HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Gambaran Umum Rumah Makan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Gambaran Umum Rumah Makan"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Jalan Babakan Raya merupakan salah satu jalan yang terdapat di Kelurahan Babakan, Kecamatan Darmaga. Jarak antara kelurahan Babakan dengan Kota Bogor adalah 18 Km yang bisa dicapai selama 1 jam perjalanan. Daerah ini berdekatan dengan sekolah, kampus IPB, serta pemukiman penduduk. Di daerah ini terdapat banyak pedagang kaki lima serta rumah makan, mulai dari Warung Sunda, Warung Tegal hingga Rumah Makan Padang. Dari survey yang telah dilakukan sepanjang jalan babakan raya terdapat 5 Warung Sunda, 9 Warung Tegal dan 4 Rumah Makan Padang. Sensus penduduk tahun 25 menunjukkan jumlah penduduk di Kelurahan Babakan mencapai jiwa dan angka ini bertambah menjadi pada pertengahan tahun 29. Jumlah tersebut adalah jumlah penduduk yang memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan belum termasuk penduduk yang tidak memiliki KTP seperti pendatang dan mahasiswa dari berbagai daerah. Berdasarkan tingkat pendidikan formal penduduk dikategorikan belum sekolah, usia 7-45 tahun tapi tidak pernah sekolah, pernah sekolah SD tapi tidak tamat, dan penduduk yang menamatkan pendidikan formal dari tingkat SD hingga S. Sebagian dari penduduk tersebut ada pada kategori tamatan SD, SMP, dan SMA. Penduduk yang merupakan tamatan SD ada 1.75 orang, tamatan SMP orang dan tamat SMA 1.2 orang. Mata pencaharian utama sebagian besar penduduk adalah buruh/swasta. Sisanya bermatapencaharian sebagai pegawai negeri, pedagang, peternak, montir, dll. Penduduk Kelurahan Babakan berasal dari etnis yang beragam yaitu Sunda, Jawa, Betawi, Minang, Batak dan Makasar. Gambaran Umum Rumah Makan Ketiga rumah makan dalam penelitian ini terletak di sekitar kampus IPB Darmaga, jalan Babakan Raya, Kelurahan Babakan, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Ketiga rumah makan tersebut berasal dari tiga kelompok rumah makan, yaitu kelompok Warung Tegal, Rumah Makan Padang dan Warung Sunda. 29

2 Warung Tegal Letak warung yang berdekatan dengan kampus mengakibatkan warung sering dikunjungi oleh mahasiswa. Warung ini memiliki 28 tempat duduk pengunjung. Bangunan warung kokoh dan di setiap ruangan memiliki batas dinding atau pintu dengan ruangan lain. Atap terbuat dari bahan yang tahan lama dan kedap air, sedangkan loteng terbuat dari bahan triplek yang sudah agak rusak. Hal ini terlihat dengan adanya lubang-lubang kecil di sekitar loteng. Pencahayaan di warung ini sudah cukup dan lantai terbuat dari bahan kedap air (plester). Warung ini memiliki fasilitas sanitasi seperti tempat pencucian peralatan masak dan makan, tempat sampah serta kamar mandi/toilet. Di warung ini tersedia tong sampah tetapi tidak tertutup dan kamar mandi/toilet hanya diperuntukkan bagi karyawan di warung tersebut. Sumber air di warung ini berasal dari air sumur, yang dipergunakan untuk memasak, minum dan mencuci peralatan. Peralatan memasak dan persiapan yang digunakan warung ini terbuat dari aluminium, stainless steel dan plastik. Piring makan yang digunakan oleh warung ini berupa piring porselin. Air yang digunakan dalam pencucian peralatan memasak dan makan berupa air yang mengalir dari kran dan sabun untuk menghilangkan kotorannya. Di warung Tegal ini juga tersedia lemari pendingin yang digunakan untuk meyimpan bahan makanan, bumbu, serta buah. Makanan yang sudah masak biasanya disimpan di panci atau wadah plastik bertutup sebelum disajikan di etalase makanan. Etalase makanan di warung ini ditutup dengan menggunakan tirai yang bertujuan untuk mencegah hinggapnya lalat ke makanan. Walaupun sudah menggunakan tirai, tapi tetap saja ada lalat yang masuk kedalam etalase makanan dikarenakan penjamah makanan yang lupa menutup kembali tirai setelah melayani pembeli. Di atas meja makan di rumah makan ini, disediakan tisu, gelas, sendok, garpu, tusuk gigi, dan ceret. Tisu yang disediakan berupa tisu lipat. Gelas diletakkan di atas rak kecil khusus gelas. Sendok dan garpu diletakkan dalam wadah terbuka. Di warung ini disediakan ceret berisi air minum yang boleh diminum gratis oleh para pengunjung. Walaupun sudah disediakan air minum didalam ceret, warung ini juga menyediakan air minum kemasan yang boleh dibeli pengunjung kalau mereka tidak mau meminum air yang disediakan oleh warung.

3 Rumah Makan Padang Sama halnya dengan Warung Tegal, Rumah Makan Padang ini juga sering dikunjungi oleh mahasiswa. Kapasitas tempat duduk di rumah makan ini adalah sebanyak 16 tempat duduk pengunjung. Bangunannya kokoh, atap terbuat dari bahan kedap air, loteng terbuat dari bahan triplek. Pencahayaan di rumah makan ini sudah cukup dan lantai terbuat dari bahan kedap air (plester). Warung ini memiliki fasilitas sanitasi seperti tempat pencucian peralatan masak dan makan, tempat sampah serta kamar mandi/toilet. Seperti pada warung Tegal, tong sampah di rumah makan Padang juga tidak tertutup serta kamar mandi/toilet hanya diperuntukkan bagi karyawan di rumah makan saja. Sumber air berasal dari air sumur bor, yang digunakan untuk memasak, minum dan mencuci peralatan. Peralatan yang digunakan memasak dan persiapan di rumah makan ini terbuat dari besi, aluminium, stainless steel dan plastik. Piring makan yang digunakan di rumah makan ini berupa piring porselin. Air yang digunakan dalam pencucian peralatan berupa air yang mengalir dari kran dan sabun untuk menghilangkan kotorannya. Di Rumah Makan Padang ini juga tersedia lemari pendingin yang digunakan untuk menyimpan bahan makanan dan bumbu-bumbu. Makanan yang sudah masak biasanya disimpan di dalam panci besar bertutup. Etalase makanan di rumah makan ini juga ditutupi dengan tirai untuk mencegah hinggapnya lalat ke dalam makanan. Di atas meja makan tersedia tisu, sendok, garpu dan tusuk gigi. Tisu yang tersedia berupa tisu lipat. Sendok dan garpu diletakkan di wadah yang terbuka. Diatas meja makan Rumah Makan Padang tidak disediakan gelas dan ceret, karena biasanya di rumah makan ini gelas langsung diisi air minum oleh penjamah makanan di tempat persiapan setelah itu baru disajikan ke pengunjung. Selain makan dengan menggunakan sendok dan garpu, pengunjung juga bisa makan dengan menggunakan tangan, karena rumah makan ini juga menyediakan kobokan untuk mencuci tangan pengunjung. Warung Sunda Warung Sunda ini juga dikunjungi oleh banyak mahasiswa. Kapasitas tempat duduk di warung ini adalah 2 tempat duduk pengunjung. Warung ini berdiri pada sebuah bangunan yang kokoh. Setiap ruangan dibatasi oleh dinding 1

4 dan pintu. Tidak seperti warung Tegal dan rumah makan Padang, pada warung Sunda, terdapat tempat untuk menggoreng dan memanggang makanan karena konsep warung sunda adalah penyajian makanan secara panas, langsung disajikan setelah dimasak (walaupun sebelumnya sudah dimasak didapur terlebih dahulu). Letak tempat menggoreng dan memanggang ini adalah dibagian teras warung. Pencahayaan pada warung ini sudah cukup, lantaipun sudah terbuat dari bahan kedap air (plester). Fasilitas sanitasi di warung ini adalah tempat pencucian peralatan masak dan makan, tong sampah serta kamar mandi/toilet. Selain itu juga tersedia wastafel yang bisa digunakan pengunjung untuk mencuci tangan. Pada wastafel tidak disediakan lap tangan serta sabun. Tong sampah pada warung ini juga dalam keadaan terbuka. Kamar mandi/toiletnya juga hanya diperuntukkan bagi karyawan saja. Hampir sama dengan warung Tegal dan rumah makan Padang, di warung Sunda ini juga menggunakan peralatan memasak dan persiapan yang terbuat dari aluminium, stainlees steel serta plastik. Piring yang digunakan juga terbuat dari bahan porselin. Pencucian peralatan masak dan makan juga dilakukan dengan menggunakan air mengalir dari kran dan memakai sabun untuk menghilangkan kotoran. Sumber air di warung ini adalah dari air sumur. Di warung Sunda ini terdapat satu buah lemari pendingin. Lemari pendingin ini digunakan untuk menyimpan sayuran (lalapan) dan buah. Untuk penyimpanan makanan yang sudah masak, di warung ini menggunakan wadah plastik bertutup. Etalase makanan juga dilengkapi dengan tirai untuk mencegah masuknya lalat. Di atas meja makan tersedia tisu, sendok, garpu, gelas, ceret dan tusuk gigi. Tisu yang tersedia berupa tisu gulung. Sendok dan garpu diletakkan didalam wadah yang terbuka. Gelas di letakkan di rak khusus gelas. Di warung ini disediakan ceret berisi air minum yang boleh diminum gratis oleh para pengunjung. Karakteristik Penjamah Makanan Karakteristik penjamah makanan yang diteliti adalah umur dan jenis kelamin. Jumlah penjamah makanan sebanyak 16 orang yang berasal dari rumah makan yang berada di sekitar kampus IPB Darmaga. Sebanyak 6 orang 2

