BAB I PENDAHULUAN. tanpa kecuali. Secara sederhana, proses ini sudah dimulai dari sejak awal
|
|
- Ivan Ridwan Indradjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menua adalah suatu proses yang wajar, terjadi pada seluruh mahluk hidup tanpa kecuali. Secara sederhana, proses ini sudah dimulai dari sejak awal kehidupan dalam bentuk perubahan-perubahan fungsi sel dan atau organ sejalan dengan meningkatnya umur, sehingga ada istilah penuaan kronologis dan penuaan biologis. Kecepatan perubahan fungsi ini, yang sering dikenal sebagai perubahan biologis, berbeda-beda antara satu individu dengan individu lainnya, bahkan antara sel yang satu dengan sel lainnya juga (Klatz and Goldman, 2003). Perubahan yang terjadi adalah proses kematian sel yang kemudian diikuti oleh penggantian sel dengan yang baru. Tetapi pada batas tertentu, proses kematian dari sel akan terus berlanjut sehingga terjadi penurunan fungsi organ yang bersangkutan (Constantinides, 1994) Pada manusia, secara subklinik perubahan biologis ini sudah dapat dideteksi pada usia kronologis 35 tahun, dan proses ini mulai tampak jelas secara klinis pada usia 60 tahun keatas. Banyak teori yang dapat dipakai untuk menjelaskan proses ini. Klatz dan Goldman (2003) menyebutkan ada 4 teori pokok ditambah dengan 15 teori lainnya yang mendasari terjadinya penuaan, sementara Philip Lee Miller (2005) mengelompokkannya menjadi 4 (empat) 1
2 2 faktor saja dan kemudian Nicholas Perricone (2004) menyebutkan teori baru yang mendasari proses menua yaitu teori inflamasi. Teori ini diambil berdasarkan temuan yang dilaporkan oleh Libby et al. (2002), yang menyatakan bahwa salah satu risiko aterosklerosis adalah terjadinya proses inflamasi pada pembuluh darah. Berdasarkan teori di atas, maka proses penuaan fungsional dapat dipercepat, tapi juga dapat dicegah, diobati bahkan dapat dibalik yaitu dengan mengembalikan fungsi organ yang sudah mengalami penurunan oleh karena proses menua. Pembuluh darah adalah salah satu organ yang juga mengalami proses menua. Perubahan yang terjadi dalam proses ini meliputi perubahan struktur dan mekanik dan atau fungsi dari dinding pembuluh darah. Akibat yang ditimbulkan dari proses ini antara lain penebalan dinding dengan peningkatan kekakuan, lumen yang melebar dan kemudian diikuti dengan penurunan vascular compliance (Lakatta dan Levy, 2003; Klatz dan Goldman, 2003; Najjar et al., 2005; Jani dan Rajkumar, 2006; Nilson, 2008). Perubahan pada pembuluh darah yang menua ini mengakibatkan peningkatan tekanan darah (hipertensi) dan penumpukan plak aterosklerosis yang berujung pada penyakit kardio vaskuler lainnya seperti penyakit jantung koroner, infark jantung, stroke dan penyakit pembuluh darah lainnya (Najjar et al., 2005; Jani dan Rajkumar, 2006; Nilson, 2008). Seperti pada teori penuaan organ, pada proses penuaan pembuluh darah ini, ada faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan ada faktor yang dapat dimodifikasi (Nilson, 2008). Faktor risiko penuaan arteri yang dapat dimodifikasi, oleh Nilson (2008) dianggap sama dengan faktor risiko konvensional untuk penyakit pembuluh darah antara lain merokok, aktifitas fisik yang rendah,
3 3 pecandu alkohol, faktor diet, dislipidemia (hiper, rasio HDL : LDL yang rendah) kegemukan dan sebagainya. Sehingga beberapa peneliti memberikan saran yang sama untuk mengurangi risiko penuaan arteri yaitu dengan memperbaiki gaya hidup (Allman-Farinelli & Dawson, 2005; Najjar et al, 2005; Nilson, 2008). Beberapa faktor gizi yang dianggap berpengaruh terhadap penuaan pembuluh darah adalah makanan yang memberikan risiko terhadap kejadian penyakit pembuluh darah. Makanan yang dapat meningkatkan risiko penyakit adalah makanan yang bersifat aterogenik seperti, karbohidrat (Libby et al., 2002; Mozzaffarian et al., 