APPLICATION OF JURISPRUDENTIAL INQUIRY MODEL TO IMPROVE CRITICAL THINKING ABILITY STUDENT ON SOCIAL LEARNING IN PRIMARY SCHOOL
|
|
- Widyawati Tanudjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENERAPAN MODEL INKUIRI JURISPRUDENSIAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR APPLICATION OF JURISPRUDENTIAL INQUIRY MODEL TO IMPROVE CRITICAL THINKING ABILITY STUDENT ON SOCIAL LEARNING IN PRIMARY SCHOOL 1 Rany Fuadah, 2 Solihin Ichas Hamid, 3 Komariah S1-Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pengetahuan, Universitas Pendidikan Indonesia ranyfuadah@rocketmail.com 1 Penulis 2 Penulis Penanggung Jawab 3 Penulis Penanggung Jawab
2 Rany Fuadah, Penerapan model inkuiri jurisprudensial untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar ABSTRAK Penelitian ini dilakukan berdasarkan pada permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran IPS. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini berkenaan dengan aktivitas belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa yang masih rendah. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian tindakan kelas yang dalam pengaplikasian proses pembelajarannya menggunakan tahapan model inkuiri jurisprudensial dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas belajar dan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. Model penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah model Elliot yang dilaksanakan dalam tiga siklus dan masingmasing siklus terdiri dari tiga tindakan. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Cibiru 5, Kecamatan Cibiru, Kota Bandung dengan jumlah siswa sebanyak 28 orang. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi guru dan siswa, pedoman wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi. Analisis data yang dilakukan adalah analisis data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dijelaskan dengan deskripsi mengenai aktivitas pembelajaran siswa dan data kuantitatif digunakan untuk melihat nilai kemampuan berpikir kritis siswa serta mencari nilai ratarata. Data yang diperoleh mengenai aktivitas siswa dengan menggunakan model inkuiri jurisprudensial mengalami perubahan cara berpikir kearah yang lebih berkembang. Sedangkan untuk peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dapat terlihat dari perolehan rata-rata siswa dari setiap siklusnya mengalami peningkatan. Pada siklus I adalah 57,68 berada dalam kategori sangat rendah, siklus II 68,39 berada dalam kategori rendah dan siklus III 85,04 berada dalam kategori tinggi. Berdasarkan perolehan data tersebut dapat disimpulkan, bahwa model inkuiri jurisprudensial dapat direkomendasikan sebagai alternatif dalam menyampaikan materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). ABSTRACT This study was conducted based on the problems identified in the social science learning. The formulation of problem in this study with respect to the activity of learning and critical thinking skills of students is still low. Therefore, the researcher conducted a classroom action research in application of the learning process using the stages of jurisprudential inquiry model with the aim to determine activity of learning and increase students critical thinking skills. The research model chosen in this study is Elliot model, carried out in three cycles and each cycle consisting of three acts. This research was conducted at Primary School Cibiru 5, Cibiru subdistrict, Bandung City. With the number of students as many as 28 people. The data collection techniques used were teacher and student observation sheet, interview, field notes and documentation. Data analysis is analysis of qualitative data and quantitative data. The qualitative data is described with a description of student learning activities and quantitative data used to see the value of critical thinking skills of students as well as finding the average value. Data obtained on the activities of the students using the inquiry model jurisprudential changes the way of thinking towards a more evolved. Meanwhile, to increase students critical thinking skills can be seen from the acquisition of the average student of each cycle has increased. In the first cycle was are in the very low category, the second cycle is in the low category and are the third cycle in the high category. Based on these data can be concluded, that the jurisprudential inquiry model can be recommended to be an alternative material Social Science learning. IPS sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan khususnya di Sekolah Dasar menuntut guru untuk tidak hanya semata-mata menyampaikan materi pembelajaran, melainkan harus dapat membimbing siswa agar mereka menjadi warga negara yang baik dan menjadi anggota masyarakat yang memiliki rasa kepedulian yang tinggi serta memiliki rasa kepekaan terhadap permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, guru membimbing siswa agar mereka dapat
3 belajar berpikir untuk memecahkan permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya secara individu. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Bruner (dalam Trianto, 2014) bahwa proses kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa akan bermakna apabila mereka dihadapkan dengan proses berpikir. Hal ini dapat dilihat dari proses kegiatan belajar siswa dalam melakukan kegiatan mencari suatu pemecahan permasalahan yang dilakukan secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Siswa menemukan dan mencari solusi sendiri dalam memecahkan masalah tersebut. Oleh karena itu, dengan proses mencari pemecahan permasalahan yang terjadi secara mandiri atau individu ini, akan memberikan pengalaman yang benar-benar nyata dan bermakna bagi siswa. Menurut Abidin (2014) menjelaskan bahwa kemampuan berpikir merupakan salah satu proses kegiatan yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap diri individu. Kemampuan berpikir ini, berarti mempersiapkan sumber daya manusia yang berkembang daya pikirnya untuk melakukan atau bertindak terhadap sesuatu secara mendalam. Selain itu, proses yang sangat penting ini akan mewujudkan individu yang memiliki ilmu pengetahuan yang sangat luas sebagai hasil dari yang mereka lihat ataupun mereka dengar. Selain itu, mewujudkan individu yang dapat berpikir secara kritis dan kreatif terhadap suatu kejadian atau fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Berdasarkan hal itu, maka penting sekali guru dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mewujudkan seseorang yang memiliki keterampilan dalam kompetensi tersebut. Salah satu solusinya untuk meningkatkan kemampuan berpikir khususnya berpikir kritis siswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri jurisprudensial. Model pembelajaran inkuiri jurisprudensial menurut Oliver dan Shaver (dalam Wena, 2009, hlm. 71) mengemukakan bahwa model ini bertujuan untuk menganalisis dan berfikir secara sitematis dan kritis terhadap isuisu yang sedang hangat terjadi di masyarakat. Berdasarkan penjelasan tersebut, bahwa dalam proses pembelajaran dengan model ini siswa tidak hanya mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru saja melainkan siswa dapat belajar secara mandiri dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya dengan disajikan sebuah permasalahan. Kemampuan ini dilakukan oleh siswa mulai dari mengidentifikasi masalah sampai dengan guru menguji pendirian posisi/sikap yang telah siswa kemukakan sebelumnya. Selain itu, model ini bertujuan untuk mengembangkan kepekaan siswa terhadap lingkungan sekitar. Pada kenyataan yang terjadi di SDN Cibiru 5, dalam proses pembelajaran IPS masih bersifat konvensional. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru. Pembelajaran yang dilakukan kurang melibatkan aktivitas siswa secara aktif. Siswa hanya mendengarkan informasi yang disampaikan oleh guru. Siswa yang mengajukan pertanyaan pun sedikit. Padahal kemampuan bertanya itu merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Sehingga guru dapat mengetahui sejauhmana siswa paham atau tidak terhadap proses pembelajaran yang sedang dilaksanakan. Siswa hanya dituntut untuk menghapal materi-materi yang dibelajarkan saja. Sehingga, ketika guru bertanya kepada siswa tentang materi yang telah diajarkan sebelumnya, kebanyakan siswa lupa dengan materi tersebut. Selain itu, proses pembelajaran dalam pelaksanaannya lebih terpaku pada buku pelajaran. Guru kurang mampu menghubungkan materi ajar dengan pengalaman atau lingkungan
4 Rany Fuadah, Penerapan model inkuiri jurisprudensial untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar siswa. Sehingga, proses pembelajaran yang dilakukan kurang bermakna bagi siswa. Pada hakikatnya, aspek tersebut sangatlah penting untuk mencapai suatu keberhasilan yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa tidak hanya menerima ilmu pengetahuan dari guru saja, melainkan dari ilmunya tersebut mereka dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Maka dapat disimpulkan, bahwa proses pembelajaran yang dilakukan belum mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa serta kurang melibatkan aktivitas siswa secara aktif. Berdasarkan hal tersebut, maka pentingnya proses pembelajaran yang dilakukan di kelas IV untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran yang diterimanya di dalam kelas, serta dapat diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Wena (dalam Antari, 2014) bahwa model pembelajaran yang diciptakan oleh Donald Oliver dan James P. Schaver muncul pada tahun 1966/1974. Mereka menjelaskan bahwa model inkuiri jurisprudensial merupakan model pembelajaran yang dilakukan untuk melatih siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir berdasarkan cara berpikir yang runtut tentang isu-isu permasalahan sosial yang terjadi di dalam lingkungan sekitarnya. Uno (2012) mengemukakan ada beberapa tahapan pembelajaran model inkuiri jurisprudensial, yaitu : 1. Orientasi kasus/permasalahan Pada awal pembelajaran guru menyajikan permasalahan dalam bentuk gambar, video, ataupun artikel/wacana. 2. Mengidentifikasi isu Dalam tahap ini, guru meminta siswa untuk mengidentifikasi fakta-fakta penyebab dan akibat dari suatu permasalahan yang disajikan oleh guru baik itu dalam bentuk gambar, video, ataupun artikel/wacana. Kemudian, guru meminta siswa untuk melakukan identifikasi terhadap nilai-nilai dan konflik nilai berdasarkan permasalahan yang disajikan oleh guru. 3. Pengambilan posisi/sikap Siswa mengemukakan pendapatnya tentang posisi/sikap yang dipilihnya baik setuju atau tidak setuju terhadap permasalahan yang guru sajikan. 4. Menggali argumentasi untuk mendukung posisi (sikap) yang telah diambil. Dari pendapat yang telah siswa kemukakan berdasarkan tahapan ketiga, guru meminta siswa untuk mengemukakan alasannya secara logis dan rasional tentang posisi/sikap yang telah dipilihnya. 5. Memperjelas ulang dan memperkuat posisi (sikap) Dalam tahap ini, guru melihat kekonsistenan jawaban siswa, setelah guru memberikan pernyataan yang bertentangan dengan pendapat siswa. Sehingga dapat terlihat apabila siswa itu kuat dengan pendapatnya maka ia akan konsisten dengan pendapat sebelumnya. Namun apabila ia tidak kuat dengan pendapatnya maka siswa tersebut akan mengubah jawaban atas posisi/sikap yang telah dipilihnya. 6. Menguji tentang fakta, definisi, dan konsekuensi Dalam tahap ini guru dan siswa mendiskusikan apakah argumentasi yang digunakan untuk mendukung pernyataan sikap tersebut sudah relevan dan sah (valid). Sehingga dari berbagai macam pendapat yang dikemukakan oleh siswa menghasilkan satu jawaban yang sama dan tepat. Proses pembelajaran yang dilakukan tentunya harus memiliki tujuan yang hendak dicapai. Aktivitas di dalam proses pembelajaran memiliki peran yang sangat penting dalam mencapai tujuan pembelajaran.
