TINJAUAN PUSTAKA Model dan Pemodelan Sistem
|
|
- Utami Setiabudi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TINJAUAN PUSTAKA Model dan Pemodelan Sistem Penggunaan model memegang peranan penting dalam dunia ilmu pengetahuan dan dunia bisnis. Istilah model sering diartikan sebagai suatu tiruan dalam kondisi yang sebenarnya atau dengan kata lain, model didefinisikan sebagai suatu representatif atau formalisasi dalam bahasa tertentu dari suatu sistem nyata atau merupakan penyederhanaan (abstraksi) dari sistem yang nyata dari sebuah kejadian atau objek tertentu (Kosasi, 2002). Model tidak mencakup semua aspek riil, tetapi hanya karena karakteristik yang esensial sesuai dengan konteks pemecahan masalah yang hendak dilakukan. Model digunakan untuk pembuatan konsep, mengukur suatu sistem, dan membuat perencanaan, model juga berguna dalam menguji hipotesis ilmiah, dengan cara membandingkan simulasi tersebut dengan observasi keadaan yang sesungguhnya. Suatu model yang baik memiliki beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan. Antara lain memiliki suatu kumpulan struktur data tertentu, misalnya dalam bentuk tabel, hubungan hirarki atau jaringan; suatu kumpulan operasi yang dapat diterapkan pada struktur data, misalnya pembaharuan, pencarian informasi dan kombinasi; suatu kumpulan aturan yang menetapkan atau mengubah status nilai pada struktur database (Kosasi, 2002). Selain itu, perilaku suatu model harus menyerupai sistem yang sesungguhnya dengan syarat tidak melanggar prinsip berpikir dari sebuah sistem. Simarmata (1985) membagi model menurut fungsi, referensi waktu dan struktur. Model, menurut fungsinya dibagi menjadi: 1. Model deskriptif yaitu model yang hanya menggambarkan situasi sebuah sistem tanpa rekomendasi dan peramalan. 2. Model prediktif yaitu model yang hanya menunjukkan apa yang akan terjadi bila sesuatu terjadi. 3. Model normatif yaitu model yang menyediakan jawaban terbaik terhadap suatu persoalan. Menurut referensi waktu, model dibagi menjadi: 1. Model statis yaitu model yang tidak memasukkan faktor waktu dalam perumusannya.
2 2. Model dinamis yaitu model yang mempunyai unsur waktu dalam perumusannya Pembagian model menurut struktur, yaitu: 1. Model ikonik yaitu model yang meniru sistem aslinya tapi ada skala tertentu. 2. Model analog yaitu model yang meniru sistem aslinya dengan hanya mengambil beberapa karakteristik utama dan menggambarkannya dengan benda atau sistem lain secara analog. 3. Model simbolik yaitu model yang menggambarkan sistem yang ditinjau dengan simbol-simbol matematika. Dalam hal ini sistem diwakili oleh variabel-variabel dan karakteristik sistem yang ditinjau. Menetsch dan Park (1977) mengemukakan bahwa sistem adalah segala bentuk struktur yang memiliki lebih dari dua komponen yang saling berinteraksi secara fungsional. Menurut Bartoscezuk dan Nakamori (2002) menyebutkan sistem dinamis adalah yang berhubungan dengan bagaimana segala sesuatu berubah dari waktu ke waktu, termasuk didalamnya apa yang sebagian besar orang anggap penting. Sistem ini menggunakan simulasi komputer untuk mengambil pengetahuan yang telah dipahami oleh kita mengenai dunia sekililing kita dan untuk memperlihatkan mengapa sistem sosial dan fisik kita berprilaku sebagaimana saat ini. Sistem dinamis menunjukkan bagaimana kebijakan pengambilan keputusan kita sebagian besar merupakan sebab dari problem yang bisanya kita timpakan pada orang lain, dan bagaimana caranya mengidentifikasikan kebijakan yang dapat kita turuti untuk dapat meningkatkan situasi. Gaspersz (1992) menyatakan, suatu sistem terdiri dari elemen-elemen yang tergantung dan bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Menggambarkan proses bekerjasamanya dalam keadaan yang sebenarnya adalah mustahil. Oleh karena itu perlu disederhanakan dengan jalan merangkaitkan keadaan suatu bentuk tertentunya disebut model. Pada dasarnya ada dua aspek dari model yaitu: (1) representasi yang merupakan pemetaan dari karakteristik sistem konkrit yang akan dipelajari, (2) abstraksi yang merupakan transformasi karakteristik sistem konkrit itu menggunakan simbol-simbol matematika sehingga biasa disebut model matematika. 5
3 Bahan Baku Pakan Lokal Ruminansia Berbasis Hasil Samping Pertanian dan Hasil Samping Industri Pertanian Salah satu keuntungan komparatif daerah beriklim tropis seperti Indonesia adalah peluang berlangsungnya proses fotosintesis oleh tanaman sepanjang tahun. Kondisi ini menawarkan produksi biomasa tanaman yang sangat besar yang dapat ditransformasikan menjadi bahan baku pakan ternak. Namun, ketersediaan bahan baku pakan lokal berbasis pertanian dan industri pertanian di Indonesia belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: 1) belum adanya data dan informasi yang akurat mengenai jumlah dan ketersediaan bahan baku pakan untuk ternak, 2) hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan aspek nutrisi maupun teknologi pengolahannya masih berkutat pada skala penelitian atau skala lapangan yang terbatas, 3) belum adanya produksi bahan baku pakan yang menghasilkan komposisi nutrisi dan prosedur pengolahannya yang baku, sehingga memiliki mutu yang standar, baik fisik maupun kimia, terutama di lokasi yang menjadi sumber bahan baku pakan (Sukria dan Krisnan, 2009). Bahan pakan lokal menurut Sukria dan Krisnan (2009) adalah setiap bahan baku yang merupakan sumberdaya lokal yang berpotensi dimanfaatkan sebagai pakan secara efesien oleh ternak, baik sebagai suplemen, komponen konsentrat atau pakan dasar. Bahan ransum sapi yang diberikan peternak dapat disederhanakan menjadi tiga yaitu: hijauan setempat, sumber energi (dedak padi, ubi kayu, dll) dan suplemen protein. Bahan pakan dapat berupa: 1) hasil sisa tanaman (crop residues), 2) hasil ikutan/samping/limbah tanaman (crop-by products), dan 3) hasil ikutan/samping/limbah industri agro (agroindustry-by products). Hasil sisa tanaman adalah bagian tanaman yag tersedia dan dapat dimanfaatkan sebagai pakan setelah produk utama dipanen. Hasil ikutan/samping tanaman adalah bagian tanaman yang tersedia dan dapat dimanfaatkan setiap saat selama umur tanaman. Hasil ikutan/samping industri agro adalah bahan atau produk samping yang dihasilkan industri pengolahan bahan baku asal pertanian menjadi produk hasil pertanian (Sukria dan Krisnan, 2009). Sukria dan Krisnan (2009) menyatakan bahwa berdasarkan kandungan SK bahan makanan ternak dapat dibagi ke dalam dua golongan yaitu bahan penguat 6
