BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN"

Transkripsi

1 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Teori Umum (Filosofi) Ada 2 teori yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu, Teori Atribusi dan Teori Efisiensi. 1. Teori Atribusi (Atribution Theory) Atribusi merupakan salah satu proses pembentukan kesan. Teori atribusi mengacu pada bagaimana orang menjelaskan penyebab prilakuorang lain atau dirinya sendiri. Atribusi adalah proses dimana orang menarik kesimpulan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku orang lain. (Elly Dwi Wijayanti, 2012). Teori Atribusi memandang individu sebagai psikologi amatiryang mencoba memahami sebab-sebab yang terjadi pada berbagai peristiwa yang dihadapinya. Teori atribusi mencoba menemukan apa yang menyebabkan apa atau apa yang mendorong siapa melakukan apa. Respon yang kita berikan pada suatu peristiwa bergantung pada interprestasi kita tentang peristiwa itu (Harold Kelley, dalam Bana, 2010). Teori Atribusi sebelumnya pernah digunakan Elly Dwi Wijayanti (2012) dalam penelitiannya yang terkait dengan persepsi wajib pajak dalam membuat penilaian terhadap pajak itu sendiri. Alasan memilih teori ini yaitu, karena penelitian ini berkaitan dengan persepsi wajib pajak badan dalam memberikan

2 8 penilaian e-spt masa PPh dan Penerapan Per-14/PJ/2013 terhadap efisiensi. Persepsi wajib pajak badan dalam membuat penilaian sangat diperlukan dalam penelitian ini. Jadi teori atribusi sangat relevan untuk menerangkan maksud tersebut. 2. Teori Tylorisme (efficiency expert) Frederick Winslow Taylor Taylor membuat sebuah pedoman yang jelas tentang cara meningkatkan efesiensi. Pedoman tersebut adalah: 1. Kembangkanlah suatu ilmu bagi tiap-tiap unsur pekerjaan seseorang, yang akan menggantikan metode lama yang bersifat untung-untungan. 2. Secara ilmiah, pilihlah dan kemudian latihlah, ajarilah, atau kembangkanlah pekerja tersebut. 3. Bekerjasamalah secara sungguh-sungguh dengan para pekerja untuk menjamin bahwa semua pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan prinsip- prinsip ilmu yang telah dikembangkan tadi. 4. Bagilah pekerjaan dan tanggung jawab secara hampir merata antara manajemen dan para pekerja. Manajemen mengambil alih semua pekerjaan yang lebih sesuai baginya daripada bagi para pekerja. Alasan menggunakan teori tylorisme dalam penelitian ini, karena teori tersebut berkaitan dengan efisiensi dan pedoman yang memperhitungkan jumlah pengorbanan dan sumberdaya yang dikeluarkan dalam upaya mencapai tujuan. Dalam penelitian ini membahas mengenai penerapan e-spt masa pph dan peraturan Per-14/PJ/2013 yang merupakan suatu upaya Direktorat Jendral Pajak kepada wajib pajak dalam mengisi SPT masa PPh agar lebih praktis.

3 9 B. Gambaran Umum Perpajakan 1. Pengertian Pajak Menurut Pasal 1 UU No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), pengertian pajak adalah: Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Berikut ini bermacam-macam definisi tentang pajak menurut para ahli diantaranya: a. Prof. Dr. R. Santoso Brotodihardjo (dalam Waluyo, 2005:9) = Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. b. P.J.A. Adriani (dalam Waluyo, 2011:2) = Pajak adalah iuran kepada kas Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan. c. Deutsche Reichs Abgaben Ordnung (RAO, 1919) = Pajak adalah bantuan secara insidental atau secara periodik (dengan tidak ada kontraprestasinya),

4 10 yang dipungut oleh badan yang bersifat umum (negara), untuk memperoleh pendapatan, dimana terjadi suatu statbestand (sasaran pemajakan) karena undang-undang telah menimbulkan utang pajak.. Menurut Angga Kusuma (2013), dari pengertian tersebut pajak merupakan iuran yang dipaksakan oleh pemerintah terhadap masyarakat dan tanda timbal balik, karena berfungsi sebagai penambah penghasilan Negara demi meningkatkan pembangunan suatu Negara. Dari berbagai definisi yang diberikan terhadap pajak baik pengertian secara ekonomis (pajak sebagai pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah) atau pengertian secara yuridis (pajak adalah iuran yang dapat dipaksakan), dalam Waluyo (2005:9) ditarik kesimpulan tentang unsur-unsur yang terdapat pada pengertian pajak: a. Pemungutan pajak berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya. b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah. c. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. d. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk membiayai public investment. 2. Pajak Penghasilan Undang-undang No.7 Tahun 1984 tentang Pajak Penghasilan (PPh) berlaku sejak 1 Januari Undang-undang ini telah beberapa kali mengalami perubahan dan

5 11 terakhir kali diubah dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun UU PPh mengatur pengenaan Pajak Penghasilan terhadap subjek pajak berkenan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek Pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan. Subjek Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan, dalam UU PPh disebut Wajib Pajak. Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhirnya dalam tahun pajak. 3. Jenis Jenis Pajak Penghasilan Jenis jenis Pajak Penghasilan berdasarkan Undang-undang antara lain : a. Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (1) adalah pajak penghasilan atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak. b. Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) merupakan pajak yang bersifat final, dikenakan atas penghasilan antara lain: 1. Bunga deposito, tabungan, bunga obligasi, bunga simpanan anggota koperasi 2. Hadiah undian 3. Penghasilan dari transaksi saham 4. Pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa kontruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/ atau bangunan c. Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang diterima Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri

6 12 d. Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah pemungutan pajak yang dilakukan oleh: 1. Bendahara yang memungut pajak sehubungan dengan Pembayaran atas penyerahan barang 2. Badan-badan tertentu yang memungut pajak dari Wajib Pajak yang melakukan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain 3. Wajib Pajak badan tertentu yang memungut pajak dari pembeli atas penjualan barang yang tergolong sangat mewah e. Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah pemotongan pajak kepada Wajib Pajak dalam negeri atas penghasilan: 1. Dividen, bunga, royalty serta 2. hadiah, penghargaan bonus, dan sejenisnya 3. sewa dan penghasilan lain sehubungan penggunaan harta 4. imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan,dan jasa lain. f. Pajak Penghasilan Pasal 24 adalah pajak penghasilan yang dibayar di luar negeri boleh dikreditkan terhadap pajak yang terutang dalam tahun pajak yang sama. g. Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah angsuran pajak dalam tahun berjalan h. Pajak Penghasilan Pasal 26 adalah pemotongan pajak kepada Wajib Pajak luar negeri atas penghasilan dividen, bunga, royalty, imbalan sehubungan jasa, pekerjaan dan kegiatan, hadiah dan penghargaan, pensiun, premi swap, keungtungan karena pembebasan utang, yang dibayarkan kepada Wajib Pajak luar negeri.

7 13 i. Pajak Penghasilan Pasal 29 adalah kekurangan pembayaran pajak yang terutang pada SPT Tahunan Pajak Penghasilan 4. Pengertian Wajib Pajak Dalam pasal 1 ayat 2, UU No. 16 tahun 2009 tentang KUP disebutkan bahwa: Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 1. Pemotong Pajak PPH Pasal 21 Dan Atau Pasal Pemberi kerja yang terdiri dari Orang pribadi atau badan, baik pusat maupin cabang, perwakilan atau unit, bentuk usaha tetap, yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama apa pun, sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai. 3. Bendaharawan Pemerintah termasuk bendaharawan pada pemerintah pusat, pemerintah daerah, instasi atau lembaga pemerintah, atau lembaga-lembaga negara lainnya dan kedutaan besar Republik Indonesia di luar negeri yang membayarkan gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama apa pun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan. 5. Subjek Pajak Penghasilan Mardiasmo (2011:135) menyatakan pajak penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam Tahun Pajak. Berdasarkan undang-undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Pasal 2, yang menjadi Subjek Pajak adalah: a. Orang Pribadi;

8 14 warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak; b. Badan; dan c. Bentuk Usaha Tetap (BUT) Bentuk usaha tetap merupakan Subjek Pajak yang perlakuan perpajakannya dipersamakan dengan Subjek Pajak Badan. C. Persepsi 1. Pengertian Persepsi Kamus besar Bahasa Indonesia memberikan beberapa pengertian untuk kata persepsi, yaitu: 1. Tanggapan; penerimaan langsung dari suatu serapan. 2. Proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indera. Menurut Mar at (1984) dimulai dengan adanya stimulus, yaitu suatu bentuk energi fisik yang menyentuh reseptor indera. Reseptor ini mengirim pesan ke otak yang kemudian menginterprestasikan pesan tersebut sebagai sensasi. Dengan demikian sensasi adalah interprestasi terhadap energi eksternal, kemudian otak menerjemahkan gabungan sensasi-sensasi tersebut membentuk sebuah makna yang disebut persepsi. Persepsi didasarkan pada pengalaman di masa lalu, walaupun manusia juga memiliki kemampuan bawaan untuk menginterprestasikan sensasi menjadi persepsi. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi Persepsi merupakan hasil dari suatu proses yang dimulai dengan adanya stimulus. Pemilihan stimulus yang masuk ke dalam proses yang dipengaruhi oleh beberapa faktor tertentu sehingga pada gilirannya persepsi yang terbentuk juga turut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Mar at (1984) adalah:

9 15 1. Kebutuhan dan nilai-nilai Melalui adaptasi, latihan dan usaha-usaha secara sadar, manusia dapat memisahkan pesan-pesan yang datang dari dalam maupun dari luar tubuh. Kemampuan ini dibutuhkan untuk memusatkan perhatian pada suatu masalah yang sedang dihadapi. Indra manusia secara terus menerus menerima informasi, tetapi sebagian besar informasi tersebut akan dipilah dan disisihkan. Manusia belajar memprogram ulang dan memodifikasi informasi-informasi yang sampai ke otak agar sesuai dengan apa yang diharapkan. Proses penyesuaian ini menghasilkan suatu set. Set tersebut didasarkan pada sebagian pengalaman dimasa lalu serta sebagian kebutuhan dan nilai-nilai. 2. Emosi Emosi menimbulkan efek yang signifikan terhadap pembentukan persepsi. Ketika seseorang berada dibawah pengaruh emosi yang kuat, orang itu cenderung menghalangi masuknya stimuli yang berlawanan dengan emosi tersebut karena manusia tidak dapat merasakan dua emosi berbeda pada waktu yang bersamaan. Sebagai contoh, bila seseorang sedang marah dan kemudian terjadi sesuatu yang lucu, orang itu akan menekan perhatian terhadap insiden lucu tersebut karena mencampuri emosi yang sedang dominan yaitu kemarahan. Dengan demikian, persepsi bergantung pada status emosi. 3. Tekanan Sosial Walaupun seseorang memadang hal tertentu dengan rasa benci, orang itu dapat mengabaikan rasa bencinya bila mendapat tekanan sosial yang cukup kuat. Dengan kata lain, orang akan mengubah persepsinya untuk berkompromi dengan kelompoknya. Persepsi dipengaruhi tidak hanya oleh pengalaman belajar

10 16 individual tetapi juga oleh tekanan sosial karena alasan inilah, persepsi bersifat dinamis dan selalu berubah. D. Surat Pemberitahuan 1. Pengertian Surat Pemberitahuan Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) menurut undang-undang No.16 tahun 2009 mengenai KUP Pasal 1 angka 11 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 152/PMK.03/2009 adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Adapun tata cara pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 80 tahun Dengan kata lain SPT merupakan sarana bagi wajib pajak, antara lain untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak dan pembayarannya. Dalam rangka keseragaman dan mempermudah pengisian serta pengadministrasiannya, bentuk dan isi SPT, keterangan, dokumen yang harus dilampirkan serta cara yang digunakan untuk menyampaikan SPT diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan. Wajib pajak wajib mengisi SPT dengan benar, lengkap dan jelas dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke Kantor Pelayanan Pajak tempat wajib pajak terdaftar. Pengisian SPT yang benar, lengkap dan jelas dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Benar artinya benar dalam perhitungan, termasuk benar dalam penerapan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dalam penulisan, dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

11 17 b. Lengkap artinya memuat semua unsur-unsur yang berkaitan dengan objek pajak dan unsur-unsur lainnya yang harus dilaporkan dalam SPT, dan c. Jelas artinya melaporkan asal-usul atau sumber dari objek pajak dan unsurunsur lainnya yang harus dilaporkan dalam SPT. 2. Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT) Fungsi SPT dapat dilihat dari sisi Wajib Pajak, Pengusaha Kena Pajak, dan dari sisi Pemotong atau Pemungut Pajak, yaitu sebagai berikut: a. Wajib Pajak Penghasilan a) Sarana untuk melapor dan mempertanggungjawabkan perhitungan pajak yang sebenarnya terutang. b) Melapor pembayaran/pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui pemotongan/pemungutan pihak lain dalam satu tahun pajak/bagian tahun pajak. c) Melaporkan pembayaran dari pemotong/pemungut tentang pemotongan/ pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam satu masa pajak, sesuai dengan peraturan perudang-undangan yang berlaku. b. Pengusaha Kena Pajak a) Sarana untuk melapor dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang sebenarnya terutang. b) Melaporkan tentang pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran

12 18 c) Melaporkan tentang pembayaran/pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh PKP dan/atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. c. Pemotong/Pemungut Pajak Sebagai sarana melapor dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong/ dipungut dan disetorkannya. 3. Jenis Surat Pemberitahuan (SPT) SPT dapat berbentuk formulir kertas (hardcopy) atau e-spt. Berdasarkan waktu pelaporan, SPT dibedakan menjadi dua, yaitu: a. SPT Masa adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak yang terutang dalam suatu masa pajak. b. SPT Tahunan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak. 4. Pengisian, Penyampaian, Prosedur Penyelesaian, dan Pembetulan SPT a. Pengisian dan Penyampaian SPT Setiap wajib pajak mengisi SPT dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikan ke kantor DJP tempat wajib pajak terdaftar/dikukuhkan. Wajib pajak yang telah mendapat izin Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain rupiah, wajib menyampaikan SPT dalam bahasa Indonesia dan mata uang selain rupiah yang diijinkan. Wajib pajak mengisi dan menyampaikan SPT dengan benar, lengkap, jelas dan menandatanganinya. Dalam hal wajib pajak

13 19 menunjuk seorang kuasa dengan kuasa khusus untuk mengisi dan menandatangani SPT, surat kuasa khusus tersebut harus dilampirkan pada SPT. Sedangkan untuk wajib pajak badan, SPT harus ditandatangani oleh pengurus/direksi. SPT disampaikan langsung oleh wajib pajak ke kantor DJP tempat wajib pajak terdaftar dan oleh petugas yang ditunjuk kepada wajib pajak diberikan bukti penerimaan dengan mencantumkan tanggal penerimaan. Penyampaian SPT dapat dikirimkan melalui pos dengan tanda bukti pengiriman surat atau dengan cara lain yang diatur berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. b. Prosedur Penyelesaian SPT Menurut Mardiasmo (2009) prosedur penyelesaian SPT diantaranya, adalah: 1. Wajib pajak sebagaimana yang telah diatur, harus mengambil sendiri SPT di tempat yang telah ditetapkan DJP atau mengambil dengan cara lain yang tata cara pelaksanaanya diatur berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Wajib pajak dapat mengambil SPT dengan cara lain, misalnya dengan mengakses situs DJP untuk memperoleh formulir SPT tersebut. 2. Setiap wajib pajak wajib mengisi SPT dengan benar, lengkap dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang rupiah dan menandatangani serta menyampaikan kekantor DJP tempat wajib pajak terdaftar/dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh DJP. 3. Wajib pajak yang mendapat izin Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan bahasa asing dan mata uang selain rupiah, wajib

14 20 menyampaikan SPT dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan satuan mata uang selain rupiah yang diizinkan. 4. Penandatanganan SPT dapat dilakuakan secara biasa dengan tanda tangan stempel atau tanda tangan elektronik/digital yang semuanya memiliki kekuatan hukum yang sama. 5. Bukti-bukti yang harus dilampirkan dalam SPT, antara lain: a. Untuk wajib pajak yang mengadakan pembukuan: b. Laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi serta keterangan - keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung berdasarkan penghasilan kena pajak. c. Untuk SPT Masa PPN sekurang-kurangnya memuat jumlah dasar pengenaan pajak/jumlah pajak keluaran, jumlah pajak masukan yang dapat dikreditkan dan jumlah kekurangan/kelebihan pajak. d. Untuk wajib pajak yang menggunakan norma penghitungan: perhitungan jumlah peredaran yang terjadi dalam tahun pajak yang bersangkutan. c. Pembetulan SPT Apabila dalam pengisian SPT ternyata terdapat kesalahan, maka wajib pajak atas kemauan sendiri dapat membetulkan sendiri dengan menyampaikan pernyataan tertulis dalam jangka waktu 2 (dua) tahun setelah saat terutang atau berakhirnya masa pajak, dengan syarat: 1. DJP belum melakukan tindakan pemeriksaan. Pembetulan SPT berakibat pajak yang terutang menjadi lebih besar, maka dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% (dua persen) sebulan atau jumlah pajak yang

15 21 kurang bayar, dihitung sejak penyampaian SPT berakhir sampai dengan tanggal pembayaran pembetulan SPT. 2. Walaupun telah dilakukkan tindakan pemeriksaan tetapi belum dilakukan tidakan penyidikan. Selanjutnya wajib pajak dengan kemauan sendiri mengungkapkan ketidakbenaran perbuatan dengan disertai pelunasan kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya terutang beserta sanksi adminsitrasi berupa denda sebesar 2 (dua) kali jumlah pajak yang kurang bayar. 3. Sekalipun jangka waktu pembetulan SPT telah berakhir dengan syarat DJP belum menerbitkan Surat Ketetapaan Pajak (SKP), wajib pajak dengan kesadaraan sendiri dapat mengungkapkannya dalam suatu laporan tersendiri tentang ketidak benaran pengisian SPT atas pengungkapan wajib pajak, hal ini menimbulkan akibat sebagai berikut: a) Pajak-pajak yang masih harus di bayar menjadi lebih besar/lebih kecil; atau b) Rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil/besar; atau Jumlah harta menjadi lebih besar/lebih kecil; atau c) Jumlah modal menjadi lebih besar/lebih kecil. d) Pajak yang kurang bayar timbul sebagai akibat pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT tersebut, beserta sanksi administrasi berupa kenaikan 50% (lima puluh persen) dari pajak yang kurang bayar, harus dilunasi sebelum laporan disampaikan.

16 22 d. Batas waktu dan perpanjangan waktu penyampaian SPT 1. Batas Waktu Penyampaian SPT Disebutkan dalam pasal 3 ayat 3 UU No.16 tahun 2009 UU KUP dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2010 adalah: a) Untuk SPT Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir pajak. b) Untuk SPT Tahunan PPh wajib pajak orang pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun pajak. c) Untuk SPT Tahunan PPh wajib pajak badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir tahun pajak. 2. Perpanjangan waktu penyampaian SPT Sekalipun batas waktu penyampaian SPT telah ditetapkan, tetapi wajib pajak dapat memperpanjang waktu penyampaian SPT Tahunan untuk paling lama 2 (dua) bulan dengan cara mengajukan surat permohonan perpanjangan batas waktu penyampaian SPT Tahunan kepada DJP dengan disertai: a. Alasan-alasan penundaan penyampaian SPT tahunan. b. Surat-surat pernyataan perhitungan sementara pajak yang terutang dalam satu tahun pajak. c. Bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang terhutang menurut perhitungan sementara tersebut. E. Surat Pemberitahuan Elektronik (e-spt) 1. Pengertian e-spt Dalam mewujudkan sistem administrasi perpajakan modern, pemerintah menyediakan aplikasi yang dapat digunakan oleh wajib pajak untuk melakukan

17 23 pengisian dan pelaporan SPT secara cepat, tepat dan akurat. Berdasarkan Per- 14/PJ/2013 e-spt adalah data pemotong SPT dalam bentuk elektronik yang dibuat oleh Pemotong PPh dengan menggunakan aplikasi e-spt yang disediakan oleh Direktorat Jendral Pajak. Menurut Pandiangan, Liberti (2008:35) yang dimaksud dengan e-spt adalah penyampaian SPT dalam bentuk digital ke KPP secara elektronik atau dengan menggunakan media komputer, sedangkan pengertian e-spt menurut DJP adalah Surat Pemberitahuan beserta lampiranlampirannya dalam bentuk digital dan dilaporkan secara elektronik atau dengan menggunakan media komputer yang digunakan untuk membantu wajib pajak dalam melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Tujuan dan Kelebihan e-spt a. Tujuan e-spt Tujuan diterapkan e-spt diantaranya adalah: 1. Penerapan sistem administrasi modern perpajakan pada KPP dapat diukur dan dipantau, mengingat pada sistem tradisional sangat sulit dilakukan. 2. Penerapan sistem administrasi modern perpajakan yang meliputi penerapan e-spt terhadap efisiensi pengisian SPT menurut wajib pajak dapat ditelaah dan dikaji untuk pencapaian tujuan bersama. 3. Sebagai informasi dan bahan evaluasi penerapan sistem administrasi perpajakan modern, sehingga dalam jangka menengah dapat mendorong DJP menerapkan sistem administrasi perpajakan modern pada kantor-kantor pajak diseluruh Indonesia.

18 24 4. Sebagai informasi yang perlu diperhatikan bagi DJP dalam memahami aspek-aspek yang berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. 5. Sebagai infromasi yang bermanfaat bagi masyarakat perpajakan di Indonesia. 6. Sebagai informasi yang bermanfaat bagi masyarakat baik secara umum maupun secara khusus, sehingga dapat mendorong kepercayaan masyarakat terhadap administrasi perpajakan di Indonesia. b. Kelebihan e-spt Kelebihan e-spt ( : 1. Penyampaian SPT dapat dilakukan secara cepat dan aman, karena lampiran dalam bentuk media CD/disket. 2. Data Perpajakan Terorganisasi dengan baik. 3. Sistem aplikasi e-spt mengorganisasikan data perpajakan perusahaan dengan baik dan sistematis. 4. Penghitungan dilakukan secara cepat dan tepat karena menggunakan sistem komputer. 5. Kemudahan dalam membuat Laporan Pajak 6. Data yang disampaikan WP selalu lengkap, karena penomoran formulir dengan menggunakan sistem komputer. 7. Menghindari pemborosan penggunaan kertas 8. berkurangnya pekerjaan-pekerjaan klerikal perekaman SPT yang memakan sumber daya yang cukup banyak.

19 25 3. Tata Cara Penggunaan dan Fasilitas pada Aplikasi e-spt PPh 1. Tata Cara Penggunaan Aplikasi e-spt PPh Berdasarkan pelatihan sosialisasi penggunaan aplikasi e-spt PPh oleh setiap wajib pajak sebagai berikut: a. Cara Penggunaan Aplikasi e-spt PPh Format baru 1. Instalasi e-spt PPh 21 Untuk dapat menjalankan aplikasi e-spt PPh masa, Wajib pajak harus melakukan instalasi aplikasi e-spt pada sistem komputer yang digunakan untuk keperluan administrasi perpajakan. Installer e-spt dapat diperoleh di KPP tempat kita terdaftar atau diunduh dari website Gambar 2.1 Instalasi e-spt 2. Membuka Aplikasi Cara membuka aplikasi pertama kali : a) Pilih Start - All Program - e-spt Masa espt2114 b) Pilih databse - Login database - Isi NPWP - Isi Profil.

20 26 Gambar 2.2 Input Profil Wajib Pajak 3. Cara membuat SPT baru pada e-spt PPh : a) Pilih SPT b) Buat SPT Baru c) Pilih Masa Pajak - Buat SPT Gambar 2.3 Buat SPT Baru pada e-spt 4. Isi SPT masa PPh pada e-spt Langkah langkah isi SPT

21 27 a) Isi daftar pemotong PPh pasal 21 Pegawai Tetap (1721-I), dengan cara : Pilih Isi SPT Daftar Pemotong Pajak (1721-I) satu masa Pajak Tambah data Simpan. b) Isi Daftar Pemotongan PPh Pasal 21 Tidak Final (1721-II), dengan cara : Pilih Isi SPT - daftar bukti potong - tidak final (1721-II)- pilih baru kemudian simpan. 5. Menyimpan Isi SPT pada e-spt Cara menyimpan isi SPT : a) Setelah melakukan Isi SPT, SPT Induk (1721), Isi Lampiran D, Isi Lampiran E b) Klik simpan 6. Isi Daftar SSP/Bukti Pemindahbukuan Cara isi daftar SSP pada e-spt yaitu : Isi SPT, pilih Daftar SSP/PBK (1721-V), Tambah, kemudian Simpan. 7. Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 Langkah - langkah pelaporan SPT masa PPh Pasal 21 a) Wajib Pajak mencetak Induk SPT melalui aplikasi e-spt, dengan cara : Isi SPT - SPT Induk (1721) - Buka Lampiran E Cetak, b) Wajib Pajak membuat file csv pada e-spt, dengan cara : pilih CSV - Pelaporan SPT - Pilih Masa Pajak - Buat file CSV - Simpan di Flashdisk. c) Wajib pajak melaporkan SPT dengan menggunakan media elektronik ke KPP dengan membawa formulir induk SPT hasil cetakan e-spt yang telah

22 28 ditandatangani beserta file data SPT yang tersimpan dalam media Flashdisk. 2. Fasilitas e-spt Fasilitas yang tersedia dalam aplikasi e-spt Masa PPh sebagai berikut: 1. Fasilitas Perekaman Data secara Terintegrasi Data perpajakan yang akan direkam yaitu: a. Register aplikasi yaitu nomor register pada saat wajib pajak menginstall pertama kali software aplikasi SPT Masa PPh elektronik. b. Data identitas wajib pajak, yaitu data identitas atas: 1) Wajib pajak pemotong/pemungut. unsur yang direkam yaitu: npwp, nama, alamat, kode pos, nama kpp, pejabat penandatangan, kota, format nomor bukti potong,/pungut, nomor awal bukti potong/pungut, kode kurs mata uang yang digunakan 2) Wajib pajak dipotong/dipungut. Unsur yang direkam yaitu: NPWP, nama, alamat. 3) Pengguna aplikasi atau User. Unsur yang direkam yaitu: User ID, nama user, password. c. Bukti potong/pungut PPh. Beberapa bukti potong/pungut PPh yang dapat direkam yaitu: 1) PPh Pasal 21. 2) PPh Pasal 21 (final). 3) PPh atas impor oleh Bendaharawan DJBC). 4) PPh Pasal 22 (untuk industri/ekportir tertentu).

23 29 5) PPh pasal 22 Badan Usaha Industri Rokok (final). 6) PPh pasal 23 dan PPh Pasal 23 (final). 7) PPh pasal 26. 8) PPh hadiah undian. 9) PPh bunga deposito/tabungan, diskonto, jasa giro (final). 10) PPh penjualan saham dan/atau obligasi yang diperdagangkan di Bursa Efek. 11) PPh atas persewaan tanah dan/atau bangunan. 12) PPh jasa konstruksi (final). 13) PPh bunga dan diskonto oligasi yang diperdagangkan dan/atau dilaporkan perdaganannya di Bursa Efek. 14) PPh bunga dan diskonto obligasi yang tidak diperdagangkan dan tidak dilaporkan perdaganan di Bursa Efek. 15) PPh atas imbalan kepada perusahaan pelayaran dalam negeri (final). 16) PPh kepada perusahaan pelayaran dan/atau penerbangan luar negeri (final). 17) PPh atas imbalan yang dibayarkan kepada perusahaan penerbangan dalam negeri. d. Surat Setoran Pajak, unsur yang direkam yaitu: (1) Jenis SPT masa. (2) Masa pajak. (3) Tahun pajak.

24 30 (4) Tanggal setor. (5) Nomor transaksi pembayaran pajak. (6) Kode jenis pajak. (7) Kode jenis setoran. (8) Jumlah pembayaran. 2. Fasilitas Melihat Hasil Perekaman Hasil perekaman data dapat dilihat langsung oleh pengguna aplikasi (wajib pajak) dalam bentuk formulir perpajakan. Formulir yang dapat dilihat dari hasil perekaman yaitu: 1. Daftar bukti potong/pungut PPh pasal 21 dan/atau pasal Daftar bukti potong PPh pasal Daftar bukti potong PPh pasal 23 dan/atau pasal Daftar bukti potong PPh pasal 4 ayat (2). 5. Daftar bukti potong PPh pasal 15. Surat Pemberitahuan dapat dilihat setelah melakukan proses posting yang tujuannya untuk memindahkan transaksi di bukti potong/pungut ke lembar SPT. 1) Fasilitas Mencetak Hasil Perekaman Hasil perekaman data dapat dicetak langsung dalam bentuk formulir perpajakan. Formulir yang dapat didcetak yaitu: 1) Bukti potong/pungut. 2) SPT.

25 31 4. Tata Cara Penyampaian, Prosedur Penyampaian dan Pembetulan e-spt a. Tata Cara Penyampaian e-spt Menurut modul sosialisai e-spt oleh DJP, penyampaian e-spt oleh wajib ke KPP tempat wajib pajak terdaftar dapat dilakukan: a) Secara langsung/melalui pos/perusahaan jasa ekspedisi/ kurir dengan bukti pengiriman surat dengan membawa/mengirimkan formulir Induk SPT dalam bentuk hasil cetakan e-spt yang telah ditandatangani dan file data SPT yang tersimpan dalam bentuk elektronik serta dokumen lain yang wajib dilampirkan. b) Melalui e-filling sesuai dengan ketentuan yang berlaku. b. Prosedur Penyampaian e-spt Prosedur penyampaian berdasarkan PER-6/PJ/2009 mengenai Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan dalam Bentuk Elektronik adalah sebagai berikut: 1) Wajib pajak melakukan instalasi aplikasi e-spt pada sistem komputer yang digunakan untuk keperluan administrasi perpajakannya. 2) seperti masa pajak, tahin pajak, tanggal setor, nomor bukti transaksi, dan jumlah pembayaran pajak. 3) Wajib pajak yang telah memiliki sistem adminsistrasi keuangan/ perpajakan sendiri, dapat melakukan proses impor data dari sistem yang dimiliki wajib pajak ke dalam aplikasi e-spt dengan mengacu kepada format data yang sesuai dengan aplikasi e-spt.

26 32 4) Wajib pajak mencetak bukti pemotongan/pemungutan dengan menggunakan aplikasi e-spt dan menyampaikan kepada pihak yang dipotong/dipungut. 5) Wajib pajak mencetak formulir induk SPT Masa PPh dan atau SPT Masa PPN dan atau SPT Tahunan PPh menggunakan aplikasi e-spt. 6) Wajib pajak menandatangani formulir induk SPT Masa PPh dan atau SPT Masa PPN dan/atau SPT Tahunan PPh serta hasil cetakan aplikasi e-spt. 7) Wajib pajak membentuk file data SPT dengan menggunakan aplikasi e- SPT dan disimpan dalam media elektronik Wajib pajak menyampaikan e-spt ke KPP tempat wajib pajak terdaftar dengan cara: a) Secara langsung/melalui pos/perusahaan jasa ekspedisi/kurir dengan bukti pengiriman Surat dengan membawa/mengirimkan formulir Induk SPT dalam bentuk hasil cetakan e-spt yang telah ditandatangani dan file data SPT yang tersimpan dalam bentuk elektronik serta dokumen lain yang wajib dilampirkan; b) Melalui e-filling sesuai dengan ketentuan yang berlaku. c) Atas penyampaian e-spt secara langsung diberikan tanda penerimaan SPT, sedangkan penyampaian e-spt melalui pos atau jasa ekspedisi/kurir, bukti pengiriman surat dianggap sebagai tanda terima SPT.

27 33 d) Atas penyampaian melalui e-filling diberikan bukti penerimaan elektronik. c. Tata Cara Pembetulan e-spt Menurut modul sosialisasi e-spt oleh DJP, cara pembetulan e-spt adalah: 1. Pembetulan atas SPT yang telah disampaikan dalam bentuk elektronik (e-spt), wajib disampaikan dalam bentuk elektronik (e-spt). 2. Pembetulan atas SPT yang disampaikan dalam bentuk kertas (hardcopy), dapat disampaikan dalam bentuk elektronik (e-spt) atau dalam bentuk kertas (hardcopy). F. Penerapan Peraturan No. Per-14/PJ/ Latar Belakang Penerapan Per-14/PJ/2013 PER-14/PJ/2013 merupakan perubahan PER-32/PJ/2009 yang membahas mengenai perubahan SPT Masa PPh Pasal 21/Pasal 26 serta bentuk bukti pemotongan PPh Pasal 21 dan/ atau pasal 26. Perdirjen ini diluncurkan sebagai langkah awal pengembangan SPT yang berlangsung mulai tahun 2014 hingga tahun Latar belakang diluncurkannya berdasarkan PER-14/PJ/2013 adalah : a. Kesulitan dalam pengawasan pelaporan PPh 21 per bulan (Januari s.d. November). Data selama ini disampaikan secara gelondongan oleh perusahaan sehingga tidak ada rincian untuk setiap masa pajak. Dengan demikian PER- 14/PJ/2013 ini mewajibkan perincian daftar pemotongan PPh Pasal 21 untuk setiap masa pajak.

28 34 b. DJP seringkali mengalami kesulitan dalam matching data bukti potong sebab penomoran bukti potong tidak terstruktur. Solusi yang disediakan adalah dengan melakukan standarisasi penomoran bukti potong. c. Lambatnya penyediaan data SPT di database dikarenakan proses perekaman SPT yang relatif lambat dan cakupan penggunaan e-spt masih sedikit. Hal tersebut mengakibatkan ketertiban pengarsipan file dalam sistem dan pengawasan SPT masa PPh pasal 21 menjadi tidak maksimal. ( 2. Pokok Perubahan Dalam Per-14/PJ/2013 Berdasarkan modul dalam Sosialisasi perubahan dan tata cara penyampaian e- SPT masa PPh pasal 21/26 tahun 2014, adalah sebagai berikut : a. Kategori Wajib Pajak Menggunakan e-spt Berdasarkan Per-14/PJ/2013 SPT Masa PPh Pasal 21 dan/ atau PPh Pasal 26 dalam bentuk e-spt wajib digunakan oleh Pemotong yang : 1) Melakukan pemotongan PPh Pasal 21 terhadap pegawai tetap dan penerima pensiun atau tunjangan hari tua/jaminan hari tua berkala dan/atau terhadap pegawai negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia/Polisi Republik Indonesia, pejabat negara dan pensiunannya yang jumlahnya lebih dari 20 (dua puluh) orang dalam 1 (satu) masa pajak; dan/atau 2) Melakukan pemotongan PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 yang tidak final dengan bukti pemotongan yang jumlahnya lebih dari 20 (dua puluh) dokumen dalam 1 (satu) masa pajak; dan/atau

29 35 3) Melakukan pemotongan PPh Pasal 21(Final) dengan bukti pemotongan yang jumlahnya lebih dari 20 (dua puluh) dokumen dalam 1 (satu) masa pajak; dan/atau 4) Melakukan penyetoran pajak dengan SSP dan/atau bukti Pbk yang jumlahnya lebih dari 20 (dua puluh) dokumen dalam 1 (satu) masa pajak. b. Penambahan lampiran daftar pemotongan PPh Pasal 21/26 pegawai tetap yang harus dilaporkan setiap bulan. c. Standarisasi penomoran bukti potong: a) 1.3-mm.yy-xxxxxxx Bukti Pemotongan PPh Pasal 21/26 tidak final b) mm.yy - xxxxxxx Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Final) c) mm.yy - xxxxxxx Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 bagi Pegawai Tetap dan Penerima Pensiun atau Tunjangan Hari Tua/Jaminan Hari Tua Berkala d) mm.yy - xxxxxxx Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 Bagi PNS, Anggota TNI/POLRI, Pejabat Negara dan Pensiunannya d. Penyesuaian desain SPT agar lebih scan-friendly penyediaan space untuk: (a) penempelan barcode SPT pada induk SPT, (b) penulisan hasil penghitungan jumlah lembar SPT dan (c) penstaplesan induk dan lampiran SPT. penambahan (d) identitas di setiap halaman formulir.

30 36 Gambar 2.3 Penyesuaian desain SPT lebih Scan-Frendly e. Penambahan beberapa informasi dalam bukti potong (seperti negara domisili, NIK/No. Paspor, dan Kode Obyek Pajak f. Dihapusnya lampiran: 1) Daftar Perubahan Pegawai Tetap 2) 1721-T : Daftar Pegawai Tetap/Penerima Pensiun Berkala (yang disampaikan pada Masa Pajak Juli 2009 atau saat pertama kali berkewajiban menyampaikan SPT PPh Pasal 21/26) g. Penyesuaian Informasi Pada SPT PPh Pasal 21 Induk Bagian C Obyek PPh Final. Gambar 2.4 Penyesuain informasi pada SPT PPh ps. 21

31 37 G. Pengertian Efisiensi Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan beberapa pengertian untuk kata efisien, yaitu: a. Tepat atau sesuai mengerjakan/menghasilkan sesuatu dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga dan biaya. b. Mampu menjalankan dengan tepat dan cermat; berdayaguna; tepat guna. Berikut ini definisi efisiensi menurut pakar ekonomi dan manajemen, diantaranya adalah : a. Malayu S.P Hasibuan (1994;07) = Efisiensi adalah perbandingan terbaik antara input (masukan) dan output (hasil), antara keuntungan dengan biaya (antara hasil pelaksanaan dengan sumber yang digunakan, seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas. b. Supriyono dalam bukunya Akuntansi Manajemen II (1997;35) = Efisiensi adalah jika suatu unit dapat bekerja dengan baik, sehingga dapat mencapai hasil atau tujuan yang diharapkan. c. Miranda (2003) = Efisiensi adalah prediksi keluaran (output) pada biaya minimum, atau merupakan rasio antara kuntitas sumber yang digunakan dengan keluaran yang dikirim. Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa efisiensi adalah melakukan suatu aktivitas yang dilakukan secara benar dan baik, dengan menggunakan sumber atau masukan lebih sedikit (kecil) untuk menghasilkan keluaran yang sama. Dengan kata lain, efisiensi merupakan suatu ukuran perbandingan terbaik dalam memperhitungkan jumlah pengorbanan/sumber daya yang dikeluarkan dalam upaya mencapai tujuan

32 38 H. Kajian Penelitian Terdahulu Berikut ini kajian penelitian terdahulu, yang diuraikan sebagai berikut : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Peneliti Judul Variabel Metode Penelitian Hasil Penelitian 1. Siti Hawa Kamelia (2008) Analisis Pengaruh Kepatuhan wajib Pajak sebelum dan sesudah Penerapan Program e-spt dalam melaporkan SPT masa PPN Jumlah SPT masa PPn sebelum dan sesudah adanya e-spt (X), dan Kepatuhan Wajib Pajak(Y) Skor rata-rata Penerapan e-spt masa PPN sangat efektif bagi wajib pajak. 2. Ita Pengaruh Penerapan e- Penerapan e-spt Regresi Penerapan e-spt Salsalin a Lingga (2012) SPT Terhadap Efisiensi Pemrosesan Data Perpajakan terhadap (X) Efisiensi Pemrosesan data Perpajakan (Y) Linier berpengaruh terhadap efisiensi pemrosesan data perpajakan. 3. Fajar Pengaruh Manfaat dan Manfaat dan Regresi Terdapat pengaruh Ramadh Kemudahan E-SPT Kemudahan e-spt Berganda yang signifikan an. (2010) terhadap penggunaan Fasilitas E-SPT oleh wajib terhadap Penggunaan fasilitas e-spt oleh antara manfaat dan kemudahan e-spt Pajak Pribadi.(Studi kasus wajib pajak pribadi terhadap penggunaan pada KPP Pratama Kebon fasilitas e-spt oleh jeruk satu Jakarta Barat. wajib Pajak 4. Kadek Pengaruh Efektivitas E- Efektifitas Penerapan Regresi Pelaporan SPT masa Putri Spt Masa PPN Pada e-spt masa PPN(X) Linier PPN secara Handay ani. (2013) Kepatuhan Wajib Pajak Badan Di Kpp Pratama Denpasar Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan (Y) Sederhan a Elektronik sangat efektif untuk diterapkan Barat 5. Rusbiya Pengaruh Penerapan E-SPT Penerapan e-spt Regresi Penerapan e-spt nti (Masa PPN) Terhadap masa PPN (X) Linier (Masa PPN) Sripeni (2011) efisiensi pengisian SPT (masa PPN) Menurut Persepsi Wajib Pajak Badan terhadap Efisiensi Pengisian SPT masa PPN (Y) memiliki Pengaruh sangat signifikan terhadap efisiensi pengisian SPT

33 39 I. Kerangka Berfikir dan Hipotesa Penelitian 1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah tentang Persepsi wajib pajak badan terhadap penerapan e-spt masa PPh dan Penerapan PER-14/PJ/2013 atas e-spt masa PPh terhadap efisiensi pengisian SPT masa PPh, Variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak tiga variable yaitu variabel Independen yang digunakan adalah Persepsi Wajib Pajak Badan atas Penerapan e-spt PPh Masa (X1), Penerapan e-spt PPh masa sesuai Per- 14/PJ/2013 (X2), sedangkan Variabel dependen yang digunakan adalah Efisiensi pengisian SPT PPh masa (Y). Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Persepsi Wajib Pajak Badan atas Penerapan e-spt PPh Masa Persepsi Wajib Pajak Badan atas Penerapan Per- 14/PJ/2013 H1 H2 Persepsi Wajib Pajak Badan atas Efisiensi Pengisian SPT PPh Masa H3

34 40 2. Hipotesis Penelitian Menurut Pandiangan, Liberti (2008:35) yang dimaksud dengan e- SPT adalah penyampaian SPT dalam bentuk digital ke KPP secara elektronik atau dengan menggunakan media komputer. Dengan menggunakan media elektronik wajib pajak dapat menghemat waktu dan biaya dalam melaporkan SPT masa PPh. Sedangkan pengertian persepsi menurut Sarlito Wirawan Sarwono (1983:89), Persepsi adalah kemampuan seseorang untuk mengorganisir suatu pengamatan, kemampuan tersebut antara lain : kemampuan untuk membedakan, kemampuan untuk mengelompokan, dan kemampuan untuk memfokuskan. Oleh karena itu seseorang bisa saja memiliki persepsi yang berbeda, walaupun objeknya sama. Berdasarkan pengertian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa Persepsi wajib pajak dalam hal penerapan e-spt masa PPh dan penerapan Per 14/PJ/2013 yang dapat memberikan pengaruh yang terhadap efisiensi dalam pengisian SPT masa PPh bisa saja berbeda-beda. Maka hipotesis yang dapat diuji dalam penelitian ini adalah : H1 : H2 : H3 : Persepsi Wajib Pajak Badan atas Penerapan e-spt masa PPh memberikan pengaruh terhadap persepsi wajib pajak atas efisiensi pengisian SPT masa PPh secara parsial. Persepsi Wajib Pajak Badan atas penerapan Per-14/PJ/2013 PPh memberikan pengaruh terhadap persepsi wajib pajak atas efisiensi pengisian SPT masa PPh secara parsial. Persepsi Wajib Pajak Badan atas penerapan e-spt PPh dan penerapan Per-14/PJ/2013 secara bersama-sama memberikan pengaruh terhadap persepsi wajib pajak badan atas efisiensi pengisian SPT masa PPh.

BAB II LANDASAN TEORITIS. dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran. memembayar pengeluaran-pengeluaran umum (Supramono, 2010).

BAB II LANDASAN TEORITIS. dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran. memembayar pengeluaran-pengeluaran umum (Supramono, 2010). BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Pajak Dan Wajib Pajak 1. Pengertian Pajak Menurut Feldmann (2009:2) pajak adalah Prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut normanorma

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pengertian pajak adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pengertian pajak adalah: digilib.uns.ac.id 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak Menurut pasal 1 Undang-Undang No. 28 tahun 2007 tentang ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pengertian pajak adalah: Kontribusi wajib

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Theory of Reasoned Action atau Teori Aksi Rencana (TRA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Theory of Reasoned Action atau Teori Aksi Rencana (TRA) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Theory of Reasoned Action atau Teori Aksi Rencana (TRA) Theory of Reasoned Action (TRA) adalah suatu teori yang berhubungan dengan sikap dan perilaku individu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani II.1. Dasar-dasar Perpajakan Indonesia BAB II LANDASAN TEORI II.1.1. Definisi Pajak Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP adalah sebagai berikut : 1. Menyampaikan Surat

Lebih terperinci

Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya

Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi : Account Representative Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan

2018, No Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan No.180, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. SPT. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 /PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 243/PMK.03/2014

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya

Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi : Account Representative Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT

Lebih terperinci

Definisi. SPT (Surat Pemberitahuan)

Definisi. SPT (Surat Pemberitahuan) Definisi SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak

Lebih terperinci

SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto

SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto Definisi adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Definisi Pajak Ada bermacam-macam definisi Pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Menurut Undang Undang Pasal 1 angka 1 Ketentuan Umum

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Menurut Undang Undang Pasal 1 angka 1 Ketentuan Umum BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Perpajakan 2.2.1. Pengertian Pajak Menurut Undang Undang Pasal 1 angka 1 Ketentuan Umum Perpajakan Tahun 2007, Pajak didefinisikan sebagai berikut: Pajak adalah kontribusi wajib

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pajak 1. Pengertian Pajak Beberapa pengertianpajak menurut para ahli adalah sebagai berikut: a. Menurut P. J. A. Adriani dalam buku Pengantar Ilmu Hukum Pajak yang ditulis oleh

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum

Lebih terperinci

PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I

PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I BAB I PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I BAB I PENUNJUKAN BENDAHARA NEGARA SEBAGAI PEMOTONG/ PEMUNGUT PAJAK-PAJAK NEGARA 1. DASAR HUKUM a. Undang-undang 1) Undang-undang

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN Materi: 2 & 3 KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN Afifudin, SE., M.SA., Ak. (Fakultas Ekonomi-Akuntansi Unisma) Jl. MT. Haryono 193 Telp. 0341-571996, Fax. 0341-552229 E-mail: afifudin26@gmail.com atau

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Adriani seperti dikutip Brotodihardjo (1998) mendefinisikan, Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 14/PJ/2013

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 14/PJ/2013 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 14/PJ/2013 TENTANG BENTUK, ISI, TATA CARA PENGISIAN DAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA

Lebih terperinci

MANFAAT MEMBAYAR PAJAK DAN PENGISIAN SPT BAGI WAJIB PAJAK. Oleh: Amanita Novi Yushita, M.Si.

MANFAAT MEMBAYAR PAJAK DAN PENGISIAN SPT BAGI WAJIB PAJAK. Oleh: Amanita Novi Yushita, M.Si. MANFAAT MEMBAYAR PAJAK DAN PENGISIAN SPT BAGI WAJIB PAJAK Oleh: Amanita Novi Yushita, M.Si. amanitanovi@uny.ac.id *Makalah disampaikan pada Program Pengabdian Pada Masyarakat Pelatihan tentang Implementasi

Lebih terperinci

TABEL KODE AKUN PAJAK DAN KODE JENIS SETORAN

TABEL KODE AKUN PAJAK DAN KODE JENIS SETORAN LAMPIRAN II PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 38 /PJ/2009, TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT PAJAK TABEL AKUN PAJAK DAN 1. Kode Akun Pajak 411121 Untuk Jenis Pajak PPh Pasal 21 100 Masa PPh Pasal

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Biotek Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi (obatobatan hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cara Perpajakan (KUP), pengertian pajak adalah : Menurut Adriani dalam Purwono (2010 : 7) pengertian pajak yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cara Perpajakan (KUP), pengertian pajak adalah : Menurut Adriani dalam Purwono (2010 : 7) pengertian pajak yaitu : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pajak Menurut Pasal 1 UU No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP), pengertian pajak adalah : Konstribusi wajib kepada negara yang terutang

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN TENTANG PENERAPAN PENGHITUNGAN, PEYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 ATAS WAJIB PAJAK BADAN.

BAB III PEMBAHASAN TENTANG PENERAPAN PENGHITUNGAN, PEYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 ATAS WAJIB PAJAK BADAN. BAB III PEMBAHASAN TENTANG PENERAPAN PENGHITUNGAN, PEYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 ATAS WAJIB PAJAK BADAN. 3.1 Teori Tentang Pajak 3.1.1 Definisi Pajak Secara umum pajak dapat diartikan

Lebih terperinci

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Oleh Ruly Wiliandri Pelaksanaan UU No. 6 Tahun 1983 yang diubah dengan UU No. 9 Tahun 1994, dan UU No. 16 Tahun 2000 dan yang terakhir diatur dalam UU No. 28 Tahun

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP) SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 /PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM.

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM. SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan : Pasal 1 1. Wajib Pajak adalah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Ads by Style%20Ball X i Peraturan Peraturan Menteri Keuangan - 243/PMK.03/2014, 24 Des 2014 PencarianPeraturan PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1973, 2014 KEMENKEU. Pajak. Penyetoran. Pembayaran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242 /PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. karena sumber-sumber penerimaan yang lain, selain pajak seperti pendapatan

BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. karena sumber-sumber penerimaan yang lain, selain pajak seperti pendapatan BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Pengertian dan Definisi Pajak Pajak sebagai sumber penerimaan negara harus menjadi penerimaan utama karena sumber-sumber penerimaan yang lain, selain

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), terlihat bahwa salah satu sumber penerimaan negara adalah bersumber dari sektor

Lebih terperinci

SURAT SETORAN PAJAK PETUNJUK PENGISIAN SSP. 25 April STIE Widya Praja Tanah Grogot

SURAT SETORAN PAJAK PETUNJUK PENGISIAN SSP. 25 April STIE Widya Praja Tanah Grogot STIE Widya Praja Tanah Grogot Tanggal Penerbitan 25 April 2016 Pertemuan SURAT SETORAN PAJAK Wajib Pajak dapat membayar pajak yang terutang dengan 2 (dua) cara, yaitu: 1. Dengan menggunakan Surat Setoran

Lebih terperinci

PENGANTAR PERPAJAKAN BENDAHARA

PENGANTAR PERPAJAKAN BENDAHARA PENGANTAR PERPAJAKAN BENDAHARA 1 Menjelaskan Pengertian Pajak Menjelaskan Istilah Perpajakan Menjelaskan Peran dan Kewajiban Bendahara dalam Pemungutan/Pemotongan Pajak Menjelaskan Pendaftaran NPWP Bendahara

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap perlakuan perpajakan dan perhitungan Pajak Penghasilan atas penghasilan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan hal tersebut yang terbagi menjadi 3 (tiga) bagian pokok yaitu

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan hal tersebut yang terbagi menjadi 3 (tiga) bagian pokok yaitu BAB II LANDASAN TEORI Dalam penelitian ini penulis akan membahas atau menganalisis hubungan antara pemeriksaan pajak dengan kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Oleh karena

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 118/PMK.03/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 118/PMK.03/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 118/PMK.03/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

TERHADAP EFISIENSI PENGISIAN SPT MENURUT PERSEPSI WAJIB PAJAK: SURVEY TERHADAP PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA MAJALAYA

TERHADAP EFISIENSI PENGISIAN SPT MENURUT PERSEPSI WAJIB PAJAK: SURVEY TERHADAP PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA MAJALAYA PENGARUH PENERAPAN e-spt PPN TERHADAP EFISIENSI PENGISIAN SPT MENURUT PERSEPSI WAJIB PAJAK: SURVEY TERHADAP PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA MAJALAYA LAPORAN PENELITIAN Oleh ITA SALSALINA LINGGA,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Pelaksanaan Penelitian Dan Pemeriksaan Spt Tahunan Pph Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying

Pelaksanaan Penelitian Dan Pemeriksaan Spt Tahunan Pph Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Cibeunying Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2017-01-07 Pelaksanaan Penelitian Dan Pemeriksaan Spt Tahunan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan memiliki tujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat baik secara material

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Pajak Secara Umum

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Pajak Secara Umum BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pajak Secara Umum Berdasarkan UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa pengertian Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PAJAK 1. Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang No. 27 Tahun 2007, pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat dominan.

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat dominan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Perpajakan 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat dominan. Kemandirian suatu negara dapat dilihat dari kemampuan warga negaranya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH definisi pajak yaitu iuran rakyat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH definisi pajak yaitu iuran rakyat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH definisi pajak yaitu iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. 7 Pelayanan Penyelesaian Permohonan a. KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan

Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. 7 Pelayanan Penyelesaian Permohonan a. KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 79/PJ/2010 TENTANG : STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) LAYANAN UNGGULAN BIDANG PERPAJAKAN DAFTAR 16 (ENAM BELAS) JENIS LAYANAN UNGGULAN BIDANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Untuk mengetahui dengan jelas pengertian pajak, berikut ini akandikemukakan definisi-definisi pajak yang diambil dari beberapa sumber.definisi pajak

Lebih terperinci

TABEL KODE AKUN PAJAK DAN KODE JENIS SETORAN

TABEL KODE AKUN PAJAK DAN KODE JENIS SETORAN TABEL AKUN PAJAK DAN Berdasarkan : 1. PER-38/PJ/2009 2. PER-23/PJ/2010 dan SE-54/PJ/2010 3. PER-24/PJ/2013 Keterangan : 1. Yang berwarna.. adalah perubahan yang terdapat dalam PER-23/PJ/2010 dan SE-54/PJ/2010

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Konsep Pajak II.1.1 Pengertian, Unsur dan Fungsi Pajak Pada dewasa ini perusahaan membutuhkan laporan operasional dan laporan keuangan yang dapat dipercaya. Dalam hal ini, sumber

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah Iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat (Wajib Pajak) untuk menutupi pengeluaran rutin

Lebih terperinci

NPWP dan Pengukuhan PKP

NPWP dan Pengukuhan PKP NPWP dan Pengukuhan PKP NPWP dan NPPKP Pengusaha Wajib Pajak Bukan Pengusaha NPWP dan NPPKP NPWP Siapakan yang Wajib Mendaftarkan diri untuk Memperoleh NPWP? Orang Pribadi Menjalankan Usaha dan Pekerjaan

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN Materi: 2 KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN Bagian: 1 Afifudin, SE., M.SA., Ak. (Fakultas Ekonomi-Akuntansi Unisma) Jl. MT. Haryono 193 Telp. 0341-571996, Fax. 0341-552229 E-mail: afifudin26@gmail.com

Lebih terperinci

Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak?

Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak? Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak? Pendahuluan Seorang teman bertanya kepada saya. Dapatkah Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak berlangsung?

Lebih terperinci

BAB II ` KAJIAN PUSTAKA. orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

BAB II ` KAJIAN PUSTAKA. orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, BAB II ` KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan salah satu wujud nyata secara partisipasi dalam rangka ikut membiayai pembangunan nasional. Adapun definisi pajak menurut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Undang-undang Nomor 28

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Undang-undang Nomor 28 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Dan Jenis Surat Pemberitahuan Dalam Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 angka 11, menyebutkan bahwa Surat Pemberitahuan

Lebih terperinci

PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Modul ke: PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK Fakultas Ekonomi dan Bisnis Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN Nomor Pokok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Pengertian Pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat (1) adalah : Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Pajak II.1.1 Definisi Pajak Definisi pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: Pajak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang- Undang,

Lebih terperinci

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BESERTA PERATURAN-PERATURAN PELAKSANAANNYA

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BESERTA PERATURAN-PERATURAN PELAKSANAANNYA PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BESERTA PERATURAN-PERATURAN PELAKSANAANNYA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN Dalam pembahasan berikut ini penulis akan mendeskripsikan mengenai Self Assessment System Wajib Pajak Orang Pribadi Melalui e-spt di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut KBBI (1995;1013), patuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut KBBI (1995;1013), patuh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kepatuhan (Compliance Theory) Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut KBBI (1995;1013), patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada perintah atau aturan dan berdisiplin.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang yakni barang IT yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 12 BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang pelaksanaan kerja praktek Selama melaksanakan praktek kerja lapangan penulis di tempatkan di bagian pemasaran dan bagian umum. Di bagian ini pula penulis

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 04/PJ/2017 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 04/PJ/2017 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 04/PJ/2017 TENTANG BENTUK, ISI, TATA CARA PENGISIAN DAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 SERTA BENTUK BUKTI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak memiliki dimensi atau pengertian yang berbeda-beda menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3) menyatakan

Lebih terperinci

DAFTAR FORMULIR SPT MASA PPh PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 DAN BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26

DAFTAR FORMULIR SPT MASA PPh PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 DAN BUKTI PEMOTONGAN PPh PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-04/PJ/2017 TENTANG : BENTUK, ISI, TATA CARA PENGISIAN DAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN/ATAU PASAL 26 SERTA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak 2.1.1 Menurut Para Ahli a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (dapat di paksakan) yang langsung dapat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. rakyat ke kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. rakyat ke kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Mardiasmo (2013:1) Pajak adalah iuran rakyat ke kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN Ditetapkan tanggal 17 Juli 2007 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN Ditetapkan tanggal 17 Juli 2007 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 Ditetapkan tanggal 17 Juli 2007 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perpajakan. Menurut Prof. Dr. H. Rachmat Soemitro, S.H yang dikutip dalam buku karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri. Subjek pajak dalam negeri adalah :

BAB III PEMBAHASAN. Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri. Subjek pajak dalam negeri adalah : BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Teori 3.1.1 Pengertian Pajak Berdasarkan Undang-Undang KUP Nomor 16 Tahun 2009, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Secara umum pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan:

BAB II LANDASAN TEORI. Pasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakan II.1.1 Pengertian Perpajakan Pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No.28 Tahun 2007 Pasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU Penelitian yang dilakukan oleh Naranthaka (2010) menggunakan teknik analisis data dengan metode silogisme dan interpretasi. Teknik analisis data tersebut

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL Oleh: Amanita Novi Yushita, SE amanitanovi@uny.ac.id *Makalah ini disampaikan pada Program Pengabdian pada Masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1: Pajak adalah kontribusi wajib kepada

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK Para Pemungut PPN yang terhormat, Setiap bulan setelah Masa Pajak berakhir, Pemungut PPN harus melaksanakan kewajiban untuk melaporkan kegiatan pemungutan PPN yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

Lebih terperinci

PER-14/PJ/2013. Teguh Andri Wahyono

PER-14/PJ/2013. Teguh Andri Wahyono PER-14/PJ/2013 Teguh Andri Wahyono SPT 1721 - PER-32/PJ/2009 1721 Induk 1721 Induk 1721 I 1721 I 1721 II (Daftar Perubahan Peg awai Tetap) Tidak ada / Hapus 1721-T (Daftar Pegawai Tetap/Penerima Pensiun

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Dalam pelaksanaan kerja praktek pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega, penulis ditempatkan di bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam Siti Resmi (2009: 1):

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam Siti Resmi (2009: 1): digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak Pajak telah banyak didefinisikan oleh beberapa pakar. Definisi pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam Siti Resmi

Lebih terperinci