BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Sistem Dalam tahapan ini, seluruh faktor yang menjadi penentu dalam perencanaan jalur line transmisi dan dimensi pondasi di indentifikasi, faktor-faktor tersebut yaitu : 1. Rencana Panjang Jalur Saluran Transmisi. Rencana panjang Saluran Transmisi adalah jarak yang menghubungkan dari satu titik ke titik lainnya atau dari pusat pembangkit sampai pada pusat beban, untuk mentransmisikan listrik berupa saluran udara tegangan tinggi (SUTT) 150 kv. Memiliki syarat rencana panjang saluran transmisi tidak boleh lebih pendek dari rencana panjang gawang. 2. Jarak Antar Tower (Gawang). Rencana panjang gawang (jarak antar tower) adalah jarak rencana antar satu tower dengan tower berikutnya. Dengan syarat panjang saluran jalur transmisi harus lebih besar dari rencana panjang gawang. 3. Beban Yang Bekerja Pada Tower. Dengan adanya banyak beban yang bekerja pada tower, maka ada dua kombinasi pembebanan yaitu, kondisi normal dan kondisi abnormal. Berikut ini perhitungannya : 3.1 Kondisi Normal Kondisi normal adalah kondisi di mana tower tidak mengalami penambahan beban yang ekstrem, dalam hal ini beban itu adalah adanya kawat yang putus Beban Vertikal Untuk beban vertikal, diperhitungkan beban-beban yang terdiri dari sebagai berikut :

2 a. Beban Sendiri Menara Untuk perhitungan lebih detail dapat dilihat pada Lampiran 1, didapat besarnya G total = 10239,2652 kg b. Berat Kawat Penghantar per jarak menara, digunakan Rumus 2 : = jarak menara (SPLN, 1996) x berat kawat penghantar (konduktor) = 265 x 0,5737 = 152,0305 kg c. Berat kawat penangkal petir, digunakan Rumus 3 : = jarak menara (SPLN, 1996) x berat kawat penangkal petir (ground wire) = 265 x 0,444 = 117,66 kg d. Berat isolator, alat-alat dan orang per kawat = 170 kg Beban Horizontal Untuk beban horizontal, diperhitungkan beban-beban yang terdiri dari sebagai berikut : a. Tekanan Angin Pada Menara Beban-beban angin yang bekerja pada menara untuk lebih detail lihat pada Lampiran 2. b. Tekanan angin pada konduktor dan ground wire, digunakan Rumus 4 : = jarak menara x diameter kawat penghantar (konduktor) x W = 265 x 0,0161 x W = 4,267W kg Untuk 1 bidang menara = 4,267W/2 = 2,133W kg c. Tekanan angin pada ground wire, digunakan Rumus 5 : = jarak menara x diameter kawat penangkal petir x W = 265 x 0,0096 x W = 2,544W kg Untuk satu bidang menara = 2,544W/2 = 1.272W kg 3.2 Kondisi Abnormal Kondisi abnormal adalah tower mengalami beban ekstrem, yaitu adanya kawat putus baik kawat penghantar ataupun kawat penangkal petir Beban Vertikal

3 Untuk beban vertikal, diperhitungkan beban-beban yang terdiri dari sebagai berikut : a. Berat sendiri menara (Lampiran 1). Sama dengan kondisi normal = 10239,2652 kg b. Berat Kawat ACSR per jarak menara, digunakan Rumus 2 : = jarak menara x berat kawat penghantar (konduktor) = 265 x 0,5737 = 152,0305 kg c. Berat kawat penangkal petir, digunakan Rumus 3 : = jarak menara x berat kawat penangkal petir (ground wire) = 265 x 0,444 = 117,66 kg d. Berat isolator, alat-alat dan orang per kawat = 170 kg e. Kondisi Tidak Setimbang, untuk perhitungan lebih detail lihat Lampiran 3 : Diperhitungkan 1 (satu) buah konduktor putus Resultan gaya-gaya pada bidang tranverse adalah : Q = 477,2 kg Kawat penangkal petir putus P = 500 kg Beban Horizontal Tekanan angin pada menara, tekanan angin pada kawat penghantar dan kawat penangkal petir, dan komponen horizontal akibat putusnya kawat penghantar dan kawat penangkal petir telah ikut diperhitungkan dalam perhitungan beban vertikal kondisi abnormal Perhitungan Beban Pada Batang Tranverse Beban-beban yang bekerja pada tranverse adalah : c. Beban Vertikal Beban vertikal telah diperhitungkan pada perhitungan berat sendiri menara. d. Beban horizontal - Tekanan angin pada kawat penghantar (Wa), digunakan Rumus 4 : Wa = jarak menara x diameter kawat penghantar (konduktor) x W

4 Wa = 265 x 0,061 x W = 4.267W kg - Akibat kawat ACSR putus (Pb) (Tabel 3) : Pb = 1300 kg - Tekanan angin pada isolator : Setiap 1 potong porcelain, angin yang bekerja sebesar 3 kg. Untuk isolator menara penegang dipakai rangkaian porcelain 12 potong (1 set). Untuk menara penegang dipakai sebanyak 2 set, maka besarnya : Wc = 2 x 12 x 3 kg = 72 kg 4. Beban Yang Bekerja Pada Pondasi Untuk lebih detail mengenai perhitungan beban yang bekerja pada pondasi dapat dilihat pada Lampiran 4, ringkasannya dapat dilihat sebagai berikut : 4.1 Akibat Gaya Kawat ACSR dan Ground Wire Gaya kawat ACSR dan ground wire berpengaruh pada pondasi, terdiri dari pada beberapa ketinggian sesuai dengan ketinggian kawat, yaitu : - Pada ketinggian + 29, 5 m Reaksi tekan maksimum pada pondasi adalah di pondasi (R B ) : R RB = 2,39 ton Reaksi tarik maksimum pada pondasi adalah di pondasi (L A ) : R LB = 2,39 ton - Pada ketinggian + 25 m Reaksi tekan maksimum pada pondasi adalah di pondasi (R B ) : R RB = 2,03125 ton Reaksi tarik maksimum pada pondasi adalah di pondasi (L A ) : R LB = 2,03125 ton 4.2 Akibat Ground Wire putus dan satu kawat penghantar ACSR putus Reaksi dipondasi R B adalah = 4,5 ton ( ), arti tanda ( ) adalah gaya R RB reaksi yang terjadi memiliki arah keatas. Sedangkan tanda ( ) berarti gaya reaksi

5 yang terjadi memiliki arah kebawah. Reaksi dipondasi R A adalah R LA = -4,5 ton ( ) 4.3 Akibat Angin Pada Kawat Reaksi pada pondasi R B adalah = 1,711ton ( ) dan reaksi pondasi R RB pada L A adalah R = - R = 1,711ton ( ) dan R H = 0,1328 ton LA RB 4.4 Akibat Angin Pada Menara Reaksi pada pondasi R B adalah = 89,425W ton ( ) dan Reaksi pada R RB pondasi L A adalah R = - R = 89,425W ton ( ) LA 4.5 Akibat Berat Sendiri Menara Berat sendiri menara = 10239,2652 kg = 10,240 ton RB 5. Daya Dukung Tanah Untuk menentukan daya dukung tanah pada lokasi rencana pembangunan tower SUTT, cukup diketahui jenis tanah pada lokasi tersebut (lihat Tabel 2). Hal ini sangat membantu mempercepat perencanaan, karena untuk mengetahui jenis tanah relatif lebih cepat dibandingkan dengan menentukan daya dukung tanah. 6. Tekanan Angin Untuk mengetahui besarnya tekanan angin, harus dilakukan pengukuran di lokasi, atau jika tidak dilakukan pengukuran, dapat ditentukan dengan memakai Peraturan Muatan Indonesia 1970 N.1-18 (Kusnadi, 1996). 7. Sudut Belokan Yang Terbentuk Antar Dua Tower. Sudut belokan adalah sudut yang terbentuk dengan tower berikutnya, sesuai dengan Tabel 1 mengenai tipe tower. Bila posisi tower tidak satu garis lurus dengan posisi tower berikutnya, atau dengan kata lain membentuk sudut (θ), maka pondasi tower mengalami aksi dan reaksi yang tidak sama, maka terjadi momen puntiran tambahan akibat tegangan tarik kabel transmisi 150 kv.

6 4.2 Disain dan Implementasi Sistem ini diberi nama SPSUTT singkatan dari Sistem Perencanaan SUTT, disain arsitektur SPSUTT diperlihatkan pada Gambar 6 berikut ini, yang mendefinisikan hubungan-hubungan antara komponen-komponen utama. Gambar 6. Arsitektur SPSUTT Pada Gambar 6 diatas, mekanisme inference dilakukan pertama kali untuk menentukan titik-titik lokasi jalur saluran transmisi tower dan kemudian untuk menentukan dimensi pondasi modul struktur analisis digunakan. Dimana user dengan menggunakan user interface memasukkan data yang terdiri dari : Modul Inferensi Sistem SPSUTT ditujukan untuk beberapa pemakai, yaitu : pemakai profesional yang membutuhkan cepat dan efesien dalam perencanaan jalur saluran dan pondasi SUTT, pelajar dan pembangun sistem pakar yang ingin meningkatkan dan menambah basis pengetahuan. Sistem belum dapat digunakan oleh pemakai yang expert, karena SPSUTT merupakan sistem yang sederhana, merupakan bagian dari sistem perencanaan secara keseluruhan. Ada faktor-faktor yang belum diperhitungkan, karena keterbatasan waktu dan tempat, seperti : - Penetuan jarak antara kawat-kawat;

7 - Perhitungan tegangan tarik dan andongan; - Kawat dibentang pada titik sumbu yang tidak sama tinggi Antar Muka Pengguna (User Interface) Memungkinkan SPSUTT menerima instruksi, informasi (input) dari pemakai, proses konsultasi dan juga memberi informasi (output) kepada pemakai. Sebelum masuk ke dalam sistem, terlebih dahulu terdapat layar informasi judul sistem, dapat dilihat pada Gambar 7 berikut : Gambar 7. Judul Sistem Pakar Disain Pondasi Tower Setelah pengguna menekan tombol Masuk, maka akan keluar menu program sistem pakar untuk menentukan titik rencana tower Titik Rencana Tower Terdapat dua langkah dalam penentuan titik rencana tower (lihat Gambar 8). Langkah pertama adalah penentuan jumlah tower ideal, terlihat dibawah grafik

8 koordinat pada Gambar 8. Dua data utama yang diperlukan dalam penentuan jumlah tower secara ideal, yaitu sebagai berikut : 1. Rencana panjang Saluran Transmisi (meter). 2. Rencana panjang gawang (jarak antar tower) (meter). Setelah proses input selesai, user menekan tombol Proses, menghasilkan tiga jenis output yaitu jumlah titik rencana (buah), titik koordinat rencana (sumbu x), gambar koordinat. Pada langkah ini dilakukan mekanisme inferensi, pengguna diminta untuk memilih jenis tanah berdasarkan jenis tanah yang ada dilokasi rencana. Titik koordinat kartesius yang dihasilkan langkah pertama dikoreksi berdasarkan jenis tanah jarak gawang. Bila jenis tanah di lokasi rencana memiliki daya dukung yang cukup, maka lokasi dapat digunakan, begitu juga sebaliknya. Jarak gawang tidak boleh melebihi bentang maksimum yaitu 265 m (SPLN, 1996). Data utama Gambar 8. Titik Rencana Tower output : Koordinat kartesius

9 Penentuan Jumlah Tower Ideal Proses input data yang dibutuhkan dalam penentuan jumlah tower secara ideal terdiri ada dua yaitu : 2. Rencana panjang jalur saluran transmisi (meter) Question : Rencana panjang saluran transmisi? Rule clause keterangan rencana panjang saluran transmisi, didapat a. Untuk rencana panjang saluran transmisi < rencana panjang gawang, maksudnya bila input rencana panjang saluran transmisi yang dimasukkan lebih kecil dari rencana panjang gawang Rule 1 IF PANJANG SALURAN = panjang < bentang THEN KETERANGAN = tidak dapat diproses, bentang harus lebih kecil atau sama dengan panjang line. Contoh script Matlabnya (secara lengkap lihat di Lampiran 6 dan 7) : if panjang<bentang; ket1= 'tidak dapat diproses, bentang harus lebih kecil atau sama dengan panjang line' b. Untuk rencana panjang jalur saluran transmisi > rencana panjang gawang, maksudnya bila input rencana panjang saluran transmisi yang dimasukkan lebih besar atau sama dengan dari rencana panjang gawang Rule 2 IF PANJANG SALURAN = panjang < 0 THEN KETERANGAN = tidak dapat diproses, panjang line tidak dapat bernilai 0 atau lebih kecil dari bentang. Rule 3 IF PANJANG SALURAN = panjang < m

10 THEN KETERANGAN = line dapat dibangun, tetapi tidak ekonomis minimal m atau 640 km untuk arus DC. Rule 4 IF PANJANG SALURAN = panjang > m THEN KETERANGAN = line dapat dibangun dengan nilai ekonomis karena lebih dari m/640 km untuk arus DC. 3. Rencana Panjang Gawang (Jarak Antar Tower) Rencana panjang gawang (jarak antar tower) adalah jarak rencana antar satu tower dengan tower berikutnya. Question : Rencana panjang gawang (jarak antar tower)? Rule clause keterangan rencana panjang gawang, didapat a. Untuk rencana panjang saluran transmisi < rencana panjang gawang. Maksudnya bila input rencana panjang saluran transmisi yang dimasukkan lebih kecil dari rencana panjang gawang Rule 5 IF PANJANG GAWANG = panjang < bentang THEN KETERANGAN = tidak dapat diproses, bentang harus lebih kecil atau sama dengan panjang saluran. b. Untuk rencana panjang saluran transmisi > rencana panjang gawang. Maksudnya bila input rencana panjang saluran transmisi yang dimasukkan lebih besar atau sama dengan dari rencana panjang gawang Rule 6 IF PANJANG GAWANG = panjang < 0 THEN KETERANGAN = tidak dapat diproses, bentang antar tower tidak dapat bernilai 0. Rule 7 IF PANJANG GAWANG = gawang < 265 m THEN KETERANGAN = belum melewati bentang maksimum

11 Rule 8 IF PANJANG BENTANG = gawang > 265 m THEN KETERANGAN = melewati bentang maksimum Setelah proses input selesai, user menekan tombol Proses, maka menghasilkan tiga jenis output yaitu : 1. Jumlah titik rencana (buah) Jumlah titik rencana adalah jumlah rencana tower yang direncanakan dalam satu rencana panjang saluran transmisi. Dalam sistem ini rencana panjang saluran transmisi dan rencana panjang gawang, digunakan untuk menentukan jumlah titik rencana yang akan dipakai dalam saluran tersebut. Dengan perhitungan sebagai berikut : a. Jika rencana panjang saluran transmisi dan rencana panjang gawang > 0, digunakan Rumus 1. Rule 9 IF SALURAN DAN GAWANG = panjang dan gawang > 0 m Rencana_Panjang_Saluran THEN JUMLAH TITIK RENCANA = + 1 Rencana_Panjang_Gawang Script Matlabnya dibuat sebagai berikut : if panjang>0 & bentang>0; nbentang=0; while panjang > 0 nbentang=nbentang+1; panjang=panjang-bentang; end; mbentang=nbentang+1; b. Jika rencana panjang saluran transmisi dan rencana panjang gawang = 0. Rule 10 IF SALURAN DAN GAWANG = panjang dan gawang = 0 m THEN JUMLAH TITIK RENCANA = 0

12 2. Titik Koordinat Rencana (sumbu x) Pada Gambar Koordinat titik koordinat rencana (sumbu x dalam koordinat cartesius) pada gambar denah, yaitu : (0,panjang gawang, 2 x panjang gawang,..., panjang saluran). Script Matlabnya dibuat sebagai berikut : titik1=[0:bentang:panjang]; 3. Gambar Koordinat Untuk memperjelas titik-titik koordinat tersebut, dibuat gambarnya dalam bentuk gambar titik-titik sumbu cartesius. a. Jika rencana panjang saluran transmisi dan rencana panjang gawang < 0. Rule 11 IF SALURAN DAN GAWANG = panjang dan gawang < 0 m THEN GAMBAR KOORDINAT = koordinat (0,0) Script Matlabnya dibuat sebagai berikut : if (panjang & bentang)<=0; x1=0; x2=0; y=0; gambar=plot(x1,y,'*r',x2,y,'*r'); set(gambar,'linewidth',3); set(myform.axes1,'color',[ ],... 'xgrid','on',... 'ygrid','on'); b. Jika rencana panjang saluran transmisi dan rencana panjang gawang > 0. Rule 12 IF SALURAN DAN GAWANG = panjang dan gawang > 0 m THEN GAMBAR KOORDINAT Script Matlabnya dibuat sebagai berikut : else (panjang & bentang)>0; x1=[0:bentang:panjang]; x2=panjang; y=0; gambar=plot(x1,y,'*r',x2,y,'*r'); = koordinat(0,gawang),(0,2x gawang)..., (0,saluran).

13 set(gambar,'linewidth',3); set(myform.axes1,'color',[ ],... 'xgrid','on',... 'ygrid','on'); Sistem dibatasi hanya untuk 4 gawang, sehingga dibuat rule clause seperti berikut, karena keterbatasan tempat dan waktu dalam penelitian ini. Rule 13 IF JUMLAH GAWANG = bentang < 4 THEN KETERANGAN = Rule 14 IF JUMLAH GAWANG = Bentang > 4 THEN KETERANGAN = sistem dibatasi hanya untuk 4 gawang, jika lebih, panjang saluran dibagi menjadi beberapa segmen per 4 bentang (1,2,3,4). Pada segmen ke-2 dimulai pada titik ke-4 (koordinat (0,0)) pada segmen 1, begitu seterusnya Penentuan Lokasi Tower 1. Koordinat Rencana Terisi secara otomatis, berupa koordinat rencana yang ideal. Tetapi belum tentu sesuai dengan kondisi di lapangan. Banyak faktor yang mempengaruhinya, pada sistem SPSUTT faktor yang diperhitungan hanya jenis tanah. 2. Jenis Tanah Merupakan proses konsultasi berdasarkan pilihan pemakai disesuaikan dengan jenis tanah pada lokasi rencana, yang akan menentukan kekuatan daya dukung tanah. a. Untuk menentukan titik rencana tower. ASK Tanah : Jenis Tanah

14 CHOICE Tanah : Pasir berbatu, pasir berkerikil, tanah pasir, tanah liat atau silt, tanah liat atau silt mengandung organik, rawa, lumpur. Dibuat rule clause sebagai berikut : Rule 15 IF JENIS TANAH = Tanah pasir berbatu THEN KETERANGAN = Tanah bagus, lokasi dapat digunakan Rule 16 IF JENIS TANAH = Tanah pasir berkerikil THEN KETERANGAN = Tanah bagus, lokasi dapat digunakan Rule 17 IF JENIS TANAH = Tanah pasir THEN KETERANGAN = Tanah baik, lokasi dapat digunakan Rule 18 IF JENIS TANAH = Tanah liat atau silt THEN KETERANGAN = Tanah sedang, lokasi dapat digunakan Rule 19 IF JENIS TANAH = Tanah liat atau silt mengandung tanah organik THEN KETERANGAN = Tanah jelek, lokasi tidak dapat digunakan Rule 20 IF JENIS TANAH = Tanah rawa/veen THEN KETERANGAN = Tanah jelek sekali, lokasi tidak dapat digunakan Rule 21 IF JENIS TANAH = Tanah lumpur THEN KETERANGAN = Tanah jelek sekali, lokasi tidak dapat digunakan Script Matlabnya dibuat sebagai berikut : %--- Jenis Tanah Titik Rencana 3 switch pilih

15 Untuk pilihan jenis tanah = Tanah pasir berbatu Dibuat keterangan : case 1 ket1='lokasi Dapat Digunakan'; ket2='lokasi harus kosong dari bangunan, kalaupun ada, lokasi harus dapat dibebaskan'; Untuk pilihan jenis tanah = Tanah pasir berkerikil Dibuat keterangan : case 2 ket1='lokasi Dapat Digunakan'; ket2='lokasi harus kosong dari bangunan, kalaupun ada, lokasi harus dapat dibebaskan'; Untuk pilihan jenis tanah = Tanah pasir Dibuat keterangan : case 3 ket1='lokasi Dapat Digunakan'; ket2='lokasi harus kosong dari bangunan, kalaupun ada, lokasi harus dapat dibebaskan'; Untuk pilihan jenis tanah = Tanah liat atau silt Dibuat keterangan : case 4 ket1='lokasi Dapat Digunakan'; ket2='lokasi harus kosong dari bangunan, kalaupun ada, lokasi harus dapat dibebaskan'; Untuk pilihan jenis tanah = Tanah liat atau silt mengandung tanah organik Dibuat keterangan : case 5 ket1='pindahkan lokasi'; ket2='cari ke lokasi sekitarnya yang terdekat'; Untuk pilihan jenis tanah = Tanah rawa/veen Dibuat keterangan : case 6

16 ket1='pindahkan lokasi'; ket2='cari ke lokasi sekitarnya yang terdekat'; Untuk pilihan jenis tanah = Tanah lumpur Dibuat keterangan : case 7 ket1='pindahkan lokasi'; ket2='cari ke lokasi sekitarnya yang terdekat'; Karena lokasi yang direncanakan terdapat 4 titik, maka dibuat dalam bentuk yang sama sebanyak 4 tombol pop-up menu. %--- Jenis Tanah Titik Rencana 2 %--- Jenis Tanah Titik Rencana 3 %--- Jenis Tanah Titik Rencana 4 Jika klasifikasi tanah dasar bagus, baik dan sedang maka lokasi dapat digunakan, berarti tower dapat dibangun diatas lokasi tersebut. Jika klasifikasi tanah dasar jelek dan jelek sekali, maka lokasi tidak dapat digunakan, berarti tower tidak dapat dibangun diatas lokasi tersebut. Harus dicari lokasi baru berdasarkan pengamatan lapangan, dengan syarat tidak melewati jarak gawang maksimum. Kecuali, untuk titik tower pertama dan terakhir, tidak dapat dipindahkan karena titik tersebut merupakan sumber daya dan sebagai pusat beban. Oleh karena itu, untuk keadaan tersebut akan lebih ekonomis kalau seluruh konstruksi dibangun di atas suatu lantai beton yang luas. Tipe pondasi ini dinamakan pondasi tikar (mat foundation), akan tetapi tipe ini tidak dibahas dalam SPSUTT. Sehingga dapat dibuat keterangan koordinat rencana sebagai berikut : KETERANGAN : titik rencana 0 dan akhir tidak dapat dipindahkan, jika jenis tanah jelek, jelek sekali maka konstruksi pondasi harus diganti dengan pondasi plat (Mat footing/raft footing). 3. Koordinat Titik Terdiri dari empat titik juga, pada titik pertama koordinat titik (0,0), karena merupakan titik awal atau tempat pembangkit listrik. Jika keterangan

17 Lokasi dapat digunakan, berarti koordinat titik tidak perlu dirubah. Tetapi jika keterangan Pindahkan Lokasi koordinat titik harus dirubah dimasukkan secara manual, berdasarkan pengamatan dilapangan dicari lokasi yang memenuhi syarat sebagai lokasi pengganti. 4. Cek Jarak Jika klasifikasi tanah dasar bagus, baik dan sedang maka lokasi dapat digunakan, berarti koordinat titik tidak dirubah. Jika klasifikasi tanah dasar jelek dan jelek sekali, maka koordinat titik harus dipindahkan, dimasukkan secara manual. Untuk memastikan bahwa lokasi dalam hal ini koordinat titik tidak melewati panjang maksimal gawang, harus di cek jaraknya dengan menggunakan rumus : a 2 = b 2 + c 2... (20) dimana : a = panjang gawang b = panjang gawang dalam arah sumbu Y c = panjang gawang dalam arah sumbu X Untuk script Matlabnya dibuat (digunakan Rumus 20) : %--- Cek Jarak Titik 2 jarak=(x1^2+y1^2)^0.5; Sehingga dibuat rule sebagai berikut : Rule 22 IF JARAK = jarak < 265 m THEN KETERANGAN = dapat digunakan Rule 23 IF JARAK = jarak > 265 m THEN KETERANGAN = masukkan koordinat baru, tidak dapat dipakai, bentang melewati batas maksimal 265 m, koordinat rubah dengan memasukkan koordinat baru.

18 Karena lokasi yang direncanakan terdapat 4 titik, maka dibuat dalam bentuk yang sama sebanyak 4 style text untuk keterangan. %--- Cek Jarak Titik 2 jarak=((x2-x1)^2+(y2-y1)^2)^0.5; Untuk rule dibuat sama dengan rule 20 dan rule 21 %--- Cek Jarak Titik 3 jarak=((x3-x2)^2+(y3-y2)^2)^0.5; Untuk rule dibuat sama dengan rule 20 dan rule 21 %--- Cek Jarak Titik 4 jarak=((x4-x3)^2+(y4-y3)^2)^0.5; Untuk rule dibuat sama dengan rule 20 dan rule 21 Keterangan tambahan dibuat dalam bentuk style text : titik rencana 0 dan akhir tidak dapat dipindahkan, jika jenis tanah jelek, jelek sekali maka konstruksi pondasi harus diganti dengan pondasi plat (Mat footing/raft footing) Dimensi Pondasi Mekanisme inferensi dilakukan untuk menentukan jenis tanah, yang berpengaruh pada besarnya kekuatan daya dukung tanah. Data-data utama yang diperlukan (lihat Gambar 9) adalah : 1. Sudut belokan adalah sudut yang terbentuk dengan tower berikutnya. 2. Kecepatan angin.

19 Data utama Gambar 9. Dimensi Pondasi Tower output : dimensi dan pembesian pondasi Setelah proses input selesai, user menekan tombol Proses, maka menghasilkan output berupa dimensi, pembesian dan gambar pondasi telapak, pondasi sumuran pada pondasi telapak, pondasi sumuran pada balok strap, balok strap. Data-data yang diperlukan untuk menentukan dimensi pondasi adalah sebagai berikut : 1. Jenis tanah Mekanisme inferensi dilakukan untuk menentukan jenis tanah, terdapat beberapa pilihan sehingga digunakan script style pop-up menu. ASK Tanah : Jenis Tanah CHOICE Tanah : Kerikil, lempung keras padat, pasir kasar padat, pasir kasar dan halus padat, lempung setengah keras, pasir halus padat, lanau, lempung pasiran, campuran pasir

20 lanau padat, lempung lunak, pasir organik lunak dan lumpur. Dibuat rule clause sebagai berikut : Rule 24 IF JENIS TANAH = Kerikil THEN KETERANGAN = Daya Dukung Tanah Baik, Lokasi Dapat Digunakan. JENIS TANAH = non kohesif. BERAT JENIS = Bj=2300; TEKANAN TANAH LATERAL = R=6500; Rule 25 IF JENIS TANAH = Lempung keras padat THEN KETERANGAN = Daya Dukung Tanah Baik, Lokasi Dapat Digunakan. JENIS TANAH = kohesif. BERAT JENIS = Bj=2000; TEKANAN TANAH LATERAL = R=6500; Rule 26 IF JENIS TANAH = Pasir kasar padat THEN KETERANGAN = Daya Dukung Tanah Baik, Lokasi Dapat Digunakan. JENIS TANAH = non kohesif. BERAT JENIS = Bj=2300. TEKANAN TANAH LATERAL = R=5500. Rule 27 IF JENIS TANAH = Pasir kasar dan halus padat THEN KETERANGAN = Daya Dukung Tanah Baik, Lokasi Dapat Digunakan. JENIS TANAH = non kohesif.

