Setiyadi B, Susantiningsih T, Apriliana E, Windarti I Faculty of Medicine University of Lampung

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Setiyadi B, Susantiningsih T, Apriliana E, Windarti I Faculty of Medicine University of Lampung"

Transkripsi

1 The Chemopreventive Effects of Extracts Compare with Infuse of Soursop Leaves (Annona muricata L.) in Breast Tissue of Female Sprague-Dawley Rats Induced by Dmba Setiyadi B, Susantiningsih T, Apriliana E, Windarti I Faculty of Medicine University of Lampung Abstract Breast cancer is a malignancy derived from epithelial ducts and lobules. The breast cancer is the second most common cancer in Indonesia after cervical cancer.the medical treatment of cancer still has a lot of side effects. this can be minimized by using chemopreventive agents of soursop leaf infusion and extract which works selectively attacking cancer cells. This study is an experimental study with Post Test Only With Control Group Design, using 24 female Sprague-Dawley Rats and simply randomized into 4 groups. Group K (negative control ) had 1 cc of aquadest every day; Group 1 (positive control) had induced DMBA 20 mg/kg 2 times a week, and were given Aquadest; Group 2 (extraction) had DMBA induced and soursop leaf extract dose of 40 mg / kg; Group 3 (infusion) had DMBA induced and soursop leaf infusion dose of 0.2 g / ml. Each treatment is given by using a sonde orally for 4 weeks. From the results, the average of epithelial hyperplasia are K(0.03), 1(2,2), 2(0.7), and 3(1.03). With Kruskall- Wallis and continued with post-hoc test, there are significantly difference between groups (p<0,05). Key words : Soursop leaves, extract, infuse, DMBA Perbandingan Efek Kemopreventif Pemberian Ekstrak dan Infusa Daun Sirsak (Annona muricata L.) terhadap Gambaran Mikroskopis Jaringan Payudara Tikus Betina Galur Sprague Dawley yang Diinduksi Dmba Abstrak Kanker payudara merupakan keganasan yang berasal dari epitel duktus dan lobulus. Angka kejadian kanker payudara menempati urutan kedua di Indonesia setelah kanker serviks. Upaya pengobatan dengan kemoterapi masih banyak menimbulkan efek samping. Efek samping ini dapat diminimalisir dengan penggunaan agen kemopreventif dalam infusa dan estrak daun sirsak yang bekerja secara selektif dalam menyerang sel kanker. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan Post Test Only With Control Group Design, menggunakan 24 ekor tikus putih betina galur sprague dawley yang diacak kedalam 4 kelompok. Kelompok K(kontrol negatif) hanya diberi aquadest 1 cc setiap hari; Kelompok 1(kontrol positif) diinduksi DMBA 20 mg/kg BB 2 x seminggu, dan diberi aquadest; Kelompok 2(ekstraksi) diinduksi DMBA dan diberi ekstrak daun sirsak dosis 40 mg/kg BB; Kelompok 3(infusa) diinduksi DMBA dan diberi infusa daun sirsak dosis 0,2 gr/ml. Masing masing perlakuan diberikan dengan sonde oral selama 4 minggu. Dari hasil penelitian didapatkan rerata hiperplasia epitel kelompok K(0,03), 1(2,2), 2(0,7), dan 3(1,03). Dengan menggunakan uji statistik Kruskall-Wallis yang dilanjutkan dengan uji post hoc Mann-Whitney didapatkan perbedaaan yang signifikan (p<0,05). Kata kunci : Daun sirsak, ekstrak, infusa, DMBA 39

2 Pendahuluan Kanker payudara merupakan keganasan yang berasal dari epitel duktus dan lobulus. Angka kejadian kanker payudara menempati urutan kedua setalah kanker serviks dengan insidensi sebanyak kasus atau sebesar 16,85% pada tahun 2007 di Indonesia (Fitricia dkk., 2012). Pengobatan dengan menggunakan obat-obatan/ Kemoterapi yang sekarang diterapkan, seperti taxol, klorambusil, alkaloid indo seperti vinblastin, dan vinkristin, bekerja dengan cara mempengaruhi metabolisme asam nukleat terutama DNA atau biosintesis protein secara tidak selektif, sehingga bersifat toksik tidak hanya pada sel kanker tetapi juga pada sel normal, terutama sel normal yang memiliki kecepatan proliferasi yang tinggi seperti sum-sum tulang belakang (Siswandono, 2000). Penghambatan proliferasi sel-sel sum-sum tulang belakang akan mengakibatkan penurunan jumlah leukosit sehingga menyebabkan pasien rentan terhadap infeksi akibat menurunnya sistem imun. Dosis obat sitostatik yang tinggi juga bisa menyebabkan terjadinya resistensi. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan terapi kanker yang lebih efektif dan selektif. Terapi kanker menggunakan agen kemopreventif lebih menjanjikan daripada obat antikanker konvensional (Hanahan & Weinberg, 2000). Salah satu jenis tanaman yang dapat yang memiliki aktivitas sebagai agen kemopreventif adalah sirsak, terutama pada daunnya. Zat aktif dalam tanaman sirsak yang mampu berperan sebagai antikanker adalah Annonaceous acetogenins. Acetogenins merupakan inhibitor kuat dari kompleks I mitokondria atau NADH dehidrogenase. Zat ini akan mengakibatkan penurunan produksi ATP yang akan menyebabkan kematian sel kanker, lalu kemudian memicu terjadinya aktivasi jalur apoptosis serta mengaktifkan p53 yang dapat menghentikan siklus sel untuk mencegah terjadinya proliferasi tak terkendali. Selain itu, senyawa triterpenoid dan flavonoid di dalam daun sirsak juga memiliki efek antikarsinogenesis (Retnani, 2011). Pada penelitian yang dilakukan Retnani (2011) telah terbukti ekstrak daun sirsak dapat menghambat proses onkogenesis. Namun, yang sekarang digunakan oleh masyarakat Indonesia secara umum adalah rebusan atau infusa daun sirsak. Sehingga perlu dibandingkan, apakah penggunaan infusa daun 40

