Al Ngatawi, Zastrouw Gerakan Islam Simbolik : Politik Kepentingan FPI. Yogyakarta : LkiS hal Ibid, hal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Al Ngatawi, Zastrouw Gerakan Islam Simbolik : Politik Kepentingan FPI. Yogyakarta : LkiS hal Ibid, hal"

Transkripsi

1 BAB V KESIMPULAN Organisasi masyarakat yang berbasiskan pandangan Islam radikal seperti FPI dan MMI memiliki pandangan yang sangat kontradiktif tentang kekerasan. Kedua ormas ini memandang bahwa kekerasan bukanlah hal yang positif, namun di sisi lain keduanya menyepakati bahwa kekerasan dapat berguna dalam kondisi-kondisi tertentu. Front Pembela Islam Yogyakarta mengakui bahwa kekerasan merupakan bagian dari strategi gerakan mereka, tapi FPI Yogyakarta sendiri lebih sering terlibat kekerasan yang tidak ada hubungannya dengan tujuan organisasi ini. Majelis Mujahidin Indonesia, di sisi lain, menegaskan bahwa kekerasan tidak termasuk ke dalam strategi gerakan mereka serta berpendapat bahwa kekerasan sebisa mungkin harus dihindari. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa kekerasan merupakan bagian dari strategi gerakan FPI dan MMI. Front Pembela Islam mengakui bahwa mereka memiliki organ Laskar FPI dan kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada kekerasan seperti sweeping tempat-tempat maksiat. Fakta yang cukup menarik adalah kemunculan kekerasan justru terjadi di luar kegiatan sweeping, namun saat organisasi ini bentrok dengan Front Jihad Islam. Majelis Mujahidin Indonesia juga menunjukkan bahwa kekerasan adalah bagian dari strategi gerakan mereka. Majelis Mujahidin Indonesia terlibat aktif dalam kekerasan-kekerasan yang terjadi di Yogyakarta, khususnya dalam penyerangan Irsyad Manji dan Bramantyo Prijosusilo. Meskipun strategi organisasinya bersifat non-kekerasan, namun pernyataan-pernyataan yang diungkpkan oleh pengurus dan anggota MMI menunjukkan bahwa kekerasan dapat dipakai dalam situasisituasi tertentu. Semangat dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam seringkali dijadikan alasan pembenaran untuk melakukan kekerasan. Di sisi lain, penggunaan kata semangat juga dijadikan eufemisme untuk menghaluskan istilah kekerasan. Kecenderungan-kecenderungan tersebut tidak dapat mengalihkan kita dari fakta bahwa kekerasan bukanlah sebuah fenomena tunggal. Hal-hal seperti semangat atau naluri destruktif dan semacamnya tidak akan cukup

2 untuk memicu kekerasan khususnya yang berlandaskan identitas. Kekerasan dapat diibaratkan sebagai sebuah repertoar yang terdiri dari berbagai macam penyebab. Kedua ormas ini memiliki alasannya masing-masing pada saat melakukan kekerasan. Ormas FPI Yogyakarta, yang lebih sering mengalami kekerasan saat bentrok dengan sesama ormas dibandingkan saat sweeping,berdalih bahwa mereka adalah korban provokasi dari pihak lain. FPI Yogyakarta memang memiliki sejarah konflik yang cukup panjang, khususnya dengan ormas Front Jihad Islam. Pertentangan itu menyebabkan keduanya seringkali terlibat dalam bentrokan dan serangkaian aksi kekerasan. FPI Yogyakarta justru tidak pernah melakukan kekerasan secara berlebihan pada saat melakukan sweeping tempat-tempat maksiat. Posisi kegiatan sweeping dalam strategi gerakan FPI Yogyakarta relatif berbeda dengan FPI di daerah lain. FPI di daerah-daerah lain cenderung menggunakan aksi sweeping sebagai sarana untuk menunjukkan kekuatan dan pengaruh mereka di hadapan masyarakat, sedangkan FPI Yogyakarta tidak. FPI Yogyakarta terhitung jarang melakukan kegiatan sweeping di masyarakat. Majelis Mujahidin Indonesia sejak awal terbentuknya telah menegaskan misinya untuk mewujudkan penerapan syariah Islam dan sistem kekhalifahan di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari prinsip-prinsip dasar organisasinya rilisan-rilisan yang tertuang di laman resmi mereka buku-buku dan kajian-kajian yang diterbitkan oleh penerbitan Wihda Press milik mereka, serta pernyataan-pernyataan yang dilakukan oleh tokohtokoh MMI di berbagai kegiatan seperti seminar, diskusi, workshop dan lain sebagainya. 1 Majelis Mujahidin Indonesia juga dikenal sangat konsisten dalam memperjuangkan ideologinya tersebut. Penerapan sistem khilafah dan syariat Islam telah mereka usung sejak awal pembentukan organisasi MMI pada Kongres Mujahidin I tahun Penerapan syariah Islam yang disponsori oleh MMI juga mencakup banyak segi seperti moralitas, politik, ekonomi, sosial hingga isu-isu luar negeri. Majelis Mujahidin Indonesia juga menempuh jalur legal formal seperti melakukan berbagai tekanan untuk memasukkan syariah Islam ke dalam undang-undang atau peraturan daerah di berbagai penjuru Indonesia. 1 Terkait dengan hal ini, penulis memiliki pengalaman tersendiri. Saat penulis mengikuti seminar tentang ISIS di Pusat Studi HAM Universitas Islam Indonesia pada tanggal 9 Agustus 2014, perwakilan dari Majelis Mujahidin Indonesia sangat gencar membela sistem khilafah yang diusung oleh ISIS, meskipun MMI sendiri tidak sepakat dengan cara-cara kekerasan yang digunakan ISIS. Pada akhirnya, seminar yang lebih ditujukan untuk membahas bahaya ISIS di Indonesia sempat bergeser ke perdebatan tentang sistem khilafah antara perwakilan MMI dan HTI dengan para pembicara yang terdiri dari KH Malik Madany (Nahdlatul Ulama), Zuly Qodir (akademisi) dan Prof Busyro Muqoddas (PUSHAM-UII).

