STUDI KARAKTERISTIK WISATAWAN NUSANTARA YANG BERKUNJUNG KE BALI OLEH : IBG PUJAASTAWA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI KARAKTERISTIK WISATAWAN NUSANTARA YANG BERKUNJUNG KE BALI OLEH : IBG PUJAASTAWA"

Transkripsi

1 STUDI KARAKTERISTIK WISATAWAN NUSANTARA YANG BERKUNJUNG KE BALI OLEH : IBG PUJAASTAWA PUSAT PENELITIAN KEBUDAYAAN DAN KEPARIWISATAAN UNIVERSITAS UDAYANA 12 MEI

2 STUDI KARAKTERISTIK WISATAWAN NUSANTARA YANG BERKUNJUNG KE BALI OLEH : IBG PUJAASTAWA I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, pengembangan pariwisata mengacu kepada UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, di mana kepariwisataan diselenggarakan sejalan dengan upaya untuk: (i) meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat; (ii) mengatasi pengangguran dan menghapus kemiskinan; (iii) melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya; (iv) memajukan kebudayaan, mengangkat citra bangsa, dan mempererat persahabatan antarbangsa; serta (v) memupuk rasa cinta tanah air, memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa. Sehubungan dengan usaha-usaha untuk meningkatkan kepariwisataan nasional tersebut maka peranan wisatawan nusantara (wisnus) tidak kalah pentingnya dengan wisatawan mancanegara (wisman). Perkembangan kepariwisataan Indonesia didukung tidak hanya oleh keberadaan wisman, namun juga oleh adanya wisnus yang trendnya terlihat semakin meningkat dari tahun ke tahun. Keberadaan wisnus bagi Bali juga signifikan. Hal ini dapat dilihat dari data jumlah kunjungan wisnus ke Bali dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir, dimana jumlah kunjungan wisnus ke Bali mengalami peningkatan yang sangat signifikan, yaitu sebanyak orang pada tahun 2008, menjadi orang pada tahun 2012 (Dinas Pariwisata Provinsi Bali). Bagi Bali, pariwisata dinilai memiliki arti penting sebagai motor penggerak pembangunan daerah. Bali dengan keunikan budaya dan panorama alamnya yang indah senantiasa menjadi pesona dan daya tarik bagi wisatawan, baik wisman maupun wisnus. Apabila digarap secara lebih serius, peluang dan manfaat ekonomi pasar wisnus tidak kalah dengan pasar wisman, mengingat total populasi penduduk Indonesia sekitar 230 juta dan sekitar 53,34% dari mereka melakukan perjalanan wisata. Pergerakan wisnus juga semakin meningkat sejalan dengan kian berkembangnya sektor transportasi serta adanya kecenderungan pergeseran motif berwisata sebagai pemenuhan kebutuhan rekreasi ke arah life style atau gaya hidup. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa wisnus merupakan pangsa pasar yang sangat potensial yang selama ini cenderung terabaikan. Oleh karenanya, keberadaan wisnus merupakan hal yang patut diperhitungkan dan perlu mendapat perhatian lebih serius. Salah satu hal penting yang perlu diupayakan untuk mendukung pengembangan pasar wisnus adalah ketersediaan informasi mengenai karakteristik wisnus yag lebih terpercaya dan memadai. 2

3 Terkait dengan upaya untuk mengetahui karakteristik wisnus yang berkunjung ke Bali, maka diperlukan penelitian yang dapat memberikan berbagai informasi tentang karakteristik wisnus, antara lain mengenai akomodasi/tempat menginap, lama tinggal, moda transportasi yang digunakan, pengeluaran selama di destinasi wisata, serta ekspektasi dan tingkat kepuasan mereka terhadap destinasi yang dikunjungi. Informasi ini akan dapat dimanfaatkan sebagai pedoman untuk perumusan kebijakan dan langkah-langkah strategis di bidang pemasaran dan penyediaan produk yang berkualitas sesuai dengan harapan wisatawan. 1.2 Tujuan Adapun tujuan penelitian survei karakteristik wisnus ini adalah: Mengukur persentase kedatangan wisnus ke Bali, yang dihitung dari jumlah penumpang domestik yang meninggalkan Bali baik melalui udara maupun laut. Mengidentifikasi karakteristik wisnus, yakni yang meliputi karakteristik demografis dan geografis, serta perilaku wisatawan tersebut selama melakukan kunjungan di Bali. Mengeksplorasi persepsi wisnus terhadap daya tarik wisata serta faktor-faktor penunjang lainnya terkait dengan kepariwisataan Bali. 1.3 Metode Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, maka dilakukan penelitian survei dengan mengadakan wawancara terstruktur kepada wisnus yang meninggalkan Bali melalui udara dan laut. Dalam penelitian survei ini, wawancara kepada wisnus dilakukan di tiga lokasi, yakni (i) di termin al keberangkatan domestik Bandara Ngurah Rai; (ii) di dalam kapal ferry penyeberangan Gilimanuk-Ketapang; (iii) dan di terminal keberangkatan penumpang kapal penyeberangan Padangbai-Lembar. Dalam survei tahun 2013 ini, wawancara dilakukan kepada responden di seluruh lokasi penelitian yang terdistribusi secara proporsional, yaitu: (i) di Pelabuhan Gilimanuk sebanyak responden, (ii) di Bandara Ngurah Rai sebanyak 900 responden, dan di Pelabuhan Padangbai sebanyak 180 responden. Pelaksanaan survei dilakukan dalam dua tahap, yaitu survei tahap pertama dilakukan pada bulan April (mewakili periode low season); dan survei tahap kedua dilakukan pada akhir bulan Juli (mewakili periode high season). Pada setiap tahapan survei dilakukan selama lima hari di masing-masing lokasi penelitian. Adapun definisi wisatawan nusantara (wisnus) yang digunakan pada penelitian ini adalah penduduk Indonesia yang melaksanakan perjalanan dalam wilayah Indonesia secara 3

4 sukarela kurang dari 6 bulan, dan bukan untuk tujuan bersekolah atau bekerja (memperoleh upah/gaji). Sedangkan kriteria wisatawan nusantara (wisnus) yang digunakan dalam penelitian ini adalah kriteria yang digunakan dalam Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas 2004), yaitu: (i) mereka yang melakukan perjalanan ke tempat wisata komersial, baik yang menginap ataupun tidak menginap di hotel/penginapan komersial; (ii) mereka yang melakukan perjalanan bukan ke tempat wisata komersial tetapi menginap di hotel/penginapan komersial; (iii) mereka yang melakukan perjalanan ke suatu tempat dengan jarak perjalanan lebih dari 100 km pp. Setelah seluruh data terkumpul, maka dilakukan tabulasi data dengan menggunakan komputer. Selanjutnya dianalisis dengan metode analisis statistik deskriptif, yaitu analisis rata-rata hitung dan persentase. Analisis data dilakukan dalam dua tahap, yaitu: (i) tahap pertama dilakukan analisis perbadingan karakteristik wisnus pada saat low season dan high season di masing-masing lokasi penelitian secara terpisah, sehingga dapat diketahui kemungkinan adanya perbedaan karakteristik wisnus pada saat low season dengan high season di masing-masing lokasi penelitian. (ii) Tahap kedua dilakukan analisis gabungan dari keseluruhan data penelitian tanpa membedakan musim ( seasons) dan lokasi penelitian sehingga dapat diketahui karakteristik wisnus secara utuh dan menyeluruh. II. KARAKTERISTIK WISATAWAN NUSANTARA YANG BERKUNJUNG KE BALI Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap wisnus yang meninggalkan Bali melalui Pelabuhan Gilimanuk, Padangbai, dan Bandara Ngurah Rai, baik pada pada musim dengan tingkat kunjungan rendah ( low season) maupun pada musim dengan tingkat kunjungan tinggi ( high season), maka diperoleh gambaran tentang karakteristik wisatawan nusantara yang berkunjung ke Bali sebagai berikut : 1. Jenis Kelamin Persentase wisnus yang berkunjung ke Bali berdasarkan jenis kelamin dapat disajikan seperti dalam tabel berikut : Tabel 1 Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jml. (%) 1 Laki-laki 48,6 2 Perempuan 51,4 4

5 Jumlah wisnus berjenis kelamin laki-laki yang berkunjung ke Bali sedikit di bawah wisnus berjenis kelamin perempuan, yakni 48,8% (laki-laki) dan 51,4% (perempuan). 2 Usia Persentase wisnus yang berkunjung ke Bali berdasarkan kelompok usia dapat disajikan seperti dalam tabel berikut : Tabel 2 Berdasarkan Usia No. Kelompok Umur Jml. (%) 1 15 Tahun 5, Tahun 42, Tahun 46, Tahun 4,3 Persentase tertinggi wisnus yang yang berkunjung ke Bali terdapat pada kelompok usia tahun, yakni mencapai 46,9%. Menyusul kemudian kelompok usia sebesar 42,9%; kelompok usia di bawah 15 tahun sebesar 5,9%; dan kelompok usia 56 tahun ke atas sebesar 4,3%. 3. Kota/Daerah Asal Persentase wisnus yang berkunjung ke Bali berdasarkan daerah asalnya dapat disajikan seperti dalam Tabel 5.3. Berdasarkan daerah asalnya, persentase tertinggi wisnus yang berkunjung ke Bali dicapai oleh Jawa Timur (24,6%), disusul Jakarta (23,6%), Jawa Tengah (11,4%), Jawa Barat (10,5%), NTB/NTT (10,2), Yogyakarta (6,6%), Sumatera (5,1%), Sulawesi (3,9%), Kalimantan (3,2%), dan sejumlah daerah lainnya sebesar 0,9%. Tabel 3 Berdasarkan Daerah Asal No. Kota/Daerah Asal Jml. (%) 1 Jakarta 23,6 2 Jawa Barat 10,5 3 Jawa Tengah 11,4 4 Yogyakarta 6,6 5 Jawa Timur 24,6 6 Sumatera 5,1 7 Kalimantan 3,2 8 Sulawesi 3,9 9 NTB/NTT 10,2 10 Lainnya 0,9 5