4 (konsentrat) dan hijauan. Konsentrat dapat berasal dari bahan pangan atau dari tanaman seperti serealia (misalnya jagung dan gandum), kacang-kacangan (misalnya kacang tanah dan kacang kedelai), umbi-umbian (ubi kayu dan ubi jalar), dan dapat juga berasal dari hewan (misalnya tepung tulang dan tepung ikan), atau hasil samping industri pertanian (misalnya dedak padi dan ampas tahu). Adapun hijauan yang biasa digunakan sebagai pakan adalah rumput lapang, hasil samping pertanian seperti jerami padi dan jerami jagung. Hasil samping pertanian dan industri pertanian memiliki potensi yang cukup besar sebagai sumber pakan ternak ruminansia (Mariyono dan Romjali, 2007). Sumber hasil samping pertanian diperoleh dari komoditi tanaman pangan yang ketersediaannya dipengaruhi oleh pola tanam dan luas area panen (Syamsu, 2006). Jenis hasil samping pertanian yang sering digunakan sebagai pakan ternak adalah jerami padi, jerami jagung, jerami kacang tanah, jerami kedelai, pucuk ubi kayu, dan pucuk ubi jalar (Djajanegara, 1999). Ketersediaan hasil samping pertanian ini dapat digunakan sebagai pakan ternak terutama di musim kemarau. Sedangkan beberapa hasil samping industri pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku pakan lokal diantaranya adalah dedak padi, limbah ubikayu (onggok dan gaplek), bungkil kelapa, ampas tahu, ampas tempe, dan hasil sampingan sawit (Sinurat, 2001). Jerami Padi Jerami padi merupakan hijauan dari tanaman padi setelah biji dan bulirnya dipetik untuk kepentingan manusia dan telah dipisahkan dari akarnya. Kualitas jerami padi sangat tergantung dengan beberapa faktor seperti kondisi iklim, waktu panen, kondisi lahan, dan pola tanam (Wanapat et al., 2009). Komponen seratnya sangat tinggi yaitu mengandung hemiselulosa 21-29%; selulosa 35-49% dengan nilai koefisien cerna bahan organik berkisar 31-59%; sedangkan kandungan lignin berkisar antara 4-8% (Sukria dan Krisna, 2009). Jerami padi mengandung bahan organik yang secara potensial dapat dicerna, oleh karena itu jerami padi merupakan sumber energi yang besar bagi ternak ruminansia, tetapi kenyataannya yang dapat dicerna oleh ternak ruminansia hanya 45-50% (Hidayat, 2002). Penggunaan jerami padi hasil bio-proses fermentatif menggunakan Probion selama 3 minggu dan 7
5 penambahan zink organik dalam pakan domba berpengaruh positif terhadap produktivitas ternak (Haryanto et al., 2005). Jerami Jagung Jerami jagung merupakan limbah yang ditinggalkan setelah jagung dipanen yang berupa daun dan batang. Jerami padi sudah banyak digunakan sebagai pakan ternak terutama sebagai pengganti sumber serat atau mengganti 50% dari rumput dan hijauan tetapi jerami jagung memiliki kecernaan dan kadar protein yang rendah. Jerami jagung juga memiliki sifat yang voluminous. Jerami jagung merupakan bahan makanan yang memiliki kualitas yang rendah dan tidak akan mencukupi untuk kebutuhan ternak kecuali jika diberi tambahan suplemen pada pakannya. Kandungan bahan kering jerami jagung 28%, protein 8,2% dan TDN 48% (Sukria dan Krisnan, 2009). Sebelum digunakan sebagai pakan ternak sebaiknya jerami jagung diolah terlebih dahulu. Pengolahan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas jerami dan daya simpan jerami jagung. Pengolahan jerami jagung dapat dilakukan dengan menjadikan jerami jagung sebagai hay atau silase. Pembuatan silase sebaiknya dilakukan segera setelah panen agar kadar air masih cukup untuk proses pembuatan silase (Parakkasi, 1999). Pemberian limbah tanaman jagung dalam bentuk hay, silase, atau fermentasi dibandingkan dengan pakan tradisional dapat meningkatkan bobot badan harian sapi (Anggraeny et al., 2005). Kualitas pakan dari biomassa jagung ini tidak berbeda dengan kualitas pakan yang diolah dari jerami sorgum yang juga dapat mencapai kadar protein 7,16 % - 11,78 % (Sajimin et al., 2003). Penambahan daun lamtoro atau bungkil kelapa pada kambing betina lokal yang mendapatkan pakan dasar jerami jagung dapat meningkatkan konsumsi pakan, kecernaan pakan, dan pertambahan bobot badan harian (Marsetyo, 2006). Silase ransum komplit berbasis hasil sampingan jagung dan sampingan ubi kayu menunjukkan kualitas fermentasi dan nutrisi yang baik setelah enam minggu ensilase serta layak disimpan sebagai sumber pakan ternak (Lendrawati, 2008). Daun Ubi Kayu Hampir 10-40% dari tanaman ubi kayu terdiri atas daun. Daun ubi kayu sangat baik untuk sumber protein karena mempunyai kandungan protein tinggi sekitar 28,8% akan tetapi defesien asam amino methionin dan sistein (Sukria dan 8