5 penjamah dari Warung Tegal, 4 penjamah dari Rumah Makan Padang, dan 6 penjamah dari Warung Sunda. Umur Umur penjamah makanan dalam penelitian ini berkisar antara 18-4 tahun. Sebagian besar penjamah makanan (75%) adalah usia dewasa awal yaitu berusia <25 tahun. Sebaran penjamah makanan berdasarkan umur disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5 Sebaran penjamah makanan berdasarkan umur Umur Jumlah (n=16) (Tahun) N % < , ,5 >2 2 12,5 Total 16 Kelompok usia dewasa awal ini merupakan kelompok usia yang memiliki produktivitas tinggi. Penjamah makanan yang memiliki usia lebih tinggi kemungkinan memiliki pengetahuan tentang keamanan pangan yang lebih baik daripada penjamah makanan usia muda karena pengalaman dan informasi yang mereka peroleh. Namun demikian, juga berpeluang memiliki informasi yang kurang tentang keamanan pangan yang terbaru sehingga dapat mempengaruhi cara berfikir dan tindakan mereka. Jenis Kelamin Lebih dari separuh penjamah makanan berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 68.75%. Sebaran penjamah makanan disajikan pada Tabel 6. berdasarkan jenis kelamin Tabel 6 Sebaran penjamah makanan berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Jumlah (n=16) N % Laki-laki 11 68,75 Perempuan 5 1,25 Total 16 Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa jumlah penjamah makanan laki-laki di rumah makan sekitar kampus IPB Darmaga lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penjamah makanan perempuan. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian

6 Sari (24) yang menyatakan bahwa persentase penjamah makanan yang berjenis kelamin laki-laki adalah lebih banyak daripada perempuan. Lebih banyaknya penjamah makanan laki-laki dibandingkan dengan penjamah makanan perempuan diduga karena fisik atau kondisi tubuh laki-laki yang lebih kuat dibandingkan dengan perempuan. Selain itu jumlah jam kerja yang relatif lama serta jenis pekerjaannya yang beragam menyebabkan laki-laki lebih banyak bekerja di rumah makan dibandingkan perempuan. Pekerjaan yang harus dilakukan penjamah makanan adalah mulai dari persiapan, pengolahan, penyajian sampai pelayanan kepada pembeli. Rata-rata lama bekerja di Warung Tegal, Rumah Makan Padang dan Warung Sunda berturut-turut adalah 14, 12, dan 11 jam. Tingkat Pendidikan Semua penjamah makanan dalam penelitian ini pernah mengikuti pendidikan formal. Pendidikan penjamah makanan berkisar antara tamat Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA). Menurut Notoatmodjo 2 pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Sebaran penjamah makanan berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada Gambar. Gambar Sebaran penjamah makanan berdasarkan pendidikan 4

7 Pendidikan sangat penting untuk merubah perilaku seseorang. Sebanyak 44% penjamah makanan memiliki tingkat pendidikan SMP. Berdasarkan hasil penelitian Perdani (21) menyatakan bahwa sebanyak 5% penjamah makanan di warung makan sekitar kampus IPB merupakan tamatan SMP. Menurut Mawaddah dalam Fajarwati 21 tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. Tingkat pendidikan formal seseorang umumnya berpengaruh terhadap kemampuan membaca dan menulisnya. Kemampuan tersebut sangat diperlukan untuk menunjang proses penyerapan informasi dari lingkungannya. Lama Bekerja Menurut Notoatmodjo 2, pengetahuan, pengalaman dan sumber informasi merupakan dasar untuk terjadinya perubahan perilaku. Diharapkan dengan semakin lamanya seseorang bekerja di rumah makan maka pengetahuan, pengalaman dan informasi tentang makanan sehat yang diperoleh akan semakin baik sehingga akan membentuk perilaku yang baik. Sebaran penjamah makanan berdasarkan lama bekerja disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Sebaran penjamah makanan berdasarkan lama bekerja Lama Bekerja Jumlah (n=16) (Tahun) N % <1 1-2 > , 62,5 12,5 Total 16 Lama bekerja adalah lama waktu penjamah makanan bekerja dirumah makan tempat mereka bekerja. Lama bekerja contoh sebagai penjamah makanan dirumah makan sebagian besar (62.5%) yaitu 1-2 tahun. Keikutsertaan Penyuluhan Keamanan Pangan Penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan (Bahua 27). Dari wawancara yang telah dilakukan, diketahui semua penjamah makanan (%) belum pernah mengikuti penyuluhan tentang keamanan pangan. Sebaran penjamah makanan berdasarkan keikutsertaan dalam penyuluhan keamanan pangan disajikan pada Gambar 4. 5

8 Gambar 4 Sebaran penjamah makanan berdasarkan keikutsertaannya dalam penyuluhan keamanan pangan Pengetahuan, Sikap dan Praktek Tentang Keamanan Pangan Pengetahuan Tentang Keamanan Pangan Pengetahuan seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh lingkungan dan tingkat pendidikan seseorang, tetapi juga dipengaruhi oleh sumber informasi, pengalaman, dan kegiatan penyuluhan (Notoatmodjo 2). Sebaran penjamah makanan berdasarkan jawaban yang benar mengenai pengetahuan tentang kemanan pangan dapat dilihat pada Tabel 8. Dari 2 pertanyaan tentang pengetahuan keamanan pangan (Tabel 8), masih banyak contoh yang tidak mampu menjawab dengan benar. Pada pertanyaan mengenai makanan yang aman bagi kesehatan hanya 25% contoh yang menjawab dengan benar. Pada beberapa pertanyaan lainnya masih banyak contoh yang menjawab salah, seperti pada pertanyaan tentang pencucian peralatan makan, cara merebus air yang baik, penggunaan BTP yang tidak dianjurkan, alasan makanan berjamur tidak aman dikonsumsi, jika ditemukan sehelai rambut didalam makanan, penyebab makanan tidak aman dikonsumsi serta pertanyaan tentang tujuan mencuci tangan sebelum makan. 6

9 Tabel 8 Sebaran penjamah makanan berdasarkan jawaban benar mengenai pengetahuan Pengetahuan Keamanan Pangan Total (n=16) N % 1. Makanan yang aman bagi kesehatan Makanan dan minuman yang tidak bersih mengakibatkan Yang menyebabkan makanan tidak aman dikonsumsi Tanda-tanda makanan tercemar mikroba Makanan yang berjamur tidak aman dikonsumsi Cara penanggulangan makanan yang sudah basi Jika didalam makanan ditemukan sehelai rambut Yang dilakukan saat bersin ketika mengolah makanan Cara merebus air yang baik Tujuan memasak air minum 11. Sumber air minum paling baik 12. Ciri-ciri air bersih 1. Pencucian peralatan makan 14. Cuci tangan sebaiknya menggunakan 15. Tujuan mencuci tangan sebelum makan 16. Penyakit akibat makanan tercemar dan keracunan pangan 17. Gejala keracunan pangan 18. Kegiatan yang menimbulkan cemaran pada makanan 19. Kemasan yang baik untuk membungkus makanan 2. Penggunaan BTP yang tidak dianjurkan Seluruh penjamah makanan (%) dapat menjawab dengan benar terhadap pertanyaan tentang tanda-tanda makanan yang tercemar mikroba, penanganan makanan yang sudah basi, serta ciri-ciri air bersih. Banyaknya contoh yang menjawab benar menunjukkan bahwa contoh sudah mengetahui dan memahami tentang tanda-tanda makanan yang tercemar mikroba, penanganan makanan yang sudah basi dan ciri-ciri air bersih. Hal ini kemungkinan disebabkan karena sumber informasi yang diperoleh dan pengalamannya. Sumber informasi di masyarakat cukup luas dan beragam seperti media cetak dan elektronik. Menurut Taryoto (1991), tingkat pengetahuan yang relatif tinggi dapat menekan resiko terjadinya pencemaran makanan karena dengan pengetahuan yang tinggi diharapkan memiliki sikap yang positif dan sikap yang positif ini akan mendorong untuk bertindak lebih baik. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang yaitu tingkat pendidikan, keikutsertaan dalam penyuluhan atau pelatihan, lama bekerja, umur, tempat tinggal dan sumber informasi. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang pernah di selesaikan oleh penjamah makanan yang ditandai dengan surat tanda tamat belajar / Ijazah. Keikutsertaan penyuluhan dan pelatihan tentang keamanan pangan adalah 7

10 partisipasi aktif penjamah makanan dalam mempelajari keamanan pangan agar terwujud perubahan pengetahuan, sikap dan praktek ke arah yang lebih baik. Lama bekerja adalah lama waktu penjamah makanan bekerja dirumah makan tempat mereka bekerja. Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai saat ini. Umur merupakan periode terhadap pola-pola kehidupan yang baru, semakin bertambahnya umur akan mencapai usia reproduksi (Notoadmodjo 2). Tempat tinggal adalah tempat menetap sehari-hari. Pengetahuan seseorang akan lebih baik jika berada di perkotaan daripada di pedesaan karena di perkotaan akan meluasnya kesempatan untuk melibatkan diri dalam kegiatan sosial maka wawasan sosial makin kuat, di perkotaan juga mudah mendapatkan informasi (Hurlock 198). Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang benyak memperoleh informasi maka ia cendrung mempunyai pengetahuan yang lebih luas (Notoadmodjo 2). Skor rata-rata pengetahuan penjamah makanan berdasarkan tingkat pendidikan disajikan pada Tabel 9 dan berdasarkan umur disajikan pada Tabel 1. Tabel 9 Skor rata-rata pengetahuan penjamah makanan berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat pendidikan n Skor rata-rata pengetahuan (%) Tamat SD 61,76 SMP 7 75, SMA 6 68, Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa penjamah makanan dengan tingkat pendidikan SMP dan SMA memiliki pengetahuan tentang keamanan pangan lebih baik dari pada penjamah makanan yang memiliki tingkat pendidikan SD. Hal ini mengindikasikan seseorang dengan tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung mempunyai skor pengetahuan yang lebih tinggi pula diduga karena keingintahuan yang lebih besar. Tabel 1 Skor rata-rata pengetahuan penjamah makanan berdasarkan umur Umur n Skor rata-rata pengetahuan < , ,5 >2 2 67,5 8