3 FPI juga memiliki misi untuk menegakkan syariah Islam, namun FPI hanya berfokus pada soal-soal yang berkaitan dengan kemaksiatan. FPI belum pernah secara jelas menyatakan bahwa organisasinya bermaksud untuk menegakkan khilafah di Indonesia secara kaffah (menyeluruh). Syariah Islam dalam perspektif FPI hanya diberlakukan di tempat-tempat yang dianggap membahayakan moral masyarakat seperti pelacuran, tempat karaoke, perjudian, hiburan malaam, dan lain sebagainya. Prinsip syariah Islam ini pula yang dijadikan pembenaran bagi FPI untuk menggunakan metode-metode yang menjurus ke kekerasan seperti perusakan, intimidasi, sweeping, dan penyerangan. Keterlibatan FPI dalam proses penyusunan undangundang atau peraturan daerah pun biasanya hanya berkisar di isu-isu yang terkait dengan kemaksiatan dan penyakit masyarakat ini. Majelis Mujahidin Indonesia merupakan organisasi Islam yang memiliki kesadaran yang sangat tinggi untuk membentuk jaringan politik yang kuat dengan berbagai aktor lain. Majelis Mujahidin Indonesia memiliki jaringan dengan sesama organisasi Islam seperti Hizbut Tahrir Indonesia, Front Pembela Islam, Front Jihad Islam, Gerakan Anti Maksiat, Forum Umat Islam dan Majelis Ulama Indonesia. Majelis Mujahidin Indonesia juga memiliki hubungan dengan partai-partai Islam yang ada di Indonesia serta beberapa aktor politik lainnya. Aktor-aktor ini tentu saja memiliki perbedaan satu sama lain, baik dalam masalah ideologi, keanggotaan, maupun strategi gerakan. Hal ini menimbulkan pentingnya metode yang lebih moderat agar Majelis Mujahidin Indonesia dapat membangun sebuah jaringan yang konstruktif di antara aktor-aktor yang memiliki kepentingan yang berbeda-beda tersebut. Pemilihan strategi gerakan yang moderat juga didasari oleh pengalaman sebagian besar pengurus dan anggota MMI yang pernah mengalami tekanan yang besar dari negara pada era Orde Baru, saat mereka masih bergiat dalam jejaring Negara Islam Indonesia (NII) atau Komando Jihad (Komji). Meskipun ruang-ruang demokrasi Indonesia makin melebar paska- Reformasi 1998, namun MMI sangat menyadari bahwa tujuan organisasi mereka sebetulnya bertentangan dengan konstitusi negara ini. Hal ini menyebabkan MMI harus beradaptasi dengan ruang-ruang demokrasi tersebut melalui pemilihan strategi gerakan yang bersifat moderat. Strategi gerakan moderat melalui jalur-jalur seperti media, forum-forum seminar, demonstrasi damai merupakan bentuk kompromi yang dilakukan MMI agar dapat beradaptasi dengan iklim demokrasi Indonesia. MMI menyadari bahwa mereka membutuhkan ruang-ruang yang

4 disediakan demokrasi untuk dapat tetap beraktivitas sebagaimana organisasi lainnya sekaligus menghindari represi negara. Sikap MMI menyiratkan kontradiksinya tersendiri karena sistem khilafah yang mereka perjuangkan melalui cara-cara demokratis, pada dasarnya memiliki dasardasar yang bertentangan dengan demokrasi itu sendiri. Majelis Mujahidin Indonesia dikenal cukup ahli dalam memanfaatkan ruangruang demokrasi Indonesia pasca-reformasi. Hal ini ditandai dengan kemunculan MMI dalam berbagai ruang publik seperti dalam seminar-seminar, kajian, media massa, hingga memuat media publikasi tersendiri (Wihda Press). MMI juga sangat aktif terlibat dalam aksi-aksi massa dalam isu-isu yang terkait dengan Islam. Tokoh-tokoh MMI khususnya ketua Lajnah Tanfidziyah, Ustad Irfan Suryahardi Awwas, dikenal sangat komunikatif dan piawai berbicara di hadapan publik. Majelis Mujahidin Indonesia juga dikenal memiliki kepedulian terhadap pendidikan yang ditandai dengan proyek penerbitan terjemahan Al-Quran, program kursus bahasar Arab, fasilitasi pernikahan untuk mahasiswa, dan penerbitan buku-buku dari berbagai pemikir MMI khususnya Ustad Abu Bakar Baasyir dan Irfan S. Awwas sendiri. Strategi-strategi gerakan Majelis Mujahidin Indonesia yang telah dijabarkan di atas sangat dipengaruhi oleh kondisi masyarakat Jogja yang lebih terbuka, plural, kritis dan memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi. 2 Dinamika organisasi dalam Majelis Mujahidin Indonesia dan Front Pembela Islam tidak dapat dilepaskan dari peran tokoh-tokoh sentral di dalam masing-masing organisasi ini. Tokoh yang sangat berpengaruh dalam organisasi MMI adalah Ustad Abu Bakar Baasyir dan Ustad Irfan Suryahardi Awwas, sedangkan di dalam FPI kita mengenal Habibe Rizieq Shihab untuk FPI Pusat dan untuk cabang Yogyakarta dikenal nama Bambang Tedy. Ustad Abu Bakar Baasyir merupakan mantan Amirul Mujahid MMI dan perannya sangat sentral sebagai simbol, ideolog terdepan, sekaligus perekat faksi-faksi yang ada di dalam MMI. 3 Di sisi lain, Ustad Irfan Suryahardi Awwas dapat dikatakan sebagai orang yang menata jaringan, mengurusi keorganisasian, sekaligus menjadi propagandis utama dari Majelis Mujahidin Indonesia. 2 Hasil wawancara dengan Eko Prasetyo (peneliti gerakan sosial Islam dan ketua Social Movement Institute) di kantor Social Movement Institute tanggal 25 Juni Ibid.

5 Front Pembela Islam memiliki kecenderungan yang berbeda dengan Majelis Mujahidin Indonesia. FPI tidak nampak berusaha menjalin hubungan yang intens dengan organisasi-organisasi Islam lainnya. Hubungan antara FPI dan organisasi-organisasi Islam lainnya cenderung temporal, sesaat dan hanya berorientasikan isu semata khususnya isu-isu kemaksiatan maupun aliran yang dianggap sesat seperti Ahmadiyah atau Syiah. Al-Zastrouw Ngatawi (2006) mencatat bahwa meskipun FPI merupakan organisasi yang relatif lebih bisa berbaur dengan masyarakat apabila dibandingkan organisasi seperti Hizbut Tahrir, MMI atau Forum Komunikasi Ahlussunnah Waljamaah, namun FPI terhitung jarang melakukan kerjasama dengan organisasi lainnya. Hubungan antara FPI dengan organisasi-organisasi Islam seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Laskar Jihad, dan Jamaah Tabligh bahkan cenderung tidak harmonis. 4 Kerjasama antara FPI dan organisasi-organisasi Islam lainnya hanya bisa dilakukan apabila FPI yang memimpin di depan dan menjadi pemimpin kegiatan, atau ada isu bersama yang layak untuk direspon secara bersama-sama sehingga dalam kegiatan ini tidak ada yang memimpin dan memimpin; semua menjadi pemimpin dengan cara membentuk aliansi aksi, seperti ketika aksi menentang Israel dan Amerika Serikat. 5 Pada saat FPI dan MMI mulai memobilisasi anggotanya untuk berbuat kekerasan, kedua ormas ini dapat dikategorikan sebagai kelompok vigilante. Vigilante atau vigilantism merupakan sebuah konsep mengenai keterlibatan orang-orang di luar aparat keamanan atau otoritas yang berwajib dalam menegakkan apa yang mereka yakini sebagai hukum sekaligus menciptakan ketertiban menurut versi mereka. Fenomena vigilantism merupakan bentuk tindakan sepihak dari beberapa unsur masyarakat yang membajak hukum dari otoritas yang berwenang dan menjadikannya sebagai alat pribadi. Dalam kasus-kasus semacam MMI dan FPI, mereka seringkali berdalih bahwa aparat yang berwenang sama sekali tidak mengambil tindakan atas hal-hal yang mereka anggap telah mengotori akidah Islam dan menimbulkan keresahan umat. Oleh karena itu, FPI dan MMI kemudian mengambil-alih peran negara sebagai aktor yang berkewajiban menindak serta mengembalikan ketertiban umum yang terganggu oleh tindakan beberapa unsur yang dianggap menyimpang dalam masyarakat. Tindakan inilah yang justru menimbulkan gangguan keamanan 4 Al Ngatawi, Zastrouw Gerakan Islam Simbolik : Politik Kepentingan FPI. Yogyakarta : LkiS hal Ibid, hal