5 Aktivitas yang dilakukan selama proses pembelajaran berhubungan erat dengan proses berpikir. Salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan suatu kegiatan yang penting dan menunjang dalam proses pembelajaran. Kegiatan proses berpikir kritis ini bermanfaat bagi siswa untuk menggali masalah yang terjadi berdasarkan bukti-bukti yang ada serta siswa dapat mencari solusi untuk menyelesaikan seluruh permasalahan yang terjadi. Selain itu, mereka tidak hanya sebatas tahu dari orang lain atau sumber lain tetapi mereka dapat membuktikannya berdasarkan apa yang dianggapnya benar dan baik untuk dilakukan tentunya berdasarkan bukti atau fakta yang dimilikinya. Teori belajar yang mendukung pada model pembelajaran inkuiri jurisprudensial adalah sebagai berikut: 1. Teori belajar Jerome S. Bruner Bruner (dalam Rusman, 2013, hlm. 244) memaparkan bahwa Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dengan sendirinya memberikan hasil yang lebih baik, berusaha sendiri pemecahan masalah serta didukung oleh pengetahuan yang menyertainya serta menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Tujuan utama dari pendidikan yang dikemukakan oleh Bruner sejalan dengan apa yang menjadi bagian dari model inkuiri jurisprudensial. Siswa belajar membangun kemampuan pengetahuannya sendiri dari kegiatan yang berhubungan langsung dengan yang diamati atau yang terjadi di lingkungan sekitarnya dan bukan hasil dari suatu proses pembelajaran yang diajarkan oleh guru melalui kegiatan hapalan. 2. Teori Jean Piaget asimilasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang berdasarkan kemampuan dalam berpikirnya sebagai bentuk interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Apabila asimilasi merupakan proses mengembangkan kemampuan dalam berpikir membangun pengetahuan siswa melalui lingkungan maka akomadasi yaitu menghubungkan pengetahuan yang telah di dapatnya dari proses asimilasi karena lingkungan siswa terus berubah dan berbeda maka asimilasi-asimilasi tersebut harus digabung-gabungkan sehingga dapat menjadi solusi dari hal yang baru mereka temukan. 3. Teori belajar bermakna dari David P. Ausuble. Menurut Ausubel (dalam Suyono dan Hariyanto, 2012, hlm. 100) berpendapat bahwa dalam teorinya ia percaya bahwa dunia luar atau lingkungan akan memberikan sesuatu yang lebih bermakna terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dibandingkan dengan proses pembelajaran yang hanya dilakukan dengan menggunakan metode ceramah saja. Sejalan dengan pemikiran Ausubel model Inkuiri Jurisprudensial juga berpandangan bahwa pada dasarnya dengan adanya model ini, siswa dalam proses pembelajaran akan lebih bermakna karena mereka belajar dengan lingkungan sosialnya, mengamati kejadian yang terjadi dilingkungan sekitarnya dan guru mengaitkan proses pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa sehingga pembelajaran ini lebih bermakna bagi siswa. METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas sebagai salah satu pendekatan dalam penelitian kualitatif. Menurut Jaedun (dalam Kurniasih dan Sani, 2014) mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh guru di dalam kelas untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan baik itu dilihat dari pendekatan yang digunakan, model, ataupun metode dan lain sebagainya.
6 Rany Fuadah, Penerapan model inkuiri jurisprudensial untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Desain penelitian tindakan kelas yang dipilih oleh peneliti dalam penelitian ini adalah desain penelitian model Elliot. Desain penelitian model John Elliot ini merupakan desain penelitian yang terdiri dari tiga siklus dan setiap siklusnya terdiri dari tiga tindakan, maka secara keseluruhan akan ada sembilan tindakan yang dilaksanakan oleh peneliti. Peneliti melaksanakan langkah pertama yaitu ide awal terlebih dahulu. Pada tahap ini, peneliti menentukan metode penelitian dan objek penelitian yang akan digunakan. Setelah metode dan objek penelitian ditentukan maka peneliti akan menemukan dan menganalisis segala permasalahan yang terjadi di dalam kelas berdasarkan objek penelitian yang telah ditentukan tersebut. Tahap selanjutnya yang peneliti lakukan adalah tahap perencanaan umum siklus I, Pada tahap ini, peneliti merencanakan tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki mutu pembelajaran. Perencanaan yang dilakukan oleh peneliti tentunya perencanaan yang berdasarkan permasalahan yang terjadi. Setelah perencanaan selesai, peneliti melakukan proses pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Pada tahap selanjutnya, setelah selesai melakukan siklus 1 peneliti melakukan monitoring terhadap implementasi dan efek yang ditimbulkan. Dalam tahap ini, peneliti berupaya untuk melihat atau mengidentifikasi seluruh proses pembelajaran yang dilakukan serta kekurangan ataupun hambatan yang terjadi. Berkenaan dengan hasil monitoring tersebut, maka seluruh kegagalan-kegagalan tersebut akan dijelaskan pada tahap berikutnya yaitu tahap penjelasan kegagalan implementasi. Ketika terjadi kegagalan pada siklus 1, peneliti melakukan perbaikan perencanaan. Kegagalan-kegagalan yang terjadi pada siklus 1 ini, dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan siklus-siklus selanjutnya sehingga dari beberapa siklus yang dilakukan dapat mengalami perubahan atau peningkatan. Pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu di SDN Cibiru 5 dan yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini siswa kelas IV C yang berjumlah 28 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Instrumen yang digunakan peneliti adalah catatan lapangan, lembar observasi, pedoman wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah teknik kuantitatif dan teknik kualitatif. Menurut Sugiyono (2013) bahwa teknik analisis data kualitatif yaitu teknik analisis data yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara, observasi, catatan lapangan dengan tujuan agar temuan yang diperoleh dari hasil penelitian dapat dipahami oleh orang lain. Teknik kualitatif dalam penelitian ini berupa pendeskripsian tentang aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung yang dapat diperoleh dari hasil catatan lapangan, hasil observasi guru dan observasi siswa juga dari hasil wawancara siswa. Sedangkan teknik kuantitatif dalam penelitian ini, digunakan peneliti untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa. Kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini, diperoleh dari jawaban soal evaluasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan model penelitian yang digunakan, penelitian ini dilaksanakan dengan tiga kali siklus yang masingmasing siklus terdiri dari tiga tindakan. penelitian siklus I tindakan I diikuti oleh 24 orang, tindakan II diikuti oleh 26 orang dan tindakan III diikuti oleh 28 orang. Pada siklus I tindakan I, pada tahap orientasi kasus atau permasalahan secara serentak 2 kelompok menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru mengenai peristiwa yang ada di dalam
7 video. Tahap identifikasi isu atau kasus, Seluruh kelompok terlihat kebingungan dalam menentukan penyebab dan akibat. Sehingga menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator Elementary Clarification (memberikan penjelasan sederhana) masih rendah dan hanya kelompok 4 dan kelompok 1 yang mampu mengemukakan pendapatnya mengenai solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut dan menunjukkan bahwa indikator Strategy dan tactics (strategi dan taktik) ini pun masih rendah. Namun seluruh kelompok belum mampu menjawab tentang nilai dan konflik nilai dan masih memerlukan bimbingan guru untuk menjawabnya. Tahap pengambilan posisi/sikap, seluruh kelompok sudah mampu menentukan sikap/posisi. Tahap menggali argumentasi untuk mendukung posisi (sikap) yang telah diambil, setiap kelompok masih saling mengandalkan temannya dalam mengemukakan alasan. Sehingga kemampuan berpikir kritis siswa pada setiap kelompoknya dengan indikator Basic support (membangun keterampilan dasar) masih belum berkembang atau masih rendah dan masih memerlukan bimbingan guru dalam menjawab pertanyaan tentang nilai yang dilanggar, hal yang diinginkan dan tidak diinginkan. Tahap memperjelas ulang dan memperkuat posisi (sikap), banyak sekali kelompok yang tidak konsisten dari pendapat sebelumnya yaitu kelompok 1, 2 dan 4. Tahap menguji asumsi tentang fakta, definisi, dan konsekuensi kelompok yang tidak konsisten dengan pendapat sebelumnya, akhirnya menerima segala konsekuensi yang didapatnya