6 4. Status Pekerjaan Persentase wisnus yang berkunjung ke Bali berdasarkan status pekerjaannya dapat disajikan seperti dalam dalam Tabel 5.4. Persentase tertinggi wisnus yang berkunjung ke Bali dicapai oleh pelajar/mahasiswa ( 38,6%), disusul golongan pegawai swasta (21,1%), PNS (14,8%), wirausaha (10,0%), profesional (3,3%), dan TNI/POLRI (0,4%). Selain itu juga terdapat kelompok wisnus dengan status pekerjaan lainnya mencapai 11,8%. Tabel 4 Berdasarkan Status Pekerjaan No. Status Pekerjaan Jml. (%) 1 Pelajar/Mahasiswa 38,6 2 PNS 14,8 3 TNI/POLRI 0,4 4 Profesional 3,3 5 Pegawai Swasta 21,1 6 Wirausaha 10,0 7 Lainnya 11,8 5. Jalur Transportasi Berdasarkan jalur transportasi yang ditempuh dalam rangka melakukan kunjungan ke Bali, persentase wisnus yang berkunjung ke Bali dapat disajikan seperti dalam tabel berikut : Tabel 5 Berdasarkan Jalur Transportasi yang Ditempuh untuk Berkunjung ke Bali No. Jalur Transportasi yang Ditempuh Jml. (%) 1 Darat 50,7 2 Laut 1,3 3 Udara 48,0 Kelompok wisnus yang berkunjung ke Bali melalui jalur udara dan darat menunjukkan persentase yang hampir berimbang, yakni 48,0% (udara) dan 50,7% (darat), sementara persentase kelompok wisnus yang menempuh jalur laut relatif rendah, yakni 1,3%. 6. Moda Transportasi yang Digunakan Selama di Bali Persentase wisnus yang berkunjung ke Bali berdasarkan moda transportasi yang digunakan selama melakukan kunjungan di Bali dapat disajikan seperti dalam tabel berikut : Tabel 6. 6

7 Berdasarkan Moda Transportasi yang Digunakan Selama di Bali No. Moda Transportasi Jml. (%) 1 Mobil Pribadi 17,1 2 Mobil Sewaan 62,7 3 Kendaraan Umum 7,8 4 Sepeda Motor 12,4 Moda transportasi yang paling banyak digunakan selama melakukan kunjungan di Bali adalah mobil sewaan (62,7%), disusul mobil pribadi (17,1%), kendaraan umum (7,8%), dan sisanya sepeda motor (12,4%). 7. Periodisitas Kunjungan Persentase wisnus yang mengunjungi Bali berdasarkan periodisitas kunjungan dapat disajikan seperti dalam tabel berikut : Tabel 7 Berdasarkan Periodisitas Kunjungan No. Periodisitas Kunjungan Jml. (%) 1 Kunjungan Pertama kali 28,2 2 Kunjungan Ulang (2-5 Kali) 45,0 3 Kunjungan Ulang > 5 Kali 19,3 4 Kunjungan Reguler Tiap Bln/Thn 7,5 Berdasarkan periodisitas kunjungan, persentase tertinggi wisnus yang mengunjungi Bali adalah wisnus yang melakukan kunjungan ulang 2 hingga 5 kali, yakni mencapai 45,0%. Selanjutnya disusul oleh wisnus yang baru melakukan kunjungan untuk pertama kalinya ( 28,2%), wisnus yang melakukan kunjungan ulang lebih dari 5 kali ( 19,3%), dan wisnus yang melakukan kunjungan reguler tiap bulan/tahun sebesar 7,5%. 8. Tujuan Kunjungan Berdasarkan tujuan kunjungan, persentase wisnus yang mengunjungi Bali dapat disajikan seperti dalam tabel berikut : Tabel 8 Berdasarkan Tujuan Kunjungan No. Tujuan Kunjungan Jml. (%) 1 Berlibur/Rekreasi 64,4 7

8 2 Mengunjungi Teman/Famili 12,4 3 Tugas Kantor/Perusahaan 7,6 4 Konferensi, Seminar, Rapat 3,6 5 Bisnis 2,2 6 Lainnya 9,8 Sebagian besar ( 64,4%) wisnus yang mengunjungi Bali menyatakan tujuan kunjungannya ke Bali adalah untuk berlibur atau rekreasi, disusul mengunjungi teman/famili mencapai 12,4%, tujuan tugas kantor/perusahaan mencapai 7,6%, tujuan konferensi, seminar, rapat mencapai 3,6%, tujuan bisnis mencapai 2,2%, dan untuk sejumlah tujuan lainnya mencapai 9,8%. 9. Tipologi Perjalanan Berdasarkan tipologi perjalanannya selama melakukan kunjungan wisata di Bali, persentase wisnus yang mengunjungi Bali dapat disajikan seperti dalam Tabel 5.9. Terkait dengan tipologi perjalanannya selama melakukan kunjungan wisata di Bali, jumlah wisnus yang tidak menggunakan paket tour menunjukkan persentase yang lebih tinggi (6 1,9%) dibandingkan dengan wisnus yang menggunakan paket tour (38,1%). Tabel 9 Berdasarkan Tipologi Perjalanan No. Tipologi Perjalanan Jml. (%) 1 Menggunakan Paket Tour 38,1 2 Tidak Menggunakan Paket Tour 61,9 10. Partner Berkunjung Berdasarkan partner berkunjung, persentase wisnus yang mengunjungi Bali dapat disajikan seperti dalam tabel berikut : Tabel 10 Berdasarkan Partner Berkunjung No. Partner Berkunjung Jml. (%) 1 Sendiri 14,6 2 Dengan Teman 56,4 3 Dengan Keluarga 27,6 4 Lainnya 1,4 Dalam melakukan kunjungan wisata ke Bali, lebih dari separuh (5 6,4%) wisnus melakukan kunjungan dengan disertai teman, menyusul kemudian mereka yang melakukan 8

9 kunjungan dengan keluarga (27,6%), dan melakukan kunjungan sendiri (14,6%). Di samping itu juga terdapat 1,4% yang melakukan kunjungan ke Bali ditemani pihak-pihak lainnya, seperti dengan majikan atau pembantu rumah-tangga, dengan pimpinan atau staf, dan dengan partner bisnis. 11. Jenis Sumber Informasi Persentase wisnus yang mengunjungi Bali berdasarkan jenis sumber informasi dapat disajikan dalam tabel berikut : Tabel 11 Berdasarkan Jenis Sumber Informasi No. Jenis Sumber Informasi Jml. (%) 1 Teman/Relasi 43,2 2 Agen perjalanan 14,4 3 Media Elektronik 35,7 4 Media Cetak 6,4 5 Lainnya 0,3 Berdasarkan jenis sumber informasi, diketahui bahwa 43,2% wisnus yang mengunjungi Bali memperoleh informasi dari teman/relasi. Menyusul kemudian 35,7% memperoleh informasi dari media elektronik, 14,4% dari agen perjalanan, dan 6,4% dari media cetak. Di samping itu juga terdapat 0,3% wisnus yang memperoleh informasi dari sumber-sumber lainnya. 12. Daya Tarik Utama untuk Berkunjung ke Bali Persentase wisnus yang mengunjungi Bali berdasarkan daya tarik utama untuk berkunjung ke Bali, dapat disajikan dalam tabel berikut : Tabel 12 Berdasarkan Daya Tarik Utama untuk Berkunjung ke Bali No. Daya Tarik Utama Jml. (%) 1 Keunikan budaya 35,2 2 Keindahan alam 37,5 3 Keramahtamahan penduduk 9,1 4 Fasilitas pariwisata yang berkualitas 5,4 5 Harga/biaya berlibur yang relatif murah 4,9 6 Atraksi wisata yang beragam 7,6 7 Lainnya 0,3 Berdasarkan daya tarik utama untuk berkunjung ke Bali, persentase tertinggi ditunjukkan oleh kelompok wisnus yang menyatakan ketertarikannya pada keindahan alam 9