3 sirsak dengan dosis optimal sama baiknya dengan penggunaan ekstrak daun sirsak dengan dosis optimal dalam menghambat onkogenesis (Hatim, 2012). Dari latar belakang di atas, maka peneliti bermaksud untuk mengetahui efek kemopreventif pemberian ekstrak dan infusa daun sirsak (Annona muricata L. L.) terhadap perubahan gambaran mikroskopis jaringan payudara tikus putih (Rattus norvegicus) betina galur Sprague Dawley yang diinduksi 7,12 Dimethylbenz(a)anthracence (DMBA). Serta mengetahui perbandingan antara keduanya. Metode Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Post Test Only With Control Group Design. Sampel dalam penelitian ini adalah Tikus putih betina galur Sprague Dawley yang didapat dari IPB (Institut Pertanian Bogor) dengan berat berumur 5-7 minggu. Jumlah sampel adalah 24 ekor yang diacak kedalam 4 kelompok perlakuan. Waktu penelitian adalah 5 minggu. Satu minggu pertama masing-masih kelompok dilakukan aklimatisasi/ pengadaptasian dengan tempat penelitian dan makanan, 4 minggu berikutnya, Kelompok K (kontrol negatif) hanya diberi aquadest 1 cc setiap hari; Kelompok 1 (kontrol positif) diinduksi DMBA 20 mg/kg BB 2 x seminggu selama 4 minggu, dan diberi aquadest 1 cc setiap hari; Kelompok 2 (ekstraksi) diinduksi DMBA 20 mg/kg BB 2 x seminggu dan diberi ekstrak daun sirsak dosis 40 mg/kg BB sekali sehari; Kelompok 3 (infusa) diinduksi DMBA 20 mg/kg BB 2 x seminggu dan diberi infusa daun sirsak dosis 0,2 gr/ml sekali sehari. Masing masing perlakuan diberikan dengan menggunakan sonde oral selama 4 minggu. Setelah minggu ke-6, jaringan payudara hewan coba diambil dan kemudian dilakukan pembuatan preparat di Laboratorium Patologi Anatomi FK Unila, lalu dilakukan pengamatan hiperplasia epitel duktus payudara dalam 5 lapang pandang. Kemudian pengamatan dikategorikan sesuai grade hiperplasia yang didapatkan dengan memodifikasi penelitian Ting et al (2007), yaitu: grade 0 apabila gambaran mikroskopis normal; grade 1 apabila didapatkan hiperplasia 41

4 ringan (2-4 lapis epitel yang mengalami hiperplasia); grade 2 apabila didapatkan hiperplasia berat (>4 lapis epitel yang mengalami hyperplasia); grade 3 apabila terdapat hiperplasia dengan atipia; grade 4 apabila mengalami karsinoma duktal in situ; dan grade 5 apabila terjadi karsinoma duktal yang invasif. Data hasil pengamatan diuji analisis menggunakan software statistik. Uji yang pertama dilakukan adalah uji normalitas (uji Shapiro-Wilk). Apabila sebaran data normal, dilakukan uji one way ANOVA. Tetapi bila sebaran data tidak normal atau varians data tidak sama, dilakukan uji alternatif yaitu uji Kruskal- Wallis. Uji ini bertujuan untuk mengetahui paling tidak terdapat perbedaan antara dua kelompok perlakuan. Apabila pada uji tersebut didapatkan hasil bermakna (p<0,05) maka dilakukan uji post-hoc. Uji post-hoc untuk one way ANOVA adalah LSD sedangkan untuk uji Kruskal-Wallis adalah Mann Whitney. Hasil Rata-rata grade epitel dari tikus yang dihitung pada kelompok K (kontrol negatif) yaitu sebesar 0,03 ± 0,81, kelompok 1 (kontrol postif) sebesar 2,2 ± 0,21, kelompok 2 (ekstrak) sebesar 0,7 ± 0,10, dan kelompok 3 (infusa) sebesar 1,03 ± 0, ,8 1,6 1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 0,03 ± 0,81 2,2 ± 0,21 0,7 ± 0,10 K Gambar 1. Grafik perbandingan rerata gambaran epitel antar kelompok. Kelompok 1,03 ± 0,15 Data ini kemudian diolah dengan menggunakan program komputer. Pertama, dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji normalitas 42

5 Shapiro-Wilk, uji ini dipilih karena jumlah sampel yang digunakan kurang dari 50. Setelah dilakukan uji normalitas, didapatkan hasil bahwa seluruh data tidak memiliki distribusi yang normal dengan p<0,05 sehingga uji analisis yang digunakan untuk data penelitian ini adalah uji alternative one way ANOVA, yaitu Kruskall-Wallis. Tabel 1. Hasil uji Kruskall-Wallis Kelompok N Mean±SD p Rerata Hiperplasia K 6 0,03 ± 0,81 0, ,2 ± 0, ,7 ± 0,10 1,03 ± 0,15 Setelah dilakukan Kruskal-Wallis diperoleh tingkat siginifikansi atau p pada ketiga kelompok perlakuan adalah <0.05. Hal ini menunjukan bahwa minimal terdapat dua kelompok yang memilik perbedaan yang signifikan. Untuk mengetahui pengukuran mana yang berbeda, analisis data kemudian dilanjutkan dengan uji post-hoc. Hasil uji Kruskal-Wallis dijelaskan pada Tabel 1 sedangkan hasil uji post-hoc dijelaskan pada Tabel 2. Tabel 2. Uji beda antar kelompok Kelompok K vs Kelompok 1 Kelompok K vs Kelompok 2 Kelompok K vs Kelompok 3 Kelompok 1 vs Kelompok 2 Kelompok 1 vs Kelompok 3 Kelompok 2 vs Kelompok 3 p 0,002 0,002 0,003 0,003 0,003 0,004 Berdasarkan Tabel 2 hasil uji post-hoc, diperoleh data bahwa perbedaan yang bermakna terjadi pada semua pengukuran. Terdapat perbedaan yang bemakna antara kelompok K (kontrol negatif) dengan kelompok 1 (Kontrol 43

