FICHA RIDHOANOVA I

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FICHA RIDHOANOVA I"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA KETERDEDAHAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT TENTANG PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2009 DI TELEVISI DENGAN SIKAP PEMILIH PEMULA DI PEDESAAN (Studi di Desa Rancabungur, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat) FICHA RIDHOANOVA I DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 RINGKASAN FICHA RIDHOANOVA. Hubungan antara Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di Televisi dengan Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan. (Di bawah bimbingan RATRI VIRIANITA). Reformasi yang dimulai sejak tahun 1999, telah menimbulkan banyak perubahan dalam berbagai bidang, terutama dalam kehidupan berpolitik, salah satunya adalah perubahan sistem Pemilu. Pemilih yang sebelumnya bertindak sebagai pemilih partai, telah berubah sebagai pemilih langsung. Hal ini membutuhkan suatu bentuk sosialisasi, sehingga perubahan yang terjadi dapat diketahui oleh seluruh masyarakat. Sosialisasi merupakan salah satu bentuk komunikasi. Proses komunikasi ada yang berlangsung dengan pertemuan tatap muka (face to face) dan ada juga yang menggunakan media sebagai perantara. Secara umum, media dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu media lini bawah dan media lini atas. Televisi termasuk ke dalah media lini atas. Penelitian ini membahas mengenai iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 yang ditayangkan di televisi. Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan di Desa Rancabungur, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Pemilihan responden dilakukan secara purposive sampling, dengan jumlah responden 90 orang. Data kemudian dianalisis secara deskriptif, menggunakan software SPSS versi 16.0, dengan selang kepercayaan 80 persen. Hasil penelitian mengungkap bahwa terdapat hubungan antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan karakteristik individu, meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status pekerjaan. Terdapat pula hubungan antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan karakteristik sosiologis pada variabel lingkungan tempat tinggal, namun tidak terdapat hubungan antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu

3 Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan karakteristik sosiologis, pada variabel lingkungan keluarga dan lingkungan pekerjaan. Nilai koefisien korelasi yang terdapat dalam hubungan antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan karakteristik individu, pada variabel tingkat pendidikan bernilai negatif. Berdasarkan keadaan di lapangan, hal ini disebabkan oleh rendahnya kecenderungan responden dengan tingkat pendidikan tinggi untuk menonton televisi. Terdapat hubungan antara sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan karakteristik individu, meliputi usia, tingkat pendidikan dan status pekerjaan, namun tidak terdapat hubungan antara sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan jenis kelamin. Terdapat hubungan antara sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan karakteristik sosiologis, pada variabel lingkungan tempat tinggal, namun tidak terdapat hubungan antara sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan karakteristik sosiologis, pada variabel lingkungan keluarga dan ligkungan pekerjaan. Nilai koefisien korelasi yang terdapat pada hubungan antara sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan karakteristik individu, pada variabel tingkat pendidikan bernilai negatif. Berdasarkan keadaan di lapangan, hal ini disebabkan oleh kecenderungan responden dengan tingkat pendidikan tinggi untuk menghubungkan pengetahuan mereka dengan pengalaman Pemilu Presiden dan Wakil Presiden sebelumnya. Tidak terdapat hubungan antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan sikap pemilih pemula di pedesaan. Jika pengujian dilakukan pada tiap komponen, terdapat hubungan positif antara komponen sikap afeksi pemilih pemula dengan keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Terdapat pula hubungan positif antara frekuensi melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan komponen sikap kognisi dan konasi.

4 ABSTRACT Reformation which has been held in 1999, has brought so many changes in any aspect of life, including political life. One of them is election rule. People is not choosing partij anymore, but people. This changes need some kind of sosialization, whiches it was the part of communication. This paper is aimed to find out the correlation between expossure of public service advertisement about President and Vice President Election 2009 with young voters attitude in village. The result show that there s no correlation between expossure of public service advertisement about President and Vice President Election 2009 with young voters attitude to President and Vice President Election There s also no correlation between expossure of public service advertisement about President and Vice President Election 2009 with cognition and conation. But there s a correlation between expossure of public service advertisement about President and Vice President Election 2009 with affection. There s also correlation between frekuency of watching public service advertisement about President and Vice President Election 2009 with cognition and conation. Keywords: Expossure, Public Service Advertisement, President and Vice President Election 2009, Young Voters Attitude.

5 HUBUNGAN ANTARA KETERDEDAHAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT TENTANG PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2009 DI TELEVISI DENGAN SIKAP PEMILIH PEMULA DI PEDESAAN (Studi di Desa Rancabungur, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat) FICHA RIDHOANOVA I SKRIPSI Sebagai Prasyarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

6 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh: Nama : Ficha Ridhoanova Nomor Pokok : I Judul : Hubungan antara Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di Televisi dengan Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan Dapat diterima sebagai syarat kelulusan KPM 499 pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Ratri Virianita S. Sos, Msi NIP Mengetahui, Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Dr. Ir. Lala M. Kolopaking, MS NIP Tanggal Lulus Ujian:

7 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL HUBUNGAN ANTARA KETERDEDAHAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT TENTANG PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2009 DI TELEVISI DENGAN SIKAP PEMILIH PEMULA DI PEDESAAN INI BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN DAN JUGA BENAR- BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI TIDAK MENGANDUNG BAHAN- BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA MEMPERTANGGUNG- JAWABKAN PERNYATAAN INI.

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bukittinggi pada tanggal 29 November 1987, dari pasangan Nasril, SH dan Yusnita. Pendidikan formal yang pernah dijalani adalah: TK Masyitah Bukittinggi, Sumatera Barat, SD Negeri 26 Bukittinggi, Sumatera Barat, SD Negeri 07 Jakarta Timur, SLTP Negeri 44 Jakarta Timur, SMA Negeri 59 Jakarta Timur, Pada tahun 2005, penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) dan pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selain aktif dalam perkuliahan penulis juga aktif sebagai anggota divisi Fotografi dan Cinematografi HIMASIERA (Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat) selama masa kepengurusan Penulis pernah menjadi penyiar di radio komunitas IPB, Agri FM ( ). Selain itu penulis juga dipercaya untuk menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Dasar-Dasar Komunikasi ( ).

9 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi dengan judul Hubungan antara Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di Televisi dengan Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan pada Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penelitian yang ditulis dalam skripsi ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan sikap pemilih pemula di pedesaan. Demikianlah skripsi ini disusun dengan suatu tema yang relevan untuk ditelaah lebih lanjut pada saat ini. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang membaca. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih. Bogor, Agustus 2009 Penulis

10 UCAPAN TERIMA KASIH Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah terlibat dan membantu selama masa penulisan hingga penyelesaian skripsi ini, antara lain: 1. Ibu Ratri Virianita S. Sos, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi. 2. Ibu Ir. Yatri Indah Kusumastuti, Ms sebagai dosen penguji utama yang telah bersedia meluangkan waktu pada sidang skripsi penulis. 3. Ibu Ir. Anna Fatchiya sebagai dosen penguji dari Departemen KPM yang telah bersedia meluangkan waktu pada sidang skripsi penulis. 4. Papah, Mamah, Rafy atas doa, kasih sayang, cinta, perhatian, dukungan moral, materil dan segalanya yang telah diberikan kepada penulis. 5. KPM 42 atas segala kebersamaan selama masa perkuliahan, program kerja Himasiera, refreshing time, me-time, MayDay dan waktu luang bersama. Lidi, Palu, Acit, Vidy, Wina, Mora, Vboy, Sihol, Agus, Virgin, Nita, Nita, Koe, Hanyum, Amel. Edu, Dito, Pahmi, Adit, Mimi, Bibob, Wagi, Uday, Idham, Uta, Qnyong, Tb, Anda, (Tri) Cahyo, Ijal, Bowo, Janu, Ricky, Egi. 6. KPM 41 atas informasi, semangat dan pinjaman bukunya. Flita, Momon, Nceqo, Sani, kak Susan. 7. Soup Community (B02 TPB 42), Viana (MSL), Indah (SMP 44), Nita, Intan, Jean, Iril, Dina (SMALIX). 8. Teman-teman Multiply: Mamat, Om Jurig, Ibukiki, Henot, Ephaw, Ririn, Mbak Ita, Om Dayan, Iza, Adhi, Assa, Mbak Rani, Bee, Icay, Anne, Vagha. Facebook: Kang Jalu Sind3ntosca, Arul Stereomantic. 9. Bang Martua, Mbak Rahma, Mbak Hana, Mbak Icha, Mbak Maria, Bu Susi, Mas Fotocopy LSI, Bapak Perpustakaan FISIP UI, Mas Perpustakaan Pusat UI. 10. Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini.

11 DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... vii Daftar Tabel... xi Daftar Gambar... xiii BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penulisan Kegunaan Penulisan... 6 BAB II. KERANGKA TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Komunikasi Massa Televisi sebagai Media Komunikasi Massa Iklan sebagai Produk Televisi Keterdedahan terhadap Iklan Layanan Masyarakat Pemilihan Umum Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Pemilih Pemula di Pedesaan Sikap Pemilih Pemula terhadap Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Kerangka Pemikiran Hipotesis Definisi Operasional BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Pemilihan Responden Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengolahan dan Analisis Data BAB IV. GAMBARAN UMUM DESA RANCABUNGUR 4.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana Kependudukan, Pendidikan dan Mata Pencaharian Kelembagaan Sosial, Budaya dan Politik Struktur Tempat Pemungutan Suara... 57

12 BAB V. GAMBARAN UMUM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT TENTANG PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN Deskripsi Tayangan Analisis Tayangan BAB VI. GAMBARAN UMUM RESPONDEN 6.1 Karakteristik Individu Usia Responden Jenis Kelamin Responden Tingkat Pendidikan Responden Status Pekerjaan Responden Karakteristik Sosioligis Lingkungan Keluarga Responden Lingkungan Tempat Tinggal Responden Lingkungan Pekerjaan Responden BAB VII. KETERDEDAHAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT TENTANG PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN Gambaran Umum Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2009 Menurut Responden Frekuensi Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Menurut Responden Durasi Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Menurut Responden Isi Pesan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Menurut Responden Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Berdasarkan Karakteristik Individu Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Usia Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Jenis Kelamin Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 88

13 7.2.4 Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Status Pekerjaan Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Berdasarkan Karakteristik Sosiologis Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Lingkungan Keluarga Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Lingkungan Tempat Tinggal Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Lingkungan Pekerjaan BAB VIII. SIKAP PEMILIH PEMULA DI PEDESAAN TERHADAP PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN Komponen Sikap Kognisi Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Komponen Sikap Afeksi Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Komponen Sikap Konasi Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Karakteristik Individu Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Usia Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Jenis Kelamin Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Tingkat Pendidikan Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Status Pekerjaan Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Karakteristik Sosiologis

14 8.5.1 Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Lingkungan Keluarga Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Lingkungan Tempat Tinggal Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Lingkungan Pekerjaan BAB IX. HUBUNGAN ANTARA KETERDEDAHAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT TENTANG PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2009 DENGAN SIKAP PEMILIH PEMULA DI PEDESAAN 9.1 Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Komponen Sikap Kognisi Pemilih Pemula di Pedesaan Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Komponen Sikap Afeksi Pemilih Pemula di Pedesaan Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Komponen Sikap Konasi Pemilih Pemula di Pedesaan BAB X. KESIMPULAN DAN SARAN 10.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA

15 DAFTAR TABEL No. Teks Halaman 1. Jumlah Sarana Pendidikan di Desa Rancabungur Komposisi Jumlah Penduduk Desa Rancabungur Berdasarkan Tingkat Usia dan Jenis Kelamin per 31 Desember Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Rancabungur Tahun Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Kerja di Desa Rancabungur Tahun Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Utama di Desa Rancabungur Tahun Sarana Peribadatan di Desa Rancabungur Pos Posyandu di Desa Rancabungur Pemerintahan Desa dan Jumlah Anggota Rekapitulasi Jumlah Pemilih Terdaftar Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Usia Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Jenis Kelamin Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Tingkat Pendidikan Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Status Pekerjaan Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Lingkungan Keluarga Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Lingkungan Tempat Tinggal Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Lingkungan Pekerjaan... 97

16 17. Hasil Statistika Deskriptif Komponen Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Usia Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Jenis Kelamin Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Tingkat Pendidikan Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Status Pekerjaan Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Lingkungan Keluarga Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Lingkungan Tempat Tinggal Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Lingkungan Pekerjaan Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dan Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Afeksi Pemilih Pemula di Pedesaan Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Afeksi Pemilih Pemula di Pedesaan Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Konasi Pemilih Pemula di Pedesaan No. Lampiran Halaman 1. Uji Korelasi

17 DAFTAR GAMBAR No. Teks Halaman 1. Kerangka Pemikiran Hubungan antara Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan Tayangan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Persentase Usia Responden di Desa Rancabungur Tahun Persentase Jenis Kelamin Responden di Desa Rancabungur Tahun Persentase Tingkat Pendidikan Responden di Desa Rancabungur Tahun Persentase Status Pekerjaan Responden di Desa Rancabungur Tahun Tingkat Keseringan Responden dalam Membicarakan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di Lingkungan Keluarga Tingkat Keseringan Responden dalam Membicarakan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di Lingkungan Tempat Tinggal Tingkat Keseringan Responden dalam Membicarakan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di Lingkungan Pekerjaan Keterdedahan Responden terhadap Tayangan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Frekuensi Responden dalam Melihat Tayangan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Durasi Responden dalam Melihat Tayangan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Keterdedahan Responden terhadap Isi Pesan Tayangan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Sikap Responden terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden

18 15. Kognisi Responden terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Afeksi Responden terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Konasi Responden terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden No. Lampiran Halaman 1. Sketsa Wilayah Desa Rancabungur

19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi yang dimulai sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru pada bulan Mei 1998, telah menghantarkan rakyat Indonesia kepada perubahan di segala bidang, terutama dalam bidang demokrasi politik. Amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 1945 telah mengubah aturan-aturan dasar dalam sistem pemilihan umum di Indonesia, terutama dalam pengisian jabatan anggota legislatif, Presiden dan Wakil Presiden (Suryatna, 2007). Sistem pemilihan umum yang sebelumnya hanya melibatkan masyarakat sebagai pemilih partai, kini juga telah menjadikan mereka sebagai pemilih langsung (Ridwan, 2004). Perubahan juga terjadi dalam hal cara pemberian suara. Cara memberikan suara yang sebelumnya dilakukan dengan mencoblos, telah diganti menjadi mencontreng. Perubahan-perubahan ini memerlukan suatu proses sosialisasi dalam upaya penyampaian pesan, sehingga pesan tersebut dapat diterima oleh masyarakat secara luas. Berlo (1960) menyebutkan bahwa tujuan komunikasi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu informative, persuasive dan entertainment. Informative adalah kegiatan berkomunikasi yang dilakukan dengan cara penyampaian ide, gagasan dan perasaan yang bersifat faktual dan objektif. Persuasive adalah kegiatan berkomunikasi yang berupaya untuk mengubah persepsi seseorang tentang sesuatu hal. Sedangkan entertainment adalah kegiatan berkomunikasi yang dilakukan dengan tujuan untuk menghibur orang lain.

20 Kegiatan berkomunikasi bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Proses komunikasi ada yang berlangsung dengan pertemuan tatap muka (face to face) dan ada juga yang tidak memerlukan pertemuan secara langsung melainkan memanfaatkan fungsi media sebagai perantara. Media mempunyai peranan penting dalam setiap proses komunikasi karena setiap peristiwa komunikasi pasti memerlukan media dalam proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Media juga mempunyai peranan penting terhadap sikap masyarakat dalam menentukan pilihan politik. Televisi merupakan salah satu jenis media massa elektronik yang berperan dalam proses penyampaian pesan berupa berita, informasi dan hiburan kepada masyarakat dalam jangkauan luas. Televisi memiliki keunggulan dibandingkan dengan media elektronik lain seperti surat kabar dan koran, yaitu kemampuan menyampaikan pesan dalam bentuk gambar dan suara sekaligus. Keterlibatan dua indra secara bersamaan tersebut memungkinkan komunikan untuk dapat mengolah pesan yang diterima dengan lebih cepat. Perin sebagaimana dikutip Waldopo (2000) juga menyebutkan kelebihan lain dari televisi, yaitu sebagai media utama yang digunakan oleh khalayak (a prime source of news). Ditinjau dari segi khalayak, televisi mempunyai cakupan khalayak yang luas. Dilihat dari kategori usia, mereka berasal dari golongan usia yang beragam mulai dari anakanak, remaja sampai dewasa. Begitu pula dengan kategori jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status pekerjaan. Keunggulan televisi tersebut selain dimanfaatkan oleh kalangan komunikator, juga dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kehidupan berpolitik. Minat masyarakat untuk memanfaatkan media massa televisi dalam dunia politik

21 mulai meluas sejak beberapa tahun terakhir. Sebagai contoh dalam pelaksanaan Pemilu Penelitian yang dilakukan oleh Toekan dan Pratikno (2001), menyatakan bahwa dari total 115 santri, sebanyak 49,09 persen memperoleh informasi tentang partai politik Islam dari media televisi. Data tersebut mengindikasikan bahwa media elektronik berupa televisi merupakan salah satu cara yang efektif untuk menyebarluaskan informasi seputar politik. Iklan merupakan salah satu produk dari televisi. Masyarakat Periklanan Indonesia sebagaimana dikutip Widyatama (2005) mendefinisikan iklan sebagai segala bentuk pesan tentang produk atau jasa yang disampaikan melalui suatu media dan ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. Bittner (1986) sebagaimana dikutip Widyatama (2005) melakukan pembagian terhadap iklan, yaitu iklan standar dan iklan layanan masyarakat. Iklan standar memiliki orientasi untuk memperoleh keuntungan ekonomi, sedangkan iklan layanan masyarakat memiliki orientasi untuk memperoleh keuntungan sosial. Secara umum, tujuan iklan adalah untuk mencapai perubahan pada diri masyarakat, sehingga mengaplikasikan pesan persuasi yang disampaikan melalui iklan ke dalam kehidupannya. Hal ini dapat mengarah kepada perubahan sikap yang dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan komponen kognisi, afeksi dan konasi (Schiffman dan Kanuk, 1994). Pemilu 2009 adalah Pemilu kesembilan yang pernah diselenggarakan di Indonesia dan merupakan Pemilu langsung kedua setelah Pemilu 2004 lalu. Data KPU pada bulan Mei 2009 menunjukan bahwa terdapat pemilih tingkat nasional yang akan berpartisipasi pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Jumlah tersebut merupakan data hasil revisi dari jumlah peserta

22 Pemilu Legislatif yang sudah ditambah dengan pemilih yang belum terdaftar. Sebagian dari jumlah tersebut adalah pemilih pemula, yang berada dalam rentang usia antara 17 sampai 21 tahun dan baru pertama kali menggunakan hak pilihnya pada pemilihan umum (Dewi, 1995). Penelitian ini diarahkan kepada penggunaan televisi sebagai media untuk menayangkan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Media televisi dipilih sebagai salah satu media yang digunakan oleh Komisi Pemilihan Umum untuk menyebarkan informasi mengenai Pemilihan Umum kepada masyarakat luas karena berbagai keunggulan yang dimilikinya. Komisi Pemilihan Umum menyalurkan pesan sosialisasi tersebut dalam bentuk iklan layanan masyarakat yang dikemas secara menarik, dengan tetap memberikan penekanan kepada inti pesan, yaitu ajakan kepada masyarakat luas agar mereka bersedia untuk memeriksa DPT ke kelurahan dan ikut serta dalam kegiatan Pemilu Preseden dan Wakil Presiden yang akan dilaksanakan pada tanggal 8 Juli Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah disebutkan di atas, maka penelitian ini akan difokuskan untuk mengkaji sejauhmana Hubungan antara Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di Televisi dengan Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan. Penelitian ini akan membahas tentang iklan layanan masyarakat yang ditayangkan di televisi, dan mengandung pesan berupa ajakan kepada masyarakat untuk memeriksa DPT ke kelurahan dan ikut serta dalam kegiatan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang diselenggarakan pada tanggal 8 Juli Penelitian ini akan melihat komponen sikap kognisi, afeksi dan konasi dari masyarakat, khususnya pemilih pemula.

23 Perumusan masalah yang diajukan adalah: 1. Bagaimana tingkat keterdedahan pemilih pemula di pedesaan terhadap iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi? 2. Bagaimana sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009? 3. Bagaimana hubungan antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan sikap pemilih pemula di pedesaan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan-perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan tingkat keterdedahan pemilih pemula di pedesaan terhadap iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi. 2. Mendeskripsikan sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Menganalisis hubungan antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan sikap pemilih pemula di pedesaan.

24 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hubungan antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi dengan sikap pemilih pemula di pedesaan. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap berbagai pihak, diantaranya: 1. Pemilih Pemula di Pedesaan Menjadi sumber pengetahuan bagi masyarakat luas secara umum dan pemilih pemula secara khusus, akan pentingnya keikutsertaan seluruh elemen masyarakat dalam kegiatan pemilihan umum di tanah air. 2. KPU Sebagai bahan evaluasi dalam pembuatan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, sehingga dapat menjadi lebih baik lagi. 3. Kalangan Akademisi Menambah khazanah pengetahuan tentang hubungan antara iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan sikap pemilih pemula di pedesaan, dalam rangka pengembangan riset dan studi ilmu komunikasi, serta sebagai referensi dalam penulisan penelitian sejenis.

25 BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah peristiwa komunikasi yang dilakukan melalui media massa, seperti surat kabar, majalah, radio, televisi dan film (Effendy, 1991). Severin dan Tankard (1979) sebagaimana dikutip Effendy (1991) menyatakan bahwa komunikasi massa adalah keterampilan, seni dan ilmu. Ia adalah keterampilan, meliputi teknik-teknik tertentu yang dapat dipelajari. Ia adalah seni, yaitu berupa tantangan kreatif seperti menulis naskah untuk televisi dan mengembangkan tata letak iklan. Ia adalah ilmu, meliputi prinsip-prinsip tentang bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat dikembangkan dan dipergunakan untuk membuat beberapa hal menjadi lebih baik. Sementara itu Devito (1978) sebagaimana dikutip Effendy (1991) mendefinisikan komunikasi massa sebagai berikut, pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak dalam jumlah besar dan agak sukar untuk didefinisikan dan kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar audio dan visual. Komunikasi massa akan lebih mudah didefinisikan menurut bentuknya, yaitu televisi, radio, surat kabar, dan majalah. Sebagaimana didefinisikan oleh para ahli di atas, maka Effendy (1991) merumuskan ciri-ciri komunikasi massa, sebagai berikut:

26 1. Komunikasi berlangsung satu arah Pesan yang disampaikan melalui media massa bersifat satu arah, sehingga komunikator tidak dapat mengetahui tanggapan, berupa umpan balik yang disampaikan oleh komunikan, secara langsung pada saat pesan disampaikan. 2. Komunikator pada komunikasi massa bersifat melembaga Media massa sebagai saluran komunikasi merupakan sebuah lembaga, yaitu berupa institusi atau organisasi. Sehingga komunikator yang ada pada media massa bersifat melembaga, yaitu aktivitasnya berada di bawah pengawasan lembaga terkait. 3. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum Pesan adalah informasi yang akan disampaikan. Pesan yang bersifat umum, mengandung pengertian bahwa isi pesan tersebut menyangkut kepentingan umum dan disampaikan kepada khalayak secara umum. 4. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan Keserempakkan diartikan sebagai kesamaan waktu. Bahwa khalayak menerima pesan yang disampaikan melalui media massa dalam waktu yang serempak atau relatif sama. 5. Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen Komunikan merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju. Bersifat heterogen karena berbeda dalam hal jenis kelamin, usia, agama, pekerjaan, pendidikan, kebudayaan, cita-cita dan sebagainya.

27 2.1.2 Televisi sebagai Media Komunikasi Massa Schramm (1964) mengemukakan tiga fungsi media massa dalam rangka perubahan sosial dan pembangunan nasional, yaitu: 1. Menyampaikan informasi tentang pembangunan nasional kepada masyarakat Perhatian masyarakat difokuskan pada kebutuhan terhadap perubahan dan cara melakukan perubahan. 2. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk ikut serta secara aktif dalam proses pengambilan keputusan Dengan memperluas cakupan dialog, sehingga mampu melibatkan lebih banyak pihak yang menginginkan perubahan. Pemuka masyarakat diberi kesempatan untuk memimpin dan mendengarkan pendapat masyarakat. Pesanpesan yang menuntut adanya perubahan disampaikan dengan jelas, sehingga arus informasi berjalan lancar. 3. Mendidik tenaga kerja yang dibutuhkan Media massa dapat digunakan sebagai sarana pendidikan dengan menayangkan program acara yang mendidik. Orang dewasa diberi pelajaran membaca, petani diberikan pendidikan pertanian modern dan masyarakat diberi pengetahuan mengenai cara hidup yang sehat. MacBride sebagaimana dikutip Rakhmat (2000) menuliskan empat fungsi media, yaitu fungsi menyampaikan informasi (to inform), fungsi mendidik (to educate), fungsi menghibur (to entertain) dan fungsi mempengaruhi khalayak (to influence). Secara umum, media dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu media lini bawah dan media lini atas (Widyatama, 2005). Media lini bawah memiliki karakteristik sebagai berikut, pertama, jumlah khalayak dan wilayah cakupan

28 yang dapat dijangkau terbatas. Kedua, media ini mampu menjangkau khalayak yang juga mengakses media yang termasuk ke dalam golongan media lini atas. Ketiga, media ini tidak mampu menjangkau khalayak secara serempak. Contoh dari media lini bawah adalah poster, leaflet, pamflet, brosur, spanduk dan baliho. Media lini atas memiliki karakterisik sebagai berikut, pertama, informasi yang disampaikan bersifat serempak, maksudnya suatu informasi yang sama diterima oleh khalayak luas pada waktu yang relatif sama. Kedua, khalayak bersifat anonim, maksudnya komunikator tidak mengenal khalayak secara personal. Ketiga, media ini memiliki kemampuan dalam menjangkau khalayak yang berada dalam wilayah yang luas. Contoh dari media lini atas adalah surat kabar, majalah, film, radio dan televisi. Televisi berasal dari kata tele yang berarti jauh dan vision yang berarti penglihatan. Segi jauh televisi, mentransmisikan suara dengan menggunakan prinsip pemancar radio, sedangkan segi penglihatan diwujudkan dengan prinsip kamera berupa gambar. Media televisi merupakan media yang bersifat transitory (meneruskan), sehingga pesan-pesan yang diteruskan melalui televisi bukan hanya untuk didengar, tetapi juga untuk dilihat gambarnya (Wahyudi sebagaimana dikutip Kuswandi, 1996). Sebagaimana halnya dengan media massa lain, televisi juga memiliki fungsi tertentu. Effendy (1991) menyebutkan tiga fungsi utama televisi, yaitu fungsi penerangan, fungsi pendidikan dan fungsi hiburan. 1. Fungsi Penerangan Televisi dianggap sebagai media yang mampu menyiarkan informasi dengan sangat memuaskan. Hal ini disebabkan oleh dua faktor yaang terdapat pada

29 media massa audio visual tersebut, yaitu immediacy dan realism. Immediacy mengandung pengertian langsung dan dekat. Peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh para pemirsa pada saat peristiwa tersebut berlangsung. Sedangkan realism mengandung makna kenyataan. Maksudnya, stasiun televisi menyiarkan informasi yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnnya. 2. Fungsi Pendidikan Sebagai media komunikasi massa, televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan siaran pendidikan kepada khalayak dalam jumlah banyak secara simultan. Sesuai dengan makna pendidikan yaitu meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat, televisi menyiarkan acara-acara tertentu secara teratur. Selain acara yang secara eksplisit mengandung unsur pendidikan, televisi juga menayangkan acara yang mengandung unsur pendidikan secara implisit. Acara tersebut dapat berupa film, ceramah, maupun iklan layanan masyarakat. 3. Fungsi Hiburan Fungsi televisi sebagai media hiburan dominan terjadi di negara yang bersifat agraris. Hal ini dapat dipahami karena televisi mampu menyajikan gambar dan suara secara bersamaan, sehingga bisa dinikmati oleh segala kalangan. Televisi adalah subsistem dari sistem tata negara dan pemerintahan tempat stasiun televisi beroperasi. Dengan demikian sifat penerangan, pendidikan dan hiburan dari suatu stasiun televisi tergantung pada peraturan yang ditetapkan oleh negara yang bersangkutan. Televisi juga merupakan alat budaya dari tatanan industri yang telah ada dan terutama berfungsi mempertahankan, memantapkan

30 dan memperkuat dibandingakn mengubah, mengancam atau memperlemah keyakinan dan perilaku (Gross, 1977 sebagaimana dikutip McQuail, 1987). Berdasarkan pemaparan beberapa ahli mengenai fungsi televisi sebagaimana disebutkan diatas, maka fungsi televisi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai media yang digunakan oleh komunikator dalam rangka menyampaikan informasi kepada khalayak, memberikan pengetahuan sekaligus hiburan dan berupaya untuk mempengaruhi khalayak. Gerbner dan Gross (1976) sebagaimana dikutip McQuail (1987) menyatakan bahwa media memiliki peranan penting dalam proses pembentukan masyarakat. Televisi, secara khusus, dianggap mampu memberikan pengaruh yang kuat terhadap khalayaknya. Hal ini disebabkan oleh karakter pesan di televisi yang disajikan secara sistematik dan konsisten sepanjang waktu. Dengan demikian jumlah khalayak yang menyaksikan televisi akan sebanding dengan jumlah pesan yang dapat diterima melalui media televisi. Effendy (1991) menyatakan bahwa sebagai salah satu jenis dari media komunikasi massa, televisi memiliki perbedaan dari media lain. Televisi memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh media massa lain seperti surat kabar, majalah dan radio. Keunggulan tersebut diantaranya: 1. Keunggulan Karakteristik Televisi mampu menyampaikan pesan audio dan visual, berupa suara dan gambar dalam waktu yang bersamaan. Penggunaan televisi melibatkan dua indra secara bersamaan, sehingga komunikan dapat mengolah pesan yang diterima dengan lebih cepat.

31 2. Menjangkau Khalayak Luas Televisi merupakan media yang hampir dimiliki oleh semua orang. Pesan yang disampaikan melalui televisi dapat diterima oleh khalayak karena kemampuan televisi dalam menjangkau khalayak, mulai dari wilayah perkotaan hingga ke wilayah pedesaan. Fahmi (1997) menambahkan keunggulan lain dari televisi, yaitu kemampuan dalam mengantarkan informasi secara langsung. Sejalan dengan ciri-ciri komunikasi massa, kemampuan televisi tersebut dapat menimbulkan pengetahuan dan mempengaruhi perasaan khalayak. Perin sebagaimana dikutip Waldopo (1999) juga menyebutkan kelebihan lain dari televisi, yaitu sebagai media utama yang digunakan oleh khalayak (a prime source of news). Kemampuan dan kelebihan ini menjadikan televisi sebagai salah satu media yang digunakan untuk menyebarluaskan informasi, berkaitan dengan kepentingan pembangunan bangsa. Termasuk upaya meningkatkan partisipasi politik warga masyarakat dalam Pemilu. Proses penyebaran informasi dengan mengunakan media televisi ini menjadi lebih efektif karena kemampuan televisi dalam menyampaikan informasi dalam bentuk audio dan visual kepada khalayak luas, sehingga dapat menjangkau khalayak yang heterogen dalam jumlah besar dan jangkauan wilayah yang luas secara bersamaan Iklan sebagai Produk Televisi Otto Klepper (1986) sebagaimana dikutip Widyatama (2005) mendefinisikan advertising yang berasal dari bahasa latin ad-vere, sebagai upaya memindahkan pikiran dan gagasan dari pihak satu ke pihak lain. Menurut ilmu komunikasi, definisi iklan ditekankan kepada proses penyampaian pesan dari

32 komunikator kepada komunikan. Menurut ilmu periklanan, definisi iklan ditekankan kepada aspek penyampaian pesan yang kreatif, persuasif dan disampaikan melalui media khusus. Sedangkan menurut ilmu psikologi, definisi iklan lebih menekankan kepada aspek persuasi pesan. Dalam penelitian ini, definisi iklan yang akan digunakan adalah menekankan iklan sebagai suatu proses penyampaian pesan yang bersifat persuasif dengan menggunakan televisi sebagai media. Masyarakat Periklanan Indonesia sebagaimana dikutip Widyatama (2005) mendefinisikan iklan sebagai segala bentuk pesan tentang produk atau jasa yang disampaikan melalui suatu media dan ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. Sementara periklanan didefinisikan sebagai keseluruhan proses yang meliputi persiapan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dalam penyampaian iklan. Dengan demikian, dapat dituliskan prinsip iklan sebagai berikut: 1. Ada pesan tertentu Pesan yang disampaikan bisa dalam bentuk audio, visual maupun audio visual. Pesan tersebut diterima melalui panca indra, sehingga didapatkan perpaduan antara pesan verbal dan pesan non-verbal. 2. Dilakukan oleh komunikator Komunikator adalah sumber atau penyampai pesan. Komunikator bisa merupakan perseorangan, sekelompok masyarakat, lembaga atau organisasi bahkan negara.

33 3. Dilakukan dengan cara non-personal Maksud non-personal adalah pesan disampaikan tidak dalam bentuk tatap muka secara langsung, melainkan memerlukan media sebagai perantara. 4. Disampaikan untuk khalayak tertentu Khalayak penerima pesan atau komunikan memiliki sifat yang khusus. Pesan iklan bukan disampaikan untuk semua orang, melainkan kepada sekelompok target sarsaran. Pemilihan terget sasaran didasarkan pada keyakinan bahwa setiap khalayak memiliki kesukaan, kebutuhan, keinginan, karakteristik dan keyakinan yang khusus, sehingga pembuatan pesan harus dirancang agar sesuai dengan target sasaran. 5. Penyampaian pesan mengharapkan dampak tertentu Penyampaian pesan harus dilakukan dengan cara sebaik mungkin agar iklan menjadi efektif. Efektif mengandung pengertian bahwa iklan tersebut harus mampu menggerakkan khalayak agar mau mengikuti pesan yang terkandung dalam iklan. Pesan yang dibuat oleh pengiklan memiliki tujuan agar menimbulkan dampak pada khalayak. Dampak tersebut dapat berupa dampak ekonomis atau dampak sosial. Pengaruh ekonomis adalah dampak yang diharapkan demi mendapat keuntungan ekonomi. Sedangkan dampak sosial adalah keuntungan non-ekonomis, yaitu terbangunnya citra baik berupa penerimaan sosial oleh masyarakat. Trisnanto (2007) menyebutkan bahwa iklan yang efektif harus memiliki tujuan yang jelas, diarahkan pada sasaran yang tepat, diposisikan dengan unik, menggunakan media yang tepat dan mengemas pesan dengan kreatif. Pada dasarnya sebuah pesan akan disebut efektif jika terbentuk kesamaan makna antara pesan yang disampaikan oleh komunikator dan pesan yang diterima oleh

34 komunikan. Dengan demikian sesuai dengan prinsip periklanan, harus terdapat pesan yang jelas untuk disampaikan kepada khalayak tertentu, menggunakan media sebagai perantara dan mampu menghasilkan dampak sesuai dengan yang diharapkan oleh komunikator. Schramm (1964) menyatakan bahwa media massa juga berfungsi sebagai media propaganda. Bahwa media massa, dalam hal ini televisi dapat dimanfaatkan sebagai sarana yang efektif untuk menyampaikan pesan, berupa hasil produksi dan memperoleh keuntungan. Dengan kata lain televisi dapat digunakan sebagai sarana promosi barang dan jasa, dalam bentuk iklan. Penelitian ini akan membahas tentang iklan layanan masyarakat yang mengandung pesan ajakan. Media yang digunakan untuk menyampaikan pesan adalah televisi, dengan menayangkan iklan layanan masyarakat Keterdedahan terhadap Iklan Layanan Masyarakat Bittner (1986) sebagaimana dikutip Widyatama (2005) melakukan pembagian terhadap iklan. Secara umum iklan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu iklan standar dan iklan layanan masyarakat. Iklan standar adalah iklan yang ditata secara khusus untuk keperluan memperkenalkan barang, jasa dan pelayanan untuk konsumen melalui media periklanan. Tujuan periklanan standar adalah untuk mendapatkan keuntungan ekonomi, karena itulah iklan standar ini juga biasa disebut sebagai iklan komersil. Sementara iklan layanan masyarakat adalah iklan yang bersifat non-profit. Iklan jenis ini tidak bertujuan untuk mencari keuntungan ekonomi, melainkan keuntungan sosial. Keuntungan sosial yang diharapkan dari penyampaian pesan dengan menggunakan jenis iklan ini adalah didapatkannya

35 citra baik di tengah masyarakat. Terlihat bahwa yang membedakan antara iklan standar dan iklan layanan masyarakat adalah keuntungan yang diharapkan. Iklan layanan masyarakat juga bertujuan untuk memberi informasi, penerangan dan pendidikan kepada masyarakat dengan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dan bersikap positif terhadap pesan yang disampaikan. Materi pesan yang disampaikan dalam iklan layanan masyarakat adalah berupa informasi publik. Bovee (1986) sebagaimana dikutip Widyatama (2005) mendefinisikan iklan layanan masyarakat sebagai iklan yang digunakan untuk menyampaikan informasi, persuasi dan mendidik khalayak. Iklan persuasi menitikberatkan pada upaya mempengaruhi khalayak untuk melakukan sesuatu, sebagaimana yang diinginkan oleh komunikator. Iklan layanan masyarakat untuk mengikuti pemilu dapat dikategorikan sebagai iklan persuasi. Informasi persuasif diartikan sebagai suatu informasi yang diharapkan mampu mengubah sikap seseorang. Hal ini berhubungan erat dengan usaha persuasi, yaitu usaha yang disadari untuk mengubah sikap, kepercayaan atau perilaku seseorang melalui transmisi (Nimmo, 1999). Menurut William Mc Guire sebagaimana dikutip Nimmo (1999) agar kegiatan persuasi terhadap seseorang dapat dilakukan maka harus melalui enam tahap proses informasi, yaitu (1) pesan bersifat persuasif, (2) individu memberi perhatian terhadap pesan, (3) individu memahami pesan iklan, (4) individu menerima pesan, (5) individu tetap pada opini yang dibentuknya dan (6) individu bertindak lebih lanjut berdasarkan pandangan tersebut.

36 Pembagian terhadap iklan juga dilakukan oleh Liliweri (1992). Ia membedakan iklan ke dalam lima bentuk, yaitu iklan tanggung jawab sosial, iklan bantahan, iklan pembelaan, iklan perbaikan dan iklan keluarga (Widyatama, 2005). Iklan tanggung jawab sosial bertujuan untuk menyebarkan pesan yang bersifat informatif, penerangan dan pendidikan agar dapat membentuk sikap warga sehingga mereka mau bertanggung jawab terhadap masalah sosial dan kemasyarakatan tertentu. Iklan layanan masyarakat termasuk ke dalam kategori iklan tanggung jawab sosial. Termasuk juga iklan anjuran, yaitu iklan yang pesanpesannya secara tegas menganjurkan masyarakat untuk melakukan tidakan tertentu, contohnya seperti anjuran untuk mengikuti Pemilu. Berdasarkan berbagai penjelasan mengenai iklan layanan masyarakat di atas, diperoleh kesimpulan bahwa keuntungan sosial yang merupakan tujuan dari iklan layanan masyarakat adalah berupa pertambahan pengetahuan, kesadaran sikap dan perubahan perilaku masyarakat terhadap masalah yang diiklankan. Secara normatif, keuntungan sosial tersebut sangat penting bagi peningkatan kualitas kehidupan masyarakat, karena mereka akan dibangun dan diarahkan pada situasi yang lebih baik. Penyampaian iklan layanan masyarakat juga dapat menguntungkan pihak pengiklan itu sendiri. Selain medapat citra baik dari masyarakat, iklan layanan masyarakat tersebut juga mampu meringankan tugas pihak pengiklan. Penelitian ini difokuskan untuk membahas tentang iklan layanan masyarakat yang mengandung pesan berupa ajakan kepada masyarakat untuk memeriksa DPT ke kelurahan dan mengikuti Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang akan diselenggarakan pada tanggal 8 Juli mendatang. Dengan menonton iklan layanan

37 masyarakat tersebut, masyarakat diharapkan dapat memiliki kesadaran politik, sehingga ia mau ikut serta dalam kegiatan Pemilu, sehingga menjadikan tugas KPU sebagai pembuat iklan menjadi lebih ringan. Iklan layanan masyarakat untuk mengikuti pemilu dapat dikategorikan sebagai iklan politik. Bovee (1986) sebagaimana dikutip Widyatama (2005) mendefinisikan iklan politik sebagai iklan yang berisi pesan dan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan politik. Misalnya parpol, demokrasi, pemilu, dan lain lain. Iklan politik umumnya dilakukan oleh politisi atau institusi politik, yaitu pemerintah dan parpol. Iklan jenis ini biasanya banyak ditemui pada saat menjelang pemilu, baik pemilu pilpres, anggota dewan hingga pemilihan pejabat. Tujuannya adalah untuk membentuk citra baik bagi organisasi maupun individu, serta mengajak publik untuk mendukung organisasi atau individu yang membuat iklan. Gerbner (1973) sebagaimana dikutip McQuail (1987) menyatakan bahwa televisi, dengan segala produknya, telah menempati posisi yang penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Hal ini telah mengakibatkan lingkungan simbolik khalayak menjadi terdominasi. Dalam penelitian ini, lingkungan simbolik khalayak diartikan sebagai lingkungan sosial dan individu yang memiliki hubungan dengan khalayak. Lingkungan sosial khalayak kemudian disebut sebagai karakteristik sosiologis yang dibedakan menjadi lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal dan lingkungan pekerjaan. Sedangkan individu khalayak kemudian disebut sebagai karakteristik individu yang dibedakan menjadi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status pekerjaan.

38 Keterdedahan terhadap media massa dipakai sebagai padanan dari media exposure. Terdapat beragam definisi mengenai keterdedahan, diantaranya Furkonulhakim (1989), yang menyatakan bahwa keterdedahan pada media massa adalah aktivitas membaca media massa tercetak, mendengarkan radio dan menonton televisi serta film. Sedangakan Shore sebagaimana dikutip Samsi (2005) mendefinisikan keterdedahan sebagai kegiatan mendengarkan, melihat, membaca, atau secara lebih umum memberikan sejumlah perhatian kepada suatu pesan yang disampaikan dengan menggunakan media sebagai perantara. Andika (2008) menyatakan bahwa salah satu cara untuk mengetahui keterdedahan seseorang terhadap media massa adalah dengan melihat intensitas mereka dalam menggunakan media massa. Media massa yang akan diamati adalah media massa yang memiliki porsi paling besar dalam kehidupan. Hasil penelitian Andika (2008) menunjukkan bahwa diantara sekian banyak media massa yang ada, televisi adalah media massa yang paling sering digunakan oleh mahasiswa. Dengan demikian, sejalan pula dengan kelebihan televisi yaitu sebagai a prime source of news, maka dalam penelitian ini keterdedahan didefinisikan sebagai intensitas seseorang dalam melihat iklan layanan masyarakat yang ditayangkan di televisi. Rodman (2006) mendefinisikan keterdedahan sebagai proses pada diri seseorang untuk mencari pesan yang dapat membantu mereka dalam menentukan sikap. Gerbner (1973) sebagaimana dikutip McQuail (1987) menyebutkan bahwa pendedahan khalayak terhadap informasi di televisi secara terus menerus, dapat menyebabkan penerimaan yang lebih tinggi pada diri khalayak, sehingga akan menimbulkan sikap yang semakin positif. Furkonulhakin (1989) menyebutkan

39 bahwa keterdedahan terhadap media sangat berkaitan dengan perilaku seseorang dalam mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dan media di lingkungannya. Hasil penelitian Lionberger dan Gwin (1982) sebagaimana dikutip Senanggun (1991) juga menyebutkan bahwa terdapat tiga efek keterdedahan pada media massa, yaitu perubahan pada ranah kognisi, afeksi dan konasi. Melalui penelitian ini akan dilihat hubungan antara keterdedahan terhadap iklan dengan sikap. Menurut Baran (2004), terdapat lima elemen mendasar pada keterdedahan terhadap media massa, yaitu kesadaran akan dampak media, pemahaman terhadap proses komunikasi massa, pemahaman terhadap isi media, kemampuan untuk menikmati dan memahami, serta menghargai isi media. Rosengren dan Erick sebagaimana dikutip Samsi (2005) menyatakan bahwa aspek keterdedahan dapat diukur berdasarkan: 1. Waktu yang digunakan dalam mengikuti berbagai informasi menggunakan media 2. Jenis-jenis isi media yang diikuti 3. Hubungan yang terdapat antara individu yang mengkonsumsi informasi baik dengan isi media maupun dengan media Blummer sebagaimana dikutip Senanggun (1991) mengemukakan bahwa pengukuran keterdedahan pada media massa dilihat dari aspek-aspek yang berkaitan dengan penggunaan media massa. Pengukuran terhadap keterdedahan terhadap media sebagaimana dinyatakan oleh Samsi (2005) dapat dilihat salah satunya dari jumlah waktu yang digunakan. Hasil penelitian Biagi (2005) menunjukkan bahwa manusia menggunakan 42 persen dari total waktunya selama

40 setahun untuk menggunakan media, 33 persen untuk tidur dan hanya 25 persen yang tidak menggunakan media. Dengan demikian, keterdedahan khalayak terhadap iklan layanan masyarakat pada penelitian ini, akan dilihat dari segi frekuensi, durasi dan kelengkapan isi pesan iklan layanan masyarakat di televisi Pemilihan Umum Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum mendefinisikan Pemilihan Umum, yang selanjutnya disebut Pemilu, sebagai sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pemilu adalah pesta demokrasi yang dilaksanakan secara periodik, setiap lima tahun sekali. Pemilu telah dianggap sebagai salah satu ukuran demokrasi. Hampir seluruh negara di dunia selalu menyelenggarakan pemilu sebagai perwujudan dari demokrasi di negaranya. Hal ini disebabkan oleh pelaksanaan pemilu yang mampu melibatkan hampir seluruh elemen masyarakat yang sudah memiliki hak suara. Suatu pemilu baru akan dianggap demokratis jika melibatkan berbagai lapisan masyarakat tanpa diskriminasi. Keterlibatan tersebut secara tidak langsung telah mengikutsertakan masyarakat dalam melakukan tugas pemerintahan berupa koreksi terhadap kinerja pemerintah. Koreksi ini dilakukan secara damai dan sesuai dengan aturan pemilu yang berlaku. Rosyadi (2005) menyebutkan bahwa pada dasarnya pemilu memiliki tiga tujuan utama. Pertama, sebagai mekanisme untuk menyeleksi pelaksana pemerintahan dan pelaksana kebijakan umum yang sesuai dengan prinsip

41 demokrasi. Kedua, sebagai mekanisme untuk memindahkan konflik kepentingan dari masyarakat kepada Badan Perwakilan Rakyat, sehingga konflik kepentingan bisa dimobilisasi menjadi kepentingan bersama. Ketiga, merupakan sarana untuk memobilisasi dukungan dan aspirasi rakyat terhadap negara dan pemerintahan, dengan ikut serta dalam proses politik. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2007 Pasal 1, mencantumkan jenis-jenis pemilu, yaitu: 1. Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 2. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. 3. Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Ketiga jenis pemilu yang telah disebutkan diatas memiliki tujuan umum yang sama, yaitu untuk memilih wakil rakyat, namun dengan tujuan khusus yang berbeda. Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah ditujukan untuk memilih kepala daerah beserta wakil dari setiap daerah, sehingga yang menjadi kandidat dari tiap daerahpun berbeda. Pemilu anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bertujuan untuk memilih anggota dewan yang bersangkutan. Pemilihan anggota dewan inilah yang disebut dengan Pemilu Legislatif. Sedangkan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dilaksanakan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dari suatu negara Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Pemilu merupakan salah satu wujud dari kedaulatan rakyat. Sebagai perwujudan negara hukum dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pemilu tersebut baik untuk pemilihan anggota DPR, DPD dan DPRD serta

42 pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dilaksanakan menurut undang-undang yang berlaku. Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, bahwa kedaulatan rakyat tidak lagi dilaksanakan oleh MPR, tetapi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Dasar sesuai Pasal 1 ayat 2 yang menyatakan bahwa Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar Salah satu wujud dari kedaulatan rakyat adalah Pemilihan Umum, baik untuk memilih Anggota DPR, DPD dan DPRD maupun untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden. Atas dasar itu, maka Presiden dan Wakil Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat. Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu seperti dinyatakan dalam Pasal 6A undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat dan Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan Pemilihan Umum. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden merupakan suatu proses politik bagi bangsa Indonesia menuju kehidupan politik yang lebih demokratis dan bertanggung jawab. Sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 ayat 2 Undang- Undang No.23 tahun 2003, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dilaksanakan berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.

43 Sesuai dengan Pasal 3 UU No.23 tahun 2003, Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dilaksanakan: 1. Di seluruh wilayah NKRI sebagai satu daerah pemilihan. 2. Setiap lima tahun sekali pada hari libur atau hari yang diliburkan. 3. Sebagai satu rangkaian dengan pemilihan umum anggota DPR, DPD dan DPRD. 4. Harus sudah menghasilkan Presiden dan Wakil Presiden terpilih selambatlambatnya 14 hari sebelum masa jabatan Presiden berakhir. Pemungutan suara untuk pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dilaksanakan selambat-lambatnya tiga bulan setelah pengumuman hasil Pemilu DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/ Kota. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dilaksanakan pada hari libur atau hari yang diliburkan. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya tanpa beban psikologis untuk melaksanakan kegiatan lain yang dapat mengganggu konsentrasi penyaluran aspirasinya pada saat pemungutan suara. Masyarakat pemilih pada penelitian ini, difokuskan kepada pemilih pemula yang berada di pedesaan Pemilih Pemula di Pedesaan Kata desa berasal dari bahasa Sansekerta yaitu desi atau dusun, yang berarti tempat asal, tempat tinggal, negeri asal atau tanah leluhur. Pengertian ini merujuk kepada suatu kesatuan hidup dengan satu kesatuan norma dan memiliki batas yang jelas (Purnomo, 2004). Batas suatu desa merupakan batas wilayah yang dapat dibentuk oleh pemerintah maupun masyarakat desa itu sendiri. Batas suatu desa juga dapat diartikan sebagai batas secara sosial, yaitu batas khas yang

44 membedakan antara masyarakat satu dan masyarakat lain, yang masih berada dalam suatu desa. Raharjo (1999) menyatakan bahwa ciri utama yang melekat pada suatu desa adalah sebagai tempat tinggal menetap dari suatu kelompok masyarakat dalam jumlah yang relatif kecil. Masyarakat desa memiliki ketergantungan terhadap suatu wilayah tertentu, sebagai contohnya adalah kota. Raharjo (1999) menyatakan bahwa keterkaitan antara desa dan kota dapat dilihat dari segi struktur kekuasaan. Pemilih pemula adalah golongan penduduk yang berada dalam rentang usia 17 sampai 21 tahun, yang baru pertama kali ikut serta dalam kegiatan pemilu. Pemilih pemula memiliki peranan penting dalam setiap pelaksanaan pemilu di Indonesia, karena pemilih pemula berbeda dari pemilih yang sudah pernah memilih sebelumnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari segi usia, antusiasme mengikuti pemilu dan dalam menentukan pilihan (Rimbatmaja, 2004). Hurlock (1980) menetapkan usia 17 sebagai garis pemisah antara masa remaja awal dan masa remaja akhir. Ahmadi (2005) menyatakan bahwa pada usia tersebut, seseorang mulai aktif mencari kegiatan sebagai upaya untuk menemukan dirinya (konsep akuan), dan mencari pedoman hidup sebagai bekal di masa depan. Selama masa upaya penemuan diri, seseorang mulai menyadari keberadaan diri dan peranannya dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga ia akan berusaha untuk ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan di masyarakat. Masa pencarian pedoman hidup adalah masa dimana seseorang mulai aktif menerima seluruh norma yang berlaku di masyarakat, untuk kemudian diintegrasikan ke dalam dirinya.

45 Ahmadi (2005) menyebut usia 18 sampai 21 tahun sebagai masa adoleson, yaitu masa dimana seseorang sudah mengenali dirinya, mulai membuat rencana mengenai kehidupan dan mulai menentukan jalan hidup. Sedangkan Hurlock (1980) menyebut usia 18 sampai 40 tahun sebagai masa dewasa dini, yaitu periode penyesuaian diri seseorang terhadap pola kehidupan dan harapan sosial yang baru. Berkaitan dengan konsep pemilih pemula, maka seseorang yang berada dalam masa remaja akhir maupun masa dewasa dini, dikategorikan sebagai pemilih yang masih berada dalam fase perkembangan. Mereka memiliki kecenderungan untuk bersikap kritis dan banyak bertanya. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengumpulkan informasi dan membentuk definisi mengenai realita sosial di sekitar berdasarkan pandangannya sendiri. Realita sosial yang dimaksud adalah situasi sosial, ekonomi dan politik yang berlangsung di suatu negara serta pemaknaan pemilih terhadapnya. Pemilih pemula yang akan dikaji dalam penelitian ini, difokuskan pada pemilih pemula yang bertempat tinggal menetap di pedesaan dan berada dalam rentang usia antara tahun. Mereka kemudian lebih difokuskan lagi kepada pemilih pemula yang sudah pernah melihat tayangan iklan layanan masyarakat untuk mengikuti Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi. Salah satu sumber informasi pemilih pemula di pedesaan mengenai Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 yang akan dilaksanakan pada tanggal 8 Juli mendatang adalah televisi. Stasiun televisi yang menyangkan iklan layanan masyarakat untuk mengikuti Pemilu, berlokasi di kota. Demikian juga dengan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mencalonkan diri untuk kemudian dipilih pada Pemilu.

46 Mereka juga bertempat tinggal di kota. Terlihat bahwa masyarakat desa menggantungkan salah satu unsur kehidupannya, yaitu kehidupan politik mereka kepada kota Sikap Pemilih Pemula terhadap Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Mar at (1981) mendefinisikan sikap sebagai produk dari proses sosialisasi yang mengakibatkan seseorang bereaksi sesuai dengan rangsang yang diterimanya. Dalam psikologi sosial, sikap didefinisikan sebagai suatu bentuk yang memungkinkan untuk terlihatnya sebuah aktivitas. Baron dan Bryne (2000) mendefinisikan sikap sebagai suatu bentuk evaluasi terhadap lingkungan sosial. Perilaku mempunyai keterkaitan yang erat dengan sikap, namun konsep sikap tidak bisa disamakan dengan konsep perilaku. Rogers (1995) menyebutkan bahwa pada dasarnya perilaku adalah tindakan individu yang terarah pada tujuan untuk memuaskan kebutuhannya, sedangkan sikap belum menunjukkan adanya suatu tindakan atau aktivitas, melainkan hanya sebatas kecenderungan. Newcomb (1978) sebagaimana dikutip Mar at (1981) juga melakukan pembatasan terhadap pengertian sikap, bahwa sikap adalah kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Dengan demikian sikap dapat didefinisikan sebagai kecenderungan terhadap kemungkinan yang dapat terjadi, belum merupakan tindakan atau aktivitas, melainkan berupa predisposisi tingkah laku. Predisposisi untuk bertindak mencakup komponen kognisi, afeksi dan konasi. Kognisi menjawab pertanyaan tentang apa yang dipikirkan atau dipersepsikan tentang objek, berhubungan dengan keyakinan, ide dan konsep, serta menyangkut pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap sesuatu.

47 Afeksi menjawab pertanyaan tentang apa yang dirasakan terhadap objek, berupa perasaan senang atau tidak senang (penilaian positif atau negatif). Konasi menjawab pertanyaan bagaimana kesediaan atau kesiapan bertindak, berupa kecenderungan seseorang untuk bertingkah laku. Wright (1978) mengemukakan bahwa iklan merupakan suatu proses komunikasi yang mempunyai kekuatan yang sangat penting sebagai alat pemasaran, baik untuk pemasaran barang, layanan, gagasan atau ide melalui saluran atau media tertentu dalam bentuk informasi yang persuasif. Dihubungkan dengan khalayak sasaran, Nimmo (1999) mengemukakan bahwa iklan mendekati khalayak sebagai individu secara tunggal, independen terpisah dari kelompok manapun yang menjadi identitasnya di masyarakat. Pemilihan media menjadi penting dalam upaya menentukan khalayak sasaran. Menurut Sutisna (2002), pemilihan media iklan harus didasarkan pada tujuan penyampaian pesan. Lowe sebagaimana dikutip Kotler (1994) menyatakan bahwa televisi adalah sebuah metode yang paling populer untuk menyampaikan pesan-pesan iklan kepada khalayak. Kaid sebagaimana dikutip Nursal (2004) mengemukakan bahwa ada tiga pengaruh iklan politik di televisi terhadap pemilih, yaitu pengetahuan, persepsi pemilih dan preferensi pilihan. Gonzales sebagaimana dikutip Jahi (1988) mengklasifikasikan efek keterdedahan pesan di media massa ke dalam tiga dimensi sikap, yaitu: 1. Kognisi

48 Kognisi sosial adalah tata cara seseorang dalam menginterpretasi, menganalisa, mengingat dan menggunakan informasi berkaitan dengan dunia sosial, meliputi pengetahuan, keyakinan dan persepsi (Baron dan Bryne, 2003). Tahap ini adalah tahap awal dari pengaruh iklan yang disampaikan kepada khalayak. Hal ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informasi (Rakhmat, 2000). Pada tahap ini khalayak mulai menyadari atau mengenali iklan yang dilihat, sehingga perhatiannya tertuju pada iklan tersebut. Rakhmat (2000) menyebutkan bahwa perhatian khalayak akan timbul jika mereka memusatkan perhatian pada satu stimulus dan mengenyampingan stimulus yang lain. Stimuli timbul karena adanya sifat-sifat yang menonjol dari pesan, bisa dalam bentuk gerakan, intensitas, kebaruan dan pengulangan. Sesuai dengan kelebihan televisi dalam hal perpaduan pesan berupa gambar dan suara, Postman sebagaimana dikutip Rahayu (2004) mengatakan bahwa gambar memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam menimbulkan perhatian pada diri khalayak dibandingkan dengan hanya kalimat (baik lisan maupun tulisan). Gambar dalam hal ini diartikan sebagai gambar bergerak di televisi. Berkaitan dengan intensitas penayangan iklan layanan masyarakat di televisi, diduga bahwa tingginya intensitas penayangan dan pengulangan dapat menimbulkan efek yang lebih kuat dalam ingatan individu, terlebih bila penyajian iklan menarik. Pengaruh penayangan iklan layanan masyarakat untuk mengikuti pemilu di televisi terhadap aspek kognitif terjadi apabila terdapat perubahan pengetahuan atau tercapainya pemahaman pada diri khalayak.

49 Shanty (1992) menyatakan bahwa unsur-unsur pengetahuan remaja mengenai suatu iklan, tidak akan sama antara remaja yang satu dengan remaja yang lain. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor yang ada di dalam diri individu. Faktor individu yang dinilai dapat mempengaruhi pengetahuan yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan. Susanti (1992) menyatakan bahwa usia berpengaruh terhadap tingkat perhatian dan pemahaman khalayak terhadap iklan. Khalayak yang berada pada golongan usia muda memiliki pengetahuan yang tinggi terhadap iklan layanan masyarakat. Hasil penelitian Hasanah (1992) dan Pandjaitan (1998) menambahkan bahwa tingkat pendidikan juga dapat mempengaruhi pengetahuan khalayak terhadap iklan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuan yang dimilikinya terhadap iklan, sedangkan dari curahan waktu bekerja, pengetahuan akan semakin tinggi dengan semakin banyaknya waktu bekerja. 2. Afeksi Baron dan Bryne (2003) mendefinisikan afeksi sebagai perasaan dan suasana hati yang dirasakan oleh seseorang. Rakhmat (2000) mengemukakan bahwa afeksi berhubungan dengan emosi, perasaan dan sikap. Afeksi terjadi ketika pesan yang disampaikan melalui iklan layanan masyarakat di televisi mampu membuat khalayak tersentuh hatinya, sehingga timbul perasaan tertentu. Perasaan tersebut dapat berupa liking dan preference atau terbentuknya sikap positif dan negatif pada diri khalayak. Pada tahap ini khalayak sudah memiliki niat dan mulai menginginkan apa yang ada di dalam iklan tersebut.

50 Aakr, Batra dan Myers (1996) menyatakan bahwa komponen afektif memiliki fungsi evaluatif yang penting dalam membentuk sikap. Sikap yang terbentuk pada diri seseorang adalah kecenderungan untuk bertindak dengan pola tertentu, pada situasi tertentu (Rakhmat, 2000). Nimmo (1989) menyebutkan empat konsekuensi afektif yang mungkin timbul dari penerusan pesan politik melalui media massa, yaitu menjernihkan atau mengkristalkan nilai politik khalayak, memperkuat nilai yang dianut khalayak, memperkecil nilai yang dianut khalayak dan memindahkan minat khalayak dari satu bentuk persuasi ke bentuk persuasi yang lain. Hasil penelitian efek komunikasi massa yang dilakukan Lazarsfeld et al. (1940) menunjukkan bahwa delapan persen responden menunjukkan bahwa kampanye memberi pengaruh terhadap pembalikan sikap (conversion), 42 persen responden menunjukkan bahwa kampanye mengaktifkan kecenderungan memilih (activation) dan 50 persen responden menunjukkan bahwa kampanye memberi pengaruh terhadap penguatan pilihan (reinforcement). Hal ini sejalan dengan pendapat Effendy (1986) yang mengemukakan bahwa komunikasi massa menimbulkan efek yang mengubah atau mempertahanan sikap. Faktor individu yang dinilai dapat mempengaruhi afektif khalayak yang melihat iklan layanan masyarakat untuk mengikuti pemilu adalah usia, pendidikan, jenis kelamin dan pekerjaan. Susanti (1992) dalam penelitianya menyatakan bahwa faktor usia mempengaruhi respon sikap khalayak terhadap iklan. Berdasarkan usia, khalayak dengan golongan usia tua memiliki sikap yang positif terhadap iklan layanan masyarakat.

51 3. Konasi Azwar (1998) sebagaimana dikutip Reza (2007) mendefinisikan konasi sebagai komponen sikap yang menunjukkan bagaimana kecenderungan perilaku yang terdapat dalam diri seseorang, berkaitan dengan objek sikap yang dihadapi. Kecenderungan berperilaku menunjukkan bahwa komponen konasi tidak hanya meliputi perilaku yang dapat dilihat secara langsung saja, namun juga dapat berupa perkataan maupun pernyataan. Rakhmat (2000) menganalogikan dimensi perilaku dengan keadaan jika suatu pesan mampu membuat khalayak memiliki kecenderungan tertentu dalam bertingkah laku. Dimensi ini biasanya ditunjukkan melalui pengambilan keputusan khalayak ketika mereka dihadapkan pada beberapa pilihan. Dalam kasus penayangan iklan layanan masyarakat untuk mengikuti Pemilu di televisi, dimensi ini ditandai dengan pernyataan khalayak yentang keputusannya untuk ikut serta dalam kegiatan Pemilu atau tidak. Terdapat kecenderungan yang kompleks antara dimensi kognisi, afeksi dan konasi. Meskipun ketiga dimensi ini berhubungan satu sama lain, namun masingmasing bersifat independen dan terjadi dalam beberapa sekuen. Perubahan dalam satu dimensi tidak selalu harus diikuti oleh pengubahan dalam dimensi lainnya (Gonzales, sebagaimana dikutip Jahi, 1988). Namun demikian, dalam penelitian ini, komponen konasi berupa kecenderungan berperilaku pada pemilih pemula, diasumsikan mendapat pengaruh dari komponen kognisi berupa pengetahuan dan afeksi berupa perasaan. Pada akhirnya, interaksi antara ketiga dimensi ini akan menghasilkan total attitude.

52 2.2 Kerangka Pemikiran Gerbner (1973) sebagaimana dikutip McQuail (1987) menyatakan bahwa televisi telah menempati peran penting dalam kehidupan manusia, sehingga mengakibatkan lingkungan simbolik menjadi terdominasi. Lingkungan simbolik dalam penelitian ini diartikan sebagai lingkungan sosial dan individu. Lingkungan sosial kemudian disebut sebagai karakteristik sosiologis, yaitu karakteristik yang dimiliki oleh individu dan berhubungan dengan lingkungan sosialnya. Karakteristik sosiologis yang dilihat dalam penelitian ini adalah lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal dan lingkungan pekerjaan. Masing-masing lingkungan tersebut digunakan untuk melihat sejauh mana pemilih pemula telah mengetahui dan membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan sosialnya. Karakteristik individu adalah karakteristik yang dimiliki oleh individu secara personal. Karakteristik individu yang dilihat dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status pekerjaan. Gerbner (1973) sebagaimana dikutip McQuail (1987) menyatakan bahwa tiap karakteristik, baik karakteristik individu maupun karakteristik sosiologis memiliki hubungan dengan tingkat keterdedahan, dalam hal ini keterdedahan pemilih pemula terhadap iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 yang ditayangkan di televisi. Andika (2008) menyatakan bahwa salah satu cara untuk mengetahui keterdedahan seseorang terhadap media massa adalah dengan melihat intensitas mereka dalam menggunakan media massa, yang dalam penelitian ini disebut frekuensi. Rosengren dan Erick sebagaimana dikutip Samsi (2005), menyatakan

53 bahwa aspek keterdedahan juga dapat diukur berdasarkan waktu yang digunakan atau durasi dan jenis isi media atau isi pesan. Furkonulhakim (1989) menyebutkan bahwa keterdedahan terhadap media sangat berkaitan dengan perilaku seseorang dalam mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dan media di lingkungannya. Lionberger dan Gwin (1982) sebagaimana dikutip Senanggun (1991) menyatakan bahwa terdapat tiga efek keterdedahan pada media massa, yaitu perubahan pada ranah kognisi, afeksi dan konasi. Kognisi diketahui dengan melihat pengetahuan maupun informasi yang dimiliki oleh pemilih pemula di pedesaan berkaitan dengan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Afeksi merupakan perasaan suka atau tidak suka yang dimiliki oleh pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Konasi adalah kecenderungan pemilih pemula untuk mengikuti atau tidak mengikuti Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, diketahui dengan melihat keputusan pemilih pemula untuk bersedia memeriksa nama ke kelurahan dan ikut serta dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Melalui penelitian ini akan dilihat hubungan antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan sikap pemilih pemula di pedesaan. Semakin tinggi keterdedahan pemilih pemula di pedesaan terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, maka akan menimbulkan sikap yang semakin positif terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Semakin rendah keterdedahan pemilih pemula di pedesaan terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, maka akan

54 menimbulkan sikap yang semakin negatif terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Karakteristik Individu Usia Jenis Kelamin Tingkat Pendidikan Status Pekerjaan Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Frekuensi Durasi Isi Pesan Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Kognisi Pengetahuan, kepercayaan dan keyakinan, berkaitan dengan Pemilu Presiden Afeksi Perasaan dan suasana hati, berkaitan dengan Pemilu Presiden Karakteristik Sosiologis Lingkungan Keluarga Lingkungan Tempat Tinggal Lingkungan Kerja Konasi Kecenderungan untuk ikut serta dalam Pemilu Presiden Ket: hubungan Gambar 1. Kerangka Pemikiran Hubungan antara Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan

55 2.3 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut : 1. Karakteristik individu yang terdiri dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan mempunyai hubungan dengan tingkat keterdedahan pemilih pemula di pedesaan terhadap iklan layanan masyarakat tentang Pemilu. 2. Karakteristik sosiologis yang terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal dan lingkungan pekerjaan mempunyai hubungan dengan tingkat keterdedahan pemilih pemula di pedesaan terhadap iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tingkat keterdedahan pemilih pemula di pedesaan terhadap iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, yang terdiri dari frekuensi, durasi dan isi pesan, mempunyai hubungan positif dengan sikap pemilih pemula di pedesaan. Komponen sikap tersebut meliputi kognisi, afeksi dan konasi. 2.4 Definisi Operasional Rumusan definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Karakteristik Individu adalah kondisi atau keadaan spesifik individu yang berkaitan langsung dengan dirinya, dan dapat diukur dengan: a. Mengidentifikasi usia pemilih pemula, yaitu lama hidup seseorang sejak lahir hingga sekarang yang diukur dalam satuan waktu. Dibedakan menjadi dua kategori, yaitu 17 tahun yang diberi kode 1 dan 18 sampai 21 tahun yang diberi kode 2.

56 b. Mengidentifikasi jenis kelamin pemilih pemula, yaitu perbedaan individu berdasarkan identitas biologis. Dibedakan menjadi dua kategori, yaitu lakilaki yang diberi kode 1, dan perempuan yang diberi kode 2. c. Mengidentifikasi tingkat pendidikan pemilih pemula, yaitu jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah atau sedang dijalani. Spesifikasi kode tingkat pendidikan adalah: Tingkat pendidikan pemilih pemula tidak sekolah, SD/ sederajat (rendah) diberi kode 1. Tingkat pendidikan pemilih pemula SLTP/ sederajat, SMA/ sederajat (sedang) diberi kode 2. Tingkat pendidikan pemilih pemula lanjutan setelah SMA (tinggi) diberi kode 3. d. Mengidentifikasi status pekerjaan pemilih pemula, yaitu kegiatan yang dijadikan sebagai sumber pemasukan keuangan bagi responden. Dibedakan menjadi dua kategori, yaitu bekerja yang diberi kode 1, dan tidak bekerja yang diberi kode Karakteristik Sosiologis adalah kondisi atau situasi yang berkaitan dengan keadaan di lingkungan sosial pemilih pemula, dan dapat diukur dengan: a. Mengidentifikasi lingkungan keluarga pemilih pemula, yaitu kondisi atau situasi yang menggambarkan suasana di lingkungan keluarga pemilih pemula. Hal ini dibedakan berdasarkan tingkat keseringan pemilih pemula dalam membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 bersama dengan anggota keluarga di rumah dalam kurun waktu satu minggu.

57 Spesifikasi kode lingkungan keluarga pemilih pemula adalah: Tidak pernah membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan anggota keluarga, dalam kurun waktu satu minggu (tidak pernah) diberi kode 1. Jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan anggota keluarga, dalam kurun waktu satu minggu (jarang) diberi kode 2. Sering membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan anggota keluarga, dalam kurun waktu satu minggu (sering) diberi kode 3. b. Mengidentifikasikan lingkungan tempat tinggal pemilih pemula, yaitu kondisi atau situasi yang menggambarkan suasana di lingkungan sekitar tempat tinggal pemilih pemula. Hal ini dibedakan berdasarkan tingkat keseringan pemilih pemula dalam membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 bersama dengan warga sekitar dalam suasana non-formal, dalam kurun waktu satu minggu. Spesifikasi kode lingkungan tempat tinggal pemilih pemula adalah: Tidak pernah membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan warga sekitar (tidak pernah) diberi kode 1. Jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan warga sekitar, dalam kurun waktu satu minggu (jarang) diberi kode 2.

58 Sering membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 atau setiap ada kesempatan dengan warga sekitar, dalam kurun waktu satu minggu (sering) diberi kode 3. c. Mengidentifikasi lingkungan kerja pemilih pemula, yaitu yaitu kondisi atau situasi yang menggambarkan suasana di lingkungan pekerjaan pemilih pemula. Hal ini dibedakan berdasarkan tingkat keseringan pemilih pemula dalam membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan rekan kerja, dalam kurun waktu satu minggu. Spesifikasi kode lingkungan pekerjaan pemilih pemula adalah: Tidak pernah membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan rekan kerja, dalam kurun waktu satu minggu (tidak pernah) diberi kode 1. Jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan rekan kerja, dalam kurun waktu satu minggu (jarang) diberi kode 2. Sering membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 atau setiap ada kesempatan dengan rekan kerja, dalam kurun waktu satu minggu (sering) diberi kode Tingkat keterdedahan pemilih pemula terhadap iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 adalah intensitas pemilih pemula dalam melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi. Hal ini dilihat dari frekuensi dan

59 durasi pemilih pemula dalam melihat tayangan iklan dalam kurun waktu satu hari serta dan kelengkapan isi pesan yang ditonton oleh pemilih pemula. Spesifikasi kode keterdedahan pemilih pemula terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 adalah: Menonton tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi, dengan frekuensi jarang, durasi pendek dan isi pesan tidak lengkap (keterdedahan rendah) diberi kode 1. Menonton tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi, dengan frekuensi sering, durasi panjang dan isi pesan tidak lengkap; frekuensi sering, durasi pendek dan isi pesan lengkap; frekuensi sering, durasi pendek dan isi pesan tidak lengkap; frekuensi jarang, durasi panjang dan isi pesan lengkap; frekuensi jarang, durasi panjang dan isi pesan tidak lengkap; frekuensi jarang, durasi pendek dan isi pesan lengkap (keterdedahan sedang) diberi kode 2. Menonton tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi, dengan frekuensi sering, durasi panjang dan isi pesan lengkap (keterdedahan tinggi) diberi kode 3. a. Mengidentifikasi frekuensi pemilih pemula dalam melihat iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, yaitu jumlah iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 yang ditonton oleh pemilih pemula dalam kurun waktu satu hari di televisi.

60 Spesifikasi kode frekuensi pemilih pemula dalam menonton tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 adalah: Melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 sebanyak 1 5 kali dalam kurun waktu satu hari (jarang) diberi kode 1. Melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 > 5 kali dalam kurun waktu satu hari (sering) diberi kode 2. b. Mengidentifikasi durasi pemilih pemula dalam melihat iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, yaitu lama waktu yang digunakan oleh pemilih pemula dalam menonton tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 melalui televisi. Spesifikasi kode durasi pemilih pemula dalam menonton tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 adalah: Melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dalam waktu < 20 detik (pendek) diberi kode 1. Melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dalam waktu > 20 detik (panjang) diberi kode 2.

61 c. Mengidentifikasi isi pesan iklan layanan masyarakat yang ditonton oleh pemilih pemula, yaitu kelengkapan tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 yang ditonton oleh pemilih pemula melalui televisi. Spesifikasi kode isi pesan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 yang ditonton oleh pemilih pemula adalah: Tidak melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dari awal atau tidak melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden sampai habis (tidak lengkap) diberi kode 1. Melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dari awal sampai habis (lengkap) diberi kode Sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2009 adalah kecenderungan seseorang terhadap kemungkinan yang dapat terjadi, belum merupakan tindakan atau aktivitas, melainkan berupa predisposisi tingkah laku, yang mencakup komponen kognisi, afeksi dan konasi. Perhitungan skor sikap pemilih pemula terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, sebagai berikut: setiap jawaban sangat setuju diberi skor 5, jawaban setuju diberi skor 4, jawaban netral diberi skor 3, jawaban tidak setuju diberi skor 2 dan jawaban sangat tidak setuju diberi skor 1. Jumlah dari skor tersebut disebut skor sikap yang dikategorikan menjadi:

62 Sikap pemilih pemula negatif terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, diberi kode 1. Sikap pemilih pemula netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, diberi kode 2. Sikap pemilih pemula positif terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, diberi kode 3. a. Kognisi adalah pengetahuan, persepsi, keyakinan dan ketersediaan informasi yang dimiliki pemilih pemula di pedesaan berkaitan dengan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Perhitungan skor kognisi pemilih pemula terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, sebagai berikut: setiap jawaban sangat setuju diberi skor 5, jawaban setuju diberi skor 4, jawaban netral diberi skor 3, jawaban tidak setuju diberi skor 2 dan jawaban sangat tidak setuju diberi skor 1. Jumlah dari skor tersebut disebut skor kognisi yang dikategorikan menjadi: Kognisi pemilih pemula terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 negatif, diberi kode 1. Kognisi pemilih pemula terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 netral, diberi kode 2. Kognisi pemilih pemula terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 positif, diberi kode 3. b. Afeksi adalah perasaan emosional dan suasana hati yang dimiliki pemilih pemula terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009.

63 Perhitungan skor afeksi pemilih pemula terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, sebagai berikut: setiap jawaban sangat setuju diberi skor 5, jawaban setuju diberi skor 4, jawaban netral diberi skor 3, jawaban tidak setuju diberi skor 2 dan jawaban sangat tidak setuju diberi skor 1. Jumlah dari skor tersebut disebut skor afeksi yang dikategorikan menjadi: Afeksi pemilih pemula terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden negatif, diberi kode 1. Afeksi pemilih pemula terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden netral, diberi kode 2. Afeksi pemilih pemula terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden positif, diberi kode 3. c. Konasi adalah kecenderungan pemilih pemula untuk melakukan suatu tindakan tertentu atau meniru. Dalam kasus ini ditandai dengan pengambilan keputusan pemilih pemula untuk ikut serta dalam kegiatan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan pergi ke kelurahan. Perhitungan skor konasi pemilih pemula terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, sebagai berikut: setiap jawaban sangat setuju diberi skor 5, jawaban setuju diberi skor 4, jawaban netral diberi skor 3, jawaban tidak setuju diberi skor 2 dan jawaban sangat tidak setuju diberi skor 1. Jumlah dari skor tersebut disebut skor konasi yang dikategorikan menjadi: Konasi pemilih pemula terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden negatif, diberi kode 1.

64 Konasi pemilih pemula terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden netral, diberi kode 2. Konasi pemilih pemula terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden positif, diberi kode 3.

65 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mencari informasi faktual secara detail tentang hal-hal yang sedang menggejala dan mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan (Wahyuni dan Muljono, 2006). Metode kuantitatif yang dilakukan adalah dengan metode survai, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data primer, dan individu sebagai unit analisa (Singarimbun, 1995). 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Rancabungur, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa di lokasi tersebut memungkinkan untuk dilaksanakan penelitian. Pertimbangan tersebut antara lain: 1. Sebagian besar penduduk Desa Rancabungur memiliki televisi. 2. Seluruh saluran televisi dapat tertangkap dengan baik. 3. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari KPPS, pemilih di Desa Rancabungur memiliki kecenderungan yang tinggi untuk mengikuti kegiatan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan antara bulan Mei hingga bulan Juni Penentuan dilakukan dengan pertimbangan bahwa dalam periode ini (Mei-Juni 2009) dilaksanakan salah satu agenda KPU untuk melakukan sosialisasi

66 mengenai Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang dilaksanakan pada tanggal 8 Juli Salah satu bentuk sosialisasi tersebut adalah dengan menayangkan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi. 3.2 Teknik Pemilihan Responden Populasi sampling dalam penelitian ini adalah pemilih pemula, yaitu pemilih yang berada dalam rentang usia antara tahun dan baru memilih untuk pertama kalinya dalam Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Responden dalam penelitian ini adalah pemilih pemula yang terdedah terhadap iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Jumlah responden yang diambil adalah 90 orang. Hal ini didasarkan pada perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan Rumus Slovin dengan presentase kesalahan 10%. ket: n = Jumlah Sampel N = Populasi e = Batas Eror 10 persen n = N 1 + N e 2 Penentuan responden dilakukan secara purposive sampling. Selain responden, juga dipilih sejumlah informan yang berasal dari kantor desa, yaitu kepala desa dan sekretaris desa. Selain itu juga dipilih sejumlah informan dari kecamatan, yaitu ketua panitia pemungutan suara dan staff. Informasi dari informan digunakan untuk mengetahui tentang jumlah pemilih pemula serta detail pelaksanaan Pemilu.

67 3.3 Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer kuantitatif diperoleh dari wawancara terstruktur dengan metode survei. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Data sekunder diperoleh dari data monografi desa dan dokumen kependudukan yang dimiliki oleh kecamatan serta studi literatur terhadap daftar pemilih tetap yang dimiliki oleh ketua panitia pemungutan suara. 3.4 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, untuk menggambarkan tentang keterdedahan pemilih pemula terhadap iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 serta untuk menggambarkan sikap pemilih pemula di pedesaan. Data kuantitatif yang diperoleh dari kuesioner ditabulasi, kemudian dianalisis secara statistik. Hasil analisis diinterpretasikan untuk memperoleh suatu kesimpulan. Data kuantitatif diuji dengan menggunakan uji korelasi Chi-Square untuk melihat hubungan yang nyata antar variabel dengan data berbentuk nominal. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk melihat hubungan yang nyata antar variabel dengan data berbentuk ordinal. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS for Windows versi 16.0 untuk mempermudah dalam proses pengolahan data. rho xy = 6 D 2 N(N 2-1) ket: rho xy = Koefisien Korelasi D = Difference N = Jumlah responden Tingkat kesalahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 20 persen atau pada taraf nyata 0,2, dengan tingkat kepercayaan 80 persen. Untuk

68 menentukan apakah hubungan antara variabel nyata atau tidak, maka nilai P dibandingkan dengan taraf nyata. Bila nilai P lebih kecil dari 0,2 maka hubungan tersebut nyata, sedangkan bila nilai P lebih besar dari 0,2 maka hubungan tersebut tidak nyata. Penetapan taraf nyata 0,2 dipilih mengingat unit analisis yang diambil adalah individu yang bersifat dinamis. Menurut Black dan Champion (1997), nilai kepercayaan dapat berkisar antara 0,01 hingga 0,3.

69 BAB IV GAMBARAN UMUM DESA RANCABUNGUR 4.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana Desa Rancabungur termasuk dalam wilayah Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa ini memiliki luas wilayah sekitar Ha dengan jumlah penduduk jiwa. Secara administratif Desa Rancabungur terdiri dari empat dusun yang dibagi menjadi 10 rukun warga (RW) dan 40 rukun tetangga (RT). Penduduk Desa Rancabungur, biasa menyebut rukun warga yang terdapat di wilayah desa dengan sebutan kampung. Sesuai dengan jumlah RW yang terdapat di wilayah Desa Rancabungur, juga terdapat 10 kampung di desa ini, yaitu Kampung Wates, Kampung Wates Kaum, Kampung Kebon Kelapa, Kampung Jalan Cagak, Kampung Jalan Cagak Lebak, Kampung Satelit, Kampung Keracak, Kampung Warung Nangka, Kampung Rancabungur Satu dan Kampung Rancabungur Dua. Sketsa wilayah Desa Rancabungur dapat dilihat pada lampiran 1. Berikut adalah perbatasan secara geografis antara Desa Rancabungur dengan desa-desa lain di sekitarnya, yaitu terdiri dari: Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Timur Sebelah Barat : Desa Pasir Gaok : Kecamatan Ciampea : Desa Pasir Gaok : Desa Mekarsari Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Rancabungur terdiri dari sarana pendidikan, prasarana komunikasi, transportasi dan perhubungan. Sarana pendidikan yang terdapat di wilayah Desa Rancabungur tergolong lengkap. Hal

70 ini disebabkan oleh sudah tersedianya sarana pendidikan berupa sekolah, mulai dari jenjang TK (Taman Kanak-Kanak) hingga jenjang SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Data selengkapnya mengenai sarana pendidikan yang terdapat di Desa Rancabungur dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Sarana Pendidikan di Desa Rancabungur Tahun 2008 No Sarana Pendidikan Jumlah (unit) 1. Taman Kanak-Kanak/ Taman Pendidikan Agama 5 2. Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidayah 5 3. SLTP/ MTS 2 4. SLTA/ SMK 1 Sumber: Profil Desa Rancabungur, 2008 Keberadaan angkutan umum, mobil pribadi dan ojek sebagai sarana transportasi di Desa Rancabungur, memungkinkan tersedianya transportasi yang lancar. Prasarana perhubungan yang terdapat di Desa Rancabungur adalah berupa jalan raya. Jarak dari desa ke pusat kecamatan adalah 0.5 KM, jarak dari desa ke ibukota kabupaten adalah 30 KM dan jarak dari desa ke ibukota propinsi adalah 128 KM. Jalan raya berada dalam kondisi yang baik, sehingga tidak membutuhkan waktu tempuh yang lama untuk melakukan mobilisasi. 4.2 Kependudukan, Pendidikan dan Mata Pencaharian Jumlah penduduk Desa Rancabungur per 31 Desember 2008 adalah sebanyak jiwa, yang terdiri jiwa atau sekitar 51,75 persen penduduk dengan jenis kelamin laki-laki dan jiwa atau sekitar 48,25 persen penduduk dengan jenis kelamin perempuan. Data selengkapnya mengenai komposisi jumlah penduduk Desa Rancabungur berdasarkan tingkat usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 2.

71 Tabel 2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Usia dan Jenis Kelamin di Desa Rancabungur per 31 Desember 2008 No Usia (tahun) Laki-Laki (orang) Perempuan (orang) Jumlah (orang) Persen , , , , , , , , , ,73 11 > ,38 Total Sumber: Profil Desa Rancabungur, 2008 Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 2, terlihat bahwa jumlah penduduk yang terbanyak berada dalam rentang usia antara tahun, yaitu sekitar 15,41 persen dari total jumlah penduduk secara keseluruhan. Jumlah penduduk terkecil berada dalam rentang usia 54 tahun ke atas, yaitu sekitar 3,38 persen dari total jumlah penduduk secara keseluruhan. Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Rancabungur dapat dikatakan masih rendah. Hal ini dilihat dari besarnya persentase penduduk yang tidak menamatkan dan mengakhiri pendidikannya pada jenjang sekolah dasar, yaitu sebesar 37,36 persen dan 34,16 persen. Selain itu, terdapat 1,55 persen penduduk yang tidak pernah mengenyam pendidikan di sekolah atau buta huruf. Data selengkapnya mengenai jumlah penduduk Desa Rancabungur berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 3.

72 Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Rancabungur Tahun 2008 No Tingkat Pendidikan Jumlah Persen (orang) 1. Belum Sekolah 356 4,03 2. Tidak Tamat Sekolah Dasar ,36 3. Tamat SD/Sederajat ,16 4. SLTP/Sederajat ,2 5. SLTA/Sederajat 765 8,65 6. Akademi/Sederajat 45 0,5 7. S ,55 8. Buta huruf 137 1,55 Sumber: Profil Desa Rancabungur, 2008 Total Jumlah penduduk angkatan kerja di Desa Rancabungur terdiri dari penduduk usia kerja yang bekerja dan penduduk usia kerja yang tidak bekerja. Jumlah penduduk usia dewasa adalah sebanyak jiwa atau 52,89 persen dari total jumlah penduduk secara keseluruhan. Jumlah penduduk usia kerja yang tidak bekerja sebanyak 2509 jiwa. Data selengkapnya mengenai jumlah penduduk berdasarkan usia kerja yang bekerja dan usia bekerja yang tidak bekerja dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Kerja di Desa Rancabungur Tahun 2008 Penduduk Jumlah (orang) Jumlah penduduk Jumlah KK KK Jumlah penduduk dewasa usia kerja 4679 Jumlah penduduk dewasa usia kerja yang bekerja 2170 Jumlah penduduk dewasa usia kerja yang tidak 2509 bekerja (pengangguran) Sumber: Profil Desa Rancabungur, 2008

73 Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 4, terlihat bahwa jumlah penduduk usia kerja yang tidak bekerja lebih banyak daripada jumlah penduduk usia kerja yang bekerja. Persentasenya adalah 53,63 persen untuk penduduk usia kerja yang tidak bekerja dan 46,37 persen untuk penduduk usia kerja yang bekerja. Data selengkapnya mengenai sebaran penduduk usia kerja yang bekerja, berdasarkan mata pencaharian utama dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Utama di Desa Rancabungur Tahun 2008 No. Mata Pencaharian Jumlah Persen (orang) 1. Pertanian ,08 2. Buruh Tani ,39 3. Karyawan a. PNS b. Swasta ,14 14,29 4. Pensiunan 79 3,65 5. Perdagangan 114 5,25 6. Jasa ,75 7. Kerajinan 59 2,72 8. Buruh Kerajinan 81 3,73 Total Sumber: Profil Desa Rancabungur, 2008 Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 5, maka mata pencaharian utama yang paling banyak digeluti oleh penduduk di Desa Rancabungur adalah pada sektor jasa berupa supir angkot dan ojek, yaitu sebesar 28,75 persen. Mata pencaharian yang paling sedikit digeluti oleh penduduk di Desa Rancabungur adalah pada sektor kerajinan, yaitu sebesar 2,72 persen. 4.3 Kelembagaan Sosial, Budaya dan Politik Kelembagaan sosial, budaya dan politik yang terdapat di Desa Rancabungur terdiri dari sarana peribadatan, sarana kesehatan berupa Posyandu, Kantor

74 Kecamatan dan Kantor Desa Rancabungur. Data selengkapnya mengenai sarana peribadatan yang terdapat dalam wilayah Desa Rancabungur dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Sarana Peribadatan di Desa Rancabungur Tahun 2008 No. Agama Sarana Peribadatan Jumlah Sarana Peribadatan Jumlah Penduduk (orang) 1. Islam Masjid Mushola Majelis Ta lim Protestan Gereja Khonghucu Klenteng Budha Wihara Katholik Gereja - 53 Sumber: Profil Desa Rancabungur, 2008 Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa jumlah sarana peribadatan yang paling banyak terdapat di wilayah Desa Rancabungur adalah Mushola, yaitu sebanyak 13 Mushola. Jumlah sarana peribadatan yang paling sedikit adalah Wihara, yaitu sebanyak satu buah. Sebagian penduduk Desa Rancabungur juga ada yang menganut Agama Khonghucu dan Katholik, namun sarana peribadatan untuk kedua Agama tersebut tidak terdapat di dalam wilayah Desa Rancabungur, sehingga penduduk yang menganut kedua Agama tersebut melakukan ibadahnya di luar wilayah Desa Rancabungur. Sarana kesehatan yang terdapat di Desa Rancabungur adalah Pos Pelayanan Terpadu atau yang biasa disingkat Posyandu. Terdapat sembilan Posyandu yang tersebar di 10 RW di Desa Rancabungur. Masing-masing RW memiliki satu Posyandu, kecuali RW. 04 dan RW. 06 yang hanya memiliki satu Posyandu. Data selengkapnya mengenai sarana kesehatan berupa Posyandu yang terdapat di Desa Rancabungur dapat dilihat pada Tabel 7.

75 Tabel 7. Posyandu di Desa Rancabungur Tahun 2008 No. Posyandu Lokasi 1. Posyandu Bougenvil RW Posyandu Teratai RW Posyandu Kemuning RW Posyandu Melati RW. 04 dan RW Posyandu Anggrek RW Posyandu Kenanga 1 RW Posyandu Kenanga 2 RW Posyandu Dahlia RW Posyandu Mawar RW. 10 Sumber: Profil Desa Rancabungur, 2008 Kelembagaan politik yang terdapat di dalam wilayah Desa Rancabungur adalah Kantor Kecamatan dan Kantor Desa. Kelembagaan desa melibatkan keikutsertaan berbagai elemen masyarakat mulai dari Kepala Desa, staf pegawai hingga petugas perlindungan masyarakat yang biasa disingkat Linmas. Data selengkapnya mengenai anggota kelembagaan politik yang terdapat di Desa Rancabungur dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Pemerintahan Desa dan Jumlah Anggota di Desa Rancabungur Tahun 2008 No. Pemerintahan Desa Jumlah Anggota (orang) 1. Kantor Desa 6 2. BPD LPMD 4 4. Kepala Dusun 4 5. Rukun Warga (RW) Rukun Tetangga (RT) Linmas 40 Sumber: Profil Desa Rancabungur, 2008 Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 8, dapat dilihat bahwa jumlah anggota dari kelembagaan pemerintahan desa, terbanyak berada pada posisi Rukun Tetangga (RT) dan petugas Linmas. Jumlah petugas Linmas disesuaikan

76 dengan jumlah Rukun Tetangga yang ada di Desa Rancabungur. Setiap Rukun Tetangga dilengkapi dengan satu orang petugas Linmas. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar situasi keamanan di Desa Rancabungur terjaga. 4.4 Struktur Tempat Pemungutan Suara TPS atau tempat pemungutan suara merupakan struktur terbawah dari lembaga pemilihan umum. TPS berada di bawah pengawasan atau koordinasi PPS, yaitu panitia pemungutan suara tingkat desa. Setiap TPS diketuai oleh satu orang KPPS, yaitu panitia pemungutan suara yang bertugas di tingkat TPS. Terdapat 18 TPS yang tersebar di 10 RW dan 40 RT di Desa Rancabungur. Jumlah TPS yang terdapat pada masing-masing RW disesuaikan dengan jumlah penduduk yang terdaftar sebagai DPT atau daftar pemilih tetap. Jumlah total petugas KPPS di Desa Rancabungur adalah sebanyak 18 orang. Salah satu tugas PPS adalah memberikan sosialisasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pemilihan umum kepada petugas KPPS dan tokoh masyarakat. Petugas KPPS dan tokoh masyarakat bertugas untuk melanjutkan informasi yang diperoleh dari petugas PPS kepada pemilih. Data yang dimiliki PPS di Desa Rancabungur (2009) menunjukkan bahwa jumlah total penduduk yang sudah memiliki hak pilih dalam Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2009 adalah sebanyak 6111 orang, yang terdiri dari 3143 orang atau sekitar 51,4 persen pemilih dengan jenis kelamin laki-laki dan 2968 orang atau sekitar 48,6 persen pemilih dengan jenis kelamin perempuan. Data selengkapnya mengenai jumlah pemilih yang terdaftar di Desa Rancabungur dapat dilihat pada Tabel 9.

77 Tabel 9. Rekapitulasi Jumlah Pemilih Terdaftar pada Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden di Desa Rancabungur Tahun 2009 TPS Lokasi Pemilih Laki- Laki (orang) Pemilih Perempuan (orang) Total Pemilih (orang) Jumlah Pemilih Pemula (orang) 1 RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW RW Total Sumber: Panitia Pemilihan Desa Rancabungur, 2009 Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 9, terlihat bahwa jumlah pemilih pemula yang terdaftar sebagai pemilih pada Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2009 berjumlah 778 orang atau sekitar 12,8 persen dari total jumlah penduduk desa secara keseluruhan. Pemilih pemula tersebut adalah pemilih yang berada dalam rentang usia antara tahun dan baru mengikuti Pemilu Presiden dan Wakil Presiden untuk pertama kalinya pada Pemilu tahun Sebagaimana tercantum dalam Tabel 9, terlihat bahwa jumlah pemilih yang terdaftar di setiap TPS tidak sama. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang bertempat tinggal di RW tempat TPS tersebut berada. Umumnya, disediakan

78 satu TPS untuk setiap RW, namun untuk RW dengan jumlah penduduk lebih banyak, pembagian penduduk dilakukan ke dalam beberapa TPS. Rukun Warga yang memiliki jumlah penduduk lebih padat adalah RW 04, RW 05, RW 06, RW 08, RW 09 dan RW 10. Perbedaan jumlah pemilih keseluruhan, secara langsung juga berpengaruh terhadap perbedaan jumlah pemilih pemula. Sebagaimana tercantum pada Tabel 9, jumlah pemilih pemula terbanyak berada di TPS 9 RW 08, yaitu sebanyak 72 orang atau sekitar 9,2 persen dari jumlah pemilih pemula secara keseluruhan. Jumlah pemilih pemula paling sedikit terdapat di TPS 15 di RW 05, yaitu sebanyak 20 orang atau sekitar 2,6 persen dari jumlah pemilih pemula secara keseluruhan. Berdasarkan jumlah tersebut, kedua TPS baik TPS yang memiliki jumlah pemilih pemula lebih banyak maupun TPS dengan jumlah pemilih pemula lebih sedikit adalah TPS dengan jumlah penduduk lebih banyak. Perbedaan jumlah pemilih ditentukan pula oleh jumlah DPT pada masing-masing TPS. Jumlah DPT yang terdapat di TPS 9 RW 08 adalah sebanyak 467 orang, sedangkan jumlah DPT yang terdapat di TPS 15 RW 05 adalah sebanyak 149 orang.

79 BAB V GAMBARAN UMUM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN Deskripsi Tayangan Terdapat sebuah grup orkes dangdut yang akan melakukan pertunjukkan di wilayah pemukiman warga. Sebelum pertunjukan dimulai, penyanyi wanita terlebih dahulu melakukan check sound di atas panggung. Sementara itu tiga orang pria anggota orkes lainnya, bercakap-cakap mengenai Pemilu di bawah panggung. Beberapa saat kemudian, penyanyi wanita kembali melakukan check sound. Pria 2 yang tadinya berada di bawah panggung dan bercakap-cakap dengan dua orang pria lainnya merasa tidak sabar dan naik ke atas panggung. Ia bertanya kepada penyanyi wanita Cek apaan lagi sih?. Penyanyi wanita menjawab Cek nama kita ke kelurahan, buat Pemilu Dua orang pria lain, yang tadinya berada di bawah panggung ikut naik ke atas panggung. Pria 3 yang mendengar percakapan antara penyanyi wanita dan pria 2 berkata Tapi aku baru 17 tahun. Penyanyi wanita menjawab Justru kudu ngecek. Udah terdaftar belum?. Setting lokasi pindah ke bawah panggung. Pria 1 yang pada awal tayangan iklan memimpin pembicaraan mengenai Pemilu, mengajak semua penonton pergi ke kelurahan untuk memeriksa apakah nama mereka sudah terdaftar sebagai pemilih pada Pemilu Theme song diperdengarkan dan setting lokasi berubah menjadi kelurahan. Terdengar suara narator yang mengingatkan pemirsa untuk memastikan bahwa nama mereka sudah terdaftar sebagai pemilih pada Pemilu 2009, karena tugas pemirsa sebagai pemilih pada Pemilu 2009 adalah menentukan

80 pilihan, bukan ditentukan. Setting lokasi kembali ke panggung pertunjukan orkes dangdut. Penyanyi wanita kembali melakukan check sound sambil bertanya kepada pria 3, apakah ia sudah memeriksa namanya ke kelurahan. Potongan tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2009 secara rinci, dapat dilihat pada rangkaian Gambar 2 berikut ini. Tayangan 1 (Penyanyi wanita di atas panggung) Cek.. Cek.. Tayangan 2 (Tiga orang pria bercakap-cakap di bawah panggung) Pria 1 : Pemilu udah datang.. Ayo disambut.. Tayangan 3 (Penyanyi wanita di atas panggung) Cek..Cek..Cek..

81 63 Tayangan 4 (Pria 2 naik ke atas panggung) Cek apaan lagi sih? Tayangan 5 (Penyanyi wanita menjawab pertanyaan Pria 2) Cek nama kita ke kelurahan Tayangan 6 (Lalu memberitahukan kepada dua pria lainnya) Buat pemilu 2009 Tayangan 7 Pria 3 : Tapi aku baru 17 tahun Tayangan 8 Penyanyi wanita : Justru kudu ngecek. Udah terdaftar belum?

82 63 Tayangan 9 (Pria 1 berbicara kepada seluruh penonton) Kalo gitu, ayo bu, semua, ngecek dulu ke kelurahan Tayangan 10 Theme Song: cek.. cek.. ayo cek.. Tayangan 11 (Narator) Pastikan namamu terdaftar sebagai pemilih di Pemilu Tayangan 12 (Narator) Kita bukan ditentukan, tapi menentukan. Tayangan 13 (Kembali ke lokasi panggung dangdut. Penyanyi wanita bertanya kepada Pria 3) Cek.. Cek.. Udah ngecek??

83 Tayangan 14 Gambar 2. Tayangan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Analisis Isi Tayangan Iklan layanan masyarakat tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2009 memiliki durasi selama 30 detik. Iklan ini melibatkan banyak peran, baik sebagai pemeran utama maupun sebagai pemeran pembantu. Pemeran utama dalam tayangan iklan ini adalah seorang penyanyi dangdut wanita dengan tiga orang pria sebagai anggota orkes. Pemeran pembantu dalam tayangan iklan layanan masyarakat ini adalah penonton dan petugas kelurahan. Penonton pertunjukan berasal dari berbagai kalangan dan profesi, seperti pelajar SMA (seperti terlihat pada tayangan 6), penjaga keamanan (seperti terlihat pada tayangan 6) dan pedagang (seperti terlihat pada tayangan 14). Iklan layanan masyarakat ini mencantumkan batas waktu pemeriksaan nama ke kelurahan, dalam bentuk tulisan di bagian bawah tayangan. Tayangan iklan sempat mengalami beberapa kali perubahan batas akhir waktu pemeriksaan nama ke kelurahan. Pada awal masa tayang bulai Mei 2009, dicantumkan bahwa batas waktu terakhir pemeriksaan nama ke kelurahan adalah tanggal 10 Mei 2009, namun terus diperpanjang hingga 10 hari menjelang pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 tanggal 8 Juli.

84 Iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dibuat dengan tujuan untuk mensosialisasikan pentingnya memeriksa nama ke kelurahan, bagi khalayak yang sudah memiliki hak pilih pada Pemilu Terdapat beberapa versi iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 yang ditayangkan di televisi, dengan tujuan yang sama. Iklan layanan masyarakat versi dangdutan ini dipilih dengan pertimbangan bahwa iklan ini lebih memfokuskan kepada pemilih pemula, sesuai dengan kalimat yang diucapkan oleh pemeran utama pria 3, tapi aku baru 17 tahun. Iklan ini juga memasukkan unsur budaya berupa logat bahasa dalam beberapa kalimat. Logat Batak diucapkan oleh pemeran utama pria 1 dalam kalimat Pemilu sudah datang. Ayo disambut dan logat Betawi oleh pemeran utama pria 2 dalam kalimat Cek apaan lagi sih?. Peran narator dalam iklan layanan masyarakat ini adalah sebagai penegas, yaitu menyimpulkan inti dari percakapan yang dilakukan oleh pemeran utama ke dalam dua kalimat. Pertama, Pastikan namamu terdaftar sebagai pemilih di Pemilu 2009 dan yang kedua, Kita bukan ditentukan, tapi menentukan. Merujuk pada Widyatama (2005), iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden ini sudah memenuhi prinsip iklan sebagai berikut, terdapat pesan tertentu, dilakukan oleh komunikator, dilakukan dengan cara nonpersonal, disampaikan untuk khalayak tertentu dan mengharapkan dampak tertentu. Dampak yang diharapkan dari penayangan iklan adalah agar masyarakat memiliki keinginan untuk memeriksa DPT ke kelurahan dan ikut serta dalam kegiatan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, namun pemilihan tokoh dirasakan kurang sesuai. Pemeran utama pria 3 yang mengucapkan dialog tapi

85 aku baru 17 tahun, terlihat lebih tua daripada usia yang diperankan olehnya. Lebih baik jika dalam pemilihan pemeran utama, diperhatikan juga kesesuaian antara individu tersebut dengan karakter tokoh yang diperankan. Berkaitan dengan tujuan komunikasi yang disebutkan oleh Berlo (1960), iklan layanan masyarakat ini baru memenuhi tujuan entertainment saja. Terlihat dari hasil uji korelasi yang menunjukkan tidak adanya hubungan antara komponen kognisi dan konasi dengan keterdedahan terhadap iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Hasil uji korelasi hanya menunjukan adanya hubungan antara komponen afeksi dengan keterdedahan terhadap iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Artinya, iklan layanan masyarakat ini sudah berhasil dalam menghibur dan mengubah perasaan atau suasana hati responden terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, namun belum berhasil mengubah pengetahuan, keyakinan, persepsi dan kecenderungan responden dalam berperilaku.

86 BAB VI GAMBARAN UMUM RESPONDEN 6.1 Karakteristik Individu Karakteristik individu adalah karakteristik yang dimiliki oleh setiap responden secara personal. Karakteristik individu memiliki sifat yang unik dan berbeda antara responden yang satu dengan responden lainnya. Karakteristik individu yang akan dilihat dalam penelitian ini dibedakan menjadi empat, yaitu usia responden, jenis kelamin responden, tingkat pendidikan responden dan status pekerjaan responden Usia Responden Responden dalam penelitian ini terdiri dari pemilih yang berada dalam rentang usia antara 17 sampai 21 tahun dan baru pertama kali ikut serta dalam kegiatan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Responden dibagi ke dalam dua golongan usia, yaitu responden yang berusia 17 tahun, atau responden yang berada dalam kategori masa remaja akhir dan responden yang berada dalam rentang usia 18 sampai 21 tahun, yaitu responden yang berada dalam kategori masa dewasa dini. Terdapat 18 responden yang berada dalam kategori usia masa remaja akhir dan 72 responden yang berada dalam kategori usia masa dewasa dini. Secara detail, 72 responden yang berada dalam masa dewasa dini, terdiri dari 22 orang responden berusia 18 tahun, 12 orang responden berusia 19 tahun, 16 orang responden berusia 20 tahun dan 22 orang responden berusia 21 tahun.

87 Jika digambarkan dalam bentuk pie chart (Gambar 3) ), maka persentase usia pemilih pemula yang menjadi responden dalam penelitian ini, sebagian besar (80 persen) berada dalam kategori usia masa dewasa dini. Jumlah ini lebih banyak dibandingka an dengan responden yang berada dalam kategori usia masa remaja akhir. 20% 80.00% Remaja Akhir Dewasa Dini Gambar 3. Persentase Usia Responden di Desa Rancabungur Tahun Jenis Kelamin Responden Responden dalam penelitian kelamin laki-laki dan perempuan. ini mencakup pemilih Terdapat 52 responden pemula dengan jenis dengan jenis kelamin laki-laki dan 38 responden dengann jenis kelamin perempuan. Jika digambarkan dalam bentuk pie chart (Gambar 4), maka persentase jenis kelamin pemilih pemula yang menjadi responden dalam penelitian ini, sebagian besar (58,9 persen) adalah laki-laki % % Laki-laki Perempuan Gambar 4. Persentase Jenis Kelamin Respondenn di Desa Rancabungur Tahun 2009

88 Hal ini sesuai dengan data monografi desa tentang jenis kelamin penduduk yang tercantum dalam Profil Desa Rancabungur (2008), bahwa jumlah penduduk laki-laki di Desa Rancabungur lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan Tingkat Pendidikan Responden Responden dalam penelitian ini memiliki tingkat pendidikan yang beragam, yaitu jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah atau sedang dijalani. Responden dibedakan ke dalam tiga golongan tingkat pendidikan, yaitu responden dengan tingkat pendidikan rendah, sedang dan tinggi. Responden dengan jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah atau sedang dijalani sampai dengan SD atau sederajat, dikategorikan sebagai responden dengan tingkat pendidikan rendah. Responden dengan jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah atau sedang dijalani antara SLTP sampai dengan SMA atau sederajat, dikategorikan sebagai responden dengan tingkat pendidikan sedang. Responden dengan jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah atau sedang dijalani adalah lanjutan setelah SMA, dikategorikan sebagai responden dengan tingkat pendidikan tinggi. Tidak terdapat responden dengan tingkat pendidikan rendah, 87 responden dengan tingkat pendidikan sedang dan 3 responden dengan tingkat pendidikan terakhir D3. Secara detail, 87 responden dengan tingkat pendidikan sedang terdiri dari 14 responden dengan tingkat pendidikan terakhir SLTP dan 73 responden dengan tingkat pendidikan terakhir SMA.

89 Jika digambarkan dalam bentuk pie chart (Gambar 5), maka persentase tingkat pendidikan pemilih pemula yang menjadi responden dalam penelitian ini, sebagian besar (96,7 persen) adalah responden dengan tingkat pendidikan sedang. 3.30% 0.00% 96.70% Rendah Sedang Tinggi Gambar 5. Persentase Tingkat Pendidikan Responden di Desa Rancabungur Tahun 2009 Menurut data monografi Desa Rancabungur, secara keseluruhan tingkat pendidikan masyarakat Desa Rancabungur masih rendah, namun dalam penelitian ini tidak terdapat responden dengan tingkat pendidikan rendah. Hal ini disebabkan oleh keinginan orangtuaa respondenn yang sebagian besar memiliki latar belakang tingkat pendidikan rendah, untuk bisa menyekolahkan anak mereka minimal sampai dengan bangku SMA. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kutipan pernyataan dari orangtuaa responden: Saya mah cuma tamatan SD neng, jadi kerjanya gini. Pengen liat anak bisa lebih, makanya disekolahin sampe SMA. Nanti kalo ada rejeki lagi ya diterusin, kalo enggak, biar anaknya kerja dulu. Nanti terserah dia, mau ngelanjutin sekolah lagi apa gimana. (Ma, Perempuan,45, Kampung Wates) Sama neng, saya juga. Biar Ln sekolah dulu aja. Mumpung saya masih bisa kerja, jadi masih bisa ngebiayain. Biar nanti dia dapat kerjanya bagus. (Cc, Perempuan,42, Kampung Wates) Status Pekerjaan Respondenn Responden dalam penelitian ini adalah 90 orang pemilih pemula dengan status pekerjaan yang berbeda. Terdapat 27 responden yang memilikii pekerjaan

90 dan 63 responden belum memiliki pekerjaan. Jika digambarkan dalam bentuk pie chart (Gambar 6), makaa persentase sebaran status pekerjaan pemilih pemula yang menjadi responden dalam penelitian ini, sebagian besar (70 persen) responden belum memiliki pekerjaan. Hal ini sesuai dengan data monografi tentang angkatan kerja yang tercantum dalam Profil Desa Rancabungur (2008), bahwa terdapat lebih banyak penduduk usia kerja yang belum bekerja dibandingkan dengan penduduk usia kerja yang sudah bekerja. 30% 70% Bekerja Tidak Bekerja teman sebaya. Untuk reponden yang bekerja, Gambar 6. Persentase Status Pekerjaan Responden di Desa Rancabungur Tahun 2009 Berdasarkan keadaan di desa, sebagian besar penduduk desa yang berada dalam rentang usia sebagai pemilih pemula dan menjadi responden dalam penelitian ini lebih banyak menghabiskan waktu untuk berkumpul dengan teman- pekerjaan mereka berkisar antara menjaga tempat usaha milik orang tua, tukang ojek di pasar Ciampea, supir angkot, buruh pabrik, penjaga salon di pasar Ciampea, penyanyi panggung dan karyawan swasta. 6.2 Karakteristik Sosiologis Karakteristik sosiologis adalah kondisi atau situasi yang berkaitan dengan keadaan di lingkungann sosial responden. Karakteristik sosiologis responden diketahui dengan melihat tingkat keseringan responden dalam membicarakan

91 iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan sosialnya dalam kurun waktu satu minggu. Kategori tingkat keseringan responden dalam membicarakan iklan dibedakan menjadi tidak pernah, jarang dan sering. Responden yang dalam kurun waktu satu minggu tidak pernah membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dikategorikan sebagai tidak pernah, responden yang membicarakan iklan layanan masyarakat sebanyak 1 sampai 2 kali dikategorikan sebagai jarang dan responden yang membicarakan iklan layanan masyarakat sebanyak 3 kali atau lebih dikategorikan sebagai sering. Karakteristik sosiologis yang akan dilihat dalam penelitian ini dibedakan menjadi tiga, yaitu lingkungan keluarga responden, lingkungan tempat tinggal responden dan lingkungan pekerjaan responden Lingkungan Keluarga Responden Responden dalam penelitian ini adalah pemilih pemula yang memiliki tempat tinggal yang sama atau berada satu rumah dengan anggota keluarga inti. Selama kurun waktu satu minggu, terdapat 50 responden yang tidak pernah membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan anggota keluarga inti, 34 responden membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 sebanyak 1 sampai 2 kali dan 6 responden membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 sebanyak 3 kali atau lebih. Jika digambarkan dalam bentuk grafik (Gambar 7), maka persentase tingkat keseringan responden dalam membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan keluarga, sebagian besar

92 (55,56 persen), tidak pernah membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan keluarga. Hal ini disebabkan oleh lebih banyaknyaa waktu yang digunakan responden untuk formal, seperti kumpul melakukan aktivitas di luar rumah. Baik untuk melakukan aktivitas formal seperti sekolah dan bekerja, maupun untuk melakukan aktivitas lain yang tergolong non- di warung, kumpul di pasar, bepergian bersama teman sebaya dan lain-lain. Waktu yang dimiliki responden untuk bisa berkumpul bersama dengan anggota keluarga inti menjadi terbatas, sehingga kesempatan untuk membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan anggota keluarga menjadi lebih sedikit % 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% 55.56% 37.78% 6.66% Tidak Pernah Jarang Sering Gambar 7. Tingkat Keseringan Responden dalam Membicarakan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di Lingkungan Keluarga Responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan keluarga adalah responden yang walaupun memiliki aktivitas di luar rumah, masih memiliki waktu untuk berkumpul bersama dengan anggota keluarga inti. Responden yang sering melakukan pembicaraan mengenai iklan layanan masyarakat tentang Pemilu

93 Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan keluarga adalah responden yang memiliki pekerjaan menjaga tempat usaha milik orang tua. Pembicaraan mengenai iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dilakukan pada saat makan malam dan santai bersama. Anggota keluarga yang paling sering diajak untuk membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 adalah ayah, sebesar 42,2 persen dan saudara, baik kakak maupun adik, sebersar 22,3 persen Lingkungan Tempat Tinggal Responden Responden dalam penelitian ini adalah pemilih pemula yang di lingkungan tempat tinggalnya memiliki sarana atau wadah untuk bertemu, seperti kegiatan arisan, karang taruna maupun sekedar berkumpul di warung. Selama kurun waktu satu minggu, terdapat 14 responden yang tidak pernah membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan masyarakat di lingkungan tempat tinggal, 63 responden membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 sebanyak 1 sampai 2 kali dan 13 responden membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 sebanyak 3 kali atau lebih. Jika digambarkan dalam bentuk grafik (Gambar 8), maka tingkat keseringan responden dalam membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan tempat tinggal, sebagian besar (70 persen), termasuk ke dalam kategori jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan anggota masyarakat lain di lingkungan tempat tinggal dalam kurun waktu satu minggu.

94 80.00% 60.00% 40.00% 70% Tidak Pernah Jarang Sering 20.00% 0.00% 15.56% 14.44% Gambar 8. Tingkat Keseringan Responden dalam Membicarakan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di Lingkungan Tempat Tinggal Sebagian besar waktu yang dimiliki responden lebih banyak dihabiskan untuk berkumpul bersama dengan anggota masyarakat lain atau teman sebaya yang beradaa di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Pembicaraan yang dilakukan lebih banyak berkaitan dengan kehidupan sehari-hari seperti tentang sekolah dan pekerjaan, bahkan hanya sekedar bernyanyi dan bermain gitar. Pembicaraan mengenai iklan layanann masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden hanya dilakukan sebanyak 1 sampai 2 kali dalam kurun waktu satu minggu. Responden yang tidak pernah membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan tempat tinggal adalah responden yang tidak pernah ikut serta jika terdapat kegiatan berkumpul lingkungan tempat tinggalnya. Responden yang sering secara non-formal di membicarak kan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden Presiden 2009 di lingkungan tempat tinggal adalah responden yang dan Wakil selalu ikut setiap ada kegiatan kumpul, sehingga ia tidak pernah melewatkan setiap pembicaraan yang dilakukan.

95 6.2.3 Lingkungan Pekerjaan Responden Responden dalam penelitian ini adalah 90 pemilih pemula yang berada dalam usia produktif, namun hanya terdapat 27 responden yang memiliki pekerjaan atau penghasilan sendiri. Terdapat 5 responden yang tidak pernah membicarak kan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan kerja, 17 responden membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 sebanyak 1 sampai 2 kali dalam kurun waktu satu minggu dan 5 respondenn membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 sebanyak 3 kali atau lebih dalam kurun waktu satu minggu. Jika digambarkan dalam bentuk grafik (Gambar 9), maka tingkat keseringan responden dalam membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan pekerjaan, sebagian besar (18,8 persen), termasuk ke dalam kategori jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan pekerjaan % Tidak Pernah Jarang % 5.60% Sering Gambar 9. Tingkat Keseringan Responden dalam Membicarakan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di Lingkungan Pekerjaan

96 Jenis pekerjaan responden berkisar di sektor jasa seperti menjaga tempat usaha milik orang tua, tukang ojek di pasar Ciampea, supir angkot, buruh pabrik, penjaga salon di pasar Ciampea, penyanyi panggung dan karyawan swasta. Responden yang memiliki kesempatan lebih sering dalam membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 adalah responden dengan jenis pekerjaan karyawan swasta dan responden yang tidak memiliki kesempatan sama sekali untuk membicarakan iklan adalah responden dengan jenis pekerjaan menjaga tempat usaha milik orang tua, seperti kios handphone dan warung. Mereka tidak bisa membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 karena hanya sendiri dalam melakukan pekerjaannya.

97 BAB VII KETERDEDAHAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT TENTANG PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN Gambaran Umum Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Menurut Responden Responden dalam penelitian ini adalah pemilih pemula yang bertempat tinggal di wilayah Desa Rancabungur dan telah terdedah terhadap penayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi. Terdedah dalam penelitian ini diartikan sebagai keadaan dimana responden pernah melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi dan dapat mengingat iklan tersebut dengan baik. Sebanyak 62,3 persen responden dalam penelitian ini beranggapan bahwa penayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi, sangat perlu untuk dilakukan. Selain dapat menghemat waktu dan biaya untuk sosialisasi, tayangan iklan pasti dapat dilihat oleh masyarakat, karena hampir seluruh masyarakat sudah memiliki televisi sendiri di rumah mereka. Sebanyak 60 persen responden juga mengatakan bahwa iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 versi dangdutan ini kreatif dan berbeda dari kebanyakan iklan layanan masyarakat lain yang pernah ditayangkan di televisi. Meskipun tidak ada responden yang dapat mengingat seluruh dialog yang terdapat pada iklan, mereka semua dapat mengingat dialogdialog tertentu seperti cek.. cek.., kan aku baru 17 tahun dan cek nama ke kelurahan. Sebanyak 75,6 persen responden menyatakan bahwa mereka tertarik

98 untuk menyaksikan tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 versi dangdutan karena iklan tersebut lucu, terutama bagian dialog kan aku baru 17 tahun yang diucapkan oleh salah satu pemeran. Dialog tersebut yang membuat responden merasa bahwa dirinya juga perlu memeriksa DPT ke kelurahan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kutipan pernyataan responden berikut: Yang cek.. cek.. itu.. Jadi pengen ngecek juga.. (Nn, Perempuan, 21) Saya inget yang ini: Tapi aku baru 17 tahuuuuun.. hahha.. Lucu teh (Dm, laki-laki, 17) Seluruh responden menyatakan bahwa mereka dapat memahami maksud dari penayangan iklan layanan masyarakat tersebut. Mereka juga menyatakan bahwa mereka mengetahui tanggal pasti pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dari iklan layanan masyarakat ini. Namun mereka tidak dapat mengingat tanggal batas waktu terakhir pemeriksaan nama ke kelurahan. Hal ini disebabkan oleh penulisan tanggal batas waktu pemeriksaan yang diletakkan di bagian bawah tayangan iklan. Selain itu iklan layanan masyarakat ini juga sempat mengalami perubahan tanggal batas waktu pemeriksaan beberapa kali, sehingga membuat responden bingung. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kutipan pernyataan responden berikut: Teh.. saya gak tau harus meriksanya kapan.. Di iklan gak keliatan (Tn, laki-laki, 18) Tanggalnya berubah-berubah terus teh. Saya gak ingat. Tapi kalo Pemilu mah saya tau tanggal 8 (Mr, Laki-laki, 20)

99 Keterdedahan responden terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 adalah intensitas responden dalam melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden di televisi, dilihat dari frekuensi, durasi dan kelengkapan isi pesan iklan. Responden dibedakan ke dalam tiga tingkatan keterdedahan, yaitu responden dengan keterdedahan rendah, sedang dan tinggi. Responden dengan keterdedahan rendah adalah responden yang melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan frekuensi jarang, durasi pendek dan isi pesan tidak lengkap. Responden dengan keterdedahan sedang adalah responden yang melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan kombinasi salah satu dari frekuensi, durasi dan isi pesan rendah. Responden dengan keterdedahan tinggi adalah responden yang melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan frekuensi sering, durasi panjang dan isi pesan lengkap. Terdapat 11 responden yang melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan frekuensi jarang, durasi pendek dan isi pesan tidak lengkap, 68 responden melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan kombinasi salah satu dari frekuensi, durasi, isi pesan rendah dan 11 responden melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan frekuensi sering, durasi panjang dan isi pesan lengkap. Jika digambarkan dalam bentuk grafik (Gambar 10), maka persentase keterdedahan pemilih pemula yang menjadi responden dalam penelitian ini

100 terhadap iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, sebagian besar (75,56 persen), mengalami keterdedahan sedang terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi. Hal ini dapat diinterpretasi, bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini, melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan kombinasi salah satu dari frekuensi, durasi dan isi pesan rendah % 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% 12.22% 75.56% 12.22% Rendah Sedang Tinggi Gambar 10. Keterdedahan Responden terhadap Tayangann Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Frekuensi Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Menurut Responden Frekuensi melihat tayangan iklan adalah jumlah tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, yang dilihat oleh responden dalam kurun waktu satu hari di televisi. Kategori frekuensi responden dalam melihat tayangann iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dibedakan menjadi dua, yaitu frekuensi jarang dan frekuensi sering. Responden yang dalam kurun waktu satu hari melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 sebanyak 1 sampai 5 kali, dikategorikan sebagai responden dengan frekuensi jarang dan

101 responden yang dalam kurun waktu satu hari melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 sebanyak 5 kali atau lebih, dikategorikan sebagai responden dengan frekuensi sering. Terdapat 65 responden yang melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 sebanyak 1 sampai 5 kali dalam kurun waktu satu hari dan 25 responden yang melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 sebanyak 5 kali atau lebih dalam kurun waktu satu hari. Jika digambarkan dalam bentuk pie chart (Gambar 11), maka persentase frekuensi responden dalam melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, sebagian besar (72,2 persen), melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengann frekuensi jarang. Sebanyak 74 persen responden meluangkan waktu mereka sekitar satu sampai lima jam dalam sehari untuk menonton televisi. Responden paling sering melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 melalui stasiun televisi Global TV, yaitu sebanyak 33,4 persen, Trans TV sebanyak 26,7 persen dan Trans 7 sebanyak 20 persen % 72.20% Jarang Sering Gambar 11. Frekuensi Respondenn dalam Melihat Tayangan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009

102 7.1.2 Durasi Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Menurut Responden Durasi melihat iklan adalah lama waktu yang digunakan responden dalam melihat setiap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi. Kategori durasi responden dalam melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dibedakan menjadi dua, yaitu durasi pendek dan durasi panjang. Responden yang melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dalam waktu kurang dari 20 detik, dikategorikan sebagai responden dengan durasi pendek dan responden yang melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dalam waktu 20 detik atau lebih, dikategorikan sebagai responden dengan durasi panjang. Terdapat 37 responden yang melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dalam waktu kurang dari 20 detik untuk setiap tayangan dan 53 responden yang melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dalam waktu 20 detik atau lebih untuk setiap tayangan. Jika digambarkan dalam bentuk pie chart (Gambar 12), maka persentase durasi responden dalam melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, sebagian besar (58,89 persen), melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan durasi panjang, atau dengan waktu lebih dari 20 detik.

103 58.89% 41.11% Pendek Panjang Gambar 12. Durasi Responden dalam Melihat Tayangan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Isi Pesan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Menurut Responden Penerimaan isi pesan adalah kelengkapan tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 yang dilihat responden melalui televisi. Kategori penerimaan isi pesan respondenn terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dibedakan menjadi dua, yaitu isi pesan tidak lengkap dan isi pesan lengkap. Responden yang tidak melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dari awal atau tidak melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 sampai akhir, dikategorikan sebagai responden dengan keterdedahan isi pesan tidak lengkap dan responden yang melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dari awal sampai akhir, dikategorikan sebagai responden dengan keterdedahan isi pesan lengkap. Terdapat 27 responden yang melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dari awal sampai akhir dan 63 responden yang tidak melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dari awal atau tidak melihat tayangan iklan

104 layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden akhir. dan Wakil Presiden 2009 sampai Jika digambarkan dalam bentuk pie chart (Gambar 13), maka persentase keterdedaha an respondenn terhadap isi pesan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, sebagian besar (70 persen), melihat isi pesan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan lengkap, atau melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dari awal sampai akhir. 70% 30% Tidak Lengkap Lengkap Gambar 13. Keterdedahan Responden terhadap Isi Pesan Tayangan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Berdasarkan Karakteristik Individu Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Berdasarkan Usia Responden Sebanyak 60 persen responden berusia 18 sampai 21 tahun, melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan frekuensi jarang. Sebanyak 51,,09 persen responden berusia 18 sampai 21 tahun, melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan durasi panjang. Sebanyak 57,8 persen responden berusia 18 sampai 21 tahun, melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengann isi pesan

105 lengkap. Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa responden yang berada dalam rentang usia 18 sampai 21 tahun, mengalami keterdedahan sedang terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Hasil tabulasi silang antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan usia responden dapat dilihat pada Tabel 10. Terlihat bahwa persentase keterdedahan responden yang berada dalam rentang usia antara 18 sampai 21 tahun, lebih tinggi dibandingkan responden yang berusia 17 tahun. Seluruh responden yang berusia 17 tahun, masih duduk di bangku kelas 3 SMA, sedangkan responden yang berada dalam rentang usia 18 sampai 21 tahun, terbagi menjadi responden yang sudah bekerja dan responden yang tidak bekerja. Jumlah responden yang tidak bekerja lebih banyak dibandingkan dengan jumlah responden yang bekerja. Hal ini menyebabkan perbedaan kepemilikan waktu luang oleh masing-masing responden. Responden yang berada dalam rentang usia 18 sampai 21 tahun dan tidak bekerja, memiliki waktu luang yang lebih banyak dibandingkan responden berusia 17 tahun, yang masih duduk di bangku kelas 3 SMA. Tabel 10. Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Usia Usia Responden (Tahun) Frekuensi Durasi Isi Pesan Jarang Sering Total Pendek Panjang Total Tidak Lengkap Lengkap Total n % n % n % n % n % n % n % n % n % ,2 6 7, ,2 6 7, , , , , , , Total 65 72, , , ,

106 Bila diuji dengan menggunakan Chi Square, diperoleh nilai Pvalue = 0,156 < taraf nyata = 0,2 maka tolak H 0. Artinya terdapat hubungan antara usia responden dengan keterdedahan terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi. Responden yang berada dalam rentang usia 18 sampai 21 tahun, lebih terdedah terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dibandingkan responden yang berusia 17 tahun. Sesuai dengan pernyataan Gerbner (1973) yang dikutip McQuail (1987), bahwa keterdedahan terhadap produk televisi, telah mengakibatkan lingkungan simbolik khalayak menjadi terdominasi. Iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 merupakan salah satu produk dari televisi. Lingkungan simbolik khalayak dibedakan menjadi karakteristik individu dan karakteristik sosiologis. Usia merupakan salah satu variabel dari karakteristik individu Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden Sebanyak 44,4 persen responden laki-laki melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan frekuensi jarang. Sebanyak 37,78 persen responden laki-laki melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan durasi panjang. Sebanyak 41,11 persen responden laki-laki melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan isi pesan lengkap. Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa responden laki-laki

107 mengalami keterdedahan sedang terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Hasil tabulasi silang antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan jenis kelamin responden dapat dilihat pada Tabel 11. Terlihat bahwa persentase keterdedahan responden laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan responden perempuan. Jumlah responden perempuan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah responden laki-laki. Selain itu, sebagian besar responden yang sudah bekerja adalah responden perempuan. Hal ini menyebabkan perbedaan kepemilikan waktu luang oleh masing-masing responden. Responden laki-laki yang tidak memiliki pekerjaan, memiliki waktu luang lebih banyak dibandingkan dengan responden perempuan yang bekerja. Waktu luang tersebut dapat digunakan responden untuk menonton televisi dan melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tabel 11. Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Responden Laki-Laki Frekuensi Durasi Isi Pesan Jarang Sering Total Pendek Panjang Tidak Total Lengkap Lengkap Total n % n % n % n % n % n % n % n % n % 40 44, , , , , , , , ,9 Perempuan 25 27, , , , , , , ,1 Total 65 72, , , , Bila diuji dengan menggunakan Chi Square, diperoleh nilai Pvalue = 0,080 < taraf nyata = 0,2 maka tolak H 0. Artinya terdapat hubungan antara jenis kelamin responden dengan keterdedahan terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi. Responden laki-laki

108 lebih terdedah terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dibandingkan responden perempuan. Sesuai dengan pernyataan Gerbner (1973) yang dikutip McQuail (1987), bahwa keterdedahan terhadap produk televisi, telah mengakibatkan lingkungan simbolik khalayak menjadi terdominasi. Iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 merupakan salah satu produk dari televisi. Lingkungan simbolik khalayak dibedakan menjadi karakteristik individu dan karakteristik sosiologis. Jenis kelamin merupakan salah satu variabel dari karakteristik individu Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden Sebanyak 68,87 responden dengan tingkat pendidikan sedang melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan frekuensi jarang. Sebanyak 56,67 persen responden dengan tingkat pendidikan sedang melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan durasi panjang. Sebanyak 67,78 persen responden dengan tingkat pendidikan sedang melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan isi pesan lengkap. Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa responden dengan tingkat pendidikan sedang mengalami keterdedahan sedang terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Hasil tabulasi silang antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 12. Terlihat bahwa persentase keterdedahan responden

109 dengan tingkat pendidikan sedang lebih tinggi dibandingkan responden dengan tingkat pendidikan tinggi. Tabel 12. Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Rendah Frekuensi Durasi Isi Pesan Jarang Sering Total Pendek Panjang Total Tidak Lengkap Lengkap Total n % n % n % n % n % n % n % n % n % Sedang 62 68, , , , , , , , ,7 Tinggi 3 3, ,3 1 1,1 2 2,2 3 3,3 1 1,1 2 2,2 3 3,3 Total 65 72, , , , Bila diuji dengan menggunakan Rank Spearman, diperoleh nilai Pvalue = 0,126 < taraf nyata = 0,2 maka tolak H 0. Artinya terdapat hubungan antara tingkat pendidikan responden dengan keterdedahan terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi. Koefisien korelasi sebesar -0,234, berarti korelasi yang terjadi bersifat berlawanan arah. Hal ini dapat diinterpretasi sebagai berikut, bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin rendah keterdedahan mereka terhadap tayangan iklan layanan masyarakat. Sesuai dengan pernyataan Gerbner (1973) yang dikutip McQuail (1987), bahwa keterdedahan terhadap produk televisi, telah mengakibatkan lingkungan simbolik khalayak menjadi terdominasi. Iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 merupakan salah satu produk dari televisi. Lingkungan simbolik khalayak dibedakan menjadi karakteristik individu dan karakteristik sosiologis. Tingkat pendidikan merupakan salah satu variabel dari karakteristik individu.

110 Nilai koefisien korelasi yang negatif, disebabkan oleh rendahnya kecenderungan responden dengan tingkat pendidikan tinggi untuk menonton televisi, sehingga kemungkinan mereka untuk terdedah terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 menjadi lebih kecil Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Berdasarkan Status Pekerjaan Responden Sebanyak 46,6 persen responden yang tidak bekerja melihat tayangan iklan layanan masyarakat dengan frekuensi jarang. Sebanyak 37,78 persen responden yang tidak bekerja melihat tayangan iklan layanan masyarakat dengan durasi panjang. Sebanyak 50 persen responden yang tidak bekerja melihat isi pesan iklan layanan masyarakat dengan lengkap. Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa responden yang tidak bekerja mengalami keterdedahan sedang terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Hasil tabulasi silang antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan status pekerjaan responden dapat dilihat pada Tabel 13. Terlihat bahwa persentase keterdedahan responden yang tidak bekerja lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang tidak bekerja. Responden yang tidak bekerja memiliki lebih banyak waktu luang dibandingkan dengan responden yang bekerja. Waktu luang tersebut dapat digunakan responden yang tidak bekerja untuk menonton televisi dan melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009.

111 Tabel 13. Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Status Pekerjaan Status Pekerjaan Bekerja Frekuensi Durasi Isi Pesan Jarang Sering Total Pendek Panjang Total Tidak Lengkap Lengkap Total n % n % n % n % n % n % n % n % n % 22 25,6 4 4, Tidak Bekerja 43 46, , ,2 Total 65 72, , , , Bila diuji dengan menggunakan Chi Square, diperoleh nilai Pvalue = 0,102 < taraf nyata = 0,2 maka tolak H 0. Artinya terdapat hubungan antara status pekerjaan responden dengan keterdedahan terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi. Responden yang tidak bekerja lebih terdedah terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dibandingkan responden bekerja. Sesuai dengan pernyataan Gerbner (1973) yang dikutip McQuail (1987), bahwa keterdedahan terhadap produk televisi, telah mengakibatkan lingkungan simbolik khalayak menjadi terdominasi. Iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 merupakan salah satu produk dari televisi. Lingkungan simbolik khalayak dibedakan menjadi karakteristik individu dan karakteristik sosiologis. Status pekerjaan merupakan salah satu variabel dari karakteristik individu. 37,

112 7.3 Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Berdasarkan Karakteristik Sosiologis Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Berdasarkan Lingkungan Keluarga Responden Sebanyak 40 persen responden yang tidak pernah membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan keluarga, melihat tayangan iklan dengan frekuensi jarang. Sebanyak 30 persen responden yang tidak pernah membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan keluarga, melihat tayangan iklan dengan durasi panjang. Sebanyak 40 persen responden yang tidak pernah membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan keluarga, melihat isi pesan iklan dengan lengkap. Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa responden yang tidak pernah membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan keluarga, mengalami keterdedahan sedang terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Hasil tabulasi silang antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan lingkungan keluarga responden dapat dilihat pada Tabel 14. Terlihat bahwa persentase keterdedahan responden yang tidak pernah membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan keluarga, lebih tinggi dibandingkan responden yang jarang dan sering membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden di lingkungan keluarga.

113 Tabel 14. Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Lingkungan Keluarga Lingkungan Keluarga Tidak Pernah Jarang Frekuensi Durasi Isi Pesan Jarang Sering Total Pendek Panjang Total Tidak Lengkap Lengkap Total n % n % n % n % n % n % n % n % n % Sering 5 5,55 1 1,11 6 6,66 3 3,33 3 3,33 6 6,66 2 2,22 4 4,44 6 6,66 Total 65 72, , , , Bila diuji dengan menggunakan Rank Spearman, diperoleh nilai Pvalue = 0,898 > taraf nyata = 0,2 maka terima H 0. Artinya tidak terdapat hubungan antara lingkungan keluarga responden dengan keterdedahan terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi. Berbeda dengan pernyataan Gerbner (1973) yang dikutip McQuail (1987), bahwa keterdedahan terhadap produk televisi, telah mengakibatkan lingkungan simbolik khalayak menjadi terdominasi. Iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 merupakan salah satu produk dari televisi. Lingkungan simbolik khalayak dibedakan menjadi karakteristik individu dan karakteristik sosiologis. Lingkungan keluarga merupakan salah satu variabel dari karakteristik sosiologis , , ,56 27 Menurut hipotesis, seharusnya terdapat hubungan antara lingkungan keluarga responden dengan keterdedahan terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, dengan asumsi responden memiliki waktu yang cukup untuk berada di rumah. Keadaan di lapangan menunjukkan bahwa responden lebih banyak menggunakan waktu mereka untuk berada di luar rumah, seperti untuk sekolah, bekerja atau sekedar , , , , , , , , , , , ,78

114 berkumpul bersama teman-teman, sehingga kesempatan responden untuk dapat berkumpul bersama dengan anggota keluarga inti menjadi terbatas Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Berdasarkan Lingkungan Tempat Tinggal Responden Sebanyak 57,77 persen responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan tempat tinggal, melihat tayangan iklan dengan frekuensi jarang. Sebanyak 42,22 persen responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan tempat tinggal, melihat tayangan iklan dengan durasi panjang. Sebanyak 47,77 persen responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan tempat tinggal, melihat isi pesan iklan dengan lengkap. Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan tempat tinggal, mengalami keterdedahan sedang terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Hasil tabulasi silang antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan lingkungan tempat tinggal responden dapat dilihat pada Tabel 15. Terlihat bahwa persentase keterdedahan responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden di lingkungan tempat tinggal lebih tinggi dibandingkan responden yang tidak pernah dan sering membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di

115 lingkungan tempat tinggal. Hal ini menunjukkan bahwa, walaupun sebagian besar waktu yang dimiliki responden, digunakan untuk berkumpul bersama dengan teman-teman di lingkungan tempat tinggalnya, pembicaraan yang mereka lakukan tidak selalu mengenai iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tabel 15. Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Lingkungan Tempat Tinggal Lingkungan Tempat Tinggal Tidak Pernah Jarang Frekuensi Durasi Isi Pesan Jarang Sering Total Pendek Panjang Total Tidak Lengkap Total Lengkap n % n % n % n % n % n % n % n % n % ,66 57, , , , Sering 7 7,77 6 6, ,44 7 7,77 6 6, ,44 4 4, ,44 Total 65 72, , , , Bila diuji dengan menggunakan Rank Spearman, diperoleh nilai Pvalue = 0,184 < taraf nyata = 0,2 maka tolak H 0. Artinya terdapat hubungan antara lingkungan tempat tinggal responden dengan keterdedahan terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi. Koefisien korelasi sebesar 0,141, berarti korelasi yang terjadi bersifat searah. Hal ini dapat diinterpretasi sebagai berikut, bahwa semakin sering responden membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan tempat tinggal, semakin tinggi pula keterdedahan responden terhadap tayangan iklan tersebut, dan sebaliknya. 5,56 27,79 Sesuai dengan pernyataan Gerbner (1973) yang dikutip McQuail (1987), bahwa keterdedahan terhadap produk televisi, telah mengakibatkan lingkungan simbolik khalayak menjadi terdominasi. Iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 merupakan salah satu produk dari televisi , , ,33 22, , , ,

116 Lingkungan simbolik khalayak dibedakan menjadi karakteristik individu dan karakteristik sosiologis. Lingkungan tempat tinggal merupakan salah satu variabel dari karakteristik sosiologis Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Berdasarkan Lingkungan Pekerjaan Responden Sebanyak 15,5 persen responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan pekerjaan, melihat iklan dengan frekuensi jarang. Sebanyak 15,5 persen responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan pekerjaan, melihat tayangan iklan dengan durasi panjang. Sebanyak 10,9 persen responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan pekerjaan, melihat isi pesan iklan dengan lengkap. Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan pekerjaan, mengalami keterdedahan sedang terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Hasil tabulasi silang antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan lingkungan pekerjaan responden dapat dilihat pada Tabel 16. Terlihat bahwa persentase keterdedahan responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan pekerjaan, lebih tinggi dibandingkan responden yang tidak pernah dan sering membicarakan iklan

117 layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan pekerjaan. Tabel 16. Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Lingkungan Pekerjaan Frekuensi Durasi Isi Pesan Lingkungan Tidak Pekerjaan Jarang Sering Total Pendek Panjang Total Lengkap Total Lengkap n % n % n % n % n % n % n % n % n % Tidak Bekerja 43 47, , , , , , Tidak Pernah 3 3,3 2 2,3 5 5,6 3 3,3 2 2,3 5 5,6 3 3,3 2 2,3 5 5,6 Jarang 14 15,5 3 3, ,8 3 3, , ,8 7 7, , ,8 5 5, ,6 2 2,3 3 3,3 5 5, ,6 5 5,6 Sering Total 65 72, , , , Bila diuji dengan menggunakan Rank Spearman, diperoleh nilai Pvalue = 0,480 > taraf nyata = 0,2 maka terima H 0. Artinya tidak terdapat hubungan antara lingkungan pekerjaan responden dengan keterdedahan terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi. Berbeda dengan pernyataan Gerbner (1973) yang dikutip McQuail (1987), bahwa keterdedahan terhadap produk televisi, telah mengakibatkan lingkungan simbolik khalayak menjadi terdominasi. Iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 merupakan salah satu produk dari televisi. Lingkungan simbolik khalayak dibedakan menjadi karakteristik individu dan karakteristik sosiologis. Lingkungan pekerjaan merupakan salah satu variabel dari karakteristik sosiologis. Menurut hipotesis, seharusnya terdapat hubungan antara lingkungan pekerjaan responden dengan keterdedahan terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Keadaan di

118 lapangan menunjukkan bahwa pekerjaan responden hanya dilakukan sendiri, sehingga tidak memungkinkan mereka untuk membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan pekerjaan. Responden yang memiliki kesempatan untuk membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan pekerjaan, adalah responden yang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan pelanggan.

119 BAB VIII SIKAP PEMILIH PEMULA DI PEDESAAN TERHADAP PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2009 Sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 adalah kecenderungan seorang pemilih pemula terhadap kemungkinan yang dapat terjadi, belum merupakan tindakan atau aktivitas, melainkan berupa predisposisi tingkah laku. Sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 meliputi tiga komponen sikap, yaitu kognisi, afeksi dan konasi. Setiap komponen sikap dibagi ke dalam tiga tingkatan, yaitu negatif, netral dan positif. Tingkatan masing-masing komponen sikap diketahui dengan melakukan statistika deskriptif terhadap skor jawaban responden yang terdapat di kuesioner. Data selengkapnya mengenai tingkatan masing-masing komponen sikap dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Hasil Statistika Deskriptif Komponen Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Komponen Sikap N Mean Std. Deviasi Batas atas Batas bawah Kognisi 90 43,5 4, ,162 38,838 Afeksi 90 54, , ,807 47,571 Konasi 90 24, , ,615 20,630 Sikap responden terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, juga dibedakan ke dalam tiga tingkatan, yaitu responden dengan sikap negatif, netral dan positif. Responden dengan sikap negatif adalah responden yang memiliki skor rata-rata kognisi, afeksi dan konasi rendah. Responden dengan sikap netral adalah responden yang memiliki skor rata-rata kognisi, afeksi dan konasi sedang.

120 Responden dengan sikap positif adalah responden yang memiliki skor rata-rata kognisi, afeksi dan konasi tinggi. Terdapat 10 responden yang memiliki skor rata-rata kognisi, afeksi dan konasi rendah, 67 responden dengan skor rata-rata kognisi, afeksi dan konasi sedang dan 14 responden dengan skor rata-rataa kognisi, afeksi dan konasi tinggi. Jika digambarkan dalam bentuk grafik (Gambar 14), maka persentase sikap pemilih pemula yang menjadi responden dalam penelitian ini, sebagian besar (74,45 persen), memiliki sikap netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Jumlah ini lebih banyak dibandingkan responden yang memiliki sikap negatif dan sikap positif. Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa sebagian besar pemilih pemula di pedesaan yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki skor rata-rata kognisi, afeksi dan konasi yang sedang terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden % 60% 40% 74.45% Negatif Netral Positif 20% 10% 15.55% 0% Gambar 14. Sikap Responden terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Komponen Sikap Kognisi Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Kognisi adalah pengetahuan, persepsi, keyakinan dan ketersediaan informasi yang dimiliki pemilih pemula di pedesaan berkaitan dengan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Berdasarkan Tabel 17, responden dibagi ke dalam tiga

121 tingkatan kognisi, yaitu respondenn dengan kognisi negatif, netral dan positif. Responden dengan kognisi negatif adalah responden yang memiliki skor kognisi lebih kecil dari batas bawah kognisi. Responden dengan kognisi netral adalah responden yang memiliki skor kognisi antara batas bawah dan batas atas kognisi. Responden dengan kognisi positif adalah responden yang memiliki skor kognisi lebih besar dari batas atas kognisi. Terdapat 14 responden yang memiliki skor kognisi rendah, 55 responden memiliki skor kognisi sedang dan 21 respondenn memiliki skor kognisi tinggi. Jika digambarkan dalam bentuk grafik ( Gambar 15) ), maka persentase kognisi pemilih pemula yang menjadi responden dalam penelitian ini, sebagian besar (61,1 persen), memiliki kognisi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Jumlah ini lebih banyak dibandingkan responden dengan kognisi negatif dan kognisi positif. Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa sebagian besar pemilih pemula yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki pengetahuan, persepsi, keyakinan dan ketersediaan informasi yang netral berkaitan dengan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden % 60.00% 40.00% 20.00% 15.60% 61.10% % Negatif Netral Positif 0.00% Gambar 15. Kognisi Responden terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009

122 8.2 Komponen Sikap Afeksi Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Afeksi adalah perasaan emosional dan suasana hati yang dimiliki pemilih pemula terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Berdasarkan Tabel 17, responden dibagi ke dalam tiga tingkatann afeksi, yaitu responden dengan afeksi negatif, netral dan positif. Responden dengan afeksi negatif adalah responden yang memiliki skor afeksi lebih kecil dari batas bawah afeksi. Responden dengan afeksi netral adalah responden yang memiliki skor afeksi antara batas atas dan batas bawah afeksi. Responden dengan afeksi positif adalah responden yang memiliki skor afeksi lebih besar dari batas atas afeksi. Terdapat 11 responden yang memiliki skor afeksi rendah, 67 responden memiliki skor afeksi sedang dan 12 respondenn memiliki skor afeksi tinggi. Jika digambarkan dalam bentuk grafik (Gambar16), maka persentase afeksi pemilih pemula yang menjadi responden dalam penelitian ini, sebagian besar (74,5 persen), memiliki afeksi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa sebagian besar pemilih pemula yang menjadi responden dalam penelitiann ini memiliki perasaan emosional dan suasana hati yang netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden % 60.00% 40.00% 74.50% Negatif Netral Positif 20.00% 12.20% 13.30% 0.00% Gambar 16. Afeksi Responden terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009

123 8.3 Komponen Sikap Konasi Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Konasi adalah kecenderungan pemilih pemula untuk melakukan suatu tindakan tertentu atau meniru. Dalam penelitian ini, konasi responden ditandai dengan pengambilan keputusan untuk ikut serta dalam kegiatan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dan pergi ke kelurahan. Berdasarkan Tabel 17, responden dibagi ke dalam tiga tingkatan konasi, yaitu responden dengan konasi negatif, netral dan positif. Responden dengan konasi negatif adalah responden yang memiliki skor konasi lebih kecil dari batas bawah konasi. Responden dengan konasi netral adalah responden yang memiliki skor konasi antara batas bawah dan batas atas konasi. Responden dengan konasi positif adalah responden yang memiliki skor konasi lebih besar dari batas atas konasi. Terdapat 9 responden yang memiliki skor konasi rendah, 65 responden memiliki skor konasi sedang dan 16 responden memiliki skor konasi tinggi. Jika digambarkan dalam bentuk grafik (Gambar 17), maka persentase konasi pemilih pemula yang menjadi responden dalam penelitian ini, sebagian besar (72,2 persen), memiliki konasi netral terhadap pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa sebagian besar pemilih pemula yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki kecenderungan yang netral untuk melakukan tindakan yang berkaitan dengan instruksi pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009.

124 80% 60% 40% 72.20% Negatif Netral Positif 20% 0% 10% 17.80% Gambar 17. Konasi Responden terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Karakteristik Individu Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Usia Sebanyak 48,8 persen responden yang berada dalam rentang usia antara 18 sampai 21 tahun, memiliki kognisii netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Sebanyak 61,2 persen responden yang berada dalam rentang usia antara 18 sampai 21 tahun, memiliki afeksi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Sebanyak 61 persen responden yang berada dalam rentang usia 18 sampai 21 tahun, memilikii konasi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden berada dalam rentang Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa responden yang usia 18 sampai 21 tahun memiliki sikap yang netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Hasil tabulasi silang antara sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan usia dapat dilihat pada Tabel 18. Terlihat bahwa persentase sikap responden yang beradaa dalam rentang usia 18 sampai 21 tahun terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 lebih netral dibandingka an respondenn yang berusia 17 tahun.

125 Responden yang berada dalam rentang usia 18 sampai 21 tahun, memiliki pengetahuan atau ketersediaan informasi yang lebih banyak, berkaitan dengan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, dibandingkan responden yang berusia 17 tahun. Berdasarkan keadaan di lapangan, sebagian besar responden yang berusia 17 tahun, masih duduk di bangku kelas 3 SMA, sehingga mereka lebih konsentrasi kepada hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan akademik. Secara emosional, responden yang berada dalam rentang usia 18 sampai 21 tahun lebih stabil dibandingkan responden yang berusia 17 tahun, sehingga dapat mengambil keputusan dengan lebih rasional. Bila diuji dengan menggunakan Chi Square, diperoleh nilai Pvalue = 0,027 < taraf nyata = 0,2 maka tolak H 0. Artinya terdapat hubungan antara usia responden dengan sikap terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Responden yang berada dalam rentang usia 18 sampai 21 tahun, memiliki sikap yang lebih netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dibandingkan responden yang berusia 17 tahun.

126 Tabel 18. Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Usia Usia (Tahun) 17 Kognisi Afeksi Konasi Negatif Netral Positif Total Negatif Netral Positif Total Negatif Netral Positif Total n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % 1 1, ,3 6 6, , ,3 4 5, , ,2 5 5, , , , , ,2 18 7, , , Total 14 15, , , , , , , , Tabel 19. Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-Laki Kognisi Afeksi Konasi Negatif Netral Positif Total Negatif Netral Positif Total Negatif Netral Positif Total n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % 11 12, ,8 8 8, , , , ,9 8 8, ,9 Perempuan 3 3, , , ,1 1 1, ,5 5 5, ,1 1 1, ,2 7 7, ,1 Total 14 15, , , , , , , ,

127 Hal ini serupa dengan hasil penelitian Rahayu (2004), yang menyatakan bahwa khalayak pemilih yang berusia lebih tua, memiliki pengetahuan lebih baik dibandingkan dengan khalayak pemilih yang berusia lebih muda Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Jenis Kelamin Sebanyak 37,8 persen responden laki-laki, memiliki kognisi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Sebanyak 40 persen responden lakilaki, memiliki afeksi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Sebanyak 40 persen responden laki-laki, memiliki konasi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa responden laki-laki memiliki sikap yang netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Hasil tabulasi silang antara sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 19. Terlihat bahwa persentase sikap responden laki-laki lebih netral dibandingkan dengan responden perempuan. Bila diuji dengan menggunakan Chi Square, diperoleh nilai Pvalue = 0,229 > taraf nyata = 0,2 maka terima H 0. Artinya tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin responden dengan sikap terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Responden laki-laki dan responden perempuan memiliki sikap yang relatif sama terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Hal ini serupa dengan hasil penelitian Rahayu (2004), yang menyatakan bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi pengetahuan responden berkaitan

128 dengan Pemilu. Pengetahuan khalayak pemilih laki-laki sama dengan pengetahuan khalayak pemilih perempuan Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009Berdasarkan Tingkat Pendidikan Sebanyak 57,8 persen responden dengan tingkat pendidikan sedang, memiliki kognisi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Sebanyak 73,4 persen responden dengan tingkat pendidikan sedang, memiliki afeksi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Sebanyak 72,2 persen responden dengan tingkat pendidikan sedang, memiliki konasi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa responden dengan tingkat pendidikan sedang memiliki sikap yang netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Hasil tabulasi silang antara sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 20. Terlihat bahwa persentase sikap reponden dengan tingkat pendidikan sedang lebih netral dibandingkan responden dengan tingkat pendidikan tinggi. Bila diuji dengan menggunakan Rank Spearman, diperoleh nilai Pvalue = 0,084 < taraf nyata = 0,2 maka tolak H 0. Artinya terdapat hubungan antara tingkat pendidikan responden dengan sikap terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Koefisien korelasi sebesar -0,151, sehingga korelasi yang terjadi bersifat berlawanan arah. Hal ini dapat diinterpretasi sebagai berikut, bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin negatif sikap mereka terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009.

129 Tabel 20. Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Rendah Kognisi Afeksi Konasi Negatif Netral Positif Total Negatif Netral Positif Total Negatif Netral Positif Total n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % Sedang 14 15, , , , , , , ,7 8 8, , , ,7 Tinggi , ,3 1 1,1 1 1,1 1 1,1 3 3,3 1 1, ,2 3 3,3 Total 14 15, , , , , , , , Tabel 21. Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Status Pekerjaan Status Pekerjaan Bekerja Kognisi Afeksi Konasi Negatif Netral Positif Total Negatif Netral Positif Total Negatif Netral Positif Total n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % 5 6, , , ,3 3 3, , ,6 3 3, Tidak 9 8, , , , , , , Bekerja Total 14 15, , , , , , , ,

130 Responden dengan tingkat pendidikan tinggi memiliki pengetahuan yang netral berkaitan dengan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, namun mereka memiliki kecenderungan untuk menghubungkan pengetahuan yang mereka miliki dengan pengalaman Pemilu Presiden dan Wakil Presiden sebelumnya, sehingga membuat mereka memiliki perasaan emosional yang negatif terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Rahayu (2004) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka pengetahuan yang dimiliki khalayak pemilih juga akan semakin tinggi, dan sebaliknya Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Status Pekerjaan Sebanyak 41,1 persen responden yang tidak bekerja, memiliki kognisi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Sebanyak 52,2 persen responden yang bekerja, memiliki afeksi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Sebanyak 46,6 persen responden yang tidak bekerja, memiliki konasi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Hal ini dapat diinterpretasi, bahwa responden yang tidak bekerja memiliki sikap yang netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Hasil tabulasi silang antara sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan status pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 21. Terlihat bahwa responden yang tidak bekerja memiliki sikap yang lebih netral dibandingkan dengan responden yang bekerja. Responden yang tidak bekerja memiliki lebih banyak waktu luang dibandingkan dengan responden yang bekerja. Waktu luang tersebut dapat digunakan responden yang tidak bekerja

131 untuk mencari informasi berkaitan dengan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Bila diuji dengan menggunakan Chi Square,diperoleh nilai Pvalue = 0,087 < taraf nyata = 0,2 maka tolak H 0. Artinya terdapat hubungan antara status pekerjaan responden dengan sikap terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Responden yang tidak bekerja, memiliki sikap yang lebih netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Hal ini serupa dengan hasil penelitian Rahayu (2004) yang menyatakan bahwa semakin tinggi curahan waktu bekerja khalayak pemilih, maka tingkat pengetahuan mengenai Pemilu akan semakin rendah. Semakin banyak waktu yang digunakan untuk bekerja akan menyebabkan kesempatan khalayak untuk memperoleh informasi menjadi semakin kecil. 8.5 Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Karakteristik Sosiologis Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Lingkungan Keluarga Sebanyak 37,81 persen responden yang tidak pernah membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan keluarga, memiliki kognisi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Sebanyak 44,45 persen responden yang tidak pernah membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan keluarga, memiliki afeksi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Sebanyak 39,97 persen responden yang tidak pernah membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan keluarga, memiliki konasi netral terhadap

132 Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa responden yang tidak pernah membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan keluarga, memiliki sikap netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Hasil tabulasi silang antara sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan lingkungan keluarga responden dapat dilihat pada Tabel 22. Terlihat bahwa persentase sikap responden yang tidak pernah membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan keluarga, lebih netral dibandingkan responden yang jarang dan sering membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Bila diuji dengan menggunakan Rank Spearman, diperoleh nilai Pvalue = 0,482 > taraf nyata = 0,2 maka terima H 0. Artinya tidak terdapat hubungan antara lingkungan keluarga responden dengan sikap terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Responden yang tidak pernah, jarang maupun sering membicarakan tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 memiliki sikap sikap yang relatif sama terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Menurut hipotesis, seharusnya terdapat hubungan antara lingkungan keluarga dengan sikap responden terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Hal ini juga berbeda dengan hasil penelitian Rahayu (2004), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara khalayak pemilih yang mempunyai saluran interpersonal lebih banyak dengan pengetahuan mengenai Pemilu. Khalayak pemilih yang menggunakan saluran interpersonal lebih banyak,

133 memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan khalayak yang menggunakan sedikit saluran interpersonal. Perbedaan ini disebabkan oleh kebiasaan pemilih pemula di Desa Rancabungur yang jarang menggunakan waktunya untuk berada di rumah. Kesempatan untuk berkumpul dan membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 bersama keluarga menjadi terbatas, sehingga tidak mempengaruhi sikap pemilih pemula terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Lingkungan Tempat Tinggal Sebanyak 39,94 persen responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan tempat tinggal, memiliki kognisi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Sebanyak 51,1 persen responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan tempat tinggal, memiliki afeksi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Sebanyak 55,54 persen responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan tempat tinggal, memiliki konasi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan tempat tinggal, memiliki sikap yang netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009.

134 Tabel 22. Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Lingkungan Keluarga Lingkungan Keluarga Kognisi Afeksi Konasi Negatif Netral Positif Total Negatif Netral Positif Total Negatif Netral Positif Total n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % Tidak Pernah 5 5, , , ,56 3 3, ,45 7 7, ,56 5 5, , , ,56 Jarang 8 8, , ,78 8 8, ,56 3 3, ,78 4 4, ,57 7 7, ,78 Sering 1 1,11 4 4,44 1 1,11 6 6, ,44 2 2,22 6 6, , ,66 Total 14 15, , , , , , , , Tabel 23. Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Lingkungan Tempat Tinggal Lingkungan Tempat Tinggal Kognisi Afeksi Konasi Negatif Netral Positif Total Negatif Netral Positif Total Negatif Netral Positif Total n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % Tidak Pernah 5 5, , ,56 2 2, , ,56 3 3, ,01 2 2, ,56 Jarang 9 10, , , , , , , , Sering ,14 3 3, ,44 1 1, , ,44 2 2,22 6 6,65 5 5, ,44 Total 14 15, , , , , , , ,

135 Hasil tabulasi silang antara sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan lingkungan tempat tinggal responden dapat dilihat pada Tabel 23. Terlihat bahwa responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat di lingungan tempat tinggal memiliki sikap yang lebih netral dibandingkan responden yang tidak pernah membicarakan dan sering membicarakan. Hal ini menunjukkan bahwa, walaupun sebagian besar waktu yang dimiliki responden, digunakan untuk berkumpul bersama dengan temanteman di lingkungan tempat tinggalnya, pembicaraan yang mereka lakukan tidak selalu mengenai iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Bila diuji dengan menggunakan Rank Spearman, diperoleh nilai Pvalue = 0,050 < taraf nyata = 0,2 maka tolak H 0. Artinya terdapat hubungan antara lingkungan tempat tinggal responden dengan sikap terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Semakin sering responden membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan tempat tinggal, semakin tinggi pula sikap responden terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Serupa dengan hasil penelitian Rahayu (2004), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara khalayak pemilih yang mempunyai saluran interpersonal lebih banyak dengan pengetahuan mengenai Pemilu. Khalayak pemilih yang banyak menggunakan saluran interpersonal lebih banyak, memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan khalayakk yang mengguunakan sedikit saluran interpersonal.

136 8.5.3 Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Lingkungan Pekerjaan Sebanyak 11,11 persen responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan pekerjaan, memiliki kognisi sedang terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Sebanyak 11,11 persen responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan pekerjaan, memiliki afeksi sedang terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Sebanyak 14,44 persen responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan pekerjaan, memiliki konasi sedang terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan pekerjaan memiliki sikap yang netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Hasil tabulasi silang antara sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan lingkungan pekerjaan responden dapat dilihat pada Tabel 24. Terlihat bahwa persentase sikap responden yang jarang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan pekerjaan, lebih positif dibandingkan responden yang tidak pernah dan sering membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009.

137 Tabel 24. Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Lingkungan Pekerjaan Lingkungan Pekerjaan Kognisi Afeksi Konasi Negatif Netral Positif Total Negatif Netral Positif Total Negatif Netral Positif Total n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % n % Tidak Bekerja , , , , , Tidak Pernah 1 1,15 4 4, ,6 1 1,15 4 4, , ,45 1 1,15 5 5,6 Jarang 4 4, ,05 3 3, ,8 3 3, ,2 3 3, ,8 1 1, ,35 3 3, ,8 Sering , , , , , ,6 Total 14 15, , , , , , , ,

138 Bila diuji dengan menggunakan Rank Spearman, diperoleh nilai Pvalue = 0,481 > taraf nyata = 0,2 maka terima H 0. Artinya tidak terdapat hubungan antara lingkungan pekerjaan responden dengan sikap terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Rahayu (2004), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara khalayak pemilih yang mempunyai saluran interpersonal lebih banyak dengan pengetahuan mengenai Pemilu. Khalayak pemilih yang banyak menggunakan saluran interpersonal lebih banyak, memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan khalayakk yang mengguunakan sedikit saluran interpersonal. Perbedaan ini disebabkan oleh keadaan di lingkungan pekerjaan pemilih pemula Desa Rancabungur, yang sebagian besar hanya dilakukan sendiri, sehingga tidak memungkinkan pemilih pemula untuk membicarakan iklan di lingkungan pekerjaan mereka. Responden yang memiliki kesempatan untuk membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di lingkungan pekerjaan, adalah responden yang membicarakan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan pelanggan.

139 BAB IX HUBUNGAN ANTARA KETERDEDAHAN IKLAN LAYANAN MASYARAKAT TENTANG PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2009 DENGAN SIKAP PEMILIH PEMULA DI PEDESAAN Responden dalam penelitian ini terdiri dari pemilih pemula yang melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan keterdedahan berbeda, serta memiliki sikap yang berbeda pula terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Hasil tabulasi silang antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi dan sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, dapat dilihat pada Tabel 25. Terlihat bahwa persentase jumlah responden terbanyak adalah responden dengan tingkat keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 sedang yang memiliki sikap netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, yaitu sebanyak 58,89 persen. Tabel 25. Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dan Sikap Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Keterdedahan Sikap Rendah Sedang Tinggi Total n % n % n % n % Negatif 1 1,11 6 6,67 2 2, Netral 8 8, ,89 6 6, ,45 Positif 2 2, , ,55 Total 11 12, , ,

140 Bila diuji dengan menggunakan Rank Spearman, diperoleh nilai Pvalue = 0,435 > taraf nyata = 0,2 maka terima H 0. Artinya tidak terdapat hubungan yang nyata antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan sikap Pemilih Pemula di Pedesaan. Hal ini dapat diinterpretasi sebagai berikut, bahwa tidak terdapat perbedaan antara responden yang melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan keterdedahan rendah maupun tinggi dengan sikap mereka terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Responden yang melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan keterdedahan rendah maupun tinggi memiliki sikap yang relatif sama terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Koefisien korelasi sebesar 0,022 berarti bahwa jika terdapat korelasi, maka sifat korelasi tersebut bersifat searah. Berbeda dengan pernyataan Gerbner (1973) yang dikutip McQuail (1987), bahwa pendedahan khalayak terhadap informasi di televisi secara terus menerus, dapat menyebabkan penerimaan yang lebih tinggi pada diri khalayak, sehingga akan menimbulkan sikap yang semakin positif. Hubungan terjadi jika komponen sikap dan komponen keterdedahan diuji secara terpisah. 9.1 Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Komponen Sikap Kognisi Pemilih Pemula di Pedesaan Sebanyak 48,9 persen responden yang memiliki kognisi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan frekuensi jarang. Sebanyak 36,69 persen responden yang memiliki kognisi netral terhadap

141 Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan durasi panjang. Sebanyak 44,5 persen responden yang memiliki kognisi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, melihat isi pesan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan lengkap. Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa responden yang memiliki kognisi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, mengalami keterdedahan sedang terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Hasil tabulasi silang antara tingkat keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dan kognisi pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, dapat dilihat pada Tabel 26. Terlihat bahwa persentase keterdedahan responden yang memiliki kognisi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, lebih tinggi dibandingkan responden dengan kognisi negatif dan positif. Tabel 26. Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Kognisi Pemilih Pemula di Pedesaan Keterdedahan Kognisi Frekuensi Durasi Isi Pesan Jarang Sering Total Pendek Panjang Total Tidak Lengkap Lengkap Total n % n % n % n % n % n % n % n % n % Negatif 10 11,1 4 4, ,6 6 6,7 8 8, ,6 5 5, ,6 Netral 44 48, , , , , , , , ,1 Positif 11 12, , , , ,3 7 7, , ,3 Total 65 72, , , , Bila diuji dengan menggunakan Rank Spearman, diperoleh nilai Pvalue = 0,446 > taraf nyata = 0,2 maka terima H 0. Artinya tidak terdapat hubungan yang

142 nyata antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan kognisi Pemilih Pemula di Pedesaan. Hal ini dapat diinterpretasi sebagai berikut, bahwa keterdedahan responden terhadap iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, tidak mempengaruhi kognisi mereka terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Berbeda dengan hasil penelitian Rahayu (2004) yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara keterdedahan terhadap iklan dengan pengetahuan khalayak pemilih. Semakin tinggi tingkat kejelasan iklan, semakin tinggi pula pengetahuan khalayak pemilih. Bila kognisi pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan frekuensi melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 diuji menggunakan Rank Spearman, diperoleh nilai Pvalue = 0,110 < taraf nyata = 0,2 maka tolak H 0. Artinya terdapat hubungan yang nyata antara frekuensi melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi dengan kognisi pemilih pemula terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Koefisien korelasi sebesar 0,170 berarti bahwa korelasi yang terjadi bersifat searah. Semakin sering responden melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi, maka akan semakin positif kognisi terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, dan sebaliknya. Lama waktu dan kelengkapan isi pesan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, tidak membuat pengetahuan responden

143 mengenai Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 menjadi bertambah. Pengetahuan responden mengenai Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 akan bertambah jika mereka sering melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi. Serupa dengan hasil penelitian Andika (2008) yang menyatakan bahwa semakin tinggi frekuensi melihat iklan di televisi, semakin tinggi pula pengetahuan mahasiswa mengenai kebijakan pemerintah tentang flu burung. 9.2 Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Komponen Sikap Afeksi Pemilih Pemula di Pedesaan Sebanyak 53,3 persen responden yang memiliki afeksi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan frekuensi jarang. Sebanyak 45,59 persen responden yang memiliki afeksi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan durasi panjang. Sebanyak 53,4 persen responden yang memiliki afeksi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, melihat isi pesan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan lengkap. Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa responden yang memiliki afeksi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, mengalami keterdedahan sedang terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Hasil tabulasi silang antara tingkat keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi dan afeksi pemilih

144 pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, dapat dilihat pada Tabel 27. Terlihat bahwa persentase keterdedahan responden yang memiliki afeksi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, lebih tinggi dibandingkan responden dengan afeksi negatif dan positif. Tabel 27. Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Afeksi Pemilih Pemula di Pedesaan Keterdedahan Afeksi Negatif Netral Positif Frekuensi Durasi Isi Pesan Jarang Sering Total Pendek Panjang Total Tidak Lengkap Lengkap Total n % n % n % n % n % N % n % n % n % 10 11, ,3 7 7,8 1 1, , , ,5 5 5, , ,4 28,91 7,8 7 7, , , ,5 5 5, , ,4 21,1 5, , ,4 67 7, ,2 74,5 13,3 Total 65 72, , , , Bila diuji dengan menggunakan Rank Spearman, diperoleh nilai Pvalue = 0,166 < taraf nyata = 0,2 maka tolak H 0. Artinya terdapat hubungan yang nyata antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan afeksi Pemilih Pemula di Pedesaan. Koefisien korelasi sebesar 0,115 berarti bahwa hubungan yang terjadi bersifat searah. Hal ini dapat diinterpretasi sebagai berikut, bahwa semakin tinggi keterdedahan responden terhadap iklan layanan masyarakat, semakin positif afeksi mereka terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Keterdedahan terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, membuat perasaan emosional responden terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 menjadi positif. Responden yang menyukai tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan

145 Wakil Presiden 2009, juga akan menyukai kegiatan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Hal ini serupa dengan hasil penelitian Rahayu (2004) menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara keterdedahan terhadap iklan dengan sikap khalayak pemilih. Semakin tinggi tingkat kejelasan iklan, semakin tinggi pula perasaan suka khalayak pemilih terhadap Pemilu. 9.3 Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Komponen Sikap Konasi Pemilih Pemula di Pedesaan Sebanyak 54,4 persen responden yang memiliki konasi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan frekuensi jarang. Sebanyak 42,18 persen responden yang memiliki konasi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan durasi panjang. Sebanyak 50 persen responden yang memiliki konasi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, melihat isi pesan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan lengkap. Hal ini dapat diinterpretasikan, bahwa responden yang memiliki konasi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, mengalami keterdedahan sedang terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Hasil tabulasi silang antara tingkat keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dan konasi pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, dapat dilihat pada

146 Tabel 28. Terlihat bahwa persentase keterdedahan responden yang memiliki konasi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, lebih tinggi dibandingkan responden yang memiliki konasi negatif dan positif. Tabel 28. Keterdedahan Iklan Layanan Masyarakat Tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 Berdasarkan Konasi Pemilih Pemula di Pedesaan Keterdedahan Konasi Negatif Netral Positif Frekuensi Durasi Isi Pesan Jarang Sering Total Pendek Panjang Total Tidak Lengkap Lengkap Total n % n % n % n % n % n % N % n % n % 7 7, , ,2 17,8 7, ,2 17, ,3 30,01 7, ,7 42, ,2 17, ,2 22,2 5, , , ,2 17,8 Total 65 72, , , , Bila diuji dengan menggunakan Rank Spearman, diperoleh nilai Pvalue = 0,554 > taraf nyata = 0,2 maka terima H 0. Artinya tidak terdapat hubungan yang nyata antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan konasi Pemilih Pemula di Pedesaan. Hal ini dapat diinterpretasi sebagai berikut, bahwa keterdedahan responden terhadap iklan layanan masyarakat, tidak mempengaruhi konasi mereka terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Berbeda dengan hasil penelitian Rahayu (2004) menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara keterdedahan terhadap iklan dengan penerapan khalayak pemilih. Semakin tinggi tingkat kejelasan iklan, penerapan khalayak pemilih semakin tepat. Bila konasi pemilih pemula terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dan frekuensi melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 diuji dengan menggunakan Rank Spearman,

147 diperoleh nilai Pvalue = 0,148 < taraf nyata = 0,2 maka tolak H 0. Artinya terdapat hubungan yang nyata antara frekuensi melihat tayangan iklan layanan masyarakat di televisi dengan konasi terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Koefisien korelasi sebesar 0,163 berarti bahwa korelasi yang terjadi bersifat searah. Semakin sering frekuensi responden dalam melihat tayangan iklan layanan masyarakat di televisi, maka akan semakin tinggi konasi mengenai Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 yang ia miliki, dan sebaliknya. Lama waktu dan kelengkapan isi pesan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 yang dilihat oleh responden, tidak membuat mereka memiliki keinginan untuk pergi ke kelurahan maupun mengikuti Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Keinginan responden untuk pergi ke kelurahan maupun mengikuti Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 muncul pada saat mereka sering melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 di televisi. Serupa dengan hasil penelitian Surjadi (2002) sebagaimana dikutip Andika (2008) yang menyatakan bahwa semakin tinggi frekuensi penayangan iklan produk teh di televisi, semakin tinggi pula perilaku pembelian yang dilakukan oleh masyarakat.

148 BAB X KESIMPULAN DAN SARAN 10.1 Kesimpulan Pemilih pemula di pedesaan mengalami keterdedahan sedang terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Mereka melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan kombinasi frekuensi jarang, durasi panjang dan isi pesan lengkap. Terdapat hubungan antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan karakteristik individu, meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status pekerjaan. Terdapat pula hubungan antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan karakteristik sosiologis, pada variabel lingkungan tempat tinggal, namun tidak terdapat hubungan antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan karakteristik sosiologis, pada variabel lingkungan keluarga dan lingkungan pekerjaan. Terdapat hubungan negatif antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan karakteristik individu, pada variabel tingkat pendidikan. Nilai koefisien korelasi yang negatif, disebabkan oleh rendahnya kecenderungan responden dengan tingkat pendidikan tinggi untuk menonton televisi, sehingga kemungkinan mereka untuk terdedah terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 menjadi lebih kecil.

149 Pemilih pemula di pedesaan memiliki sikap yang netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Mereka memiliki komponen sikap kognisi, afeksi dan konasi netral terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Terdapat hubungan negatif antara sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan karakteristik individu, pada variabel tingkat pendidikan. Nilai koefisien korelasi yang negatif, disebabkan oleh kecenderungan responden dengan tingkat pendidikan tinggi untuk menghubungkan pengetahuan yang mereka miliki dengan pengalaman Pemilu Presiden dan Wakil Presiden sebelumnya. Tidak terdapat hubungan antara keterdedahan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan sikap pemilih pemula di pedesaan. Namun jika dilakukan pengujian terhadap tiap-tiap komponen, terdapat hubungan positif antara frekuensi melihat tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan komponen sikap kognisi dan konasi pemilih pemula terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Terdapat pula hubungan positif antara komponen afeksi pemilih pemula terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan keterdedahan pemilih pemula terhadap tayangan iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Saran 1. Tanggal batas waktu pemeriksaan nama ke kelurahan sebaiknya ditentukan dengan jelas dalam tayangan iklan. Mengingat kutipan hasil wawancara dengan salah satu responden yang menyatakan bahwa mereka bingung terhadap

150 informasi mengenai tanggal batas waktu pemeriksaan nama ke kelurahan yang berubah-ubah. 2. Informasi mengenai tanggal batas waktu pemeriksaan nama ke kelurahan, sebaiknya dijadikan sebagai salah satu dialog dalam iklan. Mengingat kutipan wawancara dengan salah satu responden yang menyatakan bahwa mereka tidak dapat melihat tulisan yang dicantumkan di bagian bawah tayangan iklan dengan jelas. 3. Sebaiknya KPU dapat membuat alternatif sosialisasi yang sesuai dengan keadaan responden di lapangan. Mengingat hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tidak terdapatnya hubungan antara lingkungan keluarga dan lingkungan pekerjaan responden dengan keterdedahan terhadap iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009, adalah karena kecenderungan responden yang lebih sering menggunakan waktu mereka untuk berada di lingkungan tempat tinggal, bersama dengan teman sebaya. 4. Penelitian selanjutnya perlu juga melihat hubungan antara sikap pemilih dengan model komunikasi tatap muka. Mengingat hasil penelitian yang menunjukan bahwa tidak terdapatnya hubungan antara keterdedahan terhadap iklan layanan masyarakat tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 dengan sikap pemilih pemula di pedesaan, kemungkinan adalah karena kecenderungan pemilih yang tidak hanya menggantungkan kebutuhan informasi mengenai Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2009 pada satu jenis media saja. Mereka juga menerima informasi melalui sosialisasi langsung yang dilakukan KPU.

151 DAFTAR PUSTAKA Aaker, David, Rajeev Batra and John Myers Advertising Management. Fifth Edition. Prentice Hall. New Jersey. Achmad, Putrina Setyawenda Pembangunan Pertanian dan Perubahan Kelembagaan Ekonomi dalam Komunitas Pedesaan (Studi Kasus: Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat). Skripsi. IPB. Bogor. Ahmadi, Abu Psikologi Perkembangan. Rineka Cipta. Jakarta. Andika, Jurika Hubungan Keterdedahan terhadap Media Massa dengan Pengetahuan tentang Kebijakan Pemerintah mengenai Flu Burung (Kasus pada Mahasiswa Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor). Skripsi. IPB. Bogor. Anggraeni, Adithia Respon Pemilih Pemula di Pedesaan terhadap Tayangan Iklan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden di Televisi (Kasus Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat). Skripsi. IPB. Bogor. Baran, S J Introduction to Mass Communication: Media Literacy and Culture. Third Edition. Mcgraw and Hill Inc. USA. Berlo, David K The Process of Communication: An Introduction to The Theory and Practice. Winston Publisher. New York. Biagi, Shirley An Introduction to Mass Media. Fifth Edition. Wadsworth Publishing Company. USA. Black, J A dan D. J Champion Metode dan Masalah Penelitian Sosial. PT. Rafika Aditama. Bandung. Dewi, V. Dyah Wisnu Kampanye Pemilu 1992 dan Pilihan Pemilih Pemula (Studi Kasus: Desa Wonosari Kabupaten Gunung Kidul dan Desa Caturharjo Kabupaten Bantul DIY). Skripsi. UI. Depok. Effendy,Onong Uchjana Dinamika Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Effendy, Onong Uchjana Televisi Siaran Teori dan Praktek. CV Mandar Maju. Bandung, Fahmi, A Alatas Bersama Televisi Merenda Wajah Bangsa. Yayasan Pengkajian Komunikasi Masa Depan (YPKMD). Jakarta.

152 Furkanolhakim, Kokon Hubungan Antara Kebutuhan Informasi dan Terpaan Media Massa Pada Juru Penerang di Wilayah Jawa Barat. Jurnal Penelitian Komunikasi. Hasanah, Hanny R Pengetahuan Pendengar Mengenai Iklan di Radio: Suatu Studi Pengetahuan Pendengar Mengenai Iklan Film Namaku Joe di Radio Prambors. Skripsi. UI. Depok. Hurlock, Elizabeth B Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi kelima. Erlangga. Jakarta. Jahi, Amri Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara- Negara Dunia Ketiga. Gramedia. Jakarta. Kotler, Philip Marketting Management: Analysis Planning, Implementation and Control. Eight Edition. Prentice Hall International Inc. New Jersey. Kuswandi, Wawan Komunikasi Massa Sebuah Analisis: Media Televisi. Rineka Cipta. Jakarta. Lazarsfeld, Paul Bernard Berelson and Hazel Gaudet The People s Choice. Duell, Sloan and Pearce. New York. Lingkaran Survei Indonesia Partai Politik dan Peta Studi Perilaku Pemilih di Indonesia. Kajian Bulanan. Edisi 6. hal Mar at Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya. Ghalia Indonesia. Jakarta. Nimmo, Dan Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan dan Media. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Nursal, Adman Political Marketting: Strategi Memenangkan Pemilu, Sebuah Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR, DPD, Presiden. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Panjaitan, Agustina Pengaruh Iklan LIBI-KB terhadap Perilaku Masyarakat dalam ber-kb (Studi Perbandingan Isteri Tokoh-Tokoh Masyarakat Desa dan Isteri Tokoh-Tokoh Masyarakat Kota). Skripsi. IPB. Bogor. Purnomo, Mangku Pembaruan Desa: Mencari Bentuk Penataan Produksi Desa. Lapera. Yogyakarta. Rahayu, Sri Efek Iklan Layanan Masyarakat Versi Pak Lurah terhadap Perilaku Pemilih dalam Pemungutan Suara (Kasus Masyarakat Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat). Skripsi. IPB. Bogor.

153 Raharjo Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Rakhmat, Jalaludin Psikologi Komunikasi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Ridwan, Asep Memahami Perilaku Pemilih pada Pemilu 2004 di Indonesia. Jurnal Demokrasi dan HAM. Vol. 4 No. 1. Rimbatmaja, Risang Segmentasi Pemilih Pemula di DKI Jakarta pada Pemilu 2004 Berdasarkan Karakteristik-Karakteristik. Sosio-Politik dan Life-Style. Skripsi. UI. Depok. Rodman, G Mass Media In Changing World. First Edition. Mc Graw and Hill Inc. USA. Rogers, Everett Diffusion of Innovations. The Free Press. New York. Rosyadi, Imron Perilaku Pemilih pada Pemilu 2004 (studi Kasus Masyarakat Keluarahan Pejuang, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi). Tesis. UI. Depok. Samsi, Seanta Nugroho Hubungan Keterdedahan Siaran Iklan Produk Susu Balita di Televisi dengan Keputusan Pembelian (Kasus Ibu Rumah Tangga di Perumahan Villa Bogor Indah). Skripsi. IPB. Bogor. Sarwono, Jonathan Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Graha Ilmu. Yogyakarta. Schiffman, Leon & Kanuk, Leslie Lazar Perilaku Konsumen. Indeks. Jakarta. Schramm, W Mass Media and National Development: The Role of Information in the Developing Countries. Stanford University Press. Paris. Senanggun, Rohi Hubungan antara Keterdedahan pada Media Massa dan Aktivitas Penerangan Jupen Kecamatan di Kabupaten Bogor. Tesis. IPB. Bogor. Shanty, Ketut Pengetahuan Remaja Putri Mengenai Iklan Pembalut Wanita Carefree di Majalah Gadis (Studi Penelitian di Wilayah Pondok Indah). Skripsi. UI. Depok. Suryatna, Undang Hubungan Karakteristik Pemilih dan Terpaan Informasi Kampanye Politik dengan Perilaku Memilih (Kasus Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Cianjur Tahun 2006). Tesis. IPB. Bogor.

154 Susanti, Marliana Pengetahuan Masyarakat Terhadap Iklan Layanan Pajak di Media Cetak. Skripsi. UI. Depok. Sutisna dan Prawitra T Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Toekan, Musal dan Pratikno Afiliasi Kepartaian Kaum Santri dalam Pemilu Era Partai. Jurnal Sosiohumanika. Vol 14:2 Trisnanto, Adhy Cerdas Beriklan: Ide Hangat, Biaya Hemat, Iklan Tepat, Bisnis Dahsyat. Galang Press. Yogyakarta. Tutiah, Imas Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemilih. Skripsi. UNILA. Lampung. Waldopo Sikap Siswa SLTP Terhadap Program Siaran Televisi Pendidikan Sekolah (STVPS)-TPI Berdasarkan Tempat Tinggal Siswa dan Frekuensi Menonton Tayangan Program. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No: 023 Tahun ke-6. Walpole, Ronald. E Pengantar Statistika. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Widyatama, Rendra Pengantar Periklanan. Buana Pustaka Indonesia. Jakarta. Wright, Charles R Mass Communication: A Sosiological Perspective. Random House Inc. New York.

155 Lampiran SKETSA WILAYAH DESA RANCABUNGUR

BAB I PENDAHULUAN. bulan Mei 1998, telah menghantarkan rakyat Indonesia kepada perubahan di

BAB I PENDAHULUAN. bulan Mei 1998, telah menghantarkan rakyat Indonesia kepada perubahan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi yang dimulai sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru pada bulan Mei 1998, telah menghantarkan rakyat Indonesia kepada perubahan di segala bidang, terutama

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Komunikasi Massa Komunikasi massa adalah peristiwa komunikasi yang dilakukan melalui media massa, seperti surat kabar, majalah, radio, televisi dan film

Lebih terperinci

FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA

FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA (Kasus Dua SMA Negeri di Kawasan Jakarta Selatan) ANGGA TAMIMI OESMAN DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

Lebih terperinci

MOTIF IBU RUMAH TANGGA PEMBACA MAJALAH WANITA (Kasus: Ibu Rumah Tangga Perumahan Taman Yasmin Sektor II, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor)

MOTIF IBU RUMAH TANGGA PEMBACA MAJALAH WANITA (Kasus: Ibu Rumah Tangga Perumahan Taman Yasmin Sektor II, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) MOTIF IBU RUMAH TANGGA PEMBACA MAJALAH WANITA (Kasus: Ibu Rumah Tangga Perumahan Taman Yasmin Sektor II, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: Intan Kusumawardani A14204040 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi telah

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Dikutip dari Kasali (1992), menurut Crompton dan lamb yang disebut Public

BAB I. Pendahuluan. Dikutip dari Kasali (1992), menurut Crompton dan lamb yang disebut Public BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Periklanan merupakan segala bentuk penyajian dan promosi ide. Kita dapat membedakan periklanan menjadi dua jenis antara lain periklanan komersial & periklanan nonkomersial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di dunia ini mengalami perkembangan, mulai dari informasi, teknologi, gaya hidup, dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI REMAJA PUTRI TERHADAP CITRA PEREMPUAN CANTIK DALAM IKLAN KOSMETIK DI TELEVISI DENGAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI REMAJA PUTRI TERHADAP CITRA PEREMPUAN CANTIK DALAM IKLAN KOSMETIK DI TELEVISI DENGAN HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI REMAJA PUTRI TERHADAP CITRA PEREMPUAN CANTIK DALAM IKLAN KOSMETIK DI TELEVISI DENGAN PENGGUNAAN PRODUK KOSMETIK OLEH REMAJA PUTRI (Kasus: SMUN 1 Bogor, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Di era teknologi informasi saat ini, media massa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Lee dan Johnson (2007) menyatakan bahwa media massa banyak berperan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang. pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa,

BAB I PENDAHULUAN. pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang. pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengertian komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Sampai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Komunikasi Massa 2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa Hakikat komunikasi adalah proses penyampaian pernyataan antar manusia, yang dinyatakan itu adalah pikiran atau

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS (Kasus: Radio Komunitas Suara Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor) Oleh : AYU TRI PRATIWI A14204027 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) Mass communication is

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) Mass communication is BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (rakhmat,2003:188), yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui

Lebih terperinci

BAB VIII SIKAP PEMILIH PEMULA DI PEDESAAN TERHADAP PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2009

BAB VIII SIKAP PEMILIH PEMULA DI PEDESAAN TERHADAP PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2009 BAB VIII SIKAP PEMILIH PEMULA DI PEDESAAN TERHADAP PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2 Sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 adalah kecenderungan seorang pemilih

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi telah menyentuh ke setiap lini kehidupan seiring dengan perkembangan media massa sebagai salah satu sarana penyebaran informasi. Komunikasi melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan akan informasi dan hiburan. Saat ini begitu banyak media massa yang ada di tengah-tengah masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah BAB I 1.1.Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Reformasi yang dimulai sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru pada bulan Mei 1998, telah menghantarkan rakyat Indonesia kepada perubahan di segala bidang,

Lebih terperinci

HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (Kasus Sekolah Dasar Negeri 04 Dramaga, Bogor, Jawa Barat)

HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (Kasus Sekolah Dasar Negeri 04 Dramaga, Bogor, Jawa Barat) HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (Kasus Sekolah Dasar Negeri 04 Dramaga, Bogor, Jawa Barat) Oleh : VIORA TORIZA I34063121 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita.

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita. Perkembangan jaman dan teknologi ini juga berimbas kepada proses berkembangnya

Lebih terperinci

ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN IMTV)

ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN IMTV) ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN ) Fathania Pritami Prodi S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Universitas Telkom Jl. Telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga mampu membentuk opini publik melalui tayangan yang disajikannya, seperti

BAB I PENDAHULUAN. juga mampu membentuk opini publik melalui tayangan yang disajikannya, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media massa sebagai salah satu bagian yang tidak terpisahkan di masyarakat telah memberikan pengaruh yang begitu signifikan di masyarakat. Berbagai bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Televisi dibandingkan dengan media massa lainnya seperti radio, surat kabar, majalah, buku dan sebagainya, tampaknya memiliki sifat istimewa. Televisi merupakan gabungan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.HASIL PENELITIAN PERAN MEDIA MASSA DALAM MEMPENGARUHI PERSPEKTIF DAN SIKAP MEMILIH PEMILIH PEMULA DALAM PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2014 Dalam bab ini penulis menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Dengan. berkomunikasi, manusia dapat berhubungan dengan sesamanya.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Dengan. berkomunikasi, manusia dapat berhubungan dengan sesamanya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial dan memerlukan hubungan dengan orang lain. Manusia ingin mendapatkan perhatian diantara sesama dan kelompok. Diperlukan serba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak lahir dan selama proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan komunikasi. Tindakan

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN 47 BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN 6.1 Keterdedahan Rubin (2005) mengartikan terpaan media sebagai suatu aktivitas khalayak dalam memanfaatkan atau menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi yang kian canggih,

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi yang kian canggih, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi yang kian canggih, bentuk, pola, dan peralatan komunikasi juga mengalami perubahan secara signifikan. Komunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terus berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai kebutuhan pokok,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Komunikasi merupakan bagian yang penting yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaman, masyarakat dituntut untuk mengetahui berbagai informasi yang beragam. Dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. jaman, masyarakat dituntut untuk mengetahui berbagai informasi yang beragam. Dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu kebutuhan mendasar dari manusia adalah informasi. Seiring dengan berkembangnya jaman, masyarakat dituntut untuk mengetahui berbagai informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya berbagai media (channel) yang berguna dalam menyampaikan pesan.

BAB I PENDAHULUAN. adanya berbagai media (channel) yang berguna dalam menyampaikan pesan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media komunikasi pada era modern ini memungkinkan orang-orang di seluruh dunia untuk dapat berkomunikasi. Hal ini terjadi karena adanya berbagai media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Aktifitas komunikasi dapat terlihat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Aktifitas komunikasi dapat terlihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktifitas komunikasi karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan kehidupan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah hal yang mendasar yang diperlukan manusia dalam hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses

BAB I PENDAHULUAN. Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses komunikasi, dalam hal ini sebagai media massa. Radio mempunyai sifat khas yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan hiburan menjadi begitu penting bagi kita. Hampir setiap orang selalu menyediakan waktunya

Lebih terperinci

VARIASI GAYA BAHASA SLOGAN DALAM ATRIBUT CALEG PEMILU 2009 DI SURAKARTA SKRIPSI

VARIASI GAYA BAHASA SLOGAN DALAM ATRIBUT CALEG PEMILU 2009 DI SURAKARTA SKRIPSI VARIASI GAYA BAHASA SLOGAN DALAM ATRIBUT CALEG PEMILU 2009 DI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Oleh:

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 128 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan analisa yang dilakukan beserta pemaparan bahasan yang didukung oleh teori-teori mengenai makna tayangan debat calon Gubernur Jabar di televisi bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar belakang masalah Proses komunikasi pada hakekatnya adalah suatu proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Secara umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi karena komunikasi merupakan bagian penting dari sistem dan tatanan kehidupan sosial manusia

Lebih terperinci

PENGARUH TAYANGAN TELEVISI TERHADAP SIKAP

PENGARUH TAYANGAN TELEVISI TERHADAP SIKAP PENGARUH TAYANGAN TELEVISI TERHADAP SIKAP (Studi Korelasional Pengaruh Acara Dahsyat di Stasiun Televisi RCTI Terhadap Sikap Mahasiswa FISIP USU) Diajukan Guna Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, perkembangan teknologi semakin berkembang dengan cepat dan pesat. Semakin maju kemampuan teknologi maka juga berpengaruh pada

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN EKONOMI KELOMPOK USAHA RUMAH TANGGA BERBASIS MODAL SOSIAL. (Studi Kasus: Kelompok Usaha Pengrajin Tahu Tempe di Kedaung, Ciputat- Banten)

PEMBERDAYAAN EKONOMI KELOMPOK USAHA RUMAH TANGGA BERBASIS MODAL SOSIAL. (Studi Kasus: Kelompok Usaha Pengrajin Tahu Tempe di Kedaung, Ciputat- Banten) PEMBERDAYAAN EKONOMI KELOMPOK USAHA RUMAH TANGGA BERBASIS MODAL SOSIAL (Studi Kasus: Kelompok Usaha Pengrajin Tahu Tempe di Kedaung, Ciputat- Banten) NUR PUTRI AMANAH DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Menurut Effendy (2003:254) teori Stimulus-Organism-Responses (S-O-R), respon yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan proses menyampaikan informasi kepada orang lain. Proses komunikasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : komunikasi langsung dan tidak langsung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. katanya dari bahasa latin communicatio yang berarti proses penyampaian suatu. pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. katanya dari bahasa latin communicatio yang berarti proses penyampaian suatu. pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi sebagai suatu proses yang berkesinambungan tanpa awal dan akhir merupakan bagian dari kehidupan, secara terminologis atau menurut asal katanya dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa adalah sarana informasi yang menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia saat ini. Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN 109 BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN A. Bentuk- Bentuk Kampanye Massa Yang Digunakan Di Kelurahan Pekauman Kabupaten Gresik Dalam Pemilu Presiden 2014 Pemilu Presiden merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang sangat pesat. Apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan teknologi itu

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang sangat pesat. Apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan teknologi itu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan perkembangan jaman saat ini, teknologi sekarang ini semakin berkembang sangat pesat. Apalagi banyak masyarakat yang membutuhkan teknologi itu sendiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era saat ini, masyarakat modern dituntut untuk mendapatkan sebuah informasi yang aktual dan akurat. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui beberapa media penyiaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau konsumen dari produk mereka. Melalui iklan, produsen berusaha

BAB I PENDAHULUAN. atau konsumen dari produk mereka. Melalui iklan, produsen berusaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi karena di dalamnya terdapat elemen elemen komunikasi yang diantaranya terdapat komunikator sebagai pembuat dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi yang melahirkan konsekueansi logis bagi dunia penyiaran radio, maka dengan perkembangan daya pikir seorang manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi mempunyai definisi yaitu sebuah transmisi sebuah pesan dari sumber kepada penerima, lebih dari 50 tahun konsep komunikasi dikemukakan olehn Harold Lasswell,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. medium, yang berasal dan Bahasa Latin medius yang berarti tengah.

BAB I PENDAHULUAN. medium, yang berasal dan Bahasa Latin medius yang berarti tengah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologi, kata media merupakan bentuk jamak dari medium, yang berasal dan Bahasa Latin medius yang berarti tengah. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia, kata medium

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Karakteristik demografi pemilih yang mencakup usia antara 20-49 tahun, berpendidikan SLTA dan di atasnya, memiliki status pekerjaan tetap (pegawai negeri sipil, pengusaha/wiraswasta

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM,

KOMISI PEMILIHAN UMUM, KOMISI PEMILIHAN UMUM PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SOSIALISASI DAN PENYAMPAIAN INFORMASI PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

KONDISI KERJA KARYAWAN PEREMPUAN PERKEBUNAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

KONDISI KERJA KARYAWAN PEREMPUAN PERKEBUNAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA KONDISI KERJA KARYAWAN PEREMPUAN PERKEBUNAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA (Kasus pada PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VI Kebun Kayu Aro, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Effendy (2003: 254), dalam teori Stimulus-Organism-Responses (S-

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Effendy (2003: 254), dalam teori Stimulus-Organism-Responses (S- BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Menurut Effendy (2003: 254), dalam teori Stimulus-Organism-Responses (S- O-R), efek atau respon yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus sehingga

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN DAN DAMPAK INTERNET DI KALANGAN MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR (Kasus Mahasiswa Strata 1 Fakultas Ekologi Manusia)

POLA PENGGUNAAN DAN DAMPAK INTERNET DI KALANGAN MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR (Kasus Mahasiswa Strata 1 Fakultas Ekologi Manusia) POLA PENGGUNAAN DAN DAMPAK INTERNET DI KALANGAN MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR (Kasus Mahasiswa Strata 1 Fakultas Ekologi Manusia) Oleh: Sushane Sarita A14203008 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa adalah sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Media massa adalah sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Media massa adalah sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan akan informasi maupun hiburan. Saat ini begitu banyak media massa yang kita kenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Para pemirsa televisi boleh saja membenci iklan, karena menganggap iklan

BAB I PENDAHULUAN. Para pemirsa televisi boleh saja membenci iklan, karena menganggap iklan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Para pemirsa televisi boleh saja membenci iklan, karena menganggap iklan sebagai pengganggu ketika sedang serius menonton acara televisi. Namun iklan juga ibarat darah

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT

EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (Studi Kasus: Pengelolaan Sampah Terpadu Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) Perumahan Pondok Pekayon Indah, Kelurahan Pekayon Jaya, Bekasi Selatan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebaran informasi secara massal atau menyeluruh. 1. masyarakat nusantara untuk mendapatkan informasi-informasi.

BAB I PENDAHULUAN. penyebaran informasi secara massal atau menyeluruh. 1. masyarakat nusantara untuk mendapatkan informasi-informasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era yang semakin dikuasai oleh teknologi dan informasi saat ini menuntut manusia untuk selalu mengetahui berbagai informasi. Media massa sebagai sarana informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya perekonomian. Keadaan inilah yang mendorong perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya perekonomian. Keadaan inilah yang mendorong perusahaanperusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dalam dunia usaha kian gencar seiring dengan tumbuh dan berkembangnya perekonomian. Keadaan inilah yang mendorong perusahaanperusahaan harus memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia tidak akan pernah terlepas dari komunikasi. Dimanapun kita, apapun yang kita lakukan, dan bagaimana bentuknya, kita pasti melakukan proses komunikasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipertunjukan di gedung-gedung bioskop. (Effendy, 1998:50-61)

BAB I PENDAHULUAN. dipertunjukan di gedung-gedung bioskop. (Effendy, 1998:50-61) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi massa menurut Onong Uchjana Effendy adalah komunikasi melalui media massa modern yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran

Lebih terperinci

Pokok Bahasan : - Perkembangan Teknologi Informasi - WELCOME. Kursus Online - Pertemuan 4 - Join : Follow

Pokok Bahasan : - Perkembangan Teknologi Informasi - WELCOME. Kursus Online - Pertemuan 4 - Join :  Follow Pokok Bahasan : - Perkembangan Teknologi Informasi - WELCOME Kursus Online - Pertemuan 4 - Join : www.makinpinter.com Follow : @makinpinter 01 Komunikasi Massa Pada Perkembangan Teknologi Komunikasi massa

Lebih terperinci

Oleh: RENNY YUSNIATI A PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Oleh: RENNY YUSNIATI A PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PENCAPAIAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008) Oleh: RENNY YUSNIATI A 14204055

Lebih terperinci

Makalah Akhir Berfikir dan Menulis Ilmiah (KPM 200) Oleh AMALIA SETYA PRATIWI I Dosen Ekawati S Wahyuni, Dr Ir Martua Sihaloho, SP MSi

Makalah Akhir Berfikir dan Menulis Ilmiah (KPM 200) Oleh AMALIA SETYA PRATIWI I Dosen Ekawati S Wahyuni, Dr Ir Martua Sihaloho, SP MSi Makalah Akhir Berfikir dan Menulis Ilmiah (KPM 200) Efektivitas Penyaluran Informasi dalam Komunikasi Dua Langkah di Masyarakat Pedesaan Oleh AMALIA SETYA PRATIWI I34120145 Dosen Ekawati S Wahyuni, Dr

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup yang lainnya, manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup yang lainnya, manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dunia ini semua makhluk hidup pasti akan selalu berusaha memenuhi semua kebutuhan hidupnya, tak terkecuali manusia. Akan tetapi berbeda dengan makhluk hidup

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan salah satu media penyiaran suara dan gambar yang paling banyak digunakan di seluruh pelosok dunia. Sekarang ini televisi bukan lagi barang yang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN BARAT. NOMOR : 21/Kpts/KPU-Prov-019/2012 TENTANG

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN BARAT. NOMOR : 21/Kpts/KPU-Prov-019/2012 TENTANG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR : 21/Kpts/KPU-Prov-019/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN SOSIALISASI PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial. Pendek kata, komunikasi adalah bagian dimensi sosial yang khusus membahas

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial. Pendek kata, komunikasi adalah bagian dimensi sosial yang khusus membahas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan bagian dari pola interaksi unsur-unsur dalam sistem sosial. Pendek kata, komunikasi adalah bagian dimensi sosial yang khusus membahas pola

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi dan komunikasi saat ini mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi tersebut dapat dengan

Lebih terperinci

Saya lebih takut menghadapi tiga surat kabar daripada seribu ujung bayonet. (Napoleon)

Saya lebih takut menghadapi tiga surat kabar daripada seribu ujung bayonet. (Napoleon) Saya lebih takut menghadapi tiga surat kabar daripada seribu ujung bayonet. (Napoleon) Komunikasi massa Puri Kusuma D.Putriii 1. Apa yang Anda ketahui mengenai komunikasi massa? Sebutkan contohnya! 2.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi kepada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media massa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat. Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesanpesan dari sumber kepada

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian hubungan antara karakteristik pemilih, konsumsi media, interaksi peergroup dan

BAB V PENUTUP. Penelitian hubungan antara karakteristik pemilih, konsumsi media, interaksi peergroup dan BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian hubungan antara karakteristik pemilih, konsumsi media, interaksi peergroup dan perilaku pemilih memiliki signifikansi yang kuat. Terdapat hubungan positif antara konsumsi

Lebih terperinci

Nanda Agus Budiono/ Bonaventura Satya Bharata, SIP., M.Si

Nanda Agus Budiono/ Bonaventura Satya Bharata, SIP., M.Si Faktor-faktor Pendorong Orang Menonton Program Berita Liputan 6 di SCTV (Studi Eksplanatif-Kuantitatif Faktor-Faktor Pendorong Masyarakat Kampung Sudagaran Kelurahan Tegalrejo Yogyakarta Menonton Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam bahasa komunikasi, pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam bahasa komunikasi, pernyataan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi adalah proses pernyataan antara manusia, yang dinyatakan adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat

Lebih terperinci

PENGARUH MENGUNJUNGI TEMPAT HIBURAN MALAM TERHADAP GAYA HIDUP REMAJA (Studi Kasus Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat)

PENGARUH MENGUNJUNGI TEMPAT HIBURAN MALAM TERHADAP GAYA HIDUP REMAJA (Studi Kasus Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat) 1 PENGARUH MENGUNJUNGI TEMPAT HIBURAN MALAM TERHADAP GAYA HIDUP REMAJA (Studi Kasus Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat) HADIJAH NASUTION A14203038 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami kedudukannya serta peranannya dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memahami kedudukannya serta peranannya dalam masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Informasi sudah menjadi kebutuhan manusia yang esensial untuk mencapai tujuan. Melalui informasi manusia dapat mengetahui peristiwa yang terjadi di sekitarnya, memperluas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT LUKI SANDI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT LUKI SANDI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PARTISIPASI PETANI PADI SAWAH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PHT (Kasus: Program PHT Desa Karangwangi, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon) LUKI SANDI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri penyiaran di Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. Industri penyiaran di Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat pesat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri penyiaran di Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat pesat belakangan ini. Berbagai media penyiaran saat ini dimungkinkan untuk dibuka. Industri penyiaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberhasilan capres dan cawapres dalam meraih suara tak lepas dari peranan media yang menyebarkan visi dan misi mereka dalam kampanye untuk meraih suara pemilih.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh. masyarakat. Kebutuhannya itu dapat terpenuhi bila mengkonsumsi produk

BAB I PENDAHULUAN. dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh. masyarakat. Kebutuhannya itu dapat terpenuhi bila mengkonsumsi produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini, arus informasi yang aktual, akurat dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh masyarakat. Kebutuhannya itu dapat

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS IKLAN SOSIS DI TELEVISI DALAM MEMBENTUK CITRA PRODUK SOSIS (Kasus Siswa SMA Negeri 5 Bogor) SKRIPSI RETTY PERMATA SARI

EFEKTIVITAS IKLAN SOSIS DI TELEVISI DALAM MEMBENTUK CITRA PRODUK SOSIS (Kasus Siswa SMA Negeri 5 Bogor) SKRIPSI RETTY PERMATA SARI EFEKTIVITAS IKLAN SOSIS DI TELEVISI DALAM MEMBENTUK CITRA PRODUK SOSIS (Kasus Siswa SMA Negeri 5 Bogor) SKRIPSI RETTY PERMATA SARI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Komunikasi dibutuhkan untuk memperoleh atau member informasi dari atau kepada orang lain. Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kabar, menonton berita, mendengarkan radio, mengakses berita melalui internet.

BAB I PENDAHULUAN. kabar, menonton berita, mendengarkan radio, mengakses berita melalui internet. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa memiliki peran yang sangat penting. Setiap manusia yang hidup memerlukan media massa. Masyarakat mendapat informasi dengan membaca surat kabar, menonton

Lebih terperinci

MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO

MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi adalah media yang potensial sekali, tidak saja untuk

BAB I PENDAHULUAN. Televisi adalah media yang potensial sekali, tidak saja untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Televisi adalah media yang potensial sekali, tidak saja untuk menyampaikan informasi tetapi juga membentuk perilaku seseorang, baik ke arah positif maupun negatif,

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI BENTUK DAN JENIS-JENIS KOMUNIKASI

PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI BENTUK DAN JENIS-JENIS KOMUNIKASI Bahan ajar Pertemuan 7 & 8 PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI BENTUK DAN JENIS-JENIS KOMUNIKASI A.BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI 1. Komunikasi Intrapersonal Komunikasi intrapersonal merupakan komunikasi intrapribadi

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR STRATEGI KAMPANYE POLITIK CALON INCUMBENT DAN PENDATANG BARU DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH (Studi Kasus: Tim Kampanye Pasangan Danny Setiawan-Iwan Sulanjana dan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf di Kota Bogor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita ketahui apabila kita perhatikan lebih jauh lingkungan sekitar kita.

BAB I PENDAHULUAN. kita ketahui apabila kita perhatikan lebih jauh lingkungan sekitar kita. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan atau informasi dari komunikator kepada komunikan, melalui media sebagai alat yang menjembatani pesan untuk sampai kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khalayaknya. Setiap ide, gagasan yang dipandang sebagai upaya pembaruan atau

BAB I PENDAHULUAN. khalayaknya. Setiap ide, gagasan yang dipandang sebagai upaya pembaruan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan harus terus melakukan inovasi yang kreatif dalam menciptakan program-program baru yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan khalayaknya.

Lebih terperinci

PERSEPSI PEMILIH PEMULA TERHADAP KAMPANYE PARTAI DEMOKRAT PADA PEMILU 2009 MELALUI IKLAN DI TELEVISI

PERSEPSI PEMILIH PEMULA TERHADAP KAMPANYE PARTAI DEMOKRAT PADA PEMILU 2009 MELALUI IKLAN DI TELEVISI PERSEPSI PEMILIH PEMULA TERHADAP KAMPANYE PARTAI DEMOKRAT PADA PEMILU 2009 MELALUI IKLAN DI TELEVISI (Survey Pada Mahasiswa Akademi Sekretari dan Manajemen Don Bosco Jakarta) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara harafiah televisi berasal dari kata tele (jauh) dan vision (pandangan), yang dapat diartikan sebagai melihat sesuatu dari jarak jauh. Televisi adalah

Lebih terperinci

Pengaruh Komunikasi Politik Pasangan Calon Kepala Daerah Terhadap Pemilih Dikalangan Mahasiswa Di Banjarmasin

Pengaruh Komunikasi Politik Pasangan Calon Kepala Daerah Terhadap Pemilih Dikalangan Mahasiswa Di Banjarmasin Pengaruh Komunikasi Politik Pasangan Calon Kepala Daerah Terhadap Pemilih Dikalangan Mahasiswa Di Banjarmasin Samsul Rani Fakultas Dakwah Dan Komunikasi IAIN Antasari This study aims to determine the effect

Lebih terperinci

TAYANGAN IKLAN PEMILU 2014 DAN MOTIVASI PEMILIH PEMULA SKRIPSI AULIANI NUR ISLAMI

TAYANGAN IKLAN PEMILU 2014 DAN MOTIVASI PEMILIH PEMULA SKRIPSI AULIANI NUR ISLAMI TAYANGAN IKLAN PEMILU 2014 DAN MOTIVASI PEMILIH PEMULA SKRIPSI AULIANI NUR ISLAMI 100904096 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI MEDAN 2014 IKLAN

Lebih terperinci