11 Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa penjamah makanan yang berusia lebih muda (< 25 tahun) memiliki skor rata-rata pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan penjamah makanan yang lebih tua (> 25 tahun). Seseorang dengan usia yang lebih tinggi biasanya akan memiliki pengetahuan yang lebih banyak serta info yang diperolehnya juga lebih beragam. Namun demikian, seseorang dengan usia yang lebih tinggi biasanya akan lebih malas membaca sehingga sulit menerima informasi terbaru. Pengetahuan penjamah makanan selanjutnya dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu kurang, sedang dan tinggi. sebaran penjamah makanan berdasarkan tingkat pengetahuan tentang keamanan pangan disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Sebaran penjamah makanan berdasarkan tingkat pengetahuan tentang keamanan pangan Pengetahuan Keamanan Jumlah (n=16) Pangan N % Kurang 2 12,5 Sedang 1 62,5 Baik 4 25, Total 16 Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar penjamah makanan (62,5%) memiliki tingkat pengetahuan tentang keamanan pangan yang sedang. Hal ini diduga karena tingkat pendidikan penjamah makanan yang relatif masih rendah yaitu sebagian besar (44%) tingkat pendidikan penjamah makanan adalah SMP. Selain tingkat pendidikan, umur penjamah makanan yang masih dalam kelompok usia dewasa awal juga akan mempengaruhi, lama bekerja penjamah makanan di rumah makan yang masih relatif belum lama (1-2 tahun) serta penjamah makanan yang tidak pernah ikut dalam kegiatan pelatihan dan penyuluhan tentang keamanan pangan. Sikap Keamanan Pangan Penjamah Makanan Adanya pengetahuan yang baik dari penjamah makanan tentang keamanan pangan menyebabkan akan adanya suatu sikap yang baik pula dari penjamah makanan tersebut, sehingga diharapkan mereka akan bertindak dengan memperhatikan keamanan pangan dalam penyelenggaraan makanan. Menurut Notoatmodjo 2, bahwa pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting dalam menentukan sikap. Sikap merupakan 9

12 reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan dan belum menunjukan tindakan atau aktivitas, tetapi sikap merupakan predeposisi tindakan dari suatu perilaku. Sebaran penjamah makanan berdasarkan sikap setuju tentang keamanan pangan disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Sebaran penjamah makanan berdasarkan sikap setuju tentang keamanan pangan Sikap Keamanan Pangan Total (n=16) N % Pertanyaan Positif 1. Saat menyajikan makanan sebaiknya memakai penutup kepala, celemek dan sarung tangan Makanan yang sehat adalah mengandung cukup zat gizi dan bersih serta aman dikonsumsi 16. Peralatan yang kotor direndam terlebih dahulu menggunakan detergen, setelah itu dibilas dengan air bersih dan terakhir dibilas dengan air panas Jarak yang jauh antara dapur dengan tempat penyajian makanan dapat berpengaruh terhadap keamanan makanan Adanya lalat ditempat penyajian makanan dapat mempengaruhi keamanan makanan tersebut 6. Tumpukkan sampah yang berserakan didekat rumah makan dapat menyebabkan makanan tercemar Kebersihan tempat jualan adalah hal yang penting untuk menunjang keamanan pangan Mencuci tangan sebelum dan setelah mengolah / menyajiakn makanan / minuman adalah hal yang penting Memakai penutup kepala dapat menghindari makanan dari cemaran Penting memeperhatikan informasi label gizi dan tanggal 16 kadaluarsa pada produk makanan Pertanyaan Negatif 11. Penjamah makanan diperbolehkan mempunyai kuku yang panjang asal bersih 12. Tidak perlu memakai pisau yang berbeda jika hendak memotong bahan makanan mentah maupun makanan yang matang 1. Mempergunakan talenan yang sama untuk memotong sayur dan daging 14. Piring / peralatan yang sudah dicuci langsung dikeringkan dengan lap 15. Bak pencucian piring tidak dibersihkan kecuali kalau sudah kotor sekali 16. Mengambil makanan dengan tangan yang tidak dicuci tidak menimbulkan cemaran 17. Bersin dan berbicara saat mengolah dan menyajikan makanan adalah hal yang biasa dilakukan 18. Membungkus makanan dengan plastik bekas biasa saya lakukan 19. Bahan makanan tidak perlu dibersihkan sebelum diiris atau dipotong asalakan dimasak dengan baik 2. Penggunaan air panas tidak perlu untuk memcuci alat-alat makan asalkan dicuci dengan air sabun

13 Seluruh penjamah makanan (%) setuju bahwa makanan yang sehat adalah mengandung cukup zat gizi dan bersih serta aman dikonsumsi. Selain itu seluruh penjamah makanan juga setuju bahwa mencuci tangan sebelum dan setelah mengolah / menyajikan makanan / minuman adalah hal yang penting. Lebih lanjut seluruh penjamah makanan juga setuju bahwa penting memperhatikan informasi label gizi dan tanggal kadaluarsa pada produk makanan. Sikap setuju penjamah makanan disebabkan karena keyakinan dan kepercayaan mereka, serta tingginya pengetahuan mereka terhadap suatu obyek tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Allport (1954) yang diacu dalam Notoatmodjo (2) bahwa sikap terdiri dari tiga komponen pokok, yaitu kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap obyek. Pada kelompok pertanyaan positif, hampir semua penjamah makanan menjawab setuju, ini terlihat dari tingginya persentase jawaban benar penjamah makanan (88,8%). Tetapi pada kelompok pertanyaan negatif masih banyak penjamah makanan yang menjawab setuju (54,5%), seperti pada pertanyaan piring/peralatan yang sudah dicuci langsung dikeringkan dengan lap, air panas tidak perlu digunakan untuk mencuci alat masak, serta penjamah makanan boleh mempunyai kuku panjang asal bersih. Menurut KEPMENKES RI no: 198/Menkes/SK/VII/2 tentang persyaratan hygiene sanitasi rumah makan dan restoran, untuk syarat pengeringan peralatan, alat-alat yag sudah dicuci ditiriskan pada rak-rak anti karat sampai kering sendiri dengan bantuan sinar matahari atau sinar buatan/mesin dan tidak boleh dilap dengan kain. Tidak dibolehkannya pengeringan alat dengan kain diduga karena kain bisa saja menjadi sumber mikroorganisme yang bisa berpindah pada peralatan, apalagi kalau kain yang digunakan tidak bersih/kotor. Skor sikap pada pernyataan positif cenderung lebih baik dari pada skor sikap pada pertanyaan negatif, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 12. Hal ini mungkin disebabkan oleh kepercayaan penjamah pada suatu pernyataan serta pada pertanyaan negatif yang bisa menjebak, sehinga membuat penjamah meyakini pernyataan tersebuat sebagai sesuatu yang benar. Sebaran contoh berdasarkan sikap tentang keamanan pangan disajikan pada Tabel 1. 41

14 Tabel 1 Sebaran penjamah makanan berdasarkan sikap tentang keamanan pangan Sikap Keamanan Pangan Jumlah (n=16) N % Kurang 1 6,25 Sedang 12 75, Baik 18,75 Total 16 Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar contoh (75%) memiliki sikap tentang keamanan pangan yang sedang, ini ditunjukan oleh skor sikap seluruh penjamah makanan yang berkisar antara 6-8. Disamping itu juga ada penjamah makanan yang sudah memiliki sikap tentang keamanan pangan dalam kategori baik sebanyak 18,75% dan hanya 6,25% penjamah makanan yang memiliki sikap dalam kategori kurang. Pada penelitian Fajarwati 21, menyebutkan bahwa sebanyak 2,% pedagang jajanan kaki lima di jalan Babakan Raya, Darmaga memiliki sikap tentang keamanan pangan dalam kategori sedang. Praktek Keamanan Pangan Contoh Menurut Notoatmodjo (2), faktor yang membedakan respon atau praktek tentang keamanan pangan suatu individu meliputi karakteristik individu yang bersifat genetik (tingkat kecerdasan, tingkat emosional) dan faktor eksternal (lingkungan fisik, sosial, budaya dan ekonomi). Praktek keamanan pangan merupakan aplikasi dari pengetahuan tentang keamanan pangan. Praktek keamanan pangan oleh penjamah makanan akan berpengaruh terhadap keamanan pangan yang dijual oleh penjual makanan. Proporsi kesesuaian jawaban dengan praktek terkait tentang keamanan pangan disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Proporsi kesesuaian praktek dengan prinsip keamanan pangan Aspek Contoh Sesuai (%) Tidak sesuai (%) a. Higiene penjamah Penjamah makanan 76,47 2,5 makanan b. Penanganan dan penyimpanan makanan dan minuman Rumah makan 75, 25, c. Sarana dan prasarana Rumah makan 8, 16,7 d. Pengendalian hama, sanitasi tempat dan peralatan Rumah makan 57,7 42,27 42

15 Berdasarkan hasil pengamatan seperti yang disajikan pada Tabel 14 dapat dilihat bahwa dari 17 peryataan tentang aspek higiene penjamah makanan menunjukkan masih terdapat 2.5% contoh yang belum memenuhi standar. Hal ini bisa diamati dari masih adanya penjamah makanan yang tidak mengikat rambut dan tidak memakai penutup kepala, penjamah makanan mengobrol saat mengolah makanan, penjamah makanan tidak selalu mencuci tangan sebelum melayani pembeli atau mengolah pangan, serta penjamah makanan yang tidak menggunakan pakaian kerja yang tidak digunakan di luar tempat bekerja. Pada aspek penanganan dan penyimpanan makanan dan minuman ditemukan bahwa sebanyak 25% contoh masih belum memenuhi standar. Hal ini terlihat dari penggunaan minyak goreng yang lebih dari tiga kali serta adanya makanan / minuman yang tidak dikemas ada dalam kondisi terbuka (tidak selalu ditutup). Pada aspek sarana dan prasarana, dari tiga rumah makan hanya satu rumah makan yang memiliki tempat cuci tangan. Untuk penyediaan tempat sampah, semua rumah makan memiliki tempat sampah tetapi tidak ada penutupnya. Selanjutnya pada aspek pengendalian cemaran, sanitasi tempat dan peralatan disetiap rumah makan ditemukan adanya lalat, baik di tempat pengolahan maupun di tempat penyajian makanan. Pada ketiga rumah makan juga tidak menggunakan tiga bak pencucian dan hanya mencuci peralatan masak dan makan dengan menggunakan air langsung dari kran. Menurut KEPMENKES RI no: 198/Menkes/SK/VII/2 tentang persyaratan hygiene sanitasi rumah makan dan restoran, adalah bahwa tempat pencucian peralatan atau bak pencucian sedikitnya terdiri dari tiga bak pencuci yaitu untuk mengguyur, menyabun dan membilas. Selain itu, untuk keperluan pencucian juga perlu dilengkapi dengan air panas dengan suhu 4 C-8 C. Hal ini ditujukan untuk mempermudah proses pembersihan peralatan terutama peralatan yang berlemak. Pada ketiga rumah makan dapat dilihat bahwa peralatan yang telah dicuci tidak dikeringkan di rak khusus melainkan hanya diletakkan disamping bak pencucian atau di dalam baskom besar. Rak penyimpanan peralatan di tiap-tiap rumah makan tidak terawat dengan bersih, terlihat dengan adanya kotoran di rak penyimpanan serta rak yang sudah berkarat. 4

