BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kejadian Bencana Alam di Asia Tahun (Anggraini, 2007)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kejadian Bencana Alam di Asia Tahun (Anggraini, 2007)"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pulau Jawa merupakan pulau yang mempunyai penduduk paling padat di Indoensia. Kepadatan penduduk ini dipengaruhi oleh kondisi pulau Jawa yang subur dan keindahan alamnya. Kepadatan penduduk dalam tanah yang subur dan indah, juga terdapat potensi negatifnya yaitu peristiwa bencana. Bencana merupakan peristiwa yang sering terjadi di beberapa tahun terakhir. Hampir setiap tahun bahkan bulan selalu terjadi bencana terutama saat musim penghujan.bencana yang paling sering terjadi pada musim penghujan adalah bencana banjir, tanah longsor dan angin ribut yang banyak mengakibatkan korban jiwa dan harta benda. Bencana banjir merupakan peristiwa yang sering terjadi yang diakibatkan oleh luapan sungai maupun genangan air. Banjir merupakan salah satu bencana yang menyebabkan kerugian baik jiwa maupun harta benda dan menyebabkan kerugian ekonomi, terutama pada negara-negara sedang berkembang (Gambar 1.1) (UNDP, 1999 dalam Anggraini, 2007). Di Asia, diperkirakan lebih dari 50 juta orang tinggal di wilayah perkotaan yang terletak di daerah rawan bencana banjir. Gambar 1.1 Kejadian Bencana Alam di Asia Tahun (Anggraini, 2007) 1

2 Pemicu terjadinya bencana banjir adalah berkurangnya luasan hutan dan tingginya curah hujan pada suatu wilayah. Hal tersebut akan mengakibatkan siklus air lebih pendek dan meningkatnya aliran permukaan. Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berfungsi utama sebagai pengatur siklus air dan siklus hara mengalami penurunan fungsi dan kualitas yang sangat besar. Pada tahun 2005 pemerintah telah menetapkan 62 DAS dalam kondisi kritis dengan 17 DAS diantaranya berada di Pulau Jawa (Departemen Pekerjaan Umum, 2006). Alih fungsi lahan kawasan hulu dan buruknya sistem tata kelola air merupakan penyebab banjir. Alih fungsi lahan akan berpengaruh terhadap kemampuan resapan air. Air yang harusnya dapat meresap ke dalam tanah, namun air tersebut menjadi aliran permukaan yang mengalir menuju sungai. Selain itu perubahan penggunaan lahan akan meningkatkan proses erosi pada wilayah perbukitan dan akan berakibat semakin tingginya sedimentasi sungai. Dengan tingginya proses sedimentasi, maka kemampuan sungai dalam menampung air akan berkurang dan akibatnya akan terjadi luapan air atau dikenal dengan banjir. Secara umum banjir merupakan peristiwa tergenangnya daratan yang disebabkan oleh berkurangnya kemampuan saluran air dalam menampung volume air. Luapan air sungai tersebut akan merusak kondisi lingkungan yang berada di sekitar alur sungai. Apabila di sekitar alur sungai banyak dimanfaatkan oleh manusia, seperti untuk persawahan maupun permukiman, maka akan mengakibatkan kerugian yang tinggi. Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu dilakukan kajian tentang potensi bahaya banjir sebagai salah satu kegiatan awal dalam mengendalikan bencana banjir. Peta kerawanan banjir yang disusun dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan kebijakan penanganan bencana dan juga penataan ruang wilayah. Bentuklahan merupakan karakteristik wilayah yang dapat diketahui berdasarkan proses geomorfologi yang terjadi pada suatu wilayah. Proses geomorfologi yang terdapat pada suatu wilayah akan menghasilkan jenis bentuklahan tertentu. Berdasarkan prosesnya, maka jenis bentuklahan dapat digunakan untuk mengenali potensi bencana yang terjadi pada suatu wilayah. Bentuklahan berupa dataran banjir, rawa dan dataran rendah merupakan 2

3 bentuklahan yang mudah terkena banjir. Berdasarkan kondisi tersebut, maka bentuklahan dapat digunakan sebagai salah satu dasar dalam menentukan wilayah-wilayah yang berpotensi terkena banjir. Maka analisa bentuklahan merupakan fokus utama dalam menentukan potensi banjir masa lalu dan masa yang akan datang. 1.2.Perumusan Masalah Sub daerah aliran sungai Sileng terletak di sebagian Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah. Sungai Sileng merupakan anak sungai Progo yang berhulu di pegunungan Menoreh. Secara geomorfologi wilayah penelitian lebih didominasi dataran yang dikenal dengan dataran Borobudur. Menurut Murwanto 2009, dataran Borobudur merupakan dataran bekas rawa yang pada sisi selatan dibatasi oleh pegunungan Menoreh. Bukti keberadaan rawa ini adalah terdapatnya material lempung hitam yang terseimngkap pada lembah sungai dimana salah satunya dalah sungai Sileng. Rawa tersebut kemudian mengering karena dipengaruhi oleh aktivitas vulkanik dan tektonik yang berkembang di sekitar dataran Borobudur. Kawasan Borobudur merupakan kawasan wisata internasional yang banyak dikunjungi oleh wisatawan mancanegara. Karena merupakan wilayah wisata maka pada kawasan ini banyak terdapat penginapan dan homestay yang sebagian terletak di pinggir sungai Sileng seperti di Desa Candirejo. Masyarakat yang tinggal di sekitar sungai Sileng banyak memanfaatkan air sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mandi dan mencuci. Maka apabila terjadi kerusakan lahan pada daerah aliran sungai Sileng akan berpengaruh terhadap masyarakat yang tinggal di sekitar sungai ini. Berdasarkan kondisi fisik sub das Sileng yang mempunyai topografi yang terjal hingga datar dengan luas wilayah yang sempit (Gambar 1.2), maka kemungkinan wilayah ini mempunyai aliran air yang deras dan cepat kering. Menurut informasi masyarakat setempat apabila terjadi hujan yang deras maka akan terjadi banjir dengan air berwarna coklat dan mengalir cukup deras hingga menghanyutkan jembatan yang ada, namun tidak terjadi luapan air sungai. 3

4 Gambar 1.2. Perbukitan Menoreh yang terjal merupakan bagian dari sub das Sileng Berdasarkan kondisi yang terletak pada sub daerah aliran sungai Sileng, maka pertanyaan penelitian yang muncul terkait dengan kerawanan banjir adalah; a) Bagaimana kondisi bentuklahan dan karakteristik banjir di sub das Sileng? b) Bagaimana hubungan antara bentuklahan dengan kerawanan bencana banjir di sub DAS Sileng? 1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan maksud menyusun peta kerawanan banjir di Daerah Aliran Sungai Sileng, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Penyusunan peta kerawanan banjir ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui sebaran bentuklahan di sub DAS Sileng; 2. Menganalisis hubungan antara bentuklahan dengan kerawanan bencana banjir di sub DAS Sileng. 4

5 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai informasi untuk mengenal daerah yang mempunyai potensi bencana banjir; 2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penanggulangan bencana banjir Tinjauan Pustaka Pengertian Bencana Pemahaman umum dari istilah-istilah seperti bahaya (hazard), bencana (disaster) dan fenomena alam (natural phenomena) diperlukan sebagai dasar manajemen bencana. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.24 Tahun 2007, tentang Penanggulangan Bencana, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana dibagi menjadi tiga macam yaitu bencana alam, bencana non alam, bencana sosial. Fenomena alam merupakan proses klimatologis, hidrologis, atau ekologis ekstrim yang tidak menimbulkan ancaman apapun terhadap orang-orang atau properti, misalnya satu longsor besar pada satu area yang tidak berpenghuni merupakan suatu fenomena alam bukan suatu bahaya, karena tidak melibatkan kerugian manusia di dalamnya. Perlunya membuat satu perbedaan antara bahaya dan bencana, serta untuk mengenali pengaruh dari bahaya terhadap bencana merupakan tolok ukur untuk mengetahui kerentanan masyarakat. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah langsor. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, 5

6 klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu Kerawanan Menurut Undang-Undang Penanggulangan Bencana No , rawan bencana adalah kondisi atau karekteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, sosial, ekonomi dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. Sedang menurut Sutikno, 1994, kerawanan adalah tingkat kemungkinan suatu obyek bencana yang terdiri dari masyarakat, struktur, pelayanan atau daerah geografis mengalami kerusakan atau gangguan akibat dampak bencana atau kecenderungan sesuatu benda atau makhluk rusak akibat bencana. Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat diketahui bahwa terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan terjadinya kerawanan bencana pada suatu wilayah Banjir A. Pengertian Banjir Banjir merupakan fenomena alamiah yang merupakan cerminan terganggunya keseimbangan alamiah (Lemmens, 2006). Ketidakseimbangan pasokan dan luaran air yang dapat menimbulkan banjir dipengaruhi oleh faktor lereng, penutup lahan, tanah serta jumlah, intensitas hujan yang tinggi dan durasi hujan. Pengertian banjir yang lainnya dikemukakan oleh Lockwood (1987) banjir adalah meluapnya air sungai dan menggenangi daerah yang relatif lebih rendah terutama sekitar sungai tersebut. Luapan sungai tersebut terjadi karena adanya debit sungai yang besar, sehingga saluran sungai tidak mampu menampung debit tersebut, atau dengan kata lain kapasitas tampung saluran sungai terlampaui. Kedua pengertian tersebut mempunyai makna yang sama, banjir timbul karena 6

7 saluran sungai tidak dapat menampung jumlah air yang masuk dari aliran permukaan yang berasal dari curah hujan dengan intensitas yang tinggi. B. Karakteristik Bencana Banjir Berdasarkan kondisi fisik suatu wilayah, banjir mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Pemahaman akan karakteristik banjir diperlukan untuk mengetahui mekanisme banjir dan mengetahui kebijakan yang dapat diterapkan pada tipe-tipe banjir yang berbeda-beda. Pada umumnya, banjir dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu banjir akibat meluapnya sungai dan hujan lebat. a. Banjir Akibat Meluapnya Sungai Banjir jenis ini terjadi akibat kapasitas saluran/sungai tidak mampu menampung debit air yang ada, sehingga air meluap keluar melewati tanggul sungai. Daerah yang terkena banjir jenis ini biasanya adalah daerah sekitar (kanan/kiri) sungai yang letaknya cukup rendah atau merupakan dataran banjir. Kondisi yang sama dapat terjadi di perkotaan. Banjir di daerah perkotaan biasanya disebabkan oleh kapasitas saluran drainase/saluran air yang ada tidak mampu menampung lagi air hujan seiring dengan pertumbuhan kota. Banjir dapat juga terjadi di daerah hilir sebagai akibat hujan deras di bagian hulu, hal ini terjadi akibat karakteristik DAS tersebut (kelerengan, karakteristik tanah dan batuan, penutup lahan, dan sebagainya) atau karena telah rusaknya sistem hidrologis di bagian hulu, jenis ini dikenal juga sebagai banjir kiriman. b. Banjir Lokal Akibat Hujan Lebat Banjir lokal adalah banjir yang disebabkan oleh tingginya curah hujan dalam periode waktu tertentu (intensitas hujan tinggi) yang dapat menggenangi daerah relatif rendah (ledokan). Jenis banjir ini dapat terjadi pada daerah ledok/cekungan fluvial yang memiliki kelembaban tanah tinggi sehingga pada waktu terjadi hujan lebat, air tidak dapat meresap ke dalam tanah dan tidak mudah teratuskan. Dapat pula terjadi pada daerah ledok di perkotaan yang memiliki 7

8 persentase penutup lahan terbangun (permukiman) yang tinggi sehingga peresapan air sangat berkurang dan pengatusan tidak dapat berlangsung dengan baik. Banjir lokal dapat pula terjadi pada kaki perbukitan yang miring hingga landai. Dengan tingginya hujan yang jatuh di daerah tersebut, aliran permukaan tinggi dan menggenangi daerah yang dilaluinya dalam waktu relatif pendek tetapi dengan daya rusak yang tinggi. Banjir ini dikenal dengan banjir bandang (flash flood) seperti yang terjadi pada banjir bandang di Jember tahun Meyer (2003), mengklasifikasikan banjir menjadi tiga tipe, didasarkan pada lokasi dan kecepatan alirannya. Berikut dijelaskan lebih rinci mengenai ketiga tipe banjr tersebut. (1) Banjir Sungai Banjir sungai merupakan akumulasi dari jumlah run off atau jumlah total air yang mengalir dalam suatu aliran sungai (Fetter, 1998 dalam Meyer, 2004), biasanya terjadi musiman dalam sistem sungai. (2) Banjir Bandang Karakter dari banjir bandang ialah kecepatan air yang sangat tinggi baik dalam ketinggian maupun alirannya. Banjir bandang merupakan banjir yang paling bahaya (Meyer, 2004) karena dengan kecepatan aliran yang tinggi dalam waktu yang singkat tidak memungkinkan adanya peringatan dan persiapan. Banjir bandang biasanya terjadi akibat jebolnya tanggul atau bendungan, dan pada daerah bersalju akibat mencairnya salju di sungai-sungai. Penyebab alami banjir bandang, banjir sungai adalah curah hujan yang tinggi terkait dengan pola-pola cuaca musiman, sedang penyebab non alami banjir adalah manipulasi manusia terhadap batas air, saluran drainase dan dataran. Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya banjir antara lain aliran air yang cepat dari hulu ke hilir yang terjadi akibat hujan dan kemiringan lereng yang tinggi, permeabilitas tanah yang rendah, jebolnya tanggul dan bendungan, serta terhambatnya akses air di sungai akibat tersumbat oleh gundukan pasir (hasil sedimentasi). 8

9 (3) Banjir Pantai (rob) Banjir yang berasal dari pantai terkait dengan gelombang pasang tinggi yang terjadi baik karena siklon tropis, ombak tsunami, gelombang badai, maupun pasang tinggi air laut. C. Penyebab Bencana Banjir Asian Disaster Prepareness Center (2006) membagi penyebab banjir menjadi tiga faktor, yaitu faktor meteorologis, hidrologis, dan manusia. Secara terinci penyebab banjir adalah sebagai berikut ; 1. Faktor Meteorologis Kebanyakan banjir disebabkan oleh ekstrim, intens dan durasi hujan yang panjang yang biasanya disebabkan oleh : a) hujan lama; b) siklon; c) topan, badai, dan gelombang pasang. 2. Faktor Hidrologis Banjir juga dapat disebabkan oleh tingginya run off (limpasan air), yang disebabkan oleh: a) mencairnya salju dan es, b) lapisan tanah kedap air, c) tanah yang sudah jenuh air, d) minimnya infiltrasi tanah, dan e) erosi lahan. 3. Faktor Manusia Banjir dapat disebabkan baik oleh alam maupun aktivitas manusia, seperti: a) pertumbuhan penduduk yang tinggi, sehingga banyak terdapat lahan kedap air; b) penggunaan lahan-deforestrasi, pertanian yang intensif, kontrol banjir yang tidak terencanakan; 9

10 c) kurangnya kesadaran akan lingkungan hidup, pembuangan sampah pada badan sungai; d) urbanisasi; e) perubahan iklim, pengaruh pemanfaatan CFC (Chloro Flouro Carbon) yang tinggi. Menurut Seyhan dalam Paimin (2006), banjir disebabkan oleh faktor sebagai berikut; a) Meteorologis Faktor meteorologis akan terkait dengan kondisi presipitasi atau hujan yang meliputi jumlah, intensitas dan sebarannya. b) Karakteristik DAS Faktor karakteristik DAS terkait dengan kondisi topografi, tanah, geologi, vegetasi (penutupan lahan dan pada saluran) dan kerapatan drainase. c) Manusia Faktor manusia terkait dengan struktur hidrolik, keteknikan pertanian dan urbanisasi. Secara hidrologis banjir disebabkan oleh banyak faktor, antara lain intensitas hujan yang sangat tinggi, perubahan koefisien aliran/limpasan air hujan, perubahan alur sungai. Hujan lebat merupakan salah satu penyebab banjir, yang dapat menyebabkan debit sungai meningkat dan memungkinkan untuk meluap. Selain itu, hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi secara lokal berperan penting terhadap terjadinya banjir. Subandriyo (1996), mengkaji mengenai kerentanan banjir dengan pendekatan unit bentuklahan. Sumber penyebab banjir adalah curah hujan yang cukup tinggi, penggundulan hutan di bagian atas, gradien sungai kecil, pengaruh air laut pasang surut, jenis tanah yang memiliki daya infiltrasi kecil. Jumlah curah hujan dengan intensitas tinggi merupakan faktor timbulnya banjir, kondisi lahan merupakan tingginya aliran permukaan sehingga debit sungai tidak dapat tertampung oleh sistem sungai sehingga terjadi luapan dan genangan. 10

11 Daerah yang menjadi sasaran luapan adalah dataran banjir, cekungan aluvial, genangan terjadi karena tanah telah jenuh air sehingga tidak terjadi resapan Prediksi Bencana Banjir Menurut Paimin 2006, prediksi banjir bergantung pada pola musim, kapasitas saluran drainase, identifikasi lereng. Peringatan lebih baik dilakukan sebelumnya untuk banjir musiman, tetapi hanya beberapa menit sebelumnya dalam kasus dampak badai, banjir bandang, atau tsunami Faktor-Faktor yang Memberikan Kontribusi Terhadap Kerentanan Menurut Paimin 2006, faktor-faktor yang memberikan kontribusi terhadap kerentanan banjir adalah sebagai berikut; a. lokasi tempat hunian yang ada pada dataran (endapan) pada bantaran sungai; b. kurangnya kesadaran akan bahaya banjir; c. pengurangan daya serap tanah (erosi, penggunaan beton); d. bangunan-bangunan dan pondasi yang tidak tahan terhadap banjir. e. elemen-elemen infrastruktur yang berisiko tinggi, stok pangan dan tanaman yang belum dipanen yang tidak terlindungi; f. kapal-kapal nelayan dan industri kelautan; g. kurangnya informasi kejadian banjir; Dampak banjir Dampak yang ditimbulkan oleh bencana banjir adalah sebagai berikut (Paimin, 2006): 1). Kerusakan fisik : bangunan yang rusak karena hanyut, yang menjadi kebanjiran, runtuh, pengaruh dari puing yang mengapung. Tanah longsor karena tanah sudah jenuh air. 2). Korban dan kesehatan umum : kematian karena hanyut; kemungkinan munculnya wabah malaria, diare, infeksi virus, penyakit kulit. 11

12 3). Cadangan air : kontaminasi sumur dan air tanah, kemungkinan tidak tersedia air bersih. 4). Tanaman pangan dan cadangan makanan : panen dan stok pangan mungkin hilang karena banjir; binatang ternak, alat-alat pertanian dan bibit mungkin hilang. 5). Kerusakan lingkungan : daerah yang terlanda banjir menjadi rusak, memerlukan banyak waktu, tenaga dan biaya untuk memperbaikinya. 6). Aktifitas perekonomian terganggu : kegiatan ekonomi, arus barang dan jasa tidak lancar. Bentuklahan Zuidam dan Cancelado (1985), menjelaskan bahwa kajian utama geomorfologi adalah bentulahan yang mencakup empat aspek utama, yaitu: (a) morfologi, yang mengkaji masalah bentuk atau seluk-beluk permukaan bumi, baik morfografi yang sifatnya pemerian atau deskriptif, maupun morfometri yang sifatnya kuantitatif atau ukuran; (2) morfogenesis, yang mengkaji berbagai proses geomorfologi yang mengakibatkan perubahan bentuklahan dalam waktu pendek maupun panjang, baik proses oleh tenaga endogen mapun eksogen; (3) morfokronologi, yang mengkaji masalah evolusi pertumbuhan bentuklahan, urutan, dan umur pembentukannya, dikaitkan dengan proses yang bekerja padanya; dan (4) morfoaransemen, yang mengkaji hubungan geomorfologi dengan lingkungannya, yaitu hubungan dengan unsur-unsur bentanglahan lainnya, seperti batuan, struktur geologi, tanah, air, vegetasi dan penggunaan lahan. Pada suatu bentuklahan dapat terbentuk tidak hanya satu proses geomorfologi tetapi dapat lebih. Perbedaan dari berbagai bentuklahan tersebut dicirikan oleh keadaan relief, material (batuan/tanah, struktur) dan proses geomorfik. Terbentuknya suatu bentuklahan berjalan lambat dan membutuhkan proses yang lama. Karena proses yang berjalan lambat dan terus-menerus, maka proses geomorfik yang berkembang saat ini dapat digunakan untuk mengetahui proses yang berkembang di masa lalu, maka kondisi lingkungan dan geografi masa lalu juga dapat diketahui dari kondisi geomorfologi masa kini. 12

13 Kajian geomorfologi lebih menekankan pada genesis bentuklahan hubungannnya dengan material penyusun bentuklahan dan proses-proses geomorfik yang bekerja sehingga mengubah bentuklahan. Perubahan permukaan Bumi diakibatkan oleh adanya proses geomorfik yang bekerja baik dari dalam (tenaga endogen) maupun dari luar (tenaga eksogen). Tenaga endogen dapat dicontohkan seperti aktivitas gunungapi dan tektonik sehingga menghasilkan perubahan struktur geologi dan geomorfologi. Tenaga eksogen dapat dicontohkan berupa air yang mengalir (fluvial), gelombang dan arus air laut (marine), angin (eoline) dan es mencair (glasial). Bentuklahan atas dasar proses genetiknya dapat diklasifikasikan menjadi sembilan yang meliputi bentuklahan asal proses struktural, volkanik, denudasional, solusional, fluvial, marin, eolian, glasial dan antropogenik Kerangka Pemikiran Teoritik Kejadian bencana banjir tergantung pada kondisi daerah aliran sungai pada suatu wilayah. Daerah aliran sungai merupakan suatu sistem pola aliran permukaan yang didalamnya teridiri dari bagian hulu hingga hilir sungai. Hulu sungai merupakan tempat ditangkapnya air yang kemudian dialirkan menuju hilir sungai. Apabila bagian hulu sungai tidak mampu menyimpan air hujan maka secara langsung akan mengalirkannya ke hilir dan dapat mengakibatkan bencana banjir. Namun selain hujan kondisi bentuklahan yang terdapat pada suatu daerah aliran sungai juga berperan terhadap proses terjadinya banjir. Bentuklahan merupakan bentukan permukaan bumi yang disebabkan oleh faktor atau proses alamiah yang berasal dari endogen maupun eksogen. Terbentuknya suatu bentuklahan disebabkan suatu tenaga yang prosesnya berulang-ulang sehingga memberikan ciri dan karakter yang berbeda-beda. Bentuklahan yang mempunyai kecenderungan banjir merupakan daerah-daerah yang memiliki kondisi yang rendah dengan lereng cekung. Bentuklahan marin dan bentuklahan fluvial dapat dimasukkan dalam kriteria tersebut. Bentuklahan marin secara materi penyusun memiliki material penyusun yang bersifat porus, sehingga permeabilitas sangat cepat akan tetapi banjir yang yang terjadi pada bentuklahan 13

14 marin pada umumnya terjadi karena adanya pasang. Bentuklahan fluvial merupakan suatu bentuklahan yang baik untuk permukiman karena kondisi kemiringan yang landai, suplai air yang memadai dengan air tanah yang baik. Iklim mempunyai penbgaruh kuat terhadap terjadinya bencana banjir. Iklim dalam hal ini hujan merupakan input air yang selanjutnya akan mengalir di permukaan. Besarnya banjir pada suatu daerah aliran sungai tergantung pada besarnya air yang dialirkan pada daerah aliran sungai tersebuit. Besarnya air yang turun pada suatu wilayah dapat diketahui berdasarkan karakter iklim yang dapat diperoleh dari data curah hujan. Curah hujan pada suatu wilayah akan berpengaruh terhadap besarnya air yang turun pada wilayah tersebut. Apabila hujan cukup besar sehingga mengakibatkan sungai tidak mampu menampung aliran air, sehingga berpotensi terjadi bencana banjir. Aktivitas manusia mempunyai peran terhadap kerawanan banjir. Hal ini dikarenakan dengan adanya aktivitas manusia akan berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan. Semakin banyaknya manusia yang merubah lahan akan berpegaruh terhadap kemampuan infiltrasi sehingga ketika terjadi hujan, maka akan menjadi aliran permukaan dan dapat mengakibatkan banjir. 14

15 Daerah Aliran Sungai Klimatologi Bentuklahan Aktivitas Manusia Curah Hujan Karakteristik Banjir Kerawanan Banjir berdasarkan Bentuklahan Gambar 1.3. Kerangka Teori Penelitian 15

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana alam tampak semakin meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh proses alam maupun manusia itu sendiri. Kerugian langsung berupa korban jiwa, harta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dengan morfologi yang beragam, dari daratan sampai pegunungan serta lautan. Keragaman ini dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai.

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami banjir. 2. Memahami gelombang pasang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Longsorlahan Longsorlahan adalah salah satu bentuk dari gerak masa tanah, batuan dan runtuhan batu/tanah yang terjadi seketika bergerak menuju lereng bawah yang dikendalikan

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA BENCANA :

MITIGASI BENCANA BENCANA : MITIGASI BENCANA BENCANA : suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang

Lebih terperinci

BANJIR (PENGERTIAN PENYEBAB, DAMPAK DAN USAHA PENANGGULANGANNYA)

BANJIR (PENGERTIAN PENYEBAB, DAMPAK DAN USAHA PENANGGULANGANNYA) BANJIR (PENGERTIAN PENYEBAB, DAMPAK DAN USAHA PENANGGULANGANNYA) Delapan kecamatan di Kota Cilegon dilanda banjir, Rabu (25/4). Banjir kali ini merupakan yang terparah karena merata di seluruh kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia terletak di daerah katulistiwa dengan morfologi yang beragam dari daratan sampai pegunungan tinggi. Keragaman morfologi ini banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Potensi longsor di Indonesia sejak tahun 1998 hingga pertengahan 2008, tercatat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir sudah menjadi masalah umum yang dihadapi oleh negaranegara di dunia, seperti di negara tetangga Myanmar, Thailand, Filipina, Malaysia, Singapore, Pakistan serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah , I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bencana banjir dikatagorikan sebagai proses alamiah atau fenomena alam, yang dapat dipicu oleh beberapa faktor penyebab: (a) Fenomena alam, seperti curah hujan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana sosial

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana sosial BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Menurut undang-undang Nomor 24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,

Lebih terperinci

PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK

PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK Nama Kelompok : IN AM AZIZUR ROMADHON (1514031021) MUHAMAD FAISAL (1514031013) I NENGAH SUMANA (1514031017) I PUTU MARTHA UTAMA (1514031014) Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banjir yang melanda beberapa daerah di wilayah Indonesia selalu

BAB I PENDAHULUAN. Banjir yang melanda beberapa daerah di wilayah Indonesia selalu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir yang melanda beberapa daerah di wilayah Indonesia selalu dikaitkan dengan aktifitas pembabatan hutan (illegal logging) di kawasan hulu dari sistem daerah aliran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di bumi terdapat kira-kira 1,3 1,4 milyar km³ air : 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana sebagai peristiwa/kejadian potensial yang merupakan ancaman terhadap kesehatan, keamanan, atau kesejahteraan masyarakat atau fungsi ekonomi masyarakat atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia, Pasifik dan Australia dengan ketiga lempengan ini bergerak saling menumbuk dan menghasilkan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Uraian Umum Banjir besar yang terjadi hampir bersamaan di beberapa wilayah di Indonesia telah menelan korban jiwa dan harta benda. Kerugian mencapai trilyunan rupiah berupa rumah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 yang lalu adalah letusan terbesar jika dibandingkan dengan erupsi terbesar Gunung Merapi yang pernah ada dalam sejarah yaitu tahun 1872.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berdasarkan UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pasal 6 ayat (1), disebutkan bahwa Penataan Ruang di selenggarakan dengan memperhatikan kondisi fisik wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan air memungkinkan terjadinya bencana kekeringan.

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan air memungkinkan terjadinya bencana kekeringan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air adalah salah satu sumberdaya alam yang sangat berharga bagimanusia dan semua makhluk hidup. Air merupakan material yang membuat kehidupan terjadi di bumi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berada pada pertemuan tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng pasifik. Pertemuan tiga

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN

Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN Novitasari,ST.,MT. TIU & TIK TIU Memberikan pengetahuan mengenai berbagai metode dalam penanganan drainase, dan mampu menerapkannya dalam perencanaan drainase kota:

Lebih terperinci

Definisi dan Jenis Bencana

Definisi dan Jenis Bencana Definisi dan Jenis Bencana Definisi Bencana Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan definisi bencana sebagai berikut: Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami pengertian mitigasi. 2. Memahami adaptasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang

TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang dibatasi oleh batas batas topografi secara alami sehingga setiap air hujan yang jatuh dalam

Lebih terperinci

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X Geografi HIDROSFER I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami pengertian hidrosfer dan siklus hidrologi.

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BAB II KONDISI UMUM LOKASI 6 BAB II KONDISI UMUM LOKASI 2.1 GAMBARAN UMUM Lokasi wilayah studi terletak di wilayah Semarang Barat antara 06 57 18-07 00 54 Lintang Selatan dan 110 20 42-110 23 06 Bujur Timur. Wilayah kajian merupakan

Lebih terperinci

HIDROSFER IV. Tujuan Pembelajaran

HIDROSFER IV. Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X Geografi HIDROSFER IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami banjir dan faktor penyebabnya. 2. Memahami

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN Latar Belakang Kejadian bencana di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Bencana hidro-meteorologi seperti banjir, kekeringan, tanah longsor, puting beliung dan gelombang pasang

Lebih terperinci

Berilah tanda silang (X) huruf a, b,c, atau d pada jawaban yang paling tepat!

Berilah tanda silang (X) huruf a, b,c, atau d pada jawaban yang paling tepat! 53 Lampiran 1 Soal Uji Valid SOAL UJI VALIDITAS 54 Berilah tanda silang (X) huruf a, b,c, atau d pada jawaban yang paling tepat! 1. Pengikisan tanah oleh aliran air disebut... a. Abrasi b. Reboisasi c.

Lebih terperinci

MODEL PENANGGULANGAN BANJIR. Oleh: Dede Sugandi*)

MODEL PENANGGULANGAN BANJIR. Oleh: Dede Sugandi*) MODEL PENANGGULANGAN BANJIR Oleh: Dede Sugandi*) ABSTRAK Banjir dan genangan merupakan masalah tahunan dan memberikan pengaruh besar terhadap kondisi masyarakat baik secara social, ekonomi maupun lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan

Lebih terperinci

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan DIPRESENTASIKAN OLEH : 1. MAGDALENA ERMIYANTI SINAGA (10600125) 2. MARSAHALA R SITUMORANG (10600248) 3. SANTI LESTARI HASIBUAN (10600145) 4. SUSI MARIA TAMPUBOLON

Lebih terperinci

dua benua dan dua samudera. Posisi unik tersebut menjadikan Indonesia sebagai

dua benua dan dua samudera. Posisi unik tersebut menjadikan Indonesia sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang dilewati oleh garis katulistiwa di apit oleh dua benua dan dua samudera. Posisi unik tersebut menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat suatu bencana.

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat suatu bencana. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Ilmu tentang bencana semakin berkembang dari tahun ke tahun seiring semakin banyaknya kejadian bencana. Berawal dengan kegiatan penanggulangan bencana mulai berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Akibat tumbukan antara

Lebih terperinci

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. Tipe-Tipe Tanah Longsor 1. Longsoran Translasi Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. 2. Longsoran Rotasi Longsoran

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.2

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.2 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.2 1. Serangkaian peristiwa yang menyebabkan gangguan yang mendatangkan kerugian harta benda sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau utama dan ribuan pulau kecil disekelilingnya. Dengan 17.508 pulau, Indonesia menjadi negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah longsor adalah suatu produk dari proses gangguan keseimbangan yang menyebabkan bergeraknya massa tanah dan batuan dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun 1621, 1654 dan 1918, kemudian pada tahun 1976, 1997, 2002 dan 2007. Banjir di Jakarta yang terjadi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Pengertian Bencana Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana mempunyai arti sesuatu yang menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau penderitaan. Sedangkan bencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari sekedar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari sekedar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari sekedar refleksi fenomena alam yang secara geografis sangat khas untuk wilayah tanah air kita. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang terdapat di permukaan bumi, meliputi gejala-gejala yang terdapat pada lapisan air, tanah,

Lebih terperinci

HIDROSFER. Lili Somantri,S.Pd Dosen Jurusan Pendidikan Geografi UPI

HIDROSFER. Lili Somantri,S.Pd Dosen Jurusan Pendidikan Geografi UPI HIDROSFER Lili Somantri,S.Pd Dosen Jurusan Pendidikan Geografi UPI Disampaikan dalam Kegiatan Pendalaman Materi Geografi SMP Bandung, 7 September 2007 Peserta workshop: Guru Geografi SMP Siklus Air Dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 I-1 BAB I 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali merupakan bagian dari Satuan Wilayah Sungai (SWS) Pemali-Comal yang secara administratif berada di wilayah Kabupaten Brebes Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana telah mengakibatkan suatu penderitaan yang mendalam bagi korban serta orang yang berada di sekitarnya. Kerugian tidak hanya dialami masyarakat yang terkena

Lebih terperinci

meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan deras, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan

meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan deras, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hujan adalah jatuhnya air hujan dari atmosfer ke permukaan bumi dalam wujud cair maupun es. Hujan merupakan faktor utama dalam pengendalian daur hidrologi di suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dan memiliki kurang lebih 17.504 buah pulau, 9.634 pulau belum diberi nama dan 6.000 pulau tidak berpenghuni

Lebih terperinci

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...)

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...) Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...) Disampaikan pada PELATIHAN PENGELOLAAN DAS (25 November 2013) KERJASAMA : FORUM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam yang kompleks sehingga menjadikan Provinsi Lampung sebagai salah satu daerah berpotensi tinggi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir (coast) dan pantai (shore) merupakan bagian dari wilayah kepesisiran (Gunawan et al. 2005). Sedangkan menurut Kodoatie (2010) pesisir (coast) dan pantai (shore)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2016), bencana tanah longsor

BAB I PENDAHULUAN. atau Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2016), bencana tanah longsor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan terhadap bencana tanah longsor. Berdasarkan Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI) dari BNPB atau Badan Nasional

Lebih terperinci

TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA

TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA Oleh 1207055018 Nur Aini 1207055040 Nur Kholifah ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS MULAWARMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan menunjukkan bahwa manusia dengan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi yang luasnya 510 juta km 2, oleh karena itu persediaan air di

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi yang luasnya 510 juta km 2, oleh karena itu persediaan air di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara maritim dimana sebagian besar wilayahnya terdiri dari wilayah perairan kurang lebih 70,8 % dari luas permukaan bumi yang luasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan di berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kajian bencana mewarnai penelitian geografi sejak tsunami Aceh 2004. Sejak itu, terjadi booming penelitian geografi, baik terkait bencana gempabumi, banjir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir tahun 2013 hingga awal tahun 2014 Indonesia dilanda berbagai bencana alam meliputi banjir, tanah longsor, amblesan tanah, erupsi gunung api, dan gempa bumi

Lebih terperinci

BENTUK LAHAN (LANDFORM) MAYOR DAN MINOR

BENTUK LAHAN (LANDFORM) MAYOR DAN MINOR BENTUK LAHAN (LANDFORM) MAYOR DAN MINOR BENTUK LAHAN MAYOR BENTUK LAHAN MINOR KETERANGAN STRUKTURAL Blok Sesar Gawir Sesar (Fault Scarp) Gawir Garis Sesar (Fault Line Scarp) Pegunungan Antiklinal Perbukitan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Setelah dilakukan penelitian dengan mengumpulkan data skunder dari instansi terkait, dan data primer hasil observasi dan wawancara maka dapat diperoleh

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA Disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) Dosen: PELATIHAN DAN SOSIALISASI PEMBUATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan sumber air yang dapat dipakai untuk keperluan makhluk hidup. Dalam siklus tersebut, secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Daerah

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Daerah pertemuan antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Di Indonesia banyak sekali terdapat gunung berapi, baik yang masih aktif maupun yang sudah tidak aktif. Gunung berapi teraktif di Indonesia sekarang ini adalah Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana yang tinggi. Salah satu bencana yang banyak melanda daerah-daerah di

BAB I PENDAHULUAN. bencana yang tinggi. Salah satu bencana yang banyak melanda daerah-daerah di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kerawanan bencana yang tinggi. Salah satu bencana yang banyak melanda daerah-daerah di Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT - 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai suatu negara kepulauan yang mempunyai banyak sekali gunungapi yang berderet sepanjang 7000 kilometer, mulai dari Sumatera, Jawa,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DAS (Daerah Aliran Sungai) Daerah aliran sungai adalah merupakan sebuah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis, yang menampung, menyimpan dan mengalirkan curah hujan yang

Lebih terperinci

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG Titik Poerwati Leonardus F. Dhari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bentukan pada dataran banjir sungai yang berbentuk kelokan karena pengikisan tebing sungai, daerah alirannya disebut sebagai Meander Belt. Meander ini terbentuk apabila

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana dapat datang secara tiba-tiba, dan mengakibatkan kerugian materiil dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan menanggulangi dan memulihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sangat rawan bencana. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya berbagai bencana yang melanda berbagai wilayah secara terus menerus, yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut (Triatmodjo, 2008:1).Hidrologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya. Penerapan ilmu hidrologi

Lebih terperinci

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini Abstract Key words PENDAHULUAN Air merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Banjir sebagai fenomena alam terkait dengan ulah manusia terjadi sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi daerah hulu,

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Banjir

Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Banjir TINJAUAN PUSTAKA Banjir Sunaryo et al (2004) mengemukakan bahwa banjir terjadi ketika volume air tidak lagi tertampung dalam wadah yang seharusnya, sehingga menggenangi daerah atau kawasan lain. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bentuklahan, meliputi proses-proses yang bekerja terhadap batuan induk dan perubahanperubahan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Seminar Lokakarya Nasional Geografi di IKIP Semarang Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Seminar Lokakarya Nasional Geografi di IKIP Semarang Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Seminar Lokakarya Nasional Geografi di IKIP Semarang Tahun 1989, Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena Geosfer dengan sudut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Hal ini terungkap mengingat bahwa negara indonesia adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Hal ini terungkap mengingat bahwa negara indonesia adalah salah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara kesatuan republik indonesia bertanggung jawab melindungi segenap bangsa indonesia dengan tujuan untuk memberikan perlindungan terhadap kehidupan dan penghidupan

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara dengan jumlah kepulauan terbesar didunia. Indonesia memiliki dua musim dalam setahunnya, yaitu musim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Surabaya merupakan kota yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat dan menyumbang pendapatan Negara yang sangat besar. Surabaya juga merupakan kota terbesar kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia dikenal sebagai sebuah negara kepulauan. Secara geografis letak Indonesia terletak pada 06 04' 30"LU - 11 00' 36"LS, yang dikelilingi oleh lautan, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai tempat terutama daerah tropis khususnya di daerah pegunungan yang nantinya akan sangat berpengaruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah banjir dan kekeringan merupakan masalah-masalah nasional yang akhir-akhir ini terjadi hampir diseluruh wilayah Indonesia. Kedua masalah tadi saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan fenomena lingkungan yang sering dibicarakan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan fenomena lingkungan yang sering dibicarakan. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banjir merupakan fenomena lingkungan yang sering dibicarakan. Hal ini tentu saja dikarenakan banyak wilayah di Indonesia pada saat musim hujan sering dilanda

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekologi bentanglahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekologi bentanglahan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekologi bentanglahan Vink (1983) dalam Samadikun (2009) menyatakan studi bentanglahan merupakan sebuah studi yang mengaitkan hubungan erat antara ruang dan waktu diantara fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geografi merupakan ilmu yang berusaha menemukan dan memahami persamaan-persamaan dan perbedaan yang ada dalam ruang muka bumi (Sandy, 1988: 6). Persamaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan makhluk hidup khususnya manusia, antara lain untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri dan tenaga

Lebih terperinci

Definisi dan Jenis Bencana

Definisi dan Jenis Bencana Definisi dan Jenis Bencana Definisi Bencana Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan definisi bencana sebagai berikut: Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada sifat-sifat arus tetapi juga pada sifat-sifat sedimen itu sendiri. Sifat-sifat di dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi banjir ialah aliran air sungai yang tingginya melebih muka air normal, sehinga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK DAS Citarum merupakan DAS terpanjang terbesar di Jawa Barat dengan area pengairan meliputi Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Bekasi, Cianjur, Indramayu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. Perencanaan

Lebih terperinci

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa AY 12 TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa tanah ke tempat yang relatif lebih rendah. Longsoran

Lebih terperinci