder (1994: 5) menjelaskan bahwa dalam strategi TAPPS siswa mengerjakan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Felder (1994: 5) menjelaskan bahwa dalam strategi TAPPS siswa mengerjakan permasalahan yang mereka jumpai secara

Lebih terperinci

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Erlinawaty Simanjuntak 1, Ruri Yana Yolanda 2, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu tujuan pembelajaran matematika pada sekolah menengah atas adalah siswa memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi bangsa. Dalam aktifitas berkomunikasi kita menggunakan kemampuan berbahasa yang telah kita miliki untuk mendapatkan informasi yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Everett M Rogers dalam Latifah (2011:12) mengemukakan bahwa komunikasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Everett M Rogers dalam Latifah (2011:12) mengemukakan bahwa komunikasi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Komunikasi Matematis Everett M Rogers dalam Latifah (2011:12) mengemukakan bahwa komunikasi merupakan suatu proses pengalihan ide dari sumber kepada penerima

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pada pokok bahasan segiempat sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pada pokok bahasan segiempat sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukan dapat diambil kesimpulan yang berkaitan dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian masalah bilangan pengertian tersebut terdapat pada Kamus Besar

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian masalah bilangan pengertian tersebut terdapat pada Kamus Besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika diartikan sebagai ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pemahaman Konsep Matematis Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 1002) berarti pengertian, pendapat; pikiran,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Kondisi Awal Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas III SD Kayuapu, semester I, yang berjumlah 27 siswa. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I BAB I PENDAHULUAN. peserta didik ataupun dengan gurunya maka proses pembelajaran akan

BAB I BAB I PENDAHULUAN. peserta didik ataupun dengan gurunya maka proses pembelajaran akan BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain merupakan salah satu kunci kesuksesan dari seseorang. Begitu pula dalam proses pembelajaran, apabila peserta didik tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah memiliki peranan yang penting dalam pengembangan kemampuan komunikasi siswa. Hal ini sesuai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran dapat di artikan sebagai pedoman atau acuan dalam menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Matematika Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir pada semua bidang ilmu pengetahuan. Menurut Suherman (2003:15), matematika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari ` I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu modal untuk memajukan suatu bangsa karena kemajuan bangsa dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan dan tingkat pendidikannya.

Lebih terperinci

Frekuensi Persentase Rata-rata Selang

Frekuensi Persentase Rata-rata Selang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan Hasil penelitian tindakan kelas selama dua siklus terbagi dalam beberapa tahap, diantaranya adalah : (i) Kondisi awal sebelum pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Model Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) a. Pengertian Model Thinking Aloud Pair Problem Solving

BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Model Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) a. Pengertian Model Thinking Aloud Pair Problem Solving BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Model Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) a. Pengertian Model Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Dalam bahasa Indonesia thinking aloud artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang ilmu yang memiliki peranan yang penting dalam dunia pendidikan, mengingat pentingnya pembelajaran matematika, diharapkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Komunikasi Matematis Secara umum komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian pesan dimana individu atau beberapa orang atau kelompok menciptakan dan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan dasar matematika yang harus dimiliki oleh siswa adalah kemampuan komunikasi matematika. Kemampuan komunikasi matematika perlu dikembangkan, karena

Lebih terperinci

STORYTELLING PAV. Sebuah penuturan yang menjelaskan sebuah peristiwa (fiksi & non fiksi)

STORYTELLING PAV. Sebuah penuturan yang menjelaskan sebuah peristiwa (fiksi & non fiksi) STORYTELLING PAV Sebuah penuturan yang menjelaskan sebuah peristiwa (fiksi & non fiksi) Keterampilan Verbal Mahir dalam berbicara dapat memberikan kontribusi kemampuan pribadi dalam menyelesaikan konflik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. kuantitas dalam menghubungkan ide-ide yang sudah ada sebelumnya.

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. kuantitas dalam menghubungkan ide-ide yang sudah ada sebelumnya. 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Menurut Walle (2008: 26) pemahaman adalah ukuran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. (2006:10) mengemukakan, Belajar matematika merupakan suatu perubahan. praktis bersikap positif, bertindak aktif dan kreatif.