21 BERAT JENIS = Bj=2300; TEKANAN TANAH LATERAL = R=5000; Rule 28 IF JENIS TANAH = Lempung setengah keras THEN KETERANGAN = Daya Dukung Tanah Tidak Baik, pindahkan lokasi maka jenis tanah, berat jenis dan tekanan tanah dikosongkan JENIS TANAH = BERAT JENIS = TEKANAN TANAH LATERAL = R= Rule 29 IF JENIS TANAH = Pasir halus padat THEN KETERANGAN = Daya Dukung Tanah Tidak Baik, pindahkan lokasi maka jenis tanah, berat jenis dan tekanan tanah dikosongkan JENIS TANAH = BERAT JENIS = TEKANAN TANAH LATERAL = R= Rule 30 IF JENIS TANAH = Lanau THEN KETERANGAN = Daya Dukung Tanah Tidak Baik, pindahkan lokasi maka jenis tanah, berat jenis dan tekanan tanah dikosongkan JENIS TANAH = BERAT JENIS = TEKANAN TANAH LATERAL = R= Rule 31 IF JENIS TANAH = Lempung pasiran

22 THEN KETERANGAN = Daya Dukung Tanah Tidak Baik, pindahkan lokasi maka jenis tanah, berat jenis dan tekanan tanah dikosongkan JENIS TANAH = BERAT JENIS = TEKANAN TANAH LATERAL = R= Rule 32 IF JENIS TANAH = Campuran pasir lanau padat THEN KETERANGAN = Daya Dukung Tanah Tidak Baik, pindahkan lokasi maka jenis tanah, berat jenis dan tekanan tanah dikosongkan JENIS TANAH = BERAT JENIS = TEKANAN TANAH LATERAL = R= Rule 33 IF JENIS TANAH = Lempung lunak THEN KETERANGAN = Daya Dukung Tanah Tidak Baik, pindahkan lokasi maka jenis tanah, berat jenis dan tekanan tanah dikosongkan JENIS TANAH = BERAT JENIS = TEKANAN TANAH LATERAL = R= Rule 34 IF JENIS TANAH = Pasir organik lunak dan lumpur THEN KETERANGAN = Daya Dukung Tanah Tidak Baik, pindahkan lokasi maka jenis tanah, berat jenis dan tekanan tanah dikosongkan JENIS TANAH = BERAT JENIS = TEKANAN TANAH LATERAL = R=

23 2. Sudut belokan Question : Sudut belokan yang terbentuk dengan tower berikutnya? Rule clause keterangan jenis tower, didapat Rule 35 IF SUDUT BELOKAN = lebih kecil 0 THEN KETERANGAN = tidak dapat bernilai negatif Rule 36 IF SUDUT BELOKAN = antara 0 sampai 3 THEN KETERANGAN = tower suspension tipe Aa Rule 37 IF SUDUT BELOKAN = antara 3 sampai 20 THEN KETERANGAN = tower tension/suspension tipe Bb Rule 38 IF SUDUT BELOKAN = antara 20 sampai 60 THEN KETERANGAN = tower tension tipe Cc Rule 39 IF SUDUT BELOKAN = antara 60 sampai 90 THEN KETERANGAN = tower tension tipe Dd Rule 40 IF SUDUT BELOKAN = lebih besar 90 THEN KETERANGAN = tower tension tipe Ee dan Ff 4. Kecepatan Angin Dalam sistem SPSUTT, untuk besaran tekanan angin dapat dilakukan input data atau dapat dilakukan proses konsultasi, maka digunakan tombol script style pop-up menu. ASK Angin : Kecepatan angin atau berdasarkan posisi CHOICE Angin : Diketahui, dari tepi pantai < 5 km, dari tepi pantai > 5 km. Untuk rule clause, sebagai berikut : Rule 41

24 IF ANGIN = Diketahui THEN BESAR = INPUT DATA THEN KETERANGAN = masukkan besarnya Rule 42 IF ANGIN = dari tepi pantai < 5 km THEN BESAR = 40 kg/m 2 THEN KETERANGAN = jika kecepatan tidak diketahui Rule 43 IF ANGIN = dari tepi pantai > 5 km THEN BESAR = 25 kg/m 2 THEN KETERANGAN = jika kecepatan tidak diketahui Setelah proses input selesai, user menekan tombol Proses, maka menghasilkan output berupa : - dimensi, pembesian dan gambar pondasi telapak; - dimensi, pembesian dan gambar pondasi sumuran pada pondasi telapak; - dimensi, pembesian dan gambar pondasi sumuran pada balok strap; - dimensi, pembesian dan gambar balok strap Basis Kaedah (Rule Base) Rule base dibentuk berdasarkan diagram alir pada Gambar 10, representasi rule base diimplementasikan ke dalam bentuk clauses, yang dibagi menjadi Question Clause dan Rule Clause, seperti pada rule-rule yang telah dibuat sebelumnya.

25 Gambar 10. Diagram Alir Mesin Inferensi (Inference Engine) Untuk memilih beberapa alternatif yang ada dalam rule base, proses forward chainning digunakan disini. Pada Gambar 11 berikut dijelaskan urutan-urutan

26 proses inferensi, dimana data-data disebelah kanan sangat tergantung dari data sebelah kiri, sebagai contoh untuk menentukan TITIK RENCANA 1 pada langkah ketiga diperlukan data SALURAN pada langkah pertama dan data GAWANG pada langkah kedua. Gambar 11. Diagram Ketergantungan Basis Data (Data Base) Dalam penelitian ini data base belum disertakan, dimasukkan sebagai saran, agar pada peneletian selanjutnya bagian ini dapat disertakan. Semua hasil konsultasi antara user dan komputer, akan dicatat oleh bagian ini (data base), pencatatan dilakukan saat dimulai proses inferensi ini sampai pengguna mendapatkan jawaban terakhir. Selain mencatat proses inferensi, mencatat pula data yang telah dan pernah dianalisa dan didesain, hal ini dilakukan untuk mempercepat proses apabila pernah memproses data yang mirip dengan data yang baru, karena apabila data sudah pernah ada, maka user tidak perlu melakukan analisa atau disain lagi. Disamping mencatat basis data juga berisi jenis-jenis tower dan jenis-jenis pondasi lainnya yang dapat digunakan oleh SUTT

27 beserta perhitungan-perhitungannya, sehingga sistem dapat menganalisa jenis tower dan tower dan pondasi apa yang cocok berdasarkan masukkan yang diberikan oleh pengguna. Tentu hal itu memerlukan perhitungan-perhitungan yang relatif sangat banyak dan besar Output Hasil akhir yang diharapkan dari proses inferensi adalah letak tower dalam line yang berpengaruh pada jenis tanah, berguna untuk penentuan dimensi pondasi telapak, dimensi balok strap dan dimensi pondasi sumuran beserta pembesian pondasi telapak, dimensi pondasi strap dan dimensi pondasi sumuran Modul Struktur Analisis Output yang dihasilkan oleh modul inferensi kemudian diolah lebih lanjut agar dapat menghasilkan dimensi pondasi tower Proses Disain Dalam proses ini, output yang didapat pada proses sebelumnya diolah untuk perhitungan dimensi pondasi, perhitungan dan prosenya di urai sebagai berikut : Perhitungan Dimensi 1. Pondasi Telapak (Strap Footing) Untuk penurunan rumus secara lengkap dilihat pada Lampiran 5 mengenai proses disain pondasi. Yang dicantumkan berikut ini merupakan hasil akhir. Untuk luas telapak pondasi digunakan Rumus 21 Lampiran 5 : ( ,5W) Bj A = tanah Untuk lebar pondasi digunakan Rumus 22 Lampiran 5 : b = lebar pondasi = A dimana : A = Luas telapak pondasi telapak (m 2 ). b = Lebar telapak pondasi telapak (m 2 ), (lihat Gambar 12)

28 W = Tekanan angin (kg/m 2 ). Untuk memperjelas mengenai dimensi pondasi telapak, dapat dilihat pada Gambar 12 berikut ini : Gambar 12. Dimensi Pondasi Telapak Untuk Matlab scriptnya : %--- Luas Telapak Pondasi luas_telapak=(( *w)*Bj )/ ; %--- Lebar Telapak Pondasi lebar_telapak = luas_telapak^0.5; 2. Pondasi Sumuran Untuk setiap titik : Mo = 24135,467. sec θ 1000 A Berikut ini dalam bentuk script Matlabnya : Momen (Mo) yang terjadi : Mo= *sec(teta*pi)-1000*luas_telapak+725; Berdasarkan Tabel 1 pada Lampiran 5 dibuat script Matlab : for r=6500;

29 if Mo<=5000; L=4 elseif Mo<=10000; L=4.3 elseif Mo<=15000; L=4.5; elseif Mo<=20000; L=4.7; elseif Mo<=25000; L=4.9; elseif Mo<=30000; L=5.1; elseif Mo<=35000; L=5.3; elseif Mo<=40000; L=5.5; end; end; for r=5500; if Mo<=5000; L=4.5; elseif Mo<=10000; L=4.7; elseif Mo<=15000; L=5; elseif Mo<=20000; L=5.3; elseif Mo<=25000; L=5.4; elseif Mo<=30000; L=5.5; elseif Mo<=35000; L=5.8; elseif Mo<=40000; L=5.9; end; end; for r=5000; if Mo<=5000; L=5; elseif Mo<=10000; L=5.2; elseif Mo<=15000; L=5.5; elseif Mo<=20000; L=5.8;

30 elseif Mo<=25000; L=6.0; elseif Mo<=30000; L=6.2; elseif Mo<=35000; L=6.3; elseif Mo<=40000; L=6.4; end; end; dimana : L = panjang pondasi sumuran (m). Pada Gambar 13 dibawah ini diperlihatkan gambar kombinasi pondasi telapak dan pondasi sumuran, juga diperlihatkan panjang pondasi sumuran (L). Gambar 13. Dimensi Pondasi Sumuran 3. Balok Strap

31 Dimensi balok strap yang dipakai adalah lebar 150 cm tinggi 45 cm. Untuk memperjelas pemahaman user terhadap dimensi balok strap yang didapat, dibuat tampilan gambarnya (lihat Gambar 14). Gambar 14. Dimensi Balok Strap Perhitungan Penulangan 1. Pondasi Telapak a. Pembesian Pelat Pondasi Jarak yang dipakai 15 cm A.100 Jumlah besi = bh 15 Jadi dipakai tulangan pokok (r) = A WA A = 0, 01 π.b.h ( ) A.h Berikut ini dalam bentuk script MATLAB nya : r=(((( *luas_telapak *w*luas_telapa k *luas_telapak^2)/( *luas_telapa k^0.5*45^ *luas_telapak^0.5*45^2))- 0.01)*(1350/(3.14*luas_telapak^0.5*45)))^0.5;

32 b. Pembesian Kolom Mutu beton yang dipakai adalah K 225, maka σb = 75 kg cm 2 dan mutu baja yang dipakai adalah U24, maka σa = 1400 kg/cm 2. Dipakai pembesian minimum : F besi minimum = 1%. F beton = 1% = 14 cm 2, dipakai besi Gambar pembesian dapat dilihat pada Gambar 15 berikut ini : Gambar 15. Pembesian Pondasi Telapak c. Pembesian Balok Strap Dipakai besi 8 10 Dipakai pembesian sengkang = 8-15 d. Perhitungan sumuran pada balok strap Dipakai tulangan pokok 8 50 = 88,3125 cm 2 Dipakai tulangan beugel spiral 8 mm 15 cm Pada balok strap di tambahkan pondasi sumuran sebanyak dua buah dengan diameter 1 m karena disesuaikan dengan lebar balok strap dan ukuran pembesian sama dengan pondasi sumuran pada pondasi telapak.

