ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI PAPRIKA DI KELOMPOK TANI DEWA FAMILY DESA PASIRLANGU KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BANDUNG BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI PAPRIKA DI KELOMPOK TANI DEWA FAMILY DESA PASIRLANGU KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BANDUNG BARAT"

Transkripsi

1 ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI PAPRIKA DI KELOMPOK TANI DEWA FAMILY DESA PASIRLANGU KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BANDUNG BARAT SKRIPSI ARYANTI RAMADHAN H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2 RINGKASAN ARYANTI RAMADHAN. Analisis Risiko Produksi Cabai Paprika Di Kelompok Tani Dewa Family Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institusi Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan JUNIAR ATMAKUSUMA). Produksi tanaman sayuran di Indonesia yang cenderung meningkat menjadikan sayuran merupakan salah satu komoditas yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Minat masyarakat terhadap sayuran terus mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, sehingga mendorong kebutuhan pangan yang semakin bertambah pula, pengetahuan masyarakat terhadap manfaat sayuran, serta perubahan pola konsumsi dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Hal ini membuka peluang akan meningkatnya permintaan sayuran. Di samping itu, sayuran juga berperan penting dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat Indonesia. Salah satu komoditas sayuran yang penting untuk terus dikembangkan adalah cabai paprika, karena jumlah produksi pada cabai paprika terus mengalami peningkatan yang sangat signifikan dibandingkan dengan komoditas sayuran lainnya. Tingginya permintaan cabai paprika disebabkan oleh semakin banyaknya masyarakat yang mengkonsumsi cabai paprika sebagai pelengkap masakan. Perubahan pola konsumsi ini memberikan peluang yang besar bagi pasar ekspor maupun pasar lokal cabai paprika. Fluktuasi produktivitas yang dialami petani dapat mengindikasikan terjadinya risiko produksi pada usaha cabai paprika. Sumber risiko pada kegiatan produksi cabai paprika diantaranya adalah serangan hama, penyakit, kondisi cuaca, iklim, dan tenaga kerja. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi sumber risiko yang terdapat pada kegiatan budidaya cabai paprika, menganalisis probabilitas dan dampak dari sumber risiko dan menyusun alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi atau mengurangi dampak risiko produksi Cabai Paprika di Kelompok Tani Dewa Family. Penelitian dilakukan pada budidaya cabai paprika di Kelompok Tani Dewa Family Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Pengumpulan data dilakukan mulai bulan April 2012 sampai dengan bulan Desember Analisis deskriptif dilakukan untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi yang terdapat pada usaha budidaya cabai paprika di Kelompok Tani Dewa Family dengan melakukan pengamatan, wawancara, serta diskusi. Analisis yang bersifat kuantitatif dilakukan untuk menghitung probabilitas dan dampak dari masing-masing sumber risiko produksi dengan menggunakan alat perhitungan yang sesuai, yaitu metode nilai standar (z-score) untuk menghitung probabilitas risiko dan value at risk (VaR) untuk menghitung dampak dari risiko. Hasil penelitian menunjukkan sumber risiko produksi yang disebabkan serangan hama memiliki tingkat probablitas terbesar yaitu 44 persen, serangan penyakit menempati posisi kedua yaitu 36,7 persen, dan yang terkecil adalah i

3 perubahan cuaca sebesar 16,6 persen. Sedangkan analisis dampak dari sumber sumber risiko memakai metode VaR dengan tingkat keyakinan 95 persen adalah sumber risiko yang disebabkan serangan hama memberikan dampak terbesar disusul serangan penyakit dan perubahan suhu. Sumber risiko yang disebabkan serangan hama memberikan dampak yang paling besar yaitu Rp , sumber risiko yang disebabkan serangan penyakit menempati urutan kedua yaitu sebesar Rp Angka tersebut mengindikasikan bahwa sumber risiko akibat serangan hama dan penyakit merupakan sumber risiko yang paling memberikan dampak terhadap usaha budidaya cabai paprika di Kelompok Tani Dewa Family, akan tetapi dampak risiko yang berasal dari sumber risiko yang lain harus tetap diperhatikan oleh pihak petani cabai paprika walaupun dampaknya terhitung lebih kecil. Sumber risiko akibat perubahan suhu memiliki dampak terkecil yaitu sebesar Rp Hasil dari perhitungan dampak risiko produksi selanjutnya akan dikombinasikan dengan hasil perhitungan analisis probabilitas risiko dari masingmasing sumber risiko produksi. Urutan proses selanjutnya yang dilakukan sebelum merumuskan strategi penanganan risiko adalah melakukan pengukuran risiko sehingga dihasilkan status risiko dan peta risiko. Status risiko adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan risiko dari beberapa sumber risiko produksi yang telah terlebih dahulu diidentifikasi. Serangan hama merupakan sumber risiko produksi dengan status risiko dengan nilai , kedua serangan penyakit dengan status risiko sebesar dan terakhir perubahan suhu dengan nilai Setelah melakukan identifikasi sumber-sumber risiko dan menghitung probabilitas serta dampak dari masing-masing sumber risiko, akhirnya didapat dua jenis usulan strategi bagi budidaya cabai paprika, yaitu strategi mitigasi dan strategi. Strategi mitigasi yang diusulkan pada sumber risiko serangan hama adalah sebagai berikut: pemasangan perangkap lekat warna kuning atau biru, penyebaran predator (kumbang macan), sanitasi lingkungan kebersihan rumput, dan pemberian obat-obatan kimia. Strategi mitigasi yang diusulkan oleh serangan penyakit adalah pengasapan serbuk belerang, pada saat pembuangan tunas air dan daun yang muda tangan pekerja terlebih dahulu harus dicelupkan ke dalam larutan susu skim dan pada saat pemanenan pisau atau gunting yang akan digunakan terlebih dahulu dicelupkan terlebih dahulu ke dalam larutan susu skim dan menggunakan obat-obatan kimia dan strategi yang diusulkan untuk perubahan suhu adalah dengan cara pengaturan jarak tanamam pada saat penanaman, memeriksa suhu di dalam greenhouse setiap pagi dan sore hari, menggukur cairan nutrisi sebelum melakukan penyiraman dengan menggunakan alat ukur, dan pemberian nutrisi di sesuaikan dengan umur tanaman. ii

4 ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI PAPRIKA DI KELOMPOK TANI DEWA FAMILY DESA PASIRLANGU KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BANDUNG BARAT ARYANTI RAMADHAN H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 iii

5 Judul Skripsi : Analisis Risiko Produksi Cabai Paprika Di Kelompok Tani Dewa Family Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat Nama : Aryanti Ramadhan NRP : H Disetujui, Pembimbing Ir. Juniar Atmakusuma, MS NIP Mengetahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus : iv

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Risiko Produksi Cabai Paprika Di Kelompok Tani Dewa Family Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang ditertibkan maupun tidak ditertibkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Maret 2013 Aryanti Ramadhan H v

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 11 April Penulis adalah anak kedua dari Lima bersaudara dari pasangan Bapak Babam Damini dan Ibunda Nenden Nenah. Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri Pabaki 1 pada tahun 2001 dan pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 24 Bandung pada tahun 2004, pada tahun 2007 penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Pasundan 1 Bandung. Sejak tahun penulis mengikuti pendidikan di D-III Agribisnis, program studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Kemudian penulis melanjutkan studi di Program Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada tahun vi

8 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Risiko Produksi Cabai Paprika Di Kelompok Tani Dewa Family Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat. Penelitian ini bertujuan menganalisis risiko yang dihadapi oleh usaha tani Bapak Deden. Khususnya risiko produksi dan menganalisis penyebab terjadinya risiko produksi, karena selama ini perusahaan mengalami fluktuasi produksi yang diperoleh. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Maret 2013 Aryanti Ramadhan vii

9 UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai buntuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran dan waktu yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Amzul Rifin. Phd selaku dosen evaluator atas evaluasinya terhadap proposal skripsi yang telah disusun. 3. Arif Karyadi Uswandi, SP selaku dosen evaluator atas masukannya yang telah diberikan di dalam penyempurnaan sikripsi ini. 4. DR. Ir. Netty Tinaprillia, MSi selaku dosen penguji atas masukkan yang telah diberikan di dalam penyempurnaan penyususnan skrispsi ini. 5. Ir. Burhanuddin, MM yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis. 6. Seluruh staff dosen secretariat manajemen agribisnis yang telah membantu dan memberikan kemudahan kepada penulis selama menjalani kuliah dan penyusunan skripsi. 7. Ayahanda (Babam Damini) dan Ibunda (Nenden Nenah) tercinta ysng telah memberikan dukungan doa dan materi mengantarkan penulis pada satu titik menuju masa depan yang teramat cerah. 8. Kakakku tercinta (Farid Gandar Abdulloh dan Eka Yuda Ginanjar) serta adikku (Aditya Rahman, Fitri Nurul Hikmah dan Ulfa Amelia Anugrah) yang telah memberikan semangat dan doa sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini dengan sempurna. 9. Bapak Deden Wahyu Amaludin selaku pemilik usaha yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan ibu Nia selaku sekertaris yang telah memberikan bantuan, arahan dan masukan selama penelitian. Serta seluruh karyawan Kelompok Tani Dewa Family atas bantuan dan kerjsamanya selama penelitian. viii

10 10. Astrid Bagjariani atas kesediaannya menjadi pembahas dalam seminar hasil skripsi yang telah memberikan masukan yang berarti dalam perbaikan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku (Astri, Dewi N, Dewi M, Riri, Merizka, Adit, Hani) dan seluruh teman-teman Alih Jenis Agribisnis Angkatan1 IPB yang telah membantu dan memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Bogor, Maret 2013 Aryanti Ramadhan ix

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 7 II. TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Komoditas Cabai Paprika Analisis Risiko Komoditas Pertanian III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Risiko Manajemen Risiko Pengukuran Risiko Pemetaan Risiko Konsep Penanganan Risiko Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko Analisis Dampak Risiko Pemetaan Risiko Penanganan Risiko V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah dan Perkembangan Kelompok Tani Dewa Family Wilayah Tanam Cabai Paprika Kelompok Tani Dewa Family Keadaan Tanaman dan Produksi di Kelompok Tani Dewa Family Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Teknis dan Teknologi Produksi Pemasaran Cabai Paprika di Kelompok Tani Dewa Family VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI PAPRIKA Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Produksi Indikator Penentuan Jenis Sumber Risiko Pada Setiap Kejadian Analisis Probabilitas Risiko Produksi Analisis Dampak Risiko x

12 6.5. Pemetaan Risiko Produksi Strategi Penanganan Risiko Produksi VII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran LAMPIRAN xi

13 Nomor. DAFTAR TABEL Halaman 1. Perkembangan Produksi Tanaman Sayuran Menurut Jenis Tanaman Tahun 2009 sampai Tahun Perkembangan Luas Panen dan Produksi Cabai Paprika di Pulau Jawa Tahun Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai Paprika di Provinsi Jawa Barat Tahun Kandungan Gizi Cabai Paprika dalam Setiap 100 gram Cabai Paprika Segar Perbedaan Karakteristik Cabai Paprika Ekspor dan Lokal Perbandingan Probabilitas Risiko dari Sumber Risiko Produksi Perbandingan Dampak dari Sumber Risiko Produksi Status Risiko dari Sumber Risiko Produksi xii

14 DAFTAR GAMBAR Nomor. Halaman 1. Produksi Aktual Cabai Paprika di Dewa Family Tahun Siklus Manajemen Risiko (Djohanputro, 2004) Peta Risiko Kerangka Pemikiran Operasional Strategi Preventif Risiko Strategi Mitigasi Risiko Struktur Organisasi Kelompok Tani Dewa Family Hasil Pemetaan Sumber Risiko Produksi xiii

15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor. Halaman 1. Data Produksi Cabai Paprika Kuisioner Penelitian Analisis Probabilitas Sumber Risiko Serangan Hama Analisis Probabilitas Sumber Risiko Penyakit Analisis Probabilitas Sumber Risiko Perubahan Suhu Analisis Dampak Sumber Risiko Serangan Hama Analisis Dampak Sumber Risiko Penyakit Analisis Dampak Sumber Perubahan Suhu xiv

16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayur merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Sebagai negara yang agraris, Indonesia memiliki bermacam-macam komoditas sayuran sebagai asset vital negara yang dapat dikembangkan bagi kesejahteraan masyarakat. Potensi pengembangan produksi komoditas sayuran dapat dilihat melalui peningkatan produksi sayuran pada tahun 2007 sampai tahun 2009 sebesar 33,78 persen (Dirjen Hortikultura, 2011). Minat masyarakat terhadap sayuran terus mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Penduduk Indonesia yang semakin bertambah mendorong kebutuhan sayuran yang semakin bertambah pula, pengetahuan masyarakat terhadap manfaat sayuran, serta perubahan pola konsumsi dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Hal ini membuka peluang akan meningkatnya permintaan sayuran. Di samping itu, sayuran juga berperan penting dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat Indonesia. Perkembangan produksi tanaman sayuran dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Produksi Tanaman Sayuran Menurut Jenis Tanaman Tahun 2009 sampai Tahun 2010 Jenis Tanaman Pertumbuhan/Growth Absolut (%) Kubis ,98 Petsai ,72 Kacang Panjang ,17 Wortel ,80 Kacang Merah ,77 Kembang Kol ,38 Lobak ,81 Cabai Paprika ,00 Sumber: Statistik Tanaman Sayuran dan Buah-buahan Semusim Indonesia, BPS (diolah) Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui pada tahun 2009 sampai tahun 2010 perkembangan produksi sayuran mengalami pertumbuhan setiap tahun. Hasil produksi terbesar ditempati oleh kubis tetapi tingkat pertumbuhannya dari tahun 1

17 2009 sampai tahun 2010 kecil yaitu sebesar 1,98 persen. Berbeda dengan cabai paprika yang hasil produksinya paling kecil setiap tahun, tetapi pertumbuhan dari tahun 2009 sampai tahun 2010 merupakan yang terbesar dibandingkan dengan sayuran lainnya yaitu sebesar 24 persen. Salah satu komoditas sayuran yang berpotensi untuk terus dikembangkan adalah cabai paprika, karena jumlah produksi pada cabai paprika mengalami perkembangan terbesar dibandingkan dengan komoditas sayuran lainnya. Tingginya pertumbuhan produksi cabai paprika disebabkan oleh semakin banyaknya masyarakat yang mengkonsumsi cabai paprika sebagai pelengkap bahan masakan. Perubahan pola konsumsi ini memberikan peluang yang besar bagi pasar lokal maupun pasar ekspor. Cabai paprika (Capsicum annum var.grossum) merupakan tanaman sayuran yang relatif baru dikenal di Indonesia, yaitu tahun 1990-an. Pada umumnya cabai paprika digunakan sebagai penyedap bahan makanan, terutama yang berasal dari Eropa dan Amerika. Cabai paprika selain bermanfaat untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga, juga bermanfaat dalam industri farmasi untuk membuat ramuan obat-obatan, kosmetik, pewarna bahan makanan serta bahan campuran pada berbagai industri pengolahan makanan (Cahyono,2003). Teknik budidaya cabai paprika pada awalnya dilakukan dilahan terbuka, tetapi sekarang sudah dikembangkan teknik budidaya cabai paprika di bawah naungan (hidroponik). Media yang dipakai dalam membudidayakn cabai paprika di hidroponik adalah arangsekam, karena media tersebut berporos, dapat menyerap nutrisi, air, oksigen dan mendukung akar tanaman. Sistem pengairan di hidroponik menggunakan cara fertigasi yaitu mencampurkan air dan cairan nutrisi. Keunggulan membudidaya secara hidroponik diantaranya adalah produksi tidak tergantung musim, pemakaian air lebih efisien, lingkungan kerja lebih bersih, kontrol air, hara dan ph lebih teliti, harga jual komoditi lebih tinggi dibandingkan dengan yang dibudidayakan secara tradisional di tanah, serta dapat dilakukan pada lahan atau ruang yang terbatas 1. Saat ini penanaman cabai paprika terus dikembangkan karena adanya kebutuhan pasar yang terus meningkat, sehingga cabai paprika memiliki prospek yang cerah untuk dibudidayakan (Prihmantoro dan Indriani, 2003). Salah satu 1 Pengenalan Hidroponik. Situs Hijau. [4 Januari 2011] 2

18 wilayah yang paling banyak memberikan kontribusi dalam memproduksi cabai paprika di Indonesia adalah Pulau Jawa. Selain melalui nilai perkembangan produksi, prospek pengembangan usaha cabai paprika di Indonesia dapat dilihat melalui peningkatan luas panen cabai paprika di Pulau Jawa pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Cabai Paprika di Pulau Jawa Tahun No Provinsi Tahun 2008 Tahun 2009 Pertumbuhan Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Luas Panen (%) Produksi (%) 1 Jawa Barat ,37 125,81 2 Jawa Tengah ,00-100,00 3 Jawa Timur ,65 93,86 Total ,93 120,82 Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian RI (2011) Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui pada tahun 2008 sampai tahun 2009 Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur mengalami peningkatan luas panen dan produksi yang signifikan. Provinsi Jawa Barat merupakan penghasil cabai paprika terbesar di Pulau Jawa. Potensi pengembangan cabai paprika di Pulau Jawa dapat dilihat dari meningkatnya luas panen yang digunakan untuk mengusahakan cabai paprika. Provinsi Jawa Barat mengalami pertumbuhan luas panen dari tahun 2008 sampai tahun 2009 sebesar 197,37 persen dan pertumbuhan produksinya sebesar 125,81 persen.. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha komoditas cabai paprika di Provinsi Jawa Barat masih memiliki potensi yang baik. Beberapa Kabupaten dan kota yang membudidayakan cabai paprika di Provinsi Jawa Barat adalah di daerah Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Garut, Cianjur, dan Sukabumi merupakan sentral daerah produksi cabai paprika yang cukup luas. Jumlah luas panen, produksi dan produktivitas cabai paprika di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 3. 3