6 Krisnan, 2009). Daun ubi kayu mengandung protein dan lemak lebih tinggi dibanding tulang dan tangkai, akan tetapi abunya lebih rendah. Silase daun ubi kayu muda dapat memperbaiki nilai nutrisi ransum ternak. Wanapat et al. (2007) melaporkan hay daun ubikayu dapat menggantikan pemakaian bungkil kedele pada sapi perah di daerah tropis. Selain berfungsi sebagai sumber protein, daun ubikayu juga berperan sebagai anti cacing (anthelmintic) dan kandungan taninnya berpotensi meningkatkan daya tahan saluran pencernaan ternak terhadap mikroorganisme parasit (Wanapat dan Knampa, 2006). Tinggi rendahnya kandungan HCN merupakan pembatas dalam penggunaan daun ubi kayu sebagai pakan. Kandungan HCN daun ubi kayu dapat diturunkan dengan pengeringan, perebusan, penambahan methionin atau senyawa lain yang mengandung sulfur (Adegbola, 1977). Kavana et al. (2005) melaporkan perlakuan silase daun ubikayu selama 3 bulan dapat menurunkan kadar HCN dari 289 mg/kg menjadi 20,1 mg/kg. Perlakuan silase ransum komplit basis hasil sampingan ubi kayu mempunyai kualitas fermentasi dan nutrisi in vitro maupun in vivo lebih baik dibandingkan dengan silase ransum komplit berbasis hasil sampingan jagung dan sawit (Lendrawati, 2008). Pucuk Tebu Selain menghasilkan gula sebagai produk utama, tanaman tebu juga menghasilkan beberapa produk turunan yang dapat dimanfaatkan. Produk turunan terdiri dari dua kelompok yaitu hasil samping perkebunan dan hasil samping industri gula. Hasil samping perkebunan berupa pucuk tebu, sedangkan hasil samping industri gula berupa baggase, tetes/molases, dan blothong. Pucuk tebu adalah komponen hasil samping yang proporsinya mencapai 14% dari bobot total tanaman tebu (Wahyono dan Hardianto, 2004). Pucuk tebu memiliki daya cerna dan nilai gizi yang relatif rendah, hal tersebut dapat dilihat dari kandungan SK yang cukup tinggi. Akan tetapi dengan tindakan pengolahan kimiawi, hayati fisik, secara signifikan mampu meningkatkan daya cerna, kandungan gizi dan konsumsi pakan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pucuk tebu dapat menggantikan peran rumput gajah, tanpa memberikan efek negatif baik pada sapi potong maupun sapi perah. Kelebihan pucuk tebu adalah biasa dipanen pada musim kemarau, sehingga akan sangat membantu kontinyuitas penyediaan pakan. 9
7 Pucuk tebu dapat diproses dalam bentuk silase dan hay (kering), Pucuk tebu dalam bentuk hay mempunyai nilai nutrisi yang rendah yaitu BK 85%, PK 5,5%, dan EM 7 MJ/kg serta nilai kecernaan BK sebesar 27,5%. Apabila digunakan sebagai pakan ternak, pucuk tebu dapat digolongkan kedalam pakan hijauan berkualitas rendah. Selain nutrisinya, pucuk tebu juga memiliki faktor pembatas lain yaitu kemungkinan adanya residu zat kimia organoklorine (OCs). OCs seperti dieldrin yang digunakan sebagai pestisida di sebagian besar perkebunan tebu, bahan kimia ini cukup resisten dan berada di tanah sebagai residu. Jagung Jagung merupakan butiran yang mempunyai nilai TDN, net energi (NE), dan lemak yang tinggi, SK yang rendah dan kaya akan bahan ekstrak tanpa nitrogen (Beta-N) sehingga mudah dicerna. Akan tetapi kandungan PK jagung rendah dan defesiensi asam amino lisin. Mutu standar jagung dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Mutu Standar Jagung Komposisi Mutu I Kadar air (%) maksimum 14,0 Protein kasar (%) minimum 7,5 Serat kasar (%) maksimum 3,0 A b u (%) maksimum 2,0 Lemak (%) maksimum 3,0 Aflatoxin (pbb) maksimum 50,0 Ocratoxin (pbb) maksimum 5,0 Butir pecah (%) maksimum 5,0 Warna lain (%) maksimum 5,0 Benda asing (%) maksimum 2,0 Kepadatan (kg/cm 3 ) minimum 700 Sumber: SNI (1998) Jagung merupakan pakan yang sangat baik untuk ternak, jagung sangat disukai ternak dan pemakaiannya dalam ransum ternak tidak ada pembatasan, kecuali untuk ternak yang akan dipakai sebagai bibit. Pemakaian yang berlebihan untuk ternak ini dapat menyebabkan kelebihan lemak dan sulit untuk berproduksi. Jagung tidak mempunyai anti nutrisi dan sifat pencahar. 10
8 Ubi Kayu Tanaman ubi kayu merupakan tanaman yang potensial sebagai pakan ternak ruminansia. Seluruh bagian strukturnya dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan. Sebagai sumber serat dapat digunakan batangnya, sebagai sumber energi dapat digunakan umbinya, dan sebagai sumber protein dapat digunakan daunnya. Tanaman ubi kayu mulai berproduksi pada umur bulan, bila dilakukan penanaman secara tradisional dengan rataan produksi 5-12 ton per hektar, tetapi bila dilakukan penanaman dengan varietas yang baik dan dengan penanaman yang baik maka produksi rata-rata dapat mencapai ton per hektar. Jika sistem produksi dan panennya dapat dirancang dengan baik, maka tanaman ubi kayu dapat diandalkan sebagai pakan masa depan (Sukria dan Krisnan, 2009). Umbi kayu merupakan karbohidrat utama dan dapat menggantikan jagung sebagai sumber energi dalam ransum ternak babi dan unggas. Penggunaan ubi kayu dalam ransum harus diimbangi dengan protein yang lebih tinggi. Kadar Ca dan P cukup, akan tetapi kandungan asam oksalat yang tinggi (0,1-0,31), sehingga dapat mempengaruhi penyerapan Ca dan Zn. Mutu standar tepung ubi kayu dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Mutu Standar Tepung Ubi Kayu Komposisi Mutu I Kadar air (% b/b) maksimum 12 Serat kasar (% b/b) maksimum 4,0 A b u (% b/b) maksimum 1,5 Asam sianida (mg/kg) maksimum 40,0 Kehalusan (%) minimal 90,0 Cemaran Logam Timbal (Pb) (mg/kg) maksimum 1,0 Tembaga (Cu)(mg/kg) maksimum 10,0 Seng (Zn) (mg/kg) maksimum 40,0 Sumber: SNI (1996) Suatu faktor pembatas dalam penggunaan ubi kayu adalah racun asam sianida (HCN) yang terdapat dalam bentuk glikosida sianogenik dalam ubi kayu, yaitu 11