2004) khususnya yang bernilai indek glisemik tinggi, dan atau memberikan jumlah asupan energi yang tinggi; walaupun hal ini hanya terbatas pada timbulnya penyakit stroke hemorrhagic (Levitan et al., 2007). Berikutnya yang termasuk juga makanan yang bersifat aterogenik adalah campuran lemak seperti misalnya kombinasi antara 0.3% kolesterol, 9% minyak kelapa dan 1% minyak jagung (Li H. et al., 1993) atau makanan yang mengandung kolesterol yang tinggi (Henderson et al., 2004). Tetapi di pihak lain, ada nutrient yang dikatakan bersifat ateroprotektif antara lain omega 3, folate, minyak kelapa murni (virgin coconut oil), flavonoid dan atau antioksidan lainnya dan jumlah asupan energi yang dibatasi dapat mencegah proses penuaan pembuluh darah (Balk et al., 2004; Brook, 2005). Indonesia dengan berbagai ragam budayanya, memiliki makanan tradisional yang merupakan makanan khas yang berasal dari daerah itu dan disukai oleh masyarakat pada umumnya yang tinggal di wilayah tersebut. Bali, dikenal memiliki makanan tradisional yang sebelumnya disajikan hanya untuk
4 4 upacara, tapi sekarang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Bali (Cole, 1983; Indraguna, 2009) yaitu salah satunya babi guling. Keunikan dari makanan ini adalah di satu sisi makanan ini kaya akan kandungan lemak jenuh dari hewan yang berasal dari daging babi (miristat dan stearat) dan karbohidrat yang bersifat aterogenik, tetapi disisi lain makanan ini juga mengandung flavonoid yang berasal dari bumbu yang mengandung antioksidan dan bersifat antiinflamasi sehingga dapat dianggap sebagai bersifat ateroprotektif (Indraguna, 2009). Babi guling adalah salah satu makanan tradisional yang dahulu hanya dikonsumsi pada waktu upacara saja. Babi yang dipanggang secara utuh ini dipergunakan dahulu sebagai persembahan dalam upacara, setelah itu dapat dikonsumsi oleh mayarakat yang mempersembahkannya. Tetapi sekarang makanan ini dapat dijumpai di mana-mana dan diperjualbelikan sebagai makanan favorit, di warung-warung makan yang tersebar hampir di semua kabupaten di Bali (Suter etal., 1999, Gunung, 2008). Secara teoritis daging babi merupakan bahan makanan yang bersifat aterogenik. Kandungan lemak dan kolesterol dagingnya dapat meningkatkan kadar lemak darah yang berakibat kepada aterosklerosis (Katsuda etal., 2000, Alpert, 2001). Namun demikian, di sisi yang lain kandungan lemak dan kolesterol daging babi dapat diturunkan dengan memanipulasi makanan yang diberikan kepada babi (Sudana, 1999, Katsuda etal., 2000). Jenis babi yang digunakan untuk babi guling yang seharusnya adalah jenis babi lokal dengan berat pada umumnya berkisar antara 7-25 kg. Babi jenis ini biasanya mendapat makanan sisa rumah tangga, dedak dan kangkung yang tidak terukur jumlah dan
5 5 komposisinya, sehingga sulit untuk memperkirakan bagaimana kandungan lemak dagingnya. Jenis babi yang digunakan sekarang, terutama untuk keperluan komersial adalah jenis babi Landrace dengan berat dapat mencapai 90 kg. Di dalam penyajian makanan babi guling ini, daging babi dimakan sebagai lauk, di samping nasi dan sayur yang biasanya berbentuk lawar yang juga berisi daging dan lemak babi. Daging babi yang disajikan dicampur dengan lemaknya dan sedikit kulit, baru kemudian dituangkan bumbu di atasnya. Bumbu babi guling dibuat dari campuran berbagai bahan yang berasal dari umbi-umbian (jahe, kunir, lengkuas, kencur, bawang merah, bawang putih), biji-bijian (ketumbar, merica), buah (lombok, kemiri, pala), bunga (cengkeh) dan daun-daunan (daun salam, daun belimbing atau daun ubi) (Eiseman, 1998, Suter etal., 1999). Secara teori, mengkonsumsi daging babi dapat dikategorikan mengkonsumsi makanan yang bersifat aterogenik, walaupun tidak diketahui kandungan lemak dari babi yang dimakan. Tetapi bila dilihat komponen bahan yang