PDRB per kapita: Produk Domestik Regional Bruto per kapita. PPUS : Program Pengembangan Usaha Swasta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PDRB per kapita: Produk Domestik Regional Bruto per kapita. PPUS : Program Pengembangan Usaha Swasta"

Transkripsi

1 146 Lampiran 1 Daftar Istilah PDRB per kapita: Produk Domestik Regional Bruto per kapita APBD : Anggaran Pendapatan Belanja Daerah IPM : Indeks Pembangunan Manusia PPUS : Program Pengembangan Usaha Swasta Q30 Q32 Q33 Q34 Q35 Q36 : waktu yang dibutuhkan untuk mengurus status tanah (minggu) : persepsi tingkat kemudahan mendapatkan lahan : persepsi kemungkinan lokasi usaha akan digusur : persepsi frekuensi penggusuran lahan : persepsi frekuensi konflik kepemilikan lahan : persepsi hambatan ketersediaan lahan dan kepastian hukum terhadap kineja perusahaan Q38AR1 : perusahaan yang memiliki TDP Q40CR1 : persepsi kesulitan mengurus TDP Q40DR1 : waktu mengurus TDP (hari kerja) Q41DR1 : persepsi hambatan biaya kepengurusan TDP Q43R1 : persepsi proses perizinan usaha dijalankan dengan sistem kerja yang efisien Q43R2 : persepsi proses perizinan usaha bebas pungutan liar Q43R3 : persepsi proses perizinan usaha bebas KKN Q48 : keberadaan forum komunikasi Q49R1 : persepsi kepala daerah selalu memberikan pemecahan masalah yang nyata terhadap permasalahan pelaku usaha Q49R2 : persepsi pemecahan masalah yang diberikan oleh kepala daerah sesuai dengan haapan kebanyakan perusahaan Q49R3 : persepsi instansi pemda terkait selalu menindaklanjuti langkah-langkah pemecahan masalah yang telah ditentukan oleh kepala daerah Q50R1 : persepsi pemda memiliki pengertian akan kebutuhan usaha

2 147 Q50R2 : persepsi pemda melakukan konsultasi publik dengan pelaku usaha apabila akan membuat kebijakan publik yang menyangkut kepentingan usaha Q50R3 : persepsi pemda mengadakan pertemuan dengan pelaku usaha di daerahnya untuk membicarakan masalah pelaku usaha Q50R4 : persepsi pemda tidak membentuk perusahaan daerah yang dapat merugikan kegiatan usaha swasta Q50R5 : persepsi pemda memberikan fasilitas yang dapat mendukung perkembangan dunia usaha Q51 Q52 : persepsi kebijakan pemda yang berorientasi mendorong iklim investasi melalui promosi investasi : persepsi kebijakan non-diskriminatif pemda Q53R1 : persepsi kebijakan pemda terkait dunia usaha tidak meningkatkan pengeluaran bisnis Q53R2 : kebijakan pemda terkait dunia usaha tidak meningkatkan ketidakpastian berusaha Q55 Q57A Q57B : persepsi hambatan interaksi pemda dengan pelaku usaha terhadap kinerja perusahaan : tingkat pengetahuan keberadaan PPUS : tingkat partisipasi dalam PPUS Q58R1 : persepsi tingkat manfaat pelatihan manajemen bisnis Q58R2 : persepsi tingkat manfaat pelatihan peningkatan kualitas tenaga kerja Q58R3 : persepsi tingkat manfaat promosi produk lokal kepada investor Q58R4 : persepsi tingkat manfaat menghubungkan pelaku usaha kecil-sedangbesar Q58R5 : persepsi tingkat manfaat pelatihan pengajuan aplikasi kredit bagi UKM Q58R6 : persepsi tingkat manfaat program proses mempertemukan mitra bisnis Q58R7 : persepsi tingkat manfaat program pengembangan swasta lainnya Q61R1 : persepsi kepala daeah memiliki pemahaman yang baik mengenai persoalan yang dihadapi pelaku usaha Q61R2 : persepsi pejabat di lingkunga birokrasi pemda terkait dunia usaha bisnis berdasarkan pengalaman kerja sesuai bidangnya

3 148 Q61R3 : persepsi kepala daerah melakukan tindakan tegas terhadap setiap tindakan korupsi Q61R4 : persepsi kepala daerah melakukan korupsi Q61R5 : persepsi kepala daerah merupakan figur pemimpin yang kuat Q63 : persepsi hambatan kapasitas dan integritas kepala daerah terhadap kinerja perusahaan Q65CR1 : persepsi hambatan retribusi daerah terhadap aktifitas bisnis Q65CR2 : perespsi hambatan pajak resmi daerah terhadap aktivitas bisnis Q67AR1: total biaya pungutan dan retribusi yang harus dibayarkan oleh perusahaan untuk pendistribusian barang antarwilayah Q67CR1: persepsi hambatan biaya pungutan dan retribusi yang harus dibayarkan oleh perusahaan untuk pendistribusian barang antarwilayah Q70BR1: persepsi hambatan biaya tambahan untuk keamanan kepada polisi terhadap aktifitas bisnis Q71 : persepsi hambatan biaya transaksi terhadap kinerja perusahaan Q78AR1: persepsi kualitas infrastuktur jalan Q78AR2: persepsi kualitas infrastuktur lampu penerangan jalan Q78AR3: persepsi kualitas infrastuktur air PDAM Q78AR4: persepsi kualitas infrastuktur listrik Q78AR5: persepsi kualitas infrastuktur telepon Q78CR1: lama perbaikan infrastruktur jalan Q78CR2: lama perbaikan infrastruktur lampu penerangan jalan Q78CR3: lama perbaikan infrastruktur air PDAM Q78CR4: lama perbaikan infrastruktur listrik Q78CR5: lama perbaikan infrastruktur telepon Q79 Q80 Q81 : persentase perusahaan yang tidak memakai genset : frekuensi pemadaman listrik (kali dalam seminggu) : persepsi hambatan infastruktur terhadap kinerja perusahaan

4 149 Q83BR1: frekuensi pencurian pada tahun 2007 Q84R1 : persepsi polisi selalu bertindak tepat waktu dalam menangani kasus kriminal yang berhubungan dengan dunia usaha Q84R2 : persepsi solusi yang diberikan polisi ketika menangani kasus kriminal menguntungkan perusahaan Q84R3 : persepsi solusi yang diberikan polisi ketika menangani kasus kriminal meminimalisir kerugian dan biaya usaha Q86R1 : persepsi polisi selalu bertindak tepat waktu dalam menangani kasus demonstrasi buruh yang berhubungan dengan dunia usaha Q86R2 : persepsi solusi yang diberikan polisi ketika menangani kasus demostrasi buruh hanya menyebabkan dampak kehilangan yang kecil terhadap waktu produktif dan biaya operasional usaha Q88 TDP : persepsi hambatan keamanan dan penyelesaian konflik terhadap kinerja perusahaan : Tanda Daftar Perusahaan

5 Lampiran 2 Hasil Uji Korelasi Spearman Variabel Akses Lahan dengan PDRB per Kapita dan Pertumbuhan Ekonomi Spearman's rho PDRBKAP Correlation Coefficient 1 PE Sig. (2-tailed). N 35 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Q32 Correlation Coefficient , Correlations PDRBKAP PE Q32 Q33 Q34 Q35 Q36 Sig. (2-tailed) , N Q33 Correlation Coefficient , Sig. (2-tailed) ,022** N Q34 Correlation Coefficient , Sig. (2-tailed) * 0, N Q35 Correlation Coefficient , Sig. (2-tailed) ** 0,037** E-06 **. N Q36 Correlation Coefficient , Sig. (2-tailed) , ** N **. Korelasi signifikan pada tingkat 0.05 (2-tailed). *. Korelasi signifikan pada tingkat 0.1 (2-tailed). 150

6 Lampiran 3 Hasil Uji Korelasi Spearman Variabel Perizinan Usaha dengan PDRB per Kapita dan Pertumbuhan Ekonomi Correlations PDRBKA P PE Q38AR1 Q40CR1 Q41DR1 Q43 R1 Q43R2 Q43R3 Q45 Q46 Spearman's rho PDRBKAP Correlation Coefficient 1 Sig. (2-tailed). PE Correlation Coefficient 1 Sig. (2-tailed). Q38AR1 Correlation Coefficient , Sig. (2-tailed) * 0,0039**. Q40CR1 Correlation Coefficient , Sig. (2-tailed) , Q41DR1 Correlation Coefficient , Sig. (2-tailed) , **. Q43R1 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) Q43R2 Correlation Coefficient , Sig. (2-tailed) , Q43R3 Correlation Coefficient , Sig. (2-tailed) ** 0, ** **. Q45 Correlation Coefficient , Sig. (2-tailed) , Q46 Correlation Coefficient , Sig. (2-tailed) , ** **. Korelasi signifikan pada tingkat 0.05 (2-tailed). *. Korelasi signifikan pada tingkat 0.1 (2-tailed). 151

7 Lampiran 4 Hasil Uji Korelasi Spearman Variabel Interaksi Pemerintah Daerah dengan Pelaku Usaha dengan PDRB per Kapita dan Pertumbuhan Ekonomi PDRBK Q49R1 Q49R2 Q49R3 Q50R1 Q50R2 Q50R3 Q50R4 Q50R5 Q51 Q52 Q53R1 Q53R2 Q55 PDRBK Correlation Coefficient 1 Sig. (2-tailed). Q49R1 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) Q49R2 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) **. Q49R3 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) 0.031** 0.0** 0.0**. Q50R1 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) * 0.03** 0.007**. Q50R2 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) * 0.0** 0.002** 0.053*. Q50R3 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) **. N Q50R4 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) * 0.00** N Q50R5 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) ** 0.0** 0.003** 0.00** **. N Q51 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Q52 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) ** 0.052*. N Q53R1 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) ** N Q53R2 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) * 0.00** ** N Q55 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) * 0.02** ** 0.0** N

8 Lampiran 5 Hasil Uji Korelasi Spearman Variabel Program Pengebangan Usaha Swasta (PPUS) dengan PDRB per Kapita dan Pertumbuhan Ekonomi Correlations PDRBKAP PE Q58R1 Q58R2 Q58R3 Q58R4 Q58R5 Q58R6 Q58R7 Q59 Spearman's rho PDRBKAP Correlation Coefficient 1 Sig. (2-tailed). N 35 PE Correlation Coefficient 1 Sig. (2-tailed). N 35 Q58R1 Correlation Coefficient , Sig. (2-tailed) , N Q58R2 Correlation Coefficient , Sig. (2-tailed) , N Q58R3 Correlation Coefficient , Sig. (2-tailed) , **. N Q58R4 Correlation Coefficient , Sig. (2-tailed) , N Q58R5 Correlation Coefficient , Sig. (2-tailed) , ** 0.076*. N Q58R6 Correlation Coefficient , Sig. (2-tailed) , ** **. N Q58R7 Correlation Coefficient , Sig. (2-tailed) , N Q59 Correlation Coefficient , Sig. (2-tailed) , **. N **. Korelasi signifikan pada tingkat 0.05 (2-tailed). *. Korelasi signifikan pada tingkat 0.1 (2-tailed). 153

9 Lampiran 6 Hasil Uji Korelasi Spearman Variabel Kapasitas dan Integritas Bupati/ Walikota dengan PDRB per Kapita dan Pertumbuhan Ekonomi Correlations PDRBKAP PE Q61R1 Q62R2 Q63R3 Q64R4 Q65R5 Q63 Spearman's rho PDRBKAP Correlation Coefficient 1 Sig. (2-tailed). N 35 PE Correlation Coefficient 1 Sig. (2-tailed). N 35 Q61R1 Correlation Coefficient , Sig. (2-tailed) , N Q62R2 Correlation Coefficient , Sig. (2-tailed) , **. N Q63R3 Correlation Coefficient , Sig. (2-tailed) , ** 0.016**. N Q64R4 Correlation Coefficient , Sig. (2-tailed) , ** **. N Q65R5 Correlation Coefficient , Sig. (2-tailed) , ** 0.03** 0.000** 0.00**. N Q63 Correlation Coefficient , Sig. (2-tailed) , * N **. Korelasi signifikan pada tingkat 0.05 (2-tailed). *. Korelasi signifikan pada tingkat 0.1 (2-tailed). 154

10 Lampiran 7 Hasil Uji Korelasi Spearman Variabel Keamanan dan Penyelesaian Konflik dengan PDRB per Kapita dan Pertumbuhan Ekonomi Correlations PDRBKAP PE Q84R1 Q84R2 Q84R3 Q86R1 Q86R2 Q88 Spearman's rho PDRBKAP Correlation Coefficient 1 Sig. (2-tailed). 1 PE Correlation Coefficient. Sig. (2-tailed) Q84R1 Correlation Coefficient , Sig. (2-tailed) ** 0,037**. Q84R2 Correlation Coefficient , Sig. (2-tailed) ** 0, **. Q84R3 Correlation Coefficient , Sig. (2-tailed) , *. N Q86R1 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Q86R2 Correlation Coefficient , Sig. (2-tailed) , **.. N Q88 Correlation Coefficient , Sig. (2-tailed) , N **. Korelasi signifikan pada tingkat 0.05 (2-tailed). *. Korelasi signifikan pada tingkat 0.1 (2-tailed). 155

11 Lampiran 8 Hasil Uji Korelasi Spearman Variabel Biaya Transaksi dengan PDRB per Kapita dan Pertumbuhan Ekonomi Correlations PDRBKAP PE Q65CR1 Q65CR2 Q67CR1 Q70BR1 Q71 Spearman's rho PDRBKAP Correlation Coefficient 1 Sig. (2-tailed). N 35 1 PE Correlation Coefficient. Sig. (2-tailed) 35 N Q65CR1 Correlation Coefficient... Sig. (2-tailed)... N Q65CR2 Correlation Coefficient , Sig. (2-tailed) ** 0, N Q67CR1 Correlation Coefficient , Sig. (2-tailed) * 0, N Q70BR1 Correlation Coefficient , Sig. (2-tailed) , N Q71 Correlation Coefficient , Sig. (2-tailed) , N **. Korelasi signifikan pada tingkat 0.05 (2-tailed). *. Korelasi signifikan pada tingkat 0.1 (2-tailed). 156

12 Lampiran 9 Hasil Uji Korelasi Spearman Variabel Infrastruktur Daerah dengan PDRB per Kapita dan Pertumbuhan Ekonomi Correlations PDRBKAP PE Q78AR1 Q78AR2 Q78AR3 Q78AR4 Q78AR5 Q81 Spearman's rho PDRBKAP Correlation Coefficient 1 Sig. (2-tailed). PE Correlation Coefficient 0, Sig. (2-tailed) 0, Q78AR1 Correlation Coefficient , Sig. (2-tailed) * 0,012**. Q78AR2 Correlation Coefficient.... Sig. (2-tailed).... N Q78AR3 Correlation Coefficient..... Sig. (2-tailed)..... N Q78AR4 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Q78AR5 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Q81 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N **. Korelasi signifikan pada tingkat 0.05 (2-tailed). *. Korelasi signifikan pada tingkat 0.1 (2-tailed). 157

13 Lampiran 10 Hasil Uji Korelasi Pearson Variabel Infrastruktur Daerah dengan PDRB per Kapita dan Pertumbuhan Ekonomi Correlations L_PDRBKAP Q78CR1 Q78CR2 Q78CR3 Q78CR4 Q78CR5 Q79 Q80 L_PDRBKAP Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) Q78CR1 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) ** N Q78CR2 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Q78CR3 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) * N Q78CR4 Pearson Correlation.a.a.a.a Sig. (2-tailed).... N Q78CR5 Pearson Correlation a 1 Sig. (2-tailed) **. N Q79 Pearson Correlation a Sig. (2-tailed) 0.10* N Q80 Pearson Correlation a Sig. (2-tailed) N **. Korelasi signifikan pada tingkat 0.05 (2-tailed). *. Korelasi signifikan pada tingkat 0.1 (2-tailed). 158

14 Lampiran 11 Hasil Uji Korelasi Pearson Sub-Indeks dan Indeks Tata Kelola Ekonomi Daerah dengan PDRB per Kapita dan Pertumbuhan Ekonomi Correlations L_PDRBKAP PE AL IU IPPU PPUS KIP BT INFRA KPK PERDA TKED L_PDRBKAP Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) PE Pearson Correlation Sig. (2-tailed) AL Pearson Correlation Sig. (2-tailed) 0.007** 0.054* IU Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N IPPU Pearson Correlation Sig. (2-tailed) ** N PPUS Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N KIP Pearson Correlation Sig. (2-tailed) ** 0.00** N BT Pearson Correlation Sig. (2-tailed) ** ** 0.022** ** N INFRA Pearson Correlation Sig. (2-tailed) ** ** N KPK Pearson Correlation Sig. (2-tailed) 0.07* 0.068* ** 0.035** * 0.009** ** N PERDA Pearson Correlation Sig. (2-tailed) * ** N TKED Pearson Correlation Sig. (2-tailed) ** 0.002** 0.088* ** 0.00** 0.00** 0.001** N **. Korelasi signifikan pada tingkat 0.05 (2-tailed). *. Korelasi signifikan pada tingkat 0.1 (2-tailed). 159

15 Percent 160 Lampiran 12. Hasil Uji Normalitas 99 Normal Probability Plot (response is PE) Residual 1 2

16 161 Lampiran 13 Hasil Uji Glejser Heteroskedasticity Test: Glejser F-statistic Prob. F(5,28) Obs*R-squared Prob. Chi-Square(5) Scaled explained SS Prob. Chi-Square(5) Test Equation: Dependent Variable: ARESID Method: Least Squares Date: 06/11/12 Time: 19:20 Sample: 1 34 Included observations: 34 Variable Coefficient Std. Error t-statistic Prob. C IPM MODALJUTA PENDIDIKANJUTA Q Q49R3D R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid 3.72E+13 Schwarz criterion Log likelihood Hannan-Quinn criter F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

17 162 Lampiran 14 Modus dan median persepsi perusahaan kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah mengenai indikator akses lahan N o Kabupaten/ Q.32 : Kemudaha n Perolehan Lahan 1) Q.33 : Penggusura n Lahan 2) Q.34 : Frekuensi Penggusura n Lahan 3) Q.35 : Konflik Kepemilika n Lahan 3) Q.36 : Tingkat Hambata n Akses Lahan 4) Q30 : Lama Kepengurusa n Sertifikat Tanah (minggu) 1 Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purwerejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Blora Rembang Pati Kudus Jepara Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes Magelang Surakarta Salatiga Semarang Pekalongan 35 Tegal ) 1 = Sangat Sulit, 2 = Sulit, 3 = Mudah, 4 = Sangat Mudah 2) 1 = Sangat Mungkin, 2 = Mungkin, 3 = Tidak Mungkin, 4 = Sangat Tidak Mungkin 3) 1 = Sangat Sering, 2 = Sering, 3 = Jarang, 4 = Tidak Pernah 4) 1 = Sangat Besar, 2 = Besar, 3 = Kecil, 4 = Sangat Sangat Kecil

