ANALISIS PEMBENTUKAN DAN PENGUKURAN RISIKO PORTOFOLIO OPTIMAL PADA SAHAM LQ 45

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PEMBENTUKAN DAN PENGUKURAN RISIKO PORTOFOLIO OPTIMAL PADA SAHAM LQ 45"

Transkripsi

1 ANALISIS PEMBENTUKAN DAN PENGUKURAN RISIKO PORTOFOLIO OPTIMAL PADA SAHAM LQ 45 Oleh: Rifka Indi JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/ 2017 M

2 ANALISIS PEMBENTUKAN DAN PENGUKURAN RISIKO PORTOFOLIO OPTIMAL PADA SAHAM LQ 45 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Rifka Indi Di Bawah Bimbingan: Pembimbing I Dr Pudji Astuty, SE, MM NIP JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/ 2017 M i

3 LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini Kamis, 9 Maret 2017 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa: 1 Nama : Rifka Indi 2 NIM : Jurusan : Manajemen 4 Judul Skripsi : Analisis Pembentukan dan Pengukuran Risiko Portofolio Optimal Pada Saham LQ 45 Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jakarta, 9 Maret Dr Taridi Kasbi Ridho, MBA ( ) Penguji I 2 Slamet Riyadi, MM ( ) NIP Penguji II ii

4 LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI Hari ini Jum at, 26 Mei 2017 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa: 1 Nama : Rifka Indi 2 NIM : Jurusan : Manajemen 4 Judul Skripsi : Analisis Pembentukan dan Pengukuran Risiko Portofolio Optimal Pada Saham LQ 45 Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jakarta, 26 Mei Titi Dewi Warninda, SE, MSi ( ) NIP Ketua 2 Dr Pudji Astuty, SE, MM ( ) NIP Sekretaris 3 Dr Indoyama Nasaruddin ( ) NIP Penguji Ahli 4 Dr Pudji Astuty, SE, MM ( ) NIP Pembimbing I iii

5 LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini: 1 Nama : Rifka Indi 2 NIM : Jurusan : Manajemen 4 Judul Skripsi : Analisis Pembentukan dan Pengukuran Risiko Portofolio Optimal Pada Saham LQ 45 Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya: 1 Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan 2 Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain 3 Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya 4 Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data 5 Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya Jakarta, 23 April 2017 Yang Menyatakan (Rifka Indi) iv

6 I IDENTITAS DIRI DAFTAR RIWAYAT HIDUP 1 Nama : Rifka Indi 2 Tempat, tanggal lahir : Yogyakarta, 21 Juni Alamat : Komplek Citra AB 2 no 6 Rt 02 Rw 13 Kelurahan Cipadung Kidul Kecamatan Panyileukan Bandung 4 Telepon : rifkaindi@gmailcom II PENDIDIKAN 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Tahun SMAN 24 Bandung : Tahun SMPN 08 Bandung : Tahun SDN Panyileukan 02 Bandung : Tahun III PENGALAMAN ORGANISASI Sekarang: Wakil Koordinator Departemen Media dan Opini Fatahillah Researcher for Sciences and Humanity (FRESH) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Anggota English Club Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Anggota Departemen Kaderisasi Ikatan Remaja Masjid Fathullah : Anggota Departemen Kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Koordinator Departemen Seni dan Budaya Asrama Puteri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta v

7 ABSTRACT This study aims to analyze the optimal portfolio formation on LQ 45 stock and to know the potential maximum loss that will occur during the next day The research objects consist of consistent stocks listed on the LQ 45 Index during the period of August 1, 2011 to July 29, 2016 The research methodology used in optimal portfolio formation is Single Index Model and Markowitz Model, with the measurement of portfolio performance using Sharpe Index, Treynor Index, and Jensen Index The result of study shows that optimal portfolio with Single Index Model consists of three stocks namely BBCA, ICBP, and UNVR While, optimal portfolio with Markowitz Model consists of five stocks namely BBCA, BBRI, ICBP, LPKR, and UNVR From these two models, the calculation of Treynor Index and Jensen Index that generated by Single Index Model has a higher value compared than Markowitz Model, thus the optimal portfolio with Single Index Model has a better performance Furthermore, risk measurement is calculated by Value at Risk (VaR) method with EWMA approach, because the return data is heteroscedasticity Based on the result of Backtesting Test and Kupiec test, VaR on BBCA shares, UNVR shares, and optimal portfolio are valid Key Words: LQ 45 Index, Optimal Portfolio, Single Index Model, Markowitz Model, Sharpe Index, Treynor Index, Jensen Index, Value at Risk, EWMA, Backtesting Test, and Kupiec Test vi

8 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan portofolio optimal pada saham LQ 45 dan mengetahui potensi kerugian maksimum yang akan terjadi selama satu hari ke depan Obyek penelitian meliputi saham yang konsisten terdaftar pada Indeks LQ 45 selama periode 1 Agustus Juli 2016 Adapun metodologi penelitian yang digunakan dalam pembentukan portofolio optimal adalah Single Index Model dan Model Markowitz, dengan pengukuran kinerja portofolio menggunakan Indeks Sharpe, Indeks Treynor, dan Indeks Jensen Hasil penelitian menunjukkan portofolio optimal dengan Single Index Model terdiri dari tiga saham yaitu BBCA, ICBP, dan UNVR Sedangkan portofolio optimal dengan Model Markowitz teridiri dari lima saham yaitu BBCA, BBRI, ICBP, LPKR, dan UNVR Dari kedua model tersebut, perhitungan Indeks Treynor dan Indeks Jensen yang dihasilkan oleh Single Index Model memiliki nilai yang lebih tinggi dari pada Model Markowitz, sehingga portofolio optimal dengan Single Index Model memiliki kinerja yang lebih baik Selanjutnya pengukuran risiko dihitung menggunakan metode Value at Risk (VaR) dengan pendekatan EWMA, karena data return bersifat heteroskedastisitas Berdasarkan hasil Uji Backtesting dan Uji Kupiec, model VaR pada saham BBCA, UNVR, dan portofolio optimal dinyatakan valid Kata Kunci: Indeks LQ 45, Portofolio Optimal, Single Index Model, Model Markowitz, Indeks Sharpe, Indeks Treynor, Indeks Jensen, Value at Risk, EWMA, Uji Backtesting, dan Uji Kupiec vii

9 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum WrWb Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat, taufik, serta hidayah- Nya yang tiada terkira besarnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Pembentukan dan Pengukuran Risiko Portofolio Optimal Pada Saham LQ 45 dengan baik Tidak lupa shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, baginda Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga dan para sahabatnya, semoga kelak kita mendapatkan syafa atnya di yaumil akhir Penulisan skripsi ini ditujukan sebagai salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Selain itu, skripsi ini juga diharapkan dapat menjadi sumbangsih pemikiran penulis atas ilmu yang telah diterima selama duduk di bangku kuliah Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah mencurahkan kemampuan yang dimiliki Meskipun begitu, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna dan tidak luput dari kekurangan Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak Adapun proses penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dan bantuan berbagai pihak, baik secara moral maupun materiil Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1 Kedua orang tuaku, Oni Puji Astuti, SAg dan Dr Ali Masrur, MAg yang telah memberikan kasih sayangnya dan dengan sabar membimbing penulis hingga saat ini Terima kasih juga untuk adikku, Najmi Najiya yang menjadi motivasi penulis untuk segera menuntaskan pendidikan S1 2 Bapak Dr M Arief Mufraini, Lc, MSi, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3 Ibu Titi Dewi Warninda, SE, MSi selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta viii

10 4 Ibu Dr Pudji Astuty selaku Dosen Pembimbing I atas bimbingan dan kepercayaannya kepada penulis 5 Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat 6 Kak Meylia Yuliandari yang dengan penuh kesabaran diganggu waktunya oleh penulis untuk menyelesaikan permasalahan skripsi 7 Kak Safitri Utami Sukiyanto atas bantuannya dalam menyelesaikan permasalahan terkait perhitungan volatilitas menggunakan EWMA 8 Teman-teman kontrakan hijau (Hima, Madinna, Kak Fitri, Kak Alfia, dan Ara) atas tahun-tahun berharga yang kalian berikan Terima kasih telah menjadi pendengar yang tidak mendikte, penasihat yang tidak menggurui, dan pelipur di kala lara 9 Sahabatku semasa kuliah, Rahma Fitha dan Maya Kartika Laksimawati Terima kasih Pay sudah mau berbagi cerita denganku dan menjadikanku lebih dewasa Terima kasih pula Makay atas dukungannya dan ucapan semangatnya selama ini, trust me it works! 10 Adik-adikku, Khaira Anisa dan Novi Yulianti Anggraeni yang telah menjadi mood booster dan stress healer bagi penulis 11 Teman-teman Manajemen (Acong, Tika, Sri, Melani, Laras, Ikhlas, Alman, Firly, Irfan, Rio, Debby, Ari, Dimas, Irfan, Gita, Faiz, Ghifari, Deni, Luluk, Ica, Iqbal, Sandi, Kumi, Mae, Cindy, dan lain-lain) atas kekompakan dan kebersamaannya selama ini Demikianlah beberapa pihak yang mendukung pembuatan skripsi ini, penulis mengucapkan Jazakumullah Khairan Katsiran Wa Jazakumullah Ahsanal Jaza Semoga segala kebaikan yang diberikan dibalas oleh Allah SWT Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya Wassalamu alaikum WrWb Ciputat, 07 Mei 2017 Rifka Indi ix

11 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI i LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI iii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP v ABSTRACT vi ABSTRAK vii KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI x DAFTAR TABEL xiii DAFTAR GAMBAR xv DAFTAR LAMPIRAN xvi BAB I PENDAHULAN 1 A Latar Belakang Penelitian 1 B Perumusan Masalah 8 C Tujuan Penelitian 9 D Manfaat Penelitian 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 A Investasi 11 B Saham 13 C Return Investasi 16 D Risiko Investasi 17 E Portofolio 21 F Model Markowitz 24 x

12 G Single Index Model 26 H Pengukuran Kinerja Portofolio 28 I Value at Risk (VAR) 29 J Exponentially Weighted Moving Average (EWMA) 31 K Uji Validitas Model 32 L Penelitian Terdahulu 35 M Kerangka Pemikiran 41 N Hipotesis Penelitian 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 43 A Ruang Lingkup Penelitian 43 B Model Penentuan Sampel 44 C Metode Pengumpulan Data 45 D Metode Analisis Data 46 E Operasional Variabel Penelitian 67 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 69 A Gambaran Umum Objek Penelitian 69 1 Indeks Harga Saham Gabungan 69 2 Indeks LQ B Pembentukan Portofolio Optimal dengan Metode SIM 73 1 Menghitung Actual Return, Expected Return, dan Standar Deviasi Saham 73 2 Menghitung Actual Return, Expected Return dan Standar Deviasi Pasar 76 3 Menghitung Alpha, Beta, dan Varians dari Kesalahan Residu 77 4 Menghitung Return Aset Bebas Risiko 79 5 Menghitung Excess Return to Beta (ERB) 80 6 Menghitung Cut-Off-Point (C*) 81 xi

13 7 Menghitung Proporsi Masing-masing Saham 83 8 Menghitung Expected Return Portofolio 85 9 Menghitung Standar Deviasi Portofolio 86 C Pembentukan Portofolio Optimal dengan Metode Markowitz 86 1 Mencari Expected Return dan Standar Deviasi Saham 86 2 Membuat Matriks Korelasi Saham 88 3 Membuat Matriks Kovarian Saham 88 4 Mencari Portofolio dengan Bobot Saham yang Sama 90 5 Mencari Portofolio Efisien dengan Bobot Saham yang Berbeda 91 6 Membuat kurva efficient frontier 92 7 Menentukan portofolio optimal 93 D Perbandingan Kinerja Portofolio Optimal antara Kedua Metode 95 E Pengukuran Risiko Saham dengan Metode VaR 98 1 Pengujian Statistik Data Return 98 2 Estimasi Volatilitas Perhitungan VaR Uji Validitas VaR 113 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 117 A Kesimpulan 117 B Saran 118 DAFTAR PUSTAKA 120 LAMPIRAN 125 xii

14 DAFTAR TABEL Tabel 21 Penelitian Terdahulu 35 Tabel 31 Matriks Korelasi Saham 55 Tabel 32 Matriks Kovarian Saham 56 Tabel 33 Matriks Varians Kovarians 57 Tabel 34 Operasional Variabel Penelitian 67 Tabel 41 Data Pergerakan IHSG Periode Agustus 2011-Juli Tabel 42 Data Pergerakan Indeks LQ 45 Periode Agustus 2011-Juli Tabel 43 Expected Return dan Standar Deviasi Saham 74 Tabel 44 Expected Return dan Standar Deviasi Pasar 76 Tabel 45 Alpha, Beta, dan Variance Error 77 Tabel 46 Excess Return to Beta 80 Tabel 47 Cut Off Point 82 Tabel 48 Perbandingan ERB dengan Cut Off Point (C*) 82 Tabel 49 Proporsi Masing-masing Saham Pada Portofolio Optimal 84 Tabel 410 Alpha dan Beta Portofolio 85 Tabel 411 Expected Return Portofolio 85 Tabel 412 Standar Deviasi Portofolio 86 Tabel 413 Matriks Korelasi Saham LQ 45 Periode Agustus 2011-Juli Tabel 414 Matriks Kovarian Saham LQ 45 Periode Agustus 2011-Juli Tabel 415 Perbandingan Kinerja Portofolio Optimal dengan SIM dan Model Markowitz 96 Tabel 416 Hasil Uji Stasioneritas Return Saham BBCA 99 xiii

15 Tabel 417 Hasil Uji Stasioner Return Saham dan Portofolio Optimal 100 Tabel 418 Hasil Uji Normalitas Return Saham dan Portofolio Optimal 103 Tabel 419 Hasil Perhitungan Alpha Prime Saham dan Portofolio Optimal 104 Tabel 420 Hasil Uji Heteroskedastisitas Return Saham BBCA 106 Tabel 421 Hasil Uji Heteroskedastisitas Return Saham dan Portofolio Optimal 107 Tabel 4 22 Perhitungan Volatilitas EWMA Saham BBCA 109 Tabel 423 Perhitungan Volatilitas EWMA 109 Tabel 424 Perhitungan Value at Risk Tanggal 29 Juli 2016 (Nilai Exposure: Rp100,000,00000) 110 Tabel 425 Hasil Uji Validitas Kupiec Test Berdasarkan TNoF 114 xiv

16 DAFTAR GAMBAR Gambar 21 Kerangka Pemikiran 41 Gambar 41 Pergerakan IHSG Periode Agustus 2011-Juli Gambar 42 Pergerakan Indeks LQ 45 Periode Agustus 2011-Juli Gambar 43 Proporsi Masing-masing Saham Pada Portofolio Optimal 84 Gambar 44 Expected Return dan Standar Deviasi Harian Saham 87 Gambar 45 Kurva Efficient Frontier 92 Gambar 46 Kurva Efficient Frontier dan Garis CAL 94 Gambar 47 Hasil Uji Normalitas Return Saham BBCA 102 xv

17 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Tingkat Suku Bunga Bebas Risiko Harian 125 Lampiran 2: Output Regresi Linear Sederhana Saham Indeks LQ Lampiran 3: Matriks Varians Kovarians Portofolio dengan Bobot yang Sama 129 Lampiran 4: Matriks Varians Kovarians Portofolio Optimal dengan Bobot yang Berbeda 130 Lampiran 5: Kombinasi Portofolio yang Dibentuk 131 Lampiran 6: Uji Stasioner Return Saham dan Portofolio Optimal 132 Lampiran 7: Uji Normalitas Return Saham dan Portofolio Optimal 135 Lampiran 8: Uji Heteroskedastisitas Return Saham dan Portofolio Optimal 136 Lampiran 9: Perhitungan Volatilitas dan VaR 139 Lampiran 10:Backtesting 143 xvi

18 BAB I PENDAHULAN A Latar Belakang Penelitian Pada saat ini, investasi sudah menjadi kebutuhan bagi semua orang yang ingin meningkatkan nilai dari kekayaan yang dimilikinya Investasi merupakan komitmen untuk memberikan sejumlah dana di masa sekarang dengan harapan mendapatkan jumlah yang lebih besar di masa mendatang (Mittra dan Gassen, 1981: 4) Sedangkan menurut Bodie dkk (2014: 1) investasi merupakan pengorbanan terhadap sesuatu yang berharga sekarang dengan harapan mendapatkan keuntungan atas pengorbanan tersebut di masa yang akan datang Seseorang juga memilih menginvestasikan uangnya untuk menghindari penurunan nilai uang akibat terjadinya inflasi Setiap investor dapat memilih menempatkan dana mereka pada aset riil (real assets) atau aset keuangan (financial assets) Aset riil merupakan aset yang memiliki bentuk fisik tertentu, sedangkan aset finansial merupakan aset yang bentuk fisiknya tidak terlihat tetapi memiliki nilai yang tinggi Salah satu aset finansial yang paling banyak diminati oleh masyarakat adalah saham (Halim, 2015: 6) Mayoritas investor lebih banyak memilih saham sebagai instrumen investasi, karena dibandingkan dengan instrumen investasi yang lain, saham memberikan return yang paling besar Saham merupakan tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas (Martalena dan Malinda, 2011: 12) 1

19 Investasi dalam bentuk saham dapat dilakukan di pasar modal Pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana Pada tahun 2016, BEI sebagai salah satu regulator Pasar Modal Indonesia menunjukkan pencapaian kinerja yang positif Berdasarkan Press Release yang dikeluarkan BEI diketahui bahwa pada tahun 2016, tingkat imbal hasil IHSG merupakan kelima terbesar di antara bursabursa dunia dan yang kedua terbesar di antara bursa-bursa di kawasan Asia Pasifik Bahkan dalam 10 tahun terakhir ( ) tingkat imbal hasil IHSG adalah yang terbesar di antara bursa-bursa utama dunia Tingginya perkembangan Pasar Modal Indonesia membuat minat masyarakat dalam berinvestasi semakin meningkat Menurut Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) jumlah investor di pasar modal pada tahun 2016 mengalami peningkatan sebesar 23,47% dibandingkan tahun sebelumnya yaitu mencapai SID (single investor identification) Meskipun begitu, data di BEI menunjukkan bahwa kepemilikan saham masih didominasi investor asing Menurut Kepala Pengembangan Investor BEI, proporsi asing dalam kepemilikan saham di Indonesia mencapai 60% walaupun persentase investor asing terhadap total SID hanya 2,13% Berdasarkan fenomena tersebut, dibutuhkan penelitian yang dapat meningkatkan pengetahuan investor domestik untuk mengambil keputusan investasi saham di Indonesia Pada umumnya, tujuan investor melakukan kegiatan investasi adalah untuk mendapatkan imbal hasil atas investasi yang dilakukannya Akan tetapi, tidak ada return yang bisa didapatkan tanpa adanya 2

20 risiko sebab tidak ada seorang pun yang mengetahui secara pasti apa yang akan terjadi di masa depan Risiko merupakan kerugian yang terjadi karena terjadinya peristiwa yang tidak diharapkan Adapun risiko investasi adalah ketidaksesuaian antara expected return dengan return aktualnya (Hadi, 2013: 201) Dalam melakukan investasi pada saham, seorang investor menghadapi risiko pasar Risiko pasar terjadi akibat adanya perubahan harga saham di pasar Pergerakan harga saham yang tidak sesuai dengan ekspektasi investor akan menyebabkan kerugian Terdapat empat cara untuk mengelola risiko (Fahmi, 2013: 373) antara lain memperkecil risiko, mengalihkan risiko, mengontrol risiko, dan pendanaan risiko Risiko yang ditanggung investor dapat dikurangi dengan cara melakukan diversifikasi Diversifikasi adalah menyusun suatu portofolio dengan menyertakan berbagai jenis investasi (Utamayasa dan Wiagustini, 2016: 3907) Semakin besar jumlah saham yang dimasukkan ke dalam portofolio maka semakin kecil risiko yang harus ditanggung Akan tetapi, agar portofolio yang dibentuk memiliki risiko yang rendah, maka saham-saham yang dipilih harus memiliki covariance antar saham yang rendah Sehingga risiko yang terjadi pada salah satu saham dapat ditutupi dengan return yang diterima dari saham lain Portofolio merupakan sekumpulan instrumen investasi yang dibentuk untuk memenuhi sasaran umum investasi (Rodoni dan Ali, 2014: 70) Dalam menentukan portofolio, investor tidak jarang mengalami kebingungan dalam memilih sekuritas dan berapa jumlah dana yang harus dialokasikan untuk 3

21 setiap sekuritas Sehingga pengetahuan mengenai analisis sekuritas dan manajemen portofolio sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan tersebut Seseorang yang terjun di pasar modal harus memiliki pengetahuan dan pengalaman yang mumpuni untuk dapat menentukan saham yang akan ia beli, jual, ataupun pertahankan Investor yang rasional akan meninggalkan budaya mengikuti pasar dan memikirkan secara mendalam mengenai keputusan investasinya Pengambilan keputusan dalam saham memerlukan perhitungan dan pertimbangan yang mendalam untuk menjamin keamanan dana yang diinvestasikan serta imbal hasil yang diharapkan oleh investor Sebelum melakukan pembentukan portofolio, investor perlu melakukan analisis terhadap suatu efek atau sekelompok efek Analisis yang dilakukan oleh investor dapat membantu dalam menentukan portofolio efesien Portofolio efisien merupakan portofolio yang memberikan tingkat keuntungan yang sama dengan risiko yang lebih rendah atau dengan risiko yang sama tetapi memberikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi (Husnan, 2005: 69) Dari sekian banyak pilihan yang tersedia pada kumpulan portofolio efisien, investor akan memilih portofolio optimal yang paling sesuai dengan kebijakan investasinya Metode yang dapat digunakan untuk membentuk portofolio optimal adalah Model Markowitz dan Single Index Model Teori Portofolio Modern pertama kali diperkenalkan oleh Markowitz melalui artikelnya yang berjudul Portofolio Selection dalam Journal of Finance pada tahun 1952 Markowitz 4

22 menyatakan don t put all your eggs in one basket atau jangan menaruh seluruh telurmu dalam satu keranjang Markowitz menganjurkan untuk melakukan diversifikasi dengan menyertakan berbagai jenis sekuritas dalam portofolio untuk meminimalisir risiko Model Markowitz menyatakan bahwa risiko suatu portofolio akan lebih rendah dari risiko sekuritas-sekuritas penyusunnya Meskipun begitu, diversifikasi yang dilakukan harus menyertakan saham-saham yang tepat Di mana saham yang dipilih harus memiliki covariance yang rendah satu sama lain Penelitian yang menggunakan Model Markowitz telah dilakukan oleh Kulali (2013) dan Bayumashudi (2006) Selanjutnya pada tahun 1963, Sharpe mencetuskan Single Index Model sebagai pengembangan teori Markowitz dengan menyederhanakan variabel yang diestimasi Metode ini menghubungkan pergerakan saham dengan pergerakan return indeks pasar Karena pada dasarnya, keseluruhan saham bergerak secara bersama-sama sesuai dengan perubahan pasar Jika pasar membaik, maka return saham cenderung meningkat begitu pula sebaliknya (Husnan, 2005: 103) Selain itu, Single Index Model juga berasumsi bahwa sekuritas akan berkorelasi hanya jika sekuritas tersebut mempunyai respon yang sama terhadap perubahan pasar Penelitian yang menggunakan Single Index Model dalam pembentukan portofolio optimal telah dilakukan oleh Sathyapriya (2016), Poornima dan (2015), dan Nalini (2014) 5

23 Adapun jika dibandingkan terdapat perbedaan hasil penelitian terdahulu mengenai metode pembentukan portofolio optimal yang memberikan kinerja terbaik Menurut Che-Ni (2013) kinerja portofolio optimal yang dihasilkan oleh Model Markowitz lebih baik dibandingkan Single Index Model Akan tetapi, penelitian oleh Sunandar (2014) menyatakan sebaliknya Berdasarkan pada latar belakang tersebut, peneliti ingin menganalisis metode mana (Markowitz atau Single Index Model) yang dapat memberikan kinerja terbaik dalam pembentukan portofolio optimal Adapun portofolio optimal dengan kinerja terbaik akan diukur risikonya menggunakan Value at Risk dengan metode Exponentially Weighted Moving Average (EWMA) VaR merupakan ukuran kerugian maksimum yang diterima pada horizon waktu tertentu dan tingkat kepercayaan tertentu Pada awalnya, ukuran risiko yang digunakan adalah standar deviasi Akan tetapi setelah diterbitkannya Basel II Accord, Value at Risk (VaR) menjadi alat ukur risiko yang best practice dan standar digunakan Pada tahun 1996 Basle Committee on Banking Supervision (BIS) mendorong sektor perbankan untuk membangun internal risk perbankan dalam mengukur risiko dengan menggunakan metoda VaR (Ismanto, 2016: 245) Pesatnya penggunaan VaR di Indonesia juga didukung dengan diterbitkannya peraturan Bank Indonesia (BI) No 5/8/PBI/2003 yang mewajibkan memasukkan risiko pasar ke dalam perhitungan CAR Melalui surat edaran No 5/21/DPNP tanggal 29 September 2003, Bank Indonesia juga 6

24 menganjurkan penggunaan metode VAR dalam mengukur risiko pasar secara internal (Buchdadi, 2007: 2) Pengukuran VaR dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar cadangan minimum yang harus tersedia untuk menanggulangi risiko yang terjadi Selain dapat digunakan untuk institusi depositori dan institusi keuangan lainnya, VaR juga juga dapat digunakan untuk saham Dalam kaitannya dengan kegiatan berinvestasi, VaR dapat digunakan untuk mengukur risiko sebuah portofolio, risiko dari sekuritas penyusun portofolio, serta mengukur seberapa besar perubahan risiko akibat perubahan komposisi komponen penyusun portofolio tersebut Menurut Buchdadi (2007: 2), penggunaan asumsi distribusi normal dan unconditional variance kurang tepat apabila diterapkan pada pergerakan Pasar Keuangan Rachman dkk (2015: 54 dan 55) menemukan distribusi tidak normal dan heteroskedastisitas pada portofolio saham PT Pindad Persero pada Juli 2012-Juli 2014 Yunarti (2012: 105) juga mengindentifikasi heteroskedastisitas pada saham sektor keuangan JII periode Januari Februari 2012 Metode EWMA yang dikembangan oleh JP Morgan (1994) merupakan metode yang dapat digunakan untuk mengestimasi volatilitas data yang heteroskedastisitas Peramalan volatilitas dengan metode EWMA yaitu suatu langkah estimasi terhadap volatilitas di masa mendatang, dengan memberikan bobot yang lebih besar pada data observasi masa kini dibandingkan dengan data masa lampau (Dian dkk, 2014: 87) 7

25 Meskipun begitu, hasil pengukuran risiko dengan VaR belum tentu akurat Hal ini disebabkan karena perubahan kebijakan yang berakibat pada perubahan eksposure Christianti (2010: 170) model GARCH dan EWMA masih belum terkalibrasi dengan baik dengan jumlah exception masih berada di atas tingkat kepercayaan 95% dan 99% Oleh karena itu, diperlukan pengujian lebih lanjut mengenai validitas VaR dalam memprediksi risiko yang terjadi Pengujian terhadap validitas VaR dapat dilakukan melalui Backtesting Proses pengujian validitas model dengan backtesting dilakukan dengan membandingkan nilai Value at Risk (VaR) suatu risiko dengan realisasi kerugian yang terjadi dalam suatu periode waktu tertentu Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengangkat penelitian yang berjudul Analisis Pembentukan dan Pengukuran Risiko Portofolio Optimal Pada Saham LQ 45 B Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 Metode mana (Model Markowitz atau Single Index Model) yang lebih baik kinerjanya dalam pembentukan portofolio optimal? 2 Berapa besar potensi kerugian maksimum yang dihadapi investor untuk saham dan portofolio optimal saham LQ 45 dengan metode Value at Risk (VAR) pendekatan EWMA? 3 Bagaimana validitas pengukuran risiko pada saham dan portofolio optimal saham LQ 45 dengan metode Value at Risk (VAR) pendekatan EWMA? 8

26 C Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan penelitian ini antara lain: 1 Membandingkan antara Model Markowitz atau Single Index Model yang lebih baik kinerjanya dalam pembentukan portofolio optimal 2 Mengukur besaran potensi kerugian maksimum yang dihadapi investor untuk saham dan portofolio optimal saham LQ 45 dengan metode Value at Risk (VAR) pendekatan EWMA 3 Membuktikan validitas pengukuran risiko pada saham dan portofolio optimal saham LQ 45 dengan metode Value at Risk (VAR) pendekatan EWMA D Manfaat Penelitian 1 Bagi investor dan masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu investor dalam mengambil keputusan investasi di pasar modal, terutama dalam membentuk portofolio optimal pada saham yang termasuk LQ 45 Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi yang tepat untuk mengukur risiko saham serta mengelola risiko tersebut 2 Bagi akademisi dan peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana pengembangan keilmuan khusunya mengenai analisis investasi, manajemen portofolio, dan manajemen risiko Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan 9

27 referensi bagi penelitian selanjutnya mengenai pembentukan portofolio optimal serta pengukuran risiko instrumen investasi finansial 3 Bagi perusahaan Memberikan informasi serta pengetahuan terhadap perusahaan terkait mengenai kinerja serta risiko sahamnya sehingga dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi 10

28 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Investasi 1 Pengertian Investasi Menurut (Bodie dkk, 2014: 1), investasi adalah komitmen saat ini atas uang atau sumber daya lain dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan di masa depan Dengan kata lain, investasi merupakan pengorbanan sesuatu yang berharga sekarang pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang Pada umumnya, investasi dapat dikategorikan menjadi dua jenis yaitu investasi pada aset-aset riil (real assets) dan pada aset-aset finansial (financial assets) (Ahmad, 2004: 2) Investasi pada aset riil merupakan aset yang berwujud seperti emas, silver, berlian, dan real estate (Jones, 2007: 4) Investasi pada aset finansial dapat dilakukan di pasar uang dan pasar modal Instrumen yang diperjualbelikan di pasar uang antara lain Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), Commercial Paper, Repurchase Agreement, dan lain-lain Sedangkan Sedangkan, investasi di pasar modal dapat berupa saham, obligasi, waran, right dan produk derivatif seperti opsi jual atau beli (Fakhruddin dan Hadianto, 2001: 1) 2 Proses Investasi Menurut Sharpe dkk (2005: 14), proses investasi menunjukkan bagaimana seharusnya seorang investor membuat keputusan investasi pada efek-efek yang bisa dipasarkan, seberapa ekstensif, dan kapan sebaiknya 11

29 dilakukan Terdapat lima prosedur dalam membuat keputusan yang menjadi dasar proses investasi antara lain (Sharpe, 2005: 10): a Menentukan Tujuan Investasi Pada tahap ini, investor perlu mempertimbangkan tingkat pengembalian yang diharapkan, tingkat risiko, dan jumlah dana yang akan diinvestasikan Pada umumnya, hubungan risk dan return bersifat linier, artinya semakin besar return maka semakin besar pula risiko yang didapatkan b Melakukan analisis sekuritas Pada tahap ini investor melakukan analisis terhadap sekuritas secara individual atau sekelompok sekuritas Salah satu tujuan penilaian ini adalah untuk mengidentifikasi sekuritas yang salah harga, baik yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah Pendekatan yang dapat dilakukan untuk menganalisis sekuritas adalah pendekatan fundamental dan teknikal c Membentuk portofolio Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap sekuritas mana yang akan dipilih dan berapa proporsi dana yang akan ditanamkan pada masingmasing sekuritas tersebut Adapun sekuritas yang dipilih adalah yang memiliki koefisien korelasi negatif d Merevisi portofolio Tahap ini merupakan pengulangan dari tiga tahap sebelumnya Pada tahap ini dilakukan revisi (perubahan) terhadap sekuritas-sekuritas yang 12

30 membentuk portofolio tersebut jika dirasa bahwa komposisi portofolio yang dibentuk tidak sesuai dengan tujuan investasi, misalnya returnnya terlalu rendah e Mengevaluasi kinerja portofolio Dalam tahap ini investor menentukan kinerja portofolio yang telah dibentuk secara periodik, tidak hanya berdasarkan return yang dihasilkan tetapi juga risiko yang dihadapi investor (Sharpe, 2005: 13) B Saham 1 Pengertian Saham Menurut Hadi (2013: 67) saham merupakan instumen ekuitas, yaitu tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan usaha dalam suatu perusahaan Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas aset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) 2 Jenis Saham Menurut Jones (2007: 38) terdapat dua jenis saham dilihat dari hak yang melekat padanya, antara lain: a Saham biasa (common stock) Saham biasa merupakan sekuritas ekuitas yang mewakili kepentingan pemiliknya dalam perusahaan (Jones, 2007: 39) Saham biasa menempatkan pemiliknya paling akhir terhadap pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan jika perusahaan dilikuidasi (Fakhruddin, 2001: 12) Saham biasa adalah saham yang paling dikenal di lingkungan masyarakat sehingga paling banyak perdagangannya di 13

31 pasar Selain itu, saham biasa juga merupakan saham yang paling banyak digunakan untuk menarik dana dari masyarakat b Saham preferen (preferred stock) Saham preferen merupakan sekuritas ekuitas saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa terhadap klaim atas aset dan pendapatan perusahaan (Jones, 2007: 38) Pembagian dividen pada saham dividen jumlahnya tetap dan tidak pernah berubah Akan tetapi, saham preferen diterbitkan tanpa memiliki tanggal jatuh tempo Selain itu, dalam pencatatan akuntansi dan pajak, saham preferen diperlakukan sebagai ekuitas (Corrado dan Jordan, 2005: 85) 3 Indeks Harga Saham Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham, sehingga dapat menggambarkan kondisi pasar apakah sedang aktif atau lesu (Martalena dan Malinda, 2011: 99) Terdapat beberapa fungsi indeks harga saham, antara lain sebagai indikator trend pasar, indikator tingkat keuntungan, tolok ukur (benchmark) kinerja suatu portofolio, menunjukkan kualifikasi dan kinerja emiten, menunjukkan kepercayaan investor dalam dan luar negeri, dan menggambarkan arah capital flow di suatu negara Terdapat beberapa jenis indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia, antara lain Indeks Individual, Indeks Harga Saham Sektoral, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ-45, Jakarta Islamic Index (JII), Indeks Papan Utama, Papan Pengembangan, Indeks Kompas 100, Indeks 14

32 Bisnis 27, Indeks Pefindo 27, Indeks Sri Kehati, Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), dan Indeks Infobank 15 (Hadi, 2013: 184) 4 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Menurut Martalena dan Malinda (2011: 100), Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks IHSG mencerminkan pergerakan perubahan harga saham harian seluruh saham yang tercatat di Bursa Efek di Indonesia IHSG juga merupakan suatu nilai yang mengukur kinerja saham yang tercatat di suatu bursa efek 5 Indeks LQ 45 Indeks LQ 45 pertama kali diperkenalkan oleh BEJ pada tanggal 24 Februari 1997 Indeks LQ 45 adalah indeks yang terdiri dari 45 saham pilihan yang memiliki likuiditas perdagangan yang tinggi dan kapitalisasi pasar yang besar serta telah lolos seleksi berdasarkan beberapa kriteria pemilihan Pemilihan terhadap saham-saham yang masuk dalam indeks LQ 45 dilakukan 6 bulan sekali Adapun kriteria pemilihan yang digunakan adalah sebagai berikut (Hadi, 2013: 192): a Saham tersebut berada di top 95% dari total rata-rata tahunan nilai transaksi saham di pasar regular b Berada di top 90% dari rata-rata tahunan kapitalisasi pasar c Tercatat di BEI minimum 30 hari bursa Jika lolos seleksi pertama, maka akan dilanjutkan dengan tahap berikutnya Tahap ke-2 menyangkut kriteria sebagai berikut: 15

33 a Merupakan urutan tertinggi yang mewakili sektornya dalam klasifikasi indusri di BEI b Memiliki porsi yang sama dengan sektor-sektor yang lain c Merupakan urutan tertinggi berdasarkan frekuensi transaksi C Return Investasi 1 Pengertian Return Return merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi yang dilakukan Return investasi terdiri atas dua komponen yaitu capital gain (loss) dan yield Capital gain merupakan perubahan harga sekuritas pada periode waktu tertentu, sedangkan yield merupakan komponen pendapatan (Jones, 2007: 142) Adapun menurut Rodoni dan Ali (2014: 67), tingkat pengembalian (return) merupakan selisih dari harga jual dengan harga beli (dapat berupa capital gain atau capital loss) ditambah dengan dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham Dalam konteks manajemen investasi, return dapat dibedakan menjadi dua yaitu actual return dan expected return Actual return merupakan return yang telah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis Sedangkan expected return adalah return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa mendatang (Halim, 2015: 43) Menurut Ahmad (2004: 104), actual return atau return realisasi pada suatu saham dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Ri = t - t-1 t-1 (21) 16

34 Keterangan: Ri Pt P t-1 : Return realisasi saham periode t : Harga saham periode t : Harga saham periode sebelumnya 2 Expected Return Saham Tunggal Menurut Crabb (2003: 262), expected return merupakan return yang diharapkan atau rata-rata dari tingkat return investasi Apabila diperoleh data pengamatan selama beberapa periode, maka expected return atas saham dapat dihitung dengan formula sebagai berikut E(R i ) = n j 1 ( i) N Keterangan: (22) E(Ri) = expected return dari investasi saham i Rij n = actual return dari investasi pada saham i = banyaknya peristiwa yang terjadi D Risiko Investasi 1 Pengertian Risiko Risiko memiliki makna yaitu (a) sebagai kondisi yang tidak pasti (uncertainty) di masa yang akan datang, (b) perubahan dari variabilitas return yang diharapkan atau sesuatu nilai yang tidak sesuai dengan harapan (Rodoni dan Ali, 2014: 67) Adapun menurut Jones (2007: 143) risiko merupakan kemungkinan actual return berbeda dengan expected return (tingkat pengembalian yang diharapkan) Sedangkan menurut Mittra dan Gassen (1981: 117), risiko sering didefinisikan sebagai variabilitas atau penyimpangan dalam distribusi probabilitas, yang dapat diukur 17

35 menggunakan varians atau standar deviasi dari return Semakin besar penyimpangannya berarti semakin besar tingkat risikonya 2 Sumber Risiko dalam Investasi Berdasarkan Rodoni (2009: 48-49) terdapat beberapa sumber risiko yang mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi, antara lain: a Interest Risk Risiko yang berasal dari variabilitas return akibat perubahan tingkat suku bunga Perubahan tingkat suku bunga ini berpengaruh negatif terhadap harga sekuritas b Market Risk Risiko yang berasal dari variabilitas return karena fluktuasi dalam keseluruhan pasar sehingga berpengaruh pada semua sekuritas c Inflation Risk Suatu faktor yang mempengaruhi semua sekuritas purchasing power risk Jika suku bunga naik, maka inflasi juga meningkat, karena lenders membutuhkan tambahan premium inflasi untuk mengganti kerugian purchasing power d Business Risk Risiko yang ada karena melakukan bisnis pada industri tertentu e Financial Risk Risiko yang timbul karena penggunaan leverage finansial oleh perusahaan f Liquidity Risk Risiko yang berhubungan dengan pasar sekunder tertentu di mana sekuritas diperdagangkan Suatu investasi jika dapat dibeli dan dijual dengan cepat tanpa perubahan harga yang signifikan, maka investasi tersebut dikatakan likuid, demikian sebaliknya 18

36 g Exchange Rate Risk Risiko yang berasal dari variabilitas return sekuritas karena fluktuasi kurs currency h Country Risk Risiko ini menyangkut politik suatu negara sehingga mengarah pada political risk 3 Jenis Risiko Terdapat dua jenis risiko investasi (Jones, 2007: 219), yaitu: a Risiko sistematis (systematic risk) Risiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diservifikasi (undiversifiable risk), karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat memengaruhi pasar secara keseluruhan Contoh risiko sistematis antara lain perubahan tingkat bunga, kurs valuta asing, kebijakan pemerintah, dan sebagainya Risiko ini bersifat umum dan berlaku bagi semua saham dalam bursa saham yang bersangkutan b Risiko tidak sistematis (unsystematic risk) Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi (diversifiable risk), karena risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu Fluktuasi risiko ini besarnya berbeda-beda antara satu saham dengan saham yang lain Karena perbedaan itulah maka masing-masing saham memiliki tingkat sensitivitas yang berbeda terhadap setiap perubahan pasar Risiko pada portofolio secara umum menurun seiring dengan penambahan jumlah saham, karena kita menghapuskan risiko tidak 19

37 sistematis atau risiko spesifik perusahaan Adapun reduksi risiko tidak sistematis bergantung pada korelasi di antara saham, di mana investor sebaiknya memilih saham dengan korelasi yang rendah Contoh risiko tidak sistematis antara lain faktor struktur modal, struktur aset, tingkat likuiditas, tingkat keuntungan, dan sebagainya 4 Pengelolaan Risiko Mengacu pada Fahmi (2013: 373) terdapat empat cara untuk mengelola risiko, antara lain: a Memperkecil Risiko Keputusan untuk memperkecil risiko dilakukan dengan cara membatasi setiap keputusan yang mengandung risiko tinggi serta meminimalisirnya agar risiko tidak bertambah besar Adapun dalam melakukan investasi pada sekuritas, diversifikasi dapat dijadikan sebagai upaya untuk mengurangi risiko (Husnan, 2005: 161) b Mengalihkan Risiko Risiko yang kita terima, sebagian dapat dialihkan ke tempat lain contohnya seperti keputusan mengasuransikan bisnis kepada perusahaan asuransi untuk mengurangi tanggung jawab transferor terhadap kerugian yang bersangkutan (Kasidi, 2010: 85) c Mengontrol Risiko Risiko dapat dikontrol dengan cara mengantisipasi timbulnya risiko sebelum risiko tersebut terjadi seperti memasang alarm pada mobil atau alarm kebakaran pada rumah 20

38 d Pendanaan Risiko Keputusan pendanaan risiko dilakukan dengan menyediakan sejumlah dana sebagai reserve (cadangan) guna mengantisipasi timbulnya risiko di kemudian hari (Fahmi, 2013: 374) 5 Risiko Saham Tunggal Untuk mengetahui ukuran risiko pada saham digunakan ukuran penyebaran distribusi (Husnan, 2005: 52) Ukuran penyebaran digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kemungkinan hasil yang diperoleh menyimpang dari hasil yang diharapkan Alat statistik yang digunakan sebagai ukuran penyebaran adalah varians ( 2 ) atau standar deviasi ( ) Risiko saham dapat dihitung dengan formula sebagai berikut (Halim, 2015: 51): i 2 = n j 1 { i- ( i ) 2 i = n j 1 { i- ( i ) 2 Keterangan: (23) (24) Ri E(Ri) n = actual return dari investasi pada saham i = expected return dari investasi saham i = banyaknya peristiwa yang mungkin terjadi E Portofolio 1 Pengertian Portofolio Portofolio merupakan sekumpulan instrumen investasi yang dibentuk untuk memenuhi sasaran umum investasi Portofolio juga dapat diartikan gabungan dari berbagai aktiva/surat-surat berharga/saham/kesempatan 21

39 invetasi (Rodoni dan Ali, 2014: 70) Hakikat pembentukan portofolio adalah untuk mengurangi risiko dengan cara diversifikasi, yaitu mengalokasikan sejumlah dana pada berbagai alternatif investasi yang berkorelasi negatif 2 Portofolio Efisien dan Portofolio Optimal Pada pembentukan portofolio investasi, terdapat konsep dasar portofolio efisien dan portofolio optimum (Hadi, 2013: 207), yaitu: a Portofolio Efisien dan Portofolio Optimal Portofolio yang efisien yaitu portofolio yang memberikan tingkat keuntungan yang sama dengan risiko yang lebih rendah atau dengan risiko yang sama tetapi memberikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi (Husnan, 2005: 69) Berdasarkan Hadi (2013: 207) konsep mengenai portofolio efisien tidak dapat dipisahkan dari konsep perilaku investor yang penuh dengan pertimbangan trade of cost dan benefit dalam melakukan pilihan invetasi Lebih lanjut dinyatakan bahwa investor berusaha untuk menghindar dari risiko investasi (risk averse), sehingga berusaha mencari pilihan instrumen dan gabungan investasi yang bersifat high return dengan low risk b Portofolio Optimal Portofolio optimal adalah portofolio dipilih dari sekian banyak pilihan portofolio yang ada pada kumpulan portofolio yang efisien Portofolio yang dipilih investor disesuaikan dengan preferensi investor yang bersangkutan terhadap return maupun risiko yang bersdia ditanggungnya (Hadi, 2013: 208) 22

40 3 Return Portofolio Expected return portofolio adalah rata-rata tertimbang dari expected return saham individual Faktor penimbangnya adalah proporsi dana yang diinvestasikan pada masing-masing saham Expected return portofolio dapat dihitung dengan formula sebagai berikut (Sharpe, 2005: 190): n ( ) X i j 1 (25) Keterangan: E(Rp) Xi = expected return portofolio = proporsi dana yang diinvestasikan pada saham i = expected return dari investasi saham i 4 Risiko Portofolio Menurut Rodoni dan Ali (2014: 70), risiko portofolio menggambarkan gabungan penyimpangan antara sekuritas yang membentuk portofolio tersebut Risiko portofolio diukur dengan standar deviasi portofolio Rumus risiko portofolio dari gabungan dua sekuritas adalah sebagai berikut: p 2 W W 2 2 2W 1 W 2 ov 12 (26) W 1 W 2 (27) Keterangan: W 1 = proporsi dana yang diinvestasikan pada saham 1 W 2 = proporsi dana yang diinvestasikan pada saham 2 1 = standar deviasi saham 1 = standar deviasi saham 2 ov 12 = Covariance antara saham 1 dan saham 2 23

41 Variance keuntungan menerangkan kecenderungan sekuritas untuk menghasilkan keuntungan yang berada di atas atau di bawah rata-rata sampel Sedangkan covariance menerangkan hubungan keuntungan antara sekuritas dapat dicari dengan rumus sebagai berikut (Rodoni dan Ali, 2014: 70): ov (28) n ov i 1 ( - ( ) ) ( - ( ) ) (29) Keterangan: 12 = koefisien korelasi antara tingkat keuntungan saham 1 dan 2 1 = standar deviasi saham 1 = standar deviasi saham 2 n = jumlah investasi (saham) pada portofolio F Model Markowitz Teori Portofolio Modern ditemukan pada tahun 1952 oleh Harry Markowitz dalam disertasinya di bidang statistik Penemuannya tersebut yang berjudul Portofolio Selection pertama kali dipublikasikan di Journal of Finance (Mangram, 2013: 60) Teori Portofolio Modern merupakan teori keuangan teknikal ekuivalen dengan pernyataan don t put all your eggs in one basket If the basket is dropped, all eggs are broken; if placed in more than one basket, the risk that all eggs will be broken is dramatically reduced (Mangram, 2013: 66) (Jangan tempatkan semua telur dalam satu keranjang Jika keranjang tersebut 24

42 jatuh, semua telur akan pecah Jika telur ditempatkan lebih dari satu keranjang, risiko pecahnya seluruh telur berkurang) Begitu pula dalam melakukan investasi, risiko dapat dikurangi dengan melakukan diversifikasi yaitu menempatkan dananya pada saham yang berbeda, kelas aset yang berbeda (seperti obligasi, instrumen derivatif, real estate, dan lain-lain) dan atau pada komoditas seperti emas atau minyak (Mangram, 2013: 66) Teori Portofolio Markowitz merupakan metode penetuan portofolio optimal yang didasarkan kepada expected return dan varians dari aset yang berada dalam portofolio (Marling dan Emanuelsson, 2012: 2) Jika investor melakukan analisis portofolio dengan metode Markowitz, maka pada dasarnya ia harus memperkirakan expected return, variance, dan covariance antar sekuritas (Mittra dan Gassen, 1981: 540) Model ini dapat mengatasi kelemahan dari diversifikasi random Menurut Markowitz (1952: 79) the law of large number yang menyatakaan bahwa semakin banyak sekuritas dalam portofolio maka actual return portofolio tersebut akan mendekati expected return dan variansnya makin kecil tidak dapat diterima Model ini meyakini bahwa penambahan saham secara terus menerus akan semakin mengurangi manfaat diversifikasi dan justru akan memperbesar tingkat risiko (Indrayanti dan Darmayanti, 2013: 870) Menurut Markowitz (1952: 89), berinvestasi dalam banyak sekuritas tidak cukup untuk meminimalisir variance Dalam melakukan diversifikasi, investor perlu 25

43 menghindari sekuritas-sekuritas dengan covariance yang tinggi Investor seharusnya melakukan diversifikasi pada perusahaan di industri yang berbeda terutama yang berbeda karakteristik ekonominya, karena memiliki covariance yang lebih rendah dibandingkan perusahaan di industri yang sama Selain itu, menurut Markowitz diversifikasi tidak dapat menghilangkan semua risiko Sebab dalam berinvestasi akan selalu ada risiko sistematis yang tidak dapat hilang (Mangram, 2013: 66) Portofolio yang mempunyai expected return maksimum tidak selamanya mempunyai varians minimum Sehingga portofolio pilihan investor adalah yang memberikan expected return maksimum pada varians tertentu atau portofolio dengan varians terkecil pada expected return tertentu (Zubir, 2013: 2) G Single Index Model Pada tahun 1963, William F Sharpe mengembangkan Single Index Model yang merupakan penyederhanaan dari Teori Portofolio Markowitz dengan mengurangi jumlah variabel yang harus ditaksir Menurut Zubir (2013: 97) Single Index Model adalah sebuah teknik untuk mengukur return dan risiko sebuah saham atau portofolio Model tersebut mengasumsikan bahwa pergerakan return saham hanya berhubungan dengan pergerakan pasar Jika pasar bergerak naik, dalam arti permintaan terhadap saham meningkat, maka harga saham di pasar akan naik pula Begitu pula sebaliknya, jika pasar bergerak turun, maka harga saham juga akan mengalami penurunan, sehingga dapat disimpulkan bahwa return saham berkorelasi dengan return pasar (Husnan, 2005: 103) 26

44 Pada sekuritas individual, penggunaan model indeks tunggal menghasilkan expected return, variance, dan covariance antar saham sebagai berikut (Husnan, 2005: 105) ( i ) i i m (210) i i m ei 2 (211) i j m 2 (212) Keterangan: E(Ri) = return saham i i 2 = varians saham i i = alpha saham i m 2 = varians pasar i = beta saham i ei 2 =varians dari kesalahan residu Rm = return pasar = covariance saham i dan saham j Single Index Model membagi tingkat keuntungan suatu saham menjadi dua bagian yaitu return yang tidak terpengaruh oleh perubahan pasar ( i ) dan return yang dipengaruhi oleh pasar ( i m ) Beta ( i ) menunjukkan tingkat kepekaan keuntungan saham terhadap keuntungan indeks pasar Selanjutnya, single index model membagi variance saham menjadi dua 2 bagian yaitu risiko yang unik ( ei ) dan risiko yang berhubungan dengan pasar ( i 2 m 2 ) Sedangkan, covariance semata-mata hanya bergantung pada risiko pasar Hal ini berarti bahwa single index model menunjukkan bahwa satusatunya alasan mengapa saham-saham bergerak bersama adalah karena bereaksi terhadap gerakan pasar (Husnan, 2005: 105) 27

45 H Pengukuran Kinerja Portofolio Menurut Halim (2015: 69) tujuan penilaian kinerja portofolio adalah untuk mengetahui dan menganalisis apakah portofolio yang dibentuk telah dapat meningkatkan kemungkinan tercapainya tujuan investasi Pada umumnya, metode yang dapat digunakan untuk menilai kinerja portofolio adalah sebagai berikut: 1 The Sharpe Index Metode Sharpe atau Reward-to-Variability Ratio (RVAR) mengukur kinerja portofolio dengan cara membandingkan antara premi risiko portofolio (selisih antara rata-rata tingkat keuntungan portofolio dengan rata-rata tingkat bunga bebas risiko) dengan risiko total portofolio yang dinyatakan dengan standar deviasi Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa semakin besar nilai Sharpe suatu portofolio maka kinerja portofolio tersebut semakin baik Indeks Sharpe ini relevan dipergunakan untuk investor yang menanamkan dananya hanya atau sebagian besar pada portofolio tersebut (Halim, 2015: 70) 2 The Treynor Index Metode pengukuran Treynor atau Reward to Volatility Ratio (RVOL) menyatakan rasio antara excess return suatu portofolio terhadap beta RVOL mengasumsikan portofolio telah terdiversifikasi dengan baik, sehingga RVOL tidak menggunakan standar deviasi tetapi hanya menggunakan beta atau risiko sistematiknya (Desiana dan Isnurhadi, 2012: 84) Dari pengukuran indeks Treynor dapat dilihat bahwa semakin tinggi angka indeksnya maka kinerja portofolio tersebut semakin baik Indeks 28

46 Treynor ini relevan digunakan oleh investor yang memiliki berbagai portofolio atau menanamkan dananya pada berbagai mutual funds, atau melakukan diversifikasi pada berbagai portofolio (Halim, 2015: 71) 3 The Jensen Index Indeks Jensen disebut juga dengan Jensen alpha Metode Jensen menyatakan perbedaan tingkat pengembalian aktual dari suatu portofolio selama periode tertentu dengan premi risiko (risk premium) portofolio tersebut yang seharusnya diperoleh berdasarkan risiko sistematik portofolio tersebut dan penggunaan CAPM (Desiana dan Isnurhadi, 2012: 84) Jensen berpendapat bahwa kinerja portofolio yang baik adalah portofolio yang kinerjanya melebihi kinerja pasar sesuai dengan risiko sistematis yang dimilikinya Dari pengukuran indeks Jensen dapat dilihat bahwa semakin tinggi angka indeksnya maka semakin baik kinerja portofolio tersebut (Halim, 2015: 71) I Value at Risk (VAR) Pada tahun 1994, JP Morgan mempopulerkan konsep Value at Risk (VAR) sebagai alat ukur risiko Menurut Jorion dalam Penza dan Bansal (2001: 62) VaR summarizes the expected maximum loss (or worst loss) over a target horizon within a given confidence level (VAR merangkum kerugian maksimum yang diharapkan atau kerugian terburuk atas target horizon dengan tingkat kepercayaan tertentu) Adapun menurut Edwards (2014: 144) Valueat-risk is typically defined as the maximum expected loss on a financial instrument, or a portfolio of financial instruments, over a given period of time and given level of confidence (Value at Risk secara khas dapat didefinisikan 29

47 sebagai kerugian maksimum yang diharapkan pada instrumen finansial atau sebuah portofolio dari instrumem finansial, atas periode waktu tertentu dan tingkat kepercayaan tertentu Berdasarkan definisi di atas, dapat diketahui bahwa terdapat dua faktor utama yang digunakan untuk mendeskripsikan VAR Pertama, pada perhitungan VAR dibutuhkan berapa lama periode waktu di mana kerugian akan terjadi Semakin lama periode waktu yang digunakan maka nilai VAR akan semakin besar Kedua, dalam melakukan pengukuran VAR dibutuhkan tingkat kepercayaan tertentu yang mengindikasikan kemungkinan terjadinya kerugian yang lebih tinggi nilainya dari VAR VAR dengan tingkat kepercayaan 95% untuk periode 1 hari dapat diinterpretasikan bahwa potensi kerugian maksimum yang dapat ditoleransi adalah sebesar VAR dengan tingkat kepercayaan 95% atau peluang kerugian yang dialami melebihi VAR dalam waktu satu hari tersebut adalah 5% VAR tidak mengukur kerugian (risiko) maksimum, tetapi VAR mengukur kerugian yang dapat ditoleransi karena VAR menunjukkan jumlah cadangan yang harus disediakan untuk menopang risiko sebsar VAR juga (Sunaryo, 2007: 18) Menurut Penza dan Bansal (2001: 69) perhitungan VAR untuk single asset dengan holding period tertentu adalah sebagai berikut: VA P t (213) Keterangan: 30

48 : Z-score atau nilai variabel normal baku pada tingkat kepercayaan tertentu Misalnya jika ω 5% atau tingkat kepercayaan 95% maka setara dengan 196; dan jika ω 1% atau tingkat kepercayaan 99% maka 233 = volatilitas atau standar deviasi atas return aset pada periode waktu tertentu P = jumlah eksposur atau nilai market value dari aset t = adjustment factor berdasarkan holding period yang dibutuhkan untuk menentukan variance dari return aset Sebagai contoh jika kita ingin menghitung Va secara bulanan sementara kita sudah memiliki harian, maka adjustment factor menjadi 30 Selanjutnya persamaan perhitungan VAR pada suatu portofolio berdasarkan Penza dan Bansal (2001: 255) holding period tertentu adalah: VA p P t (214) Di mana p merupakan standar deviasi atas portofolio pada horizon waktu yang telah ditentukan J Exponentially Weighted Moving Average (EWMA) Metode Exponentially Weighted Moving Average (EWMA) merupakan salah satu pendekatan yang dikembangkan JP Morgan (1994) untuk menghadapi volatilitas data yang tidak konstan Peramalan volatilitas dengan pendekatan EWMA merupakan estimasi terhadap volatilitas di masa yang akan datang, dengan memberikan bobot yang lebih besar pada data observasi terkini dibandingkan dengan data lampau (Dian dkk, 2014: 87) 31

49 Berdasarkan JP Morgan (1996: 78) persamaan untuk meramamalkan volatilitas dengan pendekatan EWMA adalah: t = 2 t-1 (1- ) 2 t-1 (215) Keterangan: = standar deviasi dari return pada waktu t = varians dari return pada waktu t-1 R t-1 = return saham pada waktu t-1 = parameter decay factor Parameter λ (decay factor) menunjukkan skala bobot data dari data terbaru dengan data sebelumnya dengan nilai 0 < < 1 Semakin tinggi nilai pada data imbal hasil terbaru maka semakin besar pengaruh volatilitas sebelumnya (persistence) namun semakin tidak reaktif terhadap informasi pasar imbal hasil terakhir Sebaliknya semakin kecil nilai maka semakin reaktif volatilitas tersebut terhadap informasi pasar imbal hasil sebelumnya (Buchdadi, 2007: 5) Dari JP Morgan (1996: 97) diketahui bahwa decay factor optimal untuk data harian adalah 094, sedangkan untuk data bulanan = 097 K Uji Validitas Model 1 Backtesting Menurut Jorion (2001) dalam Buchdadi (2007: 7) model VAR hanya bermanfaat bila dapat memprediksi risiko dengan baik Keakuratan model VAR yang digunakan dalam mengestimasi potensi kerugian dapat dilihat melalui backtesting Backtesting merupakan proses yang digunakan untuk menguji validitas model pengukuran potensi kerugian (Christianti, 2010: 32

50 157) Backtesting dapat dilakukan dengan menentukan jumlah P/L exception atau failure yaitu jumlah kerugian yang lebih besar dari nilai VaR pada periode waktu tertentu (Murphy, 2008: 196) Menurut Christianti (2010: 158), backtesting berguna bagi pengguna VaR dan manajer risiko untuk menguji apakah peramalan VaR telah terkalibrasi dengan baik VAR yang terlalu rendah menyebabkan investor menghadapi banyak kerugian yang nilainya melebihi VAR Semakin banyak exception maka model tersebut semakin rendah dalam menaksir risiko Model VaR yang belum terkalibrasi dengan baik harus dikaji kembali apakah terdapat kesalahan asumsi parameter atau pemodelan yang belum akurat Model VaR yang tidak valid juga dapat digantikan dengan model pengukuran potensi kerugian lainnya yang lebih valid Adapun pada model yang telah terkalibrasi dengan baik, jumlah kerugian yang lebih besar dari VaR harus sesuai dengan tingkat kepercayaan (confidence level) yang digunakan Hasil validitas backtesting digunakan untuk memperkuat kebijakan penggunaan suatu model tertentu jika ternyata dalam pengujiannya model dinyatakan valid (Christiani, 2010: 158) 2 Kupiec Test Kupiec test merupakan metode yang digunakan untuk memvalidasi backtesting Berdasarkan Kupiec (1995, hal 76 dan 79) terdapat dua pendekatan dalam backtesting, yaitu Verification Test Based on Time Until First Failure (TUFF) dan Performance Tests Based on Proportion of Failure (TNoF) Kupiec test berdasarkan tingkat kegagalan merupakan metode backtesting yang biasa digunakan 33

51 Menurut Putri dkk (2013: 355), kupiec test berdasarkan tingkat kegagalan (failure rate) mengukur jumlah perkecualian apakan konsisten dengan tingkat kepercayaan Kupiec test berdasarkan kegagalan (failure rate) mengukur jumlah perkecualian apakah konsisten dengan tingkat kepercayaan Selain itu, pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah tingkat kegagalan yang teramati berbeda secara signifikan dengan p (1- tingkat kepercayaan VaR) Mengacu pada Kupiec (1995: 79), uji statistik yang digunakan pada TNoF adalah likelihood ratio dengan persamaan sebagai berikut: LR = -2 Log [(1-p * ) n-x (p * ) x ] + 2 Log [(1-[x/n]) n-x (x/n) x ] (216) Keterangan: p * = tingkat kepercayaan atau probabilitas terjadinya kegagalan x = jumlah kesalahan n = jumlah data Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai perhitungan likelihood ratio (LR) dengan nilai critical value (CR) distribusi Chi-square (χ 2 ) Apabila nilai dari LR lebih kecil dari CR, maka hipotesis nol diterima yang menunjukkan bahwa model VAR valid Begitu pula sebaliknya, jika nilai dari LR lebih besar dari CR, maka hipotesis nol ditolak sehingga model VAR tidak valid (Rahmita, 2012: 38) 34

52 L Penelitian Terdahulu Nama No Peneliti (Tahun) 1 Ihsan Kulali (2016) Judul Penelitian Portofolio Optimization Analysis with Markowitz Quadratic Mean- Variance Model Tabel 21 Penelitian Terdahulu Sampel 10 perusahaan dari tiga industri berbeda yang diperdagangka n di Istanbul Stock Exchange (BIST) pada tahun 2015 Metode Penelitian Markowit z meanvariance Hasil Penelitian Dihasilkan portofolio optimal yang dibentuk dari delapan aset dengan bobot yang berbeda Portofolio tersebut memberikan return yang lebih besar dibandingan portofolio dari 10 saham dengan bobot yang sama 2 M Sathyap riya (2016) 3 S Poornim a dan Aruna P Remesh (2015) Optimum Portfolio Construction Using Sharpe Index Model With reference to Infratructure Sector and Pharmaceutica l Sector Construction of optimal portfolio using Sharpe s single index model-a study with reference to banking & IT sector 20 saham yang listing di National Stock Exchange (NSE) dari industri infrastruktur dan farmasi pada tahun perusahaan dari sektor perbankan dan 10 perusahaan dari sektor IT periode Januari Desember 2015 Sharpe Index Model Sharpe s Single Index Model Portofolio optimal terdiri dari saham Dr Reddy 56%, Cipla 26%, Lupin 5%, Ranbaxy 6%, dan Gmr 7% Hasil penelitian menunjukkan sektor farmasi memiliki kinerja yang lebih baik dari pada sektor infrastruktur dengan proporsi dana yang lebih tinggi sebesar 87% Terdapat 3 perusahaan yang terpilih dalam pembentukan portofolio Di mana 2 perusahaan dari sektor perbankan dan sisanya dari sektor IT, antara lain Ramco Systems (50%), Axis Bank (38%), dan Bank of Baroda (12%) 35

53 No Nama Peneliti (Tahun) 4 Faizal Rachma n, Dewi Rachma tin, dan Jarnawi Afghani Dahlan (2015) 5 R Nalini (2014) 6 Dadan Sunanda r (2014) Tabel 21 Penelitian Terdahulu (Lanjutan) Judul Sampel Metode Penelitian Penelitian Penerapan Metode Exponentially Weighted Moving Averag (SV) dalam Perhitungan Risiko Portofolio Saham PT Pindad Persero Optimal Portofolio Costruction Using Sharpe s Single Index Model A Study of Selected Stocks From BSE Analisis Pembentukan Portofolio Optimal dengan Model Markowitz dan 5 saham perusahaan yang dimiliki oleh Dapen PT PINDAD (Persero) pada 1 Juni Juni saham perusahaan yang terdaftar di S&P BSE Sensex Index pada tahun Saham-saham yang masuk dalam indeks IDX30 periode Februari-Juli Mean Variance Portofolio, EWMA, dan Semi Varians Sharpe s Single Index Model Model Markowit z, Model Indeks Tunggal, Value at Hasil Penelitian Data return seluruh saham sampel berdistribusi tidak normal dan volatilitasnya tidak konstan (heteroskedastisitas) Adapun berdasarkan metode EWMA dan SV bahwa VaR saham yang didiversifikasikan menjadi portofolio optimal lebih kecil dibandingkan VaR saham tunggal dan VaR saham yang tidak didiversifikasikan Portofolio optimal menggunakan SIM terdiri dari 4 saham yaitu ITC Limited (7088%), Tata Consultancy Limited (1008%), Dr eddy s Laboratories Ltd (741%), dan Bajaj Auto Limited (163%) Portofolio menghasilkan expected return sebesar 2364% Portofolio optimal dengan Model Indeks Tunggal memiliki kinerja yang lebih baik, dilihat dari nilai Excess Return on 36

54 No Nama Peneliti (Tahun) 7 Hageem Che-Ni (2013) 8 Nurissal ma Alivia Putri, Abdul Hoyyi, dan Diah Safitri (2013) Tabel 21 Penelitian Terdahulu (Lanjutan) Judul Sampel Metode Penelitian Penelitian Analisis Optimalisasi dan Kinerja Portofolio Saham Syariah Perusahaan Kelompok Jakarta Islamic Index di Bursa Efek Indonesia Pengukuran Value at Risk Menggunakan Prosedur Volatility Updating Hull and White Berdasarkan Exponentially Weighted Moving Average (EWMA) (Studi Kasus pada Portofolio Dua Saham) Hasil Penelitian 2014 Risk Value at Risk (EroV) portofolio dengan SIM (022976) yang lebih tinggi dibandingkan ERoV portofolio dengan Model Markowitz (013453) Saham-saham yang konsisten berada di Jakarta Islamic Index (JII) pada tahun Saham Kalbe Farma Tbk dan Lippo Karawaci Tbk Model Markowit z, Single Index Model, Treynor, Sharpe, Jensen, dan Rasio Informasi Mean Variance Efficient Portfolio (MVEP), EWMA, dan Backtestin g Pembentukan portofolio optimal yang dihasilkan oleh Model Markowitz lebih baik dari pada menggunakan Single Index Model dilihat dari nilai pengukuran kinerja yang lebih tinggi yaitu treynor 36528, sharpe , jensen 2016, dan rasio informasi Perhitungan Value at Risk menggunakan prosedur volatility updating Hull and White berdasarkan EWMA dapat diterapkan pada data tidak berdistribusi normal dan heteroskedastisitas Perhitungan VaR dengan EWMA valid atau konsisten dengan data pada tingkat kepercayaan 95% dan 99% 37

55 No Nama Peneliti (Tahun) 9 Muham met Bozkaya (2013) 10 Hussain Ali Bekhet dan Ali Matar (2012) Tabel 21 Penelitian Terdahulu (Lanjutan) Judul Sampel Metode Penelitian Penelitian Comparison of Value at Risk Models and Forecasting Realized Volatility by Using Intraday Data Risk Adjusted Performance: A two-model Approach Application in Amman Stock Exchange Tiga indeks pasar saham di Amerika Serikat antara lain Standard&Poo r s (S& 500), Dow Jones Industrial Average (DJI) dan NASDAQ Composite Index (NASDAQ) 115 perusahaan yang listing di Amman Stock Exchange (ASE) selama periode Moving Average (MA), Exponenti ally Weighted Moving Average (EWMA), Generaliz ed AutoRegr essive Condition al Heteroske dasticity GARCH (1,1), dan Historical Simulatio n Model Markowit z, Single Index Model, dan ANOVA Hasil Penelitian a Return saham berdistribusi tidak normal b Estimasi volatilitas menggunakan EWMA dan GARCH dengan volatilitas benchmark bergerak secara bersama-sama Akan tetapi, volatilitas dengan EWMA lebih mendekati benchmark c Pendekatan MA memberikan estimasi VaR terbaik pada holding period selama 5 menit dan 10 menit dibandingkan historical simulation, GARCH, dan EWMA Tidak ada perbedaan yang signifikan atas variance portofolio dengan Model Markowitz dan Single Index Model Adapun perubahan jumlah saham tidak berpengaruh terhadap hasil perbandingan di antara kedua model portofolio 38

56 No Nama Peneliti (Tahun) 11 Ari Christia nti (2010) 12 Agung Dharma wan Buchda di (2007) 13 Rajan Bahadur Paudel (2006) Tabel 21 Penelitian Terdahulu (Lanjutan) Judul Sampel Metode Penelitian Penelitian Risiko Pasar: Perbandingan Model EWMA dan GARCH Pada Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar Perhitungan Value at Risk Portofolio Optimum Saham Perusahaan Berbasis Syariah Dengan Pendekatan EWMA (Studi Empiris Terhadap Saham-Saham Yang Tergabung Dalam JII Selama ) Application of Markowitz and Sharpe Models in Nepalese Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar US pada 03 Januari Februari saham yang tergabung dalam JII selama periode 1 Januari Desember saham pada sektor keuangan, jasa, dan Model EWMA, GARCH, dan Backtestin g Model Markowit z, EWMA, dan TNoF Markowit z dan Sharpe Model Hasil Penelitian Model GARCH lebih baik dalam mengukur volatilitas dibandingkan model EWMA Akan tetapi, kedua model belum dapat memprediksi risiko dengan baik karena jumlah exception berada di atas 5% dan 1% (tingkat kepercayaan 95% dan 99%) Imbal hasil portofolio optimum pada saham JII bersifat homoscedastic, akan tetapi beberapa saham komponen penyusun portofolio tersebut bersifat heteroscedastic Kemudian, model EWMA dapat memprediksi risiko dengan baik pada tingkat kepercayaan 95% Adapun penggunaan dengan risk metrics lebih baik dibandingkan dengan menggunakan optimasi perhitungan dalam menghitung VAR harian Kurva efficient frontier yang terbentuk terdiri dari 4 portofolio Portofolio 39

57 No Nama Peneliti (Tahun) Tabel 21 Penelitian Terdahulu (Lanjutan) Judul Sampel Metode Penelitian Penelitian Stock Market industri yang diperdagangka n di Nepalese Stock Exchange (NEPSE) pada Mei 2006 Hasil Penelitian yang terdiri atas SCBNI 268% dan YFL 732% memberikan kinerja terbaik dengan indeks sharpe 1201 dan indeks treynor Adapun portofolio optimal menggunakan sharpe model terdiri dari saham TFL 55%, CIT 2191%, HBL 766%, NICL 411%, dan SCBNL 1052% menghasilkan return 3019%, standar deviasi 1978 dan CV Agul Bayuma shudi (2006) Analisis Pembentukan Portofolio Optimum Menggunakan Pemilihan Portofolio Markowitz Terhadap Saham-Saham LQ-45 di Bursa Efek Jakarta Saham-saham yang selalu masuk kategori LQ- 45 selama periode Metode Markowit z Dihasilkan portofolio optimal expected return 3,99% dan standar deviasi 11,36% Ukuran kinerja portofolio tersebut berdasarkan indeks treynor (2,09), sharpe (0,26) jensen alpha (1,57) dan information ratio (0,83) 40

58 M Kerangka Pemikiran Gambar 21 Kerangka Pemikiran Daftar Saham LQ 45 Periode Agustus Juli 2016 Memilih saham yang selalu masuk LQ 45 selama periode Agustus Juli 2016 Menyeleksi hanya saham yang memberikan return positif Model Markowitz Portofolio Optimal dengan Model Markowitz Single Index Model Portofolio Optimal dengan Single Index Model Indeks Sharpe Indeks Treynor Indeks Jensen Portofolio Optimal dengan kinerja terbaik Uji Normalitas Uji Stasioner Uji Heteroskedastisitas Tidak Differencing Ya Tidak Ya Tidak tabel Z score ornish Fisher Expansion Ya WMA Standar Value at Risk Validasi dengan Kupiec Test TNoF Kesimpulan 41

59 N Hipotesis Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan landasan teori maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1 Hipotesis Pertama: H 01 : Model Markowitz lebih baik kinerjanya dibandingkan Single Index Model dalam pembentukan portofolio optimal Ha 1 : Single Index Model lebih baik kinerjanya dibandingkan Model Markowitz dalam pembentukan portofolio optimal Ha 4 :, data return bersifat heteroskedastisitas 2 Hipotesis Kedua: H 02 : Model Value at Risk (VaR) yang digunakan valid Ha 2 : Model Value at Risk (VaR) yang digunakan tidak valid 42

60 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini akan menganalisis saham-saham yang dibentuk menjadi suatu portofolio yang optimal berdasarkan metode Single Index Model dan Model Markowitz Kemudian penelitian akan membandingkan kinerja portofolio optimal yang telah dibentuk dari kedua metode tersebut menggunakan Indeks Sharpe, Treynor, dan Jensen Portofolio saham dengan kinerja terbaik akan diukur risikonya menggunakan Value at Risk (VaR) dengan pendekatan Exponentially Weighted Moving Average (EWMA) Selanjutnya model VaR yang digunakan akan diuji validitasnya melalui Kupiec Test dengan pendekatan Performance Tests Based on Proportion of Failure (TNoF) Adapun saham yang digunakan dalam penelitian adalah saham yang terdaftar dalam BEI dan masuk kategori LQ 45 Kriteria saham yang masuk ke dalam kategori LQ 45 adalah saham yang memiliki likuiditas yang tinggi, memiliki kapitalisasi pasar yang besar dan paling aktif diperdagangkan Dengan kata lain, saham-saham tersebut merupakan saham unggulan dan berkinerja baik sehingga tepat digunakan untuk membentuk portofolio yang paling optimal Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data harga saham penutupan harian, tingkat suku bunga bebas risiko berupa data SBI selama periode Agustus 2011-Juli 2016, dan harga penutupan harian 43

61 IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) Pengelolaan data menggunakan alat bantu program komputer (software) SPSS 22, E-Views 8, dan Microsoft Excel B Model Penentuan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah saham-saham yang masuk dalam kategori Indeks LQ 45 selama periode Agustus 2011-Juli 2016 Indeks tersebut terdiri dari 45 saham dengan likuiditas yang tinggi dan kapitalisasi terbesar Komposisi saham yang masuk dalam indeks LQ 45 selalu dievaluasi setiap enam bulan sekali sehingga komposisi saham tersebut dapat berbeda-beda tiap semester Saham-saham yang tidak memenuhi syarat akan dikeluarkan dan saham baru yang memenuhi syarat akan dimasukkan Sahamsaham yang keluar dari LQ 45 masih dapat masuk kembali jika telah memenuhi syarat Teknik yang digunakan dalam penentuan sampel adalah Purposive Sampling, di mana sampel penelitian ditentukan berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu Adapun kriteria yang digunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain sebagai berikut: 1 Saham-saham yang terdaftar di Indeks LQ 45 selama periode Agustus Juli Saham-saham yang selalu masuk kategori LQ 45 selama periode Agustus 2011-Juli 2016 berturut-turut Berdasarkan hasil penyeleksian, terdapat 22 saham yang memenuhi syarat untuk menjadi sampel penelitian Adapun daftar saham yang dijadikan sebagai sampel penelitian dapat dilihat dalam tabel 42 berikut ini 44

62 Tabel 3 1 Daftar Saham LQ 45 Periode Agustus 2011-Juli 2016 No Kode Nama Saham 1 AALI Astra Agro Lestari Tbk 2 ADRO Adaro Energy Tbk 3 ASII Astra International Tbk 4 BBCA Bank Central Asia Tbk 5 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 6 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) 7 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 8 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk 9 GGRM Gudang Garam Tbk 10 ICBP Indofood CPB Sukses Makmur Tbk 11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 12 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk 13 JSMR Jasa Marga (Persero) Tbk 14 KLBF Kalbe Farma Tbk 15 LPKR Lippo Karawaci Tbk 16 LSIP PP London Sumatera Indonesia 17 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk 18 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam (Persro) Tbk 19 SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk 20 TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk 21 UNTR United Tractors Tbk 22 UNVR Unilever Indonesia Tbk Sumber: Data diolah C Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melainkan melalui media perantara yang diperoleh dan dicatat oleh pihak lain Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain: 1 Daftar saham yang selalu masuk ke dalam Indeks LQ 45 selama periode Agustus 2011-Juli

63 2 Data penutupan harga saham harian 1 bulanan selama periode 1 Agustus Juli Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) harian selama periode Agustus 2011-Juli Data penutupan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) harian selama periode 1 Agustus Juli 2016 Peneliti melakukan browsing di internet dan mengunjungi berbagai situs yang menyediakan data yang diperlukan Adapun data tersebut diperoleh melalui situs Yahoo! Finance dengan url situs situs dan situs Bank Indonesia dengan url D Metode Analisis Data 1 Pembentukan Portofolio Optimal dengan Single Index Model Pengukuran yang digunakan untuk membentuk portofolio optimal dengan Single Index Model dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a Actual return dan expected return saham Actual return saham dapat dicari menggunakan persamaan sebagai berikut (Ahmad, 2004: 104): Ri = t - t-1 t-1 Keterangan: Ri : Return realisasi saham periode t (31) Pt P t-1 : Harga saham periode t : Harga saham periode sebelumnya 46

64 Adapun expected return dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Halim, 2015: 44): E(R i ) = n j 1 ( i) N (32) Keterangan: E(Ri) = expected return dari investasi saham i Ri = actual return dari investasi pada saham i n = banyaknya peristiwa yang terjadi b Return pasar dan expected return pasar Return pasar merupakan tingkat pengembalian pasar yang dicerminkan melalui Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Return pasar dapat dihitung dengan rumus (Utamayasa dan Wiagustini, 2016: 3915): Rm = Keterangan: t- t-1 t-1 (33) R m = return pasar IHSG t = indeks harga saham gabungan periode t IHSG t-1 = indeks harga saham gabungan periode t-1 Adapun expected return pasar dapat dihitung dengan menggunakan rumus: E(R m ) = n j 1 ( ) N Keterangan: (34) E(Rm)= expected return pasar Rm = return pasar n = banyaknya peristiwa yang terjadi 47

65 c Standar deviasi saham dan standar deviasi pasar Standar deviasi merupakan akar kuadrat dari varians Standar deviasi dapat digunakan untuk mengukur risiko antara expected return dan actual return Standar deviasi suatu saham dapat dicari dengan rumus (Halim, 2015: 51): i = n j 1 { - ( ) 2 Keterangan: i = standar deviasi saham i (35) Ri = actual return dari investasi pada saham i E(Ri) = expected return dari investasi saham i n = banyaknya peristiwa yang mungkin terjadi Adapun standar deviasi pasar dapat dicari dengan rumus: m = n j 1 { m- ( ) 2 (36) Keterangan: m = standar deviasi pasar R m = return pasar E(R m )= expected return pasar n = banyaknya peristiwa yang mungkin terjadi d Beta saham Beta ( ) merupakan koefisien yang mengukur sensitifitas perubahan return saham terhadap return pasar dan menunjukkan risiko sistematis Beta dapat dicari menggunakan bantuan program SPSS atau dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Husnan, 2005: 108): 48

66 β i = i,m m 2 (37) Keterangan: i = beta saham i i,m = kovarians return antara saham i dengan return pasar m 2 = varians return pasar e Alpha saham Alpha ( ) merupakan variabel yang independen dan tidak dipengaruhi oleh return pasar Alpha dapat dicari menggunakan bantuan program SPSS atau dengan rumus sebagai berikut (Husnan, 2005: 108): Keterangan: ( ) ( ) (38) = alpha saham i = beta saham i ( )= rata-rata return dari indeks pasar ( ) = rata-rata return dari saham i f Varians dari kesalahan residu Varians dari kesalahan residu menunjukkan risiko tidak sistematis yang unik terjadi di dalam perusahaan, yang dapat dihitung dengan persamaan (Nalini, 2014: 87): Keterangan: = varians dari kesalahan residu = varians saham i (39) 49

67 = beta saham = varians return saham g Return aset bebas risiko Pada penelitian ini, return aset bebas risiko diwakilkan dengan tingkat suku bunga SBI harian selama periode Agustus 2011-Juli 2016 Berdasarkan Yulandari (2014: 68), Rf harian dapat dicari dengan merataratakan tingkat suku bunga SBI dengan 360 hari h Excess Return to Beta (ERB) Excess Return to Beta (ERB) merupakan selisih antara expected return dan return aset bebas risiko yang kemudian dibagi dengan beta dengan rumus (Fakhruddin dan Hadianto, 2001: 193): ERB i = ( i ) (310) Keterangan: i = excess return to beta saham i ( i ) = expected return saham i = return aset bebas risiko β = beta saham i i Cut off point (C*) Cut Off Point (C*) merupakan titik pembatas yang digunakan untuk menentukan apakah suatu saham dapat dimasukkan ke dalam portofolio atau tidak Cut Off Point (C*) merupakan nilai terbesar dari nilai-nilai titik pembatas (Ci) saham yang menjadi kandidat portofolio 50

68 Saham yang masuk ke dalam portofolio adalah saham yang memiliki ERB C* Nilai Ci dapat dihitung dengan terlebih dahulu menghitung nilai Ai dan Bi untuk masing-masing sekuritas ke-i sebagai berikut (Fakhruddin dan Hadianto, 2001: 194): A i = ( i ) (311) dan i = (312) Di mana: = varians dari kesalahan residu Adapun Ci dicari dengan rumus (Fakhruddin dan Hadianto, 2001: 194): C i = i i (313) Di mana: m 2 = varians return pasar Ci adalah nilai C untuk saham ke-i yang dihitung dari akumulasi nilainilai A1 sampai dengan Ai dan nilai-nilai B1 sampai dengan Bi Misalnya C 3 menunjukkan nilai C untuk saham ke-3 yang dihitung dari akumulasi A 1, A 2, dan A 3 serta B 1, B 2, dan B 3 j Proporsi saham ke-i Proporsi saham ke-i (W i ) merupakan proporsi dana masing-masing saham dalam portofolio yang dapat dihitung dengan rumus (Utamayasa dan Wiagustini, 2016: 3919): W i = (314) Adapun nilai Zi dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut: 51

69 Z i = (ERB - C*) (315) Keterangan: W i = proporsi saham i k = jumlah saham di portofolio optimal i = beta saham i = variance dari kesalahan residu sekuritas i = excess return to beta saham ke-i C* = nilai cut-off-point k Menghitung expected return portofolio Expected return portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari return individual masing-masing saham pembentuk portofolio, dapat dihitung dengan rumus (Husnan, 2005: 107): ( p ) p p ( m ) (316) Keterangan: ( ) = expected return portofolio = alpha portofolio = beta portofolio ( ) = expected return pasar Alpha portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari alpha tiap saham yang dapat dicari dengan rumus (Husnan, 2005: 106): ( ) (317) Keterangan: = alpha portofolio = proporsi atau bobot sekuritas i 52

70 = alpha sekuritas i Adapun beta portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari beta tiap sekuritas yang dapat dihitung dengan rumus (Husnan, 2005: 106): ( ) (318) Keterangan: = beta portofolio = proporsi atau bobot sekuritas i = beta sekuritas i l Risiko portofolio Risiko portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari seluruh risiko tunggal yang dapat dihitung dengan rumus (Husnan, 2005: 107) β (319) Keterangan: = varians portofolio β = risiko yang berhubungan dengan pasar =rata-rata tertimbang dari risiko unik masing-msaing perusahaan Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam membentuk portofolio optimal menggunakan Single Index Model: a Menghitung actual return, expected return, dan standar deviasi saham Saham dengan expcted return positif atau E(Ri) > 0 akan dimasukkan ke tahap selanjutnya sedangkan saham dengan expected return negatif atau E(Ri) < 0 tidak akan diikutsertakan di tahap berikutnya 53

71 b Menghitung actual return, expected return, dan standar deviasi pasar c Menghitung alpha, beta, dan varians dari kesalahan residu d Menghitung return aset bebas risiko e Menghitung excess return to beta (ERB) kemudian mengurutkannya dari ERB yang terbesar hingga yang terkecil Saham dengan nilai ERB positif atau ERB > 0 dimasukkan ke dalam tahap selanjutnya, sedangkan saham dengan ERB negatif atau ERB < 0 tidak diikutsertakan f Menghitung cut-off-point (C*) Saham dengan nilai ERB > C* akan dijadikan sebagai kandidat portofolio optimal g Menghitung proporsi masing-masing saham h Menghitung expected return portofolio i Menghitung standar deviasi portofolio 2 Pembentukan Portofolio Optimal dengan Model Markowitz Pada metode Efficient Frontier Markowitz, pengolahan data dilakukan dengan bantuan program komputer Microsoft Excel Program tersebut mempunyai fitur berupa Solver yang berguna untuk memberikan solusi nilai pada sebuah formulasi linear programming dengan menentukan kriteria nilai dengan beberapa constrains atau batasan rumusan formulasi a Menghitung expected return dan standar deviasi saham Expected return masing-masing saham dapat diketahui dengan menggunakan rumus sesuai dengan persamaan 32 Expected return tiap saham juga bisa dicari dengan menggunakan software Microsoft Excel dengan fungsi =AVERAGE (range) di mana range merupakan sel yang berisi return saham i selama 1204 periode Sama seperti pada single 54

72 index model, saham dengan expcted return positif atau E(Ri) > 0 akan dimasukkan ke tahap selanjutnya Adapun standar deviasi masing-masing saham dapat dicari menggunakan persamaan 35 atau dengan fungsi =STDEV (range) pada Excel b Membuat matriks korelasi saham Koefisien korelasi ( ) menunjukkan keeratan hubungan suatu variabel dengan variabel lain, dimana nilainya bergerak antara -1 sampai +1 Untuk mencari koefisien korelasi antara dua saham dapat digunakan software Excel dengan fungsi =CORREL(range1,range2) di mana range 1 merupakan kolom sel yang berisi data return saham 1 selama 1204 hari dan ramge 2 merupakan data return saham 2 selama 1204 hari Korelasi antar saham dapat disajikan dalam bentuk matriks dengan format sebagai berikut: Tabel 31 Matriks Korelasi Saham Korelasi ( ) Saham 1 Saham 2 Saham n Saham 1 Saham 2 Saham n c Membuat matriks kovarian saham Kovarian mengukur besarnya perubahan return satu saham dengan saham lainnya secara bersama-sama Semakin besar kovarian, maka semakin kuat hubungan dan saling pengaruh antara kedua return saham tersebut (Zubir, 2013: 26) 55

73 Kovarian antar saham merupakan perkalian antara koefisien saham 1 dan 2, standar deviasi saham 1 dan standar deviasi saham 2, yang dapat dihitung dengan persamaan 28 Kovarian juga dapat dicari menggunakan program Excel dengan fungsi =COVAR(range1,range2) di mana range 1 merupakan kolom sel yang berisi data return saham 1 selama 1204 periode dan range 2 data return saham 2 selama 1204 periode Kovarian antar saham kemudian disusun dalam bentuk matrik sebagai berikut: Tabel 32 Matriks Kovarian Saham Kovarian Saham 1 Saham 2 Saham n Saham 1 COV(1,1) COV(1,2) COV(1,n) Saham 2 COV(2,1) COV(2,2) COV(2,n) Saham n COV(n,1) COV(n,2) COV(n,n) d Mencari portofolio dengan bobot saham yang sama Pada awalnya, proporsi setiap saham yang dapat menghasilkan portofolio optimal masih belum diketahui, sehingga masing-masing saham diberikan bobot yang sama dengan syarat jumlah seluruh bobot saham sama dengan satu (ΣW 1) Expected return portofolio adalah jumlah dari expected return saham dikalikan dengan bobot masing-masing saham, yang dapat dicari dengan rumus (Halim, 2015: 46): n ( ) j 1 ( i )(W i ) (320) Keterangan: E(Rp) = expected return portofolio 56

74 E(Ri) = expected return dari investasi saham i Wi = proporsi dana yang diinvestasikan pada saham i Standar deviasi portofolio dapat dicari dari akar kuadrat varians portofolio atau dengan persamaan berikut ini (Markowitz, 1952: 83): Keterangan: (321) = variance portofolio = bobot saham i = bobot saham j = kovarian antara saham i dan j Untuk memudahkan dalam menghitung varians portofolio, maka dibuat matriks dengan format sebagai berikut: Tabel 33 Matriks Varians Kovarians Variance Saham Saham 1 Saham 2 Saham n Saham Bobot w 1 w 2 Wn Saham 1 w1 w 1 *w 1 *Cov(1,1) w 1 *w 2 *Cov(1,2) w 1 *w n *Cov(1,n) Saham 2 w2 w 1 *w 2 *Cov(2,1) w 2 *w 2 *Cov(2,2) w 2 *w n *Cov(2,n) Saham n Wn w 1 *w n *Cov(n,1) w 2 *w n *Cov(n,2) wn*wn*cov(n,n) Jumlah ( ) ( ) ( ) Varian portofolio merupakan hasil penjumlahan dari perhitungan pada matriks di atas e Mencari portofolio efisien dengan bobot saham yang berbeda Portofolio yang efisien yaitu portofolio yang memberikan tingkat keuntungan yang sama dengan risiko yang lebih rendah atau dengan risiko yang sama tetapi memberikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi (Husnan, 2005: 69) Pada penelitian ini, matriks variance covariance 57

75 yang telah dibuat pada tahap sebelumnya akan digunakan untuk mencari portofolio yang memberikan expected return tertentu dan standar deviasi minimum dengan bantuan program Solver Berdasarkan asumsi tersebut, target cells yang digunakan yaitu meminimalkan nilai standar deviasi portofolio yeng terbentuk Adapun beberapa contrains atau batasan yang dipakai adalah: 1) Jumlah seluruh w adalah satu (w total =1) 2) Masing-masing w saham nilainya lebih besar atau sama dengan nol (w i 0) untuk menghindari terjadinya short sales 3) Expected return portofolio sama dengan target return yang diharapkan (E(Rp) = E*) Setelah target cells dan constrains ditentukan, maka solver akan menentukan bobot masing-masing saham yang telah ditentukan Data hasil pengolahan menggunakan solver dicatat untuk kemudian diulangi kembali sehingga jumlahnya cukup agar dapat membentuk kurva efficient frontier f Membuat kurva efficient frontier Kurva efficient frontier merupakan kurva yang menggambarkan hubungan antara expected return potofolio dan volatilitas portofolio (Ravipat, 2012: 5) Oleh karena itu, expected return dan standar deviasi portofolio yang telah didapatkan sebelumnya kemudian di plotting pada grafik untuk membentuk kurva minimum-variance frontier 58

76 g Menentukan portofolio optimal Portofolio optimal merupakan portofolio yang mampu memaksimalkan nilai slope (tingkat kemiringan) pada garis Capital Allocation Line (CAL) (Bayumashudi, 2006: 53) Slope pada garis CAL merupakan perbandingan antara excess return dengan (E(rp)-Rf) dengan risiko totalnya ( p) Slope pada garis CAL disebut juga dengan rewardto-variability ratio atau sharpe ratio Portofolio optimal dapat dicari dengan bantuan solver dengan target cells memaksimalkan nilai CAL slope dan mengubah sel bobot setiap saham Adapun constrains (batasan) yang digunakan adalah jumlah seluruh bobot saham adalah satu (w total =1) dan masing-masing bobot saham nilainya lebih besar atau sama dengan nol (w i 0) Setelah nilai CAL slope maksimal didapatkan, maka akan diketahui bobot setiap saham, expected return portofolio, standar deviasi portofolio optimal 3 Perbandingan Kinerja Portofolio Optimal antara Single Index Model dengan Model Markowitz Portofolio optimal yang telah diperoleh dari metode Single Index Model dan Efficient Frontier Markowitz kemudian dihitung kinerjanya untuk melihat metode mana yang menghasilkan kinerja paling baik Adapun metode pengukuran kinerja portofolio yang digunakan antara lain: a Indeks Sharpe, dapat dihitung dengan rumus (Hadi, 2013: 219): S = p- f p (322) Keterangan: 59

77 S Rp Rf p = nilai rasio sharpe = rata-rata return portofolio = rata-rata risk free rate = total risiko atau standar deviasi portofolio b Indeks Treynor, dapat dihitung dengan rumus (Hadi, 2013: 219): T = p- f βp Keterangan: T = nilai rasio treynor (323) Rp Rf βp = rata-rata return portofolio = rata-rata risk free rate = beta atau risiko sistematik suatu portofolio c Indeks Jensen, dapat dihitung dengan rumus (Hadi, 2013: 219): - ( ( m- f)) (324) Keterangan: = nilai rasio jensen Rp Rf Rm β = rata-rata return portofolio = rata-rata risk free rate = rata-rata return pasar = beta atau risiko sistematik suatu portofolio 4 Pengukuran Risiko Saham dengan Metode VaR a Pengujian Statistik Data Return Saham ada perhitungan risiko menggunakan metode Va, diperlukan nilai (volatility) dan (nilai variabel normal baku pada tingkat kepercayaan tertentu) Untuk menentukan nilai dan, diperlukan pengujian terlebih 60

78 dahulu terhadap data return masing-masing saham dan portofolio Pengujian tersebut dilakukan untuk melihat bagaimana karakteristik data return masing-masing saham dan portofolio tersebut Adapun pengujian yang dilakukan adalah: 1) Uji Stasioner Sebelum melakukan analisis, kita harus mengetahui terlebih dahulu apakah data return saham dan portofolio yang digunakan sudah stasioner Pengujian stasioner dilakukan untuk menentukan apakah data return memiliki kecenderungan mean dan variance yang konstan sepanjang waktu Untuk menguji stasioneritas data, penelitian ini menggunakan Augmented Dickey Fuller (ADF) test dengan bantuan program E-views 8 Data yang tidak stasioner bila diregresi akan mudah menyebabkan regresi lancung Oleh sebab itu, data yang tidak stasioner harus diubah menjadi stasioner Perubahan data yang tidak stasioner menjadi stasioner dapat dilakukan dengan cara diferensiasi Pada tingkat diferensiasi pertama, biasanya data sudah menjadi stasioner Akan tetapi, jika pada diferensiasi pertama data belum stasioner, kemungkian besar pada diferensiasi kedua data sudah stasioner (Winarno, 2011: 117) Hipotesis penelitian: Ho: δ Ha: δ 0 (data return bersifat tidak stasioner) 0 (data return brsifat stasioner) 61

79 Pengujian stasioneritas data dapat dilakukan dengan membandingkan nilai signifikansi probabilitas dengan 5% atau dengan membandingkan nilai absolute t-statistic antara tes statistik ADF dengan nilai critical value 5% Uji statistik yang digunakan adalah sebagai berikut: Jika p 5% atau nilai ADF < CF 5%, maka H 0 ditolak atau data stasioner Jika p 5% atau nilai ADF > CF 5%, maka H 0 diterima atau data tidak stasioner 2) Uji Normalitas Salah satu asumsi dalam analisis statistika adalah data berdistribusi normal Alat analisis yang dapat digunakan untuk menguji normalitas data yaitu dengan menggunakan histogram dan uji Jarque-Bera Akan tetapi, seringkali pola pada gambar histogram tidak mengikuti bentuk kurva normal sehingga sulit disimpulkan sehingga lebih mudah jika melihat koefisien Jarque-Bera dan Probabilitasnya Jarque-Bera adalah uji statistik untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal uji ini mengukur perbedaan skewness dan kurtosis data dan dibandingkan dengan apabila datanya berdistribusi normal (Winarno, 2011: 537) Rumus yang digunakan: Jarque-Bera = - ( ( - ) ) (325) Keterangan: S = skewness 62

80 K = kurtosis k = banyaknya kofisien yang digunakan Hipotesis penelitian: Ho: data return berdistribusi normal Ha: data return tidak berdistribusi normal Adapun uji statistik yang digunakan adalah sebagai berikut: Jika p 5% atau nilai JB > nilai Chi-Square (χ 2 ), maka H 0 ditolak atau data return tidak berdistribusi normal Jika p 5% atau JB < nilai Chi-Square (χ 2 ), maka H 0 diterima atau data berdistribusi normal Apabila data return berdistribusi normal, maka nilai yang dipaka sesuai tabel Z (pada tingkat kepercayaan 95%, =1,65) Akan tetapi, apabila return berdistribusi tidak normal maka digunakan pendekatan Cornish Fisher Expansion untuk mengoreksi nilai (Buchdadi, 2007: 6) yaitu: - ( ) (326) Keterangan: = Tingkat kepercayaan ζ = Koefisien skewness 3) Uji Heteroskedastisitas Salah satu asumsi yang harus dipenuhi adalah homogenitas variansi dari error (homoskedastisitas) Homoskedastisitas berarti memiliki varians yamg konstan, tetapi jika penyebaran variansnya 63

81 tidak konstan maka disebut heteroskedastisitas (Rachman dkk, 2015: 45) Pada kenyataannya, nilai residual sulit memiliki varian yang konstan Hal ini sering terjadi pada data yang bersifat data silang (cross section) dibanding data runtut waktu Sebagai contoh dalam penelitian yang menyangkut data keuangan perusahaan, akan terjadi perbedaan angka yang cukup besar antara perusahaan besar dan perusahaan kecil (Winarno, 2011: 58) Metode yang digunakan pada penelitian ini untuk mengidentifikasi ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu melalui uji white dengan bantuan E-Viwes 8 Hipotesis penelitian: Ho: Ha: bersifat homoskedastisitas bersifat heteroskedastisitas Adapun pengujian statistik yang digunakan adalah sebagai berikut: Jika probability F-statistics 5%, maka H 0 ditolak atau bersifat heteroskedastisitas, sehingga volatilitas dihtiung dengan pendekatan EWMA Jika probability F-statistics 5%, maka H 0 diterima atau bersifat homoskedastisitas, sehingga volatilitas dihtiung dengan rumus standar deviasi biasa b Estimasi Volatilitas dengan Metode EWMA Volatilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar harga berfluktuasi dalam suatu periode waktu Volatilitas dari 64

82 pengembalian harga saham mempresentasikan risiko pengembalian harga saham tersebut (Yunarti, 2012: 103) Volatilitas yang konstan dari waktu ke waktu disebut homoskedastisitas, sedangkan volatilitas yang tidak konstan disebut heteroskedastisitas Volatilitas yang bersifat homoskedastisitas dapat dihitung dengan rumus standar deviasi biasa seperti dalam persamaan 24 Sedangkan volatilitas yang heteroskedastisitas dapat dihitung menggunakan pendekatan EWMA Metode EWMA melakukan estimasi volatilitas dengan memberikan bobot pengaruh yang lebih besar terhadap volatilitas data terbaru (Buchdadi, 2007: 5) Estimasi volatilitas dengan metode EWMA dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 215 Dalam estimasi volatilitas WMA, perlu ditentukan nilai (decay factor atau faktor peluruh) untuk melakukan pembobotan terhadap presentasi perubahan yang terjadi setiap harinya selama satu periode Berdasarkan JP Morgan (1996: 100) decay factor optimal untuk data harian sebesar 094 sedangkan untuk data bulanan nilai sebesar 097 Adapun penelitian ini menggunakan nilai sebesar 094 yang dianjurkan JP Morgan karena menggunakan data harian c Perhitungan Nilai VaR Penelitian ini akan mengukur Value at Risk (VaR) pada portofolio optimal dan saham pembentuknya VaR pada saham pembentuk portofolio optimal dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (213) VA t Sedangkan VaR portofolio optimal dihitung brdasarkan 65

83 persamaan (214) VA p P t Tingkat kepercayaan yang digunakan sebesar 95% dengan holding periode selama satu hari Di mana nilai VaR akan disajikan dalam bentuk rupiah d Uji Validitas VaR Uji validitas model VaR pada penelitian ini dilakukan dengan backtesting menggunakan Total Number of Failure (TNoF) pada 1204 observasi dari tanggal 2 Agustus Agustus 2016 Pengujian tersebut dilakukan untuk mengetahui sejauh mana model VaR dapat memprediksi potensi kerugian yang terjadi Setelah peneliti melakukan perhitungan VaR atas saham tunggal dan portofolio optimal maka langkah yang harus dilakukan dalam uji validitas VaR adalah sebagai berikut: 1) Menghitung Actual Profit and Loss (P/L) untuk mengetahui berapa besar kerugian aktual yang terjadi pada hari tersebut dengan persamaan sebagai berikut: P&L = V 0 x R t (327) Keterangan: V 0 = exposure atau posisi saham pada hari t R t = return saham pada hari t 2) Melakukan proses Backtesting Proses backtesting dilakukan dengan membandingkan nilai VaR dengan actual P/L Berdasarkan hasil backtesting diketahui jumlah 66

84 failure yaitu berapa banyak nilai actual P/L lebih besar dari nilai VaR yang sudah diestimasi 3) Melakukan pengujian dengan Kupiec Test berdasarkan TNoF Uji Kupiec berdasarkan TNoF dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan (216) Jumlah failure yang telah dihitung oleh peneliti dimasukkan ke dalam persamaan tersebut untuk melihat sejauh mana kegagalan dalam mengestimasi kerugian (failure) masih dapat diterima pada tingkat kepercayaan tertentu berikut: Adapun pengujian statistik yang dilakukan adalah sebagai a) Jika LR > nilai critical value, maka H 0 ditolak atau model tidak valid b) Jika LR < nilai critical value, maka H 0 diterima atau model valid E Operasional Variabel Penelitian Tabel 34 Operasional Variabel Penelitian No Variabel Keterangan Indikator 1 Return saham tunggal (Ri) Return saham merupakan selisih antara harga saham periode t dengan harga saham periode t-1 dibagi dengan harga saham periode t-1 Return pasar merupakan selisih 2 Return pasar (R m ) antara harga IHSG periode t dengan harga IHSG periode t-1 dibagi t t 1 t 1 dengan harga IHSG periode t-1 67

85 Tabel 34 Operasional Variabel Penelitian No Variabel Keterangan Indikator 3` Return portofolio (Rp) Return portofolio adalah penjumlahan dari return saham dikalikan dengan bobot masingmasing saham n i i j 1 68

86 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A Gambaran Umum Objek Penelitian 1 Indeks Harga Saham Gabungan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau disebut juga Indonesia Composite Index atau IDX Composite merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh BEI Indeks ini diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham di BEI Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI Hari dasar yang dipergunakan untuk perhitungan IHSG tersebut adalah pada 10 Agustus 1982 dengan jumlah saham yang tercatat sebanyak 13 saham Adapun jumlah emiten yang tercatat di BEI pada saat ini sebanyak 547 emiten Data pergerakan IHSG selama Agustus 2011 sampai Juli 2016 dapat dilihat dari tabel 41 berikut ini Tabel 41 Data Pergerakan IHSG Periode Agustus 2011-Juli 2016 Date High Low Close 01/08/ /08/ /07/ /07/ /07/ Sumber: Yahoo Finance, data diolah 69

87 Pada tabel di atas terlihat bahwa seiring dengan perkembangan pasar, IHSG mengalami periode naik dan turun Jika digambarkan dalam bentuk grafik, pergerakan IHSG selama periode pengamatan ditunjukkan pada gambar 41 berikut ini 6000 Gambar 41 Pergerakan IHSG Periode Agustus 2011-Juli /1/2011 8/1/2012 8/1/2013 8/1/2014 8/1/2015 Sumber: Data diolah Dari gambar 41 di atas ditunjukkan bahwa pergerakan IHSG selama lima tahun sejak Agustus 2011 sampai dengan Juli 2016 berfluktuatif dengan rentang yang tidak terlalu besar Kemudian secara umum, perkembangan IHSG menunjukkan kinerja yang positif dan mengalami peningkatan selama periode penelitian IHSG mencapai posisi tertinggi pada 7 April 2015 dengan harga penutupan sebesar Sedangkan level terendahnya sebesar pada 4 Oktober

88 2 Indeks LQ 45 Indeks LQ 45 pertama kali diperkenalkan oleh BEI pada tanggal 24 Februari 1997 Indeks LQ 45 merupakan indeks yang terdiri dari 45 emiten dengan likuditas yang tinggi, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan Selain penilaian atas likuiditas, seleksi atas emiten-emiten tersebut juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar Berikut ini adalah kriteria pemilihan yang digunakan untuk menyeleksi saham yang masuk dalam Indeks LQ 45, antara lain: a Telah tercatat di BEI minimal 3 bulan b Aktivitas transaksi di pasar reguler yaitu nilai, volume dan frekuensi transaksi c Jumlah hari perdagangan di pasar reguler d Kapitalisasi pasar pada periode waktu tertentu e Selain mempertimbangkan kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar tersebut di atas, akan dilihat juga keadaan keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan tersebut (Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia, 2010: 8) BEI secara rutin memantau perkembangan kinerja emiten-emiten yang masuk dalam perhitungan Indeks LQ 45 Setiap enam bulan sekali dilakukan evaluasi atas saham-saham yang terdaftar dalam Indeks LQ 45 berdasarkan kriteria pemilihan di atas Saham-saham yang sudah tidak memenuhi syarat akan dikeluarkan dari Indeks LQ 45 dan digantikan dengan saham baru yang sudah memenuhi syarat, begitu seterusnya Pergantian saham akan dilakukan setiap awal bulan Februari dan Agustus 71

89 Data pergerakan Indeks LQ 45 yang dimulai dari Agustus 2011 sampai ke Juli 2016 dapat dilihat pada tabel 42 berikut ini Tabel 42 Data Pergerakan Indeks LQ 45 Periode Agustus 2011-Juli 2016 Date High Low Close 01/08/ /08/ /07/ /07/ /07/ Sumber: Yahoo Finance, data diolah Adapun jika digambarkan dalam bentuk grafik, pergerakan IHSG selama periode pengamatan ditunjukkan pada gambar 41 di bawah ini Gambar 42 Pergerakan Indeks LQ 45 Periode Agustus 2011-Juli /1/2011 8/1/2012 8/1/2013 8/1/2014 8/1/2015 Sumber: Data diolah Mengacu pada gambar 42 terlihat bahwa IHSG selama lima tahun sejak Agustus 2011 sampai dengan Juli 2016 bergerak secara fluktuatif Jika dibandingkan dengan gambar 41, naik turunnya harga saham pada 72

90 Indeks LQ 45 relatif serupa dengan IHSG Di mana posisi tertinggi dicapai Indeks LQ 45 pada tanggal 7 April 2015 dengan harga penutupan sebesar Sedangkan level terendahnya sebesar pada 4 Oktober 2011 B Pembentukan Portofolio Optimal dengan Metode SIM 1 Menghitung Actual Return, Expected Return, dan Standar Deviasi Saham Untuk mencari actual return saham, digunakan data harga saham harian dari 22 saham yang menjadi sampel penelitian dari tanggal 1 Agustus 2011 hingga 29 Juli 2016 Harga saham yang digunakan adalah harga penutupan (closing price) ketika bursa efek aktif melakukan perdagangan Jumlah data harga saham yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah sebesar 1205 Dari data tersebut, peneliti menghitung actual return harian saham dengan cara mengurangi harga saham pada hari t dengan harga saham pada hari ke t-1, kemudian hasilnya dibagi dengan harga saham pada hari t-1 Setelah return harian masing-masing saham diketahui, peneliti dapat mencari expected return dan standar deviasi setiap saham tersebut dengan bantuan Microsoft Excel Hasil pengolahan expected return dan standar deviasi masing-masing saham dapat dilihat pada tabel 43 berikut ini 73

91 Tabel 43 Expected Return dan Standar Deviasi Saham No Kode Nama Saham E(Ri) i 1 AALI Astra Agro Lestari Tbk ADRO Adaro Energy Tbk ASII Astra International Tbk BBCA Bank Central Asia Tbk BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk GGRM Gudang Garam Tbk ICBP Indofood CPB Sukses Makmur Tbk INDF Indofood Sukses Makmur Tbk INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk JSMR Jasa Marga (Persero) Tbk KLBF Kalbe Farma Tbk LPKR Lippo Karawaci Tbk LSIP PP London Sumatera Indonesia PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk PTBA Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk UNTR United Tractors Tbk UNVR Unilever Indonesia Tbk Sumber: Data diolah, Microsoft Excel Dari tabel 43 diketahui bahwa saham individual yang memberikan return positif adalah BBCA (000060), BBNI (000038), BBRI (000068), BMRI (000044), CPIN (000073),GGRM (000046), ICBP (000070), INDF (000045), INTP (000039), JSMR (000042), KLBF (000030), LPKR (000060), PGAS (000013), SMGR (000026), TLKM (000034), 74

92 dan UNVR (000111) Sedangkan enam saham lainnya yaitu AALI ( ), ADRO ( ), ASII ( ), LSIP ( ), PTBA ( ), dan UNTR ( ) memiliki return yang negatif Expected return tertinggi terdapat pada saham UNVR (000111) dan expected return terendah diperoleh saham ASII ( ) Saham yang dapat dimasukkan ke dalam portofolio optimal hanya saham yang memberikan return positif, sedangkan saham dengan return negatif tidak diikutsertakan karena akan menimbulkan kerugian bagi investor Saham dengan expected return positif layak dipertimbangkan dalam berinvestasi karena expected return merupakan return yang diharapkan dari suatu investasi Berdasarkan hasil penyeleksian tersebut, terpilih 16 saham pembentuk portofolio optimal antara lain BBCA, BBNI, BBRI, BMRI, CPIN,GGRM, ICBP, INDF, INTP, JSMR, KLBF, LPKR, PGAS, SMGR, TLKM, dan UNVR Berdasarkan tabel 43 juga diketahui standar deviasi yang terbesar diperoleh ASII (003370), sedangkan yang paling kecil diperoleh BBCA (001692) Semakin tinggi standar deviasi berarti semakin besar tingkat penyimpangan antara actual return dengan expected return Hal ini menunjukkan bahwa saham ASII merupakan saham yang paling berisiko karena memiliki standar deviasi tertinggi Bagi investor yang risk averse, saham BBCA dapat menjadi alternatif berinvestasi karena memiliki standar deviasi yang paling rendah di antar saham lainnya 75

93 2 Menghitung Actual Return, Expected Return dan Standar Deviasi Pasar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga seluruh saham yang tercatat dalam BEI IHSG dapat digunakan sebagai proksi yang mencerminkan return pasar Data yang digunakan berupa harga penutupan harian IHSG pada tanggal 29 Juli 2011 hingga 29 Juli 2016 Terdapat sekitar 1205 harga pasar yang dapat digunakan untuk mencari return pasar Actual return pasar merupakan selisih antara harga penutupan IHSG pada hari ini dengan harga penutupan IHSG pada hari sebelumnya dibagi dengan harga penutupan IHSG hari sebelumnya Pengolahan data menghasilkan 1204 return pasar selama periode 1 Agustus Juli 2016 Setelah diperoleh return harian IHSG, langkah selanjutnya adalah mencari expected return pasar dan standar deviasi pasar dengan bantuan Microsoft Excel Berikut ini adalah hasil expected return pasar dan standar deviasi pasar Tabel 44 Expected Return dan Standar Deviasi Pasar E(Rm) m IHSG Sumber: Data diolah, Microsoft Excel Berdasarkan tabel 44 diketahui bahwa pasar IHSG dapat memberikan tingkat pengembalian (return) kepada investor sebesar atau 00259% per hari dengan tingkat risiko yang ditunjukkan 76

94 dengan standar deviasi sebesar atau 1,1431% Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa pasar modal IHSG mampu memberikan return positif bagi investor 3 Menghitung Alpha, Beta, dan Varians dari Kesalahan Residu Nilai alpha dan beta dicari dengan melakukan regresi linear sederhana antara return saham individual sebagai variabel dependen dan return pasar sebagai variabel independen dengan bantuan SPSS 22 Hasil output regresi sederhana tersebut dapat dilihat pada lampiran 2 Varians error nilainya dapat dihitung menurut persamaan 39 dengan bantuan Microsoft Excel Berikut ini nilai alpha, beta, dan varians error pada sampel saham LQ 45 Periode Agustus 2011-Juli 2016 Tabel 45 Alpha, Beta, dan Variance Error No Kode i i ei 2 1 BBCA BBNI BBRI BMRI CPIN GGRM ICBP INDF INTP JSMR KLBF LPKR PGAS SMGR TLKM UNVR Sumber: Data diolah, SPSS 22 dan Microsoft Excel 77

95 Alpha menunjukkan return saham yang independen atau tidak dipengaruhi oleh return pasar Dari tabel 45 di atas diketahui bahwa nilai alpha tertinggi diraih oleh saham UNVR sebesar , di mana jika saham tersebut memiliki beta sebesar nol maka return saham UNVR sebesar atau 00843% Sedangkan nilai alpha terendah didapatkan saham PGAS sebesar atau % Beta merupakan koefisien yang menunjukkan seberapa besar pengaruh return pasar terhadap return saham Semakin besar nila beta, maka semakin sensitif return saham terhadap perubahan return pasar Berdasarkan hasil pengolahan ditunjukkan beta masing-masing saham individual adalah BBCA (0934), BBNI (136), BBRI (1523), BMRI (1484), CPIN (1753), GGRM (0945), ICBP (0880), INDF (1107), INTP (1473), JSMR (0876), KLBF (1181), LPKR (1191), PGAS (1076), SMGR (1309), TLKM (0835), UNVR (1035) Beta tertinggi terdapat pada saham CPIN sebesar 1753 dan beta terendah terdapat pada saham TLKM sebesar 0835 Beta pasar adalah sebesar 1, sehingga saham yang memiliki beta sebesar 1 berarti perubahan returnnya sama dengan perubahan return pasar Beta saham > 1 menunjukkan return saham sangat sensitif terhadap perubahan return pasar Adapun Beta saham < 1 artinya perubahan return pasar tidak terlalu mempengaruhi return saham Pada sampel saham LQ 45 periode Agustus 2011-Juli 2016, terdapat 11 saham yang mempunyai beta>1 yaitu saham BBNI, BBRI, BMRI, 78

96 CPIN, INDF, INTP, KLBF, LPKR, PGAS, SMGR, dan UNVR Sahamsaham tersebut sangat peka terhadap perubahan yang terjadi di pasar Sedangkan 5 saham lainnya yaitu saham BBCA, ICBP, GGRM, JSMR, dan TLKM memiliki beta<1 sehingga returnnya tidak terlalu terpengaruh oleh return pasar Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar saham yang dijadikan sebagai sampel tergolong saham yang berisiko tinggi dengan risiko sistematis yang lebih besar dari risiko pasar Varians error menunjukkan risiko unik setiap perusahaan yang nilainya dapat dikurangi dengan cara melakukan diversifikasi Semakin banyak jumlah saham yang dimasukkan ke dalam portofolio maka risiko tidak sistematik akan semakin berkurang Risiko unik tertinggi terdapat pada saham KLBF sebesar , sedangkan risiko unik terendah terdapat pada saham BBCA sebesar Menghitung Return Aset Bebas Risiko Return aset bebas risko atau risk free of return (Rf) merupakan imbal hasil minimal yang dapat diperoleh investor ketika risiko sama dengan nol Data yang dibutuhkan berupa tingka suku bunga SBI atau BI Rate pada periode Agustus 2011-Juli 2016 Data tersebut diunduh dari website bigoid Berdasarkan Yulandari (2014: 68), Rf harian dapat dicari dengan merata-ratakan tingkat suku bunga SBI dengan 360 hari Data SBI dan perhitungan return aset bebas risiko harian dapat dilihat pada lampiran 1 Berdasarkan lampiran 1 didapatkan Rf sebesar

97 5 Menghitung Excess Return to Beta (ERB) Excess return to beta merupakan selisih antara kelebihan return dengan tingkat suku bunga bebas risiko dibagi dengan beta saham Berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya, diketahui Rf harian sebesar Tabel 46 memuat hasil perhitungan ERB 16 sampel saham pada LQ 45 Tabel 46 Excess Return to Beta No Emiten E(Ri) Rf Βi ERB Rank 1 BBCA BBNI BBRI BMRI CPIN GGRM ICBP INDF INTP JSMR KLBF LPKR PGAS SMGR TLKM UNVR Sumber: Data diolah, Microsoft Excel Excess return to beta menunjukkan kinerja dari tiap saham individual berupa hubungan antara expcted return dan risiko ERB menggambarkan seberapa besar tambahan return saham per unit risiko sistematis Nilai ERB setiap saham akan dibandingkan cut off point untuk dijadikan acuan dalam pembentukan portofolio optimal 80

98 Dari tabel 46 diketahui bahwa saham PGAS memiliki nilai ERB yang negatif sebesar sehingga tidak dapat dimasukkan ke dalam portofolio optimal Adapun ke-15 saham lainnya yaitu BBCA, BBNI, BBRI, BMRI, CPIN, GGRM, ICBP, INDF, INTP, JSMR, KLBF, LPKR, SMGR, TLKM, dan UNVR memiliki nilai ERB yang positif sehingga memenuhi syarat untuk dimasukkan sebagai kandidat portofolio optimal Selanjutnya ke-15 saham tersebut diberikan peringkat berdasarkan nilai ERB dari yang terbesar hingga yang terkecil Peringkat tersebut tersebut akan digunakan dalam perhitungan cut off point Dari tabel 46, diketahui bahwa saham UNVR memiliki ERB tertinggi sebesar dan menempati peringkat pertama Sedangkan peringkat terakhir ditempati oleh saham SMGR dengan ERB terendah sebesar Menghitung Cut-Off-Point (C*) Nilai cut off point (C*) merupakan nilai terbesar dari berbagai nilai Ci saham kandidat pembentuk portofolio optimal Nilai C* merupakan titik pembatas yang menentukan apakah suatu saham dapat masuk ke dalam portofolio atau tidak langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk menentukan nilai cut off point adalah sebagai berikut: a) Menghitung Aj b) Menjumlahkan nilai Aj dengan nilai-nilai Aj sebelumnya ( Aj) c) Menghitung Bj menggunakan d) Menjumlahkan nilai Bj dengan nilai-nilai Bj sebelumnya ( j) e) Menghitung nilai Ci f) Menentukan nilai C* yaitu nilai Ci tertinggi Hasil perhitungan cut off point pada saham kandidat portofolio optimal adalah sebagai berikut 81

99 Tabel 47 Cut Off Point Rank Emiten ERB Ai Aj Bi j Ci 1 UNVR ICBP BBCA LPKR BBRI CPIN GGRM JSMR INDF TLKM BMRI BBNI INTP KLBF SMGR Sumber: Data diolah, Microsoft Excel Dari tabel 47 didapatkan nilai cut off point sebesar dari nilai Ci terbesar pada saham BBCA dan LPKR Selanjutnya peneliti membandingkan nilai ERB yang positif pada saham dengan nilai C* Nilai ERB yang lebih besar dari C* dinyatakan sebagai saham pembentuk portofolio optimal Berikut ini tabel perbandingan ERB dengan C* Tabel 48 Perbandingan ERB dengan Cut Off Point (C*) No Emiten ERB C* 1 UNVR > ICBP > BBCA > LPKR < BBRI < CPIN <

100 Tabel 48 Perbandingan ERB dengan Cut Off Point (C*) No Emiten ERB C* 7 GGRM < JSMR < INDF < TLKM < BMRI < BBNI < INTP < KLBF < SMGR < Sumber: Data diolah, Microsoft Excel Pada tabel 48 ditunjukkan bahwa saham UNVR, ICBP, dan BBCA memiliki nilai ERB > C* sehingga memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai portofolio optimal Sedangkan 12 saham lain dieliminasi karena nilai ERB < C* 7 Menghitung Proporsi Masing-masing Saham Setelah mengetahui saham mana saja yang layak untuk diinvestasikan, selanjutnya investor harus menentukan proporsi masingmasing saham pembentuk portofolio optimal Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan yaitu: a) Menghitung nilai Zi b) Menghitung proporsi masing-masing saham dengan cara membagi Zi dengan Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan dalam penentuan proporsi dana yang dialokasikan pada masing-masing saham 83

101 Tabel 49 Proporsi Masing-masing Saham Pada Portofolio Optimal No Emiten Zi Wi Proporsi 1 UNVR % 2 ICBP % 3 BBCA % Total % Sumber: Data diolah, Microsoft Excel Jika dinyatakan dalam bentuk gambar, maka portofolio optimal yang dibentuk menurut Single Index Model adalah sebagai berikut Gambar 43 Proporsi Masing-masing Saham Pada Portofolio Optimal 1433% 2113% 6454% UNVR ICBP BBCA Sumber: Data diolah, Microsoft Excel Dari gambar 43 diketahui bahwa portofolio optimal dengan Single Index Model terdiri dari tiga saham yaitu UNVR (6454%), ICBP (1433%), dan BBCA (2113%) Saham UNVR mendapatkan alokasi dana terbesar dibandingkan saham lainnya, sedangkan poporsi terkecil diperoleh BBCA Saham UNVR menarik bagi investor karena memiliki expected return yang terbesar dari pada sampel saham LQ 45 yang lainnya pada periode Agustus 2011-Juli

102 8 Menghitung Expected Return Portofolio Expected return portofolio adalah tingkat pengembalian yang diharapkan dari portofolio yang dibentuk Sebelum expected return dihitung, peneliti terlebih dahulu mencari alpha portofolio dan beta portofolio Tabel 410 menunjukkan perhitungan alpha dan beta portofolio Tabel 410 Alpha dan Beta Portofolio No Emiten Wi i p i p 1 UNVR ICBP BBCA W 1 p p 0991 Sumber: Data diolah, Microsoft Excel Selanjutnya, expected return dapat dicari dengan menggunakan persamaan 316 yaitu seperti pada tabel 411 berikut ini Tabel 411 Expected Return Portofolio p p 0991 Rm E(Rp) Sumber: Data diolah, Microsoft Excel Tabel 411 menunjukkan expected return portofolio sebesar atau 0095% dalam satu hari Nilai tersebut lebih besar dibandingkan return pasar IHSG yang hanya mencapai atau 0026%, sehingga berinvestasi pada portofolio optimal memberikan prospek keuntungan yang baik bagi investor 85

103 9 Menghitung Standar Deviasi Portofolio Standar deviasi merupakan ukuran risiko yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar return yang diperoleh menyimpang dari yang diharapkan Perhitungan standar deviasi portofolio tertera pada tabel 412 berikut ini Tabel 412 Standar Deviasi Portofolio No Emiten 2 W i ei 2 W 2 2 i ei 1 UNVR ICBP BBCA W 2 2 i ei m p p p Sumber: Data diolah, Microsoft Excel Dari tabel 412 diketahui bahwa standar deviasi portofolio sebesar atau 1685% sedangkan standar deviasi saham-saham penyusunnya adalah UNVR ( atau 2154%), ICBP ( atau 2527%), dan BBCA ( atau 1,692%) Standar deviasi portofolio lebih kecil dibandingkan standar deviasi saham UNVR, ICBP, dan BBCA, sehingga diversifikasi dapat mengurangi risiko yang ditanggung C Pembentukan Portofolio Optimal dengan Metode Markowitz 1 Mencari Expected Return dan Standar Deviasi Saham Expected return dan standar deviasi saham penelitian sudah dicari nilainya saat melakukan pembentukan portofolio optimal dengan Single Index Model yang tertera pada tabel 44 Berikut ini adalah rata-rata return 86

104 dan standar deviasi harian saham individual yang digambarkan dalam bentuk grafik Gambar 44 Expected Return dan Standar Deviasi Harian Saham UNVR E(Ri) BBRI ICBP CPIN BBCA LPKR GGRM JSMR INDF BMRI INTP BBNI TLKM KLBF SMGR PGAS AALI LSIP UNTR PTBA ADRO ASII σ Sumber: Data diolah, Microsoft Excel Sama halnya dengan Single Index Model, saham yang dapat menjadi kandidat portofolio optimal dengan Model Markowitz adalah saham yang memiliki expected return positif yaitu BBCA (000060), BBNI (000038), BBRI (000068), BMRI (000044), CPIN (000073), GGRM (000046), ICBP (000070), INDF (000045), INTP (000039), JSMR (000042), KLBF (000030), LPKR (000060), PGAS (000013), SMGR (000026), TLKM (000034), dan UNVR (000111) 87

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim, 2005:4). Untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar modal merupakan salah satu pilihan alternatif. Menurut UU No.8 Th 1995 Pasar Modal adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Di era globalisasi ini, perkembangan perusahaan go public semakin pesat. Saham-saham diperdagangkan untuk menarik para investor menanamkan modal pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Investasi Teori investasi menjelaskan bahwa keputusan investasi selalu menyangkut dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika kita amati, pada umumnya masyarakat menengah keatas menyimpan sebagian pendapatannya secara periodik atau bahkan telah memiliki akumulasi pendapatan, diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Definisi Indeks LQ Kriteria Indeks LQ45

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Definisi Indeks LQ Kriteria Indeks LQ45 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Definisi Indeks LQ45 Pasar modal di Indonesia masih tergolong pasar modal yang transaksinya tipis (thin market), yaitu pasar modal yang sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kapitalisasi pasar cukup besar. Pasar modal memiliki peran besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. dengan kapitalisasi pasar cukup besar. Pasar modal memiliki peran besar bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal di Indonesia telah mengalami perkembangan cukup signifikan. Hal itu ditunjukan dengan semakin banyak jumlah sekuritas yang diperdagangkan dengan kapitalisasi

Lebih terperinci

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD Portofolio Efisien PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Portofolio efisien diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal di Indonesia memiliki peran penting bagi. berkembangnya perekonomian, karena para investor dan perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal di Indonesia memiliki peran penting bagi. berkembangnya perekonomian, karena para investor dan perusahaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan pasar modal di Indonesia memiliki peran penting bagi berkembangnya perekonomian, karena para investor dan perusahaan, keduanya sama-sama memerlukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Investasi Investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi efisien selama periode waktu tertentu (Hartono,2010:5). Investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang Pasar Modal merupakan sebuah organisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal dalam hal ini Bursa Efek Indonesi (BEI) memberikan

I. PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal dalam hal ini Bursa Efek Indonesi (BEI) memberikan I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Masalah Keberadaan pasar modal dalam hal ini Bursa Efek Indonesi (BEI) memberikan alternatif kepada masyarakat untuk berinvestasi. Investasi sendiri sebenarnya terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh keuntungan tertentu. Investasi memiliki 2 bentuk yaitu investasi pada real asset produktif seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berinvestasi saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian orang yang

I. PENDAHULUAN. Berinvestasi saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian orang yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berinvestasi saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi sebagian orang yang tahu memanfaatkan peluang untuk memperoleh keuntungan maksimal dari harta yang dimilikinya. Investasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan. return yang diharapkan. (Tandelilin, 2001 : 3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan. return yang diharapkan. (Tandelilin, 2001 : 3) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi secara keseluruhan dapat dilihat dari perkembangan pasar modal dan industri sekuritas pada suatu negara. Pasar modal memiliki peranan penting

Lebih terperinci

Keywords : optimal portfolio, single index method, Kompas 100, IHSG. viii

Keywords : optimal portfolio, single index method, Kompas 100, IHSG. viii ABSTRACT In investing, forming an optimal portfolio is one step that need to be done in order to make the investment can produce an optimal return with risk that investors can bear. One way on forming

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memperoleh penghasilan, banyak cara yang dapat dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memperoleh penghasilan, banyak cara yang dapat dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam memperoleh penghasilan, banyak cara yang dapat dilakukan oleh masyarakat. Salah satu cara adalah dengan melakukan investasi. Investasi pada hakikatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana tertentu yang ditanamkan pada periode waktu tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan pembayaran di kemudian

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya

LANDASAN TEORI. atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya II. LANDASAN TEORI 2.1. Investasi Investasi adalah menempatkan dana dengan harapan memperoleh tambahan uang atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan

Lebih terperinci

Judul : Kinerja Portofolio Optimal Berdasarkan Model Indeks Tunggal (Studi pada Perusahaan Sektor Basic Industry and Chemicals

Judul : Kinerja Portofolio Optimal Berdasarkan Model Indeks Tunggal (Studi pada Perusahaan Sektor Basic Industry and Chemicals Judul : Kinerja Portofolio Optimal Berdasarkan Model Indeks Tunggal (Studi pada Perusahaan Sektor Basic Industry and Chemicals dan Sektor Trade, Service, and Investment) Nama : Golden Jr. Aliakur NIM :

Lebih terperinci

RETURN YANG DIHARAPKAN DAN RISIKO PORTFOLIO ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANDRI HELMI M, SE., MM.

RETURN YANG DIHARAPKAN DAN RISIKO PORTFOLIO ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANDRI HELMI M, SE., MM. RETURN YANG DIHARAPKAN DAN RISIKO PORTFOLIO ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANDRI HELMI M, SE., MM. OVERVIEW Tujuan dari bab ini adalah untuk mempelajari konsep return dan risiko portofolio dalam investasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal

I. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan pengeluaran modal saat ini, untuk mendapatkan keuntungan dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal sebagai kegiatan

Lebih terperinci

PENENTUAN PORTOFOLIO OPTIMAL DENGAN MODEL INDEKS TUNGGAL PADA SAHAM PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA

PENENTUAN PORTOFOLIO OPTIMAL DENGAN MODEL INDEKS TUNGGAL PADA SAHAM PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA PENENTUAN PORTOFOLIO OPTIMAL DENGAN MODEL INDEKS TUNGGAL PADA SAHAM PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA Oleh : Zuli Zul Fahmi 2011-11-024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MURIA KUDUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan dengan ditandai semakin maraknya kegiatan investasi di Pasar

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan dengan ditandai semakin maraknya kegiatan investasi di Pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan keberadaan isu globalisasi tidak dapat di elakkan lagi. Hal itu dapat kita lihat dampaknya pada perkembangan perekonomian dunia yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor). Prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor). Prinsip-prinsip BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal Indonesia sebagai lembaga keuangan selain perbankan keberadaannya dapat dijadikan tempat untuk mencari sumber dana baru dengan tugasnya sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi

I. PENDAHULUAN. bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat telah mengubah pola pikir masyarakat di bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi dapat dilakukan baik

Lebih terperinci

ABSTRAKSI. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAKSI. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAKSI Dalam berinvestasi, investor memiliki berbagai pilihan, baik investasi di sektor riil, pasar uang ataupun pasar modal. Salah satu bentuk investasi di pasar modal adalah dengan membeli saham,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sejarah Bursa Efek Indonesia Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133),

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi perekenomian yang tidak stabil dan sulit diprediksi sangat berpengaruh terhadap perkembangan dunia bisnis dewasa ini. Kondisi tersebut bisa menyebabkan penurunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jangka waktu yang relatif panjang dalam berbagai bidang usaha. Investasi

BAB 1 PENDAHULUAN. jangka waktu yang relatif panjang dalam berbagai bidang usaha. Investasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Investasi merupakan penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu yang relatif panjang dalam berbagai bidang usaha. Investasi berkomitmen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu lembaga yang berpengaruh besar terhadap

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu lembaga yang berpengaruh besar terhadap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu lembaga yang berpengaruh besar terhadap kondisi keuangan dan perekonomian suatu negara. Di dalam pasar modal, kita dapat melakukan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu Negara karena pasar modal mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi. Mereka berharap dengan melakukan investasi dapat memperoleh keuntungan di waktu mendatang. Sesuai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah Proses menabung yang berorientasi pada tujuan tertentu dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah Proses menabung yang berorientasi pada tujuan tertentu dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi adalah Proses menabung yang berorientasi pada tujuan tertentu dan bagaimana mencapai tujuan tersebut dan bagaimana mencapai tujuan tersebut Pratomo (2004) Definisi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Model Indeks Tunggal, portofolio optimal, expected return, excess return to beta, cut off rate, risk. viii

ABSTRAK. Kata Kunci: Model Indeks Tunggal, portofolio optimal, expected return, excess return to beta, cut off rate, risk. viii ABSTRAK Portofolio optimal merupakan portofolio yang efisien, dimana portofolio tersebut memberikan return ekspektasi terbesar dengan risiko terkecil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui saham-saham

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh

BAB II LANDASAN TEORI. penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Investasi Investasi adalah menempatkan dana dengan harapan memperoleh tambahan uang atau keuntungan tersebut (Rodoni, 1996). Investasi pada hakikatnya meruapakan penempatan

Lebih terperinci

2. LANDASAN TEORI. Pada dasarnya, pasar modal ( capital market ) merupakan pasar untuk

2. LANDASAN TEORI. Pada dasarnya, pasar modal ( capital market ) merupakan pasar untuk 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pasar Modal Dan Surat Berharga Pada dasarnya, pasar modal ( capital market ) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan ekonomi saat ini dihadapkan dengan pilihan untuk melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan ekonomi saat ini dihadapkan dengan pilihan untuk melakukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi saat ini dihadapkan dengan pilihan untuk melakukan konsumsi sekarang atau konsumsi mendatang. Penundaan konsumsi sekarang untuk konsumsi mendatang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Adapun penelitian mengenai CAPM salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Dewi Irawati (2010) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Metode CAPM

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL DENGAN MODEL MARKOWITZ PADA SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX PERIODE TAHUN

ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL DENGAN MODEL MARKOWITZ PADA SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX PERIODE TAHUN ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL DENGAN MODEL MARKOWITZ PADA SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX PERIODE TAHUN 2011 2013 Sofyarosa Mahasiswa Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PORTOFOLIO OPTIMAL DAN KINERJA PORTOFOLIO SAHAM

BAB IV ANALISIS PORTOFOLIO OPTIMAL DAN KINERJA PORTOFOLIO SAHAM 58 BAB IV ANALISIS PORTOFOLIO OPTIMAL DAN KINERJA PORTOFOLIO SAHAM A. Saham-saham yang membentuk portofolio optimal Portofolio optimal merupakan portofolio yang terdiri atas saham-saham yang memiliki kombinasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Investasi 2.1.1. Tipe Tipe Investasi Menurut Jogiyanto (2003), terdapat 2 tipe investasi, yaitu investasi langsung dan investasi tidak langsung. 1. Investasi Langsung Investasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungan atau merugikan. Ketidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungan atau merugikan. Ketidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Risiko Pada dasarnya risiko muncul akibat adanya kondisi ketidakpastian akan sesuatu yang diharapkan terjadi dimasa yang akan datang. Sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal yang semakin berkembang dan meningkatnya keinginan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal yang semakin berkembang dan meningkatnya keinginan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal Indonesia dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi perhatian banyak pihak, khususnya masyarakat bisnis. Hal ini disebabkan oleh kegiatan pasar modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah saham kepada public di pasar modal atau go public. Selain untuk

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah saham kepada public di pasar modal atau go public. Selain untuk BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu akibat dari persaingan bisnis yang semakin ketat adalah perusahaan harus mencari sumber modal lebih untuk mendanai kegiatan ekspansinya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Mustain (2007) dengan judul analisis pembentukan portofolio saham optimal penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui saham apa saja yang dapat

Lebih terperinci

ANALISIS PERBEDAAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM-SAHAM YANG OPTIMAL PADA JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

ANALISIS PERBEDAAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM-SAHAM YANG OPTIMAL PADA JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) ANALISIS PERBEDAAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM-SAHAM YANG OPTIMAL PADA JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat Memperoleh derajat S-2 Magister Sains

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar dari pengembangan perumusan Capital Assets Pricing Model (CAPM)

BAB I PENDAHULUAN. Dasar dari pengembangan perumusan Capital Assets Pricing Model (CAPM) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dasar dari pengembangan perumusan Capital Assets Pricing Model (CAPM) mula-mula adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Markowitz (1952). Secara sederhana,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. dengan yang digunakan untuk menghitung IHSG yaitu berdasarkan indeks yang

BAB IV PEMBAHASAN. dengan yang digunakan untuk menghitung IHSG yaitu berdasarkan indeks yang BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian JII (Jakarta Islamic Indeks) pertama kali diluncurkan oleh BEI (pada saat itu masih bernama Bursa Efek Jakarta) bekerjasama dengan PT Danareksa Investment

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL SAHAM DENGAN PENDEKATAN OPTIMISASI MULTIOBJEKTIF UNTUK PENGUKURAN VALUE AT RISK SKRIPSI

ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL SAHAM DENGAN PENDEKATAN OPTIMISASI MULTIOBJEKTIF UNTUK PENGUKURAN VALUE AT RISK SKRIPSI ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL SAHAM DENGAN PENDEKATAN OPTIMISASI MULTIOBJEKTIF UNTUK PENGUKURAN VALUE AT RISK SKRIPSI Oleh : FIKI FARKHATI NIM. 24010210120050 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil. Secara umum pendapatan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil. Secara umum pendapatan penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan laporan Organisasi Dana Moneter Internasional (IMF), Indonesia merupakan salah satu negara Asia Pasifik yang memiliki posisi penting dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PORTOFOLIO MENGGUNAKAN MODEL BLACK-LITTERMAN BERDASARKAN INDEKS TREYNOR, INDEKS SHARPE, DAN INDEKS JENSEN

PENGUKURAN KINERJA PORTOFOLIO MENGGUNAKAN MODEL BLACK-LITTERMAN BERDASARKAN INDEKS TREYNOR, INDEKS SHARPE, DAN INDEKS JENSEN PENGUKURAN KINERJA PORTOFOLIO MENGGUNAKAN MODEL BLACK-LITTERMAN BERDASARKAN INDEKS TREYNOR, INDEKS SHARPE, DAN INDEKS JENSEN (Studi Kasus Saham-Saham yang Termasuk dalam Jakarta Islamic Index Periode 2009-2013)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum LQ45

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum LQ45 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum LQ45 Indeks LQ45 adalah gabungan indeks saham dari 45 emiten yang tercatat di BEI yang telah memenuhi kriteria tertentu yang diterapkan Bursa. Indeks LQ45 ini memuat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... I DAFTAR ISI... IV DAFTAR GAMBAR... VI DAFTAR TABEL... VIII DAFTAR LAMPIRAN... X

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... I DAFTAR ISI... IV DAFTAR GAMBAR... VI DAFTAR TABEL... VIII DAFTAR LAMPIRAN... X DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... I DAFTAR ISI... IV DAFTAR GAMBAR... VI DAFTAR TABEL... VIII DAFTAR LAMPIRAN... X I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah... 5 1.3. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

Total Ekuitas Nilai buku per lbr saham = Jumlah Saham Beredar

Total Ekuitas Nilai buku per lbr saham = Jumlah Saham Beredar PENILAIAN SAHAM Saham adalah bukti kepemilikan dalam suatu perusahaan Jenis saham : 1. Saham biasa (common stock) 2. Saham preferen Karakteristik Saham Preferen: a. Hak preferen terhadap deviden: hak menerima

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SIMULASI MONTE CARLO UNTUK PENGUKURAN VALUE AT RISK

PENGGUNAAN SIMULASI MONTE CARLO UNTUK PENGUKURAN VALUE AT RISK PENGGUNAAN SIMULASI MONTE CARLO UNTUK PENGUKURAN VALUE AT RISK ASET TUNGGAL DAN PORTOFOLIO DENGAN PENDEKATAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL SEBAGAI PENENTU PORTOFOLIO OPTIMAL (Studi Kasus: Index Saham Kelompok

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Lingkungan Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi Lingkungan investasi meliputi berbagai jenis sekuritas atau efek yang ada, di mana dan bagaimana mereka diperjualbelikan. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi 1.1.1 Gambaran Umum LQ45 Indeks LQ45 terdiri dari 45 saham dengan likuiditas (liquidity) tinggi yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan.

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PORTOFOLIO UNTUK PEMILIHAN PORTOFOLIO OPTIMAL PADA SAHAM LQ-45 DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN PENDEKATAN MARKOWITZ TAHUN

ANALISIS RISIKO PORTOFOLIO UNTUK PEMILIHAN PORTOFOLIO OPTIMAL PADA SAHAM LQ-45 DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN PENDEKATAN MARKOWITZ TAHUN ANALISIS RISIKO PORTOFOLIO UNTUK PEMILIHAN PORTOFOLIO OPTIMAL PADA SAHAM LQ-45 DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN PENDEKATAN MARKOWITZ TAHUN 2011 2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada hakikatnya memiliki tujuan untuk memperoleh suatu keuntungan tertentu. Tujuan mencari keuntungan merupakan hal yang membedakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. produktif tersebut akan meningkatkan utility total (Hartono,2013:5). Umumnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. produktif tersebut akan meningkatkan utility total (Hartono,2013:5). Umumnya BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Investasi Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukan ke aktiva produktif selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada. saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang.

PENDAHULUAN. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada. saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Namun dalam dunia yang sebenarnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asuransi

TINJAUAN PUSTAKA Asuransi 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Asuransi 2.1.1 Pengertian Asuransi Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seseorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi pada hakekatnya merupakan penempatan sejumlah uang atau dana yang dilakukan pada saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim,

Lebih terperinci

(Studi Kasus Penggunaan M odel Indeks Tunggal Pada Saham - Saham Indeks LQ -45 Periode Febuari Januari 2008)

(Studi Kasus Penggunaan M odel Indeks Tunggal Pada Saham - Saham Indeks LQ -45 Periode Febuari Januari 2008) ANALISIS INVESTASI DAN PENENTUAN PORTOFOLIO SAHAM OPTIM AL DI BURSA EFEK INDONESIA (Studi Kasus Penggunaan M odel Indeks Tunggal Pada Saham - Saham Indeks LQ -45 Periode Febuari 2005 -Januari 2008) SK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini membuktikan semakin berkembangnya dunia investasi yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini membuktikan semakin berkembangnya dunia investasi yang kemudian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia investasi di Indonesia saat ini semakin pesat. Semakin banyak masyarakat yang tertarik dan masuk ke bursa untuk melakukan investasi. Hal ini membuktikan

Lebih terperinci

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4.

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4. TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4 KONSEP DASAR 2/40 Ada tiga konsep dasar yang perlu diketahui untuk memahami pembentukan portofolio optimal, yaitu: portofolio efisien dan portofolio optimal fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dua parameter penting yang selalu menjadi fokus perhatian dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Dua parameter penting yang selalu menjadi fokus perhatian dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dua parameter penting yang selalu menjadi fokus perhatian dalam kegiatan investasi adalah seberapa besar imbal hasil yang diharapkan (expected return) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membeli Dolar. Situasi tersebut menimbulkan lebih banyak tekanan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. membeli Dolar. Situasi tersebut menimbulkan lebih banyak tekanan terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis keuangan Asia pada tahun 1997 berdampak pada stabilitas keuangan yang menyebabkan perusahaan-perusahaan di Indonesia berlomba-lomba membeli Dolar. Situasi tersebut

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. authorities, maupun perusahaan swasta (Husnan, 2003). Menurut Undang-

II. LANDASAN TEORI. authorities, maupun perusahaan swasta (Husnan, 2003). Menurut Undang- 9 II. LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal Indonesia Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuntungan di masa yang akan datang (Tandelilin, 2010:1). Pengertian investasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuntungan di masa yang akan datang (Tandelilin, 2010:1). Pengertian investasi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Portofolio adalah gabungan atau kombinasi dari berbagai instrumen atau aset investasi yang disusun untuk mencapai tujuan investasi investor. Selain itu, kombinasi berbagai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Abstrak... i. Kata Pengantar... ii. Daftar Isi... v. Daftar Tabel... ix. Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Penelitian...

DAFTAR ISI. Abstrak... i. Kata Pengantar... ii. Daftar Isi... v. Daftar Tabel... ix. Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Penelitian... ABSTRAK Krisis Asia yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 telah menyebabkan keterpurukan secara fundamental dibeberapa negara Asia termasuk Indonesia. Namun seiring dengan berjalannya waktu, perekonomian

Lebih terperinci

MATERI 5 PEMILIHAN PORTFOLIO. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si.

MATERI 5 PEMILIHAN PORTFOLIO. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. MATERI 5 PEMILIHAN PORTFOLIO Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. OVERVIEW 1/40 Konsep-konsep dasar dalam pembentukan portofolio optimal. Perbedaan tentang aset berisiko dan aset bebas risiko. Perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain mengorbankan sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masukan ke aktiva produktif selama periode waktu tertentu. Dengan adanya aktiva

BAB I PENDAHULUAN. masukan ke aktiva produktif selama periode waktu tertentu. Dengan adanya aktiva BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari dunia bisnis. Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk di

Lebih terperinci

ABSTRAKSI. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAKSI. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAKSI Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang Dalam melakukan

Lebih terperinci

AKTIVA TUNGGAL. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tunas Pembangunan Surakarta.

AKTIVA TUNGGAL. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tunas Pembangunan Surakarta. ETURN DAN ISIKO AKTIVA TUNGGAL Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tunas Pembangunan Surakarta ririkyunita@yahoo.co.id Return Investasi Rate of return dari suatu investasi dapat dihitung dengan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PENDEKATAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL DAN METODE VARIANCE-COVARIANCE DALAM PROSES MANAJEMEN PORTOFOLIO SAHAM

PENGGUNAAN PENDEKATAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL DAN METODE VARIANCE-COVARIANCE DALAM PROSES MANAJEMEN PORTOFOLIO SAHAM PENGGUNAAN PENDEKATAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL DAN METODE VARIANCE-COVARIANCE DALAM PROSES MANAJEMEN PORTOFOLIO SAHAM (Studi Kasus: Saham-Saham Kelompok Jakarta Islamic Index) SKRIPSI Disusun Oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor ekonomi pada sebuah negara. Hal tersebut di dukung oleh peranan pasar modal yang sangat strategis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi keuntungan masa depan, dengan demikian maka pengertian investasi dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi keuntungan masa depan, dengan demikian maka pengertian investasi dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Investasi Menanamkan uang sekarang, berarti uang tersebut seharusnya dapat dikonsumsi namun karena kegiatan investasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 2010:26), dengan adanya pasar modal (capital market), investor sebagai pihak

BAB 1 PENDAHULUAN. 2010:26), dengan adanya pasar modal (capital market), investor sebagai pihak 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi sebagai alat ukur dalam menganalisa seberapa besar perkembangan perekonomian di suatu negara. Selain meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua golongan

I. PENDAHULUAN. Investasi pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua golongan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi pada umumnya dapat dikelompokkan dalam dua golongan utama, yaitu investasi dalam bentuk real assets dan investasi dalam bentuk financial assets (Bodie, 2005).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Portofolio Optimal Menggunakan Model Indeks Tunggal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Portofolio Optimal Menggunakan Model Indeks Tunggal BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Portofolio Optimal Menggunakan Model Indeks Tunggal Dalam portofolio yang dibentuk, kita membentuk kombinasi yang optimal dari beberapa asset (sekuritas) sehingga

Lebih terperinci

PORTOFOLIO OPTIMAL DENGAN MODEL INDEKS TUNGGAL PADA SAHAM-SAHAM PERBANKAN

PORTOFOLIO OPTIMAL DENGAN MODEL INDEKS TUNGGAL PADA SAHAM-SAHAM PERBANKAN PORTOFOLIO OPTIMAL DENGAN MODEL INDEKS TUNGGAL PADA SAHAM-SAHAM PERBANKAN Rudi Setiawan rudisetia18@gmail.com Sri Utiyati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT All investors

Lebih terperinci

Abstract. Keywords: Single Index Model, Sharpe Measure, Treynor Measure, Jensen Measure,

Abstract. Keywords: Single Index Model, Sharpe Measure, Treynor Measure, Jensen Measure, Abstract Indonesian capital market is one of promising investment destination in the economic deceleration and global market weaking. The stock price in the capital market always fluctuate and only the

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin bervariasi akan semakin meningkat. Para pemilik atau investor dapat

BAB I PENDAHULUAN. semakin bervariasi akan semakin meningkat. Para pemilik atau investor dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal memainkan peran yang strategis dan sangat penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi domestik, pasar modal yang berkembang sangat baik akan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia saat ini sangat stabil hal ini dibuktikan adanya pengakuan oleh

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia saat ini sangat stabil hal ini dibuktikan adanya pengakuan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi merupakan penanaman modal sekarang dengan tujuan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Keberhasilan dalam berinvestasi harus didukung dengan stabilnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saham, dengan harapan expected return yang diperoleh akan tinggi. Namun pada

BAB 1 PENDAHULUAN. saham, dengan harapan expected return yang diperoleh akan tinggi. Namun pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian yang tidak selalu stabil, membuat para pengusaha untuk mengantisipasi dalam mengolah dana perusahaannya. Tidak jarang para pengusaha memilih

Lebih terperinci

ANALISIS PENILAIAN KINERJA BLACK-LITTERMAN MENGGUNAKAN INFORMATION RATIO DENGAN BENCHMARK CAPITAL ASSETS PRICING MODEL TUGAS AKHIR SKRIPSI

ANALISIS PENILAIAN KINERJA BLACK-LITTERMAN MENGGUNAKAN INFORMATION RATIO DENGAN BENCHMARK CAPITAL ASSETS PRICING MODEL TUGAS AKHIR SKRIPSI ANALISIS PENILAIAN KINERJA BLACK-LITTERMAN MENGGUNAKAN INFORMATION RATIO DENGAN BENCHMARK CAPITAL ASSETS PRICING MODEL TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu tempat bagi suatu perusahaan untuk memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal menjadi alternatif bagi

Lebih terperinci

Bab II LANDASAN TEORI

Bab II LANDASAN TEORI Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai portofolio optimal telah dilakukan Dentcheva dan Ruszczynski [4] yang menerapkan stochastic dominance pada pemilihan portofolio optimal. Pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara tetangga, perekonomian Indonesia di tahun 2012 telah tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara tetangga, perekonomian Indonesia di tahun 2012 telah tumbuh sebesar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan kekuatan ekonomi global di Asia. Dengan Produk Domestik Bruto (PDB) yang telah menembus angka US$ 1 trilyun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik masyarakat dalam negeri maupun luar negeri. Para investor dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. baik masyarakat dalam negeri maupun luar negeri. Para investor dapat melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan wahana alternatif yang dimanfaatkan untuk mengalokasikan dana. Keberadaannya bukan hanya sebagai sumber pembiayaan saja tetapi juga sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan komitmen sejumlah dana dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut merupakan kompensasi

Lebih terperinci

ANALISIS PORTOFOLIO OPTIMAL PADA SAHAM SAHAM INDEK LQ-45 DENGAN MENGGUNAKAN METODE INDEKS TUNGGAL DI BEI PERIODE 2006 SAMPAI 2010 SKRIPSI

ANALISIS PORTOFOLIO OPTIMAL PADA SAHAM SAHAM INDEK LQ-45 DENGAN MENGGUNAKAN METODE INDEKS TUNGGAL DI BEI PERIODE 2006 SAMPAI 2010 SKRIPSI ANALISIS PORTOFOLIO OPTIMAL PADA SAHAM SAHAM INDEK LQ-45 DENGAN MENGGUNAKAN METODE INDEKS TUNGGAL DI BEI PERIODE 2006 SAMPAI 2010 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 71 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis/Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan studi deskriptif, karena tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGUJIAN HIPOTESIS. keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGUJIAN HIPOTESIS. keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGUJIAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1. Pasar Modal Menurut Husnan (2003) pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan,

Lebih terperinci