membentuk bumbu, yang mengandung banyak anti oksidan dan flavonoid, maka dapat dianggap bahwa bumbu babi guling bersifat ateroprotektif. Perkembangan Pola Penyakit di Bali menunjukkan perkembangan dari pola penyakit infeksi ke pola penyakit degenerasi. Pada penelitian yang dilakukan di suatu desa di Bali yang penduduknya memiliki gaya hidup yang dianggap primitif oleh Suastika etal. (2003), ditemukan prevalensi sindroma metabolik yang cukup tinggi yaitu 17,2% dan yang juga menderita hipertensi sebagai salah satu dampak penuaan arteri adalah 32%. Dari hasil data sekunder yang diambil dari test kesehatan rutin (routine general medical check up) pada kelompok
6 6 eksekutif kota Denpasar di laboratorium Prodia dan Nikki Medika diperoleh bahwa penderita kegemukan dengan BMI > 25 kg/m 2 mencapai 66,7 % (46,2 % overweight dan 20,5% obese) dan yang menderita obesitas sentral adalah 50% nya. Dari kelompok ini yang menderita DM tipe 2 adalah 19,9 % dan yang menderita Hipertensi adalah 14% (Indraguna, 2008). Akan tetapi berdasarkan hasil RISKESDAS 2007 disebutkan bahwa prevalensi Hipertensi di Bali adalah 29,1 %, di bawah yang ditemukan oleh Suastika dan kawan-kawan di desa primitif di Bali dan prevalensi stroke yaitu 6,8%. Dibandingkan dengan propinsi lainnya, maka kedua penyakit, yang merupakan akibat dari penuaan pembuluh darah ini, menempati urutan ke 23 dari 33 propinsi yang ada di Indonesia. Dan ini berarti prevalensi penyakit pembuluh darah di Bali tergolong kecil atau di bawah ratarata nasional. Namun di pihak lain, bila dilihat dari asupan kalori dan lemak yang merupakan faktor risiko dari kedua penyakit pembuluh darah ini, masyarakat di propinsi Bali tergolong berisiko. Untuk asupan kalori, masyarakat di propinsi Bali menempati urutan ke 12 dari 33 propinsi dengan jumlah asupan rata-rata 1706 Kcal/hari, dan urutan ke 11 untuk jumlah penduduk yang sering mengkonsumsi lemak yang jumlahnya mencampai 15,4 % (DepKes R.I., 2007). Berdasarkan hasil diskusi panel Susenas tahun 2007, konsumsi kalori masyarakat Bali yang diukur pada tahun 2002, 2005 dan 2007 terus berada di atas konsumsi rata-rata nasional, yaitu berbanding pada tahun 2002, berbanding pada tahun 2005 dan berbanding 2014 pada tahun Dan bila dilihat komponen makanan penyumbang kalori pada tahun-tahun survey yang sama, konsumsi makanan yang bersifat aterogenik seperti lemak, daging dan gula yang
7 7 bersumber dari makanan dan minuman jadi, oleh masyarakat bali dapat dikatakan tergolong tinggi (Biro Pusat Statistik, 2007). Apakah perbedaan perkembangan penyakit degenerasi di atas ada kaitannya dengan makanan tradisional Bali yang unik dan lebih bersifat ateroprotektif? Atau dengan kata lain apakah babi guling menjadi lebih bersifat ateroprotektif oleh karena bumbunya? Apakah campuran bumbu babi guling yang bila dilihat per individu bahan dapat dikatakan sebagai bersifat antioksidan dan antiinflamasi tersebut, efektif untuk meredam efek aterogenik bahan makanan yang dipakai?. Laporan penelitian ini sedapat mungkin menjawab pertanyaan krusial di atas oleh karena penelitian ini diharapkan dapat mengungkap faktor risiko yang diperoleh dari mengkonsumsi babi guling yang merupakan salah satu makanan tradisional Bali terhadap kemungkinan menderita penuaan pembuluh darah. Dan secara khusus akan dijelaskan bagaimana efektifitas campuran bumbu yang dipakai di dalam babi guling dapat menurunkan risiko penuaan pembuluh darah sebagai akibat dari mengkonsumsi babi guling, pada binatang coba tikus Wistar. Ukuran yang digunakan untuk menyatakan penuaan pembuluh darah di dalam penelitian ini adalah munculnya Sel Busa (Foam Cell) sebagai cikal bakal terbentuknya plak aterosklerosis yang merupakan tahap lanjut dari penuaan pembuluh darah atau dikatakan sebagai penuaan dini pembuluh darah bila hal tersebut terjadi pada usia muda. Selanjutnya bagaimana pengaruh makanan terhadap proses penuaan itu sendiri akan diukur dari F 2 -isoprostan yang dapat mengukur oxidative damage pada membran sel akibat peroksidasi lemak atau