10 (37,5%). Menyusul kemudian kelompok wisnus yang menyatakan ketertarikannya pada keunikan budaya (35,2%), keramah-tamahan penduduk ( 9,1%), atraksi wisata yang beragam ( 7,6%), fasilitas pariwisata yang berkualitas ( 5,4%), harga/biaya berlibur yang relatif murah (4,9%), dan sejumlah daya tarik lainnya (0,3%). 13. Jenis Daya Tarik Wisata Alam yang Diminati Persentase wisnus yang mengunjungi Bali berdasarkan jenis daya tarik wisata alam yang diminati, dapat disajikan dalam tabel berikut: Tabel 13 Berdasarkan Jenis Daya Tarik Wisata Alam yang Diminati No. Jenis Daya Tarik Wisata Alam Jml. (%) 1 Pantai/Laut 54,1 2 Pegunungan 18,2 3 Danau 9,3 4 Sungai 1,1 5 Air Terjun 1,9 6 Air Panas 0,9 7 Hutan 1,5 8 Persawahan 9,9 9 Perkebunan 2,9 10 Lainnya 0,2 Dari berbagai jenis daya tarik wisata alam yang ada di Bali, ternyata lebih dari separoh (5 4,1%) wisnus yang mengunjungi Bali menyatakan lebih berminat pada pantai/laut. Menyusul kemudian kelompok wisnus yang menyatakan lebih berminat pada pegunungan (18,2%), persawahan (9,9%), danau ( 9,3%), perkebunan (2,9%), dan sisanya adalah wisnus yang menyatakan lebih berminat pada jenis wisata sungai, air panas, air terjun, hutan, dan lainnya masing-masing di bawah 2,0%. 14. Jenis Daya Tarik Wisata Budaya yang Diminati Persentase wisnus yang mengunjungi Bali berdasarkan jenis daya tarik wisata budaya yang diminati dapat disajikan seperti dalam tabel berikut: Tabel 14 Berdasarkan Jenis Daya Tarik Wisata Budaya yang Diminati No. Jenis Daya Tarik Wisata Budaya Jml. (%) 1 Tradisi/adat-istiadat 30,3 2 Kesenian daerah 31,6 3 Arsitektur 8,7 4 Makanan khas (kuliner) 8,9 10

11 5 Barang kerajinan 11,1 6 Peninggalan sejarah dan purbakala 3,3 7 Religi/spiritualitas 3,1 8 Spa, aromatherapy, dsb. 1,3 9 Kehidupan masyarakat pedesaan 1,6 10 Lainnya 0,1 Berdasarkan jenis daya tarik wisata budaya yang diminati, persentase wisnus yang mengunjungi Bali yang berminat pada kesenian daerah menempati posisi tertinggi, yakni 31,6%. Menyusul kemudian wisnus yang berminat pada tradisi/adat-istiadat (3 0,3%), barang-barang kerajinan (1 1,1%), makanan khas (kuliner) ( 8,9%), arsitektur (8, 7%), peninggalan sejarah dan purbakala ( 3,3%), religi/spiritualitas ( 3,1%), dan sejumlah daya tarik lainnya masing-masing di bawah 1,4%. 15. Perbandingan daya Tarik Alam dan Budaya Penggolongan wisnus yang mengunjungi Bali berdasarkan perbandingan daya tarik alam dan budaya dapat disajikan seperti dalam tabel berikut: Tabel 15 Berdasarkan Perbandingan Daya Tarik Alam dan Budaya No. Perbandingan Daya Tarik Alam dan Budaya Jml. (%) 1 Alam lebih menarik 19,9 2 Budaya lebih menarik 8,1 3 Alam dan budaya sama-sama menarik 72,0 Sebagian besar (72,0%) wisnus yang mengunjungi Bali menyatakan daya tarik alam dan budaya Bali sama-sama menarik, menyusul kemudian wisnus yang menyatakan alam lebih menarik berjumlah 19,9%, sedangkan wisnus yang menyatakan budaya lebih menarik memiliki persentase terendah, yakni 8,1%. 16. Jenis Kegiatan/Atraksi Wisata yang Dilakukan Selama di Bali Persentase wisnus yang mengunjungi Bali berdasarkan jenis-jenis kegiatan/atraksi wisata yang dilakukan selama di Bali dapat disajikan seperti dalam tabel berikut: Tabel 16 Berdasarkan Jenis Kegiatan/Atraksi Wisata yang Dilakukan Selama di Bali No. Jenis Daya Tarik Wisata Alam Jml. (%) 1 Sight seeing (melihat-lihat) 45,2 2 Adventure (trekking, rafting, surfing, dsb.) 5,7 11

12 3 Shopping (berbelanja) 43,5 4 Religius/spiritual 2,0 5 Wellness (kesehatan) 0,8 6 Night Life (hiburan malam) 2,7 7 Lainnya 0,1 Selama berwisata di Bali, jenis kegiatan/atraksi wisata yang paling banyak dilakukan oleh wisnus yang mengunjungi Bali adalah sight seeing (melihat-lihat), yakni mencapai 45,2%. Menyusul kemudiaan shopping (berbelanja) sebanyak 43,5%, adventure ( trekking, rafting, surfing, dsb.) sebanyak 5,7%, night life (2,7%), serta religius/spiritual sebanyak 2,0%, wellness (kesehatan) sebanyak 0,8%, dan sejumlah kegiatan/atraksi wisata lainnya masing-masing di bawah 0,1%. 17. Lama Tinggal di Bali Dari keseluruhan wisnus yang mengunjungi Bali diperoleh informasi lama tinggal rata-rata wisnus di Bali adalah 3,7 hari. Berikut ini disajikan tabel penggolongan wisnus yang mengunjungi Bali berdasarkan lama tinggal di Bali. Tabel 17 Berdasarkan Lama Tinggal di Bali No. Lama Tinggal di Bali Jml. (%) 1 < 1 malam (1 hari) 7,4 2 1 malam (2 hari) 11,6 3 2 malam (3 hari) 37,4 4 3 malam (4 hari) 22,6 5 4 malam (5 hari) 9,0 6 5 malam (6 hari) 4,1 7 6 malam (7 hari) 2,7 8 > 6 malam (> 7 hari) 5,2 Rata-rata Lama Tinggal (hari) 3,7 Berdasarkan lama tinggal di Bali, persentase tertinggi wisnus yang mengunjungi Bali adalah mereka yang memiliki lama tinggal 2 malam (3 hari), yakni mencapai 37, 4%. Persentase terbesar kedua adalah wisnus yang memiliki lama tinggal 3 malam (4 hari) mencapai 22,6%. Persentase terbesar ketiga adalah wisnus yang memiliki lama tinggal 1 malam (2 hari) mencapai 11,6%. Posisi berikutnya adalah wisnus yang memiliki lama tinggal 4 malam (5 hari) mencapai 9,0%, disusul wisnus yang memiliki lama tinggal kurang dari 1 malam (1 hari) mencapai 7,4%, wisnus yang memiliki lama tinggal lebih dari 6 malam (> 7 hari) sebesar 5,2%, wisnus yang memiliki lama tinggal 5 malam (6 hari) mencapai 4,1%, dan wisnus yang memiliki lama tinggal 6 malam (7 hari) mencapai 2,7%, 12

13 18. Jenis Akomodasi yang Digunakan Persentase wisnus yang mengunjungi Bali berdasarkan jenis akomodasi yang digunakan selama melakukan kunjungan wisata di Bali, dapat disajikan seperti dalam tabel berikut : Tabel 18 Berdasarkan Jenis Akomodasi yang Digunakan Selama Tinggal di Bali No. Jenis Akomodasi yang Digunakan Jml. (%) 1 Hotel Bintang 22,2 2 Hotel Melati 40,7 3 Pondok Wisata 0,8 4 Villa 1,2 5 Rumah Keluarga/Teman 21,2 6 Tidak menginap 6,5 t Lainnya 7,4 Berdasarkan jenis akomodasi yang digunakan wisnus selama berkunjung di Bali, ternyata hotel melati menempati persentase tertinggi, yakni digunakan oleh 40,7% wisnus. Menyusul kemudian hotel bintang (2 2,2%), rumah keluarga/teman ( 21,2%), villa ( 1,2%), pondok wisata (0,8%), dan 7,4% menginap di beberapa tempat lainnya seperti perkemahan (camping ground), perumahan/mess kantor, mushola/masjid, dan rumah sakit. Selain itu, juga terdapat wisnus yang tidak menginap (6,5%). 19. Jumlah Hunian Perkamar Penggunaan fasilitas akomodasi (jumlah hunian perkamar) di kalangan wisnus yang berkunjung ke Bali dapat disajikan dalam tabel berikut : Tabel 19 Persentase Wisnus yang Meninggalkan Bali Berdasarkan Jumlah Hunian Perkamar No. Jumlah Hunian Perkamar Jml. (%) 1 1 orang 9,6 2 2 orang 42,8 3 3 orang 16,6 4 > 3 orang 31,0 Total 100,0 Penggunaan fasilitas akomodasi (jumlah hunian perkamar) di kalangan wisnus yang berkunjung ke Bali didominasi oleh mereka yang menghuni 1 kamar untuk 2 orang (2 orang perkamar), yakni mencapai 42,8%, menyusul kemudian lebih dari 3 orang perkamar (31,0%), 3 orang perkamar (16,6%), dan seorang perkamar (9,6%). 13