9 lanamarine (±93% dari bentuk glikosida sianogenik) dan lotaustarin (7%). Penggunaan ubi kayu dalam ransum ruminansia berdasarkan beberapa penelitian adalah 40-90%. Kandungan HCN dapat direduksi melalui proses pengeringan, perendaman, perebusan, fermentasi, dan kombinasi dari proses-proses ini (Sukria dan Krisnan, 2009). Dedak Padi Dedak padi merupakan sisa dari penumbukan atau penggilingan padi (Sukria dan Krisnan, 2009). Dedak padi didefinisikan sebagai hasil ikutan pengolahan padi menjadi beras terutama terdiri dari lapisan kulit ari. Banyaknya dedak padi yang dihasilkan bergantung pada cara pengolahan, jumlah dedak padi dapat mencapai 10% dari jumlah gabah yang digiling. Menurut Sofyan et al. (2000) angka konversi untuk dedak kasar adalah 14,44%. Sebanyak 26,99% dedak halus, 3% bekatul, dan 1-1,17% menir dapat dihasilkan dari berat gabah kering. Persyaratan mutu standar dedak padi dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Mutu Standar Dedak Padi Komposisi Mutu I Mutu II Mutu III Kadar air (%) maksimum Protein kasar (%) minimum Serat kasar (%) maksimum A b u (%) maksimum Lemak (%) maksimum Asam lemak bebas (% dari lemak) maks Calsium (%) 0,04-0,30 0,04-0,30 0,04-0,30 Fosfor (%) 0,6-1,6 0,6-1,6 0,6-1,6 Aflatoxin (ppb) maksimum Silika (%) maksimum Sumber: SNI (1996) Dedak padi pada usaha pembibitan dapat menggantikan konsentrat komersial hingga 100% terutama dedak padi kualitas sedang sampai baik yang biasa disebut dengan pecah kulit (PK) 2 atau separator (Mariyono dan Romjali, 2007). Dedak padi 12
10 mempunyai kandungan serat kasar yang cukup tinggi, penggunaan yang terlalu tinggi dikhawatirkan memberi pengaruh negatif pada ternak. Menurut Sofyan et al. (2000) pemanfaatan dedak padi dalam ransum ternak umumnya sampai 25% dari campuran konsentrat. Pembatas dilakukan karena pemakaian dedak padi dalam jumlah besar dapat menyebabkan susahnya pengosongan saluran pencernaan karena sifat pencahar pada dedak. Pemakaian dedak padi dalam jumlah besar dapat memungkinkan ransum tersebut mudah mengalami ketengikan selama penyimpanan karena dedak mengandung lemak yang tinggi (14-18%). Masalah ketengikan dapat diatasi dengan jalan pengeringan/pemanasan segera setelah penggilingan padi, atau dengan menggunakan zat anti ketengikan. Penambahan kapur atau zeolit dalam penyimpanan dedak padi dapat mengurangi peningkatan kadar air, oksidasi dan hidrolisis lemak sampai dengan penyimpanan dua belas minggu dibandingkan tanpa penambahan kapur atau zeolit. Kapur dan zeolit memberikan efektivitas yang sama dalam menekan pertumbuhan kapang selama penyimpanan dedak padi. Pengolahan dedak dapat dilakukan dalam tiga perlakuan, yaitu perlakuan fisik, perlakuan kimia, dan perlakuan biologi. Sama halnya dengan pengolahan limbah pertanian yang lain, pengolahan dedak bertujuan untuk meningkatkan kualitas, memperbaiki daya simpan, dan menghilangkan hambatan dalam penggunaannya sebagai pakan ternak. Pengolahan fisik dapat dilakukan dengan dua pendekatan. Pendekatan pertama dengan pendekatan perbaikan sistem penggilingan, perdekatan kedua dengan klasifikasi dedak. Sejauh ini, dedak padi bukan lagi sebagai limbah, tetapi telah menjadi hasil samping yang mempunyai pasar tersendiri. Pemanfaatan utama adalah industri pakan ternak. Pemanfaatan lain yang telah berkembang dan peralatannya sudah dijual secara komersial adalah mengolahnya menjadi pellet. Ampas Tahu Pada industri pembuatan tahu akan dihasilkan hasil samping industri berupa ampas tahu. Angka konversi ampas tahu menurut Tabrany (2006) adalah 28-37,5% dengan angka konversi rata-rata sebesar 33,27% dan menurut Sofyan et al. (2000) angka konversi untuk ampas tahu antara 25-67% dengan angka konversi rata-rata 13
11 39,02%. Ampas tahu berasal dari kacang kedelai sehinga anti nutrisi yang terdapat dalam ampas tahu adalah sama dengan kedelai, hanya saja konsentrasinya lebih sedikit karena mengalami pengolahan. Ampas tahu merupakan hasil samping industri pertanian yang dapat digunakan sebagai pakan ternak karena mengandung zat gizi yang cukup tinggi. Ampas tahu tidak mempunyai sifat pencahar akan tetapi mempunyai kadar air yang tinggi, yaitu sekitar 89,96% karena dihasilkan dalam bentuk basah sehingga tidak tahan terhadap penyimpanan. Pemberian ampas tahu sebagai pakan konsentrat ruminansia biasanya diberikan dalam bentuk basah karena lebih disukai ternak dari pada diberikan dalam bentuk kering (Tabrany,2006). Ketersediaan ampas tahu pada masing-masing daerah bergantung dari jumlah pabrik tahu dan kesanggupan untuk memproduksi tahu daerah tersebut. Komposisi kimia ampas tahu juga sangat bergantung pada proses pembuatan yang beragam. Penggunaan ampas tahu berkisar 12-95% dari campuran konsentrat. Berdasarkan kandungan airnya, sebaiknya ampas tahu tidak diberikan lebih dari 41% (Sukria dan Krisnan, 2009). Ampas Tempe Ampas tempe (kulit ari kedelai) merupakan hasil samping dari industri pembuatan tempe. Ampas tempe ini dihasilkan dari proses perendaman dan perebusan kacang kedelai yang kemudian dilakukan pelepasan kulit ari kedelai dan selanjutnya dilakukan peragian dan pembungkusan, adapun angka konversi ampas tempe sebesar 10-15% dengan konversi rata-rata sebesar 12,5%. Kandungan protein kasar ampas tempe cukup baik sebesar 17,93% akan tetapi memiliki kandungan serat kasar yang cukup tinggi yaitu sebesar 17,70% (Tabrany 2006). Industri Pakan Berkelanjutan Industri pengolahan adalah semua kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa yang bukan tergolong produk primer. Produk primer adalah produk - produk yang tergolong bahan mentah, yang dihasilkan oleh kegiatan eksploitasi sumberdaya alam hasil pertanian, kehutanan, kelautan, dan pertambangan, dengan kemungkinan mencakup produk pengolahan awal sampai dengan bentuk dan spesifikasi teknis yang standar dan lazim diperdagangkan sebagai produk primer (Deperind, 2005). 14
