DUKUNGAN KELUARGA DAN KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY LIVING DALAM PENURUNAN DEPRESI PASCA STROKE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DUKUNGAN KELUARGA DAN KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY LIVING DALAM PENURUNAN DEPRESI PASCA STROKE"

Transkripsi

1 Dukungan Keluarga dan Kemandirian Activity Daily Living dalam Penurunan Depresi Pasca Stroke Ria Wahyu Kristyanti, Erlin Kurnia DUKUNGAN KELUARGA DAN KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY LIVING DALAM PENURUNAN DEPRESI PASCA STROKE FAMILY SUPPORT AND ACTIVITY DAILY LIVING INDEPENDENCE IN DECREASING POST-STROKE DEPRESSION Ria Wahyu Kristyanti Erlin Kurnia STIKES RS. Baptis Kediri ABSTRAK Pasien pasca stroke mengalami depresi dan memiliki ketergantungan dalam pemenuhan activity daily living (ADL). Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh dukungan keluarga dan tingkat kemandirian dalam ADL terhadap tingkat depresi pada pasien pasca stroke. Desain penelitian adalah cross sectional. Populasi penelitian semua pasien pasca stroke di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri. Sampel 96 responden, menggunakan purposive sampling. Variabel independen dukungan keluarga dan tingkat kemandirian ADL, variabel dependen tingkat depresi. Instrumen menggunakan wawancara terstruktur. Analisis data menggunakan uji statistik Wilcoxon α 0,05. Hasil penelitian dukungan keluarga baik (69,8%) dan tingkat kemandirian kurang tergantung (52,1%), tingkat depresi sedang (56,3%). Hasil uji statistik p=0,000 pada semua hubungan variabel dependen independen yang artinya dukungan keluarga dan kemandirian ADL berhubungan dengan tingkat depresi pada pasien pasca stroke. Disimpulkan dukungan keluarga dan tingkat kemandirian ADL baik berhubungan dengan penurunan tingkat depresi. Kata kunci : Dukungan keluarga, ADL, depresi, pasien pasca stroke. ABSTRACT Patients with post-stroke depression and a dependence in the fulfillment Activity Daily Living (ADL). Objective was to analyze the influence of family support and independence in ADL toward depression level to patients with post-stroke. Research design was cross-sectional. Population was all patients with post-stroke in Outpatient Installation of Kediri Baptist Hospital. The samples were 96 respondents using purposive sampling. Independent variable was family support and independence ADL;dependent variable was the level of depression. Data was collected using a structured interview, and then analyzed using the Wilcoxon statistical test with a significance level of α The results family support obtained good (69.8%), less depending of independence level was (52.1%), moderate depression level (56.3%). Results of statistical tests p=0.000 in all relationships dependent variable independent means and family support ADL independence associated with the level of depression in post-stroke patients. Concluded family support and good levels of ADL independence associated with decreased levels of depression. Keywords: family support, ADL, depression, patients post-stroke

2 Jurnal STIKES Vol. 6 No. 2, Desember 2013 Pendahuluan Stroke merupakan penyebab kecacatan nomor satu di dunia dan penyebab kematian nomor tiga di dunia. (George, 2009). Penelitian membuktikan bahwa pada pasien stroke selain gejala kelainan saraf (misalnya kelumpuhan alat gerak ataupun otot muka dan sebagainya), juga ditemukan gangguan mentalemosional misalnya depresi. Gejala depresi yang ditimbulkan sebagai akibat lesi (kerusakan) pada susunan saraf pusat otak dan bisa juga akibat dari gangguan penyesuaian (adjusment disorder) karena hendaya (impairment) fisik dan kognitif pasca stroke (Hawari, 2006). Suatu penelitian mengatakan bahwa pada pasien pasca stroke yang mengalami depresi akan terjadi peningkatan persentase angka kematiannya. Bahkan, pada pasien yang lebih muda dan yang tidak mempunyai penyakit kronis yang mengalami depresi dibanding dengan pasien pasca stroke yang mengalami depresi angka kematian tetap tinggi pada pasien depresi pasca stroke. Kejadian depresi ini bisa terjadi karena berkurangnya tingkat kemandirian pasien stroke akibat kelemahan sehingga pasien stroke mengalami gangguan dalam beraktivitas. Keluarga sangat berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan Activity Daily Living pada pasien stroke, supaya pasien stroke tidak mengalami depresi. Oleh karena itu dukungan keluarga sangat berpengaruh untuk kesembuhan pasien stroke. Angka kematian akibat stroke dari tahun ke tahun meningkat. Dampak yang mengkhawatirkan, stroke saat ini tidak hanya menyerang orang tua saja, melainkan juga menyerang kaum muda. Menurut data Riset Kesehatan Dasar tahun 2008, jumlah penderita stroke mencapai 8,3 per populasi di Indonesia, dengan populasi sekitar 211 juta jiwa, berarti terdapat sekitar 1,7 juta penderita stroke di Indonesia. Pada tahun 2020 diperkirakan penderita stroke meningkat menjadi 7,6 juta. Berdasarkan data Rumah Sakit Baptis Kediri pada bulan Juli sampai September tahun 2012 didapatkan jumlah penderita stroke di Instalasi Rawat Jalan sejumlah 573 pasien. Peningkatan jumlah penderita stroke akan menimbulkan masalah, salah satunya masalah gangguan mental emosional yaitu depresi. Depresi biasa terjadi dan merupakan masalah yang serius pada pasien stroke. Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan (affective or mood disorder) yang terjadi pada pasien stroke (Hawari, 2006). Depresi bisa terjadi pada penderita stroke di sebabkan karena gangguan penyesuaian dan kerusakan pada susunan saraf. Prevalensi depresi pada pasien stroke mencapai 40%-60% dalam 6 bulan pertama sesudah terjadinya stroke (Hawari, 2006). Depresi pada pasien stroke dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor neurobiologik dan faktor psikologik. Pendekatan keluarga sangat diperlukan dalam penatalaksanaan depresi pada pasien stroke yaitu dengan memberikan dukungan pada pasien. Dukungan dari keluarga akan membantu pasien stroke dalam menjalani kebutuhan aktivitas sehari hari termasuk membantu kemandirian pasien stroke. Kebutuhan akan dukungan dan perhatian dari keluarga berlangsung sepanjang hidup sehingga jika pasien tidak mendapat dukungan mereka akan mengalami episode manik atau episode depresif berat dari depresi yaitu peningkatan aktivitas, lebih banyak bicara, rasa harga diri melambung, berkurangnya kebutuhan tidur, kurang nafsu makan, hilangnya kesenangan, tidak semangat, merasa tidak berguna, dan hal yang membahayakan penderita depresi adalah pikiran tentang kematian dan rasa ingin mati atau usaha bunuh diri (Hawari, 2006). Gangguan depresi bervariasi dan diklasifikasikan menurut jumlah dari penyebab, keparahan dan durasi gejala dan cara menanggulangi depresi pada pasien stroke berbeda beda sesuai dengan keadaan pasien. Namun dengan dukungan dari keluarga sangatlah membantu dalam mencegah dan mengatasi depresi pada pasien stroke. Keluarga dapat menolong terus menerus untuk mendukung pasien dan memberikan pujian untuk kemajuan