14 20. Pengeluaran Rata-rata Perhari Persentase wisnus yang mengunjungi Bali berdasarkan jumlah pengeluaran rata-rata perhari dapat disajikan seperti dalam tabel berikut : Tabel 20 Berdasarkan Pengeluaran Rata-rata Perhari No. Pengeluaran Rata-rata perhari Jml. (%) 1 < Rp ,7 2 Rp Rp ,1 3 Rp Rp ,7 4 Rp Rp ,5 5 Rp Rp ,7 6 > Rp ,3 Rata-rata Pengeluaran Perhari (Rp) Berdasarkan jumlah pengeluaran rata-rata perhari, diketahui bahwa wisnus yang mengunjungi Bali dengan pengeluaran rata-rata perhari Rp Rp menempati posisi teratas, yakni mencapai 33,1%. Berikutnya adalah kelompok wisnus dengan pengeluaran rata-rata perhari di bawah Rp (22, 7%), kelompok wisnus dengan pengeluaran rata-rata perhari Rp Rp (16,7%), kelompok wisnus dengan pengeluaran rata-rata perhari di atas Rp (1 0,3%), kelompok wisnus dengan pengeluaran rata-rata perhari Rp Rp (1 0,5%), dan kelompok wisnus dengan pengeluaran rata-rata perhari Rp Rp ( 6,7%). Sementara pengeluaran rata-rata wisnus perorang perhari mencapai Rp Alokasi Pengeluaran Selama di Bali Alokasi pengeluaran wisnus selama melakukan kunjungan wisata di Bali dapat disajikan seperti dalam tabel berikut ini. Tabel 21 Persentase Pengeluaran Wisnus Selama Melakukan Kunjungan Wisata di Bali No. Pengeluaran Jml. (%) 1 Akomodasi 23,4 2 Konsumsi 18,4 3 Transportasi Lokal 7,6 4 Souvenir 41,2 5 Guide 0,5 6 Atraksi 3,2 7 Hiburan 2,2 8 Lain-lain 3,5 14

15 Berdasarkan alokasi pengeluaran biaya selama melakukan kunjungan wisata di Bali, ternyata persentase pengeluaran untuk souvenir menduduki peringkat tertinggi, yakni mencapai 41,2%. Menyusul kemudian pengeluaran untuk akomodasi (2 3,4%), konsumsi (18,4%), transportasi lokal ( 7,6%), atraksi (3, 2%), hiburan ( 2,2%), dan guide (0,5%). Di samping itu juga terdapat beberapa jenis pengeluaran lainnya (seperti pembelian pulsa telepon seluler, sewa internet, dan laundry) sebesar 3,5%. 22. Kesan tentang Keramahan Orang Bali Persentase wisnus yang mengunjungi Bali berdasarkan kesannya tentang keramahtamahan Orang Bali dapat disajikan seperti dalam tabel berikut : Tabel 22 Berdasarkan Kesannya tentang Keramahtamahan Orang Bali No. Kesan tentang Keramahan Jml. (%) 1 Sangat Ramah 27,8 2 Ramah 65,1 3 Cukup Ramah 5,8 4 Kurang Ramah 1,2 5 Sangat Kurang Ramah 0,1 Berdasarkan kesannya tentang keramah-tamahan orang Bali, sebagian besar (98,7%) wisnus yang berkunjung ke Bali menyatakan kesan positif dengan rincian 65,1% menyatakan ramah, 27,8% menyatakan sangat ramah, dan 5,8% menyatakan cukup ramah. Sebaliknya wisnus yang menyatakan kesan negatif tentang keramahtamahan orang Bali berjumlah 1,3% dengan rincian 1,2% menyatakan kesan kurang ramah dan tidak 0,1% yang menyatakan kesan sangat kurang ramah. 23. Kesan tentang Kebersihan Kesan wisnus yang mengunjungi Bali terhadap kebersihan lingkungan di Bali, dapat disajikan seperti dalam tabel berikut : Tabel 23 Berdasarkan Kesannya tentang Kebersihan Lingkungan di Bali No. Kesan tentang Kebersihan Lingkungan Jml. (%) 1 Sangat Bersih 9,9 2 Bersih 63,1 3 Cukup Bersih 20,1 4 Kurang Bersih 6,5 5 Sangat Kurang Bersih 0,4 15

16 Berdasarkan kesannya tentang kebersihan lingkungan di Bali, diketahui bahwa 93,1% wisnus yang mengunjungi Bali menyatakan kesan positif, dengan rincian 63,1% menyatakan bersih, 20,1% menyatakan cukup bersih, dan 9,9% menyatakan sangat bersih. Sebaliknya, wisnus yang menyatakan kesan negatif terhadap kebersihan lingkungan di Bali berjumlah 6,9%, yang terdiri dari 6,5% menyatakan kurang bersih, dan 0,4% menyatakan sangat kurang bersih. 24. Kesan tentang Kondisi Keamanan di Bali Kesan wisnus yang mengunjungi Bali terhadap kondisi keamanan lingkungan di Bali dapat disajikan seperti dalam tabel berikut : Tabel 24 Berdasarkan Kesannya tentang Kondisi Keamanan di Bali No. Kesan tentang Kondisi Keamanan di Bali Jml. (%) 1 Sangat Aman 17,7 2 Aman 70,1 3 Cukup Aman 10,8 4 Kurang Aman 1,4 5 Sangat Kurang Aman 0,0 Berdasarkan kesannya tentang kondisi keamanan di Bali, diketahui bahwa pada umumnya (98,6%) wisnus yang mengunjungi Bali menyatakan kesan positif, dengan rincian 70,1% menyatakan aman, 17,7% menyatakan sangat aman, dan 10,8% menyatakan cukup aman. Sebaliknya, wisnus yang menyatakan kesan negatif terhadap kondisi keamanan di Bali berjumlah 1,4%, dengan rincian 1,4% menyatakan kurang aman, dan tidak ada 0,0% yang menyatakan sangat kurang aman. 25. Tingkat Kepuasan Selama Berkunjung di Bali Persentase wisnus yang mengunjungi Bali berdasarkan tingkat kepuasannya selama berkunjung di Bali dapat disajikan seperti dalam tabel berikut: Tabel 25 Berdasarkan Tingkat Kepuasan Selama Berkunjung di Bali No. Tingkat Kepuasan Selama Berkunjung di Bali Jml. (%) 1 Sangat Puas 26,7 2 Puas 64,5 3 Cukup Puas 7,5 4 Kurang Puas 1,3 5 Sangat Kurang Puas 0,0 16

17 Persentase wisnus yang mengunjungi Bali berdasarkan tingkat kepuasannya selama berkunjung di Bali menunjukkan bahwa 64,5% menyatakan puas, menyusul kemudian 26,7% menyatakan sangat puas, dan 7,5% menyatakan cukup puas. Sebaliknya mereka yang menyatakan kurang puas 1,3%, dan tidak ada (0,0%) yang menyatakan sangat kurang puas. 26. Keinginan untuk Melakukan Kunjungan Ulang Persentase wisnus yang mengunjungi Bali berdasarkan keinginannya untuk melakukan kunjungan ulang dapat disajikan seperti tabel berikut: Tabel 26 Berdasarkan Keinginan untuk Melakukan Kunjungan Ulang No. Keinginan untuk Melakukan Kunjungan Ulang Jml. (%) 1 Ya 97,5 2 Ragu-ragu 2,3 3 Tidak 0,2 Hampir seluruhnya (97,5%) wisnus yang mengunjungi Bali menyatakan keinginannya untuk melakukan kunjungan ulang ke Bali. Hanya 2,3% yang menyatakan ragu-ragu, dan tidak ada (0,2%) yang menyatakan tidak berkeinginan melakukan kunjungan ulang ke Bali. 27. Daya Tarik Wisata yang Paling Populer Bali memiliki daya tarik wisata yang beragam, yakni mulai dari pantai sampai pegunungan dengan berbagai aktivitas budaya masyarakatnya, dan peninggalan budaya yang masih aktif digunakan dan terpelihara dengan baik. Beberapa daya tarik wisata tersebut sangat populer di kalangan wisnus, seperti pada Tabel 5.27 berikut. Tabel 27 Daya Tarik / Atraksi Wisata di Bali Yang Paling Diminati oleh Wisnus No. Daya Tarik / Atraksi Wisata 1 Kuta 2 Tanah Lot 3 GWK 4 Sanur 17

18 5 Tanjung Benoa (watersport) 6 Uluwatu 7 Jimbaran (Dreamland, Suluban, dll) 8 Sangeh 9 Nusa Dua 10 Tari Barong 11 Nusa Dua 12 Pulau Penyu 13 Sukawati 14 Kintamani (Penelokan, Danau Batur) 15 Tampaksiring 16 Bedugul (Danau Beratan) 17 Museum (Bajrasandhi) 18 Ubud (Monkey Forest) 19 Bali Safari 20 Besakih III. SIMPULAN DAN SARAN 3.1 Simpulan Berdasarkan analisis data hasil penelitian survei terhadap wisnus yang meninggalkan Bali melalui Pelabuhan Gilimanuk, Padangbai dan Terminal Domestik Bandara Ngurah Rai, baik pada pada musim dengan tingkat kunjungan rendah ( low season) maupun pada musim dengan tingkat kunjungan tinggi ( high season) pada tahun 2013, maka dapat ditarik simpulan tentang beberapa karakteristik umum wisatawan nusantara yang berkunjung ke Bali sebagai berikut : 1. Dari keseluruhan penumpang yang meninggalkan Bali melalui Pelabuhan Gilimanuk, Padangbai, dan Terminal Domestik Bandara Ngurah Rai, diketahui bahwa 72,9% di antaranya tergolong wisatawan nusantara (wisnus). 2. Persentase wisnus berjenis kelamin laki-laki yang berkunjung ke Bali sedikit di bawah wisnus berjenis kelamin perempuan dengan perbandingan 48,8% (laki-laki) dan 51,4% (perempuan). Jika dilihat berdasarkan lokasi penelitian, dominasi wisnus berjenis kelamin perempuan hanya dijumpai di Bandara Ngurah Rai, yakni mencapai 55,6%, sedangkan di Pelabuhan Gilimanuk dan Padang Bai didominasi oleh wisnus berjenis kelamin laki-laki, masing-masing berjumlah 52,4% dan 52,6%. 3. Wisnus yang berkunjung ke Bali didominasi oleh golongan usia tahun ( 46,9%) dan golongan usia tahun ( 42,9%), sehingga sebagian besar ( 89,8%) termasuk dalam kategori usia produktif (16-55 tahun). 4. Pulau Jawa merupakan pasar wisnus potensial bagi pariwisata Bali. Hal ini ditunjukkan oleh wisnus yang berkunjung ke Bali didominasi oleh wisnus yang berasal dari empat 18