16 Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari tiga rumah makan yang diteliti semuanya (%) memiliki praktek keamanan pangan pada kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa persentase praktek keamanan pangan pada ketiga rumah makan adalah berkisar antara 6-8% dari yang seharusnya (standar). Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan praktek yang dilakukan tentang keamanan pangan Praktek Keamanan Pangan Total (n=) N % Higiene penjamah makanan 1. Kondisi badan sehat 2. Pakaian kerja bersih tidak digunakan diluar 1. Tidak merokok Tidak punya luka terbuka 5. Kuku pendek dan bersih 6. Tidak menggunakan perhiasan 7. Mengikat rambut / memakai tutup kepala 8. Tidak makan dan minum selama melayani pembeli 9. Tidak menggaruk-garuk badan 1. Tidak mengobrol 11. Tidak bersin dan batuk ke makanan 12. Tidak meludah 1. Selalu mencuci tangan 14. Tidak menggaruk telinga 15. Mengeringkan tangan dengan lap 16. Menggunakan sendok makan untuk mencicipi makanan yang matang 17. Tidak menyentuh pangan langsung dengan tangan saat menyajikan Penanganan dan penyimpanan makanan dan minuman 18. Bahan makanan yang cepat rusak disimpan di lemari es 19. Bahan makanan kering di pisah dari bahan makanan basah 2. Penggunaan minyak goreng tidak lebih dari kali 21. Makanan / minuman yang tidak dikemas selalu ditutup 22. Makanan / minuman diletakkan diwadah yang bersih 2. Dikemas dalam pengemas bersih 24. Tidak menggunakan plastik bekas 25. Menggunakan air bersih Sarana dan prasarana 26. Tersedia air bersih 27. Air bersih dalam jumlah cukup 28. Wadah makanan dalam keadaan bersih 29. Tersedia tempat cuci tangan. Tersedia lap tangan 1. Tersedia toilet 2. Tersedia tempat sampah tertutup. Tersedia tempat pencucian peralatan 4. Peralatan bersih dan tidak berkarat 5. Terdapat saluran pembuangan limbah cair 1 44

17 Lanjutan Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan praktek yang dilakukan tentang keamanan pangan Praktek Keamanan Pangan Total (n=) N % Pengendalian hama, sanitasi tempat dan peralatan 6. Tidak ada lalat 7. Upaya pencegahan masuknya hama 8. Tidak ada bahan pangan berserakan 9. Tidak berdekatan dengan saluran pembuangan air 4. Tidak ada tumpukkan sampah 41. Lantai kedap air, rata, tidak licin 42. Permukaan dinding yang terkena percikan air di buat kedap air 4. Permukaan langit-langit rata dan berwarna cerah 44. Pencahayaan cukup 45. Menggunakan bak pencucian 46. Pencucian peralatan dengan sabun pembersih 47. Tempat penjualan terawat 48. Peralatan tersimpan dalam keadaan bersih dan kering 49. Peralatan yang telah dicuci dikeringkan dirak khusus 5. Rak penyimpanan peralatan dibuat anti karat, rata dan bersih Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang Keamanan Pangan Rata-rata total skor pengetahuan, sikap dan praktek penjamah makanan terhadap keamanan pangan disajikan pada Tabel 16. Tabel 16 Rata-rata total skor pengetahuan, sikap, dan praktek contoh terhadap keamanan pangan Jenis Rumah Rata-rata total skor (%) Makan Pengetahuan Sikap Praktek Warung Tegal 8, 72,5 72 RM. Padang 6, 7, 74 Warung Sunda 66,7 71,7 7 Pada tabel dapat dilihat bahwa skor pengetahuan yang lebih tinggi di ikuti dengan skor sikap yang lebih tinggi pula. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan korelasi Pearson, terlihat bahwa adanya hubungan yang positif nyata ( r=,788, p<,1 ) antara pengetahuan dengan sikap tentang keamanan pangan. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin baik pengetahuan seseorang maka semakin baik pula sikapnya terhadap keamanan pangan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Nasution (29) yang menunjukkan terdapat hubungan yang positif nyata antara pengetahuan gizi dan keamanan pangan dengan sikap contoh tentang gizi dan keamanan pangan. Hal ini memperkuat pendapat Notoatmodjo (2) bahwa seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik akan memiliki sikap yang baik/positif. Sebaliknya orang yang memiliki pengetahuan rendah biasanya akan bersikap kurang baik. 45

18 Hubungan Pengetahuan dan Praktek Tentang Keamanan Pangan Pada Tabel 16 dapat dilihat bahwa rata-rata skor pengetahuan dan praktek keamanan pangan penjamah makanan berada dalam kategori sedang, yaitu skor berkisar antara 6 8. Berdasarkan pada data yang disajikan pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa skor pengetahuan yang lebih tinggi tidak diikuti dengan skor praktek yang lebih tinggi pula. Hal ini mengindikasikan bahwa apa yang dipraktekkan terkait dengan keamanan pangan belum sejalan dengan apa yang diketahuinya. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Fatima (22) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara pengetahuan keamanan pangan dengan praktek penjamah makanan. Praktek keamanan pangan merupakan bentuk aplikasi dari pengetahuan keamanan pangan. Praktek keamanan pangan yang dilakukan oleh penjamah makanan akan sangat berpengaruh terhadap keamanan pangan yang dijual dirumah makan. Hubungan Sikap dan Praktek Tentang Keamanan Pangan Pada Tabel 16 dapat dilihat bahwa rata-rata skor sikap dan skor praktek keamanan pangan penjamah makanan berada dalam kategori sedang, yakni skor masing-masing berada pada kisaran 6 8. Sikap terhadap keamanan pangan belum sejalan dengan prakteknya. Hal ini dapat dilihat dari skor sikap yang lebih tinggi tidak diikuti oleh skor praktek yang lebih tinggi pula. Hasil ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Fatima (22) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara sikap keamanan pangan dengan praktek penjamah makanan. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan dan belum menunjukkan tindakan atau aktivitas, tetapi sikap merupakan predeposisi tindakan dari suatu perilaku (Notoatmodjo 2). Mutu Mikrobiologi Dalam penelitian ini mutu mikrobiologi yang dianalisis adalah mutu mikrobiologi penjamah dengan melakukan usap tangan, mutu mikrobiologi makanan, air serta peralatan makan seperti piring dan sendok. 46

19 Penjamah Kontaminasi makanan dapat berasal dari penjamah makanan terutama tangan. Hal ini terjadi karena manusia menggunakan tangannya untuk keperluan yang bermacam-macam dan berbeda-beda, menyentuh banyak macam benda selain makanan yang diolah, sehingga tangan dapat menjadi tempat yang baik bagi pertumbuhan mikroba (Nobel & Pitcher 1979 dalam Sari 24). Sebanyak 16 penjamah makanan dari tiga rumah makan dilakukan uji sanitasi melalui uji kebersihan tangan. Tangan yang dipakai adalah tangan kanan karena tangan ini lebih banyak melakukan pekerjaan daripada tangan kiri. Total mikroba pada tangan penjamah makanan dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Total mikroba pada tangan penjamah makanan Kategori N % Sedikit (1- koloni) 2 12,5 Agak banyak (4-6 koloni) 7 4,75 Banyak (7-1 koloni) 4 25, Banyak sekali (>11 koloni) 18,75 Pada Tabel 17 dapat dilihat bahwa tangan penjamah makanan seluruhnya mengandung mikroba, dari kategori sedikit (1- koloni) sampai banyak sekali, yaitu 11 koloni atau lebih (Kuswanti 22). Penjamah makanan dalam suatu industri pangan merupakan sumber kontaminasi yang penting, karena kandungan mikroba patogen pada manusia dapat menimbulkan penyakit yang ditularkan melalui makanan. Kulit manusia tidak pernah bebas dari bakteri, bahkan kulit yang bersih pun masih membawa bakteri. Adapun rata-rata total mikroba pada tangan penjamah secara lengkap disajikan pada Tabel 18. Tabel 18 Rata-rata total mikroba pada tangan penjamah makanan dimasingmasing rumah makan Jenis rumah makan Rata-rata total mikroba Kategori (koloni) Warung Tegal RM. Padang Warung Sunda Banyak Banyak Banyak Berdasarkan Tabel 18 dapat dilihat bahwa rata-rata total mikroba pada semua rumah makan berada pada kategori banyak. Rata-rata total mikroba pada penjamah makanan di Warung Sunda lebih banyak daripada Warung Tegal dan Rumah Makan Padang. Pengambilan contoh tangan penjamah makanan untuk 47