12 Industri pakan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu bahan pakan baik secara manual, mekanis, dan kimia menjadi pakan yang dapat dikonsumsi ternak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Kebutuhan gizi yang dimaksud adalah kebutuhan gizi untuk hidup pokok dan kebutuhan gizi untuk berproduksi dan bereproduksi. Industri pakan ternak merupakan bagian yang sangat penting dalam jaringan global produksi pangan manusia dan mata rantai utama dalam rantai pangan manusia (Gill, 1994). Industri pakan ternak di dalam negeri sangat berperan mendukung industri peternakan dalam menyediakan ketersediaan konsumsi daging dan produk turunannya bagi masyarakat sebagai tambahan sumber protein. Pakan memiliki kontribusi 70% dari total biaya produksi peternakan, sehingga tetap menjadi suatu bisnis yang cerah. Peternakan yang modern dapat meneruskan perannya sebagai perputaran utama pertanian. Dengan industri pakan, peternakan mengubah hasil samping pertanian yang tidak dapat dimakan dalam jumlah yang sangat banyak dan hasil samping industri lainnya menjadi pangan untuk manusia (Gill, 1994). Dalam industri pakan, untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal bergantung pada harga pembelian bahan baku. Selain pertimbangan harga, industri pakan juga harus memikirkan kualitas dan kontinyuitas ketersediaan bahan tersebut. Industri pakan kemungkinan tidak akan memakai bahan pakan yang ketersediaannya tidak terjamin, walaupun bahan tersebut murah dan mempunyai kualitas baik. Sukria dan Krisnan (2009) menyatakan bahwa dalam pengembangan pakan alternatif sangat penting melihat kemungkinan penggunaan bahan selain untuk pakan. Banyak bahan hasil sisa, hasil samping pertanian dan industri pertanian dapat digunakan untuk keperluan lain yang mungkin saja lebih ekonomis dibandingkan sebagai pakan ternak. Menurut Kumar et al. (2002) beberapa kemungkinan penggunaan non pakan adalah 1) materi perbaikan kondisi tanah (kesuburan, aerasi, infiltrasi, dan penyimpanan air), 2) materi proses konversi biologis (ligno-selulosa) untuk menghasilkan etanol dari bahan sisa tanaman dengan kandungan serat tinggi, dan 3) penggunaan sebagai bahan bakar untuk pemanas seperti boiler dalam berbagai industri yang semakin meningkat. 15
13 Feedmill (pabrik pakan) merupakan salah satu komponen pendukung industri pakan dalam menyediakan pakan yang dapat dikonsumsi ternak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Menurut Direktorat Budidaya Ternak Non-Ruminansia (2010) menyatakan bahwa untuk membangun pabrik pakan perlu memperhatikan empat aspek penting yaitu: 1) pengelolaan pabrik pakan meliputi penentuan lokasi, persyaratan bangunan, tata letak bangunan, kebutuhan peralatan; 2) pengelolaan bahan baku meliputi survei ketersediaan bahan baku, perhitungan kebutuhan pakan, dan pembuatan formula pakan; 3) pengolahan bahan baku; 4) pelatihan yang terdiri dari pelatihan operasionalisasi alsin dan pelatihan formulasi pakan. Hal pertama yang perlu diperhatikan dalam industri pakan ternak adalah penentuan lokasi pabrik. Penentuan lokasi pabrik sangat menentukan kelangsungan hidup pabrik pakan. Pabrik pakan sebaiknya didirikan di wilayah yang diprioritaskan untuk pengembangan daerah industri yang direkomendasikan. Proses pengolahan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap mutu pakan, disamping faktor lain, seperti bahan pakan, bahan tambahan, peralatan pengolahan, serta perhitungan formulasi. Sebelum melakukan formulasi pakan dan mengolah bahan pakan menjadi pakan jadi, perlu dilakukan dulu survei ketersediaan bahan pakan, penghitungan kebutuhan pakan serta harus dipahami informasi yang berkaitan dengan tujuan penggunaan bahan pakan, syarat-syarat bahan pakan, uji mutu bahan pakan, fungsi bahan pakan, bahan pakan yang umum digunakan, dan bahan pakan substitusi (Direktorat Budidaya Ternak Non- Ruminansia, 2010). Sebelum mengolah pakan dalam jumlah yang cukup besar, perlu diperhatikan informasi tentang keberadaan bahan pakan. Pakan yang akan digunakan harus memenuhi persyaratan antara lain : mengandung nilai nutrisi tinggi, mudah diperoleh, mudah diolah, tidak mengandung racun (antinutrisi), harga murah dan terjangkau, butirannya halus atau bisa dihaluskan. Formula pakan sangat mempengaruhi mutu/kualitas produk pakan yang dihasilkan, untuk itu penguasaan formula pakan sangat diperlukan. Adapun tahaptahap dalam menyusun ransum adalah : 1. Menentukan standar kebutuhan nutrien untuk spesifik ternak tertentu (umur, sex, BB, jenis produksi). 16
14 2. Memilih bahan pakan yang tersedia dan mengetahui komposisi nutrisinya. 3. Memasukkan harga bahan pakan (termasuk biaya transportasi, processing, storage). 4. Memperhatikan keterbatasan penggunaan bahan pakan (limiting factor). 5. Menentukan metode formulasi yang akan dipakai. Adapun yang dimaksud dengan sustainabilty (keberlanjutan) dapat diartikan sebagai upaya pengelolaan sumberdaya dan usaha melalui penerapan teknologi dan kelembagaan secara berkesinambungan bagi generasi kini dan masa depan. Konsep LEISA (low-external-input and sustainable agriculture) yang dikenal dalam pertanian berkelanjutan yaitu pertanian yang mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam dan manusia yang tersedia di tempat dan yang secara ekonomis layak, mantap secara ekologis, disesuaikan menurut budaya dan adil secara sosial. Pemanfaatan input luar tidak dikesampingkan namun hanya sebagai pelengkap pemanfaatan sumberdaya lokal (Reinjtjes, 2003). Pemahaman lain terhadap konsep berkelanjutan dikemukakan oleh Roderic dan Mappen (1997) bahwa berkelanjutan memerlukan pengelolaan tentang: (1) skala keberlajutan ekonomi terhadap dukungan sistem ekologi, (2) pembagian distribusi sumberdaya dan kesempatan antara generasi sekarang dan generasi yang akan datang secara berimbang/adil, dan (3) efesiensi dalam pengalokasian sumberdaya. 17
TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan
TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Pakan Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang
Lebih terperinciMODEL INDUSTRI PAKAN RUMINANSIA BERKELANJUTAN DI KABUPATEN JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH SKRIPSI KHOLISHOTUL FAUZIYAH
MODEL INDUSTRI PAKAN RUMINANSIA BERKELANJUTAN DI KABUPATEN JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH SKRIPSI KHOLISHOTUL FAUZIYAH DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinciKOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN
KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN NINA MARLINA DAN SURAYAH ASKAR Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002 RINGKASAN Salah satu jenis pakan
Lebih terperinciFORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN
AgroinovasI FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN Usaha penggemukan sapi potong semakin menarik perhatian masyarakat karena begitu besarnya pasar tersedia untuk komoditas ini. Namun demikian,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha penggemukan. Penggemukan sapi potong umumnya banyak terdapat di daerah dataran tinggi dengan persediaan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan menjadi salah satu faktor penentu dalam usaha peternakan, baik terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan tercapai bila mendapat
Lebih terperinciDitulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39
Ketersediaan sumber pakan hijauan masih menjadi permasalahan utama di tingkat peternak ruminansia. Pada musim kemarau tiba mereka terpaksa harus menjual dengan harga murah untuk mengatasi terbatasnya hijauan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. pertanian atau sisa hasil pertanian yang bernilai gizi rendah sebagai bahan pakan
1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan utama makanan ternak ruminansia adalah hijauan pada umumnya, yang terdiri dari rumput dan leguminosa yang mana pada saat sekarang ketersediaannya mulai terbatas
Lebih terperinciII. KERANGKA PENDEKATAN TEORI
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Ketersediaan Limbah Pertanian Pakan ternak sangat beragam tergantung varietas tanaman yang ditanam petani sepanjang musim. Varietas tanaman sangat berdampak
Lebih terperinciKONSENTRAT TERNAK RUMINANSIA
KONSENTRAT TERNAK RUMINANSIA Indonesia adalah negara TROPIS Dengan ciri khas kualitas rumput yang rendah Pemberian pakan hanya dengan rumput Pemberian pakan campuran rumput dan konsentrat hijauan hijauan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Berdasarkan hasil analisa proksimat, kandungan zat makanan ransum perlakuan disajikan pada Tabel 10. Terdapat adanya keragaman kandungan nutrien protein, abu
Lebih terperinciSILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA
AgroinovasI SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA Ternak ruminansia seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan rusa dan lain-lain mempunyai keistimewaan dibanding ternak non ruminansia yaitu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelinci adalah salah satu ternak penghasil daging yang dapat dijadikan sumber protein hewani di Indonesia. Sampai saat ini masih sangat sedikit peternak yang mengembangkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutrisi yang sesuai sehingga dapat dikonsumsi dan dapat dicerna oleh ternak yang
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakan Pakan merupakan bahan baku yang telah dicampur menjadi satu dengan nutrisi yang sesuai sehingga dapat dikonsumsi dan dapat dicerna oleh ternak yang penting untuk perawatan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia, dikarenakan kebutuhan akan susu domestik dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan
Lebih terperinciPetunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi
Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi i PETUNJUK PRAKTIS MANAJEMEN PENGELOLAAN LIMBAH PERTANIAN UNTUK PAKAN TERNAK SAPI Penyusun: Nurul Agustini Penyunting: Tanda Sahat Panjaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan penyuplai kebutuhan daging terbesar bagi kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan yang sedang mengalami peningkatan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Evaluasi Ketersediaan Sumber Bahan Pakan Lokal bagi Industri Pakan Ruminansia Hasil identifikasi sumber bahan pakan lokal meliputi jenis sumber bahan pakan lokal,
Lebih terperinciPengembangan ternak ruminansia di negara-negara tropis seperti di. kemarau untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak ruminansia yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan ternak ruminansia di negara-negara tropis seperti di Indonesia, dihadapkan pada kendala pemberian pakan yang belum memenuhi kebutuhan ternak. Ketersediaan
Lebih terperinciMakanan Kasar (Roughage) Pakan Suplemen (Supplement) Pakan Aditive (Additive)
M.K. Teknik Formulasi Ransum dan Sistem Informasi Pakan Jenis Bahan Pakan Konsentrat (Concentrate) Makanan Kasar (Roughage) Pakan Suplemen (Supplement) Pakan Aditive (Additive) 1 Bahan-bahan Konsentrat
Lebih terperinciRansum Ternak Berkualitas (Sapi, Kambing, dan Domba)
Ransum Ternak Berkualitas (Sapi, Kambing, dan Domba) Cuk Tri Noviandi, S.Pt., M.Anim.St., Ph.D. HP: 0815-7810-5111 E-mail: Laboratorium Teknologi Makanan Ternak Departemen Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas
Lebih terperinciSAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt
SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt Sampah merupakan limbah yang mempunyai banyak dampak pada manusia dan lingkungan antara lain kesehatan, lingkungan, dan sosial ekonomi.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan pakan yang cukup, berkualitas, dan berkesinambungan sangat menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan akan meningkat seiring
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien dan Asam Fitat Pakan Pakan yang diberikan kepada ternak tidak hanya mengandung komponen nutrien yang dibutuhkan ternak, tetapi juga mengandung senyawa antinutrisi.