19 provinsi yang ada di Pulau Jawa (Jawa Timur, Jakarta, Jawa Tengah, dan J awa Barat), yakni mencapai 70,1%, sedangkan selebihnya (29,%) berasal dari sejumlah kota/daerah lainnya di Indonesia. 5. Pulau Bali cukup potensial untuk tujuan wisata pendidikan atau study tour. Hal ini ditunjukkan oleh persentase wisnus yang berkunjung ke Bali didominasi oleh golongan pelajar/mahasiswa ( 38,6%), disusul pegawai swasta, (21,1%), PNS (14,8%), wirausaha (10,0%), profesional (3,3%), dan TNI/POLRI (0,4%). Selain itu juga terdapat kelompok wisnus dengan status pekerjaan lainnya mencapai 11,8%. 6. Wisnus yang berkunjung ke Bali melalui jalur udara dan darat menunjukkan persentase yang hampir berimbang, yakni 48,0% (udara) dan 50,7% (darat), sementara kelompok wisnus yang menempuh jalur laut relatif rendah, yakni 1,3%. 7. Moda transportasi yang paling banyak digunakan wisnus selama melakukan kunjungan di Bali adalah mobil sewaan ( 62,7%), disusul mobil pribadi ( 17,1%), kendaraan umum (7,8%), dan sisanya sepeda motor (12,4%). 8. Hampir separoh wisnus yang mengunjungi Bali adalah wisnus yang melakukan kunjungan ulang 2 hingga 5 kali (45,0%), disusul kunjungan pertama kali ( 28,2%), kunjungan ulang lebih dari 5 kali ( 19,3%), dan kunjungan reguler tiap bulan/tahun (7,5%).9 Sebagian besar wisnus yang mengunjungi Bali bertujuan untuk berlibur atau rekreasi (64,4%), disusul mengunjungi teman/famili (12,4%), tugas kantor/perusahaan (7,6%), konferensi, seminar, rapat (3,6%), bisnis (2,2%), dan untuk sejumlah tujuan lainnya (9,8%).10. Sebagian besar wisnus yang berkunjung ke Bali cenderung memilih untuk mengatur sendiri perjalanan wisata mereka. Hal ini ditunjukkan oleh 61,9% wisnus tidak menggunakan paket tour dan 38,1% menggunakan paket tour. 11. Dalam melakukan kunjungan wisatanya ke Bali, lebih dari separuh (5 6,4%) wisnus melakukan kunjungan disertai teman, disusul dengan keluarga (2 7,6%), sendiri (14,6%). Di samping itu juga terdapat 1,4% yang melakukan kunjungan ke Bali ditemani pihak-pihak lainnya, seperti dengan majikan atau pembantu rumah-tangga, dengan pimpinan atau staf, dan dengan partner bisnis. 12. Informasi dari teman atau relasi tampaknya cukup efektif untuk mempengaruhi wisnus dalam mengambil keputusan untuk berkunjung ke Bali. Hal ini terbukti dari 43,2% wisnus yang mengunjungi Bali memperoleh informasi dari teman/relasi, disusul 35,7% dari media elektronik, 14,4% dari agen perjalanan, dan 6,4% dari media cetak. Di samping itu juga terdapat 0,3% wisnus yang memperoleh informasi dari sumbersumber lainnya, seperti dari pameran tentang Bali, Taman Mini Indonesia Indah, pertunjukan kesenian Bali di daerah asalnya. 19

20 13. Keindahan alam dan keunikan budaya Bali merupakan daya tarik wisata utama dengan kekuatan yang hampir berimbang. Hal ini ditunjukkan oleh perbandingan antara kelompok wisnus yang menyatakan ketertarikannya pada keindahan alam dan kelompok wisnus yang menyatakan ketertarikannya pada keunikan budaya adalah 37,5% (alam) berbanding 35,2% (budaya). Selebihnya adalah keramah-tamahan penduduk ( 9,1%), atraksi wisata yang beragam ( 7,6%), fasilitas pariwisata yang berkualitas (5,4%), harga/biaya berlibur yang relatif murah (4,9%), dan sejumlah daya tarik lainnya (0,3%). 14. Dari berbagai jenis daya tarik wisata alam yang ada di Bali, lebih dari separoh (54,1%) wisnus yang mengunjungi Bali menyatakan lebih berminat pada pantai/laut, disusul pegunungan (1 8,2%), persawahan ( 9,9%), danau ( 9,3%), perkebunan ( 2,9%), dan sisanya adalah wisnus yang menyatakan lebih berminat pada jenis wisata sungai, air panas, air terjun, hutan, dan lainnya (masing-masing di bawah 2,0%). 15. Dari berbagai jenis daya tarik wisata budaya yang ada di Bali, ternyata kesenian daerah dan tradisi/adat-istiadat merupakan daya tarik wisata budaya yang paling banyak diminati dengan perbandingan yang hampir berimbang, yakni 31,6%. berbanding 30,3%, disusul barang-barang kerajinan (1 1,1%), makanan khas (kuliner) (8,9%), arsitektur (8,7%), peninggalan sejarah dan purbakala (3,3%), religi/spiritualitas (3,1%), dan sejumlah daya tarik lainnya masing-masing di bawah 1,4%. 16. Komparasi antara daya tarik wisata alam dan budaya Bali menunjukkan bahwa Sebagian besar ( 72,0%) wisnus yang mengunjungi Bali menyatakan daya tarik alam dan budaya Bali sama-sama menarik, disusul wisnus yang menyatakan alam lebih menarik (19,9%), sedangkan wisnus yang menyatakan budaya lebih menarik memiliki persentase terendah (8,1%). 17. Selama berwisata di Bali, jenis kegiatan/atraksi wisata yang paling banyak dilakukan oleh wisnus yang mengunjungi Bali adalah sight seeing atau melihat-lihat ( 45,2%), disusul shopping atau berbelanja ( 43,5%), adventure ( trekking, rafting, surfing, dsb.) (5,7%), night life (2,7%), serta wellness (kesehatan), religius/spiritual (1,2%), dan sejumlah kegiatan/atraksi wisata lainnya masing-masing di bawah 2,1%. 18. Rata-rata lama tinggal wisnus di Bali adalah 3,7 hari. Berdasarkan lama tinggal di Bali, persentase tertinggi ditunjukkan oleh kelompok wisnus dengan lama tinggal 2 malam (3 hari) mencapai 37,4%, disusul 3 malam (4 hari) mencapai 22,6%, 1 malam (2 hari) mencapai 11,6%, 4 malam (5 hari) mencapai 9,0%, kurang dari 1 malam (1 hari) mencapai 7,4%, lebih dari 6 malam (> 7 hari) sebesar 5,2%, 5 malam (6 hari) mencapai 4,1%, dan 6 malam (7 hari) mencapai 2,7%, 20