3 Dukungan Keluarga dan Kemandirian Activity Daily Living dalam Penurunan Depresi Pasca Stroke Ria Wahyu Kristyanti, Erlin Kurnia yang dicapai. Dukungan keluarga dapat diwujudkan dengan memberikan perhatian atau peduli, memberikan pertolongan, memberikan dorongan, memberikan semangat, memberikan informasi atau pengetahuan dan sebagainya (Stuart, 2009). Jadi dengan adanya dukungan keluarga pada pasien stroke, akan membantu kemandirian kebutuhan aktivitas sehari hari dan memberikan kekuatan pada pasien stroke dalam menjalani masa perawatan dan pengobatan. Dari uraian di atas, maka penulis perlu untuk meneliti pengaruh dukungan keluarga dan tingkat kemandirian dalam Activity Daily Living terhadap tingkat depresi pada pasien pasca stroke di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri. Metodologi Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian Cross Sectional. Penelitian Cross Sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien pasca stroke di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri rata-rata pasien pasca stroke di Instalasi Rawat Jalan per bulan adalah 191 orang. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 96 responden di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri yang memenuhi kriteria inklusi. Tehnik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling yaitu pemilihan sampling dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel mewakili karakteristik dari populasi sebenarnya (Nursalam 2003). Pada penelitian ini peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan wawancara terstruktur langsung pada responden yang bersedia diteliti. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 28 Pebruari Maret 2013 di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri, khususnya pada klinik syaraf. Setelah data dari hasil kuesioner terkumpul, kemudian data diolah dan kemudian diuji menggunakan Uji Wilcoxon dengan software komputer Hasil Penelitian Data Umum Data umum responden pasien pasca stroke di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri dapat diuraikan sebagai berikut: Karakteristik responden pada penelitian ini 58,3% pasien laki-laki dengan usia lebih 50 % (59,4%) usia 56 tahun, pendidikan cukup (SMP: 30,2%), dengan pekerjaan sebagai swasta (37,5%) dan lama menderita stroke paling banyak 1 sampai kurang dari 3 tahun (43,7%). Data Khusus Pada bagian ini akan disajikan hasil pengumpulan data di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri mengenai dukungan keluarga dan tingkat kemandirian ADL terhadap tingkat depresi pada pasien pasca stroke. Tabel 1 Dukungan Keluarga Pasien Pasca Stroke di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri Dukungan Keluarga F % Kurang 0 0 Sedang 29 30,2 Baik 67 69,8 Jumlah Berdasarkan tabel 1 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden dengan dukungan keluarga yang baik dan sedang. Hal ini menunjukkan peran keluarga sangat memperhatikan kondisi pasien stroke.

4 Jurnal STIKES Vol. 6 No. 2, Desember 2013 Tabel 2 Tingkat Kemandirian Pasien Pasca Stroke di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri Tingkat Kemandirian F % Total 4 4,2 Sangat Tergantung 4 4,2 Menengah 19 19,7 Kurang Tergantung 50 52,1 Minimal 15 15,6 Mandiri 4 4,2 Jumlah Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa lebih dari 50% responden dengan tingkat kemandirian kurang tergantung (52,1%), di mana pasien/responden masih mampu memenuhi kebutuhan dasar dengan bantuan sedang dari orang lain. Tabel 3 Tingkat Depresi pada Pasien Pasca Stroke di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri Tingkat Depresi F % Ringan 21 21,9 Sedang 54 56,2 Berat 21 21,9 Berat Sekali 0 0 Jumlah Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa lebih dari 50% responden dengan tingkat depresi sedang. Kondisi perubahan fisiologis pada pasien stroke salah satu sumber depresi. Tabel 4 Tabulasi Silang Dukungan Keluarga terhadap Tingkat Depresi pada Pasien Pasca Stroke di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri Tingkat Depresi Dukungan Total Ringan Sedang Berat Keluarga F % F % F % F % Kurang Sedang 5 17, ,2 8 27, Baik 16 23, , , Total 21 21, , , Uji Wilcoxon p = 0,000 Z= 6,168 Hasil dari tabulasi silang pada tabel 4 dapat dilihat bahwa dari 96 responden, didapatkan dukungan keluarga sedang dengan depresi sedang (55,2%) dan dukungan baik dengan depresi sedang (56,7%). Analisis menggunakan Wilcoxon bahwa α 0,05 didapatkan p = 0,000, dimana p < α yang berarti H 0 ditolak dan H a1 diterima. Jadi ada pengaruh yang signifikan antara dukungan keluarga terhadap tingkat depresi pada pasien pasca stroke di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri. Angka tabel Z adalah 6,168 berarti memiliki perbedaan bermakna atau hubungan yang kuat. Angka tabel Z bernilai negatif bahwa kedua variabel menunjukkan arah hubungan yang berlawanan arah. Hal ini menegaskan bahwa semakin baik dukungan keluarga maka semakin rendah tingkat depresi pasien. Tabel 5 Tabulasi Silang Tingkat Kemandirian terhadap Tingkat Depresi pada Pasien Pasca Stroke di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri Tingkat Kemandirian Tingkat Depresi Total Ringan Sedang Berat F % F % F % F % Total Sangat Tergantung Menengah , , Kurang Tergantung 6 12, ,0 2 4, Minimal 12 80,0 2 13,3 1 6, Mandiri 3 75,0 1 25, Total 21 21, , , Uji Wilcoxon p = 0,000 Z=7,303

5 Dukungan Keluarga dan Kemandirian Activity Daily Living dalam Penurunan Depresi Pasca Stroke Ria Wahyu Kristyanti, Erlin Kurnia Hasil dari tabulasi silang tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa dari 96 responden didapatkan tingkat kemandirian total dengan tingkat depresi berat (100%), tingkat kemandirian sangat tergantung dengan tingkat depresi sedang (75%), tingkat kemandirian menengah dengan tingkat depresi berat (68,4%), tingkat kemandirian kurang tergantung dengan tingkat depresi sedang (84%), tingkat kemandirian minimal dengan tingkat depresi ringan (80%), dan tingkat kemandirian mandiri dengan tingkat depresi ringan (75%). Analisis menggunakan Wilcoxon bahwa α 0,05 didapatkan p = 0,000, dimana p < α yang berarti H 0 ditolak dan H a1 diterima. Jadi ada pengaruh yang signifikan antara tingkat kemandirian dalam Activity Daily Living terhadap tingkat depresi pada pasien pasca stroke di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri. Angka tabel Z adalah 7,303 berarti memiliki perbedaan bermakna tingkat atau hubungan yang kuat. Angka tabel Z bernilai negatif bahwa kedua variabel menunjukkan arah hubungan yang berlawanan arah. Hal ini menegaskan bahwa semakin mandiri tingkat kemandirian pasien pasca stroke maka semakin rendah tingkat depresi pasien. Pembahasan Dukungan Keluarga pada Pasien Pasca Stroke Hasil penelitian mengenai dukungan keluarga dari jumlah responden sebanyak 96 orang didapatkan hasil responden dengan dukungan keluarga baik yaitu sebanyak 67 orang (69,8%) dan dukungan keluarga sedang sebanyak 29 orang (30,2%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mendapatkan dukungan keluarga baik. Secara teoritis dukungan keluarga merupakan dukungan sosial yang bersifat natural yang diberikan oleh keluarga. Dukungan sosial keluarga menjadikan keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sehingga akan meningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan. Dukungan sosial keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial (Friedmen dalam Setiadi, 2008). Dukungan keluarga yang menyiapkan perawatan bagi anggota keluarga yang memiliki penyakit mental serius, merasa terisolasi, dan sendirian dalam menghadapi masalah (Stuart, 2009). Dukungan keluarga yang diberikan meliputi dukungan instrumental yaitu bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan aktivitasnya berkaitan dengan persoalan persoalan yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapi. Dukungan informasional merupakan informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh seseorang dalam menanggulangi persoalan persoalan yang dihadapi, meliputi pemberian nasehat pengarahan, ide ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang lain yang mungkin menghadapi persoalan yang sama atau hampir sama. Dukungan penilaian (appraisal) sebagai suatu bentuk penghargaan yang diberikan seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita, sedangkan dukungan emosional merupakan dukungan simpatik dan empati, cinta, penghargaan. Sumber dukungan keluarga internal, seperti dukungan dari suami atau istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal, (Friedman, 1998 dalam Setiadi, 2008). Dari hasil penelitian didapatkan responden sebagian besar mendapatkan dukungan keluarga baik. Dukungan keluarga baik yang diberikan oleh keluarga paling banyak keluarga memberikan dukungan instrumental atau fasilitas seperti menyediakan waktu dan fasilitas selama pengobatan, keluarga berperan aktif dalam setiap pengobatan dan perawatan saat sakit, membiayai biaya perawatan atau pengobatan, berusaha mencarikan kekurangan sarana dan peralatan perawatan yang diperlukan. Fasilitas dalam pengobatan yang diberikan