18 163 Lampiran 15 Modus persepsi perusahaan kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah mengenai indikator izin usaha No Kabupaten/ Q.40CR1 : Kemudahan Perolehan TDP 1) Q.41DR1 : Tingkat Biaya yang Memberatkan Usaha 2) Q.43R1 : Pelayanan Izin Usaha Efisien 3) Q.43R2 : Pelayanan Izin Usaha Bebas Pungli 3) Q.43R3 : Pelayanan Izin Usaha bebas KKN 3) Q.46 : Tingkat Hambatan Izin Usaha 4) 1 Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purwerejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Blora Rembang Pati Kudus Jepara Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes Magelang Surakarta Salatiga Semarang Pekalongan Tegal ) 1 = Sangat Sulit, 2 = Sulit, 3 = Mudah, 4 = Sangat Mudah 2) 1 = Sangat Memberatkan, 2 = Cukup Memberatkan, 3 = Sedikit Memberatkan, 4 = Tidak Memberatkan 3) 1 = Sangat Tidak Setuju, 2 = Tidak Setuju, 3 = Setuju, 4 = Sangat Setuju 4) 1 = Sangat Besar, 2 = Besar, 3 = Kecil, 4 = Sangat Sangat Kecil

19 164 Lampiran 16 Persentase perusahaan yang memiliki TDP, lama kepengurusan TDP dan persentase keberadaan mekanisme pengaduan perusahaan kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah No Kabupaten/ Q 38 R1: Persentase Perusahaan yang Memiliki TDP (persen) Q40DR1: Lama Kepengurusan TDP (hari kerja) Q45: Persentase Keberadaan Mekanisme Pengaduan (persen) 1 Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purwerejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Blora Rembang Pati Kudus Jepara Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes Magelang Surakarta Salatiga Semarang Pekalongan Tegal

20 165 Lampiran 17 Modus persepsi perusahaan kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah mengenai indikator interaksi pemda dengan pelaku usaha (1) N o Kabupaten/ Q.48 : Keberad aan Forum Komuni kasi 1) Q.49R1 : Mengenai Kepala Daerah memberik an pemecaha n masalah yang nyata 2) Q.49R2 : Pemecahan Masalah yang Diberikan Bupati/Walik ota Sesuai Harapan 2) Q.49R3 : Pemda menindaklanj uti langkah yang Telah Ditetapkan Bupati/Walik ota 2) Q.50R1 : Pemda mengerti kebutuha n dunia usaha 2) Q.50R2 : Pemda Melakuk an Konsulta si Publik dengan Pelaku Usaha 2) Q.50R3 : Pesepsi Pemda Mengadak an pertemuan dengan Pelaku Usaha Terkait Pemecaha n Masalah 2) Q.50R4 : Pemda Tidak Membent uk Perusahaa n Daerah yang Merugika n Usaha Swasta 2) 1 Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purwerejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Blora Rembang Pati Kudus Jepara Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes Magelang Surakarta Salatiga Semarang Pekalongan Tegal ) 1 = Ada, 2 = Tidak 2) 1 = Sangat Tidak Setuju, 2 = Tidak Setuju, 3 = Setuju, 4 = Sangat Setuju

21 166 Lampiran 18 Modus persepsi perusahaan kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah mengenai indikator interaksi pemda dengan pelaku usaha (2) No Kabupaten/ Q.50R5 : Pemda Memberikan Fasilitas Usaha 1) Q.51 : Kebijakan Pemda yang Mendorong Iklim Investasi 1) Q.52 : Kebijakan Diskriminatif 1) Q.53R1 : Kebijakan Pemda Tidak Meningkatkan Pengeluaran Bisnis 1) Q.53R2 : Kebijakan Pemda Tidak Meningkatkan Ketidakpastian Usaha 1) Q.55 : Hambatan Interaksi Pemda terhadap Kinerja Perusahaan 2) 1 Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purwerejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Blora Rembang Pati Kudus Jepara Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes Magelang Surakarta Salatiga Semarang Pekalongan 35 Tegal ) 1 = Sangat Tidak Setuju, 2 = Tidak Setuju, 3 = Setuju, 4 = Sangat Setuju 2) 1 = Tidak Berpengaruh, 2 = Berpengaruh Kecil, 3 = Berpengaruh Sedang, 4 = Berpengaruh Besar

22 167 N o Lampiran 19 Modus persepsi perusahaan kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah mengenai indikator program pengembangan usaha swasta Kabupaten/K ota Q.58A R1 : Manfaat Pelatiha n Manaje men Bisnis 1) Q.58AR2 : Manfaat Pelatihan Peningka tan Kualitas TK 1) Q.58AR3 : Manfaat Program Promosi Produk Lokal 1) Q.58AR4 : Manfaat Program Menghubun gakan UKM dan UB 1) Q.58AR5 : Manfaat Pelatihan Pengajuan Aplikasi Kredit 1) Q.58AR6 : Manfaat Program Memperte mukan Mitra Bisnis 1) Q.58AR 7 : Manfaat Program Lainnya 1) Q.59 : Manfaat PPUS terhada p Perusah aan 2) 1 Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purwerejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Blora Rembang Pati Kudus Jepara Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes Magelang Surakarta Salatiga Semarang Pekalongan Tegal ) 1 = Sangat Tidak Setuju, 2 = Tidak Setuju, 3 = Setuju, 4 = Sangat Setuju 2) 1 = Sangat Kecil, 2 = Kecil, 3 = Besar, 4 = Sangat Besar

23 168 Lampiran 20 Modus persepsi perusahaan kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah mengenai indikator kapasitas integritas bupati/walikota N o Kabupaten/ Q.61R1 : Bupati/Walik ota memiliki pemahaman masalah dunia usaha 1) Q.61R2 : Penempat an Pejabat Sesuai Bidang nya 1) Q.61R3 : upati/walik ota Bertindak Tegas terhadap Korupsi 1) Q.61R4 : Bupati/Walik ota Melakukan Korupsi 1) Q.61R5 : Bupati/W alikota adalah Pemimpi n yang Kuat 1) Q.63 : Tingkat Hambatan Kapasitas dan Integritas terhadap Usaha 2) 1 Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purwerejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Blora Rembang Pati Kudus Jepara Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes Magelang Surakarta Salatiga Semarang Pekalongan Tegal ) 1 = Sangat Tidak Setuju, 2 = Tidak Setuju, 3 = Setuju, 4 = Sangat Setuju 2) 1 = Sangat Besar, 2 = Besar, 3 = Kecil, 4 = Sangat Kecil

24 169 Lampiran 21 Modus dan median persepsi perusahaan kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah mengenai indikator keamanan dan penyelesaian konflik N o Kabupaten/ Q.84R1 : Polisi Bertindak Tepat Waktu dalam Menanga ni Kasus Kriminal 1) Q.84R2 : Polisi Memberikan Solusi Kasus Kriminal yang Menguntung kan 1) Q.84R3 : Polisi Memberika n Solusi Kasus Kriminal yang Meminimal isir Kerugian 1) Q.86R1 : Polisi Bertinda k Tepat Waktu dalam Menang ani Demostr asi Buruh 1) Q.86R2 : Polisi Memberi kan Solusi Demonstr asi Buruh 1) Q.88 : Hambatan Keamana n dan Penyelesa ian Konflik terhadap Usaha 2) Q.83B R1 : Frekue nsi Pencuri an 1 Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purwerejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Blora Rembang Pati Kudus Jepara Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes Magelang Surakarta Salatiga Semarang Pekalongan Tegal ) 1 = Sangat Tidak Setuju, 2 = Tidak Setuju, 3 = Setuju, 4 = Sangat Setuju 2) 1 = Sangat Besar, 2 = Besar, 3 = Kecil, 4 = Sangat Kecil

25 170 Lampiran 22 Modus dan median persepsi perusahaan kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah mengenai indikator biaya transaksi No Q.65CR1 : Tingkat Q.65CR2 : Tingkat Q.67C : Tingkat Q.70BR1 : Tingkat Q.71 : Hambatan Q67A: Total Kabupaten/ Hambatan Hambatan Hambatan Hambatan Biaya Biaya Retribusi Pajak Biaya Biaya Transaksi 2) Pungutan Resmi 1) Resmi 1) Pungutan 1) Keamanan (Rp ribu) Polisi 1) 1 Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purwerejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Blora Rembang Pati Kudus Jepara Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes Magelang Surakarta Salatiga Semarang Pekalongan Tegal ) 1 = Sangat Memberatkan, 2 = Cukup Memberatkan, 3 = Sedikit Memberatkan, 4 = Tidak Memberatkan 2) 1 = Sangat Besar, 2 = Besar, 3 = Kecil, 4 = Sangat Kecil

26 171 Lampiran 23 Modus persepsi perusahaan kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah mengenai indikator infrastruktur daerah N o Kabupaten/ Q.78AR1 : Kualitas Infrastruktu r Jalan 1) Q.78AR2 : Kualitas Infrastruktu r Lampu Penerangan 1) Q.78AR3 : Kualitas Infrastruktu r Air PDAM 1) Q.78AR4 : Kualitas Infrastruktu r Listrik 1) Q.78AR5 : Kualitas Infrastruktu r Telepon 1) Q.81 : Hambatan Infrastuktur terhadap Perusahaan 2) 1 Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purwerejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Blora Rembang Pati Kudus Jepara Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes Magelang Surakarta Salatiga Semarang Pekalongan 35 Tegal ) 1 = Sangat Buruk, 2 = Buruk, 3 = Baik, 4 = Sangat Baik 2) 1 = Sangat Besar, 2 = Besar, 3 = Kecil, 4 = Sangat Kecil

27 172 Lampiran 24 Median persepsi perusahaan kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah mengenai indikator infrastruktur daerah N o Kabupaten/K ota Q.78CR1: Lama Perbaikan Infrastruk tur Jalan (hari) Q.78CR2: Lama Perbaikan Infrastruk tur Lampu Peneranga n (hari) Q.78CR3: Lama Perbaikan Infrastruk tur Air PDAM (hari) Q.78CR4: Lama Perbaikan Infrastruk tur Listik (hari) Q.78CR5: Lama Perbaikan Infrastruk tur Telepon (hari) Q79: Persenta se Perusaha an Tidak Memaka i Genset (hari) Q80: Frekuensi Pemadam an Listrik (kali seminggu ) 1 Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purwerejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Blora Rembang Pati Kudus Jepara Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes Magelang Surakarta Salatiga Semarang Pekalongan Tegal

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 83 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Tata Kelola Ekonomi Daerah Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah merupakan wilayah yang disurvei oleh Komite Pemantauan Pelaksanaan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Penelitian

Lampiran 1. Data Penelitian Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo Wonosobo Magelan g Lampiran 1. Data Penelitian Kab / Kota Tahun Kemiskinan UMK TPT AMH LnUMK (%) (Rb Rp) (%) (%) 2010 18.11 698333 13.4565 9.75

Lebih terperinci

PPUS : Program Pengembangan Usaha Swasta. : waktu yang dibutuhkan untuk mengurus status tanah (minggu) : persepsi tingkat kemudahan mendapatkan lahan

PPUS : Program Pengembangan Usaha Swasta. : waktu yang dibutuhkan untuk mengurus status tanah (minggu) : persepsi tingkat kemudahan mendapatkan lahan 157 Lampiran 1 Daftar Istilah PMDN: Penanaman Modal DalamNegeri PMA : Penanaman Modal Asing TKED : Tata KelolaEkonomi Daerah IPPU : InteraksiPemdaDenganPelaku Usaha PPUS : Program Pengembangan Usaha Swasta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap negara atau wilayah di berbagai belahan dunia pasti melakukan kegiatan pembangunan ekonomi, dimana kegiatan pembangunan tersebut bertujuan untuk mencapai social

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN Perbedaan Persepsi Pelaku Usaha tentang Tata Kelola Pemerintahan Daerah Menurut Hasil Survei TKED 2007 dan 2010

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN Perbedaan Persepsi Pelaku Usaha tentang Tata Kelola Pemerintahan Daerah Menurut Hasil Survei TKED 2007 dan 2010 79 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Perbedaan Persepsi Pelaku Usaha tentang Tata Kelola Pemerintahan Daerah Menurut Hasil Survei TKED 27 dan 21 Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan jumlah kabupaten/kota

Lebih terperinci

PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN

PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2006-2013 INDAH AYU PUSPITA SARI 14213347/3EA16 Sri Rakhmawati, SE.,

Lebih terperinci

Lampiran 2 Penduduk Menurut Status Pekerjaan Utama (jiwa)

Lampiran 2 Penduduk Menurut Status Pekerjaan Utama (jiwa) 81 Lampiran 1 Jumlah Penduduk, Rumahtangga, dan Rata-rata Anggota Rumahtangga Tahun Jumlah Penduduk (ribu jiwa) Jumlah Rumahtangga Rata-rata Anggota Rumahtangga (1) (2) (3) (4) 2000 205.132 52.008,3 3,9

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab.

Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab. LAMPIRAN Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap 15.24 6.68 22.78 1676090 2 Kab. Banyumas 18.44 5.45 21.18 1605580 3 Kab. Purbalingga 20.53 5.63 21.56 879880 4 Kab. Banjarnegara

Lebih terperinci

1. REKAP DATA REALISASI APBD DAN (PDRB) PROVINSI JAWA TENGAH. TAHUN 2011 (dalam jutaan rupiah)

1. REKAP DATA REALISASI APBD DAN (PDRB) PROVINSI JAWA TENGAH. TAHUN 2011 (dalam jutaan rupiah) LAMPIRAN LAMPIRAN A 1. REKAP DATA REALISASI APBD DAN (PDRB) PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011 (dalam jutaan rupiah) NO. KOTA/KABUPATEN PAD DAU DAK BELANJA MODAL PDRB 1 Kab. Banjarnegara 71.107 562.288 65.367

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 72 BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini alat analisis data yang digunakan adalah model regresi linear klasik (OLS). Untuk pembuktian kebenaran hipotesis dan untuk menguji setiap variabel

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN No. 62/11/33/Th.V, 07 November 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2011 mencapai 16,92 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran merupakan masalah yang sangat kompleks karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berinteraksi mengikuti pola yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan daerah merupakan suatu proses perubahan terencana yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang berperan di berbagai sektor yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 56 TAHUN 201256 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI SEMENTARA DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH TAHUN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian Hasil analisa Deskripsi Obyek Penelitian dapat dilihat pada deskriptif statistik dibawah ini yang menjadi sampel penelitian adalah

Lebih terperinci

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 748 34 3 790 684 2,379 1,165 5,803 57,379 10.11 2 Purbalingga 141 51 10 139 228

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan uji Park, nilai probabilitas dari semua variabel independen tidak signifikan pada tingkat 5%. Keadaan ini

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Halim Abdul, (2002). Akuntansi Sektor Publik. Salemba Empat, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Halim Abdul, (2002). Akuntansi Sektor Publik. Salemba Empat, Jakarta. DAFTAR PUSTAKA Halim Abdul, (2002). Akuntansi Sektor Publik. Salemba Empat, Jakarta. Mattjik AS &M. Sumertajaya, (2000). Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. IPB Press. Bogor. Nataludin. (2001). Potensi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Jawa Tengah terletak di antara B.T B.T dan 6 30 L.S --

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Jawa Tengah terletak di antara B.T B.T dan 6 30 L.S -- BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah 1. Letak dan Luas Wilayah Jawa Tengah terletak di antara 108 30 B.T -- 111 30 B.T dan 6 30 L.S -- 8 30 L.S. Propinsi ini terletak di

Lebih terperinci

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 447 60 8 364 478 2.632 629 4.618 57.379 8,05 2 Purbalingga 87 145 33 174 119 1.137

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Fisik Daerah Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua Provinsi besar, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi jangka panjang. Dari satu periode ke periode berikutnya kemampuan suatu negara untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah. Jawa Tengah merupakan Provinsi yang termasuk ke dalam Provinsi yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

ELIZABETH KARLINDA P H

ELIZABETH KARLINDA P H KETERKAITAN ANTARA TATA KELOLA EKONOMI DAERAH DENGAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PER KAPITA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA PROPINSI JAWA TENGAH ELIZABETH KARLINDA P H14080025 DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.31 /05/33/Th.VIII, 05 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,45 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Februari 2014 yang sebesar 17,72

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai gambaran persebaran IPM dan komponen-komponen penyususn IPM di Provinsi Jawa Tengah. Selanjutnya dilakukan pemodelan dengan menggunakan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No. 66/11/33/Th.VI, 05 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2012: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,63 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2012 mencapai 17,09

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu keadaan di mana masyarakat yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dan kehidupan yang layak, (menurut World Bank dalam Whisnu, 2004),

Lebih terperinci

Produktivitas Padi, Luas Panen dan Produksi Padi di Kabupaten Deli Serdang,

Produktivitas Padi, Luas Panen dan Produksi Padi di Kabupaten Deli Serdang, Lampiran 1. Produktivitas Padi, Luas Panen dan Produksi Padi di Kabupaten Deli Serdang, 2004-2010 Tahun Semester Produktivitas Padi (ton/ha) Luas Panen (ha) Produksi Padi (ton) 2004 1 4.585 40.187 184257.4

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.69 /11/33/Th.VII, 06 November 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,02 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2013 mencapai 16,99

Lebih terperinci

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH No. 56/08/33 Th.IX, 3 Agustus 2015 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 167,79 RIBU TON, CABAI RAWIT SEBESAR 107,95 RIBU TON,

Lebih terperinci

(Data Mentah) Data Penerimaan Asli Daerah Sektor Pariwisata Kabupaten Lombok Timur, Jumlah Kunjunga Wisatawan dan Jumlah Objek Wisata

(Data Mentah) Data Penerimaan Asli Daerah Sektor Pariwisata Kabupaten Lombok Timur, Jumlah Kunjunga Wisatawan dan Jumlah Objek Wisata L A M P I R A N 95 96 Lampiran 1 (Data Mentah) Data Penerimaan Asli Daerah Sektor Pariwisata Kabupaten Lombok Timur, Jumlah Kunjunga Wisatawan dan Jumlah Objek Wisata TAHUN PAD Sektor Pariwisata Jumlah

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 78 TAHUN 2013 TAHUN 2012 TENTANG PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 No. 50/08/33/Th. VIII, 4 Agustus 2014 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 145,04 RIBU TON, CABAI RAWIT 85,36 RIBU TON, DAN BAWANG

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Gambaran Umum Subyek penelitian Penelitian ini tentang pertumbuhan ekonomi, inflasi dan tingkat kesempatan kerja terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/kota

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.70 /11/33/Th.VIII, 05 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,68 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2014 yang sebesar

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH 3.1 Keadaan Geografis dan Pemerintahan Propinsi Jawa Tengah adalah salah satu propinsi yang terletak di pulau Jawa dengan luas

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 71 A TAHUN 201356 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DEFINITIF DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. Data Variabel Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Berlaku. Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun

DAFTAR LAMPIRAN. Data Variabel Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Berlaku. Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Data Variabel Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2015 1 Kab. Banjarnegara 10,56 13,03 10,99 2 Kab. Batang 10,26 12,26

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 05/01/33/Th.II, 2 Januari 2008 KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2007 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Jawa Tengah pada Agustus 2007 adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Akan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Regresi. 71 Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Data Regresi. 71 Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 Data Regresi I obs X1 X2 X3 X4 Y 1 5.000000 1.000000 2.000000 18.00000 20.00000 2 4.000000 1.000000 2.000000 20.00000 20.00000 3 4.000000 2.000000 3.000000 20.00000 20.00000 4 3.000000 5.000000

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 05/12/33/Th.III, 1 Desember 2009 KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGANGGURAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2009 Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) dilaksanakan dua kali dalam setahun,

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Ringkasan Hasil Regresi

BAB 5 PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Ringkasan Hasil Regresi BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan Hasil Regresi Dalam bab ini akan dibahas mengenai bagaimana pengaruh PAD dan DAU terhadap pertumbuhan ekonomi dan bagaimana perbandingan pengaruh kedua variabel tersebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data 1.1 Analisis Deskripsi Data BAB IV HASIL DAN ANALISIS Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun 1996-2012. Data tersebut

Lebih terperinci

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU BULAN : KABUPATEN/KOTA IUD MOW MOP KDM IMPL STK PILL JML PPM PB % 1 Banyumas 728 112 20 1,955 2,178 2,627 1,802 9,422 57,379 16.42 2 Purbalingga 70 50 11 471

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengemukakan definisi metode penelitian sebagai berikut: mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

BAB III METODE PENELITIAN. mengemukakan definisi metode penelitian sebagai berikut: mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Metode penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Sugiyono (2010:2) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Industrialisasi pada negara sedang berkembang sangat diperlukan agar dapat tumbuh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Sejarah Jawa Tengah. Hingga tahun 1905, Jawa Tengah terdiri atas 5 wilayah (gewesten) yakni Semarang,

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Sejarah Jawa Tengah. Hingga tahun 1905, Jawa Tengah terdiri atas 5 wilayah (gewesten) yakni Semarang, BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Sejarah Jawa Tengah Jawa Tengah sebagai provinsi dibentuk sejak zaman Hindia Belanda. Hingga tahun 1905, Jawa Tengah terdiri atas 5 wilayah

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 08/05/33/Th.I, 15 Mei 2007 TINGKAT PENGANGGURAN DI JAWA TENGAH MENURUN 0,1% Tingkat Penganguran Terbuka di Jawa Tengah pada Februari 2007 adalah 8,10%. Angka ini 0,10% lebih

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No.42/06/33/Th.X, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Jawa Tengah Tahun 2015 Pembangunan manusia di Jawa Tengah pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertanian merupakan salah satu basis perekonomian Indonesia. Jika mengingat bahwa Indonesia adalah negara agraris, maka pembangunan pertanian akan memberikan

Lebih terperinci

V. HUBUNGAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN, INFRASTRUKTUR DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

V. HUBUNGAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN, INFRASTRUKTUR DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA V. HUBUNGAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN, INFRASTRUKTUR DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA 5.1 Hubungan Tata Kelola Pemerintahan dengan Penyediaan Infrastruktur di Indonesia Hubungan antara tata kelola pemerintahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang dinamakan dengan nawacita.

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t PROVINSI JAWA TENGAH Data Agregat per K b t /K t PROVINSI JAWA TENGAH Penutup Penyelenggaraan Sensus Penduduk 2010 merupakan hajatan besar bangsa yang hasilnya sangat penting dalam rangka perencanaan pembangunan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah yang bersangkutan dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Daftar Populasi Sampel Penelitian

Lampiran 1 Daftar Populasi Sampel Penelitian Lampiran 1 Daftar Populasi Sampel Penelitian No. Kode Nama Perusahaan Kriteria Sampel 1 2 3 Ke 1. ASII PT. Astra Internasional, Tbk. 1 2. AUTO PT. Astra Otoparts, Tbk. 2 3. BRAM PT. Indokordsa, Tbk. 3

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 TABEL RESPONDEN No. y x1 x2 x

LAMPIRAN 1 TABEL RESPONDEN No. y x1 x2 x LAMPIRAN 1 TABEL RESPONDEN No. y x1 x2 x3 1 1.12 8979000 3000000 4 2 1.15384 8979000 3500000 2 3 1.25 9000000 4000000 2 4 1.12 8900000 4000000 4 5 1.53846 10165900 7000000 3 6 1.875 10165900 9000000 2

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Pemilihan Bank Melalui Kriteria Berdasarkan Purposive Sampling

Lampiran 1 : Pemilihan Bank Melalui Kriteria Berdasarkan Purposive Sampling Lampiran 1 : Pemilihan Bank Melalui Kriteria Berdasarkan Purposive Sampling No Nama Bank Kriteria 1 Kriteria 2 Yang memenuhi kriteria 1 dan 2 1 PT. BPD Aceh 2 PT. BPD Bali 3 PT. BPD Bengkulu - - 4 PT.

Lebih terperinci

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN No Kelompok Pola Harapan Nasional Gram/hari2) Energi (kkal) %AKG 2) 1 Padi-padian 275 1000 50.0 25.0 2 Umbi-umbian 100 120 6.0

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No.1/3307/BRS/11/2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 Pembangunan manusia di Wonosobo pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia

Lebih terperinci

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah, No.26/04/33/Th.XI, 17 April 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Jawa Tengah Tahun 2016 Pembangunan manusia di Jawa Tengah pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK A. Gambaran Umum Objek/Subjek Penelitian 1. Batas Administrasi. Gambar 4.1: Peta Wilayah Jawa Tengah Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua

Lebih terperinci

KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH No Program Anggaran Sub Sasaran Lokasi 1. Program Rp. 1.000.000.000 Pelayanan dan Sosial Kesejahteraan Sosial Penyandang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Analisis Deskripsi Data Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode 1993-2013 kurun waktu

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Persebaran Penduduk Miskin Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki kabupaten atau kota sejumlah 35 kabupaten dan kota (BPS,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Trend Kesenjangann Ekonomi Antar Wilayah di Provinsi Jawa Tengah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Trend Kesenjangann Ekonomi Antar Wilayah di Provinsi Jawa Tengah 44 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Trend Kesenjangann Ekonomi Antar Wilayah di Provinsi Jawa Tengah Kesenjangan ekonomi antar wilayah dapat ditentukan menggunakan indeks Williamson yang kemudian dikenal

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Provinsi Jawa Tengah Sensus Ekonomi 2016 No. 37/05/33 Th. XI, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH Hasil Pendaftaran

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. hasil dari uji heterokedastisitas tersebut menggunakan uji Park. Kriteria

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. hasil dari uji heterokedastisitas tersebut menggunakan uji Park. Kriteria BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Data 1. UJI Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi imi terjadi heterokedastisitas atau tidak, untuk

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. sejenis yang ingin melanjutkan atau mengembangkan penelitian ini.

BAB V PENUTUP. sejenis yang ingin melanjutkan atau mengembangkan penelitian ini. BAB V PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan pernyataan singkat dan tepat yang dijabarkan dari hasil penelitian dan pembahasan untuk membuktikan kebenaran hipotesis penelitian.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat. ditunjukkan dari nilai probabilitas Jarque-Berra.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat. ditunjukkan dari nilai probabilitas Jarque-Berra. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kepada pemerintah pusat. Penulis melakukan pengambilan data

BAB III METODE PENELITIAN. kepada pemerintah pusat. Penulis melakukan pengambilan data BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada kabupaten/kota provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2013 yang seluruh data keuangannya telah di terbitkan dan dilaporkan kepada

Lebih terperinci

Lampiran 1. Modus dan median persepsi perusahaan kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah mengenai indikator akses lahan dan kepastian hukum.