8 8 menjadi apa yang disebut sebagai Reactive Oxygen Species (ROS), total antioksidan dan Glutathion (GSH) untuk mengukur sejauh mana efek proteksi dari bumbu dan tubuh terhadap munculnya radikal bebas, dan Interleukin-6 (IL-6), untuk mempelajari terjadinya proses inflamasi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut 1. Apakah konsumsi babi-guling yang berbumbu, menurunkan kadar F 2 - isoprostan dibandingkan dengan tanpa berbumbu, pada serum darah tikus Wistar. 2. Apakah konsumsi babi-guling yang berbumbu, menurunkan ekspresi F 2 - isoprostan dibandingkan dengan tanpa berbumbu, pada serum darah tikus Wistar. 3. Apakah konsumsi babi-guling yang berbumbu, menurunkan kadar Interleukin-6 (IL-6) menjadi lebih rendah dibandingkan dengan tanpa berbumbu, pada serum darah tikus Wistar. 4. Apakah konsumsi babi-guling yang berbumbu, menurunkan ekspresi Interleukin-6 (IL-6) dibandingkan dengan tanpa berbumbu, pada serum darah tikus Wistar 5. Apakah konsumsi babi-guling yang berbumbu, meningkatkan aktivitas antioksidan total menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa berbumbu, pada serum darah tikus Wistar.
9 9 6. Apakah konsumsi babi-guling yang berbumbu, meningkatkan kadar Glutathione (GSH) menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa berbumbu, pada serum darah tikus Wistar. 7. Apakah konsumsi babi-guling yang berbumbu, menurunkan jumlah Sel Busa yang terbentuk menjadi lebih rendah dibandingkan dengan tanpa berbumbu, pada dinding pembuluh darah tikus Wistar. 1.3 Tujuan Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa mengkonsumsi babi guling yang terdiri dari daging dan campuran bumbu dapat menghambat penuaan pembuluh darah yang diukur dari lebih tingginya anti oksidan total dan GSH, rendahnya F 2 -isoprostan dan IL-6 dan berkurangnya pembentukan foam cell pada dinding pembuluh darah tikus Wistar Tujuan khusus Secara khusus penelitian ini telah dilakukan untuk membuktikan 1. Apakah mengkonsumsi babi-guling yang berbumbu, menurunkan kadar F 2 -isoprostan dibandingkan dengan tanpa bumbu, pada serum darah tikus Wistar. 2. Apakah mengkonsumsi babi-guling yang berbumbu, menurunkan ekspresi F 2 -isoprostan dibandingkan dengan tanpa bumbu, pada dinding pembuluh darah tikus Wistar
10 10 3. Apakah mengkonsumsi babi-guling yang berbumbu, menurunkan kadar IL-6 dibandingkan dengan tanpa bumbu, pada serum darah tikus Wistar 4. Apakah mengkonsumsi babi-guling yang berbumbu, menurunkan ekspresi IL-6 dibandingkan dengan tanpa bumbu, pada dinding pembuluh darah tikus Wistar 5. Apakah mengkonsumsi babi-guling yang berbumbu, meningkatkan kadar Antioksidan Total menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa bumbu, pada serum darah tikus Wistar 6. Apakah mengkonsumsi babi-guling yang berbumbu, meningkatkan kadar Glutahione menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa bumbu, pada serum darah tikus Wistar 7. Apakah mengkonsumsi babi-guling yang berbumbu, menurunkan terbentuknya Sel Busa menjadi lebih rendah dibandingkan dengan tanpa bumbu, pada dinding pembuluh darah tikus Wistar 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dengan diketahuinya pengaruh mengkonsumsi makanan Bali (babi guling) terhadap terjadinya penuaan pembuluh darah antara lain: Manfaat Akademis: telah diketahui keunggulan bumbu bali yang lebih bersifat ateroprotektif dalam meredam sifat aterogenik daging, sehingga dapat menunda kejadian penuaan pembuluh darah yaitu penebalan dinding arteri dan terbentuknya foam cell yang merupakan tanda utama penuaan pembuluh darah dan akibatnya.
11 11 Selain itu, dengan diketahuinya keterkaitan antara perubahan F 2 -isoprostan dan IL-6 dalam darah dan dinding pembuluh darah, dengan perubahan ketebalan dinding dan terbentuknya foam cell pada dinding, maka dapat diketahui lebih dalam proses kerusakan endotel pada penuaan pembuluh darah tersebut. Manfaat praktis: Dengan diketahuinya pengaruh bumbu pada makanan Bali khususnya babi guling terhadap kejadian penuaan pembuluh darah secara dini, memberikan informasi kepada masyarakat bagaimana risiko menderita penuaan pada pembuluh darah yang terjadi sebagai akibat dari mengkonsumsi makanan tradisional Bali. Selain memang untuk melestarikan kebudayaan Indonesia khususnya Bali yang menyangkut makanan tradisional Bali, yang berasal dari kearifan lokal masyarakat Bali yang tidak pernah dipikirkan sebelumnya oleh masyarakat bali sendiri. Diharapkan, mulai dari hasil yang diperoleh dari penelitian ini, makanan tradisional Bali khususnya dan mungkin makanan tradisional Indonesia lainnya yang banyak menggunakan bumbu dapat menjadi perhatian untuk dikembangkan dan dilestarikan. Termasuk kemungkinan penggunaannya sebagai obat.
DISLIPIDEM IA. Gangguan Metabolisme Lemak (Kolesterol, Trigliserid)
DISLIPIDEM IA Gangguan Metabolisme Lemak (Kolesterol, Trigliserid) DISLIPIDEMIA DIS = Salah ; Gangguan LIPID = Lemak (Kolesterol, Trigliserid) DISLIPIDEMIA : gangguan metabolisme lemak Metabolisme lemak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif yang harus diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah koroner, yang terutama disebabkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, keberhasilan pembangunan ekonomi di Indonesia telah membuat kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping berhasilnya pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan cara penggorengan. Minyak kelapa sawit merupakan jenis minyak utama yang digunakan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat modern cenderung hidup dengan tingkat stres tinggi karena kesibukan dan tuntutan menciptakan kinerja prima agar dapat bersaing di era globalisasi, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001 serta Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, telah terjadi transisi epidemiologi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kolesterol, dan disertai proliferasi miosit. Hal tersebut dapat menimbulkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Aterosklerosis adalah suatu respon akibat peradangan pada pembuluh darah yang bersifat progresif dan ditandai dengan deposit masa kolagen, lemak, kolesterol, dan disertai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) sudah menjadi masalah kesehatan yang cukup serius di negara maju. Di Amerika Serikat (USA) dan negara-negara Eropa, 33,3% -50% kematian
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak dapat berkembang lagi, tetapi justru terjadi penurunan fungsi tubuh karena proses penuaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serat. Kurangnya aktivitas fisik dan mengkonsumsi makanan tinggi lemak termasuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perubahan gaya hidup masyarakat mulai banyak terjadi sejalan dengan kemajuan teknologi. Gaya hidup yang kurang aktivitas fisik mulai banyak ditemukan, bahkan sudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transformasi luar biasa dibidang ekonomi dan urbanisasi telah mengubah struktur demografi sosial di Indonesia sehingga menyebabkan pergeseran besar dalam pola makan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pilihan bagi masyarakat moderen karena lebih praktis dan bergengsi.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup dengan memilih makan yang siap saji menjadi pilihan bagi masyarakat moderen karena lebih praktis dan bergengsi. Masyarakat kita, umumnya diperkotaan,
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kadar kolesterol darah yang dikenal dengan istilah hiperkolesterolemia merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anti Aging Medicine (AAM) adalah ilmu yang berupaya memperlambat proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang akan terjadi pada
Lebih terperinciMitos dan Fakta Kolesterol
Mitos dan Fakta Kolesterol Oleh admin Selasa, 01 Juli 2008 09:19:20 Apakah mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tidak baik bagi tubuh? Apakah kita tak boleh mengonsumsi makanan berkolesterol?