Lebih terperinciPemanfaatan Sumber Daya Pakan Lokal Untuk Pengembangan Peternakan YENNI YUSRIANI
Pemanfaatan Sumber Daya Pakan Lokal Untuk Pengembangan Peternakan Pendahuluan YENNI YUSRIANI Peluang besar dalam peternakan masih terbuka untuk mengembangkan ternak ruminansia karena adanya potensi sumber
Lebih terperinciDitulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39
Jawabannya tentu tidak. Ada beberapa teknologi pengawetan hijauan pakan ternak seperti silase, hay, amoniasi, fermentasi. Namun masing-masing teknologi tersebut mempnuyai kekurangan dan kelebihan. Salah
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia. Selain menghasilkan produksi utamanya berupa minyak sawit dan minyak inti sawit, perkebunan kelapa
Lebih terperinciPada ternak ruminansia adalah keharusan Faktor yang mempengaruhi kualitas: Sebagai sumber Energi dan Protein Pemilihan Bahan Konsentrat:
Jenis Bahan Pakan Konsentrat (Concentrate) Makanan Kasar (Roughage) Pakan Suplemen (Supplement) Pakan Aditive (Additive) M.K. Teknik Formulasi Ransum dan Sistem Informasi Pakan Bahan-bahan Konsentrat Sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam broiler merupakan salah satu ternak yang penting dalam memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Ransum merupakan faktor yang penting dalam peningkatan produksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Undang-undang No.18 Tahun 2012 tentang Pangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memberikan komitmen tinggi terhadap pembangunan ketahanan pangan sebagai komponen strategis dalam pembangunan nasional. Undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah merupakan hasil sisa produksi dari pabrik maupun rumah tangga yang sudah tidak dimanfaatkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah merupakan hasil sisa produksi dari pabrik maupun rumah tangga yang sudah tidak dimanfaatkan. Sisa hasil produksi tersebut jika tidak dimanfaatkan kembali akan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan di Indonesia sampai saat ini masih sering dihadapkan dengan berbagai masalah, salah satunya yaitu kurangnya ketersediaan pakan. Ketersediaan pakan khususnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produktivitas ternak dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah pakan. Davendra, (1993) mengungkapkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan berat badan maupun
Lebih terperinciPENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
PENDAHULUAN Latar Belakang Ternak dan hasil produksinya merupakan sumber bahan pangan protein yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Perkembangan populasi ternak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi Kandungan nutrien biomineral tanpa proteksi dan yang diproteksi serta mineral mix dapat dilihat pada Tabel 7. Kandungan nutrien biomineral
Lebih terperinciPENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara
Lebih terperinciPENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ransum merupakan campuran bahan pakan yang disusun untuk memenuhi kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting dalam pemeliharaan ternak,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Pellet Kandungan nutrien suatu pakan yang diberikan ke ternak merupakan hal penting untuk diketahui agar dapat ditentukan kebutuhan nutrien seekor ternak sesuai status
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah merupakan salah satu jenis sapi yang dapat mengubah pakan
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Perah Sapi perah merupakan salah satu jenis sapi yang dapat mengubah pakan yang dikonsumsi menjadi susu sebagai produk utamanya baik untuk diberikan kepada anaknya maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian rakyat Indonesia, namun dilain pihak dampak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu dan teknologi menimbulkan dampak positif bagi perkembangan perekonomian rakyat Indonesia, namun dilain pihak dampak negatifnya berupa makin banyaknya limbah
Lebih terperinciPENDAHULUAN. yang berasal dari bagian biji pada kebanyakan tanaman lebih banyak. diantaranya adalah daun singkong (Manihot utilisima).
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber perolehan protein untuk ternak berasal dari bahan nabati dan hewani. Bahan-bahan sumber protein nabati diperoleh dari tanaman. Bagian tanaman yang banyak mengandung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternak Indonesia pada umumnya sering mengalami permasalahan kekurangan atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai pakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Kambing merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat populer, mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, dan mampu beradaptasi
PENDAHULUAN Kambing merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat populer, mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, dan mampu beradaptasi dengan lingkungan ekstrem, cukup mudah pengembangannya dan tidak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakan Ayam Pakan merupakan bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan,ataupun bahan lain yang diberikan kepada ternak. Pakan tersebut diberikan kepada ayam dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat. Menurut Trubus (2012), permintaan
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. diikuti dengan meningkatnya limbah pelepah sawit.mathius et al.,
I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi yang menurun dan meningkatnya impor daging di Indonesia yang dikarenakan alih fungsi lahan yang digunakan untuk pembuatan perumahan dan perkebunan. Untuk memenuhi
Lebih terperinci1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.
1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein hewani merupakan zat makanan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak puyuh mempunyai potensi yang tinggi untuk dikembangkan baik sebagai penghasil telur maupun penghasil daging. Menurut Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012)
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi
1 I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak dikembangbiakan oleh masyarakat. Pemeliharaan domba yang lebih cepat dibandingkan ternak sapi, baik sapi
Lebih terperinciPETUNJUK PRAKTIKUM MATA KULIAH ILMU NUTRISI TERNAK NON RUMINANSIA. Materi 1 : Formulasi Pakan
PETUNJUK PRAKTIKUM MATA KULIAH ILMU NUTRISI TERNAK NON RUMINANSIA Materi 1 : Formulasi Pakan FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016 ORGANISASI MATERI MENYUSUN FORMULA PAKAN BERBAGAI METODE
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan pelengkap (Hartadi dkk., 1991). Konsentrat terdiri dari campuran jagung,
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakan Konsentrat Konsentrat adalah suatu bahan pakan yang dipergunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan makanan dan dimaksudkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu kegiatan pembangunan yang menjadi skala prioritas karena dapat memenuhi kebutuhan protein hewani yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Lebih terperinciPemanfaatan Kulit Nanas Sebagai Pakan Ternak oleh Nurdin Batjo (Mahasiswa Pascasarjana Unhas)
Pemanfaatan Kulit Nanas Sebagai Pakan Ternak oleh Nurdin Batjo (Mahasiswa Pascasarjana Unhas) PENDAHULUAN Sebagaimana kita ketahui, di negara Indonesia banyak ditumbuhi pohon nanas yang tersebar di berbagai
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Padi Organik Dan Bekatul Organik. ditanam dan diolah menurut standar yang telah ditetapkan (IRRI, 2007).
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Padi Organik Dan Bekatul Organik. Padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L yang meliputi kurang lebih 25 spesies tersebar di daerah tropis dan daerah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. Disebut beras analog karena bentuknya yang oval menyerupai beras, tapi tidak terproses
Lebih terperinciJENIS PAKAN. 1) Hijauan Segar
JENIS PAKAN 1) Hijauan Segar Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada ternakdalam bentuk segar, baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh manusia) maupun yang tidak (disengut langsung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas maupun kontinuitasnya merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan usaha peternakan
Lebih terperinciPENGANTAR. Latar Belakang. 14,8 juta ekor adalah sapi potong (Anonim, 2011). Populasi sapi potong tersebut
PENGANTAR Latar Belakang Populasi ternak khususnya ruminansia besar yaitu sapi potong, sapi perah dan kerbau pada tahun 2011 adalah 16,7 juta ekor, dari jumlah tersebut 14,8 juta ekor adalah sapi potong
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dengan melakukan persiapan dan pembuatan ransum di Laboratorium Industri Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pellet dilakukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu daerah di provinsi Lampung yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan jagung, sehingga
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian
Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan
Konsumsi Bahan Kering (BK) HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan proses produksi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nutrien pakan dan juga produk mikroba rumen. Untuk memaksimalkan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produktivitas ternak ruminansia sangat tergantung oleh ketersediaan nutrien pakan dan juga produk mikroba rumen. Untuk memaksimalkan produktivitas ternak tersebut selama
Lebih terperinciPRAKTIKUM III PENGENALAN BAHAN PAKAN TERNAK (FEEDS STUFF)
3.1 Landasan Teori PRAKTIKUM III PENGENALAN BAHAN PAKAN TERNAK (FEEDS STUFF) Berbagai ragam bahan makanan ternak telah dikenal dan dipergunakan sebagai bahan penyusun Pakan untuk memenuhi kebutuhan ternak
Lebih terperinciPENGERTIAN LIMBAH A C. Gambar 1. Ilustrasi hubungan antara limbah (A), bahan pakan konvensional (B) dan bahan pakan non konvensional (C)
PENDAHULUAN 1 Penyediaan dan pengadaan pakan, baik untuk ternak ruminansia maupun non ruminansia, pada saat tertentu seringkali menghadapi permasalahan yang berulang. Bagi sebagian besar wilayah di Indonesia,
Lebih terperinciMEMBUAT SILASE PENDAHULUAN
MEMBUAT SILASE Oleh : Drh. Linda Hadju BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI 2014 PENDAHULUAN Hijauan merupakan sumber pakan utama untuk ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dan domba). Untuk meningkatkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Tanaman Singkong Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang cukup potensial di Indonesia selain padi dan jagung. Tanaman singkong termasuk
Lebih terperinciPETUNJUK PRAKTIKUM MATA KULIAH ILMU NUTRISI TERNAK NON RUMINANSIA. Materi: Formulasi Pakan
PETUNJUK PRAKTIKUM MATA KULIAH ILMU NUTRISI TERNAK NON RUMINANSIA Materi: Formulasi Pakan FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017 ORGANISASI MATERI MENYUSUN FORMULA PAKAN BERBAGAI METODE
Lebih terperinciKADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA
0 KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi Bali adalah salah satu bangsa sapi murni yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus) dan mempunyai bentuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tepung terigu sangat dibutuhkan dalam industri pangan di Indonesia. Rata-rata kebutuhan terigu perusahaan roti, dan kue kering terbesar di Indonesia mencapai 20 ton/tahun,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Nutrien Konsumsi pakan merupakan faktor penting untuk menentukan kebutuhan hidup pokok dan produksi karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan maka dapat ditentukan kadar
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Sayuran Menurut Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo PP 85/1999, limbah didefinisikan sebagai buangan dari suatu usaha atau kegiatan manusia. Salah satu limbah yang banyak
Lebih terperinciPENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi sapi perah yang sedikit, produktivitas dan kualitas susu sapi yang rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat Jenderal Peternakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Statistik peternakan pada tahun 2013, menunjukkan bahwa populasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Statistik peternakan pada tahun 2013, menunjukkan bahwa populasi kambing di Indonesia berjumlah 18 juta ekor. Jumlah ini sangat besar dibandingkan dengan jenis ternak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Perkembangan Produksi Kakao di Indonesia. Kakao (Theobrema cocoa L.) merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Produksi Kakao di Indonesia Kakao (Theobrema cocoa L.) merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan penting yang secara historis pertama kali dikenal di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperlukannya diversifikasi makanan dan minuman. Hal tersebut dilakukan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan konsumsi masyarakat yang terus berkembang membuat diperlukannya diversifikasi makanan dan minuman. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan alternatif yang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biskuit Pakan Biskuit pakan merupakan inovasi bentuk baru produk pengolahan pakan khusus untuk ternak ruminansia. Pembuatan biskuit pakan menggunakan prinsip dasar pembuatan
Lebih terperinciPENGANTAR. Latar Belakang. kegiatan produksi antara lain manajemen pemeliharaan dan pakan. Pakan dalam
PENGANTAR Latar Belakang Peningkatan produksi peternakan tidak terlepas dari keberhasilan dalam kegiatan produksi antara lain manajemen pemeliharaan dan pakan. Pakan dalam kegiatan produksi ternak sangat
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Rataan konsumsi rumput, konsentrat
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5
TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci domestik (Oryctolagus cuniculus) merupakan keturunan dari kelinci liar Eropa yang berasal dari negara sekitar Laut Mediterania dan dibawa ke Inggris pada awal abad 12 (NRC,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong. Pemanfaatan limbah industri gula tebu sebagai pakan alternatif merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penting dalam peningkatan produktivitas ternak ruminansia adalah ketersediaan pakan yang berkualitas, kuantitas, serta kontinuitasnya terjamin, karena
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam broiler mempunyai potensi yang besar dalam memberikan sumbangan terhadap pemenuhan kebutuhan konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia, karena sifat proses produksi
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK
KARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK Karya tulis ilmiah ini dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah yaitu Pendidikan Bahasa Indonesia dari Dosen : Rika Widiawati,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pakan ternak. Produksi limbah perkebunan berlimpah, harganya murah, serta tidak
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya harga pakan untuk unggas merupakan masalah yang sering dihadapi peternak saat ini. Tidak sedikit peternak yang gulung tikar dikarenakan tidak mampu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hijauan merupakan bahan pakan sumber serat yang sangat diperlukan bagi kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al. (2005) porsi hijauan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani, terutama daging kambing, menyebabkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. Buah nenas merupakan produk terpenting kedua setelah pisang. Produksi nenas mencapai 20%
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat mencapai 60%-80% dari biaya produksi (Rasyaf, 2003). Tinggi rendahnya
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Dalam membangun suatu usaha peternakan terdapat tiga manajemen penting agar usaha tersebut berhasil yaitu manajemen bibit, manajemen tatalaksana dan manajemen pakan.
Lebih terperinciTANAMAN PENGHASIL PATI
TANAMAN PENGHASIL PATI Beras Jagung Sagu Ubi Kayu Ubi Jalar 1. BERAS Beras (oryza sativa) terdiri dari dua jenis, yaitu Japonica yang ditanam di tanah yang mempunyai musim dingin, dan Indica atau Javanica
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan. Oleh karena
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan, lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan, oleh karena itu penyediaan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Performa Produksi Bobot Badan Akhir dan Pertambahan Bobot Badan Harian Bobot badan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui performa produksi suatu ternak. Performa produksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komersial dilakukan secara setahap dengan hasil samping berupa dedak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia pada umumnya proses penggilingan padi secara komersial dilakukan secara setahap dengan hasil samping berupa dedak atau bekatul, yang selama ini sering
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA
PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun
Lebih terperinciUMMB ( Urea Molasses Multinutrient Block) Pakan Ternak Tambahan bergizi Tinggi
UMMB ( Urea Molasses Multinutrient Block) Pakan Ternak Tambahan bergizi Tinggi Salah satu masalah yang umum dihadapi oleh peternak tradisional adalah rendahnya mutu pekan dengan kandungan serat kasar yang
Lebih terperinci