dan mengubah posisi/sikap dari yang setuju menjadi tidak setuju. Sehingga menghasilkan satu jawaban yang sama yaitu tidak setuju. Maka indikator Inference (menyimpulkan) terlihat masih banyak kelompok yang memiliki kemampuan berpikir kritis yang masih rendah. Pada siklus I tindakan II, aktivitas siswa pada tahap orientasi kasus atau permasalahan kelompok 2 dan kelompok 1 yang dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Tahap identifikasi isu atau kasus hanya kelompok 2 dan kelompok 4 belum mampu menjawab pertanyaan tentang penyebab dan akibat. Sehingga menunjukkan bahwa kelompok tersebut pada indikator Elementary Clarification (memberikan penjelasan sederhana) masih rendah atau masih belum muncul dan hanya kelompok 4 dan kelompok 3 yang mampu mengemukakan pendapatnya mengenai solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut dan menunjukkan bahwa indikator kemampuan berpikir kritis siswa dalam Strategy dan tactics (strategi dan taktik) masih rendah sama seperti tindakan sebelumnya. Namun tidak ada satu pun kelompok yang mampu menjawab tentang nilai dan konflik nilai dan masih memerlukan bimbingan guru. Tahap pengambilan posisi/sikap, seluruh kelompok sudah mampu mengambil sikap/posisinya. Tahap menggali argumentasi untuk mendukung posisi (sikap) yang telah diambil, hanya kelompok 1 dan kelompok 4 yang mampu mengemukakan alasannya terhadap posisi/sikap yang telah dipilihnya dan kelompok yang lainnya masih mengandalkan pendapat dari 1 orang temannya dan yang lainnya masih terlihat ragu-ragu. Sehingga kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator Basic support (membangun keterampilan dasar) masih ada beberapa kelompok yang memerlukan bimbingan guru. Kemudian, dalam menentukan nilai yang dilanggar, hal yang diinginkan dan yang tidak diinginkan, seluruh kelompok masih terlihat kebingungan. Tahap memperjelas ulang dan memperkuat posisi (sikap), kelompok 4 masih ada satu
8 Rany Fuadah, Penerapan model inkuiri jurisprudensial untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar kelompok yang tidak konsisten dengan jawaban sebelumnya. Dan tahap yang terakhir yaitu tahap menguji asumsi tentang fakta, definisi, dan konsekuensi, kelompok 4 menerima segala konsekuensi yang didapatnya dan mengubah posisi/sikap dari yang setuju menjadi tidak setuju. Maka kemampuan berpikir kritis siswa dalam indikator Inference (menyimpulkan) dengan materi tersebut terlihat seluruh kelompok cukup mampu menjawab pertanyaan yang guru ajukan. Pada siklus I tindakan III, tahap orientasi kasus atau permasalahan kelompok 2 dan kelompok 1 menjawab secara serentak tentang peristiwa yang ada di dalam artikel sedangkan 2 kelompok lainnya tidak mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru dan cenderug acuh tidak memperhatikan guru. Tahap identifikasi isu atau kasus, seluruh kelompok masih perlu bimbingan guru dalam menjawab penyebab dan akibat. Sehingga menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa dalam materi ini dengan indikator Elementary Clarification (memberikan penjelasan sederhana) rendah. Hanya ada 2 kelompok yang mampu mengemukakan pendapatnya mengenai solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut dan menunjukkan bahwa indikator Strategy dan tactics (strategi dan taktik) dalam materi ini masih rendah. Seluruh kelompok masih terlihat kurang percaya diri untuk mengemukakan pendapatnya mengenai nilai dan konflik nilai. Tahap pengambilan posisi/sikap, Seluruh kelompok sudah mampu mengemukakan pendapatnya tentang alasan terhadap posisi/sikap yang telah diambil. Sehingga kemampuan berpikir kritis setiap kelompoknya dengan indikator Basic support (membangun keterampilan dasar) dalam materi ini dikatakan sudah nampak. Kelompok 2 sudah mampu mengemukakan tentang nilai yang dilanggar. Namun, masih banyak Masih banyak kelompok yang belum mampu mengemukakan pendapatnya mengenai nilai mana yang dilanggar, hal yang diinginkan dan hal yang tidak diinginkan. Tahap memperjelas ulang dan memperkuat posisi (sikap), seluruh kelompok bertahan dengan posisi/sikap sebelumnya dan masih ada 3 kelompok yang masih berada di posisi/sikap yang masih belum tepat. Tahap menguji asumsi tentang fakta, definisi, dan konsekuensi, Posisi/sikap kelompok yang masih konsisten dengan jawaban yang kurang tepat sebelumnya, dapat diarahkan sehingga menghasilkan jawaban yang sama yaitu tidak setuju. Sehingga kemampuan berpikir kritis siswa dalam indikator Inference (menyimpulkan) pada materi ini masih rendah. Berdasarkan temuan yang telah di deskripsikan di atas, peneliti mendapatkan gambaran hasil kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus I tindakan I,II, dan III. Adapun nilai hasil kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus I meliputi keempat indikator diantaranya adalah Elementary Clarification (memberikan penjelasan sederhana) atau mencari penyebab dari pertanyaan yang diajukan, Basic support (membangun keterampilan dasar) atau memberikan alasan dari suatu permasalahan, Inference (menyimpulkan) atau mengemukakan akibat yang akan terjadi, dan strategy dan tactics (strategi dan taktik) atau merumuskan alternatif yang memungkinkan terhadap suatu permasalahan. Untuk lebih jelas perbandingan perolehan keempat indikator tersebut dijabarkan dalam bentuk grafik 4.1 berikut ini.
9 Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus TINDAKAN 1 TINDAKAN 2 TINDAKAN 3 Elementary Clarification Basic support Inference Strategy dan tactics Grafik 4.1 Grafik Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus 1 Pada siklus I untuk masing-masing aspek kemampuan berpikir kritis diperoleh nilai rata-rata yang berbeda satu dengan yang lainnya. Nilai rata-rata aspek elementary clarification, pada siklus pertama tindakan pertama adalah 1,75, tindakan kedua adalah 2,65 dan pada tindakan ketiga adalah 2,43. Jika dirataratakan aspek elementary clarification pada siklus pertama memperoleh nilai 2,28. Aspek kemampuan berpikir kritis siswa yang kedua adalah basic support, nilai ratarata siklus pertama tindakan pertama adalah 2,33, tindakan kedua adalah 2,19, dan tindakan ketiga adalah 2,43. Jika dirataratakan aspek basic support pada siklus pertama memperoleh nilai 2,31. Aspek kemampuan berpikir kritis yang ketiga adalah inference, nilai rata-rata siklus pertama tindakan pertama adalah 2,63,tindakan kedua adalah 1,96, dan tindakan ketiga adalah 2,39. Jika dirataratakan aspek inference pada siklus pertama memperoleh nilai 2,32. Sedangkan untuk aspek kemampuan berpikir kritis siswa yang keempat adalah strategy dan tactics, nilai rata-rata siklus pertama tindakan pertama adalah 2,5, tindakan kedua adalah 2,42 dan tindakan ketiga adalah 2,71. Jika dirata-ratakan aspek strategy dan tactics pada siklus pertama memperoleh nilai 2,54. Berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh dari seluruh indikator pada setiap tindakan, maka diperoleh rata-rata nilai kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus pertama adalah Pada rentang 50 sampai dengan 59 menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa berada pada rentang sangat rendah. Siklus II tindakan I diikuti oleh 28 orang peserta didik, siklus II tindakan II diikuti oleh 24 orang peserta didik, dan siklus II tindakan III diikuti oleh 24 orang. Siklus II dilaksanakan dengan beberapa perbaikan yang disesuaikan dengan masalah yang muncul berdasarkan pada hasil temuan pada siklus I. Namun meskipun demikian masih ada beberapa kelemahan yang peneliti temukan diantaranya pada siklus II tindakan I pada tahap tahap orientasi kasus atau permasalahan, kelompok 4 belum mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Tahap identifikasi isu atau kasus, seluruh kelompok sudah mampu menjawab pertanyaan tentang penyebab dan akibat yang diajukan oleh guru tentang gambar kepadatan penduduk. Sehingga menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator Elementary Clarification(memberikan penjelasan sederhana) dalam materi ini sudah mengalami perubahan dari tindakan atau materi sebelumnya dan hanya 1 kelompok saja yang mampu mengemukakan pendapat mengenai solusi dalam mengatasi permasalahan. Hal ini menunjukkan bahwa indikator Strategy dan tactics (strategi dan taktik) dalam materi ini rendah. Namun kelompok 2 masih belum mampu mengemukakan pendapatnya tentang nilai dan konflik nilai. Tahap pengambilan posisi/sikap, seluruh kelompok terlihat antusias dalam mengemukakan pendapat tidak setujunya terhadap gambar kepadatan penduduk.
10 Rany Fuadah, Penerapan model inkuiri jurisprudensial untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Tahap menggali argumentasi untuk mendukung posisi (sikap) yang telah diambil, kelompok 2 tidak ada yang mengemukakan pendapatnya mengenai alasan berada di posisi/sikap yang telah diambilnya. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis pada indikator Basic support (membangun keterampilan dasar) mengalami perubahan dari tindakan sebelumnya dan kelompok 1 dan 2 pada masalah kepadatan penduduk belum mampu mengemukakan pendapatnya tentang hal yang diinginkan dan yang tidak diinginkan. Tahap memperjelas ulang dan memperkuat posisi (sikap), kelompok 3 merubah posisi/sikap dari pendapat sebelumnya. Tahap menguji asumsi tentang fakta, definisi, dan konsekuensi, kelompok 3 sudah bisa menerima konsekuensi yang harus diterimanya tentang posisi/sikap ke dua yang telah dipilihnya. Pada siklus II tindakan II, tahap orientasi kasus atau permasalahan, seluruh kelompok sudah mampu mengemukakan pendapatnya tentang peristiwa yang ada dalam video tentang pengangguran. Tahap identifikasi isu atau kasus, seluruh kelompok sudah mampu menjawab pertanyaan tentang penyebab dan akibat. Sehingga menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator Elementary Clarification (memberikan penjelasan sederhana) dalam materi ini sudah nampak dan lebih terlihat lebih memahaminya. Namun hanya terdapat 1 kelompok saja yang belum mampu mengemukakan pendapatnya mengenai solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut. Sehingga kemampuan berpikir kritis siswa dalam Strategy dan tactics (strategi dan taktik) dalam materi ini, terlihat mengalami perubahan kearah yang lebih baik dan seluruh kelompok sudah mampu mengemukakan pendapatnya tentang nilai dan konflik nilai. Tahap pengambilan posisi/sikap, seluruh kelompok terlihat antusias dalam mengemukakan pendapat tidak setujunya terhadap gambar kepadatan penduduk yang guru tempelkan di papan tulis. Tahap menggali argumentasi untuk mendukung posisi (sikap) yang telah diambil, seluruh kelompok sudah bisa mengemukakan alasan atau pendapatnya sesuai dengan posisi/sikap yang diambilnya dan terlihat sudah percaya diri dalam mengemukakan alasannya menggunakan bahasa sendiri. Sehingga setiap kelompoknya dengan indikator Basic support (membangun keterampilan dasar) sudah dikatakan nampak dan mengalami perubahan dan seluruh kelompok sudah mampu mengemukakan pendapatnya tentang nilai dan konflik nilai dan terlihat semua kelompok sudah saling berdiskusi. Tahap memperjelas ulang dan memperkuat posisi (sikap), seluruh kelompok tidak terpengaruh dengan argumen yang diajukan oleh guru. Tahap menguji asumsi tentang fakta, definisi, dan konsekuensi, Seluruh kelompok sudah konsisten dengan pendapat sebelumnya. Sehingga indikator Inference (menyimpulkan) dengan materi ini, seluruh kelompok sudah memahaminya dengan baik dan mengalami perubahan dari tindakan sebelumnya. Pada siklus II tindakan III, tahap orientasi kasus atau permasalahan, perwakilan dari setiap kelompok sudah mampu mengemukakan pendapatnya tentang permasalahan yang disajikan oleh guru. Tahap identifikasi isu atau kasus, seluruh kelompok sudah mampu mengemukakan pendapatnya tentang penyebab dan akibat. Namun, dalam materi ini masih ada 1 kelompok yang hanya mengikuti pendapat salah satu teman sekelompoknya yang dianggap paling pintar. Berdasarkan temuan tersebut, bahwa kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator Elementary Clarification (memberikan penjelasan
11 sederhana) dalam materi ajar tersebut ada siswa yang belum memahaminya. Seluruh kelompok sudah mampu mengemukakan pendapatnya mengenai solusi dalam mengatasi permasalahan yang disajikan oleh guru. Sehingg menunjukkan bahwa indikator Strategy dan tactics (strategi dan taktik) sudah nampak atau berkembang dan masih ada 2 kelompok yang menjawab dengan jawaban yang sama dalam menentukan nilai dan konfik nilai. Tahap pengambilan posisi/sikap, seluruh kelompok menentukan posisi/sikap yang sama yaitu tidak setuju terhadap gambar kemiskinan yang ditempelkan oleh guru. Tahap menggali argumentasi untuk mendukung posisi (sikap) yang telah diambil, seluruh kelompok mengemukakan alasan berada di posisi/sikapnya. Sehingga kemampuan berpikir kritis siswa pada setiap kelompoknya dengan indikator Basic support (membangun keterampilan dasar) sudah nampak dan berkembang. Tahap memperjelas ulang dan memperkuat posisi (sikap), hanya kelompok 4 yang tidak konsisten dari pendapat sebelumnya. Tahap menguji asumsi tentang fakta, definisi, dan konsekuensi, posisi/sikap siswa yang kurang tepat sebelumnya, dapat diarahkan sehingga menghasilkan jawaban yang sama yaitu tidak setuju. Dalam materi permasalahan sosial kemiskinan, kemampuan berpikir kritis siswa dalam indikator Inference (menyimpulkan) masih ada 1 kelompok yang kurang tepat dalam menyimpulkan. Berdasarkan temuan yang telah di deskripsikan di atas, peneliti mendapatkan gambaran hasil kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus II tindakan I,II, dan III. Adapun nilai hasil kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus pertama meliputi keempat indikator diantaranya adalah Elementary Clarification (memberikan penjelasan sederhana) atau mencari penyebab dari pertanyaan yang diajukan, Basic support (membangun keterampilan dasar) atau memberikan alasan dari suatu permasalahan, Inference (menyimpulkan) atau mengemukakan akibat yang akan terjadi, dan Strategy dan tactics (strategi dan taktik) atau merumuskan alternatif yang memungkinkan terhadap suatu permasalahan. Untuk lebih jelas perbandingan perolehan keempat indikator tersebut dijabarkan dalam bentuk grafik 4.2 berikut ini Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus TINDAKAN 1 TINDAKAN 2 TINDAKAN 3 Elementary Clarification Basic support Inference Strategy dan tactics Grafik 4.2 Grafik Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus 2 Pada siklus II untuk masing-masing aspek kemampuan berpikir kritis diperoleh nilai rata-rata yang berbeda satu dengan yang lainnya. Nilai rata-rata aspek elementary clarification, pada siklus pertama tindakan pertama adalah 2,29, tindakan kedua adalah 2,63 dan pada tindakan ketiga adalah 2,88. Jika dirata-ratakan aspek elementary clarification pada siklus kedua memperoleh nilai 2,6. Aspek kemampuan berpikir kritis siswa yang kedua adalah basic support, nilai rata-rata siklus pertama tindakan pertama adalah 3,04, tindakan kedua adalah 2,54, dan tindakan ketiga adalah 2,50. Jika dirata-ratakan
12 Rany Fuadah, Penerapan model inkuiri jurisprudensial untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar aspek basic support pada siklus kedua memperoleh nilai 2,70. Aspek kemampuan berpikir kritis yang ketiga adalah inference, nilai rata-rata siklus pertama tindakan pertama adalah 2,54,tindakan kedua adalah 2,38, dan tindakan ketiga adalah 2,54. Jika dirataratakan aspek inference pada siklus kedua memperoleh nilai 2,49. Sedangkan untuk aspek kemampuan berpikir kritis siswa yang keempat adalah strategy dan tactics, nilai rata-rata siklus pertama tindakan pertama adalah 2,57, tindakan kedua adalah 3,25 dan tindakan ketiga adalah 3,69. Jika dirata-ratakan aspek strategy dna tactics pada siklus kedua memperoleh nilai 3,17. Berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh dari seluruh indikator pada setiap tindakan, maka diperoleh rata-rata nilai kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus kedua adalah 68,39. Pada rentang 65 sampai dengan 74 menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa berada pada rentang rendah. Siklus III tindakan I diikuti oleh 25 orang peserta didik, siklus III tindakan II diikuti oleh 26 orang peserta didik, dan siklus III tindakan III diikuti oleh 25 orang. Siklus II dilaksanakan dengan beberapa perbaikan yang disesuaikan dengan masalah yang muncul berdasarkan pada hasil temuan pada siklus I. Pada siklus III tindakan I, aktivitas siswa dengan menggunakan model inkuri jurisprudensial berdasarkan tahapan model inkuiri jurisrudensial yang terdiri dari tahap orientasi kasus atau permasalahan perwakilan dari setiap kelompok sudah mampu mengemukakan pendapatnya tentang peristiwa yang ada di dalam puzzle dengan cukup baik dan lebih antusias lagi dalam mengemukakan permasalahan yang terdapat di dalam puzzle. Tahap identifikasi isu atau kasus, seluruh kelompok sudah mampu mengemukakan pendapatnya tentang penyebab dan akibat. Namun, jawaban yang dikemukakan oleh siswa terhadap akibatnya masih ada yang belum beragam. Sehingga kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator Elementary Clarification (memberikan penjelasan sederhana) dalam materi ini masih belum maksimal. Selain itu, dalam mengemukakan pendapatnya mengenai solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut seluruh kelompok sudah mampu mengemukakannya dengan tepat. Maka indikator kemampuan berpikir kritis siswa dalam Strategy dan tactics (strategi dan taktik) dalam materi perilaku tidak disiplin terlihat nampak atau berkembang dan seluruh kelompok sudah mampu mengemukakan pendapatnya tentang nilai dan konflik nilai. Namun ada 1 kelompok yang mengemukakan pendapatnya yang kurang tepat. Tahap pengambilan posisi/sikap, seluruh kelompok menentukan posisi/sikap yang sama yaitu tidak setuju terhadap gambar puzzle yang telah di susunnya. Tahap menggali argumentasi untuk mendukung posisi (sikap) yang telah diambil, seluruh kelompok mengemukakan alasan berada di posisi/sikapnya. Sehingga kemampuan berpikir kritis setiap kelompok dengan indikator Basic support (membangun keterampilan dasar) dalam materi ini terlihat nampak atau berkembang. Seluruh kelompok sudah mampu mengemukakan pendapatnya tentang nilai yang dilanggar. Namun, dalam menentukan hal yang diinginkan dan yang tidak diinginkan masih ada kelompok yang mengemukakan jawaban yang sama. Tahap memperjelas ulang dan memperkuat posisi (sikap), seluruh kelompok sudah terlihat konsisten dengan posisi/sikap yang telah diambil sebelumnya. Tahap menguji asumsi tentang fakta, definisi, dan konsekuensi, Posisi/sikap siswa sudah konsisten. Sehingga kemampuan berpikir kritis siswa dalam indikator Inference (menyimpulkan) dengan materi perilaku tidak disiplin sudah nampak.