6 positif) Perbedaan yang bermakna juga terdapat kelompok K (kontrol negatif) dengan kelompok 2 ( ekstrak daun sirsak), dan antara kelompok K (kontrol negatif) dengan kelompok 3 ( infusa daun sirsak),. Selain itu, perbedaan yang bermakna juga terjadi antara kelompok 2 (ekstrak daun sirsak) dengan Kelompok 3 ( infusa daun sirsak. Besarnya perbedaan pada setiap kelompok menghasilkan nilai p<0,005. Pembahasan Dalam penelitian ini, digunakan agen kemopreventif alami yang berasal dari ekstrak dan infusa daun sirsak yang mengandung bahan aktif yaitu acetogenin, flavonoid, triterpenoid (Retnani, 2011). Menurut Retnani (2011) Acetogenins merupakan inhibitor kuat dari kompleks I mitokondria atau NADH dehidrogenase. Zat ini akan mengakibatkan penurunan produksi ATP yang akan menyebabkan kematian sel kanker, lalu kemudian memicu terjadinya aktivasi jalur apoptosis serta mengaktifkan p53 yang dapat menghentikan siklus sel untuk mencegah terjadinya proliferasi tak terkendali. Flavonoid akan meningkatkan ekspresi enzim gluthation S-transferase yang dapat mendetoksifikasi karsinogen sehingga cepat dieliminasi oleh tubuh. Senyawa triterpenoid menstabilkan benang-benang spindel pada fase mitosis sehingga proses mitosis terhambat. Triterpenoid juga menginhibisi enzim topoisomerase yang akan menginduksi apoptosis dan menghentikan siklus sel. Pada penelitian ini kemungkinan dapat terjadi hal yang sama pada payudara tikus yang diinduksi DMBA yang telah diberikan ekstrak serta infusa daun sirsak. Dosis Ekstrak dan Infusa yang dibandingkan pada penelitian ini adalah dosen potensial masing-masing. Pada penelitian Hermawan dan Laksono (2013) dosis ekstrak daun sirsak yang paling berpengaruh dilihat dari kadar fenolnya adalah dosis 40 mg/kgbb. Fenol merupakan salah satu gugus dari acetogenins. Dosis untuk infusa sebagai kemopreventif menurut Syariefa (2011) dosis optimal yang digunakan pada manusia adalah 8 gram daun sirsak dalam 3 gelas air. Dosis ini lah yang akan digunakan untuk dikonversikan dari dosis manusia ke dosis tikus dengan menggunakan rumus konversi Laurence dan Bacharach (1964). 44

7 Dengan faktor konversi dosis dari manusia (70 kg) ke tikus (200gr) adalah 0,018, maka dosis yang akan diberikan kepada tikus adalah 70/50 x 8 x 0,018 = 0,2 mg dalam 2 ml. Pada penelitian ini, didapatkan bahwa daun sirsak memiliki efek kemopreventif dalam mengendalikan hiperplasia epitel pada jaringan payudara tikus yang diinduksi DMBA. Hal ini terlihat dari pada uji Kruskall-Wallis yang menunjukan bahwa paling tidak terdapat dua kelompok data yang mempunyai perbedaan rerata yang bermakna. Lalu kemudian dilanjutkan dengan analisis post hoc Mann Whitney. Hasil analisis post hoc menunjukan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara masing-masing kelompok. Hal ini berarti setiap kelompok terdapat perbedaan rerata hiperplasia epitel yang bermakna. Pada tabel 4 terlihat hasil rata-rata hiperplasia epitel pada gambaran mikroskopis jaringan payudara. Rerata gambaran epitel pada kelompok K (kontrol negatif) adalah 0,03. Persentase ini menunjukan bahwa dari semua lapang pandang hanya 1 lapang pandang yang terlihat adanya gambaran hiperplasia, yaitu hiperplasia ringan. Hal ini menunjukan bahwa epitel jaringan payudara kelompok K normal. Pada kelompok 1 (kontrol positif), rerata hiperplasia epitel sebesar 1,86. Dari semua lapang pandang, selalu terlihat adanya hiperplasia, mulai dari hiperplasi ringan hingga hiperplasia berat dengan atipia. Kelompok 2 ( ekstraksi daun sirsak) mengalami penurunan rerata hiperplasia epitel sebesar 0,7 sedangkan kelompok 3 (infusa daun sirsak) terjadi penurunan rerata hiperplasia epitel sebesar 1,03. Pada kelompok K (kontrol negatif) yaitu tikus yang hanya diberi aquadest tanpa perlakuan lain, didapatkan hasil yang normal. Pada gambaran mikroskopisnya, secara umum tidak ditemukan adanya hiperplasia epitel. Hal ini karena aquadest yang diberikan bukan merupakan bahan karsinogen yang dapat mempengaruhi gambaran mikroskopis jaringan payudara. Pada kelompok 1 (kontrol positif) yang diberi perlakuan DMBA 20 mg/kg BB 2 x seminggu, secara umum ditemukan perubahan gambaran mikroskopis jaringan payudara dengan rerata nilai 2,2 ± 0,21. Dari 6 tikus pada kelompok 1 di tiap lapang pandang, rata-rata memiliki grade ke 2 dan ke 3. Dalam pemeriksaan 45

8 mikroskopis terlhat hiperplasi epitel duktus, dan terdapat athypia. Perubahan gambaran I dikarenakan pemberian DMBA 20 mg/kgbb Aktivitas karsinogenik dari DMBA terjadi melalui aktivitas enzim sitokrom P450 membentuk proximate carcinogen dan ultimate carcinogen (Dandekar et al., 2006). Sitokrom P-450 dan microsomal epoxide hydrolase (meh) memetabolisme DMBA menjadi dua metabolit yaitu metabolit elektrofilik dan metabolit yang mampu membentuk DNA adduct (DNA yang mampu berikatan dengan senyawa karsinogenik). Sitokrom P-450 CYP1B1 mengoksidasi DMBA menjadi 3,4-epoxides yang diikuti dengan hidrolisis epoxides oleh meh membentuk metabolit proximate carcinogenic dan DMBA-3,4-diol. Metabolit ini nantinya dioksidasi oleh CYP1A1 atau CYP1B1 menjadi metabolit ultimate carcinogenic (DMBA-3,4- diol-1,2-epoxide) (Smith, 2000). Pada kelompok perlakuan yang diberi ekstrak dan infusa terdapat penurunan yang bermakna jika dibandingkan dengan kelompok yang hanya diberi DMBA saja. Hal ini disebabkan oleh aktivitas metabolit zat aktif yang dimiliki oleh daun sirsak. Acetogenins akan mengakibatkan penurunan produksi ATP yang akan menyebabkan kematian sel kanker, lalu kemudian memicu terjadinya aktivasi jalur apoptosis serta mengaktifkan p53 yang dapat menghentikan siklus sel untuk mencegah terjadinya proliferasi tak terkendali. Flavonoid akan meningkatkan ekspresi enzim gluthation S-transferase yang dapat mendetoksifikasi karsinogen sehingga cepat dieliminasi oleh tubuh. Senyawa triterpenoid menstabilkan benang-benang spindel pada fase mitosis sehingga proses mitosis terhambat. Triterpenoid juga menginhibisi enzim topoisomerase yang akan menginduksi apoptosis dan menghentikan siklus sel (Retnani, 2011). Rerata dari Kelompok 2 (Ekstraksi) mengalami penurunan rerata tingkatan hiperplasia epitel yang lebih baik jika dibandingkan dengan kelompok 3 (Infusa). Hal ini dikarenakan metode ekstraksi dengan cara maserasi dapat menyerap zat aktif lebih baik dibandingkan dengan metode infusa. Pada metode infusa, zat-zat aktif yang tertarik dapat mengendap kembali ketika larutan disimpan. Kemudian, ada zat-zat aktif yang terkandung yang tidak tahan panas lama, seperti senyawa flavonoid, sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan zat aktif. Flavoid 46

9 merupakan golongan senyawa yang tidak tahan panas, dan mudah teroksidasi pada suhu tinggi, sehingga kandungan zat-zat/ metabolit aktif pada ekstrak dengan metode maserasi akan lebih baik dibanding dengan zat-zat pada metode infusa (Rahayu, 2009). Simpulan Gambaran mikroskopis jaringan payudara yang diinduksi ekstrak daun sirsak lebih baik dibandingkan yang diinduksi oleh infusa daun sirsak. Daftar Pustaka Dandekar S, Sukumar S, Zarbl H, Young L, Cardiff, R Spesific activation of the cellular Harvey-ras oncogene in dimethylbenzathracene-induced mouse mammar tumors. Moll Cell Biol. 3 (6) : Fitricia I, Winarni D, Pidada R Pengaruh pemberian tomat ( Solanum lycopensicum l.) Terhadap histologi kelenjar mammae mencit yang diinduksi 7,12- dimetilbenz(a)antrasena (DMBA). Jurnal Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Airlangga. 2 (15) : 9. Hanahan D dan Weinberg RA The hallmarks of cancer. Cell. 100 (2) : Hatim N Aktivitas antikanker ekstrak etanol daun surian (Toona sinensis) pada tikus betina sprague dawley yang diinduksi 7,12- dimetilbenz(a)antrasena (DMBA). Departemen Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor: Bogor. Hermawan GP dan Laksono H Ekstraksi daun sirsak ( Annona muricata l.) Menggunakan pelarut etano. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri Universitas Diponegoro. 2 (2) : Laurence J dan Bacharach M Analytical Toxicology. Philadelphia: CRC Press. pp Rahayu L Isolasi dan identifikasi senyawa flavonoid dari biji kacang tunggak (Vigna unguiculata L.). Skripsi. Universitas Brawijaya: Malang. Retnani V Pengaruh suplementasi ekstrak daun Annona muricata terhadap kejadian displasia epitel kelenjar payudara tikus sprague dawley yang diinduksi 7,12- dimetilbenz(a)antrasena (DMBA). Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro: Semarang Smith, AD Oxford Dictionary of Biochemistry and Molecular Biology. Revised Ed. London : Oxford University Pr. pp Siswandono SB Kimia Medisinal, Ed ke-2. Airlangga University. hlm Syariefa E Daun Sirsak: Olah Tepat dan Dosis Aman. Trubus. 2(498) : Ting AY., Kimler BF., Fabian CJ., dan Petroff BK Characterization of A Preclinical Model of Simultaneous Breast and Ovarian Cancer Progression. Carcinogenesis Journal. 1(28):

Bilqistiputri F, Susantiningsih T, Mustofa S, Windarti I Faculty of Medicine University of Lampung

Bilqistiputri F, Susantiningsih T, Mustofa S, Windarti I Faculty of Medicine University of Lampung Chemopreventive Effects of Soursop Leaves (Annona muricata L.) Infusion in Ductal Epithelial Breast Tissue in Female Sprague-Dawley Rats Induced by 7,12 Dimethylbenz(a)anthracene (DMBA) Bilqistiputri F,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang telah menjadi

I. PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang telah menjadi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan kanker dengan insidensi dan mortalitas terbanyak pada wanita di dunia, yaitu sebanyak 1.384.155 kejadian dan 458.503 kematian (IARC, 2013). 70%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara disebut juga dengan carsinoma mammae merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara disebut juga dengan carsinoma mammae merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara disebut juga dengan carsinoma mammae merupakan pertumbuhan sel payudara yang tidak terkontrol karena adanya perubahan abnormal dari gen yang berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak terkendali. Di perkirakan setiap tahun 12 juta orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. denan menggunakan hewan uji berupa tikus putih betina galur Sprague

III. METODE PENELITIAN. denan menggunakan hewan uji berupa tikus putih betina galur Sprague III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksperimental laboratorium denan menggunakan hewan uji berupa tikus putih betina galur Sprague Dawley. B.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan rancangan Post Test Only Control Group Design. Pengambilan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel-sel di dalam tubuh yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel-sel di dalam tubuh yang tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel-sel di dalam tubuh yang tidak terkendali. Salah satu jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi tinggi di dunia adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only Control Group Design. Melibatkan dua kelompok subyek, dimana salah satu kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan Post Test Only Control Group Design. Pengambilan data dilakukan hanya pada saat akhir penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pendekatan pre dan post test control group design. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh dr.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh dr. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh dr. Tiwuk Susantiningsih, M.Biomed mengenai pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terkontrol. Menggunakan 25 ekor tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan

BAB III METODE PENELITIAN. terkontrol. Menggunakan 25 ekor tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode acak terkontrol. Menggunakan 25 ekor tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan galur Sprague

Lebih terperinci

Susantiningsih T, Pertiwi AS, Fiana DN, Carolia N. Medical Faculty of Lampung University

Susantiningsih T, Pertiwi AS, Fiana DN, Carolia N. Medical Faculty of Lampung University The Effect of Giving Soursop Leaves (Annona Muricata L.) Extract to Lung Histopathology Appearance on Female Rats Induced by Carcinogen 7,12 Dimethylbenz[α]anthrancene (DMBA) Susantiningsih T, Pertiwi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lengkap (RAL) dengan 4 (empat) kelompok yang terdiri dari 1 kelompok kontrol

METODE PENELITIAN. Lengkap (RAL) dengan 4 (empat) kelompok yang terdiri dari 1 kelompok kontrol III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 (empat) kelompok yang terdiri dari 1 kelompok kontrol negatif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum lycopersicum L.) terhadap perubahan histologi kelenjar mammae mencit betina yang diinduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatur perbaikan Deoxyribonucleic Acid (DNA) sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatur perbaikan Deoxyribonucleic Acid (DNA) sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah penyakit multifaktorial yang timbul dari tidak seimbangnya protoonkogen, antionkogen, gen yang mengendalikan apoptosis, dan gen yang mengatur perbaikan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode post test group only design. Menggunakan tikus putih jantan galur Sprague dawley berumur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test-only control group design.

Lebih terperinci

Rata-rata Fluktuasi Berat Badan Mencit

Rata-rata Fluktuasi Berat Badan Mencit Nilai Rata-rata (gr) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Fluktuasi Rata-rata Berat Badan Mencit Berat badan mencit diamati tiap minggu, untuk memperoleh informasi perubahan berat badan. Perubahan berat badan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. test-only control group design. Menggunakan 20 ekor tikus putih yang

III. METODE PENELITIAN. test-only control group design. Menggunakan 20 ekor tikus putih yang III. METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan pola post test-only control group design. Menggunakan 20 ekor tikus putih yang telah diinduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada tahun 2004 (WHO, 2009). Berdasarkan data dari Globocan

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada tahun 2004 (WHO, 2009). Berdasarkan data dari Globocan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyebab utama kematian di dunia dengan 7,4 juta atau 13% kematian pada tahun 2004 (WHO, 2009). Berdasarkan data dari Globocan International Agency

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan 30 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan menggunakan pendekatan post test only control group design. Desain penelitian ini memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only Control Group Design. Desain ini menggunakan

Lebih terperinci

The Effect of Soursop Leaf Extract to Hemoglobin Levels in Rats Induced by Carcinogen 7,12dimethylbenz[α]anthrancene (DMBA)

The Effect of Soursop Leaf Extract to Hemoglobin Levels in Rats Induced by Carcinogen 7,12dimethylbenz[α]anthrancene (DMBA) The Effect of Soursop Leaf Extract to Hemoglobin Levels in Rats Induced by Carcinogen 7,12dimethylbenz[α]anthrancene (DMBA) Susantiningsih T, Jaelani AY, Mustofa S, Zulfian Medical Faculty Lampung University

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai mortalitas yang tinggi, dan pengobatannya saat ini belum. memuaskan. Menurut WHO, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dengan

I. PENDAHULUAN. mempunyai mortalitas yang tinggi, dan pengobatannya saat ini belum. memuaskan. Menurut WHO, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Neoplasma (tumor) terutama yang bersifat ganas (kanker), diketahui masih mempunyai mortalitas yang tinggi, dan pengobatannya saat ini belum memuaskan. Menurut

Lebih terperinci

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN LEMBAYUNG (Vigna unguiculata) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS DIABETES MELLITUS DENGAN INDUKSI ALOKSAN

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN LEMBAYUNG (Vigna unguiculata) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS DIABETES MELLITUS DENGAN INDUKSI ALOKSAN UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN LEMBAYUNG (Vigna unguiculata) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS DIABETES MELLITUS DENGAN INDUKSI ALOKSAN Tia Afelita 1, Indah Permata Sari 1, Rizki Chairani Zulkarnain

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. : Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. : Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada ilmu Farmakologi dan Biokimia. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat : Laboratorium Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratorik. Penelitian dilakukan dengan memberikan perlakuan pada sampel yang telah dibagi menjadi

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN Penentuan waktu hewan coba mencapai DM setelah induksi STZ. Kriteria hewan coba mencapai DM adalah apabila kadar GDS 200