6 Jurnal STIKES Vol. 6 No. 2, Desember 2013 oleh keluarga bermanfaat untuk perawatan dan pengobatan anggota keluarga yang sakit, sehingga pasien pasca stroke merasa diperhatikan selama sakit. Selain itu keluarga juga memberikan dukungan penilaian atau penghargaan ditunjukan bahwa keluarga selalu memberikan pujian dan perhatian, meminta pendapat ketika ada permasalahan, memberi kesempatan untuk memilih fasilitas kesehatan, dan menghormati. Dukungan emosional juga diperlukan oleh pasien agar pasien merasa dicintai dengan keluarga mendampingi dalam setiap perawatan, tetap mencintai dan memperhatikan keadaan pasien selama sakit, memahami yang dirasakan dalam kehidupan sehari hari, dan meluangkan waktu bersama untuk berkumpul dan bercakap cakap. Perhatian maupun kehadiran anggota keluarga dalam mendampingi setiap perawatan selama sakit sangat membantu emosional pasien pasca stroke untuk lebih termotivasi dalam melakukan perawatan. Keluarga juga merupakan sumber informasi dengan memberikan informasi kepada anggota keluarga yang sakit misal dalam hal membantu tentang hasil pemeriksaan dan pengobatan dari dokter yang merawat, selalu mengingatkan waktu kontrol, minum obat, latihan dan makan, selalu mengingatkan perilaku yang bisa memperburuk penyakitnya, dan membantu untuk menjelaskan hal jika tidak tahu tentang penyakitnya. Menurut hasil yang didapatkan keluarga dalam memberikan dukungan informasi masih kurang. Hal tersebut diakibatkan karena pengetahuan keluarga tentang penyakit masih kurang sehingga keluarga belum maksimal dalam memberikan dukungan berupa informasi kepada anggota keluarga yang sakit. Dukungan yang diberikan keluarga karena keluarga peduli kepada salah satu anggota keluarga yang mengalami sakit, sehingga dengan dukungan keluarga yang diberikan, pasien merasa dihargai dan dicintai. Tingkat Kemandirian dalam Activity Daily Living pada Pasien Pasca Stroke Hasil penelitian mengenai tingkat kemandirian dalam Activity Daily Living dari jumlah responden sebanyak 96 orang didapatkan hasil responden dengan tingkat kemandirian kurang tergantung sebanyak 50 responden (52,1%), menengah sebanyak 19 responden (19,7%), minimal sebanyak 15 responden (15,6%), mandiri sebanyak 4 responden (4,2%), sangat tergantung sebanyak 4 responden (4,2%), total sebanyak 4 responden (4,2%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50% responden mengalami tingkat kemandirian kurang tergantung. Kemandirian merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, seseorang melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dan dengan keputusannya sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis, (Azis, 2007). Activity Daily Living mencakup perawatan diri (seperti berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias, juga menyiapkan makanan, memakai telephone, menulis, mengelola uang dan sebagainya) dan mobilitas (seperti berguling di tempat tidur, bangun dan duduk, transfer/bergeser dari tempat tidur ke kursi atau dari satu tempat ke tempat lain) (Sugiarto, 2005). Tingkat kemandirian pada pasien pasca stroke berhubungan dengan diagnosa medis yang ditetapkan. Stroke iskemik (infark atau kematian jaringan) merupakan serangan yang sering terjadi pada usia 50 tahun atau lebih dan terjadi pada malam hingga pagi hari, sedangkan stroke hemoragi (perdarahan) serangan sering terjadi pada usia tahun dan biasanya timbul setelah beraktivitas fisik atau karena psikologis (Baticaca, 2008). Faktor yang mempengaruhi penurunan Activities Daily Living adalah kondisi fisik misalnya penyakit menahun, gangguan mata dan telinga, kapasitas mental, status mental seperti kesedihan dan depresi, penerimaan

7 Dukungan Keluarga dan Kemandirian Activity Daily Living dalam Penurunan Depresi Pasca Stroke Ria Wahyu Kristyanti, Erlin Kurnia terhadap fungsi anggota tubuh, dukungan anggota keluarga (Hadywinoto, 2005). Dari hasil penelitian didapatkan responden dengan tingkat kemandirian kurang tergantung, dengan karakteristik responden lebih dari 50% responden berumur 56 tahun sebanyak 29 responden (58%). Sesuai dengan teori serangan stroke pada seseorang terjadi pada usia lebih dari 50 tahun atau 50 tahun keatas. Serangan stroke yang terjadi bisa menimbulkan dampak pada pasien pasca stroke, diantaranya yaitu gangguan kemandirian. Gangguan kemandirian pada pasien pasca stroke diakibatkan karena kelemahan sebagian anggota tubuh pasien, sehingga aktivitas pasien terganggu. Lebih dari 50% responden mengalami lama menderita stroke 1-< 3 tahun sebanyak 28 responden (56%). Seseorang yang menderita stroke dengan rentang sakit 1-< 3 tahun perjalanan sakit masih awal terjadi kelemahan pada sebagian anggota tubuh, sehingga pada saat kontrol atau dalam melakukan kegiatan sehari-hari pasien perlu bantuan. Hasil wawancara terstruktur pasien mengalami tingkat kemandirian kurang tergantung seperti dalam personal hygiene pasien mampu untuk melakukan sendiri tetapi membutuhkan bantuan minimal sebelum dan sesudah kegiatan perlu diperhatikan tentang keamanan, dalam hal mandi pasien perlu diawasi untuk keselamatan, mempersiapkan alat mandi atau dalam berpindah. Pasien dalam hal makan, bisa makan sendiri dengan nampan yang telah disiapkan kecuali bantuan diperlukan dalam memotong daging. Saat pasien pergi ke toilet diperlukan pengawasan untuk keamanan dalam kegiatan toilet, bisa memerlukan pispot di malam hari perlu dibantu untuk membuang dan membersihkannya. Pasien dalam hal naik tangga, perlu pengawasan sesekali berhubungan atas keselamatan oleh kekakuan dipagi hari. Pasien saat berpakaian diperlukan sedikit bantuan dalam mengencangkan pakaian seperti kancing, retsleting, memakai bra membutuhkan waktu tiga kali lebih lama. Pasien dalam mengontrol BAB pasien dapat mengontrol BAB, dalam mengontrol BAK pasien dapat mengontrol BAK di siang hari dan di malam hari. Pergerakan atau ambulasi biasanya pasien bisa berjalan tetapi dalam jarak tempuh kurang dari 50 meter tanpa bantuan atau pengawasan diperlukan petunjuk atau pengawasan untuk keamanan diperlukan waktu lebih lama untuk mencapai tempat tujuan. Pasien dalam melakukan berpindah ke kursi atau tempat tidur biasanya kehadiran satu orang lain diperlukan untuk memantapkan atau mengawasi berhubungan dengan keselamatan. Tingkat Depresi pada Pasien Pasca Stroke Hasil penelitian mengenai tingkat depresi dari jumlah responden sebanyak 96 orang didapatkan hasil responden dengan tingkat depresi sedang yaitu sebanyak 54 orang (56,2%), tingkat depresi ringan sebanyak 21 orang (21,9%), dan tingkat depresi berat sebanyak 21 orang (21,9%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50% responden mengalami tingkat depresi sedang. Secara teoritis depresi adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan (affective or mood disorder), yang di tandai dengan kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa (Hawari, 2006). Depresi umum terjadi dan mungkin diperberat oleh respon alamiah pasien terhadap penyakit katastrofik. Gejala depresi ditimbulkan sebagai akibat lesi (kerusakan) pada susunan saraf pusat otak dan bisa juga akibat dari gangguan penyesuaian (adjustment disorder) karena hendaya (impairment) fisik dan kognitif pasca stroke. Faktor penyebab depresi adalah karena faktor stresor psikososial yang meliputi perkawinan, orangtua, antar pribadi, pekerjaan, lingkungan, keuangan, hukum, perkembangan, penyakit fisik, faktor keluarga, (Hawari, 2006). Depresi yang terjadi pada pasien pasca stroke juga diakibatkan karena faktor neurobiologik dan faktor psikologik (Wicaksana, 2008).