BAB II KAJIAN TEORETIS. (2006:10) mengemukakan, Belajar matematika merupakan suatu perubahan. praktis bersikap positif, bertindak aktif dan kreatif. 12 BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Matematika Suatu pendidikan yang berlangsung di sekolah yang paling penting adalah kegiatan belajar. Ini berarti berhasil atau tidaknya pencapaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kemampuan Komunikasi Matematika Komunikasi merupakan suatu proses yang melibatkan dua orang atau lebih, dan di dalamnya terdapat pertukaran informasi dalam rangka mencapai suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DI MTs NEGERI I SUBANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DI MTs NEGERI I SUBANG PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DI MTs NEGERI I SUBANG Ayu Sri Yuningsih (aiiu.sri94@gmail.com) Sumpena Rohaendi (sumpenarohaendi07786@gmail.com)

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW)

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW) PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW) Abdul Kholil Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo E-mail: abdulkholil14@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Definisi Mata Pelajaran Matematika Matematika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari konsep-konsep abstrak yang disusun dengan menggunakan simbol dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Poppy Diara, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Poppy Diara, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pemberian pelajaran matematika di sekolah dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), diantaranya adalah mengkomunikasikan gagasan dengan simbol,

Lebih terperinci

Siti Chotimah Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi Bandung

Siti Chotimah Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi Bandung UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMP DI KOTA BANDUNG DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATIONS PADA SISWA SMP DI KOTA BANDUNG Siti Chotimah chotie_pis@yahoo.com Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu yang universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, dan matematika mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Belajar Matematika Belajar merupakan proses yang dapat menyebabkan perubahan tingkah laku karena adanya reaksi terhadap situasi tertentu atau adanya proses internal

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN:

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK-PAIR- SHARE (TPS) DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS X MIA 1 SMA MTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Sigit

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Variabel Terikat a. Kemampuan Berpikir Kritis Berpikir kritis menurut Ennis (1993) adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, bangsa Indonesia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, bangsa Indonesia harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, bangsa Indonesia harus mempersiapkan diri karena persaingan dalam dunia pendidikan semakin ketat. Salah satu upaya yang dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu proses yang strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan faktor penentu dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia. Dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Hasil Belajar Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya seluruh aspek potensi kemanusiaan saja (Suprijono, 2006). Hasil belajar adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang berpikir bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka mempertahankan hidup

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum dilaksanakan penelitian, guru lebih banyak melakukan pembelajaran dengan menggunakan model konvesional yaitu ceramah.

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DITINJAU DARI KEMAMPUANKOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DITINJAU DARI KEMAMPUANKOMUNIKASI MATEMATIS SISWA EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DITINJAU DARI KEMAMPUANKOMUNIKASI MATEMATIS SISWA Vindy Antika 1, Haninda Bharata, Pentatito Gunowibowo 2 Vindy_antika44@yahoo.com 1 Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 30 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Kondisi awal Sebelum melakukan tindakan dalam penelitian, peneliti melakukan observasi awal. Hasil observasi menunjukan bahwa dalam prestasi belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS A. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching, Pembelajaran Konvensional, Kemampuan Komunikasi Matematis dan Skala Sikap 1. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Reciprocal Teaching

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Komunikasi dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Komunikasi dapat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Komunikasi Matematis Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks kehidupan termasuk dunia pendidikan. Wahyudin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Komunikasi Matematika. Kata komunikasi berasal dari kata communication yang dalam Kamus

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Komunikasi Matematika. Kata komunikasi berasal dari kata communication yang dalam Kamus BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Komunikasi Matematika Kata komunikasi berasal dari kata communication yang dalam Kamus Inggris-Indonesia (John dan Shadily, 2000: 131) berarti hubungan. Dalam Kamus Besar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri. BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Teori konstruktivisme dalam belajar adalah peserta didik agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 250), efektivitas

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 250), efektivitas 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Kooperatif Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan wajib untuk dilaksanakan oleh semua anak di Indonesia. Oleh sebab itu pemerintah mewajibkan setiap

Lebih terperinci

mengungkapkan kembali materi yang diperoleh.

mengungkapkan kembali materi yang diperoleh. 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Pemahaman Konsep Menurut Wardhani (2008), pemahaman konsep matematika adalah menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung penelitian beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama dan mempunyai pandangan

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan II. KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan ada efeknya, akibatnya, pengaruhnya, kesannya, atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai kebersamaan ( commonnees). 1

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai kebersamaan ( commonnees). 1 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Kemampuan Komunikasi Matematika a. Pengertian Menurut Eduard Depari, komunikasi merupakan proses penyampaian gagasan, harapan, pesan yang disampaikan melalui

