BAB IV ANALISA KUALITAS LAYANAN VOIP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISA KUALITAS LAYANAN VOIP"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISA KUALITAS LAYANAN VOIP 4.1 Teknik Kompresi Suara Pada Jaringan IP Kualitas suara aplikasi VoIP pada jaringan MPLS diharapkan mampu setara dengan kualitas suara pada jaringan telepon biasa atau PSTN. Hal yang penting agar tercapai kualitas yang diharapkan, maka pada perangkat yang digunakan untuk VoIP harus mampu melakukan teknik kompresi suara. Teknik ini dilakukan pada voice coding. Untuk standar kompresi ini, ITU-T telah merekomendasikan beberapa standar implementasi VoIP. Gambaran singkat mengenai fungsi kompresi, sebuah kanal video yang baik tanpa dikompresi akan mengambil bandwidth sekitar 9 Mbps. Sebuah kanal suara (audio) yang baik tanpa dikompresi akan mengambil bandwidth 64 Kbps. Dengan adanya teknik kompresi, kita dapat menghemat sebuah kanal video menjadi sekitar 30 Kbps dan kanal suara menjadi 6 kbps (half duplex), artinya sebuah saluran internet yang tidak terlalu cepat sebetulnya dapat digunakan untuk menyalurkan video dan audio sekaligus. Tentunya untuk kebutuhan konferensi dua arah (full duplex) diperlukan double bandwidth, artinya minimal sekali harus menggunakan kanal 64 kbps ke internet. Dengan begitu pengiriman suara atau audio akan memakan bandwidth jauh lebih sedikit dibanding pengiriman gambar atau video. G.711 adalah suatu standar internasional untuk kompresi audio dengan menggunakan teknik PCM (Pulse Code Modulation) dalam pengiriman suara. Standar PCM ini sudah banyak digunakan oleh operator PT Telekomunikasi Indonesia sebagai penyedia jaringan telepon terbesar di Indonesia. PCM mengkonversikan sinyal analog ke bentuk digital dengan melakukan sampling sinyal analog tersebut 8000 kali per detik dan dikodekan dalam kode angka. Jarak antar sample adalah 125 µdetik. Sinyal analog pada percakapan diasumsikan bekerja pada frekuensi 300 Hz 3400 Hz. Sinyal tersampel lalu 45

2 dikonversikan ke bentuk diskrit. Sinyal diskrit ini direpresentasikan dengan kode yang disesuaikan dengan amplitudo sinyal sampel. Format PCM menggunakan 8 bit untuk pengkodeannya. Laju transmisi diperoleh dengan mengalikan 8000 sampel per detik dengan 8 bit per sampel, menghasilkan bit per detik. Bit rate 64 kbps ini merupakan standar transmisi untuk satu kanal telepon digital. Percakapan sinyal analog yang melalui jaringan PSTN mengalami kompresi dan pengkodean menjadi sinyal digital oleh PCM G.711 sebelum memasuki VoIP gateway. Pada bagian terminal VoIP gateway terdapat audio codec yang melakukan proses framing (pembentukan frame datagram IP yang dikompresi) dari sinyal suara terdigitasi (hasil PCM G.711) dan juga melakukan rekonstruksi pada sisi receiver. Frame frame yang merupakan paket paket informasi ini lalu ditransmisikan melalui jaringan IP dengan suatu standar komunikasi jaringan packet based. Standar G.711 merupakan teknik kompresi suara yang tidak efisien, karena akan memakan bandwidth 64 kbps untuk kanal pembicaraan. Agar bandwidth yang digunakan tidak besar dan tidak mengesampingkan kualitas suara, maka solusi yang digunakan untuk pengkompresi digunakan standar G Pengkode sinyal suara G adalah jenis pengkode suara yang direkomendasikan untuk terminal multimedia dengan bit rate rendah. G memiliki dual rate speech coder yang dapat dipilih pada batas 5.3 kbps dan 6.3 kbps. Dengan memiliki dual rate speech coder ini, maka G memiliki fleksibilitas dalam beradaptasi terhadap informasi yang dikandung oleh sinyal suara. G dilengkapi dengan fasilitas untuk lebih memperbaiki kualitas sinyal suara hasil sintesis. Pada bagian encoder G dilengkapi dengan formant perceptual weighting filter dan harmonic noise shaping filter, sementara pada bagian decoder G memiliki pitch postfilter dan formant postfilter sehingga sinyal suara hasil rekonstruksi menjadi sangat mirip dengan aslinya. Sinyal eksitasi untuk bit rate rendah dikodekan dengan ACELP (Algebraic Code Excited Linier Prediction), sedangkan untuk rate yang tinggi dikodekan dengan menggunakan MP-MLQ (Multipulse Maximum Likelihood Quantization). Rate 46

3 yang lebih tinggi menghasilkan kualitas yang lebih baik. Masukan bagi G adalah sinyal suara digital yang disampling dengan frekuensi sampling 8000 Hz dan dikuantisasi dengan PCM 16 bit. Delay algoritmik dari G adalah 37,5 msec (panjang frame ditambah lookahead), delay pemrosesannya sangat ditentukan oleh prosesor yang mengerjakan perhitungan perhitungan pada algoritma G Dengan menggunakan DSP prosesor maka delay pemrosesan dapat diperkecil. Selain itu kompresi data suara yang direkomendasikan ITU-T adalah G.726. merupakan teknik pengkodean suara ADPCM dengan hasil pengkodean 40,32,24 dan 16 kbps. Biasanya juga digunakan pada pengiriman paket data pada telepon publik maupun peralatan PBX yang mendukung ADPCM. 4.2 Perhitungan Besar Datagram IP Untuk menghitung kebutuhan bandwidth minimum untuk transmisi paket paket data VoIP pada jaringan yang berbasis IP. Pada perhitungan kali ini yang digunakan untuk teknik kompresi adalah dengan G Ada dua mode bita rate yang digunakan dalam teknik kompresi ini yaitu 5,3 kbps dan 6,3 kbps. Bit rate tersebut merupakan angka keluaran dari coder dan belum termasuk overhead transport seperti header RTP/UDP/IP adalah sebesar 40 byte. Durasi sampling pada teknik kompresi G adalah 30 ms. Berdasarkan referensi, bit rate keluaran G dapat dihitung sesuai pada table 4.1 dibawah ini. Tabel 4.1 Perhitungan G Compression Method BIT RATE (KBPS) SAMPLE Size (ms) MOS G.711 PCM G.726 ADPCM G.728 LD-CELP G.729 CS-ACELP

4 G.729a CSACELP G MP-MLQ Sedangkan pada pemilihan bit rate dengan 5,3 kbps, besar payload data adalah 5300 bit x 0,03 detik = 159 bit, atau setara dengan 19,875 byte. Untuk mempermudah perhitungan maka dibulatkan menjadi 20 byte. Dalam setiap paket pada jaringan IP membawa 4 frame data payload. Jadi besar total data payload dalam satu paket IP adalah sebesar 80 byte. Perhitungan besar payload data dengan menggunakan bit rate 6,3 kbps dan durasi sampling yang digunakan 30 ms. Maka besar payload data didapatkan 6300 bit x 0,03 detik = 189 bit, atau setara dengan 23,625 byte. Untuk mempermudah perhitungan maka dibulatkan menjadi 24 byte. Karena dalam satu paket pada jaringan IP terdapat 4 frame data payload, maka besar total payload data pada satu paket IP sebesar 96 byte. Pada suatu datagram IP terdapat header overhead (IPv4+UDP+IP) sebesar 40 byte. Berdasarkan model frame sesuai rekomendasi IEEE sebelum datagram IP ditransmisikan melalui physical layer (layer pertama) akan dienkapsulasi pada ethernet dan ditambahkan header sejumlah 26 byte. Sehingga total overhead header dalam setiap datagram yang telah dikodekan dan dienkapsulasi adalah sebesar 66 byte. Sehingga dapat dihitung besar sebuah paket IP yang berisi data suara yang telah dikodekan dengan teknik kompresi G dengan menggunakan bit rate 5,3 kbps adalah sebesar 146 byte. Dan untuk teknik kompresi G dengan menggunakan bit rate 6,3 kbps adalah sebesar 162 byte. 4.3 Analisa QoS Pada Backbone Sebagai jaringan yang didesain sejak awal sebagai jaringan komunikasi data dengan berbasis IP. Jaringan IP ini mempunyai karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan jaringan telepon biasa atau PSTN. Semua data data yang 48

5 mengalir pada jaringan IP tersebut saling memperebutkan jalur dari kapasitas bandwidth yang ada. Kecepatan sampainya data juga sangat tergantung pada besar dan banyaknya paket data yang berebut bandwidth pada saat yang sama. Semua paket data diperlakukan dengan perlakuan yang sama. Kondisi jaringan yang seperti ini tentulah sangat berbeda dengan jaringan telepon atau PSTN. Dimana masing masing kanal pembicaraan secara dedicated atau diberi satu kanal pembicaraan telepon, sehingga tidak ada perebutan bandwidth yang tersedia. Dengan demikian kualitas sinyal suara pada jaringan telepon terjaga. Agar pada jaringan IP dapat sukses melewatkan paket data yang berupa suara, maka jaringan ini harus dimodifikasi sedemikian rupa sehingga mampu memberikan kualitas yang setara dengan jaringan telepon biasa, diperlukan adanya QoS sesuai permintaan aplikasi VoIP ini. QoS pada jaringan IP ini harus disampaikan secara real time dengan mempunyai tujuan agar bandwidth tercukupi, delay yang sesuai spesifikasi dan jitter yang ada tidak melebihi dari nilai batas toleransi. Yang pertama kali harus dilakukan agar jaringan IP memiliki QoS ialah dengan memberi pengalokasian bandwidth pada jaringan IP ini. Dengan pengalokasian bandwidth ini, setiap aliran atau flow paket data yang berisi suara mendapatkan jatah bandwidth yang tetap dan tidak perlu berebut dengan trafik paket data lainnya. Teknik alokasi bandwidth ini dilakukan dengan teknik teknik seperti : RED (Random Early Detection), WRED (Weight Random Early Detection) dan WFQ (Weight Fair Queuing). Konsep pengukuran QoS dalam jaringan MPLS adalah dengan pengukuran berbasis pada komponen rute, dalam hal ini LSP yang dilewati oleh paket tersebut sehingga trafik paket tersebut dalam jaringan MPLS dapat ditentukan. Pengukuran QoS dalam jaringan MPLS akan sangat sulit apabila data jaringan MPLS tidak diketahui. Hal ini dikarenakan jaringan akses dalam jaringan MPLS merupakan jaringan IP dengan sistem connectionless, sedang QoS merupakan bagian dari sistem connection oriented. Pengukuran QoS dalam jaringan MPLS dilakukan dengan cara menjaga agar setiap paket yang dikirim dalam jaringan 49

6 selalu berada dalam jalur rute atau LSP nya. Untuk itu router dalam MPLS selalu dilengkapi dengan sistem agar bisa memonitor trafik dari setiap paket. Sistem monitoring dalam router MPLS berupa feature yang disediakan oleh Cisco IOS berupa IP precedence, CAR, WRED, ataupun WFQ. Proses pengukuran yang terjadi dalam Edge Label Switching Router, dimulai dengan paket masuk yang diklasifikasikan dengan Commited Access Rate (CAR). Kemudian paket dideteksi kongestinya dengan WRED, jika melebihi batas WRED maka paket akan dibuang. Lalu dilakukan perhitungan parameter QoS dengan menggunakan WFQ. Dan terakhir diteruskan ke LSR. Beberapa parameter QoS yang dapat diukur dalam jaringan MPLS adalah bandwidth, service rate, dan waktu delay. Pengukuran parameter QoS tersebut dapat ditentukan sebelum sebuah paket dikirim dalam jaringan MPLS. Pengukuran ketiga komponen QoS MPLS bertujuan agar sebuah service provider itu bisa mendistribusikan kemampuan yang dimiliki oleh jaringannya dengan jumlah rute yang ingin dibangunnya. Dalam jaringan MPLS penentuan besarnya bandwidth untuk setiap rute bagi sebuah paket sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan dalam MPLS setiap jaringan akses harus memiliki akses bandwidth yang pasti untuk setiap trafik yang akan dijalankannya. Dalam MPLS akses bandwidth ini akan ditentukan oleh feature CAR yang akan menandai setiap paket yang datang ke jaringan MPLS dengan label yang disesuaikan dengan feature IP precedence yang akan menentukan prioritas paket tersebut dikirimkan ke dalam jaringan. Hal ini akan sangat berhubungan dengan alokasi bandwidth bagi setiap rute MPLS atau LSP. Jika sebuah LSP mempunyai bandwidth yang kecil, maka LSP akan memiliki prioritas pertama untuk mengirimkan paket yang ada dalam LSP nya, disesuaikan dengan nilai IP precedencenya. Pengukuran bandwidth dalam setiap LSP MPLS akan sangat memperhatikan besarnya bandwidth yang ada dalam jaringan akses yang mengirimkan sebuah paket, dengan jaringan akses yang menerima paket tersebut. Pengukuran bandwidth dilakukan dalam edge LSR di mana paket tersebut masuk 50

7 ke dalam jaringan.untuk mengukur bandwidth proporsional dalam jaringan MPLS, harus diketahui dahulu bandwidth jaringan akses yang merupakan sumber dari paket yang akan dikirimkan dalam jaringan MPLS dan dimasukkan sebagai bandwidth ingress edge LSR, dan harus diketahui pula bandwidth jaringan akses yang merupakan tujuan dari paket tersebut setelah dilewatkan dalam jaringan MPLS sebagai sebuah bandwidth egress edge LSR. Service rate merupakan rate atau kecepatan pengiriman paket yang masuk ke dalam jaringan. Service rate juga diukur dalam edge LSR sebuah LSP jaringan MPLS dan dipergunakan untuk mengetahui berapa kecepatan pengiriman paket dalam sebuah LSP jaringan MPLS. Tujuan pengukuran service rate ialah untuk mendukung feature WRED sehingga apabila terjadi congestion dalam jaringan MPLS service rate dapat diturunkan, sampai semua paket yang dikirimkan sampai di alamat tujuannya. Proses pengukuran service rate memperhatikan nilai feature IP precedencenya, untuk mengetahui besarnya weighted atau beban paket yang dikirimkan dalam sebuah LSP berdasar nilai IP precedence yang dimiliki oleh setiap paket yang dikirimkan. Besarnya nilai IP precedence sesuai dengan nilai feature IP precedence yang telah ditetapkan dengan standar IEEE Waktu delay merupakan waktu yang diperlukan oleh sebuah paket yang ditransmisikan melalui jaringan MPLS dari sebuah ingress edge LSR ke egress edge LSR. Waktu delay merupakan bagian dari feature WFQ untuk menentukan waktu pengiriman paket dalam sebuah LSP. Dengan adanya waktu delay maka sebuah paket yang masuk ke dalam sebuah LSP dapat diperkirakan waktu tiba di tujuannya. Pengukuran waktu delay sangat diperlukan agar service provider dapat mengatur pengiriman paket disesuaikan dengan delay paket tersebut untuk sampai ke alamat tujuannya, sehingga paket yang dikirimkan dapat disesuaikan dengan kemampuan service rate yang dimiliki setiap LSP jaringan MPLS. Untuk mengukur waktu delay pengiriman sebuah paket, besarnya nilai IP precedence paket yang dikirimkan sangat diperlukan. Karena dengan mengetahui nilai IP precedence akan diketahui pula nilai minimum discard threshold paket yang dikirimkan tersebut. 51