19 Tabel 3. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai Paprika di Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 Kabupaten/Kota Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) Sukabumi Cianjur Bandung Garut Bandung Barat Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, 2011 Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa Kabupaten Bandung Barat merupakan sentral produksi cabai paprika dengan luas panen 80 ha dan produksi yang dihasilkan sebesar ton pada tahun 2011 dibandingkan dengan Kota/Kabupaten lainnya di Jawa Barat. Daerah yang berpotensi menjadi pengembangan cabai paprika adalah Kabupaten Bandung barat, hal ini dikarenkan hasil produktivitas yang dihasilkan tinggi yaitu sebesar ton/ha. Di Kabupaten Bandung Barat sendiri terdapat beberapa desa yang memproduksi cabai paprika antara lain Desa Pasirlangu. Desa Pasirlangu merupakan daerah agropolitan cabai paprika dan cabai paprika yang dihasilkan petani di daerah tersebut sudah dipasarkan ke pasar lokal dan telah mampu masuk ke pasar ekspor. Desa Pasirlangu merupakan salah satu Desa di Kabupaten Bandung Barat yang berpotensi dan mendukung dalam pengembangan basis pertanian khususnya komoditas cabai paprika. Salah satu kelompok tani yang terdapat di Desa Pasirlangu adalah kelompok tani Dewa Family. Kelompok Tani Dewa Family membudidayakan tanaman cabai paprika dengan cara hidroponik. Meskipun teknik budidaya cabai paprika menggunakan hidroponik, ternyata dalam membudidayakan cabai paprika Kelompok Tani Dewa Family mengalami kendala, yaitu hasil panen tidak sesuai dengan harapan sebesar kg. Kendala yang terjadi mengidentifikasikan bahwa dalam menjalankan usahanya Kelompok Tani Dewa Family mengalami risiko produksi. Hasil produksi yang menurun bisa menyebabkan potensi kerugian bagi Kelompok Tani Dewa Family. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka diperlukan penelitian untuk mengkaji tentang risiko produksi komoditas cabai paprika di 4

20 Kabupaten Bandung Barat di Desa Pasirlangu khususnya di Kelompok Tani Dewa Family untuk meminimalisir terjadinya risiko produksi Perumusan Masalah Kelompok Tani Dewa Family di Desa Pasirlangu berdiri pada tahun Awal mulanya lahan usaha kelompok tani Dewa Family digunakan untuk usaha Bunga Potong dan Labu Siam. Dengan seiringnya keberhasilan yang dicapai dalam mengusahakan cabai paprika, Kelompok tani Dewa Family sekarang hanya fokus pada cabai paprika. Namun dengan demikian, kelompok tani Dewa Family juga mengusahakan komoditas hortikultura lainnya yang berfungsi sebagai komoditas sampingan, seperti tomat cherry dan Timun Jepang. Cabai paprika yang dihasilkan Kelompok Tani Dewa Family, dipasarkan ke berbagai wilayah di Indonesia dan luar negeri. Cabai paprika adalah produk unggulan dan memiliki permintaan terbesar untuk diekspor. Dalam penelitian ini akan dikaji risiko produksi pada tanaman cabai paprika. Cabai paprika juga produk tanaman hortikultura pada umumnya mempunyai sifat mudah rusak dan dibutuhkan dalam bentuk segar. Dalam mengelola usahanya, Kelompok Tani Dewa Family memiliki risiko yang dihadapi antara lain yaitu risiko produksi. Risiko produksi dapat disebabkan oleh serangan hama, penyakit, kondisi cuaca, iklim dan tenaga kerja. Adanya risiko produksi menimbulkan ketidakpastian terhadap keuntungan yang akan diperoleh Kelompok Tani Dewa Family. Hasil produksi cabai paprika pada Kelompok Tani Dewa Family dalam 30 greenhouse memiliki jumlah hasil yang bervariasi ada yang memenuhi standar dan ada juga yang tidak memenuhi standar dapat dilihat pada Lampiran 1. Jika digambarkan dengan grafik produksi aktual cabai paprika di Kelompok Tani Dewa Family di Desa Pasirlangu dapat dilihat pada Gambar 1 5

21 Gambar 1. Produksi Standar dan Produksi Aktual Cabai Paprika di Dewa Family Tahun 2012 Gambar 1 menunjukkan bahwa produksi cabai paprika di 30 greenhouse dalam satu siklus musim tanam yang dihasilkan Kelompok Tani Dewa Family belum semuanya bisa memenuhi standar produksi ada yang masih di bawah standar produksi. Belum memenuhinya hasil produksi dikarenakan adanya risiko dalam proses produksi cabai paprika di Kelompok Tani Dewa Family. Risiko yang terjadi cenderung megurangi hasil yang diperoleh Kelompok Tani. Sumber risiko pada kegiatan produksi cabai paprika diantaranya adalah Sumber risiko pada kegiatan produksi cabai paprika diantaranya adalah serangan hama, penyakit, kondisi cuaca, iklim dan tenaga kerja. Dampak yang paling terlihat dari risiko produksi tersebut adalah penurunan kualitas ataupun penurunan hasil produksi secara keseluruhan. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Apa saja yang menjadi sumber risiko produksi dalam kegiatan budidaya Cabai Paprika di Kelompok Tani Dewa Family? 2. Berapa besar probabilitas dan dampak risiko dari sumber-sumber risiko pada kegiatan budidaya Cabai Paprika di Kelompok Tani Dewa Family? 3. Bagaimana alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko produksi yang terjadi di Kelompok Tani Dewa Family? 6

22 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi sumber risiko yang terdapat pada kegiatan produksi atau budidaya Cabai Paprika di Kelompok Tani Dewa Family. 2. Menganalisis probabilitas dan dampak dari sumber risiko Cabai Paprika di Kelompok Tani Dewa Family. 3. Menyusun alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi atau mengurangi dampak risiko produksi Cabai Paprika di Kelompok Tani Dewa Family Manfaat Penelitian Hasil analisis penelitian ini dapat memiliki kegunaan : A. Bagi Mahasiswa Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan referensi bagi penelitian penelitian berikutnya dengan topik penelitian sejenis. B. Bagi Perusahaan Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberi kontribusi bagi perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam melakukan budidaya Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah : 1. Komoditas yang dikaji adalah Cabai Paprika. Hal ini dikarenakan Cabai Paprika merupakan jenis sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Selain itu sayuran ini dapat digunakan pula sebagai obat serta penyedap bahan makan. 2. Penelitian ini akan difokuskan pada analisis risiko produksi serta alternatif penanganan untuk mengatasi risiko produksi tersebut dengan menggunakan data primer dan sekunder. 7

23 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Komoditas Cabai Paprika Cabai paprika (Capsicum annum var.grossum) merupakan tanaman sayuranyang relatif baru dikenal di Indonesia, yaitu sejak tahun 1990-an. Pada umumnya cabai paprika digunakan sebagai penyedap bahan makanan, terutama yang berasal dari Eropa dan Amerika. Cabai paprika mengandung zat gizi yang cukup tinggi terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, B, C serta mineral seperti Ca, Fe, P dan K. Rasa dan warna cabai paprika bermacam-macam tergantung varietas yang ditanam. Zat kapsaisin (C 16 H 12 O 12 ) yang biasanya terdapat pada buah cabai tidak terkandung dalam cabai paprika, sehingga rasa cabai paprika tidak pedas, bahkan cenderung manis. Oleh karena itu cabai paprika disebut juga cabai manis. (Suhendar E, 2010). Cabai paprika merupakan salah satu komoditas sayuran yang sehat untuk dikonsumsi. Saat ini cabai paprika mulai banyak dibudidayakan di Indonesia. Jumlah kandungan gizi cabai paprika setiap 100 gram cabai paprika hijau segar dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kandungan Gizi Cabai Paprika dalam Setiap 100 gram Cabai Paprika Segar No Jenis zat Kadar 1 Protein 0,90 g 2 Lemak 0,30 g 3 Karbohidrat 4,40 g 4 Kalsium 7 mg 5 Fosfor 22 mg 6 Zat besi 0,40 mg 7 Kalium 11 mg 8 Vitamin A 22 IU 9 Vitamin B mg 10 Vitamin B-2 0,02 mg 11 Vitamin C 160 mg 12 Niasin 0,40 mg Sumber : Table of Representative Value of Food Commonly Used in Tropical Countries (1982) dalam Imam Harjono, Dikutif oleh Heru Prihmantoro dan Y.H. Indriani,

24 Cara penanaman cabai paprika secara hidroponik agak berbeda dengan cara menanam di tanah, namun secara garis besarnya sama yaitu meliputi persiapan, persemaian, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan panen. Menanam cabai paprika secara hidroponik lebih menguntungkan dibandingkan secara konvensional karena jumlah produksi yang lebih tinggi, harga jual lebih tinggi, dan produknya lebih berkualitas. (Prihmantoro dan Indriani 2003). Komoditas cabai paprika pada umumnya dibedakan menurut bentuk, warna, dan ukuran. Umumnya bentuk cabai paprika dibagi menjadi dua bentuk, yaitu yang berbentuk blok atau lonceng dan yang berbentuk lonjong (Hadinata, 2004), tergantung varietasnya. Masing-masing varietas memiliki keunggulan dalam hal kemampuan berproduksi, bentuk buah, bobot buah, rasa buah, daya adaptasi terhadap lingkungan, dan ketahanan terhadap hama. Cabai paprika yang dibedakan menurut segi warna utama yaitu, merah, hijau, kuning, dan orange. Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis mengenai cabai paprika, antara lain yaitu Ningsih (2005) yang melakukan penelitian mengenai analisis Usahatani Paprika Hidroponik di Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung serta Waruwu (2011) yang melakukan penelitian tentang Analisis Finansial Usahatani Paprika pada PT Saung Mirwan di Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor. Ningsih (2005) di Desa Pasir Langu yang menilai pendapatan berdasarkan golongan luas lahan yang dimiliki petani. Berdasarkan hasil penelitiannya, petani golongan I (luas greenhouse >1.900 m2) memiliki biaya total usahatani paprika hidroponik yang lebih besar dibandingkan dengan petani golongan II (luas greenhouse <1.900 m2). Sementara pada penelitian Waruwu (2011) di PT Saung Mirwan yang menilain pendapatan berdasarkan pengurangan total penerimaan dengan total biaya produksi. Penerimaan merupakan nilai dari total penjualan produksi paprika yang dihasilkan. Sementara total biaya produksi dapat dihitung dengan menjumlahkan TFC (Total Fixed Cost) dengan TVC (Total Variable Cost). TFC merupakan biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi misalnya pajak tanah, sewa tanah, dan penyusutan alat-alat. Sementara TVC merupakan biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah 9

25 produksi yang dihasilkan misalnya pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, obatobatan, dan biaya tenaga kerja musiman. Kedua penelitian juga menunjukkan bahwa usaha paprika hidroponik di kedua lokasi berbeda tersebut menguntungkan dan efisien untuk dilakukan karena nilai R/C rasionya lebih besar dari satu. Pendapatan yang diterima petani paprika di Desa Pasir Langu untuk petani golongan I adalah sebesar Rp ,20 dengan nilai R/C rasio sebesar 1,9 dan untuk petani golongan II adalah Rp ,90 dengan nilai R/C rasio sebesar 1,8 selama satu musim tanam, sedangkan rata-rata pendapatan usahatani paprika di PT Saung Mirwan atas biaya total adalah sebesar Rp ,00 untuk satu greenhouse seluas 4800 m 2 dengan kapasitas tanaman. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Persamaan dengan kedua penelitian sebelumnya terdapat pada objek penelitian. Persamaan lain dengan penelitian Waruwu (2011) terdapat dalam hal pemilihan responden yang merupakan sebuah perusahaan, berbeda dengan Ningsih (2005) yang memperoleh data dari beberapa petani di Desa Pasir Langu. Selain perbedaan lokasi penelitian, perbedaan yang terlihat dari penelitian ini dengan dua penelitian sebelumnya adalah pada penelitian hasil produksi yang diperoleh dari 30 di greenhouse di satu siklus tanam yang berbeda kemudian digunakan untuk mengetahui risiko produksi berdasarkan sumber-sumber risiko produksi, dampak yang dihasilkan dari sumber risiko produksi dan strategi alternatif untuk meminimalisir terjadinya risiko Analisis Risiko Komoditas Pertanian Penelitian mengenai risiko sudah banyak dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti. Hal ini menandakan bahwa risiko merupakan hal yang penting untuk diperhitungkan dalam menjalankan suatu usaha, sehingga penting untuk dikaji, ditelusuri dan dipelajari sumber-sumber, dampak, strategi penanganan risiko, serta hal-hal lain yang terkait dengan risiko tersebut. Penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah penelitian yang terkait dengan risiko. 10

26 Penelitian yang mengkaji tentang risiko produksi menyatakan adanya risiko produksi yang timbul karena adanya sumber risiko. Sumber risiko mengakibatkan hasil panen yang diperoleh tidak sesuai yang diharapkan, bisa diartikan peningkatan dan penurunan dari target yang ingin dicapai. Penelitian Setyarini (2011) yang berjudul Pengaruh Risiko Produksi Terhadap Produksi Paprika Hidroponik Di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Batu, Malang menemukan bahwa sumber-sumber risiko pada cabai paprika di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Batu Malang, terdapat beberapa sumber risiko terdapat beberapa sumber risiko diantaranya serangan hama, penyakit, kondisi cuaca, iklim yang tidak menentu dan keterbatasan kemampuan tenaga kerja. Pada penelitian tersebut, peneliti melakukan pengukuran risiko yang dihadapi cabai paprika yaitu dengan menggunkan variance, standard deviation dan coefficient variation. Hasil perhitungan yang akan digunakan adalah hasil perhitungan coefficient variation karena telah memperhitungkan berdasarkan penerimaan. Dari hasil perhitungan coefficient variation besaran risiko yang dihadapi oleh PT. Kusuma Sastria Dinasari Wisatajaya Batu, Malang dalam usaha tani cabai paprika yaitu 0,15. Artinya untuk setiap satu kilogram cabai paprika yang dihasilkan akan mengalami risiko sebesar 0,15 kg pada saat terjadinya risiko produksi. Penelitian Sembiring (2010) yang berjudul Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik pada The Pinewood Organic Farm di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sembiring melakukan penelitian mengenai sayuran organik untuk mengetahui tindakan diversifikasi yang dilakukan perusahaan dapat meminimalisir risiko produksi atau tidak. Setelah mengetahui tingkat risiko yang dihadapi dalam perusahaan, maka perlu mencari alternatif strategi dalam penanganan risiko agar dapat meminimalisir risiko produksi tersebut. The Pinewood Organic Farm melakukan budidayakan berbagai macam tanaman diantaranya adalah brokoli, cabe kriting merah, pare, sawi putih, selada kriting hijau, seledri, terong ungu, timun lokal, tomat, bayah hijau, buncis, caisin, daun bawang, jagung manis, kacang merah, kacang panjang lobak, dan wortel. Produk unggulan dalam perusahaan The Pinewood Organic Farm adalah brokoli, caisin, sawi putih dan tomat. 11

27 Penelitian Situmeang (2011) yang berjudul Analisis Risiko Produksi Cabai Merah Keriting Pada Kelompok Tani Pondok Menteng, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Bogor. Kelompok Tani Menteng dalam melakukan kegiatan budidaya cabai merah keriting menghadapi masalah yaitu risiko produksi. Beberapa faktor yang menjadi sumber risiko produksi antara lain serangan hama, penyakit, kondisi cuaca, iklim, tenaga kerja dan kondisi tanah. Risiko produksi tersebut akan berakibat terhadap kegagalan produksi yang akan menurunkan pendapatan usaha bagi Kelompok Tani Menteng. Berbeda dengan penelitian Sumpena (2011) yang berjudul Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Putih Pada CV Mushroom Production House Kota Bogor. CV Mushroom Production House melakukan kegiatan budidaya jamur tiram putih menghadapi masalah dalam produksinya. Pada penelitian tersebut terdapat sumber risiko produksi yang dihadapi, yaitu serangan hama, perubahan cuaca, teknologi pengukusan (sterilisasi), kurangnya keterampilan tenaga kerja dan teknologi inkubasi yang kurang tepat. Pengukuran risiko dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode analisis seperti standard deviation, variance dan coefficient variation dan analisis metode nilai standar. Pada penelitian Setyarini (2011), Sembiring (2010) dan Situmeang (2011) menggunakan alat analisis standard deviation, variance dan coefficient variation dalam penelitiannya. Sedangkan pada penelitian Sumpena menggunakan metode nilai standar atau z-score. Metode nilai standar (z-score) digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya kerugian atau risiko akibat hasil yang diperoleh menyimpang dari hasil standar. Metode ini dapat digunakan apabila terdapat data historis dan data dalam bentuk kontinus (decimal). Sedangkan Value ar Risk (Var) digunakan untuk menganalisis dampak dari terjadinya risiko pada usaha yang sedang diteliti. Var adalah kerugian terbesar dalam rentang waktu atau periode yang diprediksi dengan tingkat kepercayaan tertentu. Konsep Var berdiri di atas observasi statistik atas risiko pada kegiatan produksi dan permintaan. Penggunaan alat analisis ini tentunya bertujuan memperkaya kajian dari penelitian yang dilakukan, sehingga nantinya hasil dari penelitian yang dilakukan tidak hanya sekedar menghitung 12