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Hasil Belajar Matematika Siswa Setelah Diajar Menggunakan Model. Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Pada Siswa Kelas VII

BAB V PEMBAHASAN. A. Hasil Belajar Matematika Siswa Setelah Diajar Menggunakan Model. Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Pada Siswa Kelas VII BAB V PEMBAHASAN A. Hasil Belajar Matematika Siswa Setelah Diajar Menggunakan Model Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Ponggok Blitar Penerapan model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting bagi perkembangan dan perwujudan diri individu serta secara lebih luas bagi pembangunan dan kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga

Lebih terperinci

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER)

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KOMUNIKASI MATEMATIS MATERI BANGUN RUANG PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PURING TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Komunikasi Matematika 1. Komunikasi Sardiman (2009:1) mengemukakan komunikasi (secara konseptual) yaitu memberitahukan (dan menyebarkan) berita, pengetahuan, pikiranpikiran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Bertanya

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Bertanya 5 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Bertanya 1. Pengertian Kemampuan Bertanya Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenai. Respons yang diberikan dapat berupa pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Belajar merupakan proses perubahan dari hasil interaksi dengan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental dan spiritual.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang turut memberikan sumbangan signifikan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan pembangunan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. formal yang mumi, matematika adalah sains yang memanipulasi simbol,

BAB I PENDAHULUAN. formal yang mumi, matematika adalah sains yang memanipulasi simbol, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Matematika dipelajari di sekolah mulai dari SD, SMP, SMA sampaidengan perguruan tinggi. Matematika adalah suatu sains yang bekerja menarik kesimpulan-kesimpulan

Lebih terperinci

Peningkatan Komunikasi Matematis dan Prestasi Belajar Matematika melalui Model Think Talk Write (TTW)

Peningkatan Komunikasi Matematis dan Prestasi Belajar Matematika melalui Model Think Talk Write (TTW) Peningkatan Komunikasi Matematis dan Prestasi Belajar Matematika melalui Model Think Mukhidin Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo e-mail: hidinmukh@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lulusan dalam bidang matematika. Melalui pembelajaran matematika, siswa

BAB I PENDAHULUAN. lulusan dalam bidang matematika. Melalui pembelajaran matematika, siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal penting dalam suatu proses pembelajaran, dalam suatu proses pembelajaran siswa dilibatkan secara aktif dan berbagi ide dengan siswa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman karena adanya interaksi antara individu

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi. Modul ke: 03FIKOM. Ruang Lingkup Komunikasi. Fakultas. Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM

Pengantar Ilmu Komunikasi. Modul ke: 03FIKOM. Ruang Lingkup Komunikasi. Fakultas. Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM Modul ke: Pengantar Ilmu Komunikasi Ruang Lingkup Komunikasi Fakultas 03FIKOM Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom Program Studi MARCOMM Ruang Lingkup Komunikasi Dalam memahami ruang lingkup komunikasi sama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hakekat matematika Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir pada semua bidang ilmu pengetahuan. Matematika sebagai alat bagi ilmu yang lain sudah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pemahaman Konsep Matematis Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga pemahaman konsep matematis menjadi sangat penting. Belajar konsep merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Kooperatif 1. Teori Belajar Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah yang lebih baik. Menurut Sardiman (1986: 22), secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lian Yulianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Lian Yulianti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah ilmu yang mempunyai peran penting dalam memajukan daya pikir manusia. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Qomar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Qomar, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 (BSNP, 2006:140), salah satu tujuan umum mempelajari matematika pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemahaman Konsep 1. Pengertian Pemahaman Konsep Pemahaman dapat diartikan sebagai penyerapan arti suatu materi yang dipelajari. Menurut Van de Walle (Yohana et all,2012)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan upaya untuk mengarahkan peserta didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan. Pembelajaran matematika merupakan

Lebih terperinci

Jl. Ir. Sutami no. 36 A, Kentingan Surakarta, , 3)

Jl. Ir. Sutami no. 36 A, Kentingan Surakarta, , 3) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Septiya

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW PADA SISWA KELAS VII A

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW PADA SISWA KELAS VII A PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW PADA SISWA KELAS VII A Feri Ambar Wati, Supriyono Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai guru,sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

BAB III METODE PENELITIAN. sebagai guru,sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia karena selalu digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia karena selalu digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia karena selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci