BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Willy Eka Cahyadi, 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Willy Eka Cahyadi, 2015"

Transkripsi

1 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sudah menjadi rahasia umum, pembelajaran bahasa Indonesia terutama Sastra Indonesia kurang dinikmati, bahkan kurang diminati oleh siswa atau bahkan masyarakat pada umumnya. Hal ini bukan semata-mata terjadi begitu adanya. Ada banyak faktor yang memengaruhinya, salah satunya adalah kurangnya metode pembelajaran yang memungkinkan sastra menjadi sebuah pembelajaran yang menyenangkan. Itu hanya salah satu penyebab saja, penyebab lainnya tentu masih banyak. Misal, kualitas karya sastra yang menurun, minat baca siswa dan masyarakat, juga pengajar sastra yang kompeten masihlah sangat kurang. Selain itu, keadaan materi sastra yang digambungkan atau berada di dalam pembelajaran bahasa Indonesia semakin menyempitkan ruang gerak pembelajarannya, juga penyampaian materinya. Hal ini, terutama, mendasar pada temuan peneliti ketika melakukan beberapa workshop kepenulisan dan apresiasi sastra di beberapa sekolah dalam dan luar Kota Bandung, antara lain Kab. Bandung Barat, dan Bogor, bersama UKM ASAS UPI yang bertajuk Tour Sastra. Sempitnya waktu pembelajaran juga infrastruktur yang kurang memadai yang menjadi temuan utama peneliti selama melakukan workshop tersebut. Salah satu yang sekiranya wajib dipelajari oleh siswa atau umumnya masyarakat adalah membaca puisi, baik yang membaca personal, deklamasi, mau pun teatrikal dan pementasan pembacaan puisi. Membaca puisi sebagai bagian dari sebuah apresiasi, adalah bentuk penghormatan atau penghargaan terhadap sebuah karya sastra. Membaca puisi juga diharapkan dapat mengasah imajinasi dan kreativitas pembacanya. Selain itu, diharapkan juga dapat menjadi ajang pendalaman pembaca dalam memahami sebuah puisi dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Studi sastra, menurut Wellek (1989, hlm. 3), adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni. Dalam

2 2 hal ini, studi sastra merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Dalam pandangan peneliti, tentulah, studi sastra yang dilakukan dalam pembelajaran akan menghasilkan produk yang biasa disebut dengan karya sastra yang berupa tulisan (puisi, cerpen, naskah drama), mau pun yang berupa apresiasi (musikalisasi puisi, deklamasi puisi, pentas drama dan teater, dramatic reading cerpen atau naskah drama, rampak puisi, pentas pembacaan puisi). Kekinian, membaca puisi di sekolah adalah pembelajaran yang jarang sekali dikhususkan waktunya. Siswa, biasanya, hanya diminta untuk membaca puisi saja di depan kelas, tanpa sebelumnya mempelajari dahulu teknik membaca puisi. Bahkan seringkali siswa tidak memahami apa yang mereka bacakan di depan kelas, di hadapan teman-temannya. Sejalan dengan itu, dalam percakapannya dengan peneliti ketika peneliti menjadi guru praktikan (PPL) di sebuah SMA Negeri, Dwinanda (2014), seorang siswi kelas X-IBBU, mengatakan Iya, Pak, Nanda mah kalo disuruh baca puisi di depan kelas teh suka kebingungan. Soalnya Nanda engga tahu bagaimana membaca puisi yang bagus teh. Dari SMP sampai sekarang, Nanda sering disuruh baca puisi di depan kelas sama guru tapi ga pernah dikasih pelajaran membaca puisi. Ga pernah ada pembelajarannya. Jadi kata Nanda mah, wajar aja kalo siswa teh suka susah atau ga mau disuruh baca puisi di depan kelas. Dalam penelitian serupa, yakni pembelajaran membaca puisi, yang dilaksanakan oleh Gugum Gumbira (2013) di SMP Negeri 2 Lembang dengan judul Upaya Meningkatkan Pembelajaran Apresiasi Puisi dengan Menggunakan Teknik Jigsaw (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas VIII SMPN 2 Lembang Tahun Ajaran ), menemukan bahwa permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran terutama pembelajaran baca puisi adalah tidak sesuainya jumlah jam pembelajaran yang disediakan dengan jumlah jam yang diharapkan atau dibutuhkan. Juga, terbatasnya variasi metode, teknik, dan strategi pembelajaran yang dipahami oleh guru sehingga pembelajaran menjadi monoton dan kurang menyenangkan bagi siswa.