20 uji mikrobiologi dilakukan setelah penjamah makanan mencuci tangan hanya dengan air. Hal ini membuktikan bahwa pencucian tangan dengan air saja tidak dapat menghilangkan seluruh mikroba pada tangan. Selain itu, air yang digunakan untuk mecuci tangan dapat juga meningkatkan total mikroba pada tangan penjamah makanan. Hal ini diduga karena air yang digunakan juga tercemar oleh mikroba. Berdasarkan hasil analisis terhadapa air mentah di ketiga rumah makan, menunjukkan total mikroba pada air mentah di Warung Tegal, Rumah Makan Padang dan Warung Sunda berturut-turut adalah 1,6x1 ; 1,2x1 ; dan 2,5x1 koloni/ml. Berdasarkan hasil penelitian Kuswanti (22), pencucian tangan dengan sabun antiseptik dapat mengurangi total mikroba meskipun pengurangannya hanya berkisar antara,5-1, koloni. Makanan Sampel makanan yang dianalisis dari masing-masing rumah makan adalah lauk hewani, yakni ayam goreng dari warung Tegal dan warung Sunda serta ayam gulai dari Rumah Makan Padang. Total mikroba pada pada ayam goreng dan ayam gulai dari ketiga rumah makan disajikan pada Tabel 19. Tabel 19 Total mikroba ayam goreng dan ayam gulai dari masing-masing rumah makan Jenis rumah makan Makanan Total Mikroba (koloni/g) Warung Tegal Ayam Goreng 1, x 1 RM. Padang Ayam Gulai 1,5 x 1 Warung Sunda Ayam Goreng 1,5 x 1 Kisaran total mikroba pada ayam goreng dan ayam gulai yang dijual pada rumah makan adalah antara 1,x1 koloni/g - 1,5x1 koloni/g dengan rata-rata 1,4x1 koloni/g. Hasil analisis rata-rata total mikroba tersebut masih berada jauh dibawah standar yang ditetapkan yaitu 1,x1 5 koloni/g untuk makanan produk olahan daging dan daging unggas yang diolah dengan panas (Badan Standarisasi Nasional Indonesia 29). Hal ini mengindikasikan bahwa ayam goreng dan ayam gulai yang berasal dari ketiga rumah makan tersebut adalah aman untuk dikonsumsi. Rendahnya total mikroba pada ayam goreng dan ayam gulai disebabkan oleh penggunaan bumbu-bumbu dan rempah serta suhu tinggi pada saat pengolahannya. Menurut Perdani (21) proses pengolahan yang sederhana tanpa adanya bumbu dan rempah-rempah dalam jumlah yang banyak dapat 48

21 menjadi sebuah faktor penyebab tingginya kandungan mikroba pada makanan tersebut. Hai ini diperkuat oleh hasil penelitian yang menunjukan bahwa bumbu dan rempah-rempah dapat menghambat pertumbuhan mikroba dalam makanan dengan menjadikan media tumbuhnya tidak menguntungkan bagi mikroba. Menurut Fardiaz (1992) rempah-rempah yang terdapat di dalam bumbu mengandung berbagai campuran bakteri dan kapang. Beberapa rempah dapat bersifat merangsang pertumbuhan mikroba sedangkan rempah-rempah lainnya mungkin bersifat anti mikroba. Selain itu, pengunaan suhu tinggi juga dapat menghambat pertumbuhan mikroba dan inaktivasi enzim. Dengan demikian kombinasi antara penggunaan bumbu dan pemanasan dapat menimbulkan efek sinergis dalam menghambat pertumbuhan mikroba. Air Air merupakan komponen penting dalam kehidupan. Keberadaanya seringkali dilupakan, padahal air adalah sumber zat gizi penting bagi makhluk hidup. Dengan memiliki manfaat yang penting tersebut, air sudah seharusnya dipelihara kebersihannya karena jika tidak maka akan menjadi media pertumbuhan bagi mikroba patogen, jamur, protozoa dan tempat hidup vektor penyakit (CP Bulletin Service 27). Pengujian mutu mikroba pada air yang digunakan di rumah makan terdiri dari air mentah yang belum dimasak serta air yang telah dimasak dan siap diminum. Ketiga rumah makan menggunakan air yang berasal dari sumur. Hasil analisis total mikroba pada air mentah dan matang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Total mikroba pada air mentah dan air matang Jenis Warung Total mikroba (koloni/ml) Total mikroba (koloni/ml) Air mentah Air matang Warung Tegal 1,6 x 1 1,4 x 1 RM. Padang 1,2x 1 1, x 1 Warung Sunda 2,5 x 1 1, x 1 Kisaran total mikroba pada air mentah yang berasal dari rumah makan adalah antara 1,2x1 koloni/ml - 2,5x1 koloni/ml dengan rata-rata 1,8x1 koloni/ml. Total mikroba air mentah paling tinggi terdapat pada air mentah di warung Sunda dengan total mikroba 2,5x1 koloni/ml (Tabel 2). Adanya mikroba pada air mentah antara lain disebabkan oleh adanya kontaminasi dari 49

22 lingkungan, sebagaimana diketahui bahwa lokasi ketiga rumah makan tersebut adalah berada di lingkungan pemukiman yang padat. Dengan demikian, kemungkinan cemaran mikroba dapat berasal dari septic tank, saluran pembuangan atau selokan, penampunagn sampah serta tempat penampungan air. Total mikroba pada air minum yang telah dimasak berkisar antara 1,x1 koloni/ml - 1,4x1 koloni/ml dengan rata-rata 1,1x1 koloni/ml (Tabel 2). Total mikroba pada air matang adalah lebih sedikit daripada air mentah. Penurunan total mikroba ini diduga disebabkan oleh proses perebusan air yang memadai. Pada rumah makan yang diambil contoh berupa air mentah dan air matang yaitu sebanyak tiga rumah makan, terdapat perubahan kandungan total mikroba pada contoh tersebut, yaitu terdapat penurunan kandungan total mikroba pada air mentah setelah dimasak, tapi masih melebihi batas aman. Masih tingginya kandungan total mikroba tersebut dapat tarjadi karena praktek yang kurang baik dimana penyimpanan air matang yang kurang bersih, seperti penyimpanan air matang pada ember dimana pengambilannya menggunakan sebuah gayung. Cara memasak air yang menggunakan wadah panci yang kemudian dibiarkan hingga dingin untuk kemudian dipindahkan pada tempat minum merupakan salah satu peluang terjadinya kontaminasi mikroba. Pada praktek pemasakan air sebaiknya air yang telah dimasak disimpan dalam wadah yang tertutup agar tidak tercemar mikroba dan seminimal mungkin tidak banyak proses pemindahan air yang telah dimasak seperti dari panci ketempat air minum disimpan dan penyimapanan air dalam ember yang sering dibuka tutup dan menggunakan gayung untuk mengambilnya merupakan praktek yang kurang higienis. Pencucian wadah tempat air matang disimpan yang tidak dilakukan secara teratur setiap hari merupakan salah satu peluang meningkatnya total mikroba air matang. Standar berdasarkan data Badan Standarisasi Nasional Indonesia tahun 29 menunjukkan bahwa batasan total mikroba air minum dalam kemasan adalah sebesar 1,x1 2 koloni/ml (Angka lempeng total awal) dan 1,x1 5 koloni/ml (Angka lempeng total akhir). Ini berarti air matang yang berasal dari ketiga rumah makan tersebut memiliki mikroba yang sudah melebihi batas aman berdasarkan angka lempeng total awal, dimana angka tersebut sudah melebihi 1,x1 2 koloni/ml. Sebaliknya, berdasarkan angka lempeng total akhir, air minum di ketiga rumah makan masih dalam batas aman karena berada di bawah 5

23 standar mikroba air minum dalam kemasan yaitu 1,x1 5 koloni/ml. Hasil penelitian ini juga sebanding dengan hasil penelitian Perdani (21) yang menyebutkan bahwa total mikroba pada air minum yang telah dimasak pada warung makan di lingkar kampus IPB Darmaga berkisar antara 1,x1 1 koloni/ml- 1,6x1 4 koloni/ml dengan rata-rata 2,x1 koloni/ml, total tersebut menunjukkan nilai yang berada diatas standar yang ditetapkan. Alat Angka beberapa jenis penyakit infeksi yang umum diderita masyarakat, seperti diare, tifus dan disentri mayoritas disebabkan oleh air minum yang tercemar bakteri Escherichia coli, yang berasal dari tinja manusia dan hewan. Selain mencemari air atau makanan, bakteri ini juga bisa mengontaminasi alatalat makan yang dicuci dengan air yang juga tercemar (Kompas 21). Pengujian mutu mikroba pada alat makan di rumah makan terdiri dari piring dan sendok. Jumlah sampel alat makan yang dianalisis berjumlah 6 buah yang berasal dari tiga rumah makan. Hasil analisis total mikroba dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Total mikroba pada peralatan makan Jenis Warung Total Mikroba (koloni/cm 2 ) Piring Sendok Warung Tegal 1,x1 2 9,x1 1 RM. Padang 1,8x1 2 7,5x1 1 Warung Sunda 1,5x1 2 1,1x1 2 Berdasarkan tabel diatas dari ketiga rumah makan, piring dirumah makan Padang memiliki total mikroba lebih tinggi dari warung Tegal dan warung Sunda. Pada sendok, total mikroba yang tinggi terdapat pada warung Sunda. Tingginya total mikroba diduga karena peralatan tersebut setelah dicuci langsung dikeringkan dengan menggunakan lap dan penggunaan air untuk mencuci yang diduga tercemar mikroba. Menurut KEPMENKES RI no: 198/Menkes/SK/VII/2 tentang Persyaratan hygienen sanitasi rumah makan dan restoran, pengeringan peralatan harus memenuhi ketentuan yaitu peralatan yang sudah dicuci harus ditiriskan pada rak-rak anti karat sampai kering sendiri dengan bantuan sinar matahari atau sinar buatan/mesin dan tidak boleh dilap dengan kain. 51

24 Piring di ketiga rumah makan memiliki total mikroba yang melebihi dari batas aman yaitu lebih dari koloni/cm 2, sedangkan untuk sendok total mikroba yang melebihi batas aman hanya sendok pada warung sunda dengan total mikroba 1,1x1 2 koloni/cm 2. Banyaknya jumlah mikroba pada peralatan diduga karena pencucian alat yang menggunakan air yang sudah tercemar oleh mikroba. Peralatan makan yang tercemar mikroba dapat menyebabkan penyakit pada manusia, seperti diare, thypus dan disentri. Total mikroba pada piring lebih banyak bila dibandingkan dengan total mikroba pada sendok. Hal ini disebabkan karena permukaan piring lebih luas daripada permukaan sendok. Disamping itu, peluang sendok untuk kering sempurna lebih besar daripada piring. Hasil penelitian Sari 24 menyatakan keberadaan mikroba pada piring diduga disebabkan karena pencucian yang kurang bersih serta penggunaan lap yang juga kurang bersih. Piring tersebut umumnya digunakan untuk meletakkan lauk-pauk yang berprotein tinggi, baik berupa lauk hewani maupun nabati, sehingga bila pencuciannya kurang bersih dapat meninggalkan residu atau noda sisa makanan yang bisa menjadi sumber nutrisi bagi mikroba. Tabel 22 Rekapitulasi hasil penelitian Aspek Penilaian Warung Rumah Makan Warung Tegal Padang Sunda Rata-rata skor pengetahuan Sedang Sedang Sedang Rata-rata skor sikap Sedang Sedang Sedang Rata-rata skor praktek Sedang Sedang Sedang Rata-rata mikroba pada Tangan Banyak Banyak Banyak Mikroba pada makanan Aman Aman Aman Mikroba pada air mentah 1.6 x 1 1.2x x 1 Mikroba pada air matang 1.4 x 1 1. x 1 1. x 1 Mikroba pada piring Tidak aman Tidak aman Tidak aman Mikroba pada sendok Aman Aman Tidak aman Pada Tabel 22 dapat dilihat bahwa rumah makan yang paling baik berdasarkan kriteria pengetahuan, sikap, praktek tentang keamanan pangan dan uji mikrobiologi penjamah serta uji mikrobiologi terhadap makanan, air dan peralatan makan adalah rumah makan Padang. Hal ini dilandasi oleh lebih rendahnya jumlah mikroba pada piring dan sendok yang ada di rumah makan Padang meskipun tidak terlalu jauh berbeda dengan warung Tegal. Dengan demikian, warung Tegal menempati urutan kedua dan warung Sunda menempati urutan ketiga berdasarkan indikator yang ada pada Tabel

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN LAMPIRAN 58 LAMPIRAN 1 KUESIONER PENJAMAH MAKANAN DI RUMAH MAKAN KARAKTERISTIK SAMPEL Responden adalah penjamah makanan di rumah makan Jumlah responden adalah seluruh penjamah makanan di rumah makan Lembar

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2012 (Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/MENKES/SK/VII/2003) No Objek Pengamatan Prinsip I : Pemilihan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Formulir Persetujuan Partisipasi Dalam Penelitian FORMULIR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) NASKAH PENJELASAN

Lampiran 1. Formulir Persetujuan Partisipasi Dalam Penelitian FORMULIR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) NASKAH PENJELASAN 97 Lampiran 1. Formulir Persetujuan Partisipasi Dalam Penelitian FORMULIR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) NASKAH PENJELASAN Sebagai persyaratan untuk menyelesaikan studi di

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI A. IDENTITAS PEKERJA Nama Alamat Usia :... :... :. Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Status Perkawinan : 1.Kawin 2.

Lebih terperinci

Untuk menjamin makanan aman

Untuk menjamin makanan aman Untuk menjamin makanan aman HIGIENE & SANITASI MAKANAN Mencegah kontaminasi makanan oleh mikroba Mencegah perkembangbiakan mikroba Mencegah terjadinya kontaminasi cemaran lain Higiene : upaya untuk memelihara

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk 94 Lampiran 1 Lembar Observasi Higiene Sanitasi Pengolahan Tahu Pada Industri Rumah Tangga Pembuatan Tahu di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia Kota Medan Tahun 2016 (Sumber : Keputusan Menteri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Desa Kaliyoso terdapat di Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah barat

Lebih terperinci

terlebih dahulu isi daftar identitas yang telah disediakan. 2. Bacalah dengan baik setiap pertanyaan, kemudian beri tanda ( ) pada jawaban yang

terlebih dahulu isi daftar identitas yang telah disediakan. 2. Bacalah dengan baik setiap pertanyaan, kemudian beri tanda ( ) pada jawaban yang PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER 1. Sebelum Ibu/Bapak/Saudara menjawab daftar pertanyaan yang telah disiapkan, terlebih dahulu isi daftar identitas yang telah disediakan. 2. Bacalah dengan baik setiap pertanyaan,

Lebih terperinci

Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur. Padang Bulan Di Kota Medan Tahun Nama : No.

Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur. Padang Bulan Di Kota Medan Tahun Nama : No. LAMPIRAN Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur Padang Bulan Di Kota Medan Tahun 2011 Nama : No.Sampel : Lokasi : Jenis Kelamin : Umur : Lama Berjualan : No Pertanyaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENYELENGGARAAN MAKANAN, KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN DARUSALAAM BOGOR

LAMPIRAN PENYELENGGARAAN MAKANAN, KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN DARUSALAAM BOGOR 53 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian PENYELENGGARAAN MAKANAN, KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN DARUSALAAM BOGOR Nomor : Nama : Alamat : Tanggal wawancara : DEPARTEMEN

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah Cross Sectional. Penelitian dilaksanakan di tiga buah rumah makan di sekitar kampus IPB Darmaga, jalan Babakan Raya, Kelurahan Babakan, Kecamatan

Lebih terperinci

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI Lampiran 1. LEMBAR KUESIONER UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI A. IDENTITAS INFORMAN Nama :. Alamat : Usia :.Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Pendidikan terakhir : Unit Kerja : Masa kerja

Lebih terperinci

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012 Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012 Febriyani Bobihu, 811408025 Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik.. Karakteristik Food Handler Umumnya responden berumur sampai tahun (77.%) dengan rentang umur antara - tahun dan memiliki pengalaman berdagang sampai tahun (7.%). Berdasarkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Keadaan Kantin di FIP UPI Bumi Siliwangi

LAMPIRAN. Keadaan Kantin di FIP UPI Bumi Siliwangi LAMPIRAN Keadaan Kantin di FIP UPI Bumi Siliwangi 170 Keadaan Kantin KOPMA UPI Bumi Siliwangi 171 Keadaan kantin PKM UPI Bumi Siliwangi 172 ANALISIS PEMAHAMAN PENERAPAN PRINSIP HYGIENE DAN SANITASI PADA

Lebih terperinci

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran : Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran 2: saluran limbah yang kotor dan tidak tertutup dekat dengan Pengolahan sambal Gambar lampiran 3: keadaan dapur yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sekolah

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sekolah HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Sekolah Sekolah yang diteliti terdiri dari empat sekolah dasar, yaitu dua SDN di Kota Bogor dan dua SDN di Kabupaten Bogor. Sekolah dasar yang terdapat di kota meliputi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran LAMPIRAN Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran No Parameter Bobot Nilai A Kondisi umum sekitar restoran 1 Lokasi 1 0 Jarak jasaboga minimal 500 m dari sumber pencemaran seperti tempat sampah umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya yang berkaitan dengan makanan dan minuman masih menjadi masalah yang paling sering ditemukan di

Lebih terperinci

CHECKLIST PEMBINAAN KANTIN SEKOLAH SEHAT SDN 04 LEBAK BULUS

CHECKLIST PEMBINAAN KANTIN SEKOLAH SEHAT SDN 04 LEBAK BULUS NO SARANA & PRASARANA / TANGGAL 1 LOKASI DAN BANGUNAN A. LANTAI BERSIH, TIDAK LICIN B. DINDING BERSIH, WARNA TERANG, KEDAP AIR C. LANGIT-LANGIT TIDAK BOCOR, TIDAK MENGELUPAS D. PINTU DAPAT DIBUKA TUTUP

Lebih terperinci

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan Syarat kesehatan yang mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat: A. Lokasi 1. Lokasi sesuai dengan Rencana Umum

Lebih terperinci

1 KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN

1 KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Lampiran KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Escherichia coli PADA MAKANAN DI RUMAH MAKAN KHAS MINANG JALAN SETIA BUDI KELURAHAN TANJUNG REJO KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

Lebih terperinci

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS MENCUCI INSTRUMEN BEDAH L KEPERAWATA N Agar instrumen bedah yang dipakai dapat dibersihkan dari bahan berbahaya pasien 1. Siapkan larutan chlorine 0.5% secukupnya. 2. Selesai melakukan operasi, prosedur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Berikut ini adalah deskripsi lokasi penelitian yang dilihat atas dua aspek, yaitu Geografi dan Demografi : 1.1.1 Keadaan Geografis Pasar jajan

Lebih terperinci

Karakteristik Responden

Karakteristik Responden Lembar Observasi HIGIENE SANITASI DAN ANALISA Escherichia coli PADA MINUMAN ES KELAPA MUDA YANG DIJUAL DI TAMAN TELADAN KECAMATAN MEDAN KOTA TAHUN 2012 Berdasarkan Kepmenkes RI No.942/Menkes/SK/VII/2003

Lebih terperinci

LAMPIRAN ORGANISASI PENELITIAN

LAMPIRAN ORGANISASI PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1. Organisasi Penelitian ORGANISASI PENELITIAN Pembimbing Peneliti Objek Penelitian Keterangan: 1. Pembimbing Pembimbing dalam penelitian ini adalah dosen Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan

Lebih terperinci

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI - 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI A. BANGUNAN 1. Lokasi Lokasi jasaboga tidak berdekatan dengan sumber pencemaran seperti tempat sampah umum, WC umum, pabrik cat dan sumber pencemaran

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI Lampiran 1 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK RESPONDEN, PENGETAHUAN, LINGKUNGAN, PELATIHAN

Lebih terperinci

Lembar Observasi. Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012

Lembar Observasi. Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012 Lampiran 1 Lembar Observasi Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012 Nama : No. sampel : Lokasi : Jenis kelamin : Umur : Lama

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara kepada Konsumen Restoran X

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara kepada Konsumen Restoran X 7 Lampiran. Daftar Pertanyaan Wawancara kepada Konsumen Restoran X. Kapan Anda datang untuk makan di Restoran ini? Jawaban:. Produk apa yang biasanya Anda beli? Jawaban:. Selama makan di restoran ini,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Limba U I Kec. Kota Selatan Kota Gorontalo. Pasar sental Kota Gorontalo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Limba U I Kec. Kota Selatan Kota Gorontalo. Pasar sental Kota Gorontalo 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pasar sentral kota Gorontalo berlokasi di jalan Setia Budi. I kelurahan Limba U I Kec. Kota Selatan Kota Gorontalo. Pasar sental Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makanan adalah bahan yang biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan, dimakan oleh mahluk hidup untuk memberikan tenaga dan nutrisi. Makanan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