21 19. Dari berbagai jenis pilihan akomodasi yang tersedia di Bali, ternyata wisnus yang memilih untuk menginap di hotel melati menempati persentase tertinggi (4 0,7%), disusul hotel bintang (2 2,2%), rumah keluarga/teman ( 21,2%), villa ( 1,2%), pondok wisata ( 0,8%), dan 7,4% menginap di beberapa tempat lainnya. Selain itu, juga terdapat wisnus yang tidak menginap (6,5%). 20. Penggunaan fasilitas akomodasi (jumlah hunian perkamar) di kalangan wisnus yang berkunjung ke Bali didominasi oleh mereka yang menghuni 1 kamar untuk 2 orang (2 orang perkamar), yakni mencapai 42,8%, lebih dari 3 orang perkamar (31,0%), 3 orang perkamar (16,6%), dan seorang perkamar (9,6%). 21. Pengeluaran rata-rata wisnus perorang perhari selama berkunjung di Bali adalah Rp Berdasarkan jumlah pengeluaran rata-rata perhari, ternyata wisnus dengan pengeluaran rata-rata perhari Rp Rp menempati posisi teratas (33,1%), berikutnya di bawah Rp (22, 7%), Rp Rp (16,7%), di atas Rp (10,3%), Rp Rp (10,5%), dan Rp Rp (6,7%). 22. Minat wisnus untuk membeli berbagai jenis souvenir ternyata relatif tinggi, terbukti dengan alokasi pengeluaran biaya wisnus selama melakukan kunjungan wisata di Bali didominasi pengeluaran untuk belanja souvenir (41,2%), disusul akomodasi (2 3,4%), konsumsi (18,4%), transportasi lokal (7,6%), atraksi (3,2%), hiburan (2,2%), dan guide (0,5%). Di samping itu juga terdapat beberapa jenis pengeluaran lainnya (seperti pembelian pulsa telepon seluler, sewa internet, dan laundry) sebesar 3,5%. 23. Sebagian besar ( 98,7%) wisnus yang berkunjung ke Bali menyatakan kesan positif terhadap keramahtamahan orang Bali, dengan rincian 65,1% menyatakan ramah, 27,8% menyatakan sangat ramah, dan 5,8% menyatakan cukup ramah. Sebaliknya wisnus yang menyatakan kesan negatif tentang keramahtamahan orang Bali berjumlah 1,3% dengan rincian 1,2% menyatakan kesan kurang ramah dan tidak 0,1% yang menyatakan kesan sangat kurang ramah. 24. Sebagian besar ( 93,1%) wisnus yang mengunjungi Bali menyatakan kesan positif terhadap kebersihan lingkungan di Bali, dengan rincian 63,1% menyatakan bersih, 20,1% menyatakan cukup bersih, dan 9,9% menyatakan sangat bersih. Sebaliknya, wisnus yang menyatakan kesan negatif terhadap kebersihan lingkungan di Bali berjumlah 6,9%, yang terdiri dari 6,5% menyatakan kurang bersih, dan 0,4% menyatakan sangat kurang bersih. 25. Pada umumnya ( 98,6%) wisnus yang mengunjungi Bali menyatakan kesan positif terhadap kondisi keamanan di Bali, dengan rincian 70,1% menyatakan aman, 17,7% menyatakan sangat aman, dan 10,8% menyatakan cukup aman. Sebaliknya, wisnus yang menyatakan kesan negatif terhadap kondisi keamanan di Bali berjumlah 1,4%, 21

22 dengan rincian 1,4% menyatakan kurang aman, dan tidak ada 0,0% yang menyatakan sangat kurang aman. 26. Persentase wisnus yang mengunjungi Bali berdasarkan tingkat kepuasannya selama berkunjung di Bali menunjukkan bahwa 64,5% menyatakan puas, 26,7% menyatakan sangat puas, dan 7,5% menyatakan cukup puas. Sebaliknya mereka yang menyatakan kurang puas 1,3%, dan tidak ada (0,0%) yang menyatakan sangat kurang puas. 27. Pulau Bali tampaknya masih menjadi destinasi wisata pavorit di kalangan wisnus. Hal ini ditunjukkan dengan hampir seluruhnya (97,5%) wisnus yang mengunjungi Bali menyatakan keinginannya untuk melakukan kunjungan ulang ke Bali. Hanya 2,3% yang menyatakan ragu-ragu, dan tidak ada (0, 2%) yang menyatakan tidak berkeinginan melakukan kunjungan ulang ke Bali. 3.2 Saran/Rekomendasi Berdasarkan analisis data hasil penelitian survei terhadap wisnus yang meninggalkan Bali melalui Pelabuhan Gilimanuk, Padangbai dan Terminal Domestik Bandara Ngurah Rai (2013), maka berikut ini disampaikan beberapa saran/rekomendasi sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan pengembangan kepariwisataan di provinsi Bali. 1. Berdasarkan moda transportasi yang paling banyak digunakan wisnus selama melakukan kunjungan di Bali, diketahui bahwa sebagian besar wisnus menggunakan mobil sewaan (62,7%). Oleh karenanya perlu dilakukan upaya-upaya untuk menjaga bahkan meningkatkan fasilitas dan kualitas layanan usaha angkutan wisata di antaranya melalui standarisasi dan uji sertifikasi usaha angkutan wisata. 2. Keindahan alam dan keunikan budaya Bali merupakan daya tarik wisata utama dengan kekuatan yang hampir berimbang. Atas dasar itu, maka konsep pengembangan pariwisata berwawasan budaya dan lingkungan kiranya masih sangat relevan untuk dijadikan acuan bagi pengembangan kepariwisataan di Bali. 3. Dari berbagai jenis daya tarik wisata alam yang ada di Bali, lebih dari separoh wisnus yang mengunjungi Bali menyatakan lebih berminat pada pantai/laut, disusul pegunungan, persawahan, danau, dan lainnya. Atas dasar itu, maka kebijakan pengembangan pariwisata Bali ke depan hendaknya lebih diarahkan pada upaya-upaya konservasi dan penataan lingkungan pantai/laut, pegunungan, persawahan, dan danau. 4. Dari berbagai jenis daya tarik wisata budaya yang ada di Bali, ternyata kesenian daerah dan tradisi/adat-istiadat merupakan daya tarik wisata budaya yang paling banyak diminati. Atas dasar itu, maka kebijakan pengembangan pariwisata Bali ke depan hendaknya lebih diarahkan pada upaya-upaya revitalisasi kesenian dan tradisi/adat- 22

23 istiadat lokal. Hal ini dianggap penting tidak hanya untuk kepentingan pariwisata semata, melainkan juga sebagai upaya meningkatkan ketahanan identitas kultural di tengah ancaman globalisasi yang kian meningkat. 5. Dari berbagai jenis pilihan akomodasi yang tersedia di Bali, ternyata wisnus yang memilih untuk menginap di hotel melati menempati persentase tertinggi (4 0,7%). Atas dasar itu, maka kebijakan pengembangan pariwisata Bali ke depan lebih diarahkan pada upaya-upaya peningkatan kualitas fasilitas dan layanan akomodasi hotel melati di antaranya melalui standarisasi dan uji sertifikasi. 6. Minat wisnus untuk membeli berbagai jenis souvenir ternyata relatif tinggi, terbukti dengan alokasi pengeluaran biaya wisnus selama melakukan kunjungan wisata di Bali didominasi pengeluaran untuk belanja souvenir (41,2%). Atas dasar itu, maka maka kebijakan pengembangan pariwisata Bali ke depan lebih diarahkan antara lain pada upaya-upaya peningkatan kualitas dan diversifikasi souvenir dan pemberdayaan bagi kelompok-kelompok pengerajin. DAFTAR PUSTAKA BPS Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) Jakarta: Biro Pusat Statistik Republik Indonesia. Depbudpar Rencana Strategis Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Jakarta: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. Diparda Bali Statistik Pariwisata Bali Denpasar: Dinas Pariwisata Provinsi Bali. Pemerintah Republik Indonesia Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Jakarta. Wiranatha, A. S A Systems Model for Regional Planning Towards Sustainable Development in Bali, Indonesia. Unpublished Ph.D. Thesis. Brisbane: University of Queensland. 23

BAB I PENDAHULUAN. satu alternatif pembangunan, terutama bagi negara atau daerah yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. satu alternatif pembangunan, terutama bagi negara atau daerah yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata dinilai banyak pihak memiliki banyak arti penting sebagai salah satu alternatif pembangunan, terutama bagi negara atau daerah yang memiliki keterbatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries), 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir ini perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, mengingat bahwa pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara yang menerima

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya Adapun penelitian sebelumnya yang dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah sebuah hasil survei yang disusun oleh Wiranatha dan Pujaastawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan erat dengan jarak. Hal itu berkaitan dengan pola persebaran yang

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan erat dengan jarak. Hal itu berkaitan dengan pola persebaran yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Spasial sebagai keruangan suatu objek atau kejadian yang mencakup lokasi, letak dan posisinya. Lokasi yang dimaksud adalah lokasi absolut atau sudah pasti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, untuk sebagian negara industri ini merupakan pengatur dari roda

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, untuk sebagian negara industri ini merupakan pengatur dari roda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu negara pada saat ini lebih fokus berorientasi kepada industri non migas seperti industri jasa yang didalamnya termasuk industri pariwisata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada jaman modern ini pariwisata telah berubah menjadi sebuah industri yang menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO (United Nations World

Lebih terperinci

Selamat liburan di Pulau Bali...