8 Pengukuran wakty delay pengiriman paket dalam sebuah LSP sangat ditentukan oleh nilai minimum discard threshold paket dan maksimum discard threshold serta service rate LSP itu sendiri. Nilai minimum discard threshold paket ditentukan oleh nilai IP precedence setiap paket yang dikirimkan disesuaikan dengan standar WRED yang digunakan. Dengan mengetahui besarnya bandwidth,service rate, dan waktu delay pengiriman paket dalam LSP maka kemampuan QoS jaringan MPLS dalam mengirimkan suatu paket dapat dianalisa sehingga proses pengiriman paket dapat diperkirakan terlebih dahulu. Pengukuran parameter QoS dalam jaringan MPLS diperlukan sehingga paket yang dikirimkan dalam setiap LSP dapat ditentukan disesuaikan dengan besarnya nilai bandwidth dan service rate setiap LSP yang sangat menentukan waktu delay pengiriman sebuah paket dalam LSP Best Effort Backbone Teknik yang paling sederhana pada backbone untuk mencapai tujuan QoS adalah dengan sistem best effort backbone. Tipe dari backbone ini adalah dengan menawarkan tidak adanya perbedaan trafik. Semua trafik akan menerima SLA (Service Level Agreement), dan nantinya akan dicek apakah perlu SLA atau tidak. Pada sistem ini harus dipastikan bahwa kapasitas dari bandwidth yang tersedia adalah dua kali lipat dari rata rata beban trafik data. Sehingga maksimum rata rata utilisasi adalah 50 %. Pada interface dari perangkat yang digunakan untuk link komunikasi tidak mempunyai tugas untuk memberikan keputusan untuk urutan waktu dari paket paket data pada saat terjadi congestion (kondisi sibuk). Akan tetapi haruslah dibuat suatu aturan yang digunakan untuk memanage antrian dari ukuran paket. Teknik yang direkomendasikan adalah dengan WRED karena yang mempunyai session TCP. TCP mempunyai peranan yang besar pada beban trafik suatu link backbone, dan WRED (sebagai suatu mekanisme AQM) harus memberikan performa yang terbaik untuk session TCP dan pada jaringan. Sebagai dasar untuk penerapan WRED bisa dengan 52

9 menggunakan DBP (Delay- Bandwidth Product). DBP ini merupakan persamaan dari RTT (Round-Trip Time) pada suatu bandwidth komunikasi. Parameter inilah yang memberikan arti jumlah bytes yang bisa dikirimkan oleh pengirim sebelum menerima feedback dari penerima. Maksimum WRED mempunyai threshold tidak melebihi dari DBP Best Effort Backbone Dengan MPLS TE Untuk lebih meningkatkan performa dari backbone maka digunakan dengan pengembangan MPLS TE yang berfungsi untuk mengontrol utilisasi link yang berlebih dan untuk mencapai bandwidth yang optimal. MPLS TE memberikan admission control, mampu untuk mengatur seberapa besar beban trafik yang bisa dilalui pada suatu link backbone. Pada gambar 4.1 ditunjukkan, untuk mencapai level target utilisasi dari suatu link dengan pengontrolan beban trafik yang menggunakan MPLS TE. Sehingga MPLS TE ini mampu untuk membentuk routing yang bersifat constraintbased pada ketersediaan bandwidth yang ada. Routing ini diperuntukkan untuk mengijinkan trafik yang mempunyai keuntungan pemakaian link backbone dan untuk mencegah adanya backbone tersebut. Penggunaan MPLS TE ini masih memerlukan kontrol melalui bagaimana trafik masuk ke backbone. Jaringan memerlukan untuk memakai TE LSP untuk meneruskan semua trafik dengan berfungsinya mekanisme dari admission control untuk mengatur beban trafik DiffServ Backbone Untuk lebih meningkatkan kualitas dari masing masing aplikasi pada jaringan IP maka dipergunakan Diffserv yang mampu membedakan trafik pada backbone. Pada gambar 4.1 ditunjukkan untuk membentuk perencanaan kapasitas per kelas dan membedakan beberapa target utilisasi untuk masing masing kelas sesuai dengan performansi yang diperlukan. Keuntungan dari pengembangan DiffServ ini adalah untuk meningkatkan 53

10 prosentase kualitas dari trafik yang memerlukan SLA yang tinggi dengan berkurangnya bandwidth backbone. DiffServ juga sebagai suatu cara untuk membentuk multiple virtual network dengan mempunyai perencanaan kapasitas yang tersendiri. Perlu didefinisikan atau dinyatakan perbedaan kelas masing masing untuk membedakan paket paket data yang melalui satu backbone. Sehingga paket paket pada jaringan MPLS akan dikirimkan sesuai dengan prioritas masing masing sesuai dengan classifier. Gambar 4.1 Pembagian kapasitas per kelas 4.4 Analisa Perhitungan Delay Pada Jaringan MPLS Untuk Aplikasi VoIP Besarnya delay maksimum yang direkomendasikan oleh ITU-T untuk aplikasi suara adalah 150 ms, sedangkan delay maksimum dengan kualitas suara yang masih dapat diterima oleh pengguna adalah 250 ms. Delay dari kualitas suara sangat tergantung dari delay dari koneksi antar node pada jaringan MPLS. Perhitungan delay ini meliputi : delay serialization, delay processing dan delay propagasi. Selain dari ketiga komponen tersebut, apabila dalam jaringan terjadi kondisi congestion maka akan ada pengaruh waktu delay antrian. Penggunaan RSVP pada router jaringan MPLS, RSVP memungkinkan end point memberi sinyal ke jaringan dengan QoS yang dibutuhkan untuk aplikasi tertentu, misalnya 54

11 dalam hal ini aplikasi voice. Penggunaan RSVP ini berarti administrator jaringan tidak perlu menekankan perhatian pada nomor nomor port dari paket IP karena RSVP memberi sinyal informasi tersebut selama request, RSVP meminta sejumlah bandwidth tertentu dan latency sepanjang hop jaringan MPLS. Pada jaringan MPLS yang digunakan antara node Semanggi Jakarta ke node Kebalen Surabaya terdapat tiga router PE di dalam LSP. Bandwidth yang digunakan dalam Wide Area Network (WAN) antar PE adalah 256 kbps. Teknik kompresi untuk pengkodean VoIP yang digunakan dalam jaringan MPLS tersebut adalah dengan teknik G ACELP. Dengan menggunakan teknik speech coding ini maka bandwidth yang digunakan untuk aplikasi VoIP hanyalah 5,3 kbps untuk satu koneksi atau sambungan suara. Dengan menggunakan bandwidth antar node (bandwidth trunk) 256 kbps, maka sangatlah perlu mengaktifkan WFQ dan mengkonfigurasi IP RTP priority, serta memberikan prioritas antrian yang ketat (strict priority) untuk jaringan jaringan VoIP. Pada saat penggunaan bandwidth trunk yang congestion (mendekati pemakaian 256 kbps) maka apabila ada suatu paket untuk voice datang, maka secara otomatis paket voice tersebut diberikan prioritas utama sedangkan untuk trafik data prioritasnya diturunkan. Pada saat penggunaan trafik data berkisar 90 % atau penggunaan data 230,4 kbps, maka sisanya (25.6 kbps) dapat digunakan lebih dari satu kanal suara jika menggunakan speech coding G ACELP. Dari segi bandwidth penggunaan coding ini tentulah sangat menguntungkan karena voice yang bisa dilayani dalam jaringan MPLS dengan MOS 3,65 bisa dilayani lebih banyak kanal sambungan suara. Dengan teknik pengaturan bandwidth ini, maka diharapkan tidak ada lagi paket yang loss pada proses transmisi. Selain bandwidth, masalah delay juga sangat berpengaruh terhadap kualitas suara voice. Kata kata yang diucapkan oleh seseorang memiliki sebuah arti. Arti tersebut dapat terdistorsi apabila terdapat delay yang cukup besar pada saat transmisi. Oleh karenanya jaringan transmisi yang dibuat harus mampu menyampaikan suara yang diucapkan pada saat dilakukan percakapan secara 55

12 reliable, sinkron, dan sesuai dengan arti kata sebenarnya. Agar jaringan IP ini dapat dipergunakan untuk menangani paket suara, baik delay maupun variasinya harus dapat dikontrol dan ditekan serendah mungkin. Delay yang terjadi saat melakukan pembicaraan dari Jakarta ke Surabaya dapat dianalisa dengan perhitungan sebagai berikut : - Delay algorithmic, merupakan delay yang terjadi karena frame suara harus dikumpulkan terlebih dahulu sebelum diproses oleh voice coder. Lama delay ini tergantung jenis voice coder dan waktu samplingnya. Dengan menggunakan voice coding G ACELP maka delay processing adalah sebesar 30 ms (sesuai standar ITU-T). - Serialization delay, merupakan delay pada saat terjadinya proses peletakan bit ke dalam circuit, hal ini terjadi dalam interface komunikasi data. Perhitungan ini dipengaruhi oleh kecepatan bit pada serial (misalnya seperti contoh 256 kbps), dan juga frame size yang digunakan. Frame size yang digunakan pada serial yang digunakan adalah 512 byte. Serialization delay = ( 512 byte 8bit) 256kbps = 16 ms. - Propagation delay, merupakan waktu propagasi yang dibutuhkan pada saat pengiriman data ketika melewati suatu link sampai ke penerima. PD = Jarak _ Antar _ Router _( km) Kecepa tan_ Cahaya _( km / s) Dengan besarnya kecepatan cahaya 3 x 10 8 m/s = 3 x 10 5 km/s. Dari Jakarta sampai ke Surabaya komunikasi dengan menggunakan media fisik kabel fiber optic. Jarak yang ditempuh untuk penggelaran kabel fiber optic tersebut berkisar sekitar 950 km. Maka propagation delay untuk sistem transmisi adalah PD = 950km km/s Sehingga propagasi delay = 3,17 ms. 56