Lampiran 1. Modus dan median persepsi perusahaan kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah mengenai indikator akses lahan dan kepastian hukum. Lampiran 1 Modus dan median persepsi perusahaan kabupaten/kota Provinsi Sulawesi Tengah mengenai indikator akses lahan dan kepastian hukum No Kabupaten/ Kota Q31 : Persepsi Waktu yg dibutuhkan untuk pengurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pembangunan yang dilaksanakan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan

Lebih terperinci

Daftar Sampel BPR Milik Pemerintah Kabupaten

Daftar Sampel BPR Milik Pemerintah Kabupaten Lampiran 1 Daftar Sampel BPR Milik Pemerintah Kabupaten No Nama BPR pemerintah daerah Lokasi 1 PD BPR Kendali Artha Kab Kendal 2 PD BPR Bank Daerah Pati Kab Pati 3 PD BPR BP Kab Kudus Kab Kudus 4 PD BPR

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Konvergensi antar Provinsi di Indonesia adalah sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. Konvergensi antar Provinsi di Indonesia adalah sebagai berikut: BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian dan pembahasan terhadap Konvergensi antar Provinsi di Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil regresi pada analisis

Lebih terperinci

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012 Komoditi TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012 Produksi Penyediaan Kebutuhan Konsumsi per kapita Faktor Konversi +/- (ton) (ton) (ton) (ton) (kg/kap/th) (100-angka susut)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1. Deskripsi Data Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan datatime series atau data runtun waktu sebanyak 12 observasi, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk mencapai cita-cita tersebut pemerintah mengupayakan. perekonomian adalah komponen utama demi berlangsungnya sistem

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk mencapai cita-cita tersebut pemerintah mengupayakan. perekonomian adalah komponen utama demi berlangsungnya sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang senantiasa memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional, guna mewujudkan cita-cita

Lebih terperinci

EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH

EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH Rapat Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan Penanganan Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah Surakarta, 9 Februari 2016 Kemiskinan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman

LAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman No Nama Perusahaan Tanggal Listing Kriteria 1 2 3 1. PT. Cahaya Kalbar Tbk 9 Juli 1996 2. PT. Delta Djakarta Tbk 27 Februari 1984 3. PT.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH,

GUBERNUR JAWA TENGAH, GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 5 wsm 2^17 TENTANG ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU BAGIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan merangsang proses produksi barang. maupun jasa dalam kegiatan masyarakat (Arta, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan merangsang proses produksi barang. maupun jasa dalam kegiatan masyarakat (Arta, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan suatu perubahan struktur ekonomi dan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejaheraan penduduk atau masyarakat. Kemiskinan,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1 Data Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1 Data Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1 Data Penelitian Kota/Kab Tahun PDRB INV LBR Bogor 2009 1273760 110108 111101 2010 1335090 1382859 268543 2011 1439103 23266318 268543 2012 1527428 23266318 268543 2013 1628110 23272174

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. provinsi. Dalam satu karesidenan terdiri dari beberapa kapupaten atau kota.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. provinsi. Dalam satu karesidenan terdiri dari beberapa kapupaten atau kota. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Karesidenan adalah sebuah pembagian administratif dalam sebuah provinsi. Dalam satu karesidenan terdiri dari beberapa kapupaten atau kota.

Lebih terperinci

Kredit (Y) Pendapatan (x1) Usia (x3) Modal Kerja (x2) Universitas Sumatera Utara

Kredit (Y) Pendapatan (x1) Usia (x3) Modal Kerja (x2) Universitas Sumatera Utara No Kredit (Y) Pendapatan (x1) Modal Kerja (x2) Usia (x3) Jumlah Tanggungan (x4) 1 1000000 80000 80000 20 0 2 1000000 275000 500000 21 1 3 1500000 400000 550000 25 1 4 2000000 400000 1000000 25 1 5 2000000

Lebih terperinci

KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH

KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH Kondisi umum Provinsi Jawa Tengah ditinjau dari aspek pemerintahan, wilayah, kependudukan dan ketenagakerjaan antara lain sebagai berikut : A. Administrasi Pemerintah,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (%)

Lampiran 1. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (%) Lampiran 1 Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2014 Kab. Asahan 18 13 20 69 9 Kab. Dairi 0 59 41 82-35 Kab. Deli Serdang 13 159 27 22 22 Kab.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya. KATA PENGANTAR Sektor pertanian merupakan sektor yang vital dalam perekonomian Jawa Tengah. Sebagian masyarakat Jawa Tengah memiliki mata pencaharian di bidang pertanian. Peningkatan kualitas dan kuantitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multi dimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental dan lembaga-lembaga sosial. Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan seringkali dipahami dalam pengertian yang sangat sederhana yaitu sebagai keadaan kekurangan uang, rendahnya tingkat pendapatan dan tidak terpenuhinya kebutuhan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH TARGET INDIKATOR LKPD YANG OPINI WTP Dalam Perpres No 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 telah ditetapkan prioritas nasional pencapaian

Lebih terperinci

Surat Keterangan Perubahan Judul

Surat Keterangan Perubahan Judul LAMPIRAN 1 Surat Keterangan Perubahan Judul [Type text] LAMPIRAN 2 Permohonan Izin Penelitian [Type text] LAMPIRAN 3 Pengantar Riset [Type text] LAMPIRAN 4 Surat Keterangan Penelitian [Type text] LAMPIRAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jumlah Deposito, Suku Bunga Deposito, dan Inflasi di Indonesia Tahun

Lampiran 1. Jumlah Deposito, Suku Bunga Deposito, dan Inflasi di Indonesia Tahun 69 Lampiran 1. Jumlah Deposito, Suku Bunga Deposito, dan Inflasi di Indonesia Tahun 2004-2010 Periode sbdepo Inflasi depo Jan-04 6.27 0.57 426.424 Feb-04 5.99-0.02 409.204 Mar-04 5.86 0.36 401.686 Apr-04

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pembahasan untuk membuktikan kebenaran dari suatu hipotesis. Saran dibuat. atau mengembangkan penelitian yang berkaitan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pembahasan untuk membuktikan kebenaran dari suatu hipotesis. Saran dibuat. atau mengembangkan penelitian yang berkaitan. 66 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bagian ini berisikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan pernyataan singkat dan tepat yang diterangkan dari hasil penelitian dan pembahasan untuk membuktikan kebenaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional guna

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional guna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang senantiasa memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional guna mewujudkan cita-cita

Lebih terperinci