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan ini menyebabkan peningkatan kadar total
Lebih terperinciBAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut,
lxxiii BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut, setelah dialokasikan secara acak 50 penderita masuk kedalam kelompok perlakuan dan 50 penderita lainnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menggoreng makanan. Dalam proses menggoreng makanan, minyak goreng
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minyak goreng merupakan salah satu bahan yang digunakan dalam proses menggoreng makanan. Dalam proses menggoreng makanan, minyak goreng berfungsi sebagai medium penghantar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia dan prevalensinya akan terus bertambah hingga mencapai 21,3 juta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol serum
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol serum meningkat terutama kadar Low Density Lipoprotein (LDL) yang melebihi batas normal. Low density lipoprotein
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi hampir diseluruh dunia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi diet tinggi lemak dan fruktosa di masyarakat saat ini mulai meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya konsumsi junk food dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat zaman modern ini, setiap individu sibuk dengan kegiatan masingmasing, sehingga cenderung kurang memperhatikan pola makan. Gaya hidup sedentari cenderung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga pada 1972, di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga pada 1972, di Indonesia penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian ke-11. Pada 1986 kondisi naik menjadi peringkat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola makan modern yang banyak mengandung kolesterol, disertai intensitas makan yang tinggi, stres yang menekan sepanjang hari, obesitas dan merokok serta aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit yang diakibatkan oleh adanya gangguan pada sistem peredaran darah. Penyakit ini dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jenuh dan kurangnya aktivitas fisik menyebabkan terjadinya dislipidemia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola hidup yang tidak sehat, yaitu pola makan tinggi lemak terutama lemak jenuh dan kurangnya aktivitas fisik menyebabkan terjadinya dislipidemia. Dislipidemia akan
Lebih terperinciBAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh mengkonsumsi babi guling terhadap penuaan pembuluh darah. Daging babi dapat mempercepat proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia dibandingkan dengan jabatan, kekuasaan ataupun kekayaan. Tanpa kesehatan yang optimal, semuanya akan menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau penyumbatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2014). Penyakit metabolik dan degeneratif saat ini tidak hanya menyerang usia lanjut,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola penyakit penyebab kematian dan kesakitan pada masyarakat saat ini telah mengalami pergeseran yaitu dari penyakit infeksi (penyakit menular) menjadi penyakit metabolik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, masyarakat Indonesia terutama di kota-kota besar telah memasuki arus modernisasi. Hal ini menyebabkan pergeseran ataupun perubahan, terutama dalam gaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013) menunjukkan bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang terdiagnosis dokter mencapai 1,5%
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bawang putih (Allium sativum) adalah nama tanaman dari genus Allium
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bawang putih (Allium sativum) adalah nama tanaman dari genus Allium sekaligus nama dari umbi yang dihasilkan. Senyawa sulfida merupakan senyawa yang banyak jumlahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung termasuk penyakit jantung koroner telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Penyebabnya adalah terjadinya hambatan aliran darah pada arteri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Usaha pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat telah banyak dilakukan. Perkembangan ilmu dan teknologi, khususnya teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini di seluruh dunia termasuk Indonesia kecenderungan penyakit mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya globalisasi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi muncul masalah gizi lebih
Lebih terperinciMENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT Nur Indrawaty Liputo Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Disampaikan pada Seminar Apresiasi Menu Beragam Bergizi Berimbang Badan Bimbingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit kardiovaskuler dan diabetes mellitus (DM). Permasalahan obesitas sekarang ini semakin banyak begitu pula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia penyakit kardiovaskuler (PKV) merupakan penyebab utama kematian, menurut estimasi para ahli badan kesehatan dunia (WHO), setiap tahun sekitar 50% penduduk
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian terdiri atas analisis deskriptif dan analisis data secara statistik, yaitu karakteristik dasar dan hasil analisis antar variabel
Lebih terperinciBAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini
61 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian pada 44 subyek pasien pasca stroke iskemik dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini hampir sama dengan penelitian sebelumnya