33 Untuk memperjelas pemahaman user terhadap pembesian pondasi sumuran pada balok strap yang didapat, dibuat tampilan gambarnya, dapat dilihat pada Gambar 16 berikut : Gambar 16. Pembesian Pondasi Sumuran Pada Balok Strap Untuk memperjelas pemahaman user terhadap dimensi pondasi sumuran pada balok strap yang didapat, dibuat tampilan gambarnya pada Gambar 17 berikut : Gambar 17. Dimensi Pondasi Sumuran Pada Balok Strap

34 2. Pondasi Sumuran Untuk perhitungan secara lengkap mengenai besarnya pembesian yang dipakai oleh pondasi lihat Lampiran 5. Hasil yang didapat tulangan pokok 8 50 dan tulangan beugel spiral 8 mm 15 cm (lihat Gambar 18). Gambar 18. Pembesian Pondasi Sumuran Pada Pondasi Telapak Hasil Akhir Merupakan hasil akhir dari keseluruhan proses, dimana letak-letak tower dalam satu line berupa titik-titik koordinat cartesius, terdiri dari empat lokasi yaitu (x 0,y 0 ), (x 1,y 1 ), (x 2,y 2 ) dan (x 3,y 3 ), karena sistem dibatasi hanya sampai empat titik, dimensi dan pembesian pondasi telapak, dimensi dan pembesian pondasi sumuran dan dimensi dan pembesian balok strap yang optimum. Data tersebut dimasukkan ke dalam data base, untuk disimpan sebagai data tambahan. Sehingga apabila ada suatu input dengan tipe yang sama tidak perlu melakukan proses struktur analisis dan proses disain. (untuk saran, tidak termasuk dalam penelitian).

35 4.3 Verifikasi dan Validasi Verifikasi dan validasi perlu dilakukan agar sistem ini dapat berfungsi sesuai dengan benar menurut pakar. Arti verifikasi dalam hal ini lebih ditekankan pada kebenaran pelaksanaan proses pembangunan sistem SPSUTT, sedangkan validasi lebih ke arah pembuktian bahwa sistem SPSUTT yang dibangun sudah benar. Verifikasi dan validasi untuk menentukan titik-titik rencana tower dilakukan dengan cara melakukan wawancara dan demo software SPSUTT didepan para pakarnya, yaitu pakar-pakar yang pernah bekerja di PT. PLN dan Sarjana Teknik Jurusan Elektro. Untuk penentuan dimensi pondasi, verifikasi dan validasi dilakukan dengan pakar yang berkecimpung dalam bidang konstruksi bangunan dan Sarjana Teknik Jurusan Sipil. Selain itu perhitungan-perhitungan yang digunakan sebagian besar diambil dari penelitian yang telah peneliti lakukan pada pendidikan strata-1 di Univeritas Sriwijaya Jurusan Teknik Sipil, berupa skripsi yang berjudul Perencanaan Pondasi Untuk Tower Listrik Tegangan Tinggi Pada Line Plaju-Mariana-Borang (Kusnadi,1996). Kemudian, selain sebagai knowledge engineer, peneliti bertindak sebagai pakar. Karena pengalaman kerja yang dimiliki oleh peneliti, adalah pengalaman di bidang konstruksi selama bertahun-tahun. Dimulai sejak tahun 1996 atau setelah peneliti menyelesaikan pendidikan strata-1. Validasi hasil keluaran sistem SPSUTT untuk perhitungan dimensi pondasi telah dibandingkan dengan menggunakan perhitungan manual (Lampiran 5), dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Validasi Hasil Keluaran Sistem SPSUTT Dengan Perhitungan Manual No Perhitungan Output Sistem Output Manual Hasil 1. Pondasi Telapak - Tanah Kohesif A = 4,5989 m 2 b = 2,15 m 2 - Tanah Kohesif A = 4,5989 m 2 b = 2,15 m 2 ok

36 Tabel 6 Validasi Hasil Keluaran Sistem SPSUTT Dengan Perhitungan Manual (lanjutan) No Perhitungan Output Sistem Output Manual Hasil - Tanah Nonkohesi A = 5,304 m 2 b = 2,3 m 2 - Tanah Nonkohesif A = 5,304 m 2 b = 2,3 m 2 2. Pondasi Sumuran L = 4,9 m. L = 4,9 m. ok 3. Pembesian Pelat tulangan pokok 3,9 m 15 mm tulangan pokok 3,9 m 15 mm ok 4. Pembesian Kolom besi besi ok 5. Pembesian Sumuran - tulangan pokok 8 50 cm 2 - tulangan pokok tulangan beugel spiral 8 mm 15 cm - tulangan beugel spiral 8 mm 15 cm ok 6. Pembesian Strap - besi sengkang = besi sengkang = 8-15 ok 7. Pembesian - tulangan pokok - tulangan pokok Sumuran pada 8 50 cm cm 2 Balok Strap - tulangan beugel spiral - tulangan beugel spiral ok 8 mm 15 cm 8 mm 15 cm Hasil keluaran sistem SPSUTT pada tabel diatas telah dibandingkan dengan perhitungan manual dengan hasil sama, untuk semua perhitungan. 4.4 Implikasi Manajerial Penerapan sistem kecerdasan buatan dalam bentuk sistem ini, dapat memberikan kemudahan dan kecepatan perhitungan bagi para perencana

37 pembuatan jalur transmisi dan pondasi SUTT 150 kv. Pengguna tidak perlu melakukan pengujian-pengujian dan perhitungan-perhitungan yang rumit untuk menentukan titik-titik lokasi rencana dan dimensi pondasi tower, karena untuk menentukan besaran faktor-faktor penentunya dapat dipersingkat dan dipermudah. Untuk daya dukung tanah dapat ditentukan dengan mengenali jenis tanah tanpa perlu melakukan pengujian laboratorium untuk mengetahui kekuatan daya dukungnya. Penentuan tekanan angin dapat juga dipermudah dan dipercepat, dapat diketahui dengan menggunakan dua cara, yaitu dengan mengetahui jarak lokasi tower dengan tepi pantai atau memasukkan besarannya jika diketahui. Akan tetapi bila ada perubahan mengenai data-data yang berpengaruh pada rule-rule yang ada akibat adanya update data, perubahan-perubahan aturan atau perubahan kebijakan yang diambil oleh instansi yang berkaitan misalnya PT. PLN, DPU dan lain-lainnya, perkembangan ilmu pengetahuan dan lain sebagainya, sistem ini belum dapat mengakomodasikannya. Perubahan-perubahan tersebut dapat dilakukan dengan merubah script program, hal ini belum memberikan kemudahan pada user.

DAFTAR PUSTAKA. Arhami, Muhammad, Konsep Dasar Sistem Pakar, Penerbitan Andi Yogyakarta, 2005.

DAFTAR PUSTAKA. Arhami, Muhammad, Konsep Dasar Sistem Pakar, Penerbitan Andi Yogyakarta, 2005. DAFTAR PUSTAKA ADB, Completion Report: Indonesia: Power Development and Efficiency Enhancement Project, 006. Arhami, Muhammad, Konsep Dasar Sistem Pakar, Penerbitan Andi Yogyakarta, 005. Bagio, Tony Hartono,

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR PERENCANAAN JALUR SALURAN TRANSMISI DAN DIMENSI PONDASI STRAP FOOTING UNTUK TOWER LISTRIK SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT)

SISTEM PAKAR PERENCANAAN JALUR SALURAN TRANSMISI DAN DIMENSI PONDASI STRAP FOOTING UNTUK TOWER LISTRIK SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) SISTEM PAKAR PERENCANAAN JALUR SALURAN TRANSMISI DAN DIMENSI PONDASI STRAP FOOTING UNTUK TOWER LISTRIK SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) ADHI KUSNADI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terkait Terdahulu Penelitian ini, merupakan kelanjutan dari penelitian yang telah penulis lakukan pada pendidikan strata-1 di Univeritas Sriwijaya Jurusan Teknik

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR PERENCANAAN JALUR SALURAN TRANSMISI DAN DIMENSI PONDASI STRAP FOOTING UNTUK TOWER LISTRIK SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT)

SISTEM PAKAR PERENCANAAN JALUR SALURAN TRANSMISI DAN DIMENSI PONDASI STRAP FOOTING UNTUK TOWER LISTRIK SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) SISTEM PAKAR PERENCANAAN JALUR SALURAN TRANSMISI DAN DIMENSI PONDASI STRAP FOOTING UNTUK TOWER LISTRIK SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) ADHI KUSNADI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB V PONDASI DANGKAL

BAB V PONDASI DANGKAL BAB V PONDASI DANGKAL Pendahuluan Pondasi adalah sesuatu yang menyongkong suatu bangunan seperti kolom atau dinding yang membawa beban bangunan tersebut. Pondasi Dangkal pondasi yang diletakan tepat dibawah

Lebih terperinci

MENGGAMBAR RENCANA PELAT LANTAI BANGUNAN

MENGGAMBAR RENCANA PELAT LANTAI BANGUNAN MENGGAMBAR RENCANA PELAT LANTAI BANGUNAN mbaran konstruksi beton untuk keperluan pelaksanaan pembangunan gedung sangat berperan. Untuk itu perlu dikuasai oleh seseorang yang berkecimpung dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN. SUTT/SUTET Dan ROW. Belajar & Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai Nilai Perusahaan

PT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN. SUTT/SUTET Dan ROW. Belajar & Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai Nilai Perusahaan SUTT/SUTET Dan ROW Saluran Transmisi Tenaga Listrik A. Saluran Udara B. Saluran Kabel C. Saluran dengan Isolasi Gas Macam Saluran Udara Tegangan Tinggi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kv Saluran

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR MENARA LISTRIK TEGANGAN TINGGI

PERENCANAAN STRUKTUR MENARA LISTRIK TEGANGAN TINGGI PERENCANAAN STRUKTUR MENARA LISTRIK TEGANGAN TINGGI Tedy Ferdian 1, Yosafat Aji Pranata 2, Ronald Simatupang 3 1 Alumnus Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha 2, 3 Dosen

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER

STUDI PERENCANAAN SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER Widen Lukmantono NRP 2209105033 Dosen Pembimbing Ir.Syariffuddin Mahmudsyah, M.Eng Ir.Teguh Yuwono JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN BAB III METODOLOGI PERENCANAAN III.. Gambaran umum Metodologi perencanaan desain struktur atas pada proyek gedung perkantoran yang kami lakukan adalah dengan mempelajari data-data yang ada seperti gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu teknologi dalam bidang teknik sipil mengalami perkembangan dengan cepat. Beton merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam struktur bangunan pada saat

Lebih terperinci

Jl. Banyumas Wonosobo

Jl. Banyumas Wonosobo Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-Gorong Jl. Banyumas Wonosobo Oleh : Nasyiin Faqih, ST. MT. Engineering CIVIL Design Juli 2016 Juli 2016 Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-gorong

Lebih terperinci

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 4

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pondasi Pertemuan - 4 Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 SKS : 3 SKS Pondasi Pertemuan - 4 TIU : Mahasiswa dapat mendesain berbagai elemen struktur beton bertulang TIK : Mahasiswa dapat mendesain penampang

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANTAI KENDARAAN, SANDARAN DAN TROTOAR

PERENCANAAN LANTAI KENDARAAN, SANDARAN DAN TROTOAR PERENCANAAN LANTAI KENDARAAN, SANDARAN DAN TROTOAR 1. Perhitungan Lantai Kendaraan Direncanakan : Lebar lantai 7 m Tebal lapisan aspal 10 cm Tebal plat beton 20 cm > 16,8 cm (AASTHO LRFD) Jarak gelagar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN DIAGRAM ALIR ANALISA DAN DESAIN TOWER TRANSMISI

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN DIAGRAM ALIR ANALISA DAN DESAIN TOWER TRANSMISI BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 DIAGRAM ALIR ANALISA DAN DESAIN TOWER TRANSMISI LISTRIK 150 kv (SUTT) START ANALISIS. ANALISIS DAN DESAIN AWAL STRUKTUR ATAS TOWER TRANSMISI 150 kv : MODELING INPUT DATA

Lebih terperinci

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. : Perancangan Struktur Beton. Pondasi. Pertemuan 12,13,14

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. : Perancangan Struktur Beton. Pondasi. Pertemuan 12,13,14 Mata Kuliah Kode SKS : Perancangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Pondasi Pertemuan 12,13,14 Sub Pokok Bahasan : Pengantar Rekayasa Pondasi Jenis dan Tipe-Tipe Pondasi Daya Dukung Tanah Pondasi Telapak

Lebih terperinci

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM BAB VI KONSTRUKSI KOLOM 6.1. KOLOM SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan BAB 2 DASAR TEORI 2.1. Dasar Perencanaan 2.1.1 Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH UMUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH UMUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU i PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH UMUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU Disusun oleh : RICHARD SUTRISNO Mahasiswa : 11973 / TS NPM : 04 02 11973 PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi umum Desain struktur merupakan salah satu bagian dari keseluruhan proses perencanaan bangunan. Proses desain merupakan gabungan antara unsur seni dan sains yang membutuhkan

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG GRAHA AMERTA RSU Dr. SOETOMO SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG GRAHA AMERTA RSU Dr. SOETOMO SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON SEMINAR TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG GRAHA AMERTA RSU Dr. SOETOMO SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON Oleh : ANTON PRASTOWO 3107 100 066 Dosen Pembimbing : Ir. HEPPY KRISTIJANTO,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PERANCANGAN JUMLAH DAN LUASAN TULANGAN BALOK DENGAN CARA ACI DAN MENGGUNAKAN PROGRAM STAAD2004

PERBANDINGAN PERANCANGAN JUMLAH DAN LUASAN TULANGAN BALOK DENGAN CARA ACI DAN MENGGUNAKAN PROGRAM STAAD2004 PERBANDINGAN PERANCANGAN JUMLAH DAN LUASAN TULANGAN BALOK DENGAN CARA ACI DAN MENGGUNAKAN PROGRAM STAAD2004 Achmad Saprudin, Nurul Chayati Alumni Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UIKA Bogor Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis, lebih tahan akan cuaca, lebih tahan korosi dan lebih murah. karena gaya inersia yang terjadi menjadi lebih kecil.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis, lebih tahan akan cuaca, lebih tahan korosi dan lebih murah. karena gaya inersia yang terjadi menjadi lebih kecil. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan dalam bidang konstruksi dewasa ini mengakibatkan beton menjadi pilihan utama dalam suatu struktur. Beton mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan

Lebih terperinci

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Pelat Dinding Tangga Pondasi Sistem Informasi Definisi Sistem Informasi

Pelat Dinding Tangga Pondasi Sistem Informasi Definisi Sistem Informasi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan obyek berupa paving blok mutu rencana 400 Kg/ dan 500 Kg/ sebanyak masing-masing 64 blok. Untuk setiap percobaan kuat tekan dan tarik belah paving

Lebih terperinci

Struktur dan Konstruksi II

Struktur dan Konstruksi II Struktur dan Konstruksi II Modul ke: Pondasi Bangunan Bertingkat Rendah Fakultas Teknik Christy Vidiyanti, ST., MT. Program Studi Teknik Arsitektur http://www.mercubuana.ac.id Cakupan Isi Materi Materi

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK SEMINAR TUGAS AKHIR JULI 2011 MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK Oleh : SETIYAWAN ADI NUGROHO 3108100520

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah salah satu unsur yang sangat penting dalam struktur bangunan. Kelebihan beton bila dibandingkan dengan material lain diantaranya adalah tahan api, tahan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KAWAT GALVANIS DIPASANG SECARA MENYILANG PADA TULANGAN BEGEL BALOK BETON UNTUK MENINGKATKAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

PEMANFAATAN KAWAT GALVANIS DIPASANG SECARA MENYILANG PADA TULANGAN BEGEL BALOK BETON UNTUK MENINGKATKAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG PEMANFAATAN KAWAT GALVANIS DIPASANG SECARA MENYILANG PADA TULANGAN BEGEL BALOK BETON UNTUK MENINGKATKAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG Basuki 1, Aris Widanarko 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara kontruksi. Struktur

Lebih terperinci

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : BAMBANG SUTRISNO NIM : D

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : BAMBANG SUTRISNO NIM : D TINJAUAN KUAT GESER BALOK BETON SEDERHANA DENGAN SENGKANG KOMBINASI ANTARA SENGKANG ALTERNATIF DAN SENGKANG MODEL U ATAU n YANG DIPASANGAN SECARA MIRING SUDUT TIGA PULUH DERAJAT Naskah Publikasi untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belum tentu kuat untuk menahan beban yang ada. membutuhkan suatu perkuatan karena kolom menahan balok yang memikul

BAB I PENDAHULUAN. belum tentu kuat untuk menahan beban yang ada. membutuhkan suatu perkuatan karena kolom menahan balok yang memikul BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolom merupakan suatu bagian yang penting dalam suatu struktur bangunan. Hal ini dikarenakan kolom merupakan elemen tekan yang menumpu atau menahan balok yang memikul

Lebih terperinci

> NORMAL CONCRETE MIX DESIGN <

> NORMAL CONCRETE MIX DESIGN < > NORMAL CONCRETE MIX DESIGN < Soal : Rencanakan campuran beton untuk f c 30MPa pada umur 28 hari berdasarkan SNI 03-2834-2000 dengan data bahan sebagai berikut : 1. Agregat kasar yang dipakai : batu pecah

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan 3 BAB DASAR TEORI.1. Dasar Perencanaan.1.1. Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN BAB III METODOLOGI PERENCANAAN 3.1. Diagram Alir Perencanaan Struktur Atas Baja PENGUMPULAN DATA AWAL PENENTUAN SPESIFIKASI MATERIAL PERHITUNGAN PEMBEBANAN DESAIN PROFIL RENCANA PERMODELAN STRUKTUR DAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan semakin pesatnya perkembangan dunia teknik sipil di Indonesia saat ini menuntut terciptanya sumber daya manusia yang dapat mendukung dalam bidang tersebut.