13 Pada siklus III tindakan II, tahap orientasi kasus atau permasalahan pada tahap ini perwakilan dari setiap kelompok sudah mampu mengemukakan pendapatnya tentang peristiwa yang ada di dalam video tentang tindak kejahatan. Tahap identifikasi isu atau kasus, Seluruh kelompok sudah mampu mengemukakan pendapatnya tentang penyebab dan akibat dan siswa sudah mengemukakan pendapatnya secara beragam. Sehingga menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator Elementary Clarification (memberikan penjelasan sederhana) dengan materi tersebut sudah nampak dan kemampuan siswa pun terlihat lebih berkembang dari tindakan-tindakan sebelumnya. Serta, seluruh kelompok pun sudah mampu mengemukakan pendapatnya mengenai solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut sehingga menunjukkan bahwa indikator kemampuan berpikir kritis siswa dalam Strategy dan tactics (strategi dan taktik) muncul dan berkembang. Serta seluruh kelompok sudah mampu mengemukakan pendapatnya tentang nilai dan konflik nilai. Tahap pengambilan posisi/sikap, seluruh kelompok menentukan posisi/sikap yang sama yaitu tidak setuju terhadap video yang ditampilkan oleh guru. Tahap menggali argumentasi untuk mendukung posisi (sikap) yang telah diambil, seluruh kelompok sudah mampu mengemukakan alasannya terhadap posisi/sikap yang dikemukakan sebelumnya dan logis namun jawaban yang dikemukakannya masih singkatsingkat. Sehingga kemampuan berpikir kritis siswa pada setiap kelompoknya dengan indikator Basic support (membangun keterampilan dasar) masih berkembang namun dari jawaban kelompok tersebut masih perlu untuk digali kembali. Kemudian, seluruh kelompok sudah mampu mengemukakan pendapatnya tentang nilai yang dilanggar, namun jawaban yang dikemukakan oleh siswa pada intinya sama. Serta seluruh kelompok sudah mengemukakan pendapatnya dengan cukup baik tentang hal yang diinginkan dan yang tidak diinginkan. Tahap memperjelas ulang dan memperkuat posisi (sikap), seluruh kelompok sudah terlihat konsisten dengan posisi/sikap yang telah diambil sebelumnya. Tahap menguji asumsi tentang fakta, definisi, dan konsekuensi, Posisi/sikap siswa sudah konsisten. Sehingga kemampuan berpikir kritis siswa dalam indikator Inference (menyimpulkan) sudah nampak. Pada siklus III tindakan III, tahap orientasi kasus atau permasalahan, perwakilan dari setiap kelompok sudah mampu mengemukakan pendapatnya tentang peristiwa yang ada di dalam video tentang kebakaran dengan tepat. Tahap identifikasi isu atau kasus, Seluruh kelompok sudah mampu mengemukakan pendapatnya tentang penyebab dan akibat. Sehingga menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator Elementary Clarification (memberikan penjelasan sederhana) dengan materi tersebut, sudah nampak dan terlihat kemampuan siswa lebih berkembang dari tindakan-tindakan sebelumnya. Serta, seluruh kelompok pun sudah mampu mengemukakan pendapatnya mengenai solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut sehingga menunjukkan bahwa indikator Strategy dan tactics (strategi dan taktik) muncul dan pemikiran siswa pun tentunya semakin berkembang dan seluruh kelompok sudah mampu mengemukakan pendapatnya tentang nilai dan konflik nilai. Tahap pengambilan posisi/sikap, seluruh kelompok menentukan posisi/sikap yang sama yaitu tidak setuju terhadap video yang ditampilkan oleh guru. Tahap menggali argumentasi untuk mendukung posisi (sikap) yang telah diambil, Seluruh kelompok sudah mampu mengemukakan
14 Rany Fuadah, Penerapan model inkuiri jurisprudensial untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar alasannya terhadap posisi/sikap yang dikemukakan sebelumnya namun pada intinya jawaban siswa sama. Sehingga kemampuan berpikir kritis siswa pada setiap kelompoknya dengan indikator Basic support (membangun keterampilan dasar) sudah nampak. Seluruh kelompok sudah mampu mengemukakan pendapatnya tentang nilai yang dilanggar serta sudah mampu mengemukakan pendapatnya dengan cukup baik tentang hal yang diinginkan dan yang tidak diinginkan. Namun, pada saat megemukakan pendapatnya dari kelompok 2 keliru menjawab antara hal yang diinginkan dan tidak diinginkan. Tahap memperjelas ulang dan memperkuat posisi (sikap), seluruh kelompok sudah terlihat konsisten dengan posisi/sikap yang telaah diambil sebelumnya. Tahap menguji asumsi tentang fakta, definisi, dan konsekuensi, Posisi/sikap siswa sudah konsisten. Sehingga kemampuan berpikir kritis siswa dalam indikator Inference (menyimpulkan) sudah nampak. Berdasarkan temuan yang telah di deskripsikan di atas, peneliti mendapatkan gambaran hasil kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus III tindakan I,II, dan III. Adapun nilai hasil kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus pertama meliputi keempat indikator diantaranya adalah Elementary Clarification (memberikan penjelasan sederhana) atau mencari penyebab dari pertanyaan yang diajukan, Basic support (membangun keterampilan dasar) atau memberikan alasan dari suatu permasalahan, Inference (menyimpulkan) atau mengemukakan akibat yang akan terjadi, dan Strategy dan tactics (strategi dan taktik) atau merumuskan alternatif yang memungkinkan terhadap suatu permasalahan. Untuk lebih jelas perbandingan perolehan keempat indikator tersebut dijabarkan dalam bentuk grafik 4.3 berikut ini. Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Siklus TINDAKAN 1 TINDAKAN 2 TINDAKAN 3 Elementary Clarification Inference Basic support Strategy dan tactics Pada siklus III untuk masingmasing aspek kemampuan berpikir kritis diperoleh nilai rata-rata yang berbeda satu dengan yang lainnya. Nilai rata-rata aspek elementary clarification, pada siklus pertama tindakan pertama adalah 2,92, tindakan kedua adalah 3,38 dan pada tindakan ketiga adalah 3,56. Jika dirata-ratakan aspek elementary clarification pada siklus ketiga memperoleh nilai Aspek kemampuan berpikir kritis siswa yang kedua adalah basic support, nilai rata-rata siklus pertama tindakan pertama adalah 3,72, tindakan kedua adalah 3,19, dan tindakan ketiga adalah 3,00. Jika dirataratakan aspek basic support pada siklus ketiga memperoleh nilai 3,30. Aspek kemampuan berpikir kritis yang ketiga adalah inference, nilai rata-rata siklus pertama tindakan pertama adalah 3,44,tindakan kedua adalah 3,31, dan tindakan ketiga adalah 3,72. Jika dirataratakan aspek inference pada siklus ketiga memperoleh nilai 3,50. Sedangkan untuk aspek kemampuan berpikir kritis siswa yang keempat adalah strategy dan tactics, nilai rata-rata siklus pertama tindakan pertama adalah 3,28, tindakan kedua adalah 3,62 dan tindakan ketiga adalah 3,68. Jika dirata-ratakan aspek strategy dan tactics pada siklus ketiga memperoleh nilai 3,52. Berdasarkan nilai
15 rata-rata yang diperoleh dari seluruh indikator pada setiap tindakan, maka diperoleh rata-rata nilai kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus ketiga adalah 85,04. Menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa berada pada rentang berada dikategori tinggi. Untuk melihat peningakatan rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada setiap siklusnya maka akan dijabarkan dalam grafik 4.4. Berikut ini adalah grafik perkembangan kemampuan berpikir kritis siswa dari siklus pertama sampai ketiga. Nilai Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Setiap Siklus Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 Nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa Grafik 4.4 Nilai Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Setiap Siklus. Penilaian kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus pertama adalah 57,68 masuk pada kriteria nilai sangat rendah, sedangkan siklus kedua ratarata kemampuan berpikir kritis siswa adalah 68,39 berada pada kriteria rendah dan pada siklus ketiga rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa memiliki peningkatan yang signifikan yaitu 85,04 berada pada kriteria tinggi. Berdasarkan pemerolehan data tersebut maka penelitian yang telah dilaksanakan dengan judul Penerapan Model Inkuiri Jurisprudensial Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Pembelajaran IPS Sekolah Dasar dapat dikatakan berhasil karena rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa mengalami peningkatan dalam setiap siklusnya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ni Made Yeesi, Wyn. Rinda Suardika dan I.G.A.A Sri Asri (2014) jurnal yang berjudul Model Pembelajaran Inkuiri Jurisprudensial Berbantuan Media Visual Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar PKN SD, peneliti kedua yang dilakukan oleh Siti Hajijah (2015) Skripsi yang berjudul Penerapan Model Inkuiri Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar. Ketiga Hediana Yuliawati (2014) Skripsi yang berjudul Keefektifan Strategi Inkuiri Jurisprudensial Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Pada Siswa Kelas Xi Ips Sma Se-Kecamatan. Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dan berdasarkan dari penelitian yang relevan maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model inkuiri jurisprudensial dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. KESIMPULAN Aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri jurisprudensial melalui tahapan orientasi kasus/permasalahan, mengidentifikasi isu, pengambilan posisi/sikap, menggali argumentasi untuk mendukung posisi (sikap) yang telah diambil, memperjelas ulang dan memperkuat posisi (sikap) dan menguji tentang fakta, definisi, dan konsekuensi mengalami proses perubahan cara berpikir siswa kearah yang lebih berkembang. Hal ini terlihat pada siklus pertama pada umumnya siswa masih terlihat kebingungan dalam memahami materi pembelajaran, siklus kedua siswa sudah mulai mengerti dengan materi yang disampaikan oleh guru dan pada siklus ketiga, pola berpikir siswa lebih berkembang lagi dari sebelumnya dan lebih memahami materi yang disampaikan oleh guru.