3 3 Kurangnya variasi metode dan teknik pembelajaran, tentunya, berimbas cukup besar pada pembelajaran membaca puisi ini. Kemungkinan terburuknya adalah guru tersebut bahkan tidak memiliki pengalaman atau sama sekali tidak bisa membaca puisi di depan umum, sehingga cenderung menghindari pembelajaran membaca puisi, bahkan beberapa guru bertendensi untuk menghindarinya. Namun, permasalahan kemampuan dan keberanian membaca puisi di depan umum bukan hanya terjadi pada siswa di kelas saja, hal ini pun, dicurigai, terjadi pada banyak komunitas sastra dan ekstrakurikuler sastra maupun teater di sekolah-sekolah. Peneliti menemukan bahwa hanya sedikit komunitas dan ekstrakurikuler sastra/teater di sekolah maupun di luar sekolah yang secara intens melakukan pembelajaran membaca puisi, terlebih yang dibuat bentuknya pementasan dan atau dramatic reading. Berikut adalah rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, yang kemudian akan menjadi dasar masalah penelitian ini. Masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut. 1. Siswa menganggap pembelajaran sastra, terutama puisi, sangat sulit. 2. Mayoritas tenaga pengajar cenderung lebih menguasai materi kebahasaan, sehingga pembelajaran sastra atau materi sastra tidaklah tersampaikan secara maksimal. 3. Pembelajaran membaca puisi membutuhkan dan atau dipastikan dapat menyita sebagian besar waktu pembelajaran yang telah ditentukan. 4. Kurang variatifnya metode dan teknik pembelajaran, terutama untuk pembelajaran membaca puisi, yang dikuasai oleh pengajar sehingga siswanya cenderung bosan dalam belajar. 5. Sastra menjadi materi minor dalam keseluruhan mata pelajaran bahasa Indonesia 6. Kurangnya variasi metode dan teknik pun membuat beberapa pengajar cenderung untuk menghindari atau melewatkan begitu saja materi pembelajaran membaca puisi.

4 4 7. Kebutuhan terhadap pembelajaran sastra bagi guru juga siswa masih belum terpenuhi, karena fasilitas dan sarana pendukung lainnya belum memadai. 8. Kurangnya percaya diri siswa atau pembaca juga seringkali ditemukan dalam pembelajaran membaca puisi. Pembelajaran sastra dirasa masih agak eksklusif atau mungkin terasing dari siswa mau pun pengajar. Berangkat dari permasalah yang telah dipaparkan diatas, akhirnya penulis mencoba merumuskan dan menggabungkan beberapa teknik dan metode yang diharapkan dapat menjadi alternatif pembelajaran sastra Indonesia, khususnya Apresiasi Sastra. Hasil dari rumusan tersebut adalah Teknik Penerjemahan Simbol ke dalam Ornamen Teatrikal. Teknik penerjemahan simbol ke dalam ornamen teatrikal ini pada dasarnya menggabungkan pendekatan pembelajaran parafrastis dengan penafsiran pemanggungan, untuk menafsirkan bentuk gerak teatrikal serta teknik membaca puisinya, dan latihan teater pada umumnya (contohnya: olah tubuh, olah vokal, olah mimik, dan sebagainya). Kemudian peneliti juga memasukkan pembelajaran semiotika dasar untuk mempermudah siswa dalam membaca simbol atau petanda dan penanda yang kemudian akan diterjemahkan dalam bentuk ornamen teatrikal (baik gerak, properti, musik, cahaya, make up, atau lainnya). Untuk bagian semiotika dasar ini, peneliti hanya memberikan sedikit pemahaman dasar tentang bagaimana membaca dan memahami tanda. Selebihnya, peneliti meminta tolong kepada orang yang lebih berkompeten dan lebih memahami semiotik ketimbang peneliti sendiri, untuk ikut serta memberikan pembelajaran tentang semiotik kepada siswa. Berdasar pada uraian di atas, maka peneliti mencoba menerapkan teknik penerjemahan simbol ke dalam ornamen teatrikal pada pembelajaran membaca puisi. Maka kemudian, peneliti memutuskan untuk mengambil judul penelitian sebagai berikut, Perlatihan Pementasan Membaca Puisi dengan Teknik Penerjemahan Simbol ke dalam Ornamen Teaterikal (Penelitian Eksperimen Kuasi pada Sanggar Sastra SMA Negeri 1 Lembang).