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PEMBANGUNAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN DAN LAB. TERPADU FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (FISIP) UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA (Planning Laboratory

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton sangat banyak dipakai secara luas sebagai bahan bangunan. Bahan tersebut diperoleh dengan cara mencampurkan semen portland, air, dan agregat, dan kadang-kadang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pondasi Dalam Pondasi dalam adalah pondasi yang dipakai pada bangunan di atas tanah yang lembek. Pondasi ini umumnya dipakai pada bangunan dengan bentangan yang cukup lebar, salah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STRUKTUR

BAB IV ANALISA STRUKTUR BAB IV ANALISA STRUKTUR 4.1 Data-data Struktur Pada bab ini akan membahas tentang analisa struktur dari struktur bangunan yang direncanakan serta spesifikasi dan material yang digunakan. 1. Bangunan direncanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton merupakan elemen struktur bangunan yang telah dikenal dan banyak dimanfaatkan sampai saat ini. Beton juga telah banyak mengalami perkembangan-perkembangan baik

Lebih terperinci

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir Tugas Akhir PERENCANAAN JEMBATAN BRANTAS KEDIRI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM BUSUR BAJA Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : 3109100096 Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR 3.1. ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR PELAT Struktur bangunan gedung pada umumnya tersusun atas komponen pelat lantai, balok anak, balok induk, dan kolom yang merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya beban diatasnya. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya beban diatasnya. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya beban diatasnya. Pondasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari ketinggian shear wall yang optimal untuk gedung perkantoran 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari ketinggian shear wall yang optimal untuk gedung perkantoran 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Metode penelitian ini menggunakan metode analisis perancangan yang difokuskan untuk mencari ketinggian shear wall yang optimal untuk gedung perkantoran 22 lantai.

Lebih terperinci

Perhitungan Struktur Bab IV

Perhitungan Struktur Bab IV Permodelan Struktur Bored pile Perhitungan bore pile dibuat dengan bantuan software SAP2000, dimensi yang diinput sesuai dengan rencana dimensi bore pile yaitu diameter 100 cm dan panjang 20 m. Beban yang

Lebih terperinci

BAB II PELENGKUNG TIGA SENDI

BAB II PELENGKUNG TIGA SENDI BAB II PELENGKUNG TIGA SENDI 2.1 UMUM Struktur balok yang ditumpu oleh dua tumpuan dapat menahan momen yang ditimbulkan oleh beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut, ini berarti sebagian dari penempangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa sekarang, dapat dikatakan penggunaan beton dapat kita jumpai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa sekarang, dapat dikatakan penggunaan beton dapat kita jumpai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang, dapat dikatakan penggunaan beton dapat kita jumpai disetiap tempat. Pembangunan rumah tinggal, gedung bertingkat, fasilitas umum, hingga jalan raya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan sistem struktur penahan gempa ganda, sistem pemikul momen dan sistem

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan sistem struktur penahan gempa ganda, sistem pemikul momen dan sistem BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis sistem struktur penahan gempa yang menggunakan sistem struktur penahan gempa ganda, sistem pemikul momen dan

Lebih terperinci

ABSTRAKSI. Basuki Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammdiyah Surakarta Jalan A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura Surakarta 57102

ABSTRAKSI. Basuki Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammdiyah Surakarta Jalan A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura Surakarta 57102 nalisis Perbandingan Kebutuhan Biaya..(Basuki) NLISIS PERBNDINGN KEBUTUHN BHN (BIY) TULNGN SENGKNG KONVENSIONL DN SENGKNG LTERNTIF PD BLOK BETON BERTULNG BNGUNN GEDUNG 2 LNTI Basuki Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH David Bambang H NRP : 0321059 Pembimbing : Daud Rachmat W., Ir., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN

Lebih terperinci

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN 4.1 Perencanaan Awal (Preliminary Design) Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi rencana struktur, yaitu pelat, balok dan kolom agar diperoleh

Lebih terperinci

MODEL HEURISTIK. Capaian Pembelajaran. N. Tri Suswanto Saptadi

MODEL HEURISTIK. Capaian Pembelajaran. N. Tri Suswanto Saptadi 1 MODEL HEURISTIK N. Tri Suswanto Saptadi 2 Capaian Pembelajaran Mahasiswa dapat memahami dan mampu mengaplikasikan model Heuristik untuk menyelesaikan masalah dengan pencarian solusi terbaik. 1 3 Model

Lebih terperinci

Denah Rencana Pembalokan Lantai 2 dan Peletakan Kolom

Denah Rencana Pembalokan Lantai 2 dan Peletakan Kolom BALOK-KOLOM BETON BERTULANG Denah Rencana Pembalokan Lantai 2 dan Peletakan Kolom Gambar.1 Denah Rencana Balok dan Kolom Menggambar Ditail Penulangan Balok Agar dalam penggambaran konstruksi beton bertulang

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR

LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR Sesuai dengan persetujuan dari ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha, melalui surat No.1245/TA/FTS/UKM/II/2011 tanggal 7 Februari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga jenis bahan bangunan yang sering digunakan dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga jenis bahan bangunan yang sering digunakan dalam dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada tiga jenis bahan bangunan yang sering digunakan dalam dunia konstruksi teknik sipil, antara lain kayu, baja, dan beton. Hampir 60% material yang digunakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR APARTEMEN MEGA BEKASI TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU. Oleh : ARIEF BUDIANTO No. Mahasiswa : / TSS NPM :

PERANCANGAN STRUKTUR APARTEMEN MEGA BEKASI TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU. Oleh : ARIEF BUDIANTO No. Mahasiswa : / TSS NPM : PERANCANGAN STRUKTUR APARTEMEN MEGA BEKASI TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU Oleh : ARIEF BUDIANTO No. Mahasiswa : 12183 / TSS NPM : 05 02 12183 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ATMA

Lebih terperinci

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN Diajukan oleh : ABDUL MUIS 09.11.1001.7311.046 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

MIX DESIGN Agregat Halus

MIX DESIGN Agregat Halus MIX DESIGN Soal : Rencanakan campuran beton untuk f c 30MPa pada umur 28 hari dengan data : 1. Agregat kasar yang dipakai : batu pecah (alami) 2. Agregat halus yang dipakai : pasir 3. Diameter agregat

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH TERANG BANGSA SEMARANG MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH TERANG BANGSA SEMARANG MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON SEMINAR TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH TERANG NGSA SEMARANG MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT JA BETON Oleh : Insan Wiseso 3105 100 097 Dosen Pembimbing : Ir. R. Soewardojo, MSc Ir. Isdarmanu,

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN JURUSAN DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL FTSP ITS SURABAYA MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO Oleh : M. ZAINUDDIN 3111 040 511 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Dinding Penahan Tanah

Dinding Penahan Tanah Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 SKS : 3 SKS Dinding Penahan Tanah Pertemuan - 7 TIU : Mahasiswa dapat mendesain berbagai elemen struktur beton bertulang TIK : Mahasiswa dapat mendesain

Lebih terperinci

ANALISA KOLOM STRUKTUR PADA PEKERJAAN PEMBANGUNAN LANTAI 1 KAMPUS II SD MUHAMMADIYAH METRO PUSAT KOTA METRO

ANALISA KOLOM STRUKTUR PADA PEKERJAAN PEMBANGUNAN LANTAI 1 KAMPUS II SD MUHAMMADIYAH METRO PUSAT KOTA METRO ANALISA KOLOM STRUKTUR PADA PEKERJAAN PEMBANGUNAN LANTAI 1 KAMPUS II SD MUHAMMADIYAH METRO PUSAT KOTA METRO Agus Surandono 1),Desmawan 2) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Metro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beton merupakan bahan konstruksi yang sangat penting dan paling dominan digunakan pada struktur bangunan. Beton sangat diminati karena bahan ini merupakan bahan

Lebih terperinci

BAB IV PONDASI TELAPAK GABUNGAN

BAB IV PONDASI TELAPAK GABUNGAN 6 BAB IV PONDASI TEAPAK GABUNGAN Pondasi telapak gabungan digunakan dengan alasan-alasan sebagai berikut: a) Jarak antara dua kolom atau lebih terlalu dekat, sehingga bila dipakai pondasi terpisah akan

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SUSUN SEDERHANA DAN SEWA ( RUSUNAWA ) MAUMERE DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SUSUN SEDERHANA DAN SEWA ( RUSUNAWA ) MAUMERE DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SUSUN SEDERHANA DAN SEWA ( RUSUNAWA ) MAUMERE DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS Oleh: AGUS JUNAEDI 3108 040 022 Dosen Pembimbing Ir. SUNGKONO, CES Ir. IBNU PUDJI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Berfikir Sengkang merupakan elemen penting pada kolom untuk menahan beban gempa. Selain menahan gaya geser, sengkang juga berguna untuk menahan tulangan utama dan

Lebih terperinci

DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA UNTUK GEDUNG BERTINGKAT MENENGAH. Refly. Gusman NRP :

DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA UNTUK GEDUNG BERTINGKAT MENENGAH. Refly. Gusman NRP : DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA UNTUK GEDUNG BERTINGKAT MENENGAH Refly. Gusman NRP : 0321052 Pembimbing : Ir. Daud R. Wiyono, M.Sc. Pembimbing Pendamping : Cindrawaty Lesmana, ST., M.Sc.(Eng) FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencanaan suatu struktur bangunan gedung bertingkat tinggi sebaiknya mengikuti peraturan-peraturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu

Lebih terperinci

Rizky Fajar Adiputra

Rizky Fajar Adiputra Rizky Fajar Adiputra 2206 100 061 Dosen Pembimbing : I.G.N Satriyadi H., ST, MT Ir. Arif Mustofa, MT Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011

Lebih terperinci

TINJAUAN KUAT LENTUR PLAT LANTAI MENGGUNAKAN TULANGAN WIRE MESH DENGAN PENAMBAHAN POLYVINYL ACETAT

TINJAUAN KUAT LENTUR PLAT LANTAI MENGGUNAKAN TULANGAN WIRE MESH DENGAN PENAMBAHAN POLYVINYL ACETAT TINJAUAN KUAT LENTUR PLAT LANTAI MENGGUNAKAN TULANGAN WIRE MESH DENGAN PENAMBAHAN POLYVINYL ACETAT Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Sipil disusun oleh

Lebih terperinci

Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( )

Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( ) Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA (3109 106 045) Dosen Pembimbing: BUDI SUSWANTO, ST.,MT.,PhD. Ir. R SOEWARDOJO, M.Sc PROGRAM SARJANA LINTAS JALUR JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PERILAKU STRUKTUR JEMBATAN CABLE STAYEDTIPE FAN DAN TIPE RADIALAKIBAT BEBAN GEMPA

ANALISIS PERBANDINGAN PERILAKU STRUKTUR JEMBATAN CABLE STAYEDTIPE FAN DAN TIPE RADIALAKIBAT BEBAN GEMPA ANALISIS PERBANDINGAN PERILAKU STRUKTUR JEMBATAN CABLE STAYEDTIPE FAN DAN TIPE RADIALAKIBAT BEBAN GEMPA Masrilayanti 1, Navisko Yosen 2 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas Masrilayanti@ft.unand.ac.id

Lebih terperinci

REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U

REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil diajukan oleh : MIRANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam bidang konstruksi, beton dan baja saling bekerja sama dan saling

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam bidang konstruksi, beton dan baja saling bekerja sama dan saling BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam bidang konstruksi, beton dan baja saling bekerja sama dan saling melengkapi dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing bahan, sehingga membentuk suatu jenis

Lebih terperinci

Meliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang

Meliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang BAB II TINJAUAN PIISTAKA 2.1 Pendahuluan Pekerjaan struktur secara umum dapat dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahap (Senol,Utkii,Charles,John Benson, 1977), yaitu : 2.1.1 Tahap perencanaan (Planningphase)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI KAJIAN PERBANDINGAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA DENGAN MENGGUNAKAN BEKISTING BAJA TERHADAP METODE KONVENSIONAL DARI SISI METODE KONSTRUKSI DAN KEKUATAN STRUKTUR IRENE MAULINA

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEGAGALAN, ALTERNATIF PERBAIKAN DAN PERKUATAN PADA STRUKTUR GEDUNG POLTEKES SITEBA PADANG ABSTRAK

IDENTIFIKASI KEGAGALAN, ALTERNATIF PERBAIKAN DAN PERKUATAN PADA STRUKTUR GEDUNG POLTEKES SITEBA PADANG ABSTRAK VOLUME 7 NO.1, FEBRUARI 2011 IDENTIFIKASI KEGAGALAN, ALTERNATIF PERBAIKAN DAN PERKUATAN PADA STRUKTUR GEDUNG POLTEKES SITEBA PADANG Febrin Anas Ismail 1 ABSTRAK Pasca gempa 30 September 2009 Gedung Poltekes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan beton dan bahan-bahan vulkanik sebagai pembentuknya (seperti abu pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga sebelum

Lebih terperinci

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( ) TUGAS AKHIR STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7 Oleh : RACHMAWATY ASRI (3109 106 044) Dosen Pembimbing: Budi Suswanto, ST. MT. Ph.D

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN KALI BAMBANG DI KAB. BLITAR KAB. MALANG MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN KALI BAMBANG DI KAB. BLITAR KAB. MALANG MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN KALI BAMBANG DI KAB. BLITAR KAB. MALANG MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA Mahasiswa: Farid Rozaq Laksono - 3115105056 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Djoko Irawan, Ms J U R U S A

Lebih terperinci

BAB III. Pengenalan Denah Pondasi

BAB III. Pengenalan Denah Pondasi BAB III RENCANA PONDASI DAN DETAIL PONDASI Pengenalan Denah Pondasi Pondasi (Sub Structure/Foundation) sering disebut struktur bangunan bagian bawah, yaitu merupakan konstruksi yang terletak di bawah permukaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Umum Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya beban diatasnya. Pondasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN i ii iii iv vii xiii xiv xvii xviii BAB

Lebih terperinci

4. Perhitungan Proposi Campuran menurut SNI

4. Perhitungan Proposi Campuran menurut SNI . Perhitungan Proposi Campuran menurut SNI 0-8-000 Pemilihan proporsi campuran beton harus ditentukan berdasarkan hubungan antara Kuat Tekan Beton dan Faktor Air Semen (fas) Perhitungan perencanaan campuran

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas

BAB V PEMBAHASAN. terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas BAB V PEMBAHASAN 5.1 Umum Pada gedung bertingkat perlakuan stmktur akibat beban menyebabkan terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas pekerjaan dilapangan, perencana

Lebih terperinci

Dalam menentukan jenis pondasi bangunan ada beberapa hal yang harus diperhatiakan dan dipertimbangkan diantaranya :

Dalam menentukan jenis pondasi bangunan ada beberapa hal yang harus diperhatiakan dan dipertimbangkan diantaranya : Dalam menentukan jenis pondasi bangunan ada beberapa hal yang harus diperhatiakan dan dipertimbangkan diantaranya : A. Jumlah lantai yang akan di bangun, misalnya: Pada bangunan sederhana atau rumah 1

Lebih terperinci

PT. Cipta Ekapurna Engineering Consultant

PT. Cipta Ekapurna Engineering Consultant PT. Cipta Ekapurna Engineering Consultant 3. Hasil Pengujian Lapangan Pengujian sondir merupakan salah satu pengujian penetrasi yang bertujuan untuk mengetahui daya dukung tanah pada setiap lapisan serta

Lebih terperinci

Modifikasi Perencanaan Struktur Gedung Tower C Apartemen Aspen Admiralty Jakarta Selatan Dengan Menggunakan Baja Beton Komposit

Modifikasi Perencanaan Struktur Gedung Tower C Apartemen Aspen Admiralty Jakarta Selatan Dengan Menggunakan Baja Beton Komposit C588 Modifikasi Perencanaan Struktur Gedung Tower C Apartemen Aspen Admiralty Jakarta Selatan Dengan Menggunakan Baja Beton Komposit Yhona Yuliana, Data Iranata, dan Endah Wahyuni Departemen Teknik Sipil,

Lebih terperinci

3.1. Penyajian Laporan BAB III METODE KAJIAN. Gambar 3.1 Bagan alir metode penelitian

3.1. Penyajian Laporan BAB III METODE KAJIAN. Gambar 3.1 Bagan alir metode penelitian 3.1. Penyajian Laporan BAB III METODE KAJIAN Gambar 3.1 Bagan alir metode penelitian 7 3.2. Data Yang Diperlukan Untuk kelancaran penelitian maka diperlukan beberapa data yang digunakan sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB III UJI LABORATORIUM. Pengujian bahan yang akan diuji merupakan bangunan yang terdiri dari 3

BAB III UJI LABORATORIUM. Pengujian bahan yang akan diuji merupakan bangunan yang terdiri dari 3 BAB III UJI LABORATORIUM 3.1. Benda Uji Pengujian bahan yang akan diuji merupakan bangunan yang terdiri dari 3 dimensi, tiga lantai yaitu dinding penumpu yang menahan beban gempa dan dinding yang menahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pembebanan Struktur bangunan yang aman adalah struktur bangunan yang mampu menahan beban-beban yang bekerja pada bangunan. Dalam suatu perancangan struktur harus memperhitungkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Dasar-dasar Perancangan

BAB III METODOLOGI. 3.1 Dasar-dasar Perancangan BAB III METODOLOGI 3.1 Dasar-dasar Perancangan Struktur gedung beton komposit masih jarang digunakan pada gedunggedung bertingkat tinggi terutama di indonesia karena material ini masih tergolong baru bila

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Pada penelitian ini, data teknis yang digunakan adalah data teknis dari struktur bangunan gedung Binus Square. Berikut adalah parameter dari komponen

Lebih terperinci

STUDI PERILAKU ELEMEN STRUKTUR DENGAN SAMBUNGAN KAKU PADA BALOK DAN KOLOM BANGUNAN BAJA TAHAN GEMPA

STUDI PERILAKU ELEMEN STRUKTUR DENGAN SAMBUNGAN KAKU PADA BALOK DAN KOLOM BANGUNAN BAJA TAHAN GEMPA STUDI PERILAKU ELEMEN STRUKTUR DENGAN SAMBUNGAN KAKU PADA BALOK DAN KOLOM BANGUNAN BAJA TAHAN GEMPA Oleh : Fandi 3106 100 702 DOSEN PEMBIMBING : BUDI SUSWANTO ST, MT,Ph.D Ir.R.SOEWARDOJO, MSc 1 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Evaluasi Dengan Software Csicol

LAMPIRAN 1 Evaluasi Dengan Software Csicol 60 LAMPIRAN 1 Evaluasi Dengan Software Csicol Pertama yang dilakukan ialah dengan menginputkan dimensi kolom dan gaya dalam yang didapat dari ETABS pada CSICOL. Berikut langkah input pada program CSICOL.

Lebih terperinci

Latar Belakang Sering terjadinya kesalahan didalam pemasangan tulangan pelat lantai. Pelat yang kuat didasarkan pada suatu perhitungan yang cermat. Pe

Latar Belakang Sering terjadinya kesalahan didalam pemasangan tulangan pelat lantai. Pelat yang kuat didasarkan pada suatu perhitungan yang cermat. Pe Tugas Akhir Tabel Perhitungan Kebutuhan Tulangan Pelat Lantai Beton Bertulang dengan Menggunakan SNI 03-2847- 2, PBI 1971 dan Pemodelan SAP0 versi 14.00 Latar Belakang Sering terjadinya kesalahan didalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tugas Akhir Perencanaan Struktur dan Rencana Anggaran Biaya Gedung Serbaguna 2 lantai Latar Belakang. 1.2.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tugas Akhir Perencanaan Struktur dan Rencana Anggaran Biaya Gedung Serbaguna 2 lantai Latar Belakang. 1.2. Tugas Akhir BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya perkembangan dunia teknik sipil menuntut bangsa Indonesia untuk dapat menghadapi segala kemajuan dan tantangan. Hal itu dapat terpenuhi apabila

Lebih terperinci