ASPEK HYGIENE SANITASI MAKANAN PADA RUMAH MAKAN DI TERMINAL 42 ANDALAS KOTA GORONTALO 2012 ABSTRAK

ASPEK HYGIENE SANITASI MAKANAN PADA RUMAH MAKAN DI TERMINAL 42 ANDALAS KOTA GORONTALO 2012 ABSTRAK ASPEK HYGIENE SANITASI MAKANAN PADA RUMAH MAKAN DI TERMINAL 42 ANDALAS KOTA GORONTALO 2012 ABSTRAK Lany Mulyani Malango. 811408049. 2012. Aspek Hygiene dan Sanitasi Makanan pada Rumah Makan di Terminal

Lebih terperinci

LEMBAR PENILAIAN PASAR SETONOBETEK SESUAI KEPMENKES RI NO. 519/MENKES/SK/VI/2008 YANG TELAH DIMODIFIKASI

LEMBAR PENILAIAN PASAR SETONOBETEK SESUAI KEPMENKES RI NO. 519/MENKES/SK/VI/2008 YANG TELAH DIMODIFIKASI LEMBAR PENILAIAN PASAR SETONOBETEK SESUAI KEPMENKES RI NO. 9/MENKES/SK/VI/ YANG TELAH DIMODIFIKASI NO. a. b. - VARIABEL UPAYA BANGUNAN PASAR Penataan ruang dagang Tempat penjualan bahan pangan dan makanan

Lebih terperinci

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK CARA PRODUKSI PANGAN SIAP SAJI YANG BAIK BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Persyaratan Karyawan

Lebih terperinci

10/13/2015 HIGIENE KARYAWAN DALAM PENGOLAHAN MAKANAN

10/13/2015 HIGIENE KARYAWAN DALAM PENGOLAHAN MAKANAN HIGIENE KARYAWAN DALAM PENGOLAHAN MAKANAN Jur. Tek. Industri Pertanian FTP-UB Higiene adalah ilmu yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan berbagai usaha untuk mempertahankan atau untuk memperbaiki

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMA KASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xv BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMA KASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xv BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi Masalah... 7 1.3 Batasan

Lebih terperinci

PENANGANAN DAGING KURBAN

PENANGANAN DAGING KURBAN 1 2 PENANGANAN DAGING KURBAN Daging kurban harus ditangani secara baik dan benar agar daging yang dihasilkan aman dan layak untuk dikonsumsi masyarakat. Penanganan daging kurban yang tidak higienis dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atau dikenal dengan kampus induk/pusat, kampus 2 terletak di Jalan Raden Saleh,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atau dikenal dengan kampus induk/pusat, kampus 2 terletak di Jalan Raden Saleh, 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Universitas Negeri Gorontalo merupakan salah satu perguruan tinggi di Gorontalo. Kampus Universitas Negeri Gorontalo terbagi atas 3, yaitu kampus

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN (INFORMED CONSENT)

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN (INFORMED CONSENT) LAMPIRAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL Jl.Arjuna Utara 9, Kebun Jeruk, Jakarta Barat 0 Indonesia Telp. (02) 674223 Fax. (02) 674248 Saya yang bertanda tangan

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI ANALISIS

LEMBAR OBSERVASI ANALISIS LEMBAR OBSERVASI ANALISIS HIGIENE SANITASI, KANDUNGAN ZAT WARNA SINTETIS, PEMANIS BUATAN, DAN BAKTERI Eschericia coli PADA MINUMAN ES JERUK PERAS YANG DIJUAL PEDAGANG KELILING DI KEC. MEDAN BARU KOTA MEDAN

Lebih terperinci

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012

STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 1 Summary STUDI KANDUNGAN BAKTERI Salmonella sp. PADA MINUMAN SUSU TELUR MADU JAHE (STMJ) DI TAMAN KOTA DAMAY KECAMATAN KOTA SELATAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 TRI ASTUTI NIM 811408115 Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

Sanitasi Penyedia Makanan

Sanitasi Penyedia Makanan Bab 6 Sanitasi Penyediaan Makanan Sanitasi Penyedia Makanan Sanitasi Jasa Boga Sanitasi Rumah Makan & Restoran Sanitasi Hotel Sanitasi Rumah Sakit Sanitasi Transportasi Penggolongan Jasa Boga Jasa boga

Lebih terperinci

Studi Kualitas Bakteriologis Peralatan Makan Pada Rumah Makan di Kota Makassar

Studi Kualitas Bakteriologis Peralatan Makan Pada Rumah Makan di Kota Makassar ISSN : 2443 1141 P E N E L I T I A N Studi Kualitas Bakteriologis Peralatan Makan Pada Rumah Makan di Kota Makassar Haderiah 1 *, Sulasmi 2, Novi 3 Abstract Rumah makan adalah suatu tempat umum dimana

Lebih terperinci

I. Data Responden Penjamah Makanan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan :

I. Data Responden Penjamah Makanan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : KUESIONER HIGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Escherichia coli PADA PERALATAN MAKAN DI INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT UMUM MAYJEN H.A THALIB KABUPATEN KERINCI TAHUN 0 I. Data Responden Penjamah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Tempat Penjualan Daging Ayam Sampel daging ayam yang diteliti diperoleh dari pasar-pasar di Kota Tangerang Selatan. Selama pengambilan kuisioner terdapat 24 pedagang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan derajat kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan derajat kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Higiene Sanitasi Makanan Higiene adalah suatu usaha yang dilakukan untuk melindungi, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada waktu dimekarkan Kabupaten Bone Bolango hanya terdiri atas empat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada waktu dimekarkan Kabupaten Bone Bolango hanya terdiri atas empat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian Kabupaten Bone Bolango adalah sebuah kabupaten di Provinsi Gorontalo Indonesia, Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran Kabupaten

Lebih terperinci

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) menekankan tentang tantangan dan peluang terkait Keamanan Pangan. Keamanan pangan sangat penting karena keterkaitannya

Lebih terperinci

MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN

MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu mengolah ikan teri asin kering yang berkualitas dan higienis. Indikator Keberhasilan: Mutu ikan

Lebih terperinci

ANALISA SANITASI DAN HIGIENE PENYAJIAN MAKANAN DI KANTIN UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA

ANALISA SANITASI DAN HIGIENE PENYAJIAN MAKANAN DI KANTIN UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA ANALISA SANITASI DAN HIGIENE PENYAJIAN MAKANAN DI KANTIN UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA Yessica Febriani Sutanto, Erni Lucyana Kuntani Program Manajemen Perhotelan, Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung

Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Angka Paling Mungkin Coliform dengan Tiga Tabung Kombinasi Jumlah Tabung yang Positif 1:10 1:100 1:1000 APM per gram atau ml 0 0 0

Lebih terperinci

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi SIAP SAJI YANG BAIK BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan

Lebih terperinci

Tidak (b) Universitas Sumatera Utara

Tidak (b) Universitas Sumatera Utara Lembar Observasi Hygiene Sanitasi Pada Pembuat/Penjual Sop Buah di Pasar Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun 2011 Nama : Jenis Kelamin : Umur : Pendidikan : Lama berjualan : Merupakan jawaban yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan sekolah merupakan syarat sekolah sehat. Upaya penyelenggaraan kesehatan lingkungan sekolah telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Lebih terperinci

LEMBAR KESEDIAAN DALAM PENELITIAN

LEMBAR KESEDIAAN DALAM PENELITIAN LEMBAR KESEDIAAN DALAM PENELITIAN Setelah mendengar dan membaca penjelasan diatas maka saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Umur : Alamat : No Hp : Menyatakan setuju untuk menjadi responden pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. Penerapan sanitasi dan higiene diruang penerimaan lebih dititik beratkan pada penggunaan alat dan bahan sanitasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Karanganyar terdapat 13 perusahaan tekstil. Salah satu perusahaan di daerah

BAB IV HASIL PENELITIAN. Karanganyar terdapat 13 perusahaan tekstil. Salah satu perusahaan di daerah BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan data dari kelurahan desa Waru, Kecamatan Kebakkramat, Karanganyar terdapat 13 perusahaan tekstil. Salah satu perusahaan di daerah

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian ini menggunakan data sekunder sehingga memiliki keterbatasan dalam pengambilan variabel-variabelnya. Laik fisik penilaiannya berdasarkan ketentuan Kepmenkes No. 715 tahun

Lebih terperinci

II OBSERVASI. NO OBJEK PENGAMATAN. TOTAL SKOR MASING MASING SETIAP KANTIN BOBOT NILAI LOKASI & BANGUNAN SMA LOKASI : A

II OBSERVASI. NO OBJEK PENGAMATAN. TOTAL SKOR MASING MASING SETIAP KANTIN BOBOT NILAI LOKASI & BANGUNAN SMA LOKASI : A II OBSERVASI. NO OBJEK PENGAMATAN. TOTAL SKOR MASING MASING SETIAP KANTIN BOBOT NILAI LOKASI & BANGUNAN SMA LOKASI : A LAMPIRAN I LEMBAR OBSERVASI KONDISI HIGIENE DAN SANITASI PENYELENGGARA MAKANAN DAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HIGIENE SANITASI 1. Pengertian Higiene dan Sanitasi a. Higiene Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu, seperti mencuci tangan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 113 LAMPIRAN 113 114 Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 1 Lokasi Lokasi produksi harus jauh dari tempattempat yang menjadi sumber cemaran, seperti: tempat pembuangan sampah,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 236/MENKES/PER/IV/1997 TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN MAKANAN JAJANAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 236/MENKES/PER/IV/1997 TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN MAKANAN JAJANAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 236/MENKES/PER/IV/1997 TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN MAKANAN JAJANAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang

Lebih terperinci

LEMBAR OBSERVASI HYGIENE SANITASI PENGOLAHAN DODOL SALAK Berdasarkan Kepmenkes RI No.942/SK/VII/2003

LEMBAR OBSERVASI HYGIENE SANITASI PENGOLAHAN DODOL SALAK Berdasarkan Kepmenkes RI No.942/SK/VII/2003 LEMBAR OBSERVASI HYGIENE SANITASI PENGOLAHAN DODOL SALAK Berdasarkan Kepmenkes RI No.942/SK/VII/2003 Lokasi industri : Penanggung Jawab : Jumlah Karwan : No OBJEK PENGAMATAN KATEGORI Ya Tidak Prinsip I

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah.