5 5 Setelah menentukan judul dan mengidentifikasi permasalahan, agar nantinya penelitian tidak terlalu meluas, peneliti membatasi permasalahan ke dalam beberapa poin berikut. 1. Pembelajaran sastra, dalam hal ini pembacaan puisi dengan menggunakan atau menampilkan ornamen teatrikal yang berupa gerak dan sejenisnya. Sederhananya, pendramatisiran sebuah pembacaan puisi, bukan dramatisasi puisi. 2. Penggunaan teknik penerjemahan simbol ke dalam ornamen teatrikal dalam pembelajaran membaca puisi tersebut. 3. Penyiasatan waktu pembelajaran agar materi ajar dan pembelajaran menjadi lebih efektif. 1.2 Rumusan Masalah Sesuai dengan uraian panjang lebar di atas, maka kemudian peneliti menyimpulkan rumusan masalah yang akan disiasati pada penelitian kali ini, sebagai berikut. 1. Bagaimanakah teknik penerjemahan simbol ke dalam ornamen teatrikal memengaruhi kemampuan membaca puisi apresiator? Efektifkah teknik ini diterapkan dalam pembelajaran membaca puisi (pementasan membaca puisi)? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah yang pertama, mendeskripsikan kemampuan siswa dalam membaca puisi sebelum menerima perlakuan teknik penerjemahan simbol ke dalam ornamen teatrikal. Kedua, mendeskripsikan kemampuan apresiator setelah mendapatkan perlakuan teknik penerjemahan simbol ke dalam ornamen teatrikal. Ketiga, mendeskripsikan pengaruh teknik penerjemahan simbol ke dalam ornamen teatrikal pada pembelajaran membaca puisi, atau lebih khusus lagi, pada pemahaman dan penafsiran gaya, teknik dan bentuk pembacaan puisi. 1.4 Manfaat Penelitian

6 6 Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Jika penelitian berhasil, maka secara teoritis ada sebuah teknik pembelajaran yang sedikit banyaknya berbeda dengan teknik lainnya dan memungkinkan untuk digunakan dalam pembelajaran, terutama membaca puisi. 2. Selain itu, ada beberapa manfaat praktis yang diharapkan bisa dirasakan oleh siswa atau pembaca puisi, guru, peneliti, dan pembaca (lebih luasnya masyarakat). 1) Bagi siswa atau pembaca puisi Dengan menerapkan teknik penerjemahan simbol ke dalam ornament teatrikal ini, siswa akan dapat belajar membaca puisi dengan menyenangkan dan sesuai eksplorasi serta imajinasi mereka sendiri. Sehingga bentuk pembacaan puisi mereka akan terasa lebih bervariasi dan orisinil. 2) Bagi guru atau pengajar Bila mana penelitian ini dirasa tercapai dengan baik, maka akan sedikit mempermudah dan menambah variasi cara mengajar guru dalam menyampaikan pembelajaran materi apresiasi terutama membaca puisi. 3) Bagi peneliti Dengan diterapkannya teknik pembelajaran ini diharapkan dapat memberikan suatu pengalaman nyata bagi peneliti dalam dunia pengajaran. Selain itu, dapat pula memberi peneliti bahan kajian dan inovasi lebih jauh dalam rangka memperkaya khazanah pembelajaran. 4) Bagi pembaca Penelitian ini dapat menambah wawasan pembaca dalam kaitannya dengan variasi membaca puisi dan kemungkinan-kemungkinan dalam menafsirkan sebuah pembacaan puisi. Kemudian memperkaya juga khazanah mengenai teknik mempelajari pembacaan puisi. 1.5 Struktur Organisasi Skripsi Dalam skripsi ini, peneliti membuatnya menjadi lima bab atau lima bagian yang terdiri dari pendahuluan, kajian pustaka/landasan teoritis, metode penelitian,