8 Jurnal STIKES Vol. 6 No. 2, Desember 2013 Terdapat tatalaksana depresi yaitu terapi psikologi (psikoterapi suportif dukungan keluarga dan terapi kognitif perilaku), terapi fisik, dan terapi mania (Stuart, 2009). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan responden dengan tingkat depresi sedang dengan karakteristik responden mengalami lama menderita stroke 1-< 3 tahun. Sesuai dengan teori bahwa penyakit stroke yang dialami seseorang mempengaruhi terjadinya depresi pada pasien pasca stroke. Keparahan depresi pada penderita pasca stroke dipengaruhi oleh beberapa fungsi antara lain lokasi lesi di otak, fungsi sosial, individu, sebelum terkena stroke. Pada penderita yang selamat dari serangan stroke namun menderita depresi cenderung akan lebih sulit mematuhi dalam pengobatan dan minum obat. Pada pasien penderita pasca stroke yang mengalami lama menderita stroke 1-<3 tahun hal ini dapat mempengaruhi perluasan luka pada jaringan otak pasien, sehingga dampak beberapa pasien yang sembuh dari sakitnya stroke (pasca stroke) masih meninggalkan sisa gangguan baik secara fisik maupun psikologis. Pada saat penelitian terdapat responden yang mengalami kelemahan pada sebagian ekstremitas tubuh sehingga mengalami kesulitan dalam bicara atau berjalan. Hal tersebut mengakibatkan gangguan penyesuaian pada penderita yang bisa mengakibatkan seorang penderita pasca stroke mengalami depresi. Dibuktikan pada hasil wawancara terstruktur paling banyak pasien pasca stroke merasa seperti tidak kuat lagi untuk melakukan suatu kegiatan, merasa sedih dan depresi, pesimis, mengalami gangguan alam perasaan seperti pasien tidak dapat melihat hal yang positif dari suatu kejadian, kehilangan minat (misal: makan, ambulasi, dan sosialisasi), merasa diri tidak layak, merasa hidup tidak berharga. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Tingkat Depresi pada Pasien Pasca Stroke Berdasarkan dari hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon yang didasarkan taraf kemaknaan yang ditetapkan (α 0,05) didapatkan p = 0,000 maka H 0 ditolak dan H a1 diterima yang artinya ada pengaruh dukungan keluarga terhadap tingkat depresi pada pasien pasca stroke di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri. Terdapat lebih dari 50% dukungan keluarga baik dengan tingkat depresi sedang sebanyak 38 orang (56,7%), dukungan keluarga sedang dengan tingkat depresi sedang sebanyak 16 orang (55,2%), dukungan keluarga baik dengan tingkat depresi ringan sebanyak 16 orang (23,9%), dukungan keluarga baik dengan tingkat depresi berat sebanyak 13 orang (19,4%), dukungan keluarga sedang dengan tingkat depresi berat sebanyak 8 orang (27,6%), dukungan keluarga sedang dengan tingkat depresi ringan sebanyak 5 orang (17,2%). Dukungan keluarga merupakan dukungan sosial yang bersifat natural yang diberikan oleh keluarga. Dukungan sosial keluarga menjadikan keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sehingga akan meningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan. Dukungan keluarga yang menyiapkan perawatan bagi anggota keluarga yang memiliki penyakit mental serius, merasa terisolasi, dan sendirian dalam menghadapi masalah (Stuart, 2009). Dukungan keluarga yang diberikan meliputi dukungan instrumental, informasional, dukungan penilaian (appraisal), dan dukungan emosional. Dukungan keluarga merupakan salah satu tatalaksana untuk mencegah atau mengurangi kejadian depresi pada pasien pasca stroke. Depresi adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan (affective or mood disorder), yang di tandai dengan kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa (Hawari, 2006).

9 Dukungan Keluarga dan Kemandirian Activity Daily Living dalam Penurunan Depresi Pasca Stroke Ria Wahyu Kristyanti, Erlin Kurnia Depresi umum terjadi dan mungkin diperberat oleh respon alamiah pasien terhadap penyakit katastrofik. Gejala depresi ditimbulkan sebagai akibat lesi (kerusakan) pada susunan saraf pusat otak dan bisa juga akibat dari gangguan penyesuaian (adjustment disorder) karena hendaya (impairment) fisik dan kognitif pasca stroke (Hawari, 2006). Faktor penyebab depresi adalah karena faktor stresor psikososial yang meliputi perkawinan, orangtua, antar pribadi, pekerjaan, lingkungan, keuangan, hukum, perkembangan, penyakit fisik, faktor keluarga (Hawari, 2006). Depresi yang terjadi pada pasien pasca stroke juga diakibatkan karena faktor neurobiologik yaitu kerusakan anatomik dan vaskularisasi di otak yang mengakibatkan ketidakseimbangan neurotransmitter yang langsung menyebabkan gangguan perilaku dan emosional (depresi). Sedangkan faktor psikologik yaitu stresor yang bersifat kehilangan (loos of-love object). Kehilangan kegagahan, kebebasan bergerak, aktivitas yang menggembirakan dan memuaskan, kemandirian, kewibawaan, daya pikir, ketrampilan teknis (Wicaksana, 2008). Hasil penelitian ini sebagian besar pasien pasca stroke mendapat dukungan keluarga baik dan tingkat depresi sedang sebanyak 56,7%. Hal ini dibuktikan bahwa dukungan yang diberikan oleh keluarga dapat mengurangi tingkat depresi pada pasien pasca stroke. Dukungan yang diberikan merupakan kepedulian dari anggota keluarga, keikutsertaan keluarga dalam perawatan pasien pasca stroke, dan bantuan yang berupa materi seperti biaya pengobatan. Bukan hanya materi yang diberikan melainkan perhatian dan kecintaan keluarga pada pasien pasca stroke yang mempengaruhi terjadinya depresi pada pasien pasca stroke. Dibuktikan dengan wawancara terstruktur pasien merasakan dukungan keluarga baik yang diberikan oleh keluarga paling banyak keluarga memberikan dukungan instrumental atau fasilitas seperti menyediakan waktu dan fasilitas selama pengobatan, keluarga berperan aktif dalam setiap pengobatan dan perawatan saat sakit, membiayai biaya perawatan atau pengobatan, berusaha mencarikan kekurangan sarana dan peralatan perawatan yang diperlukan. Keluarga juga memberikan dukungan penilaian atau penghargaan ditunjukan bahwa keluarga selalu memberikan pujian dan perhatian, meminta pendapat ketika ada permasalahan, memberi kesempatan untuk memilih fasilitas kesehatan, dan menghormati. Dukungan emosional juga diperlukan oleh pasien, agar pasien merasa dicintai, keluarga mendampingi dalam setiap perawatan, tetap mencintai dan memperhatikan keadaan pasien selama sakit, memahami yang dirasakan dalam kehidupan sehari-hari, dan meluangkan waktu bersama untuk berkumpul dan bercakap-cakap. Keluarga juga merupakan sumber informasi dengan memberikan informasi kepada anggota keluarga yang sakit misal dalam hal membantu tentang hasil pemeriksaan dan pengobatan dari dokter yang merawat, selalu mengingatkan waktu kontrol, minum obat, latihan dan makan, selalu mengingatkan perilaku yang bisa memperburuk penyakitnya, dan membantu untuk menjelaskan hal jika tidak tau tentang penyakitnya. Pasien pasca stroke bisa mengalami gangguan alam perasaan seperti depresi. Lebih dari 50% pasien pasca stroke mengalami depresi sedang. Dibuktikan dengan hasil wawancara terstruktur didapatkan pasien tidak dapat melihat hal yang positif dari suatu kejadian, merasa seperti tidak kuat lagi untuk melakukan suatu kegiatan, pesimis, merasa sedih dan depresi, kehilangan minat (misal: makan, ambulasi, dan sosialisasi), merasa diri tidak layak, merasa hidup tidak berharga. Dukungan keluarga yang baik yang diberikan oleh anggota keluarga sangat membantu untuk memperingan depresi yang terjadi pada pasien pasca stroke. Semakin baik dukungan keluarga yang diberikan semakin rendah tingkat depresi pasien.