6 di masyarakat, mengingat mayoritas masyarakat Yogyakarta sendiri sebenarnya tidak mempermasalahkan hal-hal yang ditentang oleh MMI maupun FPI. Masyarakat Yogyakarta cenderung menerima komunitas Ahmadiyah, komunitas Syiah dan kelompok-kelompok lainnya yang menjadi sasaran kekerasan FPI maupun MMI. Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh FPI dan MMI justru bersifat kontraproduktif karena telah mengganggu kondisi keamanan kota Yogyakarta. Fenomena ketidakmampuan pemerintah dalam menindak hal-hal yang dianggap mencemari nilai-nilai yang dianut oleh kelompok-kelompok fundamentalis ini merupakan salah satu prasyarat paling mendasar dalam terjadinya aksi-aksi vigilante. Rosenbaum dan Sederberg selanjutnya berpendapat bahwa the potential for vigilantism varies positively with the intensity and scope of belief that a regime is ineffective in dealing with the prevailing socio-political order. 6 Dalam perspektif gerakan sosial, ketidakmampuan pemerintah dalam mengatasi penyakit-penyakit masyarakat dan mengatasi pengotoran akidah Islam selanjutnya menjadi grievances yang digunakan sebagai master frame oleh FPI dan MMI dalam melakukan aksi-aksi mobilisasi massa. Front Pembela Islam selalu mengklaim bahwa mereka selalu berkoordinasi dengan pihak kepolisian sebelum melakukan penggerebekan tempat-tempat maksiat agar polisi dapat menindaknya terlebih dahulu. Kekerasan pada akhirnya muncul saat polisi tidak juga bertindak untuk merespon laporan dari FPI. Hal yang berbeda terlihat dari fenomena kekerasan FPI di Yogyakarta, dimana kekerasan murni muncul demi kepentingan ketua FPI Bambang Tedy tanpa ada iktikad baik untuk mematuhi peraturan hukum yang berlaku. Kekerasan yang dilakukan oleh Majelis Mujahidin Indonesia, khususnya dalam kasus Irshad Manji dan Bramantyo Prijosusilo, terjadi karena keduanya dianggap sengaja memprovokasi. Irshad Manji dianggap sengaja memancing keributan karena ia masih tetap menggelar diskusi bukunya di LKiS walaupun diskusi sebelumnya sudah dilarang. Kasus Bramantyo Prijosusilo juga terjadi karena para anggota MMI merasa terintimidasi dengan aksi Bramantyo Prijosusilo yang dianggap melecehkan organisasi mereka. Polisi saat itu dianggap tak berbuat apa-apa dan baru datang setelah pemukulan terhadap Bramantyo terjadi. 6 Dikutip dari Vigilante Politics (1976) oleh Jon Rosenbaum & Peter.C.Sederberg (.ed) hal 7.

7 FPI dan MMI dapat dikategorikan sebagai social-group-control vigilantism apabila meminjam tipologi yang dirumuskan oleh Rosenbaum & Sederberg (1976). Bertolak dari definisi yang dikemukakan oleh Rosenbaum dan Sederberg, kekerasan yang dilaksanakan oleh MMI pada dasarnya merupakan usaha untuk memperjuangkan nilai-nilai yang mereka yakini ke dalam sistem sosial di masyarakat. MMI berada dalam sebuah sistem sosial yang tercipta dalam kehidupan kota Yogyakarta, dimana berbagai macam kelompok berada di dalamnya. Kelompokkelompok tersebut, selain berbagi ruang yang sama, juga saling bersaing untuk memperjuangkan nilai-nilai mereka supaya dapat menjadi bagian dari sistem sosial yang mengatur kehidupan di kota ini. Keberhasilan suatu kelompok dalam memasukkan nilai-nilai tersebut ke dalam sistem sosial tentu saja akan berpengaruh terhadap posisi mereka di masyarakat. Aksi-aksi kekerasan yang dilakukan baik oleh FPI maupun MMI sebenarnya juga memiliki dimensi politis semacam ini. Dimensi politis dan kepentingan tersebut lebih terlihat dalam kasus-kasus kekerasan FPI cabang Yogyakarta yang terlibat kekerasan-kekerasan bermotif ekonomi maupun politis. Kekerasan yang dilakukan oleh ormas Islam sebagian besar diawali oleh ketidakmampuan aparat keamanan dalam mempertahankan hukum sekaligus menegakkan ketertiban (law & order). Kondisi ini merupakan salah satu penyebab ormas-ormas Islam merasa berhak untuk mengambil-alih tugas aparat keamanan dalam menegakkan hukum, dan khususnya, menciptakan ketertiban yang sesuai dengan nilai-nilai yang mereka anut. Kasus kemunculan aksi main hakim sendiri tidak hanya menunjukkan kealpaan aparat keamanan dalam mengatasi isu-isu yang menjadi perhatian kelompok-kelompok vigilante, tetapi juga dalam menangani kelompok-kelompok vigilante itu sendiri. Kelompok-kelompok vigilante di Indonesia bisa hidup karena aparat keamanan cenderung enggan untuk menindak mereka, hampir sama seperti hal-hal yang dicap maksiat juga bisa hidup karena kepasifan aparat keamanan. Fakta ini menunjukkan bahwa eksistensi ormas-ormas vigilante dan musuh-musuh mereka sebenarnya bersumber dari satu hal yang sama, yaitu kurangnya inisiatif aparat keamanan dalam melakukan tindakan. Alasan keengganan ini bervariasi, tetapi alasan yang paling utama adalah ketiadaan reward yang memadai saat harus berurusan dengan aksi-aksi vigilante diakses tanggal 7 Juli 2015 pukul 22.35

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Muslim dunia (Top ten largest with muslim population, 2012). Muslim