7 7 temuan dan pembahasan, serta kesimpulan saran dan penutup. Untuk pembahasan per bagiannya adalah sebagai berikut. Pada bab satu 1 yakni pendahuluan, peneliti melakukan pemaparan masalah yang kemudian menjadi dasar penelitian ini dilakukan. Kemudian merumuskan masalah-masalah yang akan diteliti yang kemudian akan peneliti cari solusinya melalui penelitian ini. Setelah permasalahan, tujuan, manfaat telah dikerucutkan, maka akan dibahas dan diteliti lebih lanjut pada bab-bab selanjutnya. Dalam bab 2 ini peneliti membahas kajian pustaka dan teori-teori yang akan menunjang penelitian yang dilakukan. Tidak lupa juga pada bagian ini peneliti membahas kerangka pemikiran dalam penelitian dan skripsi ini. Kajian pustaka atau teori yang peneliti pakai dibagi ke dalam beberapa bagian, yakni, ihwal puisi dan membaca puisi, teatrikal, parafrase, dan simbol dan pembacaannya. Sedang dalam kerangka pemikiran, peneliti membahas kaitan-kaitan antar variabel penelitian serta permasalahan yang lahir dari sana. Di sini peneliti pun membahas solusi-solusi yang menjadi tawaran dari teknik penerjemahan simbol ke dalam ornamen teatrikal dalam memecahkan masalah-masalah tersebut. Kemudian pada bab 3, peneliti memaparkan metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode eksperimen dengan desan penelitian one shot case study. Bab ini terdiri dari lokasi dan subjek penelitian, prosedur serta instrumen penelitian yang berisi kontenkonten penelitian yang peneliti pakai sebagai pedoman penelitian. Di sini, peneliti juga memaparkan definisi operasional yang menjadi poin patokan penting dalam penelitian. Bab 4 berisi pemaparan deskriptif mengenai hasil penelitian. Dalam bab ini, peneliti mengulas penelitian dan mendeskripsikan temuan dan hasil penelitian yang telah dilakukan. Hasil peneltiannya berupa video pembacaan puisi yang kemudian akan dibahas menggunakan pedoman pembahasan yang telah dibuat sebelumnya, sehingga analisis deskriptif hasil penelitian tersebut jadi lebih objektif dan akurat. Yang terakhir, pada bab 5, berisi simpulan dan saran dari hasil penelitian sebelumnya. Dalam bagian ini peneliti menyimpulkan hasil penelitian yang telah

8 8 dilakukan guna menjawab pertanyaan dan rumusan masalah yang telah sebelumnya peneliti paparkan. Setelah menyimpulkan, peneliti mencantumkan pula beberapa saran yang terkait dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dalam kaitannya dengan bilamana teknik dan metode, serta pembelajaran yang sama akan digunakan oleh peneliti-peneliti lain selanjutnya.

BAB 5 SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB 5 SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 78 BAB 5 SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1 SIMPULAN Berdasarkan rumusan masalah, pembahasan, dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dery Saiful Hamzah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dery Saiful Hamzah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah seni yang hidup bersama bahasa. Tanpa bahasa, sastra tak mungkin ada. Begitu pun sebaliknya, tanpa sastra, bahasa tak mungkin terjaga. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran membaca indah puisi adalah bagian dari pembelajaran apresiasi sastra. Pembelajaran membaca indah puisi merupakan kegiatan pementasan karya seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mata pelajaran bahasa Indonesia ada dua materi yang harus disampaikan oleh pengajar yaitu materi kebahasaan dan materi kesastraan. Materi kebahasaan meliputi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lisan, sedangkan membaca dan menulis terjadi dalam komunikasi secara tertulis.

BAB 1 PENDAHULUAN. lisan, sedangkan membaca dan menulis terjadi dalam komunikasi secara tertulis. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak dan berbicara terjadi dalam komunikasi secara lisan,

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah kegiatan pembelajaran yang mengedepankan proses dan hasil. Menulis merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan unik yang menuntut sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Melalui karya sastra, seseorang

I. PENDAHULUAN. membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Melalui karya sastra, seseorang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat keyakinan dalam suatu bentuk konkret yang membangkitkan pesona

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Studi sastra adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (Wellek, 1989: 3). Studi sastra merupakan` bagian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan berkomunikasi, karena untuk mencapai segala tujuanya, manusia memerlukan sebuah alat atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mardwitanti Laras, 2014 Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat berbeda dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Mardwitanti Laras, 2014 Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat berbeda dalam pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis merupakan hal yang harus dikuasai oleh siswa. Keterampilan menulis tidak dapat terlepas dari ketiga komponen lainnya seperti keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia SMA, tujuan pembelajaran bahasa indonesia di sekolah adalah siswa terampil berbahasa. Keterampilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nikke Permata Indah, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nikke Permata Indah, 2015 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengajaran sastra di SMA, SMK dan sederajat selalu mendapatkan banyak perhatian. Pembicaraan masalah pengajaran sastra sudah sering dimuat di berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizky Ananda Oktaviani, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizky Ananda Oktaviani, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan suatu kegiatan di mana siswa dapat menuangkan ide atau gagasan kreatif dan imajinasinya ke dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan cara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk karya yang bereaksi langsung secara kongkret (Hasanuddin, 2009:1).

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk karya yang bereaksi langsung secara kongkret (Hasanuddin, 2009:1). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai suatu genre sastra, drama mempunyai kekhususan dibanding genre puisi atau genre fiksi. Kesan dan kesadaran terhadap drama lebih difokuskan kepada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Drama merupakan karya yang memiliki dua dimensi karakter (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran atau seni pertunjukan.

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK PELATIHAN AKTING STANISLAVSKI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA INDAH PUISI

PENERAPAN TEKNIK PELATIHAN AKTING STANISLAVSKI DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA INDAH PUISI 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Membaca indah puisi merupakan sebuah usaha mengapresiasi karya sastra dan usaha menghidupkan sebuah karya sastra, khususnya puisi, di tengah maraknya arus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang sastra dalam kurikulum adalah agar (1) peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizka Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizka Fauziah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam lingkup kebahasaan, pada dasarnya siswa harus menguasai empat aspek keterampilan berbahasa. Empat aspek keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi, mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru.

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi, mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan proses membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Sering dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peneliti sebelumnya telah melakukan observasi awal berupa wawancara

BAB I PENDAHULUAN. Peneliti sebelumnya telah melakukan observasi awal berupa wawancara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peneliti sebelumnya telah melakukan observasi awal berupa wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 40 Bandung, khususnya guru Bahasa

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun manusia yang memiliki kepribadian. Hal ini juga diwujudkan oleh pemerintah, dengan membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Drama merupakan gambaran kehidupan sosial dan budaya masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Drama merupakan gambaran kehidupan sosial dan budaya masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama merupakan gambaran kehidupan sosial dan budaya masyarakat pada tempat dan zamannya yang dipentaskan. Drama sebagai suatu jenis sastra mempunyai kekhususan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra di dunia pendidikan kita bukanlah sesuatu yang populer. Sastra dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra di dunia pendidikan kita bukanlah sesuatu yang populer. Sastra dalam 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sastra di dunia pendidikan kita bukanlah sesuatu yang populer. Sastra dalam pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dari jenjang Sekolah Dasar (SD) hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menulis kreatif puisi adalah salah satu 1 keterampilan bidang apresiasi sastra yang harus dikuasai oleh siswa SMP. Pembelajaran menulis puisi bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF

2015 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Semi (2007, hlm. 14) menulis merupakan suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan. Menulis adalah keterampilan berbahasa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik, di antaranya disebabkan oleh kurangnya minat dan motivasi siswa. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. baik, di antaranya disebabkan oleh kurangnya minat dan motivasi siswa. Salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran menulis di sekolah saat ini masih belum terlaksana dengan baik, di antaranya disebabkan oleh kurangnya minat dan motivasi siswa. Salah satu penyebab

Lebih terperinci

2014 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGONVERSI TEKS ANEKDOT MENJADI NASKAH DRAMA MELALUI MODEL BERPIKIR

2014 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGONVERSI TEKS ANEKDOT MENJADI NASKAH DRAMA MELALUI MODEL BERPIKIR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa, khususnya menulis, adalah keterampilan produktif dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis adalah keterampilan yang membutuhkan proses yang lama untuk mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit menuangkan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh siswa. Sastra terbagi menjadi beberapa jenis misalnya puisi, cerpen, novel,

BAB I PENDAHULUAN. oleh siswa. Sastra terbagi menjadi beberapa jenis misalnya puisi, cerpen, novel, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa. Sastra terbagi menjadi beberapa jenis misalnya puisi, cerpen, novel, roman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Endang Permata Sari, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Endang Permata Sari, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap orang pada dasarnya memiliki bakat kreatif dan kemampuan untuk mengungkapkan dirinya secara kreatif, meskipun masing-masing dalam bidang dan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Melalui bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah, terdapat empat aspek kebahasaan yang harus dikuasai siswa, yaitu kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Pengkajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan dilakukannya proses pembelajaran manusia akan mampu berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. dengan dilakukannya proses pembelajaran manusia akan mampu berkembang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran bagi manusia sangat penting karena dengan dilakukannya

Lebih terperinci

intelegensi siswa. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari lingkungan siswa yaitu lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah.

intelegensi siswa. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari lingkungan siswa yaitu lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil belajar matematika mempunyai peran dalam pencapaian tujuan pengajaran. Menurut Purwanto (2011: 23) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan pencapaian

Lebih terperinci

Nikke Permata Indah Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Nikke Permata Indah Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia PENERAPAN MODEL INDUKTIF DENGAN MEDIA GAMBAR SILLUET DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK (Penelitian Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Cimahi Tahun Ajaran 2014/2015) Nikke Permata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya pengalaman anak sehingga menjadikan anak lebih tanggap terhadap lingkungan di sekelilingnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan Bahasa Nasional Republik Indonesia dan Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar. Dalam kurikulum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil berbahasa dan mampu berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan siswa berkomunikasi

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE SUGESTI-IMAJINASI DENGAN MEDIA VIDEO DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN DRAMA

2015 PENERAPAN METODE SUGESTI-IMAJINASI DENGAN MEDIA VIDEO DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN DRAMA 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas menulis merupakan sebuah kegiatan menuangkan pikiran, gagasan, dan perasaan seseorang yang diungkapkan dalam bahasa tulis berupa kegiatan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang

BAB I PENDAHULUAN. secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perspektif teoritik, pendidikan seringkali diartikan dan dimaknai orang secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang dipegangnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI

PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa Indonesia dipelajari untuk menjadikan peserta didik mampu berkomunikasi dengan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran menulis

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran menulis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang termasuk ke dalam ruang lingkup mata pelajaran bahasa indonesia dan tidak dapat terpisahkan

Lebih terperinci

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Berdasarkan hasil observasi pra- penelitian yang peneliti lakukan di SMP Negeri 19 Bandung khususnya di kelas VIII F, peneliti menemukan masalah ketika pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Berbicara adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa yang dipelajari siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan suatu keterampilan yang tidak dapat dipisahkan dari proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam silabus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik lebih memfokuskan pada teori sastra karena tujuan pembelajaran sastra

BAB I PENDAHULUAN. didik lebih memfokuskan pada teori sastra karena tujuan pembelajaran sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu pembelajaran yang diajarkan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah pembelajaran sastra. Pada pembelajaran sastra bukan merupakan cara yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Imam Akhmad, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Imam Akhmad, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menulis merupakan sebuah keterampilan yang dilakukan melalui tahapan yang harus dikerjakan dengan mengarahkan keterampilan, seni, dan kiat sehingga semuanya dapat berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan manusia lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat komunikasi

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE IMAGE STREAMING MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI

2015 PENERAPAN METODE IMAGE STREAMING MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keterampilan menulis karya sastra tidak akan lepas dari metode ajar yang digunakan guru di sekolah. Guru mempunyai peran penting dalam menciptakan suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup kemampuan berbahasa yang meliputi empat aspek yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah N. Yuli Mutiara, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah N. Yuli Mutiara, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa yang besar adalah bangsa yang menjunjung tinggi bahasanya. Bahasa resmi negara Republik Indonesia yaitu bahasa Indonesia yang juga merupakan bahasa nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang secara bertahap dari sederhana menuju yang kompleks (Hamruri, 2012:174). Melalui pengertian ini menunjukkan