Lebih terperinciDeep Sea Fish Oil Turunkan Kolesterol
Deep Sea Fish Oil Turunkan Kolesterol Deep Sea Fish Oil merupakan herbal kaya kandungan minyak ikan omega-3, minyak biji kedelai, Gelatin, Glycerol dan purified water. Omega-3 yang terdapat di dalam Deep
Lebih terperinciBAB 5 PEMBAHASAN. IMT arteri karotis interna adalah 0,86 +0,27 mm. IMT abnormal terdapat pada 25
57 BAB 5 PEMBAHASAN Subjek penelitian adalah 62 pasien pasca stroke iskemik. Variabel independen adalah asupan lemak, yang terdiri dari asupan lemak total, SFA, MUFA, PUFA dan kolesterol. Variabel dependen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini obesitas telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia, baik di negara maju ataupun negara berkembang. Menurut data World Health Organization (WHO) obesitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia sedang berkembang menuju masyarakat industri yang membawa kecenderungan baru dalam pola penyakit dalam masyarakat. Perubahan ini memberi peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini kecenderungan pola makan yang serba praktis dan instant seperti makanan cepat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kecenderungan pola makan yang serba praktis dan instant seperti makanan cepat saji dan makanan awetan telah berkembang dengan pesat di masyarakat. Semua makanan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Dislipidemia 1. Definisi Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik Subjek Penelitian Untuk menjawab tujuan dan membuktikan hipotesis, pada penelitian ini menggunakan 72 ekor hewan, dikelompokkan ke dalam 3 kelompok waktu perlakuan
Lebih terperinciTingkat Cholesterol Apa artinya, Diet dan Pengobatannya
Tingkat Cholesterol Apa artinya, Diet dan Pengobatannya Apakah Kolesterol Kita dapat mengaitkan kolesterol dengan makanan berlemak, tetapi sebagian besar zat lilin dibuat oleh tubuh kita sendiri. Hati
Lebih terperinciDi seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini studi tentang hubungan antara makanan dan kesehatan memerlukan metode yang mampu memperkirakan asupan makanan biasa. Pada penelitian terdahulu, berbagai upaya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Data WHO (1995) mencatat bahwa di seluruh dunia terdapat 50 juta kematian tiap
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian terbesar di dunia. Data WHO (1995) mencatat bahwa di seluruh dunia terdapat 50 juta kematian tiap tahun, dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2008 prevalensi penyebab kematian tertinggi terjadi pada akut miokard infark (AMI)
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Kolesterol merupakan salah satu dari golongan lemak (lipida) padat yang berwujud seperti lilin. Kolesterol bersifat aterogenik atau sangat mudah menempel yang kemudian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus dan dapat menyerang siapa saja dan kapan saja, tanpa memandang ras, jenis kelamin, atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit dengan angka kematian terbesar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit dengan angka kematian terbesar di dunia. WHO mencatat hingga tahun 2008 sebanyak 17,3 juta orang telah meninggal akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman dan modernisasi yang terus terjadi saat ini menyebabkan perubahan pola dan gaya hidup masyarakat indonesia terutama di daerah perkotaan. Perubahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang umum di negara berkembang. Hipertensi yang tidak segera ditangani berdampak pada munculnya penyakit degeneratif,
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 KERANGKA TEORI klasifikasi : Angina pektoris tak stabil (APTS) Infark miokard tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI) Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis penyakit. Penyakit menular sudah digantikan oleh penyakit yang tidak menular seperti penyakit degeneratif, metabolik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Departemen Kesehatan RI (2009), penyakit sistem sirkulasi darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati urutan teratas pada tahun 2007
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu akibat terjadinya penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh koroner. Penyumbatan atau penyempitan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat saat ini sangat erat hubungannya dengan berbagai penyakit, salah satunya adalah penyakit kardiovaskuler. Penyebabnya antara lain adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma (Anwar, 2004). Banyak penelitian hingga saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular terus berkembang dengan semakin meningkatnya jumlah penderitanya, dan semakin mengancam kehidupan manusia, salah satu penyakit tidak menular
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Proses penuaan bukan suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses penuaan adalah suatu hal yang pasti terjadi dalam kehidupan. Setiap manusia akan menjadi tua. Proses penuaan merupakan suatu proses alami yang ditandai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lemak yang seimbang adalah satu banding satu antara asupan lemak jenuh
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebiasaan masyarakat Indonesia mengkonsumsi makanan berbahan santan dan daging, membuat asupan lemak jenuh mereka lebih tinggi. Ratio asupan lemak yang seimbang adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan pola kesakitan dan kematian dari penyakit infeksi dan malnutrisi ke penyakit tidak menular menunjukan telah terjadinya transisi epidemiologi di Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diabetes melitus ditandai oleh adanya hiperglikemia kronik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latihan fisik secara teratur mempunyai efek yang baik terutama mencegah obesitas, penyumbatan pembuluh darah, penyakit jantung koroner, dan osteoporosis (Thirumalai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mellitus tipe 2 di dunia sekitar 171 juta jiwa dan diprediksi akan. mencapai 366 juta jiwa tahun Di Asia Tenggara terdapat 46