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Muslim dunia (Top ten largest with muslim population, 2012). Muslim BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk Muslim terbanyak di dunia. Penduduk muslimnya berjumlah 209.120.000 orang atau 13% dari jumlah penduduk Muslim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus kekerasan yang dilakukan oleh ormas-ormas Islam merupakan salah satu trend yang akhir-akhir ini makin menonjol di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara REKONSTRUKSI DATA B.1. Analisa

Universitas Sumatera Utara REKONSTRUKSI DATA B.1. Analisa REKONSTRUKSI DATA B. NO Analisa Analisa dan koding tematik Perceive threat Adanya ketidakadilan terhadap pelebelan terorisme yang dirasakan umat Islam FGD.B..8 FGD.B..04 FGD.B.. FGD.B..79 FGD.B..989 Umat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan ingin meraih kekuasaan yang ada. Pertama penulis terlebih dahulu akan

I. PENDAHULUAN. dan ingin meraih kekuasaan yang ada. Pertama penulis terlebih dahulu akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dinamika gerakan sosial keagamaan di Indonesia sangat menarik untuk dikaji. Dikatakan menarik, karena salah satu agendanya adalah menyebarkan gagasannya dan ingin

Lebih terperinci

[102] Ormas Dalam Bahaya Friday, 19 April :43

[102] Ormas Dalam Bahaya Friday, 19 April :43 Sejak era reformasi pemaksaan setiap ormas untuk mencantumkan Pancasila sebagai asas yang ditetapkan oleh TAP MPR no. II/1978 telah dibatalkan oleh TAP MPR no. XVIII/1998. Gelombang aksi protes menyusul

Lebih terperinci

Polemik di balik istiiah 'Islam Nusantara'

Polemik di balik istiiah 'Islam Nusantara' Polemik di balik istiiah 'Islam Nusantara' Heyder AffanWartawan BBC Indonesia 15 Juni 2015 Pemunculan istilah Islam Nusantara yang diklaim sebagai ciri khas Islam di Indonesia yang mengedepankan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para

BAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sejarah fundamentalisme Islam di Indonesia mengalami perkembangan yang dinamis dari era orde lama sampai orde reformasi saat ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan

Lebih terperinci

POLRI KONSITITUSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA, BERKEYAKINAN DAN BERIBADAH

POLRI KONSITITUSI DAN KEBEBASAN BERAGAMA, BERKEYAKINAN DAN BERIBADAH SEMINAR Peran Polisi, Masyarakat dan Tokoh Agama dalam Penanggulangan Isu Keamanan: Studi Kasus Kekerasan Bernuansa Keagamaan Jogjakarta Plaza Hotel, 23 September 2013 MAKALAH POLRI KONSITITUSI DAN KEBEBASAN

Lebih terperinci

Kekerasan Sipil dan Kekuasaan Negara

Kekerasan Sipil dan Kekuasaan Negara Kekerasan Sipil dan Kekuasaan Negara Abdil Mughis Mudhoffir http://indoprogress.com/2016/12/kekerasan-sipil-dan-kekuasaan-negara/ 15 December 2016 IndoPROGRESS KEBERADAAN kelompok-kelompok sipil yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan ribuan pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan ribuan pulau dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan ribuan pulau dan jumlah penduduk yang besar. Masyarakat Indonesia tinggal di pulau pulau Indonesia, dengan

Lebih terperinci

Mam MAKALAH ISLAM. Gerakan ISIS, Ancaman Ideologi dan Keamanan NKRI

Mam MAKALAH ISLAM. Gerakan ISIS, Ancaman Ideologi dan Keamanan NKRI Mam MAKALAH ISLAM Gerakan ISIS, Ancaman Ideologi dan Keamanan NKRI 5 Agustus 2014 Makalah Islam Gerakan ISIS, Ancaman Ideologi dan Keamanan NKRI Fuad Nasar (Pemerhati Masalah Sosial Keagamaan) Islamic

Lebih terperinci

KAJIAN SEPUTAR PILGUB DKI JAKARTA Media Survei Nasional

KAJIAN SEPUTAR PILGUB DKI JAKARTA Media Survei Nasional KAJIAN SEPUTAR PILGUB DKI JAKARTA 2017 Persepsi Warga Jakarta Atas Politik Identitas dan aktifisme Islam Media Survei Nasional Graha Mustika Ratu, Suite 707 Jl. Gatot Subroto Kav. 74-75, Jakarta 12870

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial BAB V Kesimpulan Berdasarkan tulisan diatas, dapat diambil argumen bahwa Media memiliki peranan yang sangat penting dalam isu politik dan hubungan internasional. Di kawasan Mesir dan Suriah bisa dikatakan

Lebih terperinci

Muhammad Rahmat Kurnia, Ketua Lajnah Fa aliyah DPP Hizbut Tahrir Indonesia.

Muhammad Rahmat Kurnia, Ketua Lajnah Fa aliyah DPP Hizbut Tahrir Indonesia. Muhammad Rahmat Kurnia, Ketua Lajnah Fa aliyah DPP Hizbut Tahrir Indonesia. Perdebatan pemimpin harus bermoral menyeruak setelah Mendagri berencana menambahkan syarat bahwa calon kepala daerah itu harus

Lebih terperinci

Grafik 1: Transmisi Pengetahuan Agama 9.6. Grafik 2: Bertetangga dengan orang yang berbeda Suku dan Agama

Grafik 1: Transmisi Pengetahuan Agama 9.6. Grafik 2: Bertetangga dengan orang yang berbeda Suku dan Agama Grafik 1: Transmisi Pengetahuan Agama Orang tua/keluarga 68.1 Pendidikan di sekolah 9.6 Majelis-majelis agama/ pengajian/ kebaktian 19 Tidak tahu/menjawab 3.3 Grafik 2: Bertetangga dengan orang yang berbeda

Lebih terperinci

PROSPEK ISLAM POLITIK

PROSPEK ISLAM POLITIK PROSPEK ISLAM POLITIK LEMBAGA SURVEI INDONESIA (LSI) Jakarta, Oktober 2006 www.lsi.or.id Konseptualisasi Prospek Islam politik Prospek Islam politik adalah kemungkinan menguat atau melemahnya Islam yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan paparan yang digambarkan dalam pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Proses pengukuhan PAI sebagai bagian dari mata kuliah yang harus

Lebih terperinci

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian

Lebih terperinci

Rilis Pers Bersama. Perppu Ormas Ancaman bagi Demokrasi dan Negara Hukum

Rilis Pers Bersama. Perppu Ormas Ancaman bagi Demokrasi dan Negara Hukum Rilis Pers Bersama Perppu Ormas Ancaman bagi Demokrasi dan Negara Hukum Pemerintah akhirnya menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kyai dan Jawara ditengah tengah masyarakat Banten sejak dahulu menempati peran kepemimpinan yang sangat strategis. Sebagai seorang pemimpin, Kyai dan Jawara kerap dijadikan

Lebih terperinci

RADIKALISME AGAMA DALAM KAJIAN SOSIOLOGI

RADIKALISME AGAMA DALAM KAJIAN SOSIOLOGI Radikalisme Agama Dalam Kkajian Sosiologi RADIKALISME AGAMA DALAM KAJIAN SOSIOLOGI Ibnu Hibban Judul Buku : Radikalisme Agama di Indonesia Penulis : Dr. Zuly Qodir Penerbit : Pustaka Pelajar Tahun Terbit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun kedatangan Islam di Indonesia telah dimulai pada abad 7 Masehi, namun

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun kedatangan Islam di Indonesia telah dimulai pada abad 7 Masehi, namun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama Islam merupakan salah satu agama yang paling pesat perkembangannya pada abad ini. Berawal dari sebuah wilayah yang kecil di Jazirah Arab, Islam muncul dan berkembang

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SK GUBERNUR NO. 188/94/KPTS/013/2011 DALAM TEORI PERLINDUNGAN EKSTERNAL DAN PEMBATASAN INTERNAL PERSPEKTIF WILL KYMLICKA

BAB V ANALISIS SK GUBERNUR NO. 188/94/KPTS/013/2011 DALAM TEORI PERLINDUNGAN EKSTERNAL DAN PEMBATASAN INTERNAL PERSPEKTIF WILL KYMLICKA BAB V ANALISIS SK GUBERNUR NO. 188/94/KPTS/013/2011 DALAM TEORI PERLINDUNGAN EKSTERNAL DAN PEMBATASAN INTERNAL PERSPEKTIF WILL KYMLICKA A. SK Gubernur dalam Perlindungan Eksternal (External Protection)

Lebih terperinci

Dawam Rahardjo: Saya Muslim dan Saya Pluralis

Dawam Rahardjo: Saya Muslim dan Saya Pluralis http://www.sinarharapan.co/news/read/31850/dawam-rahardjo-saya-muslim-dan-saya-pluralis- Dawam Rahardjo: Saya Muslim dan Saya Pluralis 03 February 2014 Ruhut Ambarita Politik dibaca: 279 Dawam Rahardjo.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harmoni kehidupan umat beragama di Indonesia. 1. Syiah di Sampang pada tahun 2012 yang lalu.

BAB I PENDAHULUAN. harmoni kehidupan umat beragama di Indonesia. 1. Syiah di Sampang pada tahun 2012 yang lalu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tanggal 30 Mei 2013, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendapatkan penghargaan World Statesman Award dari Appeal of Conscience Foundation yang berkedudukan di

Lebih terperinci

Survei Opini Publik Toleransi Sosial Masyarakat Indonesia

Survei Opini Publik Toleransi Sosial Masyarakat Indonesia Survei Opini Publik Toleransi Sosial Masyarakat Indonesia Jakarta, 7 Agustus 2006 METHODOLOGI Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni

Lebih terperinci

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK A. PENDAHULUAN Salah satu agenda pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

Menangani Garis Keras : Strategi dan Metode Penanganan Kelompok dan Faham Radikal

Menangani Garis Keras : Strategi dan Metode Penanganan Kelompok dan Faham Radikal Menangani Garis Keras : Strategi dan Metode Penanganan Kelompok dan Faham Radikal Muhammad Najib Azca, MA, PhD * Direktur Youth Studies Centre (YouSure) Jurusan Sosiologi FISIPOL UGM * Sekretaris Pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nanggroe Aceh Darussalam dikenal dengan sebutan Seramoe Mekkah

BAB I PENDAHULUAN. Nanggroe Aceh Darussalam dikenal dengan sebutan Seramoe Mekkah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nanggroe Aceh Darussalam dikenal dengan sebutan Seramoe Mekkah (Serambi Mekkah) memiliki prinsip bahwa Syariat Islam merupakan satu kesatuan adat, budaya dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan secara legal bagi ilmu pengetahuan dan pengobatan, narkotika. banyak pula dipakai secara illegal atau disalahgunakan.

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan secara legal bagi ilmu pengetahuan dan pengobatan, narkotika. banyak pula dipakai secara illegal atau disalahgunakan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awalnya penggunaan narkotika ditujukan untuk kepentingan umat manusia, khususnya di bidang pengobatan. Namun sekarang ini, selain penggunaan secara legal

Lebih terperinci

Ancaman Kebebasan Beragama Ahmadiyah Achmad Fanani Rosyidi

Ancaman Kebebasan Beragama Ahmadiyah Achmad Fanani Rosyidi Ancaman Kebebasan Beragama Ahmadiyah Achmad Fanani Rosyidi Pada tahun 2015 SETARA Institute mencatat 196 peristiwa pelanggaran kebebasan beragama/berkeyakinan dengan 236 bentuk tindakan yang tersebar di

Lebih terperinci

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Survei syariah terbaru yang diselenggarakan SEM Institute menunjukkan mayoritas rakyat Indonesia (72 persen) menginginkan tegaknya syariah hingga level negara. Ini mengkonfirmasi

Lebih terperinci

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Rusuh Ambon 11 September lalu merupakan salah satu bukti gagalnya sistem sekuler kapitalisme melindungi umat Islam dan melakukan integrasi sosial. Lantas bila khilafah

Lebih terperinci

AHMADIYAH SEBAGAI PAHAM DAN GERAKAN KEAGAMAAN

AHMADIYAH SEBAGAI PAHAM DAN GERAKAN KEAGAMAAN 1 AHMADIYAH SEBAGAI PAHAM DAN GERAKAN KEAGAMAAN Sebagai Paham Keagamaan, Ahmadiyah adalah paham yang memandang Mirza Ghulam Ahmad, yang lahir di Kota Qodian, India, 1835 M, adalah imam mahdi, almasih al-mau

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT Yang saya hormati: Tanggal, 19 Juni 2008 Pukul 08.30 W IB

Lebih terperinci

Terjadinya jual beli pasal di DPR itu salah satu bukti buruknya moralitas oknum atau bobroknya sistem?

Terjadinya jual beli pasal di DPR itu salah satu bukti buruknya moralitas oknum atau bobroknya sistem? Farid Wadjdi, Ketua Lajnah Siyasiyah DPP HTI Diungkapnya fenomena jual beli pasal di DPR oleh Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD menambah panjang daftar kebobrokan tata kelola negara di negeri yang berpenduduk

Lebih terperinci

PANCASILA DAN EMPAT PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.

PANCASILA DAN EMPAT PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1. PANCASILA DAN EMPAT PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1. A. PANCASILA DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM 1. Penegakan Hukum Penegakan hukum mengandung makna formil sebagai prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi manusia meliputi: Hak untuk

BAB I PENDAHULUAN. sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi manusia meliputi: Hak untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Konsep hak asasi manusia bukanlah hal yang baru terdengar dewasa ini, namun seakan mendapatkan perhatian yang lebih intens ketika Indonesia memasuki era reformasi. Pernyataan

Lebih terperinci

Indonesia akan menyelenggarakan pilpres setelah sebelumnya pilleg. Akankah ada perubahan di Indonesia?

Indonesia akan menyelenggarakan pilpres setelah sebelumnya pilleg. Akankah ada perubahan di Indonesia? {mosimage} Hafidz Abdurrahman Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia Tak lama lagi, rakyat Indonesia akan kembali berpesta dalam demokrasi. Setelah beberapa waktu lalu diminta memilih wakil rakyat, kini rakyat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas Tunggal Pancasila oleh Nahdlatul Ulama : Latar Belakang dan Proses 1983-1985 yang menjadi bahan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL SURVEI SURVEI SYARIAH 2014 SEM Institute

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL SURVEI SURVEI SYARIAH 2014 SEM Institute RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL SURVEI SURVEI SYARIAH 2014 SEM Institute LATAR BELAKANG Kongres Ummat Islam Indonesia (KUII) IV telah menegaskan bahwa syariat Islam adalah satu-satunya solusi bagi berbagai problematika

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Penulis menyimpulkan bahwa strategi perlawanan petani mengalami

BAB VI KESIMPULAN. Penulis menyimpulkan bahwa strategi perlawanan petani mengalami BAB VI KESIMPULAN Penulis menyimpulkan bahwa strategi perlawanan petani mengalami perubahan. Pada awalnya strategi perlawanan yang dilakukan PPLP melalui tindakan kolektif tanpa kekerasan (nonviolent).

Lebih terperinci

MEMBANGUN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA: Perspektif Sosiologis. Prof. Dr. H. Nur Syam, MSi Guru Besar Sosiologi IAIN Sunan Ampel

MEMBANGUN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA: Perspektif Sosiologis. Prof. Dr. H. Nur Syam, MSi Guru Besar Sosiologi IAIN Sunan Ampel MEMBANGUN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA: Perspektif Sosiologis Prof. Dr. H. Nur Syam, MSi Guru Besar Sosiologi IAIN Sunan Ampel Dasar Filosofis Rukun: Orang Indonesia (khususnya Orang Jawa) selalu mengedepankan

Lebih terperinci

Peristiwa apa yang paling menonjol di tahun 2009, dan dianggap paling merugikan umat Islam?

Peristiwa apa yang paling menonjol di tahun 2009, dan dianggap paling merugikan umat Islam? {mosimage} Hafidz Abdurrahman Ketua DPP HTI Berbagai peristiwa bergulir sepanjang tahun 2009. Putaran roda zaman pun menggilas siapa saja, termasuk umat Islam. Sayangnya umat Islam belum mempunyai peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah bangsa besar adalah bangsa yang memiliki masyarakat yang berilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan bisa diperoleh dari berbagai sumber, misalnya lembaga

Lebih terperinci

2015 DARI JALAN PAJAJARAN HINGGA ISTANA MERDEKA: PERJUANGAN GERAKAN SERIKAT PEKERJA PT DIRGANTARA INDONESIA TAHUN

2015 DARI JALAN PAJAJARAN HINGGA ISTANA MERDEKA: PERJUANGAN GERAKAN SERIKAT PEKERJA PT DIRGANTARA INDONESIA TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan pekerja bukan merupakan suatu hal yang asing di Indonesia, dalam sejarahnya kemunculan serikat pekerja sudah ada bahkan sejak era sebelum kemerdekaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panjang, dari zaman sebelum Indonesia merdeka, masa Orde Lama, masa

BAB I PENDAHULUAN. panjang, dari zaman sebelum Indonesia merdeka, masa Orde Lama, masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan organisasi keagamaan di Indonesia memang sangat panjang, dari zaman sebelum Indonesia merdeka, masa Orde Lama, masa Orde Baru, pasca-orde Baru hingga

Lebih terperinci

Orang Kristen yang membunuh kaum Muslim jauh lebih sadis tidak pernah sedikit pun dibilang sebagai teroris.

Orang Kristen yang membunuh kaum Muslim jauh lebih sadis tidak pernah sedikit pun dibilang sebagai teroris. Orang Kristen yang membunuh kaum Muslim jauh lebih sadis tidak pernah sedikit pun dibilang sebagai teroris. Tidak pernah ada cerita orang Kristen disebut teroris, meski tindakannya sama persis dengan teroris.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Sebagai negara yang

BAB I PENDAHULUAN. dari yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Sebagai negara yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau lebih dari 17000 yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Sebagai negara yang sangat majemuk, patut disyukuri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disosialisasikan dan dipraktekan di Indonesia. 1. telah banyak kita jumpai berbagai gerakan dari ormas-ormas Islam dari Timur

BAB I PENDAHULUAN. disosialisasikan dan dipraktekan di Indonesia. 1. telah banyak kita jumpai berbagai gerakan dari ormas-ormas Islam dari Timur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan gerakan Islam yang terjadi di Timur Tengah seringkali memberikan pengaruh yang kuat bagi gerakan Islam di Tanah Air. Timur Tengah yang dipersepsikan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 93 Tahun 2016 NOMOR : KEP-043/A/JA/02/2016 NOMOR : 223-865 Tahun 2016 TENTANG

Lebih terperinci

Bab IV Penutup. A. Kebebasan Berekspresi sebagai Isi Media

Bab IV Penutup. A. Kebebasan Berekspresi sebagai Isi Media Bab IV Penutup A. Kebebasan Berekspresi sebagai Isi Media Keberadaan Pasal 28 dan Pasal 28F UUD 1945 tidak dapat dilepaskan dari peristiwa diratifikasinya Universal Declaration of Human Rights (UDHR) 108

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep governance dikembangkan sebagai bentuk kekecewaan terhadap konsep government yang terlalu meletakkan negara (pemerintah) dalam posisi yang terlalu dominan. Sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai gerakan berbasis Islam banyak dan mudah ditemui di Indonesia. Beberapa memang lahir dan berkembang di Indonesia, sementara sebagian yang lain merupakan gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bernegara. Hal ini terjadi karena mahasiswa adalah orang-orang yang

BAB I PENDAHULUAN. dan bernegara. Hal ini terjadi karena mahasiswa adalah orang-orang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa adalah kelompok sosial masyarakat yang mempunyai kapasitas intelektual untuk memahami kondisi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal

Lebih terperinci

BAB IV RESPONS MASYARAKAT BLIMBING TERHADAP GERAKAN FRONT PEMBELA ISLAM

BAB IV RESPONS MASYARAKAT BLIMBING TERHADAP GERAKAN FRONT PEMBELA ISLAM BAB IV RESPONS MASYARAKAT BLIMBING TERHADAP GERAKAN FRONT PEMBELA ISLAM A. Respons Masyarakat Desa Blimbing Terhadap Gerakan Front Pembela Islam Blimbing 1. Respons Baik Mayoritas Masyarakat Blimbing Terhadap

Lebih terperinci

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003 PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA New York, 23 September 2003 Yang Mulia Ketua Sidang Umum, Para Yang Mulia Ketua Perwakilan Negara-negara Anggota,