13 - Switching processing delay, merupakan delay akibat adanya proses yang dilakukan oleh MPLS switch (router PE). Besar delay biasanya berkisar sekitar 5 µs. - Queuing delay, yaitu delay yang terjadi akibat antrian data untuk diproses atau dilayani di dalam router (Cisco Router). Berikut tabel queuing delay dari Cisco router. Tabel 4.2 Queuing delay Cisco router Frame Size (bytes) Line Speed (Kbps) Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa dengan frame size 512 bytes dan line speed (kecepatan data) 256 kbps, maka queuing delay dari system ini sebesar 8 ms. Dengan perincian dari jenis jenis delay yang terjadi, maka delay pada jaringan MPLS dan delay end to end dapat dihitung secara matematik. Delay yang dihasilkan pada paket sampai di PE Surabaya sebesar 65,185 ms, dan ini mendekati nilai average pada router sebesar 73,185 ms. Hal ini sudah termasuk dengan power processing pada sistem kompresi voice dengan teknik G ACELP. Switching MPLS (PE router) antara Jakarta sampai ke Surabaya melalui 3 router. Hasil delay end to end untuk sampai ke user (penerima telepon)sebesar 119,175 ms. Hasil ini dapat membuat kategori kualitas untuk penggunaan aplikasi suara atau voice pada jaringan yang berbasis IP termasuk 57

14 dalam kategori yang baik (sesuai dengan hasil pada tabel 2.1 tentang standar voice codec). Delay ini juga masih sesuai dengan standar yang direkomendasikan ITU-T untuk aplikasi suara adalah sebesar 150 ms. Dengan meminimalisai delay yang digunakan, juga perlu dilakukan eliminasi terhadap jitter atau variasi delay. Dengan menghasilkan delay dan jitter yang seminimal mungkin, sehingga akan menghasilkan QoS yang konsisten. 58

Simulasi Pengukuran Quality Of Service Pada Integrasi Internet Protocol Dan Asynchronous Transfer Mode Dengan Multiprotocol Label Switching (MPLS)

Simulasi Pengukuran Quality Of Service Pada Integrasi Internet Protocol Dan Asynchronous Transfer Mode Dengan Multiprotocol Label Switching (MPLS) Simulasi Pengukuran Quality Of Service Pada Integrasi Internet Protocol Dan Asynchronous Transfer Mode Dengan Multiprotocol Label Switching (MPLS) Sigit Haryadi *, Hardi Nusantara Dan Ahsanul Hadi Priyo

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Multi Protocol Label Switching (MPLS) Multi Protocol Label Switching (MPLS) menurut Internet Engineering Task Force (IETF), didefinisikan sebagai arsitektur jaringan yang berfungsi

Lebih terperinci

Bab 2. Tinjauan Pustaka

Bab 2. Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Adapun penelitian yang menjadi acuan dalam penelitian yang dilakukan adalah Penelitian dengan judul Analisis dan Perancangan Security Voice Over Internet

Lebih terperinci

KUALITAS LAYANAN. Budhi Irawan, S.Si, M.T

KUALITAS LAYANAN. Budhi Irawan, S.Si, M.T KUALITAS LAYANAN Budhi Irawan, S.Si, M.T KUALITAS LAYANAN (QOS) QoS merupakan terminologi yang digunakan untuk mendefinisikan kemampuan suatu jaringan untuk menyediakan tingkat jaminan layanan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

STUDI PENGENDALIAN KUALITAS LAYANAN VOIP MENGGUNAKAN METODE ANTRIAN

STUDI PENGENDALIAN KUALITAS LAYANAN VOIP MENGGUNAKAN METODE ANTRIAN STUDI PENGENDALIAN KUALITAS LAYANAN VOIP MENGGUNAKAN METODE ANTRIAN Rizal Sengkey Abstrak Dalam proses pengiriman paket suara pada jaringan data (Internet) akan banyak menghadapi beberapa masalah yang

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANSI APLIKASI VIDEO CONFERENCE PADA JARINGAN MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING [MPLS] ANITA SUSANTI

ANALISA PERFORMANSI APLIKASI VIDEO CONFERENCE PADA JARINGAN MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING [MPLS] ANITA SUSANTI ANALISA PERFORMANSI APLIKASI VIDEO CONFERENCE PADA JARINGAN MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING [MPLS] ANITA SUSANTI 2206100535 MPLS (Multi Protocol Label Switching) Penggabungan antara IP dan ATM Mengoptimalkan

Lebih terperinci

Unjuk Kerja QoS (Quality of Services) Jaringan Voice over Internet Protocol Berbasis SIP yang Diimplementasikan pada Jaringan Ethernet Gedung FEB-UKSW

Unjuk Kerja QoS (Quality of Services) Jaringan Voice over Internet Protocol Berbasis SIP yang Diimplementasikan pada Jaringan Ethernet Gedung FEB-UKSW Unjuk Kerja QoS (Quality of Services) Jaringan Voice over Internet Protocol Berbasis SIP yang Diimplementasikan pada Jaringan Ethernet Gedung FEB-UKSW Suryo Aji Tanoyo 1, Eva Yovita Dwi Utami 2 Program

Lebih terperinci

M.Iskandarsyah H

M.Iskandarsyah H Dasar-Dasar Jaringan VOIP M.Iskandarsyah H iis_harahap@telkom.net Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan secara bebas untuk tujuan bukan komersial

Lebih terperinci

~ By : Aprilia Sulistyohati, S.Kom ~

~ By : Aprilia Sulistyohati, S.Kom ~ ~ By : Aprilia Sulistyohati, S.Kom ~ Teknologi WAN Wide area network (WAN) digunakan untuk saling menghubungkan jaringan-jaringan yang secara fisik tidak saling berdekatan terpisah antar kota, propinsi

Lebih terperinci

TEKNOLOGI MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING (MPLS) UNTUK MENINGKATKAN PERFORMA JARINGAN

TEKNOLOGI MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING (MPLS) UNTUK MENINGKATKAN PERFORMA JARINGAN TEKNOLOGI MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING (MPLS) UNTUK MENINGKATKAN PERFORMA JARINGAN Iwan Rijayana Jurusan Teknik Informatika, Universitas Widyatama Jalan Cikutra 204 A Bandung E-mail: rijayana@widyatama.ac.id

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. : perkumpulan dari ethernet service switch yang. Ethernet. interface yang berupa ethernet.

DAFTAR ISTILAH. : perkumpulan dari ethernet service switch yang. Ethernet. interface yang berupa ethernet. DAFTAR ISTILAH Aggregator : perkumpulan dari ethernet service switch yang terhubung dengan service router pada jaringan Metro Ethernet. Carrier Ethernet : media pembawa informasi pada jaringan dengan interface

Lebih terperinci

Jaringan Komputer I. Materi 9 Protokol WAN

Jaringan Komputer I. Materi 9 Protokol WAN Jaringan Komputer I Materi 9 Protokol WAN Wide Area Network Jaringan data penghubung jaringan-jaringan akses/lokal Karakteristik Menuju berbasis paket Dari connectionless menuju connection oriented (virtual

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN CODEC TERHADAP QUALITY OF SERVICE VOIP PADA JARINGAN UMTS

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN CODEC TERHADAP QUALITY OF SERVICE VOIP PADA JARINGAN UMTS ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN CODEC TERHADAP QUALITY OF SERVICE VOIP PADA JARINGAN UMTS Mahendra Adi Winatha 1, I G.A.K. Diafari Djuni H. 2, Pande Ketut Sudiarta 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

A I S Y A T U L K A R I M A

A I S Y A T U L K A R I M A A I S Y A T U L K A R I M A STANDAR KOMPETENSI Pada akhir semester, mahasiswa mampu merancang, mengimplementasikan dan menganalisa sistem jaringan komputer Menguasai konsep networking (LAN &WAN) Megnuasai

Lebih terperinci

Quality of Service. Sistem Telekomunikasi Prodi S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto

Quality of Service. Sistem Telekomunikasi Prodi S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto Quality of Service Sistem Telekomunikasi Prodi S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto QoS (Quality of Service) mengukur tingkat kepuasan pelanggan (user) terhadap pelayanan jaringan berdasarkan efek yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Semua bidang usaha di dunia ini menerapkan teknologi informasi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Semua bidang usaha di dunia ini menerapkan teknologi informasi dalam 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Semua bidang usaha di dunia ini menerapkan teknologi informasi dalam kegiatannya. Peranan teknologi informasi akan semakin vital bagi perusahaan besar dan perusahaan

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN. 4.1 Perancangan dan Analisa Skenario

BAB 4 PERANCANGAN. 4.1 Perancangan dan Analisa Skenario BAB 4 PERANCANGAN 4.1 Perancangan dan Analisa Skenario Pada BAB ini akan dibahas analisis tentang performan jaringan IP pada switch cisco 2950 Untuk aplikasi video call dengan protocol UDP, analisis yang

Lebih terperinci

TUGAS BESAR KINERJA TELEKOMUNIKASI NEXT GENERATION NETWORK PERFORMANCE (NGN) QoS ( Quality Of Service ) Dosen Pengampu : Imam MPB, S.T.,M.T.

TUGAS BESAR KINERJA TELEKOMUNIKASI NEXT GENERATION NETWORK PERFORMANCE (NGN) QoS ( Quality Of Service ) Dosen Pengampu : Imam MPB, S.T.,M.T. TUGAS BESAR KINERJA TELEKOMUNIKASI NEXT GENERATION NETWORK PERFORMANCE (NGN) QoS ( Quality Of Service ) Dosen Pengampu : Imam MPB, S.T.,M.T. Disusun oleh : Nurul Haiziah Nugraha (14101025) PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK. Aplikasi dan layanan yang menggunakan jaringan komputer terus

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK. Aplikasi dan layanan yang menggunakan jaringan komputer terus BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Arsitektur Komunikasi Data Aplikasi dan layanan yang menggunakan jaringan komputer terus dikembangkan, dan setiap layanan tersebut memiliki tujuan dan kebutuhan yang berbeda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekarang ini teknologi komunikasi data yang lebih dikenal sebagai packet switching semakin berkembang dari tahun ke tahun. Voice over Internet Protokol (VoIP)

Lebih terperinci

Perbandingan Kinerja Speech Codec G.711 dan GSM pada Implementasi Softswitch dengan Protokol SIP

Perbandingan Kinerja Speech Codec G.711 dan GSM pada Implementasi Softswitch dengan Protokol SIP Perbandingan Kinerja Speech Codec G.711 dan GSM pada Implementasi Softswitch dengan Protokol SIP Rudi Syahru Mubarok, Mas Sarwoko dan Sigit Haryadi Departemen Teknik Elektro,Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

Performance Analysis of VoIP-SIP using RSVP on a Proxy Server

Performance Analysis of VoIP-SIP using RSVP on a Proxy Server Performance Analysis of VoIP-SIP using on a Proxy Server Sigit Haryadi dan Indra Gunawan Teknik Telekomunikasi - Institut Teknologi Bandung sigit@telecom.ee.itb.ac.id Ringkasan Pada penelitian ini, dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer transport yang digunakan untuk meminta kualitas layanan QoS tinggi transportasi data, untuk sebuah

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia

BAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia BAB 4 ANALISA DATA Pada bab ini akan dibahas hasil pengukuran data dari layanan IMS pada platform IPTV baik pada saat pelanggan (user) di home network maupun pada saat melakukan roaming atau berada pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Layer pada OSI dapat digolongkan menjadi 2 jenis layanan (Type of Service) yaitu Connection-Oriented dan Connection-Less (Tanenbaum, Computer Network Fifth Editon, 2011). Layanan

Lebih terperinci

BAB III TOPOLOGI JARINGAN FRAME RELAY DAN VPN IP PT. TELKOM INDONESIA

BAB III TOPOLOGI JARINGAN FRAME RELAY DAN VPN IP PT. TELKOM INDONESIA 36 BAB III TOPOLOGI JARINGAN FRAME RELAY DAN VPN IP PT. TELKOM INDONESIA Sebagai penyedia layanan komunikasi data, PT. Telkom Indonesia menawarkan berbagai macam pilihan teknologi komunikasi data terutama

Lebih terperinci

BAB II WIDE AREA NETWORK

BAB II WIDE AREA NETWORK BAB II WIDE AREA NETWORK Wide Area Network adalah sebuah jaringan komunikasi data yang mencakup daerah geographi yang cukup besar dan menggunakan fasilitas transmisi yang disediakan oleh perusahaan telekomunikasi.

Lebih terperinci

ANALISA APLIKASI VOIP PADA JARINGAN BERBASIS MPLS

ANALISA APLIKASI VOIP PADA JARINGAN BERBASIS MPLS ANALISA APLIKASI VOIP PADA JARINGAN BERBASIS Dwi Ayu Rahmadita 1,M.Zen Samsono Hadi 2 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Jurusan Teknik Telekomunikasi 2 Dosen Politeknik Elektronika Negeri

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DAN ANALISA. BANDWIDTH VoIP O L E H WISAN JAYA

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DAN ANALISA. BANDWIDTH VoIP O L E H WISAN JAYA TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DAN ANALISA BANDWIDTH VoIP O L E H WISAN JAYA 040402005 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 PERHITUNGAN DAN ANALISA BANDWIDTH VoIP Oleh:

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan komputer saat ini semakin banyak digunakan oleh orang, terlebih kebutuhan akan akses jaringan nirkabel. Mobile Ad Hoc Network (MANET) adalah salah

Lebih terperinci

diperoleh gambaran yang lebih baik tentang apa yang terjadi di jaringan dan dapat segera diketahui penyebab suatu permasalahan.

diperoleh gambaran yang lebih baik tentang apa yang terjadi di jaringan dan dapat segera diketahui penyebab suatu permasalahan. 8 diperoleh gambaran yang lebih baik tentang apa yang terjadi di jaringan dan dapat segera diketahui penyebab suatu permasalahan. header 20 bytes lebih besar daripada paket IPv4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Lebih terperinci

Analisis dan Perancangan Quality of Service Pada Jaringan Voice Over Internet Protocol Berbasis Session Initiation Protocol

Analisis dan Perancangan Quality of Service Pada Jaringan Voice Over Internet Protocol Berbasis Session Initiation Protocol Analisis dan Perancangan Quality of Service Pada Jaringan Voice Over Internet Protocol Berbasis Session Initiation Protocol Martono Hadianto Teknik Informatika UNIKOM Jl.Dipati Ukur No.114, Bandung Email

Lebih terperinci

Voice over Internet Protocol Kuliah 6. Disusun oleh : Bambang Sugiarto

Voice over Internet Protocol Kuliah 6. Disusun oleh : Bambang Sugiarto Voice over Internet Protocol Kuliah 6 Disusun oleh : Bambang Sugiarto Session Initiation Protocol (SIP) SIP merupakan protokol kontrol pada layer aplikasi untuk membangun, memodifikasi, dan mengakhiri

Lebih terperinci

ANALISIS QUALITY OF SERVICE (QoS) PADA SIMULASI JARINGAN MULTIPROTOCOL LABEL SWITCHING VIRTUAL PRIVATE NETWORK (MPLS VPN)

ANALISIS QUALITY OF SERVICE (QoS) PADA SIMULASI JARINGAN MULTIPROTOCOL LABEL SWITCHING VIRTUAL PRIVATE NETWORK (MPLS VPN) JETri, Volume 3, Nomor 2, Februari 2004, Halaman 33 48, ISSN 1412-0372 ANALISIS QUALITY OF SERVICE (QoS) PADA SIMULASI JARINGAN MULTIPROTOCOL LABEL SWITCHING VIRTUAL PRIVATE NETWORK (MPLS VPN) Yuli Kurnia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pengendalian kepadatan (congestion control) antrian di jaringan sampai saat ini tetap menjadi issue prioritas tinggi dan sangat penting. Pertumbuhan internet

Lebih terperinci

PENGUKURAN QoS (Quality of Service) pada STREAMING SERVER

PENGUKURAN QoS (Quality of Service) pada STREAMING SERVER PENGUKURAN QoS (Quality of Service) pada STREAMING SERVER 1 M U H A M M A D Z E N S. H A D I, S T. M S C. Sometimes we face these problems in everyday life 2 Bila sering terjadi It s DANGEROUS Sad looks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah congestion sering ditemukan dalam proses jalur data pada internet, yang pada umumnya diartikan sebagai proses terjadinya perlambatan atau kemacetan. Perlambatan

Lebih terperinci

MODUL 10 Multi Protocol Label Switching (MPLS)

MODUL 10 Multi Protocol Label Switching (MPLS) MODUL 10 Multi Protocol Label Switching (MPLS) A. TUJUAN 1. Mengenalkan pada mahasiswa tentang konsep MPLS 2. Mahasiswa memahami cara kerja jaringan MPLS 3. Mahasiswa mampu menganalisa performansi antara

Lebih terperinci

DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI

DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI DTG1E3 DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI Pengenalan Komunikasi Data dan Klasifikasi Jaringan By : Dwi Andi Nurmantris Dimana Kita? Dimana Kita? Pengertian Komunikasi Data Penggabungan antara dunia komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dewasa ini pertumbuhan jumlah user internet semakin meningkat. Hal ini dikarenakan perkembangan teknologi internet dan tingkat kebutuhan manusia untuk melakukan pertukaran

Lebih terperinci

MODUL 10 Multi Protocol Label Switching (MPLS)

MODUL 10 Multi Protocol Label Switching (MPLS) MODUL 10 Multi Protocol Label Switching (MPLS) A. TUJUAN 1. Mengenalkan pada mahasiswa tentang konsep MPLS 2. Mahasiswa memahami cara kerja jaringan MPLS 3. Mahasiswa mampu menganalisa performansi antara

Lebih terperinci

Overview. Tujuan. Pengantar. Pengantar 12/10/2016. Pertemuan ke 10

Overview. Tujuan. Pengantar. Pengantar 12/10/2016. Pertemuan ke 10 Overview VOICE OVER INTERNET PROTOCOL (VOIP) Pertemuan ke 10 VoIP (Voice Over Internet Protocol) merupakan suatu teknologi yang memanfaatkan Internet Protokol untuk menyediakan komunikasi voice secara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Voice Over IP 2.1.1 Terminologi Dasar Voice Over IP Sebelum membahas mengenai VoIP lebih lanjut, perlu dijelaskan beberapa pengertian pengertian dasar yang berkaitan dengan teknologi

Lebih terperinci

7.1 Karakterisasi Trafik IP

7.1 Karakterisasi Trafik IP BAB VIII TRAFIK IP Trafik IP (Internet Protocol), secara fundamental sangat berbeda dibanding dengan trafik telepon suara (klasik). Karenanya, untuk melakukan desain dan perencanaan suatu jaringan IP mobile,

Lebih terperinci

VoIP. Merupakan singkatan dari Voice over Internet Protocol.

VoIP. Merupakan singkatan dari Voice over Internet Protocol. VoIP Apa itu VoIP???? Merupakan singkatan dari Voice over Internet Protocol. Merupakan suatu cara berkomunikasi dengan mengirimkan paket-paket suara melalui jaringan internet dengan memanfaatkan protokol

Lebih terperinci

5. QoS (Quality of Service)

5. QoS (Quality of Service) PENGENDALIAN MUTU TELEKOMUNIKASI 5. QoS (Quality of Service) Latar Belakang QoS Karakteristik Jaringan IP Alokasi Sumber Daya Definisi QoS QoS adalah suatu pengukuran tentang seberapa baik jaringan dan

Lebih terperinci

WAN. Karakteristik dari WAN: 1. Terhubung ke peralatan yang tersebar ke area geografik yang luas

WAN. Karakteristik dari WAN: 1. Terhubung ke peralatan yang tersebar ke area geografik yang luas WAN WAN adalah sebuah jaringan komunikasi data yang tersebar pada suatu area geografik yang besar seperti propinsi atau negara. WAN selalu menggunakan fasilitas transmisi yang disediakan oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Jaringan Asynchronous Transfer Mode (ATM) merupakan jaringan

BAB II DASAR TEORI. Jaringan Asynchronous Transfer Mode (ATM) merupakan jaringan BAB II DASAR TEORI 2.1 Pendahuluan Jaringan Asynchronous Transfer Mode (ATM) merupakan jaringan transfer di mana informasi dari berbagai jenis layanan seperti suara, video, dan data di ubah ke dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMETASI DAN ANALISIS QOS

BAB IV IMPLEMETASI DAN ANALISIS QOS BAB IV IMPLEMETASI DAN ANALISIS QOS Seperti yang telah dijelaskan pada bab 3, mengenai beberapa parameter yang akan diamati telah diilustrasikan dengan jelas. Adapun jaringan yang diamati pada tugas akhir

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 38 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pada bab ini dibahas mengenai pengujian dan analisis hasil implementasi yang telah dilakukan. Pengujian dan analisis ini bertujuan untuk mengetahui performansi pada jaringan

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Performansi Server VoIP. berbasis Parallel Processing

Analisis Perbandingan Performansi Server VoIP. berbasis Parallel Processing Analisis Perbandingan Performansi Server VoIP antara Asterisk dan FreePBX berbasis Parallel Processing JOANA SIBORO 2206100080 Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Achmad Affandi, DEA NIP: 196510141990021001 PERANCANGAN

Lebih terperinci

VoIP. Merupakan singkatan dari Voice over Internet Protocol.

VoIP. Merupakan singkatan dari Voice over Internet Protocol. VoIP Apa itu VoIP???? Merupakan singkatan dari Voice over Internet Protocol. Merupakan suatu cara berkomunikasi dengan mengirimkan paket-paket suara melalui jaringan internet dengan memanfaatkan protokol

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh RSVP Untuk Layanan VoIP Berbasis SIP

Analisis Pengaruh RSVP Untuk Layanan VoIP Berbasis SIP Analisis Pengaruh Untuk Layanan VoIP Berbasis SIP Alfin Hikmaturokhman 1, Sri Maya Sari Nainggolan 1,, Eko Fajar Cahyadi 1 Program Studi S1 Teknik telekomunikasi 1 Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Voice over Internet Protocol (VoIP) adalah teknologi yang mampu

Bab I PENDAHULUAN. Voice over Internet Protocol (VoIP) adalah teknologi yang mampu Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Voice over Internet Protocol (VoIP) adalah teknologi yang mampu melewatkan trafik suara, video dan data yang berbentuk paket melalui jaringan IP. Jaringan IP

Lebih terperinci

INTEGRASI JARINGAN TELEPON ANALOG DENGAN JARINGAN KOMPUTER DI POLITEKNIK NEGERI BATAM. oleh: Prasaja Wikanta

INTEGRASI JARINGAN TELEPON ANALOG DENGAN JARINGAN KOMPUTER DI POLITEKNIK NEGERI BATAM. oleh: Prasaja Wikanta INTEGRASI JARINGAN TELEPON ANALOG DENGAN JARINGAN KOMPUTER DI POLITEKNIK NEGERI BATAM oleh: Prasaja Wikanta Saat ini TCP/IP secara de facto sudah menjadi standar jaringan telekomunikasi di dunia. Politeknik

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian-penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Berikut penelitian-penelitian yang mendasari penelitian

Lebih terperinci

TRAFFIC MANAGEMENT (Quality of Service & Congestion Control) Definisi Traffic Management

TRAFFIC MANAGEMENT (Quality of Service & Congestion Control) Definisi Traffic Management TRAFFIC MANAGEMENT (Quality of Service & Congestion Control) Definisi Traffic Management Jenis Koneksi Congestion Control QoS (Quality of Service) Metode Pengendalian Trafik (QoS) Simulasi Traffic Management

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Abstrak

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana   Abstrak ANALISIS PENGARUH SOFT HANDOVER PADA MOBILE STATION TERHADAP KUALITAS LAYANAN VOIP DI JARINGAN UMTS Putu Fadly Nugraha Putu Fadly Nugraha1, IGAK Diafari Djuni H2, Pande Ketut Sudiarta3 1,2,3 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Ridwansyah, ST MT. Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika Fakultas Teknik UNM

Ridwansyah, ST MT. Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika Fakultas Teknik UNM KINERJA JARINGAN Ridwansyah, ST MT Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika Fakultas Teknik UNM. Tolok ukur kinerja jaringan Throughput Data yang dikirimkan per satuan waktu Latency (delay) Wk Waktu yang

Lebih terperinci

dalam bentuk analog. Munculnya digital IC (Integrated Circuit) dan membutuhkan. Pengguna atau user memerlukan player, yaitu aplikasi khusus

dalam bentuk analog. Munculnya digital IC (Integrated Circuit) dan membutuhkan. Pengguna atau user memerlukan player, yaitu aplikasi khusus Video telah menjadi media yang sangat penting untuk komunikasi dan hiburan selama puluhan tahun. Pertama kali video diolah dan ditransmisikan dalam bentuk analog. Munculnya digital IC (Integrated Circuit)

Lebih terperinci

6/26/2010. Rancang bangun sistem. Pengukuran. Sintesis dan Penarikan kesimpulan. Oleh : Hafid Amrulloh ( )

6/26/2010. Rancang bangun sistem. Pengukuran. Sintesis dan Penarikan kesimpulan. Oleh : Hafid Amrulloh ( ) INTEGRASI JARINGAN VoIP DENGAN JARINGAN PABX ANTARA KANTOR CABANG SURABAYA DENGAN KANTOR PUSAT JAKARTA PT. WIJAYA KARYA MELALUI Tujuan MengintegrasikanVoIP dan PABX pada kantor cabang Surabaya dan kantor

Lebih terperinci

BAB III SIRKIT SEWA DIGITAL DAN FRAME RELAY

BAB III SIRKIT SEWA DIGITAL DAN FRAME RELAY BAB III SIRKIT SEWA DIGITAL DAN FRAME RELAY Sirkit sewa digital dan Frame Relay digunakan oleh perusahaan multinasional sebagai sarana transport yang menghubungkan LAN baik yang berada dalam satu wilayah

Lebih terperinci

PERANCANGAN NGN BERBASIS OPEN IMS CORE PADA JARINGAN MPLS VPN

PERANCANGAN NGN BERBASIS OPEN IMS CORE PADA JARINGAN MPLS VPN PERANCANGAN NGN BERBASIS OPEN IMS CORE PADA JARINGAN MPLS VPN Dadiek Pranindito 1, Levana Rizki Daenira 2, Eko Fajar Cahyadi 3 Program Studi Teknik Telekomunikasi, Sekolah Tinggi Telematika Telkom Purwokerto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan internet saat ini begitu pesat seiring dengan banyaknya user dan aplikasi-aplikasi yang berjalan diatasnya. Secara Administratif, Internet terbagi atas

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya (Sugiharto, 2011) menjelaskan tentang sebuah sistem yang berfungsi untuk memonitor traffic dalam jaringan, sehingga administrator dapat mengetahui keadaan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 70 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dilakukan perancangan dan konfigurasi jaringan berbasis IP dan VPN MPLS beserta estimasi peralatan yang akan digunakan, menganalisa masalah serta

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI QOS INTEGRATED SERVICE PADA JARINGAN MPLS GUNA PENINGKATAN KUALITAS JARINGAN PADA PENGIRIMAN PAKET VIDEO TUGAS AKHIR

IMPLEMENTASI QOS INTEGRATED SERVICE PADA JARINGAN MPLS GUNA PENINGKATAN KUALITAS JARINGAN PADA PENGIRIMAN PAKET VIDEO TUGAS AKHIR IMPLEMENTASI QOS INTEGRATED SERVICE PADA JARINGAN MPLS GUNA PENINGKATAN KUALITAS JARINGAN PADA PENGIRIMAN PAKET VIDEO TUGAS AKHIR Sebagai Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Strata 1 Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi internet, user komputer mulai menggunakan surat elektronik atau

BAB I PENDAHULUAN. teknologi internet, user komputer mulai menggunakan surat elektronik atau Laporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini komunikasi adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Seiring dengan perkembangan teknologi, bentuk dan

Lebih terperinci

Bab III ANALISIS DAN PERANCANGAN. Bab ini akan menguraikan proses analisis pembangunan VOIP sistem dan

Bab III ANALISIS DAN PERANCANGAN. Bab ini akan menguraikan proses analisis pembangunan VOIP sistem dan Bab III ANALISIS DAN PERANCANGAN Bab ini akan menguraikan proses analisis pembangunan VOIP sistem dan perancangan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Analisis pengguna 2. Analisis kebutuhan sistem

Lebih terperinci

2. Pentingnya QoS Ada beberapa alasan mengapa kita memerlukan QoS, yaitu:

2. Pentingnya QoS Ada beberapa alasan mengapa kita memerlukan QoS, yaitu: 1. Definisi QoS ( Quality Of Service ) Dari segi networking, QoS mengacu kepada kemampuan memberikan pelayanan berbeda kepada lalulintas jaringan dengan kelas-kelas yang berbeda. Tujuan akhir dari QoS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Teknologi Next Generation Network (NGN) merupakan terobosan dalam bidang telekomunikasi dan dirancang untuk memenuhi kebutuhan layanan komunikasi yang semakin berkembang

Lebih terperinci

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI QoS DENGAN KOMBINASI MPLS-INTSERV DAN MPLS-DIFFSERV DI IP MULTIMEDIA SUBSYSTEM

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI QoS DENGAN KOMBINASI MPLS-INTSERV DAN MPLS-DIFFSERV DI IP MULTIMEDIA SUBSYSTEM ANALISIS DAN IMPLEMENTASI QoS DENGAN KOMBINASI MPLS-INTSERV DAN MPLS-DIFFSERV DI IP MULTIMEDIA SUBSYSTEM ANALYSIS AND IMPLEMENTATION QoS USE COMBINATION MPLS-INTSERV AND MPLS- DIFFSERV IN IP MULTIMEDIA

Lebih terperinci

2

2 1 2 3 4 5 6 7 Troughput Throughput Rate rata rata suatu message atau paket sukses diterima pada kanal komunikasi: T = Jumlah message sukses selama pengamatan Lama pengamatan 8 9 10 11 12 13 Jitter Jitter

Lebih terperinci

MPLS. Sukamto Slamet Hidayat

MPLS. Sukamto Slamet Hidayat MPLS Sukamto Slamet Hidayat MPLS Pengenalan MPLS Arsitektur MPLS Enkapsulasi MPLS Rekayasa Trafik pada MPLS Operasi MPLS Kesimpulan Done 1. PENGENALAN MPLS MPLS = Multi Protocol Label Switching Penggabungan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO. Sistem Multimedia. Oky Dwi Nurhayati, ST, MT

PROGRAM STUDI S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO. Sistem Multimedia. Oky Dwi Nurhayati, ST, MT PROGRAM STUDI S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO Sistem Multimedia Oky Dwi Nurhayati, ST, MT email: okydn@undip.ac.id Persyaratan Layanan dan protocol Syarat aplikasi dan user Layer OSI dan multimedia

Lebih terperinci

Bab II LANDASAN TEORI

Bab II LANDASAN TEORI Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Video Conference Video conference adalah suatu aplikasi yang mampu melewatkan data audio dan video pada suatu jaringan. Video conference bisa diterapkan pada berbagai

Lebih terperinci

MODUL 9 MPLS (MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING)

MODUL 9 MPLS (MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING) PRAKTIKUM NEXT GENERATION NETWORK POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA MODUL 9 MPLS (MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING) TUJUAN PEMBELAJARAN: 1. Mengenalkan pada mahasiswa tentang MPLS 2. Mengenalkan pada

Lebih terperinci

INTEGRASI JARINGAN TELEPON ANALOG DENGAN JARINGAN KOMPUTER DI POLITEKNIK NEGERI BATAM. oleh: Prasaja Wikanta

INTEGRASI JARINGAN TELEPON ANALOG DENGAN JARINGAN KOMPUTER DI POLITEKNIK NEGERI BATAM. oleh: Prasaja Wikanta JURNAL INTEGRASI Vol. 5, No. 1, 2013, 79-84 ISSN: 2085-3858 Article History Received February, 2013 Accepted March, 2013 INTEGRASI JARINGAN TELEPON ANALOG DENGAN JARINGAN KOMPUTER DI POLITEKNIK NEGERI

Lebih terperinci

PENGARUH KETERSEDIAAN BANDWIDTH. TERHADAP UNJUK KERJA VOIP (Voice Over Internet Protocol)

PENGARUH KETERSEDIAAN BANDWIDTH. TERHADAP UNJUK KERJA VOIP (Voice Over Internet Protocol) PENGARUH KETERSEDIAAN BANDWIDTH TERHADAP UNJUK KERJA VOIP (Voice Over Internet Protocol) Tasri Ponta Dosen Jurusan Teknik Elektronika Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar Abstrak Protokol IP tidak

Lebih terperinci

ANALISA UNJUK KERJA APLIKASI VOIP PADA JARINGAN IPv6 BERBASIS MPLS

ANALISA UNJUK KERJA APLIKASI VOIP PADA JARINGAN IPv6 BERBASIS MPLS ANALISA UNJUK KERJA APLIKASI VOIP PADA JARINGAN IPv6 BERBASIS MPLS Aries Pratiarso, M. Zen Samsono Hadi, Dwi Ayu Rahmadita Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang I 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang I 1 I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia teknologi informasi dan telekomunikasi semakin canggih dan pesat dengan adanya perkembangan internet. Saat ini teknologi informasi dan telekomunikasi sudah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Manfaat yang didapat dari jaringan komputer ialah : jaringan untuk saling berbagi sumber daya. informasi yang penting lainnya.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Manfaat yang didapat dari jaringan komputer ialah : jaringan untuk saling berbagi sumber daya. informasi yang penting lainnya. 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Jaringan Komputer Jaringan komputer adalah sekumpulan komputer yang saling berhubungan dengan menggunakan suatu protokol komunikasi sehingga antara satu komputer dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERFORMANSI GPON

BAB IV ANALISIS PERFORMANSI GPON BAB IV ANALISIS PERFORMANSI GPON Dalam prakteknya penerapan teknologi GPON dengan menggunakan fiber optik atau FTTH, agar service triple play tersebut dapat berjalan secara simultan dengan baik maka harus

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN DAN ANALISA QOS AUDIO DAN VIDEO STREAMING PADA JARINGAN MPLS VPN

RANCANG BANGUN DAN ANALISA QOS AUDIO DAN VIDEO STREAMING PADA JARINGAN MPLS VPN RANCANG BANGUN DAN ANALISA QOS AUDIO DAN VIDEO STREAMING PADA JARINGAN MPLS VPN Ahmad Afis Abror 1,M.Zen Samsono Hadi 2,Idris Winarno 3 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. topologi yang akan dibuat berdasarkan skematik gambar 3.1 berikut:

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. topologi yang akan dibuat berdasarkan skematik gambar 3.1 berikut: BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1. TOPOLOGI SISTEM JARINGAN Dalam penelitian ini dilakukan pengembangan dan implementasi teknologi MIPv4 dengan diperhatikannya faktor kualitas layanan dan kehandalan. Adapun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia sehingga dapat berkomunikasi dan bertukar informasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia sehingga dapat berkomunikasi dan bertukar informasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi jaringan komputer dan Internet telah mengalami perkembangan yang pesat, sehingga mampu menyambungkan hampir semua komputer yang ada di dunia sehingga dapat

Lebih terperinci

Membedakan Bandwidth, Speed dan Throughput 12 OKTOBER 2011

Membedakan Bandwidth, Speed dan Throughput 12 OKTOBER 2011 Dari Wikipedia: "Dalam komunikasi jaringan, throughput adalah jumlah data digital per waktu unit yang dikirimkan ke terminal tertentu dalam suatu jaringan, dari node jaringan, atau dari satu node ke yang

Lebih terperinci

Jaringan Telekomunikasi dan Informasi FEG2E3

Jaringan Telekomunikasi dan Informasi FEG2E3 Jaringan Telekomunikasi dan Informasi FEG2E3 2/16/2015 Faculty of Electrical and Communication Institut Teknologi Telkom Bandung 2012 Permasalahan yang timbul jika jaringan memiliki banyak perangkat: Boros

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi yang bersifat convergence dengan teknologi komunikasi lainnya. Salah

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi yang bersifat convergence dengan teknologi komunikasi lainnya. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang sangat pesat mendorong terbentuknya suatu komunikasi yang bersifat convergence dengan teknologi komunikasi lainnya. Salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI

BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI 3.1 Analisis Sistem Analisis adalah penguraian dari suatu pembahasan, dalam hal ini pembahasan mengenai analisis perbandingan teknik antrian data First

Lebih terperinci

MODUL 11 QoS pada MPLS Network

MODUL 11 QoS pada MPLS Network MODUL 11 QoS pada MPLS Network A. TUJUAN 1. Mengenalkan pada mahasiswa tentang konsep QoS 2. Mahasiswa mampu menganalisa performansi antara jaringan IP dengan jaringan MPLS. B. DASAR TEORI Multi Protocol

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam QoS terdapat salah satu mekanisme yang dapat menjamin kualitas layanan dalam jaringan yang disebut dengan Differentiated Service. DiffServ tidak memperhatikan

Lebih terperinci

Soal Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Jaringan Komputer

Soal Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Jaringan Komputer Soal Ujian Tengah Semester 2012 - Mata Kuliah Jaringan Komputer Multiple Choice Soal Pilihan tersebut memiliki bobot 3 apabila benar, bobot -1 apabila salah, dan bobot 0 apabila kosong. Hanya ada satu

Lebih terperinci

Soal Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Jaringan Komputer

Soal Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Jaringan Komputer Soal Ujian Tengah Semester 2012 - Mata Kuliah Jaringan Komputer Multiple Choice Soal Pilihan tersebut memiliki bobot 3 apabila benar, bobot -1 apabila salah, dan bobot 0 apabila kosong. Hanya ada satu

Lebih terperinci

BAB 4. Setelah melakukan perancangan topologi untuk merancang sistem simulasi pada

BAB 4. Setelah melakukan perancangan topologi untuk merancang sistem simulasi pada BAB 4 PENGUJIAN SISTEM DAN HASIL PENGUJIAN 4.1 Skenario Pengujian Setelah melakukan perancangan topologi untuk merancang sistem simulasi pada layanan VoIP, maka langkah selanjutnya adalah penulis mensimulasikan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI METRO ETHERNET NETWORK

BAB IV IMPLEMENTASI METRO ETHERNET NETWORK 54 BAB IV IMPLEMENTASI METRO ETHERNET NETWORK 4.1. Pendahuluan Teknologi telekomunikasi saat ini membutuhkan sebuah jaringan yang dapat dilewati data dalam jumlah yang sangat besar, dapat melakukan transfer

Lebih terperinci

Quality of Service. Network Layer. IP Networking. IP Header. Susmini Indriani Lestariningati, M.T

Quality of Service. Network Layer. IP Networking. IP Header. Susmini Indriani Lestariningati, M.T TK36401 Internet Network Layer The network layer is responsible for host to host delivery and for routing the packets through the routers. Quality of Service Susmini Indriani Lestariningati, M.T Routers

Lebih terperinci

Kajian Manajemen Antrian pada Jaringan Multiprotocol Label Switching

Kajian Manajemen Antrian pada Jaringan Multiprotocol Label Switching 1 Kajian Manajemen Antrian pada Jaringan Multiprotocol Label Switching Timotius Witono Dosen S1 Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Maranatha Jl. Surya Sumantri 65, Bandung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Data Hasil Pengujian Data diperoleh dari pengambilan video conference secara point-topoint antara node 1 dengan node 2, pada beberapa kondisi yang telah ditentukan di Bab 3.

Lebih terperinci

ATM (ASYNCHRONOUS TRANSFER MODE)

ATM (ASYNCHRONOUS TRANSFER MODE) ATM (ASYNCHRONOUS TRANSFER MODE) 1988 industri telekomunkasi mulai mengembangkan sebuah konsep yang disebut Broadband Integrated Service Digital Network- atau B-ISDN. B-ISDN digambarkan sebagai carrier

Lebih terperinci