HASIL PENELITIAN Penentuan waktu hewan coba mencapai DM setelah induksi STZ. Kriteria hewan coba mencapai DM adalah apabila kadar GDS 200 62 HASIL PENELITIAN 5.1. Hasil uji pendahuluan Uji pendahuluan pada penelitian ini ada 2 macam, meliputi penentuan waktu yang diperlukan untuk hewan uji mencapai DM setelah diinduksi STZ ip dosis 40 mg/kgbb,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan pada hewan uji (Taufiqurrahman, 2004). Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu subyek

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan pada hewan uji (Taufiqurrahman, 2004). Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu subyek BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat experimental laboratorium dengan rancangan penelitian post test only control group, karena pengukuran hanya dilakukan setelah pemberian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh secara cepat dan tidak terkendali melebihi sel-sel yang normal (Winarti,

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh secara cepat dan tidak terkendali melebihi sel-sel yang normal (Winarti, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Kanker adalah pertumbuhan dan perkembangan sel yang tidak normal, yang tumbuh secara cepat dan tidak terkendali melebihi sel-sel yang normal (Winarti,

Lebih terperinci

Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan. menggunakan pendekatan post test only control group design.

Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan. menggunakan pendekatan post test only control group design. 53 4.1. Disain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan menggunakan pendekatan post test only control group design. Disain penelitian ini memberikan efisiensi pelaksanaan

Lebih terperinci

Kata kunci: Kolesterol LDL, kolesterol HDL, daun jambu biji (Psidium guajava Linn.), tikus wistar

Kata kunci: Kolesterol LDL, kolesterol HDL, daun jambu biji (Psidium guajava Linn.), tikus wistar ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL DAN HDL TIKUS WISTAR JANTAN Ester Farida Manalu, 2014: Pembimbing I : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only Control Group Design).

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS Wistar JANTAN

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS Wistar JANTAN ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS Wistar JANTAN Dyota Sulia Mutiari, 2014 Pembimbing I : Dr. Sugiarto Puradisastra dr., M. Kes.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian post test only controlled group design. Universitas Lampung dalam periode Oktober November 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian post test only controlled group design. Universitas Lampung dalam periode Oktober November 2014. BAB III METODE PENELITIAN III.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian post test only controlled group design. III.2 Tempat dan Waktu Penelitian Hewan

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK ETANOL RIMPANG KENCUR (Kaempferia YANG DIINDUKSI ASAM ASETAT ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH EKSTRAK ETANOL RIMPANG KENCUR (Kaempferia YANG DIINDUKSI ASAM ASETAT ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH EKSTRAK ETANOL RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga Linn) TERHADAP JUMLAH GELIATAN MENCIT BALB/C YANG DIINDUKSI ASAM ASETAT THE EFFECT OF ETANOL RHIZOME EXTRACT (Kaempferia galanga Linn) TO THE

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK PEMBERIAN EKSTRAK FLAXSEED

ABSTRAK EFEK PEMBERIAN EKSTRAK FLAXSEED ABSTRAK EFEK PEMBERIAN EKSTRAK FLAXSEED (Linum usitatissimum L) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA TIKUS JANTAN (Rattus norvegicus) WISTAR YANG DIINDUKSI PAKAN TINGGI LEMAK Ghaluh Ajeng Retno Pramesty,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tingkat gen akan kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya. Tumor

I. PENDAHULUAN. tingkat gen akan kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya. Tumor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh akibat berbagai faktor penyebab tumor yang menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen akan kehilangan

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK JAHE (Zingiber officinale) TERHADAP KANKER PAYUDARA PADA KULTUR SEL T47D

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK JAHE (Zingiber officinale) TERHADAP KANKER PAYUDARA PADA KULTUR SEL T47D ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK JAHE (Zingiber officinale) TERHADAP KANKER PAYUDARA PADA KULTUR SEL T47D Jimmy, 2011, Pembimbing I : Hana Ratnawati, dr., M.Kes., PA(K) Pembimbing II : David Gunawan, dr. Kanker

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorik. B. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK DAUN DEWA (Gynura divaricata) TERHADAP KADAR SGOT DAN SGPT

PENGARUH EKSTRAK DAUN DEWA (Gynura divaricata) TERHADAP KADAR SGOT DAN SGPT PENGARUH EKSTRAK DAUN DEWA (Gynura divaricata) TERHADAP KADAR SGOT DAN SGPT Studi Eksperimental pada Tikus Sprague Dawley Betina Model Kanker Payudara LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan fakta menunjukkan bahwa jumlah kasus kanker terus meningkat. etnik, paling sering menyebabkan kematian pada wanita Hispanik dan

I. PENDAHULUAN. dan fakta menunjukkan bahwa jumlah kasus kanker terus meningkat. etnik, paling sering menyebabkan kematian pada wanita Hispanik dan I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kanker termasuk salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia, dan fakta menunjukkan bahwa jumlah kasus kanker terus meningkat (Depkes, 2013). Di Amerika Serikat,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan 52 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan menggunakan pendekatan post test only control group design. Desain penelitian ini memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kongenital. Diperkirakan ada kasus baru pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kongenital. Diperkirakan ada kasus baru pada setiap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit yang terjadi karena pembelahan sel yang tidak terkontrol dan tidak terbatas (Djajanegara, 2010). Di beberapa bagian dunia, dalam waktu singkat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Tempat : Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

BAB IV METODE PENELITIAN. Tempat : Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup ruang ilmu Anestesiologi, Farmakologi, dan Patologi Klinik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat : Penelitian dilakukan di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian 31 BAB III METODE PENELITIAN III.1 Jenis dan Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian Post Test Controlled Group Design. III.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya ilmu Biokimia dan Farmakologi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya ilmu Biokimia dan Farmakologi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya ilmu Biokimia dan Farmakologi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK GASTROPROTEKTIF AIR PERASAN DAUN PISANG (Musa paradisiaca L.) PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI ASPIRIN

ABSTRAK. EFEK GASTROPROTEKTIF AIR PERASAN DAUN PISANG (Musa paradisiaca L.) PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI ASPIRIN ABSTRAK EFEK GASTROPROTEKTIF AIR PERASAN DAUN PISANG (Musa paradisiaca L.) PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI ASPIRIN Melissa Chandra, 2014, Pembimbing I : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Histologi, Patologi

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Histologi, Patologi BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Histologi, Patologi Anatomi dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini adalah bidang Histologi, Patologi Anatomi, dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup ruang ilmu Anestesiologi, Farmakologi, dan Patologi Klinik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian 21 BAB III METODE PENELITIAN III.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian Post Test Controlled Group Design. III.2 Tempat dan Waktu Penelitian Hewan

Lebih terperinci

Maria Caroline Wojtyla P., Pembimbing : 1. Endang Evacuasiany, Dra., MS., AFK., Apt 2. Hartini Tiono, dr.

Maria Caroline Wojtyla P., Pembimbing : 1. Endang Evacuasiany, Dra., MS., AFK., Apt 2. Hartini Tiono, dr. ABSTRAK EFEK EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIK MUKOSA LAMBUNG MENCIT MODEL GASTRITIS YANG DI INDUKSI ASETOSAL Maria Caroline Wojtyla P., 0710110. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paru paru, hati, usus dan payudara (Ferlay et al, 2010). Hampir 70% dari angka

BAB I PENDAHULUAN. paru paru, hati, usus dan payudara (Ferlay et al, 2010). Hampir 70% dari angka BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Angka kematian di dunia yang disebabkan oleh kanker mencapai 13% atau mencapai 7,4 juta pada tahun 2008, kasus kanker terbanyak terjadi pada kanker paru paru, hati,

Lebih terperinci

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga RINGKASAN. Dwi Aprilia Anggraini. Gambaran Mikroskopis Sel Astrosit dan Sel

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga RINGKASAN. Dwi Aprilia Anggraini. Gambaran Mikroskopis Sel Astrosit dan Sel 57 RINGKASAN Dwi Aprilia Anggraini. Gambaran Mikroskopis Sel Astrosit dan Sel Piramid Cerebrum pada Tikus Putih (Rattus novergicus) Galur Wistar Setelah Pemberian Ekstrak Etanol Daun Pegagan (Centella

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan menggunakan pre test-post test control group design (Pocock,2008). P0 O1 O5 P1 O2 O6 P S R

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuantitatif. Pada penelitian ini terdapat manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

PROSIDING SEMNAS HERBS FOR CANCER FK UNISSULA ISBN

PROSIDING SEMNAS HERBS FOR CANCER FK UNISSULA ISBN PENGARUH EKSTRAK RIMPANG KUNIR PUTIH ( Curcuma alba ) TERHADAP SEBUKAN SEL MONONUKLEAR PADA SEL ADENOKARSINOMA MAMMA Studi Eksperimental terhadap Mencit C3H yang Diinokulasi Adenokarsinoma Mamma EFFECT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan hewan coba berupa tikus putih betina galur Sprague dawley.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan hewan coba berupa tikus putih betina galur Sprague dawley. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan menggunakan hewan coba berupa tikus putih betina galur Sprague dawley. 3.2. Tempat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. eksperimen Posttest-Only Control Design, yaitu dengan melakukan observasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. eksperimen Posttest-Only Control Design, yaitu dengan melakukan observasi 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain eksperimen Posttest-Only Control Design, yaitu dengan melakukan observasi pada mencit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test. Randomized Control Group Design.

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test. Randomized Control Group Design. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test Randomized Control

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post test only group design. Penelitian eksperimental bertujuan untuk mengetahui kemungkinan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 1 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Histologi, Patologi Anatomi, dan Farmakologi 4.2 Ruang Lingkup Tempat dan Waktu Penelitian telah

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Histologi, Patologi Anatomi, dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Study preliminary / uji pendahuluan dan proses penelitian ini telah

BAB V HASIL PENELITIAN. Study preliminary / uji pendahuluan dan proses penelitian ini telah 1 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1. Hasil Uji Pendahuluan 5.1.1 Penentuan DM setelah Induksi Streptozotosin Study preliminary / uji pendahuluan dan proses penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pendekatan Pre test - Post Test Only Control Group Design. Perlakuan hewan coba dilakukan di animal house Fakultas Kedokteran

III. METODE PENELITIAN. pendekatan Pre test - Post Test Only Control Group Design. Perlakuan hewan coba dilakukan di animal house Fakultas Kedokteran 24 III. METODE PENELITIAN III.1 Jenis dan Desain Penelitian Jenis dari penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN JATI BELANDA

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN JATI BELANDA ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lamk.) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS AORTA TIKUS YANG DIBERI DIET ATEROGENIK Ryan Julio Permana, 2015, Pembimbing 1: Cherry

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan. uji dengan posttest only control group design

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan. uji dengan posttest only control group design BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan uji dengan posttest only control group design B. Subjek Penelitian Hewan uji yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona muricata Linn) Terhadap Konfluenitas Sel Hepar Baby Hamster yang Diinduksi DMBA (7,12-Dimetilbenz(α)antracene) Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group design. B. Subjek Penelitian Subjek penelitian mencit (Mus

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik dan Ilmu Patologi Anatomi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan selama

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu Biokimia dan Farmakologi.