16 Rany Fuadah, Penerapan model inkuiri jurisprudensial untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Kemampuan berpikir kritis siswa meningkat dengan menggunakan model inkuiri jurisprudensial. Hal ini terlihat pada hasil pengerjaan masing-maisng siswa dalam lembar evaluasi. Rata-rata nilai kemampuan berikir kritis siswa dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Adapun nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus satu sebesar 57,68 termasuk kedalam kategori sangat rendah, siklus kedua dengan nilai rata-rata siswa sebesar 68,39 termasuk kedalam kategori rendah dan siklus ketiga dengan nilai rata-rata 85,04 termasuk kedalam kategori tinggi. REFERENSI Abidin, Y. (2014). Desain System Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum Bandung: PT Refika Aditama Antari, D.A.D.D.dkk. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Jurisprudensial Berbantuan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus V Tampaksiring. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD, (II),1. Hajijah, S. (2015). Penerapan Model Inkuiri Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar. (Skripsi). S1 PGSD, Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru, Bandung. Kurniasih, I. & Sani, B. (2014). Teknik Dan Cara Mudah Membuat Penelitian Tindakan Kelas Untuk Pengembangan Profesi Guru. Bandung : Kata Pena Rusman. (2013). Model-model pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Dan Kualitatif R & D. Bandung : Alfabeta Suyono & Hariyanto. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Trianto. (2014). Mendesain Model Pembelajaran Inovarif- Progresif. Jakarta : Kencana Uno, H. (2012). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif Dan Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara Wena, M. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: PT Bumi Aksara Yeesi, N.M.dkk. (2014). Model Pembelajaran Inkuiri Jurisprudensial Berbantuan Media Visual Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar PKn SD. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD, (II),1. Yuliawati, H. (2014). Keefektifan Strategi Inkuiri Jurisprudensial Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Pada Siswa Kelas Xi Ips Sma Se- Kecamatan Muntilan. (Skripsi). Sarjana Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Kata Kunci: metode inkuiri, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar, kegiatan ekonomi
1 Penerapan Metode Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Kelas VA Mata Pelajaran IPS Pokok Bahasan Kegiatan Ekonomi di SDN Kepatihan 06 Jember (Implementation of
Lebih terperinciProgram Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru.
1 A n t o l o g i U P I V o l u m e E d i s i N o. J u l i 2 0 1 6 PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP IPS PADA MATERI PERMASALAHAN SOSIAL DI KELAS
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KONSEP CAHAYA
1 A n t o l o g i U P I V o l u m e E d i s i N o. J u n i 2016 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KONSEP CAHAYA Ghani Muhammad Fauzi¹, Umar², Hana
Lebih terperinciPENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR
PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR Ulfatun Rohmah 1, Suhartono 2, Ngatman 3 PGSD FKIP Universitas Negeri Sebelas Maret, Jalan Kepodang 67A Panjer Kebumen
Lebih terperinciHannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan
1 PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA SUB POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK SISWA KELAS VIII-7 SMP NEGERI 1 KREMBUNG SIDOARJO SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN
Lebih terperinciRahayu 6, Chumi Z F 7, Ika L R 8
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS POKOK BAHASAN MASALAH SOSIAL PADA SISWA KELAS IV SDN JATISARI 02 JEMBER Rahayu
Lebih terperinciPENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR
PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR Ulfatun Rohmah 1, Suhartono 2, Ngatman 3 PGSD FKIP Universitas Negeri Sebelas Maret, Jalan Kepodang 67A Panjer Kebumen
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR
Antologi, Vol... No..., Juni 2015 1 PENERAPAN MODEL PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR Iis Nuraeni 1, Solihin Ichas H 2, Nono Harsono
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA
1 Antologi UPI Volume Edisi No. Juni 015 PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA Ahmad Faisal 1, Yunus Abidin,
Lebih terperinciARTIKEL PENELITIAN. Oleh RANTI EFRIZAL NPM
ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN MODEL DISCOVERY LEARNING DI SD NEGERI 37 ALANG LAWEH PADANG Oleh RANTI EFRIZAL NPM 1210013411035 PROGRAM
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL VISUALIZATION, AUDITORY, KINESTHETIC (VAK)
PENERAPAN MODEL VISUALIZATION, AUDITORY, KINESTHETIC (VAK) DENGAN MULTIMEDIA DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI GADUNGREJO TAHUN AJARAN 2015/2016 Nisa Mahmudah 1, Ngatman
Lebih terperinciFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta ABSTRACT
MENINGKATKAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA KELAS III DALAM PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAKE AND GIVE DI SDN 07 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN 1 Asnimar Zain, 1 nurharmi, 2 Yulvia Nora
Lebih terperinciPeningkatkan Sikap Ilmiah Siswa Melalui Penerapan Model Discovery Learning
Peningkatkan Sikap Ilmiah Siswa Melalui Penerapan Model Discovery Learning Arti Asmarani 1*, Irdam Idrus 1, Kasrina 1 1 Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Lebih terperinciPENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN SIKAP DEMOKRASI PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS III SDNEGERI PENDOWOHARJO SLEMAN
PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN SIKAP DEMOKRASI PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS III SDNEGERI PENDOWOHARJO SLEMAN JURNAL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Lebih terperinciARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SD NEGERI 03 SUAYAN TINGGI
ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SD NEGERI 03 SUAYAN TINGGI Oleh: DEDE KURNIA YUZA NPM. 1010013411153 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciOleh: Rahmat Yulianto, Fakultas Ilmu Pendidikan, Abstrak
Meningkatkan Kemampuan Berpikir... (Rahmat Yulianto) 1 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING SISWA KELAS IV SDN I KEPUHSARI,
Lebih terperinciPENGGUNAAN MEDIA BENDA MANIPULATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN
PENGGUNAAN MEDIA BENDA MANIPULATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN Azalia Rachmahani Alifka 1), H. Soegiyanto 2), Karsono 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas
Lebih terperinciPEGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI TANJUNGREJO TAHUN AJARAN 2012/2013
PEGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI TANJUNGREJO TAHUN AJARAN 2012/2013 Oleh: Yohana Hiqmawati 1, Imam Suyanto 2, M. Chamdani
Lebih terperinciRahmawati et al., Metode Problem Solving...
Penerapan Metode Problem Solving Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Pokok Bahasan Menghargai Keputusan Bersama Di SD Darul Hikmah
Lebih terperinciPeningkatan Aktifitas Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Jigsaw
Peningkatan Aktifitas Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Jigsaw 188 Nurdin SMA Negeri 3 Majene nurdin.chem@gmail.com Abstrak Penelitian ini adalah Penelitian Tidakan Kelas yang bertujuan untuk meningkatkan
Lebih terperinciJoyful Learning Journal
JLJ 3 (2) (2014) Joyful Learning Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jlj PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA POWERPOINT UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA Yulia Panca
Lebih terperinciIMPLEMENTATION QUANTUM TEACHING MODEL TO IMPROVE RESULT OF IPS STUDIES STUDENT CLASS V SD NEGERI 031 TANJUNG SARI KECAMATAN PUJUD ROHIL
IMPLEMENTATION QUANTUM TEACHING MODEL TO IMPROVE RESULT OF IPS STUDIES STUDENT CLASS V SD NEGERI 031 TANJUNG SARI KECAMATAN PUJUD ROHIL 1 Ina Fauziah, Mahmud Alpusari, Lazim. N ina.fauziah@gmail.com, mahmud131079@gmail.com,
Lebih terperinciPENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III
PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III Bainen, Syamsiati, Suryani PGSD, FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak Email : ibu.bainen@yahoo.com Abstrak:
Lebih terperinciJoyful Learning Journal
JLJ 3 (1) (2014) Joyful Learning Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jlj PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL TIME TOKEN ARENDS DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL Arum Perwitasari, Zaenal
Lebih terperinciAkbar et al., Peningkatan Minat dan Hasil Belajar...
1 Peningkatan Minat dan Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Energi Panas dan Bunyi Melalui Penerapan Metode Eksperimen pada Siswa Kelas IV B MI Muhammadiyah Sidorejo Tahun Pelajaran 2013/2014 (Increased interest
Lebih terperinciTHINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN 2013/2014
THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Alis Suryanti Guru SDN 1 Purwosari Kec. Padangratu E-mail: Alissurnyanti@gmail.com
Lebih terperinciPendahuluan. Meliana et al., Penerapan Metode Permainan... 1
Meliana et al., Penerapan Metode Permainan... 1 Pendahuluan Penerapan Metode Permainan Tebak Kata dengan Media Gambar untuk Meningkatkan dan Hasil Siswa Kelas IV pada Mata Pelajaran IPS Pokok Bahasan Perkembangan
Lebih terperinciPENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN MEDIA BENDA KONKRET
PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN MEDIA BENDA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SDN 1 KARANGSARI TAHUN AJARAN 2014/2015 Masrukhin 1, Triyono 2,
Lebih terperinciMebtan Dwi Permana, Imam Muchtar, Chumi Zahroul Fitriah 1)
PENERAPAN STRATEGI PETA KONSEP JENIS POHON JARINGAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV TEMA CITA-CITAKU DI SDN KEBONSARI 05 JEMBER Mebtan Dwi Permana, Imam Muchtar, Chumi Zahroul
Lebih terperinciMENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN PKn DENGAN MODEL GROUP INVESTIGATION DI SDN 05 PADANG PASIR KOTA PADANG
MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN PKn DENGAN MODEL GROUP INVESTIGATION DI SDN 05 PADANG PASIR KOTA PADANG Novi Harista Putri 1, M. Nursi 2, Hendrizal 1 1 Program
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING DI KELAS V SD NEGERI TERBAHSARI ARTIKEL SKRIPSI
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING DI KELAS V SD NEGERI TERBAHSARI ARTIKEL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk
Lebih terperinciTHE APPLICATION OF INQUIRY LEARNING MODEL TO INCREASE THE SCHOOL LEARNING OUT COME OF THE FOURTH GRADE STUDENT AT SDN 67 PEKANBARU
1 THE APPLICATION OF INQUIRY LEARNING MODEL TO INCREASE THE SCHOOL LEARNING OUT COME OF THE FOURTH GRADE STUDENT AT SDN 67 PEKANBARU Clara Anastasia Feronika Manalu, Mahmud Alpusari, Zariul Antosa, claraanastasia.manalu@yahoo.com,
Lebih terperinciPENINGKATAN MOTIVASI DAN KETERAMPILAN MENULIS MELALUI TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUNGAI SARIAK KABUPATEN PADANG PARIAMAN.