10 Jurnal STIKES Vol. 6 No. 2, Desember 2013 Pengaruh Tingkat Kemandirian dalam Activity Daily Living terhadap Tingkat Depresi pada Pasien Pasca Berdasarkan dari hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon yang didasarkan taraf kemaknaan yang ditetapkan (α 0,05) didapatkan p = 0,000 maka H 0 ditolak dan H a2 diterima yang artinya ada pengaruh tingkat kemandirian dalam Activity Daily Living terhadap tingkat depresi pada pasien pasca stroke di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri. Terdapat sebagian besar tingkat kemadirian kurang tergantung dengan tingkat depresi sedang sebanyak 42 orang (84%), tingkat kemandirian menengah dengan tingkat depresi berat sebanyak 13 orang (68,4%), tingkat kemandirian minimal dengan tingkat depresi ringan sebanyak 12 orang (80%), tingkat kemandirian menengah dengan tingkat depresi sedang sebanyak 6 orang (31,6%), tingkat kemandirian kurang tergantung dengan tingkat depresi ringan sebanyak 6 orang (12%), tingkat kemandirian total dengan tingkat kemandirian berat sebanyak 4 orang (100%), tingkat kemandirian sangat tergantung dengan tingkat depresi sedang sebanyak 3 orang (75%), tingkat kemandirian mandiri dengan tingkat depresi ringan sebanyak 3 orang (75%), tingkat kemandirian kurang tergantung dengan tingkat depresi berat sebanyak 2 orang (4%), tingkat kemandirian sangat tergantung dengan tingkat depresi berat sebanyak 1 orang (25%), tingkat kemandirian minimal dengan tingkat depresi berat sebanyak 1 orang (6,7%), tingkat kemandirian mandiri dengan tingkat depresi sedang sebanyak 1 orang (25%). Secara teoritis kemandirian merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana seseorang melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis, (Azis, 2007). Activity Daily Living mencakup perawatan diri (seperti berpakaian, makan dan minum, toileting, mandi, berhias, juga menyiapkan makanan, memakai telepon, menulis, mengelola uang dan sebagainya) dan mobilitas (seperti berguling di tempat tidur, bangun dan duduk, transfer atau bergeser dari tempat tidur ke kursi atau dari satu tempat ke tempat lain), (Sugiarto, 2005). Seseorang yang terserang penyakit stroke mayoritas akan mengalami kelumpuhan sebagian ekstrimitas tubuhnya. Kecenderungan terjadinya depresi pada pasien stroke diakibatkan karena faktor neurobiologik yaitu kerusakan pada daerah anatomik dan vaskularisasi yang ada di otak yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan neurotransmitter sehingga langsung menyebabkan terjadinya gangguan perilaku dan emosional (depresi). Sedangkan faktor psikologik yaitu stresor yang bersifat kehilangan (loos of-love object). Kehilangan dapat berupa kehilangan kegagahan, kebebasan bergerak, aktivitas yang menggembirakan dan memuaskan, kemandirian, kewibawaan, daya pikir, ketrampilan teknis, (Wicaksana, 2008). Depresi adalah penyakit jiwa tertua dan paling umum. Mengacu dalam tanda, gejala, sindrom, keadaan emosional, reaksi, penyakit, atau identitas klinis (Stuart, 2009). Depresi yang terjadi ditandai dengan gejala perasaan murung, sedih, perasaan bersalah, nafsu makan berkurang, gangguan tidur, konsentrasi menurun, kehilangan minat atau kesenangan, perasaan ingin mati atau bunuh diri (Hawari, 2006). Dalam penelitian ini sebagian besar pasien pasca stroke mengalami tingkat kemandirian kurang tergantung dengan tingkat depresi sedang sebanyak 42 orang (84%). Hal ini terbukti bahwa tingkat kemandirian mempengaruhi tingkat depresi pada pasien pasca stroke. Pasien pasca stroke sering mengalami kelemahan pada sebagian ekstremitas tubuh, sehingga pasien pasca stroke mengalami gangguan dalam aktivitas sehari hari seperti dalam hal kebersihan diri, mandi, makan, pergi ke toilet, naik tangga, berpakaian,

11 Dukungan Keluarga dan Kemandirian Activity Daily Living dalam Penurunan Depresi Pasca Stroke Ria Wahyu Kristyanti, Erlin Kurnia mengontrol BAB dan BAK, bergerak, dan berpindah tempat. Depresi yang terjadi diakibatkan karena gangguan penyesuaian pada pasien pasca stroke yang mengalami faktor kehilangan (misalnya kelumpuhan alat gerak ataupun otot muka dan lain sebagainya). Hasil wawancara terstruktur pasien mengalami tingkat kemandirian kurang tergantung seperti dalam personal hygiene pasien mampu untuk melakukan sendiri tetapi membutuhkan bantuan minimal sebelum dan sesudah kegiatan perlu diperhatikan tentang keamanan, dalam hal mandi pasien perlu diawasi untuk keselamatan, mempersiapkan alat mandi atau dalam berpindah. Pasien dalam hal makan dapat makan sendiri dengan nampan yang telah disiapkan kecuali bantuan diperlukan dalam memotong daging. Pasien saat pergi ke toilet diperlukan pengawasan untuk keamanan dalam kegiatan toilet, pasien bisa memerlukan pispot di malam hari perlu dibantu untuk membuang dan membersihkannya. Pasien dalam hal naik tangga memerlukan pengawasan, berhubungan atas keselamatan terhadap resiko cidera/jatuh. Pasien saat berpakaian diperlukan sedikit bantuan dalam mengencangkan pakaian seperti kancing, resleting, memakai bra membutuhkan waktu tiga kali lebih lama. Hal mengontrol BAB pasien dapat mengontrol BAB, dalam mengontrol BAK pasien dapat mengontrol BAK di siang hari dan di malam hari. Pergerakan atau ambulasi biasanya pasien bisa berjalan tetapi dalam jarak tempuh kurang dari 50 meter tanpa bantuan atau pengawasan diperlukan petunjuk atau pengawasan untuk keamanan diperlukan waktu lebih lama untuk mencapai tempat tujuan. Pasien dalam melakukan berpindah ke kursi atau tempat tidur biasanya kehadiran satu orang lain diperlukan untuk memantapkan atau mengawasi berhubungan dengan keselamatan. Hasil penelitian terdapat responden yang mengalami kelemahan pada sebagian ekstrimitas tubuh sehingga mengalami kesulitan dalam bicara atau berjalan. Hal tersebut mengakibatkan gangguan penyesuaian pada penderita yang bisa mengakibatkan seorang penderita pasca stroke mengalami depresi. Depresi yang terjadi pada pasien pasca stroke dibuktikan dengan responden menjawab wawancara terstruktur didapatkan pasien tidak dapat melihat hal yang positif dari suatu kejadian, merasa seperti tidak kuat lagi untuk melakukan suatu kegiatan, pesimis, merasa sedih dan depresi, kehilangan minat (misal: makan, ambulasi, dan sosialisasi), merasa diri tidak layak, merasa hidup tidak berharga. Tingkat kemandirian dalam aktivitas sehari-hari pasien pasca stroke bisa mempengaruhi kejadian depresi yang terjadi pada pasien pasca stroke. Pasien semakin mandiri dalam melakukan aktivitas sehari hari maka semakin rendah tingkat depresi yang terjadi pada pasien pasca stroke. Kesimpulan Dukungan keluarga pada pasien pasca stroke di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri didapatkan dukungan keluarga yang baik sebanyak 67 responden (69,8%). Tingkat kemandirian dalam Activity Daily Living pada pasien pasca stroke di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri didapatkan tingkat kemandirian kurang tergantung sebanyak 50 responden (52,1%). Tingkat depresi pada pasien pasca stroke di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri didapatkan tingkat depresi sedang sebanyak 54 responden (56,2%). Dukungan keluarga berpengaruh terhadap tingkat depresi pada pasien pasca stroke di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri. Tingkat kemandirian dalam Activiy Daily Living berpengaruh terhadap tingkat depresi pada pasien pasca stroke di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri.

12 Jurnal STIKES Vol. 6 No. 2, Desember 2013 Saran Pentingnya dukungan keluarga dalam perawatan pasien pasca stroke terutama dalam pemenuhan ADL seharihari dikarenakan pasien pasca stroke mengalami keterbatasan fisik dalam ADL. Keterlibatan dukungan keluarga keluarga perlu dibekali pendidikan, pelatihan, penyuluhan oleh perawat sebelum pasien perawatan dirumah. Pendidikan yang harus diberikan kepada keluarga meliputi pemahaman perubahan psikologis karena kerusakan atau penurunan fungsi otak sehingga keluarga mampu menerima pasien apa adanya. Pemberian pelatihan cara pemenuhan ADL baik berpakaian, mandi, eliminasi serta pemenuhan kebutuhan aktivitas lainnya. Peran dukungan keluarga ini akan meningkatkan rasa percaya diri kepada pasien pasca stroke sehingga pasien akan lebih cepat mandiri dalam pemenuhan ADL. Sugiarto, Andi, (2005). Penilaian Keseimbangan Dengan Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari Pada Lansia Dipanti Werdha Pelkris Elim Semarang Dengan Menggunakan Berg Balance Scale Dan Indeks Barthel. Skripsi, UNDIP, Semarang. Stuart, (2009). Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 9th Edition. By Mosby Wicaksana, (2008). Mereka bilang aku sakit jiwa. Yogyakarta : Kanisius Daftar Pustaka Aziz Alimul, (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Baticaca, (2008). Askep klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika George Dewanto, (2009). Panduan praktis Diagnosis dan tata laksana penyakit saraf. Jakarta : EGC Hadywinoto, Setiabudi, (2005). Panduan Gerontologi. Jakarta : Gramedia Hawari, (2006). Manajemen stres cemas dan depresi. Jakarta : FKUI Nursalam, (2003). Konsep dan Penerapan metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Nursalam, (2008). Konsep dan Metode Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Setiadi, (2008). Konsep dan Proses keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan/atau gejala hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit).

