BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah salah satu gangguan sensori persepsi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus nyata (Keliat, 2005). Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien member persepsi atau pendapat tentang lingkungannya tanpa ada ojek atau rangsangan yang nyata (Direja, 2011). Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata (Kusumawati & Hartono, 2010). Halusinasi penglihatan adalah stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometris, gambar kartun, dan gambar atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan dapat berupa sesuatu yang menyenangkan atau menakutkan (Stuart, 2007). Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah suatu penangkapan rangsang oleh panca indera tanpa ada rangsangan yang nyata dari luar.

2 B. Penyebab 1. Faktor Predisposisi menurut Yosep (2011) : a. Faktor Perkembangan Perkembangan klien yang terganggu misalnya kurangnya mengontrol emosi dan keharmonisasian keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi dan hilang percaya diri. b. Faktor Sosiologi Seseorang yang merasa tidak diterima di lingkungannya sejak bayi akan membekas diingatannya sampai dewasa dan ia akan merasa disingkirkan kesepian dan tidak percaya pada lingkungannya. c. Faktor Biokimia Adanya stress yang berlebihan yang di alami oleh seseorang maka didalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia buffofenom dan dimetytranfenase sehingga terjadi keseimbangan acetrycolin & Dofamine. d. Faktor Psikologis Tipe kepribadian yang lemah dan tidak bertanggung jawab akan mudah terjerumus pada penyalah gunaan zat adiktif, klien lebih memilih kesenangan sesaat & lari dari alam nyata menuju alam khayal. e. Faktor Genetik dan Pola Asuh Hasil studi menunjukan bahwa factor keluarga menunjukan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

3 2. Faktor Presipitasi faktor faktor penyebab dari halusinasi menurut Stuart (2007) adalah sebagai berikut : 1. Faktor presipitasi a. Biologis Gangguan dalam berkomunikasi dan putaran baik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidak mampuan untuk secara selektif menanggapi Stimulus. b. Stress Lingkungan Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku. c. Sumber Koping Sumber koping individual harus dikaji dengan pemahaman tentang pengaruh gangguan otak pada perilaku.

4 C. Proses Terjadinya Masalah Halusinasi berkembang melalui empat fase, menurut Direja (2011), yaitu sebagai berikut: 1. Fase pertama Disebut juga sebagai fase Comforting yaitu fase yang menyenangkan. Pada tahap ini masuk dalam golongn nonpsikotik. Karakteristik: klien mengalami stres, cemas perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara. Perilaku klien: tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respons verbal yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya, dan suka menyendiri. 2. Fase kedua Disebut dengan fase Condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi menjijikan, termasuk dalam psikotik ringan. Karakteristik: pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan, kecemasan meningkat, melamun, dan berfikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap dapat mengontrolnya. Perilaku klien: meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti peningkatan denyut jantung

5 3. Fase ketiga Adalah fase Controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik. Karakteristik: bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya. Perilaku klien: kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tandi fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi perintah. 4. Fase keempat Adalah fase Conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya. Termasuk dalam psikotik berat. Karakteristik: halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang control, dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan. Perilaku klien: perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau kakatonik, tidak mampu merespons terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu berespons lebih dari satu orang.

6 D. Rentang respon Gambar 2.1 rentang respon Adaptif a. Pikiran logis b. Persepsi akurat c. Emosi konsisten dengan pengalaman d. Perilaku cocok e. Hubungan sosial harmonis a. Kadang-kadang proses pikir terganggu b. Ilusi c. Emosi berlebihan d. Perilaku yang tidak biasa e. Menarik diri maladaptif a. Waham b. Halusinasi c. Kerusakan proses emosi d. Perilaku tidak terorganisasi e. Isolasi sosial Predisposisi yang meliputi faktor perkembangan yaitu tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri, hilang percaya diri dan rentan terhadap stres, selain itu faktor sosiokultural, faktor biokimia, faktor psikologis, dan faktor genetik dan pola asuh juga berpengaruh terhadap klien. Selain itu ada faktor prespitasi yang meliputi perilaku, yang dibangun atas bio-psikospiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi fisik yaitu halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan,demam hingga delirium, intoksitasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama, selain itu uga dimensi emosional, dimensi intelektual, dimensi sosial dan dimensi spiritual (Yosep, 2011).

7 Awitan Skizofrenia dapat muncul tiba-tiba atau bertahap, tetapi kebanyakan klien mengalami perkembangan tanda dan gejala yang lambat dan bertahap, misal menarik diri dari masyarakat, perilaku yang tidak lazim, kehilangan minat, dan sering kali tidak mengabaikan higiene. Gejala Skizofrenia biasanya ditegakkan ketika individu mulai memperlihatkan gejala positif yang lebih aktif seperti waham, halusinasi, gangguan pikiran (Direja, 2011). E. Tanda dan gajala 1. Manifestasi klinis Tanda-tanda halusinasi penglihatan meliputi : stimulus visual dalam bentuk kilatan atau cahaya, gambar atau bayangan yang rumit dan kompleks. Bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan (Kusumawati, 2010). Tanda dari halusinasi penglihatan, menurut Keliat (2005) yaitu : menunjuk-nunjuk kearah tertentu, ketakutan pada objek yang tidak jelas, melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu atau monster. Tanda dari halusinasi penglihatan menurut Yosep (2011) yaitu : melihat seseorang yang sudah meninggal, melihat makhluk tertentu, melihat bayangan, melihat hantu atau sesuaru yang menakutkan, cahaya, monster yang memasuki perawat, tatapan mata pada tempat tertentu, dan ketakutan pada objek tertentu.

8 2. Pemeriksaan penunjang Dengan perkembangan teknik pencitraan noninvasive, seperti CT Scan, Magnetic Resonance Imaging (MRI), dan Positron Emission Tomography (PET) dalam 25 tahun terakhir, para ilmuan mampu meneliti struktur otak dan akofitas otak indifidu Skizofrenia. Peneliti menunjukan penderita Skizofrenia memiliki jaringan otak yang lebih sedikit, hal ini menunjukan suatu kegagalan perkembangan atau kahilangan jaringan selanjutnya (Videback, 2008). Untuk mengetahui struktur otak, jenis alat yang dapat digunakan yaitu Elektroencephalogram (EEG), CT scan, Single Photon Emission Computed Thomography (SPECT), Magnetic Resonance Imaging (MRI) (Direja, 2011). Pemeriksaan Magnetik Resonance Imaging (MRI), Positif Emission Tomography (PET), dan Tomografi terkomputerisasi (CT) telah memperlihatkan abnormalitas dalam simetrisitas, kepadatan jaringan, atrofi sebagian serebral dan pelebaran ventrikel serebral lateral didalam otak penderita Skizofrenia (Stuart, 2007). F. Penatalaksanaan 1. Psikofarmakologi Terapi termasuk identifikasi kondisi medis umum atau medis tertentu yang terlibat. Pada saat tersebut, terapi diarahkan kepada kondisi yang mendasari dan pengendalian perilaku pasien dengan segera. Perawatan di rumah sakit mungkin diperlukan untuk menilai pasien secara

9 menyeluruh dan untuk memastikan keamanan pasien. Obat anti psikotik atau perilaku agresif dengan segera dan jangka pendek, walaupun Benzodiasepin dapat juga berguna untuk mengendalikan agitasi dan kecemasan. Pemakaian anti depresan dalam pengobatan gangguan depresif pasca psikotik dari Skizofrenia telah dilaporkan dalam beberapa penelitian. Kira-kira setengah dari penelitian telah melaporkan adanya efek dari hilangnya gejala depresif. Medikasi anti depresan kemungkinan menghilangkan gejala depresif pada beberapa pasien, teapi hasil campuran dari beberapa penelitian mencerminkan ketidakmampuan sekarang ini untuk membedakan pasien mana yang akan berespon dan pasien mana yang tidak berespon terhadap anti depresan. Obat-obatan antipsikotik konvensional (seperti Klorpromazin, Flufenazin, Haloperidol, Loksapin, Prefenazin, Trifluoperazin, Tiotiksen, dan Tioridaksin) terbukti mengurangi gejala positif Skizofrenia dan secara signifikan menurunkan risiko relaps simtomatik dan dirawat inap pulang. Namun, efek samping neurologis yang serius menyebabkan obat ini sulit ditoleransi oleh banyak pasien Skizofrenia. Kelompok obat-obatan antipsikotik terbaru (seperti Klozapin, Risperidon, Olanzapin, Quetiapin, Ziprasidon) telah menunjukan efektifitas yang dapat dibandingkan atau lebih baik untuk mengatasi gejala Skizofrenia yang secara signifikan menurunkan risiko gangguan

10 neurologis yang merugikan. Obat-obat ini terutama efektif dalam mengatasi gejala negative Skizofrenia (Stuart, 2007) G. Proses keperawatan Proses keperawatan menurut Yosep (2011) antara lain yang perlu dikaji adalah: 1. Pengkajian keperawatan masalah gangguan jiwa a. Identitas pasien Perawat yang merawat pasien melakukan perkenalan dan kontak dengan pasien tentang nama perawat, nama pasien dengan inisial L/P, umur, tanggal pengkajian, alamat lengkap. b. Alasan masuk Pengkajian alasan masuk yaitu apa yang menyebabkan pasien ke rumah sakit. Apa yang dilakukan keluarga mengatasi masalah dan bagaimana hasilnya. c. Faktor predisposisi 1) Faktor predisposisi Apakah pernah mengalami gangguan jiwa masa lalu. Apakah pernah melakukan penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam rumah tangga atau tindakan kriminal. 2) Faktor presipitasi Faktor yang dianggap menyebabkan pasien sakit jiwa atau menyebabkan pasien mengalami kekambuhan.

11 d. Pengkajian fisik Ukur dan observasi Tanda-tanda vital dan kaji lebih lanjut sistem dan fungsi organ, jelaskan sesuai dengan keluhan yang ada. e. Psikososial menurut Yosep (2011) 1) Genogram Genogram adalah gambaran susunan keluarga yang dapat menggambarkan hubungan pasien dengan keluarga. 2) Konsep diri a) Citra diri Citra diri adalah tanggapan tentang fungsi tubuh dan bentuk tubuh pada pasien. b) Identitas diri Identitas diri adalah status pasien sebelum dirawat. c) Peran diri Peran diri adalah tugas atau peran yang diemban dalam keluarga, kemampuan pasien dalam melaksanakan tugas. d) Ideal diri Ideal diri adalah harapan tentang tubuh, posisi, status, tugas atau peran terhadap lingkugan. e) Harga diri Harga diri adalah perasaan hubungan pasien dengan orang lain, penghargaan orang lain terhadap pasien.

12 f) Hubungan sosial Hubungan sosial pada pasien adalah tentang siapa orang terdekat dalam hidupnya, tempat mengadu, dan minta bantuan. g) Spiritual Nilai keyakinan dan ibadah adalah kepercayaan yang dianut pasien saat ini dan ketaatan menjalankan ibadah. f. Status mental 1) Penampilan Penampilan adalah kemampuan pasien untuk merawat Personal hygine. 2) Pembicaraan Komunikasi yang terjadi selama wawancara apakah cepat, keras, lambat, tidak mampu memulai pembicaraan, inkoherensi, gagap, membisu dan apatis. 3) Aktifitas motorik Aktifitas motorik meliputi lesu,tegang, gelisah, agitasi, TIK, grimasen, Tremor (jari-jari yang tampak gemetar pasien Kompulsif (kegiatan yang dilakukan berulang-ulang). 4) Alam perasaan Alam perasaan adalah hal-hal yang sedang dirasakan pasien seperti perasaan, sedih, putus asa, ketakutan, gembira.

13 5) Afek Afek yang terjadi selama wawancara, apakah datar (saat dilakukan wawancara pasien tidak menunjukkan perubahan roman muka atau ekspresi wajah), tumpul (pasien hanya akan bereaksi atau memberi respon jika diberikan stimulus yang kuat), labil (emosi pasien cepat berubah) dan tidak sesuai (emosi yang tidak sesuai atau bertentangan dengan stimulus yang ada). 6) Interaksi selama wawancara Interaksi selama wawancara adalah perhatian pasien terhadap pengkaji yang meliputi bermusuhan, kontak mata kurang, tidak koopertif, defensife, dan mudah tersinggung. 7) Persepsi Persepsi adalah perasaan yang hanya dirasakan oleh pasien tetapi tidak dirasakan oleh orang lain, seperti halusinasi pendengaran, halusinasi penglihatan, halusinasi perabaan, halusinasi pengecapan dan halusinasi penghidu. 8) Proses / Arus pikir Proses / Arus pikir adalah cara pandang pasien pada dirinya dan orang lain misalnya, sirkumstansial (pembicaraan yang berbelitbelit tapi sampai pada tujuan pembicaraan), flight of ideas (pembicaraan yang meloncat dari satu topik ke topik lainnya), tangensial (pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan), blocking (pembicaraan yang berhenti secara tiba-tiba tanpa

14 gangguan enternal kemudian melanjutkan pembicaraan lagi), reeming (pembicaraan yang secara perlahan intonasinya menurun dan kemudian berhenti dan pasien tidak dapat melanjutkan pembicaraan lagi), kehilangan asosiasi dan perseverasi (pembicaraan yang diulang-ulang berali-kali). 9) Isi pikir Isi pikir adalah suatu hal yang ada di pikiran pasien apakah terdapat gangguan seperti obsesi (pikiran yang selalu muncul walaupun pasien berusaha menghilangkannya), depersonalisasi (perasaan pasien yang asing terhadap dirinya sendiri, orang atau lingkungannya), phobia (ketakutan yang pathologis), ide yang terkait (keyainan pasien terhadap kejadian yang terjadi dilingkungannya), hipokondria (keyakinan terhadap adanya gangguan organ dalam tubuhnya yang sebenarnya tidak ada), pikiran magis (keyakinan pasien tentang kemampuannya melakukan hal-hal yang mustahil, diluar kemampuannya), waham agama (keyakinan pasien terhadap agama secara berlebihan), nihilistik (pasien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia atau sudah meninggal), somatik (pasien mempunyai keyakinan tentang tubuhnya dikatakan secara berulang yang tidak sesuai kenyataan), sisip pikir, kebesaran (pasien mempunyai keyakinan tentang tubuhnya yang berlebihan dan dikatakan serta ditampilkan dalam bentuk perilaku secara berulang), siar pikir (pasien yakin orang

15 lain mengetahui apa yang dia pikirkan), curiga (pasien mempunyai keyakinan bahwa seseorang yang berusaha merugikan yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan), dan kontrol pikir (pasien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar). 10) Tingkat kesadaran Adanya kebingungan dari dalam diri pasien, Sedasi (mengatakan bahwa dia merasa melayang-layang), Stupor (gangguan motorik seperti kekakuan, gerakan yang diulang-ulang), disorientasi waktu, tempat dan orang. 11) Memori Apakah ada gangguan daya ingat jangka panjang (tidak dapat mengingat kejadian yang terjadi lebih dari satu bulan), gangguan daya ingat jangka pendek (tidak dapat mengingat kejadian yang terjadi dalam seminggu terakhir), gangguan daya ingat saat ini (tidak dapat mengingat kejadian yang baru saja terjadi) dan konfabulasi (pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dengan memasukkan cerita yang tidak benar untuk menutupi gangguan daya ingatnya). 12) Tingkat konsentrasi dan berhitung Kemampuan pasien untuk mudah dialihkan (perhatian pasien mudah berganti dari satu objek ke objek yang lain), tidak mampu berkonsentrasi (pasien selalu meminta agar pertanyaan diulang

16 atau tidak dapat menjelaskan kembali pembicaraannya) dan tidak mampu berhitung (tidak dapat melakukan penambahan atau pengurangan pada benda-benda yang nyata). 13) Kemampuan penilaian Apakah pasien mengalami gangguan kemampuan penilaian ringan (dapat mengambil keputusan yang sederhana) dan gangguan kemampuan penilaian bermakna. 14) Daya tilik diri Adalah kesadaran pasien tentang keadaannya dan penyakitnya. g. Kebutuhan Persiapan Pulang 1) Makan Kemampuan dalam menyiapkan makanan, makan dan memberihkan alat-alat makan dan minum. 2) BAB/BAK Kemampuan pasien dalam mengontrol buang air besar atau buang air kecil ditempat sesuai serta membersihkan diri. 3) Mandi Kemampuan pasien mandi, sikat gigi dan cuci rambut. 4) Berpakaian / berhias Kemampuan mengambil, memilih, memakai pakaian. 5) Istirahat dan tidur Kemampuan untuk tidur. (tidur siang lamanya, tidur malam lamanya dan aktivitas sebelum/setelah tidur).

17 6) Penggunaan obat Frekuensi, jenis, dosis, waktu dan cara pemberian diawasi 7) Pemeliharaan Kesehatan Fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk perawatan lanjutan setelah pulang. 8) Kegiatan di dalam rumah Mempersiapkan makanan, menjaga kerapian rumah, mencuci pakaian dan mengatur keuangan (mandiri, dengan bantuan minimal atau dengan bantuan total). 9) Kegiatan di luar rumah Belanja keperluan rumah, transportasi dan kegiatan lain h. Mekanisme koping 1) Koping adaptif Bicara dengan orang lain, mampu menyelesaikan masalah, teknik relaksasi, aktifitas konstruktif dan olah raga. 2) Koping maladaptif Minum alkohol, reaksi lambat/berlebihan, bekerja berlebihan, menghindar, mencederai diri, dan lain-lain. 3) Masalah psikososial dan lingkungan Masalah dengan dukungan kelompok, masalah berhubungan dengan lingkungan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, ekonomi, pelayanan kesehatan dan masalah lainnya.

18 2. Diagnosa keperawatan a. Pohon masalah Resiko tinggi perilaku kekerasan Gangguan sensori persepsi : halusinasi Isolasi sosial : menarik diri Effect Core problem Causa (Direja, 2011) b. Masalah keperawatan 1) Gangguan sensori persepsi: halusinasi penglihatan 2) Resiko perilaku kekerasan 3) Isolasi sosial : menarik diri c. Rumusan diagnosa keperawatan Gangguan persepsi sensori : Halusinasi penglihatan 3. Fokus Intervensi a. Tindakan keperawatan untuk pasien 1) Tujuan tindakan untuk pasien meliputi : a) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya b) Pasien dapat mengontrol halusinasinya c) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal 2) Tindakan keperawatan a) Membantu pasien mengenali halusinasi Dapat melakukan dengan berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar / dilihat), waktu terjadi

19 halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan perasaan pasien saat halusinasi muncul. b) Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara : (1) Menghardik halusinasi Menjelaskan cara menghardik halusinasi, memperagakan cara menghardik, meminta pasien memperagakan ulang, memantau penerapan cara ini, dan menguatkan perilaku pasien. (2) Bercakap-cakap dengan orang lain Untuk mengonrol halusinasi dapat juga dengan bercakapcakap dengan orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi ; fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut. (3) Melakukan aktifitas yang terjadwal Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri dengan aktifitas yang teratur. Dapat dilakukan dengan cara : menjelaskan pentingnya aktifitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi, mendiskusikan aktifitas yang biasa dilakukan oleh pasien, melatih pasien melakukan aktifitas, menyusun jadwal aktifitas sehari-hari sesuai dengan aktifitas yang telah

20 dilatih, memantau pelaksanaan jadwal kegiatan dan memberikan penguatan terhadap perilaku pasien yang positif. (4) Menggunakan obat secara teratur Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. Tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat : jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa, jelaskan bila obat tidak digunakan sesuai program, jelaskan akibat bila putus obat, jelaskan cara mendapatkan obat/berobat, jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis). (5) Terapi aktivitas kelompok : stimulasi persepsi, halusinasi b. Tindakan keperawatan kepada keluarga 1) Tujuan untuk keluarga adalah : Keluarga dapat merawat pasien di rumah dan menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien. 2) Tindakan keperawatan a) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien

21 b) Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga meliputi : pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami oleh pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi c) Berikan kesempatan keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan halusinasi d) Buat perencanaan pulang dengan keluarga H. Rencana Tindakan Keperawatan 1. Gangguan sensori perspsi : halusinasi Tujuan Umum : klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi. Tujuan khusus : a. Klien dapat membina hubungan saling percaya b. Klien dapat mengenal halusinasi c. Klien dapat mengontrol halusinasi d. Klien dapat memilih cara mengatasi seperti yang telah didiskusikan e. Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasi f. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik. Intervensi : a. Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik b. Sapa klien dengan ramah c. Perkenalkan diri dengan sopan d. Tanyakan nama lengkap klien

22 e. Jelaskan tujuan pertemuan f. Jujur dan tepat janji g. Tunjukan sikap empati h. Beri perhatian kepada klien i. Observasi tingkah laku keterkaitan dengan halusinasi j. Bantu klien mengenal halusinasi k. Diskusikan dengan klien situasi yang menimbulkan halusinasi l. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi m. Diskusikan manfaat yang dilakukan klien dan beri pujian pada klien. n. Diskusikan cara lain untuk memutuskan mengontrol halusinasi o. Bantu klien melatih cara memutus halusinasi p. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dilatih q. Ajarkan klien untuk memberi tahu keluarga jika mengalami halusinasi r. Diskusikan dengan keluarga pada saat berkunjung tentang gejala halusinasi yang dialami s. Cara yang dapat dilakukan klien untuk memutuskan halusinasi t. Cara merawat halusinasi dirumah, beri kegiatan, jangan biarkan sendiri. u. Beri reinforcement karena sudah berinteraksi v. Diskusikan dengan klien keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat. w. Anjurkan klien minta obat sendiri pada perawat dan merasakan manfaat.

23 x. Anjurkan klien bicara minta pada dokter tentang manfaat, efek samping obat. y. Bantu klien minum obat. (Yosep, 2011) 3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah Tujuan Umum : Klien tidak melakukan kekerasan Tujuan Khusus : a. Klien dapat membina hubungan saling percaya. Tindakan: 1) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi. 2) Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai. 3) Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang. b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. Tindakan: 1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 2) Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien 3) Utamakan pemberian pujian yang realitas c. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan keluarga Tindakan: 1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

24 2) Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah d. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan yang dimiliki Tindakan : 1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan. 2) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan. 3) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan Tindakan : 1) Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan 2) Beri pujian atas keberhasilan klien 3) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada Tindakan : 1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien 2) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat 3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah 4) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga (Yosep, 2011)

25 4. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan Tujuan umum : Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan Tujuan khusus : a. Pasien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya b. Pasien mampu mengungkapkan perasaannya c. Pasien mampu meningkatkan harga dirinya d. Pasien mampu menggunakan cara penyelesaiaan masalah yang baik Tindakan : a. Mendikusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan b. Meningkatkan harga diri pasien dengan cara : 1) Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya 2) Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan yang positif 3) Meyakinkan pasien bahawa dirinya penting 4) Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien 5) Merencanakan yang dapat pasien lakukan c. Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara : 1) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya 2) Mendiskusikan dengan pasien efektfitas masing-masing cara penyelesian masalah 3) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik

26 (Yosep, 2011) 5. Isolasi Sosial. Tum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain. Tuk 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya. Kriteria Hasil : Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebut nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berhadapan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi. Intervensi : a. Sapa Klien dengan ramah. b. Perkenalkan diri dengan sopan. c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai. d. Jelaskan tujuan pertemuan kepada klien. e. Jujur dan menepati janji. f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya. g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien. Tuk 2 : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri. Kriteria Hasil : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal dari diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Intervensi : a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri, dan tandatandanya.

27 b. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri. c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, dan tandatandanya. d. Beri pujian kepada klien tentang ungkapan perasaannya. Tuk 3 : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. Kriteria Hasil : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain misalnya banyak teman, tidak sendiri, dan 33emb diskusi. Klien dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain misalnya sendiri, tidak memiliki teman, dan sepi. Intervensi : a. Kaji pengetahuan klien tentang keuntungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. b. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. c. Diskusikan dengan klien tentang keuntungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. d. Beri pujian positif tentang kemampuan klien mengungkapkan perasaannya tentang keuntungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

28 Tuk 4 : Klien dapat berhubungan 34ember secara bertahap. Kriteria Hasil : Klien dapat mendemonstrasikan berhubungan dengan orang lain (klien-perawat) Intervensi : a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain. b. Ajarkan klien berkenalan antara : 1) Klien-perawat 2) Klien-perawat-perawat lain 3) Klien-perawat-klien lain c. Beri pujian positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai. d. Bantu klien untuk mengevaluasi keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. e. Motivasi klien untuk berhubungan dengan orang lain. Tuk 5 : Klien dapat berhubungan dengan orang lain (klien-perawat lain). Kriteria Hasil : Klien dapat mendemonstrasikan berhubungan dengan orang lain (klien perawat lain). Intervensi : a. Beri kesempatan klien untuk berkenalan dengan seorang perawat. b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan bila berhubungan dengan orang lain. c. Beri pujian positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.

29 Tuk 6 : Klien dapat berhubungan dengan orang lain (klien-kelompok perawat/klien lain). Kriteria Hasil : Klien dapat mendemonstrasikan berhubungan dengan orang lain (klien-perawat-klien lain). Intervensi : a. Beri kesempatan klien untuk berhubungan dengan orang lain (klienkelompok perawat/klien lain). b. Beri pujian positif atas kemampuan klien berhubungan dengan orang lain (klien-kelompok perawat/klien lain). c. Motivasi klien untuk berhubungan dengan orang lain. Tuk 7 : Klien dapat memberdayakan 35ember pendukung atau keluarga mampu mengungkapkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain. Kriteria Hasil : Keluarga dapat menjelaskan perasaannya, cara merawat klien menarik diri, mendemonstrasikan perawatan klien menarik diri, berpartisipasi dalam perawatan klien. Intervensi : a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga. b. Diskusikan dengan keluarga tentang perilaku menarik diri, penyebab menarik diri, dan cara menghadapi klien menarik diri. c. Dorong keluarga untuk 35 ember dorongan kepada klien untuk berhubungan dengan orang lain.

30 d. Anjurkan anggota keluarga secara rutin atau bergantian untuk menjenguk klien di rumah sakit, minimal 1 minggu sekali. e. Beri pujian positif atas hal yang telah dicapai keluarga.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007) BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, baubauan, pengecapan

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA Ruang rawat :... Tanggal dirawat:... A. IDENTITAS KLIEN Nama :... L/P) Umur :... tahun No. CM :... Tanggal masuk :... B. ALASAN MASUK/FAKTOR PRESIPITASI......

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA A. IDENTITAS KLIEN Nama :... L/P) Umur :... tahun No. CM :... Tanggal masuk :... B. ALASAN MASUK/FAKTOR PRESIPITASI...... C. FAKTOR PREDISPOSISI 1. Pernah mengalami

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG PROGRAM STUDI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RS JIWA RUANGAN RAWAT : TANGGAL DIRAWAT : I. IDENTITAS KLIEN Inisial : ( L

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal, halusinasi sebenarnya merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan,

BAB II TINJAUAN TEORI. sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, pengecapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merusak stimulasi yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, pengecapan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu BAB II KONSEP TEORI A. Pengertian Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang datang internal / eksternal (Carpenito,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Adapun definisi lain yang terkait dengan halusinasi adalah hilangnya

BAB II TINJAUAN TEORI. Adapun definisi lain yang terkait dengan halusinasi adalah hilangnya BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Halusinasi Halusinasi didefinisikan sebagai terganggunya persepi sensori seseorang, tetapi tidak terdapat stimulus dari luar (Varcarolis, 2006, dalam Yosep, 2011). Adapun

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun oleh : CAHYO FIRMAN TRISNO. S J 200 090

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik.

BAB II KONSEP DASAR. serta mengevaluasinya secara akurat (Nasution, 2003). dasarnya mungkin organic, fungsional, psikotik ataupun histerik. BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Persepsi ialah daya mengenal barang, kwalitas atau hubungan serta perbedaan antara suatu hal melalui proses mangamati, mengetahui dan mengartikan setelah panca indranya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KONSEP

BAB II TINJAUAN KONSEP BAB II TINJAUAN KONSEP A. Pengertian Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Halusinasi 1.1 Pengertian Halusinasi Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001). Halusinasi

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL A. Pengertian Isolasi social adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Halusinasi 2.1.1 Pengertian Halusinasi Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001).

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI A. Konsep Dasar Teori 1. Definisi Isolasi sosial merupakan kondisi ketika individu atau kelompok mengalami,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Isolasi sosial sering terlihat pada klien skizofrenia. Hal ini sebagian akibat tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan kehilangan batasan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulasi yang mendekat yang diprakarsai secara internal atau eksternal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Walgito (2001, dalam Sunaryo, 2004).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Walgito (2001, dalam Sunaryo, 2004). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Persepsi adalah Proses penginterpretasian terhadap rangsangan yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993) BAB II TUNJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993) Menarik diri merupakan suatu keadaan

Lebih terperinci

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah

Lebih terperinci

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI Nama Klien : Diagnosa Medis : No MR : Ruangan : Tgl No Dx Diagnosa Keperawatan Perencanaan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal dan rangsangan eksternal. Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri ( Stuart, 2006 ). Gangguan

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register 14 BAB III RESUME KEPERAWATAN A. Pengkajian Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember 2004 1. Identitas a. Identitas pasien Nama klien Ny. K, umur 30 tahun, agama Kristen, pendidikan SD, suku/bangsa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiology yang maladaptive, yang

BAB II KONSEP DASAR. Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiology yang maladaptive, yang BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Halusinasi merupakan salah satu respon neurobiology yang maladaptive, yang dapat menimbulkan perilaku aneh, tidak enak dipandang, membingungkan, kesukaran mengelola, dan

Lebih terperinci

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG A. Identitas Pasien 1. Inisial : Sdr. W 2. Umur : 26 tahun 3. No.CM : 064601

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya maupun lingkungan luarnya. Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Gangguan Harga Diri Rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dapat secara langsung atau tidak langsung di ekspresikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

Lebih terperinci

Koping individu tidak efektif

Koping individu tidak efektif LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI I. PROSES TERJADINYA MASALAH Isolasi social merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) Mei Vita Cahya Ningsih. Pengertian

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) Mei Vita Cahya Ningsih. Pengertian ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) Mei Vita Cahya Ningsih Pengertian Hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan ra ngsangan internal(pikiran) dan rangsangan eksternal(dunia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak muncul sama sekali. Namun jika kondisi lingkungan justru mendukung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak muncul sama sekali. Namun jika kondisi lingkungan justru mendukung BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Skizofrenia Menurut Hawari (2001) skizofrenia dapat dipicu dari faktor genetik. Namun jika lingkungan sosial mendukung seseorang menjadi pribadi yang terbuka maka sebenarnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Kerusakan interaksi sosial merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat Mendapatkkan gelar ahli madya keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam

BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Gangguan hubungan sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel dan menimbulkan perilaku maladaptif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolation (isolasi) merupakan mekanisme pertahanan dimana emosi diasingkan dari muatan impuls kesakitan atau memori (Cervone, 2011). Pikiran isolasi sosial ( social

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. Z DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SEMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA DisusunOleh : HILYATUN NISA J 200 090

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). 1 BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Menarik diri adalah satu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). (Depkes RI, 1983) Menarik

Lebih terperinci

perawatmasadepanku@blogspot.com Join With Us : Email : hendritriyulianto@gmail.com Facebook : Hendri Ty Kunjungi dan D a p a t k a n!!! K u m p u l a n A s k e p L e n g k a p H a n y a D i : perawatmasadepanku@blogspot.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan kesehatan mental psikiatri sebagai efek negatif modernisasi atau akibat krisis multidimensional dapat timbul dalam bentuk tekanan dan kesulitan pada seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Halusinasi 1. Definisi halusinasi Perubahan sensori halusinasi adalah keadaan dimana seorang individu mengalami perubahan terhadap stimulus yang datang yang menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Halusinasi Pendengaran 1. Pengertian Persepsi adalah proses akhir dari pengamatan oleh proses pengindraan (Sunaryo, 2004). Sensori adalah mekanisme neurologis yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan, pengecapan

Lebih terperinci

MERAWAT PASIEN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORIK : HALUSINASI

MERAWAT PASIEN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORIK : HALUSINASI MERAWAT PASIEN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORIK : HALUSINASI Oleh : ERFANDI A. Definisi Halusinasi adalah penyerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indra sesorang pasien yang terjadi dalam keadaan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN A. Pembahasan Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesenjangan yang penulis dapatkan antara konsep dasar teori dan kasus nyata Sdr. D diruang Dewa Ruci RSJD Amino Gondohutomo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan manifestasi klinis dari bentuk penyimpangan perilaku akibat adanya distrosi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam bertingkah laku.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien BAB II KONSEP DASAR A. Pengetian Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun, kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di segala kehidupan. Tidak orang semua orang

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh : AGUNG NUGROHO 462008041 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kedaruratan Psikiatri Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perilaku kekerasan merupakan salah satu yang diekspresikan dengan melakukan ancaman, menciderai orang lain ataupun merusak lingkungan (Keliat dkk, 2011). Kemarahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO dalam

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 19 Januari 2009, jam 10.00 WIB, di Ruang VIII Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondhohutomo Semarang. 1. Biodata a. Identitas klien

Lebih terperinci

PROSES TERJADINYA MASALAH

PROSES TERJADINYA MASALAH PROSES TERJADINYA MASALAH ` PREDISPOSISI PRESIPITASI BIOLOGIS GABA pada sistem limbik: Neurotransmiter inhibitor Norepineprin pada locus cereleus Serotonin PERILAKU Frustasi yang disebabkan karena kegagalan

Lebih terperinci

PENGKAJIAN HALUSINASI Jenis halusinasi Data Objektif Data Subjektif Halusinasi Dengar/suara Bicara atau tertawa sendiri Marah-marah tanpa sebab

PENGKAJIAN HALUSINASI Jenis halusinasi Data Objektif Data Subjektif Halusinasi Dengar/suara Bicara atau tertawa sendiri Marah-marah tanpa sebab WAHAM 1. Pengertian Waham merupakan keyakinan seseorang berdasarkan penelitian realistis yang salah, keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya (Keliat, BA, 1998).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara Umun Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (WHO dalam

Lebih terperinci

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia? Skizofrenia Skizofrenia merupakan salah satu penyakit otak dan tergolong ke dalam jenis gangguan mental yang serius. Sekitar 1% dari populasi dunia menderita penyakit ini. Pasien biasanya menunjukkan gejala

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. ( Yosep, 2007 ). Harga

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Nama Umur Pendidikan Alamat Agama : Tn.G : 30 th : tamat SMA : Blora : Islam Tanggal masuk : 06/12/2009 Tgl pengkajian : 06/12/2009 No.cm : 06 80

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa. Halusinasi sering diidentikkan dengan skizofrenia. Dari seluruh skizofrenia,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan. Skizofrenia berkelanjutan. Klien bernama Nn.S, Umur 25 tahun, jenis

BAB III TINJAUAN KASUS. Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan. Skizofrenia berkelanjutan. Klien bernama Nn.S, Umur 25 tahun, jenis BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 5 Januari 2008 diruang II Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo semarang, dengan Skizofrenia berkelanjutan.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulasi yang mendekat yang diperkarai secara internal atau eksternal

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi

BAB II KONSEP DASAR. rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan penserapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi pada saat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Jiwa, 2000). Halusinasi dapat didefinisikan sebagai seseorang yang

BAB II TINJAUAN TEORI. Jiwa, 2000). Halusinasi dapat didefinisikan sebagai seseorang yang BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Halusinasi adalah persepsi panca indra tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat mempengaruhi semua sistem pengindraan dimana terjadi pada saat kesadaran individu

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Disusun oleh : TRI ARI AYUNANINGRUM J 200 080 051 KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, masalah kesehatan jiwa banyak terjadi dengan berbagai variasi dan gejala yang berbeda-beda. Seseorang dikatakan dalam kondisi jiwa yang sehat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998). BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 Desember 2008 diruang III Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan Skizofrenia paranoid.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia saat ini, banyak mengalami keprihatinan dengan kesehatan, salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari perhatian. Orang sengaja

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam membedakan antara rangsang yang timbul dari sumber internal seperti pikiran, perasaan, sensasi somatik dengan impuls

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif

BAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia adalah gangguan yang benar-benar membingungkan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia adalah gangguan yang benar-benar membingungkan dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1 Konsep Skizofrenia Paranoid 1.1 Pengertian Skizofrenia Paranoid Skizofrenia adalah gangguan yang benar-benar membingungkan dan menyimpan banyak tanda tanya (teka-teki). Kadangkala

Lebih terperinci

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2014 adalah kondisi dimana seseorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual,

Lebih terperinci

STASE KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI DUSUN SADANG TANJUNGHARJO, NANGGULAN KULON PROGO

STASE KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI DUSUN SADANG TANJUNGHARJO, NANGGULAN KULON PROGO STASE KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI DUSUN SADANG TANJUNGHARJO, NANGGULAN KULON PROGO Disusun Oleh : Diyah Nur Rahmawati NIM : 3213042 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000

BAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Orang dianggap sehat jika mereka mampu memainkan peran dalam masyarakat dan perilaku pantas dan adaptif.organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefeniskan kesehatan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan proses interaksi yang kompleks antara faktor genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural. Telah terbukti

Lebih terperinci

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP NOMOR SOP : TANGGAL : PEMBUATAN TANGGAL REVISI : REVISI YANG KE : TANGGAL EFEKTIF : Dinas Kesehatan Puskesmas Tanah Tinggi Kota Binjai PUSKESMAS TANAH TINGGI DISAHKAN OLEH : KEPALA PUSKESMAS TANAH TINGGI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kognisi adalah suatu proses mental yang dengannya seorang individu menyadari dan mempertahankan hubungan dengan lingkungannya baik lingkungan dalam maupun lingkungan

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHANKEPERAWATAN PADA Nn. M DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RSJD SURAKARTA

STUDI KASUS ASUHANKEPERAWATAN PADA Nn. M DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RSJD SURAKARTA STUDI KASUS ASUHANKEPERAWATAN PADA Nn. M DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SRIKANDI RSJD SURAKARTA DISUSUN OLEH : DEVI ANGGRAINI NIM. P.10013 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya manusia memerlukan hubungan interpersonal yang positif baik dengan individu lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun 2012(RUU KESWA,2012) adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, mental, dan spiritual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Skizofrenia merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sehat jiwa adalah keadaan mental yang sejahtera ketika seseorang mampu merealisasikan potensi yang dimiliki, memiliki koping yang baik terhadap stressor, produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dari masalah yang diteliti, rumusan masalah, tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian, serta manfaat penelitian. 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN)

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN) ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS (CMHN) NAMA KELOMPOK 6 A4E : 1. Made Udayati (10.321.0864) 2. Kadek Ayu Kesuma W. (10.321.0858) 3. Kadek Ninik Purniawati (10.321.0859) 4. Luh Gede Wedawati (10.321.0867)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Personal Hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti Personal yang artinya perorangan Hygiene berarti sehat. Personal Hygiene adalah suatu tindakan memelihara kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Definisi

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI A. MASALAH UTAMA Gangguan persepsi sensori : halusinasi B. PROSES TERJADINYA MASALAH 1. Pengertian Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa yang terjadi di era globalisasi dan persaingan bebas ini cenderung semakin meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh dengan tekanan seperti kehilangan

Lebih terperinci