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik dengan jumlah penderita yang semakin meningkat tiap tahun. Menurut WHO pada tahun 2000, jumlah penderita diabetes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini berbagai laporan kesehatan mengindikasikan bahwa prevalensi penyakit tidak menular lebih banyak dari pada penyakit menular. Dinyatakan oleh World
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Menurut WHO menetapkan bahwa tekanan darah seseorang adalah tinggi bila tekanan sistolik (sewaktu bilik jantung mengerut) melewati batas lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orang-orang bijaksana sering mengatakan bahwa kesehatan adalah harta yang paling berharga dalam hidup ini. Sehat dan bugar adalah dua kunci yang sebaiknya dimiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif. Kelompok usia yang mengalami penyakit degeneratif juga akan mengalami pergeseran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit jantung koroner (PJK) telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara optimal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab meningkatnya prevalensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki
5 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang melitus (DM) merupakan penyakit yang sangat berbahaya karena dapat menyebabkan komplikasi yang dapat mengakibatkan kerusakan organ-organ tubuh dan menyebabkan kebutaan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu kelainan endokrin yang sekarang banyak dijumpai (Adeghate, et al., 2006). Setiap tahun jumlah penderita DM semakin meningkat.
Lebih terperinciMilik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia
umumnya digunakan untuk menggambarkan makanan yang dianggap bermanfaat bagi kesehatan, melebihi diet sehat normal yang diperlukan bagi nutrisi manusia. Makanan Sehat "Makanan Kesehatan" dihubungkan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, penyakit jantung menjadi penyakit pembunuh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, penyakit jantung menjadi penyakit pembunuh nomor satu di dunia (WHO, 2009). Hal tersebut tidak hanya semata-mata akibat usia lanjut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American Heart Association (2001) terjadi peningkatan
Lebih terperinciCEGAH STROKE DENGAN HERBA ALAMI
CEGAH STROKE DENGAN HERBA ALAMI Oleh : dr. Titien Rostini K.,M.M.Kes, Herbalis HIPERTENSI PEMICU UTAMA STROKE Serangan stroke paling banyak terjadi akibat pecahnya pembuluh darah otak karena tekanan darah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat. World Health Organization (WHO) memperkirakan akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecenderungan negara di dunia dalam hal beban penyakit tidak menular (PTM) dan proporsi angka kematianptm juga terjadi di Indonesia yangditunjukkan dengan terjadinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hal dasar dalam kehidupan untuk menunjang semua aktivitas mahkluk hidup. Kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hal dasar dalam kehidupan manusia. Dengan kondisi yang sehat dan tubuh yang prima, manusia dapat melaksanakan proses kehidupan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid, ditandai oleh peningkatan dan/atau penurunan fraksi lipid plasma darah. Kelainan fraksi lipid yang dijumpai yaitu peningkatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak, untuk pria dan wanita masing-masing melebihi 20% dan 25% dari berat tubuh (Siagian, 2004). Obesitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana manusia akan kehilangan daya imunitasnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut Usia atau lebih dikenal dengan istilah lansia merupakan suatu kondisi dimana manusia akan kehilangan daya imunitasnya terhadap infeksi yang berakibat menurunnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (lansia) memiliki berbagai perubahan fungsi organ, salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia (lansia) memiliki berbagai perubahan fungsi organ, salah satunya yaitu terjadi penurunan elastisitas pada pembuluh darah, yang diakibatkan oleh pengendapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perubahan pola hidup masyarakat, angka kematian akibat penyakit kardiovaskular di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Saat ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Buah Pinang (Areca catechu) adalah semacam tumbuhan palem
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah Pinang (Areca catechu) adalah semacam tumbuhan palem yang tumbuh di daerah Asia, dan Afrika bagian timur, Pasific. Di Indonesia sendiri, Buah pinang banyak terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap orang yang tinggal di negara maju maupun negara berkembang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Hampir setiap orang yang tinggal di negara maju maupun negara berkembang mengalami aterosklerosis yang artinya pengerasan pembuluh darah arteri, contohnya di USA
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun.
BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah Seluruh responden pada penelitian ini memiliki rentang usia 45-65 tahun di posyandu Lansia RW 18 dan RW 19 Kelurahan Jebres,
Lebih terperinci