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih cepat kelompok usia lainnya. Antara tahun 1970 dan 2025 pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) di dunia

Lebih terperinci

TINGKAT KETERGANTUNGAN ACTIVITY DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN STROKE INFARK HEMIPARESE

TINGKAT KETERGANTUNGAN ACTIVITY DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN STROKE INFARK HEMIPARESE TINGKAT KETERGANTUNGAN ACTIVITY DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN STROKE INFARK HEMIPARESE DEPENDENT LEVEL ACTIVITY DAILY LIVING (ADL) TO PATIENTS WITH STROKE INFARCTION HEMIPARASE Elisabet Dian Taviyanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu kondisi klinis yang berkembang dengan cepat akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam otak yang mengakibatkan kematian sel otak. dan ada riwayat keluarga yang menderita stroke (Lewis, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam otak yang mengakibatkan kematian sel otak. dan ada riwayat keluarga yang menderita stroke (Lewis, 2009). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan besar dalam kehidupan modern saat ini. Jumlah penderitanya semakin meningkat setiap tahun, tidak hanya menyerang usia tua

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEMANDIRIAN PEMENUHAN ADL

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEMANDIRIAN PEMENUHAN ADL HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KEMANDIRIAN PEMENUHAN ADL (Activity Dialy Living) PADA LANSIA DI DESA BAKALANPULE KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN Nur Khoirun Nisa*, Arifal Aris**

Lebih terperinci

DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA PADA ANAK RETARDASI MENTAL SEDANG FAMILY SOCIAL SUPPORT TO CHILDREN WITH MODERATE MENTAL RETARDATION

DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA PADA ANAK RETARDASI MENTAL SEDANG FAMILY SOCIAL SUPPORT TO CHILDREN WITH MODERATE MENTAL RETARDATION Vol., No.2, Desember 2015 DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA PADA ANAK RETARDASI MENTAL SEDANG FAMILY SOCIAL SUPPORT TO CHILDREN WITH MODERATE MENTAL RETARDATION STIKES RS. Baptis Kediri Jl. Mayjend. Panjaitan no.

Lebih terperinci

DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA PADA PASIEN GANGGUAN ANSIETAS MENYELURUH DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI

DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA PADA PASIEN GANGGUAN ANSIETAS MENYELURUH DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI Volume 4, No. 2, Desember 2 ISSN 285-92 DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA PADA PASIEN GANGGUAN ANSIETAS MENYELURUH DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI Hermawan Mahasiswa STIKES RS. Baptis Kediri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak, hal ini disebabkan oleh berhentinya suplai darah dan oksigen

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Berdasarkan Uraian pada Hasil Penelitian dan Pembahasan dapat Ditarik Kesimpulan Sebagai Berikut: 1. Sebagian besar responden mendapatkan dukungan sosial cukup. 2. Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang saat ini sedang mengalami masa peralihan, dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik Lokasi Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari yang merupakan salah satu rumah sakit umum milik pemerintah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sangat serius (Setyopranoto, 2010). Stroke merupakan penyebab kematian ketiga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sangat serius (Setyopranoto, 2010). Stroke merupakan penyebab kematian ketiga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab utama kecacatan fisik dan mental pada usia produktif dan usia lanjut. Stroke juga merupakan penyebab kematian dalam waktu yang singkat, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas dan morbiditas penduduk dengan prevalensi yang cukup tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas dan morbiditas penduduk dengan prevalensi yang cukup tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang sering terjadi saat ini. Stroke adalah penyakit gangguan fungsional pada otak yang bersifat akut karena

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS DASAR SEHARI HARI DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN STROKE DI RUANG ANGGREK I RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN AKTIVITAS DASAR SEHARI HARI DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN STROKE DI RUANG ANGGREK I RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA HUBUNGAN AKTIVITAS DASAR SEHARI HARI DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN STROKE DI RUANG ANGGREK I RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA Lilis Murtutik,Harini Wigatiningsih Latar belakang: Depresi merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Lanjut usia di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun, ini disebabkan karena meningkatnya usia harapan hidup. Pada tahun 1980 usia harapan hidup di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization [WHO], 2014). Hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu modal penting bagi setiap individu untuk melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah mempunyai berbagai resiko yang lebih mengarah pada kecerdasan, moral, kawasan sosial dan emosional, fungsi kebahasaan dan adaptasi sosial.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan pada berbagai bidang terutama dibidang. (lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan pada berbagai bidang terutama dibidang. (lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia Harapan Hidup (UHH) menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan terutama dibidang kesehatan. Bangsa yang sehat ditandai dengan semakin panjangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah satu diagnosis kardiovaskular yang paling cepat meningkat jumlahnya (Schilling, 2014). Di dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. 1

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan pembangunan nasional memberikan dampak perubahan pada sistem kesehatan Indonesia ke dalam era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Layanan kesehatan tingkat

Lebih terperinci

IRMA MUSTIKA SARI J

IRMA MUSTIKA SARI J HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PERSONAL DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITIES OF DAILY LIVING (ADL) PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITIES OF DAILY LIVING (ADL) PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITIES OF DAILY LIVING (ADL) PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA Retno Lestari 1, Titin Andri Wihastuti 2, Berty Febrianti Rahayu 3 1 Departemen Keperawatan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN BASIC ACTIVITY DAILY LIVING (BADL) DENGAN KEPUTUSASAAN PADA PASIEN STROKE DI RSUD ULIN BANJARMASIN

KEMAMPUAN BASIC ACTIVITY DAILY LIVING (BADL) DENGAN KEPUTUSASAAN PADA PASIEN STROKE DI RSUD ULIN BANJARMASIN KEMAMPUAN BASIC ACTIVITY DAILY LIVING (BADL) DENGAN KEPUTUSASAAN PADA PASIEN STROKE DI RSUD ULIN BANJARMASIN Sartika Pebri Pratami, Noor Diani, Abdurrahman Wahid Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit akibat gangguan peredaran darah otak yang dipengaruhi oleh banyak faktor resiko yang terdiri dari hipertensi, peningkatan kadar gula darah,

Lebih terperinci

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)-STIMULASI SENSORI TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA PASURUAN BERLOKASI DI BABAT KABUPATEN LAMONGAN Arifal Aris Dosen Prodi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan adanya gangguan aliran darah ke otak baik merupakan penyumbatan atau perdarahan pada otak yang mengelola bagian tubuh yang kehilangan fungsi (Cahyono,

Lebih terperinci

Rakhma Nora Ika Susiana *) Abstrak

Rakhma Nora Ika Susiana *) Abstrak TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI VERBAL DAN NONVERBAL KLIEN ISOLASI SOSIAL DI RUANG KUTILANG RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG-MALANG Rakhma Nora Ika

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Yogyakarta atau yang terkenal dengan nama Rumah Sakit Jogja adalah rumah sakit milik Kota Yogyakarta yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terapi lingkungan merupakan salah satu bentuk upaya kuratif yang dapat dilakukan untuk membantu proses penyembuhan penyakit karena lingkungan berkaitan erat dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel kanker tumbuh dengan cepat, sehingga sel kanker dapat

Lebih terperinci

POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA PASIEN DEMENSIA DI INSTALASI RAWAT JALAN RS. BAPTIS KEDIRI ABSTRACT

POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA PASIEN DEMENSIA DI INSTALASI RAWAT JALAN RS. BAPTIS KEDIRI ABSTRACT ISSN 2085-0921 POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA PASIEN DEMENSIA DI INSTALASI RAWAT JALAN RS. BAPTIS KEDIRI Lutfi Akvian Widi Ananta Retno Wulan Mahasiswa STIKES RS. Baptis Kediri Email :stikesbaptisjurnal@ymail.com

Lebih terperinci

Jeritan Jiwa dari Kursi Roda

Jeritan Jiwa dari Kursi Roda Jeritan Jiwa dari Kursi Roda Jeritan Jiwa dari Kursi Roda "Mereka bilang aku sakit jiwa!" kata Profesor tua yang masih aktif itu. Setelah kena stroke yang membuat tangan dan kaki kanannya lumpuh dan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan lainnya ( Samuel, 2012). Menurut Friedman, (2008) juga

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan lainnya ( Samuel, 2012). Menurut Friedman, (2008) juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Keluarga adalah lingkungan tempat melakukan aktivitas dan interaksi dalam kehidupan. Keluarga merupakan tempat belajar, berinteraksi, dan bersosialisasi sebelum

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN I. KARAKTERISTIK RESPONDEN a. Nama : b. Umur : c. Jenis Kelamin : L / P d. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Lansia merupakan suatu proses alami yang di tentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Correlational Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Correlational Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Correlational Penelitian ini bertujuan untuk menarik suatu kesimpulan, menguraikan dan menganalisa suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional serta hubungan interpersonal yang memuaskan (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. emosional serta hubungan interpersonal yang memuaskan (Videbeck, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan kondisi sehat baik secara emosional, psikologi, perilaku, koping yang efektif, konsep diri yang positif, kestabilan emosional serta hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional dibidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sehingga dapat terbentuk sumber daya manusia yang produktif.