Selamat liburan di Pulau Bali... " $%&')&*&&*+,-&.,&%&/)-&+&&*+.&*+/-*&*'/ 01 2 34 56 375 "86 5 9 : $ ; 9 9 3 $

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN [TYPE HERE] [TYPE HERE]

BAB I PENDAHULUAN [TYPE HERE] [TYPE HERE] BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor andalan dalam memperoleh pendapatan negara dan ikut mendorong pertumbuhan ekonomi pada setiap daerah di Indonesia. Termasuk bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan nilai lebih atau barang jadi menjadi

Lebih terperinci

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER ,79 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER ,79 PERSEN No. 03/01/34/Th.XV, 2 Januari 2013 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2012 60,79 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di Provinsi D.I. Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam dan menarik untuk di kembangkan sebagai obyek dan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam dan menarik untuk di kembangkan sebagai obyek dan daya tarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak geografis Indonesia yang sangat strategis karena berada di dua benoa yakni Benoa Asia dan Benoa Australia sehingga Indonesia mempunyai iklim tropis dan hal ini

Lebih terperinci

Wedding Chapel di Kuta Selatan BAB I PENDAHULUAN

Wedding Chapel di Kuta Selatan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali merupakan salah satu pulau di Indonesia yang mempunyai keanekaragaman jenis budaya, adat istiadat dan seni, dilengkapi dengan pesona wisata alamnya yang sangat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan Intruksi Presiden nomor 16 tahun 2005 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2) Kata Pengantar KATA PENGANTAR Buku 2 Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) ini disusun untuk melengkapi buku 1 Nesparnas, terutama dalam hal penyajian data yang lebih lengkap dan terperinci. Tersedianya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar Kata Pengantar KATA PENGANTAR Buku 2 Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) ini disusun untuk melengkapi buku 1 Nesparnas, terutama dalam hal penyajian data yang lebih lengkap dan terperinci. Tersedianya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor penghasil devisa bagi negara yang cukup efektif untuk dikembangkan. Perkembangan sektor pariwisata ini terbilang cukup

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI V. 1. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempegaruhi pengembangan produk wisata bahari dan konservasi penyu di Kabupaten

Lebih terperinci

Paket Tour Bali 7 Hari

Paket Tour Bali 7 Hari Hari 01. Arrival - Check In Paket Tour Bali 7 Hari Kami akan menjemput anda di Bandara/Hotel. Setelah makan malam, kami akan mengantar anda ke Hotel untuk Check In dan beristirahat. Hari 02. Watersport

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki kekayaan potensi pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk meningkatkan kunjungan

Lebih terperinci

I. UMUM. Sejalan...

I. UMUM. Sejalan... PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM I. UMUM Kekayaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL ,36 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL ,36 PERSEN No. 26/06/34/Th.XIV, 1 Juni 2012 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL 2012 51,36 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di Provinsi D.I. Yogyakarta

Lebih terperinci

Paket Wisata di Bali 5 Hari 4 Malam : Edisi Free & Easy

Paket Wisata di Bali 5 Hari 4 Malam : Edisi Free & Easy Paket Wisata di Bali 5 Hari 4 Malam : Edisi Free & Easy Bali adalah pulau yang sangat mempesona dengan keindahan alamnya dan sebagai tujuan utama wisata di Indonesia. Kehidupan kota yang dinamis, penuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk menikmati produk-produk wisata baik itu keindahan alam maupun beraneka ragam kesenian

Lebih terperinci

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JULI 2014 SEBESAR 46,82 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JULI 2014 SEBESAR 46,82 PERSEN No. 52/09/34/Th.XVI, 1 September 2014 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JULI 2014 SEBESAR 46,82 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta secara

Lebih terperinci

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM 111 VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM Rancangan strategi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna merupakan langkah terakhir setelah dilakukan beberapa langkah analisis, seperti analisis internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa: Negara Indonesia ialah

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa: Negara Indonesia ialah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa: Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik. Kemudian pasal 4 ayat (1) menyebutkan: Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Dengan adanya pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diandalkan tidak hanya dalam pemasukan devisa, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diandalkan tidak hanya dalam pemasukan devisa, tetapi juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata memiliki potensi cukup besar dalam usaha meningkatkan devisa negara. Pariwisata menjadi suatu kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan definisi oleh Organisasi Pariwisata Dunia. (https://id.wikipedia.org/wiki/pariwisata)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan definisi oleh Organisasi Pariwisata Dunia. (https://id.wikipedia.org/wiki/pariwisata) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara asalnya, di

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG Presentation by : Drs. BUDIHARTO HN. DASAR HUKUM KEPARIWISATAAN Berbagai macam kegiatan yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN kepulauan yang berlokasi disepanjang khatulistiwa di Asia Tenggara yang

BAB I PENDAHULUAN kepulauan yang berlokasi disepanjang khatulistiwa di Asia Tenggara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.508 kepulauan yang berlokasi disepanjang khatulistiwa di Asia Tenggara yang tentunya memiliki

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMASARAN PARIWISATA LAMPUNG

BAB V ANALISIS PEMASARAN PARIWISATA LAMPUNG BAB V ANALISIS PEMASARAN PARIWISATA LAMPUNG 5.1 ANALISIS MARKETING MIX PARIWISATA LAMPUNG Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, maka di indentifikasi kekuatan dan kelemahan pariwisata Lampung berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan alam seperti pantai, danau, laut, gunung, sungai, air terjun, gua,

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan alam seperti pantai, danau, laut, gunung, sungai, air terjun, gua, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan beragam suku dengan adat dan istiadat yang berbeda, serta memiliki banyak sumber daya alam yang berupa pemandangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I.YOGYAKARTA BULAN MEI 2014 SEBESAR 63,02 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I.YOGYAKARTA BULAN MEI 2014 SEBESAR 63,02 PERSEN No. 36/07/34/Th.XVI, 1 Juli 2014 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I.YOGYAKARTA BULAN MEI 2014 SEBESAR 63,02 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta secara rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan pariwisata merupakan suatu industri yang berkembang di seluruh dunia. Tiap-tiap negara mulai mengembangkan kepariwisataan yang bertujuan untuk menarik minat

Lebih terperinci

Notes: Harga sudah termasuk fasilitas dan pelayaanan:

Notes: Harga sudah termasuk fasilitas dan pelayaanan: Familly Gathering Bali Start from Gempol 11.00 AM Price Hotel By : Pesawat By : Bus 1 room share 2 PAX 2.470.000 1.550.000 1 room share 3-4 PAX 2.320.000 1.400.000 Mister Kuta / Aula 2.250.000 1.325.000

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 dan tahun Bahkan pada tahun 2009 sektor pariwisata. batu bara, dan minyak kelapa sawit (Akhirudin, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 dan tahun Bahkan pada tahun 2009 sektor pariwisata. batu bara, dan minyak kelapa sawit (Akhirudin, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor strategis dalam pengembangan perekonomian Indonesia adalah sektor pariwisata. Selain sebagai salah satu sumber penerima devisa, sektor ini juga dapat

Lebih terperinci

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan 5. URUSAN KEPARIWISATAAN Pariwisata merupakan salah satu sektor kegiatan ekonomi yang cukup penting dan mempunyai andil yang besar dalam memacu pembangunan. Perkembangan sektor pariwisata akan membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan sektor bisnis yang bergerak dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan sektor bisnis yang bergerak dalam bidang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri pariwisata merupakan sektor bisnis yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa. Produk yang ditawarkan berupa atraksi wisata, tempat hiburan, sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pariwisata telah menjadi salah satu industri andalan dalam menghasilkan devisa suatu negara. Berbagai negara terus berupaya mengembangkan pembangunan sektor

Lebih terperinci

- the Place for fun vacations -

- the Place for fun vacations - * BALI KHAYA TOUR * - the Place for fun vacations - Penawaran Paket Wisata Tour (Proposal Bali Tour Packages) Perkenalan Bali Khaya Tour [Introduction] Sambutan Bali Khaya Tour [Welcome Statement] Harga

Lebih terperinci

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER ,94 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER ,94 PERSEN No. 08/02/34/Th.XVI, 3 Februari 2014 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2013 63,94 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta secara

Lebih terperinci

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER ,56 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER ,56 PERSEN No. 07/02/34/Th.XIV, 1 Februari 2012 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2011 62,56 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di Provinsi D.I.

Lebih terperinci

Pembangunan pariwisata di Indonesia berdasarkan Undang Undang No. 10. Tahun 2009 tentang Kepariwisataan mempunyai tujuan antara lain: (a)

Pembangunan pariwisata di Indonesia berdasarkan Undang Undang No. 10. Tahun 2009 tentang Kepariwisataan mempunyai tujuan antara lain: (a) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pariwisata di Indonesia berdasarkan Undang Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan mempunyai tujuan antara lain: (a) meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah pembangunan skala nasional, hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata masih menjadi basis perekonomian Provinsi Bali. Pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata masih menjadi basis perekonomian Provinsi Bali. Pariwisata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata masih menjadi basis perekonomian Provinsi Bali. Pariwisata Bali perlu dikembangkan lagi agar manfaat ekonomi yang diberikan lebih optimal. Pengembangan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN SEPTEMBER 2016 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No.61/11/16/Th.XVIII, 01 November PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri pariwisata di Indonesia saat ini terbilang sangat pesat. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang melakukan perjalanan,

Lebih terperinci

DEFINISI- DEFINISI A-1

DEFINISI- DEFINISI A-1 DEFINISI- DEFINISI Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari

Lebih terperinci

/ Whatsapp BBM: 5EB7F5A5

/ Whatsapp BBM: 5EB7F5A5 NAMASTE TRIP BALI, INDONESIA namastetrip@gmail.com 08982655002 / Whatsapp BBM: 5EB7F5A5 www.namastetrip.com 1 Company Profile Namaste Trip adalah sebuah Event Organizer di bidang jasa pariwisata dan travel,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ± 18.110 pulau yang dimilikinya dengan garis pantai sepanjang 108.000 km. (Yerik Afrianto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dikembangkan potensinya, baik panorama keindahan alam maupun kekhasan