PENINGKATAN MOTIVASI DAN KETERAMPILAN MENULIS MELALUI TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUNGAI SARIAK KABUPATEN PADANG PARIAMAN Suci Uliana 1), Hasnul Fikri 2), Gusnetti 2) 1) Mahasiswa Program
Lebih terperinciARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DALAM PEMBELAJARAN
ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DALAM PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL PLANTED QUESTION DI SDN 28 RAWANG TIMUR KECAMATAN PADANG SELATAN OLEH: SRI WAHYUNI NPM. 1110013411081 PROGRAM
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN PENDEKATAN PETA KONSEP DI SDN 07 GURUN LAWEH NANGGALO PADANG
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN PENDEKATAN PETA KONSEP DI SDN 07 GURUN LAWEH NANGGALO PADANG Afdanis ¹, Yusrizal ¹, Yulfia Nora ¹ Program studi Pendidikan Guru Sekolah
Lebih terperinciPEMANFAATAN FILM DOKUMENTER
PEMANFAATAN FILM DOKUMENTER DALAM PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Puji
Lebih terperinciPENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PERMAINAN PAPAN MEMORI DALAM PEMBELAJARAN IPS
2.596 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 27 Tahun ke-5 2016 PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PERMAINAN PAPAN MEMORI DALAM PEMBELAJARAN IPS THE IMPROVEMENT OF STUDENTS ACTIVITIES
Lebih terperinciDiajukan Oleh: ARISKA DEVIE PRADISTA A
UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL TERPADU MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN INDEX CARD MATCH (MENCARI PASANGAN) PADA SISWA KELAS VIII E SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH SOLVE CREATE SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII-2 SMP NEGERI 13 PEKANBARU
71 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH SOLVE CREATE SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII-2 SMP NEGERI 13 PEKANBARU maidadeli@yahoo.co.id SMP Negeri 13 Pekanbaru,
Lebih terperinciRahayu et al., Peningkatan Aktivitas Belajar...
1 Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV dengan Menggunakan Metode Sosiodrama pada Mata Pelajaran IPS Materi Masalah Sosial di SDN Kepatihan 01 Jember (Improvement Students Activities and
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL MIND MAP DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJARAN IPS TEMA SEJARAH PERADABAN INDONESIA PADA SISWA KELAS V DI SD NEGERI 1 SRUWENG
PENERAPAN MODEL MIND MAP DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJARAN IPS TEMA SEJARAH PERADABAN INDONESIA PADA SISWA KELAS V DI SD NEGERI 1 SRUWENG Zakariya Firasyan Syah 1, Suripto 2, Ngatman 3 1 Mahasiswa PGSD
Lebih terperinciKeywords: Documentary Movie, Inquiry Learning, Critical Thinking, Learning Outcomes
PEMANFAATAN FILM DOKUMENTER DALAM PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Puji
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAME TOURNAMENT
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAME TOURNAMENT Yusnidar Polem SMP Negeri 5 Gunungsitoli, kota Gunungsitoli Abstract: This research was conducted in SMP Negeri 5 Gunungsitoli.
Lebih terperinciPENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN MODEL STAD
PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN MODEL STAD Suciono Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan, kab. Langkat Abstract: This study aims to determine whether
Lebih terperinciJoyful Learning Journal
JLJ 3 (2) (2014) Joyful Learning Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jlj PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS LAPORAN PENGAMATAN MELALUI METODE THINK TALK WRITE BERBANTUAN VIDEO Rahma Huda Putranto,
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS IV MELALUI MODEL THINK PAIR AND SHARE
ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS IV MELALUI MODEL THINK PAIR AND SHARE PADA PEMBELAJARAN IPS DI SD NEGERI 04 KAMPUNG OLO PADANG OLEH NIKO SEPTIADI NPM 1110013411169
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VI PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE PEMBELAJARAN INKUIRI DI SDN 30 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VI PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE PEMBELAJARAN INKUIRI DI SDN 30 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT Martalena 1, Yusrizal 1, Hendrizal 1 1 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL WORD SQUARE BERBANTUAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD
PENERAPAN MODEL WORD SQUARE BERBANTUAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD Ni Komang Santi Nopiyanti 1, Made Sulastri 2, Ign. I Wayan Suwatra 3 1 Jurusan PGSD,
Lebih terperinciPENGGUNAAN TEKNIK BERKIRIM SALAM DAN SOAL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS DI KELAS V SDN 1 MULYOSRI
PENGGUNAAN TEKNIK BERKIRIM SALAM DAN SOAL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS DI KELAS V SDN 1 MULYOSRI Oleh: Roro Sri Widayanti 1, Suhartono 2, Kartika Chrysti Suryandari 3 PGSD FKIP UNS Kampus VI Kebumen
Lebih terperinciRahman et al., Penerapan Model Pembelajaran Peta Konsep Pohon Jaringan... 1
Rahman et al., Penerapan Model Pembelajaran Peta Konsep Pohon Jaringan... 1 Penerapan Model Pembelajaran Peta Konsep Pohon Jaringan untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV dalam Pembelajaran
Lebih terperinciMENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF MELALUI MEDIA PUZZLE PADA SISWA KELAS III SDN GRENDEN 02 PUGER JEMBER
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF MELALUI MEDIA PUZZLE PADA SISWA KELAS III SDN GRENDEN 02 PUGER JEMBER (Improving the third grade student's ability in writing a paragraph by using puzzle as the
Lebih terperinciMachthumah et al., Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing...
1 Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Pelajaran IPA Pokok Bahasan Pesawat Sederhana Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VA SDN Rogotrunan 01 Lumajang Tahun Pelajaran 2014/2015
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS V-A PADA PEMBELAJARAN PKn DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT DI SDN 01 KOTO BALINGKA
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS V-A PADA PEMBELAJARAN PKn DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT DI SDN 01 KOTO BALINGKA Julliati 1, Muhammad Sahnan 1, Hendrizal 1 1 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciPENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING DENGAN BENDA NYATA DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PECAHAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR
PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING DENGAN BENDA NYATA DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PECAHAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR Sutarmi 1,Triyono 2, Harun Setya Budi 3 PGSD FKIP Universitas Negeri Sebelas Maret,
Lebih terperinciPENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL WORD SQUARE DI SDN 26 PELANGAI KECIL KABUPATEN PESISIR SELATAN
PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL WORD SQUARE DI SDN 26 PELANGAI KECIL KABUPATEN PESISIR SELATAN Rosmiati 1, Muhammad Sahnan 1, Yulfia Nora 1 1 Program Studi
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA MATERI ASAM DAN BASA DENGAN MENGGUNAKAN INQUIRY BASED LEARNING (IBL) PADA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 5 MAKASSAR
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA MATERI ASAM DAN BASA DENGAN MENGGUNAKAN INQUIRY BASED LEARNING (IBL) PADA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 5 MAKASSAR EFFORTS TO INCREASE LEARNING OUTCOMES OF CHEMICAL ACID
Lebih terperinciMeningkatkan Kemampuan Menyimak melalui Media Boneka Tangan pada Siswa Kelas II SDN Nogosari 04 Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember
1 Meningkatkan Kemampuan Menyimak melalui Media Boneka Tangan pada Siswa Kelas II SDN Nogosari 04 Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember (Improving The Second Grade Student's Listening Ability through Hand
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI TEKNIK PICK UP CARDS GAME DI SDN KEBONSARI 04 KABUPATEN JEMBER
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI TEKNIK PICK UP CARDS GAME DI SDN KEBONSARI 04 KABUPATEN JEMBER Penulis 1 Chumi Zahroul F Penulis 2 Charisyah Widya Y Dosen Jurusan
Lebih terperinciPENERAPAN STRATEGI THE POWER OF TWO UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 9 PEKANBARU
PENERAPAN STRATEGI THE POWER OF TWO UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 9 PEKANBARU Hanifli hanafli.sman9@gmail.com SMAN 9 Pekanbaru ABSTRACT This research is motivated by
Lebih terperinciIMPLEMENTATION PROBLEM SOLVING LEARNING METHOD TO INCREASE STUDY RESULT OF IPS IV CLASS STUDENTS IN SDN 163 PEKANBARU
1 IMPLEMENTATION PROBLEM SOLVING LEARNING METHOD TO INCREASE STUDY RESULT OF IPS IV CLASS STUDENTS IN SDN 163 PEKANBARU Ana Julita, Lazim N, Mahmud Alpusari Anajulita111@gmail.com, LazimPGSD@gmail.com,
Lebih terperinciPenerapan Model Pembelajaran Problem Solving dalam Kelompok Kecil untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Hasil Belajar
Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving dalam Kelompok Kecil untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Hasil Belajar Widia Ratna Sari Dr. Ach. Amirudin, M.Pd Drs. Soetjipto. TH, S.H, S.E, M.Pd
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS V SDN 26 PASAMAN
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS V SDN 26 PASAMAN Mira Maryulis 1, Erman Har 1, Edrizon 1. 1 Program Studi Pendidikan Guru
Lebih terperinciMukarromah et al., Penerapan Model Pembelajaran...
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Rowotamtu 02 Jember pada Pokok Bahasan Peristiwa Alam Tahun Pelajaran 2012/2013 (Implementation
Lebih terperinciPendahuluan. Meris et al., Meningkatkan Kemampuan Menulis...