28 besarnya probabilitas terjadinya risiko pada suatu usaha, tetapi juga mengukur dampak yang ditimbulkan risiko dari perusahaan. Dari hasil perhitungan Ginting (2009) tentang Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada Usaha Cempaka Baru di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor, coefficient variantion menghadapi risiko produksi sebesar 0,32. Artinya, untuk setiap satu satuan hasil produksi yang diperoleh Cempaka Baru, maka risiko (kerugian) produksi yang dihadapi adalah sebesar 0,32 satuan. Berdasarkan penelitian Tarigan (2009) tentang Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik pada Permata Hati Organic Farm di Bogor, Jawa Barat, menunjukkan bahwa pada analisis spesialisasi risiko produksi berdasarkan produktivitas pada brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai keriting diperoleh risiko yang paling tinggi dari keempat komoditas adalah bayam hijau yaitu yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,225. Sedangkan yang paling rendah adalah cabai keriting yakni yang artinya setiap satu satuan yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar 0,048. Hal ini dikarena bayam hijau sangat rentan terhadap penyakit terutama pada musim penghujan. Berdasarkan pendapatan bersih diperoleh risiko yang paling tinggi dari keempat komoditas adalah cabai keriting yaitu 0.80 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar Sedangkan yang paling rendah adalah brokoli yakni 0.16 yang artinya setiap satu rupiah yang dihasilkan maka risiko yang dihadapi akan sebesar Hal ini dikarena penerimaan yang diterima lebih kecil sedangkan biaya yang dikeluarkan tinggi. Analisis risiko produksi yang dilakukan pada kegiatan portofolio menunjukkan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko. Sumpena (2011), sumber-sumber risiko pada jamur tiram putih di CV Mushroom Production House Kota Bogor. Pada penelitian tersebut terdapat sumber risiko produksi yang dihadapi, yaitu serangan hama, perubahan cuaca, teknologi pengukusan (sterilisasi), kurangnya keterampilan tenaga kerja dan teknologi inkubasi yang kurang tepat. Berdasarkan hasil analisis probabilitas dan dampak risiko dengan metode nilai standar (z-score) dan value at risk (var) hasil probabilitas dan dampak risiko yang besar ada pada sumber risiko serangan hama dengan nilai probabilitas sebesar 20,90% dan dampak terbesar dengan nilai Rp. 13

29 ,34. Berdasarkan status risiko diperoleh hasil bahwa serangan hama yang paling berisiko dan kemudian secara berurutan diikuti oleh perubahan cuaca, teknologi pengukusan (sterilisasi), keterampilan tenaga kerja dan teknologi inkubasi yang kurang memadai. Pada penelitian tersebut, peneliti menggunakan peta risiko untuk mengklasifikasikan sumber-sumber risiko yang ada, hal tersebut bertujuan untuk mempermudah dalam mencari alternatif penanganan risiko yang harus dilakukan oleh perusahaan. Strategi penangan risiko dalam penelitian Ginting (2009) pengelolaan risiko produksi pada Cempaka Baru yang dapat diterapkan adalah strategi Preventif, yaitu strategi yang bertujuan untuk menghindari terjadinya risiko. Adapun tindakan preventif yang dapat dilakukan yaitu, pertama meningkatkan kualitas perawatan untuk menangani kondisi iklim dan cuaca yang sulit diprediksi yang dapat dilakukan dengan meningkatkan intensitas penyiraman, dimana pada saat kondisi normal dilakukan penyiraman sebanyak dua kali dalam sehari maka dengan kondisi musim kemarau dilakukan penyiraman minimal empat kali dalam sehari. Kedua, membersihkan area yang dijadikan kumbung untuk mencegah datangnya rayap, tikus dan mikroba, serta memperbaiki dan merawat fasilitas fisik yang dilakukan dengan mengganti peralatan rusak atau tidak dapat dipakai lagi yang dapat mengganggu kegiatan produksi. Ketiga, melakukan perencanaan pembibitan yang dilakukan dengan memastikan semua bahan baku memiliki kualitas yang baik dengan cara melakukan pentortiran. Keempat, mengembangkan sumberdaya manusia dengan mengikuti pelatihan dan penyuluhan seputar jamur tiram putih. Dan yang kelima, menggunakan peralatan yang steril dalam melakukan penyuntikan bibit murni ke dalam media tanam. Pada penelitian Parengkuan (2011) tentang Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada Yayasan Paguyuban Ikhlas di Desa Cibening Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Meliputi dua strategi yaitu strategi preventif dan strategi mitigasi. Strategi preventif yaitu mengembangkan sumber daya manusia dalam hal ini pekerja dan supervisor sebagai pengawas langsung dilapang, memperbaiki fasilitas fisik yang sudah ada terutama fasilitas fisik seperti bangunan yang sudah tidak layak. Strategi mitigasi juga dapat dilakukan dengan melakukan penggabungan (merger), proses ini dapat dilakukan dengan menggabungkan diri dengan pembudidaya lain 14

30 di wilayah setempat, terutama pembudidaya skala kecil yang belum terlalu kuat. Dengan adanya penggabungan ini diharapkan dapat memberikan kekuatan kebersamaan untuk memajukan secara bersama-sama usaha budidaya jamur ini. Lain halnya dengan strategi dalam penelitian Sembiring (2010), Penanganan untuk mengatasi risiko produksi pada The Pinewood Organic Farm dapat dilakukan dengan pengendalian hama dan penyakit tanaman, perlakuan pada saat pemanenan dan pengemasan, pengelolan daerah perkebunan dan diversifikasi. Dengan adanya diversifikasi, maka kegagalan pada salah satu kegiatan usahatani masih dapat ditutupi dari kegiatan usahatani lainnya. Oleh karena itu diversifikasi usahatani merupakan alternatif yang tepat untuk meminimalkan risiko sekaligus melindungi dari fluktuasi produksi. Selain itu perlu adanya peningkatan manajemen pada perusahaan dengan melakukan fungsi-fungsi manajemen yang terarah dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu terlihat adanya perbedaan strategi dalam penangan risiko produksi antara penelitian Ginting (2009), Parengkuan (2011) dan Sembiring (2010). Strategi preventif dijadikan alternatif strategi oleh Ginting (2009), sedangkan Strategi preventif dan mitigasi dijadikan alternatif strategi oleh Parengkuan (2011), dan untuk penelitian Sembiring (2010) Menambahkan strategi diversifikasi pada strategi penangan risikonya. Perbedaan alternatif strategi ini dikarenakan kondisi tempat dan komoditas yang berbeda. Dengan hasil penelitian terdahulu akan memberikan landasan terhadap penelitian ini. 15

31 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Dalam penelitian ini menggunakan kerangkat teoritis yang berasal dari penulisan teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Menjelaskan mengenai teori-teori yang digunakan dalam penelitian yang berguna untuk membantu menjelaskan secara deskriptif berbagai aspek untuk mendukung dalam penelitian. Pengetahuan, teori, dan dalil tersebut diperoleh dari sumber bacaan atau literatur, jurnal, dan logika penulis. Adapun kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini, akan dijelaskan pada sub bab-sub bab berikut Konsep Risiko Risiko menunjukkan pada situasi dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan hasil dari suatu keputusan dan peluang dari kemungkinankemungkinan tersebut diketahui atau dapat diestimasi. Risiko mengharuskan manajer sebagai pengambil keputusan untuk mengetahui segala kemungkinan hasil dari suatu keputusan dan juga peluang dari kemungkinan-kemungkinan tersebut. Definisi risiko (risk) menurut Robison dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya suatu kejadian (merugikan) yang dapat diukur oleh pengambil keputusan. Pada umumnya peluang pada suatu kejadian dapat ditentukan oleh pembuat keputusan berdasarkan pengalaman dalam mengelola suatu usaha. Sementara menurut Darmawi H (2005), risiko dapat dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan atau tidak terduga. Penggunaan kata kemungkinan tersebut menunjukkan adanya ketidakpastian. Ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko, sedangkan kondisi yang tidak pasti tersebut timbul karena berbagai hal, antara lain : 1. Jarak waktu dimulai perencanaan atas kegiatan sampai kegiatan itu berakhir, makin panjang jarak waktu makin besar ketidakpastiannya. 2. Keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan. 3. Keterbatasan pengetahuan atau keterampilan mengambil keputusan. 16

32 Menurut Basyib F (2007), risiko merupakan peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan, sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang memungkinkan munculnya hasil yang negatif serta berkaitan dengan kemampuan memperkirakan terjadinya hasil negatif tersebut. Kejadian risiko merupakan kejadian yang memunculkan kerugian atau peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan. Sementara itu kerugian oleh risiko memiliki arti kerugian yang diakibatkan kejadian risiko, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerugian itu sendiri dapat berupa kerugian finansial maupun kerugian nonfinansial. Risiko sangat erat kaitannya dengan ketidakpastian, tetapi kedua hal tersebut memiliki makna yang berbeda. Ketidakpastian menurut Robison dan Barry (1987) adalah peluang suatu kejadian yang tidak dapat diukur oleh pengambil keputusan. Adanya ketidakpastian dapat menimbulkan risiko. Risiko berhubungan dengan ketidakpastian, hal ini sesuai dengan pendapat (Kountur 2008), yaitu ketidakpastian itu sendiri terjadi akibat kurangnya atau tidak tersedianya informasi menyangkut apa yang akan terjadi. Selanjutnya dijelaskan ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dapat berdampak merugikan atau menguntungkan. Apabila ketidakpastian yang dihadapi berdampak menguntungkan maka disebut dengan istilah kesempatan (opportinitiy), sedangkan ketidakpastian yang berdampak merugikan disebut sebagai risiko. Oleh sebab itu risiko dapat disebut sebagai suatu keadaan tidak pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan yang bersifat merugikan Manajemen Risiko Manajemen risiko berfungsi untuk mengenali risiko yang sering muncul, memperkirakan probabilitas terjadinya risiko, menilai dampak yang ditimbulkan risiko dan menyiapkan rencana penanggulangan dan respon terhadap risiko. Sementara itu, definisi manajemen risiko menurut Darmawi H(2005) adalah suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko pada setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi. Menurut Lam J (2007) manajemen risiko dapat didefenisikan dalam pengertian bisnis seluas-luasnya. Manajemen risiko adalah mengelola keseluruhan risiko yang dihadapi oleh perusahaan sehingga dapat mengurangi potensi risiko 17

33 yang bersifat merugikan yang terkait dengan upaya untuk meningkatkan peluang keberhasilan sehingga perusahaan dapat mengoptimalkan profit. Hal ini penting untuk mengoptimalkan profit dengan mengintegrasikan manajemen risiko ke dalam proses bisnis perusahaan. Manajemen risiko meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengelolaan serta koordinasi dalam setiap pengelolaan risiko yang ada. Selain itu dapat dilakukan pengidentifikasian risiko, mengukur risiko, memikirkan mengenai konsekunsi risiko yang ada dan mengkomunikasikan keseluruhan bagian berbagai risiko yang ada sehingga dapat dicari penanganannya. Dengan adanya manajemen risiko maka akan mengurangi risiko yang ada didalam perusahaan. Proses manajemen risiko dimulai dengan mengidentifikasi sumber risiko krusial apa saja yang terjadi di perusahaan. Sumber risiko ini dapat terbagi menjadi tiga bagian, yaitu risiko lingkungan, risiko proses, dan risiko informasi. Tahap ini akan menghasilkan output berupa daftar risiko yang kemudian akan dilakukan pengukuran risiko. Pengukuran risiko ini terdiri dari tahap pengukuran dampak dan kemungkinan terjadinya risiko yang kemudian akan menunjukkan status risiko dalam perusahaan. Pengukuran status risiko ini akan dibantu dengan pemetaan risiko yang akan menunjukkan posisi risiko. Posisi risiko ini nantinya akan membantu membentuk perumusan manajemen risiko yang tepat untuk pengeloaan risiko yang terjadi (Kountur, 2008). Menurut Kountur (2008), ada begitu banyak risiko dan tidak mungkin kita dapat mengidentifikasi seluruhnya. Jika kita ingin mengidentifikasi risiko sebanyak-banyaknya, maka kita akan kehabisan waktu, energi dan biaya. Oleh karena itu, dapat digunakan aplikasi dari hukum pareto pada risiko yaitu bahwa 80 persen kerugian perusahaan disebabkan oleh hanya 20 persen risiko yang krusial. Jika kita dapat menangani 20 persen risiko krusial tersebut, maka kita sudah dapat menghindari 80 persen kerugian dan itu merupakan jumlah yang sangat besar. Namun jika salah menangani risiko, dimana yang ditangani justru bukan risiko yang krusial, tetapi justru yang tidak penting bukan tidak mungkin kita menangani 80 persen risiko yang sebenarnya hanya memberikan kontribusi 20 persen saja, sehingga sangat penting untuk dapat mengetahui mana risiko-risiko yang krusial. 18

34 Jadi tidak semua risiko perlu diidentifikasi, tetapi cukup pada risiko-risiko yang krusial. Menurut siklus manajemen risiko terdiri dari lima tahap sesuai Gambar 2. Evaluasi pihak yang berkepentingan Identifikasi risiko Pengukuran risiko Pengawasan dan Model pengelolaan pengendalian risiko risiko Keterangan : = Hubungan langsung = Hubungan tidak langsung Gambar 2. Siklus Manajemen Risiko (Djohanputro, 2004) Pemetaan risiko Tahap 1. Identifikasi risiko Tahap ini mengidentifikasi apa yang dihadapi oleh perusahaan, langkah pertama dalam mengidentifikasi risiko adalah melakukan analisis pihak yang berkepentingan (stakeholder) Tahap 2. Pengukuran risiko Pengukuran risiko mengacu pada dua faktor yaitu faktor kuantitatif dan kualitatif. Kuantitatif risiko menyangkut berapa banyak nilai atau eksposur yang rentan terhadap risiko, sedangkan kualitatif menyangkut kemungkinan suatu risiko muncul, semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi maka semakin tinggi pula risikonya. Menurut Darmawi H (2005) sesudah risiko diidentifikasi, maka selanjutnya risiko itu harus diukur untuk menentukan derajat kepentingannya dan untuk memperoleh informasi yang akan menolong untuk menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untuk menanganinya. Tahap 3. Pemetaan risiko Pemetaan risiko ditujukan untuk menetapkan prioritas risiko berdasarkan kepentingan bagi perusahaan, disini dilakukan prioritas risiko mana yang lebih dahulu dilakukan, selain itu prioritas juga ditetapkan karena tidak semua risiko memiliki dampak pada tujuan perusahaan. Pemetaan risiko adalah suatu gambaran tentang posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu yaitu sumbu vertikal menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal menggambarkan dampak. 19

35 Tahap 4. Model pengelolaan risiko Model pengelolaan risiko terdapat beberapa macam diantaranya model pengelolaan risiko secara konvensional, penetapan model risiko struktur organisasi pengelolaan dan lain-lain. Tahap 5. Monitor dan pengendalian Monitor dan pengendalian penting karena : 1. Manajemen perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko berjalan sesuai rencana. 2. Manajemen perlu memastikan pelaksanaan pengelolaan risiko cukup efektif 3. Monitor dan pengendalian bertujuan untuk memantau perkembangan terhadap kecenderungan-kecenderungan berubahnya profil risiko perubahan ini berdampak pada pergeseran data risiko yang otomatis pada perubahan prioritas risiko Pengukuran Risiko Menurut Darmawi H (2005), sesudah risiko diidentifikasi, maka selanjutnya risiko itu harus diukur untuk menentukan derajat kepentingannya dan untuk memperoleh informasi yang akan menolong untuk menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untuk menanganinya. Informasi yang diperlukan berkenaan dengan dua dimensi risiko yang perlu diukur, yaitu : jumlah kerugian yang akan terjadi dan keparahan dari kerugian. Sementara itu, paling sedikit untuk masing-masing dimensi itu yang ingin diketahui adalah rata-rata nilainya dalam periode anggaran, variasi nilai dari suatu periode ke periode anggaran sebelumnya dan berikutnya dan dampak keseluruhan dari kerugiankerugian itu jika seandainnya kerugian itu ditanggung sendiri. Pengukuran risiko adalah untuk mengahasilkan apa yang disebut dengan status risiko dan peta risiko. Status risiko adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan risiko, sehingga dapat diketahui mana risiko yang lebih krusial dari risiko lainnya, sedangkan peta risiko adalah gambaran sebaran risiko dalam suatu peta sehingga kita bisa mengetahui dimana posisi risiko terhadap peta. Berdasarkan peta risiko dan status risiko kemudian manajemen dapat dilakukan penanganan risiko sesuai dengan posisi risiko yang telah terpetakan dalam peta 20

36 risiko, sehingga proses penanganan risiko dapat dilakukan dengan lebih tepat sesuai dengan status risikonya (Kountur, 2008) Pemetaan Risiko Setelah perusahaan selesai melakukan identifikasi risiko maka dilakukan pengukuran risiko. Kountur (2008) mengatakan terdapat dua tujuan utama dari pengukuran risiko yaitu mencari status risiko dan mencari peta risiko. Status menunjukkan besarnya risiko sehingga manajemen bisa membuat pemisahan antara kejadian yang berisiko dan tidak berisiko. Pemetaan risiko adalah meletakkan kejadian tersebut pada kuadran peta risiko. Terdapat empat kuadran dengan dua sumbu pada peta risiko yaitu sumbu horizontal yang menggambarkan dampak dari kejadian tersebut dan sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko. Kuadran 1 dan 2 merupakan kuadran dengan probabilitas yang besar sementara kuadran 2 dan 4 merupakan kuadran dengan dampak yang besar. Peta risiko dapat dilihat pada Gambar 3. Probabilitas (%) Besar KUADRAN I KUADRAN II Kecil KUADRAN III KUADRAN IV Gambar 3. Peta Risiko Kecil Sumber: Kountur (2008) Besar Dampak (Rp) Konsep Penanganan Risiko Menurut Kountur (2008) berdasarkan hasil dari penilaian risiko dapat diketahui stategi penanganan risiko seperti apa yang tepat untuk dilaksanakan. Ada dua strategi penanganan risiko, yaitu : 1. Preventif Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Strategi preventif dapat dilakukan 21

37 dengan beberapa cara, diantaranya : membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur, mengembangkan sumber daya manusia, dan memasang atau memperbaiki fasilitas fisik. 2. Mitigasi Strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah sebagai berikut : a) Diversifikasi Diversifikasi adalah cara menempatkan komoditi atau harta di beberapa tempat sehingga jika salah satu terkena musibah maka tidak akan menghabiskan semua komoditi yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara pengalihan risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko. b) Penggabungan Penggabungan merupakan salah satu cara penanganan risiko yang dilakukan oleh perusahaan dengan melakukan kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain. Contoh strategi ini adalah perusahaan yang melakukan merger atau dengan melakukan akuisisi. c) Pengalihan risiko Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penanganan risiko dengan mengalihkan dampak risiko ke pihak lain. Cara ini bertujuan untuk mengurangi kerugian yang dihadapi oleh perusahaan. Cara ini dapat dilakukan melalui aruransi, leasing, autsourcing, dan hedging Kerangka Pemikiran Operasional Kelompok Tani Dewa Family dalam menjalankan usaha budidaya cabai paprika menghadapi kendala yang dihadapi yaitu risiko produksi. Risiko produksi tersebut bisa dilihat dari fluktuasinya produktivitas hasil panen cabai paprika. Penyebab dari terjadinya risiko produksi dalam budidaya cabai paprika diantaranya serangan hama, penyakit, kondisi cuaca, iklim yang tidak menentu dan keterbatasan kemampuan tenaga kerja. Dampak dari risiko produksi yaitu hasil produksi yang tidak sesuai dengan target, sehingga petani mengalami kerugian. 22