I. PENDAHULUAN. dikembangkan potensinya, baik panorama keindahan alam maupun kekhasan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menunjang otonomi daerah, pemerintah berupaya untuk menggali dan menemukan berbagai potensi alam yang tersebar diberbagai daerah untuk dikembangkan potensinya, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekian lama bangsa Indonesia diguncang krisis yang berkepanjangan. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. sekian lama bangsa Indonesia diguncang krisis yang berkepanjangan. Pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sektor pariwisata Indonesia saat ini mulai tumbuh kembali, setelah sekian lama bangsa Indonesia diguncang krisis yang berkepanjangan. Pemerintah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN AGUSTUS 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN AGUSTUS 2015 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No. 56/10/16/Th.XVIII, 01 Oktober PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. standar hidup serta menstimulasikan sektor-sektor produktif lainnya (Pendit,

BAB I PENDAHULUAN. standar hidup serta menstimulasikan sektor-sektor produktif lainnya (Pendit, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JUNI 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JUNI 2015 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., 2007 No. 42/08/16/Th.XVIII, 01 Agustus PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

Tiba di Bali dan transfer menuju hotel. Sarapan pagi di Hotel. Acara bebas. Sarapan pagi dihotel. Transfer out. Harga Paket : PAX

Tiba di Bali dan transfer menuju hotel. Sarapan pagi di Hotel. Acara bebas. Sarapan pagi dihotel. Transfer out. Harga Paket : PAX Tiba di Bali dan transfer menuju hotel Sarapan pagi di Hotel. Acara bebas Sarapan pagi dihotel. Transfer out NO NAMA HOTEL 2-4 PAX 5-8 PAX 9-14 PAX 15-20 PAX 1 Duo Hotel Legian *2 475,000 445,000 405,000

Lebih terperinci

PROFIL PARIWISATA. Tabel Kawasan Pariwisata Di Kabupaten Badung. Kuta Selatan. Kuta Selatan. Kuta Selatan. Kuta Selatan. Kuta Selatan.

PROFIL PARIWISATA. Tabel Kawasan Pariwisata Di Kabupaten Badung. Kuta Selatan. Kuta Selatan. Kuta Selatan. Kuta Selatan. Kuta Selatan. PROFIL PARIWISATA A. Pariwisata Sektor pariwisata di Kabupaten Badung merupakan sektor yang paling diunggulkan, dan berkontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Badung tiap tahunnya. Ini disebabkan oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri pariwisata merupakan salah satu sarana untuk berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu tujuan wisata karena memiliki

Lebih terperinci

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI ,10 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI ,10 PERSEN No. 18/04/34/Th.XV, 1 April 2013 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2013 47,10 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di Provinsi D.I. Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan pembangunan di Bali sejak tahun 1970-an. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan pembangunan di Bali sejak tahun 1970-an. Oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali merupakan salah satu daerah tujuan wisata internasional yang sangat terkenal di dunia. Sektor kepariwisataan telah menjadi motor penggerak perekonomian dan pembangunan

Lebih terperinci

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2014 SEBESAR 59,63 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2014 SEBESAR 59,63 PERSEN No. 56/10/34/Th.XVI, 1 Oktober 2014 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2014 SEBESAR 59,63 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta

Lebih terperinci

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2014 SEBESAR 52,70 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2014 SEBESAR 52,70 PERSEN No. 15/03/34/Th.XVI, 3 Maret 2014 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2014 SEBESAR 52,70 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta secara

Lebih terperinci

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya BAB III Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya Potensi pariwisata di Indonesia sangat tinggi, dari Aceh hingga Papua dengan semua macam obyek pariwisata, industri pariwisata Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha untuk turut

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha untuk turut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pekembangan persaingan bisnis di Indonesia adalah salah satu fenomena yang sangat menarik untuk kita simak, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JULI 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN JULI 2015 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No. 52/09/16/Th.XVIII, 01 September PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki daya tarik wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki daya tarik wisata yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki daya tarik wisata yang sangat menarik telah secara serius memperhatikan perkembangan sektor pariwisata, dapat dilihat

Lebih terperinci

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH Keputusan pemerintah dalam pelaksanaan program Otonomi Daerah memberikan peluang kepada berbagai propinsi di Indonesia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 18 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pariwisata merupakan bagian yang terintegrasi dalam proses pembangunan nasional dalam rangka mencapai cita cita bangsa indonesia sebagai bangsa yang mandiri,

Lebih terperinci

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN MARET 2014 SEBESAR 51,99 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN MARET 2014 SEBESAR 51,99 PERSEN No. 24/05/34/Th.XVI, 2 Mei 2014 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN MARET 2014 SEBESAR 51,99 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mancanegara masih mengenal beberapa destinasi saja, seperti Bali yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. mancanegara masih mengenal beberapa destinasi saja, seperti Bali yang sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang memiliki begitu banyak potensi pariwisata sudah menjadi salah satu destinasi pariwisata dunia. Hanya saja, dari wisatawan mancanegara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai indikator, seperti sumbangan terhadap pendapatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai indikator, seperti sumbangan terhadap pendapatan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata sudah diakui sebagai industri terbesar abad ini, dilihat dari berbagai indikator, seperti sumbangan terhadap pendapatan dan penyerapan tenaga kerja.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN MARET 2017

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN MARET 2017 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No. 23/05/16/Th.XIX, 02 Mei PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata saat ini menjadi sebuah kebutuhan bagi berbagai elemen masyarakat. Pariwisata dalam UU NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang paling populer akan kepariwisataannya. Selain itu, pariwisata di Bali berkembang sangat pesat bahkan promosi pariwisata

Lebih terperinci

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER ,30 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER ,30 PERSEN No. 03/01/34/Th.XVI, 02 Januari 2014 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2013 61,30 PERSEN Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di D.I. Yogyakarta secara

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN OKTOBER 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN OKTOBER 2016 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Mei 2007 No.69/12/16/Th.XVIII, 01 Desember PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

3D2N BALI TOUR PACKAGE (A) Barong - Ubud - Tirta Empul - Kintamani - Sukawati (berlaku sampai 15 Des 2015, minimal 2 orang dewasa)

3D2N BALI TOUR PACKAGE (A) Barong - Ubud - Tirta Empul - Kintamani - Sukawati (berlaku sampai 15 Des 2015, minimal 2 orang dewasa) 3D2N BALI TOUR PACKAGE (A) Barong - Ubud - Tirta Empul - Kintamani - Sukawati Hari 1: TIBA DI BALI Tiba di Bali, dijemput oleh supir kemudian di antar menuju hotel untuk istirahat dan acara bebas. Hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan yang dapat menjadi suatu aset dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain sektor pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata dan kawasan pengembangan pariwisata Jawa Tengah

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan ekonomi nasional sebagai sumber penghasil devisa, dan membuka

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan ekonomi nasional sebagai sumber penghasil devisa, dan membuka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pariwisata di Indonesia memiliki peranan penting dalam kehidupan ekonomi nasional sebagai sumber penghasil devisa, dan membuka kesempatan kerja

Lebih terperinci

kita bisa mengetahui dan memperoleh informasi mengenai destinasi pariwisata yang ada dan baru ada di Bali. Mengenai banyaknya jumlah biro perjalanan

kita bisa mengetahui dan memperoleh informasi mengenai destinasi pariwisata yang ada dan baru ada di Bali. Mengenai banyaknya jumlah biro perjalanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebagai daerah pariwisata mempunyai berbagai hal yang menarik untuk di kunjungi. Hal menarik tersebut mulai dari obyek wisata, bermacam kreasi budaya, adat istiadat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam menunjang pembangunan

I. PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam menunjang pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam menunjang pembangunan nasional dan mempunyai peranan besar dalam perekonomian. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, sehingga dapat disimpulkan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 1996 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 1996 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 1996 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan pengembangan kepariwisataan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak diberlakukannya

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak diberlakukannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembiayaan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat diandalkan. Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia, dan merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara. Dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan perekonomian. Hal ini karena Pariwisata merupakan ujung tombak dan kemajuan perekonomian suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya, pendidikan serta hubungan-hubungan yang lain dalam usaha ikut

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya, pendidikan serta hubungan-hubungan yang lain dalam usaha ikut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini memiliki peranan yang sangat penting tidak hanya dalam hubungan perekonomian nasional dan internasional, tetapi juga dalam bidang sosial budaya,

Lebih terperinci

Kata Pengantar KATA PENGANTAR

Kata Pengantar KATA PENGANTAR 2 Ne r a c asa t e l i tpa r i wi s a t ana s i o na l 201 6 KEMENTERI ANPARI WI SATA Websi t e:ht t p: / / www. kemenpar. go. i d ht t p: / / www. i ndonesi a. t r avel Emai l :pusdat i n@kemenpar. go.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur

Lebih terperinci

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2009 MENCAPAI 51,71 PERSEN

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2009 MENCAPAI 51,71 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No.03/01/34/Th.XII, 04 Januari 2010 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2009 MENCAPAI 51,71 PERSEN Pada bulan November 2009 Tingkat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI KALIMANTAN BARAT DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI KALIMANTAN BARAT DESEMBER 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 12/02/61/Th. XX, 16 Februari 2017 PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI KALIMANTAN BARAT DESEMBER A. PERKEMBANGAN PARIWISATA KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA PADA DESEMBER

Lebih terperinci

Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan Agustus 2017

Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan Agustus 2017 Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan, us No. 54/10/16/Th.XIX, 02 Oktober BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN Perkembangan Pariwisata dan Transportasi Sumatera Selatan us

Lebih terperinci