1 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI SUGESTIF MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SDN KEMUNINGSARI KIDUL 01 JEMBER (Improving the Fourth Grade Student's Writing Suggestive Narration
Lebih terperinci278 Penerapan Metode Sosiodrama...
PENERAPAN METODE SOSIODRAMA DENGAN MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN IPS TENTANG PERANAN TOKOH DALAM MEMPROKLAMASIKAN KEMERDEKAAN PADA SISWA KELAS V SDN 4 KUTOSARI TAHUN AJARAN 2015/2016 Herlin
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL ARIAS
PENERAPAN MODEL ARIAS DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS TENTANG PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI GRUJUGAN TAHUN AJARAN 2015/ 2016 Linta Hidayatulloh Al Fadlun
Lebih terperinciMivafarlian et al., Penerapan Metode Diskusi Berbantuan Garis Bilangan. 1
Mivafarlian et al., Penerapan Metode Diskusi Berbantuan Garis Bilangan. 1 Penerapan Metode Diskusi Berbantuan Garis Bilangan untuk Meningkatkan dan Hasil Belajar Kelas IV Materi Penjumlahan dan Pengurangan
Lebih terperinciPENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PERGERAKAN NASIONAL
PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PERGERAKAN NASIONAL Ayu Mutiara Kasih 1), Siti Kamsiyati 2), Sadiman 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Slamet
Lebih terperinciPENERAPAN METODE INKUIRI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU
PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU Irene Zebue SMP Negri 5 Gunungsitoli, kota Gunungsitoli Abstract: This study aims to determine the application of inquiry learning
Lebih terperinciPENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN SISWA KELAS IV SD
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN SISWA KELAS IV SD Oleh: Liyandari 1, Wahyudi. 2, Imam Suyanto 3 1 Mahasiswa PGSD FKIP Universitas
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA KONSEP CAHAYA
1 A n t o l o g i U P I V o l u m e E d i s i N o. J u n i 2016 PENERAPAN MODEL QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA KONSEP CAHAYA Iing Farikhin¹, Umar², Hana Yunansah³
Lebih terperinciPendahuluan. Abstrak. Abstract. Azizah et al., Peningkatan Motivasi dan Hasil...
1 Pendahuluan Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Pokok Bahasan Sifat-Sifat Cahaya melalui Strategi Pembelajaran Penemuan (Discovery) Siswa Kelas VA SDN Karangharjo 02 Silo Jember (Increasing the
Lebih terperinciMurniati 1,sainab 2. Kata Kunci : Hasil Belajar Kognitif, IPA Terpadu, Model Pembelajaran Aktif, dan Quiz Team
PENINGKATAN HASIL BELAJAR KOGNITIF IPA TERPADU (BIOLOGI) MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE QUIZ TEAM PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII MTs PPTI TAMO Murniati 1,sainab 2 1 Biologi Madrasah Aliyah
Lebih terperinciSherli Malinda, Nyoman Rohadi dan Rosane Medriati
PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA PADA KONSEP USAHA DAN ENERGI DI KELAS X MIPA.3 SMAN 10 BENGKULU Sherli Malinda, Nyoman Rohadi dan Rosane
Lebih terperinciPENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX CARD MATCH
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX CARD MATCH DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS V SDN PESANGGRAHAN 01 TAHUN AJARAN 2013/2014. Oleh: Etri Asih 1, Tri Saptuti 2, Joharman
Lebih terperinciPENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING
PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING MELALUI PENDEKATAN VISUAL, AUDITORY, KINESTHETIC (VAK) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 JATIROTO TAHUN AJARAN 2014/2015 Marlina 1, M. Chamdani
Lebih terperinciFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Abstract
PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN EKSPERIMEN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENDEKATAN CONTEKSTUAL TEACHING AND LEARNING DI SDN 13 BUKIT KACIAK Erik Sandra 1, Wince Hendri
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS IV SDN 27 SAGO PESISIR SELATAN
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS IV SDN 27 SAGO PESISIR SELATAN Marya Dalva 1, Gusmaweti 2, Ashabul Khairi 3. 1) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Lebih terperinciProgram Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau ABSTRACT
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PROBING PROMPTING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 1 BANGKINANG BARAT TAHUN AJARAN 2011/2012
Lebih terperinciMENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV DENGAN MENGGUNAKAN MODEL JIGSAW DI SDN 17 PINTI KAYU KETEK SOLOK SELATAN
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV DENGAN MENGGUNAKAN MODEL JIGSAW DI SDN 17 PINTI KAYU KETEK SOLOK SELATAN Azwir¹, Pebriyenni¹, Ashabul Khairi¹ 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Lebih terperinciDewi Mayangsari dkk, Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Aktivitas...
27 Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI Pokok Bahasan Konduktor dan Isolator SDN Semboro Probolinggo Tahun Pelajaran 2012/2013 (The Application
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IIS 2 SMA NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2014/2015. Henggar Dimas Pradiva NIM K8411035
Lebih terperinciPENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS VIIIA SMP N 3 SLEMAN
PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA KELAS VIIIA SMP N 3 SLEMAN Oleh: Aidin Rahmawati 12144100078 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN
Lebih terperinciJurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XII, No. 1, Tahun 2014 Septi Wuri Handayani 12-20
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR AKUNTANSI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TIPE THINK PAIR SHARE BERBANTUAN MEDIA MODUL INCREASED LEARNING ACTIVITY OF ACCOUNTING THROUGH LEARNING MODEL TYPE THINK PAIR SHARE ASSISTED
Lebih terperinciJournal of Elementary Education
JEE 2 (1) (2013) Journal of Elementary Education http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jee PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) Vivin Nurul Agustin
Lebih terperinciPendahuluan. Putri et al., Penerapan Model Cooperative Learning tipe... 1
Putri et al., Penerapan Model Cooperative Learning tipe... 1 Pendahuluan Penerapan Model Cooperative Learning tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam
Lebih terperinciPENERAPAN PAIKEM PADA MATERI MENJELANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA (UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR)
PENERAPAN PAIKEM PADA MATERI MENJELANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA (UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR) Siti Halimatus Sakdiyah& Didik Iswahyudi Universitas Kanjuruhan Malang (e-mail :
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO PADA PEMBELAJARAN PKn DI SD NEGERI 22 LUBUK MINTURUN
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO PADA PEMBELAJARAN PKn DI SD NEGERI 22 LUBUK MINTURUN Wegga Maulina 1, Nurharmi 2, Yulfia Nora 1 1 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciPENERAPAN ACTIVE LEARNING DENGAN SILENT DEMONSTRATION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 14 SURAKARTA
PENERAPAN ACTIVE LEARNING DENGAN SILENT DEMONSTRATION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 14 SURAKARTA Skripsi Oleh: TRY NESIA NURHEMY X4307053 FAKULTAS KEGURUAN
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING PERMAINAN CARD SORT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 05 METRO SELATAN
PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING PERMAINAN CARD SORT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 05 METRO SELATAN Muncarno FKIP Universitas Lampung Email: muncarno@gmail.com
Lebih terperinciPENERAPAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN UNTUK MENINGKATKAN PENALARAN MATEMATIS SISWA. Yeni Dwi Kurino Universitas Majalengka
PENERAPAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN UNTUK MENINGKATKAN PENALARAN MATEMATIS SISWA Yeni Dwi Kurino Universitas Majalengka Email: Yenidwi_kurino@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahhya
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL GUIDED INQUIRY DENGAN SUMBER BELAJAR LINGKUNGAN DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SDN 1 SIKAYU TAHUN 2015/2016
PENERAPAN MODEL GUIDED INQUIRY DENGAN SUMBER BELAJAR LINGKUNGAN DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SDN 1 SIKAYU TAHUN 2015/2016 Widi Windarwati 1, Triyono 2, Kartika Chrysti Suryandari 3
Lebih terperinciNoorhafizah dan Rahmiliya Apriyani
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) KOMBINASI MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SDN SUNGAI MIAI 5 BANJARMASIN Noorhafizah
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN METODE STUDI KASUS PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SD
578 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 6 Tahun ke-6 2017 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN METODE STUDI KASUS PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SD THE EFFORT TO INCREASE THE
Lebih terperinciPENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V.E DENGAN MENGGUNAKAN MODEL WORD SQUARE DI SD KARTIKA I-10 PADANG
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V.E DENGAN MENGGUNAKAN MODEL WORD SQUARE DI SD KARTIKA I-10 PADANG Rika Purwati 1), Dr. Erman Har, M.Si. 2), Daswarman, ST.,M.Pd. 1) 1) Program Studi
Lebih terperinciPENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU
PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU APPLICATION METHODS DEMONSTRATION TO IMPROVE STUDENT LEARNING OUTCOMES IN LEARNING IPA INTEGRATED Dahyana
Lebih terperinciPENGGUNAAN MODEL ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS IV SDN 1 LUNDONG
PENGGUNAAN MODEL ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS IV SDN 1 LUNDONG Rustiana Primasari 1, Wahyudi 2, Joharman 3 PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Kepodang 67A
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMELAJARAN IPS MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DI SD NEGERI 03 KOTO KACIAK MANINJAU
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMELAJARAN IPS MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DI SD NEGERI 03 KOTO KACIAK MANINJAU Desi Fitria 1, Pebriyenni 1, Asrul Thaher 2 Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika
PENINGKATAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE TEAMS GAMES TOURNAMENT ( PTK Pada Siswa Kelas VII B SMP N 2 Sawit Tahun Ajaran 2014/2015) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS V.A PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS
ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS V.A PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS DI SDN 24 JATI GAUNG PADANG OLEH: MUTIA LATIFAH NPM. 1110013411167
Lebih terperinci