Lebih terperinci

JNPH Volume 4 No. 1 (Juli 2016) The Author(s) 2016

JNPH Volume 4 No. 1 (Juli 2016) The Author(s) 2016 JNPH Volume 4 No. 1 (Juli 2016) The Author(s) 2016 HUBUNGAN TINGKAT KEMAMPUAN DALAM AKTIVITAS DASAR SEHARI-HARI (ACTIVITY DAILY LIVING) DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI BALAI PELAYANAN DAN PENYANTUNAN LANJUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku psikologik seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan

Lebih terperinci

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI PENGARUH TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK PENYALURAN ENERGI (OLAHRAGA) TERHADAP ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) PADA PENDERITA GANGGUAN JIWA DI PUSKESMAS REJOSO KEDIRI RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI JUDUL

Lebih terperinci

RENDAHNYA PERAN PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA PASIEN LOW NURSE S ROLE IN MEETING THE NEEDS OF NUTRITION TO PATIENTS ABSTRAK

RENDAHNYA PERAN PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA PASIEN LOW NURSE S ROLE IN MEETING THE NEEDS OF NUTRITION TO PATIENTS ABSTRAK Jurnal STIKES Vol. 6 No. 2, Desember 2013 RENDAHNYA PERAN PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA PASIEN LOW NURSE S ROLE IN MEETING THE NEEDS OF NUTRITION TO PATIENTS M. Saiful Anwar Selvia David

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang terjadi akibat ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen miokardium yang disebabkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. utama dari penyakit degeneratif, kanker dan kecelakaan (Ruswati, 2010). Salah

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. utama dari penyakit degeneratif, kanker dan kecelakaan (Ruswati, 2010). Salah BAB I Pendahuluan PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu masalah kesehatan utama dari penyakit degeneratif, kanker dan kecelakaan (Ruswati, 2010). Salah satu

Lebih terperinci

DEPENDENT CARE PADA PASIEN STROKE DI BANDA ACEH DEPENDENT CARE FOR STROKE PATIENTS IN BANDA ACEH

DEPENDENT CARE PADA PASIEN STROKE DI BANDA ACEH DEPENDENT CARE FOR STROKE PATIENTS IN BANDA ACEH DEPENDENT CARE PADA PASIEN STROKE DI BANDA ACEH DEPENDENT CARE FOR STROKE PATIENTS IN BANDA ACEH Khairi Rizkana 1 ; Ahyana 2 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang utama dan merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker.

Lebih terperinci

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas 1 /BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara - negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang

Lebih terperinci

MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG

MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG Asri Rahmawati, Arena Lestari, Ferry Setiawan ABSTRAK Salah satu penyakit yang menjadi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN ADL (ACTIVITY DAILY LIVING) PADA LANSIA

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN ADL (ACTIVITY DAILY LIVING) PADA LANSIA HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN ADL (ACTIVITY DAILY LIVING) PADA LANSIA THE CORRELATION BETWEEN FAMILY SUPPORT AND ELDERLY DAILY LIVING ACTIVITIES INDEPENDENCES Endang Mei Yunalia,

Lebih terperinci

ADL (Activity Daily Living )adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin. sehari hari. ADL merupakan aktivitas pokok bagi perawatan diri.

ADL (Activity Daily Living )adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin. sehari hari. ADL merupakan aktivitas pokok bagi perawatan diri. 2.3 Konsep ADL (Activity Daily Living) 2.3.1 Pengertian ADL (Activity Daily Living) ADL (Activity Daily Living )adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari hari. ADL merupakan aktivitas pokok bagi

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN FUNGSIONAL LANSIA DIABETES MELITUS DI KELURAHAN BANGSAL KOTA KEDIRI

KEMANDIRIAN FUNGSIONAL LANSIA DIABETES MELITUS DI KELURAHAN BANGSAL KOTA KEDIRI KEMANDIRIAN FUNGSIONAL LANSIA DIABETES MELITUS DI KELURAHAN BANGSAL KOTA KEDIRI FUNCTIONAL INDEPENDENCE IN ELDERLY DIABETES MELLITUS KELURAHAN WARD CITY KEDIRI STIKES RS. Baptis Kediri Jl. Mayjend. Panjaitan

Lebih terperinci

ANALISIS JURNAL PENELITIAN KEPERAWATAN ANALISIS JURNAL PENELITIAN PENGARUH LATIHAN LINGKUP GERAK SENDI (ROM) TERHADAP

ANALISIS JURNAL PENELITIAN KEPERAWATAN ANALISIS JURNAL PENELITIAN PENGARUH LATIHAN LINGKUP GERAK SENDI (ROM) TERHADAP ANALISIS JURNAL PENELITIAN KEPERAWATAN ANALISIS JURNAL PENELITIAN PENGARUH LATIHAN LINGKUP GERAK SENDI (ROM) TERHADAP KEMANDIRIAN PASIEN HEMIPARISE PASCA STROKE NON HEMORAGIK DI RS DR. KARIADI SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah suatu penyakit cerebrovascular dimana terjadinya gangguan fungsi otak yang berhubungan dengan penyakit pembuluh darah yang mensuplai darah ke otak (Wardhani

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. panjang dengan rata-rata 44 juta kecacatan, dengan memberi dampak emosional

BAB 1 PENDAHULUAN. panjang dengan rata-rata 44 juta kecacatan, dengan memberi dampak emosional BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan paling serius dalam kehidupan modern saat ini adalah stroke. Stroke merupakan suatu sindrom dengan tanda dan gejala kehilangan fungsi saraf pusat

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA GAYAM KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA GAYAM KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA GAYAM KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya pembuluh darah atau tersumbat oleh gumpalan. Gangguan asupan darah

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya pembuluh darah atau tersumbat oleh gumpalan. Gangguan asupan darah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan gangguan asupan darah di otak yang sering disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah atau tersumbat oleh gumpalan. Gangguan asupan darah tersebut mengganggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak yang mengalami retardasi mental dalam perkembangannya berbeda dengan anak-anak normal. Anak dengan reardasi mental mempunyai keterlambatan dan keterbatasan dalam

Lebih terperinci

PENILAIAN TERHADAP STRESOR & SUMBER KOPING PENDERITA KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI. Semarang

PENILAIAN TERHADAP STRESOR & SUMBER KOPING PENDERITA KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI. Semarang PENILAIAN TERHADAP STRESOR & SUMBER KOPING PENDERITA KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI Desi Ariyana Rahayu 1), Tri Nurhidayati 2) 1) Departemen keperawatan jiwa, FIKKES, Unimus, Jln. Kedungmundu Raya no

Lebih terperinci

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi Oleh : Nurul Hidayah, S.Kep.Ns ABSTRAK Latar belakang : Diabetes mellitus adalah penyakit kronis

Lebih terperinci

PENERAPAN FUNGSI AFEKTIF KELUARGA PADA LANSIA DALAM PEMENUHAN ACTIVITY DAILY LIVING

PENERAPAN FUNGSI AFEKTIF KELUARGA PADA LANSIA DALAM PEMENUHAN ACTIVITY DAILY LIVING 144 Jurnal Penelitian Keperawatan Vol 2, (2) Agustus 2016 ISSN. 2407-7232 PENERAPAN FUNGSI AFEKTIF KELUARGA PADA LANSIA DALAM PEMENUHAN ACTIVITY DAILY LIVING APPLICATION AFFECTIVE FUNCTION ON ELDERLY FAMILY

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KUALITAS HIDUP KLIEN SKIZOFRENIA DI KLINIK KEPERAWATAN RSJ GRHASIA DIY

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KUALITAS HIDUP KLIEN SKIZOFRENIA DI KLINIK KEPERAWATAN RSJ GRHASIA DIY HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KUALITAS HIDUP KLIEN SKIZOFRENIA DI KLINIK KEPERAWATAN RSJ GRHASIA DIY NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: DINI ANGGRAINI 201110201085 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lanjut usia (aging structured population) karena jumlah penduduk berusia 60

BAB I PENDAHULUAN. lanjut usia (aging structured population) karena jumlah penduduk berusia 60 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat manusia akan dapat melakukan segala sesuatu secara optimal. Tetapi

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat manusia akan dapat melakukan segala sesuatu secara optimal. Tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia pada dasarnya menginginkan dirinya selalu dalam kondisi yang sehat, baik sehat secara fisik maupun secara psikis, karena hanya dalam kondisi yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANSIA USIA TAHUN DI DESA MAYANGGENENG KECAMATAN KALITIDU KABUPATEN BOJONEGORO

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANSIA USIA TAHUN DI DESA MAYANGGENENG KECAMATAN KALITIDU KABUPATEN BOJONEGORO HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANSIA USIA 60-70 TAHUN DI DESA MAYANGGENENG KECAMATAN KALITIDU KABUPATEN BOJONEGORO Oleh S.Nurul Sya diyah AKADEMI KESEHATAN RAJEKWESI BOJONEGORO

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI ORANG TUA DALAM MEMANFAATKAN ALAT-ALAT PERMAINAN EDUKATIF DI RUANG ANAK RS. BAPTIS KEDIRI ABSTRACT

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI ORANG TUA DALAM MEMANFAATKAN ALAT-ALAT PERMAINAN EDUKATIF DI RUANG ANAK RS. BAPTIS KEDIRI ABSTRACT Volume 3, Edisi 1, Juli 2010 ISSN 2085-0921 ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI ORANG TUA DALAM MEMANFAATKAN ALAT-ALAT PERMAINAN EDUKATIF DI RUANG ANAK RS. BAPTIS KEDIRI Tri Sulistyarini, A.Per

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini penanganan penderita penyakit Skizofrenia belum memuaskan terutama di negara berkembang, ini disebabkan karena ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di daerah tropis seluruh dunia. Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah suatu infeksi

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA 60-74 TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG Catharina Galuh Suryondari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendedes, Jalan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial, dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO THE RELATIONSHIP BETWEEN FAMILY SUPPORT AND THE ELDERLY

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ke bagian otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak (Smeltzer &

BAB 1 PENDAHULUAN. ke bagian otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak (Smeltzer & BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke atau cedera serebrovaskular (CVA) adalah berhentinya suplai darah ke bagian otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak (Smeltzer & Suzane, 2001). Hal ini

Lebih terperinci

PENERAPAN TINDAKAN KEPERAWATAN: TERAPI GENERALIS TERHADAP KETIDAKBERDAYAAN PADA LANSIA

PENERAPAN TINDAKAN KEPERAWATAN: TERAPI GENERALIS TERHADAP KETIDAKBERDAYAAN PADA LANSIA PENERAPAN TINDAKAN KEPERAWATAN: TERAPI GENERALIS TERHADAP KETIDAKBERDAYAAN PADA LANSIA (The Application of Nursing Interventions: Generalist Therapy to Against Hopelessness on Elderly) Ike Mardiati Agustin*,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lembar Permohonan Menjadi Responden PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Lampiran 1. Lembar Permohonan Menjadi Responden PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Lampiran 1. Lembar Permohonan Menjadi Responden PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth. Seluruh Calon Responden Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan Gamping Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan di

Lebih terperinci

FUNGSI RANGE OF MOTION (ROM) PADA PENDERITA STROKE PASCA PERAWATAN RUMAH SAKIT

FUNGSI RANGE OF MOTION (ROM) PADA PENDERITA STROKE PASCA PERAWATAN RUMAH SAKIT FUNGSI RANGE OF MOTION (ROM) PADA PENDERITA STROKE PASCA PERAWATAN RUMAH SAKIT Arif Bachtiar, Nurul Hidayah, Ratih Poltekkes Kemenkes Malang Jl.Besar Ijen No 77 C Malang e-mail: nh_07@yahoo.com Abstract:

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT KEMANDIRIAN PERAWATAN DIRI DALAM HAL MAKAN DAN BERPINDAH PADA LANSIA

GAMBARAN TINGKAT KEMANDIRIAN PERAWATAN DIRI DALAM HAL MAKAN DAN BERPINDAH PADA LANSIA GAMBARAN TINGKAT KEMANDIRIAN PERAWATAN DIRI DALAM HAL MAKAN DAN BERPINDAH PADA LANSIA OVERVIEW OF INDEPENDENCE IN THE EVENT OF SELF CARE EATING AND MOVING IN ELDERLY STIKES RS. Baptis Kediri Jl. Mayjend.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016. 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Demografi dengan Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY telah dilakukan di Puskesmas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Kelurahan Pedurungan Kidul RW IV Semarang. RW IV ini terdiri dari 5 RT dengan

Lebih terperinci

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG 6 Eni Mulyatiningsih ABSTRAK Hospitalisasi pada anak merupakan suatu keadaan krisis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah gangguan di dalam otak yang ditandai dengan hilangnya fungsi dari bagian tubuh tertentu (kelumpuhan), yang disebabkan oleh gangguan aliran darah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia sejak lahir dibagi dalam beberapa masa, yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa serta masa lansia. Keberhasilan pemerintah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Depresi merupakan masalah psikologis yang banyak terjadi pada lanjut usia. Masalah tersebut ditandai dengan perasaan sedih mendalam yang berdampak pada gangguan interaksi

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH KEMAMPUAN ADL (ACTIVITY DAILY LIVING S) PADA PASIEN PASCA STROKE

KARYA TULIS ILMIAH KEMAMPUAN ADL (ACTIVITY DAILY LIVING S) PADA PASIEN PASCA STROKE KARYA TULIS ILMIAH KEMAMPUAN ADL (ACTIVITY DAILY LIVING S) PADA PASIEN PASCA STROKE Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngariboyo Kecamatan Ngariboyo Kabupaten Magetan Oleh : WULAN JUNIARTI AMI SUSENO NIM : 11611945

Lebih terperinci

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY LIVING (ADL) PADA TUNAGRAHITA DI KABUPATEN POHUWATO LEMBAR PENGESAHAN JURNAL HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk. negara-negara dunia diprediksikan akan mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk. negara-negara dunia diprediksikan akan mengalami peningkatan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari kehidupan dan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari oleh setiap individu. Proses alami ditandai

Lebih terperinci

TINGKAT DEPRESI MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY LIVING (ADL) LANSIA

TINGKAT DEPRESI MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY LIVING (ADL) LANSIA TINGKAT DEPRESI MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY LIVING (ADL) LANSIA Reno Tyas Sedyo Arum, Mulyaningsih Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta ningsih.solo@gmail.com ABSTRAK Latar belakang:

Lebih terperinci

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA Pandeirot *, Fitria**, Setyawan** Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan William Booth

Lebih terperinci

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Keperawatan Oleh: NAMA :Twenty

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam ruang lingkup ilmu penyakit dalam, depresi masih sering terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena seringkali pasien depresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, menyebutkan bahwa negara menjamin kehidupan setiap orang baik lahir maupun batin,serta menjamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan (2002) menyatakan semua tenaga kesehatan. (Undang Undang Kesehatan No. 23, 1992).

BAB I PENDAHULUAN. Departemen Kesehatan (2002) menyatakan semua tenaga kesehatan. (Undang Undang Kesehatan No. 23, 1992). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Departemen Kesehatan (2002) menyatakan semua tenaga kesehatan mempunyai kewajiban untuk melaksanakan pemeliharaan dan peningkatan pelayanan kesehatan yang berkualitas,

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : VRIASTUTI 201210201214 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA GRHASIA PEMDA DIY NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA GRHASIA PEMDA DIY NASKAH PUBLIKASI PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA GRHASIA PEMDA DIY NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical Manual of Mental Disorder, 4th edition) adalah perilaku atau sindrom psikologis klinis

Lebih terperinci

KETERAMPILAN IBU DALAM DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG TERHADAP TUMBUH KEMBANG BAYI SKILLS ON THE DETECTION OF EARLY MOTHER FLOWER GROW WITH BABY ABSTRAK

KETERAMPILAN IBU DALAM DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG TERHADAP TUMBUH KEMBANG BAYI SKILLS ON THE DETECTION OF EARLY MOTHER FLOWER GROW WITH BABY ABSTRAK Jurnal STIKES Volume 5, No. 1, Juli 2012 KETERAMPILAN IBU DALAM DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG TERHADAP TUMBUH KEMBANG BAYI SKILLS ON THE DETECTION OF EARLY MOTHER FLOWER GROW WITH BABY Wina Palasari Dewi

Lebih terperinci