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah. KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN 2014 Nama : Umur : Tingkat Pendidikan : Tidak Tamat Sekolah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia. Makanan yang dikonsumsi beragam jenis dengan berbagai cara pengolahannya (Santoso & Anne, 1999). Warung makan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan sebagainya (Depkes RI, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan sebagainya (Depkes RI, 2000). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan penting untuk pertumbuhan maupun mempertahankan kehidupan. Makanan memberikan energi dan bahan-bahan yang diperlukan untuk membangun dan mengganti sel-sel tubuh

Lebih terperinci

Penyehatan Makanan dan Minuman Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar

Penyehatan Makanan dan Minuman Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar Penyehatan Makanan dan Minuman Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Menurut WHO, yang dimaksud makanan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGELOLAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI INSTALASI GIZI RSUD Dr. SOEDARSO PONTIANAK

GAMBARAN PENGELOLAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI INSTALASI GIZI RSUD Dr. SOEDARSO PONTIANAK GAMBARAN PENGELOLAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI INSTALASI GIZI RSUD Dr. SOEDARSO PONTIANAK Eka Septiarini, Nurul Amaliyah dan Yulia Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Pontianak E-mail: septiarinieka@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyelenggaraan Makanan Penyelenggaraan makanan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi penyusunan anggaran belanja makanan, perencanaan menu, pengadaan bahan makanan, penerimaan

Lebih terperinci

PENDAPAT SUPERVISOR TENTANG PENERAPAN SANITASI HIGIENE OLEH MAHASISWA PADA PELAKSANAAN PRAKTEK INDUSTRI

PENDAPAT SUPERVISOR TENTANG PENERAPAN SANITASI HIGIENE OLEH MAHASISWA PADA PELAKSANAAN PRAKTEK INDUSTRI 38 PENDAPAT SUPERVISOR TENTANG PENERAPAN SANITASI HIGIENE OLEH MAHASISWA PADA PELAKSANAAN PRAKTEK INDUSTRI Chairunnisa 1, Sri Subekti 2, Ai Nurhayati 2 Abstrak: Penelitian ini di latar belakangi oleh pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Tanpa adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan berfungsi untuk

Lebih terperinci

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi SIAP SAJI YANG BAIK BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Direktorat Surveilan dan Penyuluhan

Lebih terperinci

Keberadaan mikroorganisme patogen pada makanan umumnya tidak menyebabkan perubahan fisik

Keberadaan mikroorganisme patogen pada makanan umumnya tidak menyebabkan perubahan fisik Prerequisite Program #7 Pencegahan Kontaminasi Silang Pencegahan, pengendalian, deteksi kontaminasi; kontaminasi mikrobiologik, fisik, dan kimiawi Bahaya biologis: cacing, protozos, bakteri, cendawan/fungi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Afifah Aqilah Abdul Malik Tempat / Tanggal Lahir : Malaysia / 5 Maret 1988 Agama : Islam Alamat : 1-31-E, Lorong Indera Putera 3, Putra Villas, Kepala Batas, Pulau

Lebih terperinci

Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah makanan

Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah makanan Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah A. Karakteristik Responden 1. Nama :. Umur :. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : B. Pertanyaan 1. Apakah ibu/bapak sebelum dan sesudah bekerja mengolah selalu

Lebih terperinci

II Observasi. No Objek pengamatan. Total skor masing masing setiap kantin Bobot Nilai Lokasi & Bangunan SMA Lokasi : a.

II Observasi. No Objek pengamatan. Total skor masing masing setiap kantin Bobot Nilai Lokasi & Bangunan SMA Lokasi : a. LAMPIRAN I LEMBAR OBSERVASI KONDISI HIGIENE DAN SANITASI PENYELENGGARA MAKANAN DAN MINUMAN PADA KANTIN SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 0 I. Indentitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia, selain kebutuhan sandang dan papan. Sandang dan papan menjadi kebutuhan pokok manusia karena

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PERBEDAAN SANITASI PENGELOLAAN RUMAH MAKAN DAN RESTORAN BERDASARKAN TINGKAT MUTU (GRADE A,B DAN C) DI KOTA MEDAN TAHUN 2013

KUESIONER PENELITIAN PERBEDAAN SANITASI PENGELOLAAN RUMAH MAKAN DAN RESTORAN BERDASARKAN TINGKAT MUTU (GRADE A,B DAN C) DI KOTA MEDAN TAHUN 2013 KUESIONER PENELITIAN PERBEDAAN SANITASI PENGELOLAAN RUMAH MAKAN DAN RESTORAN BERDASARKAN TINGKAT MUTU (GRADE A,B DAN C) DI KOTA MEDAN TAHUN 2013 I. Identitas Responden 1. Nama Rumah makan : 2. Alamat :

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

Lebih terperinci

PENERIMAAAN BAHAN MAKANAN KERING

PENERIMAAAN BAHAN MAKANAN KERING PENERIMAAAN BAHAN MAKANAN KERING Penerimaan bahan makanan kering adalah suatu kegiatan yang meliputi pemeriksaan/penelitian, pencatatan dan pelaporan tentang macam, kualitas, dan kuantitas bahan makanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 55 BAB III METODE PENELITIAN A. KERANGKA KONSEP Variabel Bebas Variabel Terikat Pengetahuan pelaku industri Sanitasi Hygiene Hasil monitoring keamanan produk industri rumah tangga (PIRT) pada makanan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah eksplanatori research adalah menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan melalui

Lebih terperinci

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. Langkah 3 Penggunaan formalin: Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih: lantai, kapal, gudang, pakaian. Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna,

Lebih terperinci

HANDOUT. PERTEMUAN KE : 7, 8 dan 9 MATA KULIAH : MANAJEMEN USAHA BOGA POKOK MATERI : Proses produksi dalam Suatu Usaha Boga

HANDOUT. PERTEMUAN KE : 7, 8 dan 9 MATA KULIAH : MANAJEMEN USAHA BOGA POKOK MATERI : Proses produksi dalam Suatu Usaha Boga HANDOUT PERTEMUAN KE : 7, 8 dan 9 MATA KULIAH : MANAJEMEN USAHA BOGA POKOK MATERI : Proses produksi dalam Suatu Usaha Boga MATERI PERKULIAHAN Proses produksi dalam Suatu Usaha Boga 1. Dapur Usaha Boga

Lebih terperinci

GAMBARAN HIIGIENE DAN SANITASI SARANA FISIK SERTA PERALATAN PENGOLAHAN BAHAN MAKANAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PEMBALAH BATUNG AMUNTAI TAHUN 2013

GAMBARAN HIIGIENE DAN SANITASI SARANA FISIK SERTA PERALATAN PENGOLAHAN BAHAN MAKANAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PEMBALAH BATUNG AMUNTAI TAHUN 2013 Al Ulum Vol.60 No.2 April 2014 halaman 10-17 10 GAMBARAN HIIGIENE DAN SANITASI SARANA FISIK SERTA PERALATAN PENGOLAHAN BAHAN MAKANAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PEMBALAH BATUNG AMUNTAI TAHUN 2013 Siti Yuliani

Lebih terperinci

CONTOH SSOP PADA PROSES PENGOLAHAN SOSIS AYAM. Potensi Hazard Tujuan Petunjuk SSOP-nya

CONTOH SSOP PADA PROSES PENGOLAHAN SOSIS AYAM. Potensi Hazard Tujuan Petunjuk SSOP-nya No. unit prosesing CONTOH SSOP PADA PROSES PENGOLAHAN SOSIS AYAM Potensi Hazard Tujuan Petunjuk SSOP-nya 1. Sortasi daging biologis (bakteri pathogen, jamur, serangga dsb.),cemaran kimia (logam berat,

Lebih terperinci

KRITERIA KANTIN SEHAT

KRITERIA KANTIN SEHAT KRITERIA KANTIN SEHAT Kantin sekolah sehat memiliki syarat sebagai berikut: Ada persediaan air bersih untuk mengolah makanan, mencuci tangan dan mencuci peralatan makan. Mempunyai tempat penyimpanan bahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya pendapatan masyarakat dan meningkatnya kegiatan pekerjaan di luar rumah, akan meningkatkan kebutuhan jasa pelayanan makanan terolah termasuk makanan dari

Lebih terperinci

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman Online di

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman Online di HUBUNGAN HIGIENE DAN SANITASI PEMERAHAN SUSU SAPI DENGAN Total plate count PADA SUSU SAPI DI PETERNAKAN SAPI PERAH DESA MANGGIS KABUPATEN BOYOLALI Dewik wijiastutik *) Alumnus FKM UNDIP, **) Dosen Bagian

Lebih terperinci

BAB IX SANITASI PABRIK

BAB IX SANITASI PABRIK BAB IX SANITASI PABRIK Sanitasi merupakan suatu kegiatan yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan baku, peralatan dan kebersihan, kesehatan, kesejahteraan pekerja, mencegah terjadinya pencemaran

Lebih terperinci

SUMMARY ASPEK HYGIENE DAN SANITASI MAKANAN DI PASAR JAJAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 ABSTRAK

SUMMARY ASPEK HYGIENE DAN SANITASI MAKANAN DI PASAR JAJAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 ABSTRAK 1 SUMMARY ASPEK HYGIENE DAN SANITASI MAKANAN DI PASAR JAJAN KOTA GORONTALO TAHUN 2012 Ratni Latudi Program Studi Kesehatan Masyarakat, Peminatan Kesehatan Lingkungan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan,

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN 71 Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PELAKSANAAN PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI SEKOLAH DASAR WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANDAR KHALIPAH KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2013 1. Pilihlah

Lebih terperinci

Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair :

Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair : Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair : Jumlah bagian air = (% larutan konsentrat : % larutan yang diinginkan)- 1 Contoh : Untuk membuat larutan klorin 0,5% dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah yang ada di Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah yang ada di Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah yang ada di Provinsi Gorontalo, yang luas wilayahnya 64,79 KM atau sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah menjadi pelengkap kebutuhan pangan manusia yang mempunyai banyak variasi rasa, warna, dan serat yang bermanfaat untuk kesehatan. Selain dikonsumsi secara langsung

Lebih terperinci