Pengaruh visitasi farmasis terhadap potensi interaksi obat pada pasien lanjut usia rawat inap di Bangsal Dahlia RSUD. Prof. Dr.
|
|
- Liana Sucianty Oesman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Majalah Heny Ekowati Farmasi Indonesia, 17(4), , 2006 Pengaruh visitasi farmasis terhadap potensi interaksi obat pada pasien lanjut usia rawat inap di Bangsal Dahlia RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo The effect of pharmacy visit to the potential drug interactions in the hospitalized geriatric patient at Dahlia ward Prof. Dr. Margono Soekarjo hospital Heny Ekowati 1), Tungggul Adi P. 1), Trisnowati 1) dan Budi Rahardjo 2) 1) Program Sarjana Farmasi Unsoed Purwokerto 2) RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto Abstrak Asuhan kefarmasian (pharmaceutical care) adalah praktek dimana farmasis bertanggungjawab terhadap kebutuhan terapi obat pasien dan mempunyai akuntabilitas atas komitmen tersebut. Visitasi farmasis di bangsal adalah perwujudan dari pharmaceutical care di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka interaksi obat yang potensial terjadi pada pasien lanjut usia di bangsal rawat inap Dahlia RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo sesudah dan sebelum dilakukan visitasi farmasis. Penelitian menggunakan metoda before and after study, membandingkan angka interaksi sebelum dan sesudah visitasi farmasis yang dilakukan mulai bulan Maret Juni Jumlah pasien yang menjadi subyek penelitian sebanyak 46 orang. Signifikansi perbedaan angka interaksi obat sebelum dan sesudah visitasi farmasis diuji dengan uji Mann-Whitney. Perangkat lunak yang digunakan dalam analisis statistik adalah SPSS (Statistical Product for Social Science) versi 11. Hasil penelitian menunjukkan total interaksi obat yang potensial sebelum dan sesudah visitasi farmasis berturut-turut adalah 3,69% dan 5,12.%. Rata-rata angka interaksi per pasien dengan signifikansi-1, 2 dan 3 sebelum visitasi berturut-turut adalah 0,08 ; 0,16 dan 0,04.; sedangkan rata-rata angka interaksi per pasien dengan signifikansi-1, 2 dan 3 sesudah visitasi berturut-turut adalah 0,33 ; 0,14 dan 0,09. Dari hasil uji signifikasi perbedaan angka interaksi menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan (P> 0,05) antara angka interaksi sebelum dan sesudah visitasi. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk perbaikan sistem pelayanan kefarmasian di RSUD Prof. Dr Margono Soekarjo Purwokerto. Kata Kunci : visitasi farmasis, pasien lanjut usia, potensi interaksi obat Abstract Pharmaceutical care is the responsible provision of drug therapy for the purpose of achieving definite outcomes that improve a patient s quality of life. Ward pharmacy is one way to realizing pharmaceutical care. This research s aim was to study potential drug interactions in geriatric patient hospitalized at Dahlia ward Prof. Dr. Margono Soekarjo hospital, before and after ward pharmacy. The research used before and after study method, comparing potential drug interactions before and after ward pharmacy from March - June Majalah Farmasi Indonesia, 17(4),
2 Pengaruh visitasi farmasis... The different significance of drug interactions before and after ward pharmacy tested with Mann-Whitney test. Software which used in statistical analysis was SPSS (Statistical Product Social Science for) version 11. The study showed that total potential drug interaction before and after ward pharmacy were 3,69% and 5,12%. Drug interactions with significance rating 1, 2, and 3 before ward pharmacy were 0.08 ; 0.16 and 0.04 respectively ; while after ward pharmacy were 0.33 ; 0.14 and 0.09 respectively. The statistical analysis indicate that there was no a significance difference of drug interactions before and after ward pharmacy (P> 0,05). The result was used to improve the system of pharmaceutical care in RSUD Prof. Dr Margono Soekarjo Purwokerto. Key words: ward pharmacy, geriatric patient, potential drug interaction Pendahuluan Asuhan kefarmasian (pharmaceutical care) didefinisikan sebagai praktek dimana praktisinya (farmasis) bertanggungjawab terhadap kebutuhan terapi obat pasien dan mempunyai akuntabilitas atas komitmen tersebut (Cipolle,.et al.,1998). Visitasi farmasis di bangsal adalah perwujudan asuhan kefarmasian di rumah sakit. Salah satu tugas penting farmasis dalam asuhan kefarmasian adalah identifikasi interaksi obat (Fradgley, 2003). Interaksi obat didefinisikan sebagai fenomena yang terjadi ketika efek farmakokinetik dari suatu obat berubah karena adanya pemberian obat yang lain (Tatro, 2001). Pembatasan tentang interaksi obat bervariasi. Sebagian membatasi pada efek yang tidak dikehendaki, sementara sebagian yang lain memiliki pembatasan yang luas dengan memasukkan interaksi antara obat dengan obat, obat dengan makanan, obat dengan substansi endogen, obat dengan senyawa kimia lingkungan/industri, dan obat dengan tes laboratorium, baik interaksi yang bermanfaat maupun yang merugikan (Tatro, 2001). Pengkhususan penelitian ini pada pasien geriatrik didasari oleh kenyataan bahwa proses penuaan akan mengakibatkan terjadinya beberapa perubahan fisiologi, anatomi, psikologi, dan sosiologi (Prest, 2003), dan meningkatnya potensi terkena penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskuler dan diabetes. Penyakitpenyakit tersebut biasanya ditangani dengan penggunan terapi obat yang sifatnya polifarmasi yang akan memunculkan resiko efek samping obat hampir sembilan kali dibanding jika mengkonsumsi satu obat (Beers, 1998). Polifarmasi juga akan memunculkan masalah interaksi obat, meskipun tidak semua interaksi bermakna secara klinis (Prest, 2003). Asuhan kefarmasian sudah berkembang dengan baik di Amerika. Namun, hasil penelitian yang dilakukan terhadap pasien rawat inap di rumah sakit, diperoleh data-data masalah yang berkaitan dengan terapi obat. Di Amerika, tercatat 21.% komunitasnya adalah lansia dan 40.% nya mendapat perawatan di rumah serta mendapatkan minimal satu obat yang potensial tidak tepat (Lam dan Ruby, 2005). Penapisan yang dilakukan di Apotek Peduli, RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo tanggal 2 Januari 2004, diperoleh data bahwa dari 16.% populasi pasien lanjut usia, mengkonsumsi 27% dari total obat yang dikonsumsi pada hari tersebut, dan tiap pasien lanjut usia rata-rata mengkonsumsi 3,6 obat per hari (Raharjo, 2004). Dalam upaya peningkatan pelayanan kepada pasien, Instalasi Farmasi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo mulai melaksanakan visitasi farmasis pada bulan Juni Peran farmasis dalam visitasi ini adalah konseling obat langsung (bedside drug counseling). Konseling bertujuan untuk mengetahui data kebutuhan obat (drug therapy need) serta riwayat pengobatan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka interaksi obat yang potensial terjadi pada pasien lanjut usia di bangsal rawat inap Dahlia RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo sesudah dan sebelum dilakukan visitasi farmasis. Metodologi Desain penelitian Penelitian ini menggunakan metode before and after study, artinya membandingkan angka interaksi obat sebelum dan sesudah visitasi farmasis dilakukan. Bentuk asuhan kefarmasian yang dilakukan oleh farmasis pada visitasi ini adalah 200 Majalah Farmasi Indonesia, 17(4), 2006
3 Heny Ekowati bedside drug counseling. Dilakukan oleh farmasis di bangsal rawat inap RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo dibantu oleh mahasiswa farmasis. Angka interaksi obat pada penelitian ini adalah angka interaksi obat yang potensial terjadi pada pasien lansia berdasar standar signifikansi yang terdapat pada buku Drug Interaction Facts (Tatro, 2001). Subyek penelitian Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah pasien umum (bukan pasien ASKES) dengan usia sama dengan atau lebih dari 55 tahun pada bangsal Rawat Inap Ruang Dahlia RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo pada periode Maret hingga Juni Jumlah pasien yang menjadi subyek penelitian sebanyak 46 orang (25 orang sebelum intervensi, 21 orang sesudah intervensi). Jalannya penelitian Penelitian dilaksanakan dengan metode retrospektif, dilakukan penelusuran terhadap potensi interaksi obat berdasarkan rekam medik dan kartu obat pasien umum (bukan pasien ASKES) RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo pada periode Maret hingga Juni Pengumpulan data dilakukan sebelum dan sesudah visitasi pada pasien lanjut usia yaitu usia sama dengan atau lebih dari 55 tahun pada bangsal Rawat Inap Ruang Dahlia. Analisis hasil Angka interaksi obat ditentukan berdasarkan standar signifikansi yang terdapat pada buku Drug Interaction Facts (Tatro, 2001). Signifikansi interaksi obat menggunakan kisaran angka 1 hingga 5. Angka 1 menyatakan interaksi yang signifikan, sedangkan angka 5 menyatakan interaksi yang tidak signifikan. Signifikansi interaksi ditinjau dari 3 faktor, yaitu onset (waktu yang dibutuhkan sehingga efek interaksi obat muncul), dokumentasi (jumlah dan kualitas literatur atau penelitian yang menerangkan interaksi tersebut), keparahan yang ditimbulkan oleh interaksi tersebut. Signifikansi perbedaan angka interaksi obat sebelum dan sesudah visitasi farmasis dilakukan dengan uji Mann-Whitney. Perangkat lunak yang digunakan dalam analisis statistik adalah SPSS (Statiscal Product for Social Science) versi 11. Tabel I. Angka Interaksi Obat (Jumlah dan persentase) Signifikasi Perlakuan Sebelum visitasi Sesudah Visitasi (0,19%) 7 (0,73%) 5 (0,47%) 3 (0,31%) 1 (0,09%) 2 (0,21%) Hasil Dan Pembahasan Pada penelitian ini, dari 46 pasien (25 sebelum visitasi dan 21 orang sesudah visitasi), diperoleh data bahwa pada 32 pasien (69%) kemungkinan terjadi potensi interaksi obat. Pada Tabel I, interaksi 1 3 menunjukkan jumlah kurang dari 1%. Dari data ini dapat dikatakan bahwa polifarmasi memunculkan masalah interaksi obat, meskipun tidak semua interaksi obat bermakna secara klinis. Efek dan keparahan interaksi obat dapat sangat bervariasi antara pasien yang satu dengan yang lain. Kelompok lanjut usia, merupakan kelompok yang rentan terhadap interaksi obat (Prest, 2003). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati, et al., (2005), di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta, yang mengidentifikasi adanya permasalahan yang terkait dengan obat (Drug Related Problems) pada pasien lanjut usia di bangsal rawat inap Bougenvil pada bulan Maret 2005 dan ditemukan interaksi obat yang bermakna secara klinik sebesar 1%. Jumlah interaksi obat yang tidak teridentifikasi (kombinasi obat yang tidak terdapat pada laporan fakta interaksi obat yang tercakup pada buku Drug Interaction Fact) mempunyai persentase yang paling besar, yaitu lebih dari 90% (Tabel I). Hal ini menunjukkan bahwa ada kemungkinan obat-obat yang digunakan tidak berinteraksi, atau kemungkinan lain adalah belum adanya penelitian mengenai interaksi yang terjadi obat-obat tersebut. Pada penelitian ini, obat-obat kardiovaskuler serta kombinasinya, merupakan golongan yang berinteraksi dengan signifikansi 1 paling besar (digoksin-furosemid, digoksinamiodaron, captopril-spironolakton). Hal ini dapat dipahami karena penyakit-penyakit yang dialami oleh golongan lanjut usia biasanya adalah penyakit degeneratif, termasuk di 11 (1,04%) 18 (1,88%) 20 (1,90%) 19 (1.99%) Kombinasi yang tidak terdapat pada standar 1020 (96,31%) Total Kombinasi obat (94,88%) 956 Majalah Farmasi Indonesia, 17(4),
4 Pengaruh visitasi farmasis... Tabel II. Obat yang berinteraksi sebelum dan sesudah visitasi Sebelum visitasi Setelah visitasi Signifikansi Obat yang berinteraksi Angka kejadian 1 Furosemid Digoxin 2 1 Furosemid Gentamisin 1 2 Ampisilin Allopurinol 1 2 Aminofilin Ciprofloksasin 1 2 Gentamicin Cefotaxim 1 2 Fenitoin Parasetamol 1 3 Captopril Furosemid 1 3 Antasid aspirin 1 1 Furosemid Digoxin 4 1 Amiodaron Digoxin 1 1 Amiodaron ciprofloksasin 1 1 Captopril Spironolakton 1 2 Digoxin Spironolakton 1 2 Ciprofloxacin Aminophylin 1 2 Deksamethason-Aspilet 1 3 Captopril Furosemid 1 3 Simetidin Klordiazepoxid 1 Tabel III. Rata-rata angka interaksi obat per pasien Angka interaksi-1 Angka interaksi-2 Angka interaksi-3 Sebelum visitasi Sesudah visitasi dalamnya adalah penyakit kardiovaskuler (Beers, 1998). Data yang dianalisis pada penelitian ini adalah data angka signifikansi 1,2,3 karena pada angka tersebut kejadian interaksi akan mengakibatkan keparahan, kemungkinan mengancam jiwa, dan data-datanya telah terdokumentasi dengan baik. Sedangkan pada interaksi 4 dan 5, tingkat keparahan rendah serta tidak didukung dengan data yang memadai (Tatro, 2001). Hasil analisis rata-rata terhadap angka interaksi obat menunjukkan bahwa angka interaksi 1 dan 3 sesudah visitasi cenderung meningkat, sedangkan pada angka interaksi 2 sesudah visitasi cenderung menurun. Berdasarkan analisis dengan uji Mann- Whitney (tingkat kesalahan 5%) untuk melihat signifikansi sebelum dan sesudah perlakuan menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna pada angka interaksi 1, 2, dan 3 serta total interaksi (penjumlahan angka interaksi 1, 2, dan 3). Pelaksanaan visitasi farmasis di RSUD Prof. Dr. Margono mulai dilakukan pada bulan Juni Bentuk asuhan kefarmasian yang dilakukan oleh farmasis pada visitasi ini adalah bedside drug counseling, yaitu konseling farmasis terhadap pasien di bangsal rawat inap mengenai cara penggunaan obat, penjaminan kepatuhan minum obat, dan penjaminan ketepatan obat terhadap penyakit yang diderita. Selain itu, juga dilakukan monitoring peresepan obat dengan penapisan resep untuk melihat jumlah obat yang diresepkan. Setelah farmasis melakukan klarifikasi dengan perawat di ruangan, jumlah obat akan dikurangi sesuai dengan kebutuhan. Dalam pelaksanaan asuhan kefarmasian di bangsal Dahlia, farmasis belum dapat mengintervensi penulisan resep oleh dokter, sehingga angka interaksi tidak berubah secara signifikan. Hal ini terjadi karena pelaksanaan bed drug counseling oleh farmasis belum merupakan satu kesatuan dengan pelaksanaan visitasi oleh dokter sebagai penulis resep. Idealnya, farmasis terlibat dalam tim bersama-sama tenaga kesehatan lain, khususnya dokter, dalam kegiatan visitasi di bangsal sehingga menjamin 202 Majalah Farmasi Indonesia, 17(4), 2006
5 Heny Ekowati tingginya penerimaan intervensi farmasis oleh penulis resep (dokter) (Spinewine, et al., 2006; Bedouch, et al., 2005). Terlibatnya farmasis dalam satu tim bersama profesi kesehatan lain akan meningkatkan ketepatan penulisan resep (Lam dan Ruby, 2005), dan menurunkan penulisan resep suboptimal pada pasien lanjut usia (Jeffery, 1998). Angka interaksi obat yang cenderung tidak berubah juga dapat disebabkan karena farmasis belum dapat melakukan evaluasi terhadap interaksi obat. Hal ini dapat dipahami, mengingat banyaknya jumlah obat (terdapat sekitar 1000 jenis obat) serta adanya perubahan jenis obat setiap tahun. Kesimpulan Pelaksanaan visitasi farmasi, yang dimulai pada bulan Juni 2006, belum berpengaruh terhadap angka interaksi obat yang potensial terjadi pada pasien lanjut usia rawat inap di bangsal Dahlia RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo. Daftar Pustaka Bedouch, P., Allenet, B., Labarere, J., Brudieu, J., Chen, C., Chevrot, D., Tessir, A., Trivin, C., Rousseau, A., and Calop., J., 2005, Diffusion of Pharmacist Interventions within the Framework of Clinical Pharmacy Activity in the Clinical Ward, Therapie 60 (5): Cipolle, J.R., Strand, L.M., Morley, P.C., 1998, Pharmaceutical Care Practice, McGraw-Hill Health Professions Division, New York. Fradgley, S.J., 2003, Interaksi Obat, dalam Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy) Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien, editor: Mohamed Aslam, Chik Kaw Tan, Adji Prayitno, Elex Media Komputindo, Jakarta. ISFI, 2004, Kompetensi Farmasis Indonesia, Badan Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Jakarta. Jeffery, S., Ruby,C.M, Twersky, J., Hanlon, J.T., 1998, Effect of an Interdisciplinary Team on Suboptimal Prescribing in a Long-Term Care Facility, dipresentasikan pada : the American Society of Consultant Pharmacists Annual Meeting, 12 November Lam, S., dan Ruby, C.M., 2005, Impact Of An Interdisciplinary Team On Drug Therapy Outcomes In A Geriatric Clinic, Am J Health-Syst Pharm 62: Liu, G.G., dan Christensen, D.B., 2002, The Continuing Challenge of Inappropriate Prescribing in The Eldery: An Update of The Evidence, J Am Pharm Assoc 42(6): Prest, M., 2003, Penggunaan Obat Pada Lanjut Usia, dalam Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy) Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien, editor: Mohamed Aslam, Chik Kaw Tan, Adji Prayitno, Elex Media Komputindo, Jakarta. Raharjo, B., 2004, Peningkatan Layanan Kefarmasian Komunitas, disampaikan pada Workshop II Badan Pimpinan Cabang Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, di Rumah Sakit Margono Soekarjo, Mei Rahmawati, F., Ikawati, Z., Retnoningtyas, Pramantara, I.D.P., 2005, Drug Related Problems (DRPs) Identification in Geriatric Patient Hospitalized at Bougenvile Ward Dr. Sardjito Hospital Yogyakarta Indonesia, dipresentasikan pada: 6 th Asian Conference on Clinical Pharmacy 2006, Rajavithi Hospital, Bangkok, Thailand, 6 9 Juli Spinewine, A., Dhillon, S., Mallet, L., Tulkens, P.M., Wilmotte, L., and Swine., C., 2006, Implementation of Ward-Based Clinical Pharmacy Services in Belgium, Description of the Impact on a Geriatric Unit, Ann Pharmacother 40 (4): Tatro, 2001, Drug Interaction Facts TM, editor: David S. Tatro, Facts and Comparisons, St. Louis, Missouri. Majalah Farmasi Indonesia, 17(4),
BAB I PENDAHULUAN. keluaran klinik yang diharapkan. Kesalahan pemberian obat (drug administration)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Drug Related Problems (DRPs) didefinisikan sebagai kejadian atau permasalahan yang ada dalam terapi obat atau mengganggu secara potensial hasil keluaran klinik
Lebih terperinciDRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG, DAN OBAT SALAH DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007 SKRIPSI
DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG, DAN OBAT SALAH DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ARI TYAS UTAMININGSIH K 100 040 176 FAKULTAS
Lebih terperinciBIODATA DOSEN PROGRAM PASCASARJANA ILMU FARMASI UGM
BIODATA DOSEN PROGRAM PASCASARJANA ILMU FARMASI I. IDENTITAS DIRI 1.1. Nama Lengkap (dengan gelar) Fita Rahmawati, Ph.D, Sp.FRS, Apt 1.2. Jabatan Fungsional Lektor Kepala/IV B 1.3. NIP 196802041998032002
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan jumlah lanjut usia atau geriatrik di dunia. Berdasar data sensus penduduk dari Badan Pusat Statistik, pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah medication error tidak dapat dipisahkan dengan Drug
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah medication error tidak dapat dipisahkan dengan Drug Related Problems (DRPs). Error merupakan kesalahan dalam proses yang dapat menyebabkan terjadinya DRPs (Mil,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara, pada berbagai tingkat pelayanan kesehatan, berbagai studi dan temuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian obat yang tidak rasional merupakan masalah serius dalam pelayanan kesehatan karena kemungkinan dampak negatif yang terjadi. Di banyak negara, pada berbagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan kepmenkes RI No. 983/ MENKES/ SK XI/ 1992 tentang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Tingkatan Rumah Sakit. Berdasarkan kepmenkes RI No. 983/ MENKES/ SK XI/ 1992 tentang pedoman organisasi rumah sakit umum, rumah sakit umum daerah, rumah sakit
Lebih terperinciDRUG RELATED PROBLEMS
DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DAN OBAT SALAH DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM ISLAM KUSTATI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: AMALIA FATIMAH K 100 040 178 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan analisis data secara deskriptif analitik dengan penyajian data dalam bentuk kualitatif
Lebih terperinciPHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN
EVALUASI POLA PERESEPAN BERDASARKAN BEERS CRITERIA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN PADA POLI PENYAKIT DALAM DI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO PERIODE AGUSTUS 2010-MARET 2011 Dhian Rahayu Setyowati,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis yang menjadi masalah utama di dunia termasuk Indonesia karena angka prevalensinya dari tahun ketahun semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan air dalam bentuk urine (Stein, 2007). Gagal Ginjal Kronik (GGK)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan organ ekskresi utama di samping hati. Fungsi yang paling penting adalah untuk membuang racun, membuang kelebihan garam dan air dalam bentuk urine (Stein,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dua atau lebih obat yang diberikan pada waktu yang sama atau hampir
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dua atau lebih obat yang diberikan pada waktu yang sama atau hampir bersamaan berpotensi menyebabkan interaksi yang dapat mengubah efek yang diinginkan. Interaksi bisa
Lebih terperinciINTISARI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA RESEP PASIEN UMUM DI UNIT RAWAT JALAN INSTALASI FARMASI RSUD DR. H.
INTISARI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA RESEP PASIEN UMUM DI UNIT RAWAT JALAN INSTALASI FARMASI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2013 Nidayanti 1 ; Aditya Maulana.P.P
Lebih terperinciIDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIDIABETES PADA RESEP PASIEN DI APOTEK RAHMAT BANJARMASIN
INTISARI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIDIABETES PADA RESEP PASIEN DI APOTEK RAHMAT BANJARMASIN Salah satu penyakit degeneratif terbesar adalah Diabetes Mellitus. Diabetes Meliitus yang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Farmasi Klinik mulai muncul pada tahun 1960-an di Amerika, dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Farmasi Klinik mulai muncul pada tahun 1960-an di Amerika, dengan penekanan pada fungsi farmasis yang bekerja langsung bersentuhan dengan pasien. Saat itu Farmasi Klinik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk didalamnya hak untuk mendapatkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 238,5 juta pada tahun 2010 menjadi 305,6 juta pada tahun
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. pendekatan studi potong lintang (cross sectional) yaitu jenis pendekatan
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental secara deskriptif analitik dengan tujuan untuk mencari hubungan antara jumlah obat dengan potensi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerjaan Kefarmasian Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan rumah sakit yang didefinisikan sebagai kejadian tidak diinginkan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Drug Related Problems (DRPs) merupakan penyebab kurangnya kualitas pelayanan rumah sakit yang didefinisikan sebagai kejadian tidak diinginkan yang menimpa pasien yang
Lebih terperinciPERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN SWAMEDIKASI. Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya
PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN SWAMEDIKASI Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya Swamedikasi Pemilihan dan penggunaan obat-obatan oleh individu, termasuk
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KESALAHAN PENGOBATAN (MEDICATION ERROR) PADA TAHAP PERESEPAN (PRESCRIBING) DI POLI INTERNA RSUD BITUNG
IDENTIFIKASI KESALAHAN PENGOBATAN (MEDICATION ERROR) PADA TAHAP PERESEPAN (PRESCRIBING) DI POLI INTERNA RSUD BITUNG Chintia Timbongol 1), Widya Astuty Lolo 1), Sri Sudewi 1) 1) Program Studi Farmasi FMIPA
Lebih terperinciDRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007
DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: TOUDA KURNIA ANDRIYA K 100 040 180 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Community Acquired Pneumonia (CAP) adalah penyakit saluran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Community Acquired Pneumonia (CAP) adalah penyakit saluran pernafasan yang sering dialami oleh masyarakat dan berpotensi menjadi serius yang berhubungan dengan morbiditas
Lebih terperinciMenurut PP 51 pasal 1 ayat 4 tahun 2009 tentang Pelayanan Kefarmasian yaitu suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang
BAB 1 PENDAHULUAN Penyakit diare sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara yang sedang berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, farmasis dituntut untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guna menyampaikan edukasi ke pasien
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup pasien yang dalam praktek pelayanannya memerlukan pengetahuan,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Farmasi klinik 1. Definisi Farmasi Klinik Farmasi klinik menurut Clinical Resource and Aundit Group (1996) diartikan sebagai disiplin kerja yang berkonsentrasi pada penerapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sekarang ini, puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) dituntut untuk menjadi gate keeper pelayanan
Lebih terperincidalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.
BAB 1 PENDAHULUAN Infeksi pada Saluran Nafas Akut (ISPA) merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Adapun penyebab terjadinya infeksi pada saluran nafas adalah mikroorganisme, faktor lingkungan,
Lebih terperinciRENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) FARMASI RUMAH SAKIT. Kode Mata Kuliah FAF (2 sks) Semester 8
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) FARMASI RUMAH SAKIT Kode Mata Kuliah FAF 462 - (2 sks) Semester 8 Pengampu mata kuliah Dr. Yufri Aldi, M.Si. Apt. Dr clin pharm. Dedy Almasdi, Apt. Dr. Yelly Oktavia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian gagal jantung di Amerika Serikat mempunyai insidensi yang besar dan tetap stabil selama beberapa dekade terakhir, yaitu >650.000 kasus baru didiagnosis setiap
Lebih terperinciKEPADA PASIEN OLEH TENAGA KEFARMASIAN DI APOTEK RUMAH SAKIT TNI AU SJAMSUDIN NOOR BANJARBARU
INTISARI PEMBERIAN PELAYANAN INFORMASI OBAT CIPROFLOXACIN 500 Mg TABLET KEPADA PASIEN OLEH TENAGA KEFARMASIAN DI APOTEK RUMAH SAKIT TNI AU SJAMSUDIN NOOR BANJARBARU Wiwit Novia A.S 1 ; Noor Aisyah 2 ;
Lebih terperinciKAJIAN PERESEPAN BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NO
KAJIAN PERESEPAN BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NO. 1197/MENKES/ SK/X/2004 PADA RESEP PASIEN RAWAT JALAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH WONOGIRI BULAN JUNI 2008
Lebih terperinciPeringatan (Alarm) Otomatis Bila Terjadi Interaksi Obat Dalam Membantu Keputusan Klinis
Peringatan (Alarm) Otomatis Bila Terjadi Interaksi Obat Dalam Membantu Keputusan Klinis Nunang Yuliawan 1, Yogi Sucahyo 2 1) RS Semen Gresik Jawa Timur nunangyulia@yahoo.com 2) RS Semen Gresik Jawa Timur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat pada umumnya semakin sadar akan pentingnya kesehatan dalam kehidupan. Kesehatan merupakan salah satu kunci utama bagi seseorang dalam melaksanakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dan bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif
Lebih terperinciINTISARI KESESUAIAN PERESEPAN OBAT PASIEN BPJS KESEHATAN DENGAN FORMULARIUM NASIONAL DI RSUD BANJARBARU PERIODE OKTOBER SAMPAI DESEMBER 2015
INTISARI KESESUAIAN PERESEPAN OBAT PASIEN BPJS KESEHATAN DENGAN FORMULARIUM NASIONAL DI RSUD BANJARBARU PERIODE OKTOBER SAMPAI DESEMBER 2015 Hiliyanti 1, Erna Prihandiwati 1, Asny Waty 2 Formularium Nasional
Lebih terperinciAnalisis Penggunaan Obat di RSUD Kota Yogyakarta Berdasarkan Indikator WHO
Jurnal Farmasi Indonesia, Maret 2011, hal 43-49 Vol. 8 No. 1 ISSN: 1693-8615 Analisis Penggunaan Obat di RSUD Kota Yogyakarta Berdasarkan Indikator WHO The Analysis of Drug Uses in RSUD Kota Yogyakarta
Lebih terperinciKAJIAN DRUG RELATED PROBLEMs PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRIK DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG TESIS
KAJIAN DRUG RELATED PROBLEMs PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRIK DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG TESIS Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan terapi, paradigma pelayanan kefarmasian di Indonesia telah bergeser dari pelayanan yang berorientasi pada obat (drug
Lebih terperinciINTISARI PROFIL PENERAPAN PELAYANAN FARMASI KLINIK DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DI PULAU BANGKA. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
INTISARI PROFIL PENERAPAN PELAYANAN FARMASI KLINIK DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DI PULAU BANGKA 1 Rinaldi Dwi Saputra, 2 Pinasti Utami 1 Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Lebih terperinciDIMENSI BARU PELAYANAN KEFARMASIAN KELOMPOK V: AMELIA LEONA AYU AFRIZA FARAH SORAYA KADRIYANI JAMBAK SRI KURNIAWATY ZULFIATNI
DIMENSI BARU PELAYANAN KEFARMASIAN KELOMPOK V: AMELIA LEONA AYU AFRIZA FARAH SORAYA KADRIYANI JAMBAK SRI KURNIAWATY ZULFIATNI PENDAHULUAN Lebih dari 4 dekade terjadi kecenderungan perubahan pekerjaan kefarmasian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan, saat ini paradigma pelayanan kefarmasian telah bergeser dari pelayanan yang berorientasi pada obat (drug oriented)
Lebih terperinciABSTRAK TATALAKSANA FARMASI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN CIANJUR
ABSTRAK TATALAKSANA FARMASI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN CIANJUR Yulianty Scarshera, 0610190, pembimbing I Dr. Felix Kasim, dr. M.kes dan pembimbing II Dra. Rosnaeni Apt. Pelayanan kesehatan adalah
Lebih terperinciPHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN
PENGARUH PELAYANAN INFORMASI OBAT TERHADAP KEPATUHAN PASIEN JAMKESMAS DI BANGSAL NON BEDAH RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTO DALAM MENGGUNAKAN OBAT PER ORAL PADA TAHUN 2009 Widya Prilansari,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Rumah Sakit di Australia, sekitar 1 % dari seluruh pasien mengalami adverse
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Medication error merupakan masalah yang cukup pelik dalam pelayanan kesehatan. Di Amerika Serikat, medication error diperkirakan membahayakan 1,5 juta pasien
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci : Pelayanan, Informasi Obat.
ABSTRAK GAMBARAN PELAYANAN INFORMASI OBAT KEPADA PASIEN DI PUSKESMAS BASIRIH BARU BANJARMASIN. Jhon Mulyono 1 ;Yugo Susanto 2 ;Akhmad Fakhriadi 3 Pelayanan kefarmasian saat ini telah bergeser orientasinya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian non-eksperimental yang bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari penelitian ini
Lebih terperinciPROFIL PENEREPAN FARMASI KLINIK DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LOMBOK. Yogyakarta
PROFIL PENEREPAN FARMASI KLINIK DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LOMBOK Baiq Putri Sintia Wulandari 1), Pinasti Utami 1) 1) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Putrisintiabaiq@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan masalah kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi penyebab nomor satu kematian di
Lebih terperinciIDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTI-HIPERTENSI PADA RESEP PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RSUD
ABSTRAK IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTI-HIPERTENSI PADA RESEP PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Alfisah Fatrianoor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. naiknya kadar glukosa darah karena ketidakmampuan tubuh untuk. memproduksi insulin (IDF, 2015). DM adalah suatu penyakit yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) adalah suatu keadaan kronik ditandai dengan naiknya kadar glukosa darah karena ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi insulin (IDF, 2015).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan formal yaitu di puskesmas, rumah sakit, dan di apotek. Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan dalam farmasi klinik terutama muncul karena penggunaan obat. Penelitian terhadap masalah dalam terapi obat merupakan kajian yang cukup menarik dan penting.
Lebih terperinciChristina A.K. Dewi, et al.
ORIGINAL ARTICLE DRUG THERAPY PROBLEMS PADA PASIEN YANG MENERIMA RESEP POLIFARMASI (Studi di Apotek Farmasi Airlangga Surabaya) Christina Ayu Kurnia Dewi 1, Umi Athiyah 1, Mufarrihah 1, Yunita Nita 1 1)
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
14 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian mengenai Identifikasi Permasalahan Dosis dan Terapi Obat pada Pasien Anak Demam Berdarah Dengue (DBD) Rawat Inap Pengguna Askes
Lebih terperinciKOMBINASI OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN ANAK RAWAT JALAN ASKES DI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO
KOMBINASI OBAT ANTITUBERKULOSIS PADA PASIEN ANAK RAWAT JALAN ASKES DI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO Moeslich Hasanmihardja 1, Iskandar Sudirman 1, Budi Raharjo 2, Riris Nurmila D. 1 1 Fakultas Farmasi,
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. sakit yang berbeda. Hasil karakteristik dapat dilihat pada tabel. Tabel 2. Nama Rumah Sakit dan Tingkatan Rumah Sakit
BAB IV PEMBAHASAN A. Karakteristik Sampel Penelitian ini bertujuan untuk Rumah Sakit Umum Daerah Lombok untuk melihat gambaran Penerapan Farmasi Klinik rumah sakit sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Lebih terperinciFarmaka Volume 15 Nomor 3 96
Volume 15 Nomor 3 96 PENGUKURAN KEPUASAN PELAYANAN INSTALASI FARMASI UNTUK PASIEN TUBERKULOSIS SALAH SATU RUMAH SAKIT DI BANDUNG Safitri Yuniasih, Ranpal Singh, Angga Prawira Kautsar Fakultas Farmasi Universitas
Lebih terperinciDRUG USAGE DESCRIPTION FOR OUTPATIENT IN PKU MUHAMMADIYAH UNIT II OF YOGYAKARTA IN 2013 BASED ON WHO PRESCRIBING INDICATOR
DRUG USAGE DESCRIPTION FOR OUTPATIENT IN PKU MUHAMMADIYAH UNIT II OF YOGYAKARTA IN 2013 BASED ON WHO PRESCRIBING INDICATOR GAMBARAN PERESEPAN OBAT PASIEN RAWAT JALAN DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT
Lebih terperinciINTISARI GAMBARAN SISTEM DISTRIBUSI OBAT UNIT DOSE DISPENSING DI DEPO TULIP RSUD ULIN BANJARMASIN
INTISARI GAMBARAN SISTEM DISTRIBUSI OBAT UNIT DOSE DISPENSING DI DEPO TULIP RSUD ULIN BANJARMASIN Mustika Meladiah 1 ; Harianto 2 ; Rachmawati 3 Pengelolaan obat merupakan salah satu segi manajemen rumah
Lebih terperinciPREVALENSI KEJADIAN BERPOTENSI INTERAKSI OBAT PADA PASIEN INTENSIVE CARE UNIT (ICU) DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2012
28, Vol 1, No. 1, Februari 2014, hal: 28-34 ISSN : 2355 5386 PREVALENSI KEJADIAN BERPOTENSI INTERAKSI OBAT PADA PASIEN INTENSIVE CARE UNIT (ICU) DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2012 Azhar Arnata, Noor Cahaya,
Lebih terperincipelayanan non resep, serta pengalaman dalam memberikan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kepada pasien. 5. Apoteker tidak hanya memiliki
BAB V KESIMPULAN Berdasarkan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang telah dilakukan di Apotek KPRI RSUD Dr. Soetomo yang berlangsung selama lima minggu, mulai tanggal 31 Januari sampai 3 Maret 2012
Lebih terperinci* Dosen FK UNIMUS. 82
Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Demam Tifoid Di Unit Rawat Inap Bagian Anak dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Periode Januari Desember 2004 Drug Use Evaluation of Adults and Children
Lebih terperinciANALISIS LAMA RAWAT DAN BIAYA PELAYANAN KESEHATAN PADA SISTEM PEMBAYARAN INA DRG DAN NON INA DRG DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
ANALISIS LAMA RAWAT DAN BIAYA PELAYANAN KESEHATAN PADA SISTEM PEMBAYARAN INA DRG DAN NON INA DRG DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) merupakan kumpulan gejala klinis
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Congestive Heart Failure (CHF) merupakan kumpulan gejala klinis pasien dengan tampilan seperti sesak nafas saat istirahat atau aktifitas, kelelahan, edema tungkai,takikardia,
Lebih terperinciKAJIAN INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HEMODIALISIS DI BANGSAL RAWAT INAP RSU PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PERIODE TAHUN 2010
Kajian Obat Antihipertensi... (Siti Rahmiati, dkk) 97 KAJIAN INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HEMODIALISIS DI BANGSAL RAWAT INAP RSU PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PERIODE TAHUN 2010 THE ANTIHYPERTENSIVE
Lebih terperinciyudi hardi AKFAR ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan III NO. 7B Telp Fax KAYU TANGI BANJARMASIN 70123)
IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTI-DIABETIK ORAL PADA RESEP PASIEN JAMINAN KESEHATANNASIONAL DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Rahmi Azkia 1, Eka Kumalasari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dinyatakan oleh izin edar serta dosis, umur pasien dan rute pemberian yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat off-label adalah obat yang diresepkan tetapi tidak sesuai dengan informasi resmi obat seperti indikasi obat yang tidak sesuai dengan yang dinyatakan oleh izin edar
Lebih terperinciPHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN
RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIDIABETIKA PADA PASIEN GERIATRI PENDERITA DIABETES MELITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SRUWENG TAHUN 2010 Ratna Suminar, Moeslich Hasanmihardja, Anis
Lebih terperinciMade Ary Sarasmita Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA, Universitas Udayana, Bali
PEMBELAJARAN INTERPROFESI KESEHATAN ANTARA DOKTER, APOTEKER, DAN PERAWAT DALAM MEMECAHKAN MASALAH TERAPI OBAT PADA LAPORAN KASUS UNTUK MENINGKATKAN KEAMANAN PASIEN: PILOT STUDI PADA MAHASISWA APOTEKER
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak paling mendasar yang harus dipenuhi setiap orang dalam mencapai kesejahteraan sosial dalam masyarakat. Menurut World Health Organization (WHO),
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. secara descriptive dengan metode cross sectional dan pengambilan data secara
BAB III METODE PENELITIAN Desain penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian observational yang dirancang secara descriptive dengan metode cross sectional dan pengambilan data secara retrospective.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
Lebih terperinciARHAYANI PERENCANAAN DAN PENYIAPAN PELAYANAN KONSELING OBAT SERTA PENGKAJIAN RESEP BAGI PENDERITA RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG
1 ARHAYANI 10702040 PERENCANAAN DAN PENYIAPAN PELAYANAN KONSELING OBAT SERTA PENGKAJIAN RESEP BAGI PENDERITA RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI SEKOLAH
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015.
25 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dan bersifat deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan melakukan
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 40 responden yang terdiri dari pasien hipertensi, dapat disimpulkan bahwa setelah pemberian edukasi dapat meningkatkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Rekapitulasi SHRI :
BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Rekapitulasi SHRI : 1. Jumlah kapasitas tempat tidur ( TT) per bangsal 2011-2015 2. Jumlah hari perawatan ( HP) per bangsal 2011-2015 3. Jumlah hari/periode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan kemakmuran di negara berkembang banyak disoroti. Peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya
Lebih terperinciKajian retrospektif interaksi obat di Rumah Sakit Pendidikan Dr. Sardjito Yogyakarta
Majalah Fita Rahmawati Farmasi Indonesia, 17(4), 177 183, 2006 Kajian retrospektif interaksi obat di Rumah Sakit Pendidikan Dr. Sardjito Yogyakarta A retrospective study on drug interactions in Dr. Sardjito
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data Profil Kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa penyakit infeksi dan parasit tertentu menempati urutan kedua dari data 10 penyakit utama penyebab kematian di rumah
Lebih terperinci1.4 LANDASAN HUKUM Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah paradigmanya dengan orientasi obat kepada pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian (Pharmaceutical Care). Sebagai
Lebih terperinciINTISARI. Mahrita Sauriah 1 ; Yugo Susanto 2 ; Dita Ayulia 3
INTISARI PENGARUH PEMANFAATAN APLIKASI DIGITAL PILLBOX REMINDER TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN PENYAKIT KRONIS BPJS PROGRAM RUJUK BALIK (PRB) DI APOTEK APPO FARMA I BANJARBARU Mahrita Sauriah
Lebih terperinciKAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN PENYAKIT GAGAL JANTUNG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG TAHUN 2008
KAJIAN INTERAKSI OBAT PADA PASIEN PENYAKIT GAGAL JANTUNG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG TAHUN 2008 Yulias Ninik Windriyati 1), Erwin Tukuru 1), Ibrahim Arifin 1) 1) Fakultas Farmasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Praktek Kerja Profesi di Rumah Sakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Praktek Kerja Profesi di Rumah Sakit Dalam rangka menyukseskan pembangunan nasional, pembangunan dalam bidang kesehatan memiliki peran yang penting. Kesehatan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia dan kebutuhan hidup yang diwujudkan dan dilaksanakan dalam mencapai kesejahteraan kehidupan dalam masyarakat. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara berkembang, hipertensi telah menggeser penyakit menular sebagai penyebab terbesar mortalitas dan morbiditas. Hal ini dibuktikan hasil Riset Kesehatan Dasar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak diketahui (hipertensi esensial, idiopatik, atau primer) maupun yang berhubungan dengan penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.
Lebih terperinciPOLA REGIMENTASI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL DI INSTALASI RAWAT INAP RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA MILHA NINDYA SASMITA
POLA REGIMENTASI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL DI INSTALASI RAWAT INAP RUMKITAL Dr. RAMELAN SURABAYA MILHA NINDYA SASMITA 2443006137 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA
Lebih terperinciIDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS
IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS POTENSIAL KATEGORI DOSIS PADA PASIEN DI INSTALASI RAWAT JALAN POLI ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO PERIODE JANUARI JUNI 2007 SKRIPSI Oleh : TRI HANDAYANI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Menurut Undang-undang Republik
Lebih terperinciPERUBAHAN KEPATUHAN KONSUMSI OBAT PASEIN DM TIPE 2 SETELAH PEMBERIAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DI PUSKESMAS MELATI KABUPATEN KAPUAS
INTISARI PERUBAHAN KEPATUHAN KONSUMSI OBAT PASEIN DM TIPE 2 SETELAH PEMBERIAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DI PUSKESMAS MELATI KABUPATEN KAPUAS Rinidha Riana 1 ; Yugo Susanto 2 ; Ibna Rusmana 3 Diabetes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Nasional (SJSN) ditetapkan dengan pertimbangan utama untuk memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) ditetapkan dengan pertimbangan utama untuk memberikan jaminan sosial yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional analitik yaitu, penelitian diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi.penelitian ini menggunakan
Lebih terperinciEVALUASI IMPLEMENTASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PASIEN RAWAT JALAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT YOGYAKARTA
Evaluasi Implementasi Pelayanan Informasi... (Faridah Baroroh) 71 EVALUASI IMPLEMENTASI PELAYANAN INFORMASI OBAT PASIEN RAWAT JALAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT YOGYAKARTA EVALUATION OF THE DRUG INFORMATION
Lebih terperinciINTISARI GAMBARAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DI PUSKESMAS BUNTOK
INTISARI GAMBARAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DI PUSKESMAS BUNTOK Sidiq Arifatulah 1 ; Erna Prihandiwati 1 ; Lisa Nuryanti 2 Pemberian informasi obat didefinisikan sebagai kegiatan penyediaan dan pemberian
Lebih terperinciTINJAUAN ASPEK KLINIS PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI
TINJAUAN ASPEK KLINIS PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI Oleh : HAPSARI MIFTAKHUR ROHMAH K 100 050 252 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap masyarakat berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan terbaik bagi dirinya. Pengertian kesehatan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun
Lebih terperinci