BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang begitu mudah dijumpai di mana-mana. Tidak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang begitu mudah dijumpai di mana-mana. Tidak"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah yang sampai saat ini masih menjadi problem nasional pemerintah Indonesia. Hal ini terlihat dari sebagian warga masyarakat yang taraf hidupnya masih rendah. Dan kemiskinan merupakan fenomena yang begitu mudah dijumpai di mana-mana. Tidak hanya di desa-desa, namun juga di kota-kota. Di balik kemewahan gedunggedung pencakar langit di kota, misalnya, tidak terlalu sulit dijumpai rumahrumah kumuh berderet di bantaran sungai, atau para pengemis yang berkeliaran di perempatan-perempatan jalan. Sedangkan di daerah pedesaan salah satunya, daerah yang diharapkan sebagai daerah produktif dan juga sebagai sentra pertanian dengan hasil bumi yang sangat melimpah namun sampai sekarang masalah kemiskinan dan ketimpangan sosial masih terjadi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada maret 2014 jumlah penduduk yang berada pada garis kemiskinan berjumlah 28,28 juta orang, atau sekitar 11,25% dari jumlah masyarakat Indonesia. Jumlah tersebut hanya turun tipis dibandingkan bulan September 2014 yang berjumlah 28,6 juta orang, atau sekitar 11,46%. Kepala BPS Suryamin menyatakan trend penurunan jumlah kemiskinan yang landai ini sulit di dorong lagi. Jumlah penduduk miskin memang sedang menjadi trend yang sulit diturunkan lebih 1

2 2 drastis. Dan perlu kebijakan khusus pemerintah yang harus dikeluarkan lebih dari kebijakan saat ini. 1 Betapapun, dalam pandangan al-qur ān dan Sunnah setiap makhluk mempunyai hak memperoleh makan dan minum, bahkan hidup terhormat. Jangankan manusia, binatangpun demikian. Islam memerintahkan pada umatnya untuk menyantuni orang miskin, larangan untuk mendzalimi mereka, larangan untuk menumpuk harta dan sebagainya. Ini menandakan bahwa Islam memiliki perhatian terhadap orang-orang miskin. Dalam Qs. al-mā un misalnya, Allah memberikan label Pendusta Agama kepada mereka yang rajin sholat tetapi tidak memberikan perhatianya kepada anak-anak yatim dan orang orang miskin. Taukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. (Qs. al-mā un [107 ] : 1-3) Yaitu orang-orang yang mendustakan Agama/ hari kemudian, tidak menyatakan bahwa mereka adalah orang yang tidak memberi makan, tetapi yang tidak menganjurkan memberi pangan. Ini berarti bahwa, walaupun mereka tidak memiliki kelebihan apapun, mereka tetap dituntut oleh ayat tersebut untuk, paling sedikit, berperan sebagai penganjur pemberian pangan (diakses 09/2014 Jam WIB). 2 M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi, Cet Ke-III (Bandung: Mizan, 2002), hlm

3 3 Selain itu Nabi juga menafikan keimanan orang orang yang berzina, mencuri, kenyang sendiri sedangkan tetangganya kelaparan, tidak menghormati tamu, tidak mencintai sesama dan ritualitas sosial lainya. 3 Dikemukakan oleh Quraish Shihab dalam bukunya Wawasan al- Qur ān bahwa faktor penyebab dari kemiskinan adalah sikap berdiam diri, enggan dan tidak mau bergerak dan tidak berusaha. Sedangkan al-qur ān memerintahkan kepada manusia untuk bekerja dan berusaha. Dengan demikian siapa yang menyebar di muka bumi untuk mencari karunia Allah dan rizki Nya pantas mendapatkanya, dan siapa yang duduk bermalas malasan maka tidak akan mendapatkan apa-apa. Adapun bila seseorang tidak dapat bekerja atau berusaha dikarenakan suatu udzur maka al-qur ān memerintahkan kepada umatnya untuk memberikan jaminan kepada mereka yang tidak mampu mencari nafkah karena hal tersebut merupakan hak bagi mereka. Sebagaimana yang terdapat dalam Qs. ar-rūm [30]: 38 Maka berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orangorang yang mencari keridaan Allah. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Qs. ar-rūm [30]:38) Kemiskinan yang terjadi akibat termarjinalisasinya kelompok tertentu dalam masyarakat juga menjadi salah satu perhatian agamawan. 3 M. Nur Kholis Setiawan, Pribumisasi al-qur ān, Cet. Ke-I (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2012), hlm.141.

4 4 Rekomendasi melalui pemahaman teks suci semestinya mampu menjadi pencerah penguasa untuk melahirkan kebijakan pro-rakyat miskin. 4 Kesalah pemahaman terhadap pesan al-qur ān juga bisa berakibat memunculkan perilaku manusia yang tidak ramah terhadap sesama (de humanisasi), seperti terjadinya eksploitasi tenaga kerja, korupsi, serakah terhadap harta benda, menumpuk kekayaan, tidak perduli terhadap kemiskinan, dan perilaku-perilaku negatif lain yang bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Padahal al-qur ān dalam ajaran-ajaranya melarang manusia untuk berbuat kedzaliman dan menganjurkan untuk berbuat baik terhadap sesama. Al-Qur ān sangat mengecam perbuatan buruk dan kejahatan, al-qur ān juga melarang manusia berbuat aniaya terhadap orang yang lemah serta menghardik orang yang membutuhkan bantuan. Selain itu banyak ayat-ayat yang berbicara tentang orang miskin. Diantaranya memerintahkan supaya berbuat baik kepada orang miskin, memberikan harta kepada orang miskin, memberi makan terhadap orang miskin dan sebagainya. Namun seperti apa sebenarnya bentuk dan perhatian al-qur ān terhadap orang-orang miskin, dan siapakah sebenarnya yang dimaksud dengan miskin tersebut. Dalam hal ini khususnya menurut pandangan Ahmad Musṭafā al-marāgī dan M. Quraish Shihab. Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengkaji masalah ayat-ayat kemiskinan dalam al-qur ān. Selain itu ketertarikan peneliti mengangkat tema ini tidak terlepas dari penafsiran M. Quraish Shihab dalam menafsirkan Qs. al-mā ūn ayat 3 4 M. Nur Kholis Setiawan, Pribumisasi al-qur ān, Cet. Ke-I (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2012), hlm

5 5 tentang kemiskinan, yaitu bahwa tidak memberikan peluang sekecil apapun bagi setiap orang untuk tidak berpartisipasi dan merasakan bahwasanya perhatian harus diberikan kepada setiap orang lemah yang membutuhkan bantuan. Penulis memilih untuk mengkaji dan mengomparasikan pemikiran Ahmad Musṭafā al-marāgī dan M. Quraish shihab di dalam tafsirnya dengan beberapa alasan : Pertama, Baik Ahmad Musṭafā al-marāgī maupun M. Quraish Shihab sama-sama dikenal sebagai mufasir yang sadar akan persoalan kontemporer dan pemikir Islam terkemuka, dalam menafsirkan ayat al-qur ān keduanya sama-sama menggunakan corak Adab Ijtimā ῑ corak penafsiran yang cenderung pada persoalan sosial kemasyarakatan. 5 Dan masalah kemiskinan merupakan permasalahan yang terjadi di masyarakat. Selain itu juga mengutamakan keindahan bahasa serta terkesan membumi dan hidup di alam realitas. Kedua, baik Ahmad Musṭafā al-marāgī maupun M. Quraish Shihab sama-sama memiliki karya tafsir yang merupakan refleksi dari persoalan yang ada. Di mana dalam penyusunannya memiliki perbedaan ruang dan waktu. Tafsīr al-marāgī disusun sekitar tahun 1900-an M. yakni lahir untuk yang pertama kalinya pada tahun 1365 H. 6 Sedangkan Tafsīr al-miṣbāh disusun sekitar tahun 2000, selain itu kedua tafsir tersebut disusun di tempat 5 M. Al Fatih Suryadilaga, et al., Metodologi Ilmu Tafsir, Cet-III (Yogyakarta: Teras, 2010), hlm Ahmad, Musṭafā al-marāghī, Tafsīr Al-Marāgī, (muqaddimah), Juz I, Cet.I (Beirūt: Dār al- Kutub al-ilmiyah, 1998), hlm.21.

6 6 yang berbeda yang tentu mempengaruhi corak pandang dalam merespon masalah mengingat situasi dan kondisi kehidupan keduanya yang berbeda. Ketiga, sama-sama pernah di Universitas al-azhar Kairo Mesir yang memiliki pengaruh terhadap karir intelektual keduanya termasuk dalam penafsiran al-qur ān. Maka menurut peneliti mengomparasikan pandangan keduanya yakni pandangan Ahmad Musṭafā al-marāgī dalam tafsīr al-marāgī dan M. Quraish Shihab dalam tafsīr al-miṣbāh merupakan kajian yang cukup menarik karena bagaimanapun kedua mufasir ini lahir dari kondisi lingkungan yang berbeda dengan jarak waktu yang tidak sama. Dan dalam upaya membandingkan kedua tafsīr atau pendapat ini tentu penelitian ini tidak akan mampu mengupas secara komprehensif dari keduanya. Oleh karena itu peneliti dalam hal ini fokus pada kajian komparasi penafsiran yakni tentang penafsiran ayat-ayat yang berhubungan dengan kata miskin (مسكني) dan derevasinya yang berjumlah dua puluh satu kata. Adapun tafsir yang diteliti dalam penelitian ini adalah tafsīr al-marāgī dan tafsīr al- Miṣbāh. Dengan judul Tafsir Ayat-Ayat al-qur ān tentang Kemiskinan (Studi Komparasi Tafsir al-marāgῑ dan Tafsir al-miṣbah). B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah penafsiran ayat-ayat tentang kemiskinan menurut Ahmad Musṭafā al-marāgi dalam Tafsīr al-marāgī dan M. Quraish Shihab dalam Tafsīr al-miṣbāh?

7 7 2. Apa persamaan dan perbedaan penafsiran Ahmad Musṭafā al-marāgī dan M. Quraish Shihab tentang ayat-ayat kemiskinan? C. Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan penafsiran Ahmad Musṭafā al-marāgī dan M. Quraish Shihab tentang ayat-ayat kemiskinan. 2. Mengetahui persamaan dan perbedaan dalam menafsirkan ayat-ayat tentang kemiskinan dalam Tafsīr al-marāgī karya Ahmad Musṭafā al- Marāgī dan Tafsīr al-miṣbāh karya M. Quraish Shihab. D. Kegunaan Penelitian 1. Adapun yang dilakukan diharapkan sebagai salah satu sumbangan akademik bagi pengembangan ilmiah tidak hanya bagi lingkungan perguruan tinggi Islam saja namun bagi masyarakat pecinta ilmu pada umumnya. 2. Memberikan tambahan khazanah pemikiran Islam khususnya dengan menampilkan beberapa mufassir modern/kontemporer. Memperkuat pemahaman masyarakat, betapa pentingnya kerjasama dalam menghadapi kemiskinan di lingkunganya. E. Tinjauan Pustaka Skripsi karya Masrukhi yang berjudul Kemiskinan dimata Agama Islam Dan Kristen (studi komparatif kitab suci al-qur ān dan Injil). Sebuah

8 8 skripsi yang membandingkan kemiskinan dimata Agama Islam dan Kristen. Yaitu ternyata dalam memandang permasalahan kemiskinan tidak jauh berbeda, yakni lebih banyak persamaanya dari pada perbedaanya. Sehingga tidak menjadi alasan perbedaan Agama untuk saling tolong menolong dan membantu dalam bidang sosial guna terciptanya kehidupan sosial masyarakat yang adil, aman dan sejahtera. 7 Skripsi yang berjudul Kemiskinan Perspektif M. Quraish shihab dalam Tafsīr al-miṣbāh ditulis oleh Lasminah pada tahun 2013 Fak Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadits IAIN Walisongo Semarang 2013 Skripsi ini menjelaskan tentang kemiskinan perspektif M. Quraish shihab, serta menjelaskan penafsiran M. Quraish Shihab terhadap ayat ayat kemiskinan dalam Tafsīr al-miṣbāh yang di terangkan dengan menyajikan data mengenai larangan membunuh anak yang ditujukan kepada umum. 8 Buku Departemen Agama RI Badan penelitian dan pengembangan Agama Proyek Penelitian Keagamaan Jakarta yang berjudul Model Pengentasan Kemiskinan Melalui Jalur Agama, dalam buku ini berisi tentang model pendekatan Agama dalam pengentasan kemiskinan melalui beberapa lembaga keagamaan yang berada di daerah daerah seperti, Baitul Māl Wattamwil (BMT), Badan Amil Zakat, Infaq dan Sedekah (BAZIS), dan Koperasi Pondok Pesantren. Yang dilakukan di beberapa daerah yang mana lembaga ini mempunyai konsep dasar model yang sama yaitu pendekatan 7 Masrukhi, Kemiskinan dimata Agama Islam Dan Kristen (studi komparatif kitab suci al- Qur ān dan Injil), Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo, Semarang, Lasminah, Kemiskinan Perspektif M. Quraish shihab dalam Tafsir Al-Miṣbāh., Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo, Semarang, 2013.

9 9 ekonomi melalui lembaga keuangan yang berlandaskan kepada Syari at Islam. Lembaga ini jumblahnya cukup besar tersebar diberbagai pelosok tanah Air hingga pedesaan sehingga dapat dijadikan alternatif dan partisan masyarakat dalam pengelolaan dana bantuan kredit usaha kecil maupun bantuan sosial pemberdayaan kelompok penduduk miskin sampai pada tingkat pedesaan. 9 Pemahaman Rumah Zakat (RZI) Yogyakarta terhadap Konsep Miskin dalam al-qur ān. Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Hasanuddin Umar pada tahun 2008 Fak Ushuluddin prodi Tafsir Hadits UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Skripsi ini membahas kemiskinan menurut pemahaman RZI. Selain itu berisi konsep konsep RZI Yogya dalam mengatasi masalah kemiskinan khususnya di wilayah DIY dan strategi dalam merealisasikan solusinya tersebut sebagai upaya pemecahan problem kemiskinan yang ada di wilayah Yogyakarta. Adapun solusi yang ditawarkan RZI yaitu solusi yang bersifat langsung yakni termanifestasi dalam program penyaluran dana ZIS yang mempraktekanya, terdiri dari 4 program yakni pendidikan, kesehatan, ekonomi, kepemudaan. Dan solusi yang bersifat tidak langsung yakni termanifestasi dalam program sadar zakat yang disosialisasikan ke ruang publik. 10 Meskipun dengan tema yang sama yaitu tentang kemiskinan namun penelitian ini memiliki fokus yang berbeda dengan penelitian sebelumnya. 9 Huriyudin dan Muchtamil (ed), Model pengentasan kemiskinan melalui jalur agama Tahap Ketiga), Badan Penelitian dan Pengembangan Agama Proyek Penelitian Keagamaan Jakarta, (Jakarta:Departemen Agama RI, 1998/1999). 10 Ahmad Hasanuddin Umar, Pemahaman Rumah Zakat (RZI) Yogyakarta terhadap Konsep Miskin dalam al-qur ān, Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2008.

10 10 Penelitian ini lebih menitik beratkan pada sisi pemahaman tafsir tentang upaya pengentasan kemiskinan perspektif Ahmad Musṭafā al-marāgī dan M. Quraish Shihab sehingga akan dihasilkan bagaimana penafsiran tentang ayatayat pengentasan kemiskinan dalam kedua kitab tafsīr tersebut yakni Tafsīr al-marāgi dan al-miṣbāh. Dan dalam penelitian ini terlihat belum ada yang mengkomparasikan kedua kitab tafsīr tersebut. Sehingga dari beberapa tinjauan pustaka diatas dapat dilihat bahwa belum ada karya tulis yang membahas secara spesifik mengenai masalah yang akan di teliti. F. Landasan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang Metode tafsir komparatif (muqarran), sebagaimana yang di jelaskan oleh Nasharuddin Baidan yaitu metode tafsir yang menekankan kajianya pada aspek perbandingan ayat al-qur ān. Dalam hal ini perbandingan yang dilakukan ialah perbandingan pendapat para mufassir. Adapun langkah yang harus dilakukan dalam mengkomparasikan pendapat para mufassir ialah: 11 Menghimpun sejumlah ayat yang dijadikan objek studi tanpa menoleh terhadap redaksinya, mempunyai kemiripan atau tidak. Melacak berbagai pendapat mufasir dalam menafsirkan ayat. 11 Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-qur an, Cet-I (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset,1998), hlm

11 11 Membandingkan pendapat mereka untuk mendapatkan informasi berkenaan dengan identitas dan pola pikir dari masing masing mufasir serta kecenderungan dan aliran yang mereka anut. Pendekatan secara tematik juga dilakukan dalam kajian ini. Adapun pendekatan melalui tematik dilakukan untuk mempelajari ayatayat tersebut secara tematik, yaitu digunakan untuk mengelompokan ayatayat yang mengandung pengertian yang serupa kedalam satu tema pembahasan. 12 G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research), dengan meneliti dari buku buku kepustakaan dan karya karya dalam bentuk lainya. Dan termasuk penelitian kualitatif. 2. Sumber Data a. Sumber data primer Sumber data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya. 13 Adapun literatur pokok yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah Tafsīr al-marāgī karya Ahmad Musṭafā al-marāgī dan Tafsīr al-miṣbāh karya M. Quraish Shihab. 12 Abd. Al Hayy Al Farmawi, Metode Tafsir Maudhu i, Trj. Suryan A. Jamrah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), Cet.2, hlm Sumadi, Suryabrata, Metodologi Penelitian, Cet-XI (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), hlm

12 12 b. Sumber data sekunder Sumber data skunder adalah bahan rujukan kepustakaan yang menjadi pendukung dalam penelitian ini, baik berupa buku, artikel, ensiklopedi, tulisan ilmiah, dan lain sebagainya yang dapat melengkapi data data primer. Diantara literatur literatur tersebut adalah hasil penelitian atau karya ilmiah yang ditulis oleh Ahmad Musṭafā al-marāgī dan M. Quraish Shihab serta tulisan tulisan yang berisi pemikiran mereka secara umum, serta pemikiran mereka di bidang tafsīr al-qur ān pada khususnya. 3. Metode Pengumpulan Data Karena penelitian yang dibahas adalah hal-hal yang menyangkut penafsiran, maka data-data nya diperoleh dengan cara dokumentasi, 14 yaitu dengan mengumpulkan data terhadap bahan-bahan pustaka, baik berupa sumber data primer yaitu tafsῑr al-marāgῑ dan tafsῑr al-miṣbah. Dan untuk melengkapi data terkait, penulis menggunakan data skunder yang mencakup referensi yang berkaitan dengan objek penelitian. 15 Adapun dua langkah yang ditempuh dalam melakukan pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut: Pertama, mencari dan mengumpulkan ayat-ayat yang memuat tentang kemiskinan baik secara manual maupun dengan bantuan kitab al-mu jam al-mufahrās li al-faḍ al- Qur ān. Kedua, memilah dan memilih ayat-ayat yang akan diteliti yang dianggap sesuai dengan tema pembahasan. Kemudian memahami, 14 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), Cet-XI, hlm Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Cet. 4 (Alfabeta, 2008), hlm

13 13 membandingkan, menganalisis dan menyimpulkan penafsiran subyek terkait dengan kajian yang telah dilakukan. 4. Metode Analisis Data Adapun dalam menganalisis data-data yang ada, maka penulis menggunakan metode deskriptif komparatif dengan pendekatan tematik. Metode deskriptif, agar mampu memaparkan gambaran tentang penafsiran dari masing-masing mufasir untuk kemudian dianalisis sehingga diperoleh kesimpulan tentang penafsiran ayat-ayat kemiskinan. Untuk mencapai proses akhir penelitian, yaitu menjawab persoalan yang muncul sekitar kajian ini, maka penulis menggunakan metode komparatif (muqarrīn). Karena yang dikaji di sini adalah pendapat para mufassir, maka penulis pakai dalam analisis data ini adalah membandingkan pendapat para ulama tafsir dalam menafsirkan ayat-ayat al-qur ān. Membandingkan pendapat mereka untuk mendapatkan informasi berkenaan dengan identitas dan pola pikir dari masing-masing mufasir serta kecenderungan dan aliran yang mereka anut. 16 Sehingga dapat diketahui persamaan dan perbedaanya dalam menafsirkan ayat-ayat al-qur ān. 16 Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-qur ān, Cet-I (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset,1998), hlm

14 14 H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan adalah merupakan hal yang penting karena mempunyai fungsi untuk menyatakan garis garis besar dari masing masing bab. Adapun penelitian ini terdiri dari lima bab yaitu: Bab I Pendahuluan, dalam pendahuluan ini berisi gambaran umum tentang aktivitas penelitian ini yang meliputi: Latar belakang masalah, yang menggambarkan latar belakang penulis dalam memilih judul skripsi ini. Lalu latar belakang masalah tersebut mengantarkan penulis pada perumusan masalah yang akan dipecahkan. Selanjutnya yaitu tujuan dan kegunaan penelitian untuk menjelaskan pentingnya penelitian dan tujuan penelitian ini. Kajian pustaka untuk memberikan penjelasan dimana posisi penulis terkait karya ini. Kemudian dilanjut dengan metode penelitian, yaitu menjelaskan bagaimana cara yang akan dilakukan dalam penelitian ini, bagaimana langkah langkah yang akan dilakukan agar penelitian dapat dilakukan secara runtut dan terarah serta mencapai hasil yang optimal. Terakhir sistematika pembahasan, dengan sistematika pembahasan tersebut akan diperoleh gambaran yang menyeluruh terhadap permasalahan yang dibahas. Bab II Berisi tentang kemiskinan dalam al-qur ān yang meliputi, Pengertian miskin, klasifikasi ayat-ayat tentang kemiskinan dalam al-qur ān. Bab III Berisi biografi mufassir. Dan karena skripsi ini membahas tentang penafsiran Ahmad Musṭafā al-marāgī dan M. Quraish Shihab, maka disini penulis akan mengemukakan biografi keduanya yang meliputi, riwayat hidup, aktivitas keilmuan, kemudian disebutkan juga karya-karya Ahmad

15 15 Musṭafā al-marāgī dan M. Quraish Shihab serta karakteristik dan metode tafsir keduanya. Serta penafsiran keduanya tentang ayat-ayat kemiskinan. Bab IV berisi analisis penafsiran Ahmad Mustafa al-maragi dan M. Quraish shihab tentang ayat-ayat miskin dalam tafsir al-marāgī dan tafsir al- Miṣbah meliputi persamaan dan perbedaan penafsiran keduanya. yaitu dari segi isi tafsir serta corak, aliran, dan kecenderungan mufassῑr dalam menafsirkan al-qur ān Bab V Adalah penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.

BAB I PENDAHULUAN. Hayyie Al-Kattani, Gema Insani Press, Jakarta, cet III, 2001, h Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur an, Terj.

BAB I PENDAHULUAN. Hayyie Al-Kattani, Gema Insani Press, Jakarta, cet III, 2001, h Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur an, Terj. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan kitab suci terakhir yang di wahyukan Allah kepada nabi Muhammad SAW guna untuk dijadikan sebagai pedoman hidup (way of life) bagi umat manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat dirasakan rahmat dan berkah dari kehadiran al-qur an itu. 1

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat dirasakan rahmat dan berkah dari kehadiran al-qur an itu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan kitab terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. melalui malaikat Jibril untuk menjadi petunjuk bagi seluruh umat manusia. Al-Qur

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN AHMAD MUSṬAFĀ AL-MARĀGĪ DAN M. QURAISH SHIHAB TERHADAP AYAT-AYAT KEMISKINAN

BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN AHMAD MUSṬAFĀ AL-MARĀGĪ DAN M. QURAISH SHIHAB TERHADAP AYAT-AYAT KEMISKINAN BAB IV ANALISIS PENAFSIRAN AHMAD MUSṬAFĀ AL-MARĀGĪ DAN M. QURAISH SHIHAB TERHADAP AYAT-AYAT KEMISKINAN A. Persamaan Dan Perbedaan Isi Tafsir 1. Kemiskinan dalam Tafsῑr al-marāgῑ dan Tafsῑr al-miṣbah Al-Qur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi dilengkapi dengan perangkat lain yang menunjang segala kehidupan makhluk- Nya di muka bumi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ibadah yang setiap gerakannya mengandung do a.1 Shalat adalah kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. ibadah yang setiap gerakannya mengandung do a.1 Shalat adalah kewajiban BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Bahasa, shalat berarti do a. Dengan pengertian ini, shalat adalah ibadah yang setiap gerakannya mengandung do a.1 Shalat adalah kewajiban peribadatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah cahaya petunjuk bagi mereka yang beriman. Allah berfirman:

BAB I PENDAHULUAN. sebuah cahaya petunjuk bagi mereka yang beriman. Allah berfirman: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam memiliki 2 sumber dasar untuk ajarannya, yaitu al-quran dan Hadis. 1 Al-Quran mendefinisikan dirinya sebagai kitab yang benar, menjadi sebuah cahaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam memahami zakat masih sedikit di bawah shalat dan puasa.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam memahami zakat masih sedikit di bawah shalat dan puasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam dibangun di atas lima pilar yang terangkum dalam rukun Islam. Zakat yang merupakan rukun ketiga dari lima rukun Islam tersebut tidak seperti shalat ataupun puasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua negara di dunia. Kemiskinan tidak bisa dianggap mudah untuk

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua negara di dunia. Kemiskinan tidak bisa dianggap mudah untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang hingga saat ini masih dihadapi oleh semua negara di dunia. Kemiskinan tidak bisa dianggap mudah untuk dicarikan solusinya karena sudah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang mempelajari bagaimana prosedur kerja mencari kebenaran 1. Metode dapat diartikan sebagai prosedur atau cara mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. 1 Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. 1 Agama Islam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam dan Indonesia merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. 1 Agama Islam memiliki instrumen penting yang bergerak

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 81 A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Berangkat dari uraian yang telah penulis paparkan dalam bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Makna tawassul dalam al-qur an bisa dilihat pada Surat al-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya (Q.S. al-hijr/15: 9).

BAB I PENDAHULUAN. Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya (Q.S. al-hijr/15: 9). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al Qur an adalah Kalam Allah yang mu jiz, diturunkan kepada Nabi dan Rosul pengahabisan dengan perantaraan Malaikat Jibril, tertulis dalam mushaf yang dinukilkan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Allah dalam juz amma dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Menurut pemikiran Hamka dan M. Quraish Shihab dalam kitabnya

BAB VI PENUTUP. Allah dalam juz amma dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Menurut pemikiran Hamka dan M. Quraish Shihab dalam kitabnya BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisa penulis dari kedua mufassir dalam menafsiri ayatayat sumpah dalam juz amma, maka akhir dari skripsi ini merupakan penutup dan dimana dikemukakan beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan / (Library Research) mencatat serta mengolah bahan penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan / (Library Research) mencatat serta mengolah bahan penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan / (Library Research) yaitu penelitian yang dilaksanaakan dengan menggunakan literature kepustakaan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan pedoman yang abadi untuk kemaslahatan umat manusia, merupakan benteng pertahanan syari at Islam yang utama serta landasan sentral bagi tegaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan membacanya bernilai ibadah. Oleh karena itu, al-qur an adalah kitab suci umat

BAB I PENDAHULUAN. dan membacanya bernilai ibadah. Oleh karena itu, al-qur an adalah kitab suci umat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an adalah Kala>mullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, melalui perantara malaikat Jibril yang berfungsi sebagai pedoman bagi umat manusia dan membacanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi pengaruh dalam rangka mengembangkan potensi manusia menuju kepada kedewasaan diri agar mampu

Lebih terperinci

HAK ZAKAT BAGI PENGUNGSI

HAK ZAKAT BAGI PENGUNGSI HAK ZAKAT BAGI PENGUNGSI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana Hukum Islam jurusan Syariah pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta NAMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebathilan. Untuk mengungkap petunjuk dan penjelasan dari al-qur a>n, telah

BAB I PENDAHULUAN. kebathilan. Untuk mengungkap petunjuk dan penjelasan dari al-qur a>n, telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur a>n merupakan kitab petunjuk yang dapat menuntun umat manusia menuju jalan kebenaran. Selain itu, al-qur a>n juga berfungsi sebagai pemberi penjelas terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Bahan penelitian berhadapan langsung dengan (nash) atau data angka dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Bahan penelitian berhadapan langsung dengan (nash) atau data angka dan 56 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan kepustakaan atau biasa disebut Library Research. Menurut Mestika Zed, riset kepustakaan adalah serangkaian kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. misalnya masyarakat ataupun suatu lembaga. 1 Penelitian ini dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. misalnya masyarakat ataupun suatu lembaga. 1 Penelitian ini dilakukan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan (field research), bertujuan untuk memepelajari secara intensif tentang latar belakang

Lebih terperinci

POLIGAMI TANPA PERSETUJUAN ISTRI (Studi Komparasi Metode Ijtihad antara Hasbullah Bakri dengan Pasal 5 UU NO.1/1974 Jo.

POLIGAMI TANPA PERSETUJUAN ISTRI (Studi Komparasi Metode Ijtihad antara Hasbullah Bakri dengan Pasal 5 UU NO.1/1974 Jo. POLIGAMI TANPA PERSETUJUAN ISTRI (Studi Komparasi Metode Ijtihad antara Hasbullah Bakri dengan Pasal 5 UU NO.1/1974 Jo. Pasal 58 KHI) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghilangkan kesenjangan sosio-ekonomi masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghilangkan kesenjangan sosio-ekonomi masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zakat tidak sekedar dimaknai sebagai sebuah ibadah semata yang diwajibkan kepada setiap umat Islam bagi yang sudah memenuhi syarat, akan tetapi lebih dari pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dalam suatu karya tulis ilmiah, metode merupakan suatu hal yang sangat penting, karena merupakan upaya ilmiah yang menyangkut cara kerja untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Istilah profil dalam penelitian ini mengacu pada Longman Dictionary of

BAB III METODE PENELITIAN. Istilah profil dalam penelitian ini mengacu pada Longman Dictionary of 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Fokus Penelitian Istilah profil dalam penelitian ini mengacu pada Longman Dictionary of Contemporary English yang mencantumkan salah satu pengertian profile adalah "a short

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak mengenal ruang dan waktu, ia tidak dibatasi tebalnya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak mengenal ruang dan waktu, ia tidak dibatasi tebalnya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan pada dasarnya adalah transformasi pengetahuan ke arah perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan potensi manusia.oleh karena itu pendidikan tidak mengenal ruang

Lebih terperinci

PESONA TAFSIR MAWḌU I

PESONA TAFSIR MAWḌU I PESONA TAFSIR MAWḌU I Penetrasi dalam Membahas dan Menjawab Realita Dudung Abdullah Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar Abstrak Tafsir Mawḍu i atau Tafsir Tematik adalah pembahasan ayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidak diragukan lagi bahwa al-qur`an merupakan kitab suci dan. pedoman bagi manusia dan orang-orang yang bertaqwa kapanpun dan

BAB I PENDAHULUAN. Tidak diragukan lagi bahwa al-qur`an merupakan kitab suci dan. pedoman bagi manusia dan orang-orang yang bertaqwa kapanpun dan BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Tidak diragukan lagi bahwa al-qur`an merupakan kitab suci dan pedoman bagi manusia dan orang-orang yang bertaqwa kapanpun dan dimanapun sekaligus sebagai mu`jizat (bukti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam adalah sebuah konsep hidup yang. individu maupun masyarakat. Tidak ada satu perkara pun yang terlewatkan

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam adalah sebuah konsep hidup yang. individu maupun masyarakat. Tidak ada satu perkara pun yang terlewatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama Islam adalah sebuah konsep hidup yang sempurna bagi individu maupun masyarakat. Tidak ada satu perkara pun yang terlewatkan dalam dinamika hidup di dunia ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebaik-baik pakaian adalah pakaian takwa. (Q.S. Al- A raf/7: 26). 2

BAB I PENDAHULUAN. Sebaik-baik pakaian adalah pakaian takwa. (Q.S. Al- A raf/7: 26). 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama ibarat pakaian menyamakan agama dengan pakaian tentu tidak selalu tepat meskipun keduanya memiliki kemiripan. Orang bisa melakukannya dengan mudah saja ketika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 2013), h Pustaka,2015), h Chairul Ahmad, Buku Pintar Sains dalam al-qur an(jakarta: Zaman,

BAB 1 PENDAHULUAN. 2013), h Pustaka,2015), h Chairul Ahmad, Buku Pintar Sains dalam al-qur an(jakarta: Zaman, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angin merupakan sekelompok udara yang bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Angin memiliki ragam jenis dan macam sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa kepada jalan yang buruk. Perzinahan termasuk dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa kepada jalan yang buruk. Perzinahan termasuk dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama yang bertujuan mengatur kehidupan manusia untuk kesejahteraan kehidupan manusia itu sendiri lahir dan batin. Namun berbagai masalah timbul

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian memegang peranan penting dalam mencapai suatu tujuan, termasuk juga metode dalam suatu penelitian. Metode penelitian yang dimaksud adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah problem sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah problem sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di tengah problem sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan terhadap kesejahteraan ekonomi akhir-akhir ini, keberadaan lembaga wakaf menjadi cukup strategis.

Lebih terperinci

BAB I. Aaditama, 1998), hlm Nasruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung: PT. Al-Ma arif, 1989), hlm. 15

BAB I. Aaditama, 1998), hlm Nasruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung: PT. Al-Ma arif, 1989), hlm. 15 BAB I A. Latar Belakang Masalah Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi sunatullah seorang manusia diciptakan untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi sunatullah seorang manusia diciptakan untuk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah menjadi sunatullah seorang manusia diciptakan untuk hidup saling berdampingan dengan manusia yang lain sebagaimana sifat manusia sebagai makhluk sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak sedikit umat yang jatuh peradabannya hanya karena kefakiran. Karena itu seperti sabda Nabi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam penulisan skripsi ini digunakan beberapa macam metode untuk mengumpulkan informasi maupun data berkaitan erat dengan masalah peringatan maulid Nabi Muhammad Saw, kemudian

Lebih terperinci

Berdasarkan uraian diatas, maka yang dimaksud dalam judul skripsi ini adalah sebuah kajian yang akan fokus mengenai

Berdasarkan uraian diatas, maka yang dimaksud dalam judul skripsi ini adalah sebuah kajian yang akan fokus mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Untuk menghindari kesalah pahaman dalam memahami maksud judul skripsi ini, terlebih dahulu akan diuraikan arti dari beberapa istilah yang ada dalam judul skripsi Sewa-Menyewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997 telah

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997 telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan telah menjadi isu utama pembangunan diberbagai negara, tidak terkecuali Indonesia. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997 telah memporak-porandakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan yang bersifat spritual. Firman Allah QS. Al-Māidah/5: telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-ku, dan telah Ku-ridhai

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan yang bersifat spritual. Firman Allah QS. Al-Māidah/5: telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-ku, dan telah Ku-ridhai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan sistem kehidupan yang bersifat komprehensif, yang mengatur semua aspek, baik dalam sosial, ekonomi, dan politik maupun kehidupan yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan tersebut sangat. beragam baik primer, sekunder, maupun tersier, untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan tersebut sangat. beragam baik primer, sekunder, maupun tersier, untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan tersebut sangat beragam baik primer, sekunder, maupun tersier,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini penulis memilih lokasi di MA Islamiyah Senori Tuban dengan alasan bahwa di MA Islamiyah Senori menggunakan kitab Adab Islamiyah sebagai mata pelajaran akhlak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Menurut Sumadi Suryabrata, variabel sering diartikan gejala yang menjadi obyek pengamatan penelitian. Sering pula dinyatakan variabel penelitian itu sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu persoalan berada pada tangan beliau. 2. Rasulullah, penggunaan ijtihad menjadi solusi dalam rangka mencari

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu persoalan berada pada tangan beliau. 2. Rasulullah, penggunaan ijtihad menjadi solusi dalam rangka mencari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an sebagai firman Allah dan al-hadits merupkan sumber dan ajaran jiwa yang bersifat universal. 1 Syari at Islam yang terkandung dalam al- Qur an telah mengajarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ajaran Islam mengandung unsur syariah yang berisikan hal-hal yang mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan antar sesama (hablu min nas)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an diturunkan untuk memberi petunjuk kepada manusia ke arah tujuan yang terang dan jalan yang lurus dengan menegakkan asas kehidupan yang didasarkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai makhluk sosial. Dalam hidup bermasyarakat, manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai makhluk sosial. Dalam hidup bermasyarakat, manusia sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dilahirkan di muka bumi ini selain menjadi makhluk individu juga sebagai makhluk sosial. Dalam hidup bermasyarakat, manusia sebagai makhluk sosial harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilakunya terhadap Tuhan dan implikasinya dalam interaksi sosial. 1

BAB I PENDAHULUAN. perilakunya terhadap Tuhan dan implikasinya dalam interaksi sosial. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alquran adalah pedoman kehidupan yang menyeru kepada orang-orang yang mengimaninya untuk bisa merealisasikan kehidupan keberagamannya pada semua aspek dalam dirinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an al-karim adalah sebuah kitab yang tidak datang kepadanya kebatilan dari awal sampai akhirnya, yang diturunkan oleh (Tuhan) Yang Maha Bijaksana lagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi kasus pidana anak dibawah umur yang menyebabkan kematian, baik

BAB I PENDAHULUAN. terjadi kasus pidana anak dibawah umur yang menyebabkan kematian, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah generasi penerus bangsa. Oleh karena itu setiap anak seharusnya mendapatkan haknya untuk bermain, belajar dan bersosialisasi. Tetapi keadaannnya akan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam merupakan agama yang membawa kesejahteraan, kedamaian,

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam merupakan agama yang membawa kesejahteraan, kedamaian, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Agama Islam merupakan agama yang membawa kesejahteraan, kedamaian, menciptakan suasana sejuk dan harmonis bukan hanya di antara sesama umat manusia tetapi juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi merupakan suatu hal yang tidak bisa terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi merupakan suatu hal yang tidak bisa terlepas dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi merupakan suatu hal yang tidak bisa terlepas dari perilaku manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Bagi orang Islam, Al-Qur an merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perspektif Al-Qur an ini termasuk penelitian kepustakaan (library research).

BAB III METODE PENELITIAN. perspektif Al-Qur an ini termasuk penelitian kepustakaan (library research). 53 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian tentang manajemen tenaga pendidik dan kependidikan dalam perspektif Al-Qur an ini termasuk penelitian kepustakaan (library

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang unik dan sangat menarik di mata manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang unik dan sangat menarik di mata manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang unik dan sangat menarik di mata manusia itu sendiri. Manusia mempertanyakan diri sendiri apakah ia makhluk jahat atau makhluk baik.

Lebih terperinci

BAB II KEMISKINAN DALAM AL-QUR ĀN. Secara bahasa aslinya (Arab), Kata miskin (مسكني) merupakan Ism

BAB II KEMISKINAN DALAM AL-QUR ĀN. Secara bahasa aslinya (Arab), Kata miskin (مسكني) merupakan Ism BAB II KEMISKINAN DALAM AL-QUR ĀN A. Pengertian Miskin Secara bahasa aslinya (Arab), Kata miskin (مسكني) merupakan Ism mashdar yang berawalan mim, berasal dari sakana-yaskūnu - sukūnan/ miskīn. Dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi serta bisa memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen. Oleh. yang paling baik serta keistimewaan yang menonjol.

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi serta bisa memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen. Oleh. yang paling baik serta keistimewaan yang menonjol. BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Produk merupakan sesuatu yang ditawarkan pada suatu pasar untuk mendapat perhatian dari konsumen, untuk dimiliki, digunakan ataupun dikonsumsi serta bisa memuaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penentuan jenis penelitian merupakan model dasar bagi seorang peneliti.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penentuan jenis penelitian merupakan model dasar bagi seorang peneliti. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penentuan jenis penelitian merupakan model dasar bagi seorang peneliti. Dilihat dari jenis tempatnya 1, maka penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan 170 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan sebagaimana yang telah dideskripsikan di dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU nomor 25 tahun 1992, koperasi adalah suatu bentuk. badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU nomor 25 tahun 1992, koperasi adalah suatu bentuk. badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Menurut UU nomor 25 tahun 1992, koperasi adalah suatu bentuk badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang melandaskan kegiatannya pada prinsip

Lebih terperinci

PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS

PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya sendiri sehingga mampu memenuhi kebutuhan dan memperbaiki

BAB I PENDAHULUAN. dirinya sendiri sehingga mampu memenuhi kebutuhan dan memperbaiki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi merupakan wadah untuk bergabung dan berusaha bersama agar kekurangan yang terjadi dalam kegiatan ekonomi dapat diatasi. Disamping itu koperasi juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad sebagai pedoman hidup bagi kaum muslimin. Al-Qur an sendiri

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad sebagai pedoman hidup bagi kaum muslimin. Al-Qur an sendiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad sebagai pedoman hidup bagi kaum muslimin. Al-Qur an sendiri telah, sedang, dan akan selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Quran dinyatakan bahwa hidup berpasang-pasangan, hidup berjodoh-jodohan adalah naluri segala makhluk Allah, termasuk manusia. 1 Dalam surat Adz-Dzariyat ayat

Lebih terperinci

BAB VIII REFLEKSI HASIL PENELITIAN DAN PENGORGANISASIAN

BAB VIII REFLEKSI HASIL PENELITIAN DAN PENGORGANISASIAN 158 BAB VIII REFLEKSI HASIL PENELITIAN DAN PENGORGANISASIAN A. Masyarakat Juga Bisa Melakukan Penelitian Dari dua program yang sudah dijalankan, banyak hal yang peneliti dan masyarakat dapatkan. Karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau. keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah Swt.

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau. keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah Swt. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau pondok pesantren pada prinsipnya dalam rangka menanamkan dasar-dasar keimanan dan ketaqwaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 G. Kartasapoetra, Praktek Pengelolaan Koperasi, Jakarta: Rineka Cipta, 2013, h.5

BAB I PENDAHULUAN. 1 G. Kartasapoetra, Praktek Pengelolaan Koperasi, Jakarta: Rineka Cipta, 2013, h.5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi syariah merupakan lembaga keuangan mikro yang menghimpun dana dari anggota dan menyalurkanya kepada anggota untuk mensejahterakan taraf hidup para anggota koperasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Biologi atau ilmu hayat merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam (IPA) yang mempelajari makhluk hidup. 1 Ilmu pengetahuan biologi berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015, h Moh. Agus Tulus, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Gramedia, 1993, h.

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015, h Moh. Agus Tulus, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Gramedia, 1993, h. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aset paling penting yang harus dimiliki oleh organisasi atau perusahaan dan harus diperhatikan dalam manajemen adalah tenaga kerja atau manusia (sumber daya manusia).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam di antara agama-agama lain yang ada di dunia adalah satu-satunya

BAB I PENDAHULUAN. Islam di antara agama-agama lain yang ada di dunia adalah satu-satunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam di antara agama-agama lain yang ada di dunia adalah satu-satunya agama yang menjunjung tinggi nilai kerja. Islam menekankan bahwa apa yang didapat oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keotentikannya telah dijamin oleh Allah, dan al-qur an juga merupakan kitab

BAB I PENDAHULUAN. keotentikannya telah dijamin oleh Allah, dan al-qur an juga merupakan kitab 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setelah datangnya islam, sebagai sumber hukum ajaran maka keseluruhan segi kehidupan umat islam harus berpedoman kepada hukum al- Qur an dan al-hadits. Al-Qur an sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang sudah mapan. Dalam hukum Islam, wakaf tersebut termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang sudah mapan. Dalam hukum Islam, wakaf tersebut termasuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perwakafan atau wakaf merupakan pranata dalam keagamaan Islam yang sudah mapan. Dalam hukum Islam, wakaf tersebut termasuk kedalam kategori ibadah kemasyarakatan (ibadah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kesejahteraan masyarakat, seringkali dijadikan indikator pertumbuhan perekonomian dalam negeri untuk tetap stabil, bahkan meningkat. Beberapa sektor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fondasi perekonomian suatu negara berada didalam dunia lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Fondasi perekonomian suatu negara berada didalam dunia lembaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Fondasi perekonomian suatu negara berada didalam dunia lembaga keuangannya. Lembaga Keuangan yang sehat akan menunjang perekonomian negara secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Di dalamnya termuat ajaran hukum, akidah, etika,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Di dalamnya termuat ajaran hukum, akidah, etika, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-qur a>n adalah kitab suci yang memuat berbagai petunjuk untuk kehidupan manusia. Di dalamnya termuat ajaran hukum, akidah, etika, hubungan sosial dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dua hal, yaitu pertama, kemiskinan itu sebagai akibat dari kemalasan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dua hal, yaitu pertama, kemiskinan itu sebagai akibat dari kemalasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia per-september 2015 mencapai 28,51 juta orang atau sekitar 11,13% dari total jumlah penduduk.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA DALAM PERKAWINAN ISLAM. harta kerabat yang dikuasai, maupun harta perorangan yang berasal dari harta

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA DALAM PERKAWINAN ISLAM. harta kerabat yang dikuasai, maupun harta perorangan yang berasal dari harta BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA DALAM PERKAWINAN ISLAM A. Pengertian Harta Dalam Perkawinan Islam Menurut bahasa pengertian harta yaitu barang-barang (uang dan sebagainya) yang menjadi kekayaan. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkutuk tidak sedikit pun jumlahnya. Tetapi diantara semua itu ada yang

BAB I PENDAHULUAN. terkutuk tidak sedikit pun jumlahnya. Tetapi diantara semua itu ada yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tabiat yang buruk dan jahat memang banyak sifat yang berbahaya dan terkutuk tidak sedikit pun jumlahnya. Tetapi diantara semua itu ada yang terburuk, terjahat, juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ibadah.oleh karena itu, al-quran adalah kitab suci umat Islam, secara

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ibadah.oleh karena itu, al-quran adalah kitab suci umat Islam, secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Quran adalah kalamullah kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat jibril sebagai pedoman bagi umat manusia dan membacanya merupakan ibadah.oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Pemasaran tidak terlepas dari unsur persaingan. Biasanya tidak ada salah satu bisnis pun, yang dengan leluasa bisa santai menikmati penjualan dan keuntungan. Sering

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari perlu berhubungan dengan manusia lain,

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari perlu berhubungan dengan manusia lain, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah sebagai mahluk sosial, sehingga di dalam kehidupan sehari-hari perlu berhubungan dengan manusia lain, sehingga masing-masing manusia saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembunuhan dan penganiayaan yang terjadi dewasa ini seakan-akan telah

BAB I PENDAHULUAN. pembunuhan dan penganiayaan yang terjadi dewasa ini seakan-akan telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perlindungan terhadap jiwa, menempati posisi yang paling utama, kenyataan ini dapat dilihat bahwa di tengah berkembangnya ilmu pengetahuan tentang kejahatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini kemiskinan hingga saat ini masih menjadi problem yang terjadi bangsa indonesia. Kemiskinan biasanya diukur dengan pendapatnya. Kemiskinan pada dasarnya dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang diselenggarakan pemerintah orde baru selama

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang diselenggarakan pemerintah orde baru selama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional yang diselenggarakan pemerintah orde baru selama kurun waktu lebih 30 tahun, sedikitnya telah berhasil meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank Islam merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan

Lebih terperinci

SISTEM EKONOMI ISLAM DAN KESEJAHTERAAN UMAT

SISTEM EKONOMI ISLAM DAN KESEJAHTERAAN UMAT SISTEM EKONOMI ISLAM DAN KESEJAHTERAAN UMAT Pengertian Ekonomi Islam Dari berbagai definisi tentang Ekonomi Islam yang ada, dapat kita simpulkan bahwa Ekonomi Islam adalah: Ilmu yang mempelajari bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga Keuangan Mikro Syari ah memiliki segmen pasar yang sudah jelas yaitu masyarakat level menengah ke bawah, sehingga kegiatan Lembaga ini akan berpusat di sentra-sentra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur an dan al-sunah ke dalam diri manusia. Proses tersebut tidak

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur an dan al-sunah ke dalam diri manusia. Proses tersebut tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Islam adalah proses penanaman nilai Islami yang terdapat dalam al-qur an dan al-sunah ke dalam diri manusia. Proses tersebut tidak pernah menafika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu firman-nya yakni Q.S. at-taubah ayat 60 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. satu firman-nya yakni Q.S. at-taubah ayat 60 sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibnu sabil merupakan salah satu dari delapan kelompok yang berhak menerima zakat (ashnaf). Hal ini sebagaimana disebutkan Allah dalam salah satu firman-nya yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Islam merupakan proses perubahan menuju kearah yang lebih baik. Dalam konteks sejarah, perubahan yang positif ini adalah jalah Tuhan yang telah dibawa oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Zakat merupakan rukun Islam ke tiga dan merupakan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Zakat merupakan rukun Islam ke tiga dan merupakan salah satu unsur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Zakat merupakan rukun Islam ke tiga dan merupakan salah satu unsur penegak syariat Islam. Umat Islam di Indonesia, disamping memiliki potensi sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan menegaskan arti dan maksud dari istilah-istilah yang terdapat dalam judul skripsi ini.dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terencana yang dilakukan secara sadar oleh masyarakat atau pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. terencana yang dilakukan secara sadar oleh masyarakat atau pemerintah untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu rangkaian usaha yang terencana yang dilakukan secara sadar oleh masyarakat atau pemerintah untuk mengubah kepada suatu

Lebih terperinci

PEMIKIRAN M. ABDUL MANNAN TENTANG KEBIJAKAN FISKAL DALAM EKONOMI ISLAM

PEMIKIRAN M. ABDUL MANNAN TENTANG KEBIJAKAN FISKAL DALAM EKONOMI ISLAM PEMIKIRAN M. ABDUL MANNAN TENTANG KEBIJAKAN FISKAL DALAM EKONOMI ISLAM SKRIPSI Diajukan Untuk Salah Satu Syarat Guna Memenuhi Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam Ilmu Ekonomi Dan Bisnis Islam Jurusan

Lebih terperinci

kognitif (intelektual), dan masyarakat sebagai psikomotorik.

kognitif (intelektual), dan masyarakat sebagai psikomotorik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan agama seharusnya memang sejak dini sudah mulai diberikan kepada anak karena perkembangan jiwa anak telah mulai tumbuh sejak kecil, sesuai dengan fitrahnya.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ayat-ayat kawniyyah dalam pandangan al-ra>zi> adalah ayat-ayat yang

BAB V PENUTUP. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ayat-ayat kawniyyah dalam pandangan al-ra>zi> adalah ayat-ayat yang 373 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab terdahulu, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ayat-ayat kawniyyah dalam pandangan al-ra>zi> adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam mempunyai pedoman ajaran yag sempurna dan rahmat bagi seluruh alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al- Qur an merupakan kitab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia mengatur dengan peraturan pertanahan yang dikenal dengan Undang-Undang Pokok Agraris (UUPA) Nomor 5 Tahun 1960. UUPA Bab XI pasal 49 (3)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung kemaslahatan bagi umat manusia, kecuali hal-hal yang telah dilarang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung kemaslahatan bagi umat manusia, kecuali hal-hal yang telah dilarang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Islam adalah agama yang universal. Segala sesuatunya telah ditentukan oleh Allah SWT. Baik dalam masalah ibadah ataupun muamalah. Agama Islam tentu membedakan

Lebih terperinci