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Disiplin ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu Biokimia dan Farmakologi. BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Disiplin ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu Biokimia dan Farmakologi. 4.2 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Histologi, Mikrobiologi, dan Farmakologi.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Histologi, Mikrobiologi, dan Farmakologi. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini meliputi bidang Histologi, Mikrobiologi, dan Farmakologi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian paparan ekstrak etanol daun sirih merah (Piper crocatum) pada mencit galur DDY selama 90 hari adalah sebagai berikut. 4.1.1 Deskripsi

Lebih terperinci

EFEK NEFROPROTEKTIF EKSTRAK TAUGE (Vigna radiata (L.)) TERHADAP PENINGKATAN KADAR UREA SERUM TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PARASETAMOL DOSIS TOKSIK

EFEK NEFROPROTEKTIF EKSTRAK TAUGE (Vigna radiata (L.)) TERHADAP PENINGKATAN KADAR UREA SERUM TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PARASETAMOL DOSIS TOKSIK EFEK NEFROPROTEKTIF EKSTRAK TAUGE (Vigna radiata (L.)) TERHADAP PENINGKATAN KADAR UREA SERUM TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PARASETAMOL DOSIS TOKSIK SKRIPSI Oleh Mochamad Bagus R. NIM 102010101090 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan Post Test

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan Post Test BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan Post Test Only Control Group Design. Pengambilan data dilakukan hanya pada saat akhir penelitian

Lebih terperinci

Ayunda Prameswari, 2016, Pembimbing I : Heddy Herdiman, dr., M.Kes. Pembimbing II : Hj. Sri Utami, Dra., M.Kes., PA(K)

Ayunda Prameswari, 2016, Pembimbing I : Heddy Herdiman, dr., M.Kes. Pembimbing II : Hj. Sri Utami, Dra., M.Kes., PA(K) ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK ETANOL PURWOCENG (Pimpinella alpina) TERHADAP BERAT BADAN, PANJANG BADAN, DAN PANJANG KALSIFIKASI TULANG FEMUR JANIN TIKUS WISTAR Ayunda Prameswari, 2016, Pembimbing I : Heddy

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK INFUSA DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL DARAH TIKUS JANTAN GALUR WISTAR MODEL DISLIPIDEMIA

ABSTRAK. EFEK INFUSA DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL DARAH TIKUS JANTAN GALUR WISTAR MODEL DISLIPIDEMIA ABSTRAK EFEK INFUSA DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL DARAH TIKUS JANTAN GALUR WISTAR MODEL DISLIPIDEMIA Entin Hartini, 2011, Pembimbing I : Prof. Dr. Susy Tjahjani

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dari tumbuhan sirsak adalah:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dari tumbuhan sirsak adalah: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Daun Sirsak (Annona muricata L.) 1. Klasifikasi Klasifikasi dari tumbuhan sirsak adalah: Kingdom Divisi Sub divisi Kelas Ordo Familia Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada ilmu Farmakologi dan Biokimia.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada ilmu Farmakologi dan Biokimia. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada ilmu Farmakologi dan Biokimia. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat : -Laboratorium Penelitian dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Gizi Klinik, Farmakologi, dan Biokimia. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 22 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Farmakologi, Farmasi dan Patologi Anatomi. 4.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini menggunakan eksperimental laboratorik dengan metode post-test only with control group design. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Model penelitian ini adalah eksperimental murni yang dilakukan dengan rancangan post test controlled group design terhadap hewan uji. B. Populasi dan Sampel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang THT-KL, Farmakologi, dan Patologi Anatomi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen murni dengan menggunakan design Pretest postest with control group

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Anestesiologi, Farmakologi, dan Patologi Klinik. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Anthony Wibowo K, 2011 Pembimbing Utama : Djusena, dr, AIF Pembimbing Pendamping : Dr. Sugiarto Puradisastra,dr, M.kes

Anthony Wibowo K, 2011 Pembimbing Utama : Djusena, dr, AIF Pembimbing Pendamping : Dr. Sugiarto Puradisastra,dr, M.kes ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL DAGING BUAH SALAK PONDOH (Salacca edulis Reinw.) SEBAGAI ANTIDIARE PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN YANG DIINDUKSI OLEUM RICINI Anthony Wibowo K, 2011 Pembimbing Utama : Djusena,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental, desain Post-test control group desain. Postes untuk menganalisis perubahan gambaran histopatologi pada organ

Lebih terperinci

The Effects of Soursop Leaf Ethanol Extract on Renal Histopathological Analysis of DMBA Induced

The Effects of Soursop Leaf Ethanol Extract on Renal Histopathological Analysis of DMBA Induced The Effects of Soursop Leaf Ethanol Extract on Renal Histopathological Analysis of DMBA Induced Suharyadi A, Sukohar A, Muhartono Faculty of Medicine Lampung University Abstract The soursop (Annona muricata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Histologi, Patologi Anatomi dan

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Histologi, Patologi Anatomi dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Histologi, Patologi Anatomi dan Farmakologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Pembuatan ekstrak kulit manggis (Garcinia

Lebih terperinci

Gambar 6. Desain Penelitian

Gambar 6. Desain Penelitian 19 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dipilih mencit dengan kriteria: - Berat badan 20-30 gram - Jantan - Sehat - Berusia 2-3 bulan Mencit diaklimatisasi selama 7 hari Dari 25 mencit kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan Post

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan Post 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan Post Test Only Control Group Design. Pengambilan data dilakukan hanya pada saat akhir

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, Farmakologi.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, Farmakologi. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, Farmakologi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian, pemeriksaan, dan analisis data ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu kedokteran forensik, farmakologi dan ilmu patologi anatomi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Adaptasi

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik dan Ilmu Patologi Anatomi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan selama

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Pemeliharaan dan penelitian dilakukan mulai dari bulan September hingga Oktober 2011 di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Cebior Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia kasus kanker rongga mulut berkisar 3-4% dari seluruh kasus kanker yang terjadi. Sekitar 90-95% dari total kanker pada rongga mulut merupakan kanker sel skuamosa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona Muricata L.) terhadap kadar enzim transaminase (SGPT dan SGOT) pada mencit (Mus musculus)

Lebih terperinci