Lebih terperinci

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Keempat

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN MODEL SINEKTIK DALAM PEMBELAJARAN MENULISKAN KEMBALI DONGENG

2015 PENERAPAN MODEL SINEKTIK DALAM PEMBELAJARAN MENULISKAN KEMBALI DONGENG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keterampilan berbahasa sangat erat kaitannya dengan pembelajaran bahasa. Empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu menulis, berbicara, menyimak, dan membaca.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Melalui pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah wajib bagi setiap anak, sebagaimana telah diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara 1945. Melalui pendidikan diharapkan setiap anak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membaca tidak hanya sekadar memandangi lambang-lambang tertulis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membaca tidak hanya sekadar memandangi lambang-lambang tertulis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca tidak hanya sekadar memandangi lambang-lambang tertulis, tetapi juga memahami materi yang dibaca sehingga lambang-lambang bacaan yang dilihat menjadi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu jenis metode penelitian yang tepat untuk mengantisipasi permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarsesama manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Fikhi Frasethian,2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Fikhi Frasethian,2013 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seni Budaya dan Keterampilan merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat pendidikan SD. Dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan peserta didik akan mempelajari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya berlangsung dalam suatu proses yang mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya berlangsung dalam suatu proses yang mampu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya berlangsung dalam suatu proses yang mampu mentransformasikan nilai-nilai, pengetahuan, teknologi, dan keterampilan. Dalam hal ini, yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ke jenjang menengah itu, pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. ke jenjang menengah itu, pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah merupakan turunan dari pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam pelajaran bahasa Indonesia selain belajar mengenai tata bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pengajaran bahasa Indonesia di sekolah adalah siswa memiliki keterampilan berbahasa Indonesia, pengetahuan yang memadai mengenai penguasaan struktur bahasa,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PUISI DENGAN TEATRIKALISASI KELAS VIII A SMP NEGERI 4 TANJUNG. Afsun Aulia Nirmala

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PUISI DENGAN TEATRIKALISASI KELAS VIII A SMP NEGERI 4 TANJUNG. Afsun Aulia Nirmala Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) ISSN 2477-2240 (Media Cetak). 2477-3921 (Media Online) PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PUISI DENGAN TEATRIKALISASI Universitas Pancasakti Tegal, Jawa Tengah

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN TARI KREASI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 45 BANDUNG

2015 PEMBELAJARAN TARI KREASI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 45 BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berhasilnya suatu proses kegiatan belajar mengajar itu dapat tercermin salah satunya dari minat belajar siswa mengikuti proses kegiatan tersebut. Sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan alat pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan hasil kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendorong setiap manusia dapat merespon semua perkembangan tersebut. logis, kreatif dan kemauan berkerjasama secara efektif.

BAB I PENDAHULUAN. mendorong setiap manusia dapat merespon semua perkembangan tersebut. logis, kreatif dan kemauan berkerjasama secara efektif. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu pesatnya mendorong setiap manusia dapat merespon semua perkembangan tersebut secara cepat untuk mengikutinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gugum Gumbira, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gugum Gumbira, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum penerapan teknik, model, strategi dan media pembelajaran yang diterapkan di SMPN 2 Lembang khususnya di kelas VIII G semester 2 terkesan monoton,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Puisi merupakan salah satu genre sastra yang lahir karena kecintaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Puisi merupakan salah satu genre sastra yang lahir karena kecintaan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puisi merupakan salah satu genre sastra yang lahir karena kecintaan penyair terhadap bahasa (Aftarueddin, 1982:16). Puisi merupakan pernyataan perasaan yang imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat dan mudah dari berbagai sumber dan tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menulis merupakan salah satu kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa kanak-kanak dapat dikatakan sebagai masa yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa kanak-kanak dapat dikatakan sebagai masa yang penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa kanak-kanak dapat dikatakan sebagai masa yang penting dalam pertumbuhan. Pada masa ini mereka memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, menanggapi dan belajar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan lembaga untuk peserta didik. Kurikulum pendidikan sudah beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, kemampuan menulis merupakan kemampuan berbahasa sangat penting karena menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan

Lebih terperinci

BAB 2 PUISI, APRESIASI PUISI, DAN TEKNIK PENERJEMAHAN SIMBOL KE DALAM ORNAMEN TEATRIKAL

BAB 2 PUISI, APRESIASI PUISI, DAN TEKNIK PENERJEMAHAN SIMBOL KE DALAM ORNAMEN TEATRIKAL 8 BAB 2 PUISI, APRESIASI PUISI, DAN TEKNIK PENERJEMAHAN SIMBOL KE DALAM 2.1. Puisi 2.1.1. Pengertian Puisi Begitu banyak ahli mencoba merumuskan apa itu puisi? Sehingga akhirnya muncullah sekian pengertian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah catur- tunggal. Keempat keterampilan tersebut yaitu : keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah catur- tunggal. Keempat keterampilan tersebut yaitu : keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berbahasa mempunyai empat komponen keterampilan. Keempat keterampilan ini pada dasarnya merupakan suatu kesatuan dan dikenal dengan istilah catur-

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa yang baik. Bentuk bahasa dapat dibagi dua macam, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa yang baik. Bentuk bahasa dapat dibagi dua macam, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk sosial selalu berbahasa. Bahasa senantiasa digunakan manusia dalam komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE KLOS BERBASIS MEDIA TEKS BERJALAN DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN

2015 PENERAPAN METODE KLOS BERBASIS MEDIA TEKS BERJALAN DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia terdiri atas empat cakupan keterampilan berbahasa, yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dari keempat keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ema Rosalita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ema Rosalita, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu kegiatan menulis yang menghasilkan produk adalah menulis cerpen. Menulis cerpen bertujuan untuk meningkatkan kreativitas siswa (creative purpose).

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA. Kata Kunci : Metode Bermain Peran dan Pemeranan Drama

PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA. Kata Kunci : Metode Bermain Peran dan Pemeranan Drama PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA R. ArnisFahmiasih 1 ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah kemampuan pembelajaran sastra dalam memerankan drama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Windy Tantriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Windy Tantriyani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keterampilan berbahasa terdiri atas empat aspek, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan implementasi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk mencerdaskan bangsa. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran membaca sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh pembaca untuk menemukan sesuatu pesan atau tujuan yang diinginkan pembaca guna menemukan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bahasa adalah simbol bunyi yang dikeluarkan oleh alat ucap manusia yang memiliki makna. Bahasa digunakan sebagai alat berkomunikasi antar masyarakat. Ini sejalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kemampuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kemampuan keterampilan berbahasa siswa secara lisan dan tertulis. Keterampilan berbahasa tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu masyarakat untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. pembelajaran merupakan tercapainya perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. suatu masyarakat untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. pembelajaran merupakan tercapainya perubahan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi, bersifat arbiter digunakan oleh suatu masyarakat untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. Hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi medium untuk menggerakkan dan mengangkat manusia pada harkat yang paling tinggi. Karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Implementasi Kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan yang produktif, kreatif, dan inovatif. Hal ini dimungkinkan karena kurikulum ini berbasis

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Kuasieksperimen atau

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Kuasieksperimen atau BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian Kuasieksperimen atau disebut juga eksperimen semu. Kuasieksperimen memiliki persamaan dengan penelitian eksperimen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau pedoman dalam proses belajar mengajar guna meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. atau pedoman dalam proses belajar mengajar guna meningkatkan mutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengelolaan pendidikan formal khususnya, dibutuhkan suatu pegangan atau pedoman dalam proses belajar mengajar guna meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM)

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi Melalui Teknik Pemodelan Siswa Kelas IV SDN 05 Bunobogu

Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi Melalui Teknik Pemodelan Siswa Kelas IV SDN 05 Bunobogu Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi Melalui Teknik Pemodelan Siswa Kelas IV SDN 05 Bunobogu Yayu M.Binol, Ali Karim, Efendi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan yang diselenggarakan di setiap satuan pendidikan, mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi, bahkan yang dilakukan di lembagalembaga nonformal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Siti Amila Rafiani Silmi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Siti Amila Rafiani Silmi, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang tidak akan terlepas dari proses pembelajaran, yakni proses terjadinya perolehan informasi baru yang mampu

Lebih terperinci