38 Dalam penelitian ini akan melakukan identifikasi sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi oleh Kelompok Tani Dewa Family. Setelah mengetahui sumber-sumber risiko produksi kemudian mengidentifikasi upaya penanganan risiko produksi yang dilakukan oleh Kelompok Tani Dewa Family. Analisis ini dilakukan dengan analisis deskriptif dengan cara pengamatan langsung tempat penelitian, pencatatan, wawancara dan pngeisian kuisioner dengan ketua kelompok tani. Kemudian melakukan analisis kemungkinan terjadinya risiko (probabilitas) dan dampak risiko produksi cabai paprika yang diakibatkan oleh sumber risiko. Pengukuran kemungkinan terjadi risiko dengan menggunakan analisis nilai standar (Z-score), sedangkan untuk pengukuran dampak dengan menggunakan analisis Value at Risk (VaR). Analisis dilakukan dengan menggunakan data produksi cabai paprika ( 30 greenhouse ) pada satu siklus dan harga jual cabai paprika. Hasil dari analisis kemungkinan terjadinya risiko dan dampak risiko produksi selanjutnya dipetakan ke dalam peta risiko yang akan menunjukkan letak dari setiap sumber risiko produksi. Setelah dilakukan peta risiko maka ditemukan alternatif strategi penangan risiko produksi yang tepat untuk mengendalikan dari setiap sumber risiko produksi. Alur dari kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 4. 23

39 Fluktuasi produksi pada Budidaya Cabai paprika di kelompok Tani Dewa Family Desa Pasirlangu, Kabupaten Bandung Barat Identifikasi sumber-sumber risiko produksi dengan menggunakan analisis deskriptif pada aspek produksi Identifikasi dampak dari sumbersumber risiko produksi terhadap produktivitas(metode Value at Risk) Identifikasi probabilitas dari sumber-sumber risiko produksi terhadap produktivitas menggunakan metode nilai standar Pemetaan risiko dari hasil perhitungan identifikasi probabilitas dan identifikasi dampak Strategi penanganan risiko produksi yang dapat dilakukan di Kelompok Tani Dewa Family di Desa Pasirlangu, Kebupaten Bandung Barat Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional. 24

40 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dipilih secara sengaja (purposive) di kelompok tani Dewa Family dengan pertimbangan kelompok tani Dewa Family ini adalah salah satu sentral produksi cabai paprika di Kabupaten Bandung Barat. Usaha ini bergerak dalam bidang budidaya cabai paprika dengan jumlah greenhouse 18. Kelompok tani Dewa Family beralamat di Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. Hal lain yang menjadi pertimbangan pemilihan lokasi adalah ketersediaan data dan kesedian pihak anggota kelompok tani Dewa Family. Waktu pra penelitian dilakukan mulai bulan Februari 2012 yaitu terhitung sejak pembuatan proposal penelitian. Sedangkan pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Desember Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dengan didukung beberapa data sekunder. Data primer yang diperoleh melalui pengamatan, pencatatan dan wawancara langsung secara mendalam dengan anggota kelompok tani Dewa Family budidaya cabai paprika, untuk melakukan pendalaman lebih jauh dengan pihak yang berkepentingan di kelompok tani baik petani, maupun karyawan kelompok tani Dewa Family untuk mengetahui proses produksi, mengetahui risiko yang terjadi di kelompok tani Dewa Family, penyebab risiko yang terjadi pada budidaya cabai paprika, dan mengetahui bagaimana proses penanganan risiko yang selama ini telah dilakukan oleh kelompok tani Dewa Family. Data penunjang lainnya atau data sekunder meliputi luas lahan, harga produk, biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung, jumlah produksi yang diperoleh dan data-data lainnya yang mendukung sehingga dapat mengetahui risiko yang terjadi pada saat budidaya cabai paprika, data yang diperoleh dari literatur yang terkait seperti penelitian terdahulu, Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian, Perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor, 25

41 berbagai situs internet, artikel majalah, surat kabar, dan bahan pustaka lain yang relevan Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data pada penelitian cabai paprika di Kelompok Tani Dewa Family dilakukan dengan cara : 1. Melakukan pengamatan langsung. Pengamatan dilakukan dengan melihat dan mengamati secara langsung proses persemaian dan budidaya cabai paprika yang dilakukan pada 30 greenhouse yang bergabung di Kelompok Tani Dewa Family. Data yang digunakan adalah data dari satu siklus produksi. Fluktuasi produktivitasnya di lihat dari setiap greenhouse. Perhitungan menggunakan data siklus produksi karena ingin diketahui risiko produksi secara keseluruhan proses budidaya cabai paprika, dari mulai persemaian sampai panen terakhir. 2. Melakukan wawancara dengan ketua Kelompok Tani Dewa Family, divisi produksi dan panjaga greenhouse untuk mengetahui proses persemaian, persiapan greenhouse, penanaman, pemeliharaan dan panen cabai paprika. Mengetahui kendala yang terjadi dan sumber risiko produksi cabai paprika. 3. Melakukan wawancara dengan sekertaris untuk mengetahui jumlah input yang digunakan, hasil panen, jumlah penjualan, harga cabai paprika per kg dan perkembangan usaha Metode Analisis Data Metode untuk mengolah data dalam penelitian ini terdiri atas analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif, analisis ini digunakan untuk mengetahui gambaran keadaan umum lokasi penelitian, manajemen risiko yang diterapkan, dan alternatif strategi untuk mengurangi risiko produksi. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan melalui analisis nilai standar (z-score) dan value at risk (VaR) Analisis Deskriptif Analisis deskriptif meruapakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu sistem pemikiran maupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari analisis deskriptif untuk membuat deskriptif, gambaran 26

42 secara sistematik, faktual dan akuratmengenai fakta-fakta. Analisis ini untuk menganalisis faktor-faktor yang menjadi sumber risiko produksi dalam usaha budidaya cabai paprika di Kelompok tani Dewa Family Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko Pengukuran risiko dilakukan dengan menentukan probabilitas terjadinya risiko dan mengetahui dampak risiko tersebut terhadap usaha cabai paprika. Dampak adalah ukuran seberapa besar akibat yang ditimbulkan bila risiko tersebut benar-benar terjadi. Risiko dapat diukur jika diketahui kemungkinan terjadinya risiko dan besarnya dampak risiko terhadap perusahaan. Pengukuran pertama dari risiko dilakukan dengan besarmya kemungkinan probabilitas yang mengacu pada seberapa besar probabilitas risiko yang akan terjadi. Dengan mengetahui besar kemungkinan terjadinya risiko dapat diketahui risiko apa saja yang tergolong besar dan kecil, sehingga dalam penanganan risiko dapat diketahui risiko yang perlu diperhatikan. Metode yang digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko adalah metode nilai standar atau z-score. Metode ini dapat digunakan apabila ada data historis dan berbentuk kontinus (desimal). Pada penelitian ini yang akan dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi budidaya cabai paprika. Langkah-langkah yang dilakukan untuk melakukan perhitungan kemungkinan terjadinya risiko adalah : 1. Menghitung rata-rata kejadian berisiko Adapun rumus yang digunakan : Keterangan: x = Nilai rata-rata produksi cabai paprika xi = Data produksi kelompok tani tahun 2012 n = Jumlah greenhouse (30) 2. Menghitung nilai standar deviasi dari kejadian berisiko 27

43 Keterangan : S = Standar deviasi risiko produksi x = Nilai rata-rata produksi cabai paprika xi = Data produksi kelompok tani tahun 2012 n = Jumlah greenhouse (30) 3. Menghitung z-score Keterangan : Z = Peluang risiko produksi cabai paprika X = Batas kegagalan produksi dari kelompok tani x = Nilai rata-rata produksi cabai paprika S = Standar deviasi risiko produksi cabai paprika Jika hasil z-score yang diperoleh bernilai negatif, maka nilai tersebut berada di sebelah kiri nilai rata-rata pada kurva distribusi normal dan sebaliknya jika nilai z-score positif, maka nilai tersebut berada di sebelah kanan kurva distribusi normal z. 4. Nilai Probabilitas terjadinya risiko produksi. Setelah nilai z-score didapat dari produksi cabai paprika, selanjutnya dapat dicari probabilitas terjadinya risiko produksi yang diperoleh dari tabel distribusi z (normal) sehingga diketahui persen kemungkinan terjadinya keadaan dimana produksi cabai paprika mendatangkan kerugian Analisis Dampak Risiko Salah satu metode yang sering digunakan untuk mengukur dampak risiko adalah VaR (Value at Risk). VaR adalah kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam rentang waktu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan tertentu. Penggunaan VaR dalam mengukur dampak risiko hanya dapat dilakukan apabila terdapat data historis sebelumnya. Analisis ini dilakukan untuk mengukur dampak dari risiko pada kegiatan produksi budidaya cabai paprika di kelompok tani Dewa Family Desa Pasirlangu, Kabupaten Bandung Barat. Kejadian yang dianggap merugikan merupakan penurunan produksi sebagai akibat dari kejadian sumbersumber risiko. Menurut Kountur (2008) vakue at risk (VaR), dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : 28

44 Keterangan : VaR = Dampak kerugian yang ditimbulkan dari sumber risiko x = Nilai rata-rata kerugian dari tiap sumber risiko Z = Nilai Z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5 persen s = Standar deviasi kerugian sumber risiko n = Jumlah greenhouse (30) Pengukuran dampak dilakukan untuk mengukur berapa besar kerugian dalam rupiah risiko pada kegiatan produksi cabai paprika. Apabila ada data tentang kerugian yang terjadi di waktu lalu, besarnya kerugian yang terjadi dapat dihitung. Besarnya kerugian yang diperkirakan ini tidak persis sama dengan yang sesungguhnya terjadi, namun besarnya kerugian dapat ditetapkan dengan suatu tingkat keyakinan Pemetaan Risiko Menurut Kountur (2008), peta risiko adalah gambaran tentang posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu, yaitu sumbu vertikal yang menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal yang menggambarkan dampak risiko. Peta risiko dibagi ke dalam empat kuadran. Risiko yang memiliki probabilitas kecil dengan dampak besar berada pada kuadran IV. Risiko yang memiliki probabilitas besar dengan dampak yang besar berada pada kuadran II. Risiko yang memiliki probabilitas besar dengan dampak yang kecil berada pada kuadran I dan risiko yang memiliki probabilitas kecil dengan dampak yang kecil berada pada kuadran III dan Peta risiko dapat dilihat pada Gambar 3. Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dibagi dalam dua bagian, yaitu kemungkinan besar dan kemungkinan kecil. Demikian juga dampak risiko pun dapat dibagi ke dalam dua bagian yaitu dampak besar dan dampak kecil (Djohanputro 2008). Dikatakan berdampak kecil apabila dampak tersebut tidak mengganggu proses bisnis di perusahaan. Sedangkan dikatakan berdampak besar apabila dampak tersebut sangat berpengaruh dalam usaha tersebut. Batas antara besar dan kecilnya probabilitas risiko ditentukan oleh pihak perusahaan. 29

45 Penempatan risiko pada peta risiko didasarkan atas pemikiran proporsinya berada dimana dari hasil penghitungan probabilitas dan damapak. Posisi suatu risiko dalam peta risiko disebut status risiko, dimana status risiko didapat dari perhitungan sebagai berikut : Status risiko = Probabilitas x Dampak Berdasarkan perhitungan status risiko ini, maka akan diketahui mana risiko yang paling besar sampai yang paling kecil. Status risiko hanya menggambarkan urutan risiko dari yang paling besar risikonya sampai yang paling tidak berisiko Penanganan Risiko Menurut Kountur (2008), salah satu aspek yang penting dalam manajemen risiko perusahaan adalah penanganan risiko, bagaimana menangani risiko-risiko yang dihadapi agar kerugian perusahaan menjadi seminimal mungkin. Jika kerugian dapat diminimalkan, maka perusahaan akan memperoleh keuntungan yang lebih besar. Berdasarkan peta risiko dapat diketahui strategi penanganan risiko seperti apa yang paling tepat digunakan. Terdapat dua strategi penanganan risiko, yaitu : 1. Penghindaran Risiko (Preventif) Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam kemungkinan atau probabilitasnya besar. Strategi preventif akan menangani risiko yang berada pada kuadran I dan II. Dalam penanganan risiko menggunakan strategi preventif, maka risiko yang terdapat pada kuadran I akan bergeser ke kuadran III dan risiko yang terdapat pada kuadran II akan bergeser ke kuadran IV (Kountur, 2008). Penanganan risiko menggunakan strategi preventif dapat dilihat pada Gambar 5. 30

46 Probabilitas (%) Besar KUADRAN I KUADRAN II Kecil KUADRAN III KUADRAN IV Dampak (Rp) Kecil Besar Gambar 5. Strategi Preventif Risiko Sumber : Kountur (2008) 2. Mitigasi Risiko Mitigasi risiko merupakan strategi penanganan risiko yang bertujuan untuk memperkecil dampak risiko yang ditimbulkan. Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak besar diusahakan dengan strategi mitigasi dapat bergeser ke Kuadran II ke Kuadran I dan Kuadran IV ke Kuadran III, kuadran yang memiliki dampak risiko yang kecil. Risiko-risiko yang berada pada kuadran II dan IV yang memberikan dampak besar dapat ditangani dengan cara mitigasi. Hal ini dimaksudkan agar risiko yang berada pada kuadran II dapat bergeser ke kuadran I. Risiko yang berada pada kuadran IV dapat bergeser ke kuadran III. Strategi mitigasi risiko dapat dilihat pada Gambar 6. Probabilitas (%) Besar Kecil KUADRAN I KUADRAN III KUADRAN II KUADRAN IV Dampak (Rp) Kecil Besar Gambar 6. Strategi Mitigasi Risiko Sumber : Kountur (2008) 31

47 V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Sejarah dan Perkembangan Kelompok Tani Dewa Family Dewa Family adalah salah satu kelompok tani yang bergerak dalam bidang budidaya cabai paprika. Pada awalnya kelompok tani Dewa Family memulai usahanya pada 13 Desember Pendiri kelompok tani Dewa Family adalah Bapak Deden Wahyu Amaludin yang kini berusia 45 tahun dengan pendidikan sebatas lulusan SMA. Pengalamannya dalam usahatani sudah cukup lama yaitu sekitar 15 tahun. Mulanya Bapak Deden merupakan salah satu anggota kelompok tani paprika di Desa Pasirlangu. Luas tanaman cabai paprika yang ada di Desa Pasirlangu yang bergabung dengan kelompok tani Dewa Family mencapai 5,2 Ha. Awal mulanya lahan usaha Dewa Family digunakan untuk usaha Bunga Potong dan Labu Siam. Dengan seiringnya keberhasilan yang dicapai dalam mengusahakan cabai paprika ini menjadikan fokus usaha kelompok tani Dewa Family yang sekarang hanya ditujukan pada cabai paprika. Namun dengan demikian, Dewa Family juga mengusahakan komoditas hortikultura lainnya yang berfungsi sebagai komoditas sampingan, seperti tomat cherry dan Timun Jepang Wilayah Tanam Cabai Paprika Kelompok Tani Dewa Family Kegiatan penelitian ini dilakukan di Kampung Pondok RT 03/ RW 04, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Batas wilayah dari kelompok tani Dewa Family yaitu, Gunung Burangrang di sebelah utara, Desa Cimanggu, Kecamatan Ngamprah di Desa sebelah selatan, Desa Cipada di sebelah barat dan Desa Tugu Mukti di sebelah timur. Secara geografis lahan kelompok tani Dewa Family yang terletak di Desa Pasirlangu ini sendiri terletak pada ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut dengan suhu udara rata-rata 22 C dan curah hujan rata-rata pertahunnya sebesar 250 mm dengan topografi bergelombang dan terbukti. Dengan karakteristik seperti itu Desa Pasirlangu sangat cocok untuk dijadikan tempat budidaya berbagai macam sayuran serta tanaman hias terutama yang berasal dari dataran tinggi. 32

48 Hampir keseluruhan lahan merupakan tanah kering yang subur, ditunjang iklim dan ketinggian yang dimiliki, lahan kelompok tani Dewa Family ini sangat potensi untuk ditanami sayuran, salah satunya adalah cabai paprika. Ketersediaan pasokan air yang berasal dari air tanah (arthesis) di Cisarua. Topografi desa yang berbukit tetapi memiliki areal lahan datar yang cukup luas dasar bagi pertumbuhan yang baik bagi cabai paprika yang diusahakan di dalam greenhouse. Lahan yang datar akan memberikan cahaya matahari yang merata pada seluruh tanaman. Areal lahan datar yang luas dan tidak dikelilingi pohon-pohon besar dapat member kondisi greenhouse pun tidak akan terhalang sehingga sangat baik bagi pertumbuhan cabai paprika yang memang sangat memerlukan sinar matahari dalam proses perkembangannya Keadaan Tanaman dan Produksi di Kelompok Tani Dewa Family Tanaman sayuran yang diusahakan di kelompok tani Dewa Family yaitu cabai paprika dengan menggunakan pola monokultur yaitu pola tanam yang dalam satu lahan pertanian hanya ditanami satu jenis tanaman. Pemilihan pola monokultur pada usaha budidaya cabai paprika ini dimaksudkan agar produktivitas dari tanaman cabai paprika dapat maksimal dan memenuhi permintaan pasar baik lokal maupun ekspor. Pola monokultur yang diterapkan kelompok tani Dewa Family menggunakan greenhouse sebagai naungan, budidayanya menggunakan hidroponik dan juga disertai dengan penanganan pasca panen yang baik. Hal ini dilakukan guna mengendalikan tingkat serangan hama, penyakit, menjaga kualitas produk agar tetap segar, bersih, dan tentunya aman untuk dikonsumsi. Selain itu, untuk mengontrol jumlah produksi agar tetap stabil yang disesuaikan dengan tingkat permintaan konsumen. Untuk menjaga konsistensi dan kualitas produk tersebut, maka kelompok tani Dewa Family juga menjalin kemitraan dengan pengadaan stok produk dan menerapkan suatu aturan bahwa dalam kemitraan tersebut, perlakuan terhadap aspek budidaya menjadi perhatian khusus yaitu harus mempunyai sistem yang sama dengan kelompok tani Dewa Family. Berdasarkan hasil survey dari unit konsumen claim, bahwa rata-rata (sebagian besar) konsumen puas dengan produk yang dihasilkan oleh kelompok tani Dewa Family. 33

49 5.4. Organisasi dan Manajemen Organisasi merupakan mekanisme dan struktur yang membantu manusia untuk mencapai tujuannya secara efektif. Sedangkan struktur organisasi merupakan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian maupun orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggungjawab yang berbeda-beda dalam organisasi. Kegiatan atau aktivitas yang dilakukan dalam suatu perusahaan memerlukan suatu pengorganisasian yang baik. Hal ini perlu dilakukan agar setiap orang yang. terlibat dalam suatu organisasi dapat bekerja lebih terarah, terencana dan bertanggung jawab dengan pekerjaannya. Perusahaan dalam menjalankan kegiatan setiap harinya harus didukung oleh sumberdaya manusia yang sudah diorganisasikan dengan baik sesuai dengan jenis pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan. Untuk menjalankan segala perencanaan tersebut, haruslah disusun suatu struktur organisasi yang baik agar dapat membantu perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi tersebut, diharapkan semua sumberdaya manusia yang dimiliki dapat digunakan secara efektif dan efisien sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya untuk menjalankan serta mengembangkan perusahaan. Secara garis besar struktur organisasi yang dimiliki oleh kelompok tani Dewa Family dapat dilihat pada Gambar 7. KETUA KELOMPOK DEDEN WAHYU A SEKERTARIS NIA HERLINA BENDAHARA CUMARNI DIVISI PRODUKSI EDI / ENUR DIVISI SAPRODI IWAN DIVISI PASCA PANEN KUSNADI Gambar 7. Struktur Organisasi Kelompok Tani Dewa Family 34

50 Struktur Organisasi kelompok tani Dewa Family terdiri dari seorang ketua kelompok tani, sekertaris, bendahara, divisi produksi, divisi saprodi dan divisi pasca panen. Manajemen pengelolaan usaha dan pengadaan input diserahkan sepenuhnya kepada ketua kelompok tani. Ketua kelompok tani Dewa Family selaku pengontrol seluruh kegiatan, telah melakukan pembagian kewenangan yang dibagi menjadi tiga tugas pokok pengontrolan kepada beberapa pekerja tetapnya Sumber Daya Perusahaan memiliki sumerdaya fisik dan sumberdaya finansial dalam menjalankan usahanya. Sumberdaya fisik berupa lahan, peralatan serta kualitas tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan. Sumberdaya finansial merupakan modal yang dimiliki oleh kelompok tani Dewa Family dalam menjalankan kegiatan usahanya. Dalam menjalankan sebuah usaha, aspek sumberdaya manusia memegang peranan yang sangat penting agar tujuan untuk mencapai keberhasilan dapat diperoleh. Karyawan atau tenaga kerja di kelompok tani Dewa Family terdiri dari tenaga kerja laki-laki dan perempuan, saat ini kelompok tani Dewa Family memiliki tenaga kerja berjumlah 31 orang. Jumlah pekerja tetap yang bertanggung jawab dalam greenhouse yaitu 18 orang dengan pekerja harian 8 orang, sedangkan pekerja tetap di gudang berjumlah 5 orang. Jumlah ini sewaktu-waktu dapat berubah sesuai kepentingan di lapangan. Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam usaha budidaya dengan sistem hidroponik irigasi tetes di kelompok tani Dewa Family relatif tidak banyak, akan tetapi memerlukan persyaratan tingkat keterampilan khusus. Diasumsikan budidaya cabai paprika seluas m 2 dengan populasi tanaman sebanyak tanaman membutuhkan tenaga kerja hanya sebanyak dua orang untuk melaksanakan seluruh proses budidaya dari pembibitan sampai pemanenan yang terdiri dari pekerja tetap dan pekerja harian Teknis dan Teknologi Produksi Kegiatan usaha cabai paprika di kelompok tani Dewa Family dapat berkembang dengan baik, hal ini dikarenakan wilayahnya yang cocok untuk kegiatan budidaya sayuran. Keadaan iklim di Desa Pasirlangu cenderung dingin, 35

51 karena ketinggian lokasi 1500 m di atas permukaan laut dengan suhu udara ratarata 22 C dan curah hujan rata-rata pertahunnya sebesar 250 mm dengan topografi bergelombang dan terbukti (Monografi Desa Pasirlangu, 2008). Kelompok tani Dewa Family dalam menjaga kontinuitas bahan baku, maka perusahaan bekerjasama dengan toko pertanian dan produsen yang ada di daerah Bandung. Sistem pembelian yang dilakuka adalah sistem beli putus, jadi tidak ada kontrak yang mengikat perusahaan dengan organisasi pengadaan input. Meskipun tidak ada kontrak, tetapi kelompok tani Dewa Family memiliki hubungan yang sangat baik dengan organisasi pengadaan input tersebut. Peralatan yang dimiliki oleh kelompok tani Dewa Family merupakan barang inventaris yang memiliki umur ekonomis dan dapat digunakan lebih dari satu tahun. Selain peralatan inventaris juga memerlukan input berupa peralatan pengemasan yang berupa input peralatan secara kontinu seperti plastik untuk wrapping, plastik sayur dan sebagainya. Untuk memperoleh peralatan tersebut biasanya kelompok tani Dewa Family membelinya di pasar atau tempat penjualan sarana pertanian lain yang berada di daerah Lembang. Proses produksi yang terdapat di lahan kelompok tani Dewa Family menggunakan sistem pertanian hidproponik (greenhouse). Kelompok tani Dewa Family memiliki greenhouse (GH) sebanyak 18 buah. Luas greenhouse pada umumnya yaitu 1000 m 2, namun luas greenhouse ini ditentukan dari keadaan modal yang dimiliki. Greenhouse tempat penanaman cabai paprika kelompok tani Dewa Family sebagian besar masih menggunakan kontruksi dari bambu, hanya satu greenhouse yang telah menggunakan kontruksi kayu besi. Bagian atap greenhouse terbuat dari bahan plastik UV. Plastik UV ini berfungsi untuk mengatur cahaya yang masuk ke dalam greenhouse. Bagian dinding bangunan greenhouse menggunakan plastik UV dan sebagian lagi ada yang menggunakan kasa polynet. Kasa polynet berfungsi sebagai saringan udara dan tempat terjadinya pertukaran udara di dalam dan di luar greenhouse. Proses budidaya di dalam greenhouse dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan sistem irigasi drip dan manual. Pemupukan dengan cara fertigasi (pencampuran pupuk dan air penyiraman) dalam sistem hidroponik meningkatkan efisiensi tenaga kerja dan waktu. Efisiensi ini dimungkinkan karena dengan irigasi 36

52 tetes pemberian pupuk dan air dilakukan pada waktu yang bersamaan untuk seluruh tanaman cabai paprika. Produksi cabai paprika ditentukan oleh varietas cabai paprika yang ditanam dan teknologi budidaya. Greenhouse dengan luas 1000 m 2 dapat ditanami sekitar pohon. Tanaman cabai paprika pada umumnya memiliki periode berkisar 8-10 bulan. Produksi tanaman paprika 2-3 kg/tanaman dengan jumlah buah sebanyak lebih dari 17 buah per tanaman. Sebenarnya tanaman cabai paprika dapat dipanen sampai berumur satu tahun, namun ketinggian tanaman menyebabkan timbulnya kesulitan dalam penyerapan zat-zat makanan dan teknik pemeliharaan. Selain itu kendala yang muncul adalah semakin berat buah akan menyusut. Kelompok tani Dewa Family merupakan penghasil dan juga pengumpul dari beberapa petani mitranya yang akan melakukan penjualan khususnya untuk ekspor. Setiap pelaku usaha memiliki aktivitas-aktivitas yang menunjang keberhasilan proses pengelolaan mutu cabai paprika dimulai dari tahapan budidaya, panen hingga pasca panen. Alur proses aktivitas produksi cabai paprika di kelompok tani Dewa Family ditunjukkan Gambar 8. Budidaya Panen Pasca Panen Penyemaian Persiapan GH Persiapan tanam Penanaman Pemeliharaan (fertigasi dan pewiwilan) Sortasi Pemanenan Gambar 8. Proses Aktivitas Produksi Cabai Paprika Penimbangan dan pencatatan awal Sortasi dan grading Pengepakan Penimbangan dan pencatatan akhir a. Penyemaian Penyemaian benih di kelompok tani Dewa Family dilakukan setiap 15 hari sekali. Benih cabai paprika disemai secara terpisah dari greenhouse penanaman untuk melindungi benih dari serangan hama sehingga benih dapat tumbuh dengan baik. Pekerja yang bertugas pada tahap penyemaian sekaligus penanggung jawab hanya satu orang pekerja tetap, namun pekerja tetap tersebut dibantu oleh pekerja harian lainnya. Sebelum 37

53 melakukan penyemaian, terlebih dahulu benih direndam di air yang telah dicampur dengan previcur (200 cc air dan 1 cc previcur) selama satu jam. Tahap awal penyemaian adalah melakukan sterilisasi terhadap tempat semai antara lain menyemprotkan larutan buldok sesuai dengan kondisi tempat semai dan mencuci alas tempat semai. Tahap selanjutnya yaitu menyiapkan media untuk pembibitan berupa arang sekam di dalam plastik yang berukuran 8x5 cm dengan lubang di atas dan di bawahnnya, lalu dicuci. Apabila persiapan sudah selesai, maka benih ditanam dengan kedalaman 1cm menggunakan lidi kemudian langsung disiram air menggunakan embrat. Media tersebut ditutup mulsa hitam perak (bawah) dengan bagian perak menghadap ke atas selama 9 hari dan selama itu benih disiram secara rutin tiap harinya. Setelah 9 hari, mulsa perak dibuka dimana bibit pun mulai tumbuh, sedangkan mulsa (atas) baru dibuka setelah 14 hari. Setelah 14 hari, bibit diberi nutrisi dengan komposisi 200 liter air : 1 liter nutrisi. Penutrisian dilakukan secara rutin dua kali sehari dengan konsentrat nutrisi yang digunakan adalah 1,5 EC. Setelah 30 hari di tempat penyemaian, bibit sudah dapat dipindahkan ke greenhouse. Apabila setelah 30 hari bibit belum dimasukkan ke greenhouse karena tidak ada tempat, maka bibit hanya dapat disimpan maksimal 40 hari di tempat penyemaian. Bilamana lebih dari 40 hari bibit masih belum dipindahkan juga, maka bibit tersebut sudah terlalu besar dan tidak akan tumbuh dengan normal karena polybag yang digunakannya berukuran kecil. Akibatnya bibit tersebut tidak dapat digunakan. Penyemprotan pestisida pada masa penyemaian dapat dilakukan maksimal dua kali. Bibit tidak boleh sering disemprot karena akan lemah pengaruh panas dari pestisida. Setelah proses penyemaian selesai, proses penanaman dapat dimulai dan bibit dipindahkan ke greenhouse menggunakan mobil bak (pick up). b. Persiapan Greenhouse Pekerja melakukan sterilisasi greenhouse untuk mempersiapkan penanaman selanjutnya. Sterilisasi ini biasanya dilakukan sekitar dua 38

54 minggu sebelum tanam. Sisa tanaman cabai paprika yang masih ada dicabut dan ditumpukkan di satu tempat terpisah untuk diolah menjadi pupuk. Setelah itu, mulsa dinding dan atap greenhouse dicuci dan disemprot dengan lisol dengan takaran yang disesuaikan dengan luas greenhouse. Apabila telah tiga kali musim tanam, baru lah greenhouse ditaburkan kapur untuk mengusir siput. Greenhouse dikatakan siap untuk ditanam. c. Persiapan Tanam Saat persiapan tanam, proses pengajiran sudah mulai dilakukan untuk menghindari keterlambatan pemasaran karena prosesnya cukup memakan waktu yang lama. Ajir terbuat dari tali tambang plastik dengan ukuran sekitar 2 m. persiapan tanam meliputi persiapan polybag yang telah diberi lubang sebanyak 12 lubang (baik yang masih baru atau sudah dipakai tapi telah dicuci sebelumnya), lalu pengisian dengan arang sekam sampai penuh. Polybag yang telah terisi arang sekam tersebut ditempatkan di atas guludan yang telah ditutupi mulsa dengan jarak tanaman 30 cm untuk greenhouse manual dan 60 cm untuk greenhouse drip. Sedangkan jarak tanaman antar barisan yaitu sekitar cm. Media yang telah siap tanam disiram air terlebih dahulu, kemudian diberi pestisida. d. Penanaman Penanaman biasanya dilakukan pagi sampai siang atau sore hari disesuaikan dengan kondisi. Biasanya pada saat penanaman jumlah pekerja yang dibutuhkan lebih banyak dari jumlah pekerja pada aktivitas lainnya. Media tanam dilubangi dengan kedalaman 5-7cm. polybag berisi arang sekam yang telah tersusun di dalam greenhouse, ditanami satu per satu bibit cabai paprika siap tanam. Plastik tempat bibit dilepas dengan hati-hati. Setelah bibit selesai dipindahkan (biasanya dalam satu baris), maka harus segera dilakukan penyiraman karena apabila tidak langsung disiram dengan larutan nutrisi, bibit akan layu. e. Penyiraman dan Pemupukan (Fertigasi) Kegiatan yang selalu rutin dilakukan setiap hari oleh para pekerja tersebut adalah penyiraman media tanam dan penyiraman yang dilakukan dari atas 39

55 tanaman agar seluruh daun basah. Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari untuk greenhouse yang masih melakukan penyiraman manual. Greenhouse yang sudah menggunakan drip, penyiraman dilakukan otomatis 10 kali/hari selama 3 menit dengan selang waktu1 jam. Air yang disiram pada media tanaman sebelumnya sudah dicampur dengan AB mix. Perbandingannya yaitu 5 liter A: 5 liter B kr dalam 1000 liter air atau pupuk racikan dengna komposisi yang sudah ditakar yaitu 15 kg pupuk racikan dicampurkan ke dalam 100 liter air. Khusunya penyiraman drip hanya menggunakan larutan AB mix, karena bila menggunakan pupuk racikan, maka ampasnya akan menggumpal di drip. f. Pewiwilan Pewiwilan dilakukan saat tanaman cabai paprika belum menghasilkan buah, sekitar 1 bulan setelah tanam. Kegiatan pewiwilan ditujukan agar pertumbuhan tanaman dan buah optimal. Pewiwilan terdiri dari pembuangan cabang, daun, buah atau bunga yang berpotensi menghambat pertumbuhan tanaman lain yang tumbuh dengan lebih baik. Apabila tanaman cabai paprika tumbuh dengan dua cabang utama, maka cabang yang terlihat lebih kecil akan dicabut. Apabila terdapat bunga di percabangan utama, maka bunga yang tumbuh dipetik dan disisakan satu bunga. Daun muda dan tunas air yang tumbuh pun dipetik hingga hanya meninggalkan 2-3 daun per ruas. Pewiwilan daun dilakukan setiap daun muda terlihat tumbuh yaitu sekitar seminggu sekali. g. Pengendalian Organisme Penganggu Tumbuhan Setiap greenhouse maupun tempat semai dilengkapi dengan perangkap lewat warna kuning yang ditempel pada kerangka bambu greenhouse dan tempat semai. Saat malam hari, alat pengasapan dinyalakan dengan menggunakan belerang. Pemasangan alat perangkap dan pengasapan dilakukan sebagi upaya pencegahan Organisme Penganggu Tumbuhan (OPT). Apabila hama, penyakit dan virus sudah muncul, maka pekerja menyemprotan pestisida sesuai dengan gejala serangan agar obat yang diberikan sesuai dengan kegunaannya. Pestisida diencerkan ke dalam air dengan takaran yang diinginkan. Biasanya kelompok tani Dewa Family 40

56 melakukan penyemprotan setiap 1 minggu atau 2 minggu sekali dengan dosis 0,5cc/liter sebanyak 100 liter. Penyemprotan dilakukan dengan dua cara, manual yaitu menggunakan sprayer dan otomatis menggunakan pompa air. Pompa air digunakan untuk menyemprot larutan tersebut yang kemudian mengalir ke dalam selang sehingga bisa disemprotkan kepada tanaman. h. Penyotiran dan Panen Penyortiran dan panen dilakukan pada saat cabai paprika telah terbuka. Sortir disini dimaksudkan untuk membuang buah yang tumbuh kurang baik. Pemanenan dilakukan dengan cara dipetik. Penyortiran yang dilakukan di greenhouse terbagi menjadi dua bagian, yaitu cabai paprika yang berkualitas rendah tetapi lebih menguntungkan untuk dipanen saat itu dan cabai paprika yang telah memasuki masa panen (panen warna). Cabai paprika yang lebih baik dipanen pada saat itu meskipun berkualitas rendah, yaitu cabai paprika yang dianggap sudah tua namun berukuran kecil dan memiliki goresan, baik akibat trip maupun akibat kelebihan nutrisi dan biasanya masih berwarna hijau. Untuk mendapatkan cabai paprika hijau matang, panen biasanya dilakukan saat tanaman berumur tiga bulan, sedangkan untuk paprika warna, panen baru dapat dilakukan 100 hari setelah tanam atau lebih. Biasanya saat panen paprika hijau, buah disisakan 1 3 buah agar dapat menghasilkan panen cabai paprika warna, tergantung pada kondisi buah dan tanaman. Cabai paprika yang telah disortasi dan dipanen di lahan disimpan di dalam kantong plastik benih berukuran 18 kg disesuaikan dengan warnanya masing-masin. Lalu di sisi samping plastik akan ditandai dengan menuliskan nama asal greenhouse sebagai tanda atau input data untuk pencatatan sehingga masing-masing greenhouse telah memiliki nama untuk memudahkan pencatatan hasil produksi dari tiap greenhouse. Hasil panen diangkut ke gudang dengan mobil bak (pick up). Penimbangan dan Pencatatan Awal Sesampainya cabai paprika di gudang, para pekerja langsung menimbang dan mencatatnya. Isi dari catatan tersebut antara lain asal greenhouse, 41

57 warna cabai paprika dan berat cabai paprika. Kegiatan pencatatan ini biasanya dilakukan oleh satu pekerja, namun apabila pekerja tersebut masih memiliki pekerjaan lain yang belum selesai, maka akan digantikan oleh pekerja lainnya. Jumlah dari pekerja di gudang sendiri berjumlah tujuh orang dan buku yang digunakan untuk pencatatan awal ini merupakan buku khusus yang disebut sebagai buku kantor harian. i. Sortasi, Grading dan Pengepakan Setelah proses pencatatan selesai, cabai paprika tersebut tidak mendapatkan pembersihan terlebih dahulu, namun langsung disortir oleh para pekerja sortir. Ketua kelompok tani berpikir bahwa pihaknya tidak memerlukan tahap pembersihan karena di PT. Alamanda Sejati Utama cabai paprika tersebut juga akan dibersihkan. Pekerja sortir ini sudah terspesialisasi berdasarkan warna cabai paprika, sehingga tidak akan terjadi percampuran pekerja pada saat penyortiran. Selain dibedakan berdasarkan warna cabai paprika, para pekerja juga dibedakan berdasarkan pasar tujuan dari penjualan cabai paprika. Tiga pekerja untuk cabai paprika hijau dan dua orang pekerja untuk cabai paprika warna (selain hijau). Cabai paprika yang dijual oleh kelompok tani Dewa Family memiliki karakteristik yang berbeda antara pasar lokal dan pasar ekspor. Perbedaan karakteristik dipengaruhi oleh pasar yang dituju dan standar permintaan dari pihak pembeli. Cabai paprika untuk pasar lokal merupakan barang reject dari pasar ekspor. Berikut Tabel 8. menunjukkan perbedaan antara karakteristik cabai paprika ekspor dan cabai paprika lokal. 42

58 Tabel 5. Perbedaan Karakteristik Cabai Paprika Ekspor dan Lokal Karakteristik Paprika Pasar Ekspor Pasar Lokal Tangkai buah Lengkap/ tidak rusak Tidak ada/rusak Kulit buah Mulus Tidak mulus (ada goresan hama trips, kelebihan nutrisi atau memar) Bentuk buah Tidak sempurna (tanpa Sempurna (segiempat lekukan atau bulat atau segitiga) tidak jelas) Ukuran Sedang (<300 gram) Besar (>300 gram) Tingkat kematangan Kandungan residu Warna Pengemasan Label Matang sempurna/ masih muda tapi tekstur padat dan keras Minimal/ tidak berbahan aktif dophos dan prefenofos Merah, kuning dan hijau Keranjang (kret) berwarna hijau ukuran 70 x 50 x 30 cm dengan tumpukan cabai paprika maksimal lima tingkat, dilapisi dengan dua helai kertas koran Diberi tulisan mengenai warna cabai paprika, kualitas, nama pengirim (Dewa Family) dan berat (kg) j. Penimbangan, Pencatatan Akhir dan Pengukuran Kerdil atau belum matang Maksimal Merah, kuning dan hijau Kantong plastik bening beriukuran 18 kg untuk semua tujuan pasarsemarang menggunakan plastik 3 kg Diberi tulisan nama pembeli, kualitas, warna dan berat cabai paprika Pada saat penimbangan akhir ini para pekerja menyebutkan jumlah berat cabai paprika, warna, kualitas dan pasar tujuan kepada pekerja yang bertugas mencatat pada saat itu. Cabai paprika yang berlebih akan disimpan di gudang dengan menggunakan kantong plastik bening (cabai paprika yang sudah disortir) atau kardus (paprika yang belum disortir). Sementara cabai paprika lain siap untuk diangkut ke mobil. Jadwal pengiriman paprika dalam seminggu yaitu pada hari Senin, Rabu dan Jumat. Saat akan dilakukan pengiriman, tumpukkan kret diberi terpal dan diikatkan tali untuk mencegah cabai paprika terkontaminasi udara luar dan 43

59 lebih aman. Pengiriman biasanya dilakukan pada sore hari, namun untuk hari rabu pengiriman diusahakan agar dilakukan pada siang hari Pemasaran Cabai Paprika di Kelompok Tani Dewa Family Hasil produksi di kelompok tani Dewa Family selanjutnya didistribusikan kepada pelanggan, baik pelanggan dalam negeri maupun luar negeri. Pelanggan kelompok tani Dewa Family merupakan pengusaha sayuran. Pembelian biasanya dalam jumlah besar. Hal ini dikarenakan perusahaan lebih mengutamakan konsumen dengan pembelian dalam jumlah besar. Tanaman cabai paprika dipasarkan di dalam maupun di luar negeri, Jumlah yang dipasarkan ditentukan berdasarkan pesanan. Untuk tanaman cabai paprika diutamakan untuk pasar luar negeri, karena selain harganya yang jauh lebih tinggi sehingga keuntungan yang diperoleh juga lebih tinggi. Cabai paprika untuk pasar lokal merupakan barang reject dari pasar ekspor. Pembayaran dapat dilakukan secara langsung ataupun dengan tempo waktu tertentu. Untuk distributor biasanya diberikan tenggang waktu sekitar dua minggu. Pembayaran untuk pelanggan biasanya menggunakan transfer dari bank. Harga yang ditetapkan oleh kelompok tani Dewa Family disesuaikan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi dan pemasaran. Pemasaran cabai paprika di kelompok tani Dewa Family meliputi pasar lokal dan pasar ekspor. Pemasaran untuk pasar lokal diantarannya adalah PT Saung Mirwan, Koperasi Tani Mandiri, Amazing Farm, Hoka-hoka Bento dan Pizza Hutz. Sedangkan, untuk pasar ekspor kelompk tani Dewa Family bekerjasama dengan Alamanda. 44

60 VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI PAPRIKA 6.1. Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Produksi Pengelolaan budidaya cabai paprika yang dikelola oleh Kelompok Tani Dewa Family dihadapkan pada masalah risiko produksi. Indikasi adanya sumbersumber risiko produksi dalam pengelolaan budidaya cabai paprika yang dilakukan dengan mengikuti beberapa proses produksi. Alur proses produksi yang ada di Kelompok Tani Dewa Family dimulai dari beberapa tahap antara lain : penyemaian, persiapan greenhouse, persiapan tanam, penanaman, penyiraman, pemupukan, pewiwilan, penyortiran dan panen. Risiko produksi yang terjadi di Kelompok Tani Dewa Family adalah berupa kehilangan jumlah produksi akibat dari perubahan suhu, serangan hama dan penyakit. Risiko tersebut terjadi disebabkan karena sumber risiko. Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, terhadap proses produksi cabai paprik di lokasi penelitian dan wawancara yang dilakukan dengan pembudidaya di dalam greenhouse, maka dapat diketahui beberapa hal yang teridentifikasi sebagai sumber timbulnya risiko produksi. Beberapa faktor yang menjadi sumber risiko pada usaha budidaya cabai paprika di Kelompok Tani Dewa Family diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Peubahan Suhu Perubahan suhu menjadi salah satu sumber risiko produksi cabai paprika di Kelompok Tani Dewa Family. Hal ini disebabkan perubahan suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman cabai paprika. Kelompok Tani Dewa Family belum menggunakan alat-alat canggih untuk dapat mengatur suhu di dalam greenhouse, sehingga suhu bergantung pada cuaca yang terjadi. Saat musim hujan, suhu di dalam greenhouse menjadi lembab. Hal ini dapat menyebabkan penguapan oleh tanaman berkurang sehingga tanaman cabai paprika menjadi busuk. Hal ini tentu dapat menyebabkan kerugian pada Kelompok Tani Dewa Family karena pendapatan yang di terima menjadi berkurang. 45

61 2. Hama Hama adalah organisme yang dapat bersifat sebagai penganggu atau yang berasal dari sekitar lokasi dilakukannya budidaya. Hama yang ada di sekitar tempat budidaya antara lain : trips, tungau, dan ulat pemakan daun. a. Thrips Hama thrips merupakan hama yang paling utama menyerang tanaman cabai paprika di Kelompok Tani Dewa Family. Hama trips menyerang tanaman cabai paprika dengan cara menghisap cairan dalam tubuh tanaman dan menyerang daun-daun yang masih muda. Infeksi hama trips menyebabkan, permukaan bawah daun tanaman cabai paprika terdapat titik-titik putih keperakan bekas tusukan, kemudian berubah menjadi kecokelatan. Daun yang cairannya dihisap menjadi keriput dan melengkung ke atas. Thrips sering bersarang di bunga, ia juga menjadi perantara penyebaran virus. Hama ini sering dijumpai pada bagian ujung daun lapisan bawah ataupun pada pucuk-pucuk tanaman. Bagian pucuk tanaman yang terserang akan terhenti pertumbuhan tunasnya dan tanaman akan tumbuh kerdil. Hama trips biasanya menyerang pada saat tanaman berumur 3-5 bulan setelah tanam dimana pada umur tersebut tanaman sedang mengalami panen pertamanya, sehingga pertumbuhan tunas dan bunga terhambat. Thrips juga menyerang pada saat pembentukan buah dan suka bersembunyi di dalam bunga sehingga akan merusak calon buah. Hama trips menyerang tanaman sepanjang tahun dan tingkat perkembangbiakannya tinggi pada saat musim kemarau. Dampak yang terjadi terhadap produksi budidaya cabai paprika adalah kualitas yang buruk karena buah menjadi berlurik, serta kuantitas produksi berkurang akibat dari tidak terbentuknya bunga. Penurunan kuantitas juga terjadi karena tanaman membutuhkan waktu lebih lama untuk berbuah karena harus membentuk tunas baru. b. Hama Tungau Hama tungau biasanya menyerang tanaman cabai paprika pada bagian bawah daun untuk mengisap daun tersebut. Hama ini banyak terdapat pada musim kemarau. Pada daun yang terserang kutu akan timbul bercak bercak kecil kemudian daun akan menjadi kuning lalu gugur. Gejala serangan yang ditimbulkan hama tungau adalah bagian tanaman yang terserang mengerut dan 46

62 mengeriting atau menggulung, terjadi perubahan warna, dan pertumbuhan tidak normal. c. Hama Ulat Grayak Hama ulat grayak biasanya menyerang pada daun cabai paprika. Salah satu gejala awal serangan ulat grayak ialah daun daun cabai paprika yang meranggas dan berlubang-lubang. Ulat grayak mulai memakan daun dari bagian tepi kemudian ke bagian atas maupun bawah daun. Pada tingkat serangan yang parah daun hanya tertinggal epidermisnya saja. Sehingga daun menjadi tidak berfungsi sebagai tempat fotosintesis, akibatnya pertumbuhan tanaman yang diserangnya menjadi terhambat dan menurun. pada awalnya memperlihatkan adanya lubanglubang pada daun, lama kelamaan daun habis dan hanya tinggal tulang daun. 3. Penyakit Penyakit yang menyerang cabai paprika menjadi salah satu sumber risiko produksi yang cukup mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan cabai paprika di Kelompok Tani Dewa Family. Penyakit yang biasanya menyerang tanaman cabai paprika adalah penyakit embun tepung, penyakit busuk akar, penyakit busuk batang dan busuk daun. a. Penyakit Embun Tepung Penyakit embun tepung disebabkan oleh jamur Peronospora parasitica. Jamur ini kadang kadang menyerang biji yang sedang berkecambah sehingga biji menjadi keropos dan akhirnya mati. Jamur ini kadang kadang menyerang daun pertama pada kecambah sehingga tanaman menjadi kerdil. Tanaman kerdil dapat tumbuh terus tapi pada daun daunnya terdapat bercak bercak hitam. Penyakit Busuk Akar Tanaman cabai paprika yang terserang penyakit busuk akar biasanya akar mengalami pertumbuhan yang terhambat, atau layu dan tidak dapat berproduksi kembali. Gejala penyakit busuk akar pada tanaman cabai paprika adalah kelayuan dan kematian tanaman secara cepat, perubahan warna kuning pada daun, pertumbuhan kerdil, dan gugur daun sebelum waktunya. Kondisi tanaman cabai paprika yang seperti demikian diatasi dengan pemusnahan tanaman. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap hasil produksi karena pengurangan tanaman akan 47

63 berdampak pada penurunan jumlah produksi yang dihasilkan oleh Kelompok Tani Dewa Family. b. Penyakit Busuk Batang dan Busuk Daun Penyakit busuk batang dan busuk daun merupakan salah satu penyakit utama yang biasa menyerang tanaman cabai paprika. Gejala serangan penyakit ini membuat buah busuk. Penyakit dapat menginfeksi buah matang maupun buah muda. Gejala serangan penyakit busuk batang dan busuk daun dicirikan oleh Infeksi pertama terjadi pada titik tumbuh, bunga dan pucuk daun, kemudian menyebar ke bagian bawah tanaman, pucuk daun berubah warna dari hijau muda menjadi warna coklat, lalu hitam dan akhirnya membusuk. Busuk ini merata menuju ke bagian bawah tanaman dan menyerang kuncup bunga yang lain, sehingga seluruh bagian atas tanaman terkulai, batang yang terserang menjadi busuk kering, kulitnya mudah terkelupas, akhirnya tanaman mati, dalam kondisi kelembaban tinggi terbentuk bulu-bulu berwarna hitam yang muncul dari jaringan yang terinfeksi cendawan Indikator Penentuan Jenis Sumber Risiko Pada Setiap Kejadian Kelompok tani Dewa Family menghadapi risiko produksi dalam melaksanakan kegiatan budidaya cabai paprika, dimana terdapat beberapa faktor yang diindikasikan sebagai sumber dari risiko produksi tersebut. Diantaranya adalah perubahan suhu, serangan hama, dan penyakit. Oleh karena itu perlu ditetapkan indikator untuk menggolongkan jenis sumber risiko, pada setiap kejadian yang berisiko yang terjadi pada pelaksanaan kegiatan budidaya cabai paprika di Kelompok Tani Dewa Family. Tujuan dari penetapan indikator tersebut adalah untuk menghindari kesalahan penggolongan dari setiap kejadian berisiko yang dapat mengakibatkan proses analisis yang dilakukan tidak menggambarkan kondisi yang sebenarnya terjadi di lokasi penelitian. Sumber risiko produksi cabai paprika yang paling utama adalah hama trips diindikasikan oleh kejadian berisiko, ditandai dalam bentuk pertumbuhan tanaman cabai paprika bagian pucuk tanaman yang terserang akan terhenti pertumbuhan tunasnya dan tanaman akan tumbuh kerdil dan dapat diindikasikan dengan jumlah panen yang berfluktuasi. Hama trips biasanya menyerang pada saat tanaman beumur 3-5 bulan setelah tanam dimana pada umur tersebut tanaman 48

64 sedang mengalami panen pertamanya, sehingga pertumbuhan tunas dan bunga terhambat. Thrips juga menyerang pada saat pembentukan buah dan suka bersembunyi di dalam bunga sehingga akan merusak calon buah. Dampak kerusakkan yang terjadi akibat hama trips umumnya terjadi dalam skala yang cukup besar. Indikasi penyakit dapat terlihat dari jumlah kerusakkan akar pada tanaman cabai paprika, Tanaman cabai paprika yang terserang penyakit akar biasanya akan mengalami pertumbuhan yang terhambat, busuk pada batang, atau layu dan tidak dapat berproduksi kembali Analisis Probabilitas Risiko Produksi Sumber-sumber risiko produksi yang terdapat pada usaha budidaya cabai paprika telah diidentifikasi. Hasil identifikasi yang telah dilakukan memberikan informasi bahwa pada usaha tersebut terdapat tiga faktor yang menjadi sumber risiko produksi. Selanjutnya adalah melakukan analisis probabilitas terhadap masing-masing sumber risiko produksi tersebut, untuk mengetahui seberapa besar probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dari masing-masing sumber risiko produksi yang ada pada usaha budidaya cabai paprika di Kelompok Tani Dewa Family. Probabilitas risiko dari masing-masing sumber risiko dihitung untuk mengetahui mana saja sumber risiko produksi yang kemungkinan terjadinya besar dan mana sumber risiko produksi yang kemungkinan terjadinya kecil, sehingga dapat ditentukan prioritas dari masing-masing sumber risiko. Data-data yang digunakan untuk melakukan analisis probabilitas ini adalah, data yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengisian kuesioner dengan ketua Kelompok Tani di Dewa Family ditambah data produksi dan hasil panen cabai paprika 30 greenhouse pada satu siklus tanam, data dapat dilihat pada Lampiran 3 sampai Lampiran 5. Sementara itu penentuan jumlah, kondisi, serta batas nilai yang digunakan untuk perhitungan analisis probabilitas berdasarkan perkiraan perhitungan yang dilakukan oleh Kelompok Tani Dewa Family dengan mengacu pada pengalamanpengalaman pada periode terdahulu. Perhitungan analisis probabilitas terjadinya risiko untuk masing-masing sumber risiko produksi yang diolah dengan menggunakan metode nilai standar atau z-score dapat dilihat pada Tabel 6. 49

65 Tabel 6. Perbandingan Probabilitas Risiko dari Sumber Risiko Produksi No Sumber Risiko Produksi Probabilitas (%) 1. Hama Penyakit 36,7 3. Perubahan suhu 16,6 Pada Tabel 6 dapat dilihat perbandingan tingkat probabilitas terjadinya risiko dari masing-masing sumber risiko produksi. Berdasarkan urutannya probabilitas hama memiliki tingkat probabilitas risiko terbesar, yaitu sebesar 44 persen. Besarnya probabilitas terjadinya risiko akibat hama karena hama yang menyerang cabai paprika yaitu hama trips yang sangat mudah berkembangbiak dalam jumlah yang banyak, apalagi dalam musim kemarau. Nilai z untuk sumber risiko produksi akibat gangguan hama memiliki tingkat probabilitas risiko sebesar 44 persen yang merupakan sumber risiko terbesar. Pada kurun waktu satu siklus tanam cabai paprika, risiko produksi yang disebabkan oleh serangan hama terutama hama trips. Pada kasus yang terjadi jumlah dari kerugiannya bervariasi. Adapun nilai z yang diperoleh untuk sumber risiko kerusakan budidaya cabai paprika akibat serangan hama ini dengan menggunakan metode nilai z adalah sebesar - 0,15. Jika dipetakan pada tabel distribusi z akan menunjukkan nilai sebesar 0, 44. Nilai 0,44 tersebut menunjukkan bahwa probabilitas kerusakan akibat serangan hama adalah sebesar 0,44 atau 44 persen. Kerusakan akibat serangan hama memiliki probabilitas risiko yang sangat tinggi. Hama yang menyerang antara lain trips, tungau, dan ulat grayak. Sumber risiko serangan penyakit berada pada urutan kedua dari segi tingkat probabilitas. Sumber risiko produksi ini mempunyai tingkat probabilitias sebesar 36,7 persen. Nilai z yang didapat untuk sumber risiko produksi serangan penyakit adalah sebesar -0,34 dan jika dipetakan pada tabel distribusi z akan menunjukkan nilai sebesar 0,367. Nilai 0,367 tersebut menunjukkan bahwa probabilitas kerusakkan akibat serangan penyakit adalah sebesar 0,367 atau 36,7 persen. Penyakit yang biasa menyerang tanaman cabai paprika yang sedang dibudidayakan berdasarkan hasil wawancara dengan petani sebagian besar busuknya akar. 50

66 Probabilitas sumber risiko terkecil berasal dari sumber risiko perubahan suhu. Probabilitas perubahan suhu ini memiliki tingkat probabilitas sebesar 16,6 persen. Nilai z yang diperoleh untuk sumber risiko produksi perubahan suhu dengan metode nilai standar adalah sebesar 0,97. Nilai z tersebut jika dipetakan pada tabel distribusi z akan menunjukkan nilai 0,166. Nilai tersebut berarti probabilitas penurunan produktivitas cabai paprika akibat perubahan suhu adalah sebesar 16,6 persen. Perubahan suhu berkaitan dengan musim yang sedang berlangsung, musim merupakan faktor alam yang kejadiannya tidak dapat dihindari dan biasanya merupakan siklus tahunan yang terdiri dari musim kemarau dan musim hujan Analisis Dampak Risiko Sumber-sumber risiko produksi yang telah teridentifikasi dalam kegiatan budidaya cabai paprika di kelompok tani Dewa Family akan memberikan dampak kerugian apabila terjadi pada saat pelaksanaan produksi. Dampak kerugian yang diakibatkan terjadinya sumber-sumber risiko produksi tersebut dapat dihitung dan dinilai dalam satuan mata uang seperti rupiah, sehingga kerugian dapat diketahui atau diperkirakan sebagai akibat dari sumber-sumber risiko produksi. Nilai besarnya kerugian yang diperkirakan tentu tidak tepat sama dengan kondisi sebenarnya, jika risiko produksi tersebut terjadi maka dilakukan penetapan besarnya kerugian dengan suatu tingkat keyakinan. Perhitungan dampak risiko produksi pada usaha budidaya cabai paprika di Kelompok Tani Dewa Family ini menggunakan metode value at risk (VaR). Pada perhitungan dampak risiko produksi di Kelompok Tani Dewa Family ditentukan tingkat keyakinan yang digunakan sebesar 95 persen dan sisanya error sebesar 5 persen. Diketahui bahwa harga cabai paprika rata-rata ditingkat pedagang pengumpul sebesar Rp Perhitungan terhadap dampak risiko dilakukan terhadap masing-masing sumber-sumber risiko produksi yang ada pada usaha budidaya cabai paprika di Kelompok Tani Dewa Family. Data yang digunakan dalam perhitungan ini adalah data primer serta hasil wawancara dengan petani. Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui perkiraan kerugian dan kehilangan potensi produktivitas yang terjadi sebagai akibat dari sumber risiko produksi yang telah diidentifikasi sebelumnya. 51

67 Risiko yang ditimbulkan oleh serangan hama adalah kerusakkan pada tanaman cabai paprika (daun, pucuk, dan bunga) yang terjadi dalam proses budidaya. Serangan hama yang mengakibatkan kerusakkan tanaman cabai paprika sering terjadi di setiap musim tanam. Data dalam tabel dapat dilihat pada Lampiran 6. Dari perhitungan terhadap dampak risiko dari sumber risiko produksi serangan hama yang telah dilakukan dengan metode value at risk menghasilkan nilai sebesar Rp dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Nilai value at risk berarti kerugian maksimal yang diderita akibat serangan hama adalah sebesar Rp , tetapi ada lima persen kemungkinan kerugian lebih besar dari angka tersebut. Sumber risiko produksi karena serangan penyakit juga menyebabkan risiko produksi yang ada di budidaya cabai paprika di Kelompok Tani Dewa Family. Kasus penyakit yang menyerang akar, batang dan daun tanaman. Perhitungan terhadap dampak risiko dari sumber risiko produksi penyakit yang dilakukan dengan metode value at risk menghasilkan nilai sebesar Rp dengan tingkat keyakinan 95 persen. Nilai value at risk berarti kerugian maksimal yang diderita akibat serangan penyakit adalah sebesar Rp , tetapi ada lima persen kemungkinan kerugian lebih besar dari angka tersebut. Selanjutnya yang terakhir adalah sumber risiko produksi akibat perubahan suhu. Dalam bentuk tabel dapat dilihat pada Lampiran 7 dan Lampiran 8. Perhitungan terhadap dampak risiko dari sumber risiko produksi akibat perubahan suhu, terlihat dari hasil panen yang didapat. Perhitungan menggunakan metode value at risk (Var) yang menghasilkan nilai Rp dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Nilai value at risk berarti kerugian maksimal yang diderita akibat perubahan suhu adalah sebesar Rp , namun ada lima persen kemungkinan kerugian lebih besar dari angka tersebut. Dampak yang ditimbulkan oleh masing-masing sumber risiko produksi memiliki nilai yang berbeda-beda. Nilai-nilai dari perhitungan dampak risiko yang dilakukan akan semakin menarik jika diplotkan pada peta risiko, sehingga dapat ditentukkan strategi penanganan risiko yang sesuai. Adapun perbandingan nilai dari hasil perhitungan dampak risiko yang dilakukan pada masing-masing sumber risiko dapat dilihat pada Tabel 7. 52

68 Tabel 7. Perbandingan Dampak dari Sumber Risiko Produksi No Sumber Risiko Produksi Dampak (Rp) 1. Hama Penyakit Perubahan suhu Pada Tabel 7 dapat dilihat perbandingan dampak dari terjadinya suatu risiko produksi yang disebabkan oleh masing-masing sumber risiko produksi. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa penurunan produksi yang disebabkan oleh serangan hama adalah yang paling berpengaruh terhadap pendapatan di Kelompok Tani Dewa Family, tetapi dampak yang diakibatkan oleh sumber-sumber risiko produksi lain juga harus tetap diperhatikan. Hasil dari perhitungan ini selanjutnya akan dikombinasikan dengan hasil dari perhitungan probabilitas risiko dari masing-masing sumber risiko produksi untuk menggambarkan bagaimana status dan prioritas masing-masing sumber risiko produksi dan posisinya pada suatu peta risiko Pemetaan Risiko Produksi Hasil perhitungan probabilitas dan dampak dari masing-masing sumber risiko produksi, pada usaha budidaya cabai paprika telah dihitung dan dianalisis nilai-nilainya. Kemudian dapat dilakukan pemetaan risiko yaitu dengan maksud untuk mengukur risiko dan menghasilkan apa yang disebut dengan status risiko dan peta risiko. Status risiko adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan risiko dari beberapa sumber risiko produksi yang telah teridentifikasi sebelumnya. Nilai dari status risiko diperoleh dari perkalian antara probabilitas dan dampak dari masing-masing sumber risiko produksi. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Status Risiko dari Sumber Risiko Produksi No Sumber Risiko Produksi Probabilitas (%) Dampak (Rp) Status Risiko 1. Hama Penyakit 36, Perubahan suhu 16,

69 Pada Tabel 8 dapat dilihat tingkatan risiko dari ketiga sumber risiko produksi pada usaha budidaya cabai paprika di Kelompok Tani Dewa Family, dari informasi status risiko tersebut dapat diketahui urutan dari sumber risiko produksi, mulai dari yang paling besar hingga paling kecil. Ganggun karena serangan hama merupakan sumber risiko produksi dengan risiko terbesar diikuti dengan serangan penyakit, dan perubahan suhu. Serangan hama memiliki dampak kerugian yang paling besar yaitu sebesar Rp dengan nilai probabilitas yang paling besar juga yaitu sebesar 44 persen. Peta risiko adalah gambaran tentang posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu yaitu sumbu vertikal menggambarkan probabilitas, dan sumbu horizontal menggambarkan dampak. Penempatan posisi risiko dilakukan berdasarkan hasil perhitungan probabilitas dan dampak risiko yang telah dilakukan sebelumnya. Probabilitas terjadinya risiko dapat dibagi ke dalam dua bagian besar yaitu kemungkinan besar dan kemungkinan kecil, sementara itu dampak risiko juga dapat dibagi ke dalam dua bagian besar yaitu dampak besar dan dampak kecil. Batas antara kemungkinan besar dan kemungkinan kecil serta dampak besar dan dampak kecil ditentukkan pihak Kelompok Tani Dewa Family. Berdasarkan data yang didapat dari hasil wawancara bahwa nilai yang membatasi probabilitas besar kecil adalah sebesar 20 persen, sedangkan nilai yang membatasi dampak besar dan kecil adalah sebesar Rp Sementara itu penentuan batas antara dampak besar dan kecil ditentukan berdasarkan batas toleransi risiko produksi, yaitu sebanyak 20 persen dan pada tingkat harga Rp per kg, sumber risiko dengan dampak lebih besar dari Rp akan masuk dalam kategori dampak besar. Peta risiko sendiri terdiri dari empat kuadran untuk memisahkan antara probabilitas besar dan probabilitas kecil serta dampak besar dan kecil. Berdasarkan hasil perhitungan probabilitas dan dampak dari masing-masing sumber risiko produksi, selanjutnya dapat dilakukan pemetaan sumber-sumber risiko pada peta risiko yang dapat dilihat pada Gambar 9. 54

70 Probabilitas (%) Besar Perubahan Suhu Hama Penyakit 20 % Kecil Perubahan Suhu Kecil Besar Dampak (Rp) Gambar 9. Hasil Pemetaan Sumber Risiko Produksi Berdasarkan Gambar 9, menunjukan posisi dari masing-masing sumber risiko pada peta risiko. Perubahan suhu terletak pada kuadran tiga, yang meningindikasikan sumber risiko memiliki probabilitas kecil dengan dampak yang kecil. Kuadran dua yang merupakan tempat untuk sumber risiko yang memiliki probabilitas dan dampak yang besar diisi oleh sumber risiko yang disebabkan serangan hama dan penyakit. Kuadran satu yang merupakan tempat untuk sumber risiko produksi dengan probabilitas besar tetapi dampak kecil tidak terisi begitupun dengan kuardan empat dengan probabilitas kecil dan dampak besar tidak terisi oleh sumber risiko produksi. Sementara hasil pemetaan risiko dilakukan menentukan strategi yang tepat untuk pengendalian risiko produksi yang dihadapi Kelompok Tani Dewa Family membudidayakan cabai paprika Strategi Penanganan Risiko Produksi Strategi penanganan sumber-sumber risiko produksi dapat dilihat dari hasil pemetaan risiko, acuan dari membuat strategi risiko adalah dengan melihat status risiko dan menggambarkan urutan risiko dari yang paling berisiko hingga yang paling tidak berisiko mulai dari yang paling besar hingga paling kecil. 1. Strategi Mitigasi Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani sumber risiko produksi yang terdapat pada kuadran 2 dan 4. Hal ini dimaksudkan agar sumber risiko yang 55

71 berada pada kuardan 2 dapat bergeser pada kuardan 1 dan sumber risiko yang berada pada kuardan 4 dapat bergeser pada kuardan 3. Pada kuadran 2 terdapat sumber risiko produksi yang harus ditangani yaitu serangan hama dan penyakit. Strategi mitigasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Sumber risiko serangan hama Hama yang sering menyerang cabai paprika di kelompok tani Dewa Family adalah trips, tungau dan ulat grayak. Untuk menangani masalah tersebut terdapat beberapa penanganan yaitu dengan cara pemasangan perangkap lekat warna kuning atau biru, penyebaran predator (kumbang macan), sanitasi lingkungan kebersihan rumput, dan pemberian obat-obatan kimia. b. Sumber risiko penyakit Penyakit yang sering menyerang cabai paprika di kelompok tani Dewa Family adalag penyakit busuk daun, penyakit busuk batang dan penyakit busuk akar. Tanaman cabai paprika yang terkena penyakit kadang tidak memperliatkan perubahan fisik pada tanman cabai paprika, sehingga menyebabkan tanaman cabai paprika rusak tanpa diketahui sebab mulanya. Cara menanggulangi serangan penyakit pada cabai paprika dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya : pengasapan serbuk belerang, pada saat pembuangan tunas air dan daun yang muda tangan pekerja terlebih dahulu harus dicelupkan ke dalam larutan susu skim dan pada saat pemanenan pisau atau gunting yang akan digunakan terlebih dahulu dicelupkan terlebih dahulu ke dalam larutan susu skim dan menggunakan obatobatan kimia. 2. Strategi Strategi yang dilakukan untuk menangani sumber risiko produksi yang terletak pada kuardan 4 yaitu sumber risiko perubahan suhu. Strategi yang dilakukan dengan cara menjaga kelembaban di dalam greenhouse yaitu pengaturan jarak tanamam pada saat penanaman, memeriksa suhu di dalam greenhouse setiap pagi dan sore hari, menggukur cairan nutrisi sebelum melakukan penyiraman dengan menggunakan alat ukur, dan pemberian nutrisi di sesuaikan dengan umur tanaman. 56

72 VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Hasil penulisan kajian analisis risiko produksi pada budidaya cabai paprika di kelompok tani Dewa Family Desa Pasirlangu adalah sebagai berikut: 1. Terdapat tiga jenis sumber risiko produksi pada budidaya cabai paprika di kelompok tani Dewa Family yaitu perubahan suhu, serangan hama dan penyakit. 2. Sumber risiko produksi yang paling besar tingkat probabilitasnya adalah serangan hama terbesar yaitu 44 persen, pada tingkat kedua di tempati oleh serangan penyakit, dengan tingkat probabilitas sebesar probablitas dan 36,7 dan yang terkecil adalah sumber risiko karena perubahan suhu memiliki probabilitas 16,6 persen. Sumber risiko yang disebabkan serangan hama memberikan dampak terbesar yaitu Rp , dampak terbesar kedua yaitu dampak karena serangan penyakit sebesar Rp dan perubahan suhu sebagai sumber risiko yang memberikan dampak terkecil sebesar Rp Alternatif strategi yang diusulkan adalah strategi mitigasi dan strategi. Strategi mitigasi yang diusulkan pada sumber risiko serangan hama adalah sebagai berikut: pemasangan perangkap lekat warna kuning atau biru, penyebaran predator (kumbang macan), sanitasi lingkungan kebersihan rumput, dan pemberian obat-obatan kimia. Strategi mitigasi yang diusulkan oleh serangan penyakit adalah pengasapan serbuk belerang, pada saat pembuangan tunas air dan daun yang muda tangan pekerja terlebih dahulu harus dicelupkan ke dalam larutan susu skim dan pada saat pemanenan pisau atau gunting yang akan digunakan terlebih dahulu dicelupkan terlebih dahulu ke dalam larutan susu skim dan menggunakan obat-obatan kimia dan strategi yang diusulkan untuk perubahan suhu adalah dengan cara pengaturan jarak tanamam pada saat penanaman, memeriksa suhu di dalam greenhouse setiap pagi dan sore hari, menggukur cairan nutrisi sebelum melakukan penyiraman dengan menggunakan alat ukur, dan pemberian nutrisi di sesuaikan dengan umur tanaman. 57

73 7.2. Saran Perlunya koordinasi dari seluruh petani agar usulan strategi yang telah diberikan dapat memberikan hasil yang diinginkan. Petani saling memberikan informasi kepada petani yang lain mengenai cara penanggulangan risiko. Berdasarkan informasi tersebut, maka produksi didaerah tersebut diharapkan akan semakin meningkat dan berdampak pula pada pendapatan yang diterima oleh petani. Petani perlu memperhatikan aspek teknis seperti pemusnahan buah yang busuk agar tidak menyebarkan penyakit ke tanaman yang lainnya. Selain itu, petani perlu melakukan pola tanam. 58

74 DAFTAR PUSTAKA Basyid F Manajemen Risiko. Jakarta:PT Grasindo. [BPS] Badan Pusat Statistik Indonesia Tanaman Sayuran dan Buahbuahan Semusin Indonesia Tahun 2009 hingga Jakarta : Bandan Pusat Statistik Cahyono D Cabai Paprika Teknik Budidaya dan Analisis Usahatani. Yogyakarta: Kanisius Darmawi H Manajemen Risiko. Bumi Aksara. Jakarta. [DEPTAN] Departemen Pertanian Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai Paprika di Jawa Barat. Pusat Data dan Informasi Deptan. Jakarta. Departemen Pertanian Indonesia. Direktorat Jenderal Hortikultura Perkembangan Luas Panen dan Produksi Cabai Paprika di Pulau Jawa Tahun 2008 hingga Jakarta: Departemen Pertanian Republik Indonesia. Djohanputro Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. Penerbit PPM, Jakarta. Ginting L Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada Usaha Cempaka Baru di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institusi Pertanian Bogor. Hadinata, T Standar Mutu Paprika. Makalah disampaikan dalam Seminar Potensi dan Kendala Budidaya Tanaman Paprika di Rumah Plastik Oleh Balai Penelitian Sayuran di Aula Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang-Bandung, pada tanggal 18 Desember Hanafi Manajemen Risiko. YKPN, Yogyakarta. Heru Prihmantoro dan Y. H. Indriani Paprika Hidroponik dan Non Hidroponik. PT. Penebar Swadaya, Jakarta. Kountur R Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. PPM, Jakarta. Lam J Entreprise Risk Management. PT Ray Indonesia. Jakarta Moekasan T, Prabaningrum N, Gunadi N Budidaya Paprika di Dalam Rumah Kasa Berdasarkan Konsepsi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Balitsa Lembang. Ningsih W Analisis usahatani paprika hidroponik di Desa Pasir Langu, Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 59

75 Parengkuan Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Putih Pada Yayasan Paguyuban Ikhlas di Desa Cibening Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Prihmantoro H, Indriani YH Paprika Hidroponik dan Nonhidroponik. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Robinson L. J, Barry P.J The Competitive Firm s Response to Risk. Macmillan Publisher. London. Sembiring L Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik Pada The Pinerwood Organic Farm, Di Kabupaten Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institusi Pertanian Bogor. Setyarini R Pengaruh Risiko Produksi Terhadap Produksi Paprika Hidroponik Di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Batu, Malang [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institusi Pertanian Bogor. Situmeang H Analisis Risiko Produksi Cabai Merah Keriting pada Kelompoktani Pondok Menteng, Desa Citapen, Kecamatan Ciawi Bogor [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institusi Pertanian Bogor. Suhendar E Standar Operasional Prosedur Budidaya Paprika Kabupaten Bandung Barat. Sumpena M Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Putih Pada CV Mushroom Production House, Kota Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institusi Pertanian Bogor. Tarigan P Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik pada Permata Hati Organic Farm di Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institusi Pertanian Bogor. Waruwu Analisis Finansial Usahatani Paprika pada PT Saung Mirwan di Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institusi Pertanian Bogor. 60

76 LAMPIRAN 61

77 Lampiran 1. Data Produksi Cabai Paprika Greenhouse Standar Produksi Produksi Aktual GAP (kg) (kg) (kg) Total Rata-rata

78 Lampiran 2. Kuisioner Penelitian Kuisioner ini digunakan sebagai bahan penyusun skripsi Analisis Risiko Produksi Cabai Paprika Di Kelompok Tani Dewa Family Desa Pasirlangu Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat oleh Aryanti Ramadhan (H ), Mahasiswa Program Sarjana Alih Jenis Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor DAFTAR PERTANYAAN UNTUK RESPONDEN PETANI A. Identitas dan Karakteristik Responden 1. Nama : Jenis kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan 3. Umur :... tahun 4. Alamat : Jumlah tanggungan keluarga (termasuk responden) :... orang, terdiri dari Pendidikan terakhir : a. Tidak tamat SD b. SD c. SLTP d. SMA e. Perguruan Tinggi 7. Pekerjaan utama : Pekerjaan sampingan : Lama berusahatani :... tahun 10. Biaya investasi : Rp Sumber biaya : a. Milik pribadi b. Pinjaman 63

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian Pada dasarnya kegiatan produksi pada pertanian mengandung berbagai risiko dan ketidakpastian dalam pengusahaannya. Dalam kegiatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry Tomat (Lycopersicon esculentum) termasuk dalam famili Solanaceae. Tomat varietas cerasiforme (Dun) Alef sering disebut tomat cherry yang didapati tumbuh

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari peneliti yang didasarkan atas pengetahuan, teori dan dalil dalam upaya menjawab tujuan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon Melon (Cucumis melo L.) berasal dari daerah Mediterania kemudian menyebar luas ke Timur Tengah dan Asia. Akhirnya, tanaman melon menyebar ke segala

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

Lampiran 2. Impor Komoditi Pertanian (Dalam Volume Impor) Sub Sektor Jan-Nov 2007 Jan-Nov 2008 % 2008 Thd 2007

Lampiran 2. Impor Komoditi Pertanian (Dalam Volume Impor) Sub Sektor Jan-Nov 2007 Jan-Nov 2008 % 2008 Thd 2007 Lampiran 1. Ekspor Komoditi Pertanian (Dalam Volume Ekspor) Sub Sektor Jan-Nov 2007 Jan-Nov 2008 % 2008 Thd 2007 Volume (Kg) Nilai (US$) Volume (Kg) Nilai (US$) Volum Nilai (US$) e (Kg) Tanaman pangan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin (Brassica rapa cv. caisin) Caisin (Brassica rapa cv. caisin) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam suku kubis-kubisan atau sawi-sawian (Brassicaceae/Cruciferae).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki tanaman pangan maupun hortikultura yang beraneka ragam. Komoditas hortikultura merupakan komoditas pertanian yang memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) SKRIPSI PUSPA HERAWATI NASUTION H 34076122 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang sangat mendukung untuk pengembangan agribisnis

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang sangat mendukung untuk pengembangan agribisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran berperan sebagai sumber karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan mineral serta bernilai ekonomi tinggi. Sayuran memiliki keragaman yang sangat banyak baik

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko Kata risiko banyak digunakan dalam berbagai pengertian dan sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan hortikultura juga

PENDAHULUAN. dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan hortikultura juga PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hortikultura memegang peran penting dan strategis karena perannya sebagai komponen utama pada pola pangan harapan. Komoditas hortikultura khususnya sayuran dan buah-buahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 4 Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011]

TINJAUAN PUSTAKA. 4  Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011] II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-sumber Risiko Risiko dapat dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Risiko dapat terjadi pada pelayanan,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan hasil penelusuran teori-teori terdahulu terkait dengan pengertian risiko,

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Risiko Suatu bisnis yang dilakukan oleh para pelaku usaha pasti dihadapkan pada risiko dalam usahanya. Selain risiko, pebisnis dalam melakukan aktivitas bisnisnya dihadapkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kombinasi Produk Optimum Penentuan kombinasi produksi dilakukan untuk memperoleh lebih dari satu output dengan menggunakan satu input. Hal ini

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Risiko menunjukkan situasi, dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan dari suatu keputusan dan peluang dari kemungkinan-kemungkinan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep dan Definisi Risiko Menurut Frank Knight, risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Ben s Fish Farm di Kampung Cimanggu Tiga, Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada kelompoktani Pondok Menteng yang terletak di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Langkah awal dalam menganalisis suatu risiko adalah dengan melakukan identifikasi pada risiko dan sumber risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian antara lain mengenai konsep risiko dan teori lainnya. Teori-teori

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan yang bidang pekerjaannya berhubungan dengan pemanfaatan alam sekitar dengan menghasilkan produk pertanian yang diperlukan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA CV JAYA MAKMUR KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT ANDRI HOTIB MUWAHID H

ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA CV JAYA MAKMUR KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT ANDRI HOTIB MUWAHID H 1 ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA CV JAYA MAKMUR KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT ANDRI HOTIB MUWAHID H34114044 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 5 Khasiat Buah Khasiat Cabai Merah. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Cabai Merah Keriting Cabai merah keriting atau lombok merah (Capsicum annum, L) merupakan tanaman hortikultura sayur sayuran semusim untuk rempah-rempah yang diperlukan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Definisi dan Konsep Risiko Menurut Frank Knight yang dikutip dalam Robison dan Barry (1987), risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pembuat

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penulusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor penting di Indonesia. Pembangunan pertanian

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor penting di Indonesia. Pembangunan pertanian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertanian merupakan sektor penting di Indonesia. Pembangunan pertanian diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan petani, memperluas lapangan pekerjaan di

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA DD. MUSHROOM DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT DODO PUTERA ANDESSA

ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA DD. MUSHROOM DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT DODO PUTERA ANDESSA i ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA DD. MUSHROOM DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT DODO PUTERA ANDESSA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. terhitung sejak pembuatan proposal penelitian. Pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2011.

IV METODE PENELITIAN. terhitung sejak pembuatan proposal penelitian. Pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2011. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai risiko produksi sayuran organik ini dilaksanakan di PT Masada Organik Indonesia, Desa Ciburial, Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

ANALISIS SUMBER-SUMBER RISIKO PADA PROSES PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH

ANALISIS SUMBER-SUMBER RISIKO PADA PROSES PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH ANALISIS SUMBER-SUMBER RISIKO PADA PROSES PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH (Studi Kasus: Usaha Rimba Jaya Mushroom, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) SKRIPSI ERCILIA SITUNGKIR H34096030

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN *

I. PENDAHULUAN * I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pengembangan hortikultura yang ditetapkan oleh pemerintah diarahkan untuk pelestarian lingkungan; penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan; peningkatan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan jasmani yang normal membutuhkan pangan yang cukup bergizi. Pangan yang bergizi terdiri dari zat pembakar seperti karbohidrat, zat pembangun misalnya protein,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Pada Tahun (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Pada Tahun (Miliar Rupiah) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah Negara yang luas dan sebagian besar penduduknya adalah petani. Hal ini menyebabkan pertanian merupakan menjadi tulang punggung dalam pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial dalam memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan ekonomi dan memegang peranan penting

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RISIKO PRODUKSI BUNCIS MINI PADA PD PACET SEGAR, KABUPATEN CIANJUR MARISA IBELA GUSTIANI

PENGELOLAAN RISIKO PRODUKSI BUNCIS MINI PADA PD PACET SEGAR, KABUPATEN CIANJUR MARISA IBELA GUSTIANI i PENGELOLAAN RISIKO PRODUKSI BUNCIS MINI PADA PD PACET SEGAR, KABUPATEN CIANJUR MARISA IBELA GUSTIANI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 ii ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin tinggi, hal tersebut diwujudkan dengan mengkonsumsi asupan-asupan makanan yang rendah zat kimiawi sebagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai risiko produksi wortel dan bawang daun dilakukan di Kawasan Agropolitan Cianjur Jawa Barat. Lokasi tersebut dipilih karena merupakan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Natalia Nursery. Perusahaan ini merupakan perusahaan pribadi yang memiliki dua lahan budidaya yaitu di Desa Tapos,

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI MERAH KERITING PADA KELOMPOKTANI PONDOK MENTENG DESA CITAPEN KECAMATAN CIAWI BOGOR

ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI MERAH KERITING PADA KELOMPOKTANI PONDOK MENTENG DESA CITAPEN KECAMATAN CIAWI BOGOR ANALISIS RISIKO PRODUKSI CABAI MERAH KERITING PADA KELOMPOKTANI PONDOK MENTENG DESA CITAPEN KECAMATAN CIAWI BOGOR SKRIPSI HELENTINA SITUMEANG H34096040 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN MANAJEMEN RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH USAHA MILIK BAPAK SUKAMTO DI DESA CIPAYUNG, KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR

KUESIONER PENELITIAN MANAJEMEN RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH USAHA MILIK BAPAK SUKAMTO DI DESA CIPAYUNG, KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR LAMPIRAN 70 Lampiran 1. Kuisioner Wawancara KUESIONER PENELITIAN MANAJEMEN RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH USAHA MILIK BAPAK SUKAMTO DI DESA CIPAYUNG, KECAMATAN MEGAMENDUNG KABUPATEN BOGOR Tanggal: No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengolah sumber daya alam pertanian dengan intensif. maka itu pilihan terakhir karena usaha di bidang lainnya gagal.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengolah sumber daya alam pertanian dengan intensif. maka itu pilihan terakhir karena usaha di bidang lainnya gagal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sektor pertanian di Indonesia sebagai negara agraris memiliki sumber daya alam yang melimpah.dalam pandangan orang awam, dengan potensi yang demikian tentu memberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Studi tentang petani dan usahatani, terutama dari aspek budidaya sudah cukup banyak dilakukan di Indonesia. Namun, kajian dan penelitian dalam hal pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.hal ini dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang diartikan pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK Analisis pendapatan usahatani paprika hidroponik meliputi analisis penerimaan, analisis biaya, analisis pendapatan, dan analisis R/C. Perhitungan usahatani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di daerah tropis karena dilalui garis khatulistiwa. Tanah yang subur dan beriklim tropis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil

Lebih terperinci

Paprika dengan nama latin Capsicum Annuum var Grossum ini termasuk. Pertanian, 2003). Adapun jenis-jenis paprika ada banyak, antara lain wonder bell,

Paprika dengan nama latin Capsicum Annuum var Grossum ini termasuk. Pertanian, 2003). Adapun jenis-jenis paprika ada banyak, antara lain wonder bell, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Paprika dengan nama latin Capsicum Annuum var Grossum ini termasuk ke dalam jenis hortikultura sayuran yang merupakan salah satu komoditas utama ekspor hortikultura Indonesia

Lebih terperinci

SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR

SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR AgroinovasI SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR Sayuran dan buah merupakan satu dari empat pilar pangan berimbang selain biji-bijian, protein dan sedikit susu yang dianjurkan dalam pemenuhan gizi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Istilah risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty) sering digunakan secara bersamaan atau bahwa risiko sama dengan ketidakpastian.

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko Sutawi (2008) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan salah satu upaya untuk menekan risiko yang dihadapi petani. Dengan cara mengalihkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Sabila Farm dan wilayah Desa Pakembinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengambilan data primer dilaksanakan

Lebih terperinci

PENGARUH RISIKO PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI PT. KUSUMA SATRIA DINASASRI WISATAJAYA BATU, MALANG

PENGARUH RISIKO PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI PT. KUSUMA SATRIA DINASASRI WISATAJAYA BATU, MALANG PENGARUH RISIKO PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI PT. KUSUMA SATRIA DINASASRI WISATAJAYA BATU, MALANG SKRIPSI RADITANTRI SETYARINI H34060194 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK PADA PT MASADA ORGANIK INDONESIA DI BOGOR JAWA BARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK PADA PT MASADA ORGANIK INDONESIA DI BOGOR JAWA BARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK PADA PT MASADA ORGANIK INDONESIA DI BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI PUTRI ANNISA CHER H34070052 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu bahan makanan penting yang dibutuhkan oleh manusia. Di dalam sayuran terkandung vitamin, karbohidrat, protein, dan mineral yang dibutuhkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Caisin merupakan tanaman dengan iklim sub-tropis, namun mampu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Caisin merupakan tanaman dengan iklim sub-tropis, namun mampu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Caisin merupakan tanaman dengan iklim sub-tropis, namun mampu beradaptasi dengan baik pada iklim tropis. Caisin pada umumnya banyak ditanam dataran rendah, namun dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara agraris yang sebagian besar masyarakatnya hidup pada sektor pertanian. Saat ini sektor pertanian sangat prospektif untuk dikembangkan, karena

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah Indonesia memiliki iklim dan wilayah tropis yang menyebabkan banyak tanaman dapat tumbuh dengan baik di Indonesia, sehingga wilayah dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam yang melimpah serta didukung dengan kondisi lingkungan, iklim, dan cuaca yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komoditas sayuran yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah satu sayuran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi wilayah (Badan Litbang Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TOMAT CHERRY PADA PD PACET SEGAR, KECAMATAN CIPANAS, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TOMAT CHERRY PADA PD PACET SEGAR, KECAMATAN CIPANAS, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI TOMAT CHERRY PADA PD PACET SEGAR, KECAMATAN CIPANAS, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI ASHABUL YAMIN H34104022 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH

VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH VI. ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH 6.1 Identifikasi Sumber-Sumber Risiko Produksi Identifikasi terhadap sumber-sumber risiko produksi yang terdapat pada usaha budidaya jamur tiram putih yang

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di seluruh dunia ada ribuan spesies jamur yang tersebar dari wilayah subtropis yang cenderung dingin sampai kawasan tropis yang hangat. Tradisi mengonsumsi jamur sudah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gaya hidup sehat atau kembali ke alam (Back to nature) telah menjadi trend baru masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat semakin menyadari bahwa penggunaan bahan-bahan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kawasan industri, perumahan dan gedung- gedung. perkebunan dapat meningkatkan penghasilan penduduk. Apabila ditinjau dari

BAB I PENDAHULUAN. kawasan industri, perumahan dan gedung- gedung. perkebunan dapat meningkatkan penghasilan penduduk. Apabila ditinjau dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki tanah yang sangat subur dan bisa dimanfaatkan untuk pertanian dan perkebunan, seperti padi, jagung, kopi, teh, cengkeh dan lain

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Bapak Maulid yang terletak di Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Bukit Baru, Kota Palembang, Provinsi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sektor pertanian di Indonesia perlu

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sektor pertanian di Indonesia perlu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang menopang kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sektor pertanian di Indonesia perlu terus dikembangkan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis menjelaskan mengenai teori-teori yang digunakan dalam penelitian yang berguna untuk membantu menjelaskan secara deskriptif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting karena selain sebagai penghasil komoditi untuk memenuhi kebutuhan pangan, sektor pertanian juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidroponik merupakan teknik budidaya tanaman tanpa menggunakan media tanah, melainkan menggunakan air sebagai media tanamnya. Keuntungan hidroponik adalah: (a) tidak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Mentimun

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Mentimun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Mentimun Mentimun atau ketimun mempunyai nama latin Cucumis Sativus L. Mentimun termasuk dalam keluarga labu-labuan (cucubitaceae). Sejarah mentimun berasal dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian adalah sektor penting dalam perekonomian Indonesia. Beberapa peran penting sektor pertanian yaitu menyerap tenaga kerja, sumber pendapatan bagi masyarakat,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki peluang besar dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah untuk memajukan sektor pertanian. Salah satu subsektor

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kentang merupakan komoditi hortikultura yang sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan oleh petani di Indonesia sebagian besar

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA CV WAHYU MAKMUR SEJAHTERA DESA GADOG KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT ANNISA AMALIA INDAH

ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA CV WAHYU MAKMUR SEJAHTERA DESA GADOG KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT ANNISA AMALIA INDAH i ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH PADA CV WAHYU MAKMUR SEJAHTERA DESA GADOG KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT ANNISA AMALIA INDAH DEPARTEMEN AGRBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci