UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI BIRO HUKUM DAN HUBUNGAN MASYARAKAT BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI BIRO HUKUM DAN HUBUNGAN MASYARAKAT BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI BIRO HUKUM DAN HUBUNGAN MASYARAKAT BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN JL. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Tanggal 04 Februari 26 Februari 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YULIA ANGGRAENI, S.Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JANUARI 2014

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI BIRO HUKUM DAN HUBUNGAN MASYARAKAT BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN JL. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Tanggal 04 Februari 26 Februari 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker YULIA ANGGRAENI, S.Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK JANUARI 2014 ii

3 iii

4 iv

5 KATA PENGANTAR Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah Nya serta memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM) di Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat khususnya periode 4-26 Februari tahun 2013 dengan baik. Praktek Kerja Profesi Apoteker yang telah dilaksanakan ini, disusun untuk melengkapi syarat syarat guna memperoleh gelar Apoteker dalam bidang farmasi yang bertujuan agar setiap calon Apoteker dapat menjadi Apoteker yang berkompeten dengan memperoleh tambahan pengetahuan serta gambaran yang jelas tentang Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendampingi selama penulis menyelesaikan tugas akhir ini, terutama kepada : 1. Bapak Dr.Mahdi Jufri, M.Si.Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi 2. Ibu Prof. Dr.Yahdiana Harahap, M.S, Apt. selaku dosen pembimbing dan sebagai Pj.s Farmasi Fakultas Farmasi UI sampai dengan tanggal 20 Desembaer 2013 atas semua masukan dan bimbingannya selama penulisan laporan PKPA. 3. Bapak Dr.Harmita, Apt. Selaku Ketua Program Apoteker Fakultas Farmasi UI yang selalu memberikan bimbingannya 4. Bapak Budi Djanu Purwanto, SH.,MH., selaku Kepala Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat. 5. Ibu Dra. Fauziah Amin, Apt., selaku Kepala Bagian Pengaduan Konsumen, dan Pembimbing selama PKPA di Badan POM beserta stafnya. 6. Bapak Drs. I Nyoman Sumasada, Apt, MH. selaku Kepala Bagian Peraturan Perundang-undangan, beserta stafnya. v

6 7. Bapak Drs. Hariyadi., Apt., selaku Kepala Bagian Bantuan Hukum, beserta stafnya. 8. Ibu Dra. Nany Bodrorini., Apt., selaku kepala Hubungan Masyarakat, beserta stafnya. 9. Keluargaku Ibu, Kakak atas semua dukungan dan do a yang tak hentihentinya diberikan pada penulis. 10. Rekan rekan peserta PKPA di Badan Pengawas Obat dan Makanan periode Februari Rekan rekan Apoteker 76 atas kerjasamanya serta dukungan selama masa perkuliahan dan PKPA. 12. Seluruh pihak yang telah bekerjasama dan turut membantu selama pelaksanaan PKPA dan dalam proses penyusunan laporan ini. Kami berharap, semoga pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama menjalani PKPA ini dapat memberikan manfaat bagi rekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan laporan ini dan untuk penulisan yang akan datang. Penulis 2014 vi

7 vii

8 ABSTRAK Nama : Yulia Anggraeni, S.Farm. NPM : Program Studi : Profesi Apoteker Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Biro hukum dan Hubungan Masyarakat Badan Pengawas Obat dan Makanan Jl. Percetakan Negara No.23 jakarta Periode 04 Februari 26 Februari 2013 Praktek Kerja Profesi Apoteker di Biro hukum dan Hubungan Masyarakat Badan Pengawas Obat dan Makanan bertujuan untuk Meningkatkan pemahaman tentang peran, fungsi, posisi, dan tanggung jawab Apoteker di BPOM RI. Mengetahui khususnya peran Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat dalam pencapaian Misi BPOM RI. Tugas khusus yang diberikan berjudul Strategi Komunikasi Informasi dan Edukasi Untuk Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat Terhadap Badan Pengawas Obat Dan Makanan. Tujuan dari tugas khusus ini adalah Menganalisa akan pentingnya peran serta BPOM dalam melindungi masyarakat, Mengetahui strategi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) yang telah dilaksanakan BPOM. Serta membuat usulan strategi KIE dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang BPOM. Kata Kunci : Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat BPOM, BPOM, Strategi KIE. Tugas Umum : xv + 64 halaman; 11 lampiran; 2 tabel Tugas Khusus : iii + 22 halaman. Daftar Acuan Tugas Umum : 8 ( ). Daftar Acuan Tugas Khusus : 3 ( ). viii

9 ABSTRACT Name : Yulia Anggraeni, S.Farm NPM : Program Study : Apothecary Profession. Title : Pharmacist Internship Working Program at Legal and Public Relations Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) on. Percetakan Negara No.23 jakarta Periode 04 February 26 February 2013 Pharmacist Internship Working Program at Legal and Public Relations BPOM Badan Pengawas Obat dan Makanan aims to Enhance understanding of the role, functions, positions, and responsibilities of pharmacists in BPOM RI. Knowing the particular role of Legal and Public Relations in achieving mission BPOM RI. Given a special task called Information, Education and Communication Strategy To Increase Public Knowledge Against Drug and Food Supervisory Agency. The purpose of this special task is to Analyze the importance of participation in protecting society BPOM, Knowing strategy Communications, Information, Education and Communication (IEC) which has implemented national authorities. IEC strategy and make suggestions to improve the public's knowledge of national authorities. Keywords : Legal and Public Relations BPOM, BPOM, IEC Strategy General Assignment : xv + 64 pages; 11 appendies; 2 table Specific Assignment : iii + 22 pages Bibliography of General Assignment : 8 ( ). Bibliography of Specific Assignment : 3 ( ). ix

10 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... DAFTAR ISI... vii DAFTAR PUSTAKA... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB II TINJAUAN UMUM BADAN PENGAWAS OBAR DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA Latar Belakang Tugas Pokok, Fungsi dan Kewenangan Visi dan Misi Budaya Organisasi Prinsip Dasar Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM) Kerangka Konsep Sitem Pengawasan Obat dan Makanan Sub-sistem Pengawasan Produsen Sub-sistem Pengawasan Konsumen Sub-sistem pengawasan Pemerintah/BPOM Kebijakan Strategis Sasaran Strategis Arah Kebijakan dan Strategis Strategi Target Kinerja Struktur Organisasi Sekretariat Utama iii iv vi x xi x

11 2.9.2 Deputi I (Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif) Deputi II (Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetika dan Produk Komplemen) Deputi III (Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya) Unit Pelaksana Teknis BPOM di Daerah Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPOMN) Pusat Penyidikan Obat dan Makanan (PPOM) Pusat Riset Obat dan Makanan (PROM) Pusat Informasi Obat dan Makanan (PIOM) Filosofi Logo Badan Pengawas Obat dan Makanan BAB III TINJAUAN KHUSUS BIRO HUKUM DAN HUBUNGAN MASYARAKAT Pendahuluan Tugas dan Fungsi Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat Tugas Fungsi Susunan Organisasi Bagian Peraturan Perundang Undangan Bagian Bantuan Hukum Bagian Pengaduan Konsumen Bagian Hubungan Masyarakat BAB IV PELAKSANAAN PKPA Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKPA Uraian Kegiatan Dan Pekerjaan Bagian Perundang-Undangan Bagian Bantuan Hukum Bagian Pengaduan Konsumen Bagian Hubungan Masyarakat BAB V TEORI DAN PEMBAHASAN Bagian Peraturan Perundang Undangan xi

12 5.1.1 Pelatihan Jaringan Data dan Informasi Hukum Nasional Asistensi Penyusunan Peraturan / Produk Hukum Finalisasi Penyusunan Peraturan Perundang-undangan Penyelarasan dan Harmonisasi Peraturan Perundangundangan Pengadaan Software Peraturan Perundang-undangan Pendokumentasian Peraturan Perundang-undangan Kajian dan Pembahasan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Bagian Bantuan Hukum Pertimbangan Hukum di Bidang Obat dan Makanan Layanan Bantuan Hukum Penyuluhan Hukum Bagian Pengaduan Konsumen Layanan Pengaduan Konsumen Penyusunan Referensi Jawaban Pengaduan Konsumen Pelaporan Pengaduan Konsumen Evaluasi Data Pengaduan Konsumen Evaluasi Data dan Pelaporan Pengaduan Konsumen Evaluasi Data Rujukan / Tindak Lanjut Evaluasi Tren Pengaduan / Permintaan Informasi Klinik Konsumen Obat dan Makanan Peningkatan Kompetensi atau Pelatihan bagi Petugas Bagian Hubungan Masyarakat Penyebaran Informasi Melalui Talkshow di Media Penyebaran Informasi Melalui Wawancara di Media Penyebaran Informasi dengan Mengundang Media Penyebaran Informasi Melalui Pameran Penyebaran Informasi Melalui Iklan Layanan Masyarakat Penyebaran Informasi Melalui Advertorial Penyebaran Informasi Melalui Penyuluhan Langsung ke Masyarakat Penyebaran Informasi Melalui Penerbitan Siaran Pers xii

13 5.4.9 Penyebaran Informasi Melalui Running Text dan Scrolling Banner Peliputan Kegiatan BPOM Penerbitan Buletin Warta POM Monitoring Berita Analisis Berita BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA xiii

14 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Gambar dan Filosofi Logo Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Tabel 4.1 Uraian Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Struktur Organisasi Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Lampiran 2. Struktur Organisasi Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat Lampiran 3. Struktur Organisasi Bagian Peraturan Perundang-undangan Lampiran 4. Struktur Organisasi Bagian Bantuan Hukum Lampiran 5. Struktur Organisasi Bagian Pengaduan Konsumen (ULPK) Lampiran 6. Struktur Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat Lampiran 7. Diagram Alur Penyusunan Peraturan Perundang-undangan Lampiran 8. Alur Penanganan Kasus Hukum Bagian Bantuan Hukum Lampiran 9. Alur Proses Layanan Pengaduan Konsumen BPOM Lampiran 10. Alur Proses Layanan Pengaduan Konsumen di Balai Besar/ Balai POM Lampiran 11. Formulir Pengaduan Konsumen xv

16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi telah membawa perubahan-perubahan yang cepat dan signifikan pada industri farmasi, obat asli Indonesia, makanan, kosmetika dan alat kesehatan. dengan menggunakan teknologi modern, industri-industri tersebut kini mampu memproduksi dalam skala yang sangat besar mencakup berbagai produk dengan "range" yang sangat luas. Dengan dukungan kemajuan teknologi transportasi dan entry barrier yang makin tipis dalam perdagangan internasional, maka produk-produk tersebut dalam waktu yang amat singkat dapat menyebar ke berbagai negara dengan jaringan distribusi yang sangat luas dan mampu menjangkau seluruh strata masyarakat. Konsumsi masyarakat terhadap produk-produk termaksud cenderung terus meningkat, seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat termasuk pola konsumsinya. Sementara itu pengetahuan masyarakat masih belum memadai untuk dapat memilih dan menggunakan produk secara tepat, benar dan aman. Di lain pihak iklan dan promosi secara gencar mendorong konsumen untuk mengkonsumsi secara berlebihan dan seringkali tidak rasional. Perubahan teknologi produksi, sistem perdagangan internasional dan gaya hidup konsumen tersebut pada realitasnya meningkatkan resiko dengan implikasi yang luas pada kesehatan dan keselamatan konsumen. Apabila terjadi produk sub standard, rusak atau terkontaminasi oleh Bahan Berbahaya maka risiko yang terjadi akan berskala besar dan luas serta berlangsung secara amat cepat. Untuk itu Indonesia harus memiliki Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM) yang efektif dan efisien yang mampu mendeteksi, mencegah dan mengawasi produk-produk termaksud untuk melindungi keamanan, keselamatan dan kesehatan konsumennya baik di dalam maupun di luar negeri. Untuk itu telah dibentuk Badan Pengawasan Obat dan Makanan yang memiliki jaringan nasional dan internasional serta kewenangan penegakan hukum dan memiliki kredibilitas profesional yang tinggi. 1

17 2 1.2 Tujuan Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di BPOM RI adalah mendekatkan kemampuan akademik peserta dengan kompetensi yang diharapkan melalui praktek langsung peserta PKPA: a. Meningkatkan pemahaman calon Apoteker tentang peran, fungsi, posisi, dan tanggung jawab BPOM RI. b. Mengetahui khususnya peran Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat dalam pencapaian Misi BPOM RI. c. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan profesinya dengan penuh tanggungjawab di lembaga pemerintahan.

18 BAB II TINJAUAN UMUM BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA 2.1 Latar Belakang Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 103 tahun 2001, Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) ditetapkan sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005 Tentang Perubahan Keenam Atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tersebut, bahwa dalam melaksanakan tugasnya BPOM dikoordinasikan oleh Menteri Kesehatan, khususnya dalam perumusan kebijakan yang berkaitan dengan instansi pemerintah lainnya serta penyelesaian permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan kebijakan yang dimaksud. 2.2 Tugas Pokok, Fungsi dan Kewenangan Dalam melaksanakan tanggung jawabnya BPOM selaku Badan Pengawas Obat dan Makanan memiliki tugas pokok, fungsi dan tanggung jawab sebagai berikut (Pemerintah Republik Indonesia 2005) : a. Tugas Pokok Melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan obat dan makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Fungsi Dalam melaksanakan tugasnya, BPOM menyelenggarakan fungsi : 1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan obat dan makanan. 2. Pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan obat dan makanan. 3. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPOM 3

19 4 4. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang pengawasan obat dan makanan. 5. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan dan rumah tangga. c. Kewenangan Dalam menyelenggarakan fungsinya, BPOM mempunyai kewenangan : 1. Penilaian khasiat/kemanfaatan, keamanan, mutu, dan penandaaan serta analisis laboratorium dalam rangka pemberian izin edar; 2. Pemeriksaan kelengkapan administrasi dan pemeriksaan. 3. Pemeriksaan setempat dalam rangka pembinaan dan pengawasan. 4. Pengambilan contoh dan pengujian laboratorium. 5. Pemberian rekomendasi surat persetujuan impor dan surat persetujuan ekspor. 6. Pemberian peringatan dan penutupan sementara sarana produksi dan distribusi yang melakukan pelanggaran. 7. Penilaian dan pemantauan promosi dan iklan. 8. Pelaksanaan monitoring efek samping dan pemberian informasi. 2.3 Visi Dan Misi Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK Tahun 2010 tentang Penetapan Visi dan Misi Badan Pengawas Obat dan Makanan, disebutkan bahwa : a. Visi Menjadi institusi pengawas obat dan makanan yang inovatif, kredibel, dan diakui secara Internasional Untuk melindungi Masyarakat. b. Misi 1. Melakukan pengawasan pre-market dan post-market berstandard internasional. 2. Menerapkan system manajemen mutu secara konsisten.

20 5 3. Mengoptimalkan kemitraan dengan pemangku kepentingan di berbagai lini. 4. Memberdayakan masyarakat agar mampu melindungi diri dari obat dan makanan yang berisiko terhadap kesehatan. 5. Membangun organisasi pembelajar (Learning Organization). 2.4 Budaya Organisasi Untuk membangun organisasi yang efektif dan efisien, budaya organisasi BPOM dikembangkan dengan nilai-nilai dasar sebagai berikut (BPOM 2001) : a. Professionalisme (Profesional) Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas, ketekunan dan komitmen yang tinggi. b. Credibility (Kredibel) Dapat dipercaya dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan internasional. c. Speed (Cepat Tanggap) Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah. d. Team work (Kerjasama Tim) Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik. e. Innovativ (Inovatif) Mampu melakukan pembaruan sesuai ilmu pengetahuan dan teknologi terkini. 2.5 Prinsip Dasar Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM) Prinsip dasar yang dimiliki oleh sistem pengawasan obat dan makanan adalah: a. Tindakan pengamanan cepat, tepat, akurat dan profesional. b. Tindakan dilakukan berdasarkan atas tingkat risiko dan berbasis bukti-bukti ilmiah. c. Lingkup pengawasan bersifat menyeluruh, mencakup seluruh siklus proses. d. Berskala nasional/lintas propinsi, dengan jaringan kerja internasional. e. Otoritas yang menunjang penegakan supremasi hukum.

21 6 f. Memiliki jaringan laboratorium nasional yang kohesif dan kuat yang berkolaborasi dengan jaringan global. g. Memiliki jaringan sistem informasi keamanan dan mutu produk. 2.6 Kerangka Konsep Sitem Pengawasan Obat dan Makanan Pengawasan obat dan makanan memiliki aspek permasalahan berdimensi luas dan kompleks. Oleh karena itu diperlukan sistem pengawasan yang komprehensif, semenjak awal proses suatu produk hingga produk tersebut beredar ditengah masyarakat. Untuk menekan sekecil mungkin resiko yang bisa terjadi, dilakukan SISPOM tiga lapis yaitu : Sub-sistem Pengawasan Produsen Sistem pengawasan internal oleh produsen melalui pelaksanaan cara-cara produksi yang baik atau good manufacturing practices agar setiap bentuk penyimpangan dari standard mutu dapat dideteksi sejak awal. Secara hukum produsen bertanggung jawab atas mutu dan keamanan produk yang dihasilkannya. Apabila terjadi penyimpangan dan pelanggaran terhadap standard yang telah ditetapkan maka produsen dikenakan sangsi, baik administratif maupun projustisia Sub-sistem Pengawasan Konsumen Sistem pengawasan oleh masyarakat konsumen sendiri melalui peningkatan kesadaran dan peningkatan pengetahuan mengenai kualitas produk yang digunakannya dan cara-cara penggunaan produk yang rasional. Pengawasan oleh masyarakat sendiri sangat penting dilakukan karena pada akhirnya masyarakatlah yang mengambil keputusan untuk membeli dan menggunakan suatu produk. Konsumen dengan kesadaran dan tingkat pengetahuan yang tinggi terhadap mutu dan kegunaan suatu produk, di satu sisi dapat membentengi dirinya sendiri terhadap penggunaan produk-produk yang tidak memenuhi syarat dan tidak dibutuhkan sedang pada sisi lain akan mendorong produsen untuk ekstra hati-hati dalam menjaga kualitasnya.

22 Sub-sistem pengawasan Pemerintah/BPOM Sistem pengawasan oleh pemerintah melalui pengaturan dan standardisasi penilaian keamanan, khasiat dan mutu produk sebelum diijinkan beredar di Indonesia, inspeksi, pengambilan sampel dan pengujian laboratorium produk yang beredar serta peringatan kepada publik yang didukung penegakan hukum. Untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat konsumen terhadap mutu, khasiat dan keamanan produk maka pemerintah juga melaksanakan kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi. 2.7 Kebijakan dan Strategis Sasaran Strategis Sasaran strategis selama lima tahun ( ) adalah sebagai berikut : a. Pengawasan obat dan makanan terlaksana secara efektif untuk melindungi konsumen di dalam dan di luar negeri dengan sistem yang tergolong terbaik di ASEAN. b. Terwujudnya laboratorium pengawasan obat dan makanan yang modern dengan jaringan kerja di seluruh indonesia dengan kompetensi dan kapabilitas terunggul di ASEAN. c. Meningkatnya kompetensi, kapabilitas dan jumlah modal insani yang unggul dalam melaksanakan pengawasan obat dan makanan. d. Diterapkannya sistem manajemen mutu di semua unit kerja BPOM Arah Kebijakan dan Strategis Arah Kebijakan dan Strategi Nasional Arah kebijakan dan strategi nasional bidang kesehatan yang menjadi acuan pembangunan bidang Pengawasan Obat dan Makanan. a. Fokus pertama : Peningkatan Kesehatan Ibu, Bayi, Balita dan Keluarga Berencana Peningkatan kesehatan ibu, bayi, balita dan Keluarga Berencana, melalui upaya yang menjamin produk Obat dan Makanan yang memenuhi persyaratan keamanan dan mutu, yang digunakan dalam upaya peningkatan cakupan peserta Keluarga Berencana aktif, pemberian makanan pemulihan bagi ibu hamil Kekurangan

23 8 Energi Kronis (KEK) dan pencapaian cakupan imunisasi yang tinggi, merata dan berkualitas pada bayi, anak sekolah dan Wanita Usia Subur (WUS). b. Fokus kedua : Perbaikan status gizi masyarakat, melalui pengujian laboratorium terhadap sampel-sampel produk yang digunakan untuk upaya asupan zat gizi makro, dll, untuk memenuhi angka kecukupan gizi, surveilans pangan dan gizi, pemberian makanan pendamping Air Susu Ibu, fortifikasi, pemberian makanan pemulihan balita gizi kurang dan penanggulangan gizi darurat. c. Fokus ketiga : Pengendalian Penyakit Menular serta Penyakit Tidak Menular, diikuti Penyehatan Lingkungan Pengendalian penyakit menular serta penyakit tidak menular, diikuti penyehatan lingkungan, melalui upaya pengawasan yang diarahkan untuk menurunkan proporsi Obat dan Makanan bermasalah di pasar, sebagai salah satu faktor resiko timbulnya penyakit. d. Fokus keempat : Peningkatan Ketersediaan, Keterjangkauan, Pemerataan, Mutu dan Penggunaan Obat serta Pengawasan Obat dan Makanan Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, mutu dan penggunaan obat, serta pengawasan Obat dan Makanan, yang dilaksanakan melalui pelaksanaan kegiatan-kegiatan pengawasan produksi produk terapetik dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga, pengawasan produk dan Bahan Berbahaya, pengawasan obat dan makanan di 31 Balai Besar/Balai POM, pemeriksaan secara laboratorium, pengujian dan penilaian keamanan, manfaat dan mutu obat dan makanan serta pembinaan laboratorium POM, standardisasi produk terapetik dan PKRT, penyelidikan dan penyidikan terhadap pelanggaran di bidang obat dan makanan, inspeksi dan sertifikasi obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen, inspeksi dan sertifikasi makanan, standardisasi obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen, standarddisasi makanan, surveilan dan penyuluhan keamanan makanan, pengawasan distribusi produk terapetik dan PKRT, pengawasan narkotika, psikotropika, prekursor dan zat adiktif, penilaian produk terapetik dan produk biologi, penilaian obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen,

24 9 penilaian makanan, riset keamanan, khasiat, mutu obat dan makanan, Pengembangan Obat Asli Indonesia Arah kebijakan strategi BPOM a. Memperkuat Sistem Regulatori Pengawasan Obat dan Makanan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan diperkuat dengan mekanisme operasional dan infrastruktur yang andal dengan kapabilitas berkelas dunia (world class) dan menggunakan teknologi informasi yang modern regulatori dan seluruh fungsi pengawasan, dilakukan revitalisasi yang diterapkan secara terintegrasi dan menyeluruh (comprehensive). b. Mewujudkan Laboratorium BPOM yang Handal Kapabilitas laboratorium BPOM ditingkatkan terunggul di ASEAN dengan jaringan kerja (networking) nasional dan internasional. Cakupan dan parameter pengujian laboratorium, serta kompetensi personil laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan ditingkatkan dengan menerapkan Good Laboratory Practices secara konsistem serta mengembangkan sistem rujukan laboratorium nasional. c. Meningkatkan Kapasitas Manajemen BPOM Institusi BPOM dikembangkan sebagai knowledge and learning organization yang kredibel, inovatif dan unggul. Pengembangan institusi berfokus terutama pada penguatan kompetensi, profesionalitas dan kapabilitas modal insani. Untuk itu dilakukan pendidikan dan pelatihan yang terstruktur dan berkelanjutan (continous training and education) yang dilaksanakan di dalam dan di luar negeri serta dengan membangun Pusat Pendidikan dan Pelatihan BPOM. Implementasi Sistem Pengawasan Obat dan Makanan serta layanan publik oleh BPOM dimantapkan dengan meningkatkan kapasitas menejemen dengan mutu penyelenggaraan kepemerintahan yang efektif dan efisien. Untuk itu dilakukan penerapan standard Reformasi Birokrasi dan tata kelola pemerintahan yang baik secara menyeluruh dan konsisten. d. Memantapkan Jejaring Lintas Sektor dan Memberdayakan Masyarakat untuk Berperan aktif dalam Pengawasan Obat dan Makanan. Pengawasan Obat dan Makanan lebih diperkuat dengan memantapkan jejaring kerjasama lintas sektor terkait di dalam negeri dan kerjasama bilateral

25 10 maupun multilateral dengan berbagai institusi di luar negeri. Melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi dilakukan pemberdayaan kepada masyarakat luas agar mampu mencegah dan melindungi diri sendiri dari penggunaan Obat dan Makanan yang beresiko terhadap kesehatan Strategi Arah kebijakan BPOM dilakukan melalui tujuh (7) strategi, yaitu : Strategi pertama Peningkatan intensitas pengawsan pre-market Obat dan Makanan, untuk menjamin, khasiat/manfaat dan mutu produk, diselenggarakan melalui fokus prioritas : a. Penapisan penilaian produk Obat dan Makanan sebelum beredar sebagai antisipasi globalisasi, termasuk ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA). b. Peningkatan pelayanan publik terkait pendaftaran produk Obat dan Makanan melalui online registration. c. Pengawasan pengembangan vaksin baru produksi dalam negeri, untuk mempercepat pencapaian target Millenium Development Goals (MDG s). d. Peningkatan technical regulatory advice untuk pengembangan jamu, herbal standard dan fitofarmaka. e. Pengawasan pengembangan teknologi pangan (iradiasi), untuk perlindungan konsumen dan ketersediaan pangan. f. Peningkatan pemenuhan Good Manufacturing Practices industri Obat dan Makanan dalam negeri dalam rangka meningkatkan daya saing Strategi kedua Penguatan sistem, sarana, dan prasarana laboratorium Obat dan Makanan, diselenggarakan melalui fokus prioritas : a. Pemantapan penerapan Quatity Management Sistem dan persyaratan Good Laboratory Practices (GLP) terkini. b. Peningkatan sarana dan prasarana laboratorium di pusat dan daerah, sesuai dengan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. c. Pemenuhan peralatan laboratorium sesuai standard GLP terkini.

26 11 d. Peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia Laboratorium Strategi ketiga Peningkatan pengawasan post-market Obat dan Makanan, diselenggarakan melalui fokus prioritas : a. Pemantapan sampling dan pengujian Obat dan Makanan, berdasarkan risk based approaches. b. Intensifikasi pemberantasan produk ilegal, termasuk produk palsu. c. Perluasan cakupan pengawasan pangan jajanan anak sekolah (PJAS), melalui operasionalisasi Mobil Laboratorium. d. Pengawasan sarana post market sesuai dengan GMP dan Good Distribution Practice. e. Perkuatan pengawasan Post-market kosmetik melalui audit kepatuhan dan evaluasi keamanan kosmetika Strategi keempat Pemantapan regulasi dan standard di bidang pengawasan Obat dan Makanan, diselenggarakan melalui fokus prioritas : a. Penyelarasan regulasi terkait dengan perubahan lingkungan strategis di bidang pengawasan Obat dan Makanan. b. Peningkatan penerapan standard Obat dan Makanan yang terharmonisasi Strategi kelima Pemantapan peran Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di bidang tindak pidana Obat dan Makanan, diselenggarakan melalui fokus prioritas : a. Peningkatan kualitas dan kuantitas PPNS. b. Peningkatan pelaksanaan penyidikan Obat dan Makanan. c. Peningkatan koordinasi dengan sektor terkait dalam rangkaian Criminal Justice System untuk sustainable law enforcement tindak pidana Obat dan Makanan Strategi keenam Perkuatan Institusi, diselenggarakan melalui fokus prioritas : a. Implementasi Reformasi Birokrasi BPOM termasuk peningkatan pelayanan publik. b. Perkuatan sistem pengelolaan data serta Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) termasuk strategi media komunikasi.

27 12 c. Perkuatan human capital management BPOM. d. Restrukturisasi Organisasi untuk menjawab tantangan perubahan lingkungan strategis. e. Peningkatan dan penguatan peran dan fungsi Balai POM, Integrated Bottom Up Planning dan Quality Sistem Evaluation. f. Perkuatan legislasi di bidang pengawasan Obat dan Makanan Strategi ketujuh Meningkatkan Kerjasama Lintas Sektor dalam Rangka Pembagian Peran BPOM dengan Lintas Sektor terkait, diselenggarakan melalui fokus prioritas : a. Pemantapan koordinasi pengawasan Obat dan Makanan. b. Pemantapan Sistem Kerjasama Operasional Pengawasan Obat dan Makanan. c. Peningkatan operasi terpadu pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Makanan d. Perkuatan jejaring komunikasi e. Pemantapan koordinasi pengembangan jamu brand Indonesia, pengeintegrasian dengan pelayanan kesehatan f. Pemberdayaan masyarakat melalui Komunikasi, Informasi, dan Edukasi. 2.8 Target Kinerja a. Terkendalinya penyaluran produk terapetik dan Narkotika Psikotropika Zat Adiktif b. Terkendalinya mutu, keamanan dan khasiat/kemanfaatan produk obat dan makanan termasuk klim pada label dan iklan di peredaran; c. Tercegahnya risiko penggunaan bahan kimia berbahaya sebagai akibat pengelolaan yang tidak memenuhi syarat; d. Penurunan kasus pencemaran pangan; e. Peningkatan kapasitas organisasi yang didukung dengan kompetensi dan keterampilan personil yang memadai; f. Terwujudnya komunikasi yang efektif dan saling menghargai antar sesama dan pihak terkait.

28 Struktur Organisasi Organisasi dan tata kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan diatur dalam Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No /SK/KBPOM. Penyesuaian organisasi dan tata kerja BPOM dilakukan berdasarkan Keputusan Kepala BPOM Nomor HK Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Keputusan Kepala BPOM Nomor: 02001/SK/KBPOM tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan. Penyesuaian juga terjadi dengan terbitnya Keputusan Kepala BPOM Nomor HK Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 05018/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagaimana tersebut di atas, dilakukan oleh unit-unit Badan Pengawas Obat dan Makanan di pusat, maupun oleh Balai Besar/Balai POM yang ada di seluruh Indonesia. Struktur Organisasi BPOM dapat dilihat pada Lampiran 1. Sesuai dengan struktur yang ada, secara garis besar unit-unit kerja BPOM dapat dikelompokkan sebagai berikut; Sekretariat, Deputi Bidang Pengawasan Teknis (I, II, dan III) dan unit penunjang teknis (pusat-pusat) yang melaksanakan tugas sebagai berikut : Sekretariat Utama Sekretariat utama mempunyai tugas mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan, pengendalian terhadap program, administrasi, dan sumber daya di lingkungan BPOM. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat Utama menyelenggarakan fungsi : a. Pengkoordinasian, sinkronisasi dan integrasi perencanaan, penganggaran, penyusunan laporan, pengembangan pegawai termasuk pendidikan dan pelatihan, serta perumusan kebijakan teknis di lingkungan BPOM. b. Pengkoordinasian, sinkronisasi dan integrasi penyusunan peraturan perundang - undangan, kerjasama luar negeri, hubungan antar lembaga, kemasyarakatan dan bantuan hukum yang berkaitan dengan tugas BPOM.

29 14 c. Pembinaaan dan pelayanan administrasi ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, perlengkapan dan rumah tangga. d. Pembinaan dan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan pusat-pusat dan unit-unit pelaksana teknis di lingkungan BPOM. e. Pengkoordinasian administrasi pelaksanaan tugas deputi di lingkungan BPOM. f. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh kepala, sesuai dengan bidang tugasnya Deputi I (Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif). Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif menyelenggarakan fungsi (BPOM 2001) : a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dan umum di bidang pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. b. Penyusunan rencana pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. c. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standard, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan teknis di bidang penilaian obat dan produk biologi. d. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standard, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan teknis di bidang standardisasi produk terapetik dan perbekalan kesehatan rumah tangga. e. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standard, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan teknis di bidang pengawasan produksi produk terapetik dan perbekalan kesehatan rumah tangga.

30 15 f. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standard, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan teknis di bidang pengawasan distribusi produk terapetik dan perbekalan kesehatan rumah tangga. g. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standard, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan teknis di bidang pengawasan narkotika, psikotropika dan zat adiktif. h. Koordinasi kegiatan fungsional pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. i. Evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis pengawasan produk terapetik dan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. j. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala, sesuai bidang tugasnya Deputi II (Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetika dan Produk Komplemen). Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang pengawasan obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut diatas, Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen menyelenggarakan fungsi : a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dan umum di bidang pengawasan obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen. b. Penyusunan rencana pengawasan obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen. c. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standard, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang penilaian obat tradisional, suplemen makanan dan kosmetik. d. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standard, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian

31 16 bimbingan di bidang pengaturan dan standardisasi obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen. e. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standard, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang inspeksi dan sertifikasi obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen. f. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standard, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang obat asli Indonesia. g. Pengawasan obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen. h. Koordinasi kegiatan fungsional pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen. i. Evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis pengawasan obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen. j. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala, sesuai bidang tugasnya Deputi III (Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya) Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya menyelenggarakan fungsi : a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya. b. Penyusunan rencana pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya. c. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standard, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang penilaian keamanan pangan. d. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standard, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang standardisasi keamanan pangan.

32 17 e. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standard, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang inspeksi dan sertifikasi produk pangan. f. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standard, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang surveilan dan penyuluhan keamanan pangan. g. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standard, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang pengawasan produk dan bahan berbahaya. h. Pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya. i. Koordinasi kegiatan fungsional pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya. j. Evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya. k. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala sesuai bidang tugas Unit Pelaksana Teknis BPOM di Daerah Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan BPOM terdiri atas 19 (sembilan belas) Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan dan 12 (dua belas) Balai Pengawas Obat dan Makanan. Unit Pelaksana Teknis di lingkungan BPOM mempunyai tugas melaksanakan kebijakan di bidang pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, keamanan pangan dan Bahan Berbahaya. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Unit Pelaksana Teknis menyelenggarakan fungsi : a. Penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan. b. Pelaksanaan pengujian dan penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan, dan bahan berbahaya. c. Pelaksanaan pengujian laboratorium dan penilaian mutu produk secara mikrobiologi.

33 18 d. Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan sarana produksi dan distribusi. e. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan terhadap kasus pelanggaran hukum. f. Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi. g. Pelaksanaan kegiatan pelayanan informasi konsumen. h. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan. i. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan. j. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala, sesuai dengan bidang tugasnya Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPOMN) Mempunyai tugas melaksanakan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, alat kesehatan, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta melaksanakan pembinaan mutu Laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan. Dalam melaksanakan tugas, PPOMN menyelenggarakan fungsi : a. Penyusunan rencana dan program pengujian obat dan makanan. b. Pelaksanaan pengujian laboratorium, dan penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, alat kesehatan, alat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya. c. Pembinaan mutu laboratorium PPOMN. d. Pelaksanaan sistem rujukan laboratorium pengawasan obat dan makanan. e. Penyediaan baku pembanding dan pengembangan metoda analisa pengujian. f. Pelatihan tenaga ahli di bidang pengujian obat dan makanan. g. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan. h. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional.

34 Pusat Penyidikan Obat dan Makanan (PPOM) Pusat Penyidikan Obat dan Makanan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan penyelidikan dan penyidikan terhadap perbuatan melawan hukum di bidang produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif, obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen dan makanan serta produk sejenis lainnya. Dalam melaksanakan tugasnya Pusat Penyidikan Obat dan Makanan menyelenggarakan fungsi : a. Penyusunan rencana dan program penyelidikan dan penyidikan obat dan makanan. b. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan obat dan makanan. c. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan obat dan makanan Pusat Riset Obat dan Makanan (PROM) Pusat Riset Obat dan Makanan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di bidang riset toksikologi, keamanan pangan dan produk terapetik. Dalam melaksanakan tugasnya Pusat Riset mempunyai fungsi : a. Penyusunan rencana dan program riset obat dan makanan. b. Pelaksanaan riset obat dan makanan. c. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan riset obat dan makanan Pusat Informasi Obat dan Makanan (PIOM) Pusat Informasi Obat dan Makanan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di bidang pelayanan informasi obat, informasi keamanan pangan, informasi keracunan dan teknologi informasi. Dalam melaksanakan tugas Pusat Informasi Obat dan Makanan mempunyai fungsi : a. Penyusunan rencana dan program pelayanan informasi obat dan makanan. b. Pelaksanaan pelayanan informasi obat. c. Pelaksanaan pelayanan informasi keracunan. d. Pelaksanaan pelayanan keamanan pangan. e. Pelaksanaan kegiatan di bidang teknologi informasi.

35 20 f. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pelayanan informasi obat dan makanan. g. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan Filosofi Logo Badan Pengawas Obat dan Makanan Logo Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia memiliki filosofi, seperti yang dijelaskan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Gambar dan Filosofi Logo Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Logo Filosofi Unsur pertama dalam logo BPOM adalah tameng yang melambangkan perlindungan terhadap masyarakat dari penggunaan obat dan makanan yang tidak memenuhi persyaratan mutu. Selain sebagai tameng unsur tersebut dapat juga dilihat sebagai tanda checklist yang merepresentasikan trust atau rasa kepercayaan. Pengambilan makna filosofis mata elang sebagai unsur kedua adalah karena elang memiliki pandangan yang tajam sesuai dengan fungsi BPOM yang bertanggung jawab melindungi masyarakat dengan mengawasi penggunaan obat dan makanan di Indonesia. Garis yang bergerak dari tipis menjadi semakin tebal melambangkan langkah ke depan yaitu DitJen POM yang berubah menjadi BPOM. Selain itu dapat juga dilihat sebagai representasi keadaan BPOM sebagai badan yang memberikan perlindungan (dilambangkan dengan garis hijau) terhadap masyarakat (garis biru tebal) dari pengusaha obat dan makanan (garis biru tipis).

36 21 Tampak logo secara keseluruhan memadukan unsurunsur tersebut dalam satu kesatuan yang padu dan serasi sehingga peletakan tulisan BPOM RI secara tipografis menjadi lebih bebas. Sedangkan pemilihan warna biru pekat (dark blue) menggambarkan perlindungan dan warna hijau (green) menggambarkan scientific base.

37 BAB III TINJAUAN KHUSUS BIRO HUKUM DAN HUBUNGAN MASYARAKAT 3.1 Pendahuluan Berdasarkan Surat Keputusan Kepala BPOM RI Nomor 02001/SK/KBPOM tanggal 26 Februari tahun 2001 tentang Tugas dan Tata Kerja BPOM sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala BPOM No.HK Tahun2004, Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan koordinasi kegiatan penyusunan perundangundangan, bantuan hukum, pengaduan konsumen, dan hubungan masyarakat. BPOM RI sebagai LNPK yang bertanggung jawab terhadap pengawasan obat dan makanan tentunya di dalam menjalankan fungsi tersebut harus berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu, diperlukan bagian yang bertugas untuk melaksanakan kegiatan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan yaitu Bagian Perundang-undangan. Saat ini pengetahuan dan pendidikan masyarakat semakin meningkat, arus informasi dan teknologi juga semakin maju, demikian juga kesadaran masyarakat akan aspek hukum. Oleh karena itu, diperlukan bagian khusus yang menangani masalah hukum yang berkaitan dengan kasus obat dan makanan di lingkungan BPOM RI maupun masyarakat. Bagian Bantuan Hukum bertujuan untuk menjalankan tugas tersebut. Mengacu pada misi BPOM RI melindungi masyarakat dari risiko peredaran produk terapetik, alat kesehatan, obat tradisional, produk komplemen, dan kosmetika yang tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan khasiat atau kemanfaatan serta produk pangan yang tidak aman dan tidak layak untuk dikonsumsi dan adanya ketidaksesuaian informasi yang didapat dari produsen dengan mutu produk yang beredar, maka dibentuklah satu unit untuk melayani dan menampung pengaduan dari konsumen, yaitu Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK) yang berada di Bagian Pengaduan Konsumen. Dimana tujuan utamanya untuk bertanya atau menyampaikan keluhan-keluhan yang berkaitan dengan aspek mutu, keamanan dan khasiat atau manfaat produk-produk yang 22

38 23 diawasi oleh BPOM RI atau keamanan produk- produk tidak terdaftar namun beredar di masyarakat dan dikonsumsi oleh masyarakat. Segala informasi dan keluhan yang datang dari masyarakat atau konsumen diatas akan direspon secara jujur dan proposional serta menjadi masukan dalam rangka memperkuat system peringatan dini (Early Warning System) organisasi BPOM RI. Pengawasan obat dan makanan memerlukan sistem pengawasan yang komprehensif. Oleh karena itu, untuk menekan sekecil mungkin resiko yang bisa terjadi, maka diberlakukan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM) tiga lapis, yaitu sub sistem pengawasan produsen, sub sistem pengawasan konsumen, dan sub sistem pengawasan pemerintah/bpom RI. Sistem pengawasan ini hanya pada sarana dan produk yang legal saja tapi juga pada sarana dan produk ilegal yang bekerjasama dengan instansi terkait. Untuk mensosialisasikan informasi penting kepada masyarakat melalui media massa, baik elektronik maupun cetak, maka dibentuklah Bagian Hubungan Masyarakat (HUMAS). Dimana bagian ini berfungsi sebagai fasilitator antara pihak media massa dengan BPOM RI dalam melakukan kegiatan, seperti talk show di televisi, wawancara, pameran, advertorial, keterangan pers, public warning, dan pemuatan artikel di bidang obat dan makanan. mempunyai posisi yang strategis berkaitan dengan tugas utama pemerintah dalam memberikan perlindungan kepada masyarakat di bidang Obat dan Makanan. Produk-produk di bawah pengawasan BPOM merupakan kebutuhan dasar manusia tetapi sekaligus juga berisiko memberi dampak buruk bagi kesehatan dan keselamatan masyarakat apabila tidak memenuhi persyaratan keamanan, manfaat, maupun mutu. Karena itu perlu dilakukan pengaturan dan pengawasan yang baik (Good Regulatory Practices) agar keamanan, manfaat dan mutu produk-produk tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Kegiatan pengawasan Obat dan Makanan dilakukan melalui kegiatankegiatan pokok antara lain pengawasan pre-market, post-market, upaya penegakan hukum pelanggaran tindak pidana bidang Obat dan Makanan dan pemberdayaan konsumen. Kemajuan teknologi memegang peranan yang penting, karena dengan kemajuan teknologi transportasi dan entry barrier yang longgar dalam perdagangan internasional, produk impor dalam waktu singkat dapat

39 24 menyebar ke berbagai negara dan didistribusikan dengan luas serta menjangkau seluruh lapisan masyarakat. struktur organisasi Biro Hukmas tercantum di lampiran Tugas dan Fungsi Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat berada dibawah Sekretariat Utama, bersama dengan tiga biro lainnya yaitu Biro Perencanaan dan Keuangan, Biro Kerjasama Luar Negeri dan Biro Umum. Didalam Keputusan Kepala BPOM No /SK/KBPOM tanggal 26 Februari 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPOM, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala BPOM RI No. HK tahun 2004 diatur mengenai tugas, fungsi struktur organisasi dari Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, yaitu sebagai berikut : Tugas Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan koordinasi kegiatan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan, bantuan hukum, layanan pengaduan konsumen dan hubungan masyarakat Fungsi Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat menyelenggarakan fungsi : a. Pelaksanaan kegiatan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan. b. Pelaksanaan bantuan hukum c. Pelaksanaan layanan pengaduan konsumen d. Pelaksanaan kegiatan hubungan masyarakat Keberadaan Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat mempunyai tujuan untuk mendukung kinerja organisasi BPOM RI di masyarakat baik di dalam maupun di luar negeri. Biro ini diharapkan menjadi fasilitator dan memberi konstribusi yang nyata dalam penyusunan peraturan perundang-undangan, layanan bantuan hukum dan pemberian informasi baik internal maupun eksternal. Manfaat (outcome) yang dapat diperoleh dengan adanya biro ini adalah sebagai berikut : a. Peraturan perundang-undangan di bidang obat dan makanan tersedia lebih lengkap dan terdokumentasi dengan baik

40 25 b. Bantuan hukum yang berkualitas bermanfaat bagi semua unit kerja dan masyarakat yang berkaitan dengan pengawasan obat dan makanan meningkat c. Kemampuan dan kredibilitas dalam melayani pengaduan masyarakat dan system peringatan dini (early warning system) tentang obat makanan d. Kehumasan yang lebih komunikatif, tanggap, efektif, andal dan berkesinambungan meningkat. 3.3 Susunan Organisasi Bagian Peraturan Perundang Undangan Tugas Melaksanakan kegiatan penyusunan peraturan perundang-undangan Fungsi Bagian Peraturan Perundang-undangan menyelenggarakan fungsi : a. Pelaksanaan perumusan rancangan peraturan perundang-undangan b. Pelaksanaan dokumentasi hukum Struktur Organisasi Bagian Peraturan Perundang-undangan terdiri dari : a. Sub Bagian Perumusan Peraturan Perundang-Undangan Menyusun rancangan peraturan perundang-undangan di bidang obat dan makanan b. Sub Bagian Dokumentasi Hukum Mendokumentasikan peraturan perundang-undangan di bidang obat dan makanan Struktur Organisasi perundang-undangan dapat dilihat dilampiran Kegiatan a. Penyusunan Peraturan Perundang-undangan 1. Asistensi penyusunan peraturan perundang-undangan Memberikan asistensi hukum dalam rangka penyusunan Memorandum of Understanding agar tercipta nota kesepahaman. 2. Finalisasi peraturan perundang-undangan Memberi legalisasi hukum dari draft peraturan perundang-undangan yang sudah disepakati oleh unit teknis 3. Penyelarasan dan harmonisasi peraturan perundang-undangan

41 26 Mensosialisasikan rancangan dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pengawasan obat dan makanan di Balai Besar/Balai POM b. Produk hukum yang dihasilkan : 1. Undang-Undang (terkait obat dan makanan) 2. Peraturan Pemerintah (terkait obat dan makanan) 3. Peraturan Kepala BPOM 4. Keputusan Kepala BPOM 5. Nota Kesepahaman 6. Memorandum of Understanding c. Penyelenggaraan Dokumentasi 1. Pengadaan software peraturan perundang-undangan 2. Pendokumentasian peraturan perundang-undangan d. Dokumentasi mencakup DVD dan buku pustaka peraturan perundangundangan di bidang obat dan makanan e. Kegiatan Kajian.dan Pembahasan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) dan Materi Rancangan Undang-undang (RUU), Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP). 1. Administrasi Pelaksanaan Kajian dan Pembahasan 2. Pelaksanaan Kajian dan Pembahasan DIM dan/atau draft 3. Workshop Pengawasan Obat dan Makanan terkait RUU POM f. Diseminasi, Sosialisasi, dan Koordinasi terkait Penyusunan Masukan dan Pembahasan g. Penerjemahan Peraturan Kepala BPOM Diagram Alur Penyusunan Peraturan Peraturan Perundang-undangan dapat dilihat pada lampiran Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum (JDIH) JDIH Badan Pengawas Obat dan Makanan adalah Sistem Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum yang dimiliki oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan yang dibangun untuk melaksanakan pendokumentasian peraturan perundang-undangan dan dokumentasi hukum lainnya secara tertib, terpadu, dan

42 27 berkesinambungan serta sarana pemberian pelayanan informasi hukum secara mudah, cepat, dan akurat. Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Badan Pengawas Obat dan Makanan dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK tentang Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Badan Pengawas Obat dan Makanan. Sistem Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum (JDIH) Badan Pengawas Obat dan Makanan ini merupakan salah satu bentuk pelaksanaan tugas dan fungsi Bagian Peraturan Perundang-undangan, Biro Hukum dan Hubungan masyarakat dalam penyelenggaraan administrasi, sistem informasi, fasilitasi, pemantauan, dan evaluasi di bidang dokumentasi hukum Badan Pengawas Obat dan Makanan. a. Maksud Dan Tujuan JDIH Pelaksanaan Jaringan Dokumentasi Dan Informasi Hukum on line ini dibentuk untuk memberikan kemudahan kepada pimpinan, pejabat dan pegawai Badan Pengawas Obat dan Makanan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk mendapatkan informasi peraturan perundang-undangan dibidang pengawasan obat dan makanan secara cepat, tepat, dan akurat. b. Fungsi JDIH 1. Salah satu upaya menyediaan sarana pembangunan bidang hukum.untuk meningkatkan penyebarluasan dan pemahaman pengetahuan hukum 2. Untuk memudahkan pencarian dan penelurusan peraturan perundangundangan dan bahan dokumentasi hukum lainnya 3. Untuk meningkatkan pemberian pelayanan pelaksanaan penegakan hukum dan kepastian hukum. Memperluas dan mengefektifkan jaringan kerja dengan lembaga terkait, dalam rangka meningkatkan kinerja JDIH bidang pengawasan obat dan makanan. Terwujudnya web JDIH ini selain untuk mengembangkan dan melaksanakan Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan guna mendukung kegiatan pendokumentasian hukum untuk menyebarluaskan informasi peraturan perundang-undangan dan

43 dokumentasi hukum secara mudah, cepat dan akurat kepada para pengguna baik kalangan internal Badan Pengawas Obat dan Makanan maupun masyarakat Bagian Bantuan Hukum Tugas Bagian Bantuan Hukum mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pertimbangan hukum, layanan bantuan hukum dan penyuluhan hukum Fungsi Bagian bantuan hukum menyelenggarakan fungsi : a. Pelaksanaan Pertimbangan Hukum b. Pelaksanaan Layanan Bantuan Hukum c. Pelaksanaan Penyuluhan Hukum Struktur Organisasi Bagian Bantuan Hukum terdiri dari : a. Sub Bagian Pertimbangan hukum Sub Bagian Pertimbangan Hukum mempunyai tugas menyusun pertimbangan hukum (Legal Opinion) terhadap permasalahan di bidang pengawasan obat dan makanan serta permasalahan lain di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan. b. Sub Bagian Layanan Bantuan Hukum Sub Bagian Layanan Bantuan hukum mempunyai tugas melakukan layanan bantuan hukum berupa penanganan perkara hukum baik litigasi maupun non litigasi di bidang Hukum Perdata, Hukum Tata Usaha Negara, Hukum Niaga, Pra Peradilan, dan Hukum Pidana, serta fasilitator dalam pemberian advokasi/pendampingan terhadap pemanggilan saksi atau permintaan bantuan ahli c. Sub Bagian Penyuluhan Hukum Sub Bagian Penyuluhan Hukum mempunyai tugas melakukan penyuluhan bagi aparat BPOM, pada unit-unit pelaksana teknis di lingkungan BPOM dan sektor terkait sehingga diperoleh pemahaman yang cukup mengenai peraturan, regulasi dan standardisasi di bidang pengawasan obat dan makanan.

44 29 Struktur Organisasi Bantuan Hukum dapat di lihat pada Lampiran Kegiatan Beberapa kegiatan yang sudah dilakukan Bagian Bantuan Hukum antara lain : a. Bantuan Hukum Dalam Penanganan Sanggahan Banding/Somasi 1. Memberikan Pertimbangan Hukum misalnya dalam hal adanya permintaan pihak panitia pengadaan barang atau jasa meminta pendapat hukum terkait sanggahan dan atau somasi yang dilakukan oleh peserta pemilihan penyedia barang atau jasa. 2. Memberikan pertimbangan hukum sesuai disposisi Kepala BPOM dalam hal terjadinya sanggahan banding atau somasi; 3. Memberikan Pertimbangan Hukum Berupa Pemberian Rekomendasi ke Unit Teknis di Lingkungan BPOM b. Bantuan Hukum Terkait Penanganan Perkara/Kasus Pengadaan Barang/jasa 1. Melakukan telaah hukum terkait pengadaan barang/jasa berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait 2. Melakukan Penyelesaian Perkara Hukum di Lingkungan BPOM 3. Pemberian Bantuan Advokasi (Advokat) Hukum kepada Pegawai di Lingkungan BPOM c. Melakukan penyuluhan hukum yang berkaitan dengan upaya penegakan hukum bidang pengawasan obat dan makanan yang dilaksanakan ke Unit Pelaksana Teknis BPOM dengan memberikan informasi peraturan perundang-undangan terkait masalah pengawasan obat dan makanan kepada 20 Balai Besar /Balai POM pada tahun d. Meningkatkan pengetahuan hukum dalam rangka pemberian layanan bantuan hukum e. Mengikuti pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan ilmu hukum di bidang obat dan makanan.

45 Bagian Pengaduan Konsumen Tugas dan Fungsi a. Tugas Bagian Pengaduan Konsumen mempunyai tugas menyiapkan koordinasi dan melaksanakan kegiatan layanan pengaduan konsumen. b. Fungsi Bagian pengaduan konsumen menyelenggarakan fungsi : 1. Pelaksanaan layanan pengaduan konsumen 2. Pelaksanaan pengolahan data dan evaluasi layanan pengaduan konsumen 3. Pelaksanaan bimbingan layanan pengaduan konsumen Visi dan Misi a. Visi Menjadi unit yang andal, terpercaya dan terintegrasi dalam melayani pengaduan masyarakat berkaitan dengan produk obat dan makanan b. Misi Melayani pengaduan dan penyebaran informasi kepada masyarakat mengenai produk-produk yang diawasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Struktur Organisasi Bagian Pengaduan Konsumen terdiri dari tiga sub bagian yaitu : a. Subbagian Layanan Pengaduan Konsumen Subbagian Layanan Pengaduan Konsumen mempunyai tugas melaksanakan layanan pengaduan konsumen b. Subbagian Bimbingan Layanan Pengaduan Konsumen Subbagaian Bimbingan Layanan Pengaduan Konsumen mempunyai tugas melakukan bimbingan layanan pengaduan konsumen c. Subbagian Data dan Evaluasi Layanan Pengaduan Konsumen Subbagian Data dan Evaluasi Layanan Pengaduan Konsumen mempunyai tugas melakukan pengolahan data dan evaluasi layanan pengaduan konsumen Struktur organisasi dapat dilihat pada Lampiran Kegiatan a. Layanan Pengaduan Konsumen

46 31 1. Pelaksanaan Operasional Layanan Pengaduan Konsumen 2. Penyelenggaraan Review dan Kustomisasi Data untuk Referensi Standar Jawaban Pengaduan Konsumen b. Mengolah Data dan Evaluasi Layanan Pengaduan Konsumen 1. Perencanaan dan Evaluasi Program Kegiatan Pengaduan Konsumen 2. Evaluasi Data Pengaduan atau Permintaan Informasi Konsumen Nasional 3. Pembahasan tren pengaduan permintaan informasi 4. Pembahasan data rujukan atau tindak lanjut 5. Penyelenggaraan Evaluasi Kepuasan Konsumen c. Bimbingan Layanan Pengaduan Konsumen 1. Peningkatan Kompetensi Pegawai di Bidang Layanan Pengaduan Konsumen, diantaranya Peningkatan keahlian dalam Communication Skill for CCSU dan Excellent Problem Solving 2. Seminar Pengembangan Layanan Pengaduan Konsumen 3. Penyelenggaraan Promosi ULPK dalam rangka Perlindungan Konsumen di Bidang Obat dan Makanan 4. Bimbingan dan Monitoring Kegiatan di Bidang Layanan Pengaduan Konsumen di Balai Besar/Balai POM Bagian Hubungan Masyarakat Tugas dan Fungsi a. Tugas Melaksanakan urusan pemberitaan, hubungan pers dan media massa serta publikasi dan dokumentasi b. Fungsi 1. Pelaksanaan pengolahan dan penyajian berita, public warning, dan pendapat umum. 2. Pelaksanaan hubungan pers dan media massa 3. Pelaksanaan publikasi dan dokumentasi Struktur Organisasi Bagian Hubungan Masyarakat mempunyai struktur organisasi sebagai berikut:

47 32 a. Subbagian Pemberitaan Melakukan pengolahan dan penyajian berita, public warning dan pendapat umum b. Subbagian Media Massa Melakukan kegiatan hubungan pers dan media masa c. Subbagian Publikasi dan Dokumentasi Melakukan kegiatan publikasi dan dokumentasi Struktur organisasi dapat dilihat pada Lampiran Kegiatan a. Menyusun kliping berita obat dan makanan b. Penyusunan artikel obat dan makanan c. Menyusun katalog kehumasan d. Melakukan Pemetaan Kehumasan e. Melakukan Pembahasan dan review SOP kehumasan f. Melakukan sosialisasi Pemuatan artikel di media cetak g. Menyelenggarakan pameran h. Melakukan penyusunan dan pencetakan warta POM i. Melakukan penyelenggaraan jumpa pers j. Menfasilitasi permohonan wawancara dari media cetak atau elektronik dengan BPOM k. Meliputi kunjungan Kepala BPOM RI ke daerah l. Melakukan pembuatan kaleidoskop BPOM RI m. Melakukan pengadaan alat pengolah data (kamera,laptop)

48 BAB IV PELAKSANAAN PKPA 4.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan PKPA Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di BPOM RI dilaksanakan pada tanggal 4 Februari sampai 26 Februari 2013 yang diikuti oleh 80 mahasiswa dari 5 perguruan tinggi yaitu ITB, ISTN, UNTAG, UHAMKA dan UI dengan rincian 16 mahasiswa dari ITB, 14 mahasiswa dari ISTN, 20 mahasiwa dari UNTAG, 20 mahasiswa dari UHAMKA, dan 10 mahasiswa dari UI. Kemudian Dari 80 Mahasiswa tersebut dibagi menjadi 17 kelompok yang tiap kelompoknya terdiri dari 4 sampai 5 mahasiswa dan dikirim ke unit kerja masing-masing. Adapun susunan jadwal kegiatan PKPA di BPOM sebagai berikut : a. Pada tanggal 4 6 Februari 2013, Pengenalan BPOM RI secara umum dan Persentasi dari masing- masing Unit Kerja BPOM di aula gedung C dan aula Politeknik Kesehatan Farmasi b. Pada tanggal 7 22 Februari 2013, Pelaksanaan Praktek di Unit Kerja masing-masing kelompok. c. Pada tanggal Februari 2013, Persentasi & Evaluasi Peserta PKPA di aula gedung C. 4.2 Uraian Kegiatan Dan Pekerjaan a. Persentasi Dari Unit Kerja BPOM Pada tanggal 4 6 Februari 2013 dilakukan kegiatan pembekalan terhadap peserta PKPA yang dilaksanakan oleh Biro Umum Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Adapun agenda acara dapat di lihat ditabel 4.1 b. Kegiatan Di Unit Kerja Tempat unit kerja untuk kelompok 11 yaitu di Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat dari tanggal 7 22 Februari Biro ini terdiri dari 4 bagian. Pada Biro Peserta melakukan kegiatan di empat bagian tersebut, yaitu Bagian Bantuan Hukum, Peraturan Perundang undangan, Hubungan Masyarakat (Humas), dan Bagian Pengaduan Konsumen. Setiap bagian mempunyai tugas dan fungsi yang berbeda. 33

49 34 Adapun kegiatan yang dilakukan kelompok 11 di Unit kerja selama PKPA, diantaranya: Bagian Perundang-Undangan Kepala Bagian Perundang-undangan saat ini adalah Drs. I Nyoman Sumasada,Apt.,MH. Di bagian Perundang-undangan terdapat 2 Sub Bagian dan diberikan pengarahan tentang tugas dan fungsinya masing-masing yaitu : a. Sub Bagian Perumusan Peraturan Perundang-Undangan, dikepalai oleh Bapak Sugeng Riyanto,SH. b. Sub Bagian Dokumentasi Hukum, yang dikepalai oleh Ibu Lesmeria Sirait, SH., MH. kegiatan yang Dilakukan Peserta PKPA di Bagian Peraturan Perundangundangan yaitu : Pengarahan oleh Bapak Drs. I Nyoman Sumasada, Apt., M.H. mengenai tugas, fungsi, dan struktur organisasi Bagian Peraturan Perundang-undangan, serta garis besar alur penyusunan peraturan perundang-undangan. Secara umum, penyusunan peraturan perundang-undangan dilakukan oleh unit teknis yang didampingi oleh Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, kemudian dilakukan pengesahan oleh pejabat terkait sesuai dengan jenis peraturan perundangundangannya, serta dilakukan sosialisasi dan dokumentasi kepada lintas sektor yang terkait dan masyarakat Pengarahan dari Bapak Sugeng Riyanto, SH. Diantaranya membahas mengenai Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebagai acuan format baku (legal drafting). Keputusan Kepala BPOM Nomor 0081 Tahun 2003 tentang Tata Cara Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di Lingkungan BPOM. Pengarahan dilanjutkan oleh Bapak Maditus Sutopo mengenai peran apoteker dalam penyusunan peraturan perundang-undangan. Apoteker sangat dibutuhkan dalam penyusunan teknis peraturan perundang-undangan karena dapat memberikan masukan dalam sudut pandang kefarmasian, khususnya pengawasan sediaan farmasi meliputi obat, obat tradisional, dan kosmetik. Masukan ini diperoleh dari pengetahuan kefarmasian seorang apoteker yang didapatkan pada

50 35 saat sarjana, dan pengetahuan mengenai undang-undang terkait sediaan farmasi yang diperoleh saat program profesi. Asas hukum yang harus dipenuhi dalam penyusunan peraturan perundang-undangan, diantaranya Lex Superior Derogat Legi Inferior (peraturan yang lebih tinggi tingkatannya mengesampingkan peraturan yang lebih rendah), Lex Specialis Derogat Legi Generale (peraturan yang bersifat khusus mengesampingkan peraturan yang bersifat umum), dan Lex Posterior Derogat Legi Priori (peraturan yang lahir kemudian mengesampingkan peraturan yang terdahulu). Dengan diberlakukannya tiga asas hukum tersebut, maka akan tercipta suatu harmonisasi peraturan perundang-undangan. Kemudian dilanjutkan oleh pengarahan dari Ibu Lesmeria Sirait, SH., MH. Mengenai dokumentasi hukum. Dokumentasi hukum mengacu kepada Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2012 tentang Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Nasional (JDIHN), dimana Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat BPOM merupakan anggota dari JDIHN. Setelah peraturan perundang-undangan selesai dibuat dilakukan dokumentasi hukum dalam bentuk kumpulan peraturan perundang-undangan dan subsite Jaringan Data dan Informasi Hukum BPOM (JDIH-BPOM) yang tidak hanya berisikan Peraturan Kepala Badan, tetapi juga menyediakan Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Menteri Kesehatan yang berkaitan dengan obat dan makanan. Tugas yang diberikan pada peserta PKPA adalah menyusun mekanisme alur Rancangan Peraturan Kepala BPOM, Rancangan Peraturan Pemerintah, Rancangan Undang-Undang, serta cara untuk sosialisasi dan dokumentasi peraturan perundang-undangan yang telah terbentuk Rancangan Undang-Undang Rancangan Undang-Undang (RUU) dapat diprakarsai oleh DPR dan pemerintah. Jika inisiator dari rancangan tersebut adalah DPR, maka RUU diusulkan oleh badan legislasi atau komisi terkait, dalam hal ini komisi IV yang berhubungan dengan pangan atau komisi IX yang berhubungan dengan kesehatan (obat), Sehingga setiap tahun terdapat prioritas RUU yang akan dibuat dan dibahas selama satu periode jabatan. Jika inisiatornya adalah DPR, maka pemerintah, dalam hal ini kementrian/lembaga terkait, membuat Daftar

51 36 Inventarisasi Masalah (DIM) mengenai muatan RUU. Dalam pembuatan DIM, perlu dilakukan kajian-kajian, hal itu merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Biro Hukum dan Humas sebagai perwakilan BPOM yang merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementrian (LPNK). Sedangkan jika inisiatornya adalah pemerintah, maka Presiden RI beserta jajaran kabinetnya, dalam hal ini Kementerian terkait mengusulkan RUU. Jika LPNK seperti BPOM memiliki ide dan ingin mengusulkan pencetusan RUU yang terkait obat dan makanan, maka unit teknis terkait di dalam BPOM membuat usulan draft yang kemudian melalui Biro Hukum dan Humas dilakukan finalisasi atau pembuatan bahasa hokum. Kemudian karena inisiatornya adalah pemerintah, maka komisi terkait DPR bertugas untuk membuat DIM. Setelah DIM dibuat, maka disusun suatu Panitia Kerja (PANJA) yang terdiri dari Kementerian terkait, lembaga terkait, dan komisi DPR terkait, yang bertugas untuk melakukan pembahasan tingkat I. Jika PANJA hanya terdiri dari komisi DPR terkait, maka rapat pembahasan tingkat I dapat dilaksanakan dalam rapat komisi, sedangkan jika PANJA terdiri atas instansi lintas sektor, maka rapat pembahasan merupakan rapat pembahasan lintas sektor. Pada saat rapat pembahasan tingkat I, dilakukan pembagian kewenangan yang diatur dalam RUU tersebut, dimana instansi yang diatur kewenangannya tersebut mendapat tanggung jawab untuk melaksanakan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Setelah selesai dilakukan pembicaraan tingkat I, dilakukan pembicaraan tingkat II oleh kalangan internal DPR yang dilaksanakan pada saat Rapat Paripurna DPR, yang dilakukan secara rutin dua kali dalam satu tahun. Di dalam Rapat Paripurna, pembahasan tingkat II melalui tahapan penjelasan hasi pembahasan tingkat I dari anggota DPR yang merupakan anggota PANJA. Dari penjelasan tersebut, Kementerian terkait yang diwakili oleh Menteri terkait memberikan usulan dan pandangan mengenai RUU hasil pembahasan tingkat I, kemudian dilakukan pembahasan dan usulan dari fraksi-fraksi yang ada pada DPR dengan mekanisme musyawarah mufakat sampai diperoleh persetujuan dari keseluruhan fraksi di DPR. Apabila terjadi deadlock atau jalan buntu dalam mengambil keputusan pada saat musyawarah mufakat, dilakukan proses lobbying terhadap pihak yang masih bertentangan, dan apabila

52 37 masih tidak didapatkan titik temu, maka dengan terpaksa persetujuan dilakukan dengan cara voting. Hasil RUU yang disetujui oleh Rapat Paripurna DPR, kemudian dikirimkan kepada Sekretaris Negara untuk dilakukan finalisasi. RUU hasil finalisasi kemudian ditandatangani dan disahkan oleh Presiden. Presiden memiliki tenggang waktu 30 hari dalam melakukan pengesahan UU, apabila dengan 30 hari Presiden belum mengesahkan UU, maka UU tetap dianggap sah karena sudah memperoleh persetujuan dari DPR selaku lembaga legislatif di Indonesia. UU yang sudah tersusun kemudian dilakukan pengundangan dan dikirimkan kepada Kementerian Hukum dan HAM untuk dijadikan Lembaran Negara dan diarsipkan, dan yang terakhir dilakukan proses sosialisasi dan dokumentasi. Alur pembuatan Ranangan Undang- Undang dapat dilihat di Lampiran Rancangan Peraturan Pemerintah Berbeda perumusan RUU, perumusan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) terbilang lebih singkat, hal ini dikarenakan dalam perumusannya tidak melibatkan DPR. Perumusan RPP dilakukan berdasarkan delegasi Undang- Undang terkait karena dianggap perlu ada peraturan yang tingkatannya lebih rendah, untuk menjelaskan detail pasal yang ada di dalam UU. Seperti contohnya PP No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian merupakan hasil delegasi UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, terutama menjabarkan mengenai pekerjaan/praktik kefarmasian sebagaimana yang tertera dalam UU Kesehatan. Usulan RPP diberikan oleh Kementerian terkait sebagaimana yang didelegasikan dalam UU. Jika LPNK seperti BPOM ingin memberikan ide, maka dapat diusulkan melalui Kementerian terkait dengan prosedur yang sama jika ingin memberikan ide terhadap RUU. Setelah dilakukan penyusunan awal RUU, dilakukan pembahasan internal Kementerian dengan mengundang Kementerian atau lembaga yang terkait, termasuk di dalamnya LPNK seperti BPOM. Di dalam pembahasan, dilakukan pula pembagian kewenangan pelaksanaan PP kedepannya. Setelah didapatkan RPP hasil pembahasan, RPP dikirimkan kepada Sekretaris Negara untuk dilakukan finalisasi, kemudian ditanda tangani dan disahkan oleh Presiden. PP yang sudah tersusun kemudian dilakukan pengundangan dan dikirimkan kepada Kementerian Hukum dan HAM untuk dijadikan Lembaran

53 38 Negara dan diarsipkan, dan yang terakhir dilakukan proses sosialisasi dan dokumentasi. Alur pembuatan Rancangan Peraturan Pemerintah dapat di lihat di Lampiran Rancangan Peraturan Kepala BPOM Rancangan dibuat berdasarkan delegasi dari Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, atau Peraturan Menteri. Rancangan Peraturan Kepala BPOM diajukan oleh unit teknis sebagai inisiator. Unit terkait dapat berupa Kedeputian atau Pusat. Rancangan yang diajukan kemudian dibahas dan dilakukan pembagian kewenangan dengan mengundang direktorat terkait, Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, dan lintas sektor terkait. Hasil pembahasan tersebut diserahkan kepada Bagian Peraturan Perundang-undangan Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat untuk dilakukan legalisasi dan finalisasi dengan cara pembuatan bahasa hukum pada rancangan tersebut. Kemudian rancangan diserahkan kepada Kepala Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat untuk dilakukan review dan persetujuan. Jika terdapat koreksi atau ketidak sesuaian, dilakukan kembali pembahasan. Setelah didapatkan persetujuan, dilakukan sounding atau pengumuman kepada direktorat yang terkait dan dilakukan pembuatan verbal yang merupakan persetujuan antara pihak inisiator, dan pihak yang terkait dalam tanggung jawab atau pelaksanaan peraturan Kepala BPOM tersebut. Kemudian draft diserahkan kepada Sekretaris Utama dan dilakukan penandatanganan oleh Kepala BPOM. Jika terdapat koreksi atau ketidaksesuaian bagi Sekretaris Utama atau Kepala BPOM, maka dilakukan pembahasan ulang dan harus mengulang proses penyusunan dari awal. PP yang sudah tersusun kemudian dikirimkan kepada Kementerian Hukum dan HAM untuk dijadikan Berita Negara dan diarsipkan, dan yang terakhir dilakukan proses sosialisasi dan dokumentasi. Alur pembuatan Rancangan Peraturan Pemerintah dapat di lihat di Lampiran Sosialisasi dan Dokumentasi Di dalam Kementerian, dokumentasi dilakukan oleh Kementerian Hukum dan HAM dalam bentuk Lembaran / Berita Negara, sedangkan sosialisasi dilakukan oleh lintas sektor terkait. Di dalam BPOM, sosialisasi dilakukan melalui tiga cara, yaitu dengan melakukan audiensi dengan stakeholder terkait seperti Kementerian, Gabungan Pengusaha, pelaku usaha, dan masyarakat. Kedua

54 39 dengan pengiriman via pos kepada Balai Besar / Balai yang tersebar di seluruh Indonesia. Dan yang terakhir dilakukan sosialisasi melalui subsite Jaringan Data dan Informasi Hukum (JDIH). Sedangkan dokumentasi dilakukan dengan cara membuat soft copy dan hard copy dari peraturan perundang-undangan yang telah dibuat. Dokumen soft copy berupa DVD yang dibagikan kepada Kedeputian, Pusat, dan Balai Besar / Balai POM, hard copy berupa kumpulan peraturan perundang-undangan dan buku saku peraturan perundang-undangan Bagian Bantuan Hukum Kepala Bagian Bantuan Hukum saat ini adalah Drs. Hariyadi., Apt. Bagian Bantuan Hukum terdiri dari 3 Sub Bagian dan kami mendapatkan pengarahan dan penjelasan tentang tugas dan fungsi ketiga subbagian, subbagian tersebut yaitu : a. Sub Bagian Pertimbangan Hukum, dengan kepala subbag adalah Irawan Naning, SH.,MM b. Sub Bagian Layanan Bantuan Hukum, dengan kepala subbag adalah Adam P W A Wibowo, SH c. Sub Bagian Penyuluhan Hukum, dengan kepala subbag adalah Tiodora Sirait, SH.,MH Adapun Kegiatan yang Dilakukan Peserta PKPA di Bagian Bantuan Hukum: Pada Bagian Bantuan Hukum, hari pertama peserta PKPA disambut oleh Bapak Drs. Hariyadi, Apt., MH. selaku Kepala Bagian Bantuan Hukum dan diisi dengan pengarahan oleh masing-masing Kepala Sub Bagian yang ada pada Bagian Bantuan Hukum. Pengarahan yang pertama diberikan oleh Bapak Irawan Naning, SH., MM. selaku Kasubbag Pertimbangan Hukum mengenai materi pertimbangan hukum. Pertimbangan hukum yang diberikan berupa pendapat hukum (legal opinion) dalam bentuk telaah dan kajian yang terkait. Pertimbangan hukum diberikan kepada pihak internal dan eksternal BPOM seperti Kementrian, Lembaga Pemerintahan, lintas sektor, stakeholders, Pedagang Besar Farmasi (PBF), atau asosiasi terkait seperti Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI), Ikatan Apoteker Indonesia (IAI). Permintaan pertimbangan hukum dapat langsung

55 40 melalui Bagian Bantuan Hukum atau, permintaan yang ditujukan kepada Sekretaris Utama. Nantinya Sekretaris Utama akan mendisposisikan permintaan tersebut kepada Kepala Biro Hukum dan Humas, dan Kepala Biro akan mendisposisikannya kepada Bagian Bantuan Hukum. Pengarahan kedua diberikan oleh Ibu Tiodora Sirait, SH., MH. selaku Kasubbag Penyuluhan Hukum. Pengarahan diawali dengan penjelasan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM) dimana dalam pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini BPOM, harus dilindungi undang-undang agar terhindar dari pengawasan yang tidak sah atau tuntutan pra peradilan yang diajukan oleh pihak-pihak tertentu. Dalam pelaksaannya penyuluhan hukum berupa sosialisasi atau informasi mengenau peraturan perundang-undangan terbaru atau kasus-kasus yang sedang ditangani. Penyuluham hukum di berikan kepada Unit Teknis, stakeholder, mahasiswa. Pengarahan ketiga disampaikan oleh Bapak Adam P. W. A. Wibowo, SH. Selaku Kasubbag Layanan Bantuan Hukum. Layanan bantuan Hukum yang diberikan dapat berupa fasilitas saksi ahli di pengadilan, pendampingan pegawai BPOM yang terkena kasus hukum di pengadilan, dan ikut serta dalam peracara pengadilan yang digelar. Pada pelaksanaannya, proses di pengadilan bergantung kepada jenis hukum yang sedang berjalan, diantaranya hukum perdata, pidana, tata usaha negara, pra peradilan, dan hukum niaga. Kemudian diterangkan beberapa kasus yang pernah ditangani oleh Bagian Bantuan Hukum. Alur Penanganan Bantuan Hukum dapat dilihat pada Lampiran Bagian Pengaduan Konsumen Pengarahan diberikan oleh Kepala Bagian Pengaduan Konsumen Ibu Dra. Fauziah Amin,Apt yang sekaligus selaku pembimbing Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat. Di bagian Pengaduan Konsumen terdapat 3 Sub Bagian dan diberikan pengarahan tentang tugas dan fungsinya masing-masing yaitu : a. Sub Bagian Layanan Pengaduan Konsumen oleh Ibu Nining Restu Kurnianingsih.,M.Si.,Apt

56 41 b. Sub Bagian Bimbingan Layanan Pengaduan Konsumen oleh Ibu Eka Rosmalasari.,S.Si.,Apt c. Sub Bagian Data dan Evaluasi Layanan Pengaduan Konsumen Oleh Ibu Oke Dwiraswati.,S.Si.,Apt Kegiatan yang dilakukan Peserta PKPA di Bagian Pengaduan Konsumen: Pada Bagian Pengaduan Konsumen, hari pertama diisi dengan bimbingan awal oleh Ibu Eka Rosmalasari, S.Si., Apt. Materi diberikan diantaranya tugas, fungsi, struktur organisasi, dan kegiatan yang telah dilakukan oleh Bagian Pengaduan Konsumen selama tahun Selain itu dijelaskan mengenai strategi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi yang dilakukan Bagian Pengaduan Konsumen. Strategi KIE dibagi menjadi strategi langsung dan tak langsung. Strategi yang bersifat langsung diantaranya penyuluhan atau sosialisasi ULPK di dalam komunitas masyarakat, sekolah, dan stakeholder, sedangkan KIE tidak langsung berupa layanan pengaduan konsumen atau permintaan informasi melalui beberapa sarana seperti telepon, fax, , sms dan surat. Untuk mendukung kegiatan KIE tersebut, dibuat bahan promosi berupa leaflet, baliho/banner, tas, dan kalender. Hari kedua, ditambahkan beberapa materi dari Ibu Dra. Fauziah Amin, Apt. mengenai tambahan kegiatan sosialisasi ULPK secara detail dan mendalam, serta latar belakang, tujuan, dan sasaran dari masing-masing kegiatan yang dilakukan. Disamping bimbingan yang diberikan, peserta PKPA membantu Bagian Pengaduan Konsumen dalam hal : a. Layanan Pengaduan Konsumen Melalui Telepon Peserta PKPA ikut membantu menjawab pertanyaan konsumen melalui telepon. Terdapat Standar Operational Procedure untuk menjawab telepon. Pertama harus mengucapkan salam dan memperkenalkan diri, kemudian meminta data-data konsumen yang terdiri atas nama, alamat, profesi, nomor telepon, nama produk yang diadukan, bentuk sediaan, nama pabrik dan alamat, nomor registrasi, nomor batch, tanggal kadaluarsa, masalah, dimana dibeli, kapan dibeli, dan apakah ada sisa. Kemudian dilakukan pencarian informasi yang diminta berdasarkan referensi yang ada seperti Referensi

57 42 Pengaduan Konsumen, maupun website BPOM, kemudian jawaban diberikan kepada konsumen, apabila informasi tidak terdapat di referensi yang ada di ULPK atau apabila memerlukan tindak lanjut maka dikoordinasikan dengan Unit Teknis. Contoh Formulir Pengaduan Konsumen dapat dilihat pada Lampiran 11 b. Layanan Pengaduan Konsumen Melalui Berbeda dengan layanan pengaduan konsumen melalui telepon, layanan pengaduan konsumen melalui dapat langsung dijawab pertanyaan yang diajukan oleh masyarakat dengan membalas tersebut menggunakan ULPK. c. Membaca dan mempelajari Standar Operasional Proses (SOP), Laporan Tahunan Serta Katalog standar yang di buat dan di gunakan dalam kegiatan layanan pengaduan konsumen di Unit Pengaduan Konsumen. d. Pengolahan Data Rujukan / Tindak Lanjut Dilakukan pengolahan data rujukan selama periode tahun 2012, dengan mengelompokkan data antara pengaduan yang sudah direspon oleh unit teknis dan yang belum atau tidak direspon secara tertulis. Selain itu juga dilakukan analisa atau pembahasan mengenai data rujukan selama periode e. Pengolahan Data Tren Pengaduan Konsumen Dilakukan pengolahan data tren pengaduan konsumen periode Dari data tersebut dimunculkan topik-topik yang sering ditanyakan oleh konsumen. Selain itu juga dilakukan pengolahan data tren pengaduan konsumen periode dengan menghitung jumlah pengaduan yang terkait dengan topik yang sering ditanyakan. Dari data yang sudah diolah, dilakukan analisa data dengan mengaitkan topik yang sering ditanyakan dengan latar belakang topik tersebut yang beredar di masyarakat. Topik tersebut muncul akibat issue yang beredar di masyarakat maupun yang diangkat oleh media, maupun akibat adanya press release atau public warning yang dikeluarkan oleh BPOM. Alur Pengaduan Konsumen BPOM dan Balai POM dapat dilihat pada Lampiran 9 dan 10.

58 Bagian Hubungan Masyarakat (Humas) Kepala Bagian Hubungan Masyarakat saat ini adalah Dra. Nany Bodrorini.,Apt. Bagian Humas terdiri dari 3 Sub Bagian dan diberikan pengarahan tentang tugas dan fungsinya masing-masing yaitu : a. SubBagian Media Massa, Oleh Bapak Ambang Budianto.,S.Sos b. SubBagian Pemberitaan, Oleh Ibu Sandhyani E M Damayanti.,S.Si.,Apt c. Sub Bagian Publikasi & Dokumentasi, Oleh Ibu Dra. Sri Mulyani.,Apt Adapun kegiatan yang Dilakukan Peserta PKPA di Bagian Hubungan Masyarakat yaitu : Pengarahan pertama disampaikan oleh Ibu Dra. Nany Bodrorini, Apt. mengenai Strategi Komunikasi dan Kehumasan BPOM. Strategi komunikasi dan kehumasan dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan citra positif BPOM di kalangan masyarakat. Dalam pelaksanaannya, strategi ini dibagi menjadi strategi komunikasi, dan strategi kehumasan. Strategi komunikasi dapat mengarah ke internal BPOM dan eksternal BPOM. Strategi yang dilakukan pada internal atau antar bagian menggunakan prinsip up-down communication yang terdiri atas komunikasi antara atasan dengan bawahan dalam hal instruksi atau sosialisasi SOP baru, komunikasi bawaha dengan atasan dalam hal pelaporan, komunikasi rekan sejawat dalam hal sharing informasi dan saling membantu dalam pelaksanaan kegiatan, serta komunikasi lintas sektor. Komunikasi eksternal adalah strategi yang menghubungkan antara BPOM dengan masyarakat yang terdiri dari komunikasi satu arah dari BPOM kepada khalayak, dalam hal ini sosialisasi atau pengenalan BPOM yang kebanyakan dilakukan oleh Bagian Hubungan Masyarakat, dan komunikasi dua arah dari khalayak kepada BPOM dalam hal ini pengaduan dan permintaan informasi dari masyarakat melalui ULPK. Sedangkan strategi kehumasan terdiri dari penyampaian informasi dan pemantauan tanggapan. Penyampaian informasi dilakukan oleh BPOM dengan sasaran masyaraat terorganisir seperti penyuluhan dengan target siswa sekolah, ibu-ibu PKK, karyawan, serta masyarakat tidak terorganisir seperti penyelenggaraan kegiatan penyebaran informasi melalui talkshow, pameran, running text, iklan layanan masyarakat, scrolling banner, dan advertorial di media cetak. Selain dilakukan penyampaian info, juga dilakukan pemantauan

59 44 tanggapan yang terdiri dari monitoring berita dan analisa berita. Pemantauan tanggapan dilakukan untuk memantau bagaimana pemberitaan di media mengenai BPOM, dan apakah perlu dilakukan tindak lanjut atas pemberitaan tersebut. Hari kedua, ditambahkan beberapa materi dari Ibu Sandhyani E.M. Damayanti, S.Si., Apt. mengenai tugas, fungsi, struktur organisasi dan kegiatan yang dilakukan oleh Bagian Hubungan Masyarakat. Juga ditambahkan materi mengenai cara monitoring KIE. Cara monitoring KIE dilakukan dengan survei kepuasan konsumen atau indeks kepercayaan masyarakat, hal ini dilakukan oleh ULPK dengan bekerjasama dengan pihak ketiga melalui sarana telepon untuk mengetahui kepuasan konsumen yang pernah menghubungi ULPK. Pada Bagian Hubungan Masyarakat, survey dilakukan oleh Lembaga Survey Indonesia (LSI) yang dilakukan pada 810 responden di 8 provinsi di Indonesia. Setelah dilakukan pengarahan, diberikan tugas-tugas yang harus dilakukan peserta PKPA meliputi: a. Monitoring Berita Kerjasama dengan pihak ketiga mengenai monitoring berita sudah berhenti semenjak akhir tahun 2012, karena dilakukan tender pemilihan pihak ketiga yang baru pada tahun ini. Sementara waktu, kegiatan monitoring berita dilakukan secara manual oleh pegawai atau staf Bagian Hubungan Masyarakat. Dari setiap berita yang terkait dengan obat dan makanan di media cetak, elektronik, dan online, dikumpulkan menjadi sebuah bentuk kliping oleh pegawai Bagian Hubungan Masyarakat. Dari kliping media cetak yang telah dibuat pada periode 1 Januari sampai dengan 12 Februari 2012, dilakukan pembuatan ringkasan oleh peserta PKPA. Satu ringkasan dibuat untuk masing-masing judul yang tertera pada kliping, ringkasan diurutkan berdasarkan tanggal penerbitan artikel atau berita. b. Analisa Berita Setelah didapatkan ringkasan berita harian, dilakukan analisa berita setiap minggunya. Analisa berita meliputi pembahasan berita yang sedang hangat dibicarakan masyarakat pada minggu tersebut, pengelompokkan berita berdasarkan komoditas, pembuatan grafik sumber berita dan narasumber yang menanggapi dalam berita tersebut, analisa sebaran atau muatan berita, dan pembuatan usulan atau rekomendasi dari berita yang ada. Analisa sebaran

60 45 berita mengkategorikan berita dengan muatan positif yang mengangkat kinerja BPOM, berita bermuatan netral yang tidak menyebutkan BPOM secara langsung, tetapi mengenai produk yang diawasi oleh BPOM, dan berita yang bermuatan negatif yang perlu diwaspadai terhadap citra BPOM. Dari berita negatif yang muncul pada pekan itu, dibuat rekomedasi tindak lanjut atau langkah yang harus diambil oleh pimpinan BPOM demi menyelamatkan citra BPOM kedepannya.

61 BAB V TEORI DAN PEMBAHASAN BPOM sebagai suatu institusi pengawas Obat dan Makanan di Indonesia memiliki peranan yang sangat besar untuk melindungi mayarakat Indonesia dari peredaran Obat dan Makanan yang tidak aman, tidak berkhasiat dan tidak bermutu. Semakin banyaknya jumlah Industri Obat dan Makanan semakin banyak pula produk obat dan makanan yang beredar di masyarakat, sehingga diperlukan pengwasan terhadap produk yang beredar tersebut. Indonesia memiliki sistim pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM), dimana SISPOM sendiri memiliki aspek permasalahan yang berdimensi luas dan kompleks. Oleh karena itu, diperlukan Sistim pengawasan yang komprehensif, semenjak awal proses suatu produk hingga produk tersebut beredar di tengah masyarakat (Pre Market dan Post Market). Setelah memiliki sistem pengawasan yang komprehensif, maka Indonesia akan memiliki pengawasan yang efektif dan efisien yang mampu mendeteksi, mencegah dan mengawasi produk-produk untuk melindungi keamanan, keselamatan dan kesehatan konsumen. Pelaksanaan tugas BPOM tersebut tentunya memerlukan peranan Apoteker sebagai suatu Profesi yang memiliki keahlian dan keterampilan khusus di bidang obat dan makanan. Apoteker berperan dalam melakukan penilaian serta pengujian dalam rangka menentukan kriteria obat dan makanan yang tidak memenuhi syarat, karena apoteker mengetahui semua hal yang berkaitan dengan kriteria obat dan makanan yang tidak aman untuk diedarkan di masyarakat. Keahlian dan keterampilan yang dimiliki, Apoteker tersebut dapat meningkatkan peran di BPOM RI dalam melindungi masyarakat dari penggunaan obat dan makanan yang tidak terjamin keamanan, khasiat dan mutunya. Peredaran obat dan makanan yang tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan peraturan perundang-undangan kefarmasian memang sangat membahayakan kesehatan. Oleh karena itu, jika sampai terjadi tindak pidana terhadap peredaran obat dan makanan tersebut harus diselesaikan melalui jalur hukum. BPOM RI berwenang melakukan pengawasan obat dan makanan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) BPOM 46

62 47 diselurih Indonesia dengan dikoordinasikan oleh Pusat Penyidikan Obat dan Makanan (PPOM). PPOM memiliki fungsi dalam melakukan penyusunan rencana dan pogram penyelidikan dan penyidikan kasus tindak pidana di bidang obat dan makanan serta melakukan evaluasi dan penyusunan laporan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana di bidang obat dan makanan. PPOM sebagai unit kerja BPOM memiliki petugas penyidik untuk melakukan penyidikan atas kasus tindak pidana obat an makanan yang disebut PPNS BPOM yang belum melaksanakan tugasnya dibawah koordinasi penyidik Polri. Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat melaksanakan tugas dan fungsinya yaitu melaksanakan koordinasi kegiatan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan, bantuan hukum, layanan pengaduan konsumen dan hubungan masyarakat juga mendukung pengawasan full spectrum oleh BPOM RI. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, BPOM RI sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementrian (LPNK) perlu didukung seperangkat peraturan perundang-undangan sebagai landasan hukum sesuai kewenangannya. Bagian peraturan perundang-undangan berperan melaksanakan kegiatan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan dan pelaksanaan dokumentasi hukum. Bagian bantuan hukum berperan dalam pertimbangan hukum, layanan bantuan hukum dan penyuluhan hukum dan menangani masalah hukum yang berkaitan dengan kasus hukum di bidang pengawasan obat dan makanan di lingkungan BPOM RI dan masyarakat. Sedangkan, kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi dilakukan oleh Bagian Pengaduan Konsumen (ULPK) dan Hubungan Masyarakat. Selain itu, bagian pengaduan konsumen juga melaksanakan kegiatan layanan pengaduan atau permintaan informasi konsumen. 5.1 Bagian Peraturan Perundang-Undangan Berdasarkan keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001 tentang kedudukan, tugas, fungsi, kewenangan susunan organiasai dan tata kerja Lembaga Pemerintahan Non Departemen, BPOM RI ditetapkan sebagai lembaga Pemerintah Non Kementrian (LPNK). Maka, dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, BPOM RI perlu didukung peraturan perundang-undangan sebagai landasan hukum sesuai kewenangannya. Berdasarkan hal tersebut, makan

63 48 Bagian Peraturan Perundang-undangan memiliki tugas yang penting, yaitu melaksanakan kegiatan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan. Kegiatan Bagian Peraturan Perundang-undangan meliputi perumusan rancangan peraturan perundang-undangan yang dilakukan oleh Sub Bagian Perumusan Peraturan Perundang-undangan, dan melakukan Dokumentasi Hukum yang dilakukan oleh Sub Bagian Dokumentasi Hukum. Rancangan peraturan perundang-undangan yang sudah dirumuskan harus dapat menjadi landasan penegakan hukum di bidang Pengawawan Obat dan Makanan yang saat ini dirasakan masih sangat lemah, sehingga celah-celah untuk memanipulasi hukum dapat ditekan sekecil mungkun rancangan peraturan perundang-undangan tersebut juga harus lebih berorientasi pada perlindungan masyarakat dibandingkan kepentingan industri semata. Salah satu fungsi Biro Hukmas adalah peran serta dalam perumusan maupun dokumentasi peraturan perundang-undangan, yang dilaksanakan oleh Bagian Peraturan Perundang-Undangan. Peraturang Perundang-undangan yang dimaksud dalam hal ini adalah Peraturan Perundang-undangan yang berkaitan dengan produk atau komoditas yang diawasi oleh BPOM, yaitu obat, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, dan pangan olahan. Kegiatan yang dilakukan oleh Bagian Peraturan Perundang-undangan antara lain: Pelatihan Jaringan Data dan Informasi Hukum Nasional Berdasarkan Pasal 4 Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2012 tentang Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Nasional, BPOM yang merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementrian (LPNK) merupakan aggota Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Nasional (JDIHN). Sebagai anggota, Biro Hukum dan Humas secara aktif berperan dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Pusat JDIHN, yaitu Badan Pembinaan Hukum Nasional Asistensi Penyusunan Peraturan / Produk Hukum Dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan kewenangannya di bidang pengawasan obat dan makanan, Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan BPOM perlu dukungan dan kerjasama dari instansi terkait/lintas sektor. Agar kerjasama tersebut dapat berjalan dengan efektif dan berdasar atas hukum, kerjasama antara Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan BPOM dengan instansi terkait/lintas sektor

64 49 perlu dituang dalam bentuk Nota Kesepahaman atau Perjanjian Kerjasama. Nota Kesepahaman atau Perjanjian Kerjasama merupakan produk hukum karena menyangkut aspek legal dan mengikat. Oleh karena itu, para pejabat pada Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan BPOM perlu diberikan bimbingan teknis dalam penyusunan/pembuatan Nota Kesepahaman atau Perjanjian Kerjasama. Bimbingan teknis penyusunan produk hukum selain untuk memberikan bimbingan teknis juga untuk mencari masukan terkait permasalahan yang dialami Unit Pelaksana Teknis di daerah khususnya terkait dengan penyusunan peraturan perundang-undangan di bidang obat dan makanan. Masukan dari Unit Pelaksana Teknis di daerah akan dijadikan bahan untuk melakukan perubahan peraturan yang telah maupun untuk menyusun peraturan yang baru Finalisasi Penyusunan Peraturan Perundang-undangan Dalam pelaksanaan penyusunan peraturan perundang-undangan, unit teknis dalam hal ini Kedeputian, Pusat, maupun Balai Besar / Balai POM, bertindak sebagai penyusun rumusan peraturan perundang-undangan berdasarkan permasalahan yang ada dalam unit teknis. Dalam penyusunannya unit teknis perlu didampingi oleh Bagian Peraturan Perundang-undangan untuk mengemas rumusan yang dibuat dengan bahasa hukum dan sesuai dengan aspek hukum atau yang disebut dengan finalisasi perumusan peraturan perundang-undangan Penyelarasan dan Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan Salah satu tugas dan fungsi Bagian Perundang-undangan adalah mensosialisasikan rancangan peraturan perundang-undangan guna melakukan penyelarasan dan harmonisasi peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pengawasan obat dan makanan baik di lingkungan BPOM ataupun pemangku kepentingan. Pelaksanaan kegiatan penyelarasan dan harmonisasi peraturan perundang-undangan di bidang obat dan makanan difokuskan untuk mencari dan mengumpulkan masukan dari Balai Besar/Balai Pengawas Obat dan Makanan terkait Rancangan Undang-Undang tentang Pengawasan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga Pengadaan Software Peraturan Perundang-undangan Untuk mendukung pengelolaan dokumentasi dan informasi hukum di lingkungan BPOM, khususnya memberikan pelayanan informasi hukum secara

65 50 lengkap, akurat, mudah, dan cepat, maka perlu didukung dengan sarana dan prasarana elektronik dalam bentuk aplikasi software database peraturan perundang-undangan. Software tersebut dibuat dalam bentuk subsite Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum BPOM (JDIH-BPOM) yang berada di bawah website BPOM Pendokumentasian Peraturan Perundang-undangan Peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan obat dan makanan yang telah tersusun, kemudian didokumentasikan agar dapat diakses oleh berbagai kalangan kedepannya. Pihak yang berkepentingan dalam hal ini adalah Kedeputian terkait, Balai Besar / Balai POM, Kementerian terkait, dan masyarakat. Untuk itu BPOM membuat dokumentasi peraturan perundangundangan dalam bentuk kumpulan peraturan, buku saku, dan DVD. Masingmasing bentuk dokumentasi terebut diberikan kepada pihak yang berkepentingan dengan penyerahan langsung atau pengiriman menggunakan pos Kajian dan Pembahasan Daftar Inventarisasi Masalah (DIM) Dalam menyusun Rancangan Peraturan Perundang-undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan diperlukan sebuah Kajian Hukum Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan dibidang Pengawasan Obat dan Makanan berupa pembahasan dengan lintas sektor baik dalam rangka meminta masukan/memberikan masukan atau dalam rangka pengharmonisasian peraturan perundang-undangan dibidang pengawasan obat dan makanan. Lintas sektor yang terkait tersebut kemudian membuat suatu DIM yang berlandaskan masalah yang ditemui mengenai rancangan peraturan perundang-undangan yang dibuat. 5.2 Bagian Bantuan Hukum Bagian Bantuan Hukum terdiri dari 3 Sub Bagian yaitu, Sub Bagian Pertimbangan Hukum, Sub Bagian Layanan Bantuan Hukum dan Sub Bagian Penyuluhan Hukum. Bagian Bantuan Hukum merupakan unit kerja yang mendukung pelaksanaan tugas pokok Badan Pengawas Obat dan Makanan dalam aspek legal, melaksanakan kegiatan yang mendukung upaya penguatan peran bagian legal atau hukum pada unit-unit kerja dan unit pelaksana teknis di

66 51 Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Kegiatan yang dilakukan oleh Bagian Bantuan Hukum antara lain: Pertimbangan Hukum di Bidang Obat dan Makanan Pertimbangan hukum adalah pemberian pendapat hukum (legal opinion) terhadap permasalahan di bidang pengawasan obat dan makanan serta permasalahan lain di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Legal opinion yang diberikan meliputi peraturan perundang-undangan yang terkait langsung dengan obat dan makanan, maupun peraturan penunjang lainnya Layanan Bantuan Hukum Layanan Bantuan Hukum dilaksanakan sesuai dengan kasus hukum yang timbul, baik dipusat maupun daerah berupa penanganan/penyelesaian perkara Hukum Perdata, Hukum Tata Usaha Negara, Pra Peradilan, Hukum Niaga dan Hukum Pidana serta pelaksanaan advokasi pendampingan saksi atau ahli dalam pemberian keterangan di tingkat Penyidikan maupun ditingkat Persidangan Penyuluhan Hukum Penyuluhan Hukum berkaitan dengan upaya penegakan hukum bidang pengawasan obat dan makanan ke Unit Pelaksana Teknis BPOM. Penyuluhan Hukum berkaitan dengan upaya penegakan hukum bidang pengawasan obat dan makanan dilaksanakan ke Unit Pelaksana Teknis BPOM dengan memberikan informasi peraturan perundang-undangan terkait masalah pengawasan obat dan makanan kepada Balai Besar /Balai POM. Selain kepada Unit Pelaksana Teknis, penyuluhan hukum juga diberikan kepada stakeholder terkait dan mahasiswa sebagai pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) atau pendampingan Tugas Akhir atau penyusunan Skripsi. 5.3 Bagian Pengaduan Konsumen ULPK adalah Unit Layanan Pengaduan Konsumen yang dibentuk BPOM untuk menampung pengaduan dan memberikan informasi kepada masyarakat yang berkaitan dengan mutu, keamanan dan aspek legalitas produk obat, obat tradisional, makanan dan minuman, kosmetik, suplemen makanan, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) dan bahan berbahaya yang berada pada Bagian Pengaduan Konsumen. Unit Layanan Pengaduan Konsumen BPOM

67 52 (ULPK BPOM) tidak terlepas dari bagian fungsi kehumasan dengan pelayanan atas pengaduan masyarakat mengenai informasi yang disampaikan masyarakat mengenai produk produk yang diawasi oleh BPOM. ULPK diharapkan dapat hadir sebagai organisasi terbuka (open organization), informasi yang disampaikan ke masyarakat dapat dipertanggung jawabkan dan memberikan layanan yang obyektif berdasarkan bukti bukti ilmiah (scientific based). Dengan demikian ULPK juga berperan dalam membentuk citra positif mengenai BPOM di mata masyarakat melalui pelayanan yang diberikan. Dari berbagai pertanyaan, keluhan, informasi dan pengaduan masyarakat/konsumen akan direspon secara jujur dan proporsional serta menjadi bahan masukan dalam rangka memperkuat sistem peringatan dini (early warning system) organisasi BPOM. Hal ini dapat menjadi masukan dalam pengambilan keputusan pengawasan, karena pengawasan masyarakat merupakan sub sistem dalam SISPOM (Sistem Pengawasan Obat dan Makanan). Selanjutnya berbagai fakta di atas akan dikategorisasi dan hasil analisanya disajikan dalam bentuk laporan sehingga dapat terdeskripsi masalah masalah yang menjadi perhatian atau keingintahuan masyarakat (pertanyaan yang sering berulang) dan kelompok masyarakat yang memanfaatkan ULPK ini. Manfaat strategis yang dapat diambil BPOM adalah dapat melaksanakan pemberdayaan masyarakat dalam rangka melindungi masyarakat terdapat penggunaan produk obat dan makanan yang memenuhi syarat keamanan, khasiat dan mutu, melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada kelompok masyarakat tertentu sesuai topik permasalahan yang dihadapi. Setiap masyarakat bisa melakukan pengaduan atau permintaan informasi kepada BPOM. Pelayanan terhadap pengaduan tersebut dapat dilakukan secara lisan dan tertulis terhadap pengaduan, keluhan dan informasi yang masuk baik langsung, melalui tidak langsung Layanan Pengaduan Konsumen Masyarakat dapat melakukan pengaduan atau meminta informasi pada Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK). Layanan pengaduan konsumen dapat dilakukan melalui telepon, sms, , fax, surat dan datang langsung ke Unit Layanan Pengaduan Konsumen di Gedung A BPOM. Kegiatan layanan

68 53 pengaduan konsumen dilaksanakan mulai jam WIB dan setelah itu masyarakat dapat memanfaatkan layanan SMS. Untuk mengoptimalkan layanan dengan sumber daya manusia yang ada, dilaksanakan piket harian petugas layanan pengaduan konsumen setelah jam kerja, yaitu mulai jam WIB. Maka dibentuklah Tim Pelaksana Operasional Layanan Pengaduan Konsumen yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala BPOM. Dari pengaduan atau pertanyaan yang masuk, terdapat dua kemungkinan. Jika pertanyaan bisa dijawab langsung atau jawaban terhadap pertanyaan terdapat dalam referensi standar jawaban pengaduan konsumen, maka dapat langsung dijawab langsung. Sedangkan jika pertanyaan tidak dapat dijawab langsung, maka akan dirujuk kepada unit-unit teknis terkait Penyusunan Referensi Jawaban Pengaduan Konsumen Untuk mendukung upaya pemenuhan informasi yang ditanyakan oleh masyarakat atau konsumen, serta menghindari adanya bias informasi yang diberikan, maka ULPK membuat suatu referensi standar jawaban pengaduan konsumen. Referensi tersebut dibuat dalam bentuk katalog dengan judul: a. Referensi Standar Jawaban Obat b. Referensi Standar Jaaban Pangan dan Bahan Berbahaya c. Referensi Standar Jawaban Obat Tradisional dan Suplemen Makanan d. Referensi Standar Jawaban Kosmetik Pada tahun 2012, Referensi Standar Jawaban Pengaduan Konsumen tersebut direview dan dilakukan kustomisasi data oleh seluruh pejabat/staf ULPK dan melibatkan pejabat/staf Biro Hukum dan Masyarakat lainnya serta Unit Teknis terkait dari Kedeputian 1, 2, dan 3. Buku ini digunakan sebagai acuan referensi bagi petugas ULPK pusat dan Balai POM seluruh Indonesia. Untuk menjaga updating informasi maka setiap tahun dilakukan revisi terhadap buku referensi standar jawaban pengaduan konsumen ini.

69 Pelaporan Pengaduan Konsumen Setiap pengaduan konsumen atau permintaan informasi yang masuk ke dalam ULPK dicatat dan dilaporkan setiap harinya melalui Form Laporan Harian Pengaduan Konsumen. Laporan harian Pengaduan Konsumen setiap hari dilaporkan kepada Sestama BPOM Kepala Badan dan ditembuskan ke Deputi I, II dan III Evaluasi Data Pengaduan Konsumen Setiap data pengaduan konsumen yang diterima diarsipkan. seluruh data pengaduan konsumen yang diterima dikelompokkan berdasarkan jenis komoditi, jenis sarana pengaduan, dan jenis profesi konsumen. Dan dibuat laporan singkat perbulan, triwulan dan tahunan. Pengelompokkan tersebut ditampilkan dalam bentuk grafik sehingga tampak komoditi, sarana, dan profesi terbanyak yang ada dalam data pengaduan konsumen. Pengelompokkan dilakukan dengan tujuan untuk menyusun strategi kegiatan promosi ULPK kedepannya agar tepat sasaran ataupun jika ingin melakukan pengembangan sarana pengaduan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Evaluasi Data dan Pelaporan Pengaduan Konsumen Data pengaduan konsumen yang diterima oleh ULPK di pusat maupun Balai Besar/Balai POM bervariasi dari tahun ke tahun atau mengalami dinamika fluktuasi dalam hal jumlah. Untuk itu dilakukan Evaluasi Data Pengaduan Konsumen guna memberikan gambaran umum mengenai peningkatan atau penurunan yang terjadi dari tahun ke tahun. Dari gambaran umum tersebut dapat dianalisis latar belakang peningkatan atau penurunan jumlah pengaduan konsumen, serta merupakan motivasi bagi ULPK untuk terus meningkatkan sosialisasi agar lebih dikenal masyarakat dan jumlah data pengaduan informasi konsumen dapat meningkat dari waktu ke waktu Evaluasi Data Rujukan / Tindak Lanjut Dilakukan pengolahan data pada setiap pengaduan yang dirujuk oleh ULPK. Pengolahan data dilakukan dengan cara mengelompokkan data rujukan yang mendapatkan respon dari unit teknis dan belum atau tidak mendapatkan respon tertulis dari unit teknis.

70 Evaluasi Tren Pengaduan / Permintaan Informasi Terdapat beberapa topik yang sering ditanyakan oleh konsumen atau biasa disebut dengan tren. Tren pengaduan konsumen ini diolah setiap tahunnya dan dilakukan pembahasan. Tren biasanya terjadi karena dilatar belakangi oleh adanya public warning atau press release dalam kurun waktu tersebut yang dikeluarkan oleh BPOM Klinik Konsumen Obat dan Makanan Untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang pengawasan obat dan makanan serta pelaksanaan fungsi kehumasan, ULPK BPOM melaksanakan promosi/sosialisasi tentang tugas pokok dan fungsinya yang berkaitan erat dengan perlindungan konsumen atas risiko penggunaan produk obat dan makanan diperedaran yang tidak memenuhi keamanan, manfaat/khasiat dan mutu sehingga semakin menunjukkan eksistensi, kapabilitas dan kredibilitas BPOM. Promosi dilakukan dengan menyelenggarakan acara yang bernama Klinik Konsumen Obat dan Makanan. Sasaran dari kegiatan tersebut adalah kalangan siswa sekolah dari SD, SMP, SMA, dan komunitas ibuibu PKK. Dengan adanya acara ini diharapkan masyarakat dapat mengetahui keberadaan ULPK sebagai tempat untuk mencari informasi mengenai keamanan obat dan makanan Peningkatan Kompetensi atau Pelatihan bagi Petugas Setiap tahun terus dilakukan upaya peningkatan kompetensi petugas ULPK baik Pusat maupun Balai, bentuk peningkatan kompetensi diantaranya adalah Seminar Pengembangan Layanan Pengaduan Konsumen dengan peserta perwakilan petugas dari Balai POM Seluruh Indonesia, beberapa tim koordinasi Unit Teknis dan seluruh petugas ULPK pusat. Pelaksanaan peningkatan keahlian dalam communication skill untuk petugas ULPK Pusat dan pelaksanaan Bimbingan dan Monitoring kegiatan Layanan Pengaduan Konsumen bagi petugas ULPK di Balai Besar/ Balai POM. 5.4 Bagian Hubungan Masyarakat Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dilakukan dalam fungsi kehumasan utamanya untuk meningkatkan citra BPOM di masyarakat, yang

71 56 meliputi komunikasi internal dan eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi yang terjalin antar unit kerja di BPOM, sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi antara BPOM dengan publiknya yang harus mengikuti metode komunikasi timbal balik dua arah. Kemampuan berkomunikasi dengan efektif, efisien dan sistematis sangat diperlukan bagi para Pimpinan, tidak hanya pada saat menghadapi wartawan, namun juga diperlukan saat menjadi nara sumber dalam acara seminar, workshop, talkshow, dll. Seringkali dalam berkomunikasi terjadi hambatan-hambatan sehingga komunikasi tidak berjalan dua arah, bahkan tidak jarang sering dirasakan membosankan. Beberapa hambatan yang menyebabkan tidak efektifnya komunikasi, diantaranya adalah pemahaman konteks dan permasalahan, kurangnya pengalaman, kurangnya wawasan dan pengetahuan, tekanan/stressing, dll. Untuk mengakomodir segala kekurangan dalam berkomunikasi tersebut maka diperlukan keterampilan khusus yaitu Public Speaking. Masyarakat sangat membutuhkan informasi yang benar tentang Obat dan Makanan secara terus menerus, sehingga BPOM perlu senantiasa mengkomunikasikannya kepada publik. Kegiatan yang dilakukan oleh Bagian Hubungan Masyarakat adalah kegiatan komunikasi satu arah dari BPOM ke masyarakat. Tujuan utama pelaksanaan kegiatan di bagian ini adalah meningkatkan citra positif BPOM di masyarakat sehingga mendapat kepercayaan dari masyarakat. Komunikasi yang dilakukan BPOM terdiri atas komunikasi internal dan eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi yang terjalin antar unit kerja di BPOM, sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi antara BPOM dengan publiknya yang harus mengikuti metode komunikasi timbal baik dua arah. Kegiatan yang dilakukan oleh Bagian Hubungan Masyarakat diantaranya: Penyebaran Informasi Melalui Talkshow di Media Talkshow merupakan sarana penyebaran informasi yang dilakukan BPOM melalui media. Sarana media yang digunakan adalah radio dan televisi. Talkshow bisa diinisiasi oleh BPOM, ataupun atas permintaan media yang bersangkutan. Materi talkshow sangat bervariasi mulai dari mengenai obat, makanan, obat tradisional, dan kosmetik, bergantung pada masalah yang sedang

72 57 hangat dibicarakan atau menjadi isu aktual pada saat itu. Narasumber dari talkshow kebanyakan merupakan Kepala BPOM, serta pejabat dari Kedeputian terkait Penyebaran Informasi Melalui Wawancara di Media Permintaan wawancara dari media biasanya terjadi karena keinginan media tersebut untuk mendapatkan informasi yang benar sebagai penyeimbang berita maupun tanggapan atas isu/ permasalahan yang sedang hangat dibicarakan di masyarakat. Media yang melakukan wawancara adalah media cetak dan media elektronik. Narasumber dari wawancara tersebut antara lain Kepala BPOM dan pejabat pada Kedeputian terkait Penyebaran Informasi dengan Mengundang Media Untuk menjalin hubungan yang akrab secara profesional dengan media, maka dilakukan pengdundangan media pada acara Media Gathering. Di dalam kegiatan tersebut dilakukan sharing informasi secara dua arah antara BPOM dan media, selain itu juga terdapat permintaan saran kepada media mengenai kinerja BPOM. Penyebaran informasi melalui kegiatan ini sangat efektif karena sebagian besar hasil media gathering tersebut akan dimuat di media cetak dan media elektronik Penyebaran Informasi Melalui Pameran Selain melakukan penyebaran informasi melalui media, penyebaran informasi juga dapat dilakukan melalui partisipasi kegiatan pameran. Pada stand yang didirikan di pameran tersebut, disampaikanlah kepada masyarakat mengenai tugas, pokok, dan fungsi BPOM sebagai institusi pengawas obat dan makanan, serta memberikan tambahan wawasan kepada masyarakat untuk mengenal lebih jauh mengenai produk obat dan makanan Penyebaran Informasi Melalui Iklan Layanan Masyarakat Iklan layanan masyarakat sangat berpengaruh besar terhadap pengetahuan atau wawasan masyarakat atas insititusi yang ditayangkan pada iklan tersebut. Iklan layanan masyarakat ini diselenggarakan pada media televisi di selasela program yang ditayangkan, dan berdampingan dengan iklan komersial atau iklan layanan masyarakat lainnya. Berbeda dengan penyebaran informasi melalui kegiatan lainnya yang sering dilakukan selama kurun waktu satu tahun, iklan

73 58 layanan masyarakat lebih jarang dilakukan mengingat besarnya dana yang perlu dikeluarkan. Muatan iklan layanan masyarakat di televisi adalah pengenalan tugas pokok dan fungsi BPOM dalam pengawasan obat dan makanan Penyebaran Informasi Melalui Advertorial Advertorial merupakan iklan layanan masyarakat yang dimuat dalam media cetak. Advertorial tidak hanya disajikan melalui tulisan, tetapi juga disajikan melalui gambar dengan keterangan secukupnya. Berbeda dengan muatan iklan layanan masyarakat melalui televisi, advertorial biasanya mengusung satu topik yang sedang hangat dibicarakan di masyarakat untuk dimuat menjadi suatu himbauan publik Penyebaran Informasi Melalui Penyuluhan Langsung ke Masyarakat Agar bersentuhan langsung dengan masyarakat, maka BPOM mengadakan penyebaran informasi melalui penyuluhan langsung ke masyarakat. Salah satu kegiatan penyuluhan yang dilakukan adalah BPOM Sahabat Ibu. Target penyuluhan ini ditujukan kepada para ibu yang merupakan decision makers di keluarga dalam pemilihan obat, obat tradisinal, kosmetika, suplemen makanan dan produk pangan yang akan dikonsumsi/digunakan. Diharapkan dengan ibu yang cerdas maka keluarga akan terlindungi dari Obat dan Makanan yang berisiko terhadap kesehatan Penyebaran Informasi Melalui Penerbitan Siaran Pers Siaran pers perlu dilakukan guna memberikan tanggapan atau mengklarifikasi isu yang sedang berkembang dan banyak dibicarakan di masyarakat. Siaran pers disampaikan oleh narasumber terkait seperti Kepala BPOM dan pejabat Kedeputian terkait, serta dihadiri oleh rekan-rekan jurnalis dari media cetak dan elektronik. Di dalam siaran pers juga mungkin dilakukan penerbitan press release atau public warning mengenai isu yang sedang berkembang Penyebaran Informasi Melalui Running Text dan Scrolling Banner Running text dan scrolling banner adalah media penyebaran informasi yang berada pada sarana umum. Running text ditayangkan pada stasiun kereta api berupa serangkaian tulisan yang berjalan mengenai tugas dan fungsi BPOM. Sedangkan Scrolling Banner adalah penayangan serangkaian tulisan yang

74 59 disisipkan pada tayangan di airport TV. Penyebaran informasi melalui sarana ini sangat efektif karena banyak masyarakat yang menggunakan transportasi umum baik itu pesawat dan kereta api, sehingga dapat melihat penyebaran informasi ini saat singgah di stasiun maupun airport Peliputan Kegiatan BPOM Merupakan kegiatan pendokumentasian yang dilaksanakan oleh Bagian Hubungan Masyarakat. Dokumentasi dilakukan terhadapa segala kegiatan yang dilakukan oleh BPOM, terutama kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan unit-unit teknis di lingkungan BPOM, terutama kegiatan yang melibatkan Kepala BPOM, baik di dalam maupun di luar kota. Kegiatan ini dilakukan untuk dijadikan sebagai bahan untuk memantau perkembangan kegiatan BPOM Penerbitan Buletin Warta POM Warta POM merupakan media komunikasi dan informasi bagi pegawai di lingkungan BPOM. Media ini merupakan sarana komunikasi internal yang dilakukan oleh Bagian Hubungan Masyarakat agar tercipta kerjasama yang harmonis dan strategis bagi internal BPOM. Warta POM merupakan media cetak berbentuk buletin yang terbit setiap dua bulan sekali, dan berisikan informasi mengenai kegiatan yang telah dilaksanakan di lingkungan BPOM dan Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia. Buletin Warta POM disusun oleh tim penyusun Warta POM dan didistribusikan ke seluruh unit kerja serta pusat dan daerah, serta dalam berbagai kesempatan seperti Media Gathering, Press Conference, Pameran, dan beberapa kegiatan kehumasan lainnya Monitoring Berita Kegiatan monitoring berita dilakukan secara rutin menggunakan sistem elektronik, yang bekerja sama dengan pihak ketiga. Dalam pelaksanaannya dilakukan pemantauan berita mengenai obat dan makanan yang ada di media cetak, media elektronik, dan media online Analisis Berita Analisis terhadap pemberitaan dilakukan setiap minggu, setiap bulan, tahunan, serta setiap kali terdapat pemberitaan yang menjadi isu aktual dan dapat menurunkan citra BPOM di masyarakat. Jika pemberitaan dengan topik yang sama terus berulang di berbagai media lebih dari 3 hari, terlebih lagi jika

75 60 pemberitaan tersebut sudah muncul di halaman utama, maka harus segera diambil langkah untuk melakukan tindak lanjut, antara lain dengan melakukan pendekatan kepada media untuk mendapatkan informasi/data yang dimaksud.

76 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan a. BPOM RI adalah Lembaga Pemerintah Non Kementrian (LPNK) yang dibentuk dengan tujuan untuk melaksanakan pengawasan mutu, khasiat, keamanan, produk terapeutik, obat tradisional, kosmetik, suplemen makanan, narkotika, psikotropika, zat adiktif, bahan berbahaya dan pangan yang beredar di pasaran sehingga dapat melindungi kesehatan masyarakat. b. Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat mempunyai peranan dalam pencapaian misi BPOM RI melalui kegiatan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan tentang obat dan makanan, memberi bantuan hukum dalam perkara yang berhubungan dengan obat dan makanan. Memberikan informasi yang diperlukan oleh masyarakat baik melalui layanan pengaduan konsumen ataupun melalui media massa. Selain itu peran Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat yaitu untuk mendukung kinerja organisasi dan meningkatkan reputasi serta citra BPOM RI menjadi Institusi yang terpercaya sesuai dengan visi dan misi BPOM RI c. PKPA di BPOM RI sangat bermanfaat bagi para calon Apoteker untuk mengetahui peran dan fungsi Apoteker dalam bidang pengawasan obat dan makanan. Demikian pula di Bagian Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat peran Apoteker juga tidak kalah penting sebagai pemberi informasi terkait dengan Obat-obatan. 6.2 Saran a. Koordinasi Bagian Peraturan Perundang-undangan Biro Hubungan Masyarakat dengan Instansi terkait semakin ditingkatkan. Rancangan peraturan perundang-undangan yang dirumuskan harus dapat menjadi landasan penegakan hukum yang kuat sehingga dapat meminimalisasi celah untuk memanipulasi hukum. b. Meningkatkan Pengetahuan Sumber Daya Manusia guna mengoptimalkan kinerja yang lebih baik lagi. 62

77 63 c. Perlu meningkatkan sarana dan prasarana media sosial untuk meningkatkan promosi kepada masyarakat. d. Perlu ditingkatkan kegiatan penyuluhan hukum internal bagi pegawai BPOM RI dan Unit Pelaksana Teknis BPOM RI untuk meningkatkan pengetahuan di bidang hukum. e. Perlu ditingkatkan Publikasi alternatif tentang kegiatan BPOM RI khususnya menyangkut Public Warning dan Press Release yang dikeluarkan oleh BPOM RI melalui Jejaring Sosial (Facebook, Twitter) f. ULPK atau Unit Layanan Pengaduan Konsumen sebaiknya ditempatkan di tempat yang lebih mudah terlihat dan diakses oleh masyarakat yang melakukan pengaduan secara langsung.

78 DAFTAR PUSTAKA BPOM.(2001). Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No /SK/KBPOM tentang Organisai dan Tata kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan. Jakarta : Badan POM RI. BPOM. (2001). Profil Badan Pengawas Obat dan Makanan. Diakses tanggal 10 Februari 2013 Pukul BPOM. (2005). Peraturan Presiden Republik Indonesia No.64 tentang Perubahan Keenam Atas Keputusan Presiden No.103 Tahun 2001 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen. Jakarta : Badan POM RI. BPOM.(2004).Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No.HK tentang Tugas, Fungsi Struktur Organisasi Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat. Jakarta : Badan POM RI. BPOM. (2012). Laporan Tahunan Periode 2012 Biro Hukum dan Humas. Jakarta: Badan POM RI. BPOM.(2003). Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No.0081tentang Tata Cara Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di Lingkungan BPOM. Jakarta:Badan POM RI. BPOM.(2012). Peraturan Presiden No.33 tentang Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Nasional (JDIHN). Jakarta:Badan POM RI. Diakses tanggal 15 Februari

79 TABEL 65

80 65 Tabel 4.1 Uraian Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker No. Hari/Tanggal Uraian Kegiatan 1 Senin, Registrasi peserta - Pembukaan - Kuliah umum tentang BPOM RI & Diskusi - Pre Test awal (Test Awal) - Pembekalan dari Direktorat. Standardisasi Produk Terapetik dan PKRT - Pembekalan dari Direktorat. Penilaian Obat dan Produk Biologi - Pembekalan dari Direktorat. Pengawasan Produksi Produk Terapetik dan PKRT - Pembekalan dari Direktorat. Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT - Pembekalan dari Direktorat. Pengawasan NAPZA 2. Selasa, Pembekalan dari Direktorat. Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen - Pembekalan dari Direktorat. Penilaian Obat Tradisional, Suplemen Makanan dan Kosmetik - Pembekalan dari Direktorat. Obat Asli Indonesia - Pembekalan dari Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat - Pembekalan Dari Pusat Riset Obat dan Makanan (PROM) - Pembekalan dari Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPOMNN) - Pembekalan dari Pusat Penyidikan Obat dan Makanan (PPOM) 3. Rabu, Pembekalan dari Direktorat. Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya - Pembekalan dari Direktorat. Standardisasi Produk Pangan - Pembekalan dari Direktorat. Penyuluhan Keamanan Pangan - Pembekalan dari Direktorat. Inspeksi dan Sertifikasi Pangan - Pembekalan dari Direktorat. Surveilans dan Penilaian Keamanan Pangan (PKP) - Pembekalan dari Pusat Informasi Obat dan Makanan (PIOM) - Tinjauan ke Unit Kerja Masing-masing

81 66 LAMPIRAN

82 67 LAMPIRAN 1 Struktur Organisasi Badan Pengawas Obat dan Makanan RI KEPALA BADAN POM Dra. Lucky S. Slamet, M.Sc SEKRETARIS UTAMA INSPEKTORAT dr. M. Hayatie Amal, MPH 1. Biro Perencanaan & Keuangan 2. Biro Kerjasama Luar Negeri 3. Biro Hukum dan Humas 4. Biro Umum Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Pusat Penyidikan Obat dan Makanan Pusat Riset Obat dan Makanan Pusat Informasi Obat dan Makanan DEPUTI I Bidang Pengawasan Produk Terapetik, Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif DEPUTI II Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik, dan Produk Komplemen DEPUTI III Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya Dra. A. Retno Tyas Utami, Apt 1. Direktorat Penilaian Obat dan Produk Biologi 2. Direktorat Pengawasan Distribusi PT & PKRT 3. Direktorat Standardisasi Produk Terapetik & PKRT 4. Direktorat Pengawasan Produksi Produk Terapetik & PKRT 5. Direktorat Pengawasan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif (NAPZA) T. Bahdar Johan H., Apt., M.Pharm 1. Direktorat Penilaian Obat Tradisional, Suplemen Makanan & Kosmetik 2. Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik & Produk Komplemen 3. Direktorat Inspeksi & Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik & Produk Komplemen 4. Direktorat Obat Asli Indonesia Ir. Roy A. Sparringa, Ph.D 1. Direktorat Penilaian Keamanan Pangan 2. Direktorat Standardisasi Produk Pangan 3. Direktorat Inspeksi & Sertifikasi Pangan 4. Direktorat Surveilan & Penyuluhan Keamanan Pangan 5. Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya

83 68 LAMPIRAN 2 Struktur Organisasi Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat Kepala Biro Hukum dan Humas Kepala Bagian Bantuan Hukum Kepala Bagian Peraturan Perundangundangan Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Kepala Bagian Pengaduan Konsumen Kasubbag Pertimbangan Hukum Kasubbag Perumusan Peraturan Perundangundangan Kasubbag Media Massa Kasubbag Layanan Pengaduan Konsumen Kasubbag Penyuluhan Hukum Kasubbag Dokumentasi Hukum Kasubbag Publikasi dan Dokumentasi Kasubbag Data dan Evaluasi LPK Kasubbag Layanan Bantuan Hukum Kasubbag Pemberitaan Kasubbag Bimbingan LPK

84 69 LAMPIRAN 3 Struktur Organisasi Bagian Peraturan Perundang-undangan Kepala Bagian Peraturan Perundang-undangan (Drs. I Nyoman Sumasada, Apt, MH.) Kasubag Perumusan Peraturan Perundang-undangan (Sugeng Riyanto, SH.) Kasubag Dokumentasi Hukum (Lesmeria Sirait, SH., MM) Fungsional Umum LAMPIRAN 4 Struktur Organisasi Bagian Bantuan Hukum Kepala Bagian Bantuan Hukum (Drs. Hariyadi., Apt.,MH) Kepala Subbagian Pertimbangan Hukum (Irawan Naning, SH) Kepala Subbagian Penyuluhan Hukum (Tiodora Sirait, SH) Kepala Subbagian Layanan Bantuan Hukum (Adam PWA Wibowo, SH) Fungsional Umum

85 70 LAMPIRAN 5 Struktur Organisasi Bagian Pengaduan Konsumen (ULPK) Kepala Bagian Pengaduan Konsumen (Dra. Fauziah Amin,Apt ) Kepala Subbagian Layanan Pengaduan Konsumen (Nining Restu Kurnianingsih.,M.Si.,Apt) Kepala Subbagian Bimbingan Layanan Pengaduan Konsumen (Eka Rosmalasari.,S.Si.,Apt) Kepala Subbagian Data dan Evaluasi Layanan pengaduan Konsumen (Oke Dwiraswati.,S.Si.,Apt) Fungsional Umum LAMPIRAN 6 Struktur Organisasi Hubungan Masyarakat Kepala Bagian Hubungan Masyarakat (Dra. Nany Bodrorini.,Apt) Subbagian Pemberitaan (Sandhyani EM Damayanti.,S.Si.,Apt) Subbagian Media Massa (Ambang Budianto.,S.Sos) Subbagian Publikasi dan Dokumentasi (Dra.Sri Mulyani.,Apt) Fungsional Umum

86 71 LAMPIRAN 7 Diagram Alur Penyusunan Peraturan Perundang-undangan

TUGAS POKOK DAN FUNGSI

TUGAS POKOK DAN FUNGSI Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 103 tahun 2001, Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, Badan Pengawas Obat dan Makanan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI PUSAT INFORMASI OBAT DAN MAKANAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERIODE 2 24 SEPTEMBER 2013 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

LAKIP TAHUN BADAN POM i

LAKIP TAHUN BADAN POM i alam rangka menciptakan good governance dan clean government di lingkungan Badan POM, LAKIP Badan POM tahun 2011 ini disusun. Sebagai bentuk penjabaran prinsip transparansi dan akuntabilitas, penyampaian

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT PENILAIAN KEAMANAN PANGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI JL. PERCETAKAN NEGARA NO.23 JAKARTA PUSAT PERIODE 2 26 SEPTEMBER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT PENILAIAN OBAT TRADISIONAL, SUPLEMEN MAKANAN DAN KOSMETIK BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI JL. PERCETAKAN NEGARA NO. 23 JAKARTA

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM INSTANSI MAGANG

KEADAAN UMUM INSTANSI MAGANG II. KEADAAN UMUM INSTANSI MAGANG 2.1 Sejarah dan Perkembangan BPOM RI Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bertugas untuk mengawasi obat dan makanan sehingga dapat melindungi masyarakat dari bahaya penggunaan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN JL. PERCETAKAN NEGARA NO. 23 JAKARTA PERIODE 4 JULI 2011 29 JULI 2011 DEPUTI II BIDANG PENGAWASAN OBAT TRADISIONAL,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT PENGAWASAN PRODUK DAN BAHAN BERBAHAYA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA JL. PERCETAKAN NEGARA NO. 23 JAKARTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA DEPUTI II DIREKTORAT STANDARDISASI OBAT TRADISIONAL, KOSMETIK DAN PRODUK KOMPLEMEN PERIODE

Lebih terperinci

Obat dan Makanan Terjamin Aman, Bermutu dan Bermanfaat

Obat dan Makanan Terjamin Aman, Bermutu dan Bermanfaat Sejalan dengan prioritas pembangunan jangka menengah, tantangan, beban dan tanggung jawab pengawasan obat dan makanan dirasakan semakin berat. Untuk itu, Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM) yang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT PENGAWASAN NARKOTIKA PSIKOTROPIKA DAN ZAT ADIKTIF BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERIODE 4 JULI 29 JULI 2011

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK TERAPETIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA JL. PERCETAKAN

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 KEMENTERIAN/ LEMBAGA : BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM) 1 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Teknis Lainnya BPOM 1.1

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN N0M0R : 02001/SK/KBPOM TENTANG

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN N0M0R : 02001/SK/KBPOM TENTANG KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN N0M0R : 02001/SK/KBPOM TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : bahwa sebagai

Lebih terperinci

PERBANDINGAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN NOMOR 1575/MENKES/PER/IX/2005

PERBANDINGAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN NOMOR 1575/MENKES/PER/IX/2005 PERBANDINGAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN NOMOR 1575/MENKES/PER/IX/2005 DENGAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keamanan Pangan Keamanan pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PUSAT INFORMASI OBAT DAN MAKANAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA JL. PERCETAKAN NEGARA NO.23 JAKARTA PUSAT PERIODE 4 29

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT STANDARDISASI OBAT TRADISIONAL, KOSMETIK, DAN PRODUK KOMPLEMEN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI JL. PERCETAKAN NEGARA NO. 23

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT PENGAWASAN PRODUKSI PRODUK TERAPETIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI JL. PERCETAKAN NEGARA

Lebih terperinci

MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI

MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI MATA PELAJARAN : KEBIJAKAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI PUSAT PENYIDIKAN OBAT DAN MAKANAN JALAN PERCETAKAN NEGARA NO. 23 JAKARTA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT PENGAWASAN PRODUK DAN BAHAN BERBAHAYA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERIODE 4 29 JULI 2011 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT INSPEKSI DAN SERTIFIKASI OBAT TRADISIONAL, KOSMETIK, DAN PRODUK KOMPLEMEN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANANN JL. PERCETAKAN NEGARA

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN POM TAHUN Target Program

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN POM TAHUN Target Program Lampiran 1 RKT RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN POM TAHUN 2007 Sasaran 1. Terawasinya secara efektif 1. Proporsi penyelesaian berkas 90% 1.1.1 Penilaian mutu, keamanan, dan khasiat permohonan pendaftaran

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN BADAN POM TAHUN Uraian. permohonan. Pengawasan. pendaftaran Produk. pangan sebelum Berbahaya. dan Bahan.

PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN BADAN POM TAHUN Uraian. permohonan. Pengawasan. pendaftaran Produk. pangan sebelum Berbahaya. dan Bahan. Lampiran 2 PKK PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN BADAN POM TAHUN 2007 Sasaran 1. Terawasinya secara efektif 1. Proporsi penyelesaian berkas 90% 1.1.1 Penilaian permohonan pendaftaran produk permohonan Dana (Rp)

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PUSAT PENYIDIKAN OBAT DAN MAKANAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN JALAN PERCETAKAN NEGARA NO. 23 JAKARTA PUSAT PERIODE 2-24 SEPTEMBER 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PUSAT PENYIDIKAN OBAT DAN MAKANAN PERIODE 4-26 FEBRUARI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PUSAT PENYIDIKAN OBAT DAN MAKANAN PERIODE 4-26 FEBRUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PUSAT PENYIDIKAN OBAT DAN MAKANAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI PERIODE 4-26 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NETI

Lebih terperinci

PETA BISNIS PROSES. Registrasi Obat dan Produk Biologi, Pendaftaran Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan POM-02. Evaluasi Produk dan Administrasi

PETA BISNIS PROSES. Registrasi Obat dan Produk Biologi, Pendaftaran Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan POM-02. Evaluasi Produk dan Administrasi PETA BISNIS PROSES Pemerintah Registrasi Obat dan Produk Biologi, Pendaftaran Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan Pembentukan Undang-undang Perundangundangan dan POM-02 Evaluasi Produk dan Administrasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DEPUTI I BIDANG PENGAWASAN PRODUK TERAPETIK DAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN ZAT ADIKTIF JALAN PERCETAKAN

Lebih terperinci

Daftar Rekapitulasi Bisnis Proses Badan Pengawas Obat dan Makanan

Daftar Rekapitulasi Bisnis Proses Badan Pengawas Obat dan Makanan Daftar Rekapitulasi Bisnis Proses Badan Pengawas Obat dan Makanan CODE PROCESS NAME SUB PROCESS SUB PROCESS CODE CFM CFM CODE POM-01 Pengelolaan Perundang-undangan dan Standar Pembentukan undang-undang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Kota Bandar Lampung

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Kota Bandar Lampung IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Kota Bandar Lampung 1. Sejarah Singkat BBPOM Kota Bandar Lampung Pada awalnya Badan Pengawas Obat dan Makanan merupakan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN. digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau

BAB III TINJAUAN TEORITIS PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN. digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau 1 BAB III TINJAUAN TEORITIS PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN A. TINJAUAN PANGAN OLAHAN 1. Pengertian Pangan Olahan Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2004 pangan adalah segala sesuatu yang berasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN JALAN PERCETAKAN NEGARA NOMOR 23 JAKARTA PUSAT PERIODE 2-26 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN Lampiran Keputusan Direktur Pengawasan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Nomor HK.06.02.351.03.15.196 Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis Direktorat Pengawasan Narkotika, Psikotropika

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK TERAPETIK (PT) DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA (PKRT) BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN JL. PERCETAKAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PUSAT INFORMASI OBAT DAN MAKANAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA JL. PERCETAKAN NEGARA NO. 23, JAKARTA PERIODE 4-26 FEBRUARI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2008 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.00.05.21.1732 TAHUN 2008 TENTANG GRAND STRATEGY BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPALA BADAN

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT PENILAIAN OBAT DAN PRODUK BIOLOGI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN JALAN PERCETAKAN NEGARA NO. 23 JAKARTA PUSAT PERIODE 4-26 FEBRUARI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN DITJEN BINFAR DAN ALKES KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA JL. H.R. RASUNA SAID

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM)Pekanbaru. Pembentukan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Pekanbaru diawali oleh terbentuknya

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS, dan FUNGSI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS, dan FUNGSI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS, dan FUNGSI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN Bimbingan Teknis Ujian Dinas Tingkat I dan Ujian Penyesuaian Kenaikan Pangkat Tahun 2017 Jakarta, 18 Juli 2017 DASAR HUKUM, TUGAS,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN JL PERCETAKAN NEGARA NO. 23 JAKARTA PUSAT PERIODE 1 APRIL 24 APRIL

Lebih terperinci

BAB III PENGAWASAN PEREDARAN OBAT KUAT IMPOR OLEH BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

BAB III PENGAWASAN PEREDARAN OBAT KUAT IMPOR OLEH BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN BAB III PENGAWASAN PEREDARAN OBAT KUAT IMPOR OLEH BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN A. Keberadaan BPOM di Indonesia 1. Terbentuknya Badan Pengawas Obat dan Makananan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

Lebih terperinci

PENERAPAN QMS ISO 9001:2015 BPOM

PENERAPAN QMS ISO 9001:2015 BPOM PENERAPAN QMS ISO 9001:2015 BPOM DASAR HUKUM KETATALAKSANAAN K/L 2 DASAR HUKUM KETATALAKSANAAN K/L (2) 3 DASAR HUKUM KETATALAKSANAAN K/L (3) 4 DASAR HUKUM KETATALAKSANAAN K/L (4) DASAR HUKUM KETATALAKSANAAN

Lebih terperinci

2017, No beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedelapan atas Keputusan Presiden Nomor

2017, No beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedelapan atas Keputusan Presiden Nomor No.180, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KELEMBAGAAN. Badan Pengawas Obat dan Makanan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pengawasan Obat dan

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang penampilan seseorang, bahkan bagi masyarakat dengan gaya

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang penampilan seseorang, bahkan bagi masyarakat dengan gaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetik merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sudah ada dan semakin berkembang dari waktu ke waktu, disamping itu pula kosmetik berperan penting untuk menunjang

Lebih terperinci

MODUL BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM)

MODUL BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM) PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2017 MODUL PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM) NAMA : NIM :

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 026 TAHUN 2013

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 026 TAHUN 2013 PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 026 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL SATUAN TUGAS PEMBERANTASAN OBAT DAN MAKANAN ILEGAL DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Waspada Keracunan Akibat Produk Pangan Ilegal

Waspada Keracunan Akibat Produk Pangan Ilegal Waspada Keracunan Akibat Produk Pangan Ilegal Latar Belakang Derasnya arus globalisasi memberikan warna dan nuansa pada pola perdagangan nasional maupun internasional. Perkembangan sistem perdagangan dunia

Lebih terperinci

LAYANAN INFORMASI PUBLIK

LAYANAN INFORMASI PUBLIK Laporan Tahunan LAYANAN INFORMASI PUBLIK 1 Gambaran Umum Kebijakan Pelayanan Informasi Publik di Badan POM 2 Gambaran Umum Pelaksanaan Pelayanan Informasi Publik 3 Rincian Pelayanan Informasi Publik di

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TAHUN Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

LAPORAN KINERJA TAHUN Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya KATA PENGANTAR Tahun 2016 merupakan tahun kedua pelaksanaan Rencana Strategis Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI DIREKTORAT PENGAWASAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN ZAT ADIKTIF (NAPZA) BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN JL. PERCETAKAN NEGARA NO. 23 JAKARTA

Lebih terperinci

Sesuai dengan struktur organisasi, tugas tiap bidang sebagai berikut :

Sesuai dengan struktur organisasi, tugas tiap bidang sebagai berikut : Sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM di daerah, Balai Besar POM Bandar Lampung melaksanakan tugas dan fungsinya berdasarkan Keputusan Kepala Badan POM Nomor HK.00.05.21.4232 Tahun 2004 tentang Perubahan

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS KESEHATAN, PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang

Lebih terperinci

PROPIL BALAI BESAR POM DI PEKAN BARU

PROPIL BALAI BESAR POM DI PEKAN BARU PROPIL BALAI BESAR POM DI PEKAN BARU Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Pekanbaru Drs, Sumaryanta,Apt.MSI NIP. 19620401 199202 1 001 Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Pekanbaru mempunyai

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN 1. Staf Ahli Bidang Ekonomi Kesehatan; 2. Staf Ahli Bidang Teknologi Kesehatan dan Globalisasi; 3. Staf Ahli Bidang Desentralisasi Kesehatan; dan 4. Staf Ahli Bidang Hukum Kesehatan STAF AHLI STRUKTUR

Lebih terperinci

BAB II. KEADAAN UMUM INSTANSI

BAB II. KEADAAN UMUM INSTANSI BAB II. KEADAAN UMUM INSTANSI A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN INSTANSI Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 166 tahun 2000, Badan POM ditetapkan sebagai Lembaga Pemerintahan Non Departemen (LPND) yang bertanggung

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PURBALINGGA

Lebih terperinci

UPAYA PERBAIKAN TATA KELOLA PERIZINAN OBAT

UPAYA PERBAIKAN TATA KELOLA PERIZINAN OBAT Komite Advokasi Nasional Antikorupsi Sektor Kesehatan UPAYA PERBAIKAN TATA KELOLA PERIZINAN OBAT Togi J. Hutadjulu Direktur Penilaian Obat dan Produk Biologi 1. PENDAHULUAN 2. PELAYANAN PUBLIK BADAN POM

Lebih terperinci

DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN

DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN Oleh: Dra. Deksa Presiana, Apt., M.Kes. Kasubdit. Standardisasi Bahan Baku dan Bahan Tambahan Pangan Disampaikan Pada Acara: Praktek Kerja Profesi Apoteker Jakarta,

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KESEHATAN TAHUN

RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KESEHATAN TAHUN RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KESEHATAN TAHUN 2005 2009 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI [Dr. dr. SITI FADILAH SUPARI, Sp.JP(K)] NOMOR 331/MENKES/SK/V/2006 RENCANA STRATEGI DEPARTEMEN KESEHATAN TAHUN 2005

Lebih terperinci

RPJMN dan RENSTRA BPOM

RPJMN dan RENSTRA BPOM RPJMN 2015-2019 dan RENSTRA BPOM 2015-2019 Kepala Bagian Renstra dan Organisasi Biro Perencanaan dan Keuangan Jakarta, 18 Juli 2017 1 SISTEMATIKA PENYAJIAN RPJMN 2015-2019 RENCANA STRATEGIS BPOM 2015-2019

Lebih terperinci

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN.

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN. GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 103 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKAN NOMOR: HK. 00. 05. 24.01634 TENTANG PEMBENTUKAN TIM PENYUSUN STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENDAYAGUNAAN SDM BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN Menimbang : 1. bahwa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Balai Besar POM Pekanbaru. 1. Pengertian dan Latar Belakang Balai Besar Obat dan Makanan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Balai Besar POM Pekanbaru. 1. Pengertian dan Latar Belakang Balai Besar Obat dan Makanan BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Balai Besar POM Pekanbaru 1. Pengertian dan Latar Belakang Balai Besar Obat dan Makanan Balai Besar POM Pekanbaru berlokasi di Jl. Diponegoro No.

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2009 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KESEHATAN 1. Staf Ahli Bid. Teknologi Kesehatan dan Globalisasi; 2. Staf Ahli Bid. Pembiayaan & Pemberdayaan Masyarakat; 3. Staf Ahli Bid. Perlindungan Faktor Resiko Kesehatan; 4. Staf Ahli Bid Peningkatan Kapasitas

Lebih terperinci

Riati Anggriani, SH, MARS., M.Hum Kepala Biro Hukum dan Humas Badan Pengawas Obat dan Makanan 6 Februari 2017

Riati Anggriani, SH, MARS., M.Hum Kepala Biro Hukum dan Humas Badan Pengawas Obat dan Makanan 6 Februari 2017 Riati Anggriani, SH, MARS., M.Hum Kepala Biro Hukum dan Humas Badan Pengawas Obat dan Makanan 6 Februari 2017 Agenda Sistem Pengawasan Badan POM Peraturan Tentang Pengawasan Pemasukan Obat dan Makanan

Lebih terperinci

Menimbang : Mengingat :

Menimbang : Mengingat : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.00.5.1.2569 TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA PENILAIAN PRODUK PANGAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

PENGAWASAN POST MARKET PRODUK PANGAN

PENGAWASAN POST MARKET PRODUK PANGAN PENGAWASAN POST MARKET PRODUK PANGAN DIAN PUTRANTI Kepala Subdit Inspeksi Produksi dan Peredaran Produk Pangan DIREKTORAT INSPEKSI DAN SERTIFIKASI PANGAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN & BAHAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 NOMOR SP DIPA-63.1-/216 DS462-7237-737-7577 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU

Lebih terperinci

Kepala Dinas mempunyai tugas :

Kepala Dinas mempunyai tugas : Kepala Dinas mempunyai tugas : a. menyelenggarakan perumusan dan penetapan program kerja Dinas; d. menyelenggarakan perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan; e. menyelenggarakan urusan pemerintahan

Lebih terperinci

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, SALINAN GAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN PROVINSI

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DI BIDANG PANGAN

PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DI BIDANG PANGAN PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DI BIDANG PANGAN Disampaikan oleh: Ir. Tetty Helfery Sihombing, MP Direktur Standardisasi Produk Pangan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Visi dan Misi Badan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 62 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB III PENGAWASAN TERHADAP PELAKU USAHA ROKOK ATAU PRODUSEN ROKOK YANG TIDAK MEMENUHI KETENTUAN PELABELAN ROKOK MENURUT PP NO.

BAB III PENGAWASAN TERHADAP PELAKU USAHA ROKOK ATAU PRODUSEN ROKOK YANG TIDAK MEMENUHI KETENTUAN PELABELAN ROKOK MENURUT PP NO. BAB III PENGAWASAN TERHADAP PELAKU USAHA ROKOK ATAU PRODUSEN ROKOK YANG TIDAK MEMENUHI KETENTUAN PELABELAN ROKOK MENURUT PP NO. 109 TAHUN 2012 3.1 Kewenangan Pengawasan Terhadap Label Produk Rokok Kewenangan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. Berdirinya Badan Pengawas Obat dan Makanan di Indonesia yang

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. Berdirinya Badan Pengawas Obat dan Makanan di Indonesia yang BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Berdirinya BPOM Berdirinya Badan Pengawas Obat dan Makanan di Indonesia yang pada masa penjajahan Belanda dikenal dengan apoteker yang berperan dalam pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI SURABAYA

BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI SURABAYA BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DI SURABAYA Email : bpom_surabaya@pom.go.id Alamat : Jln. Karangmenjangan 20, Surabaya - Jawa Timur, Telp. : 031-5020575 Fax. : 031-5020575 Visi : Menjadi Institusi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PUSAT RISET OBAT DAN MAKANAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI JL. PERCETAKAN NEGARA NO.23 JAKARTA PUSAT PERIODE 4 JULI 28 JULI 2011 LAPORAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang no.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang no.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Undang-undang no.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, kesehatan diartikan sebagai keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN POM. Organisasi Unit Pelaksana Teknis. Organisasi. Tata Kerja.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN POM. Organisasi Unit Pelaksana Teknis. Organisasi. Tata Kerja. No.1714, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN POM. Organisasi Unit Pelaksana Teknis. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Kesehatan Kabupaten Subang telah dibentuk dengan Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN

PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KOTA BALIKPAPAN WALIKOTA BALIKPAPAN Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 60 ayat (6),

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA,

WALIKOTA TASIKMALAYA, WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 56 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 56 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 56 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

-1- BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG

-1- BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG -1- BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETRIAT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN TAHUN 2014 SEKRETARIAT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci