Biodata: : Kallula Harysnta Esterlita Tempat & tanggal Lahir : Jakarta, 26 Maret 1989 NIM :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Biodata: : Kallula Harysnta Esterlita Tempat & tanggal Lahir : Jakarta, 26 Maret 1989 NIM :"

Transkripsi

1 Biodata: Nama : Kallula Harysnta Esterlita Tempat & tanggal Lahir : Jakarta, 26 Maret 1989 NIM : Program Studi : Hubungan Internasional

2 ABSTRACT Name : Kallula Harsynta Esterlita Student ID : Total Pages : (21 article pages) Title : Thailand-Cambodia Border Conflict and the Impact to the South East Asia. This Article is about problems in the Thailand-Cambodian boarder that involves an ancient temple called Preah Vihear, this temple has been the source of this two disputed area since the beginning of the Cambodia independence. In the 1958 to be exact Thailand claim the temple, and since then in 2008 when UNESCO claim the temple as a world heritage both of the country declare war by putting their army around the temple. ASEAN is put up with a test with this conflictbecause in 2015 they are heading for the ASEAN community and they cant have that if their members are at war against each other. In 2011 Indonesia was the chairman of ASEAN and took the initiative to negotiate and facilitate Thailand-Cambodia conflict, despite with the chaotic internal government of Thailand at that time that could effect the ASEAN effort to put them to peace. The result of the bilateral cooperation Thailand-Cambodia and Indonesia as the ASEAN chairman was an agreement to send Indonesia Observer Team at the border at the border/temple to observe the location. The purpose of this article is to explain the depth of the problem that both of this country have from every aspect that could impact a bigger picture, which is ASEAN. This article is using a qualitative method to capture the essence of the problem and hopefully can help other to understand the importance of this conflict that could inflict bigger than its nations.

3 DAMPAK KONFLIK PERBATASAN THAILAND DAN KAMBOJA TERHADAP KAWASAN ASIA TENGGARA Oleh: Kallula Harsynta Esterlita Hubungan Internasional Pendahuluan Perbatasan negara merupakan manifestasi utama kedaulatan wilayah suatu negara. Isu perbatasan memiliki peranan penting dalam penentuan batas wilayah kedaulatan, pemanfaatan sumber daya alam, menjaga keamanan dan keutuhan wilayah. Penentuan perbatasan negara dalam banyak hal ditentukan oleh proses historis, politik, hukum nasional dan internasional. Batas-batas teritorial dari suatu negara merupakan refleksi dari batas-batas geografis suatu etnis tertentu. Pengertian perbatasan secara umum adalah sebuah garis demarkasi antara dua negara yang berdaulat. Pada awalnya perbatasan sebuah negara dibentuk dengan lahirnya negara. Sebelumnya penduduk yang tinggal di wilayah tertentu tidak merasakan perbedaan itu, bahkan tidak jarang mereka berasal dari etnis yang sama. Namun dengan munculnya negara, mereka terpisahkan dan dengan adanya tuntutan negara itu mereka mempunyai kewarganegaraan yang berbeda. Lahirnya konsep negara-bangsa (nation-state) memunculkan adanya kesamaan cita-cita yang tidak jarang bersifat lintas etnis. Perbatasan negara dalam konteks semacam itu menunjukkan kompleksitas tersendiri yang memperlihatkan bahwa batas negara tidak hanya membelah etnis yang berbeda, akan tetapi juga membelah etnis yang sama disebabkan dialaminya sejarah kebangsaan yang berbeda oleh warga etnis yang sama. Permasalahanpermasalahan yang terkait dengan masalah perbatasan antara lain meliputi hak-hak tradisional, hak dan kewajiban internasional di perbatasan, hubungan hukum nasional dan internasional, masalah demografi, sifat-sifat alam, daerah perbatasan dan kedudukan batas artifisial. Tidak dapat dipungikiri fakta dewasa ini bahwa tidak sedikit muncul interstate conflict yang dipicu oleh masalah perbatasan. Ancaman terhadap stabilitas kawasan sebagai ekses dari konflik perbatasan tidak lepas dari kondisi dunia dan kawasan saat ini, di mana interdependensi

4 keamanan dan ekonomi semakin menguat. Meskipun suatu negara tidak terlibat langsung dalam sengketa perbatasan yang melibatkan negara lain, akan tetapi ketidakmampuan pihak-pihak yang terlibat sengketa dalam mengelola konflik akan berdampak terhadap stabilitas keamanan kawasan. Hal ini sudah menjadi suatu fenomena umum dalam tatanan internasional dan kawasan saat ini. Konflik Thailand-Kamboja Salah satu isu interstate conflict di kawasan ini adalah konflik Thailand-Kamboja atas Kuil Preah Vihear. Dalam penetapan batas Kamboja-Thailand di era kolonial, Kamboja diwakili oleh Prancis sebagai penjajah. Yaitu Franco-Thai Convention pada 1904 yang menyepakati batas kedua negara. 1 Namun konvensi itu kembali menjadi gugatan setelah Kamboja merdeka pada 1953 akibat pendudukan Thailand terhadap kuil itu pada Pendudukan tersebut mendorong Kamboja pada tahun 1962 membawa kasus itu ke Mahkamah International yang keputusan akhirnya menetapkan bahwa Kuil Preah Vihear merupakan milik Kamboja. 3 Dalam konteks ini, Thailand secara resmi tidak mengklaim kuil tersebut namun menggugat klaim Kamboja atas wilayah di sekeliling kuil bersejarah itu. 4 Dalam putusan Mahkamah Internasional, tidak ditetapkan bagaimana status hukum wilayah di sekitar Kuil Preah Vihear dan hal ini menjadi pintu masuk bagi Thailand untuk menegaskan klaimnya. Masalah kuil tersebut kemudian tenggelam seiring dengan terbenamnya Kamboja ke dalam perang saudara dari Dari aspek pariwisata, banyak turis asing yang berkunjung ke Kuil Preah Vihear melalui Thailand tanpa memerlukan visa Kamboja, meskipun secara fisik kuil berada di wilayah Kamboja. Sebab infrastruktur Thailand di sekitar kuil jauh lebih bagus daripada infrastruktur Kamboja sendiri. Kuil Preah Vihear kembali menjadi isu panas bagi Thailand dan Kamboja pada 2008 ketika UNESCO menetapkannya sebagai Situs Warisan Dunia. 5 Hal itu memicu reaksi keras dari kaum nasionalis Thailand dan akhirnya kedua negara menempatkan pasukan militernya di sekitar 1. diakses pada 26 April 2012 pukul WIB 2. diakses pada 26 April 2012 pukul WIB 3. diakses pada 26 April 2012 pukul WIB 4. diakses pada 26 April 2012 pukul WIB 5. diakses pada 26 April 2012 pukul WIB

5 wilayah sengketa. Pada April 2009, terjadi tembak menembak antara militer Thailand dan Kamboja di sekitar Kuil Preah Vihear. 6 Kejadian serupa kembali terulang pada Februari 2011 yang menelan korban delapan orang dari beberapa hari kontak senjata. 7 Konflik perbatasan Thailand-Kamboja merupakan ujian bagi ASEAN yang sedang menuju pada Komunitas ASEAN (ASEAN Community) pada 2015, di mana salah satu pilarnya adalah Komunitas Politik-Keamanan ASEAN (ASEAN Political-Security Community). Sebab konflik tersebut telah menjadi ajang penggunaan kekuatan koersif antar dua negara ASEAN tersebut yang sesungguhnya tidak selaras dengan semangat Treaty of Amity and Cooperation (TAC) dan ASEAN Charter. Dalam TAC ditekankan bahwa sengketa atau konflik antar negara ASEAN harus diselesaikan melalui cara-cara damai. Konflik perbatasan Thailand dan Kamboja pada dasarnya merupakan peninggalan dari era kolonial. Ketidaksepakatan antara Prancis sebagai penjajah Kamboja di masa lalu dan Thailand terhadap segmen perbatasan kedua negara di wilayah sekitar kuli Preah Vihear meninggalkan residu yang menjadi kerikil pengganjal dalam hubungan antara Thailand-Kamboja di abad ke-20 dan ke-21. Meskipun terdapat sejumlah upaya dari kedua negara untuk mencari solusi damai atas konflik tersebut, akan tetapi seringkali situasi internal di masing-masing negara menjadi penghalang bagi Thailand-Kamboja untuk mampu menyelesaikan sengketa itu. Situasi politik internal di Thailand maupun Kamboja berkembang di luar kehendak dan kendali pihak internasional seperti UNESCO dan ASEAN. Alih-alih menemukan solusi damai, militer kedua negara justru terlibat dalam pertempuran perbatasan yang berulang-ulang. Upaya ASEAN untuk mendamaikan kedua negara anggotanya tersebut belum mampu mencapai tujuan yang diharapkan. Tingkah laku Thailand dan Kamboja dalam mencari solusi atas kuil bersejarah itu sangat dipengaruhi oleh persepsi publik di dalam negeri, di mana seringkali persepsi publik di dalam negeri tidak sejalan dengan keinginan ASEAN. Sebenarnya dinamika konflik itu pada 2008 menjanjikan secercah harapan bagi Thailand dan Kamboja untuk menemukan solusi damai terhadap kuil Preah Vihear dan kawasan di sekitarnya. Begitu pula dengan dorongan pihak ketiga seperti UNESCO, terkait dengan pendaftaran kuil Preah Vihear sebagai World Heritage List, mampu mempertemukan pemimpin Thailand-Kamboja untuk duduk bersama membicarakan konflik berlarut itu. Begitu pula dengan 6. diakses pada 26 April 2012 pukul WIB 7. diakses pada 26 April 2012 pukul WIB

6 peran ASEAN, yang seiring dengan berkeinginan menjadi aktor utama di kawasan Asia Tenggara, untuk mendorong kedua negara anggotanya itu guna mencari solusi atas konflik tersebut. Namun menjelang pendaftaran kuil Preah Vihear oleh UNESCO pada Juli 2008, ketegangan meningkat di perbatasan Thailand-Kamboja. Kedua negara menyebarkan tentaranya ke garis depan dan menduduki wilayah-wilayah di sekitar kuil bersejarah tersebut. Tentara Thailand menduduki pagoda Keo Sikha Kiri Svara di dekat Preah Vihear dan termasuk dalam wilayah sengketa 4.6 km 2. 8 Selain itu, militer Thailand juga menduduki komplek Ta Moan pada Agustus 2008 yang berjarak 150 km di sebelah barat dari kuil sengketa. Sebagai balasannya, tentara Kamboja menduduki kuil Ta Krabei yang berada 13 km sebelah timur Ta Moa. 9 Langkah Kamboja itu direspon oleh Thailand dengan menyebarkan 35 personel Ranger ke wilayah yang sama. Situasi ini memunculkan ketegangan di perbatasan kedua negara, bahkan sempat menimbulkan konfrontasi tingkat rendah antara pasukan kedua negara yang berpatroli. Penyebaran kekuatan militer kedua negara ke wilayah sengketa seperti telah dijelaskan sebelumnya antara lain dipicu oleh penahanan sementara tiga demonstran Thailand oleh tentara Kamboja di sekitar Preah Vihear pada Juli 15 Juli Penahanan itu memicu kemarahan besar di Thailand yang berujung pada penyebaran tentara Thailand ke wilayah sengketa dan direspon oleh Kamboja dengan langkah serupa. Militer kedua negara terlibat dalam pertempuran skala kecil pada 3 Oktober 2008 yang ditandai dengan tembak menembak senapan serbu dan roket yang melukai seorang tentara Kamboja dan dua prajurit Thailand. 11 Pertempuran itu memicu pengungsian ribuan orang Kamboja di wilayah sengketa yang masih trauma dengan perang masa lalu di negerinya. 12 Kamboja selanjutnya menerbitkan nota protes diplomatik kepada Thailand dengan menyebut insiden itu dapat memicu konsekuensi berat, termasuk permusuhan bersenjata skala besar. 13 Pertempuran kembali terulang pada 15 Oktober 2008 di mana kedua negara saling tembak menembak menggunakan roket peluncur granat, mortar, senapan mesin dan senjata kecil 8. Ibid, hal.5 9. Ibid 10. Martin Wegener, Lesson From Preah Vihear: Thailand, Cambodia, and The Nature of Low Intensity Border Conflict, Journal of Current Southeast Asian Affairs, Volume 3, 2011, hal International Crisis Group, Op.cit, hal Ibid 13 Ibid

7 lainnya. 14 Pemicu pertempuran itu adalah adanya kesalahpahaman Kamboja atas rotasi tentara Thailand di wilayah sengketa. Hingga akhir Oktober 2008, militer Thailand yakni bahwa Kamboja memiliki sekitar personel militer di sekitar Preah Vihear yang berhadapan dengan 600 tentara Thailand. 15 Pasca pertempuran itu, ketegangan terus terjadi di sekitar Preah Vihear. Pada April 2009, Januari 2010, April 2010 dan Juni 2010, tentara Kamboja dan Thailand kembali terlibat pertempuran di wilayah sengketa. Akibat sejumlah pertempuran skala kecil tersebut, delapan tentara telah menjadi korban di kedua belah pihak. 16 Pertempuran pada 3 April 2010 melibatkan senjata kaliber besar seperti meriam artileri dan mortar. 17 Terjadi sejumlah pertempuran selama periode melahirkan keprihatinan mendalam dari ASEAN. ASEAN mendesak kepada Thailand dan Kamboja untuk menyelesaikan sengketa itu secara damai. Berdasarkan desakan dari ASEAN, sejak Oktober 2008 kedua negara terlibat dalam perundingan bilateral yang bersifat on off. 18 Pada awal November 2008, Joint Border Committee (JBC) yang dibentuk berdasarkan pada MoU 2002 bertemu kembali untuk pertama kalinya sejak Akan tetapi pertemuan tersebut kembali tidak mencapai kesepakatan mengenai isu wilayah sengketa. Sumber ketidaksepakatan kedua negara adalah aspirasi kedua negara yang berbeda. Thailand ingin kembali merundingkan wilayah perbatasan berdasarkan perjanjian Prancis-Siam pada 1904 dan 1907 yang menggunakan prinsip pemisahan garis sungai atau gunung (watershed). 19 Sedangkan Kamboja ingin menggunakan peta 1908, di mana penetapan garis batas tidak senantiasa berpegang pada prinsip watershed. 20 Kebuntuan perundingan itu dicoba untuk ditembus oleh tim perundingan kedua negara, di mana keduanya sepakat dengan deklarasi bahwa tim survei gabungan akan menetapkan garis batas di sekitar kuil Preah Vihear pada Desember Kedua negara kembali bertemu pada Februari 2009 di saat PPP yang berkuasa di Thailand telah tumbang dan koalisi Partai Demokrat pimpinan Abhisit Vejajiva yang didukung oleh elit kerajaan dan militer memimpin pemerintahan Thailand. Dalam pertemuan tersebut, 14 Ibid 15. Ibid 16. Martin Wegener, Op.cit, hal International Crisis Group, Op.cit, hal Ibid, hal Ibid 20. Ibid

8 tidak ada kemajuan berarti yang dicapai kedua negara. Survei gabungan yang disepakati dalam pertemuan JBC November 2008 belum juga terlaksana, bahkan hingga pertemuan JBC pada April Pertemuan JBC April 2009 ditandai dengan kesepakatan kedua negara untuk menandatangi catatan sidang (minutes) yang disengketakan pada dua pertemuan sebelumnya. 21 Pada tingkat teknis, Thailand dan Kamboja sepakat untuk memproduksi peta bersama, survei pilar perbatasan dan penerjemahan ke dalam Bahasa Inggris atas laporan-laporan survei. Kedua negara tidak memutuskan tidak menyebut nama kuil sama sekali, kecuali hanya menyebutnya kawasan di sekitar Preah Vihear sebagai sektor enam, suatu istilah yang digunakan di kalangan kartografi. Setelah pertemuan JBC pada April 2009, JBC tidak pernah bertemu lagi hingga dua tahun kemudian karena Thailand tidak menyetujui catatan sidang (minutes) dari ketiga pertemuan sebelumnya. Ancaman Terhadap Stabilitas Kawasan Konflik Thailand-Kamboja atas kuil Preah Vihear telah memunculkan tantangan tersendiri bagi ASEAN. Sebab konflik itu menimbulkan ancaman terhadap stabilitas kawasan Asia Tenggara. Sedangkan stabilitas kawasan Asia Tenggara merupakan hal yang mutlak bagi ASEAN. Pasca perang saudara di Kamboja yang berakhir pada 1989, kawasan Asia Tenggara tidak lagi mengalami konflik terbuka yang mengancam stabilitas kawasan. Munculnya konflik intra-asean yang melibatkan Thailand dan Kamboja adalah ancaman terhadap stabilitas kawasan sekaligus tantangan bagi ASEAN untuk menunjukkan kemampuannya menangani konflik di wilayahnya. Terdapat sejumlah alasan mengapa konflik Thailand dan Kamboja dipandang mengancam stabilitas kawasan. Pertama, penggunaan ancaman dan atau penggunaan kekerasan. Konflik kedua negara sudah mencapai pada penggunaan ancaman dan atau penggunaan kekerasan. Kedua hal itu bertentangan dengan Treaty of Amity and Cooperation (TAC) yang mengikat semua negara ASEAN, di mana penggunaan ancaman dan atau penggunaan kekerasan tidak diperkenankan oleh TAC. ASEAN senantiasa mengedepankan cara-cara damai untuk menyelesaikan konflik yang terjadi. Kedua, ancaman terhadap soliditas ASEAN. Konflik Thailand dan Kamboja sudah sampai pada tingkat mengancam soliditas ASEAN. Kedua belah pihak tidak ragu untuk 21. Ibid, hal.8

9 menggunakan ancaman dan atau menggunakan kekerasan dan tidak lagi menghiraukan komitmen politik mereka sebelumnya terhadap ASEAN. Adanya konflik antar dua negara ASEAN merupakan suatu hal yang dipandang mengancam keutuhan ASEAN sebagai organisasi kawasan. Ketiga, ancaman internasionalisasi konflik. Setelah Thailand gagal memenuhi tuntutan Kamboja agar menarik tentaranya dari wilayah konflik pada Juli 2008, Perdana Menteri Kamboja meminta Dewan Keamanan PBB untuk menggelar pertemuan mendesak membahas konflik kuil Preah Vihear. Upaya Kamboja itu digagalkan oleh ASEAN yang dengan cepat mengintervensi Dewan Keamanan PBB untuk menggelar diskusi terhadap konflik itu dan menekankan pentingnya kembali digelarnya pembicaraan bilateral. 22 Vietnam yang merupakan sekutu Kamboja mendukung upaya ASEAN itu. Pada akhirnya, Dewan Keamanan PBB tidak jadi melaksanakan sidang untuk membahas sengketa Thailand-Kamboja setelah Thailand menyatakan bahwa ASEAN telah memberikan dukungan bagi negosiasi bilateral melalui General Border Commission (GBC). Apabila terjadi internasionalisasi konflik dalam arti penanganan konflik dilakukan oleh organisasi non ASEAN, hal demikian akan menjadi preseden buruk bagi ASEAN karena menunjukkan bahwa organisasi itu tidak mampu menangani konflik antar negara anggotanya. Masuk kekuatan ekstra kawasan untuk menangani konflik Thailand-Kamboja dipandang berpotensi membuat ASEAN tidak berdaya di kawasannya sendiri. Dilema ASEAN Meskipun mengancam soliditas ASEAN, akan tetapi ASEAN dalam kenyataannya menghadapi dilema atas konflik kedua negara anggotanya. Dilema itu muncul karena adanya doktrin untuk tidak mengintervensi urusan dalam negeri negara-negara anggotanya. Selain itu, ASEAN sebagai organisasi juga mengalami kekurangan kekuatan karena kurangnya transfer kedaulatan dari negara anggota ke ASEAN sebagai suprastruktur kawasan. 23 Faktor berikutnya adalah negara yang mengetuai ASEAN pada 2008 juga enggan atau tidak bisa (unable) untuk memimpin upaya penyelesaian krisis. Pada 2008, Singapura yang menjadi Ketua ASEAN gagal 22. Ibid 23. Martin Wegener, Op.cit, hal.33

10 menginisasi terbentuknya grup kontak yang bertugas melakukan mediasi konflik Thailand- Kamboja dalam pertemuan Menteri Luar Negeri Juli 2008 di Singapura. 24 Di samping itu, faktor lainnya yang menyulitkan ASEAN menangani konflik terhadap kuil Preah Vihear adalah resistensi Thailand terhadap upaya internasionalisasi konflik itu. 25 Dalam sidang ARF di Singapura pada 15 Juli 2008, dikeluarkan The Chairman Statement of the 15 th ASEAN Regional Forum yang isinya mengkritisi Thailand dan Kamboja. Pernyataan itu berbunyi, The Ministers were briefed by both Cambodia and Thailand on the situation in the area around the Temple of Preah Vihear and noted this with concern. They urged both sides to exercise utmost restraint and resolve this issue amicably. 26 Desakan agar ASEAN memainkan peran dalam konflik Thailand-Kamboja terus menguat pasca Juli Setelah ASEAN Charter diluncurkan pada akhir 2008, High Level Legal Experts Group on Follow-Up to the ASEAN Charter (HLEG) ditugaskan untuk mengembangkan mekanisme penyelesaian sengketa. 27 Pada KTT ASEAN Februari-Maret 2009 di Cha-am Hua Hin, Thailand, Sekretaris Jenderal ASEAN menyatakan bahwa dirinya akan mengirimkan misi pencari fakta ke kawasan yang diperebutkan seandainya organisasi membutuhkan bantuan. 28 Namun misi pencari fakta itu tidak pernah terbentuk karena ASEAN sebagai organisasi tidak pernah berinisiatif membentuknya. Selanjutnya menjelang KTT ASEAN Oktober 2009 di Cha-am Hua Hin, Thailand, Menteri Luar Negeri Thailand Kasit Piromya mengumumkan bahwa dalam KTT dirinya akan dibentuknya mekanisme untuk membantu menyelesaikan konflik teritorial. 29 Menteri Luar Negeri Kamboja Hor Nam Hong sepakat dengan langkah tersebut. Akan tetapi, inisiatif Kasit tidak terwujud karena buruknya koordinasi di dalam pemerintahan Thailand. 30 Kementerian Luar Negeri Kamboja menyatakan bahwa pernyataan Menteri Luar Negeri telah salah dikutip oleh pers. Pihak Thailand bersikeras bahwa konflik harus diselesaikan dalam kerangka JBC. 31 Praktis selama 2009 selama keketuaan Thailand, ASEAN belum dapat memainkan peran secara signifikan untuk mengelola konflik Thailand-Kamboja. 24. Ibid 25. International Crisis Group, Op.cit, hal Martin Wegener, Op.cit, hal International Crisis Group, Op.cit, hal Martin Wegener, Op.cit, hal Ibid, hal Ibid 31. Ibid

11 Vietnam yang menjadi Ketua ASEAN pada 2010 juga tidak dapat berbuat banyak untuk mendorong peran ASEAN yang signifikan dalam konflik Thailand-Kamboja. Upaya-upaya Vietnam terhalang oleh sikap Thailand. Pernyataan Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejajiva di depan para pemrotes PAD di depan Kantor UNESCO di Bangkok pada Agustus 2010 bahwa dirinya siap menggunakan kekuatan apabila diperlukan terhadap sengketa, memicu perang katakata antara Thailand dan Kamboja. 32 Perdana Menteri Kamboja Hun Sen menulis surat kepada Presiden Dewan Keamanan PBB pada 8 Agustus 2010 yang menyatakan bahwa mekanisme bilateral tidak bisa berjalan lagi. 33 Keesokan harinya, Hun Sen menyatakan bahwa, Kami membutuhkan mekanisme multilateral. Kami meminta negara-negara ASEAN, PBB dan negaranegara lain, termasuk negara-negara anggota Paris Peace Accord. 34 Pada 14 Agustus 2010, Menteri Luar Negeri Kamboja meminta Menteri Luar Negeri Vietnam Pham Gia Khiem, selaku Ketua ASEAN, untuk menggunakan ASEAN Charter dan melakukan mediasi sengketa. 35 Namun Menteri Luar Negeri Thailand pada 19 Agustus 2010 menyatakan bahwa, meskipun persepsi ketegangan, komunikasi bilateral antara Thailand dan Kamboja berlanjut tanpa terganggu melalui berbagai saluran dan mekanisme. 36 Dengan kata lain, Thailand menolak pendekatan multilateral lewat ASEAN yang diinginkan oleh Kamboja. Sebelumnya pada 17 Agustus 2010 Jurubicara Kementerian Luar Negeri Vietnam menyatakan bahwa, Sebagai Ketua ASEAN, Vietnam aktif berkonsultasi dengan negara-negara ASEAN lainnya menyangkut proposal asosiasi untuk melakukan mediasi terhadap sengketa Preah Vihear. 37 Namun upaya Vietnam itu gagal seiring dengan pernyataan Menteri Luar Negeri Thailand dua hari kemudian. Peran Indonesia sebagai ketua ASEAN Indonesia selama 2011 menjabat sebagai Ketua ASEAN. Dalam era keketuaan Indonesia, terdapat sejumlah visi Indonesia sebagaimana disampaikan oleh Presiden Susilo Bambang 32. International Crisis Group, Op.cit, hal Ibid, hal Ibid 35. Ibid 36. Ibid 37. Martin Wegener, Op.cit, hal.34

12 Yudhoyono. 38 Visi Indonesia selama memimpin ASEAN adalah "Komunitas ASEAN dalam Komunitas Bangsa-bangsa Global." Sebagai realisasi dari visi tersebut, terdapat beberapa prioritas Indonesia sebagai Ketua ASEAN. Pertama, Indonesia menempatkan ASEAN sebagai organisasi yang sangat penting. Menurut Presiden Yudhoyono, ASEAN adalah salah satu patokan untuk menentukan kebijakan. Kedua, mempercepat gerak menuju pencapaian yang signifikan. Termasuk mempersiapkan perwujudan Komunitas ASEAN pada Dalam hal ini, Indonesia menginginkan agar selama masa keketuaannya dapat mempersiapkan berbagai hal yang terkait perwujudan Komunitas ASEAN, misalnya penyiapan berbagai aturan main di berbagai bidang yang relevan. Sebagai contoh, bagaimana menyiapkan mekanisme Komunitas Keamanan ASEAN dalam menghadapi konflik intra-asean dan lain sebagainya. Selain itu, Indonesia juga akan menyatukan negara-negara anggota untuk memperkuat kerjasama ekonomi ASEAN. Ketiga, penekanan pada ASEAN connectivity. Melalui konsep itu, negara-negara ASEAN akan terhubungkan secara fisik melalui sarana transportasi, baik udara, maritim maupun darat. Diharapakan Konektivitas ASEAN akan mendorong kemajuan ekonomi dan kemakmuran masyarakat ASEAN. Peran aktif Indonesia dalam mengelola sengketa Thailand-Kamboja pada dasarnya merupakan bagian dari kebijakan pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kalau dirunut lebih jauh, Indonesia sejak lama bahkan hingga sekarang masih juga memainkan peran aktif dalam mengelola sengketa di kawasan Asia Tenggara, khususnya sengketa Laut Cina Selatan. Dengan demikian, peran aktif Indonesia saat ini dalam sengketa Thailand dan Kamboja sesungguhnya salah satu implementasi Kebijakan Luar Negeri Bebas dan Aktif adalah melaksanakan diplomasi preventif terhadap sengketa yang terjadi. Terkait dengan konflik Thailand dan Kamboja, sebagai Ketua ASEAN, Indonesia terus menjembatani penyelesaian perbedaan antara kedua negara dengan mengajukan pikiran dan solusi damai. Indonesia yang menjadi Ketua ASEAN pada 2011 dan tidak seperti Singapura, Thailand dan Vietnam saat menjadi Ketua ASEAN, Indonesia langsung melancarkan inisiatif untuk melakukan mediasi sengketa Thailand-Kamboja. Mengacu pada pernyataan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, pendekatan militer bukan merupakan jalan keluar bagi sengketa 38. Lihat, diakses pada 23 Februari 2013 pukul WIB

13 perbatasan kedua negara. 39 Meskipun diakui kompleksitas permasalahan perbatasan yang dihadapi kedua negara, namun Indonesia menggarisbawahi masalah ini harus diselesaikan dengan cara-cara damai, yaitu melalui dialog dan negosiasi. 40 Terdapat dua alasan penting mengapa Indonesia terlibat aktif dalam mencari solusi damai atas konflik Thailand dan Kamboja. Pertama, pengutamaan ASEAN, di mana Indonesia senantiasa menghadapi agar segala sengketa dan konflik di kawasan diselesaikan melalui mekanisme ASEAN. Kedua, stabilitas kawasan Asia Tenggara yang merupakan salah satu isu sentral dalam kebijakan luar negeri Indonesia, sebab stabilitas kawasan selain menciptakan wilayah Asia Tenggara sebagai kawasan yang aman dan damai, juga merupakan prasyarat bagi pembangunan Indonesia itu sendiri. Setelah pecahnya pertempuran Thailand-Kamboja pada awal Februari 2011, Dewan Keamanan PBB pada 14 Februari membahas isu tersebut dan meminta kedua negara untuk menegakkan gencatan senjata permanen. 41 Permintaan itu dituangkan dalam Resolusi Dewan Keamanan PBB. Dalam sidang Dewan Keamanan PBB itu, untuk pertama kalinya pula Ketua ASEAN diundang oleh Dewan Keamanan PBB untuk membahas sengketa Thailand-Kamboja. 42 Menteri Luar Negeri Indonesia mengajukan tiga butir usulan kepada Dewan Keamanan dalam sidang tersebut. 43 Pertama, kedua belah pihak ingin menyelesaikan sengketa secara damai dan hal ini konsisten dengan kewajiban ASEAN mereka. Kedua, situasi harus distabilkan di lapangan, karena pertempuran yang terjadi mencerminkan komunikasi yang buruk dan perbedaan pendapat atas apa yang terjadi. Ketiga, Marty Natalegawa datang dengan kesan bahwa kita semuanya pernah di sini sebelumnya, khususnya debat mengenai pilihan terhadap solusi bilateral atau internasional. Menurut Menteri Luar Negeri Indonesia, perbatasan akan didemarkasi secara bilateral, namun fasilitasi ASEAN dengan dukungan Dewan Keamanan PBB, akan sangat berharga untuk menciptakan kondisi untuk pembicaraan kedua belah pihak dan menjamin para pihak menghormati hasil kesepakatan. 39. Lihat, Menlu RI:Indonesia Mengupayakan Penyelesaian Konflik Kamboja dan Thailand Secara Damai, Tabloid Diplomasi, No.41 Tahun IV, Tgl 15 Maret-14 April 2011, hal Ibid 41. Martin Wegener, Lesson From Preah Vihear: Thailand, Cambodia, and The Nature of Low Intensity Border Conflict, Journal of Current Southeast Asian Affairs, Volume 3, 2011, hal Ibid 43. Ibid

14 Dalam rangka mensukseskan upaya Indonesia menangani sengketa Thailand-Kamboja, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa melaksanakan diplomasi ulang alik ke kedua negara pada 7-8 Februari Menteri Luar Negeri Indonesia mengadakan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Kamboja pada 7 Februari 2011 di Phnom Penh, dan keesokan harinya menemui Menteri Luar Negeri Thailand di Bangkok. Merupakan hal menarik bahwa Dewan Keamanan PBB yang telah memberikan perhatian khusus terhadap sengketa itu sangat tergantung pada diplomasi ulang alik Menteri Luar Negeri Indonesia. Hal itu tidak lepas dari upaya PBB untuk menyerahkan penanganan sengketa itu kepada ASEAN selaku organisasi kawasan sebagaimana diatur dalam Bab VIII Piagam PBB. Sidang Dewan Keamanan PBB pada 14 Februari 2012 selain dihadiri oleh anggota tetap dan tidak tetap Dewan Keamanan PBB dan Menteri Luar Negeri Indonesia, pula dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Thailand dan Kamboja. Sebagai hasil dari sidang Dewan Keamanan PBB itu, Dewan Keamanan PBB menyambut baik rencana pertemuan para Menteri Luar Negeri ASEAN di Jakarta untuk membahas isu sengketa. Selain itu, Dewan Keamanan sepakat bahwa penanganan sengketa dikembalikan kepada organisasi kawasan yaitu ASEAN. Dukungan Dewan Keamanan PBB terhadap ajakan bagi seluruh pihak untuk dapat menyelesaikan perselisihan dengan cara-cara damai, sesuai dengan TAC dan Piagama ASEAN, menurut hemat Indonesia akan konstruktif. 44 Pasca pertemuan Dewan Keamanan PBB dan menjelang pertemuan di Jakarta, Menteri Luar Negeri Kamboja mengusulkan agar ada peninjau asal Indonesia yang ditempatkan di wilayah sengketa. 45 Thailand menolak gagasan itu dan menyatakan akan menembak jatuh di Jakarta. Pertemuan Jakarta yang melibatkan Menteri Luar Negeri kedua negara dan Indonesia pada 22 Februari 2011 melahirkan sejumlah kesepakatan. 46 Pertama, Kamboja dan Thailand akan menghentikan pertempuran. Kedua, Indonesia akan mengirimkan pengamat. Ketiga, kedua negara akan melanjutkan perundingan bilateral. Keempat, Indonesia akan melanjutkan peran fasilitasi. Setelah pertemuan itu, Menteri Luar Negeri Thailand Kasit Piromya menyatakan kepada para wartawan Thailand bahwa pengamat Indonesia akan diundang dan Thailand akan menyusun term of reference berdasarkan pengalaman Thailand sebagai pengamat dalam kesepakatan 44. Tabloid Diplomasi, Op.cit, hal Tabloid Diplomasi, Op.cit hal Ibid

15 perdamaian Aceh dan operasi perdamaian di Timor Timur. Setelah pertemuan itu, Indonesia, Thailand dan Kamboja mengadakan serangkaian pertemuan utuk mengatur teknis pengirim Tim Pengamat Indonesia ke wilayah sengketa Preah Vihear. Peran Indonesia dalam menangani konflik Thailand-Kamboja bukan saja cerita tentang keberhasilan, tetapi juga kegagalan. Menjelang KTT ASEAN di Jakarta pada Mei 2011, tepatnya 3 Mei 2011, Kamboja menandatangani Letter of Acceptance untuk penyebaran tim pengamat dari Indonesia. 47 Menteri Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro menyatakan kesiapan Indonesia untuk mengirimkan tim pengamat, akan tetapi kabinet Thailand belum memberikan persetujuan. Menurut Menteri Pertahanan, masalahnya adalah sikap oposisi dari tentara Thailand dan politik domestik Thailand. 48 Terkait politik domestik Thailand, pada 6 Mei 2011 Perdana Menteri Thailand meminta dekrit kerajaan untuk membubarkan parlemen. Penolakan Thailand untuk menandatangani Letter of Acceptance terkait dengan tuntutan negeri itu yang hanya mau menandatangani dokumen tersebut apabila pasukan Kamboja mundur dari wilayah yang dianggap oleh Kamboja sebagai wilayah mereka sendiri. Hal ini memunculkan keluhan dari Perdana Menteri Kamboja dalam KTT ASEAN, di mana hal itu dinyatakan irasional dan tidak dapat diterima. 49 Isu itu menjadi salah satu isu utama dalam KTT ASEAN, di mana Malaysia menyatakan bahwa Thailand tidak mematuhi persetujuan Februari 2011 dan hal ini menyebabkan terjadinya pertempuran pada April Perdana Menteri Thailand menerima pandangan bahwa isu itu dapat mempengaruhi kredibilitas ASEAN dan merapuhkan solidaritas ASEAN. Menghadapi kebuntuan itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta kepada Menteri Luar Negeri Thailand dan Kamboja untuk tinggal satu hari lagi di Jakarta guna menciptakan kemajuan dalam penanganan sengketa. Kepada Menteri Luar Negeri kedua negara, Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa memaparkan agenda ambisius ASEAN yang bertujuan untuk membawa perdamaian, karena resiko tidak melakukan sesuatu lebih besar daripada resiko mencoba sesuatu yang gagal. 50 Hasil dari pertemuan 9 Mei 2011 di Jakarta antara Menteri Luar Negeri Indonesia, Thailand dan Kamboja adalah solusi paket yaitu berupa langkah-langkah yang akan diambil 47. Ibid, hal Ibid 49. Ibid 50. Ibid

16 dalam bentuk kluster. Misalnya, mengenai pertukaran surat tentang pengamat dan pengumuman pertemuan GBC/JBC pada hari pertama. Lima hari kemudian pengamat asal Indonesia akan disebarkan dan pertemuan GBC/JBC dilaksanakan. Dalam 10 hari, pengamat akan disebarkan sepenuhnya dan akan ada pertemuan lanjutan. Pada 10 Mei 2011, Menteri Luar Negeri Kamboja Hor Namhong menulis surat kepada Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dan menerima persetujuan tersebut. Namun lagi-lagi pada tanggal yang sama, Menteri Luar Negeri Thailand Kasit Piromya lewat komunikasi telepon dengan Menteri Luar Negeri Indonesia menyatakan bahwa Thailand tidak dapat menyetujui solusi paket hingga Kamboja menarik pasukannya dari wilayah kuil Preah Vihear. 51 Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa secara sopan menolak pernyataan Kasit, dengan mengutip bahwa perubahan sekecil apapun pada tahapan ini dapat merugikan Kamboja. 52 Sebagai dampak dari penolakan Thailand itu, penyebaran Tim Pengamat Indonesia ke wilayah sengketa belum dapat dilaksanakan. Thailand melaksanakan pemilu pada 3 Juli 2011 yang dimenangkan oleh Partai Pheu Thai yang dipimpin oleh Yingluck Shinawatra, saudara perempuan mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra. Meskipun Thaksin Shinawatra bersahabat baik dengan Perdana Menteri Hun Sen, akan tetapi hal itu tidak berdampak positif bagi upaya penyelesaian sengketa kuil Preah Vihear. Militer Thailand yang menolak upaya pengiriman Tim Pengamat Indonesia masih sulit untuk dikendalikan pemerintahan sipil Thailand di bawah Perdana Menteri Yingluck Shinawatra. Indonesia terlihat cukup sabar memainkan perannya dalam sengketa itu. Setelah kunjungan Perdana Menteri Thailand ke Jakarta pada 12 September 2011, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono secara terbuka menekankan pentingnya proses daripada hasil. Indonesia sebagai Ketua ASEAN terus menyatakan kepada PBB, khususnya Dewan Keamanan, bahwa masalah ini dapat diselesaikan pada tingkat ASEAN, utamanya oleh Thailand dan Kamboja. 53 Selanjutnya secara bilateral kedua negara terus membahas tentang penarikan diri masing-masing tentara dari wilayah sengketa. Pada Juli 2012, militer Thailand dan Kamboja telah menarik diri dari kawasan kuil Preah Vihear. Akan tetapi penarikan diri itu belum diikuti dengan penyebaran Tim Pengamat Indonesia (Indonesia Observer Team) ke wilayah sengketa, karena Thailand masih menolak 51. Ibid 52. Ibid 53. Ibid, hal.28

17 menandatangani Letter of Acceptance. Penolakan Thailand, menurut Jenderal Thanasak Patimapakorn didasarkan pada alasan bahwa penyebaran tersebut harus membutuhkan persetujuan kabinet dan parlemen. 54 Sedangkan para pihak yang terlibat dalam perundingan menyatakan bahwa ketakutan para anggota parlemen terhadap kasus pernah yang menimpa PAD sebagai partai yang berkuasa di bahwa Perdana Menteri Samak beberapa waktu sebelumnya dan kemungkinan dituntut berdasarkan Pasal 157 Undang-undang Pidana Thailand. 55 Pasal 157 dapat digunakan apabila pemerintahan melakukan sesuatu hal strategis tanpa persetujuan dari parlemen, 54. Ibid 55. Ibid

18 KESIMPULAN Konflik perbatasan Thailand-Kamboja merupakan tantangan dan ujian terhadap ASEAN di tengah upaya ASEAN untuk mewujudkan Komunitas ASEAN Dalam memperkuat ASEAN, salah satu inisiatif Indonesia adalah mewujudkan pembentukan Komunitas Keamanan ASEAN atau yang disebut ASEAN Security Community (ASC). Selain itu pandangan dunia Internasional terhadap ASEAN seperti PBB akan menjadi buruk, karena dianggap tidak bisa menangani permasalahan internal anggotanya sendiri. sulit untuk ASEAN bergerak dengan leluasa terhadap anggotanya selama masih menggunakan prinsip non-inteverence yang masih diterapkan sesuai dengan perjanjian ASEAN Concord dan Treaty of Amity and Co-operation in Southeast Asia (TAC). Stabilitas kawasan adalah kepentingan utama yang harus dijaga oleh ASEAN karena awal mula tujuan berdirinya ASEAN adalah untuk itu, apabila konflik Thailand-Kamboja yang sudah berlangsung hampir satu abad ini terus berlangsung di khawatirkan akan berdampak ke hal yang lain. Dari mulai Pariwisata, Ekonomi, Politik dan sebagainya. Oleh karena itu pentingan penanganan konflik ini sangat dibutuhkan dan juga kerjasama antar anggota ASEAN untuk mendukung agar konflik ini tidak menjadi lebih panjang karena apabila ini terus terjadi dampak yang akan dirasakan ASEAN bisa mencapai krisis kawasan. Dan Komunitas ASEAN 2015 hanya akan menjadi angan-angan semata.

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011 Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011 Senin, 14 Februari 2011 PIDATO DR. R.M MARTY M. NATALEGAWA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA SELAKU

Lebih terperinci

BAB IV UPAYA ASEAN SEBAGAI MEDIATOR DALAM SENGKETATHAILAND-KAMBOJA. sengketa Thailand dan Kamboja ini dan akan di bagi menjadi beberapa sub bab

BAB IV UPAYA ASEAN SEBAGAI MEDIATOR DALAM SENGKETATHAILAND-KAMBOJA. sengketa Thailand dan Kamboja ini dan akan di bagi menjadi beberapa sub bab BAB IV UPAYA ASEAN SEBAGAI MEDIATOR DALAM SENGKETATHAILAND-KAMBOJA Dalam BAB IV adalah pembahasan yang terakhir dalam skripsi ini. Dalam BAB IV ini akan membahas bagaimana upaya ASEAN sebagai mediator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Thailand dan Kamboja merupakan dua negara yang memiliki letak geografis berdekatan dan terletak dalam satu kawasan yakni di kawasan Asia Tenggara. Kedua negara ini

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional, tidak terlepas dari munculnya berbagai organisasi internasional pasca Perang Dunia ke II. Terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

PIDATO KETUA DPR-RI Dr. MARZUKI ALI PADA SIDANG PLENO I AIPA GENERAL ASSEMBLY KE-32 PHNOM PENH, THE KINGDOM OF CAMBODIA

PIDATO KETUA DPR-RI Dr. MARZUKI ALI PADA SIDANG PLENO I AIPA GENERAL ASSEMBLY KE-32 PHNOM PENH, THE KINGDOM OF CAMBODIA KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PIDATO KETUA DPR-RI Dr. MARZUKI ALI PADA SIDANG PLENO I AIPA GENERAL ASSEMBLY KE-32 PHNOM PENH, THE KINGDOM OF CAMBODIA Yang Mulia Presiden ASEAN Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN Dewi Triwahyuni International Relation Department, UNIKOM 2013 Backgroud History 1950an 1980an Hubungan internasional di Asia Tenggara pada

Lebih terperinci

BAB II KONFLIK PERBATASAN THAILAND DAN KAMBOJA

BAB II KONFLIK PERBATASAN THAILAND DAN KAMBOJA BAB II KONFLIK PERBATASAN THAILAND DAN KAMBOJA II.1 Thailand Thailand merupakan sebuah kerajaan yang dahulunya disebut dengan nama Kerjaan Siam yang didirikan pada abad ke-14. Kerajaan yang tidak pernah

Lebih terperinci

NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO THE ASEAN CHARTER ON DISPUTE SETTLEMENT MECHANISM (PROTOKOL PIAGAM ASEAN MENGENAI MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA)

NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO THE ASEAN CHARTER ON DISPUTE SETTLEMENT MECHANISM (PROTOKOL PIAGAM ASEAN MENGENAI MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA) NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO THE ASEAN CHARTER ON DISPUTE SETTLEMENT MECHANISM (PROTOKOL PIAGAM ASEAN MENGENAI MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA) 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Protokol Piagam ASEAN

Lebih terperinci

STRATEGI KAMBOJA DALAM PENYELESAIAN KONFLIK KUIL PREAH VIHEAR PASCA BENTROKAN BERSENJATA DENGAN MILITER THAILAND TAHUN 2011

STRATEGI KAMBOJA DALAM PENYELESAIAN KONFLIK KUIL PREAH VIHEAR PASCA BENTROKAN BERSENJATA DENGAN MILITER THAILAND TAHUN 2011 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2014, 2 (1): 37-48 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org Copyright 2014 STRATEGI KAMBOJA DALAM PENYELESAIAN KONFLIK KUIL PREAH VIHEAR PASCA BENTROKAN BERSENJATA

Lebih terperinci

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) ASEP GINANJAR PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 1. Peran Indonesia dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan

Lebih terperinci

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1997 TENTANG PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL MENCIPTAKAN PERDAMAIAN DUNIA Salah satu langkah penting dalam diplomasi internasional adalah penyelenggaraan KTT Luar Biasa ke-5 OKI untuk penyelesaian isu Palestina

Lebih terperinci

KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI

KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI Introduksi Perbedaan Latar belakang sejarah, status ekonomi, kepentingan nasional,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN CHARTER OF THE ASSOCIATION OF SOUTHEAST ASIAN NATIONS (PIAGAM PERHIMPUNAN BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,

Lebih terperinci

Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010

Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010 Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010 PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MENGENAI DINAMIKA HUBUNGAN indonesia - MALAYSIA DI MABES

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING ON THE ASEAN POWER GRID (MEMORANDUM SALING PENGERTIAN MENGENAI JARINGAN TRANSMISI TENAGA LISTRIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan-pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis. dengan ini menarik kesimpulan sebagai sebagai berikut :

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan-pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis. dengan ini menarik kesimpulan sebagai sebagai berikut : BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan-pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis dengan ini menarik kesimpulan sebagai sebagai berikut : Pertama, terkait Pengaruh Penerapan ASEAN Community

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,

Lebih terperinci

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FILIPINA TENTANG KEGIATAN KERJASAMA DI BIDANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya pengaturan mengenai perjanjian (treaties), hak dan kewajiban raja, hukum

BAB I PENDAHULUAN. adanya pengaturan mengenai perjanjian (treaties), hak dan kewajiban raja, hukum 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan hukum internasional sebagai bagian dari hukum yang sudah tua, yang mengatur hubungan antar negara tak dapat dipisahkan dari keberadaannya yang saat ini

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) Copyright 2002 BPHN UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) *9571 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan 99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kedaulatan maupun kepentingan masing-masing, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kedaulatan maupun kepentingan masing-masing, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan di dalam hubungan Internasional merupakan hal yang tidak dapat dihindari oleh setiap negara. Hal ini menyangkut hubungan antara negara dalam mempertahankan

Lebih terperinci

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Bapak Presiden SMU PBB, Saya ingin menyampaikan ucapan

Lebih terperinci

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE CZECH REPUBLIC OF ECONOMIC COOPERATION

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA Jakarta, 1 Juli 2011 - 1 - Untuk menandai 60 tahun hubungan diplomatik dan melanjutkan persahabatan antara kedua negara, Presiden

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Melalui penelitian mengenai peran ASEAN dalam menangani konflik di Laut China Selatan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Sengketa di Laut China Selatan merupakan sengketa

Lebih terperinci

PERSETUJUAN TRANSPORTASI LAUT ANTARA PEMERINTAH NEGARA-NEGARA ANGGOTA ASOSIASI BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA DAN PEMERINTAH REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK Pemerintah-pemerintah Brunei Darussalam, Kerajaan Kamboja,

Lebih terperinci

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.93, 2015 PENGESAHAN. Agreement. Asosiasi Bangsa- Bangsa Asia Tenggara. Republik India. Penyelesaian Sengketa. Kerja Sama Ekonomi. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang telah membangun mitra kerjasama dengan Tiongkok dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. berbatasan langsung dengan Negara Laos, Kamboja, Vietnam adalah Negara yang

BAB V KESIMPULAN. berbatasan langsung dengan Negara Laos, Kamboja, Vietnam adalah Negara yang BAB V KESIMPULAN Dalam bab V ini saya akan membahas tentang kesimpulan dari bab-bab yang sebelumnya. Dimulai dari sejarah di kedua negara yang bersengketa dan point-point yang telah di bahas di bab sebelumnya.

Lebih terperinci

Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua

Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua Oleh Dr. Muridan S. Widjojo (Koordinator Tim Kajian Papua LIPI) Ballroom B Hotel Aryaduta Jakarta, Senin,13 Desember 2010 Refleksi: 1. catatan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume: 2 No: 2 Tahun 2013 Halaman

Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume: 2 No: 2 Tahun 2013 Halaman Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume: 2 No: 2 Tahun 2013 Halaman http://www.fisipundip.ac.id Abstraksi : STRATEGI INDONESIA DALAM KEPEMIMPINAN ASEAN 2011 (ANALISIS PERANAN INDONESIA SEBAGAI PENENGAH KONFLIK

Lebih terperinci

MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA DI ASEAN Lembaga dan Proses

MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA DI ASEAN Lembaga dan Proses MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA DI ASEAN Lembaga dan Proses Oleh : Hilton Tarnama Putra Eka An Aqimuddin Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2011 Hak Cipta 2011 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun terakhir menjadi semakin buruk. Penyebabnya adalah pemerintah Republik Rakyat Cina (RRC) yang semakin

Lebih terperinci

KERJASAMA ASEAN DALAM BERBAGAI BIDANG

KERJASAMA ASEAN DALAM BERBAGAI BIDANG KERJASAMA ASEAN DALAM BERBAGAI BIDANG Negara-negara ASEAN juga bekerja sama dalam bidang ekonomi dan sosial budaya. Dalam bidang ekonomi meliputi : 1. Membuka Pusat Promosi ASEAN untuk perdagangan, investasi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) www.appf.org.pe LATAR BELAKANG APPF dibentuk atas gagasan Yasuhiro Nakasone (Mantan Perdana Menteri Jepang dan Anggota Parlemen Jepang) dan beberapa orang diplomat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN ASEAN CONVENTION ON COUNTER TERRORISM (KONVENSI ASEAN MENGENAI PEMBERANTASAN TERORISME) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap BAB V PENUTUP Sejak reformasi nasional tahun 1998 dan dilanjutkan dengan reformasi pertahanan pada tahun 2000 sistem pertahanan Indonesia mengalami transformasi yang cukup substansial, TNI sebagai kekuatan

Lebih terperinci

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia No.92, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENGESAHAN. Agreement. Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara. Republik Rakyat Tiongkok. Penyelesaian Sengketa. Kerja Sama Ekonomi. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak Asia Tenggara yang sangat strategis serta memiliki kekayaan alam yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk menguasai wilayah di Asia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF ACTS OF NUCLEAR TERRORISM (KONVENSI INTERNASIONAL PENANGGULANGAN TINDAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pelindung bagi negara anggotanya. Beberapa isu-isu konflik yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pelindung bagi negara anggotanya. Beberapa isu-isu konflik yang BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Ada beberapa alasan yang membuat penulis tertarik untuk membahas peran Indonesia sebagai ketua ASEAN (Association of Southeast Asia Nation) 1 2011 dalam upaya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut. BAB V KESIMPULAN Sampai saat ini kelima negara pemilik nuklir belum juga bersedia menandatangani Protokol SEANWFZ. Dan dilihat dari usaha ASEAN dalam berbagai jalur diplomasi tersebut masih belum cukup

Lebih terperinci

BENTUK KERJA SAMA ASEAN

BENTUK KERJA SAMA ASEAN BENTUK KERJA SAMA ASEAN Hubungan kerja sama negara-negara anggota ASEAN dilakukan di berbagai bidang, antara lain dalam bidang politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, dan lainlain. Hubungan kerja sama ini

Lebih terperinci

Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN)

Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) A. Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) 1. Lahirnya ASEAN (Association of South East Asian Nations) Kerja sama antarbangsa dalam satu kawasan perlu dijalin. Hal itu sangat membantu kelancaran

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek BAB V KESIMPULAN Illegal Fishing merupakan kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan yang tidak bertanggung jawab dan bertentangan oleh kode etik penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian 1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN 1. Umum. Pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara merupakan

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK SINGAPURA TENTANG PENETAPAN GARIS BATAS LAUT WILAYAH KEDUA NEGARA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE MEMBER STATES OF ASSOCIATION OF SOUTHEAST ASIAN NATIONS (ASEAN) AND

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar 80% merupakan wilayah lautan. Hal ini menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai jalur alur

Lebih terperinci

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah

Lebih terperinci

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini:

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini: LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dan Presiden Korsel, Seoul, 16 Mei 2016 Senin, 16 Mei 2016

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dan Presiden Korsel, Seoul, 16 Mei 2016 Senin, 16 Mei 2016 Keterangan Pers Bersama Presiden RI dan Presiden Korsel, Seoul, 16 Mei 2016 Senin, 16 Mei 2016 KETERANGAN PERS BERSAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DAN PRESIDEN KOREA SELATAN KUNJUNGAN KENEGARAAN KE KOREA

Lebih terperinci

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Balas campur tangan militer Kenya di Somalia, kelompok al Shabab menyerang sebuah mal di Nairobi,

Lebih terperinci

Bali Nusa Dua Convention Center, Bali, Kamis, 17 November 2011 Pidato Pembukaan KTT ke-19 ASEAN

Bali Nusa Dua Convention Center, Bali, Kamis, 17 November 2011 Pidato Pembukaan KTT ke-19 ASEAN Pidato Presiden Bali Nusa Dua Convention Center, Bali, Kamis, 17 November 2011 Pidato Pembukaan KTT ke-19 ASEAN PIDATO PEMBUKAAN PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO PADA KOFERENSI TINGKAT TINGGI KE-19 ASEAN

Lebih terperinci

Keterangan Pers Presiden RI Terkait Surat Balasan PM. Australia, 26 Nov 2013, di Kantor Presiden Selasa, 26 November 2013

Keterangan Pers Presiden RI Terkait Surat Balasan PM. Australia, 26 Nov 2013, di Kantor Presiden Selasa, 26 November 2013 Keterangan Pers Presiden RI Terkait Surat Balasan PM. Australia, 26 Nov 2013, di Kantor Presiden Selasa, 26 November 2013 KETERANGAN PERS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA RAPAT TERBATAS TERKAIT SURAT

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Pasal 1 Definisi. Untuk maksud-maksud Persetujuan ini, kecuali konteksnya mensyaratkan sebaliknya;

LAMPIRAN. Pasal 1 Definisi. Untuk maksud-maksud Persetujuan ini, kecuali konteksnya mensyaratkan sebaliknya; LAMPIRAN PERSETUJUAN MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI MENYELURUH ANTAR PEMERINTAH NEGARA-NEGARA ANGGOTA PERHIMPUNAN BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK DEMOKRATIK TIMOR- LESTE TENTANG AKTIFITAS KERJA SAMA DIBIDANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1988 TENTANG PENGESAHAN "PROTOCOL AMENDING THE TREATY OF AMITY AND COOPERATION IN SOUTHEAST ASIA" DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang :

Lebih terperinci

Keterangan Pers Presiden RI pada acara Indonesia-Australia Annual Leaders Meeting, Bogor,5 Juli 2013 Jumat, 05 Juli 2013

Keterangan Pers Presiden RI pada acara Indonesia-Australia Annual Leaders Meeting, Bogor,5 Juli 2013 Jumat, 05 Juli 2013 Keterangan Pers Presiden RI pada acara Indonesia-Australia Annual Leaders Meeting, Bogor,5 Juli 2013 Jumat, 05 Juli 2013 KETERANGAN PERS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA INDONESIA-AUSTRALIA ANNUAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. geografis. Kecenderungan inilah yang sering dinamakan regionalisme.

BAB I PENDAHULUAN. geografis. Kecenderungan inilah yang sering dinamakan regionalisme. BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pada akhir abad ke 20 hingga awal abad ke 21 telah ditandai dengan adanya suatu proses penyatuan dunia yang menjadi sebuah ruang tanpa batasan tertentu. Proses

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI KEMENTERIAN PERTAHANAN, KEMENTERIAN LUAR NEGERI, KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, TENTARA NASIONAL INDONESIA, BADAN INTELIJEN NEGARA, DEWAN KETAHANAN NASIONAL, LEMBAGA

Lebih terperinci

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional. Terlihat jelas bahwa konflik perbatasan sering menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. internasional. Terlihat jelas bahwa konflik perbatasan sering menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena hubungan internasional sering memperlihatkan persoalan konflik perbatasan antar negara yang berpengaruh signifikan terhadap situasi internasional.

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION ON THE PROHIBITION OF THE USE, STOCKPILING, PRODUCTION AND TRANSFER OF ANTI-PERSONNEL MINES AND ON THEIR DESTRUCTION (KONVENSI

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010. 100 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Rusia adalah salah satu negara produksi energi paling utama di dunia, dan negara paling penting bagi tujuan-tujuan pengamanan suplai energi Eropa. Eropa juga merupakan

Lebih terperinci

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini. PAPARAN WAKIL MENTERI LUAR NEGERI NILAI STRATEGIS DAN IMPLIKASI UNCAC BAGI INDONESIA DI TINGKAT NASIONAL DAN INTERNASIONAL PADA PERINGATAN HARI ANTI KORUPSI SEDUNIA JAKARTA, 11 DESEMBER 2017 Yang terhormat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu konflik dua pihak atau lebih dan dapat melalui kontak langsung maupun secara tidak langsung, biasanya perang merupakan suatu hal yang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA AND AUSTRALIA ON THE FRAMEWORK FOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

Kompleksitas Sengketa Celah Timor

Kompleksitas Sengketa Celah Timor Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.

Lebih terperinci