Lebih terperinci

Penghormatan dan Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia

Penghormatan dan Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia XVIII Penghormatan dan Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia Pasal 1 ayat (3) Bab I, Amandemen Ketiga Undang-Undang Dasar 1945, menegaskan kembali: Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Artinya, Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik sendiri hakikatnya adalah sebagai sarana bagi masyarakat atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang sama dengan mengusung

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. UAJY yang terletak di jalan Babarsari no. 46, Yogyakarta. Peneliti memilih

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. UAJY yang terletak di jalan Babarsari no. 46, Yogyakarta. Peneliti memilih BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kampus IV (gedung Theresa) FISIP UAJY yang terletak di jalan Babarsari no. 46, Yogyakarta. Peneliti memilih

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media dan demokrasi merupakan dua entitas yang saling melengkapi. Media merupakan salah satu produk dari demokrasi. Dalam sejarah berkembangnya demokrasi, salah satu

Lebih terperinci

BAB VI P E N U T U P

BAB VI P E N U T U P 188 BAB VI P E N U T U P A. Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan antara lain: Pertama, peran kiai pondok pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata dalam dinamika politik ada beberapa bentuk, yakni

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aksi - aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok kelompok Islam radikal secara

BAB I PENDAHULUAN. Aksi - aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok kelompok Islam radikal secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aksi - aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok kelompok Islam radikal secara tidak bertanggung jawab sering kali terdengar dan muncul ke permukaan beberapa

Lebih terperinci

Sosialisme Indonesia

Sosialisme Indonesia Sosialisme Indonesia http://sinarharapan.co/news/read/140819049/sosialisme-indonesia 19 Agustus 2014 12:50 Ivan Hadar* OPINI Sosialisme-kerakyatan bisa diterapkan di Indonesia. Terpilihnya Jokowi sebagai

Lebih terperinci

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Hak asasi merupakan hak yang bersifat dasar dan pokok. Pemenuhan hak asasi manusia merupakan suatu keharusan agar warga negara

Lebih terperinci

FOKUS PAGI MQ FM 92,3 FM Edisi : 16 Maret 2010 Topik: Hubungan Internasional Tema: Menilik Agenda Tersembunyi Obama

FOKUS PAGI MQ FM 92,3 FM Edisi : 16 Maret 2010 Topik: Hubungan Internasional Tema: Menilik Agenda Tersembunyi Obama FOKUS PAGI MQ FM 92,3 FM Edisi : 16 Maret 2010 Topik: Hubungan Internasional Tema: Menilik Agenda Tersembunyi Obama Sahabat MQ/ Ratusan orang anggota Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Solo Raya/ menggelar

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 032 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 032 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 032 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN KEGIATAN KEAGAMAAN DAN PENGAWASAN ALIRAN SESAT DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

BAB 5 Penutup. dalam ciri-ciri yang termanifes seperti warna kulit, identitas keagamaan

BAB 5 Penutup. dalam ciri-ciri yang termanifes seperti warna kulit, identitas keagamaan BAB 5 Penutup 5.1 Kesimpulan Hidup bersama membutuhkan membutuhkan modus operandi agar setiap individu di dalamnya dapat berdampingan meskipun memiliki identitas dan kepentingan berbeda. Perbedaan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan bernegara. Kepercayaan agama tidak hanya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari

BAB V PENUTUP. 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari 113 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari bermacam-macam suku, agama, ras dan antar golongan. Berdasar atas pluralitas keislaman di

Lebih terperinci

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir Hizbut Tahrir Indonesia

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir Hizbut Tahrir Indonesia Muhammad Ismail Yusanto, Jubir Hizbut Tahrir Indonesia Yang berhak membuat hukum hanyalah Allah SWT. Namun masih saja ada kaum Muslim yang turut dalam Pemilu legislatif (DPR/DPRD) dengan berdalih dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia segala sesuatu atau seluruh aspek kehidupan diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia segala sesuatu atau seluruh aspek kehidupan diselenggarakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia adalah Negara Hukum ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 setelah perubahan ketiga. Hal ini berarti bahwa di dalam negara Republik

Lebih terperinci

Pengalaman dan Perjuangan Perempuan Minoritas Agama Menghadapi Kekerasan dan Diskriminasi Atas Nama Agama

Pengalaman dan Perjuangan Perempuan Minoritas Agama Menghadapi Kekerasan dan Diskriminasi Atas Nama Agama Laporan Pelapor Khusus Komnas Perempuan Tentang Kekerasan dan Diskriminasi terhadap Perempuan dalam Konteks Pelanggaran Hak Konstitusional Kebebasan Beragama Pengalaman dan Perjuangan Perempuan Minoritas

Lebih terperinci

Survei Nasional: Dukungan dan Penolakan Terhadap Radikalisme Islam. Lembaga Survei Indonesia (LSI) Jakarta, 16 Maret 2005

Survei Nasional: Dukungan dan Penolakan Terhadap Radikalisme Islam. Lembaga Survei Indonesia (LSI) Jakarta, 16 Maret 2005 Survei Nasional: Dukungan dan Penolakan Terhadap Radikalisme Islam Lembaga Survei Indonesia (LSI) Jakarta, 16 Maret 2005 Latar Belakang Sikap dan perilaku keagamaan, terutama keagamaan Islam, semakin mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemekaran ditingkat provinsi, kabupaten dan kota di Maluku utara tak

BAB I PENDAHULUAN. Pemekaran ditingkat provinsi, kabupaten dan kota di Maluku utara tak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemekaran ditingkat provinsi, kabupaten dan kota di Maluku utara tak lepas dari Konflik yang terjadi di Maluku Utara. Konflik Maluku utara telah mengakibatkan perpecahan

Lebih terperinci

PENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA

PENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA PENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA Disusun oleh: Nama Mahasiswa : Regina Sheilla Andinia Nomor Mahasiswa : 118114058 PRODI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012

Lebih terperinci

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Muktamar Khilafah digelar di 31 kota di Indonesia. Puncaknya diselenggarakan di Jakarta, Ahad (2/6) di Stadion Gelora Bung Karno. Lebih dari 100 ribu orang hadir dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan yang menjabarkan pernyataan singkat hasil temuan penelitian yang menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Kesimpulan penelitian akan dimulai

Lebih terperinci

Habib Rizieq: "Indonesia bukan Negara Demokrasi"

Habib Rizieq: Indonesia bukan Negara Demokrasi Habib Rizieq: "Indonesia bukan Negara Demokrasi" http://www.arrahmah.com/news/2013/02/23/habib-rizieq-indonesia-bukan-negara-demokrasi.html#.us5v0febjlk Oleh Saif Al Battar Sabtu, 17 Rabiul Akhir 1434

Lebih terperinci

BAB III KEWENANGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DALAM PEMBUBARAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN

BAB III KEWENANGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DALAM PEMBUBARAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN BAB III KEWENANGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DALAM PEMBUBARAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN A. Tentang Kementrian Dalam Negeri Keberadaan Kementrian Dalam Negeri, Diawali pada Zaman Hindia Belanda sampai tahun

Lebih terperinci

BAHAYA RUU ORMAS. Disiapkan oleh: Koalisi Kebebasan Berserikat(KKB)

BAHAYA RUU ORMAS. Disiapkan oleh: Koalisi Kebebasan Berserikat(KKB) BAHAYA RUU ORMAS Disiapkan oleh: Koalisi Kebebasan Berserikat(KKB) PENGANTAR Dibentuknya Pansus RUU Ormas pada 3 Oktober 2011 merupakan kesempatan yang sangat baik untuk meluruskan kesalahan dan kerancuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Fenomena gerakan civil society senantiasa berbanding terbalik dengan kekuasaan

I. PENDAHULUAN. Fenomena gerakan civil society senantiasa berbanding terbalik dengan kekuasaan I. PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah Fenomena gerakan civil society senantiasa berbanding terbalik dengan kekuasaan rezim. Bilamana negara kuat, memiliki kecenderungan melakukan penetrasi dan kooptasi,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Pertama

BAB V PENUTUP Pertama BAB V PENUTUP Tesis ini adalah media sosial sebagai strategi gerakan dalam konteks demokrasi. Peneliti memandang media sosial dengan cara pandang teknorealis. Artinya, media sosial bagai pedang bermata

Lebih terperinci

Aksi 212: Rizieq Shihab datang

Aksi 212: Rizieq Shihab datang Aksi 212: Rizieq Shihab datang dan menyeru 'penjarakan Ahok' 21-02-2017 http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39035135 Rizieq Shihab tampil berorasi di hadapan para peserta aksi 212. Sempat disebut tidak

Lebih terperinci

LEGAL OPINI: PROBLEM HUKUM DALAM SK NO: 188/94/KPTS/013/2011 TENTANG LARANGAN AKTIVITAS JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI JAWA TIMUR

LEGAL OPINI: PROBLEM HUKUM DALAM SK NO: 188/94/KPTS/013/2011 TENTANG LARANGAN AKTIVITAS JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI JAWA TIMUR LEGAL OPINI: PROBLEM HUKUM DALAM SK NO: 188/94/KPTS/013/2011 TENTANG LARANGAN AKTIVITAS JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA (JAI) DI JAWA TIMUR A. FAKTA HUKUM 1. Bahwa Keputusan Bersama Menteri Agama, Jaksa Agung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik praktis artinya tidak terlibat dalam kegiatan politik yang berkaitan dengan proses

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 TAHUN 2011 TENTANG LARANGAN KEGIATAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI JAWA BARAT

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 TAHUN 2011 TENTANG LARANGAN KEGIATAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI JAWA BARAT 1 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 TAHUN 2011 TENTANG LARANGAN KEGIATAN JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa hak beragama adalah

Lebih terperinci

Kuasa Hukum Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc., dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 2 Maret 2015.

Kuasa Hukum Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc., dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 2 Maret 2015. RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 42/PUU-XIII/2015 Syarat Tidak Pernah Dijatuhi Pidana Karena Melakukan Tindak Pidana Yang Diancam Dengan Pidana Penjara 5 (Lima) Tahun Atau Lebih Bagi Seseorang Yang Akan

Lebih terperinci

Bom Solo sebagai bentuk pengalihan isu yang mendera partai berkuasa?

Bom Solo sebagai bentuk pengalihan isu yang mendera partai berkuasa? Muhammad Mahendradatta, Ketua Dewan Pembina TPM Menurut Pakar dan Praktisi Hukum Mahendradatta, intelijen itu harus bekerja secara cerdas dan tidak perlu payung hukum. Tetapi kasus bom Solo lalu malah

Lebih terperinci

Sebagai warga Bogor, tidakkah Anda bangga acara puncak kontes Miss World digelar di kota Anda?

Sebagai warga Bogor, tidakkah Anda bangga acara puncak kontes Miss World digelar di kota Anda? Iffah Ainur Rohmah, Jubir Muslimah HTI Bukan karena Kabupaten Bogor bermotto Tegar Beriman, bukan pula karena penduduknya mayoritas Muslim, kontes Miss World harus ditolak diselenggarakan di daerah yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari pembahasan tersebut penulis menyimpulkan sebagai berikut: 1. Tatkala negara Khilafah Islam runtuh pada tanggal 3 maret 1924M,

BAB V PENUTUP. Dari pembahasan tersebut penulis menyimpulkan sebagai berikut: 1. Tatkala negara Khilafah Islam runtuh pada tanggal 3 maret 1924M, BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan tersebut penulis menyimpulkan sebagai berikut: 1. Tatkala negara Khilafah Islam runtuh pada tanggal 3 maret 1924M, nasionalisme menggeser kesatuan umat, negeri

Lebih terperinci

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) Definisi Partai Politik Secara umum dapat dikatakan partai politik adalah suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas bisa berbeda-beda, tergantung bagaimana konsepsi

BAB I PENDAHULUAN. realitas bisa berbeda-beda, tergantung bagaimana konsepsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesanpesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi. 1 Media massa

Lebih terperinci

Akuntabilitas. Belum Banyak Disentuh. Erna Witoelar: Wawancara

Akuntabilitas. Belum Banyak Disentuh. Erna Witoelar: Wawancara Wawancara Erna Witoelar: Akuntabilitas Internal Governance LSM Belum Banyak Disentuh K endati sejak 1990-an tuntutan publik terhadap akuntabilitas LSM sudah mengemuka, hingga kini masih banyak LSM belum

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian

BAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian Bandung Berkebun di usia pergerakannya yang masih relatif singkat tidak terlepas dari kemampuannya dalam

Lebih terperinci

BAB IV PELUANG DAN TANTANGAN NU SIDOARJO DALAM USAHA PEMBERDAYAAN CIVIL SOCIETY

BAB IV PELUANG DAN TANTANGAN NU SIDOARJO DALAM USAHA PEMBERDAYAAN CIVIL SOCIETY BAB IV PELUANG DAN TANTANGAN NU SIDOARJO DALAM USAHA PEMBERDAYAAN CIVIL SOCIETY A. Peluang NU cabang Sidoarjo dalam mewujudkan civil society Dilihat Secara analisis obyektif, Peluang NU dalam pemberdayaan

Lebih terperinci

IDEOLOGI GERAKAN ISLAM KONTEMPORER. Fundamentalisme, Islamisme, Salafisme, dan Jihadisme

IDEOLOGI GERAKAN ISLAM KONTEMPORER. Fundamentalisme, Islamisme, Salafisme, dan Jihadisme IDEOLOGI GERAKAN ISLAM KONTEMPORER Fundamentalisme, Islamisme, Salafisme, dan Jihadisme Pengantar Istilah-istilah yang muncul terkait dengan faham dan gerakan Islam kontemporer kebanyakan dari hasil kajian

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: DEMOKRASI ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS 1. MENYEBUTKAN PENGERTIAN, MAKNA DAN MANFAAT

Lebih terperinci